PERAN KOMISI PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN ANAK …repository.umrah.ac.id/2121/1/JURNAL INDAH.pdf ·...
Transcript of PERAN KOMISI PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN ANAK …repository.umrah.ac.id/2121/1/JURNAL INDAH.pdf ·...
PERAN KOMISI PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
DAERAH TERHADAP PERLINDUNGAN HAK DASAR ANAK DI KOTA
TANJUNGPINANG TAHUN 2016
(Studi kasus hak asuh anak akibat perceraian)
Naskah Publikasi
Oleh
INDAH RAIHANATI PUTRI
NIM : 110565201242
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNG PINANG
2018
1
PERAN KOMISI PENGAWASAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
DAERAH TERHADAP PERLINDUNGAN HAK DASAR ANAK DI KOTA
TANJUNGPINANG TAHUN 2016
(Studi kasus hak asuh anak akibat perceraian)
INDAH RAIHANATI PUTRI
Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi
Kepulauan Riau adalah lembaga independen di Provinsi Kepulauan Riau yang
dibentuk berdasarkan Peraturan daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 tahun
2010 tentang penyelenggaraan perlindungan anak, fungsi dan keberadaan komisi
pengawasan dan perlindungan anak daerah (KPPAD) adalah melakukan
pengawasan dan pemantauan bagaimana masing-masing SKPD dan lembaga
teknis tersebut melakukan tugas penyelenggaraan hak-hak anak.
Tujuan Penelitian ini adalah Untuk melihat seberapa besar peran komisi
pengawasan perlindungan anak daerah dalam menyelesaikan permasalahan hak
asuh anak di kota tanjungpinang akibat perceraian orang tua dan untuk
mengetahui hambatan yang dihadapi komisi pengawasan perlindungan anak
daerah dalam mengatasi permasalahan hak asuh anak di kota tanjungpinang.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa KPPAD Provinsi Kepulauan
Riau tidak memiliki kewenangan hak asuh jatuh kepada siapa, tetapi itu semuanya
kewenangan pengadilan yang menetapkan hak asuh itu berada pada pihak ayah
ataupun pihak ibu, tetapi dalam hal kasus perceraian yang menyangkut masalah
hak asuh anak, kalau hak asuh anak itu masuk dalam pelaporan KPPAD Provinsi
Kepulauan Riau biasanya kami menerbitkan rekomendasi misalnya memberikan
rekomendasi kepada pengadilan ataupun kepada kedua belah pihak untuk mana
yang lebih layak, karena kita bicaranya bukan kepentingan orang tua tetapi adalah
demi kepentingan terbaik bagi anak. Hambatan yang dihadapi Komisi
Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau
dalam mengatasi permasalan hak asuh anak adalah para pihak yang tidak
memahami tentang konsep pengasuhan anak bahwa hak kewajibannya itu ada
pada masing-masing orang tua, terkadang karena emosi dari ayah atau ibu ini
akhirnya mengakibatkan anak menjadi korban.
Kata Kunci: Peran, KPPAD, dan Hak Asuh Anak
2
ABSTRACT
The Riau Islands Province Supervision and Protection Commission (KPPAD)
is an independent institution in Riau Islands Province established based on
Provincial Regulation of Riau Islands Province Number 7 of 2010 concerning the
implementation of child protection, the function and existence of the KPPAD's
supervision and protection commission supervision and monitoring of how each
SKPD and the technical agency perform the task of organizing the rights of the
child. The purpose of this research is to see how big the role of supervision
commission of child protection area in settling custody problem of the child in a
tanjungpinang city due to the divorce of parent and to know obstacles faced by a
commission of supervision of child protection area in overcoming custody
problem of the child in tanjungpinang city.
The results of this study indicate that KPPAD Riau Islands Province has no
custody authority to whom, but it is all the authority of the court that establishes
the custody is on the side of the father or the mother, but in case of divorce
concerning the issue of child custody, child custody is included in the reporting
KPPAD Riau Islands Province we usually issue recommendations such as
providing recommendations to the court or to both parties for which is more
appropriate, because we speak not the interests of parents but is in the best
interests of the child. The obstacles faced by the Regional Child Protection
Supervisory Commission (KPPAD) of the Riau Islands Province in addressing the
issue of child custody are the parties who do not understand the concept of
parenting that the rights of the obligations are in each parent, sometimes because
of the emotions of this father or mother eventually resulted in the child being
victimized.
