PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

125
PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK SEBAGAI MOTIVASI BELAJAR ANAK DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI DKI JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) Oleh: WIDAD INAYATI NIM. 11140251000084 PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440H / 2018M

Transcript of PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

Page 1: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK

SEBAGAI MOTIVASI BELAJAR ANAK DI DINAS PERPUSTAKAAN

DAN KEARSIPAN PROVINSI DKI JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

Oleh:

WIDAD INAYATI

NIM. 11140251000084

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1440H / 2018M

Page 2: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …
Page 3: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …
Page 4: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …
Page 5: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

i

ABSTRAK

Widad Inayati (NIM. 11140251000084).Peran Pustakawan dalam Pemanfaatan

Layanan Anak Sebagai Motivasi Belajar Anak di Dispusip DKI Jakarta. Di

bawah bimbingan Alfida, MLIS (19710215 199903 2 001) Program Studi

Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pustakawan dalam

pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi belajar anak di Dispusip DKI Jakarta.

Peran pustakawan dalam memotivasi penulis lihat berdasarkan perannya dalam

memotivasi dengan pemberian pujian dah perhatian, perannya dalam memotivasi

dengan mengetahui hasil belajar dan perannya dalam memotivasi dengan

pemberian fasilitas dan hadiah. Metode yang digunkan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik

pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar

dengan memberikan pujian dan perhatian serta memberikan fasilitas dan hadiah.

Pujian yang diberikan berupa verbal dan juga non verbal. Pujian verbal seperti

kata-kata ―wah bagus sekali gambarnya‖, ―hebat sekali kamu’ ketika pemustaka

anak melakukan hal positif seperti menyerahkan hasil karyanya saat kegiatan

menggambar dan mewarnai, aktif dalam kegiatan storytelling, origami, dan games.

Pujian non verbal diberikan dengan cara menempel hasil karya pemustaka anak

pada mading art corner.Untuk fasilitas yang diberikan berupa peralatan belajar

seperti form menggambar dan mewarnai, alat mewarnai, dan peralatan permainan

serta kertas origami. Sedangakan untuk pemberian hadiah diberikan kepada

pemustaka anak yang aktif dalam mengikuti kegiatan baik dalam kegiatan

menggambar dan mewarnai maupun storytelling. Hadiah yang diberikan berupa

sticker, gelang, gantungan kunci, juga uang dua ribu rupiah. Berdasarkan hal

tersebut, pustakawan telah berperan dalam memotivasi pemustaka anak belajar

hanya saja masih belum maksimal.

Kata Kunci: Peran Pustakawan, Layanan Anak, Motivasi Belajar, Dispusip DKI

Jakarta

Page 6: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

ii

ABSTRACT

Widad Inayati (NIM. 11140251000084).The Role of Librarian in in the use of

child services as children's learning motivation in Dispusip DKI

Jakarta.Supervised by Alfida, MLIS (19710215 199903 2 001). Departement

of Library and Information Science, Faculty of Adab and Humanities,

IslamicState University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this study is to find out the role of librarians in the use of child

services as children's learning motivation in Dispusip DKI Jakarta. The role of

librarians in motivating children based on their role in motivating by giving praise

and attention, their role in motivating by knowing the learning outcomes and their

role in motivating by giving facilities and prizes. The method used in this

reasearch is descriptive method with a qualitative approach, with data collection

techniques through interviews, observation and literature studies. The results of

this study indicated the role of librarians in motivated children to learnedby giving

praise and attention, as well as providing facilities and prizes.The results of this

study indicate the role of librarians in motivating children to learn by giving praise

and attention and providing facilities and gifts. Praise is given in the form of

verbal and also non verbal. Verbal praise such as the words "how good is your

drawing", "you are great" when the children's user do positive things such as

submitting their work during drawing and coloring activities, active in storytelling,

origami and games. Non-verbal praise is given by attaching the results of the work

of the child reader to the mading art corner. For facilities provided in the form of

learning equipment such as form drawing and coloring, coloring tools, and game

equipment and origami paper. While for giving gifts given to children who are

active in participating in activities both in the activities of the story and coloring

and storytelling. Prizes in the form of stickers, bracelets, key chains, as well as

two thousand rupiah. Based on this, librarians have played a role in motivating

children to learn, but it's still not optimal.

Keywords: Children Librarian, Children Services, Learning Motivation,

DispusipDKI Jakarta.

Page 7: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Peran Pustakawan dalam

Pemanfaatan Layanan Anak sebagai Motivasi Belajar Anak di Dispusip DKI

Jakarta‖ ini dengan baik. Terdapat banyak kendala juga hambatan yang penulis

hadapi saat penulisan skripsi ini, namun itu semua penulis jadikan pembelajaran

yang berharga dalam hidup bahwa dibalik kesulitan selalu ada kemudahan.

Kepada semua pihak yang selalu memberikan semangat serta motivasi

kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis ucapkan

terimakasih. Setiap perkataan, perbuatan, bantuan yang diberikan, waktu dan juga

tenaga yang disisihkan sangat berarti bagi penulis. Terlebihkepada kedua orang

tua penulis, Ayah Abdul Basid dan Mamah Yeni Mulyani,atas kepercayaannya

bahwa penulis mampu menyelesaikan ini semua. Atas kesabaran dan penantian

panjang, serta doa yang tidak henti-hentinya dipanjatkan. Mungkin tidak secepat

orang lain namun semoga belum terlambat.

Kepada pihak-pihak yang telah terlibat dalam proses penyelesaian skripsi ini,

izinkan penulis berterimakasihkepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr.Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Perpustakaan.

4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Perpustakaan.

5. Ibu Alfida, MLIS, selaku dosen pembimbing penulis yang selalu memberikan

masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen program studi Ilmu Perpustakaan atas ilmu yang

diberikan selama penulis melalui bangku perkuliahan.

Page 8: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

iv

7. Pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, khususnya

yang berada di Cikini atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk

melakukan penelitian. Khususnya Bapak/Ibu Pustakawan, Ibu Ruly Diah,

Muhammad Adam, dan Ahmad Jauzi atas informasi yang telah diberikan.

8. Sahabat penulis Khaira Diba atas segala bantuan dan kebersamaannya dalam

suka dan duka. Semoga segala yang kita lakukan tidak sia-sia dan segala yang

kita cita-citakan dapat menjadi kenyataan. Juga kepada Nadhilah yang sudah

terlebih dahulu melalui fase-fase ini, terimakasih sudah selalu bersedia

direpotkan meski tidak pernah merepotkan.

9. Teman-temanseperjuangan Jipers 2014 khususnya kelas C Indah yang selalu

bersama sejak mahasiswa baru. Wita Widya, Nanda Citra, Refi Alamsyah,

May Nur Fatimah, Ursa Agniya, Marisya Ningrum, Oka Aulia. Semoga

kebersamaan kita yang lalu, kini, dan nanti selalu menghadirkan manfaat.

10. Tidak lupa pula kepada Martani Pudyastuty, Putri Rizky, Wardatussammroh,

juga kak Rury Agnesia, Rizki Ahmad, atas semangat dan motivasi yang

diberikan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,

namun tidak mengurangi rasa terimakasih penulis atas segala doa dan

bantuannya baik moril maupun materil, waktu maupun tenaga.

Penulis memahami betul masih terdapat banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini, maka kritik dan saran yang positif sangat penulis harapkan.

Akhir kata, penulis berharap semoga kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, September 2018

Widad Inayati

Page 9: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan ......................................................................... 6

1. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6

2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7

1. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

2. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

D. Definisi Istilah .............................................................................................. 8

E. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 9

F. Struktur Penulisan ...................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN LITERATUR .................................................................... 13

A. Peran Pustakawan....................................................................................... 13

B. Pemanfaatan Layanan Anak dan Perpustakaan Umum ............................. 21

1. Pemanfaatan Layanan Anak ...................................................................... 21

2. Layanan Anak di Perpustakaan Umum ..................................................... 33

3. Perpustakaan Umum ................................................................................. 36

C. Motivasi Belajar ......................................................................................... 40

1. Motivasi dan Belajar ................................................................................. 40

2. Jenis Motivasi Belajar ............................................................................... 44

3. Fungsi Motivasi Belajar ............................................................................ 51

4. Motivasi Belajar di Perpustakaan .............................................................. 52

D. Peran Pustakawan dalam Memotivasi Anak Belajar ................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 56

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................................. 56

Page 10: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

vi

B. Informan ..................................................................................................... 57

C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 58

1. Data Primer ............................................................................................... 58

2. Data Sekunder ........................................................................................... 59

D. Keabsahan Data .......................................................................................... 60

E. Teknik Pengolahan dan Analisis ................................................................ 62

1. Reduksi Data ............................................................................................. 62

2. Penyajian Data ........................................................................................... 63

3. Penarikan Kesimpulan ............................................................................... 63

F. Instrumen Penelitian................................................................................... 63

G. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 65

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................................... 65

1. Profil Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta .............. 65

2. Visi dan Misi ............................................................................................. 67

3. Struktur Organisasi .................................................................................... 68

4. Area dan Kegiatan pada Layanan Anak Dispusip DKI Jakarta ................ 68

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................... 72

1. Motivasi dengan Pemberian Pujian dan Perhatian .................................... 74

2. Motivasi dengan Pemberian Fasilitas dan Hadiah .................................... 83

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 90

A. Kesimpulan ................................................................................................ 90

B. Saran ........................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92

LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

Page 11: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ................................................................................................................... 58

Tabel 2 ................................................................................................................... 64

Page 12: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Art Corner untuk Menempel Hasil Karya Pemustaka Anak

Gambar 2 Potongan Kertas untuk Mengetahui Hasil Belajar Pemustaka Anak

Gambar 3 Fasilitas Berupa Peralatan yang Mendukung Belajar Pemustaka Anak

Gambar 4 Contoh hadiah yang diberikan

Gambar 5 Kegiatan Storytelling

Gambar 6 Menceritakan Kembali usai Storytelling

Gambar 7 Kegiatan Menggambar dan Mewarnai

Gambar 8 Suasana Education Games

Page 13: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kurun waktu lima tahun awal kehidupan seorang anak

merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan kognitif jugasocial

skills yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. hal ini harus didukung

dengan pola asuh yang responsif dalam mengetahui kebutuhan anak

termasuk di dalamnya apa yang anak butuhkan dalam proses belajarnya.1

Khususnya untuk anak usia 3-6 tahun yang sedang berada dalam periode

sensitif atau masa peka, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu

perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya.2

Oleh karena itu dibutuhkan bimbingan dan pendampingan dari orang-

orang disekelilingnya, tidak terkecuali pustakawan.

Keberadaan pustakawan sebagai tenaga profesional sangat penting

dalam pembelajaran bagi anak. Hal ini mengingat ranah kerja pustakawan

ialah perpustakaan yang erat kaitannya dengan pendidikan juga

pembelajaran. Peran pustakawan dalam pembelajaran pemustaka anak

salah satunya yaitudengan cara memotivasi pemustaka anak untuk belajar.

Karena keberhasilan seorang pustakawan dalam mendidik seorang

pemustaka anak tidak dapat terlepas dari motivasi yang diberikan.

1Susan H. Landry., The Role of Parents in Early Childhood Learning (USA: University

of Texas Health Science Center, 2014), diakses pada 28 Juli 2018 melalui <http://www.child-

encyclopedia.com/parenting-skills/according-experts/role-parents-early-childhood-learning.> 2Ernawulan Syaodih, ―Psikologi Perkembangan,‖ n.d., diakses pada 10 Juli 2018 melalui

<http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-

ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf.>

Page 14: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

2

Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia berdasarkan laporan

UNESCOdikutip Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan

Manusia dan Kebudayaan disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar.

3 Hal inidikarenakanminimnyafasilitas sarana dan prasarana, peran

pengajar yang terlalu dominan sehingga mematikan kreativitas anak, dan

juga peran orang tua (keluarga) sebagai pengaruh lingkungan yang secara

ekstrinsik sangat besar ini turut menentukan tinggi rendahnya motivasi

anak dalam belajar.

Hal ini seperti hasil skripsi yang dilakukan oleh Muhammad Doni

pada tahun 2014 yang menjelaskan bahwa rendahnya motivasi belajar

disebabkan oleh faktor yang berasal dari lingkungan keluarga juga

masyarakat. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tirtiana

tentang motivasi belajar siswa SMKN 2 Blora pada tahun 2013, kreativitas

dalam belajar menghasilkan nilai yang tinggi sebesar 21,9%. Oleh

karenanya pustakawan juga harus mencari cara untuk membuat kegiatan

belajar di perpustakaan menjadi lebih menarik.4

Menjawab permasalahan mengenai motivasi belajar anak tersebut,

perpustakaan umum hadir sebagai tempat pembelajaran non formal yang

mampu menyediakan informasi serta pengetahuan bagi masyarakat. Hal

3Kementerian Koordinator Bidang Peembangunan Manusia dan Kebudayaan, ―Indonesia

Peringkat Ke- 57 EDI Dari 115 Negara Tahun 2014,‖ 2015, diakses pada 3 Maret 2018 melalui

https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/indonesia-peringkat-ke-57-edi-dari-115-negara-tahun-

2014. 4Nuzliah, ―Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving Siswa

Dalam Belajar Serta Implikasi Terhadap Bimbingan Dan Konseling Di SMPN 29 Padang,‖ Jurnal

Edukasi, 1 (2015): h. 157–73. Diakses pada 3 April 2018 melalui

<http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4>

Page 15: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

3

ini dilakukan agar kebutuhan informasi mereka dapat terpenuhi dengan

baik melalui berbagai macam layanan dan kegiatan yang ada di dalamnya.

Melalui layanan anak di perpustakaan umum ini pustakawan dapat

mengarahkan pemustaka anak untuk dapat melakukan aktivitas-aktivitas

yang positif dengan memberikan motivasi yang berasal dari luar diri

pemustaka anak itu sendiri yakni motivasi ekstrinsik.

Motivasi itu sendiri merupakan keadaan di mana seseorang

terdorong untuk melakukan sesuatu untuk tercapainya sebuah tujuan.

Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang berasal dari luar diri

seseorang dikarenakan suatu hal. Pemberian motivasi ekstrinsik dari

orang-orang disekitarnya bagi seorang anak sangatlah penting, tidak

terkecuali yang berasal dari pustakawan di perpustakaan.Karena motivasi

merupakan salah satu bentuk perhatian yang diberikan kepada pemustaka

anak, namun sayang masih banyak yang meremehkan keberadaan motivasi

ini. Padahal motivasi yang diberikan kepada pemustaka anak akan sangat

membantu proses belajarnya, sehingga apa yang dilakukan pemustaka

anak di perpustakaan dapat bermanfaat.

Keberadaan layanan anak di perpustakaan umum dianggap penting.

Hal ini karena masa anak-anak merupakan masa keemasan sekaligus masa

kritis dalam tahap kehidupan anak yang akan menentukan perkembangan

anak di masa yang akan datang. Oleh karena itu pada masa ini sangat

dibutuhkan bimbingan dari orang-orang disekitarnya termasuk dalam hal

menemukan informasi.

Page 16: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

4

Informasi bagi anak-anak tidak lantas diserap begitu saja,

dibutuhkan cara tersendiri untuk mentransfer informasi kepada anak-anak

yaitu dengan cara yang menyenangkan. Misalnya dengan melakukan

berbagai macam kegiatan yang mana kegiatan tersebut diarahkan untuk

untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat dan kebiasaan

membaca, serta memberikan sarana rekreasi yang mendidik.Layanan anak

ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pustakawan sebagai

salah satu media dalam memotivasi anak agar mau belajar.

Bicara tentang belajar, Paul B. Diedrich membagi aktivitas belajar

ke dalam beberpa kategori, dan dari beberapa aktivitas yang disebutkan

terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di perpustakaan. Di

antaranya yaitu mendengarkan, memandang, menulis atau mencatat, dan

juga membaca. Aktivitas tersebut dapat dilakukan melalui berbagai

kegiatan yang dilakukan di layanan anak seperti kegiatan mendongeng,

pemutaran film, kegiatan menggambar dan mewarnai, dan juga kegiatan

membaca yang sudah memiliki areanya tersendiri.

Namun sayang, layanan anakDinas Perpustakaan dan Kearsipan

Provinsi DKI Jakarta yang selanjutnya akan disingkat menjadi Dispusip

DKI Jakarta hanya melakukan kegiatan-kegiatan tersebut ketika

mendapatkan kunjungan dari sekolah PAUD atau TK atau hanya pada saat

kondisi layanan anak penuh oleh pemustaka sehingga sulit untuk

dikendalikan.

Page 17: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

5

Sebagai perpustakaan umum terbesar yang ada di Jakarta, Dispusip

DKI Jakarta mencoba mengimbangi kebutuhan informasi dan belajar

dengan dunia anak-anak yang menyenangkan. Hal ini diwujudkan melalui

tersedianya satu lantai penuh khusus layanan anak yang terdiri dari tiga

area terpadu, yaitu area membaca yang berisi koleksi fiksi maupun non

fiksi, area education care yang berisi koleksi mainan edukatif dan area

playground indoor.Di dala area playground ini terdapat berbagai macam

permainan fisik seperti flying fox mini, ayunan, kolam mandi bola, mobil

kecil, sepeda kecil, otopet, dll. yang juga dilengkapi papan tulis dengan

berbagai macam poster untuk pembelajaran anak usia dini. Namun area

playground yang sangat penting dalam perkembangan motorik kasar anak

sampai dengan saat ini masih berada di bawah pengawasan sehingga

ditutup sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan.

Animo masyarakat terhadap keberadaan layanan anak di Dispusip

DKI Jakarta cukup besar terutama pada akhir pekan. Kini perpustakaan

dijadikan sebuah pilihan untuk berekreasi. Namun fasilitas yang

disediakan tanpa peran aktif dari pustakawan dalam memotivasi

pemustaka anak untuk belajar akan menjadi sia-sia. Oleh karenanya

sebagai pustakawan masa kini harus menyediakan kegiatan yang menarik

untuk mengajak pemustaka anak berkunjung ke Dispusip DKI Jakarta.

Layanan anak Dispusip DKI Jakarta menerapkan sistem rolling

untuk layanan anak yang terdiri dari dua orang setiap harinya. Namun

petugas layanan anak ini seringnya hanya mengawasi saja dan

Page 18: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

6

membiarkan anak-anak tanpa memberikan kontribusi yang siginifikan

dalam memotivasi anak untuk belajar. Selain itu, sebagai salah satu

perpustakaan umum yang terkenal dengan layanan anaknya kegiatan yang

dilakukan di layanan anak Dispusip DKI Jakarta sebenarnya sangat banyak

seperti yang sudah disebutkan di atas. Namun sayang pemanfaatannya

dalam hal memotivasi anak untuk belajar masih minim, terutama pada

hari-hari kerja yang mana kondisi layanan anak tidak seramai ketika akhir

pekan atau hari libur lainnya.

Pemustaka anak di Dispusip DKI Jakarta khususnya yang berada

pada usia 3-6 tahun masih sangat bergantung pada orang-orang di

sekitarnya termasuk pustakawan dalam hal menemukan informasi dan juga

proses pembelajaran. Oleh karena ituperan pustakawan dalam memotivasi

pemustaka anak untuk belajar dengan memanfaatkan kegiatanjuga area

yang telah disediakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

DKI Jakarta (Dispusip DKI Jakarta) sangat lah penting. Berdasarkan latar

belakang tersebut penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut ke dalam judul skripsi Peran Pustakawan dalam Pemanfaatan

Layanan Anak Sebagai Motivasi Belajar Anak di Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.

B. Pembatasan dan Perumusan

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan memfokuskan

penelitian ini pada Peran Pustakawan dalam Pemanfaatan Layanan

Page 19: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

7

Anak Sebagai Motivasi Anak dalam Belajar di Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan Provvinsi DKI Jakarta. Fokus penelitian ini dibuat agar

tidak melebar dari apa yang diteliti sehingga maksud dan tujuan yang

ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik oleh pembaca.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, penulis menyusun rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu Bagaimana Peran Pustakawan dalam

Pemanfaatan Layanan Anak Sebagai Motivasi Belajar Anak di Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, dengan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar

dengan memberikan pujian dan perhatian?

b. Bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar

dengan memberikan fasilitas dan hadiah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui bagaimana peran pustakawan dalam pemanfaatan layanan

anak sebagai motivasi belajar anak di Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi DKI Jakarta. Dengan melihat peran pustakawan

dalam memotivasi anak belajar melalui:

a. Pemberian pujian dan perhatian

b. Pemberian fasilitas dan hadiah

Page 20: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

8

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas penelitian ini diharapkan

mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi perkembangan ilmu perpustakaan, khususnya mengenai

layanan anak di perpustakaan umum.

b. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan

dan memberikan kontribusi pemikiran bagi Dispusip DKI Jakarta

khususnya dalam melakukan penyelenggaraan layanan anak.

D. Definisi Istilah

1. Peran Pustakawan

Peran adalah kondisi dimana pustakawan turut serta dalam proses

belajar anak atau pemustaka anak dengan memberikan perhatian

sehingga anak termotivasi untuk belajar.

