PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI …
Transcript of PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU DI …
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU
DI DUSUN TITIPANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2019
TESIS
Oleh :
JULIATI
1702011123
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU
DI DUSUN TITIPANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2019
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memeroleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M)
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat,
minat studiIlmu Perilaku dan Promosi Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Oleh :
JULIATI
1702011123
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah diuji pada tanggal : 07 Nopember 2019
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd
Anggota : 1. Nur Aini, S.Pd, M.Kes
2. Dr. Asriwati,S.Kep, Ns, S.Pd, M.Kes
3. Dr. Samsidar Sitorus, M.Kes
i
ii
ABSTRAK
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU
DIDUSUN TITIPANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2019
JULIATI
1702011123
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehetan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang di kelolah dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
guna memperoleh pelayanan kesehetan dasar. Kader merupakan titik sentral
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu dengan demikian perlu adanya peningkatan
pengetahuan dan pemahaman kader posyandu mengenai posyandu. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kader dan hambatan kader dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu di Dusun Titipanjang Wilayah Kerja Puskesmas
Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2019.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Informan dalam
penelitian ini 10 orang, terdiri dari 4 Ibu yang memiliki balita, 4 kader posyandu,
1 tenaga kesehatan dan 1 ketua posyandu. Analisis data menggunakan deskriptif
kualitatif dan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kader belum melaksanakan perannya
secara keseluruhan mulai dari sebelum pelaksanaan, pada waktu pelaksanaan dan
pemantauan setelah pelakasanaan posyandu. Hambatan yang dialami kader adalah
kurangnya pengetahuan kader tentang posyandu karena tidak mendapat pelatihan
khususnya kader baru yang minim pengalaman karena sering terjadi perombakan
formasi, kurangnya perangkat penunjang kegiatan kader dan akses jalan yang
tidak mendukung dalam pelaksanaan penyebarluasan informasi.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peran kader dalam pelaksanaan
kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu
Selatan Tahun 2019 belum dilaksanakan dedngan maksimal. Disarankan kepada
kader posyandu dan petugas imunisasi supaya lebih meningkatkan program
penyuluhan kepada ibu tentang posyandu dan manfaat pelaksanaan posyandu bagi
ibu dan balita.
Kata Kunci : Peran, Kader, Posyandu
Referensi : 19 buku, 31 internet
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Peran
Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Dusun Titipanjang Wilayah
Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2019”guna
memenuhi salah satu persyaratan untuk memproleh gelar Magister Kesehatan
Masyarakat di Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Dalam proses penyusunan penelitiantesisini penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak / Ibu:
1. Dr.dr. Hj. Razia Begum Suroyo, MSc, M.Kes. selaku pemilik yayasan Institut
Kesehatan Helvetia Medan yang telah menyediakan tempat untuk penulis
menimba ilmu dari mulai perkuliahan sampai selesai penyusunan tesis ini.
2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, MM, M.Kes., selaku Ketua Yayasan Helvetia
Medan yang telah yang memberikan fasilitas bagi penulis untuk belajar
selama perkuliahan sampai selesai tesis ini.
3. Dr. H. Ismail Efendy, M.Si selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan,
yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar di Institut Kesehatan Helvetia.
4. Dr. Asriwati, S.Kep, Ns, M.Kes., selaku Dekan Institut Kesehatan Helvetia
Medan, yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan
belajar mengajar di Institut Kesehatan Helvetia sekaligus selaku Dosen
Penguji III yang telah banyak memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan
tesis ini.
5. Dr.Anto, SKM, M.Kes, M.M, selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medanyang memberikan kesempatan
bagi penulis untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar di Institut Kesehatan
Helvetia.
iv
6. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd,selaku Dosen Pembimbing I yang telah
banyak mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat
dan petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
7. Nur Aini, S.Pd, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga, dalam memberikan nasehat dan
petunjuk guna menyelesaikan tesis ini.
8. Dr. Samsidar Sitorus, M.Kes., selaku Dosen Penguji IV yang telah banyak
memberi kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini
9. Seluruh Dosen dan Staf Institut Kesehatan Helvetia yang telah banyak
memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan tesis ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu jika terdapat kritik dan saran, penulis akan
senantiasa menerimanya. Akhir kata, semoga kita semua selalu berada dalam
lindungan Tuhan Yang Esa.
Medan, Nopember 2019
Penulis
Juliati
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Juliati, lahir di Medan pada tanggal24 Juli 1972,
beragama Kristen, anak ke-4 dari 8 bersaudara pasangan Alm. Manongap Pitong
Silaen dan Alm. Rusmia Nainggolan. Penulis beralamat di Jalan Perjuangan
Kotapinang, Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 060915 Medan Sunggal pada
tahun 1979-1985,kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Medan Sunggal pada
tahun 1985-1988. Penulis menempuh pendidikan di SPK Flora Medan tahun
1988-1991.Selanjutnya di Pendidikan Program Bidan SPK Flora Medan pada
tahun 1991- 1992.Penulis melanjutkan Pendidikan di Akademi Kebidanan
IKABINA Labuhanbatu pada tahun 2013-2016.Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan Sarjana Terapan kebidanan di Institut Kesehatan Helvetia Fakultas
Farmasi dan Kesehatan Umum Medan pada tahun 2016 – 2017. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Minat Studi
Ilmu Perilaku dan Promosi Kesehatan di Institut Kesehatan Helvetia Medan pada
tahun 2017.
Saat ini penulis bekerja sebagai Kasie Sumber Daya Manusia Kesehatan
diDinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT .................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian................................................................ 8
1.3 Permasalahan ..................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian................................................................ 9
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu .......................................... 11
2.2 Peran.................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Peran .................................................... 12
2.2.2 Aspek-aspek Peran ................................................. 13
2.3 Kader ................................................................................. 19
2.3.1 Pengertian Kader .................................................... 19
2.3.2 Peran Kader ............................................................ 20
2.3.3 Peran Kader sebagai Pelayanan Kesehatan
Masyarakat ............................................................. 21
2.3.4 Peran Kader sebagai Pemberi Penyuluhan
Kesehatan ............................................................... 23
2.3.5 Peran Kader sebagai Pemberdayaan Masyarakat. 27
2.3.6 Peran Kader sebagai Pemantauan ......................... 30
2.3.7 Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam
Penyuluhan ............................................................. 33
2.4 Posyandu ............................................................................. 34
2.4.1 Pengertian Posyandu .............................................. 34
2.4.2 Tujuan Posyandu .................................................... 36
2.4.3 Sasaran Posyandu................................................... 36
2.4.4 Fungsi Posyandu .................................................... 37
2.4.5 Manfaat Posyandu .................................................. 38
2.4.6 Pengorganisasian .................................................... 42
2.4.7 Pendanaan ............................................................... 43
vii
2.4.8 Tingkat Perkembangan Posyandu ......................... 44
2.4.9 Pelaksanaan Posyandu ........................................... 45
2.4.10 Kegiatan Posyandu................................................. 50
2.4.11 Kedudukan Posyandu ............................................ 61
2.5 Upaya Kesehatan Masyarakat di Puskesmas .................... 63
2.5.1 Administrasi dan Manajemen Puskesmas ............ 64
2.6 Kerangka Pikir .................................................................... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 67
3.1 Desain Penelitian ............................................................... 67
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 67
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................... 67
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................... 67
3.3 Subyek Penelitian dan Informan Penelitian...................... 69
3.3.1 Subyek Penelitian................................................... 69
3.3.2 Informan Penelitian................................................ 69
3.4 Teknik Validasi Data ......................................................... 71
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................... 71
3.5.1 Jenis Data................................................................ 71
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data .................................... 72
3.6 Metode Analisis Data ......................................................... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................. 76
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................... 76
4.1.1 Letak Geografis ...................................................... 76
4.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Bunut............................ 78
4.1.3 Dusun dan posyandu di wilayah Puskesmas
Bunut ....................................................................... 79
4.1.4 Posyandu Melati II Dusun Titipanjang Desa
Bunut ....................................................................... 79
4.1.5 Status Gizi .............................................................. 81
4.2. Analisa Data Penelitian ...................................................... 82
4.2.1 Gambaran Umum Informan Penelitian................. 82
4.2.2 Peran Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2019...... 83
4.2.3 Hambatan Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2019...... 110
4.3. Pembahasan ........................................................................ 115
4.3.1 Peran Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2019...... 115
4.3.2 Hambatan Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2019...... 120
viii
4.4 Implikasi Penelitian............................................................ 126
4.5 Keterbatasan Penelitian...................................................... 126
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 127
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 127
5.2 Saran ................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 131
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Pikir .................................................................................... 67
x
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Informan Penelitian ............................................................................ 70
4.1 Jumlah Dusun dan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan........................................................ 79
4.2 Karakteristik Informan Penelitian ...................................................... 83
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman
1. Lampiran Pedoman Wawancara ...................................................... 134
2. Matriks Hasil Wawancara ................................................................ 139
3. Surat Pengajuan Judul Tesis ........................................................... 168
4. Surat Izin Survei Awal .................................................................... 169
5. Surat Balasan Izin Survei Awal ...................................................... 170
6. Surat Izin Penelitian ........................................................................ 171
7. Surat Balasan Izin Penelitan ........................................................... 172
8. Lembar Bimbingan Tesis Pembimbing I ....................................... 173
9. Lembar Bimbingan Tesis pembimbing II ...................................... 174
10. Lembar Persetujuan Perbaikan (Revisi) ......................................... 175
11. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 176
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah merupakan hak dan investasi bagi semua warga negara
Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum
dalam UUD 1945, Pasal 27 ayat kedua dimana tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Program pembangunan menjadi perhatian khusus di banyak negara
berkembang di Asia Tenggara, tidak terkecuali dengan negara Indonesia. Program
pembangunan bukan hanya dilihat dari segi ekonomi atau fisik konkrit, akan
tetapi pembangunan di bidang kesehatan termasuk ke dalam program yang perlu
diberikan perhatian khusus. Menurut Effendy (dalam Istiyanto, 2011)
pembangunan merupakan proses komunikasi atau penyampaian maksud maupun
pesan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dalam tujuan mengubah
sikap, perilaku atau pendapat seseorang untuk mencapai pembaruan yang lebih
baik. Berdasarkan Undang-Undang Otonomi Daerah No. 22 dan 25 Tahun 1999,
pemerintah memiliki kekuasaan dalam melaksanakan program pembangunan
kesehatan. Tujuan pemerintah dalam melaksanakan proses pembangunan adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sektor kesehatan banyak
dipengaruhi dari berbagai sektor, terutama dari sektor kemiskinan (1).
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan
yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah
2
Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
(2).
Upaya kesehatan masyarakat yang dilakukan meliputi: 1) pelayanan
promosi kesehatan; 2) pelayanan kesehatan lingkungan; 3) pelayanan kesehatan
ibu, anak, dan keluarga berencana; 4) pelayanan gizi; serta 5) pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Sedangkan untuk upaya kesehatan
perorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk: 1) rawat jalan; 2)
pelayanan gawat darurat; 3) pelayanan satu hari (one day care); 4) home care;
dan/atau 5) rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
(3).
Saat ini Indonesia tengah menghadapi transisi epidemiologi dalam masalah
kesehatan, dimana ada 6 masalah kesehatan yaitu kematian ibu akibat melahirkan,
kematian bayi dan balita, meningkatnya masalah gizi buruk, meningkatnya
penyakit menular, meningkatnya penyakit tidak menular, dan kesehatan jiwa.
Terkait dengan Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PISPK)
pemerintah melalui kementerian kesehatan mulai menyuarakan Gerakan
Masyarakat (Germas) 2017 yaitu untuk melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi
sayur dan buah, serta memeriksakan kesehatan secara rutin. Hal tersebut tentulah
harus dikuatkan dengan adanya paradigma sehat yaitu dengan tujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat (4).
Proses pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk memperkuat upaya
peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas di wilayah Perdesaan.
3
Fasilitasi proses pemberdayaan masyarakat tersebut melibatkan penguatan
kemauan dan kemampuan, agar masyarakat Perdesaan terlibat aktif di bidang
kesehatan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
meningkatkan harkat martabat golongan masyarakat yang sedang dalam kondisi
miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi
ekonomi rakyat, tetapi juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga
dirinya, terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat (5).
Pemberdayaan pada dasarnya adalah memampukan masyarakat dalam
melakukan sesuatu secara mandiri dengan memanfaatkan segala potensi yang ada.
Pemberdayaan juga diartikan sebagai proses untuk membuat masyarakat TAHU,
MAU dan MAMPU dalam meningkatkan peri kehidupan mereka sekaligus
sebagai proses pembelajarandi masyarakat (learning society process) khususnya
bidang kesehatan. Sesuai dengan prinsip pemberdayaan, secara bertahap proses
dampingan tersebut dikurangi, sehingga tercipta suatu masyarakat belajar yang
aktif (active learning society). Dalam proses pendampingan, dikembangkan
sejauh mungkin partisipasi masyarakat, baik dalam perencanaan, pelaksanaan
sampai kepada evaluasi program. Posisi pendamping betul-betul sebagai fasilitator
saja, yang tugasnya memberikan stimulan. Proses pengambilan keputusan
program tetap dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar
terbentuk rasa memiliki terhadap program, rasa percaya diri dan tanggung-jawab
dari masyarakat. Motto pendamping dalam hal ini; “menabur benih tetapi tidak
ikut menuai” (6).
4
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan masyarakat
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarkan dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggarakan pembagunan kesehatan,
guna pengembangan dan pemberdayaan masyarakat secara dini dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
terutamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (7).
Dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),
Posyandu Melati IIyang terletak di Dusun Titipanjang Wilayah kerja Puskesmas
Bunut menyelenggarakan pelayanan kebutuhan kesehatan dasar. Kegiatan
pelayanan itu meliputi;pendaftaran, penimbangan,pencatatan,penyuluhandan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan), pemberian Vitamin A,pemberian oralitdan
imunisasi, pemberantasan sarang nyamuk. Perkembangan kegiatan posyandu ini
sejalan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat di
Dusun Titipanjang.Seluruh rangkaian kegiatan dalam penyelenggaraan posyandu,
dilakukan oleh kader Posyandudan orang-orang yang notabennya merupakan
tenaga sukarela.Sementara kehadiran petugas kesehatan, baik dokter maupun
bidan, atau petugas yang lainnya, cenderung lebih banyak diarahkan untuk
memfasilitasi mereka.
Kehadiran posyandu merupakan parameter pemberdayaan sekaligus
tempat menyatunya petugas dengan masyarakat di Dusun Titipanjang.Seiring
dengan peningkatan kesehatan masyarakat, kader posyandu dituntut agar lebih
meningkatkan dan mempertajam peranannya dalam pembangunan di bidang
kesehatan maupun pemberdayaan masyarakat.Selama ini keberadaan Posyandu
5
Melati II telah memberikan kontribusi yang positif terhadap pemantauan
kesehatan ibu dan anak di Dusun Titipanjang.Oleh karena itu, Kader Posyandu
harus lebih profesional dan mandiri dalam kiprahnya, sehingga dalam mengatasi
berbagai macam permasalahan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
lebih optimal.
Dalam pergerakannya, posyandu dimonitori oleh kader terpilih dari
wilayah sendiri yang terlatih untuk melaksanakan kegiatan rutin di posyandu
maupun di luar hari buka posyandu. Kader posyandu adalah seorang yang karena
kecakapannya atau kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk
memimpin pengembangan posyandu disuatu tempat atau desa. Peran kader itu
sendiri yaitu memantau pertumbuhan anak atau balita, mengadakan penyuluhan
terkait tentang kesehatan ibu dan anak sehingga masyarakat mengetahui dan
mampu mempraktekan apa saja yang perlu diperhatikan dalam penanganan anak,
ibu hamil ataupun ibu menyusui serta melakukan pendampingan bagi ibu yang
kurang sehat atau sakit jika ada yang perlu durujuk ke rumah sakit (8).
Meningkatkan peran serta masyarakat dapat melalui pembentukan kader.
Peran kader terhadap peningkatan gizi balita sangat penting dalam meningkatkan
fungsi dan kinerja Posyandu yang utama dalam pemantauan pertumbuhan balita
dengan melakukan revitalisasi posyandu. Dalam melaksanakan tugasnya peran
kader sangat penting karena bertanggung jawab dalam pelaksanaan program
posyandu bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi
tidak lancar dan akibatnya peningkatan gizi balita tidak baik (9).
6
Kader merupakan titik sentral dalam pelaksanan kegiatan posyandu.
keikutsertaan dan keaktifan kader diharapkan mampu menggerakkan partisipasi
masyarakat. Namun keberadaan kader relatif labil karena pasrtispasi bersifat
sukarela sehingga tidak ada jaminan untuk tetap menjalankan fungsinya dengan
baik seperti yang diharapkan. Jika ada kepentingan keluarga atau kepentingan
lainnya maka posyandu akan ditinggalkan (10).
Survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Februari 2019,berdasarkan
profil Puskesmas Bunut Tahun 2018 bahwa dari 1676 balita yang ada di wilayah
Puskesmas Bunut ada sebanyak58 balita atau 3,5 % mengalami gizi kurang.
Berdasarkan pencacatan dan pelaporan kader posyandu Melati II tahun 2018 di
Dusun Titipanjang Desa Bunut sebanyak 46 anak yang dibawa ke posyandu dari
68 jumlah keseluruhan, hal ini menunjukkan belum semua masyarakat termotivasi
untuk melibatkan fungsi posyandu dalam kegiatannya.Motivasi yang kurang dari
masyarakat juga dipengaruhi oleh rendahnya pendidikan masyarakat sehingga
mempengaruhi proses penerimaan informasi untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Untuk cakupan gizi balita di Posyandu Melati II, Dusun Titipanjang
Desa Bunut, dari 68 jumlah balita terdapat7 balita mengalami gizi kurang atau
10,2%,persentase yang lebih tinggi dari tingkat Puskesmas, inimerupakan tanda
awal anak mengalami gizi buruk yang memerlukan pemantauan dan perbaikan
gizi pada balita agar tidak berlanjut menjadi gizi buruk.
Laporan capaian program SKDN pada tahun 2018 belum sesuai target,
dimana capaian Pengelolaan Program SKDN Posyandu Melati II Dusun
Titipanjang Desa Bunut tahun 2018 D/S sebesar 67,6 % Target Cakupan Minimal
7
adalah 85% ini memberikan gambaran bahwa tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan penimbangan bulanan belum terlaksana secara optimaml. Banyak
ibu yang tidak rutin memeriksakan anaknya ke posyandu karena beberapa alasan,
bahwa setelah diimunisasi banyak dampak yang ditimbulkan, seperti
pembengkakan di area atau anggota tubuh yang diimunisasi dan anak biasanya
mengalami demam rendah ataupun tinggi, serta bagi ibu yang memiliki pekerjaan
mereka lebih mementingkan pekerjaan daripada membawa anaknya ke posyandu
(11).
Untuk meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu menjadi kepedulian
semua pihak, sehingga keberhasilan posyandu menjadi tanggungjawab bersama.
Salah satu permasalahan posyandu yang paling mendasar adalah rendahnya
tingkat pengetahuan kader baik dari sisi akademis maupun teknis.Posyandu Melati
II dusun Titipanjang,Desa Bunut yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Bunut
memiliki jumlah kader sebanyak 5 orang, dimana dari 5 orang tersebut hanya satu
orang yang mengetahui atau memahami fungsi kader secara menyeluruh, yaitu
ketua kader posyandu, sehingga masyarakat hanya tergantung pada satu orang saja
dan juga dari 5 kader tersebut satu orang kader kurang aktif dalam kegiatan
Posyandu dikarenakan kurangnya dukungan dari suami yang harus
mengutamakan tugas rumah.
Kurangnya partisipasi dan pengetahuan masyarakat terkait tentang
program kerja di Posyandu Melati II Dusun Titipanjang wilayah kerja Puskesmas
Bunut menandakan bahwa peran kader belum terlaksana secara maksimal. Selain
itu, adanya anak yang mengalami gizi kurang yang berpeluang mengalami gizi
8
buruk menandakan bahwa kurangnya pengetahuan ibu dalam pemberian
nutrisi,serta kurangnya kemampuan kader melakukan konseling dan penyuluhan
gizi. Faktor penghambat peran kader Posyandu harus dipecahkan, karena dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat Wilayah kerja Puskesmas Bunut di Dusun
Titipanjang Desa Bunut Kecamatan Torgambah ,Kabupaten Labuhanbatu
Selatan.
Melihat keterangan-keterangan yang telah diuraikan diatas,menurut
peneliti peran kader posyandu merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Dimana
peran suatu kader posyandu yang berupaya untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat, meskipun masih menghadapi beberapa kendala. Dengan latar
belakang inilah yang mendorong peneliti, melakukan penelitian dengan judul
”Peran Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandudi di Dusun Titipanjang
Wilayah Kerja Puskesmas Bunut, Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2019.
1.2 Tujuan Penelitian
1) Untuk menggali dan mengetahui peran kader dalam pelaksanaan kegiatan
Posyandu di Dusun Titipanjang Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan tahun 2019.
2) Untuk menggali dan mengetahui hambatan kader dalam pelaksanaan
kegiatan Posyandu di Dusun Titipanjang Wilayah Kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2019.
9
1.3 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian adalah:
“Bagaimana menilai tugas Peran Kader Dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di
Dusun Titipanjang Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu
Selatan tahun 2019?”.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1) Bagi Institut Kesehatan Helvetia
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa Institut Kesehatan
Helvetia khususnya mahasiswa program studi S2 Kesehatan Masyarakat
dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang bagaimana peran
kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.
2) Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dalam penerapan
ilmu yang diperoleh sewaktu mengikuti perkuliahan khususnya tentang
peran kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.
1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Kader
Untuk menambah informasi kepada kader tentang bagaimana seharusnya
peran kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.
10
2) Bagi Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Sebagai masukan bagi Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan
untuk meningkatkan promosi kesehatan dalam peningkatan status kesehatan
dengan memberdayakan masyarakat melalui kader.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya.
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan bahan
perbandingan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang
peran kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dilakukan Hosea Ocbrianto (2012), tentang
“Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan
Balita (Studi Kasus pada Posyandu Nusa Innah II RW 11 Kelurahan Maruyung,
kecamatan Limo, Depok)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk- bentuk
patisipasi dilakukan para ibu dapat dibagi kedalam tiga bentuk, 1) Patrisipasi
dalam hal tenaga, dapat dilihat dari ibu yang menyediakan dirinya menjadi kader
aktif di Posyandu. Kemudian juga ada ibu yang bukan kader aktif, tetapi secara
rutin bersedia membantu khusus dalam pelayanan kesehatan balita ketika jam
buka posyandu. 2) Partisipasi dalam hal dana, memberi sumbangan berupa uang
dilakukan seorang ibu secara personal dengan memberi donasi kepada posyandu.
3) Partisipasi dalam melaksanakan program, terlihat dari ibu yang masih
mempunyai anak balita untuk datang setiap bulannya pada hari dan jam buka
posyandu (12).
Penelitian yang sama dilakukan Marni Tangkedatu Sirante (2011), tentang
“Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu di Puskesmas
Tagolu Kecamatan Lage kabupaten Poso Sulawesi Tengah”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, a) ada hubungan antara tingkat pendidikan kader dengan
kinerja kader posyandu, b) ada hubungan antara pelatihan kader dengan kinerja
kader posyandu, c) ada hubungan antara pengetahuan kader dengan kinerja kader
12
posyandu, d) ada hubungan antara umur kader dengan kinerja kader posyandu e)
ada hubungan antara motivasi kader dengan kinerja kader posyandu (13).
Penelitian yang sama juga dilakukan Devi Punikasari (2010), tentang
“Peran Posyandu Dalam Meningkatkam Kualitas Kesehatan Masyarakat Di
Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan, Kabupaten
Magelang”. Menjelaskan bahwa, pengaruh program posyandu cukup besar
terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Yang digambarkan dengan
kualitas kesehatan yang semakin baik (status gizi yang semakin baik, menurunya
angka kematian ibu dan bayi, dan KB yang berhasil, pertumbuhan balita yang
terkontrol, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan juga bertambah (14).
2.2. Peran
2.2.1. Pengertian Peran
Teori peran adalah sebuah teori yang digunakan dalam dunia sosiologi,
psikologi dan antropologi yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi
maupun disiplin ilmu. Teori peran berbicara tentang istilah “peran” yang biasa
digunakan dalam dunia teater, dimana seorang aktor dala teater harus bermain
sebagai tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk
berprilaku secara tertentu. Posisi seorang aktor dalam teater dinalogikan dengan
posisi seseorang dalam masyarakat, dan keduanya memiliki kesamaan posisi (15).
Peran diartikan pada karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh
seorang aktor dalam sebuah pentas drama, yang dalam konteks sosial peran
diartikan sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu
posisi dalam struktur sosial. Peran seorang aktor adalah batasan yang dirancang
13
oleh aktor lain, yang kebetulan sama- sama berada dalam satu penampilan/ unjuk
peran (role perfomance) (16).
Dari paparan diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa teori peran adalah
teori yang berbicara tentang posisi dan prilaku seseorang yang diharapkan dari
padanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitannya dengan
adanya orang- orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.
Pelaku peran menjadi sadar akan struktur sosial yang didudukinya, oleh karena itu
seorang aktor berusaha untuk selalu nampak “mumpuni” dan dipersepsi oleh aktor
lainnya sebagai “tak menyimpang“ dari sistem harapan yang ada dalam
masyarakat (16).
2.2.2 Aspek-aspek Peran
Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam empat
golongan, yaitu (15):
1. Orang- orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
Orang Yang Berperan Berbagai istilah tentang orang- orang dalam teori
peran. Orang- orang yang mengambil bagian dalm interaksi sosial dapat dibagi
dalam dua golongan sebagai berikut :
a. Aktor atau pelaku, yaitu orang yang sedang berprilaku menuruti suatu
peran tertentu.
b. Target (sasaran) atau orang lain, yaitu orang yang mempunyai
hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Aktor maupun target bisa berupa individu ataupun kumpulan individu
(kelompok). Hubungan antara kelompok dengan kelompok misalnya terjadi antara
14
sebuah paduan suara (aktor) dan pendengar (target). Biasanya istilah aktor diganti
dengan person, ego, atau self. Sedangkan target diganti dengan istilah alter-ego,
ego, atau non-self (15).
Dengan demikian dapat dilihat bahwa sebenarnya teori peran digunakan
untuk menganalisis setiap hubungan atara dua orang atau banyak orang. Menurut
cooley dan Mead, hubungan antara aktor dan target adalah untuk membentuk
identitas aktor (person, ego, self) yang dalam hal ini dipengaruhi oleh penilaian
atau sikap orang- orang lain (target) yang telah digeneralisasikan oleh aktor.
Secord dan Backman berpendapat bahwa aktor menempati posisi pusat tersebut
(focal position), sedangkan target menempati posisi padanan dari posisi pusat
tersebut (counter position). Maka dapat dilihat bahwa, target dalam teori peran
berperan sebagai pasangan (partner) bagi aktor
2. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut
Biddle dan Thomas membagi lima indikator tentang perilaku dalam
kaitanya dengan peran sebagai berikut :
a. Harapan tentang peran (expectation) Harapan tentang peran adalah
harapan- harapan orang lain tentang perilaku yang pantas, yang
seharusnya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai peran
tertentu. Harapan tentang perilaku ini bisa berlaku umum, bisa
merupakan harapan dari segolongan orang saja, dan bisa juga
merupakan harapan dari satu orang tertentu (15).
15
b. Norma (norm) Secord dan Backman berpendapat bahwa, norma hanya
merupakan salah satu bentuk harapan. Secord dan Backman membagi
jenis- jenis harapan sebagai berikut (15) :
(1) Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu harapan
tentang suatu perilaku yang akan terjadi
(2) Harapan normatif (role expectation), yaitu keharusan yang
menyertai suatu peran. Harapan normatif ini dibagi lagi ke dalam
dua jenis:
(a) Harapan yang terselubung (convert), yaitu harapan itu tetap
ada walaupun tidak diucapkan.
(b) Harapan yang terbuka (overt), yaitu harapan yang diucapkan.
Harapan jenis ini dinamai tuntutan peran (role demand).
Tuntutan peran melalui proses internalisasi dapat menjadi
norma bagi peran yang bersangkutan.
c Wujud perilaku dalam peran (performance) Peran
diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Wujud perilaku dalam
peran ini nyata dan bervariasi, berbeda- beda dari satu aktor
ke aktor yang lain. Variasi tersebut dalam teori peran
dipandang normal dan tidak ada batasnya.
Teori peran tidak cenderung mengklasifikasikan istilahistilahnya menurut
perilaku khusus, melainkan berdasarkan klasifikasinya pada sifat asal dari
perilaku dan tujuannya (motivasinya). Sehingga, wujud perilaku peran dapat
digolongkan misalnya kedalam jenis hasil kerja, hasil sekolah, hasil olahraga,
16
pendisiplinan anak, pencari nafkah, pemeliharaaan ketertiban, dan lain sebagainya
(15).
Peran dilihat wujudnya dari tujuan dasarnya atau hasil akhirnya, terlepas
dari cara mencapai tujuan atau hasil tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan
adanya caracara tertentu dalam suatu peran yang mendapat sanksi dari
masyarakat. Suatu cara menjadi penting dalam perwujudanperan, ketika cara itu
bertentangan dengan aspek lain dari peran. Dengan demikian, seorang aktor bebas
untuk menentukan cara- caranya sendiri selama tidak bertentangn dengan setiap
aspek dari peran yang diharapkan darinya (15).
3. Kedudukan orang- orang dalam perilaku
Kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara bersamasama (kolektif)
diakui perbedaannya dari kelompok- kelompok yang lain berdasarkan sifat- sifat
yang mereka miliki bersama, perilaku yang sama- sama mereka perbuat, dan
reaksi orangorang lain terhadap mereka bersama. Ada tiga faktor yang mendasari
penempatan seseorang dalam posisi tertentu, yaitu (15):
a. Sifat- sifat yang dimiliki bersama seperti jenis kelamin, suku bangsa,
usia atau ketiga sifat itu sekaligus. Semakin banyak sifat yang
dijadikan dasar kategori kedudukan, semakin sedikit orang yang dapat
ditempatkan dalam kedudukan itu.
b. Perilaku yang sama seperti penjahat (karena perilaku jahat),
olahragawan, atau pemimpin. Perilaku ini dapat diperinci lagi sehingga
kita memperoleh kedudukan yang lebih terbatas. Selain itu,
penggolongan kedudukan berdasarkan perilaku ini dapat bersilang
17
dengan penggolongan berdasarkan sifat, sehingga membuat kedudukan
semakin eksklusif.
c. Reaksi orang terhadap mereka
4. Kaitan antara orang dan perilaku
Biddle dan Thomas mengemukakan bahwa kaitan (hubungan) yang dapat
dibuktikan atau tidak adanya dan dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan
antara orang dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kaitan antara orang
dengan orang dalam teori peran ini tidak banyak dibicarakan. Kriteria untuk
menetapkan kaitan- kaitan tersebut di atas diantaranya yaitu (15):
a) Kriteria Kesamaan
1. Diferensiasi (differentiation), yaitu seperti norma untuk anggota
suatu kelompok sosial tertentu sangat berbeda dari norma- norma
untuk orang- orang yang bukan anggota kelompok itu. Hubungan
antara kedua jenis norma itu adalah diferensiasi, yaitu ditandai
oleh adanya ketidaksamaan.
2. Konsensus (consensus), yaitu kaitan antara perilakuperilaku yang
berupa kesepakatan mengenai suatu hal tertentu. Hal yang
disepakati bersama itu biasa berupa preskripsi, penilaian,
deskripsi, dan sanksi, sedangkan bentuk konsensus sendiri bias
overt atau kovert.
3. Konflik peran, berdasarkan adanya disensus yang terpolarisasi
yang menyangkut peran, yaitu suatu hal yang sangat menarik
perhatian ahli- ahli psikologi sosial dan sosiologi. Ada dua
18
macam konflik peran, yaitu konflik antarperan (inter-role conflict)
yang disebabkan oleh ketidak jelasan antara perilaku yang
diharapkan dari satu posisi dengan posisi lainnya pada satu aktor,
dan konflik dalam peran (intra-role conflict) yang disebabkan
oleh tidak jelasnya perilaku yang diharapkan dari suatu posisi
tertentu.
4. Keseragaman, yaitu kaitan dua orang lebih memiliki peran yang
sama.
5. Spesialisasi, yaitu kaitan orang dan prilaku dalam satu kelompok
dibedakan menurut posisi dan peran yang diharapkan dari mereka.
6. Konsistensi, yaitu kaitan antara perilaku dengan perilaku
sebelumnya yang saling menyambung.
b) Derajat Saling Ketergantungan
Derajat saling ketergantungan, pada kaitan ini suatu hubungan
orang- perilaku akan mempengaruhi, menyebabkan, atau menghambat
hubungan orang- perilaku yang lain.
1. Rangsangan dan hambatan (facilitation & bidrance), ada tiga jenis
saling ketergantungan yaitu pertama, tingkah laku A merangsang
atau menghambat tingkah laku B. Kedua, tingkah laku A dan B
saling merangsang atau menghambat. Ketiga, tingkah laku A dan
B tidak saling tergantung (17).
2. Ganjaran dan harga (reward & cost), Biddle dan Thomas
mengemukakan tiga jenis ketergantungan yang menyangkut
19
ganjaran dan harga untuk perilaku- perilaku yang saling berkaitan
yaitu pertama, tingkah laku A menetukan ganjaran yang diterima
atau harga yang harus dibayar oleh B. Kedua, tingkah laku A dan
B saling menentukan ganjaran atau harga masing- masing. Ketiga,
tingkah laku Adan B tidak saling menentukan ganjaran atau harga
masingmasing (15).
c) Gabungan antara Derajat Kesamaan dan Saling Ketergantungan (15):
1. Konformitas (conformity), yaitu kesamaan atau kesesuaian antara
perilaku seseorang dengan perilaku orang lain atau perilaku
seseorang dengan harapan orang lain tentang perilakunya. Konsep
ini sangat penting dalam teori peran.
2. Penyesuaian (adjustmen), yaitu perbedaan atau ketidaksesuaian
antara perilaku seseorang dengan perilaku orang lain atau perilaku
seseorang dengan harapan orang lain tentang perilakunya.
3. Kecermatan (accuracy), yaitu ketepatan penggambaran (deskripsi)
suatu peran. Deskripsi peran yang cermat (accurate) adalah
deskripsi yang sesuai dengan harapanharapan tentang peran itu
dan sesuai dengan perilaku nyata yang ditunjukkan oleh orang
yang memegang peran itu.
2.3. Kader
2.3.1. Pengertian Kader
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
20
Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga
seorang kader posyandu harus bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan
sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan
masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (17).
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan
kader : “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh
masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. Kader kesehatan adalah laki-laki
atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-
masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat, serta bekerja di tempat
yang dekat dengan pemberian pelayanan kesehatan (18).
Kader posyandu merupakan anggota yang berasal dari masyarakat
didaerah tersebut serta bersedia, mampu, dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan Posyandu. Kader posyandu sebagai penyelenggara
posyandu dituntut untuk memenuhi kriteria yaitu anggota masyarakat setempat,
dapat membaca dan menulis huruf latin, memiliki minat dan bersedia menjadi
kader, bekerja secara sukarela, dan memiliki kemampuan dan waktu luang (18).
2.3.2.Peran Kader
Peran kader adalah posisi seseorang dalam struktur sosial atau
mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan
orang lain, dengan berperannya kader secara baik bisa menyebabkan
meningkatnya kunjungan balita ke posyandu (19).
Menurut Kementerian Kesehatan ada beberapa peran kader, khususnya
pada kegiatan Posyandu, antara lain:
21
1. Melakukan pendekatan kepada aparat pemerintah dan tokoh masyarakat.
2. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) bersama petugas yang antara lain
untuk melakukan kegiatan pendataan sasaran, pemetaan, serta mengenal
masalah dan potensi
3. Melaksanakan musyawarah bersama masyarakat setempat untuk membahas
hasil SMD, menyusun rencana kegiatan, pembagian tugas, dan jadwal
kegiatan. (19)
Kader yang sebagian besar anggota PKK, mempunyai tugas yang mulia.
Kader diharapkan dapat berperan sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
masyarakat, penggerak masyarakat untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan
seperti mendatangi posyandu dan melaksanakan hidup bersih dan sehat.
Disamping itu kader juga dapat berperan sebagai orang yang pertama kali
menemukan jika ada masalah kesehatan di daerahnya dan segera melaporkan ke
tenaga kesehatan setempat. Kader merupakan penghubung antara masyarakat
dengan tenaga kesehatan karena kader selalu berada di tengah-tengah masyarakat.
2.3.3. Peran Kader sebagai Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Kesehatan ibu dan anak mengacu pada status kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada perempuan dan anak-anak. Pelayanan
merupakan suatu kegiatan yang diberikan seseorang atau lembaga untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. Pelayanan kesehatan itu sendiri merupakan suatu
bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu individu, kelompok (20).
Tugas peran kader posyandu dalam pelayanan kesehatan masyarakat
antara lain: memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat
22
dengan kata lain menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta
dalam kegiatan posyandu,menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan posyandu
sebelum pelaksanaan posyandu (buku catatan, KMS, alat peraga), Membantu
petugas dalam melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil, dan ibu usia subur
yang hadir di posyandu, Melakukan penimbangan bayi dan balita, Mencatat hasil
penimbangan pada KMS, Melakukan penyuluhan perorangan kapada ibu-ibu
dimeja, Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan penyuluhan khususnya
pada bumil, ibu yang mempunyai bayi/balita, dan pasangan usia subur Peran
kader ini sangat penting untuk melancarkan kegiatan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat, karena tanpa adanya kader maka pelayanan kesehatan terutama
posyandu tidak akan terlaksana secara maksimal. Oleh karena itu kader posyandu
harus berupaya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat (21).
Keberhasilan pengelolaan posyandu memerlukan dukungan yang kuat dari
berbagai pihak, baik dukungan moril, material, maupun finansial. Selain itu
diperlukan adanya kerjasama, tekanan dan pengabdian para pengelolanya
termasuk kader posyandu. Menurut Kemenkes RI (2012) menyatakan bahwa
kader posyandu memiliki kontribusi besar dalam menurunkan angka kematian
ibu, bayidan anak balita (7), oleh karena itu menurut Kemenkes RI (2011) kader
posyandu memiliki tugas sebagai berikut (19):
1. Persiapan Pelaksanaan Posyandu (H-1)
Kader posyandu memiliki peran penting dalam hal persiapan sebelum
kegiatan posyandu berlangsung, kegiatan tersebut seperti mempublikasikan
hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat, mempersiapkan
23
tempat dan sarana posyandu, melakukan pembagian tugas kader posyandu,
melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya,
mempersiapkan bahan PMT Penyuluhan.
2. Pelaksaan Posyandu (H)
Pada saat hari pelaksanaan posyandu, kader posyandu memiliki tugas
dibagian pendaftaran balita, ibu hamil,dan pasangan usia subur; melakukan
penimbangan, pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS; melakukan
pencatatan pada KMS/ buku KIA, buku register ibu hamil (SIP), buku
register PUS/WUS; melakukan penyuluhan untuk ibu balita, ibu hamil, ibu
nifas, dan ibu menyusui, PUS; pelayanan kesehatan dan KB.
3. Kegiatan di Luar Hari Buka Posyandu (H+)
Setelah kegiatan posyandu dilakukan, kader posyandu masih memiliki tugas
seperti mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, ibu menyusui dan membuat laporan bulanan dalam bentuk
laporan SKDN.
2.3.4. Peran Kader sebagai Pemberi Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan adalah penyampaian informasi dari sumber informasi kepada
seseorang atau sekelompok ornag mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
suatu program. Posyandu, penyuluhan yang diberikan biasanya berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya penyuluhan kesehatan identik dengan
pendidikan kesehatan, karena keduanya berorientasi terhadap perubahan perilaku
yang diharapkan, yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan
mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam
24
meningkatkan kesehatannya.Penyuluhan dapat dilakukan secara perorangan atau
kelompok, seperti (8):
a. Penyuluhan perorangan atau tatap muka, yaitu dapat dilakukan di posyandu
ataupun pada saat kunjungan rumah, serta dapat juga menggunakan buku
KIA, contoh makanan dan lain-lain.
b. Penyuluhan kelompok, yaitu penyuluhan yang dilakukan kader ke
sekelompok masyarakat, dan kader menjelaskan materi, dilanjutkan dengan
Tanya jawab.
c. Penyuluhan disertai peragaan, yaitu kader membantu petugas untuk
mengadakan penyuluhan disertai peragaan seperti demo masak resep
makanan sendiri, atau demo mempersiapkan MP ASI.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyuluhan, yaitu informasi
yang diberikan sesuai dengan keadaan atau permasalahan peserta yang datang ke
posyandu, dapat menggunakan berbagai jenis media, penjelasan diberikan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat, saran yang
diberikan harus praktis sengga bisa langsung dilaksanakan oleh sasaran dan beri
kesempatan untuk bertanya. Berdasarkan hal tersebut kader harus memiliki sikap
sabar, mendengarkan dan tidak mendominasi, menghargai pendapat, bersikap
sederajat, ramah dan akrab, tidak memihak, menilai dan mengkritik serta bersikap
terbuka. Materi penyuluhan, meliputi:
a. Cara mengetahui tumbuh dan kembang anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dipantau dengan menimbang
berat badan anak setiap bulan. Hasil penimbangan balita diterjemahkan
25
kedalam KMS/buku KIA yang menghasilkan status pertumbuhan balita
(naik/tidak naik). Bagi kader KMS digunakan untuk mencatat berat badan
anak dan pemberian kapsul vitamin A serta hasil penimbangan. Hasil
penentuan status pertumbuhan anak dalam KMS dapat digunakan oleh
kader sebagai dasar untuk melakukan rujukan bila anak diketahui
mengalami gangguan pertumbuhan. KMS juga dapat digunakan kader
untuk memberikan pujian pada ibu yang berat badannya naik, serta untuk
mengingatkan ibu agar menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan
berikutnya.
b. Makanan yang sehat untuk pertumbuhan dan perkembanga anak
c. Penjelasan mengenai peran posyandu dalam memenuhi kesehatan dasar ibu
dan anak.
Tujuan penyuluhan pada umumnya bertujuan untuk mengubah kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik dari keadaan yang ada menuju tingkat yang lebih
baik lagi. Agar mencapai sasaran, maka tujuan komunikasi penyuluhan itu
hendaknya: 1) Bermakna, 2) Realistik 3) Jelas, sehingga orang lain di luar instansi
yang bersangkutan dapat mengerti dengan mudah mengenai apa tujuan ynag
hendak dicapai 4) Dapat diukur (measurable) apakah tujuan tersebut tercapai atau
tidak. Sementara itu, Kartasapoetra (2012) mengatakan bahwa dalam perencanaan
dan peaksanaan penyuluhan harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang (22).
1) Tujuan Jangka Pendeka
a) Perubahan tingkat pengetahuan
26
b) Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan
c) Perubahan sikap
d) Perubahan motif tindakan
2) Tujuan Jangka Panjang
a) Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usaha dengan
cara-cara yang lebih baik
b) Better business, berusaha yang lebih menguntungkan
c) Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama
telah tercapai.
Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.Berdasarkan
teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude) dan praktik (practice). Metode penyuluhan yang dapat dipergunakan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah (23) :
1) Metode Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2) Metode Diskusi Kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 –20 peserta
(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3) Metode Curah Pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana
setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
27
terpikirkan oleh masing –masing peserta, dan evaluasi atas pendapat –
pendapat tadi dilakukan kemudian.
4) Metode Panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih
panelis dengan seorang pemimpin.
5) Metode Bermain peranAdalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih
untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6) Metode Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok
yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7) Metode Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2
sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan
erat.
8) Metode SeminarAdalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul
untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasai bidangnya.
2.3.5. Peran Kader sebagai Pemberdayaan Masyarakat
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses
Pengorganisasian masyarakat yang dimulai dari mengidentifikasi masalah yang
dihadapi di masyarakat, kemudian menyusun urutan prioritas masalah. Setelah
28
prioritas masalah diperoleh, lalu masyarakat mengupayakan untuk mencari
sumberdaya baik yang ada di masyarakat itu sendiri maupun di luar lingkungan
masyarakat yang bersangkutan. Sumberdaya tersebut diharapkan dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang ada melalui tindakan-tindakan yang
diperlakukan dengan cara kerjasama dengan anggota masyarakat lainnya.
Jadi pada dasarnya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah
suatu proses kegiatan masyarakat yang bersifat setempat yang ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian pengalaman belajar
dan secara bertahap dikembangkan pendekatan yang besifat partisipatif dalam
bentuk pendelegasian wewenang dan pemberian peran yang semakin besar kepada
masyarakat.
Menurut Wiku Adisasmito yang dikutip oleh Dedi Alamsyah berpendapat
bahwa pemberdayaan adalah terjadinya dari empowerment. Mengandung dua
pengertian memberikan kekuasaan, mengalihkan atau mendelegasikan otoritas
kepihak lain atau memberi kemampuan (24).
Untuk menjaga efektivitas pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Dilakukan program pendampimgan pada masyarakat. Pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat adalah pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat, dimana pola pendekatan yang akan digunakan adalah bot tom up, dari
masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Tim pendamping
bertugas untuk melakukan pengamatan terhadap kesehatan ibu dan anak,
memfasilitasi pelaksanaan posyandu, memberikan teknis pelatihan terkait
program kerja posyandu serta mendampingi masyarakat jika ada anak atau ibu
29
yang kesehatannya terganggu dan harus dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit
(25).
Fungsi dan peran kader dalam melakukan penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat:
a. Peran sebagai pelaku penggerakan masyarakat
1) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
2) Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa
3) Upaya penyehatan limgkungan
4) Peningkatan kesehatan ibu dan anak
b. Peran tambahan dalam hal:
1) Membantu petugas kesehatan dalam penanggulangan kedaruratan
kesehatan sehari-hari.
2) Membantu petugas kesehatan dalam penyiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana.
Untuk menjalankan peranannya sebagai pengembang desa, maka fungsi
kader yaitu:
a. Membantu tenaga kesehatan dalam pengelola desa melalui kegiatan upaya
kesehatan bersumberdaya manusia (UKBM).
b. Membantu memantau kegiatan dan evaluasi desa, seperti mengisi register ibu
dan anak, mengisi kartu menuju sehat (KMS) dan lain-lain
c. Membantu mengembangkan dan mengelola UKBM serta hal-hal yang terkait
lainnya, seperti PHBS, pengamatan kesehatan berbasis masyarakat,
penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga sadar gizi (26).
30
2.3.6. Peran Kader sebagai Pemantauan
Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan melalui proses pemantauan antara
lain:
a. Kunjungan rumah
Setelah kegiatan di dalam posyandu selesai, maka rumah ibu-ibu yang akan
dikunjungi ditentukan bersama. Mereka yang dikunjungi, yaitu ibu yang
selama 2 bulan tidak hadir berturut-turut tidak hadir ke posyandu, ibu yang
anak balitanya belum mendapatkan vitamin A serta ibu yang anak balitanya
pada bulan lalu di kirim ke puskesmas karena 2 bulan berturut-turut berta
badannya tidak naik, berat badannya di bawah garis merah, sakit dan anak
kegemukan.
b. Pemeriksaan Jentik
Pemeriksaan jentik dilakukan oleh kader dengan mengunjungi rumah
kerumah
Menurut Roger dikutip Notoatmodjo (2014), ada tujuh tugas utama yang
harus ditempuh oleh seorang kader dalam menyebarkan inovasi kepada
masyarakat yaitu (23):
1) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan.
2) Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan.
3) Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
4) Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien
5) Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata.
6) Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out
31
7) Mencapai suatu terminal hubungan.
Pelayanan kesehatan pada hakekatnya dibuat untuk memberikan bantuan
kepada individu danmasyarakat. Pelayanan adalah usaha untuk memberikan
bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi agar
orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
mencakup adanya perbuatan yang aktif antara pemberi dan penerima. Bahwa
untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka pelaksanaan pelayanan kesehatan
mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga benar-benar efisien dan tepat
guna (21).
Untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
banyak hal yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai
peranan yang cukup penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan disini ialah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan
ataupun masyarakat. Dengan pengertian seperti ini, mudahlah dipahami bahwa
bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat diselenggarakan banyak
macamnya. Namun jika diselenggarakan secara umum dapat dibedakan atas dua
macam yakni pelayanan kedokteran (medical services) disuatu pihak serta
pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) dipihak lain (21).
Kader posyandu sebagai kader pembangunan di desa, dalam pelayanan di
posyandu mempunyai peran, tugas dan tanggung jawab yang sangat besar. Peran,
32
tugas dan tanggung jawab kader ini tidak hanya pada saat buka posyandu saja,
namun tugas dan tanggungjawab kader ini juga diemban sebelum hari buka dan
diluar hari buka posyandu.Keberhasilan pengelolaan posyandu memerlukan
dukungan yang kuat dari berbagai pihak, baik dukungan moril, material, maupun
finansial. Selain itu diperlukan adanya kerjasama, tekanan dan pengabdian para
pengelolanya termasuk kader posyandu. Menurut Kemenkes RI (2012)
menyatakan bahwa kader posyandu memiliki kontribusi besar dalam menurunkan
angka kematian ibu, bayidan anak balita.Peran Tugas dan tanggungjawab kader
sebelum hari buka posyandu antara lain (7):
1) Menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat.
2) Mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu.
3) Mempersiapkan sarana posyandu.
4) Melakukan pembagian tugas antar kader.
5) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
6) Mempersiapkan bahan PMT dan penyuluhan.
Pada hari buka posyandu, tugas dan tanggungjawab kader antara lain :
1) Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.
2) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
posyandu.
3) Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku.
4) Register posyandu
5) Pengukuran LILA pada ibu hamil .
33
6) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.
7) Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB
sesuai kewenangannya.
8) Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
Di luar hari buka posyandu, tugas dan tanggungjawab kader antara lain :
1) Mengadakan pemuktahiran data sasaran posyandu : ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui serta bayi dan anak balita.
2) Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah semua balita yang
bertempat tinggal di wilayah kerja posyandu, jumlah balita yang mempunyai
KMS atau buku KIA, jumlah balita yang datang pada hari buka posyandu dan
jumlah balita yang timbangan berat badannya naik.
2.3.7. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Penyuluhan
Menurut Effendy, faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran
dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah (27):
1) Tingkat Pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
2) Tingkat Sosial Ekonomi. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang,
semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
34
3) Adat Istiadat. Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru
merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih
sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4) Kepercayaan Masyarakat. Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang
disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah
timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5) Ketersediaan Waktu di Masyarakat. Waktu penyampaian informasi harus
memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat
kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
2.4. Posyandu
2.4.1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKMB) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat danmemberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (19).
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), adalah suatu tempat pelayan dalam
wilayah kerja tertentu dengan kegiatan terpadu, yang bersifat dari oleh dan untuk
masyarakat secara terpadu dengan program-program dari instansi terkait untuk
mencapai tujuan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera atau KKBS (19).
Menurut Efendi (2012) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis
35
dalam pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu adalah pusat
kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.
Poyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola
dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS (27).
Dari beberapa pengertian Posyandu diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Posyandu merupakan, suatu bentuk layanan terpadu yang diselenggarakan
untuk dan oleh masyarakat dengan program-program kerja dari instansi terkait
untuk kemudahan memperoleh layanan kesehatan dasar, penurunan angka
kematian ibu dan anak dan untuk pencapaian Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(KKBS).
Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar
keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya
dilakukan secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan
dan program untuk kelangsungan pelayanan di Posyandu sesuai dengan situasi
atau kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek
pemberdayaan masyarakat.
2.4.2. Tujuan Posyandu
Posyandu bertujuan untuk pendekatan dan pemerataan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus, yang akan dijelaskan sebagai berikut (19):
36
1. Tujuan Umum
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
Dari uraian di atas diharapkan dengan adanya Posyandu, kesehatan ibu dan
anak dapat terpantau sehingga tingkat angka kematian ibu dan bayi dapat
menurun.
2.4.3. Sasaran Posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan, sehingga
semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu). Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga, yang menjadi
sasaran utamanya adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui dan
Pasangan Usia Subur (PUS) (19):
1. Bayi
Bayi adalah masa bawah 1 tahun, yaitu anak yang baru lahir dan berusia
kurang dari 1 tahun. (27)
37
2. Anak balita
Balita adalah masa bawah 5 tahun, yaitu anak umur 0 sampai 5 tahun (27) .
3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
Menurut Efendi (2012) yang menjadi sasaran posyandu adalah (27):
1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
2. Anak balita usia 1 sampai 5 tahun
3. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
4. Wanita Usia Subur
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, sasaran posyandu
merupakan bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, Pasangan Usia Subur
(PUS) dan Wanita Usia Subur (WUS).
2.4.4. Fungsi Posyandu
Posyandu berfungsi sebagai pemberdayaan masyarakat untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk penurunan
Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Anak Balita.
Yang dijelaskan sebagai berikut (27):
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan sesama masyarakat dalam
rangkamempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi
dan Angka Kematian Anak Balita.
38
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi
dan Angka Kematian Anak Balita.
Program Posyandu ditujukan untuk memperbaiki kualitas pertumbuhan
dan kesehatan ibu dan anak, sehingga Angka Kematian Ibu, Angka Kematian
Bayi dan Angka Kematian Anak Balita dapat dicegah dan ditangani lebih dini
oleh pemerintah
2.4.5. Manfaat Posyandu
Posyandu tidak hanya bermanfaat untuk masyarakat saja tetapi juga untuk
kader, tokoh masyarakat, dan puskesmas. Yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait dengan kesehatan ibu dan akak
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu dan
pelayanan sosial sektor lain
2. Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan yang
terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
39
b. Dapat pewujutkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat
menyelesaikan masalah terkait dengan penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat
pelayanan ksesehatan perorangan primer dan pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat
Sedangkan menurut Direktotat Bina Gizi, Posyandu memiliki beberapa
manfaat yaitu:
1. Manfaat untuk masyarakat, mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan
kesehatan keluarga, sehingga (19):
a. Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau
pertumbuhannya.
b. Bayi 6-11 bulan mendapat 1 kapsul Vitamin A warna biru (100.000 Sl).
c. Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul Vitamin A warna merah (200.000
Sl) setiap 6 bulan (Februari dan Agustus).
d. Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepaatitis B 4 kali, BCG 1
kali, Polio 4 kali, DPT 1 kali dan Campak 1 kali.
e. Bayi diberi ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI eksklusif).
40
f. Bayi mulai umur 6 bulan diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
g. Pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun atau lebih.
h. Bayi atau anak diare segera diberikan ASI lebih sering dari biasa,
makanan seperti biasa, larutan oralit dan minum lebih banyak.
i. Ibu hamil minum 1 tablet tambah darah setiap hari.
j. Ibu hamil mau memeriksakan diri secara teratur dan mau melahirkan
ditolong oleh tenagan kesehatan.
k. Ibu hamil Wanita Usia Subur (WUS) mendapat imunisasi Tetanus
Toxoid (TT) selelah melalui penapisan (TT)
l. Setelah melahirka ibu segera melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
m. Ibu nifas minum 2 kapsul Vitamin A warna merah (200.000 Sl) 1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama.
n. Ibu hamil, nifas dan menyusui makan hidangan bergizi lebih banyak dari
saat sebelum hamil.
o. Keluarga menggunakan garam beryodium setiap kali memasak.
p. Keluarga mengkonsumsi panagan atau makanan beragam, bergizi dan
seimbang.
q. Keluarga memanfaatkan pekarangan sebagai warung hidup
meningkatkan gizi keluarga.
Dengan melaksanakan perilaku diatas maka diharapkan:
a. Balita naik berat badannya setiap bulan.
b. Balita tidak menderita kekurangan gizi.
41
c. Bayi terlindung dari penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan
imunisasi
d. Ibu hamil tidak mederita kekurangan darah.
e. Bayi lahir tidak menderita GAKI.
f. Balita dan bufas tidak menderita kekurangan Vitamin A.
g. WUS tidak menderita kurang energi kronis.
h. Masyarakat semakin menyadari pentingnya gizi dan kesehatan.
i. Menurunkan jumlah kematian ibu dan anak.
2. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga:
a. Keluarga buang air kecil atau besar menggunakan jamban.
b. Keluarga memanfaatka air bersih untuk keluarga sehari-hari.
c. Tidak merokok di dalam rumah atau keluarga tidak ada yang merokok.
d. Keluarga mencuci tangan pakai sabun.
e. Rumah bebas jentik nyamuk.
f. Persalinan ibu ditolong tenaga kesehatan.
g. Keluarga makan buah dan sayur setiap hari.
3. Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit
dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga keluarga:
a. Tidak menderita ISPA, DBD dan malaria.
b. Tidak menderita Hepatitis, TBC, Polio, Difteri, Batuk Rejan, Tetanus dan
Campak.
4. Mendukung pelayanan keluarga berencana, sehingga pasangan usia subur
(PUS):
42
a. Menjadi peserta KB.
b. Dapat memilih alat kontrasepsi jangka pendek atau jangka panjang yang
cocok dan tepat penggunaan.
5. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam
penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan pekarangan untuk motivasi
kelompok dasa wisma berperan aktif, sehingga:
a. Keluarga mengusahakan budidaya tanaman, sayuran, buah, ikan dan
ternak (unggas, sapi, kambing)
b. Keluarga mampu menyusun menu makanan bergizi sesuai ketersediaan
panagan lokal dengan pemanfaatan pekarangan rumah.
Kegiatan posyandu berada di tengah masyarakat membawakan manfaat
yang amat besar bagi kelangsungan hidup masyarakat. Selain kesehatan ibu dan
balita dapat terpantau dengan baik dan permasalahan kesehatan dapat dicegah,
juga pada kader dan tokoh masyarakat dapat mendapat informasi terlebih dahulu
dan dapat membantu masyarakat kaitannya dalam penurunan tingkat Angka
Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Anak Balita.
2.4.6. Pengorganisasian
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat ada
saat pembentukan Posyandu.Struktur organisasi minimal terdiri dari ketua,
sekretaris dan bendahara serta kader Posyandu yang merangkap sebagai
anggota.Struktur organisasi bersifat fleksibel sehinggadapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumber daya (28).
43
b. Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra
pemerintah dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu
dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di Posyandu. Kriteria
pengelola Posyandu antara lain (28):
1) Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat,
2) Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat,
3) Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
c. Kader Posyandu
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.
2.4.7. Pendanaan
a. Sumber dana
Pendanaan Posyandu berasal dari berbagai sumber.:1) Masyarakat.,2)
Swasta/dunia usaha,3) hasil usaha.,4) Pemerintah.,5) Sumber lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Pemanfaatan dan pengelolaan dana Dana yang diperoleh Posyandu,
digunakan untuk membiayai kegiatan Posyandu.
1) Biaya operasional Posyandu.
2) Biaya penyediaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
3) Pengganti biaya perjalanan kader.
44
4) Modal usaha KUB.
5) Bantuan biaya rujukan bagi yang membutuhkan.
c. Pengelolaan dana :
1) Dilakukan oleh pengurus Posyandu.
2) Dana disimpan di tempat yang aman dan jika mungkin mendatangkan
hasil (29).
2.4.8. Tingkat Perkembangan Posyandu
Tingkat perkembangan Posyandu dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut
(29):
a. Posyandu pratama, adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh
kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader
sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
b. Posyandu madya, adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan pengelolaan posyandu rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima
kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
c. Posyandu purnama, adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh
sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu.
45
d. Posyandu mandiri, adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak
lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%,
mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah memperoleh
sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang
pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempa ttinggal di wilayah kerja
Posyandu.
2.4.9 Pelaksanaan Posyandu
1. Definisi Pelaksanaan
Pelakasanaan merupakan proses, cara, perbuatan melaksanakan rancangan
atau keputusan (KBBI). Pelaksanaan adalah keseluruhan proses pemberian
motivasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya
mereka mau bekerja secara ikhlas agar tercapai tujuan organisasi dengan efisien
dan ekonomis. Pelaksanaan adalah usaha yang dilakukan untuk melaksanakan
semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan
melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya, dan kapan waktu dimulainya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah menggerakkan orang-
orang agar mau bekerja dengan sendiri maupun bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang dikehendaki secara efektif (30).
2. Faktor dalam Pelaksanaan
Faktor yang menunjang dalam pelaksanaan adalah (27):
46
(a) Komunikasi, yaitu suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik
apabila jelas bagi para pelaksana. Menyangkut proses penyampaian
informasi, kejelasan informasi, dan konsistensi informasi yang disampaikan,
(b) Sumber daya, yaitu terpenuhnya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi
yang diperlukan guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup
guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab, serta fasilitas yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan,
(c) Disposisi, yaitu sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap
program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program
khususnya dari mereka yang menjadi implementer program, (d) Struktur
Birokasi, yaitu yang mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika
hal ini tidak sulit dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena
penyelesaian khusus tanpa pola yang baku.
3. Unsur dalam Pelaksanaan, terdapat tiga unsur penting dalam pelaksanaan,
meliputi : (a) Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan, (b)
Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program
perubahan dan peningkatan, (c) Unsur pelaksanaan baik organisasi maupun
perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pelaksana dan
pengawasan dari proses implementasi tersebut.
Pelaksanaan posyandu diselenggarakan oleh kader bersama Kepala Desa,
LPMD dan Tim Pembina LPMD tingkat Kecamatan. Kader tesebut terlatih di
bidang keluarga berencana dan kesehatan. Kader dapat diambil dari PKK, Tokoh
Masyarakat, Pemuda dan lain-lain (27).
47
Menurut Menkes RI (2011) dalam menyelengarakan posyandu , tugas
kader dibagi dalam tiga kelompok (19):
1. Tugas sebelum hari buka posyandu Tugas sebelum hari buka posyandu
adalah melakukan persiapan agar kegiatan pada hari buka posyandu dapat
berjalan dengan baik. Kegiatan yang dilakukan saat itu:
a. Menyiapkan alat-alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan
posyandu seperti:
1) Alat penimbang untuk bayi, balita dan ibu hamil
2) Alat pengukur panjang badan dan kotak pengukur panjang bayi
3) Alat pengukur tinggi badan (microtoise)
4) Buku register, buku pendaftaran, buku bantu kader, alat tulis dan
kertas.
5) KMS balita dan ibu hamil (bumil)
6) Bahan-bahan untuk penyuluhan
7) Paket petolongan gizi, seperti tablet besi, vitamin A, oralit dan
kapsul yodium 8) Makanan Tambahan Gizi (MTG)
b. Melaksanakan pembagian tugas yaitu degan cara menentukan tugas
masing- masing kader pada saat persiapan, pelaksanaan maupun
sesudah kegiatan posyandu
c. Menggerakan masyarakat, dengan cara mengajak atau melakuakan
pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk bersama-sama dapat
memotivasi dan menggerakkan masyarakat umum dan khususnya ibu-
ibu yang mempunyai balita mau datang keposyandu
48
d. Melakukan koordinasi dan hubungan kerja dengan penbina posyandu
desa, puskesmas dan sektor lain yang berkaitan dengan pelayanan
posyandu
2. Tugas pada hari buka posyandu Kegiatan yang dilakukan pada saat hari
buka posyandu :
a. Mendaftar bayi, balita dan ibu hamil dengan menuliskan namanya pada
sepotong kertas yang sudah dipersiapkan dan menyelipkan kerta itu
pada KMS masing-masing
b. Menimbang bayi, balita dan ibu hamil serta mencatat hasilnya pada
kertas yang diselipkan di KMS
c. Mengukur tinggi/panjang badan bayi, balita dan ibu hamil dan mencatat
hasil pada kertas yang diselipkan di KMS
d. Mengukur lingkar lengan atas bayi, balita dan ibu hamil dan mencatat
hasilnya pada kertas yang diselipkan di KMS
e. Mengisi KMS berdasarkan catatan hasil penimbangan/pengukuaran
masing- masing
f. Menjelaskan keadaan kesehatan atau status gizi bayi, balita dan ibu
hamil berdasarkan informasi yang digambarkan grafik pada KMS yang
bersangkutan (apakah status gizi naik/tetap/turun)
g. Memberi penyuluhan untuk bayi, balita dan ibu hamil berdasarkan
status gizi yang tercatat dalam KMS atau dari hasil pengamatan
permasalahan yang dialami sasaran
49
h. Memberi paket pertolongan gizi (pemberian tablet besi, oralit, vitamin
A dan kapsul yodium bagi yang membutuhkan
i. Memberi surat rujukan ke puskesmas untuk bayi, balita dan ibu hamil
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Apabila bayi dan balita berat badanya yang tercatan dalam KMS
berada dibawahn garis merah (BGM)
2) Apabila bayi dan balita berat badanya yang tercatan dalam KMS 2
kali tidak naik secara berturut-turut
3) Apabila bayi dan balita sakit
4) Apabila bumil keadaannya kurus, pucat, bengkak kaki, pendarahan,
gondok dan sesak napas
5) Apabila ibu hami dan ibu menyesui dalam keadaan sakit
3. Tugas sesudah hari buka posyandu Tugas kader setelah hari buka posyandu
atau setelah kegiatan buka posyandu antara lain :
a. Memindah catatan hasil penimbangan berat badan, pengukuran
tinggi/panjang badan, pengukuran LILA dari kertas atau buku bantu
kader kedalam buku registasi
b. Mengeveluasi hasil kegiatan pelayanan posyandu
c. Merencanakan kegiatan pelayanan untuk bulan depan berdasarkan hasil
evaluasi kegiatan bulan ini
d. Melakukan kunjungan kerumah untuk melakukan penyuluhan
peorangan yang lebih intesif bagi bayi, balita dan ibu hamil yang
memerlukan tindakan lanjut dari evaluasi yang telah dilakukan.
50
e. Melakukan motivasi kepada masyarakat sasaran untuk selalu datang ke
posyandu setiap bulan pada hari buka posyandu
f. Melakukan penyuluhan kelompok tentang manfaat posyandu dan
kegiatan-kegiatannya melalui pertemuan PKK RT dan pertemuan arisan
2.4.10 Kegiatan Posyandu
1. Kegiatan Posyandu
Menurut Menkes RI (2011) kegiatan di posyandu pada hari buka posyandu
tersebut meliputi 5 kegiatan dasar yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, gizi, imunisasi, penanggulangan diare (19). Adapun menurut (Menkes
RI, 2011) Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut
(19):
1) Kegiatan Utama (Panca Krida Posyandu)
Kegiatan di Posyandu pada umumnya melipuli pemantauan tumbuh
kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dn anak seperti imunisasi untuk
pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan KB, penyuluhan dan
konseling atau rujukan konseling jika diperlukan (19).
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Berdasarkan Prasetyawati (2012), tujuan dari usaha kesehatan ibu dan anak
(KIA) ialah (31):
(a) Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu secara teratur
dan terus-menerus pada waktu sakit dan sembuh pada masa antepartum,
51
intrapartum, postpartum, dan masa menyusui serta pemeliharaan anak-
anak dari mulai lahir sampai masa prasekolah,
(b) KB diberikan pada ibu-ibu atau suami-suami yang membutuhkannya,
(c) Usaha KIA mengadakan integrasi ke dalam “general health services”
(pelayanan kesehatan menyeluruh) dan mengadakan kerja sama serta
koordinasi dengan lain-lain dinas kesehatan,
(d) Usaha KIA mencari dan mengumpulkan masalah-masalah mengenai
ibu, bayi, dan anak untuk dicari penyelesaiannya. Kesehatan perempuan
mempengaruhi semua aspek kehidupan, baik dalam keluarga maupun
dalam masyarakat. Sampai saat ini, pelayanan kesehatan bagi
perempuan selalu diartikan sebagai layanan kesehatan selama
kehamilan dan melahirkan. Sebagian besar perempuan mengalami tiga
masalah gangguan kesehatan, yaitu kurang gizi, terlalu sering hamil,
dan kelelahan.
1) Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil, penimbanagn
berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan
darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan
atas) pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta
KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu
52
oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
2) Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB paska persalinan, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), asi eksklusif dan gizi
b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (satu
kapsul segera setelah melahirkan dan satu kapsul lagi 24 jam
setelah pemberian kapsul pertama)
c) Perawatan payudara
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan luchia
oleh petugas kesehatan .
3) Bayi dan Anak Balita
Memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dengan cara : (a)
Timbang berat badannya tiap bulan di Posyandu, (b) Rangsang
perkembangan anak sesuai umurnya, (c) Ajak anak bermain dan
bercakap-cakap, (d) Bawa anak ke petugas kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK), umur 0-1 tahun sebanyak 4 kali
dalam setahun serta umur 1-6 tahun sebanyak 2 kali tiap tahun, (e)
Minta kader mencatatnya di KMS (31).
53
Adapun jenis pelayananyang disediakan untuk bayi dan anak balita
mencakup:
a) Penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan
pengukuran lingkar kepala
b) Penentuan status pertumbuhan
c) Penyuluhan dan konseling
d) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.
Apabila ditemukan kelainan,segera dirujuk ke Puskesmas
b. Keluarga barencana (KB)
KB merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan.
Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki
dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa
jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti
mempunyai anak. Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk
menetapkan berapa jumlah anak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki
anak. Melalui tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat
menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya
berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan
kerugian, resikometode kontrasepsi dari petugas kesehatan (31).
Seorang ibu perlu untuk ikut KB dikarenakan agar ibu tidak cepat hamil
lagi (minimal 2 tahun) serta agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri,
54
anak, dan keluarga.Cara ber-KB bagi suami ialah : Suami memakai kondom setiap
melakukan hubungan seksual. Sedangkan bagi istri ialah : (a) Istri minum pil KB
tiap hari secara teratur. Selama menyusui, minum pil KB khusus, (b) Istri disuntik
KB, (c) Di lengan istri dipasangi susuk KB, (d) Di rahim istri dipasangi alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (31).
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila
tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat
dilakukan pemasangan IUD dan implant.
c. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikandisesuaikan dengan program terhadap
bayi dan ibu hamil. Imunisasi telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1956.
Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan
Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I).Pada saat ini, vaksin yang dapat digunakan dalam
pencegahan penyakit telah banyak beredar di Indonesia dan hasil daya lindung
yang ditimbulkannya juga telah terbukti bermanfaat. Sebagai salah satu contoh
adalah keberhasilan dunia dalam menghilangkan penyakit cacar.Dengan adanya
imunisasi dapat melindungi anak dari penyakit, mencegah anak cacat, serta
mencegah kematian anak. Imunisasi hepatitis B dapat mencegah hepatitis B
(kerusakan hati). Imunisasi BCG dapat mencegah TB / tuberkolosis (sakit paru-
55
paru). Imunisasi polio dapat mencegah polio (lumpuh layuh pada tungkai kaki dan
lengan tangan). Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) dapat mencegah difteri
(penyumbatan jalan napas), pertusis / batuk rejan (batuk 100 hari), tetanus.
Imunisasi campak dapat mencegah campak (radang paru, radang otak, dan
kebutaan) (31).
Jadwal imunisasi meliputi : umur 0 sampai 7 hari, imunisasi yang
diberikan adalah HB 0; umur 1 bulan imunisasi yang diberikan adalah BCG, Polio
1; umur 2 bulan imunisasi yang diberikan adalah DPT / HB 1, Polio 2; umur 3
bulan imunisasi yang diberikan adalah DPT / HB 2, Polio 3; umur 4 bulan
imunisasi yang diberikan adalah DPT / HB 3, Polio 4; umur 9 bulan imunisasi
yang diberikan adalah Campak. Pemberian imunisasi Vaksin Tetanus Toxoid(TT)
dapat mencegah terjadinya infeksi tetanus neonatal pada bayi baru lahir, serta
mencegah risiko tetanus pada ibu serta janin di dalam kandungan. Pada ibu hamil
setidaknya mendapat dua kali suntik vaksin TT, Pemberian suntikan pertama pada
kehamilan trimester ketiga, biasanya pada usia kandungan tujuh bulan. Suntikan
kedua diberikan setidaknya empat minggu setelah suntikan yang pertama.
d. Gizi
Pelayanan gizi di posyandu dilakukan oleh kader.Jenis palayanan yang
diberikan meliputi penimbangan berat badan badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan
(PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe.Sasarannya adalah bayi, balita,
ibu hamil, WUS. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK),
balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah
56
garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
Gizi berguna untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara
jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Makanan
sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, apabila makanan tidak dipilih
dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial
tertentu.Status gizi dibedakan antara lain status gizi buruk, kurang, baik, dan
lebih. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pada proses-proses
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, serta
perilaku.Sedangkan kelebihan gizi dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas.
Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas
dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang, pada tahun 1995 Direktorat Gizi
Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), yang berisi
pesan dasar sebagai berikut (32) :
(a) Makanlah aneka ragam makanan,
(b) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi,
(c) Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan
energi,
(d) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan
energi,
(e) Gunakan garam beriodium,
(f) Makanlah makanan sumber zat besi,
57
(g) Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan,
(h) Biasakan makan pagi,
(i) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya,
(j) Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur,
(k) Hindari minum minuman beralkohol,
(l) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan,
(m) Bacalah label pada makanan yang dikemas
e. Pencegahan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan
melalui pemberian oralit, pemberian LGG yang dibuat sendiri oleh masyarakat
Apabila diperlukan penanganan lebihlanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas
kesehatan. Berdasarkan Kemenkes (1997), apabila diare / mencret : (a) Berikan
segera cairan oralit setiap anak buang air besar, (b) Jika tidak ada oralit, beri air
matang, kuah sayur, atau tajin, (c) Jika anak masih menyusu, terus berikan ASI
dan MP-ASI, (d) Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan, (e)
Berikan obat zinc sesuai dosis selama 10 hari berturut-turut, (f) Larutkan obat zinc
dalam satu sendok makan air matang
2. Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Masyarakat dapat menambahkan kegiatan posyandu dengan kegiatan baru,
disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut
misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan
58
berbagai program pembangunan masyarakat lainnya. Posyandu yang seperti ini
disebut dengan posyandu terintegrasi.
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila lima kegiatan
utama telah dilakukan dengan baik dalam arti cakupannya diatas 50% serta
tersedia sumber daya yang mendukung. Pada saat ini telah dikenal beberapa
kegiatan tambahan Posyandu yang telah dilaksanakan antara lain:
a. Bina Keluarga Balita (BKB).
b. Kelas ibu hamil dan balita
c. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya: ISPA, DBD, gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis,
Tetanus Neonatorum.
d. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (POS PAUD).
e. Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD).
f. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman.
g. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
h. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Penghasilan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
i. Tabungan ibu bersalin dan tabungan madyarakat
j. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL)
k. Kesehatan reproduksi remaja
l. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
59
3. Sistem Lima Meja
1) Meja 1
a. Pendaftaran
b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia
subur
2) Meja 2
a. Penimbangan balita dan ibu hamil
3) Meja 3
a. Pengsian Kartu Menuju Sehat (KMS)
4) Meja 4
a. Diketahui berat badan anak yang naik atau tidak naik, ibu hamil
dengan resiko tinggi, Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum
mengikuti Keluarga Berencana (KB).
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan TMT, oralit, Vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,
kondom.
5) Meja 5
a. Pemberian imunisasi
b. Pemeriksaan kehamilan
c. Pemariksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan
60
Untuk meja 1-4 dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja 5
dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya: dokter, bidan, perawat, juru
imunisasi den sebagainya (27).
Menurut Briawan (2012), pelaksanaan posyandu dikenal dengan sistem
lima meja yang terdiri dari (33):
1. Meja pertama Kader mendaftar balita dan menulis nama balita pada satu
lembar kertas kecil dan diselipkan pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Peserta
yang baru pertama kali datang ke posyandu, maka dituliskan namanya,
kemudian diselipkan satu lembar kertas kecil yang bertuliskan nama bayi
atau balita pada KMS. Kader juga mendaftar ibu hamil dengan menulis
nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil. Ibu hamil yang datang
ke posyandu, langsung menuju meja empat sedangkan ibu hamil baru atau
belum mempunyai buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), maka diberikan
buku KIA.
2. Meja kedua Kader melakukan penimbangan balita dengan menggunakan
timbangan dacin, dan selanjutnya menuju meja tiga
3. Meja ketiga Kader mencatat hasil timbangan yang ada pada satu lembar
kertas kecil dipindahkan ke dalam buku KIA atau KMS. Cara pengisian
buku KIA atau KMS yaitu sesuai petunjuk petugas kesehatan.
4. Meja keempat Menjelaskan data KMS (keadaan anak) yang digambarkan
dalam grafik, memberikan penyuluhan, pelayanan gizi dan kesehatan dasar.
Meja empat dilakukan rujukan ke puskesmas pada kondisi tertentu, yaitu:
1) Balita dengan berat badan di bawah garis merah.
61
2) Berat badan balita dua bulan berturut-turut tidak naik.
3) Sakit (diare, busung lapar, lesu, badan panas tinggi, batuk 100 hari dan
sebagainya).
4) Ibu hamil (pucat, nafsu makan berkurang, gondok, bengkak di kaki,
pusing terus menerus, pendarahan, sesak nafas, muntah terus menerus
dan sebagainya).
5. Meja kelima Khusus di meja lima, yang memberi pelayanan adalah petugas
kesehatan atau bidan. Pelayanan yang diberikan yaitu imunisasi, keluarga
berencana, pemeriksaan ibu hamil, dan pemberian tablet tambah darah,
kapsul yodium dan lain-lain.
h. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
i. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).
j. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
k. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
l. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
2.4.11. Kedudukan Posyandu
1) Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan
Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan. Kedudukan
Posyandu terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah sebagai wadah
62
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya
yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.
2) Kedudukan Posyandu Terhadap Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya
mempunyai keterkaitan dalam pembinaan, Penyelenggaran/pengelolaan
Posyandu yang berkedudukan di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu
terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan
aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.
3) Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM
UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan, yang salah satu diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan
Posyandu terhadap UKBM dan berbagai lembaga kemasyarakatan/LSM,
desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra
4) Kedudukan Posyandu Terhadap Forum PeduliKesehatan Kecamatan
Forum Peduli Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk
masyarakat di kecamatan yang berfungsi menaungi dan mengkoordinasikan
setiap UKBM. Kedudukan Posyandu terhadap Forum Peduli Kesehatan
Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan
dukungan sumber daya dari Forum Peduli Kesehatan Kecamatan
5) Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di
63
kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai
wadahpemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis
medis dibina oleh Puskesmas (19).
2.5 Upaya Kesehatan Masyarakat di Puskesmas
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang diselenggarakan oleh
puskesmas meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan
masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas untuk mendukung pencapaian standar
pelayanan minimal kabupaten/kota di bidang kesehatan. Sedangkan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat
yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan bersifat
ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, yang disesuaikan dengan prioritas
masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang
tersedia di masing-masing puskesmas. (34)
Adapun upaya kesehatan masyarakat esensial tingkat pertama yang
diselenggarakan di puskesmas meliputi: (34)
a. Pelayanan promosi kesehatan
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. Pelayanan gizi
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
64
2.5.1. Administrasi dan Manajemen Puskesmas
Administrasi merupakan proses penyelenggaraan kerja yang dilakukan
bersama-sama sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk dapat
mewujudkan penyelenggaraan administrasi diperlukan pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan. (34)
Manajemen puskesmas merupakan rangkaian kegiatan yang bekerja secara
sistematis untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien.
Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas tersebut
membentuk fungsifungsi manajemen pusksesmas yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Seluruh fungsi manajemen puskesmas tersebut wajib dilaksanakan secara terkait
dan berkesinambungan. (34)
Perencanaan merupakan fungsi manajemen puskesmas yang dilakukan
sebagai langkah awal sebelum melaksanakan kegiatan. Perencanaan puskesmas
meliputi kegiatan merumuskan tujuan puskesmas sampai dengan kegiatan
merumuskan alternatif kegiatan. Perencanaan puskesmas merupakan hal yang
sangat penting karena tanpa adanya perencanaan maka tidak akan ada kejelasan
bagi kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf untuk mencapai tujuan puskesmas.
Perencanaan di tingkat puskesmas dilakukan dengan membuat rencana usulan
kegiatan, kemudian mengajukan usulan kegiatan yang direncanakan ke dinas
kesehatan untuk mendapatkan persetujuan, dan kemudian menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan (RPK) (35).
65
Pelaksanaan dan pengendalian merupakan fungsi manajemen yang
mencakup proses penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
pelaksanaan kegiatan di puskesmas. Pelaksanaan dan pengendalian terdiri dari
beberapa langkah antara lain: (34)
1. Pengorganisasian, merupakan serangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya yang ada di puskesmas dan dimanfaatkan
secara efesien untuk program.
2. Penyelenggaraan, merupakan langkah menyelenggarakan rencana kegiatan
program di puskesmas dan menunjuk penanggungjawab serta pelaksana
program dan pelaksanaan lokakarya mini puskesmas, baik lintas program
maupun lintas sektor.
3. Pemantauan terhadap kegiatan dilakukan secara berkala seperti melakukan
telaah penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai serta melakukan
telaah eksternal terkait hasil yang dicapai oleh fasilitas dan sektor lain yang
terlibat di wilayah puskesmas.
4. Penilaian kegiatan yang bisa dilakukan oleh pihak eksternal dan internal
puskesmas. Kegiatan penilaian mencakup penilaian terhadap cakupan,
jumlah kunjungan, survei kepuasan, dan evaluasi dari dinas kesehatan.
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah fungsi manajemen
puskesmas yang merupakan proses untuk mendapatkan kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dalam mencapai tujuan puskesmas. Pengawasan adalah kegiatan
mengamati secara terus menerus terhadap pelaksanaan kegiatan puskesmas yang
dapat dilakukan oleh pihak internal (kepala puskesmas) maupun pihak eksternal
66
(masyarakat, dinas kesehatan, serta institusi lainnya). Sedangkan pertanggung-
jawaban merupakan kegiatan kepala puskesmas pada setiap akhir tahun anggaran
yaitu membuat dan melaporkan laporan kinerja hasil dari pelaksanaan kegiatan,
serta perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan.
Laporan tersebut disampaikan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota serta pihak-
pihak terkait lainnya, termasuk masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas.
(34)
Pencatatan dan pelaporan merupakan bagian dari sistem informasi
kesehatan (SIK) puskesmas yang wajib dilakukan. Untuk dapat meningkatkan
pemanfaatan sistem informasi kesehatan dalam pencatatan dan pelaporan di
puskesmas, upaya yang dapat dilakukan oleh puskesmas antara lain menambah
petugas yang memahami dan memiliki keahlian di bidang SIK, atau mengusulkan
pelatihan mengenai SIK ke dinas kesehatan (36).
2.6. Kerangka Pikir
Peran kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu yang mencakup
pelayanan KB, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, perbaikan gizi dan
penanggulangan diare diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat desa melalui kegiatan yang dilakukan.Kerangka berpikir dalam
penelitian ini ditinjau dari peran kader dalam pelayanan langsung ke
masyarakat.Uraian peran kader dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini.
67
Input Proses Output
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Peran Kader : 1. Pelayanan Kesehatan
Masyarakat
2. Penyuluhann kesehatan 3. Penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat
4. Pemantauan
Peningkatkan
kesehatan
masyarakat
Program Posyandu :
1. KB 2. KIA 3. Gizi 4. Imunisasi 5. Pencegahan dan
Penanggulangan Diare
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu mengkaji
objek yang mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada secara konsektual
melalui pengumpulan data yang diperoleh, dengan melihat unsur-unsur sebagai
satuan objek kajian yang saling terkait selanjutnya mendiskripsikannya.
Fenomena itu bias berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan dan
perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya (37).
Alasan menggunakan penelitian kualitatif karena permasalahan masih
sangat beragam sehingga untuk mengidentifikasi masalah kader posyandu
diperlukan pendalaman lebih lanjut juga karena penelitian ingin mendapatkan data
yang lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna tentang permasalahan
penelitian Disamping itu peneliti ingin mengetahui tentang peran kader posyandu
dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak di Dusun Titipanjangwilayah
kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3.2. Lokasi dan Waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Melati II,Dusun Titipanjang wilayah
kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan
.3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan
69
Juni 2019, dimulai dari survei awal, pengumpulan data, analisis data, penyusunan
laporan sampai dengan akhir tesis.
3.3. Subyek Penelitian dan Informan Penelitian
3.3.1 Subyek Penelitian
Penentuan subyek dalam penelitian ini didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (37). Subyek dipilih
berdasarkan kasus yang diteliti yaitu peran kader posyandu dalam kegiatan
posyandu diPosyandu Melati II, Dusun Titipanjang wilayah kerja Puskesmas
Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3.3.2 Informan Penelitian
Informan sebagai sumber data kualitatif yang utama disamping data-rata
lain yang diperoleh dari hasil studi pustaka, sehingga informan merupakan salah
satu sumber data yang penting dalam penelitian ini. Penentuan sumber data pada
orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu (37). Maksud teknik pengambilan purposive ini
adalah dengan peneliti mengambil sumber data dari beberapa orang yang
dianggap mempunyai informasi yang relevan dengan fokus penelitian.
Peneliti menyimpulkan, bahwa informan merupakan orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang data yang diinginkan oleh
peneliti. Pemilihan sampel sebagai informan pada penelitian ini berdasarkan
prinsip kesesuaian (appropriateness). Kesesuaian adalah sampel dipilih
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian.
70
Berdasarkan prinsip tersebut diatas, maka yang dipilih menjadi informan yang
sebanyak 10 orang yaitu :
Tabel 3.1. Informan Penelitian
No Informan Jumlah
1 Ibu yang memiliki balita 4 orang
2 Kader Posyandu 4 orang
3 Tenaga Kesehatan 1 orang
4 Ketua/ Pimpinan Posyandu 1 orang
Jumlah Informan 10 orang
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : 1. Ibu yang memiliki balita, 2.
Kader posyandu yang bertugas di posyandu Melati II di Dusun Titipanjang dalam
wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan, 3. Tenaga
kesehatan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan, 4. Ketua/ Pimpinan Posyandu Melati II,Dusun Titipanjang
di wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan .
Informan adalah orang yang diharapkan dapat memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi mengenai fokus penelitian yang ditentukan mengetahui
bagaiamana peran kader dalam kegiatan posyandu di Dusun Titipanjangdi
wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Informan
penelitian terbagi atas: 1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang
mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan. Adapun informasi
kunci pada penelian ini adalah Ketua/ Pimpinan Posyandu, 2. Informan utama
yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial. Adapun informan
utama dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita, kader posyandu dan
tenaga kesehatan.
71
Data Primer didapatkan dari hasil wawancara mendalam kepada ibu yang
memiliki balita, kader posyandu, tenaga kesehatan dan Ketua/ Pimpinan
Posayandu. Wawancara mendalam dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan pada panduan wawancara mendalam dan hasilnya dicatat atau direkam
dengan menggunakan recording handphone. Analisis komponen hasil penelitian
dengan pendekatan analisis isi (content analysis) yaitu membandingkan hasil
penelitian dengan teori-teori yang ada di kepustakaan.
3.4. Teknik Validasi Data
Penelitian memerlukan teknik validasi data yang dikumpulkan melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik validasi data dilakukan dengan
wawancara kepada ibu yang memiliki balita, kader posyandu, tenaga kesehatan
dan Ketua/ Pimpinan Posayandu tentang peran kaderdalam kegiatan posyandu di
Dusun Titipanjang wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu
Selatan. Penelitian ini yang direncanakan untuk penelitian sesungguhnya dengan
metode triangulasi untuk teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain untuk membandingkan dan memeriksa kembali derajat
kepercayaan suatu informasi atau data yang telah diperoleh melalui wawancara
dengan data sekunder berupa dokumen-dokumen terkait dan hasil observasi.
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah :
72
1) Data primer dalam penelitian ini didapat dari jawaban subyek melalui
wawancara mendalam maupun dengan observasi dan dokumentasi.
2) Data Skunder dalam penelitian ini diperoleh dari Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
3) Data tertier dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari studi
kepustakaan, jurnal, dan text book.
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data
1) In-depth interview
Wawancara secara mendalam terhadap informan mengenai peran kader
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.
2) Observasi
Untuk melihat latar informan, pendidikan, pekerjaan dan pendangan
informan tentang peran kader dan pelaksanaan kegiatan posyandu.
3) Dokumentasi
Metode dokumentasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah melalui
pengumpulan data dengan mengambil catatan dan dokumen-dokumen yang
ada serta catatan yang berkaitan dengan peran kader dan pelaksanaan
kegiatan posyandu.
3.6. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bilken dalam
Moleong (2014) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
73
mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (37).
Pada penelitian ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis
menggunakan model Miles dan Huberman dalam Prastowo (2012) yaitu melalui
proses pengolahan data dengan tahapan data reduction, data display, dan
conclusion or verification dan triangulasi (38).
1) Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga
akan memberikan gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2) Data display (penyajian data)
Penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
Dalam kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, dan hubungan antar kategori.
3) Conclusion or verification (kesimpulan atau verifikasi data)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dan dapat berhubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan awal masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
74
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti
valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling memengaruhi
dan saling terkait satu sama lain. Pertama-tama peneliti melakukan
penelitian di lapangan dengan mengadakan observasi yang disebut dengan
tahap pengumpulan data. Karena data yang terkumpul banyak maka perlu
dilakukan tahap reduksi data untuk merangkum, memilih hal pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, mencari tema, dan polanya. Setelah
direduksi kemudian diadakan penyajian data dengan teks yang bersifat
naratif. Apabila kedua tahap tersebut telah selesai dilakukan, maka diambil
suatu keputusan atau verifikasi.
4) Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
`pembanding terhadap data itu. Denzin dalam Lexy J. Moleong, membedakan
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan
data triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metodetriangulasi.
Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong, triangulasi dengan sumber “berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
75
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”.
Sedangkan triangulasi dengan metode menurut Patton dalam Lexy J. Moleong,
terdapat dua strategi, yaitu (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (37).
Dengan teknik triangulasi dengan sumber, peneliti membandingkan hasil
wawancara yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informan penelitian
sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan.
Selain itu peneliti juga melakukan pengecekan derajat kepercayaan melalui teknik
triangulasi dengan metode, yaitu dengan melakukan pengecekan hasil penelitian
dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yakni wawancara, observasi, dan
dokumentasi sehingga derajat kepercayaan data dapat valid (37).
76
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak Geografis
Puskesmas Bunut, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan
merupakan salah satu daerah yang berada di Kawasan Pantai Timur Sumatera
Utara. Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan berada pada 01025’ –
02015’ Lintang Utara dan 99041’ – 100027’ Bujur Timur. Luas wilayah Puskesmas
Bunut 16.893 Ha.
Posisi Puskesmas Bunut, memiliki akses darat yang cukup strategis
karena:
a. Berada pada jalur yang menghubungkan pusat-pusat perkembangan wilayah
yang ada di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, bahkan mempunyai akses
jalur keluar Kecamatan maupun ke Luar Kabupaten (berbatasan dengan
Sungai Berumun).
b. Berdekatan dengan wilayah Kecamatan Kampung Rakyat dan Kotapinang.
Kedudukan ini dapat menguntungkan wilayah perencanaan dalam hal ini
distribusi produksi kegiatan perekonomian atau keterkaitan pada pasar yang
lebih luas.
Administrasi Puskesmas Bunut terdiri dari 2 Desa, dan 15 Dusun, dengan
jumlah penduduk 14.989 jiwa. Batas wilayah Puskesmas Bunut sebagai
berikutnya:
77
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Batang Seponggol
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Asam Jawa
c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Asam Jawa
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Air Merah
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Bunut berjumlah 14.989 jiwa dengan
kepadatan penduduk sebesar 1,7 jiwa per km2, terdiri dari 7.672 jiwa laki-laki
dari 7.317 jiwa perempuan. jumlah penduduk paling banyak ada di Usia 0 – 4
Tahun, yaitu sebesar 1.948 Jiwa atau sebesar 13 % dari total keseluruhan
penduduk 2 Desa wilayah kerja Puskesmas Bunut, kemudian diikuti dengan
urutan kedua sebesar 12 % atau 1.799 jiwa pada usia 5- 9 tahun. Jumlah Penduduk
terpadat berada di Desa Pangarungan sebesar 11.588 jiwa selanjutnya diikuti oleh
Desa Bunut sebesar 3.401 jiwa, dan rasio jenis kelamin di wilayah kerja
Puskesmas Bunut sebesar 104,85% dan rasio beban tanggungan sebesar 67 % dari
pengelompokan penduduk menurut umur ini dapat diambil kesimpulan bahwa
potensi perkembangan populasi di wilayah kerja Puskesmas Bunut cukup tinggi,
dan diharapkan akan menjadi Sumber Daya Manusia yang baik seiring pemekaran
Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Jenis agama yang dianut penduduk wilayah kerja Puskesmas Bunut tahun
2018 mayoritas beragama Islam yaitu sebesar 91,0 %, dan Kristen Protestan
sebanyank 8% dan Hindu, Budha, Katolik sebanyak 1%. ditinjau dari suku bangsa
sebahagian besar penduduk wilayah kerja Puskesmas Bunut adalah Suku Batak
Mandailing 40%, Suku Jawa 40% dan selebihnya suku-suku lain.
78
Pada tahun 2018 tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan di wilayah
kerja Puskesmas Bunut rata-rata adalah Sekolah Dasar dan jumlah penduduk yang
menduduki bangku perkuliahan masih minim.
4.1.2. Visi dan Misi Puskesmas Bunut
Visi Puskesmas Bunut ke masa yang akan datang yaitu: ”Memberikan
pelayanan kepada perorangan, keluarga, kelompok dan Masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas guna Terwujudnya derejat kesehatan yang setinggi
tingginya untuk tercapainya Kecamatan Sehat menuju Indonesia Sehat”.
Untuk mewujudkan visi perlu dijabarkan menjadi misi yang merupakan
sesuatu yang harus dilaksanakan instansi pemerintah agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik.
Dengan adanya Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan dapat mengenal Puskesmas Bunut, Kecamtan Torgamba,
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan mengetahui peran dan program-program
serta hasil yang akan diperoleh di masa yang akan datang.
Misi Puskesmas Bunut :
1. Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat,
2. Mampu menjangkau kesehatan yang bermutu,
3. Hidup dalam lingkungan sehat,
4. Memiliki derejat yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
79
4.1.3. Dusun dan posyandu di wilayah Puskesmas Bunut
Dusun dan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bunut terdiri dari
15 Dusun dan 15 Posyandu yaitu:
Tabel 4.1. Jumlah Dusun dan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bunut terdiri dari 15 poyandu yaitu:
No Dusun Posyandu
1 Dusun Bunut Pekan Melati I
2 Dusun Titi Panjang Melati II
3 Dusun Beringin Makmur Melati III
4 Dusun Bandar Rejo Melati IV
5 Dusun Karya Maju Melati V
6 Dusun Banten Apel
7 Dusun Sumber Rejo Konsesi Anggrek
8 Dusun Pangarungan Tulip
9 Dusun Lalang Duku
10 Dusun Tempel Melati
11 Dusun Sei Daun Mawar 1
12 Dusun Sei Daun Mawar 2
13 Dusun Sulum Teratai 1
14 Dusun Pangarungan 2 Teratai 2
15 Dusun Afdeling 1 PT. Asam Jawa
Dari keterangan tabel diatasPosyandu Melati II yang terletak di Dusun
Titipanjang adalah berada di wilayah kerja Puskesmas bunut merupakan tempat
dilakukan penelitian.
4.1.4. Posyandu Melati II Dusun Titipanjang DesaBunut
Posyandu Melati II terletak di Dusun Titipanjang Desa Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan.Dusun Titipanjang Dusun Titipanjang berada di sebelah
barat dengan luas 50.000 m2, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Air Merah
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Dusun Beringin Makmur
80
c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Bunut
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Desa Sisumut
Jumlah penduduk Dusun Titipanjang sebanyak 535 orang dengan jumlah
penduduk laki-laki berjumlah 280 orang dan perempuan berjumlah 255 orang
dengan berbagai macam karakteristik dan mata pencarian. Karakteristik
masyarakat di Dusun Titipanjang dapat di jelaskan berdasarkan dari sumber mata
pencarianDusun Titipanjang di kelilingi oleh perkebunan sawit P.T. Asam jawa
sehingga mayoritas penduduk Dusun Titipanjang bekerja sebagai pekerja harian
di kebun sawit dan sebagian kecil sebagai petani dan pegawai negeri. Tingkat
pendidikan penduduk Dusun Titipanjang adalah: SD sebanyak 151 orang (67%),
SMP sebanyak 50 orang (22%), SMA sebanyak 22 orang (10%)dan S1 sebanyak
1 orang(1%). Dilihat dari tingkat pendidikan masyarakat Dusun Titipanjang rata-
rata tamat SD. Dengan situasi dan kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa makin
tinggi pendidikan orang makin tinggi pengetahuan untuk dapat menerima
informasi merubah diri ke yang lebih baik dalam memelihara kesehatannya,
demikian juga sebaliknya makin rendah pendidikannya makin lebih sulit
menerima informasi. Mayoritas penduduk di Dusun Titipanjang adalah
Mandailing dengan bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa
Mandailing.Pemanfaatan pelayanan kesehatan, mayoritas penduduk berobat ke
puskesmas. Kondisi kesehatan masyarakat Dusun Titipanjang tahun 2018 yang
bersumber dari Puskesmas Bunut danProfil Dusun Titipanjang bahwa kasus gizi
kurang ada dijumpai 7 balita, kasus diare ada 8 orang.
81
Visi dan Misi Posyandu Melati II Dusun Titipanjang adalah meningkatkan
kesehatan ibu hamil dan balita. Angka kematian ibu dan bayi dalam 3 tahun
terakhir dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 tercapai dengan jumlah nol
(0) jiwa.
Struktur Organisasi di Posyandu Melati II Dusun Titipanjang adalah
sebagai berikut :
1. Ketua Posyandu :Umik
2. Sekretaris :Aisah
3. Bendahara :Lisna
4. Kader Posyandu :Aisah,Lisna,Ramayanti dan Eka
Sarana dan Prasarana Posyandu Melati II Dusun Titipanjang adalahBatu
Dacin 1 buah,Timbangan 1 buah, meja pelayanan 4 buah, kursi 5 buah,pita
pengukur tinggi badan dan pengukur LILA,buku Register,KMS/KIA,obat obatan
dan oralit.
4.1.5. Status Gizi
1) Balita dengan KEP
Balita yang mengalami KEP dapat diukur berdasarkan 3 pengukuran
yaitu Tinggi badan (T)/Umur disebut juga balita pendek (stunting), BB/TB disebut
balita kurus (wasting) dan BB/Umur disebut juga kurang berat badan (under
weight). Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Petugas Gizi Puskesmas tahun
2018 ada sebanyak 1676 balita. Balita dengan gizi baik sebanyak 1618 atau 96,5
%. Gizi Kurang sebanyak 58 balita atau 3,5 % dan balita gizi buruk sebanyak 0
balita atau 0,00%.Balita dengan Gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Bunut
82
paling banyak terdapat di Dusun Titipanjang. Tercatat dari 68 jumlah balita
terdapat 7 orang balita mengalami gizi kurang atau10,2%, hal ini merupakan
tanda awal anak mengalami gizi buruk. Melihat data ini menunjukkan bahwa
peran kader kurang maksimal dalam pemberian penyuluhan tentang kebutuhan
nutrisi balita oleh karenanya peran kader perlu di tingkatkan melalui
pemantauan,penyuluhan dan pemberian PMT guna perbaikan gizi pada
balitaagar tidak berlanjut menjadi gizi buruk
2) Anemia Gizi Besi (AGB)
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi penderita Anemia
adalah dengan pemberian tablet besi (Fe), sebanyak 90 tablet selama kehamilan.
Cakupan Ibu hamil yang mendapat 30 tablet Fe adalah 298 Ibu atau 69,63 % dan
Cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Puskesmas Bunut pada tahun
2018 adalah sebanyak 298 atau 69,63 % ,sedangkan di Dusun
titipanjangcakupan ibu hamil yang mendapat 30 tablet besi sebanyak 4 ibu atau
66,6% dan yang mendapat 90 tablet besi sebanyak 4 ibu atau 66,6 % angka ini
kurang baik dari yang ditargetkan yakni 80%.
4.2. Analisa Data Penelitian
4.2.1. Gambaran Umum Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang 4 orang ibu yang
memiliki balita yaitu informan 1 sampai informan 4,4 orang kader posyandu yaitu
informan 5 sampai informan 8,1orang tenaga kesehatan yaitu informan 9,dan 1
orang Ketua/ Pimpinan Posyandu yaitu informan 10.Pada tabel di bawah ini
dijabarkan karakteristik informan penelitian, sebagai berikut :
83
Tabel 4.2. Karakteristik Informan Penelitian
No Informan Jenis
Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Informan 1 Perempuan 30 SD Ibu Rumah
Tangga
2 Informan 2 Perempuan 30 SMA Ibu Rumah
Tangga
3 Informan 3 Perempuan 33 SMA Ibu Rumah
Tangga
4 Informan 4 Perempuan 32 SD Ibu Rumah
Tangga
5 Informan 5 Perempuan 40 SMA Kader Posyandu
6 Informan 6 Perempuan 30 SMA Kader Posyandu
7 Informan 7 Perempuan 28 SMA Kader Posyandu
8 Informan 8 Perempuan 31 SMA Kader Posyandu
9 Informan 9 Perempuan 32 D-3
Kebidanan
Tenaga
Kesehatan
10 Informan 10 Perempuan 39 SMA Ketua/ Pimpinan
Posyandu
4.2.2. Peran Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Dusun
Titipanjang Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan Tahun 2019
Pertanyaan mengenai peran kader dalam mengajak ibu untuk datang ke
posyandu dapat dilihat dari hasil wawancara yang hanya menjawab bahwa kader
mengajak ibu untuk datang ke posyandu atau tidak. Jawaban responden tentang
ajakan kader kepada ibu untuk datang ke posyandu dapat dilihat padahasil
wawancara dengan responden yang mengatakan :
Informan 1 :
“…ya kebetulan rumah saya berdekatan dengan rumah bu Umik selaku
ketua kader di posyandu Melati II, jadi sering bertemu dan bu Umik selalu
mengajak saya untuk membawa anak saya datang ke posyandu bu ,biar
perkembangan gizi dan kesehatannya bisa di pantau katanya bu,jadi saya
rutin membawa anak saya ke Posyandu bu…”
84
Informan 2 :
“…iya ada diajak kader…..biasanya pas jumpa di acara perwiridan ibu-
ibu…juga diumumkan kepada kita agar datang membawa anak ke
posyandu untuk di timbang biar tau petumbuhannya,dimunisasi dan di
kasih Makanan Tambahan,dikasih Vitamin bu.”.
