perananindustri.doc

8

Click here to load reader

Transcript of perananindustri.doc

Page 1: perananindustri.doc

PERANAN INDUSTRI PENGOLAHAN KRIPIK SINGKONG DALAM MENGGERAKKAN PEREKONOMIAN PEDESAAN

Kasus di Desa Padamara, Kabupaten Lombok Timur

Sri Hastuti, Ulyatu Fitrotin, dan PrisdiminggoBalai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB

ABSTRAK

Desa Padamara merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam kategori miskin di Kabupaten Lombok Timur. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani (34%) dan buruh tani (60%), yang berimplikasi pada pendapatan rumahtangga sebagian besar penduduk relatif rendah. Singkong termasuk komoditas tanaman pangan bernilai ekonomi rendah, sehingga proses pengolahan singkong akan memberi nilai tambah komoditas ini. Dengan memanfaatkan potensi sumberdaya manusia yang ada dan ketersediaan bahan baku di daerah sekitarnya, salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga adalah melalui industri pengolahan kripik singkong. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan kripik singkong dan peranan industri pengolahan kripik singkong dalam perekonomian pedesaan. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2006 di Desa Padamara, Kabupaten Lombok Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara intensif pada industri pengolahan kripik singkong. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis menunjukkan bahwa usaha pengolahan kripik singkong mempunyai prospek untuk dikembangkan. Pengolahan kripik singkong layak dilakukan dengan nilai B/C ratio sebesar 0,62. Dilihat dari pertumbuhan ekonomi daerah, industri pengolahan kripik singkong telah memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan baik dalam penyediaan bahan baku, proses produksi maupun pemasaran. Peningkatan pendapatan rumahtangga dari pengolahan kripik singkong sebesar Rp 2.064.375 per bulan, disamping itu mampu meningkatkan pendapatan lembaga pelaku pemasaran seperti tukang ojek dan kios makanan.

Kata kunci : singkong, pengolahan, kelayakan usaha, pendapatan

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk miskin di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sampai dengan tahun 2003 mencapai 1.054.700 jiwa (BPS, 2003). Dari jumlah penduduk miskin tersebut sebagian besar berada di pedesaan (54 %) dan lebih banyak penduduk wanita (52%). Di wilayah Propinsi NTB, Kabupaten Lombok Timur merupakan salah daerah dengan persentase penduduk miskin relatif tinggi. Berdasarkan data dan informasi kemiskinan BPS tahun 2003, kemiskinan dialami oleh sebagian besar penduduk yang bekerja di sektor pertanian (68 %). Bahkan persentase penduduk miskin yang bekerja di sektor pertanian di Kabupaten Lombok Timur mencapai 75 persen, lebih tinggi dibandingkan angka rata-rata propinsi.

Desa Padamara, Kecamatan Sukamulia merupakan salah satu wilayah yang termasuk dalam kategori miskin di Kabupaten Lombok Timur. Sebagian besar penduduk Desa Padamara bekerja di sektor pertanian, baik sebagai petani (34%) maupun buruh tani (60%). Hal ini berimplikasi pada pendapatan rumahtangga sebagian besar penduduk relatif rendah. Areal tanam singkong di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2004 seluas 1166 ha dengan produksi 13.553 ton (BPS Kabupaten Lombok Timur, 2004). Produksi singkong Kabupaten Lombok Timur dominan dihasilkan dari Kecamatan Pringgasela dan Labuhan Haji.

Singkong termasuk komoditas tanaman pangan bernilai ekonomi rendah, proses pengolahan singkong akan memberi nilai tambah komoditas ini. Dengan memanfaatkan potensi sumberdaya manusia yang ada dan ketersediaan bahan baku singkong di daerah sekitarnya, salah satu usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga adalah melalui industri pengolahan kripik singkong. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pengolahan kripik singkong dan peranan industri pengolahan kripik singkong dalam perekonomian pedesaan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2006 di Desa Padamara, Kabupaten Lombok Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara intensif pada industri pengolahan kripik singkong. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis finansial menggunakan kriteria B/C ratio dan Break Event Point (BEP) (Sudana, et al, 1999 dan Swastika, 2004).

Page 2: perananindustri.doc

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Industri Pengolahan Kripik Singkong

Industri pengolahan singkong yang sudah berkembang di beberapa wilayah di Propinsi NTB termasuk di Lombok Timur adalah industri kripik singkong. Pada umumnya industri kripik singkong dikelola sebagai industri rumahtangga. Sampai saat ini belum tersedia data yang pasti tentang perkembangan jumlah dan produksi industri kripik singkong di NTB.

Salah satu industri kripik singkong berada di Desa Padamara yang mulai beroperasi sejak tahun 2003. Usaha pembuatan kripik singkong berdiri atas inisiatif sendiri dan dikelola oleh kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 8 orang. Dalam proses produksinya, anggota kelompok tersebut juga berperan sebagai tenaga kerja. Sejak mulai berproduksi, industri kripik singkong di Desa Padamara sudah pernah memperoleh pembinaan dari instansi terkait. Fasilitas alat pengolah yang digunakan masih sederhana, kecuali alat perajang singkong yang dioperasikan dengan energi listrik.

Ketersediaan Bahan Baku

Sumber pengadaan bahan baku singkong diperoleh dari pasar terdekat di luar kecamatan. Bahan baku singkong dibeli dari pedagang pengumpul yang berfungsi sebagai pemasok tetap (langganan).

Dilihat dari kontinuitas bahan baku, ketersediaan singkong fluktuatif sesuai dengan musimnya. Ada waktu-waktu tertentu dimana produksi singkong berlimpah dan ada saat dimana produksi singkong kurang. Pada musim hujan yaitu antara bulan November sampai Maret, ketersediaan singkong di pasar cukup banyak. Dengan mulai turunnya hujan pada bulan November, petani mulai melakukan panen singkong dan mempersiapkan lahannya untuk komoditas utama di musim hujan. Kondisi ini berlangsung sampai dengan bulan Maret. Sementara itu pada bulan April dan Mei, produksi singkong mulai berkurang. Pada bulan Juni sampai Oktober, ketersediaan singkong relatif sedikit.

Dalam ekonomi berlaku hukum dimana pada saat suplai tinggi maka harga yang berlaku akan rendah, dan sebaliknya. Hukum ekonomi ini berlaku juga untuk komoditi singkong, pada bulan-bulan produksi singkong berlimpah akan menyebabkan harga singkong turun sampai mencapai Rp 10.000/karung. Harga Singkong tertinggi yaitu Rp 25.000/karung terjadi pada bulan Juni – Oktober. Dengan demikian harga singkong dapat digunakan sebagai indikator ketersediaan singkong di pasaran.

Analisa Kelayakan Pengolahan Kripik Singkong

Kapasitas produksi pengolahan kripik singkong rata-rata 10 karung bahan baku per 5 hari, atau sekitar 500 kg singkong. Dalam satu tahun, produksi singkong dilakukan selama 9 bulan, 3 bulan yaitu bulan Agustus – Oktober tidak berproduksi. Hal ini disebabkan pada bulan Agustus – Oktober sedang musim panen tembakau dan semua tenaga kerja termasuk pembuat kripik singkong ikut bekerja sebagai buruh rajang tembakau. Upah buruh rajang tembakau relatif tinggi yaitu Rp 40.000/HOK, sehingga tenaga kerja lebih tertarik bekrja sebagai buruh rajang tembakau.

Tabel 1 memperlihatkan analisa biaya dan keuntungan pengolahan kripik singkong selaam satu bulan di Desa Padamara. Dalam sekali proses produksi dibutuhkan 50 karung bahan baku singkong untuk menghasilkan 120 bal kripik singkong, dalam satu bulan rata-rata dilakukan 5 kali proses produksi.

Biaya pengolahan kripik singkong terdiri dari penyusutan alat dan biaya variabel. Total biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan Rp 3.335.625 (Tabel 1). Pangsa biaya terbesar pembelian bahan yang mencapai 56 persen. Total pendapatn yang diperoleh Rp 5.400.000. Dengan demikian usaha pengolahan kripik singkong memperoleh keuntungan sebesar Rp 2.064.375/bulan. Usaha kripik singkong menguntungkan dan layak dilakukan dengan nilai B/C sebesar 0,62.

Untuk melihat kemampuan usaha dalam mengembalikan atau menutupi seluruh modal yang diinvestasikan digunakan ukuran ekonomi Pay Back Period. Dalam analisa ini diperoleh nilai Pay Back Period 1,62 artinya untuk dapat menutup kembali biaya yang investasi yang dikeluarkan adalah 1,62 periode produksi. Untuk mengukur kemampuan modal dalam menghasilkan keuntungan bersih digunakan Rate of Return on Investment (ROI). Nilai ROI yang diperoleh dalam usaha pengolahan kripik singkong 61,89 persen, artinya setiap Rp 100.000 modal yang diinvestasikan menhasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 61.890.

Page 3: perananindustri.doc

Tabel 1. Biaya dan Keuntungan Pengolahan Kripik Singkong per Bulan di Desa Padamara Kabupaten Lombok Timur, 2006

No Uraian Satuan VolumeHarga/satuan (Rp)

Nilai (Rp)

Persen

I. Penyusutan AlatPerajang singkong Buah 1 21.667 21.667 0,40Bak Buah 4 625 2.500 0,05Tenggok Buah 2 833 1.667 0,03Wajan Buah 3 1.458 4.375 0,08Saringan minyak Buah 2 417 833 0,02Plastik karung Lembar 2 1.250 2.500 0,05Pisau Buah 3 417 1.250 0,02Tungku tanah Buah 1 8.333 8.333 0,15

43.125 0,80II. Biaya Variabel

1. Bahan :Singkong Karung 10 10.000 500.000 9,26Minyak goreng Liter 300 4.900 1.470.000 27,22Garam Bungkus 5 1.000 5.000 0,09Margarin Bungkus 15 6.000 90.000 1,67Plastik pengemas Pak 20 13.500 270.000 5,00Plastik bal Pak 5 28.000 140.000 2,59Logo Lembar 375 100 37.500 0,69Kayu bakar Ikat 100 5.000 500.000 9,26

3.012.500 55,792. Tenaga Kerja :

Mengupas HOK 10 7.000 70.000 1,30Merajang HOK 5 7.000 35.000 0,65Menggoreng HOK 5 7.000 35.000 0,65Pengemasan HOK 20 7.000 140.000 2,59

280.000 5,19JumlahBiaya Variabel 3.292.500 60,97

III. Total biaya 3.335.625 61,77IV. Produksi Bal 600 9.000 5.400.000 100,00

Keuntungan 2.064.375 38,23B/C Ratio 0,62Payback period 1,62ROI 61,89

Sumber : Data primer diolah, 2006

Titik impas (BEP) dicapai pada saat keuntungan sama dengan nol atau total biaya sama dengan total penerimaan atau nilai produksi. Analisis titik impas dapat dilakukan untuk mengetahui titik impas produksi maupun titik impas harga. Hasil analisis diperoleh titik impas produksi sebesar 370 bal/bulan, sedangkan titik impas harga sebesar Rp 5.559/bal. Artinya pada tingkat harga kripik singkong Rp 9000/bal, selama produksi berada di atas 370 bal/bulan maka usaha kripik singkong layak dilakukan. Sebaliknya pada tingkat produksi 600 bal/bulan, selama harga berada di atas Rp 5.559/bal maka usaha pengolahan kripik singkong layak dilakukan.

Aspek Pemasaran

Pemasaran kripik singkong dari Desa Padamara masih terbatas pada pemasaran dalam desa dan daerah di luar kecamatan dalam kabupaten yang sama. Lembaga yang terlibat dalam pemasaran kripik singkong adalah agen penyalur dalam hal ini dilakukan oleh tukang ojek dan kios pengecer. Tukang ojek sebagai penyalur masing-masing mempunyai wilayah pemasaran dan pengecer langganan. Kegiatan ini merupakan pekerjaan sampingan tukang ojek dan memberikan pendapatan tambahan.

Rantai pemasaran kripik singkong dari produsen ke konsumen relatif pendek (Gambar 1). Dari gambar ini ditunjukkan bahwa produsen menjual kripik kepada kios melalui penyalur, dan selanjutnya kios menjual kripik kepada konsumen.

Produsen kripik singkong

Penyalur / tukang ojek

Kios / pengecer Konsumen

Page 4: perananindustri.doc

Gambar 1. Rantai Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen di Desa Padamara sampai Konsumen di Kabupaten Lombok Timur, 2006

Marjin pemasaran merupakan salah satu indikator untuk menelaah efisiensi pemasaran. Satuan transaksi yang digunakan dalam analisa marjin pemasaran seperti disajikan dalam Tabel 2 adalah bal. Harga yang diterima produsen sebesar Rp 9.000/bal kripik atau 60 persen dari harga konsumen. Total marjin pemasaran sebesar 40 persen merupakan biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran masing-masing sebesar 0,67 persen dan 39,33 persen. Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pemasaran kripik singkong efisien terlihat pangsa harga produsen (60%) yang lebih tinggi dibandingkan pangsa marjin pemasaran (40%).

Tabel 2. Marjin Pemasaran Kripik Singkong dari Produsen sampai Konsumen di Kabupaten Lombok Timur, 2006

No. UraianHarga/Biaya

(Rp)Persentase1)

(%)

Harga jual produsen2) 9.000 60,00Penyalur/tukang ojek

1. Harga beli 9.000 60,002. Biaya pemasaran 100 0,673. Keuntungan penyalur 900 6,004. Marjin pemasaran 1.000 6,675. Harga jual 10.000 66,67

Kios makanan/pengecer 2)

1. Harga beli 10.000 66,672. Biaya pemasaran 0 0,003. Keuntungan pengumpul kabupaten 5.000 33,334. Marjin pemasaran 5.000 33,335. Harga jual/harga beli konsumen 15.000 100,00

Volume pemasaran/bulan3) 600Total keuntungan pedagang/bulan4) 3.540.000

Sumber : Data primer diolah, 2006Keterangan :1. Persentase dari harga jual pengecer/harga beli konsumen2. Per bal kripik singkong3. Satuan volume pemasaran adalah bal4. Total keuntungan penyalur dan pengecer selama sebulan

Fungsi Industri Pengolahan

Rantai agribisnis terdiri dari beberapa komponen berupa sub-sistem yang saling terkait dan merupakan suatu kesatuan yang satu sama lain saling mempengaruhi. Salah satu sub-sistem tersebut adalah pengolahan hasil. Sebagai bagian dari sistem agribisnis, pengolahan hasil secara langsung terkait dengan sub-sistem produksi, sub-sistem pemasaran dan sub-sistem jasa angkutan. Adanya industri pengolahan akan menggerakkan sub-sistem terkait tersebut dan secara tidak langsung menggerakkan sub-sistem lainnya seperti sub-sistem saprodi. Sebaliknya keberadaan industri pengolahan tergantung kepada sub-sistem yang lain.

Industri pengolahan khususnya pengolahan kripik singkong mempunyai peran dalam penyediaan lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan masyarakat maupun wilayah. Tenaga kerja yang terserap dalam pengolahan singkong mulai dari petani, ibu rumahtangga, pedagang makanan dan kios makanan. Pendapatan yang diperoleh produsen, tukang ojek dan kios makanan per bulan dari industri kripik singkong masing-masing sebesar Rp 2.064.375; Rp 3.000.000 dan Rp 540.000.

KESIMPULAN

1. Dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan potensi sumber daya manusia yang ada, usaha pengolahan kripik singkong layak dilakukan

2. Dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi daerah, industri pengolahan kripik singkong telah memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat di pedesaan baik dalam penyediaan bahan baku, proses produksi maupun pemasaran.

Page 5: perananindustri.doc

3. Peningkatan pendapatan rumahtangga dari pengolahan kripik singkong sebesar Rp 2.064.375 per bulan. Disamping itu industri pengolahan mampu meningkatkan pendapatan lembaga pelaku pemasaran seperti tukang ojek dan kios makanan.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Lombok Timur. 2004. Kabupaten Lombok Timur dalam Angka.

BPS. 2003. Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2003. Dinas Pertanian Kab. Lombok Timur, Selong

Swastika, D.K.S. 2004. Metode Analisis dalam Pengkajian Sosial Ekonomi Pertanian. JPPTP Vol. 7 No.1, Januari 2004. PSE. Bogor.

Sudana, I.W., D.K.S. Swastika, Nyak Ilham dan Rita Nur Suhaeti. 1999. Metodologi Penelitian dan Pengkajian Sosial Ekonomi Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor