Peran Sains Islam Dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Transcript of Peran Sains Islam Dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Sains Islam & Karakter Bangsa
Oleh: Mokhamad Iqbal Khomaini, M.Phil
Potret moral bangsa Indonesia
Sudah hampir ½ abad perjalanan Indonesia setelah kemerdekaan membangun
negerinya, namun hingga saat ini kemajuan yang signifikan belum kita rasakan. Justru
kemunduran dalam ekonomi, teknologi, dan moral yang masih jadi problem yang tak
kunjung padam. Malaysia hanya dalam waktu 10 tahun mampu merubah dirinya menjadi
Negara yang disegani di dunia Internasional. Jepang setelah mengalami kehancuran
negeri yang luar biasa pada peristiwa Hiroshima namun hanya dalam waktu 40 tahun
mampu meraih kemajuan yang luar biasa. Apakah yang terjadi sebenarnya dengan
Negara kita? Dana-dana yang seharusnya digunakan untuk membangun ekonomi maupun
infrastruktur bangsa namun tidak ketahuan kemana perginya.
Saat ini Indonesia masih menduduki peringkat ke empat negara terkorup di
kawasan Asia. Kurang lebih 158 pejabat yang diduga terkait dengan korupsi. Pelaku
korupsi yang telah ditangani KPK tercatat sebanyak 245 orang. Mereka antara lain terdiri
atas hakim (1), duta besar (4), kepala lembaga dan kementerian (6), komisioner (7),
gubernur (8), wali kota dan bupati (22), lain-lain (26), anggota DPR dan DPRD (43),
swasta (44), pejabat eselon I, II, serta III (84). Dana yang dikorupsi, katanya, bukan
hanya APBN tetapi juga APBD.
Jumlah sementara uang negara yang diselamatkan oleh KPK sebesar Rp 7,9
triliun, sedangkan saat ini sekitar Rp 50 triliun potensi kerugian negara dari kasus korupsi
pembayaran pajak.
Potensi kerugian negara atas kasus lainnya yaitu pendidikan lebih dari Rp 204,2
miliar, kesehatan lebih dari Rp113,4 miliar, dan infrastruktur lebih dari Rp 597,5 miliar.
Selain itu, kehutanan lebih dari Rp 2,3 triliun, minyak dan gas lebih dari Rp 40,1 triliun,
keuangan daerah lebih dari Rp 1,3 triliun, dan perbankan lebih Rp 1,8 triliun.1
1. Republika – Jum, 6 Mei 2011
Dalam saat yang sama, kader-kader Bangsa yang diharapkan akan membangun
bangsanya, membuang waktu-waktunya pada hal-hal yang merusak diri mereka sendiri.
Mencemarkan diri, keluarga dan masyarakat. Pergaulan bebas, hamil di luar nikah,
Aborsi melanda generasi bangssa Indonesia.
Di Jakarta saja, pada tahun 2000 ditengarai ada lebih dari 166 SLTP dan 172
SLTA yang menjadi pusat peredaran narkotik dengan lebih dari 2000 siswa terlibat di
dalamnya. Angka ini pun masih akan bertambah, karena fenomena ini seperti gunung es,
yaitu yang tampak hanya permukaan saja dan sebagian besar yang lain belum terlihat.
Diperkirakan setiap 1 penyalahguna narkotik yang dapat diidentifikasi, ada 10 orang lain
yang belum ketahuan.2
Menurut survey jawa pos pada tahun 2001 kepada 338 pelajar cewek SMU/SMK
dan perguruan tinggi Surabaya. Hasilnya, 53,6% ngaku punya temen yang hamil di luar
nikah. Selisih sedikit dibawahnya, 46,6% responden bilang nggak punya. Mayoritas
82,7% responden bilang bahwa temannya yang hamil di luar nikah tersebut lantas nikah.
Ada juga yang menyatakan bahwa temannya melakukan aborsi untuk menutupi aibnya,
kurang lebih 11,1 %.3
Menurut penulis buku Sex In The Kost, Wijayanto Iip tahun 2003: 95 %
mahasiswi Jogja sudah tidak perawan. 4
Kemudian, tahun 2010, juga tidak mengalami penurunan. Bedasarkan data
Kementerian Kesehatan, pada tahun 2010 di Indonesia ada 21.770 kasus AIDS positif
dan 47.157 kasus HIV positif dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun (48,1 persen)
dan usia 30-39 tahun (30,9 persen) kasusu penularan HIV/AIDS terbanyak ada
dikalangan heteroseksual (49,3 persen) dan IDU atau jarum suntik (40,4 persen). Kepala
Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarif baru-baru
ini menjelaskan karena seks bebas ini juga membuat tingkat kehamilan di luar nikah
meningkat.
2 . Raymond Tambunan, Psi, epsikologi.com, 28/08/01.
3 . Kenapa Harus Pacaran?, Rabiah adawiyah, Dar Mizan, solo, 2003. Hal: 73.
4 . Aula, majalah nahdlatul Ulama, volume 25, masalah 7-12
Dari pasca reformasi hingga saat ini, pergaulan bebas dan hamil luar nikah tidak
mengalami penurunan secara signifkan. Maka, sebagai akibat dari pergaulan bebas, kasus
aborsi pun menjadi fenomena yang cukup memprihatinkan di negeri ini.
Tahun 1999-2000, diperkirakan wanita yang melakukan aborsi sebanyak dua juta
orang, diantaranya 750.000 remaja yang belum menikah. Menurut keterangan Khofifah
Indar Parawansa, Menteri Pemberdayaan Perempuan mengutip data perkumpulan
keluarga berencana Indonesia (PKBI). Adapun menurut Dr. Biran Affandi SpOG, Ketua
Umum Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), menunjukkan angka 2,3
juta, untuk borsi di Indonesia per tahun. 5
Pada tahun 2008, Kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai angka 2,5 juta.
Pelaku aborsi umumnya berada pada kisaran usia 20-29 tahun. "Data 2,5 juta tersebut
belum termasuk kasus aborsi yang dilakukan di jalur nonmedis (dukun)," kata guru besar
Universitas Yarsi Jakarta, Prof Dr H Jurnalis Uddin PAK.
Aborsi di perkotaan dilakukan secara diam-diam oleh tenaga kesehatan (70%).
Hal yang sama di pedesaan dilakukan oleh dukun (84%). Perempuan tidak menginginkan
kehamilan lantaran beberapa faktor. Ada yang karena hamil akibat perkosaan, janin
dideteksi punya cacat genetik, alasan sosial ekonomi, gangguan kesehatan, KB gagal,dan
lainnya.
Tahun 2010, Diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4
juta jiwa. Parahnya, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja. Demikian data yang
dikeluarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010 ini. Data
Ini mengiringi data lain yang tak kalah mencengangkan. Disebutkan, sekitar 51 persen
remaja di Jabodetabek telah melakukan hubungan seks pranikah."Artinya dari 100
remaja, 51 sudah tidak perawan," ujar Kepala BKKBN Sugiri Syarief .6
Beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah juga dilakukan beberapa remaja.
Misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, Bandung 47 persen, dan 52 persen di
5 . Wajah Peradaban Barat, Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal, Adian Husaini, Gema Insani Press, Jakarta, 2005. Hal: 25.
6 . http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2126001-seks-bebas-mengancam-masa-depan/, tgl: 2 maret 2011.
Medan. Hasil penelitian di Yogya dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen mengalamai
kehamilan sebelum menikah.
Sementara data tentang penyalahgunaan narkoba menunjukkan, dari 3,2 juta jiwa
yang ketagihan narkoba, 78 persennya adalah remaja.
Sedangkan penderita HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya.Berdasarkan
data Kemenkes pada akhir Juni 2010 terdapat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV
positif dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1 persen dan usia 30-39
tahun sebanyak 30,9 persen.
Selain itu kasus penularan terbanyak adalah heteroseksual sebanyak 49,3 persen,
homoseksual sebanyak 3,3 persen dan IDU 40,4 persen. 7
Sains Barat dan Dampaknya
Apakah penyebabnya semua ini sebenarnya? Mungkin salah satu jawaban yang
mendekati kebenaran. Krisis moral, krisi etika dan lain sebagainya adalah dampak dari
pola pikir bangsa, pola pikir yang mencari kesenangan sesaat, pola pikir yang
beranggapan kebahagiaan dengan sebuah kenikmatan materi tanpa memikirkan prosesnya
seperti apa.
Pola pikir yang seperti ini tidak lain adalah produk dari epistemology ilmu
pengetahuan yang dijadikan kurikulum di Negara ini.
Bukan hanya Negara kita yang sedang merasakan dampak tersebut, Epistemologi
tersebut telah mengantarkan manusia modern pada krisis multi-dimensional. Armahedi
Mahzar mengatakan bahwa, sains barat, walaupun telah sukses meningkatkan
kesejahteraan material umat manusia, namun akhirnya menggiring umat manusia ke
dalam kubangan krisis multidimensional dalam kehidupannya, seperti penghancuran
massal oleh militer akibat penggunaan senjata nuklir, kimia, biologi militer; kerusakan
lingkungan oleh polusi, degradasi, exploitation-depletion (eksploitasi sampai habis
menipisnya sumber daya Alam); fragmentasi social yang disebabkan oleh industrialisasi,
7 . voa-islam.com Rabu, 01 Dec 2010.
urbanisasi, fragmentasi dan konflik social akut, keterasingan psikologis manusia dari hal
yang alami, social dan tehnikal.
Namun demikian, dalam perkembangan terakhirnya, sains sendiri telah
membuktikan kerapuhan paradigm materialistic-mekanistik tersebut di awal abad 20 lalu.
Terutama dalam perkembangan ilmu fisika, biologi, astronomi, dan lain-lain.
Ilmu pengetahuan barat terbukti pada akhirnya lebih bersifat destruktif ketimbang
konstruktif bagi kemanusiaan – sebagaimana juga sudah sering dikritisi oleh beberapa
sarjana barat sendiri akhir-akhir ini (misalnya Anthonny Giddens and Fritjof Chapra).
Bangsa Indonesia adalah salah satu korban epistemology, epistemology ilmu
pengetahuan yang bernuansa jauh dari nilai-nilai nurani, epistemology produk dari
ideologi-ideologi non-ilahi.