Informan 3 :
…Biasanya sebelum pelaksanaan posyandu tiap bulan kader ada mengajak
ibu yang puny anak di bawah 5 Tahun, ibu hamil,ibu menyusui,yang mau
KB agar jangan lupa datang ke Posyandu untuk dipantau Kesehatannya,
,biasanya di wiritan,di mesjid juga di sampaikan bu,kadang juga ibu ibu
kader datang juga kerumah mengajak ,yang sering datang kerumah tu
biasanya bu Umik ketua kader sama bu Aisah bu.……”.
Informan 4 :
“…Ya ada sih bu,…kalau sudah mau posyandu kita diajak buk kader untuk
datang ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi anak
kita ,kadang di wiritan majlistaklim kita kadang juga bu kader dating
kerumah ….…”.
Dari wawancara dengan informan orang tua balita diatas didapatkan
kesamaan dengan jawaban kader, hasil wawancara dengan kader dapat dilihat
padahasil wawancara dengan responden yang mengatakan :
Informan 5:
…sebelum pelaksanaan posyandu bu,kita mengajak masyarakat untuk
datang ke posyandu, ya karna rumah kita banyak yang berdekatan jadi
sering jumpa, trus kalau punya balita tapi kita tidak ada ketemu kita
datangi kerumah naik kereta bu, ,waktu kunjungan ke rumah kita
menjelaskan manfaat posyandu… .biasanya di damping bu bidan atau
tenaga kesehatan lain dari puskesmas biasanya buk Azizah bu bagian gizi
di puskesmas Bunut. Atau bu Fitri bu bidan Puskesmas Bunut….
Informan 6:
“kita mengajak ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu…kita
kan udah ada datanya dari tenaga kesehatan ..jadi kalau kita tidak ada
berjumpa di wiritan kita dating ke rumah ibu balita bu …”.
85
Informan 7 :
…Sebelum pelaksanaan posyandu kita menyebarkan imformasi
bu,Memberitahukan kepada ibu balita agar jangan lupa datang ke
posyandu..dan jangan lupa membawa KMS ,karena paling sering tu bu,ibu
datang ke posyandu tapi KMS nya nggak di bawa.…”.
Informan 8 :
“…Ya kita informasikan kepada ibu tentang pelaksanaan posyandu…agar
ibu yang punya balita,ibu hamil,ibu menyusui,akseptor KB jangan lupa
untuk dating ke posyandu,kadang uda kita sampaikan gitu pun bu,ada aja
yang nggak dating katanya kelupaan… ….…”.
Hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa kader melakukan
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan tugasnya
sebelum dilaksanakannya Posyandu. Tiap Bulan kader mengajak ibu ibu agar
membawa balitanya ke posyandu untuk di timbang, di beri imunisasi, diberi
makananan tambahan. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas
pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 139.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai penjelasan kader kepada
ibu balita tentang manfaat posyandu. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan
informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“ya.. bu kader ngasih tau agar datang ke posyandu,diposyandu anak kita
ditimbang,diukur kemudian dilihat gizinya kurang apa bagus kemudian
dikasih makanan tambahan biasanya bubur ,telur,terus di imunisasi biar
nggak gampang sakit ,itu yang di sampaikan bu kader….bu”
Informan 2 :
“ada sih dijelaskan…yang saya ingat ya kita harus ke posyandu karena
posyandu tempat pelayanan kesehatan di desa tempat melihat
perekembangan kesehatan anak kita tiap bulan biar anak kita sehat,yang
saya tau yang di jsampaikan kader gitu bu..”.
86
Informan 3
“Ada bu,kalu datang kerumah ,Kader menjelaskan jadwal dan tempat
pelaksnaan posyandukegiatan di posyandu bu mulai dari meja 1-5 bu, apa
yang akan dilakukan disitu , mulai datang,di daftar,di timbang, dan dicatat,
dikasi PMT di imunisasi,pemberian vitamin ya manfaatnya kata bu kader
melalui kegiatan posysndu anak kita bias di lihat pertumbuhan badan dan
perkembangan gizi dan kesehatannya nya bu.. ….”
Informan 4 :
“Ada dijelaskan Posyandu tempat menimbang bayi ,mendapat
imunisasi,mendapat vitamin,mendapat makanan tambahan,ya manfaatnya
kata bu kader gizi anak bias di lihat bu,turun atau normal,atau
kelebihan,karna kurang dan kelebihanpun katanya sama sama kurang
bagus karena gampang sakit ,makanya perlu di bawa ke posyandu untuk di
timbang dan dapat pelayanan yang lain,gitu penjelasannya bu..”
Dari wawancara mendalam informan orang tua balita diatas didapatkan
kesamaan dengan jawaban kader, hasil wawancara mendalam dengan kader dapat
dilihat padahasil wawancara dengan Informan yang mengatakan sebagai berikut:
Informan 5:
“…kita jelaskan kalau pas kunjungan ke rumah..biasanya ditemani tenaga
kesehatan…mana yang saya bias sampaikan ,saya sampaikan bu misalnya
kegiatan posyandu dari meja 1-5 apa saja yang dilakukan ya dengan
adanya posyandu otomatis keshatan ibu ,balita dapat terpantau,itu yang
saya jelaskan manfaatnya..…”
Informan 6:
“…kalau untu menjelaskan lebih rinci tentang manfaat posyandu biasanya
di sam paikan petugas kesehatan bu,saya ajak ibu bidan yang di posyandu
untuk menjelaskan supaya lebih di mengerti oleh ibu ibu dan
keluarganya…saya biasanya cuma men sosialisasikan jadwal dan tempat
pelaksanaan posyandu aja supaya datang ke posyandu setiap bulan..”
Informan 7:
“…Ya..mana yang saya tau ,itu yang saya sampaikan bu ,saya jelaskan
kepada ibu ibu bahwa posyandu sangat besar gunanya bagi pemantauan
kesehatan khususnya balita ,ibu hamil dan menyusui ,mereka bisa melihat
perkembangan kesehatannya karena di sana ada buk bidan,ada kader yg
membatu melihat pertumbuhan gizinya dari mulai meja 1-5 dengan di
87
timbang ,diukur diberi vitamin di beri imunisasidan di berikan makanan
tambahan,itu yang sampaikan kalau tentang program yang nyampaikan ..”
Informan 8:
“…Ada….bu kalau tentang manfaat posysndu yang saya jelaskanten
biasanya tentang kegiatan posyandu mulai dari meja 1-5 yaitu dimulai dari
pendaftaran penimbangan,pencatatan,penyuluhan,PMT,pemberianVit
A,Pemberian Oralit dan pemberian imunisasi,pemberian pil KBjadi
pelayanan kesehatan di posyandu itu sangat bermanfaat untuk kesehatan
ibu dan balita. …”.
Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan, bahwa kader
memberikan sosialisasi tentang jadwal dan tempat pelaksanaan posyandu manfaat
posyandu juga ,tentang pelayan yang diberikan di posyandu mulai dari meja 1
sampai dengan meja 5. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas
pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 140.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai jadwal pelaksanaan
posyandu. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh
sebagai berikut :
Informan 1 :
“ya…biasanya sehari sebelum acara posyandu….ya itu tadi pas ketemu di
rumah atau di hubungi melalui SMS atau telepon ”
Informan 2 :
“Ya satu hari sebelumnya kader sudah mengingatkan lewat SMS atau ibu
bidannya yang mendatangi rumah kader untuk mengingatkan hari buka
posyandu”
Informan 3 :
“Ada bu ,karena rumah saya inikan jauh,orang ibu saja bisa sampe karena
cuacanya cerah jalannya kering kalau habis hujan bu betul betul tidak bisa
dilewatilah bu,sudah jalannya licin berlubang lubang lagi jadi biasanya
kader mengingatkan saya jadwal pelaksanaan posyandu melalui SMS atau
telpon bu.”.
88
Informan 4 :
“Ada diberitahu lewat sms”
Hasil wawancara mendalam dengan informan orang tua balita
mempunyai kesamaan dengan jawaban kader.Wwawancara dengan kader dapat
dilihat sebagai berikut:
Informan 5:
“…biasa kita umumkan lewat sms atau telepon…”
Informan 6:
“…iya….melalui sms atau telepon….kalau pas banyak waktu luang kita
langsung datang ke rumah …”
Informan 7:
“…Memang kita udah mengingatkan jadwalnya di pelaksanaan posyandu
sebelumnya..tapi kita ingatkan lagi waktu ada pertemuan seperti di
perwiridan …”
Informan 8:
“…Iya kita beritahukan….biasanya pas ada pengajian , tap kalau yang
rumahnya jauh lewat sms aja …”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader telah
melakukan penyebaran informasi atau pemberitahuan kepada ibu balita tentang
jadwal pelaksanaan posyandu melalui SMS, telepon dan melakukan kunjungan
rumah. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2
(matriks wawancara mendalam) halaman 141.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai tempat pelaksanaan
posyandu. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh
sebagai berikut :
89
Informan 1
:“kalau tempat sih udah pada tau semua….masih numpang di rumah Ketua
Kader bu,tapi ada atau tidak ada perubahan kita tetap di informasikan oleh
kader posyandu kok bu.”
Informan 2 :
“ya dikasih tau bu…sebelum pelaksanaa posyandu kader sudah
menginformasihkan tempat pelaksanaan posyandu seperti biasanya
dilaksanakan di rumah ketua kader posyandu biasanya sih gak pindah-
pindah ..“
Informan 3 :
Iya diberitahu…setelah habis posyandu bulan kemarin pun kader selalu
bialang jangan lupa datang posyandu bulan depan kalau ada perubahan
tempat sebelum posyandu bulan depan di informasikan nanti di hubungi
melalui telepon ,atau di umumkan di wiritan seperti biasanya mereka
selalu bilang begitu bu..”
Informan 4 :
“Kalau saya sih gak palah ada dikasih tau bu, karena biasanya tempat
nggak berubah masih numpang di rumah ketua kader,kecuali kalau
mereka tidak ada di tempat ada perubahan tempat,pelaksanaan posyandu
di tempat yang lain barulah di umumkan bu…”
Hasil wawancara dengan kader memiliki kesamaan dengan jawaban
responden ibu balita bahwa tempat pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan di
rumah Ketua Posyandu. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas
pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 142.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai kunjungan ke rumah
ibu balita membicarakan pelayanan kesehatan. Berikut ini petikan hasil
wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
90
Informan 1 :
“..kalau ke rumah langsung sih enggak buk…ntah juga kalau say lagi tidak
ada di rumah tapi kalau di perwiritan bketua kader nyampekan di
posyandu itu apa aja pelayanan kesehatan yang di berikan ..”
Informan 2 :
“.kalau rutin sih enggak….tapi ada juga datang ke rumah ,itu pada saat
anak saya gizinya kurang ,buk Umik dan bu Bidan datang kerumah saya
melihat berat badan anak saya dan memberikan makanan tambahan..”
“ada sih…biasanya sekalian pas kasih tau jadwal posyandu …”
Informan 3
“..ada bu…biasanya waktu sebelum posyandu bu ketua kader ada kerumah
saya ngingatkan agar jangan lupa datang ke posyandu sambilan
nyampekan pelayanan kesehatan di posyandu bu”
Informan 4 :
“Ada…bu,bu ketua kader sama bu Aisah ada datang kerumah saya bawa
timbangan kecil,karna waktu posyandu bulan kemarin saya gak datang,trus
nanya alasan saya kenapa saya nggak datang bulan kemarin, saya kasih
tau karena anak saya kurang sehat ,kemudian orang ibu itu membicarakan
tentang pelayanan kesehetan di posyandu yang sangat berguna memantau
kesehatan anak katanya”
Hasil wawancara diketahui kader ada datang melakukan kunjungan rumah
membicarakan pelayanan kesehatan tetapi tidak rutin. Hasil wawancara dan
kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 143.
Wawancara mendalam dengan informan ibu balita mengenai kader
memberikan penjelasan tentang kenaikan berat badan balita. Berikut ini petikan
hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“iya….biasa ya pas di posyandu kalau anak saya sudah selesai ditimbang
kalau timbangan anak saya turu atau tidak sesuai dengan umur di kasih tau
sama kader bu ,seperti kemarin timbangan anak saya dua kali berturut
91
turut di timbang tidak naik,kader menjelaskannya kemudian menganjurkan
saya untuk lebih sering memberi makan tambahan untuk jenisnya ibu
menunjukkan gambarnya yang ada di buku pink…”
Informan 2 :
“pas waktu kegiatan posyandu biasanya di meja 4 bu ,itu biasanya bu
Umik menjelaskan hasil timbangan berat badan bayi dan mejelaskan cara
membaca garis berat badan yang ada di KMS ,yang ideal garisnya
gimana,yang turun garisnya yang bagaiman,trus yang naik garisnya
bagaimana, biar saya ngerti katanya bu ,kemudian buk Umik menunjukkan
jenis jenis makanan tambahan yang ada di buku itu,saya di suruh dipih
mana yang hendak di sajikan pada bayi dan lebih sering memberikan
makan tambahan agar timbangannya bagus dan menganjurkan agar selalu
menjaga kebersihan,gitu bu ibu itu rajin mengingat ingatkan kita,”
Informan 3 :
“Cuma diberitahukan berapa hasi timbangan anak saya bulan ini dan tau
berapa hasil timbangan bulan lalu ,karena mungkin menurut ibu itu saya
kan sudah ngerti timbangan anak saya naik apa turun Karen sudah dikasih
tau hasil bulan semalam dengan hasil bulan,kalau timbangan anak saya
bagus di garis hijau ibu kader tidak bilang apa apa bu Cuma di kasih
makanan tambahan aja ,jadi tidak di jelaskan apa apa ,”
Informan 4 :
“Kalo penjelasan sih gak..Cuma diberitahu berapa timbangannya trus
dicatat di KMS bu”itu di meja 3, kalau di meja 4 anak saya di kasih
makanan tambahan kalau timbangan anak saya bagus ibu itu bilang di
pertahankannya bu gizi anaknya asi trus di berikan ,itu disampaikan kepada
saya “
Hasil wawancara menjelaskan pada saat posyandu kader menjalankan
fungsinya yaitu kader melakukan pencatatan hasil timbangan balita ke dalam
KMS di meja 3 setelah dilakukan penimbangan,kemudian dimeja 4 kader
memberikan penyuluhan individu menganjurkan pemberian makan tambahan
sesering mungkin dan menjaga kebersihan dengan menggunakan media buku
pink/buku KIA. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada
lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 144.
92
wawancara mendalam dengan informan mengenai kader mendengar
keluhan yang ibu sampaikan. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan
informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“ya bu,kalau kita tanya ya dijawab selagi kader tau…biasa kalau kader
kurang mengerti diarahkan ke tenaga kesehatan...”
Informan 2 :
“…kader selalu siap mendengar keluhan, cuma kalau dia gak bias jawab
pertanyaan saya dia tanya dulu ke ibu bidan…”
Informan 3 :
“Iya didengarkan…tapi ya hanya sebatas itu aja...”
Informan 4 :
“…Tergantung pas acara kalau lagi sepi ya didengarkan…tapi kalau pas
lagi rame ya jadi gak sempat buat ngomong-ngomong,tapi kalau sudah
agak longgar, mereka nayalagi apa yang saya tanya baru di jawab kalau
ibu itu kurang ngerti ya di tanya lagi ke bu bidan…”
Hasil wawancara kader selalu mendengar keluhan yang disampaikan ibu
dan memberikan penjelasan sebatas mereka mampu dan jika kader tidak bias
menjelaskan akan didampingi oleh tenaga kesehatan. Hasil wawancara dan
kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 145.
Wancara mendalam dengan informan mengenai kader bertanya tentang
keluhan-keluhan yang dialami ibu. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan
informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“iya, biasanya orang bu bidan sama bu umik kalau tidak dengan buk
Aisah ,bu kaderlah datang kerumah nanya nanya ada nggak keluhan atau
93
masalah kehatan yang dialami keluarga terutama perkembangan gizi
anak saya karena sudah dua bulan timbangan anak saya tidak naik,jadi
mereka sring dating kadang sekali seminggu mau bu bawa makanan
tambanhansambil buk bidan pereksa anak saya”
Informan 2 :
“gak ada…mungkin karna kami lebih banyak waktu di ladang ya…jadi gak
ada jumpa,laginya kalau kerumah kurasa malaslah datang orang bu
,soalnya jalan ketempat kami itulooh rusak kali ntah kapanlah itu di
bagusin,saya aja kadang nggak bisa rutin bawa anak saya ke
posyandu,lihat situasilah bu”
Informan 3 :
“Kalau timbangan anak saya turun dari bulan kemaren kader Tanya- tanya
apa ada keluhan,trus habis posyandu bu bidan sama kader dating kerumah
menimbang anak saya dan bawa PMT bu”
Informan 4 :
“Ada tanya-tanya…kalau gak sempat di waktu acara posyandu kader
bertanya waktu dating kunjunga ke rumah..”