2. Pemanfaatan Layanan Anak

Pemanfaatan layanan anak adalah bagaimana cara seseorang dalam

memanfaatkan layanan anak agar dapat menjadi sesuatu yang

bermanfaat.

3. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah segala hal yang mampu menggerakkan

seseorang atau memberi dorongan untuk belajar dan mencapai tujuan

belajar tersebut.

4. Perpustakaan Umum

Page 21: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

9

Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didirikan dan dibiayai

oleh pemerintah di mana keberadaannya diperuntukkan bagi setiap

lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakannya ke dalam golongan

untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

E. Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, penulis menemukan hubungan antara penelitian-

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik pembahasan, bahkan

memberi inspirasi dan mendasari penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Penelitian tersebut dilakukan oleh:

1. Nur Laela Fitriana (2016) mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Purwokerto dengan judul penelitiannya “Peran Orang Tua dalam

Meningkatkan Motivasi Belajar pada Siswa MI Ma’arif NU 02

Babakan Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas.”

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran orang tua dalam

meningkatkan motivasi belajar pada siswa MI Ma’arif NU 02 Babakan.

Bentuk peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar siswa

meliputi perhatian pada proses belajar anak, pemberian pengertian

tentang cita-cita, pemberian hadiah dan hukuman, dan penyediaan

fasilitas belajar. Hasil penelitian mengenai peran orang tua dalam

meningkatkan motivasi belajar pada siswa MI Ma’arif NU 02 Babakan

adalah peran orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar antara lain

dengan memperhatikan proses belajar anak, memberikan pengertian

Page 22: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

10

bahwa dengan belajar cita- cita anak akan tercapai, memberikan hadiah

dan hukuman, dan menyediakan fasilitas belajar. Persamaan penelitian

yang dilakukan peneliti sebelumnya yaitu sama-sama membahas

tentang peran yang dilakukan oleh orang lain dalam meningkatkan

motivasi belajar anak namun yang menjadi perbedaannya adalah

peneliti kali ini melihat lebih dalam bagaimana motivasi belajar itu

diberikan oleh pustakawan anak dengan memanfaatkan layanan anak di

perpustakaan umum.

2. Ayatul Isnain (2016) mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang dengan judul penelitiannya “Optimalisasi

Layanan Perpustakaan untuk Peningkatan Motivasi Minat Baca di

MIN 2 Malang.” Skripsi ini membahas tentang pentingnya

pengelolaan sarana serta koleksi perpustakaan sekolah sebagai sarana

atau sumber belajar siswa dalam mengoptimalkan minat dan motivasi

belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

optimalisasi perpustakaan seklah MIN 2 Malang dan untuk

mendeskripsikan peningkatan motivasi minat baca di MIN 2 Malang.

Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa perpustakaan

sekolah MIN 2 Malang telah melakukan optimalisasi perpustakaan dari

segi layanan, koleksi, fasilitas, dan pustakawan yang profesional. Selain

itu dapat juga diketahui bahwa minat dan motivasi membaca di

perpustakaan sekolah MIN 2 Malang sudah sangat bagus bahkan

Page 23: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

11

perpustakaan dimanfaatkan pula sebagai media yang dapat memotivasi

anak untuk membaca. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang

penulis lakukan yaitu sama-sama membahas tentang layanan anak di

perpustakaan dalam hal meningkatkan minat dan motivasi anak dalam

membaca, namun yang menjadi perbedaan adalah penulis melakukan

penelitian di perpustakaan umum dan memfokuskan pada pemanfaatan

layanan anak sebagai motivasi belajar anak dengan melihat peran yang

dilakukan oleh pustakawan dan petugas layanan anak itu sendiri.

F. Struktur Penulisan

Untuk mempermudah mengetahui secara keseluruhan dalam

menyampaikan skripsi ini maka disusun suatu sistematika pembahasan,

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

definisi istilah, penelitian terdahulu, dan sistematika

penelitian.

Bab II Tinjauan Literatur

Bab ini berisi kajian teori yang membahas tentang

landasan teoritis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

masalah yang hendak diteliti yaitu tentang definisi peran

pustakawan, pemanfaatan layanan anak, motivasi belajar,

perpustakaan umum.

Page 24: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

12

Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi metodologi penelitian yang berkaitan

dengan jenis dan pendekatan penenelitian, sumber data,

pemilihan informan, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data yang digunakan oleh penulis.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini mengemukakan tahapan penelitian, hasil

penelitian, pembahasan tentang profil dari objek penelitian

yaitu profil Dispusip DKI Jakarta yang terdiri atas sejarah

singkat, visi misi, struktur organisasi, area dan kegiatan

pada layanan anak Dispusip DKI Jakarta serta pembahasan

lain yang terkait dengan layanan anak.

Bab V Penutup

Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari pembahasan

penelitian yang dilakukan oleh penulis, serta berisi saran

yang membangun untuk Dispusip DKI Jakarta.

Page 25: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

13

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Peran Pustakawan

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan ada pada diri

seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal

maupun non formal. Menurut Oemar Hamalik, peran adalah pola tingkah

laku tertentu yang merupakan ciri khas semua tugas dari pekerjaan atau

jabatan tertentu.5Secara lebih singkat peran adalahtindakan yang dilakukan

oleh seseorang di dalam suatu peristiwa.Seseorangdikatakan telah

menjalankan suatu peran apabila dia telah melaksanakan suatu hakdan

kewajiban seperti yang seharusnya, begitu juga peran pustakawan dalam

memotivasi pemustaka anak belajar.

Pustakawan ialah seorang profesional yang pekerjaannya terkait erat

dengan dunia perpustakaan. Secara lebih jelas pustakawan adalah seorang

individu, yang melakukan kegiatan mulaidari fungsi perpustakaan,

dokumentasi dan informasi dengan memberikan layanan kepada

masyarakat sesuai dengan tujuan utama organisasi, berdasarkan

pengetahuannya sendiri tentang perpustakaan, dokumentasi, dan ilmu

informasi yang telah diperoleh melalui pendidikan.6

Hal yang ditawarkan dari pustakawan adalah jasa informasi kepada

masyarakat, sehingga perpustakaan dan pustakawan harus berada di

5Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007), h.

33. 6IFLA, ―Code of Ethics for Librarians,‖ n.d., diakses pada 4 Juli 2018 melalui

<https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/indonesia.pdf.>

Page 26: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

14

tengah-tengah masyarakat serta membangun hubungan yang harmonis

demi tercapainya keberhasilan profesi dan juga organisasi.7 Sejalan dengan

hal tersebut, keberadaan perpustakaan umum bertujuan untuk memberikan

akses informasi yang mudah hingga sumber daya rekreasi bagi masyarakat.

Perpustakaan tanpa pustakawan hanya tempat sekumpulan buku,

pustakawanlah yang menyatukan semuanya.Peran pustakawan tidak

terlepas dari peran institusi itu sendiri yang mana job descriptionnya tidak

dapat dipisahkan dari tujuan perpustakaan. Di antara peran pustakawan

yang dikutip oleh Chusnul Chatimah ialahberperan dalam keseluruhan

proses transformasi informasi dan yang paling utama ialah menyediakan

dan menyampaikan informasi kepada masyarakat sekaligus sebagai

mediator informasi, mediator dalam belajar, mediator dalam pelestarian

budaya, pembimbing pembelajaran, mediator bagi masa lalu, kini, dan

yang akan datang, serta fasilitator dalam pembinaan minat baca.8

Pustakawan terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya dan

yang akan dibahas pada penelitian ini adalah pustakawan anak. Menurut

Levine Clark seperti yang dikutip Suci Lestari pustakawan anak

(children’s librarian) adalah seorang pustakawan yang bertanggung jawab

untuk mengembangkan dan menyediakan layanan dan koleksi untuk anak-

7Zulfikar Zen, ―Pustakawan Dan Kode Etiknya,‖ Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia, 1

(2014): h. 1–9. Diakses pada 4 Juli 2018 melalui

<http://ipi.web.id/jurnal/index.php/jurnalipi/article/view/30/15> 8Chusnul Chatimah and Taufiq Mathar, ―Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan Kinerja

Perpustakaan,‖ Jurnal Khizanah Al-Hikmah, 3 (2015): h. 101–11. Diakses pada 5 Juli 2018

melalui

<https://www.researchgate.net/publication/315931001_Peran_Pustakawan_dalam_Meningkatkan_

Kinerja_Perpustakaan_Studi_Kasus_di_Perpustakaan_MAN_I_Makassar>

Page 27: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

15

anak. 9 Pustakawan anak khususnya memiliki peran tersendiri dalam

menentukan koleksi bacaan anak, memberikan bimbingan membaca,

bimbingan referensi, melakukan book talk, dan juga storytelling.10

Dalam General Guidelines for Facilitating a Library Activity

Sessiondisebutkan bahwa rewards yang diberikan selama melakukan

kegiatan di perpustakaan terbukti bermanfaat untuk memotivasi pemustaka

anak dan menjaga perilaku mereka untuk tetap mengerjakan apa yang

diperintahkan.11

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa yang

terpenting dari seorang pustakawan adalah kreativitas dalam melakukan

berbagai macam kegiatan untuk memotivasi anak belajar seperti yang telah

disebutkan di atas.

Selain pemberian rewards, dalam General Guidelines for

Facilitating a Library Activity Sessiondisebutkan pula salah satu cara

membuat pemustaka anak berperan aktif dalam kegiatan yang dilakukan di

perpustakaan adalah melalui pemberian pujian. Hal ini juga merupakan

cara menerapkan dorongan untuk perilaku positif dan juga cara mengatasi

gangguan-gangguan yang terjadi selama proses berlangsungnya

9Suci Lestari and Malta Nelisa, ―Peran Pustakawan Dalam Memotivasi Anak Usia Dini

Memanfaatkan Layanan Anak Di Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat,‖

Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 4 (2015), diakses pada 10 Juli 2018 melalui

<http://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/5142/4039.> 10

Binnie L. Tate, ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖

n.d., h. 392–404. Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui

<https://core.ac.uk/download/pdf/4815941.pdf> 11

―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses

pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-

reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-

children.pdf.>

Page 28: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

16

kegiatanbelajar.12

Pemberiannya dapat dilakukan dengan mengatakan

pujian verbal seperti ―bagus‖, ―hebat kamu‖ atau secara non verbal seperti

melakukan high-five.

Pujian merupakan hal yang umum dilakukan dalam proses

pembelajaran, yang penerapannya pun relevan untuk diterapkan di

perpustakaan. Pemberian pujian yang tulus dikombinasikan dengan

dorongan yang terfokus pada usaha serta kerja keras anak dapat

memberikan dampak yang positif dalam memotivasi pemustaka

anak.13

Dengan begitu juga pustakawan dapat memberikan nilai edukasi

kepada anak terkait hal-hal apa saja yang baik dan juga benar.14

Selain itu disebutkan pula peran pustakawan disamping mengelola

operasional sehari-hari perpustakaan, yakni sebagai berikut:15

a. Membantu pemustaka, banyak pengunjung perpustakaan hanya ingin

menelusuri koleksi perpustakaan untuk membuat pilihan mereka.

Koleksi yang terorganisir dengan baik dan menarik merupakan

keharusan. Buku harus disusun rapih dan dalam urutan yang benar

untuk mempermudah akses pemustaka. Selalu bersiap untuk

memberikan perhatian kepada pemustaka dengan menyarankan ―apa

yang harus dibaca berikutnya‖, atau ―apa yang harus dilakukan

12

Ibid. 13

Sherry R. Crow dan Ruth V. Small, ―Developing the Motivation within: Using Praise

and Rewards Effectively,‖ School Library Monthly, 27 (2011): h. 5–7. Diakses pada 20 Oktober

2018 melalui

<https://www.researchgate.net/publication/234645804_Developing_the_Motivation_within_Using

_Praise_and_Rewards_Effectively> 14

Kartini Kartono, Peranan Keluarga Memandu Anak (Jakarta: Rajawali, 1992), h. 23. 15

―Your Role as Librarian,‖ 2017, diakses pada 2 Agustus 2018 melalui

<http://www.plconnect.slq.qld.gov.au/services/rural-libraries-queensland/manual/your-

role#what.>

Page 29: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

17

selanjutnya.‖ Perhatian terdiri dari berbagai macam, namun intinya

adalahwujud ungkapan jiwa seseorang dalam memberikan reaksi pada

suatu objek yang bersifat individu pun berkelompok secara langsung

ataupun tidak langsung. Perhatian seperti yang telah disebutkan di atas

adalah bentuk perhatian yang diberikan oleh pustakawan terkait

kegiatan belajar.

b. Menjaga perpustakaan tampak menarik dan rapih, dengan menjadikan

perpustakaan menarik dan mengundang pemustaka bahkan dari saat

pertama pemustaka masuk ke area. Untuk koleksi dan setiap sudut

corner dijaga agar terhindar dari debu, agar pemustaka merasa

nyaman dalam menemukan koleksi. Hal yang dapat dilakukan dalam

membuat penampilan perpustakaan menarik adalah pustakawan dapat

mendekor setiap corner dengan warna-warna cerah dan

memperhatikan tata letak.

c. Mempromosikan perpustakaan di dalam komunitas, dengan

bekerjasama dengan komunitas ataupun sekolah.

d. Terlibat dalam penyediaan berbagai kegiatan untuk segala usia, tidak

terkecuali anak-anak. Melakukan berbagai macam kegiatan yang

sudah disebutkan di atas. Selain itu dalam setiap kegiatan ini,

pustakawan juga dapat mempromosikan perpustakaan dengan

memasukkan foto-foto kegiatan di media sosial yang sedang ramai

dikalangan masyarakat.

Page 30: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

18

e. Menjaga standar koleksi melalui permintaan dan pertukaran dengan

pengembangan perpustakaan publik SLQ.

Di sisi lain, Suherman menyebutkan peran pustakawan ialah,

―melakukan transformasi dari potential user menjadi actual

user.‖ 16 Artinya pustakawan harus melakukan berbagai upaya untuk

menarik masyarakat ke perpustakaan atau mengajak masyarakat untuk

terbiasa untuk membaca buku. Agar pemustaka terbiasa membaca buku,

pustakawan dapat melakukan berbagai macam kegiatan seperti yang telah

disebutkan di atas.

Selain itu, sebagai layanan yang dijalankan oleh seorang professional

dibutuhkan pustakawan anak yang terlatih serta berkomitmen dengan

anak-anak. Menurut International Federation of Library Association and

Institution (IFLA) dalam Guidelines for Children’s Library, terdapat

beberapa kemampuan yang diharapkan ada pada pustakawan anak, yaitu:17

a. Antusias

b. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik, kemampuan

interpersonal, kerjasama tim serta kemampuan memecahkan masalah

c. Memiliki kemampuan untuk berjejaring dan bekerja sama

d. Memiliki kemampuan untuk berinisiatif, fleksibel, dan terbuka untuk

perubahan

16

Suherman, Pustakawan Inspriratif(Bandung: MQS Publishing, 2011), h. 12. 17

IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young

Adults Section (Croatia: IFLA, 2003). h. 13

Page 31: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

19

e. Memiliki kemampuan untuk menganalisis kebutuhan pemustaka,

merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi layanan dan program

yang dijalankan

f. Memiliki keinginan yang kuat untuk mempelajari keahlian baru serta

berkembang secara professional

Berdasarkan hal yang disebutkan di atas. Berikut tips-tips yang dapat

dilakukan dalam melakukan kegiatan dengan pemustka anak agar kegiatan

yang dilakukan dapat lebih menyenangkan:18

a. Antusias, tunjukkan kepada pemustaka anak bahwa menghabiskan

waktu bersama mereka itu menyenangkan.

b. Buat permainan, anak-anak suka melibatkan permainan dalam

aktivitasnya. Dalam permaianan tersebut dorong pemustaka anak

untuk mencapai tujuan dan melakukan yang terbaik. Misalnya dengan

kata-kata penyemangat.

c. Berikan pemustaka anak peran yang aktif, anak-anak merespon lebih

baik dengan dirinya dibandingkan hanya dengan mendengarkan.

Berikan peran kepada pemustaka anak untuk menjadi tokoh dalam

cerita.

d. Sediakan pengalaman yang nyata, hal ini dapat dilakukan dengan

membahas sesuatu yang sudah dialami oleh pemustaka anak.

18

―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses

pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-

reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-

children.pdf.>

Page 32: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

20

e. Gunakan warna yang menarik, anak-anak umumnya akan merasa

cepat bosan ketika melakuka aktivitas belajar. Oleh karenanya

gunakan posters, postcard, dan storyboard yang berwarna untuk

menjaga perhatian mereka terhadap aktivitas yang sedang berlangsung.

f. Tegas dan konsisten. Hal ini terkait dengan perilaku yang

dilakukan.Jika menegur atau memberikan penghargaan kepada satu

pemustaka anak untuk jenis perilaku tertentumaka harus konsisten

dilakukan terhadap semua pemustaka anak dan tindakan mereka.

Sebagai seorang pustakawan anak, tentunya juga membutuhkan

pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal sebagai berikut yang akan

berguna dalam menajalankan tugasnya:19

a. Psikologi dan perkembangan anak;

b. Teori perkembangan membaca dan promosi;

c. Peluang seni dan budaya;

d. Sastra untuk anak-anak di buku-buku dan media terkait.

Secara keseluruhan berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat

diketahui bahwa pustakawan anak adalah seseorang yang bertanggung

jawab dalam segala hal yang berada di layanan anak dengan berbekal

keahlian-keahlian khusus. Yang mana memiliki peran sangat penting

dalam keberlangsungan layanan anak serta pencapaian tujuan dari

perpustakaan itu sendiri. Ketika berada di perpustakaan kedudukan

pustakawan dapat dikatakan hampir sama dengan orang tua, dimana

19

Ibid, h. 13

Page 33: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

21

pustakawan juga mendidik anak, memotivasi anak agar mau belajar,

memberikan fasilitas seperti buku, mainan dll., serta memberikan

bimbingan baik dalam penggunaan layanan maupun bimbingan belajar.

Oleh karena itu, dalam menjalankan peranannya pustakawan harus

mampu menarik minat anak-anak untuk memanfaatkan layanan anak,

misalnya dengan memberikan petunjuk, memberikan referensi,

mengadakan book talk, bercerita, menulis, membaca puisi, memutarkan

film, memberikan permainan, dll. Hal-hal tersebut merupakan salah satu

cara yang efektif dalam menarik perhatian pemustaka anak.

B. Pemanfaatan Layanan Anak dan Perpustakaan Umum

1. Pemanfaatan Layanan Anak

Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemanfaatan merupakan

turunan dari kata manfaat yang berarti guna dan faedah. Sedangkan

pemanfaatan secara umum adalah cara dalam memanfaatkan sesuatu

yang memiliki hasil yang berguna. 20 Dalam konteks layanan anak,

pemanfaatan dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan

oleh pemustaka anak dalam melakukan suatu kegiatan pada layanan

anak di bawah arahan dari orang tua atau staf yang diharapkan dapat

menambah pengetahuan bagi para pemustaka anak.

a. Pengertian Layanan Anak

Joan M. Reitz memberikan penjelasannya mengenai

pengertian layanan anak yakni sebagai berikut,

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 711.

Page 34: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

22

“pelayanan perpustakaan yang ditujukan untuk anak sampai

dengan umur 12-13 tahun, di dalamnya termasuk

pengembangan koleksi anak muda, lapsit services,

mendongeng, membantu pengajaran dalam pengerjaan tugas

atau pekerjaan rumah, program summer reading, yang

biasanya disediakan oleh pustakawan anak di ruang anak

yang ada pada perpustakaan umum.”21

Akinawa seperti yang dikutip oleh Akanwa mengartikan

―perpustakaan anak sebagai bagian dari perpustakaan unum yang

menyediakan buku, berbagai macam kegiatan, dan sumber belajar

lainnya secara gratis tanpa dipungut biaya untuk semua golongan

yang sesuai. Tidak hanya menyediakan koleksi, layanan anak di

perpustakaan juga menyediakan pustakawan yang akan memandu

pemustaka anak dalam memilih buku atau program yang

diinginkan.‖22

Menurut McColvin,―menghabiskan waktu selama satu

sampai dua jam untuk memilih buku di rak perpustakaan bisa

menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan bahkan dapat

memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk membaca dalam

suasana dan kondisi yang lebih menyenangkan daripada di

rumah.‖23 Selain itu Mc Colvin juga mengatakan bahwa keberadaan

layanan anak di perpustakaan adalah untuk mendorong anak-anak

untuk menyukai hubungannya dengan buku, dimulai dari

21

Joan M.Reitz, Dictionary for Library and Information Science (Amerika: Libraries

Unlimited, 2004), h.137. 22

Pearl C. Akanwa, ―Public Library Services in Rural Area,‖ e-journal Libary Philosophy

and Practice, (2013). Diakses pada 4 April 2018 melalui

<http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2491&context=libphilprac> 23

LionelR. McColvin, Public Library Service for Children (France: UNESCO, 1957),

h.17.

Page 35: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

23

pengenalan huruf dan gambar sampai nanti ketika dewasa dapat

memenuhi kebutuhan dengan kebebasan untuk memilih namun

juga di bawah bimbingan apabila diperlukan.24

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

layanan anak merupakan layanan yang khsusu disediakan untuk

anak-anak mulai dari usia pra sekolah sampai dengan usia 13 tahun

yang di dalamnya terdapat berbagai macam koleksi yang dapat

menunjang kecerdasan anak pada masa pertumbuhannya dengan

berbagai kegiatan yang tentunya juga menyenangkan. Sebagai

layanan yang dilayankan, layanan anak tentu memiliki tujuan dan

sasaran kepada siapa layanan ini ditujukan dan untuk apa layanan

ini dilayankan.

b. Tujuan dan Sasaran Layanan Anak

Menurut IFLA Guidelines for Children Library Services,

tujuan keberadaan layanan anak adalah untuk:25

1) Memfasilitasi hak anak dalam hal: informasi, fungsional,

visual, digital dan literasi media, pengembangan kebudayaan,

pengembangan minat baca, pembelajaran seumur hidup, dan

program kreatif pada saat waktu luang

2) Menyediakan akses terbuka yang memadai untuk sumber daya

dan media kepada anak-anak

24

Ibid, h.15. 25

IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young

Adults Section, h. 7.

Page 36: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

24

3) Menyediakan berbagai kegiatan untuk anak, orang tua atau

pengasuh

4) Memfasilitasi keluarga untuk masuk dalam komunitas

masyarakat

5) Memberdayakan serta mendukung kebebasan dan keamanan

anak-anak

6) Mendorong anak agar tumbuh menjadi anak yang percaya diri

dan kompeten

7) Memperjuangkan perdamaian dunia demi masa depan anak-

anak

Menurut Guideliness for Children Libraries Services yang

diterbitkan oleh IFLA, kelompok sasaran untuk layanan anak di

perpustakaan adalah:26

1) Bayi usia 0-12 bulan dan bayi 12 bulan-3 tahun

2) Anak-anak pra sekolah

3) Anak usia sekolah sampai dengan usia 13 tahun

4) Kelompok berkebutuhan khusus

5) Orangtua dan anggota keluarga lainnya

6) Pengasuh

7) Orang dewasa lainnya yang bekerja dengan anak-anak, buku

dan media

26

Ibid, h. 6.

Page 37: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

25

Meskipun rentang usia pada layanan anak sampai dengan anak

berusia 13 tahun, namun pada penelitian kali ini penulis akan lebih

terfokus pada anak usia 3-6 tahun yang masih sangat bergantung

kepada orang-orang disekitarnya dalam hal menemukan informasi

termasuk pustakawan.

Layanan anak di sebuah perpustakaan mengandung unsur-

unsur di dalamnya yang mendukung keberadaan dari layanan anak

itu sendiri, unsur-unsur dalam layanan anak juga menjadi daya tarik

tersendiri bagi para pemustaka anak.

c. Unsur Layanan Anak

Unsur layanan anak adalah apa-apa saja yang terdapat pada

layanan anak, diantaranya yaitu:

1) Koleksi

Koleksi bahan pustaka ialah segala yang tersedia di

perpustakaan dan siap dilayankan kepada pemustaka. Koleksi

perpustakaan secara umum dapat dibedakan menjadi koleksi

karya cetak seperti buku, majalah, surat kabar, koleksi karya

non cetak seperti kaset, rekaman audio dan video, koleksi

mikro seperti microfilm dan mikrofis, koleksi elektronik

seperti disket, koleksi yang diasosiasikan dengan computer,

serta koleksi ebook.27

27

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka, 2013), h. 1.5.

Page 38: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

26

Koleksi pada layanan anak tentunya tentunya berbeda

dengan koleksi untuk remaja dan orang dewasa untuk itu

koleksi cetak maupun non cetak pada layanan anak harus

disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena koleksi juga

menjadi bagian terpenting dari sebuah perpustakaan yang

dapat menentukan baik atau tidaknya perpustakaan itu sendiri.

Koleksi pada layanan anak menurut IFLA Guidelines for

Children Libraries Service harus menyertakan berbagai macam

koleksi dengan berbagai jenis yang sesuai dengan usia anak,

termasuk di antaranya koleksi cetak (buku, majalah, komik,

dan brosur), media (CD, DVD, kaset), mainan anak, permainan

edukatif yang mendidik, komputer, perangkat lunak untuk

anak dan koneksi internet yang diharapkan mampu memotivasi

anak dalam proses pembelajaran.28

Teruntuk koleksi anak khususnya koleksi tercetak,

bentuk dan jenisnya lebih beragam dibandingkan dengan buku

untuk remaja dan orang dewasa, hal ini dikarenakan diperlukan

strategi khusus untuk menarik perhatian anak untuk mau

membaca. Strategi tersebut disiasati dengan menyediakan

koleksi buku yang menarik seperti buku karton tebal (board

book), buku lagu anak, buku mengenal alfabet, belajar

berhitung, buku bergambar untuk belajar membaca, buku

28

IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young

Adults Section, h.9.

Page 39: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

27

bergambar untuk belajar konsep (picture book), dan buku

cerita bergambar (picture story book).

Dilihat dari isi kandungannya, materi yang ada dalam

buku anak dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, fiksi dan

non fiksi. Fiksi merupakan buku yang berisi rekaan dari

penulis itu sendiri sedangkan non fiksi ialah buah pemikiram

dan pengamatan dari penulis.

Selain menyediakan koleksi buku bacaan, koleksi pada

layanan anak juga harus menyeimbangkan dunia anak-anak

yang menyenangkan dan penuh dengan bermain. Hal ini

dikarenakanbermain adalah cara anak belajar. Untuk itu, selain

menyediakan koleksi buku, layanan anak juga harus

menyediakan koleksi mainan anak.Koleksi mainan anak

berguna untuk perkembangan motorik halus dan juga motorik

kasar anak.

Apabila koleksi perpustakaan pada bagian layanan anak

sudah mumpuni, ada baiknya pula jika didukung dengan

fasilitas-fasilitas yang mumpuni.

2) Fasilitas

Masa anak-anak merupakan masa keemasan (golden age)

yang sudah sepantasnya diisi dengan hal-hal positif dan juga

kegiatan-kegiatan menarik yang sesuai dengan minat dan bakat

sehingga dapat menunjang anak-anak dalam masa

Page 40: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

28

perkembangannya. Oleh karenanya fasilitas yang mumpuni dalam

menunjang masa-masa emas tersebut sangat lah

diperlukan.Fasilitas yang disediakan perpustakaan dan pustakawan

dapat menjadi daya tarik sendiri bagi para pemustaka untuk datang

berkunjung

Fasilitas merupakan merupakan segala perlengkapan yang

memudahkan pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan, juga

dalam memperlancar kegiatan pustakawan dalam mengolah

perpustakaan.29Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

fasilitas merupakan sarana dan prasarana yang ada disediakan dan

harus diperhatikan demi menunjang kegiatan yang dilakukan di

perpustakaan.

Fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan dapat lebih

bermanfaat apabila pemanfaatannya dikawal oleh pustakawan.

Karena itu salah satu peran pustakawan ialah sebagai fasilitator.

Pada umumnya, fasilitas yang disediakan merupakan fasilitas fisik

berupa fasilitas ruang belajar lengkap dengan meja, kursi, koleksi

buku bacaan sampai dengan koleksi mainan. Selain itu juga

menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam proses belajar yang

disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di perpustakaan itu

sendiri misalnya alat tulis, alat menggambar dan mewarnai, dll.

29

Listiani Lawe, Syanne Harindah, dan Jonny J. Senduk, ―Peran Fasilitas Perpustakaan

Terhadap Kinerja Pustakawan di BPAD Provinsi Sulawesi Utara,‖ 3, V (2016), Diakses pada 2

Agustus 2018 melalui

<https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/12773/12365.>

Page 41: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

29

Hal lain yang harus diperhatikan dalam layanan anak adalah

jenis layanan apa saja yang disediakan untuk menarik pemustaka

anak agar menjadikan layanan anak ini sebagai tempat belajar yang

menyenangkan.

3) Layanan

Layanan perpustakaan anak berorientasi pada pelayanan yang

ditujukan untuk pemustaka yang mana seluruh kegiatannya

dilakukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan informasi

pemustaka anak. Seperti yang disebutkan dalam Panduan

Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah, layanan yang diberikan

pada layanan anak setidaknya adalah sebagai berikut:30

a) Peminjaman Buku

Layanan ini merupakan jenis layanan paling dasar yang

harus ada di perpustakaan, kegiatan yang mencakup di

dalamnya termasuk peminjaman dan pengembalian yang biasa

disebut sirkulasi. Melalui layanan ini pemustaka bisa

mendapatkan koleksi yang diinginkan dengan terlebih dahulu

menunjukkan kartu anggota perpustakaan untuk peminjaman

yang kemudian dibaca di rumah.

b) Bimbingan Membaca

Hal ini diberikan kepada pemustaka secara perorangan

sesuai kebutuhannya akan informasi atau hiburan, dengan

30

Perpustakaan Nasional RI, PanduanPenyelenggaraan Perpustakaan Daerah (Jakarta:

Perpustakaan Nasional RI, 1992), h. 32.

Page 42: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

30

memberikan rekomendasi buku apa yang tepat untuk dibaca.

Hal yang harus diperhatikan pada kegiatan ini adalah:

Pustakawan harus meluangkan waktu untuk memberi

perhatian pada anak-anak.

Anak-anak dilatih untuk berani meminta bantuan

mencarikan bahan bacaan atau informasi yang dibutuhkan.

Pustakawan harus memperlihatkan buku yang cocok untuk

anak-anak.

Pustakawan pada layanan ini harus mampu melihat minat

anak, buku yang disuka atau tidak disuka, kemampuan

membaca pada anak yang berbeda, dan buku yang cocok

untuk anak.

c) Layanan Rujukan

Layanan rujukan atau referensi ialah jasa perpustakaan

dalam memberikan informasi berdasarkan referensi pada

pemakai.31 Pustakawan yang berada pada layanan ini harus

mampu menjawab pertanyaan dari para pemustaka dan

membantu pemustaka dalam menemukan informasi yang

dibutuhkan.

d) Layanan Belajar

Perpustakaan merupakan tempat untuk belajar dan

menambah ilmu pengetahuan, karenaya sudah semestinya

31

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka, 2013), h.7.14.

Page 43: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

31

menyediakan layanan belajar ini berupa sebuah ruang belajar

atau disebut juga study carrel yang diperuntukkan bagi para

pemustaka yang menginginkan tempat tenang untuk belajar.

Aktivitas yang dapat dilakukan dalam belajar seperti yang

dikatakan oleh Paul B. Diedrich antara lain, yaitu membaca,

menggambar, memperhatikan gambar, bertanya, memberikan

saran, menulis cerita, karangan, mencatat, mendengarkan, dan

berbicara.32

e) Bercerita

Layanan bercerita atau mendongeng atau dalam bahasa

Inggris storytelling ini merupakan layanan tambahan yang

dapat menjadi strategi tersendiri untuk menarik perhatian

pemustaka anak. Mendongeng adalah kegiatan bercerita yang

dapat dilakukan dengan menggunakan teks atau tidak

menggunakan teks. Komitmen perpustakaan untuk

mendongeng bukan hanya tradisi masa lalu tetapi sebuah

praktek yang harus terus dilestarikan dengan menampilkan

cerita tradisional maupun pribadi untuk memperluas cakupan

pendengar yang mendengarkan.33

32

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,

1990). h. 43. 33

Del Negro M. Janice, ―Storytelling in Libraries,‖ Storytelling, Self, Society, 12 (2016):

h. 1–3. Diakses pada 23 Februari 2018 melalui

<https://search.proquest.com/openview/34eb3ff3a7d285a2edb864c1c2849b1c/1.pdf?pq-

origsite=gscholar&cbl=2034460>

Page 44: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

32

Membacakan dongeng kepada anak dapat menumbuhkan

minat baca sejak dini yang sangat penting peranannya dalam

kehidupan anak. Storytelling di perpustakaan tumbuh dari

menghubungkan pendengar ke dalam cerita, untuk

menghubungkan pendengar dengan budaya mereka sendiri dan

budaya orang lain, dan juga untuk menghubungkan para

pendengar satu sama lain.34

Kegiatan mendongeng ini sangat digemari oleh anak-

anak, terutama usia balita dan jenjang awal sekolah dasar yang

tidak dapat dipaksakan untuk membaca buku. Namun melalui

kegiatan mendongeng ini anak tetap bisa menikmati dan

memahami isi cerita meski pun dengan perantara pendongeng

atau storyteller. Oleh karenanya pelaksanan kegiatan ini

sebaiknya dilakukan secara berkala dengan memiliki

jadwalnya tersendiri agar anak-anak mudah untuk

mengetahuinya.

f) Mainan Anak

Pada masa perkembangan kecerdasannya anak-anak

membutuhkan media untuk merangsang kecerdasannya

tersebut salah satunya dengan mainan. Mainan yang disediakan

pada layanan anak tentunya harus menarik dan teruji aman

digunakan oleh pemustaka anak. Mainan yang bagus dapat

34

Ibid.

Page 45: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

33

melatih imajinasi dan menumbuhkan kreatifitas anak yang

sangat dibutuhkan seiring dengan masa pertumbuhannya.

Karenya dalam pemilihan mainan anak di layanan anak sebuah

perpustakaan harus diperhatikan, mainan edukatif seperti lego,

puzzle, catur, monopoli, balok, halma, dll. yang juga dapat

melatih kecerdasan intelektual anak sangat disarankan.

2. Layanan Anak di Perpustakaan Umum

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 50

hingga 60 persen dari seluruh pengguna perpustakaan umum adalah

kaum muda. Dalam sebuah survei yang dilakukan pada tahun 1995

oleh Pusat Nasional untuk Statistik Pendidikan, misalnya, disebutkan

pustakawan memperkirakan bahwa 35 persen dari pengguna mereka

adalah anak-anak di bawah usia sebelas tahun, sementara 23 persen

berusia dua belas sampai delapan belas tahun.35

Terdapat berbagai alasan mengapa anak membutuhkan

perpustakaan khusunya layanan anak, yaitu:36

a. Kebutuhan informasi, perpustakaan umum menyediakan koleksi

buku dan non-buku untuk memperkaya kehidupan pemustaka anak,

memberikan kesempatan untuk belajar dan peka dengan

lingkungan sosial, ekonomi, dan perkembangan dunia sains.

35

Virginia A. Walter, ―Public Library Service to Children and Teens: A Research

Agenda,‖ Library Trends, 51 (2003): h. 571–89. Diakses pada 22 Juni 2018 melalui

<https://pdfs.semanticscholar.org/0e49/c314300d1a528ede5af1d612705f8ef9950c.pdf> 36

Pearl C. Akanwa, ―Public Library Services in Rural Area.‖ Diakses pada 4 April 2018

melalui <http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2491&context=libphilprac>

Page 46: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

34

b. Tambahan pengetahuan, penggunaan perpustakaan yang baik akan

membantu anak-anak untuk tumbuh menuju pengetahuan yang

berpengetahuan layaknya orang dewasa.

c. Mengembangkan kemampuan membaca, melalui layanan seperti

diskusi buku, kompetisi membaca, dan bercerita dapat menamkan

kebiasaan membaca dalam diri anak yang akan berguna sepanjang

hidupnya.

d. Mengetahui pengetahuan tentang budaya, memalui koleksi yang

ada anak dapat belajar tentang budaya, tradisi, dan norma yang

berlaku pada masyarakat.

e. Belajar menggunakan perpustakaan, hal ini merupakan semacam

perkenalan lebih dalam lagi dengan perpustakaan agar anak-anak

merasa nyaman berada di perpustakaan.

f. Memperoleh kemampuan tambahan, keterampilan ini salah satunya

adalah kemampuan dalam menyeleksi informasi yang paling

relevean dari berbagai macam sumber yang ada.

g. Memperkenalkan kemampuan IT, hal ini sangat dibutuhkan untuk

mengahadapi kehidupan di era yang modern agar tidak tertinggal.

Karenanya layanan anak di perpustakaan umum harus

menyediakan materi dan kegiatan yang beragam, yang mampu

memberikan tidak hanya pengetahuan tapi juga kesempatan bagi anak-

anak untuk mengalami kegembiraan dari kegiatan belajar serta tidak

lupa pula kegiatan yang mampu mengembangkan imajinasi. Selain itu,

Page 47: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

35

menyediakan koleksi dan memberikan layanan yang baik dan sesuai

kebutuhan anak akan membuat anak-anak nyaman berlama-lama

berada di perpustakaan untuk melakukan kegiatan belajar.

Dalam memanfaatkan layanan anak, pemustaka anak dan orang

tuanya memerlukan bimbingan agar tujuan dari layanan ini menjadi

tepat sasaran. IFLA Public Library Manifesto mengatakan terdapat

tiga misi perpustakaan umum yang berkaitan dengan anak, yaitu

diantaranya:37

a. Menciptakan dan menggalakan gemar membaca pada anak usia

dini

b. Mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak

c. Mendukung dan berpartisipasi pada aktifitas dan program literasi

untuk semua kelompok umur

Sebagai perpustakaan yang memiliki tanggung jawab khusus

untuk memberikan layanan anak perpustakaan umum harus

mendukung proses pembelajaran membaca, mempromosikan buku

dan media lain untuk anak. Layanan anak juga harus menyediakan

kegiatan khusus untuk anak seperti story telling dan kegiatan lain yang

berkaitan dengan layanan dan koleksi perpustakaan.38

37

IFLA, ―IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994,‖ 2016, diakses pada 21 Januari

2018 melalui <https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994.> 38

IFLA, Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young

Adults Section, h.3.

Page 48: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

36

3. Perpustakaan Umum

a. Pengertian Perpustakaan Umum

Setiap ahli maupun organisasi memiliki artian yang berbeda-

beda untuk perpustakaan umum meskipun maksud dan intinya

sama, untuk itu penulis mengutip berbagai pengertian perpustakaan

umum dari para ahli dan organisasi perpustakaan, diantaranya:

Menurut definisi yang tertera dalam Interanational

Federation of Library Assosiation General Conference pada tahun

1985,

“Perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan yang

didirikan dan dibiayai oleh pemerintah daerah atau dalam

kasus tertentu oleh pemerintah pusat atau badan lain yang

diberi wewenang untuk bertindak atas nama badan, tersedia

bagi masyarakat bagi siapa saja yang ingin menggunakannya

tanpa bias atau diskriminasi.”39

Menurut Unesco Public Library Manifesto yang diselenggarakan

pada November 1994, perpustakaan umum memiliki arti sebagai

berikut,

“Perpustakaan umum merupakan pusat informasi lokal yang

bertujuan agar semua jenis pengetahuan dan informasi mudah

diakses dan digunakan oleh pemustaka. Layanan yang ada di

perpustakaan umum disediakan atas dasar kesetaraan akses

bagi semua pemustaka, tanpa memandang usia, ras, jenis

kelamin, agama, kebangsaan, bahasa atau status sosial.”40

Selain itu, dalam bukunya Sutarno menyebutkan pengertian

perpustakaan umum adalah ―lembaga pendidikan bagi masyarakat

39

SulistyoBasuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka, 2013), h. 2.7. 40

IFLA, ―IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994,‖ 2016, diakses pada 27 April

2017 melalui <https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994.>

Page 49: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

37

umum dengan cara menyediakan berbagai macam informasi, ilmu

pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk

memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh

lapisan masyarakat.‖41

Dari berbagai definisi di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa perpustakaan umum merupakan pusat informasi yang

memiliki tugas menghimpun, mengelola, serta memberikan

informasi agar dapat berguna untuk masyarakat disekitarnya.Yang

mana dibiayai oleh dana umum dan seluruh layanan serta kegiatan

yang disediakan di dalamnya ditujukan untuk siapa saja tanpa

memandang perbedaan agama, ras, jenis kelamin, pekerjaan,

maupun status sosial lainnya yang mana keberadaannya harus

dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin oleh semua lapisan

masyarakat. Keberadaan perpustakaan umum selain untuk

memberikan informasi kepada masyarakat tentunya juga memiliki,

tugas dan fungsi yang lainnya.

b. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Umum

1) Tugas

Dalam keberadaannya perpustakaan umum mempunyai

tugas untuk mengumpulkan, menyimpan, memelihara,

mengatur, dan mendayagunakan koleksi untuk kebutuhan

pendidikan, penerangan, penelitian, pelestarian, serta

41

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),

h.32.

Page 50: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

38

pengembangan kebudayaan dan rekreasi seluruh golongan

masyarakat. 42 Menurut Sutarno tugas perpustakaan umum

adalah memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat

sebagai pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi,

penelitian, dan pelestarian koleksi bahan pustaka yang

dimiliki.43

2) Fungsi

Selain itu perpustakaan umum, sebagai perpustakaan

yang diperuntukkan bagi masyarakat memiliki fungsi sebagai

berikut:44

a) Menyediakan bahan pendidikan

b) Menyediakan dan menyebarluaskan informasi

c) Menyediakan bahan-bahan yang digunakan bagi rekreasi

d) Menyediakan petunjuk, pedoman, dan bahan-bahan

rujukan bagi masyarakat

e) Melestarikan bahan-bahan hasil budaya bangsa agar dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat umum

f) Menyediakan layanan penelitian (untuk riset kualitatif

maupun kuantitatif)

42

Perpustakaan Nasional RI, Panduan Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum, h.5. 43

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.

37. 44

Perpustakaan Nasional RI, Panduan Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. h. 5

Page 51: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

39

c. Makna dan Tujuan Perpustakaan Umum

Dalam menajalankan tugas dan fungsinya, setiap lembaga

haruslah memiliki maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Begitu

pula dengan perpustakaann umum, berikut adalah maksud dan

tujuan berdirinya perpustakaan umum:

1) Maksud

Perpustakaan merupakan sarana dalam mencerdaskan

kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan dalam

Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Begitu pula

perpustakaan umum yang hadir sebagai wahana pembelajaran

sepanjang hayat yang mampu mengembangkan potensi

masyarakat. Agar dapat menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung

penyelenggaraan pendidikan nasional.

2) Tujuan

Tujuan umum perpustakaan adalah membina dan

mengembangkan kebiasaan membaca dan belajar sebagai suatu

proses berkesinambungan seumur hidup serta kesegaran

jasmani dan rohani masyarakat yang berada dalam jangkauan

layanannya.Sehingga daya kreasi dan inovasi masyarakat dapat

Page 52: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

40

berkembang demi meningkatnya produktifitas masyarakat

dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

C. Motivasi Belajar

1. Motivasi dan Belajar

a. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif juga dapat

diartikan sebagai daya penggerak dari dalam diri seseorang untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Kata motif dan motivasi sangat berkaitan sehingga sulit untuk

dibedakan secara tegas. Namun secara singkatnya dijelaskan dalam

buku Psikologi Pendidikan, motif menunjukkan suatu dorongan

yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang

tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi

adalah pendorongan; suatu usaha yang disadari untuk

mempengaruhi tingkah laku seseorang agar hatinya tergerak untuk

bertindak melakukan sesuatu demi tercapainya hasil atau tujuan.45

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman, motivasi merupakan

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya feeling dan didahalui dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. 46 Sedangkan menurut Hamzah B. Uno motivasi

adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah

45

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.71. 46

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,

1990), h.73.

Page 53: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

41

laku.47 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut motivasi dapat

diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang terdorong untuk

melakukan sesuatu demi tercapainya tujuan.

Banyak bermunculan teori yang melandasi motivasi, namun

pada penelitian kali ini penulis akan lebih menekankan pengertian

motivasi menurut perspektif behavior yang menekankan faktor

eksternal seperti reward dan punishment sebagai kunci dalam

menentukan motivasi belajar anak. Berdasarkan penjelasan di atas

dapat diketahui bahwa motivasi menurut perspektif behavior

merupakan faktor pendorong eksternal yang perlu dilakukan dalam

mengubah pola perilaku seseorang seperti yang diharapkan dengan

pemberian reward atau punishment.

b. Belajar

Definisi belajar menurut Gagne seperti yang dikutip Ratna

Wilis Dahar merupakan suatu proses dimana suatu organisasi

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.48 Skinner, seperti

yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The

Teaching-Leaching Process berpendapat bahwa belajar adalah

suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung

secara progresif.

Sedangkan Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology

membatatasi belajar dengan dua definisi. Pertama, belajar adalah

47

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.1. 48

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Erlangga, 2011),

h. 2.

Page 54: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

42

The process of acquiring knowledge (proses memperoleh

pengetahuan) dan yang kedua belajar adalah A relatively permanent

change in respons potentiality which occurs as a result of

reinforced practice (suatu perubahan kemampuan bereaksi yang

relatif berlangsung lama sebagai hasil latihan yang diperkuat). 49

Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah sebuah tahap perubahan tingkah laku seseorang dalam

memperoleh pengetahuan yang berasal dari hasil pengalaman

dengan dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya oleh lingkungan.

Terdapat banyak teori tentang belajar, namun pada

kesempatan kali ini penulis akan lebih menekankan pada teori

belajar menurut pandangan behavior yang dikembangkan oleh B.F

Skinner. Teori ini disebut juga dengan teori pembiasaan perilaku

respons (operant conditioning) dengan memperhatikan bagaimana

seseorang memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan

menjadi lebih tahu.50

Pandangan behavior inimenitik beratkan pada perilaku

seseorang. Perilaku seseorang dinilai ada karena adanya stimulus

(rangsangan eksternal). Reaksinya berupa gerak dan perubahan

jasmani yang bisa diamati secara objektif, serta bisa dapat

diamatidari luar.Teori Operant conditioning ini merupakan tipe

perilaku belajar yang dipengaruhi oleh adanya penguatan-

49

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 64–66. 50

Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, 2009), h.322.

Page 55: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

43

penguatan (reinforcement) positif dan atau negatif dengan

lingkungan sebagai salah satu faktor yang paling

berpengaruh.51Menurut Reber seperti yang dikutip oleh Muhibbin

Syah menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant

conditioning adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang

sama terhadap lingkungan.

Menurut Hamzah B. Uno motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator

atau unsur-unsur yang mendukung.52 Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan sesuatu yang dapat

menggerakkan seseorang untuk belajardemi tercapainya tujuan.

Sedangkan pengertian motivasi belajar menurut perspektif

behavior adalah dorongan terhadap seorang individu dalam mencapai

tujuan dan cita-cita yang diimpikan. Yang mana dorongan ini lebih

banyak hadir dari luar diri individu (eksternal) seperti faktor

lingkungan dengan cara mengubah dan mengontrol perilaku dengan

melakukan penguatan (reinforcement). Penguatan terbagi menjadi dua,

yakni penguatan positif dan juga penguatan negatif.

51

Sigit Sanyata, ―Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling,‖ Jurnal

Paradigma, 7 (2012), http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1c.Artikel+Ilmiah-

Teori+dan+Aplikasi+Behavioristik+dalam+Konseling.pdf. Diakses pada 3 April 2018 melalui

<http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1c.Artikel+Ilmiah-

Teori+dan+Aplikasi+Behavioristik+dalam+Konseling.pdf> 52

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan

(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 23.

Page 56: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

44

Penguatan positif ialah penguatan yang menyenangkan seperti

hadiah atau pujian. Hal ini dilakukan karena seseorang telah

melakukan suatu perbuatan yang sesuai dan juga diharapkan. Tujuan

dari penguatan positif ini adalah untuk mempertahankan perbuatan

tersebut bahkan menjadi lebih baik lagi. Sedangkan penguatan negatif

adalah penguatan yang tidak menyenangkan. Seperti hukuman,

dilakukan karena seseorang tidak atau belum melakukan suatu

perbuatan yang sesuai dan juga diharapkan. Tujuan dari penguatan

negatif ini adalah agar seseorang mampu melakukan perbuatan seperti

yang sesuai dan juga diharapkan.

Terdapat berbagai macam motivasi, salah satunya yang dilihat

berdasarkan asal usulnya. Agar lebih memahami asal usul motivasi

dalam diri seseorang, maka harus terlebih dahulu mengetahui jenis-

jenis motivasi belajar.

2. Jenis Motivasi Belajar

Apabila dilihat dari segi asal usul atau sumber dorongan,

terdapat dua jenis motivasi belajar, yaitu:53

a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan

sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Secara umum

motivasi instrinsik merujuk pada kegiatan yang dilakukan dalam

bentuk kesenangan dan kepuasaan yang berasal dari dalam

53

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,

1990), h. 68.

Page 57: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

45

diri.54Ketika seseorang termotivasi, orang tersebut akan terlibat

dalam kegiatan yang menarik minat mereka, dan mereka

melakukannya dengan bebas, penuh kemauan dan tanpa

kebutuhan material. 55 Terdapat tiga jenis motivasi intrinsik,

yaitu:56

1) Motivasi intrinsik untuk mengetahui kepuasan yang didapat

dari belajar sesuatu yang baru.

2) Motivasi intrinsik untuk menikmati pengalaman ketika

mencapai sesuatu.

3) Motivasi instrinsik untuk mengalami rangsangan sensorik

yang didapat dari belajar.

Woolfolk mengatakan bahwa sumber motivasi intrinsik

adalah faktor-faktor internal seperti, minat, kebutuhan,

kenikmatan, dan juga rasa ingin tahu.

b. Motivasi ekstrinsik, merupakan motivasi yang datang karena

disebabkan oleh dorongan dari luar diri seseorang seperti

pengaruh reward dan punishment. 57 Memberikan reward yang

54

Kaylene C. Williams dan Caroline C. Williams, ―Five Key Ingredients for Improving

Student Motivation,‖ Research in Higher Education Journal, 11, diakses pada 14 Maret 2018,

<https://scholarsarchive.library.albany.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://www.google.co.id/

&httpsredir=1&article=1000&context=math_fac_scholar.> 55

Edward L. Deci et al., ―Motivation and Education: The Self-Determination

Perspective,‖ Educational Psyhchologist, 26 (1991), diakses pada 12 Mei 2018 melalui

<https://pdfs.semanticscholar.org/6277/de5e8d8d8f39474eb754ef9bb8c9c9b1c315.pdf.> 56

.Kevin O. Cokley, ―What Do we Know about the Motivation of American Students?,‖

Harvard Educational Review, 73 (2003): h. 524–558. Diakses pada 4 Februari 2018 melalui

<https://search.proquest.com/docview/212296854/fulltextPDF/C284F6B310A04158PQ/1?account

id=38628> 57

JohnW.Santrock, Educational Psychology, 3rd ed. (New York: Mc Graw-Hill, 2008), h.

451.

Page 58: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

46

nyata terkadang dapat meningkatkan pembelajaran terutama

ketika kegiatan pembelajaran dianggap membosankan. 58 Oleh

karenanya pustakawan sebagai profesional yang bekerja dengan

anak-anak harus memanfaatkan motivasi ekstrinsik anak ini untuk

meningkatkan pembelajaran. Motivasi ekstrinsik mengacu pada

berbagai perilaku yang berkaitan dengan seseorang atau sarana

prasarana dan bukan karena diri sendiri untuk mencapai suatu

tujuan.59 Motif-motif tersebut antara lain:

1) Keinginan untuk meraih prestasi, misalnya juara kelas dan

nilai yang besar.

2) Keinginan mendapatkan hadiah dan pujian, seperti sanjungan

baik verbal maupun non verbal dari guru, orang tua, dll.

Verbal

Uzer Usman memaknai penguatan verbal sebagai

penguatan yang biasanya diungkapkan dengan

menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan.

Misalnya; bagus, bagus sekali, betul, pintar, seratus buat

kamu!. Hal ini dilakukan pengajar dalam rangka

memberikan umpan balik agar siswa dapat

58

Martin V. Covingtonartin, ―Intrinsic Versus Extrinsic Motivation in Schools: A

Reconciliation,‖ Current Direction in Physchologycal Science, 9 (2000): h. 22–25. Diakses pada 5

Mei 2018 melalui <http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1111/1467-8721.00052> 59

Rif’ati Dina Handayani, ―Analisis Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Mahasiswa Calon

Guru Fisika,‖ Jurnal Kependidikan, 1 (2017): h. 335–38. Diakses pada 12 Maret 2018 melalui

<https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/8449/pdf>

Page 59: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

47

mempertahankan perilaku positif tersebut.60 Penghargaan

secara verbal dapat memiliki aspek pengendalian yang

signifikan sehingga mengarahkan seseorang untuk terlibat

dalam perilaku khusus untuk mendapatkan pujian yang

menyebabkan berpotensi merusak motivasi intrinsik. 61

Oleh karenanya diperlukan timing yang tepat dalam

pemberiannya. Pujian verbal dan feedbacknya dapat

meningkatkan nilai dari sebuah aktivitas.62

Non Verbal

Menurut Wina Sanjaya penguatan nonverbal adalah

respon yang dilakukan pengajar terhadap perilaku siswa

berupa bahasa isyarat. 63 Misalnya melalui anggukan

kepala tanda setuju, menggelengkan kepala tanda tidak

setuju, mengangkat pundak, dan sebagainya. Menurut

Hamzah B. Uno beberapa komponen keterampilan

pemberian penguatan yang termasuk ke dalam penguatan

nonverbal yaitu: a) penguatan gestural, b) penguatan

dengan cara mendekati, c) penguatan dengan sentuhan, d)

60

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Mancana Jaya

Cemerlang, 2006), h. 81. 61

Edward L. Deci, RichardKoestner, dan Richard M. Ryan, ―Extrinsic Rewarrds and

Intrinsic Motivation in Education: Reconsidered Once Again.,‖ Review of Educational Research,

71 (2001): h. 1–27. Diakses pada 27 Juli 2018 melalui

<https://selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2001_DeciKoestnerRyan.pdf> 62

JudyCameron and David W. Pierce, ―The Debate About Rewards and Intrinsic

Motivation: Protests and Accusations Do Not Alter the Results,‖ Review of Educational Research,

66 (1996): h. 39–51. Diakses pada 4 Mei 2018 melalui

<http://web.cortland.edu/andersmd/psy501/intrinsic.pdf> 63

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana Pernada Media Grup, 2009), h. 36.

Page 60: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

48

penguatan berupa tanda atau benda, e) penguatan dengan

memberikan kegiatan yang menyenangkan.64

3) Keinginan berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri,

misalnya belajar karena besok akan diadakan ujian.

4) Keinginan untuk menhindari hukuman, seperti menghafal

materi yang diberikan guru agar dapat menjawab ketika

bertanya dan tidak dimarahi.

Motivasi ekstrinsik menurut Kevin O. Cokley dalam

tulisannya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:65

1) Identified regulation, keterlibatan perilaku karena dinilai atau

diinternalisasi.

2) Introjected regulation, keterlibatan perilaku karena dinilai

dan diinternalisasi atau diharuskan berperilaku dengan cara

tertentu (ada tekanan).

3) External regulation, keterlibatan perilaku karena adanya

hadiah yang diharapkan atau pemberlakuan hukuman, dan

mewakili perilaku motivasi ekstrinsik yang paling tidak

ditentukan oleh diri sendiri.66 Motivasi ekstrinsik ini kontras

dengan motivasi intrinsik, yang mana mengacu pada

melakukan suatu kegiatan sederhana untuk menikmati

64

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan,

h. 169. 65

Kevin O. Cokley, ―What Do we Know about the Motivation of American Students?,‖

Harvard Educational Review, 73 (2003): h. 524–558. Diakses pada 4 Februari 2018 melalui

<https://search.proquest.com/docview/212296854/fulltextPDF/C284F6B310A04158PQ/1?account

id=38628> 66

Ibid.

Page 61: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

49

aktivitas itu sendiri, dari pada nilai instrumentalnya. 67

Sebagai contoh, seorang atlet berlatih dengan keras dalam

menghadapi kompetesi untuk mendapatkan medali

penghargaan.

Dengan memanfaatkan dorongan yang berasal dari luar ini

pustakawan dapat memotivasi anak untuk belajar. Menurut

Sardiman A.M, berikut adalah cara-cara menumbuhkan motivasi

ekstrinsik dalam belajar, yaitu:68

a) Hadiah

b) Saingan atau kompetisi

c) Ego involvement

d) Memberi ulangan

e) Mengetahui hasil

f) Pujian

g) Hukuman

h) Hasrat untuk belajar

i) Minat

j) Tujuan yang diakui

Cara-cara di atas merupakan penguatan yang dapat

dilakukan oleh pustakawan dalam memotivasi anak belajar.

Penguatan itu sendiri merupakan respon positif yang diberikan

67

Richard M. Ryan dan Edward L. Deci, ―Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic

Definitions and New Direction,‖ Contemporary Educational Psychology, 25 (n.d.): h. 54–67.

Diakses pada 24 Maret 2018 melalui <https://mmrg.pbworks.com/f/Ryan,+Deci+00.pdf> 68

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,

1990), h. 90.

Page 62: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

50

atas perilaku positif yang dicapai dalam proses belajar anak. Hal

ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan dan

meningkatkan perilaku positif tersebut.

Ratna Wilis Dahar membagi penguatan menjadi dua, yaitu

primer yang nilainya diperolah setelah diasosiasikan dengan

penguatan lainnya yang sudah pasti. Sedangkan untuk penguatan

sekunder terbagi lagi menjadi tiga kategori dasar, yaitu penguatan

sosial (pujian, senyuman, atau perhatian), penguatan aktivitas

(pemberian mainan, permainan, atau kegiatan yang

menyenangkan), dan penguatan simbolik (uang, angka, bintang,

atau poin yang bisa digantikan dengan penguatan lainnya).69

Dengan melihat penjelasan mengenai penguatan dalam teori

belajar di atas, serta menyesuaikan dengan penelitian yang penulis

lakukan. Maka penulis menetapkan indikator dalam penelitian ini

sebagai berikut, pemberian pujian dan perhatian jugapemberian

fasilitas dan hadiah. Indikator-indikator ini apabila dikaitkan

dengan penguatan dalam teori belajar maka menjadi sebagai

berikut: pujian dan perhatian sebagai bagian dari penguatan sosial,

pemberian hadiah dan fasilitas sebagai bagian dari penguatan

aktivitas dan penguatan simbolik yang mana pemberiannya terkait

dengan belajar.

69

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Erlangga, 2011),

h. 21.

Page 63: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

51

Pada dasarnya berdasarkan penjelasan tentang macam-macam

motivasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi didorong

oleh naluri seseorang, atau oleh keinginannya dalam memperoleh

kepuasan, atau bahkan karena kebutuhan hidupnya yang mendesak

yang juga dapat hadir dari dalam atau dari luar diri seseorang seperti

lingkungan. Apabila jenis motivasi belajar sudah diketahui, maka

selanjutnya yang tidak kalah penting adalah mengetahui fungsi dari

motivasi belajar itu sendiri.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Dalam proses belajar, motivasi sangatlah diperlukan, dengan

adanya motivasi dalam diri seseorang pembelajaran pun akan lebih

optimal, apabila pembelajaran sudah optimal maka pembelajaran

tersebut dapat dikatakan berhasil. Seperti pengertian motivasi di atas,

jelas bahwa motivasi tidak terlepas dari sebuah tujuan atau cita-cita

begitu pula motivasi dalam belajar. Semakin berharga tujuan itu bagi

seseorang, semakin kuat pula motifnya, jadi apabila seseorang

memiliki tujuan yang kuat untuk mencapai suatu hal maka ia akan

melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya tersebut.

Sardiman A.M mengungkapkan pendapatnya tentang fungsi

motivasi belajar, yakni sebagai berikut:70

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan yang

membuat seseorang berkeinginan untuk belajar.

70

Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 1st ed. (Jakarta: Rajawali,

1990), h.84.

Page 64: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

52

b. Motivasi sebagai pengarah menuju kepada apa yang menjadi tujuan

seseorang.

c. Motivasi sebagai penggerak yang dapat menentukkan cepat atau

lambatnya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang.

Dari berbagai macam pendapat tentang fungsi motivasi belajar

dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar selain memberikan

semangat kepada anak untuk belajar juga dapat membantu dalam

mencapai tujuan belajar, tentunya dengan melakukan berbagai macam

upaya agar diperoleh hasil yang optimal. Berdasarkan penjelasan

tentang belajar dan motivasi belajar, dapat kita ketahui bersama bahwa

belajar tidak selalu tentang sekolah formal. Kegiatan atau aktivitas

dalam belajar dapat dilakukan dimana saja salah satunya di

perpustakaan.

4. Motivasi Belajar di Perpustakaan

Seperti yang dikatakan oleh Ibrahim Bafadal yang dikutip oleh

Sutarno bahwa setiap orang di perpustakaan dapat mengembangkan

diri dengan semangat belajar secara terus menerus tanpa terikat

dengan pendidikan formal. Selain itu yang tidak kalah penting di

perpustakaan seseorang dapat memperoleh kesenangan, rekreasi, juga

kepuasan batin yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.71

Perpustakaan pada dasarnya merupakan salah satu dari berbagai

sumber belajar yang menjadi sarana yang harus ada di tengah-tengah

71

Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.

26.

Page 65: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

53

masyarakat. Perpustakaan berperan sebagai sumber belajar yang harus

dimanfaatkan dalam kegiatan belajar demi tercapainya sebuah tujuan.

Dengan segala layanan dan kegiatan yang tersedia di perpustakaan

akan sangat baik apabila dapat dimanfaatkan secara optimal terutama

untuk anak-anak.

D. Peran Pustakawan dalam Memotivasi Anak Belajar

Berbeda dengan zaman dahulu, penelitian baru-baru ini

menunjukkan bahwa peran dalam pendidikan dan pembelajaran anak

bukan hanya berada di tangan guru akan tetapi juga orang tua di rumah.

Begitu pula dengan peran pustakawan, yang kini dapat bertindak sebagai

pendidik di dalam perpustakaan. Hal ini dilakukan dengan memberikan

sarana belajar yang menyenangkan bukan hanya sekedar penjaga buku.

Selain berperan sebagai pendidik, pustakawan juga berperan sebagai

motivator bagi pemustaka anak dalam belajar. Hal tersebut dapat

dilakukan oleh pustakawan anak ketika menjalankan tugasnya di layanan

anak dengan memberikan motivasi selama anak melakukan kegiatan

belajar.Motivasi yang dimaksud adalah motivasi yang berasal dari luar diri

anak (ekstrinsik) salah satunya adalah dengan pemberian perhatian melalui

layanan referensi, bimbingan membaca koleksi bahan pustaka, bimbingan

belajar untuk anak-anak yang belum bisa membaca.

Keberadaan layanan anak di perpustakaaan beserta unsur yang

mengikutinya secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar,

Sehingga anak-anak merasa terpacu untuk lebih giat lagi atau lebih baik

Page 66: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

54

lagi dalam belajar. Bahkan dalam membimbing anak yang berada di

perpustakaan, pustakawan dapat mempraktekkan prinsip premack, yakni

dengan menggabungkan kegiatan yang kurang disenangi dengan kegiatan

yang disenangi atau diinginkan.

Kunci dari prinsip ini adalah bahwa tindakan dan kesempatan untuk

membuatnya, diperkuat oleh aksi lainnya.72Maksudnya adalah pustakawan

dapat menggabungkan kegiatan yang kurang disukai oleh pemustaka anak

dengan kegiatan yang lebih digemari tentunya dengan memanfaatkan

berbagai macam area dan layanan yang telah disediakan. Misalnya

kegiatan membaca yang diiringi dengan kegiatan menggambar dan

mewarnai, dengan keadaan seperti ini pemustaka anak akan merasa lebih

tertarik dan juga termotivasi.

Motivasi yang dapat diberikan oleh pustakawan salah satunya dengan

memanfaatkan pemberian rangsangan. Rangsangan itu sendiri merupakan

dorongan ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu misalnya pujian dan

hadiah. Selain untuk memotivasi anak belajar, keberadaan layanan anak

juga tidak terlepas dari upaya untuk mengoptimalkan fasilitas dan sumber

daya yang tersedia bagi pemustaka. Pemanfaatan sumber daya

perpustakaan untuk layanan anak bertujuan untuk mengenalkan dunia

kepustakawanan dan pendidikan literasi dini kepada anak-anak yang juga

merupakan salah satu peran dari pustakawan anak.

72

Peter R. Killeen, ―Pavlov + Skinner = Premack Peter R. Killeen,‖ International Journal

of Comparative psychology, 27 (2014): h. 544–68. Diakses pada 30 Juli 2018 melalui

<https://www.researchgate.net/publication/269873794_Pavlov_Skinner_Premack>

Page 67: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

55

Menurut Masjidi dalam Krishandini dan Endang Sri Wahyuni

manfaat layanan anak antara lain adalah sebagai media mengajarkan

keterampilan membaca, media mengembangkan imajinasi dan kreativitas,

media mengajarkan ilmu pengetahuan, media membina moral anak,

mengajarkan bahasa asing, dan media relaksasi.73

Manfaat-manfaat yang telah disebutkan tersebut tidak dapat

dirasakan apabila pustakawan tidak menjalankan perannya dengan baik.

Oleh karena itu memotivasi anak untuk belajar dengan memanfaatkan

layanan anak ini menjadi salah satu alternatif dalam mensiasati kegiatan

belajar formal yang baku seperti sekolah, dengan kegiatan-kegiatan serta

area menyenangkan yang disediakan di layanan anak sebuah perpustakaan.

73

Krishandini dan Endang Sri Wahyuni, ―Pembelajaran BIPA di Institut Pertanian Bogor:

Motivasi, Sikap, dan Harapan Mahasiswa,‖ Jurnal Metalingua, 14 (2016): h. 189–96. Diakses pada

21 Februari 2018 melalui

<http://metalingua.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/metalingua/article/download/195/94>

Page 68: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

56

BAB III

METODE PENELITIAN

Berikut ini adalah metodologi penelitian dilakukan oleh penulis dalam

penelitian ini. Metode penelitian ini dilakukan untuk mendukung pembahasan

dalam skripsi yang sesuai dengan judul dan permasalahan yang penulis

lakukan.

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi

ini ialah jenis penelitian deskriptif, yaitu sebuah penelitian dengan

menggambarkan keadaan subjek atau objek selama proses penelitian

berdasarkan dengan fakta-fakta yang muncul dan apa adanya. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara utuh dan

mendalam tentang pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi belajar di

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.

Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap

data-data non angka seperti hasil wawancara atau catatan laporan bacaan

dari buku-buku, artikel, dan termasuk pula non tulisan seperti foto, gambar,

atau film.74

Pendekatan kualitatif menurut Moleong adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.

74

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 99.

Page 69: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

57

Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagi metode alamiah.75 Melalui pendekatan kualitatif ini,

penulis akan melakukan penelitian yang membahas tentang pemanfaatan

layanan anak sebagai motivasi dalam belajar di Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi DKI Jakarta.

B. Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan konsidi latar penelitian. 76 Penentuan

informan ditentukan dengan terlebih dahulu mencari tahu pihak yang

paling memahami objek penelitian, dalam penelitian ini informan

ditentukan dengan berdasarkan metode purposive sampling. Purposive

sampling adalah metode penentuan informan dengan cara secara sengaja

memilih informan-informan tertentu dengan mengabaikan informan

lainnya karena informan tertentu ini memiliki cirri-ciri khusus yang tidak

dimiliki informan lain.77

Berikut adalah informan yang penulis wawancarai yakni pustakawan

yang telah bekerja di Dispusip DKI Jakarta selama lebih dari satu tahun.

Pustakawan-pustakawan tersebut akan penulis wawancarai untuk

mendapatkan informasi mengenai penelitian yang dilakukan yakni peran

75

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), h. 6. 76

Ibid, h. 90. 77

Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta : STIA-LAN,1999), h. 183.

Page 70: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

58

pustakawan dalam pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi anak

belajar.

Tabel1

Daftar Nama Informan Berdasarkan Lama Bekerja

No Nama Pustakawan Lama Bekerja

1 Ruly Diah K. 5-7 Tahun

2 Muhammad Adam 3-4 Tahun

3 Ahmad Jauzi 1-2 Tahun

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus

dan tujuan penelitian. Data dikumpulkan berdasarkan data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara,

dari sumbernya.78 Data primer juga dapat diartikan sebagai data yang

diambil dari hasil pengamatan langsung dari sumber data atau hasil

penelitian lapangan. Untuk mendapatkan data primer ini penulis

melakukan berbagai macam cara, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan langsung

melalui tanya jawab antara penulis dengan petugas yang berwenang

dan memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti hal ini

78

Ibid, h. 86.

Page 71: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

59

dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana

pemanfaatan layanan anak sebagai motivasi dalam belajar di Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta terkait peran

pustakawan dalam memanfaatkan layanan anak sebagai motivasi

belajar anak.

b. Observasi

Observasi, yaitu metode penelitian yang pengambilan

datanya bertumpu pada pengamatan langsung terhadap objek.79Hal

ini dimaksudkan untuk membandingkan keterangan-keterangan

yang diperoleh melalui wawancara dengan kenyataan yang ada di

lapangan. Adanya kegiatan observasi ini peneliti dapat mengetahui

bagaimana peran pustakawan dalam memanfaatkan layanan anak

sebagai motivasi belajar anak.

2. Data Sekunder

Pengertian dari data sekunder adalah sumber data yang tidak

langsung. Data ini dapat diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-

sumber yang telah ada, baik sudah berbentuk file publikasi atau file

digital. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai data sekunder

adalah struktur organisasi,catatan dokumentasi, jurnal dan lain

sebagainya.Penulis juga melakukan studi kepustakaan dengan

melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan untuk mendapatkan

data dari berbagai literature dan referensi lain seperti buku, majalah,

79

Ibid, h. 63.

Page 72: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

60

makalah, surat kabar, jurnal, serta artikel yang sesuai dengan

pembahasan yang sedang penulis teliti.

D. Keabsahan Data

Kriteria keabsahan data diterapkan dalam rangka membuktikan

temuan hasil lapangan dengan kenyataan yang diteliti dilapangan.

Kebasahan data dilakukan dengan meneliti kredibilitasnya, formulasi

dalam pemeriksaan keabsahan data menyangkut kriteria derajat

kepercayaan (credibility), keteralihan (tranferability), kebergantungan

(dependability), dan kepastian (confirmability). Dari empat kriteria

tersebut, pendekatan kualitatif memiliki delapan teknik pemeriksaan data,

yaitu perpanjangan keikut-sertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,

pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif,

pengecekan anggota, dan uraian rinci.80

Sedangkan teknik yang penulis gunakan dalam memeriksa

kredibilitas data pada penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi

itu sendiri merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut.81Triangulasi adalah metode

sintesa data terhadap kebenarannya dengan menggunakan metode

pengumpulan data yang lain atau berbagai paradigma. Data yang

dinyatakan valid melalui triangulasi akan memberikan keyakinan kepada

80

Sumasno, ―Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi,‖ Jurnal

Ilmu Pendidikan, 22 (2016): h. 74–79. Diaksess pada 24 Juni 2018 melalui

<http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/8721/4194> 81

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001), h. 330.

Page 73: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

61

penulis terkait keabsahan datanya, sehingga tidak ragu dalam proses

penarikan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.82

Menurut Susan Stainback dalam Sugiyono triangulasi adalah ―the

aim is not the determinate the truth about same social phenomenon, rather

than the purpose of triangulation is to increase one’s understanding of

what ever is being investigated‖83 yang artinya triangulasi bukan bertujuan

mencari kebenaran melainkan meningkatkan pemahaman penulis terhadap

data dan fakta yang dimiliki. Denzin seperti yang dikutip oleh Moleong

memaparkan terdapat empat macam triangulasi, yaitu:84

1. Triangulasi Sumber, membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Misalnya membandingkan

hasil wawancara dengan observasi, membandingkan apa yang

dikatakan di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, serta

mmembandingkan hasil wawancara dengan data yang sudah ada.

2. Triangulasi Teori, dapat dilakukan dengan memanfaatkan lebih dari

satu teori untuk kemudian diadu atau dipadu. Teknik ini juga

membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan kajian lapangan

dengan teori-teori yang telah ditemukan oleh para pakar ilmu sosial

82

Bachtiar S. Bachri, ―Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian

Kualitatif,‖ Jurnal Teknologi Pendidikan, 10 (2010): h. 46–62. Diakses pada 29 Juli 2018 melalui

<http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/meyakinkan-validitas-data-melalui-triangulasi-pada-

penelitian-kualitatif.pdf> 83

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 330. 84

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2001), h. 330.

Page 74: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

62

sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab landasan teori yang telah

ditemukan.

3. Triangulasi Metode, merupakan sebuah usaha untuk mengecek

keabsahan data yang dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari

satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.

4. Triangulasi Peneliti, dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu

peneliti dalam proses observasi atau wawancara.

Untuk membuktikan keabsahan data dalam penelitian ini, teknik

yang digunakan yaitu tringulasi sumber. Keabsahan data dilakukan

penulis dengan cara mengecek jawaban dari pernyataan-pernyataan yang

diajukan kepada informan.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis

Menganalisis data berarti mengurai data atau menjelaskan data yang

telah dikumpulkan. Sehingga dari data yang telah dikumpulkan dapat

ditarik pengertian-pengertian dan kesimpulan. Tujuannya yaitu

menyimpulkan pesan dari data tersebut menjadi sebuah informasi yang

dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Data-data yang telah

diperoleh tersebut akan dianalisa melalui tiga tahapan, yaitu:85

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh penulis melalui penelitian lapangan,

wawancara, kajian pustaka dan observasi dicatat dengan rinci,

mengelompokkan atau memilah–milah dan memfokuskan pada hal

85

Sugiyono, Memahami Penelitian KualitatifBandung: Alfabeta, 2013), h. 99.

Page 75: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

63

penting. Dengan demikian data yang didapat bisa memberikan

gambaran yang jelas. Jadi, reduksi data adalah suatu bentuk analisis

yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang menyusun

data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan

dan diverifikasikan.86

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam

bentuk tabel frekuesi dan teks bersifat naratif.87

3. Penarikan Kesimpulan

Penulis membuat kesimpulan dari data–data yang terangkum

yang dijabarkan dalam bentuk naratif. Kesimpulan digunakan untuk

menjawab rumusan masalah.88

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat-alat perlengkapan yang

digunakan saat penelitian. Alat-alat tersebut akan berguna dalam kegiatan

mengumpulkan informasi, seperti perekam suara pada handphone, pulpen,

kertas, kamera, dan daftar pertanyaan.

86

Krisyanto,Teknik Praktis Riset Komunikasi(Jakarta : Prenada Media Group, 2006),

h.96. 87

Ibid., h. 131. 88

Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung : Alfabeta, 2010), h. 99.

Page 76: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

64

G. Jadwal Penelitian

Tabel2

Jadwal Penelitian

Bulan Kegiatan Penelitian

Maret Pengajuan Proposal

April Sidang Proposal

Mei – Juli Bimbingan Skripsi

Agustus-

September

Penelitian Lapangan dan Penyusunan

Laporan

Oktober Sidang Skripsi

Page 77: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan hasil penelitian dan temuan-temuan dalam

penelitian yang telah ditemukan oleh penulis melalui wawancara dengan

informan. Secara lebih lanjut dalam bab ini akan dipaparkan mengenai

gambaran umum objek penelitian dari mulai profil, visi dan misi, struktur

organisasi, dll.

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Profil Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta

Kegiatan perpustakaan dan kearsipan telah dirintis sejak tahun

1950 dengan sebutan Perpustakaan Kotapradja Djakarta Raja. Pada

tahun 1961 Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya menjadi

tingkat I Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja yang kemudia

berimbas pada pergantian nama perpustakaan menjadi Perpustakaan

Balaikota Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja.

Pada tahun 1978 melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Khusus Ibukota Jakarta dibentuklah Lembaga Perpustakaan Umum

yang menangani jenis perpustakaan umum di lingkungan Pemerintah

DKI Jakarta, seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa

Soemantri Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di lima wilayah

kotamadya DKI Jakarta. Perpustakaan Umum di lima wilayah

kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas

Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana

Page 78: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

66

Teknis Dinas (UPTD), sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri

Brodjonegoro masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spiritual DKI

Jakarta.

Tahun 1993 dibentuk Perpustakaan Umum Pemerintah Daerah

DKI Jakarta melalui Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun

1993 sebagai penyelenggara perpustakaan umum daerah. Keberadaan

perpustakaan pun semakin penting di tengah masyarakat ibu kota

maka dibentuklah Peraturan Daerah DKI Jakarta nomor 3 tahun 2001

yang menyatakan Pembentukan Kantor Perpustakaan Umum Daerah

DKI Jakarta dengan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor

109 tahun 2001.Tahun 2009 berdasarkan Peraturan Daerah DKI

Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta Nomor 153 ditetapkan Pembentukan Organisasi dan Tata

Kerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) provinsi DKI

Jakarta dan Badan Perpustakaan dan Arsip Kota (KPAK) yang

bertugas sebagai penyelenggara kegiatan perpustakaan umum daerah.

Terakhir, melalui Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2016, tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta,

dengan penetapan Peraturan Gubernur Nomor 282 tahun 2016 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Badan

Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta

berubah nama menjadi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi

DKI Jakarta (Dispusip).

Page 79: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

67

2. Visi dan Misi

Perpustakaan umum memiliki visi dan misi yang mampu

menunjang tujuan dibentuknya perpustakaan umum yaitu turut serta

dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menggalakkan gemar

membaca. Visi dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI

Jakarta itu sendiri adalah ―Terwujudnya layanan prima dalam bidang

perpustakaan dan kearsipan.‖ Sedangkan misi dari Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan adalah:

a. Mewujudkan tata kelola penyelenggaraan perpustakaan dan arsip

yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah good governance

b. Mengembangkan sarana dan pra-sarana perpustakaan dan arsip

bertaraf nasional bahkan internasional

c. Meningkatkan peran serta fungsi perpustakaan dan arsip dalam

kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan, berbangsa, dan

bernegara

Page 80: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

68

3. Struktur Organisasi

4. Area dan Kegiatan pada Layanan Anak Dispusip DKI Jakarta

Sebagai sebuah living organism perpustakaan harus terus

tumbuh mengikuti perkembangan zaman, salah satunya adalah dengan

memberikan terobosan baru agar dapat mendukung tercapainya visi

juga misi yang dicita-citakan. Berbagai cara dilakukan pada layanan

anak baik dengan menyediakan berbagai macam area maupun

mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik, hal tersebut dilakukan

sebagai bentuk motivasi bagi pemustaka anak dalam belajar dan untuk

memberikan pandangan baru kepada pemustaka anak bahwa

perpustakaan adalah tempat yang menyenangkan.

Page 81: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

69

Area dan kegiatan pada layanan anak di Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Provinsi DKI Jakarta, antara lain:

1. Area, disediakan khusus untuk layanan anak pada lantai dua

gedung Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta

yang terbagi menjadi tiga area, yaitu:

a. Area membaca, terdiri dari lebih kurang 15-16 ribu koleksi

yang terbagi menjadi koleksi fiksi dan juga non fiksi seperti

buku belajar matematika, belajar bahasa Inggris dan kamus

bahasa Inggris, tata surya, macam-macam binatang, calistung,

dll. Sedangkan untuk koleksi fiksi seperti buku dongeng

rakyar, cerita puteri, dan fable. Area membaca ini merupakan

pusat kegiatan yang berada di lantai dua, dilengkapi dengan

karpet dan meja untuk membaca dapat membuat pemustaka

anak betah berlama-lama berada di area ini. Area ini dibuat

dengan tujuan membudayakan membaca sejak dini kepada

anak-anak.

b. Area education games, letaknya bersebelahan dengan area

membaca berisi berbagai macam permainan edukatif seperti

lego, puzzle, bongkar pasang, dll. Area ini dibuat dengan

tujuan melatih motorik halus anak, permainan yang

disediakan ini dapat digunakan untuk umum namun terdapat

koleksi-koleksi tertentu yang masih disimpan di dalam lemari

sehingga banyak pemustaka anak yang menangis karena

Page 82: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

70

ingin memainkan mainan yang terdapat di lemari tersebut.

Diindikasikan permainan yang berada di dalam lemari adalah

macam-macam mainan yang kualitasnya lebih bagus dari

pada koleksi mainan yang sudah disediakan, dan mainan ini

berfungsi untuk menjadi pengganti ketika ada mainan yang

sampai rusak parah.

c. Area playground, yang berlokasi indoor ini berisi berbagai

macam permainan fisik seperti flying fox mini, ayunan, kolam

mandi bola, mobil kecil, sepeda kecil, otopet, dll. yang juga

dilengkapi papan tulis dengan berbagai macam poster untuk

pembelajaran anak usia dini berupa abjad, huruf hijaiyah,

angka, perhitungan sederhana, buah-buahan, hewan, rambu-

rambu lalu lintas, pengenalan anggota tubuh dan lain

sebagainya. Area playground sampai dengan disusunnya

skripsi ini masih berada di bawah pengawasan akibat gempa

yang terjadi beberapa waktu lalu, dampaknya banyak

pemustaka anak yang kecewa karena tidak bisa bermain di

area playground.Namun di sisi lain terdapat orang tua yang

justru merasa lega akan ditutupnya area playground ini

karena menurutnya area playground membuat suasana

perpustakaan menjadi crowded dan tidak terkendali.

2. Kegiatan, terdapat banyak kegiatan yang dilakukan di Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi DKI Jakarta dalam rangka

Page 83: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

71

menunjang pembelajaran baik yang dilakukan secara rutin

maupun tidak rutin, diantaranya:

a. Menggambar dan mewarnai, biasanya dilakukan setiap hari

khusus untuk senin-jumat bentuk gambarnya sama akan

tetapi untuk weekend akan diprint kembali gambar yang

terbaru. Kegiatan ini sifatnya bebas, dilakukan untuk

pemustaka yang memang ingin menggambar atau mewarnai,

sistemnya pemustaka yang datang bisa langsung meminta

gambar dan ala mewarnai kepada petugas yang berjaga di

lantai 2.

b. Mendongeng, kegiatan ini terbagi menjadi dua yakni

dilakukan oleh pustakawan dan juga yang dilakukan oleh

professional. Kegiatan mendongeng yang dilakukan oleh

pustakawan dilakukan dengan tujuan untuk mengurai

keramaian ketika suasana layanan anak sudah terlalu ramai

sehingga sulit untuk dikendalikan. Sedangkan untuk kegiatan

mendongeng yang dilakukan oleh pendongeng profesional

(storyteller) dilakukan rutin setiap sabtu atau minggu.

c. Pemutaran Film, dilakukan ketika musim libur sekolah tiba.

Hal ini dikarenakan jika libur sekolah tiba bukan hanya

weekend akan tetapi weekdays pun ramai pengunjung. Film-

film yang ditayangkan sudah diseleksi oleh pustakawan dan

berisi tentang edukasi serta menghibur. Khusus untuk di luar

Page 84: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

72

musim libursekolah biasanya kegiatan ini menyesuaikan

dengan situasi dan kondisi perpustakaan dan pemustaka anak.

d. Kegiatan Kreativitas lainnya, kegiatan ini sifatnya tergantung

pada kretivitas dari pustakawan dan juga petugas yang

sedang berjaga. Kegiatan kretivitas yang biasa dilakukan

misalnya, games dan membuat origami.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil dari penelitian dan

juga pembahasan tentang peran pustakawan dalam pemanfaatan layanan

anak sebagai motivasi belajar anak di Dispusip DKI Jakarta.Hal ini penulis

peroleh dengan melakukan observasi dan wawancara untuk mengetahui

bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi pemustaka anak belajar

berdasarkan indikator-indikator yang telah penulis tentukan.

Dalam bab ini penulis juga akan memaparkan hasil wawancara

dengan para narasumber yakni tiga orang pustakawan. Terdiri dari Ibu

Ruly Diah yang telah bekerja selama 5 tahun di Dispusip DKI Jakarta,

Bapak Muhammad Adam yang telah bekerja selama 3 tahun di Dispusip

DKI Jakarta, dan terakhir Bapak Ahmad Jauzi yang telah bekerja selama 1

tahun di Dispusip DKI Jakarta. Kegiatan observasi dan wawancara ini

dilakukan lebih kurang selama satu bulan, sejak tanggal 1 Agustus 2018

sampai dengan 31 Agustus 2018.

Page 85: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

73

Pustakawan sebagai orang yang bertanggung jawab atas layanan

anak memiliki peran yang sangat penting. Sikap yang ditunjukkan oleh

pustakawan menjadi hal yang berarti bagi pemustaka anak dalam proses

belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan

menarik seperti yang telah dilakukan oleh layanan anak Dispusip DKI

Jakarta. Melalui hal tersebut dapat terlihat bagaimana peran pustakawan

dalam memanfaatkan layanan anak sebagai memotivasi belajar anak.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh salah satu

pustakawan ketika penulis melakukan wawancara,

“Fungsi perpustakaan itu kan banyak, gak cuma baca buku tapi

ada fungsi rekreasi, edukasi. Nah keberadaan pustakawan ini

harus menstimulasi anak-anak melalui kegiatan dan area yang

ada karena anak usia 3-6 tahun itu mudah jenuh paling lama

bertahan baca buku itu sekitar 30 menit, jadi setelah itu kita

arahkan ke area education games. Mainan yang disediakan juga

bukan sembarangan, tapi yang dapat melatih motoriknya.”89

Terkait peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar, akan

penulis jelaskan secara lebih rinci berdasarkan wawancara penulis

dengan pustakawan layanan anak dan observasi yang penulis lakukan.

Hal ini dengan memfokuskan pada indikator-indikator yang telah

penulis tetapkan. Adapun indikator yang penulis tetapkan tersebut

penulis jadikan acuan dalam menjawab pertanyaan penelitian, yakni

bagaimana peran pustakawan dalam memotivasi anak belajar dengan

memberikan pujian dan perhatianjuga memberikan fasilitas dan hadiah.

89

Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.

Page 86: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

74

1. Motivasi dengan Pemberian Pujian dan Perhatian

Pemustaka layanan anak yang biasanya berusia 3-6 tahun

membutuhkan arahan dan bimbingan dalam proses belajarnya.

Dalam menjalankan perannya sebagai pustakawan yang

berkontribusi dalam pendidikan pemustaka anak, pustakawan dapat

memanfaatkan layanan anak di perpustakaan seperti layanan anak

pada Dispusip DKI Jakarta dengan cara memberikan motivasi

ekstrinsik terhadap pemustaka anak.

Melalui pemberian motivasi ekstrinsik ini pustakawan dapat

mendekatkan diri dengan pemustaka anak. Yang mana tujuannya

adalah untuk mempermudah kegiatan yang dilakukan di

perpustakaan. Salah satuyang dapat dilakukan oleh pustakawan ialah

dengan pemberian pujian dan perhatian, yang masing-masing

pemberiannya harus dilakukan dengan tepat sasaran.

Berdasarkan wawancara penulisdengan pustakawan, peran

pustakawan dalam pemberian pujian sebagai salah satu cara

memotivasi anak belajar adalah sebagai berikut,

―Lucunya anak memang sukanya dipuji, banyak anak yang sekiranya

kita puji seperti ―wah hebat‖ ―wah bagus‖ jadi tambah semangat dan

besoknya malah nagih. Kadang kita memberikan pujian yang biasa

tapi buat mereka luar biasa.‖90

Pemberian pujian diberikan kepada pemustaka anak melalui kalimat-

kalimat verbal seperti ―wah bagus sekali gambarnya‖, ―hebat sekali

kamu‖ ketika pemustaka anak menunjukkan hasil karyanya pada

90

Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, 18 Agustus, 2018.

Page 87: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

75

kegiatan menggambar dan mewarnai atau kegiatan lainnya seperti

pada saat berlangsungnya kegiatan storytelling, origami, atau pun

games.

Pujian yang diberikan selama berlangsungnya kegiatan dapat

memotivasi anak untuk melakukan yang terbaik dalam kegiatan yang

dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan pemustaka anak menjadi lebih

aktif, dan percaya diri dalam mengeksplor imajinasinya melalui

kegiatan-kegiatan yang dilakukan.Hal ini seperti yang disebutkan

dalam sebuah jurnal, yakni pujian verbal dan feedbacknya dapat

meningkatkan nilai dari sebuah aktivitas.91

Selain itu, memotivasi pemustaka anak melalui pemberian

pujian dalam melakukan kegiatan belajar di perpustakaan sesuai

dengan yang disebutkan dalam General Guidelines for Facilitating a

Library Activity Session.Yang mengatakan bahwa salah satu cara

membuat pemustaka anak berperan aktif dalam aktivitas yang

dilakukan di perpustakaan adalah melalui pemberian pujian.92

Hal serupa diungkapkan oleh pustakawan selanjutnya yang

penulis wawancarai, namun pustakawan kedua ini lebih menekankan

pada pujian secara non verbal yakni dengan

91

Cameron Judy and Pierce W. David, ―The Debate About Rewards and Intrinsic

Motivation: Protests and Accusations Do Not Alter the Results.‖ 92

―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses

pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-

reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-

children.pdf.>

Page 88: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

76

memberikanpenghargaaan kepada pemustaka anak, seperti

penggalan wawancara berikut,

―Jelas ketika anak dipuji secara verbal dia akan senang, dia jadi ingin

datang lagike perpustakaan. Tapi selain verbal, ada juga pujian

secara non verbal yaitu memberikan penghargaan kepada pemustaka

anak yang hasil menggambar dan mewarnainya bagus dengan cara

memajang hasil karyanya pada art corner. Dengan begitu banyak

pemustaka anak yang termotivasi agar gambarnya dipajang pada art

corner tersebut.‖93

Selain itu, apresiasi diberikan pula kepada pemustaka anak

yang berhasil menyelesaikan membaca satu buah buku. Kemudian

pustakawan akan memberikannya potongan kertas yang berisi nama,

judul buku, dan hal apa yang pemustaka anak dapatkan dari buku

yang telah dibaca. Berikut kutipan wawancaranya,

―Kita biasanya memberikan potongan kertas kepada pemustaka anak

yang telah selesai membaca satu buku untuk kemudian ditulis nama

pemustaka anak tersebut dan juga buku apa yang ia berhasil

selesaikan pada hari itu, kemudian hasilnya akan ditempel pada art

corner seperti hasil karya menggambar dan mewarnai.‖94

Selain sebagai bentuk apresiasi, dengan memberikan potongan

kertas pustakawan dapat mengetahui pemahaman anak atas apa yang

telah dilakukan di perpustakaan. Sehingga kegiatan tersebut dapat

menjadi lebih efektif. Tidak jarang pula pustakawan memberikan

pertanyaan-pertanyaan singkat bahkan meminta pemustaka anak

untuk menceritakan kembali usai kegiatan storytelling.

Dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat dan

menceritakan kembali ini, pustakawan telah memberikan peran pada

93

Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018. 94

Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.

Page 89: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

77

pemustaka anak untuk terlibat dalam aktivitas belajar seperti yang

telah disebutkan dalam bahwa salah satu tips dalam melakukan

aktivitas dengan pemustaka anak ialah dengan memberikan peran

aktif kepada mereka.95

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa

pustakawan biasanya memberikan pujian kepada pemustaka anak

jika pemustaka anak berhasil melakukan hal-hal yang positif. Pujian

yang diberikan biasanya bersifat verbal seperti kata-kata pujian dan

kata-kata penyemangat yang dapat membuat anak termotivasi untuk

berbuat lebih baik lagi.

Kemudian menempel karya pemustaka anak pada area art

cornerjuga merupakan salah satu bentuk apresiasi sebagai

perwujudan dari pujian non verbal berupa barang atau tanda yang

diberikan oleh pustakawan atas usaha dari pemustaka anak. Karena

disebutkan oleh Cross bahwa pujian dan motivasi dapat membuat

anak terdorong untuk lebih giat lagi daripada sebelumnya.96

Pemberian pujian yang dilakukan oleh pustakawan juga

diungkapkan oleh orang tua pemustaka anak yang penulis

wawancarai,

95

―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses

pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-

reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-

children.pdf.> 96

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana Pernada Media Grup, 2009), h. 147.

Page 90: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

78

―Dalam hal memuji, biasanya dilakukan ketika anak berhasil

melakukan hal yang baik dalam belajar, seperti mampu

menyelesaikan tantangan menggambar dan mewarnai yang diberikan.

Pujian yang diberikan bersifat verbal dan juga non verbal, untuk non

verbal gambar yang dihasilkan apabila bagus akan dipajang pada art

corner di area education games.‖

Meskipun pujian itu perlu, para pustakawan yang penulis

wawancarai sepakat bahwa pemberian pujian ini harus dilakukan

sesuai dengan tempatnya. Hal ini karena pustakawan tidak

menjadikan sebuah pujian menjadi suatu yang utama dalam

berkegiatan. Hal ini dilakukan bukan agar anak terbiasa menerima

imbalan berupa pujian akan tetapi agar anak semangat dan merasa

tertantang untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.

Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Sherry R. Crow

dan Ruth V. Small bahwa pemberian pujian yang tulus

dikombinasikan dengan dorongan yang terfokus pada usaha serta

kerja keras anak dapat memberikan dampak yang positif dalam

memotivasi pemustaka anak.97

Artinya fokus usaha dan kerja keras

dari pemustaka anak inilah yang dinilai dan diberikan apresiasi.

Pemberian pujian secara verbal maupun non verbal untuk

memotivasi anak belajar pada saat kegiatan di Dispusip DKI Jakarta

sebenarnya sudah dilakukan. Hanya saja kegiatan yang

menghasilkan pujian tersebut masih jarang dilakukan. Misalnya

97

Sherry R. Crow dan Ruth V. Small, ―Developing the Motivation within: Using Praise

and Rewards Effectively,‖ School Library Monthly, 27 (2011): h. 5–7. Diakses pada 20 Oktober

2018 melalui

<https://www.researchgate.net/publication/234645804_Developing_the_Motivation_within_Using

_Praise_and_Rewards_Effectively>

Page 91: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

79

selama melakukan penelitian lebih kurang satu bulan penulis hanya

melihat pustakawan dan petugas melakukan kegiatan menggambar

dan mewarnai yang sebanyak dua kali. Hal ini tentu saja sangat

disayangkan, kegiatan yang justru menjadi daya tarik bagi

pemustaka anak tidak memiliki sistem yang jelas dan konsistensi

waktu yang pasti.

Sedangkan pemberian perhatian ditunjukkan melalui perbuatan

seperti mengawasi pemustaka anak, membimbing serta membantu

kesulitan pemustaka anak dengan memberikan layanan bimbingan

referensi, bimbingan membaca, juga bimbingan belajar. Berdasarkan

hasil wawancara penulis dengan pustakawan, dapat diketahui bahwa

anak yang aktif dalam belajar dengan memanfaatkan layanan anak

tidak luput dari perhatian yang diberikan oleh pustakawan dalam hal

mengawasi, maupun membimbing dalam hal belajar ataupun

bermain bersama.

―Kami selalu membimbing anak untuk membaca dulu, kalau saya

pribadi dengan cara menanyakan kepada orang tuaunya buku apa

yang disukai anaknya. Kejadian di lapangan biasanya anak ada yang

suka dinosaurus, tata surya, binatang, ataupun kendaran. Ketika

sudah mengetahui itu saya langsung carikan buku yang berkaitan

karena kita sudah hafal maka dibawakan sekitar 4-5 buku referensi

terutama yang banyak gambarnya dibandingkan tulisannya.‖98

Hal yang dilakukan oleh pustakawan dalam kutipan

wawancara di atastelah sesuai dengan peran pustakawan anak yang

disebutkan oleh Binnie.Yakni memiliki peran tersendiri dalam

98

Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, August 18, 2018.

Page 92: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

80

menentukan koleksi bacaan anak, memberikan bimbingan membaca,

bimbingan referensi, melakukan book talk, dan juga storytelling.99

Salah satu peran pustakawan di luar operasional sehari-hari

juga disebutkan yakni selalu bersiap untuk memberikan perhatian

kepada pemustaka dengan menyarankan ―apa yang harus dibaca

berikutnya‖, atau ―apa yang harus dilakukan selanjutnya.‖100

Dengan

melakukan hal seperti yang disebutkan dalalm wawancara, maka

pustakawan Dispusip DKI Jakarta telah memberikan perhatian yang

terkait belajar kepada pemustaka anak dengan memberikan layanan

bimbingan referensi.

Meskipun begitu tidak semua pemustaka anak bisa didekati

untuk diberikan layanan-layanan tersebut, seperti yang dikatakan

salah satu pustakawan sebagai berikut,

―Sebagai pustakawan dituntut harus peka, sambil mengawasi juga

harus memahami gerak-gerik anak, kalau yang sekiranya kesulitan

dalam membaca dibantu namun biasanya pemustaka anak justru

malu kemudian malah meninggalkan area tersebut. Tapi ada juga

yang justru malah diajarkan membaca, biasanya petugas perempuan

yang melakukan.‖101

Hal tersebut senada dengan yang dikatakan pustakawan ketika sesi

wawancara, bahwa pemustaka Dispusip DKI Jakarta datang dari

berbagai macam kalangan ekonomi dan juga pendidikan.Misalnya

99

Binnie L. Tate, ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖

n.d., h. 392–404. Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui

<https://core.ac.uk/download/pdf/4815941.pdf> 100

―Your Role as Librarian,‖ 2017, Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui

<http://www.plconnect.slq.qld.gov.au/services/rural-libraries-queensland/manual/your-

role#what.> 101

Muhammad Adam, Hasil Wwancara Pribadi, 18 Agustus, 2018.

Page 93: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

81

seperti anak-anak kali pasir yang kurang beruntung secara ekonomi

dan pendidikan.

Anak-anak kali pasir banyakyang datang hanya untuk bermain

akan tetapi ada juga yang memang datang untuk membaca.

Meskipun begitu, tidak semua anak kali pasir yang datang bisa

membaca. Oleh karena itu diadakan bimbingan belajar membaca

bersama dengan media buku alphabet yang dilakukan oleh

pustakawan atau petugas. Namun hal tersebut dilakukan apabila

pemustaka anak berkeinginan untuk melakukannya, karena

pustakawan tidak bisa memaksakan, berikut yang dikatakan oleh

pustakawan ketika penulis wawancarai,

―..terkadang anak kali pasir yang tidak bisa membaca, kita

kumpulkan untuk belajar membaca namun kembali lagi tidak semua

anak mau ada yang justru malu dan malah kabur. Kalau sudah begitu

yasudah kita kan tidak mau memaksakan, kita hanya memberi

fasilitas kalau mau silahkan kalau tidak yasudah.‖102

Akan sangat disayangkan apabila kegiatan yang dilakukan

terlalu bergantung dengan kondisi psikologis pemustaka anak yang

tidak menentu. Menanggapi hal tersebut, sudah seharusnya

pustakawan membekali dirinya dengan ilmu-ilmu yang berkaitan

dengan ranah kerjanya seperti yang disebutkan dalam International

Federation of Library Association and Institution (IFLA) dalam

102

Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.

Page 94: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

82

Guidelines for Children’s Library, yakni di antaranya psikologi

perkembangan anak.103

Dengan begitu pustakawan akan lebih mudah dalam

melakukan berbagai kegiatan dengan pemustaka anak. Selain itu

akan lebih mudah puladalam menjalankan perannya

denganmemberikan perhatianyang terkait dengan belajar.Di

antaranya yakni melalaui pemberian layanan dalam hal layanan

referensi, membaca, dan juga bimbingan belajar.

Selanjutnya dalam hal mengawasi pemustaka anak belajar,

pustakawan lebih sering melakukannya dari meja petugas. Hal ini

memang sudah seharusnya demikian, sebab petugas yang berjaga

tidak boleh terlalu lama meninggalkan meja petugas karena diawasi

oleh cctvyang langsung menuju ke dinas.Hal ini seiring dengan yang

dikatakan oleh pustakawan yang penulis wawancara, yakni sebagai

berikut,

―Untuk mengawasi hanya dari meja pengawas, karena prosedur

untuk berjaga di lantai 2 itu kita harus berada di meja petugas kita

juga diawasi dengan cctv yang langsung dari dinas makanya untuk

layanan anak kita sangat kerjasama kepada orang tua karena tidak

semua bisa kita pantau, kalau kita sering keluar dari meja nanti

disangka tidak ada petugas dan semacamnya kecuali ada kegiatan

barulah kita bisa meninggalkan meja itu lebih lama karena

kegiatannya memang jelas.‖

Dengan situasi seperti ini, kesempatan bagi pustakawan untuk

mendampingi pemustaka anak dalam area membaca maupun area

103

IFLA, ―Guidelines for Library Services to Babies and Toddlers,‖ 2007, Diakses pada

10 Maret 2018, melalui <https://www.ifla.org/files/assets/hq/publications/professional-

report/100.pdf.>

Page 95: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

83

education games sangat minim. Kecuali pada saat-saat tertentu

seperti pada saat berlangsungnya kegiatan storytelling yang

dilakukan oleh pustakawan ataupun terdapat kunjungan dari sekolah.

Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi pustakawan

untuk membantu kebutuhan pemustaka anak di layananan anak.

Kegiatan yang dilakukan merupakan salah satu cara yang

pustakawan anak lakukan untuk berkomunikasi dan melakukan

pendekatan dengan pemustaka anak. Karena seperti yang disebutkan,

bahwa seorang pustakawan anak yang memiliki tujuan utama untuk

menanamkan pengetahuan daripada menjaga buku akan mencari

berbagai macam cara untuk berkomunikasi dan mengembangkan

komunikasi dengan pemustaka anak seperti membacakan cerita

tradisional, melakukan kegiatan menulis, melakukan kegiatan

membaca puisi, melakukan kegiatan pemutaran film, dll.104

2. Motivasi dengan Pemberian Fasilitas dan Hadiah

Proses belajar tidak akan berjalan lancar tanpa adanya fasilitas

yang disediakan. Berdasarkan hal tersebut, perpustakaan dan

pustakawan harus mampu memenuhi fasilitas belajar anak baik dari

segi sarana maupun prasarana. Fasilitas yang disediakan berupa

fasilitas fisik seperti ruang membaca, ruang bermain, dan juga

peralatan belajar yang digunakan langsung untuk belajar.

104

Binnie L. Tate, ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖

n.d., h. 392–404. Diakses pada 2 Agustus 2018 melalui

<https://core.ac.uk/download/pdf/4815941.pdf>

Page 96: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

84

Peralatan belajar yang diberikan untuk mendukung kegiatan

yang dilaksanakan.Contohnya adalah alat menggambar dan

mewarnai yang bisa didapatkan dengan cara meminta langsung

kepada petugas yang berjaga di lantai dua layanan anak Dispusip

DKI Jakarta. Kegiatan menggambar dan mewarnai ini dilakukan

oleh para pemustaka anak yang memang ingin melakukan hal

tersebut, jika tidak ingin maka tidak ada paksaan untuk

melakukannya. Hal tersebut berdasarkan dengan hasil wawancara

yang penulis lakukan dengan pustakawan, yakni sebagai berikut,

―Kegiatan ini sifatnya tidak dipaksa, siapa yang ingin melakukan

maka dipersilahkan. Kegiatan ini juga sudah disediakan plus crayon

dan pensil warna jadi pengunjung yang sudah sering datang juga

sudah tahu ketika mereka datang mereka akan langsung bertanya

untuk meminta tanpa khawatir tidak membawa peralatan dari

rumah.‖105

Disamping penyediaan fasilitas untuk menggambar dan

mewarnai seperti pensil warna dan crayon, disediakan pula kertas

origami yang dapat digunakan untuk membuat kreasi pun pula

dijadikan hiasan dekorasi pada layanan anak. Pelaksanaannya yaitu

pustakawan dan pemustaka anak bersama-sama membuat kreasi

origami tersebut. Namun tetap kegiatan ini sifatnya spontan dan

tidak memaksa serta tidak ada jadwal tertentu yang pasti tergantung

dari kreativitas dari pustakawan ataupun petugas yang bertugas.

Penyediaan fasilitas ini sesuai dengan peran pustakawan di luar

operasional sehari-hari yang telah disebutkan yakni berperan sebagai

105

Ruly Diah K, Hasil Wawancara Pribadi, 24Agustus, 2018.

Page 97: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

85

mediator informasi, mediator belajar, mediator dalam pelestarian

budaya, pembimbing pembelajaran, mediator masa lalu kini dan

nanti, serta fasilitator dalam pembinaan minat baca. 106 Namun bukan

hanya fasilitator dalam hal minat baca, lebih besar lagi pustakawan

juga berperan sebagai fasilitator dalam hal belajar.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fasilitas yang

disediakan Dispusip DKI Jakarta sudah mumpuni untuk ukuran

perpustakaan umum. Namun sayangnya kegiatan untuk

memanfaatkan fasilitas yang tersedia ini masih jarang dilakukan.

Seperti kegiatan menggambar dan mewarnai sebenarnya selalu

disediakan alat-alatnya di meja petugas hanya saja sosialisasi yang

kurang menyebabkan pemustaka anak tidak memanfaatkan fasilitas

tersebut. Sama halnya dengan kegiatan kreativitas lainnya yang

mana peralatannya pun sudah disediakan namun sangat jarang

dilakukan dan tidak menentu. Selama melakukan penelitian, tidak

sekalipun penulis lihat pustakawan atau petugas melakukan kegiatan

kreativitas atau games.

Mengenai pemberian hadiah juga penting dilakukan untuk

memotivasi anak, Namun pemberiannya harus diperhatikan agar

tidak terlalu berlebihan. Berikut hasil wawancara penulis dengan

pustakawan,

106

Chusnul Chatimah and Taufiq Mathar, ―Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan

Kinerja Perpustakaan.‖

Page 98: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

86

―..saya juga suka memberikan tantangan dengan hadiah merchandise

berupa gelang ketika anak berhasil membaca minimal satu buku hal

itu diawasi oleh petugas dan juga orang tua, setalah itu baru kami

arahkan untuk permainan edukasi ketika mereka sudah boring atau

bosan.‖107

Hal ini juga sesuai dengan prinsip premack,yang artinya

menghubungkan sesuatu pada kegiatan-kegiatan yang lebih digemari

dengan kegiatan yang kurang digemari. Hal ini juga berarti dalam

melakukan tindakan dan kesempatan, diperkuat oleh aksi

lainnya.108

Pada Dispusip DKI Jakarta ini biasanya kegiatan yang

digemari seperti menggambar dan mewarnai serta bermain

dihubungkan terlebih dahulu dengan kegiatan membaca.

Selain hadiah berupa merchandise, ada juga hadiah berupa

uang seperti yang dikatakan pustakawan sebagai berikut,

―..Ketika mereka melakukan suatu kreasi yang wah di perpustakaan

biasanya gini kalau ada gambar yang bagus pada kegiatan

menggambar dan mewarnai ini kita berikan reward berupa gelang,

gantungan kunci atau uang sebesar dua ribu rupiah.‖109

Hadiah yang diberikan dalam kegiatan yang dilaksanakan

merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk menjaga perilaku

seseorang untuk tetap berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam General Guidelines for Facilitating a Library Activity

Session disebutkan bahwa rewards yang diberikan selama

melakukan kegiatanbelajar di perpustakaan terbukti bermanfaat

107

Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, 18 Agustus, 2018. 108

Peter R. Killeen, ―Pavlov + Skinner = Premack Peter R. Killeen,‖ International Journal

of Comparative psychology, 27 (2014): h. 544–68. Diakses pada 30 Juli 2018 melalui

<https://www.researchgate.net/publication/269873794_Pavlov_Skinner_Premack> 109

Ahmad Jauzi, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.

Page 99: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

87

untuk memotivasi pemustaka anak dan menjaga perilaku mereka

untuk tetap mengerjakan apa yang diperintahkan.110

Dalam teori pembelajaran dikenal pula istilah penguatan

positif, yakni berupa hadiah dan juga pujian. Yang mana dilakukan

karena seseorang telah melakukan suatu perbuatan yang sesuai dan

juga diharapkan.111 Dalam hal ini hadiah disebut sebagai penguatan

positif (menyenangkan) tersebut. Namun salah satu pustakawan yang

penulis wawancarai mengatakan bahwa hadiah hanyalah sedikit

apresiasi, yang utama tetap prosesnya,

―Sebenernya itu hanya sebatas penghargaan dan apresiasi kepada

mereka supaya lebih aktif. Gak dikasih reward juga udah aktif sih,

supaya lebih seru. Jangan sampe reward ini yang utama proses yang

utama, kita gak mau karena kita iming-imingi sesuatu mereka jadi

berharap kepada itu. Hanya sedikit apresiasi, sedikit aja supaya lebih

aktif lebih tertantang dalam melakukan sesuatu.‖112

Hadiah ini diberikan kepada pemustaka anak yang telah

melakukan kegiatan positif pada layanan anak.Misalnya pemustaka

anak mampu menyelesaikan minimal satu buku kemudian menulis

nama serta judul buku yang sudah selesai dibaca. Selain itu,

pemustaka anak bersedia menyerahkan hasil menggambar dan

mewarnainya kepada pustakawan atau petugas. Atau pemustaka

anak yang dapat menceritakan kembali cerita pada kegiatan

110

―Facilitating Library Activity Sessions for Children,‖ Ask About Ireland (blog), diakses

pada 22 Oktober, 2018, melalui <http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-

reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-activity-sessions-for-

children.pdf.> 111

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, 41. 112

Ruly Diah K, Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.

Page 100: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

88

storytelling. Pemberian hadiah juga berlaku pada saat kegiatan

games yang dilakukan oleh pustakawan terhadap pemustaka anak.

Pemberian hadiah lebih banyak dilakukan pada saat Dispusip

DKI Jakarta mendapat kunjungan dari sekolah TK/PAUD yang

kemudian melakukan kegiatan disana. Namun tidak menutup

kemungkinan diberikan kepada pemustaka lain yang aktif dalam

kegiatan pembelajaran.Tentunya selama persediaan hadiah masih

ada.

Pemberian hadiah juga diberikan tidak terkecuali kepada

anak kali pasir. Dari sekian banyak anak kali pasir yang datang,

memang tidak semua memiliki motivasi intrinsik untuk belajar.Akan

tetapi dengan adanya stimulus berupa hadiah ini membuat mereka

dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan tertib. Pada saat

itulah peran pustakawan dalam memberikan motivasi ekstinsik bagi

pemustaka anak. Seperti yang dikatakan salah satu pustakawan pada

saat sesi wawancara,

―..Anak kali pasir ini merupakan anak-anak dari lingkungan sekitar

dispusip yang kurang mampu, kurang pendidikan, ada juga yang

bandel tapi makanya kita didik justru gak kita marahi tapi kita

edukasi dengan kegiatan yang menyenangkan salah satunya dengan

menggambar dan mewarnai kalau memang bagus nanti dapat gelang

atau uang dua ribu akhirnya anak itu jadi diam dan dapat mengikuti

kegiatan dengan baik, jadi contoh juga buat yang lain.‖113

Perilaku yang ditunjukkan oleh anak kali pasir ini

menunjukkan bahwa external regulation yang berperan dalam

113

Muhammad Adam, Hasil Wawancara Pribadi, 18 Agusttus, 2018.

Page 101: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

89

memotivasi belajar mereka, yakni keterlibatan perilaku karena

adanya hadiah yang diharapkan.114 Oleh karenanya pemberian hadiah

harus dengan dosis yang pasagar terbentuk sikap positif yang

berulang.

Hal ini terbukti dengan apa yang dikatakan pustakawan bahwa

ada pemustaka anak yang terus menerus ingin menggambar dan

mewarnai agar hasil gambar dan mewarnainya itu dapat terpajang di

madingart corner dan dapat dilihat oleh pemustaka yang lain.

Menjadi kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi pemustaka anak

apabila usaha yang dilakukan dihargai dengan nyata oleh

pustakawan, orang tua mereka, atau bahkan pemustaka lain yang

datang.

Dengan memanfaatkan area dan kegiatan sebagai media dalam

pembelajaran bagi pemustaka anak, pustakawan dapat memberikan

motivasi ekstrinsik kepada pemustaka anak. Hal ini dilakukan agar

pemustaka anak menjadi lebih giat lagi dalam belajar. Tentunya

penumbuhan motivasi intrinsik yang berasal dari dalam diri pemustaka

anak ini sangat penting. Namun apabila hal tersebut belum tumbuh maka

melalui motivasi ekstrinsik ini pustakawan dapat membantu pemustaka

anak untuk menumbuhkan motivasi intrinsik tersebut.

114

Cokley O. Kevin, ―What Do we Know about the Motivation of American Students?‖

Page 102: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

90

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas mengenai ―Peran Pustakawan

dalam Pemanfaatan Layanan Anak sebagai Motivasi Belajar Anak di

Dispusip DKI Jakarta‖, maka dapat penulis simpulkan bahwa pustakawan

telah berperan dalam memotivasi anak belajar melalui:

1. Pemberian pujian dan perhatian dilakukan dengan cara memberikan

pujian verbal maupun non verbal kepada pemustaka anak yang aktif

dalam mengikuti kegiatan di Dispusip DKI Jakarta. Pujian verbal

seperti ―kamu hebat‖, ―bagus sekali‖ sedangkan pujian non verbal

dengan cara menempel hasil karya pemustaka anak pada mading art

corner yang telah disediakan. Mengenai perhatian lebih banyak

dilakukan dengan cara mengawasi, memperingati tentang tata tertib di

layanan anak Dispusip DKI Jakarta. Sedangkan perhatian yang terkait

belajar seperti layanan bimbingan referensi, bimbingan membaca, dan

bimbingan belajar masih jarang dilakukan.

2. Pemberian fasilitas dan hadiah dilakukan dengan cara menyediakan

fasilitas berupa peralatan belajar seperti ruang belajar, koleksi buku,

dan koleksi mainan edukatif. Namun disamping itu fasilitas dalam

pelaksanaan kegiatan juga disediakan yakni dengan cara penyediaan

form menggambar dan mewarnai, alat mewarnai, peralatan permainan,

serta kertas origami untuk menunjang kegiatan kreativitas yang

Page 103: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

91

dilakukan. Sedangkan hadiah diberikan kepada pemustaka anak yang

aktif dalam mengikuti kegiatan di Dispusip DKI Jakarta. Baik dalam

kegiatan menggambar dan mewarnai, maupun storytelling. Hadiah yang

diberikan berupa merchandise berupa sticker, gelang, gantungan kunci,

juga uang dua ribu rupiah. Sayangnya kegiatan yang dilakukan untuk

memanfaatkan fasilitas dan yang menghasilkan hadiah masih kurang

aktif pelaksanannya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, berikut ialah saran yang dapat

penulis berikan:

1. Dalam pemberian perhatian dengan cara memberikan layanan

sepertilayanan referensi, layanan bimbingan membaca, dan layanan

bimbingan belajar sebaiknya dilakukan tanpa menunggu inisiatif datang

dari pemustaka anak. Setiap kegiatan yang dilakukan juga sebaiknya

disosialisasikan lebih gencar lagi dengan konsistensi jadwal yang pasti.

2. Dalam memberikan fasilitas dan hadiah, agar pemustaka anak lebih

nyaman dalam mengikuti berbagai macam kegiatan,sebaiknyadilakukan

kerjasama dengan melibatkan orang tua dalam kegiatan yang akan

dilakukan.

Page 104: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

92

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press, 2009.

Craig, D. Sidney, and YB. Tugiyarso. Mendidik Dengan Kasih. Yogyakarta: Kanisius,

1994.

Dahar, W. Ratna. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga, 2011.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Hamalik,Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2007.

Irawan,Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.

Kartono,Kartini. Peranan Keluarga Memandu Anak. 1st ed. Jakarta: Rajawali, 1992.

McColvin, R. Lionel. Public Library Service for Children. France: UNESCO, 1957.

M, A.Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. 1st ed. Jakarta: Rajawali,

1990.

Moleong, J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2011.

Purwanto,Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Perpustakaan Nasional RI. Panduan Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum.

Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2000.

———. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah. Jakarta: Perpustakaan

Nasional RI, 1992.

Reitz, M. Joan. Dictionary for Library and Information Science. Amerika: Libraries

Unlimited, 2004.

Santrock, W. John. Educational Psychology. 3rd ed. New York: Mc Graw-Hill, 2008.

Sanjaya.Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Pernada Media Grup, 2009.

S, N.Sutarno. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2013.

Suherman. Pustakawan Inspriratif. Bandung: MQS Publishing, 2011.

Page 105: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

93

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Tangerang Selatan: Universitas

Terbuka, 2013.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.

Uno, B. Hamzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Usman, U.Moh. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Mancana Jaya Cemerlang,

2006.

Jurnal

Akanwa C. Pearl. ―Public Library Services in Rural Area,‖ e-journal Libary Philosophy

and Practice, 2013.

http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2491&context=libphil

prac.

Bachtiar S. Bachri. ―Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada Penelitian

Kualitatif,‖ Jurnal Teknologi Pendidikan, 10 (2010): 46–62.

Cameron Judy, dan Pierce W. David. ―The Debate About Rewards and Intrinsic

Motivation: Protests and Accusations Do Not Alter the Results,‖ Review of

Educational Research, 66 (1996): 39–51.

Chusnul Chatimah, dan Taufiq Mathar. ―Peran Pustakawan Dalam Meningkatkan

Kinerja Perpustakaan,‖ Jurnal Khizanah Al-Hikmah, 3 (2015): 101–11.

Cokley O. Kevin. ―What Do we Know about the Motivation of American Students?,‖

Harvard Educational Review, 73 (2003): 524–58.

Covingtonartin V. Martin. ―Intrinsic Versus Extrinsic Motivation in Schools: A

Reconciliation,‖ Current Direction in Physchologycal Science, 9 (2000): 22–25.

Crow, R. Sherry dan Small V. Ruth . ―Developing the Motivation within: Using Praise

and Rewards Effectively,‖ School Library Monthly, 27 (2011): 5–7.

Deci L. Edward, Vallerand J. Robert, Pelletier G. LUG, dan RyanM. Richard.

―Motivation and Education: The Self-Determination Perspective,‖ Educational

Psyhchologist, 26 (1991).

https://pdfs.semanticscholar.org/6277/de5e8d8d8f39474eb754ef9bb8c9c9b1c315

.pdf.

Deci, L. Edward, Koestner Richard, dan Ryan Richard M. ―Extrinsic Rewarrds and

Intrinsic Motivation in Education: Reconsidered Once Again.,‖ Review of

Educational Research, 71 (2001): 1–27.

Ernawulan Syaodih. ―Psikologi Perkembangan,‖ n.d.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-

ERNAWULAN_SYAODIH/PSIKOLOGI_PERKEMBANGAN.pdf.

Page 106: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

94

Janice M. Del Negro. ―Storytelling in Libraries,‖ Storytelling, Self, Society, 12 (2016):

1–3.

Handayani, D. Rif’ati. ―Analisis Motivasi Instrinsik Dan Ekstrinsik Mahasiswa Calon

Guru Fisika,‖ Jurnal Kependidikan, 1 (2017): 335–38.

Krishandini, dan Endang Sri Wahyuni. ―Pembelajaran BIPA di Institut Pertanian Bogor:

Motivasi, Sikap, dan Harapan Mahasiswa,‖ Jurnal Metalingua, 14 (2016): 189–96.

Landry, H. Susan. The Role of Parents in Early Childhood Learning. USA: University

of Texas Health Science Center, 2014. http://www.child-

encyclopedia.com/parenting-skills/according-experts/role-parents-early-

childhood-learning.

Lestari,Suci, dan NelisaMalta. ―Peran Pustakawan Dalam Memotivasi Anak Usia Dini

Memanfaatkan Layanan Anak Di Badan Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi

Sumatera Barat,‖ Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, 4 (2015).

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/iipk/article/view/5142/4039.

Listiani Lawe, Syanne Harindah, dan Jonny J. Senduk. ―Peran Fasilitas Perpustakaan

Terhadap Kinerja Pustakawan di BPAD Provinsi Sulawesi Utara,‖ 3, V (2016).

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/view/12773/12365.

Nuzliah. ―Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas Terhadap Problem Solving Siswa

Dalam Belajar Serta Implikasi Terhadap Bimbingan Dan Konseling Di SMPN 29

Padang,‖ Jurnal Edukasi, 1 (2015): 157–73.

Peter, Killeen R. ―Pavlov + Skinner = Premack Peter R. Killeen,‖ International Journal

of Comparative psychology, 27 (2014): 544–68.

Ryan M. Richard, dan Deci L. Edward. ―Intrinsic and Extrinsic Motivations: Classic

Definitions and New Direction,‖ Contemporary Educational Psychology, 25

(n.d.): 54–67.

Sigit Sanyata. ―Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling,‖ Jurnal

Paradigma, 7 (2012).

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132297302/penelitian/B.1c.Artikel+Ilmiah-

Teori+dan+Aplikasi+Behavioristik+dalam+Konseling.pdf.

Sumasno. ―Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi,‖ Jurnal

Ilmu Pendidikan, 22 (2016): 74–79.

Tate, L. Binnie ―The Role of the Children’s Librarian in Serving the Disadvantaged,‖

n.d., 392–404.

Walter A. Virginia. ―Public Library Service to Children and Teens: A Research Agenda,‖

Library Trends, 51 (2003): 571–89.

Williams C. Kaylene, and Williams C. Caroline. ―Five Key Ingredients for Improving

Student Motivation,‖ Research in Higher Education Journal, 11. Accessed March

14, 2018.

Page 107: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

95

https://scholarsarchive.library.albany.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://ww

w.google.co.id/&httpsredir=1&article=1000&context=math_fac_scholar.

our-role#what.

Zulfikar Zen. ―Pustakawan Dan Kode Etiknya,‖ Jurnal Ikatan Pustakawan Indonesia, 1

(2014): 1–9.

Web

―Facilitating Library Activity Sessions for Children.‖ Ask About Ireland (blog).

Accessed October 22, 2018. http://www.askaboutireland.ie/libraries/books-and-

reading/childrens-literacy-skills/ideas-for-library-activit/Facilitating-library-

activity-sessions-for-children.pdf.

IFLA. ―Code of Ethics for Librarians,‖ n.d.

https://www.ifla.org/files/assets/faife/codesofethics/indonesia.pdf.

———. Guidelines for Children Library Services: Libraries for Children and Young

Adults Section. Croatia: IFLA, 2003.

———. ―IFLA/UNESCO Public Library Manifesto 1994,‖ 2016.

https://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994.

Kementerian Koordinator Bidang Peembangunan Manusia dan Kebudayaan. ―Indonesia

Peringkat Ke- 57 EDI Dari 115 Negara Tahun 2014,‖ 2015.

https://www.kemenkopmk.go.id/artikel/indonesia-peringkat-ke-57-edi-dari-115-

negara-tahun-2014.

―Your Role as Librarian,‖ 2017. http://www.plconnect.slq.qld.gov.au/services/rural-

libraries-queensland/manual/your-role#what.

Wawancara

Ahmad Jauzi. Hasil Wawancara Pribadi, 24 Agustus, 2018.

Muhammad Adam. Hasil Wwancara Pribadi, 18 Agustus, 2018.

Ruly Diah K. Hasil Wwancara Pribadi, 24 Agustus, 2018

Page 108: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

LAMPIRAN

Pertanyaan Wawancara

1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti

storytelling, menggambar dll?

2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti

menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?

3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan

media permainan bagaimana anda mengawasinya?

4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan

mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam

memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda

menyikapinya?

5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan

storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan

mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non

verbal? Seperti apa contohnya?

6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?

7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga

memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada

kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?

8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan

belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait

belajar?

9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang

dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?

Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?

10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar anak yang dihasilkan oleh pemustaka

anak? Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap

pemustaka anak terkait hal tersebut?

Page 109: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

Transkrip dengan Wawancara 1

1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti

storytelling, menggambar dll?

“Untuk di lantai anak ada menggambar dan mewarnai biasanya

setiap hari untuk senin-jumat gambar dan mewarnainya sama tapi

untuk weekend akan diprint lagi yang terbaru Ada juga kegiatan

storytelling, ada yang dari pustakawan ada yang dari professional.

Biasanya dari kita menggunakan buku cari dari rak atau dipersiapkan

dengan matang jika ada kunjungan dengan alat peraga dan latihan

tapi kalau memang dadakan seperti untuk mengurai situasi yang

gaduh biasanya kita adakan storytelling dengan melakukan

pengumuman di mic akhirnya disana kita storytelling dengan buku.

Ada juga kegiatan edu games, kalau ada games yang melakukan dari

pustakawan. Selanjutnya ada layanan nonton film, dan dilakukan

kalau sedang liburan sekolah karena kalau libur sekolah gak cuma

weekend tapi weekdays juga ramai. Jadi kalau libur sekolah sudah

langsung dibuat jadwal layaknya teater di bioskop. Kalau untuk di

luar liburan sekolah biasanya kita lihat situasi dan kondisi

perpustakaan, hal ini juga merupakan salah satu cara mengurai

kebisingan. Film-film yang ditayangkan sudah diseleksi oleh

pustakawan dan dapat dijamin aman dari hal-hal yang tidak

seharusnya, yang jelas edukasi dan lucu.”

2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti

menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?

“Iya. Kegiatan menggambar dan mewarnai ini sudah disediakan plus

crayon dan pensil warna jadi pengunjung yang sudah sering datang

juga sudah tahu ketika mereka datang mereka akan langsung

bertanya untuk meminta.”

3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan

media permainan bagaimana anda mengawasinya?

“Untuk mengawasi hanya dari meja pengawas, karena prosedur

untuk berjaga di lantai 2 itu kita harus berada di meja petugas kita

juga diawasi dengan cctv yang langsung dari dinas makanya untuk

layanan anak kita sangat kerjasama kepada orang tua karena tidak

semua bisa kita pantau, kalau kita sering keluar dari meja nanti

disangka tidak ada petugas dan semacamnya kecuali ada kegiatan

barulah kita bisa meninggalkan meja itu lebih lama karena

kegiatannya memang jelas.”

Page 110: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan

mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam

memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda

menyikapinya?

“Untuk mainan enggak sih, anak-anak sendiri aja. Walau mainan

rusak pun, anak-anak gak masalah karena imajinasi mereka lebih

tinggi dari pada kita bahkan kadang bukan mobilan dijadikan

mobilan dsb. Untuk layanan lainkita memang harus peka, petugas

kan tugasnya mengawasi jadi ketika mengawasi ini kita harus bisa

membaca gerak-gerik anak yang kiranya sulit dalam membaca itu

langsung kita samperin dan ditanya dan kebanyakan mereka malu

dan justru malah kabur. Kita juga harus lihat kondisi anak-anaknya

karena ada yang disamperin untuk diberikan layanan bimbingan

membaca justru malah kabur. Tapi ada juga yang mau diajarin baca,

biasanya yang petugas perempuan sih ya kalau laki-laki

jarang.Kalau saya pribadi lebih banyak memberikan layanan

referensi dengan cara menanyakan kepada ortunya anaknya suka

buku apa dan di lapangan biasanya anak ada yang suka dinosaurus,

tata surya, binatang, ataupun kendaran ketika sudah mengetahui itu

saya langsung carikan buku yang berkaitan karena kita sudah hafal

maka dibawakan sekitar 4-5 buku referensi terutama yang banyak

gambarnya dibandingkan tulisannya.”

5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan

storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan

mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non

verbal? Seperti apa contohnya?

“Iya. Ketika mereka melakukan suatu kreasi yang wah di

perpustakaan biasanya gini kita juga memberikan penghargaan

dengan menempel karya tersebut yang anak berikan kepada kita.

Kalau anak-anak ingin membawa pulang hasil karyanya boleh tapi

kalau dikembalikan ke pustakawan dan memang bagus maka akan

dipajang di mading yang berada di area edu games.”

6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?

“..Lucunya anak memang sukanya dipuji, banyak anak yang

sekiranya kita puji “wah hebat” “wah bagus” jadi tambah semangat

dan besoknya malah nagih lagi ya itu mereka pasti nagih lagi ya

mungkin emang karakter anak sukanya dipuji dan besokannya senang.

Kadang kita memberikan pujian yang biasa tapi buat mereka luar

biasa, bahkan ada juga ada pujian kita ketika ada orang tua yang

Page 111: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

menyuruh anaknya merapihkan mainan membantu pekerjaan kita

terus kita Cuma bilang “wah besok datang lagi” udah seneng digituin,

anak jadi aktif malah seneng rapihin ketimbang mainin.”

7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga

memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada

kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?

“Untuk ukuran anak sd yang sudah bisa dibimbing justru kita berikan

reward kalau gambar atau warnainnya bagus akan diberikan

merchandise seperti gantungan kunci atau gelang atau bahkan uang 2

ribu.Biasanya sasaran kita selain anak yang datang dengan orang

tuanya ada juga anak kali pasir.”

8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan

belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait

belajar?

“Anak kali pasir ini merupakan anak-anak dari lingkungan sekitar

dispusip yang kurang mampu kurang pendidikan, ada juga yang

bandel tapi makanya kita didik justru gak kita marahi tapi kita

edukasi dengan kegiatan yang menyenangkan salah satunya dengan

menggambar dan mewarnai kalau memang bagus nanti dapat gelang

atau uang 2 ribu akhirnya anak itu jadi diam dan dapat mengikuti

kegiatan dengan baik, jadi contoh juga buat yang lain.”

9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang

dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?

Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?

“Iya. Misalnya kalau abis kegiatan storytelling kan kita suka adakan

tanya jawab terkait cerita yang baru saja dibawakan. Biasanya

dilakukan saat storytelling bersama dengan pustakawan atau petugas.”

10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar yang dihasilkan oleh pemustaka anak?

Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap

pemustaka anak terkait hal tersebut?

“Ada. Kalau anak berhasil menyelesaikan satu buku maka anak

diberikan potongan kertas oleh petugas, anak bisa menuliskan nama

dan judul buku yang baru saja ia baca dan juga hal apa yang paling

Page 112: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

berkesan dari buku tersebut.Potongan kertas ini nantinya akan

ditempel pada mading art corner jika tempatnya masih tersedia.”

Transkrip Wawancara dengan Pustakawan 2

1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti

storytelling, menggambar dll?

“Iya ada kaya storytelling yang setiap minggu kita lakukan,

pelatihan-pelatihan, bimbingan belajar, menggambar dan

mewarnaiyang selalu disediakan di meja petugas. Jadi pemustaka

anak yang ingin menggambar dan mewarnai dapat meminta langsung

kepada petugas, kreasi permainan dll. Hal ini juga dilakukan ketika

ada kunjungan dari sekolah. Tekadang juga ada komunitas yang

bekerjasama untuk melakukan kegiatan di layanan anak, misalnya

komunitas bahasa untuk mengajarkan anak-anak belajar bahasa

inggris. Karena kalau dari kita doang kan kita ini shiftnya ganti-

gantian jadi paling kalau ada kerjasama aja. Pernah juga ada

komunitas robot, jadi mereka datang mengisi kegiatan menjelaskan

tentang komunitas mereka dan melakukan peragaan-peragaan.”

2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti

menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?

“Iya. Terutama untuk menggambar dan mewarnai seperti yang telah

saya bilang peralatannya sudah disediakan berupa form gambar,

pensil warna, juga crayon. Untuk kegiatan lain seperti origami juga

kita sediakan kertas origaminya setelah itu kita coba praktekan

membuat karya dari kertas origami tersebut.”

3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan

media permainan bagaimana anda mengawasinya?

“Mobile, keliling misalnya ada yang bandel atau merusak buku

karena ada aja kejadian buku rusak, mainan rusak, ya kita beri

arahan aja kalau mau baca buku pelan-pelan. Biasanya setengah jam

sekali kita ingatkan melalui mic kalau buku sudah selesai letakkan di

drop box, jangan berisik, dan peraturan yang lainnya. Kadang kita

juga menghimbau kepada orang tua untuk merapihkan mainan yang

sudah selesai digunakan, disini kita juga tetap merapihkan tapi

dengan seperti itu kita mau mengajarkan kepada anak untuk

bertanggung jawab dan juga mandiri, hal tersebut juga merupakan

salah satu bentuk edukasi yang diberikan di layanan anak.”

Page 113: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan

mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam

memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda

menyikapinya?

“Kalau anak kesulitan kami bantu, terutama mainan di area

playground. Bantunya dengan memberikan penjelasan secara lisan

ataupun tulisan berupa peraturan yang telah kami buat.Anak yang

mengalami kesulitan terlihat dari gerak-geriknya, kalau dalam

mencari koleksi buku sih biasanya anak memilih sendiri apa yang

diinginkan kita hanya membantu dengan cara mengklasifikasi

berdasarkan warna agar lebih mudah ditemukan. Secara sistem kita

terapkan tapi melatih kemandirian anak juga tidak kita lupakan.

Mengenai bimbingan membaca ada juga terkadang anak kali pasir

yang tidak bisa membaca, kita kumpulkan untuk belajar membaca

namun tidak semua anak mau ada yang justru malu dan malah kabur.

Kalau sudah begitu yasudah kita kan tidak mau memaksakan, kita

hanya memberi fasilitas kalau mau silahkan kalau tidak yasudah.”

5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan

storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan

mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non

verbal? Seperti apa contohnya?

“Untuk verbal sendiri paling kita bilang “wah bagus” “rajin sekali

kamu bacanya”, kalau untuk non verbal pertama kita bilang, kalau

misalnya yang mewarnainya bagus nanti dipasang di atau diupload

ke instagram. Anak-anak dipajang aja udah seneng. Tujuan kita

memposting itu agar masyarakat dan juga pemerintah mengetahui hal

positif yang kita lakukan di perpustakaan.”

6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?

“Mereka jadi nyaman dan otomatis mau balik lagi, dan kalau dia

bawa orang tua nanti pasti orang tuanya nge-tag foto. Baik buruknya

kita dia nge tag, jadi serba salah kalau kita melakukan hal yang baik

feedback ke kitanya juga baik begitu sebaliknya dengan begitu juga

dapat membantu promosi perpustakaan karena orang tua yang datang

kemudian memberitahukan hal tersebut kepada teman-temannya yang

lain.”

Page 114: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga

memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada

kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?

“Ada reward tapi kalau hadiah tidak selalu ada karena terkait APBD.

Kita suka kasih merchandise-merchandise semacam sticker,

gantungan kunci, dan juga gelang kaya lomba dongeng dia bisa

menjelaskan kembali, itu ada foto-fotonya di instagram.

8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan

belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait

belajar?

“Mereka sangat antusias untuk datang lagi ke perpustakaan. Bahkan

anak-anak yang sudah terbiasa datang menjadi dekat dengan kami

serta tidak ragu untuk berkomunikasi.”

9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang

dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?

Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?

“Iya hal ini dengan cara memberikan potongan kertas kepada

pemustaka yang telah selesai membaca satu judul buku. Potongan

kertas itu kemudian ditulis nama pemustaka anak, dan juga judul

buku yang telah dibaca serta ringkasan dari isi cerita yang baru saja

dibaca.”

10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar yang dihasilkan oleh pemustaka anak?

Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap

pemustaka anak terkait hal tersebut?

“Hasilnya ya itu, ptongan kertas tadi kemudian kita tempel di mading

art corner kalau spacenya masih cukup. Hal apapun yang membuat

nama pemustaka anak ditempel di mading art corner membuat

pemustaka anak terpacu untuk melakukan yang terbaik, apabila

namanya ada di mading art corner membuat pemustaka anak bangga

dan terpacu untuk berbuat lebih baik lagi.”

Page 115: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

Transkrip Wawancara dengan Pustakawan 3

1. Adakah kegiatan yang dilakukan untuk mendukung anak belajar? Seperti

storytelling, menggambar dll?

“..Termasuk juga kita suka kasih bimbingan membaca, bimbingan

belajar, games, mewarnai tergantung kreativitas petugasnya. Kadang

suka games untuk merangsang otak anak, tebak-tebakan bahasa

inggris apapun bisa atau kalian baca dulu terus kalau udah ceritain

yang bisa certain lebih baik dikasih souvenir. Apapun bisa dilakukan

oleh pustakawan dengan pendekatan seperti melakukan kegiatan.

Awalnya memang harus dirangsang dengan kegiatan yang membuat

mereka tertarik datang. Pertama gini kita ngajak anak datang ke

perpustakaan bukan hanya untuk sekedar membaca disini mereka bisa

berkreativitas karena konsep yang ingin kita tampilkan adalah living

library jadi perpustakaan sebagai salah satu sarana masyarakat

apapun termasuk anak-anak tidak hanya untuk membaca-minjem

buku-pulang tapi mereka juga bisa berkreativitas disini mau belajar

kelompok boleh mau ngadain kegiatan boleh mau mewarnai boleh,

diskusi juga boleh. Jadi kita memang membuat perpustakaan

semenarik mungkin supaya mereka nyaman datang kesini, kemudian

tempatnya juga dibuat senyaman mungkin agar mereka betah. Salah

satunya dengan penyediaan sarana yang mumpuni, di dalamnya itu

juga disisipi juga dengan berbagai aktivitas yang awalnya memang

merangsang tapi lama kelamaan ketika mereka datang merasa

perpustakaan adalah tempat yang asik untuk belajar. Intinya untuk

merangsang otak anak agar aktif. Storytelling juga rutin kita lakukan

karena memang itu langsung dari dinas dari kita juga kadang kita

undang storyteller.”

2. Apakah peralatan dalam kegiatan yang mendukung belajar anak seperti

menggambar dan mewarnai anak sudah difasilitasi?

“Iya. Selain menyediakan buku, mainan kita juga sediakan perlatan-

peralatan lain yang mendukung kegiatan seperti form gambar dengan

pensil warna dan crayonnya. Untuk kegiatan lain yang kita lakukan

juga sudah pasti kita siapkan fasilitasnya.”

3. Ketika anak sedang melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan

media permainan bagaimana anda mengawasinya?

“Tergantung merekanya. Kalau mereka lagi sibuk sendiri kita coba

kasih mereka ruang agar mereka bisa ngerjain tugasnya sendiri, tapi

ada waktu-waktu dimana ketika sebenarnya kita lebih masuk ketika

kita ingin melakukan kegiatan aja jadi secara spontan kadang juga

Page 116: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

sudah direncanain sih kalau spontan mungkin lebih ke personal terus

kira-kira mereka sudah gak disibukin lagi sama tugas mereka karena

tugas kan mereka gak mau diganggu jadi kalau memang mereka

sudah selesai baru kita suka masuk terus buat kegiatan lagi seperti

games, tapi tetap yang merangsang otak anak.”

4. Ketika bertugas apakah anda membantu menjelaskan cara menggunakan

mainan atau membantu pemustaka anak ketika mengalami kesulitan dalam

memilih dan membaca buku yang diinginkan? Bagaimana anda

menyikapinya?

“Anak-anak kalau sama mainan udah pada pinter sendiri ya, jadi

paling kita hanya mengingatkan untuk merapihkan mainannya

kembali pada tempatnya. Terutama anak-anak yang sudah biasa

kesini kan udah kenal sama petugasnya, jadi mereka gak ragu buat

nanya sama petugasnya. Biasanya kan memang anak lingkungan sini

yang belajar kaya anak kali pasir mereka datang excited karena

emang kita kasih fasilitas sarana dan prasarana memang untuk

mereka.Termasuk juga kita suka kasih bimbingan membaca,

bimbingan belajar, games, mewarnai tergantung kreativitas

petugasnya. Tapi semua tergantung sama anaknya, kita bukan

membiarkan tapi jangan memaksakan kalau mereka gak mau.

Memang ada yang introvert. Pendekatan ke anak memang beda-beda,

harus melihat karakter dari masing-masing anak .”

5. Ketika anak berhasil menjawab pertanyaan pada sesi tanya jawab kegiatan

storytelling atau ketika anak menyelesaikan kegiatan menggambar dan

mewarnai, apakah anda memberikan pujian secara verbal maupun non

verbal? Seperti apa contohnya?

“Selalu. Anak-anak lebih senen dikasih pujian yang positif ya, kalau

saya pribadi sejelek apapun hasil gambarnya jangan bilang jelek, kita

harus kasih input positif supaya mereka bisa berkembang jangan

belum apa-apa udah matahin semangat anak. Harus menghargai

imajinasi anak, paling kalau mau mengarahkan aja, misalnya kalau

apelnya warna merah jadi lebih bagus iyakan? Kaya gitu.”

6. Dengan pemberian pujian, bagaimana sikap pemustaka anak terkait belajar?

“Mereka jadi open ke kita. Karena kalau udah langsung dibilang

jelek mereka jadi malu untuk nunjukin hasil mereka. Tpai ketika

dikasih semangat bahwa apapun yang dilakukan gak ada yang salah

pokoknya do it your self, selama kalian bisa lakukan. Kalau sudah

Page 117: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

begitu mereka jadi suka jelasin ke kita kalau ini gambar ini warnanya

ini, kita tanya-tanya dia malah seneng jadi excited.”

7. Selain memfasilitasi anak untuk datang ke perpustakaan, apakah anda juga

memberikan hadiah ketika anak mampu menjawab pertanyaan pada

kegiatan mendongeng atau menunjukkan hasil gambarnya?

“Sebenernya reward semacam merchandise gitu hanya sebatas

penghargaan dan apresiasi kepada mereka supaya lebih aktif. Gak

dikasih reward juga udah aktif sih, supaya lebih seru. Jangan sampe

reward ini yang utama proses yang utama, kita gak mau karena kita

iming-imingi sesuatu mereka jadi berharap kepada itu. Hanya sedikit

apresiasi, sedikit aja supaya lebih aktif lebih tertantang dalam

melakukan sesuatu. “

8. Dengan penyediaan fasilitas berupa peralatan yang mendukung kegiatan

belajar dan pemberian hadiah bagaimana sikap pemustaka anak terkait

belajar?

“Mereka jadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan, setiap yang

dilakukan jadi tantanga sendiri buat mereka. Pokoknya hal-hal yang

menjadikan itu positif kita akan dukung.”

9. Apakah anda menanyakan kepada pemustaka anak terkait hal apa saja yang

dipelajari dan dilakukan selama berkegiatan di Dispusip DKI Jakarta?

Bagaimana cara anda menanyakan hal tersebut?

“Iya. Kegiatan apapun asalkan positif kan termasuk dalam belajar ya,

jadi kegiatan apapun itu selalu kita tanyakan kepada mereka untuk

mengetahui apakah mereka menangkap apa yang kita sampaikan hal

ini sebagai feedback juga buat kittanya. Jadi kita tahu metode kita

udah benar atau belum.”

10. Adakah bentuk nyata dari hasil belajar yang dihasilkan oleh pemustaka anak?

Bagaimana anda menghargai hasil belajar anak dan bagaimana sikap

pemustaka anak terkait hal tersebut?

“Hasil belajar pemustaka anak bisa dilihat di mading art corner,

yang tertempel disana merupakan hasil karya pemustaka anak. Ada

yang berupa hasil menggambar dan mewarnai, ada juga hasil karya

dari kegiatan kreativitas dari origami berupa burung bangau.”

Page 118: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …
Page 119: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …
Page 120: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …
Page 121: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …
Page 122: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Art Corner untuk Menempel Hasil Karya Pemustaka Anak

Gambar 2

Potongan Kertas untuk Mengetahui Hasil Belajar Pemustaka Anak

Gambar 3

Fasilitas Berupa Peralatan yang Mendukung Belajar Anak

Page 123: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

Gambar 4

Contoh Reward yang Diberikan

Gambar 5

Kegiatan Storytelling

Gambar 6

Kegiatan Menceritakan Kembalai Usai Storytelling

Page 124: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

Gambar 7

Kegiatan Menggambar dan Mewarnai

Gambar 8

Suasana Area Education Games

Page 125: PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN ANAK …

BIODATA PENULIS

WIDAD INAYATI. Lahir di Jakarta 08 Mei 1997, merupakan

anak tunggal dari Bapak Abdul Basid dan Ibu Yeni Mulyani.

Bertempat tinggal di Jalan Raya Condet, Cililitan, Jakarta Timur.

Penulis menempuh pendidikan sekolah mulai dari dasar sampai

dengan tingkat atas di Jakarta, yaitu MI Asy-Syuhada (2008),

MTsN 6 (2010), dan SMAN 93 (2014) dengan konsentrasi jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Di tahun yang sama usai kelulusan dari Sekolah

Menengah Atas, penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Program Studi Ilmu Perpustakaan. Selama

kuliah penulis sempat menjabat sebagai bendahara Divisi Pengembangan Minat

dan Bakat Himpunan Mahasiswa Jurusan periode 2015/2016. Selain itu penulis

juga memiliki beberapa pengalaman bekerja di bidang Ilmu Perpustakaan antara

lain magang di Perpustakaan Sekolah SMK Bhayangkari Delog pada tahun 2016,

magang di Perpustakaan Kementerian Sekretariat Negara RI pada tahun 2017.

Penulis jugasempat mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Desa Cikareo,

Solear, Kabupaten Tangerang.