Haidar Bagir mencatat ada dua dampak epistemology Barat, yakni dampak yang
bersifat fisis dan nonfisis. Dampak fisik merujuk pada kerusakan lingkungan dikarenakan
terlalu banyaknya campur tangan manusia sekuler di dalamnya. Akibatnya alam berada di
kondisi yang sangat labil, pemanasan global semakin mengancama, lapisan ozon semakin
menipis yang mengakibatkan timbulnya penyakit Minamata di Jepang, kemungkinan
terjadinya perang nuklir. Ramalan club of Rome lebih mengerikan lagi: Jika
kecenderungan yang ada kini berlangsung terus maka satu abad lagi manusia akan
mengalami kehancuran, karena batas daya bumi akan terlampaui akibat pertumbuhan
maksimum yang akan dicapai dalam satu abad ini. Pertumbuhan ini diakibatkan
industrialisasi, polusi, penggunaan sumberdaya alam tak terbarui produksi pangan, dan
jumlah penduduk. Munculya rekayasa genetika juga merupakan akibat dari sains modern
yang kebablasan.
Dampak lain adalah dampak psikologis yang ditandai dengan meningkatnya
statistic penderita depresi, kegelisahan, psikosi, dan sebagainya. Sebagaimana pada abad
ke-17, terjadinya distabilisasi dan keterpecahan ketika paradigm keagamaan digugat yang
mengakibatkan meningkatnya pelaku bunuh diri. Keseluruhan krisis diatas menurut
Ziauddin Sardar diakibatkan oleh kesalahan paradigm sains barat berserta penerapannya.
Dampak lain dari sains barat terhadap karakter moral bangsa adalah munculnya
penyimpangan pola pikir dan pola sikap manusia. Ini tampak pada dominasi rasionalisme
dan empirisme sebagai pilar utama scientific method dalam penilaian atas gejala yang
ada. Baik realitas social, individual, bahkan keagamaan. Dampak ini, meminjam istilah
Herman Kahn disebut dengan budaya inderawi yakni yang bersifat empiris, duniawi,
sekuler, humanistic, pragmatis, utilitarian, dan hedonistic. 8
Dampak yang tidak ketinggalan juga menurut Gregory Bateson, “Sudah jelas bagi
banyak orang bahwa banyak bahaya mengerikan telah tumbuh dari kekeliruan
epistemology Barat. Mulai insektisida sampai polusi, malapetaka atomic, ataupun
kemungkinan mencairnya topi es antariksa. Di atas segalanya, dorongan fantastic kita
untuk menyelamatkan kehidupan-kehidupan perorangan telah menciptakan kemungkinan
bahaya kelaparan dunia di masa mendatang”. 9
Paradigma materialistic-mekanikstik yang berdasarkan metode Cartesian dan
Newtonian (hipotesis deduktif-eksperimental-induktif) telah menyebabkan reduksi atas
kenyataan hanya menjadi sekedar fakta-fakta materialism-reduksionistik. Paradigma ini
menyebar dan mempengaruhi berbagai cabang disiplin ilmu-ilmu lain, sehingga
kehidupan, bahkan kesadaran manusia, direduksi hanya menjadi gerak-gerak material
belaka. Misalnya, Adam Smith dalam bidang ekonomi berbicara tentang prinsip
‘mekanisme pasar’; Charles Darwin dalam biologi berbicara tentang ‘mekanisme
evolusi’, dan Sigmund Freud dalam psikologi berbicara tentang ‘mekanisme pertahanan
diri/psikis’. Paradigma mekanistik-materialistik telah mendepak Tuhan dari wacana
keilmuan dan mempromosikan sekularisme.
Sekilas memang ilmu pengetahuan barat tidak memiliki dampak terhadap moral
bangsa, namun ketika diteliti lebih lanjut mungkin kita akan terkejut, karena sains tidak
sekedar mengajarkan ilmu (transformation of knowledge) saja, lebih dari itu juga
mendeskripsikan nilai-nilai (transformation of value) yaitu, pendidikan, budi pekerti
8 . Lihat: Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, Ziauddin Sardar, Mizan, 1988, hal: 102.
9 . Lihat: Pengantar Haidar Bagir dalam buku Filsafat sains menurut al-Quran, Dr. Mahdi al-gulsyani, Mizan, 1988. Masa depan Islam, Ziauddin Sardar, Pustaka Salman, 1987, hal: 88.
(etika dan estetika nurani) dan moral agama (imtaq) yang termanifestasikan dalam
model-model ilmu pengetahuan alam (fenomena alam) itu sendiri.10
Sebagai contoh: Dalam ilmu Biologi kita mengenal teori Darwin dalam bukunya the
origin of species, bahwa manusia berasal dari kera. Seolah tidak berdampak apa-apa
dalam karakter manusia. Akan tetapi, ketika dibahas lebih lanjut, bukankah kera adalah
species hewan yang tidak mengenal karakter moral? Ketika manusia dikatakan berasal
dari kera akan membentuk paradigma bahwa etika dan moral bukanlah sifat asli manusia.
Dan manusia hidup bukanlah untuk menuju pada perbaikan moral dan etika. Akan tetapi
corak kehidupan manusia tidak jauh beda dengan kera yang mempunyai kebutuhan
konsumsi dan biologis.
Sebaliknya, ketika dikatakan bahwa manusia berasal bukan dari kera namun dari
sosok Nabi Adam, sosok yang memiliki ilmu pengetahuan dan rasa etika yang tinggi,
sosok yang dimuliakan oleh Allah dengan penghargaan sebagai Khalifah Allah di muka
bumi.
Diantara dampak moral negative yang diakibatkan sains barat adalah:
-Sifat kikir, ilmu ekonomi yang dibangun oleh John Smith, dan diterapkan di dunia Islam
adalah ilmu ekonomi kapitalis. Untuk memperkuat ekonomi pribadi bukan ekonomi
community. Dengan prinsip “Bermodalkan sedikit untuk meraup keuntungan besar”.
-Kecenderungan untuk porno, ilmu psikologi yang ada saat ini adalah ilmu psikologi
yang dikembangkan dari penelitian Sigmund freud tentang “The study of Hysteria”. Ia
menyimpulkan bahwa manusia psikologi manusia bisa dibaca dari mimpi-mimpi yang ia
alami, sedangkan mimpi-mimpi manusia tidak lain hanyalah karena dorongan gejolak
gairah yang terpendam. Penafsiran psikologi manusia pada umumnya ditafsirkan lewat
gejala seksual manusia.
-Pragmatis (penuh dengan kepentingan), ilmu sosiologi yang ada tidak lain adalah produk
dari ilmu sosiologi William James yang berpandangan filsafat pragmatis (kepentingan).
10 . Wawasan Ilmu Alamiah Dasar, Prespektif Islam dan Barat, Trianto, M.Pd, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2007, hal: 27.
-Tidak bervisi memperbaiki karakter manusia, ilmu sosiologi dan ilmu etika yang ada
dibangun atas filsafat etika emile durkeim yang berpandangan bahwa karakter manusia
adalah pembawaan lahir dan tidak bisa dirubah, maka tindakan ataupun aksi untuk
merubah karakter manusia tidaklah akan membawa hasil.
-Berorientasi pada eksploitasi alam11, Di zaman modern ini, manusia telah
membelanjakan dana secara “luar biasa” kepada alat-alat pembunuh massal. Sekedar
contoh, Jeremy Isaacs dan Taylor Downing, dalam bukunya, Cold War, memaparkan,
antara 1945-1996 saja, diperkirakan sekitar 8 trilyun USD ($ 8,000,000,000,000) biaya
dikeluarkan untuk persenjataan di seluruh dunia. Puncaknya, persediaan nuklir saat ini
mencapai 18 mega ton. Padahal, seluruh bom yang diledakkan pada Perang Dunia II
‘hanya’ 6 megaton. 12
-Tidak berprikemanusiaan, Dalam dunia kedokteran modern ada sebuah praktek yang
dikenal vivisection (arti harfiah ”memotong hidup-hidup”) yaitu cara menyiksa hewan
hidup karena dorongan bisnis untuk menguji obat-obatan agar dapat mengurangi daftar
panjang segala jenis penyakit manusia. 13
Praktik ini selain tidak beretika keilmuan dan tidak “berperikemanusiaan” juga
menyisakan pertanyaan intrinsik tentang asumsi atas tingkat kesamaan uji laboratorium
hewan dan manusia yang mengesahkan eksplorasi hasil klinis dari satu ke lainnya.
Dunia pertanian modern yang sangat berlebihan dalam penggunaan bahan-bahan
kimia seperti luasnya penggunaan pestisida, herbisida, pupuk nitrogen sintetis dan
seterusnya, telah meracuni bumi, membunuh kehidupan margasatwa bahkan meracuni
hasil panen dan mengganggu kesehatan para petani. Pertanian yang semula disebut
dengan istilah agriculture (kultur, suatu cara hidup saling menghargai, timbal balik
komunal, dan kooperatif, bukan kompetitif) berkembang lebih popular dengan istilah
agribusiness, sebuah sistem yang memaksakan tirani korporat untuk memaksimalkan
11 . Ibrahim Kalin, The Philosophy of Seyyed Hossein Nasr, hlm. 453. Lihat Adnin Armas, “Islamisasi IlmuPengetahuan Kontemporer” Materi perkuliahan Islamic Worldview di Program Magister Universitas IbnKhaldun Bogor, Agustus 2008.12 . Cold War, Jeremy Isaacs and Taylor Downing, London : Bantam Press, 1998, hlm 417-418.13 .Vivisection or Science : An Investigation into Testing Drugs and Safeguarding Health, Pietro Croce, London - Zed Books, 1999.
keuntungan dan menekan biaya, menjadikan petani/penduduk lokal yang dahulu punya
harga diri dan mandiri lalu berubah menjadi buruh upahan di tanah sendiri. 14 Kehidupan
sosial yang kooperatif pun berganti menjadi kompetitif tanpa nurani.
Kerusakan dunia sekarang ini yang timbulkan oleh kerusakan ilmu mencakup
juga ilmu-ilmu di bidang sains, terutama sains alam (natural sciences). Dari masalah ini
perlu digali kembali ide Islamisasi ilmu yang pernah dirintis oleh para cendekiawan
muslim tiga dasawarsa lalu yang saat ini gaungnya mulai berkurang. Padahal problem
kemasyarakatan yang ditimbulkan oleh sains Barat modern justru makin hari makin
bertambah. 15
Sains Islam Sarana Peningkatan Moral dan Peradaban Bangsa.
