PERANAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM MEMOTIVASI...
Transcript of PERANAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM MEMOTIVASI...
PERANAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM MEMOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair, Kampung Utan,
Ciputat Timur)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh
PISOL ISWAHYUDI NIM 106013000310
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2011 M/1432 H
i
ABSTRAK
PISOL ISWAHYUDI, Peranan Guru Bahasa Indonesia dalam Memotivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. (Studi kasus di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair, Kampung Utan, Ciputat Timur), Februari 2011.
Demi menjalankan perannya sebgai guru, hendaklah guru meningkatkan profesionalismenya. Guru merupakan salah satu agen pembelajaran yang sangat penting. Pada dasarnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan.
Guru sebagai pendidik formal di sekolah, juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran di sekolah. Selain itu guru juga memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, terutama guru bahasa Indonesia dalam mengajar bidang studinya, karena guru bahasa Indonesia dalam mengajar bukan hanya mengajar tetapi juga harus melaksanakan pendidikan dan pembinaan. Tujuan menyampaikan materi bahasa Indonesia adalah agar siswa mengenali ilmu bahasa secara mendetail serta siswa dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Bahasa adalah ilmu yang terperinci, hidup, dinamis, dan relevan sepanjang zaman. Sudah seharusnya guru tersebut mempunyai sikap motivator. Guru sebagai pengontrol atas reaksi dan respons para siswa yang selalu berusaha untuk menarik minat siswa dengan menggunakan macam-macam motivasi ekstrinsik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode persentase dari hasil perhitungan P = F x 100 % ,
N Maka diperoleh persentase dengan jawaban selalu sebanyak 63,8 %. Dan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia selalu memberikan motivasi kepada siswa dalam proses kegiatan belajar bahasa Indonesia.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillah, Alhamdulillah, segala puji atas keagungan Allah Swt, Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesempurnaan, pemilik jiwa raga ku. Segala puji bagi Allah, yang jikalau seluruh pohon di atas muka bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk menuliskan ilmu Allah, maka tiada akan habis ilmu Allah. Segala puji bagi Allah atas nikmat islam, atas nikmat Al-Qur’an dan diutusnya Nabi Muhammmad Saw pendidik teladan dan guru paling mulia bagi putra-putri dan umat keseluruhannya. Rosullullah yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salam tercurah selalu untuk Nabi Muhammad Saw, kekasih hati orang-orang beriman, keluarga, dan sahabat-sahabatnya.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas yang menjadi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya banyak sekali kesulitan dan hambatan-hambatan yang dihadapi, baik dari faktor dana, pengumpulan bahan-bahan skripsi, motivasi dalam pelaksanaan serta hambatan-hambatan yang lainnya. Namun berkat pertolongan Allah Swt, kesungguhan serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya terutama kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang penuh kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis selama ini. Limpahan rahmat dan keberkahan selalu tercurah.
iii
3. Bapak Drs. E. Kusnadi, Dosen Penasehat Akademik juga telah banyak memberikan pemikiran dan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi dalam permasalahan perkuliahan.
4. Pimpinan dan staf Administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FIT&K UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan sebagai sumber bacaan (referensi yang berhubungan dengan skripsi ini.
5. Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur, Waka Kurikulum, Guru Bahasa Indonesia Ibu Dra. Hj. Rosyida, para dewan guru, staf TU serta siswa /I Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur yang telah berpartisipasi dalam memberikan informasi dan data-data sehingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama penulis mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang kalian berikan menjadi berkah dan bermanfaat untuk penulis.
7. Teristimewa untuk Ayahanda Siswandi dan Ibunda Hikmah yang telah melimpahkan segenap kasih dan sayangnya yang tak terhingga, baik moril maupun materil, semoga dalam limpahan rahmat dan keberkahan. Teruntuk Adikku Andi Setiawan dan Luthfi Hidayat yang tak henti-hentinya selalu mendo’akan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan semangat baru serta canda tawa dalam setiap waktu. Hanya Allah SWT yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik untuk kalian.
8. Teman-teman seperjuangan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2006; Andi, M. Firman, Syarif Hidayat, Rusfi, Prima, Hakim, Yusuf, Jefri, Ipank, Fahru, Fauzie, Mu’min, Ocha, Ucha, Diah, Yeti, Ipah, Sri, Ratu, Yanti, Rini, Hastri, Rara dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaannya yang menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik setiap harinya dan semua keceriaan selama kuliah, sampai jumpa dalam kesuksesan.
9. Syukron Jazakumullah Khair penulis haturkan kepada Habibana Munzir bin Fuad Al Musawa dan Habibana Ahmad bin Ismail Al Habsyi yang selalu memberikan cahaya ketenangan dalam berpikir, Semoga apa-apa ilmu yang
iv
engkau berikan buat penulis wahai guru, Semoga engkau diridhoi Allah Swt dan menjadi berkah untuk penulis.
10. Teman-teman futsal Geco FC yang selalu memberikan motivasi ekstrinsik bagi penulis.
11. Kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa sayang dan hormat penulis. Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah Swt membalas semua amal ibadah menjadi lebih baik serta dianugerahi keberkahan.
Akhirnya semoga Allah Swt senantiasa menjaga ilmu yang telah didapat agar bermanfaat untuk kemaslahatan diri dan orang lain, tak lupa penulis memohon kritik dan saran yang konstruktif agar skripsi ini lebih baik lagi.
Jakarta, Maret 2011
Penyusun
Pisol Iswahyudi
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKS................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR . ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah . ............................................ 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan .................................................... 6
E. Manfaat Penulisan ........................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka . ............................................................................. 7
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Pengertian Peranan Guru ................................................................. 9
B. Hakikat Bahasa ................................................................................ 16
C. Pengertian Motivasi ......................................................................... 20
D. Pengertian Belajar ............................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian . ............................................................................ 31
B. Tempat dan Waktu Penelitian . ........................................................ 31
C. Metode Penelitian . ........................................................................... 32
D. Populasi dan Sampel . ...................................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data . ............................................................. 33
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data . .......................................... 38
vi
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair ......... 39
B. Deskripsi Data ..................................................................................... 48
C. Temuan dan Interpretasi Data .......................................................... 62
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 63
B. Saran .................................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA . ................................................................................ 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN . ........................................................................ 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin
perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Manusia membutuhkan
pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran.
Hakikat pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan setiap peserta didik mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuannya secara optimal dan utuh (mencakup matra kognitif, afektif,
dan psikomotorik). 1
Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di
sekolah seyogianya mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yakni
membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif. Ditinjau dari
pendidikan sekolah, masalahnya adalah bagaimana merancang dan
mengimplementasikan suatu program belajar mengajar sehingga mendorong
terwujudnya motivasi belajar sepanjang hayat.2
Pada sebuah proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen
yang sangat penting demi keberhasilan siswa di sekolah. Guru juga berperan
aktif dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung
berhubungan dengan murid.
Sebagaimana yang dikatakan Muhibbin Syah bahwa “Pada dasarnya, fungsi dan peranan penting guru dalam proses mengajar adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa yang sifatnya memotivasi agar mencapai keberhasilan belajar
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan Baru), (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya,1999), Cet. I, h. 12. 2 Umar Tirtarahardja dan L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005), Cet. 1, h. 120.
2
(kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.3
Kenyataannya sangat nampak di dalam kegiatan belajar yang dialami
oleh siswa bahwa belajar tidak selalu berjalan dengan baik dan tidak semua
siswa berhasil dalam belajar dikarenakan banyak faktor yang menjadi
penyebab kegagalan mereka dalam proses belajar mengajar serta
menghilangkan motivasi siswa untuk belajar. Faktor-faktor yang
menyebabkan hal tersebut antara lain: Faktor keluarga, ekonomi, dan
lingkungan sosial. Untuk itu, maka sangat dibutuhkan peranan guru guna
mendukung keberhasilan proses belajar mengajar.
Guru adalah pribadi kunci di kelas karena besar pengaruhnya terhadap
perilaku dan belajar siswa, yang memiliki kecenderungan meniru dan
beridentifikasi. Hal-hal yang berpengaruh itu antara lain otoritas akademis dan
non akademis, kesehatan mental, kesenangan, cita-cita dan sikap dan suasana
kelas yang diciptakan oleh guru serta tindakan-tindakannya. Pengaruh itu
terjadi juga pada perkembangan intelek dan peningkatan motivasi belajar
karena terpenuhinya berbagai kebutuhan siswa kendatipun dalam beberapa hal
dapat juga menjadi hambatan seperti rasa cemas atau tindakan guru yang
keliru.4
Menurut M. Uzer Usman, Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memilki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. 5
Dari penjelasan di atas, tampaklah bahwa belajar mengajar akan
mencapai hasil yang maksimal jika ditunjang oleh guru yang berkualitas.
Artinya bahwa guru harus memiliki kemampuan dasar dalam merencanakan
dan melaksanakan program pengajaran, mengingat guru adalah faktor utama
3 Muhibbin Syah, Psikologi…, h. 133. 4 Oemar Hamalik, Proses Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2002), Cet. III, h. 40. 5 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997),
Cet. VIII, h. 5.
3
dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan
canggih, namun bila tidak ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas,
maka mustahil akan menimbulkan proses belajar mengajar yang maksimal.
Tetapi sebaliknya, ditangan guru yang cekatan fasilitas dan sarana yang
kurang memadai dapat diatasi.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah
memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau
anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah itu, dalam bidang pendidikan
peran guru sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan siswa, baik sosial,
budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan guru
merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang
berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai
seorang guru.
Beberapa cara yang bisa dilakukan guru adalah dengan melibatkan
siswa dalam berbagai kegiatan, menggunakan pilihan kata (diksi) yang
menarik, misalnya dalam penciptaan karya puisi, cerpen (cerita pendek),
maupun menggunakan gerak tubuh, contohnya seperti bermain drama. Dengan
cara seperti itu siswa dapat termotivasi dalam kegiatan belajarnya. Jika guru
melakukan itu semua, maka peranan guru demi mewujudkan motivasi yang
tinggi dalam diri siswa akan terwujud dan akan mendapatkan hasil yang baik
pula. Untuk mengembangkan motivasi yang baik pada anak didik, yang lebih
penting adalah membina pribadi anak didik agar dalam diri mereka terbentuk
adanya pribadi yang mulia, luhur dan dapat diterima masyarakat, yaitu
mengatur dan menyediakan situasi-situasi baik dalam lingkungan keluarga
maupun sekolah, yang memungkinkan timbulnya kompetisi atau persaingan
yang sehat antara anak didik dalam kegiatan belajar mengajar, dan
membangkitkan semangat yang menimbulkan perasaan puas terhadap hasil-
hasil dan prestasi yang telah mereka capai.
Motivasi belajar timbul karena siswa merasakan kebutuhan akan
belajar. Motivasi bisa datang dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar
siswa. Motivasi dari dalam sering disebut intrinsik, sedang motivasi dari luar
4
disebut ekstrinsik. Dalam hal ini sudah tentu peran guru sangat penting, yakni
bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarah siswa itu
melakukan aktivitas belajar dan melakukan usaha-usaha yang dapat
menimbulkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan
aktivitas belajar dengan baik.
Di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair, menurut pengamatan
penulis selama mengikuti program Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)
yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Hampir
semua guru memahami tentang ilmu pendidikan dan mengetahui bagaimana
cara mengajar yang efektif yang dapat meningkatkan motivasi sekaligus
prestasi belajar siswa, tetapi mereka kurang bisa menuangkan dan
menerapakan konsep serta variasi dalam pengajarannya tidak baik. Hal ini
yang menyebabkan proses pembelajaran tidak menjadi efektif dan terkesan
asal-asalan, sehingga para guru sulit untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Selain itu juga mungkin disebabkan karena kurangnya upaya
sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru, sehingga tidak adanya
peningkatan kualitas pengajaran yang dapat memotivasi belajar serta prestasi
siswa secara optimal.
Berdasarkan latar belakang dan kenyataan masalah di atas, mendorong
penulis untuk memahami peranan guru bahasa Indonesia dalam memotivasi
belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu penulis
bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi
yang berjudul
“Peranan Guru Bahasa Indonesia dalam Memotivasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah
Jam’iyyatul Khair Kampung Utan Ciputat Timur”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,
maka dapat ditemukan beberapa masalah diantaranya:
5
1. Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Suasana pembelajaran yang kurang aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan bagi siswa.
3. Masih banyak siswa yang menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baik
dan benar.
4. Minat baca siswa kurang.
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang muncul tetapi
waktu dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka dalam kajian ini
penulis batasi pada: Peranan guru sebagai motivator atau pembimbing
dalam memotivasi belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran bahasa
Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
a. Bagaimana tingkat peranan guru bahasa Indonesia dalam mengajar?
b. Bagaimana bentuk hubungan guru bahasa Indonesia dengan murid
dalam memotivasi belajar pada kegiatan mengajar?
c. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam
kegiatan proses kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair?
D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan Penulisan Skripsi
Tujuan Penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui:
a. Peranan guru dalam mengajar.
b. Motivasi belajar siswa di sekolah.
6
2. Kegunaan Penulisan Skripsi
a. Diharapkan dari penulisan skripsi tentang Peranan Guru Bahasa
Indonesia dalam Memotivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia ini dapat menambah dan memperkaya Khazanah
Ilmu Pengetahuan khususnya di lingkungan kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan umumnya dimana saja.
b. Sebagai informasi bagi guru-guru dalam meningkatkan peranan
memotivasi siswa pada proses kegiatan belajar mengajar secraa
optimal. Dan sebagai gambaran untuk penelitian selanjutnya.
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk Siswa
a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.
b. Memberikan suasana nyaman pada saat proses belajar
berlangsung.
c. Meningkatkan gairah belajar siswa.
d. Memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
2. Untuk guru bahasa Indonesia, dapat meningkatkan motivasi
mengajar dan meningkatkan suasana pembelajaran yang nyaman
serta kondusif.
3. Untuk Sekolah
a. Sebagai bahan masukan sekolah mengenai cara memotivasi
siswa.
b. Dapat memberikan dorongan semangat yang positif dalam proses
belajar mengajar.
4. Untuk Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dengan observasi langsung ke lapangan dan
memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan
dan keterampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam
terutama pada bidang yang dikaji.
7
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan dari tinjauan penulis, penelitian seperti ini lebih banyak
ditulis oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang
prestasi belajar siswa. Misalnya judul skripsi yang berjudul ‘Kualitas
Pengajaran Guru Agama dan Korelasinya dengan Prestasi Belajar Siswa’ yang
ditulis oleh Ahmad Syahid (104011000043). Namun, hal ini jelas berbeda,
jika yang dilakukan saudara Ahmad Syahid adalah mengangkat tentang
prestasi belajar siswa.
Berlainan hal dengan judul skripsi ‘Upaya Guru Sosiologi dalam
Mewujudkan Suasana Belajar yang Kondusif’ ditulis oleh Isyfi Pebriwati
(103015027277) Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, terdapat analogi masalah
skripsi yang diteliti oleh saudari Isyfi Pebriwati yakni bertujuan untuk
menciptakan suasana belajar yang kondusif. Pada tinjauan terakhir penulis
mendapatkan judul skripsi ‘Pengaruh Motivasi Guru Terhadap Kreatifitas
Belajar Anak’ ditulis oleh Latifah (9911000123) Jurusan Pendidikan Agama
Islam, mengangkat masalah tentang seorang guru yang kreatif dalam mengajar
akan mendapatkan respon yang baik dari anak didik dan mereka merasa
tertarik serta tidak ada rasa terpaksa untuk mematuhi gurunya.
Dari tinjauan yang dilakukan penulis, maka ketertarikan penulis
terhadap ‘peranan guru bahasa Indonesia dalam memotivasi siswa pada mata
pelajaran Indonesia’. Diangkatnya masalah tersebut oleh penulis, karena
pengalaman penulis sewaktu melaksanakan PPKT (Praktek Profesi Keguruan
Terpadu) yakni, kurangnya motivasi serta minat baca siswa terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia.
8
G. Sistematika Penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima Bab, dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
Bab 1, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
Bab II, terdiri dari pengertian peranan guru, hakikat bahasa, pengertian
motivasi, dan pengertian belajar.
Bab III, terdiri dari tujuan penelitian, tempat dan waktu penelitian, metode
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan dan analisis data.
Bab IV, terdiri dari gambaran umum di madrasah tsanawiyah jam’iyyatul
khair, deskripsi data, analisa dan interpretasi data.
Bab V, terdiri dari kesimpulan dan saran.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. PERANAN GURU
1. Pengertian Peranan Guru
Sekolah memiliki fungsi utama yaitu pendidikan intelektual,
dalam arti mengisi otak anak dengan berbagai macam pengetahuan.
Sekolah dalam kenyataannya masih mengutamakan latihan mental-formal,
yaitu suatu tugas yang pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh keluarga
atau lembaga lain, oleh sebab memerlukan yang khusus dan telah
dipersiapkan yakni guru.
Menurut Wrightman, yang dikutip oleh M. Uzer Usman, Peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannnya.1
Sehubungan dengan fungsinya sebagai “pengajar”, “pendidik”, dan
pembimbing”, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru.
Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang
diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang
terutama), sesama guru, maupun staf yang lain.2 Dari berbagai kegiatan
interaksi belajar-mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi
peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan
perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar
mengajar dan berinteraksi dengan siswa.
1 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997),
Cet. VIII, h. 4. 2 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), Cet. III, h. 143.
10
Mengenai apa peranan guru itu ada beberapa pendapat yang
dijelaskan sebagai berikut
a. Sardiman A.M, menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebgai kolega dalam hubungannya dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua.
b. Federasi dan Organisasi Profesional guru sedunia,
mengungkapkan bahwa peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap.3
Peran guru sebagai pelajar di sini dapat didiskreditasikan
(dikecilkan) dalam artian seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan supaya pengetahuan dan keterampilan yang
dimilkinya tidak ketinggalan jaman. Apalagi seorang guru bahasa
Indonesia yang diharuskan bijak dalam berbicara kepada siswanya serta
harus peka terhadap kata-kata baru pada istilah di dalam dunia pendidikan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Kata guru dalam bahasa arab disebut sebagai (mu’allim) dan dalam bahasa inggris disebut (teacher) memiliki arti sederhana, yakni a person whose occupation teching other. Artinya, guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.4
Adapun guru dalam bahasa jawa adalah seorang guru yang harus
digugu dan ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala
sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini
kebenarannya oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya
dari guru dijadikan sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau
diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru, artinya seorang guru menjadi
suri tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara bicara
dan cara berperilakunya sehari-hari.
3 Sardiman A.M., Interaksi ..., h. 144. 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi Ketiga, h. 377.
11
2. Macam-Macam Peranan Guru
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran
yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan
(supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta
tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak, agar anak itu menjadi
patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan
masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan anak memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut
seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang
dewasa yang lain.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat memberi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat, bangsa, dan Negara. Karena nilai-nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.5
Dari beberapa pendapat di atas maka secara rinci peranan guru
dalam kegiatan belajar mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai
berikut:
a. Informator
Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboraturium, studi
lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,
workshop, jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang
berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar, semua diorganisasikan
sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi
dalam belajar pada diri siswa.
5 ttp://www.mcps.k12.md.us/peranan/guru/studi/instr/inq3levels.htm, diakses pada 27 Januari 2011, Pukul 13.30 WIB.
12
c. Pengarah atau director
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.6
d. Inisiator
Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah tentu ide-
ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak
didiknya.
e. Transmitter
Guru juga akan bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan
dan pengetahuan.
f. Fasilitator
Guru memberikan fasilitas serta kemudahan dalam proses belajar
mengajar. Seperti dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang
serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar
mengajar berlangsung secara efektif.
g. Mediator
Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar mengajar, seperti
penengah dalam diskusi dan sebagainya.
h. Evaluator
Guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi siswa dalam bidang
akademis maupun tingkah laku sosial sehingga mengetahui sejauh
mana keberhasilan yang dicapai siswa.
i. Motivator
Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa.
Guru harus merangsang stimulus dan mmberikan dorongan untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya
6 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), Cet. III, h. 145.
13
cipta sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar
mengajar.7
Peranan guru di sekolah ialah membimbing proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain tugas dan
peranan guru bukan hanya mengajar akan tetapi juga mendidik.
Adapun ciri-ciri guru yang berkualitas seperti yang dimaksud oleh
Prof. Dr. Oemar Hamalik mencakup berbagai macam aspek dan yang
paling penting yaitu “profil kemampuan dasar guru” yang meliputi:
a. Kemampuan menguasai bahan
b. Kemampuan mengelola program belajar-mengajar
c. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar
d. Kemampuan menggunakan media atau sumber dengan pengalaman
belajar
e. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar dengan pengalaman
belajar
f. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan dengan
pengalaman belajar
g. Kemampuan menilai prestasi siswa dengan pengalaman belajar
h. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan serta
penyuluhan dengan pengalaman belajar
i. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
dengan pengalaman belajar
j. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
Untuk menciptakan suasana yang menumbuhkan gairah belajar
dan meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka membutuhkan
pengorganisasian yang baik. Proses belajar mengajar merupakan suatu
rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan
organisasi proses belajar mengajar yang efektif, yang meliputi: tujuan
pengajaran, pengaturan penggunaan waktu luang, pengaturan ruang dan
7 Sardiman A.M., Interaksi…, Cet. 4, h. 144—146.
14
alat perlengkapan pelajaran di kelas, serta pengelompokkan siswa dalam
belajar.8
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peranan Guru
Guru atau pendidik mempunyai berbagai macam peranan yang
sangat penting dalam proses pendidikan, agar guru dapat melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya maka ia harus memperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhinya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang diharapkan.
Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi dan melekat pada
guru antara lain:
a. Pribadi Guru
Faktor terpenting bagi seorang guru dalam menjalankan perannya
adalah kepribadiannya, karena kepribadian merupakan tolak ukur bagi
berhasil atau tidaknya sebagai pendidik atau pembimbing bagi anak
didiknya.
Seorang guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu
mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok
siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha
mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar
siswa.9
Anak didik akan terdorong untuk belajar, jika ia memiliki guru
yang kepribadian tinggi, bersikap terbuka, sanggup mengadakan
pembaharuan, antusias dan mempercayai anak didiknya. Jadi jelaslah,
bahwa kepribadian guru sebagai subjek pendidikan menentukan
jelasnya usaha dan niscaya dapat menentukan hasilnya pula.
8 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), Cet. 1, h. 36. 9 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet 1, h.
131.
15
b. Sikap Guru
Guru adalah “penggerak” perjalanan belajar bagi siswa.. sebagai
penggerak, maka guru perlu mengetahui memahami dan mencatat
kesukaran-kesukaran siswa.10 Ada 2 (dua) macam sikap guru dapat
mempengaruhi peranannya sebagai pendidik, yaitu;
1) Sikap hemeostatis merupakan kecenderungan untuk
mengusahakan keseimbangan dari ketidakseimbangan terdapat
dalam diri tiap organisme dan manusia.11 Maksud dari pengertian
tersebut adalah bersikap santai (penuh istirahat), mencari yang
mudah dan mengeluarkan tenaga yang sedikit mungkin. Pada
jenis sikap ini, guru cenderung mencari yang mudah atau
gampang, biasanya digunakan alat pendidikan yang konvensional
yaitu berupa hukuman, ancaman, hadiah dan menggunakan nilai
sebagai alat untuk mendorong, menekan atau membuat anak
selalu patuh.
2) Sikap heterostatis, yaitu sikap yang ingin tumbuh, berkembang
dan mengaktualisir. Pada jenis sikap ini, guru penuh inisiatif,
suka dan senang mengadakan eksperimen-eksperimen untuk
meningkatkan mutu kerjanya.
c. Konsep Diri
Kegiatan belajar di sekolah akan berjalan dengan lancar, jika
seorang guru mempunyai konsep diri yang realistis dan sehat, dan
mengakui baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan konsep
dirinya ini dalam kegiatan mendidik. Guru memegang peranan sentral
dalam kegiatan pembelajaran sementara murid dianggap pasif dan
hanya menerima tanpa komentar.
10 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009),
Cet. IV, h. 105. 11 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1991), Cet. VI, h. 58.
16
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru
hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai
oleh siswa dari waktu ke waktu.12 Tujuan pengajaran hanya pada
penguasaan oleh siswa. Pengajaran ini bersifat teacher centered,
karena gurulah yang memegang peranan utama.
d. Hubungan Antara Guru dengan Anak Didik
Ada sebuah ungkapan bahwa pendidik adalah pihak yang aktif,
sedangkan anak didik adalah pihak yang pasif, hal ini apabila dilihat
lebih jauh ada benarnya dan karena itu pula keduanya harus dipadukan
guna tercapainya suatu keseimbangan.
Menurut M. Uzer Usman bahwa setiap guru tahu bahwa
keterlibatan anak secara dalam kegiatan belajar-mengajar sangat
diperlukan agar belajar menjadi efektif dan dapat mencapai hasil yang
diinginkan.13
Pada lain hal, guru yang kurang berinteraksi dengan siswa,
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Selain itu,
anak didik yang kurang dekat dengan guru, maka akan merasa dan
takut untuk berpartisipasi secara aktif.
B. BAHASA
1. Pengertian Bahasa
Mempelajari bahasa untuk dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari merupakan tugas manusia yang utama. Sebab bahasa itu akan
menjadi bekal manusia untuk memudahkannya bergaul dengan manusia
lainnya. Melalui bahasa itu pula manusia dapat meningkatkan harkat atau
martabat dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling istimewa.
12 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1997), Cet. VIII, h. 12. 13 M. Uzer Usman, Menjadi Guru, … h. 27.
17
Menurut Asep Ahmad Hidayat bahasa pada dasarnya merupakan
sistem simbol yang ada di alam ini. Seluruh fenomena simbolis yang ada
di alam semesta ini pada dasranya adalah bahasa.14
Relevan dengan pengertian di atas, menurut Rizal Mustansyir
bahwa “bahasa tersusun dari perangkat-perangkat tanda yang digabungkan
dengan cara tertentu.15
Merujuk kepada pengertian di atas maka bahasa menunjukkan
perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi masing-
masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan
sehingga bahasa memungkinkan tiap individu untuk menyesuaikan dirinya
dengan adapt istiadat dan kebiasaan masyarakat bahasa tersebut. Bahasa
juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga
melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah
laku seseorang.
Selanjutnya Hasan Alwi, dkk mengemukakan “di samping
jasanya sebagai sarana, kadang-kadang memang satu-satunya, dalam
pengajaran bahasa di sekolah yang berhasil menjaga kesinambungan
proses pemahiran bahasa Indonesia.16
Dalam buku Rizal Mustansyir mengutip perkataan Harry Hoijer,
menambahkan bahwa:
Bahasa itu bukannya merupakan sekedar teknik komunikasi, ia adalah suatu cara untuk mengarahkan persepsi pembicara-pembicara dan menyediakan bagi mereka cara-cara yang biasa untuk menganalisa pengalaman ke dalam kategori-kategori penting.17
Jelaslah dari pengertian di atas bahwa bahasa bukanlah hal yang
selesai, melainkan proses yang terus berlangsung. Bahasa merupakan kerja
14 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.
1, h. 23. 15 Rizal Mustansyir, Filsafat Bahasa, (Jakarta: PT Prima Karya, 1988), Cet. 1, h. 21. 16 Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), Cet. 3, h. 19. 17 Rizal Mustansyir, Filsafat ..., h. 24.
18
pikiran manusia yang terus menerus berulang bagi pemanfaatan bunyi-
bunyi untuk mengekspresikan pikiran.
1. Fungsi Bahasa
Sehubungan dengan dibicarakannya pengertian bahasa, tidak
terlepas dari dua fungsi bahasa yang saling mengikat, yaitu:
a. Fungsi Ekspresif:
Ekspresif merupakan pengungkapan situasi dalam ke luar. Pada
manusia menjadi suatu ungkapan pribadi.18
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa ekspresi
seseorang ketika menyatakan senang atau susah paling lengkap
dinyatakan dengan bahasa, tidak dapat hanya dengan tersenyum atau
menangis. Ekspresi yang menggunakan bahasa tubuh tidklah lengkap.
Semua bahasa sama sukarnya, hal ini merupakan bagian dari
kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang memakai
bahasa itu. Oleh karena itu, bahasa apa pun sama baiknya dengan
bahasa yang lain. Kosakata dari bahasa tertentu mungkin dicipta atau
dipinjam dari bahasa lain jika ada kebutuhan.
b. Fungsi Komunikasi
John C. Concon mengungkapkan dalam buku Rizal Mustansyir bahwa:
Fungsi bahasa itu pada hakikatnya adalah komunikasi
artinya “satu kata/kalimat dapat dipergunakan untuk mencapai berbagai tujuan dan mempunyai arti yang bermacam, tergantung dari konteksnya serta cara mengucapkannya.19
Ketika seseorang menggunakan bahasa, ada sesuatu yang ingin
disampaikan berupa informasi. Informasi tersebut bisa ditransformasi
dua arah seperti dialog. Besar kecilnya peranan bahasa di dalam
mengarahkan persepsi si pembicara bergantung pada berapa besar
aktifitas berbahasa yang dilakukan oleh si pembicara. Semakin ia
18 Rizal Mustansyir, Filsafat …, h. 30. 19 Rizal Mustansyir, Filsafat …, Cet. 1, h. 24.
19
sering menjalankan aktifitas komunikasi bahasa tersebut, maka
semakin besar pula peranan bahasa dalam membentuk seperangkat
cara yang benar-benar mampu mengarahkan persepsi si pembicara
kepada tujuan yang diinginkannya.
Secara khusus bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat
komunikasi antar anggota masyarakat Indonesia. Fungsi tersebut
digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, kepentingan yang
beraneka ragam. Hal ini sesuai dengan prinsip sosiologis yang
menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri.20
Melihat dari uraian fungsi-fungsi di atas, terutama fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi yakni berusaha untuk memberikan kepada
siswa untuk memperoleh kemahiaran berbahasa, baik dalam
penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan agar mereka yang
mendengar atau diajak berbicara dengan mudah memhami apa yang
dimaksudkan.
2. Kelemahan Bahasa
Kesulitan yang menerpa siswa adalah saat dihadapkan dengan
kenyataan bahwa bahasa itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan
tertentu atau kelemahan-kelemahan tak terelakkan. Kelemahan-kelemahan
dalam bahasa ini terdiri dari:
a. Bahasa sering juga menimbulkan banyak arti atau arti yang sama.21
b. Bahasa itu memilki kecenderungan emosioanal.
c. Bahasa tidak selamanya mampu memberikan respon.22
Berdasarkan pengertian di atas dapat dimengerti bahwa bahasa
juga tidak saja sebagai alat komunikasi untuk mengantarkan proses
hubungan antar manusia, tetapi jangan lupa, bahasa pun mampu mengubah
20 Mahmudah Fitriyah dan Ramlan A. Gani, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), Cet. 1, h. 3. 21 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.
1, h. 34. 22 Rizal Mustansyir, Filsafat …, Cet. 1, h. 42.
20
seluruh kehidupan manusia. Artinya, bahwa bahasa merupakan salah satu
aspek terpenting dari kehidupan manusia.
Jelas terungkap begitu banyaknya siswa yang masih lemah dalam
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam lingkungan
sekolah lebih khusus terhadap guru.
C. MOTIVASI
1. Pengertian dan Fungsi Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi
internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari.
Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.23
Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat besar peranannya
terhadap prestasi belajar. Apabila motivasi belajar tinggi, maka hal itu
akan menjadi kekuatan bagi dirinya untuk melaksanakan usahanya
yaitu belajar, dan dengan adanya motivasi tersebut siswa akan
bersemangat dan bergairah dalam belajar. Motivasi yang kuat dalam
diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan, dan semangat yang
tinggi karena adanya motivasi dengan semangat belajar. Hal tersebut
berkaitan erat dengan filosofi Dimyati dan Mudjiono menyebutkan
bahwa motivasi “sebagai alat, motivasi merupakan salah satu fackor
seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat
menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidag pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan”.24
23 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
Cet. III, h. 3. 24 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009),
Cet. IV, h. 43.
21
Selaras dengan kutipan di atas Abu Ahmadi dan Joko Tri
Prasetya juga berpendapat bahwa motivasi adalah kondisi yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk
belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
belajar.25
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila siswa
yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan dan hanya dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah
dilaluinya. Sebagai contoh, siswa akan memecahkan materi majas
dalam pelajaran bahasa Indonesia. Tanpa bantuan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut, siswa itu tidak dapat menyelesaikan
tugas tersebut. Dalam kaitan itu, siswa berusaha mencari kamus bahasa
Indonesia. Upaya untuk mencari kamus merupakan peran motivasi
yang dapat menimbulkan penguatan belajar.
Menurut Purwanto, secara umum dapat dikatakan bahwa “tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat memperoleh hasil dan tujuannya”.26
Motivasi sangat berperan dalam belajar. Dengan motivasi siswa
menjadi tekun dalam proses belajar. Siswa yang dalam proses belajar
mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil
dalam proses belajarnya di sekolah.
Sedangkan menurut Alisuf Sabri motivasi adalah “segala sesuatu
yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
orang untuk memenuhi sesuatu kebutuhan”.27
Banyak teori yang didasarkan didasarkan dari asas kebutuhan
(need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk dapat
25 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka
Setia, 1997), Cet. 1, h. 109. 26 Purwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002), h. 105. 27 Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1991), Cet. II, h.129.
22
memenuhinya. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat
menjelaskan perilaku sesorang. Perilaku hakikatnya merupakan
orientasi pada satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang
dirancang untuk mencapai tujuan.28
Timbulnya motivasi adalah karena adanya kebutuhan yang
dirasakan, sehingga menimbulkan keinginan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut secara memuaskan. Sehingga di dalam diri
seseorang itu terdapat kekuatan yang menggerakkan untuk melakukan
suatu perbuatan. Kekuatan itu muncul karena ada yang mendorong,
mengarahkan perbuatannya untuk mencapai tujuan guna memenuhi
kebutuhan.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi itu terjadi karena adanya suatu kebutuhan
yang dapat mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan atau
perbuatan dan menjadi sebab kenapa seseorang melakukan suatu
kegiatan dan menjadi pendorong untuk melakukan suatu kegiatan.
b. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar seseorang, makin tepat motivasi yang diberikan
semakin baik keberhasilan pelajaran yang diberikan, motivasi
menentukan intensitas usaha anak didik untuk belajar guna mencapai
tujuan karena motivasi berkaitan dengan tujuan.
Fungsi motivasi menurut Sarlito Wirawan, yaitu: “sebagai
perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan”.29
Fungsi motivasi menurut Sardiman A.M, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
28 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi …, Cet. III, h. 5.
29 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), Cet. VI, h. 65.
23
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah mana tujuan yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.30
Di dalam kelas motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong
dalam urusan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dalam urusan
pembelajaran, motivasi dapat menggalakkan rasa ingin tahu, rasa ingin
memahami dan rasa kerja sama. Dalam pengelolaan kelas adalah
menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced pratice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu.31
Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi
motivasi sebagai berikut:
1) Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
2) Penentu arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
3) Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai
motivasi senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang
ingin dicapai.
Meningkatkan motivasi belajar anak didik memegang peranan
penting untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Motivasi
merupakan dorongan yang ada di dalam individu, tetapi munculnya
motivasi yang kuat atau lemah dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari
30 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 85. 31 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengukurannya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
Cet. III, h. 23.
24
luar. Oleh karena itu, secara umum kita dapat membedakan motif
menjadi dua macam, yaitu:
a) Motif Intrinsik
b) Motif Ekstrinsik.32
Motif intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri
orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain.
Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat
rangsangan dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih termotivasi
dalam proses belajar dibandingkan motif ekstinsik
Adanya pendangan beberapa ahli yang menekankans segi-segi
tertentu pada motivasi tersebut justru mengisyaratkan guru bertindak
taktis dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar siswa
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
motivasi adalah sebagai pendorong dan penggerak untuk melakukan
suatu perbuatan yang diarahkan dan melakukan suatu motivasi dalam
belajar serta mengaktifkan semangat, minat dan perhatian siswa untuk
belajar sehingga mampu mencari solusi yang mendukung tercapainya
tujuan belajar.
C. BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
pendidikan. Ini mempunyai arti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Alisuf Sabri berpendapat bahwa belajar adalah “Merupakan
faktor penentu proses perkembangan, manusia memperoleh hasil
32 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. I, h. 109—110.
25
perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai reaksi,
keyakinan dan lain-lain tingkah laku yang dimiliki manusia adalah
diperoleh melalui belajar”.33
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu maslah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar.
Tanpa ada motivasi, proses belajar akan kurang berhasil. Meskipun
seorang peserta didik mempunyai kecakapan belajar yang tinggi, pesrta
didik kurang berhasil dalam belajarnya jika motivasinya belajar lemah.34
Dalam pengertian lain, menurut Slameto, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mengubah tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.35 Menurut kalangan psikolog yang mempunyai keragaman dalam
cara dan mendefinisikan tentang makna belajar (learning). Namun secara
eksplisit maupun implisit, pada akhirnya memiliki kesamaan makna. Salah
satu definisi yang hampir disepakati bersama adalah bahwa belajar
merupakan sebuah proses perubahan perilaku/pribadi berdasarkan
praktik/pengalaman tertentu.
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
33 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet.III, h.
54.
34 Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, ( Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet, III. h. 136.
35 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. V, h. 2.
26
Dalam pengertian lain, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain, “belajar pada hakikatnya adalah ‘perubahan’ yang terjadi di
dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar”.36
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan
sengaja diciptakan. Gurulah yang menciptakannya guan membelajarkan
anak didik. Guru yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan
dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi edukatif dengan
memanfaatkan bahan sebagai mediumnya.
Muhibbin Syah dalam bukunya “psikologi pendidikan dengan
pendekatan baru”, menyebutkan ciri-ciri belajar, yaitu:
a. Perubahan yang intensional, dalam arti perubahan yang terjadi karena intensitas pengalaman, praktik, atau latihan.
b. Perubahan menuju ke arah yang positif, dalam arti sesuai dengan yang diharapkan baik oleh guru, siswa maupun lingkungan sosial.
c. Perubahan yang efektif, dalam arti membawa pengaruh dan makna tertentu bagi siswa. Setidaknya sampai batas waktu tertentu. Baik demi alasan penyesuaian diri maupun demi mempertahankan kelangsungan hidupnya.37
2. Tujuan Belajar
Sebagai suatu sistem instuksional belajar mengajar mengandung
sejumlah komponen antara lain: tujuan, bahan/materi, siswa, guru, metode,
situasi, dan evaluasi. Salah satu komponen tersebut adalah tujuan belajar.
Agar tujuan belajar mengajar tercapai, semua komponen tersebut
haruslah sudah terstruktur supaya bekerja dengan baik. Karena itu seorang
guru dalam mengembangkan kegiatan belajar harus memperhatikan
komponen tersebut sebagai sebuah sistem keseluruhan. Dalam proses
belajar mengajar guru melibatkan siswa dalam setiap kegiatannya. Baik
ketika tahap sebelum pengajaran, tahap pengajaran, dan tahap sesudah
36 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet. X, h. 38. 37 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. IX, h. 116.
27
pengajaran. Melibatkan siswa berarti memotivasi siswa sehingga aktif
dalam pengajaran yang ada.
Secara garis besarnya tujuan belajar dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan38
Pemikiran pengetahuan, kemampuan berpikir dan factor yang
berkaitan. Kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan tidak berarti
apa-apa. Cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan adlah
dengan melakukan upaya tugas membaca.
Tujuan belajar yang kedua yaitu penanaman konsep dan
merumuskan konsep, untuk itu maka memerlukan keterampilan baik yang
bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah
keterampilan motorik yang berkaitan dengan tubuh siswa yang sedang
belajar.
Tujuan belajar yang ketiga yaitu untuk menumbuhkan sikap
mental, perbuatan/perilaku dan pribadi siswa yang bijak dan hati-hati
dalam pendekatannya, dan berupaya memberi motivasi kepada siswanya.
Apabila dikaji lebih mendalam dari ketiga unsur tujuan belajar
tersebut di atas, sungguh mustahil setelah proes belajar sudah pasti
tentulah siswa mendapatkan ilmu pengetahuan, sehingga dari pengetahuan
yang siswa dapat itu munculah keterampilan yang kemudian berkembang
menjadi konsep dan mengarah kepada aspek tingkah laku siswa. Perlu
diatasi dari pembentukan sikap dan perbuatan siswa yang mengarah ke
arah hal-hal yang negatif.
Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sekarang
lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom, yaitu
38 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 26—28.
28
tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah yaitu:
kognitif, afektif, psikomotorik. Antara lain sebagai berikut:
1) Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif)
2) Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif)
3) Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).39
Belajar merupakan proses perubahan, dalam artian perubahan itu
tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan saja, tetapi
juga berbentuk kecakapan keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat dan penyesuaian diri yakni menyangkut segala aspek mental
psikologis. Dari pengertian motivasi dan belajar dapat diambil rumusan
bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kegiatan belajar
dan memberi arah pada kegiatan, dengan harapan tujuan yang dikehendaki
tercapai.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin Syah ada berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah yang secara garis
besarnya dapat di bagi dua macam, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal, diantaranya:40
a. Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang
muncul dari dalam diri siswa sendiri. Hal ini bisa bermula dari adanya
kelainan fisik maupun kelainan psikis.
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah faktor yang secara langsung
berhubungan dengan jasmani dan fisik anak. Diantaranya meliputi:
a) Karena sakit, kesehatan merupakan faktor terpenting dalam
belajar. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat
39 Sardiman A.M., Interaksi, … h. 29. 40 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet 1, h.
130.
29
kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi
dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.41
b) Anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak
dan merasa taka aman untuk hadir di tengah-tengah temannya
yang normal.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis yakni berhubungan dengan kejiwaan
(psikis) atau rohaniah. Belajar membutuhkan kesiapan rohani,
ketenangan yang baik. Adapun faktor psikologis yang akan
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat,
bakat, intelegensi, motivasi.42
b. Faktor Ekstern Siswa
Selain faktor intern, faktor ekstern pun mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang
dalam kegiatan belajarnya. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi
dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar
siswa. Faktor-faktor ekstern ini meliputi:
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan
belajar. Di dalam keluarga anak mulai menerima nilai-nilai baru
dan dari keluargalah anak mulai mensosialisasikan diri.
2) Faktor Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor unsur
terpenting pula yang menyebabkan berbagai hambatan dalam
kegiatan belajar anak. Termasuk faktor guru dan cara mengajarnya.
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang
dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan
41 Muhibbin Syah, Psikologi …, Cet 1, h. 131. 42 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas
Tarbiyah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. III, h. 60.
30
pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan
hasil belajar yang dapat dicapai anak.
3) Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial
a) Faktor mass media meliputi: Bioskop, TV, surat kabar,
majalah, buku-buku komik. Media ini berada di sekeliling kita,
apabila semua media ini digunakan terlalu banyak menyita
waktu bagi anak, maka akan sangat menghambat waktu belajar
hingga lupa tugas belajar.
b) Lingkungan sosial meliputi: teman bergaul, lingkungan,
tetangga, dan sebagainya.
Dari cakupan pengertian lingkungan sosial di atas merupakan hal
paling vital yang sangat dapat merusak daya berpikir. Sudah banyak yang
menjadi contoh tidak baik, misalnya: pecandu narkotika, pencuri,
pembunuhan, dan tidak mustahil kesemuanya itu dilakukan oleh anak-
anak.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Khusus Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Bagaimana tingkat peranan guru bahasa Indonesia dalam mengajar di
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair.
2. Bagaimana bentuk hubungan guru bahasa Indonesia dengan murid dalam
memotivasi belajar pada kegiatan mengajar di Madrasah Jam’iyyatul Khair.
3. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam kegiatan proses
kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di Madrasah Tsanawiyah
Jam’iyyatul Khair.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu Oktober dan
November 2010. Dalam dua bulan ini penulis berupaya menggunakan waktu
selektif mungkin untuk melakukan penelitian dengan cara membagi ke dalam
beberapa tahapan yaitu: tahapan persiapan, tahapan pengumpulan data,
tahapan pengolahan data, dan tahapan penulisan laporan.
2. Tempat penelitian
Adapun tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Madrasah
Tsanawiyah. Jami’yyatul Khair Jl. WR. Supratman No. 35 Cempaka Putih
Kabupaten Tangerang Propinsi Banten.
32
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kuantitatif
deskriptif, yaitu: penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau
status fenomena untuk memperoleh data yang objektif. Maka dari itu dapat
digunakan beberapa penelitian pada metode kuantitatif deskriptif, diantaranya:
1. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara mencari teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli juga
mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku yang ada relevansinya
dengan masalah yang dibahas di dalam skripsi ini. Penelitian kepustakaan ini
dilakukan untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang akan
diteliti juga berfungsi mempertajam konsep-konsep yang digunakan.
2. Penelitian lapangan (field research) adalah bahwa peneliti berangkat ke
lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu
keadaan ilmiah. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan
pengamatan berperan serta.1
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sudjana, “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin,
hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.”.2 Berdasarkan batasan ini dapat
ditegaskan bahwa populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs.
Jami’yyatul Khair Ciputat Timur yang berjumlah 2 kelas, kelas VII.1
berjumlah 39 orang dan kelas VII.2 berjumlah 36 orang, jadi jumlah
keseluruhannya yaitu 75 orang pada tahun ajaran 2009/2010.
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), Cet. 22, h. 26. 2 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1996), Cet. 6, h. 6.
33
2. Sampel
Menurut Sudjana, ”sampel adalah sebagian yang diambil dari
populasi”.3 Dalam penelitian ini penulis mengambil sebagian dari populasi
yang ada, yaitu 48 % dari kelas VII yang berjumlah 75 siswa adalah 36 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung
kondisi siswa di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur.
Tiga fase utama dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan perencanaan,
observasi kelas, dan diskusi balikan. Dalam pertemuan perencanaan pihak
guru yang menyajikan dan pihak pengamat mendiskusikan rencana
pembelajaran. Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila
masukan balik atau feedback dilakukan dengan cermat, yaitu:4
a. Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan dilakukan.
b. Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan cermat.
c. Berdasarkan data faktual.
2. Angket
Angket yakni cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar isian
atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa
sehingga calon responden hanya tinggal mengisi atau menandai dengan
mudah dan cepat.5. Sebagai sampel penelitian yaitu kepada siswa yang
berjumlah 36 orang untuk memperoleh data mengenai Peranan Guru Bahasa
3 Sudjana, Metode …, h. 6. 4 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. 3, h. 105—106. 5 Sudjana, Metode …, h. 8.
34
Indonesia dalam Memotivasi Belajar Siswa. Angket ini berjumlah sebanyak
20 pertanyaan dengan alternatif jawaban: a. (selalu), b (sering), c. (kadang-
kadang), atau d. (tidak pernah).
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.6 Merupakan
tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang
atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan dari narasumber. Teknik wawancara dilakukan
untuk mendapatkan data tentang motivasi belajar siswa dengan
mewawancarai guru bahasa Indonesia sebanyak 6 pertanyaaan yang diajukan
penulis dan beberapa perwakilan siswa Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul
Khair.
Untuk mengumpulkan data-data yang diinginkan, peneliti menggunakan
angket. Model yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data yaitu
model skala likert, dengan lima alternatif jawaban yaitu sangat setuju, setuju,
kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk lebih jelasnya
mengenai lima alternatif jawaban dan skor setiap jawaban tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
a. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang sudah
dikembalikan oleh responden, kemudian penulis periksa satu persatu
angket yang dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir.
6 Lexy J. Moleong, Metodologi ..., h. 186.
35
b. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel atau kartu-kartu tabulasi untuk
memasukkan jawaban-jawaban responden kemudian, dicari persentasenya
untuk kemudian dianalisis.
Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara diolah tanpa
menggunakan daftar tabulasi dan angka persentase. Dalam hal ini penulis
mendeskripsikan data tersebut secara sistematis, logis, dan bermakna
kemudian secara komplementer dipadukan dengan data yang diperoleh
melalui angket.
2. Teknik Analisis Data
Dalam penganalisaan data-data yang sudah terkumpul, penulis
menggunakan metode statistik deskriptif, dengan cara menggambarkan
keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta dan data yang
tampak. Kemudian data tersebut dianalisis dan diolah untuk mengambil
sebuah kesimpulan. Dengan rumusan persentase (distribusi frekuensi)
menggunakan rumus sebagai berikut:
P = F x 100 %
N
Keterangan :
P : Persentase untuk setiap kategori jawaban
F : Frekuensi jawaban
N : Jumlah seluruh sampel atau objek penelitian.
36
Tabel 1
Tafsiran Persentase
NO Persentase % Penafsiran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
100
90-99
60-89
51-59
50
40-49
10-39
1-9
0
Seluruhnya
Hampir Seluruhnya
Sebagian Besar
Lebih dari Setengah
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian Kecil
Sedikit Sekali
Tidak Sama sekali
INSTRUMEN PENELITIAN
KISI-KISI INSTRUMEN
Tabel 2
NO. VARIABEL
PENELITIAN
INDIKATOR
SUB INDIKATOR NO.
ITEM
1.
Peranan Guru
Bahasa Indonesia
Memotivasi
Siswa Belajar
Bahasa
Indonesia
a. Mengadakan tanya
jawab
b. Memberikan hadiah
Kepada yang
berprestasi
c. Menyampaikan
materi dengan
1
6
11
37
2.
Memotivasi Belajar
Siswa
Menyampaikan
dan menguasai
materi pelajaran
bahasa
Indonesia.
Menggunakan
media/alat peraga
(mediator)
semangat
d. Pola interaksi yang
menarik.
e. Menuntun dan
mengarahkan ketika
tidak bisa menjawab
dengan baik.
f. Memberikan
motivasi pada saat
kegiatan belajar
a. Menyampaikan
materi dengan jelas,
tanpa hambatan
b. Mengulang materi
yang belum
dipahami
c. Mengevaluasi materi
pelajaran yang telah
dibahas.
a. Menggunakan media
pembelajaran pada
setiap pelajaran.
b. Menggunakan
metode (cara) dalam
menyampaikan
13
17,18
2
14
16
20
12
3
38
Pembelajaran Aktif
Pembelajaran
Kreatif
Pembelajaran
Efektif
materi dikelas
a. Memberikan ulangan
setiap sub pokok
bahasan selesai.
b. Mengajak berpikir
lebih konsentrasi
dalam pelajaran.
c. Memberikan
kesempatan bertanya
terkait masalah
pelajaran.
d. Mengetahui
kendala/hambatan
dalam masalah
belajar.
a. Mengerjakan tugas
dari guru
a. Memberikan
hukuman fisik bagi
yang tidak mengikuti
pelajaran atau
mengerjakan tugas
9,10
15
5
7
4,19
8
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul
Khair, Kampung Utan, Ciputat Timur.
1. Deskripsi Singkat Madrasah Tsanawiyah Jam’iyatul Khair.
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair merupakan lembaga yang
dikelola oleh sebuah yayasan yang bernama "Yayasan Pendidikan
Jam’iyyattul Khair", yang pendiriannya dikukuhkan berdasarkan akta notaris
nomor 70 Tanggal 31 Maret 1988 melalui notaris KGS Zainal Arifin SH.
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair berdiri di atas tanah wakaf seluas
1160 m2. Mulai beroperasi pada tahun 1987 berdasarkan izin operasional yang
dikeluarkan oleh Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat
Nomor: Wi/Bg.010.1.3/205/1987 tanggal 20 Juli 1987. Berdasarkan izin
tersebut, maka secara sah MTs. Jam’iyyatul Khair dapat menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran dengan baik.
Kepercayaan yang besar yang diberikan masyarakat kepada lembaga
membuat Jam’iyyatul Khair terus berusaha meningkatkan kualitas lembaga
pendidikannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menaikkan
jenjang akreditasi madrasah. Berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama Propinsi Jawa Barat Nomor Wi/I/PP.03.2/212/1999
tanggal 17 Juni 1999, Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair berhasil
mengubah statusnya menjadi Diakui. Pada tahun 2006 mengalami Akreditasi
ulang dan al Hamdulillah, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor
Departemen Agama Republik Indonesia Propinsi Banten, No: Kw.28/ I
40
/Dam.005351/2006, tanggal 9 Juni 2006 di tetapkan sebagai Madrasah
terakreditasi dengan peringkat B (baik).1
Perubahan status tersebuti membawa konsekuensi pada peningkatan
profesionalisme individu-individu yang terlibat di dalam lembaga. Dalam hal
peningkatan sumber daya pendidik, Madrasah Tsanawiyah. Jam’iyyatul Khair
memiliki strategi rekrutmen tenaga kependidikan yang selektif berdasarkan
kecakapan-kecakapan
khusus yang dipersyaratkan. Latar belakang pendidikan, jenjang pendidikan,
serta prestasi akademik calon guru menjadi prasyarat yang diutamakan. Saat
ini, Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair memiliki 15 orang tenaga
pendidik yang merupakan alumnus beberapa perguruan tinggi baik negeri
maupun swasta (data lengkap pada lampiran). Dan Madrasah Tsanawiyah.
Jam’iyyatul Khair membimbing dan mendidik siswa yang sampai saat ini
berjumlah 162 siswa (data lengkap pada lampiran).
Selanjutnya, era informasi dan teknologi yang maju begitu pesat
menuntut Jam’iyyatul Khair agar mampu beradaptasi dengan segala bentuk
kemajuan zaman. Penyesuaian diri pada perkembangan diwujudkan dengan
penambahan sarana pendukung kegiatan belajar siswa. Lalu kemudian, pada
tahun 2004 Jam’iyyatul Khair bersama dengan masyarakat melengkapi sarana
laboratorium komputer untuk lembaga pendidikannya. Saat berdiri, sepuluh
unit komputer melengkapi laboratorium tersebut. Berikutnya, dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan agama (ke-Islaman) Madrasah menambah
kegiatan mulok dengan program Baca Tulis Qur’an (BTQ), dan proram
pembiasaan di pagi hari dalam menghafal Al Qur’an (Tahfidz), shalat dhuha
pada pukul 10.00 Wib (Istrahat pertama), serta shalat dhuhur berjama’ah
1 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi Sekolah MTs Jam’iyyatul Khair.
41
(istirahat ke dua). Hal ini di lakukan agar siswa terbiasa dengan kehidupan
yang agamis.
Masih dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikannya, pada tahun
2005 Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair melengkapi lagi beberapa
program ekstrakurikuler bagi siswanya dalam bentuk kegiatan Pramuka ,
Paskibra, Olah raga (bela diri karate, Footsal, Volley Ball) dan Seni (Marawis,
tari daerah dan puisi). Kegiatan ini merupakan satu bentuk pembinaan dan
pengembangan diri potensi siswa, di samping juga merupakan syiar bagi
lembaga dalam mempromosikan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat.
Dan sebagai upaya meningkatkan rasa cinta akan bangsanya (Nasionalisme)
dan kualitas disiplin siswa.2
2. Kepengurusan Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan formal Madrasah Tsanawiyah
Jam’iyyatul Khair memilik satu kesatuan komponen yang terorganisir dalam
melaksanakan program kerjanya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Adapun kepengurusan MTs. Jam’iyyatul Khair Ciputat sebagai berikut:
a. Kepala Madrasah : Drs. Sukirman
b. Wakil Kepala Madrasah : Ratu Ifa Maftucha, S.Pd.I
c. Kepala Tata Usaha : Sainah
d. Kepala bidang Kurikulum : Dra. Hj. Rosyidah
e. Kepala bidang kesiswaan : Dra. Hj. Rosyidah
f. Kepala bidang BK/BP : Dra. Rosyidah
g. Kepala bidang Humas : Dra. Rosyidah
h. Wali kelas VII.1 : Siti Khairunnisa, Spd
i. Wali kelas VII.2 : Dra. Romlah
j. Wali kelas VIII.1 : Zuhrul Huda
2 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi …,
42
k. Wali kelas VIII.2 : Aspuri, S.Pd
l. Wali kelas IX A : Ratu Ifa Maftucha, S.Pd.I
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di Madrasah Tsanawiyah.
Jam’iyyatul Khair sebagai berikut:
Tabel 4.01
Sarana dan Prasarana Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair
NO Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Ruang Kelas 5 Ruang
2 Ruang Guru 1 Ruang
3 Ruang Kepala Madarsah
Tsanawiyah Jam’iyyatul
Khair
1 Ruang
4 Ruang Tata Usaha 1 Ruang
5 Perpustakaan 1 Ruang
6 Tempat Ibadah (Musholla) 1 Ruang
7 Laboratorium Komputer 1 Ruang
8 Lapangan Basket 1 Area
4. Keadaan Guru dan Siswa
Guru-guru yang mengajar di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair
berjumlah 14 orang guru, dan karyawan 4 orang. Guru-guru dan karyawan di
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat berjumlah 17 orang dengan
latar belakang Pendidikan Perguruan Tinggi, S2, S2, SMA,SMP dan SD dari
43
perguruan tinggi, sekolah negeri dan swasta.3
Sedangkan keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah. Jam’iyyatul Khair
Ciputat pada Tahun Pelajaran 2009-2010 seluruhnya berjumlah 470 siswa.
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.02
Keadaan siswa Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Tahun
Pelajaran 2009-2010
No.
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1 VII . 1 7 13 20
2 VII. 2 22 17 39
3 VIII 1 10 14 24
4 VIII 2 16 16 32
5 IX 18 29 47
Sedangkan pakaian yang dikenakan para siswa/siswi seragam
sebagaimana yang ditentukan oleh sekolah, yaitu:4
3 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi …, 4 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi Berupa Papan Pengumuman
44
Tabel 4.03
Tata Tertib Berpakaian
Hari Seragam
Putra Putri
Senin
Baju putih lengan pendek
Celana putih panjang
Baju putih lengan panjang
Rok putih panjang
Selasa – Rabu
Baju putih lengan pendek
Celana biru panjang
Baju putih lengan panjang
Rok biru panjang
Kamis –Jum’at
Baju biru lengan panjang
Celana biru panjang
Baju biru lengan panjang
Rok biru panjang
Waktu belajar siswa/siswi di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair
Ciputat sebagai berikut:
Membaca Tahfidz : 07.00 – 07.20
Jam pertama : 07.30 – 08.10
Jam kedua : 08.10 – 08.50
Jam ketiga : 08.50 – 09.30
Jam keempat : 09.30 – 10.10
Istirahat : 10.10 – 10.30
Jam kelima : 10.30 – 11.10
Jam keenam : 11.10 – 11.50
Jam ketujuh : 11.50 – 12.20
Jam kedelapan : 12.20 – 13.00
Istirahat shalat dzuhur : 13.00 – 13.30
Jam kesembilan : 13.30 – 14.10
Jam kesepuluh : 14.10 – 14.40
45
5. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi Sekolah/ Madrasah
Visi Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair adalah Islami, Cerdas
dan Ke- Indonesiaan5
b. Misi Sekolah/ Madrasah
1) Mengintegrasikan kurikulum Nasional dengan nilai – nilai ke-
Islaman.
2) Mengembangkan kurikulum Muatan lokal yang berbasis ke-Islaman.
3) Memaksimalkan potensi dan daya nalar siswa dalam proses
pembelajaran.
4) Mengoptimalkan sarana dan pra sarana pendidikan sebagai sumber
belajar dan media pembelajaran yang efektif.6
5) Menyelenggarakan pembinaan ke-Indonesiaan melalui aktifitas
belajar intra maupun ekstra kurikuler.
c. Tujuan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair
1) Membantu pemerintah dalam mensukseskan Program wajib belajar 9
tahun.
2) Melahirkan siswa Indonesia yang cerdas dan berakhlakul karimah.
3) Melahirkan siswa yang taat pada agmanya ( Seperti Shalat, membaca
al-Qur’an, puasa dan silaturrahim ).
4) Mengantarkan peserta didik ke jenjang pendidikan berikutnya
5) Mendorong masyarakat untuk lebih mencintai ilmu pengetahuan yang
berbasis Ke-Islaman.
6) Melahirkan siswa yang mencintai bangsa dan negaranya.
5 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi …, 6 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi …,
46
6. Kegiatan Belajar Mengajar
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah
melalui siswa aktif (Student Active Learning) dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang merupakan perangkat standar program pendidikan
yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten dalam bidang
kehidupan yang dipelajarinya.
7. Pembinaan Imtak
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair merupakan lembaga
pendidikan formal yang berusaha melaksanakan keagamaan yang bersifat
umum meliputi:
1. Kegiatan kajian islam dan ibadah
2. Tadaruss Al-Qur’an
3. Ibadah dan keterampilan agama
4. Kegiatan Muhadhoroh (latihan berpidato)
5. Pengajian kitab
6. Peringatan hari-hari besar islam.
Kegiatan tersebut di atas dalam rangka tercipta suasana kehidupan yang
islami dilingkungan sekolah dan luar sekolah yang dinampakkan dalam
perilaku ikhlas, tawakkal, ukhuwah, mandiri, dan kebebasan berkreasi. Tujuan
khusus pembinaan IMTAK untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan
dan pengalaman siswa terhadap syariat islam dan nilai-nilai keimanan.
8. Ekstra Kulikuler
Kegiatan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan
pelajaran yang alokasinya diatur secara tersendiri bermenengah
mengutamakan kebutuhan. Kegiatan-kegiatan lain untuk lebih memantapkan
pembentukan kepribadian.
47
Kegiatan ekstra kulikuler yang dilaksanakan:
1. Olah Raga (Foot Shal, Paskibra).
2. Keagamaan (muhadhoroh, percakapan bahasa Arab dan bahasa Inggris).
3. Seni dan Budaya (seni kaligrafi, qiro’tul qur’an, qasidah, nasyid, dan
marawis).
4. IPTEK (komputer, laboraturium, perpustakaan).7
9. Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair Ciputat Timur menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan artinya Struktur Program kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang diperkaya dengan Pendidikan Agama
(Mulok) untuk meningkatkan kualitas IMTAK dengan susunan Program
Pengjaran sebagai berikut:
1. Pendidikan Agama (Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Fiqih, SKI, Bahasa
Arab).
2. Pendidikan Umum (Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, PKN,
Sejarah Nasional Umum, IPS, IPA).
3. Selain kurikulum Diknas dan Depag masih ada kegiatan ke agamaan
untuk meningkatkan kualitas Iman dan Takwa (IMTAK).8
B. Metode Penelitian
Data penelitian tentang peranan guru bahasa Indonesia dalam memotivasi
belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair ini diperoleh penulis
melalui observasi untuk mendapatkan informasi tentang keadaan Madrasah
7 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi …, 8 Sumber Data: Penelitian Dokumentasi …,
48
Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair, sedangkan angket juga diberikan kepada kelas
VII.
B. Deskripsi Data
1. Analisa Data
Data yang terkumpul diolah menjadi tabel distribusi frekuensi dengan
menggunakan rumus :
P = F x 100 %
N
Keterangan :
P : Persentase untuk setiap kategori jawaban
F : Frekuensi jawaban N : Jumlah seluruh sampel atau objek penelitian
Analisis data dilakukan dengan menganalisis data tabel distribusi
frekuensi sebagai berikut:
Tabel 4.04
Mengadakan Tanya Jawab sebelum Menyampaikan Materi
No Alternatif Jawaban F %
1 a. Selalu 17 47,2
b. Sering 9 25
c. Kadang- kadang 10 27,8
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab guru bahasa
Indonesia selalu mengadakan tanya jawab sebelum menyampaikan materi
sebanyak 47,2 %, yang menjawab sering 25 %, kadang-kadang 27,8 % dan
49
tidak pernah siswa yang menjawab bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah
pernah mengadakan tanya jawab sebelum menyampaikan materi. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan guru
bahasa Indonesia selalu mengadakan tanya jawab sebelum menyampaikan
materi.
Tabel 4.05
Memberikan Motivasi kepada Siswa dalam Kegiatan Belajar
No Alternatif Jawaban F %
2 a. Selalu 23 63,8
b. Sering 4 11,1
c. Kadang- kadang 9 25
d. Tidak Pernah - 0
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab selalu 63,8 %,
sering 11,1 %, kadang-kadang 9 % dan tidak ada siswa yang menjawab
bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah memotivasi siswa dalam belajar.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam mengajar guru bahasa
Indonesia selalu mendorong atau memotivasi siswa agar mau belajar.
Tabel 4.06
Memberikan Kesempatan Bertanya Terkait Masalah Pelajaran
No Alternatif Jawaban F %
3 a. Selalu 10 27,8
b. Sering 15 41,7
c. Kadang- kadang 11 30,5
d. Tidak Pernah - -
50
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu memberikan kesempatan bertanya terkait masalah
pelajaran sebanyak 27,8 %, sering 41,7 %, kadang-kadang 30,5 % dan tidak
ada siswa yang menjawab bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah
memberikan kesempatan bertanya terkait masalah belajar. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia sering memberikan siswa
kesempatan bertanya terkait masalah pelajaran.
Tabel 4.07
Menggunakan Metode (cara) dalam Menyampaikan Materi
No Alternatif Jawaban F %
4 a. Selalu 11 30,5
b. Sering 18 50
c. Kadang- kadang 7 19,5
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu menggunakan metode dalam menyampaikan pelajaran
sebanyak 30,5 %, yang menjawab sering 50 %, kadang-kadang 19,5 % dan
Tidak pernah 0 % responden yang ada. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa dalam mengajar guru bahasa Indonesia sering menggunakan metode
yang bervariasi.
Guru bahasa Indonesia mengungkapkan dalam proses belajar mengajar
beliau selalu menggunakan metode bervariasi seperti tanya jawab, berdiskusi,
51
observasi, presentasi.
Tabel 4.08
Memberikan Tugas Setelah Materi Selesai
No Alternatif Jawaban F %
5 a. Selalu 12 33,3
b. Sering 15 41,7
c. Kadang- kadang 9 25
d. Tidak Pernah - 0
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab guru bahasa
Indonesia selalu memberikan tugas setelah materi selesai sebanyak 33,3 %,
sering 41,7 %, kadang-kadang 25 % dan tidak pernah siswa yang menjawab
bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah memberikan tugas sebelum materi
selesai. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
menyatakan guru bahasa Indonesia sering memberikan tugas setelah materi
selesai.
Tabel 4.09
Memberikan Kesempatan Bertanya Terkait Masalah Pelajaran
No Alternatif Jawaban F %
6 a. Selalu 10 27,8
b. Sering 15 41,7
c. Kadang- kadang 11 30,5
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
52
bahasa Indonesia selalu memberikan kesempatan bertanya terkait masalah
pelajaran sebanyak 27,8 %, sering 41,7 %, kadang-kadang 30,5 % dan tidak
ada siswa yang menjawab bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah
memberikan kesempatan bertanya terkait masalah belajar. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia sering memberikan siswa
kesempatan bertanya terkait masalah pelajaran.
Tabel 4.10
Memberikan Hadiah kepada Siswa yang Berprestasi
No Alternatif Jawaban F %
7 a. Selalu 8 22,2
b. Sering 7 19,4
c. Kadang- kadang 14 38,9
d. Tidak Pernah 7 19,4
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi
sebanyak 22,2 %, sering 19,4 %, kadang-kadang 38,9 % dan tidak pernah 19,4
%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
menyatakan guru bahasa Indonesia kadang-kadang memberikan hadiah
kepada siswa yang berprestasi.
Guru bahasa Indonesia mengungkapkan dengan memberikan pujian dan
hadiah terhadap siswa yang bersikap positif dalam belajar akan menambah
semangat belajar dan memotivasi mereka untuk lebih baik lagi.
53
Tabel 4.11
Mengetahui Kendala atau Hambatan dalam Masalah Belajar
Lampiran wawancara no. 5
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu mengetahui kendala/hambatan dalam masalah belajar
sebanyak 41,7 %, sering 44,4 %, kadang-kadang 13,9 % dan tidak ada siswa
yang menjawab bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah mengetahui
kendala/hambatan dalam masalah belajar. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia selalu mengetahui
kendala/hambatan siswa dalam masalah belajar. Terlihat begitu banyak sekali
siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya, sebagaiman yang telah di
kemukakan oleh Ibu Dra. Hj. Rosyida selaku guru mengatakan:
Mengetahui penyebabnya, kemudian guru mencari solusi.9
9 Hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia tanggal 19 November 2010 pukul 11.00 di Madrasah Jam’iyyatul Khair.
No Alternatif Jawaban F %
8 a. Selalu 15 41,7
b. Sering 5 13,9
c. Kadang- kadang 16 44,4
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
54
Tabel 4.12
Memberikan Hukuman Fisik kepada Siswa yang Tidak Mengikuti Pelajaran Atau Mengerjakan Tugas
No Alternatif Jawaban F %
9 a. Selalu 9 25
b. Sering 16 44,4
c. Kadang- kadang 9 25
d. Tidak Pernah 2 5,56
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu memberikan hukuman fisik kepada siswa yang tidak
mengikuti pelajaran atau mengerjakan tugas sebanyak 25 %, sering 5,56 %,
kadang-kadang 25 % dan tidak pernah 44,4%. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa menyatakan guru bahasa Indonesia tidak pernah
memberikan hukuman fisik kepada siswa yang tidak mengikuti pelajaran atau
mengerjakan tugas.
Tabel 4.13
Memberitahu Terlebih Dahulu Apabila Akan Mengadakan Ulangan
No Alternatif Jawaban F %
10 a. Selalu 20 55,6
b. Sering 10 27,8
c. Kadang- kadang 5 13,9
d. Tidak Pernah 1 2,78
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
55
bahasa Indonesia selalu memberi terlebih dahulu apabila akan mengadakan
ulangan sebanyak 55,6%, sering 27,8 %, kadang-kadang 13,9 % dan tidak
pernah 2,78 %. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru bahasa
Indonesia selalu memberitahu terlebih dahulu kepada siswa apabila akan
mengadakan ulangan.
Tabel 4.14
Menyampaikan Materi dengan Semangat
No Alternatif Jawaban F %
11 a. Selalu 15 41,7
b. Sering 8 22,2
c. Kadang- kadang 6 16,7
d. Tidak Pernah 7 19,4
Jumlah 36 100 % Lampiran wawancara no. 6
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu menyampaikan materi dengan semangat sebanyak
41,7 %, sering 22,2 %, kadang-kadang 16,7 % dan tidak pernah 19,4 %. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia selalu
menyampaikan materi dengan semangat. Penyampaian materi yang penuh
dengan semangat dan ceria itu dapat membuat siswa di kelas terpancing
secara kognitif, afektif, maupu psikomotoriknya, sebagaimana yang telah
dikemukakan oleh Ibu Dra. Hj. Rosyida, selaku guru mengatakan:
Dengan mempraktikan atau memperagakan kegiatan bahasa yang
dapat dipraktikan, seperti: membaca pusisi, drama, membaca cerpen,
serta mempresentasikan hasil kelompok belajar.10
10 Hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia tanggal 19 November 2010 pukul 11.00 di
Madrasah Jam’iyyatul Khair.
56
Tabel 4.15
Menggunakan Media Pembelajaran dalam Setiap Pelajaran
No Alternatif Jawaban F %
12 a. Selalu 7 19,4
b. Sering 9 25
c. Kadang- kadang 20 55,56
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu menggunakan media pembelajaran dalam setiap
pelajaran sebanyak 19,4 %, sering 25 %, kadang-kadang 55,56 % dan tidak
ada siswa yang menjawab bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah
menggunakan media pembelajaran dalam setiap pelajaran. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia kadang-kadang
menggunakan media pembelajaran dalam setiap pelajaran.
Tabel 4.16
Pola Interaksi yang Menarik dalam Memberikan Pertanyaan Memotivasi Saya Untuk Mengetahui Materi Selanjutnya
No Alternatif Jawaban F %
13 a. Selalu 21 58,3
b. Sering 12 33,3
c. Kadang- kadang 3 8,3
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 61 100 %
57
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab selalu 58,3 %,
sering 33,3 %, kadang-kadang 8,3 % dan tidak pernah 0 % . Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian siswa menyatakan selalu menyukai Pola
Interaksi yang menarik dalam memberikan pertanyaan memotivasi saya untuk
mengetahui materi selanjutnya
Tabel 4.17
Menyampaikan Materi dengan Jelas, Tanpa Hambatan
No Alternatif Jawaban F %
14 a. Selalu 18 50
b. Sering 12 33,3
c. Kadang- kadang 6 16,7
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu menyampaikan materi dengan jelas, tanpa hambatan
sebanyak 50 %, sering 33,3 %, kadang-kadang 16,7 % dan tidak ada siswa
yang menjawab bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah menyampaikan
materi dengan jelas, tanpa hambatan. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa selalu menyampaikan materi dengan jelas, tanpa hambatan.
58
Tabel 4.18
Mengajak Siswa Berpikir Agar Lebih Konsentrasi
No Alternatif Jawaban F %
15 a. Selalu 15 41,7
b. Sering 12 33,3
c. Kadang- kadang 8 22,2
d. Tidak Pernah 1 2,78
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu mengajak siswa agar lebih berkonsentrasi sebanyak
41,7 %, sering 33,3 %, kadang-kadang 22,2 % dan tidak pernah 2,78 %. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia selalu mengajak
siswa berpikir, agar lebih konsentrasi.
Tabel 4.19
Mengulang Materi yang Belum Dipahami Siswa
No Alternatif Jawaban F %
16 a. Selalu 16 44,4
b. Sering 13 36,1
c. Kadang- kadang 5 13,9
d. Tidak Pernah 2 5,56
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu mengulang materi yang belum dipahami siswa
sebanyak 44,4 %, sering 36,1 %, kadang-kadang 13,9 % dan tidak pernah 5,56
%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia selalu
59
mengulang materi yang belum dipahami siswa.
Tabel 4.20
Metode yang digunakan guru membantu saya dalam memahami pelajaran bahasa Indonesia
No Alternatif Jawaban F %
17 a. Selalu 25 69,4
b. Sering 5 13,9
c. Kadang- kadang 6 16,7
d. Tidak Pernah - 0
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang selalu sebanyak 9,4 %,
sering 13,9 %, kadang-kadang 16,7 % dan tidak pernah 0 %. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memahami pelajaran
bahasa Indonesia dengan metode yang digunakan guru dalam mengajar.
Tabel 4.21
Menuntun dan Mengarahkan Ketika Tidak Bisa Menjawab Pertanyaan dengan Baik
No Alternatif Jawaban F %
18 a. Selalu 20 55,56
b. Sering 9 25
c. Kadang- kadang 7 19,4
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab selalu 55,56 %,
sering 25 %, kadang-kadang 19,4 % dan tidak pernah 0 %. Dari data tersebut
60
dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia selalu menuntun dan
mengarahkan ketika tidak bisa menjawab pertanyaan dengan baik.
Tabel 4.22
Saya Menyelesaikan Tugas yang Diberikan Guru Bahasa Indonesia
No Alternatif Jawaban F %
19 a. Selalu 18 50
b. Sering 13 36,1
c. Kadang- kadang 5 13,9
d. Tidak Pernah - -
Jumlah 36 100 %
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab selalu 50 %,
sering 36,1 %, kadang-kadang 13,9 % dan tidak pernah 0 %. Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyatakan selalu
menyelesaikan tugas yang diberikan guru bahasa Indonesia.
Tabel 4.23
Mengevaluasi Materi Pelajaran yang Telah Dibahas
No Alternatif Jawaban F %
20 a. Selalu 24 66,7
b. Sering 9 25
c. Kadang- kadang 3 8,33
d. Tidak Pernah - 0
Jumlah 36 100 %
61
Berdasarkan tabel di atas, terlihat siswa yang menjawab bahwa guru
bahasa Indonesia selalu mengevaluasi materi pelajaran yang telah dibahas
sebanyak 66,7 %, sering 25 %, kadang-kadang 8,33 % dan tidak ada siswa
yang menjawab bahwa guru bahasa Indonesia tidak pernah mengevaluasi
materi yang sudah dibahas. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa guru
bahasa Indonesia selalu mengevaluasi materi yang sudah dibahas.
C. Analisa dan Interpretasi Data
Jika dilihat dari segi pendidikan, tugas pengajaran adalah agar siswa
menjadi bisa & memahami materi dari proses kegiatan belajar serta termotivasi
untuk mencari hal-hal yang baru. Salah satu tujuannya adalah agar siswa lebih
giat lagi dalam belajar. Belajar tidak hanya disekolah saja, melainkan dibantu
dengan orang tua juga di rumah.
Berdasarkan hasil data analisa di atas, menunjukkan bahwa guru bahasa
Indonesia pada umumnya selalu memotivasi siswa dalam kegiatan belajar, hal ini
ditunjukkan dengan persentase sebanyak 63,8 %. Bertujuan untuk semangat pada
kegiatan belajar. Selain memotivasi siswa, guru bahasa Indonesia juga selalu
mengadakan tanya jawab sebelum menyampaikan materi, hal ini ditunjukkan
dengan persentase 47,2 %. Bertujuan agar siswa tidak cepat lupa terhadap materi
yang disampaikan guru. Selanjutnya guru bahasa Indonesia juga sering
menggunakan metode dalam menyampaikan materi, hal ini ditunjukkan dengan
persentase sebanyak 50 %. Bertujuan untuk memotivasi siswa dalam belajarnya.
Selain mengggunakan metode dalam menyampaikan materi, guru bahasa
Indonesia juga sering memberikan tugas setelah materi selesai, hal ini
ditunjukkan dengan persentase sebanyak 41,7 %. Bertujuan untuk melatih siswa
agar tidak cepat lupa. Terdapat kelemahan dari pengajaran guru bahasa Indonesia
yakni guru bahasa Indonesia kadang-kadang menggunakan media pembelajaran,
hal ini ditunjukkan dengan persentase 55,56 %. Selanjutnya untuk
mengefektifkan agar siswa lebih termotivasi lagi dalm belajarnya adalah dengan
62
cara melibatkan siswa dengan menumbuhkan ide-idenya, memberikan umpan
balik yang positif serta tidak mematikan kreatifitas siswa.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peranan Guru Bahasa
Indonesia Dalam Memotivasi Belajar Siswa di Madrasah Tsanawiyah
Jam’iyyatul Khair. Dari hasil keseluruhan data yang diperoleh, dapat
dirumuskan 3 kesimpulan berdasarkan rumusan masalah, yaitu:
1. Tingkat peranan guru bahasa Indonesia cukup tinggi, hal ini sesuai
dengan hasil angket yang telah disebarkan oleh penulis bahwa ada 21
orang (58,3%) yang mengatakan bahwa guru mereka selalu
menggunakan pola interaksi yang menarik dalam memberikan
pertanyaan sebagai motivasi siswa untuk mengetahui materi selanjutnya.
2. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bahasa Indonesia di
Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair secara langsung, beliau
menjawab bahwa bentuk motivasi yang biasa yang dilakukan kepada
siswa yakni dengan memberikan motivasi pada siswa dalam kegiatan
belajar, selain itu juga mengembangkan bakat siswa melalui menulis
cerpen, puisi, karya ilmiah, drama, dan diskusi. Dapat dilihat dari jumlah
mayoritas siswa yakni 23 orang (63,8%), dengan demikian sebuah
motivasi yang diberikan secara terus menerus bisa meningkatkan daya
berpikir siswa di Madrasah Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair.
3. Sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara penulis di Madrasah
Tsanawiyah Jam’iyyatul Khair dengan narasumber guru bahasa
Indonesia menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi
penghambat dan pendukung pada proses kegiatan belajar bahasa
Indonesia. Faktor penghambat, diantaranya: pengaruh penggunaan
bahasa di TV (sinetron dan media cetak), siswa malas membaca, buku
perpustakaan kurang lengkap, tidak ada laboratorium, sedangkan faktor
64
pendukung, diantaranya: media pembelajaran, seperti: infokus, komputer
hampir disetiap kelas.
B. Saran
1. Hendaknya guru bahasa Indonesia mempertahankan penggunaan metode
pola interaksi yang bervariasi dalam mengajar, atau bahkan lebih
ditingkatkan lagi agar siswa tidak mudah bosan dalam mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia. Di samping itu pula guru dapat
menghilangkan persepsi yang kurang baik mengenai pelajaran bahasa
Indonesia agar tidak lagi dikenal siswa dengan pelajaran yang
membosankan.
2. Seyogyanya siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya pada mata
pelajaran bahasa Indonesia sehingga tidak hanya terpengaruh dari luar
diri siswa atau dari guru.
3. Penataan ruang kelas harus lebih diperhatikan lagi supaya lebih kondusif
dan fasilitas sekolah perlu dilengkapi agar proses belajar mengajar akan
berlangsung dengan baik, serta para siswa lebih konsentrasi dalam
mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh gurunya.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Prasetya, Tri Jaka, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Pustaka Setia, 1997).
Alwi, Hasan, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003).
Azhari, Akyas, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Bandung: PT Teraju,
2004).
Dalyono, M, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta 1997).
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
Djamarah, Bahri Syaiful dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003).
Fitriyah, Mahmudah dan Gani, Ramlan A, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010).
Gunarsa, Singgih D dan. Gunarsa, Yulia D, (Ed), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995)
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001).
Hernawan, Herry Asep dkk., Belajar dan Pembelajaran, ( Bandung: UPI PRESS, 2007).
Hidayat, Ahmad Asep, Filsafat Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002).
Http://www.mcps.k12.md.us/teori/belajar/language/instr/inq3levels.htm, diakses pada 7 Oktober 2010.
Imron, Ali, Strategi Belajar & Pembelajaran, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya 1996).
Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi Ketiga. Mahsun, Metode Penelitian Bahasa, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006).
65
66
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006).
Mustansyir, Rizal, Filsafat Bahasa, (Jakarta: PT Prima Karya, 1988).
N. K, Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001).
Pannen, Paulina dkk., Pembaharuan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007).
Purwanto, Ngalim, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Prenhalindo, 2002).
, Psikologi Pendidikan (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006).
Sabri, Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1991).
, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 1990).
Sarwono, Wawan Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000).
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003).
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007).
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002).
Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2006)
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Algesindo, 2002).
, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar
Baru, 1989).
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ikmu, 1999).
67
, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997).
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), PT Sinar Grafika,
2003.
Usman, Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997).
Waridah, Ernawati, EYD-Seputar Kebahasa-Indonesiaan, (Jakarta: Kawan Pustaka, 2009).
Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grasindo, 1999).