PERAN ORANG TUA ASUH DALAM PEMBINAAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2136/1/PERAN...
Transcript of PERAN ORANG TUA ASUH DALAM PEMBINAAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2136/1/PERAN...
i
PERAN ORANG TUA ASUH
DALAM PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH
DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH SURUH
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban Dan Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata I (S.Pd.)
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
Dina Fitriana
NIM: 11113213
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
حسان حسان الا ال هل جزآء ال
“Tidak ada balasan untuk kebaikan selain
kebaikan (pula).”
(Ar-Rahman: 60)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku Bazari dan Siti Anipah, yang selalu membimbing,
memberikan doa, motivasi, dukungan moril serta materiil kepada penulis.
2. Saudara kandung ku dan juga saudara-saudara ku yang lainnya yang telah
memberi motigvasi dan juga semangat.
3. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Abdul Syukur, M.Si yang telah
memberikan bimbingan sampai skripsi ini selesai.
4. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam, Ibu Rukhayati, M.Ag.
5. Sahabat dan teman-teman dekat ku yang selalu memberikan semangat,
motivasi dan selalu membantu menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat seperjuanganku khususnya angkatan 2013 jurusan
Pendidikan Agama Islam.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi dengan judul Peran
Orang Tua Asuh dalam Pembinaan Kepribadian Anak Asuh di Panti Asuhan
Darul Hadlanah Suruh, Kabupaten Semarang Tahun 2017 ini dapat diselesaikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, rektor Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Ruhayati, M.Ag, ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri Salatiga.
4. Bapak Rovi’in, M.Pd, selaku pembimbing akademik.
5. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku pembimbing skripsi.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai ilmu, serta
karyawan IAIN Salatiga.
7. Keluarga besar panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, Kab. Semarang.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk kelancaran penelitian
ini.
ix
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca,
dan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih memiliki kekurangan. Segala kritik, masukan dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaannya.
Salatiga, 1 September 2017
Penulis
x
ABSTRAK
Fitriana, Dina. 2017. Peran Orang Tua Asuh dalam Pembinaan Kepribadian
Anak Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh Kabupaten Semarang
Tahun 2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs.
Abdul Syukur, M.Si
Kata kunci : Peran, Orang Tua Asuh, Pembinaan Kepribadian, Panti Asuhan
Orang tua yang tidak dapat membina dan membentuk kepribadian
anaknya, maka anak berhak diasuh, dibina dan dibentuk kepribadiannya oleh
orang tua asuh. Penelitian ini untuk menjawab permasalahan berikut: Bagaimana
peran orang tua asuh, apa saja faktor pendukung dan penghambat, dan bagaimana
hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan kepribadian anak asuh di
panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Dengan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti melakukan wawancara dengan
orang tua dan beberapa anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh. Untuk
analisis data menggunakan metode reduksi data, menyusun kategorisasi, dan
sintesisasi.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Orang tua asuh sangat berperan dalam
pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, 2)
Faktor pendukung dalam pembinaan kepribadian anak asuh adalah lingkungan
yang islami, 3) Sedangkan faktor penghambat dalam pembentukan kepribadian
anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh adalah kebiasaan yang dibawa
dari sebelum masuk panti asuhan, dan 4) Hasil dari pembinaan kepribadian yang
telah dilakukan di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh sudah terlihat jelas dengan
adanya perubahan-perubahan sikap menjadi lebih baik pada anak asuh dari
sebelum dan sesudah masuk panti asuhan.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN LOGO .................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iv
DEKLARASI ............................................................................................. v
MOTTO ..................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................. x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
E. Penegasan Istilah .................................................................. 6
F. Penelitian Terdahulu ............................................................. 7
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Orang Tua Asuh ........................................................ 10
xii
B. Pembinaan Kepribadian Anak .............................................. 11
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian .......................................... 31
B. Lokasi Penelitian .................................................................. 31
C. Sumber Data ......................................................................... 31
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 33
E. Analisis Data......................................................................... 35
F. Pengecekan Keabsahan Data ................................................ 37
G. Tahap – Tahap Penelitian .................................................... 38
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data ......................................................................... 39
B. Analisis Data......................................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................... 68
B. Saran ..................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Susunan Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh ...... 41
Tabel 4.2 Daftar Anak Asuh ................................................................. 42
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Harian Anak Asuh ..................................... 46
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Mingguan Anak Asuh ............................... 47
Tabel 4.5 Daftar Sarana dan Prasarana ................................................. 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakuukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakkan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Hasil Observasi
7. Pedoman Wawancara
8. Hasil Wawancara
9. Keterangan Inisial
10. Daftar Anak Asuh
11. Dokumentasi
12. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan karunia dari Allah SWT yang merupakan
dambaan setiap orang tua. Anak merupakan amanah Allah SWT untuk
orang tua yang harus dididik dan dibimbing dengan baik karena anak juga
menjadi generasi penerus orang tuanya maupun menjadi generasi penerus
bagi agama, nusa dan bangsa. Karena orang tua merupakan guru pertama
bagi anak, maka orang tua mempunyai tugas utama. Tugas utama dan
pertama orang tua adalah menjadi teladan bagi anaknya karena anak
belajar dengan meniru (Setyawan, 2015: 24).
قودها الناس والحجارة علي يآيها الذين امنو ها ا قوا انفسكم واهلكم ناراو
ملئكة غلظ شداد ل يعصون الله مآ امرهم ويفعلون ما يؤ مرون
(٦)التحريم:
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Dari surat at-Tahrim ayat 6 di atas orang tua berkewajiban menjaga dan
melindungi keluarganya dari perbuatan-perbuatan tercela. Dengan
memberikan teladan, ajaran, yang menjadikan keluarganya patuh terhadap
perintah Allah.
2
Orang tua mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
jasmani dan juga kebutuhan rohani anak yang hanya dapat dipenuhi
dengan memberikan pendidikan agama dan akhlak yang baik, yaitu sebuah
pendidikan yang akan menjaga anak agar tidak keluar dari jalan yang
benar, serta pendidikan yang berguna untuk pembentukan kepribadian
anak.
Pada hakikatnya, orang tua adalah pembimbing dan pendidik
dalam keluarga yang pertama dan utama bagi anak-anaknya. Unsur-unsur
keterikatan batin, keakraban pergaulan, dan pengenalan terhadap individu
anak merupakan beberapa faktor pendukung kuat atas keberhasilan
pendidikan terhadap anak dalam keluarga, dan hal itu hanya dimiliki oleh
seorang ibu (Syafei, 2006: 85).
Namun, disaat orang tua tidak dapat melaksanakan peran dan
tugasnya, membina dan membentuk kepribadian anak-anaknya, maka anak
berhak mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan dari orang tuanya
itu dari orang lain, misalnya orang tua asuh. Pengasuhan anak dapat
berpindah tanagan dari orang tua kandung kepada orang lain yang lebih
memenuhi persyaratan untuk menjadi pengasuh anak apabila orang tua
kandung tidak dapat mengasuh anaknya dengan baik karena disebabkan
oleh suatu alasan. Misalnya, orang tua kandung tidak dapat menafkahi
anaknya, orang tua yang sengaja menelantarkan anaknya, anak yatim
piatu, atau yang lainnya. Maka disinilah tanggung jawab serta peran orang
3
tua kandung diambil alih oleh orang tua asuh dengan persyaratan dan
ketentuan tertentu.
Tugas orang tua asuh dalam hal ini adalah membesarkan hati anak-
anak asuhnya dan membina dalam pembentukan akhlak dan kepribadian
anak sehingga anak akan tumbuh dengan baik dan mempunyai pribadi
yang baik pula sesuai dengan harapan orang tua. Karakter yanag kuat
dibentuk oleh penanaman nilai yang menekankan tentang baik dan buruk.
Nilai ini di bangun melalui penghayatan dan pengalaman, membangkitkan
rasa ingin dan jijik yang sangat kuat, bukan menyibukkan diri dengan
pengetahuan (Adhim, 2008: 272). Hal tersebut dapat dilakukan oleh orang
tua yang mengasuh anaknya.
Agar anak asuh memiliki kepribadian yang baik, tentunya orang
tua asuh harus memiliki kepribadian yang baik pula dimana akan dicontoh
atau dijadikan suri tauladan bagi anak-anak asuhnya, baik dalam
perbuatan, ucapan maupun sikap, sehingga pembentukan kepribadian
setiap anak asuh mudah dilakukan.
Pendidikan agama dan kepribadian anak asuh tidak hanya menjadi
tanggung jawab guru, kyai, dan ulama saja, tetapi menjadi tanggung jawab
orang tua asuh itu sendiri. Pada panti asuhan Darul Hadlonah Suruh
terdapat 33 anak asuh, dimana setiap anak asuh memiliki sifat dan watak
yang berbeda-beda. Ada yang minder, pemalu, cari perhatian orang, dan
sebagainya. Peran orang tua asuh disini sangat dibutuhkan untuk
membentuk pribadi yang baik bagi anak asuhnya.
4
Dengan latar belakang masalah diatas, penulis mengadakan
penelitian dengan judul “PERAN ORANG TUA ASUH DALAM
PEMBINAAN KEPRIBADIAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN
DARUL HADLONAH, SURUH, KAB. SEMARANG”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa hal yang
menjadi permasalahan yang akan dibahas melalui penelitian ini.
Adapun beberapa masalah itu adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak
asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?
2. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak
asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?
3. Apa saja faktor penghambat dalam upaya pembinaan kepribadian anak
asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?
4. Bagaimana hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan pembinaan
kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan peran orang tua asuh dalam pembinaan
kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dalam upaya pembinaan
kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.
5
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam upaya pembinaan
kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah Suruh.
4. Untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan
pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlonah
Suruh.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat
diambil, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan
khususnya bagi pembentukan kepribadian anak baik umum maupun
anak asuh di panti asuhan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan terhadap orang tua dalam membentuk
kepribadian anak, baik anak asuh di panti asuhan maupun bagi
anak.
b. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu acuan penelitian yang relevan dimasa yang akan
datang.
6
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul
penelitian diatas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah
pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:
1. Peran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 854), kata peran
diartikan perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat.
2. Orang Tua Asuh
Orang tua asuh dapat diartikan sebagai komponen orang tua yang
terdiri dari para pengurus panti asuhan. Orang tua asuh memiliki
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-
anak asuhnya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
anak asuh untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat (Syafei, 2006:
34).
3. Pembinaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 152), pembinaan adalah
proses atau cara untuk mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan
dilakukan bertujuan agar yang dibina menjadi lebih baik sesuai dengan
yang diharapkan oleh orang yang membina.
4. Kepribadian Anak
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering di
7
deskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang. Freud berpendapat bahwa, kepribadian sebenarnya pada
dasarnya telah terbentuk pada akhir tahun kelima, dan perkembangan
selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Kesimpulan yang demikian itu diambilnya atas dasar
pengalaman-pengalamannya dalam meakukan psikoanalisis (Sumadi,
1990: 163).
F. Penelitian Terdahulu
Rujukan penelitian yang pertama yaitu skripsi dari Rohmatul
Wahidah mahasiswi IAIN Raden Intan Lampung dengan judul Peran
Orang Tua Asuh dalam Pendidikan Akhlak Remaja (Studi Kasus di Panti
Asuhan Roudhotus Sibyan Bandar Lampung). Dalam penelitiannya
peneliti menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Metode pengumpulan data dengan dokumen, rekaman dan catatan arsip,
wawancara, observasi langsung, dan observasi partisipan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih
menekankan pada pembinaan kepribadian yang dilakukan oleh orang tua
asuh. Subyek penelitian yang diteliti yaitu orang tua asuh dan juga anak-
anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam menyusun skripsi yang penulis susun,
maka diperlukan cara penulisan yang baik sehingga hasil penelitian tidak
akan keluar dari batasan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, perlu
8
adanya sistematika penulisan yang baik yang terdiri dari 3 bagian dengan
rinciannya sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal ini mencakup sampul, lembar berlogo IAIN Salatiga,
judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, motto dan persembahan.
2. Bagian Inti
Bagian inti terdiri dari 5 bab dengan rinciannya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini membicarakan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori
Pada bab landasan teori ini, berisi bagai pembahasan teori
yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya
berkaitan dengan orang tua asuh dalam membina
kepribadian anak panti asuhan.
Bab III Metode Penelitian
Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-
langkah penelitian secara operasional yang meliputi:
pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian,
9
sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
Bab IV Paparan Data dan Analisis
Berisi paparan data yang diperoleh dari pengamatan, hasil
wawancara, dan deskripsi informasi lainnya yang disajikan
dengan topik pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hasil
analisis data yang diperoleh dari lapangan. Dan juga
menguraikan gagasan peneliti terhadap teori-teori dan
temuan-temuan yang diungkap dari lapangan.
Bab V Penutup
Dalam bab penutup ini diuraikan mengenai kesimpulan
akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan
dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir skripsi memuat lampiran-lampiran dan juga daftar
riwayat hidup penulis.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peran Orang Tua Asuh
Pengertian orang tua asuh adalah warga masyarakat, baik
perorangan maupun kelompok, yang secara sukarela memberi bantuan
pendidikan kepada anak sekolah dari keluarga tidak mampu agar mereka
dapat menyelesaikan pendidikan formalnya. Orang tua asuh juga dapat
diartikan sebagai komponen orang tua yang terdiri dari para pengurus
panti asuhan. Orang tua asuh memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anak asuhnya untuk mencapai tahapan
tertentu yang menghantarkan anak asuh untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.
Secara tradisional, orang tua asuh diartikan sebagai adopsi yang
memiliki tempat tinggal bersama. Namun secara dinamis individu yang
membentuk orang tua asuh dapat digambarkan sebagai anggota dari grup
masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk
memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.
Orang tua asuh kali pertama anak-anak mendapat pengalaman dini
langsung yang akan digunakan sebagai bekal hidupnya dikemudian hari
melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual (Syafei, 2006:
34).
Berdasarkan Konvensi Hak Anak dijelaskan bagi anak-anak yang
hidup dan berkembang di luar keluarga alami, diberikan ketentuan-
ketentuan khusus untuk memberikan kepada mereka keluarga atau
11
lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak bergantung pada
orang dewasa. Inilah yang dimaksud dengan “pengasuh pengganti”. Dalam
konteks Konvensi Hak Anak, anak berhak untuk mendapatkan keluarga
atau keluarga pengganti agar kehidupan dan perkembangannya dapat
dipenuhi dengan baik. Keluarga atau keluarga pengganti bertanggung
jawab untuk memenuhi hak-hak dasar anak. Sedangkan negara
berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak anak untuk
memperoleh keluarga atau keluarga pengganti dapat terpenuhi, dan agar
keluarga atau keluarga pengganti dapat melaksanakan tanggung jawabnya
dengan maksimal. Secara umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup
dalam kelompok lingkungan keluarga atau pengasuh pengganti meliputi
antara lain: tanggung jawab keluarga dalam pengasuhan anak, penempatan
bagi anak-anak yang terpisah dari keluarganya, misalnya anak yatim piatu,
terlantar dan sebagainya (dengan kafalah sebagaimana yang dikenal dalam
hukum Islam, adopsi atau panti-panti yang dikelola oleh negara), serta
melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan oleh orang tua, keluarga
atau keluarga pengganti mereka (Nugraha dan Zaman, 2016: 33-34).
B. Pembinaan Kepribadian Anak
1. Kepribadian
Kepribadian atau dalam bahasa Inggrisnya “personality”
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu prosopon atau persona yang
berarti ‘topeng’ dan biasa digunakan dalam pertunjukan teater. Para
pemain drama dalam pementasa teater selalu menggunakan topeng dan
12
bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya.
Seolah-olah, topeng itu mewakili ciri karakter tertentu, seperti halnya
topeng dalam pementasan drama. Menurut Schultz (2005) dalam
Hidayat konsep awal dari personaliti adalah tingkah laku yang
ditunjukkan kepada lingkungan sosial dan kesan mengenai diri yang
diinginkan agar dapat ditangkap oleh orang lain (2011:6).
Gordon Allport dalam Hidayat mengklarifikasi lebih dari lima
puluh definisi kepribadian yang berbeda. Menurutnya (dalam Engler,
1995), kepribadian adalah sesuatu yang nyata dalam seorang individu
yang mengarah pada karakteristik perilaku. Sementara itu, menurut
Carl Rogers, seorang ahli kepribadian, kepribadian ataau “diri” adalah
sesuatu yang terorganisasi, berisikan pola persepsi tentang “aku” (self)
atau “aku yang menjadi pusat pengalaman individual” (Engler, 1995).
Menurut B. F Skinner, seorang psikolog behavioral dari Amerika,
istilah “kepribadian” tidak diperlukan untuk memahami perilaku
manusia. Adapun menurut Sigmud Freud, bapak psikonalisis,
kepribadian sebagian besar terdiri dari ketidaksadaran, tersembunyi,
dan tidak diketahui (2011:6).
Kepribadian mendasari atau menjadi penyebab kemunculan
perilaku individual, yang bersumber dari dalam diri dan pegalaman.
Karenanya, dalam menjelaskan kepribadian terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan: pertama, mengenai deskripsi kepribadian yang
harus mempertimbangkan ciri-ciri seseorang. Kita akan
menggambarkan kepribadian seseorang dengan cara
membandingkannya dengan orang lain, kedua, bagaimana kita dapat
memahami dinamika kepribadian, cara seseorang menyesuaikan diri
dengan situasi kehidupan, dan pengaruh budaya terhadap proses
pemikiran, dan ketiga, adalah perkembangan kepribadian (Hidayat,
2011: 7).
13
Kepribadian sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-ciri
tertentu yang menonjol pada diri individu. Menurut pengertian sehari-
hari, menunjuk kepada bagaimana individu tampil dan menimbulkan
kesan bagi individu-individu lainnya (Koswara, 1991: 10).
Perkembangan kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya faktor hereditas (pembawaan) dan lingkungan.
a. Faktor Hereditas (Pembawaan)
Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat (periode)
yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya
sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga
sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang
menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah
kelahiran. Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas
dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah:
1) sebagai sumber bahan mentah (raw materials) kepribadian
seperti fisik, intelegensi, dan temperamen,
2) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi
lingkungannya sangat baik/kondusif, perkembangan
kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas atau potensi
hereditas), dan mempengaruhi keunikan kepribadian (Yusuf
dan Nurihsan, 2008: 21).
b. Faktor Lingkungan (Environment)
Menurut Alfred Adler dalam Hidayat kepribadian
dipengaruhi oleh posisi kelahiran dalam keluarga, situasi sosial,
14
dan pengasuhan sebagi fungsi dari perluasan perbedaan usia antara
saudara kandung. Dalam pandangan Adler, perbedaan lingkungan
rumah akan memberikan pengaruh kepada perbedaan kepribadian
(2011:9).
Sementara Karen Horney dalam Hidayat percaya bahwa
kebudayaan dan periode waktu tertentu memberikan pengaruh
terhadap kepribadian, misalnya neurosis yang diderita oleh pasien-
pasiennya yang kebetulan orang Jerman dan orang Amerika,
didapati memiliki perbedaan. Horney pun menyoroti perbedaan
lingkungan sosial diantara anak laki-laki dan perempuan. Dia
berpendapat bahwa perkembangan inferioritas perempuan
disebabkan oleh perlakuan tertentu pada anak perempuan dalam
budaya yang didominasi laki-laki (patriarki). Sementara
perempuan yang dibearkan dalam budaya matriarki akan memiliki
karakteristik kepribadian yang berbeda dan harga diri (self esteem)
yang lebih tinggi (2011: 9).
Menurut Erich From dalam Hidayat percaya bahwa pengaruh
kekuatan dan kejadian dalam sejarah memberi pengaruh yang lebih
luas dalam membentuk kepribadian seseorang. Misalnya, setiap
periode dalam sejarah, baik zaman pertengahan, renaissance,
reformasi protestan, maupun zaman revolusi industri akan
membentuk kepribadian yang berbeda atau tipe karakter yang lebih
sesuai dengan kebutuhan pada zaman tersebut (2011: 10).
Menurut Allport dan Cattel dalam Hidayat faktor lingkungan
penting terhadap pembentukan kepribadian. Menurut Allport,
meskipun faktor genetik merupakan dasar kepribadian, tetapi
lingkungan sosiallah yang membentuk bahan dasar tersebut
menjadi produk akhir. Cattel berpendapat bahwa hereditas adalah
faktor penting pembentuk kepribadian, tetapi faktor lingkungan
yang pada akhirnya memberikan pengaruh dalam perluasan
kepribadian (2011: 10).
Menurut Erik Erikson dalam Hidayat delapan tahapan
perkembangan bersumber dari pembawaan (innate), tetapi
lingkunganlah yang menentukan cara untuk tahapan yang berbasis
genetik dicapai. Erikson percaya pengaruh dari kekuatan sejarah
dan sosial terhadap pembentukan identitas ego. Maslow dan
Rogers menyatakan bahwa aktualisasi diri adalah sesuatu yang
bersifat dari dalam (innate), tetapi mereka mengakui bahwa faktor
lingkungan akan mendorong atau sebaliknya menghambat
kebutuhan aktualisasi diri (2011: 10).
Setiap individu mempunyai kepribadain tersendiri dengan
karakteristik atau ciri-ciri yang khas dan unik. Hal tersebut dapat
15
dijadikan sebagai pembeda individu. Artinya, kepribadian seseorang
tidak akan pernah sama dengan kepribadian orang lain.
Menurut Elizabeth dalam Kartini kepribadian ada yang sehat
dan tidak sehat. Asumsi sehat di sini dapat dipersamakan dengan hal-
hal yang positif. Berikut ini ciri-ciri kepribadian yang sehat (positif):
a. Mampu menilai diri sendiri apa adanya, baik tentang kelebihan dan
kekurangan secara fisik, pengetahuan, maupun keterampilan.
b. Mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialami
apa adanya secara wajar dan tidak mengharapkan situasi atau
kondisi kehidupan dengan sesuatu yang sempurna.
c. Mampu menilai keberhasilan dan menanggapinya secar rasional
(masuk akal).
d. Mau menerima tanggung jawab dan mempunyai keyakinan terhadap
kemampuan untuk memecahkan dan mengatasi masalah kehidupan
yang dialaminya.
e. Mempunyai sifat mandiri, baik dalam berpikir, dan bertindak,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
lingkungannya.
f. Mampu mengendalikan emosi, dapat menghadapi situasi frustasi,
depresi, atau stres secara positif dan tidak destruktif (merusak).
g. Mampu merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap kegiatan dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan yang rasional, bukan atas
dasar paksaan dari luar.
h. Peduli lingkungan, fleksibel (luwes) dalam berpikir, terbuka
terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya menjadi orang lain.
i. Mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial.
j. Mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama yang
dianutnya.
k. Kehidupan penuh kebahagiaan.
Dan ada beberapa ciri-ciri yang menunjukkan bahwa kepribadian
seseorang itu tidak sehat atau negatif:
a. Mudah tersinggung atau marah.
b. Mudah cemas atau khawatir.
c. Merasa tertekan (stres atau depresi).
d. Senang mengganggu orang lain, terutama yang usianya lebih muda.
e. Perilakunya sering menyimpang meskipun sudah diperingatkan.
f. Terbiasa berbohong.
g. Hiperaktif (sangat aktif).
h. Suka mencemooh orang lain.
i. Kurang bertanggung jawab.
j. Pesimis (harapan tipis).
16
k. Pemarah.
l. Memusuhi semua bentuk kekuasaan (otoritas) (2009: 13-29).
Teori tentang kepribadian ada tiga, yaitu sebagai berikut:
a. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa
Dalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai
suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur sistem, yakni id, ego, dan
super ego. Meskipun ketiga sistem tersebut memiliki fungsi,
kelengkapan, prinsip-prinsip operasi, dinamisme, dan
mekanismenya masing-masing, ketiga sistem kepribadian ini satu
sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas.
1) Id
Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang
paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk duasistem yang lainnya, id adalah sistem yang
bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang
dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi
atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (Koeswara, 1991:
32).
Fungsi dari das Es sebagai suatu sistem dari sistem total
kepribadian adalah:
a) Sebagai sumber atau reservoir segala tenaga atau energi
jiwa dan menyediakan seluruh energi atau daya untuk
17
menjalankan sistem Ego dan sistem Super Ego, dalam
membangun tingkah laku manusia.
b) Berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah
(metabolisme) untuk memperoleh energinya.
Sifat-sifat das Es adalah sebagai berikut:
a) Asli, kodrati, yakni sebagai sistem kepribadian pembawaan.
b) Sebagai rahim atau medan, ataupun kancah, yaitu tempat
Ego dan Super Ego berkembang.
c) Secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak bayi lahir.
d) Sebagai sumber energi yang bersifat primitif, asli, kodrati,
impulsif, imaginatif.
e) Freud mengatakan, bahwa das Es sebagai kenyataan psikis
yang sebenarnya, karena das Es mempresentasikan dunia
batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan
objektif.
Das Es mempunyai komponen sebagai berikut:
a) Das Es berisi segala sesuatu yang bersifat pembawaan,
yakni nafsu-nafsu, dorongan-dorongan, dan insting-insting.
b) Das Es berisi juga kompleks-kompleks terdesak.
Prinsip kerja das Es adalah sebagai berikut:
18
a) Kerja yang efektif, mencari kenikmatan dan menolak
penderitaan.
b) Prinsip kerja das Es juga disebut prinsip reduksi tegangan
agar kembali kpada keseimbangan, dapat disebut prinsip
reduksi untuk keseimbangan.
Dinamisme kerja das Es adalah sebagai berikut:
a) Das Es dapat memperbesar tegangan yang menyebabkan
dorongan atau nafsu-nafsu menjadi kuat.
b) Das Es dapat memperkecil tegangan, sehinga tenaga
doronganmenjadi lemah.
c) Da Es membuat keseimbangan setelah kenikmatan tercapai.
d) Das Es juga menggerakkan kompleks-kompleks terdesak
untuk muncul dalam kesadaran.
e) Das Es memobilisir energi psikis sehingga hidup manusia
berlangsung.
Mekanisme kerja das Es adalah sebagai berikut:
a) Tindakan-tindakan refleks, yakni semua refleks termasuk
perbuatan-perbuatan salah yang tidak disengaja.
b) Proses primer, yakni suatu proses untuk merasakan
kepuasan atau kenikmatan itu hanya dalam imajinasi saja,
dalam bayangan saja. Bermacam-macam mimpi yang
dialami oleh individu, termasuk proses ini, karena dengan
19
mimpi sering dapat menimbulkan kenikmatan atau
kelegaan.
c) Menghadirkan Ego untuk menghubungkan keinginan das
Es dengan dunia riil. Proses pengoperan energi dan tugas
kepada Ego inilah yang disebut proses sekunder.
d) Energi jiwa dalam das Es juga menggerakkan semua
kompleks terdesak, untuk mencari jalan-jalan keluar
(Fudyartanta, 2012: 135-137).
2) Ego
Ego adalah sistem sistem kepribadain yang bertindak
sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan,
dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the
reality princieple).
Menurut Freud, ego terbentuk pada struktur kepribadian
individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Adapun
proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan dengan
upaya memuaskan kebutuhan atau mengurangi tegangan oleh
individu adalah proses sekunder (secondary process). Dengan
proses sekundernya ini, ego memformulasikan rencana bagi
pemuasan kebutuhan dan menguji apakah rencana tersebut
bisa dilaksanakan atau tidak.
Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir
selalu terjadi konflik atau pertentangan. Tetapi bagaimanapun,
20
menurut Freud, ego dalam menjalankan fungsinya tidaklah
ditunjukkan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-
kebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan
justru bertindak sebagai peranara dari tuntutan-tuntutan
naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan
di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah pengungkapan
naluri-naluri yang layak atau tidak bisa diterima oleh
lingkungan. Jadi fungsi yang palinga dasar dari ego itu tidak
lain sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu
(Koswara, 1991: 33-34).
Ego mempunyai fungsi atas amanat das Es akan
berfungsi sebagai translator, eksekutor, organisator dan
regulator dalam mengelola tugas-tugas dari das Es untuk
berhubungan dengan dunia nyata.
Karena ego harus menghadapi dunia nyata, maka
sifatnya harus realistis, rasional, etis, regulatif. Jadi, harus
memfungsikan cipta, rasa, karsa dan tindakan yang tepat.
Semua proses psikis yang nyata dan rasional untuk
mewujudkan tindakan nyata yang dapat diterima oleh dunia
objektif. Maka komponennya adalah cipta, rasa, karsa dan
performan.
Prinsip kerjan dari ego adalah prinsip realitas, rasional
dan etis. Dinamismenya mengatur tugas objektif dengan
21
menerima, menunda atau menolak keinginan-keinginan das Es
sesuai dengan dunia riil. Sedangkan mekanisme kerjanya
adalah melaksanakan dengan tindakan-tindakan nyata untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Fudyartanta, 2012: 138).
3) Superego
Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud,
superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-
aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan,
berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang
tua dan guru (Koswara, 1991: 35).
Superego berperan sebagai berikut:
a) Memegang wewenang moral dalam kepribadian.
b) Mencerminkan yang ideal dan bukan yang riil.
c) Memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan.
d) Super Ego terutama memerhatikan untuk memutuskan
apakah sesuatu itu benar atau salah agar dapat bertindak
sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-
wakil masyarakat.
e) Super Ego sebagai wakil tingkah laku yang
diinternalisasikan berkembang dengan memberikan
22
respons terhadap hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman
yang diberikan oleh orang tua.
Super Ego mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
a) Merintangi impils-impuls dari das Es, terutama impuls-
impuls seksual dan agesif, kaena pernyataan-pernyataan
impuls-impuls tersebutlah yang dikutuk oleh masyarakat.
b) Super Ego mendorong Ego untuk menggantikan tujuan-
tujuan yang realistis dengan tujuan-tujuannya yang
moralitas.
c) Super Ego mengejar kesempurnaan. Jadi, super ego
cenderung untuk menentang das Es dan Ego, dan membuat
dunia menurut gambarannya sendiri. Hal ini sedikit banyak
super ego lalu bersifat subjektif dan irasional (Fudyartanta,
2012: 141-142).
b. Kepribadian dalam Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan orientasi teoritis yang di dasarkan
pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan studi
tingkah laku yang teramati (observeable behavior). Watson
mengemukakan bahwa psikologi harus meninggalkan fokus kajian
yang terkait dengan proses mental, dan mengalihkan fokus
kajiannya kepada tingkah laku yang tampak (overt behavior).
Para ahli behavioristik lebih memperhatikan
kecenderungan-kecenderungan respon yang dapat diamati. Mereka
23
memandang kepribadian individu sebagai “koleksi kecenderungan
respon yang terkait dengan sebagai situasi rangsangan yang
beragam” (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 123).
Behaviorisme memandang manusia sangat mekanistik,
karena menganalogikan manusia seperti mesin. Konsep mengenai
stimulus-respons seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan
bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulus.
Skinner adalah salah satu ahli waris behaviorisme yang
dikembangkan Watson. Bagi Skinner, istilah “kepribadian” tidak
ada, yang ada adalah perilaku, karena perilaku sepenuhnya dapat
dipahami karena merupakan tanggapan terhadap faktor-faktor dari
lingkungan. Upaya untuk memahami atau menjelaskan perilaku
sebagai struktur internal, seperti kepribadian atau ego hanya
merupakan fiksi,karena istilah ini tidak cukup membantu (Hidayat,
2011: 127).
Berdasarkan perspektif behaviorisme Skinner , studi
tentang kepribadian melibatkan pengujian yang sistematis dan
pasti atas sejarah hidup atau pengalaman belajar dan latar
belakang genetik atau faktor bawaan yang khas dari individu.
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperolah
perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah
agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau
suatu point di mana faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang
24
khas secara bersama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas
pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner studi tentang kepribadian itu ditujukan kepada
pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan
konsekuensi-konsekuensi yang diperkuatnya. Dalam
memformulasikan sistem tingkah laku, Skinner membedakan dua
tipe respons tingkah laku, yakni responden dan operan (operant).
Dalam arti singkatnya, tingkah laku responden adalah suatu
respons yang spesifik yang ditimbulkan oleh stimulus yang
dikenal, dan stimulus itu selalu mendahului respons. Contoh
tingkah laku responden itu antara lain menyempitkan pupil mata
untuk mengurangi stimulasi cahaya, menggigil karena kedinginan,
dan keluarnya air liur karena melihat makanan. Orang yang
pertama menemukan bahwa tingkah laku responden itu bisa
dikondisikan adalah Ivan Pavlov, dengan percobaannya yang
benama pengondisian klasik (classical conditioning), dengan
menggunakan seekor anjing sebagai subjeknya (Koswara, 1991:
77-78).
Respons dalam conditioning operan adalah sesuatu
tindakan yang terjadi tanpa didahului stimulus, melainkan oleh
efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer adalah stimulus
yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons
tertentu, akan tetapi tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
25
stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning
(Sobur, 2003: 227-228). Dalam pandangan Skinner, hukum-
hukum fungsional dari tingkah laku paling baik dikembangkan
dengan memusatkan pada faktor-faktor yang meningkatkan dan
atau mengurangi probabilitas kemunculan respons di lain waktu
dari pada menciptakan stimulus spesifik yang memacu respons.
Dalam pengkondisian operant, tingkah laku organisme perlu
diukur dan dicatat begitu tingkah laku itu muncul. Dalam
percobaan tikus menekan pengungkit, contohnya, setiap kali tikus
menekan pengungkit, pena digerakkan oleh pencatat elektris
membuat tanda pada kertas atau pita pencatat yang bergerak
secara konstan. Alat pencatat otomatis ini, disebut pencatat
kumulatif (Koswara, 1991: 82).
c. Kepribadian dalam Humanistik
Maslow yakin bahwa banyak tingkah laku manusia yang
bisa diterangkan dengan memperhatikan tendensi individu untuk
mencapai tujuan-tujuan personal yang membuat kehidupan bagi
individu yang bersangkutan penuh makna dan memuaskan
(Koswara, 1991: 118). Maslow memaparkan teori tentang basic
needs dan meta needs. Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi
lapar, kasih sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan
meta meliputi keadilan, kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan.
Maslow menyusun kebutuhan tersebut secara hirarkis dari
kebutuhan terendah atau kebutuhan dasar sampai kebutuhan
tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Lima jenis kebutuhan
dari Maslow tersebut adalah:
1) Physiological Need
Physiological needs adalah kebutuhan dasar manusia
yaitu paling mendesak untuk dipenuhi karena berkaitan dengan
kelangsungan hidup. Kebutuhan ini berupa makan, minum,
oksigen, istirahat, dan keseimbangan temperatur. Kebutuhan
dasar merupakan kebutuhan yang mendesak, yang mendorong
26
manusia melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan lain
yang berada diatasnya. Bila kebutuhan fisiologi tidak dipenuhi,
maka individu tidak akan bergerak untuk meraih kebtuhan
yang lebih tinggi.
2) Safety Need
Yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan
psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi. Apabila
pemenuhan kebutuhan akan merasa terhambat pemenuhannya,
akan menimbulkan gangguan kepribadian yang serius.
Walaupun begitu, kebutuhan ini hanya akan tercapai setelah
seseorang terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan akan rasa
aman terlihat dari orang yang mendambakan suasana tenang,
aman jauh dari gangguan dan kekacauan, nyaman dan bebas
dari tekanan atau ancaman.
Kebutuhan rasa aman dibedakan menjadi dua yaitu aman
secara fisik dan aman secara psikologis. Aman secara fisik
ditandai dengan keadaan bebas rasa sakit, bebas dari gangguan
dan kekacauan sedangkan aman secara psikis terlihat dari
tiadanya rasa takut, cemas dan ada perlindungan.
3) Love and Belongingness
Kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan, merupakan
kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara
afektif dan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini
tumbuh di lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan
kelompok sebaya dan akhirnya menuju pada kelompok sosial
yang lebih luas. Kurangnya kasih sayang menyebabkan
perkembangan seseorang terlambat.
4) Self Esteem
Self esteem mengandung dua konsep yaitu rasa harga diri
oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang lain
terhadap diri seseorang. Harga diri meliputi kebutuhan akan
kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, prestasi, kebebasan
dan tidak ketergantungan atau independent. Sementara
kebutuhan penghargaan dari orang lain meliputi prestise,
pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan
penghargaan.
Terpenuhinya self esteem pada diri seseorang akan
merangsang timbulnya sikap percaya diri, rasa kuat, rasa
mampu, rasa berguna, sementara self esteem rendah
menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah,
rasa tak mampu, rasa tak berguna menyebabkan yang
bersangkutan dihantui kehampaan, keraguan dan keputusasaan
menghadapi hidup.
5) Self-Actualization
Need for self actualization merupakan keutuhan tertinggi
dari semua kebutuhan yang dikemukakan Maslow. Kebutuhan
27
ini akan muncul dan terpuaskan bila kebutuhan lain di
bawahnya sudah terpenuhi. Aktualisasi diri merupakan
kebutuhan yang ada dalam diri manusia untuk
mengekspresikan , mengembangkan segala kemampuan dan
potensi yang dimiliki. Juga merupakan dorongan dalam diri
untuk menjadi diri sendiri seperti apa yang dikehendaki. Bisa
juga dikatakan sebagai pengungkapan hasrat untuk
menyempurnakan keberadaannya (Sriyanti, 2013: 81-83).
2. Metode Pembinaan Kepribadian
Metode adalah cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. Metode
ini bertujuan agar obyek atau sasaran dari pembinaan ini mengerti,
menghayati dan kemudian mengamalkan apa yang telah disampaikan
oleh pembimbing.
Sedangkan metode atau cara yang dilakukan oleh Rasulullah
dalam pengajaran adalah sebagai berikut:
a. Metode pengajaran Rasulullah dengan keteladanan dan akhlak
mulia
Diantara metode-metod terpenting, agung dan nyata yang
ditempuh oleh Rasulullah dalam proses pengajaran adalah dengan
teladan dan akhlak (budi pekerti) yang baik. Beliau adalah orang
pertama yang melakukan sesuatu sebelum menyuruh orang lain
(muridnya) melakukan sesuatu itu. Sehingga, orang lain pun akan
dapat mengikuti dan melakukan sebagaimana yang mereka lihat
dari beliau.
Berdasarkan teori di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengaruh metode pengajaran dengan memberikan contoh-
28
contoh perbuatan (teladan) sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah
akan lebih kuat bersemayam di dalam hati dan memudahkan
pemahaman serta ingatan.
b. Pengajaran Rasulullah secara bertahap
Rasulullah dalam melakukan aktivitas pengajaran, beliau
senantiasa memperhatikan pentahapan (graduasi) belajar. Beliau
mengajarkan hal-hal yang penting sedikit demi sedikit (bertahap)
hingga semua materi yang beliau ajarkan dapat diterima (dipahami)
dengan mudah dan tersimpan di dalam setiap hati orang yang
belajar kepada beliau, baik secara hafalan maupun pemahaman.
c. Pengajaran Rasulullah dilakukan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi peserta didik
Rasulullah dalam memberikan pengajaran (kepada para
sahabat), beliau senantiasa memperhatikan waktu dan kondisi yang
tepat, dan disesuaikan dengan waktu dan kondisi mereka. Hal ini
beliau lakukan agar mereka tidak bosan. Beliau juga selalu
berusaha menjaga tujuan dan keseimbangan (dalam proses
pengajarannya).
d. Rasulullah mengajar dengan memberikan nasihat dan peringatan
Metode pengajaran beliau yang sangat penting adalah
dengan memberikan nasihat dan peringatan. Hal ini sebagaimana
firman Allah di dalam al-quran al-karim:
ر فان الذ كرى تنفع المؤمنين ذ ك (٥٥)الذاريات: و
29
Artinya:
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.” (al-
Dzariyat: 55).
e. Rasulullah mengajar dengan memberikan dorongan (motivasi) dan
menakut-nakuti (memberi peringatan)
Metode pengajaran Rasulullah SAW yang lain adalah
memberikan dorongan (motivasi) kepada para pendengar (para
sahabat) untuk mencintai (melakukan) amal kebaikan dan
menjauhkan diri dari berbuat kejahatan. Dalam memberikan
dorongan (untuk berbuat kebajikan), biasanya beliau menyebutkan
pahala dan manfaat-manfaat yang akan diperoleh apabila kebajikan
tersebut dilaksanakan. Sebaliknya, dalam hal memberi peringatan
(agar menjauhi perbuatan tercela), beliau juga menyebutkan siksa
dan bahaya yang akan diterima bila perbuatan keji yang dilakukan
(Abu Ghuddah, 2005: 59-181).
3. Anak
Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak
sebagai orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal
tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi
dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam peraturan
perundang-undangan dari tiap-tiap negara peserta (Nugraha dan
Zaman, 2016: 31-32)
30
Hak-hak anak dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia secara eksplisit menyebutkan, bahwa setiap anak
Indonesia memiliki hak sebagai berikut:
a. Hak untuk hidup.
b. Hak anak untuk dilindungi orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara.
c. Hak anak untuk beribadah.
d. Hak anak untuk dilindungi secara hukum dari kekerasan fisik,
mental, dan penelantaran.
e. Hak pendidikan.
f. Hak untuk beristirahat dan berekspresi.
g. Hak memperoleh kesehatan.
h. Hak untuk dilindungi dari eksploitasi sosial (Nugraha dan Zaman,
2016: 15).
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan,
karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ini diperoleh dari
lapangan, sedangkan sifat penelitian ini adalah diskriptif-kualitatif yaitu
penelitian yang bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai
fakta-fakta yang ditemukan dilapangan bersifat verbal, berupa kalimat,
fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Data yang
dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk nilai relatif, dilakukan pada
penelitian sosial dan hasilnya bersifat objektif (Sukandarrumidi, 2002:13).
B. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Darul
Hadlanah Suruh, yang bertempat di Desa Reksosari RT 09 RW 01,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Tempat dipilih karena pihak
sekolah memberikan keluasan kepada peneliti untuk melakukan penelitian
dan tersedia sumber informasi yang dibutuhkan peneliti. Waktu penelitian
dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan, mulai dari tanggal 7 Agustus
2017 sampai dengan 30 Agustus 2017.
C. Sumber Data
Peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai data dari
sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
32
1. Data Primer
Data primer menurut Suryabrata (1995: 84) merupakan data
yang langsung dikumpulkan dari peneliti dari sumber pertamanya atau
sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi utama
dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di
lapangan.
Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan penggalian data dari panti suhan Darul Hadlonah
Suruh dengan mencari keterangan orang yang terlibat secara langsung
terutama anak-anak asuh, orang tua asuh dan para pengurus panti
asuhan Darul Hadlanah Suruh sebagai sumber untuk menggali
informasi terkait penelitian. Untuk mendapatkan informasi ini peneliti
menggunakan metode wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang didapat atau diperoleh
secara tidak langsung, data sekunder mencangkup data yang diperoleh
dari arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan dari data yang ada di
panti asuhan, yaitu daftar anak asuh, tata tertib, jadwal kegiatan,
struktur pengurus panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, foto-foto dan
lainnya.
Hal ini dilakukan karena data yang digali harus valid sehingga
peneliti harus melakukan pengamatan secara langsung dan
mengobservasi di lapangan yang menghasilkan data yang lengkap dan
33
dapat dipertanggung jawabkan. Peneliti menggunakan data sekunder
untuk memperkut penemuan dan melengkapi informasi yang telah
dikumpulkan melalui wawancara langsung berupa.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar yang di tetapkan. (Sugiyono,
2010:193).
Data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis memperolehnya
dengan menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Observasi
Observasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti
pengamatan atau peninjauan secara cermat. Menurut Nasution dalam
Satori dan Komariah observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuan hanya bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenal
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (2010: 105).
Teknik observasi digunakan untuk menggali data sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda, serta rekaman
gambar. Peneliti menggunakan teknik observasi langsung dengan
melakukan pengamatan secara langsung di tempat penelitian.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara adalah interaksi
34
antara dua orang atau lebih dengan maksud memperoleh informasi.
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneiti menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan peneliti
ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan informasi yang
lebih mendalam.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberi jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186).
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara tidak terstuktur dan
bersifat terbuka. Hal ini dimaksud untuk menggali kedalaman
informasi berdasarkan pandangan subyek yang diteliti dengan
menciptakan suasana akrab sehingga informasi yang diteliti lebih rinci,
jujur, dan mendalam.
Wawancara penelitian ini, peneliti langsung menanyakan
kepada beberapa anak asuh dan orang tua asuh panti asuhan Darul
Hadlanah Suruh untuk menanyakan peran orang tua asuh dalam
pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah
Suruh, dan juga kepada salah satu pengurus panti untuk menanyakan
sejarah berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengambilan data yang diperoleh
dengan bahan-bahan yang tersimpan dalam arsip-arsip berupa catatan
35
pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan
kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto, dan lain sebagainya.
(Sukandarrumidi, 2004: 101).
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari anak-anak
asuh, orang tua asuh, dokumen atau arsip panti dan pihak-pihak lain
yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
E. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
penjabaran ke dalam unit-unit, melakukan sintes, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2013: 89).
Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses sistematis
untuk mencari dan mengatur transkrip wawancara, catatan lapangan, dan
materi-materi lain untuk menemukan apa yang penting dilaporkan kepada
orang lain sebagai temuan penelitian (Nurul Ulfatin, 2014: 241).
Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai
kerangka pikir pada penelitian adalah sebagai berikut:
36
1. Reduksi Data
Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338).
Reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil wawancara
ataupun informasi lain dari hasil observasi. Hasil data ataupun
informasi yang diperoleh disusun secara sistematis dan identifikasi
secara sederhana agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
2. Menyusun Kategorisasi
Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan
kedalam bagain-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2009:
288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau mengolah
berdasarkan kategori masing-masing menurut fokus masalahnya.
3. Sintesisasi
Mensintesiskan merupakan mencari kaitan antara satu kategori
dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis melakukan
penanganan suatu objek tertentu dengan cara menggabung-gabungkan
pengertian yang satu dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan
pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis dilakukan dengan
pendekatan deskriptif.
37
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis menggunakan
cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu (Moleong, 2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti
membandingkan data dari informan primer dengan informan lain, hingga
data benar-benar dapat teruji kebenarannya.
Jenis teknik triangulasi yang digunakan antara lain:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber. Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain para anak asuh, orang tua asuh, dan para pengurus panti
lainnya.
2. Triangulasi Teknik
Triangaulasi teknik pengumpulan data digunakan untuk
menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam
penelitian ini di mana peneliti menggunakan teks wawancara,
observasi, dan dokumentasi pada seorang sumber dengan data
permasalahan yang sama.
38
3. Triangulasi Waktu
Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu yang berbeda.
G. Tahap-tahap Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan topik
penelitian, kemudian menyusun kerangka atau bahan untuk memulai
penelitian.
2. Pengembangan Desain
Setelah data-data dari buku terkumpul, penulis melaksanakan
observasi ke lapangan untuk mencocokkan hasil temuan pustaka
dengan realita di lapangan.
3. Penelitian Lapangan
Penulis melakukan penelitian di lapangan, dan mengambil
data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, kemudian data tersebut
dianalisis dan dilaporkan.
39
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh
a. Sejarah berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah
Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh tidak
lepas dari peran ibu-ibu pengajian Muslimat cabang Suruh pada
tahun 1992. Berawal dari kegiatan ibu-ibu pengajian Muslimat
cabang Suruh yang kerap memberikan santunan kepada anak-anak
yatim, piatu, dan dhuafa’ yang dilakukan secara berkala, kemudian
dari ibu-ibu Muslimat ini muncullah gagasan untuk
mengasramakan anak-anak yatim, piatu dan dhuafa’ yang
menerima santunan rutin tersebut.
Kemudian, pada tahun 1994 sekitar 9 anak yatim, piatu
dan dhuafa’ dari Kecamatan Suruh dan sekitarnya diasramakan di
rumah salah satu anggota pengajian Muslimat cabang Suruh yaitu
di rumah Ibu Faizah yang bertempat di RT 09 RW 01 Reksosari,
Suruh. Tepat satu tahun kemudian, kelurga Ibu Faizah
memberiakan wakaf tanah di samping rumahnya yang kemudian
dibangun panti asuhan dengan dua lantai. Lantai satu untuk
kegiatan yayasan dan untuk tempat tinggal pengasuh sedangkan
lantai dua untuk asrama anak putra. Untuk asrama putri masih tetap
di rumah Ibu Faizah. Untuk tahun-tahun berikutnya seiring
bertambahnya anak asuh dan bertambahnya donatur, pihak panti
40
dapat membeli tanah persis di depan bangunan lama dan langsung
di bangun dua lantai dan dapur. Lantai satu untuk aula dan lantai
dua untuk asrama putri.
b. Letak geografis panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
Panti asuhan Darul Hadlanah terletak di Desa Reksosari
RT 09 RW 01, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Tepat
berada di samping TK Muslimat Reksosari dan juga berbatasan
dengan gedung sekolah MAN Suruh.
c. Visi dan misi panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
1) Visi panti asuhaan Darul Hadlanah
Terbentuknya insan yang mandiri, berprestasi, berbudi pekerti
luhur, sejahtera lahir batin.
2) Misi panti suhan Darul Hadlanah
Dalam mewujudkan visinya, panti asuhan Darul Hadlanah
memiliki misi berikut:
a) Menyediakan kebutuhan dasar anak yang baik dan layak.
b) Memfasilitasi pendidikan formal, nonformal, dan pelatihan
keterampilan yang berkualitas.
c) Membimbing anak menjadi insan yang berbudi pekerti
luhur dengan amalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
d) Membantu dan membimbing anak mengembangkan bakat
dan minat mereka untuk bekal hidup mandiri.
41
e) Memberikan bimbingan mental spiritual kepada anak untuk
bekal keselamatan hidup dunia dan akhirat.
d. Susunan pengurus
Tabel 4.1
Susunan Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh
NO. JABATAN NAMA
1. Ketua Badarudin
2. Wakil Ketua H. Muzayin Arifin
3.
Sekretaris 1. Dra. Hj. Aisyah
Syukur
2. Drs. M. Wazir
4. Bendahara Hj. Robiyah
5. Seksi-Seksi
1. Pendidikan dan
Keterampilan
1. Maksum
2. H. Mahasin Munir
2. Kebersihan Ja’far
3. Usaha Ekonomi
Produktif
1. Hj. Salamah
2. Muzayin S.Ag
4. Rumah Tangga Hj. Faizah
5. Humas Sya’bani
42
6. Kesehatan 1. Dr. Eko Pamuji
2. Muslihah, A.Md.
6. Pengasuh
1. M Sudaryanto
2. Ririn Sundari
Sumber: Dokumentasi PA Darul Hadlanah Suruh tahun 2017
e. Sumber dana panti asuhan
Dalam memenuhi kebutuhan anak-anak asuh di panti
asuhan Darul Hadlanah Suruh ini memiliki donatur-donatur tetap
yang rutin memberikan santunan dan juga ada donatur insiden
yang sifatnya tidak rutin.
Melalui gerakan muslimat di ranting-ranting, mereka dapat
menjadi donatur tetap. Dari masyarakat sendiri melalui kelompok-
kelompok pengajian mereka menjadi donatur tetap yang dananya
dipergunakan dalam kegiatan pendidikan. Kemudian sejak para
Pegawai Negeri Sipil (PNS) mendapat jatah tunjangan beras,
sebagian besar kebutuhan beras (pangan) dibantu oleh kelompok
Pegawai Negeri Sipil.
f. Daftar anak asuh
Tabel 4.2
Daftar Anak Asuh
NO. Nama Anak
Jenis
Kela
Tempat dan
Tanggal Lahir
Status
43
min
(L/P)
1. A N A L
Kab. Semarang,
10 Februari 1998
Terlantar
2. S N H P
Kab. Semarang, 12
November 1997
Piatu
3. M M L
Kab. Semarang,
16 Desember 1994
Terlantar
4. A D P
Kab. Semarang,
19 April 1997
Dhuafa’
5. R P
Kab. Semarang,
14 Januari 1999
Dhuafa’
6. L F P
Demak,
2 Februari 1997
Dhuafa’
7. S D P
Kab. Semarang,
10 September 1999
Terlantar
8. D E S L
Kab. Semarang,
24 Januari 1997
Terlantar
9. H N P
Kab. Semarang,
24 November 1995
Dhuafa’
10. M F L
Kab. Semarang,
17 Mei 1995
Dhuafa’
11. S P P Kab. Semarang, Terlantar
44
9 September 1998
12. S A L
Kab. Semarang,
6 Juni 1998
Dhuafa’
13. M L
Kab. Semaarang,
13 September 2001
Dhuafa’
14. D S Z L
Juku Batu Way
Kanan,
13 September 2000
Yatim
15. A R L
Kab. Semarang,
21 Desember 2000
Dhuafa’
16. A F R L
Kab. Semarang,
27 Juli 2000
Dhuafa’
17. D I P
Kab. Semarang,
22 JUNI 2002
Piatu
18. D A M L
Kab. Semarang,
23 Mei 2001
Dhuafa’
19. J P L
Kab. Semarang,
20 Oktober 2001
Dhuafa’
20. M A S L
Kab. Semarang,
16 Februari 2001
Terlantar
21. M M L Kab. Semarang, Dhuafa’
45
3 Agustus 2003
22. S S P
Kab. Semarang,
28 Juli 2004
Dhuafa’
23. N A P
Kab. Semarang,
10 Oktober 2000
Dhuafa’
24. S R P
Kab. Semarang,
15 April 2003
Dhuafa’
25. A P L
Kab. Semarang,
3 April 2003
Dhuafa’
26. A K M L
Kab. Semarang,
2 April 2003
Dhuafa’
27. S K L
Kab. Semarang,
24 Juli 2002
Dhuafa’
28. F R L
Kab. Semarang,
15 November 2002
Dhuafa’
29. N M S P
Kab. Boyolali,
27 Mei 2003
Dhuafa’
30. W P
Kab. Magelang,
24 Mei 2002
Dhuafa’
31. M R A R L
Kab. Semarang,
12 Agustus 2003
Dhuafa’
32. D N S L
Kab. Semarang,
18 September 2003
Dhuafa’
46
33. R R L
Kab. Semarang,
4 November 2003
Dhuafa’
Sumber: Arsip P A Darul Hadlanah Suruh tahun 2017
g. Jadwal Kegiatan Anak Asuh
Tabel 4.3
Jadwal Kegiatan Harian Anak Asuh Panti Asuhan Darul
Hadlanah Suruh
NO. WAKTU KEGIATAN
1.
03.00 Bangun tidur, masak (bagi yang
piket)
2. 04.00 Bangun tidur
3. 04.30 Shalat subuh berjamaah
4. 05.00 Mandi, persiapan sekolah
5. 06.00 Sarapan
6. 06.30 Berangkat sekolah
7. 14.00 Makan siang
8. 14.30 Diniyah
9. 16.30 Mengaji al-Qur’an dan tajwid
10. 17.00 Mandi, istirahat
47
11. 18.00 Shalat maghrib berjamaah
12. 18.30 Mengaji al-Qur’an
13. 19.00 Shalat isya’ berjamaah
14. 19.30 Belajar
15. 21.00 Tidur
Sumber: Wawancara dengan orang tua asuh tanggal 16 Agustus
2017
Tabel 4.4
Jadwal Kegiatan Mingguan Anak Asuh Panti Asuhan Darul
Hadlanah Suruh
NO.
WAKTU
KEGIATAN
HARI JAM
1. Minggu 08.00
Kerja bakti membersihkan
lingkungan
2. Rabu 19.30 Mujahadah bersama
3. Kamis 19.30 Membaca surat Yasin dan Tahlil
Sumber: Wawancara orang tua asuh tanggal 16 Agustus 2017
h. Sarana dan Prasarana
48
Terdapat beberapa sarana dan prasarana dalam menujang
kegiatan anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah ini, yaitu:
Tabel 4.5
Daftar Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Darul Hadlanah
Suruh
NO. Nama Sarana dan Prasarana Jumlah
1. Ruang pengasuh 1
2. Kamar tidur putra 5
3. Kamar tidur putri 5
4. Kamar mandi pengasuh 1
5. Kamar mandi putra 2
6. Kamar mandi putri 2
7. Musola 1
8. Ruang tamu 1
9. Dapur 1
10. Ruang makan 1
11. Aula 1
12. Ruang belajar komputer 1
49
13. Ruang menjahit 1
Sumber: Observasi di P A Darul Hadlanah Suruh tanggal 13
Agustus 2017
2. Temuan Penelitian
Untuk menggali informasi dan mendapatkan data yang tepat
penulis melakukan wawancara dengan pengasuh (orang tua asuh) dan juga
beberapa anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh dan memperoleh
data sebagai berikut:
a. Peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh di pati
asuhan Darul Hadlanah
Data diperoleh penulis melalui wawancara dengan beberapa
anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh sebagai berikut:
1) Perbedaan sikap/perilaku sebelum dan sesudah masuk panti
a) F menjawab : “Di rumah saya tidak bisa masak, tidak suka
bantu-bantu pekerjaan rumah. Kalau bangun tidur jam
setengah 7, jadi suka tidak shalat subuh. Ada perbedaan
banyak sekali. Sekarang bangunnya jam 4 kalau pas jatah
piket malah lebih pagi lagi. Di sini juga jadi bisa masak.
Suka bersih-bersih.”
b) A menjawab : “Kalau di rumah jam 6 baru bangun.
Kadang shalat subuh kadang ya tidak soalnya sudah
kesiangan. Kalau di rumah suka bantu masak, bersih-
bersih, bantu mbah buat kandang ayam. Alhamdulillah ada
perubahan. Setelah masuk panti jadi lebih disiplin.
Bangunnya jam 4 jadi bisa shalat subuh terus, berjamaah
lagi.”
c) M menjawab : “Saya kalau jam 6 baru bangun itu saja
harus dibungunin mbah. Di rumah juga jarang bantu-bantu
mbah, apa lagi masak saya nggak bisa. Perubahan ya ada,
mbak. Di sini jadi tertib, disiplin, bisa masak, bersih-
bersih. Bisa nabung juga pas udah di sini, mbak.”
50
d) D menjawab : “Di rumah suka masak, bersih-bersih,
mengerjakan pekerjaan rumah. Soalnya ibu sudah nggak
ada, mbah sudah sepuh. Terus sebelum disini nilainya
kadang-kadang ada yang dibawah rata-rata gitu, suka
malas kalau belajar. Yang sangat berubah di sini itu
kedisiplinan saya mbak. Terus nilai-nilai sekolah itu lebih
baik pas udah di sini. Soalnya kalau di sini kan belajarnya
bareng-bareng ada temannya banyak, terus kalau nggak
bisa bisa nanya ke mbak-mbaknya. Jadi belajarnya itu
lebih semangat.”
e) W menjawab : “Bangunnya rada kesiangan sekarang lebih
pagi. Jadi di panti itu saya lebih disiplin, mbak.”
f) My menjaawab : “Ya alhamdulillah baik, tp disini lebih
baik. Termasuk ngomong, sekarang saya bisa pakai basa
krama dulu nggak bisa. Jadi ya sudah jelas lebih baik pas
udah di sini.”
2) Metode atau cara yang diterapkan oleh orang tua asuh
Pembinaan kepribadian tersebut, orang tua asuh tentu
mempunyai metode atau cara yang dianggap efektif sehingga
diperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan. Metode atau cara
yang diterapkan oleh orang tua asuh di panti asuhan Darul
Hadlanah Suruh adalah sebagai berikut, sesuai dengan yang
dipaparkan oleh beberapa anak asuh:
a) A mengatakan : “Kalau pada keset bangun itu suka dibel
pas jam 4 gitu. Jadi bangunnya nggak kesiangan lagi.
Kadang belum dibel sudah dibangunin sama yang piket.
Kan yang piket masak itu bangunnya pasti lebih pagi.”
b) M mengatakan : “Dari awal pas mau masuk itu udah di
kasih tahu aturan-aturannya jadi kita udah tahu. Terus
kalau misalnya kita melakukan kesalahan itu dikasih
hukuman biar nggak diulangi. Kalau untuk masak, bersih-
bersih, bangun pagi, shalat jamaah, itu kan kita diajak
ngerjainnya bareng-bareng. Jadi di kasih contoh gitu kan
sama bapak, ibu, sama mas-mas dan mbaknya.”
c) My mengatakan : “Kalau tidak tertib dihukum. Misalnya
telat atau nggak ikut jamaah (shalat berjamaah) uang
sakunya dipotong.”
51
d) W : “Waktu awal masuk diberi tahu tata tertibnya. Kalau
melanggar ya dikasih hukuman. Tapi ya nggak langsung
dihukum juga sih. Pertama itu di nasehati terus kalau tetep
melanggar dikasih hukuman.”
3) Peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak panti
Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua asuh
dalam pembinaan kepribadian anak asuh, penulis menggali
informasi dari beberapa anak asuh dengan pernyataan mereka
seperti berikut ini:
a) M mengatakan : “Orang tua asuh ya sangat berperan.
Kalau nggak mau nurut dihukum. Misalnya kalau shalat
jamaah telat uang saku di potong, itu kan berpengaruh
banget, mbak dalam mendisiplinkan kami.”
b) W mengatakan : “Ya berperan, karena merubah sikap saya
menjadi lebih disiplin yang tadinya agak males-malesan
gitu.”
c) My mengatakan : “Sangat berperan, biasanya disana
(dirumah) agak nakal di sini enggak. Bahasanya lebih baik
di sini, diajari basa krama jadi lebih sopan.”
b. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pembinaan
kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan yang
menghambat pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul
Hadlanah Suruh penulis melakukan wawancara dengan orang tua asuh
panti asuhan Darul Hadlanah Suruh, yaitu dengan Ibu Ririn sebagai
berikut:
1) Perbedaan/ perkembangan kepribadian anak sebelum masuk
panti dan setelah masuk panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
52
“Jelas ada. Jauh. Misalkan dulu kalo masuk rumah nggak
salam mulai diajari salam sekarang setiap kali mau ambil apa-
apa masuk rumah ucap salam. Dari rumah tidak basa krama
terkadang kebawa sampai sini. Terus maem wae diambilke
sama ibunya. Biasanya dulu pas daftar itu banyak ceritanya
gitu kalau makan ndadak diladeni walaupun dalam tanda kutip
kurang mampu tapi si anak pasti manja.”
2) Metode/ cara yang diterapkan dalam membina kepribadian
anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
Tercapainya hasil dalam pembinaan kepribadian anak
asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh tidak lepas dari
metode /cara yang diterapkan oleh orang tua asuhnya. Metode/
cara yang diterapkan oleh Ibu Ririn selaku orang tua asuh
adalah sebagai berikut:
“Pengenalan dari awal dikasih tahu, mungkin di rumah nggak
ada aturan mulai sekarang belajar. Intinya ngandanilah.
Belajar di sini muali dari awal misal ra iso boso yo pake
bahasa Indonesia itu lebih sopan dari pada ngoko. Yang kedua
nek tiap mau masuk salam. Ya tapi secara halus, pokoknya
intinya jangan sampai anak itu di doktrin kayane aku disalah-
salahke. Dikasih tahu sedikit-sedikit. Selalu diajak melakukan
sesuatu itu bareng-bareng sekalian nyontoni. Terus bukan
hanya jasmani saja, tapi rohani juga dengan mujahadah setiap
malam Kamis misalnya. Dzikir, wirid, doa bersama selalu
dilakukan setiap setelah shalat. Terus misalkan ada yang
melakukan kesalah gitu ya saya tegur. Kalu melanggar sesuatu
yang agak berat gitu saya panggil ke sini, tak kandani.
Pertama yang ngandani itu aku nanti misal masih melanggar
yang kedua yang ngandani itu bapak, kadang orang tua saya
panggil. Ketiga buat surat pernyataan. Kalau masih nekat
mengulangi sampai yang keempat nanti saya konsultasikan ke
semua pengurus. Nanti kalau misalkan tidak bisa
dipertahankan ya dikembalikan ke orang tua atau walinya.”
3) Faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak
asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
53
Proses pembinaan kepribadian anak asuh tentulah
terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung terlaksananya
pembinaan kepribadian sehingga tercapai hasil yang
diharapkan. Menurut pemaparan Ibu Ririn faktor pendukung
dalam prmbinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul
Hadlanah Suruh adalah sebagai berikut:
“Yang jelas mujahadah itu insyaallah lebih gampang. Anak-
anak kan setiap hari diajak mujahadah. Setiap habis shalat itu
diajak dzikir, wirid, minta sama yang kuasa yang terbaik. Saya
di sini itu bukan menganggap itu anak asuh, tapi sudah saya
anggap anak sendiri. Insyaallah itu juga ada efeknya.”
4) Faktor penghambat atau kesulitan dalam pembinaan
kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
Tidak dapat dipungkiri, pasti ada pula faktor-faktor yang
menghambat proses pembinaan kepribadian. Di panti asuhan
Darul Hadlanah Suruh terdapat hambatan sebagaimana
pernyataan Ibu Ririn:
“Karena memang sudah terbiasa nggak ada aturan di rumah.
Biasanya tidak pernah masak saiki di suruh masak, nyapu,
nyuci piring, semua kegiatan ibu rumah tangga, lanang wedok
kan sekarang saya kei kabeh. Jadi wajarlah kalau diawal-awal
itu biasanya rada susah ya mbak untuk mendisiplinkannya.
Karena memang mereka belum terbiasa. Tapi nanti kalau
sudah beradaptasi, sebulan gitu mereka sudah baik.”
5) Hasil yang telah dicapai dari pembinaan anak asuh panti asuhan
Darul Hadlanah Suruh
54
Sudah tentu dari semua proses pasti ada hasil yang selalu
diharapkan. Dalam pembinaan kepribadian anak asuh panti
asuhan Darul Hadlanah Suruh telah mencapai beberapa hasil
yang sesuai dengan harapan orang tua asuh. Ibu Ririn
menyatakan hasil pembinaan kepribadian anak dengan metode
yang telah diterapkan sebagai berikut:
“Kalau menurut saya alhamdulillah efektif, sudah ada
kelihatan hasilnya. Soalnya kan bukan hanya jasmani saja, tapi
rohani juga dengan mujahadah itu. Dulu pertama saya masuk
sini anak-anak itu ada yang pakai celana pendek, anak putri
tidak pakai jilbab, main HP pakai headset, masuk rumah nggak
salam, sekarang sudah mulai berkembang, ada perubahan.
Anak-anak wajib pakai jilbab. Di atas (kamar) pun kalau pintu
dibuka wajib pakai jilbab. Putra juga gitu. Kalau turun (keluar
kamar) harus pakai celana panjang atau sarung, pakai kaos.
Itu contoh dilihat dari cara berpakaian. Kedua tata bahasa
sudah baik. Kalo dulu ngomong masih suka ada yang
sembarangan sekarang sudah mulai basa krama, meskipun
kadang masih dicampur satu dua kata pakai bahasa Indonesia
yang nggak tahu krama ne. Masalah pendidikan juga begitu.
Yang dulunya nilainya masih kurang-kurang sekarang sudah
ada peningkatan, paling tidak rata-ratalah. Nggak sampai
dibawah rata-rata. Insyaallah kalau sering berdoa itu ya apa-
apa semua itu kan dasarnya itu mbak. Walaupun kita mungkin
sikapnya gini mendidik anak harus sesuai peraturan, tapi kalau
dasar rohani, doanya itu kurang ya sepertinya akan kosong.
Mungkin kalau saya bengak-bengok ngasih tahu ya tetap nggak
akan ada hasilnya. Semuakan yang mbuka Yang Kuasa. Anak-
anak itu setiap malam Jum’at di ajak baca Yasin dan tahlil,
setiap malam Kamis mujahadah. Habis shalat kalau bapak
longgar tidak ada acara ya diajak wirid dzikir bareng-bareng.
Walaupun anak-anak cuma sekedar bilang aamiin kan ya
insyaallah itu tetap sudah doa kita bareng-bareng.”
B. Analisis Data
1. Peran Orang Tua Asuh Dalam Pembinaan Kepribadian Anak
Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh
55
Berdasarkan Konvensi Hak Anak dijelaskan bagi anak-anak
yang hidup dan berkembang di luar keluarga alami, diberikan
ketentuan-ketentuan khusus untuk memberikan kepada mereka
keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak
bergantung pada orang dewasa. Inilah yang dimaksud dengan
“pengasuh pengganti”. Dalam konteks Konvensi Hak Anak, anak
berhak untuk mendapatkan keluarga atau keluarga pengganti agar
kehidupan dan perkembangannya dapat dipenuhi dengan baik.
Keluarga atau keluarga pengganti bertanggung jawab untuk memenuhi
hak-hak dasar anak. Sedangkan negara berkewajiban untuk mengambil
langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh keluarga atau
keluarga pengganti dapat terpenuhi, dan agar keluarga atau keluarga
pengganti dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan maksimal.
Secara umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup dalam kelompok
lingkungan keluarga atau pengasuh pengganti meliputi antara lain:
tanggung jawab keluarga dalam pengasuhan anak, penempatan bagi
anak-anak yang terpisah dari keluarganya, misalnya anak yatim piatu,
terlantar dan sebagainya (dengan kafalah sebagaimana yang dikenal
dalam hukum Islam, adopsi atau panti-panti yang dikelola oleh
negara), serta melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan oleh
orang tua, keluarga atau keluarga pengganti mereka (Nugraha dan
Zaman, 2016: 33-34).
56
Hak-hak anak dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia secara eksplisit menyebutkan, bahwa setiap anak
Indonesia memiliki hak sebagai berikut:
Hak untuk hidup.
a. Hak anak untuk dilindungi orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara.
b. Hak anak untuk beribadah.
c. Hak anak untuk dilindungi secara hukum dari kekerasan fisik,
mental, dan penelantaran.
d. Hak pendidikan.
e. Hak untuk beristirahat dan berekspresi.
f. Hak memperoleh kesehatan.
g. Hak untuk dilindungi dari eksploitasi sosial (Nugraha dan Zaman,
2016: 15).
Pada uraian di atas anak berhak mendapatkan keluarga
pengganti untuk memenuhi hak-hak dasar mereka apabila anak-anak
tersebut tidak dapat tumbuh dalam keluarga alami. Pengasuh pengganti
bertanggung jawab dalam pengasuhan anak yang terpisah dari
keluarganya, misalnya anak yatim piatu, terlantar dan sebagainya. Ini
sama halnya dengan di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh yang
merupakan salah satu contoh dari keluarga pengganti bagi anak-anak
yang terpisah dari keluarganya atau anak-anak yang tidak terpenuhi
haknya dalam keluarga dikarenakan oleh suatu atau lain hal. Pada
57
daftar anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh ini terlihat jelas
bahwa panti asuhan ini memang sudah tepat sasaran dengan merawat
anak-anak yang berstatus yatim, piatu, dhuafa dan terlantar, sesuai
pada daftar anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.
Orang tua asuh memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anak asuhnya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak asuh untuk siap dalam
kehidupan bermasyarakat.
Orang tua asuh adalah kali pertama anak-anak mendapat
pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal
hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental,
emosional dan spiritual (Syafei, 2006: 34).
Hal tersebut sangatlah sesuai dengan yang telah dilakukan oleh
Ibu Ririn, orang tua asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh yang
dinyatakan oleh beberapa anak asuh:
a. F menyatakan : “Di rumah saya tidak bisa masak, tidak
suka bantu-bantu pekerjaan rumah. Kalau bangun tidur
jam setengah 7, jadi suka tidak shalat subuh. Ada
perbedaan banyak sekali. Sekarang bangunnya jam 4 kalau
pas jatah piket malah lebih pagi lagi. Di sini juga jadi bisa
masak. Suka bersih-bersih.”
b. A menyatakan : “Kalau di rumah jam 6 baru bangun.
Kadang shalat subuh kadang ya tidak soalnya sudah
kesiangan. Kalau di rumah suka bantu masak, bersih-
bersih, bantu mbah buat kandang ayam. Alhamdulillah ada
perubahan. Setelah masuk panti jadi lebih disiplin.
Bangunnya jam 4 jadi bisa shalat subuh terus, berjamaah
lagi.”
c. M menyatakan : “Saya kalau jam 6 baru bangun itu saja
harus dibungunin mbah. Di rumah juga jarang bantu-bantu
mbah, apa lagi masak saya nggak bisa. Perubahan ya ada,
58
mbak. Di sini jadi tertib, disiplin, bisa masak, bersih-
bersih. Bisa nabung juga pas udah di sini, mbak.”
d. D menyatakan : “Di rumah suka masak, bersih-bersih,
mengerjakan pekerjaan rumah. Soalnya ibu sudah nggak
ada, mbah sudah sepuh. Terus sebelum disini nilainya
kadang-kadang ada yang dibawah rata-rata gitu, suka
malas kalau belajar. Yang sangat berubah di sini itu
kedisiplinan saya mbak. Terus nilai-nilai sekolah itu lebih
baik pas udah di sini. Soalnya kalau di sini kan belajarnya
bareng-bareng ada temannya banyak, terus kalau nggak
bisa bisa nanya ke mbak-mbaknya. Jadi belajarnya itu
lebih semangat.”
e. W menyatakan : “Bangunnya rada kesiangan sekarang
lebih pagi. Jadi di panti itu saya lebih disiplin, mbak.”
f. My menyatakan : “Ya alhamdulillah baik, tp disini lebih
baik. Termasuk ngomong, sekarang saya bisa pakai basa
krama dulu nggak bisa. Jadi ya sudah jelas lebih baik pas
udah di sini.”
Pernyataan anak-anak asuh tersebut dapat dibenarkan bahwa
orang tua asuh telah membawa perubahan pada sikap anak-anak asuh
sehingga anak-anak asuh dapat lebih siap untuk kehidupannya
dikemudian hari melalui fisik, sosial, mental, emosional dan spiritual.
Selanjutnya apabila dikaitkan dengan tiga teori kepribadian
maka:
a. Kepribadian dalam Teori Psikoanalisa
Berdasarkan teori psikoanalisa, kepribadian dipandang
sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur sistem, yakni id,
ego, dan super ego.
1) Id
Id (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang
paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang
59
bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang
dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi
atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (Koeswara, 1991:
32).
Panti asuhan Darul Hadlanah Suruh dalam memenuhi
unsur id oleh orang tua asuh di penuhi dengan menyediakan
makanan, minuman, serta uang saku untuk sekolah kepada
anak-anak asuh. Dengan begitu, segala bentuk energi sebagai
sumber tenaga untuk menjalankan sistem ego dan super ego
dalam membangun tingkah laku anak asuh dapat terpenuhi.
2) Ego
Ego adalah sistem kepribadain yang bertindak sebagai
pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (the
reality princieple).
Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir
selalu terjadi konflik atau pertentangan. Tetapi bagaimanapun,
menurut Freud, ego dalam menjalankan fungsinya tidaklah
ditunjukkan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-
kebutuhan atau naluri-naluri yang berasal dari id, melainkan
justru bertindak sebagai perantara dari tuntutan-tuntutan
naluriah organisme di satu pihak dengan keadaan lingkungan
di pihak lain. Jadi fungsi yang paling dasar dari ego itu tidak
60
lain sebagai pemelihara kelangsungan hidup individu
(Koswara, 1991: 33-34).
Pada unsur ego orang tua asuh memenuhinya dengan
memberikan nasehat-nasehat dan tuntunan untuk menghadapi
berbagai masalah yang mungkin ditemui oleh anak asuh, baik
di dalam maupun di luar panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
sesuai dengan kenyataan.
3) Superego
Superego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem
kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud,
superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-
aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan,
berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang
tua dan guru (Koswara, 1991: 35).
Figur yang dianggap berperan, berpengaruh, atau berarti
bagi anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
adalah orang tua asuh. Jadi, segala bentuk perbuatan yang di
teladankan oleh orang tua asuh di panti ini menjadi sumber
utama panutan kehidupan anak-anak asuh.
b. Kepribadian dalam Teori Behaviorisme
Behaviorisme memandang manusia sangat mekanistik,
karena menganalogikan manusia seperti mesin. Konsep mengenai
61
stimulus-respons seolah-olah menyatakan bahwa manusia akan
bergerak atau melakukan sesuatu apabila ada stimulus (Hidayat,
2011: 127).
Uraian di atas sangat relevan dengan adaptasi yang
dilakukan oleh anak-anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah
Suruh. Anak-anak asuh saat memasuki panti asuhan selalu
mendapatkan hal yang baru, mulai dari teman, rutinitas, dan
aturan. Dari stimulus tersebut dengan bantuan arahan dari orang
tua asuh anak-anak dapat memberikan respon yang baik sehingga
terjadi perubahan kepribadian menjadi lebih baik.
c. Kepribadian dalam Humanistik
Maslow memaparkan teori tentang basic needs dan meta
needs. Basic needs atau kebutuhan dasar meliputi lapar, kasih
sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta meliputi
keadilan, kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan.
Maslow menyusun kebutuhan tersebut secara hirarkis dari
kebutuhan terendah atau kebutuhan dasar sampai kebutuhan
tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri. Lima jenis kebutuhan
dari Maslow tersebut adalah:
1) Physiological Need
Physiological needs adalah kebutuhan dasar manusia
yaitu paling mendesak untuk dipenuhi karena berkaitan dengan
kelangsungan hidup. Kebutuhan ini berupa makan, minum,
oksigen, istirahat, dan keseimbangan temperatur.
2) Safety Need
Yaitu kebutuhan akan rasa aman. Merupakan kebutuhan
psikologis yang fundamental dan perlu dipenuhi. Apabila
pemenuhan kebutuhan akan merasa terhambat pemenuhannya,
akan menimbulkan gangguan kepribadian yang serius.
3) Love and Belongingness
Kebutuhan kasih sayang dan kebersamaan, merupakan
kebutuhan yang mendorong seseorang berinteraksi secara
afektif dan emosional dengan orang lain. Kebutuhan ini
tumbuh di lingkungan keluarga, berkembang ke lingkungan
kelompok sebaya dan akhirnya menuju pada kelompok sosial
62
yang lebih luas. Kurangnya kasih sayang menyebabkan
perkembangan seseorang terlambat.
4) Self Esteem
Self esteem mengandung dua konsep yaitu rasa harga diri
oleh diri sendiri serta penghargaan yang diberikan orang lain
terhadap diri seseorang.
Terpenuhinya self esteem pada diri seseorang akan
merangsang timbulnya sikap percaya diri, rasa kuat, rasa
mampu, rasa berguna, sementara self esteem rendah
menghasilkan sikap rendah diri, rasa tak pantas, rasa lemah,
rasa tak mampu, rasa tak berguna menyebabkan yang
bersangkutan dihantui kehampaan, keraguan dan keputusasaan
menghadapi hidup.
5) Self-Actualization
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang ada dalam
diri manusia untuk mengekspresikan, mengembangkan segala
kemampuan dan potensi yang dimiliki. Juga merupakan
dorongan dalam diri untuk menjadi diri sendiri seperti apa
yang dikehendaki (Sriyanti, 2013: 81-83).
Berdasarkan teori kepribadian humanistik yang
dipaparkan di atas, anak-anak asuh di panti asuhan Darul
Hadlanah Suruh sangat membutuhkan kelima jenis kebutuhan
hirarki yang di uraikan oleh Maslow tersebut. Anak-anak asuh di
panti Darul Hadlanah Suruh terdiri dari anak yatim, piatu, dhuafa
atau terlantar yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang berupa makan, minum, tempat
tinggal, aman dari bahaya yang mungkin dihadapi, kasih sayang
dan kebersamaan, pengakuan akan kehadirannya dirianak, dan
kebutuhan pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut sepenuhnya akan dipenuhi oleh
orang tua asuh.
63
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pembinaan
Kepribadian Anak Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh
Tercapainya hasil dalam pembinaan kepribadian anak asuh di
panti asuhan Darul Hadlanah Suruh yang dilakukan oleh orang tua
asuh tidak lepas dari metode /cara yang diterapkan oleh orang tua
asuhnya.
Metode-metode pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah:
a. Metode pengajaran Rasulullah dengan keteladanan dan akhlak
mulia
b. Pengajaran Rasulullah secara bertahap
c. Pengajaran Rasulullah dilakukan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi peserta didik
d. Rasulullah mengajar dengan memberikan nasihat dan peringatan
e. Rasulullah mengajar dengan memberikan dorongan (motivasi) dan
menakut-nakuti (memberi peringatan) (Abu Ghuddah, 2005: 59-
181).
Untuk mewujudkan hasil pembinaan kepribadian anak asuh
sesuai dengan yang dikehendaki, orang tua asuh di panti asuhan Darul
Hadlanah Suruh menerapkan cara-cara atau metode seperti tersebut
diatas karena dianggap sudah efektif dan efisien oleh Ibu Ririn. Beliau
menyatakan:
“Pengenalan dari awal dikasih tahu, mungkin di rumah nggak ada
aturan mulai sekarang belajar. Intinya ngandanilah. Belajar di sini
muali dari awal misal ra iso boso yo pake bahasa Indonesia itu lebih
64
sopan dari pada ngoko. Yang kedua nek tiap mau masuk salam. Ya
tapi secara halus, pokoknya intinya jangan sampai anak itu di doktrin
kayane aku disalah-salahke. Dikasih tahu sedikit-sedikit. Selalu diajak
melakukan sesuatu itu bareng-bareng sekalian nyontoni. Terus bukan
hanya jasmani saja, tapi rohani juga dengan mujahadah setiap malam
Kamis misalnya. Dzikir, wirid, doa bersama selalu dilakukan setiap
setelah shalat. Terus misalkan ada yang melakukan kesalah gitu ya
saya tegur. Kalu melanggar sesuatu yang agak berat gitu saya
panggil ke sini, tak kandani. Pertama yang ngandani itu aku nanti
misal masih melanggar yang kedua yang ngandani itu bapak, kadang
orang tua saya panggil. Ketiga buat surat pernyataan. Kalau masih
nekat mengulangi sampai yang keempat nanti saya konsultasikan ke
semua pengurus. Nanti kalau misalkan tidak bisa dipertahankan ya
dikembalikan ke orang tua atau walinya.”
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaan
pembinaan kepribadian dengan metode yang telah diterapkan pasti ada
beberapa faktor yang dapat mendukung dan juga menghambat
pelaksanaan pembinaan kepribadian. Perkembangan kepribadian
individu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor hereditas
(pembawaan) dan lingkungan.
a. Faktor Hereditas (Pembawaan)
Masa dalam kandungan dipandang sebagai saat (periode)
yang kritis dalam perkembangan kepribadian, sebab tidak hanya
sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga
sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang
menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah
kelahiran (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 21).
b. Faktor Lingkungan (Environment)
Sementara Karen Horney dalam Hidayat percaya bahwa
kebudayaan dan periode waktu tertentu memberikan pengaruh
65
terhadap kepribadian. Erich Fromm percaya bahwa pengaruh
kekuatan dan kejadian dalam sejarah memberi pengaruh yang lebih
luas dalam membentuk kepribadian seseorang (2011: 10).
Berdasarkan uraian di atas dapat kita lihat bahwa perbedaan
lingkungan rumah, kebudayaan dan kejadian yang terjadi dalam
sejarah kehidupan seseorang akan memberikan pengaruh kepada
perbedaan kepribadian. Sama seperti yang terjadi pada anak-anak
asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh yang telah mengalami
banyak perubahan baik setelah mereka tinggal di panti. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya perubahan baik tersebut adalah
perbedaan suasana lingkungan tempat tinggal dengan segala
rutinitas dan kebiasaan (kebudayaan dan kejadian yang terjadi
dalam sejarah kehidupan) yang dialami oleh anak-anak asuh lebih
mendukung setelah mereka tinggal di panti. Karena di panti orang
tua asuh selalu memberikan bimbingan-bimbingan dan juga
pemenuhan kebutuhan yang di butuhkan oleh anak-anak asuh yang
sebelumnya masih kurang terpenuhi sebelum mereka berada di
panti. Dengan cara menciptakan lingkungan yang sangat nyaman
termasuk dengan cara-cara spiritual seperti pernyataan Ibu Ririn:
“Yang jelas mujahadah itu insyaallah lebih gampang. Anak-anak
kan setiap hari diajak mujahadah. Setiap habis shalat itu diajak
dzikir, wirid, minta sama yang kuasa yang terbaik. Saya di sini itu
bukan menganggap itu anak asuh, tapi sudah saya anggap anak
sendiri. Insyaallah itu juga ada efeknya.”
66
Cara tersebut Ibu Ririn dapat melaksanakan tanggung
jawabnya sebagai orang tua pengganti, karena penolakan-
penolakan yang dilakukan oleh anak-anak asuh juga terjadi diawal-
awal mereka beradaptasi saja. Kebiasaan dari lingkungan lama
yang masih terbawa ketika anak sudah mulai pindah ke lingkungan
baru dan juga peraturan-peraturan yang baru saja mereka dapatkan
berbeda dari yang sebelum di panti biasanya akan menjadi faktor
penghambat dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti
asuhan. Sesuai pernyataan Ibu Ririn:
“Karena memang sudah terbiasa nggak ada aturan di
rumah. Biasanya tidak pernah masak saiki di suruh masak, nyapu,
nyuci piring, semua kegiatan ibu rumah tangga, lanang wedok kan
sekarang saya kei kabeh. Jadi wajarlah kalau diawal-awal itu
biasanya rada susah ya mbak untuk mendisiplinkannya. Karena
memang mereka belum terbiasa. Tapi nanti kalau sudah
beradaptasi, sebulan gitu mereka sudah baik.”
Setiap individu mempunyai kepribadain tersendiri dengan
karakteristik atau ciri-ciri yang khas dan unik. Hal tersebut dapat
dijadikan sebagai pembeda individu. Artinya, kepribadian seseorang
tidak akan pernah sama dengan kepribadian orang lain.
Menurut Elizabeth dalam Kartini kepribadian ada yang sehat
dan tidak sehat. Asumsi sehat di siini dapat dipersamakan dengan hal-
hal yang positif. Berikut ini ciri-ciri kepribadian yang sehat (positif):
a. Mampu menilai diri sendiri apa adanya.
b. Mampu menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialami.
c. Mampu menilai keberhasilan dan menanggapinya secara rasional.
d. Mau menerima tanggung jawab mengatasi masalah kehidupan yang
dialaminya.
e. Mempunyai sifat mandiri serta menyesuaikan diri dengan norma
yang berlaku di lingkungannya.
f. Mampu mengendalikan emosi.
67
g. Mampu merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap kegiatan dan
kehidupannya.
h. Peduli lingkungan, tidak membiarkan dirinya menjadi orang lain.
i. Mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial.
j. Mengarahkan hidupnya berdasarkan keyakinan agama yang
dianutnya.
k. Kehidupan penuh kebahagiaan (2009: 13-29).
Kepribadian positif seperti yang telah di uraikan di atas, nyatanya
telah menjadi hasil dari pembinaan kepribadian yang telah dilakukan
oleh orang tua asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh terhadap
anak-anak asuh sesuai dengan metode/ cara yang telah diterapkan.
Anak-anak asuh saat ini telah menyadari kekurangan-kekurangan pada
dirinya sebelum masuk panti asuhan dan menyadari perubahan yang
diperolehnya setelah di panti asuhan. Mereka juga lebih bisa mandiri
dengan kemampuan mereka menjalani dan menghadapi masalah-
masalah dalam hidup mereka dengan rasional. Dan mereka dapat
terbuka dengan lingkungan barunya dan lebih merasa bahagia karena
kebutuhan-kebutuhan mereka dapat terpenuhi di panti asuhan Darul
Hadlanah ini. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Ibu Ririn:
“Sudah ada kelihatan hasilnya. Soalnya kan bukan hanya jasmani
saja, tapi rohani juga dengan mujahadah itu. Dulu pertama saya
masuk sini anak-anak itu ada yang pakai celana pendek, anak putri
tidak pakai jilbab, main HP pakai headset, masuk rumah nggak salam,
sekarang sudah mulai berkembang, ada perubahan. Anak-anak wajib
pakai jilbab. Di atas (kamar) pun kalau pintu dibuka wajib pakai
jilbab. Putra juga gitu. Kalau turun (keluar kamar) harus pakai celana
panjang atau sarung, pakai kaos. Itu contoh dilihat dari cara
berpakaian. Kedua tata bahasa sudah baik. Kalo dulu ngomong masih
suka ada yang sembarangan sekarang sudah mulai basa krama,
meskipun kadang masih dicampur satu dua kata pakai bahasa
Indonesia yang nggak tahu krama ne. Masalah pendidikan juga
begitu. Yang dulunya nilainya masih kurang-kurang sekarang sudah
ada peningkatan, paling tidak rata-ratalah. Nggak sampai dibawah
68
rata-rata. Insyaallah kalau sering berdoa itu ya apa-apa semua itu
kan dasarnya itu mbak. Walaupun kita mungkin sikapnya gini
mendidik anak harus sesuai peraturan, tapi kalau dasar rohani,
doanya itu kurang ya sepertinya akan kosong. Mungkin kalau saya
bengak-bengok ngasih tahu ya tetap nggak akan ada hasilnya.
Semuakan yang mbuka Yang Kuasa.”
BAB V
69
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian Peran Orang Tua Asuh dalam
Pembinaan Kepribadian Anak Asuh di Panti Asuhan Darul Hadlanah
Suruh, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Peran Orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak asuh sangat
berperan karena orang tua asuh di sini menggantikan peran orang tua
asli mereka, dengan cara memberikan bimbingan, nasehat, memenuhi
segala kebutuhan anak asuh, memberikan kegiatan-kegiatan positif,
dan menciptakan kondisi lingkungan yang baik dan nyaman untuk
anak asuh dengan tata tertib dan peraturan yang harus ditaati.
2. Faktor pendukung dalam pembinaan kepribadian anak asuh adalah
lingkungan yang islami. Tidak hanya jasmaniah saja, orang tua asuh
juga menggunakan cara yang berkaitan dengan rohaniah, yaitu
memberikan nasehat, motivasi, dan selalu mengajak anak-anak asuh
untuk selalu berdoa dan mujahadah untuk meminta kepada Yang Maha
Kuasa agar anak-anak menjadi baik.
3. Faktor penghambat dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti
asuhan Darul Hadlanah Suruh adalah kebiasaan anak sebelum masuk
ke panti asuhan terbawa masuk ke dalam panti sehingga menghambat
anak dalam menerima peraturan-peraturan yang baru.
4. Hasil pembinaan dengan cara-cara yang telah dilakukan orang tua asuh
dalam pembinaan kepribadian anak asuh di panti asuhan Darul
70
Hadlanah Suruh telah berhasil memberikan perubahan terhadap sikap
dan perilaku anak-anak asuh. Bangun tidur menjadi lebih awal, tertib
mengikuti shalat berjamaah, menjadi lebih mandiri, dan lebih disiplin.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran
kepada:
1. Orang Tua Asuh
Orang tua asuh memberikan tambahan kegiatan positif yang dapat
menunjang perkembangan kepribadian anak. Misalnya, memberikan
tambahan pelatihan keterampilan kepada anak-anak asuh untuk
meniingkatkan kemandirian anak asuh dan juga akan bermanfaat
dikemudian hari.
2. Anak Asuh
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik hormati dan patuhilah orang tua
asuh dan peraturan-peraturan yang ada. Karena sesungguhnya
peraturan-peraturan itu dibuat untuk kebaikan anak asuh. Dan
tingkatkan rasa solidaritas antar teman, saling menyayangi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ghuddah, Abd Al-Fattah. 2005. 40 Strategi Pembelajaran Rasulullah.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Adhim, Muhammad Fauzil. 2008. Positive Parenting: Cara-Cara Islami
Mengembangkan Karakter Positif pada Anak Anda. Bandung: PT.
Mizan Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Kepribadian Paradigma Filosofis, Tipologis,
Psikodinamik dan Organismik-Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam
Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia.
Kartini, Sri. 2009. Gangguan Kepribadian. Semarang: Aneka Ilmu.
Koswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco.
LN, Syamsu Yusuf, A Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nugraha, Ali, Badru Zaman, A. Sy. Dina Dwiyana. 2016. Program Pelibatan
Orang Tua dan Masyarakat. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.
Setyawan, Angga. 2015. Kenali Anakmu. Jakarta: Noura Books.
Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua untuk Membangun Anak
Mengembangkan Displin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Sriyanti, Lilik. 2013. Psikologi Belajar. Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatit, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukandarumidi. 2004. Metode penelitian. Yogakarta: Gadjah Mada University
Press.
Suryabrata, Sumadi. 1995. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Syafei, Sahlan. 2006. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ulfatin, Nurul. 2014. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan: Teori
dan Aplikasinya. Malang: Bayumedia.
Yusuf, Syamsu, Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
2
HASIL OBSERVASI
Disaat hari pertama peneliti menyambangi panti asuhan Darul Hadlanah
Suruh guna menyampaikan surat ijin penelitian kepada orang tua asuh mereka
dengan senang hati dan ramahnya bersedia memberikan ijin kepada peneliti untuk
melakukan penelitian.
Kemudian peneliti mengadakan penelitian dengan mengobservasi anak-
anak asuh dan juga orang tua asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh. Pada
saat sore hari peneliti melihat beberapa anak asuh yang mendapatkan jadwal piket
memasak sedang melaksanakan tugasnya. Peneliti pun melakukan observasi
sembari mewawancarai anak asuh tersebut.
Dihari yang lain peneliti datang di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh
melihat anak-anak yang sedang bersiap-siap untuk melaksanakan shalat
berjamaah. Sesudah itu peneliti melakukan wawancara dengan beberapa anak
asuh yang berbeda. Peneliti juga melakukan observasi dengan melihat-lihat sarana
dan prasarana yang tersedia di panti asuhan tersebut.
Di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh ada dua orang tua asuh, sepasang
suami istri, yaitu Bapak M Sudaryanto dan Ibu Ririn Sundari. Peneliti melakukan
wawancara dengan Ibu Ririn Sundari sebagai orang tua asuh yang lebih
memahami keseharian anak-anak asuh di bandingkan dengan Bapak, karena
Bapak Sudaryanto lebih paham dalam urusan kegiatan di sekolah formal anak-
anak asuh.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan pengurus panti yang
memahami sejarah berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah Suruh untuk
mengetahui asal mula berdirinya panti asuhan Darul Hadlanah Suruh.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Wawancara dengan Orang Tua Asuh
a. Apakah ada perbedaan/ perkembangan kepribadian anak sebelum
masuk panti dan setelah masuk panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
b. Bagaimana metode/ cara yang diterapkan dalam membina kepribadian
anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
c. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak
asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
d. Apa saja faktor penghambat atau kesulitan dalam pembinaan
kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
e. Bagaimana hasil yang telah dicapai dari pembinaan anak asuh panti
asuhan Darul Hadlanah Suruh?
2. Wawancara dengan Anak Asuh
a. Apakah ada perbedaan sikap/perilaku sebelum dan sesudah Anda
masuk panti asuhan?
b. Bagaimana metode atau cara yang diterapkan oleh orang tua asuh
dalam pembinaan kepribadian?
c. Bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak
panti?
HASIL WAWANCARA
A. Wawancara dengan Orang Tua Asuh
Nama : Ririn Sundari
Alamat : Reksosari RT 09 RW 01, Suruh, Kab. Semarang
Waktu Wawancara : 16 Agustus 2017 pukul 11.00 WIB
Uraian Wawancara :
1. Apakah ada perbedaan/ perkembangan kepribadian anak sebelum
masuk panti dan setelah masuk panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
“Jelas ada. Jauh. Misalkan dulu kalo masuk rumah nggak salam mulai
diajari salam sekarang setiap kali mau ambil apa-apa masuk rumah
ucap salam. Dari rumah tidak basa krama terkadang kebawa sampai
sini. Terus maem wae diambilke sama ibunya. Biasanya dulu pas daftar
itu banyak ceritanya gitu kalau makan ndadak diladeni walaupun
dalam tanda kutip kurang mampu tapi si anak pasti manja.”
2. Bagaimana metode/ cara yang diterapkan dalam membina kepribadian
anak asuh di panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
“Pengenalan dari awal dikasih tahu, mungkin di rumah nggak ada
aturan mulai sekarang belajar. Intinya ngandanilah. Belajar di sini
muali dari awal misal ra iso boso yo pake bahasa Indonesia itu lebih
sopan dari pada ngoko. Yang kedua nek tiap mau masuk salam. Ya tapi
secara halus, pokoknya intinya jangan sampai anak itu di doktrin
kayane aku disalah-salahke. Dikasih tahu sedikit-sedikit. Selalu diajak
melakukan sesuatu itu bareng-bareng sekalian nyontoni. Terus bukan
hanya jasmani saja, tapi rohani juga dengan mujahadah setiap malam
Kamis misalnya. Dzikir, wirid, doa bersama selalu dilakukan setiap
setelah shalat. Terus misalkan ada yang melakukan kesalah gitu ya
saya tegur. Kalu melanggar sesuatu yang agak berat gitu saya panggil
ke sini, tak kandani. Pertama yang ngandani itu aku nanti misal masih
melanggar yang kedua yang ngandani itu bapak, kadang orang tua
saya panggil. Ketiga buat surat pernyataan. Kalau masih nekat
mengulangi sampai yang keempat nanti saya konsultasikan ke semua
pengurus. Nanti kalau misalkan tidak bisa dipertahankan ya
dikembalikan ke orang tua atau walinya.”
3. Apa saja faktor pendukung dalam upaya pembinaan kepribadian anak
asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
“Yang jelas mujahadah itu insyaallah lebih gampang. Anak-anak kan
setiap hari diajak mujahadah. Setiap habis shalat itu diajak dzikir,
wirid, minta sama yang kuasa yang terbaik. Saya di sini itu bukan
menganggap itu anak asuh, tapi sudah saya anggap anak sendiri.
Insyaallah itu juga ada efeknya.”
4. Apa saja faktor penghambat atau kesulitan dalam pembinaan
kepribadian anak asuh panti asuhan Darul Hadlanah Suruh?
“Karena memang sudah terbiasa nggak ada aturan di rumah. Biasanya
tidak pernah masak saiki di suruh masak, nyapu, nyuci piring, semua
kegiatan ibu rumah tangga, lanang wedok kan sekarang saya kei kabeh.
Jadi wajarlah kalau diawal-awal itu biasanya rada susah ya mbak
untuk mendisiplinkannya. Karena memang mereka belum terbiasa.
Tapi nanti kalau sudah beradaptasi, sebulan gitu mereka sudah baik.”
5. Bagaimana hasil yang telah dicapai dari pembinaan anak asuh panti
asuhan Darul Hadlanah Suruh?
“Kalau menurut saya alhamdulillah efektif, sudah ada kelihatan
hasilnya. Soalnya kan bukan hanya jasmani saja, tapi rohani juga
dengan mujahadah itu. Dulu pertama saya masuk sini anak-anak itu
ada yang pakai celana pendek, anak putri tidak pakai jilbab, main HP
pakai headset, masuk rumah nggak salam, sekarang sudah mulai
berkembang, ada perubahan. Anak-anak wajib pakai jilbab. Di atas
(kamar) pun kalau pintu dibuka wajib pakai jilbab. Putra juga gitu.
Kalau turun (keluar kamar) harus pakai celana panjang atau sarung,
pakai kaos. Itu contoh dilihat dari cara berpakaian. Kedua tata bahasa
sudah baik. Kalo dulu ngomong masih suka ada yang sembarangan
sekarang sudah mulai basa krama, meskipun kadang masih dicampur
satu dua kata pakai bahasa Indonesia yang nggak tahu krama ne.
Masalah pendidikan juga begitu. Yang dulunya nilainya masih kurang-
kurang sekarang sudah ada peningkatan, paling tidak rata-ratalah.
Nggak sampai dibawah rata-rata. Insyaallah kalau sering berdoa itu ya
apa-apa semua itu kan dasarnya itu mbak. Walaupun kita mungkin
sikapnya gini mendidik anak harus sesuai peraturan, tapi kalau dasar
rohani, doanya itu kurang ya sepertinya akan kosong. Mungkin kalau
saya bengak-bengok ngasih tahu ya tetap nggak akan ada hasilnya.
Semuakan yang mbuka Yang Kuasa. Anak-anak itu setiap malam
Jum’at di ajak baca Yasin dan tahlil, setiap malam Kamis mujahadah.
Habis shalat kalau bapak longgar tidak ada acara ya diajak wirid dzikir
bareng-bareng. Walaupun anak-anak cuma sekedar bilang aamiin kan
ya insyaallah itu tetap sudah doa kita bareng-bareng.”
B. Wawancara dengan Anak Asuh
Nama : Faris, Agus, Mahasin, Devi, Warimah,Muyas
Waktu Wawancara : 13 Agustus 2017 pukul 17.00 WIB
Uraian Wawancara :
1. Apakah ada perbedaan sikap/perilaku sebelum dan sesudah Anda
masuk panti asuhan?
Faris : “Di rumah saya tidak bisa masak, tidak suka bantu-bantu
pekerjaan rumah. Kalau bangun tidur jam setengah 7, jadi
suka tidak shalat subuh. Ada perbedaan banyak sekali.
Sekarang bangunnya jam 4 kalau pas jatah piket malah
lebih pagi lagi. Di sini juga jadi bisa masak. Suka bersih-
bersih.”
Agus : “Kalau di rumah jam 6 baru bangun. Kadang shalat
subuh kadang ya tidak soalnya sudah kesiangan. Kalau di
rumah suka bantu masak, bersih-bersih, bantu mbah buat
kandang ayam. Alhamdulillah ada perubahan. Setelah
masuk panti jadi lebih disiplin. Bangunnya jam 4 jadi bisa
shalat subuh terus, berjamaah lagi.”
Mahasin : “Saya kalau jam 6 baru bangun itu saja harus dibungunin
mbah. Di rumah juga jarang bantu-bantu mbah, apa lagi
masak saya nggak bisa. Perubahan ya ada, mbak. Di sini
jadi tertib, disiplin, bisa masak, bersih-bersih. Bisa nabung
juga pas udah di sini, mbak.”
Devi : “Di rumah suka masak, bersih-bersih, mengerjakan
pekerjaan rumah. Soalnya ibu sudah nggak ada, mbah
sudah sepuh. Terus sebelum disini nilainya kadang-kadang
ada yang dibawah rata-rata gitu, suka malas kalau belajar.
Yang sangat berubah di sini itu kedisiplinan saya mbak.
Terus nilai-nilai sekolah itu lebih baik pas udah di sini.
Soalnya kalau di sini kan belajarnya bareng-bareng ada
temannya banyak, terus kalau nggak bisa bisa nanya ke
mbak-mbaknya. Jadi belajarnya itu lebih semangat.”
Warimah : “Bangunnya rada kesiangan sekarang lebih pagi. Jadi di
panti itu saya lebih disiplin, mbak.”
Muyas : “Ya alhamdulillah baik, tp disini lebih baik. Termasuk
ngomong, sekarang saya bisa pakai basa krama dulu
nggak bisa. Jadi ya sudah jelas lebih baik pas udah di
sini.”
2. Bagaimana metode atau cara yang diterapkan oleh orang tua asuh
dalam pembinaan kepribadian?
Agus : “Kalau pada keset bangun itu suka dibel pas jam 4 gitu.
Jadi bangunnya nggak kesiangan lagi. Kadang belum dibel
sudah dibangunin sama yang piket. Kan yang piket masak
itu bangunnya pasti lebih pagi.”
Mahasin : “Dari awal pas mau masuk itu udah di kasih tahu aturan-
aturannya jadi kita udah tahu. Terus kalau misalnya kita
melakukan kesalahan itu dikasih hukuman biar nggak
diulangi. Kalau untuk masak, bersih-bersih, bangun pagi,
shalat jamaah, itu kan kita diajak ngerjainnya bareng-
bareng. Jadi di kasih contoh gitu kan sama bapak, ibu,
sama mas-mas dan mbaknya.”
Muyas : “Kalau tidak tertib dihukum. Misalnya telat atau nggak
ikut jamaah (shalat berjamaah) uang sakunya dipotong.”
Warimah : “Waktu awal masuk diberi tahu tata tertibnya. Kalau
melanggar ya dikasih hukuman. Tapi ya nggak langsung
dihukum juga sih. Pertama itu di nasehati terus kalau tetep
melanggar dikasih hukuman.”
3. Bagaimana peran orang tua asuh dalam pembinaan kepribadian anak
panti?
Mahasin : “Orang tua asuh ya sangat berperan. Kalau nggak mau
nurut dihukum. Misalnya kalau shalat jamaah telat uang
saku di potong, itu kan berpengaruh banget, mbak dalam
mendisiplinkan kami.”
Warimah : “Ya berperan, karena merubah sikap saya menjadi lebih
disiplin yang tadinya agak males-malesan gitu.”
Muyas : “Sangat berperan, biasanya disana (dirumah) agak nakal
di sini enggak. Bahasanya lebih baik di sini, diajari basa
krama jadi lebih sopan.”
KETERANGAN INISIAL
1. F : Faris
2. A : Agus
3. M : Mahasin
4. D : Devi
5. W : Warimah
6. My : Muyas
DAFTAR ANAK ASUH
NO. Nama Anak
Jenis
Kela
min
(L/P)
Tempat dan Tanggal Lahir Status
1. A. Nur Alim L
Kab. Semarang,
10 Februari 1998
Terlantar
2. Siti N. Habibah P
Kab. Semarang, 12
November 1997
Piatu
3. M. Muhlisin L
Kab. Semarang,
16 Desember 1994
Terlantar
4. Aprilia Dewi P
Kab. Semarang,
19 April 1997
Dhuafa’
5. Romadliyah P
Kab. Semarang,
14 Januari 1999
Dhuafa’
6. Lilik Fitriyani P
Demak,
2 Februari 1997
Dhuafa’
7. Sri Dariyati P
Kab. Semarang,
10 September 1999
Terlantar
8. Dimas Eko Saputra L
Kab. Semarang,
24 Januari 1997
Terlantar
9. Hilwatun Niswah P
Kab. Semarang,
24 November 1995
Dhuafa’
10. M. Faizin L
Kab. Semarang,
17 Mei 1995
Dhuafa’
11. Suci Puryani P
Kab. Semarang,
9 September 1998
Terlantar
12. Slamet Ariadi L
Kab. Semarang,
6 Juni 1998
Dhuafa’
13. Muhlisin L
Kab. Semaarang,
13 September 2001
Dhuafa’
14.
Dian Septiana
Zulmia
L
Juku Batu Way Kanan,
13 September 2000
Yatim
15. Adi Rahmawan L
Kab. Semarang,
21 Desember 2000
Dhuafa’
16.
Alfian Fatkur
Rahman
L
Kab. Semarang,
27 Juli 2000
Dhuafa’
17. Devi Indrawati P
Kab. Semarang,
22 JUNI 2002
Piatu
18. Dwi Ali Mahfud L
Kab. Semarang,
23 Mei 2001
Dhuafa’
19. Joko Prasetyo L
Kab. Semarang,
20 Oktober 2001
Dhuafa’
20. M. Agus Suprihatin L
Kab. Semarang,
16 Februari 2001
Terlantar
21. M. Makhasin L
Kab. Semarang,
3 Agustus 2003
Dhuafa’
22. Sri Sundari P
Kab. Semarang,
28 Juli 2004
Dhuafa’
23. Nur Aisyah P
Kab. Semarang,
10 Oktober 2000
Dhuafa’
24. Siti Riyadhoh P
Kab. Semarang,
15 April 2003
Dhuafa’
25. Agus Priyanto L
Kab. Semarang,
3 April 2003
Dhuafa’
26.
Afiyan Khoirul
Mustain
L
Kab. Semarang,
2 April 2003
Dhuafa’
27. Slamet Khoiri L
Kab. Semarang,
24 Juli 2002
Dhuafa’
28. Faris Ramadhan L
Kab. Semarang,
15 November 2002
Dhuafa’
29.
Nasriyatul Muyas
Saroh
P
Kab. Boyolali,
27 Mei 2003
Dhuafa’
30. Warimah P
Kab. Magelang,
24 Mei 2002
Dhuafa’
31.
M. Rizai Ainur
Rofiq
L
Kab. Semarang,
12 Agustus 2003
Dhuafa’
32. Dimas Nur Saifudin L
Kab. Semarang,
18 September 2003
Dhuafa’
33. Rama Ramadhan L
Kab. Semarang,
4 November 2003
Dhuafa’
DOKUMENTASI
Papan penunjuk Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh
Asrama Putri
Asrama Putra dan Aula
Papan pengesahan gedung baru Panti Asuhan
Susunan pengurus Panti Asuhan
Ruang Komputer
Aula
Daftar anak asuh
Visi dan Misi Panti Asuhan Darul Hadlanah Suruh
Anak-anak bermain
Anak asuh memasak di dapur
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dina Fitriana
Tempat/tanggal Lahir : Kab. Semarang, 20 Februari 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kepundung , Reksosari, Suruh, Kab. Semarang
Nama Ayah : Bazari
Nama Ibu : Siti Anipah
Latar Belakang Pendidikan Formal
2003-2005 : TK Islam Pertiwi Reksosari
2005-2007 : SD Negeri Reksosari 1
2007-2010 : SMP Negeri 1 Suruh
2010-2013 : SMA Negeri 1 Tengaran
2013-Sekarang : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga