PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …
Transcript of PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN …
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 77
PERANAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GOWA
DALAM MENGANTISIPASI ALIRAN SESAT (STUDI KASUS KANTOR
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GOWA)
Andini Azis
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Muh. Nur Yamin
Staf Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
Jl. A.P. Pettarani Kampus UNM Gunung Sari Baru Makassar
Email: [email protected]
ABSTRAK
Peranan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi
Aliran Sesat (Studi Kasus Kantor Kementerian Agama Kab. Gowa). Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Dibimbing oleh Bapak H.
Muhammad Guntur dan Bapak Muhammad Nur Yamin. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Peranan Kantor Kementererian Agama Kabupaten Gowa dalam
Mengantisipasi Aliran Sesat. Jenis Metode penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif, Teknik Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, Teknik Analisis Data yang
digunakan yakni Logika Perjodohan Pola dengan menggunakan Studi Kasus
Model Yin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peranan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Gowa dalam Mengantisipasi Aliran Sesat itu berjalan dengan
baik dilihat dari tiga aspek yang berperan (Pendidikan dan Bimbingan, Hukum
dan Advokasi Sosial, Pemutusan mata Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran
Menyimpang) karena adanya faktor yang menunjang dan dua aspek yang kurang
berperan (Konseling/Psikoterapy dan Pengobatan/Treatment) karena adanya
faktor yang menghambat. Sehingga keseluruhan cenderung efektif yang
mengakibatkan peran Kementerian agama berjalan dengan baik. Saran dari
peneliti ini adalah perlu adanya pertemuan aktif yang dilakukan antara forum-
forum keagamaan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gowa, Saran kedua
yakni perlu adanya penambahan Penyuluh Agama yang ditugaskan dalam proses
pengantisipiasi Aliran Sesat.
Keyword: Perananan, antisipasi Aliran Sesat
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 78
1. Latar Belakang
Pada dasarnya negara Indonesia
dengan batas-batas geografis seperti
yang berlaku sekarang ini adalah
suatu kawasan atau wilayah bekas
jajahan Belanda antara abad ke-17
hingga abad ke-20. Pada saat itu,
Indonesia disebut Hindia Belanda
Timur. Dilihat dari perspektif yang
positif, salah satu warisan kolonial
yang paling penting adalah
determinasi batas-batas wilayah
sebuah negara di masa depan
menyusul berakhirnya kekuasaan
bangsa penjajah. Tanpa kolonialisme
Belanda, rasanya tidak mungkin
negara Indonesia akan eksis dengan
batas-batas wilayah seperti yang
berlaku sekarang ini. Dilihat dari
perspektif sosial budaya, bangsa
Indonesia merupakan salah satu
bangsa di dunia yang paling majemuk
dipandang dari segi banyaknya
agama, kepercayaan, tradisi,
kesenian, kultur dan etnis. Dalam
sebuah tulisannya yang berjudul
“Indonesian Cultures and
Communities” yang dimuat dalam
buku bertajuk Indonesia (disunting
oleh Ruth.T.McVery, New Haven,
Yale University Press, 1963, hlm.24),
Hildred Geertz menggambarkan
khazanah keragaman dan
kemajemukan masyarakat Indonesia
sebagai berikut :
Terdapat lebih dari 300
kelompok etnis di Indonesia masing-
budayanya sendiri-sendiri, lebih dari
250 jenis bahasa daerah dipakai, dan
hampir semua agama besar diwakili,
selain agama asli yang banyak
jumlahnya.
Menggambarkan pluralitas
masyarakat dan keberagaman budaya
Indonesia, para pendiri Republik ini
pada tahun 1945 telah
mempergunakan motto “Bhinneka
Tunggal Ika” sebagai motto nasional.
Bhinneka Tunggal Ika adalah bahasa
sansekerta yang berarti “berbeda-
beda tetapi tetap satu”. Motto ini
diambil dari gagasan brilian pujangga
Empu Tantular, seorang pemikir
cemerlang pada zaman kejayaaan
kerajaan Hindu Majapahit
(1293:1478). Para peguasa kerajaan
majapahit, yang muncul sebagai
kerajaan hindu terbesar sebelum
kedatangan Islam di Indonesia,
menggunakan motto tersebut untuk
memelihara komitmen kesatuan
seluruh rakyat dan menjaga integritas
kerajaan.
Realitas kemajemukan bangsa
Indonesia tercermin secara nyata dari
banyaknya etnis seperti etnis Jawa,
Sunda, Betawi, Madura, Batak,
Bugis, Banjar, Dayak, Buton, Bali,
Sasak, Maluku, Minang, dan lain
sebagainya, yang semuanya menurut
penelitian antropolog Amerika
Serikat Hildred Geertz- berjumlah
lebih besar dari 300 etnis. Masing-
masing etnis mempunyai bahasa
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 79
penelitiannya memperkirakan lebih
dari 250 bahasa lokal dipakai di
Indonesia), adat istiadat, tradisi, seni
dan budaya sendiri-sendiri dengan
identitas khas yang berbeda satu sama
lain. Dari segi Agama dan
kepercayaan, bangsa Indonesia
memperlihatkan juga sosok
kemajemukan yang sangat kaya dan
variatif. Agama-agama besar seperti
islam (dipeluk oleh mayoritas bangsa
Indonesia), Kristen (Katolik dan
Protestan), Hindu dan Budha sudah
lama eksis. Realitas sosiologis ini
menunjukkan secara nyata bahwa
masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang religus. Bahkan di
Indonesia terdapat Kementerian
Agama (Kemenag) yang salah satu
tugas pokoknya adalah
menumbuhkembangkan, membina
dan menjaga kerukunan antar umat
beragama dan toleransi antar
penganut kepercayaan.
Berdasarkan Undang-Undang
Kementerian Agama dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor
83 Tahun 2015 Pasal 29 Ayat 2
Tentang kebebasan beragama yang
berbunyi “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadah menurut
ibadah dan kepercayaannya masing-
masing”. Peranan Kantor
Kementerian Agama dalam menjaga
tiap-tiap penduduk mempunyai
kemerdekaan untuk memeluk
agamanya masing-masing, dan
beribadah sesuai kepercayaannya,
serta membimbing, menyokong,
memelihara, dan mengembangkan
aliran-aliran agama yang sehat.66
Keberadaan aliran kepercayaan
yang banyak dipeluk oleh suku-suku
di Indonesia semakin menambah
panorama pluralitas, keberagaman
dan kemajemukan bangsa Indonesia.
Fakta bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang pluralistik semakin
dirasakan dengan banyaknya agama,
kepercayaan, tradisi, seni dan kultur
yang sudah lama hidup subur dan
berkembang di tengah-tengah
kehidupan bangsa Indonesia. Agama
dan kepercayaan bagi bangsa
Indonesia merupakan suatu hal yang
sangat penting dan fundamental
(ultimate) yang tidak bisa dipisah-
pisahkan dari sisi kehidupan mereka.
Sangat beralasan apabila rumusan sila
pertama Pancasila berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa.” Ini
membuktikan secara jelas bahwa
bangsa Indonesia pada hakikatnya
percaya kepada Tuhan (dalam hal ini
masing-masing komunitas pemeluk
agama dan kepercayaan mempunyai
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 80
interpretasi dan pandangan teologis
sendiri-sendiri sesuai ajaran agama
dan kepercayaan mereka masing-
masing.
Aliran kepercayaan itu muncul
dan berkembang di lokalitas dengan
latar belakang kehidupan, tradisi, adat
istiadat, dan kultur yang berbeda-
beda, maka dapat dipastikan bahwa
masing-masing aliran kepercayaaan
itu memperlihatkan ciri-ciri khas
yang berlainan satu sama lain.
Dengan kata lain, suatu kepercayaan
yang terdapat di suatu daerah akan
tidak sama dengan aliran kepercayaan
yang terdapat di daerah lain. Bisa saja
terdaapat kemiripan sebagai ekspresi
kerohanian dan wujud praktik
kepercayaan, tetapi setiap aliran
kepercayaan akan menempatkan ciri
khas dan karakteristiknya tersediri.
Disebut aliran kepercayaan karena
aliran kepercayaan tersebut hanya
dipeluk oleh suku atau masyarakat
setempat. Pada kenyataannya,
kepercayaan itu tidak berkembang
dan hanya dipeluk , dianut dan
dipraktikkan oleh suku yang
mendiami daerah tertentu. Dapat
diduga bahwa aliran kepercayaan ini
sudah eksis sebelum agama Hindu,
Budha, islam, dan Kristen datang ke
Nusantara. Aliran kepercayaaan ini
tetap bertahan pada saat agama
Hindu, Budha, Islam, Kristen datang
ke Nusantara dan terus dianut secara
turun temurun oleh suku-suku di
daerah-daerah di Indonesia sampai
sekarang ini.
Maraknya perkmbangan Aliran
Kepercayan di Indonesia, MK
akhirnya mengeluarrkan putusan
pengujian Undang-Undang Nomor
1/PNPS/Tahun 1965 yang
dikeluarkan pada 2009 atau lebih
dikenal dengan sebutan “Putusan
Pengujian Penodaan Agama”.
Putusan tersebut dikeluarkan guna
untuk mengantisipasi adanya kasus
penyebaran aliran yang tidak sesuai
dengan Undang-undang yang berlaku
di Indonesia. Aturan ini pertama kali
diterbitkan melalui ketetapan
Presiden tanggal 27 Januari 1965
pada saat mulai memuncaknya
kekhawatiran terhadap marebaknya
komunisme dan berkembangnya
aliran kepercayaan di Indonesia. Pada
Tahun 1969, aturan tentang penodaan
agama terssebut diperkuat dalam
bentuk Undang-Undang, dimana
penguatan ini memberi kepastian
bahwa pemuka agama dapat
melindungi status, ajaran, dan
penafsiran dari enam agama yang
dipeluk oleh penduduk Indonesia
yaitu, Islam, Kristen, katolik, Hindu,
Budha, dan Khonghucu. Undang-
undang penodaan Agama juga
memuat ketentuan untuk
memperingati orang, peganut,
anggota dan pengurus organisasi yang
melakukan hal-hal yang menyimpang
dari pokok-pokok ajaran agama.
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 81
tersebut dapat diambil berdasarkan
pertimbangan dari Menteri Agama,
Menteri dalam Negeri, dan Jaksa
Agung. Apabila dinilai masih terus
melanggar, maka perseorangan
tersebut dapat dipidana maksimal
lima tahun dan organisasinya dapat
dibubarkan sekaligus dinyatakan
sebagai organisasi atau aliran
terlarang.67
Ada dua elemen penting dan
mendasar dalam setiap bingkai
kepercayaan, yaitu lokalitas dan
spritualitas. Lokalitas akan
mempengaruhi spritualitas.
Spritualitas akan memberi warna
pada lokalitas. Keduanya saling
mempengaruhi, bersinergi dan
berintegrasi. Spritualitas lahir dan
terefleksikan dari asas ajaran
kerohanian dan praktik-praktik ritual
sesuai doktrin aliran kepercayaan
yang dianut oleh suatu suku di daerah
tertentu. Dalam ekspresi spritualitas
dan praktik ritualitas tadi sudah tentu
masuk unsur-unsur lokalitas (tradisi,
adat istiadat, kebiasaan dan seni
budaya setempat) yang kemudian
67 Pan Mohamad Faiz.28 Mei
2014.Undang-undang Penodaan
Agama dan Mahkamah
Konstitusi.https://Panmohammadfaiz.
com/2014/05/28/UU-Penodaan-
Agama-dan-Mahkamah-
Konstitusi.16Januari2019.
68 Ahmad Syafi
Mufid.2012.Dinamika
menyatu, senyawa dan berintegrasi
dengan unsur-unsur spiritualitas dan
ritulitas.68
Sesuai dengan penelitian
terdahulu oleh Nurningsi pada tahun
2018 yang Berjudul “Analisis Kinerja
Penyuluh Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Gowa (Studi
Kasus Penyuluh Agama Islam di
Kecamatan Pattalassang)“ ,
menyimpulkan bahwa kinerja
pegawai penyuluh agama Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa ini belum berjalan dengan
optimal, karena terkadang pekerjaan
dapat diselesaikan dalam waktu lama,
hasil pekerjaan yang juga terkadang
terdapat kesalahan, rasa tanggung
jawab yang kurang dalam
pelaksanaan tugas, adanya
ketidakpatuhan para pegawai dalam
menaati aturan terkait pelaksaan
kerja, kurangnya inisiatif untuk
menyelesaikan setiap pekerjaan dan
kurang berinisiatif di dalam
mengatasi permasalahan yang terjadi
pada masyarakat atas perbedaan
keyakinan mereka.69
Lokal di Indonesia. Jakarta:
Kementerian Agama RI Badan
Litbang & Diklat Puslitbang
Kehidupan Keagamaan. Hal 6-15 69 Nurningsi.2018. Analisis Kinerja
Penyuluh Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Gowa (Studi
Kasus Kinerja Penyuluh Agama
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 82
Penelitian terdahulu kedua
Oleh wahyu, yulianti pada tahun 2012
mengenai “Peranan Kantor Urusan
agama (KUA) dalam Melakukan
Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah
Wakaf (Studi pada Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Samarinda
Ulu Kota Samarinda).” Dimana
penelitian ini menyimpulkan bahwa
di Kecamatan samarinda Ulu kota
Samarinda sebagian tanahnya sudah
tersertifikat dan terdaftar pada Kantor
Pertanahan. Hal ini menunjukkan
bahwa peran dari KUA sebagai
PPAIW dalam penyelenggaraan
pendaftaran tanah wakaf sudah
berjaalan sesuai dengan peraaturan
perundang-undangan yang berlaku.70
Dari kedua penelitian terdahulu
di atas yang membedakan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
peneliti yakni pada masalah peranan
dan lokus. Dimana, peneliti akan
mengkaji lebih dalam bagaimana
Peranan Kantor Kementerian Agama
dalam Mengantisipaasi Aliran Sesat
yang ada di Kabupaten Gowa.
Magister Ilmu Administrasi Negara
STIA LAN. Hal 8
70 Yulianti, Wahyu.2012.Peranan
Kantor Urusana Agama (KUA)
dalam Melakukan Pendaftaran
Tanah Wakaf (Studi pada Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan
Berbagai fenomena
bermunculannya aliran sesat atau
sempalan khususnyaa di Kabupaten
Gowa tentu saja dengan adanya
kondisi tersebut membutuhkan
penanganan yang serius dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten Gowa
terutama dari Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Gowa dalam
menjalankan peranannya.
