PERAN SEKOLAH SWASTA DALAM MELINDUNGI SISWA … · Program Studi Teknologi ... Kasus bullying di...
Transcript of PERAN SEKOLAH SWASTA DALAM MELINDUNGI SISWA … · Program Studi Teknologi ... Kasus bullying di...
PERAN SEKOLAH SWASTA
DALAM MELINDUNGI SISWA SEKOLAH SWASTA MENENGAH PERTAMA
DI WILAYAH GADING SERPONG
TERHADAP TINDAKAN BULLYING
NAMA KELOMPOK : KACANG POLONG
CLAUDIA JESICA 1401010002
YOSUA WIRA ADI NUGROHO 1401010015
KLAUDIA ROSELINE 1401010019
KEVIN REYNALDO 1401010049
FENDY WIJAYA 1401010060
KEVIN DJATI UTOMO 1401010070
NILAI PRESENTASI : 90
Program Studi Teknologi Pangan
Fakultas Ilmu Hayati
Universitas Surya
Tangerang
2015
i
KATA PENGANTAR
Sungguh besar rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatNya makalah
“PERAN SEKOLAH SWASTA DALAM MELINDUNGI SISWA SEKOLAH SWASTA MENENGAH
PERTAMA DI WILAYAH GADING SERPONG TERHADAP TINDAKAN BULLYING” ini telah
selesai dengan tepat waktu.
Tim penulis ingin berterima kasih kepada pihak - pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, pihak - pihak tersebut adalah :
1. Aryaning Arya Kresna, S.Fil., M.Hum sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan
yang turut membimbing Tim Penulis dalam menyelesaikan makalah ini;
2. teman - teman NFT A 2014 yang dengan sukarela memberikan nilai presentasi
yang memuaskan;
3. teman - teman dan kerabat Surya University yang ikut membantu menyebarkan
kuesioner;
4. para responden yang meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner.
Tim Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini,
namun diharapkan kekurangan yang ada dalam makalah ini menjadi sesuatu
pembelajaran yang baik. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat membawa dampak
yang positif dan berguna bagi masyarakat. Akhir kata, Tim Penulis memohon maaf apabila
terdapat kata - kata yang kurang berkenan.
Tangerang, Juni 2015
Tim Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Daftar Tabel............................................................................................................ iii
Daftar Gambar........................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan
- Latar Belakang............................................................................................ 1
- Rumusan Masalah...................................................................................... 2
- Tujuan Penelitian....................................................................................... 2
- Landasan Teori dan Hukum
o Hak Asasi Manusia........................................................................ 2
o Bullying.......................................................................................... 3
o Undang-undang HAM dan Bullying............................................... 4
- Metode Penelitian..................................................................................... 4
Bab II Isi
- Penilaian Siswa terhadap Perlindungan Bullying oleh Pihak Sekolah........ 5
- Kasus Perlakuan dan Korban Bullying di SMP Gading Serpong.................. 7
Bab III Penutup
- Simpulan...................................................................................................... 11
- Saran............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka........................................................................................................... 12
Lampiran.................................................................................................................... 13
iii
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Nilai Rata-Rata Kepuasan Siswa................................................................. 5
Tabel 2.2 Bullying pada Setiap Sekolah..................................................................... 9
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Penilaian Kepuasan Siswa terhadap Perlindungan Akan Bullying......... 5
Gambar 2.2 Grafik Bullying teradap Jenis Kelamin.................................................... 7
Gambar 2.3 Diagram Perlakuan Bullying................................................................... 8
Gambat 2.4 Diagram Korban Bullying....................................................................... 9
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tindakan bullying merupakan permasalahan yang mendarah daging dan telah
menjadi tradisi pada setiap institusi, sekolah, maupun organisasi setempat. Kasus bullying
di Indonesia pada sektor sekolah sudah menjadi permasalahan yang cukup akut. Anak
indonesia terutama pada tingkat sekolah menengah pertama mengalami berbagai
dampak kekerasan fisik, mental maupun seksual yang tercatat mencapai angka 84% dari
keseluruhan Indonesia (Bhatia, Achyut, Khan, & Walia, 2014). Berita yang dimuat media
Kompas mencatat bahwa kekerasan anak di Indonesia telah masuk pada tahap darurat.
Angka kekerasan anak terus mengalami peningkatan. Kawasan Jabodetabek pada 2010
mencapai 2.046 kasus, pada tahun 2011 naik menjadi 2.462 kasus, demikian pada 2012
naik lagi menjadi 2.626 kasus dan pada 2013 melonjak menjadi 3.339 kasus (Qodar &
Nafisyul, 2015). Berbagai kasus bullying terjadi di Indonesia dan telah menjadi sorotan
massa seperti kasus yang dialami oleh
Bullying yang dilakukan oleh anak dapat dikategorikan sebagai delinkuensi anak
atau kenakalan anak yang melanggar moral masyarakat (Adilla 2009). Penelitian
mengenai bullying menunjukkan bahwa tindakan bullying mulai meningkat sejak anak
menduduki tingkat SMP (Adilla 2009). Namun, bullying tidak bisa hanya dilihat dari pelaku
dan korban tapi dari pihak pelindung dan pembimbing pun mampu menjadi salah satu
variable penentu peningkatan bullying. Pada penelitian ICRW menunjukkan bahwa
perlakuan bullying yang telah terlacak dan diketahui baik oleh pihak guru maupun orang
tua, dianggap sebagai bagian dari pertumbuhan yang bersifat normal. Kekurangan
kesadaran oleh pihak tersebut berdampak pada kesulitan belajar yang dilaporkan anak
dan tingkat kesedihan dan depresi yang tinggi yang dialami oleh siswa SMP (Bhatia,
Achyut, Khan, & Walia, 2014). Pihak sekolah perlu memberikan sikap yang tegas dalam
menangani bullying. Sekolah lebih dinilai berdasarkan cara pengajarannya dibandingkan
mendidik siswanya menjadi sesuatu/ seseorang. Maka dari itu, iklim sekolah dan guru
menjadi sosok yang penting dalam penentuan kenyamanan belajar siswanya yang akan
berpengaruh dengan sangat signifikan (Novianti, 2008). Sekolah dituntut untuk
memberikan kenyamanan bagi siswa nya baik secara sosial, fisik maupun emosional. Guru
2
yang merupakan pemegang kuasa di kelas dan secara langsung menjadi mediator terbaik
antara murid dengan sekolah menjadi faktor utama penentu perkembangan psikis siswa.
Sekolah perlu memiliki beberapa strategi yang baik dalam mengatasi permasalahan
kekerasan dan bullying yang mampu secara langsung dinilai oleh siswa dan orang tua
secara terbuka. Beberapa faktor yang dapat dinilai adalah, tingkat pengawasan terhadap
siswa, pemberian disiplin yang konsekuen dan tegas, komunikasi yang baik antara orang
tua dan guru, pemberian hak siswa mengembangkan talenta dan keterampilan, guru
menjadi panutan dan contoh yang baik, dan perlunya diadakan pengajaran keterampilan
sosial, manajemen konflik dan pendidikan karakter (Novianti, 2008).
Rumusan masalah
1. Bagaimana peran beberapa pihak sekolah di Gading Serpong dalam mengurangi
tindakan bullying terhadap siswa?
2. Apakah penanganan sekolah-sekolah terhadap kasus bullying pada siswa sudah
cukup baik dinilai dari para siswa?
3. Apakah pihak sekolah sudah memberikan proteksi terhadap bullying?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peran beberapa pihak sekolah di
Gading Serpong dalam mengurangi tindakan bullying terhadap siswa, menganalisis
penanganan sekolah - sekolah terhadap kasus bullying pada siswa, dinilai dari para siswa
sendiri dan menganalisis apakah pihak sekolah sudah memberikan proteksi terhadap
bullying.
