PERAN TOKOH AGAMA DAN ADAT DALAM MENCEGAH …
Transcript of PERAN TOKOH AGAMA DAN ADAT DALAM MENCEGAH …
PERAN TOKOH AGAMA DAN ADAT DALAM MENCEGAH
PENGGUNAAN “CERAK PANTANG” PADA MASYARAKAT (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues)
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
LISKARLINA CAHAYA
NIM. 160402047
Prodi Bimbingan Konseling Islam
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2021M/1442H
ABSTRAK
Nama : Liskarlina Cahaya
NIM : 160402047
Judul : Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Mencegah Penggunaan Cerak
Pantang Pada Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat
Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues)
Cerak Pantang dalam masyarakat Gayo adalah hasil pengalaman hidup dari
generasi ke generasi yang bernilai negative, seperti perkataan yang tidak sopan
kepada orang tua,tidak menghormati orang lain, perkataan kotor, berbicara dengan
lawan jenis dengan cara atau isi pembicaraan yang tidak baik. Penelitian ini
bertujuan mengetahui dan mencari jawaban atas rumusan masalah penelitian,
yaitu; Sejarah lahirnya Cerak Pantang, dampak Cerak Pantang terhadap
masyarakat, dan peran tokoh agama dan adat dalam mencegah penggunaan Cerak
Pantang. Manfaat penelitian ini ialah untuk memperkaya kajian-kajian tentang
Cerak Pantang serta sebagai masukan bagi masyarakat Gayo. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif menggunakan
metode deskriptif untuk menggali informasi agar dapat menemukan penjelasan
mengenai peran tokoh agama dan adat dalam mencegah penggunaan Cerak
Pantang pada masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues.
Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara dan studi
dokumentasi. Sumber data berjumlah 18 orang dengan rincian enam orang tokoh
agama, enam orang tokoh adat dan enam orang masyarakat, yang ditentukan
dengan menggunakan teknik purpossive sampling. Adapun teknik pengolahan dan
analisis data dilakukan dengan tiga langkah, yaitu data reduction, data display
dan conclusion drawing/verification. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tokoh
Agama dan Adat telah berperan dalam mencegah penggunaan Cerak Pantang
pada masyarakat kecamatan Pantan Cuaca kabupaten Gayo Lues dengan membuat
usaha-usaha yaitu:Sosialisasi yang dilakukan oleh penasehat adat, yang biasanya
dilaksanakan di masjid atau meunasah.Ceramah singkat untuk penggajian ibu-ibu
dengan tema tentang Cerak Pantang. Juga membuat pengajian rutin terkait
dengan Cerak Pantang untuk orang tua dan anak-anak.
Kata Kunci : Tokoh Agama dan Adat, Cerak Pantang, Adat Gayo
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang hanya milik-Nya semua puji-pujian dan
ucapan syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah yang hingga kini
masih memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam
Mencegah Penggunaan Cerak Pantang Pada Masyarakat (Studi Deskriptif Pada
Masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues)”. Shalawat dan
salam senantiasa disampaikan kepada Rasulullah SAW sebagai suri teladan yang
baik bagi seluruh alam, semoga semua umat Islam mendapatkan syafa’atnya di
hari akhirat nanti. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meyelesaikan
Program Studi Strata Satu (S-1) Prodi Bimbingan Konseling Islam (BKI) pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Darusslam Banda Aceh.
Selesainya pembuatan karya ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan, arahan dan
dukungan dari berbagai pihak.
Ungkapan terimakasih dan rasa hormat kepada pahlawan dalam hidup
penulis yang selalu memberikan dukungan terbaik, menjadi tempat mengadu
dalam segala hal, memberi semangat, penasehat terbaik sehingga membuat
penulis tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik seperti sekarang ini. Kepada
bapakku Rudin dan mamakku Kasmah. Mereka berdua adalah sosok yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan dari awal hingga akhir kuliah agar menjadi
pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta kepada adik saya
vi
M. Dahlan dan Mutiara Hasti sebagai adik-adik kebanggaan saya yang selalu
menyemagati dan memberikan do’a yang tulus.
Rasa hormat dan terimaksih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Arifin
Zain, M. Ag sebagai pembimbing I, dan Bapak Reza Mutaqqin, M.Pd sebagai
pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran. Rasa
terimakasih juga kepada Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr. Fakhri,
S.Sos., MA., Ketua Prodi Bimbingan Konseling Islam (BKI), Drs. Umar Latif,
MA, dan kepada seluruh Civitas Akademik di UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang
telah mengajarkan penulis berbagai ilmu pengetahuan.
Para sahabat yang saya banggakan yang selalu ada saat sedih dan senang,
Muhtarudin sepupu sekaligus sahabat yang selalu siap mendengar segala curhatan,
Kurnia Tisyah, Asnah Nilla, Rosda, Marina wati, Bastian Husaini, Nur Fika, Desi
Mayangsari, Umzakia Juliana, Rahmah Ariyamko. Kami selalu menguatkan satu
sama lain, bersama kalian saya mengetahui makna sahabat yang sesungguhnya.
Sahabat-sahabat BKI seperjuangan, terimaksih telah bersama saya dalam
menempuh pendidikan Strata Satu bersama-sama, khususnya kepada sahabat yang
yang saling menguatkan, bekerja sama walaupun dalam permasalahan yang
berbeda yaitu Arhamiatun, Jahraini, Riduansyah Putra, Tobing, Ulya, Asri, Novi,
Ayuni. Dan tidak lupa kepada senior BKI bang Fauzi, Kakak Aini, kakak Ayuni
Fitri, kakak Tika, yang selalu memberi ide dan solusi.
vii
Terimasih juga kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan baik
dalam bentuk moril maupun materil, semoga mereka semua mendapatkan balasan
berupa pahala yang setimpal dari Allah.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang yang
membacanya. Aamiin ya Rabbal „Alamiin.
Banda Aceh, 5 Januari 2021
Penulis,
Liskarlina Cahaya
viii
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN
PERNYATAAN KEASLIAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
E. Penjelasan Istilah ........................................................................... 8
F. Kajian Penelitian Sebelumnya Yang Relevan ............................... 12
G. Sistematika Pembahasan ............................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS ......................................................................... 14
A. Tokoh Agama dan Tokoh Adat ..................................................... 14
1. Pengertian Tokoh Agama dan Tokoh Adat .............................. 14
2. Peran Tokoh Agama dan Adat ................................................ 17
3. Hubungan Tokoh Agama dan Adat ......................................... 20
4. Kinerja Tokoh Agama Dan Adat ............................................ 22
B. Cerak Pantang ............................................................................... 24
1. Pengertian Cerak Pantang ....................................................... 24
2. Sejarah Cerak Pantang ............................................................ 27
3. Cerak Pantang Dalam Pandangan Islam ................................. 29
C. Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Meminimalisir Cerak
Pantang .......................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 35
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 35
B. Lokasi dan Sumber Penelitian ....................................................... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 42
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 45
C. Pembahasan ................................................................................... 50
ix
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 58
A. Kesimpulan ................................................................................... 58
B. Saran-Saran ................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 4.1 luas wilayah berdasarkan kecamatan di kabupaten gayo lues ...... 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia, yang memiliki beberapa
suku dan mempunyai ciri khas adat dan budaya masing-masing. Salah satu suku
yang terdapat di Aceh adalah suku Gayo. Suku Gayo memiliki kebudayaan yang
terdiri dari segala yang dipelajari dari pola-pola perilaku yaitu adat, yang
bertujuan untuk menunjang agama atau pengaruh agama. Contoh singkat dalam
pribahasa Gayo berbunyi “Agama urum edet lagu zet urum sifet”. (Agama Islam
dan adat Gayo seperti zat dengan sifat). Keduanya tidak dapat dipisahkan.
Pelaksanaan ajaran Islam akan lebih baik dan efektif, apabila dipadukan dengan
nilai dan norma adat Gayo, sebab adat Gayo tidak bertentangan bahkan
menunjang pelaksanaan ajaran Islam.1
Dalam budaya masyarakat Gayo ada istilah yang dikenal dengan sebutan
Pantang, Pantang yang berarti menyimpang dari tata krama dan bertentangan
dengan Islam dan adat. Sistem budaya pantang ini bermuatan pengetahuan,
keyakinan, nilai, aturan dan hukum yang menjadi acuan bagi tingkah laku dalam
kehidupan masyarakat. Budaya Pantang bernilai spiritual, menjaga harga diri,
harkat martabat keluarga dan masyarakat. Dimana harga diri disebut dengan
______________
1 Ibrahim Mahmud, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Gayo, (Banda Aceh: Al-
Mumtaz Institute, 2013), hal. 17.
2
mukemel artinya punya rasa malu. Apabila masyarakat tidak berkarakter baik,
maka disebut dengan gere mukemel (tidak memiliki rasa malu). 2
Suku Gayo dikenal dengan kekentalan budaya dan adat istiadat yang
mengatur pola prilaku dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan ajaran
agama Islam. Berpegang teguh terhadap nilai adat yang mengatur perilaku dalam
pergaulan sehari-hari, malu dalam hal melanggar adat, hidup rukun dan sangat
menghormati yang lebih tua, senantiasa menjaga kehormatan diri sendiri dan
keluarga, begitulah karakter yang dimiliki masyarakat Gayo pada umumnya bagi
mereka yang patuh akan adat.3
Salah satu unsur budaya masyarakat Gayo yang tidak pernah hilang dari
kalangan masyarakat adalah unsur kesenian, dimana budaya ini cenderung
berkembang setiap tahunnya. Masyarakat Gayo memiliki budaya yang dinamakan
Pantang yang maksudnya adalah cara interaksi sosial masyarakat yang dilarang
baik interaksi orang yang lebih tua dengan orang yang lebih muda atau interaksi
orang lebih tua dengan anak-anak. Salah satu nya adalah Pantang pecerakan
(perkataan yang dilarang dalam bahasa Gayo).
Cerak Pantang dapat menentukan hukum atau nilai dari suatu perkataan
yang diucapkan untuk menentukan baik buruknya dan menghendaki terciptanya
masyarakat berakhlak, berkarakter, beretika, aman, damai dan sejahtera lahiriah
______________
2 Hakim Aman Pinan, Syari‟at dan Adat Istiadat Gayo, (Pemerintahan Kabupaten Aceh
Tengah, 2010), hal. 100.
3 Hakim Aman Pinan, Pesona Tanoh Gayo, (Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah,
2003), hal. 11.
3
dan batiniah. Cerak Pantang menjadi ukuran nilai apakah seseorang berperilaku
tertib atau tidak dalam kehidupan sosial masyarakat Gayo. Cerak Pantang
merupakan suatu sistem budaya Gayo yang bernilai tidak baik dan berorientasi
kepada akhlak tercela, membentuk pergaulan hidup bersama yang berlandaskan
ajaran Islam dan adat-istiadat. Karena Cerak Pantang merupakan suatu tradisi
masyarakat Gayo secara turun temurun dari generasi ke generasi.4
Cerak Pantang adat-istiadat masyarakat Gayo adalah hasil pengalaman
hidup dari permasalahan yang dihadapi, pada akhirnya dijadikan suatu ketetapan
hukum yang terus hidup dari generasi ke generasi yang dalam artian Cerak
Pantang ini bernilai negatif. Seperti perkataan yang tidak sopan kepada orang tua,
kata yang tidak menghormati orang lain, perkataan kotor, berbicara dengan lawan
jenis dengan cara atau isi pembicaraan yang tidak baik dan tidak wajar untuk
diucapkan. Perkataan yang termasuk Pantang ini adalah berkata kasar, sombong
dan angkuh dalam bahasa Gayo disebut dengan (Cerak Pantang).5
Seiring perkembangan zaman Cerak Pantang mulai terdengar di kalangan
masyarakat, banyak dari mereka yang mengeluarkan kata-kata yang tidak
semestinya untuk diucapkan, baik orang tua kepada anak dan anak kepada orang
tua. Sebagian dari mereka ada yang tidak menjaga perkataan, tidak menjaga etika
dalam berbicara, seperti anak yang berkata kasar kepada orang tua dan wanita
yang berbicara kepada lawan jenisnya dengan kata yang kotor. Seolah-olah
______________
4 Ibrahim Mahmud, Syari‟at dan Adat-Istiadat di Tanah Gayo, (Takengon: Yayasan
maqamam mahmuda, 2002), hal. 25.
5 C. Snouck Hurgronje, Tanah dan Penduduknya, (Jakarta: INIS, 1996), hal.63.
4
mereka tidak menganggap kata tersebut tidak Pantang lagi namun sebenarnya
perkataan itu melanggar norma dan aturan yang ada dalam Kampung tersebut.
Pantang menurut Melalatoa, dalam konsep bahasa Gayo, mempunyai
makna tidak seirama, berbeda, tidak cocok, tidak serasi atau tidak sesuai dengan
adat-istiadat. Cerak Pantang secara umum tidak hanya dapat merusak kehormatan
si pelaku dan nama baik keluarga saja, tetapi lebih dari itu dapat merusak
kehormatan masyarakat dan Kampung di mana si pelaku tinggal.6
Untuk menunjang penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai adat Gayo
sebagaimana diuraikan di atas, masyarakat Gayo sejak berabad-abad yang lalu
sampai sekarang melarang sistem pergaulan yang bertentangan dengan nilai dan
norma agama Islam dan nilai adat. Proses pergaulan tidak terlepas dari cara dan
tujuan berkata-kata atau berbicara. Karena itu dalam adat Gayo sangat dilarang
berbicara dengan perkataan yang Pantang.
Seharusnya masyarakat menggunakan bahasa yang baik dan sopan dalam
kehidupan sosial. Akan tetapi dalam penggunaan bahasa seperti bahasa Cerak
Pantang, banyak masyarakat yang keliru dan tidak memahami hal ini, di mana
mereka menggunakan perkataan yang tidak seharusnya atau tidak wajar untuk
diucapkan. Seperti, orang tua yang berkata tidak wajar kepada anak, wanita yang
______________
6 Melalatoa, M. J, Kebudayaan Gayo, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006) hal. 58
5
berkata tidak sesuai norma kepada lawan jenisnya. selain itu apabila ada anak
yang berkata tidak baik kepada orang tua maka dikatakan juga Cerak Pantang. 7
Tokoh Agama dan Adat sebagai panutan masyarakatharus terlibat aktif
dalam menanggulangi agar masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten
Gayo Lues tidak menggunakan Cerak Pantang. Para Tokoh Agama dan Adat
harus berpartisipasi dalam memberikan pembinaan atau memberikan pendidikan
moral dengan cara memberikan arahan-arahan, nasehat, serta bimbingan kepada
masyarakat yang ada di Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues agar
dapat merubah perilaku masyarakat yang buruk menjadi lebih baik. 8
Penanganan yang baik sangat dibutuhkan untuk membentuk prilaku
masyarakat agar menjadi lebih baik. Hal tersebut diutarakan oleh tokoh Agama
dan Adat di Kecamatan Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues. Kurangnya respon
dari masyarakat menjadi salah satu faktor terhambatnya penanggulangan bagi
masyarakat agar terhindar dari perkataan-perkataan yang buruk.
Tokoh Agama dan Adat sebagai pemimpin yang mempunyai tanggung
jawab terhadap masyarakat, dimana segala sesuatu yang dimiliki dan diperbuatnya
dapat dijadikan contoh serta memberikan manfaat pada masyarakat, karena segala
yang diperbuatnya dapat memberikan kebaikan, kesejahteraan dan kemajuan
______________
7 Pengamatan Awal Peneliti Terhadap Masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten
Gayo Lues pada tanggal 20 Desember 2019.
8 Pengamatan Awal Peneliti Terhadap Masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten
Gayo Lues pada tanggal 20 Desember 2019
6
masyarakat sehingga Tokoh agama atau pemimpin di suatu Kampung bisa diikuti
dicontoh oleh masyarakat yang ada di sekelilingnya.
Menurut Tokoh agama dan Tokoh adat di Kecamatan Pantan Cuaca
Kabupaten Gayo Lues, masyarakat hendaknya selalu menghindari Cerak Pantang
karena perkataan ini dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku,
keanekaragaman kata-kata yang baik dan sopan yang bisa digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
globalisasi, dan modernisasi masyarakat harus teliti dalam berkomunikasi dengan
perkataan yang baik tanpa harus menyakiti hati orang banyak.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan “Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Mencegah
Penggunaan “Cerak Pantang” Pada Masyarakat (Studi Deskriptif Pada
Masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana sejarah lahirnya “Cerak Pantang” pada masyarakat
Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues?
2. Bagaimana dampak “Cerak Pantang” terhadap masyarakat Kecamatan
Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues?
7
3. Bagaimana peran Tokoh agama dan adat dalam mencegah penggunaan
“Cerak Pantang” pada masyarakat Kecamatan Pantan Cuaca
Kabupaten Gayo Lues?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sejarah Cerak Pantang pada masyarakat Kecamatan Pantan
Cuaca Kabupaten Gayo Lues
2. Untuk menemukan dampak Cerak Pantang pada masyarakat Kecamatan
Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues
3. Untuk menganalisis peran Tokoh agama dan Tokoh adat dalam
mencegah penggunaan Cerak Pantang pada masyarakat Pantan Cuaca
Kabupaten Gayo Lues
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan akan memperkaya khazanah atau
kajian-kajian tentang adat Cerak Pantang khususnya peran tokoh Agama
dan Adat dalam mencegah penggunaan kata Pantang dalam masyarakat
Gayo, khususnya Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan masukan bagi Tokoh Agama dan Adat di
Kabupaten Gayo Lues dalam mencegah penggunaan Cerak
Pantang dalam masyarakat.
8
b. Dapat dijadikan sebagai masukan bagi mayarakat suku Gayo
tentang pentingnya menghindari Cerak Pantang.
E. Penjelasan Istilah
Istilah penelitian adalah salah satu istilah atau definisi yang menjelaskan
suatu variabel dengan cara memberikan arti atau memberikan suatu operasional
yang diperlukan untuk variabel tersebut. Istilah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Peran Tokoh Agama
Kata peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perangkat tingkat
yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.9
Sedangkan kata peran dalam Kamus Ilmiah popular karangan Poerwadarminta
mempunyai arti orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam kelompok
masyarakat dan menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi satu tujuan.10
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tokoh diartikan sebagai orang
yang terkemuka/terkenal, panutan. Sedangakan Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan. Dari penjelasan tersebut
dapat dijelaskan pegertian Tokoh Agama adalah orang yang berhasil
dibidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental dan
mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya terutamanya dalam hal
Islam.11
______________ 9 Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal.854
10 WJS Poerdarminta, Kamus Istilah Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976), hal. 473
11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka), hal 150.
9
Tokoh agama didefinisikan sebagai seorang yang berilmu terutama dalam
hal yang berkaitan dengan Islam, ia wajar dijadikan sebagai role-model dan
tempat rujukan ilmu bagi orang lain. Untuk menentukan kualifikasi sang tokoh,
kita dapan melihat karya dan aktivitasnya, misalnya mempunyai karya-karya
yang signifikan bagi peningkatan kuliatas masyarakat regional.12
Adapun Tokoh Agama dalam penelitian ini adalah orang yang yang
memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan yang menjadi pemimpin dalam
suatu masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup yang baik sesuai
ketentuan Allah agar masyarakat tersebut dapat mencapai kebahagiaan dunia
akhirat.13
Dari pemaparan di atas, peneliti memahami tokoh agama adalah seorang
figur yang berkompeten dan mampu memberikan bantuan kepada masyarakat
dalam bentuk ceramah ataupun tindakan tertentu dalam proses mencapai
kehidupan beragama. Tokoh agama lahir berdasarkan pengakuan dan
kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat timbul melalui wujud
kesalehan tokoh agama dalam beribadah, berprilaku, dan menolong
masyarakat.
Jadi yang dimaksud dengan peran Tokoh Agama disini adalah orang yang
mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya terutama dalam hal Islam.
Ataupun orang yang memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan yang
______________
12 Arief Furchan, Studi Tokoh, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), hal. 11.
13
Azumardi Azra, dkk, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002),
hal. 42.
10
menjadi pemimpin dalam masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup
sesuai dengan ajaran Islam.
2. Tokoh Adat
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Adat adalah aturan (perbuatan)
yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala.14
Tokoh Adat adalah
seorang pemimpin yang memimpin kebiasaan yang normatif dan telah
mewujudkan aturan tingkah laku yang berlaku dalam daerah atau wilayah
hukum adat yang dipertahankan secara terus menerus. Tokoh Adat sebagai
orang yang ditetapkan untuk menjalanan fungsi pemerintahan, dengan syarat
adanya wilayah dengan batas yang jelas, adanya pemerintahan, dan perangkat
lain, pranata adat dan sebagainya.
Adat Kampung yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Aceh
sejak dahulu hingga sekarang mempunyai peranan penting dalam membina
nilai-nilai budaya, norma-norma adat dan aturan untuk mewujudkan keamanan,
ketertiban, ketentraman, kerukunan dan kesejahteraan bagi masyarakat Aceh
sesuai dengan nilai Islami.15
Dari pemaparan di atas, peneliti memahami tokoh Adat sebagai seseorang
yang memiliki jabatan yang sangat berperan dalam suatu tatanan masyarakat,
membuat aturan tentang adat yang dapat dijaga dan diikuti masyarakat. Karena
______________ 14
Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka 2005), hal. 85.
15
Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat.
11
hukum adat merupakan aturan yang tidak tertulis yang berpangkal dari
kehidupan sehari-hari.
3. Cerak Pantang
Menurut kamus Bahasa Gayo Cerak adalah perkataan atau ucapan.
Sedangakan Pantang (Sumang) adalah kurang sopan, bertentangan dengan
adat.16
Cerak Pantang adalah larangan berbicara atau mengeluarkan perkataan
yang meliputi perkataan porno, nakal, kata-kata yang tidak menghormati orang
lain. Dalam tata pergaulan, Cerak Pantang merupakan tata cara, adab, etika
dan sopan santun dalam berbicara. Dalam berbicara harus memperhatikan siapa
yang di ajak atau lawan berbicara. Orang tua, guru, pemimpin dan anak-anak.
Cerak Pantang merupakan larangan untuk berbicara tidak sopan terhadap
orang yang lebih tua, kata-kata yang tidak menghormati orang lain dan kata-
kata yang kotor, dimana dalam berbicara harus memperhatikan lawan bicara.
Memanggil dengan menggunakan panggilan Tutur yang yang sesuai dengan
usianya. Perkataan yang termasuk Pantang adalah berkata kasar, sombong dan
angkuh.17
Dari pemaparan di atas, peneliti memahami Cerak Pantang adalah suatu
perkataan yang memiliki makna tidak baik, bertentangan dengan norma agama
______________
16 Rajab Bahry, Kamus Umum Bahasa Gayo-Indonesia, (Aceh Tengah: Balai Pustaka
2001), hal 539.
17
Abdullah Husni, Sistem Pemerintahan Tanah Gayo, (Jakarta: Penerbit Hijri Utama
2006), hal. 32.
12
dan adat yang berlaku. Seperti perkataan yang bertujuan untuk mencela,
perkataan kotor dan sombong.
F. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Pada pembahasan berikut berapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap
relevan dengan penelitian ini, yaitu:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Syukri pada tahun 2017 dengan
judul penelitianya “Budaya Sumang dan Implementasinya Terhadap Restorasi
Karakter Masyarakat Gayo di Aceh”.18
Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa
Budaya Pantang Gayo sebagai suatu sistem dari budaya Indonesia yang dapat
memberikan kontribusi berarti bagi etika pembangunan kebudayaan nasional,
sekaligus dalam pentas pemikiran politik Islam kontemporer di Indonesia. Namun
terbatasnya literatur ilmiah mengenai masyarakat Gayo dan kebudayaannya,
termasuk budaya Pantang ini, membuat penelitian ini kurang dikenal secara luas
oleh masyarakat Indonesia khususnya, umumnya di dunia internasional.
Kemudian peneliti berusaha untuk menghubungkan budaya dengan restorasi
karakter masyarakat Gayo di Aceh.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Lindawati pada tahun 2018, dengan
judul penelitianya “Pantang Larang (Pamali) Dalam Masyarakat Gayo
Kecamatan Pegasing Aceh Tengah”.19
Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai
praktik Sumang yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat serta penerapannya
______________
18 Syukri, Tesis: Budaya Sumang dan Implementasinya Terhadap Restorasi Karakter
Masyarakat Gayo di Aceh, (Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara, 2017), hal. 10.
19
Lindawati, Tesis: Budaya Sumang dan Implementasinya Terhadap Restorasi Karakter
Masyarakat Gayo di Aceh, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2018), hal. 11.
13
sebagai acuan berperilaku. Dimana Suku Gayo memiliki adat dan norma tentang
pola pergaulan, dan segala bentuk tingkah laku dan perbuatan yang menyimpang
dan bertentangan dengan norma adat, yaitu Pantang.
Berdasarkan dua hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa
penelitian tersebut membahas permasalahan yang penulis teliti, memiliki
persamaan yaitu tentang Adat Pantang pada masyarakat Gayo. Adapun
perbedaanya adalah penelitian terdahulu membahasa Pantang secara keseluruhan
(umum) seperti Pantang Pecerakan (Pantang dari segi bicara), Pantang
Penengonen (Pantang dari segi penglihatan), Pantang Pengunulen (Pantang dari
segi duduk), dan lainya sedangkan penelitian ini membahas adat Pantang secara
(khusus) yang terfokus hanya kepada Cerak Pantang (pantang dari segi
berbicara) pada masyarakat Gayo yang dikaitkan dengan peran tokoh Agama dan
Adat dalam mencegah penggunaan Cerak Pantang.
G. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan ini adalah sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, defenisi operasional, kajian terdahulu dan
sistematika skripsi.
Bab II. Berisi landasan teori secara garis besar mengenai Cerak Pantang.
Dalam bab ini dikemukakan pula pengertian Cerak Pantang, sejarah Cerak
Pantang, macam-macam Cerak Pantang serta dampaknya terhadap masyarakat.
Kemudian penegertian mengenai tokoh Agama dan Adat.
14
Bab III. Metode penelitian. Metode penelitian yang membahas tentang jenis
data penelitian, lokasi dan sumber data penelitian, tehnik pengumpulan data dan
tehnik analisis data.
Bab IV. Merupakan deskripsi dari hasil observasi dan wawancara dengan
tokoh Agama, tokoh Adat dan masyarakat pihak-pihak yang terkait selama proses
penelitian.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tokoh Agama dan Tokoh Adat
1. Pengertian Tokoh Agama dan Tokoh Adat
Lembaga Agama dan Adat berkedudukan sebagai unsur pembantu keuchik
atau kepala desa dan kepala kelurahan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
sepanjang yang menyangkut hukum adat, adat istiadat, dan kebiasan-kebiasaan
masyarakat. Tokoh agama dan Adat semakin dituntut kesiapannya dalam hal
merumuskan kebijakan adat.20
Tokoh Agama dan Tokoh Adat sebagai orang yang mempunyai ikatan dan
pengaruh yang kuat dalam masyarakatnya. Kekuatan mengikatnya tergantung
pada masyarakat atau bagian masyarakat yang mendukung adat istiadat tersebut
terutama berpangkal tolak pada perasaan keadilan. Tokoh agama salah satu bagian
lembaga adat yang merupakan benteng dari generasi ke generasi untuk
dikembangkan melalui adat dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara berlandaskan nilai-nilai luhur adat dan budaya yang
bersumber dari syariat Islam.
Tokoh Agama juga merupakan sebutan dari Pengajar agama (Guru
Agama), golongan ini berasal dari rakyat biasa, tetapi karena ketekunannya
belajar, mereka memperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Tentu ada perbedaan
antara satu dengan lainnya tentang dangkalnya pengetahuan yang mereka miliki
______________ 20
M. Saleh Suhaidy,Teungku Imuem Meunasah, (Banda Aceh: Dinas Syariah Islam,
2007), hal. 7
16
masing-masing. Dahulu sebelum diperintah oleh Belanda, pegajar agama selain
menguasai ilmu pengetahuan bidang agama, juga banyak diantara mereka yang
menguasai tentang bidang-bidang lain.21
Tokoh Agama adalah orang yang mempunyai kelebihan dan keunggulan
dalam bidang keagamaan, karena ia memiliki pengetahuan yang lebih mendalam
tentang keagamaan daripada masyarakat lainya. Tokoh Agama merupakan orang
yang dihormati dikalangan masyarakat, karena takaran taqwa dan wawasan
agamanya sangat luas dan mendalam.
Tokoh Agama yang dimaksud oleh peneliti adalah orang yang yang
memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan yang menjadi pemimpin dalam suatu
masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup yang baik sesuai ketentuan
Allah agar masyarakat tersebut dapat mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Tokoh
agama adalah seorang figure yang berkompeten dan mampu memberikan bantuan
kepada masyarakat dalam bentuk ceramah ataupun tindakan tertentu dalam proses
mencapai kehidupan beragama.
Lembaga adat adalah suatu organisasi kemasyarakatan adat yang dibentuk
oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu, mempunyai wilayah tertentu dan
mempunyai harta kekayaan tersendiri serta berhak dan berwenang untuk mengatur
dan mengurus serta menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan adat Aceh.22
______________ 21
Taufik Abdullah, Agama dan Perubahan Sosial, ( Jakarta: Rajawali, 1983), hal. 10.
22
Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2008 tentang Lembaga Adat.
17
Menurut Soepomo, pengertian Tokoh Adat adalah bapak masyarakat,
ketua dalam masyarakat dalam hal adat, pemimpin pergaulan hidup dalam
persekutuan. Dengan demikian kepala adat bertugas memelihara hidup hukum di
dalam persekutuan, menjaga, supaya hukum itu dapat berjalan dengan selayaknya.
Aktivitas Tokoh Adat sehari-hari meliputi seluruh lapangan masyarakat. Tidak
ada satu lapangan pergaulan hidup di dalam badan persekutuan yang tertutup bagi
Tokoh Adat untuk ikut campur bila diperlukan untuk memelihara ketentraman,
perdamaian, keseimbangan lahir batin untuk menegakkan hukum.23
Dengan demikian Tokoh Adat di dalam segala tindakannya dalam
memegang adat harus selalu memperhatikan perubahan. Adanya pertumbuhan
hukum, sehingga dibawah pimpinan dan pengawasan Tokoh Adat yang sangat
penting adalah pekerjaan di lapangan atau sebagai hakim perdamaian desa.
Apabila ada perselisihan atau perbuatan–perbuatan yang bertentangan dengan
hukum adat, maka Tokoh Adat bertindak untuk memulihkan perdamaian adat,
memulihkan keseimbangan di dalam suasana desa serta memulihkan hukum.
Tokoh Adat mempunyai pengertian seorang pemimpin yang memimpin
kebiasaan yang normatif dan telah mewujudkan aturan tingkah laku yang berlaku
dalam daerah atau wilayah hukum adat yang dipertahankan secara terus
menerus24
. Tokoh Adat sebgai seorang yang memiliki jabatan yang sangat
______________
23 Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita 2000), hal.
45. 24
Kusumah, Pokok-pokok Pengertian Hukum Adat, (Bandung: Alumni 1980),hal. 76.
18
berperan dalam suatu tatanan masyarakat, membuat aturan tentang adat yang
dapat dijaga dan diikuti masyarakat.
Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa Tokoh Agama dan
Adat memiliki pengaruh besar bagi masyarakat dalam meningkatkan nilai-nilai
pendidikan islam, guna untuk mencapai perdamaian adat, menyeimbangkan
suasana desa dan memulihkan hukum di dalam masyarakat. Seperti mengucapkan
perkataan yang baik, tutur kata yang lembut, dan menyenangkan merupakan cara
untuk mewujudkan perdamaian di dalam masyarakat.
2. Peran Tokoh Agama dan Adat
Pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keikutsertaan dalam kegiatan“ yang berarti peran adalah suatu rangkain kegiatan
yang dilakukan seseorang atau kelompok orang yang menonjol dalam terjadinya
sesuatu hal keadaan atau peristiwa tertentu.25
Maka dapat disimpulkan peran
merupakan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu ataupun
kelompok dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Imam Bawani, “ada tiga peran penting Tokoh agama dalam
pembinaan akhlak yaitu peran kaderisasi, peran pengabdian dan dakwah.26
1. Peran kaderisasi, dimana Tokoh agama mempuyai peran malaksanakan
kegiatan kaderisasi di tengah masyarakat. Tokoh agama Islam dengan
kemampuan yang dimiliki dituntut mampu melaksanakan kaderisasi. Yaitu
______________ 25
Yowono. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Surabaya: Arkolis 1999), hal. 80
26
Mahmud Ibrahim, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat, (Darusallam: Al-
Mumtaz, 2013), hal. 94.
19
menuntut Tokoh agama bergabung dalam suatu wadah (pengabdian diri)
yang dikelola sendiri maupun bekerja sama dengan organisasi, yang
berarti tokoh agama harus bisa berinteraksi dengan baik terhadap
masyarakatnya.
2. Peran pengabdian, dalam hal ini Tokoh agama mengabdikan diri secara
langsung dalam kegiatan masyarakat. Tokoh harus hadir ditengah-tengah
masyarakat, mambantu dan membimbing kearah kemajuan. Tokoh agama
bertindak dalam masyarakat yang ingin membebaskan masyarakat dari
segala belenggu kehidupan, membaur dalam masyarakat agar bisa
mengenal watak, aspirasi dan cita-cita serta membimbing masyarakat ke
arah yang lebih baik. Tokoh agama harus bisa memberikan contoh yang
baik bagi masyarakat, bersikap yang mencerminkan pribadi muslim dalam
setiap perilakunya dapat dijadikan suri tauladan bagi masyarakat.
3. Peran dakwah, karena berdakwah merupakan kegiatan yang dilakukan
seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang agama dan dapat
mengajak, mendorong dan memotivasi orang lain. Tokoh agama berperan
menangkal praktek kehidupan yang tidak benar dan meluruskan kepada
jalan yang benar, mengemukakan gagasan yang kreatif mengenai berbagai
sektor pembangunan, menyadarkan manusia tentang kehidupan masa
depan yang lebih baik.
20
Beberapa syarat penting yang harus dimiliki oleh seorang tokoh agama adalah.27
1. Setia, pemimpin dan yang dipimpin memiliki kesetiaan kepada Allah.
2. Terikat pada tujuan, meliputi tujuan organisasi bukan saja berdasarkan
kepentingan kelompok, tetapi juga ruang lingkup tujuan Islam yang lebih
luas.
3. Menjunjung tinggi syariat dan akhlaq Islam, harus patuh terhadap adab-
adab Islam, khususnya ketika berhadapan dengan masyrakatnya.
4. Memegang teguh amanah dan bertanggung jawab.
Sedangkan Soepomo mengatakan bahwa Tokoh Adat senantiasa mempunyai
peranan dalam masyarakat dan peranan tersebut adalah sebagai berikut.28
1. Tokoh Adat mempunyai peranan sebagai hakim perdamaian yang berhak
menimbang berat ringannya sanksi yang harus dikenakan kepada anggota
masyarakat yang bersengketa. Tokoh Adat berkewajiban untuk
mengusahakan perdamaian, sehingga dalam masyarakat tercipta
kedamaian.
2. Untuk membetulkan hukum adat yang telah dilanggar oleh masyarakat.
Pembetulan bermaksud mengembalikan citra hukum adat, sehingga dapat
ditegakkan keutuhannya. Misalnya bila terjadi sengketa pertanahan
sehingga hubungan menjadi rusak. Maka dalam masalah ini Tokoh Adat
berperan untuk membetulkan keseimbangan tersebut sehingga dapat
didamaikan kembali.
3. Untuk memutuskan dan menetapkan peraturan hukum adat sebagai
landasan bagi kehidupan masyarakat. Adapun keputusan tersebut
mempunyai tujuan agar masyarakat dapat melaksanakan perbuatan yang
sesuai peraturan yang telah diputuskan.
Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa Tokoh Adat
mempunyai hak dan wewenang untuk memberikan hukuman kepada
masyarakatnya yang melanggar aturan atau norma-norma yang berlaku. Karna
______________ 27
Ridwan Yahya, Memilih Pemimpin Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka
Nawaitu, 2004), hal.55.
28
Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1979), hal.112.
21
keputusan dalam membuat aturan-aturan bertujuan agar masyarakat dapat
melaksanakan perbuatan sesuai dengan yang diperintahkan.
3. Hubungan Tokoh Agama dan Adat
Tokoh Agama dan Tokoh Adat menjadi ujung tombak pemersatu yang
terus melakukan komunikasi kepada masyarakat. Melalui pesan-pesan kedamaian
dan kerukunan yang disampaikan oleh Tokoh Agama dan Tokoh Adat, kesadaran
masyarakat untuk menjaga kerukunan umat beragama akan semakin tinggi,
sehingga tidak ada konflik di masyarakat. Melalui komu nikasi yang dilakukan
Tokoh Agama dan Tokoh Adat baik komunikasi interpersonal maupun
komunikasi kelompok.29
Tokoh Agama dan Adat merupakan panutan dalam masyarakat sekitarnya,
menampakkan keteladanan yang baik dalam kehidupan sehari-hari, karena mereka
memiliki ilmu yang lebih luas dan lebih baik pemahamannya terhadap ajaran
agama dan tentang kebudayaan di suatu Kampung. Peran Tokoh Agama dan Adat
dalam masyarakat desa sangat dibutuhkan, hal ini sebagai wujud dari partisipasi
kewargaan para Tokoh Agama dan Adat. Tokoh Adat sebagai titik sentral dalam
perwujudan desa yang baik tentu keberadaannya sangat dibutuhkan dalam upaya
pengembangan desa yang baik. Sebab keberadaan dan perannya sangat
berpengaruh dalam perkembangan sebuah wilayah desa.
Begitu juga dengan kedudukan Tokoh Agama memegang peran penting
dalam masyarakat karena mereka dianggap sebagai orang yang mempunyai
______________ 29
Muhaimin, Problematika Agama Dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: Kalam
Mulia, 1989), hal. 65.
22
tingkatan yang lebih dan pengetahuan tentang agama dibandingkan dengan
anggota masyarakat lain. Oleh karena itu, pada umumnya mereka memiliki
tingkah laku yang patut dijadikan teladan dalam rangka pembinaan akhlak remaja
maupun masyarakat lain. Sebab mereka pada umumnya memiliki tingkah laku
yang patut dijadikan teladan dalam rangka pembinaan masyarakat yang damai
penuh persaudaraan dan saling menghargai maka akan tercipta manusia yang
berakhlak mulia.30
Berdasarkan pandangan peneliti kecenderungan seseorang untuk menjadi
seorang tokoh ialah karena berbagai kelebihan yang dimiliki serta kecakapan
dalam bertindak dan tentunya kemampuan intelektual, spiritual, serta
komunikasinya. Manusia-manusia yang terlahir sebagai sosok cakap dalam
berbagai kemampuan, kemudian menjadi perhatian masyarakat sebagai sosok
yang dalam pandangan umum masyarakat sebagai manusia yang hebat.
Tokoh agama dan adat dapat menjadi ujung tombak dalam pemersatu
masyarakat. Maka dari itu ada kalanya tokoh agama menjadi tokoh adat, yang
dalam artian tokoh agama bukan hanya mendalami ilmu tentang agama atau
kaidah saja, tetapi harus memiliki pengetahuan tentang adat. Memahami tentang
nilai budaya, norma, kelembagaan dan hukum adat, begitu juga sebaliknya ada
kalanya tokoh adat menjadi tokoh agama yaitu memberikan pemahaman tentang
kaidah islam kepada masyarakat. Karena antara keduanya memiliki keterkaitan
untuk memberikan aturan yang baik terhadap masyarakatnya.
______________ 30
Malik Bin Nabi, Membangun Dunia Baru Islam, (Bandung : Mizah 1994), hal.36.
23
Hubungan kerja antara tokoh agama dan adat sebagai pengabdian langsung
terhadap masyarakat untuk menetapkan hukum adat sebagai landasan bagi
kehidupan masyarakat. Diman antara tokoh agama daan adat dapat menjadi hakim
perdamaian yang dapat menimbang berat ringanya sangksi kepada masyarakat
yang memiliki kesalahan. Adat dapat ditetapkan berdasararkan norma yang
berlaku yang tidak bertentangan dengan syari’at islam.
4. Kinerja Tokoh Agama dan Adat
Kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sesuatu yang
dicapai, prestasi yang dicapai dan kemampuan kerja.31
Kinerja berarti hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
Tokoh Agama dan Adat memiliki kedudukan sosial dan dihormati di
lingkungannya. Mereka disebut Tokoh masyarakat karena memiliki kedudukan
serta sebagai wadah pengaduan masyarakat sekaligus sebagai penasehat dalam
masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap Tokoh masyarakat sangatlah
signifikan, dikarenakan tokoh masyarakatlah dianggap sebagai orang yang mampu
memberikan ide-ide serta pemecahan masalah dikalangan masyarakat.32
Setiap peraturan yang berlaku bagi masyarakat, dapat ditaati dan dilaksanakan
oleh masyarakat adat apabila peraturan tersebut benar-benar diketahui, dipahami
dan dihayati oleh masyarakat. Oleh karena itu agar setiap peraturan dapat
diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat, maka perlu adanya penerangan dan
______________
31 Departemen Pendidikan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka 2005), hal 110. 32
Maman Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 1997), hal 47.
24
penyuluhan hukum dari tokoh-tokoh masyarakat. Penerangan hukum terhadap
masyarakat adat perlu dilakukan secara koordinatif dan terpadu oleh Tokoh-
Tokoh masyarakat dalam hal ini dilakukan oleh Kepala Desa, Ketua Adat,
maupun Tokoh Agama.
Masyarakat terbentuk karena pada dasarnya manusia memiliki keinginan
untuk menjadi satu dengan manusia lainnya. Keinginan tersebut di upayakan
dengan menggunakan pikiran, perasaan dan keinginan-keinginannya, dalam
memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Selain itu, manusia mempunyai
naluri untuk selalu berhubungan sesamanya, hubungan yang berkesinambungan
tersebut menghasilkan sebuah pola pergaulan yang dinamakan dengan pola
interaksi sosial.
Di dalam kehidupan masyarakat ada peran Tokoh tertentu yang menjadi
penggerak. Tokoh masyarakat adalah orang-orang yang memiliki pengaruh, dan
ada yang bersifat formal dan informal. Tokoh masyarakat yang bersifat formal
adalah orang-orang yang diangkat dan dipilih oleh lembaga negara dan bersifat
struktural, seperti camat, lurah. Sedangkan Tokoh masyarakat yang bersifat
informal adalah orang-orang yang diakui oleh masyarakat karena di pandang
pantas menjadi pemimpin yang disegani dan berperan besar dalam memimpin dan
mengayomi masyarakat seperti Tokoh agama dan Tokoh adat .33
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa merupakan salah satu
prasyarat utama untuk keberhasilan proses pembangunan di pedesaan, namun
adanya hambata-hambatan yang dihadapi dilapangan dalam usaha melaksanakan
______________ 33
Margaret M. Polomo, Sosiologi Kontemporer, (jakarta: Cv. Rajawali, 2004), hal 23
25
proses pembangunan yang partisipatif karena pihak perencana dan pelaksana
pembangunan (dalam hal ini pemerintah) belum memahami makna sebenarnya
dari konsep partisipasi.kinerja Tokoh Agama dan Adat dikatakan berjalan dengan
baik apabila memiliki program yang telah dijalankan dengan baik dimana
bertujuan untuk memajukan suatu desa. Memberikan arahan dan mengajak
masyarakat untuk selalu saling menghargai dan menjaga keamanan suatu desa.
Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa kinerja tokoh agama dan
adat adalah mewujudkan program yang bertujuan untuk mengembangkan suatu
desa, yang kemudian program atau usaha tersebut dapat menjadi acuan yang baik
untuk kehidupan kedepanya. Sebagai seorang yang diakui didalam masyarakat
tokoh agama dan adat harus memberikan kinerja yang baik untuk mewujudkan
perubahan yang lebih baik kedepanya. Misalnya menumbuh kembangkan pusat
pengetahuan tentang keagamaan dan sumber belajar masyarakat tentang nilai
budaya.
B. Cerak Pantang
1. Pengertian Cerak Pantang
Cerak Pantang adalah larangan berbicara atau mengeluarkan perkataan
yang meliputi perkataan porno, nakal, kata-kata yang tidak menghormati orang
lain (jais) dan kata-kata kotor. Dalam tata pergaulan, Cerak Pantang merupakan
tata cara, adab, etika dan sopan santun dalam berbicara. Dalam berbicara harus
memperhatikan siapa yang diajak atau lawan bicara. Orang tua, guru, pemimpin
dan anak-anak.
26
Sebagai contoh orang yang bukan suami istri berbicara di tempat tertentu
sebagaimana layaknya suami istri berbicara berlainan jenis dengan cara atau isi
pembicaraan tidak wajar dan tidak baik seperti perkataan porno secara berbisik-
bisik ataupun terang-terangan dan seorang anak mengatakan perkataan yang tidak
pantas di ucapan di depan orang lain, seakan-akan ia mengerti hal ikhwal
hubungan suami istri atau cerita porno padahal mereka masih remaja. Orang tua
dan anak dewasa bercerita atau membicarakan masalah-masalah porno di depan
anak-anak yang belum pantas didengarnya. Cerak Pantang juga melarang
seseorang berkata kasar, sombong, angkuh, atau berkata dengan nada yang tinggi
saat seorang anak berbicara dengan orang tuanya dan menentang tatapan
wajahnya. 34
Cerak Pantang disebut juga perkataan yang diungkapkan oleh seseorang
kepada orang lain tidak sesuai dengan ajaran Islam dan adat sopan santun.
Perkataan seperti itu disebut cerak enta sesanah (perkataan yang bukan-bukan).
Dalam istilah ajaran Islam disebut qaulal-zur (perkataan keji). Pantang
Perceraken merupakan pembicaraan antara pria dan wanita mengenai hal-hal
yang tidak pantas dan tidak wajar dibicarakan. Pantang Perceraken ini bukan
hanya dilihat dari segi kata-kata, tetapi juga dari segi penyesuaian waktu, tempat,
keadaan, dan cara mengungkapkan perkataan tersebut. Mungkin isi atau substansi,
tujuan, dan maksud kata-kata yang diungkapkan itu baik, namun karena waktu
______________
34
Hasimi, Sumang dan Kemali dalam Masyarakat Gayo, (Banda Aceh: Pusat
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya 1992), hal 98.
27
dan tempat serta keadaan mengungkapkan tidak tepat, maka ucapan seperti itu
dipandang sebagai Pantang Perceraken (Cerak Pantang).35
Adapun kriteria dari Cerak Pantang adalah perkataan yang memiliki
makna tidak baik, perkataan yang bertujuan untuk mengutuk seseorang, perkataan
yang menyebabkan pertengkaran, perkataan yang bertujuan untuk berbohong,
mengejek orang lain, dan perkataan yang bertujuan untuk membuka rahasia orang
lain.
Berikut beberapa contoh dari Cerak Pantang (Pantang Peceraken)36
:
a. Kata pantang yang berhubungan dengan Tuhan.
1) Anak gih mupau (anak yang bejad moralnya)
2) Anak jalang (anak yang tidak dari hubungan resmi)
3) Bejalang (memanggil seseorang dengan mengatakan seseorang itu
wanita jalanan)
4) Jema dejjel (orang yang di katakan dari turunan dajjal)
b. Kata Pantang yang berhubungan dengan makhluk halus.
1) Jin paliis (diibaratkan seseorang itu seperti jin yang suka menganggu
manusia)
2) Jema bajang (diibaratkan sesorang itu dilahirkan oleh jin)
3) Jema ntube (orang yang memiliki ilmu hitam)
4) Jema nkedel (dikatakan seseorang memiliki penyakit menular
padahal ia sehat)
c. Kata Pantang yang berhubungan dengan upacara adat
1) Gih muedep (disebutkan kepada seseorang yang tidak mempunyai
sopan santun dan kurang tepat untuk diikutsertakan dalam forum-
forum resmi)
______________
35 Bahaqi, dkk. Bahasa Gayo, (Jakarta: Sastra Indonesia dan Daerah 2007), hal. 76.
36
Hakim Aman Pinan, Pesona Tanoh Gayo ( Pemerintahan Aceh Tengah, 2003), hal.
164.
28
2) Dorol unang apakmu (menyebutkan kepada seorang anak atau orang
dewasa sehingga menyinggung perasaanya karna menyinggung
nama bapaknya )
3) Ototmu (menyebutkan kepada seseorang dengan menyebutkat alat
vital bapaknya)
4) Capahmu (menyebutkan kepada seseorang dengan menyebutkan alat
vital ibunya)
5) Inak ninemu (penghinaan kepada seseorang dengan menyebutkan
hubungan intim)
6) Ko (engkau) kata ini pantang digunakan untuk memanggil seseorang
baik itu anak-anak atau orang tua
d. Kata Pantang yang berhubungan dengan pergaulan sehari-hari
1) Put ninemu/put namamu (kata penghinaan kepada seseorang
menyakut orang tuanya)
2) Seberu tue (penghinaan kepada seseorang yang sudah lanjut usianya
dan belum kawin atau tidak laku)
3) sebujang liet (penghinaan kepada seorang laki-laki yang sudah tua
tapi belum menikah
2. Sejarah Cerak Pantang
Budaya Pantang dalam masyarakat Gayo di Aceh terdiri atas dua kata
yaitu budaya dan Pantang. Budaya atau culture adalah segala usaha dan aktivitas
manusia dalam mengelola dan mengubah alam. Sedangkan budaya Gayo adalah
setiap atau segala usaha dan tradisi masyarakat Gayo yang tampak dari perilaku
sehari-hari yang menjadi kebiasaan dalam kehidupan masyarakat Gayo yang
bermuatan pengetahuan, keyakinan, nilai, norma-norma. Semuanya dinyatakan
sebagai edet (adat).37
Karena itu, budaya masyarakat Gayo merupakan faktor yang penting dalam
membentuk pola hidup masyarakat Gayo untuk menjadi lebih maju, optimis,
berani bersikap, bertindak, dan berperilaku kooperatif. Budaya masyarakat Gayo
______________
37
M. J. Melalatoa, Kamus Bahasa Gayo Indonesia (Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), hal. 295.
29
merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
masyarakat Gayo dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Budaya Gayo disebut juga tradisi, hukum adat, kebiasaan-kebiasaan dan adat
istiadat. Dalam praktiknya, istilah adat istiadat mengandung arti luas, mencakup
semua hal di mana suatu masyarakat atau seseorang menjadi terbiasa untuk dapat
melakukannya.38
Sedangkan makna Pantang adalah istilah yang berasal dari bahasa asli
daerah Tanah Gayo. Kata pantang mengandung arti perbuatan amoral yang
dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang telah dewasa yang amat
dilarang menurut adat. Pantang adalah suatu model budaya yang integral antara
akal pikiran, hati, rohani dan jasmaninya, akhlak, sikap, tabiat, dan keterampilan
serta keahliannya, menyiapkan masyarakat untuk hidup dalam keadaan aman,
damai, bahagia, sejahtera dunia dan akhirat. Budaya Pantang berupaya
menghindari perbuatan yang menyimpang dari konvensi-konvensi tata krama
yang berlaku dalam masyarakat, selain bertentangan dengan adat juga dari segi
moralitas, tindakan atau perbuatan itu sangat tidak terpuji.39
Adat Pantang adalah Adat yang mengatur tentang tata pergaulan masyarakat
dalam bergaul. Pergaulan yang dimaksud dalam Pantang Ini adalah peraturan
yang berbentuk larangan dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan baik
muda-mudi maupun orang dewasa yang bukan mukhrimnya. Tujuanya adalah
______________
38
Gibb dan Kramers, Pengertian Adat Istidat, (Encyclopaedia of Islam Leiden, 1990),
hal, 14.
39
Hakim Aman Pinan, “Peranan Adat Gayo dalam Masa Peralihan, (Dalam Majalah Telangke,1996),hal. 12.
30
untuk menghindari terjadinya pergaulan bebas dan perzinahan. Dahulu antara
laki-laki dan perempuan sangat memperhatikan ucapan dalam berbicara dengan
teman dan lawan jenisnya, namun seiring berjalanya waktu sopan dan santun
pemuda dan pemudi mulai hilang.
Di dalam masyarakat Gayo Cerak Pantang lahir pada saat masyarakat sudah
meninggalkan adat istiadat yang berlaku pada saat itu, terjadi Cerak Pantang itu
terlihat jelas dari penampilan-penampilan manusia yang tidak sesuai dengan
aturan-aturan dalam masyarakat baik atau buruknya. Dimana Pantang dilihat dari
tingkah laku masyarakatnya sehari-hari baik itu di lingkungan maupun di luar
lingkungan. Cerak Pantang ini sudah sejak lama adanya sejak zaman nenek
moyang terdahulu kita, asal mula bisa munculnya perkataan ini sebagai bentuk
kekesalan atau luapan emosi seseorang. Misalnya seorang anak yang tidak mau
mendengar perintah orang tua kemudian orang tua tersebut mengeluarkan
perktaan kasar sebagai bentuk kemarahanya. Seiring perkembangan zaman Cerak
Pantang diangap hal biasa bagi kalangan remaja saat ini salah satunya disebabkan
karena masuknya budaya luar yang mempengaruhi orang Gayo itu sendiri. Di
samping itu juga hukum Pantang menjadi luntur pada masyarakat Gayo karena
kurangnya kesadaran akan menjaga serta memelihara betapa pentingnya hukum
adat itu.
3. Cerak Pantang Dalam Pandangan Islam
Berkata keji, mencaci maki, mengumbar lidah berkata kotor, berbicara
dalam hal kemaksiatan adalah perbuatan tercela dan dilarang oleh Islam, sumber
utama dari perkataan ini adalah sifat keji dan jahat. Seseorang yang mengobrol
31
tanpa kendali dan tidak membatasi pembicaraanya maka nyaris tidak mungkin
tidak membicarakan kehormatan orang lain atau masuk kedalam keadaan batil.40
Perkataan yang bertujuan untuk mengejek dan menertawakan dalam nada
penghinaan diharamkan dalam Islam, jika orang yang diejek dan di olok-olok itu
merasa tersinggung dan sakit hati. Karna dianggap memandang kecil dan remeh
orang lain hingga ia merasa dihinakan dan dilecehkan.
Sebagian orang berpendapat bahwa akhlak berbicara itu merupakan suatu
bentuk kemaslahatan manusia yang tercermin dalam adat istiadat individu untuk
memudahkan dalam berkomunikasi dan juga untuk menjalin kerja sama dalam
masyarakat. Pada hakikatnya kepribadian manusia itu terletak pada keindahan
akhlak, setiap kali ia meningkatkan kesediaan tanggung jawab serta menahan
daripada batas-batas akhlak, khususnya akhlak berbicara dalam lingkungan
pergaulan yang meliputi seluruh aspek kehidupan perorangan maupun
kemasyarakatan.
Al-Qur’an sebagai aturan hukum-hukum dan pedoman hidup manusia
dalam mengajak kebenaran menggunakan kata-kata yang terhindar dari
kekasaran serta menjengkelkan hati.
______________
40
Imam AL-Ghazali, Afatul Lisan Terapi dan Solusinya, (Surabaya: Amelia Surabaya,
2007), hal.49.
32
Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur‟an surat al-ahzab ayat 70-71
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar (70). Niscaya Allah memperbaiki
bagimu dengan amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
41Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar (71).
Dari arti ayat di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa dakwah hendaklah
bernuansa persuasif (membujuk secara halus supaya menjadi lebih baik),
Muhammad Nashir dalam fiqhud dakwah mengatakan: dalam berdakwah
hendaklah menggunakan kata-kata yang lurus (tidak berbelit-belit), kata yang
benar keluar dari hati yang suci, dan diucapkan dengan penuh perasaan,
sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju, mengetuk hati, dan akal mereka
yang dihadapinya.42
Menurut tafsir ayat diatas dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan” Khaulan Syadida” yaitu ucapan yang ditujukan untuk tujuan kebenaran,
______________ 41
Syaikh al-Allamah, At-Tafsir Al-Muyassar, ( Mujamma’ Raja Fahd Mushaf Al-Qur’an,
2016), hal 379
42
Al-Munjid al-Lughat Waal-I’lam, Kajian Tentang Perkataan Yang Baik Dalam
Berdakwah, (Beirut: Daral-Masyriq, 1994), hal. 65.
33
karena hal itu akan medatangkan beberapa manfaat: Pertama, memacu semangat
dalam berbuat kebaikan sehingga hidupnya selalu dalam lindungan Allah, serta
menjadikan amal perbuatannya diterima oleh Allah, hal ini sesuai dengan
perkataan Ibnu Abbas dalam menjelaskan Ayat di atas, serta ia akan mendapatkan
pahala yang banyak sekali. Kedua, Allah akan mengampuni dosanya, disebabkan
karena ia selalu memegang teguh (istiqamah) dalam ucapan maupun perbuatan.43
Allah memerintahkan kepada kaum mukminin untuk bertakwa kepada-
Nya dalam seluruh kondisi mereka, lahir dan batin berkata benar, yaitu
perkataan yang sejalan dengan yang benar atau mendekati kebenaran disaat
sesuatau yang menyakinkan itu udzhur (sulit dipastikan), berupa bacaan, dzikir
amar ma’ruf, maksimal, mempelajari ilmu dan mengajarkanya untuk
memperoleh yang tepat dalam masalah-masalah ilmiah, dan menempuh setiap
jalan yang dapat mengantarkan kesana dan setiap sarana yang membantu
untuknya.
Dari penjelasan ayat diatas, sangat penting menjaga lisan, agar terhindar
dari kesalahan yang disengaja, maupun tidak disengaja, karena lisan ibarat
harimau kejam yang siap memangsa korbanya, maka diperlukan berhati-hati
dalam berbicara dan bertindak, karena manusia akan selamat bila menjaga
lisannya. Perkataan yang benar adalah perkataan yang lembut dan santun dalam
berbicara kepada orang lain dan perkataan yang mengandung nasihat dan
bimbingan kepada apa yang lebih maslahat.
______________
43 Syaikh Mahmud, Asbabun Nuzul, (Solo: Zam-Zam, 2014), hal. 365.
34
Dalam hal ini, ada sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
berisi tentang anjuran untuk selalu berkata yang baik atau diam sebagai solusi
yang bijaksana dalam menghindari segala kesalahan kepada orang lain, yang
berbunyi:
Artinya: diriwayatkan dari Abi Hurairah, bahwasanya Rasulallah bersabda:
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang
baik, atau diam saja. (HR: Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini ada pernyataan tentang keimanan seseorang kepada Allah
dan hari Akhir dikaitkan dengan pentingnya menjaga lisan, supaya berhati-hati
menggunakannya, karena efeknya sangat luar biasa, berapa banyak orang yang
hancur dikarenakan mulutnya yang tidak dijaga, hubungan persaudaraan pecah
gara-gara lisan yang tidak terarah, jabatan tersingkir karena omongan yang tidak
dipikir.44
C. Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Meminimalisir Cerak Pantang
Masyarakat pedesaan terikat kepada adat, budaya setempat, agama yang
dianut, sopan santun, akhlak yang mengatur hubungan antara satu dengan yang
lain. Dijadikan pegangan dalam kehidupan masyarakat, mereka takut melanggar
______________
44
Muhammad M, Mizanul Hikmah Kumpulan Hadist Nabi Saw Pilihan 1 (Pejaten-
Nur Al-Huda, 2014), hal. 328.
35
adat, tata krama dan akhlak yang berlaku dalam masyarakat tersebut, karena bagi
yang melanggarnya akan mendapat celaan dari masyarakat, kadang-kadang terjadi
pengucilan dari masyarakat ramai. Seolah-olah mereka hidup saling mengawasi
dan saling menasihati.45
Oleh sebab itu diperlukanya peran Tokoh Agama dan Adat dalam mencegah
masyarakat dalam melakukan hal-hal yang dilarang oleh norma dan adat, terutama
dalam perkataan yang digunakan dalam berinteraksi dengan orang-orang sekitar.46
Keterlibatan Tokoh Agama dan Adat di dalam meminimalisir Cerak Pantang
adalah:
a. Tokoh Agama dan Adat Memberikan nasihat secara langsung kepada
masyarakat yang bersangkutan agar orang tersebut meninggalkan kegiatan
yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, yakni norma hukum, sosial,
dan agama.
b. Tokoh Agama dan Adat membicarakan atau mensosialisasikan dengan
masyarakat yang bersangkutan untuk meninggalkan perkataan yang
melanggar norma dan adat.
c. Langkah yang terakhir, Tokoh Agama dan Adat memberikan sangsi
kepada masyarakat yang melanggar aturan yang diberikan. Usaha
menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan
dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
Guna untuk menahan kelakuan buruk yang sering dilakukan atau
pemyebab timbulnya peristiwa buruk yang lebih hebat baik di dalam
keluarga dan dalam lingkungan sosial, seseorang harus menaati peraturan
dan tata cara yang berlaku.
______________
45 Abdul Aziz, Psikologi Agama Ajaran Muslim Pancasila.( Jakarta: Sinar Baru 1998)
hal 28
46
Soepomo, Bab-Bab Hukum Adat, (Jakarta: Pradya Paramita, 1977), hal.75.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif, metode deskriptif adalah penilaian terhadap masalah-masalah berupa
fakta-fakta dari suatu populasi, yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau
pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur. Tujuan dari
penelitian deskriptif adalah menjawab pertanyaan dari objek yang diteliti.47
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat
kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang
menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.48
Penelitian ini dilakukan untuk menggali informasi agar dapat menemukan
penjelasan mengenai Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Mencegah
Penggunaan “Cerak Pantang” Pada Masyarakat (Studi Deskriptif Pada
Masyaraakat Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo Lues).
B. Lokasi dan Sumber Data Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo
Lues, meliputi 3 desa sebagai obyek penelitian yaitu: Desa Remukut, Desa Tetingi
dan Desa Kuning Kurnia.
______________
47 Etta Mamang Sengaji Sopiah, Metode Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian,
(Yogyakarta: Andi, 2010), hal. 21.
48 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 166.
37
Ada beberapa hal yang membuat peneliti memilih desa tersebut adalah, di
pilihnya desa Remukut karna desa ini merupakan tempat tinggal peneliti, sehingga
peneliti lebih paham terhadap desa ini. Sedangkan di pilihnya desa Kuning Kurnia
karna desa ini merupakan salah satu desa yang maju di Kecamatan ini. Sedangkan
desa tetingi merupakan desa yang tidak termasuk desa terbelakang juga tidak
termasuk desa yang maju dia berada diantara keduanya. Kemudian peneliti juga
relatif sering ke desa ini sehingga lebih paham desa ini dibandingkan desa-desa
lain.
Adapun sumber data yang dipilih disetiap desa berjumlah 18 orang dengan
perincian desa Remukut enam orang, dua orang tokoh Agama, dua orang tokoh
Adat dan dua orang masyarakat, begitu juga dengan desa Tetingi, dua orang orang
tokoh agama, dua orang tokoh Adat, dua orang masyarakat. Juga dengan desa
Kuning Kurnia berjumlah, dua orang tokoh Agama, dua orang tokoh Adat, dan
dua orang masyarakat.
Kriteria sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Tokoh Agama dan Adat.
2. Mampu menjelaskan tentang Cerak Pantang.
3. Memiliki pemahaman tentang Cerak Pantang.
Sumber data adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
pewawancara.49
Pemilihan sumber data dilakukan dengan tehnik purposive
sampling yaitu penentuan sumber data berdasarkan pertimbangan tertentu,
______________
49 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi Kebijakan Publik dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 111.
38
misalnya orang tersebut adalah orang yang dianggap yang paling tahu tentang apa
yang diharapkan oleh penulis.50
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara atau langkah-langkah peneliti
untuk mendapatkan data penelitian. Teknik pengumpulan data penelitian ini
melalui:
1. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu
objek dengan menggunakan alat indera.51
Observasi atau pengamatan yaitu
pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam
kegiatan-kegiatan orang yang diamati dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Observasi partisipan (participant observation)
Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah
merupakan bagian dari mereka.
b. Observasi tak partisipan (non-participant observation)
Dalam observasi ini pengamat berada di luar subjek penelitian yang
diamati dan tidak dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.52
Dalam
______________
50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, R&D (Bandung: Alfabeta, 2013),
hal. 85.
51 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis), (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hal. 134.
52 Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Tehnik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 69-70.
39
penilitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan karena peneliti tidak
ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh informan, tetapi hanya
melihat dan mengamati kegiatan yang mereka jelaskan tentang Cerak Pantang .
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Wawancara sebagai bahan untuk mendukung atau penambahan data
dari proses observasi yang terdiri dari dua belah pihak yaitu pewawancara dan
terwawancara.53
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan
menggunakan telepon.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Wawancara ini digunakan sebagai tehnik pengumpulan
data, peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi. Di samping instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka
pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu memudahkan proses
wawancara.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
______________
53 Husaini Usman Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), hal. 57.
40
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.54
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara terstruktur, dimana peneliti berpedoman kepada
pertanyaan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu langkah kritis dalam penelitian. Analisis
data disebut juga pengalohan data dan penafsiran data. Analisis data adalah
rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokkan, penafsiran agar sebuah
fenomena memiliki nilai sosial, dan ilmiah. Data dalam penelitian kualitatif terdiri
dari deskripsi tentang fenomena (situasi, kegiatan, peristiwa) baik berupa kata-
kata, angka maupun yang hanya bisa dirasakan.55
Analisis data juga dilakukan
sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian yang bertujuan untuk memberikan
gambaran cukup menyajikan tabel tunggal dengan jumlah dan persentase untuk
setiap kategori.
Dalam penelitian ini, model analisis data yang di gunakan adalah dengan
merujuk model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono,
yaitu interactive model yang mana komponen kerjanya meliputi data reduction
(reduksi data), data display (penyajian data), conclusion drawing/verification.56
______________
54 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, R&D (Bandung: Alfabeta, 2013),
hal. 130-140.
55 Imam Suprayoga, Tabroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), hal. 191.
56 Sugiyono, Metode Penulisan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hal. 246-252.
41
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan membuang yang tidak
perlu dari data yang diperoleh dari lapangan. Kegiatan mereduksi data dilakukan
setelah memperoleh keseluruhan data dari lapangan baik dari hasil wawancara,
maupun perolehan data dokumentasi. Setelah diklarifikasi masing-masing,
kemudian diringkas hal-hal yang pokok agar mudah dipahami, sesuai dengan
fokus penelitian, maka peneliti akan mereduksi data menjadi beberapa catatan dari
hasil temuan data lapangan yang sesuai dengan rumusan penelitian.
2. Penyajian data
Setelah reduksi data selesai, langkah selanjutnya adalah menyajikan data
yang diperoleh dari berbagai sumber di lapangan. Penyajian data dilakukan
dengan membuat pola, atau sejenisnya dari fokus masalah penelitian, menyusun
kalimat dalam bentuk narasi serta menghubungkan antara tujuan penelitian yang
satu dengan yang lainnya terkait pertanyaan pokok penelitian yang telah
dirumuskan.
3. Conclusion drawing/verification (Penarikan kesimpulan)
Kesimpulan awal akan berubah seiring dengan ditemukan bukti-bukti baru
dalam penyajian data. Jika data yang diperoleh sudah mencukupi untuk menjawab
rumusan masalah, maka akan segera dicukupkan. Kemudian menulis kesimpulan
masing-masing dari setiap pertanya an pokok penelitian tentang Peran Tokoh
Agama dan Adat Dalam Mencegah Penggunaan “Cerak Pantang” Pada
42
Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyaraakat Kecamatan Pantan Cuaca
Kabupaten Gayo Lues).
Adapun penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku
Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry
Banda Aceh yang dikeluarkan pada tahun 2013 dan arahan yang diperoleh penulis
dari pembimbing selama proses bimbingan skrpsi ini.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pantan Cuaca Kabupaten Gayo
Lues, yang meliputi 3 desa yaitu: Desa Remukut, Desa Tetingi dan Desa Kuning
Kurnia. Pantan Cuaca adalah salah satu Kecamatan yang berada di Gayo Lues
yang terletak di lereng pengunungan dekat dengan Kawasan Ekosistem Leuser
(KEL), isi utama di wilayah fokus ini adalah melindungi hutan yang tersisa.
Pantan Cuaca ditetapkan sebagai Kecamatan terbaik tingkat Kabupaten
Gayo Lues pada tahun 2019 yang kemudian disusul oleh Putri Betung sebagai
Kecamatan Terbaik Kedua, Blangkejeren sebagai Kecamatan terbaik ketiga dan
Kuta Panjang Kecamatan terbaik keempat. Penetapan Kecamatan terbaik tersebut
ditandai dengan penyerahan plakat dan sertifikat pada malam resepsi HUT ke-74
yang berlangsung di Balai Musara Blangkejeren.57
a. Letak Geografis Lokasi Penelitian
Secara geografis Kabupaten Gayo Lues berada pada 96o 43’ 24” – 97o 55’
24” BT dan 3o 40’ 26” – 4o 16’ 55” LU. Kabupaten Gayo Lues di sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Langkat Provinsi
Summatera Utara. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya,
Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Selatan. Di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Aceh Tengah, Aceh Timur dan Kabupaten Nagan Raya serta di
______________ 57
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka 2020, (Gayo Lues: Badan
Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues, 2020), hal. 4.
44
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan
Aceh Barat Daya.58
Untuk lebih jelasnya tentang jumlah kecamatan, luas dan ibu
kota dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.1
Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Gayo Lues
No Nama Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (km2)
1 Kuta Panjang Kuta Panjang 269,53
2 Blang Jerango Buntul Gemuyang 382,42
3 Blangkejeren Blangkejeren 166,85
4 Putri Betung Gumpang 996,85
5 Dabun Gelang Badak Bur Jumpe 444,71
6 Blang Pegayon Cinta Maju 272,18
7 Pining Pining 1.350,09
8 Rikit Gaib Ampa Kolak 264,08
9 Pantan Cuaca Kenyaran 295,06
10 Terangun Terangun 671,80
Total Luas 5.549,91
Sumber : BPS Gayo Lues tahun 2020
______________ 58
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka 2020, (Gayo Lues: Badan
Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues, 2020), hal. 5.
45
Kabupaten Gayo Lues memiliki luas wilayah 5.549,91 km2 dimana
Kecamatan Pining merupakan kecamatan terluas yaitu 24, 33 persen wilayah
Gayo Lues. Wilayah Kabupaten Gayo Lues terletak di ketinggian 100-3000 meter
di atas permukaan laut (mdpl) dan 56.08 persen wilayahnya berada di ketinggian
1000-2000 meter di atas permukaan laut dan 43,93 persen wilayahnya berada di
kemiringan di atas 40 persen yang berupa pegunungan. Kecamatan terjauh dari
ibukota Kabupaten Gayo Lues adalah Rerebe yang menjadi ibukota Kecamatan
Tripejaya, sejauh 55 Km.
b. Kependudukan Kabupaten Gayo Lues
Munurut data BPS jumlah penduduk Kabupaten Gayo Lues pada
pertengahan tahun 2019 berjumlah 94.100 jiwa yang terdiri dari 46.487 laki-laki
dan 47.613 perempuan. Wilayah yang terbanyak jumlah penduduknya terdapat di
Kecamatan Blangkejeren yakni 28.808 jiwa, dan yang terkecil jumlah
penduduknya terdapat di Kecamatan Pantan Cuaca yakni 4.133 jiwa.59
Sumber utama data kependudukan adalah sensus penduduk yang
dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali. Sensus penduduk pertama telah
dilaksanakan sejak tahun 1961. Didalam sensus penduduk pencacahan dilakukan
terhada seluruh penduduk yang berdomisili di wilayah territorial Indonesia.
Berdasarkan data BPS Kecamatan Pantan Cuaca, jumlah penduduk
Kecamatan Pantan Cuaca pada tahun 2019 adalah 3.561 jiwa. Rasio jenis kelamin
(sex rasio) di Kecamatan Pantan Cuaca tahun 2019 sebesar 105,01 dengan jumlah
______________ 59
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka 2020, (Gayo Lues: Badan
Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues, 2020), hal. 5.
46
laki-laki sebanyak 1.824 jiwa, dan perempuan sebanyak 1.737 jiwa. Mukim di
Kecamatan ini berjumlah 2 mukim dan 9 desa.
Jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Pantan Cuaca yaitu 1
puskesmas dan 3 pustu dengan jumlah tenaga medis 9 PNS dan 12 non PNS.
Jumlah sekolah di Kecamatan Pantan Cuaca, sekolah dasar berjumlah 6 sekolah,
sekolah menegah pertama berjumlah 1 sekolah dan sekolah menegah atas
berjumlah 1 sekolah. Jumlah balai pengajian di Kecamatan Pantan Cuaca yaitu 11
balai pengajian dan 9 mesjid.60
B. Hasil Penelitian
1. Sejarah Lahirnya Cerak Pantang
Kata Pantang sudah ada sejak lama, mulai dari kakek moyang dulu, namun
yang membedakannya adalah, dahulu orang tua dan anak-anak mengetahui akan
makna Pantang sehingga jarang terdengar dan jarang diucapkan dan dilakukan.
Namun ssaat ini, baik orang tua dan anak-anak tidak lagi memahami makna
pantang tersebut, Jenis pantang ini ada beberapa: Pantang Penengonen ( Pantan
dalam Penglihatan), Pantang Kenunulen (Pantang Dalam Cara Duduk), Pantang
Pelangkahen (Pantang Dalam Gerak dan Perjalanan) dan Pantang Peceraken
(Pantang Dalam Berbicara).61
Cerak Pantang merupakan perkataan yang
memiliki makna yang tidak baik, yang bertentangan dengan norma agama dan
______________ 60
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Gayo Lues Dalam Angka 2020, (Gayo Lues: Badan
Pusat Statistik Kabupaten Gayo Lues, 2020), hal. 2.
61
Wawancara bersama bapak Ahmad, Tokoh Agama Desa Remukut, Tanggal 18
Oktober 2020 di Desa Remukut.
47
adat, seperti perkataan yang bertujuan untuk mencela, perkataan kotor dan
sombong.62
Ditambahakn oleh Bapak Mukhtaruddin Cerak Pantang adalah perkataan
yang apabila diucapkan akan memiliki makna yang tabu yaitu, melanggar norma
agama, perkataan yang apabila diucapkan akan menyebabkan orang yang
mendengarnya merasa tersinggung dan sakit hati.63
Cerak Pantang di kalangan
anak muda sudah menjadi tren dalam pergaulan mereka, hal itu dapat dilihat
dalam keseharian mereka. Alasannya adalah sudah menjadi kebiasaan dalam
pergaulan jadi tidak dipermasalahkan, hal ini terjadi karena pergaulan yang tidak
baik. Bukankah etika dalam berbicara sudah diajarkan oleh orang tua sejak
dahulu, jadi perkataan yang tabu sebaiknya dihindari.64
Salah seorang tokoh adat dari desa Tetingi mengatakan bahwa adat
Pantang adalah adat yang mengatur tentang tata cara pergaulan masyarakat,
bergaul dengan baik sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi semua orang.
Cerak Pantang adalah adat yang sudah lama ada dalam masyarakat, ini bermula
karna dahulu Perkataan ini diucapkan sebagai salah satu cara seseorang
mengutarakan kemarahan.65
Senada dengan pendapat di atas, bapak Ali selaku tokoh adat di kampung
Tetingi mengatakan bahwa bagi seseorang yang sulit dalam mengontrol rasa
marah akan mengeluarkan kata-kata yang kotor. Sebagai contoh orang tua yang
memarahi anaknya dengan spontan lalu mengeluarkan kata-kata yang memiliki
makna tidak baik seperti Anak Jalang (anak yang lahir diluar nikah) kata-kata ini
secara spontan diucapkan padahal anak yang dimarahi adalah anak sendiri.66
______________ 62
Wawancara bersama bapak Usmar, Tokoh Adat Desa Remukut, Tanggal 18 Oktober
2020 di Desa Remukut. 63
Wawancara bersama bapak Mukhtaruddin, Masyarakat Desa Remukut, Tanggal 18
Oktober 2020 di Desa Remukut.
64
Wawancara bersama bapak Usman, Tokoh Adat Desa Remukut, Tanggal 18 Oktober
2020 di Desa Remukut. 65
Wawancara bersama bapak Mahmud, Tokoh Adat Desa tetingi, Tanggal 19 Oktober
2020 di Desa tetingi.
66
Wawancara bersama bapak Ali, Tokoh Adat Desa tetingi, Tanggal 19 Oktober 2020 di
Desa tetingi.
48
Bapak Samsul Bahri Tokoh Agama desa Tetingi lainnya mengatakan
bahwa Cerak Pantang sejak dulu sudah sering saya dengar, akan tetapi tidak
banyak orang yang berkata demikian hanya orang-orang yang salah dalam
pergaulan saja yang mudah mengeluarkan kata-kata kotor. Apalagi dunia maya
yang semakin maju demikian pula sosial media menjadi salah satu penyebab
orang berkata yang tidak baik, banyak yang tidak bisa memilah mana yang baik
dan mana yang buruk.67
Sekarang ini Cerak Pantang juga banyak diucapkan di kalangan anak-anak
dan remaja, bahkan mereka sering menngucapkan perkataan Pantang dalam
keseharian seperti anak gih mupau (anak yang bejad moralnya). Bagi mereka
perkataan ini biasa saja, namun bagi orang yang memahami akan makna Cerak
Pantang akan merasa kesal bila mendengar perkataan tersebut. Mereka tidak
mengetahui bahwa perkataan yang diucapkan itu adalah hal yang tabu dalam
masyarakat.68
2. Dampak Kalimat Cerak Pantang Terhadap Masyarakat
Sebagai perkataan yang kurang baik, maka Cerak Pantang saat ini sering
diucapkan baik di kalangan anak-anak bahkan di kalangan orang tua, sehingga
berdampak tidak baik bagi masyarakat, diri sendiri, keluarga dan merusak nama
baik kampung.69
Dalam pandangan bapak Junaidi, Cerak Pantang berarti
perkataan yang kasar dan mengandung makna yang tidak baik. Contohnya asu
(anjing), cupak ninemu (menyebutkan organ intim orang tua seseorang), kul pedel
(mengatakan seseorang itu memiliki ampela yang berisi batu krikil). Kata-kata ini
memiliki makna tidak baik, namun sering terdengar di lingkungan masyarakat.
Salah satu penyebabnya adalah seseorang merasa kesal atau marah sehingga
menjadi pemicu bagi seseorang mengeluarkan kata-kata kotor. Faktor penyebab
______________ 67
Wawancara bersama bapak Samsul Bahri, Tokoh Adat Desa tetingi, Tanggal 19
Oktober 2020 di Desa tetingi.
68
Wawancara bersama bapak Abdul Hamid, Tokoh Adat Desa Kuning Kurnia, Tanggal
20 Oktober 2020 di Desa Kuning Kurnia.
69
Wawancara bersama bapak Abdul Rasid, Tokoh Agama Desa Kuning Kurnia, Tanggal
20 Oktober 2020 di Desa Kuning Kurnia.
49
lainya adalah karena seseorang memang sudah terbiasa berbicara tidak baik.
Dampaknya dalam kehidupan masyaarakat adalah dapat menimbulkan
perselisihan antara satu dengaan yang lainya.70
Ditambahkan oleh bapak Mahmud bahwa saat ini banyak jenis Cerak
Pantang, seperti anak-anak yang memanggil ko (kamu) kepada orang yang lebih
tua. Hal ini merupakan pantang dalam bertutur kata, karena kita diajarkan
bertutur kata yang lebih baik kepada orang yang lebih tua. Jenis kata Pantang
yang lain dalam pergaulan seharian-hari seperti seberu tue (penghinaan kepada
seorang wanita yang sudah lanjut usia namun belum menikah) kata ini sering
diucapkan oleh seseorang tanpa memikirkan perasaan orang yang berada di posisi
tersebut sehinnga dapat berdampak negatif bagi orang yang mendengarnya.71
Salah seorang anggota masyarakat desa Tetingi mengatakan bahwa selama
ini kita telah diajarkan untuk berbicara dengan sopan. Sebagaimana pepatah
mengatakan “kemali enti peperi, sicemak enti amat-amat” (yang pantang jangan
diucapkan. Yang kotor jangan dipegang). Karena ini dapat merusak nama baik
diri sendiri, keluarga dan kampung dimana orang tersebut tinggal. Akan tetapi
kenyataannya kata-kata ini masih sering diucapkan hingga saat ini72
Di antara dampak Cerak Pantang bagi masyarakat adalah dapat merusak
hubungan antara sesama masyarakat yang satu dengan yang lainya, karena Cerak
Pantang cenderung dapat merusak suasana hati seseorang yang mendengarnya.
Dampak lain dari Cerak Pantang adalah dipandang rendah oleh orang-orang
sekitar, karena masyarakat sekitar beranggapan bahwa si pelaku berasal dari
kelurga yang tidak memiliki etika dan akhlak yang baik.73
______________ 70
Wawancara bersama bapak Junaidi, Tokoh Agama Desa Kuning Kurnia, Tanggal 20
Oktober 2020 di Desa Kuning Kurnia.
71
Wawancara bersama bapak Mahmud, Tokoh Adat Desa tetingi, Tanggal 19 Oktober
2020 di Desa tetingi.
72
Wawancara bersama ibu Cut Mutia, masyarakat Desa Tetingi, Tanggal 19 Oktober 2020
di Desa tetingi.
73
Wawancara bersama bapak Ahmad, Tokoh Agama Desa Remukut, Tanggal 18 Oktober
2020 di tetingi.
50
3. Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Mencegah Penggunaan Cerak
Pantang Pada Masyarakat.
Tokoh agama dan tokoh adat memiliki peran penting dalam mencegah
pengucapan Cerak Pantang dalam masyarakat, sebagaimana dikatakan oleh
bapak Ahmad bahwa ada beberapa peran yang dilakukan untuk mencegah
masyarakat dalam menggunakan Cerak Pantang di antaranya sosialisasi yang
dilakukan oleh penasehat adat, yang biasanya dilakukan di masjid atau
meunasah. Ada pula program yang dilakukan seperti, ceramah singkat di
penggajian ibu-ibu, dengan tema tentang pengajian terkait Cerak Pantang.74
Hal senada juga dikatakan oleh bapak Isa, bahwa tokoh agama dan tokoh
adat selaku orang yang diberikan kepercayaan dalam memimpin desa, adalah
memberikan arahan agar program yang ada dapat dijalankan dengan baik
dibantu oleh masyarakat. Di antara langkah yang dilakukan adalah dengan
mendatangkan para ustadz untuk memberikan ceramah di masjid atau meunasah
dengan topik Cerak Pantang. Kemudian memberikan arahan kepada para orang
tua bahwa pentingnya mengajarkan kepada anak-anak agar berbicara dengan
baik dan sopan.75
Sesungguhnya banyak peran tokoh Agama dan Adat dalam mencegah
masyarakat menggunakan Cerak Pantang, salah satunya adalah membuat program
yang dapat diterima masyarakat dengan baik. Contohnya membuat pengajian rutin
setiap hari Jum’at dengan mendatangkan ustadz-ustadz dari kampung lain untuk
menberikan pencerahan tentang Cerak Pantang. Peran kami sendiri adalah
bersosialisasi kepada orang tua, agar para orang tua akan menyampaikan kepada
anak-anak mereka tentang larangan Cerak Pantang. Apabila ada salah satu
masyarakat yang cenderung berkata yang tidak baik, maka akan ada peran dari
tokoh agama dan adat memberikan nasehat secara khusus.76
______________ 74
Wawancara bersama bapak Samsul Bahri, Tokoh Agama Desa Tetingi, Tanggal 19
Oktober 2020 di Desa tetingi.
75
Wawancara bersama bapak Isa, Tokoh Agama Desa Remukut, Tanggal 18 Oktober
2020 di Remukut.
76
Wawancara bersama bapak Abdul Hamid, Tokoh Adat Desa Kuning Kurnia, Tanggal
20 Oktober 2020 di Desa Kuning Kurnia.
51
Ibu Hawika menyatakan bahwa untuk antisipasi penggunaan Cerak
Pantang adalah pemberantasan sifat tercela, dimana tokoh agama atau adat
mengumpulkan semua orang tua, baik laki-laki dan perempuan di masjid atau
meunasah. Namun kegiatan ini lebih memfokuskan kepada orang tua karena
sangat diperlukan peran orang tua dalam membimbing anak-anak mereka agar
dapat berinteraksi dengan baik. Saat ini sebagian anak-anak dan remaja sangat
terganggu akhlaq meraka dalam beriteraksi. Banyak remaja yang tidak bisa
membedakan cara berinteraksi dengan orang tua dan berinteraksi dengan anak-
anak.77
C. Pembahasan
1. Sejarah lahirnya Cerak Pantang
Di dalam masyarakat Gayo Cerak Pantang lahir pada saat masyarakat
sudah meninggalkan adat istiadat yang berlaku. Cerak Pantang terlihat jelas dari
penampilan-penampilan manusia yang tidak sesuai dengan aturan-aturan dalam
masyarakat.78
Berdasarkan wawancara dengan para tokoh agama yang
mengatakan bahwa Kata Pantang sudah ada sejak lama, mulai dari kakek moyang
dulu, namun yang membedakannya adalah, dahulu orang tua dan anak-anak
mengetahui akan makna Pantang sehingga jarang terdengar, jarang diucapkan dan
dilakukan. bagi seseorang yang sulit dalam mengontrol rasa marah akan
mengeluarkan kata-kata yang kotor, perkataan yang dapat menyakiti hati orang
lain.
______________ 77
Wawancara bersama ibu Hawika, Masyarakat Desa Kuning Kurnia, Tanggal 20 Oktober
2020 di Desa Kuning Kurnia.
78
Al-Gayoni, Tutur Gayo (Edisi 1), ( Jakarta selatan: Research Center For Gayo), hal 45
52
Hal itu dapat dilihat dari tata pergaulan, Cerak Pantang merupakan tata
cara, adab, etika dan sopan santun dalam berbicara. Dalam berbicara harus
memperhatikan siapa yang diajak atau lawan bicara. Orang tua, guru, pemimpin
dan anak-anak. Sebagai salah satu contoh Cerak Pantang, orang yang bukan
suami istri berbicara di tempat tertentu sebagai layaknya suami istri berbicara
berlainan jenis dengan cara atau isi pembicaraan tidak wajar dan tidak baik. 79
Cerak Pantang menurut pandangan masyarakat khusunya masyarakat
Gayo mempunyai arti yang sangat kasar dan sangat jelek. Perkataan keji yang bisa
menyakiti hati orang lain, maka hukum menggunakanya adalah haram dan
berdosa besar. Hal ini bila tidak segera kita cegah dan kita tangani maka dapat
merusak diri sendiri dan lingkungan
Contoh dari Cerak Pantang seperti perkataan porno secara berbisik-bisik
ataupun terang-terangan. Seorang anak mengatakan perkataan yang tidak pantas
diucapkan di depan orang, seakan-akan ia mengerti hal ikhwal hubungan suami
istri, cerita porno padahal mereka masih remaja. Orang tua atau orang dewasa
membicarakan masalah-masalah porno didepan anak-anak yang belum pantas di
dengarnya atau memeluk, mencium suami istri di depan anak-anak ataupun di
depan orang lain meskipun suami istri sah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para tokoh agama yang mengatakan
bahwa, Cerak Pantang sudah lama adanya yaitu sejak nenek moyang terdahulu,
bahkan lahir pada saat masyarakat meninggalkan adat istiadat yang berlaku. Cerak
Pantang sudah terlihat jelas dari penampilan masyararakat yang tidak sesuiai
______________ 79
Ibrahim Mahmud, Syariat dan Adat Istiadat di Tanah Gayo, ( Takengon: Yayasan
Mahkamah Mahmuda,2002), hal 30
53
dengan aturan. Kata ini sering diucapkan karena sebagai salah satu ungkapan rasa
kekesalan orang tua kepada anak mereka. Banyak dari anak-anak yang harus
dikasari terlebih dahulu baru akan mendengar apa yang diperintahkan orang tua
mereka. banyak orang tua, remaja, bahkan anak kecil sudah terbiasa memakai
perkataan yang kasar, keji, bahkan terasa menyakitkan ditelinga.
2. Dampak Cerak Pantang terhadap masyarakat
Manusia harus menyadari bahwa kebahagiaan hidup merupakan sebuah
tantangan, dan kebahagiaan yang bisa diraih apabila seseorang bisa
berkomunikasi dan bersosialisasi dalam lingkungan pergaulanya dengan baik.
Salah satu faktor terpenting untuk menjalin komunikasi yang baik dalam
lingkungan pergaulan adalah dengan menjauhi segala bentuk perkataan yang tidak
baik atau perkataan yang Pantang.
Temuan peneliti jika seseorang menggunaka Cerak Pantang, orang
tersebut tidak dipercaya oleh orang lain, mengecewakan orang lain, merusak nama
baik diri sendiri, keluarga dan tempat dimana seseorang tinggal. Apabila
seseorang memiliki tutur kata yang baik dan lemah lembut, maka orang-orang
yang berada di sekitar akan menghormatinya, dilihat sebagai orang yang berbudi
pekerti yang baik. Sebaliknya seseorang yang sering bertutur kata kasar, jelek,
keji akan dijauhi oleh orang-orang di sekitanya.
Dampak Cerak Pantang terhadap diri sendiri yaitu:
a. Dipandang rendah oleh orang lain
b. Merusak nama baik diri sendiri
c. Tidak diikutsertakan dalam organisasi
54
d. Dicemoohkan oleh orang lain
Dampak Cerak Pantang terhadap keluarga:
a. Pelaku dianggap berasal dari keluarga yang tidak memiliki etika
b. Orang tua pelaku akan dicemoohkan
c. Dapat merusak nama baik anggota keluarga
Dampak Cerak Pantang terhadap masyarakat:
a. Dapat merusak hubungan antara sesama masyarakat
b. Merusak suasana hati anggota masyarakat yang lain.
Dari penjelasan di atas, sangat penting menjaga lisan, agar terhindar dari
kesalahan yang disengaja, maupun tidak disengaja, karena lisan ibarat harimau
kejam yang siap memangsa korbanya, maka diperlukan kehati-hatian dalam
berbicara dan bertindak, karena manusia akan selamat bila menjaga lisannya.
Perkataan yang benar adalah perkataan yang lembut dan santun dalam berbicara
kepada orang lain dan perkataan yang mengandung nasihat dan bimbingan kepada
apa yang lebih maslahat.
Berdasarkan hal di atas mencaci maki, berkata kotor, berbicara dalam hal
kemaksiatan adalah perbuatan tercela dan dilarang oleh agama, sumber utama dari
perkataan-perkataan ini adalah sifat keji dan jahat. Seseorang yang mengobrol
tanpa kendali dan tidak membatasi pembicaraanya maka nyaris tidak mungkin
tidak membicarakan kehormatan orang lain atau masuk dalam keadaan batil.80
Dapat dikatakan bahwa dampak Cerak Pantang terhadap masyarakat
adalah, dapat merusak nama baik diri sendiri, keluarga, dan tempat dimana ia
______________
80 Muhammad Idris, Adab Sopan Santun, (Madura: Penerbit Mutiara, 1999), hal 1.
55
tinggal. Macam-macam dari perkataan Pantang itu seperti perkataan yang
memiliki makna untuk menggunjing, mengejek, memanggil dengan julukan jelek,
menyindir, dan berbicara yang tidak memiliki makna sama sekali, adapun faktor
yang mempengaruhi seseorang mengeluarakan Cerak Pantang adalah adat
kebiasaan, lingkungan pergaulan, asal daerah, ras, dan kondisi daerah tempat
tinggal, pendidikan dan ilmu pengetahun.
Al-Qur`an sendiri melarang umat Islam berbicara seperti hal-hal di atas,
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 11 :
هن ول أى يكىىا خيرا ه ي قىم عسى أيهب ٱلذيي ءاهىا ل يسخر قىم ه ي
ا أفسكن ول تببزوا بٱللق ول تلوزوهي أى يكي خيرا ه ي سبء عسى ب سبء ه
لوىى بئس ٱلس ئك هن ٱلظ
ي وهي لن يتب فأول يو ١١ن ٱلفسىق بعد ٱل
Artinya: wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain, karena boleh jadi mereka yang (diolok-olokkan)
lebih baik dari mereka yang (mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-
perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain, karena boleh jadi perempuan
yang (diolok-olokkan) lebih baik dari perempuan yang (mengolok-olok).
Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan jangalah saling memeanggil
dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk
fisik setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.
Ayat diatas menjelaskan bahwa seorang muslim dilarang untuk mengolok-
olok orang lain, mencela dirinya sendiri dan memanggil dengan gelar buruk
karena termasuk perbutan zalim. Mengolok-olok, mencela dan memanggil dengan
panggilan buruk kepada orang lain dapat menyebabkan permusuhan sesama kaum
muslim. Ketika seseong merasa iri kepada orang lain, maka orang itu rela
melakukan apa saja hanya untuk menyenangkan hatinya. Tidak memikirkan
56
perasaan orang lain, hal itu dapat merusak hati manusia dan sangat jelas semua itu
dilarang oleh Allah.
Janganlah Mengolok-olok sesama manusia lainya karena bisa jadi
seseorang yang diolok-olokan itu lebih ikhlas nuraninya dan lebih bersih hatinya
daripada orang yang menghina. Sehingga ia memiliki kedudukan yang lebih
tinggi di hadapan Allah SWT. Mencela orang lain baik dengan perkataan ataupun
perbuatan berarti mengejek dirinya sendiri, memanggil-manggil orang lain dengan
gelar-gelar yang buruk dapat menjurus kearah permusushan. Seorang muslim
yang tidak bertobat dari perbuatan tersebut maka disebut orang-orang yang zalim
oleh Allah SWT.81
3. Peran tokoh Agama dan adat dalam mencegah penggunaan Cerak Pantang
Selaku Tokoh masyarakat yang dihargai oleh orang-orang di sekitarnya
tokoh agama dan adat harus lebih tegas lagi dalam menarik perhatian
masyarakatnya agar selalu mematuhi aturan-atauran yang berlaku terutama bagi
keluarga masyarakat. Karna perkaatan Pantang tidak akan terdegar lagi. Apabila
setiap keluaraga saling menjaga ucapan, baik perkataan orang tua kepada anak
maupun sebaliknya.
Tokoh agama dan tokoh adat memiliki peran penting dalam mencegah
pengucapan Cerak Pantang dalam masyarakat, ada beberapa peran yang
dilakukan untuk mencegah masyarakat dalam menggunakan Cerak Pantang
diantaranya:
______________ 81
M. Quraish shihab, tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera hati, 2002), hal 251.
57
a. Sosialisasi yang dilakukan oleh penasehat adat, yang biasanya
dilakukan di masjid atau meunasah.
b. Juga program yang dilakukan seperti, ceramah singkat di penggajian
ibu-ibu, dengan tema terkait Cerak Pantang.
c. Membuat pengajian rutin terkait dengan Cerak Pantang baik orang tua
dan anak-anak
Bagi para pelanggar aturan dapat menimbulkan bahaya yang bukan hanya
menimpa dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain, keluarga, saudara, dan
masyarakat. Misalnya anak-anak yang berkata kotor kepada orang tua maka anak
tersebut akan dianggap tidak pernah diajarkan oleh orang tuanya tentang tata cara
berbica yang baik. Maka orang-orang akan beranggapan bahwa orang tuanya telah
gagal dalam mendidik anaknya.
Sebagai tokoh agama dan adat yang memiliki kedudukan sosial dan
dihormati oleh orang-orang di sekitarnya. Mereka disebut Tokoh agama dan
Tokoh adat karena telah memiliki kedudukan serta sebagai wadah pengaduan
masyarakat sekaligus sebagai penashehat bagi orang-orang disekitarnya. Karena
dianggap telah memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih tinggi tenntang
aturan-aturan yang berlaku.82
Begitu juga bagi setiap masyarakat agar dapat mentaati peraturan yang
telah diperlakukan tersebut, salah satunya adalah aturan tentang penggunaan
Cerak Pantang. Cerak Pantang berarti mengeluarkan atau menggucapkan
______________ 82
Arief Furchan, Studi Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), hal, 11.
58
perkataan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku, perkataan yang
melenceng dari ajaran islam.
Dari uraian diatas, maka peran tokoh agan dan adat dalam mencegah
penggunaan Cerak Pantang adalah membuat usaha-usaha yang dapat diterima
oleh masyarakat dengan baik, agar usaha tersebut dapat diterapkan dalam
kehidupan masyarakan. Adapun usaha-usaha yang telah dibuat oleh tokoh agama
dan adat menurut temuan penelitian adalah membuat program-program berupa
pengajian rutin, serta memberi nasehat secara khusus. Bagi pelaku yang telah
berkata tidak baik, akan diberikan nasehat-nasehat kepada setiap orang tua
selanjutnya mereka yang akan mensosialisasikan kepada anak-anak di rumah.
Mengingat pentingnya peran tokoh agama dan adat dalam mencegah
penggunaan Cerak Pantang bagi masyarakat, khususnya masyarakata Pantan
Cuaca Kabupaten Gayo Lues maka diharapkan setiap tokoh agama dan adat dapat
bersosialisasi dengan baik terhadap masyarakatnya. Mereka adalah contoh dalam
kehidupan sehari-hari terutama memberi contoh dalam bersikap, berbicara dengan
baik sesuai dengan norma agama dan adat istiadat yang berlaku.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cerak Pantang adalah suatu perkataan yang memiliki makna tidak baik,
bertentangan dengan norma agama dan adat yang berlaku. Seperti
perkataan yang bertujuan untuk mencela, perkataan kotor dan sombong. Di
dalam masyarakat Gayo Cerak Pantang lahir pada saat masyarakat sudah
meninggalkan adat istiadat yang berlaku pada saat itu. Cerak Pantang
terlihat jelas dari penampilan-penampilan manusia yang tidak sesuai
dengan aturan-aturan dalam masyarakat baik atau buruknya. Kata Pantang
sudah ada sejak lama, mulai dari kakek moyang dulu, namun yang
membedakannya adalah, dahulu orang tua dan anak-anak mengetahui akan
makna Pantang sehingga jarang terdengar, jarang diucapkan dan
dilakukan. Bagi seseorang yang sulit dalam mengontrol rasa marah akan
mengeluarkan kata-kata yang kotor, perkataan yang dapat menyakiti hati
orang lain.
2. Ada beberapa dampak Cerak Pantang bagi masyarakat diantaranya:
Pertama: Dampak Cerak Pantang terhadap diri sendiri yaitu: Dipandang
rendah oleh orang lain, merusak nama baik diri sendiri, dan tidak
diikutsertakan dalam organisasi dan dicemoohkan oleh orang lain.
Kedua: Dampak Cerak Pantang terhadap keluarga: Pelaku dianggap
berasal dari keluarga yang tidak memiliki etika, Orang tua pelaku akan
dicemoohkan, dan dapat merusak nama baik anggota keluarga.
60
Ketiga: Dampak Cerak Pantang terhadap masyarakat: dapat merusak
hubungan antara sesama masyarakat, dan Merusak suasana hati anggota
masyarakat yang lain.
3. Tokoh agama dan tokoh adat memiliki peran penting dalam mencegah
pengucapan Cerak Pantang dalam masyarakat. Ada beberapa peran yang
dilakukan untuk mencegah masyarakat dalam menggunakan Cerak
Pantang diantaranya: Pertama: Melalui sosialisasi yang dilakukan oleh
penasehat adat, yang biasanya dilaksanakan di masjid atau meunasah.
Kedua: Ceramah singkat untuk penggajian ibu-ibu, dengan tema tentang
Cerak Pantang. Ketiga: Juga membuat pengajian rutin terkait dengan
Cerak Pantang untuk orang tua dan anak-anak.
B. Saran-Saran
1. Tokoh Agama dan Adat selaku orang yang dihormati di dalam lingkungan
sosial, hendaknya menjadi panutan yang baik di lingkunganya. Membuat
aturan yang tegas terkait dengan adat khusunya adat Cerak Pantang agar
masyarakat menghindari perkataan tersebut.
2. Untuk masyarakat yang peduli terhadap adat, harus menghindari perkataan
yang melenceng dari norma yang berlaku, karena itu Cerak Pantang harus
dihindari karena berdampak negatif tidak hanya bagi diri sendiri akan
tetapi juga berdampak negatif bagi orang-orang di sekitar.
3. Kepada mahasiswa/i FDK UIN Ar-Raniry Prodi Bimbingan Konseling
Islam Khususnya dari dataran tinggi Gayo dapat memahami makna Cerak
61
Pantang dengan baik agar perkataan tersebut tidak terbawa ke daerah lain
karna dapat merusak nama baik diri sendiri.
62
DAFTAR PUSTAKA
Ardiasnysah Danus, Hakikat Pesan Dalam Komunikasi, uinsby. cademia. Edu.
Badruzaman Ismail Sanusi, Sejarah Majelis Adat Aceh, Hak Penerbitan Pada
Majlis Adat, 2012.
Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, Jakrata: Kencana, 2005.
Bahry Rajab, Kamus Umum Bahasa Gayo-Indonesia, Penerbit dan Percetakan:
Balai Pustaka, 2011.
Baihaqi AKK dkk, Bahasa Gayo, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978.
Departemen Pendidkan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
Etta Mamang Sengaji Sopiah, Metode Penelitian Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian, Yogyakarta: Andi, 2010.
Hamka, Tafsir Al Azhar jilid 5. Singapura: Kerajaya Printing Industries. 2003.
Husaini Usman Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Bumi Asara, 2004.
Ibrahim Muhammad, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Gayo, Banda
Aceh: Al- Mumtaz Institute. 2013.
Ibrahim Mahmud, Mujahid Dataran Tinggi, Yayasan Maqamammahmuda
Takengon, 2007.
Imam Suprayoga Tabroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003.
Ismail Badruzaman dkk. Sejarah Majelis Adat Aceh, Majelis Adat Aceh (MAA),
2012.
Jafar As. Upacara Adat Pengantin Gayo, Jakarta: Kebayoran Baru, 1988.
Joko Tri Prasetya, dkk. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: PT. Rineka Karya. 1984.
Joni, Kekayaan Khazanah Adat Budaya Gayo. Tanggerang: Mahara Publishing,
2017.
63
Lindawati, Pantang Larang (Pamali) Dalam Masyarakat Gayo Kecamatan
Pegasing Aceh Tengah, Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2018.
L.K Ara. Ensiklopedia Aceh, Hikayat, dan Sastra. Banda Aceh: Bima Pratama.
2008.
Mahmud Ibrahim dan Hakim Aman Pinan, Syari‟at dan Adat, Takengon: Yayasan
Maqamammahmuda, 2002.
Mahmud Ibrahim, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Gayo, Banda Aceh:
Al-Mumtaz Institute.2013.
Moh, Ali Aziz, Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media 2004.
Pinan Aman Hakim, Pesona Tanoh Gayo, Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah,
2003.
Sabri A dkk, Budaya Msyarakat Suku Bangsa Gayo di Kabupaten Aceh Tengah
Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh, 2000.
Shabri A dkk, Budaya Masyarakat Suku Bangsa Gayo di Kabupaten Aceh Tengah
Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Banda Aceh.2000.
Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Tehnik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainya, Bnadung: Remaja Rosda
Karya, 2008.
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005.
Sulaiman Budiman, Peribahasa dan Pepatah Gayo, Jaakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,1986.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Syukri, tesis: Budaya Sumang dan Implementasinya Terhadap Restorasi Karakter
Masyarakat Gayo di Aceh, Sumatera Utara: Universitas Sumatra Utara,
2017.
Umar Muhammad, Peradaban Aceh, Banda Aceh: Yayasan Busafat, 2006.
64
DOKUMENTASI
FOTO KETERANGAN
Wawancara bersama tokoh adat
kampung Tetingi
Wawancara bersama masyarakat
kampung Remukut
Wawancara bersama masyarakat
kampung Tetingi
65
Wawancara bersama masyarakat
kampung Remukut
Wawancara bersama tokoh adat
kampung Remukut
Penyerahan surat penelitian kepada
tokoh agama desa Kuning Kurnia
66
PEDOMAN WAWANCARA SKRIPSI
Dengan Judul: Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Mencegah Penggunaan
"Cerak Pantang” Pada Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat
Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues).
Nama : Liskarlina Cahaya
NIM : 160402047
Prodi : Bimbingan Konseling Islam
A. Pertanyaan Untuk Tokoh Agama dan Adat Kecamatan Pantan Cuaca,
Kabupaten Gayo Lues
1. Menurut bapak/ibu apa yang dimaksud dengan Cerak Pantang dan
bagaimana sejarah lahirnya Cerak Pantang dalam masyarakat?
2. Menurut bapak/ibu apa dampak penggunaan Cerak Pantang bagi
masyarakat?
3. Menurut bapak/ibu apa saja jenis-jenis Cerak Pantang yang
berkembang dalam masyarakat?
4. Menurut bapak/ibu, apa penyebab utama masyarakat mengeluarkan
kata-kata pantang?
5. Bagaimana peran tokoh Agama dan Adat dalam mencegah
penggunaan Cerak Pantang pada masyarakat Pantan Cuaca, kabupaten
Gayo Lues?
6. Usaha-usaha apa yang telah dilakukan dalam pencegahan penggunaan
Cerak Pantang
7. Apakah usaha-usaha tersebut berhasil dalam pencegahan penggunaan
Cerak Pantang dalam masyarakat?
8. Apa saja faktor pendukung dan penghambat usaha-usaha tersebut?
67
PEDOMAN WAWANCARA SKRIPSI
Dengan Judul: Peran Tokoh Agama dan Adat Dalam Mencegah Penggunaan
"Cerak Pantang” Pada Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat
Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues).
Nama : Liskarlina Cahaya
NIM : 160402047
Prodi : Bimbingan Konseling Islam
B. Pertanyaan Untuk Mayarakat Pantan Cuaca, Kabupaten Gayo Lues.
1. Apakah bapak/ibu mengetahui arti Cerak Pantang?
2. Apakah bapak/ibu, pernah mendengar seseorang yang menggeluarkan
Cerak Pantang dan bagaimana respon bapak terhadap orang tesebut?
3. Apakah ucapan ini sering dingunakan oleh masyarakat?
4. Menurut bapak/Ibu, apa penyebab masyarakat menggunakan Cerak
Pantang?
5. Menurut bapak/Ibu, apa saja yang menjadi tujuan bagi masyarakat
dalam mengikuti usaha atau program yang telah dibuat oleh tokoh
agama dan adat?
6. Menurut bapak/ibu apa dampak Cerak Pantang terhadap masyarakat?
7. Apa saja program/usaha yang telah dibuat oleh tokoh agama dan adat
dalam Mencegah penggunaan Cerak Pantang?
8. Bagaimana menurut Bapak/ibu terkait kegiatan/usaha yang
dilaksanakan para tokoh agama dan adat, apakah sesuai dengan
kebutuhan yang menjadi permasalahan?
9. Apa saja manfaat atau perubahan yang didapat dari program/usaha
tersebut?