PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB...

68
PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA PIDANA (Studi Penerapan Mediasi Penal Di Wilayah Kota Bandar Lampung) (Skripsi) Oleh M. PUTRA AKBAR FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENALSEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

(Studi Penerapan Mediasi Penal Di Wilayah Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

M. PUTRA AKBAR

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 2: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

M. Putra Akbar

ABSTRAK

PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASAI PENALSEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

(Studi Penerapan Mediasi Penal di Wilayah Kota Bandar Lampung)

OLEH

M. PUTRA AKBAR

Salah satu kritik yang ditujukan pada peradilan Indonesia adalah penyelesaianperkara pidana yang hanya berorientasi pada penghukuman pelaku dan tidakmemperhatikan upaya pemulihan kerugian korban. Hal ini mendorongberkembangnya konsep keadilan restoratif salah satunya mediasi penal sebuahgagasan penyelesaian perkara di luar pengadilan. Dalam hukum positif Indonesiatidak dikenal adanya mediasi untuk pekara pidana, namun ternyata dalam praktikmediasi penal sudah sering diterapkan. Hal ini terjadi karena adanya kehendakdari korban dan pelaku serta peranan dari para penegak hukum seperti polisi danadvokat. Menurut undang-undang bantuan hukum, advokat tidak hanyamemberikan bantuan hukum litigasi tapi juga non litigasi yang salah satubentuknya adalah mediasi. Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana peranadvokat dalam melakukan mediasi penal pada penyelesaian perkara pidana di luarpengadilan? Dan apakah akibat hukum dari kesepakatan damai yang dihasilkanmediasi penal terhadap proses penanganan perkara pidana?

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Data yangdigunakan meliputi data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan datadalam penelitian ini yaitu menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan.Prosedur pengolahan data dilakukan dengan cara Seleksi data kemudian dilakukanKlasifikasi data dan Sistematisasi data. Analisis data dilakukan dengan caraKualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa peran advokat sebagaipihak ketiga yang tidak berpihak dan berupaya untuk mempertemukan pendapat-pendapat para pihak yang bersengketa namun demikian pendapatnya tidakmengikat para pihak yang bersengketa, keberhasilan mediasi tergantung parapihak yang lebih menghendaki jalan damai sebagai penyelesaian di luarpengadilan. Upaya mempertemukan disini disebut juga dikatakan koordinasidengan pihak terkait, dengan koordinasi maka dapat mengetahui keinginan-

Page 3: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

M. Putra Akbarkeinginan dari para pihak. Akibat hukum kesepakatan mediasi penal adalah tidakdapat menghentikan proses perkara pidana yang sedang berjalan, namun padakenyataannya mediasi penal mengedepankan segi kemanfaatan dan keadilan bagipara pihak terhadap kehidupan yang akan datang. Untuk perkara pidana delikaduan jika terjadi perdamaian melalui mediasi maka proses hukum dapatdihentikan apabila si pelapor telah mencabut laporannya di kepolisian (Pasal 75KUHP). Terhadap delik biasa tidak menghentikan proses pidana. Namun dalampraktiknya apabila terjadi pada saat proses pengadilan, maka kesepakatan antarapelaku dan korban atau terdakwa dan saksi korban akan menjadi pertimbanganhakim dalam meringankan saat menjatuhkan putusan.

Penulis memberikan masukan berupa saran sebagai berikut: (1) Perlunya aturanyang tegas mengenai mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian perkarapidana. (2) Pengawasan dilakukan oleh pimpinan terhadap tindakan penghentianperkara yang dilakukan penyidik. (3) Perlu disegerakan Rancangan KUHAP yangmemuat aturan perdamaian sebagai alasan penghentian perkara pidana. (4)Sosialisasi mengenai peristilahan dan penerapan mediasi penal perlu ditingkatkan.

Kata Kunci : Peran Advokat, Mediasi Penal, Perkara Pidana

Page 4: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENALSEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

(Studi Penerapan Mediasi Penal Di Wilayah Kota Bandar Lampung)

Oleh

M. PUTRA AKBAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum PidanaFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia
Page 6: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia
Page 7: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia
Page 8: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 21

November 1996, penulis merupakan anak Ketiga dari

tiga bersaudara dari pasangan Bapak Djalaludin dan Ibu

Yulistiana. Penulis menyelesaikan pendidikannya di TK

Taruna Jaya pada tahun 2002, Sekolah Dasar di SD Al-

Azhar 1 Bandar Lampung pada tahun 2008, Sekolah

Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan

Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2014.

Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi

internal maupun eksternal kampus. Pada awal perkuliahan, penulis menjadi

anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKMF) FOSSI. Selanjutnya penulis

pada awal tahun 2015 aktif di organisasi eksternal kampus yaitu Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Universitas Lampung hingga sekarang.

Penulis mengikuti program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN Tematik) Unila

Periode II dan ditempatkan di Kampung Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan

Barat, Kabupaten Tanggamus.

Page 9: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

MOTTO

Barangsiapa yang Bersungguh-sungguh Maka Ia Akan Mendapatkan Hasil.

(Ucapan Ulama Salaf)

Hiduplah Seakan-akan Mati Kemudian.

(M. Putra Akbar)

Keberuntungan Hanya Milik Orang-Orang Yang Berani.

(John Wick Chapter 2)

Jika Harus Memilih Tidak Memiliki Teman Dalam Hidup Lebih Baik Dari Awal Tidak

Memiliki Kehidupan.

(One Piece)

Page 10: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohhmanirrohim

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya serta dengan ketulusan dan kerendahan hati aku persembahkan sebuah karya

sederhana atas izin Allah SWT ini kepada :

Ayah dan Ibu

Sebagai tanda bakti, hormat serta rasa terimakasih yang tiada terhingga ini

kepada Ayah dan Ibu yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan

kasih.Terimakasih atas segala kasih sayang, ketulusan, pengorbanan, motivasi

serta doa yang selalu mengalir untukku, sehingga aku mendapatkan gelar sarjana.

Kakak Tercinta

Kakaku tersayang yang senantiasa menemaniku dengan segala keceriaan dan

kasih sayang serta selalu mendoakan, memberi dukungan, semangat dan menjadi

motivasi keberhasilanku dalam menyelesaikan studi maupun kedepannya.

Seluruh keluarga besar Ayah dan Ibu tercinta serta kerabat KKN Kiluan Negeri

yang salalu memberikan nasehat, dukungannya dan selalu mendoakan yang

terbaik bagi penulis.

Sahabat terbaikku dan seluruh kawan sekolah maupun kawan kuliah Fakultas

Hukum Universitas Lampung angkatan 2014. Serta orang-orang yang telah

membantuku selama proses penyusunan skripsi ini selesai.

Almamaterku Tercinta

Page 11: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

SANWACANA

Puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “Peranan Advokat Dalam Melakukan Mediasi Penal Sebagai Alternatif

Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Penerapan Mediasi Penal di Wilayah Kota

Bandar Lampung)” sebagai salah satu syarat mencapai gelar sarjana di Fakultas

Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini Penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan pertolongan dan kemudahan

disaat penulis mendapatkan kesulitan, dan nikmat-Mu yang tak terhingga.

2. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P selaku Rektor Universitas Lampung.

3. Bapak Armen Yasir, S.H., M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

4. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

5. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H selaku Sekretaris Bagian Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

6. Bapak Gunawan Jamiko, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing I yang

telah banyak memberikan pengarahan dan sumbangan pemikiran yang

sungguh luar biasa serta kesabarannya dalam membimbing Penulis selama

penulisan skripsi ini.

Page 12: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

7. Bapak Budi Rizki Husin, S.H., M.H selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak memberikan pengarahan dan sumbangan pemikiran yang

sungguh luar biasa dalam membimbing Penulis selama penulisan skripsi

ini.

8. Bapak Dr. Eddy Rifai, S.H., M.H selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan waktu, masukan dan saran selama penulisan skripsi ini.

9. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H selaku Dosen Pembahas II yang telah

memberikan waktu, masukan, kritikan dan saran selama penulisan skripsi

ini.

10. Bapak Naek Siregar, S.H., M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan nasehat dan bantuannya serta bimbingannya selama

proses pendidikan Penulis di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

11. Bapak Dr. Maroni, S.H, M.Hum yang telah bersedia menjadi narasumber

dalam skripsi ini dan membantu penulis, memberikan arahan, masukan

serta saran selama penulisan skripsi ini.

12. Bang Defri Julian, S.H, Bang Hanafi Sampurna, S.H, Ka Ghonyu Satya

Ikroomi, S.H., M.H yang telah bersedia menjadi narasumber dalam skripsi

ini dan sangat membantu dalam proses penelitian, memberikan arahan,

masukan serta saran selama penulisan skripsi ini.

13. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung serta

seluruh staf dan petugas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi

Lampung yang memberikan izin penelitian dan membantu dalam proses

penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

Page 13: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

14. Terkhusus Untuk Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan,

motivasi dan doa kepada Penulis, serta menjadi pendorong semangat agar

Penulis terus berusaha keras mewujudkan cita-cita dan harapan sehingga

dapat membanggakan mereka berdua.

15. Teristimewa pula kepada Kakaku Tiar Mirna Sari dan Damara Dwi Elita

yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan, semangat dan menjadi

motivasi keberhasilanku dalam menyelesaikan studi maupun kedepannya.

16. Mamang Faisal, Mamang Aditya, Mamang Iyal yang selalu memberikan

semangat, dukungan, motivasi dan membantu penulis selama penulisan

skripsi ini.

17. Alm. Kekek, nenek, wak, paman, bibi dan sepupu yang selalu medoakan

yang terbaik untuk penulis.

18. Seluruh Kerabat KKN Kiluan Negeri Adi Kurniawan, Desy Kartika Sari,

Eka Fitriantika & Risa Septiana terimakasih 40 hari tinggal bersama dan

memberikan kesan tak terlupakan, yang selalu memberikan dukungan dan

medoakan yang terbaik untuk penulis.

19. Sahabat rasa Saudara Lail Imam Ramadhan, Lorenzo Bornelisto, Kadek

Astana, Ksatria Dirgantara, M. Algifary, M. Arianto Sofyan, Imam

Fathoni Prayoga, Iman Fernando, Ingga Palesa, Manggala Saraya, Wenjel

serta seluruh elemen Sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan baik

membantu penulis serta selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis.

20. Gusti Prida Gumala, yang telah banyak memberikan bantuan, waktu,

semangat dan motivasi selama penulisan skripsi berlangsung.

Page 14: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

21. Gandung Bagaskara dan Rado Widi Nugraha yang selalu menemani awal

masuk fakultas hukum sampai dengan sekarang.

22. Kawan-kawan seperjuangan Gendis, Indri, Luci, Tiara Indah Sari, Mas

Achmad Hadiansyah, Rendi, Rico, Kurniawan M. Nur, Niko, Tuntas,

Hardinal, Beni, Madian, Elsa, Gebi, Beny, Iqbal, Credo, Afatah, Jaya, Nur,

Bibit, Fitra, Sinta, Mully dan seluruh angkatan 2014 yang namanya tidak

dapat disebutkan satu persatu.

23. Untuk Almamaterku Tercinta, Fakultas Hukum Universitas Lampung

yang telah menjadi saksi bisu dari perjalanan ini hingga menuntunku

menjadi orang yang lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak. Serta

semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat

dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

24. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat

dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas bantuan dan dukungan yang telah

diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk

menambah dan wawasan keilmuan bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis

khususnya.

Bandar Lampung, 20 Mei 2018

Penulis

M. Putra Akbar

Page 15: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 01

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup...…………………..................................07

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian....................................................................07

D. KerangkaTeoritis dan Konseptual................................................................. 08

E. Sistematika Penulisan.....................................................................................15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Acara Pidana......................................................................................17

1. Pengertian Hukum Acara Pidana......……………….............................. 17

2. Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana.................................................19

3. Asas-asas Hukum Acara Pidana.............................................................. 21

B. Teori Keadilan Restoratif (Restorative Justice) ............................................ 24

1. Pengertian dan Konsep Restorative Justice............................................. 24

2. Perbandingan Retributive Justice dengan Restorative Justice ................ 27

C. Mediasi Penal ................................................................................................ 28

1. Pengertian Mediasi Penal ........................................................................ 28

2. Latar belakang dan Ide Dasar Mediasi Penal .......................................... 29

3. Prinsip Kerja Mediasi Penal .................................................................... 30

4. Dasar Hukum Mediasi Penal................................................................... 34

Page 16: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

5. Arti Penting Mediasi Penal terhadap Korban dan Pelaku Kejahatan ...... 37

D. Advokat dalam Penegakkan Hukum............................................................. 39

1. Pengertian Advokat ................................................................................. 39

2. Peran dan Fungsi Advokat ...................................................................... 40

3. Advokat sebagai Officium Nobile .......................................................... 42

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah..................................................................................... 44

B. Sumber dan Jenis Data................................................................................. 45

C. Narasumber .................................................................................................. 45

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................. 46

E. Analisis Data ................................................................................................ 47

IV. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

A. Peran Advokat Dalam Melakukan Mediasi Penal Pada Penyelesaian Perkara

Pidana Di Luar Pengadilan Di Wilayah Kota Bandar Lampung ................. 48

B. Akibat Hukum Kesepakatan Mediasi Penal Teerhadap Proses Penanganan

Tindak Pidana .............................................................................................. 63

V. PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................................................... 82

B. Saran ............................................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses penegakan hukum pidana di Indonesia secara umum bertumpu pada Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(selanjutnya disebut KUHAP). Dimana penegakan hukum hanya bertumpu pada

negara sebagai pemberi keadilan mengakibatkan sedikitnya peran individu dalam

penyelesaian perkara pidana. Pencari keadilan sepenuhnya terpaku pada sistem yang

dibangun oleh Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Pemasyarakatan. Pada

akhirnya pun, hal ini turut mempengaruhi sistem peradilan pidana yang lebih

dimaknai dengan menyelesaikan semua penanganan perkara pidana dengan rambu-

rambu hukum positif yang bersifat kaku dan mekanik, sehingga penyelenggaraan

penegakan hukum dijalankan tanpa seleksi perkara dan lebih mewujudkan pada

keadilan prosedural. Padahal setiap orang memiliki kebutuhan dan tingkat

akseptabilitas yang beragam atas rasa keadilan.

Konsekuensi dari konsep tersebut juga dapat menimbulkan masalah lain.

Meningkatnya volume dan jenis perkara yang diajukan ke pengadilan harus

berhadapan dengan lembaga yang memiliki keterbatasan teknis dan sumber daya

manusia. Dalam faktanya Yahya Harahap mendeskripsikan kritik pada pengadilan

yaitu: penyelesaian sengketa melalui litigasi sangat lama, biaya berperkara mahal,

Page 18: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

2

pengadilan kerap tidak responsif, putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah

dan kemampuan para hakim bersifat generalis.1

Akhir dari penjatuhan pidana adalah terpidana menjadi narapidana di lembaga

permasyarakatan. Dampaknya permasyarakatan menjadi penuh, yang melahirkan

problem kompleks sehingga tujuan permasyarakatan dan kemanfaatannya tidak dapat

dirasakan masyarakat. Sehingga negara tidak mengambil manfaat, bahkan pada

kenyataannya menanggung beban ekonomi yang tinggi (high cost economy).2

Merujuk pada kondisi permasalahan penegakan hukum tersebut maka timbul

kebutuhan akan suatu mekanisme yang mampu mengakomoditir kepentingan-

kepentingan serta menghasilkan keputusan bersama. Salah satu mekanisme konsep

yang muncul untuk mewujudkan gagasan tersebut adalah Mediasi Penal sebagai

alternatif penyelesaian perkara pidana diluar peradilan. Ditengah banyaknya

permasalahan tersebut, Mediasi Penal sangat diperlukan dan diyakini dapat

memberikan manfaat yang lebih berarti, baik itu bagi pelaku, korban maupun negara.

Mekanisme mediasi yang merupakan bagian dari Alternative Dispute Resolution

(ADR) selama ini hanya dikenal dalam hukum perdata. Kini mediasi, mulai banyak

dipraktikkan untuk menyelesaikan perkara pidana karena pergeseran dari paradigma

penegakan hukum pidana dari keadilan retributif menjadi keadilan restoratif.3

Penegakan hukum yang berorientasi pada keadilan retributif, lebih menekankan

1 M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa,

Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm 153. 2 Bambang Waluyo, Penegakan Hukum Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 130.

3 Ibid, hlm. 144.

Page 19: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

3

penjatuhan hukuman terhadap pelaku atau balas dendam. Sedangkan penegakan

hukum yang berorientasi pada keadilan restoratif terdapat perkembangan

penyelesaian perkara pidana yang memperhatikan kepentingan pemulihan hak-hak

korban sehingga korban dan pelaku dapaat hidup berdampingan secara damai seperti

sebelum terjadinya kejahatan.

Beberapa tindak pidana, seperti pencurian, kecelakaan lalu lintas, dan tindak pidana

lain yang berdimensi perdata, keberhasilan keadilan bukan diukur oleh seberat apa

pidana yang dijatuhkan hakim, tapi sebesar apa kerugian dipulihkan oleh pelaku.

Pemahaman ini berkaitan dengan usaha-usaha pembaharuan pidana yang sekarang

sedang disusun. Konsep rancangan KUHP baru jika dipelajari menunjukkan adanya

pembaharuan yang sangat mendasar terutama dalam sistem pemidanaan. Beberapa

pembaharuan yang humanistis tanpa menghilangkan sifat represif dari hukum pidana

diantaranya; (1) lebih mengutamakan pidana denda, (2) pidana penjara digunakan

sebagai pilihan terakhir, hanya untuk tindak pidana serius dan berbahaya, (3) adanya

pedoman dalam penerapan pidana penjara.4

Praktik mediasi penal sudah sering dilakukan terhadap penyelesaian perkara pidana di

luar pengadilan. Padahal, Indonesia belum terdapat Undang-Undang yang mengatur

secara eksplisit mengenai aturan mediasi untuk menyelesaikan perkara pidana.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa serta Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016

tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan hanya melingkupi ranah hukum perdata,

4 Muhari Agus Santoso, Paradigma Baru Hukum Pidana, Averroes Press, Malang, 2002, hlm 17.

Page 20: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

4

sehingga fakta ini menimbulkan pertanyaan seperti apa dasar pelaksanaan mediasi

penal.

Selama ini upaya penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan dipraktikan melalui

diskresi aparat penegak hukum, khususnya kepolisian, dalam hal ini kepolisian dalam

proses penyelidikan maupun penyidikan menentukan apakah sebuah perkara akan

diproses lebih lanjut ataukah diberhentikan. Wewenang diskresinya yang

menindaklanjuti Surat Kapolri No. Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS tanggal 14

Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolution

(ADR), kepolisian dapat memutus menyelesaikan perkara pidana di luar pengadilan

serta diharapkan dapat bijaksana terhadap penanganan perkara pidana. Selain itu

terdapat pengaturan mengenai penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan pada

Peraturan Kapolri No. 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penanganan Kecelakaan

Lalu Lintas dan Peraturan Mahkamah Agung (selanjutnya disebut PERMA) Nomor 2

Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda

dalam KUHP.

Pihak lain yang memiliki peranan dalam menyelesaikan perkara pidana di luar

pengadilan selain polisi adalah advokat. Seorang advokat haruslah selalu mengikuti

perkembangan hukum, sehingga dalam mendampingi kliennya baik sebagai korban

maupun sebagai pelaku kejahatan, tidak bisa hanya melihat perkara yang ditangani

dengan sudut pandang law in book, tetapi juga law in action. Pasal 4 Undang-undang

nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum menentukan bahwa Bantuan Hukum

yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum meliputi masalah hukum keperdataan,

Page 21: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

5

pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun non litigasi dan meliputi

menjalankan kuasa, mendampingi, mewakili, membela, dan/atau melakukan tindakan

hukum lain untuk kepentingan hukum Penerima Bantuan Hukum. Dengan begitu,

dalam tugas dan kewajibannya, seorang advokat tidak diharuskan untuk sampai

beracara dalam persidangan. Penyelesaian melalui mediasi adalah langkah awal dari

tugas advokat dan merupakan salah satu bentuk pemberian bantuan hukum.

Permasalahan sampai dengan sekarang tidak ada peraturan mengenai mediasi penal

dalam hukum positif Indonesia, advokat adalah salah satu pihak yang berperan dalam

mengembangkan gagasan dan praktik mediasi penal. Dengan berlakunya Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, advokat memiliki peran strategis untuk

mendampingi para pihak dalam mengupayakan penyelesaian perkara pidana maupun

perdata di luar pengadilan. Praktik mediasi penal pada penyelesaian perkara pidana di

wilayah kota Bandar Lampung sudah pernah ditangani oleh advokat yang dimintai

pendampingan oleh kliennya. Perkara pidana yang dimaksud berhubungan dengan

tindak pidana ketenagakerjaan Pasal 90 ayat (1) juncto Pasal 185 ayat (1) UU Nomor

13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dengan menggaji/mengupah pekerjaan di

bawah Upah Minimum Kota (UMK). Advokat sebagai kuasa hukum mengupayakan

hasil yang diinginkan para pihak melalui mediasi penal. Mediasi penal ditempuh

sebagai penyelesaian perkara pidana para pihak selesai di luar pengadilan.

Masalah lain yang timbul dari praktik mediasi penal adalah mengenai konsekuensi

dari kesepakatan damai yang dicapai dalam mediasi penal. Tidak ada kepastian

Page 22: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

6

apakah kesepakatan hukum itu selain mengikat para pembuatnya juga sekaligus

menghentikan perkara, ataukah tidak berpengaruh terhadap proses pemeriksaan

perkara. Apa yang diuraikan di atas adalah masalah yang dapat timbul setelah mediasi

penal dilaksanakan dengan menghasilkan suatu kesepakatan. Dalam hukum pidana

terdapat prinsip ganti rugi tidak menghapus sifat melawan hukum dalam tindak

pidana. Selain itu, dalam hukum acara pidana, pencabutan laporan dapat dilakukan

tergantung pada tindak pidananya, apakah merupakan delik aduan atau delik biasa.

Apakah kesepakatan itu hanya menimbulkan kewajiban bagi tersangka untuk

melakukan perbuatan yang disepakati (misalnya ganti rugi), atau sekaligus membuat

penyidik harus menghentikan pemeriksaan terhadap perkara itu? Peran aktif baik dari

aparat polisi maupun advokat berpengaruh dalam tercapainya kesepakatan yang adil,

final dan mengikat. Maka dari itu kajian mengenai penerapan mediasi penal perlu

juga diikuti kajian mengenai akibat hukum kesepakatan damai mediasi penal.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik mengkaji lebih dalam

mengenai “Peranan Advokat dalam Melakukan Mediasi Penal sebagai Alternatif

Penyelesaian Perkara Pidana”

Page 23: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

7

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peranan advokat dalam melakukan mediasi penal pada

penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan di wilayah kota Bandar Lampung?

2. Apakah akibat hukum dari kesepakatan damai yang dihasilkan mediasi penal

terhadap proses penanganan perkara pidana?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup materi pada tulisan ini terkait dengan bidang hukum pidana materil

dan formil yang mengkaji tentang prosedur penegakan hukum pidana khususnya

melalui mediasi penal. Dengan lokasi penelitian dilakukan di Kantor Advokat Kota

Bandar Lampung dan Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan

pada tahun 2018.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan bertujuan

untuk:

a. Mengetahui peran advokat dalam melakukan mediasi penal sebagai penyelesaian

perkara pidana di luar pengadilan di wilayah kota Bandar Lampung.

b. Mengetahui akibat hukum dari kesepakatan yang dihasilkan mediasi penal.

Page 24: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

8

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan saran yang

bermanfaat terhadap Ilmu Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana pada khususnya,

dalam hal Mediasi Penal sebagai pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Indonesia,

serta sebagai materi muatan untuk peraturan mengenai Mediasi Penal.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penilitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para

pelaku dan korban tindak pidana, dan penegak hukum khususnya advokat dalam

melakukan mediasi penal sebagai penyelesaian perkara pidana.

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual

1. Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan,

asas, keterangan dan kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan, dan

pedoman dalam penilitian dan penulisan. Dapat pula dikatakan sebagai konsep-

konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka

acuan pada dasarnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi

sosial yang dianggap relevan untuk penelitian.5

5 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Ui Press, Jakarta, 1986,hlm.123.

Page 25: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

9

Terkait dengan ide dasar yang melatarbelakangi tulisan ini maka teori yang

digunakan yaitu:

a. Teori Peran

Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan

perikelakuan, pada kedudukan-kedudukan tertentu didalam masyarakat, kedudukan

mana dapat dipunyai pribadi ataupun kelompok-kelompok. Pribadi yang mempunyai

peran tadi dinamakan pemegang peran (role occupant), dan perikelakuannya adalah

berperannya pemegang peran tadi dapat sesuai atau mungkin berlawanan dengan apa

yang ditentukan di dalam kaidah-kaidah.6 Peran adalah aspek dinamis kedudukan

(status).7 Peran mungkin mencakup tiga hal yaitu sebagai berikut:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan

yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur

sosial masyarakat.8

Setiap orang mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola

pergaulannya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menentukan apa yang dibuatnya

6Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 139.

7Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 212

8 Ibid, hlm. 213.

Page 26: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

10

bagi masyarakat kepadanya. Peran menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu

dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan

dapat menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang sekelompoknya,

hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarkat merupakan hubungan antara

peran-peran individu dalam masyarakat. Peran diatur oleh norma-norma yang

berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang laki-laki bila

berjalan bersama seorang wanita, harus disebelah luar.9

Dari teori peran yang diuraikan diatas, menurut Sunarto dapat diambil suatu

pengertian untuk lebih mudah dipahami berkaitan dengan teori peran bahwa:

a. Peran yang telah ditetapkan sebelumnya disebut sebagai peran normatif. Sebagai

peran normatif dalam hubungannya dengan tugas dan kewajiban sebagai penegak

hukum dalam menegak hukum mempunyai arti, penegakan secara total

enforcement, yaitu penegakan hukum yang bersumberkan pada substansi

(substantif of criminal of law);

b. Peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh

pemegang peran tersebut. Misalnya penegak hukum sebagai suatu organisasi

formal tertentu diharapkan berfungsi dalam penegakan hukum dapat ditindak

sebagai pengayom dan pelindung masyarakat dalam rangka mewujudkan

ketertiban, keamanan, keadilan yang mempunyai tujuan akhir kesejahteraan

masyarakat, meskipun peran itu tidak tercantum dalam peran normatif;

9 Ibid, hlm. 213

Page 27: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

11

c. Interaksi kedua peran yang telah diuraikan di atas, akan membentuk peran faktual

yang dimiliki penegak hukum. Sebagai aktualisasi peran normatif dan peran yang

diharapkan yang timbul karena kedudukan penegak hukum sebagai unsur

pelaksana yang memiliki diskresi yang didasarkan perkembangan situasional dan

mencapai tujuan hukum.10

Berdasarkan teori diatas peran advokat sebagai salah satu penegak hukum memiliki

peran dalam penyelesaian kasus hukum kliennya yang sedang ditanganinya baik

melalui proses litigasi maupun melalui proses non litigasi yang dapat dilaksanakan

dalam bentuk:

a. legal advice

b. legal service

c. legal consultant

d. legal opinion

e. legal drafting.

Sedangkan pendampingan kepada kliennya oleh seorang advokat dilaksanakan

dengan mekanisme:

a. menerima klien yang meminta pendampingan;

b. wawancara dengan klien;

c. membuat surat kuasa;

d. membuat kajian hukum atas issue of dispute;

e. membuat surat-surat resmi;

f. melakukan koordinasi dengan pihak terkait;

10

Sunarto, Keterpaduan dalam Penanggulangan Kejahatan, Bandar lampung: Anugrah Utama

Raharja (AURA), 2016, hlm. 33.

Page 28: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

12

g. memberikan pendampingan psikososial;

h. mendampingi didalam persidangan maupun diluar persidangan; i. menyusun laporan pelaksanaan pendampingan.

b. Teori Restorative Justice

Restorative justice atau keadilan restoratif merupakan bagian dari sistem peradilan

pidana dan eksistensinya sangat mirip dengan model penyelesaian perkara perdata

yang menggunakan jalan mediasi. Penanganan perkara pidana dengan pendekatan

keadilan restoratif menawarkan pandangan-pandangan dan pendekatan berbeda dalam

memahami dan menangani suatu tindak pidana.

Berpijak pada pandangan keadilan restoratif makna tindak pidana pada dasarnya

sama seperti pandangan hukum pidana pada umumnya yaitu serangan terhadap

individu dan masyarakat serta hubungan kemasyarakatan. Akan tetapi dalam

pendekatan keadilan restoratif, korban utama atas terjadinya suatu tindak pidana

bukanlah negara, sebagaimana dalam sistem peradilan pidana yang sekarang ada.

Oleh karenanya kejahatan menciptakan kewajiban untuk membenahi rusaknya

hubungan akibat terjadinya suatu tindak pidana. Sementara keadilan dimaknai

sebagai proses pencarian pemecahan masalah yang terjadi atas suatu perkara pidana

dimana keterlibatan korban, masyarakat dan pelaku menjadi penting dalam usaha

perbaikan, rekonsoliasi dan penjaminan keberlangsungan usaha perbaikan tersebut.11

Praktiknya keadilan restoratif kerap diterapkan melalui mediasi penal di luar

peradilan. Penyelesaian perkara melalui mekanisme di luar peradilan saat ini sangat

11

Jonlar Purba, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Bermotif Ringan Dengan Restorative

Justice, Jala Permata Aksara, Jakarta, 2017,hlm.55.

Page 29: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

13

lazim dilakukan dan dapat diterima oleh masyarakat karena dirasa lebih mampu

menjangkau rasa keadilan, walaupun beberapa praktisi dan ahli hukum berpendapat

bahwa mediasi hanya dapat diterapkan dalam perkara perdata, bukan untuk

menyelesaikan perkara pidana karena pada prinsipnya perkara pidana tidak dapat

diselesaikan melalui mekanisme di luar peradilan.12

c. Kepastian Hukum dan Kemanfaatan

Penerapan teori kepastian hukum dilandasi oleh pandangan positivistis terhadap

hukum, yang memandang hukum sebagai seperangkat perintah yang dibuat oleh

penguasa untuk diberlakukan kepada masyarakat dengan menyediakan sanksi bagi

pelanggarnya. Kemudian menurut paham legalisme dan positivisme yuridis bahwa

pada hakikatnya hukum adalah sebatas peraturan tertulis (undang-undang).13

Konsekuensinya setiap perbuatan yang melawan aturan hukum maka dapat dikatakan

melanggar hukum atau apabila setiap aparat melakukan tindakan di luar ketentuan

hukum dapat dikatakan melakukan tindakan sewenang-wenang.

Dalam penegakan hukum pidana, kemanfaatan merupakan hal yang tidak dapat

dilepaskan dari praktiknya karena penegakan hukum pidana mempunyai tujuan dan

manfaat tertentu. Berdasarkan yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham, bahwa

selain pembalasan sifat-sifat penting dari penegakan hukum pidana harus bermanfaat.

Pidana bukan hanya fokus pada pembalasan penderitaan terhadap pelaku tetapi yang

12

Barda Nawawi Arief, Mediasi Penal-Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan, Pustaka Magister,

2012,hlm.2. 13

Fachmi, Kepastian Hukum Mengenai Putusan Batal Demi Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana

Indonesia, Ghalia Indonesia Publishing, Jakarta, 2011,hlm.43.

Page 30: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

14

utama yakni meningkatkan perbaikan diri dan harus memberikan ganti rugi kepada

pihak yang dirugikan.14

2. Konseptual

Pada karya tulis ini, penulis ingin menggunakan beberapa istilah yang maknanya

disesuaikan dengan fokus kajian yang merupakan fokus perhatian utamanya. Maka

dari beberapa istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Peran

Peran (role) adalah sesuatu yang diharapkan yang dimiliki oleh individu yang

mempunyai kedudukan lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat yang erat

kaitannya dengan status.15

b. Advokat

Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik di dalam

maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan

undang-undang.16

c. Alternatif

Alternatif adalah suatu pilihan yang memaksa terhadap dua keadaan yang sukar

atau kurang enak untuk dipilih.

14

Jeremy Bentham, Teori Perundang-undangan: Prinsip-prinsip Legislasi Hukum Perdata dan

Hukum Pidana, Penerjemah Nurhadi, Nuansa, Bandung, 2006,hlm.378. 15

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press,

1991, hlm. 132. 16

H.A. Sukris Sarmadi, Advokat Litigasi & Non Litigasi Pengadilan, Mandar Maju, Bandung, 2009,

hlm. 3.

Page 31: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

15

d. Mediasi Penal

Mediasi penal adalah proses membawa korban dan pelaku bersama-sama untuk

mencapai kesepakatan bersama mengenai restitusi yang akan menjadi norma.17

e. Perkara Pidana

Perkara Pidana adalah suatu obyek atau urusan yang harus diselesaikan oleh aparat

penegak hukum mengenai suatu perbuatan yang dianggap atau telah memenuhi

suatu rumusan delik.18

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdiri dari:

a. PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, permasalahan dan ruang

lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori dan konseptual serta

sistematika penulisan.

b. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai kepustakaan yang terdiri dari materi hukum acara pidana,

teori keadilan restoratif, mediasi penal, dan advokat dalam penegakkan hukum.

17

I Ketut Sudira, Mediasi Penal Perkara Penelantaran Rumah Tangga, UII Press, Bali, 2016, hlm. 38. 18

Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan, Prenamedia, Jakarta. 2014,hlm.6.

Page 32: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

16

c. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan

masalah, sumber dan jenis data, narasumber, prosedur pengumpulan dan

pengolahan data serta analisis data.

d. PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari bagaimana

peranan advokat dalam melakukan mediasi penal pada penyelesaian perkara

pidana di luar pengadilan di wilayah kota Bandar Lampung dan apakah akibat

hukum dari kesepakatan damai yang dihasilkan mediasi penal terhadap proses

penanganan perkara pidana.

e. PENUTUP

Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan berisikan

saran yang merupakan jalan keluar dari hambatan yang ditemukan dalam

penelitian ini.

Page 33: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Acara Pidana

1. Pengertian Hukum Acara Pidana

Menurut Andi Hamzah, penggunaan istilah „hukum acara pidana‟ sudah tepat

dibanding dengan istilah „hukum proses pidana‟ atau „hukum tuntutan pidana‟.

Belanda memakai istilah strafvordering yang kalau diterjemahkan akan menjadi

tuntutan pidana, bukan istilah strafprocesrecht yang padanannya adalah acara pidana.

KUHAP tidak memberikan definisi tentang hukum acara pidana, tetapi bagian-

bagiannya seperti penyidikan, penuntutan, mengadili, praperadilan, putusan

pengadilan, upaya hukum, penyitaan, penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan

lain-lain di definisikan dalam Pasal 1.

Menurut Simons, hukum acara pidana (hukum pidana formal) mengatur tentang

bagaimana Negara melalui alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan

menjatuhkan pidana.19

Van Bemellen memberi definisi yang lebih lengkap dan tepat karena merinci pula

substansi hukum acara pidana itu, bukan permulaan dan akhirnya saja.

19

D. Simons, Beknopte Handleiding tot hek Wetboek van Strafvordering dalam Andi Hamzah,Hukum

Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 4.

Page 34: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

18

Terjemahan bebas definisi Van Bemellen adalah sebagai berikut:20

“Ilmu hukum acara pidana ialah mempelajari peraturan-peraturan yang diciptakan

oleh Negara, karena adanya pelanggaran undang-undang pidana, yaitu; negara

melalui alat-alatnya menyidik kebenaran, sedapat mungkin menyidik pelaku

perbuatan itu, mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap si pembuat

dan kalau perlu menahannya, mengumpulkan bahan-bahan bukti yang telah diperoleh

pada penyidik guna dilimpahkan pada hakim dan membawa terdakwa ke depan

hakim, hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan yang

dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan pidana, upaya hukum untuk

melawan keputusan tersebut, akhirnya melaksanakan keputusan tentang pidana.”

Mantan ketua Mahkamah Agung, Wirjono Prodjodikoro, juga menyatakan

pendapatnya tentang hukum acara pidana, yaitu:

“Jika suatu perbuatan dari seorang tertentu menurut peraturan hukum pidana

merupakan perbuatan yang diancam dengan hukum pidana, jadi jika ternyata ada hak

badan pemerintah yang bersangkutan untuk menuntut seseorang guna mendapat

hukuman pidana, timbullah soal cara bagaimana hak menuntut itu dapat

dilaksanakan, cara bagaimana, dan oleh siapa suatu putusan-putusan pengadilan harus

dijalankan, hal ini semua harus diatur dan peraturan inilah yang dinamakan hukum

acara pidana.”21

20

Van Bemmelen dalam Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta 2008,

hlm. 5. 21

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Acara Pidana di Indonesia, Sumur bandung, bandung, 1981, hlm. 15.

Page 35: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

19

Menurut R. Soesilo, hukum acara pidana dapat diartikan secara sempit dan luas.

Hukum acara pidana memiliki arti sempit ketika hukum acara pidana hanya meliputi;

pemeriksaan pendahuluan oleh polisi dan penuntutan oleh jaksa, pemeriksaan dan

penuntutan perkara pidana dalam sidang, dan pelaksanaan putusan oleh hakim.

Sedangkan Hukum acara pidana dalam arti luas selain memuat tiga hal di atas,

meliputi pula hal susunan, kekuasaan, peraturan kehakiman yang ada hubungannya

dengan penuntutan pidana.22

Jika mengacu pada pendapat para ahli di atas dan pada KUHAP, maka nampkanya

pembicaraan mengenai hukum acara pidana akan selalu seputar penyidikan,

penuntutan, pemeriksaan di muka pengadilan, dan pada akhirnya penjatuhan sanksi

oleh hakim. Jadi, dapat dikatakan penerapan mediasi penal adalah suatu pembaharuan

dalam penegakkan hukum pidana dan penanggulangan kejahatan.

2. Tujuan dan Fungsi Hukum Acara Pidana

Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca pada pedoman pelaksanaan

KUHAP yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman sebagai berikut:23

“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau

setidaknya mendekati kebenaran materil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya

dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara

jujur dan didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta

22

R. Soesilo, Hukum Acara Pidana Prosedur Penyelesaian Perkara Pidana menurut KUHAP bagi

Penegak Hukum, Politeia, Bogor, 1982, hlm. 6. 23

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 7.

Page 36: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

20

pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa

suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat

dipersalahkan.”

Dalam kalimat di atas, Andi Hamzah tidak setuju dengan bagian kalimat, “setidak-

tidaknya mendekati kebenaran.” Kebenaran itu harus didapatkan dalam menjalankan

hukum acara pidana dan umumnya para penulis menyebut “mencari kebenaran

materil” merupakan tujuan dari hukum acara pidana.

Mengenai fungsi hukum acara pidana, pengertian antara tujuan hukum acara pidana

dan fungsi atau tugas hukum acara pidana sering begitu saja di campuradukkan,

sebagaimana yang dirumuskan dalam Pedoman Pelaksanaan KUHAP di atas, karena

sulitnya menempatkan posisi kedamaian, kebenaran, dan keadilan dalam hukum.

Hukum yang mengatur tatanan beracara perkara pidana itu tujuannya di arahkan pada

posisi untuk mencapai kedamaian, adapun penyelenggaraan beracara perkara pidana

oleh pelaksana dengan tugas mencari dan menemukan fakta menurut kebenaran dan

selanjutnya mengajukan tuntutan hukum yang tepat untuk mendapatkan penerapan

hukum berdasarkan keadilan.24

Dengan demikian, fungsi atau tugas dalam hukum acara pidana melalui alat

perlengkapannya adalah: (1) untuk mencari dan menemukan fakta menurut

kebenaran, (2) mengadakan penuntutan hukum dengan tepat, (3) menerapkan hukum

dengan keputusan berdasarkan keadilan, dan (4) melaksanakan keputusan secara adil.

24

Bambang Poemomo, Pola Dasar Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana dan Penegakkan Hukum

Pidana, Liberty, Yogyakarta, 1993, hlm. 29.

Page 37: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

21

3. Asas-asas Hukum Acara Pidana

a. Asas Legilitas

Asas pertama dalam hukum acara pidana adalah asas legalitas sebagai padanan asas

legalitas dalam hukum pidana materil. Ada perbedaan dengan asas legalitas dalam

Pasal 1 ayat (1) KUHP yang merumuskan:

“Tiada suatu perbuatan (feit) yang dapat dipidana selain berdasarkan kekuatan

ketentuan perundang-undangan pidana yang ada sebelumnya.”

Dalam KUHP dipakai istilah perundang-undangan pidana (wettelijk strafbepaling)

yang berarti suatu peraturan yang lebih rendah dari Undang-Undang dalam arti

formil, seperti Peraturan Pemerintah dan Perda dapat memuat rumusan delik dan

sanksi pidana. Adapun dalam hukum acara pidana dipakai istilah Undang-Undang

(wet), sehingga hanya dengan Undang-Undang suatu tindakan pembatasan hak asasi

manusia seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dapat

dilakukan.25

b. Asas Peradilan Cepat, Sederhana, Biaya Ringan

Asas peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan yang dianut dalam KUHAP

merupakan penjabaran dari Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman No. 48 Tahun 2009. Dalam KUHAP, sebagai perwujudan dari

asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan, tersangka atau terdakwa berhak:

25

Andi Hamzah, op.cit., hlm 10.

Page 38: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

22

- Segera mendapat pemeriksaan dari penyidik (Pasal 50);

- Segera diajukan pada penuntut umum oleh penyidik {Pasal 107 ayat (3)};

- Segera diajukan ke pengadilan oleh penuntut umum {Pasal 140 ayat (1)};

- Segera diadili oleh pengadilan.

c. Asas Praduga Tidak bersalah (Persumption of Innocence)

Asas ini ada dalam penjelasan umum butir 3 huruf c dan sebenarnya telah dirumuskan

dalam Pasal 8 Undang-Undang Pokok Kekuasaan Indonesia No. 48 tahun 2009, yang

merumuskan;

“Setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan

di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan

pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Asas Praduga tak bersalah ditinjau dari segi teknis yuridis maupun dari teknis

penyidikan dinamakan prinsip akusatur (menuduh) atau accusatory procedure, yang

menempatkan kedudukan tersangka/terdakwa dalam setiap pemeriksaan:

- Adalah subjek, bukan objek, harus diperlakukan sebagai manusia yang bermartabat,

- Yang menjadi objek pemeriksaan adalah kesalahan yang dilakukan

tersangka/terdakwa.26

26

Yahya Harahap, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan

Penuntutan), Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hlm 40.

Page 39: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

23

d. Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum

Dapat kita perhatikan Pasal 153 KUHAP merumuskan:

“Untuk keperluan pemeriksaan hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan

terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya

anak-anak.” (ayat 3), “Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3)

mengakibatkan batalnya putusan demi hukum.” (ayat 4).

Terhadap ketentuan tersebut, selain dalam perkara mengenai kesusilaan atau

terdakwanya anak-anak, sebenarnya masih ada pengecualian lain, yaitu delik yang

berhubungan dengan rahasia militer atau yang menyangkut ketertiban umum

(openbare orde). Walaupun sidang dinyatakan tertutup untuk umum, namun

keputusan hakim dinyatakan dalam sidang yang terbuka untuk umum, bahkan Pasal

13 Undang-undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Pasal 195

KUHAP menentukan;

“Semua putusan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan

dalam sidang terbuka untuk umum.”

e. Semua Orang diperlakukan Sama di Depan Hakim

Negara-negara hukum yang menjunjung tinggi persamaan kedudukan di hadapan

hukum atau equality before the law pada umumnya menganut pasal ini. Asas ini

secara tegas tercantum dalam Pasal 5 ayat (1). Penjelasan Umum butir 3a KUHAP,

yang menetukan:”Pengadilan mengadili menurut hukum tidak membedakan orang.”

Page 40: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

24

B. Teori Keadilan Restoratif (Restorative Justice)

1. Pengertian dan Konsep Restorative Justice

Selama ini upaya penanggulangan kejahatan masih menitikberatkan pada

penghukuman pelaku. Hampir seluruh tindak pidana yang ditangani oleh sistem

peradilan pidana berakhir dengan penjatuhan hukuman penjara. Padahal penjara

bukanlah solusi terbaik dalam menyelesaikan masalah kejahatan karena tidak selalu

berhasil memberikan pendidikan dan penyadaran bagi narapidanya dan pada akhirnya

tidak berhasil mencegah bekas narapidana melakukan kejahatan lagi. Penjatuhan

pidana penjara yang tidak tepat pun dikritik sebagai sanksi yang hanya akan

menyisakan penderitaan, masalah ekonomi, dan stigma.27

David Lerman mengemukakan bahwa sementara orang merasa pemenjaraan pelaku

kejahatan dapat meningkatan keamanan, sesungguhnya ada konsekuensi yang akan

timbul disebabkan adanya stigma terhadap narapidana dan kurangnya rasa percaya di

antara masyarakat.28

Rasa curiga antar masyarakat itu ternyata dapat memicu

dilakukannya sebuah perbuatan kriminal. Rasa curiga menimbulkan rasa takut pada

masyarakat dan memutuskan untuk harus mewaspadai bahkan jika perlu menjaga

jarak dari „orang lain‟. Semakin besar kecurigaan itu, semakin orang menjadi

individual, dan semakin rentan pula dia terhadap ancaman kejahatan. Menurunnya

rasa percaya antar masyarakat akan melemahkan ikatan pada suatu kesatuan

27

Kuat Puji Prayitno. 2012. Restorative Justice untuk Peradilan di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum.

Vol. 12 No. 3. Universitas Jenderal Soedirman, hlm. 416.

http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/viewFile/116/65, diunduh pada 30

November 2017. 28

David Lerman, Restoring Justice, Mediation, Asghate Publishing Company, USA, 2001, hlm. 591.

Page 41: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

25

masyarakat. Tanpa ikatan yang bisa memperkuat suatu komunitas masyarakat, maka

akan hilang pula kontrol sosial yang seharusnya bisa menciptakan ketertiban

masyarakat dan mencegah kejahatan.

Sistem pemidanaan yang memiliki fokus yang salah dengan hanya mementingkan

tentang bagaimana menghukum dan memenjarakan seorang pelaku tindak pidana

mendorong berkembangnya paradigma penghukuman yang disebut restorative

justice. Patrialis Akbar ketika masih menjabat sebagai Menteri Hukum dan HAM

sempat mengajukan konsep penegakkan hukum yang berlandaskan prinsip restorative

justice untuk mengatasi permasalahan lemahnya sistem peradilan pidana di negara

kita.

Restorative Justice atau keadilan restoratif adalah sebuah pendekatan untuk keadilan

yang berfokus pada kebutuhan korban, pelaku, serta masyarakat yang terlibat, bukan

memuaskan prinsip-prinsip hukum abstrak atau menghukum pelaku. Korban

mengambil peran aktif dalam proses, sementara pelaku didorong untuk mengambil

tanggungjawab atas tindakan mereka, untuk memperbaiki hal-hal yang

membahayakan mereka, dengan cara meminta maaf, mengembalikan uang yang

dicuri, atau pelayanan masyarakat.

Pendekatan baru bernama restorative justice ini muncul sebagai respon terhadap

sistem pemidanaan yang fokusnya hanya mementingkan tentang bagaimana

menghukum dan memenjarakan seseorang yang melakukan tindak pidana.

Restorative justice bertujuan untuk merubah pengarahan hukum pidana dengan

Page 42: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

26

merubah fokusnya pada kebutuhan korban dan perbaikan ketertiban masyarakat

daripada dengan gampangnya memenjarakan seseorang.29

Dewasa ini, kesadaran untuk tidak hanya membentuk instrument hukum yang

memfokuskan pada perlindungan HAM pelaku terlihat dalam berbagai konvensi atau

deklarasi internasional. Salah satunya pada tahun 1985 melalui Declaration of Basic

Principles of Justice for Victims of Crime and Abuse Power, perhatian Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) mulai meningkat khususnya yang berkaitan dengan akses

untuk memperoleh keadilan, hak untuk memperoleh kompensasi, restitusi, serta

bantuan-bantuan lain yang harus diatur dalam undang-undang nasional.30

Konsep Restorative Justice pada dasarnya sederhana. Ukuran keadilan tidak lagi

berdasarkan pembalasan setimpal dari korban kepada pelaku, namun perbuatan yang

menyakitkan itu disembuhkan dengan memberikan dukungan kepada korban dan

mensyaratkan pelaku untuk bertanggungjawab. Selain itu, juga memberikan suatu

bentuk bantuan bagi pelaku untuk menghindari pelanggaran di masa depan. Keadilan

Restoratif yang mendorong dialog antara korban dan pelaku menunjukkan tingkat

tertinggi kepuasan korban dan akuntabilitas pelaku.

Kekuatan konsep dari restorative justice adalah penempatan korban dan masyarakat

yang berbeda dari paradigma peradilan pidana selama ini. Penerapannya adalah suatu

mekanisme informal dan non ajudikatif dalam menangani konflik atau permasalahan

kejahatan dimana pelaku, korban dan masyarakat mengambil peranan penting dalam

29

Carrie Menkel-Meadow, Mediation, Asghate Publishing Company, USA, 2001, hlm. 591. 30

Siswanto Sunarso, Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm.

74.

Page 43: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

27

pengambilan keputusan. Salah satu bentuk mekanisme itu adalah mediasi penal yang

mendorong adanya pertemuan antara pelaku dan korban dengan dibantu seorang

mediator sebagai fasilitator.

2. Perbandingan Retributive Justice dengan Restorative Justice

Munculnya ide keadilan restoratif tidak lepas dari eksistensi pandangan yang

sebelumnya telah mendominasi sistem pemidanaan, yaitu pandangan retributif

(retributive view). Dalam retributive justice tidak terdapat tempat bagi korban untuk

masalah pemidanaan. Teori ini menekankan pada pembalasan yang tercermin dari

sanksi pidana penjara. Dalam United Nations Office for Drug Control and Crime

Prevention, dinyatakan pendekatan restorative justice telah digunakan dalam

memecahkan masalah konflik antara para pihak dan memulihkan perdamaian di

masyarakat karena pendekatan-pendekatan retributive terhadap kejahatan dalam

tahun-tahun terakhir ini dianggap sudah tidak memuaskan lagi.

Retributive justice atau keadilan retributive adalah teori keadilan yang menganggap

hukum itu, jika proporsional, merupakan resiko yang diterima secara moral sebagai

kejahatan, dengan penglihatan untuk manfaat kepuasan dan psikologis yang dapat

dilimpahkan ke pihak yang dirugikan, teman-teman, dan masyarakat.31

Jika keadilan

retributif memusatkan perhatian pada penentuan aturan apa yang dilanggar, siapa

yang melanggarnya, dan bagaimana menentukan hukuman untuk pelaku itu,

restorative justice mempertanyakan; siapa yang telah dirugikan, bagaimana korban

31

http://id.wikipedia.org/wiki/retributif-justice diakses pada tanggal 30 November 2017 pukul 16 :

30

Page 44: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

28

bisa mendapat kerugian, dan bagaimana pelaku, masyarakat, dan sistem peradilan

pidana dapat membantu memperbaiki kerugian. Jadi, prinsip dasar Restorative Justice

adalah perhatian terhadap kebutuhan korban.

C. Mediasi Penal

1. Pengertian Mediasi Penal

Menurut Kovach, mediasi berarti, “facilitated negotiation. It process by which a

neutral party, the mediator, assist disputing parties in reaching a mutually

satisfication solution.”32

Tom Campbell dalam International Library of Essays in

Law and Legal Theory menyatakan pemahaman yang lebih luas tentang mediasi,

“Mediation represent a political theory about the role of conflict in society, the

importance of equality, participation, self-determination and a form of leaderless

leadership in problem-solving and decision making.”33

Artinya Mediasi mewakili

teori politis tentang peran konflik dalam masyarakat, pentingnya kesamaan

kedudukan, partisipasi, menentukan apa yang diperlukan diri sendiri, dan sebuah

bentuk dari kepemimpinan dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan.

Sedangkan pengertian mediasi menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun

2008 adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk mencapai

kesepakatan para pihak dengan dibantu mediator.

32

Kimberlee K. Kovach, Mediation Principle and Practice, dalam Suyud Margono, ADR dan

Arbitrase, Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004, hlm.59. 33

Carrie Menkel-Meeadow, op.cit, hlm.13.

Page 45: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

29

Mengenai mediasi penal (penal mediation), peristilahan dan pengertiannya masih

sangat sedikit karena wacana tentang mediasi penal baru diperkenalkan di Indonesia.

Barda Nawawi Arief sering juga disebut dengan berbagai istilah, antara lain:

“mediation in criminal cases” atau ”mediation in penal matters” yang dalam istilah

Belanda disebut strafbemiddelling, dalam istilah Jerman disebut “Der

Aubergerichtliche Tatausgleich” (disingkat ATA) dan dalam istilah Perancis disebut

“de mediation penale”.

Mediasi penal menurut European Forum For Victim Service digambarkan sebagai

proses yang melibatkan kontak antara korban dengan pelaku, baik secara langsung

maupun ditengahi mediator. Proses mediasi secara umum dianggap sebagai isi lebih

lanjut dari keadilan restoratif. Keadilan restoratif mengedepankan konsep dialog,

mediasi dan rekonsiliasi dalam penanganan suatu tindak pidana yaitu suatu metode

yang pada prinsipnya tidak dikenal sistem peradilan pidana, hanya dikenal dalam

hukum acara perdata. Mediasi untuk perkara pidana berupaya mentransformasikan

kesalahan yang dilakukan pelaku melalui tanggungjawab dan upaya perbaikan. Para

pihak (pelaku, korban, dan mediator) mengidentifikasi permasalahan dan mencari

akar permasalahan bersama lalu menentukan upaya perbaikan yang diperlukan.

2. Latar Belakang dan Ide Dasar Mediasi Penal

Ada beberapa hal yang melatar belakangi wacana penggunaan mediasi dalam

masalah pidana. Menurut Barda Nawawi, latar belakang pemikirannya ada yang

dikaitkan dengan ide pembaharuan hukum (legal reform) dan ada yang dikaitkan

Page 46: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

30

dengan masalah pragmatis. Latar belakang ide penal reform itu antara lain ide

perlindungan korban, ide harmonisasi, ide restorative justice, ide mengatasi kekakuan

atau formalitas dalam sistem yang berlaku, ide menghindari efek negatif dari sistem

peradilan pidana dan sistem pemidanaan yang ada saat ini, khususnya dalam mencari

alternatif lain dari pidana penjara (alternative to imprisonment/alternative to

custody). Latar belakang pragmatis antara lain untuk mengurangi penumpukan

perkara (the problem of court case overload), untuk penyederhanaan proses peradilan

dan sebagainya.34

Selain latar belakang teoritik di atas, kearifan lokal dalam hukum adat di Indonesia

yang berlandaskan alam pikiran kosmis, magis dan religius sudah lama mengenal

lembaga mediasi untuk perkara pidana, antara lain di Sumatera Selatan, Aceh, dan

Lampung.

3. Prinsip Kerja Mediasi Penal

Secara teoretik, mediasi penal memiliki sejumlah prinsip mulai dari proses hingga

hasil, sebagai berikut:35

a. Penanganan konflik (Conflict Handing/Konnflicktbearbeitung)

Esensinya, tugas mediator adalah membuat para pihak melupakan kerangka hukum

dan mendorong mereka terlibat dalam proses mediasi. Oleh karena itu mediasi

34

Barda Nawawi Arief, Mediasi Penal: Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan, Penerbit Pustaka

Magister, Semarang, 2008,hlm.21. 35

I Ketut Sudira, Op. Cit, hlm. 40.

Page 47: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

31

dilakukan dalam menangani suatu sengketa yang oleh mediator didorong untuk

perdamaian.

b. Berorientasi pada proses (Process Orientation; Prozessorientierung)

Yaitu mediasi penal lebih berorientasi pada kualitas proses daripada hasil. Tujuannya

adalah menyadarkan para pelaku tindak pidana akan kesalahannya, kebutuhan-

kebutuhan konflik terpecahkan, ketenangan korban dari masa dan sebagainya. Disini,

upaya damai dilakukan dengan menyadarkan pelaku sehingga pelaku bersedia

meminta maaf kepada korban.

c. Proses informal (Informal Processeding-Informaliteid)

Yang berarti bahwa mediasi penal merupakan suatu proses yang informal.

Penanganan perkara secara kekeluargaan bersifat informal dan menghindari prosedur

hukum yang ketat. Hal ini karena pendekatan pendekatan secara kekeluargaan lebih

mendorong untuk tercapainya kedamaian.

d. Partisipasi aktif dan otonom para pihak (Active and Autonomous Participation-

Parteiautonomie/Subjektivierung)

Ini berarti bahwa para pihak dipandang sebagai subjek yang mempunyai

tanggungjawab pribadi dan kemampuan untuk berbuat. Mereka diharapkan berbuat

atas kehendaknya sendiri. Konsep ini tentu saja merupakan pergeseran orientasi

dalam hukum acara pidana konvensional para pihak merupakan objek perkara pidana.

Page 48: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

32

Prinsip kerja mediasi penal di atas dianggap senada dengan ide diversi yang

merupakan salah satu model penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan, yang

terutama sering diterapkan pada perkara yang melibatkan anak.36

Dari prinsip-prinsip

tersebut berkembanglah beberapa model mediasi. Dalam “Explanatory

memorandum” dari Rekomendasi Dewan Eropa No. R 99/19 tentang “Mediation in

Penal Matters”, dikemukakan beberapa model mediasi penal sebagai berikut:37

a. Model “Informal mediation”

Model ini dilaksanakan oleh personil peradilan pidana (criminal justice personnel)

dalam tugas normalnya, yaitu dapat dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum dengan

mengundang para pihak untuk melakukan penyelesaian informal dengan tujuan tidak

melanjutkan penuntutan apabila tercapai kesepakatan. Mediasi ini dapat dilakukan

oleh pekerja sosial atau pejabat pengawas (probation officer), oleh pejabat polisi, atau

oleh hakim. Jenis intervensi informal ini sudah biasa dalam seluruh sistem hukum.

b. Model “Traditional village or tribal moots”

Menurut model ini, seluruh masyarakat bertemu untuk memecahkan konflik pidana di

antara warganya. Model ini ada di beberapa negara yang kurang maju di wilayah

pedesaan/pedalaman. Model ini lebih memilih keuntungan bagi masyarakat luas.

Model ini mendahului hukum barat dan telah memberi inspirasi bagi kebanyakan

progaram-program mediasi modern. Program mediasi modern sering mencoba

36

Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaruan Sistem Peradilan Anak di Indonesia.

Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm 70. 37

http://search.conduit.comMediation in-Penal-Matters html diakses pada tanggal 04 Desember 2017

pukul 09.00

Page 49: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

33

memperkenalkan berbagai keuntungan dari pertemuan suku (tribal moots) dalam

bentuk yang disesuaikan dengan struktur masyarakat modern dan hak-hak individu

yang diakui menurut hukum.

c. Model “Victim-offender mediation”

Model ini melibatkan berbagai pihak yang bertemu dengan dihadiri oleh mediator

yang ditunjuk. Banyak variasi dari model ini. Mediatornya dapat berasal dari pejabat

formal, mediator independen, atau kombinasi. Mediasi ini dapat diadakan pada setiap

tahapan proses, baik pada tahap pemeriksaan di kepolisian, tahap penuntutan, tahap

pemidanaan atau setelah pemidanaan. Model ini ada yang diterapkan untuk semua

tipe pelaku tindak pidana, ada yang khusus untuk anak, ada yang untuk tipe pidana

tertentu. Ada yang terutama ditujukan pada pelaku anak, pelaku pemula, namun ada

juga untuk delik-delik berat bahkan untuk residivis.

Model Victim-Offender Mediation adalah model yang di negara kita disebut dengan

mediasi penal karena mediasi penal terutama mempertemukan antara „pelaku tindak

pidana‟ dengan „korban‟.

d. Model “Reparation negotiation programmes”

Model ini semata-mata untuk menaksir/menilai kompensasi atau perbaikan yang

harus dibayar oleh pelaku tindak pidana kepada korban, biasanya pada saat

pemeriksaan di pengadilan. Program ini tidak berhubungan dengan rekonsiliasi antara

para pihak, tetapi hanya berkaitan dengan perencanaan perbaikan materi. Dalam

Page 50: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

34

model ini pelaku tindak pidana dapat dikenakan program kerja agar dapat menyimpan

uang untuk membayar ganti rugi/kompensasi.

e. Model “Community panels or courts”

Model ini merupakan program untuk membelokkan kasus pidana dari penuntutan

atau peradilan pada prosedur masyarakat yang lebih fleksibel dan informal dan sering

melibatkan unsur mediasi atau negoisasi.

f. Model “Family and community group conferences”

Model ini telah dikembangkan di Australia dan New Zealand, yang melibatkan

partisipasi masyarakat dalam Sistem Peradilan Pidana. Model ini tidak hanya

melibatkan korban dan pelaku tindak pidana, tetapi juga keluarga pelaku dan warga

masyarakat lainnya, pejabat tertentu (seperti polisi dan hakim anak) dan para

pendukung korban. Pelaku dan keluarganya diharapkan menghasilkan kesepakatan

yang komprehensif dan memuaskan korban serta dapat membantu untuk menjaga si

pelaku keluar dari kesusahan/persoalan berikutnya.

4. Dasar Hukum Mediasi Penal

Telah disebutkan sebelumnya, pada prinsipnya berdasarkan hukum positif Indonesia

perkara pidana tidak dapat diselesaikan melalui mediasi. Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa hanya

melingkupi ranah hukum perdata (Pasal 6) undang-undang No. 30 Tahun 1999

Page 51: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

35

tentang Arbitrase dan Alternatif. Meski begitu dalam beberapa peraturan

dimungkinkan adanya penyelesaian kasus pidana di luar pengadilan, antara lain:

1. Dalam hak delik yang dilakukan berupa “pelanggaran yang hanya diancam dengan

pidana denda”. Menurut Pasal 82 KUHP, kewenangan/hak menuntut delik

pelanggaran itu hapus, apabila terdakwa telah membayar denda maksimum untuk

delik pelanggaran itu dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan kalau penuntutan

telah dilakukan. Ketentuan Pasal 82 KUHP ini dikenal dengan istilah “afkoop”

atau “pembayaran denda damai” yang merupakan salah satu alasan penghapusan

penuntutan.

2. Undang-Undang No. 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Menurut Undang-

Undang ini, batas usia anak nakal yang dapat diajukan ke pengadilan sekurang-

kurangnya 8 tahun dan belum mencapai 18 tahun. Terhadap anak di bawah 8

tahun, penyidik dapat menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua, wali,

atau orang tua asuhnya apabila dipandang masih dapat dibina atau diserahkan

kepada Departemen Sosial apabila dipandang tidak dapat lagi dibina oleh orang

tua/wali (Pasal 5 Undang-Undang Pengadilan Anak). Ketika pelaku adalah anak

berusia di bawah delapan tahun, pelaku tidak dapat diserahkan ke pengadilan dan

dimungkinkan perkara diselesaikan di luar pengadilan melalui mekanisme

mediasi.

3. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang pengadilan HAM yang memberi

kewenangan pada Komnas HAM (yang dibentuk berdasar Keppres No. 50 Tahun

Page 52: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

36

1993) untuk melakukan mediasi dalam kasus pelanggaran HAM (Pasal 1 ayat 7,

Pasal 76 ayat 1, Pasal 89 ayat 4, Pasal 96).

4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia

Pasal 18, disebutkan: (1) Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak

menurut penilaiannya sendiri”. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta kode etik Profesi Kepolisian

Negara Republik Indonesia”.

5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,

dalam Pasal 7 disebutkan bahwa pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri wajib diupayakan diversi. Diversi

dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan: diancam dengan pidana

penjara dibawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana

(recidivis).

6. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 2 Tahun 2012 menentukan

pencurian dibawah Rp. 2.500.000,00 tidak dapat ditahan. Dalam Pasal 1,

dijelaskan bahwa kata-kata “dua ratus lima puluh rupiah” dalam Pasal 364, 373,

379, 384, 407 dan Pasal 482 KUHP dibaca menjadi Rp. 2.500.000,00 atau dua juta

lima ratus ribu rupiah. Kemudian, pada Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) dijelaskan,

apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp. 2.500.000,00

Ketua Pengadilan segera menetapkan Hakim Tunggal untuk memeriksa, mengadili

dan memutus perkara tersebut dengan Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam

Page 53: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

37

Pasal 205 sampai dengan Pasal 210 KUHAP dan Ketua Pengadilan tidak

menetapkan penahanan ataupun perpanjangan penahanan. Meski begitu pencuri

tidak dibebaskan. Perkara pencurian yang dilakukan dapat diselesaikan secara

kekeluargaan lalu diproses hukum bila tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan.

7. Surat Kapolri No. Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS tanggal 14 Desember 2009

tentang Penanganan Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolution (selanjutnya

disebut ADR). Kekuatan hukum Surat Kapolri ini memang tidak setara dengan

kekuatan hukum undang-undang, namun dapat dikatakan Surat Kapolri ini adalah

aturan pertama yang secara tegas mengatur masalah mediasi penal meskipun

secara parsial dan terbatas sifatnya. Surat kapolri ini memerintahkan penyidik

untuk menyaring perkara mana yang harus dilimpahkan ke kejaksaan dan mana

yang lebih baik diselesaikan melalui ADR sebagai perwujudan restorative justice.

8. Penyelesaian perkara pidana melalui mekanisme ADR juga dapat didasarkan pada

Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan.

5. Arti Penting Mediasi Penal terhadap Korban dan Pelaku Kejahatan

Meningkatnya perhatian terhadap pembinaan narapidana sering ditafsirkan sebagai

sesuatu yang tidak berkaitan dengan pemenuhan kepentingan korban. Melihat

kurangnya perhatian pada korban dengan mengemukakan bahwa the problem of

crime, always gets reduced to ‘what can be done about criminals’, nobody asks,

‘what can be done about victims?’ everyones assumes the best ways to help the victim

is to catch the criminal-as though the offenderis the only source of the victim’s

Page 54: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

38

trouble.38

Maksudnya peradilan pidana hanya berorientasi pada terdakwa. Penuntut

dan hakim kerap hanya fokus untuk menentukan seberat apa pelaku harus dihukum.

Pada akhirnya penjatuhan pidana penjara sebagai bentuk nestapa pun tidak selalu

relevan dengan apa yang sesungguhnya dibutuhkan korban.

Keadilan restorative justice pada dasarnya menjadi kunci pembuka pemikiran

kembali tentang posisi korban dalam suatu penyelsaian perkara pidana. Dalam sistem

peradilan pidana peran korban kerap hilang karena adanya beberapa kelemahan

sistem peradilan seperti berikut:39

a. Tindak pidana lebih diartikan sebagai penyerangan terhadap otoritas pemerintahan

dan negara dibandingkan serangan kepada korban;

b. Korban hanya menjadi bagian dari sistem pembuktian dan bukan sebagai pihak

yang berkepentingan akan proses yang berlangsung;

c. Proses peradilan hanya difokuskan pada upaya penghukuman pelaku tanpa melihat

upaya perbaikan atas kerugian yang ditimbulkan dan mengembalikan

keseimbangan dalam masyarakat;

d. Dalam penyelesaiannya, fokus perhatian hanya di arahkan pada pembuktian

kesalahan pelaku, komunikasi hanya berlangsung antara hakim dan pelaku, dialog

antara pelaku dan korban sama sekali tidak ada.

38

J.E. Sahetapy, Victimology Sebuah Bunga Rampai, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1987, hlm. 40. 39

Eva Achjani Zulfa, Restorative justice dan Peradilan Pro korban, Reparasi dan Kompensasi Korban

dalam Restorative Justice, Lembaga Perlindungan Saksi dan korban, Jakarta, 2011, hlm. 28.

Page 55: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

39

Mediasi penal menawarkan pandangan dan pendekatan berbeda dalam menangani

tindak pidana. Dalam banyak kasus tertentu, berkaitan dengan aspek kerugian korban,

mediasi penal yang orientasinya memulihkan hak korban dianggap lebih dapat

memenuhi kepentingan dan rasa keadilan korban.

Sebagai perwujudan dari Surat Kapolri No. Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS tentang

Penanganan Kasus Melalui Alternative Dispute Resolution (selanjutnya disebut ADR)

maka, mediasi penal sering dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk

menyelesaikan perkara pidana.

Mediasi Penal berupaya menciptakan dialog antara pelaku dan korban karena

memperhatikan kepentingan pelaku. Pelaku didorong untuk menyadari kesalahannya

dan memahami kerugian korban. Jika pelaku sudah menyadari hal itu dan bertekad

bertanggungjawab dan berbuat baik akan mudah pembinaannya. Pelaku akan

terhindar dari stigma yang akan dia peroleh jika mendapat status sebagai narapidana.

Sanksi berupa pemulihan terhadap hak korban akan mengembangkan tanggungjawab

pelaku. Menjalani hukuman penjara memang merupakan bentuk tanggungjawab

pelaku atas kejahatannya, namun dengan menjalani pembinaan di penjara pelaku

menjalani tanggungjawab secara pasif.

D. Advokat dalam Penegakkan Hukum

1. Pengertian Advokat

Menurut Black’s Law Dictionary, kata advokat berasal dari kata latin yaitu advocare

yang berarti: seseorang yang membantu, mempertahankan, membela orang lain.

Page 56: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

40

Seseorang yang memberikan nasihat dan bantuan hukum dan berbicara untuk orang

lain di hadapan pengadilan. Seseorang yang mempelajari hukum dan telah diakui

untuk berpraktik, yang memberikan nasihat kepada klien dan berbicara untuk yang

bersangkutan di hadapan pengadilan. Seorang asisten, penasihat, atau pembicara

untuk kasus-kasus.40

Selanjutnya Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat mendefinisikan

advokat dalam pasal 1 angka (1) sebagai berikut:

“Advokat adalah orang yang berprofesi memberikan jasa hukum baik di dalam

maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan

undang-undang ini. Dengan demikian dapat disimpulkan cakupan advokat melalui

mereka yang melakukan pekerjaan baik di pengadilan maupun di luar pengadilan.”

2. Peran dan Fungsi Advokat

Peran dan fungsi advokat dapat diketahui dari definisi advokat di atas, yaitu sebagai

pemberi bantuan hukum yang dilakukan di pengadilan dan di luar pengadilan,

mencakup seluruh masalah hukum publik maupun hukum privat. Secara normatif,

Undang-Undang Advokat telah menegaskan bahwa peran advokat adalah penegak

hukum. Menegakkan hukum lazim diartikan sebagai mempertahankan hukum atau

“reshtshanhaving” dari setiap pelanggaran atau penyimpangan. Hukum diartikan

dalam arti yang luas, baik hukum sebagai produk kekuasaan publik (law as command

of the sovereign).

40

Henry Campbel Black, Black’s Law Dictionary, Wet Publishing Co, St.Paul, hlm. 55.

Page 57: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

41

Secara sosiologis, ada suatu jenis hukum yang mempunyai daya laku lebih kuat

dibanding hukum yang lain. Didapati hukum sebagai produk kekuasaan ternyata tidak

sesuai dengan hukum yang nyata hidup dalam masyarakat. Berdasar fenomena

tersebut, maka peran advokat dalam menegakan hukum akan berwujud, yaitu:

1. Mendorong penerapan hukum yang tepat untuk setiap kasus atau perkara;

2. Mendorong penerapan hukum tidak bertentangan dengan tuntutan kesusilaan,

ketertiban umum dan rasa keadilan individual dan sosial;

3. Mendorong agar hakim tetap netral dalam memeriksa dan memutus perkara, bukan

sebaliknya menempuh segala cara agar hakim tidak netral dalam menerapkan

hukum. Karena itu salah satu asas penting dalam pembelaan, apabila berkeyakinan

seorang klien bersalah, maka advokat sebagai penegak hukum akan menyodorkan

asas “clemency” atau sekedar memohon keadilan.

Banyak orang beranggapan ruang lingkup pekerjaan advokat hanya berkaitan dengan

beracara di pengadilan atau pekerjaan litigasi. Sebetulnya masih terdapat banyak

pekerjaan advokat di luar bidang litigasi, yang disebut dengan pekerjaan non litigasi

yang meliputi pemberian pelayanan hukum (legal service), nasihat hukum (legal

advice), pendapat hukum (legal opinion), menyusun kontrak (legal drafting),

memberikan informasi hukum dan membela dan melindungi hak asasi manusia.41

Bentuk bantuan non litigasi lain yang diatur adalah penyuluhan hukum; investigasi

perkara, baik secara elektronik maupun nonelektronik; penelitian hukum; mediasi;

41

V. Harlen Sinaga, Dasar-Dasar Profesi Advokat, Penerbit erlangga, Jakarta, 2011, hlm. 20.

Page 58: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

42

negoisasi; pemberdayaan masyarakat; pendampingan di luar pengadilan; dan/atau

drafting dokumen hukum.

Pekerjaan non litigasi di Indonesia memiliki kesamaan dengan tugas socilitor, yaitu

mereka yang dapat melakukan pekerjaan di bidang hukum tetapi tidak tampil di

pengadilan. Agak mirip dengan hal ini, fungsi advokat di Amerika Serikat dapat

dibagi ke dalam tiga jenis: advokat yang memiliki pekerjaan di pengadilan; advokat

sebagai penasihat; advokat sebagai juru runding.

3. Advokat sebagai Officium Nobile

Tugas advokat bukanlah merupakan pekerjaan (vocation beroep), tetapi lebih

merupakan profesi. Profesi advokat disebut sebagai jenis profesi mulia (officium

nobile) sebagaimana hakim, jaksa, dan polisi yang wajib melakukan pembelaan

kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama,

budaya, kaya-miskin, keyakinan politik dan gender. Profesi advokat ini meliputi

unsur manusia dengan kualitas dan kualifikasi tertentu yang diperlukan untuk

menjalankan tugas profesinya. Selain itu, advokat juga dapat dilihat sebagai institusi

atau organisasi profesi yang bertanggungjawab dalam mengelola profesi advokat

serta memastikan bahwa setiap advokat memiliki kualitas dan kualifikasi yang

ditentukan.42

Advokat sebagai profesi mulia yang dalam menjalankan profesinya berada di bawah

perlindungan hukum, undang-undang dan kode etik, memiliki kebebasan yang

42

Jimly Asshiddiqie, Kitab Advokat Indonesia, Alumni, Bandung, 2007, hlm. 11.

Page 59: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

43

didasarkan pada kehormatan dan kepribadian advokat yang berpegang teguh pada

kemandirian, kejujuran, kerahasiaan, dan keterbukaan.43

Dalam usaha mewujudkan

prinsip-prinsip Negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, peran

dan fungsi advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri dan bertanggungjawab

merupakan hal yang penting, di samping lembaga penegak hukum lainnya seperti

pengadilan, jaksa dan kepolisian. Melalui jasa hukum yang diberikan, advokat

menjalankan tugas profesinya demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk

kepentingan masyarakat pencari keadilan, termasuk usaha memberdayakan

masyarakat dalam menyadari hak-hak fundamental mereka di depan hukum. Advokat

sebagai salah satu unsur sistem peradilan merupakan salah satu pilar dalam

menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia.

43

Kuat Puji Prayitno, Etika dan Tanggungjawab Profesi Hukum, Kanwa Publisher, Yogyakarta, 2010,

hlm. 96.

Page 60: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

44

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Dalam pendekatan

yuridis sosiologis, hukum sebagai law in action, yaitu mengkonstruksikan hukum

sebagai refleksi kehidupan masyarakat yang menekankan pada pencarian keajegan-

keajegan empiris dengan konsekuensi selain mengacu pada hukum tertulis juga

mengadakan observasi terhadap tingkah laku yang benar-benar terjadi.44

Dengan

demikian hukum tidak sekedar diberikan arti sebagai hukum positif tertulis, tetapi

juga dapat diberikan makna sebagai sistem ajaran tentang kenyataan, perilaku tertulis

dan ajeg. Dengan pendekatan ini maka diharapkan dapat menemukan arti kedudukan

hukum kesepakatan damai melalui mediasi penal terhadap proses penanganan perkara

pidana, dengan melihat pada kesesuaian antara peraturan hukum positif yang berlaku

dengan kenyataan sosialnya, atau dengan kata lain kesesuaian antara law in book

dengan law in action. Selain itu penelitian ini juga dimaksudkan untuk menyimak

makna dari perilaku para pihak dalam mediasi penal berkaitan dengan bagaimana

perspektif penerapan mediasi penal dalam sistem peradilan pidana.

44

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998,

hlm. 11.

Page 61: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

45

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian yuridis sosiologis adalah jenis

data primer dan sebagai pendukung digunakan jenis data sekunder.

1. Data primer, adalah informasi dan pendapat yang didapat langsung atau bersumber

dari mereka yang berkaitan dengan penerapan mediasi penal. Dalam penelitian ini

narasumber yang berkaitan dengan melakukan mediasi penal terutama adalah

advokat yang memberi bantuan hukum, baik yang berasal dari kantor Pengacara

maupun Firma hukum di Bandar Lampung.

2. Data sekunder, yakni data tertulis yang bersumber dari peraturan perundang-

undangan, buku-buku literatur, karya-karya ilmiah serta dokumen-dokumen yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Peraturan perundang-undagan

meliputi Undang-Undang secara khusus mengatur maupun yang tidak secara

khusus mengatur tentang mediasi penal namun relevan dengan penerapan dan

kajian tersebut.

3. Data Tersier, yaitu data tertulis yang memberikan petunjuk dan penjelasan

terhadap data primer dan data sekunder, seperti web, kamus, ensiklopedia, dan

media lainnya.

C. Narasumber

Narasumber adalah pihak-pihak yang dapat menjadi sumber informasi dalam suatu

penelitian dan memiliki pengetahuan serta informasi yang dibutuhkan sesuai dengan

permasalahan yang dibahas.

Page 62: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

46

Adapun narasumber penelitian ini terdiri dari:

a. Advokat Kota Bandar Lampung : 3 orang

b. Penyidik dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi lampung : 1 orang

c. Dosen Fakultas Hukum Bagian Pidana UNILA : 1 orang

Jumlah : 5 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data pada penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dengan

maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, mengutip

dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa dan

bahan hukum tertulis lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang penulis

lakukan.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan merupakan pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh

primer dengan menggunakan metode wawancara terbuka kepada responden, materi-

materi yang akan dipertanyakan telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh penulis

sebagai pedoman, metode ini digunakan agar responden bebas memberikan jawaban-

jawaban dalam bentuk uraian.

Page 63: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

47

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari studi kepustakaan maupun wawancara selanjutnya di

olah dengan menggunakan metode:

a. Seleksi Data (Editing)

Mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, benar dan sesuai

dengan masalah.

b. Klasifikasi data (Classification)

Penempatan dapat mengelompokkan data yang melalui proses pemeriksaan serta

penggolongan data.

c. Sistematisasi data (Systematizing)

Menyusun data yang telah diperiksa secara sistematis sesuai dengan urutannya

sehingga pembahasan lebih mudah dipahami.45

E. Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtut, logis,

tidak tumpang tindih, dan efektif. Data yang diperoleh disusun secara sistematis,

untuk selanjutnya dianalisa secara kualitatif.

45

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004,

hlm. 126.

Page 64: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

82

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dari penelitian terhadap peranan advokat dalam melakukan

mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana, maka dapat ditarik

simpulan sebagai berikut:

1. Peran advokat dari tim Law Firm Graha Yusticia dalam melakukan mediasi penal

sebagai alternatif penyelesaian perkara pidana terhadap kasus kliennya dapat

membantu tercapainya kemanfaatan dan keadilan, dalam mediasi penal advokat

berperan sebagai pihak ketiga yang tidak berpihak dan berupaya mempertemukan

pendapat-pendapat para pihak yang bersengketa namun demikian pendapatnya

tidak mengikat para pihak yang bersengketa, keberhasilan mediasi tergantung para

pihak yang lebih menghendaki jalan damai sebagai penyelesaian di luar

pengadilan

2. Akibat hukum dari kesepakatan yang dihasilkan dari mediasi penal adalah:

a. Timbulnya kewajiban pelaku untuk bertanggungjawab memulihkan kerugian

korban, dalam mediasi penal yang memberikan perhatian terhadap korban dapat

dikatakan lebih bermanfaat dan para pihak dapat hidup berdampingan kembali;

Page 65: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

83

b. Proses perkara pidana yang sedang berjalan tidak bisa dihentikan, namun dalam

menerapkan mediasi penal dapat membantu tercapainya kemanfaatan dan keadilan

bagi penyelesaian perkara pidana. Namun pada kenyataannya mediasi penal

mengedepankan segi kemanfaatan dan keadilan bagi para pihak terhadap

kehidupan yang akan datang, untuk perkara delik aduan jika terjadi perdamaian

melalui mediasi maka proses hukum dapat dihentikan apabila si pelapor telah

mencabut laporannya di kepolisian (Pasal 75 KUHP) dan untuk delik biasa dalam

praktiknya apabila terjadi pada saat proses pengadilan maka kesepakatan antara

terdakwa dan saksi korban akan menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah:

1. Perlunya aturan yang tegas mengenai mediasi penal sebagai alternatif penyelesaian

perkara pidana,

2. Pengawasan dilakukan oleh pimpinan terhadap tindakan penghentian perkara yang

dilakukan penyidik,

3. Perlu disegerakan Rancangan KUHAP yang memuat aturan perdamaian sebagai

alasan penghentian pekara pidana,

4. Sosialisasi mengenai peristilahan dan penerapan mediasi penal perlu ditingkatkan.

Page 66: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Arief, Barda Nawawi, 2008. Mediasi Penal: Penyelesaian Perkara di LuarPengadilan. Pustaka Magister: Semarang.

Bentham, Jeremy, Penerjemah Nurhadi, 2006, Teori prundang-undangan : Prinsip-prinsip Legislasi Hukum Perdata dan Hukum Pidana, Nuansa: Bandung.

Dewi, Erna dan Firganefi, 2013. Sistem Peradilan Pidana Indonesia. PKKPUU FHUNILA: Bandar Lampung.

Fachmi, 2011, Kepastian Hukum Mengenai Putusan batal Hukum Dalam SistemPeradilan Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia Publishing: Jakarta.

Hamzah, Andi, 2008. Hukum Acara Pidana. Sinar Grafika: Jakarta.

Harahap, M. Yahya, 1997. Beberapa Tinjauan mengenai Sistem Peradilan danPenyelesaian Sengketa. Citra Aditya Bakti: Bandung.

------------------------. 2001. Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP(Penyidikan dan Penuntutan). Sinar Grafika: Jakarta.

Hiariej, Eddy O.S., 2015, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana (Edisi Revisi), CahayaAtma Pustaka: Yogyakarta.

Margono, Suyud, 2000. Alternative Dispute Resolution dan Arbitrase: Pada ProsesPelembagaan dan Aspek Hukum. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Marwan, M. & P. Jimmy, 2009, Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition,Reality Publisher, Surabaya.

Meadow, Carie-Menkel, 2001. Mediation. Asghate Publishing Company: USA.

Muhammad, Abdulkadir, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra AdityaBakti: Bandung.

Muladi dan Arief, Barda Nawawi, 1992, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, PenerbitAlumni, Bandung.

Poernomo, Bambang, 1993. Pola Dasar Teori-Asas Umum Hukum Acara Pidana danPenegakkan Hukum Pidana. Liberty: Yogyakarta.

Page 67: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

Peter Salim dan Yeni Salim, 1991, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, ModernEnglish Press, Jakarta.

Prayitno, Kuat Puji, 2010. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum. KanwaPublisher: Yogyakarta.

Prodjodikoro, Wirjono, 1981. Hukum Acara Pidana di Indonesia. Sumur Bandung:Bandung.

Purba, Jonlar, 2017. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Bermotif RinganDengan Restorative Justice, Jala Permata Aksara: Jakarta.

Sahetapy, J.E. 1987. Victimology Sebuah Bunga Rampai. Pustaka Sinar Harapan:Jakarta.

Santoso, Muhari Agus, 2002. Paradigma Baru Hukum Pidana. Averroes Press:Malang.

Sarmadi, Sukris H.A., 2009. Advokat: Litigasi & Non Litigasi Pengadilan, CV.Mandar Maju: Bandung.

Sinaga, V. Harlen, 2011. Dasar-dasar Profesi Advokat. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1998. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. GhaliaIndonesia: Jakarta.

Soesilo, R, 1982. Hukum Acara Pidana (Prosedur Penyelesaian Perkara Pidanamenurut KUHAP bagi Penegak Hukum). Politeia: Bogor.

Sudira, I Ketut, 2016. Mediasi Penal Perkara Penelantaran Rumah Tangga, UIIPress:Bali.

Sunarso, Siswanto, 2012. Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana. Sinar Grafika:Jakarta.

Wahyudi, Setya, 2011. Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan SistemPeradilan Anak di Indonesia. Genta Publishing: Yogyakarta.

B. Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan AlternatifPenyelesaian Sengketa.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Page 68: PERANAN ADVOKAT DALAM MELAKUKAN MEDIASI PENAL …digilib.unila.ac.id/31642/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · A. Latar Belakang Masalah Proses penegakan hukum pidana di Indonesia

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat.

Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 2 Tahun 2012 tentang PenyelesaianBatasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP.

Peraturan Kapolri Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penanganan KecelakaanLalu Lintas.

Surat Kapolri No Pol B/3022/XII/2009/SDEOPS tanggal 14 Desember 2009 tentangPenanganan Kasus melalui Alternative Dispute Resolution (ADR).

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum.

C. Jurnal

Lasmada, Sahuri, 2015 Mediasi Penal Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia,Jurnal Ilmu Hukum Jambi, Tahun 2018, Januari.

D. Internet

http://id.wikipedia.org/wiki/retributif-justice

http://search.conduit.comMediationin-Penal-Mattershtml

http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/viewFile/116/65