PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP ......ABSTRAK RUSDI HAMADAL, 105960040910. Peranan Penyuluh...

59
RUSDI HAMADAL 105960040910 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1) PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015 PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DI DESA BONTOLOE KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

Transcript of PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP ......ABSTRAK RUSDI HAMADAL, 105960040910. Peranan Penyuluh...

  • RUSDI HAMADAL

    105960040910

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

    Strata Satu (S-1)

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2015

    PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP PENINGKATAN

    PRODUKSI JAGUNG DI DESA BONTOLOE KECAMATAN

    GALESONG KABUPATEN TAKALAR

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Judul

    : Peranana Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan

    Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan

    Galesong Kabupaten Takalar

    Nama : Rusdi Hamadal

    Stambuk : 105960040910

    Kosentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

    Program Studi : Agribisnis

    Fakultas : Pertanian

    Disetujui;

    Pembimbing I Pembimbing II

    Amruddin, S.Pt, M.Si Jumiati, S.P, M.M

    Diketahui;

    Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

    Ir.Saleh Molla, M.M Amruddin, S.Pt, M.Si

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

    DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

    PERANAN PENYULUH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG

    DI DESA BONTOLOE KEC. GALESONG KAB. TAKALAR

    Adalah benar merupakan hasil karya yang belum pernah diajukan dalam bentuk

    apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang

    berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh

    penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di

    bagian akhir skripsi ini.

    Makassar, Januari 2015

    RUSDI HAMADAL

    105 96 00409 10

  • ABSTRAK

    RUSDI HAMADAL, 105960040910. Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap

    Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar. Dibimbing oleh AMRUDDIN dan JUMIATI.

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember 2014

    dengan tujuan untuk mengetahui Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap

    Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten

    Takalar.

    Pengambilan data dilakukan dengan metode pendekatan melalui cara

    observasi langsung ke lapangan dan wawancara langsung dengan menggunakan

    daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Pengambilan sampel dilakukan dengan

    cara sensus. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan

    responden, serta pengamatan langsung di lapangan. Dan data sekunder diperoleh

    dari data yang diambil dari kantor instansi terkait. Analisis data dalam penelitian

    ini adalah menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif

    Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontoloe Kecamatan

    Galesong Kabupaten Takalar dapat dilihat bahwa peran penyuluh pertanian

    sebagai fasilitator kepada kelompok petani jagung masih masih dalam kategori

    sedang dengan tingkat berpartisipasi baik dalam hal tanggung jawabnya sebagai

    penyuluh belum maksimal bahkan pemberdayaan dan kerja sama kepada

    kelompok pun hanya diberlakukan kepada sebagian kelompok tani saja.

    Sementara masyarakat yang ada di Desa Bontoloe membutuhkan penyuluh dalam

    mengawal petani untuk meningkatkan produksi dari hassil pertanian terkhusus

    tanaman jagung.

    Kata Kunci : Penyuluh sebagai fasilitator, motivator dan organisator.

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi.

    Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan November sampai Desember 2014

    dengan judul “PERANAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP

    PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DI DESA BONTOLOE KEC.

    GALESONG KAB. TAKALAR”.

    Untuk itu pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih

    kepada :

    1. Orang tua tercinta Hamadal Taha dan Fatma Salipa atas segala dukungan, doa

    dan kasih sayangnya terhadap penulis, yang tak ternilai dengan rupiah

    maupun angka-angka. Terimah kasih Ayah dan Ibu, tidak ada yang lebih

    penting di dunia ini kecuali kalian, smoga Allah melindungi kalian hingga

    akhir nanti.

    2. Adik-adikku tercinta Ayub Hamadal, Fanisa, Amiruddin dan yudi serta

    keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat, dukungan dan

    doanya.

    1. Amruddin, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan Jumiati, S.P. M.M. selaku

    pembimbing II yang tak pernah bosan memberikan bimbingan dan arahan.

  • 3. Ayahanda dan Ibunda dosen Fakultas Pertanian yang senantiasa memberikan

    semangat dan masukannya.

    4. Kakanda dan Adinda Immawan dan Immawati di Ikatan Mahasiswa

    Muhammadiyah (IMM) Baik di Pimpinan Cabang IMM Kota Makassar dan

    Pimpinan Komisariat IMM Fak. Pertanian serta Kakanda dan Adinda

    Rakanda dan Ayunda di Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan Qabilah

    Universitas Muhammadiyah Makassar, satu kata untuk kalian yaitu kalian

    luar biasa

    5. Saudara-saudariku di Jurusan Agribisnis angkatan 2010. Semangat dan canda

    kalian adalah motivasi untukku dalam menyelesaikan Study ini.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf dan mengharapkan adanya kritik

    dan saran yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaannya. Akhirnya

    penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

    Wassalammualaikum Wr. Wb

    Makassar, Januari 2015

    Rusdi Hamadal

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. iii

    ABSTRAK ............................................................................................ iv

    KATA PENGANTAR .......................................................................... v

    DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL .................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xi

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii

    I. PENDAHULUAN . .......................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 3

    1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA . ................................................................ 4

    2.1. Pengertian Peran Penyuluh Pertanian ................................... 4

    2.2. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ......................................... 8

    2.3. Peranan dan Fungsi Penyuluh Pertanian ............................... 12

    2.4. Fungsi Penyuluh .................................................................... 12

  • 2.5. Aplikasi Teknik Penyuluhan . ................................................... 13

    2.6. Kerangka Pikir . ........................................................................ 15

    III. METODE PENELITIAN . ............................................................... 16

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 16

    3.2. Penentuan Sampel ................................................................ 16

    3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 16

    3.4. Teknik Analisis Data ............................................................ 17

    3.5. Definisi Operasional ............................................................. 17

    IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN . .......................... 19

    4.1. Kondisi Umum ....................................................................... 19

    4.1.1. Letak dan Luas Desa .................................................. 19

    4.1.2. Jumlah Penduduk/ Mata Pencaharian ........................ 19

    4.2. Potensi Desa ........................................................................... 20

    4.2.1. Potensi Sumberdaya Alam ......................................... 20

    4.2.2. Potensi Sumberdaya Manusia .................................... 21

    4.2.3. Sarana dan Prasarana ................................................. 22

    4.3. Identifikasi Masalah ............................................................... 23

    4.3.1. Permasalahan Pada Tanaman Pangan ......................... 23

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN . ........................................................ 24

    5.1. Identitas Responden ............................................................... 24

    5.1.1. Umur Responden ....................................................... 24

    5.1.2. Jabatan Responden ..................................................... 25

    5.1.3. Tingkat Pendidikan Responden ................................. 26

    5.2. Peranan Penyuluh Dalam Peningkatan Produksi Jagung ........ 27

    5.3. Peranan Penyuluh Sebagai Fasilitator .................................... 30

    5.4. Peranan Penyuluh Sebagai Motivator .................................... 31

  • 5.5. Peranan Penyuluh Sebagai Organisasi ................................... 33

    VI. PENUTUP . ................................................................................... 34

    6.1. Kesimpulan ........................................................................... 34

    6.2. Saran ..................................................................................... 34

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ............................................................................ 20

    2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ........................................................... 23

    3. Potensi Sumber Daya Manusia di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar .......................................................... 23

    4. Umur Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ............................................................................ 24

    5. Tingkat Jabatan Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ............................................................................ 25

    6. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ............................................................ 26

    7. Tingkat Peran Penyuluh Sebagai Fasilitator, Motivator dan Organisator . ....................................................................................... 27

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Kerangka Pikir Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar ............................................................................ 15

    2. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani di Desa Bontoloe Keca- matan Galesong Kabupaten Takalar .................................................. 22

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 35

    2. Identitas Responden .......................................................................... 39

    3. Hasil Penelitian . ................................................................................ 40

    4. Dokumentasi Penelitian .................................................................... 43

    5. Peta Wilayah dan Struktur Organisasi di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ............................................................. 45

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sektor pertanian memiliki peranan yang starategis dalam pembangunan

    perekonomian baik bagi pertumbuhan ekonomi setempat maupun pemerataan

    pembangunan pertanian. Di Indonesia sumberdaya alam yang bisa di kelola cukup

    banyak, khususnya dalam bidang pertanian. Berdasarkan kondisi tersebut peranan

    penyuluh sangat di butuhkan untuk mencapai sektor pertanian yang unggul.

