Perancangan

40
- 1 - MODUL VIII JUDUL : SISTEM SARAF BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu: Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya; mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor. Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi. Sistem saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar. B. Ruang Lingkup Isi - Otak - Syaraf Cranial - Syaraf spinal - Organ sensorik C. Kaitan Modul Modul ini merupakan modul ke delapan yang membahas tentang sistem Saraf pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital pada ikan. D. Sasaran Pembelajaran Modul Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan tentang sistem saraf pada ikan 2. Menjelaskan tentang fungsi sistem saraf dan fungsi organ saraf tersebut

Transcript of Perancangan

Page 1: Perancangan

- 1 -

MODUL VIII JUDUL : SISTEM SARAF BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu:

Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya;

mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja

kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat

tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak,

dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.

Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi.

Sistem saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari

saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan

bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.

B. Ruang Lingkup Isi

- Otak

- Syaraf Cranial

- Syaraf spinal

- Organ sensorik

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke delapan yang membahas tentang sistem Saraf

pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya

yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menjelaskan tentang sistem saraf pada ikan

2. Menjelaskan tentang fungsi sistem saraf dan fungsi organ saraf tersebut

Page 2: Perancangan

- 2 -

BAB II. PEMBAHASAN

A. OTAK

Otak terdapat pada susunan saraf pusat. Otak ikan dapat dibagi menjadi lima bagian

yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan

myelencephalon.

Telencephalon

Otak bagian depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon

sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Saraf utama yang keluar

dari daerah ini adalah saraf olfactory (saraf cranial I). Pada ikan yang mengutamakan

pembauan untuk mencari mangsanya, otak bagian depan menjadi lebih berkembang.

Ikan tilapia tertentu yang biasa memberikan perhatian dan perlindungan terhadap

anaknya, setelah telencephalonnya dirusak menjadi bersifat tidak acuh terhadap anak-

anaknya. Ikan Betta splendens akan kehilangan tingkah laku seksnya akibat

pengrusakan telencephalon.

Diencephalon

Terletak pada bagian belakang telencephalon. Bagian ventral dari

dienchephalon adalah hypothalamus, bagian dorsalnya epithalamus dan bagian

lateralnya dinamakan thalamus. Epithalamus adalah bagian yang nampak pada

dorsal dari otak. Struktur yang paling nyata ialah dua tonjolan dorsal yang tunggal,

yaitu epifise (organ pineal) di sebelah belakang dan parafise (organ parapineal)

disebelah depannya. Keduanya tumbuh sebagai evaginasi dari diencephalons embrio.

Pada Cyclostomata, dinding otak yang terdapat di atas badan pineal menjadi

transparan dan kulit kepala yang ada di atasnya tidak mempunyai pigmen. Dengan

demikian cahaya yang sampai di kepala ikan ini akan mengenai badan pineal.

Beberapa ikan hiu (Squaliformes) pun ada yang tidak berpigmen pada daerah kepala

tersebut, tetapi badan pinealnya kurang berkembang bila diibandingkan dengan

Cyclostomata. Ikan-ikan yang mempunyai kulit kepala transparan umumnya hidup

di daerah yang agak dalam dan termasuk yang suka beruaya vertikal. Ikan yang

bersifat fototaksis positif, di kepalanya terdapat daerah yang tidak berpigmen dan atap

cranial yang transparan di atas diencephalon. Dan sebaliknya ikan yang bersifat

fototaksis negatif pada kepalanya terdapat jaringan yang menghalangi cahaya.

Page 3: Perancangan

- 3 -

Mesencephalon

Otak bagian tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang

lobus opticus yang bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut

aferent dari retina. Mesencephalon pada ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat

penglihatan. Lobus opticus terdiri dari tectum opticum di bagian atas tegmentum di

bagian bawah. Tectum opticum merupakan organ koordinator yang melayani

rangsang penglihatan. Bayangan yang terjadi pada retina mata akan dipetakan pada

tectum opticum. Sedang tegmentum merupakan pusat sel-sel motoris. Pada

mesencephalon terdapat bagian menonjol yang disebut Cerebellum, memiliki fungsi

utama yaitu mengatur kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan

daya orientasi terhadap ruang. Pada ikan bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua

bagian besar, yaitu valvula cerebelli dan corpus cerebelli yang besarnya tergantung

spesiesnya. Beberapa jenis ikan yang memiliki cerebellum relatif besar, utamanya

ikan yang menghasilkan listrik (mormyridae) dan ikan perenang cepat (mackerel dan

tuna).

Myelencephalon

Bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata sebagai

komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan

rangsangan keluar melalui saraf cranial.

Saraf cranial III-X keluar dari medulla oblongata. Di medulla Pada Pada ikan

clupea pallasi, mugil cephalus dan Trachiurus, medulla oblongata membesar, dibagian

ini terdapat organ yang dinamakan cristae cerebelli yang diduga saraf ini ada

hubungannya dengan kecendrungan ikan untuk berkelompok.

B. SARAF CRANIAL

Sebagian besar saraf cranial (SC) berhubungan dengan bagian-bagian kepala, selain

dari itu ditemukan juga yang berhungan dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Dari

otak sendiri terdapat sebelas saraf cranial yang menyebar ke organ-organ sensory

tertentu dan otot-otot tertentu.

Saraf terminal (SC 0) adalah suatu saraf kecil yang bergabung dengan saraf cranial I,

yang berhubungan dengan otak depan, dan serabut-serabut saraf terbesar yang

mengelilingi ’’olfactory bulb”. Saraf olfactory (SC I) menghubungkan organ

olfactory dengan pusat olfactory otak depan, fungsinya membawa impuls bau-bauan.

Page 4: Perancangan

- 4 -

Saraf optic (SC II) menghubungkan retina mata dengan tectum opticum dan berfungsi

membawa impuls penglhata. Saraf oculometer (SC III) berfungsi sebagai saraf motor

somatik yang mengatr otot mata superior rectus, inferior oblique, inferior rectus dan

internal rectus. Saraf ini berhubungan dengan otak mesenchepalon dan merupakan

saraf motor somatik.

Saraf trochlear (SC IV) menginervasi otot mata superior oblique. Saraf motor

somatik ini berhubungan dengan mesencephalon.

KET. I. olfactory nerve; II. optic nerve; III. oculamotor nerve; trochlear nerve; V. Trigeminal nerve; VI. Abducens nerve; VII. Facial nerve; 1-6. octavus nerve (VIIIa anterior ramus; VIIIp. Posterior ramus); ALLN. Anterior lateral line nerve; PLLN. Posterior lateral line nerve; IX. Glossopharyngeal nerve;X vagal nerve; C. Cerebellum; D. Diencephalon; R. Rhombocephalon;T. Telencephalon; TE. Tectum mesencephali.

Gambar 1. Topografi secara umum otak ikan

C. SPINAL CORD DAN SARAF SPINAL

Saraf cranial merupakan lanjutan medulla oblongata dan sampai ke bagian depan

ekor. Batas antara medulla oblongata dengan spinal cord tidak jelas. Spinal cord

merupakan suatu tabung, tetapi alur pusatnya (central canal) berdiameter kecil

dibandingkan dengan dindingnya. Sekeliling alur pusat membentuk pola yang

menyerupai sepasang sayap kupu-kupu pada potongan melintangnya (Gambar 12.2).