Keywords: Roles, KPPAD, and Child Custody
3
A. PENDAHULUAN
Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi
Kepulauan Riau adalah lembaga independen yang ada di Provinsi Kepulauan
Riau. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 tahun
2010 tentang penyelenggaraan perlindungan anak, fungsi dan keberadaan komisi
pengawasan dan perlindungan anak daerah (KPPAD) adalah melakukan
pengawasan dan pemantauan bagaimana masing-masing SKPD dan lembaga
teknis tersebut melakukan tugas penyelenggaraan hak-hak anak. Jelaslah bahwa
pengawasan sangat menentukan Komisi Pengawasan dan Perlindungan anak
Daerah (KPPAD) dalam usaha pencapaian tujuan dan rencana yang harus
direalisasikan serta pembuatan kebijaksanaan yang harus disosialisasikan kepada
publik, yang untuk semuanya itu memerlukan peranan yang efektif dalam
menjalin hubungan kerjasama yang harmonis dengan semua pihak. Tugas Komisi
Pengawasan Perlindungan Anak Daerah Kepulauan Riau untuk mengawasi
penyelenggaraan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak (seseorang yang
belum genap berusia 18 tahun, termasuk yang dalam kandungan) di Provinsi
Kepulauan Riau.
Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi pertama di Indonesia yang
menginisiasi pembentukan Peraturah Daerah Perlindungan Anak di Indonesia. Kehadiran
Peraturah Daerah tersebut telah memperkuat perlindungan anak di Kepulauan Riau
meliputi penguatan kelembagaan komisi anak di daerah, penguatan advokasi anggaran
untuk perlindungan anak dan mendorong terwujudnya efektifitas perlindungan anak di
Kepulauan Riau. Hasilnya, Kepulauan Riau menjadi rujukan bagi daerah lain di Indonesia
untuk membuat Peraturah Daerah Perlindungan Anak, penguatan kelembagaan Komisi
Anak dan upaya perlindungan anak dengan berbagai program yang dilakukan.
Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah Kepulauan Riau sejak tahun
2011 mengadvokasi pembentukan Komisi Pengawasan Perlindungan Anak
Daerah di kota/kabupaten di Kepulauan Riau sehingga tahun 2013 terbentuk
Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah Lingga dan tahun 2014 terbentuk
Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah Anambas. Daerah lainnya yaitu
Kabupaten Natuna, Kota Batam, dan Kabupaten Karimun dalam proses
pembentukan. 5 daerah juga sudah Peraturah Daerah Perlindungan anak yaitu
Kabupaten Bintan, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Lingga, Kabupaten Anambas
dan Kabupaten Natuna. Sementara Batam dan Karimun sedang dalam proses
pembentukan Peraturah Daerah Perlindungan Anak.
Kewenangan yang menjadi sub urusan Pemerintah Daerah Provinsi
perlindungan khusus anak yaitu:
1. Pencegahan kekerasan terhadap anak yang melibatkan para pihak lingkup
daerah provinsi dan lintas Daerah Kabupaten/Kota.
4
2. Penyediaan layanan bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus yang
memerlukan koordinasi tingkat Daerah Provinsi.
3. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan bagi anak yang
memerlukan perlindungan khusus tingkat Daerah Provinsi dan lintas Daerah
Kabupaten/Kota.
Kewenangan yang menjadi sub urusan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
perlindungan khusus anak yaitu:
1. Pencegahan kekerasan terhadap anak yang melibatkan para pihak lingkup
Daerah Kabupaten/Kota.
2. Penyediaan layanan bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus yang
memerlukan koordinasi tingkat Daerah Provinsi.
3. Penguatan dan pengembangan lembaga penyedia layanan bagi anak yang
memerlukan perlindungan khusus tingkat Daerah Kabupaten/Kota.
Adapun Tupoksi Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah Provinsi
Kepulauan Riau sebagai berikut :
1. Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan perundang-undangan dan kebijakan
yang berkaitan dengan perlindungan anak.
2. Menerima pengaduan masyarakat.
3. Melakukan pengumpulan data dan informasi tentang anak.
4. Melakukan penelaahan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak.
5. Memberikan laporan dan masukan kepada gubernur tentang
penyelenggaraan perlindungan anak.
B. LANDASAN TEORI
Pemerintah
Definisi peran menurut John Scott (2011:228) adalah sebagai harapan-harapan
yang diorganisasi terkait dengan konteks interaksi tertentu yang membentuk
orientasi motivasional individu terhadap yang lain. Melalui pola-pola kultural,
cetak biru, atau contoh perilaku ini orang belajar siapa mereka di depan orang lain
dan bagaimana mereka harus bertindak terhadap orang. Menurut Nicholas
Abercrombie, dkk (2010:480) Peran penting dari pemahaman sosiologi, karena
mendemonstrasikan bagaimana aktivitas individu dipengaruhi secara sosial dan
mengikuti pola-pola tertentu. Para sosiolog telah menggunakan peran sebagai unit
untuk menyusun kerangka intitusi sosial.
Sebagai contoh, sekolah sebagai sebuah institusi sosial bisa dianalisis sebagai
kumpulan peran murid dan pengajar yang sama dengan semua sekolah lain.
5
Peran
Secara sederhana makna peran yang dikemukakan oleh Aida Vitalaya
(2010:80-81) yaitu :
a. Peran adalah aspek dinamis dari status yang sudah terpola dan berada di
sekitar hak dan kewajiban tertentu.
b. Peran berhubungan dengan status seseorang pada kelompok tertentu atau
situasi sosial tertentu yang dipengaruhi oleh seperangkat harapan orang lain
terhadap perilaku yang seharusnya ditampilkan oleh orang yang
bersangkutan.
c. Pelaksanaan suatu peran dipengaruhi oleh citra (image) yang ingin
dikembangkan oleh seseorang. Dengan demikian, peran adalah keseluruhan
pola budaya yang dihubungkan dengan status individu yang bersangkutan.
d. Penilaian terhadap terhadap keragaan suatu peran sudah menyangkut nilai
baik dan buruk, tinggi dan rendah atau banyak dan sedikit. Peran gender
yang dibebankan pada seseorang atau sekelompok orang di dalam suatu
masyarakat yang ditentukan oleh keadaan mereka sebagai perempuan dan
atau lelaki yang sudah mencakup aspek penilaian.
Pengawasan
Menurut Duncan, sebagaimana dikutip Harahap (2004:48) beberapa sifat
pengawasan yang efektif sebagai berikut :
a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaannya, oleh karena itu harus
dikomunikasikan kepada semua pihak yang terlibat.
b. Pengawasan harus mengikuti pola dan situasi yang dianut atau dimiliki oleh
organisasi.
c. Pengawasan harus dapat mengindentifikasi masalah yang dihadapi
organisasi.
d. Pengawasan harus fleksibel tidak kaku.
e. Pengawasan harus memperhatikan aspek ekonomis, cost benefit-nya.
Perlindungan Anak
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan
kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi
perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental dan sosial.
Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu
masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai
bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak
membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun
tidak tertulis. Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak.
6
Perlindungan anak dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu :
a. Perlindungan anak yang bersifat yuridis, yang meliputi; perlindungan dalam
bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan.
b. Perlindungan anak yang bersifat non yuridis, meliputi : perlindungan dalam
bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan.
Perceraian
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata cerai diartikan dengan pisah atau
putus hubungan sebagai suami istri. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan, dijelaskan bahwa perceraian hanya dapat
dilakukan didepan sidang Pengadilan.
Hak Anak dan Hak Asuh Anak
a. Hak Anak
Hak Anak merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia yang mendapat jaminan
dan perlindungan hukum, baik hukum internasional maupun hukum nasional.
Hak asasi anak bahkan harus diperlakukan berbeda dengan orang dewasa, yang
diatur secara khusus dalam konvensi-konvensi khusus. Hak asasi anak
diperlakukan berbeda dari orang dewasa karena anak sejak masih dalam
kandungan lahir, tumbuh, dan berkembang sampai menjadi orang dewasa
masih dalam keadaan tergantung pada keluarga dan lingkungannya.
b. Hak Asuh Anak
Hak asuh anak (hadhannah) dalam istilah fiqh digunakan dua kata namun
ditujukan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan hadhannah, yang
dimaksud dengan hadhanah atau kafalah dalam arti sederhana ialah
pemeliharaan atau pengasuhan. Dalam arti yang lebih lengkap adalah
pemeliharaan anak yang masih kecil setelah terjadinya putus perkawinan. Hal
ini dibicarakan dalam Fiqh karena secara praktis antara suami dan istri telah
terjadi perpisahan sedangkan anak-anak memerlukan bantuan dari ayah dan
ibunya. Para ulama menetapkan bahwa pemeliharaan anak itu hukumnya
wajib, sebagaimana wajib memeliharanya selama berada dalam ikatan
perkawinan.
Hak-hak Anak Di dalam Keluarga
Fungsi sosial budaya keluarga adalah mengembangkan potensi seluruh anggota
keluarga sebagai makhluk sosial dan berperilaku dalam kesepakatan masyarakat.
7
C. METODE PENELITIAN
Adapun jenis penelitian ini adalah kualitatif, sebagaimana yang dikatakan oleh
Arikunto (2006:16) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif mengutamakan
proses daripada hasil. Penelitian kualitatif lebih ditekankan pada bagaimana gejala
tersebut muncul, dengan kata lain peneliti bukan mencari jawaban atas pertanyaan
“apa” tetapi “mengapa”. Dalam penulisan bersifat deskriptif ini peneliti akan
langsung melakukan pengamatan partisipatif pada kegiatan yang dilakukan
responden berkaitan dengan Peran Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak
Daerah terhadap Perlindungan Hak dasar Anak di Kota Tanjungpinang tahun
2016 (studi kasus hak asuh anak akibat perceraian).
Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Komisi Komisi Pengawasan dan
Perlindungan Anak Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Alasan memilih lokasi ini
karena instansi tesebut bertanggungjawab sebagai badan pengawas perlindungan
anak Indonesia di Kota Tanjungpinang. Kemudian alasan lain bahwa banyaknya
permasalahan anak yang terjadi akibat kurangnya pengawasan dari keluarga
menyebabkan komisi perlindungan anak memiliki peran yang penting untuk
mengurangi permasalahan tersebut.
a. Data primer, yaitu data utama yang diperoleh dari wawancara dengan
responden yang berkaitan dengan indikator pelaksanaan Pengawasan dan
Perlindungan Anak Daerah terhadap Perlindungan Hak dasar Anak di Kota
Tanjungpinang tahun 2016 (studi kasus hak asuh anak akibat perceraian).
b. Data sekunder, yaitu data pelengkap sebagai data pendukung, penelitian ini
diperoleh dari komisi pengawasan perlindungan anak daerah meliputi data
tentang: sejarah berdirinya visi misi, struktur organisasi dan karakteristik
pegawai Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah di Provinsi
Kepulauan Riau.
Informan adalah objek penting dalam sebuah penelitian. Informan adalah
orang-orang dalam latar penelitian yang dimanfaatkan untuk membuktikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Oleh sebab itu kita sangat
membutuhkan hasil atau inti dari sebuah penelitian, informan juga harus
berbentuk adjectiv, itu dikarenakan akan mempengaruhi ke absahan data yang kita
teliti.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Wawancara langsung yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya
langsung kepada informan dengan tema yang sama dengan konsep teori
yang telah di uraikan sebelumnya.
8
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada
Kepala dan Anggota Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah
Provinsi Kepulauan Riau.
b. Observasi akan dilakukan berdasarkan pengamatan pada kejadian dan
kenyataan yang terjadi dilapangan tanpa ada rekayasa dan mengarahkan
perhatian pengamatannya pada jenis kegiatan dan peristiwa tertentu yang
memberikan informasi dan pandangan yang benar-benar berguna pada
penelitian ini.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan data adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keterangan tugas Komisi Pengawasan dan Perlindungan
Anak Daerah Provinsi Kepulauan Riau dalam menyelesaikan permasalahan hak
asuh anak. Alat yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
1) Wawancara yang dilakukan kepada Kepala dan Anggota Komisi
Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah Kota Tanjungpinang, adapun
alat yang digunakan dalam pengumpulan data teknik wawancara adalah
berdasarkan pada pedoman wawancara, yang daftar pertanyaannya sesuai
dengan permasalahan yang diangkat, kemudian dari hasil wawancara yang
dicatat dirangkum dan dianalisakan pada BAB IV dalam penelitian ini.
2) Observasi ini merupakan Observasi Non Partisipatif, dimana penelitian
melakukan pengamatan terhadap aktifitas yang dilakukan Kepala Komisi
Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah Provinsi Kepulauan Riau .
Dengan cara ini lebih memungkinkan bagi peneliti terjadi interaksi sosial
dan kultural secara tidak langsung antara peliti dan objek dan sekaligus
mendekat kepada subjek yang diteliti, sehingga subjek penelitian akan
merasa simpati dan perhatian.
3) Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dila kukan dengan
cara mengadakan pencatatan atau pengutipan data dari dokumen yang ada
dalam lokasi penelitian.
D. PEMBAHASAN
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Fasilitator
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau dalam menjalankan fungsi dan peranan
sebagai fasilitator, maka KPPAD Provinsi Kepulauan Riau Dalam peranannya,
menyediakan beberapa sarana dan prasarana guna untuk memudahkan
penasehatan, baik penasehatan pranikah, konsultasi keluarga dan penasehatan
perceraian sampai pada penyuluhan langsung pada masyarakat. Hal ini dilakukan
agar masyarakat paham dengan undang-undang perkawinan, sehingga tujuan
9
perkawinan berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, sesuai dengan pasal 1 UU
Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bisa tercapai.
Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan
Riau, tidak mempunyai peran terhadap pengasuhan anak akibat perceraian, akan
tetapi yang ditangani oleh Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah
(KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau itu sendiri ketika hak-hak anak ini tidak
terpenuhi secara utuh. Tugas dari Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah
(KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau ialah menerima aduan dari masyarakat, akan
tetapi Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi
Kepulauan Riau tidak menangani masalah tersebut secara langsung, melainkan
melimpahkan kepada lembaga-lembaga yang terkait dalam masalah tersebut.
Tugas pokok dari Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD)
Provinsi Kepulauan Riau ialah melakukan pendekatan seluruh ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak, dan
mengumpulkan data atau informasi dan melakukan pengawasan terhadp
penyelengaraan perlindungan anak.
Peran KPPAD Provinsi Kepulauan Riau hanya sebagai mediator, dimana
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau mengedepankan kepentingan anak ketika orang
tuanya bercerai. Yang terpenting adalah hak dasar anak terpenuhi dalam situasi
yang mau bagaimana pun. Kemudian KPPAD Provinsi Kepulauan Riau
mengedepankan anak agar bisa berkomunikasi kedua orang tuanya. Anak tidak
kehilangan komunikasi dengan kedua orang tuanya dan yang terpenting anak
tidak kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya ini.
Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan
Riau hanya sebagai mediator tugas utamanya, justru Komisi Pengawasan
Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau ini memantau
apakah ketetapan hukum di laksanakan atau tidak dan mencari tau tentang hal itu
terjadi.
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Motivator
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau dalam menjalankan fungsi dan peranan
sebagai motivator, memberikan motivasi ini biasanya melalui pelatihan (training),
namun bisa juga melalui Pemberian nasehat (counselling). KPPAD Provinsi
Kepulauan Riau memberikan motivasi atau dukungan kepada anak, agar anak
tidak bersikap pasrah dalam menjalani hidupnya. Serta memberikan konseling
terhadap anak korban dari perceraian dengan maksud untuk menstabilkan kembali
keadaan psikologis anak. KPPAD Provinsi Kepulauan Riau dalam hak-hak anak
di dalam keluarga untuk saat ini anak sudah menjadi bagian terpenting di dalam
keluarga.
10
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Mediator
Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan
Riau berupaya agar keputusan pengadilan tidak di eksploitasi oleh salah satu
pihak, untuk menghilangkan hak-hak anak yang harus didapatkan oleh kedua
orangtuanya. Serta fungsi Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah
(KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau ini adalah sebagai mediator dalam
menyelesaikan sengketa perebutan hak asuh anak diantara kedua orang tua yang
sedang dalam konflik rumah tangga, kasus hukumnya yang belum diputuskan
oleh pengadilan, karena anak sering menjadi korban.
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau menghormati putusan pengadilan, KPPAD
Provinsi Kepulauan Riau tidak bisa mengintervensi hasil putusan pengadilan oleh
karena itu apa bila ada proses perebutan anak KPPAD Provinsi Kepulauan Riau
hanya bisa sebagai mediasi antar para pihak jika terjadi perselisihan. Jika putusan
pengadilan tidak memutuskan dari salah satu pihak tetapi apabila salah satu
pihak mengasuh anaknya dan tidak dari salah satu pihak ini yang mengasuh
melarang anak untuk bertemu dari salah satu orang tuanya.
Dampak dari besarnya angka perceraian ini, banyak anak menjadi korban
terpisah dari salah satu orang tuanya. Upaya yang dilakukan KPPAD Provinsi
Kepulauan Riau seharusnya tidak lagi menunggu bola tapi mulai bergerilya agar
tidak semakin banyak lagi anak yang menjadi korban dari akibat perpisahan yang
terjadi di antara kedua orang tuanya. Sehingga perlindungan terhadap anak korban
perceraian semakin dapat diminimalisir dan dikurangi, agar tidak berdampak
terhadap tatanan kehidupan sosial.
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau memiliki persepsi bahwa ketika kasus
khususnya kasus hak kuasa asuh atas kondisi perceraian itu sudah masuk ke
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau persoalan akan selesai, itu menjadi persepsi
umum yang menyalah artikan bahwa ketika proses itu masuk KPPAD Provinsi
Kepulauan Riau semua persoalan akan selesai dan akan dapat dilaksanakan.
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau Sebagai Advokator
Kegiatan atau negosisasi yang ditujukan untuk mencapai sesuatu. KPPAD
Provinsi Kepulauan Riau sebagai advokator yaitu melindungi dan membela hak
anak, mengupayakan kesejahteraan anak serta memulihkan fungsi sosialnya.
Advokator berfungsi membantu memecahkan permasalahan. Peranan advokator
sangatlah penting dalam menentukan apa yang diinginkan korban sehingga ia
memperoleh haknya.
Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan
Riau sebagai media untuk memfasilitasi akibat terjadinya perebutan hak asuh
anak di antara para pihak agar lebih bekerja keras dalam memediatori para pihak
11
dalam permasalahan perebutan hak asuh anak, agar terjadi peningkatan hasil
mediasi yang dilakukan Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah
(KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau dalam menangani kasus perebutan hak anak.
Presentasi kesuksesan Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD)
Provinsi Kepulauan Riau saat ini dalam memediatori kasus perebutan hak anak
masih bersekisar 10%. Persentasi ini jauh dari kata yang ideal. Sebab Komisi
Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau
sebagai lembaga yang fokus dalam penanganan anak, dalam hal ini anak korban
perceraian masih sangat rendah dalam memediatori para pihak agar bersepakat
dalam mendidik dan melindungi anak.
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau mengalami hambatan dalam melaksanakan
mediasi terhadap hak asuh anak yaitu kerelaan dari kedua belah pihak apakah itu
pihak pelapor, karena KPPAD Provinsi Kepulauan Riau tidak membela keduanya
tetapi membela kepentingan anaknya karena anaklah yang menjadi korban. Para
pihak tidak mematuhi keputusan yang telah ditetapkan pengadilan meskipun hak
asuh sudah diputuskan.
KPPAD Provinsi Kepulauan Riau terhadap hak asuh anak dari beberapa hasil
putusan pengadilan yaitu anak selalu menjadi korban dikarenakan orang tua masih
memiliki emosi dan ego yang tinggi tidak berfikir untuk kepentingan anak
sehingga memutuskan untuk bercerai. Keputusan pengadilan yang diberikan
kepada kedua belah pihak jangan sampai ada yang dirugikan dari kedua belah
pihak.
E. PENUTUP
Berdasarkan hasil kajian dan analisi penulis terhadap hasil penelitian yang
telah diuraikan pada pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peran Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD)
Provinsi Kepulauan Riau terhadap pengasuhan anak akibat perceraian,
hanya sebagai menjadi mediator dalam menyelesaikan kasus antara kedua
belah pihak yang bersengketa untuk memperjuangkan kepentingan anak dan
memastikan hak-hak seorang anak terpenuhi. Dalam hal ini Komisi dan
Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau
tidak menangani masalah tersebut secara langsung, melainkan bekerja sama
dengan lembaga-lembaga yang terkait dalam masalah tersebut. Komisi
Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan
Riau baru berperan apabila adanya suatu pengaduan dari masyarakat yang
berkaitan dengan masalah hak-hak anak.
