PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

39
BAB I PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemaslahatan masyarakat. Dalam dunia yang sudah mengglobal ini, kemajuan teknologi diperlukan dan dimanfaatkan dalam segala bidang. Salah satu bidang yang terkena sentuhan teknologi informasi adalah pelayanan pemerintah kepada publik. Artinya dalam era teknologi informasi ini, informasi telah dihubungkan oleh sebuah gerbang yang terintegrasi. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi yang besar secara cepat dan akurat. Selain itu, pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

Transcript of PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

Page 1: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi informasi memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

untuk kemaslahatan masyarakat. Dalam dunia yang sudah mengglobal ini, kemajuan

teknologi diperlukan dan dimanfaatkan dalam segala bidang. Salah satu bidang yang

terkena sentuhan teknologi informasi adalah pelayanan pemerintah kepada publik.

Artinya dalam era teknologi informasi ini, informasi telah dihubungkan oleh sebuah

gerbang yang terintegrasi. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat

serta potensi pemanfaatannya secara luas membuka peluang bagi pengaksesan,

pengelolaan dan pendayagunaan informasi yang besar secara cepat dan akurat.

Selain itu, pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses

pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi

dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

E-Gov atau Electronic Government merupakan bentuk dari implementasi

penggunaan teknologi informasi bagi pelayanan pemerintah kepada publik.

Pelayanan tersebut dalam bentuk pemberian informasi oleh pemerintah kepada

pemangku kepentingan (stakeholder) melalui sebuah portal web. Perbedaan

pemahaman, cara pandang dan tindakan atas E-Gov telah menimbulkan distorsi

serta penyimpangan atas maksud pembuatan E-Gov itu sendiri. Kondisi

memprihatinkan ini terjadi di berbagai tingkatan birokrasi, baik dari tingkat staf

paling bawah hingga ke tingkat paling tinggi. Begitu pula dalam berbagai praktek

Page 2: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

bisnis di lingkungan swasta. Lemahnya pemanfaatan e-gov di lingkungan birokrasi

yang saling terkait dengan masih terbatasnya aplikasi di dunia bisnis telah

menyebabkan lambatnya pelaksanaan program e-gov.

E-government (e-gov) intinya adalah proses pemanfaatan teknologi informasi

sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih

efisien. Karena itu, ada dua hal utama dalam pengertian e-gov di atas ; yang pertama

adalah penggunaan teknologi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai alat

bantu, dan, yang kedua, tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintahan dapat

berjalan lebih efisien. Kendati demikian, e-gov bukan berarti mengganti cara

pemerintah dalam berhubungan dengan masyarakat. Dalam konsep e-gov,

masyarakat masih bisa berhubungan dengan pos-pos pelayanan, berbicara melalui

telepon untuk mendapatkan pelayanan pemerintah, atau mengirim surat. Jadi, e-

gov sesuai dengan fungsinya, adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat

meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Simpulannya e-

gov adalah upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang

ber-basis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan

publik secara efektif dan efisien. Mencermati permasalahan diatas, maka kami

merumuskan masalah yang ada yaitu sejauh apa peran teknologi dan kompetensi

dalam hubungannya dengan e-government yang ada di Indonesia.

Page 3: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep E-Government (e-gov)

E-government adalah penyampaian informasi pemerintah dan

penyelenggaraan pelayanan secara online melalui internet atau alat digital

lainnya (West, 2004). Sedangkan menurut Holmes (2000), E-Gov didefinisikan

sebagai kegunaan teknologi informasi untuk memberikan/menyajikan pelayanan

kepada publik dengan lebih nyaman, berorientasi pada konsumen,

mengefektifkan biaya, dan secara keseluruhan merupakan cara yang lebih baik

dari sebelumnya. Penulis lain (Fang, 2002; Seifert and Bonham, 2004)

mendefinisikan E-government sebagai sebuah cara bagaimana pemerintah

menggunakan teknologi informasi khususnya aplikasi internet berbasis web,

untuk menyediakan akses yang mudah terhadap informasi pemerintah dan

menyediakan pelayanan publik, juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan

pemerintahan, serta melakukan transformasi hubungan antara pejabat publik

dengan penduduk dan juga bisnis. Dari berbagai definisi ini, umumnya

pemerintah-pemerintah di dunia yang mengimplementasikan E-Gov

menggunakan definisi dari Bank Dunia, yaitu pemanfaatan teknologi informasi

(seperti Wide Area Network, Internet, Mobile Computing) oleh agen pemerintah

yang mampu mentransformasi hubungan dengan penduduk, bisnis serta unit

pemerintah lainnya.

Page 4: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

Secara umum, e-government didefinisikan sebagai : pemerintahan elektronik

(juga disebut e-gov, digital government, online government atau

transformational government) yaitu penggunaan teknologi informasi oleh

pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan

bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. E-government

dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk

meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses

pepemerintahan yang demokratis. Keuntungan yang paling diharapkan dari e-

government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang

lebih baik dari pelayanan publik.

Secara garis besar dari definisi-definisi yang beredar mengenai E-Gov dapat

disimpulkan bahwa E-Gov mempunyai beberapa penekanan penting yaitu :

a. adanya pemanfaatan teknologi informasi (Internet, WAN, Mobile Computing

dll).

b. adanya tujuan untuk meningkatkan layanan kepada publik yaitu dengan

adanya pelayanan umum secara online (Online Public Services).

c. adanya tujuan untuk melakukan transformasi hubungan antara agen

pemerintah dengan penduduk, bisnis ataupun dengan unit pemerintah

lainnya.

Aplikasi dari teknologi informasi dalam sector publik ditujukan untuk

meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dalam penyampaian

Page 5: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

pelayanan publik oleh pemerintah. Layne dan Lee (2001) menjelaskan ada empat

tahap pengembangan e-gov, yaitu :

1. Cataloguing; focus dimulai dengan hadirnya pemerintah secara online.

2. Transaction; penyajian database dinamis dalam situs resmi pemerintah.

3. Vertical Integration; yaitu terbangunnya sebuah koneksi dengan fungsi dan

jasa dari tingkat diatasnya. Misalnya, portal web pemda tingkat II

mempunyai fungsi pelayanan dari portal web pemda tingkat I dan tingkat

pusat. Fokusnya pada transformasi jasa pelayanan pemerintahan dan bukan

pada otomatisasi. Targetnya adalah mengintegrasi system pemerintahan

tingkat II dengan tingkat I dan tingkat pusat. Hal ini dilakukan untuk tujuan

cross referencing and checking. Selain itu, target lainnya adalah untuk

mempertimbangkan peningkatan pada efisiensi privasi dan masalah

kerahasiaan.

4. Horizontal Integration; yaitu suatu integrasi antar fungsi dan pelayanan yang

beda. Tahap ini ditandai dengan adanya database yang melintas area

fungsional yang berbeda, yang saling berkomunikasi satu sama lain dan

idealnya saling membagi informasi. Dengan demikian, informasi yang

diperoleh satu agen pemerintah dapat digunakan oleh seluruh fungsi lain

dalam system.

Konsep e-Government sendiri berkembang didasarkan atas tiga

kecenderungan, yaitu:

Page 6: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

1. Masyarakat bebas memilih bilamana dan darimana yang bersangkutan ingin

berhubungan dengan pemerintahnya untuk melakukan berbagai transaksi

atau mekanisme interaksi yang diperlukan selama 24 jam sehari dan 7 hari

seminggu (non-stop);

2. Untuk menjalankan mekanisme interaksi tersebut masyarakat dapat dan

boleh memilih berbagai kanal akses (multiple channels), baik yang sifatnya

tradisional/konvensional maupun yang paling modern, baik yang disediakan

oleh pemerintah maupun kerja sama antara pemerintah dengan sektor

swasta atau institusi non-komersial lainnya

3. Pemerintah dalam hal ini berperan sebagai koordinator utama yang

memungkinkan berbagai hal yang diinginkan masyarakat tersebut terwujud,

artinya yang bersangkutan akan membuat sebuah suasana yang kondusif

agar tercipta sebuah lingkungan penyelenggaraan pemerintahan seperti yang

dicita-citakan rakyatnya tersebut. ( Indrajit, Richardus E., 2002 )

E-Government sendiri dapat diimplementasikan dalam berbagai cara.

Contohnya antara lain:

a. Penyediaan sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari oleh

masyarakat. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari tempat kantor

pemerintahan, dari kios info (info kiosk), ataupun dari Internet (yang dapat

diakses oleh masyarakat dimana pun dia berada). Informasi ini dapat berupa

Page 7: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

informasi potensi daerah sehingga calon investor dapat mengetahui potensi

tersebut.

b. Penyediaan mekanisme akses melalui kios informasi yang tersedia di kantor

pemerintahan dan juga di tempat umum. Usaha penyediaan akses ini

dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan untuk mendapatkan

informasi.

c. E-procurement dimana pemerintah dapat melakukan tender secara on-line

dan transparan.

B. Konsep Teknologi

Teknologi diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan

dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu

pengetahuan. Menurut Prayitno dan Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh

perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam

waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sedangkan menurut Mardikanto (1993), teknologi adalah suatu perilaku produk,

informasi dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan

digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi

tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau

seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Soeharjo dan Patong (1984) dalam Wasono (2008) menguraikan bahwa

teknologi hendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut : (1) teknologi baru

Page 8: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

hendaknya lebih unggul dari sebelumnya; (2) mudah digunakan; dan (3) tidak

memberikan resiko yang besar jika diterapkan. Suatu teknologi atau ide baru

akan diterima oleh petani jika (a) memberi keuntungan ekonomi bila teknologi

tersebut diterapkan (profitability); (b) teknologi tersebut sesuai dengan

lingkungan budaya setempat (cultural compatibility); (c) kesesuaian dengan

lingkungan fisik (physical compatibility); (d) teknologi tersebut memiliki

kemudahan jika diterapkan; (e) penghematan tenaga kerja dan waktu dan (f)

tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan

(Mardikanto,1993).

C. Konsep Kompetensi

Cut Zurnali (2010) dalam bukunya yang berjudul "Learning Organization,

Competency, Organizational Commitment, dan Customer Orientation:

Knowledge Worker - Kerangka Riset Manajemen Sumberdaya Manusia di Masa

Depan" merangkum beberapa pengertian kompetensi dari beberapa pakar.

Berikut akan disajikan definisi kompetensi :

1. Richard E. Boyatzis (2008) mengemukakan kompetensi sebagai karakteristik-

karakteristik dasar seseorang yang menuntun atau menyebabkan keefektifan

dan kinerja yang menonjol.

2. Menurut Glossary Our Workforce Matters (Sinnott. et.al: 2002), kompetensi

adalah karakteristik dari karyawan yang mengkontribusikan kinerja pekerjaan

yang berhasil dan pencapaian hasil organisasi. Hal ini mencakup

Page 9: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

pengetahuan, keahlian dan kemampuan ditambah karakteristik lain seperti

nilai, motivasi, inisiatif dan control diri.

3. Le Boterf dalam Denise et al (2007) menyatakan : kompetensi merupakan

sesuatu yang abstrak; hal ini tidak menunjukkan adanya material dan

ketergantungan pada kegiatan kecakapan individu. Jadi kompetensi bukan

keadaan tapi lebih pada hasil kegiatan dari pengkombinasiaan sumberdaya

personal (pengetahuan, kemampuan, kualitas, pengalaman, kapasitas

kognitif, sumberdaya emosional, dan lainnya) dan sumberdaya lingkungan

(teknologi, database, buku, jaringan hubungan, dan lainnya).

4. Menurut Sinnott et.al (2002), kompetensi adalah alat pengkritisi dalam tugas

kerja dan pergantian perencanaan. Di tingkat minimum, kompetensi berarti:

(a) mengenali kapabilitas, sikap dan atribut yang dibutuhkan untuk

memenuhi staf saat ini dan dimasa depan sebagai prioritas organisasi dan

pertukaran strategis dan (b) memfokuskan pada usaha pengembangan

karyawan untuk menghilangkan kesenjangan antara kapabilitas yang

dibutuhkan dengan yang tersedia.

Menurut Yodhia Antariksa (2007), secara general, kompetensi sendiri dapat

dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal,

dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job

behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. Dalam sejumlah literatur,

kompetensi sering dibedakan menjadi dua tipe, yakni soft competency atau jenis

Page 10: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

kompetensi yang berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengelola proses

pekerjaan, hubungan antar manusia serta membangun interaksi dengan orang

lain. Contoh soft competency adalah: leadership, communication, interpersonal

relation, dll. Tipe kompetensi yang kedua sering disebut hard competency atau

jenis kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis

suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk

teknis yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh hard competency

adalah : electrical engineering, marketing research, financial analysis, manpower

planning, dll.

Page 11: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Di penghujung abad ke-20 berkembang satu fenomena yang tidak pernah

terbayang sebelumnya, yakni perkembangan kemampuan dan aplikasi teknologi

komunikasi dan informasi. Teknologi ini telah merevolusi kehidupan umat manusia

dari waktu ke waktu sejak ditemukannya micro chip. Perusahaan-perusahaan

komersial telah secara optimal mendayagunakan teknologi ini sebagai dukungan

utama operasinya. Peningkatan dramatis dalam hal pelayanan dan kenyamanan

customer telah menjadi suatu keharusan bagi keberadaan dan kemajuan sebuah

industri guna mencapai benefit yang maksimal. Perkembangan teknologi tersebut

telah memungkinkan banyak layanan dapat dilakukan dalam 24 jam tanpa

terpengaruh oleh ruang dan waktu, dalam arti kapan dan dimana saja.

Aplikasi teknologi informasi ini kemudian diterapkan dalam lembaga-

lembaga pemerintahan dengan maksud untuk memberikan pelayanan yang lebih

maksimal kepada masyarakat yang tidak mampu hadir secara fisik dengan aparat

pemerintah, atau kurang memiliki dana yang mencukupi untuk memenuhi

kebutuhannya terhadap barang dan jasa public. Electronic Government (e-gov)

kemudian muncul menjawab kebutuhan pemerintah untuk memenuhi tantangan

tersebut.

Di beberapa negara maju, aplikasi e-Gov telah digunakan sebagai sarana

untuk memperbaiki manajemen internal dan meningkatkan pelayanan publik.

Page 12: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

Secara internal digunakan sebagai sistem pendukung dalam pembuatan keputusan

dalam bentuk decision supporting system atau system pendukung keputusan.

Sedangkan dalam peningkatan pelayanan diwujudkan dalam bentuk otomatisasi

pelayanan yang secara integral dihubungkan melalui media internet ataupun

teknologi digital lainnya.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak lembaga-lembaga pemerintahan

yang mulai memanfaatkan kemajuan teknologi informasi ini guna diaplikasikan

sebagai media dalam memberikan kemudahan penyampaian informasi publik dan

kemudahan pelayanan publik. Hal ini tentunya bukan saja penerapan e-gov bukan

semata-mata karena perkembangan itu dari perspektif lingkungan strategik, tetapi

lebih penting lagi adalah adanya kebutuhan akan penerapan teknologi informasi dan

teknologi komunikasi tersebut guna mencapai kualitas pelayanan prima kepada

masyarakat, disamping juga guna tercapainya transparansi, akuntabilitas, partisipasi,

efisiensi, koherensi dan daya guna lainnya yang dimungkinkannya.

Tujuan aplikasi e-gov adalah :

1. Meningkatkan efisiensi dan cost-effectiveness dari pemerintahan;

2. Memberikan berbagai jasa pelayanan kepada masyarakat secara lebih baik;

3. Memberikan akses informasi kepada publik secara luas; dan

4. Menjadikan penyelenggaraan pemerintahan lebih bertanggung jawab dan

transparan kepada masyarakat.

Page 13: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

Aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam administrasi

pemerintahan tidak lepas dari tugas pokok dan fungsi pemerintahan itu sendiri

sebagai pangkal tolaknya disatu sisi, dan perangkat teknologi sebagai tulang

punggung dari e-gov disisi lain. Ada dua tugas pokok pemerintah yang perlu

ditunjang yakni mengelola kebijakan dan mengelola pelayanan. Berbagai bentuk

kebijakan, pengaturan, pembinaan, pengendalian serta pengawasan dan

pertanggungjawaban dalam beragam jenis dan bidang kehidupan berbangsa, juga

untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi bangsa memerlukan data dan

informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Kegunaan dan peran teknologi

informasi dan komunikasi adalah mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut

agar terselenggara secara efektif, tepat, nyaman, aman dan efisien.

E-Gov di Indonesia mulai dilirik sejak tahun 2001 yaitu sejak munculnya

Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika

(Telekomunikasi, Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat

pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good

governance dan mempercepat proses demokrasi. Namun dalam perjalanannya

inisiatif pemerintah pusat ini tidak mendapat dukungan serta respon dari segenap

pemangku kepentingan pemerintah yaitu ditandai dengan pemanfaatan teknologi

informasi yang belum maksimal.

E-government menjadi perlu dan penting dibahas karena secara tradisional

biasanya interaksi antara seorang warga negara atau institusi sosial dengan badan

Page 14: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

pemerintah selalu berlangsung di kantor-kantor pemerintahan. Namun seiring

dengan pemunculan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semakin

memungkinkan untuk mendekatkan pusat-pusat layanan pemerintah kepada setiap

klien. Sebagai contoh ; jika ada pusat layanan yang tak terlayani oleh badan

pemerintah, maka ada kios-kios yang didekatkan kepada para klien atau dengan

penggunaan komputer di rumah atau di kantor-kantor. E-gov memberikan peluang

baru untuk meningkatkan kualitas pemerintahan, dengan cara ditingkatkannya

efisiensi, layanan-layanan baru, peningkatan partisipasi warga dan adanya suatu

peningkatan terhadap global information infrastructure. Dengan demikian e-gov

akan meningkatkan kualitas pelayanan informasi publik sebagai jalan untuk

mewujudkan good government. Melalui E-government, pelayanan pemerintah akan

berlangsung secara transparan, dapat dilacak prosesnya, sehingga dapat dianggap

akuntabel. Unsur penyimpangan dapat dihindarkan dan pelayanan dapat diberikan

secara efektif dan efisien.

Saat ini banyak lembaga pemerintah yang menyatakan dirinya sudah

mengaplikasikan E-government, namun pada kenyataannya lembaga-lembaga

pemerintahan tersebut baru dalam tahap publikasi situs atau tahap pemberian

informasi oleh pemerintah. Masih belum terlihat adanya penerapan e-government

yang benar-benar dijalankan secara mendalam. Oleh karena itu, banyak yang

menyatakan bahwa pelaksanaan e-gov belum optimal karena secara riil beberapa

pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah masih menggunakan cara-cara yang

Page 15: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

manual seperti proses pembuatan KTP, akta kelahiran, kartu keluarga, dan lain-lain.

Seorang warga harus secara mendatangi petugas yang bersangkutan di kantor

pemerintahan, atau bahkan harus mencari seorang “calo”. Hal ini sangatlah tidak

efektif dan efisien karena mengeluarkan biaya yang lebih banyak dari biaya

sebenarnya dan juga dirasakan menjadi sangat merepotkan karena harus

mendatangi kantor pemerintahan tersebut.

Data Maret 2002 menunjukkan 369 kantor pemerintahan telah membuka

situs mereka. Akan tetapi 24% dari situs tersebut gagal untuk mempertahankan

kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang terbatas. Saat ini hanya 85 situs

yang beroperasi dengan pilihan yang lengkap. Indikator lainnya adalah masuknya

internet baru mencapai 1,9 juta penduduk atau 7,6 persen dari total populasi

Indonesia pada tahun 2001. Pada tahun 2002 dengan 667.000 jumlah pelanggan

internet dan 4.500.000 pengguna komputer dan telepon, persentasi penggunaan

internet di Indonesia sangatlah rendah. (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia/APJII).

Pada tahun 2003, di era Presiden Megawati Soekarno Putri, Pemerintah

mengeluarkan suatu kebijakan yang lebih fokus terhadap pelaksanaan E-Gov,

melalui Instruksi Presiden yaitu Inpres Nomor 3 tahun 2003. Inpres ini berisi tentang

Strategi Pengembangan E-gov yang juga sudah dilengkapi dengan berbagai Panduan

tentang e-gov seperti: Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah;

Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah; Pedoman tentang

Page 16: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain. Demikian pula berbagai panduan

telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun 2004 yang pada dasarnya telah

menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-gov di pusat dan daerah. Dalam Inpres ini,

Presiden dengan tegas memerintahkan kepada seluruh Menteri, Gubernur, Walikota

dan Bupati untuk membangun E-government dengan berkoordinasi dengan Menteri

Komunikasi & Informasi.

Dilihat dari pelaksanaan aplikasi e-gov setelah keluarnya Inpres ini maka

dapat dikatakan bahwa perkembangan pelaksanaan implementasi E-Gov masih jauh

dari harapan. Data dari Depkominfo (2005) menunjukkan bahwa hingga akhir tahun

2005 lalu Indonesia baru memiliki:

a. 564 domain go.id;

b. 295 website pemerintah pusat dan pemda;

c. 226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website;

d. 198 website pemda masih dikelola secara aktif.

Beberapa pemerintah daerah memperlihatkan kemajuan cukup berarti.

Bahkan Pemerintah kota Surabaya sudah mulai memanfaatkan e-gov untuk proses

pengadaan barang dan jasa (e-procurement). Beberapa pemerintah daerah lain juga

berprestasi baik dalam pelaksanaan e-gov seperti: Pemprov DKI Jakarta, Pemprov DI

Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot Yogyakarta,

Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai Timur, Pemkab.

Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, Pemkab Malang.

Page 17: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih di bawah 8

juta satuan sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan warung

Internet (Warnet) yang terus menurun karena tidak sehatnya persaingan bisnis.

Telepon seluler menurut data Depkominfo tersebut telah mencapai 24 juta ss. Meski

kepadatan telepon tetap di beberapa kota besar bisa mencapai 11%-25%, kepadatan

telepon di beberapa wilayah yang relatif tertinggal baru mencapai 0,2%. Jangkauan

pelayanan telekomunikasi dalam bentuk akses telepon baru mencapai 65% desa dari

total sekitar 67.800 desa yang ada di seluruh tanah air. Jumlah telepon umum yang

tersedia hingga saat ini masih jauh dari target 3% dari total sambungan seperti

ditargetkan dalam penyusunan Program Pembangunan Jangka Panjang II dahulu.

Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong

rendah jika dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2004

berbagai data yang dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII)

memberikan jumlah pelanggan Internet masih pada kisaran 1,9 juta, sementara

pengguna baru berjumlah 9 juta orang. Rendahnya penetrasi Internet ini jelas bukan

suatu kondisi yang baik untuk mengurangi lebarnya kesenjangan digital (digital

divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dalam berbagai pertemuan

Internasional untuk dikurangi.

Perkembangan dan pembangunan telematika memasuki babak baru pada

awal tahun 2005 dengan digabungkannya Ditjen Postel yang dahulu berada di

bawah Departemen Perhubungan kedalam Depkominfo. Satriya (2005) melihat

Page 18: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

penggabungan tersebut seharusnya bisa mempercepat gerak pelaksanaan aplikasi e-

gov di seluruh tanah air dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk

penyediaan infrastruktur telematika yang sekaligus disinkronkan dengan berbagai

aplikasi prioritas.

Begitu pula dari sisi regulasi, sudah ada Instruksi Presiden (Inpres) No. 3

Tahun 2003 tentang Strategi Pengembangan E-gov yang juga sudah dilengkapi

dengan berbagai Panduan tentang e-gov seperti: Panduan Pembangunan

Infrastruktur Portal Pemerintah; Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik

Pemerintah; Pedoman tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain.

Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun 2004

yang pada dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-gov di pusat dan

daerah.

Sayangnya beberapa peraturan yang diharapkan bisa segera selesai masih

belum terwujud, seperti RUU tentang Informasi, dan Transaksi Elektronik yang

masih belum dibahas di DPR. Dalam bidang kebijakan, kelihatannya pemerintah

belum berhasil menyusun suatu langkah konkrit yang dapat menggerakkan berbagai

komponen pemerintah (lintas sektor) untuk saling bekerja sama membangun dan

menjalankan aplikasi yang memang harus disinergikan. Hingga sekarang

pemanfaatan telematika untuk Kartu Tanda Penduduk, Perpajakan, Imigrasi, dan

Kepegawaian yang sangat dibutuhkan dalam reformasi pemerintahan masih belum

terlaksana. Kombinasi pemanfaatan kapasitas telepon tetap eksis dan berbagai

Page 19: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

teknologi nirkabel lainnya sudah seharusnya bisa didukung oleh sistem tarif yang

sudah memanfaatkan kompetisi dalam sektor telematika ini. Begitu pula alternatif

penyediaan infrastruktur telematika di daerah terpencil, perbatasan, dan tertinggal

masih belum bisa memaksimalkan pemanfaatan dana Universal Service Obligation

(USO) yang telah dikutip dari operator.Ada perubahan yang mencolok seiring istilah

e-gov diberlakukan di kalangan pemerintah di Indonesia. Salah satunya adalah

semakin banyaknya situs pemerintah daerah (pemda) dan situs departemen/

lembaga yang bermunculan di internet baik itu mulai tingkat provinsi, kabupaten

dan kota. Menurut data Departemen Komunikasi dan Informatika, sampai saat ini

jumlah situs pemda telah mencapai 472 situs. Sayangnya, masih ada situs-situs

pemda yang dibuat dengan tampilan halaman depan / homepage dan isi berita yang

seadanya. Mulai dari isi berita di dalamnya yang sudah kadaluarsa, atau kalau sudah

diperbarui/ update isinya kurang begitu greget. Desain dan tata letak homepage

situs pemda kadangkala juga terkesan monoton. Akhirnya, seperti yang sering

dipaparkan bahwa ada situs pemda yang hanya menjadi hiasan, ada situs pemda

yang statusnya aktif, tapi tidak sering diperbarui, tidak ada interaksi dari

pengunjungnya hingga kurang optimal. Padahal ketika dibuat, tentunya harapannya

sesuai dengan konsep e-government yang ideal, namun sejumlah fakta

menunjukkan hal yang seperti tersebut di atas.

Secara faktual, pelaksanaan e-gov beberapa masih dinilai sebagai proyek

yang mengikuti tren pasar. Artinya, kebanyakan dari para penyelanggara e-gov baik

Page 20: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

lembaga pemerintahaan maupun lembaga non-pemerintahan masih merasa aman

dan nyaman dengan kepemilikan website tanpa peduli lagi pada optimalisasi

pemanfaatan e-gov. Pada sisi lain, ada pendapat yang menyatakan bahwa e-gov

hanyalah proyek yang digunakan para pengusaha teknologi komunikasi dan

informasi baik hardware maupun softwarenya untuk meningkatkan penjualannya.

Asumsi di atas mempertanyakan pelaksanaan e-gov dari sisi penyelenggara

(manajemen dan optimalisasinya). Sementara dari sisi pengguna yaitu masyarakat

masih belum banyak terpublikasi tentang fenomena pemanfaatan dan

penggunaannya. Artinya, masih sangat kecil dan sedikit jumlah penelitian baik yang

dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak institusi pendidikan berkaitan

dengan hal tersebut. Setidaknya ada dua asumsi ; pertama sangat disadari bahwa

akses internet masih terbatas pada masyarakat kategori sosial menengah ke atas

baik dari keterjangkauan alatnya maupun kultur penggunaannya. Kedua; adanya

ketidakyakinan tentang keseriusan masyarakat dalam memanfaatkan dan

menggunakannya.

Budi Raharjo pernah menjabarkan bahwa teknologi informasi merupakan

sebuah bidang baru. Pemerintah umumnya jarang memiliki SDM yang handal di

bidang ini. SDM yang handal dan mau mempelajari bidang baru, biasanya berada di

lingkungan bisnis dan industri. Sehingga keterbatasan pemerintah dalam bidang ini

sering dimanfaatkan oleh oknum bisnis dengan menjual solusi yang salah atau mahal

( Raharjo, PAU, ITB, 2004 ). Permasalahan ketersediaan SDM yang memiliki standar

Page 21: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

kompetensi dibidang ICT adalah lebih sulit dibandingkan dengan masalah

teknologinya.

Pada sejumlah kantor pemerintah daerah, PNS yang mempunyai

kemampuan di ICT hanya berkisar 3-5 orang saja, beberapa diantaranya belum tentu

berlatar belakang pendidikan sarjana bidang Informatika atau Elektro. Hal tersebut

terjadi karena kemungkinan pada 10-20 tahun yang lalu pemerintah daerah jarang

bahkan tidak pernah merekrut pegawai baru dengan latar belakang bidang ICT

karena pada masa itu belum ada gamabaran ke depan tentang pemanfaatan

teknologi komunikasi dan informasi. Dari sisi manajerial ternyata secara umum SDM

yang menangani teknologi informasi dan komunikasi sebagian besar adalah eselon

III dan eselon II, sehingga akses ke pimpinan pemerintahan daerah cukup sulit.

Artinya secara komunikasi organisasi aliran komunikasi dalam hal pengelolaan e-

government masih terbentur jalur birokrasi, kondisi ini akan semakin buruk bila

terjadi kurangnya perhatian dan kepedulian pejabat pemerintah di dalam

pembangunan dan pengembangan e-government.

Kasus lainnya ternyata ditemukan adanya beberapa pemerintah daerah yang

mempunyai lebih dari satu situs web yang dibuat dan dikelola oleh 2-3 perangkat

daerah yang berbeda (contoh www.sulteng.go.id dibuat dan dikelola oleh Bapeda

Sulteng, www.infokom-sulteng.go.id dibuat dan dikelola oleh DisInfokom Sulteng,

selain itu untuk provonsi Jawa Barat memiliki dua alamat situs yaitu jabar.go.id dan

jabarprov.go.id). Hal ini terjadi karena pengelola situs web pemerintah daerah masih

Page 22: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

fitangani oleh berbagai unit kerja yang terdapat di pemerintahan daerah, antara lain

Dinas Informasi dan Komunikasi (DisInfokom), Kantor Pengelolaan Data Elektronik

(KPDE), Badan Perencanaan Daerah (Bapeda), Bagian Humas, Badan Informasi

Komunikasi dan Pengelola Data Elektronik (BIK & PDE). Kondisi tersebut terjadi

disebabkan adanya PP No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Daerah, sehingga setiap pemerintah daerah tidak sama di dalam penugasan

perangkat daerah yang menangani pengelolaan situs web didaerahnya masing

masing

Faktor lain yang menjadi penghambat dalam implementasi e-government di

Indonesia adalah penetrasi pasar hardware dan provider layanan jasa teknologi

komunikasi dan informasi belum merata bukan saja dari suprastruktur tetapi juga

infrastruktur yang kurang memadai. Masalah tersebut diperparah dengan mahalnya

sarana dan prasarana teknologi pendukung atau belum tersedianya saluran

komunikasi atau aliran listrik.

Untuk menjawab tantangan dan hambatan implementasi e-gov di Indonesia,

maka pemerintah perlu membuat strategi yang tepat yang dituangkan dalam

peraturan pemerintah yang jelas sehingga konsep e-gov bukan menjadi konsep

belaka. Pemerintah juga perlu memikirkan anggaran operasional serta pemeliharaan

yang memadai. Pemberian pelatihan teknologi informasi dan komunikasi juga

penting agar aparatur pemerintah bisa memberikan pengetahuan yang jelas kepada

masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan e-gov. Pada sisi manajerial, perlu

Page 23: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

dibuat suatu model pengelolaan e-government, baik untuk tingkat pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Pada struktur organisasi yang ada di departemen,

kementerian dan Lembaga pemerintah Non Departemen, perlu dipertegas bagian

dari organisasi yang menangani e-government disesuaikan dengan tugas pokok dan

fungsi dari struktur organisasi yang telah ada agar tidak terjadi kerancuan didalam

pengelolaan dan implementasi e-government dipemerintahan. .

Page 24: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Paparan diatas memberikan beberapa simpulan yang penting diperhatikan

yaitu bahwa implementasi e-government masih separuh jalan dan masih jauh

dibawah standar yang ideal dan diinginkan. Hasil yang dicapai menunjukkan

kemajuan yang cukup berarti dari segi kuantitas, namun sisi kualitasnya belum

sempurna karena kurangnya SDM, infrastruktur atau regulasi yang kurang

mendukung. Karena itu perlu dilakukan penyempurnaan konsep dan strategi

pelaksanaan e-government dari berbagai sisi. Secara manajerial, e-gov yang

dilaksanakan oleh pemerintah masih berupa situs awal tanpa adanya transaksi

dan transformasi yang berarti. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi

kembali.

B. SARAN

Memperhatikan berbagai kondisi pelaksanaan program e-gov seperti yang

sudah dibahas sebelum ini, maka langkah untuk merevitalisasi e-gov di Indonesia

sudah tidak bisa ditunda lagi. Banyaknya dana yang sudah dihabiskan tidak

sebanding dengan hasil yang diperoleh. Namun pelaksanaan proses revitalisasi

juga tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa dan tanpa konsep yang jelas.

Revitalisasi yang dimaksudkan adalah serangkaian tindakan perencanaan dan

penataan ulang program e-gov yang disesuaikan kembali dengan target

Page 25: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

pembangunan nasional dan sektor telematika dengan mengindahkan prinsip-

prinsip dasar serta proses pentahapan e-gov tanpa menyia-nyiakan kondisi

eksisting yang sudah dicapai.

Page 26: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal :

Anggono, Bambang Dwi, Kesejajaran ABG E-government, 2007

Djunaedi, Achmad, Pemanfaatan TI di Lingkungan Pemerintahan Daerah: Strategi yang Sesuai untuk Realita yang Dihadapi, Desember 2006

Indrajit, Richardus E., 2002, Electronic Government, Penerbit Andi, Yogyakarta

Nugraha, Krisna, Achieving IT Business Alignment, bahan Seminar Kepemimpinan dalam Penyelarasan Teknologi Informasi dalam Manajemen dan Birokrasi Pemerintah Daerah, 2006 (dalam bentuk PDF)

Nugroho, Santoso, Political Environment dalam Implementasi Electronic Government, 2007

Rahardjo, Budi, Membangun E-Government, PPAU Mikroelektronika ITB, 2001

Satriya, Eddy, Pentingnya Revitalisasi E-Government Di Indonesia, 2006

Sosiawan, Edwi Arief, 2004, Implementasi E-government Pada pemerintah Daerah di Indonesia, Penelitian Semi Que V

Sosiawan, Edwi Arief, 2005, Penggunaan isi, bentuk dan desain komunikasi virtual pada websites pemerintah daerah di wilayah Yogyakarta, Penelitian LPPM UPN

Internet :

http://www.cert.or.id/~budi/articles/e-gov-makassar.doc

http://www.mojokertokab.go.id/mjk/dok/artikel/eGoverment20menuju%20pelayanan.pdf

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2060372-pengertian teknologi-menurut-para-ahli/#ixzz1etnmsS9M

Page 27: PERAN TEKNOLOGI DAN KOMPETENSI STUDI KASUS E-GOVERNMENT DI INDONESIA.docx

Yodhia Antariksa, 2007, http://strategimanajemen.net/2007/09/06/membangun-manajemen-sdm-berbasis-kompetensi/