Merujuk pada data keagamaan
dari Kantor Kementerian Agama RI
sejak tahun 2001 hingga 2014,
disebutkan sedikitnya ada 250 aliran
kepercayaan yang berkembang di
Indonesia, 43 aliran kepercayaan
diantaranya tumbuh subur di
Sulawesi Selatan dan beberapa
diantaranya berkembang tepatnya di
Kabupaten Gowa. Dengan melihat
kondisi banyaknya paham atau aliran
dalam agam islam, tentunya hal ini
sangat memprihatinkan bagi negara
indonesia, aliran-aliran ini sejatinya,
lebih menambah daftar krisis bangsa
Indonesia, dan sama sekali bukan
solusi untuk kemajuan bagi negara
Indonesia.71
Universitas Diponegoro
Semarang. 71 Nurningsi.2018. Analisis Kinerja
Penyuluh Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Gowa (Studi
Kasus Kinerja Penyuluh Agama
Islam di Kecamatan
Pattallassang).Makassar: Program
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 83
Berdasarkan penjelasan
tersebut telah menjadi pengamatan
awal dari penulis yang dilakukan di
Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa, dimana diperoleh
data jumlah penganut aliran
sesat/faham sempalan seluruh
kecamatan yang berkembang di
Kabupaten Gowa.
Hal yang dilakukan para
pembimbing Agama Islam di Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa menjadi salah satu peranan
Kantor Kementerian Agama Islam
dalam hal mengatisipasi aliran Sesat
yang kian berkembang di tengah-
tengah masyarakat Kabupaten Gowa.
Beberapa Hambatan yang dihadapi
oleh Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa mulai dari sulitnya
memulihkan dan menghadapi
perbedaan karakter-karakter dalam
diri masyarakat, ketidaktahuan dan
kurangnya informasi tentang
pengetahuan agama mereka, sulitnya
mereka berbaur dengan orang yang
berbeda pendapat dengan mereka
mengenai pengetahuan agama,
Manajemen sumber daya manusia
yang berperan sebagai pembimbing
atau penyuluh agama islam di kantor
kementerian agama kabupaten gowa
Magister Ilmu Administrasi Negara
STIA LAN. Hal 8
yang masih belum stabil, dan beberapa hal lainnya. Berdasarkan uraian Latar
Belakang masalah tersebut, maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Peranan
Kantor Kementerian Agama dalam
Mengantisipasi Aliran sesat di
Kabupaten Gowa”.
2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Konsep Peranan
Menurut Biddle dan Thomas
(Sarwono 2001: 217) “ Peran adalah
serangkaian rumusan yang membatasi
perilaku-perilaku yang diharapkan
dari pemegang kedudukan tertentu”.72
Menurut Soejono Soekanto
(2012: 212) “Menjelaskan pengertian
peranan merupakan aspek dinamis
kedudukan (status). Apabila
seseorang melakukan hak dan
kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan
suatu peranan”. Perbedaan antara
kedudukan dan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada
yang lain dan sebaliknya. Tak ada
peranan tanpa kedudukan atau
kedudukan tanpa peranan.
Sebagaimana dengan kedudukan,
peranan juga mempunyai dua arti.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Hal 217
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 84
Setiap orang mempunyai macam-
macam peranan yang berasal dari
pola-pola pergaulan hidupnya.73
Hal tersebut senada dengan
yang dikatakan oleh Margono Slamet
(1985:15), yang mendefenisikan
peranan sebagai “sesuatu perilaku
yang dilaksanakan oleh seseorang
yang menempati suatu posisi dalam
masyarakat. Sedangkan Astrid
S.Susanto (1979:94) menyatakan
bahwa peranan adalah dinamisasi dan
kewajiban atau disebut dengan
subyektif.74
Peranan adalah suatu
rangkaian perilaku yang teratur, yang
ditimbulkan karena suatu jabatan
tertentu, atau karena adanya suatu
kantor yang mudah dikenal.
Kepribadian seseorang juga juga
amat mempengaruhi bagaimana
peranan harus dijalankan. Peranan
timbul karena seseorang memahami
bahwa ia bekerja tidak sendirian. 75
“Mempunyai lingkungan, yang
setiap saat diperlukan untuk
berinteraksi. Lingkungan itu luas dan
beraneka macam, dan masing-masing
akan mempunyai lingkungan yang
berlainan. Tetapi peranan yang harus
73Soerjono Soekanto, Budi
Sulistyowati.2013. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada. Hal 212 74 Admin.2015.Landasan Teoritis
dimainkan pada hakekatnya tidak ada
perbedaan Miftah Thoha (2012:10)”.
Menurut Mintzberg yang
ditulis oleh Siswanto dan Miftah
Thoha (2016: 265), ada tiga peran
yang dilakukan dalam organisasi
yaitu :
1. Peran Antarpribadi (Interpersonal
Role), dalam peranan antar pribadi,
atasan harus bertindak sebagai
tokoh, sebagai pemimpin dan
sebagai penghubung agar
organisasi yang dikelolanya
berjalan dengan lancar. Peranan ini
oleh Mintzberg dibagi atas tiga
peranan yang merupakan perincian
lebih lanjut dari peranan
antarpribadi ini yaitu: a) peranan
sebagai tokoh (figurehead) yakni
suatu peranan yang dilakukan
untuk mewakili organisasi yang
dipimpinnya didalam setiap
kesempatan dan persoalan yang
timbul secara formal, b) peranan
sebagai pemimpin (Leader) dalam
peranan ini atasan bertindak
sebagai pemimpin, c) peranan
sebagai pejabat perantara (Liaison
Manager) peranan ini atasan
melakukan peranan yang
berinteraksi dengan teman sejawat,
santeoritisdariperanan.pdf/ di akses
tanggal 27 Oktober 2018 pukul 22.15
WITA). 75 Elly M Setiadi, Usman Kolip.2011.
Pengantar Sosiologi. Jakarta:
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 85
staf, dan orang-orang yang berada
diluar organisasinya untuk
mendapatkan informasi.
2. Peranan yang berhubungan dengan
informasi (Informational Role),
peranan interpersonal diatas
meletakkan atasan pada posisi
yang unik dalam hal mendapatkan
informasi. Peranan interpersonal
diatas Mintzberg merancang
peranan kedua yakni yang
berhubungan dengan informasi ini.
Peranan itu terdiri dari peranan-
peranan sebagai berikut : a) peran
pemantau (Monitor), Peranan ini
mengidentifikasikan seorang
atasan sebagai penerima dan
mengumpulkan informasi, b)
sebagai diseminator, Peranan ini
melibatkan atasan untuk
menangani proses transmisi dari
informasi-informasi kedalam
organisasi yang dipimpinnya, c)
sebagai juru bicara (Spokesman)
peranan ini dimainkan manajer
untuk menyampaikan informasi
keluar lingkungan organisasinya.
3. Peranan Pengambil Keputusan
(Decisional Role), dalam peranan
ini atasan harus terlibat dalam
suatu proses pembuatan strategi di
dalam organisasi yang di
pimpinnya. Mintzberg
berkesimpulan bahwa pembagian
besar tugas atasan pada hakikatnya
digunakan secara penuh untuk
memikirkan sistem perbuatan
strategi organisasinya.76
Peranan dapat disimpulkan
sebagai suatu konsep perilaku apa
yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat
sebagai organisasi. Secara umum
Peranan adalah suatu sikap atau
perilaku yang diharapkan oleh banyak
orang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yang memiliki
status atau kedudukan tertentu. Peran
juga dapat dikatakan sebagai perilaku
individu, yang penting bagi stuktur
sosial masyarakat.
Menurut Levinson (Soejono
Soekanto 2013: 174) Peranan
mencakup dalam 3 hal yakni :
1) Peranan meliputi norma-norma
yang dihubungkan dengan posisi
atau seseorang dalam
masyarakat.
Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-
peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan. Norma-norma
tersebut secara sosial di kenal ada
empat meliputi :
a) Cara (Usage), lebih menonjol di
dalam hubungan antar individu
dalam masyarakat. Suatu
penyimpangan terhadapnya tak
akan mengakibatkan hukuman
yang berat, akan tetapi hanya
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 86
sekedar celaan dari individu yang
dihubunginya.
b) Kebiasaan (Folkways), sebagai
perbuatan yang berulang-ulang
dalam bentuk yang sama
merupakan bukti bahwaa orang
banyak menyukai perbuatan
tersebut.
c) Tata kelakukan (Mores),
merupakan cerminan sifat-sifat
yang hidup dari kelompok
manusia yang dilaksanakan
sebagai alat pengawas, secara
sadar maupun tidak sadar, oleh
masyarakat terhadap anggota-
anggotanya.
d) Adat istiadat (Custom),
merupakan tata kelakuan yang
kekal serta kuat integritasnya
dengan pola-pola perilaku
masyarakat dapat meningkatkan
kekuatan mengikatnya menjadi
Custom atau adat istiadat.
Soerjono Soekanto (2013: 174).77
2) Peranan individu dalam
Organisasi
Artinya individu berperan
dalam organisasi sebagai
pemberi status. Status yang
dimaksud diantaranya :
a) Ascribed status, yaitu
kedudukan yang diperoleh
tanpe melalui perjuangan atau
usaha sendiri.
77 Soerjono Soekanto. Op.cit. hal 174
78 Elly M. Setiadi. Op.Cit. Hal 46
b) Achieved status, yaitu
kedudukan yang diperoleh
melalui usaha atau perjuangan
sendiri.78
3) Peranan individu dalam stuktur
sosial masyarakat
Artinya individu tersebut
memiliki aktivitas sebagai
seorang atasan dalam suatu
stuktur sosial masyarakat
diantaranya :
a) Perencanaan, yakni rencana
atau planning yang tersusun
jelas dalam stuktur
keorganisasian.
b) Pengorganisasian, yakni proses
kegiatan penyusunan stuktur
organisasi sesuai dengan
tujuan, sumber, dan
lingkungannya.
c) Pengarahan, dimana bagian
yang sangaat kritis karena ini
sangat menentukann berhasil
atau tidaknya individu dalam
stuktur sosial masyarakat.
d) Pemotivasian, yakni pekerjaan
manajemen yang sederhana
namun rumit dalam
pelaksanaanya.
e) Pengendalian, yakni proses
pengaturan berbagai faktor
dalam suaatu perusahaan agar
pelaksanaannya sesuai dengan
ketetapan dalam rencana.79
(http://natasyas.blogspot.com/2012/0
3/peranan-individu-dalam-
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 87
Dalam Buku Pedoman
Penanganan Aliran dan Gerakan
Keagamaan Bermasalah di Indonesia
oleh Ahmad syafi’i dkk, menjelaskan
bahwa konsep peran dari Kantor
Kementerian Agama dalam
menangani aliran keagamaan, yang
dimana peran dilakukan oleh Kantor
Kementerian Agama tersebut
meliputi beberapa metode
penanganan khusus dalam pembinaan
Aliran yang dinilai bermasalah,
dengan pendekatan personal melalui
beberapa metode diantaranya :
1. Pendidikan dan Bimbingan
(Edukasi dann Guidance)
Penyimpangan dari ajaran
agama (yang syar’i) ditangani
dengan metode pendidikan dan
bimbingan keberagamaan.
Dalam proses ini, pendidikan
dan bimbingan bisa dilakukan
dengan cara ta’lim, remedikal,
dan klinikal lewat teknik
monitoring, diskusi, dialog
(counter), ceramah atau metode
lainnya yang dinilai cocok
dengan kondisi para korban.
Prinsip-prinsip yang perlu di
perhatikan dalam proses ini
adalah :
a. Menciptakan kenyamanan,
sehingga korban merasa
damai, terbela, dan
terlindungi.
b. Tidak bersifat
menghakimi tetapi
bersifat analitis terhadap
pemahamannya.
c. Membangun rasa percaya
(trust) korban sehingga
mereka bersedia terbuka
kepada petugas dari tim
penanganan.
2. Konseling dan Psikotherapi
Tatkala korban telah
terdiagnosa sebagai penderita
keabbnormalan jiwa, maka
metode penanganannya adalah
dengan konseling dan
psikotherapi. Penderita yang
terdiagnosa dengan gejala
kesulitan menentukan piliha
keputusan terhadap nilai dan
norma teks dan konteks wahyu
secara utuh, maka disuluhi
dengan konseling.
3. Pengobatan (Treatment)
Setelah korban diagnosa
menderita salah satu atau
sejumlah penyakit phisik
(diseases), maka perlu
ditanggulang dengan elayanan
biomedis secara an sich.
4. Hukum dan Advokasi sosial
Setelah korban jelas
terindikasi masalah hukum, maka
penanganannya adalah
penyelesaian lewat peradilan.
Dalam hal ini, agar keadilan
berjalan maksimal perlu ada
advokasi. Sementara korban yag
terindikasi memikul dampak
sosiaal, maka penanganannya
dengan metode emberi
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 88
pemahaman dan kesadaran
masyarakat agar dapat menerima
kembali korban yang sudah
dianggap sudah baik dan siap
hidup di tengah masyarakatnya,
untuk kemudian diberi prpgram
pemberdayaan (empowering).
5. Pemutusan Mata Rantai ke
Jejaring Institusi Berjajaran
Menyimpang
Sebagaimana telah
dikemukakan, pemutusan
hubungan dengan aliran/gerakan
bermasalah sangat penting dalam
proses penanganan. Cara yang
dilakukan dalam metode ini adalah
dengan memutus lingkungan
korban dari komunitas dan atau
jaringan yang dimungkinkan bisa
dipengaruhi oleh aliran/gerakan
keagamaan bermasalah.
Pemutusan hubungan ini
dilakukan hingga korban dinilai
sudah mampu menjaga diri dari
pengaruh aliran/gerakan
keagamaan bermasalah tersebut.
Dari berbagai metode di atas,
alur proses penanganan
aliran/gerakan keagamaan baru
yang bermasalah terlihat fungsi
dari berbagai stakehholders yang
diharapkan terlibat dalam
penanganan, tentunya secara
terkoordinasi dalam satuan tim
80 Ahmad Syafi’i dkk.2014.Pedoman
Penanganan Aliran dan Gerakan
oleh institusi yang mejadi Leading
Sector koordinasinyaa, yaitu
Kementerian Agama RI.80
Berdasarkan dari beberapa
pengertian dapat dikatakan bahwa
peranan adalah suatu kelompok
penghargaan seseorang terhadap cara
menentukan sikap dan perbuatan
dalam situasi tertentu berdasarkan
atas kedudukan sosial tertentu.
Salah satu Peranan organisasi
dalam Kementerian Agama Islam
yaitu peranan dalam pengantisipasian
aliran-aliran yang dinilai sesat di
Kabupaten gowa. Kementerian
Agama Islam ini memiliki peranan
penting dalam hal mengantisipasi
aliran yang dinilai sesat dimana
keberadaan aliran tersebut semakin
berkembang di tengah-tengah
masyarakat Kabupaten Gowa.
Berdasarkan uraian para ahli
diatas mengenai Peranan dapat
disimpulkan secara Umum bahwa
Peranan merupakan suatu proses
keberlangsungan suatu kegiatan
dimana sumber daya manusia yang
memegang peranan penting itu
memiliki status kependudukan dalam
masyarakat yang dipercayai memiliki
keahlian yang lebih dalam
memberikan bimbingan positif ke
masyarakat, sehingga sumber daya
manusia memegang peranan penting
Kehidupan Keagamaan Badan
Nitbang dan Diklat Kementerian
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 89
sebagai pelaksana sekaligus sebagai
penggerak roda pembangunan demi
terlaksananya program-program yang
direncanakan.
3. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Mengenai Peranan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa dalam Mengantisipasi Aliran
Sesat ini merupakan tugas pokok dari
Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa khususnya pada
Seksi Bimbingan Masyarakat Islam
atau biasa disingkat dengan kata
BIMAS.
Hasil penelitian yang dilakukan
di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa terhadap 9
informan, dengan menggunakan
metode wawancara sebagai alat
pengumpulan data yang paling utama,
sehingga diperoleh data tentang
Peranan Kantor Kementerian Agama
dalam Mengantisipasi Aliran Sesat di
Kabupaten Gowa Dari kesembilan
informan tersebut bernama Dr.
Mujahid Dahlan, S.Ag, Nurjannah,
S.Ag, Hj. Masniati, S.Ag, Ust. Asrofi,
S.Ag , Ust. Saing, S.Ag, Usman
Muning, Sukmawati, Zulfikar,
Masnah. Terpilihnya kesembilan
nama informan tersebut dianggap
mempunyai kapabilitas dalam
memberikan jawaban tentang
penelitian ini.
1). Thariqat Tajul Khalwatiah
Tajul Khalwatiah Syeikh
Yusuf Gowa demikian disebut tarekat
Syeiikh Sayyid Sulthan Ahmad Ali
Muhamma Misyraami Al Khalwatiy
Qaddasallahu Sirrahu Al Makassariy-
Albugisiy- Albuthuniy (Andi
Malakuti Petta Karaeng La’lang).
Sejatinya tarekat Khalwatiah
merupakan pecahan dari Tarekat
Sammaniyah, sebelumnya dipimpin
oleh saudaranya Puang La’lang,
setelah meninggal beberapa tahun
kemudian muncul Puang La’lang
yang mengaku mendapatkan mandat
dari Syeikh Yusuf melalui buku yang
tertinggal di peti jenazahnya setelah
pulang dari Cape Town Afrika
Selatan.
MUI sepakat mengeluarkan
fatwa sesat menyesatkan bagi ajaran
Tajul Khalwatiah Syekh Yusuf Gowa
versi Puang La’lang. Disebutkan ada
21 poin diperhatikan tentang ajaran
Puang La’lang yang dijadikan dasar
fatwa sesat menyesatkan. Poin-poin
tersebut diperoleh berdasarkan dua
belas kali rapat, mulai dari
pembahasan tentang keberadaan
tarikat yang dimaksud, kajian buku-
buku yang dikeluarkan tarikat,
kemudian dua kali rapat yang
menghadirkan puang La’lang untuk
menjelaskan ajarannya.
Berkaitan dengan terbitnya
fatwa MUI Gowa tersebut beberapa
pihak memberikan pandangan dan
penjelasan. Puang La’lang dan
pengikutnya tidak menghiraukan
mengenai fatwa tersebut muncul.
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 90
La’lang mempunyai kelebihan-
kelebihan yang dimiliki oleh Syekh
Yusuf Al- Makassari. Setelah
meninggalnya Syekh Yusuf tidak ada
yang memiliki kharisma selama
beberapa generasi, akhirnya
kelebihan pengaruh ini bersinar di
Puang La’lang. Secara rinci kelebihan
yang dimaksud tidak begitu dapat
dijelaskan. Jika merujuk pada
aktifitas yang dilakukan oleh Puang
La’lang yang dikenal sebagai orang
yang bisa mengobati orang sakit,
tempat konsultasi banyak hal terkait
kegiatan sosial, misalnya waktu
melaksanakan perkawinan dan
kegiatan pesta tertentu, hari baik
maupun bulan baik.
Pengaruh Puang La’lang
terletak pada kemmpuannya
mengobati orang terutama di sekitar
desa dan kecamatan, tempat tinggal
sang Mursyid. Dalam penjelasan
sekretaris Komisi Fatwa MUI Gowa,
pendekatan Puang La’lang tentang
Wahdatul Wujud juga bermasalah,
menyamakan diri dengan Mansyur
Al-Hallaj yang mengalami satahat
cukup berbeda dengan Sang Mursyid
Tajul Khalwatiy. Puang La’lang
hanya memahami sedikit tentang
Wahdatul Wujud. Mengklaim diri
sebagai siklus ketiga setelah Syeikh
Siti Jenar juga tidak terlalu tepat,
karena banyak Tokoh lain yang
menggunakan pendekatan yang sama,
misalnya Hamsah Al-Fanshuri
sangat kuat, sedangkan Mursyid Tajul
Khalwatiy tidak memahami Bahasa
Arab dengan baik, bahkan di
beberapa tulisan mengalami
kesalahan fatal dalam penulisannya.
Seluruh Anggota MUI Gowa
mengambil kesimpulan bahwa Puang
La’lang kurang memiliki ilmu
keislaman.
2. Peranan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Gowa
dalam Mengantisipasi Aliran
Sesat.
Peranan Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Gowa sangat
penting adanya terkhusus pada proses
pengantisipasian Aliran sesat yang
berkembang di Kabupaten Gowa
tepatnya di Kecamatan Pattallassang.
Aliran yang dimaksud yakni Thariqat
Tajul Khalwatiah yang dimana aliran
tersebut di pimpin oleh seorang
Mahaguru yang bernama Puang
La’lang. Aliran tersebut telah
terindikasi sesat berdasarkan atas
keputusan Fatwa MUI Kabupaten
Gowa dengan berbagai alasan
diantaranya karena telah memiliki
pemahaman yang menyimpang dari
Al-Qur’an dan Hadits, Meyakini atau
mengikuti aqidah yang tidak sesuai
dengan dalil-dalil syar’i, Mengingkari
otentitas Al-Qur’an dan kebenaran isi
Al-Qur’an, Menafsirkan Al-Qur’an
tidak berdasar pada kaidah-kaidah
penafsiran, Hingga berpotensi
mengundang keresahan dan konfilk
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 91
Kabupaten Gowa dan daerah-daerah
penyebarannya. Sesatnya aliran
tersebut menimbulkan banyak
keresahan oleh masyarakat
Kabupaten Gowa terkhusus pada
masyarakat pattallassang apabila
aliran tersebut dibiarkan begitu saja.
Melihat dari keresahan masyarakat
Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa tidak hanya tinggal
diam dalam menghadapi masalah
terhadap aliran keagamaan ini,
sehingga seksi Penyelenggaraan
syari’ah yang bertugas langsung
dalam penangaan aliran keagamaan
pun telah memandatkan 3 orang
penyuluh Agama yang dipercayakan
punya bekal yang cukup dalam proses
penanganan atau pengantisipasian
Aliran Tajul Khalwatiah yang berada
di Kecamatan Patttallasang tersebut.
Penyuluh – penyuluh agama tersebut
sudah pasti mengetahui tentang
bagaimana cara mereka menghadapi
masalah yang kian membuat
masyarakat menjadi resah. Ada
beberapa aspek yang dilakukan oleh
para penyuluh Agama dalam proses
pengantisipasian Aliran sesat tersebut
yaang dimana tidak merupakan Peran
dari Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa dalam proses
Pengantisipasian Aliran Sesat melalui
relawan – relawan pemuka Agama
islam yakni Penyuluh Agama.
Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi yang dilakukan maka
Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa dalam
Mengansipasi Aliran Sesat tergolong
berjalan dengan baik atau efektif. Hal
ini ditinjau dari segi Pendidikan dan
Bimbingan berupa ( Ta’lim,
Iremedikal, Klinikal monitoring,
Diskusi, dan Ceramah), Konseling
dan Psikotherapy, Pengobatan atau
Treatment, Hukum dan Advokasi
Sosial, hingga pada Pemutusan Mata
Rantai ke Jejaring Institusi Berajaran
Menyimpang. Kelima aspek tersebut
yang merupakan indikator dari
Peranan Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa dalam
Mengantisipasi Aliran Sesat. Hal ini
dapat dilihat pada penjelasan setiap
aspek tersebut, sebagai berikut.
a) Pendidikan dan Bimbingan
Berdasarkan hasil penelitian di
atas menunjukkan bahwa Proses
Pendidikan dan Bimbingan berupa
Ta’lim, Iremedikal, Klinikal lewat
monitoring, Diskusi serta Ceramah
yang dilakukan oleh Kementerian
Agama Kabupaten Gowa dalam
menangani Aliran Sesat itu dinilai
berjalan dengan efektif. Hal ini dapat
dikatakan demikian sebab temuan di
lapangan yang di mana para Penyuluh
Agama yang turun langsung dalam
pelaksanaan Pendidikan dan
Bimbingan itu melaksanakan
tugasnya dengan mengikuti standar
pelayanan atau ketentuan yang telah
di mandatkan langsung oleh Bidang
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 92
(Bimas) dalam proses penanganan
Aliran Sesat Tajul Khalwatiah
khususnya yang berada di Kecamatan
Pattallassang. Seperti proses kegiatan
pengajian rutin yang dilaksanakan
pada hari Rabu dan Jumat baik untuk
anggota majelis ta’lim hingga pada
Santri-Santri TK-TPA Pattallassang
sebagai generasi muda yang sangat
membutuhkan bimbingan dan
pendidikan yang layak tentang
Bahayanya Aliran Tajul Khalwatiah
apabila masih terus mendapatkan
tempat untuk berkembang khususnya
di Kecamatan Pattallassang.
Ada banyak kegiatan yang
berfaedah dilakukan oleh para
generasi muda atau Santri-Santri di
Kecamatan Pattallassang, Mulai dari
pengajian hingga kegiatan memanah
sebagai jeda kegiatan Pengajian yang
biasanya dipandu langsung oleh
Bapak Ust. Asrofi selaku Penyuluh
Agama yang ditugaskan di
Kecamatan Pattallassang. Beliau
antusias melakukan kegiatan ini
karena beliau berfikir Santri-Santri
atau generasi muda di Kecamatan
Pattallassang akan lebih mudah
memahami pentingnya Pendidikan
dan Bimbingan apabila di selingi
dengan kegiatan-kegiatan yang seru
dan produktif tersebut.
Pelaksanaan proses Pendidikan
dan Bimbingan ini mendapat
apresiasi dari masyarakat
Pattallassang baik para remaja
dan bapak-bapak di Kecamatan
Pattallassang. Walapun ada sedikit
hambatan karena proses Pendidikan
dan Bimbingan yang seharusnya juga
dilakukan untuk anggota Aliran Tajul
Khalwatiah namun anggota pada
Aliran tersebut terkesan menutup diri
atau bersikap ekslusif pada
masyarakat setempat maupun pihak
dari Kementerian Agama Kabupaten
Gowa.
b) Konseling dan Psikotherapy
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai Peranan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa dalam Mengantisipasi Aliran
Sesat pada aspek Konseling dan
Psikotherapy itu dinilai berjalan
namun terdapat beberapa hambatan
dalam pelaksanaannya sehingga pada
aspek ini masih belum sepenuhnya
berperan. Konseling dan psikotherapy
ini juga masih menjadi bagian tugas
dari para Penyuluh Agama yang
dimandatkan langsung dari Bidang
Pendidikan Masyarakat Islam
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa. Pelaksanaan Konseling dan
Psikotherapy ini menuai beberapa
hambatan dalam proses
pelaksanaannya yakni dimana
pelaksanaan Konseling dan
Psykotherapy ini seharusnya
dilaksanakan langsung kepada
anggota Aliran Tajul Khalwatiah
namun karena Anggota Aliran
tersebut terkesan eklusif atau
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 93
Konseling dan Psikotherapy ini
terhambat.
Konseling dan Psikotherapy
juga di berikan kepada masyarakat
Pattallassang berupa kajian atau
pemberitahuan tentang pentingnya
mendalami ajaran islam yang
sesungguhnya agar tidak mudah
terpengaruh dengan Aliran yang
bercorak Islam namun bertolak
belakang pada ajaran Agama Islam.
Pelaksanaan Konseling dan
Psikotherapy ini terus dilaksanakan
oleh Penyuluh Agama Kecamatan
Pattallassang karena aspek ini juga
menunjang keberhasilan dalam proses
penanganan Aliran Tajul Khalwatiah
yang ada di Kecamatan Pattallassang
agar tidak sampai menjamur ke
masyarakat luas.
c) Pengobatan (Treatment)
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai Peranan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa dalam mengantisipasi Aliran
Sesat pada aspek Pengobatan atau
treatment yang dilakukan oleh
Penyuluh Agama Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa
hasilnya berjalan namun ada beberapa
faktor yang menghambat jalannya
proses ini sehingga Pengobatan atau
Treatment ini dinilai belum berperan
secara sepenuhnya. Pengobatan atau
Treatment ini dilakukan terkhusus
langsung kepada anggota Aliran Tajul
Khalwatiah yang dinilai insaf dari
Peristiwa ini sebelumnya telah
dijumpai oleh salah seorang Penyuluh
Agama Kecamatan Pattallassang
dimana ia mendapati adanya Anggota
aliran Tajul Khalwatiah yang ingin
mendaftarkan diri masuk sebagai
anggota Penyuluh Agama Honorer
ditanyai mengapa beliau ingin masuk
menjadi penyuluh agama alasannya
karena beliau ingin menegakkan
ajaran Agama Islam yang
sesungguhnya terutama di daerah
tempat kediaman beliau. Saat itu,
Penyuluh Agama yang tidak lain
adalah Ust. Asrofi pun langsung
merangkul beliau dan membimbing
beliau ke arah yang lebih baik,
sebelumnya beliau sempat di
treatment dengan cara rukiah jiwa
oleh ust. Asrofi dan diberikan
berbagai kajian-kajian Islam agar
beliau tetap kuat dan konsisten akan
keputusannya untuk insaf dari Aliran
Sesat Tajul Khalwatiah. Pengobatan
atau Treatment yang dilakukan itu
dalam bentuk rukiah jiwa, pemberian
Ceramah atau kajian tentang Islam,
dan sebagainya.
d) Hukum dan Advokasi Sosial
Hukum dan Advokasi sosial
yang dimaksud ini adalah bagaimana
cara Penyuluh Agama Islam yang
ditugaskan menjaga keutuhan
masyarakat Pattallassang baik yang
tergolong anggota Aliran Tajul
Khalwatiah atau pun sebaliknya.
Aspek Hukum dan Advokasi sosial
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 94
baik oleh Penyuluh Agama Islam di
Kecamatan Pattallassang dengan cara
menghimbau kepada masyarakat agar
sekiranya tetap memandang baik dan
menjalin kekeluargaan yang baik
dalam Islam kepada anggota Aliran
Tajul Khalwatiah, tidak menjauhi
atau pun saling menghina walau beda
pemahaaman dalam Agama Islam.
Hukum dan Advokasi Sosial ini
dilakukan dalam proses pemberiaan
kajian rutin atau pengajian rutin oleh
ibu-ibu majelis Ta’lim maupun pada
Santri TK-TPA Pattallassang
Kabupaten Gowa dengan cara banyak
menghimbau kepada mereka agar
tetap menjaga keutuhan dalam
menjalin tali persaudaraan tanpa
harus saling menghakimi satu sama
lain, disamping pemahaman-
pemahaman guna memperkuat iman
agar tidak terpengaruh oleh Aliran
tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas
Peranan Kantor Kementerian agama
Kabupaten Gowa dalam
Mengatisipasi Aliran Sesat
khususnya pada aspek Hukum dan
Advokasi Sosial itu dinilai berjalan
dengan efektif.
e) Pemutusan Mata Rantai ke
Jejaring Institusi Berajaran
Menyimpang
Pemutusan mata rantai ke
jejaring institusi berajaran
menyimpang merupakan aspek
terkahir dalam penelitian ini. Aspek
baik. Karena selain pemahaman yang
diberikan mengenai aspek ini, juga
telah terbukti bahwa masyarakat
setempat tetap menjaga rantai
generasi antar sesama walaupun
mereka berbeda pemahaman dalam
ajaran Agama Islam.
Pemutusan mata rantai ke
jejaring institusi berajaran
menyimpang artinya memutus rantai
generasi kepada anggota Aliran Tajul
Khawaltiah tanpa harus bersikap
saling tidak menghargai satu sama
lain. Semisal dalam satu keluarga
hanya ayah dan ibu seorang anak
yang fanatik dalam ajaran aliran ini
maka rantai generasi yang di putus
hanya ke ayah dan ibunya saja bukan
kepada anak-anak serta keponakan-
keponakannya disamping tetap saling
adanya rasa menghargai keyakinan
satu sama lain.
Berbagai aspek yang
merupakan Peranan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa dalam Mengantisipasi Aliran
sesat telah dijelaskan dan berjalan
dengan baik disamping banyaknya
sebab akibat yang mempengaruhi
namun tidak membuat kinerja
Penyuluh Agama Kecamatan
Pattallassang berkurang untuk
menangani masalah Aliran Sesat
Tajul Khalwatiah. Dan hingga saat ini
pun keberadaan Tajul Khawaltiah di
Kecamatan Pattallassang masih
dalam pemantauan pihak
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 95
Gowa dan akan terus di tangani
hingga aliran tersebut betul-betul
telah hilang dan sudah tidak
berkembang di Kabupaten Gowa.
4. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai Peranan Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa dalam Mengantisipasi Aliran
Sesat dapat disimpulkan bahwa
Peranannya itu berjalan dengan
efektif yang dilaksanakan sesuai
dengan tugas dan fungsi dari Kantor
Kementerian Agama Kabupaten
Gowa untuk menangani Aliran yang
dinilai sesat di Kecamatan
Pattallassang dan tidak lain aliran
tersebut bernama Aliran Tajul
Khalwatiah. Hal ini dapat dikatakan
demikian karena melihat dari setiap
aspek yang dijadikan indikator dalam
penelitian ini yaitu :
1. Aspek Pendidikan dan
Bimbingan yang hasilnya efektif,
dikarenakan Pendidikan dan
Bimbingan yang dilakukan
berupa Ta’lim, Iremedikal,
Klinikal lewat Monitoring,
diskusi dan ceramah itu telah
dilaksanakan dengan semestinya.
Terbukti dengan adanya
Pengajian rutin setiap hari Rabu
hingga Jumat untuk para ibu-ibu
majelis Ta’lim dan para Generasi
muda yakni Santri-Santri TK-
TPA Pattalassang yang dipandu
langsung oleh Penyuluh Agama
Kecamatan Pattallassang.
2. Aspek Konseling dan
Psikotherapy yang hasilnya
kurang efektif, aspek kedua ini
berjalan dengan kurang efektif
karena maraknya hambatan yang
terjadi namun tidak
menggoyahkan jalannya
pelaksanaan aspek ini oleh
Penyuluh Agama Pattallassang,
mulai dari hambatan karena
sulitnya berkomunikasi dengan
anggota aliran Tajul Khalwatiah
karena terkesan menutup diri
atau Ekslusif maupun hambatan
lainnya.
3. Aspek Pengobatan (treatment)
yang hasilnya kurang efektif,
aspek ini juga berjalan dengan
kurang efektif karena ada
beberapa faktor yang
menghambat jalannya aspek ini,
berhubung aspek ketiga ini
merupakan lanjutan dari aspek
sebelumya yakni Konseling dan
Psikotherapy.
4. Aspek Hukum dan Advokasi
Sosial yang hasilnya juga efektif,
dikarenakan juga telah
dilaksanakan dengan baik oleh
Penyuluh Agama Kecamatan
Patallassang, dimana aspek ini
bertujuan agar supaya
masyarakat tidak saling
terprovokasi akan adanya Aliran
tersebut sehingga walau berbeda
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 96
namun mereka harus tetap saling
menghargai satu sama lain.
