PERAN MAJELIS TAKLIM AR-RIDHO TERHADAP PERUBAHAN...
Transcript of PERAN MAJELIS TAKLIM AR-RIDHO TERHADAP PERUBAHAN...
PERAN MAJELIS TAKLIM AR-RIDHO TERHADAP
PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL DI KAMPUNG KARANG
MULYA KELURAHAN KARANG MULYA KECAMATAN
KARANG TENGAH KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ABDUL KAHFI
1112015000079
PROGRAM STUDI TIDRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LE■lBAR PLNGLsAttAλ ttOSE卜 PじシlBl絆13量RCi
PERAN MAJELIS TAKLI]鞭 AR―RIDHO TERllADAP PERUBAIHAN
IEttJttlfPAN SOSIA■ iD‡ X,ミ爆pliヽ C KARANGヽ :liモ.YA KttLじ RAttAヽ
誰ARAttC Mヒ:LYA KECAttA`TAN KARARG■ .E卜もAtt KO.1:A
TANGERANG
Sk五psi
∋illu証娘 KCpa也2 Fa競聾tas ttlll駐.I熟
島lya■ dan Kcttll‐ tlall
暮11軸k Mclnttlllli Sy慰・anfetllpel・olch Gel征 Sattana PCndidik(独
01cll i
Aita穫磯Kam重
NIⅣl l ll12015000079
iヽcngcsallkani
PttniDiIIlじ ittg Skripsi]
『RじむRAl・lS'l■ iD重 1'ADRIS[LMl,PERむ ETAHtiA卜 SOSIA重″
FAKULTAS ILj■ liU TARBIYAH DAN KEGIIRUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAII
t]AKAltIA
2019
NコP,196709092007011033 NIP。 198403122015031002
[」爾 il「LR PEttl]ヾ YAttFFLFL]ヾ UJtt REEIヒ E]嗜 S二
Selumh reおrensi yang ttgunよ翻l dalan pendittm yttg bttudlll Pengar職 1
ξ奪職 塗 打lajttis ia油聾 A「_ktthO■ ‐eI圭轟Cap FerubaLan kelli感 磯pan Sosiai撥 』
Kampttrlg KaFang ⅣIulya Kclurahall Karang lィ Iulya Kecalnatall Karattg
'rengah]KOta Tangerang yang disust111 01Cll:
H難 駐
NIM
Jlll■lsall
]懇羅轟
11曇墾頓 墾幾窪
:1112015000079
:Pclldidikall lhじ Pellgetallllan Sosial
i憩黒通Tttiy墨 懇 臨 曇軸
Tel滅畿dittikebettralttyaolehDoscllPeJnbimbittgpadatallgga129Ⅳ larct2019
」曇避雲乳 3尋 建警籍裟聖争量参
Yang menguji"
Pttl議 121慾ま最3貫
||L
NIP。 196709092007011033 NilP.198403122015031002
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi bettudul “Peran ⅣIajelis Taklim Ar― Ridho Terhadap PerubahanKehidupan Sosial di Kampung Karang MIIlya Kelurahan Karang M[ulyaKecamatan ttrang Tel電 ah Kota Tangerang''disusun olch Abdul tthニ■lIM.H12015000079,Program Sttldi IPS prodi Sosiologi,dittllkan kepadaFakultas IImu Tarbiyah dan Kcguruall LIIN SyaHf Hidayatdhh Jakana dall tclah
dinyatakan lulus dalam uian IMllllaqasah ptta tangga1 23 Ap● 1 2019 dihadapandewan peコg」i.Karena itu,pellulis berllak memperoleh gelar Sttana Pendidikan
(S.Pd)dalalll bidallg Pcndidikan IPS.
Jakarta,26 Ap五 12019
Pallitt LTitt MIIlaq面
1`anggal Tanda Tangan
Ketua Panitia(Ketua」 urusarrograFn Sttldi)
DL Iwan P“ P/a曇れ ]狐.PdblIP.197304242008011012
Sekretaris(SekFetaris JuFuSttrFOgFaln Stdi)
Drs.Svari●u1loh,M.SiNIP.196709092007011033
Pen劉lI
D■ Iwan PIIrwanton M.Pd理 _19730424200801 1012
Pen劉りlⅡ
Neng Sri Nuraent M.PdhTIP.2005058801
Mengctahr"ri.
プ
akultas Ilntu Tarbiyirh dan Kegtrruan
03191998032001
鑽 ::
KEPIIENTERIAN AGALIAUIN JAKARTAFITKυ17/Hノ ,αη′を訪 9,C´
“″′ノ5イノ2′ηdοη
“′α
FORVI(FD
No.Dokumcn : FITK― FLAKD‐ 089
Tgl. Terbit : I Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tan
Nama
TempaUTgl.Lahir
NIM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
gan di balval■ ini,
Abdul Kahi
Tangcrang,17」 uni 1992
1112015000079
Pendidikan IPS/Sosiologi
Pcrall MtteliS Taklim Ar¨ Ridho Terlladap Peruballan Kehidupan
Sosial di Kampung Karang Mulya Kelurahan Karang MulyaKecamatan Karang Tengah Kota Tangerang
Dosen Pttbimbing :1.Drso Syanpulloh,M.Si
2.AndH Noor Ardiansyah,NI.Si
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya
bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah"
Jakarla, 26 Maret 2019Penulis
Abdul Kahfl
NIM.1112015000079
i
ABSTRAK
Abdul Kahfi ( 1112015000079) Peran Majelis Taklim Ar-Ridho Terhadap
Perubahan Kehidupan Sosial di Kampung karang Mulya Kelurahan
Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang. Skripsi
Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universutai Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penelitian ini menggambarkan peran Majelis Taklim Ar-Ridho terhadap
kehidupan sosial masyarakat di kampung karang mulya. Majelis Taklim
merupakan lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum
tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jamaah yang
relative banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan
yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan
manusia dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina
masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. Pembinaan Agama Islam bagi
ibu-ibu di Majelis Taklim Ar-Ridho di Kampung Karang Mulya Kelurahan
Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembinaan agama Islam bagi ibu-ibu
di Majelis Taklim Ar-Ridho
Jenis penelitian kualitatif, Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara purposive sampling sebanyak 15. Metode yang digunakan adalah
kualitatif dengan sumber data sebagai berikut: Data Primer, Data Sekunder.
Lokasi Penelitian Kampung Karang Mulya Kel. Karang Mulya, Kec. Karang
Tengah, Kota Tangerang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
Observasi, Wawancara dan dokumentasi, dan dilakukan analisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan tahap; Pengumpulan
data, pengolahan data, analisis data.
Hasil enelitian adalah; Keberadaan Majelis Taklim Ar-Ridho di Kampung
Karang Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah memainkan
peran yang cukup signifikan. Hal itu dapat di cermati dalam berbagai aspek serta
orientasi Majelis Taklim tersebut. Adapun yang menjadi arah orientasi Majelis
Taklim Ar-Ridho seperti: sebagai tempat membina dan mengembangkan ilmu
serta keyakinan agama, sebagai ruang silaturahmi dan kontak sosial, Peran dari
mejelis taklim Ar-Ridho berbagai media perubahan dalam masyarakat. Adapun
yang bentuk-bentuk perubahan yang terjadi meliputi: perubahan pola pikir,
perubahan cara berpakaian, perubahan sikap dalam proses interaksi sosial, adanya
rasa solidaritas antar masyarakat dalam membantu orang-orang yang kurang
mampu, terjalinnya silaturahmi sesama masyarakat,
Kata Kunci : Peran, Majelis Taklim Ar-Ridho, Kehidupan Sosial
ii
ABSTRACT
Abdul Kahfi (1112015000079) Role of Majelis Taklim Ar-Ridho on Social
Life in Karang Mulya Village, Karang Mulya Village, Karang Tengah
District, Tangerang City. Thesis Department of Social Sciences Education
Sociology Study Program at the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training
State Islamic University of Islamic State Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research describes the role of Majelis Taklim Ar-Ridho on the social life of
the community in the kampung kampung mulya. Majelis Taklim is an Islamic non-
formal educational institution that has its own curriculum, is held regularly and
regularly, followed by relatively many worshipers, and aims to foster and develop
polite and harmonious relations between humans and Allah, between humans and
humans and between humans and its environment, in order to foster a people who
fear God. The development of Islamic Religion for mothers in the Majelis Taklim
Ar-Ridho in Karang Mulya Village, Karang Mulya Sub-District, Karang Tengah
Sub-District, Tangerang City is a study that aims to find out how to foster Islamic
religion for mothers in Majelis Taklim Ar-Ridho.
Type of qualitative research, Determination of informants in this study was
carried out by purposive sampling as many as 15. The method used is qualitative
data sources as follows: Primary Data, Secondary Data. Research Location of
Karang Mulya Village Kel. Karang Mulya, Kec. Karang Tengah, Tangerang City.
Data collection techniques were carried out by means of observation, interviews
and documentation, and carried out analysis using qualitative descriptive analysis
techniques with stage : Data collection, data processing, data analysis.
The results of the study are; The existence of Majelis Taklim Ar-Ridho in Karang
Mulya Village, Karang Mulya Sub-District, Karang Tengah District plays a
significant role. This can be observed in various aspects and orientation of the
Taklim Assembly. As for the orientation of the Majelis Taklim Ar-Ridho, such as:
as a place to foster and develop religious knowledge and beliefs, as a space for
friendship and social contact. The role of the Taklim Ar-Ridho panel of various
media changes in society. As for the forms of change that occur include: changes
in mindset, changes in how to dress, changes in attitudes in the process of social
interaction, the sense of solidarity between people in helping people who are less
fortunate, the establishment of friendship among the community,
Keywords: Role, Assembly Taklim Ar-Ridho, Social Life
iii
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim
Dengan segala kerendahan dan keihklasan hati penulis mengucapkan
Alhamdulillahirobbil`alamin. Segala puji hanyalah milik Allah SWT, pencipta
semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, para sahabat dan para
siapa saja yang mengikuti sunnah-sunnah beliau sampai akhir zaman. Dengan izin
Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul, “Peran majelis
Taklim Ar-Ridho Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial di Kampung Karang
Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat yang ditetapkan
dalam rangka mengakhiri studi pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
bSelanjutnya, penulis menyadari bahwa kehadiran skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih yang tak
terhingga layak penulis sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu Ibu
Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc. Ma.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yaitu Ibu Dr. Sururin, M.Ag.
3. Ketua Program Studi Tidris Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu Bapak Dr.
Iwan Purwanto, M.Pd.
4. Sekretariat Program Studi Tidris Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Sekaligus Dosen Pembimbing
skripsi, yakni Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si.
iv
5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membimbing dan selalu memberikan arahan juga nasehat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen, Staff dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya seluruh
Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah
memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama pelaksanaan
studi.
7. Seluruh Staff Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan kemudahan untuk meminjam berbagai
referensi yang dibutuhkan oleh penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Kedua Orang Tuaku tercinta dan terkasih yang tak pernah lelah
memotivasi, baik moril ataupun materil.Serta senantiasa mendoakan tanpa
putus dalam perjuangan menyelesaikan studi.
9. Kakak-kakakku tersayang, Ahmad Junawan, Ahmad Saputra, dan Rosita
yang tidak pernah menyerah untuk penulis dalam membimbing dan
mendukung penyelesaian studi.
10. Teman seperjuangan Abidillah Syawaluddin, Skripsi ini adalah
representasi kita bersama.
11. Semua pihak yang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Jakarta, 22 April 2019
Penulis,
Abdul Kahfi
v
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACK ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 6
A. Hakikat Peran ................................................................................. 6
1. Pengertian Peran ............................................................................ 6
B. Fungsi Agama Terhadap Kehidupan .............................................. 8
C. Pendidikan Keimanan Dalam Islam ............................................... 12
D. Majelis Taklim ............................................................................... 13
1. Pengertian Majelis Taklim ....................................................... 13
2. Fungsi dan tujuan Majelis Taklim ........................................... 16
3. Peranan Majelis Taklim ........................................................... 18
4. Macam-Macam Majelis Taklim ............................................... 20
5. Metode Yang digunakan Majelis Taklim ................................. 22
E. Agama pendorong Perubahan Sosial ............................................. 26
F. Kerangka Berpikir .......................................................................... 29
G. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 32
vi
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 33
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 33
B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 34
C. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian ................................................... 34
D. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 35
E. Instrument Penelitian ..................................................................... 37
F. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 37
G. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 38
H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 41
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 41
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 42
2. Profil Informan ......................................................................... 44
3. Gambaran Majelis Taklim Ar-Ridho ....................................... 48
4. Peran Majelis Taklim Ar-Ridho ............................................... 60
B. Pembahasan .................................................................................... 67
1. Gambaran Keberadaan Majelis Taklim Ar-Ridho ................... 67
2. Peran Majelis Taklim Ar-Ridho ............................................... 69
BAB V KESIMPULAN , IMPLIKASI DAN SARAN ................................ 72
A. Kesimpulan .................................................................................... 72
B. Implikasi ......................................................................................... 73
C. Saran ............................................................................................... 73
DAFTRA PUSTAKA ..................................................................................... 74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dilihat dari stuktur organisasinya, Majelis taklim termasuk
organisasi pendidikan non-formal namun mempunyai sumbangsih yang
sangat besar. Majelis Taklim adalah salah satu lembaga pendidikan
non- formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya serta mewujudkan
rahmat bagi alam semesta.
Pembinaan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,
penghayatan, pemahaman, dan pengalaman ajaran Islam dari anggota
pengajian, serta membentuk pribadi yang sholeh dan meningkatkan
kehidupan sosial manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang sangat
efektif dan aman. Berbicara pendidikan keluarga berarti berbicara tentang
perempuan sebagai ibu. Perempuan (ibu) adalah pendidik Bangsa.
Untuk mengembalikan nilai kerakyatan dan kemanusiaan, proses
pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peran ibu. Apabila perempuan
terdidik dengan baik niscaya pemerataan pendidikan telah mencapai
sasaran sebab ibu adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.
Minim sekali orang yang terlepas dari jangkauan ibunya. Ibu adalah
pendidik sekaligus sekolah bagi rakyat yang mau mengajar tanpa
mengenal lelah.
Majelis taklim merupakan pendidikan tertua dalam Islam, yang
dimulai sejak Rasululloh Saw mengadakan kegiatan kajian dan pengajian
di rumah Arqam bin Abil Arqam (Baitul Arqam).1 Dari sejarah
kelahirannya, Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua
dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman Rasulullah saw.
1 Musthaa as-siba’i Sirah Nabawiah Pelajaran Dari Kehidupan Nabi ( Solo: Era Adicitra
Intermedia, 2011), h.38
2
Sekalipun tidak disebut dengan Majelis taklim. Rasulullah SAW.
menyelengarakan sistem taklim secara periodik di rumah sahabat Arqam
di Mekah di mana pesertanya tidak dibatasi oleh usia dan jenis kelamin. Di
kalangan anak-anak pada zaman Nabi juga dikembangkan kelompok
pengajian khusus yang disebut al-kuttab, mengajarkan baca Al-Quran,
yang pada masa selanjutnya menjadi semacam pendidikan formal untuk
kanak-kanak.
Pada periode Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata
dalam masyarakat, penyelengaraan pengajian lebih pesat. Rasulullah
SAW duduk di Masjid Nabawi memberikan pengajian kepada sahabat
dan kaum muslimin ketika itu. Dengan cara tersebut Nabi SAW telah
berhasil menyiarkan Islam, dan sekaligus berhasil membentuk karakter dan
ketaatan umat. Nabi saw juga berhasil membina para pejuang Islam yang
tidak saja gagah perkasa di medan perjuangan bersenjata membela dan
menegakkan Islam, tetapi juga terampil dalam mengatur pemerintahan dan
membina kehidupan masyarakat.2 Pengajian yang telah dilakukan oleh
Rasulullah SAW tersebut dilanjutkan oleh para sahabat, tabi’ al-tabi’in
dan sampai sekarang berkembang dengan nama Majelis taklim, yaitu
pengajian yang diasuh dan dibina oleh tokoh agama atau ulama.
Pada masa puncak kejayaan Islam, terutama di saat Bani Abbas
berkuasa, Majelis taklim, di samping dipergunakan sebagai tempat
menimba ilmu juga menjadi tempat para ulama dan pemikir
menyebarluaskan hasil penemuan atau ijtihadnya. Barangkali tidak salah
bila dikatakan bahwa para ilmuan Islam dalam berbagai disiplin ilmu
ketika itu merupakan produk dari Majelis taklim.
Sementara di Indonesia, terutama di saat-saat penyiaran Islam oleh
para wali yang dahulu, juga mempergunakan Majelis taklim untuk
menyampaikan dakwah. Dengan demikian, Majelis taklim juga merupakan
lembaga pendidikan yang sudah cukup tua di Indonesia. Barulah
kemudian seiring dengan perkembangan ilmu dan pemikiran dalam
2 Hasil Wawancara Penulis dengan Ketua Majlis taklim Ar-Ridho
3
mengatur pendidikan, di samping Majelis taklim yang bersifat non-formal,
tumbuh lembaga pendidikan yang formal, seperti pesantren, madrasah,
dan sekolah. Jadi, menurut pengalaman historis, sistem Majelis taklim
telah berlangsung sejak awal penyebaran Islam di Saudi Arabia, kemudian
menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam di Asia, Afrika, dan Indonesia
pada khususnya sampai sekarang.
Berbagai kegiatan Majelis taklim yang telah dilakukan merupakan
proses pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai agama
sehingga perempuan mampu merefleksikan tatanan normatif yang mereka
pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari. Majelis taklim adalah wadah
pembentukan jiwa dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai
stabilitator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam. Maka
sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami mendapat
perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan
yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental
spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin
mengglobal dan maju.
Perempuan berperan penting dalam pembentukan karakter anak
dengan memberikan pendidikan yang baik untuk perempuan itu berarti
memberi peluang besar menjadikan generasi penerus bangsa yang kuat
secara fisik dan amanah secara psikis. Majelis taklim merupakan salah satu
wadah yang anggotanya mayoritas perempuan mencari ilmu,
mengembangkan daya kreatif bakat seni, yang ada pada dirinya,
bersilaturahmi, dan berdzikir bersama.
Berdasar pada uraian di atas, penulis terpanggil untuk meneliti
kegiatan Majelis Taklim ini dengan judul: “Peran Majelis Taklim Ar-
Ridho Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial di Kampung Karang
Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah Kota
Tangerang”.
4
B. Identifikasi Masalah
Kampung Karang Mulya yang terletak berdekatan dengan ibu kota
DKI jakarta tentu saja mempunyai berbagai persoalan sosial, minimnya
ilmu pengetahuan bisa memperburuk kondisi masayarakat di lingkungan
tersebut, penulis melihat Majelis taklim memiliki peran yang cukup
penting dalam pembentukan karakter masyarakat. Penulis melihat
perlunya mengkaji lebih dalam bagaimana sesungguhnya peran Majelis
taklim dalam mengawal kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai
berkehidupan sosial bagi masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini fokus pada Majelis taklim Ar-Ridho, yang terletak di
Kampung Karang Mulya RT 002 RW 07 Kelurahan Karang Mulya
Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang. dimana Majelis Taklim Ar-
Ridho merupakan salah satu lembaga pendidikan non-formal khusus untuk
kaum perempuan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, penulis
mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran keberadaan Majelis Taklim Ar-Ridho
di Kelurahan Karang Mulya , Kecamatan Karang Tengah Kota
Tangerang?
2. Bagaimana peran Majelis Taklim Ar-Ridho terhadap
perubahan kehidupan sosial di Kampung Karang Mulya
Kelurahan Karang tengah Kota Tangerang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran keberadaan Majelis Taklim Ar-Ridho
Kelurahan Karang Mulya, Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang.
5
2. Untuk mengetahui gambaran perubahan kehidupan sosial masyarakat
di Kampung Karang Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan
Karang Tengah Kota Tangerang setelah bergabung dengan Majelis
taklim Ar-Ridho.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara Umum
a. Manfaat penelitian dalam bidang ilmu, hasil penelitian ini di
harapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan keberadaan Majelis Taklim.
b. Untuk pengembangan penelitian lanjutan atau mungkin dapat di
jadikan sebagai referensi pada penelitian sejenis.
2. Secara Khusus
a. Bagi pengurus Majelis Taklim Ar-Ridho dapat mengembangkan
kegiatan ibu-ibu dalam bidang kegiatan sosial keagamaan pada
masyarakat di Kampung Karang Mulya Kelurahan Karang Mulya
Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang.
b. Bagi anggota Majelis taklim dapat menambah pengetahuan
keagamaan dan keterampilan melalui kegiatan Majelis taklim.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Peran
Dalam perkembangan ilmu susatu istilah tidak terlepas dari aspek
yang ditinjau. Mengenai istilah peran dalam perkembanannya memiliki
aspek tinjauannya. Adapun berbagai tinjauan tentang peran adalah sebagai
berikut.
1. Pengertian Peran
Menurut Abu Ahmadi, peran adalah kompleks pengharapan
manusia terhadap cara individu harus bersikap dan berbuat dalam
situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial. Sedangkan dalam
kamus bahasa Indonesia peran adalah suatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya peristiwa.1
Sedangkan menurut Viethzal Rivai dan Sylviana Murni peran
dapat diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari
seseorang dalam posisi tertentu.
Peran lebih menunjukan pada fungsi penyesuaian diri dan
sebagai sebuah proses. Peran yang dimiliki oleh seseorang mencakup
tiga hal antara lain:
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan
posisi seseorang di dalam masyarakat. Jadi, peran di sini
bisa berarti peraturan yang membimbing seseorang dalam
masyarakat.
b. Peran adalah sesuatu yang dilakukan seseorang dalam
masyarakat.
c. Peran juga merupakan perilaku seseorang yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
1 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya: Amelia, 2003), h. 735
7
Pendekatan fungsional menganggap masyarakat terintegrasi
atas dasar kata sepakat anggota-anggotanya akan nilai-nilai
kemasyarakatan tertentu. General agreements ini memiliki daya yang
mampu mengatasi perbedaan- perbedaan pendapat dan kepentingan
di antara para anggota masyarakat. Masyarakat sebagai suatu sistem
sosial, secara fungsional terintegrasi ke dalam suatu bentuk
equilibrium2.
Dari uraian di atas terlihat bahwa suatau pranata atau
institusi tertentu dapat fungsional bagi suatu unit sosial tertentu dan
sebaliknya disfungsional bagi unit sosial yang lain. Robert K. Merton
membedakannya atas fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi
manifest adalah fungsi yang diharapkan (intended). Sedangkan fungsi
laten adalah sebaliknya yakni fungsi yang tidak diharapkan.3 Veeger
menjelaskan bahwa tiap sistem sosial terdiri dari pola-pola perilaku
tertentu. Perilaku ini merupakan suatu struktur dalam dua arti.Pertama,
relasi-relasi sendiri antara orang bersifat agak mantap dan tidak
cepat berubah; kedua, mereka mempuyai corak atau bentuk yang
relatif tetap.4
Parson dalam menginventarisasikan kategori-kategori yang
harus dipakai untuk analisis sistem-sistem sosial, pengelompokan
mereka dan perbandingan mereka satu sama lain. Kategori-kategori
itu mengambarkan ciri-ciri pokok relasi-relasi dalam proses interaksi.
Ciri-ciri itu diklasifikasikan dalam lima bentuk masing-masing
bertentangan satu terhadap yang lain. kelima klasifikasi itu menurut
Parson sebagai berikut:
a. Perasaan (affectivity) atau netral perasaan (affectivity neutrality);
2 Nasikun.Sistem Sosial Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012) h. 37
3 George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. (Jakarta: Rajawali
Pres. 2011) h. 22 4 Veeger. Realitas Sosial (refleksi filsafat sosial atas hubungan individu-masyarakat
dalam cakrawala sejarah sosiologi).(Jakarta: PT Gramedia. 1986) h. 202
8
b. Arah diri (self-orientation) atau arah kolektifitas (collectivity
orientation).
c. Partikularisme atau universalisme.
d. Status bawaan atau status perolehan sendiri yang perlu
diperhitungkan.
e. Campur-baur (diffuseness) atau tertentu (specificity).5
Selain mengklasifikasikan ciri-ciri struktural yang membeda-
bedakan sistem sosial satu dengan yang lain, Parson juga
merumuskan empat prasyarat fungsional yang harus dicukupi oleh
setiap masyrakat., kelompok atau organisasi. Kalau tidak, setiap
sistem sosial tidak akan dapat bertahan dan mesti berakhir. Tiap-tiap
sistem sosial, mulai dari Negara sampai dengan keluarga pasti
mengahadapi empat masalah yang perlu ditanggulangi untuk terus
mempertahankan eksistensisnya dan kesemimbangannya. Keempat
prasyrat itu ialah:
a. Adaptasi.
b. Kemungkinan mencapai tujuan.
c. Intergarasi anggota-anggotanya, dan
d. Kempuan mempertahankan indentitasnya terhadap kegoncangan
dan ketegangan yang timbul dari dalam.
Durkheim juga menekankan bahwa masyarakat lebih daripada
sekedar jumlah dari seluruh bagiannya. Durkheim meneliti
bagaimana tatanan sosial dipertahankan dalam berbagai bentuk
masyarakat ia memusatkan perhatian pada pembagian kerja dan
meneliti bagaimana hal itu berbeda dalam masyarakat tradisional dan
masyarakat modern. Durkheim berpendapat bahwa masyarakat-
masyrakat tradisional bersifat mekanis dan dipersatukan oleh setiap
orang lebih kurang sama dan karenannya mempuyai banyak
kesamaan di antara sesamannya.
5 Ibid h. 207
9
Dalam masyarakat tradisional, menurut Durkheim kesadaran
kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran individual, norma- norma
sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi. Sedangkan, dalam
masyakat modern, pembagian kerja yang sangat kompleks
menghasilkan solidaritas organik. Spesialisasi yang berbeda-beda
dalam bidang pekerjaan dan peran sosial menciptakan ketergantungan
yang mengikat orang kepada sesamanya, kerena mereka tidak lagi
dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri.6
B. Fungsi Agama Terhadap Kehidupan Sosial
Sudah menjadi fitrah manusia secara naluriah merindukan Tuhan
pencipta alam semesta. Menurut Hendro Puspito fungsi agama dalam
masyarakat itu adalah edukatif, penyelamat, pengawasan sosial, memupuk
persaudaraan, dan transformatif.7 Agama memiliki peranan yang sangat
penting dalam kehidupan manusia dan masyarakat, karena agama
memberikan sebuah sistem nilai yang memiliki derivasi pada norma-
norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan dan pembenaran dalam
mengatur pola perilaku manusia, baik di level individu atau pula di
masyarakat.
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu
pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan
(integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau pengaruh yang
bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor). Pembahasan
tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama
sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.
pengaruh yang bersifat integratif bagi masyarakat berarti peran Agama
dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota
beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban- kewajiban sosial yang
membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang
mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh
6 Beilharz, Peter. Teori-Teori Sosial. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005) h. 101.
7 Hendropuspito, D. Sosiologi Agama. (Yogyakarta: Kanisius. 1983) h. 70.
10
kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat. meskipun agama memiliki peranan
sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara
eksistensi suatu masyarakat. pada saat yang sama agama juga dapat
memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan,
memecah-belah, bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal
ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam mengikat
kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.
Berikut ini fungsi-fungsi dari agama:
a. Agama merupakan sumber moral Manusia
Manusia sangatlah memerlukan akhlak atau moral, karena moral
sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang
membedakan manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada
hakekatnya adalah binatang dan manusia yang membinatang ini
sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada
binatang buas sendiri.
Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu, sebab ilmu
adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong
manusia kepada kebiadapan”. Itulah sebabnya ditegaskan oleh
Rasulullah Saw, ”Orang mukmin yang paling sempurna imannya
ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat Tirmizi).8
b. Agama merupakan petunjuk kebenaran
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa yang
bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi
tanda tanya besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa
kebenaran itu, dan dimana dapat diperoleh manusia dengan akal,
dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin mengetahui dan
mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain juga
8 Hussein Bahreisy. Himpunan Hadits Pilihan, Hadts Shahih Bukhhari. (Surabaya: Al
Ikhlas. 1980) h. 10
11
untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah
kebenaran.
Menurut Bertrand Rossel seorang Filsuf Inggris termasyur juga
berkata “apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu
pengetahuan, ialah menentukan kebajikan (haq dan bathil). Segala
sesuatu yang berkenaan dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya
“Sesungguhnya telah kami turunkan al-Kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian hukum di antara
manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah
kepadamu” .
c. Agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika
Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal adalah
sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa
dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang hakekat
dari soal-soal yang berkaitan dengan keesaan Tuhan, atau hidup
sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal lain yang luar
lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan timbangan
tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa
timbangannya itu sendiri yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal
mempunyai batas-batas yang membatasinya.9 Berhubungan dengan itu
persoalan yang menyangkut metafisika masih gelap bagi manusia dan
belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya tentang itu tidak
terjawab oleh akal.
d. Agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala
suka maupun di kala duka.
Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi
kadang- kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi
juga bukan neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan
9 Shaleh, Abdul, Rahman. Pendidikan Agama dan Pembangunan Untuk Bangsa.
( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2005) h. 360-460
12
yang ada, dan jika dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang
terjadi. Kenyataan yang menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah
rangkaian dari suka dan duka yang silih berganti kepadamu” (An-
Nisa:105)10
C. Pendidikan Keimanan dalam Islam
Secara istilah syar’i, keimanan adalah mempercayai dan menjadikan
Allah sebagai satu-satunya yang benar dengan segala keistimewaannya.
Dari makna ini sesungguhnya dapat di pahami bahwa banyak hal yang
dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa menyembah malaikat,
menyembah Nabi, menyembah orang-orang shalih, atau bahkan
menyembah makhluk Allah yang lain. Namun orang yang bertauhid hanya
menjadikan Allah satu-satunya sesembahan saja.11
Adapun Pendidikan keimanan dalam Islam dapat diaktualisasikan
dalam bentuk dan prilaku yang menyangkut eksistensi manusia dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain:
1. Solat lima waktu dengan khusyuk. Sholat yang khusuk adalah sholat
yang menghadirkan jiwa dan pikiran serta menundukan seluruh jiwa
raga di hadapan Allah SWT di samping semaksimal mungkin
memenuhi rukun, wajib, dan syarat shalat yang benar dan baik dengan
merasa bahwa kita sedang melihat serta merasakan Allah SWT, Atau
sekurang-kurangnya kalau Allah SWT sedang melihat kita.
2. Menjaga dari sifat yang dapat melalaikan. Banyak hal yang dapat
melalaikan kita dari mengingat dan melaksanakan apa yang menjadi
kewajiban bagi kita sebagai umat Islam teapi ingat jangan sampai hal
yang membuat lalai tersebut benar-benar membuat kita lupa terhadap
kewajiban kita sebagai hamba kepada Allah SWT.12
10
Hussein Bahreisy. Himpunan Hadits Pilihan, Hadts Shahih Bukhhari. Surabaya: Al-
Ikhlas. 1980 11
Syaikh Muhammad bin shalih Al Utsmain, sifat-sifat Allah dalam pandangan Ibnu
Taimiyah, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005, hal. 41 12
Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1994, cet. Ke-2,
hal,70.
13
3. Membayar zakat. Pada poin ketiga ini, Allah menjadikan ciri bagi orang
mukmin yang bahagia itu adalah yang membayar Zakat. Zakat juga
merupakan hablum minallah, dimana Allah SWT akan menjadikan
tamu agung bagi setiap orang yang berzakat dan bersedekah.13
4. Menjaga kemaluan. Menjaga kemaluan adalah hal yang wajib bagi
setiap umat muslim dan haram hukumnya melakukan Zina. Sebab tidak
hanya berbahaya bagi moral, tetapi juga bagi kemajuan kesejahteraan
suatu masyarakat. Zina adalah suatu dosa besar yang akan melahirkan
dosa-dosa besar lainnya. Seperti: korupsi, perampokan, pembunuhan,
perjudian, serta ada yang tidak kalah merugikannya ajalah hancurnya
masa depan generasi penerus. Alhamdulillah Negara Republik
Indonesia sudah mensahkan Undang-Undang tentang anti pornograpi.
Ini merupakan suatu kemajjuan yang besar yang perlu kita dukung
bersama, tidak hanya dalam bentuk tataran legal dan perangkat hukum
tetapi juga harus di dukung tataran sosialisasi aplikasinya yang merata
di tengah masyarakat. Hal ini tentu mustahildapat terwujud tanpa kita
memulainya dari diri kita dan keluarga terdekat.14
D. Majelis Taklim
1. Pengertian Majelis Taklim
Dari segi etimologis perkataan “Majelis Taklim” berasal dari
bahasa Arab, yang terdiri atas dua kata, yaitu Majelis dan Taklim.
Majelis artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan dan Taklim
diartikan pengajaran. Dengan demikian, secara bahasa “Majelis
Taklim” adalah tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian
agama Islam.15
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian
Majelis adalah Lembaga (Organisasi) sebagai wadah pengajian dan
kata Majelis dalam kalangan ulama’ adalah lembaga masyarakat
13
Ibid, Hal, 77 14
Asmaran AS, Op. Cit, hah. 79 15
Ahmad Warson Munawwir. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia. (Jakarta: Grafiti
Press. 1990), h. 202
14
non pemerintah yang terdiri atas para ulama’ Islam.16
Dari
pengertian ini dapat dikatakan bahwa semua lembaga yang
melakasanakan kegiatan-kegiatan keagamaan atau sidang pengajian
baik yang bertempat di Masjid maupun yang lainnya, maka
lembaga (organisasi) tersebut dalam kategori pengertian Majelis
taklim.
Adapun pengertian Majelis taklim menurut istilah,
sebagaimana yang dirumuskan pada musyawarah Majelis taklim se-
DKI Jakarta tahun 1980 adalah: lembaga pendidikan non-formal Islam
yang memiliki kurikulum sendiri, diselenggarakan secara berkala dan
teratur,dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan
untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan
serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia dengan
sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam
rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.17
Berdasarkan pengertian di atas, tampak bahwa
penyelenggaraan Majelis Taklim berbeda dengan penyelenggaraan
pendidikan Islam lainnya, seperti pesantren dan madrasah, baik
menyangkut sistem, materi, maupun tujuannya. Pada Majelis
taklim ada hal-hal yang cukup membedakan dengan yang lainnya,
yaitu:
a. Majelis taklim adalah lembaga pendidikan Islam non-formal.
b. Waktu belajarnya berkala tapi teratur, tidak setiap kali
sebagaimana halnya sekolah atau madrasah.
c. Pengikut atau pesertanya disebut jama’ah (orang banyak)
pelajar atau santri. Hal ini didasarkan kepada kehadiran di
Majelis taklim tidak merupakan kewajiban sebagaimana
kewajiban murid menghadiri sekolah atau madrasah.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 2008) h. 895 17
Nurul Huda,dkk. Pedoman Majlis Taklim. ( Jakarta: Proyek Penerangan Bimbingan
d a n D a k w a h Agama Islam Pusat. 1984), h.120
15
d. Tujuannya yaitu memasyarakatkan Agama Islam.18
Dari sejarah kelahirannya, Majelis taklim merupakan lembaga
pendidikan tertua dalam Islam, sebab sudah dilaksanakan sejak zaman
Rasulullah SAW meskipun tidak disebut dengan Majelis Taklim.
Namun, pengajian Nabi Muhammad SAW yang berlangsung secara
sembunyi- sembunyi di rumah Arqam bin Abil Arqam RA. di zaman
Rasul atau periode Makkah dapat dianggap sebagai Majelis taklim
dalam konteks pengertian sekarang. Kemudian setelah adanya
perintah Allah SWT untuk menyiarkan Islam secara terang-terangan,
pengajian seperti itu segera berkembang di tempat-tempat lain yang
diselenggarakan secara terbuka dan tidak sembunyi-sembunyi lagi.19
Sedangkan di masa kejayaan Islam, Majelis Taklim di samping
dipergunakan sebagai tempat menuntut ilmu juga menjadi tempat
ulama dan pemikir menyebarluaskan hasil penemuannya atau ijtihad-
nya, dapat dimungkinkan bahwa para ilmuwan Islam dari berbagai
disiplin ilmu ketika itu menempatkan produknya pada Majelis
taklim. Sementara itu, di Indonesia terutama di saat-saat penyiaran
Islam oleh para wali dahulu juga mempergunakan Majelis taklim
untuk menyampaikan dakwahnya. Itulah sebabnya, maka untuk
Indonesia, Majelis taklim juga merupakan organisasi pendidikan
Islam tertua. Barulah kemudian seiring perkembangan ilmu dan
pemikiran dalam mengatur pendidikan, di samping Majelis taklim
itu sendiri yang bersifat non- formal juga tumbuh lembaga lain
yang lebih formal, misalnya pesantren, madrasah, sekolah dan lain-
lain.
Dengan demikian, menurut pengalaman historis, sistem
Majelis taklim telah berlangsung sejak awal penyebaran Islam di
18
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. (Jakarta: PT Rajawali Press. 2001)
h.203 19
Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21. (Jakarta: Pustaka al-Husna. 1988), h.14
16
Saudi Arabia, kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam
di Asia, Afrika, dan Indonesia pada khususnya sampai sekarang.20
Dilihat dari segi historis islam, Majelis taklim dengan
dimensi yang berbeda-beda telah berkembang sejak zaman Rasululah
SAW. Pada zaman itu muncul berbagai jenis kelompok pengajian
sukarela, tanpa bayaran, biasa disebut halaqah, yaitu kelompok
pengajian di Masjid Nabawi atau Masjid al- Haram. Ditandai
dengan salah satu pilar masjid untuk dapat berkumpulnya peserta
kelompok masing-masing dengan seorang sahabat yaitu ulama
terpilih.21
2. Fungsi dan Tujuan Majelis Taklim
Setelah kita tahu tentang pengertian Majelis taklim sebagai
lembaga non formal yang mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai
alat dan sekaligus sebagai media pembinaan dalam beragama (
Da’wah Islamiyah ), hal ini dapat dirumuskan fungsi Majelis taklim
sebagai berikut:
a. Membina dan mengembangkan ajaran Islam dalam rangka
membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Sebagai taman rekreasi rohaniyah karena penyelenggaraanya
bersifat santai.
c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi masa yang dapat
menghidupsuburkan da’wah dan ukhuwah islamiyah.
d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama’ dan
umara’ dengan masyarakat.
e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.22
20
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. (Jakarta: PT Rajawali Press. 2001), h.
101 21
H. M. Arifin. Kapita Selekta Pendidikan.(Jakarta: Bumi Aksara. 1995) , h.118 22
Enung K Rukiati, dan Fenti Hikmawati. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.(
Bandung: Pustaka Setia. 2006 )h.134
17
Dilihat dari segi tujuannya, Majelis taklim termasuk sarana
dakwah Islamiyah yang secara self standing dan self disciplined
mengatur dan melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan
Taklim Islami sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek
sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak
terdapat lembaga pendidikan Islam memegang peranan sangat penting
dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Di samping peranannya
yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotis dan
nasionalisme, juga sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia,
lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan
Nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga-
lembaga pendidikan Islam tersebut ada yang berbentuk Langgar,
Surau, Rangkang.23
Fungsi tersebut sejalan dengan adanya kebutuhan dan hasrat
anggota masyarakat akan pengetahuan dan pendidikan agama.
Peningkatan tuntutan jama’ah dan peranan pendidikan yang bersifat
non-formal menimbulkan berbagai inisiatif dari anggota masyarakat
untuk mengembangkan dan meningkatkan eksistensi Majelis taklim
sehingga dapat menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Hj. Tuty Alawiyah fungsi
Majelis taklim yaitu pertama, tempat memberi dan memperoleh
tambahan ilmu. Kedua, tempat mengadakan kontak dan pergaulan
sosial. Ketiga tempat bersama- sama mewujudkan minat sosial.
Keempat, tempat untuk mendorong agar lahir kesadaran dan
pengalaman yang mensejahterakan hidup rumah tangga24
.
23
Zuhairi. Sejarah Pendidikan Islam.( Jakarta: Bumi Aksara. 1997) h.192 24
Tutty Alawiyah. Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim. (Bandung: Mizan. 199)
, h.76
18
3. Peranan Majelis Taklim
Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan masyarakat
yang tumbuh dan berkembang dari kalangan masyarakat Islam itu
sendiri yang kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia.
Pertumbuhan Majelis taklim dikalangan masyarakat menunjukkan
kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan
agama. Pada kebutuhan dan hasrat masyarakat yang lebih luas yakni
sebagai usaha memecahkan masalah–masalah menuju kehidupan yang
lebih bahagia. Meningkatkan tuntutan jamaah dan peranan pendidikan
yang bersifat non-formal, menimbulkan pula kesadaran dan inisiatif
dari para ulama beserta anggota masyarakat untuk memperbaiki,
meningkatkan, dan mengembangkan kualitas dan kemampuan
sehingga eksistensi dan peranan serta fungsi Majelis taklim benar-
benar berjalan dengan baik.25
Majelis taklim bila dilihat dari struktur organisasinya,
termasuk organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga
pendidikan yang sifatnya non-formal, karena tidak di dukung oleh
seperangkat aturan akademik kurikulum, lama waktu belajar, tidak
ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan sebagainya sebagaimana
lembaga pendidikan formal yaitu sekolah.
Dilihat dari segi tujuannya, Majelis taklim termasuk sarana
dakwah Islamiyah yang secara self standing dan self disciplined
mengatur dan melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan
Taklim Islami sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek
sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak
terdapat lembaga pendidikan Islam memegang peranan sangat penting
dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia.
25
Enung K Rukiati, dan Fenti Hikmawati. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.
(Bandung: Pustaka Setia. 2006), h.132
19
Disamping peranannya yang ikut menentukan dalam
membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme, juga sebagai
modal mencapai kemerdekaan Indonesia. lembaga ini ikut serta
menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Dilihat dari
bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga pendidikan Islam tersebut
adalah lembaga pendidikan non formal Islam. Dengan demikian ia
bukan lembaga pendidikan formal Islam seperti madrasah, sekolah,
pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan organisasi
massa atau organisasi politik. Namun, Majelis taklim mempunyai
kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan
kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat
yang bertakwa kepada Allah SWT.
b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat
santai.
c. Wadah silaturahmi yang menghidupsuburkan syiar Islam.
d. Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi
pembangunan umat dan bangsa.26
Secara strategis Majelis-Majelis taklim menjadi sarana dakwah
dan tabligh yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan
kualitas hidup umat agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama.
Majelis ini menyadarkan umat Islam untuk memahami dan
mengamalkan agamanya yang kontekstual di masyarakat sehingga
menjadikan umat Islam sebagai ummatanwasathan (Al-Baqoroh
143)
dan menjadi teladan bagi kelompok agama lain. Untuk tujuan
itu, maka pemimpinnya harus berperan sebagai penunjuk jalan ke
arah kecerahan, sikap hidup Islami yang membawa kepada
kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah
dibuminya sendiri.
26
Dewan Redaksi Ensiklopedi. Ensiklopedia Islam. ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
2010) , h . 120
20
Dalam kaitan ini, H.M. Arifin mengatakan: Jadi peranan secara
fungsional, Majelis taklim adalah mengokohkan landasan hidup
manusia muslim Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual
keberagamaan Islam dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya
secara integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan ukhrawiah
secara bersamaan (simultan) sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu
iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala
bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan
Nasional kita.27
Arti penting keberadaan Majelis taklim adalah sebagai salah
satu jawaban bagi kebutuhan warga masyarakat terhadap aspek
pemantapan ilmu agama dan pencerahan jiwa yang dipancarkan
melalui pengajaran nilai-nilai ajaran Islam. Kelenturan aspek
manajemen keorganisasian yang dimiliki oleh Majelis taklim sebagai
lembaga pendidikan non-formal membuat kehadiran Majelis taklim
terasa membumi dalam hampir semua elemen masyarakat. Majelis
taklim menjadi wadah pemersatu masyarakat di mana semua kalangan
melebur tanpa sekat-sekat kelas sosial yang memisahkan kebersamaan
mereka.
4. Macam-macam Majelis Taklim
Majelis taklim dapat dibedakan dari segi lingkungan,
kelompok sosial, dasar pengikat peserta, metode penyajian, dan tipe
kepengurusannya.
a. Ditinjau dari lingkungan jama’ahnya terdapat macam-macam
tingkat, diantaranya :
1. Majelis t a k l i m pinggiran. Pinggiran disini bukan berarti
pinggiran kota, akan tetapi menunjukan pemukiman lain yang
umumnya di diami oleh masyarakat dengan ekonomi lemah.
2. Majelis taklim gedongan. Terdapat di daerah elit dimana
penduduknya dianggap kaya dan terpelajar.
27
H. M Arifin,. Kapita Selekta Pendidikan.(Jakarta: Bumi Aksara. 1995), h. 120
21
3. Majelis taklim kantoran. Di selenggarakan oleh karyawan suatu
kantor atau perusahaan yang mempunyai ikatan yang sangat
erat dengan kebijaksanaan kantornya.
4. Majelis taklim usroh, jama’ahnya remaja dengan aliran
politik atau agama tertentu.
b. Ditinjau dari kelompok sosial jama’ahnya terdapat beberapa
jenis Majelis Taklim sebagai berikut :
1. Majelis taklim kaum bapak
2. Majelis taklim kaum ibu
3. Majelis taklim remaja
4. Majelis taklim campuran
c. Ditinjau dari dasar jama’ahnya, Majelis taklim dapat dibadakan
menjadi beberapa bagian,yaitu:
1. Majelis taklim yang diselenggarakan oleh masjid atau mushola
tertentu, yang pesertanya dari orang orang yang berada di
sekitar Masjid atau Mushola yang bersangkutan.
2. Majelis taklim yang diselenggarakan oleh kantor atau instansi
tertentu, yang pesertanya terdiri dari pegawai, karyawan beserta
keluarganya.
3. Majelis taklim yang diselenggarakan oleh RW atau RT tertentu,
yang pesertanya terdiri dari warga RW atau RT itu sendiri.
d. Ditinjau dari metode pengajiannya terhadap Majelis taklim:
1. Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode ceramah,
metode ini dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : ceramah
umum, pengajar bertindak aktif dengan memberikan pelajaran,
sedangkan peserta pasif yaitu tinggal mendengarkan atau
menerima materi yang disampaikan atau diceramahkan atau
yang biasa kita sebut dengan jiping (pengajian kuping). Dan
ceramah khusus, yaitu pengajar dan jamaah sama-sama aktif
dalam bentuk diskusi.
22
2. Metode halaqah, yaitu pengajar membaca kitab tertentu,
sementara jamaah mendengarkan.
3. Metode campuran, yakni melaksanakan berbagai metode
sesuai.28
5. Metode yang digunakan di Majelis Taklim
Metode adalah cara, dalam hal ini cara penyajian bahan
pengajaran dalam Majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih makin efektif pencapaian
tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi
Majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode
mengajar di kelas yang tidak dapat dipakai dalam Majelis taklim. Hal
ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi antara sekolah
dengan Majelis taklim.
Sistem pengajaran yang diterapkan dalam Majelis taklim
terdiri dari beragam metode. Secara umum, terdapat berbagai metode
yang digunakan di Majelis taklim, yaitu29
:
a. Metode ceramah, yang dimaksud adalah penerangan
dengan penuturan lisan oleh Guru terhadap peserta.
b. Metode tanya jawab, metode ini membuat peserta lebih
aktif. Keaktifan dirangsang melalui pertanyaan yang
disajikan.
c. Metode latihan, metode ini sifatnya melatih untuk
menimbulkan keterampilan dan ketangkasan.
d. Metode diskusi, metode ini akan dipakai harus ada
terlebih dahulu masalah atau pertanyaan yang jawabannya
dapat didiskusikan.
Sedangkan metode penyajian yang dilakukan di Majelis
taklim dapat dikategorikan menjadi30
:
28
Reski amaliah mutiara putri . skripsi dampak keberadaan majelis taklim terhadap
kehidupan sosial , (Makassar: Univers i tas Neger i Makasar . 2016) h..44 29
Dewan Redaksi Ensiklopedi. Ensiklopedia Islam. ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
2010) h.120
23
a. Metode ceramah, terdiri dari ceramah umum, yakni
Pengajar/Ustadz/Kiai tindak aktif memberikan pengajaran
sementara jamaah pasif dan ceramah khusus, yaitu
pengajar dan jamaah sama-sama aktif dalam bentuk
diskusi.
b. Metode halaqah, yaitu pengajar membacakan kitab
tertentu, sementara jamaah mendengarkan.
c. Metode campuran, yakni melaksanakan berbagai metode
sesuai dengan kebutuhan.
Institusi pendidikan non-formal ini telah lama tumbuh dan
berkembang di tengah-tengah komunitas muslim sebagai lembaga
dakwah plus pendidikan dan menjadi lembaga yang paling banyak
diminati oleh komunitas muslim dalam mengembangkan wawasan
keagamaannya.31
Dewasa ini metode ceramah sudah membudaya, seolah-olah
hanya metode itu saja yang dipakai dalam Majelis taklim. Dalam
rangka pengembangan dan peningkatan mutu Majelis taklim dapat
digunakan metode yang lain, walaupun dalam taraf pertama
mengalami sedikit keanehan. Metode pengajaran ialah cara
penyampaian bahan pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan demikian metode pengajaran adalah suatu cara yang dipilih
dan dilakukan guru ketika berinteraksi dengan jamaah dalam upaya
menyampaikan bahan pengajaran tertentu agar pengajaran
tersebut mudah dicerna, sesuai dengan tujuan pengajaran yang
ditargetkan.32
30
Dewan Redaksi Ensiklopedi. Ensiklopedia Islam. ( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
2010) h. 121 31
H. Imran Siregar, dan Moh. Shofiuddin. Pendidikan Agama Luar Sekolah (Studi
Tentang Majlis Taklim). Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang
Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI. 2003), h. 7 32
Kemenag RI Dirjen Bimas Islam Direktorat Penerangan Agama Islam. Silabus Majlis
Taklim 2001
24
Sejumlah metode yang dapat diterapkan dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) di Majelis taklim adalah sebagai berikut :
a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan
pengajaran dalam bentuk penuturan atau penerangan lisan oleh
guru terhadap jamaahnya, praktek penerapannya adalah sebagai
berikut :
1. Dilakukan pada saat KBM klasikal diawal mulai pengajian
Majelis taklim.
2. Sebaiknya didukung oleh alat bantu berupa gambar, bagan
atau sketsa, alat peraga dan alat bantu lainnya.
3. Dapat divariasi dengan metode tanya jawab dan pemberian
tugas
4. Bahan pengajarannya yang dapat disajikan dengan metode
ceramah umumnya adalah bahan pengajaran yang menurut
pemahaman dan pembentukkan sikap, seperti aqidah, fiqih
ibadah, dan akhlak.
b. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian
bahan pengajaran melalui proses tanya jawab. Siapa yang bertanya
dan siapa yang menjawab, hal ini perlu diatur dengan baik agar
KBM berjalan efektif dan efisien. Penerapan metode tanya jawab
adalah sebagai berikut:
1. Metode ini dapat diterapkan pada klasikal awal membuka
pengajian dengan terlebih dahulu bertanya kepada jamaah.
2. Pola interaksi tanya jawab dapat dilakukan dengan bervariasi.
3. Metode tanya jawab dapat diterapkan di semua pengajian.
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu metode dalam KBM, dimana
jamaah diberi kesempatan untuk pendalaman materi melalui
diskusi, bertanya dan menjawab pertanyaan dengan sesama
25
jamaah. Metode ini dapat digunakan dalam merespon kondisi dan
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh jamaah pada
lingkungannya.
d. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyampaian bahan
pengajaran dalam bentuk mempertunjukkan untuk disaksikan dan
ditiru oleh para jamaahnya. Penerapan metode ini adalah sebagai
berikut :
1. Dapat dilakukan dalam KBM klasikal dipadukan dengan
metode ceramah.
2. Bahan pengajaran yang sesuai dengan penggunaan metode ini
adalah fiqih ibadah, akhlak, ilmu tajwid, dan lain-lain.
e. Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyampaian
bentuk pengajaran dalam bentuk pemberian tugas tertentu dalam
rangka mempercepat tugas pencapaian tujuan pengajaran yang
telah ditetapkan. Penerapan metode ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat dilakukan dimana guru memberikan tugas kepada
salah seorang jamaahnya untuk membaca Al Qur’an atau
yang lainnya.
2. Pemberian tugas dapat berupa petunjuk lisan atau petunjuk
tertulis.
3. Metode pemberian tugas berkaitan erat dengan metode tanya
jawab, oleh karenanya dapat dipadukan atau diselaraskan,
sesuai kebutuhan atau target yang akan dicapai.
4. Bahan pengajaran yang sesuai untuk metode ini dapat
meliputi semua bahan pengajaran.
f. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata atau study tour adalah suatu cara
pembelajaran dalam rangka mengembangkan wawasan,
pengalaman, dan penghayatan para jamaah terhadap bahan
26
pengajaran yang pernah mereka terima dengan jalan mengunjungi
obyek wisata tertentu. Dengan demikian, tujuan dan program
karyawisata ini berbeda dengan kunjungan wisata biasa yang
pada umumnya sekedar hiburan atau rekreasi. Penerapan metode
karyawisata/study tour ini adalah sebagai berikut:
1. Dilaksanakan dalam waktu khusus diluar jam KBM
Majelis taklim atau pada hari libur tertentu.
2. Dalam pelaksanaannya, metode ini ditopang dengan metode
lainnya seperti pemberian tugas, tanya jawab, dan sebagainya.
E. Agama Pendorong Perubahan Sosial
Salah satu unsur universal dalam kehidupan umat manusia adalah
agama (atau dapat disebut juga dengan sistem religi, agama merupakan
bagian dari sitem religi ini). Hampir setiap umat manusia di bumi ini
mengenal keberadaan agama. Kemunculan agama tidak terlepas dari
munculnya sebuah kesadaran dari dalam diri.
Sanderson menyatakan bahwa agama merupakan suatu ciri
kehidupan manusia yang universal, dalam arti bahwa setiap masyrakat
memiliki cara-cara berfikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi
syarat untuk disebut sebagai agama. Secara sosiologis, konsep agama
terdiri atas berbagai simbol, citra, kepercayaan, serta nilai-nilai spesifik
tempat makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka. Tidak
ada batasan yang pasti mengenai agama dalam makna sosiologis.33
Robertson menyatakan bahwa secara umum ada dua batasan
mengenai agama, yaitu definisi yang inklusif dan eksklusif. Defenisi yang
bersifat inklusif merumuskan agama dalam makna yang seluas
mungkin, yang memandang agama sebagai sistem kepercayaan dan ritual
yang diresapi dengan kesucian atau yang diorientasikan pada penderitaan
manusia yang abadi. Sedangkan, defenisi agama yang eksklusif lebih
membatasi konsep agama pada sistem-sistem kepercayaan yang
33
Stzompka. Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012), h.168
27
mempostualkan eksistensi makhluk, kekuasaan, atau kekuatan
supranatural. Defenisi ekslusif ini dapat dilihat dalam rumusan yang
meliputi agama Islam, Kristen, Katholik, Buddha dan sebagainnya.34
Secara umum, menurut Szompka ada dua aliran yang melihat
peran agama dalam proses perubahan sosial. Posisi pertama, memandang
bahwa agama dimaknai sebagai institusi yang menghambat proses
perubahan sosisal. Pada posisi ini, agama dimaknai sebagai kekuatan
konservatif. Posisi ini didasarkan pada pemikiran pesismistis jika agama
dapat mendukung proses perubahan sosial. Posisi kedua sebaliknya,
memandang agama sebagai unsur penting yang turut mempercepat
proses perubahan sosial dalam masyarakat.35
Menurut Soekanto, Perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku,
organisasi sosial, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya.
Perubahan sosial terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi,
antara lain karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
teknologi komunikasi dan transportasi. Berbagai aktivitas kehidupan
manusia mulai dari urusan rumah tangga, komunikasi, transportasi,
industri, transaksi ekonomi, pendidikan, dan lain sebagainya sudah
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang canggih. Hal
tersebut dapat digambarkan bahwa kehidupan masyarakat pada dasarnya
mengalami perubahan-perubahan.36
Perubahan itu akan dapat dipahami apabila dilakukan
perbandingan, dalam hal menelaah keadaan suatu masyarakat pada waktu
tertentu dan kemudian membandingkannya dengan keadaan masyarakat
itu pada masa yang lalu. Arif Budiman mengatakan bahwa perubahan-
perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan
masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan
34 Stzompka. Sosiologi Perubahan Sosial. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012)h. 169
35 Ibid, h. 169
36 Ibid, h. 173
28
kehidupan masyarakat yang baru. Hal ini sejalan dengan definisi yang
dikemukakan oleh Sztompka yang menyatakan bahwa perubahan sosial
adalah proses di mana dalam suatu sistem sosial terdapat perbedaan yang
dapat diukur dalam suatu waktu tertentu.37
Selain itu konsep perubahan sosial oleh Sztompka dipahami
bahwa perubahan sosial itu adalah suatu proses yang melahirkan
perubahan-perubahan di dalam struktur dan fungsi dari suatu sistem
kemasyarakatan. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kingsley
Davis yang mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.38
Secara sosiologis, agama memiliki arti yang cukup luas dan
lebih bersisifat inklusif, tidak terbatas pada agama dalam artian formal.
Agama memiliki dua fungsi yang saling bertentangan. di satu sisi, agama
memiliki fungsi untuk menyatukan anggota masyarakat dan
meningkatkan solidaritas sosial. Di sisi lain, agama juga dapat memecah
belah masyarakat karena agama dapat memicu konflik sosial, baik konflik
antaragama maupun konflik yang terjadi pada masyarakat dalam suatu
kelompok agama.39
Agama merupakan salah satu agen perubahan sosial. Agama
dalam hal ini berperan dalam mempengaruhi pemikiran manusia melalui
doktrin yang diajakan kepada umatnnya. Melalui doktrin ini, manusia
akan di beri kepercayaan mengenai berbagai upaya yang dapat dilakukan
untuk mencapai kesuksesan (mencapai surga).
Kekuatan nalar manusia modern ternyata tidak mampu
mengalahkan kekuatan agama yang penuh dengan teka-teki.
Kecanggihan teknologi tetap saja tidak mampu memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi manusia. Lain halnya dengan agama, agama
mampu berperan kuat membantu proses melahirkan perubahan-perubahan
di dalam struktur dan fungsi dari suatu sistem kemasyarakatan.
37
Stzompka. Sosiologi Perubahan Sosial.( Jakarta: Rajawali Pers. 2012) Hal 17 38
Ibid, h.87 39
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012) , h.263
29
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Kingsley Davis yang
mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat.40
F. Kerangka Berfikir
Majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan
agama Islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Majelis
taklim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata sosial, dan
juga jenis kelamin. Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa
pagi, siang, sore, atau malam. tempat pengajarannya pun bisa dilakukan
dirumah, Masjid, Mushalla, Gedung. Aula, halaman, dan sebagainya.
Tujuan Majelis taklim dari segi fungsinya, yaitu: pertama, sebagai
tempat belajar, maka tujuan Majelis taklim adalah menambah ilmu dan
keyakinan seseorang terhadap agama yang akan mendorong pengalaman
ajaran agama. Kedua, sebagai kontak social, maka tujuannya adalah
silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan
jama’ahnya.
Dalam penelitian ini diidentifikasikan Dampak Keberadaan
Majelis Taklim Ar-Ridho Terhadap Perubahan kehidupan sosial di
Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang,
sebagaimana tergambar dalam skema di bawah ini:
40
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers. 2012) h. 263
30
-
Keberadaan Majelis
Taklim
Dampak kehadiran
Majelis
Taklim terhadap perubahan
kehidupan sosial
Sebagai media membina
dan mengembangkan ilmu
serta keyakinan agama
Perubahan pola pikir
Sebagai ruang silaturahmi
dan kontak sosial
Perubahan sikap dan
cara berpakaian dalam
proses interaksi sosial
Sebagai media meningkatkan
kesadaran dan kesejahteraan
rumah tangga
Memupuk rasa solidaritas
antar masyarakat dalam
membantu orang yang
kurang mampu
Menjalin silaturahmi antar masyarakat
Kehidupan Sosial di Kampung Karang
Mulya Kel.
Karang Mulya Kec. Karang Tengah
Majelis Taklim Ar-Ridho
31
G. Hasil Penelitian Yang Relevan
Di bawah ini merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan
penulis, diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Feri Andi 2017 Peran Majelis
Taklim Dalam Meningkatkan Pemahaman Keagamaan (Studi
Terhadap Majelis Taklim Nurul Hidayah di desa Taraman Jaya
Palembang). Hanya saja penelitian Feri andi lebih terfokus
terhadap peran Majelis taklim terhadap pemahaman agama, dan
tentu saja Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan non-formal.
besar sekali pengaruhnya terhadap pemahaman keagamaan
masyarakat.41
2. Penelitian Reski Amailah Mutiara Putri 2016 dengan judul
Dampak Keberadaan Majelis Taklim Terhadap Kehidupam Sosial
RW 05 Kelurahan Balla Parang Kecamatan Rappocini Kota
Makassar. Dalam penelitian tersebut memberikan banyak inspirasi
kepada penulis terkait dampak keberadaan Majelis taklim terhadap
kehidupan sosial, hanya saja kondisi masyarakat yang berbeda,
terutama perbedaan lingkungan pedesaaan dan perkotaan, dimana
kehidupan diperkotaan lebih banyak variabel yang memungkinkan
sebuah perubahan sosial terjadi, seperti jenis pekerjaan, sifat
individualistik masyarakat kota, tingkat pendidikan dan lain
sebagainya, hal itulah yang membedakan penelitian penulis yakni
lebih menekankan peran Majelis taklim pada masyarakat yang ada
di perkotaan.42
41
http://eprints.radenfatah.ac.id/1050/1/FERI%20ANDI%20%2812210092%29.pdf
42
http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/4364
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana dikutip oleh Lexy J.
Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.1
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dimana
hasil kajiannya merupakan sebuah deskripsi mengenai dampak keberadaan
Majelis taklim terhadap kehidupan sosial masyarakat. Maka untuk
mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Hal itu berkenaan dengan status subjek penelitian yang dengan
suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek
penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat.
Penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi
lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan deskripsi
kualitatif adalah untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar
belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter yang khas dari kasus
ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat khas tersebut
dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Pendekatan deskripsi kualitatif termasuk dalam penelitian
kualitatif. Dalam hal ini penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah
mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan menafsirkan mereka tentang
dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus terjun atau turun kelapangan
dan berada di sana serta mengamati keseluruhan proses sosial yang
terjadi. Selain itu, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
1 Lexy J. Meleong, Metedologi penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h. 3
34
yang menghasilkan data deskritif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.
B. Lokasi Penelitian
Dalam hal ini peneliti, mengambil lokasi penelitian di Kota
Tangerang tepatnya Kecamatan Karang Tengah, Kelurahan Karang Mulya
secara spesifik Kampung karang Mulya RT 02 RW 07.
C. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian
Tahap-tahap atau prosedural kegiatan penelitian mencakup
beberapa aspek. Hal tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan atau observasi awal kurang lebih
dilaksankan sekitar dua minggu. Hal ini bertujuan untuk memahami
karakteristik awal terkait dengan kondisi lokasi penelitian serta
memberikan gambaran perihal persoalan- persolan atau pokok masalah
yang akan dibahas dan dikembangkan dalam proses penelitian.
2. Pengembangan Desain
Proses pengembangan desain mencakup perumusan serta
pengambaran terkait dengan fenomena-fenomena yang didapati di
lokasi penelitian.
3. Penelitian Lapangan / Penelitian Langsung
Penelitian lapangan atau penelitian langsung merupakan
aktifitas peneliti selama berada di lokasi penelitian. Proses penelitian
lapangan terbentang dalam periode yang relatif lama. Proses tersebut
dimulai dari minggu pertama bulan Februari hingga akhir bulan
April 2019. Hal ini tidak terlepas dari pendekatan deskriptif kualitatif
yang digunakan oleh peneliti. Pendekatan intensif bertujuan untuk
memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat
serta karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari
35
individu yang kemudian dari sifat khas tersebut dijadikan suatu hal
yang bersifat umum.
4. Penulisan Laporan
Penulisan laporan atau perampungan hasil-hasil penelitian di
kerjakan kurang-lebih dua bulan. Penulisan laporan ini bertujuan
menghimpun keseluruhan fakta-fakta yang didapati selama proses
penelitian. Data lapangan diperoleh melalui beberapa sumber baik
melalui observasi secara alamiah maupun wawancara.
D. Jenis dan Sumber data
1. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus
dan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini sumber data ada dua
yakni:
a. Sumber data utama atau data primer dapat diperoleh langsung
dari setiap informan yang diamati atau diwawancarai
dilokasi penelitian, dalam hal ini Majelis Taklim Ar-Ridho di
Kampung Karang Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan
Karang Tengah Kota Tangerang yang berkaitan dengan
penelitian ini. Misalnya: hasil wawancara dengan para anggota
Majelis taklim.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-
laporan instansi yang terkait dengan penelitian ini. Sumber
dapat berupa buku, internet, dan data statistik yang terkait
dengan penelitian ini. Misalnya: Gambaran umum lokasi
penelitian yang bersumber dari kantor kelurahan Karang
Mulya. Tipologi penduduk berdasarkan oleh situasi atau
karakritistik-karakteristik tertentu yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Tangerang, serta beberapa literatur-
literatur yang berhubungan dengan data-data penelitian.
36
2. Deskripsi Fokus Penelitian
Dalam mempertajam penelitan ini, peneliti menetapkan fokus
penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian,
maka yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian Peran
Majelis Taklim Ar-Ridho terhadap perubahan kehidupan Sosial di
Kampung Karang Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan
Karang Tengah Kota Tangerang, yaitu:
a. Yang dimaksud dengan peran adalah sumbangsih yang
diberikan oleh Majelis taklim Ar-Ridho dalam meningkatkan
kualitas hubungan sosial antar individu.
b. Majelis taklim adalah satu lembaga pendidikan diniyah non-
formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta
mewujudkan rahmat bagi alam semesta.
c. Perubahan sosial adalah proses peralihan dari suatu keadaan
kepada keadaan yang lain. Perubahan ini terlihat gejala-
gejalanya pada adanya perubahan pola pikir, sikap, dan
perbuatan yang tampak dalam komunikasi, interaksi, cara
bertindak harian, dan lain sebagainnya. Jadi yang dimaksud
penulis tentang dampak keberadaan Majelis Taklim terhadap
perubahan kehidupan sosial adalah setelah mereka menjadi
anggota Majelis taklim, dimana kita ketahui bahwa Majelis
taklim itu adalah pendidikan non-formal yang memberikan
pelajaran keagamaan, seni budaya, dan juga sosial kepada
anggotanya. Adapun perubahan sosial yang tampak setelah
menjadi anggota Majelis taklim seperti rasa kepedulian
terhadap masyarakat semakin tinggi dengan jalan memberikan
infaq atau bantuan kepada orang yang kurang mampu, maupun
dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan misalnya
37
dalam hal pembangunan rumah-rumah ibadah dan sarana
umum.
3. Informan Penelitian
Peneliti kemudian menentukan informan penelitian yang
menjadi narasumber untuk kepentingan perolehan informasi
dengan mengunakan teknik penarikan informan (purposive
sampling). Teknik penentuan informan dengan purposive sampling
ini dipilih karena teknik ini memilih informan dengan berbagai
kriteria tertentu menurut kebutuhan peneliti, sehingga dianggap
layak dijadikan sumber informasi inforrman. Dalam penelitian ini,
yang menjadi kriteria subyek penelitian adalah:
a. Anggota Majelis taklim berumur 30 tahun keatas.
b. Anggota yang minimal satu tahun terlibat di Majelis taklim.
c. Anggota Majelis taklim yang berdomisili di Kampung
Karang Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan
Karang Tengah Kota Tangerang.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama yang dipergunakan untuk mengumpulkan data
tentang Peran Majelis taklim terhadap perubahan kehidupan sosial adalah
penelitian sendiri, dengan pendekatan pedoman wawancara.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto adalah
cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
dimana cara tersebut menunjukkan pada suatu yang abstrak, tidak tetap
penggunaannya.38
berkaitan dengan penelitian ini, maka dapat ditempuh
dengan cara:
1. Pengamatan langsung (observasi)
38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002, Cet.XII), h.134
38
Observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung di lokasi
penelitian, atau melihat langsung aktivitas yang berjalan pada lokasi
penelitian. Hal ini untuk mengetahui obyektifitas dari kenyataan yang
ada berdasarkan pada perencanaan yang sistematis.
2. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh kedua pihak pewawancara dan yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan.39
Wawancara tidak
berstruktur, bersifat luwes, susunan kata-kata dalam setiap
pertanyaannya dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk
karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan sebagainya). Dengan demikian, persepsi
dan makna perubahan serta makna simbolis dibalik realitas yang
terjadi dapat diketahui.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dan dokumen-
dokumen penting pada setiap obyek penelitian atau pada kantor dan
instansi terkait.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan padanan dari konsep kesahihan
(validitas) dan keadaan (reliabilitas) menurut versi kualitatif. Untuk
menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Teknik
pemeriksaan dalam penelitian ini adalah member check member.
39
Lexy J. Meleong, Metedologi penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h. 135.
39
Member check member adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan
pada subyek untuk tujuan penelitian. Aktifitas ini juga dilakukan untuk
mendapatkan temuan kembali pada informan dan menayakan pada mereka
baik lisan maupun tertulis tentang keakuratan laporan penelitian. Dalam
proses ini cara kerja member check member terlebih dahulu peneliti
lakukan, kemudian wawancara terhadap informan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan setelah menayakan ulang kembali jawaban yang
diberikan oleh informan, untuk memastikan keabsahan data.
H. Teknik Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah deskriptif analitik, yaitu
mendeskripsikan data berupa, kata-kata gambar dan bukan angka yang
berasal dari data.40
Analisis data adalah proses mengatur urusan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.
Dari data yang dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriktif kualitatif, yaitu menggambarkan
bagaimana peran keberadaan Majelis taklim terhadap kehidupan sosial.
Setelah memperoleh data dari informan akan dilakukan analisis data
sederhana, dilanjutkan dengan pemaparan dari wawancara, pengamatan
yang telah dilakukan untuk diambil kesimpulan. Untuk itu, dalam
menganalisis data yang didukung oleh adanya pengetahuan dan
pengalaman yang memadai yang dimiliki oleh penelitian agar penelitian
yang ditempuh dapat berhasil dengan baik.
Analisis data yang digunakan bertolak dengan penyusunan data,
agar dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya. Menyusun data penelitian
dilakukan dengan mengelola ke dalam klasifikasi tertentu, yaitu
mengklasifikasikan data yang diperoleh dari sumber data.
40
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1997), h. 66
40
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, maka analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Mengkaji data, dengan membuat, menyusun, dan menguraikan
data dengan cara mengklasifikasikan dari setiap sumber data.
2. Analisis data, dengan menguraikan data yang ada
berdasarkan pengklasifikasian dari setiap data tersebut di atas
dan mencari hubungan antara data yang diperoleh dan sumber
lainnya yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.
3. Membuat tafsiran terhadap data yang kaitannya dengan fokus
penelitian dengan menggunkan metode komparatif terhadap
data yang diperoleh dan berbagai sumber mengenai obyek
penelitian.
4. Membuat diagnosis, yaitu untuk menemukan jenis dan
karakteristik masalah yang ada pada penelitian ini, serta
mengetahui faktor–faktor penyebab masalah yang terjadi dan
yang ada kaitannya dengan fokus penelitian.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah peneliti menyajikan hasil penelitian dan pembahasan
pada bab sebelumnya, maka tibalah pada bab ini peneliti menarik
kesimpulan yaitu :
1. Keberadaan Majelis Taklim Ar-Ridho di Kampung Karang
Mulya Kelurahan Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah
memainkan peran yang cukup signifikan. Hal itu dapat dicermati
dalam berbagai aspek serta orientasi Majelis Taklim tersebut.
Adapun yang menjadi arah orientasi Majelis Taklim Ar-Ridho
seperti: sebagai tempat membina dan mengembangkan ilmu serta
keyakinan agama, sebagai ruang silaturahmi dan kontak sosial, serta
sebagai media meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah
tangga.
2. Peran dari keberadaan Majelis taklim Ar-Ridho kemudian
memberikan berbagai perubahan-perubahan dalam masyarakat itu
sendiri. Dapat dilihat dari perubahan yang hadir yang kemudian
mengarah pada bentuk perubahan maju. Adapun bentuk-bentuk
perubahan yang terjadi meliputi: perubahan pola pikir, perubahan
cara berpakaian dan sikap dalam proses interaksi sosial, adanya rasa
solidaritas antar masyarakat dalam membantu orang-orang yang
kurang mampu, dan terjalinnya silaturahmi sesama masyarakat.
Tentunya peran ini harus terus dapat dipertahankan dan
ditingkatkan guna menciptakan masyarakat yang berakhlak mulia
dan berguna bagi sesama.
73
B. Implikasi
Hasil penelitian tentang dampak keberadaan Majelis taklim Ar-
Ridho terhadap kehidupan sosial di Kampung Karang Mulya Kelurahan
Karang Mulya Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang menunjukan
bahwa keberadaan Majelis taklim memberikan kontribusi positif dalam
menciptakan perubahan dalam masyarakat. Perubahan tersebut
berhubungan dengan semakin meningkatnya ilmu dan keyakinan
keberagamaan para anggotanya, serta terciptanya tatanan masyarakat yang
mengedepankan nilai- nilai keberagamaan, solidaritas dan kepedulian
antar sesama.
C. Saran
1. Bagi anggota Majelis taklim Ar-Ridho, agar tetap
mempertahankan dan terus meningkatkan capaian-capaian dalam
menciptakan tatanan masyarakat yang berakhlak mulia dan
berkepribadian luhur.
2. Bagi masyarakat setempat, agar tetap menudukung, membantu serta
mensukseskan baik secara fisik maupun non-fisik kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan Majelis taklim.
3. Bagi Pemerintah kota Tangerang serta struktur-struktur terkait, agar
memberikan ruang akomodasi kepada Majelis taklim yang ada di
Kecamatan Karang Tengah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
kepada anggotanya, khususnya, dan dalam masyarakat pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, Tutty. 1997. Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim. Bandung:
Mizan.
Arifin, H. M. 1995. Kapita Selekta Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Bahreisy, Hussein 1980. Himpunan Hadits Pilihan, Hadts Shahih Bukhhari.
Surabaya: Al-Ikhlas.
Beilharz, Peter 2005. Teori-Teori Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiman, Arif. 1996. Teori Pembagunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Bahrein,T Sugihen. 1997. Sosiologi Pedesaan. Jakarta : Balai Pustaka.
Departemen Agama Republik Indonesia. 2006. Al-Qur’an dan terjemahannya.
Jakarta: Pustaka Agung Harapan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Desy Anwar. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Amelia.
Dewan Redaksi Ensiklopedi. 2010. Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah.
Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasbullah, 2001. Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: PT Rajawali
Press.
Hendropuspito, D. 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.
Huda, Nurul dkk. 1984. Pedoman Majlis Taklim. Jakarta: Proyek Penerangan
Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam Pusat.
Jalaluddin, 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kementrian Negara RI Dirjen Bimas Islam Direktorat Penerangan Agama Islam.
2013. Silabus Majlis Taklim.
Khaldun, Ibnu. 2012. Mukaddimah. Jakarta: Pustaka Alkautsar.
Khozin. 1996. Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Langgulung, Hasan. 1988. Pendidikan Islma Menghadapi Abad ke-21. Jakarta:
Pustakaal-Husna.
Nasikun. 2012.Sistem Sosial Indoonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Nata,
Abuddin. 2014. Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali pers
Munawwir, Ahmad Warson. 1990. Al-Munawwir: Kamus Arab-
Indonesia. Jakarta: Grafiti Press.
O'dea, Thomas F. 1987. Sosiologi agama: suatu pengenalan awal. Jakarta:
Rajawali.
Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta:
Rajawali Pres.
Rukiati, Enung, Fenti Hikmawati. 2006. Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Reski Amaliah Mutiara Putri. 2016 dampak keberadaan majelis taklim terhadap
kehidupan sosial Makasar:Universitas Negeri Malang.
Shaleh, Abdul, Rahman, 2005. Pendidikan Agama dan Pembangunan Untuk
Bangsa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Siregar, H. Imran dan Moh. Shofiuddin. 2003. Pendidikan Agama Luar Sekolah
(Studi Tentang Majlis Taklim). Jakarta:
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat
Keagamaan Departemen Agama RI.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Stzompka. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Rajawali Pers.
Veeger. 1986. Realitas Sosial (refeleksi filsafat sosial atas hubungan individu-
masyrakat dalam cakrawala sejarah sosiologi). Jakarta: PT Gramedia.
Zuhairi. 1997. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
https://tangerangkota.go.id/geografi, diakses pada hari Selasa 23 april 2019 pukul
17:00 WIB.
http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/4364 di Akes pada 10 April 2019 pukul 19.00
WIB.