Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di...

37
i Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga Oleh: SANTI ERLANDA MAGDALENA LETELAY 712012095 TUGAS AKHIR Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di...

Page 1: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

i

Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di GPIB Jemaat

Tamansari Salatiga

Oleh:

SANTI ERLANDA MAGDALENA LETELAY

712012095

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di GPIB Jemaat

Tamansari Salatiga

oleh:

SANTI ERLANDA MAGDALENA LETELAY

712012095

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada program Studi: Teologi, Fakultas: Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel, M.Si Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Dekan

Pdt. Izak Y.M. Lattu, Ph.D Pdt. Dr. Retnowati, M.Si

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2017

Page 3: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Santi Erlanda Magdalena Letelay

NIM : 712012095 Email : [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi : Teologi

Judul tugas akhir : Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri

Di GPIB Jemaat Tamansari Salatiga

Pembimbing : 1. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel, M.Si

2. Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana maupun di

institusi pendidikan lainnya.

2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan gagasan,

rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan

pihak lain, kecuali arahan pembimbing akademik dan narasumber penelitian.

3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang telah

diketahui dan disetujui oleh pembimbing.

4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah

dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini,

serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya

Wacana.

Salatiga, 31 Januari 2017

Santi Erlanda Magdalena Letelay

Page 4: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Santi Erlanda Magdalena Letelay

NIM : 712012095 Email: [email protected]

Fakultas : Teologi Program Studi: Teologi

Judul tugas akhir : Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di

GPIB Jemaat Tamansari Salatiga

Dengan ini saya menyerahkan hak non-eksklusif* kepada Perpustakaan Universitas –

Universitas Kristen Satya Wacana untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan

pengelolaan terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir

elektronik sebagai berikut (beri tanda pada kotak yang sesuai):

a. Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

PerpustakaanUniversitas, dan/atau portal GARUDA

b. Saya tidak mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori

Perpustakaan Universitas, dan/atau portal GARUDA**

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Salatiga, 31 Januari 2017

Santi Erlanda Magdalena Letelay

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel, M.Si PPdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

* Hak yang tidak terbatashanya bagi satu pihak saja. Pengajar, peneliti, dan mahasiswa yang

menyerahkan hak non-ekslusif kepada Repositori Perpustakaan Universitas saat mengumpulkan hasil

karya mereka masih memiliki hak copyright atas karya tersebut.

** Hanya akan menampilkan halaman judul dan abstrak. Pilihan ini harus dilampiri dengan penjelasan/ alasan

tertulis dari pembimbing TA dan diketahui oleh pimpinan fakultas (dekan/kaprodi).

Page 5: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Santi Erlanda Magdalena Letelay

NIM : 712012095

Program Studi : Teologi

Fakultas : Teologi

Jenis Karya : Jurnal

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas

karya ilmiah saya berjudul:

Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di GPIB Jemaat

Tamansari Salatiga

beserta perangkat yang ada (jika perlu).

Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan,

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada tanggal: 31 Januari 2017

Yang menyatakan,

Santi Erlanda Magdalena Letelay

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel, M.Si Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo

Page 6: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena

atas berkat, kasih dan anugerah-Nya yang begitu melimpah dalam kehidupan

penulis. Secara khusus, penulis mengucapkan syukur karena tuntunan dan

penyertaanNya yang tidak pernah berhenti bagi penulis selama penulis menjalani

masa pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)

hingga pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan perkuliahan dan Tugas

Akhir dengan baik.

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol). Tugas Akhir ini

disusun dengan harapan karya tulis ini dapat membantu warga Gereja dan bagi

warga jemaat GPIB Tamansari Salatiga secara khusus yang mana menjadi tempat

penelitian penulis, untuk lebih memahami tentang konseling lintas budaya dan

mengaplikasikan teori konseling lintas budaya dalam penerapan pada pelayanan

khususnya di bidang konseling dengan sebagaimana mestinya sehingga tidak

terjadi bias dalam proses konseling. Penulis juga berharap tugas akhir ini dapat

berguna di kemudian hari guna referensi atau sekedar menambah pengetahuan

bagi warga jemaat dan pekerja gereja dalam memperlakukan dan memahami

peran konseling lintas budaya. Dalam seluruh rangkaian tulisan ini, penulis

menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan sehingga diperlukan kritik

dan saran agar tulisan ini juga dapat terus dikembangkan menjadi lebih baik.

Penulis

Page 7: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ........................................ iv

PERNYATAAN BEBAS ROYALTI DAN PUBLIKASI .................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................ ix

MOTTO ................................................................................................. xiii

ABSTRAK ............................................................................................. xiv

1. Pendahuluan ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

2. Konseling Lintas Budaya ................................................................. 6

2.1 Definisi Konseling Lintas Budaya ............................................ 7

2.2 Identifikasi hubungan Konselor dan Konseli ......................... 8

2.3 Bias dalam konseling lintas budaya ...........................................9

2.4 Pendekatan perilaku dalam konseling lintas budaya ..............11

2.5 Sensitifitas budaya dalam konseling lintas budaya .................12

2.6 Pengertian, Fungsi, Bentuk dan Peran Keluarga ....................13

2.7 Konseling Lintas Budaya dalam Konflik Suami Istri .............14

Page 8: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

viii

3. Peran Konseling Lintas Budaya dalam Konflik Suami Istri ...... 15

3.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ..................................... 15

3.2 Konflik Suami Istri Bernuansa Budaya ................................. 17

3.3 Pandangan Pendeta Mengenai Peran Konseling .................... 19

3.4 Pandangan Warga Jemaat Mengenai Peran Konseling ........ 23

4.Kesimpulan .........................................................................................24

Daftar Pustaka ...................................................................................... 25

Page 9: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan

bantuan baik dalam bentuk kritik, saran serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang oleh karena kasih dan kemurahan cintaNya

yang selalu menolong penulis dalam menjalani studi di Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana.

2. Kepada kedua Orang Tua terhebat yang sangat penulis cintai dan kasihi

dengan segenap hati. Papa dan Mama terima kasih untuk semua doa,

nasehat dan dukungan dalam setiap suka maupun duka, terima kasih untuk

semua usaha dan kerja keras dari papa dan mama. Anty paling sayang

papa dan mama. Doa minta TeteManis kasih umur panjang buat papa dan

mama sampe Anty pakai Toga di Mimbar.

3. Kepada anak Tercinta Simon Hentje Letelay (Anangku) yang selalu jadi

semangat hidup penulis selama menjalani perjalanan yang panjang di

tempat perkuliahan. Cinta untuk Anang seluas dan sebanyak semua jumlah

butiran pasir di seluruh muka bumi.

4. Semua keluarga besar, Alm. Tete S.H dan Nene Mia, semua yang dari

Amaya, Alm.A.D.Umkeketony, Alm. Simon Petrus Umkeketony. Nene

Gonda Umkeketony, Mama Novi Umkeketony, Bapa Tom Kunu, , Kaka

Inay, Kaka Oyang, Kaka Nyong, Ade Rudi, Ade Kenna, Ade Koti yang

setia menjadi pengawal dan kadang jadi malaikat tak bersayap bagi

penulis, Ade Indari, Ade Dinda, Ade Elisa, Ade Kunu, Ade Olin, Ade

Bitha yang selalu ada saat suka dan duka dalam rentan waktu serta jarak

yang berbeda.

5. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel dan Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo yang

telah menjadi dosen pembimbing penulis selama masa penulisan Tugas

Akhir ini. Terima kasih atas waktu, motivasi, saran dan kritik yang

diberikan kepada penulis. Mohon maaf jika ada perilaku yang kurang

berkenan selama masa bimbingan, teriring doa Tuhan Yesus Memberkati.

Page 10: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

x

6. Pdt. Dr. Ebenhaizer I. Nuban Timo selaku dosen wali penulis. Terima

kasih untuk segala perhatian, dukungan dan motivasi yang diberikan

selama masa perkuliahan hingga penulis mampu untuk menyelesaikan

studi.

7. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Teologi. Terima kasih sudah membagi

ilmu pengetahuan kepada penulis, mendukung dan memotivasi penulis

untuk terus belajar agar penulis dapat terus berkembang. Buat Bu Budi

yang selalu setia membantu segala keperluan mahasiswa dan tidak bosan

untuk menerima kami dikantornya terima kasih banyak Bu. Kepada ibu

dekan, terima kasih ibu sudah bersedia menjadi ibu bagi penulis selama

masa perkuliahan di tanah rantau, teriring doa Tuhan Yesus Memberkati

bapak dan ibu beserta keluarga.

8. Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Teologi yang sudah memberikan saya

kesempatan untuk mengasah kreatifitas dan mental yang lebih baik untuk

saya gunakan di kehidupan saya kedepan.

9. Jemaat GPIB Tamansari Salatiga, Ibu Pdt. Miss Pelletimu Sono Bogar

yang sangat baik kepad penulis saat proses penelitian tugas akhir, Bapak

Sekretaris Gereja, semua responden. Terima Kasih atas bantuannya bagi

saya selama masa penelitian. Tuhan memberkati kita semua

10. Midel Selanno pacar kini dan terakhir yang selalu setia untuk mendoakan,

memberikan motivasi, mendukung serta menghibur penulis selama masa

studi. Mohon maaf apabila dalam kebersamaan kita ada hal-hal yang

kurang berkenan, karena nona kadang keras kepala. Sukses untuk masa

depannya sayang (masa depan kita) love you.

11. Buat kehadiran Oboss, sukacitaku ,kebahagian serta motivasi yang Tuhan

kasih luar biasa baik dan indah pada waktunya. Mutter Liebst Du

12. Kaka AN Karatem yang tegas dan serius dengan segala yang dia pikirkan

kaka semangaaaatttt, Rafael Stefan Salakory (Reffilinaaa) yang baik hati

dan tidak sombong tapi sampai saat ini masih terus jomblo, Cristo ketua

angkatan terakhir dan seumur hidup para sapi-sapi 2012, Candra,

Hendrick,Icho,Ivan, Endang sayangku semangat dek kamu pasti bisa,

Page 11: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

xi

Ivon, Ziel,Mey dan semua teman-teman angkatan 2012 yang penulis

sangat kasihi dalam Tuhan Kita Yesus Kristus karena sudah seharusnya

kita saling mengasihi. Percayalah aku sangat merindukan masa kuliah dulu

bersama kalian. Teologi 2012 SAPIIIIIIIIIIIIII Teologi 2012 bagian dari

warna kehidupanku dulu, kini, dan di masa depan. Terima kasih untuk

kebersamaan kita, untuk perkenalan kita dan untuk suka serta duka yang

telah kita lewati bersama.

13. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua orang yang tidak bisa

penulis sebutkan satu demi satu. Terimakasih sudah hadir dan memberi

warna dalam kehidupan penulis. Terimakasih untuk semua orang yang

membantu penulis dalam proses penulisan Tugas akhir ini. Tuhan

memberkati Kalian semua

Page 12: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

xii

MOTTo

Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan,

Amsal 1 : 7a

Roma 8:28

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam

segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi

meeka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang

terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Nyanyian KJ. 40

Ajaib Benar Anugerah pembaruh hidupku! Ku hilang

buta,bercela; olehNya ku sembuh,dst.

Matius 21 : 22

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya.

Page 13: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

1

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peran konseling lintas budaya dalam menyelesaikan konflik suami

istri. Penelitian ini dimotivasi oleh fakta masalah yang saat ini berkembang di jemaat, yaitu konflik suami istri

yang berbeda latar belakang budaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Teknik pengumpulan data Wawancara dan observasi. Manfaat dari penelitian ini adalah pertama

secara teoritis guna memahami dan melengkapi penelitian yang terkait dengan pelayanan konseling lintas

budaya pada konteks gereja dalam pengembangan ilmu Konseling. Kedua secara praktis sebagai salah satu

upaya penulis dalam memahami dan memberikan kontribusi pemikiran baru dalam upaya memahami dan

melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan berjemaat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara

teroritis konseling lintas budaya dan konseling pastoral terpisah, namun penelitian ini cenderung menemukan

bahwa konseling lintas budaya dan konseling pastoral sering dianggap berhubungan sehingga mengakibatkan

bias-bias dalam proses konseling karena hanya memperhatikan sisi spiritualnya saja dan mengabaikan sisi

budaya dari konseli. Konseling lintas budaya dipahami sebagai konseling pastoral yang secara umum berperan

untuk menguatkan,membimbing, mendamaikan suami istri yang berkonflik. Saran untuk penelitian lanjutan

dicantumkan.

Kata Kunci: Konseling Lintas Budaya, Konflik Suami Istri.

I. LATAR BELAKANG

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) merupakan salah satu gereja

misioner yang hadir di tengah masyarakat Indonesia.1 Konteks kemiskinan, penderitaan,

kerusakan ekologi, pluralitas religius, krisis sosial tentunya juga menjadi bagian dari

pergumulan gereja GPIB Taman Sari Salatiga sebagai bagian dari gereja-gereja yang hadir di

Indonesia, dan bagian dari masyarakat Indonesia. GPIB Taman Sari Salatiga memiliki jemaat

yang multikultural sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa antara jemaat satu dengan lainnya

memiliki perbedaan yang sangat prinsip, salah satunya adalah budaya. Perbedaan budaya

inilah yang bisa ditemukan pada pasangan suami istri yang juga berbeda latar belakang

budayanya, nilai-nilai, keyakinan, serta perilaku .

Pada konteks tersebut yang menjadi permasalahan yang tidak dapat terhindarkan adalah

sering terjadi kesalahpahaman antara satu dengan yang lainnya.2

Suatu masalah yang

berkaitan dengan lintas budaya, latar belakang yang berbeda-beda ini cenderung melahirkan

konflik-konflik internal yang terjadi dalam jemaat seperti masalah keluarga yaitu konflik

antara suami dan istri atau orangtua dengan anak dan lain sebagainya. Ada berbagai faktor

yang mendasari konflik-konflik tersebut. Latar belakang yang berbeda tentu menjadi faktor

utama konflik.3

Dalam sebuah keluarga pasti memiliki perbedaan-perbedaan tertentu.

Perbedaan tersebut dapat dilihat ketika adanya startifikasi sosial dalam keluarga. Secara

spesifik lintas budaya yang dimaksudkan bukan hanya berfokus pada perbedaan etnis

1 Pokok-pokok Kebijakan Umum Panggilan dan Pengutusan Gereja GPIB Jangka panjang II (2006-2026) hlm.

iv 2 Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid: Editorial Trotta 1998),4

3 Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid: Editorial Trotta 1998),5

Page 14: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

2

melainkan juga perbedaan usia, perbedaan status sosial antara suami dan istri, perbedaaan

ekonomi atau penghasilan antara suami dan istri.

Faktor-faktor inilah yang sering menjadi penyebab utama konflik antara suami istri

dalam keluarga. Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut para pendeta

hadir sebagai konselor yang bertugas untuk mendampingi keluarga atau jemaat yang

mengalami konflik. Mengingat suami istri yang berkonflik dalam keluarga di satu sisi

mereka adalah makhluk sosial tetapi di sisi lain mereka juga adalah makhluk budaya, oleh

karena itu pendekatan konseling yang digunakan perlu memperhatikan sisi budaya juga.

Konseling dilakukan sebagai contoh salah satu upaya pendekatan para pendeta dengan jemaat

atau keluarga dalam hal ini adalah suami dan istri untuk sebuah pendampingan konseling. 4

Konseling lintas budaya adalah suatu proses konseling antara konselor dan konseli yang

dibentuk oleh latar belakang lingkungan budaya yang berbeda, jenis kelamin, ras, usia,

ekonomi dan sebagainya.5

Fakta di lapangan, konseling yang digunakan di jemaat GPIB Taman sari Salatiga

adalah konseling pastoral. Namun tidak semua konflik suami istri adalah konflik persoalan

spiritual sehingga terjadi benturan-benturan dalam proses konseling, karena konflik pastoral

adalah persoalan spiritual, akibatnya ada kegagalan dalam proses konseling. Oleh karena itu

penulis mau melihat bahwa konselor belum melihat sisi budaya bahwa setiap orang adalah

mahkluk yang berbudaya. Dalam teori Paul B Pedersen yang menemukan bahwa konseling

lintas budaya menjadi salah satu cara pendampingan terhadap jemaat namun temuan fakta di

lapangan menunjukkan bahwa sejauh ini proses konseling yang dilakukan hanya terbatas

pada konseling pastoral dalam mengatasi konflik suami istri.6 Adapun banyak benturan-

benturan antara suami istri yang berkonflik karena penghasilan ekonomi, status sosial, usia

yang berbeda.7 Bahkan ada juga konflik suami istri yang belum terselesaikan.

8

Pada kenyataanya persoalan yang mereka hadapi adalah persoalan yang berhubungan

dengan latar belakang budaya, persepsi, pekerjaan yang berbeda contohnya istri punya

kedudukan, penghasilan lebih besar dari suami.9 Ketika ada perbedaan persepsi, perbedaan

4 Kathryn Geeldard dan David Geldard, Konseling Keluarga:Membangun relasi untuk saling memandirikan

antaranggota keluarga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011),361 5

Pedersen,P.B.The culture inclusiveness of counseling, In P.B.Pedersen. J.G.Draguns, W.J.Lonner &

J.E.Trimble(Eds), Counseling across cultures (rev. and expanded ed.), Honolulu: Universitas Press of

Hawai,1981,131. 6 MP,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015, pukul 10.40 WIB

7 FP,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015, pukul 16.00

8 MM,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015, pukul 18.00

9 AS,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015,pukul 19.00

Page 15: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

3

pandangan mengenai penghasilan, ekonomi, latar belakang persoalan-persoalan ini

menempatkan kita pada konseling lintas budaya.

Ada banyak benturan dalam proses konseling karena konseling yang dilakukan lebih

dominan pada pastoral yang terlalu menekankan pada spiritualnya saja, contohnya ketika ada

suami atau istri yang mengutarakan persoalan mereka kepada konselor dalam hal ini adalah

pendeta, selalu menghubungkan dengan ayat-ayat Alkitab (Efesus 5 : 25), atau anjuran untuk

saling mengasihi, hanya memberikan kekuatan untuk tetap sabar. Sedangkan persoalan

mereka bukan hanya dapat diselesaikan ketika dikuatkan dengan ayat-ayat Alkitab atau sabar

dan lainnya, sedangkan persoalan mereka di sini adalah perbedaan persepsi, persoalan lintas

budaya bahkan ada yang sampai pada tingkat persoalan yang tidak dapat terselesaikan

sehingga ada istri yang mengambil keputusan untuk meninggalkan suaminya.10

Persoalan-

persoalan seperti inilah harus diselesaikan dengan pendekatan konseling lintas budaya.

Konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural encounter) antara

konselor dan konseli.11

Keterampilan konselor lintas budaya harus selalu mengembangkan

keterampilan untuk berhubungan dengan individu yang berasal dari latar belakang etnis

yang berbeda. Dengan cara banyaknya berlatih untuk berhubungan dengan masyarakat luas,

maka konselor akan mendapatkan keterampilan (perilaku) yang sesuai dengan kebutuhan.

Konseling lintas budaya akan dapat terjadi jika antara konselor dan klien mempunyai

perbedaan.12

Konselor dan klien pasti mempunyai perbedaan budaya yang sangat mendasar.

Perbedaan budaya itu bisa mengenai nilai-nilai, keyakinan, perilaku dan lain sebagainya.13

Konseling lintas budaya akan dapat terjadi jika konselor kulit putih memberikan layanan

konseling kepada klien kulit hitam atau konselor orang Batak memberikan layanan

konseling pada klien yang berasal dari Ambon. Konselor perlu menyadari akan nilai-nilai

yang berlaku secara umum.

Kesadaran akan nilai-nilai yang berlaku bagi dirinya dan masyarakat pada umumnya

akan membuat konselor mempunyai pandangan yang sama tentang sesuatu hal.14

Persamaan

pandangan atau persepsi ini merupakan langkah awal bagi konselor untuk melakukan

konseling. Sebagai rangkuman dari apa yang telah dijelaskan di atas, maka ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan konseling lintas budaya. Menurut Pedersen

10

AJ,Salatiga,wawancara pada tanggal 18 November 2015,pukul 09.00 11

Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid: Editorial Trotta 1998),8 12

Kathryn Geeldard dan David Geldard, Konseling Keluarga:Membangun relasi untuk saling memandirikan

antaranggota keluarga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011),83 13

Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid: Editorial Trotta 1998),9 14

Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid: Editorial Trotta 1998), 10

Page 16: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

4

(1980) dinyatakan bahwa konseling lintas budaya memiliki tiga elemen yaitu: kompetensi,

pengetahuan dan keterampilan.15

Berdasarkan latar belakang inilah maka penulis memilih

judul:

“Peran Konseling Lintas Budaya dalam Konflik Suami Istri di GPIB Tamansari

Salatiga”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah pokok

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran konseling lintas budaya dalam konflik suami istri di GPIB

Tamansari Salatiga?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi Gereja tentang

pemahaman mengenai Konseling Lintas Budaya. Sehingga tujuan dari diadakannya

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan dan menganalisa peran konseling lintas budaya dalam konflik suami

istri di GPIB Tamansari Salatiga.

Manfaat Penelitian

Secara Teoritis

Melalui karya ilmiah yang diharapkan dapat menjadi sumber pustaka yang bermanfaat

bagi kalangan intelektual, para pendeta dan warga gereja.

Secara Praktis

Bagi peneliti sendiri hasil penelitian ini menambah pengetahuan kepada gereja yang

terkait dengan permasalahan keluarga dalam hal ini konflik lintas budaya antara

suami dan istri.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Metode penelitian kualitatif pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara sistematis, faktual dan akurat

15

Sumarwiyah, Kompetensi lintas budaya dalam pelayanan konseling,...7

Page 17: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

5

mengenai fenomena atau hubungan antara fenomena yang diselidiki.16

Pengumpulan data

bertumpu pada dua sumber yaitu hasil wawancara terkait dengan persoalan penelitian dan

didukung dengan hasil observasi peneliti. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan

purposive sampling dan snowball sampling.17

a. Teknik Wawancara

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu. Ini

merupakan proses tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih saling berhadapan secara

fisik. Komunikasi yang dilakukan secara langsung berguna untuk mendapatkan keterangan

atau data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.18

Tipe wawancara bersifat terbuka

dan intens demi memperoleh informasi yang representatif dan valid tentang pokok

penelitian.19

Menggunakan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu untuk memilih informan kunci dalam penelitian ini adalah pendeta

atau konselor dan snowball sampling yang adalah teknik penetuan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil,kemudin membesar. Pertama-tama dipilih satu atau dua keluarga, tetapi

karena dengan dua keluarga ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka

penulis mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang

diberikan dua keluarga sebelumnya.20

Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan-mengacu pada perumusan masalah.21

Dalam wawancara ini peneliti

memberikan kebebasan kepada informan (subyek penelitian) dan mendorongnya untuk

berbicara secara luas dan mendalam.

Unit Analisis dan Unit Pengamatan:

Unit Analisis dalam penelitian ini adalah peran konseling lintas budaya dalam konflik

suami istri di GPIB Tamansari Salatiga. Unit pengamatan dalam penelitian ini adalah pendeta

atau konselor dan keluarga-keluarga yang bermasalah.

16

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,

2003), 136-137. 17

Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung: Penerbit Alfabeta,2016),85 18

Ibid,86 19

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta : Penerbit PT.Gramedia Pustaka

Utama,1997),129 20

Sugiono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D(Bandung: Penerbit Alfabeta,2016),87 21

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2002), 131

Page 18: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

6

Lokasi penelitian adalah wilayah pelayanan GPIB Taman Sari Salatiga. Alasan

penulis memilih GPIB Tamansari Salatiga karena penulis adalah aktivis di jemaat dan juga

menjumpai adanya kesulitan dalam proses konseling.

b. Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini dideskripsikan dalam empat bagian yaitu bagian pertama

yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, serta sistematika penulisan yang menjadi tolak ukur dari penulisan tugas

akhir ini. Pada bagian kedua tentang peran konseling lintas budaya yang meliputi definisi

tentang konseling lintas budaya menurut pemahaman Paul B Pedersen, peran konseling lintas

budaya dalam pelayanan menyelesaikan konflik suami istri. Pada bagian ketiga berisi temuan

hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi deskriptif dan analisis peran konseling lintas

budaya dalam konflik suami istri di GPIB Tamansari Salatiga. Bagian keempat tentang

penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan dari hasil penelitian dan saran

yang berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

II. KONSELING LINTAS BUDAYA

Pada bagian ini membahas tentang definisi konseling lintas budaya, identifikasi

hubungan konselor dan konseli dalam konseling budaya, bias konseling dalam konseling

lintas budaya, pendekatan perilaku dalam konseling lintas budaya, hambatan-hambatan dalam

konseling lintas budaya, sensitivitas budaya dalam konseling lintas budaya, pengertian fungsi

dan bentuk keluarga, konseling lintas budaya dalam konflik suami istri.

A. Defenisi Konseling Lintas Budaya

Konseling lintas budaya adalah suatu proses konseling antara konselor dan konseli yang

dibentuk oleh latar belakang lingkungan budaya yang berbeda, jenis kelamin, ras, usia,

ekonomi dan sebagainya.22

Dalam memahami perbedaan budaya antara konselor dan konseli

ini ada hal yang perlu diperhatikan sebagai acuan dalam proses konseling. Konselor dan

konseli berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan konseling dalam

latar belakang budaya (tempat) klien. Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya

yang berbeda, dan melakukan konseling dalam latar belakang budaya (tempat) konselor.

22

Pedersen,P.B.The culture inclusiveness of counseling, In P.B.Pedersen. J.G.Draguns, W.J.Lonner &

J.E.Trimble(Eds), Counseling across cultures (rev. and expanded ed.), Honolulu: Universitas Press of

Hawai,1981,131.

Page 19: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

7

Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan

konseling di tempat yang berbeda pula. 23

Konseling Lintas Budaya merupakan suatu proses konseling antara konselor dan

konseli dengan latar belakang lingkungan budaya yang berbeda, jenis kelamin, ras, usia,

ekonomi dan sebagainya.24

Perbedaan-perbedaan ini menjadi hal terutama yang harus

diperhatikan untuk menghindari konsekuensi yang mengakibatkan proses konseling tidak

berjalan secara efektif.

Dalam memahami perbedaan budaya antara konselor dan konseli ini ada tiga elemen

yang perlu diperhatikan sebagai acuan dalam proses konseling.25

Pertama, konselor dan

klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan konseling dalam latar

belakang budaya (tempat) klien. Kedua, konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya

yang berbeda, dan melakukan konseling dalam latar belakang budaya (tempat) konselor.

Ketiga, konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, dan melakukan

konseling di tempat yang berbeda pula.

B. Identifikasi Hubungan Konselor dan Konseli dalam Konseling Lintas Budaya

Pertama-tama yang perlu diperhatikan sebelum melakukan proses konseling ialah

konselor harus terlebih dahulu mempelajari atau mencari tahu informasi sebanyak mungkin

tentang budaya dari klien.26

Sehingga atas pengetahuan konselor terhadap budaya klien ini

sangat mempermudah konselor untuk memahami klien. Meskipun dalam kenyataannya

budaya bukan hanya sebagai salah satu faktor yang signifikan dapat mempengaruhi proses

konseling. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan pengaruh

dalam proses konseling seperti keadaan demografi yang meliputi jenis kelamin, umur, tempat

tinggal serta variabel status seperti pendidikan, politik dan ekonomi, serta yang penting

adalah agama, adat serta sistem nilai.27

Adapun kriteria seorang konselor dalam konseling lintas budaya yang efektif adalah

konselor mampu memahami nilai-nilai pribadi serta asumsinya tentang perilaku manusia dan

23

Paul B Pedersen. Counseling Across Cultures. (Madrid: Editorial Trotta, 1998), 10. 24 Dedi Supriadi, Konseling Lintas Budaya Isu-Isu Dan Relevansinya Di Indonesia (Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia, 2001) ,5

25 Paul B Pedersen. Counseling Across Cultures. (Madrid : Editorial Trotta, 1998), 10

26 Paul B.Pedersen. Counseling Across Cultures(Madrid : Editorial Trotta, 1998),128

27 Abu Bakar M.Luddin, Dasar-dasar Konseling : Tinjauan Teori dan Praktik (Bandung: Citapustaka Media

Perintis,2010) 28

Page 20: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

8

mengenali bahwa tiap manusia berbeda.28

Menurut penulis dalam melaksanakan konseling

dengan klien, konselor harus sadar penuh terhadap nilai-nilai yang dimilikinya. Konselor

harus sadar bahwa dalam melaksanakan konseling, konselor tidak bisa lepas dari nilai-nilai

yang dibawa dari lingkungan di mana dia berada, juga nilai-nilai yang sesuai dengan tugas

perkembangannya. Pedersen menyatakan bahwa konselor lintas budaya harus mempunyai

kompetensi kesadaran, pengetahuan dan keterampilan.29

Menyadari hal tersebut, konselor

sebaiknya juga menyadari bahwa klien yang dibantunya juga berasal dari latar belakang

budaya yang berbeda dan tentunya akan membawa seperangkat nilai-nilai yang berbeda

pula.30

Kebudayaan sebagai latar belakang kehidupan keluarga tentu sangat mempengaruhi

perkembangan keluarga tersebut.31

Sehingga kompetensi yang dikehendaki untuk menunjang

pelaksanaan konseling lintas budaya dibutuhkan konselor yang mempunyai spesifikasi

tertentu.

C. Bias dalam Konseling Lintas Budaya

Lintas budaya bukan lagi menjadi sesuatu yang baru karena isu-isu tentang antara atau

lintas budaya yang disebut juga multibudaya telah meningkat dalam dekade 1960-an, yang

selanjutnya menjadi dasar kesadaran bangsa Amerika pada dekade 1980-an. Namun, rupanya

kesadaran itu disertai dengan kemunculan kembali sikap-sikap rasialis yang memecah-belah

secara meningkat pula.32

Hal ini menjelaskan pandangan, bahwa dibutuhkan pendekatan baru

untuk kehidupan pada abad-21, baik yang melingkup pendidikan bagi orang biasa maupun

profesional dalam bidang lintas serta keragaman budaya. Pendidikan yang dimaksud

hendaknya menegaskan dimensi-dimensi keragaman dan perbedaan. Dengan kata lain,

kecenderungan pendidikan yang berwawasan lintas budaya sangat dibutuhkan dalam

kehidupan manusia dalam abad 21.

Dengan demikian dalam memasuki situasi konseling, yang menjadi perhatian utama

adalah individu, bukan budayanya; dan oleh karena itu konselor tidak berurusan dengan

28

Arredondo, Patricia., Gonsalves, John. Preparing Culturally Effective Counselors. (The Presonnel and

Guidance Journal. 1980), 6.

29 McRae, Mary., Johnson, Samuel. 1991. Toward Training for Competence in Multicultural Counselor

Education. Journal of Counseling & development. 70 (1): 131

30

McRae, Mary., Johnson, Samuel. 1991. Toward Training for Competence in Multicultural Counselor

Education. Journal of Counseling & development. 70 (1) :135 31

Mudji Sutrisno & Hendar Putranto, Teori-Teori Kebudayaan(Yogyakarta: Kanisius, 2005), 259

32

Hansen, L. S. Integrative Life Planning; Critical Tasks for Career Development and Changing Life Patterns

(San Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1997), 41

Page 21: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

9

budaya klien, tidak juga budaya konselor, melainkan dengan individu klien.33

Hal ini

disebabkan karena mereka terlalu percaya pada universalitas dan generalisasi teori-teori dan

prinsip-prinsip konseling yang dapat melintasi batas-batas kultur. Cara pandangan ini sangat

berbahaya bagi proses konseling, karena akan melahirkan konselor yang tidak peka-budaya

(culturally insentive counselor), tidak empatik, dan sangat mungkin untuk memaksakan nilai-

nilai budaya sendiri kepada klien yang dilayaninya.34

Dengan demikian pandangan ini terlalu

menekankan segi etik dalam konseling dan mengabaikan budaya. Namun perlu diingat bahwa

pada sisi lain ada yang terlalu percaya pada keunikan klien dan budayanya yang berbeda satu

sama lain, sehingga mengabaikan adanya kesamaan di antara klien. Tetapi pandangan ini

pun mengandung kelemahan, karena terlalu menekankan segi kebudayaan dan mengabaikan

etika dalam konseling.35

Perlu diperhatikan bahwa dalam proses konseling ada batasan-

batasan etika yang perlu diperhatikan oleh konselor.

Mengingat kembali bahwa konseling lintas budaya melibatkan konselor dan klien yang

berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, oleh karena itu proses konseling sangat

rawan terjadinya bias-bias budaya pada pihak konselor yang mengakibatkan konseling tidak

berjalan efektif.36

Agar berjalan efektif, maka konselor dituntut untuk memiliki kepekaan

budaya dan melepaskan diri dari bias-bias budaya, mengerti dan dapat mengapresiasi

diversitas budaya, dan memiliki keterampilan-keterampilan yang responsif secara kultural.

Dengan demikian, maka konseling dipandang sebagai “perjumpaan budaya” (cultural

encounter) antara konselor dan klien.37

Konseling lintas budaya akan dapat terjadi jika antara

konselor dan klien mempunyai perbedaan dan bagaimana konselor dapat memahami

perbedaan tersebut. Apalagi terutama dalam konteks suami istri pada proses konseling.

Seluruh unsur budaya akan meliputi berbagai konsep dan asosiasi, sikap kepercayaan,

harapan, pendapat, presepsi, stereotipe dan sebagainya.

Adanya keragaman budaya merupakan realitas hidup yang tidak dapat dipungkiri

mempengaruhi perilaku individu dan seluruh aktivitas manusia, yang termasuk di dalamnya

adalah aktivitas konseling.38

Ketika konselor menyadari nilai-nilai yang berlaku secara umum

33

Howard Clinebell,Tipe-tipe Dasar pendampingan dan konseling pastoral: sumber-sumber untuk pelayanan

penyembuhan dan pertumbuhan(Yogyakarta : Kanisius,2002),125 34

Davenport,Donna,Yurich,John.1991.Multicultural Gender Issues.Journal of Counseling & Development. 70

(1) :64-71 35

Davenport,Donna,Yurich,John.1991.Multicultural Gender Issues.Journal of Counseling & Development. 70

(1) : 72 36

Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid :Editorial Trotta,1998),10 37

Dedi Supriadi, Konseling Lintas Budaya Isu-Isu dan Relevansinya di Indonesia (Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia, 2001),6 38

Koentjaraningrat.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia(Jakarta: Penerbit Djambatan, 1988),191

Page 22: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

10

yaitu nilai-nilai yang berlaku bagi dirinya dan masyarakat pada umumnya akan membuat

konselor mempunyai pandangan yang sama tentang sesuatu hal. Kebudayaan merupakan

pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai dan

simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar atau tanpa dipikirkan yang semuannya

diwariskan melalui proses komunikasi dan peniruan dari satu generasi kepada generasi

berikutnya.39

Persamaan pandangan atau persepsi ini merupakan langkah awal bagi konselor untuk

melaksanakan konseling. Maka untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

kaitannya dengan konseling lintas budaya.40

Pertama, latar belakang budaya yang diimiliki

oleh klien, Kedua, asumsi-asumsi terhadap masalah yang akan dihadapi selama konseling,

dan ketiga nilai-nilai yang mempengaruhi hubungan konseling, yaitu adanya kesempatan dan

hambatan yang berlatar belakang tempat di mana konseling itu dilaksanakan.

D. Pendekatan Perilaku dalam Konseling Lintas Budaya

Dengan dapat dipahami bahwa proses-proses konseling yang demikian akan juga

dilihat dari perilaku. Pendekatan perilaku kognitif yang memungkinkan individu

mengembangkan pola perilaku untuk menangani berbagai masalah.41

Tujuan utama dari

pemecahan masalah adalah menemukan alternatif yang paling efektif untuk menangani

situasi permasalahan dan memberikan latihan yang sistematik tentang keterampilan-

keterampilan kognitif dan perilaku yang dapat membantu klien untuk secara mandiri

menangani situasi permasalahan dalam dunia yang sesungguhnya.42

Konselor pertama-tama berusaha membantu klien mengalihkan perubahan yang telah

diperoleh klien kepada keadaan yang sebenarnya dalam lingkungan sehari-hari (self-

detachment).43

Dalam proses konseling perlu melaksanakan pendekatan perilaku. Suami istri

diajak untuk mengenal lebih dalam perasaan mereka pribadi, merefleksikan setelah itu

meminta untuk mencoba memahami perasaan pasangan mereka atau perasaan anggota

keluarga. Kemudian konselor memberikan kesempatan bagi suami istri untuk

mengekspresikan apa yang mereka rasakan sebagai titik permasalahan dalam keluarga.

39

Alo Liliweri, M.S, Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya(Yogyakarta: Lkis,2002), 8 40

Yeo Anthony.Konseling: Suatu Pendekatan Pemecahan-Masalah(Jakarta: GunungMulia,2007),89 41

A.B.M.Luddin.Dasar-dasar konseling : Tinjaun Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media

Perintis,2010), 117

42

Mulyarto, Teori dan Praktik dari Konseling dan Psikoterapi(Semarang: IKIP Semarang Press,1995), 419 43

J.D.Engel.Nilai Dasar Logo Konseling(Yogyakarta: Kanisius,2014),21

Page 23: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

11

E. Hambatan-Hambatan dalam Konseling Lintas Budaya

Adapun setelah suami istri mampu menemukan titik permasalahan yang mereka hadapi,

terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi hambatan dalam proses konseling.44

Konseling

lintas budaya relatif belum memiliki konsep, teknik dan praktik yang mapan seperti gerakan

konseling sebelumnya sehingga sering dijumpai berbagai masalah dan kendala dalam

pelaksanaannya.45

Betapa pentingnya untuk memisahkan perbedaan atas latar belakang

budaya dengan perbedaan kemiskinan ataupun status sehingga menghindari salah persepsi

dan reaksi masyarakat sebagai diskriminasi berpola kultural. Sumber hambatan dan

kegagalan dalam konseling lintas budaya antara lain:46

1. Program pendidikan dan latihan konselor

Umumnya program pendidikan dan latihan konselor yang masih memiliki kekurangan,

sehingga para konselor kurang memiliki pemahaman, kesadaran, ketrampilan dan

pengalaman konseling yang memiliki budaya berbeda.

2. Kesehatan mental

Program pendidikan dan latihan konselor umumnya menghasilkan konselor yang cultur

encapsulation. Mereka berpandangan monokultural tentang kesehatan mental dan

pandangan stereotype yang negatif terhadap budaya lain.

3. Praktik Konseling

Pelaksanaan konseling profesional yang selama ini dilakukan menggunakan pendekatan

ilmiah, yang mengacu pada budaya empiristik, individualistik, kebebasan dan sebagainya,

dan kurang memperhatikan aspek-aspek budaya lain dari subyek yang dilayani, sehingga

terjadi ketidakefektifan, saling berlawanan, dan ketidakcocokan dengan budaya klien.47

Dengan demikian bekerjanya faktor-faktor tersebut juga dapat menjadi penghambat

konseling lintas budaya. Berikut dijelaskan secara rinci faktor-faktor tersebut. Perbedaan

bahasa merupakan penghambat besar yang perlu diperhatikan dalam konseling lintas-

budaya. Hal ini mengingat bahwa percakapan merupakan alat yang paling mendasar yang

digunakan oleh konselor dalam konseling. Hambatan ini bisa dijumpai jika konselor

menghadapi klien yang kemungkinan menguasai bahasa lain, tingkat penguasaannya

44

A.B.M.Luddin.Dasar-dasar konseling : Tinjaun Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media

Perintis,2010), 120 45

Glading, Samuael T. Konseling Profesi yang Menyeluruh(Jakarta: Indeks, 2012),7 46

A.B.M.Luddin.Dasar-dasar konseling : Tinjaun Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media

Perintis,2010), 126 47 M. Jumarin. Dasar-Dasar Konseling Lintas Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002),43

Page 24: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

12

kurang, miskin dalam kosa kata, miskin dalam ungkapan-ungkapan, atau menggunakan

dialek yang berbeda.48

F. Sensitivitas Budaya dalam Konseling Lintas Budaya

Dengan penekanannya ada pada komunikasi dan bahasa dalam pemaknaannya

ditemukan adanya sensitivitas secara umum dalam konseling lintas budaya. 49

Konseling antar

budaya akan berhasil apabila telah mengembangkan 3 dimensi kemampuan yaitu dimensi

keyakinan, dan sikap pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan konseli antar budaya

yang akan dilayani. Konselor tidak dipersiapkan secara khusus untuk menangani klien-klien

yang latar belakang budaya, suku atau ras, dan kelompok- Kelompok sosial ekonomi tertentu,

akan tetapi menangani klien yang bersifat antar budaya atau bahkan multibudaya. Perlu

mengingat bahwa kebudayaan memiliki 3 tingkatan perbedaan yaitu: (1) budaya tingkat

interpersonal,(2) budaya dalam tingkat kelompok etnis, dan yang ke (3) adalah sosial budaya

yang terdapat didalam satu etnis terkecil dan ada 5 macam sumber hambatan yang nuncul

dalam komunikasi dan penyesuaian diri antar budaya di antaranya (1). Sumber-sumber

berkenaan dengan perbedaan bahasa (2). komunikasi non verbal (3). Stereotipe (4).

Kecenderungan menilai, dan (5) Kecemasan.

Supaya konseling bisa berjalan efektif konselor hendaknya mempunyai kompetensi

atau kemampuan yang luas dan karakteristik sebagai berikut:50

Pertama, konselor lintas

budaya sadar terhadap nilai-nilai pribadi yang dimilikinya dan asumsi-asumsi terbaru tentang

perilaku manusia. Kedua, konselor lintas budaya sadar terhadap karakteristik konseling

secara umum. Ketiga, konselor lintas budaya harus mengetahui pengaruh kesukuan suami

istri, dan mereka harus mempunyai perhatian terhadap lingkungannya. Keempat, konselor

lintas budaya tidak boleh mendorong seseorang (klien) untuk dapat memahami budayanya

(nilai-nilai yang dimiliki konselor), Kelima, konselor lintas budaya dalam melaksanakan

konseling harus mempergunakan pendekaten eklektik.

G. Pengertian, Fungsi, Bentuk dan Peran Keluarga

Keluarga adalah suatu sistem atau unit. Orang tua yang menjadi poros dari sistem

tersebut.51

Keluarga merupakan persekutuan sosial yang paling kecil. “The familly is the

48

Yeo Anthony.Konseling: suatu pendekatan pemecahan-masalah(Jakarta: GunungMulia,2007),102 49

Ibid,103 50

A B M Luddin, Dasar-dasar konseling : Tinjaun Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media

Perintis,2010),173 51

Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor (Tangerang: Layanan Konseling Keluarga dan

Karir,2007),74

Page 25: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

13

basic social institution”. Keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri, dari suami, istri,

anak-anak (bila ada) yang terkait dan didahului dengan pernikahan.52

Keluarga adalah

kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah,

perkawinan atau adopsi. Kendatipun pengertian keluarga dikemukakan dengan cara dan gaya

yang berbeda-beda, namun di antara berbagai rumusan itu terdapat beberapa kesamaan.

Kesamaan itu menyangkut ciri-ciri pokok berikut ini: Pertama, keluarga merupakan

persekutuan sosial yang paling kecil. Kedua, keluarga terbentuk apabila ada ikatan darah,

perkawinan atau adopsi. Ketiga, keluarga itu suatu persektuan yang awalnya dari dua orang

yang berbeda jenis kelamin.53

Sebuah keluarga perlu mendapatkan bimbingan konseling

keluarga yang merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor

secara sengaja dan terencana untuk membantu anggota dan atau keluarga agar mampu

menghadapi serta memecahkan permasalahan psikologis keluarga sehingga akhirnya semua

anggota keluarga merasakan kebahagiaan.54

Dalam proses konseling lintas budaya yang

diterapkan di dalam keluarga, perlu melihat peranan keluarga yang menggambarkan

seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu.55

Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam

keluarga adalah sebagai berikut:56

Peranan Ayah: sebagai suami dari istri dan bapa dari anak-

anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga. Sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya. Peranan Ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya. Ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan

dalam keluarganya jika diperlukan. Peranan Anak: Anak-anak melaksanakan peranan

psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Anak-anak yang sudah dewasa juga bisa membantu pekerjaan ibu atau ayah di rumah,

sehingga adanya kerja sama yang terjalin antara semua anggota keluarga.

52

Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga:Terapi Keluarga (Salatiga: Widya Sari Press ,2004),7 53

Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga:Terapi Keluarga (Salatiga: Widya Sari Press ,2004) ,8 54

Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor (Tangerang:Layanan Konseling Keluarga dan

Karir,2007),75 55

Kathryn Geeldard dan David Geldard, Konseling Keluarga:Membangun relasi untuk saling memandirikan

antaranggota keluarga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011),81

56

Ibid,85

Page 26: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

14

H. Konseling Lintas Budaya dalam Konflik Suami Istri

Kaitan antara Konseling Lintas Budaya dalam keluarga adalah keluarga dibentuk dalam

sebuah kebudayaan tertentu, sehingga jika ingin melakukan konseling lintas budaya yang

efektif, maka perlu seorang konselor memiliki keahlian-keahlian yang harus diperhatikan

seperti bahasa dan prosedur pendekatan lainnya yang seperti telah dijelaskan dalam konteks

fungsi-fungsi konseling keluarga.57

Konselor memerlukan penggunaan keterampilan

manajemen perilaku yang tepat, seperti yang dibutuhkan saat satu atau kedua pasangan

berhenti mendengar, gagal untuk berusaha saling memahami satu sama lain, dan sebagai

gantinya jatuh ke dalam pola-pola interaksi yang sudah terbiasa dan bermasalah.58

Konselor harus mengetahui bahwa pada saat satu atau kedua pasangan membuat

keputusan untuk datang ke konseling, relasi mereka biasanya frustasi oleh ketidakmampuan

mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.59

Jika kebutuhan masing-

masing pasangan tidak dipenuhi akan ada ketegangan dalam relasi.60

Bagi sebagian besar

pasangan, agar kebutuhan inti tiap pasangan terpenuhi, penghargaan untuk kebersamaan dan

independensi harus ada dalam relasi. Mendorong komunikasi langsung di antara pasangan

adalah suatu strategi yang digunakan oleh konselor atau pendamping yang berguna dalam

proses konseling.61

Dalam proses konseling di gereja, pendeta atau pendamping perlu mampu

mengenali problem-problem keluarga serta apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan inti

masing-masing pasangan suami istri. Konselor menyediakan sarana atau strategi komunikasi

yang efektif, memberi label “eksperiment” kepada keputusan-keputusan dalam mengubah

perilaku serta mengabaikan perasaan gagal dari setiap pasangan suami istri.

III. HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN ANALISA

Pada bagian ini menguraikan hasil penelitian yang terdiri atas gambaran umum tempat

penelitian, pandangan pendeta mengenai peran konseling lintas budaya dalam menyelesaikan

konflik suami istri dan pandangan warga jemaat tentang peran konseling lintas budaya dalam

menyelesaikan konflik suami istri.

57

Julianto Simanjuntak, Perlengkapan Seorang Konselor (Tangerang: Layanan Konseling Keluarga dan

Karir,2007),82 58

A.B.M.Luddin, Dasar-dasar konseling : Tinjaun Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media

Perintis,2010),174 59

A.B.M.Luddin, Dasar-dasar konseling: Tinjaun Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media

Perintis,2010),175 60

Kathryn Geeldard dan David Geldard, Konseling Keluarga:Membangun relasi untuk saling memandirikan

antaranggota keluarga (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2011),107 61

Ibid,109

Page 27: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

15

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kota Salatiga meskipun kecil, keadaan

sekitarnya indah dan berhawa sejuk sehingga dipilih sebagai tempat pemukiman dan dikenal

sebagai “De Schoonste Stad Van Midden Java” (kota termudah di jawa tengah).62

Kota yang

dikelilingi perkebunan ini pada posisi seolah-olah dipagari oleh Gunung Merbabu,

Pegunungan Telomoyo, Gajah Mungkur dan Gunung Ungaran. Kota yang terletak pada

ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut dan berhawa sejuk ini tidak hanya dipilih

sebagai kota pemukiman, tetapi juga sebagai tempat istirahat. Di pusat Kota Salatiga inilah

terdapat gedung gereja yang dibangun pemerintah Hindia Belanda dengan nama De Indische

Kerk (Gereja Hindia) atau De Protestant Kerk in Indonesia (Gereja Protestan di Indonesia).

Setelah pemerintahan Hindia Belanda, termasuk jemaat De Indische Kerk kembali ke

Belanda 1949, gedung gereja tersebut digunakan untuk kegiatan kurcaci atau kepanduan

(sekarang pramuka) selama setahun.63

Pada tahun 1950, karena gedung tersebut tidak

digunakan untuk ibadah, ada upaya memanfaatkannya untuk kepentingan tertentu.

Menghadapi situasi semacam ini, Pdt Probowinoto (pada waktu itu menjabat sebagai ketua

DPRD Salatiga) berhasil meyakinkan Walikota Salatiga, bahwa gereja tersebut masih

digunakan untuk ibadah umat Kristen. Untuk itu, Pdt Probowinoto mengajak keluarga

Martodirjo, keluarga Th.A.Van Emmerick dan beberapa dari luar pulau Jawa untuk beribadah

di gereja tersebut dan upaya ini ternyata membuahkan hasil.64

Setelah segala sesuatu yang menjadi syarat pembentukan jemaat GPIB di Salatiga,

disiapkan dan disetujui oleh klasis GPIB Jawa Tengah, termasuk di dalamnya Majelis Jemaat

sebagai pimpinan jemaat baru tersebut, maka diadakanlah ibadah peresmian jemaat GPIB

Tamansari Salatiga dan pelantikan Majelis Jemaat baru pada tanggal 15 Februari 1956.65

Seiring berjalannya waktu, jumlah jemaat GPIB Tamansari Salatiga semakin bertambah.

Kemudian majelis-majelis pada saat itu diangkat dari tentara-tentara dari Indonesia bagian

Timur yang sedang ditempatkan di Salatiga. Sebelum pendewasaan, GPIB Tamansari terdiri

dari tiga sektor atau jemaat yaitu, jemaat Ambarawa, Tambakrejo dan Kebondowo atau yang

lebih sering disingkat dengan nama ATK. Jemaat ATK ini sudah ada sejak 30 tahun yang

62

Joel Ch.Zacharias,GPIB Jemaat TamanSari Salatiga menuju jemaat Misioner (Salatiga: Widya Sari

Press,2012), 12. 63

Joel Ch.Zacharias,GPIB Jemaat TamanSari Salatiga menuju jemaat Misioner (Salatiga: Widya Sari

Press,2012),21 64 Ibid, 22 65

Ibid, 23

Page 28: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

16

lalu.66

Namun jemaat ini telah dilembagakan pada tanggal 14 januari 2007, sehingga

sekarang mereka telah berdiri sendiri. Pelayanan Kategorial yang diadakan antara lain

Pelayanan BPK PA (Sekolah Minggu), PT (Persekutuan Taruna), Gerakan Pemuda, PKP

(Persekutuan Kaum Perempuan), PKB (Persekutuan Kaum Bapak), dan Lansia. Secara

khusus untuk ibadah minggu GPIB Tamansari Salatiga saat ini dilayani oleh ketua Majelis

Jemaat Ibu Pdt. Miss Pelletimu-Sono Bogar, Vikaris Nicholas F. Napitupulu dan beberapa

pendeta dari denominasi gereja lainnya yang berdomisili di Salatiga.67

B. Konflik Suami Istri Bernuansa Budaya di GPIB Tamansari Salatiga

....Konflik antara suami dan istri....68

Alasannya, karena beberapa permasalahan keluarga yang diketahui konselor tetapi

sejauh ini belum mampu memberikan pendampingan yang baik bagi keluarga-keluarga

tersebut. Ada keluarga yang sebagai sampel dari keluarga yang berbeda latar belakang

budaya, suami yang berasal dari Maluku dan istri yang berasal dari Semarang. Latar belakang

budaya inilah yang membuat sering terjadi beda pendapat.69

Ada juga keluarga yang sering

mengalami konflik karena suami dan istri tidak satu agama, meskipun mereka tetap tinggal

serumah tetapi beda keyakinan ini sering menjadi pemicu mereka tidak mau mengalah dalam

berpendapat.

Selain itu, ada juga konflik antara suami dan istri karena faktor ekonomi, suami yang

adalah kepala keluarga namun karena harus pensiun dini sehingga mempengaruhi kebutuhan

ekonomi keluarga. Istri sering menuntut apa yang kebutuhan keluarga. Hal ini dapat menjadi

salah satu faktor ketidakharmonisan dalam keluarga yang mengakibatkan konflik antara

suami istri. Dalam proses konseling lintas budaya sangat rentan mengalami bias karena

konselor hanya menerapkan konseling pastoral sehingga tidak memahami bahwa sebenarnya

permasalahan yang terjadi ini bukan masalah spiritual tetapi mengenai permasalahan beda

persepsi, nilai-nilai dan budaya yang mengakibatkan konseling lintas budaya tidak berjalan

dengan efektif.70 Dengan demikian, konselor atau pendeta dalam proses konseling tidak bisa

66

Data diperoleh dari Laporan Akhir PPL 1 Christian Petrus Ohoirat mahasiswa teologi berdasarkan wawancara

dengan Pnt. Alex da Costa (Majelis Jemaat GPIB Tamansari periode 2007-2012). 67

Data diperoleh berdasarkan wawancara dengan Miss Pelletimu-SonoBogar (Ketua Majelis Jemaat Tamansari

Salatiga). Tahun 2015 68

MP,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015,pukul 10.48 WIB 69

Paul B.Pedersen,Counseling Across Cultures(Madrid:Editorial Trotta 1998),7 70

Davenport,Donna,Yurich,John.1991.Multicultural Gender Issues. Journal of Counseling & Development. 70

(1) : 72

Page 29: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

17

hanya memperhatikan sisi pastoral tetapi budaya daripada jemaat atau suami istri juga perlu

diperhatikan.

.... Suami selalu bicara dengan suara yang besar, nada tinggi dan suka membentak istri....71

Melalui pernyataan di atas maka konseptual pandangan ini menitikberatkan pada

identifikasi latar belakang budaya yang berbeda antara suami istri. Dalam teori Pedersen yang

mengatakan bahwa kebudayaan sebagai latar belakang kehidupan keluarga tentu sangat

mempengaruhi perkembangan keluarga tersebut.72

Meskipun budaya tidak semata-mata

menjadi alasan konflik.

....akibat pensiun dini, istri selalu marah bahkan meninggalkan suami....73

Pernyataan ini menjadi fokus utama kepada konselor bahwa masalah seperti ini harus

diselesaikan sesuai dengan pendekatan konseling lintas budaya dimana telah dikatakan bahwa

faktor ekonomi juga bisa menjadi salah satu penyebab konflik antara suami istri. Pandangan

ini sejalan dengan Luddin yang berpendapat bahwa betapa pentingnya memisahkan

perbedaan latar belakang budaya dengan perbedaan kemiskinan ataupun status sosial

sehingga menghindari salah persepsi dan reaksi masyarakat sebagai diskriminasi berpola

kultural.74

Pemahaman ini, secara langsung membenarkan bahwa pendekatan konseling lintas

budaya sangat penting dalam menyelesaikan konflik suami istri karena perbedaan persepsi.

..... Malu karena istri yang menjadi kepala keluarga.....75

Adapun perubahan status sosial juga dapat menjadi faktor pemicu konflik. Istri yang

menjadi kepala keluarga, memiliki kedudukan dan jabatan terkadang ingin menjadi penguasa

di dalam keluarga, tidak menghargai suami dan kurang memberikan waktu serta kasih kasih

sayang kepada keluarga. Pada keadaan seperti inilah peran konselor untuk berusaha

membantu klien mengalihkan perubahan yang telah diperoleh klien kepada keadaan yang

sebenarnya dalam lingkungan sehari-hari. Pandangan ini lebih menekankan pada peran

keluarga yaitu istri atau ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah dalam keluarga jika

diperlukan.76

71

RM, Salatiga,wawancara pada tanggal 13November 2015,pukul 15.00 WIB 72

Paul B Pedersen,Counseling Across Cultures(Madrid:Editorial Trotta 1998), 8 73

PF,Salatiga,wawancara pada tanggal 13 November 2015, pukul 16.20 WIB 74

A.B.M.Luddin.Dasar-dasar konseling:Tinjauan Teori dan Praktik (Bandung:Citapustaka Media

Perintis,2010),126 75

YH,Salatiga,wawancara pada tanggal 13 November 2015, pukul 17.00 WIB 76

Kristian Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga:Terapi Keluarga(Salatiga:Widya Sari Press,2004),7

Page 30: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

18

C. Pandangan Pendeta dan Warga Jemaat Mengenai Peran Konseling Lintas

Budaya dalam Konflik Suami Istri.

…Pelayanan konseling lintas budaya merupakan salah satu bentuk pelayanan gereja yang

sudah lama ada namun tidak berjalan secara efektif...77

Melalui pernyataan di atas maka pada tataran konseptual pandangan ini

menitikberatkan pembagiannya secara teoritis dan praktiknya sehingga hal ini dipahami

sebagai sebuah kendala dalam pelayanan. Tentu menjadi konselor dalam hal ini pendeta

harus mampu memiliki kemampuan dan keterampilan dalam proses konseling.78

Adapun

ketidakefektifan ini dapat menjadi hambatan dalam proses konseling.79 Pendeta dalam hal ini

bertindak sebagai konselor harus mengikuti pelatihan program konseling serta mendalami

latar belakang budaya dari jemaatnya. Sehingga konselor di sini dapat mengerti sifat atau

tradisi jemaat tertentu guna mempermudah proses konseling.

....Pelayanan konseling lintas budaya belum diberdayakan secara maksimal....80

Menurut responden, pelayanan konseling lintas budaya adalah salah satu bentuk

pelayanan dari sekian banyak aspek pelayanan yang ada namun masih belum mendapat

perhatian khusus dalam pelayanan bergereja. Dengan cara diwartakan kepada anggota jemaat

yang membutuhkan pelayanan konseling dapat datang ke kantor gereja sesuai jam

kerja.81

Konseling di gereja belum berjalan secara efektif, karena ini hanya satu dari banyak

cara. Tampak jelas bahwa bias-bias budaya terjadi pada proses konseling lintas budaya

dikarenakan ada jemaat yang bisa terbuka tetapi ada juga yang tidak bisa terbuka untuk

datang dan menceritakan permasalahan kehidupan mereka.82

Oleh karena itu, gereja perlu

memikirkan tentang bagaimana proses konseling ini dapat dilakukan secara efektif,

mengingat dalam kehidupan berjemaat ada kepelbagaian budaya dan identitas jemaat yang

multikultural yang dapat menjadi salah satu hambatan dalam proses konseling lintas

budaya.83

77

OS,Salatiga,wawancara pada tanggal 13 November 2015, pukul 17.30 WIB 78

McRae, Mary., Johnson, Samuel. 1991. Toward Training for Competence in Multicultural Counselor

Education. Journal of Counseling & development. 70 (1) :135 79

Glading, Samuael T, Konseling Profesi yang Menyeluruh(Jakarta: Indeks, 2012),7 80

OS,Salatiga,wawancara pada tanggal 13 November 2015, pukul 17.30 WIB 81

OS,Salatiga,wawancara pada tanggal 13 November 2015, pukul 17.30 WIB 82

OS,Salatiga,wawancara pada tanggal 13 November 2015,pukul 17.30 WIB 83

A.B.M.Luddin. Dasar-dasar konseling : Tinjaun Teori dan Praktik (Bandung : Citapustaka Media

Perintis,2010), 120

Page 31: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

19

....Meskipun pelayanan konseling lintas budaya sudah diwartakan, respon dari jemaat hanya

sedikit yang datang ke gereja....84

Alasannya, karena tidak semua jemaat memiliki sifat terbuka atas permasalahan atau

pergumulan yang sedang dihadapi. Untuk itu perlu tinjauan kembali berdasarkan teori

Pedersen maka konselor harus benar-benar memperhatikan latar belakang budaya dari jemaat

atau konseli.85

Dengan demikian konselor yang memiliki kemampuan mampu berkreatifitas

menciptakan ide-ide atau teknik dalam melaksanakan proses konseling sehingga konseling

dapat terlaksana dengan baik.86

....Sejauh ini pendeta ataupun konselor belum langsung mendalami proses konseling lintas budaya itu

sendiri sehingga tidak terlalu memahami kondisi atau permasalahan keluarga dalam jemaat.....87

Pandangan ini, menekankan pada kesadaran konselor yang dilihat dari perannya.88

Seorang pelayan mempunyai tugas untuk membimbing, menasihati, serta menopang secara

etis. Peran itu dalam praktiknya melalui pelayanan konseling karena ini merupakan sebuah

kesadaran akan tanggungjawab dalam melayani serta membantu jemaat untuk menemukan

jalan keluar atas permasalahan atau pergumulan jemaat. Kurangnya fokus pelayanan di

bidang konseling ini sehingga mengakibatkan kurangnya informasi permasalahan konflik

suami istri.

Pandangan warga jemaat merupakan bagian penting guna memperkuat peran konseling

lintas budaya dalam menyelesaikan konflik suami istri.

....Wadah pelayanan menjadi tempat untuk membagi sebagian pergumulan hidup antara suami

istri....89

Pernyataan di atas inilah yang dapat dicermati sebagai kesempatan atau ruang untuk

saling berbagi. Inilah yang menjadi moment di mana sebagian ibu-ibu dapat berani untuk

mencurahkan isi hati, keluh kesah mereka.90

Mereka bercerita tentang masalah keluarga,

masalah antara suami dan anak-anak. Namun adapun juga yang masih tertutup dan tidak bisa

berbagi cerita pengalaman kehidupan mereka atau masalah yang sedang digumuli. Pandangan

ini sejalan dengan pemahaman tentang hambatan dalam konseling lintas budaya yang perlu

84

MP,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015,pukul 10.48 WIB 85

Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid :Editorial Trotta,1998),10 86

A.B.M.Luddin, Dasar-dasar konseling:Tinjauan Teori dan Praktik (Bandung:Citapustaka Media

Perintis,2010),126 87

MP,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015,pukul 10.48 WIB 88

Arredondo, Patricia., Gonsalves, John. Preparing Culturally Effective Counselors. (The Presonnel and

Guidance Journal. 1980), 6 89

MP,Salatiga,wawancara pada tanggal 17 November 2015,pukul 10.48 WIB 90

MK, Salatiga,wawancara pada tanggal 18November 2015, pukul 19.20 WIB.

Page 32: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

20

diperhatikan guna akan membuat konseling lintas budaya dapat meyakinkan dan menarik

perhatian.91

....Dalam ibadah , selain menyampaikan firman Tuhan, ada juga diberikan kesempatan untuk bapak-

bapak agar bisa memberikan pendapat mereka tentang firman Tuhan, apakah sudah sesuai dengan

perbuatan mereka sehari-hari.....92

Nampaknya para pelayan hanya fokus kepada pemberitaan Injil saja sehingga

mengesampingkan pelayanan konseling yang mengakibatkan terjadi bias-bias dalam proses

konseling lintas budaya. Konseling yang diterapkan hanya berfokus kepada spiritual

sedangkan permasalahan-permasalahan yang sedang dialami keluarga-keluarga ini tidak

hanya dapat diselesaikan dengan doa ataupun firman Tuhan tetapi menggunakan pendekatan

konseling lintas budaya.93

.....Pelayanan di rumah Jemaat menjadi sarana menuju konseling lintas budaya.....94

Adapun jemaat-jemaat tertentu yang karena sakit sehingga meminta kehadiran Pelayan:

Pendeta dan atau Majelis untuk memimpin ibadah di rumah mereka. Dalam kesempatan

inilah sering mereka : suami dan atau istri mengungkapkan apa yang menjadi beban

pergumulan kehidupan rumah tangga mereka.95

Pada proses ini tentu akan ada benturan-

benturan yang dihadapi dalam proses konseling. Hal ini disebabkan oleh cara melakukan

konseling yang hanya berpusat pada pastoral yang menekankan aspek spiritual sehingga

mengabaikan nilai-nilai budaya yang ada, perbedaan persepsi dan faktor-faktor lain yang

adalah penyebab konflik suami istri.96

.... Perlu ada Program Konseling lintas budaya secara khusus....97

Konseling lintas budaya sangat dibutuhkan dalam pelayanan di jemaat yang

multikultural dan bukan hanya itu konseling lintas budaya juga mampu memahami dan

mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan suami istri.98

91

A.B.M.Luddin. Dasar-dasar konseling:Tinjauan Teori dan Praktik (Bandung:Citapustaka Media

Perintis,2010),127 92

MK.Salatiga,wawancara pada tanggal 18 November 2015, pukul 19.20 WIB. 93

Davenport,Donna,Yurich,John.1991.Multicultural Gender Issues. Journal of Counseling & Development. 70

(1) :64-71 94

MK,Salatiga,wawancara pada tanggal 18 November 2015, pukul 19.20 WIB 95

MK,Salatiga,wawancara pada tanggal 18 November 2015, pukul 19.20 WIB 96

Paul B Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid :Editorial Trotta,1998),11 97

IL, Salatiga, wawancara pada tanggal 19 November 2015, pukul 18.00 WIB 98

Paul B.Pedersen, Counseling Across Cultures (Madrid :Editorial Trotta,1998),12

Page 33: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

21

....dibutuhkan seorang pendamping khusus di bidang konseling untuk dapat menjadi pengontrol

berjalanlah konseling lintas budaya dalam keluarga dan berjemaat dengan baik dan efektif....99

Melalui pernyataan di atas dapat dipahami bahwa kurangnya tenaga konselor dapat

menjadi satu alasan konseling tidak berjalan dengan efektif. Seorang konselor dalam

pelayanan konseling lintas budaya harus mempunyai kompetensi kesadaran, pengetahuan

dan keterampilan.100

Pandangan ini menekankan kepada pendamping konseling yang terdiri

dari pendeta dan majelis jemaat.101

Pendamping konseling atau konselor haruslah memiliki

kemampuan untuk bisa mengerti konselinya. Mengerti budaya dan latar belakang kehidupan

keluarga juga adalah faktor utama.102

Pendamping mempunyai fungsi, yaitu fungsi kontrol

dan pendampingan. Fungsi ini diberikan oleh gereja kurang maksimal, karena hanya

memberikan tugas pendampingan yaitu kepada pendeta dan majelis pendamping.

Dalam hal ini dilihat dari teori Paul Pedersen yang memberikan pemikiran bagaimana

seorang pendamping atau konselor lintas budaya harus mempunyai kompetensi kesadaran,

pengetahuan dan keterampilan.103

Dalam hal ini gereja yang siap menerima anggota jemaat

yang datang untuk konseling dan tugas ini seuntuhnya diberikan kepada Pendeta jemaat.

Lebih lanjut seharusnya, koordinasi yang dilakukan dalam pendampingan seharusnya

dibangun dalam perannya sebagai pendamping terutama untuk memberikan perhatian kepada

keluarga dalam hal ini suami istri yang sedang mengalami konflik, agar dapat sejalan dengan

apa yang diungkapkan oleh Pedersen mengenai pendampingan dalam pendekatan konseling

lintas budaya.104

IV. PENUTUP

Bagian ini meliputi kesimpulan berupa temuan-temuan dari hasil penelitian secara

keseluruhan dan saran berupa kontribusi dan rekomendasi untuk penelitian lanjutan dan

untuk gereja GPIB Jemaat Taman Sari Salatiga.

99

IL, Salatiga, wawancara pada tanggal 19 November 2015, pukul 18.00 WIB 100

McRae, Mary., Johnson, Samuel. 1991. Toward Training for Competence in Multicultural Counselor

Education. Journal of Counseling & development. 70 (1): 136.

101 TH,Salatiga,wawancara pada tanggal 22 November 2015,Pukul 10.20 WIB

102 TH,Salatiga, wawancara pada tanggal 22 November 2015, pukul 10.20 WIB

103 McRae, Mary., Johnson, Samuel. 1991. Toward Training for Competence in Multicultural Counselor

Education. Journal of Counseling & development. 70 (1): 131-135.

104 Pedersen,P.B.The culture inclusiveness of counseling, In P.B.Pedersen. J.G.Draguns, W.J.Lonner &

J.E.Trimble(Eds), Counseling across cultures (rev. and expanded ed.), Honolulu: Universitas Press of

Hawai,1981,133

Page 34: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

22

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisa, penulis mendapatkan temuan-temuan baru dalam

proses konseling lintas budaya. Adapun temuan-temuan baru yang dimaksudkan adalah

dalam proses konseling lintas budaya terdapat bias-bias karena dalam pelaksanaannya yang

pendeta terapkan adalah konseling pastoral. Pendeta belum memahami bahwa sebenarnya

permasalahan yang sedang dihadapi pasangan suami istri bukan masalah spiritualnya tetapi

masalah permahaman persepsi yang berbeda, nilai-nilai, ras, usia, status sosial, pendapatan

ekonomi yang berbeda sehingga jika konseling lintas budaya diterapkan dalam program

pelayanan gereja maka dapat menjawab konflik antara suami dan istri dalam keluarga.

Dalam hal ini gereja kurang memberikan perhatian yang khusus untuk pelayanan dan

pendampingan konseling di jemaat GPIB Tamansari Salatiga hanya mengontrol dan

mewartakan. Sedangkan hal pendampingan atau konseling menjadi tanggung jawab pendeta

jemaat GPIB Tamansari Salatiga. Konseling perlu diperhatikan bahwa tidak hanya berfokus

kepada pastoral yang berdimensi spiritual saja melainkan mempertimbangkan sisi budaya

dari konseli.

B. Saran

Saran, dalam hal ini penulis ingin memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait:

Bagi Gereja GPIB Taman Sari Salatiga

Dapat memberi perhatian khusus pada pelayanan konseling lewat program pelayanan di

gereja. Mempersiapkan tenaga konselor yang baik sebagai pendamping konseling di jemaat.

Konseling dapat dilaksanakanakan dengan cara yang kreatif dan inovatif.

Bagi fakultas Teologi

Agar dapat mengembangkan integrasi ilmu konseling, dengan memperhatikan konteks

budaya melalui penelitian ini.

Bagi Penelitian Lanjutan

Keterbatasan dari penelitian ini adalah belum menganalisis bagaimana permasalahan

suami istri secara konkret untuk menjadi bahan konseling dan pendampingan konseling

secara berkesinambungan. Untuk itu peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang unsur konflik

suami istri. Serta meneliti perkembangan proses konseling di dalam aktifitas pelayanan

bergereja.

Page 35: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

23

Daftar Pustaka

A. Jurnal

Sumarwiyah, Kompetensi Lintas Budaya Dalam Pelayanan Konseling, Universitas

Muria Kudus, 2012.

Beek Aart M. Van, A Cross-Cultural Case for Convergence in Pastoral

Thinking and Training, Published online: 17 March 2009.

Hook Joshua N. & Davis Don E, Integration, Multicultural Counseling, and Social

Justice, Journal Of Psychology & Theology 2012, Vol. 40, No. 2, 102-106.

McRae, Mary., Johnson, Samuel. 1991. Toward Training for Competence in

Multicultural Counselor Education. Journal of Counseling & development. 70

(1): 131-135.

Patricia. Arredondo, Gonsalves, John. Preparing Culturally Effective Counselors.

(The Presonnel and Guidance Journal. 1980

Davenport, Donna,Yurich,John.1991.Multicultural Gender Issues.Journal of

Counseling & Development. 70 (1) : 72

B. Buku

Anthony Yeo, Konseling: suatu pendekatan pemecahan-masalah. Jakarta: Gunung

Mulia, 2007.

Clinebell Howard,Tipe-tipe Dasar pendampingan dan konseling pastoral: sumber-

sumber untuk pelayanan penyembuhan dan pertumbuhan.Yogyakarta :

Kanisius, 2002

Creswell, John W. Research Design: Qualitative & Quantitative Approaches. Jakarta:

KIK Press, 2002.

David Geldard & Kathryn Geeldard. Konseling Keluarga:Membangun relasi untuk

saling memandirikan antaranggota keluarga.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011.

Engel. J.D.Nilai Dasar Logo Konseling.Yogyakarta: Kanisius,2014.

Engel J D, Model Logo Konseling untuk memperbaiki Low Spiritual Self-Esteem.

Yogyakarta: Kanisius, 2014.

Geeldard Kathryn & David Geldard, Konseling Keluarga:Membangun relasi untuk

saling memandirikan antaranggota keluarga.Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2011.

Gintings,E.P, Gembala dan Pastoral Klinis.Bandung:Bina Media Informasi, 2007.

Jumarin M, Dasar-Dasar Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002.

Page 36: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

24

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1997.

Koentjaraningrat.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia(Jakarta: Penerbit

Djambatan, 1988.

Luddin A.B.M, Dasar-dasar konseling : Tinjaun Teori dan Praktik. Bandung :

Citapustaka Media Perintis, 2010.

Lontoh S. W, Bahtera Guna Dharma GPIB. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982.

O’Collins, Gerald & Edward G. Farrugia. Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius,

1996.

M.S Liliweri Alo, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:

Lkis,2002

Mulyana, D. & J. Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi

dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: Rosdakarya, 2006.

Mulyarto, Teori dan Praktik dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP

Semarang Press, 1995.

Pedersen. Paul B, Counseling Across Cultures. Madrid: Editorial Trotta, 1998.

Pedersen,P.B.The Culture Inclusiveness of Counseling, In P.B.Pedersen. J.G.Draguns,

W.J.Lonner & J.E.Trimble(Eds), Counseling across cultures (rev. and

expanded ed.), Honolulu: Universitas Press of Hawai, 1981.

S.L. Hansen. Integrative Life Planning; Critical Tasks for Career Development and

Changing Life Patterns .San Francisco: Jossey-Bass Publishers, 1997

Sanapiah, Faisal. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003.

Samuel T. Glading, Konseling Profesi yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks, 2012.

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Penerbit

Alfabeta, 2016.

Sutrisno Mudji & Hendar Putranto, Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius,

2005

Supriadi Dedi, Konseling Lintas Budaya Isu-Isu dan Relevansinya di Indonesia.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2001

Suprayogo Imam dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2003

Septiawan Santana, Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:

YayasanObor Indonesia, 2007.

Page 37: Peran Konseling Lintas Budaya Dalam Konflik Suami Istri Di ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13438/1/T1_712012095_Full... · melakukan konseling lintas budaya bagi kehidupan

25

Simanjuntak Julianto, Perlengkapan Seorang Konselor. Tangerang: Layanan

Konseling Keluarga dan Karir, 2007.

Tjandrarini Kristiana, Bimbingan Konseling Keluarga:Terapi Keluarga.Salatiga:

Widya Sari Press, 2004.

Trimble. J.E. (Eds), Counseling across cultures (rev. and expanded ed.), Honolulu:

Universitas Press of Hawai, 1981.

Wiryasaputra Totok S. Pengantar Konseling Pastoral. Salatiga: Asosiasi Konselor

Pastoral Indonesia, 2013.

Wiryasaputra Totok S. Ready to Care: Pendampingan dan Konseling Psikologi.

Yogyakarta: Galangpress, 2006.

Zacharias. Joel Ch.GPIB Jemaat TamanSari Salatiga menuju jemaat Misioner.

Salatiga: Widya Sari Press, 2012.