PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP ...
Transcript of PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP ...
i
PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN
(MGMP) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU SEJARAH PADA SMA DI
KABUPATEN REMBANG TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
Oleh
Nur Mutmainah
NIM 3101407007
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Drs. Abdul Muntholib, M.Hum19541012 198901 1 001
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.Karyono,M.Hum Drs. Ibnu Sodiq,M.Hum
NIP.19510606 198003 1 003 NIP.19631215 198901 1 001
Mengetahui,
Dekan,
Drs. Subagyo M.Pd
NIP. 195108081980031003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2011
Nur Mutmainah
NIM.3101407007
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Hidup adalah Perjuangan (Penulis)
Seseorang yang pikirannya dipenuhi banyak gagasan dan rencana cerdas
tetapi tidak pernah mencoba merealisasikannya menjadi sebuah karya
nyata , maka dia adalah orang yang tidak pernah berguna (Huzaifah
Ismail)
Persembahan :
☺Bapak dan Ibu yang memberikan doa dan kasih sayang yang tulus.
☺Buat saudaraku tersayang ( Mbak Aini, Mas Sarwan, Adik Ifa dan Adik Aisy)
terimakasih atas doa dan dukungan.
☺Guru-guruku yang telah memberikan bekal ilmu yang berharga.
☺Teman-teman terbaikku Kasih, Dwi, Ayu, dan Nisa terima kasih atas motivasi
kalian.
☺Almamaterku Pendidikan Sejarah 2007.
vi
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga terungkap rasa syukur atas terselesainya skripsi dengan
judul Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam
Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA di
Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011, sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas
Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa dalam karya ilmiah (skripsi) ini masih
memerlukan pengembangan lanjut untuk mencapai tujuan esensialnya
sejalan dengan perkembangan kurikulum sekolah. Skripsi ini dapat
terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
ucapan tulus dan hormat saya sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan fasilitas selama penulis kuliah.
2. Drs. Subagyo, M.Pd selaku Dekan FIS Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S. M.Pd selaku Ketua Jurusan Sejarah
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan
semangatnya dalam penyelesaian karya ini.
4. Drs. Karyono, M.Hum dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi.
5. Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi.
6. Seluruh dosen jurusan sejarah yang telah memberikan bekal ilmu
kepada penulis selama belajar di UNNES.
vii
7. Ginna Santoso S.Pd Ketua MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang
yang telah memberikan ijin melakukan penelitian.
8. Seluruh anggota MGMP Sejarah SMA di Kabupaten Rembang yang
telah menjadi objek penelitian, terimakasih atas bantuannya.
9. Tsabit Azinar Ahmad,S.Pd., M.Pd dan Yupa Setiyawan yang telah
memberikan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Bapak, Ibu dan segenap keluarga besar yang telah memberikan
dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
11. Teman-teman di asholehah kost, emeral kost yang telah memberikan
bantuan dan motivasi selama ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dengan sukarela, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi semua pihak bagi umumnya. Amien.
Semarang, Juli 2011
Penulis
viii
SARI
Mutmainah, Nur. 2011. Peran Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA Di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Kata Kunci : MGMP, Kompetensi Profesional, Guru Sejarah.
Profesionalisme guru dan mutu pendidikan Jawa Tengah masih rendah. Hal ini di latar belakangi oleh banyak faktor yaitu kualifikasi pendidikan formal guru belum sesuai dengan ketentuan undang-undang, kekurangan guru pada semua jenis dan jenjang pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru belum merata, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studinya, kesejahteraan pendidikan belum optimal dan penghargaan terhadap pendidikan sangat minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum optimal, padahal usaha mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari penyelesaian yang sesuai dengan karaktetistik sejarah yang sesuai dengan KTSP guru dapat menemukannya dengan mengikuti wadah MGMP.
Skripsi ini mendiskripsikan permasalahan yang didapat, Upaya apadilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011; Kendala-kendala apa saja yang terjadi di lapangan dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011 oleh MGMP; Tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP.
Dalam penelitian ini metode menggunakan kualitatif studi kasus. Sumber data penelitian ini adalah narasumber atau informan (informant) dan Aktivitas MGMP. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, studi dokumen dan angket atau kuesioner (Questionnaires). Penelitian ini memilih informan dengan menggunakan purposive sampling. Dalam keabsahan data penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis interaktif Miles dan Hiberman terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya-upaya MGMP sejarah dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang, melalui kegiatan program kerja yang sudah signifikan dan sesuai dengan kubutuhan guru. Program tersebut yaitu pembahasan silabus, pembuatan perangkat KBM, pembuatan Modul, pembuatan soal semester, studi lapangan situs sejarah, pembuatan VCD pembelajaran. Serta, kerja sama yang dilakukan oleh MGMP dengan MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) Komisariat Rembang menambah wawasan dan manfaat yang sangat baik bagi anggota MGMP dan MGMP mempunyai peranan dalam proses sertifikasi guru yaitu
ix
MGMP dapat memberikan surat keterangan bagi anggota untuk (PAK) Penetapan Angka Kredit. Selain itu MGMP juga dapat dimasukan unsur C pada aspek pengalaman berorganisasi dibidang pendidikan dan sosial.
Kendala-kendala MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah di Kabupaten Rembang; SMA Swasta, dari guru sejarah yang berasal bukan dari lulusan sejarah menjadi permasalahan terhadap MGMP; Kurang pengawasan dari Dinas, dan KSKO (Kepala Sekolah Koordinasi Organisasi) kepada kinerja MGMP; Dana pendukung operasional MGMP yang kurang memadai; Terdapat beberapa etos kerja guru yang rendah.
Tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP Sejarah Kabupaten Rembang; Bahwa MGMP sangat membantu guru dalam mewujudkan proses pembelajaran yang dapat mengubah ranah psikologis siswa serta permasalahan yang terkait dengan implementasi KTSP.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN..........................................................................iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................v
PRAKATA .........................................................................................................vi
SARI ................................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B. Perumusan Masalah.............................................................................13
C. Tujuan Penelitian.................................................................................13
D. Kegunaan Penelitian............................................................................14
E. Batasan Istilah .....................................................................................14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)........................................18
1. Pengertian MGMP ..............................................................................18
2. Organisasi Profesi Guru......................................................................19
3. Tujuan MGMP....................................................................................22
xi
4. Peran MGMP.......................................................................................24
B. Kompetensi Profesional Guru..............................................................27
1. Pengertian Kompetensi Profesional....................................................27
2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional ............................................33
3. Pengembangan Kompetensi Profesional Melalui MGMP..................36
C. Guru Sejarah .......................................................................................38
1. Pengertian Guru...................................................................................38
2. Guru Sejarah........................................................................................39
3. Kompetensi Profesional Guru Sejarah................................................42
D. Kerangka Berfikir................................................................................46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian ...............................................................................48
B. Bentuk dan Strategi Penelitian.............................................................50
C. Sumber Data........................................................................................51
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................52
E. Memilih Informan ...............................................................................55
F. Keabsahan Data...................................................................................57
G. Teknik Analisis ...................................................................................58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran MGMP Sejarah SMA .........................................................61
1. MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang.....................................61
2. Perkembangan MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2000-
2010...................................................................................................63
xii
B. Upaya-Upaya MGMP Sejarah Dalam Pengembangan Kompetensi
Profesional Guru Sejarah Di Kabupaten Rembang.................................67
C. Kendala-Kendala MGMP Sejarah Dalam Pengembangan Kompetensi
Profesional Guru Sejarah Di Kabupaten Rembang.................................87
D. Tanggapan Guru Sejarah Terhadap Fungsi MGMP Sejarah Kabupaten
Rembang.... .........................................................................................94
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................97
B. Saran ...................................................................................................99
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Organisasi Profesi dan Kode Etik ................................................................22
2.2 Kerangka Berpikir.......................................................................................47
3.3 Teknik Analisis Miles dan Hiberman ..........................................................59
4.4 Seminar Internasional..................................................................................71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keputusan MKKS SMA Kabupaten Rembang............................104
2. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2009-
2012.......................................................................................................105
3. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2000-
2003........................................................................................................106
4. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2003-
2006........................................................................................................107
5. Susunan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun 2006-
2009........................................................................................................108
6. Daftar Guru Mata Pelajaran Sejarah Kabupaten Rembang...................109
7. Program Kerja MGMP Sejarah Kabupaten Rembang...........................110
8. Surat Katerangan Aktif Anggota MGMP..............................................111
9. Lembar Penilaian dari Atasan dan Pengawas........................................112
10. Supervisi Kunjungan Kelas.................................................................113
11. Lembar Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran oleh Atasan dan
Pengawas...............................................................................................114
12. Diktat Hasil Program Kerja Tahun 2000-
2003........................................................................................................116
13. Surat Keterangan melakukan Penelitian..............................................117
14. Instrumen Penelitian............................................................................118
15. Surat ijin Penelitian.............................................................................127
xv
16. Foto Penelitian....................................................................................128
A. Studi Lapangan Situs Sejarah di Museum Plawangan Kragan dan
Terjan di Lasem...........................................................................128
1) Studi Lapangan di Museum Plawangan Kragan......................129
2) Situs Megalitikhum di Terjan..................................................129
3) Seminar dan Napak Tilas Jejak Peninggalan Majapahit di Lasem
Rembang..................................................................................129
4) Studi Lapangan Program Kerja Tahun 2006-2009 di Sangiran
dan Objek Percandian Plaosan Lor dan plaosan kidul.............129
B. Kegiatan MGMP di dalam Ruangan............................................130
1) Pemanfaatan Teknologi LCD Dalam Rapat MGMP...............130
2) Pembagian Kelompok Pembuatan Soal...................................130
C. Teknik Pengumpulan Data...........................................................130
1) Observasi Berperan Pasif........................................................130
2) Wawancara...............................................................................131
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk
watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
diinginkan. Dimensi tersebut, peranan guru sulit digantikan oleh yang lain.
Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan guru dalam masyarakat
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini disebabkan karena ada
dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi proses,
pembelajaran, yang diperankan oleh guru yang tidak dapat digantikan oleh
teknologi (Supriadi, 1998: xv).
Dalam pendidikan formal di sekolah guru mempunyai peranan yang
sangat penting karena sangat menentukan keberhasilan siswa, terutama dalam
kaitannya dengan proses belajar-mengajar. Definisi yang kita kenal sehari-
hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru, dalam
arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu ditiru dan
diteladani. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang telah demikian
pesat, guru tidak hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus
mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih
banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan
mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus
2
dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar
(Uno, 2008: 17).
Tugas utama guru adalah mengajar, kebanyakan kita mengatakan
bahwa mengajar adalah suatu profesi. Menurut Dedi Supriyadi (1998), guru
sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam taraf sedang tumbuh (emerging
profession) yang tingkat kematangannya belum sampai pada yang telah
dicapai oleh profesi-profesi lainnya sehingga guru dikatakan sebagai profesi
yang setengah-setengah atau semi profesional. Pekerjaan profesional berbeda
dengan pekerja non profesional karena suatu profesi memerlukan kemampuan
dan keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya dengan kata lain
pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khususnya dipersiapkan untuk itu (Saondi, 2010:
7).
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Profesi adalah
bidang pekerjaan yang dilandasi dengan pendidikan keahlian (keterampilan,
kejujuran dan sebagainya) tertentu (KBBI, 2008: 1216). Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, sebagian orang cenderung menyatakan guru
sebagai suatu profesi, dan sebagian lagi tidak mengakuinya. Oleh sebab itu
dapat dikatakan jabatan guru sebagian, tapi bukan seluruhnya merupakan
jabatan profesional, namun sedang bergerak kearah itu. Kita di Indonesia
dapat merasakan jalan ke arah itu mulai dijalani, misalnya dengan adanya
peraturan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1989 bahwa
yang boleh menjadi guru hanya yang mempunyai akta mengajar yang
3
dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Selain
itu, juga guru diberi penghargaan oleh pemerintah melalui Keputusan
Menpan nomor 26 Tahun 1989, dengan memberikan tunjangan fungsional
sebagai pengajar, dan dengan kenaikan pangkat yang terbuka (Soetjipto,
2009: 26).
Sesungguhnya paradigma baru pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), memang telah
menempatkan pendidik sebagai tenaga profesional, yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengapdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi ( pasal 39 ayat (2) UU Sisdiknas). Pasal ini tidak diikuti
dengan perintah untuk pengaturan lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Itulah salah satu sebab, maka pengaturan lebih lanjut tentang pendidik,
khususnya guru dan dosen, perlu dibuat dalam bentuk undang-undang.
Persamaan yang paling esensial, bahwa guru dan dosen adalah
pendidik yang merupakan tenaga profesional. Pengertian profesional memang
tidak dijelaskan lebih lanjut dalam UU Sisdiknas, dan karena itu dalam
Rancangan Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, diberi rumusan :
“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupannya yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi”.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen, ditetapkan dengan jelas
sembilan prinsip profesional (pasal 7 ayat 1), yaitu guru dan dosen : (a)
4
memiliki bakat, minat dan panggilan jiwa, dan idealisme; (b) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan ketakwaan, dan
akhlak mulia; (c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang
pendidikan sesuai bidang tugas; dan (d) memilki kompetensi yang diperlukan
sesuai bidang tugas; dan (e) memiliki tangung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan. Selain itu guru dan dosen harus juga: (f) memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (g) memiliki
kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat; dan (h) memiliki jaminan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru. Khusus bagi guru
harus (i) memiliki wadah profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Dalam hal ini
dosen tidak wajib memiliki wadah profesi, karena akan lebih banyak diatur
oleh senat perguruan tinggi masing-masing (Arifin, 2007:68).
Pendapat dari Soetjipto, Arifin diatas diperkuat oleh Ondi Saondi
(2009) bahwa guru di Indonesia merupakan jabatan profesi yang mulai
dijalani, hal ini bisa dilihat dari adanya kebijakan-kebijakan pemerintah
sebagai dasar landasan pelaksanaan peningkatan keprofesionalan guru. Pada
undang-undang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 menyatakan bahwa
Keprofesionalan guru harus memiliki beberapa kompetensi meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional. Penjelasan tentang Standar Kualifikasi dan
5
Kompetensi Pendidik diatur pada peraturan menteri nomor 16 tahun 2007
yaitu (Anonim, 2010: 81) :
1. Kompetensi Pedagogik
Merupakan kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik,
yang terdiri dari kemampuan memahami peserta didik, kemampuan
merancang dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan melakukan
evaluasi pembelajaran, kemampuan membantu pengembangan peserta
didik dan kemampuan mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dipunyainya.
Secara rinci kompetensi paedagogik mencangkup:
a. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral,
kultural, dan emosional.
b. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan
kebutuhan belajar dalam konteks kebinekaan budaya.
c. Memahami gaya belajar dan kesulitan peserta didik.
d. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
e. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang
mendidik.
f. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran.
g. Merancang pembelajaran yang mendidik.
6
2. Kompetensi Profesional
Merupakan kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standart kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. Yang
termasuk kompetensi profesional adalah penguasaan materi pelajaran yang
terdiri dari penguasaan bahan yang diajarkan, penguasaan dan
penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan,
penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran
siswa.
Secara rinci kompetensi profesional mencangkup :
a. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuan
b. Menguasai struktur dan materi bidang studi.
c. Menguasai dan memanfaatkan teknologi Informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran.
d. Mengadahkan materi kurikulum bidang studi.
e. Meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas.
3. Kompetensi Sosial
Kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, serta
masyarakat sekitar. Cakupan kompetensi sosial meliputi :
7
a. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang
tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan
masyarakat.
b. Berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat.
c. Berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional dan global.
d. Memanfaatkan informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi
dan pengembangan diri.
4. Kompetensi Kepribadian
Kepribadian yang harus melekat pada pendidik yang merupakan
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak mulia
serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik. Kompetensi ini
mencangkup penampilan/sikap yang positif terhadap keseluruhan tugas
sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-
unsurnya. Disamping itu pemahaman dan penghayatan dan penampilan
nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru dan penampilan diri
sebagai panutan anak didiknya. Secara rinci kompetensi kepribadian
mencangkup :
a. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
8
c. Mengevaluasi kinerja sendiri.
d. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut akan dinyatakan dalam
sertifikat pendidik yaitu melalui sertifikasi, pada saat ini pemerintah baru
melaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur penilain dan
jalur pendidikan. Adanya sertifikasi guru ini pemerintah memberikan
hadiah bagi guru yang telah dinyatakan profesional melalui tunjangan dua
kali gaji pokok. Sehingga dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut
profesi guru sekarang banyak diminati masyarakat.
Profesi guru pada saat ini memang dalam puncak popularitas,
pendapat yang diungkapkan oleh Soetjipto dan Ondi Saondi bahwa guru
di Indonesia merupakan jabatan profesi yang sekarang mulai di gemari
memang benar adanya. Banyaknya minat masyarakat yang ingin
berprofesi menjadi guru, bisa dilihat dari membludaknya yang ingin
bersekolah di LPTK, Misalnya di UNNES menjadi salah satu Perguruan
tinggi favorit dalam mencetak calon guru. Profesi guru pada saat ini
banyak di minati oleh masyarakat karena merupakan salah satu profesi
yang sangat menjanjikan. Kebijakan-kebijakan baru yang di keluarkan
pemerintah di atas terhadap profesi guru dan dosen bertujuan
meningkatkan kesejahteraan hidup, hal inilah yang dijadikan sebab
mengapa profesi guru pada saat ini menjadi profesi yang favorit.
Profesi guru meskipun telah diminati masyarakat dengan adanya
perbaikan melalui program sertifikasi, seorang guru tidak menjamin
9
bahwa guru tersebut sudah profesional, hal ini dapat dilihat dari data yang
dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah
(Supriyono, 2009: 25) terhadap profesionalisme guru dan mutu pendidikan
Jawa Tengah masih rendah. Hal ini di latar belakangi oleh banyak faktor
yaitu kualifikasi pendidikan formal guru belum sesuai dengan ketentuan
undang-undang, kekurangan guru pada semua jenis dan jenjang
pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru belum merata, masih
banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studinya,
kesejahteraan pendidikan belum optimal dan penghargaan terhadap
pendidikan sangat minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru),
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja
Kepala Sekolah) dan KKPS (Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum
optimal.
