PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

9
Cskrswsls Pendidilcsn No.1, Tshun XVI, FeblUsrl1997 PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA MENGHADAPI ERA PASAR BEBAS Oleh: Suranto Aw. Abstrak Datangnya era pasar bebas, baik dalam kerangka Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFfA tahun 2(03), maupun Asia Pasifik (APEC tahun 2020), di samping disambut dengan sikap optimis, ada pula kekhawatiran. Sikap optimis itu muncul karena era pasar bebas akan mempermudah peredaran barang, jasa dan informasi. Namun berbagai kemudahan yang tercipta, dikhawatirkan berdampak pada masyarakat, khususnya berkaitan dengan persoalan ketahanan budaya bangsa. Vntuk menghadapi pengaruh nilai-nilai budaya asing, lembaga pendidikan memiliki posisi peranan yang strategis, yakni sebagai wahana membina ketahanan budaya sehingga bangsa kita lebih siap memasuki era pasar bebas dimana interaksi budaya berlangsung pesat. Lembaga pendidikan membina sikap budaya yang positif bersamaan upaya membentuk manusia yang cerdas dan terampil. Vpaya ini sesuai strategi pembangunan pendidikan yang bertujuan membentuk dan menciptakan sosok manusia Indonesia yang utuh. Jadi, orientasi keilmuan dan pembinaan budaya dilaksanakan seimbang. Pembinaan budaya dapat ditempuh dengan dua pendekatan, yami monolitik dan integratif. Pendahuluan 33 Futurolog John Naisbitt dalam bukunya Megatrends 2000, ketika memandang kecenderungan yang akan terjadi di masa datang, antara lain mengatakan: "The most exciting breakthroughs of the 21st century will occur not because of technology but because of an expanding concept of what it means to be human". Makna dari pendapat tersebut, kurang lebih menunjukkan adanya praduga bahwa terobosan yang paling menarik memasuki abad 21 bukanlah perubahan yang terjadi karena teknologi, melainkan perubahan pandangan dan sikap masyarakat yang disebabkan oleh perluasan konsep tentang apa makna kemanusiaan. Perluasan pandangan terhadap makna kemanusiaan akan menjadi daya pendorong gerakan baru untuk mencapai arti kehidupan manusia sesuai kodrat, harkat dan martabatnya. Oorongan ini begitu kuat, sehingga manusia senantiasa berusaha untuk membebaskan diri dari suasana yang mengekang dan menghalangi terpenuhinya kesejahteraan hidup. Keinginan terhadap suasana kebebasan dan keterbukaan terwujud dalam segala sendi kehidupan, atau dapat dikatakan berinteraksi dalam nilai-nilai budaya. Oi dalam kehidupan ekonomi, keinginan akan kebebasan dan keterbukaan itu menampakkan bentuknya menjadi kesepakatan mewujudkan era perda-

Transcript of PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

Page 1: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

Cskrswsls Pendidilcsn No.1, Tshun XVI, FeblUsrl1997

PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAANBUDAYA BANGSA MENGHADAPI ERA PASAR BEBAS

Oleh:Suranto Aw.

Abstrak

Datangnya era pasar bebas, baik dalam kerangka Kawasan Perdagangan BebasASEAN (AFfA tahun 2(03), maupun Asia Pasifik (APEC tahun 2020), di sampingdisambut dengan sikap optimis, ada pula kekhawatiran. Sikap optimis itu muncul karenaera pasar bebas akan mempermudah peredaran barang, jasa dan informasi. Namunberbagai kemudahan yang tercipta, dikhawatirkan berdampak pada masyarakat,khususnya berkaitan dengan persoalan ketahanan budaya bangsa.

Vntuk menghadapi pengaruh nilai-nilai budaya asing, lembaga pendidikanmemiliki posisi peranan yang strategis, yakni sebagai wahana membina ketahananbudaya sehingga bangsa kita lebih siap memasuki era pasar bebas dimana interaksibudaya berlangsung pesat. Lembaga pendidikan membina sikap budaya yang positifbersamaan upaya membentuk manusia yang cerdas dan terampil. Vpaya ini sesuaistrategi pembangunan pendidikan yang bertujuan membentuk dan menciptakan sosokmanusia Indonesia yang utuh. Jadi, orientasi keilmuan dan pembinaan budayadilaksanakan seimbang. Pembinaan budaya dapat ditempuh dengan dua pendekatan,yami monolitik dan integratif.

Pendahuluan

33

Futurolog John Naisbitt dalam bukunya Megatrends 2000, ketikamemandang kecenderungan yang akan terjadi di masa datang, antara lainmengatakan: "The most exciting breakthroughs of the 21st century will occurnot because of technology but because of an expanding concept of what itmeans to be human". Makna dari pendapat tersebut, kurang lebihmenunjukkan adanya praduga bahwa terobosan yang paling menarikmemasuki abad 21 bukanlah perubahan yang terjadi karena teknologi,melainkan perubahan pandangan dan sikap masyarakat yang disebabkanoleh perluasan konsep tentang apa makna kemanusiaan.

Perluasan pandangan terhadap makna kemanusiaan akan menjadidaya pendorong gerakan baru untuk mencapai arti kehidupan manusiasesuai kodrat, harkat dan martabatnya. Oorongan ini begitu kuat, sehinggamanusia senantiasa berusaha untuk membebaskan diri dari suasana yangmengekang dan menghalangi terpenuhinya kesejahteraan hidup. Keinginanterhadap suasana kebebasan dan keterbukaan terwujud dalam segala sendikehidupan, atau dapat dikatakan berinteraksi dalam nilai-nilai budaya. Oidalam kehidupan ekonomi, keinginan akan kebebasan dan keterbukaan itumenampakkan bentuknya menjadi kesepakatan mewujudkan era perda-

Page 2: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

34 Cskrswsls PBndidikBn No.7, Tshun XVI, FBbrusri 7997

gangan bebas atau liberalisasi perdagangan dengan berbagai organisasipendukungnya, seperti wro, NAFfA, APEC, AFfA, MEE dan sebagainya.

Permasalahannya adalah, bahwa di sela-sela begitu besarnya sikapoptimis dalam menyambut era pasar bebas, baik dalam kerangka KawasanPerdagangan Bebas ASEAN (AFfA tahun 2003), maupun Asia Pasifik(APEC, tahun 2020), ada pula kekhawatiran timbulnya masalah krusial didalam bidang pendidikan di Indonesia, khususnya berkaitan denganpersoalan ketahanan budaya bangsa, di antaranya:

1. Apakah liberalisasi perdagangan ini bukan suatu penerangan fahamliberalisme, suatu faham yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budayaPancasila.

2. Oengan didukung teknologi komunikasi yang begitu canggih, dampakera perdagangan bebas tentu akan sangat kompleks. Manusia begitumudah berhubungan dengan manusia lain di manapun di dunia ini.Berbagai barang dan informasi dengan berbagai tingkatan kualitastersedia untuk dikonsumsi. Akibatnya akan mengubah pola pikir, sikapdan tingkah laku manusia. Hal seperti ini kemungkinan dapatmengakibatkan perubahan aspek kehidupan yang lain seperti hubungankekeluargaan, kemasyarakatan, kebangsaan, atau secara umumberpengaruh pada sistem budaya bangsa. Oi sinilah kembali munculpersoalan, bagaimana lembaga pendidikan mampu membina wawasanbudaya sehingga bangsa kita dapat berkembang mengikuti tuntutanbUdaya zaman, namun tetap mampu menjaga nilai-nilai dasar dannilai-nilai luhur sebagai kepribadian bangsa.

Maksud dan Implikasi Pasar Bebas

Era pasar bebas, seringkali diasumsikan sebagai datangnya berbagaikemudahan untuk mendapatkan barang dan jasa, maupun keleluasaanmemasarkan produk secara meluas tanpa terbatasi oleh dinding bataswilayah geografis negara. Era pasar bebas identik dengan kemudahan,keterbukaan dan kebebasan.

Untuk dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas maknaperdagangan bebas/liberalisasi perdagangan, ada baiknya terlebih dahulukita mencoba 'memahami makna liberalisasi. Kata 'liberalisasi' berasal daribahasa Prancis libre atau dalam bahasa Latin libertas yang artinya 'bebas'.Suprapto (1995:35) memberi batasan, liberalisme adalah suatu faham yangmendudukkan individu sebagai pusat perhatian dalam kehidupanbermasyarakat dan bernegara dengan kebebasan individu dijadikan titiktolaknya. Namun mengenai pengertian liberalisasi perdagangan, menurutSuprapto -(1995:39) tidak ada kaitannya dengan faham liberalisme yang

Page 3: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

Penn Lembsgs PendidikBn ds/sm Pembinssn

Budsys Bangss Menghsdspl En Psss, &bss35

individualistik. Perdagangan bebas merupakan tatanan sistem perdagangandan investasi intemasional yang berlangsung secara lebih terbukamelampaui batas-batas negara.

Orientasi kebebasan bukan berada pada tingkat individu, tetapimenjadi milik bersama yang harus dihormati oleh semua bangsa. Apabilakita berpikir secara agak filsafati, era pasar bebas sebenamya sangatmensyaratkan keterikatan. Perdagangan bebas itu terlaksana apabilamasing-masing negara merasa terikat oleh tanggungjawab dan komitmenyang telah disepakati. Hanya dengan kesadaran itulah, kiranya prosesperdagangan benar-benar dapat berlangsung terbuka dan damai.

Dengan liberalisasi perdagangan ini, arus barang, jasa modal, dantenaga kerja dengan mudah menembus batas-batas antar negara. Prosedurperdagangan antar negara yang semula berbelit-belit dan melelahkan,dengan datangnya era pasar bebas akan menjadi lebih sederhana. Dale danMichelon (1986:258) mengatakan, di dalam suasana pasar global, manusiamenjadi lebih mudah mendapatkan barang, jasa maupun informasi yangdiperlukan, baik dari dalam negeri maupun dari manca negara.

Akan tetapi di samping kemudahan-kemudahan yang dijanjikan, adasatu kenyataan yang tidak dapat dibantah pula, bahwa era pasar bebasmengandung implikasi yang perlu diwaspadai. Ikatan Peminat dan AhliDemografi Indonesia (Kompas, 21 November 1996, hal:17) sudahmenyuarakan kekhawatiran terhadap implikasi era pasar bebas itu. Sejakjauh hari, lembaga ini sudah memberikan peringatan, jangan sampaipenduduk Indonesia yang kini berjunilah 200 juta jiwa pada tabun 2003hanya menjadi pasar empuk bagi negara lain di era perdagangan bebas danglobalisasi. Entah itu berupa barang buatan luar negeri, tenaga kerja asingyang mengisi berbagai jenis jabatan atau keahlian, maupun banjir informasiyang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia.

Implikasi era pasar bebas dengan cepat juga akan merambahkehidupan politik dengan gerakan demokratisasi dan perjuangan hak azasimanusia. Tanpa sikap waspada yang memadai, sangat mungkin masyarakatakan mudah termakan isu-isu tidak bertanggung jawab yang berkedokdemokrasi, HAM, dan kebebasan.

Begitu pula dilihal dari aspek kebudayaan, era pasar bebas akanmenjadi media yang praktis bagi menyebarnya nilai-nilai budaya asing kedalam wilayah negara kita. Terlebih lagi dengan didukung pesatnyakemajuan teknologi komunikasi, inleraksi antarbudaya berjalan lebih lancar,serta kebudayaan asing secara deras akan mempengaruhi dan mencemarikebudayaan Indonesia.

Kondisi yang kita inginkan adalah agar inleraksi antar budaya tetapmenjaga hak semua manusia untuk dimanusiakan. Kita sarna sekali tidakmenginginkan adanya satu budaya tertentu yang terlalu dominan

Page 4: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

36 Cskrtlwsls PBndidiksn No.7, rshun XVI, FBbrusri 7997

mempengaruhi dan memaksakanjturut memberi wama bUdaya bangsa lain.Semua manusia memiliki pola kebudayaan, yang dimungkinkan salingberbeda apabila dibandingkan dengan manusia, masyarakat atau bangsa lain.Oleh karena itu, interaksi antar budaya sebagai implikasi laju pasar bebas,diharapkan dijiwai oleh kesadaran untuk memanusiakan manusia. DickHartoko (1981:1-2) menyatakan kebudayaan adalah suatu kegiatan kulturalyang mempunyai sifat mengembangkan derajat kemanusiaan. Dengandemikian, sesuatu dikatakan a-kuitural, tidak berbudaya, kalau sesuatu itubersifat menghambat perkembangan derajat kemanusiaan, kalau sesuatu itumengancam, apalagi kalau mematikan derajat kemanusiaan.

Interaksi Antarbudaya

Kebudayaan Indonesia secara umum dapat dikatakan berkembangsecara dinamis, dipengaruhi perkembangan "kebudayaan daerah serta adanyainteraksi dengan budaya manca negara. Selain terjadi kontak budaya antarsuku, antar daerah, dan antar pulau di Indonesia sendiri, maka dalamkenyataannya berlangsung pula interaksi antara budaya Indonesia denganbudaya asing. Dengan datangnya era pasar bebas, sudah tentu budaya asingyang masuk ke negara leita semakin banyak.

Mengenai terjadinya kontak budaya antar daerah, tidak pemah leitaanggap sebagai masalah yang merisaukan, bahkan leita melihatnya sebagaisuatu proses yang memang diharapkan terjadi. Akan tetapi, berlangsungnyainteraksi antar budaya secara intemasional, seringkali menuntut suatu sikapwaspada dan hali-hati. Koentjaraningrat (1981:65) mengingatkan bahwasuatu proses interaksi antar budaya tertentu menjadi media masuknyanilai-nilai budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai budaya masyarakatIndonesia.

IGta tentu menyadari, dengan era pasar bebas, proses kontak budayaakan semalein pesat. Dengan tersedianya sarana komunikasi massa sampaike rumah-rumah penduduk, maka berarti tidak ada satu pun keluarga ataumasyarakat yang mampu menutup diri. Padahal sesuai dengan peta jalurkomunikasi intemasional yang ada, negara-negara maju lebih mendominasisebagai pemberi informasi, sedang negara-negara berkembang cenderungsebagai penerima. Proses komunikasi dikendalikan oleh negara-negara majusehingga "globalisasi budaya" juga akan dipengaruhi oleh nilai-nilai budayayang berkembang di negara maju. Ada kesan bahwa globalisasi budayamerangsang kemungkinan terjadinya pemusatan sumber informasi secarasepihak.

Liberalisasi yang terasa cenderung satu arah itulah yang sangat di­khawatirkan akan dapat mengancam kepribadian dan kebudayaan bangsadaTi negara berkembang. Mengapa? Bangsa di negara berkembang itu jauh

Page 5: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

Peran Lembaga Pendidikan da/am Pembinaan

Budaya Bangsa Menghadapi Era Pasar Bebas37

ketinggalan dalam memberikan informasi dan mengadakan komunikasimengenai kebudayaan sendiri, dengan akibat sulit menangkal atau melunak­kan pengaruh yang datang dari negara-negara maju.

Timbullah persoalan masa depan kebudayaan kita. Akankah kitamembiarkan nilai-nilai budaya luhur yang kita agungkan begitu mudahterpuruk, terdesak budaya asing dan ditinggalkan oleh generasi mendatang?Tentu saja tidak, kita akan senantiasa berusaha melaksanakan pembinaanbudaya bangsa. Tujuannya, untuk melestarikan nilai-nilai bUdaya bangsayang luhur serta kemampuan menyerap nilai-nilai budaya dari luar yangpositif dan yang diperlukan bagi pembaharuan proses pembangunan. Dalaminteraksi antarbudaya, bangsa Indonesia harus mampu memberikaninformasi ke luar, sebagai upaya memperkenalkan budaya Indonesia danturut membangun peradaban global dunia. Dengan cara demikian,diharapkan kebudayaan Indonesia akan selalu tampil segar, tidak tertinggalperkembangan zaman, tetapi tidak terasing dari matriks kepribadian budayasendiri yang didasari falsafah Pancasila.

Peran Lembaga Pendidikan clalam Pembinaan Budaya Bangsa

Pembinaan budaya bangsa merupakan bagian yang tidak dapatdipisahkan dari perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa.Pembinaan budaya bangsa mempunyai tujuan untuk membentuk masyarakatIndonesia modern yang berdasarkan Pancasila, yaitu masyarakat Indonesiayang adil dan makmur, baik lahiriah maupun batiniah, dengan anggotamasyarakatnya yang bersifat takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,terampil, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian Indonesia. Berbekalkondisi sepertiini, bangsa Indonesia diharapkan lebih mampu memasuki erabaru, di mana interaksi budaya berlangsung secara pesat.

Untuk mencapai tujuan di atas, tidak dapat disangkal lagi, lembagapendidikan di negara kita mempunyai peranan yang besar. Bangsa kitamenyadari sepenuhnya bahwa keseluruhan proses perkembangankebudayaan erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Semua materi yangbernaung dalam suatu wadah kebudayaan, diperoleh dan dikembangkansecara sadar lewat proses belajar. Lewat proses belajar inilah diteruskannilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya. Lewatproses belajar, dimungkinkan nilai-nilai budaya luhur yang telah silambereksistensi pada masa kini dan kebudayaan masa kini disampaikan kemasa yang akan datang.

Pada bagian penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989tentang Pen9idikan Nasional, terdapat penekanan bahwa dalam rangkapelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila di bidangpendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan pertama,

Page 6: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

38 CBkrBwBIB PendidikBn No.1, .TBhun XVI, FebruBri 1997

pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggikualitasnya dan mampu mandiri; kedua, pemberian dukungan bagiperkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang lerwujuddalam ketahanan nasional yang tangguh, yang mengandung maknaterwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, ideologi danbudaya ~ng bertentangan dengan nilai-nUai Pancasila.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa lembaga pendidikan memilikiposisi peranan yang strategis untuk melahirkan manusia yang ahli sekligusberbudaya, karena lembaga pendidikan melaksanakan transfer of knowledgesekaligus transfer of value. Strategi pembangunan pendidikan bertujuanuntuk membentuk dan menciptakan sosok manusia Indonesia yang utuh, dimana .aspek lahiriah dan aspek batiniah berada dalam suatu keseimbanganyang bulat. Ini berarti lembaga pendidikan harus memegang teguh orientasikeilmuan dan orientasi budaya dalam satu keseimbangan yang integratif.Lembaga pendidikan bertanggungjawab mencipta manusia ahli yangbertakwa dan berbudaya.

Keterkaitan yang erat antara pendidikan dan penanganan masalahkebudayaan, disoroti oleh Fuad Hasan (1986:39) bahwa pendidikan sebagaiupaya pengembangan sumber daya manusia dalam arti yang seluas-Iuasnya,dan kebudayaan sebagai milik seluruh bangsa adalah dua hal yang berkaitanerat. Pendidikan berlangsung dalam suatu iklim budaya, bahkan tidakterlepas dari matriks kebudayaan yang menjadi bumi persemaian identitasbangsa. Sedang kebudayaan memerlukan usaha pelestarian melaluipendidikan yang menyadarkan kepentingan preservasi atau pelestarian nilaibudaya yang turun-temurun. Pendidikan tanpa orientasi budaya akanmenjadi gersang dari nilai-nilai luhur. Kebudayaan tanpa pendukung­pendukungnya yang sadar dan terdidik, pada akhimya akan memudarsebagai sumber nilai dan menjadi silam dalam perjalanan sejarah.

Jelaslah bahwa untuk menghadapi era pasar bebas, pembinaan budayabangsa yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan, bermaksud meng­hasilkah manusia Indonesia modern yang tidak tertinggal perkembanganzaman, tetapi tidak terasing daTi matriks kebudayaannya sendiri, kebudayaanyang menghasilkan identitas bangsanya sendiri.

.'-:.

Apilbila memang yang hendak kita hasilkan itu adalah manusiaIndonesia'yang berbudaya tinggi, maka mau tidak mau, Iembaga pendidikanharus mampu memberikan wawasan positif kepada peserta didik danmasyarakat. Wawasan itu, dimaksudkan agar mereka mampu bersikaprealistis terhadap nilai-nilai budaya tradisional. Sudah tentu tidak semuanilai tradisional harus dilestarikan. Sekiranya nilai-nilai tradisional itu sudahbasi dan tidak relevan Iagi dengan dinamika kemajuan zaman, seharusnyamereka tidak perlu merasa "berdosa" untuk menyingkirkan atauiIlemodifikasikannya. Begitu pula terhadap nilai modern yang datang dari

Page 7: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

Peran Lembaga Pendidikan da/am Pembinsan

Budaya Bangsa Menghadapi Era Pasar Bebas39

luar, mereka perlu memiliki sikap antisipatif yang bijaksana. Nilai bUdayaasing yang memang sanggup memperkaya budaya, tidak bertentangandengan nilai-nilai Pancasila, bahkan relevan dengan gerak pembangunan,perlu diterima. Namun apabila nilai bUdaya asing itu diduga tidak mampumemberi dorongan positif atau bahkan menghambat, bertentangan dengannilai-nilai budaya luhur bangsa tidak perIu diserap sebagai altematif acuanpembaharuan pola budaya.

Interaksi antara nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai modem,menurul Astrid S. Susanto (1980:11) melahirkan tiga jenis masyarak31budaya, yaitu: (a) masyarakat yang berpegang kepada mitos; (b) masyarakatyang berpegang kepada apa yang dapat dibuktikan (ontologi); (c)masyarakat yang berpegang kepada apa yang relevan dan bermanfaal padamasa kini (fungsionalisme). Dilinjau dari segi ini, sudah tentu lembagapendidikan kita ingin meneetak manusia yang mengutamakan hal-hal yangrelevan dan bermanfaat, daripada mitos dan magi.

Persoalannya bukanlah tradisional alau modem, melainkan apakahnilai-nilai tersebut relevan dan bermanfaat ataukah tidak. Dalam Garis-garisBesar Haluan Negara (GBHN) disebutkan bahwa kebudayaan Indonesiayang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa, karsa, dan karyabangsa Indonesia, dan merupakan keseluruhan daya upaya manusiaIndonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, sertadiarahkan unluk memberikan wawasan dan makna pada pembangunannasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dalam rangkapengembangan kebudayaan Indonesia, perlu ditambahkan kemampuanmasyarakat untuk mengangkat nilai-nilai tradisional daerah yang luhur sertamenyerap nilai-nilai dari luar negeri yang positif dan yang diperlukan bagipembaharuan kebudayaan bangsa. (Bahan Penataran, 1993:152-153).

Secara umum, pembinaan budaya bangsa melalui lembaga pendidikandapat ditempuh dengan dua pendekatan, yakni pendekatan mono/itik. danintegratif. Ismail Arianto (1988:139-140) menjelaskan dua pt<ndekatan itu,bahwa pendekatan monolitik ialah pendekatan yang didasarkan padapemikiran bahwa setiap mata pelajaran merupakan sebuah komponen yangberdiri sediri dan mempunyai tujuan tertentu dalam suatu kesatuan sistem.Wujud dari pendekatan ini, pembinaan budaya bangsa itu berlangsungdalam pelaksanaan kuliah lImu Budaya Dasar atau Antropologi Budayasebagai mata kuliah yang berdiri sendiri.

Pendekatan integratif ialah memadukan atau menyatukan materipembinaan kebudayaan ke dalam maleri bidang studi atau mata pelajarantertentu. Munculnya konsep integratif disebabkan oleh kurikulum dilembaga pendidikan kita sudah padat, sehingga sulit sekali menghadirkanmata pelajaran baru. Dengan keadaan ini, pembinaan budaya bangsa dapat

Page 8: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

40 Cakrawala Pendidikan No.1, Tahun XVI, Februari 1997

diintegrasikan dengan mata kuliah atau mata pelajaran lain yang relevan,misalnya Agama, Pancasila, Sosiologi, Sejarah dan sebagainya.

Lebih baik lagi apabila pendekatan yang ditempuh, baik monolitikmaupun integratif, dilengkapi dengan kesadaran para pendidik untukmenjadikan norma-norma budaya luhur sebagai bagian yang tidakterpisahkan dari kurikulum pendidikan maupun dari kegiatan belajar­mengajar. Dengan cara demikian suatu proses belajar- mengajar di lembagapendidikan akan menghasilkan peserta didik yang menguasai ilmupengetahuan dan buday~ (kognitif), mengekspresikan dalam sikap (afektif)dan mampu mewujudkan dalam karya nyata (psiko motorik). Peningkatankecerdasan di bidang keilmuan harus sejajar dengan peningkatan di bidanglain seperti keagamaan, kebudayaan dan moral. Pengajaran keilmuan danpendidikan budaya berpadu dalam ciri manusia Indonesia, ialah manusiayang tangguh menghadapi pengaruh nilai-nilai budaya manca negara yangsudah pasti akan terjadi begitu hebat pada era pasar bebas.

Kesimpulan

Era pasar bebas akan membawa dampak positif dan negatif bagikehidupan masyarakat, khususnya berkaitan dengan ketahanan budayabangsa. Dampak positif akan kita rasakan, karena dalam suasana pasarglobal, manusia menjadi lebih mudah mendapatkan barang, jasa daninformasi yang diperlukan. Namun peredaran barang, jasa dan informasiyang begitu mudah menembus batas-batas negara, sangat potensialmengandung implikasi yang bersifat negatif. Era pasar bebas akan menjadijembatan meningkatnya penyebaran nilai- nilai budaya asing ke dalamwilayah suatu negara. Kita tidak akan membiarkan nilai-nilai budaya luhurterdesak budaya asing dan ditinggalkan oleh generasi penerus. Kita perlusenantiasa melaksanakan pembinaan budaya bangsa, antara lain kita tempuhmelalui lembaga pendidikan.

Lembaga p~ndidikan, di samping fungsinya sebagai wahana untukmelahirkan manusia-manusia Indonesia yang cerdas dan ahli, juga memilikiperanan penting dalam membina budaya bangsa. Terlebih lagi dalam rangkamenghadapi era pasar bebas, lembaga pendidikan diharapkan mampumelaksanakan dua tugas tersebut secara seimbang. Tujuannya, selain pesertadidik kelak memiliki kemampuan keilmuan untuk mendukung pem­bangunan, juga mampu melestarikan nilai-nilai budaya bangsa yang luhurserta menyerap nilai budaya dari luar yang relevan dengan pembangunan.Untuk membina bud;!ya bangsa, lembaga pendidikan perlu: (1)memperkenalkan budaya bangsa yang luhur; (2) membina sikap realististerhadap nilaf budaya tradisional; (3) membina kemampuan menangkal nilaibUdaya yang tidak relevan dengan pembangunan dan bertentangan dengan

Page 9: PERAN LEMBAGA PENDIDlKAN DALAM PEMBINAAN BUDAYA BANGSA ...

Persn Lembags Pendidikan da/am Pembinasn

Budaya BBngss Menghadspi Era Pasar Bebss

41

nilai-nilai Pancasila; (4) menyelaraskan dengan kurikulum pendidikansehingga pembinaan budaya dapat ditempuh dengan dua alternatifpendekatan, yakni monolitik dan integratif.

Dengan cara demikian, kiranya lembaga pendidikan benar-benarmampu mengemban tugas sesuai amanat GBHN, yakni mencerdaskankehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalammewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makrnur, serta memungkinkanwarga negara mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek lahiriahmaupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Daftar Pustaka

Astrid S. Susanto, Dr. Phil., 1980, Komunikasi Sosial di Indonesia,Binacipta, Bandung.

Bahan Penataran P-4, 1995, Garis-garis Besar Haluan Negara, BP-7 Pusat,Jakarta

Dale dan Michelon, 1986, Metode-metode Managemen Modern, 1986,Andalas Putra, Jakarta.

Dick Hartoko, 1981, Suatu ReOeksi Barn tentang Hakekat Kebudayaan,Unair, Surabata.

Fuad Hassan, 1986, "Mendekatkan Anak Didik bukan Menjauhkannya",Prisma NO.2 TAhun XV, Jakarta.

Ismail Arianto, 1988, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup diIKIP dan FKIP Buku Pegangan Mahasiswa, Depdikbud., Jakarta.

Koentjaraningrat, 1981, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan,Gramedia, Jakarta.

Sekretariat Kabinet RI, 1989, Undang-undang RI Nomor 2 TAhun 1989tentang Pendidikan Nasional, Jakarta.

Suprapto, M.Ed., 1995, Pancasila sebagai Ideologi Terbuka dalamMenghadapi Liberalisasi Penlagangan Internasional, BP-7 Pusat,Jakarta.

Kompas, 21 November 1996.