Memang saat ini sains Islam belum mempunyai bentuk, akan tetapi kita bisa
mempunyai gambaran tentang sains Islam di masa lampau dan dampaknya terhadap
kehidupan manusia. Meski begitu sains Islam saat ini masih dalam taraf perumusan,
namun dari perumusan tersebut kita bisa mempunyai gambaran akan dampak-dampak
positif yang akan dilahirkan, melihat dari nilai-nilai luhur epistemology yang jadi
pedoman.
Sebuah ilmu yang mewakili nilai kecanggihan dan kesempurnaan moral (Ilmu
sains Islam) akan hadir di tengah-tengah peradaban manusia nanti, ketika pribadi-pribadi
manusia mencapai taraf kesempurnaan dalam akal, kepribadian, kesolehan, kesungguhan.
Maka teknologi yang jauh lebih canggih dari yang ada saat ini akan lahir nantinya.
“Tak akan lahir ilmu pengetahuan berkarakter kecuali dari hati yang bersih
memahami bagaimana seharusnya ia berkarakter”
Hanya hati yang tulus bersih akan melahirkan pikiran-pikiran jernih,
menyejukkan hati, memahami apa yang hakiki dari halusinasi akan menelurkan ide-ide
jernih tentang aturan-aturan yang ada di dunia ini.Semua bermula dari keinginan,
14 . Three Meanings of Islamic Science Toward Operationalizing Islamization of Knowledge, Adi Setia, Center for Islam and Science : Free online Library, 2007.15 . Islamisasi Sains: Sebuah upaya mengislamkan sains barat Modern, Makalah Ir. Budi Handrianto MPd.I di WWW.Insistnet.com, 2010. Hal: 2,
kemudian timbul pikiran tuk mewujudkannya dan lahirlah ilmu pengetahun, dari situ
muncul peradaban.
Ilmu pengetahuan yang ada tidak lain adalah produk pikiran manusia dalam
perjalanannya memahami alam ini.
Dalam kedokteran: Sains Islam menawarkan pengobatan murah biaya dan bebas efek
samping.
Ilmu kedokteran Islam ala ibnu Sina mengedepankan pengobatan dari dalam diri
manusia (self Perseverance) daripada pengobatan dari luar seperti dengan obat-obatan.
Teori pengobatan dari dalam diri ini berangkat dari epistemology manusia terdiri dari
unsur spiritual. Adapun pengobatan dari luar untuk mengembalikan energy dalam tubuh
yang tidak seimbang sehingga menyebabkan tidak sehat.
Kesehatan manusia ditentukan oleh keseimbangan energy dalam tubuh.
Keseimbangan energy dalam tubuh ditentukan oleh beberapa zat dalam tubuh. Zat
tersebut memiliki karekteristik masing-masing, ada yang panas dan ada juga yang dingin.
Ketika terjadi ketidakseimbangan dari zat tersebut maka kondisi tubuh akan terganggu
sehingga menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, pengobatan yang dilakukan dengan
mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh tersebut. Adapun obat hanya sekedar
membantu untuk pemulih.
Kondisi kesehatan tubuh ditentukan oleh 4 cairan tubuh dibawah ini:
-Cairan merah darah.
-Cairan berupa serum.
-Cairan empedu.
-Cairan hitam empedu.
Kondisi 4 cairan tersebut menentukan kesehatan tubuh Manusia. 16
16 . Lihat: Sains dan Peradaban di Dalam Islam, Seyyed Hossein Nasr, Penerbit Pustaka-Bandung, 1418 H-1997 M, hal: 200.
Selain itu yang membedakan pengobatan Ibnu Sina dengan pengobatan barat, Sisi
pandang Ibnu Sina multi-dimensi, dimensi spiritual holistic yang tidak kasat mata dan
tidak terdeteksi dengan test laboratorium.
Ibnu Sina berpandangan, bahwa semua aktifitas tubuh baik itu system saraf, organ
tubuh, ataupun system vital digerakkan oleh energy vital, bukan bergerak sendiri
sebagaimana yang dipahami sains barat. Energi vital (spirit) tidak kasat mata dan non-
materi, tapi manifestasinya bisa kita rasakan.
Dalam ilmu matematika
Dalam ilmu matematika, rumus-rumus dan teori-teori matematika Islam
mengarahkan manusia pada pencerahan kehidupan, pencerahan terhadap hakikat realitas
alam semesta, hakikat akan adanya Tuhan semesta Alam. Rumus-rumus matematika
mengarah pada kesatuan wujud (one being) dan angka sebagai simbolnya.
Semua yang ada berasal dari satu. Bilangan dan bentuk ditinjau menurut
pandangan Pytagoras – yaitu sebagai aspek ontologis dari kesatuan akan adanya satu
kekuatan, bukan hanya sebagai kuantitas murni – menjadi sarana untuk menyatakan
kesatuan dalam keanekaragaman.
Bilangan Pitagoras, konsepsi tradisional tentang bilangan, adalah gambaran
sebuah kesatuan, satu aspek dari sumber dan pusat yang tidak pernah meninggalkan
sumbernya. Dalam aspek kuantitatif, satu bilangan boleh membagi dan memisah, tapi
dalam aspek kualitatif dan simbolis, ia menintegrasikan kembali multiplisitas ke dalam
unitas. Ia juga, karena hubungannya yang erat dengan bentuk geometris, satu
“kepribadian”: Umpamanya tiga bersesuaian dengan segitiga, dan melambangkan
harmoni, sedangkan empat yang berhubungan dengan bujur sangkar, melambangkan
stabilitas. 17
Artinya, manusia dalam hidup memerlukan harmoni dalam banyak hal bagaikan
segitiga: Antara Ilmu, Iman dan Amal. Tidak bisa ada ketimpangan dari salah satu
bagiannya. Angka dan bentuk geometris adalah proyeksi dari tanda-tanda pesan dari
17 . Sains, Nasr, hal: 127.
