PERANCANGAN ALAT BANTU AKTIVITAS OPERATOR GREY …eprints.ums.ac.id/79115/11/Naskah Publikasi...

18
PERANCANGAN ALAT BANTU AKTIVITAS OPERATOR GREY DENGAN PENERAPAN ILMU ERGONOMI (Studi Kasus : PT. Delta Merlin Dunia Tekstil IV) Diajukan sebagai syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Disusun oleh : MUHAMMAD SHIDIQ HIDAYATULLAH D 600 150 101 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of PERANCANGAN ALAT BANTU AKTIVITAS OPERATOR GREY …eprints.ums.ac.id/79115/11/Naskah Publikasi...

PERANCANGAN ALAT BANTU AKTIVITAS OPERATOR GREY

DENGAN PENERAPAN ILMU ERGONOMI

(Studi Kasus : PT. Delta Merlin Dunia Tekstil IV)

Diajukan sebagai syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Disusun oleh :

MUHAMMAD SHIDIQ HIDAYATULLAH

D 600 150 101

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

1

PERANCANGAN ALAT BANTU AKTIVITAS OPERATOR GREY

DENGAN PENERAPAN ILMU ERGONOMI

(Studi Kasus : PT. Delta Merlin Dunia Tekstil IV)

Abstrak

Pada PT. DMDT IV Boyolali, aktivitas pemindahan roll kain menuju mesin

inspecting oleh operator grey dilakukan dengan cara pekerja mengangkat dan

memasang secara manual tanpa bantuan alat bantu yang ergonomis. Mengangkat roll

kain dengan berat 100 kg dalam posisi punggung membungkuk, leher membungkuk,

dan pegangan roll kain yang tidak sesuai dengan ukuran postur tubuh operator grey

dan berdasarkan pengamatan dengan kuesioner Nordic Body Map aktivitas ini

berpotensi besar menyebabkan kelelahan kerja dan keluhan muskuloskeletal.

Berdasarkan permasalahan yang ada, perlu diadakan perbaikan aktivitas kerja

operator grey dengan merancang usulan alat bantu yang bertujuan memperbaiki

postur kerja aktivitas kerja operator grey. Tahap dalam usulan perancangan alat bantu

tersebut terdiri dari penjabaran konsep rancangan, tujuan perancangan, penentuan

spesifikasi usulan rancangan alat bantu dengan menggunakan data anthropometri

dimensi tubuh masyarakat Indonseisa, perhitungan rancangan, dan validasi usulan

rancangan alat bantu yang dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian usulan

rancangan alat bantu dan penilaian level resiko simulasi postur kerja dengan metode

REBA. Hasil akhir penelitian ini adalah usulan rancangan kereta kain sebagai alat

bantu untuk mempermudah aktivitas operator grey yang mampu menurunkan level

resiko postur kerja, yaitu terjadi penurunan nilai level resiko REBA. Sebelum usulan

rancangan alat bantu, ketiga fase gerakan aktivitas operator grey memiliki nilai level

resiko sebesar 9, 12, dan 11. Nilai tersebut berarti level resiko tinggi dan sangat

tinggi sehingga diperlukan perbaikan yang segera. Setelah usulan rancangan alat

bantu dibuat dan dilakukan simulasi, fase gerakan berkurang menjadi dua gerakan

dan nilai level yang dihasilkan sebesar 3 dan 4. Nilai tersebut berarti level resiko kecil

dan sedang sehingga tidak diperlukan perbaikan yang segera.

Kata Kunci : PT. DMDT IV, Operator Grey, Muskulokeletal, Rancangan Alat

Bantu, REBA.

Abstract

At PT. DMDT IV Boyolali, the activity of moving the fabric roll to the inspecting

machine by the Operator Grey is done by means of workers lifting and installing it

manually without the aid of ergonomic aids. Lifting a roll of cloth weighing 100 kg in

the position of the back bent, neck bent, and the handle of the fabric roll that does not

fit the size of the Operator Grey posture and based on observations with the Nordic

Body Map questionnaire this activity has the potential to cause work fatigue and

musculoskeletal complaints. Based on the existing problems, it is necessary to

improve the gray operator work activities by designing proposed tools that aim to

2

improve the work posture of Operator Grey work activities. The stages in the

proposed design of the aid consists of elaborating the design concept, design

objectives, determining the specification of the proposed design of the aid using

anthropometric data of the Indonesian community body dimensions, design

calculation, and validating the proposal for the design of the assistive tool, which is

done in two ways, namely testing the proposed designcctools and risk level

assessment of work posture simulation using REBA method. The final result of this

study is the proposed fabric train design as a tool to facilitate the activities of

Operator Grey who are able to reduce the level of work posture risk, ie a decrease in

the value of REBA risk level. Before the proposed tool design, the three phases of the

gray operator activity movement have a risk level value of 9, 12, and 11. This value

means a high level of risk and very high so immediate repairs are needed. After the

proposed tool design is made and simulated, the movement phase is reduced to two

movements and the resulting level value is 3 and 4. This value means that the risk

level is small and moderate so no immediate repair is needed.

Keyword : PT. DMDT IV, Operator Grey, Musculoskeletal, Tool Design, REBA.

1. PENDAHULUAN

Perana manusia untuk tenaga kerja masih banyak digunakan di dunia industri,

khususnya pada kegiatan penanganan material. Hal ini didasari karena

penanganan material secara manual memiliki keuntungan, yaitu mobilitas dalam

memberikan kemudahan pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan

yang tidak beraturan (Nugroho dkk, 2013).

PT. DMDT IV adalah perusahaan industri bergerak dibidang tekstil

yaitu bidang penenunan kain. Salah satu kegiatan proses produksi pada

perusahaan tersebut adalah proses inspecting. Untuk menunjang kegiatan

inspecting terdapat pekerja yang bertugas mengambil roll kain dari mesin tenun

dengan cara mengambil roll kain dari mesin tenun kemudian memindahkan roll

kain tersebut menuju ke mesin inspecting, pekerja tersebut disebut dengan

operator grey. Para operator grey sering mengeluha sakit pada bahu, lengan, dan

punggung pada saat bekerja dengan alat bantu kereta kain yang ada. Keluhan

tersebut mengindikasikan operator grey mengalami keluhan muskuloskeletal

pada tubuh bagian atas yang disebabkan sikap kerja yang ekstrim serta alat bantu

yang belum sesuai standar dengan ukuran anthropometri tubuh manusia. Keluhan

musculoskeletal merupakan keluhan yang berada pada bagian otot skeletal atau

3

otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan ringan hingga

berat. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan membuat

usulan rancang alat bantu kereta kain yang digunakan untuk melakukan

pemindahan roll kain dari mesin tenun menuju mesin inspecting oleh operator

grey dengan memperbaiki postur kerja aktivitas kerja operator grey.

2. METODE

2.1 Ergonomi

Ergonomi adalh ergon (kerja) dan nomos (hukum alam). Didefinisi sebagai

studi tentang aspek - aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau

secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain

perancangan. Ergonomi bersinggungan juga dengan keselamatan dan

kenyamanan manusia, optimasi, efisiensi, dan kesehatan di tempat kerja.

Dibutuhkan studi sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya

saling berinteraksi dengan tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan

manusianya (Nurmianto, dalam Adha dkk, 2014).

2.2 Anthropometri

Wignjosoebroto (Mahmudah, 2011) menjelaskan istilahx anthropometrix

berasal dari “anthro” yang berarti manusiax dan “metri” yang berarti

ukuran. Anthropometri juga dapat dibilang suatux studib yang berkaitan

dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Pendekatan anthropometri

digunakan sebagai pertimbangan untuk desain perancangan alat maupun

fasilitas kerja manusia.

2.3 REBA (Rapid Entire Body Assissment)

Rapid Entire Body Assissment (REBA) merupakan metode untuk menilai

postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki dalam bidang

ergonomi seorang pekerja. Metode ini didalamnya mempertimbangkan

beberapa faktor, antara lain : faktor coupling, beban eksternal, dan aktivitas

kerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama

apabila digunakan untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada

suatu aktivitas. Terutama aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya

4

pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney,

2000).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rekapitulasi Data Nordic Body Map

Berdasarkan pengolahan data kuesioner pada tabel diatas dapat ditemukan

pada kategori sangat sakit keluhan tertinggi adalah punggung sebesar 75% .

Kategori sakit tertinggi terdapat pada leher, bahu kanan dan kiri, pinggang,

lengan atas kiri, siku kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, dan

tangan kanan sebesar 50%. Sedangkan kategori cukup sakit tertinggi terdapat

pada bagian lengan atas kanan sebesar 75%. Dapat disimpulkan diperlukan

perbaikan guna mengurangi resiko cidera pada bagian-bagian tubuh yang

telah disebutkan.

3.2 Penilaian Level Resiko Postur Kerja Dengan Metode REBA

Pada Penilaian level resiko postur kerja berawal dengan mengamati postur

kerja secara pengambilan gambar kemudian menilai postur dengan metode

REBA. Faktor postur kerja metode REBA meliputi postur A, yang terdiri

dari: neck (leher), trunk (punggung), dan legs (kaki). Postur B terdiri : upper

arm (lengan atas), lower arm (lengan bawah), dan wrist (pergelangan tangan).

Kemudian Faktor tambahan, antara lain : load (beban), coupling (pegangan),

dan activity (aktivitas). penilaian lever resiko ini terdapat 3 fase gerakan

operator grey yang dinilai dengan metode REBA.

3.2.1 Penilaian Fase Gerakan

Gambar 1. Penilaian Fase Gerakan Dengan Metode REBA

5

1) Postur A

Pada gambar 3.1 dipilih faktor neck = “0 to 20 degrees” dan

“neck is twisted…” karenakan leher berputar saat mengangkat

beban, faktor trunk = “20 to 60 degrees” dan “trunk is twisted….”

Dikarenakan punggung berputar saat mengnagkat beban. Faktor

legs = ”support in the two legs….” dan “more than 60 degrees”.

2) Postur B

Penilaian postur B pada faktor upper arm = “20 to 45 degrees” ,

“shoulder is raised” dikarenakan bahu terangkat saat membawa

beban, dan “arm is supported or person is leaning” dikarenakan

lengan juga membantu menahan beban yang diangkat. Faktor

lower arm = ”0 t0 60 degress…..”. Terakhir faktor wrist = ”more

than 15 degrees or more than…” dan “wrist is bent midline or

twisted” dikarenakan pergelangan tangan juga berputar.

3) Faktor Load (Beban)

Pada faktor ini dipilih ”load > 10kg” dikarenakan beban roll

kain yang diangkat adalah 100kg.

4) Faktor Coupling (Pegangan)

Pada faktor ini dipilih “poor” dikarenakan pegangan pada roll

kain yang tidak ergonomis.

5) Faktor Activity (Aktivitas)

Pada faktor ini dipilih “Action causes rapid large range…”

dikarenakan tumpuan kaki yang tidak stabil dan cenderung

berpindah-pindah.

6) Nilai Akhir Resiko

Ditemukan nilai sebesar 9. Nilai 9 masuk kedalam kelas 8 –

10 yang artinya resiko tinggi, diperlukan investigasi dan

perubahan.

6

3.2.2 Rekapitulasi Hasil Perhitungan

Setelah dilakukan penilaian terhadap 3 fase gerakan maka didapatkan

rekapitulasi perhitungan postur kerja fase-fase gerakan aktivitas operator

grey dengan metode REBA.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Metode REBA

Gerakan Skor Akhir Level Resiko Kategori Tindakan

Gerakan 1 9 Tinggi Investigasi & Perbaikan

Gerakan 2 12 Sangat Tinggi Perbaikan Segera

Gerakan 3 11 Sangat Tinggi Perbaikan Segera

3.3 Perancangan Alat Bantu Kereta Kain Operator Grey

3.3.1 Konsep Rancangan

Perancangan alat bantu kereta kain dilakukan dengan diawali

menjabarkan kebutuhan yang berisi keluhan dan keinginan alat bantu

yang sesuai dengan aktivitas kerja operator grey, kemudian dilanjutkan

dengan penjabaran tujuan rancangan agar sesuai dengan tujuan

penelitian.

3.3.2 Data Perancangan

Merupakan data yang diperlukan guna melakukan usulan rancangan alat

bantu kereta kain yang akan dibuat. Didalamnya terdapat data

anthropometri dimensi tubuh yang digunakan, perhitungan persentil, dan

data penunjang yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Seperti : data

panjang roll kain, lebar dan tinggi tumpuan roll pada mesin inspecting,

dan lain-lain.

Tabel 2. Data dan Perhitungan Persentil Perancangan

No Data Yang Diukur P 5 P 50 P 90 SD

1 Tinggi Bahu 116. 25 129. 5 142. 76 8. 06

2 Lebar Bahu Bagian Atas 23. 59 31. 85 40. 11 5. 02

3 Diameter Pegangan (maksimum) 45 48 51 2

7

3.3.3 Spesifikasi Perancangan

Tahap ini berisi penentuan spesifikasi usulan rancangan yang didalamnya

berisi perhitungan ukuran dimensi alat bantu kereta kain, yang akan

dibuat. Perhitungan tersebut terdiri dari :

1) Ukuran Lebar Pegangan kereta kain

Dataxyang digunakan adalah lebar pegangan persentil ke-50.

Berikut merupakan perhitungan lebar pegangan :

Lebar pegangan kereta kain = Lebar bahu bagian atas (P50)

= 31.85 cm.

≈ 32 cm.

2) Ukuran Ketinggian Pegangan

Data yang digunakan adalah tinggi bahu dengan persentil ke-5.

Berikut merupakan perhitungan lebar pegangan :

Ukuran ketinggian pegangan = Tinggi bahu (P5)

= 116.25 cm.

≈ 116 cm.

3) Ukuran Genggaman Pegangan

Data yang digunakan diameter pegangan maksimum dengan

persentil ke-50.

Ukuran diameter pegangan = Diameter pegangan

maksimum (P5)

= 48 mm.

≈ 5 cm.

4) Panjang Papan Landasan

Menggunakan data dimensi panjang roll kain yang akan diangkut

oleh operator grey.

Ukuran panjang papan landasan = 1400 mm.

= 140 cm.

8

5) Lebar Papan Landasan

Menggunakan dimensi lebar roll kain yang dibawa atau diangkut

oleh operator grey.

Ukuran lebar papan landasan = 680 mm. = 68 cm.

6) Pergerakan Papan Landasan

Menentukan pergerakan pergerakan papan landasan dengan

bantuan alat tambahan, yaitu pengungkit sistematis dengan jenis kelas

pengungkit tipe kedua. Pengungkit ini bertujuan untuk menggerakan

papan landasan demi memudahkan proses pemindahan roll kain

menuju mesin inspecting yang dilakukan oleh operator grey.

7) Panjang dan Diameter Pegangan Pengungkit

Menggunakan data ukuran genggam pegangan sebesar 5 cm

dan panjang pegangan sebesar 100 cm.

8) Tinggi dan Lebar Kereta Kain

Ukuran tinggi kereta kain di sesuaikan dengan dimensi ketinggian

landasan roll kain yang berada pada mesin inspecting. Sedangkan lebar

kereta kain ditentukan dengan ukuran luas area kerja dan jalur yang

area inspecting.

Ukuran panjang x lebar x tinggi kereta kain :

= 1450 mm x 800 mm x 460 mm.

= 145 cm x 80 cm x 46 cm.

3.3.4 Pembuatan Rancangan

Usulan rancangan alat bantu kereta kain dibuat berdasarkan dimensi yang

telah ditentukan. Pembuatan gambar usulan rancangan alat bantu kereta

kain dilakukan dengan menggunakan Solidworks.

9

Keterangan :

1. Pegangan pengungkit.

2. Pegangan kereta kain.

3. Pengungkit.

4. Papan landasan.

5. As papan landasan.

6. Roda.

7. Rangka kereta kain.

Gambar 2. Rancangan 3D Kereta Kain

3.4 Validasi Usulan Rancangan

3.4.1 Pengujian Rancangan

Untuk melakukan pengujian rancangan dilakukan dengan salah satu

fitur atau fasilitas pada solidworks. Akan tetapi pengujian ini hanya

mencakup beban pada struktur plat papan landasan dan bukan dijadikan

acuan perbandingan dalam skala nyatanya. Struktur plat papan landasan

ini dirancang mampu menahan beban maksimal seberat 100kg atau

980N.

Tegangan Von Mises merupakan suatu tegangan yang

menyebabkan kegagalan pada material apabila material mendapatkan

suatu tegangan triaksial yang menghasilkan energi regangan. Kegagalan

terjadi apabila besar energi regangan dari tegangan triaksial sama

dengan energi regangan dari uji tarik standar material ketika mulai

terjadi luluh (Bhandari, 1994: 93).

10

Berikut merupakan hasil pengujian tersebut :

Gambar 3. Hasil Uji Beban Perancangan

Analisis :

Setelah dilakukan pengujian, didapatkan tegangan Von Mises

yang terjadi akibat beban yang terdapat pada strukutur papan landasan.

Bahan dipilih dari pengaturan material rancangan pada solidworks

menggunakan bahan alloy steel dengan nilai Yield Strength sebesar

6,204x N/m2.. Gambar 3. menunjukkan hasil tegangan (Von Mises

Stress) maksimum ditunjukkan dengan warna merah sebesar

1,291x N/m2 dan tegangan (Von Mises Stress) minimum

ditunjukkan dengan warna biru sebesar 0 atau 1,076x N/m2.

Berdasarkan gambar 3. dapat dilihat bahwa nilai maksimum Von

Mises Stress sebesar 1,291x N/m2 dibawah nilai Yield Strength

sebesar 6,204x N/m2. Sehingga deformasi bersifat elastis dan

struktur rancangan dinyatakan aman pada beban 100 kg.

3.4.2 Penilaian Level Resiko Postur Kerja Setelah Perancangan

1) Simulasi Fase Gerakan

Pada proses ini terdapat pengukuran lever resiko postur kerja dengan

menggunakan usulan rancangan alat dibuat. Dilakukan dengan

langkah awal membuat simulasi fase gerakan yang dilakukan oleh

operator grey. Berikut merupakan simulasi fase gerakan operator

grey dengan usulan rancangan alat bantu yang telah dibuat :

11

A. Simulasi fase Gerakan 1

Gambar 4. Simulasi Fase Gerakan 1

B. Simulasi Fase Gerakan 2

Gambar 5. Simulasi Fase Gerakan 2

2) Perhitungan Nilai Level Resiko Dengan Usulan Rancangan

A. Penilaian Simulasi Fase Gerakan

Gambar 6. Penilaian Simulasi Fase Gerakan

12

Pada tahap ini dilakukan penilain level resiko REBA pada

simulasi fase gerakan dengan langkah – langkah yang sama seperti

penilaian level resiko REBA pada gambar 3.1. Telah ditemukan

level resiko pada kedua fase gerakan dengan nilai sebesar 3 dan 4

yang artinya resiko kecil dan sedang, serta tidak diperlukan

investigasi lanjut dan perbaikan yang segera.

3.4.3 Rekapitulasi Perbandingan Penilaian

Berikut merupakan perbandingan rekapitulasi penilaian postur kerja

antara sebelum dilakukan usulan perbaikan dengan sesudah dilakukan

usulan perbaikan.

Tabel 3. Rekapitulasi Perbandingan Penilaian

Tipe Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

Fase Gerakan 3 fase gerakan, yaitu :

menurunkan, memindah, dan

memasang roll kain.

2 fase gerakan, yaitu :

mendorong kereta kain

dan mengungkit alat

bantu guna

memindahkan roll kain.

Nilai Level Resiko 9, 12, 11 3 dan 4

Keterangan Resiko tinggi dan sangat tinggi. Resiko kecil dan sedang.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada

penelitian aktivitas operator grey di PT. DMDT IV, kesimpulannya adalah

sebagai berikut :

1) Ditemukan pada kategori sangat sakit keluhan tertinggi adalah punggung

sebesar 75% . Kategori sakit tertinggi terdapat pada leher, bahu kanan dan

kiri, pinggang, lengan atas kiri, siku kiri, lengan bawah kanan,

pergelangan tangan kanan, dan tangan kanan sebesar 50%. Sedangkan

kategori cukup sakit tertinggi terdapat pada bagian lengan atas kanan

13

sebesar 75%. Dapat disimpulkan diperlukan perbaikan guna mengurangi

resiko cidera pada bagian-bagian tubuh yang telah disebutkan.

