PERAN PEMUDA TEMPATAN DALAM MENGELOLA PANTAI …repository.umrah.ac.id/2908/1/INDAH...
Transcript of PERAN PEMUDA TEMPATAN DALAM MENGELOLA PANTAI …repository.umrah.ac.id/2908/1/INDAH...
PERAN PEMUDA TEMPATAN DALAM MENGELOLA PANTAI PELAWAN
SAAT DAN PASCA PUNGUTAN LIAR
(Studi Kasus: Desa Pangke, Kecamatan Meral Barat, Kabupaten Karimun)
NASKAH PUBLIKASI
OLEH
INDAH NURCAHYANI
NIM. 130563201126
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
1
PERAN PEMUDA TEMPATAN DALAM MENGELOLA PANTAI PELAWAN
SAAT DAN PASCA PUNGUTAN LIAR
(Studi Kasus: Desa Pangke, Kecamatan Meral Barat, Kabupaten Karimun)
Indah Nurcahyani, [email protected]
Dr. H. Rumzi Samin, S.Sos.,M.Si, [email protected] / [email protected]
Dian Prima Safitri, S.AP., M.AP, [email protected]
(Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji)
ABSTRAK
Salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Karimun adalah objek wisata
Pantai Pelawan. Pantai pelawan yang dikelola oleh Kepala Desa dan Ketua Pemuda,
Kepala Desa dan Ketua Pemuda yang dipilih oleh masyarakat dan disebut pemuda
tempatan karena dari diri individu tersebut terdapat kemampuan dan kelebihan yang
mereka miliki untuk kepentingan sendiri dan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui masing-masing peran dari pemuda tempatan.
Penelitian ini menyoroti tentang Peran Pemuda Tempatan Dalam Mengelola
Pantai Pelawan Saat Dan Pasca Pungutan Liar, responden dari penelitian ini adalah
Sekretaris dan Bendahara Desa Pangke barat, ketua pemuda, imam/ustad masjid dan
dua masyarakat yang sudah lama berdagang di wilayah pantai pelawan. Hasil dari
penelitian ini Kepala Desa dan Ketua Pemuda sangat berperan dalam memotivasi
memberi semangat kepada masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan,
memfasilitasi pembangunan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, dan
menggerakkan masyarakat agar bekerjasama disetiap kegiatan-kegiatan
pembangunan desa. Dalam peran Kepala Desa dan Ketua Pemuda yang paling sering
terlihat atau peran yang paling menonjol yaitu Kepala Desa dan Ketua Pemuda
sebagai Mobilisator hal ini terlihat bahwa Kepala Desa dan Ketua Pemuda sering
menggerakkan setiap kegiatan-kegiatan pembangunan di wisata Pantai Pelawan yaitu
di Desa Pangke Barat.
Kesimpulannya bahwa peran pemuda tempatan dalam pengelolaan dan
pembangunan wisata pantai pelawan sudah berjalan optimal hal ini dijelaskan sebagai
berikut Kepala desa dan ketua pemuda telah menjalankan perannya sesuai dengan
tugas, wewenang dan fungsinya dalam meningkatkan pembangunan dan pengelolaan
wisata pantai dan Desa Pangke Barat. Sarannya yaitu kepala desa dan ketua pemuda
harus melakukan pembangunan lagi sarana dan prasarana penunjang lainnya. Karena
potensi wisata pantai tidak akan pernah habis, maka sari itu perlu upaya kerjasama
dengan masyarakat.
Kata Kunci: Peran, pemuda tempatan, motivator, fasilitator, mobilisator, Desa
Pangke Barat
2
ABSTRACT
One of the attractions in Karimun Regency is Pelawan Beach. Pelawan beach
managed by the Village Head and Youth Leader, Village Heads and Youth leader are
chosen by the community and are called Local Youth because of the individual's
abilities and strengths they have for the benefit of themselves and society. The
purpose of this study is to find out each of the roles of local strongmen.