Tuhan, agar manusia menghayatinya, apa maksud pesan moral yang terkandung dari
bentuk-bentuk dan angka-angka yang ada tersebut.
Ketika seseorang mengenal akan kebenaran adanya Tuhan yang tidak bisa digugat
dengan rasio matematis, maka tindakan seseorang pun akan mempunyai implikasi akibat
yang sesuai dengan proporsinya sebagaimana rumus matematika.
Sains Islam membentuk kepribadian manusia multi-dimensi.
Islam tidak mengenal dikotomi ilmu, pemisahan antara satu ilmu dengan ilmu
yang lain. Namun epistemology Islam memiliki pendekatan ilmu dari berbagai sudut
disiplin ilmu pengetahuan, sehingga sebuah kepribadian manusia yang dibentuk adalah
pribadi yang integral, utuh sebagai sosok manusia, berorientasi sempurna dunia dan
akhirat. Sains Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia. Dampak sistemik
konstruktif inilah yang disebut dengan istilah rahmatan lil ‘alamin. 18
Dalam dunia ilmu fisika umpamanya, ilmuawan Islam tidak memandang sebuah
ilmu secara integral tapi sebuah kesatuan. Ibnu-al-Haitsam umpamanya, mengembangkan
ilmu optic dengan basic epistemology tasawwuf illuminasi, sebuah tasawwuf yang
mendasarkan nilai-nilai karakternya pada konsep “Nur”. Maka, ditemukanlah ilmu baru,
“the science of Rainbow” “Ilmu spectrum cahaya”.
Spektrum cahaya yang dipelopori oleh sufi illuminasi iran “Suhrawardi”,
kemudian dikembangkan oleh Pendiri Tarekak Kubrawiyyah “Najmoddin al-Kubra”, dan
diteruskan lagi oleh Sufi Khurasan “Alauddawlah Simnani”, dan puncaknya ditetapkan
oleh sufi Iran, Ruzbihan Syirazi. Konsep spectrum cahaya ini kemudian mengilhami ibnu
Haitsam untuk memperkaya perumusan ilmu optic yang sedang ia lakukan. Sehingga
melahirkan ilmu baru, “The science of Rainbow”, ilmu spectrum cahaya. Komposisi
cahaya. Selain, penemuan yang ia temukan tentang lensa.
18 . Kepemimpinan Organisasi Pesantren, Mengupas Budaya Organisasi Pesantren, Pendidikan karakter dan tantangan Pemikiran Pendidikan Islam, Mad Rodja Sukarta – Ahmad Sastra, Darul Muttaqin Press, Bogor Jawa Barat, 2010, hal: 266.
Ilmu spectrum cahaya tersebut dikemudian hari, dikembangkan oleh Goethe,
filosof Jerman, dalam bukunya “fahbenlehre”19, dimana ia menjelaskan tentang ilmu
anthropologi optik. Ilmu ini kemudian, dikembangkan oleh berbagai ilmuawan barat
termasuk Neils Bohr dan lain sebagainya, hingga menemukan komposisi lain dari sebuah
cahaya. Dimana, disitu ada sinar alfa, beta dan gamma.
Adapun ilmu optic ibnu Haitsam, oleh ilmuawan barat dikembangkan lagi hingga
menjadi berbagai macam alat modern mulai dari teleskop hingga mikroskop.
Tidak hanya itu, Ilmu fisika Ibnu Haitsam juga menggabungkan dengan ilmu
pengobatan.
Sejenak kita berfikir, bagaimana ilmu optik bisa ditemukan oleh ibnu al-Haitsam.
Bermula dari latar belakang Ibnu Haitsam seorang dokter yang sering melayani pasien
penyakit mata seperti katarak. Penelitian tentang mata ia lakukan hingga ia betul-betul
memahami anatomi mata. Ibnu Haitsam melihat ilmu kedokteran tidak cukup untuk
mengatasi problem mata tersebut. Maka ia mencoba melakukan pendekatan dengan sudut
pandang ilmu fisika, hingga ia berfikir perlunya alat yang membantu untuk penglihatan
mata. Maka penelitian tentang sudut pantulan cahaya dilakukan dan lain sebagainya.
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah alat yang hingga saat ini kita menggunakannya,
‘optik’.
Selain ibnu Haitsam memadukan ilmu optic milik Euclid and Ptolemy, dan study
cermin cekung Anthenios. Ia mentransformasi dasar-dasar ilmu optic dan menjadikannya
ilmu yang sistemik dan paten. 20
Ia juga menggabungkan pemecahan masalah model matematika dan model fisika
yang sistemis plus penelitian laboratorium. Seperti halnya Archimedes, ia juga seorang
fisikawan teoritis dan eksperimental. Dia membuat percobaan untuk menentukan arah
bujursangkar cahaya, sifat-sifat bayangan, penggunaan lensa, kamera obscura, di saat ia
19 . Lihat: The man of Light in Iranian Sufism, Henry Corbin, Shambala Press, Colorado-United States of Amerika, 1978. Hal: 82.
20 . Islam, Science and Civilization, Seyyed Hossein Nasr, hal: 129.
mempelajari matematika, dan fenomena optikal. Bahkan ia menciptakan alat untuk
pembuat lensa dan cermin cekung untuk eksperimen yang ia lakukan. (129)
Dalam ilmu fisika
Newton, berpendapat rumus gaya adalah jarak dikalikan dengan waktu.
Sedangkan ahli bijak timur, Iqbal berpendapat kecepatan gaya bukan ditentukan
oleh jarak dan waktu, namun ditentukan oleh kekuatan pikiran (ego). Ego mampu
menguasai ruang, jarak dan waktu. 21
Ahli bijak Hindu, mengatakan jarak dan waktu hanyalah halusinasi, sebuah
pekerjaan memakan jarak jauh dan butuh waktu lama kadang tidak butuh banyak energy
untuk mencapainya.
Dalam ilmu astronomi
Bumi berputar mengelilingi matahari pada porosnya, begitu pula matahari
berputar di tempat dan ia mengelilingi bintang yang lebih besar lain dalam galaksi
bimasakti. Ini semua adalah symbol sebenarnya, Manusia dalam hidup ia bergelut di
dunia berbuat apa saja namun tidak boleh keluar dari porosnya kalau tidak, akan terjadi
kiamat, manusia terus bergerak berbuat tidak boleh berhenti bagaikan bumi dengan
begitu matahari akan terus memancarkan cahayanya, yang berguna bagi kehidupannya.
Dalam ilmu sosiologi, sains model Islam menawarkan pengaturan system
masyarakat yang proporsional dan adil. Dalam ilmu fisika, sains Islam menawarkan
teknologi multi dimensi.
Sains Islam sebagai kurikulum nasional.
Pencerahan dalam kurikulum agama pernah dilakukan oleh menteri agama
Munawwir Sadzali dengan ‘MA PK’-nya, yang misinya 'Mencetak ahli agama yang
punya pengetahuan umum', dilanjutkan selanjutnya oleh Tarmizi Taher yang
21 . Lihat: Asrari Khudi, Sir Mohammad Iqbal, Iqbal Academy, Lahore – Pakistan.
menawarkan sistem madrasah yang Mengajarkan pendidikan umum tapi berciri khas
Islam, tak ketinggalan SMA Cendikia yang dimotori BJ Habibie. IAIN pun ingin
memodernisasikan sistemnya, maka mulai diajarkan mata kuliah modern seperti
Perbandingan agama, filsafat dan lainnya.
Tapi tetap ruang lingkup modernisasinya belum menyentuh dunia ilmu
pengetahuan sesungguhnya, baik itu dunia natural sciences ataupun social sciences.
Pendidikan Islam masih hanya berkutat di ilmu pengetahuan keislaman klasik seperti
Ilmu fiqh, ilmu ushul fiqh dan yang lainnya. Juga diadakan modernisasi dalam hal lain
juga, namun masih belum tepat mengenai sasaran, modernisasi justru dilancarkan dalam
hal-hal yang bukan kebutuhan umat Islam saat ini, seperti modernisasi dalam hal
inklusifisme, toleransi dll.
Di saat umat Islam sedang mengalami kemunduran bidang teknologi, kemunduran
dalam perihal moral, invansi militer barat sedang mengguncang, lembaga pendidikan
Islam bukannya menyiapkan generasi untuk menanggulangi invansi militer yang semakin
meluas, atau menyiapkan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi malah
menyebarkan inklusifisme yang bersifat pasif terhadap non-perikemanusiaan.
Lembaga pendidikan Islam berubah fungsinya dimana fungsi dasarnya adalah
mencetak para ahli agama berubah menjadi delta aliran kepercayaan berbagai agama.
Mungkin bisa dikatakan, lembaga pendidikan Islam telah berhasil meraih misi sebagai
institusi yang mampu menjembatani gap antara kepercayaan agama yang berbeda-beda
tapi masih belum mampu menjembatani gap antara agama dan science.
Tahun 1990-2000, penerbitan buku-buku keislaman lagi gencar-gencarnya,
hingga tak ketinggalan melanda mahasiswa di perguruan tinggi umum, gairah keislaman
mulai muncul di lingkungan mahasiswa umum. Namun sayang, institusi mereka tidak
menyediakan fasilitas tersebut, hanya pengajian-pengajian di masjid dan halaqoh-
halaqoh di luar kelas yang memberikannya. Sehingga fenomena yang sedang naik daun
adalah, sebagian hasil keluaran lembaga pendidikan Islam yang seharusnya terjun dalam
bidang dakwah justru malah liberal. Bisa kita lihat sepak terjang Alumnus UIN dalam
mengkampanyekan liberalisme. Sebaliknya para sarjana yang seharusnya terjun di dunia
pengetahuan umum justru terjun dalam dunia dakwah dan keilmuan agama. Bisa kita
lihat fenomena: Aa Gym, Arifin Ilham, Ihsan Tanjung, Ary Ginanjar, Adian Husaini,
Syafe'I Antonio dll.
Padahal seharusnya, masing-masing selayaknya terjun di bidang keilmuan
masing-masing dengan misi dan spirit yang sama 'memajukan Agama dan Bangsa'.
Mereka yang berlatar belakang pendidikan agama seharusnya terjun dalam merevitalisasi
dakwah dan memodernisasikan ilmu-ilmu agama seiring dengan perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan, begitu pula yang berlatar belakang pendidikan umum seharusnya
terjun dalam 'islamisasi' ilmu pengetahuan umum. Sehingga yang diharapkan terjadi
adalah nilai-nilai keislaman yang masuk dan mendarah daging dalam ilmu pengetahuan
umum, dan sebaliknya metode dan kerangka-kerangka pengetahuan umum masuk ke
ilmu agama. Sehingga muncul inovasi-inovasi yang membangun "Ilmu umum Islam dan
Ilmu Islam modern". Seperti ilmu fisika Islam, ilmu kimia Islam, ilmu sosiologi Islam,
ilmu psikologi Islam. Dan sebaliknya, muncul Ilmu fiqh modern, ilmu kalam modern,
ilmu tasawwuf modern, ilmu usul fiqh modern dll.
Sehingga tidak lagi terjadi dikotomi ilmu sebagaimana sebelum ini yang kering
dan pincang juga melelahkan, artinya pincang dalam melihat sebuah permasalahan;
melihat dengan satu mata. Juga melelahkan, yang artinya mempelajari dua jenis keilmuan
(ilmu agama dan ilmu umum) tidak dalam satu waktu dan satu paket tapi terpisah dan
butuh waktu 2 kali lipat. Tidak perlu mengulangi sistem lama ala Prof Mukti Ali yang
'mengajarkan pengetahuan umum 70 % dan 30% agama'. Sedangkan sekolah umum
mengajarkan pengetahuan umum 95% dan 5% agama. Cukup saat ini, Pendidikan
sekolah umum mengajarkan Ilmu pengetahuan umum Islam 90% dan ilmu Islam modern
10%. Adapun madrasah hendaknya mengajarkan ilmu Islam modern 90% dan ilmu
pengetahuan umum Islam 10%.
Contoh sains yang bermuatan nilai karakter.
Ilmu pengetahuan Alam hakikatnya berfungsi untuk memperluas wawasan
pengetahuan, meningkatkan keterampilan ilmiah, menumbuhkan sikap ilmiah dan
kesadaran/kepedulian pada produk teknologi melalui penerapan teori (prinsip) Ilmu
Pengetahuan Alam yang sudah dikuasai sebelumnya, serta kesadaran pada kebesaran
Tuhan Yang Maha esa. Karena itu memahami Ilmu Pengetahuan Alam tidak semata-mata
menghafal fakta-fakta, tetapi juga belajar mengadaptasikan prinsip dasar sains ke dalam
penerapannya pada kehidupan sehari-hari.
Untuk memperjelas muatan nilai karakter Dalam ilmu pengetahuan Alam, berikut
diberikan deskripsi tentang satu dari fenomena alam yang memberikan muatan nilai budi
pekerti tersebut.
Metamorfosis adalah proses perubahan bentuk yang terjadi pada mahluk hidup
yang sedang berkembang. Metamorfosis pada kupu-kupu misalnya dari telur,
menjadi ulat, kepompong lalu menjadi kupu-kupu. Sebagai ulat yang rakus, ia
sangat dibenci tetapi setelah menjadi kepompong (ia tidak makan/puasa)
kemudian akan menjadi kupu-kupu yang indah dan disukai orang.
Hal ini mengimplementasikan bahwa seekor ulat yang dibenci karena sifatnya
yang rakus, membawa kerusakan, setelah melewati fase puasa, akan berubah
menjadi kupu-kupu. Kupu-kupu adalah model untuk orang yang bertaqwa.
Model metamorphosis tersebut menyimpan suri tauladan yang dapat diambil dari
seekor kupu-kupu misalnya: (a) Seekor kupu-kupu hanya memakan makanan
yang terpilih yaitu sari pati bunga (nectar), (b) yang keluar dari tubuhnya juga
terpilih yaitu madu, (c) kalau kupu-kupu mendatangi dan hinggap di satu dahan
tidak pernah menggoyangkan dahan tersebut, (d) kupu-kupu yang hinggap di
bunga sekaligus membantu mengadakan penyerbukan.
Dimensi budi pekerti yang dimodelkan oleh kupu-kupu itu menyiratkan agar
seseorang haruslah selalu berhati-hati terhadap apa yang dimakannya, berhati-hati
terhadap apa yang diucapkannya, dan tidak menimbulkan masalah manakala dia
berada di lingkungannya tetapi sebaliknya memberikan kemaslahatan.
Kadang sesuatu hal yang menyedihkan kita alami dalam hidup, saat-saat kesepian,
saat-saat musim panas. Namun di sela-sela itu kita menemukan kenangan-
kenangan yang indah yang tak terbayangkan.
Seekor semut amat menikmati kehidupannya sebagai rakyat kecil, ia tidak pernah
merasa tidak nyaman, ia menikmati perjalanannya sebagai semut kesana-kemari.22
*Penulis adalah alumnus International Islamic University Islamabad dan saat ini sebagai
Dosen di Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina) Jakarta.
22 . Liat: Wawasan Ilmu Alamiah dasar, Prespektif Islam dan Barat, Trianto, M.Pd, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2007. Hal: 28.