Dalam upaya pengembangan kompetensi profesionalisme guru,
menurut Supriadi (1998), yaitu diantaranya dapat melalui mengoptimalkan
fungsi dan peran kegiatan dalam bentuk PKG (Pusat Kegiatan Guru),
KKG (Kelompok Kerja Guru), dan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) yang memungkinkan para guru berbagai pengalaman dalam
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan
mengajarnya.
Diperlukan suatu wadah yang dapat meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi. Organsasi itu di bentuk karena sebagai salah
satu kriteria jabatan profesional, jabatan profesi harus mempunyai wadah
10
untuk menyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi,
yakni wadah profesi. Bagi guru di Indonesia wadah-wadah tersebut yaitu
Persatuan Guru Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan singkatan
PGRI, namun di samping PGRI sebagai satu-satunya wadah guru di
sekolah yang diakui pemerintah sampai saat ini, ada wadah guru yang
disebut MGMP sejenis yang didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya belum ada
keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam
MGMP ini dengan PGRI.
MGMP sebagai wadah profesi guru yang berbasis mata pelajaran
secara profesional, terprogram, dan secara khusus diarahkan untuk
mengembangkan standarisasi konsep dan penilain mata pelajaran secara
nasional (Saondi, 2010: 75). Tujuan dari berdirinya MGMP seharusnya
guru dapat memanfaatkan dan ikut berpartisipasi dalam wadah tersebut,
akan tetapi semua guru belum menyadari hal itu. Adanya Sertifikasi Guru
dan Pelaksanaan Implementasi KTSP, guru dapat memecahkan berbagai
permasalahan yang dihadapinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya
secara efektif. Memanfaatkan wadah profesi guru tersebut guru dapat
bertukar pengalaman dan saling berbagi sesama guru sehingga dapat
mengembangkan kompetensi guru dan menjadikannya guru profesional.
MGMP sebagai wadah dalam pengembangan profesionalisme guru,
maka peningkatan MGMP merupakan masalah yang mendesak untuk
dapat direalisasikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
11
kinerja MGMP, antara lain melalui berbagai pelatihan instruktur dan guru
inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen
MGMP. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Di beberapa
daerah menunjukkan peningkatan MGMP yang cukup menggembirakan,
namun sebagian besar lainnya masih memprihatinkan. Berdasarkan
masalah ini, maka diperlukan penelitian yang mendalam mengenai kinerja
MGMP.
MGMP menjadi sarana yang sangat efektif dalam meningkatkan
kualitas kompetensi dan profesionalisme guru, hal ini bisa dilihat dari
tugas dan fungsi dari adanya wadah MGMP yaitu sebagai tempat guru
untuk berdiskusi dan menelaah mengenai kesulitannya di kelas serta dapat
saling tukar pikiran dalam merancang model pemebelajaran dan
implementasi KTSP secara efektif dan efisisen (Mulyasa, 2008: 79).
Begitu juga dengan MGMP Sejarah di Kabupaten Rembang juga
mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan kompetensi
profesional guru sejarah pada SMA. Apalagi di tambah adanya
pengembangan sejarah Lokal dari tiap-tiap daerah yang harus di masukan
di materi ajar, menambah pentingnya peran MGMP. Dalam MGMP guru
sejarah dapat berkumpul dan membahas tentang peristiwa dan cagar
budaya apa yang perlu di masukan dalam sejarah lokal. Selain itu, MGMP
juga berperan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran Sejarah
Kontroversial, Hal ini telah diungkapakan oleh Tri Widodo pada seminar
12
makalah nasional dalam rangka refleksi kebangkitan nasional pada 28 Mei
2009 di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Menurut Tri Widodo “Banyak peristiwa-peristiwa Sajarah” di negeri
ini yang “masih sarat” dengan kontroversi, di samping yang secara khusus
yaitu peistiwa : Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Serangan
Umum 1 Maret 1949, Lahirnya Pancasila, Peristiwa G 30/S PKI, Lahirnya
Orde Baru, Integrasi Timur-Timur. Sifat Sejarah yang kontroversial ini
jelas memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran Sejarah di
kelas, meski pembelajaran kontroversial di kelas adalah sebuah
keniscayaan yang pasti terjadi. Untuk itu guru membutuhkan suatu wadah,
salah satunya yaitu MGMP dalam membahas berbagai permasalahan yang
terkait dengan implementasi KTSP.
Berdasarkan uraian diatas, Banyak asumsi yang mengatakan bahwa
MGMP mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan
standarisasi konsep dan penilain mata pelajaran secara nasional, serta
dapat dijadikan tempat pengembangan kompetensi guru khususnya
kompetensi profesional. Namun apakah MGMP di Kabupaten Rembang
juga dapat memberikan kontribusi yang sama pada guru sejarah dengan
berdasarkan tujuan dan peran MGMP.
Penelitian ini bermaksud melakukan pengamatan terhadap Peranan
MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah,
kendala-kendala apa yang terjadi dalam pengembangan kompetensi
tersebut dan tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP.
13
Dari latar belakang tersebut, peneliti mengangkat judul : Peran
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Dalam Pengembangan
Kompetensi Profesional Guru Sejarah Pada SMA di Kabupaten Rembang
Tahun Ajaran 2010/2011.
B. Perumusan Masalah
1. Upaya apa yang dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi
profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Kendala-kendala apa yang terjadi di lapangan dalam pengembangan
kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang Tahun Ajaran
2010/2011 oleh MGMP ?
3. Tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP ?
C. Tujuan Penelitian
Dari Judul dan permasalahan diatas peneliti dapat merumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui upaya apa yang telah dilakukan MGMP dalam
pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten
Rembang Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui Kendala-kendala yang terjadi di lapangan dalam
pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten
Rembang Tahun 2010/2011 oleh MGMP.
3. Untuk mengetahui tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP.
14
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan akademis atau teoritis
a. Dapat memberikan kegunaan kepada guru tentang pengembangan
kompetensi sehingga pengajaran di sekolah di harapkan dapat menjadi
lebih baik.
b. Memberikan kegunaan kepada wadah profesi guru (MGMP) di
Indonesia agar dapat dijadikan suatu wadah yang dapat
mengembangkan kompetensi guru sehingga dapat menjadikan guru
profesional.
2. Kegunaan Praktis
a. Dapat berguna bagi penelitian yang lebih luas dan lebih mendalam.
b. Dapat menambah pengetahuan bagi para mahasiswa yang belajar pada
jurusan sejarah (prodi pendidikan sejarah) pada khususnya dan jurusan-
jurusan lain pada umunya.
c. Dapat dijadikan bahan bacaan bagi para mahasiswa atau masyarakat
umum lainnya.
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran dalam memahami
penelitian ini perlu memberikan batasan istilah dalam pemakaian kata atau
kalimat pada judul yang peneliti ambil.
15
1. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP merupakan suatu forum atau wadah profesional guru
matapelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ sanggar/
gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMA
Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun Swasta dan atau guru
tidak tetap/honorarium. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari,
oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP
merupakan wadah nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan
kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga
lain (http://re-searchengines.com/art05-14.html, diunduh pada tanggal 3
Juni 2010, jam 15.09).
2. Kompetensi Profesional
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta)
Kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency)
yakni kemampuan atau kecakapan (KBBI 2008: 1216).
Kompetensi Profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam yang mencangkup penguasaan substansi isi materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi
kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru
(Soegeng dan Retnaningdyastuti, 2010: 12).
16
3. Guru Sejarah
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1 )
dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Aqib
dan Rohmanto, 2008 : 145).
Sejarah mempunyai Tujuan yang luhur, yaitu ilmu sejarah untuk
diajarkan pada semua jenjang sekolah adalah : “ menanamkan semangat
kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara, serta sadar untuk
menjawab untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah satu
unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran
sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antarbangsa dan
negara. Anak memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat
negara dan dunia”( Kasmadi, 1996: 13).
Sejarah mempunyai fungsi dalam pembangunan bangsa, kesadaran
sejarah, identitas dan kepribadian nasional menjadi landasan kuat bagi
pembangunan bangsa maka jelaslah bahwa pengkajian sejarah mempunyai
fungsi fundamental dalam pembangunan bangsa serta pembentukan
manusia Indonesia bermartabat ( Kartodirjo, 1990: 60).
17
Berdasarkan uraian di atas, Guru Sejarah yaitu Orang yang
berprofesi mengajar, dalam bidang studi atau ilmu yang merupakan salah
satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi
pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan
antarbangsa dan negara.
18
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
1. Pengertian MGMP
MGMP merupakan suatu wadah atau wadah profesional guru mata
pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/ kota/ kecamatan/
sanggar/ gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada
SMA negeri dan swasta, baik yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil)
maupun swasta dan atau guru tidak tetap atau honorarium. Prinsip kerjanya
adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah.
Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang
bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan
hierarkis dengan lembaga lain (http://re-searchengines.com/art05-14.html,
diunduh pada tanggal 3 Juni 2010, jam 15.09).
MGMP merupakan salah satu jenis organisasi guru-guru sekolah yang
diakui pemerintah sampai saat ini selain PGRI, MGMP didirikan atas anjuran
pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (Soetjipto, 2009:
36).
MGMP adalah forum atau wadah kegiatan profesional guru mata
pelajaran sejenis. Hakikat MGMP berfungsi sebagai wadah atau sarana
komunikasi, konsultasi dan tukar pengalaman. MGMP ini diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Wadah komunikasi profesi
19
ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatan
kemampuan, wawasan, pengetahuan serta pemahaman guru terhadap meteri
yang diajarkan dan pengembangannya (Saondi, 2010: 80).
MGMP adalah suatu forum atau wadah kegiatan profesional guru
mata pelajaran sejenis disanggar maupun di masing-masing sekolah yang
terdiri dari dua unsur yaitu musyawarah dan guru mata pelajaran. Guru
mata pelajaran adalah guru SMP dan SMA negeri atau swasta yang
mengasuh dan bertangung jawab dalam mengelola mata pelajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum. Guru bertugas mengimplementasikan
kurikulum kelas. Dalam hal ini dituntut kerjasama yang optimal diantara
para guru. MGMP diharapkan akan meningkatkan profesionalisme guru
dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai kebutuhan peserta
didik. Wadah profesi ini sangat diperlukan dalam memberikan kontribusi
pada peningkatan keprofesionalan para anggotanya (Sa’ud, 2009: 107).
2. Organisasi Profesi Guru
Di Indonesia suatu wadah atau organisasi profesi di atur dalam
undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen, dikemukaan
bahwa: “ Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum
yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas
guru”. Lebih lanjut dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1. Pasal 41
(1) Guru dapat membentuk organisasi profesi yang bersifat
independen
20
(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi
untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan
pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian
kepada masyarakat.
(3)Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
(4)Pembentukan organaisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan.
(5)Pemerintah dan atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi
organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaaan dan
pengembangan profesi guru.
2. Pasal 42
Orgainsasi profesi guru mempunyai kewenangan :
(1)Menetapkan dan menegakkan kode etik guru;
(2)Memberikan bantuan hukum kepada guru;
(3)Memberikan perlindungan profesi guru;
(4)Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan
(5)Memajukan pendidikan nasional (Mulyasa, 2008: 48)
Pasal yang disebutkan Mulyasa di atas merupakan pasal kebijakan
baru yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam peningkatan profesionalan
guru, sebelumnya sudah ada pasal-pasal yang memuat tentang organisasi guru
yaitu pada buku “Potret Guru” di tulis bahwa PGRI dimantapkan sebagai
organisasi profesi diperjelas dalam kongres PGRI XIV yang berlangsung di
Jakarta tanggal 26 sampai 30 Juni 1979.
21
Pada kongres PGRI XIII menyatakan kode etik guru Indonesia
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru.
Sehingga, Pasal 41 dan pasal 42 diatas merupakan pasal yang mengatur
tentang organisasi profesi guru, dengan berpedoman pada Undang-undang
dan peraturan yang sudah ada sebelumnya.
Menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru tersebut,
membentuk kode etik yang penegakannya dilakukan oleh dewan kehormatan
guru. Sedangkan dewan kehormatan guru dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan kode etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian sanksi
atas pelanggaran kode etik oleh guru. Organisasi profesi guru wajib
melaksanakan rekomendasi dewan kehormatan guru. Bagan berikut akan
mempermudah memahami struktur dan kewenangan serta tugas organisasi
profesi profesi.
22
ORGANISASI PROFESI & KODE ETIK
Gambar 2.1 (Sholeh, 2006: 124)
3. Tujuan MGMP
Organisasi MGMP ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini diatur dengan jadwal yang cukup baik. Sayangnya, belum ada
keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru dalam MGMP ini
dengan PGRI (Soetjipto, 2009: 36).
dapat membentuk
INDEPENDEN
memajukan pendidikan nasional
membentuk DEWAN
KEHORMATAN
PEMERINTAH/PEMDA
melakukan pembinaan &
pengembangan profesi
memberikan perlindungan
profesi
norma & etika yang
mengikat perilaku guru
dalam melaksanakan
tugas
Menetapkan& menegakan KODE ETIK
GURU
memberikan bantuan hukum
ORGANISASI
PROFESI
GURU
wewenang
dapat memfasilitasi Wajib menjadi anggota
mengawasi pelaksanaan kode etik
dan memberikan sanksi pelanggaran
23
Tujuan MGMP yang ditulis Oleh Soetjipto hampir sama dengan
pendapat Mulyasa yaitu untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi guru.
Sedangkan, Menurut Zulacchah (2006) Tujuan diselenggarakannya MGMP
yaitu :
1. Untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kemampuan dan
keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan dan membuat
evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan
keyakinanan diri sebagai guru profesional.
2. Untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam
melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha
peningkatkan pemerataan mutu pendidikan.
3. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami
oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari dan mencari
solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya.
4. Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum,
metodologi dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran
yang bersangkutan.
5. Saling berbagi Informasi dan pengalaman dari hasil lokakaryanya,
simposium, seminar, diklat, classromm action reseach, referensi dan
lain-lain. Kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama.
24
6. Mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah
(school reform), khususnya focus classroom reform, Sehingga
berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif.
Menurut Saondi MGMP mempunyai tujuan tidak lain menumbuhkan
kegairahan guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan sikap percaya diri sebagai guru;
menyetarakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksankan kegiatan
belajar-mengajar sehingga dapat menunjang usaha peningkatkan dan
pemerataan mutu pendidikan; mendiskusikan permasalahan yang dihadapi
guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari penyelesaian yang
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran guru, kondisi sekolah dan
lingkungan; Membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang
berkaitan dengan kegiatan keilmuan dan Iptek, kegiatan pelakanaan
kurikulum, metodologi, dan sistem evaluasi sesuai dengan mata pelajaran
yang bersangkutan; saling berbagi informasi dan pengalaman dalam rangka
menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Saondi, 2010:
81).
4. Peran MGMP
MGMP di tuntut untuk berperan sebagi, pertama reformator dalam
classroom, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif. Kedua, mediator,
dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru, terutama dalam
pengembangan kurikulum dan sistem pengujian. Ketiga, Supporting agency,
25
dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah. Keempat,
Collaborator, terhadap unit terkait dan organisasi profesi relevan. Kelima,
evaluator dan development school reform dalam konteks MGMP, dan
Keenam, Clinical dan academic supervisor dengan pendekatan penilaian
appraisal (http://re-searchengines.com/art05-14.html, diunduh pada tanggal 3
Juni 2010, jam 15.09).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam
implementasinya tidak mudah bagi seorang guru untuk menerapkannya di
lapangan yaitu untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat mengubah
ranah psikologis siswa sebagaimana yang digariskan pemerintah, serta
berbagai permasalahan lain terkait dengan implementasi KTSP.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan,
dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu
mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
26
3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh (BSNP) Badan Standar
Nasional Pendidikan (Mulyasa 2006: 12)
Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya merevitalisasi wadah
musyawarah guru, agar guru dapat memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapinya dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya secara efektif. Wadah
musyawarah guru seperti MGMP merupakan suatu wadah yang efektif dalam
memantapkan profesi guru, karena di MGMP guru dapat berdiskusi dan
menelaah mengenai kesulitannya di kelas serta dapat saling tukar pikiran
dalam merancang model pembelajaran dan implementasi KTSP secara efektif
dan efisien.
Melalui wadah musyawarah guru diharapkam persoalan dapat diatasi,
termasuk bagaimana mengembangkan KTSP dan mengimplementasikannya
dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, mencari alternative
pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode, dan
variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Wadah musyawarah guru juga dapat menyusun juga mengevaluasi
perkembangan kemajuan belajar peserta didik. Evaluasi kemajuan dilakukan
secara berkala dan hasilnya digunakan untuk menyempurnakan rencana
berikutnya. Kegiatan wadah guru yang dilakukan dengan intensif, dapat
27
dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan
kapasitas dan kemampuan serta menambah pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang yang diajarkan. Melalui revitalisasi wadah musyawarah guru,
diharapkan semua kesulitan dan permasalahan dapat dipecahkan, dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan disekolah melalui peningkatan kualitas
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (efective instruction).
Berdasarkan urain di atas, menurut pendapat penulis Organisasi
profesi guru di Indonesia yang sudah diatur dalam undang-undang merupakan
sebuah organisasi yang sangat baik apabila pelaksanaannya sesuai dengan
tujuan dari organisasi tersebut, akan tetapi organisasi guru misalnya PGRI
dalam peningkatan mutu profesional keguruan belum menonjol, oleh karena
itu atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
membentuk organisasi lagi yang disebut sebagai MGMP, pada dasarnya
dengan melihat pengertian, tujuan dan peran MGMP yang telah di jelaskan
atas begitu baik. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan kinerja MGMP yang berarti. Pelaksanaan
dilapangan sulit karena adanya faktor-faktor yang menghambat kerja dari
MGMP sehingga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
B. Kompetensi Profesional Guru
1. Pengertian Kompetensi Profesional
Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 14 tahun
2005 dan peraturan menteri nomor 16 tahun 2007 kompetensi profesional
28
adalah Merupakan kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standart kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional. Termasuk
kompetensi profesional adalah penguasaan materi pelajaran yang terdiri dari
penguasaan bahan yang diajarkan, penguasaan dan penghayatan atas landasan
dan wawasan kependidikan dan keguruan, penguasaan proses-proses
kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa (Anonim, 2010: 81).
