PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG...
Transcript of PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG...
i
PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Disusun oleh :
ROSYIDAH
206011000077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2011 M
ABSTRAK
Nama : Rosyidah
Nim : 206011000077
Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul : Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komite sekolah dalam
menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan
di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah,
maupun luar sekolah. Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
secara sadar dalam membimbing anak didik agar dapat membentuk pemahaman
terhadap ajaran agamanya, serta dapat menerapkan dan melaksanakan segala
perintah agama dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sukawangi Bekasi. Adapun subyek
penelitiannya adalah guru yang berjumlah 21 orang dan komite sekolah 4 orang
dengan mengunakan metode penelitian deskriptif, teknik pengambilan data yang
digunakan adalah angket dengan mengunakan 4 alternatif jawaban dan wawancara
dengan kepala sekolah.
Teknik pengelolaan dan analisa data yang penulis lakukan adalah dengan
mentabulasi data jawaban kedalam bentuk tabel dan dinyatakan dalam bentuk
frekuensi dan prosentase kemudian penulis mendeskrifsikan hasil angket tersebut.
Hasilnya dapat diketahui bahwa Komite Sekolah sangat berperan dalam
menunjang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Hal ini berdasarkan hasil
jawaban responden dan juga hasil wawancara dengan kepala sekolah yang
mengatakan bahwa Komite Sekolah sangat berperan serta dalam kegiatan yang
diadakan sekolah terutama dalam hal yang berkaitan dengan kewenangan Komite
Sekolah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Peran Komite Sekolah dalam
Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi
dapat dikategorikan baik.
UJI REFERENSI
No Judul Buku Halaman Paraf
Pembimbing
Bab I
1 UU RI. No 20 Tahun 2003 “Tentang
Sistem Pendidikan Nasional tahun
2003”, (Jakarta: CV Mini Jaya Abadi,
2003)
Hal 6
2 Zakiah Daradjat, “Ilmu Pendidikan
Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996)
Hal 20
3 Indra Djati Sidi, “Menuju Masyarakat
Belajar; Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan”, (Jakarta: PT Logos
Wacana Ilmu, 2001)
Hal 133-
134
4 Amiruddin Siahaan dkk, “Manajemen
Pendidikan Berbasisi Sekolah”,
(Ciputat: Quantum Teaching, 2006)
Hal 91-92
5 Amiruddin Siahaan dkk, “Manajemen
Pendidikan Berbasisi Sekolah”,
Hal 70
6 Amiruddin Siahaan dkk, “Manajemen
Pendidikan Berbasisi Sekolah”,
Hal 92-93
Bab II
1 Departemen Pendidikan Nasional,
“Kamus Besar Bahasa Indonesia”,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Hal 584
2 Departemen Pendidikan
Nasional,“Kamus Besar Bahasa
Indonesia”,
Hal 1013
3 Nanang Fattah, “Konsep Manajemen
Berbasis Sekolah dan Dewan sekolah”,
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004)
Hal 118
4 Depdiknas, “Dewan Sekolah dan Komite
Sekolah”, (Jakarta: Komite Sekolah,
2003)
Hal 1
5 http://pakguruonline.pendidikan.net/ko
mitesekolah_bab2.html
6 Bedjo Sujanto M.Pd, “ Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah”, (Jakarta:
Sagung Seto, 2007)
Hal 62
7 E. Mulyasa, M. Pd, “Menjadi Kepala
Sekolah Profesional”, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006)
Hal 189-
190
8 Bedjo Sujanto M.Pd, “ Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah”,
Hal 63
9 Bedjo Sujanto M.Pd, “ Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah”,
Hal 63-64
10 Bedjo Sujanto M.Pd, “ Manajemen
Pendidikan Berbasis Sekolah”,
Hal 65
11 Sudirman dkk, “Ilmu pendidikan”,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999)
Hal 4
12 Zakiah Daradjat, “Ilmu Pendidikan
Islam”,
Hal 25
13 Departemen Agama RI ”Al-Qur’an dan
terjemahnya”, (Bandung: PT Syaamil
Cipta Media, 2002)
Hal 284
14 Ibnu Majah, ”Kitab Adab: bab Birul
walad wal-ihsan ilal banat”
15 Ahmad tafsir, “Ilmu pendidikan dalam
Persfektif Islam”, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1994)
Hal 32
16 Abdul Majid dan Dian Andayani,
Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (konsep dan Implementasi
Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004)
Hal 130
17 Abdul Majid dan Dian Andayani,
“Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep dan Implementasi
Kurikulum)”
Hal 132-
133
18 Abdul Majid dan Dian Andayani,
“Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep dan Implementasi
Kurikulum)”,
Hal 134-
135
19 Al-Rasyidin dkk, “Filsafat Pendidikan
Islam: Pendekatan Historis, Teoritis
dan Praktis” (Jakarta: PT Ciputat Press,
2005)
Hal 37
20 Abdul Majid dan Dian Andayani,
“Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi (Konsep dan Implementasi
Kurikulum)”,
Hal 135
21 Ramayulis. “Metodologi Pendidikan
Agama Islam” (Jakarta : Kalam Mulia,
2005)
Hal 22-23
22 Departemen Pendidikan Nasional,
Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam SMP & MTs”,
Hal 9
(Jakarta: Pusat Kurikulum, 2003)
23 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Perdasa, 2005)
Hal 93
24 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”,
Hal 103
25 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”,
Hal 110-
113
26 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”,
Hal 199-
201
27 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”,
Hal 235-
236
28 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”,
Hal 244-
245
29 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”,
Hal 346
30 Muhammad Daud Ali, “Pendidikan
Agama Islam”,
Hal 356
31 Zuhairini, “Pendidikan Islam”, (Jakarta
: Bumi Aksara, 1992)
Hal 1-2
Bab III
1 Cholid Narbuko, “Metodologi
Penelitian”, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2005)
Hal
2 Suharsini Arikunto, “Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1998)
Hal 145
3 Suharsini Arikunto, “Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”,
hal 140
Jakarta 31 Desember 2010
Pembimbing
Drs. Masan A.F, M.Pd
Nip. 195107161981031004
No pernyataan SL SR KD TP
1 Pemungutan sumbangan di sekolah diadakan
secara teratur
2 Pemungutan sumbangan diadakan secara tidak
teratur
3 Pemungutan sumbangan dikoordinasikan oleh
orang tua, guru dan komite sekolah
4 Saran orang tua berpengaruh pada perkembangan
dan perubahan kurikulum sekolah
5 Penyusunan bahan ajar dilakukan secara teratur
dan dibahas bersama-sama antara guru
6 Guru berperan aktif dalam pembuatan RPP di
sekolah
7 Sekolah mengadakan kegiatan bakti sosial pada
waktu tertentu
8 “Jum’at Bersih” di sekolah diadakan secara teratur
bersama masyarakat
9 “Bazar Amal” merupakan kegiatan tahunan
sekolah
10 Membaca do’a sebelum pelajaran dimulai
merupakan keseharian sekolah
11 Sekolah mengadakan sholat dzuhur berjamaah
secara teratur
12 Sekolah mengadakan pengajian secara teratur di
sekolah
13 Irsa Mi’raj dan Maulid Nabi merupakan kegiatan
tahunan di sekolah
14 Sekolah melibatkan murid untuk mempersiapkan
Isra Mi’raj dan Maulid Nabi
15 Sekolah melibatkan murid menjadi panitia dalam
mempersiapkan kegiatan pesantren kilat di
sekolah
16 Sekolah mewajibkan bagi setiap murid untuk
mengikuti pelajaran ekstrakurikuler
17 Orang tua memberikan saran atau kritik guna
kemajuan kegiatan pembelajaran
18 Komite Sekolah memberikan motivasi kepada
masyarakat dalam memelihara ketertiban dan
keamanan sekolah
19 Kegiatan sekolah merupakan hasil kerja sama
antara guru, orang tua dan komite sekolah
20 Komite sekolah berfungsi sebagai perantara antara
guru dan orang tua demi meningkatkan mutu
kegiatan belajar mengajar di sekolah
21 Pertemuan antara guru, orang tua dan komite
sekolah untuk peningkatan kegiatan belajar
mengajar diadakan secara teratur
22 Sekolah menjadikan buku komunikasi untuk
berhubungan antara guru dan wali murid
23 Komite sekolah, guru dan orang tua bekerja sama
mengelola keuangan sekolah
24 Kurangnya kerja sama yang baik antara komite
sekolah, guru dan orang tua dalam mengelola
keuangan sekolah
25 Pengelolaan keuangan sekolah tidak terorganisir
dengan baik
26 Guru mengawasi proses belajar mengajar di
sekolah selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung
27 Penerapan hukuman pada anak yang melakukan
perbuatan tercela berjalan dengan baik
28 Pendidikan Agama Islam di sekolah diberikan
setiap satu minggu dua kali
29 Pendidikan Agama Islam di sekolah diberikan
oleh guru yang sesuai dibidangnya
30 Pendidikan akhlak terpuji diterapkan di sekolah
ii
PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)
Oleh :
Rosyidah
Nim: 206011000077
Di bawah Bimbingan
Drs. Masan, AF, M.Pd
NIP. 195107161981031004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENNGUJI
Skripsi yang berjudul “Peran Komite Sekolah dalam Menunjang
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi”,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian
munaqasah pada tanggal 4 Februari 2011 dihadapan dewan penguji. Karna itu
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S.Pd.I). dalam bidang Pendidikan
Agama Islam.
Jakarta,11 Maret 2011
Panitia Sidang Munaqasah
Ketua Panitia/Jurusan Tanggal Tanda Tangan
Bahrissalim, M.Ag ………………. ……………….
NIP: 196803071998031002
Sekretaris Jurusan
Drs. Sapiudin Shidiq, MA ………………. ……………….
NIP: 19670328 2000031 001
Penguji I
Dr. Akhmad Sodiq, MA ………………. ……………….
NIP: 19710709 1998031 001
Penguji II Dr. Hj. Nurlena Rifa’I MA.Ph.D ………………. ……………….
NIP: 19591020 1986032 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada
NIP: 19571005 198703 1003
iv
DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 5 Januari 2009
FITK No. Revisi: : 00
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
N a m a : Rosyidah
Tempat/Tgl.Lahir : Bekasi, 01 Februari 1987
NIM : 206011000077
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : “Peran Komite Sekolah dalam Menunjang
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2
Sukawangi Bekasi”
Dosen Pembimbing : Drs. Masan AF, M. Pd
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 16 Desember 2010
Mahasiswa Ybs.
Rosyidah
NIM. 206011000077
v
ABSTRAK
Nama : Rosyidah
Nim : 206011000077
Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul : Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Komite Sekolah Dalam
Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan
di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah,
maupun luar sekolah. Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha
secara sadar dalam membimbing anak didik agar dapat membentuk pemahaman
terhadap ajaran agamanya, serta dapat menerapkan dan melaksanakan segala
perintah agama dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sukawangi Bekasi. Adapun subyek
penelitiannya adalah komite sekolah yang berjumlah 30 orang dengan
mengunakan metode penelitian deskriptif, teknik pengambilan data yang
digunakan adalah angket dengan mengunakan 4 alternatif jawaban dan wawancara
dengan kepala sekolah serta dengan ketua komite sekolah.
Teknik pengelolaan dan analisa data yang penulis lakukan adalah dengan
mentabulasi data jawaban kedalam bentuk tabel dan dinyatakan dalam bentuk
frekuensi dan prosentase kemudian penulis mendeskrifsikan hasil angket tersebut.
Hasilnya dapat diketahui bahwa Komite Sekolah sangat berperan dalam
menunjang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Hal ini berdasarkan hasil
jawaban responden dan juga hasil wawancara dengan kepala sekolah yang
mengatakan bahwa Komite Sekolah sangat berperan serta dalam kegiatan yang
diadakan sekolah terutama dalam hal yang berkaitan dengan kewenangan Komite
Sekolah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Peran Komite Sekolah dalam
Menunjang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi
dapat dikategorikan baik.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi
Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi
Muhammad saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah
mengenalkan Islam kepada seluruh umat manusia.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini
tidak sedikit mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari
penulis sendiri maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Bahris Salim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Drs. Masan, AF, M.Pd Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
dengan tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada peneliti
selama menyelesaikan skripsi ini.
5. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
vii
telah dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama
penulis menempuh studi di UIN Jakarta ini.
7. Ayahanda H. Abd Rohman dan ibunda Hj. Rohmanih, kakak-kakaku yang
dengan penuh kasih sayang selalu mendidik, memberikan bantuan moril dan
materil, menyayangi dan mendo’akan penulis serta adik dan keponakan-
keponakanku yang mana canda tawa kalian yang membuat tante semangat
sehingga dapat menyelesaikan studi di UIN.
8. Untuk teman-temanku yang spesial (K’Ismala, Nursyamsiyah S.Pd. I Masning
S.Pd. I Faiz S.Pd. I Enab S.Pd.I, Etie, Zakiyah dan Jeng Vina Z), terima kasih
karena kalian selalu menghiasi hari-hari penulis sehingga rasa lelah dan penat
terasa hilang dengan adanya kehadiran kalian. Dan untuk teman-temanku
mahasiswa UIN anak-anak tarbiyah jurusan pendidikan agama Islam angkatan
2006 (khususnya kelas B PAI Ekstensi 2006), terima kasih atas motivasi yang
kalian berikan kepada penulis semoga kita menjadi generasi yang berguna
bagi bangsa dan Negara.
Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain
ucapan terima kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik
mereka, dan akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi peneliti dan umumnya kepada pembaca.
Jakarta, 16 Desember 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6
D. Perumusan Masalah ................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
BAB II : ACUAN TEORITIK
A. Komite Sekolah .......................................................................... 8
1. Pengertian Komite Sekolah ................................................... 8
2. Tugas dan Sifat Komite Sekolah ........................................... 9
3. Tujuan, Peran dan Fungsi Komite Sekolah .......................... 10
4. Keanggotaan Komite Sekolah .............................................. 11
5. Kepengurusan Komite Sekolah ............................................. 12
6. Pembentukan Komite Sekolah .............................................. 13
B. Pendidikan Agama Islam ........................................................... 13
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................... 13
2. Dasar Pendidikan Agama Islam ........................................... 15
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ......................................... 16
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ......................................... 16
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ........................... 18
ix
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 23
B. Metodo Penelitian ...................................................................... 24
C. Unit Analisis ............................................................................... 24
D. Teknnik Pengumpulan Data ....................................................... 24
E. Teknik Analisis Data .................................................................. 27
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian ...................................................................... 28
1. Sejarah Berdirinya SMPN 2 Sukawangi Bekasi .................. 28
2. Visi dan Misi SMPN 2 Sukawangi Bekasi ........................... 29
3. Keadaan Guru dan Staf Karyawan SMPN 2 Sukawangi
Bekasi .................................................................................... 29
4. Keadaan Siswa/Siswi SMPN 2 Sukawangi Bekasi ............... 31
5. Keadaan Saran dan Prasarana SMPN 2 Sukawangi Bekasi .. 31
6. Struktur Organisasi SMPN 2 Sukawangi Bekasi .................. 32
7. Sejarah Pembentukan Komite Sekolah ................................ 33
8. Struktur Organisasi Komite Sekolah ..................................... 34
9. Deskripsi Data Penelitian ..................................................... 35
B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian .................................. 52
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 55
B. Saran ............................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Data Rincian Waktu ................................................................................... 23
2. Kisi-kisi Instrumen ..................................................................................... 25
3. Keadaan Guru dan Staf Karyawan ............................................................. 30
4. Keadaan Siswa/siswi .................................................................................. 31
5. Sarana dan Prasarana.................................................................................. 31
6. Komite sekolah memberikan dorongan moril pada siswa dan wali murid
apabila mendapatkan nilai kurang pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam ........................................................................................................... 35
7. Komite sekolah mengusulkan pengadaan sarana ibadah kepada pihak sekolah
untuk siswa ................................................................................................. 35
8. Komite sekolah mengadakan pertemuan personal dengan wali murid ...... 36
9. Komite sekolah dan guru mendiskusikan materi pendidikan agama Islam
bekerja sama dengan pondok pesantren terdekat ....................................... 36
10. Komite sekolah memusyawarahkan rencana pembelajaran pendidikan agama
Islam dengan guru pendidikan agama Islam .............................................. 37
11. Komite sekolah berperan aktif dalam rencana pembelajaran pendidikan agama
Islam ........................................................................................................... 38
12. Komite sekolah membantu sekolah dalam memberantas penyebarluasan
narkoba di sekolah...................................................................................... 38
13. Komite sekolah ikut berperan dalam membangun masjid di sekolah ........ 39
14. Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah mengadakan pengajian keliling
di rumah wali murid ................................................................................... 39
15. Komite sekolah ikut berperan dalam menentukan target pembelajaran
pendidikan agama Islam bekerja sama dengan sekolah dan guru .............. 40
16. Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah, guru pendidikan agama Islam
dan pondok pesantren terdekat dalam mengadakan try out setiap semester 41
17. Komite sekolah membantu mengevaluasi hasil pembelajaran pendidikan
agama Islam dengan wali murid ................................................................ 41
18. Komite sekolah bekerja sama dengan osis mengadakan bakti sosial pada saat
libursekolah ................................................................................................ 42
xi
19. Komite sekolah berperan serta membuat lembaga kajian Islam siswa bekerja
sama dengan guru pendidikan agam Islam ............................................... 42
20. Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah melengkapi perpustakaan
sekolah dengan buku-buku Islami .............................................................. 43
21. Komite sekolah mengusulkan pengadaan materi keislaman pada pelajaran
ekstrakurikuler............................................................................................ 44
22. Komite sekolah bekerja sama dengan guru pendidikan agama Islam
memberikan materi akhlak pada setiap kegiatan pramuka ........................ 44
23. Komite Sekolah berperan serta dalam mengadakan islamik book fair di
sekolah........................................................................................................ 45
24. Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah memberikan pelatihan
pendidikan agama Islam ............................................................................. 45
25. Komite sekolah melibatkan siswa dalam organisasi kepemudaan islam luar
sekolah kepada guru ................................................................................... 46
26. Komite sekolah mengadakan lomba cerdas cermat Islami pada perayaan hari
besar Islam ................................................................................................. 46
27. Komite sekolah dan sekolah mengadakan study tour dengan mengunjungi
situs-situs kebudayaan Islam Nusantara .................................................... 47
28. Komite sekolah bekerja sama dengan sekolah dan guru mengadakan studi
banding pendidikan agama Islam dengan pondok pesantren terdekat ....... 48
29. Komite sekolah mengundang tokoh agama pada perayaan hari besar Islam 48
30. Komite sekolah mengadakan acara dzikir bersama pada perayaan hari besar
Islam dengan wali murid dan masyarakat ................................................. 49
31. Komite sekolah bekerja sama dengan guru pendidikan agam Islam
mengadakan pesantren kilat pada bulan ramadhan .................................... 49
32. Komite sekolah bermusyawarah dengan guru pendidikan agama Islam tentang
materi yang diberikan pada acara pesantren kilat ................................... 50
33. Komite sekolah mewajibkan siswa membawa Al-Qur’an pada pelajaran
agama Islam ............................................................................................... 51
34. Komite sekolah mewajibkan siswa membaca Al-Qur’an sebelum memulai jam
pelajaran ..................................................................................................... 51
35. Komite sekolah mewajibkan siswa membawa perlengkapan shalat setiap
sekolah........................................................................................................ 52
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan agama Islam merupakan suatu proses bimbingan jasmani
dan rohani berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad yang dilakukan oleh
seorang pendidik kepada terdidik agar ia memiliki kepribadian muslim. Di
dalam undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 3, disebutkan bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan Islam tidak terbatas hanya pada pengajaran tentang ritus-
ritus dan segi-segi formalistik agama atau dapat pula dipahami bahwa
pendidikan Islam tidak terbatas hanya pada “Pengajaran Islam”. Karena itu
keberhasilan pendidikan Islam tidak cukup diukur hanya dari seberapa jauh
anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang ajaran
agama atau ritus-ritus agama semata. Justru yang lebih penting adalah
tertanamnya nilai-nilai keagamaan tersebut dalam jiwa dan seberapa jauh pula
1 UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Jakarta:
CV Mini Jaya Abadi, 2003), hal. 6
2
nilai-nilai itu terwujud nyata dalam tindakan dan budi pekerti sehari-hari akan
melahirkan budi luhur (akhlakul karimah).
Pendidikan juga merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan tingginya sumber daya
manusia akan menjadikan kemajuan dan peradaban suatu bangsa, dan
sebaliknya suatu bangsa akan sulit untuk maju jika sumber daya manusianya
rendah dan terbelakang. Oleh karena itu masalah pendidikan haruslah ada
perhatian yang sungguh-sungguh demi terciptanya perubahan dan kemajuan
mutu pendidikan.
Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam
mengatakan bahawa "Pendidikan akan menghasilkan mutu yang baik jika
semua komponen pendidikan itu dapat berjalan dengan baik, komponen-
komponen tersebut antara lain: tujuan pendidikan, peserta didik, orang tua,
orang dewasa, guru dan masyarakat serta isi pendidikan. Pada dasarnya
komponen-komponen pendidikan juga dituntut saling menunjang satu sama
lain sehingga dapat tercapai suatu hasil pendidikan optimal".2
Salah satu komponen pendidikan adalah partisipasi masyarakat
sebagai kekuatan kontrol dalam pelaksanaan berbagai program pemerintah
menjadi sangat penting. Di bidang pendidikan partisipasi ini lebih strategis
lagi. Karena partisipasi tersebut bisa menjadikan semacam kekuatan kontrol
bagi pelaksanaan dan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Apalagi saat ini
Depdiknas mulai menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah (school-
based management). Karena itulah gagasan tentang perlunya sebuah Komite
Sekolah yang berperan menjadi mitra sekolah yang menyalurkan partisipasi
masyarakat (semacam lembaga legislatif) menjadi kebutuhan yang sangat
nyata dan tak terhindarkan. Dengan adanya Komite Sekolah, kepala sekolah
dan para penyelenggara serta pelaksana pendidikan di sekolah secara
substansial akan bertanggung jawab kepada Komite Sekolah.
Kalau selama ini garis pertanggung jawaban kepala sekolah dan para
penyelenggara pendidikan di sekolah bertanggung jawab kepada pemerintah,
2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 20
3
dalam hal ini kepada Dirjen Dikdasmen, maka dengan konsep manajemen
berbasis sekolah pertanggung jawaban itu kepada Komite Sekolah. Pemerintah
dalam hal ini hanya memberikan legalitas saja. Selama ini Komite Sekolah
memang telah dibentuk oleh pemerintah, tapi perannya hanya terbatas untuk
mengawasi dana Jaring Pengaman Sosial (JPS). Kemite Sekolah yang baru ini
tentu tidak terbatas hanya untuk mengawasi dana JPS saja, melainkan juga
berperan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, berfungsi untuk
terus menjaga transparansi dan akuntabilitas sekolah, serta menyalurkan
partisipasi masyarakat pada sekolah.
Tentu saja Komite Sekolah ini mesti diawali dengan melakukan upaya
optimal organisasi orang tua siswa di sekolah. Upaya ini menjdi sangat
penting lagi disaat keadaan budaya dan gaya hidup generasi kita sudah mulai
tidak jelas sekarang ini. Dengan adanya upaya ini jalinan antara satu sisi,
orang tua, dan sisi lain sekolah, bisa bersama-sama mengantisipasi dan
mengarahkan serta bersama-sama meningkatkan kepedulian terhadap anak-
anak di usia sekolah. Dengan demikian, pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama mulai dari keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Komite sekolah yang baru ini bertujuan untuk membantu kelancaran
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dalam upaya ikut memelihara,
menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan pendidikan
Nasional. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut tentu saja Komite
Sekolah mesti melakukan berbagai upaya dalam bentuk
mendayagunakan kemampuan yang ada pada orang tua, masyarakat
dan lingkungan sekitarnya, termasuk LSM-LSM yang memiliki
concern di bidang pendidikan.3
Namun pada kenyataannya sebagai badan yang mewakili masyarakat
Komite Sekolah belum berperan optimal. Komite Sekolah yang dibentuk pada
dasarnya hanya sebagai alat kelengkapan semata tanpa memberikan bantuan
yang bersifat signifikan terhadap kebutuhan sekolah. Pendidikan dasar belum
mendapat perhatian yang sama jika dibandingkan dengan pendidikan level
atasnya (sekolah menengah).
3 Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar; Menggagas Paradigma Baru
Pendidikan, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 2001), hal. 133-134
4
Komite sekolah memang mengalami kesulitan melakukan kontrol
tentang penyelengraan manajemen pendidikan berbasis sekolah. "Hal ini
disebabkan karena pengurus Komite Sekolah tidak secara utuh memahami apa
sebenarnya manajemen pendidikan berbasis sekolah. Bahkan tidak tertutup
kemungkinan, bahwa pengurus Komite Sekolah tidak memahami apa
sebenarnya peran, fungsi dan tujuan Komite Sekolah".4
Kenyataan yang lain, bahwa yang dilakukan sekolah hanya
mengawasi kemampuan sekolah tanpa memberikan masukan, bagaimana
seharusnya manajemen keuangan yang baik, sehingga kehadiran komite
sekolah bukan membantu meningkatkan kualitas sekolah, malah membuat
kepala sekolah menjadi terganggu.
Amiruddin Siahaan dalam bukunya manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah "Salah satu tujuan Komite Sekolah berdasarkan Kepmendiknas No.
044/U/2002 tanggal 2 April 2002, adalah menciptakan suasana dan kondisi
transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan
pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan".5
Manajemen pendidikan berbasis sekolah sampai saat ini, masih terbatas
dipahami oleh penyelenggara pendidikan (personil sekolah), sedangkan anggota
Komite Sekolah pada umumnya adalah warga masyarakat yang tidak terlibat
langsung dalam dunia pendidikan. Mereka hanyalah orang-orang yang dianggap
dapat diajak bicara tentang sekolah dan mungkin dapat mencari jalan keluar jika
sekolah memerlukannya. Sedangkan yang berkaitan dengan kebijakan sistem
pendidikan secara nasional, seperti dalam hal penerapan manajemen pendidikan
berbasis sekolah, pemahaman mereka sangatlah sedikit, mereka beranggapan
bahwa hal itu bukan menjadi kewenangan Komite Sekolah. Selain itu sebagian
dari pengurus komite sekolah adalah orang-orang yang sibuk ditempat kerjanya
masing-masing, sehingga waktu untuk memikirkan kemajuan sekolah sangat
sedikit.
4 Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pendidikan Berbasisi Sekolah, (Ciputat:
Quantum Teaching, 2006), hal. 91-92 5 Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pendidikan Berbasisi Sekolah, hal. 70
5
Bukanlah suatu hal yang aneh jika ditemukan kenyataan bahwa
pengurus Komite Sekolah memberikan rekomendasi atau menyetujui apa saja
yang akan dilakukan kepala sekolah berkaitan dengan penggunaan dana
sekolah. Masih ditemukan adanya pengurus Komite Sekolah sama sekali tidak
memahami apa yang dimaksud dengan manajemen pendidikan berbasis
sekolah, walaupun mereka pernah mendengarnya. Oleh karena itu, prinsip-
prinsip penyelenggaraannya tidak dipahami, mereka beranggapan bahwa hal
itu adalah menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
Seharusnya, pengurus komite Sekolah mengetahui tugas dan
fungsinya. Komite Sekolah memiliki wewenang untuk mengontrol
pelaksanaan manajemen sekolah. Komite Sekolah pada saat ini telah menjadi
perangkat sekolah yang dapat memberikan masukan apa saja, apalagi
berkaitan dengan konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah, yang pada
dasarnya akan dapat meningkatkan efektivitas manajemen sekolah.
Sepertinya, Komite Sekolah hanya melakukan kontrol terhadap
penggunaan dana atau keuangan saja. Padahal, dalam hal-hal lain, apalagi
berkaitan dengan kebijakan peningkatan manajemen mutu sekolah, Komite
Sekolah seharusnya dapat memberikan masukan sehingga efektivitas
penyelengaraan sekolah semakin meningkat.
Adanya kesan bahwa sebagian masyarakat yang tergabung dalam
Komite Sekolah tidak memahami pelaksanaan manajemen pendidikan
berbasis sekolah, merupakan salah satu kelemahan untuk menerapkannya
secara utuh dan konsekuen. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa "Salah
satu kelemahan penerapannya adalah peran Komite Sekolah yang belum utuh
dalam memahami prinsip penyelenggaraan manajemen pendidikan berbasis
sekolah, sehingga tidak dapat memberikan kontrol terhadap pelaksanaannya".6
Berdasarkan uraian di atas menjadi pendorong dan sekaligus hal yang
melatar belakangi bagi penulis mengangkat judul ini dengan tema “PERAN
KOMITE SEKOLAH DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI”.
6 Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pendidikan Berbasisi Sekolah, hal. 92-93
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah
yang muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kesadaran masyarakat dalam keikutsertaan memajukan sekolah masih
rendah.
2. Konsep manajemen berbasis sekolah masih belum merata dipahami oleh
pihak sekolah dan masyarakat.
3. Komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam
masih kurang efektif.
4. Komite sekolah yang dibentuk belum optimal melaksanakan fungsi dan
tugasnya.
5. Sebagian dari pengurus komite sekolah tidak memiliki waktu memikirkan
kegiatan sekolah, karena sebagian mereka sibuk di tempat kerjanya
masing-masing.
6. Sebagian pengurus komite sekolah belum memahami secara benar makna
dari manajemen berbasis sekolah.
7. Ada anggapan dari pihak sekolah, bahwa komite sekolah hanya
mengawasi kegiatan sekolah, terutama masalah keuangan, sehingga
kehadiran komite sekolah, hanya merupakan kendala bagi kelancaran
kegiatan pendidikan.
8. Proses kegiatan pendidikan Agama Islam di SMPN 2 Sukawangi Bekasi
masih perlu ditingkatkan.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi di atas, penulis perlu membatasi terlebih dahulu
masalah-masalah tersebut agar pembahasannya lebih terarah.
Dalam penelitian ini penulis membatasi pada Peran komite sekolah
yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam.
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan tersebut, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut: “Apakah komite sekolah berperan positif dalam menunjang
pelaksanaan pendidikan agama Islam?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana peran
komite sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam di
SMPN 2 Sukawangi Bekasi.
Sedangkan manfaat penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran tentang “Peran Komite Sekolah dalam menunjang Pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam” dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan serta
aplikasinya dari ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan di
lapangan, khususnya dalam hal-hal yang berkaitan dengan peran dan
fungsi komite sekolah.
2. Bagi institusi, sebagai sarana untuk menambah perbendaharaan dan bahan
referensi pada perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dan masyarakat pada umumnya
dalam pengkajian hal-hal yang berhubungan dengan “Peran komite
sekolah dalam menunjang pelaksanaan pendidikan agama Islam”.
3. Bagi sekolah, Komite Sekolah dan bagi para guru, penelitian ini dapat
dijadikan bahan masukan dalam mengelola suatu lembaga pendidikan
untuk meningkatkan kualitas hasil dan proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Komite Sekolah
1. Pengertian Komite Sekolah
Komite sekolah berasal dari dua kata yaitu komite dan sekolah. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia komite adalah “sejumlah orang yang ditunjuk
untuk melakukan tugas tertentu”.1 Kata “Sekolah” adalah “bangunan atau
lembaga untuk belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran
(menurut tingkatannya: dasar, lanjutan dan tinggi atau menurut jurusannya:
dagang, guru, tehnik pertanian dan sebagainya)”.2
Menurut Nanang Fattah dikemukakan bahwa “Komite Sekolah
merupakan suatu badan atau lembaga non politis dan non profit, yang dibentuk
berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stakeholders pendidikan
ditingkat sekolah sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan”.3
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), hal. 584 2 Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 1013
3 Nanang Fattah, Konsep Manajemen Berbasis Sekolah dan Dewan sekolah, (Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal. 118 8
9
Dengan demikian, Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi
pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah,
jalur pendidikan sekolah, maupun luar sekolah. Nama dan ruang lingkup wadah
ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan
seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah,
Dewan Sekolah, Menejemen Sekolah, Manajemen Madrasah, Komite TK, atau
nama lain yang sesuai dengan kriteria pemberdayaan masyarakat dan
pemberdayaan sekolah dengan fokus pemenuhan mutu kompetitif.
Nama Komite Sekolah berdasarkan SK Mendiknas nomor 044/U/2002
merupakan peleburan dari Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) atau
bentuk-bentuk organisasi sejenis yang ada disekolah, kewenangannya akan
berkembang sesuai dengan kebutuhan dalam wadah komite sekolah.
2. Tugas dan Sifat Komite Sekolah
Adapun tugas Komite Sekolah adalah sebagai berikut:
“Mengorganisasi sumbangan dari orang tua dan masyarakat, mengawasi
pengelolaan keuangan sekolah, ikut menyusun atau memilih kurikulum dan bahan
ajar, membentuk dan mengasawi proses belajar mengajar” 4
Sedangkan sifat Komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri,
tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga
pemerintah lainnya. Komite Sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-
masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama sejalan dengan
konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).5
4 Depdiknas, Dewan Sekolah dan Komite Sekolah, (Jakarta: Komite Sekolah, 2003), hal. 1
5 http://pakguruonline.pendidikan.net/komitesekolah_bab2.html
10
3. Tujuan, Peran dan Fungsi Komite Sekolah
Tujuan dibentuknya Komite Sekolah adalah sebagai berikut:
a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat
dalam melahirkan kebajikan dan program pendidikan di satuan
pendidikan (untuk Komite Sekolah).
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif dari seluruh
lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu di satuan pendidikan.6
Sedangkan Peranan yang dijalankan Komite Sekolah sangat berpengaruh
dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Adapun peran yang dijalankan
Komite Sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah sebagai
berikut:
a. Sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
b. Sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, ataupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
c. Sebagai pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan, serta
d. Sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.7
Kemudian untuk menjalankan perannya itu, Komite Sekolah memiliki
beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:
a. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat, baik perorangan maupun
organisasi, dunia usaha dan dunia indrustri, pemerintah dan DPRD
berkenaan dengan pennyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
c. Menampung dan menganalisis aspirasi, pandangan, tuntunan dan
berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
6 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Jakarta: Sagung Seto, 2007), hal.
62
7 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), hal. 189-190
11
d. Memberi masukan, pertimbangan dan rekomendasi satuan pendidikan
mengenai kebijakan dan program pendidikan; kriteria fasilitas
pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
dan memegang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.8
Selain itu, Komite Sekolah merupakan wadah untuk menyampaikan
ketidakpuasan para orang tua murid kepada sekolah akan rendahnya prestasi yang
dicapai oleh suatu sekolah tersebut. Dewan pendidikan atau Komite Sekolah tidak
perlu melaksanakan kegiatan studi atau penilaian pendidikan, tetapi cukup dengan
menggunakan data-data yang tersedia atau hasil-hasil penilaian yang sudah ada
sebagai bahan untuk menyampaikan kepuasan atau ketidakpuasan masyarakat
terhadap Dinas Pendidikan atau kepada masing-masing sekolah. Dengan
demikian, diperlukan suatu mekanisme akuntabilitas pendidikan yang dibentuk
melalui suatu Peraturan Daerah di bidang pendidikan.
Dari beberapa penjelasan tentang peran dan fungsi Komite Sekolah di
atas, maka terlihat bahwa keberadaan Komite Sekolah diharapkan berperan aktif
terhadap kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan upaya menunjang
pelaksanaan pendidikan agama Islam.
4. Keanggotaan Komite Sekolah
Anggota Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam
masyarakat. Di samping itu unsur pendidik atau guru, yayasan atau lembaga
penyelenggaraan pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan
sebagai anggota.
Anggota Komite Sekolah dari unsur masyarakat dapat berasal dari
perwakilan orang tua atau wali peserta didik berdasarkan jenjang kelas yang
dipilih secara demokratis; tokoh masyarakt (ketua RT/RW/RK, ulama,
8 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, hal. 63
12
budayawan, pemuka adat); anggota masyarakat yang mempunyai perhatian untuk
meningkatkan mutu pendidikan; pejabat pemerintah setempat (Kepala Desa atau
lurah, kepolisian, koramil, Depnaker, Kadin dan instansi lain); dunia usaha atau
industri (pengusaha industri, jasa, asosiasi dan lain-lain); pakar pendidikan yang
mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan; organisasi profesi
tanaga pendidik; perwakilan siswa bagi tingakt SLTP/SMU/SMK yang telah
dewasa dan mandiri. Anggota Komite Sekolah yang berasal dari unsur dewan
guru, yayasan atau lembaga penyelenggaraan pendidikan, Badan pertimbangan
Desa sebanyak-banyaknya berjumlah masing-masing tiga orang.
Jumlah anggota Komite Sekolah sekurang-kurangnya (sembilan) orang
dan jumlahnya harus ganjil. Syarat-syarat, hak dan kewajiban serta masa
keanggotaan Komite Sekolah ditetapkan di dalam AD/ART.
5. Kepengurusan Komite Sekolah
Menurut Bedjo Sujanto dalam bukunya manajemen pendidikan berbasisi
sekolah mengatakan bahwa "Pengurus Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
ditetapkan berdasarkan AD/ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas seorang
ketua, sekretaris, bendahara. Apabila dipandang perlu, kepengurusan dapat
dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan. Selain itu dapat pula
diangkat petugas khusus yang menangani urusan administrasi".9
Jadi kepengurusan Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART
yang biasanya hanya terdiri dari ketua, wakil dan sekretaris, tetapi jika dibutuhkan
kepengurusan yang lebih besar lagi, dapat dibentuk kepengurusan yang sesuai
dengan kebutuhan. Dengan demikian agar Komite Sekolah itu dapat berjalan
lebih baik sehingga tercapainya tujuan yaitu memajukan sekolah dengan peran
aktif masyarakat.
9Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, hal. 63-64
13
6. Pembentukan Komite Sekolah
Pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan,
akuntabel dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa komite
sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas
mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia
persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman
calon anggota, proses pemilihan dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan
secara akuntabel adalah bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan.
Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses pemilihan anggota dan
pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu pemilihan
anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara.10
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembentukan Komite
Sekolah harus dilakukan secara transparan, akuntabel dan demokratis agar dapat
menghasilkan pengurus Komite Sekolah yang dapat bertanggung jawab dalam
pekerjaannya.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sudirman dalam bukunya ilmu pendidikan mengatakan bahwa Istilah
pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani, yaitu Paedagogie.
Paedagogie asal katanya adalah pais yang artinya “anak”, dan again yang
terjemahannya adalah ”membimbing”. Dengan demikian maka
paedagogie berarti ”bimbingan yang diberikan kepada anak”. Orang yang
memberikan bimbingan kepada anak disebut paedagog. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie tersebut berarti
bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa.11
10
Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, hal. 65 11
Sudirman dkk, Ilmu pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hal. 4
14
Kata pendidikan yang digunakan sekarang dalam bahasa arabnya adalah
“Tarbiyah” dengan kata kerja “rabba” yang berarti mendidik. Kata kerja rabba
(mendidik) sudah digunakan sejak awal perkembangan agama Islam seperti
terlihat dalam salah satu ayat Al-Qur’an disebutkan sebagai berikut:12
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya yang penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku! sayangilah keduanya (ibu bapakku)
sebagaimana mereka berdua telah mengasuhku (mendidik) sejak kecil”.
(QS, Al-Isra’: 24)13
Sedangkan secara istilah pendidikan dalam Islam menurut Ahmad Tafsir,
adalah “Bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran agama Islam”.14
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati
penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama
hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat yang telah dikutip oleh Abdul Majid
dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004), mengatakan bahwa ”Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
12
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 25 13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media,
2002), hal. 284 14
Ahmad tafsir, Ilmu pendidikan dalam Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1994), hal. 32
15
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang
pada akhirnya mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.15
Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam ialah suatu
usaha secara sadar dalam membimbing peserta didik agar dapat membentuk
pemahaman terhadap ajaran agamanya, serta dapat menerapkan dan
melaksanakan segala perintah agama dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan
kerja. Dengan dasar tersebut akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan
yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan
pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan
yang dapat mengantarkan peserta didik kearah pencapaian pendidikan.
Pendidikan Agama Islam di Indonesia mempunyai dasar-dasar yang
cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari segi:
a. Yuridis atau hukum: yang dimaksud dasar hukum (yuridis) dalam
pelaksanaan pendidikan adalah berasal peraturan perundang-undangan
yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan Pendidikan Agama Islam di sekolah secara formal.
b. Religius: yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-
dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam. Menurut ajaran Islam
pendidikan agama adalah perintah Tuhan dan merupakan perwujudan
ibadah kepada-Nya.16
15
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet, I, hal. 130 16
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum), hal. 132-133
16
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian Mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dari lingkungan
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
e. Pencegahan, menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia yang seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir- nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memilki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut berkembang secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi
orang lain.17
Dari beberapa fungsi di atas pendidikan agama terfokus pada penyadaran,
pemahaman, pemaknaan, perbaikan dan pemberdayaan peserta didik agar mampu
menjalankan hablumminallah dan hablumminannas secara mandiri, berkembang
dan bertanggung jawab.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Agama Islam sekaligus juga menjadi arah pendidikan
agama dalam rangka pembangunan bangsa dan manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan agama akan membawa dan mengantar serta membina anak didik
17
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum), hal. 134-135
17
menjadi umat yang taat beragama dan sebagai warga Negara Indonesia yang baik
serta terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim sempurna (Insan Kamil).
Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrasyi yang telah dikutip oleh Dr. Al-
Rasyidin dalam bukunya ”Filsafat Pendidikan Islam” mengatakan bahwa
pendidikan Islam memilki 5 tujuan pokok, antara lain:
a. Sebagai pembentuk akhlak mulia
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat
c. Persiapan untuk mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi
pemanfaatan, keterpaduan antara agama dan ilmu akan dapat
membawa manusia kepada kesempurnaan.
d. Menumbuhkan roh ilmiah para pelajar dan memenuhi keinginan untuk
mengetahui serta memiliki kesanggupan untuk mengkaji ilmu sekedar
sebagai ilmu.
e. Mempersiapka para pelajar untuk suatu profesi tertentu hingga ia
mudah mencari rizki.18
Sedangkan menurut Abdul Majid dalam bukunya Pendidikan Agama
Islam Berbasis Kompetensi (konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah untuk ”menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi”.19
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan Islam merupakan pengalaman nilai-nilai Islami yang hendak
diwujudkan dalam pribadi manusia terdidik yang diikhtiarkan oleh pendidik
muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki
kepribadian Islami yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan serta
sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.
18
Al-Rasyidin dkk, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
(Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), hal. 37 19
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
dan Implementasi Kurikulum), hal. 135
18
5. Materi/Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di SMP meliputi
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, diantaranya:
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
c. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
d. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi lima
unsur pokok, yaitu:
a. Al-qur’an
b. Aqidah
c. Syari’ah
d. Akhlak
e. Tarikh.20
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama dalam buku yang dikeluarkan oleh departemen
pendidikan Nasional terfokus pada aspek:
a. Al Quran/Hadits.
b. Akhlak.
c. Fiqh/Ibadah.
d. Tarikh.21
Adapun penjelasan mengenai materi dalam pendidikan agama Islam
adalah sebagai berikut:
20
Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2005), hal. 22-
23 21
Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam SMP & MTs, (Jakarta: Pusat Kurikulum, 2003), hal. 9
19
a. Al Quran/Hadits.
Al-Qur’an adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama.
Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah,
al-Qur’an adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama
benar dengan yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad
sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-
mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuannya, untuk menjadi pedoman atau
petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai
kesejahteraan di dunia ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.22
Adapun isi al-Qur’an itu antara lain adalah :
1) Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia.
2) Petunjuk mengenai syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam
berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup
manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.
3) Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus
diindahkan oleh manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual
maupun kehidupan sosial.
4) Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau.
5) Berita-berita tentang zaman yang akan datang.
6) Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahhuan.
7) Sunatullah atau hukum Allah yang berlaku di alam semesta.23
Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah
disebut dalam al-Qur’an di atas, dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh
Rasulullah dengan sunnah beliau.
Ada tiga peranan al-hadits di samping al-Qur’an sebagai sumber agama
dan ajaran Islam diantaranya:
1) Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an.
2) Sebagai penjelasan isi al-Qur’an.
22
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perdasa,
2005), hal. 93 23
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 103
20
3) Menambahkan atau mngembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-
samar ketentuannya di dalam al-Qur’an.24
b. Aqidah
Akidah, menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Dalam pengertian
teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Aqidah Islam (aqidah Islamiyah),
karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam.
Adapun pokok-pokok keyakinan Islam yang terangkum dalam istilah
Rukun Iman itu antara lain:
1) Keyakinan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa,
2) Keyakinan pada Malaikat-malaikat,
3) Keyakinan pada para Nabi dan Rasul Allah.
4) Keyakinan akan adanya Hari akhir
5) Keyakinan pada Qada’ dan Qadar Allah.25
c. Syari’ah/syari’at
Makna asal syari’at adalah jalan ke sumber (mata) air. Secara harfiah
berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Dilihat dari segi hukum,
syari’at adalah norma hukum dasar yang diwahyukan Allah, yang wajib diikuti
oleh orang Islam, baik dalam berhubungan dengan Allah maupun dalam
berhubungan dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat.26
d. Ibadah
Ibadah menurut bahasa, artinya taat, tunduk, turut, ikut, dan do’a. Dilihat
dari segi pelaksanaannya, ibadah dapat dibagi tiga, yakni:
1) Ibadah jasmaniah-rohaniah, yaitu ibadah yang merupakan perpaduan
jasmani dan rohani, seperti shalat dan puasa
2) Ibadah rohiah dan maliah, yaitu ibadah perpaduan rohani dan harta, seperti
zakat.
24
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 110-113 25
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 199-201 26
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 235-236
21
3) Ibadah jasmaniah, rohiah dan maliah (harta) sekaligus, contohnya ibadah
haji. 27
e. Akhlak
Perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab
akhlak, bentuk jamak kata khuluq atau al-khulq, yang secara etimologis
(bersangkutan dengan cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta
perubahan-perubahan dalam bentuk dan makna) antara lain berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabi’at.28
Akhlak dalam pembagiannya di bagi menjadi 2:
1) Akhlak terhadap Allah (Khalik)
2) Akhlak terhadap Makhluk, dibagi dua: akhlak terhadap manusia dan akhlak
terhadap bukan manusia (lingkungan hidup).29
f. Tarikh
Tarikh dalam bahasa arab disebut sejarah, yang menurut bahasa berarti
ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti ”keterangan yang telah terjadi
dikalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada”.
Kata tarikh juga dipakai dalam arti perhitungan tahun, seperti keterangan
mengenai tahun sebelum atau sesudah Masehi dipakai sebutan sebelum atau
sesudah tarikh Masehi.
Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti ”pengalaman
masa lampau daripada umat manusia” the past experience of mankind. Pengertian
selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan
kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan
dalam ruang lingkup yang luas.30
Dari penjelasan diatas dapat dikemukakan bahwa materi pendidikan
agama Islam yaitu Al-Qur’an/hadits (isi dan kandungannya tentang akidah,
27
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 244-245 28
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 346 29
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, hal. 356 30
Zuhairini, Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hal. 1-2
22
syari’ah, sejarah, ilmu pengetahuan, dll), aqidah (yang berisi tentang keyakinan
yang terangkum dalam rukun Islam), Syari’ah; (yang berisi tentang norma hukum
dasar dalam berhubungan dengan siapapun), akhlak (berisi tentang tingkah laku
dan tabi’at), dan tarikh (sejarah pada masa lampau).
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai objek penelitian penulis adalah SMPN
2 Sukawangi Bekasi. Untuk memperoleh data yang diperlukan dan masukan
yang berhubungan dengan objek penelitian, penulis memerlukan waktu
sebagai berikut:
Tabel 1
Data Rincian Waktu
Waktu Kegiatan
Desember 2009 Pengajuan proposal skripsi kepada jurusan
Penyerahan bab I, II dan III kepada dosen pembimbing
Januari 2009 Izin penelitian ke SMPN 2 Sekawangi Bekasi
Februari-April
2010
Perbaikan bab I, II dan III
Mei 2010 Penulisan Instrumen Penelitian
Juni 2010 Perbaikan Instrumen dan Wawancara
Juli-September
2010
Melakukan penelitian
Oktober 2010 Mengelola hasil penelitian
November 2010 Penulisan hasil penelitian
Desember 2010 Penyelesaian penulisan skripsi
24
B. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, metode
deskriptif, yaitu peneliti yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari
fenomena objek yang diteliti, melalui penelitian lapangan dan penelitian
kepustakaan. Jenis penelitian lapangan ini dimaksudkan agar dapat
memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat
mengenai Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam. Dan penelitian kepustakaan penulis lakukan dengan
mempelajari atau menelaah dan mengkaji buku-buku yang erat kaitannya
dengan masalah yang akan dibahas.
C. Unit Analisis
Unit analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: komite
sekolah yang berjumlah 30 orang. Terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris,
bendahara dan anggota komite sekolah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan permasalahan yang
sedang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:
1) Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diteliti, observasi merupakan metode yang
secara langsung mengamati prilaku sabjek penelitiannya dan metode yang
pertama-tama digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan
dengan penelitian, guna untuk mengamati keberadaan dan peran komite
sekolah.1
1 Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hal. 70
25
2) Wawancara, yaitu suatu dialog yang dilakukan untuk memperoleh
informasi dari orang yang diwawancara. Pada tahap ini peneliti
mewawancarai Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah.2
3) Kuesioner, yaitu pertanyaan tertulis, yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden.3 Dalam penelitian ini penulis menggunakan
kuesioner yang berhubungan dengan peran komite sekolah dalam
menunjang pelaksanan pendidikan agama Islam di SMPN 2 Sukawangi
Bekasi.
Tabel 2
Kisi-kisi Instrumen Peran Komite Sekolah dalam Menunjang
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Variabel Sub Variabel Indikator No
Butir
Jumlah
Soal
Peran
Komite
Sekolah
- Pemberi
pertimbangan
dalam penentuan
dan pelaksanaan
kebijakan
pendidikan
- Mewadahi dan
menyalurkan aspirasi
dan prakarsa
masyarakat dalam
melahirkan kebijakan
dan program
pendidikan di satuan
pendidikan
- Ikut menyusun atau
memilih kurikulum
dan bahan ajar
1, 2, 3
4, 5, 6
3
3
2 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hal. 145 3 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hal. 140
26
- Pendukung baik
finansial,
pemikiran
ataupun tenaga
dalam
penyelenggaraan
pendidikan
- Pengontrol
dakam rangka
tranparansi,
akuntabilitas dan
keluaran
pendidikan
- Mediator antara
pemerintah
dengan
masyarakat di
satuan
pendidikans
- Meningkatkan
tanggung jawab dan
peran serta aktif dari
seluruh lapisan
masyarakat.
- Membentuk dan
mengawasi proses
belajar mengajar
- Menciptakan suasana
dan kondisi
transparan,
akuntabel, dan
demokratis dalam
penyelenggaraan dan
pelayanan
pendidikan
7, 8, 9
10, 11,
12
13, 14,
15
3
3
3
27
Pendidikan
Agama
Islam
- Pemahaman
- Mengamalkan
- Penanaman nilai
sebagai pedoman
hidup.
- Pengajaran tentang
ilmu pengetahuan.
- Persiapan untuk
kehidupan dunia dan
akhirat.
16, 17,
18, 19
20, 21,
22
23, 24,
25, 26,
27, 28,
29, 30
4
3
8
E. Teknik Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan dari lapangan, tahap berikutnya
adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh penulis untuk memperoleh hasil
akhir dalam penelitian. Adapun beberapa langkah yang penulis tempuh dalam
analisis data ini adalah:
1. Editing atau verifikasi yaitu meneliti semua angket satu-persatu tentang
kelengkapan pengisian dan kejelasannya.
2. Tabulating yaitu mentabulasi data jawaban yang telah diberikan kedalam
bentuk tabel selanjutnya dinyatakan dalam bentuk frekuensi dan prosentase.
Untuk memperoleh nilai frekuensi sdan presentase, penulis menggunakan
rumus sebagai berikut:
%100xN
FP
Keterangan:
P= Presentase
F= Frekuensi
N= Jumlah responden
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMPN 2 Sukawangi Bekasi
SMPN 2 Sukawangi Bekasi merupakan salah satu SMPN yang terletak di
Sukatenang Sukawangi Bekasi yang pada saat itu banyak sekali anak-anak
usia SMP yang memerlukan tempat belajar di sekolah negeri, dikarenakan
SMPN Babelan terlalu jauh dari Sukatenang, sehingga membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk sampai di SMPN Babelan, maka tokoh masyarakat
Sukatenang menginginkan adanya SMPN disekitar wilayahnya, keinginan
tersebut disambut gembira oleh para orang tua. Mereka terpanggil dan ikut
bertanggung jawab terhadap pendidikan. Akhirnya para orang tua dan
masyarakat lainnya sepakat untuk mengajukan permohonan tersebut melalui
proposal yang diajukan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi dan juga
mendapat sambutan hangat dari Kepala Desa Sukatenang Sukawangi Bekasi
dengan ditanda tangani proposal tersebut yang Alhamdulillah permohonan
tersebut dikabulkan.
Pada tahun 2006 disepakati untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan
yang bernama “SMPN 2 Sukawangi Bekasi yang lokasinya diwilayah
Sukatenang di tanah bengkok Desa Sukatenang Kecamatan Sukawangi
Bekasi.
25
Tabel 3
KEADAAN NAMA GURU SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI
NO
NAMA GURU NIP
01 SANDI HARDINAWAN, S.Pd 19710912 200012
1 002
02 TOTO SUYANTO, S.Pd 197402
03 ABDUL HAMID, S.Ag
04 AHMAD BAIHAKI, S.Pd
05 ABDILAH, S.Pd
06 DEDI MULYADI, S.Pd
07 LILI RUSAMSI, S.PdI
08 MAIT MARDIANSYAH, S.PdI
09 MUHAMAD TUMRIN, S.PdI
10 YUDI NUGRAHA, S.Pd
11 AHMAD MISBAH, S.Ag
12 ROHIMUDIN, S.Sos.i
13 Hj. NUNUNG, S.Ag
14 SAPRUDIN, S.Pd
15 SUSILOWATI, S.Pd
16 MOHAMMAD SUMONO, S.Pd
17 ELIS SURYATI, S.Pd
18 TITIN, S.Pd
19 AHMAD ANWAR, S.Pd
20 MIGAN, S.Pd
21 WASTATI BR. LUMBAN GAOL,
S.E
Tabel 4
KEADAAN SISWA/SISWI SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI
No Kelas Jumlah
01 VII 165 Orang
02 VIII 226 Orang
03 IX 156 Orang
26
VISI DAN MISI SMPN 2 SUKAWANGI BEKASI
Visi
Unggul dalam prestasi, santun dalam berbicara, tanggap terhadap
perubahan, berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.
Misi
1) Menciptakan suasana yang kondusif dalam kegiatan belajar mengajar
2) Menanamkan sopan santun dalam pergaulan di sekolah dan masyarakat
3) Meningkatkan kompetensi siswa sesuai dangan kemampuannya
4) Melaksanakan perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
5) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang agamis
2. Sejarah Pembentukan Komite Sekolah
Komite sekolah terbentuk sejak tahun 2006 yang diketuai oleh bapak H.
Abd Rohman, beliau salah satu tokoh masyarakat Sukatenang Sukawangi
bekasi. Komite sekolah tersebut memiliki anggota sebanyak 4 orang yang
terdiri dari ketua 1 orang, wakil ketua 1 orang, sekretaris 1 orang dan
bendahara 1 orang.
3. Deskripsi Data Penelitian
Sebagaimana telah di jelaskan di bab sebelumnya bahwa untuk
mengetahui Peran Komite Sekolah dalam Menunjang Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam, maka penulis menyebarkan angket kepada 21 orang guru dan 4
orang pengurus komite sekolah. Dari hasil angket tersebut dikemukakan
deskripsi data sebagai berikut:
27
Tabel 5
Pemungutan sumbangan di sekolah diadakan secara regular
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase %
1 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
-
7
15
3
-
28%
60%
12
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 0% responden yang menyatakan
selalu, 28% menyatakan sering, 60% menyatakan kadang-kadang mengadakan
pemungutan bantuan di sekolah yang diadakan secara regular dan 12%
menyatakan tidak pernah. Hal ini menyatakankan bahwa Komite Sekolah
kadang-kadang melakukan pemungutan bantuan di sekolah secara reguler.
Tabel 6
Pemungutan sumbangan dikoordinasikan oleh orang tua, guru dan komite
sekolah
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase %
2 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
19
6
-
-
76%
24%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 76% responden yang
menyatakan selalu, 24% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang
dan 0% menyatakan tidak pernah pemungutan bantuan dikoordinasikan oleh
orang tua, guru dan komite sekolah. Dengan demikian menunjukan bahwa
mayoritas pemungutan bantuan dikoordinasikan oleh orang tua, guru dan
komite sekolah.
28
Tabel 7
Pemungutan sumbangan diadakan secara ireguler
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase %
3 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
2
18
5
-
8%
72%
20%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 8% responden yang menyatakan
selalu, 72% menyatakan sering mengadakan pemungutan bantuan di sekolah
yang diadakan secara iregular, 20% menyatakan kadang-kadang dan 0%
menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat diketahui bahwa pemungutan bantuan
di sekolah diadakan secara iregular.
Tabel 8
Guru berperan aktif dalam pembuatan RPP di sekolah
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase %
4 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
25
-
-
-
100%
-
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 100% responden yang
menyatakan guru selalu berperan aktif dalam pembuatan RPP di sekolah, 0%
menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang dan 0% menyatakan tidak
pernah. Maka menunjukan bahwa semua guru melaksanakan tugasnya dalam
pembuatan RPP di sekolah, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksanah
dengan baik dan terarah.
29
Tabel 9
Saran orang tua berpengaruh pada perkembangan dan perubahan
kurikulum sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
5 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
13
8
4
-
52%
32%
16%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 52% responden yang menyatakan
saran orang tua selalu berpengaruh pada perkembangan dan perubahan
kurikulum sekolah, 32% menyatakan sering, 16% menyatakan kadang-kadang
dan 0% menyatakan tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa saran orang
tua selalu berpengaruh pada perkembangan dan perubahan kurikulum sekolah.
Sehingga dapat diartikan bahwa sekolah selalu menerima kritik dan saran dari
orang tua murid untuk perkembangan dan kemajuan pendidikan di sekolah.
Tabel 10
Penyusunan bahan ajar dilakukan secara reguler dan dibahas bersama-sama
antara guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
6 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
20
5
-
-
80%
20%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa 80% responden yang menyatakan
selalu, 20% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang dan 0%
menyatakan tidak pernah Penyusunan bahan ajar secara reguler dan dibahas
30
bersama-sama antara guru. Dengan demikian menunjukan bahwa mayoritas
penyusunan bahan ajar dilakukan secara reguler dan dibahas bersama-sama
antara guru.
Tabel 11
Sekolah mengadakan kegiatan bakti sosial pada waktu tertentu
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
7 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
9
13
3
-
36%
52%
12%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 36% responden yang
menyatakan sekolah selalu mengadakan kegiatan bakti sosial pada waktu
tertentu, 52% menyatakan sering, 12% menyatakan kadang-kadang dan 0%
menyatakan tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sekolah mengadakan kegiatan bakti sosial pada waktu tertentu.
Tabel 12
“Jum’at Bersih” di sekolah diadakan secara reguler bersama masyarakat
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
8 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
-
8
17
-
-
32%
68%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel diatas dapat dipahami bahwa 0% responden yang menyatakan
selalu, 32% menyatakan sering mengadakan jum’at bersih di sekolah diadakan
secara reguler bersama masyarakat, 68% menyatakan kadang-kadang dan 0%
menyatakan tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa sekolah hanya
31
kadang-kadang mengadakan jum’at bersih yang diadakan secara reguler
bersama masyarakat.
Tabel 13
“Bazar Amal” merupakan kegiatan tahunan sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
9 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
19
4
2
-
76%
16%
8%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 76% responden yang
menyatakan sekolah selalu mengadakan bazar amal sebagai kegiatan tahunan,
16% menyatakan sering, 8% menyatakan kadang-kadang dan 0% menyatakan
tidak pernah. Ini menunjukan bahwa bazar amal merupakan kegiatan tahunan
sekolah.
Tabel 14
Komite Sekolah memberikan motivasi kepada masyarakat dalam
memelihara ketertiban dan keamanan sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
10 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
16
9
-
-
64%
36%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 64% responden yang
menyatakan selalu, 36% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang
dan 0% menyatakan tidak pernah komite sekolah memberikan motivasi
kepada masyarakat dalam memelihara ketertiban dan keamanan sekolah.
32
sehingga dapat diketahui bahwa komite sekolah memberikan motivasi kepada
masyarakat dalam memelihara ketertiban dan keamanan sekolah.
Tabel 15
Komite sekolah, guru dan orang tua bekerja sama mengelola keuangan
sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
11 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
19
6
-
-
76%
24%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 76% responden yang
menyatakan selalu, 24% menyatakan sering komite sekolah, guru dan orang
tua bekerja sama mengelola keuangan sekolah, 0% menyatakan kadang-
kadang dan 0% menyatakan sangat tidak pernah. Dengan demikian
menunjukan bahwa komite sekolah, guru dan orang tua bekerja sama
mengelola keuangan sekolah.
Tabel 16
Kurangnya kerja sama yang baik antara komite sekolah, guru dan orang tua
dalam mengelola keuangan sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
12 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
-
-
2
23
-
-
8%
92%
Jumlah 25 100%
33
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 0% responden yang menyatakan
selalu, 0% menyatakan sering, 8% menyatakan kadang-kadang dan 92%
menyatakan tidak pernah kurangnya kerja sama yang baik antara komite
sekolah, guru dan orang tua dalam mengelola keuangan sekolah. Maka dapat
disimpulkan bahwa komite sekolah bekerja sama dengan pihak sekolah dalam
mengelola keuangan sekolah.
Tabel 17
Pengelolaan keuangan sekolah tidak terorganisir dengan baik
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
13 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
-
-
-
25
-
-
-
100%
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 0% responden yang menyatakan
selalu, 0% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang dan 100%
menyatakan tidak pernah pengelolaan keuangan sekolah tidak terorganisir
dengan baik. Hal ini dapat diketahui bahwa pengelolaan keuangan sekolah
tidak terorganisir dengan baik.
Tabel 18
Pertemuan antara guru, orang tua dan komite sekolah untuk peningkatan
kegiatan belajar mengajar diadakan secara regular
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
14 e. Selalu
f. Sering
g. Kadang-kadang
h. Tidak Pernah
22
3
-
-
88%
12%
-
-
34
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 88% responden yang
menyatakan pertemuan antara guru, orang tua dan komite sekolah untuk
peningkatan kegiatan belajar mengajar selalu diadakan secara regular, 12%
menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang dan 0% menyatakan tidak
pernah. Sehingga menunjukan bahwa pertemuan antara guru, orang tua dan
komite sekolah untuk peningkatan kegiatan belajar mengajar diadakan secara
regular.
Tabel 19
Komite sekolah berfungsi sebagai perantara antara guru dan orang tua demi
meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar di sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
15 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
25
-
-
-
100%
-
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 100% responden yang
menyatakan komite sekolah selalu berfungsi sebagai perantara antara guru dan
orang tua demi meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar di sekolah, 0%
menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang dan 0% menyatakan tidak
pernah. Maka dapat diketahui bahwa komite sekolah aktif menjadi perantara
antara guru dan orang tua demi meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar
di sekolah.
Tabel 20
Guru selalu mengawasi proses belajar mengajar di sekolah hanya selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
35
16 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
10
13
2
-
40%
52%
8%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 40% responden yang
menyatakan guru selalu mengawasi proses belajar mengajar di sekolah hanya
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, 52% menyatakan sering, 8%
menyatakan kadang-kadang dan 0% menyatakan tidak pernah. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa guru selalu mengawasi proses belajar
mengajar di sekolah hanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Tabel 21
Sekolah menjadikan buku komunikasi untuk berhubungan antara guru dan
wali murid
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
17 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
14
10
1
-
56%
40%
4
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56% responden yang
menyatakan sekolah selalu mempunyai buku komunikasi untuk berhubungan
antara guru dan wali murid, 40% menyatakan sering, 4% menyatakan kadang-
kadang dan 0% menyatakan tidak pernah. Data tersebut menyatakan bahwa
sekolah mempunyai buku komunikasi dan berfungsi sebagai media
penghubung antara guru dan wali murid.
36
Tabel 22
Orang tua memberikan Saran atau kritik guna kemajuan kegiatan
pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
18 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
14
8
3
-
56%
32%
12%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56% responden yang
menyatakan selalu, 32% menyatakan sering orang tua memberikan saran dan
kritik guna membangun kegiatan pembelajaran, 12% menyatakan kadang-
kadang dan 0% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian menunjukan
bahwa jarang orang tua memberikan saran dan kritik guna membangun KBM
di sekolah.
Tabel 23
Kegiatan sekolah merupakan hasil kerja sama antara guru, orang tua dan
komite sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
19 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
12
13
-
-
48%
52%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 56,6% responden yang
menyatakan bahwa kegiatan sekolah selalu bekerja sama antara guru, orang
tua dan komite sekolah, 43,3% menyatakan sering mengadakan pemungutan
bantuan di sekolah yang diadakan secara regular, 0% menyatakan kadang-
kadang dan 0% menyatakan tidak pernah. Hal ini dapat diketahui bahwa
37
komite sekolah senantiasa bekerja sama dengan guru dan orang tua dalam
berbagai kegiatan yang dilaksanakan sekolah
Tabel 24
Membaca do’a sebelum pelajaran dimulai merupakan keseharian sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
20 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
23
2
-
-
92%
8%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 92% responden yang
menyatakan selalu membaca do’a sebelum pelajaran dimulai merupakan
keseharian sekolah, 9% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang
dan 0% menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukan bahwa membaca
do’a sebelum pelajaran dimulai merupakan keseharian sekolah.
Tabel 25
Penerapan hukuman pada anak yang melakukan perbuatan tercela berjalan
dengan baik
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
21 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
12
12
1
-
48%
48%
4%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 48% responden yang
menyatakan selalu menerapkan hukuman pada anak yang melakukan
perbuatan tercela berjalan dengan baik, 48% menyatakan sering, 4%
38
menyatakan kadang-kadang dan 0% menyatakan tidak pernah. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa sekolah mengadakan penerapan hukuman pada anak
yang melakukan perbuatan tercela berjalan dengan baik.
Tabel 26
Sekolah mengadakan sholat dzuhur dan pengajian secara reguler
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
22 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
10
9
6
-
40%
36%
26
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 40% responden yang
menyatakan sekolah selalu mengadakan sholat dzuhur dan pengajian secara
regular, 36% menyatakan sering, 26% menyatakan kadang-kadang dan 0%
menyatakan tidak pernah sekolah mengadakan sholat dzuhur dan pengajian
secara reguler. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sekolah mengadakan sholat
dzuhur dan pengajian secara regular.
Tabel 27
Pendidikan agama Islam di sekolah diberikan oleh guru yang sesuai
dibidangnya
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
23 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
25
-
-
100%
-
-
-
Jumlah 25 100%
39
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 100% responden yang
menyatakan selalu pendidikan agama Islam di sekolah diberikan oleh guru
yang ahli dibidangnya, 0% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-
kadang dan 0% menyatakan tidak pernah. Ini menunjukan bahwa pendidikan
agama Islam di sekolah diberikan oleh guru yang ahli dibidangnya.
Tabel 28
Pendidikan agama Islam di sekolah diberikan setiap satu minggu sekali
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
24 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
23
2
-
-
92%
8%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 92% responden yang
menyatakan selalu pendidikan agama Islam di sekolah diberikan setiap satu
minggu sekali, 8% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang dan
0% menyatakan sangat tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pendidikan agama Islam di sekolah diberikan setiap satu minggu sekali.
Tabel 29
Pendidikan akhlak terpuji diterapkan di sekolah
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
25 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
8
10
7
32%
40%
28%
Jumlah 25 100%
40
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa % responden yang menyatakan
bahwa pendidikan akhlak terpuji selalu diterapkan di sekolah, 28%
menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-kadang dan 0% menyatakan tidak
pernah. Hal ini dapat diketahui bahwa sekolah memperhatikan penerapan
akhlak terpuji kepada siswa.
Tabel 30
Sekolah mewajibkan bagi setiap murid untuk mengikuti pelajaran
ekstrakurikuler
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase %
26 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
18
7
-
-
72%
28%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 72% responden yang
menyatakan sekolah selalu mewajibkan bagi setiap murid untuk mengikuti
pelajaran ekstrakurikuler, 28% menyatakan sering, 0% menyatakan kadang-
kadang dan 0% menyatakan tidak pernah. sehingga dapat disimpulkan bahwa
sekolah mewajibkan bagi setiap murid untuk mengikuti pelajaran
ekstrakurikuler.
Tabel 31
Sekolah mengadakan pengajian reguler di sekolah
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase %
27 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
9
5
11
-
36%
20%
44%
-
Jumlah 25 100%
41
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 36% responden yang
menyatakan selalu, 20% menyatakan sering, 44% menyatakan kadang-kadang
sekolah mengadakan pengajian reguler di sekolah dan 0% menyatakan tidak
pernah. Maka dapat diketahui bahwa sekolah jarang mengadakan pengajian
reguler di sekolah.
Tabel 32
Irsa Mi’raj dan Maulid Nabi merupakan kegiatan reguler di sekolah
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase %
28 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
22
3
-
-
88%
12%
-
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 88% responden yang
menyatakan selalu Irsa Mi’raj dan Maulid Nabi merupakan kegiatan reguler di
sekolah, 12% menyatakan sering mengadakan pemungutan bantuan di sekolah
yang diadakan secara regular, 0% menyatakan kadang-kadang dan 0%
menyatakan tidak pernah. Data tersebut menunjukan bahwa Irsa Mi’raj dan
Maulid Nabi merupakan kegiatan reguler di sekolah.
Tabel 33
Sekolah melibatkan murid untuk mempersiapkan Isra Mi’raj dan Maulid
Nabi
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase %
29 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
15
10
-
-
60%
40%
-
-
Jumlah 25 100%
42
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 60% responden yang
menyatakan selalu, 40% menyatakan sering sekolah melibatkan murid untuk
mempersiapkan Isra Mi’raj dan Maulid Nabi mengadakan pemungutan
bantuan di sekolah yang diadakan secara regular, 0% menyatakan kadang-
kadang dan 0% menyatakan sangat tidak pernah. sehingga dapat disimpulkan
bahwa sekolah selalu melibatkan murid untuk mempersiapkan Isra Mi’raj dan
Maulid Nabi.
Tabel 34
Sekolah melibatkan murid menjadi panitia dalam mempersiapkan kegiatan
pesantren kilat di sekolah
No Alternatif Jawaban frekuensi Prosentase
(%)
30 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
13
9
3
-
52%
36%
12%
-
Jumlah 25 100%
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa 52% responden yang
menyatakan selalu sekolah melibatkan murid menjadi panitia dalam
mempersiapkan kegiatan pesantren kilat di sekolah, 36% menyatakan sering ,
0% menyatakan kadang-kadang dan 12% menyatakan tidak pernah. Dengan
demikian menunjukan bahwa mayoritas sekolah selalu melibatkan murid
menjadi panitia dalam mempersiapkan kegiatan pesantren kilat di sekolah.
B. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian
Sesuai dengan peran dan fungsinya Komite Sekolah di SMPN 2
Sukawangi Bekasi, telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari deskripsi data penelitian yang dilaksanakan pada bab IV.
Pada tabel 6 berkaitan dengan permintaan sumbangan. Komite Sekolah
selalu turut serta dalam hal permintaan uang sumbangan. Hal ini dilakukan
43
Komite Sekolah karena masalah permintaan keuangan adalah masalah yang
sensitif. Data tersebut didukung pula oleh hasil wawancara dengan kepala
sekolah yang mengatakan bahwa….
Adapun dalam hal pendanaan sekolah, permintaan sumbangan di sekolah
kadang-kadang diadakan secara teratur dan sering pula diadakan secara tidak
teratur. Terbukti dengan hasil jawaban guru dan komite sekolaah pada tabel 5,
6 yang mengatakan 60 % yang menjawab kadang-kadang teratur dan 72 %
yang mengatakan sering.
Dalam hal perkembangan dan perubahan kurikulum sekolah, saran dari
orang tua sangat berpengaruh, hal ini terbukti pada tabel 8 yang mengatakan
selalu sebanyak 52 %. Dengan saran dari orang tua diharapkan dapat
memberikan perubahan dan perkembangan pada anak didik. Sedangkan dalam
hal penyusunan bahan ajar dan pembuatan RPP, guru sangat berperan aktif
dan saling bekerja sama. Hal ini dapat dilihat dari tabel 9 dan 10 yang
mengatakan 80 % selalu bekerja sama dalam penyusunan bahan ajar dan 100
% yang mengatakan guru selalu berperan aktif dalam pembuatan RPP.
Untuk menumbuhkan IMTAQ dan mengisi waktu luang siswa, maka
SMPN 2 Sukawangi Bekasi sering mengadakan kegiatan keagamaan
diantaranya kegiatan jum’at bersih, bazaar amal, pengajian, isra’ mi’raj dan
maulid Nabi serta pesantren kilat. Hal ini berdasarkan tabel 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, dan 19 dengan banyaknya yang mengatakan selalu. Sedangkan
untuk kegiatan ekstrakurikuler SMPN 2 Sukawangi Bekasi mewajibkan siswa
untuk mengikutinya. Hal ini dapat dilihat dari tabel 20. Dengan mewajibkan
siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler diharapkan siswa dapat
berkembanng dalam kreatifitas dan bakat yang dimiliki serta siswa dapat
terhindar dari pergaulan bebas.
Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan baik
jika didukung oleh komite sekolah. Dalam hal ini komite sekolah selalu
memberikan saran, kritik, motivasi dan bekerja sama dengan semua pihak
guna memellihara ketertiban, keamanan dan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 21, 22, 23. Berkaitan dengan
44
KBM komite sekolah selalu berfungsi sebagai perantara guru dan orang tua.
Pertemuan antara guru, orang tua dan komite sekolah selalu diadakan secara
teratur. Hal tersebut berdasarkan tabel 24 dan 25. Sedangkan untuk
memperlancar komunikasi antara sekolah dan orang tua, maka buku
komunikasi dijadikan sebagai penghubung antara guru dan orang tua. Ini
terbukti dengan banyaknya guru dan komite sekolah yang mengatakan selalu
pada tabel 26
Mengenai pengelolaan keuangan sekolah, sekolah, guru dan komite
sekolah bekerja sama dengan baik dan dapat terorganisir secara transparan. Ini
terbukti dari hasil jawaban tabel 27, 28, dan 29. Sedangkan guru dalam hal
KBM sering mengawasi proses belajar mengajar di sekolah selama KBM
berlangsung. Guru juga selalu menerapkan hukuman bagi siswa yang
melakukan pelanggaran, hal tersebut berdasarkan tabel 30 dan 31.
Untuk menjadikan siswa / siswi yang berakhlakul karimah, maka
Pendidikan Agama Islam harus diajarkan dan ditanamkan sejak dini. SMPN 2
Sukawangi Bekasi memberikan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
setiap satu minggu sekali dengan guru yang sesuai bidangnya, dan pendidikan
akhlak terpuji selalu diterapkan di sekolah. Sehingga siswa / siswi diharapkan
dapat berakhlak terpuji. Hal ini berdasarkan pada tabel 32, 32 dan 34.
Dengan demikian Komite Sekolaah dan sekolah sangat berperan aktif
dalam menunjang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam guna untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan
tujuan pendidikan Nasional.
45
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab terdahulu, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran, khususnya Pendidikan Agama Islam di SMPN 2
Sukawangi Bekasi telah berjalan dengan baik. Keadaan tersebut antara lain
adalah karena adanya peran serta Komite Sekolah. Diantaranya dalam hal
keuangan, dan hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan
bahwa 92% Komite Sekolah ikut andil dalam mengelola keuangan sekolah.
Adapun dalam hal kegiatan belajar mengajar, Komite Sekolah mendukung
setiap kegiatan yang diadakan di sekolah, memberikan motivasi, saran dan
kritik guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, dan hal ini juga
didasarkan pada hasil penelitian yang menyatakan bahwa 56% Komite
Sekolah juga berperan dalam kegiatan belajar mengajar baik dari segi
pembuatan RPP, evalluasi dan lain sebagainya.
46
B. Saran
1. Sekolah diharapkan dapat meningkatkan kerja sama dengan Komite
Sekolah, terutama dalam hal…..
2. Komite Sekolah diharapkan dapat lebih berperan aktif dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMPN 2 Sukawangi bekasi.
3. Orang tua siswa agar memanfaatkan keberadaan Komite Sekolah sebagai
representasi dari seluruh orang tua atau wali siswa untuk mendukung
peningkatan mutu sekolah. Jika ada permasalahan, terutama dengan
kebijakan yang diterapkan disekolah, agar tidak segan-segan
menyampaikan melalui Komite Sekolah. Begitu pula halnya dengan
pembentukan akhlak terpuji pada siswa.