PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK …PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER...
Transcript of PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK …PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER...
-
1
PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI LINGKUNGAN PADANG PANGA KEL. KAREMA KEC.
MAMUJU KAB. MAMUJU
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
NURAIDASYAM
105270010115
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020
-
ABSTRAK
Nuraidasyam, 105270010115, 2020, Peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak di Lingkungan Padang Panga kel. Karema kec. Mamuju kab. Mamuju. (dibimbing oleh Abbas Baco Miro dan Meisil B. Wulur).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Untuk mengetahui karakter anak di Lingkungan Padang Panga kec. Mamuju 2) Untuk mengetahui peran komunikasi orang tua dalam pembentukan anak di Lingkungan Padang Panga kec, Mamuju.
Penelitian ini bersifat Kualitatif Deskriptif, yakni memberikan gambaran pada temuan-temuan lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian dan juga gambaran mengenai subjek penelitian dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat dan sesuai dengan disiplin yang kuat yang ditekuni di antaranya 1) Jenis dan pendekatan penelitian yaitu jenis kualitatif metode deskriptif kualitatif 2) Lokasi dan Obyek Penelitian yaitu di Lingkungan Padang Panga kel. Karema kab. Mamuju 3) Fokus penelitian yaitu Peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak di Lingkungan Padang Panga kel. Karema kec. Mamuju kab. Mamuju 4) Deskripsi Fokus Penelitian 5) Sumber Data primer yakni dalam bentuk wawancara langsung dan tidak langsung, dan dokumentasi 6) Instrumen Penelitian yaitu : a) instrumen ini peneliti sendiri, b) intrumen pendukung wawancara, dokumentasi, serta observasi. Dan c) dengan sarana. Pulpen, buku catatan, dan handpone 7) Teknik Pengumpulan Data dengan menggunakan teknik induktif. Teknik induktif adalah menganalisis data dari yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Adapun hasil penelitian ini adalah pertama, Peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak yaitu 1) Memberi dasar pendidikan 2) Membentuk karakter anak harus sejak dini 3) orang tua mengajarkan 1) peran orang tua bagaimana mendidik anak 2) pembentukan karakter nilai-nilai atau tingkah laku yang sesuai dengan norma adat, agama, dan hukum. Kedua, Faktor penghambat 1) kurang pengetahuan dalam bagaimana cara mendidik anak 2) Tidak tegas/ disiplin dalam menegur kesalahan yang dilakukan anak.
-
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر من الر حيم
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT
karena limpahan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skiripsi dengan judul “Peran Komunikasi Orang Tua
dalam Membentuk Karakter Anak di Lingkungan Padang Panga Kel.
Karema Kab. Mamuju”. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Mumammad sallallahu „alaihi wasallam yang telah membawa
umat manusia dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skipsi ini tentunya tidak
lepas dari dalam berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik
moril maupun materil kepada penulis. Maka dengan itu melalui
kesempatan ini sudah sepantasnya penulis dengan rasa hormat
mengucapkan terimah kasih, terutama kepada:
1. Syeikh Dr. (HC) Mohammad Mohammad Thayyib Khoory, selaku
pemilik yayasan AMCF yang mempasilitasi penulis dengan scholarship
hingga selesai, sehingga penulis dapat menyelesaikan )منحة درا سية)
studi dengan mudah
2. Prof Dr H. Ambo Asse M,ag. Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., Selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. H. Abbas Baco Miro, Lc., MA., Selaku Ketua Prodi Komunikasi
Penyiran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
-
Makassar. Sekaligus Pembimbing Skripsi yang senantiasa
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis guna terwujudnya
penulis skripsi ini.
5. Dr. Meisil B Wulur, S.Kom.I.,M. Sos.I selaku pembimbing yang selalu
memotivasi penulis sehingga penulis banyak mengambil manfaat
darinya.
6. Para dosen dan staf karyawan Prodi KPI Unismuh Makassar, yang
membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis dalam mencari
referensi pustaka.
7. Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan do’a dan
materi kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
8. Kakandaku Sister Koni dan Brother jaka yang banyak berjasa dengan
dukungan motivasi dan materinya
9. Teman-teman Prodi KPI satu angkatan yang telah memberikan
sumbangsinya melalui sharing ide dan saran, dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan kali ini
yang telah membantu penulis dengan hati terbuka.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak
kakurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan dan sambut dengan tangan
terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para
pembaca pada umumnya.
-
Makassar, 27 Oktober 2020
Penulis,
NURAIDASYAM
NIM : 1052 7001 0115
-
DAFTAR ISI
HALAMAN
Halaman Sampul ............................................................................... i
Persetujuan Pembimbing ................................................................. ii
Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................ iii
Abstrak .............................................................................................. iv
Kata Pengantar ................................................................................. v
Daftar Isi ........................................................................................... viii
Daftar Tabel ....................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
BAB II : KAJIAN TEORI..................................................................... 7
A. Urgensi komunikasi dalam keluarga ............................................. 7
1. Pengertian komunikasi ............................................................. 7
2. Jenis- Jenis Komunikasi ............................................................ 12
3. Bentuk-bentuk komunikasi ........................................................ 13
4. Fungsi Komunikasi Keluarga .................................................... 18
B. Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter anak .................... 19
1. Pengertian Orang Tua .............................................................. 19
2. Peran Orang Tua...................................................................... 21
3. Pengertian anak ........................................................................ 25
-
4. Pengaruh terhadap karakter anak ............................................. 26
BAB III: METODE PENELITIAN ........................................................ 31
A. Jenis Penelitian ............................................................................. 31
B. Lokasi, waktu dan objek penelitian ................................................ 32
C. Fokus Dan Deskripsi Penelitian ..................................................... 33
D. Sumber Data ................................................................................. 35
E. Insrtumen Penelitian ...................................................................... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 37
G. Analisis Data ................................................................................. 39
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 41
A. Gambaran Lokasi Penelitian ......................................................... 41
1. Sejarah lingkungan Padang Panga ........................................... 41
2. Jumlah Penduduk...................................................................... 42
3. Pekerjaan .................................................................................. 43
4. Sarana Pendidikan dan Kesehatan ........................................... 43
5. Jenis Kegiatan Masyarakat ....................................................... 44
B. Karakter Anak di Lingkungan Padang Panga ............................... 45
C. Peran Orang tua dalam Membentuk Karakter Anak ...................... 47
D. Analisis Hasil Penelitian ................................................................ 52
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 55
B. Saran-saran .................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
-
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Padang Panga ....................................... 41
Tabel 4.2 Jenis pekerjaan masyarakat Lingkungan Padang Panga .... 42
Tabel 4.3 Sarana Pendidikan .............................................................. 42
Tabel 4.4 Sarana Kesehatan .............................................................. 43
Tabel 4.5 Jenis kegiatan sosial masyarakat ........................................ 43
`
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak.
Pada umumnya pendidikan dalam keluarga tidak lahir secara terstruktur
dan kesadaran mendidik melainkan karena secara koadrat memberi
secara alami membangun situasi pendidikan. Ibu adalah orang dan teman
pertama yang didapatkan anak. Oleh sebab itu anak akan meniru apa
yang dilakukan oleh ibu. Dalam Islam pendidikan pertama yang dilakukan
oleh orang Islam adalah pendidikan keluarga.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT :
َوأَْنِذْر َعِشريََتَك اْْلَقْ رَِبيَ ]412[
Terjemahnya: ”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang terdekatmu” (QS. Asy-Syuaraa: 214)
Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua
dilaksanakan dalam rangka memelihara dan membesarkan anak,
melindungi keselamatan jasmani dan rohani untuk membahagiakan anak-
anak didunia maupun diakhirat.1
Peranan orang tua mendidik anak dalam rumah tangga sangatlah
penting karena dalam rumah tanggalah seorang anak mula-mula
memperoleh bimbingan dan pendidikan orang tuanya. Tugas orang
1Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi angkasa, 2008), h.35
-
adalah sebagai guru pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya
dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter bagi anak.2
Keluarga merupakan suatu kelompok sosial yang utama tempat
anak belajar menjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat
pertama perkembangan segi-segi sosial anak, dan dalam interaksi sosial
dengan orang tuanya yang wajar, anak yang memperoleh perbekalan
yang memungkinkan untuk menjadi anggota masyarakat yang berharga
kelak, sedangkan apabila hubungannya dengan orang tuanya kurang
baik, maka besar kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umumnya pun
berlangsung kurang baik pula. Salah satu pertanda pada hubungan baik
antara anak dengan orang tuanya ialah bahwa anaknya tidak segan-
segan untuk menceritakan isi hatinya atau cita-citanya kepada orang
tuanya.3
Keluarga juga merupakan suatu kelompok terkecil ditengah
masyarakat, hendaknya berfungsi sebagai suatu tempat pertama dan
utama dalam proses pedidikan. Anak mengalami pembinaan pribadi pada
permulaan di dalam keluarga. Suasana keluarga dan apa yang dihayati di
dalam keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa anak, oleh
sebab itu hubungan antara ayah, ibu dan anak akan mempunyai pengaruh
besar terhadap suasana keluarga pada umumnya, dan khususnya
terhadap perkembangan anak, terutama pada perasaan dan kehidupan
2Abdullah Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani 2007,
Cet, 1) h,363
3Gerungan Dpil, Psikologi Sosial, (Bandung: PT. Eresco, 1987, Cet ke-10), h. 202
-
sosial. Pentingnya bahwa kasih sayang itu perlu dibina dalam kehidupan
keluarga, sehingga setiap anggota keluarga merasa terpuaskan
kebutuhan akan kasih sayang.4
Banyak menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang
sangat funda mental bagi seorang dalam kehidupan masyararakat
terutama dalam kekeluargaan. Propesor Wilbur Schramm menyebutkan
bahwa komunikasi dalam masyarakat ada dua kata yang tidak pernah
dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin
masyarakat berbentuk sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak
mungkin dapat mengembang tanpa komunikasi. Karena komunikasi
adalah salah satu aktifitas yang sangat pundah mental dalam kehidupan
umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan
sesamanya, diakui oleh hampir semua agama telah ada sejak Adam dan
Hawa.5
Komunikasi yang lancar dalam anggota keluarga sangat penting.
Sebab ada didalamnya keterkaitan yaitu untuk saling berhubungan dan
saling memerlukan satu sama lain dalam keluarga terutama hubungan
kepada anak-anak kita. Oleh karena itu komunikasi yang saling harmonis
dalam keluarga sangatlah dibutuhkan agar supaya dalam keluarga tetap
baik. Kemudian dengan adanya komunikasi yang baik dan dengan
membimbing dan mendidik anak-anaknya menuju kebaikan agar menjadi
4Kartini Kartono, Seri Psikologi Terapan, (Jakarta: PT. Rajawali, 1985, Cet.1), h.
35
5Hafied Cangara, Pengantar Ilmu komunikasi, ( Jakarta PT. Raja Grafindo
Persada), h. 5
-
suri tauladan untuk dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam QS. At-
Tahrim : 6
يَا أَي َُّها الَِّذيَن آَمُنوا ُقوا أَنْ ُفَسُكْم َوَأْىِليُكْم نَاًرا َوُقوُدَىا النَّاُس َواْلَِْجاَرُةَعَلي َْها َمََلِئَكة ََ [6]ِغََلظ ِشَداد ََل يَ ْعُصوَن اللََّو َما أََمَرُىْم َويَ ْفَعُلوَن َما يُ ْؤَمُرون
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintah-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6). 6
Maksud dari ayat diatas bahwa Allah SWT memerintahkan orang-
orang yang beriman untuk selalu menjaga diri dan keluarga dari segala
perbuatan buruk yang bisa menjerumuskan kedalam api neraka. Oleh
karena itu orang tua dalam keluarga harus mampu menjaga anak-anknya
dengan cara membimbing dengan baik sebagai anak yang bisa
menyelamatkan di akhirat kelak nanti.
Hubungan antara anak dan orang tua adalah hubungan sarat
dengan mansa yang psikologi subyektif, hanya dengan mensikapi secara
subyektif hubungan interpersional keluarga akan berjalan mulus dan
indah. Pengetahuan psikologi bisa menggunakan untuk mengatasi konflik-
konflik sosial dengan pendekatan kekeluargaan, bahkan bisa juga
digunakan untuk mewarnai psikologi politik tingkat tinggi dalam
membangun keluarga bangsa.7
6Kementrian agama RI Al-Qu‟an dan Terjemahan (Bandung: Syamil Qur’an,
2009), h. 522
7Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga. ( Jatim: PT, Madani Malang, 2016 ), h. 9
-
Komunikasi antara orang tua dengan anak-anak, orang tua, dapat
menjadikan sumber kegembiraan yang besar dan juga banyak frustrasi di
dalam keluarga. Dalam meneliti komunikasi antar generasi pada semua
tentang kehidupan. Williams dan Nussbaum menemukan banyak faktor
yang menjelaskan bagi kekuatan hubungan anak-orangtua yang berumur
tujuh tahun atau lebih. Hubungan orangtua-anak yang kekal tetap yang
memuaskan apabila apabila adanya hubungan tetap, adanya kasih
sayang secara timbal balik pada tingkat tinggi, dukungan sosial dan
bantuan yang nyata, dan adanya kesepakatan, keyakinan dan opini.8
Komunikasi yang baik dalam keluarga akan merasa tentram,
sayang menyayangi dan akan memberikan kedamaian secara lahir batin,
sehingga akan mencapai pengharapan sebagai keluarga yang harmonis
untuk kebahagiaan didunia maupun akhirat. Berdasarkan uraian diatas
maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut “Peran
Komunikasi Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak di
Lingkungan Padang Panga, Kel. Karema Kab. Mamuju”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahannya adalah:
1. Bagaimana karakter anak di Lingkungan Padang Panga?
2. Bagaimana peran komunikasi orang tua dalam pembentukan
karakter anak di Lingkungan Padang Panga, Kec Mamuju?
8Muhammad, Budyatna, M,A. Dr. Leila Mona Ganiem, M.si. Teori Komunikasi
Antarpribadi, (PT kencana media. Cet 1, 2011 Cet ke- 11, 2012)
-
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui karakter anak di Lingkungan Padang Panga.
Kec. Mamuju.
2. Untuk mengetahui peran komunikasi orang tua dalam pembentukan
anak di Lingkungan Padang Panga. Kec. Mamuju
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna untuk sebagai
berikut:
1. Secara teoritas:
a. Dapat menambah wawasan pengetahuan penulis tentang
bagaimana komunikasi membentuk karakter anak.
b. Sebagai bahan refrensi untuk peneliti selanjutnya.
2. Secara praktis:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai komunikasi orang tua
dengan anak.
b. Untuk mengetahui beberapa besar pengaruh komunikasi karakter
antara orangtua dengan anak.
c. Memberi masukan kepada orang tua untuk mewujudkan keluarga
yang bahagia.
-
18
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Urgensi Komunikasi dalam Keluarga
1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris „communication‟
berasal dari bahasa latin „communication‟ bersumber dari „communis‟ yang
berarti “sama” sama disini adalah pengertian “sama makna” antara kedua
bela pihak yang terlibat. Komunikasi secara sederhana, dapat
didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu.
Komunikasi adalah transmisi dari satu orang ke satu orang, dimana
pengirim maupun penerimanya spesifik. Komunikasi adalah bentuk
transmisi yang paling klasik dalam sejarah umat manusia.9
Komunikasi adalah suatu yang urgen dalam kehidupan umat
manusia. Dan komunikasi dalam Islam mendapatkan tekanan yang cukup
bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Allah.
Dan terekam lebih jelas bahwa tindakan komunikasi tidak hanya dilakukan
oleh setiap manusia dan lingkungan hidup saja, melainkan juga dengan
Allah. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menggambarkan
tentang proses komunikasi.10
9Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: PT. Kencana, 2011, Cet, 5) h.
125
10Wahyu ilahi MA., Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya jl.
Ibu Inggit Garnasih), h.1
-
Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian suatu pesan
dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran dan perasaan berupa
ide, informasi kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagai panduan
yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain, baik langsung secara
tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan
mengubah sikap, pandangan atau perilaku.11
Istilah komunikasi yaitu kian populer adanya timbal balik, adanya
komunikasi tatap muka, adanya komunikasi langsung, komunikasi tidak
langsung, komunikasi tidak vertikal, komunikasi horizontal, komunikasi
dua arah dan lain sebagainya. Everett M, Rogers seorang pakar Sosiologi
Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada study riset
komunikasi, khususnya dalam penyebaran inovasi membuat definisi
bahwa:
“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingka laku mereka”.
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D.
Lawrence Kincaid sehingga melahirkan suatu definisi baru yaitu:
“komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang
mendalam”.
11
Onong Uchjana Effendy. ,Dinamika Komunikasi, (Bandung Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 60.
-
Rogers mencoba mensfesifikasikan hakikat suatu hubungan
dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana dia
menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkahlaku serta
kebersamaan dalam menciptakan dan saling pengertian dari orang-orang
yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.12 Ragam penggunaan
komunikasi yaitu dapat didefinisikan suatu ilmu perilaku atau ilmu sosial
dan pengetahuan budaya tarapan. Disiplin ini berbagi psikologi, sosial,
antropologi dan ilmu politik dalam mengajar pengetahuan individu
manusia dan kegiatan sosial. Bidang komunikasi juga berdekatan tradisi
humaniora dan profes. Jadi dari tarik lain komunikasi adalah kesempatan
untuk belajar sebuah disiplin yang menggabungkan bermacam tradisi ilmu
sosial, humaniora, dan profesional.13
Komunikasi banyak berperan sebagai komunikan manakala
menyatakan yang disampaikan semata untuk mewujudkan motif
komunikasi dari komunikan. Karena itu menyatakan ini disebut umpan
balik, yang diartikan sebagai komunikan atas pesan yang disampaikan
oleh komunikator terjadi pada kasus:
a. Komunikan dapat menjadi komunikator
b. Ketika ia memberikan pernyataan yang bukan sekedar jawaban
untuk mewujudkan motif komunikasi komunikator melainkan untuk
mewujudkan komunikasinya sendiri. Karenanya komunikan telah
12
Hafied Cangara. ,Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2005 ) h. 19
13Ibnu Ahmad. Komunikasi dan Perilaku Manusia, ( Jakarta: Rajawali pers,2013 ),
h. 10
-
beralih peran menjadi komunikator dan menyatakan bukan semata
umpan balik melainkan juga pesan.14
Komunikasi merupakan antara proses yang sangat mendasar dan
vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap
masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, keinginan
mempertahankan suatu persetujuan mangenai berbagai aturan sosial
melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya
sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup.15
Jika dalam kecamata Islam, komunikasi yang baik adalah yang
sesuai dengan etika Islam. Etika komunikasi dalam Islam ada dua yaitu:
Etika komunikasi transedental (hablum minallah) dan komunikasi insani
(hablumminannas). Etika komunikasi transendental adalah suatu etika
komunaikasi yang berhubungan dengan sikap dan perilaku manusia
ketika berkomunikasi dengan Allah SWT. Sedangkan etika komunikasi
insani adalah etika komunikasi yang berhubungan dengan sikap dan
perilaku manusia ketika berkomunikasi antara individu dan kelompok.16
Pengertian komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan
dari bentuk bidang yang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan
berupa ide, informasi kepercayaan, himbauan, harapan dan tatap muka
14
Dani Vardiansyah Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (jakarta: PT
Macanan jaya cemerlang 2008), h.24
15Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001) h.1
16Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak dalam
Keluarga Perfektif dalam Pendididkan Islam (Jakarta PT. Asda Mahasatya, 2004), h. 103
-
maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan untuk mengubah
sikap dan perilaku.17 Disamping itu komunikasi juga dapat diartikan
sebagai proses pemindahan informasi (verbal dan non verbal) dari satu
pihak kepihak yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut
dapat berupa perhatian, pengertian, penerimaan ataupun perilaku dan
tindakan.18 Jadi jika pesan yang dipesan oleh orang lain, baik disengajah
ataupun tidak disengaja ataupun tidak maka sebenarnya juga telah terjadi
komunikasi, tanpa adanya pesan yang diterima maka komunikasi akan
terjadi.
Adapun komunikasi menurut pendapat lain, yaitu suatu tingkalaku,
perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-
lambang, yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan
penyampaian suatu gagasan informasi dari seseorang kepada orang lain.
Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi,
mengenai pikiran dan perasaan-perasaan.19
Definisi yang telah diuraikan diatas, maka komunikasi antara orang
tua dengan anak yang dimaksud yaitu suatu interaksi yang dilakukan oleh
orang tua dengan anak dalam keluarga untuk memberikan kehangatan,
kenyamanan, perhatian, kasih sayang bimbingan, yang memberikan
contoh perilaku yang baik kepada anak dan menanamkan nilai budi
17
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju,1986),
cet 1, h. 60
18Irwanto Dany Yatim. Kepribadian Keluarga dan Narkoba (jakarta: PT arcan,
1991), cet 3, h. 79
19James G. Robbins. Komunikasi yang efektif, (jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya,
1986), cet. 3 , h. 1
-
pekerti yang baik, yang bertujuan agar terbentuk perilaku yang baik
kepada anak dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
2. Jenis Komunikasi Keluarga
Dalam hal ini jenis komunikasi dikalangan para pakar yang berbeda
satu sama lainnya. Dan dapat didasarkan atas sudut pandang dari
masing-masing para pakar dan menurut pengalaman dan bidang studinya.
Kelompok sarjana amerika yang menulis buku human
communication membagi komunikasi atas lima maca, yakni komunikasi
antar pribadi (interpersional communication), komunikasi kelompok kecil
(small group communication), komunikasi organisasi (organisazational
communication), komunikasi massa (mass communication) dan
komunikasi pulic (public communication).20
Joseph A. Devito seorang propessor komunikasi di City university
of New York dalam bukunya communicology membagi komunikasi atas
empat macam, yakni komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil,
komunikasi publik dan komunikasi massa.
R. Wayne Pace dengan dengan teman-temannya dari Brigham
Young university dalam bukunya Tehniques for effective communication
membagi komunikasi atas tiga tife, yakni komunikasi dengan diri sendiri,
komunikasi antar pribadi serta komunikasi khalayak. Beberapa sarjana
aliran Eropa hanya membagi komunikasi atas dua macam yaitu
komunikasi massa dan komunikasi sosial.21
20
Hafied cangara, Perencanaan dan strategi komunikasi, h. 29
21Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi, h. 30
-
Adapun jenis komunikasi yang sering digunakan dalam keluarga
atau antar pasangan adalah komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi
yang berlangsung antar dua orang atau lebih secara tatap muka, yang
bertujuan untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, menciptakan dan
memelihara hubungan serta mengubah sikap dan perilaku. Menurut sifat
komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam yaitu diadik
yaitu komunikasi yang berlangsung antar dua orang dalam situasi tatap
muka dan komunikasi kelompok kecil yaitu komunikasi yang berlangsung
atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggota saling berinteraksi
satu sama lain.22
3. Bentuk Komunikasi Keluarga
Soelaeman berpendapat yang dikutip Muh. Shohib dalam bukunya,
keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat
tinggal dan merasakan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan dan saling menyerahkan diri.23
Kemudian bentuk komunikasi dalam keluarga:
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-
simbol yang berlaku umum atau yang biasa digunakan oleh kebanyakan
orang dalam proses komunikasi. Simbol-simbol yang digunakan oleh
22
Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi, ( Jakarta: Kencana, 2011 Cet. 5), h. 31-
32
23Muh. Shohib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta: PT, Raneka Cipta, 1998), h. 17
-
orang dalam komunikasi itu dapat berupa suara, tulisan atau dalam
bentuk gambar-gambar. Bahasa adalah yang digunakan oleh orang.24
Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam
keluarga. Setiap hari orang tua selalu berbincang-bincang kepada
anaknya. Canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua dan anak.
Perintah, suruhan, larangan, dan sebagainya merupakan alat
pendidikan yang sering dipergunakan oleh orang tua atau anak dalam
kegiatan komunikasi keluarga. Alat pendidikan tersebut tidak hanya
dipakai oleh orang tua terhadap anaknya, tetapi bisa juga dipakai oleh
anak terhadap anak yang lain. Hubungan antara orang tua dan anak
akan terjadi interaksi. Dalam interaksi itu orang tua berusaha
mempengaruhi anak untuk terlibat secara pikiran dan emosi untuk
memperhatikan apa yang akan disampaikan anak mungkin berusaha
menjadi pendengar yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan yang
akan disampaikan oleh orang tua.25
Kemampuan untuk menggunakan komunikasi verbal adalah sangat
penting bagi keluarga. Karena dengan adanya komunikasi verbal dapat
mengembangkan srtategi dan tingka laku untuk mencapai tujuan.
Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi
tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
seorang berbicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk
24
Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung; Alfabeda, 2010), h. 201.
25Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 103
-
mempengaruhi tingka laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan dapat
melalui gambar, grafik, atau lainnya.26
b. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal sering dipakai oleh orang tua yang sering
dipakai oleh orang tua dalam menyampaikan satu pesan kepada anak.
Sering tanpa berkata sepatah kata pun, orang tua menggerakkan hati anak
untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan orang tua dalam mengajarkan sesuatu
dan karena anak sering melihatnya, anak pun ikut mengerjakan apa yang
pernah dilihat dan didengarnya dari orang tuanya. Masalah pendidikan sholat
misalnya, karena anak sering melihat orang tuanya mengerjakan sholat
maka anakpun meniruh gerakan sholat yang pernah dilihat dari orang
tuanya. Kebiasaan anak mengucapkan salam ketika masuk dan keluar
dalam rumah merupakan simbol keberhasilan orang tua dalam memberikan
pendidikan kepada anaknya melalui keteladanan dan kebiasaan.
Pendidikan metode keteladanan sangat efektif dalam
mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Sebab, dalam keteladanan dan
diperkuat dengan kebiasaan akan memperkuat tertanamnya pesan-pesan
verbal dalam jiwa anak. Karena seringnya dilakukan, pesan-pesan non
verbal dan pesan verbal itu menjadi fundional dalam kehidupan anak.
komunikasi non verbal sangat diperlukan dalam menyampaikan suatu
pesan ketika komunikasi verbal tidak mampu mewakilinya.27
26
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002,
Cet.5) h. 95
27Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam
Keluarga,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2004) h. 43.
-
Tanda-tanda komunikasi non verbal belumlah diidentifikasi
seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa kita duduk, berdiri,
berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang
lain. Tiap-tiap gerakan yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap
kita, kesehatan atau bahkan keadaan psikologi kita. Misalnya gerakan-
gerakan seperti mengutus alis, menggigit alis, menunjuk dengan jari,
tangan dipinggang, melipat tangan bersilang di dada semuanya
mengandung arti tertentu. Ada pribahasa mengatakan apa yang kamu
katakan dengan keras tidak dapat di dengar oleh orang tetapi tanda-tanda
diam seperti anggukan kepala, rasa kasih sayang, kebaikan, rasa
persaudaraan, didengar oleh yang lain dan merupakan pesan nyata dan
jelas. Ada tiga hal yang perlu diingat dalam komunikasi non verbal yaitu:28
Pertama, karena interpretasi adalah krasteristik yang yang kritis
dalam komunikasi non verbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan
stimulus non verbal tertentu dengan satu verbal khusus. Di dalam
komunikasi non verbal hendaklah dihindari melakukan generalisasi karena
keseluruhan arti tidak dapatlah di desain untuk tindakan non verbal
tertentu.
Kedua, non verbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri.
Tetapi lebih merupakan bagian dari sistem verbal. Komunikasi non verbal
umumnya tidaklah membawa informasi yang cukup yang menjadikan
penerima menyampaikan arti keseluruhan yang timbul dari pertukaran
28
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002.
Cet,5) h. 130
-
pesan tertentu. Sistem komunikasi non verbal terbatas, dan tidaklah
memperlihatkan ketepatan bila hanya digunakan tersendiri.
Ketiga, komunikasi non verbal dapat dengan mudah ditafsirkan
salah. Oleh kerena itu, adalah berbahaya membuat arti tingkah laku non
verbal tertentu, karena adanya perbedaan dalam kebudayaan sesama
kita. Tanpa latar belakang yang cukup atau data verbal yang mendukung,
seseorang dapat salah menafsirkan pesan. Nilai komunikasi non verbal
tidaklah terletak sebagai pengganti, pertukaran pesan tulisan tetapi
sebagai suatu jaringan yang menyokong.29
Untuk melindungi anak dari perilaku kekerasan menerapkan suatu
komunikasi interpersinal yang dapat dilihat dari pesan-pesan verbal dan
non verbal yang disampaikan oleh orang tua kepada anak dari usia
sekolah yang berlangsung sesuai aktifitas anak. Dari pesan tersebut
mampu memberikan dampak posotif terhadap pembentukan kepribadian
anak agar terhindar dari perilaku kekerasan. Komunikasi orang tua ini
dapat mempertimbangkan karakter anak keharaian dan lingkungan dari
sekitar anak.
Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Luqman ayat: 16
ِت َأْو وََٰ ٓ ِإن َتُك ِمثْ َقاَل َحبٍَّة مِّْن َخْرَدٍل فَ َتُكن ِِف َصْخرٍَة َأْو ِِف ٱلسَّمََٰ يَ بيُ ََنَّ إِن ََّهآ ِإنَّ ٱللََّو َلِطيف َخِبري ]16[ ِِف ٱْْلَْرِض يَْأِت ِِبَا ٱللَُّو
Terjemahnya:
29
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, h. 131
-
“Lukman berkata, Wahai anakku! Sunggguh jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Maha Luas.”
4. Fungsi Komunikasi Keluarga
Hafied mengatakan bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita
perlu memahami terlebih dahulu mengetahui tipe komunikasi, sebab hal
itu dapat membedakan fungsi masing-masing diantaranya:
a. Tipe komunikasi diri sendiri yang berfungsi untuk mengembangkan
kreatifitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta
meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan.
b. Tipe komunikasi antar pribadi yang berfungsi untuk berusaha
meningkatkan hubungan insani ( human relation ) menghindari dan
mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu,
serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
c. Tipe komunikasi publik yang berfungsi untuk menumbuhkan semangat
kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi
informasi, mendidik dan menghibur.
d. Tipe komunikasi massa yang berfungsi untuk menyebarkan informasi,
meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan
menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang.30
Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya
antara orang tua dengan anak memiliki konstribusi yang luar biasa bagi
30
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2004 Cet ke-14), h. 55-57
-
keduanya, karena dengan adanya komunikasi yang efisien yang dilakukan
secara terus-menerus dapat menciptakan keakraban, keterbukaan,
perhatian yang lebih antara keduanya serta orang tua pun lebih dapat
mengetahui perkembangan pada anak baik fisik maupun psikisnya. Dalam
komunikasi berfungsi sebagai berikut :
1) Sarana untuk mengungkapkan kasih sayang.
2) Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas
pendapat yang di sampaikan sarana untuk menambah keakraban
hubungan sesama warga dalam keluarga.
3) Menjadi borometer bagi baik buruknya kegiatan komunikasi dalam
sebuah keluarga.31
B. Komunikasi Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak
1. Pengertian Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak. Pada umumnya
pendidikan dalam keluarga tidak lahir secara terstrukur dan kesadaran
mendidik melainkan memberikan secara alami membangun sesuatu
pedidikan. Ibu adalah orang tua pertama yang mendidik anak. Oleh sebab
itu perilaku anak meniru dari perilaku orang tua. Dalam islam pendidikan
pertama yang dilakukan oleh orang Islam adalah pendidikan keluarga.
Orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak, baik melalui hubungan
biologis maupun sosial. Umumnya orang tua memiliki peranan yang
31
Hasan Basri, Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1997, Cet.3), h.
80
-
sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dan ayah
dapat diberikan untuk perempuan atau pria yang bukan orang tua
kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya
adalah peranan pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri
ayah biologis anak).32
Definisi yang lain menurut Gunarsa orang tua dibagi menjadi tiga
macam:
a. Orang tua kandung. Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang
mempunyai hubungan darah secara (biologis) yang melahirkan.
b. Orang tua angkat. Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap
sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat
yang berlaku.
c. Orang tua asuh. Orang tua yang membiayai hidup seorang yang bukan
anak kandungnya atas dasar kemanusiaan.
Dari pengertian diatas maka orang tua adalah pria dan wanita yang
mempunyai hubungan ukatan baik itu secara biologis maupun sosial dan
mampu mendidik merawat membiayai, serta membimbing hidup orang lain
yang dianggap anak secara berkesinambungan.33 Dalam kamus Bahasa
Indonesia kata orang tua mempunyai arti sebagai berikut: 1). Ayah ibu dan
kandung. 2). Orang yang dianggap tua. (cerdik, pandai, ahli dan
32
Syamsul Yusuf, LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakraya), h. 120
33Gunarsa, Psikologo praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta: PT. Gunung
Mulia, 1995), h. 30
-
sebagainya). Orang-orang yang dihormati dan disenangi.34 Kemudian dari
Bahasa Arab, orang tua dapat diistilahkan dengan “Al walidain” kata ini
adalah bentuk jamak “al waalid” yang bisa diartikan bapak kandung.
Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalm QS. Al-Isra’
ayat: 23
ُلَغنَّ ِعْنَدَك اْلِكبَ َر َأَحُدهَُ ا َوَقَضى رَبَُّك َأَلَّ تَ ْعُبُدوا ِإَلَّ إِيَّاُه َوبِاْلَواِلَدْيِن ِإْحَسانًا ِإمَّا يَ ب ْ َأْو ِكََلُهَا َفََل تَ ُقْل ََلَُما ُأفٍّ َوََل تَ نْ َهْرُهَا َوُقْل ََلَُما قَ ْوًَل َكرميًا ]42[
Terjemahnya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dab hendaklah kamu berbuat baik kepada bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali kamu jangan mengatakan kepada keduanya dengan perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.35
2. Peran Orang Tua
Peran orang tua memiliki peran penting dan strategi dalam
menentukan kearah mana kepribadian anak yang bagaimana yang akan
di bentuk. Keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan konsep
yang bersifat multidimensi. Bimbingan adalah proses yang diberikan
kepada anak untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah
SWT.36
35Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qu’ran, (Jakarta: YYPA, 1971), h. 427
36Aswar Satoyo, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2014 Cet, 2) h. 18
-
Menurut Gunarsa dalam keluarga yang ideal maka ada dua individu
sebagai peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum
peran kedua individu tersebut adalah:
a. Peran Ibu adalah:
1) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik
2) dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsiten.
3) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak.
4) Menjadi contoh dan teladan bagi anak
b. Peran Ayah adalah:
1) Ayah sebagai pencari nafkah
2) Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa
aman.
3) Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak.
4) Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana,
mengasihi keluarga.37
Menjadi orang tua berarti mengambil suatu peran penting dalam
kehidupan baru. Dalam beberapa bulan pada saat lahir, orang tua
merumuskan dan menyesuaikan cara hidup mereka agar cocok dengan
tuntutan selama membesarkan anak dan mereka menyesuaikan lagi cara
hidupnya, kepribadiannya dan cara berinteraksi dengan orang lain. Orang
tua memiliki peran penting dalam kehidupan berkeluarga, ayah sebagai
37
Gunarsa. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga (Jakarta: Gunung
mulia, 1995), h. 30
-
kepala keluarga dengan bertugas untuk memberi nafkah untuk keluarga,
sedangkan peran besar untuk ibu yaitu untuk mengasuh anak.38
Dari beberapa arti diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua
adalah kelompok masyarakat yang terdiri dari ayah dan ibu yang
mempunyai tanggung jawab kepada anak dalam nerawat, membimbing
dan membina sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits. Tanggung
jawab orang tua dalam terhadap anaknya yaitu dengan beberapa bentuk
yaitu: kewajiban orang tua antara lain bergembira saat menyambut
anaknya, memberi nama yang baik, memperlakukan anaknya dengan
lemah lembut dan kasih sayang. Dan menanamkan aqidah tauhid,
membimbing dan melati anak mengerjakan sholat, berlaku adil,
menghormati anak, menjauhkan dari segala hal-hal yang buruk dan
mendidik dengan bermasyarakat.39
Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl: 78
َر ِتُكْم ََل تَ ْعَلُموَن َشْي ًا َوَجَعَل َلُكُم ٱلسَّْمَع َوٱْْلَْبصََٰ ٓ بُطُوِن أُمَّهََٰ ٱللَُّو َأْخَرَجُكم مِّنٓ َلَعلَُّكْم َتْشُكُرون]87[ َِدَة َوٱْْلَفْ
Terjemahnya: “Allah mengelurkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.40
38
Lean Laura, Bagaimana Mengasuh Anak dan Pengaruh Anak Bagi Kehidupan
Orang Tuanya, (jakarta: 1980) h. 32
39Enoch Markum, Anak Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta: Sinar
Harapan,2000), h. 41
40Departemen RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, h. 267
-
Ayat dan hadist diatas sangatlah jelas bahwa peran orang tua
sangatlah penting dalam membentuk karakter anak. Dari hadits Nabi
tersebut dapat disimpulkan bahwa orang tau memegang peran yang
sangat penting dan utama hendaklah selalu memberikan pendidikan yang
baik kepada anaknya, sehingga anak dapat tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang berkarakter baik. Hal ini tentu memerlukan usaha yang
menyeluruh yang dilakukan oleh semua pihak yakni keluarga dan pihak
disekolah.41
Orang tua sebenarnya yaitu kunci motivasi dan keberhasilan anak.
Dan tidak ada pihak lain yang akan menggantikan peran orangtua
seutuhnya. Keberhasilan orang tua dalam menunjang motivasi dan
keberhasilan anak terletak pada eratnya hubungan orangtua dengan
anak-anaknya. Orang tua merupakan tempat anak berlindung dan
mendapatkan kedamaian melalui keserasian antara ketertiban dan
ketentraman, dan pempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang datang
dari luar.42
Sebagaimana yang dikemukakan bahwa orang tua juga
mempunyai peran penting dan kewajiban lebih besar terhadap pendidikan
anak, bahkan nasib seorang anak itu sampai batas tertentu berada pada
tangan kedua orang tuanya, hal ini terkait dengan tingkat pendidikan,
41
Ratna Mewangi, Pendidikan dan Karakter h. 62
42Soerjono Soekarto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press 1987
Cet ke-8), h. 413
-
sejauh mana mereka memberikan perhatian pendidikan anak dan
mengajarkan anak-anaknya.
Peranan ayah dan ibu sangat menentukan mereka berdualah
yang memegang tanggung jawab seluruh keluarganya. Dan mereka
yang menentukan kemana keluarga itu akan dibawa, warna apa yang
harus ditentukan oleh keluarga itu. Anak-anak dapat bertanggung
jawab sendiri masih sangat bergantung diri, masih meminta cara
bertindak dari segala sesuatu, cara berpikir dan lain sebagainya dari
orang tuanya. Dengan demikian jelasnya betapa mutlaknya orang tua
itu harus bertindak terhadap anak-anaknya. Perbedaan sedikit yang
dapat membuat anak-anak ragu yang mana harus dianutnya dari
kedua orang tuanya. Sikap dan prilaku merupakan bentuk
penyimpangan dari perkembangan fitrah bersama manusia yang
diberikan Allah Swt.43
3. Pengertian Anak
Anak yaitu sebagai generasi penerus yang siap melanjutkan estafet
perjuangan orang tua. Betapa bahagianya orangtua yang mampu
melahirkan putra-putri berkualitas. Banyak orang tua yang berpikir bahwa
anaknya harus dibekali dengan harta dengan materi karena yang dinilai
hanya itu yang akan membuat anaknya bahagia.
43
Syamsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah ,2013
Cet,2) , h. 25
-
4. Pengaruh Terhadap Pendidikan Anak
a. Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam mendidik merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti paling dalam mempersiapakan dan
membentuk aspek moral, spiritual, dan sosial anak. Mengingat
pendidikan adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak
dengan sopan santunnya, bahkan bentuk perkataan, perbuatan akan
senantiasa akan tertanam dalam kepribadian anak.
b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Untuk menyangkal bahwa anak akan tumbuh dengan iman
yang benar, berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai
puncak nilai-nilai spiritual yang tinggi dan kepribadian yang utama.
Jika ia hidup dengan bekal islami dan utama dalah lingkuangan yang
baik.44
c. Pendidikan dengan perhatian dan pengawasan
Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan
perhatian penuh dengan mengikuti perkembangan aspek aqidah dan
moral anak. Islam dengan keuniversalan prinsipnya dengan
peraturannya yang abadi memerintah para bapak, ibu dan pendidik
untuk memperhatiakan dan senantiasa mengikuti serta mengawasi
anak-anaknya dalam segala segi kehidupan dan pendidikan.
44
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: PT Pustaka
Amani, 2007) h. 185
-
1) Perhatian segi keimanan anak
Para pendidik hendaknya memperhatiakan apa yang dipelajari
anak mengenai prinsip, pemikiran dan keyakinan yang diberikan oleh para
pembimbing dalam pengarahan dan pengajarannya baik di sekolah
maupun diluar sekolah. Jika dapat sesuatu yang baik perlu kiranya
bersyukur kepada Allah dan menamkan tauhid-tauhid dan mengkokohkan
pondasi iman.45
2) Perhatian dari segi moral anak
Para pendidik harus memperhatikan sifat kejujuran anak, jika
ketahuan bahwa anak suka berdusta dalam ucapan dan janjinya,
mempermainkan kata-kata ucapan, tampil dalam masyarakat dengan
menampilkan munafik dan berdusta maka pendidikan harus menangani
persoalan yang ia perbuat. Selanjutnya pendidikan yang baik kejalan yang
hak, menjelaskan tentang kejelekan dan kejahatan dusta serta akibat
yang diperoleh pendusta sehingga anak tidak mengulangi.
3) Perhatian segi jasmani anak
Pemberian nafkah yang wajib harus diperhatikan oleh para
pendidik. Misalnya makanan yang memadai, tempat tinggal yang sehat,
pakaian yang pantas sehingga jasmani tidak mudah terkena penyakit.
Pendidik juga memperhatikan setiap gejala yang membahayakan jasmani
dan menimbulkan penyakit misalnya minuman yang memabukkan dan
obat bius, merokok dan lain sebagainya.
45
Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: PT, Pustaka
Amani, 2007), h. 75
-
4) Perhatian dari segi kejiwaan anak
Jika anak memiliki rasa malu, rendah hati, bahkan tidak berani
menghadapi orang lain hendaknya pendidikan menumbuhkan keberanian,
memberikan kesadaran dan kematangan berpikir dengan sosialnya.
Dengan begitu anak akan menjadi seorang mukmin yang bertakwa,
disegani dihormati dan dipuji, ini semua tidak mustahil jika anak diberikan
pendidikan yang baik dan kita berikan sepenuhnya tak serta tanggung
jawab kepadanya.46
b. Pendidikan dengan hukuman
Pendidikan hendaknya bijaksana dalam memberikan hukuman
yang sesuai dan tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan anak,
pendidikan dan pembawaannya. Disamping itu hendaknya dia tidak
memberikan hukuman kecuali dengan menggunakan cara-cara lain.
Metode dan tata cara yang digariskan dalam umat manusia yang pertama
pendidikan dapat memili sesuai dalam pendidikan anak yana dapat
memperbaiki penyimpangannya. Terkadang perbaikan cukup memberikan
nasihat yang jelas dan tegas, dengan pandangan yang sekilas,
keramahtamaan yang lembut, dengan memberikan isyarat atau dengan
melontarkan kata-kata yang menjerahkan. Apabila menunjukkkan
kesalahan dengan salah satu ini tidak mendapatkan hasil dalm upaya
memperbaiki anak dan meluruskan proplematikanya.
46
Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: PT, Pustaka
Amani, 2007), h. 75
-
Jika melihat anak setelah diberi hukuman terus membaik dan lurus,
hendaknya dia bersikap lunak, dan menampilakan muka yang beeseri-seri
agar terkesan bahwa hukuman tidak bermaksud untuk menyakitinya,
melainkan untuk perbaikan dan kebahagiaan kemaslahatan dunia dan
akhiratnya. Adapun penerapan Islam dalam mendidik anak memberi
hukuman dengan memukul, memberikan batasan-batasan dan
pensyaratan sehingga pukulan itu tidak keluar dari maksud pendidikan,
yaitu memperbaiki dan membuat jarak.47 Pensyaratan sebagai berikut:
1) Pendidikan tidak terburu-buru menggunakan metode pukulan
kecuali setelah menggunakan metode lembut.
2) Pendidikan tidak memukul ketika dalam keadaan marah, karena
dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya terhadap anak.
3) Ketika memukul hendaknya menghindari anggota badan yang peka
seperti kepala, muka, dada dan perut.
4) Pukulan tidak terlalu keras dan menyakiti pada kedua tangan atau
kaki dengan tongkat yang tidak benar. Diharapkan pula kepada
anak yang dibawa umur berkisar antara satu hingga tiga kali.
5) Jika kesalahan anak untuk pertama kalinya hendaknya ia diberikan
kesempatan untuk meminta maaf dan diberi kelapangan untuk
didekati memberi nasihat tanpa memberikan hukuman tetapi
mengambil janji untuk tidak mengalami kesalahan lagi.
47
Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: PT, Pustaka
Amani, 2007), h. 75
-
6) Pendidikan hendaknya memukul anak dengan tangan sendiri dan
tidak menyerahkan kepada orang lain sehingga tidak timbul
kebencian dan kedengkian diantara mereka.
Pendidikan Islam memberikan perhatian besar terhadap hukuman
baik spiritual maunpun material. Jika menginginkan kebaikan pada diri
anak dan kebahagiaan hendaknya memakai metode ini dan tidak
diabaikan. Hendaknya kita berlaku bijaksana dalam memilih metode ini
yang paling efektif dalam situasi dan kondisi tertentu.48
48
Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: PT Pustaka
Amani, 2007) h. 303
-
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Sebagai upaya untuk mendapatkan data-data yang akurat serta
untuk memudahkan didalam proses penelitian maka dibutuhkan
metodologi yang baik. Penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif diskriptif yang
berusaha menghasilkan data diskriptif, gambaran yang sistematik, dan
faktual. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang di gunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sehingga
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Menurut keduanya, pedekatan ini diarahkan pada latar dan
individu secara menyeluruh. Ini berarti bahwa individu tidak boleh diisolasi
atau diorganisasikan ke variabel atau hipotesis, namun perlu di pandang
sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan menurut David Williams
penelitian kualitatif adalah pengumpulan data suatu latar ilmiah, dengan
menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti
yang tertarik secara ilmiah. Kemudian tidak ketinggalan Lexsy J. Meleong
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
-
untuk mengalami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian (contohnya: perilaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain
sebagainya) secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.49
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang sistematis untuk mengkaji atau
meneliti suatu subjek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di
dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode
yang alamiah hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generelisasi
berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari
penomena yang diamati.50
B. Lokasi dan waktu objek penelitian
1. Lokasi
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan
dan penelitian ini akan di laksanakan di Padang Panga Kel. Karema Kab.
Mamuju.
2. Waktu
Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari
Oktober sampai Maret
49
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif ( dalam prespektif rencana
penelitian) (Cet.111 Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016) h. 22-23
50Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam prespektif rencana
penelitian) h. 24
-
3. Objek
Penelitian Menurut Nyoman Kutha Ratna objek adalah
keseluruhan segala yang ada disekitar manusia. Apabila dilihat dari
sumbernya, objek dalam penelitian kualitatif menurut Sparadley didebut
social situation atau sotuasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu
tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.51
Objek dari penelitian ini adalah mengenai bagaimana komunikasi
yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Maerang yaitu
bagaimana peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter
anak.
C. Fokus Dan Deskripsi Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, segala bersifat holistik atau
menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian, penelitian
tidak akan di tetapkan berdasarkan variable penelitian, tetapi
keseluruhan situasi sosial yang meliputi aspek tempat, pelaku, dan
aktivitas yang berinteraksi secara sinergi. Namun karena terlalu luasnya
masalah maka masalah penelitian akan dibatasi. Pembatasan inilah
yang kemudian dalam penelitian kualitatif disebut fokus penelitian.52
51
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam prespektif rancangan
penelitian), h. 199
52Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam perspektif rancangan
penelitian), h. 133
-
Muhammad Ali menyatakan bahwa membatasi masalah penelitian
adalah upaya pembatasan dimensi masalah atau gejala jelas ruang
lingkup dan batasan yang akan diteliti.53
1. Fokus Penelitian
Penelitian ini berjudul “peran komunikasi orang tua dalam
membentuk karakter anak” penelitian ini akan difokuskan pada komunikasi
antar pribadi pada komunikasi orang tua dan pembentukan karakter
metode dakwah kendala dan solusi di Lingkungan Padang Panga. Kec.
Mamuju
2. Deskripsi Fokus
a. Peran komunikasi orang tua
Pada penelitian ini akan memfokuskan pada komunikasi
terhadap orang tua yang dapat di artikan sebagai komunikasi yang
berhasil mencapai tujuan, seperti diterima, dipahami, dan dapat
mengubah perilaku.
b. Pembentukan karakter anak
Komunikasi dalam pembentukan karakter anak yaitu mendidik
dengan cara yang baik dengan mengajarkan pengetahuan tentang
agama agar memiliki karakter yang baik. Apabila orang tua
mengajarkan dengan baik dan memberikan kasih sayang yang penuh
kapada anak dan memberikan contoh-contoh teladan yang baik.
53
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kulalitatif (dalam prespektif rancangan
penelitian), h. 134
-
D. Sumber Data
Sugiono menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, kita tidak
menggunakan populasi kerena penelitian kualitatif berangkat dari kasus
tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak
akan di berlakukan ke populasi (bukan untuk mengeneralisasi), tetapi
ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial pada kasus yang
diselediki. Sampel dalam penelitian ini juga bukan dinamakan responden,
namun sebagai narasumber, partisipan atau informan dalam penelitian.
Secara spesifik, subjek penelitian adalah informan.54 Untuk subjek
penelitiannya, penelitian ini akan menggunakan teknik purposive
sampling, yakni suatu teknik pengambilan informan sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Adapun yang akan menjadi subjek atau informan
dari penelitian ini adalah komunikasi orang tua yang baik terhadap
pembinaan anak yang ada di Lingkungan Padang Panga.
Pada penelitian kualitatif, sumber datanya ialah data primer dan
data sekunder dan yang di jadikan data adalah seluruh informasi yang
diperoleh, baik dari hasil observasi yang dilakukan peneliti secara
langsung dilapangan serta dari wawancara peneliti dengan beberapa
narasumber yang dipilih di Lingkungan Padang Panga.
Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat di klasifikasi
sebagai berikut:
54
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam presfektif rancangan
penelitian), h. 195
-
1. Sumber data primer
Sumber data primer yaitu terdiri dari hasil wawancara dari beberapa
keluarga di Maerang yang dijadikan sebagai informan. Adapun penentuan
sampel sebagai sumber data primer ini menggunakan metode persposive
sampling.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder diambil dari kajian kepustakaan konseptual
yaitu kajian terhadap artikel-artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para
ahli yang ada hubungannya dengan pembahasan judul penelitian ini serta
data-data yang diambil dari masyarakat di Lingkungan Padang Panga
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian kualitatif adalah manusia atau peneliti. Artinya,
peneliti menjadi alat pengumpul data utama karena mampu menyesuaikan
diri dengan kenyataan-kenyataan di lapangan. Selain itu, dia juga mampu
memahami, menilai, menyadari dan mengatasi kanyataan-kenyataan itu.55
Menurut nasution dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.
Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk
yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidal dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih
perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba
55
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Cet ke- 11, Jokjakarta. Ar-ruzz Media,
2014), h. 32
-
tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu
sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam
penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jalas dan
pasti, maka yang menjadi instrument adalah penelitian itu sendiri.56
Sementara instrumen lainnya yaitu buku catatan, kamer, alat perekam,
pulpen serta daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.
Sehubungan dengan penelitian ini maka untuk memperoleh data,
penulis dapat menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di
antaranya:
1. Observasi
Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu
pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang dilakukan melalui observasi.57
Tujuan data observasi untuk mendeskripsikan latar yang di
observasi, kejadian yang terjadi latar itu orang-orang yang berpartisipasi
56
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet ke-21, Bandung. PT Alfabeta,
2015), h. 306-307
57Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 308
-
dalam kegiatan-kegiatan, dan partisipasi mereka orang-orangnya.58 Oleh
karena itu, melalui teknik observasi ini peneliti berpartisipasi terjun
langsung ke lapangan untuk mengamati komunikasi-komunikasi orang tua
yang baik terhadap pembinaan anak di Lingkungan Padang, Kel. Karema
Kab. Mamuju
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstuksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Atau dengan kata lain, pengertian wawancara adalah
suatu metode yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara
langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara
lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu.59
Melalui teknik wawancara ini, peneliti melakukan dialog secara
mendalam yaitu dengan mengungkapkan beberapa pertanyaan kepada
responden, untuk mendapatkan informasi secara langsung yang berkaitan
dengan:
a. Komunikasi antar sesama anggota keluarga.
b. Kendala-kendala yang dialami dalam berkomunikasi yang dialami
dalam rumah tangga.
c. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala
komunikasi orang tua dalam keluarga.
58
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 318
59Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam perspektif dalam rancangan
penelitian)
-
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen.60 Dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang.
G. Analisis Data
Agar data diperoleh dalam penelitian ini lebih terarah, maka
digunakan teknik analisis data. Dalam menganalisi data terdapat
beberapa tahapan:61
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,
memili hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
2. Penyajian Data
Pengajian data dalam laporan di susun secara sistemak kemudian
dipaparkan secara ilmiah. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
60
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 319
61Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 319
-
3. Menarik Kesimpulan
Pada langkah ini peneliti menarik kesimpulan dari data yang
diperoleh agar tidak menyimpang dari tujuan peneliti itu sendiri. Langkah
ini dilakukan untuk memberikan titik tekan yang bermakna data yang telah
digambarkan. Data langka ini sangat diperlukan tujuan yang ingin dicapai
dari hasil peneliti tersebut.
-
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Sejarah Padang Panga
Pada awal mulahnya Padang Panga adalah sebuah kebun yang
ditumbuhi banyak pohon dimana pada saat itu warga belum
memanfaatkan sehingga banyak tumbuh tumbuhan. Dari hal tersebut dari
sebagai upaya pelestarian tempat pelestarian orang tua zaman dulu
menamakan Padang Panga dan Salutemung.
Sistem pemerintahan di lingkungan Padang Panga berdasarkan
pola adat dan peraturan formal yang sudah bersikap umum sejak zaman
dulu, pemerintah Padang Panga dipimpin oleh seseorang yang
diamanahkan untuk mengurus warga yang ada di Padang Panga
Kelurahan Karema Kabupaten Mamuju.
Lingkungan Padang Panga terletak di Kel. Karema, Kec. Mamuju,
Kab. Mamuju dengan luas wilayah 96 Ha. Kemudian di Lingkungan
Padang Panga memiliki masyarakat sekitar 87 (KK). Dan jenis pekerjaan
masyarakat pada umumnya di Lingkungan Padang Panga yaitu berkebun,
buruh bangunan, berdagang.62 Namun ada juga sebagian yang bekerja
pegawai Negeri Sipil (PNS)
62
Muhammad Qossim. (53 tahun), Pengasuh panti putra, wawancara pada hari rabu tanggal 9 januari 2019.
-
1. Kondisi Geoggrafis
a. Banyak curah hujan : sedang
b. Suhu udara rata-rata : sedang
c. Topograsi (daratan rendah, daratan tinggi atau pantai): daratan
tinggi
2. Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan Padang Panga)
a. Jarak dari pusat pemerintah ke Kecamatan : 5 K
b. Jarak dari pusat Pemerintah Kota Administrasi : 3 KM
c. Jarak ke RSU : 2 KM
d. Jarak ke SPBU terdekat : 3 KM
2. Jumlah Penduduk
Lingkungan Padang Panga memiliki kepala keluarga 154 KK
dengan jumlah penduduk dengan 723 jiwa yang terdiri dari 352 laki-laki
dan perempuan 371 dengan rincian di bawa ini akan menjelaskan jumlah
penduduk menurut jenis kelamin.63
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Padang Panga
NO Jenis Kelamin Jumlah
1. 352 -
2 371 -
Jumlah 723
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
di Lingkungan Padang Panga lebih banyak jumlah perempuan
dibandingkan dari jumlah laki-laki.
63
Muh. Faisal sidik, (46 tahun), kepala Lingkungan Padang Panga, wawancara pada hari ahad 17 februari 2019
-
3. Pekerjaan
Jenis pekerjaan masyarakat Lingkungan Padang Panga pada
umumnya adalah bertani, berdagang dan berburuh. Namun ada juga
sebagian yang bekerja sebagai guru pegawai Negeri Sipil (PNS).
Tabel 4.2 Jenis pekerjaan masyarakat Lingkungan Padang Panga
No. Pekerjaan Laki-laki Perempuan
1. PNS 18 11
2. Petani/pekebun 250 87
3. Tukang 48 -
4. Buruh Tani 36 23
5. Buruh Bangunan 42 -
6. Pedagang/wiraswasta 126 52
Pekerjaan masyarakat di Lingkungan Padang Panga adalah petani,
hal ini dikemukakan bahwa banyaknya masyarakat yang tidak menempu
jenjang pendidikan yang tinggi.64
4. Sarana Pendidikan dan Kesehatan
Tabel 4.3 Sarana Pendidikan
No. Jenis Pendidikan Jumlah Kondisi
1. PAUD 1 Kurang
2. SD/MTS 1 -
3. SMP/MTS 1 -
4. SMA/MA 1 -
5. PERG. TINGGI 1 -
64
Muh. Faisal sidik. (46 tahun), kepala Lingkungan Padang Panga, wawancara pada hari ahad 17 februari 2019.
-
Tabel 4.4 Sarana Kesehatan
No. Jumlah Jumlah Kondisi
1. Pustu 1 Kurang
2. Posyandu 1 Kurang
3. Puskesmas - -
4. RSU - -
5. Jenis Kegiatan Masyarakat
Tabel 4.5 Jenis kegiatan sosial masyarakat
No Golongan Jenis kegiatan sosial
1. Bapak-bapak
Gotong-royong bekerja dan
membersihkan lingkungan
Bersama-sama memakamkan,
mengiringi apabila ada orang
yang meninggal dunia.
Berkunjung ketempat orang
yang sakit
Mengikuti pengajian di masjid
fastabikhul khairat satu kali
setiap sepekan
Melakukan sholat jamaah
Persatuan berolahraga
2. Ibu-ibu
Pengajian rutin sekali sepekan
Bersama-sama rutin membaca
wirid Surah Yaasin pada malam
jum’at
Berkunjung ke tempat orang
yang melahirkan atau orang
yang sakit
Melakukan takziyah ke tempat
-
No Golongan Jenis kegiatan sosial
orang yang meninggal
3. Anak remaja Melakukan gotong-royong
Mengikuti keolahragaan
Melakukan belajar mengaji di
masjid
Berkunjung ke tempat orang
sakit dan ikut melakukan
takziyah apabila ada orang
meninggal.
Kehidupan mayarakat sejak awal di Lingkungan Padang Panga
masih kental dengan solidaritas bersama dimana kegiatan-kegiatan yang
berbaur dengan masyarakat sosial sangat berjalan dan terpelihara. Sebab
sebagian masyarakat ikatan dalam kegiatan agama sangat erat sehingga
masyarakat dapat mempererat ikatan persaudaraan dalam ukhuwah
islamiyah antara sesama manusia.
B. Karakter Anak di Lingkungan Padang Panga kel. Karema
Lingkungan Padang Panga adalah lingkungan yang mayoritas
pendidikan sebagian orang tua sangat rendah, baik dalam mendidik
keluarga maupun lainnya. Dan kebanyakan orang tua hanya bekerja di
kebun dan berdagang terutama orang tua ayahnya. Sehingga orang tua
di Padang Panga kurang memahami tentang pengurusan dalam rumah
tangga terutama dalam mengurus anak-anaknya sehinggga kurang
mengetahui tentang bagaimana cara mendidik anak-anak mereka secara
-
benar. Oleh karena itu tingkalaku anak-anak di Padang Panga kurang baik
dan kurang mengetahui tentang akhlak yang baik seperti tentang kesopan
kepada sebayanya juga kepada yang lebih tua, gurunyapun di sekolah.
Bahkan terkadang melakukan perbuatan yang menyebabkan kerusuhan.
Padang Panga saat ini anak-anak sudah mulai melakukan hal-hal
yang mengakibatkan putusnya pendidikan mereka disebabakan
melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dikerjakan, bahkan anak-anak
yang usia 6-tahunan keatas sudah mulai mengikuti hal-hal yang tidak
semestinya di kerjakan disebabkan karena kurangnya didikan dari orang
tuanya dan faktor dari pengaruh lingkungan bebas pembawaan perilaku
dari teman-teman mereka yang tidak sekolah atau pengangguran.
Pendidikan orang tua menasehati dan mengingatkan, nenegur jika
anaknya berbuat kesalahan. Karakter anak di Padang Panga yaitu
kesalahan dengan perilaku kepada orang tua sendiri, pengaruh
lingkungan bebas dan di sekolahnya. Kesalahan pada orang tua yaitu
anak kurang perhatian terhadap nasehat atas apa yang dberikan orang
tuanya sehingga berperilaku yang membangkang, melawan kepada
pembicaraan orang tua dan susah untuk mengerjakan apa yang dikatakan
orang tuanya, kemudian dari faktor lingkungan dengan gaya hidup bebas
berbaur kepada teman-temannnya yang tidak sekolah, pengangguran
sehingga sangat terpengaruh pada anak karena melakukan hal-hal yang
tidak sewajarnya dilakukan anak-anak yang masih dibawa umur.
Kemudian faktor pengaruhnya dari sekolah disebabkan anak-anak
-
membiasakan telat ke sekolah sehingga lambat mengikuti jam pelajaran
tidak tepat waktu dan biasa melanggar, tidak disiplin dan melakukan hal-
hal di sekolah seperti berkekahi, melawan kepada gurunya sehingga
anak-anak dikena sangsi dan terkadang jadi putus sekolah karena hal
tersebut.
C. Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter anak
Lingkungan Padang Panga merupakan lingkungan yang lumayan
jauh dari perkotaan. Pendidikan orang tua dulu sangat rendah ada yang
lulusan SD, SMP dan ada beberapa yang lulusan SMA bahkan ada yang
tidak sekolah sama sekali. Banyak orang tua yang tidak mengerti
memahami bagaimana perannya sebagai pendidik utama terhadap anak-
anaknya sehingga tingkahlaku anaknya kurang baik dan terkadang
berbicara kurang baik tidak sopan, dan melakukan perbuatan yang
menyebabkan kerusuhan. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya
pendidikan orang tua dan kurang pemahaman orang tua terhadap
pendidikan anaknya, kurangnya contoh teladan yang diberikan orang tua,
dan juga tidak ada pedoman dari orang tua sehingga anak tidak memiliki
pedoman baik yang harus diikuti. Hal ini juga disebabkan karena faktor
kesibukan. Orang tua ada yang pekerjaannya disekolah dan ada juga
yang dikebun, mereka kurang mengawasi perkembangan anak sehingga
hal tersebut sangat terpengaruh terhadap karakter perkembangan
seorang anak.
Banyak orang tua yang kurang memahami tugasnya sebagai
pendidik di rumah, mereka hanya mengharap memberi pendidikan yang
-
hanya disekolah saja. Padahal dalam pembentukan karakter anak baik
dan buruknya yaitu berawal cari pedidikan orang tua di rumah. Anak akan
tumbuh berkembang dengan kebiasaan yang mereka alami pada saat
diajarkan orang tuanya. Sebab, anak-anak mudah terpengaruh dengan
pergaulan bebas yang diluar, dan itu semua disebabkan karena
kurangnya pendidikan karakter akhlak anak sejak kecil dari orang tuanya
sehingga anak mudah terpengaruh lingkungan bebas diluar.
Namun sekarang ini tingkahlaku anak-anak yang di Padang Panga
sudah mulai ada perubahan baik dari segi bahasa maupun dari segi
tingkahlaku. Orang tua sekarang yang ada di Padang Panga mulai
memiliki pendidikan dengan baik dari orang tua sebelumnya. Kemudian
ada yang dari lulusan SMA bahkan ada yang dari perguruan tinggi. Hal
tersebut dapat kita lihat bagaimana karakter dalam membentuk karakter
anak dengan berdasarkan beberapa wawancara ibu-ibu di warga Padang
Panga Kel Karema, Kec Mamuju.
Peran orang tua dalam memberikan pendidikan dalam karakter
anak. Menurut Ibu Dini yang berusia 38 tahun, pekerjaan berdagang
menuturkan:
“Semenjak anakku mulai masuk PAUD sampai masuk SD, ku usahakan biasa kalau pulang sekolahmi sudah istirahat itu atau biasa sore-sore juga kuajarkanmi baik-baik biasa mengaji atau kuajari kesopanan karena kulihat anak-anak sekarang biar orang lebih tua tidak sopan-sopan i kalau nabiacai tidak bagus cara menjawabnya dan biasa juga melawan apalagi itu kalau lewat di depannya biar bilang tabe’ tidak natau juga. Jadi kuusahan biasa itu klu istirahatma atau biasa selesai maghrib kuajari dengan caraku baik-baik, supaya bisa nadengar baik-baik apa yang kubilang sama anakku”.
-
Menurut Ibu Dini bahwa peran orang tua mengajarkan pengetahuan
tentang agama mulai sejak kecil. Kemudian mendidik anak dengan cara
yang baik, penuh kasih sayang dan kelembutan agar apa yang diajarkan
kepada anak diterima dengan baik dan akan mempraktekkan dalam
kesehariannya, akan tetapi jika anak didikan dengan cara yang tidak baik
seperti memberi nasehat dengan cara yang kasar atau marah maka anak
tidak akan menerima apa yang sudah diajarkan dalam kesehariannya.
Bahkan akan mengakibatkan anak tersebut berperilaku yang tidak sopan
seperti melawan dan akan melakukan hal-hal yang buruk.65
Peran orang tua dalam memberikan dukungan untuk membentuk
karakter anak menurut Ibu Nurhaeni yang berusia 43 tahun pengasu panti
asuhan putri menuturkan:
“Caraku kuajarkan anakku kumulai pas mau masuk PAUD kubiasakan kalau ada waktu-waktu santainya iya biasa kunasehati kulembuti kuajari yang mana baik dan mana yang tidak baik, kukasih masukmi juga di sekolah yang ada tahfidznya supaya bisa juga mengaji. Iya kalau itu nakku yang laki-laki yang kelas 4 SD kalau kunasehati kadang melawan, membangkang jadi kupikir kalau kekerasi ini tidak bakalan masuk otaknya jadi kusamakan juga biasa kunasehati baik-baik supaya bisa nadengar napergunakan apa yang kuajarkan”.
Menurut Ibu Nurhaeni bahwa peran orang tua dalam membentuk karakter
anaknya yaitu mendidik mulai dari kecil. Anak akan memiliki sikap tingkah
laku yang baik jika mendidik dengan cara dan kebiasaan-kebiasaan yang
baik pula. Tapi dengan sebaliknya apabila anak disepelekan, orang tua
tidak bertanggung jawab dengan kewajibannya untuk mendidik dan
65
Ibu Dini. (38 thn) Berdagang, wawancara , hari ahad tanggal 3 januari 2019.
-
membentuk karakter anak dengan baik maka akan bertingkah laku yang
kurang baik, tidak sopan dan melakukan tindakan yang buruk di luar.66
Peran orang tua dalam mendidik memberikan dukungan untuk
membentuk karakter menurut Ibu Nuriyah yang berusia 37 tahun,
pekerjaan petani menuturkan:
“kalau anak saya semenjak kecil masuk SD kuajari memang yang baik-baik karena kubiasakan supaya berperilaku baik itupun masih melawan, jadi kuajari dengan cara kulembuti kadang juga kukasih hadiah baru naturutih apa yang kusuruhkan, iya itu anakku juga kuajari sopan-sopan kalau bicara sama teman-temannya terutama orang yang lebih tua dan kukasih juga contoh-contoh yang baik supaya dia bisa turuti apa yang kulakukan. Walaupun kadang juga kalau kelakuannya anakku kurang baik kulihat iya kunasehati baik-baik supaya bisa nadengar tidak naulang lagi perbuatannya”.
Menurut Ibu Nuriyah bahwa anak harus dididik dengan cara yang
baik, mengajarkan pengetahuan agama, memberikan contoh yang baik
kepada anak, berbicara yang sopan kepada orang yang lebih tua, dan hal
seperti ini harus di biasakan orang tua terhadap anaknya sejak kecil dan
belum sekolah. Kemudian ketika anak telah melakukan kesalahan harus
dinasehati dan diberikan pengertian mengajarkan mana akhlak yang baik
dan mana akhlak yang kurang baik, mana yang boleh dikerjakan dan
mana yang harus ditinggalkan tidak boleh dikerjakan. Sebagai orang tua
kita harus selalu melakukan hal-hal yang baik di depan anak dengan
bertingkah laku yang baik dan sebagainya karena anak meniru perilaku
apa yang dilakukan orang tuanya.67
66
Ibu Nurhaeni, (43 thn) Pengasuh panti putri, wawancara, senin tanggal 11 februari 2019
67Ibu Nuriyah, (37 thn) Petani ladang, wawancara , sabtu tanggal 19 januari 2019.
-
Peran orang tua dalam mendidikan memberikan dukungan unutk
membentuk karakter anak menurut Ibu Rahmawati yang berusia 41 tahun,
pekerjaan URT menuturkan:
“Untuk memberikan pendidikan yang baik untuk anakku sejak kecil itu kuajari pemahaman yang baik terutama dalam keagama yaitu bagaimanaan berakhlak yang baik, sopan santun apalagi kepada sesamanya dan terutama orang tua. Kalau anakku biasa berbuat kurang sopan iya kunasehati baik-baik kuajari supaya tidak naulangi lagi perbuatan buruknya, dan bisa juga membedakan yang baik dan tidak baik dilakukan kemudian kita juga sebagai orang tua harus perilakuta baik supaya bisa najadikan contoh baik untuk anak-anak kita”.
Menurut Ibu rahmawati bahwa mendidik anak dengan menggunakan
cara-cara yang baik terutama mengajarkan tentang agama kepada anak,
kemudian harus diberikan pendidikan yang baik kepada anak agar
supaya anak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, apabila
anak bertutur kata yang kurang baik dan bertingkah laku yang tidak sopan
maka kita sebagai orang tua harus menegurnya dengan memberi nasehat
yang baik. Karakter juga harus dibentuk oleh kedua orangtuanya, keluarga
dirumah dengan cara orang tua bersikap baik, bertutur kata yang baik
sopan sehingga anak meniru dengan hal tersebut.68
Berdasarkan da