    Penyuluh diharapkan mampu bertindak sebagai penyedia sarana dan prasarana

    bagi petani, pengentasan kemiskinan dan perbaikan sumber daya manusia

    pertanian melalui kegiatan penyuluhan pertanian.

    Pengalaman menunjukan bahwa penyuluhan pertanian di Indonesia telah

    memberikan sumbangan yang sangat signifikan pada pencapaian dari berbagai

    program pembangunan pertanian. Sebagai contoh melalui program Bimbingan

    Massal (Bimas) penyuluh pertanian dapat mengantarkan bangsa Indonesia

    mencapai swasembada beras pada tahun 1984, yang dilakukan melalui koordinasi

    yang ketat dengan instansi terkait, sehingga program ini terkesan mengikat petani.

    Sedangkan teknik penyuluhan memiliki banyak cara di antaranya adalah

    kunjungan rumah, kunjungan ke lahan usaha tani, surat menyurat, hubungan

    telepon, kontrak informal, atau magang yang bersifat persuasif pada petani

    Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,

    Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K), arti penyuluhan pertanian adalah proses

    pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu

    menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

  • teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk

    meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya

    serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Metode

    penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi

    penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani beserta keluarganya baik

    secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka tahu, maudan mampu

    menerapkan inovasi (teknologi baru). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian

    dapat didefinisikan sebagai keputusan – keputusan yang dibuatoleh sumberatau

    penyuluh dalam memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan

    cara dan frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.

    Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan

    produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan

    yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar-pasar di berbagai daerah.

    Seperti ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang

    berbeda dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan

    pertanian yang efektif sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara

    yang sedang berkembang. Potensi sosial ekonomi yang merupakan kekuatan

    sekaligus modal dasar bagi pengembangan produksi jagung di Indonesia antara

    lain adalah: (i) jagung merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia,

    (ii) usahatani jagung sudah merupakan bagian hidup dari petani di Indonesia

    sehingga menciptakan lapangan kerja yang besar, dan (iii) kontribusi dari

    usahatani jagung terhadap pendapatan rumah tangga petani cukup besar. Sebagai

  • bahan makanan pokok, jagung akan terus mempunyai permintaan pasar yang

    meningkat setiap tahun sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

    Desa Bontoloe adalah desa yang terletak di bagian timur Kecamatan

    Galesong yang merupakan sebagian wilayahnya adalah dataran rendah, sebagian

    plahan pangan, dan sebagian lagi pertambakan. Desa Bontoloe terbagi atas 5

    dusun yaitu Dusun Bontoloe, Dusun Tala-tala, Dusun Timbusen, Dusun

    Bobojangan, dan Dusun Sapanjang. Kondisi geografis Desa Bontoloe 2,80 meter

    dpl, dan memiliki luas wilayah 174.61 Ha. Dengan jarak tempuh 2 km dari ibu

    kota kecamatan. Orbitasi jarak untuk akses menuju Kelurahan Galesong yaitu 2

    km sedangkan jarak akses menuju Kabupaten Takalar yaitu 17 km.

    Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ini merupakan

    salah satu daerah yang yang memiliki penghasilan pangan terbesar yang sesuai

    dengan harapan pemerintah baik kabupaten bahkan dalam skala provinsi.

    Terkhusus pada tanaman jagung, sehingga ini dibutuhkan peran-peran para

    penyuluh pertanian dalam peningkatan produksi jagung yang berkualitas.

    Berdasarkan gambaran diatas maka penulis melakukan penelitian

    tentang “ PERANAN PENYULUH DALAM PENINGKATAN PRODUKSI

    JAGUNG DI DESA BONTOLO KECAMEATAN GALESONG KABUPATEN

    TAKALAR”.

    1.2 . Rumusan Masalah

    Berdasarkan dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

    sebagai berikut ”Bagaimana peranan penyuluh dalam peningkatan produksi

    jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar ?„‟

  • 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian di Desa Bontoloe

    Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

    1. Bagaimana mengetahui peranan penyuluh penyuluh pertanian di Desa

    Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

    1.3.2 Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

    1. Sebagai bahan informasi kepada petani jagung dalam meningkatkan

    produksi jagung.

    2. Menjadi bahan informasi atau referensi bagi peneliti selanjutnya yang

    berhubungan dengan peningkatan produksi jagung.

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pengertian Peranan Penyuluh

    Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya beserta

    masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang

    pertanian agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi,

    sosial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka

    dapat dicapai. Penyuluh dalam arti umum merupakan suatu ilmu sosial yang

    mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu dan masyarakat agar

    dengan terwujudnya perubahan tersebut dapat tercapai apa yang diharapkan sesuai

    dengan pola atau rencana penyuluhan, dengan demikian merupakan suatu sistem

    pendidikan yang bersifat non formal atau suatu sistem pendidikan diluar sistem

    persekolahan yang biasa, dimana orang ditunjukkan cara-cara mencapai sesuatu

    dengan memuaskan sambil orang itu tetap mengerjakannya sendiri, jadi belajar

    dengan mengerjakan sendiri (Kartasapoetra, 1991).

    Menurut Fashihullisan (2009) peranan penyuluhan dalam pemberdayaan

    masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk

    merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan

    masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan

    masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan

    dalam menguasai lingkungan sosialnya.

    Metode penyuluhan menurut hubungan penyuluhan dan sasarannya

    berdasarkan hubungan penyuluhan kesasarannya, metode penyuluhan dibedakan

    menjadi 2 macam (Mardikanto, 1994).

  • a) Komunikasi langsung, baik melalui percakapan tatap muka atau lewat media

    tertentu (telepon, faksimili) yang memungkinkan penyuluhan dapat

    berkomunikasi secara langsung (memperoleh respons) dari sasarannya dalam

    waktu yang relatif singkat.

    b) Komunikasi tak langsung, baik lewat perantara orang lain, lewat surat atau

    media yang lain yang tidak memungkinkan penyuluh dapat menerima respon

    dari sasarannya dalam waktu yang relatif singkat.

    Berbagai pengamatan menunjukkan bahwa penyuluhan baik Penyuluhan

    Pertanian Spesialis (PPS) maupun Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) belum

    mendapatkan informasi hasil penelitian yang mereka perlukan secara

    kesinambungan. PPS yang sebagian dari tugasnya diharuskan untuk melatih PPL

    secara teratur merasakan kurangnya informasi hasil penelitian untuk mendukung

    kegiatan itu yang akhirnya berlanjut kepada kurang efektifnya latihan dan

    kunjungan PPL ke petani. Penelitian sering pula dinilai kurang efektif karena

    tidak langsung berkaitan dengan masalah lapangan yang dihadapi oleh petani dan

    penyuluh. Peneliti kurang menerima umpan balik yang mereka perlukan untuk

    menyusun program penelitian, kondisi ini secara jelas memperlihatkan belum

    memadainya keterkaitan antara penelitian dan penyuluhan, (Anonim, 1992).

  • Didalam kenyataannya, kualifikasi penyuluhan tidak cukup hanya dengan

    memenuhi persyaratan keterampilan sikap dan pengetahuan saja, tetapi keadaan

    atau latar belakang sosial budaya, bahasa, agama, kebiasaan-kebiasaan. Seringkali

    justru lebih banyak menentukan keberhasilan penyuluhan yang dilakukan. Karena

    itu penyuluhan yang baik, sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial

    budaya yang sesuai dengan keadaan seorang penyuluh akan bertugas di wilayah

    kerja yang memiliki kesenjangan sosial budaya yang telah dimilikinya.Tugas

    pokok penyuluh adalah meyakinkan petani bahwa mereka mampu melakukan

    perbaikan terhadap dirinya (Gabriel, 1991)

    Menurut Rasyid (2001) belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian

    dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh

    pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain

    itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu

    penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan

    fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat

    menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan

    peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan

    (educator), motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani. Kedua

    bahwa kinerja penyuluh pertanian merupakan pengaruh dari situasional

    diantaranya terjadi perbedaan pengelolaan dan penyelenggaraan penyuluhan

    pertanian disetiap kabupaten yang menyangkut beragamnya aspek kelembagaan,

    ketenagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaan, (Jahi, dkk 2006)

  • Kegiatan penyuluhan sebenarnya bukanlah sekedar penyampaian informasi

    dan menerangkan segala sesuatu yang perlu kita terangkan kepada masyarakat,

    akan tetapi penyuluhan bertujuan agar masyarakat benar-benar memahami,

    menghayati dan atas kesadarannya sendiri mau menerima, menerapkan dan

    melaksanakan sesuatu yang terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi,

    keluarga, dan masyarakatnya serta kemajuan bangsa dan negara. Dalam

    upaya agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial

    maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka

    dapat dicapai. Sehingga diupayakan melalui penyuluhan ini dapat menaikkan

    kualitas sumber daya manusia serta mengurangi angka kemiskinan di Indonesia

    (Salim, 2005).

    Pada unit yang paling kecil di daerah pedesaan, pendekatan berdasarkan

    kelembagaan dalam proses adopsi inovasi adalah melalui lembaga yang disebut

    dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Di BPP ini ada sejumlah penyuluh

    pertanian, mereka merencanakan dan membuat programa penyuluhan, kemudian

    dituangkan dalam praktek, misalnya melalui Demonstrasi Plot (Demoplot),

    Demonstrasi Farm (Demfarm), Demonstrasi Area (Demarea), atau melalui cara

    lain. Selanjutnya oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan pembantu-

    pembantunya ditingkat desa, yaitu para kelompok tani, maka informasi tersebut

    diteruskan kepara petani, apakah melalui cara kunjungan, rapat atau lainnya

    (Soekartawi, 1992).

  • Dalam melaksanakan profesi penyuluhan pertanian, para penyuluh dapat

    memberikan suatu materi yang dapat mendorong peningkatan produktifitas dan

    efesiensi para petani, penciptaan teknologi dan pengembangan infrastruktur (fisik

    dan kelembagaan), untuk itu perlu adanya partisipasi petani dan semua pihak

    untuk meningkatkan produktifitas. Penyuluh lapangan sebagai ujung tombak

    pemberdayaan memegang posisi kunci dalam menghimpun, merangkum,

    menyaring dan menganalisis situasi sosial teknis petani setempat. Pada saat yang

    sama lembaga-lembaga sektor merancang model dan kegiatan pemberdayaan

    dengan input dari seluruh stakeholder. Fase ini juga memberikan kesempatan

    untuk menggali lebih dalam peluang pemanfaatan entry-point dalam

    memperlancar proses pemberdayaan (Suradisastra, 2008).

    2.2. Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

    Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) mengamanatkan bahwa

    penyelenggaraan penyuluhan menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah

    dan Pemerintah Daerah. Wewenang dan tanggungjawab pemerintah tersebut

    diwujudkan antara lain dengan menyelenggarakan Revitalisasi Penyuluhan

    Pertanian yang meliputi aspek-aspek penataan kelembagaan, ketenagaan,

    penyelenggaraan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan. Program

    penyuluhan pertanian merupakan rencana yang disusun secara sistematis untuk

    memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan

    penyuluhan. Programa penyuluhan pertanian yang disusun setiap tahun membuat

  • rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran

    pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian, pengelolaan

    sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan.

    Penyuluhan pertanian terdiri dari programa penyuluhan Desa/Kelurahan atau

    unit kerja lapangan, programa penyuluhan kecamatan, programa penyuluhan

    Kabupaten/Kota, programa penyuluhan propinsi dan programa penyuluhan

    nasional. Agar programa penyuluhan ini dapat merespon secara lebih baik aspirasi

    pelaku utama dan pelaku usaha diperdesaan, penyusunan programa penyuluhan

    diawali dari tingkat Desa. Programa Penyuluhan Pertanian disusun dengan

    memperhatikan keterpaduan dan kesinergian programa penyuluhan pada setiap

    tingkatan. Keterpaduan mengandung maksud bahwa programa penyuluhan

    pertanian disusun dengan memperhatikan programa pertanian penyuluhan tingkat

    Kecamatan, tingkat Kabupaten/Kota tingkat Propinsi dan tingkat Nasional,

    dengan berdasarkan kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha. sedangkan yang

    dimaksud dengan kesinergian yaitu bahwa programa penyuluhan pertanian pada

    tiap tingkatan mempunyai hubungan yang bersifat saling mendukung. Dengan

    demikian semua programa penyuluhan pertanian selaras dan tidak bertentangan

    antara programa penyuluhan pertanian dalam berbagai tingkatan. Berbagai

    permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan programa penyuluhan pertanian

    antara lain sebagai berikut:

  • 1. Belum tertibnya penyusunan programa penyuluhan pertanian disemua

    tingkatan;

    2. Naskah programa penyuluhan pertanian belum sepenuhnya dijadikan sebagai

    acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

    3. Keberadaan penyuluh pertanian tersebar pada beberapa Dinas/Instansi, baik

    dipropinsi maupun Kabupaten/Kota;

    4. Programa penyuluhan pertanian kurang mendapat dukungan dari Dinas/Instansi

    terkait;

    5. Penyusunan programa penyuluhan pertanian masih didominasi oleh petugas

    (kurang partisipatif).

    Dengan berlakunya Undang-undang nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem

    Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) maka programa

    penyuluhan pertanian diharapkan dapat menghasilkan kegiatan penyuluhan

    pertanian sepsifik lokalita yang strategis dan mempunyai daya ungkit yang tinggi

    terhadap peningkatan produktivitas komoditas unggulan daerah dan pendapatan

    petani. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam programa

    penyuluhan pertanian ini akan mampu merespon kebutuhan pelaku utama dan

    pelaku usaha dan memberikan dukungan terhadap program-program prioritas

    Dinas/Instansi terkait. Programa penyuluhan pertanian ditingkat provinsi,

    Kabupaten/Kota Kecamatan, dan Desa/Kelurahan akan menentukan besarnya

    pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk

    penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Hal ini sesuai dengan amanah Undang-

    Undang Nomor 16 Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa pembiayaan

  • penyelenggaraan penyuluhan di Provinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan dan

    Desa/Kelurahan bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan

    dengan programa penyuluhan. Dengan memposisikan programa pertanian secara

    strategis, maka diharapkan masalah-masalah yang selama ini dirasakan

    menghambat persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan programa penyuluhan

    pertanian dapat diatasi. Guna menyediakan acuan bagi seluruh penyelenggara

    penyuluhan pertanian dipusat dan daerah sebagai dasar persamaan persepsi dalam

    persiapan, perancanaan, dan pelaksanaan program penyuluah pertanian,

    dipandang perlu untuk menerbikan Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan

    Pertanian.

    Tugas pokok penyuluh pertanian adalah menyuluh, selanjutnya dalam

    menyuluh dapat dibagi menjadi menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan,

    mengevaluasi dan melaporkan kegiatan penyuluhan. Sistem penyuluhan akan

    sangat tidak efektif bila terdapat kekurangan-kekurangan teknis seperti kurangnya

    informasi, dan teknologi yang memadai yang bisa disampaikan ke petani. Selain

    itu adanya kekurangan staf dan model penyuluhan menyangkut penyebaran

    informasi dan teknik penyampaian adalah contoh dari faktor penghambat

    kelancaran penyuluhan (Bayer, et al, 1999)

  • 2.3. Peranan dan Fungsi Penyuluh Pertanian

    Peranan tambahan penyuluh pertanian adalah sebagai pembantu

    pemerintah dalam melakukan, (penyuluhan/ memberikan motivasi):

    1. Penyuluh sebagai fasilitator, yang senantiasa memberikan jalan keluar /

    kemudahan-kemudahan, baik dalam menyuluh / proses belajar mengajar,

    maupun fasilitas dalam memajukan usaha taninya. Dalam hal menyuluh

    penyuluh memfasilitasi dalam hal: kemitraan usaha, berakses ke pasar,

    permodalan dan sebagainya.

    2. Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat petani tahu, mau

    dan mampu.

    3. Penyuluh sebagai organisator, yang selalu menumbuhkan dan mengembangkan

    peranan, agar mampu berfungsi sebagai kelas belajar-mengajar, wahana

    kerjasama dan sebagai unit produksi.

    2.4.Fungsi Penyuluh

    1. Memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada petani tentang

    pengetahuan dan perkembangan pertanian

    2. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang lebih terperinci tentang cara

    memecahkan masalah-masalah pertanian

    3. Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihan yang dianggap

    paling tepat

    4. Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan melakukan

    perkiraan kedepan dengan berbagai masukan dari penyuluh.

  • 2.5. Aplikasi Teknik Penyuluhan

    Kunjungan rumah dan tempat usaha adalah suatu kunjungan terencana yang

    dilakukan oleh penyuluh ke rumah atau tempat usaha petani dengan suatu tujuan

    tertentu, tujuannya adalah menumbuhkan kepercayaan diri petani dan

    keluargannya (Mardikanto dan Arip, 2005).

    Cara melakukan kunjungan rumah dan usaha tani dengan memperhatikan hal-hal

    seperti berikut:

    Ada maksud dan tujuan tertentu, tepat waktunya dan tidak membuang-buang

    waktu petani, kunjungi juga petani yang jauh dan terpencil, rencanakan beberapa

    kunjungan berurutan untuk menghemat waktu, metode ini untuk memperkuat

    metode-metode yang lainnya atau bila metode lainnya tidak mungkin, metode ini

    lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi

    kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh

    terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Adanya tiga cara pendekatan

    yang dapat diterapkan dalam pemilihan metoda penyuluhan, yaitu yang

    didasarkan pada media yang digunakan. Selain itu menggunakan sifat hubungan

    antara penyuluh dan penerima manfaatnya dan pendekatan psiko-sosial yang

    dikaitkan dengan tahapan adopsinya ( Mardikanto, Totok 2009).

    Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang penting

    dalam memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi

    tanaman jagung ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial,

    hama dan penyakit danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok

    iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman adalah cahaya.

  • Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang ditimbulkan

    oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan cahaya. Bagi

    tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam melakukan

    fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya.

    Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh tanaman tetapi

    proses pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang, membukanya

    hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan daun, pembukaan

    bunga dan dormansi tunas.

    Irigasi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air bagi

    tanaman dengan membuat saluran-saluran irigasi sehingga ketika air dibutuhkan

    oleh tanaman petani perlu mengalirkan air ke dalam petak tanaman jagung

    tersebut. Hal ini tersebut merupakan salah satu manfaat pengairan atau irigasi bagi

    tanaman dan petani. Untuk tanaman jagung panjang akar hanya mencapai panjang

    25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanaman jagung tidak dapat

    menjangkau air tanah yang dalam. Untuk irigasi tanaman jagung lebih baik

    menggunakan irigasi bawah permukaan karena panjang akar tanaman jagung tidak

    cukup untuk menjangkau air tanah yang dalam selain itu irigasi ini hanya

    diperuntukkan bagi tanaman produksi

  • 2.6.Kerangka Pikir Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan

    Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten

    Takalar

    Gambar 1. Kerangka Pikir Peranan Penyuluh Pertanian Terhadap Peningkatan

    Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten

    Takalar.

    Penyuluh

    Sebagai Organisator

    1. Pemecahan

    Masalah

    2. Memberi

    Sumbangan

    Pemikiran

    3. Menjalin

    Kerjasama dengan

    Petani

    Sebagai Motivator

    1. Memacu Petani

    dalam Mengikuti

    Penyuluhan

    Pertanian

    2. Memberikan

    Motivasi Kepada

    Petani

    3. Sebagai

    Pendorong

    Sebagai Fasilitator

    1. Memberi Materi

    Penyuluh

    2. Memberi Pelatihan

    3. Informsi Sarana

    dan Prasarana

    4. Memfasilitasi kerja

    sama dengan

    lembaga lain

    Petani Jagung

    Peningkatan Produksi Jagung

  • III. METODE PENELITIAN

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai bulan November sampai

    Desember 2014 di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

    3.2. Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok tani jagung di Desa Bontoloe

    Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yakni 1 kelompok wanita tani Adapun

    metode penentuan sampel ialah sampling jenuh (sensus) yaitu penentuan sampel

    bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiono, 2012). Hal ini

    disebabkan jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 27 orang (ketua 1 orang,

    sekretaris 1 orang, bendahara 1 orang, dan anggota 24 orang).

    3.3. Teknik Pengumpulan Data

    Di samping itu penulis mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan

    permasalahan dengan melalui cara sebagai berikut :

    1. Observasi

    Teknik observasi dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan secara

    langsung dalam proses kegiatan pengolahan data berkaitannya dengan

    kebutuhan informasi pada tempat penelitian.

    2. Wawancara

    Teknik wawancara atau interview dilakukan dengan jalan wawancara secara

    langsung dengan ketua kelompok wanita tani atau anggota kelompok tani

    lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

  • 3. Dokumentasi

    Penulis melakukan penelitian terhadap tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen

    yang berhubungan dengan penelitian ini.

    3.4. Teknik Analisis Data

    Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif.

    Analisis deskriptif yaiut menggunakan koisioner, wawancara lansung, dengan

    menggambarkan secara umum tentang karakteristik responden. Dengan rumus

    yang digunakan adalah presentase (Sugiyono, 2005)

    Interval Kelas : 1. 1,00-1,66 = Rendah

    2. 1,67-2,33 = Sedang

    3. 2,34-3,00 = Tinggi

    3.5. Defenisi Operasional

    1. Penyuluh adalah kumpulan pegawai yang bekerja menyampaikan informasi

    baru kepada petani

    2. Peranan penyuluh adalah menyampaikan berbagai informasi dalam

    pengambilan keputusan.

    3. Peranan penyuluh sebagai fasilitator adalah memyampaikan informasi baru

    kepada para masyarakat tani agar masyarakat tani dapat mandiri dalam

    meningkatkan produksi padi yang di kelolanya.

  • 4. Peranan penyuluhan sebagai motivator adalah menjadi guru bagi petani dan

    sebagai agen perubahan bagi kemajuan dan peningkatan produksi padi.

    5. Peranan penyuluh sebagai organisator adalah kegiatan penyuluhan pertanian

    kepada petani dan anggotanya.

  • IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1. Kondisi Umum

    4.1.1. Letak dan Luas Desa

    Desa Bontoloe adalah desa yang terletak di bagian timur Kecamatan

    Galesong yang merupakan sebagian wilayahnya adalah dataran rendah, sebagian

    persawahan, dan sebagian lagi pertambakan. Desa Bontoloe terbagi atas 5 dusun

    yaitu Dusun Bontoloe, Dusun Tala-tala, Dusun Timbusen, Dusun Bobojangan,

    dan Dusun Sapanjang. Kondisi geografis Desa Bontoloe 2,80 meter dpl, dan

    memiliki luas wilayah 174.61 Ha. Dengan jarak tempuh 2 km dari ibu kota

    kecamatan. Orbitasi jarak untuk akses menuju Kelurahan Galesong yaitu 2 km

    sedangkan jarak akses menuju Kabupaten Takalar yaitu 17 km. Batasan wilayah

    Desa Bontoloe yaitu :

    a. sebelah Utara berbatasan dengan Desa Boddia,

    b. sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pattinoang,

    c. sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mappakalompo,

    d. sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bentang.

    4.1.2. Jumlah Penduduk/ Mata Pencaharian

    Jumlah penduduk di Desa Bontoloe sebanyak 2.654 jiwa, dengan jumlah

    kepala keluarga sebanyak 633 terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.323 jiwa

    dan penduduk perempuan sebanyak 1.331 jiwa. Dari jumlah KK (Kepala

    Keluarga) sebanyak 633 maka yang termasuk dalam KK miskin sebanyak 72 KK,

  • sebagian besarnya adalah penduduk yang bermata pencaharian petani dan nelayan

    tradisional.

    Adapun mata pencaharian penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan

    Galesong Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :

    Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar

    No. Mata Pencaharian Jumlah

    (KK/orang)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    PNS

    TNI/ polisi

    Pedagang

    Petani/ nelayan

    Tukang (pertukangan)

    27

    8

    -

    723

    99

    sumber : Desa Bontoloe 2014 (diperoleh tanggal 15 Desember 2014)

    4.2. Potensi Desa

    4.2.1. Potensi Sumberdaya Alam

    Potensi sumberdaya alam yang ada di Desa Bontoloe adalah sebagai

    berikut : luas wilayah seluas 174.61 ha yang terdiri dari sawah seluas 118.40 ha,

    kebun rakyat seluas 103.4 ha, tambak 22.5 ha, lapangan sepak bola seluas 0.8 ha,

    dan pasar desa 0.60 ha. Potensi tersebut di atas merupakan sumberdaya alam yang

    dikelolah oleh masyarakat diempat dusun di Desa Bontoloe, yaitu Dusun

    Bontoloe, Dusun Timbuseng, Dusun Tala-tala, dan Dusun Sapanjang. Melihat

    situasi dan kondisi pada keempat dusun tersebut, sumberdaya alamnya sangat

    berpotensi untuk dikembangkan, namun masih banyak tempat yang sampai

    sekarang masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh

    masyarakat. Padahal lahan tersebut letaknya sangat strategis (dekat dari jalan

    raya), selain itu ukurannya masih cukup luas.

  • 1. Lahan pertanian yang luas;

    2. Produk-produk hasil pertanian unggulan seperti jagung, padi, dan lain-lain;

    3. Produk hasil tambak seperti ikan bandeng, udang windu serta ikan air tawar;

    4. Sumber air tanah yang cukup layak untuk dikonsumsi.

    4.2.2. Potensi Sumberdaya Manusia

    Berdasarkan data yang diperoleh, bahwa tingkat pendidikan penduduk di

    Desa Bontoloe sudah bisa dikatakan maju. Hal ini disebabkan karena tingginya

    minat masyarakat untuk memperoleh pendidikan.

    Adapun data tingkat pendidikan penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan

    Galesong Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut :

    Tabel 2. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar

    No. Tingkat Pendidikan Jumlah

    (jiwa)

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Tamat SD

    Tamat SMP

    Tamat SMU

    Tamat D3

    Tamat S1

    Tamat S2

    228

    190

    -

    106

    87

    2

    sumber : Desa Bontoloe 2014-2015 (diperoleh tanggal 15 Desember 2014)

    Potensi sumber daya manusia di Desa Bontoloe ditinjau dari ketenaga

    kerjaan adalah sebagai berikut :

    Tabel 3. Potensi Sumberdaya Manusia di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar

    No. Potensi Sumber Daya Manusia Jumlah

    (jiwa)

    1.

    2.

    3.

    Penduduk usia non produktif

    Penduduk usia produktif

    Penduduk usia lanjut

    -

    1.224

    680

    sumber : Desa Bontoloe 2014 (diperoleh tanggal 15 Desember 2014)

  • 4.2.3. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana yang ada di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar terdiri dari 2 unit Sekolah Dasar, 4 unit Masjid, 2 Mushallah,

    Kantor Desa, 1 unit Pustu, 1 Pasar, dan 1 Lapangan.

    1. Para wanita tani.

    Susunan pengurus kelompok wanita tani Baji Pa‟mai Desa Bontoloe

    Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dengan pembina yaitu Kepala Desa

    Bontoloe dan PPL Pertanian. Adapun struktur organisasi dapat dilihat pada

    gambar 2.

    Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Wanita Tani di Desa Bontoloe

    Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

    Ketua

    S. Dg. Siang

    Sekretaris

    Herniati Dg. Ngasseng

    Bendahara

    P. Dg. Ni‟ning

    Anggota :

    Dg. Ratu T. Dg. Sugi

    Nina H. Dg. Singara

    S. Dg. Memang M. Dg. Sanginging

    R. Dg. Ngintang M. Dg. Te‟ne

    R. Dg. Nginga E. Dg. Singara

    H. Dg. Lino S. Dg. Ngintang

    W. Dg. Puji L. Dg. Ngisa

    H. Dg. Nurung K. Dg. Mene

    J. Dg. Sayang S. Dg. Bau

    Sabdawati T. Dg. Calla

    M. Dg. Ngugi H. Dg. Tayu

    K. Dg. Ngai J. Dg. Baji

  • 4.3. Identifikasi Masalah

    Di Desa Bontoloe masih sangat rumit dan kompleks, hal ini dapat dilihat

    dari banyaknya masalah yang dihadapi oleh para petani, diantaranya adalah

    sebagai berikut :

    4.3.1. Permasalahan Pada Tanaman Pangan

    Masalah yang terkait pada tanaman pangan adalah tidak berfungsinya para

    penyuluh pertanian sebagai fasilitator, pengetahuan tentang penggunaan pupuk

    yang baik belum terlalu dipahami, hal ini disebabkan karena pengetahuan yang

    dimiliki oleh para petani masih sangat terbatas khususnya bagi penggunaan

    teknologi-teknologi yang baru. Sedangkan permasalahan yang terjadi pada

    tanaman pangan khususnya bagi tanaman jagung adalah petani belum menemukan

    cara untuk meningkatkan produksinya dengan signifikan.

  • V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Identitas Responden

    Identitas responden yang diuraikan dalam pembahasan berikut

    menggambarkan berbagai aspek keadaan yang meliputi : (1) umur, (2) jabatan,

    dan (3) pendidikan. Identitas kelompok wanita tani responden lebih lanjut

    diuraikan sebagai berikut :

    5.1.1. Umur Responden

    Umur sangat mempengaruhi aktivitas seseorang karena dikaitkan langsung

    dengan kekuatan fisik dan mental, sehingga berhubungan dengan pengambilan

    keputusan. Responden yang berumur mudah relatif cenderung mempunyai

    kemampuan fisik yang lebh baik, dibandingkan dengan responden yang berumur

    tua. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa kelompok tani responden

    di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar memiliki variasi umur

    antara 21-62 tahun. Keadaan umur kelompok tani responden dapat dilihat pada

    tabel 4.

    Tabel 4. Umur Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten

    Takalar

    Kelompok Umur

    (tahun)

    Jumlah Responden

    (orang)

    Persentase

    (%)

    21-27

    28-34

    35-41

    42-48

    49-55

    56-62

    3

    4

    10

    6

    3

    1

    11,11

    14,91

    37.03

    22,22

    11,11

    3,80

    Jumlah 27 100

    sumber : Data primer setelah diolah, 2014

  • Pada tabel 4 menunjukkan bahwa umur kelompok wanita tani responden

    yang terbesar adalah umur 56-62 tahun sebanyak 1 responden atau 3,80%, umur

    49-55 sebanyak 3 responden atau 11,11%, umur 42-48 sebanyak responden

    22,22%, umur 35-41 sebanyak 10 responden 37,03%, umur 28-34 sebanyak 4

    responden 14,91% sedangkan 21-27 sebanyak 3 responden 11,11%. Umur yang

    terbanyak pada tabel diatas yaitu 35-41 tahun keatas, ini menunjukkan bahwa

    seorang kelompok wanita tani sudah memiliki kematangan dalam berfikir dan

    bertindak dalam mengelolah usaha taninya.

    5.1.2. Jabatan Responden

    Jabatan dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi kelompok tani.

    Semakin tinggi jabatan yang diperoleh responden, semakin tinggi pula tingkat

    partisipasi responden dalam mengarahkan proses peningkatan produksi jagung.

    Hasil penelitian yang telah diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan responden

    diuraikan pada tabel 5.

    Tabel 5. Tingkat Jabatan Responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar

    Jabatan Jumlah Responden

    (orang)

    Persentase

    (%)

    Ketua

    Sekretaris

    Bendahara

    Anggota

    1

    1

    1

    24

    4

    4

    4

    88

    Jumlah 27 100

    sumber : Data primer setelah diolah, 2014

    Pada tabel diatas menunjukkan bahwa jabatan kelompok wanita tani

    responden yang terbesar adalah ketua sebanyak 1 responden atau 4%, sekretaris 1

    responden atau 4%, bendahara 1 responden 4% sedangkan anggota anggota 24

  • responden 88%. Jumlah anggota yang terbanyak pada tabel di atas yaitu 24

    responden ini menunjukkan bahwa dalam kelompok wanita tani diharapkan

    tersusun rapi dalam setiap kelompok agar tercapai tujuan yang diharapkan.

    5.1.3. Tingkat Pendidikan Responden

    Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi kelompok tani.

    Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh responden,

    semakin tinggi pula tingkat partisipasi responden. Hasil penelitian yang telah

    diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan responden diuraikan pada tabel 6.

    Tabel 6. Tingkat Pendidikan responden di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar

    Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

    (orang)

    Persentase

    (%)

    SD

    SMP

    SMA

    D2

    22

    3

    1

    1

    81,00

    11,00

    4,00

    4,00

    Jumlah 27 100

    sumber : Data primer setelah Januari, 2015

    Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa tingkat pendidikan kelompok tani

    responden dibagi atas empat kelompok yaitu tingkat pendidikan SD, SMP, SMA

    dan D2. Pendidikan petani responden tingkat SD sebanyak 22 responden dengan

    persentase 81,00%, pendidikan responden tingkat SMP sebanyak 3 orang dengan

    persentase 11,00%, dan tingkat pendidikan petani responden SMA sebanyak 1

    orang dengan persentase 4,00% sedangkan tingkat pendidikan D2 sebanyak 1

    orang dengan persentase 4,00%. Ini memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan

    kelompok tani responden di Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

    masih tergolong rendah.

  • 5.2. Peranan Penyuluh Dalam Peningkatan Produksi Jagung

    Peranan penyuluh dalam peningkatan produksi jagung adalah sebagai

    fasilitator, motivator, organisator, dan tingkat perananyan dapat di lihat pada

    Tabel 7.

    Tabel 7 .Tingkat Peranan Penyuluh Sebagai Fasilitator, Motivator, Organisator,

    di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

    No Variabel Peranan Penyuluh Nilai

    Rata-rata

    Kategori

    1

    Fasilitator

    Memberikan materi budidaya

    tanaman jagung

    1,95 S

    Memberikan pelatihan atau cara

    meningkatkan produksi jagung

    1,96 S

    Memberikan informasi sarana dan

    prasarana 1,92

    S

    Memfasilitasi untuk bekerjasama

    dengan lembaga lain 1,85 S

    2

    Motivator

    Memberi semangat bapak/ibu

    untuk mengikuti kegiatan

    penyuluhan pertanian

    1,81 S

    Memberi motivasi mengikuti

    penyuluhan tentang budidaya

    tanaman jagung

    1,96 S

    Memberikan dorongan bapak/ibu

    untuk mengikuti berbagai

    kegiatan penyuluhan pertanian

    1,92 S

    Organisator

    Penyuluh ikut serta dalam

    memberikan pemecahan masalah 1,74

    S

    Memberikan sumbangan pemikiran

    dalam membina kelompok tani

    1,88 S

    Bekerja sama dengan petani dalam

    meningkatkan produksi jagung 1,85 S

    Sumber: Data Setelah di Olah, 2014

    Berdasarkan Tabel 7 dapat di lihat bahwa peranan penyuluh sebagai

    fasilitator, dalam memberikan materi penyuluhan dengan nilai 1,95 kategori

  • sedang, peran penyuluh dalam memberikan pelatihan peningkatan produksi

    jagung nilai 1,96 masuk kategori sedang, kinerja penyuluh dalam memberikan

    informasi sarana dan prasarana nilai 1,92 kategori Sedang, sedangkan peranan

    penyuluh dalam peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembag lain nilai 1,85

    kategori Sedang.

    peran penyuluh sebagai motivator, dalam memacu bapak/ibu kelompok tani

    untuk mengikuti kegiatan penyuluhan pertannian nilai 1, 81 kategori sedang,

    kinerja penyuluh dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan prdoduksi

    jagung di nilai 1,96 kategori Sedang, kinerja penyuluh dalam mendorong

    peningkatan produksi padi nilai 1,92 kategori Sedang.

    peran penyuluh sebagai organisator, dalam pemecahan masalah serta

    mencarikan solusi buat peningkatan produksi jagung nilai 1,74 kategori sedang,

    sedangkan dalam memberikan sumbangan pemikiran nilai 1,88 kategori sedang,

    peran penyuluh bersama petani dalam peningkatan produksi jagung nilai 1,85

    kategori Sedang. Menurut Mardikanto (1996), penyuluhan merupakan suatu

    sistem pendidikan di luar sekolah yang tidak sekedar memberikan penerangan

    atau menjelaskan, tetapi biasanya untuk mengubah perilaku sasarannya agar

    memiliki pengetahuan yang luas. Disamping itu juga memiliki sifat progressif

    untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (inovasi baru) serta

    terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan

    produktifitas, pendapatan atau keuntungan, maupun kesejahteraan keluarga dan

    masyarakat.

  • Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para

    petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan

    mereka tadi. Jadi penyuluhan pertanian tujuanya adalah perubahan perilaku

    petani, sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya, lebih

    beruntung usahataninya dan lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan

    keluarga tani maju dan sejahtera. Kesejahteraan petani tergantung pada prilaku

    petani itu sendiri dalam bertani. Dalam hal ini peran peran penyuluh yang sangat

    diharapkan dalam sebagai penyambung aspirasi petani kepada pemerintah.

    Istilah penyuluhan telah dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang

    bekerja di dalam organisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya

    bagi masyarakat luas. Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan

    yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di

    lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran

    yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya

    dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan

    kepentingan petani.

    5.3. Peran Penyuluh Sebagai Fasilitator

    peran penyuluh sebagai fasilitator dalam peningkatan produksi jagung di

    Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar termasuk dalam kategori

    sedang . Beberapa indikator peran penyuluh sebagai fasilitator adalah penyuluh

    dalam memfasilitasi petani kategori sedang (1,92), peran penyuluh dalam

    memfasilitasi petani menemukan mitra usaha kategori sedang nilai (1,96),

    memfasilitasi petani membuat rencana usahataninya termasuk kategori sedang

  • (1,92). Kegiatan penyuluhan sangat berkaitan dengan kegiatan fasilitasi, terutama

    dalam memfasilitasi petani terhadap hal-hal yang berhubungan dengan usahatani

    yang di tekuni. Berdasarkan hasil wawancara dengan kelompok wanita tani di

    Desa Bontoloe, penyuluh masih belum maksimalkan dalam memfasilitasi

    kelompok wanita tani, terutama dalam pengelolaan kelompok tani dan

    perencanaan usahatani, sementara penyuluh adalah sebagai fasilitator, yang

    senantiasa memberikan jalan keluar/ kemudahan-kemudahan, baik dalam

    menyuluh/proses belajar mengajar, maupun fasilitas dalam memajukan

    usahataninya.

    Kelompok wanita tani maupun kelompok tani yang lain mereka kesulitan

    dalam membangun komonukasi dengan penyuluh maupun pemerintah setempat

    dalam memenuhi kenutuhan sebagai kelompok tani. Tugas penyuluh sebagai

    fasilitator adalah dapat memberikan informasi yang cukup dan akurat kepada

    kelompok tani dalam hal pengembangan kelompok tani dan pembangunan

    pertanian serta peningkatan produksi. Khususnya peningkatan produksi pada

    tanaman jagung. Kita tahu bahwa kabupaten Takalar adalah salah satu Kabupaten

    penghasil jagung terbanyak di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu peran-peran

    penyuluhlah yang harus dimaksimalkan dalam peningkatan produksi jagung di

    Kabupaten Takalar dengan kualitas yang baik dan unggul.

    5.4. Peran Penyuluh Sebagai Motivator

    Peran penyuluh sebagai motivator dalam peningkatan produksi jagung di

    Desa Bontoloe termasuk dalam kategori sedang dengan nilai 1,81. Beberapa

    indikator peran penyuluh sebagai motivator adalah peran penyuluh dalam

  • memberi motivasi kepada petani dengan kategori sedang (nilai 1,96), peranan

    dalam menyemangati petani untuk mandiri dalam usaha dengan kategori sedang

    (nilai 1,92).

    Menurut Van Den Ban, (2003), penyuluhan secara sistematis adalah suatu

    proses yang, (1). Membantu petani menganalisis situasi yang sedang dihadapi dan

    melakukan perkiraan ke depan; (2). Membantu petani menyadarkan terhadap

    kemungkinan timbulnya masalah dari analisis tersebut; (3). Meningkatkan

    pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta

    membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani;

    (4). Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan

    cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya

    sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan; (5). Membantu petani

    memutuskan pilihan tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal; (6).

    Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya ; dan (7).

    Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka

    dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan.

    Seyogyanya penyuluh pertanian hadir sebagai solusi bagi masyarakat tani.

    Dapat membantu masyarakat dalam meningkatakan kinerja petani. Motivasi yang

    besar dari penyuluh pertanian kepada petani adalah dapat mempengaruhi kinerja

    petani. Karena lewat peran motivasi itulah penyuluh dapat meyakinkan kepada

    petani akan ada hasil yang maksimal. Sehingga penyuluh harus lebih tahu banyak

    informasi dibandingkan petani itu sendiri.

  • 5.5. Peran Penyuluh Sebagai Organisator

    Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa peran penyuluh sebagai organisator

    terdapat 3 aspek dengan kategori sedang, untuk peran penyuluh memberikan

    arahan pembentukan/pengembangan serta dalam pemecahan kepada kelompok

    wanita tani diperoleh keterangan 1,74, serta memberikan sumbangsi pemikiran

    diperoleh keterangan 1,88 dengan kategori sedang, dan mengarahkan kelompok

    wanita tani agar membangun hubungan kerja sama dalam meningkatkan produksi

    padi diperoleh keterangan 1,85 dengan kategori sedang. Hal ini berarti penyuluh

    belum memaksimalkan peran-peran dalam pembinaan dan pengembangan

    kelompok wanita tani. Penilaian petani terhadap penyuluh tentang peranan

    penyuluh dalam menentukan kelembagaan/program kerja diperoleh kategori

    Rendah.

    Dari hasil penelitian di atas bahwa peran penyuluh pertanian di Desa

    Bontoloe belum maksimal yang sesuai dengan harapan petani. Sementara peran

    penyuluh pertanian sangat penting bagi kelompok tani dalam memfasilitasi, serta

    memberikan motivasi dan mengawasi mengorganisir kerja-kerja kelompok tani.

    Sehingga perlu ada peningkatan kinerja yang maksimal oleh penyuluh pertanian.

    Hal ini juga disebabkan karena 1 satu orang prnyuluh pertanian dalam satu

    kecamatan. Sehingga begitu tidak maksimalnya dalam memainkan peran-peran

    sebagai penyuluh dalam hal mengkoordinir kelompok-kelompok tani yang ada di

    desa bontoloe.

  • VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong

    Kabupaten Takalar dapat dilihat bahwa peran penyuluh pertanian sebagai

    fasilitator kepada kelompok tani atau masyarakat tani masih dalam kategori

    sedang dengan tingkat berpartisipasi baik dalam hal tanggung jawabnya sebagai

    penyuluh belum maksimal bahkan pemberdayaan dan kerja sama kepada

    kelompokpun hanya diberlakukan kepada sebagian kelompok tani saja. Sementara

    masyarakat yang ada di Desa Bontoloe membutuhkan penyuluh dalam mengawal

    petani untuk meningkatkan produksi dari hassil pertanian terkhusus tanaman

    jagung. Penyuluh sebagai fasilitator, penyuluh sebagai motivator dan penyuluh

    sebagai organisator.

    6.2. Saran

    Dalam meningkatkan produksi hasil pertanian seperti jagung sebaiknya lebih

    meningkatkan pengawal lebih intens oleh penyuluh kepada kelompok tani, dan

    perluh bantuan dari pihak pemerintah yang diharapkan untuk lebih

    memperhatikan kelompok tani yang ada di Desa Bontoloe berupa bantuan dana

    dan alat-alat pertanian yang dibutuhkan

  • DAFTAR PUSTAKA

    Anonim, 1992. 5 Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Gaya Teknik

    Offset. Bogor.

    Bayer, et al, 1999. Pertanian Masa Depan. Kanisius Bandung

    Departemen Pertanian, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16

    Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

    Kehutanan, Jakarta.

    Fashihullisan, 2009.(ht tp://fashihullisan)tugas penyuluhan.blog.spot.com/peranan-

    penyuluhan-dalam-pembanguanan.html: diakses 9 februari 2010

    Gabriel, T. 1991. The Human Factor in Rural Development. Belhaven Press.

    London.-

    Jahi, Amri dan Ani, Leilani, 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa

    Kabupaten, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 2 No.2.

    Kartasapoetra, A.G. 1991. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara.

    Jakarta.

    Rasyid, M, A, 2001. Sangat di perlukan kegiatan penyuluhan pertanian.

    Ekstensia. Vol 13. Tahun VIII, September 2001. Topik ektensi penyuluhan

    pertanian di era otonomin daerah. Hal 8-14

    Salim, F. 2005. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian

    Soekartawi, 1992. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press.Jakarta.

    Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

    Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta

    Suradisastra, K. 2008. Startegi Pemberdayaan Kelembagaan Petani. Forum

    Penelitian Agro Ekonomi. 26-2. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan

    Kebijakan Pertanian, Bogor.

    Totok, Mardikanto,1 994. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS

    Press.Surakarta. Jakarta

    http://fashihullisan/

  • Totok, Mardikanto, 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian Surakarta: LPP dan UNS

    Press.

    Mardikanto.dan Arip Wijayanto. 2005. Metode dan teknik penyuluh pertanian.

    Fakultas pertanian UNS. Surakarta.

  • KUISIONER

    KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM PENINGKATAN

    PRODUKSI JAGUNG DI DESA BONTOLOE KECAMATAN GALESONG

    KABUPATEN TAKALAR

    I. Identitas Sampel di Isi Oleh Peneliti :

    a. Nama Responden :

    b. Umur :

    c. Tingkat Pendidikan : Tidak sekolah/SD/SMP/SMA/SI

    d. Pengalaman Dalam Usaha Tani : ................ (Tahun )

    II. Penyuluh Sebagai Fasilitator

    1. Apakah penyuluh memberikan materi penyuluhan tentang budidaya tanaman

    jagung yang baik?

    a. Ya

    b. Kadang – kadang

    c. Tidak

    2. Apakah penyuluh memberikan pelatihan mengenai cara meningkatkan

    produksi jagung ?

    a. Ya

    b. Kadang – kadang

    c. Tidak

    3. Apakah penyuluh memberikan informasi tentang sarana dan prasarana yang di

    perlukan untuk peningkatan produksi jagung?

    a. Ya

  • b. Kadang-kadang

    c. Tidak

    4. Apakah penyuluh memberikan informasi mengenai harga yang sesuai pasaran?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

    c. Tidak

    5. Apakah penyuluh memfasilitasi bapak ibu untuk bekerjasama dengan

    lembaga-lembag lain?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

    c. tidak

    III.Penyuluh Sebagai Motivator

    1. Apakah penyuluh yang memacu bapak/ibu untuk mengikuti kegiatan

    penyuluhan pertanian?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

    c. Tidak

    2. Apakah penyuluh memotivasi bapak/ibu untuk meningkatkan produksi

    jagung?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

    c. Tidak

    3. Apakah penyuluh mendorong bapak ibu untuk meningkatkan produksi jagung.?

  • a. Ya

    b. Kadang – kadang

    c. Tidak

    IV. Penyuluh Sebagai Organisator

    1. Apakah dalam memecahkan masalah penyuluh turut ikut serta dalam

    mencarikan solusi peningkatan produksi jagung ?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

    c. tidak

    2. Apakah penyuluh sering memberikan sumbangan pemikiran dalam pembinaan

    kelompok tani bapak/ibu?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

    c. Tidak

    3. Apakah penyuluh selalu mengontrol setiap tindakan yang di ambil oleh

    kelompok tani bapak/ibu?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

    c. Tidak

    4. Apakah penyuluh bekerjasama dengan petani dalam meningkatkan produksi

    jagung?

    a. Ya

    b. Kadang-kadang

  • c. Tidak

  • Lampiran 2. Identitas Responden

    No. Nama Umur

    (tahun)

    Tingkat

    Pendidikan Jabatan

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.

    21.

    22.

    23.

    24.

    25.

    26.

    27.

    S. Dg. Siang

    Hernianti Dg. Ngasseng

    P. Dg. Ni‟ning

    Dg. Ratu

    T. Dg. Sugi

    Nina

    H. Dg. Singara

    S. Dg. Memang

    M. Dg. Sangnging

    R. Dg. Ngintang

    M. Dg. Te‟ne

    R. Dg. Nginga

    E. Dg. Singara

    H. Dg. Lino

    S.Dg. Ngintang

    S.Dg. Puji

    J. Dg. Ngisa

    H. Dg. Nurung

    K. Dg. Mene

    J. Dg. Sayang

    S. Dg. Bau

    Sabdawati

    T. Dg. Calla

    M. Dg. Ngugi

    H. Dg. Tayu

    K. Dg. Ngai

    J. Dg. Baji

    40

    26

    44

    41

    53

    21

    29

    39

    32

    50

    41

    30

    33

    37

    44

    36

    44

    43

    38

    23

    40

    37

    62

    36

    45

    42

    52

    SMP

    D2

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SMP

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SMP

    SD

    SMA

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    SD

    Ketua

    sekretaris

    bendahara

    anggota

    anggota anggota anggota anggota anggota

    anggota anggota anggota

    anggota anggota anggota

    anggota anggota

    anggota anggota

    anggota anggota anggota

    anggota anggota anggota

    anggota

    anggota

  • Lampiran 3 : Peranan Penyuluh Sebagai Fasilitator Dalam Peningkatan Produksi

    Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

    No PERANAN PENYULUH

    Sebagai Fasilitator

    I II III IV

    1 2 2 1 2

    2 2 2 2 2

    3 2 2 2 2

    4 2 1 2 2

    5 1 2 2 2

    6 1 2 2 2

    7 2 2 2 2

    8 2 2 2 2

    9 2 2 1 1

    10 2 2 2 2

    11 2 2 2 2

    12 2 2 2 1

    13 2 2 2 2

    14 2 2 2 2

    15 2 2 2 1

    16 2 2 2 2

    17 2 2 2 2

    18 2 2 2 1

    19 2 2 2 2

    20 2 2 2 2

    21 2 2 2 2

    22 2 2 2 2

    23 2 2 2 2

    24 2 2 2 2

    25 2 2 2 2

    26 2 2 2 2

    27 2 2 2 2

    Jumlah 52 53 52 50

    Rata-

    rata 1,92 1,96 1,92 1,85

    Kategori S S S S

    Kterangan : 1,00-1,66 = Rendah

    1,67-2,33 = Sedang

    2,34-3,00 = Tinggi

  • Lampiran 4 : Peranan Penyuluh Sebagai Motivator Dalam Peningkatan Produksi

    Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

    No PERANAN PENYULUH

    Sebagai Motivator

    I II III

    1 1 2 1

    2 2 2 2

    3 2 2 2

    4 2 1 2

    5 1 2 2

    6 1 2 2

    7 2 2 2

    8 2 2 2

    9 2 2 1

    10 2 2 2

    11 1 2 2

    12 2 2 2

    13 1 2 2

    14 2 2 2

    15 2 2 2

    16 2 2 2

    17 2 2 2

    18 2 2 2

    19 2 2 2

    20 2 2 2

    21 2 2 2

    22 2 2 2

    23 2 2 2

    24 2 2 2

    25 2 2 2

    26 2 2 2

    27 2 2 2

    Jumlah 49 53 52

    Rata-

    rata

    1,81 1,96 1,92

    Kategori S S S

    Kterangan : 1,00-1,66 = Rendah

    1,67-2,33 = Sedang

    2,34-3,00 = Tinggi

  • Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Penelitian Peranan Penyuluh Sebagai Organisator

    Dalam Peningkatan Produksi Jagung di Desa Bontoloe Kecamatan

    Galesong Kabupaten Takalar

    No PERANAN PENYULUH

    Sebagai Organisator

    I II III

    1 2 2 1

    2 2 2 2

    3 2 2 2

    4 2 1 2

    5 1 2 1

    6 1 2 2

    7 2 2 1

    8 2 2 2

    9 2 2 1

    10 1 2 2

    11 2 2 2

    12 2 2 2

    13 1 2 2

    14 2 2 2

    15 1 2 2

    16 2 2 2

    17 1 1 2

    18 2 2 2

    19 1 1 2

    20 2 2 2

    21 2 2 2

    22 2 2 2

    23 2 2 2

    24 2 2 2

    25 2 2 2

    26 2 2 2

    27 2 2 2

    Jumlah 47 51 50

    Rata-

    rata 1,74 1,88 1,85

    Kategori S S S

    Kterangan : 1,00-1,66 = Rendah

    1,67-2,33 = Sedang

    2,34-3,00 = Tinggi

  • Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

    Wawancara Dengan Ketua Kelompok Tani

    Foto Bersama Ibu Ketua Kelompok Wanita Tani

  • Foto Bersama Ketua Kelompok Tani Bobojangang

  • Lampiran 7. Peta Wilayah dan Struktur Desa di Desa Bontoloe Kecamatan

    Galesong Kabupaten Takalar

    Peta Wilayah Desa

    Struktur Organisasi Desa