2) Urutan langkah – langkah yang dilakukan guna merancang alat bantu

kereta kain dengan pendekatan anthropometri adalah : menentukan konsep

rancangan, mengumpulkan data perancangan, menentukan spesifikasi

rancangan, pembuatan rancangan, dan melakukan validasi usulan

rancangan.

3) Penelitian ini menghasilkan kereta kain sebagai usulan perbaikan

rancangan alat bantu aktivitas operator grey dengan dimensi lebar

pegangan kereta kain sebesar 55 cm. Ukuran ketinggian pegangan sebesar

116 cm, diameter pegangan 5 cm, panjang papan landasan sebesar 140

cm, dan lebar papan landasan sebesar 68 cm, panjang dan diameter

pegangan pengungkit sebesar 5cm dan 100 cm. Serta ditemukan ukuran

dimensi total kereta kain dengan panjang sebesar 145 cm, lebar 80 cm,

dan tinggi 46 cm.

4) Usulan rancangan alat bantu kereta kain mampu menurunkan level resiko

postur kerja aktivitas operator grey. Sebelum usulan perbaikan, ketiga

fase gerakan aktivitas operator grey didapatkan nilai level resiko REBA

sebesar 9, 12, dan 11 yang berarti level resiko tinggi dan sangat tinggi.

Sehingga berarti membutuhkan investigasi lanjut dan perbaikan yang

segera. Sedangkan setelah usulan perbaikan rancangan dibuat, untuk fase

gerakan berkurang menjadi dua fase gerakan. Serta ditemukan nilai level

resiko REBA sebesar 3 dan 4 yang berarti level resiko kecil dan sedang.

Sehingga berarti tidak membutuhkan investigasi lanjut dan segera.

4.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah diselesaikan, maka saran yang diberikan

untuk pengembangan atau penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :

1) Pada penelitian selanjutnya usulan rancangan alat bantu yang telah dibuat

dapat dimodifikasi ulang atau dikembangkan secara lebih lanjut. Salah

14

satunya bisa dengan meningkatkan mekanisme kerja alat ataupun

fleksibilitas alat bantu tersebut.

2) Usulan rancangan alat bantu yang telah dibuat dapat di desain ulang dan

lebih diperdalam rancangan strukturnya dengan memperhitungkan

perhitungan mekanika teknik yang lebih lanjut. Dikarenakan pada

penelitian ini hanya berfokus pada usulan rancangan alat bantu guna

memperbaiki postur tubuh dan mengurangi nilai level resiko REBA pada

aktivitas operator grey.

DAFTAR PUSTAKA

Adha, E. Z. I. R., Yuniar, & Desrianty, A. (2014). Usulan Perbaikan Stasiun Kerja

pada PT. Sinar Advertama Servicindo ( SAS ) Berdasarkan Hasil Evaluasi

Menggunakan Metode Quick Exposure Check ( QEC ) *. Jurnal Online

Institut Teknologi Nasional., 02(04).

Bhandari, V.B. (1994). Design of Machine Elements. New Delhi : Tata McGrawHill.

Hignelt, S., McAtamney, L. (2000). Rapid Entire Body Assesment (REBA). Applied

Ergonomics. 31. 201 – 205.

Mahmudah, F. (2011). Perancangan Alat Bantu Aktivitas Bongkar Pupuk

Berdasarkan Kajian Ergonomi (Studi Kasus: UD. Karya Tani, Pedan, Klaten).

Skripsi. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret.

Nugroho Bayu P. T., Rochman, T., & Iftadi, I. “(2013). Usulan Rancangan Troli

Sebagai Alat Bantu Angkut Karung Gabah Dalam Rangka Perbaikan Postur

Kerja di Penggilingan Padi ( Studi Kasus : Penggilingan Padi di Sragen ).

Performa, 12(1), 9–18.