Peranan Kotoran Manusia

29
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal- gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. B. RUMUSAN MASALAH Adapun Rumusan Masalah Pada Makalah Ini Adalah Sebagai Berikut : 1. Apa Yang Dimaksud Dengan Kotoran Manusia? 2. Mengetahui Karasteristik Kotoran Manusia 3. Metode Pembuangan Kotoran Manusia 4. Mengetahui penularan penyakit melalui tinja 5. Mengetahui Peranan tinja bagi kesehatan dan lingkungan. C. Tujuan Adapun tujuan pada makalah ini adalah untuk memberi pengertian atau pengetahuan kepada pembaca mengenai ruang lingkup kotoran manusia (tinja ). 1. PERANAN KOTORAN MANUSIA/ TINJA DALAM MANUSIA DIBIDANG KESEHATAN Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan

Transcript of Peranan Kotoran Manusia

PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGMasalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.

B. RUMUSAN MASALAHAdapun Rumusan Masalah Pada Makalah Ini Adalah Sebagai Berikut :1. Apa Yang Dimaksud Dengan Kotoran Manusia?2. Mengetahui Karasteristik Kotoran Manusia3. Metode Pembuangan Kotoran Manusia4. Mengetahui penularan penyakit melalui tinja5. Mengetahui Peranan tinja bagi kesehatan dan lingkungan.

C. TujuanAdapun tujuan pada makalah ini adalah untuk memberi pengertian atau pengetahuan kepada pembaca mengenai ruang lingkup kotoran manusia (tinja ).

1. PERANAN KOTORAN MANUSIA/ TINJA DALAM MANUSIA DIBIDANG KESEHATANTinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya (Soeparman, 2002:11). Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007:124).Jamban Tidak Sehat Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Azwar, 1995).a. Dapat menyebabkan penyakit apabila ditak dikelolah dengan saniterPembuangan tinja manusia yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan pencemaran terhadap permukaan tanahserta airtanah yang berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Soeparman, 2002). Selain dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, juga dapat menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang tergolongwater bornediseasesakan mudah terjangkit. Bahaya terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah pencemaran tanah, pencemaranair, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan lalat. Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing,hepatitis viral, dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta investasi parasit lain (Chandra, 2007).

b. Dapat dimanfaatkan kembali1. Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanamanKotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga organik Inggris menyatakan kotoran manusia dapat memainkan peran penting dalam mengamankan ketahanan pangan masa depan, misalnya membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman pangan, seperti gandum, yang sangat membutuhkan pupuk fosfor. "Diperkirakan hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor yang dikeluarkan oleh populasi manusia di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah pertanian,* kata Asosiasi Pertanahan,badan sertifikasi organik terbesar di Inggris.Suplai fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan pematangan tanaman. Dulu, penduduk Eropa mengembalikan fosfor ke lahan pertanian melalui pemupukan menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan Asosiasi Pertanahan meminta dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa agar mengizinkan penggunaan endapan pengolahan limbah, atau blosolid, pada lahan pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini melarang penggunaan biosolid pada lahan pertanian organik karena dikhawatirkan ada efek racun dari logam berat yang disebabkan oleh kombinasi limbah kotoran manusia dengan produk limbah lain, semisal sampah pabrik.

2. Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogasBiogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen atau anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas adalah gas yang dapat terbakar dari hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan, kotoran hewan/manusia, dan lain-lain limbah organik yang berasal dari buangan industri oleh bakteri anaerob (Wijayanti, 1993). Menurut Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor seperti komposisi limbah yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari digester, dan waktu serta temperatur dari penguraian secara anaerobik. 3. Pemanfaatan Pengolahan Jamban Pupuk (the Compost Privy)Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut :a. Mula-mula membuat jamban cemplung biasa.b. Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan.c. Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.d. Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.e. Demikian seterusnya sampai penuh.f. Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.g. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman

2. KOMPOSISI TINJASetiap harinya, seseorang membuang tinja seberat 125 250 gram tinja/feses. Secara normal feses berbentuk tetapi lembut dan mengandung Air sebanyak 75% jika seseorang mendapat intake cairan yang cukup, 25% lagi adalah bagian padat yang tersusun atas30% bakteri mati, 10-20% lemak, 10-20% bahan inorganic, 2-3% protein , dan 30% serat-serat makanan yang tidak dicerna dan unsur-unsur kering dari getah pencernaan, seperti pigmen empedu dan sel-sel epitel yang terlepas.Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin, yang berasal dari bilirubin. Bau feses terutama disebabkan oleh produk kerja bakteri; produk ini bervariasi dari satu orang ke orang lainnya, bergantung pada florabakteri kolon masing-masing orang dan pada jenis makanan yang dimakan. Produk yang benar-benar mengeluarkan bau meliputi indol, skatol, merkaptan, dan hidrogen sulfida.Ada 4 kandungan tinja yang cukup membahayakan kesehatan manusia, yaitu :1. MikrobaSebagian di antaranya merupakan mikroba patogen seperti, bakteri Salmonela Typhi (penyebab demam tifus), bakteri Vibrio cholerae (penyebab kolera, hepatitis A, dan polio). Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koil-tinja.

2.Materi OrganikSebagian merupakan sisa dan ampas makanan yang tidak tercerna. Dapat berbentuk karbohidrat, protein, enzim, lemak, mikroba, dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200 300 mg BOD5.

3.Telur CacingOrang yang cacingan, akan mengeluarkan tinja yang mengandung telur-telur cacing. Banyak cacing yang bisa ditemukan di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing gelang, dan cacing tambang. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak di perut orang lain.4.NutrienUmumnya merupakan senyawa nitrogendan fosfor yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium, sedang fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar 25 mg dan fosfat sebesar 30 mg.Karakteristik kotoran manusia Menurut Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya. Perkiraan komposisi tinja dapat dilihat pada tabel berikut (Soeparman, 2002):a. Perkiraan komposisi tinja tanpa air seni Komponen Kandungan % yaitu : Air 66-80 Bahan organik (dari berat kering) 88-97 Nitrogen (dari berat kering) 5,7-7,0 Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering) 3,5-5,4 Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering) 1,0-2,5 Karbon (dari berat kering) 40-55 Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering) 4-5 C/N rasio (dari berat kering) 5-10

b. Kuantitas tinja dan air seniTinja/air seni Gram/orang/hari Berat basah Berat kering TinjaAir seni 135-2701.000-1.300 35-70, 50-70Jumlah 1.135-1.570 85-140Selain kandungan komponen-komponen di atas, pada setiap gram tinja juga mengandung berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan/ tidak menyebabkan penyakit.Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia yang menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (enteric orintestinal disesases).Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing parasit.Coliform bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci (enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta per gram (Soeparman, 2002)).

3. PENGARUH TINJA TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGANTinjaadalah bahanbuanganyang dikelurkan oleh tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan disepanjang system saluran pencernaan (tractusdigestifus). Tinja juga dapat mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya, lalat yang hinggap di atas tinja yang mengandung kuman, dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang dihinggapinya, dan kemudian manusia memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakitPembuangan tinjamanusia yang tidak memenuhi syarat kesehatan seringkali berhubungan dengan kurangnya penyedian airbersih dan fasilitas kesehatan lainnya, hal yang demikian ini dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang ditularkan oleh tinja dan Lebih dari 50 jenis infeksi oleh virus, bakteri, protozoa, dan cacing ataupun mikroorganisme dapat ditularkan dan diderita oleh masyarakat. Apabila pembungan tinja dan limbah cair tidak ditangani sebagaimana mestinya maka dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran permukaan tanah serta air tanah, yang berpotensi menjadi penyebab timbulnya penularan berbagai macam penyakit saluran pencemaan.Tinja(excreta) manusia dapat mengganggu estetika atau keindahan,kenyamanan dari manusia apabila tinja tersebut tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu keberadaan jamban sangat dibutuhkan agar dapat digunakan oleh masyarakat.

1. Dampak Pembuangan Tinja Terhadap Lingkungan Biotik Dan Abiotik

Pembuangan Tinja manusia yang tidak ditangani dengan baik dapat memberikan dampak bagi manusia dan lingkungan.a.Dampak pembuangan tinja terhadap lingkungan biotik1). Dampak Air limbah tinja bagi kehidupan vektor.Air limbah tinja yang di buang kelingkungan(tanah dan badan air) banyak menimbulkan masalah vector, comberan yang terdapat di dekat rumah sangat cocok untuk bersarang berkembang biaknya lalat, nyamuk dan tikus juga menyenangi tempat-tempat tersebut untuk mencari makanannya. Air limabah yang tergenang di parit, dan badan air yang lain juga merupakan sarang maupun berkembang biaknya beberapa jenis nyamuk.Air limbahyang berhubungan dengan kehidupan vector di sebut water related vector.

2). Dampak limbah tinja terhadap kehidupan biota dan tumbuhan.Kandungan zat pencemar pada limbahtinjaakan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun pada tinja yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. mengakibatkan matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi padaair limbahjuga terhambat.3). Dampak tinja terhadap manusiaBerdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkantinjarata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar,Penyakit - Penyakit yang bersumber dari tinja manusia di keloompokkan kedalam empat golangan yaitu

a. Virus :Rotavirus ( Diare pada anak )Virus Hepatitis A ( Hepatitis A )Virus Poliomyelitis ( Polio )b. Bakteri :Vibrio cholerae ( Cholera )Escherichia Coli ( Diare/Dysenterie )Salmonella typhi (Typhus abdominalis )Shigella dysenteriae( Dysenterie )c. Protozoa :- Balatidium coli ( diare, disentry )- Entamoeba histolyka ( disentry amoeba, abses hati )- Giardia Lambria ( diare amoeba dan malabsorpsi )d. Cacing :- Ancylostoma ( Penyakit Ancylostomasis )- Ascaris Lumbricoides ( Ascariasis )- Shistosoma japanicum (Schistosomiamis )- Taenia saginata ( Taeniasis )- Taenia solium ( Taeniasis )- Tricuris tri chiura ( trichuriasis )e. Tempat vektor penyakit : nyamuk, lalat, kecoa.

b.Dampak pembuangan tinja terhadaplingkungan abiotik1).Dampak terhadap air dan TanahAda beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa. Pencemaran air oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur contohnya(sumur dangkal di Jakarta), Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

2).Dampak terhadap estetika lingkunganDengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.

4.Pencegahan Kontaminasi TinjaUntuk mencegah atau sekurang- kurangnya mengurangikontaminasi tinjadengan lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya harus dilakukan di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban keluarga disebut sehat apabila memenuhi syarat antara lain : Menurut Ehlers dan Steel (dalam Entjang, 2000)-Tidak boleh mengotori tanah.-Tidak boleh mengotori air permukaan.-Tidak boleh mengotori air tanah dalam.-Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembang biakan vektor penyakit lainnya.-Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain.-Pembuatannya mudah dan murah.-Dan dapat diterima oleh pemakainnya.Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan tinja atau kotoran manusia yaitu:a)Penempatan jambanharus lebih rendah atau sam tinggi dengan lokasi air minum.b)Jarak minimal 15m untuk jamban letaknya lebih tinggi dari sumber air minum.c)Pada tanah berpasir jarak antara jamban dengan sumber air minum yaitu 7,5m.d)Pada tanah yang homogen kemungkianan pencemaran air tanah 0,apabila dasar jamban berjarak lebih dari 1,5m diatas permukaan air tanah atau apabila dasar kolam pembuangan berjarak lebih dari 3m diatas permukaan air tanah.e)Penyelidikan yang seksama harus dilakukan sebelum membuat jamban cebluk, kakus bor, kolam penampungan dan sumur resapan didaerah yang mengandung lapisan batu karang atau batu kapur, karena pencemaran dapat terjadi secara langsung melalui saluran tanah tanpa filtrasi alami ke sumur yang jauh atau sumber penyediaan air minum lainya.Manfaat Pengolahan Tinja Manusia:a. Memotong jalur transmisi pada sumbernya.b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang amanc. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyaki.d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkunganPembuangantinjamerupakan salah satu upayakesehatan lingkunganyang harusmemenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Pembuangan kotoran yang baik harus dibuang kedalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang danmengumpulkan kotoran sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentudan tidak menjadi sarang penyakit. Menurut Josep Soemardji (1999)

2. Pengaruh Tinja bagi Kesehatan Manusia :Kualitas tinja seseorang dipengaruhi oleh keadaan setempat, selain fakor fisiologis, juga budaya dan kepercayaan. Ada perbedaan dari isi tinja yangdihasilkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Isi dan komposisi tinja tergantungdari beberapa faktor yaitu diet, iklim, dan status kesehatan (Sukarni, 1994).Tinja manusia ialah buangan padat yang kotor dan bau juga media penularanpenyakit bagi masyarakat. Kotoran manusia mengandung organisme pathogenyang dibawa air, makanan, lalat menjadi penyakit seperti: salmonella,vibriokolera, amuba,virus, cacing, disentri, poliomyelitis, ascariasis, dll. Kotoranmengandung agen penyebab infeksi masuk saluran pencernaan (Warsito,1996).Penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran manusia bisa digolongkan yaitu :1.Penyakit Enteric atau saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun2.Penyakit infeksi oleh virus seperti Hepatitis infektiosa3.Infeksicacingsepertischitosomiasis,ascariasis,ankilostosomiasisHubungan antara pembuangantinjadengan status kesehatan penduduk bias langsung dan tak langsung. Efek langsung bisa mengurangi incidence penyakityang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera, disentri, typus,dsbEfek tidak langsung dari pembuangan tinja berkaitan dengan komponen sanitasilingkungan seperti menurunnya kondisi higiene lingkungan. Hal ini akanmempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dengan mengurangi pencemarantinja manusia pada sumberair minumpenduduk ( Kusnoputranto,1995).Kotoran dari manusia yang sakit atau carier dari suatu penyakit adalah suatu sumber infeksi. Kotoran yang mengandung agen penyakit dapat ditularkan padahostyang baru antara lain melalui lalat. Untuk mengurangi pencemaran karenatinjadiperlukan suatu cara pembuangan tinja yang memenuhi persyaratan sanitasi dan akan memberikan manfaat secara1. Langsung : Penurunan insiden penyakit typhoid abdominalis, cholera, dysentry bacillary, dll.2. Tidak langsung : Peningkatan kondisi kebersihan lingkungan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga terjadi penurunan insiden penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air yang tercemar, atau penyakit yang penyebabnya tidak langsung berhubungan dengan air yang tercemar.

4. MACAM MACAM METODE PEMBUANGAN TINJA MANUSIABerdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.

1. Pengelolaan Pembuangan Kotoran Manusia

Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.c. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.d. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang- binatang lainnya.e. Tidak menimbulkan bau.f. Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).g. Sederhana desainnya.h. Murahi. Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut :a. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya.b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan sebagainya.c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.d. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

2. Teknologi Pembuangan Kotoran manusia Secara SederhanaTeknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah barang tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan-persyaratan jamban sehat seperti telah diuraikan di atas, juga harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan. Tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain sebagai berikut :

2.1 Jamban Cemplung, Kakus (Pit Latrine)Jamban cemplung ini sering kita jumpai didaerah pedesaan di jawa. Tetapi sering dijumpai jamban cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa tutup. Sehingga serangga mudah masuk dan bau tidak bisa dihindari. Disamping itu karena tidak ada rumah jamban, bila musim hujan tiba maka jamban itu akan penuh oleh air. Hal lain yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kakus cemplung itu tidak boleh terlalu dalam. Sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5-3 meter saja. Sesuai dengan daerah pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding bambu dan atap daun kelapa ataupun daun padi. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.2.2 Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP Latrine)Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan, pipa ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.2.3 Jamban Empang (Fishpond Latrine)Jamban ini dibangun diatas empang ikan. Didalam sistem jamban empang ini terjadi daur ulang (recycling), yakni tinja dapat langsung dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan selanjutnya orang mengeluarkan tinja yang dimakan, demikian seterusnya. Jamban empang ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).

2.4 Jamban Pupuk (the Compost Privy)Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya adalah sebagai berikut :- Mula-mula membuat jamban cemplung biasa..- Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan.- Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.- Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.- Demikian seterusnya sampai penuh.- Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.- Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman.

2.5 Septic TankLatrin jenis septic tank ini merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara pembuangan tinja semacam ini dianjurkan. Septic tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi. Didalam tangki ini, tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses, yakni :2.5.1 Proses KimiawiAkibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (60-70 %) zat-zat padat akan mengendap didalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tanki tersebut. Lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan dibawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dan fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya.2.5.2 Proses BiologisDalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam, sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuk gas dan zat cair lainnya, adalah juga mengurangi volume sludge sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat perembesan.Pembuangan tinja merupakan bagian penting dari sanitasi lingkungan. Metode pembuangan tinja yang tidak benar akan menimbulkan penyakit, dan dapat menular. Disamping itu juga akan menyebabkan pencemaran tanah dan sumber-sumber penyediaanair. Atas dasar hal tersebut, maka perlu dilakukan pembuangan tinja dengan metode-metode dan persaratan yang sanitasi.Metode-metode pemuangan tinja secara saniter, yaitu menampung serta mengisolir tinja sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya hubungan langsung maupun tidak langsung antara tinja dengan manusia, dan dapat mencegah terjadinya penularanfaecalbornediseasedari penderita kepada orang yang sehat, maupun pencemaran lingkungan.Metode pembuangan kotoran manusia secara umum dapat dibagi menjadi dua, unsewered area dan sewered area.

1. Unsewered AreasMetode unsewered area merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan saluran air dan tempat pengolahan air kotor. Di dalam metode ini, terdapat beberapa pilihan cara, antara lain :a. Jenis Layanan (sistem conservacy) (Service type (conservacy system) )b. Jenis non-layanan (kakus) (Non-service type (sanitary latrines) ).1) Bore lubang jamban (Bore hole latrine)2) Jenis segel air kakus (Dug well or pit latrine)3) Sumur gali atau lubang jamban (Water seal type of latrines) PRAI type RCA type4) Septic tank5) Aqua privy6) Chemical closet

c. kakus cocok untuk kamp dan penggunaan sementara (latrines suitable for camps and temporary use).1) Jamban Dangkal (Shallow trench latrine)2) Jamban Dalam (Deep trench latrine)3) Pit jamban (Pit latrine)4) lubang jamban (Bore hole latrine)

a. Service Type (Conservancy System)Metode pengumpulan tinja dari ember-ember khusus oleh manusia disebut service type dan kakusnya disebut service latrines. Kotoran diangkut ke pembuangan akhir dan dimusnahkan dengan metode composting dan ditanam dalam lubang yang dangkal. service latrines selain selain tidak sehat juga dapat menyebabkan pencemaran yang tentunya memfasilitasi siklus penyakit yang ditularkan melalui feses (faecalborne). Kotoran di dalam lubang dangkal itu mudah diakses oleh lalat dan kemungkinan menyebabkan pencemaran pada tanah dan air. Ember dan wadahnya mudah mengalami korosi dan perlu sering diganti. Operasi pengosomgan ember tidak selalu memuaskan, disamping adanya kesulitan untuk mengumpulkan pekerja yang cocok yang diperlukan dalam pengumplan tinja. Karena kesulitan tersebut, sebaiknya di pergunakan sistem sanitary latrines di dalam pembuangan kotoran manusia.b. Non-Service Type of Latrines (Sanitary Latrines)Di dalam sistem sanitary latrines ini, ada beberapa teknik yang dapat kita gunakan, Antara lain :1) Lubang Jamban (bore hole latrine)Bore hole latrine terdiri dari lubang dengan diameter 30-40 cm yang digali secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman 4-8 m, paling sering 6 m. Alat khusus yang disebut auger dibutuhkan untuk menggali lubangnya. Pada tanah yang lunak dan berpasir, lubang dilapisi dengan bambu untuk mencegah agar tanahnya tidak runtuh. Plat dengan lubang di tengah dan lubang untuk berpijak diletakkan di atas lubang hasil pengeboran tersebut. Sistem ini ditujukan bagi keluarga yang beranggotakan 5-6 jiwa dan dapat dipakai selama 1 tahun. Cara ini juga sesuai untuk keluarga tetapi tidak sesuai untuk umum karena kapasitasnya kecil. Jika isinya sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, plat dapat diangkat dan lubang ditutup dengan tanah. Lubang baru dapat dibuat kembali dengan cara yang sama. Kotoran dalam lubang akan dipurifikasi oleh bakteri anaerobik yang akan mengubahnya menjadi massa yang tidak berbahaya.

Keuntungan dari kakus bore hole ini antara lain :a. Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja.b. Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembang biak.c. Bila lokasinya 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran pada air.Sistem ini sekarang tidak cocok lagi karena beberapa alasan berikut :a. Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil.b. Alat khusus (auger) yang dibutuhkan untuk membuatnya tidak selalu tersedia.c. Banyak tempat yang lapisan tanahnya lunak sehingga sulit menggali lubang lebih dalam dari 3 meter. Selain itu, banyak juga daerah yang berair dan memiliki lapisan permukaan yang lebih tinggi sehingga pembangunan sistem semacam ini justru dapat mencemari permukaan tanah.

2) Sumur gali jamban (Dug well latrine)Dug well latrine merupakan pengembangan dari bore hole latrine. Metode ini dilakukan dengan cara membuat lubang berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5 m. Di daerah dengan tanah berpasir, kedalamannya 1,5-2 m. Lubang dapat dilapisi dengan bambu untuk mencegah runtuhnya tanah. Setelah plat dipasang di atas lubang, lubang ditutup dengan super structure (rumah-rumahan), manfaat tipe ini, antara lain : Mudah dibuat dan tidak membutuhkan alat khusus seperti auger. Bisa digunakan lebih lama karena kapasitasnya lebih besar yaitu selama 5 tahun untuk 4-5 orang.Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat. Kerja dug well latrine ini sama dengan bore hole latrine, yaitu secara anaerob digestion.

3) Sumur gali atau lubang jamban (Water Seal Type of Latrine)Water seal ini dibuat untuk dua fungsi penting, yaitu mencegah kontak dengan lalat dan mencegah bau busuk. Sistem ini lebih bisa diterima oleh masyarakat desa daripada sistem bore hole latrine.Keuntungan kakus jenis ini, antara lain :a. Memenuhi syarat estetika.b. Dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya lebih praktis.c. Aman untuk anak-anak.Adapun persyaratan di dalam penerapan sistem water seal latrine, antara lain :a. Lokasinya sekitar 15 m dari sumber air dan sebaiknya berada pada daerah yang lebih rendah dari sumber air untuk mencegah kontaminasi bakteri pada sumber air.b. Memiliki plat untuk jongkok dibuat dari bahan yang mudah dicuci, cepat bersih, dan kering. Plat ini terbuat dari beton/semendengan ukuran 90 x 90 x 5 cm. Ada kemiringan 0,5 inci pada wadahnya untuk memudahkan aliran ke dalam kakus.c. Memiliki wadah (pan) yang ditujukan untuk menampung tinja, urine dan air. Panjangnya 42,5 cm, lebar bagian depan 12,5 cm dan bagian yang terlebar adalah 20 cm.d. Memilik perangkap (trap) yang terbuat dari pipa dengan diameter 7,5 cm yang dihubungkan dengan pas di atas dan menyimpan air yang penting untuk water seal. Water seal adalah jarak antara titik tertinggi air didalam perangkap dan titik terbawah air ada pada permukaan atas perangkap. Kedalaman water seal pada RCA latrine adalah 2 cm. Water seal dapat mencegah bau dan masuknya lalat.e. Jika lubang yang digali terletak jauh dari plat tempat jongkok, dapat disiapkan sebuah pipa penghubung antara keduanya dengan diameter sekitar 7,5 cm dan panjangnya sekurang-kurangnya1 m serta berujung bengkok. Tipe ini disebut tipe indirect (tidak langsung). Pada tipe direct (langsung), pipa penghubung tidak digunakan. Tipe langsung paling baik pada daerah yang tanahnya keras dan tidak mudah runtuh. Tipe langsung lebih murah dan mudah dibuat serta memerlukan ruangan yang kecil. Kelebihan dari tipe indirect adalah bahwa jika lubang telah penuh, lubang kedua dapat dibuat hanya dengan mengubah arah pipa penghubung. Oleh karena itu, tipe indirect lebih disukai.f. Memiliki dug well latrine yang biasanya berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5 cm. Pada tanah yang lembut dan memiliki kandunga air yang tinggi, bamabu dapat digunakan untuk mencegah runtuhnya tanah.g. Memiliki super structure (rumah-rumahan) yang sengaja dibangun untuk menyediakan kebebasan pribadi dan tempat berlindung.h. Di dalam pemeliharaannya, kakus ini hanya digunakan untuk kepentingan yang dimaksudkan dan tidak untuk pembuangan bahan-bahan lain. Platnya harus sering dibersihkan dan dijaga agar selalu kering dan bersih.

4) Septic TankSeptic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat.Desain utama dari septic tank antara lain :a. Kapasitas septic tank bergantung pada jumlah pemakai. Kapasitas 20-30 galon/orang dinjurkan untuk penggunaan rumah tangga. Kapasitas untuk rumah tangga itu tidak berlaku untuk septic tank yang ditujukan untuk kepentingan umum (kapasitas minimal 50 galon/orang).b. Ukuran panjang biasanya 2 kali lebar.c. Kedalaman lubang antara 1,5-2 m.d. Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 m.e. Ruangan udara minimal 30 cm di antara titik tertinggi cairan di dalam tank dengan permukaan bawah penutup.f. Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran.g. Memliki lubang air masuk dan keluar, terdapat pipa masuk dan keluar.h. Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.i. Periode retensi septic tank dirancang selama 24 jam.Mekanisme Kerja Septic Tank. Pertama, benda padat yang ada diuraikan oleh bakteri anaerob dan jamur menjadi senyawa kimia yang sederhana. Tahap pertama dalam proses purifikasi tersebut dinamakan anaerobic digestion. Cairan yang keluar melalui pipa pengeluaran disebut affluent. Cairan tersebut mengandung bakteri, kista, telur cacing dan bahan-bahan organik dalam bentuk cair maupun suspensi. Bahan-bahan organik kemudian dioksidasi menjadi hasil akhir yang stabil seperti nitrat dan air. Tahap tersebut dinamakan tahap oksidasi anaerobik. Kedua tahapan tersebut berlansung dalam septic tank. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :1) Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank.2) Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun.3) Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.

5) Aqua Privy (Cubluk Berair) Fungsi aqua privy sama dengan septic tank dan telah banyak digunakan di berbagai negara. Kakus ini memiliki bak yang kedap air. Bentuk tangkinya sirkuler atau rektanguler. Pembuatan kakus ini dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah dengan diameter 80-120 cm dan dalam 2,5-8 m. Dindingnya diperkuat dengan batu atau bata dan dapat ditembok agar tidak mudah runtuh. Lama pemakaian dapat mencapai 5-15 tahun. Jika tinja sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, cubluk dipandang sudah penuh. Cubluk yang sudah pernuh ditimbun dengan tanah dan dibiarkan selama 9-12 bulan. Setelah itu, isi cubluk dapat diambil untuk digunakan sebagai pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Jika cubluk yang satu sudah penuh dan ditimbun, cubluk yang baru dapat dibuat. Tinja mengalami proses perifikasi berupa anaerobik digestion yang akan menghasillkan gas kotor. Dengan demikian perlu dibuat ventilasi untuk mengeluarkannya. Air yang keluar dari saluran pengeluaran berbahaya karena mengandung bahan-bahan tinja berbentuk suspensi yang dapat berisi agens parasit atau infeksi. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kakus semacam ini : Jangan pernah memasukkan desinfektan ke dalam kakus karena dapat mengganggu proses pembusukan yang emngakibatkan cubluk cepat penuh. Setiap minggu, kakus sebaiknya diberi minyak tanah untuk mencegah nyamuk bertelur di dalamnya. Agar tidak terlalu bau, kakus dapat diberi kapur barus.Kakus ini hanya baik dibangun di tempat yang banyak mengandung air.6) Closet kimia (Chemical Closet)Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik soda) yang juga ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk diletakkan langsung diatas tanki. Tidak ada yang boleh dimasukkan ke dalam kloset kecuali kertas toilet. Jika air dimasukkan ke dalam kloset, cairan kimia yang ada di dalamnya akan mengalami pengenceran sehingga kloset tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tinja dapat dicairkan dan disterilisasi dengan bahan kimia. Setelah beberapa bulan penggunaan kloset kimia, isi kloset harus dibuang. Chemical closet ini banyak digunakan dalam sarana transportasi, misalnya kereta api dan pesawat terbang.c. Jamban Cocok untuk Camps dan Penggunaan Sementara (Latrines Suitable for Camps and Temporary Use) Kakus ini dipakai untuk kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat pengungsian). Ada beberapa jenis kakus semacam ini, di antaranya :1) Jamban Dangkal (Shallow trench latrine)Kakus ini memiliki lebar 30 cm dan dalam 90-150 cm. Panjangnya bergantung pada jumlah penggunanya (sekitar 3-3,5 m untuk 100 orang). Saluran yang terpisah harus dibuat untuk laki-laki dan perempuan. Timbunan tanah harus tersedia di sisi setiap kakus karena setiap kali menggunakan kakus ini, penggunanya harus menutup sendiri kotorannya dengan tanah. Kakus ini ditujukan untuk penggunaan dalam waktu singkat. Jika isi saluran sudah mencapai 30 cm di bawah permukaan tanah, kakus ini harus ditutup. Jika perlu, dibuat saluran baru lagi.

2) Jamban Dalam (Deep trench latrine)Kakus ini digunakan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Ukuran kedalamannya mencapai 1,8-2,5 m, sedangkan lebarnya 75-90 cm. Penyediaan tempat berjongkok akan bergantung pada kebiasaan setempat. Kakus ini dilengkapi dengan rumah kakus untuk privasi dan perlindungan.

2. Sewered AreasPada sistem pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system atau sewerage system, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari rumah, kawasan industri dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa dibawah tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akhir yang biasanya dibangun di ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam pengumpulan dan pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang berpenduduk padat.Terdapat 2 tipe sistem sewered areas antara lain :a. Sistem kombinasi (combined sewer)Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari rumah tangga dan lainnya dalam satu saluran.b. Sistem terpisah (separated sewer)Pada sistem sewer terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem terpisah dianjurkan dan dewasa ini menjadi pilihan. Hambatan di dalam penerapannya adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water carriage system) dan pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja. Sistem Pengangkutan Air (Water Carriage System)Water carriage system memiliki elemen-elemen sebagai berikut :a. Sistem pipa bangunan (household sanitary fittings) water closet urinal wash basinb. Saluran pipa pembuangan dari rumah (house sewers)Pembilasan toilet, saluran pembuangan dan air kotor memasuki saluran rumah melalui intermediate connection yang dikenal sebagai pipa tanah (soil pipe). Pipa tanah ini menghubungkan saluran pembuangan dari house fitting ke house drain (saluran rumah). Pipa itu juga berfungsi sebagai ventilasi luar (outlet ventilator) untuk gas-gas kotor. House drain biasanya berdiameter 10 cm dan terletak kira-kira 15 cm di bawah tanah. House drain akan menyebabkan kotoran mengendap sebelum masuk ke dalam pipa utama.c. Pipa pembuangan di jalan (street sewer)Pipa utama ini berdiameter tidak kurang dari 22,5 cm sementara pipa yang lebih besar berdiameter 2-3 meter. Pipa ini diletakkan di atas semen kira-kira 3 m di bawah tanah. Pipa utama ini menerima kotoran dari beberapa rumah dan mengangkutnya ke pembuangan akhir.d. Peralatan saluran (sewers appurtenance)Peralatan saluran ini terdiri atas manholes (lubang selokan) dan trap (perangkap) yang dipasang pada sistem pembuangan air kotor. Manholes merupakan bangunan yang bermuara ke dalam sewer system yang diletakkan pada titik pertemuan 2 sewer atau lebih dan pada jarak 100 m lurus. Lubang ini memungkinkan manusia masuk ke dalam saluran untuk memriksa, memperbaiki dan membersihkannya. Pekerja yang memasuki manholes dapat mengalami keracunan dan sesak nafas.Trap merupakan alat yang dirancang untuk mencegah masuknya gas-gas kotor ke dalam rumah dan untuk memisahkan pasir dan bahan-bahan lain dari saluran. Trap diletakkan dalam 3 situasi berikut :1) Di bawah basin (baskom) WC.2) Di titik masuknya permukaan air limbah ke dalam saluran.3) Di titik persambungan antara saluran rumah dan saluran umum.Instalasi pembuangan air kotor ini sangat kompleks dan membutuhkan pernecanaan, rancangan, konstruksi, operasi dan administrasi yang membutuhkan keahlian khusus. Namun, sistem ini dapat melayani satu generasi (30 tahun).

5. MEKANISME PENULARAN PENYAKIT YANG DISEBABKAN TINJA MANUSIA

Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui berbagai macam cara dan metode. Yang harus kita yakinkan adalah, bahwa tinja sangat berperan besar terhadap penyebaran penyakit. Penyebaran tersebut dapat terjadi secara langsung (misalnya dengan mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, maupun secara tidak langsung (melaluimedia air, tanah, serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya). Juga melalui kontaminasi pada bagian-bagian tubuh. Pola penyebaran tersebut digambarkan dalam skema berikut ini (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit dari tinja antara lain :1. Agen penyebab penyakit2.Reservoir3.Cara menghindar dari reservoir4.Cara transmisi dari reservoir ke pejamu potensial5.Cara penularan ke pejamu baru6.Pejamu yang rentan (sensitif)Apabila salah satu faktor diatas tidak ada, maka penyebaran tidak akan terjadi atau memutuskan rantai penularan dengan Sanition. Barrier. Faktor-faktor yang mempengaruhi jarak yang aman antara lubang kakus dengan sumberair minum:a. Faktor hidrobiologi:- Kedalaman air tanah- Arah dan kecepatan aliran air tanah- Porositas dan permeabilitas tanah (kerikil,batu, pasir) sehingga jarak yang di tempuh lebih jauh, sedangkan tanah liat jarak yang ditempuh lebih pendek.b. Topografi tanahKondisi lapisan permukaan tanah,dataran tinggi atau rendah dan sudut kemiringan tanah.c. MetereologiPada daerah dengan curah hujan yang tinggi, letak sumur harus lebih jauh jaraknya dengan kakus.d. Jenis mikroorganismeBakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan hidup pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan. Sedangkan pada tanah yang kering hanya dapat bertahan hidup selama 1 bulan.e. KebudayaanTerdapat kebiasaan masyarakat membuat sumur tidak ada/tanpa dinding sumur yang terbuat dsri semen.f. Frekuensi pemompaanSemakin banyaknyaairsumur yang diambil untuk keperluan orang banyak maka kecepatan aliran air tanah makin cepat untuk mengisi kekosongan.

PENUTUPA. KESIMPULANMenjaga kesehatan lingkungan sangat penting salah satunya tinja yang ada di sekeliling kita. Untuk mencegahnya, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, dengan memenuhi syarat-syarat jamban yang sehat.Manfaat pengelolaan tinja manusia yaitu dapat memotong jalur transmisi pada sumbernya serta dari segi estetika pemandangan, dan penciuman yang kurang sedap.

B. SARANAdapun saran dari penulis agar selalu menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk untuk selalu menggunakan jamban yang sehat tidak merusak lingkungan dan pencemarannya. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai sanitasi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

http://faridafitriana.wordpress.com/2010/07/05/4-komposisi-feses-manusia/http://lh4.ggpht.com/_GsDH4fDmdUM/SqRokFaTr3I/AAAAAAAAAak/m9k8DcIR0uI/s1600-h/clip_image00116.gifhttp://cai-sl.blogspot.com/2012/07/dampak-tinja-terhadap-kesehatan-manusia.html