Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

14
”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan” 1 ”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan” Oleh: Ir. Imam S. Ernawi MCM. MSc. Direktur Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum Konferensi Nasional Teknik Jalan ke-8 HPJI Hotel Mercure Convention Center - Jakarta, 4 September 2007. A. PENDAHULUAN Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.550 pulau yang membentang dari timur ke barat, dukungan infrastruktur yang kuat dan handal merupakan suatu keharusan dalam pembangunan. Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, dan sanitasi perkotaan, yang nota-bene merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih baik, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik pula. Dalam konteks Wawasan Nusantara, infrastruktur merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional yang berperan vital tidak hanya sebagai penggerak roda ekonomi nasional namun turut membentuk kesatuan wilayah serta melayani masyarakat dalam mengartikulasikan kehidupan sosialnya dalam kesatuan NKRI sebagai suatu entitas yang berdaulat. Esensi penataan ruang merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan pembangunan nasional ke dalam suatu padanan terpadu, baik lintas wilayah, lintas sektor maupun lintas pemangku kepentingan, termasuk pengembangan infrastruktur didalamnya. Keterpaduan tersebut sangat penting dalam upaya meningkatkan sinergi, efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan yang dalam pelaksanaannya

description

paper

Transcript of Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

Page 1: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

1

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah

Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan

Investasi Bidang Jalan”

Oleh: Ir. Imam S. Ernawi MCM. MSc.

Direktur Jenderal Penataan Ruang

Departemen Pekerjaan Umum

Konferensi Nasional Teknik Jalan ke-8 HPJI Hotel Mercure Convention Center - Jakarta, 4 September 2007.

A. PENDAHULUAN

Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.550 pulau yang membentang dari

timur ke barat, dukungan infrastruktur yang kuat dan handal merupakan suatu keharusan

dalam pembangunan. Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara,

sistem penyediaan tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, dan sanitasi

perkotaan, yang nota-bene merupakan social overhead capital, memiliki keterkaitan

yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan oleh

laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari

kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang lebih

baik, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih

baik pula. Dalam konteks Wawasan Nusantara, infrastruktur merupakan faktor kunci

dalam mendukung pembangunan nasional yang berperan vital tidak hanya sebagai

penggerak roda ekonomi nasional namun turut membentuk kesatuan wilayah serta

melayani masyarakat dalam mengartikulasikan kehidupan sosialnya dalam kesatuan

NKRI sebagai suatu entitas yang berdaulat.

Esensi penataan ruang merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan

pembangunan nasional ke dalam suatu padanan terpadu, baik lintas wilayah, lintas sektor

maupun lintas pemangku kepentingan, termasuk pengembangan infrastruktur

didalamnya. Keterpaduan tersebut sangat penting dalam upaya meningkatkan sinergi,

efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan yang dalam pelaksanaannya

Page 2: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

2

menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam melaksanakan fungsinya

masing - masing dalam mengisi pembangunan.

Jalan sebagai salah satu prasarana infrastruktur transportasi merupakan unsur

sentral dalam membentuk struktur ruang dan mengarahkan pola pengembangan wilayah

atau kawasan. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, pembangunan jalan

mendorong komunikasi dan interaksi antar masyarakat, sehingga diharapkan dapat

membangun toleransi dan menghilangkan kendala akibat perbedaan budaya yang ada di

masyarakat. Hal ini dapat mendukung pengembangan wilayah agar tercapai

keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah, membentuk dan

memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional

dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional;

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, jaringan jalan harus mampu

mengedepankan fungsi pelayanan ekonomi yang memperhatikan dengan seksama secara

seimbang aspek ekonomi, sosial dan lingkungan yang ada. Sehingga keberadaan jalan

tidak memberikan dampak negatif kepada masyarakat maupun lingkungan lainnya yang

ada di sekitarnya. Dengan demikian kebijakan investasi bidang jalan juga harus

diselenggarakan dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan kondisi

sosial ekonomi masyarakat, sehingga bukan sekedar menjadikan infrastruktur jalan

sebagai komoditas ekonomi.

Untuk menjamin terpenuhinya peran jalan dalam mendukung pertumbuhan

ekonomi pemerintah berkewajiban menyelenggarakan pembangunan jalan agar dapat

berdaya guna dan berhasil guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. KEBIJAKAN INVESTASI BIDANG JALAN

Investasi bidang jalan sangat ditentukan oleh tingkat kelayakan dari investasi

tersebut. Secara umum kelayakan investasi bidang jalan dapat ditinjau dari 3 (tiga) aspek

pokok, yaitu: aspek teknis, aspek ekonomi/ finansial dan aspek lingkungan. Dari aspek

teknis perlu dipastikan apakah koridor yang akan dilalui memungkinkan untuk dibangun

infrastruktur jalan secara mudah dan murah, serta memenuhi standar teknis yang

dipersyaratkan. Aspek yang terkait dengan tata ruang dalam hal ini adalah mengenai

informasi tentang kondisi geologi lingkungan maupun penggunaan lahan. Kondisi

tataguna lahan di sepanjang koridor perlu dilihat apakah memang merupakan lahan yang

secara fisik dapat dibangun untuk infrastruktur jalan.

Analisis dari aspek ekonomi/ finansial umumnya terkait dengan perhitungan

biaya dan manfaat investasi bidang jalan yang akan dilakukan. Umumnya investasi

bidang jalan dilakukan dengan prinsip ”ship follows trade”, yaitu pembangunan jalan

dibangun apabila ada kepastian demand terhadap infrastruktur jalan tersebut. Kepastian

demand ini ditunjukkan oleh volume lalulintas atau aktivitas perekonomian wilayah

yang ada atau diperkirakan akan ada di sekitar koridor jalan tersebut. Hal ini penting

untuk menghindari adanya unsur spekulasi dan terjadinya risiko kerugian akibat

Page 3: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

3

penyediaan infrastruktur jalan yang tidak tepat, baik dari segi lokasi maupun waktu

pelaksanaan. Khusus bagi rencana investasi bidang jalan yang diarahkan untuk

dikerjasamakan dengan swasta (jalan tol), juga dibutuhkan tingkat kelayakan yang

tinggi. Umumnya investor swasta hanya akan tertarik dengan proyek-proyek yang

memang layak baik secara ekonomi maupun finansial (bankable). Sedangkan proyek-

proyek yang kurang layak secara finansial cenderung kurang diminati.

Pada kawasan-kawasan yang relatif baru berkembang, umumnya kelayakan

ekonomi maupun finansial masih sulit dipenuhi, karena penyediaan infrastruktur lebih

bersifat perintis (to initiate development). Pada kasus seperti ini peran pemerintah akan

lebih dominan, terutama untuk memenuhi kewajiban pelayanan publik (public service

obligation). Sebaliknya pada kawasan-kawasan perkotaan yang sudah lebih berkembang,

pembangunan infrastruktur umumnya dapat lebih layak baik secara ekonomi maupun

finansial. Dengan demikian tingkat keterlibatan swasta dalam pengembangan

infrastruktur dapat lebih diharapkan. Secara diagramatik peran pemerintah dan swasta

dalam investasi pembangunan jalan tersebut seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Role-sharing Penyediaan Infrastruktur Jalan

Dari aspek lingkungan, tentu perlu pula dilihat apakah ruas jalan yang akan dibangun

melalui kawasan-kawasan sensitif, seperti hutan lindung, sawah irigasi teknis, wilayah

adat, dan kawasan-kawasan yang diperuntukkan bagi konservasi budaya, cagar alam atau

kawasan pertahanan keamanan. Kawasan-kawasan tersebut secara prinsip harus

dihindari agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan risiko keterlambatan akibat

adanya penolakan dari aspek lingkungan hidup.

Penataan ruang sebagai piranti dalam penilaian kelayakan investasi bidang jalan

dapat diperankan dalam memberikan informasi baik dimensi spasial maupun dimensi

sektoral. Dimensi spasial meliputi informasi tentang rencana struktur ruang, dan rencana

pola ruang, yang dapat memberikan indikasi mengenai lokasi yang tepat dan kepastian

Swasta

Pengembangan Wilayah

Role Sha

ring

Pem

biayaanb

Pemerintah

Kws Pengemb. Baru

Kws Sedang Berkembang

Kws Telah Berkembang

Page 4: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

4

adanya pengembangan kawasan sebagai jaminan terhadap kepastian permintaan

(demand). Sementara secara sektoral tentu dapat dipastikan adanya keterpaduan yang

positif dan sinergis terhadap rencana pengembangan sektor-sektor lain yang dapat

meningkatkan tingkat kelayakan investasi bidang jalan. Kepastian dalam pembebasan

lahan juga merupakan hal penting yang dapat diperoleh dari penataan ruang.

Pengaruh negatif akibat adanya kompetisi antar moda transport (competing

modes) atau kompetisi antar rute jalan yang paralel (competing routes) akibat kurangnya

keterpaduan dalam perencanaan antar sektor perlu dihindari untuk meningkatkan

kelayakan investasi. Pada tingkat nasional, tentu dimensi kelayakan investasi dapat

dikaitkan dengan upaya pencapaian kerangka strategis penataan ruang nasional yang

berorientasi secara ekonomi, dan secara kewilayahan dalam rangka keutuhan NKRI. Di

samping itu rencana pengembangan kawasan strategis (baik secara ekonomi, sosial

budaya, lingkungan hidup maupun pertahanan keamanan) memberikan arahan tentang

peluang investasi yang dapat dilakukan. Sedangkan dalam konteks regional atau lokal

(perkotaan), dimensi kelayakan investasi ini dapat dikaitkan dengan berbagai informasi

spasial seperti sistem struktur jaringan transportasi yang akan dikembangkan, baik untuk

kota kecil, sedang, besar, metropolitan maupun megapolitan. Karena itu, untuk dapat

lebih memerankan penataan ruang, sistem informasi penataan ruang yang aksesibel dan

transparan sangat diperlukan tidak hanya bagi dunia usaha tetapi juga bagi masyarakat

pada umumnya.

C. KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

1. Paradigma Baru Penataan Ruang

Pelaksanaan penataan ruang merupakan suatu tahapan dari proses pengembangan

wilayah yang terdiri dari perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang guna mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,

produktif, dan berkelanjutan. Hal ini dapat tercipta melalui keharmonisan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan/infrastruktur yang bersumber pada keterpaduan

penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan fungsi

ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Perbedaan utama konsep tata ruang masa lalu dengan tata ruang yang

dikembangkan di abad 21 adalah dalam lingkup spektrum pengaturan dan

pembahasannya (Dorojatun, 2006). Konsep tata ruang lama umumnya lebih mengatur

tentang ruang secara dua dimensi yang ada di permukaan, dengan ketinggian dan

kedalaman yang terbatas. Dalam konsep tata ruang modern abad 21, ruang yang diatur

tidak terbatas pada darat saja, melainkan juga meliputi ruang udara, ruang laut, dan

ruang dalam bumi, seperti yang juga lebih ditegaskan dalam Undang-Undang No. 26

Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Selain itu, dalam UU Tentang Penataan Ruang

tersebut sangat ditekankan bahwa rencana tata ruang harus betul-betul dimanfaatkan

Page 5: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

5

sebagai acuan dalam pelaksanaan pembangunan oleh masing-masing daerah dan sektor,

dan bila terjadi pelanggaran atau ketidaksesuaian antara rencana tata ruang dengan

pelaksanaan pembangunan maka akan dikenakan sanksi baik kepada pelanggar maupun

kepada pejabat yang memberikan ijin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Sanksi tersebut berupa sanksi administratif dan sanksi pidana yang ditetapkan sebagai

upaya untuk terwujudnya tertib pelaksanaan pembangunan. Hal lain yang juga

merupakan pembaharuan di dalam penyelenggaraan penataan ruang antara lain adalah

dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang melalui pemberian insentif dan

disinsentif untuk mendorong agar pelaksanaan pembangunan tetap sejalan dengan

rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

2. Kerangka Strategis Penataan Ruang Nasional

Indonesia sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia yang berada pada batas

pertemuan lempeng tektonik Euroasia dan Indo-Australia serta lempeng Pasifik di

sebelah timur Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan mengalami

bencana alam, baik gempa, tsunami maupun bencana lainnya seperti longsor dan banjir

akibat perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Akan tetapi Indonesia memiliki keunggulan

komparatif geografis yang tidak tertandingi oleh negara lain. Indonesia terletak di antara

dua benua, Australia dan Asia serta dua samudera, Pasifik dan Hindia, yang menjadi

perlintasan kapal-kapal perdagangan dari berbagai negara. Selain itu, Indonesia yang

terdiri dari 17.550 pulau berbatasan langsung dengan tidak kurang dari 9 negara yaitu

Malaysia, Singapura, Filipina, Timor Leste, Australia, Papua Nugini, Vietnam, India dan

Palau. Keunggulan tersebut perlu dioptimalkan untuk dapat memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya, terutama dalam mewujudkan ruang nusantara yang aman, nyaman,

produktif dan berkelanjutan.

Mengingat sebagian besar wilayah adalah lautan, perlu diberikan perhatian yang

lebih besar terhadap penataan ruang lautan di masa yang akan datang. Selain potensi

perikanan, saat ini Indonesia memiliki 3 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang

merupakan jalur perlintasan bagi lebih dari 40% kapal-kapal kontainer besar (very large

crude carrier) dunia sepanjang tahun salah satunya Australia sebagai penghasil uranium

terbesar di dunia yang tidak akan dapat mengirimkan uraniumnya ke Cina dan negara

lain tanpa melalui perairan Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu geo-strategi

kawasan yang dapat mengoptimalkan potensi kawasan dan kondisi obyektif yang kita

miliki.

Dalam kenyataannya, pengembangan strategi dan kebijakan penataan ruang

nasional tidak dapat dilepaskan dari kenyataan geoposisi, geoekonomi, dan geopolitik

baik regional maupun global. Ditinjau dari geoekonomi, konstelasi ekonomi dunia di

abad 21 akan sangat dipengaruhi oleh kecenderungan-kecenderungan global yang

terjadi belakangan ini. Dalam konteks ekonomi, dewasa ini mulai terjadi pergeseran

pertumbuhan ekonomi dari negara-negara maju ke Asia timur (new emerging countries,

NEC) terutama Cina, India dan Korea untuk menggantikan kedudukan posisi Amerika,

Page 6: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

6

Jepang dan negara-negara Eropa, terutama dalam memenuhi kebutuhan teknologi

informasi, otomotif dan barang-barang elektronik. Kecenderungan pergeseran peta

ekonomi global tersebut mendorong Indonesia untuk lebih meningkatkan perekonomian

nasional kedepan dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada dan dengan

mengembangkan sistem jaringan infrastruktur yang memadai. Dalam kerangka strategi

pengembangan nasional secara ekonomi tersebut sentra-sentra perekonomian nasional,

seperti di koridor timur P. Sumatera dan di koridor pantai utara P. Jawa, dan juga di

pulau-pulau lainnya perlu didorong pengembangannya melalui penyediaan infrastruktur

yang memadai. Selain pertimbangan dari aspek ekonomi, Indonesia yang merupakan

negara kepulauan juga sangat rentan terhadap gangguan dari negara lain, untuk itu perlu

dikembangkan sentra-sentra kegiatan di lokasi yang strategis dalam rangka untuk

menjaga ketahanan nasional. Selain itu mengingat di Indonesia masih terdapat

kesenjangan wilayah, baik antara KBI dengan KTI, maupun yang terjadi di masing-

masing pulau besar, maka perlu diupayakan pengembangan sentra-sentra kegiatan dan

infrastruktur yang ditujukan untuk mengatasi kesenjangan wilayah tersebut. Untuk

jelasnya geo-strategi pengembangan penataan ruang nasional dari aspek ekonomi,

ketahanan nasional, dan keseimbangan wilayah tersebut adalah sebagai dalam gambar 2

sebagai berikut.

Gambar 2. Geo-Strategi Pengembangan Penataan Ruang Nasional

Bontang

Pulau Besar

Gugus Pulau Samudra

Gugus Pulau Pantai

Pegunungan Tinggi

Kawan, Kapet, Kesr

Poros Pengembangan Startegis Global/Nasional

Poros Pengembangan Strategis Sub Regional

Poros Pengembangan Strategis Nasional

Batas Teritorial

Batas ZEE

Jalur Patahan dan Sesar Alur Pelayaran Internasional

Kota PKN

Samudera Hindia

(Afrika, Australia)

Teluk Benggala,

Mediteran, Samudera

Hindia (Timur Tengah,

Eropa) Laut Cina Selatan

(Hongkong, Cina, Taiwan)

Laut Cina Selatan

(Jepang, Korea, Filipina)

Samudera Pasifik

(Jepang, Korea, Amerika,

Kanada)

Samudera Pasifik

(Amerika, Kanada,

Amerika Latin)

Samudera Hindia (Australia,

Selandia Baru)

KUALA LUMPURBANDAR SRI BEGAWAN

SINGAPORE

DILLI

Banda Aceh

Medan

Pekanbaru

Padang

Jambi

Bengkulu

Palembang

Lampung

JAKARTA

Bandung

Semarang

Yogyakarta

Surabaya

Denpasar Mataram

Kupang

Pontianak

Palangkaraya

Banjarmasin

Samarinda

Manado

Palu

Makasar

Kendari Ambon

Jayapura

Batam

Pangkal Pinang

Serang

Mamuju

GorontaloTernate

Sorong

Entikong

Malang

Pangkalan Bun

Balikpapan

Biak

Merauke

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGISKERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS

BERORIENTASI EKONOMI (INVESTASI)BERORIENTASI EKONOMI (INVESTASI)

Bontang

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGISKERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS

PEMANTAPAN TERITORIAL NKRIPEMANTAPAN TERITORIAL NKRI

Pulau Besar

Gugus Pulau Samudra

Gugus Pulau Pantai

Pegunungan Tinggi

Poros Pengembangan Strategis Sub Regional Batas Teritorial

Batas ZEE

Jalur Patahan dan Sesar

Alur Pelayaran Internasional

Kota PKN

Samudera Hindia

(Afrika, Australia)

Teluk Benggala, Mediteran, SamuderaHindia (Timur Tengah,

Eropa) Laut Cina Selatan

(Hongkong, Cina, Taiwan)

Laut Cina Selatan(Jepang, Korea, Filipina)

Samudera Pasifik(Jepang, Korea, Amerika,

Kanada)

Samudera Pasifik(Amerika, Kanada, Amerika Latin)

Samudera Hindia (Australia, Selandia Baru)

KUALA LUMPURBANDAR SRI BEGAWAN

SINGAPORE

DILLI

Banda Aceh

Medan

Pekanbaru

Padang

Jambi

Bengkulu

Palembang

Lampung

JAKARTA

Bandung

Semarang

Yogyakarta

Surabaya

Denpasar Mataram

Kupang

Pontianak

Palangkaraya

Banjarmasin

Samarinda

Manado

Palu

Makasar

Kendari Ambon

Jayapura

Batam

Pangkal Pinang

Serang

Mamuju

GorontaloTernate

Sorong

Entikong

Malang

Pangkalan Bun

Balikpapan

Biak

Merauke

Bontang

KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGISKERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS

BERORIENTASI KESEIMBANGAN ANTAR WILAYAHBERORIENTASI KESEIMBANGAN ANTAR WILAYAH

Kawasan Tertinggal

Lintas Barat Sumatra, Lintas Selatan Jawa,

Lintas Tengah Kalimantan, Lintas Papua dan Sulawesi

Orientasi Pengembangan Daerah Tertinggal

Batas Teritorial

Batas ZEE

Jalur Patahan dan SesarKota PKN

Kawasan Tertentu

KUALA LUMPURBANDAR SRI BEGAWAN

SINGAPORE

DILLI

Banda Aceh

Medan

Pekanbaru

Padang

Jambi

Bengkulu

Palembang

Lampung

JAKARTA

Bandung

Semarang

Yogyakarta

Surabaya

Denpasar Mataram

Kupang

Pontianak

Palangkaraya

Banjarmasin

Samarinda

Manado

Palu

Makasar

Kendari Ambon

Jayapura

Batam

Pangkal Pinang

Serang

Mamuju

GorontaloTernate

Sorong

Entikong

Malang

Pangkalan Bun

Balikpapan

Biak

Merauke

Page 7: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

7

3. Dimensi dan Muatan Rencana Tata Ruang

RTRW Nasional merupakan perencanaan makro strategis Nasional yang

menggambarkan arah dan kebijakan pembangunan nasional secara ketataruangan yang

memuat antara lain sistem jaringan jalan Nasional. Sedangkan RTRW Provinsi

merupakan perencanaan regional yang menjabarkan RTRWN dalam konteks ruang

wilayah Provinsi secara lebih detil yang antara lain mengintegrasikan sistem jaringan

jalan nasional dengan sistem jaringan jalan provinsi. Sementara itu RTRW

Kabupaten/Kota merupakan rencana tata ruang skala kabupaten/kota dengan muatan

antara lain berupa integrasi sistem jaringan jalan nasional, sistem jaringan jalan provinsi,

dengan sistem jaringan jalan kabupaten/kota.

Pada tataran operasional, RTRW tersebut perlu dikembangkan lagi menjadi

rencana rinci yang pada tingkatan kabupaten/kota berupa Rencana Detil Tata Ruang

(RDTR), yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi yang diperlukan sebagai pedoman

untuk pemberian ijin dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ada. Indikasi program

yang tertuang dalam RTRW merupakan salah satu basis bagi penyusunan Rencana Induk

Sektor yang dibutuhkan untuk implementasi rencana tata ruang sebagai wujud dari

pemanfaatan ruang. Rencana induk sektor merupakan kebutuhan turunan (derived

demand) dari konsekuensi logis dari upaya implementasi penataan ruang wilayah.

Pembangunan jaringan jalan pada hakekatnya ditujukan untuk membentuk

struktur ruang yang sesuai dengan rencana dan arah pengembangan wilayah. Dalam hal

ini, pembangunan jalan telah mempertimbangkan kondisi wilayah, baik dari segi potensi

ketiga sumberdaya maupun kondisi lingkungan strategisnya, sehingga merupakan salah

satu unsur pembentuk ruang yang ingin diwujudkan.

Dalam konteks penataan ruang, jalan merupakan elemen pembentuk struktur

ruang yang paling penting. Untuk itu, fungsi jaringan jalan yang ada harus tetap

dipertahankan sesuai dengan yang telah direncanakan. Jalan-jalan Nasional (arteri

primer) yang merupakan pembentuk struktur ruang Nasional harus betul-betul dijaga

agar dapat berfungsi untuk mengalirkan barang maupun orang pada tataran

nasional/regional. Untuk itu sistem jaringan jalan nasional harus dibebaskan dari

hambatan-hambatan samping akibat pemanfaatan lahan yang tidak sesuai seperti pasar

tradisional, terminal bayangan, sekolah dll. Demikian pula untuk jaringan jalan Provinsi

dan Kabupaten/Kota. Pemanfaatan ruang yang ada disepanjang jalan-jalan tersebut harus

secara konsisten mengikuti rencana tata ruang wilayah yang ada. Dengan demikian

interaksi antara jaringan jalan, sebagai struktur ruang, dan tata guna lahan, sebagai pola

pemanfaatan ruang yang ada, dapat lebih terpadu dan harmonis.

Page 8: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

8

D. RENCANA TATA RUANG SEBAGAI PIRANTI KEBIJAKAN

INVESTASI BIDANG JALAN

Tantangan pembangunan infrastruktur jalan dewasa ini tidak dapat dilepaskan

dari realitas timpangnya sebaran penduduk, perbedaan luas wilayah dan keberagaman

kondisi topografi yang ada. Dari data sebaran jumlah penduduk, luas wilayah, panjang

jalan, dan jumlah kendaraan yang ada, terlihat bahwa penyebaran penduduk di Indonesia

tidak merata di seluruh wilayah yang ada. Pulau Jawa yang mencakup 7,2 persen dari

luas wilayah Indonesia dihuni 58,6 persen penduduk, sementara Kalimantan, Sulawesi

dan Maluku/Papua yang luasnya 32,3 persen, 10,8 persen dan 25,0 persen dari luas

wilayah Indonesia masing-masing hanya memiliki jumlah penduduk 5,6 persen, 7,3

persen dan 2,0 persen saja (BPS, 2004 dan Bina Marga 2004).

Demikian pula sebaran jaringan jalan, lebih dari 70 persen jaringan jalan yang

ada pada saat ini terdapat di pulau Sumatera, Jawa dan Bali yang luas wilayahnya hanya

mencakup sekitar 31 persen dari seluruh wilayah Indonesia. Sisanya 23 persen berada di

Kalimantan, Sulawesi dan NTB (44 persen dari luas wilayah), dan hanya 7 persen yang

melayani kawasan NTT, Maluku dan Papua yang memiliki 25 persen luas wilayah

Nasional (lihat Gambar 3).

Untuk menyikapi tantangan tersebut, diperlukan pendekatan pengembangan

jaringan jalan yang berbasis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pengembangan

jalan harus dilakukan sesuai dengan skenario pengembangan kawasan yang tercantum

dalam rencana tata ruang, yang antara lain ditujukan untuk meningkatkan akesibilitas

dari sentra produksi ke pemasaran dalam rangka untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi nasional, dan juga diarahkan untuk membuka kawasan-kawasan tertinggal agar

kesenjangan wilayah dapat semakin dikurangi.

Hal tersebut dimaksudkan antara lain agar penyelenggaraan pengembangan jalan

dapat dilaksanakan secara terpadu dan harmonis dengan infrastruktur lainnya, seperti

transportasi laut, udara dan kereta api, serta keterpaduan dengan sektor lainnya yang

dilayani seperti sektor perdagangan, industri, dan pertanian. Lebih lanjut pengembangan

jaringan jalan juga harus dilakukan dengan memperhatikan keterpaduan antar wilayah

dan antar pemangku kepentingan, sehingga jalan yang ada dapat membentuk suatu

jaringan yang utuh dan sesuai fungsinya serta tidak terpotong-potong (parsial), serta

pelaksanaannya dapat melibatkan segenap unsur yang ada: pemerintah, swasta dan

masyarakat.

Pengembangan jalan tidak terlepas dari adanya demand terhadap kebutuhan jalan

dan biaya investasi yang harus dikeluarkannya. Dengan adanya jaringan jalan yang

terstruktur dengan baik, berbagai kegiatan investasi akan berkembang dengan efisien dan

efektif, yang pada akhirnya akan menghasilkan nilai manfaat yang tinggi bagi

perkembangan suatu wilayah.

Page 9: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

9

Gambar 3. Perbandingan Luas Wilayah, Penduduk, dan Panjang Jalan

Membangun komitmen penguatan peran penataan ruang oleh seluruh pelaku

pembangunan, baik Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat dalam

mendukung percepatan investasi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan

pemantapan keamanan nasional, serta menyepakati rencana strategis penataan ruang

merupakan suatu arahan pokok pembangunan dan investasi. Melalui komitmen dan

kesepakatan yang dibuat tersebut diharapkan seluruh pelaku, terutama Pemerintah (baik

Pusat maupun Daerah) konsisten untuk mengoperasionalkan Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) sebagai landasan kebijakan pembangunan wilayah dan alat koordinasi

pemanfaatan ruang yang bersifat lintas wilayah dan lintas sektor untuk mewujudkan

pertumbuhan ekonomi wilayah.

Berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut dan melihat kondisi ketersediaan

infrastruktur yang ada, secara geografis wilayah Nasional Indonesia dikelompokkan

dalam 3 (tiga) kategori kawasan (lihat gambar 4), yaitu:

• Infrastruktur di Kawasan Telah Berkembang. Kawasan ini relatif telah jauh

berkembang kegiatan ekonominya dan bahkan dapat dipandang sebagai satu

kesatuan wilayah ekonomi. Sumber pendanaan pengembangan infrastruktur di

samping dari sumber pemerintah juga semakin mengandalkan kemampuan

pendanaan swasta. Sebagai ilustrasi kesatuan antara P. Jawa dan P. Sumatera ini

memerlukan dukungan sistem transportasi yang terpadu, terutama pengembangan

sistem jaringan jalan Pantura Jawa dan Lintas Timur Sumatera beserta sarana

penyeberangan Selat Sunda, serta beberapa pelabuhan Samudera dan Nusantara yang

merupakan bagian dari ASEAN Highway. Hal ini untuk mendukung pesatnya

perluasan kawasan industri terutama di Sumatera bagian selatan. Kedudukan ALKI

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

Luas Wilayah 20.6% 7.2% 4.1% 32.3% 10.8% 25.0%

Penduduk 21.2% 58.6% 5.3% 5.6% 7.3% 2.0%

Panjang Jalan 33.8% 26.8% 9.8% 9.1% 14.2% 6.3%

Kendaraan 17.9% 65.0% 5.9% 6.0% 4.2% 1.0%

Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan SulawesiMaluku &

Papua

Page 10: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

10

(Alur Laut Kepulauan Indonesia) barat (Selat Sunda – Laut Natuna) sangat strategis

dalam lebih mendorong pengembangan kawasan.

• Infrastruktur di Kawasan Mulai Berkembang. Kawasan ini meliputi P.

Kalimantan dan Sulawesi, yang pertumbuhan ekonominya dicirikan oleh kegiatan-

kegiatan baru yang mulai berkembang. Keadaan ‘baru berkembang’ dapat

merupakan peluang dalam pembenahan lingkungan hidup seluruh wilayah, dengan

menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendanaan infrastruktur

selain dari pemerintah juga telah mulai didorong kemitraan dengan swasta. Sebagai

ilustrasi sistem infrastruktur transportasi dikembangkan melalui jalan lintas

Kalimantan (Borneo Highway), jalan lintas Sulawesi, beserta outlet-outlet pelabuhan

Samudera dan Nusantara, terutama pelabuhan Makassar. Dukungan ALKI tengah

(Selat Lombok - Selat Makasar) diharapkan dapat memacu pengembangan wilayah..

• Infrastruktur di Kawasan Pengembangan Baru. Kawasan pengembangan baru

meliputi kepulauan Maluku, Papua, dan seluruh Nusa Tenggara Timur, yang

didukung oleh ALKI timur (Laut Arafuru – Laut Banda – Laut Maluku). Prioritas

yang ditangani adalah pemanfaatan sebaik-baiknya sumber daya alam, terutama

lahan pertanian dan potensi kelautan. Sebagai ilustrasi kesatuan sistem transportasi

terpadu (laut, darat, dan udara) dikembangkan jaringan jalan yang cepat fungsional.

Tata penanganan khusus pulau-pulau kecil (terpencil) dilakukan dengan

mengembangkan antara lain sistem air baku dan air bersih, dan jaringan jalan. Pada

kawasan ini, pendanaan infrastruktur banyak tergantung kepada prioritasi dan

ketersediaan dana investasi Pemerintah baik pusat maupun daerah.

Gambar 4. Pembagian Wilayah Menurut Tingkat Perkembangan

Pusat-pusat kegiatan pada kawasan metropolitan merupakan kekuatan penggerak

ekonomi yang sangat strategis. kawasan metropolitan merupakan suatu bentuk

permukiman berskala besar yang terdiri dari satu atau lebih kota besar dan kawasan yang

secara keseluruhan terintegrasi membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan

TELAH BERKEMBANG

SEDANG BERKEMBANG

PENGEMBANGAN BARU

Page 11: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

11

satu atau lebih kota besar sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial, dan

mempunyai kegiatan ekonomi jasa dan industri yang beragam. Didalam RTRWN telah

diidentifikasi 8 kawasan metropolitan yang mempunyai nilai yang sangat strategis dalam

konteks nasional. Ke 8 kawasan metropolitan tersebut adalah Jabodetabekpunjur

(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur), Cekungan Bandung

(Bandung, Bandung, Cimahi, dan Sumedang), Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran,

Semarang, Salatiga, Purwadadi), Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto,

Surabaya, Sidoarjo, Lamongan), Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan),

Maminasata (Makassar, Sungguminasa, Takalar), Mebidang (Medan, Binjai, Deli

Serdang), dan Palembang. Dalam penanganan masing-masing kawasan metropolitan

tersebut sangat ditekankan adanya distribusi kegiatan yang serasi didalam kawasan

metropolitan tersebut, tidak terkonsentrasi di kota inti melainkan tersebar di kota-kota

satelitnya sesuai dengan fungsinya, sehingga tercipta hubungan yang sinergis antara kota

inti dengan kota-kota satelitnya. Pada masing-masing kawasan metropolitan tersebut

perlu dikembangkan sistem jaringan jalan yang menghubungkan kota inti dengan kota

satelitnya, dan juga sistem jaringan jalan yang menghubungkan antar kota satelit.

Dengan dikembangkannnya pola jaringan jalan yang demikian interaksi antar sistem

perkotaan dalam kawasan metropolitan dapat terjalin dengan baik dan dapat mendukung

satu sama lain.

Kawasan agropolitan juga didorong pengembangannya sebagai pendukung

terhadap koridor kawasan pengembangan, konfigurasi wilayahnya terdiri dari desa pusat

pertumbuhan dan pelayanan dengan beberapa desa hinterland sebagai pusat produksi.

Jaringan jalan yang ada harus dapat memfasilitasi pergerakan yang berorientasi internal

maupun pergerakan ke arah eksternal untuk kebutuhan pemasaran dan ekspor hasil-hasil

pertanian yang ada. Kawasan ini dapat merupakan backward linkage dari kawasan

Metropolitan dan selanjutnya forward linkage terutama ekspor. Jaringan jalan desa dan

poros desa harus secara langsung terhubung dengan jaringan jalan dengan fungsi yang

lebih tinggi seperti lokal primer atau kolektor primer sebagaimana diilustrasikan pada

Gambar 5. Dengan demikian, kawasan agropolitan dapat menjadi embrio bagi

munculnya kota-kota berbasis agro yang lebih tertata di masa yang akan datang.

Sesuai dengan Kerangka Strategis Penataan Ruang Nasional (Gambar 2),

pengembangan jaringan jalan perlu disesuaikan dan diselaraskan dengan fungsi yang

diemban dan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan, yaitu:

• Untuk jalur-jalur strategis secara ekonomi seperti pada koridor pantai timur Sumatera

dan pantai utara P. Jawa perlu dikembangkan jaringan jalan berupa jalan arteri

primer dengan klasifikasi bebas hambatan yang dapat berupa jalan tol guna

mendukung koridor kawasan pengembangan yang ada.

• Sedangkan untuk jalur-jalur strategis yang ditujukan untuk keseimbangan antar

wilayah dapat dikembangkan jaringan jalan sesuai kebutuhan seperti jalan raya atau

jalan sedang.

Page 12: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

12

• Untuk jaringan jalan yang dimaksudkan sebagai upaya pemantapan teritorial NKRI,

karena belum membutuhkan tingkat pelayanan yang terlalu tinggi, jenis jalan yang

dapat dikembangkan cukup diawali sebagai jalan sedang ke bawah.

Untuk meningkatkan pelayanan transportasi, keterpaduan antar-moda transportasi

seperti jaringan jalan KA, bandar udara dan pelabuhan laut merupakan hal yang sangat

penting. Keterpaduan tersebut dapat meningkatkan efisiensi sistem transportasi yang ada,

sehingga perpindahan antara moda dapat dilakukan dengan lebih lancar dan menerus.

Untuk itu, perencanaan jaringan jalan yang ada harus mengedepankan keterpaduan,

sehingga pengembangan jaringan jalan dapat lebih bersifat holistik dan menyatu dengan

sub-sistem transportasi lainnya.

Gambar 5. Konsep Pengembangan Kawasan Metropolitan & Agropolitan

Selain rencana tata ruang yang dapat menjadi alat atau piranti bagi penentuan

investasi bidang jalan, hal lain yang dikembangkan adalah penggunaan piranti insentif –

disinsentif yang ditujukan untuk mendorong investasi yang sesuai dengan rencana tata

ruang, dan sebaliknya menghambat investasi yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang termasuk untuk investasi di bidang jalan. Piranti lain yang juga sangat penting

dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang adalah pengenaan sanksi, yang dapat

KONSEP KAWASAN METROPOLITAN

KONSEP KAWASAN AGROPOLITAN

Page 13: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

13

berupa sanksi administratif dan pidana bagi pelanggar rencana tata ruang, termasuk

pembangunan jalan yang tidak mengacu pada rencana tata ruang.

E. PENUTUP

Jaringan jalan sebagai prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur

ruang wilayah harus dapat memberikan pelayanan transportasi secara efisien (lancar),

aman (selamat) dan nyaman. Di samping itu jaringan jalan juga harus dapat

memfasilitasi peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga secara ekonomi produk-

produk yang dikembangkan menjadi lebih kompetitif.

Pengembangan jaringan jalan tersebut pada dasarnya harus dilakukan secara

terpadu dengan sektor-sektor lain dan diantara wilayah yang berdekatan sebagai bagian

dari komitmen pengembangan wilayah nasional secara menyeluruh. Untuk itu dalam

mendukung pengembangan wilayah diperlukan konsistensi dalam menyelenggarakan

penataan ruang, baik pada tingkat Nasional, Pulau, Provinsi, Kabupaten maupun Kota.

Kebijakan pengembangan investasi bidang jalan juga harus tetap

mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan, perlindungan lingkungan, dan

kondisi sosial-ekonomi masyarakat, sehingga infrastruktur jalan tidak dipandang sebagai

komoditas ekonomi semata, tetapi mendukung pembangunan berkelanjutan.

Dengan mengacu kepada rencana tata ruang, maka pengembangan jaringan jalan

pada hakekatnya mendukung terwujudnya kerangka strategis penataan ruang Nasional,

dimana jaringan jalan yang ada tidak saja berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas

kawasan, tapi juga berperan untuk menyeimbangkan pengembangan kawasan,

mengamankan teritorial dan sebagai perekat NKRI.

Page 14: Peran Penataan Ruang Dalam Dimensi Nasional

”Peran Penataan Ruang dalam Dimensi Nasional dan Wilayah Perkotaan sebagai Piranti dalam Pemilihan Kebijakan Investasi Bidang Jalan”

14

Daftar Pustaka:

1. Dardak, Hermanto (2005). Revitalisasi Penataan Ruang Untuk Mewujudkan Ruang

Nusantara yang Nyaman, Produktif, dan Berkelanjutan, dalam Penataan

Ruang untuk Kesejahteraan Masyarakat, Luthfi Pattimura (Ed.). LSKPI Press,

Jakarta.

2. Departemen Pekerjaan Umum (2005). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

51/PRT/2005 tentang Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum Tahun

2005-2009. 7 Maret 2005, Jakarta.

3. Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2003). Sejarah Penataan Ruang Indonesia.

Citra Kreasi, Jakarta.

4. Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2006). Rancangan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Januari

2006.

5. Republik Indonesia (1997). Peraturan Pemerintah No. 47/1997 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

6. Sutami (1978). Ilmu Wilayah: Beberapa Pemikiran untuk Pembangunan Nasional.

Manuskrip.

7. Transport Research Laboratory (1988). Overseas Road Note 5: A guide to road

project appraisal. Overseas Unit TRRL, Crowthorne, Berkshire, United

Kingdom.