Bagian ini merupakan bahan kelabu (gray matter) yang terdiri dari sel-sel saraf dan

dikelilingi oleh serabut-serabut saraf (white matter). Serabut-serabut saraf ini

Page 5: Perancangan

- 5 -

dibungkus dan dkumpulkan dalam satu ikatan sesuai dengan fungsinya. Bahan

kelabu dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sepasang tanduk dorsal (anterior

horn) dan sepasang tanduk vetral (posterior horn). Tanduk dorsal menerima serabut

sensori visceral dan somatic, dan tanduk venral berisikan inti saraf motor. (Gambar

12.3).

Gambar 2. Potongan melintang spinal cord ikan cucut (Laglar et al., 1977)

D. SISTEM INDERA

Page 6: Perancangan

- 6 -

Sistem indera memerlukan bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan indera

dengan sistem saraf pusat. Organ indera ialah sel-sel tertentu yang dapat menerima

stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai

impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf.

Berdasarkan sumber stimulus, organ indera dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Eksoreseptor yaitu reseptor raba dan penlihatan, menerima impuls dari medium

sekitarnya. 2) Propioseptor yaitu yang menerima stimulus dari otot, sendi, urat, dan

kanalis semikularis, memberitahu organisme sampai seberapa otot harus ditekuk

untuk mendapatkan posisi yang tepat dalam ruangan.

3) Enteroseptor iaiah yang menermia stimulus oleh faktor - faktordi dalam

lingkungan dalam tubuh, jadi mempengaruhi kerjanya otot polos dan kelenjar.

Eksteroseptor dan proprioseptor adalah somatis, dan enteroseptor adalah organ indera

visceral.

Berdasarkan macam rangsangan yang mempengaruhinya, organ indera dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Fotoreseptor ialah yang peka terhadap cahaya. 2)

Statoreseptor ialah vanq peka terhadap perubahan posisi tubuh dani ruang. 3)

Khemoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan bahan kimia di dalam

linkugannya. 4) Fonoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan getaran suara dari

medium yang mempunyai frequensi relatif tinggi. 5) Mekanoreseptor ialah yang peka

terhadap rangsangan mekhanik, seperti rabaan, tekanan atau gesekan. 6)

thermoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan panas atau dingin.

MATA

Secara garis besar struktur mata pada ikan adalah sama dengan pada organisme

vertebrata lainnya, terdiri dari ruang depan, iris, lensa, ruang vitroeus yang berisikan

cairan kental yang dinamakan ”Vitroeus humor” dan dibatasi oleh retina. Mata peka

terhadap cahaya, dan komponen fungsionil utamanya ialah retina yang

pertumbuhannya berasal dari diensefalon. Diensefalon pada embrio memperlihatkan

sepasang evaginasi lateral yang dinamakan veskikula optic. Bagian ujung distalnya

dari vesikula ini memperlihatkan invaginasi yang kemudian terbentuk cawan optic.

Dinding sebelah dalam yang membatasi rongga cawan, tumbuh menjadi retina,

sedangkan yang sebelah luarnya tetap tipis merupakan lapisan pigmen dari retina.

Page 7: Perancangan

- 7 -

Lapisan ektoderm di depan kapsula optik akan membentuk plakoda yang mengalami

invaginasi dan membentuk lensa.

Retina ialah selaput saraf yang terletak di bagian belakang dari ronqqa mata.

Unsur - unsur saraf dari retina terdiri atas batang dan kerucut yang peka terhadap

cahaya yang panjang gelombangnya bermacam macam. Retina dan rongga bola mata

berada di sebelah dalam lapisan khoroid yang berpigmen, dan terbuka pada lubang

pupil. Berkas cahaya masuk kedalam mata melalui pupil. Bagian dari lapisan khoroid

di sekeliling pupil dinamakan iris.

Mata agak datar pada bagian anterior sehingga lensa yang cembung hampir

menyentuh cornea yang merupakan bagian transparana yang penting dari ”scleroid

coat” biji mata. Lapisan choroid terletak diantara retina dan sclera. Sclera

Elasmobranchia dan Teleostei agak kaku karena adanya struktur rawan. Seringkali

teleostei mempunyai satu atau dua scleral ossicles sebagai penunjang terhadap

struktur rawan tersebut (Munz, 1971). Mata ikan dilengkapi dengan tiga pasang otot

oculomotor.

Gambar 3. Mata dan bagian-bagiannya

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai

sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

Page 8: Perancangan

- 8 -

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta

penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi.

Sistem saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari

saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan

bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.

Unit terkecil system saraf adalah sel saraf atau neuron. Neuron merupakan sel

fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi

dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensial aksi

merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi.

Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf

dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

A. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

B. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.

Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

C. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-

Hall of India Private Limited, New Delhi

D. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

E. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

F. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 9: Perancangan

- 9 -

MODUL VIII JUDUL : SISTEM SARAF BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu:

Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya;

mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja

kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat

tinggi). Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak,

dibantu oleh organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.

Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi.

Sistem saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari

saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan

bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.

B. Ruang Lingkup Isi

- Otak

- Syaraf Cranial

- Syaraf spinal

- Organ sensorik

C. Kaitan Modul

Modul ini merupakan modul ke delapan yang membahas tentang sistem Saraf

pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya

yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital pada ikan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

3. Menjelaskan tentang sistem saraf pada ikan

4. Menjelaskan tentang fungsi sistem saraf dan fungsi organ saraf tersebut

Page 10: Perancangan

- 10 -

BAB II. PEMBAHASAN

A. OTAK

Otak terdapat pada susunan saraf pusat. Otak ikan dapat dibagi menjadi lima bagian

yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan

myelencephalon.

Telencephalon

Otak bagian depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon

sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Saraf utama yang keluar

dari daerah ini adalah saraf olfactory (saraf cranial I). Pada ikan yang mengutamakan

pembauan untuk mencari mangsanya, otak bagian depan menjadi lebih berkembang.

Ikan tilapia tertentu yang biasa memberikan perhatian dan perlindungan terhadap

anaknya, setelah telencephalonnya dirusak menjadi bersifat tidak acuh terhadap anak-

anaknya. Ikan Betta splendens akan kehilangan tingkah laku seksnya akibat

pengrusakan telencephalon.

Diencephalon

Terletak pada bagian belakang telencephalon. Bagian ventral dari

dienchephalon adalah hypothalamus, bagian dorsalnya epithalamus dan bagian

lateralnya dinamakan thalamus. Epithalamus adalah bagian yang nampak pada

dorsal dari otak. Struktur yang paling nyata ialah dua tonjolan dorsal yang tunggal,

yaitu epifise (organ pineal) di sebelah belakang dan parafise (organ parapineal)

disebelah depannya. Keduanya tumbuh sebagai evaginasi dari diencephalons embrio.

Pada Cyclostomata, dinding otak yang terdapat di atas badan pineal menjadi

transparan dan kulit kepala yang ada di atasnya tidak mempunyai pigmen. Dengan

demikian cahaya yang sampai di kepala ikan ini akan mengenai badan pineal.

Beberapa ikan hiu (Squaliformes) pun ada yang tidak berpigmen pada daerah kepala

tersebut, tetapi badan pinealnya kurang berkembang bila diibandingkan dengan

Cyclostomata. Ikan-ikan yang mempunyai kulit kepala transparan umumnya hidup

di daerah yang agak dalam dan termasuk yang suka beruaya vertikal. Ikan yang

bersifat fototaksis positif, di kepalanya terdapat daerah yang tidak berpigmen dan atap

cranial yang transparan di atas diencephalon. Dan sebaliknya ikan yang bersifat

fototaksis negatif pada kepalanya terdapat jaringan yang menghalangi cahaya.

Page 11: Perancangan

- 11 -

Mesencephalon

Otak bagian tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang

lobus opticus yang bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut

aferent dari retina. Mesencephalon pada ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat

penglihatan. Lobus opticus terdiri dari tectum opticum di bagian atas tegmentum di

bagian bawah. Tectum opticum merupakan organ koordinator yang melayani

rangsang penglihatan. Bayangan yang terjadi pada retina mata akan dipetakan pada

tectum opticum. Sedang tegmentum merupakan pusat sel-sel motoris. Pada

mesencephalon terdapat bagian menonjol yang disebut Cerebellum, memiliki fungsi

utama yaitu mengatur kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan

daya orientasi terhadap ruang. Pada ikan bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua

bagian besar, yaitu valvula cerebelli dan corpus cerebelli yang besarnya tergantung

spesiesnya. Beberapa jenis ikan yang memiliki cerebellum relatif besar, utamanya

ikan yang menghasilkan listrik (mormyridae) dan ikan perenang cepat (mackerel dan

tuna).

Myelencephalon

Bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata sebagai

komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan

rangsangan keluar melalui saraf cranial.

Saraf cranial III-X keluar dari medulla oblongata. Di medulla Pada Pada ikan

clupea pallasi, mugil cephalus dan Trachiurus, medulla oblongata membesar, dibagian

ini terdapat organ yang dinamakan cristae cerebelli yang diduga saraf ini ada

hubungannya dengan kecendrungan ikan untuk berkelompok.

B. SARAF CRANIAL

Sebagian besar saraf cranial (SC) berhubungan dengan bagian-bagian kepala, selain

dari itu ditemukan juga yang berhungan dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Dari

otak sendiri terdapat sebelas saraf cranial yang menyebar ke organ-organ sensory

tertentu dan otot-otot tertentu.

Saraf terminal (SC 0) adalah suatu saraf kecil yang bergabung dengan saraf cranial I,

yang berhubungan dengan otak depan, dan serabut-serabut saraf terbesar yang

mengelilingi ’’olfactory bulb”. Saraf olfactory (SC I) menghubungkan organ

olfactory dengan pusat olfactory otak depan, fungsinya membawa impuls bau-bauan.

Page 12: Perancangan

- 12 -

Saraf optic (SC II) menghubungkan retina mata dengan tectum opticum dan berfungsi

membawa impuls penglhata. Saraf oculometer (SC III) berfungsi sebagai saraf motor

somatik yang mengatr otot mata superior rectus, inferior oblique, inferior rectus dan

internal rectus. Saraf ini berhubungan dengan otak mesenchepalon dan merupakan

saraf motor somatik.

Saraf trochlear (SC IV) menginervasi otot mata superior oblique. Saraf motor

somatik ini berhubungan dengan mesencephalon.

KET. I. olfactory nerve; II. optic nerve; III. oculamotor nerve; trochlear nerve; V. Trigeminal nerve; VI. Abducens nerve; VII. Facial nerve; 1-6. octavus nerve (VIIIa anterior ramus; VIIIp. Posterior ramus); ALLN. Anterior lateral line nerve; PLLN. Posterior lateral line nerve; IX. Glossopharyngeal nerve;X vagal nerve; C. Cerebellum; D. Diencephalon; R. Rhombocephalon;T. Telencephalon; TE. Tectum mesencephali.

Gambar 1. Topografi secara umum otak ikan

C. SPINAL CORD DAN SARAF SPINAL

Saraf cranial merupakan lanjutan medulla oblongata dan sampai ke bagian depan

ekor. Batas antara medulla oblongata dengan spinal cord tidak jelas. Spinal cord

merupakan suatu tabung, tetapi alur pusatnya (central canal) berdiameter kecil

dibandingkan dengan dindingnya. Sekeliling alur pusat membentuk pola yang

menyerupai sepasang sayap kupu-kupu pada potongan melintangnya (Gambar 12.2).

Bagian ini merupakan bahan kelabu (gray matter) yang terdiri dari sel-sel saraf dan

dikelilingi oleh serabut-serabut saraf (white matter). Serabut-serabut saraf ini

Page 13: Perancangan

- 13 -

dibungkus dan dkumpulkan dalam satu ikatan sesuai dengan fungsinya. Bahan

kelabu dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sepasang tanduk dorsal (anterior

horn) dan sepasang tanduk vetral (posterior horn). Tanduk dorsal menerima serabut

sensori visceral dan somatic, dan tanduk venral berisikan inti saraf motor. (Gambar

12.3).

Gambar 2. Potongan melintang spinal cord ikan cucut (Laglar et al., 1977)

D. SISTEM INDERA

Page 14: Perancangan

- 14 -

Sistem indera memerlukan bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan indera

dengan sistem saraf pusat. Organ indera ialah sel-sel tertentu yang dapat menerima

stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan sebagai

impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf.

Berdasarkan sumber stimulus, organ indera dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Eksoreseptor yaitu reseptor raba dan penlihatan, menerima impuls dari medium

sekitarnya. 2) Propioseptor yaitu yang menerima stimulus dari otot, sendi, urat, dan

kanalis semikularis, memberitahu organisme sampai seberapa otot harus ditekuk

untuk mendapatkan posisi yang tepat dalam ruangan.

3) Enteroseptor iaiah yang menermia stimulus oleh faktor - faktordi dalam

lingkungan dalam tubuh, jadi mempengaruhi kerjanya otot polos dan kelenjar.

Eksteroseptor dan proprioseptor adalah somatis, dan enteroseptor adalah organ indera

visceral.

Berdasarkan macam rangsangan yang mempengaruhinya, organ indera dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Fotoreseptor ialah yang peka terhadap cahaya. 2)

Statoreseptor ialah vanq peka terhadap perubahan posisi tubuh dani ruang. 3)

Khemoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan bahan kimia di dalam

linkugannya. 4) Fonoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan getaran suara dari

medium yang mempunyai frequensi relatif tinggi. 5) Mekanoreseptor ialah yang peka

terhadap rangsangan mekhanik, seperti rabaan, tekanan atau gesekan. 6)

thermoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan panas atau dingin.

MATA

Secara garis besar struktur mata pada ikan adalah sama dengan pada organisme

vertebrata lainnya, terdiri dari ruang depan, iris, lensa, ruang vitroeus yang berisikan

cairan kental yang dinamakan ”Vitroeus humor” dan dibatasi oleh retina. Mata peka

terhadap cahaya, dan komponen fungsionil utamanya ialah retina yang

pertumbuhannya berasal dari diensefalon. Diensefalon pada embrio memperlihatkan

sepasang evaginasi lateral yang dinamakan veskikula optic. Bagian ujung distalnya

dari vesikula ini memperlihatkan invaginasi yang kemudian terbentuk cawan optic.

Dinding sebelah dalam yang membatasi rongga cawan, tumbuh menjadi retina,

sedangkan yang sebelah luarnya tetap tipis merupakan lapisan pigmen dari retina.

Page 15: Perancangan

- 15 -

Lapisan ektoderm di depan kapsula optik akan membentuk plakoda yang mengalami

invaginasi dan membentuk lensa.

Retina ialah selaput saraf yang terletak di bagian belakang dari ronqqa mata.

Unsur - unsur saraf dari retina terdiri atas batang dan kerucut yang peka terhadap

cahaya yang panjang gelombangnya bermacam macam. Retina dan rongga bola mata

berada di sebelah dalam lapisan khoroid yang berpigmen, dan terbuka pada lubang

pupil. Berkas cahaya masuk kedalam mata melalui pupil. Bagian dari lapisan khoroid

di sekeliling pupil dinamakan iris.

Mata agak datar pada bagian anterior sehingga lensa yang cembung hampir

menyentuh cornea yang merupakan bagian transparana yang penting dari ”scleroid

coat” biji mata. Lapisan choroid terletak diantara retina dan sclera. Sclera

Elasmobranchia dan Teleostei agak kaku karena adanya struktur rawan. Seringkali

teleostei mempunyai satu atau dua scleral ossicles sebagai penunjang terhadap

struktur rawan tersebut (Munz, 1971). Mata ikan dilengkapi dengan tiga pasang otot

oculomotor.

Gambar 3. Mata dan bagian-bagiannya

INDIKATOR PENILAIAN

1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai

sasaran

akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)

Page 16: Perancangan

- 16 -

2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok

bahasan (30%)

3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta

penampilan

(30%)

BAB III. PENUTUP

Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi.

Sistem saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari

saraf cranial dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan

bagian dari sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.

Unit terkecil system saraf adalah sel saraf atau neuron. Neuron merupakan sel

fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi

dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensial aksi

merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi.

Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf

dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

G. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek

Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB

H. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.

Ichthyology.

Second edition. John Wiley & Sons, New York

I. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-

Hall of India Private Limited, New Delhi

J. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.

Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

K. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.

L. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas

Perikanan, IPB

Page 17: Perancangan

- 17 -

LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

( L K P P ) ==================================================

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL

Judul :

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

Oleh :

Ir. H. Iskandar Renta,MT.

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

Nomor : H-469/H4-23/PM-15/08

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL JURUSAN SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

FEBRUARI 2008

Page 18: Perancangan

- 18 -

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2007

Judul : PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN N a m a : Ir. H. Iskandar Renta,MT.

NIP : 130 937 003

Pangkat/Golongan : Pembina Tingkat I /IV b

Jurusan : Teknik sipil

Fakultas / Unuversitas : Tenik / Universitas Hasanuddin

Jangka Waktu kegiatan : 1 (satu) bulan)

Mulai 04 Januari s/d 04 Pebruari 2008

Biaya : Rp. 4.000.000,- ( Empat juta rupiah ),-

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin

Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

Nomor : H-469/H4.23/PM-15/2008

Makassar , 04 Januari 2008

Mengetahui : Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Pembuat Modul Dekan, Prof. Dr. Ir.H.M. Saleh Pallu, M.Eng Ir. H. Iskandar Renta,MT. NIP. 131 287 807 NIP. 130 937 003

Page 19: Perancangan

- 19 -

Kata Pengantar

Perancangan Geometrik Jalan merupakan salah satu prasarana transpotasi yang cukup

kompleks, karena dijaringan tersebut terjadi pergerakan perpindahan moda

transportasi dari darat ke udara dan dari darat ke laut. Disamping itu pada masing-

masing bagian elemen-elemen geometrik jalan mempunyai karakteristik pergerakan

yang berbeda satu dengan yang lain sehingga perlu mendapat perhatian.

Bagian-bagian geometrik jalan yang perlu mendapat perhatian itu adalah pada bagian

lokasi yang dilewati trase, keadaan tanah, tipe tikugan, jarak pandang, alinemen

horizontal dan vertikal, drainase air hujan, tipe persimpangan, dan lokasi penempatan

rambu-rambu jalan.

Banyak hal dari bagian-bagian geometrik jalan yang perlu dipelajari mengingat

bentuk Negara kita yang terdiri dari ribuan pulau sehingga moda transportasi darat

merupakan alat transportasi yang cukup efisien bagi kelancaran komunikasi, ekonomi,

dan transportasi itu sendiri. Tetapi mengingat keterbatasan waktu yang ada untuk

mata kuliah transportasi, maka apa diberikan disini hanya merupakan dasar

perancangan fisik saja, bagi yang berminat untuk mengetahui lebih jauh lagi

mengenai karakteristi geometrik jalan dapat lebih mendalami dalam pengerjaan Tugas

Akhir

Kepada Pimpinan Universitas dan khususnya Ketua Lembaga Kajian dan

Pengembangan Pendidikan beserta segenap karyawannya, penulis mengucapkan

terima kasih yang telah berkenaan memberikan kesempatan mengikuti pelatihan

Program Transformasi dari Teaching Ke Learning. Terima kasih kepada Panitia,

Riviewer dan fasilitator yang telah membantu serta membimbing dalam pembuatan

modul ini. Ucapan terimah kasih juga kepada pimpinan Fakultas, Ketua Jurusan Sipil,

para Dosen mata kuliah tersebut yang telah memberikan saran dan bahan yang

berguna sehingga modul ini dapat disusun.

Demikianlah semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis sangat

mengharapkan saran dan keritik dari para pembaca demi perbaikan modul ini.

P e n u l i s,

Page 20: Perancangan

- 20 -

PETA KEDUDUKAN MODUL

MODUL I

A. Pengertian Standar Desain Geometrik Jalan

B. Penentuan Lokasi (Route Location)

MODUL II

D. Kriteria Perancangan Geometrik Jalan

C. Pengertian Elemen Perancangan

MODUL III

F. Drainase Jalan E. Galian dan timbunan

MODUL IV

G. Pengertian Dasar-Dasar Perancangan Simpang

H. Perlengkapan Jalan (Road Furniture)

Page 21: Perancangan

- 21 -

URAIAN SINGKAT MATA KULIAH 1. Deskripsi Matakuliah Perancangan Geometrik Jalan membahas tentang standar desain

perancangan geometrik jalan, penentuan lokasi (Route location), kriteria perancangan

geometrik jalan, elemen-elemen perancangan, drainase jalan, galian dan timbunan,

dasar-dasar perancangan simpang, dan perlengkapan jalan (Route purniture), serta

pada akhir (minggu 16) dilakukan uji kompetensi.

2. Sasaran pembelajaran Sasaran pembelajaran berdasarkan uraian diatas adalah :

1. Mampu menjelaskan syarat-syarat dan peraturan desain geometrik jalan

2. Mampu menyususn tiga alternatif dalam penentuan lokasi trase jalan

3. Mampu menjelaskan dan menyusun urutan-urutan kriteria yang cocok

digunakan dalam perancangan geometrik jalan

4. Mampu menjelaskan dan menghitung alinemen horisontal dan vertikal

5. Mampu menjelaskan dan menentukan tipe/bentuk bangunan drainase yang

dipilih dalam trase jalan yang terpilih

6. Mampu menjelaskan dan menentukan lokasi/volume galian dan timbunan pada

profil memanjang dan cross section (potongan melintang jalan)

7. Mampu menjelaskan dan menentukan tipe simpang sesuai dengan kebutuhan

dalam perancangan geometrik jalan antar kota.

8. Mampu menjelaskan dan menetapkan jenis perlengkapan jalan yang

disesuaikan dengan kebutuhan untuk pengguna jalan dalam perancangan jalan

9. Mampu menyusun draf langkah-langkah pemecahan kasus yang akan

digunakan disertai alasan-alasannya.

3. Modul-Modul Pembelajaran

Modul pembelajaran yang akan dilaksanakan meliputi :

a. Orientasi matakuliah dan tes kemampuan kompetensi awal

b. Penyusunan alur pemikiran obyek perancangan, meliputi standar desain,

kriteria perancangan, lokasi jalan, klasifikasi jalan, alinemen horisontal dan

vertikal, tipe simpang, dan perlengkapan jalan

Page 22: Perancangan

- 22 -

c. Tugas kecil disesuaikan dengan objek yang berbeda, meliputi penentuan 3

alternatif lokasi trase jalan, propil memanjang, galian dan timbunan, drainase

jalan, penempatan perlengkapan jalan, propil melintang jalan, jenis tikungan,

pendakian dan penurunan, tugas ini didiskusikan dalam ruang kelas secara

individu maupun kelompok.

d. Diluar kelas diharapkan mahasiswa mengakses tulisan-tulisan lewat internet

yang berkaitan dengan tugas-tugas kelompok demi mengikuti perkembagan

matakuliah tersebut.

e. Tugas besar meliputi penyusunan secara konsep dasar perancangan bangunan

sipil yang lengkap, boleh berkelompok maksimal 2 orang dan individu yang

dilaksanakan diluar kelas yang dipriksa oleh asisten yang elah ditunjuk oleh

dosen koordinator matakuliah, dan merupakan persyaratan untuk lulus

matakuliah tersebut. Berikut ini skema alur modul pembelajaran matakuliah

Perancangan geometrik jalan :

Kuliah Interaktif Kerja kelas (PBL) Cooperative Learning Diskusi dan Presentasi (CBL).

Skema 1 : Alur Modul Pembelajaran Matakuliah Perancanag Geometrik Jalan

Orientasi Matakuliah

Konsep Dasar rancangan Matakuliah

TUGAS KECIL I,II,III,dst

TUGAS BESAR

Page 23: Perancangan

- 23 -

MEKANISME DAN RANCANGAN PELAKSANAAN

Mekanisme dari proses pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk pencapaian

sasaran pembelajaran dirancang dengan berbasis pada mahasiswa melalui pendekatan

pembelajaran yang diuraikan pada tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 : Pendekatan Pembelajaran

Tugas Baca

(Cooperative Learning)

Bagian ini mengajak dan mengarahkan mahasiswa untuk senantiasa mengacu pada landasan teori-teori yang dapat dikembangkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, yang pada akhirnya untuk memacu keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran

Tugas Kelas/kecil

(Collaborative Learning)

Tugas kelas ini untuk mengajak mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kelas yang dilakukan pendekatan-pendekatan secara berpola dan sistematis untuk memecahkan suatu permasalahan, yang merupakan pendukung dalam penyelesaian tugas besar nantinya.

Tugas Besar

(Collaborative Learning

&Proyect Based Learning)

Tugas besar ini merupakan tugas kelompok dan individu yang dilakukan diluar kelas diasistensi oleh dosen dan asisten yang merupakan kumpulan tugas-tugas kelas/kecil, kemudian dikolaborasikan dengan matakuliah pendukung yang merupakan persyaratan seperti mekanika tanah, teknik lalu lintas, hidrologi, dan bangunan air, sehingga menghasilkan suatu perancangan sipil yang lengkap serta merupakan persyaratan kelulusan pada akhir semester.

Diskusi

(Collaborative Learning)

Proses dikusi ini dilakukan pada tengah semester, dilakukan tanya jawab bertujuan agar mahasiswa dapat mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan yang dibebankan, diharapkan terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Presentasi

(Problem Solving Learning)

Proses presentasi ini dilakukan pada akhir semester yang merupakan evaluasi seluruh kegiatan pembelajaran baik dalam kelas maupun luar kelas, sebagai dasar penilaian seberapa besar tingkatan keberhasilan mekanisme dan rancangan pembelajaran yang berbasis Student Centre Learning dilaksankan.

Page 24: Perancangan

- 24 -

Diharapkan dengan implementasi dari hibah modul pembelajaran dengan

penerapan SCL ini, maka pola distribusi nilai akan diharapkan mengalami

peningkatan dengan kualitas tugas-tugas perancangan semakin kreatif, bervariasi

dan inovatif, serta mahasiswa yang tidak aktif jumlahnya semakin berkurang,

sasaran dan capaian indikator keberhasilan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 2 : Sasaran dan Capaian Indikator Keberhasilan

Indikator Base line (data 3 semester terakhir)

Final (setelah implementasi

Hasil evaluasi dengan nilai A 7,90 % 20 %

Hasil evaluasi dengan nilai B 10,23 % 25 %

Hasil evaluasi dengan nilai C 3,99 % 10 %

Hasil evaluasi dengan nilai D 0,24 % 5 %

Hasil evaluasi dengan nilai E 42,83 % 20 %

Tidak Aktif 34,84 % 20 %

KEBERLANJUTAN Penerapan metode Student Centre Learning (SCL) dengan menyusun modul-

modul pembelajaran akan memudahkan mahasiswa dan dosen sebagai fasilitator

yang aktif dalam menjalankan perannya masing-masing melalui proses

pembelajaran.

Untuk mendukung keberlanjutan metode pembelajaran SCL tersebut perlu

seluruh pimpinan terkait untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Mempunyai komitmen kebersamaan dalam melaksanakan metode SCL ini.

2. Bagi dosen yang telah mengikuti pelatihan diharapkan dapat mensosialisasikan

kepada seluruh dosen dalam lingkungan masing-masing.

3. Melengkapi prasarana dan sarana untuk mendukung terlaksananya kegiatan

pembelajaran metode SCL tersebut

4. Ketersediaan dana untuk pembuatan modul-modul masing-masing matakuliah.

Page 25: Perancangan

- 25 -

D a f t a r I s i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………….…………............i KATA PENGANTAR..................................................................................................ii PETA KEDUDUKAN MODUL................................................................................iii RINGKASAN .............................................................................................................iv MEKANISME DAN RANCANGAN PELAKSANAAN ...........................................vi DAFTAR ISI .............................................................................................................viii DAFTAR TABEL .......................................................................................................ix MODUL I.......................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1

B. Ruang Lingkup...................................................................................................2

C. Sasaran Pembelajaran Modul.............................................................................2

BAB II PEMBELAJARAN .........................................................................................3

M O D U L I................................................................................................................3

A. Pengertian Standar Desain Geometrik Jalan......................................................3

B. Penentuan Lokasi (Route Location)...................................................................3

M O D U L II ................................................................................................................5

C. Kriteria Perancangan Geometrik Jalan...............................................................5

D. Pengertian Elemen Perancangan Geometrik Jalan.............................................5

M O D U L III...............................................................................................................8

E. Drainase Jalan....................................................................................................8

F. Galian dan timbunan..........................................................................................8

M O D U L IV.............................................................................................................10

G. Pengertian Dasar-Dasar Perancangan Simpang……………………......…….10

H. Perlengkapan Jalan (Road Furniture)…………………………....…………..10

BAB III. PENUTUP………………………………………………………..……..….13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..………………14

LAMPIRAN 1 RENCANA PEMBELAJARAN BEBASIS KBK..............................15

LAMPIRAN 2 BAHAN AJAR....................................................................................16

Page 26: Perancangan

- 26 -

DAFTAR TABEL

1.Pendekatan Pembelajaran …………………………………………………………..vi

2. Sasaran dan Capaian Idikator Keberhasilan ………………………………………vii

3. Pendekatan Pembelajaran pada Modul I……………………………………………4

4. Pendekatan Pembelajaran pada Modul II...................................................................6

5. Pendekatan Pembelajaran pada Modul III..................................................................9

6. Pendekatan Pembelajaran pada Modul IV...............................................................11

Page 27: Perancangan

- 27 -

Modul I

BAB I. PENDAHULUAN

Nama Modul : PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

: Kode Mk ; 318 D 112

: Semester ganjil (III), 2 (dua) SKS.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam citra Universitas Hasanuddin 2010 menjadi perguruan tinggi terkemuka

di Indonesia, yang bercirikan (a) memiliki sistem pendidikan yang Handal melalui

proses pembelajaran yang berbasis pada pendekatan learning yang didukung

pemanfaatan teknologi informasi untuk menghasilkan luaran yang kreatif-adaftif; (b)

menyelenggarakan penelitian dan pemberdayaan masyarakat dengan mendorong dan

memfasilitasi pengembangan budaya masyarakat serta menyelenggarakan pendidikan

dan pelatihan berkelanjutan untuk memenuhi harapan masyarakat; (c) manajemen

organisasi yang efektif, bercirikan learning organitation sehingga mampu belajar dan

menyesuaikan diri terhadap dinamika lingkungannya; (d) lingkungan kampus yang

asri dan bersahabat, dalam arti a community-friently campus and a campus friently-

community yang didukung oleh prasarana kampus yang memadai untuk meningkatkan

inovasi dan kreativitas Mahasiswa.

Dalam UUGD pasal 5 disebutkan bahwa kedudukan dosen sebagai tenaga

profesional, berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen

pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, serta mengabdi

pada masyarakat, berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Matakuliah Perancangan Geometrik Jalan merupakan matakuliah keahklian

berkarya yang menintegrasikan pengetahuan dasar teknik transportasi dalam

memecahkan multi problem, multi sektoral, dan melibatkan bidang ilmu lain (multi

disiplin) sesuai kebutuhan. Pemecahan problem pada matakuliah dengan

menggunakan metode investigasi langsung kelapangan dengan pengamatan

pengambilan data-data lapangan sesuai kebutuhan dan dilanjutkan masuk

Page 28: Perancangan

- 28 -

laboratorium yang terkait dengan perancangan geometrik jalan. Penguasaan terhadap

metode penyelesaian tersebut akan membentu mahasiswa dalam memahami konsep-

konsep lebih lanjut dalam mata kuliah Bandar udara, Perencanaan perkerasan jalan,

Teknik lalu lintas, Teknik sistem transportasi dan Perencanaan perkerasan lanjut.

Pembelajaran berbasis Learning merupakan paradigma baru dalam sistem

pendidikan tinggi, Paradigma teaching yang selama ini diterapkan kurang memberi

peluang kepada Mahasiswa untuk menyerap materi pembelajaran dari berbagai

sumber secara mandiri dan melatih keterampilan menggunakan berbagai sumber daya

pendukung pembelajaran secara aktif.

B. Ruang Lingkup :

Standar desain geometrik

Penentuan lokasi (Route Location)

Kriteria perancangan geometrik jalan

Elemen perancangan geometrik jalan

Drainase jalan

Galian dan Timbunan

Dasar-dasar perancangan simpang

Perlengkapan jalan C. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan dan mengaplikasikan standar desain geometrik

2. Menjelaskan dan menyusun penentuan lokasi (trase jalan)

3. Menjelaskan dan menyusun penentuan kriteria perancangan geometrik jalan

4. Menjelaskan dan menyusun elemen perancangan geometrik jalan

5. Menjelaskan dan menentukan tipe drainase jalan

6. Menjelaskan dan menghitung volume galian dan timbunan

7. Menjelaskan dasar-dasar perancangan tipe simpang

8. Menjelaskan dan menentukan jenis/bentuk perlengkapan jalan.

Page 29: Perancangan

- 29 -

BAB II. PEMBELAJARAN MODUL I

1. Ruang Lingkup

a. Standar Desain Geometrik

b. Penentuan Lokasi (Route Location)

A. Pengertian Standar Desain Geometrik Jalan

Syarat-syarat perancangan

Umum

Dasar Hukum

Dasar hukum pembangunan / pemeliharaan jalan UU N0.13 Thn 1980

Klasifikasi Jalan sesuai UU No.13/1980 dan PP No. 26/1985

Pembagian Kelas Jalan diatur oleh PP No. 43 Thn 1993

Pentahapan Pembangunan Jalan

Perencanaan

Studi kelayakan

Perancangan detail

Konstruksi dan pemeliharaan

B. Penentuan Lokasi (Route Location)

Umum

Jenis-Jenis Survei Jalan (Pembuatan peta kontour)

Peta

Survei Pengukuran

Faktor-faktor yang menentukan pemilihan lokasi jalan

Pengaruh medan / Topografi

Perpotongan dengan sungai

Daerah lahan kritis

Daerah aliran sungai

Material konstruksi

Galian dan timbunan

Pembebasan tanah

Lingkungan dan sosial

Page 30: Perancangan

- 30 -

Tabel 3 : Pendekatan Pembelajaran pada Modul I

Tugas Baca

(Cooperative Learning)

Bagian ini mengajak dan mengarahkan mahasiswa untuk senantiasa mengacu pada landasan teori-teori yang dapat dikembangkan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya, yang pada akhirnya untuk memacu keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran

Tugas Kelas/kecil

(Collaborative Learning)

Tugas kelas ini untuk mengajak mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas dalam kelas yang dilakukan pendekatan-pendekatan secara berpola dan sistematis untuk memecahkan suatu permasalahan, yang merupakan pendukung dalam penyelesaian tugas besar nantinya.

2. Sasaran Pembelajaran diharapkan tercapai pada Modul I

a. Mampu menjelaskan dan mengaplikasikan standar dan ketentuan-

ketentuan dalam peraturan dan undang-undang pada perencanaan jalan.

b. Mampu membaca peta kontur dan merencanakan tiga alternative trase

jalan yang terpilih.

c. Mampu menjelaskan dan mengaplikasikan dalam gambar profil

memanjang dan melintang hasil trase jalan yang terpilih.

3. Soal-Soal Latihan :

a. Jelaskan klasifikasi jalan menurut UU No.13/1980 dan PP No. 26/1985,

menurut system jaringan, peranan, dan wewenang pembinaan.

b. Jelaskan klasifikasi jalan sesuai rancangan Undang-Undang tahun 2000.

c. Jelaskan dan sebutkan pembagian kelas jalan sesuai PP No.43 / 1993.

d. Jelaskan dan sebutkan pentahapan pembangunan jalan di Indonesia.

e. Jelaskan jenis-jenis survei jalan yang dilakukan untuk pembuatan peta

kontur (diskusi dikelas).

f. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan pemilihan lokasi jalan (trase).

g. Jelaskan bagaimana membuat peta kontur dari hasil pengukuran lokasi

trase jalan (tugaskelas/kecil).

h. Rencanakan trase jalan dengan peta kontur yang sudah siap,(data

perencanaan diambil dari kasus penentuan trase jalan).

Page 31: Perancangan

- 31 -

MODUL II

1. Ruang Lingkup

a. Kriteria Perancangan Geometrik Jalan

b. Pengertian Elemen Perancangan Geometrik Jalan

C. Kriteria Perancangan Geometrik Jalan

Umum

Standar Desain (Design Standard)

Kriteria Perancangan (Design Criteria)

Karakteristik pengguna jalan

Karakteristik kendaraan

Klasifikasi Jalan

Lalu lintas

Volume jam perencanaan (VJP)

Kecepatan

Kapasitas Jalan

Jarak pandang

Jarak pandang henti

Jarak pandang menyiap

D. Pengertian Elemen Perancangan Geometrik Jalan

Alinemen horisontal

Umum

Dasar-dasar perencanaan alinemen horizontal

Nilai-nilai batas perencanaan alinemen horizontal

Perencanaan dan perhitungan tikungan

Tikungan balik dan gabungan

Stasioning

Alinemen vertikal

Kontrol dan batasan perencanaan

Persamaan lengkung vertikal

Penentuan panjang lengkung vertikal

Page 32: Perancangan

- 32 -

Lengkung vertikal cembung

Lengkung vertikal cekung

Lajur pendakian

Koordinasi Perencanaan Alinemen Horizontal dan Vertikal

Potongan Melintang Jalan

Bentuk tipikal penampang melintang secara umum

Cara pencapaian superelevasi maximum

Pelebaran jalur lalu lintas

Pandangan bebas ditikungan

Tabel 4 : Pendekatan Pembelajaran pada Modul II

Tugas Besar

(Collaborative Learning

&Proyect Based Learning)

Tugas besar ini merupakan tugas kelompok dan individu yang dilakukan diluar kelas diasistensi oleh dosen dan asisten yang merupakan kumpulan tugas-tugas kelas/kecil, kemudian dikolaborasikan dengan matakuliah pendukung yang merupakan persyaratan seperti mekanika tanah, teknik lalu lintas, hidrologi, dan bangunan air, sehingga menghasilkan suatu perancangan sipil yang lengkap serta merupakan persyaratan kelulusan pada akhir semester.

Diskusi

(Collaborative Learning)

Proses dikusi ini dilakukan pada tugas-tugas kecil, masing-masing kelas membentuk kelompok kecil, yang dipandu oleh masing-masing ketua kelompoknya, dilakukan tanya jawab bertujuan agar mahasiswa dapat mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan yang dibebankan, diharapkan terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Sasaran Pembelajaran yang dicapai Modul II

a. Mampu menjelaskan dan memahami tujuan utama perancangan geometrik

jalan yaitu memberikan keamanan dan kenyamanan, serta menjamin suatu

perancangan yang ekonomis.

b. Mampu mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas kecil/kelas sebagai

panduan pada tahapan penyelesaian tugas besar

c. Mampu mengkoordinasikan antara alinemen horizontal dan vertical,

utamanya pada pendakian dan tikungan yang dilewati trase jalan.

Page 33: Perancangan

- 33 -

3. Soal-Soal Latihan;

a. Jelaskan kontrol atau ketentuan umum yang biasa dijadikan sebagai acuan

khususnya alinemen horizontal pada perencanaan geometrik jalan.

b. Jelaskan dan sebutkan yang menjadi dasar perencanaan alinemen

horizontal pada perrancangan geometric jalan antar kota.

c. Gambarkan proses perancangan tikungan dengan menggunakan tiga

kriteria utama sebagai dasar dan kontrol perancangan geometrik jalan.

d. Sebutkan tiga jenis tikungan yang umum digunakan dalam perancangan

geometrik jalan

e. Jelaskan yang harus dipenuhi dalam memilih jenis tikungan lingkaran

penuh (full-circle), tikungan spiral-lingkaran (Spiral-circle-spiral), dan

tikungan spiral-spiral (Spiral-spiral).

f. Gambarkan proses pemilihan jenis tikungan yang disarankan oleh Bina

Marga dalam perancangan geometrik jalan.

g. Jelaskan penentuan panjang lengkung vertikal cembung dan lengkung

vertikal cekung.

h. Jelaskan cara mengkoordinasikan antara alinemen horizontal dan alinemen

vertikal dalam perencanaan agar menghasilkan bentuk jalan yang aman,

nyaman, dan baik dari estetika.

i. Gambarkan bentuk tipikal penampang melintang jalan secara umum

lengkap dengan keterangan masing-masing komponennya.

j. Jelaskan dengan gambar cara pencapaian superelevasi maximum untuk

tikungan full –circle, spiral-circle-spiral, and spira-spiral.

k. Jelaskan cara menentukan jarak pandang bebas di tikungan dalam

perancangan geometrik jalan antar kota.

l. Akan direncanakan jalan seperti pada data-data di bawah :

Titik A sebagai BM 0.00 (Sta.0.00) koordinat (10.000, 10.000, 100).

Titik P1 dengan koordinat (10.216, 10.085) merupakan tikungan

pertama yang akan direncanakan.

Titik B adalah titik akhir rencana dengan koordinat (10.472, 10.009).

Jalan yang akan direncanakan : Jalan Arteri pada daerah perbukitan.

Page 34: Perancangan

- 34 -

MODUL III

1. Ruang Lingkup

a. Drainase Jalan

b. Galian dan Timbunan

E. Drainase Jalan

Umum

Hidrologi

Drainase permukaan jalan

Kemiringan melintang (Cross Slope)

Kemiringan memanjang

Selokan samping

Penampang parabola

Penampang trapesium

Penampang segitiga

Penampang empat persegi panjang

Bak penampungan air permukaan (Catch Basin)

Penempatan Catch Basin

Jenis Catch Basin

Pipa Samping, pipa riool pembuangan air hujan/lubang pemeriksaan

Drainase melintang

Definisi gorong-gorong

Jenis gorong-gorong

Pengaliran air dari bawah permukaan jalan

Erosi

Drainase alamiah

F. Galian dan timbunan

Umum

Pekerjaan galian dan timbunan

Mass Diagram

Pemindahan atau Haul and Overhaul

Page 35: Perancangan

- 35 -

Tabel 5 : Pendekatan Pembelajaran pada Modul III

Tugas Besar

(Collaborative Learning

&Proyect Based Learning)

Tugas besar ini merupakan tugas kelompok dan individu yang dilakukan diluar kelas diasistensi oleh dosen dan asisten yang merupakan kumpulan tugas-tugas kelas/kecil, kemudian dikolaborasikan dengan matakuliah pendukung yang merupakan persyaratan seperti mekanika tanah, teknik lalu lintas, hidrologi, dan bangunan air, sehingga menghasilkan suatu perancangan sipil yang lengkap serta merupakan persyaratan kelulusan pada akhir semester.

Diskusi

(Collaborative Learning)

Proses dikusi ini dilakukan pada tengah semester, dilakukan tanya jawab bertujuan agar mahasiswa dapat mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan yang dibebankan, diharapkan terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Presentasi

(Problem Solving Learning)

Proses presentasi ini dilakukan pada saat ada kasus yang diambil dari luar merupakan evaluasi seluruh kegiatan pembelajaran baik dalam kelas maupun luar kelas, sebagai dasar penilaian seberapa besar tingkatan keberhasilan mekanisme dan rancangan pembelajaran yang berbasis Student Centre Learning dilaksankan.

2. Sasaran Pmbelajaran Yang di Capai Modul III

a. Mampu menentukan tipe drainase untuk mengamankan jalan dari air hujan

dan muka air tanah

b. Mampu menjelaskan dan menentukan agar minimal seimbang antara galian

dan timbunan (menghitung galian dan timbunan).

3. Soal- Soal latihan ;

a. Jelaskan data hidrologi yang diperlukan untuk perencanaan drainase jalan.

b. Jelaskan factor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan kemiringan

melintang untuk menghindari genangan air dipermukaan jalan, bahu jalan ,

dan trotoar.

c. Jelaskan factor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan beberapa bentuk

penampang saluran samping jalan.

d. Jelaskan dan sebutkan kelengkapan sarana-sarana drainase dibawah badan

jalan dalam kota.

Page 36: Perancangan

- 36 -

e. Jelaskan dan sebutkan jenis drainase melintang jalan dan penempatannya.

f. Sebutkan data-data yang diperlukan dalam penentuan lokasi galian dan

timbunan.

g. Jelaskan factor-faktor yang sangat berpengaruh untuk memilih trase jalan

dalam menentukan volume galian dan timbunan yang minimal seimbang.

MODUL IV

1. Ruang Lingkup

a. Dasar-Dasar Perencanaan Simpang

b. Perlengkapan Jalan (Road Furniture)

G. Pengertian Dasar-Dasar Perancangan Simpang

Umum

Simpang sebidang

Prinsip perancangan simpang sebidang

Faktor perencanaan

Elemen perencanaan

Simpang tidak sebidang (simpang bersusun)

Jenis-jenis simpang tak sebidang

Bagian-bagian simpang susun

Macam-macam jalur penghubung (ramp)

Ketentuan umum perancangan simpang tak sebidang

Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan

Tahap Perencanaan Intersection dan Interchange

H. Perlengkapan Jalan (Road Furniture)

Rambu

Rambu larangan

Rambu perintah

Rambu peringatan

Rambu petunjuk

Page 37: Perancangan

- 37 -

Marka

Marka garis terputus

Marka garis penuh

Sebra Cross

Chevron

Marka pulau

Marka dilarang parker

Marka pengarah jalur

Marka huruf dan angka

Marka symbol

Kerb

Trotoar

Pengaman tepi

Jembatan

Tabel 6 : Pendekatan Pembelajaran pada Modul IV

Tugas Besar

(Collaborative Learning

&Proyect Based Learning)

Tugas besar ini merupakan tugas kelompok dan individu yang dilakukan diluar kelas diasistensi oleh dosen dan asisten yang merupakan kumpulan tugas-tugas kelas/kecil, kemudian dikolaborasikan dengan matakuliah pendukung yang merupakan persyaratan seperti mekanika tanah, teknik lalu lintas, hidrologi, dan bangunan air, sehingga menghasilkan suatu perancangan sipil yang lengkap serta merupakan persyaratan kelulusan pada akhir semester.

Diskusi

(Collaborative Learning)

Proses dikusi ini dilakukan tanya jawab bertujuan agar mahasiswa dapat mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan yang dibebankan, diharapkan terjadi interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Presentasi

(Problem Solving Learning)

Proses presentasi ini dilakukan pada akhir semester yang merupakan evaluasi seluruh kegiatan pembelajaran baik dalam kelas maupun luar kelas, sebagai dasar penilaian seberapa besar tingkatan keberhasilan mekanisme dan rancangan pembelajaran yang berbasis Student Centre Learning dilaksankan. Luar kelas yang dimaksud adalah penyelesaian tugas besar karena merupakan persyaratan kelulusan mata kuliah perancangan geometric jalan.

Page 38: Perancangan

- 38 -

2. Sasaran Pembelajaran Yang di Capai Modul IV

a. Mampu menjelaskan dan mengaplikasikan dasar-dasar perancangan simpang

agar mencukupi bagi pergerakan lalu lintas yang melaluinya dengan aman dan

nyaman.

b. Mampu menentukan pemilihan jenis simpang sesuai dengan kebutuhan dalam

perancangan geometrik jalan.

c. Mampu menjelaskan dan menentukan jenis perlengkapan jalan yang

disesuaikan dengan kebutuhan agar pengguna jalan terhindar dari insiden.

I. Soal-Soal Latihan

a. Jelaskan dan sebutkan simpang menurut jenisnya

b. Jelaskan kelebihan dan kelemahan simpang sebidang dan simpang tak

sebidang ditinjau dari segi pemilihan lokasi perencanaan geometrik jalan.

c. Jelaskan fungsi utama simpang sebidang dan tak sebidang .

d. Sebutkan beberapa tipe simpang sebidang dan tak sebidang.

e. Jelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada penempatan simpang dalam

perancangan geometrik jalan.

f. Jelaskan yang dimaksud dengan perlengkapan jalan serta fungsi utamanya.

g. Jelaskan yang dimaksud rambu lalu lintas dan apa kaitannya dengan pengguna

jalan (pejalan kaki dan pengemudi kendaraan).

h. Jelaskan dan sebutkan jenis perlengkapan jalan.

i. Jelaskan lokasi penempatan perlengkapan jalan dibawah ini :

a. Rambu

b. Marka

c. Zebra Cross

d. Kereb

e. TrotoarPengaman tepi

f. Jembatan

Page 39: Perancangan

- 39 -

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil pada bagian pembahasan modul diatas, maka dapat ditarik

beberapa simpulan sebagai berikut :

a. Metode pembelajaran “Student Centre Learning” (SCL) adalah pandangan

yang menempatkan Mahasiswa sebagai pihak yang paling bertanggungjawab

dan berperan dalam menentukan keberhasilan proses belajar pada dan dalam

dirinya (aktif melakukan upaya untuk membangun pengetahuan dalam dirinya.

b. Bahan ajar dan modul tugas yang dibuat mampu secara efektif mendukung

pengembangan system pembelajaran yang diusulkan “ Student centre

learning” (SCL) dapat meningkatkan kegiatan belajar mandiri mahasiswa.

c. Metode pengembangan system pembelajaran yang akan di implementasikan

pada pembahasan diatas mampu meningkatkan nilai mutu mahasiswa secara

sigifikan sesuai yang diharapkan.

d. Untuk mengikuti mata kuliah Perancanagan Geometrik Jalan harus memenuhi

persyaratan sudah mengikuti mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Mekanika

Tanah sebagai mata kuliah penunjang.

B. S a r a n

a. Untuk memperoleh hasil optimal dari penerapan metode pembelajaran system

“Student CentreLearning” (SCL), maka diperlukan kesungguhan dan

tanggungjawab dari mahasiswa dan Dosen untuk dapat mengikuti proses

pembelajaran yang baik

b. Harus ditunjang sarana dan prasarana pendukung seperti ruangan diskusi

berkapasitas maximum 20 orang, sarana pembelajaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan mata kuliah itu sendiri.

c. Peningkatan kesejahteraan Dosen segera diperhatikan agar seimbang dengan

penerapan metode pembelajaran system “Student Centre Learning” (SCL),

dan pembuatan modul pembelajaran biayanya ditinjau kembali (ditingkatkan).

Page 40: Perancangan

- 40 -

DAFTAR PUSTAKA

1. AASHTO (1994), A Policy on Geometric Design for Highways and Streets, Washington DC.

2. Brotopriono,T dan Hermawan,R. (1984), Evaluasi Perencanaan Simpang Susun Tagerang , Proyek Akhir, Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.

3. Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Standar Perencanaan Geometrik Jalan

Perkotaan, Jakarta ,1992 4. Direktorat Jenderal Bina Marga, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar

Kota, Jakarta, 1997 5. Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Tata Cara Perencanaan Persimpangan

Sebidang Jalan Perkotaan, Jakarta, 1993 6. Direktorat Jenderal Bina Marga, Sub Direktorat Perencanaan Teknik Jalan (1990)

Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota (Rancangan Akhir).

7. Hendarto, S, (2001) : Perancangan Geometrik Jalan , Institut TEknologi Bandung.

8. Sulaksono, S, (2001) : Rekayasa Jalan , Institut Teknologi Bandung.

9. Sukirman ,S, (1994) Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova Bandung.