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam (SNP) Standar Nasional
Pendidikan (Mulyasa, 2008: 135).
SNP Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 mencangkup 8
(delapan) lingkup, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan :
1) Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.
29
2) Standar Proses mencangkup (1) proses pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (2) Selain
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. (3) Setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. (Pasal 20) Perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar.
3) Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
(a) Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran dan mata kuliah atau kelompok mata
kuliah. (b) Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa
menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai
30
dengan jenjang pendidikan. (c) Kompetensi lulusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (1) Pendidik harus
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2)
Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. (3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b. Kompetensi kepribadian; c.
Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial. (4) Seseorang
yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian
khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi
pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. (5)
Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4)
dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)
dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
31
5) Standar Sarana dan Prasarana (1) Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap
satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,
ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya
dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain,
tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
6) Standar Pengelolaan mencangkup pengelolaan satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan
manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas (2) Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi yang
dalam batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan yang berlaku memberikan kebebasan dan mendorong
kemandirian dalam pengelolaan akademik, operasional,
personalia, keuangan, dan area fungsional kepengelolaan lainnya
yang diatur oleh masing-masing perguruan tinggi.
32
7) Standar Pembiayaan (1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal. (2) Biaya investasi
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. (3) Biaya personal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan
yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti
proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. (4) Biaya
operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi: a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, b. bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan c. biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya. (5) Standar biaya operasi satuan
pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan
usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
8) Standar Penilaian Pendidikan (1) Penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. penilaian
hasil belajar oleh pendidik; b. penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan; dan c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. (2)
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: a.
penilaian hasil belajar oleh pendidik; dan b. penilaian hasil belajar
33
oleh satuan pendidikan tinggi. (3) Penilaian pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional
Ruang lingkup kompetensi profesional guru secara umum dapat
diidentifikasi dan disarikan sebagai berikut :
a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya;
b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik;
c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tangung jawabnya;
d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi;
e. Mampu mengembangkan dan mengunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan;
f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran;
g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik;
h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik;
Secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan
sebagai berikut : (a) Memahami Standar Nasional Pendidikan, (b)
Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (c) Menguasai
materi standar, (d) Mengelola program pembelajaran, (e) Mengelola kelas, (f)
34
Menggunakan media dan sumber pembelajaran, (g) Menguasai landasan-
landasan kependidikan, (h) Memahami dan melaksanakan pengembangan
peserta didik, (i) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (j)
Memahami penelitian dalam pembelajaran, (k) Menampilkan keteladanan dan
kemimpinan dalam pembelajaran, (l) Mengembangkan teori dan konsep dasar
kependidikan, (m) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran
individual.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa kompetensi profesional
merupakan kompetensi yang harus dikuasi oleh guru dalam kaitannya dengan
pelaksanaan tugas utamanya mengajar (Mulyasa, 2008: 138). Kompetensi
guru berdasarkan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru
yang kompeten (berkemampuan). Karena itu, kompetensi profesionalisme
guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam
menjalankan profesi kegurunnya dengan kemampuan tinggi. Dengan kata
lain, kompetensi adalah pemilikan penguasaan, keterampilan, dan
kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang.
Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru, selain kompetensi profesional. Ada 4
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu , kompetensi kepribadian,
komptensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi profesional.
Keempat kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan
dan saling mempengaruhi satu sama lain. George J. Mouly mengatakan
bahwa keempat bidang tersebut mempunyai hubungan hierarkis. Artinya,
35
saling mendasari satu sama lain. Kompetensi yang satu mendasari kompetensi
lainnya.
Seorang guru yang dikatakan sebagai guru profesional adalah guru
yang memiliki kompetensi dalam melaksanakan program pembelajaran.
Pendapat ini diperkuat oleh Syaefudin, bahwa guru profesional adalah guru
yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya (Syaefudin, 2009: 49).
Kompetensi merupakan bagian atau syarat untuk menjadi guru
profesional. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan
meteri pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi standart kompetensi yang ditetapkan
dalam standar nasional. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi.
Demikian tentang pengertian kompetensi profesional guru, sedangkan
guru profesional tidak hanya mengetahui, tetapi betul-betul melaksanakan
apa-apa yang menjadi tugas dan peranannya, merupakan pendapat dari Uzer
Usman, sedangkan menurut Hamzah Uno guru profesional adalah guru yang
kompeten (berkemampuan). Jadi perbedaan antara kompetensi profesional
guru dengan guru profesional adalah kompetensi profesional itu jadi bagian
atau syarat menjadi guru profesional.
3. Pengembangan Kompetensi Profesional Melalui MGMP
Profesionalisme guru dan mutu pendidikan yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah (Supriyono, 2009: 25)
36
menyimpulkan bahwa kompetensi guru se-Jawa Tengah masih rendah.
Padahal untuk mencapai mutu pendidikan yang berkualitas, dalam Undang-
undang Guru dan Dosen tahun 2005 menyatakan dengan tegas bahwa setiap
guru memiliki beberapa kompetensi meliputi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Permasalahan
masih rendahnya kompetensi guru di Jawa Tengah antara lain di latar
belakangi : kualifikasi pendidikan formal guru belum sesuai dengan
ketentuan Undang-undang, kekurangan guru pada semua jenis dan jenjang
pendidikan masih cukup banyak, distribusi guru belum merata, masih banyak
guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang studinya, kesejahteraan
pendidikan belum optimal, dan penghargaan terhadap pendidikan sangat
minim serta peran PKG (Pemantapan Kerja Guru), MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran), KKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), dan KKPS
(Kelompok Kerja Pengawas Sekolah) belum optimal.
Melihat data di atas yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Jawa Tengah sungguh sangat memprihatinkan karena Menurut
Danim (Syaefudin, 2009: 98) dari perspektif institusi, pengembangan
profesionalisme guru sangatlah penting, hal ini dimaksudkan untuk
merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan
masalah-masalah keorganisasian. Selanjutnya dikatakan juga bahwa
pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting, namun
hal yang lebih penting adalah berdasar kebutuhan individu guru untuk
menjalani proses profesionalisasi. Karena substansi kajian dan konteks
37
pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan
waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya.
Profesi keguruan mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam
dunia pendidikan. Sejalan dengan itu, jelas kiranya bahwa profesionalisasi
dalam bidang keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha
dalam rangka pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada
masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka
profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi
apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal
yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu: (1) perkembangan
Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan
(4) implementasi KTSP.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional (2005) menyebutkan beberapa alternatif Program
Pengembangan Profesionalisme Guru, sebagai berikut : (1) Program
Peningkatan Kualifikasi Pendidikan Guru, (2) Program Penyetaraan dan
Sertifikasi, (3) Program Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi, (4)
Program Supervisi Pendidikan, (5) Program Pemberdayaan MGMP, (6)
Simposium Guru, (7) Program Pelatihan Tradisional lainnya, (8) Membaca
dan menulis jurnal atau karya ilmiah, (9) Berpartisipasi dalam pertemuan
ilmiah, (10) Melakukan penelitian (khususnya penelitian tindakan kelas), (11)
Magang, (12) Mengikuti berita aktual dari media pemberitaan, (13)
38
Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi Profesi, (14) Menggalang kerjasama
dengan teman sejawat.
Berdasarkan urain diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan
profesionalisme oleh guru sangatlah penting hal ini dikarenakan adanya
beberapa faktor yang mengharuskan profesionalisme guru harus di
kembangkan, yaitu: (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi
lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi KTSP. Banyak
cara yang dapat ditempuh guru dalam pengembangan profesionalismenya,
salah satunya melalui pemberdayaan MGMP. profesional guru dapat
memberikan kontribusi yang cukup banyak terhadap proses pengelolaan
pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu.
Keluaran yang bermutu dapat dilihat pada hasil langsung pendidikan yang
berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat melalui dampak
pengiring, yakni di masyarakat.
C. Guru Sejarah
1. Pengertian Guru
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1 ) dinyatakan
bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (Aqib dan Rohmanto, 2008:
145).
39
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab
dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang
disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik
dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai
tujuan akhir dari proses pendidikan (Uno, 2008: 15).
2. Guru Sejarah
Sejarah mempunyai Tujuan yang luhur, yaitu ilmu sejarah untuk
diajarkan pada semua jenjang sekolah adalah : “menanamkan semangat
kebangsaan, cinta tanah air, bangsa dan negara, serta sadar untuk menjawab
untuk apa ia dilahirkan. Pelajaran sejarah merupakan salah satu unsur utama
dalam pendidikan politik bangsa. Lebih jauh lagi pengajaran sejarah
merupakan sumber inspirasi terhadap hubungan antarbangsa dan negara.
Anak dapat memahami bahwa ia merupakan bagian dari masyarakat negara
dan dunia”( Kasmadi, 1996: 13).
Sejarah mempunyai fungsi dalam pembangunan bangsa, kesadaran
sejarah, identitas dan kepribadian nasional menjadi landasan kuat bagi
pembangunan bangsa maka jelaslah bahwa pengkajian sejarah mempunyai
fungsi fundamental dalam pembangunan bangsa serta pembentukan manusia
Indonesia bermartabat (Kartodirdjo, 1990: 60).
Menurut Abu Su’ud mengenai kegunaan sejarah berdasarkan
pernyataan yang menjadi klasik yang dikemukakan oleh Herodotus, yaitu
“Historia Vitae Magistra”. Sejarah merupakan guru kehidupan, katanya.
40
Artinya, bahwa sejarah memiliki kemampuan untuk digunakan mencapai
tujuan pendidikan tertentu yang dikehendaki manusia, karena pada
hakikatnya sejarah umat manusia berisi pengalaman yang penuh dengan
pelajaran tentang hidup (Su’ud, 1990: 94)
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa guru
sejarah yaitu orang yang berprofesi mengajar, dalam bidang studi atau ilmu
yang merupakan salah satu unsur utama dalam pendidikan politik bangsa.
Lebih jauh lagi pengajaran sejarah merupakan sumber inspirasi terhadap
hubungan antarbangsa dan negara, serta dapat membentuk manusia Indonesia
yang bermartabat, karena Sejarah mempunyai fungsi dalam pembangunan
bangsa, identitas dan kepribadian nasional.
Pendidikan dianggap suatu sarana untuk mewujudkan cita-cita
nasional kita, maka pelajaran sejarah pada hakikatnya merupakan sumber
kekuatan bagi berfungsinya sarana tersebut dengan efektif. Dengan kata lain,
semakin kita menyadari nilai sejarah, semakin kita punya kekuatan untuk
menumbuhkan sifat, watak, kemampuan yang diinginkan.
Kesadaran sejarah yang tidak lain daripada kondisi kejiwaan yang
menunjukan tingkat penghayatan pada makna dan hakikat sejarah bagi masa
kini dan masa yang akan datang, menjadi dasar pokok bagi berfungsinya
makna sejarah dalam proses pendidikan (Widja, 1989: 10). Pentingnya
sejarah sebagai sarana untuk mewujudkan cita-cita nasional, yaitu melalui
pendidikan. Dengan demikian, pelajaran sejarah di sekolah termasuk kedalam
mata pelajaran yang penting. Untuk itu seorang guru sejarah harus dapat
41
memperbaiki cara-cara mengajar sejarah, karena diperhatikan dalam praktek-
praktek pengajaran sejarah di sekolah, sering didapat kesan bahwa pelajaran
sejarah itu tidak menarik, bahkan sangat membosankan. Guru sejarah hanya
membeberkan fakta-fakta kering, berupa urutan tahun dan peristiwa belaka.
Pelajaran sejarah dirasakan peserta didik hanyalah mengulangi hal-hal
yang sama dari tingkat SD sampai SMA. Model serta teknik pengajarannya
juga dari itu ke itu saja. Apa yang terjadi kelas, biasanya adalah : guru
memulai pelajaran dengan bercerita, atau lebih tepat membacakan apa-apa
yang telah tertulis di dalam buku ajar, dan akhirnya langsung menutup
pelajarannya begitu bel akhir pelajarn berbunyi. Tidak mengherankan, di
pihak guru-guru (termasuk guru sejarah sendiri) sering timbul kesan bahwa
mengajar sejarah itu mudah.
Keadaan seperti digambarkan di atas ini bisa terjadi karena kurang
memadainya kemampuan guru sejarah untuk mengembangkan strategi serta
metode pengajaran sejarah. Untuk itu guru sejarah memerlukan suatu
organisasi dalam memecahkan masalah yang dihadapi salah satu organisasi
tersebut adalah MGMP, melalui MGMP ini seorang guru dapat saling
komunikasi, konsultasi dan tukar pengalaman. Selain itu, MGMP juga
berperan dalam mengatasi permasalahan pembelajaran sejarah kontroversial,
Hal ini telah diungkapakan oleh Tri Widodo pada seminar makalah nasional
dalam rangka refleksi kebangkitan nasional pada 28 Mei 2009 di Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Menurut Tri Widodo “Banyak peristiwa-peristiwa
Sajarah” di negeri ini yang “masih sarat” dengan kontroversi, di samping
42
yang secara khusus yaitu peistiwa : Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar), Serangan Umum 1 Maret 1949, Lahirnya Pancasila, Peristiwa
G 30/S PKI, Lahirnya Orde Baru, Integrasi Timur-Timur. Sifat sejarah yang
kontroversial ini jelas memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran
sejarah di kelas, meski pembelajaran kontroversial di kelas adalah sebuah
keniscayaan yang pasti terjadi. Untuk itu guru membutuhkan suatu wadah,
salah satunya yaitu MGMP dalam membahas berbagai permasalahan yang
terkait dengan implementasi KTSP.
3. Kompetensi Profesional Guru Sejarah
Seorang guru sejarah harus memiliki kompetensi yang telah diatur
dalm Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Menurut pasal tersebut dalam kompetensi
profesional seorang guru sejarah SMA/MA, SMK/MAK yaitu:
a. Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek sejarah.
b. Membedakan pendekatan-pendekatan sejarah.
c. Menguasai materi sejarah secara luas dan mendalam.
d. Menunjukkan manfaat mata pelajaran sejarah
Menurut I Gde Widja (1989: 16-18), khusus hubungan dengan
pengajaran sejarah, seorang guru sejarah dituntut untuk bisa memenuhi
kemampuan-kemampuan sebagai berikut: (1) Seorang guru sejarah
seyogyanya memiliki kualitas prima dalam masalah kemanusiaan. Ini tidak
lain dari pada konsekwensi logis dari hakikat sejarah, dimana bahan baku dari
sejarah itu tidak lain dari kemanusiaan itu sendiri. (2) Guru sejarah
43
seyogyanya adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas tentang
kebudayaan. Dalam hubungan ini, guru sejarah adalah “messenger of man’s
cultural inheritance” (penyampai dari warisan budaya manusia). Untuk itu
dengan sendirinya guru sejarah dituntut untuk punya pengetahuan yang
meluas dan mendalam tentang berbagai aspek kebudayaan, baik kebudayaan
rohani maupun kebudayaan material. (3) Guru sejarah seyogyanya juga
adalah pengabdi perubahan. Ini berarti bahwa guru sejarah harus selalu
menyadari salah satu watak utama sejarah, yaitu perubahan. Berpikir historis
adalah berpikir bahwa segala sesuatu akan bergerak atau berubah, cepat atau
lambat, Dengan demikian seorang guru sejarah hendaknya menjadi seorang
yang cukup peka terhadap pertanda-pertanda jaman dan bahkan hendaknya
mampu mndeteksi arah perkembangan tersebut, untuk itu pula seorang guru
sejarah hendaknya tanggap terhadap permasalahan masyarakat. (4) Guru
sejarah seyogyanya juga adalah pengabdi kebenaran.
Memang sejarah terkenal karena unsur subjektifitas yang inherent
(yang sudah menjadi pembawaanya) pada prosedur kerja sejarah itu sendiri,
tapi ini sama sekali bukan berarti bahwa guru sejarah begitu saja bisa
berbohong. Ada tuntutan etis yang seharusnya tetap membimbing kata hati “
orang-orang sejarah“, yaitu kejujuran intelektul (integritas intelektual) yang
seharusnya selalu mendasari kegiatannya. Ini berarti guru sejarah dituntut
untuk mampu menyampaikan fakta yang benar, atau bahwa murid harus
mempelajari fakta yang sebenarnya terjadi. Secara lebih opersional,
44
kompetensi khusus guru sejarah bisa diperinci kedalam aspek-aspek (1)
pengetahuan, (2) ketrampilan, dan (3) sikap.
(1) Aspek Pengetahuan
Tentu saja penguasaan aspek pengetahuan yang meluas dan mendalam
tentang materi sejarah yang akan diajarkan. Namun, diperlukan
pengetahuan tambahan yang sifatnya memperluas cakrawala serta
wawasan guru sejarah, sehingga ia mampu lebih menghidupkan peristiwa
masa lampau. Ini meliputi antara lain pengetahuan yang mendalam tentang
peristiwa-peristiwa kontemporer di masyarakat sekitarnya maupun di
dunia internasional. Kepentingan pengetahuan semacam ini ialah untuk
memungkinkan guru sejarah menghubungkan peristiwa yang telah lewat
dengan peristiwa masa kini.
(2) Aspek Ketrampilan
Aspek ini terutama manyangkut kemampuan guru sejarah dalam
memilih cara-cara mengajar yang efektif, sehingga sasaran pelajaran
sejarah bisa dicapai semaksimal mungkin. Di sinilah keterampilan
memilih, mengembangkan dan mengimpelentasikan berbagai alternatif
strategi dan metode mangajar sejarah sangat diperlukan bagi seorang guru
sejarah. Tanpa adanya keterampilan ini guru sejarah akan hanya terpaku
pada strategi dan metode yang itu-itu saja. Selanjutnya bisa diduga hasil
kegiatan belajar mengajarnya akan sangat minim, kalau tidak bisa
dikatakan gagal. Termasuk dalam keterampilan ini adalah berbagai macam
keterampilan, seperti penggunaan media pengajaran sejarah, menyuguhkan
45
uraian yang memudahkan penanaman nilai-nilai sejarah pada diri peserta
didik, keterampilan bercerita sejarah, dan keterampilan mengembangkan
dan menggunakan teknik evaluasi baik untuk tes sumatif maupun tes
formatif.
(3) Aspek Sikap
Sudah jelas bahwa sikap guru sejarah akan sangat berpengaruh atas
pencapaian tujuan pengajaran sejarah yang pada dasarnya bertekanan di
bidang efektif, yaitu pengembangan sikap murid yang positif terhadap
lingkungan masyarakat dan bangsanya yang bersumber pada nilai-nilai
sejarah yang dipelajarinya. Apabila seorang guru sejarah sama sekali tidak
menunjukan sikap menghargai peristiwa masa lampau, atau secara
tegasnya tidak tertarik pada peristiwa sejarah, sulit diharapkan guru bisa
mengajar dengan baik, dalam artian mampu merealisir tujuan pengajaran
sejarah itu. Di sini prinsip keteladanan sangat diharapkan dari guru sejarah.
Bukan saja di dalam kelas, tapi di luar kelas juga dia harus menunjukan
diri sebagai seorang yang menghargai sejarah.
Berdasarkan uraian di atas, melihat pentingnya pelajaran sejarah bagi
terwujudnya pembangunan bangsa, identitas dan kepribadian nasional.
Diharapkan seorang guru sejarah harus mempunyai kompetensi yang sudah di
tetepkan pada Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru.
46
D. Kerangka Berfikir
Dalam upaya pengembangan kompetensi guru khusunya kompetensi
profesional sesuai dengan permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang
standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Guru dapat
memanfaatkan organisasi profesi yang ada, organisasi guru yang telah berdiri
atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan selain
PGRI yaitu MGMP. Melaui wadah ini guru dapat meningkatkan
profesionalisme guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bermutu sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Wadah komunikasi profesi ini sangat
diperlukan dalam memberikan kontribusi pada peningkatakan
keprofesionalan para anggotanya tidak hanya peningkatan kemampuan guru
dalam hal menyusun perangkat pembelajaran tetapi juga peningkatan
kemampuan, wawasan, pengetahuan serta pemahaman guru terhadap materi
yang diajarkan dan pengembangannya (Saondi, 2010: 80).
Banyak asumsi yang mengemukakan bahwa MGMP mempunyai
peran yang sangat penting dalam pengembangan guru, khususnya guru
sejarah berkaitan dengan materi kontroversial dan pengembangan sejarah
lokal. Wadah organisasi ini memang sangat dibutuhkan oleh guru dalam
pengembangan kompetensi khususnya kompetensi profesional. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja MGMP, antara lain
melalui berbagai pelatihan instruktur dan guru inti, peningkatan sarana dan
prasarana, dan peningkatan mutu manajemen MGMP. Namun demikian,
berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan kinerja
47
MGMP yang berarti. Di beberapa daerah menunjukkan peningkatan MGMP
yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar lainnya masih
memprihatinkan. Berdasarkan masalah ini, maka diperlukan penelitian yang
mendalam mengenai kinerja MGMP.
Berdasarkan landasan teori di atas, secara ringkas gambaran penelitian
disajikan pada gambar di bawah ini :
Kerangka berpikir Peran MGMP SejarahTerhadap kompetensi profesional guru Sejarah
Gambar 2.2
MGMP
Kendala-kendala
Program-program
Guru Profesional
Kompetensi Profesional
Guru Sejarah
48
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian
Objek penelitian ini dilakukan pada guru-guru Sejarah SMA yang
tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah SMA
di Kabupaten Rembang. MGMP di jadikan lokasi penelitian karena Wadah
tersebut begitu penting sebab merupakan salah satu alternatif dalam
pengembangan kompetensi guru, Syaefudin dalam bukunya “Pengembangan
profesi guru”. Khususnya kompetensi profesional sesuai dengan Peraturan
Menteri nomor 16 tahun 2007 dan Kompetensi Guru Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PPRI) nomor 74 tahun 2008 guru dituntut untuk
mempunyai kompetensi. Ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
yaitu, kompetensi kepribadian, komptensi sosial, kompetensi pedagogik, dan
kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri,
tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. George J.
Mouly mengatakan bahwa keempat bidang tersebut mempunyai hubungan
hierarkis. Artinya, saling mendasari satu sama lain. Kompetensi yang satu
mendasari kompetensi lainnya.
Selain pendapat dari Syaefudin mengenai MGMP dalam
mengembangkan kompetensi guru dalam mengimplementasikan KTSP,
Mulyasa juga berpendapat demikian hal ini tertuang dalam buku
“Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah”.
Perkembangan Kurikulum membuat peran wadah guru menjadi penting,
49
dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang di
kembangkan oleh setiap sekolah dan satuan pendidikan di berbagai wilayah
dan daerah.
Mengimplementasikan KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala
sekolah untuk merevitalisasikan wadah musyawarah guru. Hal ini penting
karena jumlah guru di sekolah pada umumnya sudah cukup memadai, tetapi
suasana belajar belum cukup kondusif akibat rendahnya penguasaan guru
terhadap metodologi, misalnya metode mengajar guru yang kurang bervariasi.
Melalui wadah musyawarah guru, di harapkan persoalan dapat diatasi
termasuk bagaimana mengembangkan KTSP dan mengimplementasikannya
dalam pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, mencari alternatif
pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode, dan
variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Mulyasa 2008: 79).
Penelitian ini fokus pada MGMP Sejarah SMA bukan MGMP Sejarah
(IPS) SMP, karena mata pelajaran Sejarah SMA lebih spesifik tidak
dimasukan kedalam mata pelajaran terpadu (IPS) seperti di SMP yaitu
perpaduan dari mapel Geografi, mapel Ekonomi, dan mapel Sejarah. Sasaran
penelitian ini sangat relevan karena sesuai dengan profesi yang akan peneliti
lakukan kelak yaitu sebagai guru Sejarah.
Fokus pada kompetensi profesional karena penilaian supervisi yang
sering dilakukan pengawas terhadap kinerja guru lebih cenderung pada
kompetensi profesional yang dapat diukur melalui skala Likert. Serta, tujuan
berdirinya wadah MGMP lebih cenderung pada kompetensi profesionalisme.
50
Alasan penelitian di Kota Rembang yaitu adanya penilaian dari dinas
pendidikan dan kebudayaan Jawa Tengah (Supriyono, 2009: 25)
menyimpulkan bahwa kompetensi guru se-Jawa Tengah masih rendah,
Permasalahan masih rendahnya kompetensi guru di Jawa Tengah antara lain
di latar belakangi oleh banyak faktor salah satunya yaitu: Peran MGMP yang
belum optimal. Sehingga peneliti ingin mengetahui Peran MGMP Sejarah
SMA Rembang, karena Rembang merupakan bagian Kabupaten Provinsi
Jawa Tengah. Apakah MGMP di wilayah Kabupaten Rembang sudah
bermanfaat bagi guru, khususnya guru sejarah dalam mengembangkan
kompetensinya khususnya kompetensi profesional, mengingat fungsi dan
tujuan dari MGMP. Apakah guru-guru sejarah sudah memanfaatkan wadah
tersebut, dengan melihat perkembangan kurikulum yang menuntut agar guru
menjadi guru yang profesional. Sehingga penelitian ini mengamati tentang
peran MGMP dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah
Pada SMA di Kabupaten Rembang tahun 2010/2011 dapat dilakukan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, penelitian ini
mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang peran MGMP dalam
pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang.
Untuk memahami hal itu, perlu diteliti secara mendalam, tentang peran
MGMP terhadap guru sejarah, kendala-kendala yang terjadi di lapangan
dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten
Rembang dan Tanggapan guru sejarah terhadap fungsi MGMP tersebut.
51
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif adalah yang bersifat
deskriptif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam baik
kondisi maupun proses, dan juga hubungan atau saling keterkaitannya
mengenai hal-hal pokok yang ditemukan pada sasaran penelitiannya (Sutopo,
2006: 179).
Sifat Penelitian ini menggunakan studi kasus terpancang (embedded
research), yakni sudah terarah pada batasan atau fokus tertentu yang
dijadikan sasaran dalam penelitian (Sutopo, 2006: 139). Meneliti tentang
peran MGMP dalam pengembangan kompetensi profesional guru sejarah,
bagaimana upaya yang dilakukan MGMP dalam pengembangan kompetensi
profesioanl guru sejarah, kendala-kendala yang terjadi di lapangan dalam
pengembangan kompetensi profesional guru sejarah di Kabupaten Rembang
dan tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP tersebut.
Jenis Penelitian studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kasus tunggal, artinya penelitian hanya dilakukan pada satu
sasaran (satu lokasi, atau satu subyek) (Sutopo, 2006: 140). karena meneliti
satu wadah yaitu MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang.
C. Sumber Data
1. Narasumber atau Informan (informant)
Pada penelitian kualitatif sumber data yang berupa manusia
(narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki
informasinya. Dalam pengumpulan data peneliti kualitatif untuk bisa
lentur dan juga kritis memahami berbagai informasi yang memang penting
52
yang secara langsung berdampak pada kemantapan kualitas penelitiannya
(Sutopo, 2006: 58). Informan dalam penelitian ini adalah ketua, pengurus,
anggota MGMP SMA, Dinas Pengawas IPS Kabupaten Rembang dan
Ketua MGMP IPS SMP.
Dari data yang didapatkan dari Ketua, Pengurus MGMP Sejarah,
anggota MGMP (Guru Sejarah), Dinas Pengawas IPS Kabupaten
Rembang dan Ketua MGMP IPS SMP dibandingkan untuk mengetahui
tingkat kepercayaan (validitas) data yang diperoleh.
2. Aktivitas MGMP
Aktivitas MGMP merupakan sumber data yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang kinerja MGMP dalam pengembangan
kompetensi guru Sejarah pada SMA di Kabupaten Rembang. Aktivitas
MGMP digunakan untuk mengetahui bagaimana kegiatan yang di lakukan
oleh MGMP selama ini dan arah dari kegiatan tersebut. Aktivitas MGMP
yang diamati adalah program yang telah direncanakan pengurus MGMP
dan yang akan dilaksanakan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian secara langsung terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2006: 156). Pada
penelitian ini, digunakan observasi langsung untuk mengetahui aktivitas
program yang dilakukan MGMP. Observasi yang dilakukan dalam
53
penelitian ini adalah observasi secara langsung dan termasuk dalam
observasi berperan pasif yaitu kehadirannya sebagai orang asing diketahui
oleh pribadi yang diamati, tetapi hanya sebagai pengamat (Sutopo, 2006:
76). Peneliti mengamati secara langsung aktivitas Program MGMP, hal-
hal yang menjadi objek pengamatan meliputi keadaan guru, Interaksi-
Sosial, Struktur Wadah, Keanggotaan, Jenis Kegiatan dan Pendanaan
MGMP sejarah Kabupaten Rembang. Dalam observasi ini untuk
mengetahui kendala MGMP dalam peningkatan kompetensi profesional.
2. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
wawancara mendalam (in depth interview). Patton (dalam Sutopo, 2006:
228) menjelaskan bahwa wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak
berstruktur ketat, tidak berada pada suasana formal, dan bisa dilakukan
berulang pada informan yang sama. Wawancara mendalam dilakukan
untuk mengetahui tentang kinerja MGMP Kabupaten Rembang berkaitan
dengan pengembangan kompetensi profesional guru sejarah. Wawancara
dilakukan terhadap MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang yang
berjumlah 24 orang namun peneliti hanya bisa mewawancarai 11 orang, 9
dari MGMP, 1 orang dari Dinas Pengawas IPS Kabupaten Rembang, dan
1 orang dari ketua MGMP IPS. Dikarenakan tidak adanya waktu dari guru
untuk kesediaannya diwawancarai dalam pertemuan MGMP sehingga
peneliti datang ke rumah dan sekolah yang lokasi mudah dijangkau.
Dalam wawancara ini untuk mengetahui upaya, kendala MGMP dalam
54
peningkatan kompetensi profesional guru serta tanggapan guru terhadap
wadah MGMP.
3. Studi Dokumen
Mencari hal-hal atau variabel yang berkaitan dengan kredibilitas
penelitian, Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan
tujuan dan fokus masalah. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara (Sugiyono, 2008: 240).
Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-
dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektrik. Dokumen-
dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah
(Sukmadinata, 2010: 221-222).
Dalam penelitian ini peneliti menemukan data berupa dokumen
sebagai pelengkap penelitian, dokumen yang menjadi sumber data berupa
program kerja MGMP periode 2009-2012 dan Surat Keputusan Ketua
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Kabupaten Rembang
yang terdapat pula pengembangan kompetensi guru Sejarah pada SMA di
Kabupaten Rembang. Penelitian dalam hal ini akan mengabadikan suatu
yang khas dari khusus dengan menggunakan foto.
4. Angket atau Kuesioner (Questionnaires)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2008:142). Angket yang
55
dilakukan adalah berupa pertanyaan yang ditujukan kepada anggota
MGMP. Pertanyaan ini berpedoman dari Permendiknas nomor 16 tahun
2007 diambil spesifiknya tentang Kompetensi Profesional. Angket
diberikan kepada 15 orang yang belum di wawancarai, pemberian angket
ini dimaksud untuk melengkapi data dari wawancara dan 15 orang tersebut
tidak ada waktu untuk diwawancarai. Angket ini bertujuan untuk
mengetahui kompetensi profesional guru sejarah melalui MGMP.
E. Memilih Informan
Pada penelitian ini, akan memilih informan dengan menggunakan
purposive sampling. Artinya, sumber data dipilih melalui seleksi berdasarkan
pertimbangan dan tujuan tertentu. H.B Sutopo (2006) menjelaskan bahwa
dalam purposive sampling, peneliti memilih informannya berdasarkan posisi
dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi berdasarkan
permasalahan secara mendalam. Ketua, Pengurus dan Guru Sejarah yang
menjadi anggota MGMP Kabupaten Rembang, akan di jadikan sasaran
penelitian terlebih dahulu dipilih berdasarkan karakteristiknya sesuai dengan
kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam perolehan data. Informan
selanjutnya yaitu dari Dinas Pendidikan IPS Kabupaten Rembang dan Ketua
MGMP IPS SMP.
Ketua dan Pengurus MGMP Sejarah Kabupaten Rembang dipilih
karena untuk mengetahui aktifitas pelaksanaan program MGMP,
bagaimana upaya yang dilakukan MGMP dalam pengembangan
56
kompetensi guru sejarah, kendala-kendala yang terjadi di lapangan dalam
pengembangan kompetensi guru Sejarah di Kabupaten Rembang.
Informan dari anggota MGMP (guru Sejarah) dipilih untuk
mengetahui tanggapan-tanggapan terhadap fungsi MGMP dalam
pengembangan kompetensi guru. Informan anggota ini dibagi menjadi dua
yaitu informan lulusan Sejarah dengan anggota yang bukan dari lulusan
Sejarah. Informan dari Dinas Pengawas IPS kabupaten dipilih untuk
mengetahui bagaiman kinerja MGMP Sejarah pada periode 2009-2012 ini.
Sedangkan Informan Ketua MGMP IPS SMP dipilih untuk mengetahui kerja
sama yang dilakukan MGMP SMA dengan MSI (Masyarakat Sejarawan
Indonesia) komisariat Rembang.
Pada penelitian digunakan pula cuplikan waktu (time sampling) untuk
melihat aktivitas MGMP dalam mengembangkan kompetensi guru sejarah.
Hal ini karena tidak semua aktivitas MGMP sering dilakukan, sehingga
dipilih waktu-waktu tertentu berdasarkan pelaksanaan program kerja untuk
melakukan pengamatan tentang aktivitas MGMP dalam pengembangan
kompetensi guru sejarah. Waktu kegiatan yang digunakan penelitian yaitu
pada Kamis 17 Februari 2011 pada rapat pembuatan soal ujian sekolah, Sabtu
19 Februari 2011 pada rapat koordinasi soal ujian sekolah, dan Kamis 28
April 2011 pada rapat pengumpulan soal ujian sekolah.
F. Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik trianggulasi. Moleong (2007: 330) menjelaskan bahwa teknik
57
trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi
dengan sumber, yaitu untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-
beda dengan teknik yang sama ( Sugiyono, 2009: 241). Dalam keabsahan
data ini peneliti menguji dengan cara :
1. Membandingkan antara wawancara dengan angket.
Peneliti dalam hal ini membandingkan upaya MGMP dalam
pengembangan kompetensi profesional guru. Dari hasil wawancara
peneliti mendapatkan bahwa program kerja yang terlaksana bertujuan
dalam pengembangan kompetensi profesional, salah satu program tersebut
yaitu studi lapangan situs sejarah yang bermanfaat bagi guru sejarah yang
bukan lulusan sejarah. MGMP di sini juga mempunyai peran terhadap
proses sertifikasi guru, yaitu MGMP dalam pengembangan kompetensi
guru serta mendukung guru dalam proses sertifikasi. Serta, dapat
memberikan surat keterangan bagi anggota untuk (PAK) Penetapan Angka
Kredit, selain itu MGMP juga dapat dimasukan unsur C pada aspek
pengalaman berorganisasi dibidang pendidikan dan sosial.
Dalam angket peneliti mendapatkan bahwa wadah MGMP merupakan
alternatif guru dalam pengembangan kompetensi profesionalnya karena
melalui program kerja yang ada guru dapat menambah perspektif
penguasaan materi bahan ajar (subject matter), penguasaan metode dan
58
strategi serta seni mendidik dan mengajar, menjadi pribadi sosial dan
demokratis merujuk pada tugas pokok dan fungsi guru harus beranjak dari,
oleh dan untuk peserta didiknya.
2. Membandingkan antara observasi dengan wawancara.
Peneliti dalam hal ini membandingkan kendala MGMP dalam
pengembangan kompetensi profesional guru. Dari hasil observasi peneliti
melihat kurangnya manajemen dari anggota MGMP sendiri, baik pengurus
dan anggota MGMP yang belum berfungsi secara optimal seperti
partisipasi anggota terhadap pelaksanaan program menyebabkan terjadinya
kendala, misalnya kehadiran pada saat rapat. Dari hasil wawancara peneliti
menemukan perbedaan antara MGMP dengan dinas perbedaanya yaitu dari
segi perlakuan, misalnya bantuan dalam bentuk dana.
G. Teknik Analisis
Dalam Penelitian ini menggunakan analisis interaktif terdiri atas tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan simpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 2009: 20).
Gambar 3.3
59
Miles dan Huberman (2009: 16) menjelaskan bahwa reduksi data
diartikan sebagai “proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan”. Setelah data dikumpulkan dengan
teknik observasi, wawancara, studi dokumen dan kuesioner (angket),
dilakukanlah reduksi data. Reduksi data dalam penelitian ini terdiri atas
beberapa langkah, yaitu (1) menajamkan analisis, (2) menggolongkan atau
pengkategorisasian, (3) mengarahkan, (4) membuang yang tidak perlu dan (5)
mengwadahkan data sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi (Miles dan Huberman, 2009:16-17).
Langkah berikutnya dalam analisis interaktif adalah penyajian data.
Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian kalimat yang
disusun secara logis dan sistematis, sehingga mampu menyajikan
permasalahan dengan fleksibel, tidak “kering”, dan kaya data. (Miles dan
Huberman, 2009: 17). Penyajian data dalam penelitian kualitatif dirancang
guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu
dan mudah diraih, sehingga peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi.
Dengan demikian, peneliti lebih mudah dalam menarik simpulan.
Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik simpulan dan verifikasi.
Langkah awal dalam penarikan simpulan dan verifikasi dimulai dari
penarikan simpulan sementara. Penarikan simpulan hasil penelitian diartikan
sebagai penguraian hasil penelitian melalui teori yang dikembangkan. Dari
60
hasil temuan ini kemudian dilakukan penarikan simpulan teoretik (Miles dan
Huberman, 2009: 18-19). Kemudian simpulan perlu diverifikasi agar cukup
mantap dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat ditinjau sebagai
makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohan, dan
kecocokannya. Namun demikian, jika simpulan masih belum mantap, maka
peneliti dapat melakukan proses pengambilan data dan verifikasi, sebagai
landasan penarikan simpulan akhir.
61
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran MGMP Sejarah SMA
1. MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang
MGMP adalah kependekan dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran
dapat diartikan sebagai “komunitas” bagi guru mata pelajaran untuk
mengembangkan kompetensinya sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya, MGMP terdapat di wilayah kabupaten atau kota atau
kecamatan. MGMP merupakan Organisasi non struktural yang
keberadaanya dibentuk berdasarkan pedoman Dirjen Dikdasmen
(Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah) yang beredar
sejak tahun 1991 dan dicetak ulang pada tahun 1993. Namun
sebenarnya MGMP telah ada sejak tahun 1970-an. Guru mata
pelajaran yang pertama kali tahun 1979 memperoleh kesempatan
mengikuti pembinaan adalah guru-guru kelompok mata pelajaran IPA
(fisika, kimia, dan biologi, serta IPA SLTP), disusul kemudian guru
matematika 1982, Bhs Inggris, Bahasa Indonesia 1988 dan terakhir
mata pelajaran IPS (geografi, sejarah, sosiologi) (Masrukhan, dalam
workshop Pengembangan model evaluasi pasca sertifikasi guru dalam
jabatan: 2010)
Berdirinya MGMP sejarah SMA merupakan tempat komunitas
guru sejarah dalam tingkatan sekolah menengah atas baik sekolah
negeri maupun swasta, wadah ini dijadikan tempat berkomunikasi
62
dengan guru-guru senior, yang telah berpengalaman dalam mengajar.
Selain itu untuk membahas persoalan-persoalan yang terkait dengan
materi bahan ajar, model belajar, rencana pengajaran, penilaian,
masalah kepangkatan, dan penyamaan visi dan misi ke depan wadah
tersebut akan dibawa. Peran pemecahan persoalan keseharian
mengenai tugas guru mengajar dan penyiapan bahan ajar apa yang
harus dibuat dan diberikan pada peserta didik, MGMP menjadi sarana
yang dapat memerankan fungsi dan peranannya selama ini secara
efektif.
MGMP Kabupaten Rembang lahir pada tahun 1984 karena adanya
pemikiran untuk mengembangkan dan meningkatkan rasa kepedulian
terhadap mata pelajaran sejarah yang digagas dan dirintis oleh Slamet
Riyanto guru sejarah SMA Negeri 2 Rembang dan Suyoto guru sejarah
SMA Negeri 1 Lasem. Berdirinya MGMP ini berdasarkan atas anjuran
pejabat-pejabat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pada tahun-
tahun ini MGMP sejarah sudah berjalan akan tetapi belum terwadah
dan terstruktur dengan baik hal ini dikarenakan SMA yang ada pada
waktu itu hanya sedikit dan guru yang mengajar sejarah terbatas, SMA
yang ada pada waktu itu yaitu SMA N 1 Rembang, SMA N 2
Rembang, SMA N 1 Lasem dan SMA Swasta yaitu SMA PGRI
Rembang dan SMA Muhamadiyah.
Perkembangan kurikulum tahun 1994 memunculkan berdirinya
SMA-SMA di Kecamatan seperti SMA Kragan, SMA Sale, SMA
63
Pamotan, dan lain-lain. Sampai sekarang SMA yang berdiri di
Kabupaten Rembang sebanyak 14 sekolah, yang terdiri dari 9 SMA
Negeri dan 5 SMA Swasta. Guru yang mengajar mata pelajaran
sejarah dari 14 sekolah tersebut sebanyak 24 orang. Pada tahun 1994
ini kepengurusan MGMP terbentuk dan program kerja tidak hanya
pembuatan soal semesteran saja (seperti pada tahun 1984) akan tetapi
sudah menjadi suatu wadah informasi dan kebersamaan bagi guru
(Wawancara dengan Slamet Riyanto Tanggal 16 Mei 2011).
2. Perkembangan MGMP Sejarah Kabupaten Rembang Tahun
2000-2010
MGMP sejak berdiri sampai sekarang mengalami pasang surut
dalam peranannya meningkatkan profesionalisme guru. Secara
keseluruhan periode pergantian pengurus visi dan misinya sama yaitu
visi dalam mewujudkan sejarah SMA Kabupaten Rembang yang
profesional dan berkualitas sedangkan misinya yaitu meningkatkan
profesionalisme guru sejarah di Kabupaten Rembang melalui kegiatan
MGMP. Perkembangan struktur organisasi dari tahun 2000-2010 (lihat
lampiran halaman 106-108) mengalami perkembangan dari seksi
pembagian tugas guru semakin lama semakin mengalami kemajuan
serta program kerjanya.
Perkembangan tugas dan program kerja MGMP ini disesuaikan
dengan perkembangan kurikulum yang ada. Masing-masing periode
dalam pelaksaanaan program kerjanya memiliki keunggulan. Program
64
kerja tahun 2000-2003 yang telah sukses dilaksanakan yaitu
Peyusunan Diktat (lihat lampiran halaman 116) serta studi lapangan di
Jawa Tengah (Jepara, Menara Kudus, dan Masjid Agung Demak).
Program kerja Verifikasi sejarah lokal Rembang ke tapak Kaki Hayam
Wuruk merupakan salah satu program kerja studi lapangan yang telah
berhasil dilakukan MGMP periode 2003-2006. Program kerja tahun
2006-2009 yang telah berhasil dilakukan yaitu Studi lapangan di
Sangiran dan Candi Borobudur, Candi Kalasan (lihat lampiran
halaman 129) dan BALAR (Badan Arkeologi). Program kerja dan
struktur organisasi tahun 2009-2012 mengalami perbaikan yang pesat
hal ini berkaitan dengan adanya perubahan kurikulum KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2006 ke kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) serta adanya sertifikasi guru
melalui portofolio yang secara langsung maupun tidak langsung
MGMP dijadikan tempat guru dalam perbaikan mutu kinerjanya serta
tempat informasi terbaru dalam dunia pendidikan. MGMP dirasakan
tempat yang paling sesuai kebutuhan guru hal ini dikarenakan MGMP
merupakan wadah yang dekat dengan guru.
Implementasi KTSP serta Serifikasi guru membuat Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan memproklamirkan kembali revitalisasi
MGMP. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan Bidang
Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan mengadakan
kegiatan fasilitasi kualifikasi akademik dan sertifikasi dengan
65
mengadakan workshop tentang Pemberdayaan KKG dan MGMP.
Berhubungan dengan ini maka pengurus organisasi MGMP periode
2009-2012 memperbaiki kwalitas maupun kuantitas MGMP Sejarah.
Lambat laun organisasi MGMP ini memperbaiki kinerjanya
sehingga dapat menjadi wadah kegiatan guru yang bertujuan
menanggapi perkembangan iptek yang menuntut penyesuaian dan
perkembangan profesional guru. Wadah ini bagi guru sejarah di
Kabupaten Rembang menjadi tempat berkomunikasi, berkonsultasi
dan saling berbagi informasi serta pengalaman. Seiring perkembangan
kurikulum di Indonesia menyebabkan organisasi MGMP menjadi
wadah yang vital bagi guru hal ini merupakan wadah yang paling
dekat dengan guru dan dari guru untuk guru untuk pelaksanaan PKB
(Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan).
Usaha dalam PKB ini susunan kepengurusan MGMP sejarah
Kabupaten Rembang tersusun dan terstruktur dengan baik.
Berdasarkan Keputusan Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS) SMA Kabupaten Rembang Nomor: 23 / MKKS – SMA / 11 /
2009, maka kepengurusan MGMP Sejarah SMA Kabupaten Rembang
periode 2009-2012 terbentuk.
Kepengurusan MGMP sejarah di Kabupaten Rembang masa
jabatannya selama tiga tahun dengan pemilihan dari anggota MGMP
sendiri, berdasarkan keputusan Ketua MKKS dan dari Kepala Sekolah
Koordinasi Organisasi (KSKO) MGMP Sejarah. MKKS merupakan
66
suatu wadah kepala sekolah sekabupaten Rembang, dan salah satu
program kerjanya yaitu mengkoordinasi MGMP semua mata pelajaran
sekabupaten. KSKO merupakan kepala sekolah yang dipilih untuk
mengkoordinasi organisasi dan bertangung jawab terhadap satu
MGMP biasanya kepala sekolah yang dipilih serumpun dengan
MGMP yang dikoordinasi, misalnya MGMP sejarah periode 2009-
2012 KSKOnya yaitu Sutrisno dari mata pelajaran geografi.
Pemilihan ketua dan sekretaris MGMP dipilih dari SMA yang
selokasi yaitu dari SMA yang sama atau SMA yang berdekatan hal ini
bertujuan untuk efektif dan efisien dalam menjalankan program kerja.
Pemilihan pengurus juga dipilih secara acak dan bergilir tidak hanya
dari SMA kota yang mendominasi kepengurusan akan tetapi dari SMA
pinggiran juga diikutsertakan hal ini dikarenakan agar dapat
mengetahui perkembangan jaman serta menyamakan kedudukan tidak
menganak tirikan sebuah instansi.
Identitas MGMP sejarah Kabupaten Rembang yaitu:
1) Stempel MGMP sejarah yang berlambang candi Borobudur.
2) Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari kamis, untuk
tempat pertemuan tidak sepenuhnya berada di dalam ruangan
yang biasanya bertempat di SMA N 2 Rembang akan tetapi
bisa mencari lokasi tempat-tempat yang bisa dijadikan studi
lapangan bagi anggota, misalnya di Kragan Plawangan hal ini
dibertujuan agar guru dapat memperoleh tambahan materi.
67
3) Mempunyai seragam batik sebagai identitas, batik yang
dipilih adalah batik buatan dari produksi daerah sendiri yaitu
batik Lasem.
4) MGMP sejarah Kabupaten Rembang bekerjasama dengan
MSI (Masyarakat Sejarawan Indonesia) komisariat Rembang.
anggota dari MSI sebagian besar adalah guru yang mengajar
mata pelajaran sejarah, baik guru SMA maupun IPS untuk
SMP dan guru SD, seperti Gina Santoso selain menjabat
sebagai ketua MGMP sejarah SMA dalam MSI juga
menjabat sebagai sekretaris MSI.
B. Upaya-Upaya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah
Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Di
Kabupaten Rembang
MGMP didirikan atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (Soetjipto, 2009: 36). Tujuan dari organisasi ini adalah
untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru dalam
kelompoknya masing-masing. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini
diatur dengan jadwal yang cukup baik. Dalam surat keputusan MKKS
SMA Kabupaten Rembang Nomor: 23 / MKKS – SMA / 11 / 2009.
Menetapkan bahwa semua pengurus supaya melaksanakan tugas dengan
baik dalam meningkatkan profesionalismenya, bersama teman-teman guru
lainnya. Profesionalisme disini yang dimaksud adalah guru harus memiliki
standar kompetensi sesuai dengan Permendiknas nomor 16 tahun 2007
68
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kompetensi profesional.
Susunan kepengurusan MGMP periode 2009-2012 yang diketuai oleh
Ginna Santosa sudah terstruktur dan terwadah dengan baik karena
program kerjanya terdokumen, adapun terdapat Surat Keputusan MKKS
memutuskan kepengurusan (lihat lampiran halaman 104).
MGMP periode 2009-2012 mempunyai beberapa program kerja yaitu:
(a) Pembahasan Silabus (b) Pembuatan soal semester (c) Pembuatan
Perangkat KBM (d) Pembuatan Modul Materi (e) studi lapangan situs
Sejarah (f) pembuatan VCD pembelajaran (lihat lampiran halaman 110).
Kegiatan MGMP ini sudah berjalan lancar, meskipun masih terdapat
beberapa program yang masih dalam proses pelaksanaan seperti
pembuatan modul materi dan pembuatan VCD pembelajaran. Hal ini
dirasa cukup baik mengingat dalam pelaksanaan program kerja dana yang
diperoleh dari swadaya anggota MGMP sendiri. Selain itu, peran antara
anggota dan pengurus yang terjalin sangat baik sehingga kegiatan dapat
berjalan lancar.
Pembahasan silabus dilakukan dalam rangka untuk menjadikan guru
paham mengenai silabus, hal ini dikarenakan dalam pembuatan RPP
(rencana pelaksanaan pembelajaran), seorang guru harus berpedoman
terhadap silabus oleh karena itu jika ingin menjadi guru profesional dan
berkualitas dalam proses belajar mengajar di dalam kelas maka guru harus
memahami silabus karena jika guru belum paham terhadap silabus maka
69
dalam pembuatan RPP yang dibuat guru yang bersangkutan hasilnya
kurang maksimal. Sehingga, akan berakibat pada pelaksanaan proses
belajar-mengajar dikelas. RPP merupakan skenario guru dalam mengajar,
kalau guru dapat membuat RPP dengan baik maka dalam proses belajar di
kelas akan baik pula.
Pembuatan perangkat KBM yang terdiri dari Silabus, RPP (rencana
pelaksanaan pembelajaran), Promes-Prota (Program Semester-Program
Tahunan), Kaldik (Kalender Akademik) dan KKM (kriteria ketuntasan
minimal). Pada program kerja pembuatan perangkat KBM ini sudah
terlaksana di awal semester tahun ajaran baru hal ini dikarenakan agar
dapat mempermudah guru sejarah dalam melaksanakan kebijakan-
kebijakan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing misalnya saja
pada SMA N 1 Sumber yang sering melakukan studi lapangan mata
pelajaran yaitu suatu kegiatan yang rutin dilakukan tiap satu tahun sekali
untuk terjun kelapangan sesuai dengan materi yang diajarkan seperti
mapel sejarah studi lapangannya di candi-candi atau museum .
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh pihak guru sejarah dari SMA N 1
Sumber untuk mengambil kebijakan kapan waktu yang dilakukan untuk
pelaksanaan studi lapangan tersebut dengan melihat Kaldik (kalender
akademik). Selain itu, dengan Promes dan Prota guru juga dapat
melakukan program-program apa yang perlu dicapai pada saat ini terhadap
peserta didik, sesuai dengan arah dan tujuan masing-masing sekolah
70
meskipun materi sejarah yang diajarkan dari satu kabupaten sama
(Wawancara dengan Partono, Tanggal 24 April 2011).
Program yang sudah terlaksana dalam peningkatan kompetensi
profesionalisme guru sejarah yaitu studi lapangan situs sejarah, guru
sejarah yang bukan dari lulusan sejarah merupakan permasalahan
tersendiri bagi kepengurusan MGMP sejarah di Kabupaten Rembang, hal
ini dikarenakan guru tersebut harus dapat mengajar materi sejarah kepada
peserta didik dengan baik. Sebagai suatu wadah guru, MGMP sepatutnya
dapat memberikan bantuan kepada guru yang bukan lulusan sejarah untuk
dapat memahami dan mengerti tentang sejarah. Studi lapangan situs
sejarah ini pernah dilakukan pada MGMP periode 2004 di Sangiran di
tempat tersebut guru sejarah yang bukan dari lulusan sejarah diajak untuk
dapat mengerti dan memahami tentang zaman Pra-Sejarah karena pada
materi ini sebagian besar guru yang bukan dari lulusan sejarah merasa
kesulitan dalam pemahaman materi ini.
Studi lapangan situs sejarah ini setelah tahun 2008 program
pelaksanaanya dilaksanakan dengan MSI. Kerjasama MGMP dengan MSI
dilakukan sejak tahun 2008 setelah Dinas Kabupaten Rembang dengan
UNDIP mengadakan seminar Internasional dengan Jepang. Seminar
Internasional ini bertema “Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme
Guru IPS dan Sejarah di era Sertifikasi: Perbandingan Pandangan di
Indonesia dan Jepang” dengan narasumber Prof. Dr. Hatori Mina dari
Nagoya University Japan.
71
Gambar 4.4Sumber: Dokumen MGMP IPS Rembang
UNDIP yang merupakan sebuah universitas yang berbasis kelautan
dan Kota Rembang sebuah kabupaten yang berbasis maritim, sehingga
terdapat kesinambungan antara kerjasama tersebut. Seminar ini dilakukan
dalam rangka promosi S2 Sejarah UNDIP. UNDIP pada waktu itu
menjabat sebagai MSI Jawa Tengah akhirnya membentuk MSI komisariat
Kabupaten Rembang. Anggota dari MSI adalah Orang yang minat dengan
sejarah serta guru-guru yang tergabung dalam MGBS (Musyawarah Guru
Bidang Studi) untuk guru SD, MGMP IPS, dan MGMP Sejarah SMA
(Wawancara dengan Munawir, Tanggal 1 Juli 2011).
Terbentuknya MSI ini membuat kinerja MGMP semakin meningkat
kearah yang baik, yaitu setelah di bentuk MSI, MGMP beberapa kali
mengadakan seminar. Seminar yang baru dilaksanakan yaitu pada bulan
72
November 2010 telah dilaksanakan kegiatan berupa upaya
menginventarisasi jejak-jejak sejarah di sekitar sungai Lasem dan bakal
merekomendasikan kota tua Lasem dan Sungai Lasem sebagai Kota Cagar
Budaya (heritage town). Dalam kegiatan bertema ”Menyusur Sungai,
Meretas Sejarah Cina di Lasem” itu, Minggu (29/11), MSI Rembang dan
MGMP mencatat sembilan jejak sejarah di bantaran Sungai Lasem. Jejak
sejarah yang dimaksud adalah Klenteng Makao, bekas pelabuhan Dasun,
Masjid Tiban, parit jalur candu, kembatan lori pengangkut kayu, bekas
permukiman China, galangan kapal, bekas pos pengawasan laut, dan situs
tambak bathuk mini (lihat lampiran halaman 129).
April 2011 MGMP dengan MSI mempunyai program seperti seminar
yang telah dilakukan sebelumnya yaitu kegiatan seminar nasional dalam
rangka memperingati hari Kartini, akan tetapi karena sebagian besar
anggota MSI adalah anggota MGMP yang profesinya guru, terbentur
waktu dengan pelaksanaan Ujian sekolah sehingga seminar ini tidak
terlaksana. Dari hasil kerjasama MGMP dengan MSI ini maka guru
sejarah mendapatkan informasi dan pengalaman yang baru yang dapat
menambah wawasan guru terhadap materi Sejarah (Wawancara dengan
Gianto, Tanggal 24 April 2011).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan kompetensi guru
selain seminar yaitu dalam memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, menurut penuturan Siska yang mengajar selain mata
pelajaran sejarah, beliau juga mengajar mata pelajaran sosiologi di SMA
73
Kragan ini menjelaskan bahwa MGMP sejarah dengan menyerahkan soal
ujian lewat flash-disk pada pertemuan MGMP tanggal 28 April 2011,
disamping lebih efektif dan efisisen dalam pengeditan soal mampu
membantu guru dalam belajar teknologi. Dalam hal ini yaitu pembuatan
soal MGMP sejarah dirasa lebih baik dari pada MGMP sosiologi yang
harus menyerahkan soal ujian dalam bentuk print-out, dalam bentuk print-
out ini dirasa kurang efektif karena akan mempersulit guru dalam
pengeditan soal dan guru juga kurang dapat mengembangkan teknologinya
karena sebagian guru belum begitu menguasai teknologi selain itu,
pembuatan media pembelajaran berupa power-point juga dilakukan oleh
guru sejarah, dan pada saat pertemuan di MGMP antar guru saling
bertukar materi power-point, hal ini membantu guru dalam menguasai
teknologi (Wawancara dengan Siska, Tanggal 28 April 2011).
Penguasaan teknologi yang harus dikuasai guru ini merupakan
keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam mengikuti perkembangan
zaman. Selain penguasaan teknologi, seorang guru sejarah harus dapat
menguasai materi sejarah lokal hal ini disebabkan karena sejarah lokal
masuk ke dalam kurikulum KTSP. Dalam penguasaan sejarah lokal
MGMP pada waktu pertemuan tertentu mengundang narasumber tokoh
sejarah dari Rembang sendiri yang biasanya dipanggil dengan nama Mbah
Eli, Mbah Eli adalah mantan guru SMA N 3 Rembang karena sudah lama
di Rembang Mbah Eli tahu tentang situs-situs di Rembang dan beliau juga
tahu tentang tokoh-tokoh lokal.
74
Selain penguasaan sejarah lokal ini, guru sejarah harus dapat
menguasai materi sejarah yang masih penuh dengan kontroversi, seperti
G 30 S/PKI, Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), Serangan Umum
1 Maret, Lahirnya pancasila, lahirnya Orde Baru, dan Integrasi timor-timor
dan bahkan sangat dijejeli fakta yang terkadang sangat jauh tidak berguna
bagi kehidupan siswa sehari-hari menjadi permasalahan sendiri bagi guru
sejarah, dan dalam pertemuan MGMP ini guru dapat membahas dan
mendiskusikan dalam rapat MGMP.
Proses pelaksanaan program di atas, pasti membutuhkan dana.
Pendanaan MGMP sejarah diperoleh dari swadaya anggota, subsidi
MKKS dari pembuatan soal ujian, MGMP bekerjasama dengan penerbit
LKS sehingga mendapatkan bagian dari hasil pembuatan LKS dan
penjualan VCD pembelajaran.
Dana yang menjadi pokok andalan dari pemasukan MGMP adalah
Pendanaan dari swadaya anggota, uang ini diiurkan pada bendahara pada
tiap pertemuan sebesar Rp.10.000 dengan rincian Rp.5.000 untuk
konsumsi ketika pelaksanaan kegiatan rutin yang biasanya dilaksanakan
pada tiap hari kamis, sedangkan Rp.5.000 lagi disimpan untuk pemasukan.
Swadaya anggota ini diwajibkan bagi guru yang hadir ketika kegiatan
MGMP berlangsung, apabila guru tidak hadir pada pertemuan maka tidak
diwajibkan membayar swadaya dan tidak di kenakan punishment pada
guru yang bersangkutan, hal ini yang membuat pemasukan sangat minim
karena meskipun pada saat pertemuan yang tidak hadir 4-5 guru akan
75
tetapi hal ini mempengaruhi pemasukan dana. MGMP sejarah kabupaten
Rembang sengaja tidak memberikan punishment pada anggota yang tidak
hadir pada saat rapat MGMP hal ini dikarenakan agar guru sadar dengan
sendirinya untuk mengikuti MGMP ini.
Guru yang akan menghadiri MGMP juga mendapatkan uang
transportasi dari pihak sekolah hal ini dikarenakan sekolah sudah
mempunyai anggaran terhadap MGMP yaitu dari Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RABPS). Uang transportasi tersebut
dihitung dari sekolah ke tempat MGMP yang di jadikan pertemuan
sehingga banyak anggota yang memilih SMA di wilayah kota karena
lokasinya dekat dengan rumah para anggota MGMP sehingga lebih efektif
dan efisien. Sekolah menyediakan RAPBS terhadap guru dalam mengikuti
MGMP karena forum ini merupakan forum yang dapat meningkatkan
kinerja guru dalam mencapai profesionalisme, sebagian besar anggota
memakai uang dari RAPBS untuk iuran swadaya yang sebesar Rp. 10.000
tersebut.
Selain dana dari swadaya anggota MGMP, dana juga diperoleh dari
subsidi MKKS dari pembuatan soal ujian. Bentuk evaluasi ini sesuai
dengan peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia nomor
20 tahun 2007 tentang standar penilain pendidikan ada beberapa
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilain. Evaluasi yang di buat oleh
MGMP terdiri dari ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas dan
ujian sekolah, sedangan ulangan tengah semester dibuat oleh masing-
76
masing sekolah sendiri. Dalam evaluasi ini guru akan mendapatkan
bantuan dana dari MKKS dalam proses print-out soal ujian, dana subsidi
tersebut digunakan seminim mungkin dan sisanya disimpan sebagai
tabungan dalam pelaksanaan program MGMP lainnya seperti studi
lapangan keluar daerah.
MGMP juga bekerjasama dengan penerbit LKS sehingga MGMP
mendapat bagian dari pembuatan LKS selain itu MGMP juga sering
membuat media pembelajaran berupa VCD misalnya VCD Hindhu-Budha,
VCD Perang Diponegoro dan lain-lain di buat berupa VCD dan VCD
tersebut dikembalikan kepada guru untuk dijual kepada masing-masing
sekolah guru, hal ini dikarenakan sekolah sudah mempunyai program
dalam bidang sarana dan parasarana dalam proses belajar mengajar
sehinga dari hasil penjualan VCD tersebut dimasukan ke dalam kas
MGMP (Wawancara dengan Gina Santosa, Tanggal 29 April 2011).
MGMP mendapat bantuan dana dari MKKS, untuk mendanai print out
lembar ujian hal ini disebabkan 14 sekolah yang ada di Kabupaten
Rembang baik negeri maupun swasta, dari sekolah yang berstatus RSKM,
SKM, RSBI, dan SBI. Keempat jenis sekolah yang ada di Kabupaten
Rembang materi sejarah yang diajarkan sama, oleh karena itu dalam
pembuatan soal ujian semester juga disamakan.
RSKM (Rintisan Sekolah Kategori Mandiri), SKM (Sekolah Kategori
Mandiri), RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional), dan SBI
(Sekolah Bertaraf Internasional). Sekolah yang berstatus RSKM yaitu
77
SMA Kragan, SMA Sale, SMA Pamotan dan SMA Sulang, SKM yaitu
SMA Lasem dan SMA Sumber, RSBI yaitu SMA N 2 Rembang dan SMA
N 3 Rembang, SBI yaitu SMA N 1 Rembang (Wawancara dengan
Suparyo, Tanggal Sabtu 19 Februari 2011).
Sekolah RSKM dan SKM yaitu sekolah yang hampir atau sudah
memenuhi standar nasional pendidikan. Standar Nasional Pendidikan
(SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional
Pendidikan terdiri dari delapan standar yaitu standar isi, standar
kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiyaan, dan standar penilian (http://awan965.wordpress.com/2008/ 11/
19/pengertian-dan-karakteristik-skmss, diunduh pada tanggal 7 Juni 2011,
jam 14. 56 Wib).
Sekolah RSBI dan SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan
melaksanakan standar nasional pendidikan yang meliputi: standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, dan standar penilaian. Selanjutnya, aspek-aspek SNP
tersebut diperkaya, diperkuat, dikembangkan, diperdalam, diperluas
melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari salah satu anggota
(OECD) Organization for Economic Cooperation and Development
dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui
78
secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional.
OECD adalah organisasi negara-negara maju dan mempunyai
keunggulan tertentu dalam pendidikan serta memiliki daya saing di forum
internasional, Sejumlah negara maju yang tergabung dalam OECD
diantaranya Australia, Austria, Jerman, Belgia, Canada, Denmark, dan
Amerika Serikat ( http: // hartoyo. wordpress. com/ category/ seminar-
articles/ seminar- depag- jateng, diunduh pada tanggal 7 Juni 2011, jam
15. 09 Wib).
Pembagian sekolah menjadi empat status ini, berdasarkan dasar
hukum yang kuat yaitu Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) yang
menyebutkan bahwa “pemerintah dan atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada
semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan
pendidikan bertaraf internasional”. Pada keempat jenis sekolah ini harus
mengimplementasikan KTSP yaitu Penerapan kurikulum yang di
kembangkan sendiri oleh satuan pendidikan (sekolah) sesuai karakteristik,
kondisi, dan potensi daerah, sekolah, dan peserta didik dengan mengacu
pada standar isi (SI), standar kompetensi lulusan (SKL), pelaksanaan SI
dan SKL, dan panduan penyusunan KTSP yang di buat oleh badan
penyusunan KTSP yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Permendiknas nomor 22 tahun 2006 merupakan landasan tentang
79
SI mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Sedangkan, permendiknas nomor 23 tahun 2006
landasan tentang SKL untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik.
Penyusunan KTSP merupakan bagian dari kerja sekolah, sedangkan
kerja sekolah merupakan sebagian besar hasil kerja para guru. Tim
penyusun KTSP SD, SMP, SMA dan SMK, terdapat guru, konselor,
kepala sekolah, komite sekolah, dan narasumber dengan kepala sekolah
merangkap anggota, dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan kabupaten
/atau kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Dalam kebijakan baru dari pemerintah sesuai amanat UU nomor 14 tahun
2005 tentang guru dan dosen, guru dituntut untuk meningkatkan
kompetensinya serta nomor 16 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru
angka kreditnya, guru diwajibkan melaksanakan kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB) untuk naik pangkat kejenjang berikutnya
dan wadah yang paling dekat dengan guru dalam pelaksanaan PKB adalah
MGMP.
Berbicara mengenai kompetensi guru sejarah yang mengajar di
Kabupeten Rembang, dari hasil wawancara anggota MGMP guru sejarah
sudah mempunyai kompetensi yang bagus, hal ini dikarenakan sebagian
besar guru merupakan alumni dari LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga
80
Kependidikan) ternama seperti IKIP Semarang yang kini menjadi
UNNES, UNS dan UGM. Dari melihat anggota MGMP yang berasal dari
beraneka ragam LPTK ini dapat membuat ilmu yang didapat akan
bertambah karena saling berbagi ilmu. meskipun, guru yang mengajar
mata pelajaran sejarah tidak semuanya berijazah pendidikan sejarah ada
yang berasal dari geografi, sosiologi dan PKN. Namun, yang mendominasi
tetap dari pendidikan sejarah. SMA yang tidak berasal dari lulusan sejarah
berasal dari SMA swasta yaitu SMA Kartini, SMA Santa Maria, SMA Al-
Yaqin (dari lulusan PKN), Al-Kamal dari lulusan geografi, dan SMA
Muhamadiyah Lasem dari sosiologi (lihat lampiran halaman 109).
Lulusan yang beraneka ragam ini saling mengisi dan berbagi ilmu
yang didapatkan di bangku kuliah, karena sifat dari sejarah yang
mengikuti peristiwa perkembangan zaman maka guru dapat
memperolehnya dari wadah ini, misalnya guru yang lulus tahun angkatan
2000 akan lebih tahu tentang peristiwa reformasi 1998 karena pada saat itu
guru tersebut masih berstatus menjadi mahasiswa yang informasi dan
wawasannya lebih luas. selain itu lama mengajar guru rata-rata sekitar
enam tahun sampai dua puluh tahun ini dapat berbagi ilmu mengajar, yaitu
guru yang sudah lama mengajar akan lebih luas wawasannya terhadap
bagaimana menangani peserta didik, yang dapat di informasikan kepada
guru muda.
Pelaksanaan program kerja MGMP sejarah ini mendapatkan
pengawasan dari dinas karena tiap tahunnya difasilitasi oleh dinas dalam
81
rangka peningkatan profesionalisme guru, fasilitas disini merupakan
bantuan yang tidak berupa dana melainkan berupa kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan kompetensi guru misalnya workshop, seminar dan
pelatihan.
Pengawasan dari dinas ini adalah pengawasan dari mapel serumpun
misal sejarah yang masuk ke dalam IPS, rumpun IPS mengadakan
pertemuan dengan MGMP untuk pengawasan meliputi pengarahan dan
pembinaan terutama mengenai program MGMP dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru, di dalam hal ini di tekankan dalam
proses pembelajaran, karena MGMP merupakan wadah dari guru se-mapel
untuk itu guru dapat meningatkan profesionalismenya, peningkatan ini di
tandai dengan bagaimana proses guru dalam pembelajaran di dalam kelas.
Misalnya pembinaan meliputi menyusun program pembelajaran.
Pengawas mempunyai kewajiban mengadakan pembinaan di tingkat
MGMP bahkan terdapat program pemberdayaan kelas merupakan salah
satu program dari pengawas, maka ada pengarahan, pembekalan,
pembinaan terhadap guru sehingga nanti sinkron program dari pengawas
dan MGMP, karena di dalam program pengawas terdapat program
pembinaaan terhadap MGMP.
Dinas di minta untuk mengisi sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang SNP (Standar Nasional
Pendidikan). Pada pengawasan ini dari pihak dinas menyerahkan
sepenuhnya kepada pengawas serumpun yaitu pengawas IPS, sedangkan
82
dari dinas mengawasi kepada KSKO. Pengawas serumpun ini akan datang
dalam bentuk kunjungan kelas terutama bagi guru sejarah yang telah
mendapatkan sertifikasi yang merupakan bukti nyata bahwa seorang guru
dinyatakan profesional.
Profesionalisasi Guru adalah proses untuk menjadikan guru
profesional, yaitu terdidik dan terlatih. Profesionalisasi dapat dilakukan
dengan meningkatkan kualifikasi pendidikannya (menjadi terdidik) dan
kemampuannya (menjadi terlatih), sehingga mencapai standar/kriteria
ideal yang telah ditetapkan. Untuk guru, sesuai dengan UU nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, standar/guru profesional adalah yang
memiliki kualifikasi pendidikan S-1/D-IV dan memiliki sertifikat
pendidik. Jadi profesionalisasi guru berarti proses menjadikan guru
berkualifikasi pendidikan S-1/D-IV dan memiliki sertifikat pendidik.
Kualifikasi pendidikan S-1/D-IV ditandai dengan ijazah, yang diperoleh
melalui pendidikan, sedang sertifikat pendidik dapat diperoleh memiliki
sertifikasi. Dengan demikian, profesionalisasi guru dapat dilakukan
melalui pendidikan dan sertifikasi. Pada dasarnya, pendidikan dan
sertifikasi guru itulah yang disebut dengan pendidikan profesi bagi guru.
Jadi, singkatnya profesionalisasi guru dilaksanakan dengan pendidikan
profesi.
Tahun 2010 tentang pendidikan profesi itu masih dalam perencanaan.
Yang telah dilaksanakan adalah sertifikasi guru, itu pun baru untuk guru
dalam jabatan atau untuk mereka yang telah menjadi guru, belum untuk
83
calon guru (prajabatan). Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan
melalui dua jalur, yaitu jalur penilaian portofolio dan jalur pendidikan.
Sebagian besar sertifikasi guru dilakukan melalui jalur portofolio, dan
apabila hasil penilaian portofolio mencapai angka minimal kelulusan (total
850) dan batas setiap unsur (A,B,C) terpenuhi, maka dinyatakan lulus dan
memperoleh sertifikat pendidik. Namun, apabila skor hasil penilaian
portofolio telah mencapai batas kelulusan, maka Rayon LPTK
menetapkan/merekomendasikan alternatif sebagai berikut:
Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan profesi pendidik untuk
melengkapi kekurangan portofolio (MS= Melengkapi Substansi) bagi
peserta yang memperoleh total skor 841 s/d 849. Apabila dalam kurun satu
bulan peserta tidak mampu melengkapi substansi tersebut, peserta tersebut
diikutsertakan dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).
MGMP di sini mempunyai peran terhadap proses sertifikasi guru,
yaitu MGMP dapat memberikan surat keterangan bagi anggota untuk
(PAK) Penetapan Angka Kredit (lihat lampiran halaman 111), selain itu
MGMP juga dapat dimasukan unsur C pada aspek pengalaman
berorganisasi dibidang pendidikan dan sosial. Dalam sertifikasi terdapat 3
aspek yang dinilai yaitu Aspek A : Unsur Kualifikasi dan Tugas Pokok,
Aspek B : Unsur Pengembangan Profesi, Aspek C : Unsur Pendukung
Profesi.
Sebagai wadah guru yaitu dapat mendukung guru dalam
meningkatkan kompetensinya, kompetensi yang dimiliki oleh guru harus
84
mencangkup 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Akan tetapi
yang sering disinggung dalam supervisi atau penilain dalam portofolio
yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional, Pada penelitian
ini ditekankan pada penelitian kompetensi profesional khususnya disini
yaitu kompetensi profesional yaitu dalam mengembangkan dan menguasai
materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
Supervisi yang dilakukan oleh atasan (kepala sekolah) dan pengawas
pada guru yang sudah disertifikasi ini terdapat beberapa aspek yaitu: Pra
Pembelajaran dan Kegiatan inti Pembelajaran (lihat lampiran halaman
114). Guru dalam menguasai Pra Pembelajaran dan Kegiatan inti
Pembelajaran dapat diperoleh dari wadah MGMP dalam pembahasan
silabus yang dilanjutkan dengan pembuatan RPP.
Pada guru sejarah yang ada di kabupaten Rembang yang sudah
mendapatkan sertifikasi yaitu 13 guru dari 8 SMA yaitu : 1) SMA Kragan:
Puji Utomo, 2) SMA Lasem: Suyoto, 3) SMA Pamotan: Widjoyo Hadi, 4)
SMA Sulang: Agoeng Djoelianto dan Warsono, 5) SMA 1 Rembang: Heni
Sunarni, Sri Susilowati dan Dwi Astutik, 6) SMA 3 Rembang: Suparyo
dan Gianto, 7) SMA 2 Rembang : Slamet Rianto, dan Yuni, 8) SMA
Sumber: Partono.
Tiga belas guru sejarah tersebut yang diutamakan oleh pengawas
tentang kinerja profesionalisme guru dalam bentuk kunjungan kelas, dan
85
hasil dari penilaian tersebut akan diserahkan kepada dinas kabupaten
kemudian dikirim ke dinas provinsi. Selama ini hasil kinerja guru sejarah
yang sudah tersertifikasi mempunyai profesionalisme yang baik.
Menurut Tamsi selaku pengawas IPS menuturkan MGMP sejarah
Kabupaten Rembang sudah terlaksana dengan baik hal ini dapat dilihat
program kerja yang sudah berjalan. Serta, hasil kunjungan kelas terhadap
guru sejarah yang telah tersertifikasi hasilnya memuaskan yaitu sudah
masuk kedalam guru profesional.
Pada tahun ini akan ada revitalisasi MGMP baru dari Dinas Provinsi,
yaitu supaya MGMP dapat menyelenggarakan satu kegiatan terprogram
untuk pengembangan profesionalisme guru sampai pada pemberian
STPPL (Surat Tanda Lulus Program Pelatihan) yaitu merupakan program
pelatihan dan hal itu di ikuti secara berlanjut. STPPL ini dapat di jadikan
bukti fisik untuk diusulkan kepada PAK (Penetapan Angka Kredit) untuk
menambah point, sehinga guru dapat naik pangkat. Pembahasan mengenai
kebijakan STPPL ini diharapkan akan berjalan pada MGMP sejarah
karena melalui kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi guru dalam
peningkatan profesionalisme guru (Wawancara dengan Tamsi Heri Budhi,
Tanggal 14 Mei 2011).
Data dari angket, guru sejarah yang tergabung dalam MGMP dapat
meningkatkan kompetensi profesionalisme melalui wadah tersebut dalam
perspektif penguasaan materi bahan ajar (subject matter), penguasaan
metode dan strategi serta seni mendidik dan mengajar, menjadi pribadi
86
sosial dan demokratis merujuk pada tugas pokok dan fungsi guru harus
beranjak dari, oleh dan untuk peserta didiknya. Akan tetapi dalam
penelitian tindakan kelas (PTK) MGMP dirasa tidak menjadi menjadi
wadah bagi guru dalam melaksakankan PTK dikarenakan MGMP belum
pernah membahas hal tersebut, guru mendapatkannya melalui acara-acara
seperti penataran di sekolah masing-masing. Kegiatan yang sering
dilakukan oleh guru sejarah Kabupaten Rembang adalah mengevalusi
bukan PTK. Misalnya Pada saat evaluasi peserta didik tidak lulus sesuai
dengan SKL, guru bisa melakukan evaluasi seperti strategi mengajar guru,
metode mengajar, atau evaluasi struktur soalnya apabila hasil dari evalusi
bagus maka guru di rasa tidak perlu melakukan evaluasi. Hal ini
disebabkan karena guru dituntut untuk membina peserta didik, sehingga
untuk memfokuskan pada pembinaan peserta didik guru jarang melakukan
PTK. Adanya serifikasi guru yang menuntut guru untuk mengajar 24 jam
selama seminggu guru cenderung lebih memfokuskan hal tersebut.
Hasil wawancara dan angket, peneliti mengambil kesimpulan MGMP
merupakan wadah bagi guru sejarah di Kabupaten Rembang dalam
meningkatkan kompetensi profesionalisme, program kerja yang sudah
terlaksana berupaya untuk meningkatkan kompetensi profesionalisme guru
salah satunya yaitu studi lapangan situs sejarah yang bermanfaat bagi guru
sejarah yang bukan lulusan sejarah. Adanya sertifikasi guru MGMP
mempunyai peran dalam mendukung guru untuk mengembangkan
kompetensi yang dinilai pada waktu sertifiksi melalui penilian portofolio.
87
Selain itu, guru dapat menambah perspektif penguasaan materi bahan ajar
(subject matter), penguasaan metode dan strategi serta seni mendidik dan
mengajar, menjadi pribadi sosial dan demokratis merujuk pada tugas
pokok dan fungsi guru harus beranjak dari, oleh dan untuk peserta
didiknya. Kerja sama antar lembaga seperti MGMP dengan MSI
menambah kualitas yang baik bagi anggota MGMP.
C. Kendala-Kendala Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Dalam Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Sejarah Di
Kabupaten Rembang
Dalam menjalankan program MGMP pastilah terdapat kendala-
kendala, dari hasil obervasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17
Februari dan 28 April 2011 yaitu pelaksanaan pembuatan soal semester
genap. Rapat dimulai jam 09.00 WIB bertempat di SMA N 2 Rembang, di
ruang laboratorium IPS. Akan tetapi rapat bisa berjalan jam 10.00 WIB hal
ini disebabkan kehadiran anggota yang tidak tepat waktu, padahal
penggurus hadir tepat waktu dan menyiapkan keperluan untuk rapat. Hal
ini disebabkan terdapat beberapa guru yang mempunyai jam mengajar
pada hari itu dan tangung jawab dari guru sejarah yang merangkap
beberapa jabatan di sekolah.
Jumlah guru yang tergabung dalam MGMP berjumlah 24 orang, akan
tetapi pada saat rapat ini hanya 19 guru yang hadir. Anggota yang tidak
hadir cenderung berasal dari SMA kecamatan yang lokasinya cukup jauh
dari tempat rapat, dan dari SMA swasta. Keadaan guru pada saat
88
mengikuti rapat menggunakan batik seragam MGMP, meskipun ada
beberapa guru yang tidak menggunakan seragam identitas.
Pada rapat tanggal 28 April 2011 agendanya yaitu pengumpulan soal
guru yang hadir dalam rapat tidak dapat hadir sepenuhnya, dan soal yang
sudah dibagikan pada rapat tangal 17 Februari 2011 di titipkan pada guru
yang berasal satu lokasi, hal ini dikarenakan guru yang tidak hadir adalah
dari sekolah kecamatan dan SMA swasta .
Dari tidak hadirnya anggota sedikit-banyak mempengaruhi jalannya
program hal ini dikarenakan dalam pengeditan soal dibutuhkan kehadiran
guru dari semua sekolah yang ada di kabupaten Rembang, baik yang
bersataus RSKM, SKM, RSBI, dan SBI. Karena guru yang mengajar di
SMA kecamatan akan memberikan masukan tentang materi yang sesuai
dengan kemampuan peserta didiknya, begitu pula dengan guru yang
mengajar di SMA kabupaten akan menyamakan materi yang ada.
Sehingga, tidak terjadi kesenjangan soal yang mudah bagi peserta didik di
kabupaten dan soal yang sulit bagi peserta didik di kecamatan.
Data yang peneliti peroleh melalui studi dokumen yaitu Susunan
Kepengurusan MGMP periode 2009-2011 dengan daftar guru sejarah tidak
sama yaitu dari susunan pengurus dan anggota MGMP yang terdaftar
hanya 21 orang, padahal data dari daftar guru sebanyak 24 orang.
Kesalahan dalam penentuan jumlah ini akan mempengaruhi kinerja
program MGMP, hal ini ternyata disebabkan oleh pendataan dari SMA
swasta yang guru sejarahnya berasal dari bukan lulusan sejarah dan sering
89
berganti. Pada Pengurus MGMP juga kesulitan dalam menghubungi guru
sejarah yang mengajar di SMA swasta tersebut karena guru yang mengajar
sejarah selalu berbeda-beda tiap tahun.
Data obeservasi menunjukan manajemen MGMP belum berfungsi
secara optimal, dan akan mempengaruhi program kerja MGMP yang
sudah signifikan dan sesuai dengan kebutuhan guru, misalnya saja dalam
rapat pengeditan soal ujian yang tidak sepenuhnya hadir serta pengadaan
seminar kartini yang direncanakan pada bulan April ternyata tidak
terlaksana yang terbentur oleh waktu dan kesibukan dari masing-masing
anggota.
Data dari hasil wawancara terdapat permasalahan yang dihadapi oleh
MGMP saat ini adalah pada masalah pendanaan hal ini dikarenakan dalam
suatu pelaksanaan program kegiatan maka untuk melaksanakan program
tersebut pastilah harus didukung oleh dana akan tetapi pada saat ini dana
yang terkumpul pada kas bendahara MGMP tidak mencukupi untuk
pelaksaan program yaitu dalam program studi lapangan situs sejarah.
Program studi lapangan situs sejarah ini meskipun pada periode ini sudah
berjalan yaitu di musium Plawangan Kragan dan Terjan di Lasem akan
tetapi pelaksanaan kegiatan ini adalah merupakan gabungan dari kegiatan
MGMP dengan MSI Rembang.
Rendahnya perhatian dan kontribusi pemerintah daerah melalui dinas
pendidikan terkait terhadap program dan kegiatan MGMP masih dirasakan
kurang, meskipun terdapat beberapa program yang ada di dinas melalui
90
pengawas dengan kegiatan kunjungan kelas terutama guru yang sudah
tersertifikasi namun pelaksanaan kegiatan tersebut masih belum optimal.
Misalnya dalam pelaksanaan pelatihan, seminar atau workshop dari dinas
langsung menunjuk sekolah bukan diserahkan kepada MGMP.
Pengawasan dari KSKO terhadap program kerja MGMP selama ini masih
kurang, dalam rapat yang sering dilakukan MGMP selama ini KSKO
jarang melakukan pengawasan dan mengikuti program.
Dana pendukung operasional MGMP juga kurang memadai, dalam
pelaksanaan program sampai saat ini MGMP kurang dalam dana, dari
pemerintah provinsi pada tahun 2004 MGMP pernah mendapatkan dana
akan tetapi sampai saat ini MGMP belum mendapatkan bantuan dana lagi,
berbeda dengan MGMP pada mata pelajaran yang diujian nasionalkan
akan mendapatkan bantuan dan perlakuan yang khusus seperti dana Block
Grant.
Block Grant adalah sejumlah dana yang diberikan oleh Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK), Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Depdiknas kepada forum KKG dan MGMP sebagai bantuan
mengembangkan kompetensi guru dalam bentuk pendidikan dan pelatihan.
Pihak sekolah yang ikut andil dalam pengembangan guru yang
bermutu untuk menjadi guru yang profesional mengalokasikan dana buat
guru untuk mengikuti MGMP dalam RAPBS, RAPBS ini masing-masing
guru bidang studi akan mendapatkan bantuan uang transportasi dalam
91
mengikuti MGMP dalam pemberian dana tersebut diambil jarak antara
sekolah dengan lokasi tujuan dari pertemuan MGMP. Dalam RAPBS ini
sekolah tidak mungkin memberikan dana seminggu sekali dalam
pertemuan MGMP hal ini dikarenakan sekolah menangung paling sedikit
empat belas mata pelajaran yang masing-masing guru akan mengikuti
MGMP untuk itu biasanya guru melakukan pertemuan MGMP minimal
enam kali dalam semester, pertemuan minimal ini tidak hanya dari MGMP
sejarah saja akan tetapi pada umumnya MGMP lain juga pelaksanaannya
seperti itu (Wawancara dengan Slamet Riyanto Tanggal 16 Mei 2011).
Permasalahan lain selain dana yaitu dari anggota MGMP sendiri
kurangnya pemahaman guru sejarah terhadap silabus, silabus merupakan
hal terpenting yang harus dikuasi guru dalam pelaksanaan KBM, guru
seharusnya dapat menguasai perangkat pembelajaran yang terdiri dari
Silabus, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), Promes-Prota, Kaldik
dan KKM (kriteria ketuntasan minimal). Karena sebagian besar guru
sejarah kurang memahami silabus maka pengurus dalam program kerja
MGMP mementingkan tentang pembahasan silabus hal ini dikarenakan
dari silabus ini nanti masing-masing guru dapat megembangkan menjadi
RPP yang harus disesuaikan dengan kondisi sekolah oleh karena itu guru
harus paham terlebih dahulu terhadap silabus sebelum membuat RPP.
Pelaksanaan pemahaman silabus ini sudah terlaksana pada awal semester
tahun ajaran baru kemudian disusul dengan pelaksanaan program
pembuatan perangkat KBM.
92
Anggota MGMP Sejarah tidak hanya dari lulusan sejarah saja terdapat
lima anggota yang berasal dari bukan lulusan sejarah yaitu dari PKN,
sosiologi dan geografi. Keberadaan guru yang bukan dari lulusan sejarah
ini yang menjadi masalah sendiri terhadap MGMP, yaitu MGMP
mempunyai kewajiban untuk dapat mengadakan pemberdayaan materi
sehingga guru yang bersangkutan dapat memahami materi yang
bersangkutan. Untuk itu, salah satu kegiatan yang dapat dilakukan MGMP
yaitu dengan melaksanakan program studi lapangan situs sejarah hal ini
dikarenakan dengan studi lapangan guru yang bukan lulusan sejarah dapat
belajar dan mengerti secara langsung tentang sejarah yang pada akhirnya
guru dapat memahami materi yang ada kepada peserta didik.
Guru yang mengajar mata pelajaran sejarah bukan dari lulusan sejarah
biasanya berasal dari SMA swasta hal ini di karenakan mata pelajaran
sejarah termasuk kedalam mata pelajaran yang mudah yang tidak di ujian
nasionalkan sehingga banyak yang mengisi mata pelajaran tersebut bukan
dari lulusan sejarah, dari tidak menetapnya yang mengajar mata pelajaran
sejarah ini sehingga biasanya guru yang mengajar selalu berganti-ganti
tiap tahun, hal ini yang terkadang membuat pengurus MGMP kesulitan
dalam berkomunikasi dan mendata anggota sejarah MGMP. Selain itu,
letak sekolahan di kecamatan dan di pertemuan MGMP di sekolah
kabupaten cukup jauh sehingga terkadang membuat guru yang mengajar di
sekolahan kecamatan jarang mengikuti pertemuan MGMP ini.
93
Sebagai guru sejarah sepatutnya guru mempunyai banyak referensi
buku hal ini dikarenakan guru dapat dengan mudah menjelaskan materi
kepada peserta didik tanpa terpangku satu buku saja akan tetapi dari
sumber yang ada dilapangan terdapat beberapa materi yang perlu
diseragamkan sekabupaten Rembang agar materi yang diajarkan pada
semua sekolah sama karena pada pelaksanaan evaluasi SMA sekabupaten
Rembang sama, untuk itu dalam mengatasi kekurangan bahan atau
referensi maka di buat modul. Pelaksanaan program kerja pembuatan
modul ini baru berjalan (Wawancara dengan Gina Santosa, Tanggal 29
April 2011).
Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa:
1. Sumber belajar dan dana, mengalami keterbatasan dan bila tidak
memperoleh blockgrant atau bantuan dana dari pemerintah provinsi
maupun kabupaten dan dari dinas sehingga tidak mampu
mengadakan sumber belajar dan kegiatan lainnya.
2. Terdapat beberapa etos kerja guru yang bersangkutan memang
rendah, sehingga tidak berniat untuk mengembangkan hasilnya
yang diperoleh melalui kegiatan program kerja MGMP.
3. Rendahnya perhatian dan kontribusi pemerintah daerah melalui
dinas pendidikan terkait terhadap program dan kegiatan MGMP
masih dirasakan kurang.
