PERAN PENYULUH BIDANG PENCEGAHAN BADAN NARKOTIKA...
Transcript of PERAN PENYULUH BIDANG PENCEGAHAN BADAN NARKOTIKA...
PERAN PENYULUH BIDANG PENCEGAHAN BADAN NARKOTIKA
NASIONAL PROVINSI JAMBI DALAM MENCEGAH
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
(S1)
Disusun Oleh:
Ma’rifah Nur Aini
NIM UB150106
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2019
MOTTO1
“ Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan”. (Q.S Al-Maidah:90)
1Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Jilid VI: Tafsir Nurul Qur’an (Jakarta: Penerbit
Al-Huda., 2004), 111.
PERSEMBAHAN
بِسْمِ اللّهِ الَّرَحْمنِ الرَّحِيمِ
Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan
kecerdasan spiritual kepada manusia hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Puji
dan syukur kepada-Mu telah menghadirkan mereka yang selalu dijadikan
semangat dan senantiasa mendo’akan setiap langkah kehidupan. Hanya kepada-
Mu tempatku mengadu dan berucap syukur. Sholawat dan salam tak lupa pula
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW semoga kelak kita mendapatkan
syafaat dari beliau. Aamiin..
Kepada Ayahanda (Tabrani) dan Ibunda (Rosmiati) tercinta, terkasih dan yang
tersayang sebagai tanda bakti, tugas akhir ini kupersembahkan. Tiada kata atau
upaya yang bisa membalas segala kasih sayang, dukungan, do’a, usaha
sepenuhnya yang beliau berikan baik materi maupun non materi hingga akhir.
Seluruh keluarga besarku yang tercinta, teruntuk kakakku Kurniati, abangku
Hiswandi, dan adikku Syalwha yang selalu mendukung hingga terselesaikannya
tugas akhir ini.
Terkhusus untuk UIN STS Jambi Fakultas Dakwah tercinta
Kepada sahabat-sahabat Effendi, Hesi Fatimah Nuraini, Rika, Hestisarah, Hana
Mukarromah, Rizkha Armely, Elly Sukmawarni, Si’in, Jody Setiawan dan seluruh
teman seperjuangan yang tak bisa disebutkan satu persatu, warga jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam angkatan 2015 yang tentunya perjuangan dari mulai
awal kuliah hingga akhir dan banyak kenangan indah yang tersimpan. Segala
bentuk kesuksesan di masa depan bersama kita semua. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Aamiin..
ABSTRAK
Ma’rifah Nur Aini, Peran Penyuluh Bidang Pencegahan BNN
Provinsi Jambi dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah
Menengah Pertama Kota Jambi. Skripsi, Jambi. Fakultas Dakwah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2019.
Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi merupakan salah satu lembaga
seksi pencegahan yang membantu mencegah penyalahgunaan narkoba. Sosialisasi
yang dilakukan oleh penyuluh terhadap masyarakat khususnya di lingkungan
Sekolah Menengah Pertama akan sangat membantu untuk mengenali masalah atau
perilaku yang memicu penyalahgunaan narkoba tersebut. Begitu pentingnya
keberadaan penyuluh ini, sehingga tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang,
melainkan secara profesional yaitu orang yang telah mendapatkan pelatihan
penyuluhan narkoba. Harapannya setelah siswa-siswi di lingkungan sekolah
mengikuti proses konseling, konseli mampu untuk menghindari diri terhadap
penyalahgunaan narkoba, baik itu dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Penelitian ini mengungkap bagaimana peran penyuluh seksi pencegahan Badan
Narkotika Nasional Provinsi Jambi dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di
lingkungan Sekolah Menengah Pertama.
Penelitian ini bertujuan menjelaskan tentang jenis-jenis narkoba, bentuk
metode penyuluhan, media penyuluhan yang digunakan oleh penyuluh, dan apa
saja peranan penyuluh di lingkungan Sekolah Menengah Pertama tersebut.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif eksplanatoris ini untuk menjelaskan apa yang terjadi
secara lengkap, sedangkan untuk eksplanatoris ini untuk menjelaskan bagaimana
suatu peristiwa terjadi. Artinya penelitian ini diupayakan untuk menggambarkan
fakta yang diinterpretasi secara tepat dan teruji. Subjek penelitian adalah penyuluh
seksi pencegahan yang bekerja di Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi. Cara
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang
diperoleh kemudian dilakukan analisis data untuk pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa bentuk metode yang
digunakan oleh penyuluh ada 2 yaitu metode penyuluhan langsung dan metode
penyuluhan tidak langsung. Media yang digunakan oleh penyuluh yaitu media
elektronik, media cetak dan media sosial. Adapun peranan penyuluh ada 4 yaitu
penyuluh sebagai komunikator, penyuluh sebagai fasilitator, penyuluh sebagai
motivator dan penyuluh sebagai agen perubahan.
Kata kunci: Penyalahgunaan narkoba, bentuk metode penyuluhan, media
penyuluhan dan peranan penyuluh.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas taufiq
dan hidayah-Nya maka peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan baik. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW sang suri teladan umat, yang telah memberi kita contoh yang baik dalam
menjalani hidup.
Suatu kebahagiaan yang tiada terhingga, karena sampai saat ini peneliti
masih bisa diberi kesempatan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran
Penyuluh Bidang Pencegahan BNN Provinsi Jambi dalam Mencegah
Penyalahgunaan Narkoba di Sekolah Menengah Pertama Kota Jambi”.
Untuk mendapat gelar Strata Satu (S1) Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
Fakultas Dakwah di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, ini mencapai titik akhir
dengan penuh rasa syukur.
Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun
banyak pihak yang turut serta motivasi, bantuan dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga
peneliti ucapkan kepada mereka, yaitu:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA, Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan Ibu
Dr. Hj. Fadhlillah selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sultan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan Fakultas
Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Sya’roni, S.Ag, M.Pd selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Penyuluhan
Islam (BPI).
6. Ibu Neneng Hasanah, M. Pd. I selaku Sekretaris Prodi Bimbingan dan
Penyuluhan Islam (BPI).
7. Bapak Drs. Zulqarnain, M. Ag selaku Dosen Pembimbing I dan Neneng
Hasanah, M. Pd. I selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu meluangkan
waktu dalam membimbing dan memotivasi demi kesempurnaan penyusunan
skripsi ini.
8. Bapak Drs. Lahmudin, M. Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik.
9. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi
bekal bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatu
bermanfaat.
10. Seluruh karyawan dan karyawati dilingkungan akademik Fakultas Dakwah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
11. Kepala Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Kepala Perpustakaan UIN Sultan
Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya serta Kepala Perpustakaan Wilayah
Jambi.
12. Staf Kepegawaian Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
13. Teman-teman jurusan BPI, teman-teman seperjuangan di kampus tercinta dan
kawan-kawan posko 16 Desa Kembang Seri Baru Kab. Batanghari
KUKERTA gelombang I, terimakasih sedalam-dalamnya atas semangat dan
dukungan kalian, sehingga peneliti dapat terus optimis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT
melimpahkan ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA DINAS ...........................................................................................................
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .........................................
PENGESAHAN ........................................................................................................
MOTTO ....................................................................................................................
PERSEMBAHAN .....................................................................................................
ABSTRAK ................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. v
TRANSLITERASI………………………………………………………………vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Permasalahan .............................................................................................. 6
C. Batasan Masalah ......................................................................................... 7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 7
E. Landasan Teori ........................................................................................... 8
F. Metode Penelitian ..................................................................................... 25
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...................................................... 28
H. Studi Relevan ............................................................................................ 30
BAB II PROFIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAMBI
A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi .............. 33
B. Letak Geografis Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi .................. 35
C. Tugas Pokok dan fungsi .......................................................................... 36
D. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi ...................... 40
BAB III BENTUK METODE DAN MEDIA PENYULUHAN BIDANG
PENCEGAHAN BNNP JAMBI DALAM MENCEGAH NARKOBA DI
SEKOLAH
A. Bentuk Penyuluhan Narkoba ................................................................... 43
B. Metode Penyuluhan ................................................................................. 49
BAB IV PERAN PENYULUH BIDANG PENCEGAHAN BADAN
NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAMBI DI SMP SEDERAJAT
A. Penyuluh sebagai Komunikator ............................................................... 52
B. Penyuluh sebagai Fasilitator .................................................................... 53
C. Penyuluh sebagai Motivator .................................................................... 54
D. Penyuluh sebagai Agen Perubahan .......................................................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 59
B. Saran ........................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : .......................................................................................... 4
Table 1.2 : ........................................................................................... 4
Table 1.3 : ........................................................................................... 5
Tabel 1.4 : ........................................................................................... 5
Tabel 1.5 : ........................................................................................... 6
TRANSLITERASI2
A. Alfabet
2Disederhanakan dari ala-Lc Romanization Tables, Turabian Style.
Arab Indonesia Arab Indonesia
` th
B zh
T `a
Ts Gh
J F
Ch Q
Kh K
D L
Dz M
R N
Z W
S H
Sy ؍
Sh Y
Dh
B. Vokal dan Harkat
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah /h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salah
Mir’ah
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah /t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizaarat al-Tarbiyah
Mir’at al-zaman
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
Aa Aa
Uu
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka translaterasinya adalah
/tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini Indonesia memiliki berbagai permasalahan yang kompleks. Dari
berbagai permasalahan yang dihadapinya, salah satu yang menjadi fokus
penelitian adalah permasalahan penyalahgunaan narkoba, karena narkoba
memiliki efek yang multi dimensional. Penyalahgunaan narkoba pada saat ini
sudah menjadi masalah global, karena mengakibatkan dampak buruk pada
berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti aspek kesehatan, pendidikan,
pekerjaan, kehidupan sosial dan keamanan.3
Narkoba membuat manusia mabuk seperti mengonsumsi minuman keras.
Bahkan efek mabuk seperti mengonsumsi minuman keras yang ditimbulkan jauh
lebih dahsyat dari pada khamar. Berarti ada sisi kemiripan alasan dalam
mengharamkan narkoba dan miras. Yaitu kedua-duanya (narkoba dan khamar)
sama-sama memabukkan, memicu kejahatan dan merusak jasmani dan rohani.
Dengan demikian maka jelas sekali bahwa narkoba hukumnya haram
sebagaimana Khamar. Semua yang baik halal dan semua yang merugikan haram
seperti telah dijelaskan dalam surah al-A’raf ayat 157 yang berbunyi:
3Tim Penyusun, Pedoman Rehabilitasi Adiksi Berbasis Masyarakat (Jakarta: BNN, 2012),
1.
“(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi, yang ummi (tidak bisa baca
tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada
pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari
yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan
mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-
beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang
yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah
orang-orang beruntung. (QS. al-A’raf : 157)”
Adapun dalam ajaran Islam ditegaskan mengenai larangan narkoba dalam
surah Al-Maidah ayat 90 yang berbunyi:
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung."(QS. Al-Ma'idah : 90)4
Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat
memprihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain karena Indonesia
yang terletak pada posisi di antara tiga benua dan mengingat perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengaruh globalisasi dan arus
transportasi yang sangat maju serta penggeseran nilai dengan dinamika
sasaran opini peredaran gelap narkoba.
Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.
Mengingat hampir seluruh penduduk Indonesia dapat dengan mudah
4Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Jilid VI: Tafsir Nurul Qur’an (Jakarta: Penerbit
Al-Huda., 2004), 111.
1
mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa di daerah
sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan geng.
Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir
akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela.
Kekhawatiran ini semakin dipertajam akibat maraknya peredaran gelap
narkoba yang telah merebak di segala lapisan masyarakat, termasuk di
kalangan generasi muda khususnya lingkungan sekolah. Perilaku sebagian remaja
yang secara nyata telah jauh mengabaikan nilai-nilai kaidah dan norma serta
hukum yang berlaku di tengah kehidupan masyarakat menjadi salah satu
penyebab maraknya penggunaan narkoba di kalangan generasi muda. Dalam
kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat masih banyak dijumpai
remaja yang masih melakukan penyalahgunaan narkoba, hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang.
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba (Narkotika,
Psikotropika dan Bahan Zat Adiktif lainnya) di Indonesia sejak lama telah
menjadi hambatan dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia, khususnya
generasi muda bangsa. Hal ini telah mengundang perhatian pemerintah RI dengan
membuat aturan pelaksanaan dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika yaitu restrukturisasi kelembagaan Badan Narkotika
Nasional dalam melakukan Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), khususnya dengan terbitnya Peraturan
Presiden No. 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (BNN).5
Dampak dari penyalahgunaan narkoba tidak hanya mengancam
kelangsungan hidup dan masa depan penyalahgunanya saja, namun juga
masa depan bangsa dan negara, tanpa membedakan strata sosial, ekonomi,
usia maupun tingkat pendidikan. Sampai saat ini tingkat peredaran narkoba
sudah merambah pada berbagai level, tidak hanya pada daerah perkotaan saja
5Tim Penyusun, Buku 1: Petunjuk Teknis dan Prosedur Kerja Pemberdayaan Alternatif
Masyarakat Perkotaan, (Jakarta: BNN, 2018), 1.
melainkan sudah menyentuh komunitas pedesaan.6 Adapun data menurut hasil
Survey BNN & UI tahun 2018 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Penyalahgunaan Narkoba Berdasarkan Lingkungan7
No. Kategori Jumlah Persentase
1. Lingkungan Kerja 2 juta 59,3 %
2. Lingkungan Pendidikan 800 ribu 23,7 %
3. Lingkungan Masyarakat 573 ribu 17 %
Berdasarkan hasil survey oleh Badan Narkotika Nasional & UI tahun 2018
menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah penyalahguna narkoba di lingkungan
kerja, yakni berjumlah 2 Juta orang dengan presentase 59,3 %. Pada lingkungan
pendidikan menunjukkan angka yang lebih tinggi yakni 800 Ribu dengan
presentase 23,7 dari pada lingkungan masyarakat yakni 573 ribu dengan prsentase
17 %.
Tabel 1.2
Karakteristik Pecandu Narkoba8
No. Karakteristik Persentase
1. Pecandu ganja 44,7 %
2. Mencoba narkoba baru 44 %
3. Pernah di penjara 65 %
4. Pernah di tangkap 25%
5. Pecandu adalah kurir 20 %
6. Pernah terlibat kejahatan 25 %
7. Pernah kecelakaan 29 %
Sumber: hasil Survey BNN & UI Tahun 2018
6Dadang Hawari, Al-Quran Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta: PT. Dana
Bakti Prima Yasa, 2004), 3. 7Hasil Survey BNN & UI Tahun 2018.
8Ibid.
Berdasarkan dari tabel tersebut dapat diuraikan bahwa estimasi jumlah
penyalahguna narkoba dunia sebesar 255 juta, jumlah mati akibat over dosis 520
per hari. Menurut hasil Survey BNN & UI (2018): pada 34 Provinsi, jumlah
penyalahguna narkoba di Indonesia sebesar 3,3 juta, mati akibat over dosis 30
orang per hari yg tersebar: Lingkungan Kerja sebesar 2 jt (59,3%), lingkungan
Pendidikan 800 ribu (23,7%), Lingkungan Masyarakat 573 ribu (17%).
Karakteristik pecandu: 44,7% pecandu ganja, 44% mencoba narkoba baru, 65%
pernah dipenjara, 25% pernah ditangkap, 20% pecandu adalah kurir, 25% pernah
terlibat kejahatan, 29% pernah kecelakaan.
Permasalahan narkoba di Indonesia belum sepenuhnya terkendali sampai
saat ini dikarenakan banyak faktor penyalahgunaan narkoba di Indonesia yang
telah tersebar di seluruh wilayah, khususnya di kota-kota besar termasuk Jambi.
Hal ini terjadi pada berbagai strata masyarakat, bahkan dapat dikatakan terdapat di
kalangan Kelurahan, bahkan RT/RW serta berkembang ke sekolah-sekolah
khususnya kota Jambi.
Adapun data kasus penggunaan narkoba dikalangan pelajar SMP di Provinsi
Jambi adalah sebagai berikut:
Tabel. 1.3
Data kasus penggunaan narkoba9
NO TAHUN
KASUS
JUMLAH % NAIK
TURUN NARKO
TIKA
PSIKO
TROPIKA
BAHAN
ADIKTIF
LAINNYA
1 2014 9,422 5,658 17,355 17,355
2 2015 11,380 9,289 22,630 22,630 +30.39
3 2016 10,008 9,783 29,364 29,364 +29.75
4 2017 11,135 8,779 30,878 30,878 +5.16
5 2018 17,834 1,181 26,614 26,614 -13.81
JUMLAH 59,779 34,690 32,372 126,841
Angka kejadian atau jumlah kasus meningkat secara cepat dalam deret
ukur. Hingga saat ini Indonesia berada di urutan ke enam dalam peringkat
9Data BNN Provinsi Jambi tahun 2017-2018.
Internasional, sedangkan Provinsi Jambi berada pada urutan ke empat dengan
peningkatan pengguna tertinggi selama dua tahun terakhir dalam peringkat
Nasional, sedangkan kota Jambi berada pada urutan pertama pada Provinsi Jambi.
Adapun tabelnya sebagai berikut:
1.4
Peringkat Provinsi dengan Peningkatan
pengguna tertinggi10
Adapun sebaran pengguna narkoba di Provinsi Jambi adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.5
Sebaran pengguna narkoba di Provinsi Jambi11
No. Karakteristik Persentase
1. Pekerja 50,1 %
2. Pendidikan 22 %
10
Hasil Survey BNN & UI Tahun 2018. 11
Data BNN Provinsi Jambi tahun 2017-2018.
NO PROVINSI RANGKING NO PROVINSI RANGKING
1. DKI Jakarta I 17. Sulut XVII
2. Sumatera Utara II 18. Jateng XVIII
3. Kalimantan Timur III 19. Riau XIX
4. Jambi IV 20. Gorontalo XX
5. Sulawesi Selatan V 21. Bali XXI
6. Lampung VI 22. NTT XXII
7. DIY VII 23. Sumbar XXIII
8. Sulteng VIII 24. Sumsel XXIV
9. Sultra IX 25. NAD XXV
10. Kepri X 26. Kalsel XXVI
11. Jabar XI 27. Papua XXVII
12. Maluku XII 28. Kalbar XXVIII
13. Bengkulu XIII 29. Bangka Belitung XXIX
14. Jatim XIV 30. NTB XXX
15. Banten XV 31. Kalteng XXXI
16. Kaltim XVI
3. Pengangguran 27,9%
Permasalahan narkoba khususnya pada sekolah biasanya diawali dengan
pemakaian pertama pada usia SD atau SMP, karena tawaran, bujukan, dan
tekanan seseorang atau kawan sebaya. Didorong rasa ingin tahu atau ingin
mencoba, mereka mau menerimanya. Selanjutnya, tidak sulit untuk menerima
tawaran berikutnya. Dari pemakaian sekali, kemudian beberapa kali, akhirnya
menjadi ketergantungan terhadap zat yang digunakan.
Pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin, sejak anak usia SD hingga
SMA dan perguruan tinggi, bahkan pada anak usia balita. Sekolah adalah lembaga
yang sangat penting dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba,
mengingat pemakainya sebagian besar adalah anak dan remaja usia sekolah dan
mahasiswa perguruan tinggi.12
Partisipasi dan prakarsa masyarakat dalam perang melawan bahaya
penyalahgunaan narkoba merupakan salahsatu kunci keberhasilan dalam
penanggulangan narkoba. Oleh sebab itu, seberapa pun besarnya dana dan daya
yang dikerahkan pemerintah, khususnya Badan Narkotika Nasional (BNN), untuk
memerangi bahaya narkoba, tidak akan berhasil tanpa berbagi tanggung jawab
dengan masyarakat. Untuk itu BNN melalui Bidang Pencegahan dan
Pemberdayaan Masyarakat berusaha mengajak masyarakat dalam menjalankan
program Pencegahan, Pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran Gelap
Narkoba (P4GN).13
Berdasarkan latar belakang di atas maka menurut peneliti, bimbingan dalam
mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba pada masyarakat khususnya di
sekolah-sekolah perlu di lakukan. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk
mengangkat permasalahan ini dalam sebuah penelitian kajian ilmiah dengan judul
”PERAN PENYULUH BIDANG PENCEGAHAN BNN PROVINSI
JAMBI DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOTA JAMBI”.
12
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), 2-3. 13
Media Informasi & Komunikasi Sinar BNN (Jakarta: PT Trubus Swadaya, 2011), 4.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah pokok yang diangkat
dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Peran Penyuluh Bidang Pencegahan BNN
Provinsi Jambi dalam Mencegah terjadinya Penyalahgunaan Narkoba di Kota
Jambi”.
Pokok masalah ini menjadi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode penyuluhan yang diberikan dalam mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah menengah pertama?
2. Apa media yang dapat digunakan penyuluh bidang pencegahan BNN Provinsi
Jambi dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba lingkungan
sekolah menengah pertama?
3. Peran apa yang diberikan penyuluh bidang pencegahan dalam mencegah
penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah menengah pertama?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka penelitian ini difokuskan
pada satu permasalahan. Dimana hal ini untuk menghindari objek bahasan yang
keluar dari koridor yang diharapkan. Oleh karena itulah dalam penelitian peneliti
membatasi masalah yang akan dibahas hanya tentang bagaimana peran penyuluh
bidang pencegahan dalam mencegah penyalahgunaan Narkotika di Lingkungan
Sekolah.
Batasan geografis penelitian ini hanya pada usia remaja di lingkungan
Sekolah Menengah Pertama dan untuk pengambilan sampel hanya dilakukan pada
beberapa sekolah saja. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu yang dimiliki
oleh peneliti dalam melakukan penelitian, maka dari itu peneliti membuat batasan
dalam masalah penelitian.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas yang telah dijabarkan, penelitian ini
bertujuan agar dapat mengetahui bagaimana peran penyuluh bidang pencegahan
BNN Provinsi Jambi dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan Narkoba di
Lingkungan Sekolah menengah pertama. Adapun tujuan lebih spesifik dari
penelitian ini yaitu:
1. Menjelaskan bentuk metode penyuluhan yang diberikan dalam mencegah
terjadinya penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah Menengah Pertama.
2. Mengetahui media yang digunakan peran penyuluh BNN Provinsi Jambi dalam
mencegah terjadinya penyalahgunaan Narkoba di lingkungan Sekolah
Menengah Pertama.
3. Menjelaskan peran penyuluh bidang pencegahan BNN Provinsi Jambi dalam
mencegah terjadinya penyalahgunaan Narkoba di lingkungan Sekolah
Menengah Pertama.
Penelitian ini secara umum diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa
aspek meliputi aspek pribadi (diri individu sendiri), instansi atau lembaga, dan
aspek lainnya yang terkait. Adapun kegunaan dari penelitian ini ialah:
1. Secara umum diharapkan menambahkan wacana keilmuan dan dapat
memperkaya pemikiran tentang proses bimbingan khususnya bagi jurusan
Bimbingan Penyuluhan Islam.
2. Dapat memperkenalkan tentang pola bimbingan BNN Provinsi Jambi dalam
mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba di lingkungan SMP.
3. Bagi UIN Sulthan Thaha Saifuddin penelitian diharapkan dapat berguna dalam
mengembangkan citra pendidikan Islam yang kreatif.
E. Kerangka Teori
Antisipasi bahaya narkoba yang dilakukan oleh BNN Provinsi Jambi berupa
bimbingan pada masa anak usia SD, SMP dan SMA sebagai upaya pencegahan
dan penanggulangan yang berkesinambungan. Pencegahan dan penanggulangan
yang dimaksud disini bukan semata-mata informasi mengenai bahaya narkoba,
tetapi lebih menekankan pemberian untuk bersikap dan berprilaku positif,
mengenal situasi penawaran/ajakan, dan terampil menolak tawaran/ajakan
tersebut. Hubungan ini dapat dilihat dalam kerangka berikut:
Mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
bahaya narkoba
Peran Peyuluh
Provinsi Jambi
Bidang
Pencegahan
BNNP Jambi
Peran penyuluh dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba, bukan
semata-mata masalah zat atau narkoba itu sendiri. Sebagai masalah prilaku
manusia, banyak variabel yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, diperlukan
adanya informasi mengenai bahaya narkoba.
Lebih jauh ada beberapa definisi terminologis yang digunakan dan perlu
dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pengertian Peran
Peran secara etimologi kata “peranan” berasal dari kata “peran” yaitu
perangkat tinggkah yang diharapkan dimiliki atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu peristiwa.14
Peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain
sandiwara (film), tukang lawak pada permainan mahyong, perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di peserta didik.15
Peran menurut kamus Populer bahasa Indonesia “peran adalah beberapa
tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan
dimasyarakat.16
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, peran adalah sesuatu
yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama.17
Peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi
(atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Harapan mengenai peran
seseorang dalam posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas
dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi tersebut. Hal
itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi
14
J.S. Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: Balai Pustaka,2015), 1037. 15
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2011), 854. 16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Populer Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2013), 84. 17
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,
2015), 735.
SMP
masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat
kepadanya.18
Seseorang dapat memainkan fungsinya dengan menduduki jabatan tertentu,
karena posisi yang didudukinya tersebut. Artinya bahwa lebih memperlihatkan
konotasi aktif dinamis dari fenomena peran. Seseorang dikatakan menjalankan
peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian tidak
terpisah dari status yang disandangnya. Setiap status sosial terkait dengan satu
atau lebih status sosial.19
Abu Ahmadi peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap
caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan
status dan fungsi sosialnya.20
David Berry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan
yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.21
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Keliat, bahwasanya peran adalah
sikap dan prilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat. Adapun menurut Soerjono Soekanto dari sebuah
bukunya, “peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.22
Teori peran (role theory) merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi
maupun disiplin ilmu. Selain dari sosiologi dan antropologi, teori peran masih
tetap digunakan dalam psikologi. Dalam ketiga bidang ilmu tersebut, istilah
“peran” di ambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain
sebagai tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk
berprilaku secara tertentu.23
18
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2013), 212-213. 19
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta, Balai Pustaka, 2003), 7. 20
Abu Ahmadi, Cet. Ke-2:Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2011), 115. 21
David Berry, Cet, Ke-3: Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2014), 99. 22
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 2011), 667. 23
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan IslamI, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), 49.
Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan
posisi seseorang dalam masyarakat. Sebagaimana halnya teater, yaitu bahwa
perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu
berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan
aktor tersebut. Dari sudut pandang inilah disusun teori-teori peran.24
Teori peran (role theory) mengemukakan bahwa peranan adalah
sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi tertentu. Peran
yang berbeda membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula. Tetapi apa yang
membuat tingkah laku itu sesuai dalam suatu situasi dan tidak sesuai dalam situasi
lain relatif bebas pada seseorang yang menjalankan peranan tersebut.25
Peranan adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang
dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu posisi dan
melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika
seseorang menjalankan peranan tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan
berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai keinginan dari lingkungannya.26
Beberapa dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud peran
adalah suatu yang penting kedudukannya dimasyarakat dan didalam kehidupan
masyarakat. Peran seseorang merupakan bagian dalam interaksi sosial dan dalam
interaksi sosial tersebut munculah perilaku. Perilaku yang diharapkan dapat
berguna untuk membimbing atau mengarahkan masyarakat untuk menjadi lebih
baik.
2. Penyuluh
Penyuluh secara etimologi adalah istilah penyuluhan berasal dari bahasa
latin yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai
dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon,
istilah penyuluhan berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau
“menyampaikan”.27
24
Isep Zainal Arifin, Bimbingan Penyuluhan Islami, 51. 25
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 221. 26
Ibid. 27
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), 99.
Adapun Penyuluhan diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara penyuluhan oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.28
Penyuluh adalah orang yang memiliki peran dan tugas yang memberikan
pendidikan, bimbingan dan penerangan kepada masyarakat untuk mengatasi
berbagai masalah sehingga dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Penyuluh juga dikenal dengan sebutan juru penerang. Biasanya penyuluh atau
juru penerang menjalankan perannya dengan cara mengadakan ceramah,
wawancara, dan diskusi bersama khalayak khusus.
3. Peran Penyuluhan
Peran penyuluhan merupakan kegiatan dalam menjalankan fungsinya.
Kegiatan yang dimaksud disini adalah menyampaikan sesuatu yang baru yang
lebih baik serta menguntungkan. dengan tujuan meningkatkan kemauan dan
kemampuan dalam mencegah penyalahgunaan narkoba.
Melalui penyuluhan tersebut, masyarakat mendapatkan informasi-informasi
yang didapatkan sehingga sangat bermanfaat guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan bagi masyarakat. oleh sebab itu, terjadi peningkatan pemahaman
setelah penyuluh menerapkan sistem penyuluhan tersebut.
peranan penyuluh hanya dibatasi pada kewajibannya untuk menyampaikan
inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metode dan teknik
sehingga mereka mendapat kesadaran dan kemampuannya sendiri mengadopsi
inovasi yang disampaikan. Akan tetapi dalam perkembangannya, peran penyuluh
tidak hanya terdapat pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi
proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan akan
tetapi ia juga harus mampu menjadi jembatan penghubung (fasilitator) antara
pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakat
sebagai sasaran baik dalam menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan
28
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, 105.
untuk menyampaikan umpan balik. Dalam menjalankan tugasnya seorang
penyuluh menurut Bambang S Ma’arif, 2010, memiliki peran sebagai berikut: 29
a. Komunikator
Peran penyuluh sebagai komunikator adalah sebagai sumber pesan yang
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan kepada
masyarakat. Selain menyampaikan pesan seorang penyuluh berperan memberikan
respon atau tanggapan serta menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh
masyarakat.
b. Fasilitator
Peran penyuluh sebagai fasilitator adalah seorang penyuluh memiliki peran
dalam menyediakan kemudahan bagi masyarakat yang didampinginya dalam
mendapatkan informasi penanggulangan masalah narkoba.
c. Motivator
Peran penyuluh sebagai motivator adalah penyuluhan berperan
menumbuhkan dan memelihara semangat masyarakat yang didampinginya agar
tetap gigih berusaha meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Seorang
penyuluhan harus mampu mendorong masyarakat yang didampinginya agar aktif
dalam mengembangkan pemahamannya.
d. Agen Perubahan
Penyuluh sebagai agen perubahan adalah penyuluh yang senantiasa harus
dapat mempengaruhi sasarannya agar dapat merubah dirinya ke arah
kemajuan. Dalam hal ini penyuluh berperan dalam membantu memecahkan
masalah (solution gives), membantu proses (process helper), dan sebagai sumber
penghubung (resources linker).
4. Badan Narkotika Nasional (BNN)
Badan Narkotika Nasional adalah lembaga pemerintahan nonkementerian
yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden.30
29
Devy Mulia Sari, Peran Kader Anti Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Pelajar oleh Badan
Narkotika Nasional Surabaya, Jurnal Promkes Vol. 5, No. 2 (2010), di akses dari https://e-
journal.unair.ac.id/PROMKES/article/download/7704/4557 pada tanggal 02 Mei 2019 pukul 20.14
WIB. 30
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, tentang Narkotika, pasal 64 ayat (2).
Badan Narkotika Nasional adalah sebuah lembaga non-struktural Indonesia yang
bertugas untuk membantu wali kota dalam mengoordinasikan perangkat daerah
dan instansi pemerintah di Kabupaten/Kota, menkoordinasikan instansi
pemerintah terkait dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaannya di bidang
ketersediaan dan operasional P4GN (pencegahan, pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika).31
BNN provinsi berkedudukan di ibukota provinsi dan BNN kabupaten/kota
berkedudukan di ibukota kabupaten/kota. Ada beberapa peran Bidang
Pencegaham yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional yaitu:
a. Mendorong gerakan masyarakat untuk peduli dalam upaya anti narkoba.
b. Mengumpulkan data dan melakukan sosialisasi terhadap masyarakat.
c. Operasional dan membantu penegak hukum menjalankan tugasnya atas arahan
atau izin dari polisi.
d. Fasilitas dan memberikan bantuan yang diperlukan oleh masyarakat.32
Badan Narkotika Nasional sebagai lembaga independen diharapkan dapat
bekerja lebih baik serta transparan dalam menumpas kejahatan Narkotika. Badan
Narkotika Nasional juga dapat optimal dalam memberikan perlindungan kepada
masyarakat dan meningkatkan kerja sama internasional agar jaringan narkoba
dapat dihancurkan.
5. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Pencegahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses,
cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar sesuatu tidak terjadi.
Dengan demikian, pencegahan merupakan tindakan dan identik dengan perilaku.33
Pencegahan adalah upaya untuk membantu individu menghindari memulai
atau mencoba menyalahgunakan narkoba, dengan menjalani cara dan gaya hidup
31
Rina Heningsih Gustina, “Peran Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam
Penanggulangan Narkotika Di Kota Samarinda”, Jurnal (Samarinda: Ilmu Pemerintah, 2015), 4. 32
Ahmadi Sofian, Narkoba Mengincar Anak Anda (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2012),
145. 33
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), 29-30.
sehat, serta mengubah kondisi kehidupan yang membuat individu mudah
terjangkit penyalahgunaan narkoba.34
Pencegahan berupa suatu proses membangun yang disusun untuk
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial seseorang
sampai pada potensi maksimal, sambil menghambat atau mengurangi kerugian-
kerugian yang mungkin timbul akibat Penyalahgunaan narkoba, baik yang
alamiah maupun buatan (sintesis).35
Penyalahgunaan Narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak
untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam
jumlah berlebih yang kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya.36
Penyalahgunaan obat atau drug abuse dari kata dasar “salah guna” atau
“tidak tepat guna”, penyalahgunaan obat berarti suatu penyelewengan penggunaan
obat bukan untuk tujuan medis/pengobatan atau tidak sesuai dengan indikasinya.
Dadang Hawari mendefinisikan penyalahgunaan zat (narkotika) sebagai
pemakaian zat di luar indikasi medik, tanpa petunjuk/resep dokter, pemakaian
sendiri secara teratur atau berkala sekurang-kurangnya selama satu bulan.
Pemakaian bersifat patologik dan menimbulkan hendaya (impairment) dalam
fungsi sosial, pekerjaan dan sekolah.37
Adapun pandangan Islam terhadap NAPZA Islam memandang manusia
sebagai makhluk yang terhormat, layak, dan mampu mengemban amanah setelah
terlebih dahulu melalui seleksi di antara makhluk Tuhan lainnya. Dalam Al-
qur’an dan Hadits tidak disebutkan secara langsung masalah narkoba. Akan tetapi,
karena baik sifat maupun bahaya yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba
sama, bahkan lebih dahsyat dari minuman keras atau khamar, maka ayat al-quran
dan al-hadits Rasulullah yang melarang dan mengharamkan minuman keras atau
34
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Komunikasi Penyuluhan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba, ( Jakarta: 2004), 3. 35
Abdul Wahib, Pelajar Indonesia Anti Nsrkoba, (Jakarta: Emir, 2014), 61. 36
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah,17. 37
Abdul Wahib, Menuju Sekolah Bersih dari Narkoba, (Semarang: Pustaka Zaman, 2014),
13-14.
khamar dapat dijadikan dalil atau dasar terhadap dilarang dan diharamkannya
penyalahgunaan narkotika sebagaimana Allah SWT. Berfirman dalam surah Al
Ahzab ayat 72 yang berbunyi:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit dan bumi
serta gunung-gunung, maka semuanya enggan memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.” (QS Al Ahzab ayat 72).38
Guna menjalankan amanat luhur itulah manusia dibekali dengan
kelengkapan yang kemudian hari akan dimintai pertanggung jawabannya.
Manusia dibekali naluri keagamaan yang tajam, penciptaan yang sangat
sempurna, kedudukan yang mulia, dan diberi kepercayaan penuh untuk mengolah
bumi serta isinya. Dengan demikian manakala Allah swt menjanjikan imbalan
terhadap kemampuan manusia mengoperasikan pemberian Allah tersebut atau
juga ancaman atas kelalaiannya, tentulah yang demikian itu disebut adil bahkan
Maha Adil.
Adapun dalam melaksanakan preventif dalam mencegah penyalahgunaan
narkoba perlu mempertimbangkan tiga sasaran, yaitu:39
a. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah individu atau kelompok yang diharapkan berubah
perilakunya dengan dilaksanakannya promosi penanggulangan narkoba, yang
termasuk dalam sasaran primer adalah penyalahguna narkotika suntik, narapidana
(kelompok beresiko tertular), orang dengan mobilitas tinggi, perempuan, remaja
dan anak jalanan.
b. Sasaran Sekunder
38
Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an, Jilid 5: Tafsir Al-Qur’an (Jakarta: Darul Haq,
2015), 657. 39
Tim Penyusun, Buku Pedoman Bidang Peran serta Masyarakat. (Jakarta: BNN, 2013),
46.
Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok dan organisasi yang
mempengaruhi perubahan perilaku sasaran primer. Yang dalam sasaran sekunder
adalah pengelola salon, cafe, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan,
petugas lembaga kemasyarakatan, organisasi keagamaan dan LSM.
c. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah individu atau kelompok dan organisasi yang memiliki
kewenangan untuk membuat kebijakan dan keputusan dalam pelaksanaan
penanggulangan dan peredaran gelap narkoba. Yang termasuk dalam sasaran
tersier adalah pejabat eksekutif, legislatif, penyandang dana, pimpinan dan media
massa.
Pencegahan Penyalahgunaan narkoba merupakan bagian penting dari
keseluruhan upaya pemberantasan penyalahgunaan dan pengedaran gelap
narkoba, oleh karena “mencegah lebih baik dari pada mengobati”, dalam arti
bahwa upaya pencegahan lebih murah dan lebih hemat biaya dari pada upaya
lainnya.
6. Narkoba
Narkoba atau napza adalah obat/bahan/zat, yang bukan tergolong makanan.
Jika diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama
pada kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan.
Akibatnya, kerja otak berubah (meningkat atau menurut). Demikian pula fungsi
vital organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain).
Narkoba (narkotika, psikotropika, dan obat terlarang) adalah istilah penegak
hukum dan masyarakat. Narkoba disebut berbahaya, karena tidak aman digunakan
manusia. Oleh karena itu penggunaan, pembuatan, dan peredarannya diatur dalam
undang-undang. Barang siapa menggunakan dan mengedarkannya di luar
ketentuan hukum, dikenai sanksi pidana penjara dan hukum denda.
Napza (narkotika, psikotropika, zat adiktif lain) adalah istilah dalam dunia
kedokteran. Disini penekannya pada pengaruh ketergantungtannya. Oleh karena
itu, selain narkotika dan psikotropika, yang termasuk napza adalah juga obat,
bahan atau zat, yang tidak diatur dalam undang-undang, tetapi menimbulkan
ketergantungan, dan sering disalahgunakan.
Narkoba yang di maksud oleh peneliti ini adalah narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lain. Digunakan istilah narkoba, karena telah menjadi bahasa umum di
masyarakat. Akan tetapi, ruang lingkup nya mengikuti napza, sebab zat adiktif
lain, seperti nikotin dan alkohol, sering menjadi pintu masuk pemakaian narkoba
lain yang berbahaya. Juga inhalansia dan solven, yang terdapat pada berbagai
keperluan rumah tangga, bengkel, kantor, dan pabrik yang sering disalahgunakan,
terutama oleh anak-anak.40
Bahaya ketergantungan penggunaan dan peredaran narkoba diatur dalam
undang-undang, yaitu undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Penggolongan jenis-
jenis narkoba berikut didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Narkoba dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktiflainnya, tiap jenis dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok yaitu sebagai
berikut:
a. Narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis atau semi yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri. Menurut Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi yang
menyebabkan ketergantungannya adalah sebagai berikut:
1) Narkotika golongan I : berpotensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan. Tidak digunakan untuk terapi (pengobatan). Contoh
heroin, kokain, dan ganja. Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
2) Narkotika golongan II : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan.
Digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh morfin, petidin, dan
metadon.
3) Narkotika golongan III : berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan
dan banyak digunakan dalam terapi. Contoh kodein.
b. Psikotropika, yaitu zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
40
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), 5.
saraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
perilaku. yang dibagi menurut potensi yang dapat menyebabkan
ketergantungan adalah sebagai berikut:
1) Psikotropika golongan I : amat kuat menyebabkan ketergantungan dan
tidak digunakan dalam terapi. Contoh ekstasi.
2) Psikotropika golongan II : kuat menyebabkan ketergantungan, digunakan
amat terbatas pada terapi, contoh Amfetamin, metamfetamin (sabu),
fensiklidin, dan ritalin.
3) Psikotropika golongan III : potensi sedang menyebabkan ketergantungan,
banyak digunakan dalam terapi. Contoh pentobarbital dan flunitrazepam.
4) Psikotropika golongan VI : potensi ringan menyebabkan ketergantungan
dan sangat luas digunakan dalam terapi . contoh diazepam, klobazam,
nipam dan pil KB/koplo.
c. Zat Psiko-Aktif lain, yaitu zat/bahan lain bukan narkotika dan psikotropika,
yang berpengaruh pada kerja otak. tidak tercantum dalam perundang-undangan
tentang narkotika dan psikotropika. Yang sering disalahgunakan adalah:
1. Minuman Alkohol
Alkohol mengandung etanol yang berpengaruh menekan susunan syaraf
pusat. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau Psikotropika
memperkuat pengaruh zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol yakni sebagai berikut:
a) Golongan A : kadar etanol antara 1%-5% (Bir);
b) Golongan B : kadar etanol antara 5%-20% (minuman anggur);dan
c) Golongan C : kadar etanol antara 20%-45% (minuman keras)
Efek yang ditimbulkan setelah mengkomsumsi alkohol dapat dirasakan
segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efek nya berbeda-beda,
tergantung dari jumlah/kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah kecil,
alkohol menimbulkan perasaan relaks, dan pengguna akan lebih mudah
mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih, dan kemarahan.
Minuman alcohol bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan menyebabkan
mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan, perbuatan merusak,
ketidakmampuan belajar dan mengingat, serta menyebabkan kecelakaan.
Pemakaian jangka panjang menyebabkan kerusakan pada hati, kelenjar getah
lambung, saraf tepi, otak, gangguan jantung, meningkatnya resiko kanker, dan
bayi lahir cacat dari ibu pecandu alkohol.41
2. Inhalansia
Inhalasia adalah gas yang dihirup dan mudah menguap berupa senyawa
organik pada barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai bahan bakar
mesin. Yang paling sering disalahgunakan antara lain lem, tiner, penghapus cat
kuku dan bensin. Sering digunakan oleh anak-anak berusia 9-14 tahun dan
anak jalanan dengan cara dihirup (ngelem). Sangat berbahaya, karena begitu di
hisap, masuk darah dan segera masuk ke otak. Dapat berakibat mati mendadak
karena otak kekurangan oksigen atau karena ilusi, halusinasi dan persepsi salah
(merasa bisa terbang sehingga mati ketika terjun dari tempat tinggi). Pengaruh
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan otak, paru-paru, ginjal, sumsum
tulang dan jantung.42
3. Tembakau
Masyarakat cukup banyak yang mengonsumsi tembakau yang
mengandung nikotin. Nikotin itu yang menyebabkan perokoknya merasa
ketagihan. Nikotin dalam rokok merupakan zat adiktif tingkat sedang. Maka
orang yang merokok biasanya merasakan nikmat dan nyaman. Begitu juga
orang yang kecanduan, apabila mereka tidak merokok maka dia akan merasa
loyo, tidak produktif, tidak konsentrasi. Pada para remaja, rokok sering
menjadi pemula penyalahgunaan napza lain yang lebih berbahaya.
Kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa
berbahanya merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini
masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat
adiktif dan nikotin sangat kuat.43
41
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), 15. 42
Ibid.,14 43
Ibid.
Penggolongan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain menurut
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) di bawah ini didasarkan atas pengaruhnya
terhadap tubuh manusia, yaitu44
:
a. Opoida
Opoida berasal dari getah opium poppy (opiat) yang berpotensi mengurangi
rasa nyeri dan menyebabkan ketergantungan serta turunnya kesadaran. Contoh
opium, morfin, heroin, dan petidin.Yang sering disalahgunakan saat ini adalah
heroin (putaw) cara pemakaiannya disuntikkan ke dalam pembuluh darah (ngipe)
atau di hisap melalui hidung setelah dibakar (ngedrag).
Pengaruh jangka pendek yaitu hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang,
rasa nyaman diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Sedangkan
pengaruh jangka panjang yaitu ketergantungan (gejala putus zat, toleransi) dan
meninggal karena overdosis. Dapat menimbulkan komplikasi, seperti sembelit,
gangguan menstruasi, dan impotensi. Karena pemakaian jarum suntik tidak steril
dapat menularkan hepatitis B/C yang merusak hati, atau penyakit HIV/AIDS yang
merusak kekebalan tubuh sehingga mudah terserang infeksi dan meyebabkan
kematian.
b. Ganja (marijuana, cimeng, gelek dan hasis)
Ganja yang dipakai biasanya berupa tanaman kering yang dirajang,
dilinting, disulut seperti rokok. Segera setelah pemakaian menyebabkan perasaan
riang, meningkatkan daya khayal, banyak bicara, tertawa cekikikan, halusinasi,
berubahnya perasaan waktu, peningkatan denyut jantung, mata merah, mulut dan
tenggorokan terasa kering, selera makan meningkat.
Pengaruh jangka panjang yaitu daya pikir berkurang, motivasi belajar turun,
perhatian sekitarnya berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun,
mengurangi kesuburan, peradangan paru-paru aliran darah kejantung berkurang,
dan perubahan pada sel-sel otak.
c. Kokain (kokain, crack, daun koka, dan pasta koka)
44
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah, 14.
Kokain adalah bubuk halus berwarna putih atau putih agak abu-abu dan
kuning yang digunakan sebagai obat perangsang yang kuat. Kokain disadap dari
sisa-sisa tanaman koka. Kokain biasanya digunakan dengan cara
diendus/didenguskan, disuntik dan dihisap.45
Kokain berasal dari tanaman koka,
tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain).
Menurut undang-undang kokain termasuk narkotika golongan I, berbentuk kristal
putih. Nama jalanannya koka, happy dust, charlie, snow/salju putih.
Kokain dalam menggunakannya yaitu disedot melalui hidung, dirokok,
disuntikkan. Cepat menyebabkan ketergantungan, setelah pemakaian dapat
menimbulkan rasa percaya diri meningkat, banyak bicara, rasa lelah hilang,
kebutuhan tidur berkurang, minat seksual meningkat, halusinasi visual dan taktil
(seperti ada serangga merayap), dan paranoid. Sedangkan pengaruh jangka
panjang yaitu kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak/berlubang dan gangguan
jiwa psikotik
d. Golongan Amfetamin(amfetamin, ekstasi, dan sabu)
Golongan Amfetamin sering digunakan untuk menurunkan berat badan
karena mengurangi rasa lapar sering dipakai oleh siswa/mahasiswa yang hendak
ujian, karena mengurangi rasa kantuk. Cepat menyebabkan ketergantungan.
Ekstasi dan sabu sering digunakan oleh remaja dan dewasa muda dari berbagai
kalangan untuk bersenang-senang.
Golongan Amfetamin dalam pemakaiannya diminum (ekstasi), dihisap
melalui hidung memakai sedotan (sabu) atau disuntikkan. Pengaruh jangka
pendek yaitu tidak tidur (terjaga), rasa riang, perasaan melambung (fly), rasa
nyaman, meningkatkan keakraban. Namun setelah itu timbul rasa tidak enak,
murung, dan nafsu makan hilang, berkeringat, rasa haus, rahang kaku dan
bergerak-gerak, badan gemetar, jantung berdebar, dan tekanan darah meningkat.
Sedangkan pengaruh jangka panjang yaitu kurang gizi, anemia, penyakit jantung,
dan gangguan jiwa (psikotik). Pembuluh darah otak dapat pecah sehingga
mengalami stroke atau gagal jantung yang dapat menyebabkan kematian.
45
Tim Penyusun, Petunjuk Teknis dan Pedoman Prosedur Kerja Bidang Pemberdayaan
Alternatif Masyarakat Perkotaan, (Jakarta: BNN, 2018), 27.
e. Halusinogen
Halusinogen dapat menyebabkan halusinasi (khayalan) termasuk
psikotropika golongan I yang sangat berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan. Sering disebut Acid, Red Dragon, Blue Heaven dan Tabs.
Bentuknya seperti kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko
dengan banyak warna dan gambar atau bebrbentuk pil dan kapsul. Cara
pemakaiannya dengan meletakkan pada lidah.46
Pengaruh halusinogen tidak dapat diduga, sensasi dan perasaan berubah
secara dramatis mengalami halusinasi/penglihatan semu secara berulang tanpa
peringatan sebelumnya. Adapun pengaruhnya antara lain susah tidur, selera
makan hilang, suhu tubuh meningkat, berkeringat, denyut nadi dan tekanan darah
naik, merusak sel otak, gangguan daya ingat, kegagalan pernapasan dan jantung.
f. Sedativa dan Hipnotika (obat penenang/obat tidur, seperti pil KB)
Sedativa dan hipnotika digunakan dalam bentuk pengobatan dengan
pengawasan yaitu resep dokter. Orang minum obat tidur/pil penenang untuk
menghilangkan stres atau gangguan tidur. Memang stres berkurang atau hilang
sementara, tetapi persoalan tetap saja ada. Pengaruhnya sama seperti alkohol yaitu
menekan kerja otak dan aktifitas organ tubuh lain (depresan). Jika diminum
bersama alkohol dapat meningkatkan pengaruhnya, sehingga terjadi kematian.
Pengaruh jangka panjang yaitu perasaan tenang dan otot-otot mengendur,
pada dosis besar dapat terjadi gangguan berbicara, persepsi terganggu dan jalan
sempoyongan. Untuk dosis lebih tinggi mengakibatkan tertekannya pernapasan.
Zaman dahulu beberapa jenis narkoba alami, seperti opium (getah tanaman
candu) kokain dan ganja, digunakan sebagai obat. Akan tetapi, sekarang tidak
digunakan lagi dalam pengobatan karena berpotensi menyebabkan ketergantungan
yang tinggi.
46
Tim Penyusun, Petunjuk Teknis dan Pedoman Prosedur Kerja Bidang Pemberdayaan
Alternatif Masyarakat Perkotaan, 27.
Sebagian jenis narkoba dapat digunakan pada pengobatan, tetapi karena
menimbulkan ketergantungan, penggunaannya sangat terbatas sehingga harus
berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk dokter atau aturan pakai. Contoh,
morfin (yang berasal dari opium mentah), petidin (opioda sintetik) untuk
menghilangkan rasa sakit pada penyakit kanker, amfetamin untuk mengurangi
nafsu makan, serta berbagai pil jenis tidur dan obat penenang, kodein yang
merupakan bahan alami yang terdapat pada bahan candu, secara luas digunakan
pada pengobatan sebagai obat batuk.
Obat adalah bahan atau zat, baik sintetis, semi sintetis atau alami, yang
berkhasiat untuk menyembuhkan. Akan tetapi, penggunaannya harus mengikuti
aturan pakai, jika tidak dapat berbahaya dan dapat berubah jadi racun. Racun
adalah bahan atau zat, bukan makanan atau minuman, yang berbahaya bagi
manusia. Contoh racun adalah obat anti serangga atau hama.47
7. Sekolah
Sekolah adalah tempat untuk belajar. Belajar mengenai berbagai mata
pelajaran, belajar mengenai kehidupan sosial, dan belajar mengenai hidup.
Sekolah adalah tempat untuk memperoleh ilmu dan pengetahuan baru. Sekolah
harus mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang bervariasi, keinginan
tenaga kependidikan yang berbeda, kondisi lingkungan yang beragam, harapan
masyarakat yang menitipkan anaknya pada sekolah agar kelak bisa mandiri, serta
tuntutan dunia kerja untuk memperoleh tenaga yang produktif, potensial, dan
berkualitas.48
Sekolah membuat aturan-aturan yang harus ditaati khususnya oleh warga
sekolah, guru, peserta didik, karyawan dan kepala sekolah. Aturan tersebut
meliputi tata tertib waktu masuk dan pulang sekolah, kehadiran di sekolah dan di
kelas serta proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dan tata tertib lainnya.
Dengan meningkatnya disiplin, diharapkan dapat meningkatkan efektifitas jam
belajar sesuai dengan waktu yan telah ditetapkan dan meningkatkan iklim belajar
47
Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah, 6. 48
E. Mulyasa, Cet.11 Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011), 54.
yang lebih kondusif untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
dan mencapai hasil belajar peserta didik yang lebih baik.49
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Kajian terhadap peran Penyuluh Bidang Pencegahan di BNN Provinsi
Jambi dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan Narkoba pada
remaja di sekolah ini yang menggunakan metode penelitian kualitatif.
Bergantung pada pengamatan manusia, dengan alasan lebih bersifat deskriptif,
lebih memperhatikan proses daripada hasil, dan menganalisa data secara
induktif, di mana makna menjadi hal yang esensial.
Penelitian lebih jauh didekati dalam bidang keilmuan bimbingan untuk
mengamati aktivitas manusia dalam melihat peran BNN Provinsi Jambi dalam
mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan Narkoba pada kalangan remaja
di sekolah. Dalam prosesnya peneliti akan mengarahkan penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif eksplanatoris yaitu menjelaskan apa yang terjadi secara
lengkap. Dalam penelitian ini peneliti tidak mengumpulkan data dalam bentuk
angka, namun dalam bentuk uraian dan penjelasan, baik lisan maupun tulisan,
Artinya penelitian ini diupayakan untuk menggambarkan fakta yang
diinterpretasi secara tepat dan teruji.50
2. Setting dan Subjek Penelitian
Setting sosial atau lokasi penelitian dilakukan pada dua tempat, yang
pertama di lembaga BNN (Badan Narkotika Nasional) Provinsi Jambi sebagai
lembaga Bidang Pencegahan narkoba yang terjadi di Sekolah Menengah
Pertama. Yang kedua sasaran utama penyuluh bidang pencegahan BNN
Provinsi. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan bahwa
sekarang ini pentingnya peran penyuluh narkoba dalam mengantisipasi
penyalahgunaan narkoba.
Subjek dalam penelitian ini adalah Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP
Jambi dan kalangan remaja di beberapa sekolah tingkat SMP Provinsi Jambi
49
E. Mulyasa, Cet.11 Menjadi Kepala Sekolah Profesional, 54. 50
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi, (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 68
yaitu MTS Muhamadiyah Aisiyah Jambi, MTS Mahdaliyah Jambi, dan SMPN
1 PGRI Jambi. Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat
langsung dan yang terlibat aktif dalam penelitian ini, cukup mengetahui,
memahami atau yang berkepentingan dalam aktifitas yang akan diteliti serta
memiliki waktu untuk memberikan informasi secara benar, maka peneliti
memilih petugas bidang pencegahan dan guru di sekolah serta anak-anak di
sekolah.
3. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini yaitu Penyuluh bidang
pencegahan BNNP Jambi dan siswa SMP. Sedangkan, sumber data sekunder
yaitu guru-guru di sekolah, masyarakat dan buku-buku yang berkaitan.
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.
Sumber data primer dalam penelitian yaitu tentang peran penyuluh bidang
pencegahan dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba di sekolah
tingkat SMP Provinsi Jambi. Sedangkan sumber data sekunder yaitu berkaitan
dengan data historis dan sosiologis BNN Provinsi Jambi.
Penelitian yang akan peneliti angkat ini merupakan penelitian kualitatif
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah.51
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data
yang sering dipakai oleh para peneliti kualitatif, seperti:
a. Observasi
Didalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan teknik pengamatan
berperan serta dalam penelitian. Peneliti berperan serta dalam pengamatan
yang dilakukan secara umum terfokus pada kebutuhan masalah, peneliti ikut
serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang sedang diteliti. Peneliti
51
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alpa Beta, 2012), 1.
juga mengamati situasi dan keadaan masyarakat binaan yang sedang diteliti
serta mengambil data sesuai dengan kebutuhan peneliti.52
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
melalui cara lisan atau tatap muka antara peneliti dengan sumber data manusia.
Sebelum wawancara dilakukan pertanyaan telah disiapkan lebih dahulu sesuai
dengan penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa wawancara tersebut
dilakukan. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada Pegawai Bidang
Penyuluhan di BNNP Jambi, Siswa/I dan Guru-guru di Sekolah SMP Di Jambi.
Teknik wawancara digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang
berbagai informasi yang terkait dengan persoalan yang sedang diteliti kepada
pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi secara utuh tentang
persoalan yang dikaji.
Untuk mengatasi terjadinya mis informasi yang diragukan keabsahannya,
maka setiap hasil wawancara akan diuji dengan membandingkan bentuk
informasi yang diterima satu dengan informan dengan informasi yang didapat
dari informan lain.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data melalui data-data
dokumenter, berupa catatan dokumentasi BNN, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, agenda atau jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek
yang diteliti. Data dokumentasi yang dimaksud adalah data tentang anak bina
dan pembina, serat berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini untuk
melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi yang didapat.53
Ketiga teknik pengumpulan data di atas digunakan secara simultan dalam
penelitian ini dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu
dengan data yang lain. Sehingga data yang penulis peroleh memiliki validitas
dan keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi.
52
Lexy J. Meolong, Metode Penelitian Kualitatif, 103. 53
Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN
STS Jambi, (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016), 62-63.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data
secara keseluruhan. Data kemudian dicek kembali, secara berulang dan untuk
mencocokkan data yang diperoleh, data disestimatiskan dan diiterpretasikan
secara logis, sehingga diperoleh data yang absah dan kredibel.
Tehnik analisis data yang digunakan adalah pendekatan sosiologis
dengan menggunakan tehnik deskriptif analitis. keadaan subjek atau objek
dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya
yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya.
Nazir dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang terpercaya (trustworthiness) dan dapat
dipercaya (reliabe), maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya
pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti dilokasi penelitian secara langsung dan cukup lama yaitu kurang lebih 1
bulan dalam mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin
mengurangi keabsahan data, karena penelitian data oleh peneliti atau responden
baik disengaja maupun tidak sengaja. Dalam perpanjangan pengamatan untuk
menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian data
yang diperoleh. Apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kelapangan benar
atau tidak, berubah atau tidak. Bila dicek kembali kelapangan data sudah benar
berarti kredibel, maka perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dapat dilakukan dengan cara pengamatan secara
teliti, rinci dan berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam
penelitian, faktor-faktor tersebut kemudian ditelaah. Dengan cara ini maka
kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam dengan pasti dan tersusun.54
Hal ini diharapkan pula dapat mengurangi distori data yang timbul akibat peneliti
yang terburu-buru dalam menilai suatu persoalan ataupun distori data yang timbul
dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar, seperti
berpura-pura dan berbohong.55
Menimbang kalau saja ada responden yang malu
atau tidak mau berkata jujur sehingga memanipulasi data, maka ketekunan dalam
pengamatan ini sangat dibutuhkan.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu di luar data pokok, untuk keperluan pengecekan reabilitas
data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang
diperoleh dari berbagai informan.
Trianggulasi dalam pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.56
Kemudian
peneliti penginformasikan dengan penelitian serta hasil pengamatan peneliti
dilapangan serta kemurnian dan keabsahan data terjamin. Sehingga tidak ada data
yang dimanipulasi.57
4. Diskusi Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data adalah dengan melakukan
diskusi dengan teman sejawat, untuk memastikan bahwa data yang didapat
ataupun diterima benar-benar real atau nyata bukan hanya persepsi atau
argumentasi dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut peneliti
mendapatkan masukan dan saran yang baik dan berharga dalam meninjau
54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Hlm, 272 55
Ibid. 56
Ibid. 57
Ibid.
keabsahan data. Jadi diskusi dengan teman sejawat ini sangat baik dilakukan
untuk data-data yang telah kita terima.
H. Studi Relevan
Beberapa karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Skripsi Karya Abu Hanifah dan Nunung Umayah, “MENCEGAH DAN
MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NAPZA MELALUI PERAN
SERTA MASYARAKAT”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hasil
bahwa pemerintahan telah menunjukkan hasil nyata upaya pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasanperedaran gelap napza,
namun masih minim upaya pencegahan oleh pihak pemerintah terhadap generasi
muda sebagai sasaran sindikat peredaran gelap napza. Oleh karena jumlah
penyalahgunaan napza dari tahun ke tahun semakin meningkat, maka di pandang
perlu pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan
peredaran gelap napza ditingkatkan dengan melibatkan peran serta masyarakat
secara optimal.58
Karya Triantoro Safaria, “METODE PENYULUH BADAN NARKOTIKA
NASIONAL (BNN) PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM
MENGATASI PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KOTA MAKASSAR”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan
penyalahgunaan narkoba di Kota Makassar, yaitu faktor internal yang berasal dari
dalam diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar atau yang berasal
dari lingkungan sekitar yang dapat memberikan pengaruh pada seseorang untuk
melakukan bentuk penyimpangan sosial. Sedangkan upaya Penyuluh BNN
Provinsi Sulawesi Selatan dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba yaitu
melalui upaya pencegahan, penindakan, pengobatan dan rehabilitasi.59
Karya Wahyuni Ismail, “UPAYA PENCEGAHAN PEREDARAN
NARKOTIKA OLEH TIM P4GN (PENCEGAHAN PEMBERANTASAN
58
Abu Hanifah dan Nunung Umayah, Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan
Napza Melalui Peran serta Masyarakat, Yogyakarta: 2014. 59
Triantoro Safaria, Metode Penyuluh Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi
Selatan dalam Mengatasi Penyalahgunaan Narkoba di Kota Makassar, Makassar: 2016.
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA)
KABUPATEN SUKOHARJO PADA ANAK USIA SEKOLAH”. Hasil
penelitian menunjukkan Program kerja yang dijalankan oleh P4GN Kabupaten
Sukoharjo berupa program sosialisasi, usaha promotif pencegahan Narkoba.
Kegiatan yang ditujukan kepada khusus anak mengenai bidang pencegahan
berupa sosialisasi ke sekolah-sekolah berupa penyuluhan bahaya narkoba.
Kegiatan rehabilitasi P4GN ini lebih kepada konsultasi masalah pribadi dan
adanya hypnoteraphy/sugesti agar menjauhi narkoba.60
Karya Mellisa Fitri dan Sumringah Migunani, “SOSIALISASI DAN
PENYULUHAN NARKOBA”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu
hal yang menyebabkan pelajar atau mahasiswa menyalahgunakan narkoba adalah
kurangnya informasi tentang bahaya narkoba. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk memberikan informasi tentang bahaya narkoba adalah melalui penyuluhan
dengan metode ceramah. Penyuluhan inimenambah kesadaran remaja dan anak-
anak akan bahaya penyalahgunaan obat-obatanterlarang. Serta meningkatkan
kewaspadaan orang tua untuk memberikan pengawasandan perhatian lebih kepada
anak mereka.61
Karya Anang Hermawan dan Dheni Wahyu Santosa, “PENYULUHAN
DAN PENGENALAN BAHAYA NARKOBA SEBAGAI BENTUK
PENCEGAHAN DINI PENGGUNAAN NARKOBA PADA ANAK”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa saat anak beranjakke jenjang pendidikan SMP dan
SMA biasanya keinginan mengeksplore diri menjadi lebihkuat dan cenderung
berbahaya serta rentan dengan hal-hal negatif. Kurangnyapengetahuan tentang
bahaya besar yang mengintai sebagai akibat dari kenakalan mereka membuat
60
Wahyuni Ismail, Upaya Pencegahan Peredaran Narkotika oleh Tim P4gn (Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) Kabupaten Sukoharjo pada
Anak Usia Sekolah, Sukoharjo:2011. 61
Mellisa Fitri dan Sumringah Migunani, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan: Sosialisasi
dan Penyuluhan Narkoba,Jakarta: 2017
remaja tersebut bisa saja terjerumus kepada pengedaran dan penggunaan
narkoba.62
62
Anang Hermawan dan Dheni Wahyu Santosa, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan:
Penyuluhan dan Pengenalan Bahaya Narkoba sebagai Bentuk Pencegahan Dini Penggunaan
Narkoba pada Anak, Semarang: 2010.
BAB II
GAMBARAN UMUM
BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAMBI
A. Sejarah Berdirinya Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi awal mula dibentuk pada tahun
2002 dengan nama Badan Narkotika Provinsi Jambi dengan ketua Bapak
Gubernur Jambi, dibawah naungan Biro Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi
Jambi (sekarang Biro Kesra dan Kemasyarakatan setda Provinsi Jambi) sebagai
Kalakhar Kepala Biro Bima Mitra Polda Jambi (sekarang direktur Binmas Polda
Jambi) dan Sekretaris Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi Jambi.
Pada tahun 2018 s/d 2011, Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
mendapat gedung kantor yang beralamat di Jalan Mayjen Sutoyo. S No. 40,
Telanaipura Jambi. Dengan Jabatan Kalakhar pada masa itu yang dijabat oleh
Kepala Biro Bina Mitra Polda Jambi dan sebagai Sekretaris adalah Kepala Biro
Kesra dan Kemasyarakatan Setda Provinsi Jambi.
Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi dibentuk secara vertikal pada
tanggal 19 April 2011 bertepatan dengan di lantiknya Kombes Pol Drs. M. Yamin
Sumitra sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi yang pertama,
yang beralamat kantor di Jln. Zainir Haviz No. 01 Kota Baru Jambi.
Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 7 maret 2011 Badan Narkotika
Nasional Provinsi Jambi mendapat pinjaman gedung kantor dari Pemda Provinsi
Jambi yang beralamat di Jalan Zainir Haviz, No. 01. Kota Baru yang dulunya
merupakan Eks. Kantor Markas Wilayah Hansip.
Kemudian pada tanggal 19 April 2011 Badan Narkotika Nasional Provinsi
Jambi dibentuk secara vertikal oleh Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia dan berevolusi menjadi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
sekaligus di lantiknya Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi Kombes
Pol Drs. M. Yamin Sumitra dan dibantu dengan jumlah personil yang terbatas
yaitu dengan kekuatan 41 personil.63
63
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
34
Proses penunjukan dan pengangkatan Kepala Badan Narkotika Nasional
Provinsi Jambi adalah sebagai berikut:64
1. Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5062); Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional
(BNN) RI Nomor: Per/04/V/2010 tanggal 12 Mei 2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi dan Badan Narkotika
Nasional Kab/Kota;
2. Hasil rapat koordinasi antara Kalakhar Badan Narkotika Provinsi Jambi (Karo
Bina Mitra Polda Jambi Drs. Moh. Yamin Sumitra) dengan para Pejabat Pemda
Provinsi Jambi pada hari kamis tanggal 20 Januari 2011 yang memimpin
Asisten II Setda Provinsi Jambi. Kalakhar Badan Narkotika Nasional Provinsi
Jambi (Karo Bina Mitra/Direktur Binmas Polda Jambi Kombes Pol Drs. Moh.
Yamin Sumitra) mengusulkan sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional
Provinsi Jambi yaitu AKBP Drs. Sudaryanto SH. MH Wadir Intel Polda Jambi
dengan alasan yang bersangkutan terpantau baik dan mampu untuk
mendapatkan jabatan Kombes Pol karena memenuhi syarat memiliki ijazah
Sespim dan masa kerja cukup/terlambat Kombesnya, dengan Nota Dinas
Nomor: B/ND-30/I/2011/DIT BIN MAS kepada Kapolda Jambi tanggal
tanggal 26 Januari 2011.
a. Dari Nota Dinas Nomor: B/ND-30/1/2011/Dit Binmas ditindaklanjuti oleh
Bapak Kapolda Jambi dengan mengirim surat kepada Bapak Gubernur
Jambi Nomor: B/426/II/2011, perihal daftar nama-nama usulan Personil
Polda Jambi untuk menduduki jabatan di Badan Narkotika Nasional
Provinsi Jambi tanggal 04 Februari 2011.
b. Begitu juga surat dari Kapolda Jambi Nomor: B/426/II/2011 tanggal 04
Februari 2011 ditindaklanjuti dengan surat Gubernur Jambi kepada Kepala
Badan Narkotika Nasional dengan Nomor: 821.22/650/BKD tentang usulan
64
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
Personil Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi, tanggal 24 Februari
2011.
c. Dengan rasa kasih sayang kepada juniornya yang baik dan berdedikasi yang
tinggi dalam menjalankan tugasnya dilapangan (terpantau sehari-hari karena
ruangannya berhadapan AKBP Drs. Sudaryanto Wadir Intel Polda Jambi),
Dir Binmas/Karo Bina Mitra ingin sekali mendorong juniornya mendapat
pangkat Kombes Pol menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi
Jambi. Pada saat ada panggilan mendadak untuk KBP Drs. Moh. Yamin
Sumitra untuk melaksanakan tes assesment dari Mabes, yang belum tahu tes
untuk apa, undangan siang hari diketahui untuk besok harinya
melaksanakan tes Asessment. Beliau mengahadap Wakapolda untuk AKBP
Drs. Sudaryanto SH. MH dapat pergi ke Mabes bersama-sama. Setelah
sampai Mabes beliau menghadap panitia Assesment, untuk dapat mengikuti
tes.
d. Ada yang menginginkan menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional
Provinsi Jambi yang tidak melalui prosedur dan tidak memenuhi syarat atas
nama AKBP.
Proses Personil Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi dari Polri dan
PNS Pemda Provinsi Jambi. Polri prosesnya dicari Door to Door siapa yang mau
oleh Kalakhar/Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi begitu juga yang
mengawali untuk yang di Kabupaten dan Kota dengan lisan maupun surat (surat
usulan terlampir). Sebagai tenaga inti pelaksana Badan Narkotika Nasional
Provinsi Jambi yaitu Honorer yang sudah memiliki Skep pengangkatan dari
Gubernur Jambi, yang sudah bertugas 6 tahun dan 3 tahun, yang PNS langsung
penunjukan/ usulan dari Bapak Gubernur Jambi dan telah melaksanakan tugas
khusus di BNNP Jambi dengan Baik.65
B. Letak Geografis Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
Secara geografis Propinsi Jambi terletak antara 0º 45¹ 2º 45¹ LS dan 101º 0¹
- 104º 55 BT dengan wilayah keseluruhan seluas 53.435.72 KM² dengan luas
65
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
daratan 51.000 KM², Luas lautan 425,5 KM² dan panjang pantai 185 KM. Dengan
batas-batas Wilayah Propinsi Jambi adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara dengan Provinsi Riau
2. Sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Selatan
3. Sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat
4. Sebelah timur dengan Laut Cina Selatan
Dengan adanya pemekaran wilayah Kabupaten seperti UU No. 25 Tahun
2008 kini Provinsi Jambi terbagi 9 Kabupaten yaitu:
1. Prov. Jambi ke Kabupaten Kerinci, (Ibukota Sungai Penuh) 419 Km.
2. Prov. Jambi ke Kabupaten Sarolangun, (Ibukota Sarolangun) 179 Km.
3. Prov. Jambi ke Kabupaten Merangin, (Ibukota Bangko) 190 Km.
4. Prov. Jambi ke Kabupaten Bungo, (Ibukota Muaro Bungo) 252 Km.
5. Prov. Jambi ke Kabupaten Tebo, (Ibukota Muaro Tebo) 206 Km.
6. Prov. Jambi ke Kabupaten Batanghari, (Ibukota Muaro Bulian) 60 Km.
7. Prov. Jambi ke Kabupaten Muara Jambi, (Ibukota Sengeti) 27 Km.
8. Prov. Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Barat, (Ibukota Kuala Tungkal) 131
Km.
9. Prov. Jambi ke Kabupaten Tanjung Jabung Timur, (Ibukota Muara Sabak) 129
Km.
C. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
Tugas Pokok dan Fungsi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi secara
umum sebagai berikut:66
1. Tugas Pokok
Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi mempunyai tugas melaksanakan
fungsi dan wewenang Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia dalam
wilayah Provinsi Jambi.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
menyelenggarakan fungsi:
66
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
a. Pelaksanaan kebijakan tekhnis P4GN Bidang Pencegahan, Pemberdayaan
Masyarakat, Pemberdayaan dan Rehabilitasi.
b. Pelaksanaan penyiapan bantuan hukum dan kerjasama.
c. Pelaksanaan pembinaan tekhnis di bidang P4GN kepada Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
d. Penyusunan rencana program dan anggaran Badan Narkotika Nasional Provinsi
Jambi.
e. Evaluasi dan penyusunan laporan Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi.
f. Pelayanan Administrasi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi.
Tugas pokok Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi sebagai berikut:
1. Kepala Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha melaksanakan tugas penyusunan rencanaProgram dan
anggaran, evaluasi dan penyusunan laporan, serta pelayanan administasi, yang
antara lain: 67
a. Penyiapan dan penyusunan rencana program dan anggaran.
b. Pelaksanaan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik, dan urusan rumah
tangga BNNP.
c. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi, dan
hubungan masyarakat.
d. Penyiapan bahan bantuan hukum dan kerjasama.
e. Evaluasi dan Penyusunan Laporan.
1) Sub. Bagian Perencanaan
Melakukan Penyiapan penyusunan rencana program dan anggaran, bahan
bantuan hukum dan kerjasama serta evaluasi dan penyusunan laporan.
2) Sub. Bagian Logistik
Melakukan urusan tata persuratan, pengelolaan logistik dan urusan rumah
tangga BNNP Jambi.
67
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
3) Sub. Bagian Administrasi
a) Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, kearsipan, dokumentasi dan
hubungan masyarakat.
b) Pengaturan tata urusan dalam kantor.
c) Pengurusan keuangan.
2. Kepala Bidang Pencegahan
Implementasi program/giat Bidang Pencegahan ada 2 yaitu:
a. Seksi Desiminasi Informasi
Mempunyai tugas melakukan penyiapan desiminasi informasi P4GN di
Bidang teknis desiminasi informasi kepada Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/Kota.
b. Seksi Advokasi
Mempunyai tugas melakukan penyiapan advokasi P4GN di Bidang
Pencegahan dalam wilayah Provinsi, dan Penyiapan bimbingan teknis
Advokasi Kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
c. Seksi Pencegahan
Mempunyai tugas melakukan kegiatan P4GN terakait sosialisasi dalam
mendorong gerakan masyarakat untuk peduli dalam upaya anti narkoba dan
memberikan fasilitas serta bantuan yang diperlukan oleh masyarakat.
3. Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Bagian pemberdayaan masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan teknis P4GN di bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Rehabilitasi
dalam wilayah Provinsi.68
a. Pelaksanaan peran serta masyarakat P4GN di Bidang Pemberdayaan
Masyarakat dan Rehabilitasi dalam wilayah Provinsi.
b. Pelaksanaan Pemberdayaan Alternatif P4GN di Bidang Pemberdayaan
Masyarakat dalam wilayah Provinsi.
c. Pelaksanaan bimbingan teknis P4GN di Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan
Rehabilitasi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
68
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
1) Seksi Peran serta Masyarakat
Mempunyai tugas melakukan penyiapan Pemberdayaan Masyarakat
P4GN di Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Rehabilitasi dalam wilayah
Povinsi dan Penyiapan Bimbingan teknis peran serta masyarakat kepada Badan
Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
2) Seksi Pemberdayaan Alternatif
Mempunyai tugas melakukan penyiapan Pemberdayaan altenatif P4GN
di bidang Pemberdayaan Masyarakat dalam wilayah Provinsi Jambi dan
Penyiapan Bimbingan teknis advokasi kepada Badan Nakotika Nasional
Kabupaten/Kota.
4. Kepala Bidang Pemberantasan
Mempunyai tugas melaksanakan P4GN di bidang Pemberantasan dalam
wilayah Provinsi, yang antara lain:69
a. Melakukan kegiatan intelegensi berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi.
b. Melaksanakan Penyidikan, penindakan dan pengejaran dalam rangka
pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol
dalam wilayah Provinsi.
c. Melaksanakan bimbingan teknis P4GN di bidang Pemberantasan melalui
intiligen dan interdiksi kepada Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
1) Seksi Inteligen
Mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksaan kegiatan inteligen
berbasis teknologi dalam wilayah Provinsi dan Penyiapan bimbingan teknis
kegiatan inteligen berbasis teknologi kepada Badan Narkotika Nasional
Kabupaten/Kota.
2) Seksi Penyidikan, Penindakan dan Pengejaran
Mempunyai tugas melakukan penyiapan pelaksanaan penyidikan,
penindakan dan pengejaran dalam rangka pemutusan jaringan kejahatan
terorganisasi penyalahgunaaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan
69
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol dalam
wilayah Provinsi dan penyiapan bimbingan teknis kegiatan interdiksi kepada
Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.
3) Seksi Pengawasan Tahanan, Barang Bukti dan Aset.
Melakukan penyiapan pelakasanaan pengawasan tahanan, barang bukti
dan aset dalam wilayah provinsi.
D. Visi dan Misi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
1. Visi
Visi Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi adalah menjadi lembaga
Pemerintah Non Kementrian yang profesional dan mampu menyatukan
langkah seluruh masyarakat Provinsi Jambi, Bangsa dan Negara Indonesia
dalam melaksanakan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif Lainnya.
2. Misi
Misi yang ditetapkan oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi
sebagai upaya mewujudkan visi tersebut adalah “bersama Instansi Pemerintah
terkait komponen Masyarakat Provinsi Jambi , Bangsa dan Negara
melaksanakan Pencegahan, Pemberdayaan Masyarkat, Pemberantasan,
Rehabilitasi, hukum dan kerjasama di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya”. 70
E. Dasar Hukum Narkoba
a. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5026);
b. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional;
70
Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
c. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI No. 4 tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi
Jambi dan Badan Narkotika Nasional Kab/Kota;
d. Program kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun Anggaran
2011;
e. Surat keputusan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) No.
Kep/51/IV/2011 tanggal 19 April 2011 tentang Pengangkatan dalam Jabatan
di Lingkungan Badan Narkotika Nasional (BNN);dan
f. Surat Perintah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) No.
Sprin/990/IV/2011/BNN tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas di
Lingkungan Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi dan Badan Narkotika
Nasional Kab/Kota.
Program P4GN sesuai amanat UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, antara lain :
a. Pengaturan tentang precursor narkotika (merupakan zat atau bahan kimia) yang
dapat digunakan dalam pembuatan narkotika.
b. Adanya kewajiban melapor bagi pecandu/keluarganya.
c. Dalam rangka Pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba yang dilakukan secara terorganisasi dan memiliki jaringan yang
luas melampaui batas Negara, maka diatur pula tentang kerjasama, baik
bilateral, regional, maupun multilateral (internasional).
d. BNN diperkuat dengan kewenangannya untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikkan.
e. Perluasan teknik penyidikan , penyadapan, teknik pembelian terselubung,
teknik penyerahan yang diawasi.
f. Peran masyarakat dalam P4GN diperluas.
Dalam Bab XIII Peran Serta Masyarakat Pasal 104 tentang masyarakat
berbunyi “Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk
berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.”71
Dalam Bab XV Ketentuan Pidana Pasal 114 ayat (1) Setiap orang yang
tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 114 ayat (2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau
menerima Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam
bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang
pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).72
71Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
72Dokumen Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi tahun 2009.
BAB III
BENTUK METODE DAN MEDIA PENYULUHAN BIDANG
PENCEGAHAN BNNP JAMBI DALAM MENCEGAH NARKOBA DI
SEKOLAH
A. Bentuk Metode Penyuluhan
Metode untuk penyuluhan relatif sederhana, yaitu cukup dengan metode
ceramah yaitu dengan dialog dan tanya jawab. Kegiatan penyuluhan ini hanya
mengacu pada konsep-konsep pendidikan dan komunikasi, dan belum
memanfaatkan konsep psikologi sosialnya. Metode adalah cara untuk mendekati
masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan
penerapan dari metode tersebut dalam praktik, dan kita dapat melihat penyuluhan
ini sebagai proses komunikasi.73
Berdasarkan proses komunikasi maka metode penyuluhan ini
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Metode Penyuluhan Langsung
Dalam metode ini pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan
orang yang dibimbingnya melalui dua cara, yakni:
a. Metode individu yaitu metode yang dilakukan langsung secara individu dengan
pihak yang dibimbingnya. Seperti percakapan atau kunjungan observasi kerja.
b. Metode kelompok yaitu pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan
yang dibimbing dalam bentuk kelompok melalui diskusi, ceramah dan
dinamika kelompok
2. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Metode komunikasi tidak langsung adalah metode bimbingan yang
dilakukan media massa, seperti halnya via telepon, sosial media dan penayangan
televisi.
73
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling Islam, (Yogjakarta: UI Press, 2001) 13.
44
Metode penyuluhan narkoba sangat penting, mengingat fungsi utama
penyuluh adalah merubah situasi yang memungkinkan sasaran penyuluhan
berkembang melalui kegiatan penyuluhan narkoba, penggunaan kombinasi dari
berbagai metode penyuluhan saling berhubungan dan akan banyak membantu
mempercepat proses perubahan.
Metode penyuluhan yang digunakan dalam pencegahan
penyalahgunaan narkoba di lingkungan Sekolah Menengah Pertama adalah
penyuluhan bimbingan secara kelompok. Adapun metode yang sering
digunakan antara lain :
1. Kontak antar remaja secara individual atau kelompok.
Hal ini dilakukan agar tepat sasaran penyuluhan terhadap siswa-siswi
di Sekolah, pada umumnya penyuluhan dilakukan secara kelompok.
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada peneliti
sebagai berikut:
[D]alam melakukan penyuluhan interaksi secara langsung terhadap
Audience sangat penting sekali, selain untuk memudahkan pemberian informasi,
adanya kontak ataupun interaksi langsung adalah cara yeng lebih efektif dalam
pemberian bimbingan secara kelompok terhadap dampak negatif
penyalahgunaan narkoba.74
Berdasarkan wawancara di atas, penyuluh dalam memberikan materi
pencegahan tentang penyalahgunaan narkoba di lakukan dengan interaksi secara
langsung adalah cara yang lebih efektif dalam melakukan penyuluhan. Dalam
penyampaian penyuluhan dari hasil wawancara dapat ketahui bahwa informasi
dari penyuluh disampaikan dengan cara langsung atau face to face. Informasi
yang disampaikan berupa efek-efek narkoba dan hal-hal negatif lainnya dari
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
2. Ceramah
Merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak BNN Provinsi Jambi
khususnya pada seksi cegah dengan memberikan petunjuk teknis dan materi
tentang narkoba pada lingkungan sekolah yang disisipi tentang materi bahaya
74
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi. Rekaman audio.
narkoba dan upaya penanggulangan dan peredaran narkoba di kalangan
masyarakat.
Metode ini dilakukan dengan menjelaskan materi penyuluhan tentang
bahaya narkoba beserta dampak-dampaknya yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dan menyebabkan
seseorang dapat kecanduan narkoba. Adapun wawancara yang disampaikan oleh
narasumber kepada peneliti sebagai berikut:
[M]etode ceramah dalam menyampaikan materi penyuluhan bukanlah
hal yang mudah, termasuk memberikan penyuluhan Narkoba. Tidak jarang
para audience mengantuk, bahkan tak segan-segan tidur di tengah paparan
berlangsung. Menyiasati hal ini, dibutuhkan metode spektakuler, sehingga
apa yang disampaikan oleh penyuluh dapat tersampaikan dengan maksimal.
Dengan metode edutainment, yaitu education dan entertainment.Metode ini
dapat menciptakan penyegaran dalam penyuluhan Narkoba melalui
kombinasi materi tentang Narkoba dan hiburan-hiburan, berupa peragaan,
sulap, tebak-tebakan, dan pemberian hadiah. Hiburan ini selalu
dikorelasikan dengan materi Narkoba. Penyuluh juga membawa sejumlah
peralatan, dan properti yang cukup banyak. Hal ini bukan tanpa alasan,
karena memang, memberikan materi akan lebih terasa menarik jika
penyampaiannya menggunakan banyak alat peraga atau pendukung.75
Berkaitan dengan wawancara tersebut, memberikan materi mengenai
pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah di lakukan dengan metode
ceramah adalah cara yang lebih efektif dalam penyampaian materi. Hal ini
dikarenakan, dengan penyampaian secara langsung diharapkan siswa-siswi
dapat memahami tentang sangat berbahayanya narkoba bagi kesehatan diri
sendiri serta masa depan bangsa.
3. Pemutaran film.
Pemutaran film digunakan dalam memberikan gambaran mengenai
penyalahgunaan narkoba yang sudah terjadi sebelumnya. Pemutaran film
adalah metode yang paling efektif dan sering digunakan dalam penyuluhan
pencegahan penyalahgunaan narkoba, karena sisw-siswi di sekolah dapat
melihat langsung dampak-dampak negatif dari penyalahgunaan narkoba
75
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi.
dari pemutaran film tersebut. Adapun wawancara yang disampaikan oleh
narasumber kepada peneliti sebagai berikut:
[S]osialisasi dan pemutaran film pendek tentang Dampak Penyalahgunaan
Narkoba ini merupakan salah satu strategi Penyuluh agar para siswa-siswi
dapat langsung menyaksikan dampak negatif yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan narkoba sehingga dapat menjauhi serta memerangi narkoba.76
Berdasarkan wawancara tersebut, pemutaran film adalah bagian dari metode
yang diharapkan sebagai bentuk penanaman kepada siswa-siswi di sekolah untuk
mengetahui dampak buruk apabila sudah terjerumus dalam narkoba. Pada film
tersebut biasanya menggambarkan tentang kehidupan seseorang yang mulai
terjerumus dalam lingkaran narkoba, yang awal-awal nya hanya coba-coba hingga
akhirnya mengganggu kesehatan, keuangan, serta masa depannya hancur yang
disebabkan oleh narkoba.
4. Tanya Jawab
Tanya Jawab yaitu menanyakan kepada sasaran apakah telah mengetahui
fakta-fakta yang terjadi pada korban penyalahgunaan narkoba. Adapun
wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada peneliti sebagai berikut:
[M]etode tanya jawab harus dilakukan disetiap penyuluhan narkoba, hal
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa-siswi
menyimak materi penyuluhan yang diberikan. Sesi tanya jawab tidak hanya
dilakukan terhadap siswa-siswi saja, melainkan juga guru-guru di sekolah juga
diperkenankan untuk memberikan pertanyaan kepada penyuluh.77
Berkaitan dengan uraian wawancara di atas, metode tanya jawab selain
membebaskan siswa-siswi dan guru untuk bertanya seputaran tentang narkoba,
juga bertujuan agar siswa-siswi dan guru-guru dapat melakukan pencegahan dini
baik di sekolah, keluarga dan lingkungannya.
76
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio. 77
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio.
5. Penyampaian Pesan Tertulis
Sumber: Dokumen BNNP Jambi
Pesan tertulis seringkali digunakan sebagai media pendukung dalam
penyuluhan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan hasil wawancara yang
disampaikan oleh narasumber kepada peneliti sebagai berikut:
[D]alam proses penyuluhan di era serba canggih, maka kita sebagai
penyuluh harus mengikuti perkembangan zaman, proses penyuluhan pun harus
didukung oleh media-media penyuluhan yang menarik. Seperti media
elektronik, media cetak yang berupa pamflet, majalah dinding, leaflet dan
media pendukung lainnya. Hal ini dikarenakan proses penyuluhan yang kreatif
dan menarik lebih mudah diterima oleh siswa-siswi di SMP.
Berdasarkan wawancara tersebut, media memiliki peran yang sangat
strategis dalam penyampaikan bahaya penyalahgunaan narkoba kepada
masyarakat. Selain itu berkaitan dengan penyelamatan pengguna narkoba media
juga dapat menginformasikan kepada masyarakat tentang kebijakan BNN bahwa
pecandu narkoba lebih baik di rehabilitasi daripada di penjara.
6. Kampanye
Penyalahgunaan Narkoba terus menggelinding bagaikan bola salju. Oleh
karena itu, kampanye harus dilakukan kapanpun dan dimanapun. Seperti
halnya pada sosial media, media cetak dan hari kemerdekaan dan lain
sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber
kepada peneliti sebagai berikut:
[S]elama ini pengetahuan masyarakat tentang bahaya narkotika masih
kurang. Informasi yang diperoleh juga kurang, membuat tingkat
penyalahgunaan narkoba masih tinggi. Kampanye anti Narkoba terus di
kumandangkan baik lewat mediatelevisi, media cetak, internet dan lewat
spanduk-spandukyang tersebar di mana mana, maupun kegiatan kegiatan
lainnya. Banyak sudah yang telah di lakukan oleh Badan Narkotika Nasional
(BNN) maupun InstitusiNegara yang lain di luar BNN yang juga ikut berperan
melakukan hal sama dalam upaya penanggulangan pencegahan, pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba P4GN dalam mewujudkan
Indonesia Bebas Narkoba.78
Berdasarkan wawancara tersebut, Badan Narkotika Nasional (BNN)
berupaya merespons tantangan pencegahan penyalahgunaan narkoba di era digital.
Penggunaan media sosial untuk kampanye cegah narkoba sangat penting.
Apalagi, mayoritas pengguna internet terkategori dalam usia produktif. Internet
pun dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.
Wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode-metode
yang dilakukan dalam penyuluhan saling berkaitan. Metode penyuluhan
yang sering digunakan oleh Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi
dalam mencegah penyalahgunaan narkoba di SMP Sederajat meliputi
ceramah, tanya jawab, diskusi, simulasi dan praktik. Sementara itu,
metode kampanye dilakukan melalui media cetak ataupun media sosial,
dan juga dilakukan pada hari-hari tertentu misalnya pada hari
Kemerdekaan Republik Indonesia.
Penyuluhan tentang bahaya narkoba memiliki pengetahuan baru tentang
narkoba, bentuk, bagaimana cara menghindarinya dan akibat secara sosial, agama
serta hukum jika mereka terjerumus di dalamnya. Dalam program penyuluhan ini
siswa-siswi terlihat begitu antusias karena bagi mereka penyuluhan semacam ini
adalah hal yang baru serta bermanfaat untuk menjadi bekal perjalanan hidup
mereka kedepannya.
Harapan penyuluh perilaku mereka nantinya dapat lebih terkendali
sekalipun mereka terlibat dalam jenis kenakalan lain, mereka masih memiliki
pengetahuan tentang bahaya yang ditimbulkan sehingga mampu mengontrol diri
mereka ataupun menjelaskan pada teman-teman lain yang belum paham mengenai
dampak besar tentang penyalahgunaan narkoba. Dengan demikian maka
78
Nurfarida, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan Penulis, 11
April 2019, Kota Jambi.
penyalahgunaan narkoba akan berkurang atau setidaknya memiliki resiko bahaya
yang lebih kecil.
B. Media Penyuluhan
Maraknya penyalahgunaan narkoba dikalangan masyarakat kita, media
menjadi salahsatu alternatif untuk mensosialisasikan bahaya dari
penyalahgunaan narkoba dalam upaya pencegahan penyalahgunaan barang-
barang tersebut.
Hadirnya beberapa media elektronik menjadikan informasi
begitu cepat didapat oleh banyak orang. Internet yang sangat mudah di akses
pada zaman sekarang menjadi sebuah media tandingan lainnya yang hadir lebih
dulu. Dengan internet orang dengan mudah men-share berbagai informasi
dengan biaya murah dan tanpa batasan ruang serta waktu. Media ini
juga menjadi salah satu media yang digemari banyak kalangan mulai dari
generasi muda sampai tua.
Media yang dipilih adalah media yang disesuaikan oleh sasaran
penyuluhan.dengan kondisi sasaran, lingkungan, dan metode yang
digunakan, sehingga materi penyuluhan dapat diserap oleh sasaran
penyuluhan. Adapun media yang digunakan oleh penyuluh di lingkungan
sekolah sebagai berikut:
1. Media Elektronik
Pemutaran film atau video merupakan media yang dapat menjelaskan materi
secara menyeluruh melalui audio dan visualisasi. Media video dapat digunakan
sebagai alat yang mampu mendeskripsikan tentang suatu materi yang
disampaikan kepada audience. Dengan menggunakan media pemutaran film
atau video, informasi yang ingin diberikan akan menjadi lebih jelas. Berdasarkan
hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada peneliti sebagai
berikut:
[U]ntuk meningkatkan minat dan pemahaman siswa-siswi di sekolah
SMP, kami menggunakan media yang dapat dikembangkan yaitu pemutaran
film atau video. Pemutaran film tersebut diproyeksikan melalui lensa
proyektor, karena terkadang saat pemberian materi penyuluhan siswa-siswi
kurang antusias dan cenderung bosan ketika disajikan materi dalam bentuk
power point, tidak sedikit siswa yang sibuk sendiri dengan bermain handphone.
Oleh sebab itu, dengan adanya pemutaran film tersebut mampu
mendeskripsikan kembali tentang materi yang diberikan penyuluh.79
Berdasarkan wawancara tersebut dapat dinyatakan bahwa media video
cocok digunakan oleh bidang pencegahan di sekolah dalam membantu proses
penyampaian materi. Karena dengan menggunakan video, peserta dapat menerima
materi dari sisi audio maupun visualisasi. Video dapat membantu peserta
memahami materi yang diberikan penyuluh. Dengan melihat karakteristik peserta
yang cenderung tidak memperhatikan saat pemberian materi, media video ini
dapat membantu meningkatkan minat dan pemahaman peserta dalam
menerima materi yang diberikan.
2. Media Cetak (baleho, pamflet, koran, brosur dll)
Media cetak memberikan informasi di dalamnya lebih jelas dan mampu
menjelaskan hal- hal yang bersifat kompleks. Hal ini dikarenakan media cetak
disertai gambar atau foto yang lebih memperjelas isi berita yang ditampilkan. Dan
ada kalanya bila berita tersebut bersifat continue maka ada sedikit pengulangan
mengenai berita sebelumnya, sehingga pembaca benar-benar mengerti dan faham
tentang isi dan alur berita tersebut.Berdasarkan hasil wawancara yang
disampaikan oleh narasumber kepada peneliti sebagai berikut:
[D]alam memberikan materi penyuluhan pencegahan tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba di sekolah, media cetak sangat di perlukan sebagai
media pendukung dalam penyuluhan, seperti hal nya brosur tentang narkoba
yang dibagikan ke siswa-siswi sehingga brosur tersebut bisa di bawa pulang.80
Berdasararkan uraian wawancara diatas, media cetak ini hasilnya adalah
berupa tulisan atau teks, maka media ini bisa disimpan dan bisa di baca berulang-
ulang. Di saat pembaca ingin lebih memahami isi berita, maka pembaca bisa
mengulang-ulang dalam membacanya.
3. Media Sosial
Media sosial mempunyai jangkauan yang sangat luas, karena hampir semua
orang baik tua maupun muda, laki-laki atau perempuan semua ikut meramaikan
79
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio. 80
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio.
sosial media. Dengan demikian kecepatan peredaran informasi akan bahayanya
penyalahgunaan dan bagaimana pencegahan narkoba bisa lebih cepat sampai pada
masyarakat.
[B]adan Narkotika Nasional Provinsi Jambi perlu menyosialisasikan
bahaya narkoba melalui saluran media sosial, selain mengunakan media arus
utama. BNN bisa memanfaatkan media sosial, seperti Facebook, Instagram,
Twitter, WhatsApp, Line, dan lainnya, sebagai sarana untuk
menyosialisasikan program antinarkotika. Perkembangan media sosial yang
begitu meluas ini memberi dampak positif. Konten-konten yang penting
untuk disosialisasikan melalui media sosial, antara lain bahaya narkoba bagi
anak dan remaja, ajakan untuk tidak takut melaporkan jika ada anggota
keluarga yang menjadi pengguna narkoba, manfaat rehabilitas pengguna,
serta pemahamanan bahwa Indonesia kini menjadi pasar narkotika dan jenis-
jenis baru barang haram tersebut. Oleh karena itu, konten yang ditawarkan
untuk menyosialisasikan bahaya narkotika lewat medsos adalah testimoni
dari orang-orang terkenal, misalnya, mereka yang dulu menjadi pemakai,
sekarang sudah bertobat. Juga penting menyebarluaskan posisi Indonesia
yang saat ini menjadi target utama pasar nakotika dunia.81
Beradasarkan uraian wawancara tersebut, Perkembangan media sosial
yang begitu meluas ini memberikan dampak positif akan pentingnya
penyuluhan kepada para orangtua untuk berani melaporkan jika ada anak atau
anggota keluarga yang pengguna narkoba.
Walaupun begitu media sosial mempunyai keterbatasan juga. Karena tidak
semua masyarakat Indonesia mempunyai koneksi dengan internet atau melek
internet. Itulah sebabnya pencegahan penyalahgunaan narkoba perlu
bekerjasama dengan semua pihak dan perlu juga dengan
mengikutsertakan peran serta guru di sekolah, orangtua dan masyarakat termasuk
juga para pemuka lintas agama.
81
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio.
BAB IV
PERAN PENYULUH BIDANG PENCEGAHAN BADAN NARKOTIKA
NASIONAL PROVINSI JAMBI DI SMP SEDERAJAT
A. Penyuluh sebagai Komunikator
Seorang penyuluh narkoba merupakan seorang komunikator yang harus
memiliki berbagai kecapakan dalam berkomunikasi. Karenanya sebagai seorang
komunikator seorang penyuluh harus memahami bagaimana seluk beluk
komunikasi yang baik agar dapat mencapai sasaran visi dan misi Badan
Narkotika Nasional.
Pola komunikasi disesuaikan dengan kondisi anggota dan komunikasi yang
ada saat berinteraksi dengan lingkungan. Pola ini jika dihubungkan dengan
figur komunikator, pesan, dan media (tertulis, audio, dan video) akan menjadi
suatu rangkaian yang beragam dan berkembang dalam suatu rangkaian di mana
retorika mengarahkan tujuan pembinaan komunikasinya.82
Adapun hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada
peneliti sebagai berikut:
[K]eberhasilan penyuluhan narkoba di sekolah pada dasarnya tergantung
pada komunikator. Karenanya seorang komunikator harus memiliki berbagai
keterampilan dan kemampuan berkomunikasi yang baik. Komunikan tidak
akan dapat memahami dan menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh
seorang komunikator jika komunikator tersebut tidak mampu melakukan
komunikasi yang baik kepada komunikannya.83
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa keberhasilan aktivitas
komunikasi penyuluhan pada dasarnya tergantung pada komunikator. Karenanya
seorang komunikator harus memiliki berbagai kecakapan dan kemampuan
berkomunikasi yang baik. Hal ini bertujuan agar pesan-pesan yang disampaikan
dapat dipahami dengan benar oleh komunikan yaitu siswa-siswi di sekolah
82
Devy Mulia Sari, Peran Kader Anti Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Pelajar oleh Badan
Narkotika Nasional Surabaya, Jurnal Promkes Vol. 5, No. 2 (2010), di akses dari https://e-
journal.unair.ac.id/PROMKES/article/download/7704/4557 pada tanggal 02 Mei 2019 pukul 20.14
WIB. 83
Nurfarida, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan Penulis, 02
Mei 2019, Kota Jambi. Rekaman Audio.
53
Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut juga senada dengan pendapat penyuluh
sebagai berikut:
[D]alam berkomunikasi seorang komunikator dapat melakukan
komunikasi dengan pola yang diinginkannya. Komunikasi dapat dilakukan
dengan cara verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal berarti komunikator
menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan dapat dilakukan
secara interpresonal atau antarpersonal dan dengan komunikasi massa. Adapun
dengan komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan isyarat, bahasa tubuh
atau dengan memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik.84
Berdasarkan dari wawancara tersebut bahwa responsifitas masyarakat
terutama di lingkungan sekolah memiliki peranan penting dalam pencegahan
penyalahguna narkoba. Berdasarkan hasil penelitian, pihak sekolah memiliki
respon positif serta berpartisipasi dalam program penyalahgunaan narkoba.
Oleh sebab itu, pentingnya pola komunikasi dalam penyampaian materi
penyuluhan di lingkungan sekolah perlu diperhatikan. Seorang penyuluh
narkoba sebagai komunikator tentunya akan memberikan informasi yang
berkaitan dengan narkotika serta mempengaruhi seseorang yang akan disuluh
demi terlaksananya visi dan misi dari Badan Nasional Narkotika.
B. Penyuluh sebagai Fasilitator
BNN menetapkan lingkungan pendidikan berbasis pelajar sebagai salah satu
sasaran dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba. Penyuluh juga sebagai
fasilitator dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Penyuluh juga
berperan sebagai rujukan dalam implementasi penanggulangan masalah
narkoba baik berupa pemberian informasi yang didukung oleh partisipasi
sekolah, keluarga dan masyarakat.
Adapun hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada
peneliti sebagai berikut:
[P]eranan fasilitator yang dilakukan oleh penyuluh antara lain sebagai
orang yang mampu membantu masyarakat agar masyarakat mau berpartisipasi
dalam kegiatan sosialisasi, serta sebagai orang yang mampu mendengar
84
Jepan Manurung, Ketua Seksi Pemberdayaan Masyarakat BNNP Jambi, Wawancara
dengan Peneliti, 02 Mei 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio.
aspirasi masyarakat, mampu memberikan dukungan dan mampu memberikan
fasilitas kepada masyarakat.85
Harapan dari adanya upaya sosialisasi pencegahan tersebut adalah dapat
terwujudnya generasi muda yang anti narkoba, dan mereka dapat memiliki
pengetahuan tentang bahaya dan dampak buruk penggunaan narkoba.
C. Penyuluh sebagai Motivator
Pengaruh penyalahgunaan narkoba disebabkan karena ketidakpahaman dan
kurangnya pengetahuan siswa-siswi tentang bahaya narkoba, sehingga narkoba
penting untuk diinformasikan kepada para siswa-siswi agar mereka tidak salah
dalam mengambil tindakan dan perilaku-perilaku diusianya. Berdasarkan hal
tersebut penting bagi pihak pemerintah, orang tua, sekolah untuk mendukung dan
memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah narkoba. Masyarakat dapat
memiliki pengetahuan tentang penyalahgunaan narkoba, pengetahuan mengenai
penyalahgunaan narkoba hanyalah merupakan salah satu strategi agar mereka
sadar akan dampak terhadap kesehatan bahkan ancaman terhadap kehidupan masa
depannya.
Adapun hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada
peneliti sebagai berikut:
[U]saha untuk mengatasi masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
tidaklah lepas dari pengaruh dukungan sosial, terutama dukungan yang
didapatkan dari orang yang berarti bagi individu tersebut, seperti orang tua,
pacar atau sahabat. Oleh sebab itu penyuluh berperan aktif dalam memberikan
motivasi terkait penyalahgunaan narkoba. Sehingga dukungan sosial yang
diterima individu akan memotivasi para remaja untuk sembuh dari
ketergantungan narkoba. Dukungan emosional seperti empati, kepedulian dan
perhatian dari orang-orang disekitar dapat membuat individu merasa tenang,
diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan sebagainya. Hal-hal seperti ini
memiliki arti yang besar dalam kehidupan seseorang terutama pada saat stres.
Berdasarkan dari wawancara diatas bahwa penyuluh dapat memberikan
pengarahan terkait dukungan sosial yang didapat dari lingkungan sekitar bagi
remaja tersebut dan akan menimbulkan perasaan atau sikap positif terhadap
diri sendiri sehingga remaja dapat termotivasi untuk anti terhadap narkoba.
85
Nurfarida, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan Peneliti, 02
Mei 2019, Kota Jambi.
Orang yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi mengalami hal yang positif
dalam kehidupannya, mempunyai harga diri yang lebih tinggi dan mempunyai
pandangan lebih optimis terhadap kehidupannya dibandingkan dengan orang yang
mendapatkan dukungan sosial yang rendah.
D. Penyuluh sebagai Agen Perubahan
Penyuluh sebagai agen perubahan yaitu penyuluh yang senantiasa harus
dapat mempengaruhi sasarannya agar dapat merubah dirinya ke arah
kemajuan. Dalam hal ini penyuluh berperan dalam membantu memecahkan
masalah (solution gives), membantu proses (process helper), dan sebagai sumber
penghubung (resources linker).86
Berkaitan dengan peran yang dimiliki penyuluh tersebut dalam pencegahan
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja SMP Sederajat, maka berdasarkan
hasil wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada peneliti sebagai
berikut:
[P]erlu diketahui peran penyuluh disini sangatlah penting, terutama
penyuluh sebagai agen perubahan. Perubahan dalam hal ini adalah sebagai
agen penggerak untuk mencapai hasil. Untuk bagian bidang pencegahan
hanya sebatas memberi informasi, agar para remaja tahu, paham, sadar, jika
ada korban penyalahguna narkoba, diharapkan bisa sadar dan berhenti selain
itu juga kita melakukannya secara terus menerus agar para remaja tersebut
tahu paham dan sadar. Hal ini dikarenakan narkoba sangat berbahaya sekali,
jadi penting bagi kami untuk membentuk kesadaran para siswa untuk
menangkal tawaran narkoba,kita juga melakukan tes urin yang yang
dilakukan oleh seksi pemberdayaan masyarakat sehingga jika nantinya
terdapat korban penyalahguna maka kita akan merekomendasikan untuk
konseling.87
Dari hasil wawancara diatas terlihat bahwa peran penyuluh sangat
penting berdasarkan fungsinya. Penyuluh pada dasarnya hanya memberi informasi
agar para remaja tahu, paham dan sadar serta melakukan konseling terhadap
penyalahguna yang dilakukan oleh seksi pemberdayaan masyarakat.
86
Bambang S. Ma’arif, Komunikasi Dakwah Paradigma untuk Aksi, Cet. I (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2010), 78. 87
Abdul Razaq, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Jambi,
Wawancara dengan Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio.
46
Penyuluhan pencegahan penyalahgunaan narkoba sangat penting dilakukan
terutama adanya penyuluhan di sekolah-sekolah khususnya SMP Sederajat.
Keterlibatan remaja diharapkan akan memberikan hasil yang optimal mengingat
posisi remaja yang strategis dalam kelompok sebayanya. Remaja tentu lebih
mengetahui persoalan apa saja yang dihadapi oleh anak-anak seumuran mereka
termasuk penyebab remaja terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Tekanan
kelompok sebaya sangat menentukan perkembangan identitas remaja baik dalam
hal yang positif maupun yang negatif. Banyak remaja yang terpengaruh
penyalahgunaan narkoba kerena kelompok sebaya. Oleh sebab itu, penyuluh
Bidang Pencegahan BNNP Jambi menjadikan lingkungan sekolah sebagai objek
yang stragis untu melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Hasil
wawancara yang disampaikan oleh narasumber kepada peneliti sebagai berikut:
[S]ekolah adalah sasaran yang tepat di adakannya penyuluhan untuk
memberi pengaruh positif di kalangan remaja khususnya di sekolah SMP
Sederajat, karena keterlibatan remaja di SMP diharapkan akan memberikan
hasil yang optimal terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba mengingat
posisi remaja yang strategis dalam kelompok teman sebayanya, banyaknya
remaja yang terjerumus dalam narkoba karena remaja merupakan kelompok
rawan yang sifatnya energik dan dinamis, serta ingin mencoba hal yang baru.
hal ini didukung dengan belum matangnya mental para remaja untuk akibat
dari suatu perbuatan. Kami dari bidang pencegahan harus memberikan
informasi tentang dampak narkoba itu sendiri, dan cara penanggulangannya
serta berbagai informasi lainnya. Oleh sebab itu, peranan penyuluh bidang
Pencegahan ke sekolah sangat penting sekali mengingat usia remaja adalah
sasaran tepat untuk menanamkan tentang pengaruh buruk narkoba. Pada
Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Kita sudah memiliki jadwal tertentu dalam
kegiatan penyuluhan, dan yang tidak terjadwal seperti permintaan dari suatu
desa maka kita akan menyahuti. Caranya dengan buat permohonan dan kita
sebagai penyuluh akan menyahuti tanggapan mereka. Sementara itu pada
Bidang Pencegahan, kita melakukan koordinasi terlebih dahulu lalu
melakukan penyuluhan apabila disetujui oleh pihak sekolah tersebut.88
Dari paparan wawancara diatas dapat dipahami bahwa penyuluh khususnya
bidang pencegahan harus memberikan informasi tentang narkoba, bagaimana
dampaknya, cara penanggulangannya dan informasi lainnya yang berkenaan
dengan penyalahgunaan narkoba. Dari informasi yang disebutkan di atas maka
88
Muhammad Arsyad, Penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 11 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio.
diketahui bahwa penyuluh dengan giat terus melakukan kerjasama dengan pihak
sekolah untuk mewujudkan Indonesia bebas narkoba. Dengan penekanan setiap
pelaksanaan kegiatan penyuluhan harus diperbanyak di sekolah SMP Sederajat
karena banyak kalangan remaja, karena remaja merupakan kalangan yang rentan
terhadap penyalahguna narkoba ini.
Wawancara diatas senada dengan pendapat guru di sekolah tentang
pentingnya peran penyuluh di sekolah yaitu sebagai berikut:
[P]enyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba di lingkungan sekolah
dipandang perlu untuk sampaikan, karena menurut laporan dan data yang
ada menunjukan telah terjadinya penyalahgunaan narkoba dari usia anak
sekolah. Dan Narkoba merupakan salah satu faktor yang dapat mengancam
ketahanan nasional karena dalam perkembangannya penyalahgunaan narkoba
oleh generasi muda dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini
memperlihatkan bahwa penyalahgunaan narkoba bisa terjadi pada siapapun,
karena tidak memandang usia. Dengan berbagai alasan mengapa
penyalahgunaan itu terjadi, salah satunya sebagai akibat pengaruh
lingkungan yang kurang baik, lingkungan keluarga ataupun lingkungan
sekitar tempat si anak bermain, bersosialisasi dengan yang lainnya. Oleh
sebab itu upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan remaja,
sudah seyogyanya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua
pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif
dalam mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita. kesempatan
baik ini sangat berguna untuk memberi pengetahuan dan informasi tentang
narkoba dan bahayanya serta dampak lain yang ditimbulkannya kepada
anak didik, dan berharap peserta bisa menyebarluaskan informasi tentang
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba kepada lingkungan
sekitarnya termasuk keluarganya, sebagai upaya pencegahan dini.89
Dari hasil wawancara tersebut, guru di sekolah membenarkan akan
pentingnya peran penyuluh pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan
generasi muda bangsa Indonesia, salahsatunyadengan cara melakukan sosialisasi
dan memberikan edukasi terhadap siswa-siswi terutama generasi muda tentang
bahaya narkoba melalui berbagai media, pendidikan sejak dini. Guru-guru di
sekolah dan terutama orangtua sangatlah penting dalam mengawasi tingkah
laku anak baik di rumah maupun di sekolah.
89
Muhammad Yani, Kepala Sekolah MTS Muhammadiyah Jambi, Wawancara dengan
Penulis, 15 April 2019, Kota Jambi, Rekaman Audio.
Berdasarkan dari beberapa hasil uraian wawancara diatas peneliti
memberikan gambaran bahwa peran penyuluh sangat penting, hal ini karena
penyalahgunaan Narkoba di negeri ini kian mengkhawatirkan, karena telah
menyerang segala usia, tidak terkecuali usia remaja Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Oleh karena itu, langkah pencegahan di usia dini mutlak
harus dilakukan. Salah satu langkah yang paling konkret adalah dengan
menggencarkan kegiatan penyuluhan bahaya Narkoba untuk para remaja di
sekolah.
Mengetahui kenyataan bahwa kalangan remaja merupakan sasaran empuk
terkena pengaruh narkoba, perlu dilakukan tindakan-tindakan preventif oleh
berbagai pihak, terutama lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga, dalam hal
ini orang tua, merupakan salah satu tempat yang efektif untuk menghalau remaja
menggunakan narkoba. Hal ini karena orang tua merupakan sekolah pertama anak
sebelum terjun ke masyarakat.
Menangkal penyalahgunaan Narkoba di kalangan remaja tingkat SMP,
Deputi Bidang Pencegahan BNN mengadakan penyuluhan bahaya
penyalahgunaan Narkoba sekolah ini memiliki komitmen yang kuat untuk
mencegah penyalahgunaan Narkoba di lingkungan sekolah. Karena itulah,
BNNP Jambi rutin berkoordinasi sekolah dengan untuk mengadakan
sosialisasi bahaya Narkoba. Dengan tujuan yaitu membangun kerja sama yang
baik dengan guru-guru di sekolah. Hal ini diharapkan juga pihak sekolah juga
membangun kerjasama dengan orang tua siswa-siswi dengan cara
mengikutsertakan atau mengundang orang tua siswa. salahsatunya untuk dapat
mengikuti rapat sekolah agar terciptanya silaturahmi yang baik.
Sementara itu, Kepala Sekolah menyambut baik kegiatan sosialisasi
Narkoba di sekolahnya. Sekolah tidak hanya sekedar basa basi untuk
mengatakan say no to drugs, melainkan memberikan kontribusi yang nyata
dalam upaya Pencegahan. Kegiatan penyuluhan ini adalah salah satu bentuk
komitmen untuk tanggulangi Narkoba di lingkungan sekolah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Narkoba atau napza adalah obat/bahan/zat, yang bukan tergolong makanan.
Jika diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan, berpengaruh terutama
pada kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan.
Akibatnya, kerja otak berubah (meningkat atau menurut). Demikian pula fungsi
vital organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernapasan, dan lain-lain).
Bahaya ketergantungan penggunaan dan peredaran narkoba diatur dalam
undang-undang, yaitu undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Penggolongan jenis-
jenis narkoba berikut didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Narkoba dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktiflainnya.
Bentuk metode penyuluhan yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
3. Metode Penyuluhan Langsung
c. Metode individu
d. Metode kelompok
2. Metode Penyuluhan Tidak Langsung
Metode penyuluhan yang digunakan dalam pencegahan
penyalahgunaan narkoba di lingkungan Sekolah Menengah Pertama adalah
penyuluhan bimbingan secara kelompok. Adapun metode yang sering
digunakan antara lain :
1. Kontak antar remaja secara individual atau kelompok.
2. Ceramah.
3. Pemutaran film.
4. Tanya Jawab .
5. Penyampaian Pesan Tertulis.
6. Kampanye
60
Metode penyuluhan narkoba sangat penting, mengingat fungsi utama
penyuluh adalah merubah situasi yang memungkinkan sasaran penyuluhan
berkembang melalui kegiatan penyuluhan narkoba, penggunaan kombinasi dari
berbagai metode penyuluhan saling berhubungan dan akan banyak membantu
mempercepat proses perubahan.
Media Penyuluhan menjadi salah satu alternatif untuk
mensosialisasikan bahaya daripenyalahgunaan narkoba dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan barang-barang tersebut.Adapun media yang
digunakan oleh penyuluh di lingkungan sekolah sebagai berikut:
1. Media Elektronik
2. Media Cetak (baleho, pamflet, koran, brosur dll)
3. Media Sosial
Peran penyuluhan pencegahan penyalahgunaan narkoba sangat penting
dilakukan terutama adanya penyuluhan di sekolah-sekolah khususnya SMP
Sederajat. Keterlibatan remaja diharapkan akan memberikan hasil yang optimal
mengingat posisi remaja yang strategis dalam kelompok sebayanya. Remaja tentu
lebih mengetahui persoalan apa saja yang dihadapi oleh anak-anak seumuran
mereka termasuk penyebab remaja terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.
Tekanan kelompok sebaya sangat menentukan perkembangan identitas remaja
baik dalam hal yang positif maupun yang negatif. Banyak remaja yang
terpengaruh penyalahgunaan narkoba kerena kelompok sebaya. Oleh sebab itu,
penyuluh Bidang Pencegahan BNNP Jambi menjadikan lingkungan sekolah
sebagai objek yang stragis untu melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Sementara itu, Kepala Sekolah menyambut baik kegiatan sosialisasi
Narkoba di sekolahnya. Sekolah tidak hanya sekedar basa basi untuk
mengatakan say no to drugs, melainkan memberikan kontribusi yang nyata
dalam upaya Pencegahan. Kegiatan penyuluhan ini adalah salah satu bentuk
komitmen untuk tanggulangi Narkoba di lingkungan sekolah.
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa pada penelitian ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi aspek penelitian maupun isi penelitian. Namun satu hal yang
peneliti ingin sampaikan bahwa penelitian ini adalah hasil kerja maksimal yang
mampu peneliti lakukan. Dalam proses penelitian ini, peneliti menemukan
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus saran
yaitu:
1. Perlu diadakan adanya peningkatan pembekalan di BNN Provinsi Jambi yang
lebih dalam dan diadakan penambahan SDM yang lebih profesional sehingga
dapat terlaksana program P4GN.
2. Perlu adanya peningkatan kerjasama antara BNN Jambi dengan instansi atau
kelompok masyarakat dalam hal mengatasi penyalahgunaan narkoba.
3. Dalam hal mengatasi bahaya penyalahgunaan narkoba tidak hanya dibebankan
kepada BNN saja, akan tetapi kepada semua warga masyarakat Indonesia pada
umumnya.
4. Sekolah diharapkan dapat meningkatkan metode pendidikan yang sesuai dalam
meberikan penyuluhan terhadap para siswa-siswi tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba dan perilaku negatif lainnya, dengan metode
“Pencegahan dan Penaggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah”,
maka akan memberikan efek positif bagi siswa-siswi dalam peningkatan
pengetahuan dan sikap bagi siswa-siswi di Sekolah.
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
PERAN BNN PROVINSI JAMBI DALAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI
LINGKUNGAN SEKOLAH
Panduan Observasi dan Dokumentasi
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. - Historis dan Geografis
Lembaga Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi
Jambi.
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Setting
- Dokumen Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi.
- Pegawai penyuluh Bidang
Pencegahan Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi Jambi.
- Buku-buku yang berkaitan.
2. Struktur Organisasi
Lembaga Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi
Jambi
- Dokumentasi - Dokumen Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi.
3. Keadaan Pegawai Bidang
Pencegahan Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Penyuluh Bidang Pencegahan.
- Dokumen Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi.
4. - Metode Penyuluh Bidang
Pencegahan Lembaga
Badan Narkotika Nasional
(BNN) Provinsi Jambi
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Penyuluh Bidang Pencegahan
Lembaga Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi Jambi
5. - Media Penyuluh Bidang
Pencegahan Lembaga
Badan Narkotika Nasional
(BNN) Provinsi Jambi.
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Penyuluh Bidang Pencegahan
Lembaga Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi Jambi.
6. - Peran Penyuluh Bidang
Pencegahan Lembaga
Badan Narkotika Nasional
(BNN) Provinsi Jambi
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Penyuluh Bidang Pencegahan
Lembaga Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi Jambi.
- Siswa dan guru-guru di sekolah
tingkat SMP Provinsi Jambi.
Butir-Butir Wawancara
No. Jenis Data Sumber Data & Substansi
Wawancara
1. - Historis dan Geografis
Lembaga Badan Narkotika
Nasional (BNN) Provinsi
Jambi
Pegawai Bidang Pencegahan BNNP
Jambi
- Bisa Dijelaskan Bagaimana Sejarah
Adanya …..
- Bagaimana Perkembangannya
Hingga saat ini …..
- Bagaimana Letak Geografis Lembaga
Badan Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi …..
2. - Keadaan Struktur Lembaga
Badan Narkotika Nasional
(BNN) Provinsi Jambi
Pegawai Bidang Pencegahan BNNP
Jambi
- Bagaimana struktur pemerintahannya
…..
- Apa visi dan misi …..
- Apa tugas Pokok dan Fungsi …..
- Bagaimana dasar hukum narkoba …..
3. - Keadaan Pegawai Bidang
Pencegahan Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi
Pegawai Bidang Pencegahan BNNP
Jambi
- Bagaimana peran pegawai …..
- Berapa Jumlah pegawai …..
- Bagaimana perkembangan
pegawai.....
4. - Metode Penyuluh Bidang
Pencegahan Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi
Pegawai Bidang Pencegahan BNNP
Jambi
- Bagaimana bentuk metode
penyuluhan yang diberikan…..
- Apa saja metode yang sering
digunakan…..
- Apa saja upaya yang diberikan dalam
metode tersebut …..
5. - Media Penyuluh Bidang
Pencegahan Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi.
Pegawai Bidang Pencegahan BNNP
Jambi
- Bagaimana media penyuluhan yang
diberikan…..
- Apa saja media yang digunakan…..
- Apa saja upaya yang diberikan dalam
media …..
6.
- Peran Penyuluh Bidang
Pencegahan Lembaga Badan
Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi Jambi
Pegawai Bidang Pencegahan BNNP
Jambi
- Bagaimana peran penyuluh dalam
melakukan pencegahan di lingkungan
sekolah…..
- Apa saja peran penyuluh…..
- Bagaimana urgensi peran penyuluh
dilingkungan sekolah…..
Siswa dan guru-guru sekolah tingkat
SMP Provinsi Jambi
- Bagaimana menurut anda tentang
penyuluhan tersebut…..
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an. Tafsir Al-Qur’an Jilid 5. Jakarta: Darul
Haq, 2015.
Tim Penerjemah dan Penafsir Al-Qur’an. Tafsir Nurul Qur’an Jilid VI. Jakarta:
Penerbit Al-Huda, 2004.
Ahmadi, Abu. Cet. Ke-2 Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Amti, Erman dan Prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2004.
Arifin, Isep Zainal. Bimbingan Penyuluhan Islami, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2009.
Berry, David. Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta:Balai Pustaka, 1998.
Gustina, Rina Heningsih “Peran Badan Narkotika Nasional (BNN) Dalam
Penanggulangan Narkotika Di Kota Samarinda” Jurnal. Samarinda: Ilmu
Pemerintah, 2015.
Hawari, Dadang. Al-Quran Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta:
PT. Dana Bakti Prima Yasa, 2004.
Martono, Lydia Harlina dan Satya Joewana. Pencegahan dan Penaggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
Media Informasi & Komunikasi Sinar BNN. Jakarta: PT Trubus Swadaya, 2011.
Meolong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996.
Mulyasa, E. Cet.11 Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Sofian, Ahmadi. Narkoba Mengincar Anak Anda. Jakarta: PT. Prestasi
Pustakarya, 2007.
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alpa Beta, 2012.
Tersedia: https://e-journal.unair.ac.id/PROMKES/article/download/7704/4557
Tim Penyusun, Petunjuk Teknis dan Pedoman Prosedur Keerja Bidang
Pemberdayaan Alternatif Masyarakat Perkotaan,Jakarta: BNN, 2012.
Tim Penyusun. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin IAIN STS Jambi. Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi,
2016.
Tim Penyusun. Buku 1: Petunjuk Teknis dan Prosedur Kerja Pemberdayaan
Alternatif Masyarakat Perkotaan, Jakarta: BNN, 2012.
Tim Penyusun. Pedoman Rehabilitasi Adiksi Berbasis Masyarakat. Jakarta: BNN,
2012.
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009, tentang Narkotika, pasal 64 ayat (2).
Wahib, Abdul. menuju Sekolah Bersih dari Narkoba, Semarang: Pustaka Zaman,
2014.
Dokumentasi
Gambar 01
Peneliti mewawancarai salahsatu guru di sekolah
Gambar 02
Peneliti Mewawancarai Kepala Sekolah Mts. Muhammmadiyah
Kota Jambi
Gambar. 03
Peneliti mewawancarai Kepala Bidang Pencegahan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Gambar. 04
Penelti mengikuti penyuluhan yang di lakukan di sekolah
Gambar. 06
Peneliti melakukan wawancara kepada salahsatu pegawai di
bagian umum BNNP Jambi
Gambar. 06
Peneliti mewawancarai Penyuluh Pencegahan BNNP Jambi