Landasan Teori dan Hukum
1.1 Hak Asasi Manusia
Sebagai warga negara, setiap manusia di dunia memiliki hak dan kewajiban dalam
dirinya. Pengertian dari hak adalah wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu
(Kresna). Hak selalu berhubungan dengan hak asasi manusia. Hak asasi manusia adalah
sebuah konsep bahwa manusia memiliki kewenangan hakiki atas dirinya sendiri (Kresna).
Sedangkan menurut Undang - Undang nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa HAM
adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, hak
3
asasi manusia merupakan pemberian Tuhan yang wajib untuk dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi, baik oleh negara, hukum, pemerintah maupun setiap orang demi harkat
dan martabat manusia. Hal ini menunjukkan, bahwa setiap manusia juga memiliki
kewajiban dalam menjaga hak asasi manusia tersebut.
1.2 Bullying
Salah satu bentuk dari hak asasi manusia adalah Bullying. Bullying berasal dari
bahasa Inggris (Bully) yang berarti menggertak atau mengganggu. Bullying bisa dilakukan
dimana saja termasuk di sekolah. Berdasarkan Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001)
bullying di sekolah dianggap sebagai perilaku agresif sebagai tanda kekuasaan terhadap
siswa yang dilakukan berulang kali oleh seseorang atau sekelompok yang memiliki
kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan untuk menyakiti orang
tersebut (Dra. Ehan, M.Pd. , Bullying dalam Pendidikan : 2011). Bullying menyebabkan
korban merasa tertekan bahkan trauma. Segala bentuk perilaku baik secara fisik, verbal
maupun mental yang berdampak rasa takut, rasa tertekan, dan rasa tertindas merupakan
bentuk dari bullying. Namun, jika perilaku tersebut tidak berdampak apapun terhadap
korban, maka hal tersebut tidak termasuk sebagai bullying.
Bullying dapat dikategorikan menjadi lima berdasarkan Riauskina, Djuwita, dan
Soesetio (2001):
1. Kontak Fisik Langsung
2. Kontak Verbal Langsung
3. Perilaku non - verbal Langsung
4. Perilaku non - verbal Tidak Langsung
5. Pelecehan seksual
Bullying berdasarkan Ross (2008) secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,
yaitu kekerasan langsung dan kekerasan tidak langsung. Kekerasan langsung adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan kekerasan fisik, seperti : memukul, menusuk, menjambak,
mencubit, mencakar. Sedangkan kekerasan tidak langsung berupa menakuti,
mengintimidasi dan mengisolasi korban dari lingkungan sosial. Hal ini bervariasi, seperti :
menyebarkan gosip, menolak bersosialisasi dengan korban dan membully orang yang mau
bersosialisasi dengan korban (Ross.2008)
4
1.3 Undang - undang HAM dan Bullying
Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 pasal 1 mengenai Hak Asasi Manusia adalah
bahwa setiap manusia sebagai mahluk Tuhan memiliki Hak Asasi Manusia yang melekat
dalam dirinya, dan setiap manusia mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi hak
asasi tersebut.
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak menyebutkan bahwa anak adalah anugrah Tuhan yang patut dijunjung
tinggi hak asasi manusianya. Orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara
wajib untuk melindungi hak - hak anak. Dalam hal ini, pihak sekolah adalah salah satu
bagian dari masyarakat yang harus melindungi hak - hak anak.
Metode penelitian
Metode penelitian menggunakan metode survey deskriptif dan verifikasi:
1. Pembagian kuesioner terhadap 20 siswa SMPK Bapak Penabur, 20 siswa SMP
Pahoa, 20 siswa SMP Tarakanita Gading Serpong, 20 siswa Stella Maris
Internasional, dan 20 siswa SMP Tunas Bangsa.
2. Studi Pustaka.
Pendekatan penelitian dengan penelitian kualitatif deskriptif
5
BAB II
ISI
Hasil dan Pembahasan
1. Penilaian siswa terhadap perlindungan bullying oleh pihak sekolah
Gambar 2.1 Penilaian Kepuasan Siswa terhadap Perlindungan akan Bullying
Tabel 2.1 Nilai Rata-Rata Kepuasan Siswa
Nama Sekolah Nilai rata-rata penilaian oleh siswa
SMPK Penabur 2,4
SMP Stella Maris 2,77
SMP Tunas Bangsa 2,29
SMP Pahoa 2,71
SMP Tarakanita 2,93
Pada penelitian ini, penulis mengkategorikan tindakan bullying ke dalam tujuh
tindakan yang mewakili perilaku bullying siswa yaitu mengejek, memukul, melecehkan,
mengancam, mengerjai, menghina dan mengucilkan. Penilaian siswa akan penanganan
pihak sekolah dengan angka 1 yang menunjukkan penanganan yang amat baik sampai
angka 5 yang menunjukkan penanganan yang amat buruk. Berdasarkan diagram di atas,
6
secara umum siswa SMP dari masing masing sekolah merasa puas dengan perlindungan
pihak sekolah terhadap tindakan bullying. Hal ini terlihat dari diagram 2.1. Sekolah dengan
rata - rata tingkat kepuasan baik adalah SMPK BPK Penabur dan SMP Tunas Bangsa dan
sekolah dengan pendapat cukup puas terhadap perlindungan sekolah adalah sekolah SMP
Pahoa, SMP Stella Maris International dan SMPK Tarakanita.
Pada kasus mengejek di sekolah SMP BPK Penabur, siswa memberikan nilai mean
sebesar 2,35 ± 0,81 terhadap kepuasan penanganan oleh sekolah akan mengejek. Sekolah
dinilai baik dalam menangani kasus mengejek. Pada keempat sekolah lainnnya sekolah
dinilai cukup dalam melayani kasus pengejekan. Deviasi yang besar pada data dapat
dikarenakan keraguan siswa dalam mengisi kuesioner atau belum tersebarnya
perlindungan atau penanganan oleh sekolah dengan baik. Kasus pengejekan kerap terjadi
pada kalangan siswa, namun sering dianggap sebagai “joke” sehingga tidak menjadi
perhatian khusus dari tiap pihak sekolah. Pada penanganan kasus pemukulan, pelecehan,
mengancam, dan mengerjai dinilai baik serta pada parameter menghina nama dan
mengucilkan dinilai cukup. Rata rata penilaian siswa sebesar 2,4 menandakan bahwa
SMPK Penabur dinilai baik oleh para siswa dalam menangani kasus bullying. Nilai terbaik
ada pada penanganan pelecehan 2,15 ± 1,46 dan nilai terburuk ada pada penanganan
kasus pengucilan 2,7 ± 1,49.
Pada sekolah SMP Stella Maris, kasus yang penanganannya dinilai baik adalah
kasus pelecehan dengan nilai 1,75 ± 1,09. Pada kasus yang lainnya dinilai cukup untuk
memenuhi kepuasan siswa atas perlindungan oleh pihak sekolah. SMP Stella Maris
memiliki nilai rata-rata 2,77 dan dinilai cukup oleh siswa. Perbedaan yang mencolok pada
SMP Stella Maris dapat dikarenakan perbedaan budaya yang signifikan. SMP Stella Maris
yang merupakan sekolah internasional dengan sebagian besar siswa yang merupakan
warga negara luar negri dengan kebudayaan yang berbeda. Perbedaan kebudayaan dan
gaya hidup dapat memberikan dampak pada bullying secara spesifik karena adanya
perbedaan adat dan kebiasaan (Rigby 2007).
Kasus melecehkan di sekolah SMP Tunas Bangsa memiliki nilai terendah yakni 1,6
± 0,73 atau dinilai baik oleh para siswanya terhadap perlindungan akan pelecehan dan
berbagai bentuknya. Kasus pelecehan pada masa SMP perlu perhatian khusus dari pihak
sekolah karena pada masa SMP adalah siswa pada masa pubertas dan sangat rawan
terhadap berbagai. Pelecehan dapat terjadi dibagi berdasarkan obyek yang dilecehkan
7
yakni ras dan seksual yang terjadi bisa dikarenakan intimidasi dan pelepasan hasrat untuk
melecehkan siswa (Rigby 2007). Pada penanganan kasus mengejek, mengerjai dan
menghina dinilai cukup dan pada penanganan kasus melecehkan, mengancam, memukul
dan mengucilkan dinilai baik. SMP Tunas Bangsa memiliki nilai 2,29 atau ternilai baik oleh
para siswa nya dalam menangani kasus bullying. Nilai terburuk ada pada penangan kasus
mengerjai 2,7 ± 0,84 dan menghina nama 2,7 ± 1,00.
Pada SMP Pahoa, kasus pemukulan atau kekerasan fisik dinilai baik oleh para
siswa dengan nilai mean sebesar 2,25 ± 1,65. Kasus kekerasan fisik adalah kasus yang
paling menjadi dominasi atau momok utama dalam hal bullying. Kasus kekerasan fisik
seringkali disebabkan terjadinya dominasi dan penguasaan akan individu tertentu (Rigby
2007). Jika dibandingkan dengan kasus lainnya, dinilai cukup oleh siswa SMP Pahoa.
Namun kasus melecehkan menjadi pengecualian, karena kasus melecehkan seringkali
menjadi perhatian utama dari berbagai pihak bahkan pada pihak siswa sekalipun. Rata-
rata keseluruhan pada SMP Pahoa adalah 2,71 atau dinilai cukup.
Pada SMP Tarakanita, nilai yang terendah adalah pada kasus melecehkan 1,9 ±
1,22 dengan indikasi dinilai baik oleh para siswa. Untuk kasus lainnya, dinilai cukup oleh
para siswa. Pada umumnya sekolah akan lebih perhatian dan lebih mempertimbangkan
keamanan akan pelecehan di SMP. Namun masih kurangnya perhatian pada kasus lain
berdampak pada kurang nya rasa aman siswa dari ancaman berbagai tidakan bullying.
SMP Tarakanita memiliki nilai tertinggi dari semua sekolah yakni 2,93.
2. Kasus Perlakuan dan Korban Bullying di SMP Gading Serpong
Gambar 2.2 Grafik Bullying terhadap Jenis Kelamin
8
Berdasarkan jenis kelaminnya, total sampel penelitian ini berjumlah 100 orang
yang terdiri dari 64 laki - laki dan 36 perempuan. Dari Grafik 2.1 dapat disimpulkan bahwa
laki - laki lebih rentan terhadap perilaku bullying, termasuk ke dalam perilaku melakukan
bullying dan menjadi korban bullying. Perbandingan antara pelaku bullying dengan korban
bullying memiliki persentase yang hampir sama pada sampel laki - laki, sedangkan pada
responden perempuan, 61% responden perempuan melakukan bullying dan hanya 36%
yang pernah menjadi korban bullying. Hal ini dapat diindikasikan juga karena pada
penelitian ini terdapat sampel laki - laki dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan
dengan sampel perempuan. Menurut Rigby 2007, Laki - laki memiliki persentase yang
lebih besar untuk menjadi pelaku dan korban bullying daripada perempuan. Menurut
Amalia, laki - laki melakukan bullying dengan berbagai alasan seperti tradisi, balas dendam
akibat perlakuan yang sama, ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban
berperilaku sesuai yang tidak diharapkan, dan mendapatkan kekuasaan (Amalia 2010).
Gambar 2.3 Diagram Perlakuan Bullying
Secara umum, tindakan atau perlakuan bullying di SMP di Gading Serpong dapat
digambarkan dengan diagram 2.3 tentang perlakuan bullying siswa SMP di Gading
Serpong. Sebagian besar siswa melakukan bullying dalam bentuk ejekan sebesar 27,28%.
Tindakan mengejek sudah menjadi hal yang biasa yang dilakukan di kalangan siswa. Hal
ini dapat dikarenakan kurangnya pendidikan moral dalam keluarga yang mengakibatkan
9
siswa menjadi mudah untuk berperilaku yang tidak selayaknya. Selain itu, peran dari
teman dan lingkungan sekitarnya mendukung siswa untuk melakukan tindakan yang tidak
benar.
Gambar 2.4 Diagram Korban Bullying
Secara umum korban bullying dapat dijelaskan dalam diagram 2.4 Sebagian besar
siswa menerima ejekan sebesar 37,38% dan sebesar 34,35% belum pernah mengalami
tindakan bullying.
Tabel 2.2 bullying pada setiap sekolah
Nama
Sekolah
Kasus
bullying
Korban
bullying
Bullying
oleh pihak
sekolah
Pelaporan
bullying oleh
siswa
Pelaporan
bullying oleh
pihak sekolah
SMPK
Penabuk 6 13 1 4 0
SMP Stella
Maris 6 6 1 1 0
SMP Tunas
Bangsa 13 10 4 5 0
SMP
Pahoa 20 19 1 0 0
10
SMP
Tarakanita 19 19 5 1 2
Sementara itu, jika dilihat dari masing - masing sekolah, kasus bullying paling
banyak terjadi di SMP Pahoa. Hal ini sesuai dengan penilaian siswa SMP Pahoa yang
menyatakan cukup puas dengan nilai rata - rata sebesar 2,71. Kasus bullying yang terjadi
di setiap sekolah berbanding terbalik dengan laporan yang diterima pihak sekolah. Dari
seluruh responden yang diberikan kuesioner, hampir semua responden tidak melaporkan
tindakan bullying ke pihak sekolah karena takut akan ancaman teman dan hukuman yang
diberikan oleh pihak sekolah.
11
BAB III
Penutup
Simpulan
Tindakan bullying masih banyak terjadi di sekolah menengah pertama swasta di
Gading Serpong. Tindakan bullying yang umum dilakukan atau terjadi adalah tindakan
pengejekan. Tindakan bullying lainnya adalah tindakan pemukulan, pengucilan, dan
penghinaan nama. Dari semua responden yang pernah melakukan bullying ataupun di-
bully hanya sebagian kecil yang pernah dilaporkan ataupun melaporkan tindakan bullying
tersebut. Walau tingkat pengaduan lebih kecil jauh dibanding tingkat perlakuan bullying,
para siswa mengaku sudah cukup puas terhadap penanganan sekolahnya terhadap
bullying, meski tidak terhadap semua tindakan bullying yang terjadi.
Saran
Ada baiknya siswa - siswi SMP Swasta di Gading Serpong lebih peduli terhadap
teman - teman dan lingkungan di sekitar mereka agar tindakan bullying dapat
diminimalisir. Sekolah dapat menggelar seminar mengenai bullying dan mengajak siswa
untuk mengkampanyekan tindakan anti bullying, supaya siswa lebih memahami,
mengerti, dan memperhatikan sesama siswa.
12
Daftar Pustaka
Adilla, N. (2009). Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku Bullying Pelajar di
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kriminologi Indonesia, 56-66.
Amalia, D. (2010). Hubungan Persepsi Tentang Bullying dengan Intensi Melakukan
Bullying SMA Negeri 82 Jakarta. Jakarta: Repository UIN.
Anna, L. K. (Penyunt.). (2015, Februari 27). 7 dari 10 Pelajar di Asia Pernah Alami
Kekerasan Sekolah. Dipetik Maret 26, 2015, dari Kompas:
http://health.kompas.com/read/2015/02/27/071500023/7.dari.10.Pelajar.di.Asi
a.Pernah.Alami.Kekerasan.di.Sekolah
Auliani, P. A. (Penyunt.). (2014, Mei 7). Indonesia Darurat Kekerasan pada Anak. Dipetik
Maret 26, 2015, dari
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/07/0527140/Indonesia.Darurat.Kek
erasan.pada.Anak
Ehan. (2011). Bullying dalam Pendidikan.
Kinannti, A. A. (2014, Desember 30). Komnas PA: 2014, Jumlah Anak yang Jadi Pelaku
Kekerasa Naik 10 Persen. Diambil kembali dari Detik:
http://health.detik.com/read/2014/12/30/170045/2790328/763/komnas-pa-
2014-jumlah-anak-yang-jadi-pelaku-kekerasan-naik-10-persen
Qodar, N. (2015, Maret 15). Survei ICRW: 84% Anak Indonesia Alami Kekerasan di
Sekolah. Dipetik Maret 26, 2015, dari
http://news.liputan6.com/read/2191106/survei-icrw-84-anak-indonesia-alami-
kekerasan-di-sekolah
Reza, H. (2014). Peran Komsi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam Mengatasi
kekerasan Seksual terhadap Anak. Jakarta: Repository UINJKT. Diambil kembali
dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25006/1/Hilman%2
0Reza.FSHpdf
Rigby, K. (2007). Bullying in schools and what to do about it. Australia: Acer Press.
SMA Don Bosco Kesulitan Buktikan Kasus Bullying. (2012, Juli 28). Diambil kembali dari
Tempo: http://metro.tempo.co/read/news/2012/07/28/064419853/sma-don-
bosco-kesulitan-buktikan-kasus-bullying
Turmudi. (2008). Mengenali Kekerasan dalam Pendidikan dan Upaya Meniadakannya
atau Memperkecil Resiko Tindak Kekerasan.
Yasin, J. (2014). Hak Azazi Manusia dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara dalam
Hukum Positif Indonesia.
13
Lampiran
Angket “Bullying”
Umur :
Sekolah :
Jenis Kelamin :
1. Apakah Anda pernah melakukan tindakan bullying di sekolah? ( ya / tidak )
Jika ya, bentuk bullying apa yang Anda lakukan …………………………………….
Apakah anda pernah ketahuan/dilaporkan ke pihak sekolah? ( ya / tidak )
Jika ya, sanksi/ disiplin apa yang Anda terima ……………………………………….
2. Apakah Anda pernah mengalami tindakan bullying di sekolah? ( ya / tidak )
Jika ya; tindakan bullying apakah yang Anda alami?
………………………………………………………………………………………………
Apakah Anda pernah melaporkannya terhadap pihak sekolah? ( ya / tidak )
3. Apakah pihak sekolah ( guru dan petugas lainnya) pernah melakukan tindakan
bullying terhadap Anda? ( ya / tidak )
Jika ya, apakah Anda melaporkannya ke pihak sekolah? ( ya / tidak )
Tabel berikut menandai penilaian Anda terhadap penanganan dari pihak sekolah terhadap
jenis - jenis bullying yang pernah Anda alami, lihat dan ada di sekitar Anda. Penilaian
menggunakan angka 1 - 5 dengan tingkat;
1 ( Amat Baik ) : Pihak sekolah langsung menindaklanjuti setelah dilakukan pelaporan dan
memberikan pengawasan yang ketat secara individual.
2 ( Baik ) : Pihak sekolah langsung menindaklanjuti setelah dilakukan pelaporan, namun
tidak memberikan tindakan pencegahan lebih lanjut.
3 ( Cukup ) : Pihak sekolah mendata kejadian dan menindaklanjuti pada lain waktu,
kemudian memberikan / tidak memberikan tindakan pencegahan lebih lanjut.
4 ( Buruk ) : Pihak sekolah hanya mendata kejadian tanpa melakukan tindakan lanjutan.
14
5 ( Amat Buruk ) : Pihak sekolah tidak mempedulikan laporan dan hanya memberi nasihat
pada pelapor.
Apakah menurut anda tindakan bullying yang dilakukan di sekolah sudah ditangani pihak
sekolah dengan baik? (Ya/Tidak)
Apakah anda puas dengan pemberian sanksi tersebut ? (Ya/Tidak)
`Jika tidak, seharusnya bagaimana?
Pertanyaan Wawancara untuk siswa:
1. Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying?
2. Bagaimana tindakan pihak sekolah ketika mengetahui adanya kasus bullying?
3. Bagaimana menurut anda tentang proteksi sekolah terhadap bullying?
Penanganan dari Pihak Sekolah
Jenis bullying 1 2 3 4 5
Mengejek/mengolok-olok
Memukul/ kekerasan
Melecehkan (seksual)
Mengancam
Mengerjai (langsung dan
tidak langsung)
Menghina nama (keluarga/
kerabat)
Mengkucilkan
15
Transcript Wawancara
Wawancara 2 orang Siswa SMP Tarakanita
Fendy : Apakah kalian pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswa 1 : pernah melihat
Siswa 2 : pernah mengalami
Fendy : Apakah Kalian pernah melaporkan ke pihak sekolah?
Siswa 1 : Saya pernah
Siswa 2 : pernah
Fendy : Bagaimana tindakan sekolah? Langsung merespon?
Siswa 1 : langsung direspon, langsung gurunya datang
Fendy : menurut kalian, apakah sekolah kalian memberikan perlindungan yang baik tidak
mengenai bullying?
Siswa 1: Sejak ditegur bullying udah ga ada
Wawancara siswa SMP Pahoa
Fendy : Apakah kamu tahu tentang bullying?
Siswa : Tau
Fendy : Apakah kamu pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswa : Pernah melihat tindakan bullying, tetapi belum pernah mengalami
Fendy : Apakah kamu pernah melapor ke pihak sekolah?
Siswa : Pernah
Fendy : Menurut kamu bagaimana tindakan sekolah terhadap tindakan bullying?
Siswa : Siswa tersebut akan terkena hukuman dan minus poin, lalu ketemu kepala
sekolah dan orang tua dipanggil ke sekolah
Fendy : menurut kamu, Apakah penanganan pihak sekolah sudah bagus atau masih
kurang?
Siswa : Sudah cukup bagus
Wawancara siswa SMP Pahoa
Fendy : Apakah anda tahu tentang bullying?
Siswa : Tahu
Fendy : Apakah kalian pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswa : Pernah melihat tapi tidak mengalami
Fendy : Selanjutnya, Apakah anda pernah melaporkan ke sekolah?
16
Siswa : Belum pernah
Fendy : Menurut kalian apakah tindakan SMP Pahoa ini sudah baik?
Siswa : Baik
Wawancara siswa SMP Stella Maris
Yosua : Apakah kamu pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswa : Pernah
Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying?
Siswa : Diberikan peringatan
Yosua : Bagaimana menurut kamu penanganan sekolah terhadap bullying?
Siswa : Baik
Wawancara siswa SMP Stella Maris
Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswa : Tidak pernah
Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying?
Siswa : Setiap kasus bullying akan dilaporkan kepada pengawas, pengawas tersebut
yang akan memberikan hukuman
Yosua : Bagaimana menurut anda penanganan sekolah terhadap bullying?
Siswa : Tidak terlalu ketat
Yosua : Bisa dijelaskan bagaimana “tidak terlalu ketat”?
Siswa : Misalnya kalau meledek, kalau pengawasnya ada ya ditanganin, kalau ga ada ya
tidak ditangani
Wawancara siswi SMPK Penabur GS
Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswi : Melihat pernah, mengalami tidak
Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying?
Siswi : dihukum
Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying?
Siswi : cukup baik
Wawancara siswi SMPK Penabur GS
Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswi : Pernah melihat tapi ga pernah mengalami
Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying?
17
Siswi : ditegur, kalau keterlaluan diberikan sanksi
Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying?
Siswi : lumayan baik
Wawancara siswa SMPK Tunas Bangsa
Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswa : Pernah
Yosua : Apakah anda pernah melaporkan ke pihak sekolah?
Siswa : Pernah
Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying?
Siswa : diberi tahu muridnya, diberikan sanksi hukuman
Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying?
Siswa : Sudah baik
Wawancara siswa SMPK Tunas Bangsa
Yosua : Apakah anda pernah melihat atau mengalami bullying?
Siswa : Pernah melihat, belum pernah mengalami
Yosua : Bagaimana tindakan sekolah mengetahui adanya kasus bullying?
Siswa : langsung ditanggapi
Yosua : Bagaimana menurut anda proteksi sekolah terhadap bullying?
Siswa : Sudah cukup baik