2. Hambatan yang dihadapi Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak
Daerah (KPPAD) Provinsi Kepulauan Riau dalam mengatasi permasalan
12
hak asuh anak adalah para pihak yang tidak memahami cara pengasuhan
anak, akibat perceraian yang di karenakan emosi dari ayah atau ibu ini
akhirnya mengakibatkan anak menjadi korban. Para pihak tidak mau
mematuhi putusan pengadilan meskipun hak asuh sudah diputuskan oleh
pengadilan. Keputusan pengadilan terhadap hak asuh anak bersifat kuat dan
mengikat tidak dapat diintervensi oleh lembaga manapun. Keputusan
pengadilan tentunya telah melalui proses pertimbangan yang cukup matang.
Selain beberapa kesimpulan yang diuraikan penulis di atas, penulis
memberikan saran-saran yang berkaitan dengan hak-hak anak ketika berpisah dari
kedua orang tuanya.
1. Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Provinsi
Kepulauan Riau diharapkan lebih proaktif dalam mencari kasus-kasus yang
menyangkut permasalahan anak. Sehingga anak korban perceraian dapat
diminimalisir.
2. Kepada masyarakat diharapkan meningkatkan kesadaran akan pentingnya
perlindungan anak, memahami Peraturan Perundang- Undangan berkaitan
dengan Perlindungan Anak, dan peduli terhadap pelanggaran dan upaya
pemenuhan hak anak jika terjadi pelanggaran terhadap Perlindungan Anak
dapat segera melaporkan kepada lembaga yang terkait atau aparat
pemerintah.
3. Untuk orang tua yang ingin bercerai harus memikirkan nasib anak-anak
mereka ketika orang tuanya ingin bercerai, sebab berkaitan dengan hak-hak
anak yang harus dipenuhi oleh kedua orang tuanya.
4. Diharapkan kepada Pengadilan dalam memutuskan suatu perkara perceraian
yang berkenaan dengan hak asuh anak tidak lagi melihat siapa yang berhak
untuk mendaptakan hak asuh anak, namun melihat pada kepentingan terbaik
anak agar anak tidak menjadi korban akibat dari perceraian kedua orang
tuanya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Abercrombie, dkk. 2010. Kamus Sosiologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Aida Vitayala S. Hubeis. 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa.
IPB Press. Bogor.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta. Jakarta.
13
Bauer, Jeffey C. 2003. Role Ambiguity and Role Clarity : A Comparison Of
Atitudes In Germany and the United States Dissertation. University Of
Cincinnati. Clermont.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. Jakarta.
Gitosudarmo, Indriyo dan Mulyono, Agus. 2001. Prinsip Dasar Manajemen Edisi
3. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Gosita, Arif. 1998. Masalah perlindungan Anak. Akademi Presindo. Jakarta.
Labolo, Muhadam. 2006. Memahami Ilmu Pemerintahan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Lexy J. Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 2. PT
Rineka Cipta. Jakarta.
Riyadi, 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Mengendalikan
Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi daerah. Gramedia. Jakarta.
Scott, John. 2011. Sosiologi : The Key Concept. Rajawali Pers. Jakarta.
Soekanto, Soejono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Baru. Rajawali Pers.
Jakarta.
Sondang, Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Bumi
Aksara. Jakarta.
Syafiie, Inu Kencana. 2006. Ilmu Administrasi Publik. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Taufik Makaro, Mohammad, dkk. 2013. Hukum Perlindungan Anak dan
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Rineka Cipta. Jakarta.
Terry, George R. 2006. Asas-Asas Manajemen. PT Alumni. Bandung.
Thoha, Miftah. 2002. Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa dan Intervensi.
PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
14
Wardhani, Siska Putri. 2013. Analisis Kinerja Keuangan pada Koperasi
Karyawan Pemerintah Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Winardi. 2000. Manajer dan Manajemen. Citra Aditya Bakti. Bandung.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Anak
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan.