PERAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN ......Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada...

91
PERAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN PRODUKSI GARAM DI GAMPONG CEBREK KABUPATEN PIDIE MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Oleh: ARMAYA HALIDASARI Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum Prodi Hukum Ekonomi Syariah NIM : 150102197 FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM - BANDA ACEH 2018 M/1439 H

Transcript of PERAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN ......Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada...

  • PERAN PEMERINTAH DALAM PENINGKATAN PRODUKSI GARAM

    DI GAMPONG CEBREK KABUPATEN PIDIE

    MENURUT HUKUM ISLAM

    SKRIPSI

    Diajukan Oleh:

    ARMAYA HALIDASARI

    Mahasiswi Fakultas Syari’ah dan Hukum

    Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah

    NIM : 150102197

    FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

    DARUSSALAM - BANDA ACEH

    2018 M/1439 H

  • v

    ABSTRAK

    Nama : Armaya Halidasari Nim : 150102197

    Fakultas/ Prodi : Syari’ah dan Hukum/ Hukum Ekonomi Syari’ah Judul : Peran Pemerintah Terhadap Produksi Garam di Gampong

    Cebrek Kabupaten Pidie Menurut Hukum Islam Tanggal Sidang : 26 Juli 2018 Tebal Skripsi : 74 Halaman

    Pembimbing I : Dr. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA Pembimbing II : Arifin Abdullah, S.H.I., MH

    Kata Kunci : Peran, Pemerintah, Produksi, Garam, Hukum, Islam, Cebrek, Pidie

    Produksi merupakan pekerjaan berjenjang yang memerlukan kesungguhan manusia, pengorbanan yang besar, dan kekuatan yang terpusat dalam lingkungan

    tertentu untuk mewujudkan daya guna material dan spiritual. Produksi merupakan faktor utama kegiatan ekonomi. Di Kabupaten Pidie, terdapat usaha produksi garam yang terletak di gampong Cebrek, dalam menjalankan usaha tersebut tidak terlepas

    dari masalah yang dihadapi. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat kendala apa yang di hadapi petani garam dan bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi

    kendala tersebut, serta bagaimana perspektif ekonomi Islam terhadap peran pemerintah pada kegiatan produksi garam. Peran yang dilakukan oleh pemerintah harus sejalan dengan aturan syari’at. Adapun metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian mendapati bahwa kendala yang di hadapi oleh petani garam di gampong Cebrek harus segera ditangani oleh

    dinas terkait demi kelancaran produksi dan menghasilkan garam dengan kualitas terbaik. Adapun pemerintah yang terkait dalam usaha produksi garam ini adalah Dinas Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan hasil penelitian, selama ini dinas

    kelautan dan perikanan belum sepenuhnya menjalankan kewajiban yang harus dilakukan terhadap peningkatan produksi garam di Gampong Cebrek. Dalam

    perspektif ekonomi Islam, pemerintah yang memiliki kekuasaan dalam mengatur rakyat termasuk dalam aktivitas ekonomi, harus dapat memegang kokoh pada landasan Al-Qur’an dan Sunnah dalam menjalankan kewenangannya berlaku adil

    agar sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dalam bingkai Syari’ah.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji kehadirat Ilahi Rabbi, Penguasa alam semesta atas limpahan

    rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW.,

    yang telah membawa risalah keselamatan bagi seluruh umat manusia dan semoga

    kita termasuk golongan yang akan meraih syafaat beliau di hari pembalasan kelak.

    Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis telah

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERAN PEMERINTAH TERHADAP

    PRODUKSI GARAM DI GAMPONG CEBREK KABUPATEN PIDIE

    MENURUT HUKUM ISLAM” dengan baik guna memenuhi dan melengkapi

    salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Hukum Ekonomi

    Syariah, pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Darussalam Banda

    Aceh. Penyusunan skrip sini tidak terlepas dari bantuan, dukungan serta

    bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan

    terima kasih sebesar-besarnya kepada:

    1. Muhammad Shiddiq, MH.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

    UIN Ar-Raniry, serta seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Syari’ah

    dan Hukum yang telah membantu penulis dalam pengurusan administrasi

    selama penulisan skripsi ini.

    2. Pembimbing I, bapak Dr. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL., MA., yang telah

    meluangkan banyak waktu dan perhatian di tengah-tengah kesibukan sebagai

    Ketua Dewan Dakwah Aceh, serta memberikan arahan yang sangat berguna

    bagi penulis.

    3. Pembimbing II, bapak Arifin Abdullah, S.Hi., MH., yang juga meluangkan

    waktunya untuk memberikan bimbingan serta nasihat-nasihat dalam

    penulisan skripsi ini;

    4. H. Mutiara Fahmi, LC.MA, selaku penguji I dan Yenny Sri Wahyuni, SH.,

    M.H selaku penguji II.

  • vii

    5. Edi Darmawijaya, S.Ag., M.Ag selaku ketua Prodi Hukum Ekonomi

    Syari’ah, Amrullah, LL.M selaku sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah,

    beserta seluruh staf Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah.

    6. Keluarga yang sangat saya cintai, ayahanda A. Rahman Hasan dan Ibunda

    Rosmani, adinda Arival Hakimi, S.Pd, Abang Teuku William Muhammad,

    S.IP, serta keluarga besar yang telah memberikan doa, motivasi, dan

    dukungan sepenuhnya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

    7. Teman-teman “Detik-detik Perjuangan” yang saya banggakan, dan Sahabat-

    sahabat terbaik saya Khairunnisa Manaf, Nesfi Mullya Sari, dan Wiwin

    Guslianita, yang setiap hari selalu bersama baik suka maupun duka dan

    kepada semua mahasiswa-mahasiswi jurusan Hukum Ekonomi Syariah;

    Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang dimiliki sehingga

    membuat skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan

    saran sangat diharapkan. Penulis juga menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah

    SWT, semoga amal kebaikan yang telah diberikan semua pihak mendapat balasan

    dari Allah SWT. serta karunia-Nya kepada kita semua.

    Banda Aceh, 11 Juli 2018

    Penulis

    (Armaya Halidasari)

  • viii

    TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

    Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada

    Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama Republik Indonesia dan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987 dan

    Nomor 0543 b/U/1987 tentang Transliterasi Huruf Arab ke dalam Huruf Latin.

    1. Konsonan

    No Arab Latin No Arab Latin

    Ṭ ط Tidak dilambangkan 16 ا 1

    Ẓ ظ B 17 ب 2

    ‘ ع T 18 ت 3

    G غ Ṡ 19 ث 4

    F ف J 20 ج 5

    Q ق Ḥ 21 ح 6

    K ك Kh 22 خ 7

    L ل D 23 د 8

    M م Ż 24 ذ 9

    N ن R 25 ر 10

    W و Z 26 ز 11

    H هـ S 27 س 12

    ’ ء Sy 28 ش 13

    Y ى Ṣ 29 ص 14

    Ḍ ض 15

  • ix

    2. Konsonan

    Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal

    tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Vokal tunggal bahasa Arab

    yang lambangnya berupa tanda atau harkat, vokal rangkap bahasa Arab yang

    lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa

    gabungan huruf.

    Contoh vokal tunggal : ََكَسَر ditulis kasara

    ditulis ja‘ala َجعَلََ

    Contoh vokal rangkap :

    a. Fathah + yā’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai (أي).

    Contoh: ََكَيْف ditulis kaifa

    b. Fathah + wāwu mati ditulis au (او).

    Contoh: ََهَْول ditulis haula

    3. Maddah

    Maddah atau vokal panjang yang di dalam bahasa Arab dilambangkan

    dengan harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda. Vokal panjang

    ditulis, masing-masing dengan tanda hubung (-) diatasnya.

    Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda

    َََ…ا Fathah dan alif Ā

    ...ي ِ Atau fathah dan ya

    ...ي ِ Kasrah dan ya Ī

    ...و ِ Dammah dan wau Ū

  • x

    Contoh : ََقَال ditulis qāla

    ditulis qīla قِيْلََ

    ditulis yaqūlu يَقُْولَُ

    4. Ta marbutah

    Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu : ta’ marbutah yang hidup

    atau mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah (t),

    sedangkan ta’ marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya

    adalah (h). Kalau pada kata yang berakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata

    yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta

    marbutah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

    Contoh : ََِرْوَضةَُااْلَطْفَال ditulis rauḍah al-aṭfāl

    ditulis rauḍatul aṭfā َرْوَضةَُااْلَطْفَالَِ

    Catatan:

    Modifikasi

    1. Nama orang yang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa tanpa

    transliterasi, seperti M, Syuhudi Ismail. Sedangkan nama-nama lainnya ditulis

    sesuai kaidah penerjemahan. Contoh Hamad Ibn Sulaiman.

    2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa Indonesia, seperti Mesir,

    bukan Misr ; Beirut bukan bayrut; dan sebagainya.

    3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa Indonesia tidak

    ditransliterasi. Contoh Tasauf, bukan tasawuf.

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : SK Bimbingan.............................................................................

    Lampiran 3 : Lembar Kontrol Bimbingan ........................................................

    Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup ................................................................

    Lampiran 5 : Surat Penelitian ...........................................................................

    Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian ..............................................................

  • xii

    DAFTAR ISI

    LEMBARAN JUDUL ....................................................................................... i

    PENGESAHAN PEMBIMBING..................................................................... ii

    PENGESAHAN SIDANG ................................................................................ iii

    LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................ iv

    ABSTRAK.......................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

    TRANSLITERASI............................................................................................. viii

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

    DAFTAR ISI...................................................................................................... xii

    BAB SATU PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah........................................................ 1

    1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 5

    1.3. Tujuan Pembahasan............................................................... 5

    1.4. Penjelasan Istilah ................................................................... 6

    1.5. Kajian Pustaka ...................................................................... 9

    1.6. Metodologi Penelitian ........................................................... 10

    1.7. Sistematika Pembahasan ....................................................... 16

    BAB DUA KEBIJAKAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH

    TERHADAP KEGIATAN EKONOMI DALAM

    BIDANG PRODUKSI

    2.1. Bentuk Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam .............. 18 2.1.1. Rasionalitas Peran Pemerintah .................................. 20

    2.1.2. Ruang Lingkup Peran Pemerintah............................. 21 2.1.3. Instrumen Kebijakan Pemerintah .............................. 22 2.2. Kebijaksanaan Pemerintah .................................................. 23

    2.2.1. Hisbah dan Pengawasan Pasar ................................. 26 2.2.2. Petunjuk Al-Qur’an Terhadap Kebijaksanaan

    Pemerintah ................................................................ 29 2.3. Kegiatan Produksi Dalam Islam ......................................... 30

    2.2.1. Urgensi Produksi dan Tujuannya ............................ 32

    2.2.2. Prinsip-Prinsip Produksi ......................................... 36 2.2.3. Faktor-Faktor Produksi ........................................... 38

    2.3.4 Tujuan Yang Perlu dicapai Dalam Bagian Produksi .................................................................. 42

  • xiii

    BAB TIGA PERAN PEMERINTAH TERHADAP

    PENINGKATAN PRODUKSI GARAM DI

    GAMPONG CEBREK KABUPATEN PIDIE

    3.1. Gambaran Umum Tentang Tambak Garam di

    Gampong Cebrek Kabupaten Pidie .................................... 50 3.2. Kendala Yang di hadapi Oleh Petani Garam di

    Gampong Cebrek Kabupaten Pidie .................................... 53

    3.3. Peran Pemerintah Kabupaten Pidie (Dinas Kelautan dan Perikanan) dalam Mengatasi Kendala yang di

    alami Petani Garam Dalam Proses Produksi ...................... 59 3.5. Analisis Ekonomi Islam Terhadap Peran Pemerintah

    Dalam Aktivitas Produksi Sumber Daya Alam .................. 64

    BAB EMPAT: PENUTUP

    4.1. Kesimpulan.......................................................................... 70

    4.2. Saran ................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 73

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • 1

    BAB SATU

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Produksi merupakan pekerjaan berjenjang yang memerlukan kesungguhan

    manusia, pengorbanan yang besar, dan kekuatan yang terpusat dalam lingkungan

    tertentu untuk mewujudkan daya guna material dan spiritual. Pemahaman produksi

    dalam Islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan faktor-

    faktor sumber yang diperbolehkan dan melipat gandakan pendapatan dengan tujuan

    kesejahteraan masyarakat, menopang eksistensi serta ketinggian derajat manusia.1

    Produksi merupakan faktor utama kegiatan ekonomi. Dalam kehidupan

    ekonomi tidak akan pernah ada kegiatan konsumsi, distribusi ataupun perdagangan

    barang dan jasa tanpa diawali proses produksi.2 Secara umum, produksi merupakan

    proses untuk menghasilkan suatu barang dan jasa atau proses peningkatan utility

    (nilai) sebuah benda.3 Tanah, tenaga kerja, modal, dan perusahaan pada umumnya

    disebut faktor produksi. Dalam pengertian ekonomi, produksi mencakup rantai yang

    panjang, meliputi industri dan jasa seperi penggalian tambang, memancing ikan,

    pertanian, pengolahan yang mengubah bahan mentah menjadi barang jadi, jasa

    1Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, dan Tujuan, (Yogyakarta,

    Magista Insania Press, 2004), hlm. 159. 2 Said Sa’dan Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta: Zikrul

    Hakim, 2004), hlm. 43. 3Ibid., hlm. 43.

  • 2

    perdagangan semacam jual beli, transportasi, perbankan , dan asuransi,serta jasa-jasa

    seperti sektor yang banyak jenisnya seperti pelayan, pekerja, dokter, insinyur, ahli

    hukum, dan guru.4

    Konsep Islam mengenai produksi kekayaan memiliki basis yang amat luas.

    Tuhan telah menciptakan manusia dan mengetahui hakikat manusia itu yang

    menyukai kekayaan dengan keinginan untuk mengakumulasi, memiliki, serta

    menikmatinya.5 tidak dapat dipungkiri, dalam suatu daerah memiliki industri yang

    memproduksi hasil sumber daya alam menjadi barang jadi, seperti memproduksi

    garam lokal yang terdapat di gampong Cebrek Kabupaten Pidie. Industri tersebut

    tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah daerah. Adapun dinas terkait yang

    berperan untuk memenuhi ketersediaan sarana dan prasarana untuk kelancaran proses

    produksi adalah dinas kelautan dan perikanan kabupaten Pidie. Pemerintah harus

    memperhatikan setiap kendala-kendala yang dihadapi oleh petani garam pada industri

    tersebut dan dapat mengatasi kendala yang dialami sesuai dengan kewenangan yang

    berlaku.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani garam di gampong

    Cebrek, selama ini perhatian dari dinas kelautan dan perikanan terkait bantuan sarana

    dan prasarana sudah dilakukan, tetapi belum semua terlaksana dengan baik.

    Ketersediaan sarana dan prasana belum semua tersalur secara tuntas. Adapun selama

    4 Muhammad Sharif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam Prinsip Dasar, (Jakarta: Prenada

    Media Group, 2012), hlm. 47. 5Ibid., hlm. 47.

  • 3

    ini bantuan yang telah diberikan berupa karung, timbangan digital, cangkul dan alat

    penunjang lainnya yang tidak menggunakan anggaran yang begitu besar.6

    Untuk dapat mewujukan perekonomian bagi masyarakat yang berkerja pada

    lahan produksi garam, pemerintah harus memfasilitasi kebutuhan proses produksi

    garam secara maksimal, sehingga hasil produksi dapat ditingkatkan oleh petani

    garam. Jika pengawasan dan kepedulian dari pemerintah terhadap produksi garam

    telah terlaksana dengan baik, maka kesejahteraan petani garam dapat terwujud.

    Adapun yang harus diperhatikan oleh pemerintah seperti membuat pagar, membuat

    saluran air, merenovasi atap gubuk garam, dan bantuan lainnya yang dapat

    meningkatkan produksi.

    Dari kenyataan di atas, jika dilihat dari segi perundang-undangan mengenai

    petambak garam, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016

    tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi daya Ikan, dan Petambak

    Garam. Berdasarkan Undang-Undang tersebut jelas bahwa pemerintah memiliki

    kewajiban untuk melakukan tinjauan lapangan yaitu untuk memberikan pembinaan

    kepada para petani garam, agar garam yang mereka produksi memiliki kualitas yang

    terbaik. Salah satu yang menjadi kebijakan pemerintah seperti yang terdapat dalam

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 pasal 3 ayat (1), dalam hal Perlindungan dan

    6 Wawancara dengan Bapak Bahagia, Sebagai Penampung Garam di Gampong Cebrek

    Kabupaten Pidie, Pada Tanggal 8 Februari 2018.

  • 4

    Pemberdayaan Nelayan, Pembudi daya ikan, dan petambak garam bertujuan untuk

    menyediakan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam mengembangkan Usaha.

    Selain dari pada itu, dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 pasal 18

    disebutkan bahwa adapun Prasarana usaha pergaraman sebagaimana dimaksud ayat

    pada (1) paling sedikit meliputi lahan, saluran pengairan, jalan produksi, tempat

    penyimpanangaram, dan kolam penampung air. Selanjutnya, sarana usaha

    pergaraman sebagaimana dimaksud pada dalam pasal 21 ayat (1) paling sedikit

    meliputi bahan bakar minyak dan sumber energi lainnya, pompa air, kincir angin,

    geoisolator, alat ukur salinitas, mesin pemurnian atau pencucian garam, alat angkut

    sederhana, alat iodisasi, alat pengemas, alat perata tanah, alat ukur suhu, dan alat ukur

    kekentalan air laut.

    Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, mengenai pentingnya peran

    pemerintah dalam kegiatan produksi garam lokal agar dapat menghasilkan kualitas

    garam yang baik. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian mengenai peran pemerintah

    terhadap kegiatan produksi garam di gampong Cebrek kabupaten Pidie. Dengan

    demikian, penulis tertarik untuk meneliti tentang“ Peran Pemerintah Terhadap

    Peningkatan Produksi Garam di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie Menurut

    Hukum Islam”.

  • 5

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi rumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Apakah kendala yang dihadapi oleh petani garam di Gampong Cebrek

    kabupaten Pidie dalam proses produksi?

    2. Bagaimana peran yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Pidie dalam

    mengatasi kendala yang dialami petani garam dalam proses produksi di

    Gampong Cebrek kabupaten Pidie?

    3. Bagaimana perspektif Ekonomi Islam terhadap peran pemerintah pada

    kegiatan produksi garam ?

    1.3. Tujuan Pembahasan

    Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

    penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh petani garam di gampong

    Cebrek kabupaten Pidie dalam proses produksi.

    2. Untuk mengetahui bentuk peran pemerintah kabupaten Pidie dalam

    mengatasi kendala yang dialami oleh petani garam gampong Cebrek

    Kabupaten Pidie.

    3. Untuk memahami perspektif Ekonomi Islam terhadap peran pemerintah

    pada kegiatan produksi garam.

  • 6

    Selain daripada itu, tujuan lain dari penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk

    menyelesaikan tugas akhir pada studi jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah (HES)

    fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

    1.4. Penjelasan Istilah

    Sebelum penulis uraikan lebih lanjut pembahasan skripsi ini, terlebih dahulu

    dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, berikut ini adalah

    istilah-istilah yang perlu dijelaskan:

    1.4.1. Peran Pemerintah

    Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, peran memiliki arti pemain

    sandiwara, tukang lawak pada permainan makyung. Peran merupakan aspek dinamis

    dari kedudukan (status) yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan status merupakan

    sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang apabila seseorang melakukan

    hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia

    menjalankan suatu fungsi.7 Sedangkan kata dasar dari pemerintah yaitu perintah

    yang berarti menyeluruh. Penambahan awalan pe menjadi pemerintah berarti badan

    yang melakukan kekuasaan memerintah.8 Pemerintah adalah organisasi yang

    memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-undang di

    7 Di akses melalui situs www.artikelsiana.com, pada tanggal 8 Maret 2018. 8 Inu Kencana Syafi’ie, Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur’an, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004),

    hlm. 4.

    http://www.artikelsiana.com/

  • 7

    wilayah tertentu.9 Jadi, peran pemerintah adalah badan yang melakukan dan

    mempunyai kekuasaan untuk memerintah dan mengatur wilayah yang menjadi

    kewenangannya.

    1.4.3. Produksi Garam

    Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu proses (siklus) kegiatan-

    kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan

    memanfaatkan faktor-faktor produsksi (amal, modal, tanah) dalam waktu tertentu.10

    Produksi dalam Islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan

    faktor-faktor sumber yang diperbolehkan dan melipatgandakan income dengan tujuan

    kesejahteraan masyarakat, menopang eksistensi serta ketinggian derajat manusia.11

    Produksi merupakan kegiatan menciptakan suatu barang yang dapat

    dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Dalam Islam,

    produksi bertujuan untuk membawa kemaslahatan bagi manusia yang harus sesuai

    dengan nilai-nilai syariat.

    Pengertian garam berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang

    perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan, dan petambak garam,

    garam adalah senyawa kimia yang komponen utamanya berupa natrium klorida dan

    dapat mengandung unsur lain, seperti magnesium, kalsium, besi, dan kalium dengan

    9https://id.m.wikipedia.org/wiki/pemerintah, di akses pada hari Selasa Tanggal 27 Februari

    2018, pukul 16.06. 10Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam di Tengah Krisis Ekonomi Global, (Jakarta: Zikrul

    Hakim, 2004), hlm. 43. 11 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, dan Tujuan,

    (Yogyakarta: Magistra Insania Press), hlm. 159.

    https://id.m.wikipedia.org/wiki/pemerintah

  • 8

    bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan iodium. Dalam penulisan karya Ilmiah

    ini, penulis melakukan penelitian mengenai peran pemerintah terhadap kegiatan

    produksi garam laut yang dihasilkan dari penguapan air laut.Garam laut memiliki

    banyak kegunaan diantaranya sebagai bumbu masak dan kosmetika.12

    1.4.4. Hukum Islam

    Istilah hukum Islam merupakan istilah khas Indonesia, istilah ini dalam

    wacana ahli hukum barat digunakan Islamic Law, dalam Al-Qur’an maupun Al-

    Sunnah istilah Al-Hukm Al-Islam tidak di jumpai, yang digunakan adalah kata

    Syari’at yang dalam penjabarannya kemudian lahir istilah fiqh.13 Kata Islam adalah

    bentuk masdar (kata benda) dari kata kerja salima. Secara etimologi (harfiah), kata

    salima berarti selamat, damai, dan sejahtera. Sedangkan secara terminologi Islam

    berarti penyerahan atau penundukan diri secara total setiap makhluk kepada Allah

    SWT.14

    Hukum Islam adalah hukum yang dibangun berdasarkan pemahaman manusia

    atas nash Al-Qur’an maupun Al-Sunnah untuk mengatur kehidupan manusia yang

    berlaku secara universal-relevan pada setiap waktu dan ruang manusia.15

    12 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Garam-laut, di akses pada hari Selasa Tanggal 27 Februari

    2018, pukul 16.49. 13 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003), hlm. 3. 14 Suparman Usman, Hukum Islam Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata

    Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 12. 15 Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, (Jakarta:

    Penamadani,2005), hlm, 6.

  • 9

    1.5. Kajian Pustaka

    Setelah melakukan penelusuran pustaka, penulis tidak menemukan karya

    ilmiah yang berkaitan dengan produksi garam, namun penulis menemukan salah satu

    penelitian yang dilakukan oleh Putri Munawwarah Azzahra dengan skripsi yang

    berjudul “Analisis Keterlibatan Pemerintah Terhadap Eksplorasi Pertambangan

    Secara Individual dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi kasus Eksplorasi

    Pertambangan Emas di Kawasan Gunong Ujeun Kabupaten Aceh Jaya). Sedangkan

    dalam karya ilmiah ini, penulis menjelaskan kendala yang dialami oleh petani garam

    dalam menjalankan usahanya, penulis juga menjelaskan bagaimana bentuk peran

    pemerintah dalam mengatasi kendala yang dialami oleh petani garam Kabupaten

    Pidie, dan peran pemerintah terhadap kegiatan produksi garam ditinjau dari perspektif

    Ekonomi Islam.

    Penulis juga menemukan penelitian yang dilakukan oleh Cut maisuri Diwa

    dengan judul skripsi “Pengawasan Pemerintah Kota Banda Aceh Terhadap

    Penggunaan Badan Jalan Oleh Pedagang Kaki di Darussalam Dalam Perspektif

    Konsep Haq Al-Murur”.

    Selanjutnya, dalam penulisan karya ilmiah ini penulis juga menemukan jurnal

    yang dibuat oleh Mustofa dan Edy Turjono dengan judul “Analisis Optimalisasi

    Terhadap Aktivitas Petani Garam Melalui Pendekatan Hulu Hilir di Penambangan

    Probolinggo” yang secara umum membahas tentang proses produksi garam yang

  • 10

    dilakukan dengan cara yang sangat sederhana tanpa sentuhan teknologi apapun.

    Terakhir, penulis juga menemukan jurnal yang di buat oleh Cut Riska Nurul Maulina,

    Husaini, dan Nurasiah dengan judul “Kehidupan Petani Garam di Gampong Lancang

    Paru Kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya Tahun 1940-2015, yang secara

    umum membahas kehidupan petani garam di lancang Paru yang sudah dimulai sejak

    tahun 1940. Dalam jurnal tersebut juga dibahas tentang beberapa faktor yang

    mempengaruhi kehidupan petani garam di gampong Lancang Paru Kabupaten Pidie

    Jaya.

    1.6. Metode Penelitian

    Metode sangatlah diperlukan agar mendapat data yang akurat untuk mencapai

    tujuan penelitian sesuai dengan target awal yang diinginkan. Data yang akurat

    tersebut dapat diperoleh dengan pengetahuan yang benar. Untuk memperoleh

    pengetahuan yang benar terdapat beberapa cara, salah satunya dengan menggunakan

    ilmu. Sesuatu yang bersifat ilmu. Ilmu yang diperoleh dari hasil penelitian atau studi

    disebut ilmu pengetahuan.16 Untuk terlaksananya suatu penelitian maka harus

    memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    1.6.1. Metode Penelitian

    Metode Penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah jenis

    deskriptif analisis yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan,

    16 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT RajaGrafindo

    Persada, 2005), hlm. 3.

  • 11

    peristiwa, kondisi, kegiatan dan hal-hal lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk

    laporan penelitian. Disini penulis juga memaparkan dan menggambarkan tentang

    peran pemerintah kabupaten Pidie dalam peningkatan produksi garam dan bagaimana

    pemerintah mengatasi kendala yang di hadapi oleh petani garam gampong Cebrek

    Kabupaten Pidie.

    1.6.2. Jenis Penelitian

    Untuk memeperoleh data yang sesuai dengan objek penelitian berupa data

    primer dan data sekunder, maka penulis menggunakan metode field research

    (penelitian lapangan) dan library research (penelitian kepustakaan).

    1. Field Research (penelitian lapangan)

    Penelitian ini merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab

    yang dikerjakan sistematik dan berlandaskan pada objek, masalah, dan tujuan

    penelitian.17 Data yang digunakan dalam penelitian lapangan pada tulisan ini adalah

    data primer, yang bersumber dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

    Pidie dan petani garam di Gampong Cebrek Kabupaten pidie, baik secara langsung

    atau tidak langsung. Data ini merupakan data utama yang diperlukan dan penting

    untuk mendapatkan informasi mengenai peran pemerintah terhadap produksi garam

    di Gampong Cebrek.

    17Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm. 62.

  • 12

    2. Library Research (penelitian kepustakaan)

    Pada jenis penelitian perpustakaan ini, penulis menggali teori-teori yang telah

    ada atau berkembang sesudahnya untuk menggali setiap hal yang berkepentingan

    dengan substansi skripsi dan untuk mengetahui atau membandingkan, sejauh mana

    hubungan ilmu dari teori buku yang ada dan kesimpulan data yang didapatkan.18 Data

    yang digunakan dalam penelitian kepustakaan yaitu data sekunder, diperoleh dari

    bahan bacaan.19 Adapun yang termasuk dalam data sekunder yakni bahan yang

    diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel internet, ataupun sumber-sumber lainnya

    yang berkaitan dengan peran pemerintah terhadap produksi garam.

    1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik wawancara dan

    dokumentasi.

    a. Wawancara

    Teknik wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal semacam

    percakapan yang bertujuan memperoleh informasi Biasanya komunikasi ini

    dilakukan dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat juga

    dilaksanakan melalui telepon.20 Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara

    dengan pihak Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pidie serta petani garam di

    gampong Cebrek kabupaten Pidie.

    18 Moh. Nazir, Metode Penelitian,( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 93 19 Nasution ,Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm.

    143. 20 Ibid, hlm.113.

  • 13

    b. Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan cara yang dilakukan untuk menyediakan

    dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber

    informasi, menganalisis dokumen, laporan kegiatan, serta informasi lainnya yang

    berkaitan dengan penelitian yang akan dibahas dan dikaji.

    Agar penelitian lebih terfokus, peneliti perlu menetapkan sampel yang

    kesimpulannya dapat digeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel

    ke populasi ini mengandung resiko akan terdapat kekeliruan atau ketidaktepatan,

    karena sampel tidak akan mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Oleh karena

    itu metode pengambilan sampel sangat dibutuhkan untuk meminimalisasi risiko

    ketidaktepatan informasi akibat generalisasi tersebut.

    a. Populasi

    Semua petani garam yang ada di tambak garam gampong Cebrek Kecamatan

    Simpang Tiga Kabupaten Pidie.

    b. Sampel

    Metode penempatan sampel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu penentuan

    sampel sesuai dengan kualifikasi tujuan penelitian yang didasarkan atas

    pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, daftar responden yang akan

    diwawancarai adalah sebagai berikut:

    1) Geuchik Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie

    2) Sekretaris Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie

  • 14

    3) Kepala Seksi Pengembangan Usaha Nelayan di Kantor Dinas Kelautan

    dan Perikanan

    4) Pihak Penyuluh di Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan

    5) Petani Garam (7 Orang)

    1.6.4. Instrumen Pengumpulan Data

    Instrumen pengumpulan data yang digunakan oleh penulis disesuaikan

    dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan. Adapun instrument yang sesuai

    dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi yaitu:

    a. Alat tulis seperti buku dan pulpen, serta laptop untuk mencatat hasil

    wawancara dengan para pihak yang diminta informasi.

    b. Alat rekam, untuk merekam suara atau informasi yang disampaikan oleh

    informan. Penulis dapat membuat urutan pertanyaan yang akan ditanyakan

    kepada setiap informan agar wawancara yang dilakukan lebih terarah dan

    fokus pada topik penelitian.

    1.6.5. Langkah-Langkah Analisis Data

    Setelah mengumpulkan data mengenai peran pemerintah terhadap kegiatan

    produksi garam di Gampong Cebrek, penulis menggabungkan antara teori dan

    praktek yang berkaitan dengan peran pemerintah berdasarkan hukum Islam dengan

    praktek yang dilakukan oleh Pemerintah (Dinas Kelautan dan Perikanan) Kabupaten

    Pidie. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis berpedoman pada buku Panduan

    Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas

  • 15

    Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh tahun 2014. Melalui pedoman tersebut,

    penulis berusaha menyusun karya ilmiah yang sistematis dan mudah dipahami oleh

    pembaca.

    1.6.6. Tempat Penelitian

    Penelitian penulis lakukan di Desa Cebrek kecamatan Simpang Tiga

    Kabupaten Pidie. Pusat pemerintahan Kabupaten Pidie berada di Sigli.

    Letakkabupaten Pidie sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan

    berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya dan Aceh Jaya, Sebelah barat

    berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar, dan sebelah timur berbatasan dengan

    Kabupaten Pidie Jaya. Luas Kabupaten Pidie yaitu 3.562,14 km, dengan Jumlah

    penduduk 375.744 Jiwa (2009). Adapun jumlah kecamatan yaitu 23 Kecamatan, 94

    Mukim, dan 731 Desa/ Kelurahan 23 kecamatan. Salah satu Kecamatan yang ada di

    kabupaten Pidie adalah Kecamatan Simpang Tiga. Kecamatan Simpang Tiga terletak

    di jalan Lintas Kembang Tanjong.Kecamatan Simpang Tiga terdiri dari 7 Mukim,

    dan 52 gampong. Salah satu gampong yang terdapat di Kecamatan Simpang Tiga

    adalah gampong Cebrek. Adapun Jumlah Penduduk di gampong ini yaitu 249 KK.

    Gampong Cebrek merupakan satu gampong yang 90% warga berprofesi dalam

    bidang pertanian, salah satunya yaitusebagai petani garam, ada juga sebagian kecil

    https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pidie

  • 16

    memiliki usaha lain seperti industri rumah tangga (membuat kerupuk), membuat

    makanan belacan, dan jualan dikios-kios kecil untuk menambah penghasilan.21

    1.7. Sistematika Pembahasan

    Agar dapat memudahkan dalam melengkapi tulisan skripsi ini, maka penulis

    menyusun sistematika pembahasan yang terdiri dari empat bab utama dan

    diklarifikasikan sebagai berikut:

    Bab satu merupakan bab pendahuluan, di dalam pendahulun ini berisis alasan

    pemilihan judul yang merupakan pengantar menuju pokok permasalahan yang akan

    dibahas dalam penulisan skripsi yang berjudul Peran Pemerintah Terhadap produksi

    garam di gampong Cebrek Kabupaten Pidie Menurut Hukum Islam. Pada bab ini juga

    dikemukakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah,

    kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

    Bab dua terdiri dari pokok bahasan, dan merupakan bab teoritis mengenai

    peran pemerintah dan produksi garam. Pokok bahasan yang yang dibahas dalam bab

    ini mengenai, bentuk peran pemerintah dalam ekonomi Islam, kegiatan produksi

    dalam Islam, dan sistem perekonomian pada masa Rasulullah.

    Bab tiga merupakan bab utama yang berisi gambaran yang lebih terperinci

    mengenai objek dan metode penelitian yang digunakan, bab ini menguraikan data

    yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis dan

    mengacu pada pokok permasalahan yang mana bab dua sebagai landasan teorinya.

    21 Wawancara dengan Geuchik Gampong Cebrek Kabupaten Pidie pada Tanggal 7 Februari

    2018.

  • 17

    Pada bab tiga ini juga dibahas mengenai peran pemerintah kabupaten Pidie terhadap

    produksi garam tentang perencanaan kerja, dan prosedur batas-batas peran

    pemerintah terhadap produksi garam. Dalam bab ini, penulis lebih fokus kepada

    tinjauan hukum Islam dalam hal peran pemerintah terhadap produksi garam dan

    merupakan pembahasan yang akan menemukan jawaban dari pokok permasahan

    dalam penelitian.

    Bab empat merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-

    saran dari seluruh pembahasan skripsi yang berkaitan dengan permasalahan yang

    dibahas.

  • 18

    BAB DUA

    KEBIJAKAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP

    KEGIATAN EKONOMI DALAM BIDANG PRODUKSI

    Intervensi pemerintah (tadakhkhul daulah) dalam ekonomi Islam adalah

    kewenangan pemerintah dalam mengintervensi aktivitas ekonomi untuk menjamin

    terealisasinya tujuan hukum Islam yang terkait dengan aktivitas ekonomi masyarakat.

    Intervensi ini tidak hanya mengadaptasi hukum Islam yang sudah tertera dalam nash,

    namun juga mengisi kekosongan hukum yang belum ditetapkan secara tekstual oleh

    nash. Oleh karena itu, disatu sisi pemerintah harus mendesak masyarakat agar

    mengadaptasi hukum-hukum yang dirumuskan oleh syariat, sedangkan di sisi lain

    pemerintah harus merancang aturan-aturan yang sesuai dengan kebutuhan negara

    untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh hukum Islam. Rancangan-

    rancangan aturan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi

    pemerintahan baik pada tataran teoritis maupun praktis. Hingga dapat menjamin

    tercapainya tujuan-tujuan umum sistem aktivitas ekonomi Islam.1

    2.1. Bentuk Peran Pemerintah dalam Ekonomi Islam

    Pada dasarnya, peranan pemerintah dalam perekonomian yang Islami

    memiliki dasar rasionalitas yang kokoh. Dalam pandangan Islam, peran pemerintah

    didasari oleh beberapa argumentasi, yaitu:

    1 Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam: Siyasah Maliyah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010),

    hlm. 54.

  • 19

    a. Derivasi dari konsep kekhalifahan

    b. Konsekuensi adanya kewajiban-kewajiban kolektif (fard al-kifayah), serta

    c. Adanya kegagalan pasar dalam merealisasikan falah.2

    Negara dan khususnya pemerintah, mempunyai peran penting melalui

    pendidikan, dorongan, dan pencegahan untuk tingkah laku yang membahayakan

    masyarakat seperti kezaliman, kecurangan, dan penipuan. Peran pemerintah termasuk

    dalam kegiatan ekonomi seperti kegiatan produksi pada suatu daerah yang keterkaitan

    dengan pemerintah untuk memberikan pengawasan terhadap hal yang berhubungan

    dengan kegiatan produksi yang dijalankan. Hukum ekonomi mengatur hak-hak

    seorang pekerja dan orang yang memperkerjakannya, dan mengatur sumber keuangan

    negara dan pendistribusiannya bagi kepentingan kesejahteraan rakyatnya.3

    Dalam suatu negara, pemerintah berperan besar dalam menjalankan roda

    pemerintahan dan bertanggung jawab penuh atas laju perekonomian dalam negara

    tersebut. Peranan pemerintah dalam perekonomian yang Islami memiliki dasar

    rasionalitas yang kokoh. Secara umum, ruang lingkup peranan pemerintah ini

    mencakup beberapa aspek yaitu upaya mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara

    keseluruhan, dan upaya mewujudkan konsep pasar yang Islami. Adapun bentuk peran

    pemerintah ini adalah peran yang berkaitan dengan implementasi nilai dan moral

    2 Ditulis oleh Pusat Pengkajian dan Pembangunan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam

    Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Edisi 1, (Jakarta:

    Rajawali Pers, 2009), hlm. 446. 3 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm.

    11.

  • 20

    Islam, dan peran yang berkaitan dengan teknis-operasional mekanisme pasar.4 Allah

    SWT telah menjelaskan dengan jelas peran pemerintah dalam (QS. Al-Hajj ayat 41 )

    yang bunyinya:

    ⧫ ❑⬧ ◼❑◼

    ❑⬧◆◆ ◼❑ ⧫◆ ➔☺ ❑⧫◆ ⧫ ⬧☺ ◆

    ➔⧫⧫ ❑

    Artinya: "orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka

    melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat ma’ruf dan

    mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala

    urusan”. (QS. Al-Hajj: 41)

    Dalam bidang perekonomian, Baqir al Sadr menyatakan bahwa intervensi

    pemerintah dalam ruang lingkup berekonomi sangat dibutuhkan dalam menjamin

    keselarasan dengan norma-norma Islam. Mayoritas ulama menekankan pentingnya

    regulasi aktivitas ekonomi dan pasar dari sudut pandang syari’ah, demi menjamin

    tegaknya keadilan dan aturan main yang tidak memihak.5

    2.1.1. Rasionalitas Peran Pemerintah

    Pemerintah adalah pemegang amanah Allah untuk menjalankan tugas-tugas

    kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (al-adl wal ihsan) serta

    kehidupan yang baik (hayyah thayyibah) bagi seluruh umat. Jadi, pemerintah adalah

    4 Ibid., hlm. 470. 5 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2012),

    hlm. 190

  • 21

    agen dari Tuhan, atau khalifatullah, untuk merealisasikan falah. Sebagai pemegang

    amanah Tuhan, eksistensi dan peran pemerintah ini memiliki landasan kokoh dalam

    Al-Qur’an dan Sunnah, baik secara eksplisit maupun implisit.6 Kehidupan Rasulullah

    dan Khulafaurrasyidin merupakan teladan yang amat baik bagi eksistensi pemerintah.

    Dasar dalam menjalankan amanah tersebut pemerintah akan menjunjung tinggi

    prinsip musyawarah (syura) sebagai salah satu mekanisme penngambilan yang

    penting dalam Islam. Dengan demikian, pemerintah pada dasarnya sekaligus

    memegang amanah dari masyarakat.7

    2.1.2. Ruang Lingkup Peran Pemerintah

    Secara umum, ruang lingkup peranan pemerintah ini mencakup aspek yang

    luas, di mana secara garis besar diklasifikasikan menjadi:

    a. Upaya mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara keseluruhan.

    b. Upaya mewujudkan konsep pasar yang Islami.

    Pemerintah memiliki tugas penting dalam mewujudkan tujuan ekonomi Islam

    secara keseluruhan. Sebagaimana telah diketahui, tujuan ekonomi Islam adalah

    mencapai falah yang direalisasikan melalui optimasi mashlahah. Oleh karena itu,

    sebagai pengemban amanah dari Allah Swt dan masyarakat, maka secara umum

    tujuan peran pemerintah adalah menciptakan kemashlahah-an bagi seluruh

    masyarakat. Pemerintah memiliki peran penting dalam mewujudkan pasar yang

    6 Ditulis oleh Pusat Pengkajian dan Pembangunan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam

    Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Edisi 1, (Jakarta:

    Rajawali Pers, 2009), hlm. 446-447. 7 Ibid., hlm. 447.

  • 22

    Islami. Intervensi pemerintah dalam pasar bukan hanya bersifat temporer dan minor,

    tetapi ia akan mengambil peranan yang besar dan penting. Pemerintah bukan hanya

    bertindak sebagai ‘wasit’ atas permainan pasar, tetapi ia akan berperan aktif bersama

    pelaku-pelaku pasar yang lain. Pemerintah dapat bertindak sebagai perencana,

    pengawas, pengatur, produsen sekaligus konsumen bagi aktivitas pasar.8

    2.1.3. Instrumen Kebijakan Pemerintah

    Dalam menjalankan perannya, pemerintah memiliki beberapa instrumen

    kebijakan, antara lain sebagai berikut:

    a. Manajemen produksi dan ketenagakerjaan di sektor publik. Pemerintah dapat

    berperan efektif dalam mengelola kekayaan publik dimana masyarakat gagal

    mengelolanya. Mengatur produksi dan ketenagakerjaan pada sektor ini memiliki

    pengaruh besar dalam perekonomian secara keseluruhan.

    b. Instrumen yang berkaitan dengan upaya mendorong kegiatan sektor swasta,

    misalnya menetapkan regulasi bagi sektor swasta, melakukan redistribusi faktor

    produksi (iqta; kharaj), al-Hisbah, perlindungan bagi masyarakat lemah (fakir,

    miskin, yatim).

    c. Kebijakan fiskal, yaitu pengelolaan APBN disesuaikan dengan prinsip-prinsip

    keuangan publik Islam.

    d. Kebijakan kredit dan moneter

    e. Investasi kekayaan dan surplus sektor publik.

    8Ibid., hlm. 460.

  • 23

    Salah satu kegiatan perekonomian dalam Islam ialah aktivitas produksi. Setiap

    aktivitas produksi yang dijalankan baik secara individu atau secara kelompok

    diperlukan pengawasan dari pemerintah, baik itu pengawasan internal maupun

    pengawasan eksternal. Adapun pengawasan internal berlaku personal pada setiap diri

    pribadi Muslim. Sistem pengawasan ini akan bergantung sepenuhnya kepada adanya

    pendidikan Islami, dengan melandaskan nilai kepada rasa takut kepada Allah SWT.

    Setiap individu Muslim mempunyai hubungan langsung dengan Allah SWT.

    Rasulullah SAW sendiri hanyalah seorang utusan (rasul) yang ditugaskan untuk

    membawa petunjuk Allah yang diwahyukan untuk kepentingan umat manusia.

    Kemudian di lain pihak akan di adili sendiri-sendiri di hari kiamat kelak, tak kecuali

    para nabi dan keluarga-keluarga yang paling mereka cintai sekalipun. Tidak ada satu

    cara pun bagi seseorang untuk terhindar dari konsekuaensi perilaku negatif yang

    dilakukannya, kecuali dengan memohon ampun kepada Allah SWT.9

    2.2. Kebijaksanaan Pemerintah

    Perhatian utama kepemimpinan pemerintah adalah public policy (kebijakan

    pemerintah). Hal ini sangat penting untuk mengatasi keadaan pemerintahan,

    pembangunan dan kemasyarakatan. Karena masyarakat bukan hanya menilai apa

    yang dilaksanakan pemerintah saja, tetapi juga apa yang tidak dilaksanakan

    9 Mustafa Edwin nasution, dkk, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani

    Press, 1997), hlm. 252.

  • 24

    pemerintah.10 Kebijaksanaan pemerintah itu merupakan pengambilan keputusan dan

    pengambilan kebijaksanaan., yaitu memilih dan menilai informasi yang ada untuk

    memecahkan masalah.

    Miftah Thoha mengutip pendapat Harold Laswell bahwa ada beberapa tugas

    intelektual dalam persoalan kebijaksanaan pemerintah, yaitu penjelasan tujuan,

    penguraian kecenderungan, penganalisisan keadaan, proyeksi pengembangan masa

    depan dan penelitian, penilaian dan penelitian, serta penilaian dan pemilihan

    kemungkinan.11

    Umar Bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu menilai kegiatan pertanian sebagai

    salah satu sumber pendapatan terpenting bagi Baitul Mal. Karena itu beliau antusias

    dalam memotivasi produktifitas ladang pertanian dengan menggunakan cara-cara

    yang mungkin dilakukan untuk kegiatan tersebut. Di antara dalil tentang hal tersebut

    adalah sebagai berikut:12

    1. Umar Bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu menolak membagikan tanah di

    daerah-daerah taklukan kepada para mujahidin yang menaklukkan, namun

    menetapkannya ditangan pemiliknya untuk dikelolanya. Diantara sebabnya

    adalah keinginan untuk memproduktifkan lahan pertanian tersebut. Sebab para

    pemiliknya lebih mengetahui tentang tanah tersebut, dan lebih potensil dalam

    10 H. Inu Kencana Syafiie, Al-Qur’an dan Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996),

    hlm. 118. 11 H. Inu Kencana Syafiie, Ilmu Pemerintahan dan Al-Qur’an, (Jakarta: Sinar Grafika Offset,

    2004), hlm. 117-118. 12 Jaribah Bin Ahmad AL- Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Kathab, (Jakarta Timur,

    PUSTAKA AL-KAUSAR, 2015), hlm.431.

  • 25

    mengelolanya dari pada selain mereka. Sedangkan kaum muslimin tidak

    memiliki potensi untuk mengelolanya. Pemerintah adalah yang melakukan

    pengaturan kegiatan pertanian-pertanian di daerah-daerah taklukkan, karena itu

    Umar mengutus beberapa pegawai untuk menentukan batas luas tanah, dan

    menetapkan kharaj kepadanya. Dimana petugas kharaj adalah yang melakukan

    penetapan kharaj, pengumpulannya, dan juga penyerahannya kepada Baitul Mal

    untuk dapat dipergunakan dalam pos-pos yang sesuai ketentuan syariat.

    2. Pemerintah melakukan bentuk-bentuk usaha yang dapat membantu lajunya

    produk pertanian, seperti pengerukan sungai, pembuatan irigasi, pembangunan

    jembatan, dan lain-lain.13

    3. Pemerintah menyerahkan sebagian lahan pertanian yang menginduk ke Baitul

    Mal kepada individu-individu, dan melakukan kesepakatan dengan mereka

    tentang sistem dan cara pengekplorasiannya. Bahkan sering kali pemerintah

    memberikan modal terhadap kegiatan tersebut.14

    4. Di antara cara yang diikuti Umar Bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu dalam

    mengaktifkan lahan pertanian dan pengembangannya adalah menyerukan untuk

    menghidupkan lahan mati, memutuskan lahan kepada orang yang

    mengelolanya.15

    13 Ibid., hlm. 432. 14 Ibid., hlm. 433. 15 Ibid., hlm. 433-434.

  • 26

    2.2.1. Hisbah dan Pengawasan Pasar

    Hisbah merupakan cara pengawasan terpenting yang dikenal oleh umat Islam

    pada masa permulaan Islam yang menyempurnakan pengawasan pribadi yang

    mempunyai kelemahan, maka datanglah fungsi pengawas untuk meluruskan etika dan

    mencegah penyimpangan. Hisbah pada masa Umar Bin-Al-Khathab Radhiyallahu

    Anhu mempunyai peran yang penting dalam pengawasan pasar dan kegiatan yang

    dilakukan didalamnya, yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi.

    a. Pengertian Hisbah

    Hisbah secara etimologi dan terminologi berkisar memerintahkan kebaikan

    dan mencegah kemungkaran (amar makruf nahi mungkar). Sedangkan makna

    terminologi hisbah adalah, memerintahkan kebaikan apabila ada yang

    meninggalkannya, dan melarang kemungkaran apabila ada yang melakukannya.

    Konsep hisbah tersebut meluas agar bisa mencakup semua anggota masyarakat yang

    mampu memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, apakah mereka

    ditugasi oleh negara ataukah tidak diwajibkan secara resmi. Sebagaimana ruang

    lingkup hisbah mencakup hak-hak Allah dan hak-hak manusia. Artinya, bahwa

    hisbah mencakup semua sisi kehidupan.16

    b. Hisbah terhadap kegiatan Ekonomi

    Hisbah terhadap kegiatan ekonomi mempunyai beberapa tujuan. Pengawasan

    pasar merupakan tugas pertama seorang mustahib (pengawas) pada masa permulaan

    16Ibid., hlm. 587.

  • 27

    Islam. Adapun tujuan-tujuan hisbah terhadap kegiatan ekonomi adalah sebagai

    berikut:

    1. Memastikan dijalankannya aturan-aturan kegiatan ekonomi

    Seorang muslim dalam menjalankan kegiatan ekonomi baik sebagai produsen

    maupun konsumen, wajib menjalankan aturan-aturan kegiatan ekonomi tersebut.

    Adapun aturan terpentingnya adalah disyariatkannya kegiatan ekonomi,

    menyempurnakan pekerjaan, melawan penipuan, dan tidak membahayakan orang

    lain.17

    2. Mewujudkan keamanan dan ketentraman.

    Keamanaan dan ketentraman merupakan dua syarat penting mewujudkan

    iklim investasi yang sesuai, dan mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Karena itu

    diantara tujuan mustahib (pengawas) adalah berusaha mewudkan keamanan dan

    ketentraman serta memberantas segala tanda-tanda kerusakan keduanya.18

    3. Mengawasi keadaan rakyat

    Diantara tujuan hisbah menurut Umar Bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu

    adalah berjalan pada malam dan siang hari untuk mengetahui keadaan rakyat,

    mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka, menyantuni orang-orang yang

    membutuhkan. Dengan adanya ketetapan-ketetapan yang ditetapkan oleh Umar Bin

    17 Ibid., hlm. 588. 18 Ibid., hlm. 590.

  • 28

    Al-Khathab Radhiyallahu Anhu, ketetapan tersebut mempunyai pengaruh positif

    dalam mengembangkan unsur-unsur kemanusiaan.19

    4. Melarang orang membuat aliran air tanpa adanya kebutuhan

    Islam memerintahkan agar setiap orang berusaha mewujudkan ketercukupan

    untuknya dan ketercukupan untuk orang yang ada dalam tanggungannya dan tidak

    memperbolehkan orang yang mampu menjadi beban bagi orang lain. Syariat tidak

    hanya melarang orang-orang kaya dan mampu untuk bekerja dari meminta-minta,

    bahwa juga memerintahkan para pengawas untuk mengambil kembali barang dari

    tangan orang yang meminta-meminta tanpa sebab syar’i yang diperbolehkan.

    5. Menjaga kepentingan umum

    Kepentingan umum adalah kemaslahatan bagi semua umat, dimana umat tidak

    bisa terpisah dari kepentingan tersebut. Maka harus ada pengawasan terhadap

    kepentingan umum tersebut untuk menjaga dan melindunginya dari orang yang

    berbuat sia-sia.

    6. Mengatur transaksi di pasar

    Maksudnya adalah pengawasan pasar dan mengatur persaingan di dalamnya.

    Yaitu dengan memerangi transaksi yang merusak persaingan tersebut. Secara umum,

    hisbah dalam sisi ekonomi bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah

    kerusakan. Tujuan tersebut mempunyai kelebihan, yaitu bisa berkembang di setiap

    19Ibid.

  • 29

    waktu dan tempat. Adapun cara mengawasinya adalah dengan mengembangkan nya

    sesuai kondisi krisis, tempat dan keadaannya.20

    2.2.2. Petunjuk Al-Qur’an terhadap Kebijaksanaan Pemerintah

    Firman-firman Allah di dalam Al-Qur’an terhadap public policy, Allah

    menyuruh manusia berlaku adil terutama bagi orang-orang yang beriman. Di

    Indonesia pernah di anjurkan istilah jurdil yang berarti jujur dan adil. Bahkan untuk

    aparatur pemerintah dituntut juga agar bersih dan berwibawa, sehingga dikenal istilah

    Opsiwa yang artinya Operasi Bersih dan Berwibawa untuk pengawasan setiap pejabat

    pemerintah.

    Keadilan ini mutlak diperlukan kendatipun dalam menghadapi sanak saudara

    dan kerabat sendiri. Allah melarang manusia terutama pejabat pemerintah dan

    politikus kenegaraan dalam memanipulasi fakta, terutama dalam jumpa pers, karena

    berita yang akan disampaikan disebarluaskan. Seperti Firman Allah yang terdapat

    dalam QS. Al Maa-idah ayat 8 yang bunyinya:

    ⧫ ❑⧫◆

    ❑❑ ✓▪❑⬧ ◆→ ◆ →⧫⧫

    ⧫ ❑⬧ ◼⧫ ❑➔⬧ ❑ ◆❑➔

    ⧫ ◆❑ ❑→◆

    ☺ ❑➔☺➔⬧

    Artinya:“Hai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan

    karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

    20Ibid., hlm. 591-599.

  • 30

    kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak

    adil. Berlaku adillah, karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. dan

    bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha teliti terhadap apa yang

    kamu kerjakan”.(QS. Al Maaidah: 8)

    2.3. Kegiatan Produksi dalam Islam

    Produksi adalah pekerjaan berjenjang yang memerlukan kesungguhan usaha

    manusia, pengorbanan yang besar, dan kekuatan yang terpusat dalam lingkungan

    tertentu untuk mewujudkan daya guna material dan spiritual. Pemahaman produksi

    dalam Islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan faktor-

    faktor sumber yang diperbolehkan dan melipat gandakan pendapatan dengan tujuan

    kesejahteraan masyarakat, menopang eksistensi serta ketinggian derajat manusia.21

    Produksi sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia

    dan bumi.22 Dalam Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi

    sendiri atau untuk diperdagangkan saja. Islam menekankan bahwa setiap kegiatan

    produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial.23

    21Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam, Prinsip, Dasar dan Tujuan, (Yogyakarta:

    Magista Insani Press, 2004), hlm. 159. 22 Adiwarman A.Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perdasa, 2007),

    hlm. 102. 23 Mustafa Edwin Nasution dan Budi Setyanto, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,

    (Jakarta; Prenada Media Group, 2007), hlm. 105.

  • 31

    Beberapa ahli ekonomi Islam memberikan defenisi yang berbeda mengenai

    pengertian produksi, meskipun substansinya sama. Berikut ini beberapa pengertian

    produksi menurut para ekonom Muslim Kontemporer:24

    a. Muhammad Abdul Mannan melihat produksi sebagai penciptaan guna utility.

    Agar dapat dipandang sebagai utility, dan dengan demikian meningkatkan

    kesejahteraan ekonomi, maka barang dan jasa yang diproduksi itu haruslah hanya

    yang diperbolehkan dan menguntungkan yakni halal dan baik menurut Islam.25

    b. Syed Nawab Haider Naqvi pandangannya terutama sekali hanya membahas

    struktur dan komposisi produksi di dalam suatu perekonomian Islam. Meliputi

    kebutuhan untuk menegakkan keadilan antara upah dan laba, jika laba yang

    berlebihan diadakan maka struktur pasar monopoli dan oligopoli akan

    disingkirkan, proporsi barang publik didalam GNP akan lebih besar dibanding

    barang swasta didalam perekonomian Islam daripada didalam sistem kapitalis.26

    c. Muhammad Nejatullah Siddiqi berpendapat bahwa kegiatan produksi sebagai

    penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kebajikan/

    kemanfaatan (maslahah) bagi masyarakat. Dalam pandangannya sepanjang

    24 M. Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

    Persada, 2010), hlm. 29. 25 Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana

    Bakti Wakaf, 1995), hlm. 54. 26 M. Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer..., hlm. 29.

  • 32

    produsen telah bertindak adil dan membawa kebajikan bagi masyarakat maka ia

    telah bertindak Islami.27

    Sebagai modal dasar atau awal untuk melakukan kegiatan produksi, Allah

    telah menciptakan bumi dengan segala ketersediaan isinya bagi manusia untuk diolah

    demi kemaslahatan bersama untuk seluruh umat manusia pula.

    Hal ini terdapat dalam QS.al-Baqarah ayat 22:28

    ➔ ⬧ ◆ ⧫ ◆☺◆ ⧫⧫◆ ☺ ⧫ ⚫⧫⬧ ⧫☺ ⬧ ❑➔➔

    ◆ ❑☺◼➔⬧

    Artinya: “(Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit

    sebagai atap, dan Dialah menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia

    hasilkan dengan (hujan) itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu;

    karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah,

    Padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 22)

    Dari fiqh Umar Radhiyallahu Anhu, yang didalamnya terdapat banyak riwayat

    yang menjelaskan urgensi semua aktivitas produksi barang dan jasa yang dilakukan

    seorang muslim untuk memperbaiki apa yang dimilikinya, baik berupa sumber-

    27Ibid, hlm. 56 28 Al-Qur’an, surah al-Baqarah ayat 22.

  • 33

    sumber alam dan harta, dan dipersiapkan untuk bisa dimanfaatkan oleh pelakunya

    sendiri atau oleh umat Islam.29

    2.3.1. Urgensi Produksi dan Tujuannya

    Semua sistem ekonomi sepakat bahwa produksi merupakan poros aktifitas

    ekonomi yang berkisar disekitarnya dan berkaitan dengannya, dimana produksi tidak

    mungkin ada dengan ketiadaannya. Karena itu, aktivitas produksi mendapat perhatian

    sangat besar dalam semua sistem tersebut. Hanya saja, perhatian ini berbeda antara

    suatu sistem dan sistem lainnya berdasarkan perbedaan tujuan produksi. Produksi

    mendapat perhatian besar dalam fikih ekonomi Umar Bin Al-Khathab Radhiyallahu

    Anhu, dan yang terpenting dari beberapa fenomena perhatian tersebut, seperti berikut

    ini:

    1. Umar Bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu menilai kegiatan produksi sebagai

    salah satu bentuk jihad fi sabilillah. Dalam hal ini beliau mengatakan, “Tidaklah

    Allah SWT menciptakan kematian dan yang aku meninggal dengannya setelah

    terbunuh dalam jihad fi sabilillah yang lebih aku cintai daripada aku meninggal

    di antara dua kaki untaku ketika berjalan di muka bumi dalam mencari karunia

    Allah SWT. Sesungguhnya penilaian bahwa produktivitas sebagai salah satu

    bentuk ijtihad fi sabilillah dikuatkan hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik

    Radhiyallahu Anhu. Ia berkata , “Kami berperang bersama Rasulullah SAW di

    Tabuk, lalu melintas di depan kami seorang pemuda yang gesit membawa hasil

    29 Jaribah Bin Ahmad, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Kathab, (Jakarta: Pustaka Al-kautsar,

    2006), hlm. 38.

  • 34

    kerjanya, maka kami berkata, ‘Alangkah jika pemuda itu berjihad dalam perang fi

    sabilillah, maka dia akan mendapatkan yang lebih baik dari hasil kerjanya

    itu.’Akhirnya pembicaraan kami sampai kepada Rasulullah SAW, Maka beliau

    berkata, ‘Apa yang telah kalian katakan?’ Kami menjawab, ‘Demikian, dan

    demikian,’ Maka beliau berkata, ‘Ketahuilah, bila dia bekerja untuk kedua orang

    tuanya atau salah satu dari keduanya, maka dia berjalan di jalan Allah. Dan, jika

    dia bekerja untuk mencukupi dirinya, maka dia berjuang dijalan Allah.”

    2. Umar Radhiyallahu Anhu berpendapat bahwasanya melakukan aktivitas produksi

    lebih baik daripada mengkhususkan waktu untuk ibadah-ibadah sunnah, dan

    mengandalkan manusia dalam mencukupi kebutuhannya.

    3. Umar Radhiyallahu Anhu menghimbau kaum muslimin untuk memperbaiki

    ekonomi mereka dengan melakukan kegiatan yang produktif, dimana beliau

    menyampaikan pembicaraan demikian itu kepada rakyatnya yang dekat dan juga

    yang jauh.

    4. Umar Radhiyallahu Anhu tidak hanya sekedar menghimbau, namun juga

    memberikan dukungan maknawi dan materi terhadap orang yang sedang atau

    ingin melakukan kegiatan produksi.

    5. Umar Radhiyallahu Anhu tidak hanya menghimbau manusia melakukan aktivitas

    produksi dan dia terlepas darinya, namun dia sendiri juga melakukan aktivitas

    produksi. Hingga setelah di angkat sebagai khalifah pun, dia tidak berhenti

    bekerja dalam hartanya sendiri.

  • 35

    6. Di antara fenomena perhatian Umar bin Al-Khathab terhadap produktifitas adalah

    riwayat yang menyebutkan bahwa dia memikirkan hal tersebut ketika sedang

    melaksanakan syariat-syariat ibadah.

    7. Umar Radhiyallahu Anhu menghimbau para wali anak yatim agar meniagakan

    harta anak yatim seraya berkata , “Niagakanlah harta anak yatim agar tidak

    termakan oleh zakat. Dan beliau menyerahkan harta anak yatim yang di sisinya

    kepada orang yang meniagakannya, dimana dia berkata kepada Hakam bin Abul

    ‘Ash Ats-Tsaqafi, “Sesungguhnya aku memiliki harta anak yatim yang cepat

    habis oleh zakat. Apakah di sisi kalian terdapat para pedagang yang dapat aku

    serahkannya kepada mereka?

    Sesungguhnya ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan hukum usaha dan

    pengembangan harta berdasarkan perkataan Umar, “Niagakanlah harta anak yatim, “

    Hal itu karena Umar memerintahkan hal tersebut, sedangkan dia khalifah dan tidak

    terdapat seorang sahabat pun yang menyalahi pendapatnya. Dimana sebagian ulama

    memahami perintah tersebut dalam arti wajib, sebagian yang lain berpendapat sebagai

    bentuk anjuran (sunnah), dan sebagian yang lain lagi berpendapat bahwa perintah

    tersebut dalam arti mubah. Pada level umat, memproduksi sesuatu yang

    merealisasikan kekuatan dan kemandirian umat serta membebaskannya dari

    keberuntungan, dinilai sebagai bentuk kewajiban kolektif (fardhu kifayah), dan boleh

    jadi sebagi kewajiban individu (fardhu ‘ain) terhadap kelompok sesuatu.30

    30 Ibid., hlm. 41-49.

  • 36

    Adapun tujuan terpenting produksi dalam prespektif fikih ekonomi Umar

    Radhiyallahu Anhu:

    1. Merealisasikan keuntungan secara seoptimal mungkin.

    2. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga.

    3. Tidak mengandalkan orang lain.

    4. Melindungi harta dan mengembangkannya.

    5. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan mempersiapkannya untuk

    dimanfaatkan.

    6. Pembebasan dari belenggu taklid ekonomi.

    7. Taqarrub kepada Allah SWT.

    2.3.2. Prinsip- Prinsip Produksi

    Manusia sebagai faktor produksi, dalam pandangan Islam, harus dilihat dalam

    konteks fungsi manusia secara umum yakni sebagai khalifah Allah di muka bumi.

    Sebagai makhluk Allah yang paling sempurna, manusia memiliki unsur rohani dan

    unsur materi, yang keduanya saling melengkapi. Karenanya unsur rohani tidak dapat

    dipisahkan dalam mengkaji proses produksi dalam hal bagaimana manusia

    memandang faktor-faktor produksi yang lain menurut cara pandang Al-Qur’an dan

    Hadis.31

    Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW, memberikan arahan mengenai prinsip-

    prinsip produksi sebagai berikut:

    31 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2010),

    hlm. 110.

  • 37

    a. Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah Allah dan memakmurkan bumi

    dengan ilmu dan amalnya. Allah menciptakan bumi dan langit beserta segala apa

    yang ada diantara keduanya karena sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya kepada

    manusia.32 Karenanya sifat tersebut juga harus melandasi aktivitas manusia dalam

    pemanfaatan bumi dan langit dan segala isinya.

    b. Islam selalu mendorong kemajuan dibidang produksi. Menurut Yusuf Qardhawi,

    Islam membuka lebar penggunaan metode ilmiah yang didasarkan pada

    penelitian, eksperimen, dan perhitungan. Akan tetapi Islam tidak membenarkan

    penuhanan terhadap hasil karya ilmu pengetahuan dalam arti melepaskan dirinya

    dari Al-Qur’an dan hadis.33

    c. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia. Nabi

    pernah bersabda: “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian”.34

    d. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai

    kemudahan, menghindari mudharat dan memaksimalkan manfaat. Dalam Islam

    tidak terdapat ajaran yang memerintahkan membiarkan segala urusan berjalan

    dengan kesulitannya., karena pasrah kepada keberuntungan atau kesialan, karena

    berdalih dengan ketentuan dan ketetapan Allah, atau karena tawakkal kepada-

    Nya, sebagaimana keyakinan yang terdapat didalam agama-agama selain Islam.35

    Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain adalah:

    32 Ibid. 33 Ibid., hlm. 111. 34 Ibid. 35 Ibid.

  • 38

    a. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.

    b. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara

    keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.

    c. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta

    mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi harus berdasarkan

    prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya

    akidah/ agama, terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan/ kehormatan, serta

    untuk memakmurkan material.

    d. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.

    Untuk itu hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian dan

    prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan spiritual dan material.

    Juga terpenuhinya kebutuhan pengembangan peradaban, di mana dalam kaitan

    tersebut para fiqh memandang bahwa pengembangan di bidang ilmu, industri,

    perdagangan, keuangan merupakan fardhu kifayah, yang dengannya manuia bisa

    melaksanakan urusan agama dan dunianya.

    e. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun

    mental dan fisik. Kualitas spiritual terkait dengan kesadaran rohaniahnya, kualitas

    mental terkit dengan etos kerja. Intelektual, kreatifitasnya, serta fisik mencakup

    kekuatan fisik, kesehatan, efisiensi dan sebagainya. Menurut Islam, kualitas

  • 39

    rohiah individu mewarnai kekuatan-kekuatan lainnya, sehingga membina

    kekuatan rohiah menjadi unsur penting dalam produksi Islami.36

    2.3.3. Faktor-Faktor Produksi

    Produksi tidak akan dapat dilakukan jika tidak tersedianya bahan-bahan yang

    memungkinkan dilakukannya proses produksi. Adapun faktor-faktor produksi antara

    lain sebagai berikut:

    1. Tanah

    Islam telah mengakui tanah sebagai suatu faktor produksi tetapi tidak setepat

    dalam arti sama yang digunakan di zaman modern. Dalam tulisan klasik, tanah yang

    dianggap sebagai suatu faktor produksi penting mencakup semua sumber daya alam

    yang digunakan dalam proses produksi, umpamanya permukaan bumi, kesuburan

    tanah, sifat-sifat sumber-sumber daya udara, air, mineral dan seterusnya. Dalam

    Islam, hukum Al-Qur’an dan Sunnah Nabi mengenai hal tanah sebagai faktor

    produksi sangat jelas. Dalam arti sesungguhnya dari istilah itu metode pemanfaatan

    tanah sebagai faktor produksi dalam Islam adalah unik.37

    Baik Al-Qur’an maupun sunnah banyak memberikan tekanan pada

    pembudidayaan tanah secara baik.

    Dalam Al-Qur’an dikatakan:

    ⬧◆ ⧫⧫ ❑◼ ◆☺ ◼

    36Ibid., hlm. 111-112. 37 M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima

    Yasa, 1997), hlm. 55-56.

  • 40

    → ⚫⬧ →⬧

    ☺➔ →◆ ⬧ ⧫

    Artinya: “dan tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami mengarahkan (awan

    yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan (dengan

    air hujan itu) tanaman sehingga hewan-hewan ternak mereka danmereka

    sendiri dapat makan darinya. Maka mengapa mereka tidak

    memperhatikan?”(QS. As Sajdah: 27)

    Dalam fiqih ekonomi Umar Radhiyallahu Anhu terdapat banyak riwayat yang

    menunjukkan urgensi sumber daya bumi sebagai unsur produksi. Bahkan sebagai

    harta pokok dan sumber utama kekayaan, khususnya tanah dan air.

    2. Tenaga Kerja

    Buruh merupakan faktor produksi yang diakui disetiap sistem ekonomi.

    Dalam islam, buruh bukan hanya suatu jumlah usaha atau jasa abstrak yang

    ditawarkan untuk dijual pada para pencari tenaga kerja manusia. Mereka yang

    memperkerjakan buruh juga memiliki tanggung jawab moral dan sosial.38 Dalam

    Islam, tenaga kerja yang dipakai oleh yang membutuhkannya tidak diperbolehkan

    melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak diizinkan oleh Syari’at. Antara pekerja

    dengan majikan tidak boleh saling memeras. Islam juga mengajarkan bahwa seorang

    tenaga kerja itu mempunyai tanggung jawab moral untuk melindungi kepentingan

    38Ibid., hlm. 58.

  • 41

    yang sah, baik kepentingan para majikan maupun para pekerja yang kurang

    beruntung.

    3. Modal Dagang

    Islam menganjurkan pertambahan internal dalam intervensi sebagai ganti

    simpanan dan mengajarkan adanya perputaran harta agar dapat menjadi alat produksi

    yang berguna. Modal dibedakan menjadi dua:

    1) Modal Finansial.

    Produksi yang menggunakan modal jenis ini tampak dalam beberapa kriteria,

    yaitu:

    a. Terdapat dua orang yang mengadakan kerjasama dalam bentuk penggabungan

    modal bersama.

    b. Terjadi penggabungan modal dan tenaga.

    c. Terjadi penggabungan modal, namun pelaksana investasi hanya dipercayakan

    kepada salah seorang saja.

    d. Tenaga dua orang yang sepakat melakukan usaha bersama, dengan modal

    hanya berasal dari salah satu pihak saja.

    e. Seseorang yang memiliki sejumlah harta kemudian dikembangkan dengan

    melakukan jual beli. Inilah yang dikenal dengan perniagaan.

    Setiap benda yang telah dimiliki boleh dimanfaatkan dan diambil hasilnya,

    jika tidak ada sesuatu yang menghalangi menurut agama seperti makanan, minuman,

    pakaian, kendaraan dan perabotan.

  • 42

    Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 275,

    yang bunyinya:

    ◆ ⧫ ⧫▪◆ ❑⧫

    Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli. dan mengharamkan riba”. (QS.

    Al-Baqarah: 275)39

    2) Modal Barang.

    Modal ini berasal dari seseorang yang bekerja dan mempunyai kekayaan

    berupa alat-alat dan barang-barang tertentu. Pengembangan pendapatannya dilakukan

    dengan cara persewaan.Ini merupakan bagian dari jenis jual beli, karena setiap yang

    menyewakan dan pihak penyewa berhak memiliki (sesuai dengan perjanjian). Praktek

    ini juga merupakan bagian jual beli yang bermanfaat. Manfaat itu dapat dimiliki

    ketika pihak yang bersangkutan masih hidup atau dikuasakan kepada ahli waris jika

    pelaku meninggal dunia. Penyewa bertanggung jawab atas kondisi barang. Jika

    persewaan dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan upah yang juga ditentukan,

    maka pihak yang menyewakan memiliki hak pemanfaatan dan juga berhak atas upah.

    Masanya ditentukan sejak transaksi dilakukan kecuali keduanya mensyaratkan

    adanya penundaan.40

    2.3.4. Tujuan yang Perlu Dicapai dalam Bagian Produksi

    39 Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam Prinsip, Dasar, dan Tujuan,

    (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hlm. 174-176. 40 Ibid., hlm. 177.

  • 43

    Setiap kegiatan perekonomian, selalu ada tujuan yang ingin dicapai di setiap

    usahanya. Untuk memenuhi keinginan tersebut, bagian produksi dan operasi harus

    berusaha mewujudkan barang dalam konteks sebagai berikut:41

    a. Meningkatkan Efisiensi

    Efisiensi merupakan hubungan antara input atau bahan baku dengan output

    atau produk. Jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa lebih banyak

    sementara nilai bahan baku tetap, maka dapat dikatakan efisiensi telah ditingkatkan.

    Begitu pula, jika perusahaan dapat menghasilkan brang dan jasa yang tetap tetapi

    dengan nilai bahan baku yang lebih murah, sekali lagi efisiensi telah ditingkatkan.

    Satu dari ukuran utama perusahaan yang melakukan proses transformasi adalah

    efisiensi. Ketika beberapa informasi yang diterima menyatakan bahwa ada

    perusahaan yang menginvestasikan uangnya pada peralatan baru, merancang sistem

    jaringan komputer, memperpendek rantai penawaran barang, alasan-alasan ini biasa

    digunakan untuk memotong biaya atau dikenal sebagai meningkatkan efisiensi.42

    b. Meningkatkan Produktivitas

    Produktivitas merupakan ukuran detail atau terinci mengenai efisiensi

    perubahannya dari waktu ke waktu. Produktivitas merupakan perbandingan antara

    seluruh produk barang dan jasa yang diproduksi pada waktu tertentu dibagi dengan

    banyaknya jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Dengan

    kata lain produktivitas merupakan ukuran efisiensi dari para pekerja.

    41 Sudano Sukirno dkk., Pengantar Bisnis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2004), hlm. 151. 42 Ibid.

  • 44

    Produktivitas juga berkaitan dengan kuantitas dan kualitas barang yang akan

    diproduksi. Jika sumber daya yang digunakan dengan cara yang semakin efisien,

    maka kuantitas output akan menjadi besar. Tetapi kuantitas output yang semakin

    besar jika tidak diimbangi dengan kualitas outputnya, biasanya konsumen akan

    menolak produk barang dan jasa jenis tersebut.43

    c. Meningkatkan Kualitas

    Kualitas adalah salah satu alasan yang membuat konsumen mau membeli

    barang suatu perusahaan atau mau menggunakan jasa suatu perusahaan. Konsep

    kualitas sangat subjektif, karena secara defenisi kualitas merupakan suatu hasil

    memproduksi barang dan jasa dengan cirri dan karakter tertentu dengan standar

    kepuasan seperti apa yang diduga oleh konsumen. Sifat yang subjektif ini

    menyebabkan perusahaan tidak hanya dituntut memproduksi barang yang baik, tetapi

    juga harus sesuai dengan apa yang menjadi harapan konsumen.44

    Produksi dapat merealisasi kehidupan yang baik yang menjadi tujuan Islam

    bagi manusia. Tujuan produksi adalah mencapai dua hal pokok pada tingkat pribadi

    muslim dan umat Islam. Pada tingkat pribadi muslim, tujuannya adalah merealisasi

    pemenuhan kebutuhan baginya, sedangkan pada tingkat umat Islam ialah

    43 Ibid., hlm. 151-152 . 44 Ibid., hlm. 152.

  • 45

    merealisasikan kemandirian umat. Dalam kehidupan ekonomi manusia terdapat

    empat tingkatan yang berbeda satu dengan yang lainnya, yaitu:45

    1. Tingkat dharurat, yaitu kondisi dimana manusia hidup dibawah standar

    kecukupan. Kondisi ini dialami oleh orang-orang yang hidup dalam belenggu

    kelaparan.

    2. Tingkatan yang lebih baik dari hal tersebut di atas, yaitu tingkatan pas-pasan. Ia

    hidup dalam batas minimal kehidupan tidak lebih dan tidak kurang.

    3. Tingkatan yang lebih baik dari hal tersebut di atas, yaitu yang disebut oleh para

    ahli fiqh sebagai “terpenuhinya kecukupan” bagi manusia secara sempurna. Ia

    bukan semata-semata terpenuhinya kebutuhan, tetapi terpenuhinya kebutuhan

    secara sempurna dengan segala unsur dan aspeknya. Tingkatan inilah yang

    dikehendaki Islam untuk para pemeluknya, bahkan untuk setiap orang yang hidup

    dibawah naungannya, baik ia sebagai seorang muslim ataupun bukan.

    4. Di atas itu semua, adalah “tingkatan kemegahan” yang ditolak oleh Islam. Islam

    tidak rela ummatnya hidup pada tingkatan kehidupan yang rendah dan

    berkekurangan.

    Kehidupan manusia sebagaimana digambarkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an

    secara sempurna yaitu makanan berupa daging hewan ternak, ikan laut, zaitun,

    kurma, anggur, bermacam buah-buahan yang terdiri dari buah anggur dan kurma dari

    rizki yang baik. Demikian pula buah-buahan yang bervariasi yang menjadi obat bagi

    45 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral Dalam Perekonomian Islam, (Jakarta: Robbani

    Press, 2001), hlm. 180.

  • 46

    manusia, terutama madu lebah, dan lainnya yang merupakan rizki dari Allah.

    Demikian pula pakaian yang dapat memelihara dari teriknya panas dan dinginnya

    udara, dari bulu domba ataupun lainnya. Dan pakaian besi yang menjaga manusia

    pada waktu perang. Demikian pula rumah-rumah yang Allah jadikan sebagai tempat

    tinggal bukan sebagai penjara.Juga pernikahan yang dengannya manusia

    mendapatkan ketenangan dan kecintaan, disamping mendapatkan keturunan,

    sebagaimana firman-Nya dalam QS. An-Nahl ayat 72:

    ◆ ➔ ⬧ → ◆ ➔◆

    ⬧ →◆ ⧫✓⧫ ◆ ⬧◆◆

    ⧫ ⧫⬧ ⧫❑⬧ ☺➔◆

    ➔ ⧫→⧫

    Artinya:“Dan Allah menjadikan bagi kamu pasangan (suami atau istri) sari jenis

    kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu,

    serta memberimu rezki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada

    yang batil dan mengingkari nikmat Allah?”.(QS. An-Nahl: 72)

    Tujuan lain dalam produksi adalah merealisasikan kemandirian (ekonomi)

    umat. Maknanya, hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan, keahlian, dan

    prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan materil dan spiritual juga

    terpenuhinya kebutuhan pengembangan peradaban dan ketentaraan, melalui jalan

    yang oleh para ahli fiqh disebut “fardhu kifayah”. Fardhu kifayah ini mencakup ilmu,

    amal, industri dan kemampuan lainnya yang dengannya manusia bisa melaksanakan

    urusan agama dan dunianya. Kewajiban mereka saat itu adalah mengajarkan,

  • 47

    mempelajari dan menekuni berbagai disiplin ilmu tersebut, sehingga umat Islam tidak

    menggantungkan diri pada umat lainnya, dan agar muat-umat lain tidak

    menegendalikannya.

    Tanpa hal tersebut, tidak mungkin umat mampu merealisasi kemerdekaan dan

    kepemimpinan yang hakiki. Tidak mungkin akan ada izzah (harga diri) bagi umat

    yang persenjataannya diproduksi oleh umat lain. Mereka akan menjualnya dengan

    sekehendak hatinya, kapan mereka mau, dengan syarat-syarat yang mereka

    kehendaki. Mereka juga dapat menghentikan penjualan kapan mereka mau dan

    dengan cara yang mereka kehendaki. Tidak akan ada kepemimpinan yang

    sesungguhnya bagi umat yang mengandalkan diri pada keahlian orang lain dalam

    urusan-urusan yang bersifat spesifik, sensitif, dan sangat rahasia. Tidak akan ada

    kemerdekaan bagi umat yang tidak memiliki makanan pokok di negerinya, tidak

    menemukan obat untuk penyakitnya, tidak mampu bangkit untuk industri berat,

    kecuali dengan mempergunakan alat dan sarana orang lain. Tidak akan ada

    keteladanan bagi umat yang tidak mampu menyampaikan dakwahnya secara mandiri

    baik lewat bacaan, pendengaran, atau audio visual. Mereka tidak boleh membelinya

    dari orang lain. Mereka harus memiliki sendiri percetakan, siaran radio, stasiun

    televisi, dan satelit.46

    Oleh karena itu, Islam sangat menekankan umat agar dapat melakukan

    kegiatan produksi. Selain memenuhi kebutuhan individu, kegiatan produksi juga

    memberikan banyak manfaat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    46 Ibid., hlm. 182-190.

  • 48

    Jika segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi, maka setiap individu akan hidup dalam

    ketentraman.

    2.4. Sistem Perekonomian Pada Masa Pemerintahan Rasulullah SAW

    Kehidupan Rasulullah SAW dan masyarakat Muslim di masa beliau adalah

    teladan yang paling baik implementasi Islam termasuk dalam bidang ekonomi.

    Meskipun pada masa sebelum kenabian Muhammad Saw adalah seorang pembisnis,

    tetapi yang dimaksudkan perekonomian di masa Rasulullah di sini adalah pada masa

    Madinah. Pada periode Mekkah masyarakat Muslim belum sempat membangun

    perekonomian, sebab masa itu penuh perjuangan untuk mempertahankan diri dari

    intimidasi orang-orang Quraisy. Barulah pada periode Madinah Rasulullah

    memimpin sendiri membangun masyarakat Madinah sehingga menjadi masyarakat

    sejahtera dan beradap. Meskipun perekonomian pada masa beliau relatif masih

    sederhana.47 Tetapi beliau telah menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi

    pengelolaan ekonomi. Karakter umum dari perekonomian pada masa itu adalah

    komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma, serta perhatiannya yang besar

    terhadap keadilan dan pemerataan kekayaan. Usaha-usaha ekonomi harus dilakukan

    secara etis dalam bingkai syari’ah Islam, sementara sumber daya ekonomi tidak boleh

    menumpuk pada segelintir orang melainkan harus beredar bagi kesejahteraan seluruh

    umat. Pasar menduduki peranan penting sebagai mekanisme ekonomi, tetapi

    47 Ditulis oleh Pusat Pengkajian dan Pembangunan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam

    Indonesia Yogyakarta atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Edisi 1, (Jakarta:

    Rajawali Pers, 2009), hlm. 97-98.

  • 49

    pemerintah dan masyarakat juga bertindak aktif dalam mewujudkan kesejahteraan

    dan menegakkan keadilan.

    Sebagaimana pada masyarakat Arab lainnya, mata pencaharian mayoritas

    penduduk Madinah adalah berdagang, sebagian yang lain bertani, beternak, dan

    berkebun. Berbeda dengan Makkah yang gersang, sebagian tanah di Madinah relatif

    subur sehingga pertanian, peternakan, dan perkebunan dapat dilakukan di kota ini.

    Kegiatan ekonomi pasar relatif menonjol pada masa itu, di mana untuk menjaga agar

    mekanisme pasar tetap berada dalam bingkai etika dan moralitas Islam Rasulullah

    mendirikan Al-Hisbah. Al-Hisbah adalah institusi yang bertugas sebagai pengawas

    pasar (market controller). Rasulullah juga membentuk Baitul Maal, sebuah institusi

    yang bertindak sebagai pengelola keuangan negara.48

    Rasulullah SAW mengawali pembangunan Madinah dengan tanpa sumber

    keuangan yang pasti, sementara distribusi kekayaan juga timpang. Kaum muhajirin

    tidak memiliki kekayaan