PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES DI MAJELIS DZIKIR...
Transcript of PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES DI MAJELIS DZIKIR...
PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES
DI MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI
KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I.)
Disusun Oleh:
Nurul Fitri
NIM 108052000018
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H. / 2013 M.
ii
PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES
DI MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI
KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam ( S. Sos. I )
Oleh :
Nurul Fitri
NIM. 108052000018
Di bawah Bimbingan
Drs. H. Mahmud Jalal, MA.
NIP. 19520422 198103 1002
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H. / 2013 M.
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-
SAmawaat Al-Maliki Kembangan Jakarta Barat telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada hari Selasa, 22 Januari 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program
Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Ciputat, 22 Januari 2013
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Drs.Sugiharto, M.A NIP. 19690607 199503 2 003 NIP. 19660806 199603 1 001
Anggota
Penguji I Penguji II
Drs. Suparto, MA Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 19780114 200912 1 002 NIP. 19700903 199603 1 001
Pembimbing
Drs. H. Mahmud Jalal, MA
NIP 199520422 198103 1002
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 November 2012
Nurul Fitri
v
ABSTRAK
NURUL FITRI ( NIM 108052000018 )
PERANAN DZIKIR DALAM TERAPI STRES DI MAJELIS DZIKIR AS-
SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN JAKARTA BARAT
Stres merupakan beban psikis atau himpitan kejiwaan seseorang yang
menjadikan berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga kehidupan
sehari-hari orang tersebut selalu diliputi emosional atau marah, pikiran tidak
stabil, cemas, ketakutan, dan gelisah. Seperti halnya yang mengalami masalah
dikeluarganya dari segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir
dalam Terapi Stres kepada pasien. khususnya, pasien di Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat. Penelitian ini membahas
tentang peranan Dzikir dalam Terapi Stres yang terdiri dari atas Harapan pasien
untuk sembuh setelah mengikuti Dzikir dalam terapi stres itu sendiri.
Subyek yang diteliti adalah K.H Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan dan
pembimbing di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan 2 orang pasien
perempuan yang sudah berkeluarga dan mengikuti pelaksanaan Dzikir untuk
Terapi Stres.
Jenis penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode penelitian deskriptif, Yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau
melukiskan realitas yang ada di Majelis Dzikir As-Samawaat AL-Maliki.
Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan Observasi (Aktifitas
pengamatan secara langsung menggunakan alat indera atau panca indera),
wawancara ( percakapan dengan maksud tertentu ), dan dokumentasi (data-data
yang diperoleh dari lapangan),
Hasil penelitian bahwa dari 2 orang pasien yang mengikuti Dzikir dalam
Terapi Stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki menunjukkan adanya
perubahan pada dirinya sendiri, hati, jiwa, dan pikiran menjadi tentram setelah
mengikuti terapi tersebut, adanya rasa kepercayaan pada dirinya lebih tinggi
dibandingkan yang sebelumnya. Dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
vi
KATA PENGANTAR
حيمرلاحمنرلاالله مبس
Segala puja dan puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
atas segala karunia dan hidayahnya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis
berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul : “PERANAN DZIKIR DALAM
TERAPI STRES DI AS-SAMAWAAT AL-MALIKI PURI KEMBANGAN
JAKARTA BARAT” dan dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa manusia ke jalan yang diridhoi
Allah SWT.
Karya tulis ini merupakan skripsi yang diajukan kepada Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosial Islam
( S. Sos. I )
Penulis menyadari skripsi ini, tidaklah mungkin dapat terselesaikan tanpa
dukungan dan dorongan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menghaturkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal M.A, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
memberikan perhatian, saran, dan meluangkan serta mengorbankan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
3. Ibu Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang telah membekali ilmu, pengalaman dan
motivasinya kepada penulis.
4. Bapak Drs. Sugiharto, M.A, Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah
banyak memberikan bantuan keilmuan bagi penulis, hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh pegawai perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah baik Utama maupun Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu penulis dalam menyediakan buku-buku
yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, khususnya kepada bapak KH.
Sa’adi Al-Batawi dan para Pengikut-pengikutnya yang tidak bisa penulis
sebutkan nama satu-persatu, serta para pasien Ibu-ibu yang saya jadikan
sampel 2 responden Pasien yang telah berpartisipasi dalam penelitian
penulis.
viii
8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Jenam dan Ibunda
tercinta Sutiah, Abang Ikhwan Setiawan, Teh Tuti Amelia, Teh Saibatul
Aslamia, Adinda Ade Delviana R, nenek Hj. Mariam dan nenek Jenab,
Serta sanak keluarga lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungannya baik moril dan materil
dengan segenap hati yang tulus dan ikhlas, hingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan.
9. Kepada teman-teman seperjuangan yang selalu membantu dan
memberikan nasihat serta masukan kepada penulis diantaranya : Rizal
Muttaqin, Muhammad Kurniawan, Syarifah Amini, Firda Yunita, Siti
NurJanah, Penti Hasibuan, Siti Indah Lucanti, Hapipah, Neta Andini, Siti
Seirly Maulidi, N3S (Nurlillah,Nurul Fitri,Nurmayanti,Siti Ayu), dan
teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu namun
tetap kontribusi mereka akan selalu penulis kenang dan hanya untaian
do’alah yang dapat penulis haturkan kepada mereka agar segala yang telah
mereka lakukan diberikan ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT.
10. Para Guru-guru TKA/TPA Al-Amien serta murid-murid yang telah
mendukung dan mendo’akan penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
ix
Penulis sadar dan yakin, bahwasannya skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Akan tetapi meski demikian, penulis tetap berharap semoga hasil
dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Akhirnya penulis hanya dapat berharap dan memohon kepada Allah SWT,
semoga apa yang telah dilakukan menjadi amal shaleh dan mendapat ganjaran
pahala yang berlipat ganda. Dan semoga penulis dapat bertambah wawasan.
Amin Yaa Robbal Alamin
Jakarta, 22 Januari 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 6
E. Metodelogi Penelitian ............................................................ 7
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 11
BAB II KERANGKA KONSEP
A. Peranan .................................................................................. 13
B. Dzikir ..................................................................................... 15
1. Pengertian Dzikir ............................................................... 15
2. Macam-macam Dzikir ....................................................... 16
3. Tujuan Berdzikir ................................................................ 19
4. Makna dan Manfaat Dzikir ................................................ 20
5. Tata Cara Berdzikir ............................................................ 22
C. Terapi dan Terapis ................................................................. 24
1. Pengertian Terapi dan Terapis ........................................... 24
2. Macam-macam Terapi ....................................................... 27
3. Pendekatan-pendekatan dalam Terapi ............................... 28
xi
D. Stres ...................................................................................... 34
1. Pengertian Stres ................................................................. 34
2. Pandangan Islam Tentang Stres ......................................... 35
3. Unsur-unsur Stres .............................................................. 38
4. Gejala dan Sumber Stres .................................................... 39
5. Tahapan Stres ..................................................................... 44
E. Dzikir Sebagai Terapi Stres ................................................... 46
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG AS-SAMAWAT DAN PROFIL
K.H. SA’ADIH AL-BATAWI
A. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ................................ 48
1. Sejarah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki .............. 48
2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Dzikir As-Samawaat ........ 49
3. Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat .................................. 51
4. Program Kegiatan Majelis Dzikir As-Samawat ................ 52
5. Struktur Organisasi Majelis Dzikir As-Samawat .............. 55
B. Profil KH. Sa’adih Al-Batawi ................................................ 56
1. Riwayat Hidup KH. Sa’adih Al-Batawi............................. 56
2. Latar Belakang Keluarga KH. Sa’adih Al-Batawi ............ 59
3. Latar Belakang Pendidikan KH. Sa’adih Al-Batawi ......... 60
4. Aktifitas Dakwah KH. Sa’adih Al-Batawi ........................ 62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Identifikasi Informan ............................................................. 65
1. K.H. Sa’adih Al-Batawi .................................................... 65
2. Pasien ................................................................................ 66
xii
B. Pelaksanaan Dzikir Dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki ............................................................ 67
1. Pimpinan Majelis ............................................................... 67
2. Pembimbing ....................................................................... 69
3. Waktu Pelaksanaan ............................................................ 70
4. Metode Pelaksanaan Terapi Dzikir As-Samawat .............. 70
5. Materi yang digunakan Majelis Dzikir As-Samawat ......... 73
6. Metode Terapi ................................................................... 76
C. Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres ...................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 81
B. Saran ...................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 84
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama menurut pengertian yang terbatas di lingkungan pemeluk agama
samawi terutama Islam, adalah perwujudan dari petunjuk Allah yang tertuang
dalam bentuk-bentuk kaidah perlindungan yang ditunjukkan kepada umat manusia
agar mereka mampu berusaha dijalan yang benar dalam rangka memperoleh
kebahagiaan dunia akhirat.
Agama menurut penulis menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam terapi
stres yaitu melalui pendekatan kepada Allah SWT (Psikoreligius) berupa Dzikir
dan Do’a, Dzikir adalah ibadah yang bisa dilaksanakan setiap detik dan setiap saat
agar manusia selalu ingat dan selalu bersyukur kepada Allah SWT. Sedangkan
do’a adalah memohon atau meminta sesuatu kepada Allah SWT.
Ajaran islam mengandung banyak petunjuk (bimbingan) dalam segala
bidang kehidupan, maka untuk menjaga agar manusia jangan sampai mengalami
penderitaan yang lebih jauh, bimbingan Allah SWT yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan sunah Rasul dapat digunakan oleh setiap orang yang memahaminya
dan dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli dibidangnya.
Jika diperhatikan dengan seksama, manusia dalam kehidupan sehari-hari
akan terlihat dengan bermacam-macam prilaku, maksudnya adalah ketika
mempunyai masalah ada yang kelihatan tegar, acuh dan di bawa santai. Ada pula
2
yang gelisah, sering mengeluh, bersedih hati, tidak semangat dan terasa berat
memikul tanggung jawab dalam kehidupannya.
Dalam setiap tahap perkembangan manusia akan menemui permasalahan.
Mulai dari hal-hal kecil maupun yang berat, sehingga dengan adanya masalah
tersebut membuat orang tidak karuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Stres merupakan beban psikis atau jiwa seseorang yang menjadikan berat
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sehingga di kehidupan sehari-hari orang
tersebut selalu diliputi dengan emosional atau marah, ketakutan, gelisah, sedih,
dan lain sebagainya. Seperti halnya yang mengalami masalah dikeluarganya dari
segi pekerjaan, keuangan dan lain sebagainya.
Sehingga bagi setiap orang yang sedang mengalami stres yang penuh
konflik, kemampuan mengendalikan dirinya berkurang, maka orang tersebut
dituntut supaya mempunyai mental spiritual yang kuat agar tidak goyah dalam
menghadapi cobaan dan ujian dalam situasi kondisi seperti ini.
Firman Allah SWT dalam Al;-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155
Artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
3
Dalam mengatasi permasalahan tersebut manusia memiliki cara yang
beragam, diantaranya adalah konsultasi dengan para ahli (dokter, dan psikiater)
ada pula yang melakukan kegiatan secara berlebihan, seperti melarikan diri dari
kenyataan hidup melalui minum-minuman keras dan narkoba, bahkan tidak jarang
bagi mereka yang tidak kuat imannya menerjunkan dirinya kedalam aliran
kebathinan yang bathil.
Dengan demikian, nyatalah bahwa rasa tenang dan tentram serta kestabilan
emosi ajaran islam memberikan solusinya melalui berdzikir dalam terapi stres,
karena dengan berdzikir hati menjadi tenang dan tentram. Sebagaimana firman
Allah SWT
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram”. (Q.S Ar-Ra’du : 28)
Ayat ini mengandung daya terapi yang potensial bahwa ketenangan hati,
kestabilan emosi akan diperoleh melalui ibadah dengan dzikrullah kepada Allah
SWT. Dzikir bisa dilakukan dengan cara sendirian maupun secara berjama’ah,
banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan dzikir bersama untuk
membantu orang-orang yang ingin berdzikir. Salah satunya adalah Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki yang beralamat di Puri Kembangan Jakarta Barat.
Majelis ini mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, diantaranya
konsultasi spiritual yang dimana pelaksanaanya menggunakan dzikir. Dzikir disini
4
memang ditujukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sedang
dihadapi oleh pasien yang membuat stres dalam menghadapinya.
Dan pelaksanaan dzikir dalam terapi disini juga dibantu oleh seorang
pembimbing atau dengan kata lain dengan seorang ahli yang dapat memberikan
sugesti kepada pasien untuk mempelajari dan mengamalkannya dengan benar dan
khusyu’. Sehingga pengaruh Dzikir tersebut dapat dirasakan sebagai psikoterapi
untuk menghilangkan Stres yang tentunya akan mendatangkan ketenangan dan
ketentraman hati, jiwa, dan pikiran pasien.
Untuk mengetahui bagaimana Peranan Dzikir dalam terapi stres yang
diselenggarakan oleh Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, maka disini penulis
bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah dengan mengambil judul :
Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri
Kembangan Jakarta Barat.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis membatasi permasalahan
yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :
a. Bagaimana pembimbing melakukan Dzikir dalam Terapi Stres.
b. Lafadz Dzikir yang digunakan di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-
Maliki seperti apa.
c. Subyek penderita stresnya 2 orang pasien perempuan yang telah lama
mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres.
5
2. Perumusan Masalah
Masalah yang penulis rumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Bagaimanakah Peranan Dzikir Dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
Untuk mengetahui Peranan Dzikir dalam terapi stres di Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis : dengan penelitian ini akan dapat memberikan
pengetahuan dalam pengembangan Ilmu Kesehatan.
b. Manfaat Praktis : dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan berbagai kalangan, seperti kesehatan dan dakwahnya.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang dzikir pernah dibahas pada penelitian
sebelumnya, diantaranya : skripsi yang ditulis oleh Ai Rahmi Nursobah
mahasiswa jurusan Bpi ( bimbingan dan penyuluhan islam ) dengan nomor
induk mahasiswa 103052028649 pada tahun 2007, dengan judul skripsi
6
“Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Mental Jamaah Pondok Pesantren
As-saafiiyah cibaregbeg, cibubur, cianjur”.
Didalam skripsi ini telah dijelaskan bagaimana pengaruh Dzikir
terhadap pasien dilihat dari unsur pribadi, dan ternyata Dzikir ini mengena
dihati masyarakat islam kota. Sebagai akibat dari penyakit psikis kehidupan
kota yang matrealistis dan penuh persaingan tapi kering nilai-nilai agama,
mendorong masyarakat kota untuk mencari spiritualitas.
Penelitian lain yang membahas tentang dzikir adalah skripsi karya
Tini Aulawiyah Komba dengan NIM 104052002000, mahasiswa jurusan
bimbingan dan penyuluhan islam, dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan
Dzikir Syifa terhadap kesehatan mental korban pecandu Narkotika,
Psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) di yayasan Nurus Syifa “kelapa dua
Jakarta barat”.
Adapun yang membedakan penelitian skripsi penulis dengan
penelitian sebelumnya adalah subjek dan objek penelitiannya. Yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing dan pasien di Majelis Dzikir
As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta Barat: serta yang menjadi
objek penelitian ini adalah Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di As-
Samawaat Al-Maliki Puri Indah Kembangan Jakarta Barat. Hal tersebut
dikarenakan penulis merasa perlu dilakukan suatu pengkajian dan penelitian
mengenai bentuk Dzikir lain yang memiliki nuansa yang berbeda dalam
upaya untuk terapi stres.
7
Di tempat Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki tidak di pungut
biaya dari setiap pasien yang datang dan tidak ada yang membeda-bedakan
pasien dari kalangan atas maupun dari kalangan bawah, justru di majelis
dzikir ini selalu memberikan uang kepada pasien yang tidak mampu atau
yang tidak berkecukupan.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan bagian yang sangat penting karena
sangat menentukan sukses atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian
adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam penelitian.
Adapun bentuk penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research)
yaitu merupakan penelitian langsung dengan datang langsung ke Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki untuk memperoleh data dalam penelitian
ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan Kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy. J. Moleong,
pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang diamati.1
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2007 ), h. 4.
8
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah K.H.
Sa’adih Al-Batawi selaku pimpinan, pembimbing, dan 2 orang pasien
perempuan yang telah lama mengikuti pelaksanaan dzikir dalam terapi
stres di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat.
Alasan saya memilih pasien perempuan karena dilihat dari lebih
lamanya menjadi pasien di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri
Kembangan Jakarta Barat. Penulis melihat lamanya menjadi pasien itu
dari lebih seringnya mengikuti Dzikir kurang lebih 4x setiap pertemuan.
b. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah Peranan Dzikir dalam Terapi
Stres itu sendiri.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di jl Puri Indah Kembangan Jakarta
Barat, adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian yaitu pada Tanggal 16
Juli 2012 sampai dengan Tanggal 6 Desember 2012.
4. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan permasalahan penelitian dan data-data yang dibutuhkan,
maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
9
a. Observasi
Observasi yaitu kunjungan langsung ketempat penelitian serta
mengamati pasien dan cara-cara pengobatannya dengan menggunakan
alat indera.2 Dalam penelitian ini, penulis melakukan dengan cara
datang langsung ke Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki di Puri
kembangan Jakarta Barat untuk memperoleh informasi sehingga data
penelitian didapatkan, mengikuti kegiatan Dzikir dalam Terapi Stres
selama satu minggu 4x yang dilakukan di Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviwer) yang mengajukan pertannyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
Wawancara ditujukan pada K.H. Sa’adih Al-Batawi dan dengan 2
orang ibu-ibu yang sudah lama menjadi pasien, dan telah mengikuti
Dzikir dalam terapi stres yang ada di Majelis Dzikir As-samawaat Al-
Maliki. untuk memperkuat dan perlengkap data pada penelitian ini,
Wawancara dilakukan secara langsung.
2Suharsimisi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta : PT.
Rieneka Cipta, 1996), h. 145
10
c. Dokumentasi
Data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan jalan
mengambil bahan-bahan yang berasal dari data-data mengenai
masalah-masalah yang ada, dan foto-foto semua kegiatan di Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan dokumentasi lainnya.
5. Teknik Analisa Data
Yang dimaksud dengan tekni analisa data adalah suatu proses
penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterprestasikan.3 Menurut Bogdan & Biklen yang dikutif oleh Lexy
J.Moleong mengemukakan bahwa teknik analisa data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milah menjadi bahan yang dapat dikelola, mensisikannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memusatkan apa yang akan diceritakan kepada orang lain.
Teknik yang digunakan penelitian ini disesuaikan dengan tujuan yang
ingin dicapai, yaitu dari data terkumpul kemudian dijabarkan memberi
interpretasi kemudian diambil kesimpulan akhir.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
3Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta : LP3ES, 1995),
cek ke-1. h. 263.
11
Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development
and Assurance) UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA tahun 2007.4
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan penulisan skripsi ini disusun
berdasarkan sistematika sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah,
pembatasan, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, Tinjauan Pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini berisikan tentang a). Pengertian Peranan b). Dzikir
yang terdiri dari Pengertian dzikir, Macam-macam dzikir, Tujuan
berdzikir, Makna dan Manfaat melakukan dzikir, Tata cara
berdzikir c). Pengertian Terapi dan Terapis, macam-macam
terapi, Pendekatan-pendekatan dalam terapi. d). Stres yang terdiri
dari Pengertian stres, pandangan islam tentang stres, unsur-unsur
stres, Gejala dan sumber stres, dan tahapan stres e). Dzikir
Sebagai Terapi Stres.
4Hamid Nasution dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (CEQDA (Center For Quality
Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007), Cet. Pertama.
12
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG MAJELIS DZIKIR AS-
SAMAWAAT AL-MALIKI
Bab ini berisikan tentang a). Majelis Dzikir As-Samawaat Al-
Maliki terdiri dari sejarah,Visi dan Misi, Tujuan berdirinya,
pasien Majelis, program kegiatan, dan struktur organisasi. b).
profil K.H. Sa’adih Al-Batawi terdiri dari riwayat hidup K.H.
Sa’adih Al-batawi, latar belakang keluarga K.H. Sa’adih Al-
Batawi, latar belakang pendidikan K.H. Sa’adih Al-Batawi, dan
aktifitas dakwah K.H. Sa’adih Al-Batawi.
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang a). identitas Informan terdiri dari K.H.
Sa’adih Al-Batawi, dan Pasien. b). pelaksananaan dzikir dalam
terapi stres di Majelis Dzikir As-samawaat Al-Maliki Puri
Kembangan Jakarta Barat terdiri dari Pimpinan Majelis,
Pembimbing, Waktu Pelaksanaan, Metode Pelaksanaan Terapi
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, Materi yang digunakan Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, dan Metode Terapi. c). Peranan
Dzikir Dalam Terapi Stres.
BAB V : PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peranan
1. Pengertian Peranan
Kata peranan berasal dari kata “peran” yang berarti bagian atau
turut aktif dalam suatu kegiatan. Sedangkan peranan adalah tindakan oleh
seseorang atau sesuatu yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau
peristiwa.1
Para ahli sosiologi maupun psikologi sosial, juga turut memberikan
pendapatnya dalam mendefinisikan peranan sebagai berikut :
a. Menurut Gross Mason dan A.W. Mc. Earhern seperti yang dikutif
oleh David Berry, mendefinisikan peranan ( role ) sebagai
seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang
menempati kedudukan sosial tertentu.2
Dalam hal ini harapan-harapan yang dimaksud David Berry
merupakan bagian dari norma-norma sosial, oleh karena itu, dapat
dikatakan peranan itu ditentukan oleh norma-norma sosial dalam
masyarakat di dalam pekerjaan lainnya.
1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 154 2David Berry, Pokok - pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta: Raja Grapindo Persada,
1995), h. 99-100.
14
b. Menurut Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan
manusia dan terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat
dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.3
Dari definisi tersebut, maka dapat di pahami bahwa peranan adalah
suatu tindakan yang dilakukan atau suatu lembaga yang menempati
kedudukan sosial tertentu, untuk menjalankan seperangkat harapan-
harapan manusia, berdasarkan status dan fungsi sosial yang dimiliki oleh
lembaga tersebut.
2. Jenis-jenis Peranan
Adapun jenis-jenis peranan sebagai berikut :
a. Role Pasition ialah kedudukan sosial yang sekaligus menjadikan
status atau kedudukan dan berhubungan dengan tinggi
rendahnya posisi orang tersebut dalam struktur sosial tertentu.
b. Role Behavior adalah cara seseorang memainkan perannya.
c. Role Perception ialah bagaimana seseorang memandang
peranan sosialnya, serta bagaimana dia harus bertindak dan
berbuat atas dasar pandangannya tersebut.
d. Role Expectation ialah peranan seseorang terhadap peranan-
peranan yang dimainkannya bagi sebagian besar warga
masyarakat.4
Jadi penulis menggolongkan bahwa Role Perception yang menjadi
dasarnya.
3Abu Ahmad, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 114.
4 Ahmad Sutarmadi dan Al-Tirmidzi, Peranan Dalam Pengembangan Hadits dan Fiqih
(ciputat: Logoso Wacana Ilmu, 1998), h. 27.
15
B. Dzikir
1. Arti Dzikir
Secara etimologi kata dzikir berasal dari bahasa Arab yang berasal
dari kata: ركذ ركذي را كذ yang artinya “menyebut, mengingat, atau
menyadari”.5
Menurut Hasbi Asshiddiqi dalam buku kamus arab indonesia,
dzikir adalah menyebut nama Allah SWT. Dengan membaca tasbih
(Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), taqdis (Quddusun), hauqalah
(Laahaula walaa quwwata illabillah), hasbahah (Hasbiyallah), basmalah
(Bismillahirrahmanirrahim), dan membaca Al-Qur’an serta membaca
do’a-do’a yang diterima dari Nabi SAW.
Sedangkan menurut Dr. Mir Valiuddin dalam buku Dzikir dan
Kontemplasi dalam Tasawuf, dzikir adalah senantiasa dan terus-menerus
mengingat Allah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta
mengosongkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini.6
Arti dzikir menurut istilah adalah suatu bentuk usaha batini dengan
melalui proses panca indera yang sifatnya intelektual denan sarana
menyebut nama Allah SWT baik secara jahar maupun khofi, guna
memperoleh kontemplasi tingkat tinggi.
Dari beberapa pendapat tentang makna arti dzikir di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa makna arti dzikir terdiri dari 2 makna: yang
5Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet.
Ke-8, h. 134 6Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
1996), h. 84
16
pertama, arti khusus adalah dzikir dengan ucapan jelas (jahar) yaitu
mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dan sebagainya
dengan cara tertentu yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW. Untuk
mengingat atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan yang kedua,
arti umum adalah dzikir yang dilakukan baik berupa perkataan, dzikir
berupa perbuatan atau dzikir dengan anggota tubuh (akhlak), semua itu
untuk memuliakan keagungan Allah sebagai sarana untuk taqarrub
(mendekatkan diri kepada Allah SWT).
2. Macam-macam Dzikir
1. Dzikir Jahar (Ucapan Jelas)
Dzikir jahar dilakukan untuk lebih mempengaruhi hati, dengan
lebih mengeraskan suara di dalam dzikir, akan lebih mudah meluluhkan
hati yang kadang-kadang keras seperti batu. Batu saja masih ada yang
dapat mengeluarkan air, sedangkan hati apabila sudah tertutup, maka
tidak akan lagi terbuka hati itu. Oleh karena itu, dengan dzikir yang keras
serta dilakukan dengan sepenuh harapan dan khusyuan diharapkan bisa
meluluhkan hati yang keras tersebut. Mir Valiuddin mengatakan :
“Bahwa Dzikir yang keras ini akan membuat kalbu menjadi panas dan
bila dilakukan dengan kontinyu akan melahirkan cinta kepada Allah”.7
Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Rahasia Dzikir
dan Do’a” ia juga mengatakan bahwa pada awal seseorang melakukan
dzikir terlebih dahulu harus memaksakan diri agar dapat memalingkan
7Mir Valiuddin, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
1996), h. 20.
17
hati dan pikiran dari perasaan was-was (bimbang dan ragu) lalu
menunjukkan kepada Allah SWT. Apabila berhasil melakukan secara
kontinyu, maka akan merasakan kedekatan kepada Allah di dalam jiwa
dan tertanamlah pula dalam hati perasaan cinta kepadanya.8
2. Dzikir Khofi (Dzikir Jiwa)
K.H.A. Shohibul Wafa di dalam bukunya “Miftahus Shudur”,
mengatakan : “Dzikir jiwa ialah dzikir yang bersifat batiniah, yang
demikian itu dilakukan dengan isbat (reception), tidak dengan nafi,
lafadz ismu dzat.
Tentang dzikir jiwa ini, Gazur i-Ilahi mengatakan, “Katupkan
bibirmu, pincingkan matamu, sumbat telingamu, bila kau tidak
merasakan sirr dari Tuhanmu, maka tertawakanlah kami”. Dari
keterangan di atas dzikir jiwa tidak diucapkan dengan lisan tetapi cukup
dengan hati, bahkan hanya dengan diam dan di dalam hati tidak
tergambar lagi bentuk kataitu, tetapi yang tertinggal hanya arti yang
abstrak dari kata Allah yang selalu hadir.
Dzikir jiwa ini mempunyai beberapa tahap: yang pertama, dengan
alat yang disebut “Qalbi”. Dengan pembiasaan dzikir yang tempatnya di
dada kiri sebelah bawah, setelah dzikir terasa di tempat itu maka akan
terasa getaran yang kuat.
Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya “Falsafat dan Mistisisme
Dalam Islam” mengatakan: bahwa qalb tidak sama dengan jantung atau
8Al-Ghazali, Asrar Al-Dzikir wa ad-Da’awat, terjemahan : Muhammad al-Baqir
(Bandung : Karidma, 1996), Cet. Ke-5, h. 38.
18
heart karena, qalb selain dari alat untuk merasa juga alat untuk berpikir.
Perbedaan dengan akal ialah bahwa akal tidak bisa memperoleh
pengetahuan yang sebenarnya tentang Tuhan. sedangkan qalb bisa
mengetahui hakekat dari segala yang ada, jika dilimpahi cahaya Tuhan
bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
Dan Qalbu ini juga sebagai alat untuk dapat mengetahui sifat-sifat
Tuhan. Kedua, dengan alat yang disebut “ruh” dengan pembiasaan dzikir
yang tempatnya di dada kanan sebelah bawah. Ruh ini lebih halus dari
pada qalbu dan sebagai alat untuk dapat mencintai Tuhan. Ketiga,
dengan alat yang disebut “sirr” yang tempatnya penanaman dzikir di
dada kiri atas. Sirr lebih halus dari pada ruh dan sebagai alat untuk dapat
melihat Tuhan, sirr timbul dan dapat menerima illuminasi dari Allah
kalau qalbu dan ruh telah suci sesuci-sucinya.
Keempat, dengan alat yang disebut “khofi” dengan penempatan
dzikir pada dada kanan sebelah atas. Kelima, dengan alat yang disebut
“akhfa” dengan penempatan dzikir tepat ditengah-tengah dada. Keenam,
dzikir ditempatkan diantara mata dan kening. Ketujuh, ditempatkan pada
seluruh badan dan tentu saja hal ini terjadi setelah menyeluruhnya dzikir
ke setiap anggota badan dan menembus ke seluruh sel-sel tubuhnya,
maka akan terasalah getaran rasa yang lemas dan akan menyelusup serta
menyebarnya dzikir ke seluruh anggota badan. 9
9Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme Dalam Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
1990), Cet. Ke-7, h. 77
19
Sedangkan mengenai faedah yang diperoleh dalam melaksanakan
dzikir khofi (jiwa) ini menurut Prof. Dr. H. Ahmad Husain Asdie dalam
pidato ilmiah pengukuhan guru besar atas dirinya pada Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, mengatakan : “Dzikir
jiwa merupakan cara olah batin yang paling efektif untuk menyembuhkan
stres dan penyakit psikosomatik”. Lebih lanjut ia mengatakan,”ada
pasien yang mengatakan sudah dirawat dokter bertahun-tahun bahkan
telah divonis tidak akan sembuh, tetapi setelah saya sarankan untuk
melakukan dzikir jiwa ternyata baru satu bulan sudah sembuh”.10
3. Tujuan Berdzikir
Adapun tujuan berdzikir adalah mensucikan jiwa dan
membersihkan hati serta membangunkan nurani. Hal inilah yang
ditujukan oleh Al-Qur’an dengan ayat yang menyatakan bahwa
dirikanlah sholat, karena sholat itu mencegah perbuatan yang keji dan
munkar dan berdzikir kepada Allah itu lebih utama.
Firman Allah SWT :
Artinya: “Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab
(Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
10
Ahmad Husain Asdie, Dzikir Paling Efektif Sembuhkan Stres dan Psikosomatik,
(Republika : Senin, 26 Mei 1997), h. 7
20
(sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
4. Makna dan Manfaat Dzikir
Makna dzikir dan do’a mempunyai makna yang sangat besar bagi
seorang pasien, dzikir dan do’a pun lebih kuat dan dapat melawan semua
cobaan dan masalah yang kecil maupun yang besar sealipun. Pada
dasarnya pengobatan itu terdiri dari dua bagian yaitu pencegahan dan
penyembuhan, islam sangat memperhatikan kedua prinsip ini terutama
dalam penyembuhan hati dan jiwa serta pencegahan penyakit dan
penjagaan dari kerusakan.
Bahkan orang islam yang tidak berdzikir dan berdo’a kepada Allah,
maka kehidupannya berada dalam kesempitan. di hari kiamat
dibangkitkan dalam keadaan buta, mudah terjerumus ke jurang
kehancuran, berteman dengan syaitan serta gampang tergoda oleh
keindahan dunia sehingga jiwanya tidak tenang dan gampang terkena
stres dan penyakit-penyakit jiwa lainnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Thaha ayat 124 :
Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka
Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
21
Hal ini ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 152 :
Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
(pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.
Sedangkan manfaat dzikir (do’a) sangat besar bagi orang yang
selalu membacanya apalagi orang yang sedang sakit baik jasmani
maupun rohani ketika sedang tertimpa musibah. Yaitu sebagai berikut :
1. Dapat menenangkan jiwa dan hati seseorang
2. Dapat menghapus dosa-dosa yang dilakukan oleh seorang hamba
3. Dapat melindungi diri dan melepaskan diri dari kesulitan
4. Dapat memberikan kekuatan pada jiwa orang yang membacanya
5. Dzikir dan do’a mengandung unsur psikoterapi yang mendalam bagi
pasien
6. Dzikir dan do’a dapat dijadikan senjata yang mendatangkan
kemenangan bagi orang-orang yang didzalimi.11
Jadi, jelaslah betapa banyak manfaat berdzikir dan betapa dahsyat
serta hebatnya dzikir itu.
5. Tata Cara Berdzikir
Telah dikatakan di atas, berdzikir dapat dilakukan dengan
menyebut nama atau sifat Allah SWT, dapat juga dengan hanya
11
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata
pengantar KH. Rahmat Abdullah
22
mengingat dan mengenangkannya dalam hati. Sebagaimana telah
dikatakan oleh Hasbi Asshiddiqi: “Dzikir itu boleh dilakukan dengan hati
ataupun dengan lisan dan hati. Sedangkan lidah itu menyebut dan hati itu
mengingat serta mengenangkan akan apa yang disebut lisan.
Jadi yang penting dalam berdzikir adalah penghayatan makna dari
apa yang diucapkan. Berdzikir dengan hanya menyebut tanpa
memikirkan dan memahami apa yang diucapkan, tidak ada gunanya.
Oleh karena itu dalam berdzikir ada tata cara tertibnya. Menurut Hasbi
Asshiddiqi, tata tertib dalam berdzikir dapat dibedakan menjadi adab
yang dzahir dan yang batin.
a. Adab-adab dzikir yang dzahir
Yang dimaksud dengan adab yang dzahir adalah :
- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang
duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,
berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.
- Tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang
membimbangkan perasaan.
- Membersihkan mulut sebelum berdzikir.
b. Adab-adab yang bathin
Apabila seseorang hendak berdzikir, hendaklah ia menghadirkan
hatinya, yaitu mengingat makna dzikir di kala lidah menyebut.12
12
Hasbi Asshiddiqi, Pedoman Dzikir dan Do’a, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), Cet Ke-
6 h. 635
23
Sedangkan menurut penglihatan saya ketempat Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki juga mempunyai adab-adab yang harus dilakukan
diantaranya sebagai berikut:
- Bersuci terlebih dahulu, dan berwudhu.
- Dipanggil sesuai urutannya
- Berkelakuan yang sebaik-baiknya dalam berdzikir. Jika seseorang
duduk, hendaklah ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’,
berserahkan diri kepada Allah, dan menundukkan kepala.
- Dan tempat berdzikir suci atau bersih, terlepas dari segala apa yang
membimbangkan perasaan.
Sedangkan di dalam Dzikir dan Do’a ada beberapa etika yang harus
taati agar dikabulkan oleh Allah SWT dan agar dapat mengambil manfaat
darinya. Diantara etika tersebut adalah: khusyu’ dalam berdzikir maupun
berdo’a kepada Allah SWT dengan mengucapkan pujian dan sanjungan
kepada Allah serta shalawat kepada Rasulullah SAW, tidak mengeraskan
suara saat berdo’a atau berdzikir, mengulanginya sebanyak tiga kali,
memilih do’a-do’a pendek tetapi maknanya luas mencakup segala
kebaikan, yakin akan dikabulkan, tidak tergesa-gesa, tidak berdo’a buruk
untuk diri sendiri, serta mulai dengan berdo’a untuk diri sendiri baru
untuk orang lain.13
Barang siapa yang mentaati adab atau etika berdo’a dan dzikir
tersebut, maka dengan izin Allah SWT ia akan merasakan kenikmatan
13
Syaikh Mushthafa Masyhur, Fiqih Dakwah, penerjemah: Abu Ridho, dkk, kata
pengantar KH. Rahmat Abdullah
24
dalam hatinya, hatinya bercahaya, ruhnya bersinar, dadanya lapang, dan
mendapat limpahan karunia dari Allah SWT.
C. TERAPI DAN TERAPIS
1. Pengertian Terapi dan Terapis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terapi diartikan sebagai
usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan
penyakit dan perawatan penyakit.14
Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi dikatakan bahwa
terapi, yang dalam bahasa inggrisnya adalah therapy, merupakan suatu
bentuk perlakuan dan pengobatan, yang ditujukan kepada penyembuhan
suatu kondisi yang menyimpang (patologis) pada diri seseorang.15
Menurut M.A Subandi mengatakan bahwa terapi merupakan proses
formal interaksi antara dua pihak atau lebih, yang satu adalah
professional penolong (terapis) dan yang lain adalah petolong (orang
yang ditolong) dengan catatan bahwa intraksi itu menuju pada perubahan
atau penyembuhan, perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, piker,
prilaku, dan kebiasaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan
professional (terapis) dengan latar ilmu prilaku dan teknik-teknik usaha
yang dikembangkan”.16
14
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), Cet. Ke-
1, h. 649 15
J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah: Kartini Kartono, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), Ed. I, h. 507. 16
MA. Subandi, Psikoterapi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), Cet Ke-1, h. 9
25
Seorang terapis yang terampil seperti seorang pewawancara yang
terampil, seharusnya peka terhadap isyarat-isyarat nonverbal dari pesien
dan peka terhadap gerak isyarat yang mungkin menunjukkan perasaan-
perasaan atau konflik-konflik yang mendasar.
Terapis juga harus menyampaikan empati melalui kata-kata dan
juga gerak isyarat nonverbal, seperti mengadakan kontak mata dan
bersandar kedepan (kursi) untuk menunjukkan perhatian terhadap apa
yang dikatakan pasien.17
Adapun dalam tatanan bahasa Arab istilah terapi sepadan dengan
kata ءاالستشفا Diambil dari akar kata - فاشفى يشفى ش yang artinya
menyembuhkan.18
Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
Artinya : “wahai manusia sesungguhnya telah dating kepadamu
pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada
didalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman (percaya dan yakin)”. (QS. Yunus : 10 : 57)
17
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3 (Yogjakarta : Kanisius, 2006). Cet. Ke-1 h.
337-338 18
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia Al Munawir, (Surabaya: Pustaka
Progresif: 2002), h. 731
26
Artinya : “dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu (yang dapat
menjadi) penyembuh dari rahmat bagi orang-orang yang beriman
(percaya dan yakin), dan Al-Qur’an itu tidak akan menambah kepada
orang yang berbuat aniaya melainkan kerugian”. (QS. Al-Isra: 17: 82)
Dari beberapa pengertian terapi di atas maka penulis menarik
kesimpulan bahwa terapi adalah proses pengobatan atau penyembuhan
suatu penyakit yang dilakukan oleh seorang ahli atau terapi penyakit
fisik, psikologis, spiritual maupun moral yang dilakukan oleh seorang
yang bertindak sebagai terapis dengan latar belakang ilmu
pengetahuannya, teknik serta usaha yang di kembangkannya dengan
tujuan menyembuhkan, mengembalikan, menenangkan, dan
mengembangkan kondisi yang diterapi (pasien) agar kondisi fisik atau
psikisnya berada dalam kondisi sehat.
2. Macam-macam Terapi
Menurut Muhammad Abdul Al-Aziz Al Kahalidi yang dikutip oleh
Abdul Mujib membagi obat (syifa) dengan dua bagian,” yang pertama
obat bissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik, seperti
berobat dengan air, madu, buah-buahan yang disebutkan dalam Al-
Qur’an. Kedua,obat ma’nawi yaitu obat yang dapat menyembuhkan
27
penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti do’a-do’a dan isi kandungan Al-
Qur’an”.19
Jadi terapi secara garis besar terbagi menjadi dua macam ada yang
memang terapi ditujukan untuk penyembuhan dengan menyentuh aspek
fisik seperti terapi pijat refleksi, terapi akupuntur, terapi psikoparmaka
yaitu dengan obat-obatan atau terapi dengan menggunakan bantuan
binatang seperti lebah, lumba-lumba, lintah, dan lain-lain. Dan satu lagi
terapi yang ditujukan untuk aspek psikis atau mental yaitu psikoterapi.
Adapun mengenai macam-macam terapi yang di tujukan untuk
menyentuh aspek mental ini dalam buku konseling terapi Dr. Musfir Bin
Said Az-Zahrani, menuliskan ada dua macam terapi mental yang
semuanya itu bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunah (Hadits) yaitu:20
Pertama, terapi mental dengan keimanan dan rasa aman, dalam Al-
Qur’an telah digambarkan secara gamblang bagaimana iman kepada
Allah bisa mendatangkan rasa aman dan ketenangan dalam diri orang
yang beriman. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
Artinya: “orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (QS. Al-An’am 06:82)
19
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-2, h. 209. 20
Musfir Bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, (Depok :
Gema Insani, 2005), Cet Ke-1, h. 470.
28
Kedua, adalah terapi mental dengan ibadah, sesungguhnya
menunaikan ibadah yang telah diwajibkan kepada manusia itu
mengandung unsur terapi, seperti: terapi dengan sholat, terapi dengan
zakat dan sedekah, terapi dengan puasa, terapi dengan haji, terapi dengan
kesabaran, dan masih banyak lagi terapi lainnya.
Itulah macam-macam terapi mental yang bersumber dari Al-Qur’an
dan sunah (Hadits) dengan melaksanakan ibadah yang telah
diperintahkan kepada umat muslim.
3. Pendekatan-pendekatan Dalam Terapi
Pendekatan adalah sebuah cara yang telah diatur dan dipikir baik-
baik untuk mencapai satu maksud”21
sebagaimana dijelaskan diatas
bahwa banyak sekali macam-macam terapi, ada terapi yang menyentuh
aspek fisik dan yang menyentuh aspek psikis yaitu psikoterapi.
Adapun pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam psikoterapi
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan terapi Psikoanalitik
Psikoanalitik beranggapan bahwa di dalam individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan
komplik internal tidak terhindarkan, komplik yang tidak disadari itu
mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian
individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupannya.22
21
Pengertian Pendekatan Dalam Pendidikan, “Artikel diacces Pada 14 juni 2012” dari
htt:/www. Kumpulan Artikel Pendidikan.Com. 22
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzoikir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2002), Cet Ke-2, h.212.
29
b. Pendekatan terapi Behaviorristik (tingkah laku)
Terapi ini merupakan pendekatan aplikasi sistematis dari
prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan psikologis. Karena
fokusnya pada perubahan prilaku bukan perubahan kepribadian atau
menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku berlangsung
singkat yang umumnya dari berapa minggu sampai beberapa bulan.23
Dalam pendekatan ini ada beberapa teknik antara lain: desentisasi
sistematik, floding, penguatan sistematik, pemodelan dan pengulangan
perilaku yang pantas. Desentitasi sistematika, dipandang sebagai proses
deconditioning atau countercontioning, prosedurnya adalah memasukkan
suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti rilek,
individu belajar untuk rilek dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan
kecemasan. Floding adalah prosedur terapi prilaku dimana orang yang
ketakutan memeparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya
takut secara nyata atau khayal, untuk priode waktu yang cukup panjang
tanpa kesempatan meloloskan diri.24
c. Pendekatan terapi Client centered
Terapi terpusat pada klien dikembangkan oleh Carl Ransom
Rogers pada tahun 1942. Menurut Roger, tidak ada perbedaan antara
konseling dan psikoterapi.25
23
Juffrey, dkk, Psikologi Abnormal, Penerjemah : Tim Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2005), h.108. 24
Coory, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, h. 92. 25
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2, h. 64
30
Dan terapi ini sering juga disebut dengan terapi non-direktif,
yaitu terapi yang dilakukan dengan jalan berdialog antarta konselor
denan klien/pasiennya, agar tercapai gambaran yang serasi antara
ideal self (pemahaman diri yang ideal) dengan aktual self
(pemahaman diri sesuai dengan kenyataan sebenarnya).
d. Pendekatan terapi Realitas (Rational Emotive)
Terapi ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang lahir di Saint
Pittersburg, Pnsylvania tahun 1913. Sebagai seorang pakar psikologi
klinis ia memulai karirnya di bidang konseling perkawinan, keluarga
dan seks. Terapi bermula dari ketidak puasannya terhadap praktik
konseling tradisional yang dinilai kurang efisien, khususnya
psikoanalitik yang pernah ia tekuni. Terapi ini berorientasi pada
wilayah kognitif manusia.26
Terapi realitas atau yang lebih sering dikenal dengan Rational
Emotive Therapy (RET), adalah jenis terapi yang memandang bahwa
manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek-
objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk yang berbuat dan
berkembang serta merupakan satu kesatuan yang berarti manusia itu
bebas berfikir, bernafsu dan berkehendak.27
Menurut pemahaman ini, bukanlah pengalaman atau peristiwa
eksternal yang menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung pada
26
Rosjidan, Modul Pendekatan-pendekatan dalam konseling, (Malang: IKIP Malang,
1994), h. 5-6. 27
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2, h. 75.
31
pengertian yang diberikan atas peristiwa atau pengalaman itu.
Gangguan emosi terjadi disebabkan oleh pikiran-pikiran seseorang
yang irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya
dalam hidup.28
Sedangkan menurut Albert Ellis, orang yang mengembangkan
teori RET ini bahwa, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya
emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi
emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi
pikirannya.
Adapun tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki dan
merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan
klien yang irasional menjadi rasional, sehingga yang bersangkutan
dapat mengembangkan dan merealisasi (penyadaran) diri yang
optimal. Dan untuk dapat menghilangkan gangguan emosional yang
mengakibatkan kerusakan pada diri. Seperti: benci, takut, bersalah,
cemas, was-was, dan lain sebagainya.29
e. Terapi Gestalt
Terapi ini memandang bahwa manusia/individu itu selalu aktif
sebagai keseluruhan dan bukan bagian-bagian (partial) atau organ-
organ semata. Individu yang sehat adalah individu yang seimbang
28
Sofyan Willis, konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2, h. 75. 29
Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2 h. 76.
32
antara keberadaan sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi
gestalt.30
Pertentangan antara keberadaan sosial dan keberadaan biologis
dapat diindikasikan dengan adanya sikap manusia yang mencoba
untuk menyatakan apa yang seharusnya dari pada apa yang
sebenarnya, menurut Perls, neurosis adalah akibat dari gagal dan
bingungnya individu dalam melihat kebenaran.31
Tujuan terapi ini
adalah untuk membantu klien menjadi individu yang merdeka dan
berdiri sendiri.
Selain itu menurut Dr. Muhammad Solihin, ada tiga buah terapi
lagi selain kelima terapi di atas, yaitu:
1. Terapi Relaksasi
Jenis ini diberikan kepada orang yang mudah disugesti. Terapi
model ini umumnya dilakukan oleh seorang terapis yang ahli dalam
bidang hipnotis. Dengan terapi sugesti ini klien diarahkan untuk dapat
melakukan relaksasi.
2. Terapi Keagamaan
Terapi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
keagamaan seperti menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Hadits
Nabi dan pemikiran-pemikiran keislaman yang secara implisit
mengandung terapi. Adapula yang menggunakan Dzikir dan Do’a-
do’a tertentu yang pada intinya memohon kepada Allah agar diberi
30
Sofyan Willis, Konseling individual Teori dan Praktek, (Bandung: CV. Alfabeta,
2004), Cet. Ke-2 h. 66 31
Mohammad Surya, Teori-teori Konseling, h. 74-75.
33
ketenangan hati. Dengan terapi jenis ini diharapkan seseorang dapat
terbatas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan lain sebagainya.
3. Terapi Holistik
Terapi ini mencakup keseluruhan aspek manusia, dalam artian
bahwa terapi ini dilakukan tidak hanya melalui obat-obatan semata
atau hanya ditujukan pada aspek-aspek kejiwaan akan tetapi
mencakup aspek-aspek lain seperti organobilogy, psikologi,
psikososial, psikoritual dan lain sebagainya. Sehingga klien dapat
diobati secara menyeluruh.
Yang pada intinya terapi holistik ini adalah bentuk terapi yang
memandang keseluruhan aspek pada klien.32
D. Stres
1. Pengertian Stres
Secara umum stres adalah suatu keadaan atau situasi yang
dimaknakan dengan memiliki bobot yang sifatnya “menekan”, stres
merupakan akibat dari adanya gangguan baik dari kejadian eksternal
maupun internal. Stres yang ada belum tentu dimaknakan dengan cara
yang sama oleh setiap orang, Hal ini tergantung dari kepribadiannya
masing-masing serta toleransinya terhadap situasi stres.
32
M. Solihin, Terapi Sufistik, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2004), Cet Ke-1, h. 85.
34
Menurut Kaplan stres adalah suatu kondisi ketegangan fisiologis
maupun psikologis yang disebabkan oleh tuntutan dari lingkungan yang
dipandang individu sebagai sesuatu yang mengancam.
Menurut Hans Selye stres adalah respon spesifik dari tubuh
terhadap setiap tuntutan. Sedangkan Morgan sendiri mengatakan bahwa
stres adalah suatu keadaan internal yang dapat disebabkan karena
tuntutan fisik, lingkungan, situasi sosial terhadap tubuh yang dianggap
sebagai ancaman.33
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, stres didefinisikan sebagai
gangguan atau kekacauan mental dan emosional.34
Kesimpulan yang dapat diambil dari definisi-definisi di atas, stres
adalah reaksi jiwa dan raga terhadap suatu rangsangan penyebab stres
yang mengakibatkan tubuh harus menyesuaikan diri, mengadakan
perubahan, atau penyesuaian kembali. Stres akan mempengaruhi fungsi
tubuh, karena itu tidak mustahil seseorang yang menderita stres cukup
lama akan mengakibatkan timbulnya reaksi yang kompleks.
2. Pandangan Islam Tentang Stres
Stres merupakan hal yang melekat dalam kehidupan manusia.
Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda
dan dalam jangka panjang pendek yang tidak sama, pernah atau tidak
akan mengalaminya. Tidak seorangpun bisa terlepas dari stres.
33
Suwondo S, Stres dan Pengelolaannya, makalah untuk Dinas Kesehatan Pertamina
dalam rangka Griya Sehat, 1992, h. 10 34
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-
1. h. 406-407
35
Demikian juga menurut Al-Qur’an bahwa “manusia sesungguhnya
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir dan apabila ia mendapat
kesusahan ia berkeluh kesah”. Apalagi bagi orang yang menghayati
kehidupan ini dengan hanya konsep duniawi saja, maka ia akan
cenderung dipengaruhi oleh emosi negatif. Seperti ia akan mengalami
banyak kesedihan, frustasi, penyesalan diri, menyalahkan orang lain,
menjadikan hidupnya tidak bermakna lagi yang akhirnya menghambat
aktivitas dan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian pula halnya dengan orang yang mengalami gangguan
ketegangan perasaan (stres), karena kurang menyadari akan realita
kehidupan yang penuh berbagai ujian dan cobaan yang melahirkan suka
dan duka. serta kurang menyadari bahwa hidup didunia ini semata-mata
untuk beribadah kepada Allah SWT dalam pengertian yang luas,
sehingga apabila cobaan dan ujian itu menimpa dalam kehidupan maka
akan merasa kecewa dan sangat putus asa.
Selanjutnya perasaan kecewa dan putus asa yang mengganggu
jiwanya itu dapat berakibat buruk jika tidak segera ditanggulangi, karena
keduanya merupakan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang bisa
menjadi frustasi, putus asa, pesimis, dan menjadikan hidup tidak
bergairah lagi bahkan perasaan ingin bunuh diri.
Akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan orang-orang yang
beriman kepada Allah SWT, dia menyadari bahwa nikmat atau bencana
36
yang terjadi pada dirinya adalah karena Allah SWT yang menghendaki
dan menurunkan cobaan baginya, untuk dipahami benar maknanya.
Zakiah Daradjat dalam majalah Panasea mengatakan bahwa : “obat
stres adalah iman yang kuat dan bertaqwa kepada Tuhan. sebab stres itu
sendiri tidak lain dari akibat perasaan berdosa pada tuhan, karena
melanggar kaidahnya.
Kebutuhan akan makan dan minum, berusaha dipenuhi dengan
yang halal dan baik, juga kebutuhan seks akan dipenuhi sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan. Orang yang benar-benar
beriman tidak akan merasa kehilangan kasih sayang dan benar-benar
merasa aman karena ia merasa ada yang mengasihi dan menyayangi yaitu
Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, merasa dekat dengan Allah
Yang Maha Melindungi. Kemudian rasa harga diri, kebutuhan jiwa
manusia yang jika tidak terpenuhi akan menderita.
Dalam islam dijelaskan bahwa harga diri seseorang tidak
tergantung kepada banyaknya harta, tingginya pangkat atau keturunan
tapi yang menjadi ukuran adalah taqwa.
Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
37
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Jadi jelaslah dalam agama islam faktor keimanan mempunyai peran
khusus dan sangat berpengaruh terhadap timbulnya stres serta akibatnya.
Kemudian Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa: “Percaya akan adanya
Tuhan dapat menentramkan bathin, karena ada tempat mencurahkan
perasaan kepada Allah merupakan unsur yang terpenting dalam hidup
manusia.”35
Demikianlah bagi orang mukmin dan sabar serta ikhlas, apabila ia
ditimpa kesusahan atau ada masalah justru ia akan mengingat Allah
SWT. karena dengan jalan itulah ia akan memperoleh jalan pemecahan
yang terbaik. Ia tidak merasa mengalami tekanan bathin dalam bentuk
apapun, karena ia berkeyakinan bahwa penderitaan yang paling berat
sekalipun pasti ada jalan keluarnya.
3. Unsur-unsur Stres
Sebagai bagian dari pengalaman hidup, seperti hidup sendiri, stres
merupakan hal yang rumit dan kompleks karena itu stres dapat dilihat
dari sudut pandang yang berbeda.
Dalam peristiwa stres sekurang-kurangnya ada tiga hal yang saling
terkait :
1. Hal, peristiwa, orang, dan keadaan yang menjadi sumber stres
35
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta : CV. Haji
Masagung, 1991), Cet. Ke-1, h.20
38
Hal yang menjadi sumber stres bisa berupa kejadian seperti gempa
bumi, tanah lonsor, angin rebut dan sebagainya, bisa berupa peristiwa
hidup, baik yang berhubungan dengan diri sendiri dan sebagainya,
maupun orang lain seperti, meninggalnya anggota keluarga terdekat,
ditinggal orang yang dikasihi dan sebagainya, bisa juga dengan
lingkungan.
2. Dari segi yang mengalami stres (the stressed)
Individu dapat memusatkan perhatian pada tanggapan (response)
orang terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan
orang terhadap sumber stres dapat menggejala bagi psikologis dan
fisiologisnya. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan dan
ketegangan. ”karena kenyataannya orang yang mengalami stres secara
psikologis mengalami tekanan dan ketegangan yang membuat pola
pikir, emosi dan perilakunya kacau.”36
3. Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang
menjadi penyebab stres (transaction)
Hubungan keduanya merupakan proses. Dalam proses itu, hal yang
mendatangkan stres dan orang yang terkena stres merupakan timbal
balik dan menciptakan usaha penyesuaian, atau tepatnya
penyeimbangan yang terus menerus mempengaruhi orang yang
36
Agus M. Hardjan, Stres Tanpa Distres, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), Cet. Ke-1 h. 12
39
mengalami stres, dan orang yang mengalami stres menanggapi hal yang
mendatangkan stres.37
Dalam hal unsur motivasi, jika peristiwa yang mendatangkan stres
itu mengancam cita-cita hidup, orang yang menghadapi stres itu akan
mengalami stres lebih berat.
4. Gejala dan Sumber Stres
a. Gejala Stres
Manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan badan, roh dan
tubuh, spiritual dan material. Karena itu bila terkena stres, segala segi
dari tubuh akan terkena. Stres tidak hanya menyangkut segi lahir, tetapi
juga bathin kita. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Peter sebagai
berikut, “Batasan stres terbaik yang dapat saya berikan ialah reaksi jiwa
dan raga terhadap perubahan.”38
Maka tidak mengherankan bila gejala stres ditemukan dalam segala
segi dari manusia yang penting: fisik, emosi, intelek, dan interpersonal.
Tentu saja gejala tersebut akan berbeda pada setiap orang karena
pengalaman stres sifatnya sangat pribadi.
Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari
karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan baru
dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi
37
Agus M. Hardjan, Stres Tanpa Distres, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), Cet. Ke-1 h. 16 38
Agus M. Hardjan, Stres Tanpa Distres, (Yogyakarta : Kanisius, 1994), Cet. Ke-1, h. 7
40
kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di tempat kerja ataupun di
pergaulan lingkungan sosialnya.39
Dan ada juga gejala-gejala stres diantaranya yaitu :
- Gejala fisikal => Contohnya seperti: kulit berkeringat, jantung
berdebar-debar, dan gemetaran.
- Gejala emosional => contohnya seperti: gelisah, sedih merana jiwa
dan hati, mudah marah, gugup, rasa harga diri menurun, mudah
tersinggung, gampang menyerang orang, dan bermusuhan.
- Gejala intelektual => contohnya seperti: susah berkonsentrasi, susah
membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun,
melamun secara berlebihan, kehilangan rasa humor yang sehat,
produktivitas atau prestasi kerja menurun dan mutu kerja rendah.
- Gejala interpersonal => contohnya seperti: kehilangan kepercayaan
kepada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah
membatalkan janji atau tidak memenuhinya, suka mencari-cari
kesalahan orang lain dan sebagainya.
b. Sumber Stres
Setiap orang dapat terkena stres baik lama keseringan ataupun yang
lainnya, Dan intensitas stres berbeda dari satu orang ke orang yang lain.
Stres menyangkut orang yang terkena stres, sumber stres dan tawar
menawar, transaksi antara keduanya.
39
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Cet. Ke-11, h. 471.
41
Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan stres,
dalam skala Holmes-Rahe tidak kurang dari 40 peristiwa, Namun kalau
diklasifikasikan akan tergolong kepada :
1. Sumber stres dalam diri seseorang (pribadi)
Stres dapat bersumber pada orang yang mengalami stres
melalui penyakit (illness) dan pertentangan.
Melalui penyakit (illnes)
Menderita penyakit membawa fisik dan psikologis bagi orang
yang menderitanya, tinggi rendah tuntutan tergantung kepada berat
dan ringannya penyakit dan umur orang yang menderitanya.
Penyakit ringan pada umumnya mendatangkan stres ringan, tetapi
berat seperti operasi jantung serius yang tidak hanya membutuhkan
penyembuhan tetapi juga mengharuskan perubahan cara hidup
sesudahnya sehingga mengakibatkan stres yang berat.
Melalui pertentangan (konflik)
Adanya kebutuhan-kebutuhan pribadi adalah sebagai
perwujudan bahwa manusia Makhluk sosial. Dalam kenyataannya,
tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa bantuan orang lain dan
terlepas dari situasi kebersamaan. Situasi kebersamaan
sesungguhnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis
jasmaniah dan juga lebih utama dalam makna psikologis yaitu
dorongan cinta dan dicintai. Karena kebahagiaan terletak pada
kepuasan rohani.
42
2. Sumber stres dalam keluarga
Keluarga yang merupakan kesatuan inti dalam masyarakat,
dapat menjadi sumber stres tersendiri. Meskipun jumlahnya
terbatas, setiap anggota keluarga memiliki perilaku, kebutuhan dan
kepribadian yang berbeda-beda.
3. Sumber stres dalam lingkungan
Kemajuan dan perkembangan teknologi sangat besar sekali
pengaruhnya atas kehidupan sosial dan kehidupan budaya
masyarakat. Fasilitas-fasilitas semakin baik dan serba praktis, dapat
memenuhi tuntunan-tuntunan dan harapan-harapan yang diinginkan
namun pada sisi lain kemajuan dan perkembangan yang sebenarnya
dirancang untuk memperbaiki mutu kehidupan dapat menambah
ruwetnya kehidupan.
Selanjutnya Achmad Hardiman mengemukakan bahwa
“Penyebab stres lebih bersumber dari tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan jiwa sosial seperti kasih sayang, rasa aman,
harga diri, dan kesuksesan.”40
Sedangkan menurut Maslaw seperti yang dikutip oleh H.M
Arifin membagi kebutuhan manusia kepada lima tingkatan yaitu:
“1). Kebutuhan psikologis (jasmaniyah), 2). Kebutuhan
keamanan/perlindungan, 3). Kebutuhan hidup atau kemasyarakat
40
Achmad Hardiman, Pengendalian Stres Tak Perlu Obat, (Jakarta : Panasea, 1991), h.
5
43
(sosial), 4). Kebutuhan akan pengakuan, 5). Kebutuhan akan
kekuatan.”41
Apabila kebutuhan-kebutuhan itu tidak terpenuhi maka, hai
itu akan berpengaruh pada seseorang, ia akan gelisah, kecewa dan
cemas, kemudian untuk mencari perasaan-perasaan itu ia akan
mencari jalan keluar untuk memenuhinya walaupun itu diluar batas
kemampuan yang wajar, hal inilah yang menjadi embrio distres
(stres yang merugikan).
Dan ada juga sumber stres yang dianggap menekan seseorang
dapat menimbulkan:
1. Reaksi psikologis berupa rasa gelisah, terancam, takut, frustasi
dan sebagainya.
2. Reaksi fisiologis berupa peningkatan detak jantung, pernafasan,
pengeluaran keringat, pelebaran pupil mata dan sebagainya.42
5. Tahapan Stres
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan
mulainya dan sering kali kita tidak menyadarinya, namun para ahli
membagi stres tersebut dalam enam tahapan, setiap tahapan
memperlihatkan sejumlah gejala-gejala yang dirasakan oleh yang
bersangkutan hal ini berguna bagi seseorang dalam mengenali gejala
stres, sebelum diperiksa ke dokter.
41
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-1, h. 70 42
Suryana Sumantri, Peranan Stres Terhadap Reaksi Fisiologis Pada Mahasiswa
Fakultas Psikologi yang Memiliki Motif Berprestasi Tertentu, Laporan Penelitian, (Lembaga
Penelitian Universitas Padjadjaran Fakultas Psikologi : 1990), h. 15-17
44
Petunjuk-petunjuk tahapan stres tersebut dikemukakan oleh Dr.
Robert J. Van Amberg, psikiater sebagai berikut:
1. Stres tingkat pertama
Tahapan ini merupakan tingkatan stres yang paling ringan dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: semangat
besar, penglihatan tajam sebagaimana biasanya serta gugup
berlebihan, dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan membuat orang
bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan
energinya sedang menipis,
2. Stres tingkat kedua
Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai
hilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak
lagi cukup sepanjang hari. Diantara keluhan-keluhannya antara lain:
merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah sesudah makan siang,
merasa lelah menjelang sore hari, terkadang gangguan dalam sistem
pencernaan dan perasaan tidak bisa santai.
3. Stres tingkat ketiga
Pada tahapan ini keluhan keletihan semakin Nampak disertai
dengan gejala-gejala: gangguan usus, ketegangan otot-otot,
meningkatnya ketegangan, insomnia, dan keseimbangan tubuh
berkurang. Pada tahap ini si penderita sudah harus berkonsultasi
45
dengan dokter, kecuali bila beban stres atau tuntutan-tuntutan
dikurangi dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat.
4. Stres tingkat keempat
Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: untuk bisa bertahan
sepanjang hari terasa sangat sulit, tidur semakin sukar, kemampuan
berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidk dapat
dijelaskan dan kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini
terasa sulit.
5. Stres tingkat kelima
Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapa
empat di atas, yaitu: keletihan yang mendalam (physical and
psychological exhaustion), kurang mampu untuk melakukan kegiatan
yang ringan, lebih sering terjangkit gangguan sistem pencernaan serta
kepanikan yang terus menerus.
6. Stres tingkat keenam
Pada tahapan ini merupakan tahapan puncak (gawat darurat)
sehingga tidak jarang penderita pada tahapan ini harus dibawa
keruang ICU untuk mendapatkan perawatan khusus. Diantara gejala-
gejalanya antara lain: debaran jantung kuat yang disebabkan oleh zat
adrenalin yang dikeluarkan akibat dari stres tersebut cukup tinggi
dalam peredaran darah, nafas sering kali sesak, badan gemetar, tubuh
terasa dingin, dan sering kali pinsan.
46
Maka dalam tahapan stres ini menunjukkan manifestasi di bidang
fisik dan psikis. Pada bidang fisik berupa kelelahan, sedangkan di
bidang psikis berupa kecemasan dan depresi. Hal ini disebabkan
karena penyediaan energy fisik maupun mental mengalami deficit
terus menerus. Sering kali buang air dan sukar tidur itu semua
merupakan pertanda dari depresi.43
E. Dzikir Sebagai Terapi Stres
Kehidupan manusia di alam modern ini dilingkari dengan stres,
yang dapat menimbulkan reaksi jiwa berupa ketakutan, kegelisahan,
kecemasan, dan bahkan mencapai depresi, Bentuk reaksi jiwa ini
bertanda bahwa jiwa seseorang mengalami gangguan (labil), dan apabila
berlangsung lama dapat menimbulkan penderitaan bathin yang bisa
berwujud berbagai bentuk psikosomatik dan neurosis. Kondisi ini akan
berimbas pada redupnya motivasi hidup dan harapan kehidupan di masa
depan.
Dan penderita stres tersebut alam pikiran maupun perasaan
mengalami gangguan, ketidakstabilan, ketidaktenangan, bahkan
goncangan sehingga dapat mengganggu fungsi-fungsi organ tubuh pasien
itu sendiri. Menurut Pandangan Para Ahli Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Mental Prof. Dr. H. Dadang Hawari menyatakan bahwa
“Dzikir dan Do’a dari sudut pandang ilmu kedokteran jiwa atau
43
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta :
Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Cet. Ke-11, h. 471-474.
47
kesehatan mental lah merupakan terapi psikiatri, setingkat lebih tinggi
dari pada psikoterapi biasa.
Hal ini dikarenakan bahwa dengan Dzikir dan Do’a akan
mengandung unsur spiritual kerohanian, keagamaan, yang dapat
membangkitkan harapan dan percaya diri pada diri pasien atau penderita,
yang pada akhirnya kekebalan tubuh dan kekuatan psikis meningkat
sehingga mempercepat proses penyembuhan”.44
Sedangkan di dalam Al-Qur'an juga menyebutkan pentingnya
Dzikir bagi manusia, dan harus memperbanyak penyebutannya baik
diwaktu pagi maupun petang. Sebagaimana Allah Berfirman Qs. Al-
baqarah Ayat : 152 yang artinya : " Ingatlah kamu kepada Ku, maka Aku
akan ingat pula kepada mu” Dan dengan mengingat Allah dalam setiap
tarikan nafas akan membuat hati, jiwa, dan pikiran menjadi tentram.45
Ingat akan Allah SWT, yang menimbulkan perasaan tenang dan
tentram dalam jiwa merupakan terapi bagi kegelisahan yang dirasakan
manusia. Ketika ia mendapatkan dirinya merasa lemah, tidak punya
penyanggah, penolong dalam menghadapi tekanan dan bahaya di
kehidupan.
44
“Artikel diacces Pada 14 juni 2012” dari http://terapi.dzikrullah.org/2012/08/zikir-
sebagai-solusi-dalam-menghadapi.html 45
Mengobati Stes dan Depresi Melalui Dzikir “Artikel diacces Pada 20 Februari
2009”dari http://www.pemkomedan.go.id/serba_detail.php?id=88
48
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJELIS DZIKIR AS-SAMAWAAT AL-MALIKI
DAN PROFIL K.H. SA’ADIH AL-BATAWI
A. Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
1. Sejarah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Pada zaman sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) begitu pesat, membuat hampir semua orang berlomba-
lomba untuk dapat menguasai kedua bidang tersebut. Sehingga tidak heran
bila banyak manusia merasa ketergantungan pada ilmu pengetahuan dan alat
bantu teknologi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menyikapi pola hidup seperti itu, maka dibangunlah inovasi-inovasi
dakwah untuk menyadarkan masyarakat agar kembali kepada esensi
dasarnya yaitu untuk beribadah kepada Sang Maha Pencipta, tetapi bukan
berarti harus meninggalkan ilmu pengetahuan modern dan kecanggihan alat
bantu teknologi.
Banyak kemasan-kemasan dakwah yang ditawarkan cukup
menjanjikan dan terlihat modern, namun bila ditelaah lebih lanjut ternyata
hanya sebatas pada proses pengenalan akan suatu ajaran keagamaan,
didalamnya belum memberikan substansi dari ajaran yang disampaikan.
Untuk mengantisipasi agar tidak semakin berkembang hal yang
demikian, maka pada tahun 1993, KH. Sa’adih Al-Batawi mendirikan
sebuah majelis dzikir yang diberi nama As-Samawaat Al-Maliki. Majelis
49
Dzikir ini didirikan karena melihat masyarakat sekitar yang haus akan ajaran
keagamaan, karena dalam keseharian mereka selalu disibukkan oleh urusan
dunia yang tidak pernah ada batasnya.1
Awal berdirinya majelis dzikir ini, tidak semudah yang diharapkan,
karena banyak orang yang menganggap bahwa majelis dzikir ini sesat.
Tetapi dengan berjalannya waktu, anggapan sesat tersebut terbukti tidak
benar, karena ajaran yang disampaikan oleh majelis dzikir ini sesuai dengan
ajaran Al-Qur’an dan Hadits.2
Majelis dzikir As-Samawaat Al-Maliki ini menerima semua jama’ah
yang menghadiri semua kegiatannya, tidak mengenal perbedaan usia,
pendidikan ataupun tingkat perekonomian. Sehingga bila dilihat sampai saat
ini, majelis ini jarang sekali terlihat sepi dari pengunjung. Mereka yang
datang ke tempat tersebut tidak hanya untuk menghadiri dzikir, ceramah dan
pengobatan gratis yang dilakukan di majelis dzikir tersebut, tetapi ada pula
pengunjung yang datang karena hanya sekedar ingin mengetahui tempat
tersebut untuk melihat sosok K.H. Sa’adih Al-Batawi.3
2. Visi, Misi dan Tujuan Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
a. Visi
Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki mempunyai visi, yaitu
untuk membetuk sebuah masyarakat yang sejahtera, baik di dunia
1Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 26 2Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006) h. 26 3Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006) h. 27
50
maupun di akhirat, untuk lebih mendekatkan diri mereka kepada Allah
SWT sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
Hadits. 4
b. Misi
Misi yang ingin dicapai adalah untuk lebih meningkatkan
kerukunan antar umat manusia khususnya kaum muslimin, serta untuk
menciptakan umat yang bertaqwa kepada Allah SWT dan menjadikan
seorang hamba sebagai berikut:
1) Humanis, yaitu hamba yang berani menghapus ketidak adilan dan
berbagai macam kedzaliman.
2) Sosialis, yaitu hamba yang memberikan kasih saying kepada setiap
manusia dan rela mendahulukan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi.
3) Produktif, yaitu hamba yang bisa membawa perubahan dan bisa
memberikan manfaat bagi orang lain.
4) Kreatif, yaitu selalu saja memiliki kekayaan berfikir dan berani
bertindak untuk pembangunan bangsa dan mencetuskan nilai-nilai
kebajikan.5
c. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai oleh majelis dzikir As-Samawaat Al-
Maliki adalah sebagai berikut:
4Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 30 5Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 30
51
1) Meningkatkan kualitas hidup keagamaan, dengan menciptakan
individu yang taat kepada ajaran Allah SWT, serta dapat mencegah
kekacauan dan konflik yang dapat terjadi sehingga terbentuk
kehidupan yang damai dan tenteram.
2) Menciptakan manusia sebagai kholifah di bumi ini, yaitu kholifah
yang bisa membawa seluruh umat manusia untuk selalu bersimpuh
di hadapannya serta mendapat keridhaannya.
3) Mendorong masyarakat untuk dapat mengikuti dzikir bersama,
berupa dzikir qolbiyah dan dzikir lisan sebagai langkah untuk
menuju dzikir amaliyah.
4) Agar para jama’ah yang mengikutinya menjadi pribadi muslim
yang ikhlas, zuhud, istiqomah dalam beribadah dan beramal
shaleh.6
3. Jama’ah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Jama’ah yang tergabung dalam kegiatan majelis dzikir As-Samawaat
Al-Maliki terdiri dari jama’ah laki-laki dan perempuan. Dalam setiap
kegiatan, biasanya mereka dihijab (dipisahkan) agar tidak menimbulkan
fitnah dari masyarakat yang melihatnya. Mereka berasal dari berbagai
daerah, sebagian berasal dari kota JABODETABEK dan sebagian yang lain
6Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 31
52
berasal dari luar Jakarta seperti: Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan, Sumatra, dan lain sebagainya.7
Pasien ini ada yang bersifat tetap dan ada pula yang bersifat sewaktu-
waktu tidak tetap. Pasien yang bersifat tetap biasanya pasien yang mengikuti
kegiatan pengajian yang dilangsungkan di Majelis Dzikir As-Samawat,
seperti pengajian bulanan, pengajian malam jum’at, dan lain sebagainya.
Sedangkan pasien yang bersifat tidak tetap adalah pasien yang mendatangi
kegiatan pengobatan alternatif gratis yang dilakukan oleh KH. Sa’adih Al-
Batawi di Majelis Dzikir As-Samawat.
Adapun yang dimaksud dengan pasien dalam penelitian ini adalah
pasien yang mengikuti Dzikir dalam terapi stres. Mereka itu adalah para
pasien yang mengidap stres dalam menghadapi semua persoalan
dikehidupannya sendiri, sehingga mereka mengikuti Dzikir dalam terapi
stres tersebut. Agar dalam kehidupan mereka merasa nyaman dan tentram,
dan penulis juga menyebutkan bahwa di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-
Maliki merupakan tempat yang bagus untuk semua para pasien datang
dalam terapi tersebut.
4. Program Kegiatan Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh majelis dzikir As-Samawat
Al-Maliki mencakup pada kegiatan lahiriyah dan batiniyah yang berupa
pembangunan moral pribadi, keluarga dan masyarakat. Kegiatan besar yang
7Wawancara Pribadi dengan Ustadz K.H. Sa’adih Al-Batawi, Pada Tanggal 6 Desember
2012
53
telah dimiliki oleh majelis dzikir As-Samawaat Al-Maliki sampai saat ini
terdapat lima bentuk kegiatan yaitu:
a. Pengobatan Alternatif Gratis
Pengobatan ini dilaksanakan setiap malam selasa, malam rabu,
malam kamis, dan malam sabtu. dimulai pada ba’da isya sekitar jam
19.30 WIB s/d selesai. Setiap malamnya, pasien yang hadir pada
pengobatan tersebut mencapai jumlah sekitar 300 orang.
Kegiatan ini dilakukan langsung oleh KH. Sa’adih Al-Batawi
sebagai pimpinan dan pembimbing majelis Dzikir As-Samawaat Al-
Maliki. Sebelum kegiatan pengobatan dilakukan, terlebih dahulu
pasien harus mengikuti sholat magrib dan isya berjama’ah dan do’a
berdzikir bersama setelah sholat, kemudian barulah proses pengobatan
dimulai.8
b. Forum Kajian dan Riyadhoh Spiritual
Kegiatan ini adalah kegiatan mingguan, dilaksanakan pada
setiap malam jum’at mulai jam 21.00 WIB sampai menjelang subuh.
Kegiatannya berupa mempelajari Al-Qur’an persfektif tasawuf, dzikir
serta do’a.9
c. Forum Kajian Bulanan
Kegiatan ini adalah kegiatan bulanan, dilaksanakan setiap
Minggu ke-empat dalam setiap bulannya, mulai jam 07.00 WIB
8Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006) h. 39 9Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki : Puri Kembangan Jakarta
Barat Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 39
54
sampai menjelang dzuhur. Ini dilakukan tidak hanya bertempat di
majelis dzikir As-Samawat tetapi kegiatan ini berlangsung dimana
saja sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Di dalamnya berupa
Muhasabah Al-Qur’an, dzikir dan do’a bersama.10
d. Dakwah Bil-Hal
Kegiatan ini berupa pembangunan mental masyarakat,
pengentasan kemiskinan, membangun fasilitas umum dan ibadah,
pemberian finansial kepada orang yang kurang mampu. Kegiatan ini
dilaksanakan di sepanjang pesisir pantai tangerang.11
e. Dakwah Bil-Lisan
Yaitu dengan melakukan penyuluhan agama mulai ceramah-
ceramah keagamaan. Kegiatan ini berupa tabligh akbar, dialog dan
lainnya yang bersifat penyampaian ajaran agama melalui lisan kepada
masyarakat.12
10
Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki : Puri Kembangan Jakarta
Barat Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 39 11
Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki : Puri Kembangan Jakarta
Barat Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006) , h. 40 12
Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki : Puri Kembangan Jakarta
Barat Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006) h. 40
55
5. Struktur Organisasi Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki13
Struktur organisasi Majelis Dzikir As-Samawat sebagai berikut:
13
Pengamatan langsung oleh penulis di UNISMA BEKASI, tanggal 12 juli 2012
MURSYID
PIMPINAN
Abdi Dalam Dewan Asatidz Askar
Team
Medis
Team
Pembangunan
Hadroh Kaderisasi Ajudan
Publikasi
Jama’ah
56
B. Profil KH. Sa’adih Al-Batawi
1. Riwayat Hidup KH. Sa’adih Al-Batawi
Sejak kecil KH. Sa’adih Al-Batawi berada dalam keadaan ekonomi
yang serba kekurangan. Sehingga setelah lulus dari bangku STM (Sekolah
Tingkat Menengah), beliau tidak mampu untuk melanjutkan sekolah ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semenjak inilah beliau mengisi hari-
harinya dengan mempelajari banyak hal tentang keagamaa, baik melalui
guru spiritual ataupun mempelajari sendiri buku-buku keagamaan.
Dari pengetahuan yang beliau dapatkan melalui buku-buku
keagamaan tersebut, beliau berpendapat bahwa dakwah adalah usaha untuk
menyampaikan ajaran islam, baik kepada perorangan ataupun kepada
seluruh umat mengenai pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini,
yang meliputi amar makruf dan nahi munkar. Sehingga bila manusia sudah
mengenal siapa dirinya dan siapa tuhannya, maka dia tidak akan beristirahat
dalam berbuat kebaikan kecuali maut sudah menjemput untuk
mengakhirinya.
Semenjak itu tepatnya pada tahun 1993, mulai beliau berani untuk
mengajak orang lain menuju jalan yang lebih baik. Ajakan beliau terlebih
dahulu dimulai kepada orang-orang yang cukup dekat dengannya, seperti
keluarga dan teman-temannya. Kemudian panggilan dan ajakan kepada
57
orang lain khususnya kaum mukmin untuk bertaqarub kepada Allah SWT
mulai beliau lakukan, baik pada perorangan maupun pada masyarakat luas.14
Tidak jarang beliau disambut dengan cacian dan cibiran ketimbang
rasa simpatik. Namun dengan kesabaran yang dimilikinya, semua rintangan
dapat beliau lalui dengan baik. Sehingga selama lima tahun beliau mengajak
(1993-1998), mulailah dapat respon positif dari masyarakat. karena mereka
melihat bahwa ajakan beliau penuh kesungguhan. Tidak hanya dengan
kata-kata yang beliau sampaikan, namun pengorbanan harta, jiwa dan raga
telah beliau buktikan padfa masyarakat sekitar. 15
Banyak bukti dan fakta akan pengorbanan beliau selama berdakwah,
yaitu dengan terbinanya beberapa desa miskin dan rawan pemurtadan di
wilayah-wilayah kaum dhu’afa yang tersebat di sekitar pesisir pantai
Tangerang. Mereka tidak hanya mendapatkan bimbingan agama, tetapi juga
mendapatkan perlakuan dan fasilitas hidup yang selayaknya.
Pada tahun ketujuh dalam dakwahnya (tahun 2000), banyak alumni-
alumni pondok pesantren yang mulai tertarik dengan gaya dakwah beliau,
sehingga mereka turut andil berjuang bersamanya. Salah satu yang membuat
mereka tertarik, menurut mereka (para alumni pesantren) adalah karena cara
dakwah yang dilakukannya itu sangat jarang, bahkan sudah mulai
ditinggalkan oleh para ulama zaman sekarang sangat berat dan penuh
rintangan. Itulah istimewanya perjuangan beliau, karena tidak semua orang
14
Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki : Puri Kembangan Jakarta
Barat Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 20 15
Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki : Puri Kembangan Jakarta
Barat Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006) h. 15
58
dapat melakukannya kecuali orang yang haqqul yakin akan panggilan Allah
SWT
Memasuki tahun yang kesembilan dalam dakwahnya (pada tahun
2002), banyak alumni-alumni Perguruan Tinggi Islam (PTI) yang mulai
melirik dan mengkritisi keunikan dakwa KH. Sa’adih Al-Batawi, terutama
dakwah jalanan seperti memberantas judi, mabuk dan tauran. Serta metode
pengajarannya yang memakai tarekat amaliyah, yang lebih menekankan
pada tindakan-tindakan nyata seperti memberikan pendidikan, memberikan
sembako pada masyarakat yang kurang mampu dan memberikan bantuan
pada anak yatim. Sehingga banyak orang yang mengakui kepiawaian beliau
dalam membangun masyarakat yang termarginalkan.
Memasuki tahun kesepuluh (pada tahun 2003), sudah ada 17 sarjana
agama yang bergabung dalam perjuangan dakwah beliau untuk membangun
masyarakat melalui penceramah-penceramahan agama dibidang keilmuan
dan spiritual Islam, diantaranya adalah Dr. Nandang Najmulmunir Cr, ms
(IPB-Ponpes), Dr. Yayat Suharyat ( UNJ. PNS UNISMA BEKASI ), Ust. H.
Mustofa Mughni, MA ( Ponpes ), Ust. H. Mulyadi Mughni, S.ag, Firman
Masyhur, S. Fil. I, ( UIN Jakarta ), Ust. H. Nurhayadi, S.ag (UIN Jakarta),
A. Bukhori, S.ag ( UIN Jakarta ), Ust. H. Helmi Djatuika, S.ag ( UIN
Jakarta ), Mukmin Zahari, S.kom ( STMIK jakarta ), sholeh, Lc (Al-Azhar
Mesir ) Ibrahim, S.ag ( PTAI jakarta ), dan lain sebagainya.16
16
Pengamatan langsung oleh penulis di UNISMA BEKASI, tanggal 12 juli 2012
59
Murid-murid beliau dalam sepuluh tahun berdakwah (1993-2003)
telah mencapai ribuan jama’ah yang terdiri dari jama’ah laki-laki sekitar 978
orang dan jama’ah perempuan sekitar 13000 orang. Memiliki jumlah murid
yang demikian banyak tidak membuat beliau merasa istimewa atau lebih
mulia dari yang lain, bahkan tidak malu-malu beliau menjuluki dirinya
hanya seorang “kacung” atau pelayan bagi jama’ahnya yang ingin
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Latar Belakang Pendidikan KH. Sa’adih Al-Batawi
Sejak kecil beliau selalu dididik oleh orang tuanya untuk terus
berusaha mencari ilmu, maka pada usia lima tahun beliau sudah memasuki
Sekolah Dasar (SD) yang jarak tempuhnya ketika itu sangat jauh dari tempat
tinggalnya. Kesulitan dalam masalah ekonomi, tidak menjadikan alasan
untuk berhenti sekolah. Setelah lulus SD, beliau melanjutkan ke jenjang
pendidikan berikutnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang kini
disebut dengan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama).17
Setiap harinya, untuk sampai ke sekolah beliau harus berjalan kaki
dengan teman-teman sebayanya. Rutinitas seperti itu dilaluinya dengan
penuh kesabaran, karena beliau selalu ingat pada nasehat yang disampaikan
oleh orang tuanya, yaitu kesungguhan dan ketekunan itu sangat dibutuhkan
agar dapat mencapai apa yang diharapkan.
17
Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5
juni 2012
60
Dengan kesabaran dan kesungguhan yang selalu diterapkan pada
dirinya, akhirnya beliau dapat melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya,
yaitu Sekolah Teknik Menengah (STM). Dan setelah lulus dari STM, beliau
mulai sibuk mencari pekerjaan karena tidak dapat melanjutkan
pendidikannya pada perguruan tinggi.
3. Latar Belakang Keluarga KH. Sa’adih Al-Batawi
KH. Sa’adih Al-Batawi lahir di Puri Kembangan Jakarta Barat pada
tanggal 23 juni 1960, dari pasangan bapak H. Asmat dan Hj. Sawiyah.
Beliau adalah anak ke-4 dari 7 bersaudara, mempunyai seseorang kakak
laki-laki yang bernama H. Sholeh, 2 orang kakak perempuan (Sa’anah dan
Sa’anih), seorang adik perempuan (Sa’adah) dan 2 orang adik laki-laki
(Syafi’I dan Salbini).18
Beliau terlahir bukan dari kalangan kyai ataupun ulama, melainkan
ayahnya sebagai seorang petani yang ulet dan jujur dalam bekerja, serta
terkenal berani dalam bidang bela diri. Ibunya sebagai sosok wanita yang
shalihah dan banyak berjasa dalam membantu masyarakat kampungnya,
seperti dalam urusan kelahiran karena beliau termasuk salah seorang yang
cukup ahli dalam proses kelahiran, urusan perkawinan karena beliau sering
dijadikan sesepuh dalam proses akad nikah, serta dalam urusan kematian
karena beliau termasuk salah seorang yang mengerti akan halnya
18
Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5
juni 2012
61
pengurusan jenazah. Oleh karena itulah, orang tua beliau sebagai orang tua
yang disegani oleh anak-anaknya dan masyarakat kampungnya.
Sa’adih kecil, lahir dan besar bersama kedua orang tuanya dengan
penuh kasih sayang, Walaupun mereka merasa kesulitan dalam urusan
ekonomi. Berbeda sekali dengan kakak dan adik-adiknya, beliau terkenal
sebagai anak yang paling berani di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga
dengan keberaniannya itulah, beliau terkesan sebagai anak yang nakal dan
tidak takut kepada siapapun. Walaupun demikian, beliau tetap menghargai
dan menghormati kedua orang tuanya. Bahkan termasuk salah seorang anak
yang rajin membantu orang tua dalam memenuhi nafkah keluarga, seperti
ikut berkebun bahkan sampai menjadi penjual kue di pasar.
Memasuki masa akhir remaja, beliau menikah dengan seorang gadis
yang masih satu daerah dengannya yang bernama Ani binti H. Sa’id. Dari
pernikahannya itu, telah lahir 1 orang anak laki-laki yang bernama Andika
(Alm) dan 2 orang anak perempuan (Siti Rahmania dan Siti Aisyah).
Kehidupan yang layak sedikit demi sedikit dapat beliau rasakan, pada
saat diterima sebagai pekerja di salah satu perusahaan besar yatu PT. Total
Indonesia yang bergerak di bidang pembuatan air minum mineral.
Kemudian dengan kedisiplinan dan ketekunannya dalam bekerja, maka
pihak perusahaan mempercayakannya untuk menduduki posisi yang sangat
strategis yaitu sebagai manager di perusahaan tersebut. Sehingga dengan
fasilitas dan gaji dari perusahaan yang cukup besar, akhirnya beliau dapat
merubah hidupnya menjadi berkecukupan bahkan lebih.
62
Kehidupan yang mapan, justru membuat batin beliau terasa jauh dari
Allah SWT, sehingga sering gelisah dan menyendiri untuk merenung lebih
jauh akan makna hidup yang sebenarnya. Kegalauan iman yang ada dalam
benak beliau, diungkapkannya pada setiap malam dengan banyak berdo’a
dan berdzikir kepada Allah SWT.
Hampir setiap hari beliau berpuasa dan malam harinya dihabiskan
dengan bermunajat kepada Allah SWT, akhirnya sampai pada suatu saat
dimana beliau merasakan kedamaian hati dan kesejukan jiwa. Itulah
riyadhoh batin yang terjadi dalam diri KH. Sa’adih Al-Batawi selama
bertahun-tahun. Dengan pengalaman batin itulah, beliau ingin mengajak
kepada semua orang untuk segera kembali kepada ajarannya.
4. Aktifitas Dakwah KH. Sa’adih Al-Batawi
Adapun kegiatan dakwah yang dilakukan oleh KH. Sa’adih Al-Batawi
secara tetap di majelis Dzikir As-Samawat pada saat ini, yaitu:
a. Pengobatan Alternatif Gratis
Salah satu metode dakwah yang dilakukan oleh KH. Sa’adih Al-
Batawi untuk mengajak orang kembali kepada jalan Allah SWT adalah
dengan pendekatan melalui pengobatan alternatif secara gratis. Menurut
pak KH. Sa’adih, yang dilakukannya itu terinspirasi dari kegiatan
dakwah Sunan Gunung Jati.
Media pengobatan ini merupakan sarana yang tidak dikenai biaya
apapun bagi para pasien yang datang. Bahkan terkadang bagi pasien yang
63
lanjut usia, yang taat beribadah dan hidup susah, pak KH. Sa’adih
memberikan uang untuk pasien tersebut dengan tujuan untuk
memberikan kebahagiaan dihatinya dan untuk meringankan beban orang
tersebut.
Pak KH. Sa’adih mengobati segala macam penyakit, baik fisik
maupun psikis. Penyakit fisik antara lain yaitu: gatal-gatal, asam urat,
kanker, tumor, darah tinggi, kista, mata juling, patah tulang, lumpuh,
kencing manis dan lain-lain. Dan penyakit psikis antara lain yaitu: stres,
frustasi, skizofrenia (tekanan batin) dan lain-lain.19
b. Pengajian Bulanan
Pengajian ini dilaksanakan pada setiap minggu keempat dalam
setiap bulannya, dan dilaksanakan mulai pukul 07:00 s/d pukul 11:00
WIB, tetapi kegiatan ini tidak tetap, tergantung dari jadwal yang telah
ditetapkan oleh pihak Majelis Dzikir As-Samawat.
Pengajian ini diikuti oleh ribuan jama’ah laki-laki maupun
perempuan dari segala lapisan usia. Materi pengajiannya yaitu kajian
kitab, tafsir Al-Qur’an, Dzikir dan Muhasabah. Pak KH. Sa’adih
membimbing semua jama’ah dengan segenap daya dan upaya secara
ikhlas.
Bersama murid-murid yang lainnya merupakan tenaga ahli bidang
keagamaan (alumni pesantren), mengajarkan pula pemahaman mengenai
19
Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5
juni 2012
64
ayat-ayat Al-Qur’an dan sunah Rasulullah sebagai jalan hidup dan upaya-
upaya pengamalannya.
c. Pengentasan Kemiskinan
Kegiatan ini berupa bakti sosial seperti pemberian sembako, uang
dan pakaian yang layak pakai ke perkampungan masyarakat miskin
pesisir pantai seperti di daerah kampung baru desa garapan, tanjung pasir
dan Kp. Ala desa kohod, Tanjung Burung kabupaten tangerang dan
daerah lainnya.
d. Ceramah Agama
Kegiatan ini dilakukan oleh KH. Sa’adih Al-Batawi diberbagai
daerah yang mengundangnya untuk berceramah, biasanya berceramahnya
itu dalam rangka hari-hari besar islam seperti Isra’ Mi’raj, Idul Adha,
Idul Fitri, atau bahkan acara-acara kecil seperti acara perkawinan,
tasyakuran khitanan dan lain sebagainya.
65
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Identifikasi Informan
1. Identitas Ketua Merangkap Pembimbing
Nama : K.H. Sa’adih Al-Batawi
Usia : 52 Tahun
Jabatan : Pimpinan Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Merangkap Pembimbing
Beliau lahir di Jakarta, pada tanggal 23 Juni 1960. Beliau adalah anak
ke-4 dari 7 bersaudara, beliau mempunyai seorang kakak laki-laki bernama
H. Sholeh, 2 orang kakak perempuan bernama Sa’anah dan Sa’anih, seorang
adik perempuan bernama Sa’adah dan 2 orang adik laki-laki bernama
Syafi’I dan Salbini. Beliau sudah menikah, dan memiliki 3 anak. Beliau
tinggal di Puri Kembangan Jakarta Barat. Beliau adalah lulusan dari bangku
STM (Sekolah Teknik Menengah), beliau tidak mampu untuk melanjutkan
sekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sejak tahun 1993, beliau
menjadi pimpinan di Majelis dzikir As-Samawaat Al-Maliki. Selain itu,
beliau menjadi pembimbing dalam terapi stres itu sendiri.1
Awal mulanya bapak K.H. Sa’adih Al-Batawi mempelajari banyak hal
tentang keagamaan, baik melalui guru spiritual islami ataupun mempelajari
sendiri buku-buku keagamaan lainnya.
1 Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5
Juni 2012
66
Dari pengetahuan yang beliau dapatkan melalui buku-buku
keagamaan tersebut, beliau berpendapat bahwa dakwah adalah usaha untuk
menyampaikan ajaran islam, baik kepada perorangan ataupun kepada
seluruh umat mengenai pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini,
yang meliputi amar makruf dan nahi munkar. Sehingga bila manusia sudah
mengenal siapa dirinya dan siapa tuhannya, maka dia tidak akan beristirahat
dalam berbuat kebaikan kecuali maut sudah menjemput untuk
mengakhirinya.
Semenjak itu tepatnya pada tahun 1993, beliau mulai berani untuk
mengajak orang lain menuju jalan yang lebih baik. Ajakan beliau terlebih
dahulu dimulai kepada orang-orang yang cukup dekat dengannya, seperti
keluarga dan teman-temannya. Kemudian panggilan dan ajakan kepada
orang lain khususnya kaum mukmin untuk bertaqarub kepada Allah SWT
mulai beliau lakukan, baik pada perorangan maupun pada masyarakat luas.
Sedangkan Tujuan yang ingin dicapai itu untuk Meningkatkan kualitas
hidup keagamaan, dengan menciptakan individu yang taat kepada ajaran
Allah SWT, serta dapat mencegah kekacauan dan konflik yang telah terjadi,
sehingga terbentuk kehidupan yang damai dan tenteram.2
2. Identitas Pasien
a. Nama : Sopiyah
Usia : 36 Tahun
Jabatan : Ibu Rumah Tangga dan telah mempunyai satu
2Tim Redaksi, Majalah Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki Puri Kembangan Jakarta
Barat : Media Spiritual dan Dakwah Jilid 1, (Bekasi: Rabitha Ress, 2006), h. 31
67
Orang anak perempuan dari hasil pernikahannya itu.
Pendidikan : SMA
Alamat : Srengseng Kembangan Jakarta Barat
Dan ibu Sopiyah telah mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres di
Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki selama dua tahun.3
b. Nama : Nurmi
Usia : 45 Tahun
Jabatan : Ibu Rumah Tangga dan telah mempunyai dua
Orang anak, yang pertama laki-laki dan yang kedua
Perempuan dari hasil pernikahannya itu.
Pendidikan : SMA
Asalnya : dari Bima
Alamat : Ciledug Raya Jakarta Selatan
Dan ibu Nurmi telah mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres di
Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki selama dua tahun.4
B. Pelaksanaan Dzikir di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
1. Pimpinan Majelis
Majelis As-Samawaat Al-Maliki ini terletak di tengah-tengah warga
masyarakat. Warga di sekitarnya sangat mendukung dengan adanya tempat
pengobatan alternatif, dari segi tempat, Majelis Dzikir As-Samawaat Al-
3Wawancara Pribadi dengan Ibu Sopiyah (Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki)
pada tanggal 4 Desember 2012 4Wawancara Pribadi dengan Ibu Imi (Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki) pada
tanggal 4 Desember 2012
68
Maliki ini sangat strategis artinya orang mudah menemukan tempat
pengobatannya itu, karena letaknya itu tidak jauh dari jalan raya.
Dan dari segi pelayanan, mereka melayani para pasien dengan ramah
tamah sehingga masyarakat begitu mempercayainya dengan adanya Majelis
Dzikir Pengobatan, Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ini juga
memiliki kelebihan yang jarang di miliki Majelis Dzikir Pengobatan
lainnya, yaitu : dalam mengobati pasiennya itu mereka menangani dengan
sungguh-sungguh. Seperti mulai dari pasien yang datang sampai menjalani
Dzikir dalam terapi stres hingga tahap penyembuhannya.
Majelis Dzikir As-Samawat tidak meminta atau memungut biaya
dalam pengobatannya kepada semua pasien, dan Majelis Dzikir As-
samawaat Al-Maliki juga tidak membeda-bedakan pasien dari kalangan
bawah maupun pasien dari kalangan atas. Terapi stres yang dilakukan oleh
pembimbing yang ada di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki ini hanya
mengunakan pendekatan keagamaan saja yang lebih diutamakan, karena
agama merupakan bimbingan yang datangnya dari Allah SWT untuk
mengantar manusia kepada kehidupan bahagia didunia maupun di dalam
akhirat kelak nanti.
Penilaian mengenai K.H. Sa’adih Al-Batawi di mata para dua orang
pasien itu sangat berwibawa, sabar, dan ikhlas dalam menangani pasien.
sedangkan dalam penyampaian atau ucapan bacaan dzikirnya secara lantang
dan jelas, Sehingga para pasien dapat mengikuti dzikir dengan khusyu,
hening, dan bahkan ada yang meneteskan air matanya.
69
Dan pimpinan mempunyai harapan terhadap pasien semoga dalam
pelaksanaan dzikir dalam Terapi Stres ini dapat mengatasi segala
permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi para pasien agar
dikembalikan kepada Allah. Karena semua masalah dan cobaan datangnya
dari Allah SWT, dengan begitu juga pulangnya kepada Allah SWT.
2. Pembimbing
Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki memiliki seorang
pembimbing, pembimbingnya itu diketuai oleh Bapak K.H. Sa’adih Al-
Batawi. Bapak K.H. Sa’adih Al-Batawi juga telah di bantu oleh para
pembimbing dalam kelancaran proses berjalannya dzikir dalam Terapi Stres,
sehingga pembimbing itu nampak adanya keseriusan, dan keikhlasan dalam
membantu para pasien yang bermasalah di Majelis Dzikir tersebut.5
Dan pembimbing mempunyai harapan terhadap pasien semoga dalam
pelaksanaan dzikir dalam terapi stres ini dapat mengatasi segala
permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi para pasien agar
dikembalikan kepada Allah. Karena semua masalah dan cobaan datangnya
dari Allah SWT, dengan begitu juga pulangnya kepada Allah SWT.
Dan dalam mengikuti dzikir dalam terapi ini pasien dapat mengalami
kemajuan seperti berkurangnya rasa stres, kegelisahan dan ketakutan. Dan
juga dapat mengembalikan kepercayaan yang hilang pada dirinya, di
samping itu juga agar pasien merasakan manfaatnya dari aktifitas berdzikir.
5Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5
juni 2012
70
Dengan Dzikir akan mendatangkan ketenangan hati, jiwa, dan pikiran
serta menciptakan kekuatan kepribadian seseorang. Sebab, manusia itu
sendiri akan merasa lebih dekat kepada Allah SWT. Dengan demikianlah
seseorang itu akan terhindar atau sembuh dari stresnya itu sendiri, atas dasar
dari berbagai macam himpitan persoalan-persoalan kehidupan yang
dihadapi, sehingga orang tersebut tidak dapat mengatasi dari persoalannya
itu.
Dan ada juga harapan pembimbing sesuai dengan tujuan didirikannya
Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki yaitu meningkatkan kualitas hidup
keagamaan, dengan menciptakan individu yang taat kepada ajaran Allah
SWT, serta dapat mencegah kekacauan dan konflik yang dapat terjadi
sehingga terbentuk kehidupan yang damai dan tenteram.6
3. Waktu Pelaksanaan
Adapun waktu pelaksanaan terapi ataupun pengobatan pada malam
Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu pukul 19:30 Ba’da Isya s/d selesai, dan
pembagian No. urut panggilan pada pukul 06:00 s/d 16:00.
Sebelum tiba pada waktu pelaksanaan Dzikir dalam Terapi Stres,
semua pasien diwajibkan mengikuti sholat magrib dan sholat isya
berjama’ah.7
4. Metode Pelaksanaan Terapi Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Ada beberapa metode yang digunakan sebelum melaksanakan terapi
Dzikir, dimana sasarannya adalah mereka yang berada dalam kesulitan
6Profil Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
7Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5
juni 2012
71
mental spritual yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dari dalam
dirinya sendiri maupun dari luar dirinya sendiri. Contoh faktor-faktor yang
dari dalam dirinya sendiri itu seperti : tekanan bathin, Gangguan perasaan,
tidak mampu mengadakan konsentrasi pikiran dan gangguan bathin lainnya.
dan contoh faktor-faktor dari luar dirinya sendiri itu seperti : pengaruh
lingkungan hidup yang mengguncang perasaan (misalnya orang yang
dicintainya meninggalkan dirinya), pekerjaan rumah tangga yang berat
sehingga menekan perasaan dan lain sebagainya.
Metode pelaksanaan terapi Dzikir untuk pasien datang ke Majelis
Dzikir As-samawaat Al-Maliki dilihat dari kondisi fisik pasien itu sendiri.
Dan Metode pelaksanaan Dzikir dalam terapi stres di Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki dengan cara membangunkan tauhid, setelah itu
menyadarkan tauhid sebagaimana dari rasulullah dengan menyebutkan
kalimat laila haillallah, allah-allah. dengan menyebut nama allah, itu sendiri
bagaimana rasa hati menjadi tenang. Dan metode dzikir ini juga dilakukan
dengan cara dzikir bil-arkan, dzikir bil-lisan, dan dzikir bil-qolbi,8
Sebelum metode pelaksanaan terapi diterapkan terlebih dahulu
dilakukan konsultasi untuk mencari data tentang pasien dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1 Mengumpulkan data, fakta atau informasi tentang diri pasien dan
lingkungannya, (khusus pasien yang tidak bisa diajak berkomunikasi
maka diwakili oleh pihak keluarganya).
8Wawancara Pribadi dengan K.H. Sa’adih Al-Batawi Pimpinan Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki pada Tanggal 4 Desember 2012
72
2 Langkah pemilihan terhadap sumber data, fakta atau informasi yang
telah tersedia untuk dipilih sesuai dengan kebutuhan dan masalah
yang sedang dihadapi dalam proses terapi.
3 Perumusan kesimpulan tentang hakekat serta sebab-sebab yang
dihadapi
4 Suatu bentuk peramalan tentang hasil yang dapat dicapai oleh pasien
dalam kegiatan proses terapi
5 Yang merupakan langkah pemeliharaan yaitu menciptakan hubungan
yang baik antara pembimbing dengan pasien.
6 Melaksanakan metode terapi Dzikir.
Khusus bagi pasien yang tidak bisa diajak berkomunikasi disebabkan
oleh penyakitnya yang sudah parah atau stres berat, maka metode
pelaksanaan Dzikir dapat dibantu oleh keluarganya yang ikut
mendampinginya.
Dalam metode pelaksanaan terapi dzikir ini, ada beberapa langkah
yang harus dilakukan yaitu:
1 “rilek” yaitu pengkondisian tubuh, pikiran dan perasaan. Untuk lebih
tenang dan terkendali, tanpak ketegangan sedikitpun.
2 “konsentrasi” yaitu pemusatan pikiran dan perasaan, dengan
mengosongkan pikiran dan perasaan sehingga pelaksanaan berdzikir
lebih terarah.
3 “pelaksanaan dzikir” yaitu melaksanakan dzikir sebagai pengolahan
ketenangan bathin dengan membaca takbir ( ركبأللهأ ), dan dzikir
73
lainnya yang telah ditetapkan. Disertai dengan menggetarkan tangan
yang fungsinya untuk memancing, mempercepat tercapainya kondisi
beresonansi (ikut bergetar) fisik terhadap rohani dengan membentuk
getaran yang selaras agar lebih cepat terkonsentrasi.9
Dengan adanya metode pelaksanaan terapi dzikir ada interaksi atau
komunikasinya, sehingga pasien bisa curhat secara face to face dengan
bahasa yang ringan.
5. Materi yang di gunakan Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Materi atau bahan adalah apa yang hendak dibaca pada pelaksanaan
Dzikir. Dengan sendirinya materi tersebut adalah asma-asma Allah dengan
segala kebesaran dan keagungannya, antara lain :
1. Melafadzkan surat Al-Iklas sebanyak 3 kali
2. Melafadzkan kalimat
على عهدك ۈۈعدك مأاستطعت أعؤذبك ٱنا عبدك وٱنا نت خلقتنی ۅ اال اله انت ربی الٱللهم ٱ
من شر مأصنعت أبؤء لك بنعمتك علي وأبؤء بذنبى فاغفرلى فإنه اليغفر الذنؤب إال أنت
(X۳ )
3. Melafadzkan kalimat
( ۳للهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك )xٱ
4. Melafadzkan kalimat
x ( ۳أشهد أال إله إال اهللا وأشهد أن محمدا رسولاهللا )
5. Melafadzkan kalimat
x ( ۳أستغفراهللا العظيم من كل ذنب عظيم وأتوب إليه توبة نصوحا )
9Pengamatan langsung oleh penulis di Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki, tanggal 5
juni 2012
74
6. Melafadzkan kalimat
(۳x ) سبوح قدوس ربنا ورب المالئكة والروح
7. Melafadzkan kalimat
x ( ۳والحمد هللا وال إله إالاهللا واهللا أكبر ) نسبح اهللا
8. Melafadzkan kalimat
۳ ) x ) يا أهللا
9. Melafadzkan kalimat
x ( ۳يا رحمن )
10. Melafadzkan kalimat
( ۳x ) يارحيم
11. Melafadzkan kalimat
( ۳x ) يالطيف
12. Melafadzkan kalimat
( ۳x ) يا حي
13. Melafadzkan kalimat
( ۳x ) ياقيوم
14. Melafadzkan kalimat
( ۳x ) ياأرحم الرحمين إرحمنا
15. Melafadzkan kalimat
x ( ۳حسبناهللا ونعمالوكيل نعم المولى ونعم النصير )
16. Melafadzkan kalimat
( ۳۳ x ) الإله إال اهللا
17. Melafadzkan kalimat
75
( ۳۳ x ) هواهللا
18. Melafadzkan kalimat
( ۳۳ x ) أهللا
19. Melafadzkan kalimat
( ۳x ) ال إله إال اهللا ,الحول والقوة إ الباهللا العلي العظيم
ال إله إال اهللا الملك الحق المبين محمد رسولاهللا صادق الوعداألمين . الفاتحة.... 10
Ratib ini digarap oleh Bapak K.H. Sa’adih Al-Batawi dari sekumpulan
buku-buku ratib lainnya, dan petunjuk dari gurunya yang bernama Sayid
Abbas bin Alwy Al-Maliki.
Hal di atas bertujuan agar manusia sebagai makhluk Allah SWT
menyadari begitu besar keagungannya. Berdzikir sebagai cara untuk
mengingat Allah tidak sebatas mengucapkan dengan lisan, namun juga
dengan hati. Dzikir tidak hanya dengan mengucapkan kalimat tasbih,
tahmid, tahlil, dan seterusnya. Tetapi juga dalam arti mengingat akan sifat-
sifatnya Allah (Asmaul Husna).
Dari penelitian ini, dapat diketahui bahwa dzikir dapat menenangkan
hati, jiwa, dan pikiran. Serta dapat meringankan beban yang dirasakan oleh
pasien, hal tersebut karena adanya rasa berserah diri ke pada Allah SWT
atas segala yang menimpa mereka karena segala cobaan yang diberikan
Allah SWT pasti ada jalan keluarnya.
10
K.H. Sa’adih Al-Batawi, “Bacaan Rutin Para Pendaki Rohani”, (jakarta : 15 februari
2011), Cet. Ke-2, h.75
76
Jadi, materi pelaksanaan dzikir Majelis As-Samawaat Al-Maliki ini
menggunakan asma-asma Allah seperti; tasbih, tahmid, tahlil, takbir,
istighfar, serta dengan membaca asmaul husna dan berselawat keatas Nabi.11
6. Metode Terapi
Terapi As-Samawat merupakan terapi ilahiah berkeimanan kepada
Allah yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadist. Bagi Majelis ini hal
tersebut sangat penting sekali supaya tidak keluar dari norma-norma yang
telah ditetapkan oleh Allah Swt kepada para hambanya,
Pengobatan terapi yang dikembangkan oleh Majelis ini sebagaimana
yang telah penulis jelaskan diatas berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadist
dengan segala kemukjizatannya, Di samping itu beliau juga tentu memiliki
metode-metode khusus dalam proses penyembuhannya. Di mana metode itu
beliau dapatkan berdasarkan kepada pengalaman pribadinya selama
bertahun-tahun membantu sesama manusia.
Menurut dari hasil penulis teliti bahwa telah puluhan tahun majelis
Dzikir inipun mencari dan mengadakan penelitian terhadap berbagai macam
Kitab-Kitab Islami seperti: mengkaji, mempelajari, dan mendalami semua
isinya. Dan dalam metode ini pasien diajak mendekatkan di kepada Allah
SWT.
11
Wawancara Pribadi dengan K.H. Sa’adih Al-Batawi pimpinan Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki pada Tanggal 4 Desember 2012.
77
C. Peranan Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis Dzikir As-samawaat Al-
Maliki
Setiap manusia pasti mempunyai banyak masalah, masalah yang
sedang maupun masalah yang berat sehingga manusia tidak bisa membatasi
serta menanganinya sendiri, sehingga membuat dirinya frustasi, stres, tidak
bergairah dalam menjalani hidup. Dan adapula sampai bunuh diri, dari
ketidak sanggupan untuk menahan semua masalah yang sedang dihadapinya
itu.
Dalam penelitian ini penulis mengangkat dua permasalahan dari dua
orang pasien yaitu sebagai berikut :
1. Sopiyah, asalnya dari Jakarta, saya dikaruniayi 1 orang anak perempuan.
Mulanya saya tidak pernah menyangka akan mengalami suatu perceraian
begitu saja. Satu tahun, dua tahun, rumah tangga yang saya jalani masih
tergolong biasa saja. Namun, semenjak lepas dari satu tahun kedua orang
tua saya meninggal dan saya mulai jarang pulang. Karena melihat
kelakuan si suami yang selalu ada dirumah, si suami sudah lama tidak
mencari nafkah buat saya dan anak. Selama ini saya menumpang dengan
kedua orang tua, dan atas kepergian kedua orang tua saya mulai arogan
kepada si suami. Dari berbagai macam persoalan kehidupan yang saya
alami tidak bisa elakkan begitu saja.
Sehingga saya berpikiran untuk minta cerai dengan suami, tapi
saya pikir-pikir bagaimana dengan nasib anak saya yang masih kecil dan
butuh perhatian kasih sayangnya seorang ayah. apa lagi ia itu ayah
78
kandungnya, yah walaupun saya sangat sabar menghadapi kenyataan
pahit yang saya alami sampai sekarang ini.
Setelah saya berpikiran untuk meminta cerai, suami saya itu yang
terlebih dahulu menceraikan saya. Saya tidak habis pikir dengannya apa
salah saya dan anak saya yang masih kecil dan butuh kasih sayangnya
seorang bapak, suami saya yang menceraikan tanpak sepengetahuan
saya. Dan di samping itu suami saya sudah mendapatkan perempuan lain
lagi. Saya tidak habis pikir dengan suami saya, dengan segampang itu dia
mendapatkan perempuan baru lagi selain saya, padahal saya sudah sangat
sabar menghadapi si suami yang seperti itu. Setelah saya mencari tahu
kepada teman-temannya ternyata benar suami saya itu memang sudah
lama mempunyai perempuan baru itu sebelum kedua orang tua saya
meninggal. Dan lebih parahnya lagi si suaminya itu hanya ingin
menikmati harta dari kedua orang tua saya saja menurut kata teman-
temannya, saya langsung syok/terkejut mendengar itu semua. Kenapa
suami saya tega berbuat seperti itu dengan saya, Jangan-jangan suami
menceraikan saya tanpak sepengetahuan atas suruhan dari perempuan
baru itu, agar saya tidak kaget menerima ini semua. Dari dahulu pihak
keluarga saya pun sudah menyuruh saya untuk meminta bercerai dengan
suami saya itu, tapi sayanya saja yang masih mempertahankan si suami.
Akibat dari perceraian itu saya hampir ingin bunuh diri, putus asa,
dan stres atas kebohongannya seorang suami yang sudah main belakang
dengan saya, dan lebih parahnya lagi dia itu hanya ingin menikmati harta
79
kedua orang tua saya saja. Dengan cara menceraikannya saja tanpak
persetujuan, penglihatan saya. Rasa sakit hatinya saya ini kepada suami
sangat-sangat perih sekali setelah mengetahui kelakuan suami saya
seperti itu, padahal saya dan suami sudah lama berkeluarga tetapi kenapa
suami saya itu benar-benar tega. Setelah itu saya di ajak pergi dengan
tetangga saya untuk mengikuti sebuah terapi yang tidak jauh dari rumah
saya, terapinya itu meliputi terapi Dzikir yang mana di dalam
penghayatan dzikir itu dapat menenangkan, menentramkan hati, jiwa dan
pikiran seseorang, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan
dari situlah saya memperoleh banyak ilmu agama dan pelajaran yang
lainnya dari Bapak K.H. Sa’adih Al-Batawi. serta Adanya perubahan
pada dirinya. seperti rasa ketenangan hati, jiwa, dan pikiran yang saya
rasakan saat ini.
Dengan adanya mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki pasien juga dapat mengalami kemajuan
seperti berkurangnya rasa stres, hati, jiwa, dan pikiran menjadi tentram,
kegelisahan dan rasa ketakutan berkurang dalam dirinya sendiri dapat
mengembalikan kepercayaan yang hilang pada dirinya, seperti halnya
yang telah diungkapkan oleh ibu iyah (nama samaran) salah satu pasien
yang mengidap stres :
80
“saya mengikuti Dzikir dalam Terapi stres di majelis dzikir As-
Samawaat Al-Maliki dapat menenangkan, menentramkan hati, jiwa
dan pikiran, dan lebih mendekatkan saya kepada Allah SWT.12
Jadi inti dari masalah pasien ini dikarenakan adanya kebohongan di
dalam sebuah rumah tangga seperti perselingkuhan tanpak sepengetahuan
si istri, dan kurangnya komunikasi dari kedua belah pihak.
2. Nurmi, asalnya dari bima. Ia sudah berkeluarga hampir 5 tahunan, ia
dikaruniayi 2 orang anak, anaknya itu di sekolahkan di pesantren.ia
tinggal di daerah ibu kota Jakarta bersama dengan suaminya. Dan ia juga
mempunyai cita-cita ingin menjadi Ustadzah/penceramah yang tidak
tercapai, tetapi dalam kesehariannya itu ia selalu berceramah, dan ia itu
merasa kalau dirinya itu orang yang paling benar dan suci. Karena tidak
tercapai cita-citanya ia seperti itu. Pada suatu malam si suami meminta
kepada si istri kalau dia ingin menafkahi bathinnya, si istri menolaknya.
Sehingga si suami heran kenapa si istrinya seperti itu tidak dengan
biasanya, hari demi hari telah berlalu si suami memintanya kembali
dengan jawaban yang sama si istri masih tidak mau, lebih parahnya lagi
si istri mengira kalau saya itu siluman ular dan alat vital saya pun
dibilang ular. Lalu saya terkejut atas ucapan si istri.
Setelah si istrinya beranggapan seperti itu si suami selalu bersabar,
tahun demi tahun si istri pun tidak berubah justru makin parah. sehingga
si suami tidak sanggup lagi menghadapi istrinya seperti itu, sampai-
12
Wawancara Pribadi dengan Ibu Iyah (Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki)
pada tanggal 4 Desember 2012
81
sampai suaminya pisah ranjang tidurnya. beberapa bulan kemudian tahap
demi tahap suminya menjauh dan menceraikan istrinya itu, lalu si suami
mengusir istrinya dari rumahnya itu. Sebelum menceraikan dan mengusir
istrinya itu si suami sempat mengantarkan si istri ke tempat pengobatan,
tempat pengobatannya yaitu Majelis dzikir As-Samawaat Al-Maliki di
Puri Kembangan Jakarta Barat yang tidak terlalu jauh dari jarak rumah.
Dan menyuruh istrinya tinggal didekat daerah Majelis Dzikir As-
Samawaat Al-Maliki. Setelah sudah lama mengikuti berbagai macam
pelajaran ilmu agama dari bapak K.H. Sa’adih Al-Batawi dan mengikuti
Dzikir dalam Terapi Stres si istri ada perubahan atau mempunyai harapan
untuk sembuh dari stresnya itu. Seperti adanya rasa percaya diri lebih
tinggi dari yang sebelumnya, mengetahui berbagai macam pelajaran Ilmu
Agama Islam dari pak K.H. Sa’adih Al-Batawi.
Dengan adanya mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres di Majelis
Dzikir As-Samawaat Al-Maliki pasien dapat mengalami kemajuan.
seperti berkurangnya rasa stres, hati, jiwa, dan pikiran menjadi tentram,
kegelisahan dan rasa ketakutan pun berkurang dalam dirinya sendiri serta
dapat mengembalikan kepercayaan yang hilang pada dirinya. Seperti
halnya yang telah diungkapkan oleh ibu imi (nama samaran) salah satu
pasien yang mengidap stres sebagai berikut:
“ya mba….namanya orang lagi stres, terlalu banyak masalah. Pasti
ingin cari ketenangan hati, jiwa, dan pikiran, makanya saya ingin
mengikuti Dzikir dalam terapi Stres yang ada di Majelis Dzikir As-
82
Samawaat Al-Maliki agar mendapatkan solusi atau jalan keluarnya.
Karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.13
Jadi inti masalah pasien ini dikarenakan cita-citanya yang tidak
tercapai.
Dan pasien juga merasakan bahwa di Majelis Dzikir As-Samawaat
Al-Maliki merupakan tempat yang paling tepat untuk memecahkan
semua permasalahan yang begitu rumit, sehingga membuat ia stres dalam
menghadapinya. Karena metode yang digunakannya itu dengan cara
berdzikir, dimana dengan menggunakan dzikir pasien bukan hanya
merasakan kepuasan bathinnya saja. Tetapi, mereka juga dapat
merasakan ketenangan jiwanya.
Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ra’du Ayat 28
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram”. (Q.S Ar-Ra’du : 28)
13
Wawancara Pribadi dengan Ibu Imi (Pasien Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki) pada
Tanggal 4 Desember 2012
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta uraian pada bab-bab
sebelumnya, akhirnya penulis dapat membuat kesimpulan bahwa :
Dzikir itu dapat menenangkan hati, jiwa, dan pikiran. Serta dapat
meringankan stres atau beban yang dirasakan oleh pasien. Dan lebih
mendekatkan diri si pasien kepada Allah SWT.
Yang dialami si pasien setelah mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres
hati, jiwa, dan pikiran menjadi tentram. Rasa kegelisahan dan ketakutan
akan berkurang dalam dirinya sendiri, dan si pasien dapat mengembalikan
kepercayaan yang hilang pada dirinya.
B. Saran
Sehubungan dengan keterbatasan hasil penelitian, dan setelah
diketahuinya hasil dari Peranan Dzikir dalam Terapi Stres. Maka ada
beberapa saran yang dapat penulis berikan yaitu :
1. Pembimbing perlu adanya ekstra kesabaran dalam menghadapi pasien-
pasien yang datang ke Majelis Dzikir As-Samawat Al-Maliki..
2. Pasien hendaknya lebih menghayati dan mengamalkannya Dzikir di
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tahap penyembuhan terapi stres menggunakan pendekatan psikologis,
sosiologis, cultural dan keagamaan. Maka perlu adanya kerjasama dari
82
semua pihak, baik dari keluarga, masyarakat maupun lingkungan
sekitarnya secara aktif.
4. Dan penulis menganjurkan kepada setiap manusia untuk mengamalkan
Dzikir secara intensif dan continue dalam menghadapi berbagai macam
tekanan kehidupan seperti gangguan stres yang datangnya kapan saja atas
banyaknya beban masalah yang tidak dapat terkendalikan oleh dirinya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Hanafi. Imam Al-Ghazali, Hikmah Berpikir, Surabaya : Pustaka Pelajar,
1996, Cet. ke-11
Arifin, H.M, Drs.M.Ed,Ag.Psikologi Dakwah, Jakarta : Bulan Bintang, 1997,
Cet.ke-1
Asshiddiqy, Hasbi, Prof, Dr, T.M. Pedoman Dzikir dan Do’a, Jakarta : Bulan
Bintang, 1992, Cet. Ke-6
Bardjito, Stres dan Pengaruhnya dalam Kehidupan, Media Indonesia : Jum’at, 30
maret 2001
Bastaman Hanna Djumhana, Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi
Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bekerjasama dengan yayasan Insan
Kamil, 1995, Cet. ke-1
Chaplin J.P, Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah : Kartini Kartono, Jakarta :
P.T Raja Grafindo Persada, 2006, Ed. 1
Daradjat, Zakiah, Prof, Dr, Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Gunung Agung, 1999.
………., Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta : PT. Gunung Agung,
1985, Cet. Ke-2.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, Jakarta, 1989.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1986, Cet
Ke-1
Hardiman, Ahmad, Pengendalian Stres Tak Perlu Obat, Jakarta : Panesea, 1991
Hardjana, M. Agus, Stres Tanpak Distres, Yogyakarta : Kanisius, 1994, Cet. ke-1
Dadang, Hawari, H. Prof, Dr, Psikiater Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, Jakarta : Dana Bakti Prima Yasa, 1999, Cet. Ke-8.
Idrus. H. Al-Kaf, et al. Dzikir dan Do’a-Do’a Rasulullah SAW, Pekalongan : CV
Gunung Mas, 1996, Cet. ke-1
84
84
Murod Syafi’I, Ahmad Drs, Dzikir Sebagai Pembina Kesejahteraan Jiwa, Jakarta
: PT Bina Ilmu, 1985
Suwondo, S, Stres dan Pengelolaannya, Makalah untuk Dinas Kesehatan
Pertamina dalam Rangka Griya Sehat, 1992
Valiuddin, Mir, Dzikir dan Kontemplasi Dalam Tasawuf, Bandung: Pustaka
Hidayah, 1996.
Willis, Sofyan, Konseling Individual Teori dan Praktek
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsiran Al-Qur’an : Al-Qur’an dan
terjemahnya. Jakarta : DEPAG RI. 1971
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : KH. Sa’adih Al-Batawi
Jabatan : Ketua Merangkap Pembimbing
Tanggal wawancara : 6 November 2012
Tempat wawancara : Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Assalammualaikum Wr. Wb
PERTANYAAN
1. Nama lengkap Bapak siapa ?
2. Tempat tanggal lahir bapak berapa ?
3. Bapak anak yang ke berapa ?
4. Dari berapa bersaudara ?
5. Apakah Bapak sudah berkeluarga ?
6. Bapak mempunyai berapa anak ?
7. Dari manakah asal Bapak ?
8. Bagaimanakah jalan pendidikan yang bapak tempuh sehingga sampai
seperti ini ?
9. Sejak kapan bapak memimpin majelis Dzikir As-samawat Al-Maliky ini ?
10. Bagaimana sejarah berdirinya majelis dzikir As-Samawat Al-Maliky ini
Pak ?
Apa tujuan bapak mendirikan majelis Dzikir As-Samawat Al-Maliky ini ?
11. Barapa banyak jama’ah yang datang untuk berobat atau mengikuti terapi
dzikir di majelis ini pak ?
12. Berasal dari mana saja Pak jama’ah tersebut ?
13. Bagaimana metode pelaksanaan dzikir dalam terapi stres ?
14. Lafaz yang seperti apa Bapak gunakan dalam terapi stres ?
15. Dan apa harapan Bapak melaksanakan Dzikir dalam terapi stres terhadap
pasien ?
Jakarta, 6 November 2012
Pewawancara Informan
( Nurul Fitri ) ( KH. Sa’adih Al-Batawi )
HASIL WAWANCARA
JAWABAN
1. Nama Saya K.H. Sa’adih.
2. Jakarta, 23 Juni 1960
3. Saya anak yang ke-4
4. Dari 7 bersaudara
5. Alhamdulillah sudah
6. Saya mempunyai 2 orang anak
7. Saya asli orang betawi kembangan kebun jeruk
8. Saya sekolah pada usia lima tahun beliau sudah memasuki Sekolah Dasar
(SD). Setelah lulus SD, beliau melanjutkan ke jenjang pendidikan
berikutnya yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang kini disebut
dengan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Dan saya juga dapat
melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya, yaitu Sekolah Teknik Menengah
(STM). Dan setelah lulus dari STM, saya mulai sibuk mencari pekerjaan
karena tidak dapat melanjutkan pendidikannya pada perguruan tinggi. Dan
saya juga banyak belajar serta dibimbing dari seorang guru, yang bernama
K.H. Hasan Asari.
9. Saya memimpin Majelis Dzikir As-Samawat ini kira-kira dari tahun 1995
10. Pada tahun 1995, saya mendirikan sebuah majelis dzikir yang diberi nama
As-Samawat. Majelis Dzikir ini didirikan karena melihat masyarakat sekitar
yang haus akan ajaran keagamaan, karena dalam keseharian mereka selalu
disibukkan oleh urusan dunia yang tidak pernah ada batasnya. Awal
berdirinya majelis dzikir ini, tidak semudah yang diharapkan, karena banyak
orang yang menganggap bahwa majelis dzikir ini sesat. Tetapi dengan
berjalannya waktu, anggapan sesat tersebut terbukti tidak benar, karena
ajaran yang disampaikan oleh majelis dzikir ini sesuai dengan ajaran Al-
Qur’an dan Hadits. Majelis dzikir As-Samawat ini menerima semua jama’ah
yang menghadiri semua kegiatannya, tidak mengenal perbedaan usia,
pendidikan ataupun tingkat perekonomian. Sehingga bila dilihat sampai saat
ini, majelis ini jarang sekali terlihat sepi dari pengunjung. Mereka yang
datang ke tempat tersebut tidak hanya untuk menghadiri dzikir, ceramah dan
pengobatan gratis yang dilakukan di majelis dzikir tersebut, tetapi ada pula
pengunjung yang datang karena hanya sekedar ingin mengetahui tempat
tersebut untuk melihat sosok saya ini .
11. Yah saya mah Tujuannya untuk Meningkatkan kualitas hidup keagamaan,
dengan menciptakan individu yang taat kepada ajaran Allah SWT, serta
dapat mencegah kekacauan dan konflik yang dapat terjadi sehingga
terbentuk kehidupan yang damai dan tenteram. Dan Menciptakan manusia
sebagai kholifah di bumi ini, yaitu kholifah yang bisa membawa seluruh
umat manusia untuk selalu bersimpuh di hadapannya serta mendapat
keridhaannya.
12. Jumlah semua pasien yang datang untuk berobat atau mengikuti terapi ini
kurang lebih 300 pasien, terdiri dari pasien perempuan dan laki-laki.
Pasien yang datang ke Majelis Dzikir As-Samawat ini ada yang berasal dari
Jabodetabek, Jateng, Jabar, Jatim, Kalimantan, dan Sumatra
13. Metode Dzikir dalam terapi stres itu dengan cara membangun tauhid,
setelah itu menyadarkan tauhid sebagaimana dari rasulullah dengan
menyebutkan kalimat laila haillallah, allah-allah. dengan menyebut nama
allah, itu sendiri bagaimana rasa hati menjadi tenang. Dan metode dzikir ini
juga dilakukan dengan cara dzikir bil-arkan, dzikir bil-lisan, dan dzikir bil-
qolbi,
14. Lafadznya yang digunakan dalam Dzikir ini selain Tahlil, Asmaul Husna
secara pilihan, dan juga selawat kepada nabi.
15. Harapannya agar para pasien yang memiliki semua masalah, atau psikis
untuk mengembalikannya kepada allah, dan dapat sembuh dari stres. Dan
disamping itu juga untuk menjadikan para kaum muslumin tetap
bersemangat hidup dengan adanya kekuatan Dzikir kepada Allah.
Jakarta, 6 November 2012
Pewawancara Informan
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Iyah ( Nama Samaran )
Jabatan : Pasien
Tanggal wawancara : 4 Desember 2012
Tempat wawancara : Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Assalammualaikum Wr. Wb
PERTANYAAN
1. Nama lengkap ibu siapa ?
2. Usia ibu sekarang berapa tahun ?
3. Apakah ibu sudah berkeluarga ?
4. Sudah berapa lama ibu menikahnya ?
5. Maaf kalau boleh saya tahu Rutinnitas sehari-hari ngapain saja ibu ?
6. Masalah apa yang ibu hadapi ?
7. Kapan pisah dengan mantan suami ibu ?
8. Maaf kalau boleh saya tahu yang mencari nafkah selama ini siapa ibu ?
9. Dari mana ibu mengetahui Majelis Dzikir As-Samawat ini ?
10. Apa yang mendorong ibu untuk datang kesini ?
11. Apakah ada perubahan yang ibu rasakan setelah mengikuti terapi Dzikir
tersebut ?
12. Bagaimana pendapat ibu tentang Majelis Dzikir As-Samawat ini ?
13. Apakah ibu akan mengamalkan Dzikir yang telah diberikan ?
14. Apa harapan ibu setelah mengikuti Dzikir dalam terapi stres?
Jakarta, 4 Desember 2012
Pewawancara Informan
( Nurul Fitri ) ( )
HASIL WAWANCARA
JAWABANNYA
1. Nama saya Sopiyah mba
2. Umurnya 36 tahun
3. Alhamdulillah sudah.
4. Saya berkeluarga kurang lebih 3 tahunan.
5. Rutinnitas sehari-hari saya dirumah saja.
6. Masalah saya mba, karena perceraian, awalnya saya sudah berumah tangga
hampir 3 tahunan. semenjak lepas dari satu tahun kedua orang tua saya
meninggal dan saya mulai jarang pulang. Karena melihat kelakuan si suami
yang selalu ada dirumah, si suami sudah lama tidak mencari nafkah buat
saya dan anak. Selama ini saya menumpang dengan kedua orang tua, dan
atas kepergian kedua orang tua saya mulai arogan kepada si suami. Dari
berbagai macam persoalan kehidupan yang saya alami tidak bisa elakkan
begitu saja.
Sehingga saya berpikiran untuk minta cerai dengan suami, tapi saya
pikir-pikir bagaimana dengan nasib anak saya yang masih kecil dan butuh
perhatian kasih sayangnya seorang ayah. apa lagi ia itu ayah kandungnya,
yah walaupun saya sangat sabar menghadapi kenyataan pahit yang saya
alami sampai sekarang ini. Setelah saya berpikiran untuk meminta cerai,
suami saya itu yang terlebih dahulu menceraikan saya. Saya tidak habis
pikir dengannya apa salah saya dan anak saya yang masih kecil dan butuh
kasih sayangnya seorang bapak, suami saya yang menceraikan tanpak
sepengetahuan saya atau atas kesepakatan saya.
Akibat dari perceraian itu saya hampir ingin bunuh diri, putus asa, dan
stres atas kebohongannya seorang suami yang sudah main belakang dengan
saya, dan lebih parahnya lagi dia itu hanya ingin menikmati harta kedua
orang tua saya saja. Dengan cara menceraikannya saja tanpak persetujuan,
penglihatan saya. Rasa sakit hatinya saya ini kepada suami sangat-sangat
perih sekali setelah mengetahui kelakuan suami saya seperti itu, padahal
saya dan suami sudah lama berkeluarga tetapi kenapa suami saya itu benar-
benar tega.
7. Pisahnya 5 tahun yang lalu.
8. Yang mencari nafkah saat ini saya sendiri.
9. Saya tahu Majelis Dzikir As-Samawat ini dari tetangga.
10. Untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, mendapatkan pelajaran
ilmu agama.
11. Alhamdulillah ada perubahan dalam mengikuti Dzikir dalam Terapi Stres
ini.
12. Majelis Dzikir As-Samawat bagus sekali mba, dari segi pelayanannya penuh
dengan kesabaran, dan keikhlasan kepada semua pasiennya. Dan majelis
Dzikir ini juga tidak dipunguti biaya dari kalangan pasien manapun dalam
mengikuti terapi tersebut.
13. Setiap sesudah sholat fardhu saya amalkan Dzikir yang telah dianjurkan itu
mba.
14. Harapannya sih mba yah, saya ingin sembuh dari stres itu sendiri. dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah. karena dari Allahlah yang memberikan
cobaan dan masalah yang kita alami dikehidupan dunia ini.
Jakarta, 4 Desember 2012
Pewawancara Informan
( Nurul Fitri ) ( )
PEDOMAN WAWANCARA
Nama : Imi ( Nama Samaran )
Jabatan : Pasien
Tanggal wawancara : 4 Desember 2012
Tempat wawancara : Majelis Dzikir As-Samawaat Al-Maliki
Assalammualaikum Wr. Wb
PERTANYAAN
1. Nama lengkap ibu siapa ?
2. Usia ibu sekarang berapa tahun ?
3. Apakah ibu sudah berkeluarga ?
4. Sudah berapa lama ibu menikahnya ?
5. Maaf kalau boleh saya tahu Rutinnitas sehari-hari ngapain saja ibu ?
6. Masalah apa yang ibu hadapi ?
7. Kapan pisah dengan mantan suami ibu ?
8. Maaf kalau boleh saya tahu yang mencari nafkah selama ini siapa ibu ?
9. Dari mana ibu mengetahui Majelis Dzikir As-Samawat ini ?
10. Apa yang mendorong ibu untuk datang kesini ?
Apakah ada perubahan yang ibu rasakan setelah mengikuti terapi Dzikir
tersebut ?
11. Bagaimana pendapat ibu tentang Majelis Dzikir As-Samawat ini ?
12. Apakah ibu akan mengamalkan Dzikir yang telah diberikan ?
13. Apa harapan ibu setelah mengikuti Dzikir dalam terapi stres?
Jakarta, 4 Desember 2012
Pewawancara Informan
( Nurul Fitri ) ( )
HASIL WAWANCARA
JAWABAN
1. Nama saya nurmi mba
2. Umur saya 45 tahun
3. Saya Alhamdulillah sudah berkeluarga tetapi 10 tahun yang lalu mba
Dan saya juga di karuniayi 2 orang anak
4. Hampir 5 tahunan gitu mba.
5. Waktu dulu yah mba sebelum saya ditinggalin suami saya dirumah saja atau
disebut sebagai ibu rumah tangga, kalau sekarang saya tidak ngapa-ngapain
mba, paling di sibukkan dengan kegiatan pengajian saja mba.
6. Awalnya saya berkeinginan menjadi ustadzah atau penceramah, lalu ke
inginan saya menjadi Ustadzah/penceramah itu tidak tercapai, tetapi dalam
kesehariannya itu saya selalu berceramah, dan saya itu merasa kalau diri
saya itu orang yang paling benar dan suci. Sehingga Pada suatu malam si
suami meminta kepada saya kalau dia ingin menafkahi bathinnya, saya
menolaknya. Dan si suami heran kenapa saya seperti itu tidak dengan
biasanya, hari demi hari telah berlalu si suami memintanya kembali dengan
jawaban yang sama saya masih tidak mau, lebih parahnya lagi nih mba saya
mengira kalau suami saya itu siluman ular dan alat vitalnya pun saya bilang
ular.
Nah dari situlah si suami Lama kelamaan mulai gerah melihat kelakuan saya
seperti itu, lalu si suami itu rela meninggalkan saya atau bercerai. Harusnya
sudah tahu saya seperti itu kenapa si suami meninggalkan saya yah mba.
Setelah saya di ceraikan oleh si suami saya hampir-hampir ingin bunuh diri
mba, sudah saya tidak punya siapa-siapa, kedua anak saya di masukkan
kepesantren oleh si auami, Dan keluarga saya ada di bima semuanya.
7. Pisahnya lebih kurang 5 tahunan mba.
8. Awalnya tahu dari tetangga saya, dan sayapun dibawa kemarinya dengan si
suami sebelum menceraikan saya mba.
9. Selama ini yah mba saya mendapatkan uang dari mana saja. Itu juga kalau
ada orang yang member saya uang.
10. Saya datang kesini ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan
mendapatkan pelajaran ilmu agama mba.
11. Alhamdulillah ada mba, hati, jiwa, dan pikiran saya jadi tentram dan tenang
setelah mengikuti terapi Dzikir ini, dan juga lebih enjoy saja dalam
menjalani kehidupan yang saya alami.
12. Majelis Dzikir As-Samawat ini sangat bagus mba, dari segi pelayanannya
penuh dengan kesabaran, dan keikhlasan kepada semua pasiennya. Dan
majelis Dzikir ini juga tidak memungut biaya dari kalangan pasien manapun
dalam mengikuti terapi tersebut.
13. Pasti dong mba saya akan mengamalkannya setelah sholat fardhu dan
setelah sholat sunah.
Harapannya pasti saya ingin sembuh mba, dan lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Karena setiap masalah dan cobaan pasti ada jalan keluarnya dari Allah
SWT. ( Datangnya dari Allah dan pulangnya kepada Allah ).
Jakarta, 4 Desember 2012
Pewawancara Informan
( Nurul Fitri ) ( )
LAMPIRAN FOTO PENGOBATAN
FOTO PADA SAAT PENGOBATAN
FOTO PADA SAAT PENGOBATAN
LAMPIRAN FOTO PENGOBATAN
FOTO DENGAN PIMPINAN MERANGKAP PEMBIMBING
LAMPIRAN FOTO PENGOBATAN
FOTO DENGAN PASIEN
FOTO DENGAN PASIEN
LAMPIRAN FOTO PENGOBATAN
FOTO KEGIATAN
FOTO KEGIATAN