Perancangan Film Dokumenter Biografi Pesilat Terakhir ... · Hidup RA Kartini. Latar belakang...

24
Perancangan Film Dokumenter Biografi Pesilat Terakhir Minangkabau Di Salatiga (Studi Kasus Kota Salatiga) Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Oleh: Raditya Bangun Sutrisno Herwanto NIM: 692012023 Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Tekonologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2018

Transcript of Perancangan Film Dokumenter Biografi Pesilat Terakhir ... · Hidup RA Kartini. Latar belakang...

Perancangan Film Dokumenter Biografi Pesilat Terakhir

Minangkabau Di Salatiga

(Studi Kasus Kota Salatiga)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Oleh:

Raditya Bangun Sutrisno Herwanto

NIM: 692012023

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Tekonologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2018

1

1. Pendahuluan

Pencak silat merupakan seni beladiri asli Indonesia yang merupakan warisan

budaya nasional dan memiliki nilai yang sangat luhur. Setiap daerah di Indonesia

memiliki kekhasan tersendiri dalam teknik atau gerakan silatnya, salah satunya

ialah pencak silat tradisional Minangkabau. Pencak silat tradisional Minangkabau

merupakan pencak silat yang unik karena selain memiliki gerakan khas Minang ,

silat ini juga memiliki beberapa aliran yang berbeda satu dan yang lainnya, karena

silat Minangkabau ini merupakan silat pencampuran yang sangat menjunjung

tinggi nilai kebatiniah yang merupakan salah satu kesatuan dari silat tradisional

Minangkabau ini, tidak hanya jasmani yang ditonjolkan namun juga

mengandalkan kekuatan batiniah yang dari zaman dahulu sudah menjadi

tradisi.[1]

Di Kota Salatiga, terdapat seorang tokoh pencak silat tradisional Minangkabau

bernama Suparto Resowiyoto, beliau telah mencintai seni bela diri pencak silat

sejak remaja dan sampai saat ini. Dalam perjalanan waktu, beliau tidak hanya

sebagai atlit pencak silat namun juga menjadi seorang pelatih silat di Kota

Salatiga sejak tahun 1969. Berbagai prestasi baik secara individu maupun siswa

yang telah dilatihnya telah didapatkannya, salah satunya adalah loncatan tingkat

dari wasit daerah Salatiga menjadi salah satu wasit provinsi, nasional dan juga

taraf internasional.Sudah 49 tahun Suparto Resowiyoto mengabdikan dirinya di

dunia pencak silat. Beliau adalah salah satu dari 4(empat) wasit diseluruh

Indonesia yang pernah menjadi wasit pertandingan pencak silat dengan taraf

International. Hampir seluruh hidup Suparto dia abdikan pada pencak silat, karna

kecintaannya terhadap dunia persilatan sangat tinggi, hingga kini beliau masih

melatih silat di kota Salatiga tanpa di bayaran. Beliau adalah pesilat satu-satunya

yang tidak berasal dari Minangkabau namun masih menguasai teknik maupun

pengetahuan mengenai pencak silat tradisonal Minangkabau di Kota Salatiga. [2]

Berdasarkan dengan observasi awal yang telah dilakukan, ternyata aspek-

aspek yang terkandung didalam pencak silat tradisional Minangkabau sudah mulai

ditinggalkan dan sulit ditemukan. Pencak silat hanya dipandang sebagai bela diri

yang mementingkan aspek olahraga dan kemenangan saja tanpa memikirkan

aspek lainnya. Seperti halnya di Kota Salatiga sendiri, kini sudah tidak ada lagi

penerus dari silat tradisional Minangkabau yang benar-benar menjunjung tinggi

aspek kerohanian. Dan sebagai salah satu tokoh pesilat minangkabau, informasi

mengenai biografi serta sepak terjang beliau dalam dunia silat minangkabau

belum ada, baik secara tertulis maupun secara audio visual / film. Hal ini tentunya

akan menjadi kerugian tersendiri bagi kota Salatiga, bahwa ada seorang Tokoh

yang sangat berpengaruh dalam membawa dan membesarkan pencak silat

minangkabau di kota Salatiga, namun informasi mengenai itu tidak ada sama

sekali.

Berdasarkan dengan permasalah yang ada, maka dilakukan perancangan film

dokumenter biografi Suparto Resowiyoto, yang berisi tentang biografi pesilat

minangkabau yang masih kukuh mengajarkan nilai-nilai dasar pencak silat

2

tradisional Minangkabau. Dokumenter ini memiliki keunggulan untuk

menampilkan kedetailan serta mampu bercerita mengenai kondisi yang

sebenarnya, sehingga diharapkan masyarakat dalam mengetahui perjalanan hidup

seorang pesilat yang bernama Suparto Resowiyoto. Hasil dari perancangan ini

dapat memperkaya wawasan masyarakat dan meningkatkan pengetahuan

mengenai tokoh-tokoh pesilat tradisional Minangkabau yang berada di kota

Salatiga.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Benny Zanuarwan Putra Guchy

yang berjudul Perancangan Video Promosi Pencak Silat Setia Hati Organisasi.

Latar belakang masalah dari penelitian tersebut yaitu, Pencak Silat merupakan

bela diri asli Indonesia yang memiliki kekhasan dalam setiap gerakannya. Pencak

silat kini telah menyebar luas ke seluruh tanah air. Keunikan menjadi sangat

penting dalam mengembalikan citra suatu perguruan silat. Untuk itu dirancanglah

video dokumenter yang membahas tentang pencak silat pada persaudaraan setia

hati organisasi dalam upaya untuk mempromosikan pencak silat setia hati

organisasi. Prosedural perancangan meliputi : proses pra produksi, produksi dan,

paska produksi. [3]

Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Andhika Taufik , Prayanto

W.H , Hen Dian Yudani yang berjudul Perancangan Film Dokumenter Perjalanan

Hidup RA Kartini. Latar belakang masalah dari penelitian tersebut yaitu, RA

Kartini bukan sekedar pahlawan biasa yang dengan senjata melawan penjajah,

tetapi dengan pemikirannya yang maju. Sayangnya belum banyak orang yang

mengangkat kisah hidup RA Kartini dalam bentuk dokumentasi audio visual.

Metode yang digunakan dalam perancangan film dokumenter perjalanan hidup

RA Kartini adalah Kualitatif karena untuk memaparkan interpretasi pada konteks

sejarah sosial. Dengan pendekatan film dokumenter ini akan menyajikan fakta-

fakta dari wawancara beberapa narasumber dan memperlihatkan latar belakang

dari RA Kartini. Hasil dari penelitian ini berupa film dokumenter perjalanan kisah

RA Kartini. [4]

Dari penelitian sebelumnya, penelitian ini membahas mengenai video

dokumenter biografi seorang atlet pencak silat yakni Suparto Resowiyoto, yang

lebih mendetail dan mendalam karena dilakukan dengan metode kualitatif

langsung wawancara dengan narasumber, sehingga dapat memiliki rangkaian

cerita yang asli dari narasumber tersebut. Dalam perancangan ini menggunakan

teknik sinematografi dalam merekam keseluruhan cerita dari narasumber sehingga

menjadikan suatu cerita yang detail dan dinamis. Pengambilan gambar juga

memanfaatkan drone untuk mengambil scene Kota Salatiga sehingga mampu

memberikan gambaran Kota Salatiga bagi masyarakat yang belum

mengetahuinya. Perancangan film dokumenter pencak silat tradisional

Minangkabau ini berupa perancangan film dokumenter biografi sehingga tidak

3

menggunakan metode rekonstruksi untuk menjelaskan setiap detail ceritanya,

melainkan dari wawancara yang disampaikan narasumber tersebut.

Periode setelah kemerdekaan pada seminar pencaksilat pada tahun 1973 di

Tugu Bogor dihasilkan istilah baku yaitu pencak silat dalam kamus besar Bahasa

Indonesia istilah pencak silat mempunyai arti permainan dalam mempertahankan

diri dengan kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri baik dengan

senjata maupun tanpa senjata. [5] Pencaksilat adalah hasil budaya manusia

Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi dan integritasnya

terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan

hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. [5]

Falsafah pencak silat adalah falsafah budi pekerti luhur yakni yang

memandang budi pekerti luhur sebagai sumber dari keluhuran sikap , perilaku,

dan perbuatan manusia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita agama dan

moral masyarakat. Amalan ajaran budi pekerti luhur adalah pengendalian dalam

arti : (a) Rasa keterikatan kepada kaidah-kaidah, nilai-nilai, dan cita-cita agama

dan moral masyarakat. (b)Sikap tanggap dan arif kepada setiap gelagat

perkembangan, tuntutan, dan tantangannya. (c) Sikap tangguh dan dapat

mengembangkan kemampuan di dalam menghadapi dan mengatasi setiap

tantangan.(d)Sikap disiplin dan tahan uji di dalam menghadapi bebagai godaan

dan cobaan.(e)Sikap dinamis dan kreatif dalam upaya mencapai keberhasilan dan

kemajuan.

Ajaran falsafah budi pekerti di jiwai oleh nilai-nilai pencak silat di antaranya

Taqwa, Tanggap, Tangguh, Tanggon, dan Trengginas atau yang biasa di sebut

dengan 5T [5]. Dalam pencak silat memiliki aspek-aspek yang harus dipegang

teguh yakni (a)Aspek Mental Spiritual Pencak silat membangun dan

mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Sebagai aspek mental

spiritual pencak silat lebih banyak menitik beratkan pada pembentukan sikap dan

watak.(b)Aspek Seni. Pencak silat menggambarkan bentuk seni tarian pencak

silat, dengan musik dan busana tradisional, yang merupakan wujud kebudayaan

dalam bentuk kaidah gerak dan irama.(c)Aspek Bela Diri, pada aspek bela diri,

pendak silat bertujuan untuk memperkuat naluri manusia untuk membela diri

terhadap berbagai ancaman dan bahaya.(d)Aspek Olahraga, aspek olahraga

meliputi sifat dan sikap menjamin kesehatan jasmani dan rohani serta berprestasi

di bidang olahraga. [5]

Biografi yakni riwayat hidup (seseorang) yg ditulis oleh orang lain. Biografi

dapat diartikan sebagai kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat memuat,

menganalisa dan menerangkan fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran

pentingnya. Biografi dapat bercerita tentang tokoh sejarah ataupun tokoh yang

masih hidup, orang terkenal ataupun orang yang tidak terkenal. Kebanyakan

biografi ditulis secara kronologis, dan dibagi kepada beberapa bagian. Adapula

beberapa biografi yang hanya berfokus kepada bagian-bagian atau pencapaian-

pencapaian tertentu.[6]

4

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur

pesan guna mencapai tujuan. Media Audio Visual: media audio visual adalah

media yang bisa didengar dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan

indra pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama,

pementasan, film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu VCD.

Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih lengkap dan

menyatukan semua jenis format media, disebut Multimedia karena berbagai

format ada dalam internet. [7]

Film adalah lembaran tipis, bening, mudah lentur yang dilapisi dengan

lapisan antihalo, dipergunakan untuk keperluan fotografi. Sebuah film terbentuk

dari dua unsur, yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif

berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin

lepas dari unsur naratif dan setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur seperti tokoh,

masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya-lainnya. Seluruh elemen tersebut

membentuk unsur naratif secara keseluruhan [8] Pembagian film secara umum

ada tiga jenis film, yakni: dokumenter, fiksi, dan eksperimental. Pada penelitian

ini jenis film yang digunakan adalah film dokumenter. Film dokumenter adalah

film yang subyeknya adalah masyarakat, peristiwa atau suatu situasi yang benar-

benar terjadi di dunia realita dan di luar dunia sinema yang memiliki beberapa

karakter teknis yang khusus yang tujuan utamanya untuk mendapatkan

kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentitas peristiwa yang akan

direkam. [9] Umumnya film dokumenter memiliki bentuk sederhana dan jarang

sekali menggunakan efek visual.

Film dokumenter biografi merupakan sebuah penyajian potongan-potongan

peristiwa biografi seorang tokoh dalam suatu narasi yang dilengkapi dengan

elemen-elemen nonfiksi dan dilengkapi dengan audio dan visual yang menjadikan

rangkaian kisah perjalanan hidup seseorang menjadi menarik yang dibuat secara

runtut dari periodenya. Jenis film dokumenter biografi ini bercerita tentang profil

dan kehidupan seorang tokoh, baik yang dikenal oleh masyarakat luas, sosok yang

memiliki suatu keunikan, kehebatan, atau mungkin aspek-aspek lainnya yang

dimiliki seorang tokoh tersebut dan tentunya memiliki keunikan yang khas. Jenis

biografi ini pun terbagi lagi menjadi beberapa golongan antara lain, potret yaitu

mengupas human interest seseorang, dan biografi sendiri yaitu mengupas

kronologis seseorang misalnya lahir hingga meninggal atau kesuksesan seseorang

dari dulu hingga masa kini, dan yang terakhir adalah profil biasanya membahas

aspek positif dari sang tokoh.[10]

Keunggulan pembuatan dokumenter biografi yang ber-genre biografi seorang

tokoh ialah melekat pada diri subyek tersebut, memuat pengalaman unik yang

tidak akan ditemui sama persis dengan tokoh lainnya meski memiliki keahlian

yang sejenis, ditulis untuk biografi seseorang benar-benar nyata dan mencakup

keseluruhan kehidupan tokoh tersebut, sehingga dengan melihat dokumenter

biografi dapat benar-benar mengetahui keseluruhan kehidupan seorang tokoh

yang di tulis secara mendetail dan kronologis. [11]

5

Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang

asalnya dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan

merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan

menggabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat

menyampaikan ide atau dapat mengemban cerita. Sinematografi memiliki

beberapa unsur pembentuk didalamnya yakni unsur utama dan unsur penunjang.

[12]

Unsur utama terdiri dari, Visual Gerak yang berupa lambang-lambang

komunikasi visual yang disajikan dengan metode fotografi. Audio, unsur audio

berperan besar untuk memperjelas pesan informasi dalam unsur visual

sinematografi. Dan jalan cerita yang berupa rangkaian gambar bergerak yang urut.

Unsur penunjang terdiri dari setting yang berupa tempat pengambilan gambar.

Properti, yang meliputi perlengkapan seperti kostum, pakaian untuk memberikan

kesan alami atau dramatis bagi cerita. Efek, meliputi efek gambar, suara, cahaya

maupun transisi waktu dan special efek untuk memberikan kesan yang lebih

dramatis.

3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam perancangan ini ialah menggunakan metode

kualitatif dimana metode penelitian ini bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. [14] Metode penelitian ini

digunakan untuk mengetahui, memahami, dan menghayati lebih mendalam sosok

pesilat Tradisional Minangkabau yaitu Suparto Resowiyoto. Metode ini bertujuan

mengungkapkan gejala secara holistik-konstekstual melalui pengumpulan data

dari latar alami yang dilakukan dengan wawancara langsung yang lebih

menyeluruh terhadap perilaku narasumber dan melihat langsung bagaimana

kehidupan narasumber tersebut. Sehingga yang menjadi tujuan dalam penelitian

diskriptif kualitatif ini adalah ingin menggambarkan dan menginterprestasikan

objek dengan apa adanya.

Strategi yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan Linear Strategy.

Linear Strategy atau disebut dengan strategi garis lurus, yakni menetapkan urutan

logis pada tahapan perancangan sederhana yang sudah dipahami komponennya.

[15] Adapun tahap-tahap metode linear strategy dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Linear Strategy

Tahap pertama merupakan tahap identifikasi masalah, yakni dengan

wawancara dengan narasumber yang menjadi obyek dari perancangan film

dokumenter ini, yakni Suparto Resowiyoto. Dari hasil wawancara dengan beliau

didapatkan pengetahuan mengenai pencak silat tradisional Minangkabau, yang

merupakan sebuah kesenian beladiri warisan bangsa yang kemudian di ajarkan di

Kota Salatiga. Kemudian terdapat fakta bahwa di Kota Salatiga satu-satunya yang

menguasi aliran pencak silat tradisonal Minagkabau hanya Suparto, dalam hal ini,

6

berarti aliran pencak silat tradisional Minangkabau yang asli sudah tidak memiliki

penerus lagi. Pencaksilat Minangkabau lainnya, yang terdapat di Salatiga tidak

autentik dan nilai-nilai batiniah yang seharusnya terkandung di dalam silat

tradisional Minangkabau tidak ada, dimana seharusnya nilai ini

diimplementasikan dalam setiap gerakan, sehingga aspek jasmani dan batiniah

berjalan seimbang.

Selain melakukan identifikasi masalah dengan narasumber, dilakukan

wawancara dengan pelatih pencaksilat aliran campuran yakni Bapak Santo. Hasil

yang didapatkan ialah , di Salatiga selain pencak silat tradisonal Minangkabau

juga terdapat pencak silat campuran Minangkabau yang memiliki perbedaan

dengan pencaksilat tradisional Minangkabau. Baik dai segi nilai ataupun filosofi

dan makna yang terkandung didalamnya. Sehingga keduanya memiliki perbedaan,

Suparto ialah sosok pesilat yang seluruh perjalanan hidupnya dari muda hingga

sekarang ini di warnai dengan pencak silat. Suparto telah mengenal dan

mempelajari silat tradisional Minangkabau sejak lama sehingga nilai-nilai dan

makna yang terkadung dalam silat Minangkabau telah melekat dalam dirinya,

sehingga ketika beliau menjadi pelatih, beliau tidak pernah melupakan nilai-nilai

batiniah yang terkandung didalamnya, dan selalu mengajarkan muridnya untuk

selalu menyeimbangkan antara jasmani dan rohani.

Setelah melakukan identifikasi masalah, kemudian tahap berikutnya adalah

tahap pengumpulan data, yang berupa data primer dan data sekunder.

pengumpulan data Primer diperoleh dengan wawancara dengan beberapa

narasumber yakni Suparto Resowiyoto, seorang tokoh dalam pencak silat

tradisional Minangkabau, keluarga dari Suparto yakni anak dari Suparto. Suparto

Resowiyoto merupakan seseorang yang menggeluti dunia persilatan sejak lama,

semasa mudanya beliau menjadi atlit pencak silat, kemudian beliau mulai diminta

untuk menjadi pelatih di Salatiga, dan dalam kesuksesannya melatih beliau juga

pernah menjadi wasit. Pada pengumpulan data primer ini didapat data mengenai

profil lengkap dari Pak Suparto, profil dan sejarah berdirinya padepokan silat,

falsafah dan nilai-nilai yang terdapat dalam pencak silat serta jenis dan

teknik/jurus dalam pencak silat tradisonal dan koleksi dokumentasi yang berupa

foto pribadi pak parto, dan juga dari pendapat murid Suparto yakni Bapak Kusrin.