This study highlights the Role of Local Youth in Managing Pelawan Beach at
the Time and Post-Wild Levies, respondents from this study were Secretary and
Treasurer of Pangke Barat village, youth leader, imam / ustad mosque and two
communities who had long traded in the Pelawan beach. The results of this study are
Village Heads and Youth Leader who play a role in motivating the community to
carry out development activities, facilitating development to increase tourist visits,
and mobilizing the community to cooperate in each village development activities. In
the role of the Village Head and the Youth Leader who is most often seen or the most
prominent role is the Village Head and Youth Leader as the Mobilisator, it can be
seen that the Village Head and Youth Leader often mobilize each development
activity in Pelawan Beach tourism in Pangke Barat Village.
The conclusion is that the role of local youth in managing and developing
pelawan beach tourism has been optimal. This is explained as The village head and
youth leader have carried out their roles in accordance with their duties, authority
and functions in improving the development and management of coastal tourism and
Pangke Barat Village. His advice was that the village head and the youth leader must
rebuild other supporting facilities and infrastructure. Because the Pelawan Beach
tourism potential will never run out, then the sari needs an effort to collaborate with
the community.
Keywords: Role, local youth, motivator, facilitator, mobilizer, West Pangke Village.
3
A. PENDAHULUAN
Pada tahun 1998 indonesia
terjadi awal proses perubahan sistem
politik. Ditahun sebelumnya Indonesia
mengalami depolitisasi, maka ditahun
1998 Indonesia mengalami masa
transisi menuju “reformasi”.
Reformasi dalam kamus Merriam
webster didefinisikan sebagai “de act
of proses of improving something or
someoneby removing or correcting
faults, problem, etc.” (Sebuah tindakan
atau proses untuk meningkatkan
sesuatu/seseorang dengan menghapus
atau memperbaiki kesalahan, masalah
(Webster, 2007).
Transisi reformasi diiringi
dengan proses desentralisasi, yang
membuahkan otonomi kedaerahan dan
demokrasi, selain itu membuat tata
pemerintahan menjadi lebih transparan
(Schulte, 2007:1). Dalam diskursus
politik lokal, para oligark politik lokal
sering diketemukan dalam bentuknya
sebagai “orang kuat lokal / pemuda
tempatan” (Melvin, 2012:17).
Dari sudut pandang historis,
keberadaan orang kuat lokal atau
pemuda tempatan dizaman orde baru
dapat dikategorikan kedalam dua
posisi yang berbeda. Jika bukan
kepanjangan tangan orde baru, mereka
adalah kaum oposisi yang kontra
terhadap orde baru. Selepas orba
runtuh dan reformasi diaplikasikan
dalam bentuk mekanisme otonomi
daerah serta pilkada langsung, kedua
kelompok ini akhirnya berebut ambisi,
saling berkompetisi untuk bagaimana
menguasai daerah yang tidak lagi
dikontrol oleh pusat. Peralihan dari
sentralisme ke polisintrisme faktanya
telah dijadikan ladang perebutan
kekuasaan oleh mereka. Kembalinya
4
kaum oposisi yang selama zaman orba
dibungkam dan ditindas ke gelanggang
politik lokal, memberikan dimensi
ketegangan baru dengan kelompok
yang dulu menyokong orba diranah
politik lokal.
Bahkan kelompok - kelompok
tersebut, baik yang pro maupun yang
kontra terhadap orba, menggunakan
berbagai cara untuk menghantarkannya
menjadi raja lokal kedaerahan (Yusoff
dan Agustino, 2012:86). Seluruh
potensi sumber daya kekuasaan
dipraktikkan, termasuk suap dan
kekerasan (koersif).
Kemunculan pemuda tempatan
sebagai salah satu sumber-sumber
kekuasaan yang dimiliki diantaranya
adalah dari kekayaan yang dimiliki
oleh pimpinannya sebagai tuan tanah
atau orang kaya. Dari sisi tersebut
pemuda tempatan kadang dipandang
sebagai bos ekonomi, pemuda
tempatan memiliki kecenderungan
mereka untuk menjadi investor politik
Pilkada pada akhirnya dapat
mempengaruhi proses desentralisasi
yang sejati di level lokal.
Kinerja para kepala desa dalam
pusaran perubahan menjadi semacam
parasit ditengah asa yang baru pulih.
Pengkorupsian aset dan sumber daya
daerah secara besar-besaran, jika
bukan di rampok apa lagi bahasa yang
pantas untuk mereka? Canggihnya
mereka melakukan berbagai
penyimpangan itu melalui mekanisme
lain yang lebih ekslusif, yaitu melalui
pembentukan sistem kerja pemeritahan
“dinasti politik”, sebuah konsep dan
metode KKN yang dilakukan secara
sistematik dan tertutup. Pemerintah
Desa adalah Kepala Desa atau yang
disebut dengan nama lain dibantu
5
perangkat desa sebagai umur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
Pemerintah Desa sebagai mana
dimaksud dalam Pasal 23 adalah
Kepala Desa atau yang disebut dengan
nama lain dan yang dibantu oleh
Perangkat Desa. Kepala desa bertugas
menyelenggara Pemerintahan Desa,
dalam melaksanakan pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan desa
dan pemberdayaan masyarakat desa.
Pantai pelawan dikelola oleh
Pemerintah Desa Pangke dengan tidak
berdasarkan Peraturan Desa (Perdes)
dari Dinas Pariwisata yang mengatur
pengelolaannya, maka seiring
berjalannya waktu terjadilah pungutan
liar (pungli) yang bertentangan dengan
peraturan tersebut. Pemerintah desa
terbukti bersalah melakukan tindak
pidana korupsi berupa pungutan liar
dengan menjual tiket masuk objek
wisata pada para pengunjung
masyarakat, terkhusus yang
menggunakan kendaraan dengan
besaran bervariasi.
Apa yang dilakukan
pemerintah desa tidak didukung
dengan dasar hukum, sehingga
bentuknya menjadi pungli. Hal ini
termasuk dalam tindak pidana sesuai
dengan pasal 8 dan atau pasal 12 huruf
e Undang-Undang RI No 20 Tahun
2001 perubahan atas UU No. 31 Tahun
1999 tentang pemberantasan tindak
Pidana Korupsi pasal 55 ayat 1 ke 1
KUH-Pidana. Variasi tiket masuk bagi
para pengunjung yang dilakukan
terdakwa dengan Rp.5.000 untuk
kendaraan beroda dua, Rp.10.000
kendaraan beroda empat, dan
Rp.15.000 kendaraan angkutan umum.
Tindakan tersebut kemudian
mendapatkan keluhan masyarakat
6
kemudian dilakukannya penyelidikan
dan hal tersebut ternyata benar setelah
polisi mendapatkan sejumlah dokumen
berupa tiket penjualan, termasuk uang
tunai sekitar Rp. 3.000.000 hasil
penjualan tiket.
Maka akibat dari itu Kepala
Desa Pangke terjerumus kedalam
kasus korupsi, dituntut selama satu
tahun penjara dan denda Rp.
10.000.000 subsider satu bulan
kurungan oleh Jaksa Penuntut Umum
(JPU), dalam sidang perkara yang
sama secara terpisah, JPU juga
menuntut selaku Bendahara selama 10
bulan ditambah denda Rp. 5.000.000
subsider satu bulan kurungan. Jpu
menilai, kedua terdakwa terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi
berupa pungutan liar dengan menjual
tiket masuk objek wisata pada para
pengunjung masyarakat, terkhusus
yang menggunakan kendaraan dengan
besaran varias (Tribun Batam).
Namun akhirnya masyarakat
(Ketua Pemuda) memutuskan untuk
menginisiasi pengelolaan pantai
pelawan tanpa campur tangan
pemerintah desa, pengelolaan pada
saat hari hari besar seperti hari libur
Idul Fitri dan hari libur besar lainnya.
Dengan tidak menjual tiket ke para
pengunjung hanya saja masyarakat
desa meletakkan berupa kotak tabung
untuk bagi siapa saja warga
pengunjung yang ingin memberikan
dengan ikhlas tanpa paksaan saat
memasuki lokasi pantai pelawan. Dan
dana yang terkumpul digunakan untuk
pembayaran pengangkutan sampah dan
pembersihan lokasi pantai pelawan.
Dengan dikelola oleh
masyarakat, ketua pemuda sebagai
7
perwakilan rakyat dan dipilih oleh
rakyat desa Pangke dianggap sebagai
orang kuat lokal atau pemuda
tempatan. Pemuda tempatan disini
adalah tokoh yang identik dengan
kelebihan-kelebihan yang mereka
miliki serta memiliki keahlian
dibidangnya. Pemuda tempatan
merupakan sebuah terminologi yang
identik dengan elit, meskipun terdapat
banyak pengertian tentang konsep elit
namun pada dasarnya ada kesamaan
pemahaman bahwa konsep elit
merujuk pada sekumpulan orang
sebagai individu-individu yang
superior yang berbeda dengan massa
yang menguasai jaringan-jaringan
kekuasaan atau kelompok yang berada
dilingkaran kekuasaan maupun sedang
berkuasa, (Klinken dan Schulte
dibantu oleh Ireen Karang-
Hoongenboom, 2007).
Peran ketua pemuda sebagai
orang kuat lokal di desa Pangke
memang selalu diharapkan tak
terkecuali dalam proses pembangunan
desa dan pemberdayaan masyarakat
desa Pangke. Sebagaimana yang telah
diatur dalam UU Desa No. 6 Tahun
2014 pasal 83, masyarakat tidak perlu
takut mendapatkan intervensi dari
manapun untuk mencari atau meminta
informasi terkait dengan pendanaan
dan perencanaan pembangunan desa,
karena memang sudah kewajiban
pemerintah desa untuk memberikan
informasi serta melayani keperluan
segala hal yang menyangkut desa.
Namun demikian tidak dapat
dipungkiri bahwa masih terdapat
permasalahan yang membuat kurang
optimalnya pasca terjadinya pungli
pantai pelawan tersebut,. Oleh karena
itu penelitian ini mengangkat judul
8
“Peran Pemuda Tempatan Dalam
Mengelola Pantai Pelawan Saat Dan
Pasca Pungutan Liar (Pungli) di
Tanjung Balai Karimun”.
B. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriftif
dengan pendekatan kualitatif. Bahwa
objek penelitian memiliki makna yang
mesti dipahami secara mendalam,
karena sifatnya interpretatif, maka
peneliti mesti memahami dan
mendalami makna dari beragam
pemahaman yang berbeda-beda
tersebut. Penelitian yang dilakukan
merupakan kajian secara mendalam
mengenai peran pemuda tempatan saat
dan pasca terjadinya pungli di pantai
pelawan desa Pangke. Mengapa
fenomena tersebut muncul dan
bagaimana ia bisa terjadi dengan
pendekatan kualitatif yang
memusatkan kepada fakta.
2. Lokasi Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di
Desa Pangke Barat, Kabupaten
Karimun peneliti mengambil lokasi di
Pantai Pelawan Kabupaten Karimun
karena wisata di Desa tersebut
merupakan salah satu desa yang tidak
menggunakan Peraturan Dsa (Perdes)
saat retribusi tiket masuk pantai.
3. Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan populasi karena
penelitian kualitatif berangkat dari
kasus tertentu yang ada pada situasi
sosial tertentu. Sampel dalam
penelitian kualitatif bukan dinamakan
responden tetapi sebagai narasumber,
atau partisipan, informan, teman dan
guru penelitian Sugiyono (2010:216).
9
Oleh sebab itu, istilah yang digunakan
peneliti dalam penelitian ini adalah
informan. Pemilihan informan dalam
penelitian ini, peneliti mengambil
purpose sampling, yang berpegang
pada pendapat Sugiyono (2011:96)
“purpose sampling” adalah teknik
penelitian sampel dengan
pertimbangan tertentu.
Tabel 1.1
Identitas Informan
No Informan Jumlah
1 Sekretaris Desa
Pangke Barat
1 Orang
2 Bendahara Desa
Pangke Barat
1 Orang
3 Ketua Pemuda 1 Orang
4 Imam Masjid
Salihurrahim
1 Orang
5 Masyarakat/Peda
gang Pantai
Pelawan
2 Orang
Jumlah 6 Orang
Sumber: Olahan Peneliti, 2018
4. Jenis Data
Data suatu penelitian menurut
Arikunto (2010:22), dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Data primer, yaitu data dalam
bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik,
atau perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya, dalam
hal ini adalah subjek penelitian
(informan) yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti. Data primer
dalam penelitian ini yaitu data yang
diperoleh langsung dari responden
berupa keterangan pihak-pihak
terkait dengan masalah yang ada
dalam penelitian ini.
b. Data sekunder, yaitu data berupa
jurnal-jurnal, media massa, buku-
buku tertentu dan skripsi peneliti
terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian.
10
c. Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan didalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a) Observasi
Sutrisno dalam Sugiyono
(2013:145) Mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang
terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan yang dilakukan
dengan pengamatan dan pencatatan
yang sistematik tentang fenomena-
fenomena yang ada di Pantai Pelawan
Desa Pangke.
b) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan
responden yaitu para pihak yang
terkait dengan pemuda tempatan yang
mengelola Pantai Pelawan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan cara tanya jawab
kepada Informan secara mendalam
yang tujuannya adalah memperoleh
informasi. Jenis wawancara yang
dilakukan secara terstruktur yaitu
wawancara yang dilakukan secara
terencana dan berpedoman kepada
pertanyaan. Alat yang dipakai berupa
pedoman wawancara sebagai panduan
untuk tanya jawab secara langsung
mengenai permasalahan yang diteliti
yang telah disusun terlebih dahulu.
c) Dokumentasi
Pengumpulan data melalui buku-
buku ataupun literatur yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan.
Menurut Arikunto (2010:274)
dokumentasi yaitu mencari data
11
mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Motivator
Peran pemuda tempatan dalam
memberikan motivasi dalam
mengelola pantai pelawan suatu
dorongan, rangsangan, pengaruh atau
stimulus yang diberikan kepada
masyarakat Desa Pangke Barat dan
Perangkat Desa sedemikian rupa,
sehingga pengelolaan ini dilakukan
secara kritis, rasional dan penuh
tanggung jawab. Pengelolaan Desa
saat ini menjadi ujung tombak
Pendapatan Asli Desa (PAD) karena
menjadi salah satu cita-cita pemerintah
desa Pangke Barat dalam membangun
wilayah des, mengingat desa identik
dengan ketertinggalan, keter-
belakangan dan marjinal sehingga ada
upaya-upaya pemerintah dalam
meningkatkan pembangunan wisata
pantai pelawan yang berdampak
kepada sosial budaya, ekonomi dan
pendidikan dalam masyarakat.
Hal ini menjadi otonomi bagi Desa
karena mereka merupakan bagian
pemerintahan tingkat terendah dalam
merencanakan pengelolaan wisata
pantai yang dituangkan kedalam
rencana pembangunan desa dalam
periode jabatan, maka yang menjadi
tantangan adalah sosok kepemimpinan
dalam menjalankan roda pelayanan
administrasi dan pengelolaan desa
yang bertumpu kepada peranan Kepala
Desa selaku pemimpin tertinggi di
wilayah Desa. Maka dari itu kemajuan
desa dalam pembangunan adalah
12
pengelolaan Kepala Desa beserta
perangkat Desa dalam menentukan
arah pengelolaan dan pembangunan
wisata pantai pelawan yang tentunya
membawa kesejahteraan masyarakat.
Perlu dipahami pengelolaan yang
dilakukan Kepala Desa Pangke Barat
merupakan bentuk motivasi karena
pengelolaan yang dilakukan adalah
berusaha merangsang kepedulian
masyarakat dalam menentukan arah
pembangunan wisata pantai di Desa
Pangke Barat. Salah satu upaya kepala
Desa Pangke Barat dalam memotivasi
pengelolaan dan pembangunan yang
dilaksanakan pemerintah desa bersifat
insfrastruktur atau prasarana,
bangunan fisik dan kegiatan lain
dibidang ekonomi dan sosial budaya.
Pengelolaan ini sangat penting dalam
mendukung kemajuan wisata Desa
Pangke Barat karena sering kali
pariwisata dijadikan indikator
keberhasilan dalam kepemimpinan
Kepala Desa. Dalam peranan Kepala
Desa mengelola wisata pantai pelawan
harus dilakukan terarah dan terencana
agar dapat maju dan berkembang
kearah yang lebih baik dengan
memperhatian kepentingan dan
aspirasi masyarakat.
2. Fasilitator
Peran pemuda tempatan sebagai
fasilitator, bahwa pemuda tempatan
menjalankan perannya sebagai
fasilitator dalam hal memfasilitasi atau
melengkapi kebutuhan, sarana dan
prasarana yang mendukung
pengelolaan dan pembangunan wisata
pantai pelawan. Fasilitator juga dapat
dikatakan sebagai seorang melakukan
fasilitas, yakni membantu mengelola
13
suatu proses pertukaran informasi,
memperlancar komunikasi, dan
memecahkan masalah bersama-sama.
Fasilitator bukanlah seseorang yang
bertugas hanya memberikan pelatihan,
bimbingan nasihat atau pendapat.
Fasilitator harus menjadi narasumber
yang baik untuk berbagi permasalahan.
Dengan adanya fasilitas yang
disediakan oleh kepala desa
masyarakat dapat kerja sama kepada
pemerintah desa untuk meningkatkan
pengelolaan dan pembangunan demi
kemajuan wisata pantai pelawan, oleh
karena itu kepala desa dalam
pemberian fasilitas sangat didukung
oleh masyarakat terhadap pencapaian
dalam pembangunan karena
merupakan tugas utama sebagai kepala
desa menyediakan fasilitas untuk
penelenggaraan pengelolaan dan
pembangunan. Dalam peranan
fasilitator sangat terlihat dalam
pembangunan fisik yang dilakukan
Kepala Desa Pangken Barat terutama
berkaitan dengan pembangunan wc
dan musholla.
3. Mobilisator
Peranan pemuda tempatan sebagai
mobilisator dalam pengelolaan Pantai
Pelawan di Desa Pangke Barat sangat
terlihat dalam peranan Kepala Desa
berkaitan dengan pemberdayaan dan
pembinaan masyarakat. Peranan
mobilisator berkaitan dengan
partisipasi masyarakat dalam
menentukan arah pengelolaan dan
pembangunan wisata Pantai Pelawan.
Dalam undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa pada pasal
26 mengatakan Kepala Desa bertugas
menyelenggarakan Pemerintahan
14
Desa, melaksanakan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan
Desa dan pemberdayaan masyarakat
Desa. Berdasarkan undang-undang
tersebut jelas diamanatkan kepada
kepala desa untuk menyelenggarakan
pembangunan Desa, tetntunya dengan
segala kapasitas yang diberikan
kepadanya salah satunya menggunakan
partisipasi masyarakat. Untuk
menggerakkan masyarakat dalam
pastisipasinya terhadap pembangunan,
diperlukan adanya tenaga/unsur
penggerak yang mampu menggerakkan
dan mengarahkan kemampuan
masyarakat untuk dapat mewujudkan
cita-cita pembangunan dalam
hubungan ini, maka Kepala Desa
sebagai pemuda tempatan memegang
peranan yang menentukan. Sebagai
pimpinan tertinggi dan penanggung
jawab pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan, ia harus mampu
mengemban tugas yang dibebankan
kepadanya yang saling kait-mengait
termasuk tugas pembangunan yang
multi dimensional, maka dalam hal ini
adalah bentuk peranan mobilisator
pemuda tempatan.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
peran pemuda tempatan antara
Kepala Desa dan ketua pemuda sudah
berjalan dengan optimal. Meskipun
Kepala desa dan ketua pemuda telah
menjalankan perannya sesuai dengan
tugas, wewenang dan fungsinya dalam
meningkatkan pembangunan dan
pengelolaan wisata pantai dan Desa
Pangke Barat. Peran pemuda tempatan
mencakup tiga hal penting diantaranya
yaitu:
15
1. Motivator
Peran pemuda tempatan sebagai
motivator dalam pengelolaan dan
pembangunan di Wisata Pantai
Pelawan Desa Pangke Barat adalah
merupakan pemberi semangat kepada
masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan, sehingga Kepala Desa
dan Ketua Pemuda sebagai motivator
sudah berjalan dengan optimal, karena
Kepala Desa dan Ketua Pemuda secara
langsung telah mengarahkan
masyarakat dan memberikan motivasi
terhadap aparatur desa sampai dengan
masyarakat. Karena dengan dorongan
dari motivasi yang diberikan local
strongmen kepada masyarakat dapat
ikut berpartisipasi dalam
meningkatkan pembangunan wisata
pantai.
2. Fasilitator
Peran pemuda tempatan sebagai
fasilitator dalam pengelolaan dan
pembangunan Pantai Pelawan di Desa
Pangke Barat adalah terlihat berjalan
optimal dalam memfasilitasi terhadap
pembangunan, hal ini terlihat bahwa
disetiap kegiatan pembangunan
khususnya dalam pembangunan
infrastruktur pemuda tempatan telah
memberikan fasilitas kepada
masyarakat maupun aparat desa untuk
meningkatkan pembangunan di Desa
Pangke Barat. Masyarakat telah
berpartisipasi dengan baik demi
kelancaran pembangunan yang
dilaksanakan oleh Kepala Desa dan
Ketua Pemuda.
3. Mobilisator
Peran pemuda tempatan sebagai
mobilisator dalam pengelolaan dan
pembangunan di Desa Pangke Barat
16
sudah optimal, khususnya dalam
mengarahkan atau menggerakkan
masyarakat untuk bekerjasama dalam
meningkatkan pembangunan, karena
dengan mengajak masyarakat untuk
berpartisipasi dalam bekerja sama
untuk kemajuan wisata Pantai
Pelawan, seperti kegiatan bergotong
royong, perbaikan fasilitas umum
lainnya yang ada di wilayah Desa
Pangke khususnya wisata Pantai
Pelawan.
2. Saran
Agar kunjungan wisatawan lebih
ramai lagi kepala desa maupun ketua
pemuda harus melakukan
pembangunan lagi sarana dan
prasarana penunjang lainnya. Karena
potensi wisata Pantai Pelawan tidak
akan pernah habis, maka dari itu perlu
upaya kerja sama oleh kepala desa dan
ketua pemuda dengan aparatur desa
serta masyarakat.
1. Motivator
Pemuda temoatan sebagai
motivator harus bisa menjalankan
amanahnya sebagai kepala
pemerintahan dengan baik, harus
mampu memberikan dorongan moivasi
yang lebih baik lagi kepada
masyarakat guna untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Karena
pengaruh dari motivasi yang diberikan
oleh Kepala Desa dan Ketua pemuda
masyarakat dapat berjalan dengan baik
dari apa yang direncanakan oleh
pemerintah desa.
2. Fasilitator
Kepala Desa dan Ketua pemuda
sebagai fasilitator harus mampu
meberikan bantuan secara terus
menerus serta mampu memfasilitasi
17
untuk kelancaran kegiatan-kegiatan
guna untuk mempercepat proses
pembangunan di Desa Pangke Barat.
Dimana antara masyarakat dan
pemerintah desa dalam peningkatan
pembangunan bisa saling kerja sama
dan saling ada kepercayaan yang besar
dalam peningkatan pembangunan yang
terlihat pada wilayah Desa Pangke
Barat dan wisata Pantai Pelawan.
3. Mobilisator
Kepala Desa dan Ketua Pemuda
sebagai mobilisator atau penggerak
dalam masyarakat, seorang pemuda
tempatan harus mampu mengingkatkan
menjadi lebih baik lagi dalam
mengarahkan masyarakat agar bisa
ikut serta dalam pembangunan yang
lebih baik, karena sebagai kepala Desa
dan ketua Pemuda adalah merupakan
pemimpin tertinggi diwilayah desa
Pangke Barat, maka dari itu pemuda
tempatan harus mampu untuk
menggerakkan masyarakat guna untuk
bekerja sama meningkatkan
pembangunan. Dari situ masyarakat
dapat mampu ikut berpartisipasi
terhadap pembangunan karena akibat
dari arahan yang telah diberikan oleh
kepala desa dan ketua pemuda kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ibrahim Hot. 2017. Rahasia Dibalik
Sapu Bersih Pungli. Yogyakarta:
Deepublish, April 2017
Henk Schulte Nordholt dan Gerry Van
Klinken dibvantu oleh Ireen
Karang-Hoongenboom. 2007.
Politik Lokal di Indonesia.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Migdal, Joel S. State in Society:
Studying How States And
Societies Transform And
Constitute One Another,
Cambridge, UK: The Press
Syndicate of The University of
Cambridge
Migdal, Joel S. 1988. Strong Societies
and Weak States : State-Society
Relations and State Capabilities
in the Third World. Princeton:
Princeton University Press.
18
Miles, B dan Huberman. 2011.
Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Metode-Metode Baru.
UI Press.Jakarta
Merriam-Webster.2007. Webster’s
New Collegiate Dictionary.
London: Merriam-Webster, Inc
Savirani, Amalinda. 2004, Local
Strongmen in the New Regional
Poloitics in Indonesia.
Yoeti, Oka A. 2016. Perencanaan dan
Pengembangan Pariwisata.
Balai Pustaka, Jakarta.
Arenawati, 2014. Administrasi
Pemerintahan Daerah.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Handayaningrat, Soewarno. 2006.
Pengantar Studi Ilmu
Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Toko Gunung Agung
Wasistiono, Sadu dan Irwan Tahir.
2007. Prospek Pembangunan
Desa. Bandung: Fokusmedia
Juliantara, Dadang 2005. Peningkatan
Kapasitas Pemerintah Daerah
dalam Pelayanan Publik.
Yogyakarta: Pembaruan
Skripsi dan Penelitian:
Khairul Iman, “Sinergi Local
Strongmen: Pengusaha dan
Tokoh Agama dalam pemilihan
Legislatif 2014 di
Demak”Skripsi,(Yogyakarta:Fak
ultas Syariah dan Hukum UIN
Sunan Kalijaga, 2015).
Leo Agustino, Politik Lokal di
Indonesia dari Otokratik ke
Reformasi Politik, Jurnal Ilmu
Politik, Edisi 21, 2012. Moch
Nurhasim, dkk, Konflik antar
Elit Politik Lokal dalam
Pemilihan Kepala Daerah,
(Jakarta :Pusat Penelitian Politik
(P2P) LIPI, 2003).
Surat Kabar dan Artikel Online:
Tribun Batam, 31 Maret 2018 http://www.academia.edu/20220261/Local
_Strongman_Local_Bossism_dan_Fenom
ena_Uncivilitas_Kasus_Jawara_di_Bant
1