5. Aspek Pemutusan Mata Rantai
ke Jejaring Institusi Berajaran
Menyimpang dinilai juga
berjalan dengan efektif, karena
telah dilaksanakan dengan baik
oleh para Penyuluh Agama
Kecamatan Pattallassang dengan
cara menghimbau kepada
masyarakat agar tidak
memutuskan adanya tali
persaudaraan satu sama lain
walau mungkin dalam lingkup
keluarga hanya ayah dan ibunya
yang fanatik menganut Aliran
Tajul Khalwatiah itu tidak
megharuskan memutuskan rantai
generasi ke anak-anak maupun
keponakan-keponakannya yang
tidak menganut Aliran Tajul
Khalwatiah.
b. Implikasi
Melihat dari hasil penelitian ini
dapat memiliki implikasi bahwa
sangat penting adanya Peranan
Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa dalam
Mengantisipasi Aliran sesat agar
tidak meresahkan masyarakat luas
teruntuk pada masyarakat Kabupaten
Gowa. Oleh karena itu untuk
mewujudkan perannya itu sendiri
Kemenag Gowa memandatkan
Penyuluh Agama pada setiap
Kecamatan di Kabupaten Gowa untuk
melaksanakan tugasnya yang
Kementerian Agama. Penyuluh-
penyuluh agama tersebut di
mandatkan beberapa tugas dan salah
satunya tugas untuk mengatasi aliran
sesat yang meresahkan warga. Aliran
Sesat yang terkenal di Kabupaten
Gowa itu sendiri berada di Kecamatan
Pattallassang yang bernama Tajul
Khawatiah dan dipimpin oleh seotang
Mahaguru yang bernama Puang
La’lang. Tugas dari Penyuluh Agama
tersebut yakni mengantisipasi
perkembangan aliran ini dengan
beberapa aspek acuan dalam proses
penangannya mulai dari proses
pelaksanaan Pendidikan dan
bimbingan, Pengobatan, Konseling,
Hukum dan advokasi sosial, hingga
Pemutusan mata rantai ke Jejaring
institusi Berajaran Menyimpang.
Beberapa aspek tersebut telah
dijalankan dengan baik oleh Penyuluh
Agama Kecamatan Pattallassang
disamping berbagai hambatan dan
kendala yang dihadapi. Hingga saat
ini Aliran Tajul Khalwatiah tersebut
masih dalam proses penanganan
Pihak Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Gowa.
c. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di
atas, maka adapun yang menjadi
saran dari hasil penelitian ini,
yaitu:
1. Perlu adanya pertemuan aktif
dilakukan oleh forum-forum
keagamaan yang dilaksanakan
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 97
Kabupaten Gowa yang
menentang adanya keberadaan
Aliran Tajul Khalwatiah.
2. Perlu adanya penambahan
Penyuluh Agama di Kecamatan
Pattallassang untuk proses
penanganan Aliran Tajul
Khalwatiah.
REFERENSI
Buku
Hikmawati, fenti.2017.Metodologi
Penelitian. Depok: PT
RajaGrafindo Persada
Mardalis.2010.Metode Penelitian
(Suatu Pendekatan
Proposal).Bumi
Aksara.Jakarta
Mufid, Ahmad Syafi.2012.Dinamika
Perkembangan Sistem
Kepercayaan Lokal di
Indonesia. Jakarta:
Kementerian Agama RI
Badan Litbang & Diklat
Puslitbang Kehidupan
Keagamaan
Sarwono, Sarlito Wirawan.2001.
Teori-Teori Psikologi Sosial.
Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Setiadi, Elly M, Usman Kolip.2011.
Pengantar Sosiologi. Jakarta:
PrenadaMedia Grup
Soekanto, Soerjono, Budi
Sulistyowati.2013. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Sugiyono.2013.Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Syafi;i Ahmad,dkk.2014.Pedoman
Penanganan Aliran dan
Gerakan Keagamaan
Bermasalah di
Indonesia.Jakarta:Puslitbang
Kehidupan Keagamaan Badan
Nitbang dan Diklat
Kementerian Agama RI.Hal
40-42
Thoha, Mifta.2016. Perilaku
Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Yin, Robert K.2015. Studi Kasus
Desain dan Metode. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Internet dan Jurnal
Admin.2015.Landasan Teoritis dari
Peranan
(http://digilip.unila.ac.id/201
5/landasanteoritisdariperana
n.pdf/ di akses tanggal 27
Oktober 2018 pukul 22.15
WITA).
Hidayatulloh, Furqon
Syarief.2013.Strategi
Pencegahan dan Penanganan
Penyebaran Aliran Sesat di
Indonesia Studi Kasus di
Institut Pertanian Bogor.
Bogor: Analisis.Volume
XIII.Nomor 2
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 98
Langaji Abbas.Dinamika Aliran
Keagamaan Sempalan
Tinjuan Perspektif Sosiologi
Agama
(www.sublibrary.com/aliran/
aliran-sesat-agama-islam-pdf
diakses tanggal 27 November
2018 pukul 11.26 WITA).
Martin, Van, Bruinessen 1992
“Gerakan Sempalan di
Kalangan Umat Islam
Indonesia Latar Belakang
Sosial-Budaya” (“Sectarian
movements in Indonesian
Islam Social and cultural
background”), Ulumul
Qur’an vol. III.Nomor 1
MUI-Hidayatullah 10 Kriteria Aliran
Sesat
(https://m.hidayatullah.com
di akses tanggal 12 Desember
2018 pukul 00.26 WITA)
Natasya’s Blog.2012.Peranan
Individu dalam Masyarakat
(http://natasyas.blogspot.com/2
012/03/peranan-individu-
dalam-masyarakat diakses
tanggal 10 Desember 2018
pukul 21.14 WITA)
Muh. Saing. 2018.Makalah Seminar
Isu-Isu Aktual Bimbingan
Masyarakat Agama dan
Layanan
Keagamaan.Jakarta:Puslitbang
Keagamaaan Badan Litbang
dan Diklat Kementerian
Agama RI.Hal 11-15
(adeotnasus1980.bloggspot.co
m-2015/02 di akses 12
Desember 2018 pukul 02.46
WITA)
Pan Mohamad Faiz.28 Mei
2014.Undang-undang
Penodaan Agama dan
Mahkamah Konstitusi.
https://Panmohammadfaiz.c
om/2014/05/28/ UU-
Penodaan-Agama-dan-
Mahkamah-Konstitusi. Di
akses 16 Januari 2019 Pukul
19.46 WITA
Skripsi
Nurningsi.2018. Analisis Kinerja
Penyuluh Kantor
Kementerian Agama
Kabupaten Gowa (Studi
Kasus Kinerja Penyuluh
Agama Islam di Kecamatan
Pattallassang).Makassar:
Program Magister Ilmu
Administrasi Negara STIA
LAN
Oktiadi, Acep
Mulingki.2014.Analisis Pola
Pembinaan Terhadap Aliran
Islam Sesat Amanat
Keagungan Ilahi di
Argamakmur Bengkulu
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 99
Yulianti, Wahyu.2012.Peranan
Kantor Urusana Agama
(KUA) dalam Melakukan
Pendaftaran Tanah Wakaf
(Studi pada Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan
Samarinda Ulu Kota
samarinda).Samarinda:
Universitas Diponegoro
Semarang
Perundang-undangan
Deff Billy Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 83 Tahun
2015 pasal 29 Ayat 2
(http://kepri.kemenag.go.id/p
ublic/files/PeraturanPresiden
/reap1441957590.pdf
di akses tanggal 9 Desember
2018 pukul 10.26 WITA
BIROKRAT: JURNAL ILMU ADMINISTRASI PUBLIK ISSN : 2354-5925
Volume 8, No. 2, Agustus 2019 100