Peran Sertifikasi Uji Kompetensi Dan Perlindungan Hukum Terhadap Kinerja Tki Di Luar Negeri
-
Upload
andistya-oktaning-listra -
Category
Documents
-
view
337 -
download
0
Transcript of Peran Sertifikasi Uji Kompetensi Dan Perlindungan Hukum Terhadap Kinerja Tki Di Luar Negeri
PERAN SERTIFIKASI UJI KOMPETENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP KINERJA TKI DI LUAR NEGERI
(Studi Kasus Kinerja TKI Asal Jawa Timur)
Di susun Dalam Rangka Memenuhi
Tugas Seminar ESDM & Ketenagakerjaan
Oleh:
ANDISTYA OKTANING LISTRA
NIM: 0910210022
DOSEN:
PROF. DR. PUDJIHARJO.,SE
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
DAFTAR ISI
I. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
II. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur
2.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Ketenagakerjaan
2.1.2 Kualitas Tenaga Kerja di Jawa Timur
2.1.3 Kesempatan Kerja di Jawa Timur
2.2 TKI Sebagai Lapangan Kerja Alternatif di Jawa Timur
2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup TKI
2.2.2 Kebijakan Berkaitan Dengan Penempatan TKI
2.2.3 Penempatan Kerja TKI Asal Jawa Timur
III. BAB III PEMBAHASAN
3.1 Peran TKI Asal Jawa Timur Sebagai Penyumbang
Devisa Terbesar di Indonesia
3.2 Manfaat yang Diperoleh Bekerja di Luar Negeri Bagi TKI Asal Jawa Timur
3.2 Peran Sertifikasi Uji Kompetensi Terhadap Kinerja TKI Asal Jawa Timur di
Luar Negeri
3.4 Perlindungan Hukum Terhadap Kinerja TKI Asal Jawa Timur
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan total penduduk terbanyak
di Pulau Jawa yaitu pada tahun 2005 adalah 37.070.731 jiwa, dengan kepadatan
774 jiwa/km2 (Wikipedia: 2012). Dengan jumlah penduduk dan kepadatan seperti
itu, provinsi Jawa Timur mengindikasikan persaingan kerja yang semakin ketat
akibat keterbatasan lapangan kerja. Apalagi beberapa tahun terakhir, krisis
lapangan kerja sudah menjadi permasalahan yang sangat parah. Kalau ditelaah
lebih jauh maka permasalahan krisis lapangan kerja berawal dari krisis ekonomi
tahun 1997 – 1998 yang popular dengan istilah krismon (krisis moneter).
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dari tahun 1997 sampai sekarang
telah menimbulkan berbagai ekses seperti maraknya PHK karena investor asing
banyak yang pindah ke negara lain (seperti perusahaan Sony music yang pindah
dari Indonesia), banyaknya perusahaan yang gulung tikar. PHK disini
mengakibatkan tingginya angka pengangguran yang memicu rentannya tindak
kriminal, kerusuhan, dan sebagainya. Jadi bisa dikatakan bahwa krisis ekonomi
juga berimbas pada krisis lapangan pekerjaan.1
Untuk mengatasi krisis lapangan kerja dalam upaya mengendalikan angka
pengangguran, tampaknya tak ada jalan lain kecuali membuka peluang kerja seluas
luasnya bagi pencari kerja untuk mengisi lowongan kerja di luar negeri sebagai TKI
(Tenaga Kerja Indonesia), sayangnya globalisasi saat ini membawa kompleksitas
tantangan pada perubahan teknologi, kualitas profesionalisme, public service,
standarisasi produk/jasa dan kompetensi SDM, perdagangan bebas, persaingan
ketat, konstelasi politik dan sosial. Dengan demikian dalam rangka mengakomodir
kebutuhan dunia global khususnya dalam hal peningkatan kualitas SDM dapat
diwujudkan dengan sistem pendidikan dan pelatihan Indonesia yang efektif dengan
sistem standarisasi dan sertifikasi tenaga kerja nasional.2
Pemanfaatan kesempatan kerja di luar negeri khususnya pengiriman
Tenaga Kerja Indonesia memberikan konstribusi terhadap perekonomian
1 Zuhdi, Iman. 1966. TKI Penyumbang Devisa Mencerdaskan Bangsa. Indonesia : Kasih Abadi
2 Astuti, Budi. “Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia/ Tenaga Kerja Wanita Penata Laksana Rumah Tangga”. 15 Maret 2012. eprints.undip.ac.id
3
Indonesia sebagai devisa, baik secara mikro kepada keluarganya maupun makro
untuk perusahaan jasa TKI (PJTKI) dan negara. Namun demikian sampai sekarang
pemerintah sama sekali belum terlihat melakukan upaya serius melindungi tenaga
kerja Indonesia informal di luar negeri.3 Dalam melaksanakan tugasnya sudah
banyak TKI yang terlibat kasus penyiksaan. Tidak terdapat perubahan atas
berbagai kasus sebelumnya yang terjadi, justru belakangan kasus penyiksaan TKI
semakin meningkat. Pemerintah seolah tidak belajar atas kesalahan-kesalahan
dimana terjadinya kasus yang sama sebelumnya. Seakan-akan sudah merupakan
hal yang lumrah apabila terjadinya penyiksaan TKI setiap tahun.4
Upaya sertifikasi kompetensi TKI sebenarnya sudah ada dan dimulai tahun
2000. Namun hanya dilakukan oleh institusi tertentu untuk kepentingan tertentu,
sehingga yang terjadi tenaga kerja yang telah disertifikasi kompetensinya tidak
standar atau sertifikasinya tidak mendapatkan pengakuan dari pihak pengguna.
Dengan demikian dalam rangka menghadapi iklim ekonomi di era globalisasi
harus dapat menciptakan Competitive Advantage atau keunggulan daya saing
melalui peningkatan kualitas dan produktivitas produk jasa yang upayanya adalah
dengan sistem standarisasi dan sertifikasi bagi tenaga kerja Indonesia.5
Aspek perlindungan terhadap penempatan tenaga kerja di luar negeri
sangat terkait pada sistem pengelolaan dan pengaturan yang dilakukan berbagai
pihak yang terlibat pada pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri. Untuk
langkah penempatan tenaga kerja di luar negeri, Indonesia telah menetapkan
mekanisme melalui tiga fase tanggung jawab penempatan yakni fase pra
penempatan, selama penempatan dan purna penempatan. Pengaturan tentang
penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri adalah Undang-undang No. 39
Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di
Luar Negeri.
Oleh karena itu negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga
negaranya yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri berdasarkan prinsip
persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti
diskriminasi dan anti perdagangan manusia. Dalam hal penempatan tenaga kerja
Indonesia di luar negeri merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan 3 Ibid₂
4
Ardiansyah, Shandra. “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Di Luar Negeri”. 16 Maret 2012. zinkser.blogspot.com
5
Ibid₂4
kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan
penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap
memperhatikan harkat, martabat, hak asasi manusia dan perlindungan hukum serta
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan nasional.6
1.2 Rumusan Masalah
Dengan berlatar belakang kepentingan ekonomi sebagai diuraikan diatas,
maka masalah sertifikasi uji kompetensi dan perlindungan hukum pada tenaga kerja
merupakan hal yang perlu dilaksanakan. Dengan demikian maka permasalahan
dalam penelitian “Peran Sertifikasi Uji Kompetensi dan Perlindungan Hukum
Terhadap Kinerja TKI Di Luar Negeri (Studi Kasus Kinerja TKI Asal Jawa Timur)”
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran TKI asal Jawa Timur sebagai penyumbang devisa terbesar
di Indonesia?
2. Apakah manfaat yang diperoleh bekerja di luar negeri bagi TKI asal Jawa Timur?
3. Apa peran sertifikasi uji kompetensi terhadap kinerja TKI asal Jawa Timur di luar
negeri?
4. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap kinerja TKI asal Jawa Timur di luar
negeri?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pentingnya keberadaan TKI asal Jawa Timur sebagai penyumbang
devisa terbesar
2. Mengetahui manfaat yang diperoleh bekerja di luar negeri bagi TKI asal Jawa
Timur
3. Mengetahui peran sertifikasi uji kompetensi terhadap kinerja TKI asal Jawa Timur
di luar negeri
4. Mengetahui perlindungan hukum terhadap kinerja TKI asal Jawa Timur yang
dikirim luar negeri
BAB II
6 Ibid₂5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Timur
2.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik
secara individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan
yang sangat signifikan dalam aktivitas perekonomian nasional, yaitu
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia,
tenaga kerja sebagai salah satu penggerak tata kehidupan ekonomi dan
merupakan sumber daya yang jumlahnya cukup melimpah. Indikasi ini bisa
dilihat pada masih tingginya jumlah pengangguran di Indonesia serta
rendahnya atau minimnya kesempatan kerja yang disediakan.7
Banyak ahli berbeda pendapat mengenai pengertian Tenaga Kerja.
Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan penafsiran tentang pengertian
buruh, pekerja dan pembatasan usia, serta klasifikasi sosial pekerja. Buruh
lebih berkonotasi sebagai pekerja kasar, kuli dan/atau pekerja tanpa
didukung dengan latar belakang pendidikan formal yang baik sesuai dengan
standar yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan pekerja juga ditafsirkan
sebagai pegawai mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan
buruh.8
Menurut pasal 1 angka 2 UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah:
“Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.
Sedangkan dalam pasal 1 angka 3 UU No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, yang dimaksud pekerja/buruh adalah:
“Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.”
7 Astawa, I Dewa Rai. “Aspek Perlindungan Hukum Hak – Hak Tenaga Kerja di Luar Negeri”. 16 Maret 2012. eprints.undip.ac.id
8 Ibid₂6
Dalam hal ketenagakerjaan batas umur yang layak kerja di Indonesia
adalah 10 tahun. Namun di negara yang sudah maju batas umur lebih tinggi
yaitu 15 tahun. Kelayakan bekerja dapat dibentuk oleh tradisi turun temurun.
Untuk negara yang sedang berkembang batas bawah ini relative lebih muda
daripada untuk negara yang sudah maju. Adapun bekerja terbagi menjadi
dua golongan, yaitu:9
1. Bekerja Penuh
Bekerja Penuh adalah angkatan kerja yang sedang bekerja atau
melakukan pekerjaannya lebih atau sama selama 35 jam dan atau 40
jam dalam seminggu atau 7 jam sehari dan memperoleh pendapatan
yang memadai. Istilah tersebut tidak dibedakan baik orang yang
bekerja pada sektor swasta maupun bekerja pada instansi
pemerintah.
2. Setengah Penganggur
Setengah penganggur adalah angkatan kerja yang bekerja kurang dari 35
jam atau 40 jam dalam seminggu tetapi memperoleh pendapatan
yang rendah atau kurang produktivitasnya. Istilah setengah
pengangguran tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
Setengah Pengangguran Kentara adalah mereka yang bekerja
kurang dari 35 jam atau 40 jam seminggu.
Setengah Pengangguran Tak Kentara atau Terselubung adalah
mereka yang bekerja lebih dari 35 jam atau 40 jam seminggu,
akan tetapi pendapatan atau produktivitasnya rendah.
Penganggur adalah penduduk dalam usia kerja yang tidak
mempunyai pekerjaan atau tidak bekerja sama sekali akan tetapi
berusaha mencari pekerjaan.
2.1.2 Kualitas Tenaga Kerja di Jawa Timur
9 Ibid₂
7
Peningkatan tenaga kerja di Jawa Timur dari tahun ke tahun rata –
rata masih belum merefleksikan kualitas dan kompetensi yang baik
sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja.
Dalam hal ini, rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja pada
umumnya dilatarbelakangi oleh hal – hal sebagai berikut:10
a. Rendahnya tingkat pendidikan, baik tingkat pendidikan umum,
kejuruan, maupun keterampilan.
b. Rendahnya tingkat gizi masyarakat (malnutrisi) yang berakibat pula
rendahnya daya tahan terhadap penyakit.
c. Rendahnya tingkat teknologi dalam proses produksi yang dapat
dikuasai oleh tenaga kerja.
d. Tingginya tingkat absensiisme (kemangkiran kerja) dan labor
turnover (pindah ;lapangan pekerjaan, lekas bosan dalam suatu
bidang pekerjaan tertentu)
e. Rendahnya tingkat pendapatan atau balas jasa bagi tenaga kerja,
sebagai pencerminan dari besarnya penawaran tenaga kerja
terhadap permintaan dalam pasar kerja.
Adapun kebijakan peningkatan kualitas tenaga kerja berdasarkan
hasil diskusi para pakar adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penguatan
pendidikan formal di pedesaan terutama bagi anak usia sekolah
dan sekolah kejuruan dan keahlian. Sehingga nantinya angkatan
kerja di Jawa Timur memiliki kualitas yang handal untuk mendukung
pengembangan sector unggulan di masing-masing sector.
2. Bagi angkatan kerja usia kerja yang masih memiliki pendidikan
rendah perlu di tingkatkan kualitasnya melalui pelatihan yang sesuai
dengan keunggulan di wilayahnya masing-masing. Jawa Timur
unggul sector pertanian, perlu mendapatkan pelatihan keterampilan
dibidang pertanian, perikanan sehingga mampu menggunakan
teknologi yang memadai dan dapat bersaing dengan negara luar.
Dengan melibatkan berbagai perguruan tinggi melalui
10 Soeharsono, Sagir. 1982. Kesempatan Kerja, Ketahanan Nasional, dan Pembangunan Manusia aan Seutuhnya. Bandung : Alimni STHG
8
pengembangan desa produktif dan pola inkubasi bisnis dapat
dikembangkan sector pertanian dan perikanan guna mendukung
daya saing dan peningkatan nilai tambah sector pertanian ke arah
konsep agribisnis.
3. Dalam koridor rencana percepatan pembangunan nasional, maka
pengembangan sector industri pengolahan Jawa perlu juga untuk
diarahkan pada industri pengolahan berbasis pertanian. Selain juga
untuk mendukung pengembangan sektor industry manufactur dan
indusrti jasa kreatif yang didukung dengan peran serta aktif
perguruan tinggi dan asosiasi tenaga profesi untuk mengisi peluang
tenaga semi skill dan full skill di sector jasa design, hotel,
pariwisata, rumah sakit dan jasa perhububungan laut.
4. Kegiatan penyuluhan dan informasi syarat jabatan ke angkatan kerja
muda, sekolah menengah umum/kejuruan dengan berbagai media
dan sarana perlu dilakukan untuk membantu pemahaman dan
kesiapan tenaga kerja muda Jawa Timur dalam persaingan di pasar
asean. Aspek yang perlu disiapkan Pencari Kerja untuk bersaing di
Pasar Asean Community adalah bahasa, ketrampilan khusus,
pengetahuan perijinan kerja, info lowongan kerja dan sikap bekerja
keras, ulet dan kreatif.