94
D. Tanggapan Guru Sejarah Terhadap Fungsi MGMP Sejarah
Kabupaten Rembang
MGMP mempunyai peran yang sangat vital bagi perkembangan
kompetensi guru untuk menjadi guru profesionalisme hal ini dapat dilihat
dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, guru yang tergabung dalam
MGMP sebagian besar menilai MGMP yang diikuti pada saat ini
memberikan kontribusi secara langsung maupun tidak langsung kepada
guru dalam hal peningkatan profesionalisme. Penilain-penilain yang
diberikan guru terhadap MGMP sangatlah bagus meskipun pada faktanya
terdapat beberapa kekurangan dan kendala menyebabkan MGMP yang
seharusnya menjadi wadah yang dapat dijadikan tempat peningkatan
kompetensi guru secara maksimal namun belum begitu bekerja secara
efektif. Melalaui wawancara, maka data yang didapat adalah sebagai
berikut :
Kegiatan pelaksanaan program MGMP yang sudah berjalan hampir
selesai dan kesesuaian antara program yang signifikan sesuai dengan
kebutuhan guru menyebabkan keberadaanya bermanfaat bagi guru, banyak
kegiatan dan informasi yang baru yang didapatkan guru dalam mengikuti
MGMP. Seperti guru dapat memahami dan mengerti silabus dengan
mengikuti rapat yang menjadi program kerja utama MGMP.
Guru yang bukan dari lulusan sejarah mendapatkan ilmu yang
bermanfaat melalui MGMP karena dapat mendapatkan informasi, materi
yang dianggap sulit bagi guru bukan lulusan sejarah seperti materi pra-
95
sejarah, kerajaan hindu-budha dibahas pada pertemuan ini, serta dapat
diperoleh melalui kegiatan studi lapangan situs sejarah (Wawancara
dengan Kasni, Tanggal 7 Mei 2011).
Manfaat mengikuti MGMP juga dirasakan oleh guru yang berasal dari
lulusan sejarah, karena diwadah tersebut guru dapat mendiskusikan
permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan
tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya, guru,
kondisi sekolah, dan lingkungannya; guru juga dapat memperoleh
informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem
pengujian; guru dapat saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil
lokakarya, simposium, seminar, dan diklat (Wawancara dengan Dwi
Hastutik, Tanggal 7 Mei 2011).
Kebijakan lain dari dinas yaitu pemahaman guru terhadap Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang SNP
(Standar Nasional Pendidikan) yang mencangkup delapan lingkup.
Dengan kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah dalam peningkatkan
mutu pendidikan ini, guru dapat memperolehnya dari mengikuti wadah
MGMP. Akan tetapi pertemuan yang jarang dilakukan yang minimal enam
kali dilakukan dalam setahun berkaitan dengan dana RAPBS.
Program pemerintah yang sudah berjalan hingga tahun 2010 ini
berkaitan dengan sertifikat pendidik diperoleh melalui sertifikasi, dan
sertifikasi ini melalui penilaian portofolio. MGMP mempunyai peranan
96
dalam penilaian portofolio tersebut yaitu dalam pengembangan
kompetensi guru serta mendukung guru dalam proses sertifikasi.
97
BAB VPENUTUP
A. Simpulan
Upaya-upaya Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah
dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah di Kabupaten
Rembang, dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa di dalam wadah ini
guru mendapatkan pengetahuan dan ilmu selain dari workshop, seminar,
dan pelatihan dari dinas yaitu:
1. Dalam pemecahan persoalan keseharian mengenai tugas guru mengajar
dan penyiapan bahan ajar apa yang harus dibuat dan diberikan pada
peserta didik. MGMP menjadi sarana yang dapat memerankan fungsi
dan peranannya selama ini secara efektif karena MGMP mempunyai
program kerja yang di buat oleh pengurus secara signifikan dan sesuai
dengan kebutuhan guru. Program tersebut yaitu pembahasan silabus,
pembuatan perangkat KBM, Pembuatan Modul, pembuatan soal
semester, studi lapangan situs sejarah, pembuatan VCD pembelajaran.
2. Kerja sama yang dilakukan oleh MGMP dengan MSI (Masyarakat
Sejarawan Indonesia) komisariat Rembang, menambah wawasan dan
manfaat yang sangat baik bagi anggota MGMP dengan berjalanya
program yang pernah dilaksanakan yaitu Seminar serta rencana
pendirian museum Bahari di Rembang.
3. Sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilain portofolio, MGMP
mempunyai peranan, yaitu MGMP dapat memberikan surat keterangan
98
bagi anggota untuk (PAK) Penetapan Angka Kredit. Selain itu MGMP
juga dapat dimasukan unsur C pada aspek pengalaman berorganisasi
dibidang pendidikan dan sosial.
Kendala-kendala Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
dalam pengembangan kompetensi profesional guru Sejarah di kabupaten
Rembang, dari hasil penelitian maka peneliti menyimpulkan bahwa:
4. Terdapat beberapa etos kerja guru yang bersangkutan memang
rendah, sehingga tidak berniat untuk mengembangkan hasilnya
yang diperoleh melalui kegiatan program kerja MGMP.
5. SMA Swasta yang guru sejarahnya berasal dari bukan lulusan
sejarah menjadi permasalahan terhadap MGMP hal ini dikarenakan
apabila MGMP akan mengadakan rapat dan pembahasan
pelaksanaan program kerja, maka pemberitauan kepada guru
swasta akan kesulitan, padahal dalam pelajaran sejarah, materi serta
evaluasinya disamakan.
6. Kurangnya pengawasan dari KSKO kepada MGMP membuat
kinerja MGMP seolah bekerja sendiri tanpa di perhatikan oleh
dinas serta kurang diberdayakannya eksistensi MGMP oleh para
pemangku kepentingan stakeholder dalam peningkatan mutu
pembelajaran yang akan berdampak positif terhadap peningkatan
proses belajar mengajar di dalam kelas serta peningkatan mutu
pendidikan nasional secara luas.
7. Dana pendukung operasional MGMP yang kurang memadai.
99
Tanggapan guru Sejarah terhadap fungsi MGMP Sejarah
kabupaten Rembang, setelah melakukan penelitian peneliti
menyimpulkan:
1. Bahwa MGMP sangat membantu guru dalam mewujudkan proses
pembelajaran yang dapat mengubah ranah psikologis siswa (guru
melalui rapat MGMP menciptakan ide-ide baru dalam menciptakan
iklim belajar dan pembelajaran yang aman, nyaman, tenang, dan
menyenangkan), yang mampu menumbuhkan semangat, serta motivasi
belajar peserta didik sehingga dapat membentuk kompetensi dan
mengembangkan dirinya secara optimal.
2. Dalam MGMP pula guru dapat memperoleh jalan keluar terkait
permasalahan dengan implementasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).
B. Saran
Permasalahan yang terjadi di lapangan dalam pelaksanaan program
kerja yaitu :
1. Dana selama ini MGMP sudah dapat menanganinya dengan berbagai
cara yang cukup kreatif seperti pembuatan VCD pembelajaran yang
dijual kepada masing-masing sekolah namun untuk pelaksanaan
program masih belum mencukupi. Seharusnya dari pihak dinas selain
memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan, workshop, dan seminar.
Dinas juga memberikan bantuan dalam bentuk dana guna menunjang
keberhasilan program MGMP.
100
2. Seharusnya ada pengawasan yang lebih ketat dari dinas kepada KSKO
sehingga KSKO dapat menjalankan tugasnya sebagai koordinasi yang
baik bagi MGMP Sejarah di Kabupaten Rembang serta penyamaan
perlakuan dari Dinas terkait pada mata pelajaran yang diujiankan
nasionalkan dengan mata pelajaran yang tidak diujian nasionalkan.
3. Program kerja MGMP yang sudah sesuai dengan kebutuhan guru pada
SMA Kabupaten Rembang harus didukung oleh manajemen yang baik,
karena tidak akan berjalan sukses apabila suatu program kurang dalam
manajemennya.
4. Dukungan dari kepala sekolah yang dapat ikut memantau keaktifan
gurunya.
5. Guru yang memiliki etos kerja rendah dapat saling diingatkan oleh
anggota MGMP lain karena sudah kenal lama dan sudah akrab.
101
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Undang-Undang Guru dan Dosen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Anwar. 2007. Profil Baru Guru dan Dosen Indonesia. Jakarta: Pustaka Indonesia.
Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto. 2008. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: CV Yrama Widya.
Danim, Sudarwan. 2002. INOVASI PENDIDIKAN Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Hamalik, Oemar. 2004. PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Kartodirjdo, Sartono. 1990 Fungsi Sejarah Dalam Pembangunan Bangsa, Kesadaran Sejarah, Identitas dan Kepribadian Nasional. Makalah disajikan dalam seminar sejaran nasional V. Semarang 27 Agustus.
Kasmadi, Hartono. 1996. Model-Model dalam Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP Semarang Press.
Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Benteng Pustaka.
Majid, Abdul 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Masrukhan. 2010. Pemberdayaan KKG dan MGMP. Workshop Pengembangan Model Evaluasi Pasca sertifikasi Guru dalam jabatan (SMA/SMK) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010.
Miles,Mattew dan Huberman, A.Michael. 2009. Analisis data kualitatif. Buku sumber tentang metode-metode baru. Penerjemah Tjejep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press.
Moleong, Leky J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
. a. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
102
. b. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2010. Etika Profesi Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama.
Sa’ud, Udin Syaefudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV ALFABETA.
Sholeh, Asrorun Ni’am. 2006. MEMBANGUN PROFESIONALITAS GURU Analisis Kronologis atas lahirnya UU Guru dan Dosen. Jakarta: elSAS Jakarta.
Soetjipto dan Raflis, Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitafif, Kualitatif, R&D. Bandung: (alfabeta)
Suharsini, Arikunto. 2002. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, N. S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Supriyono, Danang. 2009. Pengaruh Kompetensi Guuru Sejarah Dalam Memanfaatkan Sumber Dan Media Belajar Pada Kualitas Pembelajaran Siswa Kelas X Di Sma N Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi.Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNNES.
Sutopo, H. B. 2006. Metodelogi penelitian kualitatif dasar teori dan terapanya dalam penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Tim Penyusun KBBI. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Uno, Hamzah. 2008. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Usman,Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta : DEPDIKBUD.
103
Widodo, Tri. 2009. Praksis Pelaksanaan sejarah kontroversial dan Peran MGMP dalam mengatasi Permasalahan Pembelajaran Sejarah Kontroversial. Makalah disajian dalam seminar nasional di Universitas Sebelas Maret Surakata 28 Mei.
Ysh, Soegeng dan Retnaningdyastuti. 2010. Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Semarang : IKIP
Zulacchah. 2006. Peran MGMP dalam meningkatkan Profesionalisme Guru Sejarah (Studi Kasus pada MGMP Sejarah Kabupaten Kendal). Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Sosial UNNES.
Efendi, Arif. 2009. MGMP Sebuah Wadah Yang Sering Kosong Berisi?. http://re-searchengines.com/art05-14.html, (diunduh pada tanggal 3 Juni 2010, jam 15.09).
Sundiawan, Awan. 2008. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK SKM/SSN http://hartoyo.wordpress.com/category/seminar-articles/seminar-depag-jateng, (diunduh pada tanggal 7 Juni 2011, jam 15. 09 Wib).
Hartoyo. 2009. MENGGAGAS MADRASAH ALIYAH BERTARAF INTERNASIONAL. http://awan965.wordpress.com/2008/11/19/pengertian-dan-karakteristik-skmss, (diunduh pada tanggal 7 Juni 2011, jam 14. 56 Wib)
104
104
105
106
107
108
109
110
111
111
112
113
114
115
116
117
Instrumen PenelitianPedoman Observasi
No Jenis Data yang di Observasi Keterangan1. Keadaan guru
a. Jumlah guru sejarah SMA kab. Rembang
b. Penampilan guru pada saat mengikuti rapat
MGMP Sejarah SMA kab. Rembang
c. Aktivitas guru Sejarah pada saat mengikuti
rapat MGMP Sejarah SMA kab. Rembang
d. Situasi dan Kondisi pada saat rapat MGMP
Sejarah SMA kab. Rembang
2. Interaksi-Sosial
a. Ketua-Pengurus
b. Ketua-Anggota
c. Pengurus-Anggota
d. Pengurus-Pengurus
e. Anggota-Anggota
3. Struktur Organisasi, Keanggotaan, Jenis Kegiatan
dan Pendanaan MGMP Sejarah SMA kab. Rembang
Meliputi :
a. Struktur Organisasi
b. Keanggotaan
c. Jenis Kegiatan
d. Pendanaan
118
Instrumen PenelitianPedoman Wawancara I
Informan/responden dalam penelitian ini adalah Ketua MGMP Sejarah SMA kab.
Rembang
Identitas Informan/Responden
Nama :Jenis Kelamin :Alamat :Pekerjaan :Pertanyaan untuk Ketua MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang:
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang?
2. Apakah Visi-Misi MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang?
3. Apakah tujuan MGMP Sejarah Kab. Rembang?
4. Apakah fungsi MGMP Sejarah kab. Rembang?
5. Bagaimanakah struktur dan keanggotaan organisasi MGMP Sejarah SMA
Kab. Rembang?
6. Bagaimanakah Kegiatan MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang?
7. Bagaimankah pendanaan MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang?
8. Apakah Permasalahan-permasalahan MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru sejarah?
9. Bagaimanakah solusi yang diberikan MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang dalam meningkatkan kompetensi profesionalisme guru sejarah?
119
Instrumen PenelitianPedoman Wawancara II
Informan/responden dalam penelitian adalah guru Sejarah SMA Kab. RembangIdentitas Informan/RespondenNama :Jenis Kelamin :Alamat :Pekerjaan :Pertanyaan untuk guru Sejarah SMA Kab. Rembang :
1. Apakah MGMP berperan membantu guru Sejarah dalam mengatasi
permasalahan yang di hadapi guru di kelas?
2. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam membahas perangkat
pembelajaran?
3. Bagaimanakah solusi yang diberikan MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang
dalam meningkatkan profesionalisme guru sejarah?
4. Bagaimana saran dan kritik Bapak/Ibu guru untuk kemajuan MGMP?
120
Instrumen PenelitianPedoman Wawancara III
Informan/responden dalam penelitian adalah pengurus MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang
Identitas Informan/RespondenNama :Jenis Kelamin :Alamat :Pekerjaan :Pertanyaan untuk guru Sejarah SMA Kab. Rembang:1. Bagaimana kondisi (Kompetensi dan kualitas) guru Sejarah sebelum mengikuti
MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang?
2. Apakah permasalahan-permasalahan MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang
dalam meningkatkan profesionalisme guru Sejarah?
3. Bagaimana solusi MGMP Sejarah SMA Kab. Rembang dalam meningkatkan
kompetensi profesionalisme guru Sejarah?
4. Bagaimana mutu profesi guru Sejarah di Kab. Rembang setelah mengikuti
MGMP Sejarah SMA di Kab. Rembang?
121
Instrumen PenelitianPedoman Wawancara IV
Informan/responden dalam penelitian adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang
Identitas Informan/RespondenNama :Jenis Kelamin :Alamat :Pekerjaan :Pertanyaan untuk anggota Dinas Kab. Rembang :
1. Apakah Dinas pendidikan ikut Campur dalam Program Kerja MGMP?
2. Adakah perbedaan perlakuan terhadap MGMP Mata Pelajaran yang di
UAN-kan dengan MGMP yang tidak di UAN-kan?
3. Pernakah Dinas Pendidikan mengadakan workshop dan pelatihan dengan
peningkatan profesi guru?
122
Instrumen PenelitianPedoman Wawancara V
Informan/ responden dalam penelitian adalah Ketua MGMP IPS SMP Kabupaten Rembang
Identitas Informan/RespondenNama :Jenis Kelamin :Alamat :Pekerjaan :Pertanyaan untuk anggota Dinas Kab. Rembang :
1. Kerjasama yang dilakukan MGMP Sejarah SMA dengan MSI berupa apa
saja?
2. Adakah kegiatan yang berkaitan dengan pengembangkan kompetensi guru
dalam kegiantan MSI?
123
Nomor : - 14 Maret 2011Lamp : 1 Lembar KuesionerHal : Permohonan ijin Pengisian Kuesioner
Yth. Guru Sejarah SMA
Kabupaten Rembang
Dengan hormat,
Bersama ini, saya mohon ijin melaksanaan penelitian untuk menyusun skripsi
sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan Sejarah di UNNES
dengan judul :
“ PERAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) DALAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SEJARAH PADA SMA DI KABUPATEN REMBANG TAHUN AJARAN 2010/2011”
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon agar Bapak/Ibu guru bersedia
mengisi lembar kuesioner pada lampiran yang telah saya sediakan.
Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Nur Mutmainah
NIM.3101407007
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS NEGERI SEMARANGFAKULTAS ILMU SOSIAL (FIS)Kampus Sekaran Gunungpati Gedung C7, Telp./Fax.(024) 8508006, Semarang
124
LEMBAR ANGKET
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah Pertanyaan berikut ini dengan baik dan benar.2. Isilah Pertanyaan di bawah ini dengan singkat.
Pertanyaan :
1. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek Sejarah? (Alasan)
2. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah? (Alasan)
3. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Menguasai materi Sejarah secara luas dan mendalam? (Alasan)
4. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sejarah? (Alasan)
5. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Memahami standar kompetensi mata pelajaran sejarah? (Alasan)
6. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Memahami kompetensi dasar mata pelajaran sejarah? (Alasan)
7. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Memahami tujuan pembelajaran sejarah? (Alasan)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
TTD :
125
8. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik? (Alasan)
9. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Mengolah materi pelajaran sejarah secara kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik? (Alasan)
10. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus? (Alasan)
11. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan? (Alasan)
12. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan? (Alasan)
13. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber? (Alasan)
14. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi? (Alasan)
15. Apakah MGMP berperan membantu guru dalam Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri? (Alasan)
Terima kasih
126
127
FOTO PENELITIAN
A. Studi lapangan situs Sejarah di Musium Plawangan Kragan dan Terjan di Lasem
1) Studi lapangan di Musium Plawangan KraganSumber : Dokumen MGMP Sejarah Kab. Rembang
128
2) Situs Megalithikum di Terjan
3) Seminar dan Napak Tilas Jejak Peninggalan Majapahit di Lasem Rembang Sabtu (15/8/09)
B. Kegiatan MGMP di dalam ruangan
1) Pemanfaatan teknologi LCD dalam rapat MGMP
129
2) Pembagian kelompok dalam pembuatan soal semesteran
C. Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi berperan pasif
2) Wawancara
Wawancara Kepada Pengurus MGMP
Wawancara kepada guru Sejarah (Kasni, S.Pd) yang bukan dari lulusan Sejarah
130
Wawancara kepada guru Sejarah anggota MGMP