peranan pajak bagi pembangunan bangsa

20
PAPER PENGANTAR PERPAJAKAN PERANAN PAJAK BAGI PEMBANGUNAN NEGARA DISUSUN OLEH : AHMAD FAUZI NUGROHO NPM : 143010004529

description

makalah tentang peranan pajak

Transcript of peranan pajak bagi pembangunan bangsa

PAPERPENGANTAR PERPAJAKANPERANAN PAJAK BAGI PEMBANGUNAN NEGARA

DISUSUN OLEH :AHMAD FAUZI NUGROHONPM : 143010004529D-III KEBENDAHARAAN NEGARASEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Dzat yang Maha Ghofur, yang telah memberikan nikmat umur. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan paper Pengantar Perpajakan yang berjudul "Peranan Pajak Bagi Pembangunan Negara". Sebagai tugas mata kuliah Pengantar Perpajakan Semester 2.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen, dan teman teman yang turut serta membantu penyelesaian tugas paper ini.Adapun isi dari makalah ini yaitu mencakup target dan realisasi penerimaan pajak dari tahun 2013 2015, serta untuk menganalisis presentase penerimaan pajak dari tahun 2013 - 2015.Semoga Makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan dapat memenuhi kriteria tugas yang dosen.Seperti peribahasa, Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penulisan makalah ini. Oleh sebab itu penulis menerima kritik positif dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfat.Akhir kata penulis ucapkan Terima Kasih

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN3A.LATAR BELAKANG3B.RUMUSAN MASALAH3C.TUJUAN PENULISAN4BAB II PEMBAHASAN5A.TARGET DAN REALISASI PAJAK TAHUN 2013 - 201552.TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PERPAJAKAN DARI TAHUN 2013 20156B.ANALISIS MENGAPA REALISASI PAJAK SELALU DIBAWAH TARGET.7BAB III PENUTUP11A.KESIMPULAN11B.SARAN11DAFTAR PUSTAKA12

12

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, sumber penerimaan ini mempunyai umur tidak terbatas, terlebih dengan jumlah penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pajak memiliki perananan yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Fungsi pajak sebagai Budgeter, sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. Fungsi Reguler, sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi, seperti dikenakan pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras agar peredarannya dapat ditekan, demikian pula terhadap barang mewah. Penerimaan perpajakan mengalami peningkatan yang cukup signifikan baik secara nominal maupun secara persentase terhadap seluruh pendapatan negara. Hal ini sangat rasional karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan jumlah penduduk serta jumlah usaha masih sangat kecil, dan di samping itu tahun yang akan datang pajak diproyeksikan sebagai salah satu pilar utama penerimaan negara secara mandiri (Soeprapto, 2001), sehingga mengurangi ketergantungkan pinjaman luar negeri.Direktorat Jenderal Pajak sudah melakukan usaha agar penerimaan pajak terus meningkat, diantaranya dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, dimana usaha ekstensifikasi dilakukan dengan menggali atau memperluas obyek pajak baru melalui perubahan perundang-undangan. Sedangkan usaha intensifikasi ditempuh melalui perbaikan kualitas pengumpulan di lapangan tanpa harus merubah Undang-undang yang berlaku. Jika kita gali lebih dalam, usaha intensifikasi lebih murah dan efisien dari pada usaha ektensifikasi. B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana target dan realisasi pajak dari tahun 2013 2015?2. Mengapa realisasi pajak selalu tidak tercapai sejak tahun 2013 2015?C. TUJUAN PENULISAN1. Untuk mengetahui target dan realisasi pajak dari tahun 2013 20152. Untuk mengetahui Mengapa realisasi pajak selalu tidak tercapai sejak tahun 2013 2015.

BAB IIPEMBAHASANA. PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DARI TAHUN KE TAHUN

1. TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PERPAJAKAN DARI TAHUN 2013 2015Tabel 1

Postur Penerimaan Perpajakan APBN

Tahun Anggaran 2013 2015

Uraian2013 (Trilliun Rupiah)2014 (Trilliun Rupiah)2015 (Trilliun Rupiah)

APBNP LKPP%APBNPLKPP%APBNPLKPP%

A. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH1.502,01.438,995,80%1.635,41.550,694,81%1.769,0--

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI1.497,51.432,195,63%1.633,11.545,694,64%1.765,7--

I. PENERIMAAN PERPAJAKAN1.148,41.077,393,81%1.246,11.146,992,04%1.484,6--

a. Pajak Dalam Negeri1.099,91.029,893,63%1.189,91.103,292,71%1.437,4--

i. Pajak Penghasilan538,8506,493,99%569,9546,195,82%680,8--

- Migas74,388,7119,38%83,987,4104,17%50,9--

- Non Migas464,5417,789,92%486,0458,794,38%629,8--

ii. Pajak Pertambahan Nilai423,7384,790,80%475,6409,286,04%576,5--

iii. Pajak Bumi dan Bangunan27,325,392,67%21,723,5108,29%26,7--

iv. BPHTB0,00,00,00,00,00,00,0--

v. Cukai104,7108,5103,63%117,5118,1100,51%141,7--

vi. Pajak Lainnya5,44,990,74%5,26,3121,15%11,7--

b. Pajak Perdagangan Internasional48,447,497,93%56,343,677,44%47,3--

i. Bea Masuk30,831,6102,60%35,732,390,48%35,2--

ii. Bea Keluar17,615,889,77%20,611,354,85%12,1--

Sumber : LKPP Tahun Anggaran 2013, Realisasi APBN 2014, Nota Keuangan APBN 2014, Nota Keuangan RAPBN-P 2015*PBB sebelum tahun 2014 adalah P3 (Pertambangan, Perkebunan, dan Perhutanan). Tahun 2014 ada tambahan PBB Migas + P3Angka dibelakang koma adalah hasil pembulatan

B. ANALISIS MENGAPA REALISASI PAJAK SELALU DIBAWAH TARGET.1. Penerimaan Perpajaka secara umum.Berdasarkan data data diatas, dapat terlihat bahwa presentase realisasi pajak pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2013, presentase realisasi penerimaan pajak hanya mencapai 93,81%, dan pada 2014 presentasenya hanya sebesar 92.04%. Tetapi yang perlu kita perhatikan adalah penerimaan perpajakan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2014 mengalam peningkatan. Besarnya penerimaan pajak pada tahun 2013 dalah 1077, 3 Triliun Rupiah, dan pada tahun 2014 sebesar 1146, 9 Triliun Rupiah. Jadi secara umum, penerimaan negara yang berasal dari pajak mengalami peningkatan. Jika kita perhatikan satu persatu, realisasi penerimaan pajak pada tahun 2013 secara umum tidak tercapai. Baik itu penerimaan pajak dari segi pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, pajak lainnya dan bea keluar. Tetapi ternyata ada pula penerimaan pajak yang justru melebihi target, diantaranya yaitu Pajak Penghasilan dari bidang migas yag realisasinya mencapai 119,38%, pendapatan cukai yang realisasinya mencapai 103,63%, dan bea masuk yang realsasinya mencapai 102,60%.Pada tahun 2014, hal yang sama terjadi. Target pajak secara umum tidak tercapai.terlihat dari data bahwa presentase penerimaan perpajakan hanya mencapai 92,04%. Walaupun target pajak juga meningkat, sehingga jumlah penerimaan negara dari sektor pajak juga meningkat, tetapi sangat disayangkan jika peningkatan target ini tidak diikuti dengan peningkatan presentase realisasinya. Keadaan yang terjadi pada tahun 2013 hampir sama dengan yang terjadi pada tahun 2014. Dimana presentase penerimaan pajak sebagian besar tidak mencapai targetnya. Perimaan dari Pajak Penghasilan dar sektor migas kembali mencapai prestasi dengan presentase sebesar 104,1%. Begitu juga dengan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang meningkat sangat tinggi yaitu sebesar 108,9%. Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada penerimaan pajak lainnya. Yaitu sebesar 121,15%. Akan tetapi sangat disayangkan jika penerimaan pajak selain yang saya sebutkan diatas justru sebagian besar berkurang presentasenya.2. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)Berdasarkan data diatas, penerimaan Pajak Penghasilan pada tahun 2013 dan 2014 mengalami peningkatan. Penerimaan Pajak Penghasilan berasal dari sektor migas dan non-migas. Dasar penerimaan migas adalah Kontrak Kerja Sama(KKS), dimana kontraktor migas wajib melakukan pembayaran yang salah satunya adalah Pajak Penghasilan. Penghasilan migas pada tahun 2013 dapat melebihi target sampai 119,38% dikarenakan pada tahun 2013, menteri keuangan mengeluarkan peraturan (Permenkeu) No. 70/PMK.011/2013 tentang pembebasan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas dari bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai. Hal ini lah yang mendorong peningkatan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas Nasional sehingga pencapaian penerimaan migas dapat melebihi target. PMK ini berdampak juga pada tahun 2014, walaupun secara presentase dan secara nominal penerimaannya mengalami penurunan. Pajak Penghasilan non migas adalah penyumbang terbesasr penerimaan perpajakan. Pada tahun 2013, 40% dari total penerimaan perpajakan berasal dari sektor Pajak Penghasilan non migas. PPh non migas merupakan pajak yang bersumber dari penghasilan baik orang pribadi maupun badan. PPh non migas secara umum mengalami kenaikan seperti terlihat pada grafik dibawah ini

Faktor yang mempengaruhi PPh adalah pertumbuhan ekonomi. Jadi jika PPh meningkat maka pertumbuhan ekonomi pun dapat dikatakan meningkat. Tapi dari segi pencapaian target, selama 10 tahun terakhir, penerimaan dari PPh non migas tidak pernah tercapai. Pada tahun 2013 hanya tercapai sebesar 89.92% dan pada 2014 mengalami kenaikan menjadi 94.38%. Hal ini disebabkan karena masih terdapat usaha usaha penghindaran pajak oleh wajib pajak, sulitnya mendapatkan data mengenai jumlah UKM yang tersebar diwilayah Indonesia. Selain itu, jumlah masyarakat yang masih belum memiliki NPWP juga masih sangat banyak, dan yang paling riskan adalah tingkat kepercayaan masyarakat yang masih sangat rendah kepada pemerintah. Tapi hal ini diatasi pada tahun 2014 salah satunya dengan cara optimalisasi pemanfaatan e-KTP yang bisa lebih diintergrasikan pencatatan dokumennya. 3. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)Salah satu jenis pajak yang memiliki kontribusi cukup tinggi adalah PPN. Penerimaan PPN tahun 2013 sebesar Rp.384,7 triliun, memberi kontribusi sebesar 36,86% dari total pajak secara keseluruhan. Tapi dari segi presentase, PPN tahun 2013 hanya terealisasi sebesar 90,8%. Pada tahun 2014 semakin menurun, yaitu sebesar 86,04%. Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan PPN, salah satunya disebabkan oleh banyaknya kebocoran dari pengkreditan Pajak Masukan berdasarkan transaksi yang sebenarnya tidak ada dengan menggunakan faktur pajak. Kondisi tersebut tentu merugikan negara sebab penyelewengan pajak dapat mengurangi penerimaan negara sehingga kinerja pelayanan publik menurun (Torgler, 2005). Faktur pajak fiktif secara sederhana merupakan faktur pajak yang tidak sah. Faktur pajak fiktif bila secara formal memenuhi ketentuan Undang-Undang PPN tetapi secara material tidak ada penyerahan barang atau barang tidak diserahkan kepada pembeli yang sama. Sebagai langkah antisipatif untuk menanggulangi terjadinya kasus penggunaan faktur pajak fiktif, pihak DJP meningkatkan pengendalian internal yang dilakukan secara periodik dan tidak hanya pada saat melakukan pemeriksaan. Berbagai kebijakan dalam bentuk intensifikasi dan ekstensifikasi telah dibuat oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara dari sektor fiskal. Tapi berbagai usaha dalam bentuk mengurangi faktur pajak Fiktif masih belum terlihat hasilnya, terlihat dari presentase pencapaian target tahun 2014 yang hanya tercapai sebesar 86,04%. 4. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Mulai 1 Januari 2010, PBB Perdesaan dan perkotaan menjadi Pajak Daerah sepanjang Peraturan Daerah tentang PBB yang terkait dengan Perdesaan dan Perkotaan telah diterbitkan. Apabila dalam jangka waktu dari 1 Januari 2010 s.d Paling lambat 31 Desember 2013 Peraturan Daerah belum diterbitkan, maka PBB Perdesaan dan Perkotaan tersebut masih tetap dipungut oleh Pemerintah Pusat.Mulai 1 januari 2014, PBB pedesaan dan Perkotaan merupakan pajak daerah. Untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan masih tetap merupakan Pajak Pusat. Pada tahun 2013, presentase penerimaan PBB tercatat sebesar 92,67%. Hal ini disebabkan karena sulitnya memungut Pajak Bumi dan Bangunan dalam daerah dan juga tidak semua bangunan dalam daerah itu tercatat dalam Bangunan kena pajak. Tetapi, dalam awal tahun 2014, Pajak Bumi dan Bangunan telah dilimpahkan kepada daerah agar tiap masing-masing daerah dapat memungut pajak Bumi dan Bangunan didaerahnya sendiri. Kebijakan ini cukup efektif karena dengan dilimpahkannya Pajak Bumi dan Bangunan ke daerah, pengawasan terhadap Bangunan di tiap daerah akan lebih diperhatikan sebab mudahnya menganalisa data di daerah oleh Pemerintahan Daerah sendiri dan mengurangi resiko dari Bangunan yang tidak tercatat dalam bangunan kena pajak. Hasilnya, presentase penerimaan PBB tahun 2014 meningkat menjadi 108,29%.5. Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengalihan pengelolaan BPHTB dilaksanakan mulai 1 Januari 2011 dan pengalihan pengelolaan PBB-P2 ke seluruh pemerintahan kabupaten/kota dimulai paling lambat 1 Januari 2014. Berdasarkan UU diatas, dapat disimpulkan bahwa Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan telah dipindahkan menjadi pajak daerah atau penerimaan daerah. Maka, dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat tidak tercantum penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sehingga nilainya nol.6. Penerimaan CukaiPenerimaan dari segi cukai selalu melebihi target. Penerimaan cukai terbesar berasal dari cukai rokok. Dari tabel data diatas, terlihat bahwa penerimaan cukai tahun 2013 yang presentase targetnya mencapai 103.63% mengalami penurunan dengan penerimaan presentase pajak tahun 2014 menjadi hanya 100,51%. Penerimaan cukai yang selalu melebihi target dikarenakan kenaikkan tarif cukai terutama pada rokok, tidak terlalu menurunkan jumlah konsumsi rokok. Penerimaan cukai walaupun melebihi target, tetapi masih tergolong tidak maksimal. Karena cukai rokok pada tahun 2014 tidak dinaikkan seirng berlakunya pajak rokok (Ringkang Gumiwang, 2014)7. Penerimaan Pajak LainnyaPenerimaan Pajak Lainnya menempati peringkat paing akhir jika dihitung dari jumlah nominal penerimaannya. Hal ini wajar, karena jenis penerimaan pajak lainnya masih tergolong sedikit. Pada tahun 2013, penerimaan pajak lainnya ditargetkan hanya sebesar 5,4 Triliun Rupiah, dan hanya terealisasi sebesar 90,74%. Tetapi pada tahun 2014, penerimaan pajak lainnya melebihi target yang direncanakan. Realisasi penerimaan pajak pada tahun 2014 mencapai 121,15%. .

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANBerdasarkan hasil penulisan paper tentang Peranan Pajak bagi Pembangunan Nasional, penulis dapat menyimpulkan bahwa :Sebagian besar target Penerimaan negara yang berasal dari pajak masih belum tercapai. Berdasarkan analisis penulis, dapat disimpulkan bahwa hal ini disebabkan karena Otoritas perpajakan masih lemah, baik dari sisi kemampuan menjangkau wajib pajak maupun dari sisi inovasi kebijakan perpajakan. Sumber Daya Manusia di otoritas perpajakanpun masih kurang memadai baik dari sisi kuantitas maupun kulitas. Selain itu, Sistem perencanaan, penerapan dan pengawasan pada kebijakan perpajakan juga masih lemah. Ditambah lagi masih tingginya tingkat tax avoidance dan tax evasion. Tekanan krisis ekonomi global juga menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga menjadi lemah dan pertumbuhan ekonomi yang lemah sangat berpengaruh pada penerimaan pajakB. SARANPerlu ada perubahan mendasar agar target penerimaan pajak dapat tercapai. Diantaranya dengan cara :1. Penguatan, penambahan dan pembenahan Sumber Daya Manusia2. Penguatan dari sisi kelembagaan dan Sumber Daya Pemerintah Daerah dalam meningkatkan optimaliasasi penerimaan pajak. Seperti kita ketahui bahwa mulai tahun 2014 sebagian besar penerimaan PBB diserahkan kepada daerah, maka dari itu perlu dilakukan penguatan Sumber Daya Pemerintah Daerah3. Meningkatkan pendistribusian langsung untuk program program jaminan sosial dan pelayanan umum sehingga tax ratio semakin meningkat4. Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap para pelaku tax avoidance dan tax evasion yang dilakukan oleh wajib pajak. Selain itu, kerjasama bilateral dan mulrilateral mengenai sistem perpajakan antar negara juga harus dikuatkan5. Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) harus melakukan konsolidasi yang kuat untuk pengawasan dan advokasi perpajakan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/pajakhttp://www.ginandjar.com.Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. http://www.bpk.go.id/lkppKementrian Keuangan. 2015. Nota keuangan dan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2015. Jakarta Pusat. Departemen KeuanganKementrian Keuangan. 2014. Nota keuangan dan anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2014. Jakarta Pusat. Departemen KeuanganKementrian Keuangan. 2013. Nota keuangan dan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan tahun anggaran 2013. Jakarta Pusat. Departemen KeuanganBadan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2014. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat tahun 2013. Jakarta Pusat. BPK RI