PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama...

23
PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN KEMAJEMUKAN AGAMA (Studi Kasus di Pesantren Aisyiyah Kelurahan Sei Rengas Permata Kecamatan Medan Area kota Medan Propinsi Sumatera Utara–Indonesia) Ahmad Calam #1 , Mahmud Yunus Daulay #2 #1,2 Program Studi Sistem Informasi, STMIK Triguna Dharma Jl. A.H. Nasution No. 73F Medan Email: #1 [email protected] Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya sebuah Pesantren yang berada ditengah Pluralisme agama, kelihatan sepintas adanya harmoni antara para santri/ustadzah dengan warga sekitar yang mempunyai penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui dan mengungkap keberadaan pendidikan Pesantren dalam mengembangkan kesadaran Pluralisme agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menanamkan kesadaran Pluralisme agama kepada para santri melalui; pertama, penanaman Aqidah Islamiyah yang kuat sebagai pondasi dalam pergaulan, baik sesama muslimah maupun dengan warga nonmuslim, kedua, upaya Pesantren untuk membuat suatu kegiatan bersama antar warga Pesantren dengan warga masyarakat dalam bentuk kerjasama yang rutin dibidang keamanan dan gotong royong serta adanya dialogis antar tokoh masyarakat yang majemuk, ketiga, adanya harmoni antar warga masyarakat diperlukan kerjasama, baik dalam bidang keamanan maupun olah raga, keempat, Adanya hubungan antara perilaku manusia dengan ketaatan terhadap ajaran agamanya, semakin tinggi pemahaman seseorang terhadap agama, maka semakin jauh dari perilaku menyimpang, begitu juga apabila seseorang rendah terhadap pemahan agama maka semakin jelek perilakunya. Kelima, faktor pendukung dari adanya harmoni antar warga masyarakat yang majemuk didukung dengan adanya kesadaran dari semua pihak untuk tidak mempermasalahkan masyarakat dengan pemeluk agama yang berbeda dan faktor penghambat untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat yang majemuk adalah masih ada yang memahami agama secara ekslusif (tertutup) dan kurang rutinnya kegiatan bersama yang mengarah kepada terciptanya harmoni. Kata Kunci: Pesantren, Warga Masyarakat, Interaksi dan Pluralisme Agama. Abstract This background of this research is the existence of a Pesantren among the religious pluralism, looked to be cusorily the existence of harmony between all santri / ustadzah with the citizen that different religion, that is follower of religion Budha, Christian, Chatolic and Hindu. This Research aim to wish to know and express the existence of education Pesantren in developing awareness of religion pluralism. The Result of the research show that implementing the religious Consciousness to all santri [through; first, strong cultivation Aqidah Islamiyah as foundation in assocciation, good of humanity muslimah and also with the citizen nonmuslim, Second, strive the Pesantren to make an activity with ubshering citizen Pesantren with the society citizen in the form of routine cooperation area of security and mutual assistance and also the existence of dialogis usher the elite figure which majemuk, third, Existence of relation between behavior of human being with the adherence to its religion teaching, excelsior understanding of somebody to religion, hence progressively far from behavior digress, so also if low somebody to understanding religion hence bad progressively its behavior. fourth, existence of harmony usher the society citizen needed by a cooperation, good in the field of security and also sport, Fifth, supplementary factor from existence of harmony usher the society citizen which religion pluralism supported with the existence of awareness from all party in order not to take as problem of the society by different religion and resistor factor to create the harmony in society which religion pluralism there still comprehending religion by ekslusif and its routine activity less with instructing to harmony creation. Keywords: Pesantren, Citizen of Society, interaction and religious pluralism.

Transcript of PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama...

Page 1: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

9

PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN KEMAJEMUKAN AGAMA(Studi Kasus di Pesantren Aisyiyah Kelurahan Sei Rengas Permata

Kecamatan Medan Area kota Medan Propinsi Sumatera Utara–Indonesia)

Ahmad Calam#1, Mahmud Yunus Daulay#2

#1,2Program Studi Sistem Informasi, STMIK Triguna DharmaJl. A.H. Nasution No. 73F Medan

Email: #[email protected]

AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya sebuah Pesantren yang berada ditengah Pluralisme agama,kelihatan sepintas adanya harmoni antara para santri/ustadzah dengan warga sekitar yang mempunyaipenganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuaningin mengetahui dan mengungkap keberadaan pendidikan Pesantren dalam mengembangkan kesadaranPluralisme agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menanamkan kesadaran Pluralisme agamakepada para santri melalui; pertama, penanaman Aqidah Islamiyah yang kuat sebagai pondasi dalampergaulan, baik sesama muslimah maupun dengan warga nonmuslim, kedua, upaya Pesantren untukmembuat suatu kegiatan bersama antar warga Pesantren dengan warga masyarakat dalam bentukkerjasama yang rutin dibidang keamanan dan gotong royong serta adanya dialogis antar tokoh masyarakatyang majemuk, ketiga, adanya harmoni antar warga masyarakat diperlukan kerjasama, baik dalam bidangkeamanan maupun olah raga, keempat, Adanya hubungan antara perilaku manusia dengan ketaatanterhadap ajaran agamanya, semakin tinggi pemahaman seseorang terhadap agama, maka semakin jauhdari perilaku menyimpang, begitu juga apabila seseorang rendah terhadap pemahan agama maka semakinjelek perilakunya. Kelima, faktor pendukung dari adanya harmoni antar warga masyarakat yang majemukdidukung dengan adanya kesadaran dari semua pihak untuk tidak mempermasalahkan masyarakat denganpemeluk agama yang berbeda dan faktor penghambat untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat yangmajemuk adalah masih ada yang memahami agama secara ekslusif (tertutup) dan kurang rutinnya kegiatanbersama yang mengarah kepada terciptanya harmoni.Kata Kunci: Pesantren, Warga Masyarakat, Interaksi dan Pluralisme Agama.

AbstractThis background of this research is the existence of a Pesantren among the religious pluralism, looked to becusorily the existence of harmony between all santri / ustadzah with the citizen that different religion, thatis follower of religion Budha, Christian, Chatolic and Hindu. This Research aim to wish to know and expressthe existence of education Pesantren in developing awareness of religion pluralism. The Result of theresearch show that implementing the religious Consciousness to all santri [through; first, strong cultivationAqidah Islamiyah as foundation in assocciation, good of humanity muslimah and also with the citizennonmuslim, Second, strive the Pesantren to make an activity with ubshering citizen Pesantren with thesociety citizen in the form of routine cooperation area of security and mutual assistance and also theexistence of dialogis usher the elite figure which majemuk, third, Existence of relation between behavior ofhuman being with the adherence to its religion teaching, excelsior understanding of somebody to religion,hence progressively far from behavior digress, so also if low somebody to understanding religion hence badprogressively its behavior. fourth, existence of harmony usher the society citizen needed by a cooperation,good in the field of security and also sport, Fifth, supplementary factor from existence of harmony usherthe society citizen which religion pluralism supported with the existence of awareness from all party inorder not to take as problem of the society by different religion and resistor factor to create the harmony insociety which religion pluralism there still comprehending religion by ekslusif and its routine activity lesswith instructing to harmony creation.Keywords: Pesantren, Citizen of Society, interaction and religious pluralism.

Page 2: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat
Page 3: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

PENDAHULUAN

Agama Islam selalu mengajarkan keyakinansetiap individu kepada Tuhannya untuk meng-ikrar-kan keimanan melalui persaksiannyamembaca dua kalimat Syahidah laa ilaaha illaAllah berbarengan dengan mengucapkan kalimahSyahidah kepada nabi dan Rasulnya denganmengucapkan kalimah Ashadu annaMuhammadan Rasulullah. Lebih tegas dijelaskanbahwa seorang muslim akan mengatakan bahwapokok pangkal ajaran agamanya adalah ajarantauhid atau peng-esa-an Tuhan.

Sepanjang ajaran al-Qur’an, tauhid adalah intiajaran agama yang dianut para rasul dan nabisepanjang zaman. Akan tetapi juga ada petunjukbahwa yang pertama mengemukakan ajarantauhid itu dengan jelas dan sistematis adalah nabiIbrahim as., yang kelak mewariskan agama-agamamonotheisme utama, tiga agama tersebut tetaphidup sampai sekarang yaitu Yahudi, Nashrani danIslam. Bangsa Arab sebelum Muhammad menjadirasul, agama nabi Ibrahim ini juga sudah dikenaloleh masyarakat Makkah, terutama suku Quraisy,para pengenal ini disebut orang-orang “Hanif”yaitu orang-orang yang taat pada satu ajaran yangdianutnya (Madjid, 1997: 42) dan Muhammadyang menjadi nabi itu termasuk orang Hanif.

Nabi Muhammad dalam menjalankan misinyasering menegaskan bahwa beliau hanyamenyerukan kepada ummat manusia kembalimemegang teguh pokok ajaran agama-agama nabisebelumnya, khususnya ajaran nabi Ibrahim.Kontinuitas dan konsistensi antara agama nabiMuhammad dengan agama para nabi itu antaralain ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Syuro:13;Semua para rasul mengajak untuk menyembahkepada Allah Yang Maha Esa;

“Allah telah menetapkan bagi kamutentang agama sebagaimana yang telahdiajarkan-Nya kepada Nuh dan apa yangtelah Kami wahyukan kepadamu(Muhammad) serta apa yang telah Kamiajarkan kepada Ibrahim, Musa dan Isayaitu: kamu sekalian berpegang teguhkepada agama yang murni dan janganlahkamu berpecah belah tentangnya.Sungguh berat bagi para penyembahberhala (Musyrikin) apa yang engkauserukan ini. Allah menarik kepada siapa

saja orang yang dikehendaki-Nya dan Diamemberi petunjuk kepada (agama)-Nyasiapa saja orang yang mendekati-Nya“Departemen Agama RI, 1993: 113).

Namun dalam pelaksanaan dakwahnya nabiMuhammad itu tidak saja mengalamipembenturan dengan masyarakat Makkah danMadinah, tetapi banyak sisi lain upaya untukmengadakan kerjasama, seperti dalam kasusPiagam Madinah atau Perjanjian Tertulis yangdilakukan nabi Muhammad dan beliaumenyebutnya Shohifah (lembaran tertulis) dankitab (Pulungan, 1996: 87). Pada waktu itu nabiMuhammad, dalam membuat Piagam tersebutbukan hanya melestarikan kemashlahatanmasyarakat muslim saja, melainkan jugamemperhatikan masyarakat nonmuslim. Beliaubertujuan mempersatukan penduduk Madinahsecara integral yang terdiri dari unsur-unsurheterogen, beliau tidak hendak menciptakanpersatuan orang-orang muslim saja secara ekslusif,terpisah dari komunitas-komunitas lain di wilayahitu, maka piagam ini menjamin hak semuakelompok sosial dengan memperoleh persamaandalam masalah-masalah umum dan sosial politik,sehingga ia dapat diterima oleh semua pihaktermasuk pemeluk Yahudi. Fakta historis ini,menurut Hitti, merupakan bukti nyata kemampuanMuhammad melakukan negosiasi dan konsolidasidengan berbagai golongan masyarakat Madinah(Hitti, 1973: 35-36).

Pembahasan dalam skala makro, bahwapemberdayaan Sumber daya Manusia (SDM)sebagai langkah untuk memperkuat basis kognitifmasyarakat Pesantren harus tetap diprioritaskansecara terus menerus, sebab proses ini sangatmenentukan bagaimana membentuk formasisosial kelas menengah kelompok-kelompokstrategis kaum santri (Mastuhu, 1999: 132).

Gambaran tersebut menarik parapengembang pendidikan Islam yang tergabungdalam Muhammadiyah terutama Ortomnya yaituAisyiyah, untuk merealisasikan pemikiran tersebutdengan membentuk Pesantren.

Latar filosofis Pesantren Putri AisyiyahMedan, berpedoman pada al-Qur’an surat AliImron ayat 104; ”Dan hendaklah ada diantarakamu segolongan yang menyeru kepada kebaikan,menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

10

Page 4: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

yang munkar. Merekalah orang-orang yangberuntung”. Sebagaimana juga dicita-citakan olehKH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiriMuhammadiyah yakni ingin membimbing kaumwanita kearah kesadaran beragama danberorganisasi. Aisyiyah yang merupakan bagiandari Muhammadiyah dalam perkembanganpemikiran Islam, Pesantren Aisyiyah lebihmemfokuskan kepada pencapaian penguasaanajaran agama Islam dengan mengacu pada;1. Islam merupakan agama yang sempurna yang

mampu membawa manusia mencapaikebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat,

2. ’Aqidah yang lurus dari seorang Muslimah,3. Akhlakul Karimah (budi pekerti yang terpuji)4. ’Aqlun Salimah (akal yang sehat cerdas)5. Keterampilan (tidak hidup bergantung kepada

orang lain)6. Akhlakul Ijtimaiyah (pengabdian

kemasyarakatan)7. Berakhlak Mulia, cakap, percaya kepada diri

sendiri, ditujukan kepada pembentukanindividuaitas yang seimbang dalamperkembangan rohani dan jasmani disampingpembentukan pribadi yang mempunyai sifat-sifat positif percaya kepada diri sendiri

8. Berguna bagi masyarakat dan negarabertujuan untuk menegaskan bahwa Aisyiyahtidak mengisolir diri terhadap golongan laindalam masyarakat dan bahwa Aisyiyahmenganggap kewajiban-kewajiban warganegara sebagai kewajibannya. Manusia Muslimmengandung arti, bahwa semua ibadah, segalausaha dan seluruh hidup manusia yangterdidik diniyatkan dan ditujukan kepadamengagungkan Allah SWT.Pondok Pesantren Aisyiyah yang memiliki

sarana dua Sekolah yaitu Madrasah Tsanawiyahdan Madrasah Aliyah, memiliki Visi; Terbentuknyawanita Muslimah yang beriman, bertaqwa,berakhlak mulia serta berilmu pengetahuan yangdiridloi Allah SWT. Sedangkan Misinya adalah;1. Memperluas, memajukan, memperbaharui

pendidikan dan pengajaran di semua jenjangpendidikan.

2. Memperluas dan menanamkan kebudayaandan ilmu pengetahuan menurut tuntunanIslam yang mencakup;

a. Menanamkan, memajukan,memperbaharui pendidikan danpengajaran di semua jenjang pendidikan.

b. Membiasakan perilaku-perilaku hidupyang Islami.

c. Mengembangkan dan mengasahkecerdasan, kreatifitas dan keterampilan.

d. Membekali santri dengan ajaran Islamyang bersumber pada al-Qur’an danSunnah Rasul sebagai dasar Aqidah,Ibadah, Akhlak dan Muamalah dalamkehidupan masyarakat.

Pesantren Aisyiyah menerapkan sistempendidikan terpadu yaitu memadukan sistempendidikan formal dengan sistem pendidikanPesantren modern. Sistem pendidikan terpadu inidengan menggunakan kurikulum yang ditetapkanDepartemen Pendidikan Nasional untuk jenjangpendidikan Tsanawiyah dan jenjang pendidikanAliyah, selain itu Pesantren Aisyiyah menggunakankurikulum Pesantren modern yang berbasiskompetensi yang merujuk kepada kurikulumPesantren maju yang ada di Pulau Jawa yangmencakup; Al-Qur’an (Tajwid dan Tahfidz), BahasaAsing (Bahasa Arab dan bahasa Inggris), ilmuQiro’at, Komputer, Keterampilan (Menjahit,memasak), Metode Dakwah, Pembinaankepribadian dan organisasi (Drum Band, NasyiatulAisyiyah, Pramuka, Tapak Suci, Kelompok DakwahMandiri, Kelompok Ekonomi Mandiri).

Semenjak didirikan sampai sekarang bahwaPesantren Aisyiyah tidak pernah ada ganggungandari masyarakat sekitar yang memilikikemajemukan agama, bahkan keamanan terjaminselama 24 jam serta pergaulan warga Pesantrendengan warga sekitar nampak harmonis sepertimenggambarkan masyarakat yang tidak memilikiperbedaan agama.

Dalam Penelitian Pertama ditemukan 4 halyaitu;1. Upaya Pesantren dalam mengembangkan

wawasan Kemajemukan agama untuk parasantri dalam tataran intra kurikuler melaluipengajian rutin yang membekali para santridengan berbagai pengetahuan tentang agamaIslam terutama dalam kajian tafsir al-Qur'andan pembahasan hadis Nabi saw.menjelaskan wawasan Kemajemukan agamabaik dalam bentuk pengajian umum yangmenjelaskan tentang perlunya

11

Page 5: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

bermasyarakat, maupun dalam pembinaanindividual. Dalam kegiatan ekstra kurikulerharus terjadual, melalui kegiatankemasyarakatan seperti olah raga, keamanandan gotong royong. Pesantren Aisyiyah padadasamya sudah melakukan kegiatan-kegiatanuntuk para santri dalam memperkuat basiskeagamaan dengan memperbanyak kajian al-Qur'an dan pembinaan keagamaan baiksecara individual maupun menyeluruh, akantetapi belum maksimal.

2. Upaya Pesantren dalam mengembangkanwawasan Kemajemukan agama bagimasyarakat dilakukan melalui kegiatan gotongroyong, baik yang digagas oleh warga ataupunoleh pengurus Pesantren dan adanya olahraga bersama serta diadakannya keamananlingkungan yang dibiayai bersama,diperuntukkan bagi warga Pesantren danwarga masyarakat setempat, PesantrenAisyiyah sudah melakukan kegiatan bersamayang mengarah kepada wawasanKemajemukan agama. Sekalipun upaya untukmengembangkan kesadaran Kemajemukanagama yang dilakukan oleh PesantrenAisyiyah sudah berjalan, akan tetapiPesantren Aisyiyah tidak mengakui‘kebenaran’ dari ajaran selain Islam,mengakui adanya agama lain sebatasmengakui ‘keberadaan’ agama lain selainIslam di wilayah Pesantren. Maka dari itudalam pergaulan dengan warga masyarakat,Pesantren Aisyiyah membatasi, sepertipelarangan santri untuk memakan makananyang dibuat (diolah langsung) olehmasyarakat yang berbeda agama.

3. Respon masyarakat terhadap upayaPesantren dalam mengembangkan wawasanKemajemukan agama disambut baik denganadanya pergaulan masyarakat dengan parasantri, dari mulai awal berdirinya Pesantrensampai sekarang warga setempat tidakpernah memusuhi. Respon integrasi dariwarga tersebut dibuktikan dengan adanyakegiatan gotong royong bersama, olah ragabersama serta mengadakan keamananbersama. Masyarakat kelurahan Sei RengasPermata secara fisik menerimaperkembangan Pesantren Aisyiyah karena

temyata tidak mengganggu ketentramanwarga masyarakat walaupun berbeda agama.

4. Yang menjadi faktor pendukung dari adanyakesadaran Kemajemukan agama diantarawarga Pesantren dengan warga masyarakatkelurahan Sei Rengas Permata adalah adanyakesadaran dari masing-masing warga dalamkekeluargaan dan pergaulan sesama anggotamasyarakat. Hal seperti itu merupakan suatukebutuhan. Faktor penghambatnya adalahkurang adanya keterbukaan dari tokoh agamadan tokoh masyarakat kelurahan Sei RengasPermata, masih ada masyarakat yang traumadengan catatan sejarah negative yaituterjadinya perang Salib. Sebagian masyarakatmasih ada yang memahami agama secaraekslushif. (memahami agama secara tertutupdan tidak mengakui keberadaan agama lain).Pesantren Aisyiyah dan warga kelurahan SeiRengas Permata secara bertahap mampumenghindarkan konflik dan mengusahakanadanya harmoni antar sesama wargakelurahan Sei Rengas Permata walaupunmasyarakat tersebut memiliki Kemajemukanagama.Penelitian kedua menyangkut hubungan

perilaku warga masyarakat dengan pengamalanajaran agama masing-masing. Akan tetapi ruanglingkupnya masih tetap yaitu Peran Pesantrendalam Mengembangkan Kesadaran KemajemukanAgama, sehingga membuat suatu Paradigma lainbahwa perilaku warga akan ditentukan olehtingkat pengamalan agamanya.

PESANTREN DALAM PERSPEKTIF SEJARAHSebelum dibahas masalah Pesantren, penulis

akan membahas mengenai pendidikan Islamsecara umum. Pendidikan Islam adalah pendidikanyang berwawasan tentang ke tuhanan (tauhid)akan menumbuhkan ideologi idealisme, cita-citadan perjuangan, wawasan tentang manusia akanmenumbuhkan kearifan, kebijakan, kebersamaan,demokratis, egalitarian, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan sebaliknya menentanganarkhisme dan kesewenang-wenangan. Wawasantentang alam akan melahirkan semangat dan sikapilmiah, sehingga melahirkan ilmu pengetahuan danteknologi, serta kesadaran yang mendalam untukmelestarikannya. Alam bukan semata-matasebagai objek yang harus dieksploitasi seenaknya

12

Page 6: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

melainkan sebagai mitra dan sahabat yang ikutmenentukan corak hidup (Fadjar, 1999: 35-38).

Mengenai asal-usul Pesantren banyakkalangan yang menyebutkan bahwa kataPesentren berasal dari India, seperti Wirjosukanto(1969) yang menyatakan bahwa sebelum prosespenyebaran Islam di Indonesia, sistem Pesantrentelah di pergunakan secara umum untukpendidikan dan pengajaran agama Hindu di jawa.Secara terminologi pendidikan Pesantren baikdalam bentuk dan sistemnya berasal dari India,setelah Islam masuk dan berkembang di Jawa,sistem tersebut di ambil oleh Islam(Wirojosukanto, 1968:40).

Perlu ditekankan di sini, bahwa para ahlipengetahuan Islam dikalangan umat Islam di sebutUlama. Di Jawa Barat mereka disebut Ajengan, diJawa Timur di sebut Kyai, di Sumatera Baratdisebut Buya, dikalangan masyarakat Melayudisebut Tuan Guru, di Sumatera Utara disebutUstadz (Ustdzah bagi perempuan), sertamasyarakat umum menyebutnya dengan istilahUlama. Dalam perkembangan sekarang ulamayang memimpin Pesantren memiliki sebutan lain-lain. Selain yang di sebutkan di atas juga adasebutan Guru Pesantren, bahkan di zamansekarang banyak juga ulama yang tidak memilikidan memimpin Pesantren, tetapi ia sangat intensdalam perkembangan pendidikan Islam danberpengaruh di masyarakat juga mendapat gelarkyai, ustadz/ustadzah dan bahkan ada yangmenyebut Ulama, Buya. Dan hanya dalampengertian itu ustadz/ustadzah yang dipakaidalam kajian ini.

PESANTREN DITENGAH KEMAJEMUKAN AGAMAKajian ini hanya ingin melandasi konsep

interaksi sosial sebagaimana yang dikemukakandi atas untuk menggiring permasalahannyasupaya berada pada satu alur yang lebihberorientasi pada sasaran kajian yanngdiharapkan, tanpa mengecilkan konsep-konssepyang lain sebagaimana terpublikasi dalam berbagailiteratur sosiologi dan pendidikan. Hal ini semata-mata sebagai upaya sistematis uraian, sehinggavaliditas dan realiabilitasi dapatdipertanggungjawabkan.

Yang perlu dikemukakan dalam kajian iniadalah istilah kemajemukan muncul ketika adamanusia dalam suatu komunitas dan dalam istilah

Islam disebut “al-ummah“. Banyak kamus yangmendefenisikan term "al-ummah“ terutama dalamkamus-kamus yang terpengaruh oleh pemahamanBarat dalam memahami trem ini, dengandilengkapi oleh batas-batas tertentu. Denganperbedaan masing-masing kamus itu dalammenentukan karakteristik dan variabel, suatukelompok manusia dapat dikatakan sebagai umatyang lainnya.

Al-Asfahani (502 H/1108 M) dalam kitabnyaal-Mufradat Fi Gharbil- Qur’an mendefenisikanterm „ummah„ sebagai seluruh kelompok manusiayang disatukan oleh suatu hal, baik itu agama yangsatu, masa yang satu, maupun tempat yang satu,jadi yang membuat suatu umat itu banyak makamau – tidak mau harus di akui adanyakemajemukan, baik itu kemajemukan dalam sosial,politik, bangsa bahkan agama serta mazhabbahkan ras dan yang disebut universal.

Umat yang universal ini dibangun di ataskemajemukan, bahkan kemajemukan merupakancondition sane qua non ‚syarat mutlak’ sifatuniversalnya. Tanpa adanya kemajemukan makatidak ada sifat universal itu. Yang berarti “selalumemberikan“ dan terus merangkum siapa yangmasuk dalam naungan dari naungan-naungankesatuan umat: kesatuan aqidah, kesatuansyari’at, kesatuan peradaban, dan kesatuannegara. Tiap- tiap naungan yang merangkum initerdapat keberagaman dan kemajemukan, yangmenjadi elemen-elemen bagi penciptaan kesatuan.

Bahkan kemajemukan dalam agama-agamatidak terbatas pada pemeluk agama langit dariyahudi dan nasrani saja. Namun juga mencakupkeseluruhan pemeluk agama yang mempunyaikemiripan dengan agama langit seperti Majusimisalnya. Kemudian darinya dianologikan agama-agama India Timur Jauh, yang beragama. Hal inimelekat dalam fiqih Islam setelah era pembebasan(futuhat) dan penyebaran Islam (Imarah,1999:165).

Pada kesempatan pertama turunannya agamaini (Islam), Rasulullah dan kitab sucinya telahmendeklarasikan dan mengakui “kemajemukan”dalam agama; sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Maidah, yang artinya;

“Sesungguhnya Kami telah menurunkankitab Taurat di dalamnya (ada) petunjukdan cahaya (yang menerangi), yangdengan kitab itu diputuskan perkara

13

Page 7: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

orang–orang Yahudi oleh nabi-nabi yangmenyerahkan diri kepada Allah, dan Kamiiringkan jejak mereka (nabi-nabi baniIsrael) dengan Isa putra Maryam,membenarkan kitab yang sebenarnya,yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikankepada Kitab Injil sedang di dalanya (ada)petunjuk dan cahaya (yang menerangi…)Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil,memutuskan perkara menurut apa yangdi turunkan Allah di dalamya, barang siapayang memutuskan perkara tidak menurutapa yang diturunkan Allah maka merekaitu adalah orang-orang yang fasik. DanKami telah turunkan kepadamu al-Qur’andengan membawa kebenaran,membenarkan apa yang sebelumnya yaitukitab–kitab (yang diturunkan sebelumnya)dan batu ujian terhadap kitab-kitab yanglain itu. Untuk tiap-tiap umat diantarakamu, Kami berikan aturan jalan yangterang. Sekiranya Allah menghendaki,niscaya kamu dijadikannya satu umat(saja)“ (Departemen Agma RI, 1993: 44,46, 48).

Hal ini menghasilkan pandangan antropologisbahwa umat manusia pada mulanya adalahtunggal, karena berpegang pada kebenaran yangtunggal, perbedaan disebabkan keterbatasankemampuan interpretasi terhadap kebenaran dantentu tidak terlepas dari pengaruh sosio-historis dimana manusia hidup. Perselisihan kemudianmenajam karena masuknya vested interest untukberkuasa dan memenangkan suatu persaingan,sebagai mana di jelaskan dalam al-Qur’an:“Manusia dahulunya adalah satu umat kemudianmereke berselisih” (QS yunus: 19). Dalamperjanjian baru di sebutkan ”…..Agar merakamenjadi satu kembali“ (Yohanes, 17: 21).

Inti dari kebenaran universal itu adalahpaham ketuhanan yang Maha Esa atau dalamterminologi Islam dikenal dengan ”tahuid”(monotheisme). Pada dasarnya misi monothismebukan hanya ada dalam agama Islam saja, karenaajaran ini merupakan ajaran Nabi dan Rasulsebelum Islam. Dikalangan tiga agama samawi:Yahudi , Nasrani dan Islam, Ibrahim (abraham)dianggap sebagai peletak dasar (bapak) agamamonothisme.

Pendeta Bambang Ruseno Utomo,mengungkapkan bahwa dalam agama penuh nilai-nilai luhur dan mulia yang mendukungterwujudnya persaudaraan yang sejati atas kasih,kebenaran, keadilan, penghargaan yang tinggiterhadap harkat dan martabat manusia. Dalamperjanjian lama istilah yang di pakai untuk bangsa-bangsa adalah am (pl ‚ammim ), Ie’om (pl le‘ummim), ethnos (pl ethne) yang menunjukan padakelompok manusia secara geneologis, bahasa,geografis dan budaya. Semua bangsa itu adalahketurunan Adam dan Hawa yang dikehendakiTuhan untuk berkembang biak dan memenuhibumi, yang setelah banjir besar seluruh bangsa iniadalah keturunan Nuh (kej ,10 :23). YangMulya Dalail Lama ke-14, menjelaskan Kita semuamanusia dan dari sudut pandang ini, kitasemuanya adalah sama. Kita semua menginginkankebahagiaan dan tidak menginginkan penderitaan.Jika kita merenungkan hal ini, maka kita tidak akanmelihat adanya perbedaan antara orang-orangyang memiliki kepercayaan, suku, warna kulit,maupun budaya yang berbeda. Kita semuamemiliki tujuan yang sama yaitu mencapaikebahagiaan. Yang paling penting adalah kitaharus berfikir menolong semua umat manusia(Dalail, 2003: 149).

Berdasarkan pemikiran di atas konsepkemajemukan agama dalam istilah Alwi Shihabdikenal dengan istilah pluralisme, denganbeberapa penjelasan sebagai berikut:1. Pluralisme tidak semata-mata menunjuk pada

kenyataan tentang adanya kemajemukan,namun yang dimaksud adalah keterlibatanaktif terhadap kenyataan kemajemukantersebut atau dengan kata lain kemajemukanagama adalah bahwa tiap pemeluk agamadituntut bukan saja mengakui keberadaan danhak agama lain tetapi juga terlibat dalammemahami perbedaan dan persamaan gunaterciptanya kerukunan dan kebhinekaan.

2. Pluralisme harus dibedakan dengankosmopolitanisme yang menunjuk kepadasuatu realita dimana aneka ragam agama, rasdan bangsa hidup berdampingan di suatulokasi,

3. Pluralisme agama bukanlah sinkritisme, yaknimenciptakan agama baru dengan memadukanunsur tertentu atau sebagian komponen ajaran

14

Page 8: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

dari beberapa agama untuk dijadikan bagianintegral dari agama baru tersebut,

4. Pluralisme adalah suatu usaha menegakkanpersatuan diantara pemeluk antar agamadalam suatu komunitas walaupun tidakmengkui kebenaran agama lain (akan tetapimemaknai kebenaran bukan dengan lawankata “tidak benar”).Manusia beriman sekarang memang

ditantang untuk dapat setia pada imannya dalammasyarakat plural ini. Mereka hidup ditengahmanusia dengan berbagai keyakinannya, baik yanglebih diwarnai oleh agama maupun yang diwarnaioleh budaya modern dan tentunya manusia yangmau berfikir adalah manusia yang kritis dalamartian nilai-nilai modern didengarkan, difikirkandalam terang imannya lalu diambil keputusanmana yang diterima, mana yang ditolak (Utomo,2000: 2).

Sebagaimana dikatakan Abdullah, adalahtugas mulia ummat beragama secara bersama-sama meng-interpretasi-kan ulang ajaran-ajaranagama untuk dapat dikomunikasikan pada wilayahagama lain sehingga mengurangi tensi atauketegangan antara ummat beragama. Para teologmasing-masing atau juru Dakwah (Da’i) sertaMissionaris, “belajar” memahami relung-relungkeber-agama-an orang lain, bukan untuk tujuanpindah agama atau hegemonikultur/etnosentrisme. Dengan demikian terbukakesempatan untuk bersifat saling memahami danmenghormati (toleransi). Dan sikap toleran initidak akan menipiskan keber-agama-an yangsemula dipeluknya.

Tercapainya titik temu masyarakat dalamkemajemukan agama adalah merupakankepentingan semua pihak dan tanggung jawabbersama. Beban itu sepenuhnya tidak dapatdipikul oleh ummat Islam atau ummat Kristianiatau ummat agama lainnya secara sepihak. Haldemikian terjadi pada sejarah kehidupan nabiMuhammad, terutama yang terkait langsungdengan deklarasi “Konstitusi Madinah” (Wahid,1997 dan 117), yang oleh bella disebut “DeklarasiModern” yang muncul sebelum peradabanmanusia, yang benar-benar timbul (Bella, 1992:97).

Konstitusi Madinah yang dilakukan olehRasulullah SAW tidak bertentangan dengan al-Qur’an bahkan merupakan suatu penjabaran apa

yang tidak diterangkan dalam al-Qur’an secarakonkrit (Operasionalnya dalam suatu negara).Dalam al-Qur’an tidak dijelaskan mengenai konsepnegara atau nasionalisme teritorial. Tidak ada teks-teks keagamaan yang menjelaskan kewajibankaum Muslimin membentuk negara-negara atauteokrasi. Sebaliknya, al-Qur’an menekankanmasalah kebenaran, keadilan, kasih sayang,toleransi dan solidaritas. Sepanjang memenuhinilai itu, seluruh warga negara dapat hidupbersama secara damai dan harmonis, tanpamembedakan agama yang dianut.

Dengan demikian konsep negara Islam yangdikenal dalam Fiqih Siasah tak lebih dari konstrukhistoris yang dilakukan sejumlah ulama Fuqoha(Ahli Hukum Islam) tempo dulu. Para Fuqoha itumembuat dan merumuskan aturan-aturan syari’ahdan bentuk konfigurasi negara Islam yangmembatasi hak-hak nonmuslim. Satu hal tak dapatdibantah, penafsiran mereka amat dipengaruhisituasi historis, etos sosial dan realitas yangmengitarinya.

Diperlukan pemikiran ulang dan reformulasihak-hak nonmuslim. Konstruk agama sebagai basishak-hak politik rakyat seperti dikemukakan ulamazaman pertengahan dimungkinkan ditinjaukembali. Sebab, pendapat itu muncul saatpenguasa sangat menentukan status rakyat.Karena itu formulasi tersebut tidak bisadipersepsikan sebagai bagian tak terpisahkan teoripolitik Islam (Mun’im, Kompas h: 11).

Bagi orang yang beriman golongan intelektualdengan memilih pada sikap Refleksif-kritisterhadap suatu ajaran agama dan mementingkaniman dalam hariannya, karena berbagai keyakinanbahwa iman sangat penting, alasan tersebutmeliputi;1. Iman sebagai faktor motivasi; memberikan

dorongan bathin dan moral yang mendasaridan melandasi cita-cita dan perbuatanmanusia sebagai pribadi maupun sebagaianggota masyarakat,

2. Iman sebagai faktor kreatif dan motivatif;memberikan dorongan semangat untukbekerja secara kreatif demi hidup pribadimaupun masarakat yang lebih banyak,

3. Iman sebagai faktor integratif individual maupunsosial; membuat pribadi menjadi utuh, tidakgampang goyah atau terpecah belah olehberbagai masalah dan dorongan orang untuk

15

Page 9: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

mencintai dan tenggang rasa terhadapsesamanya,

4. Iman sebagai sublimatif; mengangkat segalafikiran, sikap dan tindakan manusia sebagaiperwujudan imannya dengan Allah SWT,

5. Iman sebagai sumber inspirasi budaya;mendorong lahirnya kebudayaan, baik yangbersifat fisik/materi maupun yang bersifatbathin (Departemen Agama RI 1982/1983: 1-30.Kemajemukan tidak datang, bahkan tidak

tergambarkan adanya kecuali jika elemen-elemenyang berbeda itu bersatu dan terpayungi denganpenyatu, yang menyatukan seluruhnya, kesatuanbukanlah serba tunggal, seharusnya tersusun darielemen-elemen yang berlainan, yang dibawahnyaterayomi kemajemukan, kekhasan dan perbedaan.

Penulis analisis dari kajian tersebut harusdiakui bahwa berbagai bentuk interaksi sosialdalam masyarakat yang sering menjadi kajian padasosiologi meliputi; Kerjasama (Cooperation),pertentangan (Conflik) dan akomodasi(Accomodation). Yang dalam Taksonomi Bloomadalah proses pendidikan anak tergantung padatiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif danpsikomotorik, dengan lingkungan yangmempengaruhinya meliputi lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat sekitar. Namun para ahlipendidikan lain juga membaginya menurutklasifikasi yang berbeda menurut pandanganmasing-masing, sehingga konsep tentang interaksisosial sebagai bagian dari proses sosial semakinmemberikan pengertian yang komprehensifterhadap khazanah ilmu pengetahuan sosial ditengah-tengah proses sosialisasi ilmu pengetahuanterutama dalam hubungannya dengan konsepIslami untuk menemukan wujudnya yangdiharapkan.

Melihat fenomena di atas, maka aktivitaspendidikan Pesantren akan berjalan dengan baikdan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa akanterwujud, walaupun berada pada masyarakat yangmempunyai kemajemukan agama, karena padadasarnya pendidikan Islam berlaku untuk semuamanusia yang mempunyai kesamaan fisik (nalurimanusia untuk berinteraksi dengan sesama).

PENDIDIKAN PESANTREN BAGI MASYARAKATDalam membahas Pesantren harus dibedakan

antara ”Idealitas dan Realitas”. Pedoman-

pedoman agama, kerangka-kerangka pemikiran,dan teori-teori filsafat, semuanya adalah”Idealitas”. Idealitas biasanya sulit dicapai secarasempurna. Tanpa idealitas niscaya kehidupanmanusia akan kosong dan menjadi neraka yangmembara, dan kematian yang tidak adalagiharapan di sana. Keberadaan idealitas yang belumdiaplikasikan, akan membangkitkan dinamika,harapan dan semangat dalam kehidupan manusia,karena adanya tugas dan jadual kegiatan hidup ini.Hal ini menuntut usaha keras untukmewujudkannya, serta berkompetisi dalammenelusuri jalan kebaikan dalam mencapainya.Hal ini merupakan kaidah umum dalam seluruhagama, filsafat dan peradaban sepanjang sejarah.

Kadar ketinggian idealitas, sesuai dengankadar ketinggian agama dalam pelaksanaan danperwujudan manfaat duniawiyah, sehinggamenjadikan pelaksanaan ajaran agama itu sebagai”idealitas agama” dalam agama dan pendekatandiri kepada Allah SWT. Hal tersebut merupakansyarat untuk kebahagiaan kehidupan akhirat yanglebih baik dan abadi.

Dalam tradisi Pesantren, terdapat pemisahanantara Pesantren yang mengajarkan pengetahuanumu dengan yang tidak atau belum, ada pulaPesantren yang menyajikan santri-santrinyasekolah umum diluar Pesantren. Pemisahan inibelum menimbulkan pengelompokkan atas dasarsosial keagamaan yang berbeda dan masih sama-sama terikat sebagai umat manusia, satu bangsadan ada juga yang satu faham Ahlussunnah waljama’ah. Namun secara edukatif pemisahantersebut telah menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam beberapa bentuk aktivitas sosialkemasyarakatan, gaya hidup dan cara berfikir.Terlaqlu pagi untuk memperkirakan arah gejalatersebut di masa depan atau, meremehkanperpecahan yang lebih fundamental yang munkinakan terjadi.

Saat ini penting bagi umat Islam untukmenyadari, bahwa dalam usaha mengembangkanpendidikan Pesantren yang berhasil, telahmengundang gejolak dan protes dari wargasekitar, karena lembaga tersebut berada ditengahpluralitas agama. Pesantren Aisyiyah telahberupaya mencairkan ekslusifitas (pemahamanagama secara tertutup) Pesantren Aisyiyah telahmengarahkan kepada adanya persatuan antarsesama warga masyarakat dengan batas-batas

16

Page 10: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

tertentu, meskipun agamanya berbeda, karenaagama adalah merupakan hak fundamental bagipemeluk suatu agama. Dengan seringnyapergaulan warga Pesantren dengan wargamasyarakat dalam acara-acara tidak formal dansecara rutin dilakukan secara alami telah terjadiproses pembauran warga masyarakat dan tidakada penghalang dalam pergaulan walaupunmemiliki agama yang berbeda.

RESPON MASYARAKAT TERHADAP KEHADIRANPESANTREN

Bagaimanapun, para ahli ilmu sosial, karenabertentangan dengan para orientalis, cenderungmeremehkan aspek yang menyatukan dari Islamklasik dan memusatkan pada keanekaragamantertentu dari Islam yang dipraktekkan disuatutempat, atau yang dilalkukan oleh suatu kelompok,Barangkali hanya wilayah sosial sejalan dimanakeduanya kesatuan dan keragaman, dibawa cukupdekat untuk kajian ilmuan-ilmuan sosial, yaitudalam kajian organisasi dan politik serta ideologimuslim terpelajar yang diakui; Sang Alim, Mullah,Akhund, Kyai atau Ustadz/Ustadzah. (Blinder,1960; 1250).

Ulama tokoh terpelajar Islam, hingga saat inimempertahankan status mereka sebagai pewarissimbol-simbol Islam. Sebegitu jauh orang tidakdapat menyebut satu lembaga denganmengabaikan bentuk lembaga ulama, dalam artikepentingan ulama pasti terkait dengan masadepan Islam. Karenanya menjadi jelas pula bahwatidak ada satupun kelompok yang sangatdisamakan dengan tradisi Islam seperti yang telahdiperankan oleh ulama (Blinder, 1965;110).

Ustadzah yang merupakan bagian dari ulamasepanjang sejarah tradisi Islam telah mengabdisebagai satu-satunya lembaga yang bertanggungjawab atas proses penyebaran Islam terhadapgenerasi Islam selanjutnya. Mereka menguasaipendidikan Islam di Pesantren, memegangperanan tertinggi dalam penafsiran al-Qur'an danHadits dan sering pula muncul sebagai pemimpinsosial politik. Di antara kaum muslimah perkotaanIndonesia yang Sunni, temyata ustadzah berjasamempertahankan kemumian Islam dan lembagakeulamaan dalam menentang aliran mistik danpembaharuan kaum zionisme. Digambarkankeadaan Pesantren dalam hubungannya denganrespon masyarakat terhadap Pesantren.

Lokasi penelitian, lebih kurang 15 km darikota Medan, diperlukan ongkos Rp. 10.000,- setiapuntuk sampai ke lokasi. Karena kelurahan SeiRengas Permata ini transportasi kurang lancardalam satu jalur memerlukan 2 kali naik angkotdan itupun masih harus berjalan kaki akrena lokasipenelitian tidak dilewati jalur angkutan kota, untukbisa sampai di lokasi penelitian naik kendaraanumum lebih 1 dari tiga kali. Dari rumah penulis dijalan Mukhtar Basri No 34 Kota Medan menujuAmplas dengan naik kendaraan angkot 125, dariSebelum Amplas turun di Sukarame menuju JalanSutrisno kemudin turun dan berjalan kaki menujujalan Demak. Terkadang memang menyewakendaraan untuk waktu-waktu tertentu.

Sei Rengas Permata merupakan suatukelurahan yang merupakan wilayah kecamatanMedan Area, penduduk mayoritas pedagangsebagian pegawai di kota-kota besar. Berbedadengan kelurahan lain yang merana daerah inicukup ramai dan bahkan mayoritas orang kayayang berasal dari China, terbukti dengan ramainyawilayah perdagangan tumbuh dan hampir semuamemiliki kendaran pribadi untuk transportasikesana kemari. Di sepanjang jalan utama sudahada listrik jaringan telephonpun sudah masuk.

Pesantren Aisyiyah memihki satu orangustadzah tetap yang masih muda belia, bahkanustadzah Risnawati, S.Pd. masih berstatus gadissedangkan untuk memimpin ada tersendiri yaitu(Ibu Asrama). Kedatangan penulis untukmengadakan penelitian disambutnya dengansenang hati sehingga penuls tidak merasa kesulitanmencari data yang berhubungan denganPesantren Aisyiyah. Dalam penelitian ini penelitimenggunakan snowball sampling dan berhasilewawancarai 1 (satu) Direktur Pesantren, 1 (satu)ustadzah tetap, 10 (sepuluh) warga masyarakat,satu orang Lurah, 5 orang Ustadzah harian dan 24(dua puluh empat) santri.

Ketika penulis menyaksikan wargamasyarakat bergotong royong membersihkan jalanDemak gang I dan II, sepertinya tidak ada rasapermusuhan diantara mereka dan tidak nampakadanya perbedaan agama. Mereka bekerjasebagaimana orang layaknya bekerja, yangdikedepankan adalah rasa kebersamaan sesamawarga masyarakat kelurahan Sei Rengas Permata,sebagaimana dikatakan oleh salah seorang warga,Imna;

17

Page 11: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

"Bang... kita kan sama-sama wargakelurahan Sei Rengas Permata, sama-samamanusia kita saling membutuhkan untukbergaul dan membangun kelurahan SeiRengas Permata ini, masalah pahamagama kan itu urusan masing-masingsetiap orang, tetapi kalau para santri tidakmau makan makanan kami ya, bawasendiri makanannya". (WW. Imna 01, 09,2007:10).

Untuk menanamkan jiwa kemanusiaan santri,diberi kegiatan ekstra kurikuler seperti, Pramuka,Bela Diri Tapak Suci dan olah raga lainnya bersamadengan masyarakat kelurahan Sei Rengas Permata.Selain itu Pesantren Aisyiyah mengadakan suatukegiatan (formal) yang tujuannya untuk mengarahkepada pembauran pergaulan dan hubungan antarmanusia seperti mengadakan Keamanan bersamadengan adanya Pos Keamanan Lingkungan 24 jamyang biayanya ditanggung bersama warga sekitaryang dimanfaatkan untuk umum baik wargaPesantren maupun warga masyarakat sekitar.Sedangkan kegiatan yang sifatnya non formaladalah gotong royong bersama dan kegiatan lainyayang bersifat seremonial.

Penulis analisa dalam peradaban Baratdikenal istilah "bangsa" pada era istalisasinyanasionalisme-nasionalisme diatas ikatan teologiKristen yang menyatukan mereka. Pada era itu,kecenderungan yang berlaku adalah kemerdekaansparatisme. Kemudian kecenderungan perseteruandan konflik yang dihasilkan bentroknyakepentingan-kepentingan kapitalisme menjadifaktor yang penting dalam menyuburkanfanatisme kebangsaan.

Islam telah menciptakan identitas,menyatukan umat dan mendirikan negaramempunyai warga negara yang samakedudukannya satu sama lain, memberi landasanhukum yang sama dan undang-undang yang samapula. Dalam kerangka kesatuan ini, hidup sertaberkembang pula pluralitas. Undang-undangNegara inilah yang pemah dipraktekkan olehRasulullah saw. memberi teladan dengankenyataannya "Kaum mukminin dan musliminadalah umat yang berbeda dari sekalian manusia.Dan bagi bangsa Yahudi adalah agama mereka,dan bagi kaum Muslimin agama mereka". Diantaramereka ada perjanjian untuk saling membela

menghadapi orang-orang yang memerangi warganegara yang tergabung dalam undang-undang ini.Dan diantara mereka ada perjanjian untuk salingberbuat jujur, saling menasehati dan berbuat baik,serta tidak berbuat buruk (Hitti, 1973: 34).

Islam dan umatnya menjalankan pluralitas,begitu pendapat ustadzah Risnawati, S.Pd.memberikan pembinaan kepada santrinya;ustadzah lebih memahami kepada tauladan NabiMuhammad saw. yang diberikan kepada kaumnonmuslim, yang artinya

"Akan aku jaga dan aku bela mereka, jugagereja mereka, sinagog mereka, tempat-tempat ibadah mereka, tempat-tempatrahib mereka dan tempat-tempat ziarahmereka, dipertahankan sebagaimanaadanya sebelumnya. Dan aku jaga agamamereka dan kepercayan mereka di manapun mereka berada, sebagaimana Akumenjaga diriku dan keluarga serta umatIslam. Dan akan aku masukkan merekadalam lindunganku, perjanjianku, dankeamananku" (sarah kitab RiyadhushSholihin, 183:176).

Kemajemukan dalam kerangka kesatuannegara, warga negara dan landasan negara adalahsunnah. Undang-undang serta perjanjianditerapkan dalam tataran aplikatif dan praktis. Halitu bukanlah sesuatii yang aneh. Umat universal inidibangun di atas pluralitas. Ciri universal daripluralitas ini adalah wahyu Illahi, yang dibawa olehal-Qur'an al-Karim. Hal ini yang diterapkan dalampembinaan ustadzah Risnawati, S.Pd. tiapmengadakan pembinaan melalui pengajian umumserta setiap santri habis makan siang dan makanmalam, ustadzah Risnawati, S.Pd. menjelaskanfirman Allah SWT. yang berbunyi;

"Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Diarnenjadikan manusia umat yang satu,tetapi mereka senantiasa berselisihpendapat, kecuali orang-orang yang diberirahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulahAllah menciptakan mereka. KalimatTuhanmu (keputusan-Nya) telahditetapkan, 'sesungguhnya Aku akanmemenuhi neraka Jahannam dengan jindan manusia (yang durhaka) semuanya"(QS. Huud: 118-119).

18

Page 12: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

Ustadzah Risnawati, S.Pd. merujuk pada salahsatu surat lagi dalam al-Qur'an yang berbunyi;

"... Untuk tiap-tiap umat diantara kamu,kami berikan aturan dan jalan yang terang.Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kaudijadikan-Mya satu umat (saja), tetapiAllah hendak menguji kamu terhadappemberiannya kepadamu, makaberlomba-lombalah berbuat kebajikan.Hanya kepada Allahlah kembali kamusemuanya, lalu diberitahukan-'Nyakepadamu apa yang pemah kamuperselisihkan itu". (QS. Al-Maa idah: 48).

Kegiatan-kegiatan pengajian di PesantrenAisyiyah yang sifatnya rutin lilakukan dengan tidakmemakai pengeras suara sehingga pengajiantersebut tidak didengar oleh warga masyarakat,akan tetapi ketika dalam melaksanakan pengajianpada hari-hari besar Islam dan pengajian yangdiselenggarakan kerjasama dengan PimpinanCabang Muhammadiyah Medan Kota,menggunakan pengeras suara sehingga wargapunmendengar acara kegiatan tersebut.

Berkali-kali penulis tanyakan kepadabeberapa warga yang sering berkerumun dipinggiran jalan, mereka menjawab sama sepertipenulis tanyakan kepada orang sebelumnyaditempat lain bahwa warga sudah tidakmenganggap Pesantren Aisyiyah sebagai suatulembaga yang mengganggu ketenteraman wargamasyarakat kelurahan Sei Rengas Permata. Ketikapenulis tanyakan kenapa warga kelurahan SeiRengas Permata tidak ada yang tertarik masukpada Pesantren Aisyiyah, salah seorang darimereka Yaitu ibu Kanti menjawab;

"Ya persoalannya terlalu panjang, karenaselain harus pindah agama juga kami tidakbegitu tahu secara banyak apa manfaatdari belajar di Pesantren Aisyiyahditambah lagi itukan khusus untuk anak-anak perempuan sedangkan anak-anakkami kebanyak laki-laki, bukankah begitubang?" (WW. Kanti, 01, 06, 2007:11).

Dari hasil penelitian diketahui bahwaPesantren Aisyiyah ini kurang terjadual dalammelaksanakan kegiatan yang mengarah kepadakerja sama atau kegiatan bersama. Selama dalampengamatan penulis Pesantren tersebut barumengadakan kegiatan Keamanan lingkungan yang

dibiayai bersama, memang kalau kegiatan olahraga sering dilakukan begitu juga Gotong royong.

Tanggapan masyarakat kelurahan Sei RengasPermata yang mayoritas umat Budha dan Kristianiuntuk mengadakan kegiatan yang mengarahkepada persatuan dan keutuhan, hubungan antarasesama warga yang mempunyai Kemajemukanagama, nampaknya tergantung kepada dualembaga yang mempunyai kompetensi dalammengambil kebijakan disetiap mengadakankegiatan. Ketika kegiatan tersebut yang sifatnyaumum atau kemasyarakatan maka kebijakantersebut ada di tangan Lurah selaku penanggungjawab wilayah. Penulis melihat bahwasanya Lurahtidak banyak melibatkan Pesanten dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang bersifatagama (kerohanian) yang mengambil kebijakanadalah pengurus Vihara dan Gereja yang ada dikelurahan Sei Rengas Permata Kerjasama dalammasyarakat yang mempunyai Kemajemukanagama dalam istilah umat Kristiani adalah bentukdialog antar agama, sejauh tanggung Jawabputusan dialog ada pada Gereja-gereja lokal, makaorang-orang beriman sendiri yang harus terlibatdalam dialog agama-agama dan keterlibatan pihakGereja hanya sebatas pasilitator, karena pihakGereja sudah mengadakan pembinaan kepadamasyarakat dan pemuda untuk membekali diridalam menghadapi hidup yang majemuk sepertisekarang ini, sebagaimana dituturkan olehPendeta Utomo;

"Pihak Gereja selalu menganjurkankepada umat Kristiani untuk mengadakandialog terhadap umat nonkristiani (Islam)untuk sama-sama membangun kemulyaanmanusia dihadapan Tuhan Sang Pencipta,saya sudah membina generasi muda untukmengadakan dialog terhadap umat lain"(WW, Utomo, 01, 07, 2007:14).

Yang harus didialogkan dalam masyarakatyang majemuk ini, banyak objek dan tema yanghams di dialogkan. Karena dalam kenyataan objekatau tema yang didialogkan beraneka ragam danbobotnya, maka subjek yang melibatkan diri dalamdialog itu pun perlu diadakan perbedaan-perbedaan. Berikut penjelasan Safsiran yangmendampingi Pendeta Utomo;

19

Page 13: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

"Dalam Dialogue and Mission (28-35)diajukan empat bentuk dialog; pertama-tama dialog kehidupan, kemuadian dialogkarya, menyusul dialog para ahli untuktukar-menukar pandangan teologis danakhirnya dialog mengenai pengalamankeagamaan" (WW Safsiran 01, 07,2007:14).

Ketika penulis menghayati keempat bentukdialog yang dijelaskan Pendeta Utomo, terasabahwa konflik dalam suatu wilayah yangmempunyai Kemajemukan adalah bidang agamaakan hilang atau tak pernah muncul apa bilaempat macam dialog tersebut menemuikesepakatan dan dijalankan, dan penulismenanyakan lebih jauh mengenai penjabaran darikeempat dialog yang dijelaskan Pendeta,kemudian Pendeta Utomo menjelaskan lebih luaslagi;

"Mengenai dialog kehidupandiperuntukkan bagi semua orang dansekaligus merupakan level dialog yangpaling mendasar. Sebab ciri kehidupanbersama sehari-hari dalam masyarakat .majemuk yang paling urnum danmendasar ialah ciri dialogis. Dalamkehidupan sehari-hari, aneka pengalamanyang menyusahkan, mengancam danmenggembirakan dialami bersama-sama.Masing-masing dengan pengalamanhidupnya yang khas kewajarannya sebagaiorang yang tinggal bersama-sama-senantiasa tergerak untuk membagikanpengalamannya. Saling terlibat dalampengalaman orang lain berlangsung dalamsuatu wujud kehidupan yang dialogis,memang dialog tersebut kadang belummenyentuh kepada perspektif agama atauiman. Dialog ini sering kali tergerak olehrasa solider dan kebersamaan yangmelekat, demikian juga denganmasyarakat kelurahan Sei Rengas Permatapergaulan mereka antar warga masyarakatyang pluralistis ini lebih dibentuk dalammengembangkan kebersamaan dansolidaritas umat manusia yang beradadalam suatu wilayah kelurahan, biarpundemikian, sebagai orang yang beriman,solidaritas dan kebersamaan yang lahir

dalam kehidupan sehari-hari tak mungkindipisahkan apalagi dilucuti dari kehidupaniman mereka. Setiap pengikut Kristus,karena panggilannya sebagai orang Kristendiminta untuk menghayati dialogkehidupannya dalam semangat injili, takpeduli dalam situasi apapun, apakahsebagai minoritas maupun sebagaimayoritas" (WW. Utomo, 01, 07, 2007:15).

Karena ada kesibukan lain, pendeta juga harusmenyiapkan untuk pelaksanaan acara Gereja esokhari (21 juli 2007) karena di Gereja kelurahan SeiRengas Permata ini kegiatan rutin mingguanberlangsung selama tiga kali dalam satu hari(Minggu) yaitu pukiil 07.00 s/d 09.00 kemudianpukiil 09.15 s/d 10.45 dan pukul 11.00 s/d l2.30wib.

Pada tanggal 27 juli 2007 seminggu setelahpertemuan penulis dengan Pendeta Utomo, kali inipenulis lebih banyak menanyakan kepada parapendamping Pendeta tentang realitas darikeempat dialog yang telah dibahas pada minggulalu, Pendeta utomo menjelaskan secara singkat;

"Pada ini kebersamaan (dialogis) yangpaling dibutuhkan pada masyarakatkelurahan Sei Rengas Permata adalahdialog kehidupan, karena mayoritaspemeluk Kristiani kelurahan Sei RengasPermata ini terbilang katagori maju (tapidalam masalah agama termasuk awam),jadi untuk dialog karya, dialog pandanganTeologis dan dialog pengalamankeagamaan tentang iman dilakukan olehpara Pendeta dan untuk saat ini memangbelum pemah melakukan dialog denganpemuka (ustadzah) dari Pesantren(Aisyiyah) dilakukan di Medan itu sudahsering, saya hampir sudah 5 kali" (WW.Utomo, 01, 07. 2007:14).

Tahap pemikiran pihak Gereja nampaknyasudah memikirkan bagaiman cara dialogis. yangbaik dan berhasil dalam tataran masyarakat bawah(awam), tetapi seringkali dalam pelaksanaannyamengalami kesulitan-kesulitan, baik dalam dialogtentang kehidupan maupun dialog tentang karya,pandangan leoiogis maupun tentang pengalamankeagamaan {iman}. Ketika penulis beralih kepadapendamping Pendeta yang lain dan menanyakan

20

Page 14: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

apa saja hambatan atau kesulitan dalam realisasidialog antara warga masyarakat kelurahan SeiRengas Permata yang banyak umat Kristiani,Ngatimin menjawabnya dengan renungan yangsangat dalam;

"Jangankan pada tataran masyarakatbawah, kadang para ahlipun (ahli Islamdan ahli Kristen) selalu ada kesulitan dalammengadakan dialog walaupun masih jugaerlangsung dan dilakukan olehmasyarakat, akan tetapi belum maksimal,kesulitan itu menyangkut faktormanusiawi, seperti; Tidak cukup memilikipengetahuan dan pemahaman tentangagama-agama lain secara benar danseimbang yang menyebabkan kurangnyapenghargaan dan sekaligus akan mudahmemunculkan sikap curiga yangberlebihan; perbedaan kebudayaan karenatingkat pendidikan yang tidak sama, jugamasalah bahasa yang sangat peka dalammasyarakat; faktor soial politik dan bebaningatan traumatis akan konflik-konflikdalam sejarah; merasa diri paling cukupdan paling sempurna, sehinggamemunculkan sikap defensif dan agresif;sikap acuh tak acuh dalam hidupberagama dan sikap tidak toleran yangkerap kali diperparah oleh faktor-faktorpolitik, ekonomi, ras, etnis dan anekakesenjangan lainnya" (WW. Ngatimin, 01,07, 2007:15).

Realisasi dialog yang dijabarkan oleh pihakGereja dalam masyarakat bawah sebenarnya tidakbegitu berpengaruh, karena pada dasamyapemeluk agama yang (awam) kurang memahamitentang hakekat suatu dialogis, akan tetapimemang ketika belum memahami keberadaansuatu agama (lembaga lain) mereka mencurigaidengan alasan takut mengganggu keentramanhidup masyarakat, sebagaimana dijelaskan olehIbu Chenmi seorang ibu rumah tangga yang lokasirumahnya berdekatan dengan Pesantren Aisyiyah;

"Pada mulanya warga sini takut dankhawatir adanya Panti Asuhan (PesantrenAisyiyah) ini akan mengganggu tatakehidupan warga kelurahan Sei RengasPermata akan tetapi setelah tahupelaksanaan Pesantren ini tidak

berpengaruh terhadap kehidupan warga,maka kamipun tidak mengganggunya danmenganggap biasa-biasa saja sebagaimanalayaknya pergaulan kami. dengan wargayang lain yang ada di kelurahan Sei RengasPermata" (WW. Chenmi, 01, 07, 2007:13).

Penulis melihat bahwa masyarakat kelurahanSei Rengas Permata sejak mula berdirinya tidakpernah curiga terhadap kehadiran PesantrenAisyiyah yang penuh dengan simbol Islam,mengingatkan mereka pada sejarah masa lalu.Karena sebenarnya umat kristiani juga memahamidemi panggilan luhur yang riil, saat ini di Indonesia,simbol-simbol apapun dalam keberagamaan dapatdan mesti di-reinterpretasi. Setidaknya manakalaseorang beragama sedang mendalami simbolkeberagamaannya, mendalami ajaran-ajarankeagamaannya, ia tidak merasa perlu menjadiorang sang panatik buta-bisu-tuli. Tidak perlumempersetankan orang yang berkeyakinan danatau beragama yang berbeda dengannya. Bahwaajaran agamanya sendiri masih harus diperdalam,bagaimana mungkin seseorang mengklaimnyasebagai ajaran yang benar satu-satunya, ajaranyang mutlak seolah-olah ajaran itu sendiri menjadiilahnya.

Di sini perlu adanya reinterpretasi tentangsuatu agama maksudnya adalah adanya upayamemperdalam ajaran atau simbol kebahasaanpada agama dalam dimensi having a religion-nyauntuk sampai pada akamya. Yang memungkinkanpenganut agama tersebut 1ebih mendalamipenghayatan akan makna dri tentang imannya danmempermurni pengamalan keberagamaannya.Tujuan adanya reinterpretasi tersebut adalahmengembalikan agama dalam fungsinya sebagaipemberi tilikan hidup yang bermakna kepadamanusia dalam menghadapi hidupnya kini di sinibersama sesamanya.

Dalam Islam sendiri ketika mengartikan kata"Islam" adalah "damai" berarti kata muslim adalah"orang yang cinta damai dan keselamatan",memberikan wacana bebas konflik dan kekerasanintern maupun antar umat beragama. Setiapagama mempunyai visi yang sama dalam persoalanmi, yakni menciptakan dunia cinta damai dankeselamatan, bukankah dalam Hadits disebutkan"Muslim adalah siapa yang menyelamatkan oranglain (yang mendambakan kedamaian) dan

21

Page 15: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

gangguan lidah dan tangannya". Sedangkan dalamal-Qur'an setiap menyapa manusia dengan kasihsayangnya. Setiap surah dalam tertib (urutan)mushqf al-Qur'an selalu dimulai dengan kalimahbasmulluh "dengan menyebut nama Allah YangMaha Pengasih dan Penyayang" Dalam setiapmemulai aktifitaspun dianjurkan mengucapkankalimat busmuluh dan pada setiap selesaimengerjakan aktifitas dianjurkan mengucapkankalimat hamdallah "Al-Bamdu lilluhi Robbil'ulalmin" segala puji bagi Allah Tuhan semestaAlam. Kata Robbi al-'Alamin digunakan sebagaibukti otentik inklusivisme al-Qur'an dalam dataranpraktis kehidupan muslim karena diucapkandalam aktivitasnya sehari-hari. Al-Qur'an tidakmenggunakan kata Rohhi al-Mufilimin atau d-Mu'mmin atau menyebut suatu ras atau namasuku tertentu yang berkonotasi eksklufiif. Dalamrangka menyatukan rasa kebersamaan dalamistilah umat Kristiani (dialog) yang perluditumbuhkan jelas bukan hanya mencari titik temuperspektif yang menyatukan, melainkan jugamenyadari dan menghargai perbedaan yangmengkayakan . Dinamisme dialog adalahdinamisme yang tidak jatuh sekedar pada kelegaankarena menemukan aneka kesamaan pandangan,melainkan juga yang menjangkau kegembiraankarena menyambut keragaman dari masing-masing pandangan. Memang harus diakui, bahwamenyambut keragaman sebagai kekayaan bukanperkara gampang. Apalagi konteks hidup kitaadalah konteks Indonesia, yang untuk sementaraini terbiasa mengedepankan keseragaman.

Komitmen umat Katolik Indonesia mengenaidialog antar iman (khususnya dengan umatmuslim) tidak bisa dilepaskan dari komitmen danantusiasme besar yang telah dan sedangditampilkan umat muslim. Hidup dalampersaudaraan yang sejati sebenamya telahmenjadi kerinduan masyarakat kita sejak paraleluhur yang memang sejak awal telah hidupberiapis-lapis yang dibangun dalamkemajemukkan. Dari sana muncul "wisdom" nilai-nilai yang mendukung persaudaraan dankerukunan sejati. Tetapi pada saat ini kejadian-kejadian tentang "harmoni" yang pernah dialamioleh para leleuhur ita dapat digilas olehkeradikalan mat manusia yang cenderungmenguasai umat lain dan merasa mampu untukberbuat seperti itu. Menurut hemat penulis,

karena dalam "harmoni" yang pada tempo duluberhasil meredam ketegangan itu, sebenamyahanyalah upaya untuk mempertahankan danmenjaga supaya tidak terjadi kekacauan. Karenaitu keadaan baik, rukun, selaras dan seimbang itudiandaikan sudah ada, sehingga perlu dijagakelestariannya. Perkembangan zaman yangmenimbulkan bertambahnya para pemeluk suatuagama tidak terlalu dominan untuk menimbulkankonflik asalkan saja masing-masing pemelukmenghayati ajaran agama masing-masing secaramendalam dan kontrnv serta para elite agama(danjuga elite masyarakat) memberikan contohyang baik yang mengarah kepada adanya harmoniantar warga masyarakat yang mempunyaikemajemukan dalam bidang agama.

YM. Dalai Lama ke-14 menjelaskan; dalampandangan agama Budha, tema utama ajarannyaadalah Altruisme (sifat mengutamakankepentingan pihak lain) berdasarkan belas kasihdan cinta kasih. Perasaan belas kasih itu pentingkarena setiap orang sama-sama merasakan ataumemiliki pentingnya Cinta Kasih. Dari sini awalnyaharmoni akan terwujud, kendatipun memilikiperbedaan-perbedaan filsafat, semua keyakinanagama memiliki tujuan yang serupa Setiap agamamenekankan pengembangan ummat manusia,cinta kasih, saling menghormati, dan ikut berbagipenderitaan sesama. Agama yang menitikberatkan pada Tuhan yang Maha Kuasa,kepercayaan serta kasih Tuhan, bertujuan untukmemenuhi perintah Tuhan. Memandang kitasemua sebagai makhluk ciptaan dan pengikut satuTuhan. Agama-agama tersebut mengajarkanbahwa kita harus menghargai dan menolong satusama lain. Tujuan utama dari kepercayaan yangmendalam terhadap Tuhan adalah untukmenjalankan perintah-Nya, yang mana intinyaadalah untuk menghargai, menghormati,mencintai dan melayani sesama. Romidi, S.Ag.salah satu guru Agama Buddha menjelaskan;

Pada saat rakyat Tibet mengalami masa-masa yang sulit, masyarakat Kristiani dariseluruh dunia ikut menanggungpenderitaan kami dan berduyun-duyunmenawarkan bantuan. Tanpa melihatperbedaan suku, budaya, agama, danpandangan hidup (WW. Romidi, 09, 05,2007:14)

22

Page 16: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

Cinta kasih dan kebaikan adalah dasar utamadari masyarakat. Jika kita kehilangan nilai-nilaitersebut, maka masyarakat akan mengalamikesulitan besar. Kelangsungan hidup ummatmanusia akan terancam. Seiring denganperkembangan dunia materi, kita memerlukanperkembangan spiritual agar kedamaian batin dankeselarasan sosial dapat tercipta. Tanpakedamaian batin, akan sulit mencapai kedamaian.Dalam hal pengembangan batin, agama dapatmemberikan sumbangan yang penting.

Ketika penulis menanyakan kepadaPembinaan Masyarakat Buddha KanwilDepartemen Agama propinsi Sumatera Utara,Ketut Supardi. menyampaikan pesan dari YM. DalaiLama ke-14;

Seyogiyanya anda membuat hidup andapenuh makna. Jalanilah hidup ini enganberteguh di dalam praktik spiritualsemampu anda. Hal ini berarti hidupdengan kepedulian terhadap makhluk lain.Jikalau anda mengamalkan praktik inidengan tulus dan terus menerus, sedikitdemi sedikit, selangkah demi selangkah,berangsur-angsur anda akan mampumenata ulang kebiasaan niat anda,sehingga anda akan menjadi lebihmemikirkan kepentingan makhluk laindaripada mempedulikan diri sendiri secarasempit. Dengan demikian, anda akanmendapati kedamaian dan kebahagiaansejati. Tanggalkan iri hati anda, jauhkanlahkeinginan untuk menang atas pihak lain.Cobalah untuk melayani mereka dengankebajikan, keberanian dan keyakinanbahwa dengan berbuat demikian andaakan berhasil, sambutlah semua makhlukdengan senyuman. Bersikaplah apaadanya. Cobalah untuk berlaku adil.Perlakukan semua makhluk sebagaisahabat karib (WW. Supardi, 09, 06,2007:13).

Pada dasarnya tidak ada agama yang percayabahwa kemajuan materi semata-mata adalahmencukupi umat manusia. Semua agama meyakiniadanya kekuasaan yang melampaui kemajuanmateri. Semuanya juga sependapat bahwa usahayang sungguh-sungguh untuk melayani umatmanusia adalah sangat penting dan bermanfaat.

Untuk melakukan ini diperlukan penghayatan padasebuah ajaran agama dan dipraktekkan dalamkehidupan sehari-hari. Dalail Lama (2003)menjelaskan bahwa yang paling penting adalahsaling mengerti. Pada masa silam karena kepicikanberfikir dan faktor-faktor lainnya, terkadang terjadiperselisihan antara kelompok agama yangberbeda. Hal seperti ini semestinya tidak terjadilagi. Jika mendalami nilai suatu agama dalamkerangka situasi dunia, maka dengan mudah akanterhindar dari perselisihan tersebut. Ini karenabanyak hal dalam kesamaan dalam membangunkerukunan umat beragama. Karena tujuanmanusia adalah untuk memajukan manusiadengan penuh belas kasih. Tujuan agama bukanlahuntuk mendirikan gereja atau biara yang megah,melainkan untuk mengembangkan sifat-sifatpositif seperti tenggang rasa, kemurahan hati, dancinta kasih. Setiap agama dunia, apapunpandangan filosopisnya, dibangun dengan asasbahwa kita harus mengurangi sifat mementingkandiri sendiri dan melayani sesama. Sayangnya,terkadang atas nama agama, orang malah bertikai.Jika saya melihat anda secara permukaan, kita inberbeda. Dan jika saya menekankan hal tersebut,kita akan semakin berjauhan. Jika saya melihatanda sebagai sesama manusia, dengan satuhidung, dua mata dan sebagainya, maka seketikaperbedaan diantara kita akan lenyap. Kita adalahsama. Saya ingin berbahagia; anda juga inginberbahagia. Dari penyadaran seperti ini, kita dapatmembangun rasa hormat dan saling percaya.Berangkat dari sini, akan lahir kerjasama danharmoni.

Dalam ajaran Buddha ”Menginginkan oranglain menyesuaikan diri dengan kita, tidaklah lebihbaik kita yang menyesuaikan diri dengan orang laindulu” (Kata Perenungan Master Cheng Yen, dalamANALISA, Rabu, 5 November 2008).

Dalam Kitab Kesadaran Sempurna agamaBuddha memaparkan perihal MembinaKetuhanan dimulai membina dari etikakemanusiaan: ”Langit memiliki Ketuhanan, makamatahari, rembulan dan bintang dapat bererad.Bumi memiliki Ketuhanan, maka empat musimberjalan silih berganti secara teratur. Manusiamemiliki Ketuhanan, apabila etika dan moralitastidak dilanggarnya dapatlah dianggap sebagaimanusia. Bila manusia menyimpang dari etika danmoralitas, sekalipun tubuhnya berlainan dengan

23

Page 17: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

binatang, namun hatinya dengan binatang tanpaada bedanya.

Ini berarti menggambarkan bahwa etikakemanusiaan terlaksana secara sempurna barutercapai Ketuhananan. Bakti dan rasapesaudaraan sebagai sadar bagi kehidupanmanusia, juga sebagai sumber dari akhlak moral,maka harus tegas mengamalkannya, bagi pembinaKetuhanan tidak boleh mengabaikannya. Haltersebut yang merupakan manipestasi dari ajaranSang Buddha yang dikenal dengan Delapan unsurJalan Mulia, sebagaimana dijelaskan dalam KitabSuci Agama Buddha Majjhima Nikaya yangmerupakan Pengembangan dari Kitab TIPITAKA:

1. Pandangan Benar (Sammā ditthi)2. Niat Benar (Sammā sankappa)3. Ucapan Benar (Sammā vācā)4. Tindakan Benar (Sammā kammanta)5. Penghidupan Benar (Sammā ājīva)6. Usaha Benar (Sammā vāyāma)7. Kewaspadaan Benar (Sammā sati)8. Konsentrasi Benar (Sammā samādhi)

Penulis analisis bahwa ummat Buddhamelakukan aktivitas dan berinteraksi sosial denganwarga sekitar termasuk warga Pesantren tidakhanya semata-mata unsur kemanusiaan akantetapi juga sebagai pelaksanaan dari ajaran agamaBuddha.

Kalimat toleransi, dialogis, kerjasama apapunbentuk kalimat tersebut yang mengarah kepadapersatuan dan kesatuan dan membangun bangsaIndonesia diharapkan selalu dan terus dilakukanoleh masyarakat kelurahan Sei Rengas Permata.Mengenai siapa yang memulainya, penults kira itutidak penting, yang paling penting adalah keduapenganut yang berbeda agama tersebut bersama-sama melakukan kegiatan bersama dengan batas-batas tertentu yang tidak bertentangan denganajaran agama masing-masing. Tidak ada lagi dalihapapun dalam mengadakan kerja sama apabilasemua menyadari dan mengakui bahwa agamadigunakan untuk membenahi diri dan bukan untukmenyusahkan orang lain apalagai sampai padamerugikan orang/pihak lain. Sebagaimana dalamkondisi sekarang para tukang ojeg yang ada disepanjang jalan kelurahan Sei Rengas Permatamenyambut baik gagasan mengenai kerja samaatau dialogis dengan tidak mengungkit-ungkitajaran suatu agama.

Kehadiran Pesantren Aisyiyah di tengah-tengah masyarakat nonmuslim sebenamya tidakmerupakan penghalang bagi berkembangnyapendidikan Pesantren tersebut, karena padadasarnya kegiatan Pesantren tidak begitu banyakmelibatkan warga kelurahan Sei Rengas Permatasecara langsung sehingga masyarakat tidak perluresah apalagi terganggu. Pesantren yang berfungsisebagai wadah pembinaan generasi muda Islamuntuk dapat mampu membina dirinya sebagaiseorang muslim sejati dengan sikap dan tingkahlaku yang tidak merugikan orang lain tapisebaliknya dapat bermanfaat bagi kemaslahatanumat bersama.

Tanggapan masyarakat kelurahan Sei RengasPermata yang mayoritas umat Budha dan Kristianiuntuk mengadakan kegiatan yang mengarahkepada persatuan dan keutuhan, hubungan antarasesama warga yang mempunyai Kemajemukanagama, begitu sulit mengingat rata-rata wargasibuk dengan pekerjan masing-masing, kecuali adayang merencanakan atau mengadakan kegiatanmaka wagapun ikut meramaikan serta turut sertadalam mensukseskan kegiatan. Lebih pasif dari ituwarga banyak yang tidak begitu memperhatikankegiatan Pesantren akan tetapi tidak memiliki niatuntuk mengganggu aktivitasnya, warga merasamerupakan suatu dosa apabila sampaimengganggu aktivitas Pesantren Aisyiyah, karenawarga kelurahan Sei Rengas Permata rata-ratataraf pemahaman terhadap agama sangat tinggi.Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang warga,Yusni Pasaribu;

”...... kami tidak punya fikiran atau niatanyang mengarah kepada pemusuhan, kamimerasa ya sama-sama warga kelurahan SeiRengas Permata saling menghargai,bahkan kalau ada kesempatan salingmenjaga.....” (WW. Yusni P, 09, 08, 2008:14).

Bahkan Evelin, warga yang rumahnya tidakbegitu jauh dari Pesantren menuturkankeakrabanya;

”Aku bahkan tidak berfikiran negatif,apalagi sampai menuduh Pesantrensebagai sarang Teroris, aku menganggapseperti tetangga-tetangga lain, bahka akusering nyimpai pasir atau batu disampingPesantren itu, tahun ini aku kan lagi rehab

23

24

Page 18: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

rumah ini...” (WW. Evelin, 03, 10, 2008:10).

Penulis melihat bahwa masyarakat kelurahanSei Rengas Permata sejak mula berdirinya tidakpernah curiga terhadap kehadiran PesantrenAisyiyah yang penuh dengan simbol Islam,mengingatkan mereka pada sejarah masa lalu.Karena sebenarnya umat Buddha dan Kristiani jugamemahami demi panggilan luhur yang riil, saat inidi Indonesia, simbol-simbol apapun dalamkeberagamaan dapat dan mesti di-reinterpretasi.Setidaknya manakala seorang beragama sedangmendalami simbol keberagamaannya, mendalamiajaran-ajaran keagamaannya, ia tidak merasa perlumenjadi orang yang panatik buta-bisu-tuli. Tidakperlu mempersetankan orang yang berkeyakinanatau beragama yang berbeda. Bahwa ajaranagamanya sendiri masih harus diperdalam,bagaimana mungkin seseorang mengklaimnyasebagai ajaran yang benar satu-satunya, ajaranyang mutlak seolah-olah ajaran itu sendiri menjadiilahnya.

Ayat-ayat kitab suci yang kelihatannyamendukung, walaupun ditafsirkan secara keliru,ditonjolkan sekian rupa, dan mengesampingkanmakna keseluruhan amanat kitab suci yanghakekatnya tidak menghendaki terjadinya konflik,melainkan rasa sayang diantara sesama manusia.

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN PEMAHAMANAJARAN AGAMA

Di sini perlu adanya reinterpretasi tentangsuatu agama maksudnya adalah adanya upayamemperdalam ajaran atau simbol kebahasaanpada agama dalam dimensi having a religion-nyauntuk sampai pada akamya. Yang memungkinkanpenganut agama tersebut 1ebih mendalamipenghayatan akan makna dri tentang imannya danmempermurni pengamalan keberagamaannya.Tujuan adanya reinterpretasi tersebut adalahmengembalikan agama dalam fungsinya sebagaipemberi tilikan hidup yang bermakna kepadamanusia dalam menghadapi hidupnya kini di sinibersama sesamanya.

Dalam Islam sendiri ketika mengartikan kata"Islam" adalah "damai" berarti kata muslim adalah"orang yang cinta damai dan keselamatan",memberikan wacana bebas konflik dan kekerasanintern maupun antar umat beragama. Setiapagama mempunyai visi yang sama dalam persoalan

ini, yakni menciptakan dunia cinta damai dankeselamatan, bukankah dalam Hadits disebutkan"Muslim adalah siapa yang menyelamatkan oranglain (yang mendambakan kedamaian) dangangguan lidah dan tangannya". Sedangkan dalamal-Qur'an setiap menyapa manusia dengan kasihsayangnya. Setiap surah dalam tertib (urutan)mushqf al-Qur'an selalu dimulai dengan kalimahbasmulluh "dengan menyebut nama Allah YangMaha Pengasih dan Penyayang" Dalam setiapmemulai aktifitaspun dianjurkan mengucapkankalimat busmuluh dan pada setiap selesaimengerjakan aktifitas dianjurkan mengucapkankalimat hamdallah "Al-Bamdu lilluhi Robbil'ulalmin" segala puji bagi Allah Tuhan semestaAlam. Kata Robbi al-'Alamin digunakan sebagaibukti otentik inklusivisme al-Qur'an dalam dataranpraktis kehidupan muslim karena diucapkandalam aktivitasnya sehari-hari. Al-Qur'an tidakmenggunakan kata Rohhi al-Mufilimin atau d-Mu'mmin atau menyebut suatu ras atau namasuku tertentu yang berkonotasi eksklufiif. Dalamrangka menyatukan rasa kebersamaan dalamistilah umat Kristiani (dialog) yang perluditumbuhkan jelas bukan hanya mencari titik temuperspektif yang menyatukan, melainkan jugamenyadari dan menghargai perbedaan yangmengkayakan . Dinamisme dialog adalahdinamisme yang tidak jatuh sekedar pada kelegaankarena menemukan aneka kesamaan pandangan,melainkan juga yang menjangkau kegembiraankarena menyambut keragaman dari masing-masing pandangan. Memang harus diakui, bahwamenyambut keragaman sebagai kekayaan bukanperkara gampang. Apalagi konteks hidup kitaadalah konteks Indonesia, yang untuk sementaraini terbiasa mengedepankan keseragaman.

Komitmen umat Katolik Indonesia mengenaidialog antar iman (khususnya dengan umatmuslim) tidak bisa dilepaskan dari komitmen danantusiasme besar yang telah dan sedangditampilkan umat muslim. Hidup dalampersaudaraan yang sejati sebenamya telahmenjadi kerinduan masyarakat kita sejak paraleluhur yang memang sejak awal telah hidupberiapis-lapis yang dibangun dalamkemajemukkan. Dari sana muncul "wisdom" nilai-nilai yang mendukung persaudaraan dankerukunan sejati. Tetapi pada saat ini kejadian-kejadian tentang "harmoni" yang pernah dialami

25

Page 19: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

oleh para leleuhur itu dapat digilas olehkeradikalan mat manusia yang cenderungmenguasai umat lain dan merasa mampu untukberbuat seperti itu. Menurut hemat penulis,karena dalam "harmoni" yang pada tempo duluberhasil meredam ketegangan itu, sebenamyahanyalah upaya untuk mempertahankan danmenjaga supaya tidak terjadi kekacauan. Karenaitu keadaan baik, rukun, selaras dan seimbang itudiandaikan sudah ada, sehingga perlu dijagakelestariannya. Perkembangan zaman yangmenimbulkan bertambahnya para pemeluk suatuagama tidak terlalu dominan untuk menimbulkankonflik asalkan saja masing-masing pemelukmenghayati ajaran agama secara mendalam danpara elite agama (elite masyarakat) memberikancontoh baik yang mengarah kepada adanyaharmoni antar warga masyarakat yang mempunyaikemajemukan dalam bidang agama.

”Menghargai orang lain adalah merupakansalah satu bentuk terhindarnya konflik,karena pada dasarnya manusia merasabahwa orang lain sakit berarti ia juga sakitapabila disakiti orang lain. Sebagaimanadijelaskan dalam Al-Kitab Injil: ”...... Janganmembunuh, jangan berzinah, janganmencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,hormatilah ayahmu dan ibumu dankasihilah sesamamu manusia sepertidirimu sendiri......”(Matius, 19: 16-22).

Bahkan di zaman yang modern ini menghargaiorang lain tak sebatas sikap tapi sampai padatataran memahami ajaran agama lain, Yewangoe(2006), menjelaskan bahwa di Indonesia tidakdipungkiri sebuah negara bermasyarakatMajemuk. Kenyataan ini membawa manusia padakenyataan lain bahwa tidak mungkin tetap beradapada isolasi-isolasi, baik yang bersifat geografismaupun mental. Komunikasi baik melalui radio,televisi maupun surat kabar yang dewasa inisemakin canggih, membuka kemungkinanpenyampaian pesan-pesan agama kepadasiapapun tanpa memandang latar belakang agamapara pendengarnya. Contohya TVRI, pagi-pagisekali disuguhi oleh Kuliah Subuh. Sebagai pemirsatidak pernah ada yang memaksa melainkan bebasmemutuskannya apakah mau mendengarkan ataumemindahkan cannel lain. Setiap minggu malam

disuguhi Mimbar Agama Kristen maupun Katholik,begitu juga Mimbar Agama Hindu dan Buddha.

Memahami ajaran agama lain bukan berartiumat disuruh metakini ajaran agama lain, akantetapi mengahruskan untuk mencoba mengertimengapa saudara-saudara melaksanakan IbadahHaji bagi ummat Islam, dalam berbagai kesulitanmereka tetap melaksanakan ibadah tersebut.Terhadap yang beragama Katholik umpamanyaberupaya mengerti mengapa pemeluknyamenghormati Hostia sebagai tubuh Kristus, ataumenyangkut kaum Protestan, mencobamemahami mengapa penelaahan AlKitab menjadibegitu penting dalam kehidupan mereka sehari-hari. Begitu juga pada Surat Kabar Harian ANALISA,setiap jum’at pembaca akan disuguhkanpemahaman MIMBAR JUMAT (Islam) dan setiaphari pembaca menjumpai DHARMA DI UDARAdengan menampilan satu kalimat bijak dari KataPerenungan Master Cheng Yen, dan seterusnya.

Ummat Buddhis umpanya, sebelummelakukan aktivitas terlebih dahulu memahamiajaran agamanya, sebagaimana dikatakan chandrayang mengutip dari Buddhadasa on economic;

”Segala macam krisis berasal darikeegoisan...: Kecanduan obat, polusi,kerusakan alam, kecelakaan lalulintas, dankejahatan, semuanya berasal dari sumberyang sama: KEEGOISAN. Semua hal yangrendah, jahat, hal-hal yang tidak diinginkanberasal dari keegoisan. (WW. Chandra, 10,10, 2008:16).

Lebih jauh Chandra mengatakan :

”Bahwa setiap permasalahan harusdiselesaikan dengan metode pengertianbenar. Kita hendaknya tidak mengursnyasecara terus meneus melalui, perang danpolitik. Kita harus mempromosikan secaraterus menerus bahwa membunuh ituadalah Dosa. (WW. Chandra,10, 10, 2008:19).

Ketika ada persoalan Isma dan Budaumpamanya itu juga merupakan antitesis darinilai-nilai mulia yang terkandung dalam ajaranIslam dan Buda.

Agama mencoba menghubungkan manusiadengan apa yang nyata dan abadi. Itulah mengana

26

Page 20: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

agama mengusung pengutamaan spiritual danmoral, alih-alih sesuatu yang bersifat materi daninderawi. Bagi Islam, akar dasar spiritualkeberadaan manusia ádalah Tuhan, sedangkanbagi Buda, itu ádalah Nibbana. Tapi bagi keduanya,spiritualitas hádala inti kehidupan.

Prinsip pertama dalam pandangan keduaagama terkait dengan dua prinsip lanilla yangsaling terhubung; prinsip menjunjung kebenarandan mencegah kemunkaran. Perlu penulistandaskan bahwa konsep kebaikan dalam Islamdan Buddha memiliki banyak kesamaan mencolok.Kejujuran, ketulusan, kebaikan, perasaan keadilan,welas asih terhadap kaum lemah hádala nilai-nilaiyang dijunjung tinggi oleh kedua agama.

Keadilan hádala jira al-Quran, keadilan hádalatonggak kekaisaran Buda, Asoka. Casi sayanghádala kualitas menonjol Sang Buda. Setiap suratdalam al-Quran dimulai dengan kalimat “Denganmenyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagiMaha Penyayang……”. Dan yang sama pentingnya,baik Islam maupun Buda memiliki sikap serupadalam beragam DOSA.

Begitu juga kita temui konsep ajaran Kristen,ada beberapa kesamaan dalam memahami Kasihsayang sesama manusia.

Dalam AlKitab Perjanjian Baru ada PerintahSaling Mengasihi, dijelaskan:

”Seperti Bapa telah mengasihi Aku,demikianlah juga Aku telah mengasihikamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamuakan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Akumenuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal didalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakankepadamu, supaya sukacitamu menjadipenuh. Inilah perintah-Ku yaitu supayakamu saling mengasihi, seperti Aku talahmengasihi kamu. Tidak ada kasih yanglebih besar daripada kasih seorang yangmemberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku,jikalau kamu berbuat apa yangKuperintahkan kepadamu.....” (Yohanes, 9-15: 133).

Cinta kasih dan kebaikan adalah dasar utamadari masyarakat. Jika kita kehilangan nilai-nilaitersebut, maka masyarakat akan mengalami

kesulitan besar. Kelangsungan hidup ummatmanusia akan terancam. Seiring denganperkembangan dunia materi, kita memerlukanperkembangan spiritual agar kedamaian batin dankeselarasan sosial dapat tercipta. Tanpakedamaian batin, akan sulit mencapai kedamaian.Dalam hal pengembangan batin, agama dapatmemberikan sumbangan yang penting.

Agama adalah sebuah gejala kemanusiaan.Artinya, hanya manusialah yang mampumenyatakan perasaan dan praksiskeberagamaanya. Karena itu, agama sangatmelekat pada manusia dan intensitas manusiamenjalani praksis keberagamaannya itu.

Sebagaimana dikatakan Marina, bahwa dalamajaran Kristenpun kasih sayang terhadap manusiadiutamakan;

”Aku membaca dalam Kitab Matiusdikatakan: Kamu telah mendengar yangdifirmankan kepada nenk moyang kita:jangan membunuh; siapa yang membunuhharus dihukum. Tetapi Aku berkatakepadamu: Setiap orang yang marahterhadap saudaranya harus dihukum;siapa yang berkata kepada saudaranya:Kafir ! harus dihadapkan ke MahkamahAgama dan siapa yang berkata: Jahil !harus diserahkan ke dalam Neraka yangmenyala-nyala” (WW. Marina, 11, 10,2008:16).

Penulis perhatikan dari beberapa penjelasanagama-agama, semuanya memiliki sikap yangsama dalam persoalan kemanusiaan, jadi tidak adaalasan untuk konflik ketika manusia yang tinggaldalam wilayah yang sama walau memilikikemajemukan agama.

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA HARMONI1. Faktor Pendukung

Faktor-faktor yang mendorong adanyaharmoni dalam Kemajemukan agama di lingkunganPesantren Aisyiyah adalah adanya dukungan daripengelola pesantren yang lebih diarahkan kepadasesama manusia. Bergaul tidak ada negatifnyaasalkan ada batas-batas tertentu seperti bergauldan berhubungan dengan tukar menukar barangyang jadi tanpa olahan dengan warga.Membolehkan tukar menukar barang yang sifatnyabahan atau makanjadi produk pabrik yang ber

27

Page 21: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

lebelkan "Halal". Hams diakui memang ada faktorpenghambat dalam menciptakan harmoni dalamKemajemukan agama, seperti kurangnya waktudari para pengurus pesantren untuk berkunjungpada warga sekitar dan kurang rutinnya kegiatanbersama.

Dari pengamatan selama 2 (dua) tahun,pergaulan antara santri/ustadzah dengan wargasekitamya biasa-biasa saja bahkan ada harmonidiantara keduanya. Hal ini dibuktikan denganadanya olah raga bersama (tenis meja) dankeamanan lingkungan bersama serta kegiatangotong royong yang diikuti oleh warga masyarakatdan lebih diakibatkan oleh rasa kemanusiaansama-sama sebagai warga kelurahan Sei RengasPermata setelah mengetahui bahawa kegiatanpesantren tersebut tidak membahayakan dan tidakmengganggu ketentraman warga masyarakatsekitar. Letak geografis dan situasi perkotaan jugamerupakan pendukung bagi terjadinya harmoni,kebiasaan orang kota setiap bertemu merupakanwujud dari adanya harmoni dalam kemajemukanagama.

Faktor-faktor yang mendorong adanyaharmoni dalam Kemajemukan agama di lingkunganPesantren Aisyiyah sebagaimana dijelaskan dalamhasil penelitian tahun ke-1, adalah adanyadukungan dari pengelola pesantren yang lebihdiarahkan kepada sesama manusia. Bergaul tidakada negatifnya asalkan ada batas-batas tertentuseperti bergaul dan berhubungan dengan tukarmenukar barang yang jadi tanpa olahan denganwarga. Membolehkan tukar menukar barang yangsifatnya bahan atau makanjadi produk pabrik yangber lebelkan "Halal". Harus diakui memang adafaktor penghambat dalam menciptakan harmonidalam Kemajemukan agama, seperti kurangnyawaktu dari para pengurus pesantren untukberkunjung pada warga sekitar dan kurangrutinnya kegiatan bersama.

Pada tahun ke-2 peneliti menemukan hal baruyaitu adanya hubungan perilaku denganpemahaman ajaran agama, artinya bahwamasyarakat bukan hanya disebabkan oleh faktorkemanusiaan sehingga mampu berinteraksidengan masyarakat yang berbeda agama, akantetapi juga ada hubungannya dengan tingkatpemahaman suatu agama, artinya bahwa apabilaseseorang tidak mengasihi sesama manusia berarti

seseorang tersebut tidak menjalankan perintahagamanya.2. Faktor Penghambat

Meskipun hubungan kekerabatan dan ikatanfungsional mendorong timbulnya semangatgotong royong dan perasaan sepenanggungan,namun menyangkut kewenangan tokoh masing-masing warga, setiap desa berstatus mandiri, tidaktergantung satu dengan yang lain, apalagi tokohtersebut berbeda syari'at (agama). Kelurahan SeiRengas Permata yang sebagian besar tokohnyaumat Kristiani, tidak mau mencampuri tokoh umatlain apalagi tokoh agama di Pesantren Aisyiyah.Ketidak perdulian tersebut lebih dipengaruhi olehkurangnya pertemuan diantara tokoh- agama yangberbeda ditambah dengan dampak sejarah negatifyang pemah dialami oleh umat Islam - denganumat Kristiani yang dikenal dengan perang salib.

Emosi dari peninggalan sejarah ini nampaknyamasih menghantui para tokoh agama di kelurahanSei Rengas Permata walaupun pada dasamyamereka secara dejure tidak ada hubungannya. Satuhal yang masih ada dari sebagian kaum Muslimyaitu memahami Islam belum sepenuhnya secarainklusif melainkan masih bersifat ekslusif, sepertidalam memahami firman Allah dalam al-Qur'ansurat at-Thariq ayat 15-16: "Sesungguhnya orangkafir itu merencanakan tipu daya yang jahatdengan sebenar-benamya. Dan Akupun membuatrencana pula dengan sebenar-benamya".Mengklaim umat agama lain sebagai orang kafir,yang membuat orang muslim tidak mau bergauldan menutup din dengan penganut agama lainbahkan dari salah seorang warga yang muslimmengatakan bahwa orang-orang Kristiani selalumengadakan kristenisasi tanpa henti. Dari orang-orang Kristiani pun masih banyak yang mempunyaipemikiran bahwa himbauan Paus mengenaipentingnya melakukan kristenisasi terhadapsemua bagian dunia (to evangelise in all parts ofthe world) sehingga mengakibatkan agama yanglain sebagai minoritas hendaknya ditiadakan. Halini yang penulis perhatikan merupakan faktorpenghambat terjadinya harmoni antaramasyarakat yang mempunyai Kemajemukanagama seperti kelurahan Sei Rengas Permata.

Walaupun ada hubungan perilaku denganpemahaman agama, tidak dipungkiri bahwa masihada warga yang tidak menjalankan ajaranagamanya secara maksimal, sehingga disudut

28

Page 22: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Metodologi Penelitian Sistem Informasi

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

tertentu masih ada celah untuk melakukankejahatan atau mengganggu aktivitas orang lain.Sekalipun hubungan kekerabatan dan ikatanfungsional mendorong timbulnya semangatgotong royong dan perasaan sepenanggungan,namun menyangkut kewenangan tokoh masing-masing warga, setiap kelurahan berstatus mandiri,tidak tergantung satu dengan yang lain, apalagitokoh tersebut berbeda syari'at (agama).Kelurahan Sei Rengas Permata yang sebagianbesar tokohnya umat Buddhis, tidak maumencampuri tokoh umat lain apalagi tokoh agamadi Pesantren Aisyiyah.

SIMPULAN1. Upaya Pesantren dalam mengembangkan

wawasan Kemajemukan agama untuk parasantri dalam kegiatan ekstra kurikulerharus terjadual, melalui kegiatankemasyarakatan seperti olah raga,keamanan dan gotong royong bahkansosial. Pesantren Aisyiyah pada dasamyasudah melakukan kegiatan-kegiatan untukpara santri dalam memperkuat basiskeagamaan dengan memperbanyak kajianal-Qur'an dan pembinaan keagamaan baiksecara individual maupun menyeluruh,akan tetapi belum maksimal.

2. Respon masyarakat terhadap upayaPesantren dalam mengembangkanwawasan Kemajemukan agama disambutbaik dengan adanya pergaulan masyarakatdengan para santri, dari mulai awalberdirinya Pesantren sampai sekarangwarga setempat tidak pernah memusuhi.Respon integrasi dari warga tersebutdibuktikan dengan adanya kegiatan gotongroyong bersama, olah raga bersama sertamengadakan keamanan bersama.Masyarakat menerima perkembanganPesantren karena temyata tidakmengganggu ketentraman wargamasyarakat walaupun berbeda agama.

3. Upaya Pesantren dalam mengembangkanwawasan Kemajemukan agama bagimasyarakat dilakukan melalui kegiatangotong royong, baik yang digagas olehwarga ataupun oleh pengurus Pesantrendan adanya olah raga bersama serta

diadakannya keamanan lingkungan yangdibiayai bersama, diperuntukkan bagiwarga Pesantren dan warga masyarakatsetempat, Pesantren sudah melakukankegiatan bersama yang mengarah kepadawawasan Kemajemukan agama. Sekalipunupaya yang dilakukan oleh Pesantrensudah berjalan, akan tetapi PesantrenAisyiyah tidak mengakui ‘kebenaran’ dariajaran selain Islam, mengakui adanyaagama lain sebatas mengakui‘keberadaan’ agama lain selain Islam diwilayah Pesantren.

4. Menelusuri ajaran dari masing-masingpemeluk agama di kelurahan Sei RengasPermata terutama Islam, Buddha danKristen sebagai Agama Mayoritasmenemui beberapa asfek fundamentalyakni bahwa hampir tidak ditemukanajaran sebuah agama yang mengabaikanpersaudaraan dan kasih sayang sesamamanusia, agama Islam menyebutkanbahwa tidak sempurna iman seseorangMuslim apabila tidak mengasihi sesamamanusia, Dalam ajaran Kristenmenyebutkan Kasihilah Tuhan Allahdengan segenap jiwa, hati dan akalbudimu, dan hukum yang keduamenyebutkan kasihilah sesama manusiaseperti dirimu sendiri, bahkan dalamajaran Buddha dijelaskan Tujuan dariKetuhanan adalah cerah dan mulia, yangartinya luruskan hati dan perbaiki tingkahlaku dan membuat orang lain bahagia.

5. Yang menjadi faktor pendukung dariadanya kesadaran Kemajemukan agamadiantara warga Pesantren dengan wargamasyarakat adalah adanya kesadaran darimasing-masing warga dalam kekeluargaandan pergaulan sesama anggotamasyarakat. Hal seperti itu merupakansuatu kebutuhan. Faktor penghambatnyaadalah kurang adanya keterbukaan daritokoh agama dan tokoh masyarakat, masihada masyarakat yang trauma dengancatatan sejarah negative yaitu terjadinyaperang Salib. Sebagian masyarakat masihada yang memahami agama secaraekslushif. (tertutup). Pesantren Aisyiyahdan warga kelurahan Sei Rengas Permata

29

Page 23: PERAN PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN … 11_1... · penganut agama berbeda, yaitu penganut agama Budha, Kristen, Katolik dan Hindu. Penelitian ini bertujuan ... Berguna bagi masyarakat

Ahmad Calam: Peran Pesantren dalam Mengembangkan Kesadaran…

Jurnal SAINTIKOMVol. 11 / No. 1 / Januari 2012

secara bertahap mampu menghindarkankonflik dan mengusahakan adanyaharmoni antar sesama warga walaupunmasyarakat tersebut memilikiKemajemukan agama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. 1996. Studi Agama,Normalivitas dalam Historis. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Abdullah, Taufik dan Karim, Rusli. (ed). 1996.Metodologi Penelitian Agama sebagaiPengantar. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Al-Attas, Syed Muhammad al-Naquib. 1980. TheConcept of Education in Islam : A.Framwork for an Islamic Phiosophy ofEducation. Kuala Lumpur : Muslim YouthMoement of Malaysia (ABIM).

Al - Qur'an al - Kariim.AlKitab/ Injil (Perjanjian lama dan Perjanjian Baru)AlKitab Suci Agama Buddha Majjhima NikāyaAshraf, Syed Ali. 1993. Horison Baru Pendidikan

Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Islam: Tradisi

dan Modernisasi Menuju Milenium Baru.Jakarta: Logos Wacana Umu. Him. 105.

Bella, N. Robert. 1992. Tokugawa Religion theValues of Pro-Industrial Japan (terj).Wardah Hafidz dan Waladi Budiharga.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Binder. 1960. The Islamic Tradition and Politics theKijaji an the Alim Comparative Studies inSociety and History. Cambridge: HarvardUniversity Press.

Buddhadasa, Bikkhu. 2007. Practical Budhism.Medan: Pustaka Karaniya.

Calam, Ahmad. 2002. Peran pesantren dalamMengembangkan Kesadaran PluralismeAgama. Malang: PPs-UMM.

Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren:Studi tentang Pandangan Hidup Kyai.Jakarta: LP3ES.

Echol M. Jhon Dan Shadily, Hassan. 1995. KamusInggris-Indonesia. Jakarta :Gramedia.

Geertz, Cliffoerd. 1992. Agama di Jaw a: Konflikdan Interaksi, dalam Rolan Robertson (ed)

Agama dalam Analisis dan InterpretasiSosiolog. Jakarta :Rajawali.

Harian Republika, terbitan Juli-November 2008Harian ANALISA, terbitan Juli-November 2008Hasan, Ibrahim Hasan. 1979. Tarikh al-Islam. jilid.

1. Kairo: Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyyah.

Hiroko, Honkoshu. 1987. Kyai dan PerubahanSosial. Jakarta: P3M.

Hitti, K. Philip. 1973. Capital Cities of Arab Islam.University of Minnesoty Minneapolis.

Homrighausen dan Enklaar. 2007. PendidikanAgama Kristen. Jakarta: Gunnung Mulia.

Imarah, Muhammad. 1999. Islam dan Pluralitas.Jakarta: Gema Insani Press. DalamIshomuddin, 1997. Sosiologi PerspektifIslam. Malang : UMM Press.

Ishomuddin. 2005. Sosiologi perspektif Islam.Malang: UMM Pers.

Jotidhammo, Bikkhu dan Ananda Limiadi, Rudy(ed). 2004. Kitab Majjhima Nikaya 1.Klaten: Vihara Bodhivamsa.

Jursyi, Shalahuddin. 2004. Membumikan IslamProgresif. Jakarta: Paramadina.

Lama, Dalai, YM. 2003. Belas Kasih danKebijaksanaan. Jakarta: Karaniya.

Langgulung, Hasan. 1992. Asas-asas PendidikanIslam., Jakarta : Pustaka al-Husna.

Maarif, Syafi’i. A. et. al. 1991. Pendidikan Islam diIndonesia : Antara Cita dan Fakta.Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya.

Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren:Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:Paramadina.

Mastuhu. 1999: Memberdayakan SistemPendidikan Islam. Jakarta: Logos.

Moleong J. Lexy, 1996. Metodologi PenelitianKuallitatif. Bandung: Remaja-Rosdakarya.

Mun'im, A. Sirry. 2002. Islam, Sekularisme, danNegara. Harian Kompas edisi Rabu 13Februari.

Muzaffar, Chandra. 2004. Muslim Dialog danTeror. Jakarta: Ekuator Publika.

Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan.Jakarta: Prenada Media.

29

30