Selain itu juga dilakukan pengumpulan data sekunder yang berfungsi untuk

memperkuat hasil yang didapatkan dari pengumpulan data primer. Data sekunder

diperoleh dari studi literatur dan referensi buku pencak silat ,beberapa jurnal

terdahulu mengenai pencaksilat, dan website.

Tahap ketiga merupakan tahap perancangan, Informasi yang telah diperoleh

dari hasil wawancara dan studi literatur, kemudian di olah untuk menjadi sebuah

ide cerita menarik yang akan digunakan untuk perancangan film dokumenter. Ide

yang diambil untuk merancang film dokumenter biografi adalah dengan mengulas

perjalanan silat Suparto Resowiyoto dimana beliau pernah menjadi seorang atlit ,

wasit dan sampai sekarang ini menjadi pelatih dalam pencak silat tradisional

Minangkabau di Salatiga. Dalam hal ini perancangan media di bagi dalam 3

tahapan yakni tahap pra roduksi, produksi, dan paska produksi. Ketiga tahapan ini

dapat dilihat dalam Gambar 2.

7

Gambar 2. Bagan Perancangan Film Dokumenter

Tahap pertama dalam peracangan film adalah dengan menentukan ide dan

konsep film. Ide dan Konsep dalam film dokumenter adalah mengisahkan dan

merekam jejak satu-satunya pendekar pencak silat tradisonal minangkabau yang

masih tersisa yaitu Bapak Suparto Resowiyoto, dengan menceritakan sejarah dan

prestasi yang telah di lakukan semasa hidupnya.

Film statement dalam video ini mengenai rangkaian perjalanan dari seorang

Suparto Resowiyoto, yang memperkenalkan kembali bahwa pencak silat

tradisional Minangkabau merupakan salah satu kesenian beladiri warisan bangsa

yang memiliki nilai-nilai luhur di dalamnya yang harus dijaga ke autentisitasnya.

Storyline ialah sebuah alur cerita yang akan dibuat pada film dokumenter

setelah statement terbentuk sehingga jelas dan terarah. [16] Gambaran Storyline

dari perancangan film dokumenter pencak silat Minangkabau adalah sebagai

berikut:

Pencak silat merupakan beladiri tradisional yang sudah ada sejak dulu dan

merupakan warisan dari leluhur yang harus kita lestarikan, di kota Salatiga

terdapat salah satu pendekar yang masih menggeluti silat tradisional yaitu Suparto

Resowiyoto.Suparto Rsowiyoto seorang yang sangat mencintai pencak silat,

beliau mendedikasikan hidupnya dalam dunia silat. Suparto merupakan seorang

pelatih Pencak Silat Tradisional Minangkabau di Salatiga yang masih bertahan

hingga saat ini. Suparto juga seorang atlit dan wasit pencak silat profesional yang

telah memiliki pengalaman baik dalam kejuaraan silat nasional maupun taraf

internasional.

Perjalanan silatnya dimulai dari kecintaanya terhadap seni bela diri semasa

beliau muda. Suparto Resowiyoto lahir di Temanggung yakni di desa Mbutuh,

dimana di desa tersebut terkenal dengan anak-anak yang gemar berkelahi. Suparto

memiliki banyak kekurangan seperti fisik yang kecil dan selalu teraniyaya.

Menjadikan ia memiliki keinginan yang kuat untuk belajar bela diri, dimana saat

era G30SPKI banyak bermunculan persaingan pencak silat sambung (pesilat-

pesilat bertarung) di gelanggang, dengan diiringi musik kicir-kicir atau es lilin

yang sangat menggetarkan hatinya. Tahun 1966 Suparto pertama kali dikenalkan

oleh Ayah Sambung yakni Pak Kurdiyanto kepada pencak silat tradisional

Minangkabau.

8

Pada zaman itu keluarga Suparto menentang beliau belajar pencak silat

karena dikhawatirkan Suparto dapat menjadi orang yang keras. Namun Suparto

tetap gigih belajar meskipun memiliki kendala dalam biaya. Beliau sangat tertarik

dalam dunia pencak silat karena dalam silat tidak perlu fisik yang kuat, yang

terpenting ialah ratio dan akal yang cerdik.

Suparto memulai perjalanan silatnya menjadi seorang atlit, dimana zaman itu

kepekaan terhadap perlindungan keselamatan masih sangat rendah, seperti

pertandingan tanpa body protector. Namun beliau tetap gigih dalam belajar

pencak silat. Suparto mulai berpindah ke Salatiga sekitar 49 tahun yang lalu. Pada

bulan-bulan pertama beliau pernah mengikuti pertandingan resmi dan juara 1

dalam pertandingan tersebut mengalahkan guru-guru besar lainnya tahun 1969 di

Lapangan Tangsi Salatiga.

Sewaktu menjadi atlit di kota Salatiga, beliau diminta untuk mengajari

pencak silat tradisional Minangkabau. Beliau merupakan seorang pelatih luar

biasa yang mengutamakan keaslian dan niai-nilai pencak silat sehingga banyak

murid-murid beliau yang memenangkan kejuaraan silat. Beliau juga selalu ritual

sembahyang dan tirakat supaya para atlit menang. Dalam pencak silatnya,

Tanggap, Tangguh, Tanggon, dan Trengginas ialah nilai-nilai yang terkandung

dalam pencak silat tradisional Minangkabau.

Dalam nilai-nilai ini juga mengandung aspek-aspek pencak silat yakni Aspek

Mental Spiritual dimana pencak silat membangun dan mengembangkan

kepribadian dan karakter mulia seseorang. Aspek Seni Pencak silat

menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana

tradisional, yang merupakan wujud kebudayaan dalam bentuk kaidah gerak dan

irama. Aspek Bela Diri, pencak silat bertujuan untuk memperkuat naluri manusia

untuk membela diri terhadap berbagai ancaman dan bahaya. Aspek Olahraga

meliputi sifat dan sikap menjamin kesehatan jasmani dan rohani serta berprestasi

di bidang olahraga. Falsafah pencak silat budi pekerti luhur sebagai sumber dari

keluhuran sikap, perilaku, dan perbuatan manusia yang diperlukan untuk

mewujudkan cita-cita agama dan moral masyarakat. Amalan ajaran budi pekerti

luhur adalah pengendalian dalam pencak silat.

Perjalanan silatnya tidak sampai disitu saja beliau memulai karir sebagai

wasit pencak silat dari dari cabang Salatiga. Dimana cabang daerah memiliki 3

tingkatan wasit, provinsi memiliki 3 tingkatan, Nasional memiliki 3 tingkatan,

kemudian setelah itu baru dapat menjadi ketua pertandingan dan bisa

dipromosikan menjadi wasit internasional. Tahun 1989 Suparto mengikuti

penataran wasit nasional kelas 3. Pada April 1992 beliau menjadi wasit dalam

kejuaraan di Thailand meskipun beliau masih menjadi wasit nasional tingkat 3. Di

bulan Desember beliau menjadi wasit kejuaraan di Jakarta. Pada tahun 1996 di

Vietnam beliau juga menjadi wasit internasional, dan pada tahun tersebut juga,

beliau menjadi dewan hakim yang merupakan posisi tertinggi di sebuah

kejuaraan, yang diadakan ketika Kejuaraan Remaja Nasional.

Namun tahun 2002 beliau mengalami vakum menjadi wasit karena banyak

halangan dari pihak lain, hingga pada akhirnya tahun 2012 beliau menjadi wasit

lagi di kejuraan di Singapura, dan di Thailand. Beliau sangat menyukai ketika jadi

wasit karena merasa terhormat meskipun banyak pihak yang tidak menyukainya.

9

Hingga akhirnya umur 70 tahun beliau resmi mengundurkan diri karena merasa

sudah tidak mampu lagi karena kendala penglihatan dan pendengaran.

Kini beliau kembali melanjutkan perjalanan silatya menjadi pelatih silat

tradisional Minangkabau di kota Salatiga ini, yang sudah tidak memiliki penerus

lagi. Harapan beliau bagi pencak silat Indonesia ialah Pencak Silat semakin

banyak peminatnya, dan nilai-nilai pencak silat jangan sampai tercabut dari akar

budaya nya karena terlalu fokus pada aspek olahraganya saja, supaya pencak silat

tetap lestari, dan Suparto juga berharap kepada Kusrin, salah seorang muridnya

supaya dapat melestarikan silat tersebut seperti yang beliau ajarkan tanpa

menghilangkan nilai-nilai didalamnya.

Setelah proses menentukan storyline dari film dokumenter selesai, proses

selanjutnya yang dilakukan adalah membuat treatment. Treatment merupakan

kerangka lengkap yang berisikan adegan-adegan di suatu tempat, oleh sebab itu

treatment pun disertakan keterangan tempat dan waktu.[17]

Scene 1(Opening)

(full shot) Time lapse Plang selamat datang kota salatiga

(Bird’s-Eye view) bunderan tamansari tampak dari atas

(full shot) Time lapse Merbabu

Scene 2 (Pembuka Biografi)

1. (Full shot)Pak Parto Silat

2. (Full shot)Pak Parto Latihan

3. (Medium Long Shoot)Pak Parto di kandang ayam (Kehidupan sehari –hari)

Scene 3 (Biodata Pak Parto)

1. (Medium close up)Wawancara tentang tempat tanggal lahir

2. (Medium close up)Wawancara tentangkeluarga

3. (Medium close up)Wawancara tentang keturunan

Scene 4 (Wawancara Tentang Pencak Silat)

1. (Medium close up)Wawancara tentang awal mula mengenal Pencak Silat

2.( Medium close up)Wawancara tentang orang yang pertama kali

mengenalkan silat pada pak parto

3. (Medium close up)Wawancara tentang alasan memilih silat

4. (Medium close up)Wawancara tentang tanggapan keluarga

Scene 5 (Silat Minangkabau)

1. (Medium close up Wawancara tentang alasan memilih silat Minangkabau

2. (Medium close up)Wawancara tentang keunikan

3. (Medium close up)Wawancara tentang pengalaman saat latihan

Scene 6 (Falsafah Silat Minangkabau)

1. (Medium close up)Wawancara tentang falsafah silat melayu

2. (Medium close up)Wawancar tentang aspek- aspek silat

3. (Medium close up)Wawancara tentang aspek utama

10

Scene 7 (Atlit)

1. (Medium close up)Wawancara tentang waktu menjadi atlit

2. (Medium close up)Wawancara tentang kejuaraan

3. (Medium close up)Wawancara tentang kejuaraan yang pernah di

menangkan, foto dan video

4.( Medium close up)Wawancara tentang suka dan duka yang di alami saat

menjadi atlit

Scene 8 (wasit)

1. (Medium close up Wawancara tentang awal menjadi wasit

2. (Medium close up)Wawancara tentang wasit dalam kejuaraan

3. (Medium close up)Wawancara tentang pengalaman suka dan duka saat

menjadi wasit

4. (Medium close up)Wawancara tentang alasan berhenti menjadi wasit

Scene 9 (pelatih)

1. (Medium close up)Wawancara tentang awal menjadi pelatih

2. (Medium close up)Wawancara tentang alasan memilih pelatih di banding

atlit

3. (Medium close up)Wawancara tentang prestasi yang di dapat sebagai

pelatih, foto

4. (Medium close up)Wawancara tentang suka dan duka saat menjadi pelatih

Scene 10

(Medium close up)Wawancara mengenai saran – saran untuk silat Indonesia

(Medium close up)Wawancara tentang harapan pak parto untuk silat di

Indonesia

(Medium close up)Wawancara tentang pesan untuk silat Indonesia

Scene 11 (Penutup)

1. (High Angel)Pak parto memperagakan silat

2. Logo UKSW & FTI

Setelah merancang treatment, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan

storyboard yang merupakan rangkaian gambar ilustrasi yang menggambarkan alur

cerita . Storyboard menggabungkan narasi dan visual dalam selembar kertas

sehingga naskah dan visual dapat terkoordinasi [18]. Sehingga dengan melihat

storyboard dapat mengetahui ide cerita apa yang terdapat dalam rancangan film

dokumenter ini. Perancangan storyboard dapat dilihat pada tabel 1

11

Tabel 1 Storyboard

Scene Gambar Jenis Shot Durasi Keteragan

1

Full shot 00:20 - 00:25 Opening suasana kota

Salatiga

Backsound yang di pakai

menggunakan instrumental

2

Medium long shot 00:50 - 01:05 Kegiatan sehari-hari bapak

Suparto saat di kandang

ayam saat memandikan

ayam jago yang di pelihara

3

Medium close up 01:06 – 01:42 Wawancara Biodata

Suparto mengenai latar

belakang dan tempat dan

tanggal lahir Suparto

4

Medium close up 04:15 – 04:30 Bercerita tentang aspek –

aspek yang harus di miliki

sebagai pesilat

minangkabau

5

Medium close up 06:40 – 06:45 Menceritakan tentang saat

di salatiga Suparto harus

menjadi leader di

karenakan dia sudah

melepaskan diri dari

gurunya

6

Medium close up 06:44 – 07:08 Menjelaskan saat Suparto

menjadi Wasit pemimpin

pertandingan

7

Medium close up 07:15 – 07:42 Mas Kusrin menceritakan

tentang pengalamannya

saat belajar silat dan

mengikuti kejuaraan

8

Medium close up 07:41 – 08:00 Wawancara Prestasi yang

pernah di dapat oleh

trimurdoko(anak ke-3

bapak Suparto) saat

mengikuti perlombaan

9

Medium close up 08:02 – 08:16 Bercerita tentang suka

duka bapak Suparto saat

menjadi pelatih

10

Medium close up 10:41 – 10:51 Scene ini menceritakan

mengenai harapan dan

pesan untuk menjaga dan

melestarikan pencak silat

tradisional Minangkabau

11

High Angel 10:52 – 10:59 Peraggan silat tradisional

Minangkabau Suparto

sepagai penutup video

biografi

12

Setelah tahapan pra produksi kemudian dilanjutkan dengan tahapan produksi.

Dalam tahap ini dilakukan pengambilan gambar dan video yang mengacu pada

konsep yang terdapat dalam storyline, treatment dan juga storyboard yang telah

dirancang dalam tahapan sebelumnya sehingga dapat memudahkan dalam proses

produksi.

Kemudian tahap terakhir setelah proses produksi yakni pasca produksi yang

melibatkan proses mengedit video. Dalam proses mengedit ini dilakukan

penyesuaian durasi, mana bagian scene yang dibutuhkan dan yang perlu di

hilangkan, menambahkan footage-footage yang telah di ambil dalam proses

produksi sehingga hasil dari pengeditan video dapat maksimal.

Dalam pengerjaannya penyesuaian terhadap durasi dan ketepatan sangat

dibutuhkan , Offline editing merupakan salah satu tahap pertama dalam proses

editing yaitu memotong gambar (cut to cut) sehingga dapat di gabungkan menjadi

satu kesatuan, dalam hal ini memotong rekaman video untuk menyesuaikan

dengan durasi. Kemudian setelah tahap pertama selesai dilanjutkan dengan Online

editing, merupakan tahap lanjutan dari tahap pertama disini potongan gambar

disempurnakan dengan memberikan efek-efek transisi pada gambar atau video

yang telah dipotong, ditambahkan transisi sehingga dapat menampilkan video

dengan lebih menarik.

Selanjutnya proses compositing yakni menggabungkan klip-klip dari video

yang sebelumnya sudah di potong dan diberikan efek-efek transisi, maupun klip

audio yang menjadi background suara dalam video tersebut, digabungkan

sehingga menjadi video yang utuh.

Gambar 3 . Proses compositing

Setelah menjadi satu kesatuan yang utuh kemudian tahap berikutnya adalah

melakukan proses grading pada video yakni, proses mengubah, memperbaiki atau

menyamakan warna dalam video, yang berfungsi untuk memberikan nuansa

tampilan yang lebih baik untuk dilihat,jenis grading yang di pakai adalah

Cinematic color grading yang membuat video menjadi lebih hidup di karenakan

warna yang ada di video menjadi lebih tajam.

13

Before Grading After Grading

Gambar 4. Proses Grading

Setelah proses mengedit video selesai dilanjutkan proses selanjutnya yakni

proses rendering dengan menggabungkan semua berkas-berkas potongan video

beserta efek-efek yang ada menjadi sebuah output final dalam video ini

menggunakan format render mp4 dengan resolusi 720p, sehingga video ini dapat

di implementasikan dan dibagikan dengan mudah di youtube , media sosial

sehingga banyak orang yang dapat mengetahui dan dengan mudah dapat

mengaksesnya, dan juga dalam bentuk DVD sehingga dapat langsung menjadi

arsip bagi dunia pendidikan bahwa ada kisah perjalanan pencak silat tradisional

Minangkabau lewat Suparto.

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil dari perancangan film dokumenter berupa media yang mampu

memberikan informasi dan menyajikan perjalanan silat dari seorang tokoh yakni

Suparto Resowiyoto di Salatiga, yang tetap menjaga teguh pendirian mengenai

falsafah silat tradisonal dan upaya untuk menjaga keberlangsungan Pencak Silat

Tradisonal Minangkabau yang sudah mulai dilupakan oleh para generasi muda

dapat dilestarikan. Berikut adalah hasil perancangan film dokumenter.

Gambar 4. Scene 1 Opening

Gambar 4 merupakan scene opening yang menceritakan mengenai seperti apa

kota Salatiga, kehidupan kota nya dan juga panorama yang menghiasi kota tempat

tinggal dari sosok Suparto Resowiyoto yang menggunakan jenis shoot yakni full

shot untuk memperlihatkan suasana Kota Salatiga jika dilihat dari jauh dan

memperlihatkan icon dari Kota Salatiga ini sendiri dengan teknik time lapse.

14

Gambar 5. Scene 2 Kegiatan Sehari-hari

Scene berikutnya adalah pengenalan tokoh utama film dokumneter ini yaitu

sosok Suparto Resowiyoto dalam pengenalan sosok ini diperlihatkan bagaimana

kehidupan sehari-hari sosok Suparto Resowiyoto dengan menampilkan latar

tempat tinggal dan kegiatan sehari-hari. Pengambilan gambar mengunakan jenis

shoot yakni medium shoot, yang bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana

sosok Suparto dan kegiatan yang dilakukan oleh Suparto setiap harinya. Scene

pengenalan dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 6. Scene 3 Wawancara Biografi

Scene berikutnya adalah biografi tokoh utama dan kondisi keluarga dari

tokoh Suparto . Pengambilan gambar mengunakan jenis shoot yakni medium

shoot, yang bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana perjalanan tokoh dalam

dunia persilatan, menceritakan latar belakang dari Suparto beserta keluarga dari

Suparto. Scene pengenalan dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 7. Scene 4 menceritakan latar belakang narasumber

Scene berikutnya merupakan scene yang membahas mengenai latar belakang

silat yang membuat Suparto memutuskan untuk menggeluti dunia persilatan dari

awal hingga kini. Scene ini menggunakan medium shoot untuk pengambilan

gambar. Menampilkan dokumentasi-dokumentasi bagaimana Suparto di masa lalu

Scene pengenalan dapat dilihat pada gambar 7.

15

Gambar 8. Scene 5 latar belakang silat

Scene berikutnya merupakan scene yang membahas mengenai silat yang

digeluti oleh Suparto ini yakni Silat aliran Minangkabau. Beliau memiliki

ketertarikan sendiri terhadap jenis silat Minangkabau ini, dengan segala

keunikannya, hingga sekarang ini Suparto masih memegang teguh nilai-nilai yang

ada. Jenis shoot yang digunakan ialah medium shoot yang menampilkan gambaran

dari wawancara dan cuplikan bagaimana Suparto ketika mendalami silat dimasa

lampau. Scene pengenalan dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 9. Scene 6 falsaah-falsafah yang ada di dalam silat Minangkabau

Scene berikutnya membahas mengenai bagaimana falsaah-falsafah yang ada

di dalam silat Minangkabau, yakni yang tidak hanya mengedepankan aspek

jasmani dan perlombaan saja namun sangat memegang teguh nilai-nilai

kerohanian yang terdapat ketika mempelajari silat ini. Dalam scene ini juga di

tampilkan bagaimana nilai-nilai yang ada dalam silat Minangkabau tersebut

dengan pengambilan gambar menggunakan medium shoot. Scene pengenalan

dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 10. Scene 7 gambaran Suparto ketika menjadi wasit

Scene berikutnya menggambarkan kehidupan Suparto ketika menjadi wasit,

tingkatan yang ada di dalam wasit pencak silat, dan bagaimana proses hingga

Suparto pernah menjadi wasit Internasional, dan pernah menjadi hakim dalam

pertandingan pencak silat nasional. Seluruh perjalanan Suparto dalam menjadi

wasit baik dokumentasi maupun wawancara diambil menggunakan medium shoot.

Scene pengenalan dapat dilihat pada gambar 10.

16

Gambar 11. Scene 8 kehidupan Suparto saat menjadi atlit pencak silat

Scene berikutnya menggambarkan kehidupan Suparto ketika beliau menjadi

atlit pencak silat. Bagaimana kisah permulaan beliau menjadi tertarik dan

akhirnya menjadi seorang atlit pencak silat ketika beliau masih muda, apa saja

yang pernah beliau raih, dan suka duka menjadi atlit pencak silat semua di ambil

dengan pengambilan medium shoot. Scene pengenalan dapat dilihat pada gambar

11.

Gambar 12. Scene 9 wawancara dengan murid dan keluarga Suparto

Scene berikutnya menceritakan perjalanan Suparto setelah menjadi atlit yakni

ketika menjadi pelatih pencak silat, hingga sekarang ini, bagaimana kiat-kiat yang

beliau lakukan dan upayakan sehingga atlit yang beliau latih dapat memenangkan

pertandingan, dan atlit tersebut tidak meninggalkan aspek kerohanian yang ada di

dalam pencak silat tradisional Minangkabau ini. Pengambilan gambar diambil

dengan medium shoot. Ditambah pendapat murid dari Suparto tentang bagaimana

sosok Suparto sebagai pelatih oleh Bp. Kusrin. Scene pengenalan dapat dilihat

pada gambar 12.

Gambar 13. Scene 10

Scene berikutnya merupakan bagian penutup yang diambil dengan medium

shoot yang diambil dengan wawancara sosok Suparto mengenai pesan dan kesan

pencak silat di Indonesia ini yang telah dilaluinya semasa muda hingga saat ini,

pesan untuk murid dari Suparto untuk selalu melestarikan silat aliran

17

Minangkabau, dan harapan dari Suparto untuk kemajuan silat di Indonesia ini.

Scene pengenalan dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 14. Scene 11

Gambar 14 merupakan penutup dari rangkaian video dokumenter ini, yang

berisi tokoh Suparto yang memperagakan pencak silat yang diambil menggunakan

pengambilan gambar dengan jenis High angel dan ditutup dengan logo UKSW

dan FTI.

Pada hasil akhir film dokumenter tentang Pencak Silat Tradisional

Minangkabau dengan Narasumber Suparto Resowiyoto di Salatiga ini akan

diunggah pada media sosial Youtube dan juga disebarkan melalui media sosial

Facebook, dan media sosial lainnya sehingga jangkauan penyebarannya luas.

Selain itu akan dibuat juga dalam bentuk offline berupa, DVD yang akan di

berikan untuk arsip di perpustakaan UKSW , dapat di lihat pada gambar 15 dan 16

Gambar 15. Implementasi media sosial Youtube

Gambar 16. Implementasi media DVD

Pengujian film Dokumenter dilakukan secara kuantitatif dengan melakukan

pembagian kuisioner serta memperlihatkan hasil video dokumenter, kepada 20

mahasiswa Desain Komunikasi Visual, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas

Kristen Satya Wacana yang telah mengambil mata kuliah pre production dan post

production. Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada responden mengenai

kejelasan akan alur cerita dalam film dokumenter, hasil yang didapat adalah 80%

18

respoden menyatakan bahwa alur cerita yang dibangun pada film ini sudah baik

dan sistematis. Untuk teknik pengambilan gambar / sinematografi pada video ini,

respoden menyatakan 80 % sudah sesuai dengan kaidah sinematografi yang baik,

pengambilan gambarnya juga dinamis, sehingga perpindahan tiap scene tidak

monoton. Pemilihan setting dan pemilihan tempat sudah baik menurut 70%

responden sudah baik karena pemilihan lokasi shooting sangat sesuai dengan alur

cerita. Menurut 80% responden mengatakan untuk pemilihan kostum baik dalam

keseluruhan cerita maupun peragaan silat sudah sesuai dengan tema sehingga

menambah nilai estetik dalam film tersebut. Sedangkan teknik pencahayaan, dan

pemilihan latar musik menurut 90% responden tergolong cukup baik, dalam

penampilan setiap adegan nya dan pemilihan backsound cukup tidak membuat

audiens bosan, 95% responden menyatakan cukup baik, karena pergerakannya

sudah cukup stabil sehingga audiens tetap dapat menikmati film dokumenter ini.

Sedangkan menurut 90% responden untuk proses editing video yang melibatkan

color grading sudah sesuai, sehingga dapat membuat video menjadi lebih hidup di

karenakan warna yang ada di video menjadi lebih tajam dan terkesan sinematik.

Penambahan transisi menurut 95% responden dalam video sudah sesuai dengan

potongan gambar sehingga tidak mengganggu dan menimbulkan efek berlebihan

dalam film ini. Sehingga 80 % responden menyatakan secara keseluruhan pesan

yang di visualisasikan dalam dokumenter ini telah dapat tersampaikan ke audiens

dengan baik.

Pengujian selanjutnya dilakukan secara kualitatif yakni dengan melakukan

wawancara serta memperlihatkan hasil video dokumenter kepada Martin

Setyawan, S.T. s.kom selaku staff pengajar di Universitas Kristen Satya Wacana

dan sebagai ahli dalam dunia perfilman. Dalam wawancara mengenai hasil dari

film dokumenter , membahas mengenai sinematografi dan alur cerita yang ada

pada film dokumenter tersebut, serta keseluruhan teknik yang ada dalam film

dokumenter ini. Hasil pengujian yang didapatkan ialah film dokumenter ini

menarik, selain itu teknik pengambilan gambar dan setting lokasi, beserta kostum

dan penampilan dari sosok Suparto ditampilkan dengan baik. Namun untuk

background music dari film dokumenter ini masih harus diperbaiki lagi karena

dianggap belum mampu membangun suasana yang sesuai dengan adegan yang di

visualisasikan, apabila pemilihan backsound sudah tepat makahal ini akan

menjadikan film dokumenter silat tradisional Minangkabau lebih menarik.

Sehingga akan dilakukan revisi penambahan ataupun penggantian background

music dalam film dokumenter ini.

5. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, Perancangan Film Dokumenter Biografi Pesilat

terakhir Minangkabau di Salatiga telah dapat menyampaikan informasi tentang

perjalanan silat tradisional Minangkabau oleh sosok Suparto. Keseluruhan isi

dalam film dokumenter ini telah menggambarkan dengan baikn bagaimana

perjalanan silat Suparto ketika menjadi atlit, wasit dan juga pelatih dengan tetap

teguh memegang nilai-nilai dan falsafah yang terkandung di dalam silat

tradisional Minangkabau. Dalam film dokumenter ini juga didukung dengan unsur

19

sinematografi dan backsound yang dapat membuat suasana dalam film

dokumenter ini lebih menarik. Teknik pengambilan gambar, setting lokasi dan

juga pemilihan kostum sudah sesuai dengan alur cerita sehingga sapat

menghidupkan cerita yang ada dalam film dokumenter ini. Oleh karena itu, film

dokumenter ini dapat dijadikan sebagai media informasi yang menarik dalam

mengenalkan biografi seorang pesilat tradisional Minangkabau di kota Salatiga

pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

6. Pustaka

[1] Wawancara dengan Suparto Resowiyoto, Tanggal ,10 Februari 2018

[2] Wawancara dengan Suparto Resowiyoto, Tanggal ,15 Maret 2018

[3] Guchy,Benny Zanuarwan Putra.2014. Perancangan Video Promosi Pencak Silat Setia

Hati Organisasi. Jurnal Integrasi, vol. 6, no. 1, 2014, 36-40. Batam : Politeknik Negeri

Batam

[4] Taufik, Andhika , W.H, Prayanto, Yudani, Hen Dian. 2014. Jurnal Perancangan Film

Dokumenter Perjalanan Hidup RA Kartini. Surabaya : Universitas Kristen Petra

[5] Kriswanto, Erwin Setyo. 2015. Pencak Silat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

[6] http:// kamusbahasaindonesia.org/. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. diakses 1

Agustus 2018

[7]http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-media-dan-jenis-media.html

diakses pada 21 Maret 2018

[8] Pratista , Himawan. 2008, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka hal 33

[9] Blandford, Steve dkk. 2000, The Film Studies Dictionary

[10] https://idseducation.com/articles/jenis-jenis-film-dokumenter/. International Design

School. 2014 diakses pada 3 April 2018

[11] Sugiarto, Eko. 2015, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis.

Jakarta: Suaka Media

[12] Mulyono, Agus,. 2014, Dasar-dasar Sinematografi

[13] Pratista, Himawan. 2008, Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka hal 76

[14] Sugiyono. 2011:9

[15] Jonathan, Sarwono. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual.

Yogyakarta: Andi Yogyakarta

[16] Nugroho, Fajar. 2007. Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta : Penerbit

Indonesia Cerdas.

[17] Nugroho, Fajar. 2007. Cara Pinter Bikin Film Dokumenter. Yogyakarta : Penerbit

Indonesia Cerdas

[18] Binanto, Iwan. 2010. Multimedia Dasar (Dasar Teori dan Pengembangannya).

Yogyakarta: Andi Yogyakarta