PERANCANGAN ALAT BANTU JIG DAN END OF ARM …

71
PERANCANGAN ALAT BANTU JIG DAN END OF ARM TOLLING UNTUK OTOMASI PROSES INJEKSI PLASTIK TORSION BAR DENGAN METODE VALUE ENGINEERING (STUDI KASUS DI PT. INJEKSI INDONESIA) Oleh : Pandhu Utomo Paksi Hartoyo 004201405138 Laporan skripsi disampaikan kepada Fakultas Teknik President University diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknik Industri 2018

Transcript of PERANCANGAN ALAT BANTU JIG DAN END OF ARM …

PERANCANGAN ALAT BANTU JIG DAN END OF ARM

TOLLING UNTUK OTOMASI PROSES INJEKSI PLASTIK

TORSION BAR DENGAN METODE VALUE ENGINEERING

(STUDI KASUS DI PT. INJEKSI INDONESIA)

Oleh :

Pandhu Utomo Paksi Hartoyo

004201405138

Laporan skripsi disampaikan kepada Fakultas Teknik President University

diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik mencapai gelar Sarjana Strata

Satu (S1) Program Studi Teknik Industri

2018

2

ABSTRAK

PT. Injeksi Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang

injection molding. Dalam upaya meningkatkan tingkat efisiensinya melalui semua

bidang, perusahaan ini memiliki kendala dalam aplikasi sistem otomasi. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan produk lengan robot yang ada dipasaran (hanya

berupa sistem jepit produk) dan variasi yang tinggi pada bentuk sub produk-

produknya. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, dibuat alat bantu Jig yang

dirancang berdasarkan bentuk varian sub produk yang ada. Adapun teknik desain

alat bantu Jig ini, penulis paparkan dengan metode Value Engineering (Rekayasa

Nilai). Metode ini merupakan metode desain yang berfokus pada rancangan alat

bantu jig dan EOAT. Dengan efisiensi biaya sebesar Rp. 3.161.192,- dimana biaya

tersebut 14,89% lebih rendah dari rancangan awal dan lebih efisien sebesar Rp.

3.082.627,- atau sekitar 14,57% dari alternatif rancangan kedua. Tak hanya dari segi

biaya, tetapi juga dari segi produk, aplikasi alat bantu jig dan end arm of tooling

dapat mencapai waktu siklus produk selama 39,07 detik dengan perbandingan waktu

sebelumnya yaitu 48,57 detik. Diharapkan dengan meningkatnya output produksi,

alat ini dapat membantu mengurangi reject rate produk dari awal sebesar 0,50%

menjadi 0,17%.

Kata kunci: otomasi, outsole, robot, value engineering.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang injection molding

yang memfokuskan produksinya pada pembuatan outsole sepatu sepak bola

(olahraga), PT. Injeksi Indonesia senantiasa meningkatkan efisiensi melalui

semua bidang. Salah satunya di bidang produksi melalui peningkatan sistem

otomasi.

Untuk pengenalan produk pada umumnya sepatu terdiri dari 3 bagian

utama, yaitu : upper, insole, dan outsole. Upper berfungsi sebagai tutup kaki

bagian atas, insole sebagai alas kaki bagian dalam, dan outsole merupakan

bagian yang kontak langsung dengan tanah. Adapun produk outsole dari

perusahaan PT. Injeksi ini terdiri dari beberapa sub-produk yaitu heel,

base/forefoot, stud, dan accessories sepatu. Dalam perancangan ini, proses

produk yang akan dipakai sebagai objek perbaikan adalah accessories yaitu

torsion bar.

Dalam produksinya, semua produksi termasuk aksesoris melewati

beberapa langkah. Langkah-langkah ini terdiri pengisian material (mold filling),

penahanan tekanan material (pressure holding), pendinginan (cooling), dan

pengeluaran part dan runner sisa cetakan (part & runner ejecting). Hampir

keseluruhan langkah dijalankan secara otomatis melalui sistem mesin injeksi,

terkecuali pada langkah part, runner ejecting, dan cutting ingate. Langkah-langkah

tersebut masih dilakukan secara manual oleh operator mesin. Dalam istilah produksi,

langkah pengeluaran ini dinamakan dengan istilah pick & pack. Dimana part dan

runner yang sudah jadi diambil (pick) dan dikemas (pack) langsung pada area

injeksi, tetapi sebelum dikemas perlu proses pemotongan ingate runner pada produk.

Berdasarkan data pengukuran waktu pekerja-mesin pada aksesoris sepatu,

didapat informasi bahwa langkah pick & pack pada part dan runner torsion bar ini

menghabiskan waktu yang terlalu lama (cycle time part 30.12 detik + handling

2

10.45 detik + cutting runner 8 detik dengan total adalah 48.57 detik) sehingga target

output tidak terpenuhi. Untuk itu, diupayakan penerapan sistem otomasi penuh pada

proses pembuatan sub-produk torsion bar. Sehingga diperlukan alat bantu/jig

khusus pada lengan robot untuk penyelesaian masalah tersebut. Namun untuk

menghadapi persaingan yang sangat ketat, PT Injeksi Indonesia harus bisa

mengimbangi dengan meningkatkan output produksi menggunakan teknologi yang

efektif dan biaya yang terjangkau.

Sebagai upaya pemecahan masalah ini, penulis mengangkat pembahasan

mengenai alat bantu pengambilan produk torsion bar yaitu dengan jig dan

EOAT, dengan beberapa alternatif pilihan rancangan yang memiliki fungsi untuk

membantu dalam pengeluaran hasil produksi. Metode value engineering

merupakan metode desain yang digunakan dalam penelitian ini yang berfokus

pada efisiensi dan efektifitas desain baik dari segi fungsi maupun dari segi biaya.

1.2. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang masalah di atas, maka terdapat beberapa

permasalahan yang perlu dicermati dan perlu mendapatkan pengkajian lebih

dalam, yaitu :

1. Bagaimana cara meningkatkan output produksi Torsion Bar?

2. Metode apa yang efektif diaplikasikan dalam perancangan alat bantu jig?

3. Bagaimana sistem yang efektif dan efisien untuk perancangan lengan robot

pada produk torsion bar agar tercipta efisiensi produksi?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan output produksi Torsion Bar.

2. Merancang alat bantu jig dan lengan robot sesuai dengan metode value

engineering agar efektif dan efisien dari segi fungsi dan biaya

3. Mengaplikasikan sistem otomasi pada mesin injeksi, sehingga tercapai

efisiensi produksi yang diharapkan.

1.4. Batasan Masalah

Permasalahan yang terjadi secara aktual sangatlah kompleks. Hal ini

dikarenakan tingginya variasi proses, mesin, dan produk yang dimiliki. Untuk itu,

penulis membatasi uraian yang dilakukan dengan hanya membahas :

3

1. Perancangan alat bantu dilakukan hanya pada jenis produk aksesoris sepatu.

2. Perancangan alat bantu hanya dilakukan pada kasus injeksi plastik sub

produk torsion bar sepatu

3. Perancangan alat bantu hanya menggunakan satu metode, yaitu value

engineering

4. Biaya pembuatan didapat dari perusahaan

5. Pembahasan biaya hanya pada material alternatif 1 dan 2, tidak pada biaya

keseluruhan

6. Tidak membahas pengaturan untuk sistem pergerakan lengan robot.

1.5. Asumsi

Untuk mendukung kelancaran penelitian ini, maka digunakan beberapa asumsi

seperti :

1. Ukuran produk Torsion Bar yang sudah ditentukan oleh perusahaan.

2. Desain dan ukuran mold sudah ditentukan oleh perusahaan.

3. Upah bulanan, tunjangan karyawan, bonus akhir tahun, tunjangan hari raya,

biaya pajak dan BPJS sudah tentukan kenaikannya.

4. Proses pembuatan produk Torsion Bar menggunakan mesin injeksi 150 ton.

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI

Dalam bab ini berisi tentang teori-teori dan kepustakaan yang

menjadi landasan dalam pengamatan terhadap masalah yang

dihadapi.

4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini berisi data-data yang didapat selama penelitian

yang digunakan sebagai bahan analisis masalah.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Dalam bab ini berisi data-data yang didapat selama penelitian

yang digunakan sebagai bahan analisis masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari serangkaian pembahasan

serta saran-saran yang perlu untuk disampaikan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Injection Molding

Injection molding merupakan metode yang penting dalam industri pembuatan plastik.

Injection molding banyak dipilih karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu kapasitas

produksi yang tinggi, sisa penggunaan material (useless material) sedikit, dan tenaga kerja

minimal. Bahan baku yang digunakan juga dapat diolah dalam satu kali proses dan pada

umumnya metode ini juga tidak memerlukan proses finishing. Keunggulan metode injection

molding adalah kita dapat membuat suatu benda dengan bentuk geometri yang kompleks

dalam satu langkah produksi yang dilakukan secara otomatis. Kekurangan metode injection

molding, biaya investasi tinggi, perawatan alat tinggi, serta perancangan produk harus

mempertimbangkan pembuatan desain cetakannya.

Gambar 2.1 Mesin Injection Mold

Mesin injection molding tercatat telah dipatenkan pertama kali oleh John Wesley Hyatt

bersama saudara perempuannya Isaiah pada tahun 1872 di Amerika Serikat untuk memproses

celluloid. Berikutnya pada tahun 1920-an di Jerman mulai dikembangkan mesin injection

molding, namun masih dioperasikan secara manual dimana pencekaman mold masih

menggunakan tuas. Tahun 1930-an ketika berbagai macam resin tersedia dikembangkan

mesin injection molding yang dioperasikan secara hidraulik. Pada tahun 1946 James Hendry

membuat mesin screw injection mold yang pertama dan 95% mesin molding saat ini

mengikuti teknik ini untuk menghasilkan efisiensi panas, efisiensi campuran, dan injeksi

plastik ke molding.

Gambar 2.2 Bagian-bagian Mesin Injection Mold

2.2. Sepatu dan bagian-bagiannya

Bagian-bagian penyusun sepatu sangatlah beragam. Namun secara garis besar, bisa

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu upper, outsole, dan insole.

Gambar 2.2 Bagian-bagian Utama Sepatu Bola

Dikarenakan PT. Injeksi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi

outsole sepatu bola, maka pada thesis ini akan dibahas lebih detil definisi outsole pada sepatu

bola. Outsole adalah bagian alas sepatu paling luar, orang awam menyebutnya sol sepatu.

Outsole ada di bagian bawah sepatu yang langsung bersentuhan/bergesekan dengan lapangan,

yang perlu diketahui mengenai Outsole selain jenisnya adalah bagian-bagian penting yang

tidak boleh dilewatkan, yaitu bagian heel, base, dan aksesoris seperti torsion baryang

berfungsi secara signifikan terhadap jenis lapangan.

2.3.2. Bahan-Bahan Outsole

Adapun Jenis-jenis bahan yang umum digunakan untuk pembuatan outsole sepatu

adalah :

1. Rubber Non Sintetik

Masyarakat yang peduli terhadap lingkungan akan mencari rubber non sintetic

yaitu rubber yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Rubber non

sintetic ini menggunakan bahan dasar karet alam dengan komposisi kandungan

lebih dari 80%.

2. Rubber Sintetic

Sifat rubber sintetic kebalikan dari rubber non sistetic. Bahan rubber sintetic

ini paling banyak digunakan untuk membuat Outsole sepatu. Hal ini disebabkan

karena sifatnya yang ringan dan modelnya lebih variatif. Kelemahan utama dari

bahan sintetik ini adalah tidak dapat didaur ulang dan tidak dapat diurai oleh

mikroba pengurai. Masyarakat dunia sudah mulai mengurangi rubber sintetic

dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

3. Polyurethane (PU)

Bahan ini termasuk bahan sintetik. Bahan TPU ini paling sering dipakai karena

sifatnya yang ringan, mudah dibentuk dan mempunyai masa kadaluwarsa (masa

simpan) yang cukup singkat yaitu maksimum 2 tahun.

4. PolyAmide (PA)

Salah satu material plastic yang sering digunakan karena memiliki kelenturan

yang baik dengan tekstur yang keras.

Plastik merupakan material non metalic sintetic yang dapat dibentuk dengan

menggunakan casting, molding, atau extruding dan bisa dikeraskan untuk mempertahankan

bentuk yang diinginkan" (Fatkhi, 2016). Secara garis besar plastik dapat dikategorikan

menjadi 2 tipe, yaitu thermoplastic dan thermosetting. Termoplastik adalah polimer yang bisa

mencair dan melunak. Sedangkan termoset adalah polimer yang tidak mencair atau meleleh

jika dipanaskan.

2.4. Aplikasi Robot dalam Sistem Otomasi Industri

2.4.1. Kondisi Area Pemanfaatan Robot

Pada sub bab ini akan dibahas bagaimana robot diaplikasikan pada industri. Pertama

hal yang harus diperhatikan adalah kondisi industri sehingga diperlukan robot, yaitu :

1. Kondisi yang berbahaya

2. Pekerjaan yang berulang dan membosankan

3. Bagian yang sulit dibawa

4. Operasi dengan banyak shift

2.4.2. Bidang Kerja Pemanfaatan Robot

Adapun aplikasi robot pada dunia industri meliputi :

1. Material transfer

a. Pick, Cut Runner & Pack

b. Palleting

c. Depalletizing

d. LineTracking

2. Machine loading

a. Die Casting

b. Injection (plastic) molding

c. Transfer (plastic) molding

d. Hot forging

e. Up setting or upset forging

f. Stamping press operation

g. Machining operation

3. Welding

a. Spot welding

b. Arc welding

4. Spray coating

5. Processing operations

a. Finishing

b. Bubut

6. Assembly

7. Inspection

2.4.3. Pengatur Gerak Pada Robot Adapun jenis-jenis pengatur gerakan pada robot industri diantaranya :

1. Limit Sequence Robot

Ciri – ciri :

a. Paling sederhana

b. Paling murah

c. Umumnya menggunakan driver pneumatic

d. Operasinya pick, cut runner & pack

2. Point to Point

Ciri - ciri :

a. Lebih canggih dari limit sequence robot

b. Menyimpan titik-titik dari langkah robot

c. Menggunakan driver hydraulic

d. Motor elektronik

3. Countouring

Ciri – ciri :

a. Peningkatan Point to Point

b. Speed & Countour

c. Menggunakan driver hydraulic

4. Line Tracker

Ciri – ciri :

a. Untuk benda bergerak

b. Sensor dan program

c. Menggunakan driver hydraulic

5. Intelligent Robot

Ciri – ciri :

a. Dapat bereaksi dengan lingkungan

b. Dapat mengambil keputusan

c. Advance I/O

d. Advance censor

2.4.4. Sensor Pada Robot

Menurut jenis dan fungsinya, sensor pada robot dibedakan menjadi beberapa tipe

sensor, yaitu :

1. Kontak Sensor

Dapat digunakan untuk mendeteksi kontak atau gaya. Ada dua jenis kontak sensor,

yaitu : touch sensor dan stress / force sensor.

2. Proximity Sensor

Proximity sensor digunakan jika jarak antara obyek dan sensor dekat. Misalnya untuk

mengetahui jarak dari objek.

3. Optical Sensor

Optical sensor dibuat untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu barang.

4. Vision Sensor

Vision sensor digunakan untuk mendefinisikan benda, alignment, dan inspection.

5. Voice Sensor

Voice sensor digunakan untuk mengenali jenis benda dan melakukan perintah lewat

suara.

Dan masih banyak jenis-jenis sensor lainnya. Biasanya sensor digunakan untuk

pengukuran kondisi fisik, seperti suhu, tekanan, aliran listrik dan lain-lain.

2.4.5. Bagian-Bagian Pada Kontrol Robot

Kontrol pada robot dapat dikelompokan menjadi level rendah, menengah, dan tinggi.

Secara detil adalah sebagai berikut :

1. Low Technology Controllers

Low technology controllers mungkin dapat diprogram secara praktis atau tidak praktis.

Tidak ada internal memory.

2. Medium Technology Controllers

Mempunyai dua sampai empat sumbu bergerak dan memiliki mikroprosesor serta

memori terbatas. Tetapi I/O-nya terbatas, delay setiap gerakan serta dapat diprogram

jika kerja telah lengkap.

3. High Technology Controllers

Memiliki memori yang besar serta punya mikroprosesor dan co-mikroprosesor.

Bermacam-macam I/O, re-program dalam waktu singkat. Mempunyai sampai dengan

9 axis. Dalam kontrolernya ada 5 bagian penting, yaitu power supply, interface, axis

drive board, option boards dan microprocessor.

2.5.6. Jenis Robot dari Segi Fungsional

Secara fungsional, robot dapat diklasifikasikan pada dua dimensi dasar :

1. Servo (Play Back)

Ciri – ciri :

a. Mampu berhenti pada beberapa titik sepanjang jalur gerakan

b. Pemrograman intensif

c. Ketelitian Tinggi

2. Nonservo

Ciri – ciri :

a. Gerakan sudah ditentukan sesuai mekanisnya

b. Tanpa pemrograman

c. Kemampuan pengulangan tinggi

Adapun jenis robot yang digunakan di PT. Injeksi Indonesia yaitu robot Yushin yang

bekerja untuk material transfer (pick & place), dengan pengatur gerak limit sequence, dan

sensor yang dipakai yaitu proximity sensor. Dilihat dari sumbu kerja yang dimiliki (3 sumbu),

maka robot ini termasuk ke dalam robot pengontrol teknologi medium (Medium Technology

Controllers). Dilihat dari segi fungsional, robot ini berdimensi dasar servo (Play Back).

Gambar 2.3 Robot Yushin pada Mesin Injeksi PT. Injeksi Indonesia

(Tipe: ATC 150)

2.5. Alat Bantu Jig & Fixture

Semakin kompleks pembuatan suatu benda kerja, semakin rumit perkakas yang

digunakan. Untuk mempermudah perencanaan maka diadakan pengelompokkan alat.

Diantaranya yaitu alat utama dan alat bantu.

Alat utama ialah alat yang berfungsi merubah sifat-sifat geometris dari benda kerja.

Sedangkan alat bantu berfungsi untuk menolong atau membantu alat utama tanpa merubah

geometris benda kerja secara langsung. Alat bantu ini disebut Jig atau Fixture. Jig dan fixture

merupakan alat penahan dalam pembuatan part yang presisi secara berulang. Dibawah ini

merupakan definisi dari Jig dan Fixture menurut 2 orang ahli.

1. Menurut Suwarso Kaderi Wiryono

Jig ialah "alat pemegang benda kerja yang tidak terikat secara tetap pada mesin

tempat alat tersebut dipakai". (S.K.Wiryono, 2012) Sedangkan fixture "adalah

alat pemegang benda kerja yang secara tetap terikat pada mesin dimana alat itu

berada".(S.K.Wiryono, 2012)

2. Menurut Edward G. Hoffman

"Jig is a special device that holds, supports, or is placed on part to be

machined". (E.G. Hoffman, 2004) Atau bisa diartikan bahwa Jig adalah sebuah

alat khusus yang digunakan untuk menahan, mendukung, atau ditempatkan

pada part yang akan dilakukan proses permesinan. sedangkan arti fixture ialah

"fixture is a production tool that locates, holds, and support the work securely

so the required machining operation can be performed". (E.G. Hoffman, 2004)

Artinya bahwa Fixture merupakan alat produksi yang bekerja untuk

menempatkan, menahan, dan mendukung pekerjaan dengan aman sehingga

operasi permesinan yang diinginkan bisa diproses.

Dari uraian diatas, bisa disimpulkan bahwa Jig merupakan alat bantu permesinan yang

berfungsi menempatkan, menahan, dan mendukung benda kerja dan tidak terikat pada mesin.

Sedangkan fixture merupakan alat bantu permesinan yang berfungsi menempatkan, menahan,

dan mendukung benda kerja dan terikat secara tetap pada mesin.

2.6. Value Engineering (VE)

2.6.1. Definisi VE

Terdapat beberapa definisi yang diutarakan para ahli tentang value engineering. Dalam

thesis ini, penulis akan menyajikan definisi VE dari 3 ahlinya:

1. VE menurut Dell 'Isolla

"Value Engineering is a methodology that is known and accepted in the industrial

sector. It is an organized process with an impressive history of improving value and quality”.

(Dell'Isola, 1997) atau bisa diartikan bahwa VE adalah sebuah metode yang diakui di bidang

industri, dimana metode ini merupakan proses terorganisir melalui catatan pengembangan

nilai dan kualitas.

Adapun value itu sendiri didefinisikan sebagai ”The most cost-effective way to reliably

accomplish function that will meet the user's needs, desires, and expectations".(Dell'Isola,

1997) Yang artinya bahwa value atau nilai adalah jalan yang paling efektif dari segi biaya

untuk mencapai fungsi yang diharapkan.

2. VE menurut Richard Park

"Value Analysis/Value Engineering is a complete system designed to clearly define

objectives and develop means to achieve them". (Park, 1999) atau bisa dikatakan bahwa VE

adalah sistem yang lengkap dirancang untuk mendefinisikan tujuan-tujuan secara jelas

dengan mengembangkan kekayaan untuk mencapainya.

3. VE menurut Del L. Younker

"Value Engineering (VE) is an organized effort directed at analyzing the function of

goods and services for the purposes of achieving basic function at the lowest overall cost,

consisten with achieving essential characteristic".(Younker atau VE adalah usaha

terorganisir yang diarahkan untuk menganalisis fungsi barang dan pelayanan dengan tujuan

mencapai fungsi dasar, biaya keseluruhan yang rendah, dan karakter inti secara konsisten.

Dari definisi-definisi diatas, bisa disimpulkan bahwa value engineering merupakan

metode perancangan atau pengembangan suatu produk atau objek berdasarkan analisis fungsi

yang diharapkan dengan biaya keseluruhan yang paling efektif.

2.6.2. Sejarah VE

Value Engineering merupakan istilah umum dari value management (manajemen

nilai). Istilah ini dibuat oleh asosiasi VE amerika yang disingkat SAVE (Society of American

Value Engineers), sekarang menjadi SAVEI (SAVE International). Value management

pertama kali dimulai oleh Lawrence D. Miles ketika ia melakukan praktek metodologi di GE

(General Electric). Miles terpaksa mencari cara untuk membuat produk-produk GE dengan

bahan baku yang minim. Pada saat itu bahan baku yang ada banyak dipakai untuk perang

dunia II. Biro Perkapalan Amerika USBS (United State Burea of Ships) kemudian

memutuskan untuk memanfaatkan analisis nilai yang dilakukan Miles. Namun satu-satunya

cara menambah pekerja dalam Pengembangan Nilai yaitu dengan memanggil mereka

Engineer, bukan Analist seperti apa yang disarankan Miles. Karena hal tersebut, keterampilan

ini disebut dengan nama Value Engineering.

Berdasarkan referensi mantan kepala Value World Jack V. Michaels, Ph.D., CVS,

dibawah ini merupakan sejarah VE dari masa ke masa :

Perang Dunia II: Pemanfaatan VM di GE untuk melengkapi kekurangan

material utama dalam pembuatan produk untuk mencapai fungsi dengan biaya

yang dikurangi.

Tahun 1947: Lawrence D. Miles, Staff Engineer, ditempatkan dalam divisi

Purchasing untuk mempelajari sebuah konsep baru dalam bidang properti

dimana ia sukses mengembangkan paket teknik baru yang dinamakan VA

(Value Analysis), untuk mengurangi biaya secara efisien.

Tahun 1952: Seminar workshop VA pertama kali dilakukan.

Tahun 1954: Biro Perkapalan Angkatan Laut US memanfaatkan VA untuk

menghindari biaya selama perancangan, dengan memberi nama baru yang

disebut Value Engineering. Merupakan organisasi pemerintahan pertama yang

menggunakan teknik baru ini.

Tahun 1956: Watervliet Arsenal, dibawah veteran Kesatuan Angkatan Darat

Lokal U.S memprakarsai program VE. Hasilnya terbukti menguntungkan dan

dalam kurun waktu setahun, program tersebut menyebar dengan cepat.

Tahun 1958: Lawrence D. Miles diberi penghargaan oleh Angkatan Laut US

dengan penghormatan tertinggi warga sipil, yaitu Penghargaan Pelayanan

Publik atas bantuannya dalam VE terhadap Biro Perkapalan.

Tahun 1959: SAVE (Society of American Value Engineers) didirikan di

Washington, D.C untuk menggabungkan para praktisi dan mempromosikan

perkembangan profesi tersebut.

Tahun 1960-an: Charles Bytheway, mengembangkan sebuah alat untuk analisis

VE yang dinamakan Diagram FAST (Function Analysis System Technique).

Dimana dengan alat ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan

menunjukkan fungsi yang harus difokuskan oleh tim. Diagram ini sangat

berfungsi untuk membangun kerja tim dan memusyawarahkan area potensi

masalah untuk pengembangan.

Tahun 1965: Seorang delegasi Jepang mengunjungi SAVE untuk meminta

bantuan dalam masalah-masalahnya, merupakan tanda awal dimulainya

program VE di Jepang.

Tahun 1970: GSA (General Services Administration) memulai VE dalam

pembuatan bangunan.

Tahun 1971: Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan Amerika

mengadopsi pemanfaatan VE dalam projek konstruksi bangunan.

Tahun 1973: SAVE mendirikan program sertifikasi bagi para spesialis VE.

Setahun kemudian sertifikasi ini menjadi persyaratan bagi para spesialis VE di

GSA.

Tahun 1975: Departemen Transportasi Amerika, FHWA (Federal HighWay

Administration) melakukan kontrak dengan perusahaan swasta untuk

melakukan program training "Value Engineering for HighWay" dalam skala

nasional.

Tahun 1980: Miles di anugerahi penghargaan presidential oleh asosiasi VE di

Jepang.

Tahun 1985: L.D. Miles, Bapak dari VE meninggal dunia pada tanggal 1

Agustus.

Tahun 1987: Gubernur Minesota mendeklarasikan pekan VE pada 23 Mei.

Tahun selanjutnya disusul pendeklarasian Gubernur Indiana.

Sekarang: SAVEI bekerja dengan seluruh agensi nasional dan internasional

untuk melanjutkan pemahaman, pengetahuan, pelatihan, dan fasilitas teknik

Pengembangan Nilai diseluruh dunia.

2.6.3. Perbandingan VE dengan Manajemen Sistem Lain

Layaknya pemanfaatan alat-alat pada setiap pekerjaan bagi Mekanik, dalam

Manajemen Sistem juga terdapat beberapa sistem yang berbeda-beda. Setiap sistem

mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri yang membuatnya lebih baik dalam beberapa fase

siklus pengembangan. Contohnya MBO (Management By Objectives) yang bisa

diaplikasikan dalam hampir keseluruhan siklus pengembangan. Namun, sistem ini

memerlukan definisi tujuan yang spesifik pada fase-fase awalnya. Pendefinisian ini terlalu

menghabiskan waktu sehingga menjadi salah satu alasan sistem tersebut jarang digunakan.

Contoh sistem lain yaitu ZBB (Zero-Based Budget) yang juga merupakan sistem yang

ditinggalkan karena tingkat kompleksitas dan durasi waktunya. Bagaimanapun, beberapa

perusahaan mendapati sistem ini sangat bermanfaat dalam program pengembangan yang

lebih kecil. Sebagai tambahan, sistem ini memiliki aspek-aspek yang tidak ternilai dalam

metode target biaya.

Beberapa metode sistem lain seperti K-T (Kepner-Trego) terlihat baik dalam

pemecahan masalah seperti metode Taguchi yang sering digunakan dalam pengembangan

kualitas dan simplikasi produk manufaktur.

Tabel 2.1. Matrix ToolBox Sistem Manajemen dan Taraf Aplikasinya.

Skala: 5.Baik Sekali 4.Baik 3.Kurang 2.Sangat Kurang 1.(Kosong) Tidak ada

(Sumber : Richard Park, 1999)

2.6.4. Analisis Fungsi pada VE

Analisis Fungsi (Function Analysis) adalah pembelajaran tentang daya guna

perancangan. ”. (Dell'Isola, 1997) Analisis ini merupakan satu dari beberapa hal yang

membedakan VE dengan Sistem Manajemen lainnya.

Analisis Fungsi terdiri dari Definisi Fungsi, Evaluasi Fungsi, dan Pencarian Alternatif.

Ketiga item ini yang membentuk inti dasar dari Value Engineering.

Gambar 2.4 Langkah-langkah Analisis Fungsi

(Sumber: D. McGeourge, 1997)

2.6.4.1. Definisi Fungsi dan Diagram FAST (Function Analysis System

Technique)

Fungsi terdiri dari kata kerja dan kata benda. (McGeourge, 1997) Pada umumnya,

fungsi dari suatu benda/objek/produk tidak bisa ditentukan tanpa penggunaan kata kerja dan

kata benda.

Dalam upaya membuat metodologi yang mudah dalam pendefinisian fungsi, maka

dilakukan pembagian jenis fungsi:

Fungsi Dasar (Basic Function)

Fungsi dasar bisa didefinisikan sebagai ”That which is essential to the

performance of a user function".(Dell'Isola, 1997) Yang bisa diartikan sebagai

fungsi yang mendasari dayaguna yang menjadi tujuan pemakai.

Penentuan Fungsi Dasar ini dilakukan dengan membuat pertanyaan "Bisakah

fungsi tersebut dieliminasi tanpa mempengaruhi pencapaian tujuan pemakai?"

Fungsi Sekunder (Secondary Function)

Fungsi Sekunder bisa diartikan sebagai fungsi yang tidak mendasari daya guna

yang menjadi tujuan pemakai.

Diagram FAST bisa didefinisikan sebagai "Diagram for taking project functions and

arranging them in logical order".(Dell'Isola, 1997)* sebuah teknik diagram yang berfungsi

mendefinisikan fungsi projek melalui urutan logika. Diagram ini mempunyai kelebihan

seperti dibawah:

Mengembangkan pemahaman yang menyeluruh tentang proyek.

Menyelesaikan tantangan fungsi dengan mencari konsep rancangan yang akan

diusulkan.

Mengidentifikasi fungsi dasar dari proyek, proses, dan produk

Mendefinisikan, menyederhanakan, dan mengklarifikasi masalah.

Terdapat 3 pertanyaan kunci yang digunakan dalam diagram FAST:

1. Bagaimana cara anda mencapai fungsi ini?

2. Kenapa anda menggunakan fungsi ini?

3. Ketika anda menjalankan fungsi ini, apa fungsi lain yang harus dilakukan?

Dibawah ini adalah contoh diagram FAST produk Jebakan Tikus:

Gambar 2.5 Diagram FAST (Function Analysis System Technique)

2.6.4.2. Evaluasi Fungsi Dengan Lowest Cost to Achieve Function (Biaya

Terendah untuk mencapai Fungsi)

Setelah penjabaran fungsi dari keseluruhan proyek, maka dilakukan evaluasi fungsi

dari segi biaya. Dengan tabel Lowest Cost to Achieve Function, didapat biaya minimum dari

komponen-komponen penyusun fungsi tujuan proyek.

Tabel 2.2. Tabel Lowest Cost to Achieve Function

(Sumber : D. McGeorge, 1997)

2.6.4.3. Pencarian Alternatif Melalui Brain Storming

Setelah fungsi dievaluasi, alternatif pilihan bisa dicari untuk mendapatkan

kemungkinan biaya yang lebih rendah tanpa mengurangi fungsi. Adapun metode yang biasa

digunakan yaitu brain storming. Sebagai teknik manajemen yang umum, alat ini sering

digunakan dalam VE khususnya dalam pelahiran ide alternatif.

Brain storming ialah sebuah pendekatan yang sangat bermanfaat dan mudah dilakukan.

Pendekatan ini meliputi pendefinisian tujuan, lalu meminta masukan potensial mengenai

metode lain dalam pencapaian tujuan tersebut. Tugas disini ialah merancang sebuah produk

baru atau merancang ulang produk yang ada untuk mengurangi biaya.

Adapun Aturan-aturan dari brain storming menurut (M S Dobson dan D S Dobson,

2012) dalam bukunya yang berjudul ”Project Risk and Cost Analysis" yaitu:

Definisikan masalah

Pilih partisipan

Set aturan dasar

Definisikan pertanyaan atau tujuan pada Brainstorming

Focus pada jumlah, bukan pada kualitas ide

Jangan ada kritik

Seperti disebutkan diatas, bahwa langkah awal dalam melakukan brain storming yaitu

mendefinisikan masalah. Untuk pendefinisian masalah dalam menentukan ide alternatif

perancangan, perlu dibuat kategori peringkat biaya. Kategori ini dibuat dalam bentuk pareto

biaya dari perancangan yang ada. Hal ini berfungsi untuk lebih memfokuskan ide perbaikan

selama brain storming sehingga efek dari ide alternatif dalam hal biaya akan lebih signifikan.

Tabel 2.3. Pareto Biaya

(Sumber : Joseph Berk, 2010)

2.6.5. VEJP (Value Engineering Job Plan)

Value engineering mengikuti suatu metodologi berupa langkah yang tersusun secara

sistematis yang dikenal dengan rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job plan).

Terdapat berbagai macam versi dari rencana kerja VE ini. Adapun yang akan diulas disini

yaitu rencana kerja VE menurut (McGeorg, 1997) adapun VEJP tersebut terdiri dari fase-fase

:

Fase Informasi

Pada fase ini, seluruh informasi yang berhubungan dengan cakupan proyek VE

dikumpulkan.

Fase Analisis

Fase ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: Definisi Fungsi, dan Evaluasi Fungsi.

Fase Kreatif

Pada fase ini, hasil analisis fungsi dijadikan acuan BrainStorming untuk

melahirkan ide alternatif lain dengan tetap memenuhi fungsi yang didefinisikan

dalam fase Analisis.

Fase Penentuan

Pada fase ini dilakukan evaluasi pada seluruh alternatif yang didapat.

Fase Pengembangan

Dilakukan aksi pengembangan/perbaikan berdasarkan ide alternatif yang

dipilih.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan kerangka kerja atau kerangka berpikir secara

sistematis yang akan dilakukan untuk mengidentifikasi, merumuskan, menganalisa,

memecahkan, dan menyimpulkan suatu masalah pada pembahasan yang diangkat

sebagai suatu penelitian sehingga peneliti lebih fokus dan beraturan dengan tertuju

hanya pada penyelesaian masalah yang telah tentukan.

3.1. Kerangka Penelitian Dalam hal ini penulis mencoba berpikir secara sistematis dengan membuat

kerangka kerja penelitian. Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Penelitian

3.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Tahap pertama, Identifikasi rumusan masalah merupakan analisa terhadap

masalah yang terjadi dari hasil observasi awal. Dari hasil analisa ini maka akan

ditetapkan tujuan penelitian dan ditetapkan batasan agar penelitian tidak keluar dari

pembahasan. Kemudian Dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak produksi,

diketahui bahwa terdapat proses injeksi produk torsion bar yang belum maksimal

dalam pengeluaran output, dari segi waktu siklus pun proses produksi torsion bar ini

belum mencapai target karena kompleksitas bentuk dan dimensinya. Sehingga

diharapkan dengan menggunakan system otomasi penuh dengan menggunakan robot

dan jig dapat meningkatkan jumlah output serta efisiensi pada perusahaan. Lalu

dilanjutkan dengan penentuan studi literatur untuk dasar teori yang akan digunakan

dalam penelitian dan pengolahan data. Data yang digukankan untuk identifikasi dan

perumusan masalah adalah dengan observasi awal selain itu dilakukan juga dengan

studi literatur yang bermanfaat untuk memperkuat langkah pengerjaan penelitian

yang dilakukan.

3.2.1. Observasi

Observasi adalah tahap awal dalam melakukan penelitian untuk mencari data

responden. Metode yang digunakan adalah melalui interview dan meeting terhadap

permasalahan yang dialami responden dalam produksi torsion bar. Selain itu juga

dilakukan pengamatan secara langsung bagaimana proses injeksi dan pengambilan

produk saat ini. Langkah selanjutnya dilakukan pengambilan data kuantitatif terhadap

pendapat beberapa responden melalui hasil form meeting untuk mendapatkan yang

dibutuhkan.

3.2.2. Tinjauan Pustaka

Studi literatur adalah proses mempelajari aktivitas dan konsep dalam

melakukan penelitian. Studi literatur ini digunakan dengan maksud dan tujuan untuk

melengkapi teori yang dipakai dan berperan pada pengumpulan informasi secara

tuntas untuk menyelesaikan suatu masalah. Dikutip dari buku atau referensi yang

berhubungan dengan penelitian untuk dijadikan landasan teori. Dalam proses

perancangan ini literatur yang akan digunakan adalah Value Engineering.

3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari perusahaan dilakukan guna mencari informasi sebagai

acuan untuk merancang alat bantu Jig yang sesuai dengan fungsi yang ditargetkan.

Adapun pengumpulan data ini dilakukan dengan cara observasi langsung, atau

mengkopi data yang sudah tersedia seperti gambar ukuran detil layout mold.

Data-data tersebut antara lain, yaitu:

a. Data Output Produk, yakni data mengenai output produksi untuk produk torsion

bar.

b. Data Produk, yakni data detil mengenai bentuk dan dimensi produk yang

menjadi objek penelitian.

c. Data Mold, yaitu data layout dan dimensi mold yang menjadi alat cetak produk

pada mesin injeksi di area produksi.

d. Data Material, yakni pendataan data-data part Jig yang umum digunakan

beserta dimensinya sebagai acuan perancangan.

e. Data upah karyawan, yakni pendataan upah serta tunjangan yang harus

dibayarkan oleh perusahaan setiap tahunnya.

f. Data biaya robot, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pengunaan robot, mulai

dari harga robot, biaya listrik, dan depresiasi harga robot.

3.4. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, tahapan berikutnya adalah

mengidentifikasi alat bantu yang akan dibuat dengan mengetahui apa target utama

yang akan diperoleh pada alat bantu tersebut. Untuk mengetahuinya digunakanlah

diagram FAST agar membantu untuk menentukan fungsi – fungsi terkait yang

nantinya akan dijadikan suatu konsep rancangan.

3.4.1. FAST (Function Analysis System Technique) Diagram

Diagram ini dibuat oleh Departemen Automoation Development dengan skill

dan pengalaman dalam bidang jig yang menjadi dasar dalam analisis fungsi secara

efektif. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menentukan fungsi akhir jig

2. Menentukan alat-alat utama yang digunakan untuk mencapai fungsi akhir

secara efektif melalui urutan pertanyaan logika (how, why, when) tentang fungsi

masing-masing alat tersebut.

3. Batasi area yang termasuk kedalam projek perancangan.

4. Kumpulkan data alat-alat utama dengan fungsi dasarnya (fungsi sekunder bila

ada).

Data yang dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk dasar perancangan alat

bantu. Secara teknis, dilakukan dengan menggunakan software 3D desain.

Tahapan berikutnya yaitu perancangan konsep, setelah mendapatkan fungsi

yang diinginkan dengan diagram FAST, munculah gagasan atau ide terhadap suatu

alat bantu yang memungkinkan untuk mencapai fungsi – fungsi yang akan dicapai.

Gagasan tersebut kemudian diimplementasikan dalam bentuk desain. Desain tersebut

nantinya akan digunakan untuk membuat protoype untuk mengetahui pencapaian

fungsi – fungsi yang didapat dengan harga yang terjangkau. Kemudian dalam

menentukan biaya – biaya yang terkait pada alat bantu jig atau EOAT dapat dilihat

menggunakan tabel.

3.4.2. Tabel Lowest Cost to Achieve Function

Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Menentukan spesifikasi part jig yang tepat untuk membuat alat-alat utama

2. Mendata biaya-biaya dari hasil spesifikasi yang ditentukan termasuk jumlah

biayanya

Dengan adanya tabel biaya – biaya yang sudah dibuat sedemikian rupa,

kemudian dapat dilakukan pencarian ide atau gagasan alternative untuk mencapai

fungsi –fungsi yang sudah di tentukan pada identifikasi fungsi dengan harapan akan

mendapatkan alternatif jig dan EOAT yang lebih efisien dalam segi fungsi dan juga

biaya yang dikeluarkan. Pencarian gagasan alternatif tersebut dapat dituangkan

dengan metoda brainstorming.

3.4.3. Brain storming/Ide Alternatif

Ide Brain storming ini didapat dari orang-orang seksi terkait, yakni seksi

automation development, production development, production (operator), dan

general affair (GA). Dilakukan dengan langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Sorting data alat-alat jig berdasarkan jumlah biayanya dari urutan termahal

hingga termurah

2. Buat pareto biaya untuk melihat alat-alat dengan item biaya tertinggi

3. lakukan pengumpulan ide brain storming untuk mencari alternatif material

yang lebih murah untuk meningkatkan efisiensi biaya, khususnya untuk item

biaya tertinggi

4. Lakukan penyaringan ide yang mungkin untuk diaplikasikan

5. Data ulang biaya yang dihasilkan dan bandingkan biaya totalnya untuk melihat

efisiensi biaya pada perancangan awal (Alternatif 1) dan akhir (alternatif 2)

3.5. Analisa hasil dan Pembahasan

Tahap Keempat, pada tahap ini penulis menganalisa rancangan alternatif

mana yang terbaik dalam segi efisiensi fungsi. Serta menghitung biaya penghematan

karena adanya pengurangan produk cacat dengan alat yang baru dan juga output

produk Torsion Bar di produksi.

3.6. Kerangka Pemecahan Masalah

1

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

1.1. Pengumpulan Data

Sebagai awal dari fase informasi dalam value engineering job plan,

dilakukan pengumpulan data untuk landasan dan perancangan alat bantu jig.

Adapun informasi yang akan digali yakni mengenai torsion bar sebagai objek

dalam proyek, mold layout sebagai acuan bentuk serta dimensi alat bantu jig, dan

daftar harga part-part yang umum digunakan dalam pembuatan jig.

1.1.1. Data Output Produksi.

Data output dari produksi pada bulan februari 2018 untuk produk

torsion bar adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1. Data output produksi dalam 1 hari pada bulan Februari 2018

Dari tabel diatas dapat dilihat data output produksi torsion bar dalam

1 hari dengan waktu kerja 8 jam dalam 3 shift pada tanggal 1 februari 2018.

Lalu dengan total hasil output selama 1 bulan pada bulan februari dapat

dilihat pada tabel 4.2. dibawah.

Tabel 4.2. Data output produksi bulan Februari 2018

Date ShiftShift

NameMode Machine Item Size Output

01-Feb Shift 3 A 3 Shift 205-1101070 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 136

01-Feb Shift 3 A 3 Shift 205-1101070 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 139

01-Feb Shift 2 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 + 11-12 148

01-Feb Shift 2 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 6½-7½ + 8-9 152

01-Feb Shift 2 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 155

01-Feb Shift 2 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 + 9½-10½ 128

01-Feb Shift 3 A 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 144

01-Feb Shift 3 A 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 145

01-Feb Shift 1 B 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 11-12 120

01-Feb Shift 1 B 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ + 11-12 136

01-Feb Shift 1 B 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 11-12 139

85.387

3.558

148

48,57

TOTAL :

Output per Hari (pairs)

Output per Jam (pairs)

Rata - rata Cycle Time per Produk (detik)

2

Dari tabel 4.2 total output produksi selama 1 bulan pada bulan februari

2018 yaitu 85.387 pairs sehingga didapati cycle time produk per shoot

injeksi yaitu 48.57 detik. Untuk uraian kebutuhan cycle time per 1 shoot

produk dapat dilihat pada tabel 4.3. dibawah ini.

Tabel 4.3. Total cycle time produk torsion bar pada februari 2018

4.1.2. Data Torsion Bar

Bentuk dan dimensi produk yang tipis dengan berat produk 38 gram dan

berat runner 9 gram juga memiliki 4 ingate yang harus dipotong secara bersamaan

dan merupakan tantangan yang dihadapi dalam perancangan alat bantu jig agar

mendapatkan fungsi dan cycle time yang lebih cepat dan tepat. Secara visual

dapat kita lihat pada gambar 4.1. dibawah ini :

Gambar 4.1. Bentuk dan Dimensi Torsion Bar

(Sumber: CAD Dept. PT. Injeksi Indonesia)

Dari gambar diatas telah diketahui dimensi produk yang sudah

ditentukan. Dimensi produk ini akan

3

berpengaruh terhadap pembuatan alat bantu yang nantinya akan digunakan

pada produk tersebut. Dilihat dari gambar 4.2. dimana produk telah menjadi

produk jadi akhir, sedangkan gambar 4.3. adalah gambar runner dan ingate

produk.

4.1.2. Data Layout Mold

Selanjutnya dicari data layout mold untuk melihat posisi produk pada

cetakannya. Tidak kalah penting juga, area buka mold sebagai batasan dimensi

alat bantu jig sekaligus ruang geraknya dapat dilihat pada gambar 4.4 untuk detail

nya :

Gambar 4.4. Bentuk dan Dimensi Torsion Bar

(Sumber: CAD Dept. PT. Injeksi Indonesia)

Gambar 4.2. Bentuk produk

torsion bar

Gambar 4.3. Bentuk runner

torsion bar

4

Sama halnya dengan produk yang memiliki 2 sisi luar dan dalam mold pun

memiliki 2 sisi yaitu core dan cavity, pada mold core adalah bagian yang yang

menjadi sisi dalam dari produk sedangkan cavity adalah bagian yang menjadi sisi

terluar dari produk, untuk jelas nya mengenai bagian mold cavity dan core dapat

dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6.

Gambar 4.5. Mold Cavity Gambar 4.6. Mold Core

Dari gambar di atas dapat dilihat antara mold cavity dan core pada produk

torsion bar, setelah proses injeksi mold akan terbuka dan memiliki area buka

antara mold cavity dan core sedangkan produk akan menempel bagian cavity

mold sehingga EOAT yang dibuat dan dirancang untuk mengambil produk pada

bagian ini. Untuk jelas nya dapat dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Area Buka Mold (Ruang Gerak Jig)

Area buka Mold Torsion Bar = 300mm

Mold Core Mold Cavity

5

4.1.3. Daftar Harga Part-Part Umum pada Jig

Sebagai bahan pertimbangan dalam perihal biaya, maka perlu disusun tabel

daftar harga material yang biasa digunakan dalam pembuatan jig. Adapun

material lain yang dibutuhkan kemudian setelah perancangan belum bisa didapat.

Hal ini sering terjadi karena tingkat keunikan kasus, dimana alat bantu jig

menggunakan part yang unik sebagai upaya untuk mengatasi tingkat kompleksitas

produk.

Tabel 4. 4. Daftar Harga Material Part Umum Jig

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

4.1.4. Rate upah operator

Rate upah operator digunakan sebagai salah satu faktor utama

pertimbangan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membiayai operator

agar mengetahui kemungkinan value engineering. Rincian biayan tersebut dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Rate Upah Operator Tahun Pertama

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

Pembayaran Upah / Bulan Jumlah

Gaji Pokok 4.065.000Rp

Tunjangan Jabatan 50.000Rp

Uang Makan 352.000Rp

Transportasi 330.000Rp

BPJS Kesehatan 32.000Rp

Tunjangan PPh21 98.000Rp

Total upah harus dibayar perusahaan 4.927.000Rp

Total Upah / Tahun (x12) 59.124.000Rp

Tunjangan kerja dalam 1 tahun

THR 4.065.000Rp

Bonus masa kerja 10%/Tahun

Asumsi karyawan yang baru bekerja

tahun pertama

Total bonus harus dibayar

perusahaan4.471.500Rp

TOTAL : 63.595.500Rp

406.500Rp

6

Dari tabel diatas akan dibuatkan perhitungan total upah untuk operator

yang digunakan untuk proses produksi torsion bar tersebut. Dengan asumsi rata –

rata kenaikan upah per tahun adalah 11,9% (dihitung dari kenaikan upah selama 5

tahun terakhir lalu dibagi 5). Dapat dilihat pada tabel 4.6. sebagai berikut:

Tabel 4.6. Rate Upah Operator selama 5 tahun

Dilihat dari tabel tersebut bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membiayai 2

operator untuk kebutuhan produksi torsion bar adalah Rp 784.111.242,-

4.1.4. Rate Robot

Sebagai salah satu faktor utama pertimbangan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk membiayai pengoperasian robot agar mendapatkan

kemungkinan value engineering ini dapat tercapai dengan menggunakan jig dan

EOAT. Rincian biaya tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Rate biaya robot selama 5 tahun

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

Dari tabel diatas didapat biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk

membiayai pengoperasian robot selama 5 tahun, biaya yang dikeluarkan sudah

termasuk biaya unit robot, biaya kelistrikan, biaya depresiasi barang selama 5

tahun, untuk biaya perawatan sudah termasuk dalam garansi pembelian selama 5

Tahun Total Upah Operator

setiap tahunJumlah Operator / Mesin

Total Biaya Tahunan

Operator / Mesin

Ke - 1 63.595.500Rp 2 127.191.000Rp

Ke - 2 70.387.302Rp 2 140.774.604Rp

Ke - 3 77.611.915Rp 2 155.223.830Rp

Ke - 4 85.701.553Rp 2 171.403.106Rp

Ke - 5 94.759.351Rp 2 189.518.702Rp

TOTAL: 784.111.242Rp

Merek

Yushin Robot

Tegangan ArusKonsumsi daya

maksimum

Biaya Listrik

/kWh

Estimasi Waktu

Robot digunakan

Total biaya listrik

/ hari

AC 200 V - 7.5 A 1,5 kWh $0,12 24 jam 4,32$

Harga Perolehan Aset Asumsi Nilai SisaUmur Ekonomis

(tahun)Depresiasi / tahun

Depresiasi /

Bulan

26.742$ 15.000$ 5 $2.348,40 195,70$

Jenis Biaya yang

dikeluarkan PerusahaanRincian Jumlah Biaya Total Biaya

Biaya Robot YUSHIN SC 150 / 250 1 26.742,00$ 26.742,00$

Biaya kelistrikan robot kWh ~ 5 tahun 5 1.347,84$ 6.739,20$

Biaya Depresiasi Asumsi Nilai Sisa 5 2.348,40$ 11.742,00$

TOTAL: 45.223,20$

Biaya Robot

Biaya Kelistrikan

YUSHIN Linear Robot SC-150

Tipe

SC 150 / 250

Harga Robot (pcs)

$ 26.742

7

tahun. Sehingga didapatkan total biaya yaitu $ 45.223,20 atau Rp 610.513.200,-

(Dengan asumsi nilai tukar dollar terhadap rupiah di angka Rp 13.500,-)

4.2. Pengolahan Data Dari hasil pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data

dalam upaya perancangan alat bantu jig. Dalam value engineering job plan,

langkah ini termasuk dalam fase analisis. Adapun dalam fase ini, dilakukan

identifikasi fungsi antara primer dan sekunder yang dibutuhkan oleh pemakai lalu

analisa definisi fungsi dengan diagram FAST dan evaluasi fungsi dengan tabel

lowest cost to achieve function. Sebelum dilakukan pengolahan data harus

ditentukan terlebih dahulu bahwa adanya keterkaitan antara Cost dengan

permormance dalam jig dan EOAT yang akan dibuat, sesuai dengan tabel 4.8.

dibawah ini.

Tabel 4.8. Prinsip dasar Value Engineering

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

4.2.1. Identifikasi Fungsi

Sebagai langkah awal dalam fase analisis dilakukan identifikasi fungsi-

fungsi yang diperlukan dari suatu produk untuk memenuhi keinginan pemakai

agar mempermudah proses produksi. Fungsi tersebut di bagi menjadi 2 kategori,

yaitu :

Proses pengambilan Torsion

Bar dari mesin injeksi

menggunakan Jig dan EOAT

C

O

S

T

T

E

T

A

P

T

U

R

U

N

PERFORMANCE

TETAP NAIK

Proses pengoperasian mesin

injeksi Torsion Bar oleh operator

dan proses finishing serta

packing oleh operator lainnya.

Setting mesin injeksi untuk

menaikan kecepatan injeksi,

charging, dan cooling time

sehingga mempersingkat cycle

time

Proses pengoperasian mesin

injeksi Torsion Bar sekaligus

proses finishing serta packing

oleh 1 operator

8

Fungsi basic merupakan fungsi dasar dari suatu produk dan hanya

memiliki satu fungsi. Tanpa adanya fungsi ini, maka produk tersebut tidak

memiliki kegunaan pada EOAT dan jig fungsi basic yaitu untuk mengambil

produk torsion bar dari mesin injeksi agar produk dapat langsung di proses

packing, sedangkan fungsi secondary merupakan fungsi pendukung terhadap

fungsi basic dari suatu produk dan memiliki lebih dari satu fungsi seperti

memotong ingate penghubung antara produk dengan runner dan memudahkan

pemisahan antara runner dan produk. Untuk lebih rinci untuk fungsi basic dan

secondary dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Tabel Fungsi

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

4.2.2. Definisi Fungsi dengan Diagram FAST (Function Analysis System

Technique)

Sebagai langkah awal dalam fase analisis, dilakukan pendefinisian fungsi

dengan diagram FAST. Dari hasil diagram ini, akan didapat proses yang dapat di

kembangkan dalam segi teknologi, cost, cycle time. Sebelum memasuki tahapan

peningkatan performance perlu diketahui proses – proses dalam melakukan

injeksi, dimulai dari mengatur mesin injeksi, lalu menyuntikan material menuju

molding, lalu mengisi material kembali dalam barrel dilain sisi proses

pendinginan produk pada mold, setelah itu mold akan terbuka lalu produk dapat

Fungsi Basic Secondary

a. Untuk memotong ingate penghubung antara

produk dengan runner.

b. Untuk memisahkan antara tempat akhir produk

dan runner.

c. Untuk mempemudah pengecekan dan packing

produk Torsion Bar oleh operator.

d. Untuk memberikan hasil output yang lebih

maksimal.

e. Untuk memberikan nilai lebih dari perusahaan

karena sudah menerapkan penggunaan teknologi.

Fungsi

Jig /EOAT

Untuk mengambil produk Torsion Bar dari mesin

injeksi agar produk dapat langsung diproses packing.

9

diambil. Untuk lebih rinci dibuatkan Diagram FAST untuk proses injeksi pada

gambar 4.8.

Gambar 4.8. Diagram FAST proses injeksi

Dari diagram diatas dapat dilihat terdapat dua segmentasi antara proses

yang dilakukan otomatis oleh mesin injeksi dan cakupan projek pembelajaran

value engineering yaitu proses pengambilan produk. Lalu dari diagram diatas

dapat kita deskripsikan lagi mengenai proses pengambilan produk dengan

menggunakan diagram FAST lanjutan yang dibuat ada pada gambar 4.9.

Gambar 4.9. Diagram FAST proses pengambilan produk

Mengambil Torsion

Bar

Menahan Torsion

BarMenggerakan Jig

Mengatur Robot

3 Axis

Menggerakan alat

bantu pengambil

CAKUPAN PROJEK DAN PEMBELAJARAN VALUE

ENGINEERING

Fun

ctio

n

How ? Why ?

Menghasilkan

Produk

Mengambil

Torsion Bar

Membuka

Molding

Mengisi

Material

Menyuntikkan

Material

Mengatur

Mesin Injeksi

Mendinginkan

produk

CAKUPAN PROJEK DAN

PEMBELAJARAN VALUE

ENGINEERING

PROSES MESIN

INJEKSI

Fu

ncti

on

How ? Why ?

10

Dari diagram diatas, didapatkan informasi awal untuk membuat alat bantu

pengambilan produk dengan alat bantu robot sehingga dapat mencakupi kriteria

yang sudah ditentukan. Kemudian dapat dianalisa lebih rinci mengenai proses

pengambilan produk dengan robot tersebut dengan menerapkan fungsi – fungsi

yang sudah ditentukan baik basic maupun secondary. Dari fungsi tersebut dapat

kita tentukan bagaimana agar mendapatkan fungsi itu berjalan dan kenapa fungsi

itu harus berjalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Tabel Expanding Random Function

Dari tabel diatas, didapatkan beberapa fungsi basic dan secondary dengan

beberapa proses yang dapat dipilih sebagai alternatif alat bantu yang akan kita

Keywords Why Function How

Menggunakan penjepit untuk

mengambil produk

Menggunakan tekanan udara /

Vacum untuk mengambil

produk

Menempatkan Produk

Agar proses pemotongan

antara runner dan produk

lebih mudah

Menempatkan produk pada jig

untuk proses pemotongan

Memisahkan Runner

Agar proses pemotongan

antara runner dan produk

lebih cepat

Memotong ingate langsung

ketika produk berada di mesin

injeksi

Memanaskan Ingate

Proses pemisahan antara

runner dan produk

dengan memotong ingate

menggunakan besi yang

dipanaskan (heater)

Memotong ingate dengan

menggunakan heater pada jig

Memotong Ingate

Proses pemisahan antara

runner dan produk

dengan memotong ingate

menggunakan gunting

Memotong ingate dengan

menggunakan gunting langsung

pada EOAT

Mengambil Runner dan

Produk

Proses mengambil runner

dan produk

Mengambil runner dan produk

yang sudah dipotong dan di

letakkan pada tempatnya

QC dan Packing produk

akan ada pengecekan

produk oleh operator dan

QC, dilanjuti dengan

packing

Produk perlu di ambil kembali

untuk penempatan pada

conveyor

Menyimpan produk

Mengambil Runner dan

Produk

Memotong ingate produk

yang terhubung dengan

runner

Proses pemisahan produk

dengan runner

Mengambil produk dari

mesin injeksi

Untuk menarik produk

agar terpisah dari mold Mengambil Produk

11

tentukan, dari tabel diatas dapat dijelaskan lebih rinci dalam diagram FAST pada

gambar 4.10.

Gambar 4.10. Diagram FAST proses pengambilan produk dengan robot

Mengambil Torsion

Bar

Menghisap Torsion

Bar

Menghisap udara

(Vakum)Menyegel part

Menggerakan

Frame EOAT

Penempatan partMenempatkan di

Jig

Mengatur

program robot

Memotong Ingate Jig Heat Blade Memanaskan besi

Mendorong EjektorMenekan

pneumatic cylinder

Jig Nipper CuttingMenggerakan

pneumatic nipper

Pemisahan part Memisahkan runner

Meletakan produk

Menyimpan Torsion

Bar

Menempatkan

Torsion BarConveyor berjalan

CAKUPAN PROJEK DAN PEMBELAJARAN VALUE

ENGINEERING

Fu

ncti

on

How ? Why ?

12

Dari diagram diatas, didapatkan informasi bagian-bagian dasar atau utama

beserta fungsi dari alat bantu jig. Informasi tersebut dirangkum ke dalam daftar

benda (noun) dan kerjanya (verb). Seperti pada tabel 4.8.

Tabel 4.11. Daftar Noun & Verb Bagian Utama Alat Bantu Jig

Sumber: Data Hasil Fast Diagram. Pandhu Utomo Paksi Hartoyo. 2018

4.3. Perancangan End Of Arm Tooling (EOAT) dan Jig

Selanjutnya, dilakukan perancangan alat bantu End of Arm Tooling atau

dapat disingkat sebagai EOAT dan jig dengan kriteria fungsi yang telah

dikumpulkan melalui tabel Expanding Random Function dan diagram FAST.

Metode perancangan dibantu dengan software 3D disain Power Shape Versi:

2013.

4.3.1. Jig dan EOAT Torsion Bar Metode Heat Blade

Konsep yang di aplikasikan pada jig ini berupa pemotongan produk

dengan runner menggunakan besi tajam yang di panas kan, panas dari heater

membutuhkan tegangan listrik kurang lebih 220 V. Dengan beberapa fungsi basic

Kata Benda Kata KerjaKategori fungsi

(P/S)*Note

Gripper Mengambil produk dengan cara dicapit

Vacum Mengambil produk dengan cara dihisap

Jig Menempatkan TB Sekunder Sebagai guide agar posisi tidak goyang

Heat Blade Memotong ingate dengan cara memanaskan besi tajam

Nipper Cutting Memotong ingate dengan cara memotong dengan gunting

JigMemisahkan TB

& RunnerPrimer Mengambil TB dan Runner lalu dipisahkan keduanya

Conveyor Menyimpan TB Sekunder Pengecekan kualitas dan packing TB

NB: *TB = Torsion Bar (Produk)

Memotong Ingate

Mengambil TB Primer

Primer

13

dan secondary yang sudah ditentukan pada Jig dan EOAT dengan metode Heat

Blade pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Tabel Expanding Random Function untuk Jig Torsion Bar

metode Heat Blade

(Sumber: Data Hasil Expanding Random Function. Pandhu Utomo Paksi H. 2018)

Dari tabel diatas dapat ditentukan fungsi basic dan secondary, serta item – item

yang dapat digunakan untuk memenuhi fungsi – fungsi tersebut lalu dari item

tersebut dapat kita ketahui part – part apa saja yang mendukung agar fungsi basic

dan secondary tersebut dapat dijalankan. Setelah itu akan ditentukan desain yang

sesuai dengan tabel diatas, dan dapat kita lihat pada gambar rancangan 4.11.

No Keywords Item Part Why Function How

1 Mengambil Produk EOAT Vacum PadUntuk menarik produk agar

terpisah dari mold

Mengambil produk dari

mesin injeksi

Menggunakan tekanan udara /

Vacum untuk mengambil produk

3 Menempatkan Produk EOAT JigAgar proses pemotongan antara

runner dan produk lebih mudah

Proses pemisahan produk

dengan runner

Menempatkan produk pada jig

untuk proses pemotongan

4 Memanaskan Ingate Jig Heat Blade

Proses pemisahan antara runner

dan produk dengan memotong

ingate menggunakan besi yang

dipanaskan (heater)

Memotong ingate produk

yang terhubung dengan

runner

Memotong ingate dengan

menggunakan heater pada jig

penempat

5Runner dan Produk

dibawaEOAT Vacum Pad

Runner dibawa oleh EOAT

menuju tong pembuangan

Membuang runner pada

tempat yang sudah

disediakan

Setelah proses pemotongan runner

dan produk akan dibawa kembali

oleh EOAT

6 Cek kualitas produk Conveyor -Produk langsung masuk kedalam

conveyor setelah pemotongan

7 Packing produk Conveyor -Operator melakukan proses

packing sesuai dengan barcode

akan ada pengecekan produk oleh

operator dan QC, dilanjuti dengan

packing

Menyimpan produk

14

Gambar 4.11. Rancangan Alat Bantu EOAT

Dilihat dari gambar 4.11. Sistem kerja nya ialah produk torsion bar di

ambil dari mold pada mesin injeksi oleh EOAT, proses pengambilan produk ialah

dengan menggunakan vacum pad pada EOAT, vacum akan menghisap produk

sehingga dapat menahan produk untuk dibawa menuju jig yang nantinya akan

dilanjutkan ke proses pemotongan ingate, lalu pemisahan antara produk dengan

runner. Kemudian dengan perancangan jig, dirancang untuk melakukan proses

pemotongan ingate agar produk dengan runner dapat terpisah. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.12.

15

Gambar 4.12. Rancangan Alat Bantu Jig Heat Blade

Dilihat dari tabel 4.7. dan gambar 4.12. EOAT akan mendorong plate

pada jig agar produk dapat terpotong oleh blade atau besi tajam yang di

panaskan dengan heater pada bagian ingate. Ketika produk dan runner

terpisah, keduanya akan dibawa lagi oleh EOAT untuk di tempatkan pada

conveyor.

4.3.1. Evaluasi Fungsi dengan Tabel Lowest Cost to Achieve Function

Masih dalam analisis fungsi, selanjutnya dilakukan evaluasi fungsi dengan

tabel Lowest Cost to Achieve Function. Dimana dengan tabel ini, mulai di taksir

besar biaya dari part-part yang dirancang dengan fungsinya masing-masing.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13. dibawah ini.

16

Tabel 4.13. Tabel Lowest Cost to Achieve Function Jig Torsion Bar

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

No Part Qty Kata Kerja Kata BendaKategori

FungsiHarga Satuan

Biaya total terendah untuk

mencapai fungsi

8 Heat Blade 4 Memotong Torsion Bar B 1.385.000Rp 5.540.000Rp

1 Top Plate 1 Menyangga Heat Blade B Rp 2.900.000 2.900.000Rp

18 Heater 4 Memotong Torsion Bar B Rp 500.000 2.000.000Rp

9 Heat Cover 4 Menahan Heat Blade B 225.000Rp 900.000Rp

12 Clamp Plate 1 Menyangga Heat Blade B 740.000Rp 740.000Rp

5 Pin Shaft A 4 Mengarahkan Ingate B 169.000Rp 676.000Rp

4 Guide Shaft C 8 Menahan Top & Bottom Plate B Rp 79.000 632.000Rp

13 Bottom Plate 1 Menyangga Heat Blade B 615.000Rp 615.000Rp

7 Blade Seat 4 Mengikat Ingate B Rp 145.000 580.000Rp

16 Spring 4 Menahan Top & Bottom Plate S 85.000Rp 340.000Rp

6 Pin Shaft B 2 Mengarahkan Top & Bottom Plate S 169.000Rp 338.000Rp

2 Guide Shaft A 4 Menyangga Vacuum Pad holder B Rp 83.000 332.000Rp

3 Guide Shaft B 4 Menarik Vacuum Pad holder S Rp 75.000 300.000Rp

15 Adjust Spacer 4 Menahan Top & Bottom Plate S 65.000Rp 260.000Rp

10 Bolt Head Cap Allen Screw 30 Mengikat Alumunium profile S 1.050Rp 31.500Rp

14 Bolt Head Cap Allen Screw 10 Mengikat Profile frame S 1.250Rp 12.500Rp

17 Nut 10 Mengikat Top & Bottom Plate S Rp 1.250 12.500Rp

11 Ring 30 Mengikat Baut S 375Rp 11.250Rp

19 Alumunium profile 12 Menahan EOAT B 222.645,00Rp 222.645,00Rp

20 Angle Bracket Diecast 2020 40 Menahan EOAT S 8.804,00Rp 352.160Rp

21 Bolt L M4x8 40 Mengikat EOAT S 677,00Rp 27.080Rp

22 T-Nut M4 2020 4 Mengikat EOAT S 2.370,00Rp 9.480Rp

23 Vacuum Pad 4 Menahan Torsion Bar B 50.000,00Rp 200.000Rp

24 Galvanized pipe 12mm 4 Menahan Torsion Bar B 200.000,00Rp 800.000Rp

25 Vacuum Pad holder 2 Menahan Torsion Bar B 100.000,00Rp 200.000Rp

26 Gripper for runner 2 Menahan Runner Torsion Bar B 1.500.000,00Rp 3.000.000Rp

27 Part stopper 4 Menyangga Top & Bottom Plate S 50.000,00Rp 200.000Rp

28 L Steel Plate 3 Menyangga JIG S Rp 78.400 235.200Rp

29 Dyna Bolt 4 Mengikat Table S Rp 1.492 5.968Rp

30 Steel Plate 4 Menyangga JIG S Rp 244.000 976.000Rp

31 Bolt Cap Head Allen Screw 20 Mengikat JIG S 1.250Rp 25.000Rp

32 Alluminium Plate 1 Menyangga JIG S Rp 2.584.136 2.584.136Rp

33 Alluminium Plate 1 Menyangga JIG S Menggunakan plate No. 23 -

34 Nut 20 Mengikat JIG S Rp 1.250 25.000Rp

35 Ring Flat 20 Mengikat JIG S 375Rp 7.500Rp

36 Allu. Profile Frame 5 Menyangga Frame S 222.645Rp 1.113.225Rp

37 Wiremesh 1 Menahan Frame S Rp 140.000 140.000Rp

38 Angle Bracket 50 Menyangga Frame S Rp 13.800 690.000Rp

39 Bolt Cap Head Allen Screw 100 Mengikat Frame S 1.250Rp 125.000Rp

40 Budget Nut 100 Mengikat Frame S Rp 2.500 250.000Rp

41 Anchor Connector 20 Mengikat Frame S Rp 18.000 360.000Rp

TOTAL: 27.769.144Rp

J

I

G

T

a

b

l

e

F

R

A

M

E

E

O

A

T

17

4.5. Pencarian alternatif Brainstorming

Seperti yang dituliskan dalam bab tinjauan pustaka, langkah paling awal

dalam upaya brainstorming ialah mendefinisikan masalah. Dalam pencarian

alternatif ini, diusahakan untuk mendapatkan pilihan desain lain yang lebih rendah

dari segi biaya, dan menambah kemungkinan fungsi yang sudah ditetapkan.

Untuk mengidentifikasi area mana yang memiliki biaya paling tinggi akan

dibuat diagram pareto, tetapi sebelumnya dibutuhkan pendataan sesuai dengan

tabel 4.14.

Tabel 4.14. Tabel biaya tertinggi pada alat bantu pengambilan Torsion Bar

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

Bagian Nama Part BiayaAkumulasi

(%)

Heat Blade 5.540.000Rp 19,95%

Top Plate 2.900.000Rp 30,39%

Heater 2.000.000Rp 37,60%

Heat Cover 900.000Rp 40,84%

Clamp Plate 740.000Rp 43,50%

Pin Shaft A 676.000Rp 45,94%

Guide Shaft C 632.000Rp 48,21%

Bottom Plate 615.000Rp 50,43%

Blade Seat 580.000Rp 52,52%

Spring 340.000Rp 53,74%

Pin Shaft B 338.000Rp 54,96%

Guide Shaft A 332.000Rp 56,15%

Guide Shaft B 300.000Rp 57,23%

Adjust Spacer 260.000Rp 58,17%

Bolt Head Cap Allen Screw 12.500Rp 58,21%

Bolt Head Cap Allen Screw 31.500Rp 58,33%

Nut 12.500Rp 58,37%

Ring 11.250Rp 58,41%

Alumunium profile 222.645Rp 59,21%

Angle Bracket Diecast 2020 352.160Rp 60,48%

Bolt L M4x8 27.080Rp 60,58%

T-Nut M4 2020 9.480Rp 60,61%

Vacuum Pad 200.000Rp 61,33%

Galvanized pipe 12mm 800.000Rp 64,22%

Vacuum Pad holder 200.000Rp 64,94%

Gripper for runner 3.000.000Rp 75,74%

Part stopper 200.000Rp 76,46%

L Steel Plate 235.200Rp 77,31%

Dyna Bolt 5.968Rp 77,33%

Steel Plate 976.000Rp 80,84%

Bolt Cap Head Allen Screw 25.000Rp 80,93%

Alluminium Plate 2.584.136Rp 90,24%

Alluminium Plate - 90,24%

Nut 25.000Rp 90,33%

Ring Flat 7.500Rp 90,36%

Allu. Profile Frame 1.113.225Rp 94,36%

Wiremesh 140.000Rp 94,87%

Angle Bracket 690.000Rp 97,35%

Bolt Cap Head Allen Screw 125.000Rp 97,80%

Budget Nut 250.000Rp 98,70%

Anchor Connector 360.000Rp 100,00%

TOTAL: 27.769.144Rp

JIG

E

O

A

T

T

A

B

L

E

F

R

A

M

E

18

Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa terdapat 4 bagian item yang

dipisah yaitu jig, EOAT, table dan frame. Kemudian dipisahkan biaya mana yang

paling tinggi dari pembuatan alat bantu pengambilan torsion bar ini dengan

menggunakan diagram pareto yang dapat dilihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.13. Gambar Diagram Pareto alat bantu pengambilan Torsion Bar

Dari diagram diatas, bisa dilihat biaya paling tinggi terletak pada jig.

Selanjutnya, dari data tersebut akan dilakukan pencarian lebih detail biaya

tertinggi yang dapat dilakukan brainstorming dari alat bantu jig. Untuk

mengidentifikasi area biaya yang dominan, dibuat diagram pareto biaya terlebih

dahulu.

19

Setelah dilihat pada gambar 4.13. diagram pareto biaya tertinggi ada pada

item jig, kita dapat membuat rincian jelas untuk part – part yang ada pada item jig

tersebut, seperti pada tabel 4.15 dibawah ini.

Tabel 4.15. Tabel biaya tertinggi pada Jig

(Sumber: PT. Injeksi Indonesia)

Dengan tabel diatas diketahui biaya dari masing – masing part dan

diakumulasikan dalam bentuk persentase untuk pembuatan diagram pareto item

jig, dapat dilihat diagram dibawah ini pada gambar 4.14.

Bagian Nama Part BiayaAkumulasi

(%)

Heat Blade 5.540.000Rp 34,15%

Top Plate 2.900.000Rp 52,03%

Heater 2.000.000Rp 64,36%

Heat Cover 900.000Rp 69,91%

Clamp Plate 740.000Rp 74,47%

Pin Shaft A 676.000Rp 78,64%

Guide Shaft C 632.000Rp 82,54%

Bottom Plate 615.000Rp 86,33%

Blade Seat 580.000Rp 89,90%

Spring 340.000Rp 92,00%

Pin Shaft B 338.000Rp 94,08%

Guide Shaft A 332.000Rp 96,13%

Guide Shaft B 300.000Rp 97,98%

Adjust Spacer 260.000Rp 99,58%

Bolt Head Cap Allen

Screw 12.500Rp 99,66%

Bolt Head Cap Allen

Screw 31.500Rp 99,85%

Nut 12.500Rp 99,93%

Ring 11.250Rp 100,00%

Total : 16.220.750Rp

JIG

20

Gambar 4.14. Gambar Diagram Pareto Jig Torsion Bar

21

Dari diagram diatas, dapat dilihat bahwa 5 item biaya yang paling tinggi

terletak pada:

1. Heat Blade

2. Top Plate

3. Heater

4. Heat Cover

5. Clamp Plate

Selanjutnya, dilakukan brainstorming untuk mengurangi item biaya

tertinggi pada item jig. Hal ini dimaksudkan agar tindakan perbaikan memiliki

efek yang cukup signifikan terhadap penekanan biaya, dengan diadakannya

meeting oleh orang – orang terkait pada departemen automation Injeksi Indonesia

yang memahami dengan baik part – part alternatif yang dapat kita pilih ada pada

tabel 4.16.

Tabel 4.16. Tabel Brainstorming Alternatif Part Jig Torsion Bar

Terdapat biaya yang cukup tinggi pada beberapa item part JIG

Mencari Alternatif part Jig Torsion Bar yang lebih murah dan meningkatkan fungsinya

1. Heat Blade 4. Heat Cover

2. Top Plate 5. Clamp Plate

3. Heater

No.

1

2

3

4

5

BRAINSTORMING ALTERNATIF PART JIG TORSION BAR

Part - Part Lain

Part - Part Termahal

Menggunakan metode yang relefan untuk

proses pemotonganMenghilangkan biaya Blade Seat Blade Seat

Mencari supplier lain yang produknya lebih

murahMendapatkan harga produk yang minim Clamp Plate, Top Plate

Membuat part di internal workshopMemperkecil biaya dengan membuat part

sendiriClamp Plate, Top Plate

Masalah :

Tujuan :

Part - Part

Termahal:

Ide Tujuan Spesifik Part yang dirubah

Menggunakan Gripper tunggal untuk proses

pengambilan/pemisahan runner

Mengurangi 2 buah gripper menjadi hanya 1

buah gripperGripper

Menggunakan metode yang relefan untuk

proses pemotongan antara produk dengan

runner

Menghilangkan biaya Heat SetHeat Blade, Heat Cover,

Heater

22

4.5.1. Perancangan Jig Torsion Bar dan EOAT dengan metode Nipper Cutting

Perancangan jig dan EOAT yang di aplikasikan pada konsep ini berupa

pemotongan produk dengan runner menggunakan gunting atau bisa disebut

nipper. Nipper akan memotong ke-empat ingate secara bersamaan. Dapat

dilihat pada tabel 4.17. dibawah ini.

Tabel 4.17. Tabel Expanding Random Function untuk Jig Torsion Bar metode

Nipper Cutting pada EOAT

(Sumber: Data Hasil Expanding Random Function. Pandhu Utomo Paksi H. 2018)

Dari tabel 4.14. dibuatkan diagram FAST pada diagram untuk mengetahui

fungsi sistem kerja pada jig dan EOAT, dapat dilihat pada gambar 4.15.

Gambar 4.15. Diagram FAST untuk EOAT metode Nipper Cutting

Keywords Item Part Why Function How

GripperMenggunakan penjepit untuk

mengambil produk

VacumMenggunakan tekanan udara /

Vacum untuk mengambil produk

Menempatkan Produk EOAT JigAgar proses pemotongan antara runner

dan produk lebih mudah

Proses pemisahan produk

dengan runner

Menempatkan produk pada jig

untuk proses pemotongan

Memotong Ingate Jig Nipper Cutting

Proses pemisahan antara runner dan

produk dengan memotong ingate

menggunakan Nipper Cutting

Memotong ingate produk

yang terhubung dengan

runner

Memotong ingate dengan

menggunakan nipper cutting

pada EOAT

Runner dibawa oleh EOAT menuju

tong pembuangan

Setelah proses pemotongan

runner akan dibawa kembali oleh

EOAT menuju pembuangan

Produk dibawa oleh EOAT menuju

conveyor

Setelah proses pemotongan

produk akan dibawa kembali oleh

EOAT menuju conveyor

Cek kualitas produk Conveyor -Produk langsung masuk kedalam

conveyor setelah pemotongan

Packing produk Conveyor -Operator melakukan proses

packing sesuai dengan barcode

Mengambil Produk EOATUntuk menarik produk agar terpisah

dari mold

Mengambil produk dari

mesin injeksi

akan ada pengecekan produk oleh

operator dan QC, dilanjuti dengan

packing

Menyimpan produk

Pemindahan produk dan

runner

Runner dan Produk

dibawaEOAT Gripper atau Vacum

Mengambil Torsion

Bar

Menahan Torsion

Bar

Menghisap udara

(Vakum)Menyegel part

Menggerakan

Frame EOAT

Penempatan partMenempatkan TB

Pada Jig

Mengatur

program robot

Memotong Ingate Jig Nipper CuttingMenggerakan

pneumatic nipperMendorong Ejektor

Menekan

pneumatic

cylinder

Pemisahan part Memisahkan runner

Meletakan produk

Menyimpan

Torsion Bar

Menempatkan

Torsion BarConveyor berjalan

CAKUPAN PROJEK DAN PEMBELAJARAN

VALUE ENGINEERING

Func

tion

How ? Why ?

23

Dilihat dari diagram FAST diatas, dapat ditentukan perancangan dengan

konsep metode nipper cutting dengan EOAT pada gambar 4.16. dibawah ini.

Gambar 4.15. Rancangan EOAT Torsion Bar metode Nipper Cutting

Dilihat dari tabel 4.14. dan gambar 4.16., sistem kerja rancangan ini

produk torsion bar di ambil dari mold pada mesin injeksi oleh EOAT, lalu

ditempatkan pada jig penempat untuk proses pemotongan kemudian pneumatic

akan mengarahkan nipper cutting ke ingate pada produk untuk memotong antara

runner dan produk. Ketika produk dan runner terpisah, vacuum akan menahan

dan membawa produk kemudian akan diteruskan ke conveyor sedangkan runner

akan dibawa dengan gripper untuk diteruskan ke tong pembuangan.

24

4.5.2. Table Biaya Jig Torsion Bar Metode Nipper Cutting pada EOAT

Dari hasil perancangan jig dan EOAT alternatif pertama di dapat tabel

biaya yang akan dikeluarkan untuk material pembuatan metode dengan nipper

cutting pada EOAT dilihat di tabel 4.18.

Tabel 4.18. Tabel biaya untuk Jig Torsion Bar metode Nipper Cutting pada

EOAT

Dilihat dari tabel biaya diatas untuk alternative pertama dengan metode

pemotongan nipper cutting pada EOAT didapatkan total biaya Rp 18.070.923,00,-

Part

FABRIKASI JIG NIPPER CUTTING

1 Alu profile Alumunium pcs 1,5 m 1 222.645,00Rp 222.645,00Rp

2 Angle Bracket Diecast 2020 Baja pcs 12 8.804,00Rp 105.648,00Rp

3 Bolt L M4x8 Baja pcs 40 677,00Rp 27.080,00Rp

4 T-Nut M4 2020 Baja pcs 40 2.370,00Rp 94.800,00Rp

5 Vacuum Pad Standar pcs 4 50.000,00Rp 200.000,00Rp

6 Galvanized pipe 12mm Galvanized pcs 0,5 m 4 200.000,00Rp 800.000,00Rp

7 Vacuum Pad holder Alumunium pcs 4 100.000,00Rp 400.000,00Rp

8 Gripper for runner Standar pcs 1 1.500.000,00Rp 1.500.000,00Rp

9 Nipper Standar pcs 4 2.100.000,00Rp 8.400.000,00Rp

10 Nipper holder Alumunium pcs 4 100.000,00Rp 400.000,00Rp

11 Spring Baja pcs 5 cm 4 85.000,00Rp 340.000,00Rp

12 Part stopper Alumunium pcs 4 50.000,00Rp 200.000,00Rp

13 Top Plate Alumunium pcs 1 Rp 1.900.000 1.900.000Rp

14 Pin Shaft A Besi pcs 4 169.000Rp 676.000Rp

15 Guide Shaft C Besi pcs 8 Rp 79.000 632.000Rp

16 Bottom Plate Alumunium pcs 1 535.000Rp 535.000Rp

17 Pin Shaft B Besi pcs 2 169.000Rp 338.000Rp

18 Guide Shaft A Besi pcs 4 Rp 83.000 332.000Rp

19 Spring Baja pcs 4 85.000Rp 340.000Rp

20 Guide Shaft B Besi pcs 4 Rp 75.000 300.000Rp

21 Adjust Spacer Alumunium pcs 4 65.000Rp 260.000Rp

22 Bolt Head Cap Allen Screw Baja pcs 30 1.050Rp 31.500Rp

23 Bolt Head Cap Allen Screw Baja pcs 10 1.250Rp 12.500Rp

24 Nut Baja pcs 10 Rp 1.250 12.500Rp

25 Ring Baja pcs 30 375Rp 11.250Rp

18.070.923,00Rp

E

O

A

T

J

I

G

TOTAL :

Harga TotalMaterial Panjang No. Satuan Jumlah Harga/m Harga/pc

25

4.5.3. Perancangan Jig Torsion Bar dan EOAT dengan Metode Heat Blade

Perancangan jig dan EOAT yang diaplikasikan pada konsep ini berupa

pemotongan produk dengan runner menggunakan besi yang dipanaskan atau bisa

disebut Heat Blade. Konsep ini gabungan antara metode awal dengan metode

alternative pertama. Sehingga proses pemotongan dengan heat blade tetapi

peletakan alat pemotong kini berada pada End Of Arm Tooling. Berikut dapat

dilihat expanding random function untuk metode ini pada tabel. 4.19. dibawah ini.

Tabel 4.19. Tabel Expanding Random Function untuk Jig Torsion Bar metode

Heat Blade pada EOAT

Dari tabel 4.19. dibuatkan diagram FAST pada diagram untuk mengetahui

fungsi sistem kerja pada jig dan EOAT, dapat dilihat pada gambar 4.16.

GripperMenggunakan penjepit untuk

mengambil produk

VacumMenggunakan tekanan udara /

Vacum untuk mengambil produk

Menempatkan Produk EOAT JigAgar proses pemotongan antara

runner dan produk lebih mudah

Proses pemisahan produk

dengan runner

Menempatkan produk pada jig

untuk proses pemotongan

Memanaskan Ingate Jig Heat Blade

Proses pemisahan antara runner

dan produk dengan memotong

ingate menggunakan besi yang

dipanaskan (heater)

Memotong ingate produk

yang terhubung dengan

runner

Memotong ingate dengan

menggunakan heater pada jig

penempat

Runner dan Produk

dibawaEOAT

Gripper dan

Vacum

Runner dibawa oleh EOAT

menuju tong pembuangan

Membuang runner pada

tempat yang sudah

disediakan

Setelah proses pemotongan runner

dan produk akan dibawa kembali

oleh EOAT

Cek kualitas produk Conveyor -Produk langsung masuk kedalam

conveyor setelah pemotongan

Packing produk Conveyor -Operator melakukan proses

packing sesuai dengan barcode

Mengambil Produk EOATUntuk menarik produk agar

terpisah dari mold

Mengambil produk dari

mesin injeksi

akan ada pengecekan produk oleh

operator dan QC, dilanjuti dengan

packing

Menyimpan produk

26

Gambar 4.16. Diagram FAST Untuk EOAT Metode Heat Blade

Dilihat dari diagram FAST diatas, dapat ditentukan perancangan dengan konsep

metode nipper cutting dengan EOAT pada gambar 4.17. dibawah ini

Gambar 4.17. Rancangan EOAT Torsion Bar Metode Heat Blade

Dilihat dari tabel 4.19. dan gambar 4.17. sistem kerja rancangan produk

torsion bar diambil dari mold pada mesin injeksi oleh EOAT, lalu ditempatkan

pada jig penempatan untuk proses pemotongan. Sebelumnya besi pada EOAT

dipanaskan terlebih dahulu menggunakan heater dengan daya 220 volt setelah

Mengambil Torsion

Bar

Menahan Torsion

Bar

Menghisap udara

(Vakum)Menyegel part

Menggerakan

Frame EOAT

Penempatan partMenempatkan TB

Pada Jig

Mengatur

program robot

Memotong IngateMenggerakan

Heat Blade

Memanaskan Heat

BladeMendorong Ejektor

Menekan

pneumatic cylinder

Pemisahan part Memisahkan runner

Meletakan produk

Menyimpan

Torsion Bar

Menempatkan

Torsion BarConveyor berjalan

CAKUPAN PROJEK DAN PEMBELAJARAN

VALUE ENGINEERING

Fun

ctio

n

How ? Why ?

27

panas cukup robot akan menggerakan EOAT sehingga heat blade akan terdorong

ke arah ingate sehingga produk dan runner akan terpisah. Ketika produk dan

runner terpisah, maka vacuum akan menahan dan membawa produk kemudian

akan diteruskan ke conveyor sedangkan runner akan dibawa dengan gripper untuk

diteruskan ke tong pembuangan.

4.5.4. Table Biaya Jig Torsion Bar Metode Heat Blade pada EOAT

Dari hasil perancangan jig dan EOAT alternatif pertama di dapat tabel

biaya yang akan dikeluarkan untuk material pembuatan metode dengan nipper

cutting pada EOAT dilihat di tabel 4.20.

Tabel 4.20. Tabel biaya untuk Jig Torsion Bar metode Heat Blade pada EOAT

Dari tabel rincian diatas, kita mendapatkan biaya yang perlu dikeluarkan

untuk pembuatan rancangan dengan metode alternative heat blade dengan total

biaya Rp 21.153.550,00

4.5.5. Perancangan Jig Torsion Bar

Dari kedua metode alterantif yang dirancang berdasarkan hasil

brainstorming memiliki kesamaan rancangan jig. Jig berfungsi sebagai penempat

produk yang baru keluar dari mesin injeksi. Pada jig inilah akan dilakukan proses

FABRIKASI EOAT HEAT BLADE

1 Guide Shaft A 4 pcs Alumunium 83.000Rp 332.000,00Rp

2 Guide Shaft B 8 pcs Alumunium 75.000Rp 600.000,00Rp

3 Galvanized pipe 12mm 8 pcs Galvanized pipe 12mm 200.000Rp 1.600.000,00Rp

4 Alumunium profile 4 pcs Alumunium profile 226.450Rp 905.800,00Rp

5 Heat Blade 4 pcs KNL Extra (Hardened) 1.385.000Rp 5.540.000,00Rp

7 Heater 300W 220V 4 pcs Standar 500.000Rp 2.000.000,00Rp

7 Blade Seat 4 pcs Baja Rp 145.000 Rp 580.000

8 Vacuum Pad holder 8 pcs Standar 100.000Rp 800.000,00Rp

9 Gripper for runner 2 pcs SUS 1.500.000Rp 3.000.000,00Rp

10 Spring 4 pcs Baja 85.000Rp 340.000,00Rp

11 Baut 33 pcs Baja 1.250Rp 41.250,00Rp

12 Mur 45 set Baja 750Rp 33.750,00Rp

13 Top Plate 1 pcs Alumunium Rp 1.900.000 1.900.000Rp

14 Pin Shaft A 4 pcs Besi 169.000Rp 676.000Rp

15 Guide Shaft C 8 pcs Besi Rp 79.000 632.000Rp

16 Bottom Plate 1 pcs Alumunium 535.000Rp 535.000Rp

17 Pin Shaft B 2 pcs Besi 169.000Rp 338.000Rp

18 Guide Shaft A 4 pcs Besi Rp 83.000 332.000Rp

19 Spring 4 pcs Baja 85.000Rp 340.000Rp

20 Guide Shaft B 4 pcs Besi Rp 75.000 300.000Rp

21 Adjust Spacer 4 pcs Alumunium 65.000Rp 260.000Rp

22 Bolt Head Cap Allen Screw 30 pcs Baja 1.050Rp 31.500Rp

23 Bolt Head Cap Allen Screw 10 pcs Baja 1.250Rp 12.500Rp

24 Nut 10 pcs Baja Rp 1.250 12.500Rp

25 Ring 30 pcs Baja 375Rp 11.250Rp

TOTAL : 21.153.550,00Rp

J

I

G

E

O

A

T

Harga TotalNama Part

JumlahNo Satuan Material Harga Satuan

28

pemotongan baik menggunakan metode alternatif pertama nipper cutting ataupun

alternatif kedua yaitu menggunakan metode heat blade. Berikut gambar

rancangan jig penempat sebagai alternatif brainstorming pada gambar 4.18.

Gambar 4.18. Rancangan Top Plate Untuk Pembuatan Jig Penempat.

Top Plate diatas merupakan penempat untuk produk pada jig ketika akan

dilakukan proses pemotongan dari masing – masing alternative. Berikut adalah

gambar ketika produk diletakkan pada jig dan posisi EOAT pada gambar 4.19 dan

4.20.

Gambar 4.19. Posisi EOAT, Jig, dan Produk ketika Proses Pemotongan Alternatif

Pertama

Pada gambar di atas adalah posisi EOAT, top plate, dan produk ketika akan

melakukan proses pemotongan ingate dengan metode nipper cutting, dapat dilihat

29

bahwa posisi frame EOAT sudah berada pada posisi yang lebih dalam, lalu ke-

empat nipper sudah berada pada posisi yang lebih dalam untuk proses

pemotongan ingate secara bersamaan. Untuk gambar posisi alternatif ke-dua dapat

dilihat pada gambar 4.20.

Gambar 4.20. Posisi EOAT, Jig, dan Produk ketika Proses Pemotongan Alternatif

Ke-Dua

Pada gambar di atas adalah posisi EOAT, top plate, dan produk ketika akan

melakukan proses pemotongan ingate dengan metode heat blade, konsepnya sama

dengan alternatif pertama hanya saja perbedaannya ada pada alat pemotongan

ingate menggunakan besi tajam yang dipanaskan.

4.6. Perbandingan Kedua Metode Alternative.

Setelah mengetahui rincian kedua metode yang di sarankan oleh hasil

meeting brainstorming, sekarang dilakukan perbandingan antara kedua proses

tersebut, mulai dari kemungkinan untuk pemakaian masing – masing konsep,

biaya dari setiap metode baik nipper cutting maupun heat blade, dan kualitas

produk yang dihasilkan.

30

4.6.1. Perbandingan Biaya antara kedua Alternatif

Dari segi biaya terdapat perbandingan antara metode alternatif pertama

yaitu metode menggunakan nipper cutting dan metode menggunakan heat blade.

Biaya tersebut akan di sajikan dalam tabel 4.21. dibawah ini.

Tabel 4.21. Tabel Perbandingan Biaya kedua Alternatif

Dilihat dari tabel 4.21. perbandingan biaya antara metode nipper cutting

dengan total biaya Rp 18.070.923 dan metode heat blade dengan total biaya Rp

21.153.550. Dari perhitungan biaya dari kedua metode, metode nipper cutting

adalah pilihan yang paling rendah dengan selisih Rp 3.082.627.

4.6.2. Perbandingan Kualitas Produk

Kemudian dilihat dari segi kualitas hasil output produk yang dikeluarkan

menjadi salah satu patokan utama dalam brainstorming ini. Pengaruh hasil

Nama Part Nama Part

FABRIKASI JIG NIPPER CUTTING FABRIKASI EOAT HEAT BLADE

1 Alu profile 222.645,00Rp 1 Guide Shaft A 332.000,00Rp

2 Angle Bracket Diecast 2020 105.648,00Rp 2 Guide Shaft B 600.000,00Rp

3 Bolt L M4x8 27.080,00Rp 3 Galvanized pipe 12mm 1.600.000,00Rp

4 T-Nut M4 2020 94.800,00Rp 4 Alumunium profile 905.800,00Rp

5 Vacuum Pad 200.000,00Rp 5 Heat Blade 5.540.000,00Rp

6 Galvanized pipe 12mm 800.000,00Rp 7 Heater 300W 220V 2.000.000,00Rp

7 Vacuum Pad holder 400.000,00Rp 7 Blade Seat Rp 580.000

8 Gripper for runner 1.500.000,00Rp 8 Vacuum Pad holder 800.000,00Rp

9 Nipper 8.400.000,00Rp 9 Gripper for runner 3.000.000,00Rp

10 Nipper holder 400.000,00Rp 10 Spring 340.000,00Rp

11 Spring 340.000,00Rp 11 Baut 41.250,00Rp

12 Part stopper 200.000,00Rp 12 Mur 33.750,00Rp

13 Top Plate 1.900.000Rp 13 Top Plate 1.900.000Rp

14 Pin Shaft A 676.000Rp 14 Pin Shaft A 676.000Rp

15 Guide Shaft C 632.000Rp 15 Guide Shaft C 632.000Rp

16 Bottom Plate 535.000Rp 16 Bottom Plate 535.000Rp

17 Pin Shaft B 338.000Rp 17 Pin Shaft B 338.000Rp

18 Guide Shaft A 332.000Rp 18 Guide Shaft A 332.000Rp

19 Spring 340.000Rp 19 Spring 340.000Rp

20 Guide Shaft B 300.000Rp 20 Guide Shaft B 300.000Rp

21 Adjust Spacer 260.000Rp 21 Adjust Spacer 260.000Rp

22 Bolt Head Cap Allen Screw 31.500Rp 22 Bolt Head Cap Allen Screw 31.500Rp

23 Bolt Head Cap Allen Screw 12.500Rp 23 Bolt Head Cap Allen Screw 12.500Rp

24 Nut 12.500Rp 24 Nut 12.500Rp

25 Ring 11.250Rp 25 Ring 11.250Rp

TOTAL: 18.070.923,00Rp TOTAL: 21.153.550,00Rp

No Harga TotalHarga Total

E

O

A

T

J

I

G

No.

31

pemotongan ingate dengan menggunakan metode nipper cutting dan metode heat

blade. dapat dilihat pada tabel 4.22. dibawah ini.

Tabel 4.22. Tabel Perbandingan Kualitas Output Produk

Dari tabel diatas terlihat perbandingan hasil pemotongan ingate

menggunakan kedua metode, hasil pemotongan kedua metode tersebut

mendapatkan hasil yang berbeda. Metode nipper cutting mendapatkan hasil

pemotongan yang baik sedangkan dengan metode heat blade hasil pemotongan

kasar dan terdapat bercak hitam seperti gosong di produk dapat dilihat pada tabel

4.22.

4.7. Perbandingan Output Menggunakan Operator dengan Robot

Perbandingan output produk torsion bar dengan menggunakan operator

dan dengan menggunakan alat bantu jig serta EOAT atau robot. Untuk

mengetahui rancangan dan pembuatan alat bantu jig serta EOAT termasuk ke

dalam value engineering.

4.7.2. Perbandingan Cycle Time

Dari hasil perancangan dan pembuatan alat bantu jig dan EOAT untuk

produksi torsion bar, didapat jumlah perbandingan output antara penggunaan

Detail Gambar Gambar Detail

Metode Nipper Cutting Metode Heat Blade

Dengan metode Nipper

Cutting hasil pemotongan

lebih rapih dan rata,

sehingga merusak kualitas

secara visual

Dengan metode Heat

Blade hasil pemotongan

tidak rata dan terlihat

material menghitam

seperti gosong, sehingga

merusak kualitas secara

visual

Katalog Kualitas Torsion Bar

32

operator dengan alat bantu jig serta EOAT (robot) dalam 1 hari yang terdapat 3

shift didalamnya, dapat dilihat pada tabel 4.23. dan 4.24. dibawah ini.

Tabel 4.23. Tabel Perbandingan Output Produksi Dengan Operator

Dilihat dari tabel diatas bahwa output produksi dengan menggunakan operator

dalam 1 hari 3 shift sebesar 3.466 pasang produk torsion bar.

Lalu dibandingkan dengan penggunaan alat bantu jig dan EOAT (Robot) dapat

dilihat pada tabel 4.24. dibawah ini.

Date ShiftShift

NameMode Machine Item Size Output

02-Feb Shift 2 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 148

02-Feb Shift 2 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 12½-13½ 152

02-Feb Shift 2 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 12½-13½ 155

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 152

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 155

02-Feb Shift 1 C 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 128

02-Feb Shift 1 C 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 11-12 144

02-Feb Shift 1 C 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 145

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 120

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ + 11-12 136

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 139

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 148

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 152

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 155

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 150

02-Feb Shift 2 A 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 148

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 137

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 11-12 136

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 139

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 11-12 148

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 152

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 11-12 155

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 210-1101082 Torsion Bar AD-42142 Supernova 5-6 128

02-Feb Shift 3 B 3 Shift 211-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 11-12 + 9½-10½ 144

3466TOTAL :

33

Tabel 4.24. Tabel Perbandingan Output Produksi Menggunakan Alat Bantu Jig

dan EOAT

Dilihat dari tabel diatas output produksi dengan menggunakan alat bantu jig dan

EOAT (Robot) dalam 1 hari 3 shift memiliki ouput produksi torsion bar yaitu

sebesar 4.628 pasang. Dilihat dari perbandingan output dalam 1 hari antara

operator dan robot maka didapatkan bahwa dengan menggunakan alat bantu jig

dan EOAT mendapatka output yang lebih banyak dibandingka dengan operator,

selisih kedua nya yaitu 1.162 pasang torsion bar.

4.7.2. Perbandingan Cycle Time

Dari output produksi akan dicari total cycle time per produk antara

menggunakan operator atau dengan menggunakan robot. Cycle Time yang

diambil dihitung dari output produksi selama 1 bulan. Berikut adalah tabel 4.25.

perbandingan cycle time dengan menggunakan operator dan robot.

Tabel 4.25. Tabel Perbandingan Cycle Time

Date ShiftShift

NameMode Machine Item Size Output

01-Mar Shift 1 C 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 180

01-Mar Shift 1 C 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 170

01-Mar Shift 1 C 3 Shift210-1101089 /

211-1101081Torsion Bar AD-42142 Supernova 6½-7½ + 8-9 298

01-Mar Shift 1 C 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 185

01-Mar Shift 1 C 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 280

01-Mar Shift 1 C 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 170

01-Mar Shift 1 C 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 182

01-Mar Shift 1 C 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 180

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 190

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 182

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 178

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 182

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 187

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 182

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 190

01-Mar Shift 2 A 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 182

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 185

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 190

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 190

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 190

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 190

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 190

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 210-1101089 Torsion Bar AD-42142 Supernova 8-9 190

01-Mar Shift 3 B 3 Shift 211-1101081 Torsion Bar AD-42142 Supernova 9½-10½ 185

4.628TOTAL :

Waktu produksi Total Output / Bulan Total Output / Bulan Waktu produksi

85.387 pasang 101.716 pasang

Rata - rata Output / Hari Rata - rata Output / Hari

3.558 pasang 4.422 pasang

Rata - rata Output / Jam Rata - rata Output / Jam

148 pasang 184 pasang

Rata - rata Cycle Time / Produk Rata - rata Cycle Time / Produk

48,57 detik 39,07 detik

Ouput Produksi Menggunakan Operator Ouput Produksi Menggunakan Robot

Februari 2018 Maret 2018

34

Feb-18 Mar-18Reason Defect Defect Ratio Defect Defect Ratio

Black dot 10 0,01% 55 0,06%

Short shot 255 0,25% 35 0,04%

Unformed 55 0,05% 20 0,02%

Startup Reject 39 0,04% 20 0,02%

Wrong color 65 0,06% 10 0,01%

Scratch 37 0,04% 5 0,01%

Silver streak (Wet material) 45 0,04% 3 0,00%

Total Loss 506 0,50% 148 0,17%

Output 85.387 101.175

Dilihat dari tabel diatas output produk dengan menggunakan operator

mendapatkan cycle time 48,57 detik sedangkan dengan menggunakan alat bantu

robot didapati cycle time 39,07 detik. Selisih cycle time antara kedua output

produksi yaitu 9,5 detik.

4.7.2. Perbandingan Reject Rate

Dari cycle time dan output yang di dapat akan dilihat perbandingan reject

rate antara kedua metode yaitu menggunakan operator atau dengan pengunaan

robot. Reject Rate yang diambil dihitung dan dilihat dari output produksi selama 1

bulan. Berikut adalah tabel 4.26. perbandingan reject rate dengan menggunakan

operator dan robot.

Tabel 4.26. Tabel Perbandingan Reject Rate

Dari tabel diatas reject rate produk dengan menggunakan operator yaitu dengan

total loss 506 pairs atau dengan persentase 0,50%, sedangkan dengan

menggunakan alat bantu robot didapati total loss 148 pairs atau dengan persentase

0,17% . Selisih reject rate diantara penggunaan robot dan operator adalah 358

pairs atau dengan persentase 0,33%.

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Dari pengolahan data dan analisis yang dilakukan, dibuat kesimpulan

sebagai berikut :

1. Perancangan alat bantu Jig dan EOAT efektif dilakukan dan efisien

diaplikasikan pada proses produksi torsion bar. Efisiensi biaya sebesar

14.89% dari rancangan awal dan juga lebih efisien sebesar 14,57% dari

alternatif kedua dengan menggunakan metode value engineering.

2. Dengan alat bantu jig ini, aplikasi lengan robot pada mesin injeksi torsion

bar berhasil dijalankan untuk sistem full-automatic dengan reduksi waktu

sebanyak 9,5 detik dari sistem semi-automatic sebelumnya.

3. Penggunaan alat bantu ini dapat menggurangi reject rate dalam proses

produksi torsion bar dimana dapat menurunkan total loss sebesar 1.3%.

6.1 Saran

1. Perlu dilakukan perencanaan untuk sistem otomasi dalam cakupan yang

lebih luas lagi dimasa yang akan dating, karena tulisan ini hanya membahas

otomatisasi dalam lingkup satu area mesin.

2. Sebaiknya untuk perbaikan sistem di masa yang akan datang, dilakukan

terlebih dahulu perencanaan secara matang. Hal ini dilakukan untuk

mencegah kasus yang serupa terjadi, yakni ketidakmampuan aplikasi lengan

robot untuk mesin injeksi torsion bar.

2

DAFTAR PUSTAKA

Berk, Joseph. Cost Reduction and Optimization for Manufacturing and Industrial

Companies. Scrivener Publishing LLC.

Dell'Isola, Alphonse. 1997. Value Engineering: Practical Applications. R.S. Means

Company Inc.

Dobson, Michael S and Deborah S. Dobson. 2012. Project Risk and Cost Analysis.

American Management Association.

Fatkhi, M. 2016.Perancangan Alat Uji Kekentalan Plastik dengan Kapasitas 4 cm3

dengan Kapasitas Maksimal 300oC. Tugas Akhir.Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta. DIY.

Hoffman, Edward G. 2004. Jig and Fixture Design. Thomson Learning Inc.

McGeorge, Denny. 1997. Construction Management. Blackwell Science Ltd.

Park, Richard J. 1999. Value Engineering: A Plan for Invention. CRC Press LLC.

Wiryono, S.K. 2012. An Improvement on Reactive Power Controller of Grid-connected

Inventer by Using Virtual Reactance Concept. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Younker, Del L. 2003. Value Engineering Analysis and Methodology. Marcel vc Dekker

Inc.