2.1.3 Kesempatan Kerja di Jawa Timur
Struktur ketenagakerjaan di Jawa Timur pada Agustus 2011
mencapai 19,76 juta orang, berkurang sekitar 0,49 juta orang dibanding
angkatan kerja Februari 2011 sebesar 20,25 juta orang, dan lebih tinggi
0,23 juta orang dibanding Agustus 2010. Jumlah penduduk yang bekerja
di Jawa Timur pada Agustus 2011 mencapai 18,94 juta orang, berkurang
sekitar 0,47 juta orang dibanding keadaan Februari 2011 sebesar 19,41
juta.Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Timur pada Agustus
2011 mencapai 4,16 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan TPT
Februari 2011 sebesar 4,18 persen dan TPT Agustus 2010 sebesar 4,25
persen. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2011
9
mencapai 69,49 persen sedikit menurun dibandingkan TPAK bulan
Februari 2011 yang sebesar 71,39 persen.11
Dalam hal ini, penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) di Jawa Timur sebenarnya tidak dapat terlepas dari faktor – faktor
dominan yang mempengaruhinya, seperti:12
1. Kependudukan mencerminkan kondisi dua dimensional di satu
pihak dapat merupakan modal dasar kearah tercapainya
sasaran pembangunan nasional, tetapi juga sekaligus dapat
menjadi beban nasional jika angka pertumbuhan penduduk
tersebut tidak disertai oleh adanya perluasan kesepatan kerja.
Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan korelasi positif terhadap pertumbuhan angkatan
kerja dalam dasawarsa berikutnya.
2. Kedudukan geografi yang strategis dengan sumber daya
alamnya dapat merupakan potensi yang dapat dikembangkan
sebagai wadah maupun wahana untuk penciptaan kesempatan
kerja. Pembangunan nasional juga merupakan proses
pengolahan potensi ekonomi dari kedudukan geografis
kebaharian (maritim) maupun sumber daya alam yang dimiliki.
3. Kondisi Ekonomi dalam pengertian struktur ekonomi yang
“agraris berat sebelah” (tidak adanya keseimbangan antara
sector pertanian dan sector non pertanian), juga mencerminkan
adanya struktur ekonomi dualistis; sector modern di samping
sector agraris tradisional, sector formal dengan dapat modal
dan teknologi maju serta sector informal yang padat karya,
merupakan factor dominan yang mempengaruhi kemungkinan
perluasan kesempatan kerja.
4. Sosial budaya bangsa dengan pranata socialnya merupakan
nilai – nilai yang dapat mendorong atau menghambat mobilitas
angkatan kerja baik secara geografis, sektoral ataupun jenis
pekerjaan, untuk tercapainya perluasan angkatan kerja.
11 Badan Pusat Statistik Jawa Timur. “Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2011”. 17 Maret 2012 Jatim.bps.go.id
12
Ibid₁₁10
5. Politik dalam pengertian proses pengambilan keputusan suatu
kebijaksanaan yang diambil merupakan factor dominan yang
tidak dapat diabaikan dalam kebijaksanaan nasional untuk
menciptakan iklim yang sehat bagi perluasan kesempatan kerja
di Jawa Timur.
2.2 TKI Sebagai Lapangan Kerja Alternatif di Jawa Timur
2.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup TKI
Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga
negara Indonesia yang bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk
jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah
TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan
seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).13
Tata cara menjadi Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja ke
luar negeri berdasarkan Kep. Menaker No. KEP-104 A/MEN/2002 adalah
sebagai berikut :
a. Pasal 35 1. Penyuluhan kepada pencari kerja dalam rangka pendataan
calon TKI meliputi materi : a. Penjelasan umum tentang program penempatan TKI; b. Prosedur dan mekanisme penempatan TKI; dan c. Persyaratan umum bagi calon TKI yang berminat untuk
bekerja ke luar negeri. 2. Penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan
oleh institusi Kabupaten/Kota, PJTKI dan Instansi terkait.
b. Pasal 36 1. Pendapatan Calon TKI dilaksanakan oleh Pengantar Kerja
pada instansi Kabupaten/Kota dan atau petugas Kantor Cabang PJTKI.
2. Pendataan yang dilakukan oleh petugas kantor cabang PJTKI sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus dilaporkan kepada Instansi Kabupaten/Kota.
3. Data Calon TKI sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, dapat digunakan untuk promosi dan pemasaran jasa TKI.
4. Untuk tersedianya data lengkap mengenai persediaan Calon TKI secara nasional dan daerah, instansi Kabupaten/Kota menyampaikan data persediaan calon TKI di wilayahnya
13 Ibid₁₁
11
kepada BP2TKI dan Direktorat Jenderal melalui mekanisme antar kerja.
c. Pasal 37
1. Untuk keperluan pendataan, Calon TKI harus menyerahkan foto copy jati diri (KTP), ijazah dan atau sertifikat keterampilan.
2. Dalam pelaksanaan pendataan, calon TKI tidak dikenakan biaya.
3. Pendataan calon TKI bukan merupakan jaminan penempatan.
4. Untuk keperluan pendataan Calon TKI, PJTKI dilarang menghimpun calon TKI dalam asrama/akomodasi.
d. Pasal 38 1. Untuk merekrut, mendaftar dan menghimpun calon TKI
dalam asrama/akomodasi, PJTKI wajib memiliki Surat Izin Pengerahan (SIP) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal.
2. Untuk memperoleh SIP sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 PJTKI harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan dokumen asli dan copy yang terdiri dari : a. Perjanjian kerjasama penempatan TKI; b. Surat permintaan TKI (job order/demand letter) atas
nama PJTKI yang bersangkutan; c. Standart perjanjian kerja induk atau standart perjanjian
kerja perseorangan; dan d. Surat izin pendirian kantor cabang bagi PJTKI yang
mempunyai kantor cabang. 3. Direktur Jenderal setelah melakukan penilaian terhadap
permohonan PJTKI dapat menerbitkan atau menolak permohonan SIP dan disampaikan kepada PJTKI yang bersangkutan dengan tembusankepada BP2TKI daerah rekrut.
4. Direktur Jenderal menetapkan jumlah calon TKI yang dapat direkrut dan batas waktu berlakunya SIP.
5. Berdasarkan SIP sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 BP2TKI menerbitkan rekomendasi rektrut kepada PJTKI dan atau Kantor Cabang yang bersangkutan dengan tembusan kepada instansi propinsi dan instansi Kabupaten/Kota.
6. Atas dasar rekomendasi rekrut BP2TKI, PJTKI dan atau Kantor Cabang bersama-sama Instansi Kabupaten/Kota melakukan rekrut yang meliputi pendaftaran dan seleksi calon TKI.
7. PJTKI wajib melaporkan hasil rekrut tersebut kepada BP2TKI, dengan tembusan kepada instansi Propinsi dan Direktur Jenderal.
e. Pasal 39
1. Setiap calon TKI yang mendaftar harus lebih mengikuti penyuluhan mengenai :
12
a. Lowongan pekerjaan yang tersedia beserta uraian tugas;
b. Syarat-syarat kerja yang memuat antara lain gaji, jaminan sosial, waktu kerja;
c. Kondisi, lokasi dan lingkungan kerja; d. Peraturan perundang-undangan, sosial budaya, situasi
dan kondisi negara tujuan; e. Hak dan kewajiban TKI;f. Prosedur dan kelangkapan dokumen penempatan TKI; g. Biaya-biaya yang dibebankan kepada calon TKI; dan
mekanisme pembayaran; dan h. Persyaratan calon TKI.
2. Bagi calon TKI yang ada akan mengikuti penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus memenuhi syarat: a. Berusia minimal 18 (delapan belas) tahun, kecuali
peraturan negara tujuan menentukan usia minimal lebih dari 18 (delapan belas);
b. Memiliki Kartu Tanda Penduduk; c. Sehat mental dan fisik yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter; d. Berpendidikan sekurang-kurangnya tampat SLTP atau
sederajat’ e. Memiliki keterampilan yang dibuktikan dengan sertifikat
keterampilan yang dikeluarkan oleh lembaga pelatihan yang diakreditasi oleh instansi yang berwenang;
f. Memiliki surat izin dari orang tua wali, suami atau istri; g. Persyaratan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di negara tujuan penempatan. 3. Penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan oleh instansi Kabupaten/Kota PJTKI dan instansi terkait
f. Pasal 40
Dalam hal negara tujuan mensyaratkan adanya tes kesehatan tambahan bagi calon TKI maka PJTKI berkewajiban mengurus pelaksanaan tes tersebut.
g. Pasal 41
1. PJTKI berkewajiban menempatkan TKI yang berkualitas dari segi mental, fisik, keterampilan teknis dan kemapuan berkomunikasi dalam bahasa asing yang diperluykan.
2. Setiap PJTKI wajib melatih calon TKKI yang belum memenuhi standar kualitas TKI sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, di Balai Latihan Kerja (BLK) yang telah diakreditasi oleh Instansi Pemerintah yang berwenang di bidang pelatihan kerja.
3. Untuk menyelenggarakan pelatihan calon TKI, PJTKI dapat memiliki BLK atau bekerjasama dengan Lambaga Pelatihan yang telah diakreditasi oleh instansi pemerintah yang berwenang di bidang pelatihan kerja.
13
4. Kerjasama pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 wajib dipenuhi selambat-lambatnya 1(satu) bulan terhitung sejak tanggal berlakunya Keputusan Menteri ini.
5. Kerjasama PJTKI dengan BLKI/lembaga pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 harus dituangkan dalam akta perjanjian kerjasama yang dibuat dihadapan notaris.
6. PJTKI yang telah membuat perjanjian kerjasama dengan BLKI/Lembaga Pelatihan sebagaimana dimaksud dalam ayat 4 wajib melaporkan kepada Dirktur Jenderal dengan melampirkan akta perjanjian kerjasama yang bersangkutan.
7. PJTKI yang menempatkan TKI dalam Kendali Alokasi TKI, setelah 5 (lima) tahun sejak berlakunya keputusan Menteri ini wajib memiliki BLK yang telah diakreditasi oleh instansi pemerintah yang berwenang di bidang pelatihan kerja, baik secara sendiri-sendiri maupun dimiliki bersama/kolektif oleh paling banyak 5 (lima) PJTKI.
8. Dalam hal PJTKI belum memiliki BLK sebagaima dimaksud dalam ayat 7, PJTKI dilarang menempatkan TKI dalam Kendali Alokasi TKI.
h. Pasal 42
1. Calon TKI yang akan ditempatkan wajib mengikuti pelatihan pada BLK/Lembaga Pelatihan sebagaimana dimaksud alam pasal 41 ayat 2 dan lulus uji keterampilan untuk memperoleh sertifikat kompetensi.
2. Uji keterampilan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 di selenggarakan oleh Lembaga Uji Kompetensi independen.
3. Lembaga Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
4. Sebelum adanya Lembaga Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 uji keterampilan dilakukan oleh lembaga pelatihan yang telah diakreditasi oleh instansi Pemerintah yang berwenang dibidang pelatihan kerja.
5. Lembaga Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dibentuk selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak berlakunya Keputusan Menteri ini.
6. Ketentuan mengenai pelaksanaan uji keterampilan dan sertifikat kompetensi khusus bagi TKI dalam Kendali Alokasi TKI diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal.
i. Pasal 43 1. PJTKI dan atau Kantor Cabang bersama instansi
Kabupaten/Kota melaksanakan seleksi administrasi dan keterampilan terhadap Calon TKI yang telah mendaftar.
2. PJTKI bersama calon TKI yang telah lulus seleksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 wajib menandatangani perjanjian penempatan TKI dan diketahui oleh pejabat dari instansi Kabupaten/Kota daerah rekrut.
3. PJTKI dan atau kantor cabang membuat Daftar Nominasi bagi calon TKI yang telah lulus seleksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 2.
4. Instansi Kabupaten/Kota yang mengeluarkan rekomendasi pembuatan paspor sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
14
harus menyampaikan tembusan kepada BP2TKI di wilayahnya.14
2.2.2 Kebijakan Berkaitan Dengan Penempatan Kerja TKI
Sistem penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri pada
prinsipnya berkonsentrasi pada mobilitas tenaga kerja (worker mobility)
bukan aspek umum mobilitas penduduk (people mobility). Export Jasa
Tenaga kerja Indonesia atau pengiriman/penempatan TKI ke luar negeri
diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
Nomor KEP-104 A/MEN/2002 Tentang Penempatan Tenaga Kerja ke
Luar Negeri.15
Penempatan TKI dilakukan oleh lembaga pelaksana yang terdiri
dari: Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), instansi
pemerintah atau badan usaha milik negara dan badan usaha swasta
untuk kepentingannya sendiri.16
Dalam UU No.39 Tahun 2004 penempatan TKI/TKW ke luar negeri
diatur langsung oleh pemerintah. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam
Pasal 27, 29 dan 30 UU No.39 Tahun 2004 yang pada pokoknya sebagai
berikut :
1. Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat dilakukan ke
negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian
tertulis dengan pemerintah RI atau ke negara tujuan yang
mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi
tenaga kerja asing.
2. Penempatan CTKI/TKI di luar negeri diarahkan pada jabatan
yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat dan
minat dan kemampuan.
3. Penempatan CTKI dilaksanakan dengan memperhatikan
harkat, martabat, hak asasi manusia, perlindungan hak,
pemerataan kesempatan kerja dengan mengutamakan
kepentingan nasional.
14 Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. 2002. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri
15 Ibid₂16
Kep Menaker No.KEP 204/MEN/1999 Pasal 715
4. Dilarang menempatkanCTKI/TKI pada jabatan dan tempat
pekerjaan yang bertentangan dengan unsur-unsur
kemanusiaan dan norma kesusilaan.
Pelaksanaan penempatan TKI di luar negeri dapat dilakukan oleh:17
1. Penempatan Oleh Pemerintah
Penempatan TKI di luar negeri oleh Pemerintah, hanya
dilakukan atas dasar perjanjian secara tertulis antara
Pemerintah dengan Pemerintah negara pengguna berbadan
hukum di negara tujuan.
2. Penempatan oleh Perusahaan Pelaksana Penempatan TKI
Swasta (P3TKIS)
Perusahaan yang akan menjadi P3TKIS mendapatkan izin
tertulis berupa Surat Izin Perusahaan Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia (SIPPTKI), setelah memenuhi persyaratan :
a. Berbentuk badan hukum perseorangan terbatas (PT),
b. Memiliki modal disetor yang tercantum dalam akta pendirian
perusahaan, sekurang kurangnya sebesar tiga miliar rupiah
c. Menyetor uang kepada bank sebagai jaminan dalam bentuk
deposito sebesar lima ratus juta rupiah pada bank
pemerintah
d. Memiliki rencana kerja penempatan dan perlindungan TKI di
luar negeri sekurang-kurangnya untuk tiga tahun berjalan,
e. Memiliki unit pelatihan kerja, dan
f. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan penempatan TKI.
Penempatan TKI pada pengguna perseorangan dilakukan melalui
mitra usaha di negara tujuan. Mitra Usaha berbentuk badan hukum yang
didirikan sesuai dengan ketentuan di negara tujuan. Untuk pengguna
perseorangan, dapat mempekerjakan TKI pada pekerjaan antara lain,
sebagai penata laksana rumah tangga, pengasuh bayi atau perawat
manusia lanjut usia, pengemudi, tukang kebun/taman (sektor informal).
Perlindungan bagi calon TKI yang diberangkatkan keluar negeri
oleh P3TKIS, meliputi kegiatan sebelum pemberangkatan (pra
17 Ibid₄16
penempatan), selama masa penempatan di luar negeri, dan sampai
dengan kembali ketanah air (purna penempatan). Untuk selanjutnya, TKI
yang bekerja di luar negeri secara perseorangan berhak untuk
memperoleh perlindungan dari Perwakilan RI.
2.2.3 Penempatan Kerja TKI Asal Jawa Timur
Peran TKI di Jawa Timur berlandaskan capaian indikator kinerja
pembangunan oleh Pemprov Jatim dalam RPJMD 2009-2014, yaitu
penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Khusus di bidang
ketenagakerjaan, target capaian kinerja mengacu pada program
prioritas perluasan lapangan kerja, yang implementasi strategi
pokoknya bertumpu pada pola people centred development, participatory
based development dan keberpihakan yang bersifat pro poor, pro job dan
pro growth.
Berdasar data penempatan tenaga kerja di Jawa Timur, program
pengiriman TKI ke luar negeri di Jatim selama tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010, rata-rata menyumbang 60%-70% dari total penempatan yang
tercatat di 38 Dinas yang membidangi ketenagakerjaan di Jawa Timur.
Hingga Nopember 2010 telah ditempatkan sebanyak 45.771 orang TKI
dengan sumbangan remitansi Rp. 2,1 Milyar. Jadi memang tidak salah
jika dikatakan bahwa program pengiriman TKI ke luar negeri menempati
posisi strategis dalam membantu mengurangi pengangguran di Jatim.18
Dalam hal ini, penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal
Jawa Timur pada tahun 2011 melampaui target. Dari target sekitar 60.000
orang, hingga akhir Desember 2011, Jatim sudah menempatkan sekitar
65.000 tenaga kerja ke berbagai negara (bappeda.jatimprov.go.id: 2012).
Dalam hal ini penempatan kerja TKI di luar negeri secara tidak langsung
berkorelasi terhadap berkurangnya tingkat pengangguran di Jawa Timur
juga pada Februari dan Agustus tahun 2011.
18 Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. “TKI Dapat Kucuran Bantuan Kredit”. 17 Maret 2012. disnakertransduk.jatimprov.go.id
17
Menurut Hariyadi Boedihardjo, Kepala Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (UPT
P3TKI) Surabaya:19
“Jumlah penempatan itu berdasarkan pelayanan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTLN) yang sudah diterbitkan. Namun dari 65.000 TKI itu, sekitar 60% orang bekerja pada sektor informal seperti penata laksana rumaha tangga, sopir pribadi, dan penjaga ternak. Sedangkan 40% TKI bekerja pada sektor formal seperti di bidang konstruksi, perhotelan, supermarket, dan perusahaan berbadan hukum lainnya.”
Namun menurut keterangan Hariyadi, UPT P3TKI Surabaya
maupun Dinas Tenaga Kerja di kabupaten/kota di seluruh Jawa Timur
terus berupaya untuk menekan jumlah penempatan TKI informal. Hanya
saja, karena masih banyak user (pengguna atau majikan) yang meminta
TKI informal ini, maka pihaknya tetap memberikan pelayanan meskipun
TKI informal pun tetap harus mengikuti seleksi ketat dengan pelatihan
selama total 200 jam.
Hariyadi pun menambahkan mengenai negara-negara tujuan
penempatan yang masih jadi favorit TKI dari Jawa Timur:
“Negara-negara kawasan Asia Pasifik, seperti Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Brunei Darussalam, adalah negara
19 Bappeda Jatim. Bappeda Provinsi Jawa Timur – 2011, Jatim “ekspor” 65.000 TKI. 17 Maret 2011. bappeda.jatimprov.go.id
18
tujuan favorit sedangkan untuk negara-negara di kawasan Timur Tengah hanya sebagian kecil saja.”20
Adapun negara – negara tujuan favorit penempatan TKI di tahun
2011 rata – rata tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya seperti yang
terlihat pada tabel penempatan kerja TKI di Jawa Timur berdasarkan
negara tujuan pada tahun 2008 – 2009 di bawah ini:
Penempatan TKI Jawa Timur Berdasarkan Negara Tujuan
2008 - 2009
Dari tabel diatas, peringkat negara Asia Pasifik yang termasuk 5
besar negara favorit penempatan TKI asal Jawa Timur periode 2008-
2009, yaitu:
1. Malaysia, dengan porsi 44,93% pada tahun 2008, menurun
14,05% pada tahun 2009 sehingga menjadi 30,88%
2. Hongkong, dengan porsi 22,87% pada tahun 2008, meningkat
7,33% pada tahun 2009 sehingga menjadi 30,20
20 BNP2TKI. “Penempatan TKI Jawa Timur Tahun 2011 Lampaui Target”. 17 Maret 2012. bnp2tki.go.id
19
3. Taiwan, dengan porsi 19,89% pada tahun 2008, meningkat
5,45% pada tahun 2009 sehingga menjadi 25,34%
4. Singapura, dengan porsi 5,80% pada tahun 2008, meningkat
1,94% di tahun 2009 sehingga menjadi 7,74%
5. Brunei Darussalam, dengan porsi 4,87% pada tahun 2008,
menurun 1,14% pada tahun 2009 sehingga menjadi 3,73%.
20
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peran TKI Asal Jawa Timur Sebagai Penyumbang Devisa Terbesar di
Indonesia
Di Indonesia, tenaga kerja Indonesia/ TKI dianggap sebagai pahlawan
devisa karena besarnya jumlah remitan yang dikirimkan. Menurut Jumhur
Hidayat, Kepala BNP2TKI, Jumat (25/11/2011) malam saat memberikan
sosialisasi bertema Kita Semua Peduli TKI di Stadion Kanjuruhan, Kecamatan
Kepanjen, Kabupaten Malang:21
“Saat ini ada 6 juta TKI dari seluruh Indonesia yang mengadu nasib di negeri seberang. Jika satu TKI punya tiga sampai empat jiwa, itu artinya satu orang TKI sudah memberi makan dan mengubah ekonomi keluarganya secara langsung. "Pertahun, devisa dari TKI berkisar Rp.100 triliun. Jumlah ini sangat besar. Untuk itu, terima kasih TKI kita semua harus peduli dengan TKI. Sedangkan penyumbang devisa negara dari TKI itu terbesar dari wilayah Jawa Timur.’’
Provinsi Jawa Timur (Jatim) dikenal sebagai daerah lumbung TKI
dimana pada tahun 2009, jumlah warga Jawa Timur yang bekerja sebagai TKI
mencapai 49.000 orang, sedangkan pada tahun 2010 mencapai 60.000,
sedangkan tahun 2011 Jawa Timur sudah menempatkan sekitar 65.000 tenaga
kerja ke berbagai negara (bappeda.jatimprov.go.id: 2012). Hal ini dibuktikan
kontribusi devisa yang disumbangkan TKI asal Jawa Timur hingga mencapai Rp
6 triliun per tahun (pumitabusan.com: 2012) dan total remitan TKI asal Jawa
Timur rata – rata memperoleh sekitar Rp 2,5 triliyun pertahunnya
(kampungtki.com: 2012). Dalam hal ini, remiten atau transaksi pengiriman uang
dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Jawa Timur (Jatim) rata – rata dikirim
melalui western union dan wesel instan yang tiap harinya selalu mengalami
peningkatan.
Sebagai contoh data di Kantor Pos Besar Madiun, Jawa Timur mencatat
pada Juli 2011 jumlah remiten mencapai 5149 pengirim. Dengan nominal total
Rp11,29 miliar atau Rp 500 juta per harinya. Beberapa negara asal pengiriman
uang di antaranya Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Dengan peningkatan itu
diperkirakan sepanjang Agustus 2011 hingga jumlah remiten akan menembus
21 Kiswara, Brama Yoga. “Per Tahun, TKI Sumbang Devisa Rp 100 Triliun”. 17 Maret 2012. beritajatim.com
21
angka Rp17 miliar. Atau naik sekitar Rp 2 miliar dibanding perolehan bulan
sebelumnya. Dengan demikian, meskipun cukup banyak kasus TKI ilegal dari
Jawa Timur namun hal ini tidak mempengaruhi jumlah total remitan yang
diperoleh TKI asal Jawa Timur.22 Berikut grafik nilai remitan TKI Jawa Timur
tahun 2005 – 2010 Triwulan I.
3.2 Manfaat Bekerja di Luar Negeri Bagi TKI Asal Jawa Timur
Bagi para pencari kerja di Jawa Timur yang kurang beruntung, bekerja di
luar negeri sebagai alternative. Banyak manfaat dan pengalaman menarik akan
didapatkan bila bekerja di luar negeri sebagai TKI. Adapun beberapa manfaat
yang akan didapatkan TKI asal Jawa Timur bila bekerja di luar negeri,
diantaranya yaitu:23
1. Membantu pemerintah mengurangi pengangguran di dalam negeri
dan sebagai penghasil devisa. TKI sejak tahun 1983 telah turut
membantu pemerintah menghasilkan devisa bagi negara (Program
TKI dimulai tahun 1983). TKI ternyata memberikan sumbangsih
besar pada negeri ini, terutama ketika Indonesia dilanda krisis
moneter tahun 1997.
2. Dengan bekerja di luar negeri, TKI mendapatkan kesempatan luas
untuk mempraktekan berbicara dan memperdalam belajar bahasa
asing di negara tujuan TKI, salah satu manfaat yang jarang sekali
didapat apabila bekerja di Indonesia.
22 Kuncara, David Eka. “Remiten Pos Besar Madiun Capai Belasan Miliar”. 18 Maret 2012. nasional.jurnas.com
23
Ibid₁22
3. Dengan bekerja di luar negeri TKI secara tidak langsung telah
membantu pemerintah ikut menghambat lajunya pertumbuhan
penduduk Indonesia, karena dengan banyaknya orang yang bekerja
di luar negeri maka angka pernikahan dalam negeri yang akan
menghasilkan keturunan akan terhambat.
4. Dengan bekerja di luar negeri terbuka peluang bagi para TKI
menjadi duta pariwisata untuk mempromosikann pariwisata
Indonesian dengan membagikan brosur tentang objek pariwisata
yang ada di Indonesia (kepada pengguna jasa di luar negeri)
5. Terakhir, setelah lama bekerja di luar negeri bekal uang dan ilmu
sudah didapat, sehingga terbuka sudah peluang untuk berkarya di
negeri sendiri, berwiraswasta menciptakan lapangan kerja baru di
dalam negeri. Membantu pemerintah mengurangi krisis lapangan
kerja yang melanda negeri ini.
Sebagai contoh, berikut manfaat nyata yang diperoleh mantan TKI asal
Jawa Timur setelah bekerja di luar negeri:
1. Trisno Yuwono, lahir di Blitar 12 Agustus 1970 adalah
seorang mantan TKI Arab yang saat ini sukses menjadi
Bos Swalayan dengan omset Rp 35 miliar per tahun.
Atas prestasinya, Trisno Yuwono memperoleh
penghargaan Indonesia International Migrant
Worker’s Award 2011 dari UKM Center FEUI
(biografi.rumus.web.id: 2012).
2. Ani Ema Susanti (29 tahun), mantan TKI Hong Kong
asal Jombang, Jawa Timur, ini boleh dibilang sukses
karena bisa berkuliah dan menjadi sineas melalui film
pendeknya "Helper Hongkong Ngampus" yang
membawanya ke banyak festival di Denmark, Prancis
dan Italia. (bnp2tki.go.id: 2012)
3. Siti Maryam, wanita paruh baya kelahiran Desa Prigi,
Trenggalek 6 Juni 1975 adalah mantan TKW Hong
kong berkat kerja keras dan ketekunan selama bekerja
23
kini Maryam memutuskan untuk membuka usaha salon
dan video shooting. (indonesiaproud.wordpress.com:
2012)
3.3 Peran Sertifikasi Uji Kompetensi Terhadap Kinerja TKI Asal Jawa Timur di
Luar Negeri
Masalah daya saing sertifikasi berkait erat dengan pengakuan
internasional terhadap sertifikat kompetensi tenaga kerja Indonesia terutama
yang berasal dari Jawa Timur dan hal itu tergantung kepada beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau secara internal maupun secara eksternal.
Secara internal, berarti bagaimana lembaga pelatihan dan penguji kompetensi di
Indonesia melaksanakan seluruh mekanisme dan sistem untuk mendapatkan
sertifikat kompetensi. Secara eksternal, berarti sampai sejauh mana respon atau
tanggapan sampai menimbulkan suatu sikap pengguna jasa diluar negeri
memperlakukan TKI asal Jawa Timur selama bekerja dengan referensi sertifikat
kompetensi yang dimiliki oleh TKI asal Jawa Timur.24
Dalam hal ini, kualitas dan komposisi ketrampilan TKI asal Jawa Timur
masih didominasi oleh jenis jabatan informal (68,06%) dibandingkan jabatan
formal (31,94%). Jabatan sektor informal seperti penata laksana rumah
tangga/PLRT, tenaga kerja perkebunan, dan sejenisnya masih mendominasi,
dibanding jabatan pekerjaan sektor formal seperti worker, tenaga konstruksi dan
sejenisnya. Besarnya penempatan TKI di sektor informal terkait dengan tingkat
pendidikan dan kualifikasi calon TKI/TKI yang pada umumnya berpendidikan
SLTP, serta masih tingginya permintaan dari negara tujuan/pengguna untuk
jenis-jenis pekerjaan di sektor informal, terutama pasar Asia yang angka
penempatan di sektor informal mencapai 68,04% dari total penempatan TKI ke
luar negeri.
Jika dibandingkan dengan angka penempatan TKI, kasus yang menimpa
calon TKI/TKI pada tahun 2008 sebesar 2,3% dari seluruh angka penempatan,
sedangkan di tahun 2009 mencapai 3,56% dari total angka penempatan. Dengan
demikian, perbandingan jumlah kasus dengan angka penempatan TKI selama 2
24 Ibid₂24
(dua) tahun terakhir naik sebesar 1,26%. Sedangkan 5 kasus terbanyak calon
TKI/TKI yang teridentifikasi adalah:25
1. TKI terminasi tanpa alasan jelas;
2. TKI pulang karena pekerjaan terlalu berat dan/atau banyak;
3. TKI di-PHK karena majikan/perusahaan mengalami pailit/bangkrut;
4. TKI tidak cocok dengan majikan;
5. TKI sakit.
Oleh karena itu, penting adanya alat ukur tenaga kerja dalam
pemenuhan kualifikasi kerja dilakukan melalui sertifikasi uji kompetensi.
Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 13 tentang ketenagakerjaan,
bahwa penyelenggara sertifikasi kompetensi kerja adalah Badan Nasional
Sertifikasi profesi (BNSP) secara operasional uji kompetensi dan sertifikasi
kompetensi kerja dilaksanakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP)
terakreditasi dan Panitia Uji Kompetensi dan Sertifikasi (PUKS) melalui uji
kompetensi di Tempat Uji Kompetensi (TUK) terakreditasi di berbagai bidang
profesi yang terdapat pada masing-masing sektor dan sub sektor yang terkait.
Bentuk pengakuan terhadap seseorang yang telah lulus uji kompetensi
berupa sertifikat kompetensi dan Sertifikat Unit Kompetensi. Bagi peserta yang
dinyatakan lulus (kompeten) untuk sejumlah unit berkompetensi sebagaimana
dipersyaratkan untuk memenuhi jenjang kualifikasi tertentu sesuai Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) diberi pengakuan dalam bentuk Sertifikat
Kompetensi. Sedangkan peserta uji kompetensi yang baru lulus uji kompetensi
untuk satu atau beberapa unit kompetensi diberi pengakuan dalam bentuk
sertifikat unit kompetensi atau bentuk pengakuan lain, misalnya diberi Log Book
yang memuat daftar unit kompetensi yang telah dikuasai.26
25Ibid₁₉26 Ibid₂
25
Dari hasil penelitian, sertifikat kompetensi yang diberikan kepada TKI
mendapat respon bermacam-macam antara lain, untuk Timur Tengah sertifikat
tidak disyaratkan sehingga sulit untuk dinilai apakah diterima atau tidak. Dalam
26
prakteknya TKI yang bekerja di timur tengah tidak seluruhnya mengalami nasib
baik, tetapi kebanyakan TKI mengalami nasib yang kurang menguntungkan
disebabkan oleh tidak pahamnya TKI pada budaya negara setempat.
Sebenarnya sertifikat kompetensi yang diantaranya memberi penilaian pada
pengertian dan pemahaman TKI terhadap budaya negara dimana TKI
dipekerjakan merupakan solusi terbaik.27
Adapun selain pentingnya peran sertifikasi uji kompetensi bagi TKI asal
Jawa Timur, pelaksanaan Operasional “Gerakan Pemasyarakatan Peningkatan
Produktivitas” di Provinsi Jawa Timur kiranya turut menunjang kinerja TKI asal
Jawa Timur yang akan dikirim ke luar negeri adapun sebagai berikut:28
1. Menyelenggarakan Pengukuran produkivitas Calon Tenaga Kerja di
semua sektor secara Regional.
2. Menyelenggarakan pelatihan dalam meningkatkan Produktivitas
Calon Tenaga Kerja dan pekerja terutama dalam hal pe–
ngembangan manajemen, seperti manajemen kewirausahaan,
Bimbingan/Konsultasi Manajemen, Klinik produktivitas, Unit
pelayanan peningkatan Perusahaan (UP3) di Perusahaan, dan
manajemen Tata Graha/Good House Keeping (5R/5S) sebagai ikon
Jawa Timur dan setiap tahunnya diperlombakan yang diikuti oleh
sektor pemerintah dan swasta.
3.4 Perlindungan Hukum Terhadap Kinerja TKI Asal Jawa Timur
Perlindungan TKI adalah segala upaya perlindungan atas kepentingan
calon TKI/TKI dalam mewujudkan pemenuhan hak-haknya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah
bekerja.
Perlindungan buruh migran diatur dalam Konvensi Internasional tentang
Perlindungan Hak Semua Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (International
Convention on the Protection of the Rights of All Migrant Workers and Members
of Their Families) 1990. Di samping itu ada konvensi internasional lainnya.
Sedangkan perlindungan terhadap TKI diatur dalam UU No. 39/2004 tentang
27 Ibid₂28
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. “Rakor Produktivitas - Tenaga Kerja di Jawa Timur”. 17 Maret 2012. disnakertransduk.jatimprov.go.id
27
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, namun
UU ini lebih banyak mengatur prosedural dan tata cara penempatan TKI ke luar
negeri, dan hanya sedikit mengatur hak-hak dan jaminan perlindungan hak-hak
buruh migran dan anggota keluarganya. Selain itu perlindungan terhadap buruh
migran diberikan pemerintah berdasarkan konstitusi negara, sebagaimana
dilakukan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) RI.
1. Perlindungan Buruh Migran Berdasarkan Konvensi 1990
Buruh migran menurut konvensi ini adalah seseorang yang
akan, tengah atau telah melakukan pekerjaan yang dibayar dalam
suatu negara dimana dia bukan menjadi warga negaranya. Konvensi
ini mengakui dan memberikan perlindungan terhadap hak-hak dasar
dari buruh migran yang berlaku bagi semua buruh migran (yang
berdokumen atau tidak) dan anggota keluarganya dan bersifat non
diskriminasi.
2. Perlindungan TKI berdasarkan Pernyataan Umum tentang Hak-
hak Asasi Manusia
Hak-hak asasi manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum
supaya orang tidak akan terpaksa memilih pemberontakan sebagai
usaha terakhir guna menentang penindasan, pembangunan
hubungan persahabatan antara negara perlu digalakkan.
Selain itu, dalam Pasal 5 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak
Asasi Manusia dinyatakan bahwa :
“Tidak seorang pun boleh disiksa atau diperlakukan secara kejam, memperoleh perlakuan atau dihukum secara tidak manusiawi atau direndahkan martabatnya.”
Pada pasal 6 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia dinyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai pribadi di mana saja ia berada.”
Pada pasal 7 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia dinyatakan bahwa :
“Semua orang sama di depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi. Semua
28
berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.”
Pada Pasal 8 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia dinyatakan bahwa :
“Setiap orang berhak atas bantuan yang efektif dari pengadilan nasional yang kompeten untuk tindakan pelanggaran hak-hak dasar yang diberikan kepadanya oleh undang-undang dasar atau hukum.”
Pada Pasal 9 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia dinyatakan bahwa:
“Tak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang.”
Pada Pasal 13 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi
Manusia dinyatakan bahwa :
a. Setiap orang berhak atas kebebasan bergerak dan berdiam
di dalam batas-batas setiap negara.
b. Setiap orang berhak meninggalkan sesuatu negeri, termasuk
negerinya sendiri, dan berhak kembali ke negerinya.
3. Perlindungan TKI Berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 2004
Sementara jika kita lihat dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2004 menyatakan bahwa:
a. Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan,
dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan
perlindungan TKI di luar negeri.
b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Pemerintah dapat melimpahkan sebagi
wewenangnya dan/atau tugas perbantuan kepada
pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
29
Pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
menyatakan bahwa :
“Pemerintah bertanggungjawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar negeri.”
Pada Pasal 7 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004
menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 Pemerintah
berkewajiban:29
a. Menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang
bersangkutan berangkat melalui pelaksana penempatan TKI,
maupun yang berangkat secara mandiri;
b. Mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI;
c. Membentuk dan mengembangkan sistem informasi
penempatan calon TKI di luar negeri;
d. Melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan
hak dan perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan;
e. Memberikan perlindungan kepada TKI selama masa
sebelumnya pemberangkatan, masa penempatan, dan masa
purna penempatan.
Dari sisi pemerintah menginginkan ada kejelasan mengenai
perlindungan TKI. Pemberian libur satu hari setiap minggu, paspor
dipegang pekerja, dan ada standar minimal gaji yang diterima TKI.
Pemerintah Indonesia juga menginginkan pencantuman deskripsi
kerja jelas yang harus dikerjakan TKI selama berada di rumah
majikan. Selain itu juga ada satuan tugas bersama di antara kedua
negara yang bertugas memantau pelaksanaannya.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan TKI (BNP2TKI) mengatakan bahwa; “Setiap ada kasus
atau masalah yang menimpa TKI di luar negeri, termasuk di Arab
Saudi, pemerintah selalu proaktif untuk membela.” Tak terkecuali
untuk TKI yang bekerja di Saudi secara ilegal atau nonprosedural.
Untuk meminimalisasi kasus-kasus yang dihadapi TKI, khususnya
29 Ibid₄30
TKI wanita yang bekerja di sektor rumah tangga, pemerintah
melakukan pengetatan prosedur penempatan TKI.
Anggota Satgas Perlindungan TKI yang baru dibentuk presiden
segera berangkat ke Arab Saudi untuk mengupayakan
pengampunan untuk menyelamatkan TKI yang terancam hukuman
mati di Arab Saudi. TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia
dan Arab Saudi diperkirakan 200 orang di mana 70 persen kasus
narkoba, 28 persen terkait kasus pembunuhan dan dua persen kasus
lainnya.
Nasib tragis yang dialami Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar
negeri seakan tak pernah berakhir. Selain dianiaya dan diperkosa,
ancaman hukuman rajam, bahkan hukuman mati menghantui
mereka. Setelah Ruyati, masih ada 200 WNI pemburu devisa yang
terlibat berbagai kasus di sejumlah negara, seakan menanti maut.
Mereka saat ini menanti uluran tangan untuk bebas dari giliran
hukuman gantung maupun pancung. Adanya berbagai kasus yang
ditimpa TKI ini khususnya di Arab Saudi menciptakan inisiatif Dinas
Tenaga Kerja Transmigrasi Dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur
(Kadisnakertransduk Prov. Jatim) dalam melindungi kinerja TKI Asal
Jawa Timur yang akan dikirim ke Arab Saudi dengan upaya sebagai
berikut:30
1. Pemerintah Pusat melalui BNP2TKI telah membuka Crisis
Center dengan call center TKI di nomor telepon 0800
1000, untuk memperkuat peran dan fungsi satgas TKI dalam
membantu penyediaan data dan informasi bagi keluarga TKI
yang bermasalah serta untuk meningkatkan sistem
penempatan dan perlindungan TKI secara menyeluruh. Call
Center TKI tersebut juga melayani pengaduan berupa SMS
(Short Masage Service) di nomor 7266 dengan mengetik
ACA#TKI#NAMA PENGIRIM#KASUS/MASALAH YANG
DIADUKAN. Call Center BNP2TKI juga menerima pengaduan
langsung (tatap muka), melalui faksimili di nomor (021)
7981205, surat-menyurat ke alamat Call Center BNP2TKI
30 Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. “Instruksi Kadisnakertransduk Prov. Jatim Terkait Permasalahan TKI Di Arab Saudi.” 19 Maret 2012. disnakertransduk.jatimprov.go.id
31
Jalan MT Haryono Kav 52, Pancoran, Jakarta Selatan, serta
surat elektronik (email) ke [email protected].
2. Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur seperti yang telah
disampaikan Bapak Gubernur Jawa Timur untuk mengatasi
TKI asal Jatim yang bermasalah di Arab Saudi, dilakukan
melalui upaya diplomatik secara optimal untuk
menyelamatkan agar lolos dari hukuman mati. Apabila upaya
diplomatik tersebut menemui kendala maka solusi terakhir
akan disediakan dana tebusan (diyat).
3. Sebagai tindak lanjut kebijakan moratorium TKI ke Arab
Saudi, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan
Provinsi Jawa Timur melakukan identifikasi data dan
prosedur pelaksana pengiriman serta mengundang keluarga
TKI asal Jatim yang bermasalah atau yang telah diputus
hukuman dan menunggu proses eksekusi di di Arab Saudi.
4. Menghentikan seluruh pengiriman TKI ke Arab Saudi dan
memperketat pengawasan terhadap calon TKI yang ingin
berangkat bekerja ke luar negeri.
5. Mengidentifikasi dan mengalihkan penempatan seluruh calon
TKI yang telah direkrut ke negara lainnya terutama negara
yang telah memiliki kesepakatan untuk perlindungan TKI.
BAB IV
KESIMPULAN
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan total penduduk terbanyak di
Pulau Jawa yaitu pada tahun 2005 adalah 37.070.731 jiwa, dengan kepadatan 774
jiwa/km2. Peran TKI di Jawa Timur berlandaskan capaian indikator kinerja pembangunan
oleh Pemprov Jatim dalam RPJMD 2009-2014, yaitu penurunan Tingkat Pengangguran
32
Terbuka (TPT). Khusus di bidang ketenagakerjaan, target capaian kinerja mengacu pada
program prioritas perluasan lapangan kerja, yang implementasi strategi pokoknya
bertumpu pada pola people centred development, participatory based development dan
keberpihakan yang bersifat pro poor, pro job dan pro growth.
Provinsi Jawa Timur (Jatim) dikenal sebagai daerah lumbung TKI dimana pada
tahun 2009, jumlah warga Jawa Timur yang bekerja sebagai TKI mencapai 49.000 orang,
sedangkan pada tahun 2010 mencapai 60.000, sedangkan tahun 2011 Jawa Timur
sudah menempatkan sekitar 65.000 tenaga kerja ke berbagai negara. Hal ini dibuktikan
kontribusi devisa yang disumbangkan TKI asal Jawa Timur hingga mencapai Rp 6 triliun
per tahun dan total remitan TKI asal Jawa Timur rata – rata memperoleh sekitar Rp 2,5
triliyun pertahunnya.
Dalam hal ini, kualitas dan komposisi ketrampilan TKI asal Jawa Timur masih
didominasi oleh jenis jabatan informal (68,06%) dibandingkan jabatan formal (31,94%).
Oleh karena itu, penting adanya alat ukur tenaga kerja dalam pemenuhan kualifikasi
kerja dilakukan melalui sertifikasi uji kompetensi. penyelenggara sertifikasi kompetensi
kerja adalah Badan Nasional Sertifikasi profesi (BNSP) secara operasional uji
kompetensi dan sertifikasi kompetensi kerja dilaksanakan. Bentuk pengakuan terhadap
seseorang yang telah lulus uji kompetensi berupa sertifikat kompetensi dan Sertifikat Unit
Kompetensi.
Perlindungan TKI adalah segala upaya perlindungan atas kepentingan calon
TKI/TKI dalam mewujudkan pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja seperti yang
tertuang pada Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Pasal 5, 6, 7, 8, 9, dan
13 serta UU Nomer 39 Tahun 2004. Adapun berbagai kasus yang ditimpa TKI
khususnya di Arab Saudi (contoh: hukuman mati Ruyati) menciptakan inisiatif
Kadisnakertransduk Prov. Jatim dalam melindungi kinerja TKI Asal Jawa Timur yang
akan dikirim ke Arab Saudi.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhdi, Iman. 1966. TKI Penyumbang Devisa Mencerdaskan Bangsa. Indonesia : Kasih Abadi
Astuti, Budi. “Sertifikasi Uji Kompetensi Sebagai Upaya Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Indonesia/ Tenaga Kerja Wanita Penata Laksana Rumah Tangga”. 15 Maret 2012. eprints.undip.ac.id
33
Ardiansyah, Shandra. “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Di Luar Negeri”. 16 Maret 2012. zinkser.blogspot.com
Astawa, I Dewa Rai. “Aspek Perlindungan Hukum Hak – Hak Tenaga Kerja di Luar Negeri”. 16 Maret 2012. eprints.undip.ac.id
Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia & Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Soeharsono, Sagir. 1982. Kesempatan Kerja, Ketahanan Nasional, dan Pembangunan Manusia aan Seutuhnya. Bandung : Alimni STHG
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. “Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2011”. 17 Maret 2012 Jatim.bps.go.id
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. 2002. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. “TKI Dapat Kucuran Bantuan Kredit”. 17 Maret 2012.disnakertransduk.jatimprov.go.id
Bappeda Jatim. Bappeda Provinsi Jawa Timur – 2011, Jatim “ekspor” 65.000 TKI. 17 Maret 2011. bappeda.jatimprov.go.id
BNP2TKI. “Penempatan TKI Jawa Timur Tahun 2011 Lampaui Target”. 17 Maret 2012. bnp2tki.go.id
Kiswara, Brama Yoga. “Per Tahun, TKI Sumbang Devisa Rp 100 Triliun”. 17 Maret 2012. beritajatim.com
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. “Rakor Produktivitas - Tenaga Kerja di Jawa Timur”. 17 Maret 2012. disnakertransduk.jatimprov.go.id
Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur. “Instruksi Kadisnakertransduk Prov. Jatim Terkait Permasalahan TKI Di Arab Saudi.” 19 Maret 2012. disnakertransduk.jatimprov.go.id
Biografi rumus. “Biografi Trisno Yuwono, Mantan TKI kini Bos Swalayan.” 18 Maret
2012. biografi.rumus.web.id
34
Jurnas.com, Majalah Komite. “Siti Maryam: Mantan TKW dari Hong Kong yang Sukses Usaha Salon.” 18 Maret 2012. indonesiaproud.wordpress.com
BNP2TKI. “Tak Minder Jadi TKI, Kini Ani Sukses Jadi Sineas.” 18 Maret 2012.
bnp2tki.go.id
35