Hasil wawancara menjelaskan bahwa kader melakukan pemantauan setelah
pasca pelaksanaan posyandu,memantau kesehatan keluarga khususnya bagi ibu
dan balita yang mengalami masalah perkembangan gizi. Hasil wawancara dan
kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 145.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai kader menimbang berat
badan balita. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh
sebagai berikut :
Informan 1 :
Iya bu,kalau saya ke posyandu bawa anak saya,pertama itu kita mendaftar
dulu biar nama kita di cata sama nama bayi kita itu bidi meja 1,itu
biasanya bu Lisna,trus saya kasih KMS anak saya,kemudian anak saya di
timbang bu,biasanya di bagian penimbangan Kak Ramanyanti,trus kalau
94
sudah di timbang kak Ramanyanti nulis di kertas kecil hasilnya untuk saya
serahkan ke bu Aisah yang ada di meja 3 bu”
Informan 2 :
“…ya ,iya bu,..kalau di Posyandu. selalu ditimbang ,yang nimbang
biasanya bu Lisna di meja 2,setelah kita mendaftar di meja 1yang bertugas
disitu kadernya biasanya buk Ramanyanti .setelah di timbang kemudian di
catat sama buk Aisah dan KMSnya di isi bu…
Informan 3 :
Iya..rutin setiap ke posyandu…abis daftar langsung ditimbang dan di ukur
tinggi badan anak saya saya bu oleh Bu Lisna ,kemudian hasilnya saya
serahkan ke meja 3 bu Aisah bu”
Informan 4 :
Ya ditimbang la bu…kan ibu kader suruh datang ke posyandu untuk
nimbang anak sayauntuk memantau tinggi dan berat badan anak saya bu
,setelah mendaftar di meja 1 di tempatnya bu Ramayanti trus kemeja 2
ketempatnya bu Lisna untuk di timbang hasilnya saya sampaikan ke meja
buk Aisah di meja 3”
Dari hasiwawancara tersebut diketahui bahwa kader melaksanakan
fungsinya pada saat pelaksanaan posyandu yaitu melakukan pendaftaran di meja
1,vmelakukan penimbangan di meja 2,vmelakukan pencatatan di mejav3,
Pemberian PMT, pemberian Vitamin, pemberian penambah darah, pemberian
oralit di meja 4, membantu bidan dalam pelayanan di meja 5. Hasil wawancara
dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 146.
Wawancara mendalam dengan informan ibu balita mengenai kader
mencatat dan membuat laporan tentang kesehatan ibu dan anak. Berikut ini
petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
95
Informan 1 :
“biasa dicatat di kartu yang dikasih kader…..kartu KMS itu….”
Informan 2 :
“di catat di KMS, kalau membuat laporan kita ndak tau...”
Informan 3 :
“Iya..selesai ditimbang langsung dicatat…tapi kalau laporan kita gak
tau...”
Informan 4 :
“Saya liat setelah ditimbang dicatat di kertas kecil..terus diserahkan ke ibu
yang di meja 3...”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban kader, hasil wawancara mendalam dengan kader dapat dilihat pada hasil
wawancara dengan Informan yang mengatakan sebagai berikut:
Informan 5
… setelah pendaftaran di meja 1, saya mencatat anak yang datang maupun
tidak datang ke posyandu ke dalam buku KMS jadi kader tahusiapa ibu
anak balita yang aktif dan tidak aktif.…kemudian setelah melakukan
penimbangan kader mencatat hasil penimbangan di selembar kertas lalu
dipindahakan catatannya ke dalam buku pegangan kader dan KMS di meja
3..jadikan bisa dipantau status gizi anak balita melalui perubahan berat
badannya..”
Informan 6
“…di catat di buku KMS nanti setelah selesai posyandu baru kita buat
laporan…”
Informan 7
“Ya kami cata di buku KMS..kalau npelaporan kita buat dalam bentuk
laporan SKDN bu,setelah kegiatan posyandu selesai”
96
Informan 8
“Untuk hasil timbangan kita mencatat di kertas kecil dulu bu biar tidak
lupa kemudian diserahkan ke meja 3 untuk di catat di KMS kemudian
apabila proses kegiatan posyandu sudah selesai kita membuat laporan
dengan mengisi buku besar yaitu buku Register ,kalau ibu hamil register ibu
hamil,kalau untuk balita buku register balit kemudian buku akseptorkb
setelah peserta yang hadir dihitung kemudian dibuatlah laporan SKDN
namamya Bu kemudian diisi berapa cakupannya bu,S nya berapa,K nya
berapa, D nya berapa, N nya berapa dan D/S serta N/D nya berapa”
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa karer melakukan
pencatatan tentang kesehatan ibu dan anak, kemudian menyerahkan catatan ke
meja 3 setelah kegiatan selesai kader membuat laporan SKDN. Hasil wawancara
dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 148.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai pelaksanaan
penyuluhan kader kepada ibu, bagaimana asupan nutrisi pada balita. Berikut ini
petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“biasanya penyuluhan tenang gizi dibuat sekalian sama acara posyandu
itu, jadi langsung diumumkan aja supaya ikutKalau tentang gizi untuk anak
biasanya menjelaskan orang petugas puskesmas ,bu katanya orang petugas
gizi di Puskesmas bunut ,kalau buk kader memenjelaskan hasil timbangan
kemudian menganjurkan untu rajin memantau gizi anak saya ,ibu kader
menjelaskan tentang makanan tambahan seperti yang ada di buku warna
merah jambu ,buku KIA“
Informan 2 :
” kalau buk kader paling bilang sering di kasih makan tambahan kalau
hasil timbangan turun atau tidak naik,ASI jangan diberhentikan sebelum
umur anak lewat 2tahun tetap di berikan walaupun anak sakit .Kalau untuk
penyuluhan ada disuruh ikut pas waktu acara posyandu yang ngasih
penyuluhan biasanya tenaga kesehetan bu, kita di kumpulkan kemudian
petugas kesehetan menjelaskan kepada kita tentang gizi,tentang imunisasi
dengan memakai poster gambar- gambarlah bu”
97
Informan 3 :
“Biasanya itu disampaikan oleh ibu dari Puskesmas bagian petugas gizi
bu”ibu kader hanya menjelaskan dan menunjukkan buku KIA tentang
kesehatan balita dan ibu hamil “
Informan 4 :
“..gini buk kalau tentang penyuluhan baik tentang gizi,tentang
imunisasi,tentang kebersihan diri,tentang ibu hamil itu pernah di
sampaikan oleh petudas kesehetan dari Puskesmas kalau kader biasanya
kalau timbangan anak kita tidak naik atau turun kader menganjurkan agar
anak sesering mungkin dikasih PMT pendamping ASI seperti
bubur,buah,roti ,apabila anak sakit tetap di beri ASI dan di jaga
kebersihannya ,dan tetap dikasih ASI sampai umur 2tahun trus
menerangkan pake buku merah jambu “
Hasil wawancara dengan ibu balita tersebut didapatkan kesamaan dengan
jawaban kader tentang penyuluhan yang diberikan kader,wawancara dengan
kader dapat dilihat wawancara dengan informan yang mengatakan sebagai
berikut:
Informan 5:
“kalau dari kader yang disampaikan penyuluhan dengan ibu balita atau ibu
hamil yang mengalami masalah kesehatan,diberikan penyuluhan langsung
di meja 4,kalau ibu hamil rajin memeriksakan kehamilannya minimal 4x
begitu juga bayi rajin di berikan makanan tambahan agar timbangannya
bias naik dan selalu di jaga kebersihannya…”.
Informan 6:
“…ada di posyandu untuk penyuluhan kelompok dilakukan oleh tenaga
kesehatan yaitu pemegang program dari puskesmas…kalau kaderhanya
memberi penyuluhan atas apa permasalahan ibu dan balita contoh hasil
timbangannya bagaimana kemudian kader memberikan penjelasan dengan
menunjukkan buku Pink/buku KIA sebagai bahan untuk menjelaskan”
Informan 7:
“Penyuluhan biasanya dilakukan petugas puskesmas yang turun ke lokasi
bekerja sama dengan pemerintah daerah dan tokoh adat bersama dengan
98
kader penyuluhan perorangan di sampaikan kader tetapi biar jelas juga di
sampaikan oleh petugas kesehatan karena kader selalu di damping …”.
Informan 8:
“Ada bu tapi yang kami tau aja pegangan kami buku pink bu…kami
sampaikan secara perongan kadang waktu diposyandu kadang waktu
kunjungan rumah tapi untuk lebih rincinya dijelaskan petugas kesehatan”
Dari hasil wawancara tersebut di dapatkan bahwa dalam pemberian
pelayanan penyuluhan kepada masyarakat khusunya ibu yang datang keposyandu
kader belum berperan secara maksimal, untuk penyuluhan yang di berikan hanya
secara umum dengan memaki media buku KIA untuk penyuluhan yang
menyangkut program masih di berikan aleh petugas kesehatan yaitu pemegang
program puskesmas. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas
pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 148.
Hal ini di perkuat oleh pernyataan darikey informan tenaga kesehatandan
Ketua Posyandu tentang peran kader dalam rangka penyuluhan tentang posyandu,
sebagaimana petikan di bawah ini :
Informan 9:
“sekarang ini hanya sebatas penyuluhan perorangan pada saat posyandu
dan kunjungan rumah ,penyuluhan tentang gizi balita pada saat selesai
ditimbang di meja 4 kita jelaskan dan membuat solusinya dengan
menunjukkan gambar pada ibu yang ada di buku pink untuk memberikan
makanan tambahan dengan jenis makanan tambahan,kemudian tentang
kebersihan perorangan demikian juga penyuluhan yang kita berikan pada
saat kunjungan rumah ,disampaikan juga pelaksanaan posyandu yang akan
datang agar jangan lupa,untuk penyuluhan yang menyangkut program di
posyandu di sampaikan petugas kesehatan bu”
Informan 10:
“…dilapangan kader member penyuluhan tentang kegiatan yang dilakukan
di posyandu meja 1-5, menyampaikan tentang jadwal dan tempat
pelaksanaan posyandu, menyampaikan tentang menjaga kebersihan,
99
menyampaikan tentang pemberian makanan tambahan, ibu hamil yang
harus memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali dan melahirkan di
puskesmas atau di tempat bidan dan ditolong oleh tenaga kesehatan…kalau
penyuluhan untuk lebih rinci di sampaikan oleh tenaga kesehatan pemegang
program dari Puskesmas…”.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai penghargaan yang
diterima ibu bila rajin datang ke posyandu. Berikut ini petikan hasil wawancara
dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“gak ada sih….ya habis posyandu langsung pulang aja…”
Informan 2 :
“gak ada….kita juga udah terima kasih bu udah dapat pemeriksaan gratis
buat balita kita di posyandu..”
Informan 3 :
“Gak ada bu,kita kan udah dapat makanan tambahan gratis untuk balita “.
Informan 4 :
“Penghargaan khusus sih gak ada bu..”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa dalam
pemberian penghargaan kepada ibu yang rajin datang ke posyandu, tidak ada
diberikan. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada
lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 149.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah kader
menjemput ibu ke rumah jika tidak datang ke posyandu. Berikut ini petikan hasil
wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
100
Informan 1 :
“gak lah…kita pun maklum bu…ibu kader sudah repot bantuain di
posyandu…”
Informan 2 :
“…kita datang sendiri aja bu ... inisiatif aja…..kan manfaatnya udah kita
dapat, masak harus dijemput-jempu segala…”
Informan 3 :
“Gak ada bu…tapi selesai posyandu kader datang ke rumah …”
Informan 4 :
“…Dijemput sih gak bu..tapi kunjungan ke rumah ada kalau saya tidak
datang ke posyandu …”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa jika ibu balita
tidak hadir ke posyandu, kader tidak datang ke rumah ibu balita untuk menjemput
karena sudah diumumkan hari sebelumnya, jadi hanya dikonfirmasi melalui SMS
ataupun telepon. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada
lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 149.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah kader
menganjurkan kepada ibu untuk memperhatikan tumbuh kembang balita. Berikut
ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 1 :
“…kan ada KMS bu…jadi kalau tidak ada perkembangan dibandingkan
catatan sebelumnya di KMS, kader pasti langsung mengingatkan…”
Informan 2 :
“…kita ikutin aja sesuai yang dijelaskan di posyandu…kayaknya sih sudah
bagus cara penjelasannya….lebih mudah melihatnya..”
101
Informan 3 :
“…Iya bu..pas timbangan anak saya turun ibu kader wanti-wanti supaya
lebih serius memperhatikan anak saya …”
Informan 4 :
“…Ada pas waktu penyuluhan aja bu…jadi kalau kita gak ikut penyuluhan
ya gak ada..”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader
menganjurkan kepada ibu untuk memperhatikan tumbuh kembang balita dengan
melihat hasil pencatatan dalam KMS. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat
dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 150.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apa saja peran dan
tugas anda sebelum pelaksanaan posyandu. Berikut ini uraian hasil wawancara
dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 5:
“…kita persiapkan tempat pelaksanaan kegiatan posyandu dan
mempersiapkan semua sarana yang dibutuhkan selama kegiatan
posyandu…”
Informan 6:
“…mempesiapkan tempat kegiatan posyandu……membersihkan dan
menyiapkan peralatannya…”
Informan 7:
“…Saya sama teman-teman kader memastikan posyandu sudah
bersih…trus semua alat-alatnya sudah siap pakai …”
Informan 8:
“…Ya pagi-pagi kita sudah bersihkan tempat pelaksanaan posyandu…baru
nyiapin alatlah seperti timbangan, ngatur meja dari meja pendaftaran
sampe meja 5 penyuluhan …”
102
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sebelum
pelaksanaan posyandu, kader mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelancaran
pelaksanaan posyandu termasuk membersihkan tempat pelaksanaan posyandu dan
mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan. Hasil wawancara dan kesimpulan
dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman
150.
Hasil wawancara mendalam dengan informan tentang alat pengukur apa
saja yang digunakan dalam kegiatan posyandu. Berikut ini uraian hasil wawancara
dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 5:
“…Timbangan injak, timbangan untuk bayi, meteran, pengukur tinggi
badan berdiri, pengukur tinggi badan untuk bayi …”
Informan 6:
“…Timbangan injak, timbangan gantung, timbangan untuk bayi, meteran,
pengukur tinggi badan berdiri, pengukur tinggi badan untuk bayi …”
Informan 7:
“…Ada timbangan….macam-macam tuh…ada timbangan bayi, timbangan
injak…trus meteran untuk ngukur tinggi bayi …”
Informan 8:
“…Ya timbangan sama meteran…kita langsung letakkan beberapa
timbangan sama meteran di meja 2…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sebelum
pelaksanaan posyandu, kader mempersiapkan peralatan berupa timbangan injak,
timbangan gantung, timbangan untuk bayi, meteran, pengukur tinggi badan
berdiri, pengukur tinggi badan untuk bayi. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat
dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 154.
103
Hasil wawancara mendalam dengan informan tentang sarana dan prasarana
apa saja yang harus dipersiapkan oleh kader sebelum pelaksanaan kegiatan
posyandu. Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan yang diperoleh
sebagai berikut :
Informan 5:
“…Sarana yang disiapkan itu timbangan, PMT, buku pencatat, 5 meja …”
Informan 6:
“…mempersiapkan 5 meja, PMT, timbangan dan alat pengukur, dan buku
pencatat…”
Informan 7:
“…Kita siapinlah 5 meja sama apa saja yang diperlukan di tiap meja …”
Informan 8:
“…Di setiap meja kkita siapin kelengkapannya…seperti dimeja 1 kita
sudah siapkan buku pendaftaran…trus di meja 2 kita siapain timbangan
dan meteran…begitu seterusnya di meja 3 sampai meja 5…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sebelum
pelaksanaan posyandu, kader mempersiapkan sarana dan prasarana yaitu
mempersiapkan 5 meja, PMT, timbangan dan alat pengukur, dan buku pencatat.
Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2
(matriks wawancara mendalam) halaman 155.
Hasil wawancara mendalam dengan informan tentang apakah kader
melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan sebelum pelaksanaan kegiatan
posyandu. Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan yang diperoleh
sebagai berikut :
104
Informan 5:
“…Kader melakukan koordinasi dengan bidan dengan melakukan SMS
atau saya langsung mendatangi rumah bidan untuk mengingatkan akan
hari buka kegitan posyandu dan membahas tindak lanjut jika didapati
balita dengan timbangan rendah atau ada tanda bahaya umum…”
Informan 6:
“…Ya jika ada anak dengan timbangan rendah saya selalu
mengkoordinasikan dengan bidan bagaimana baiknya apakah anka tesebut
harus diberi PMT tambahan dan pelayanan medis dari puskesmas …”
Informan 7:
“…Kalau persiapan sebelum pelaksanaan kita udah diberi pengarahan
sebelumnya jadi kita langsung kerjakan saja…tapi kalau penjelasan ke
masyarakat tentang manfaat posyandu dan yang berhubungan dengan
kesehatan kita harus koordinasi dengan tenaga kesehatan…kan mereka
yang lebih tahu secara rinci…”
Informan 8:
“…Biasanya soal teknis yang lebih rinci tentang kesehatan kader
berkoordinas dengan petugas …”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader
melaksanakan fungsinya yaitu sebelum pelaksanaan posyandu dan setiap keadaan
balita yang mengalami masalah gizi, kader melakukan koordinasi dengan tenaga
kesehatan untuk di temukan, bagaimana baiknya apakah anak yang timbangannya
rendah harus diberi PMT tambahan dan pelayanan medis dari puskesmas. Hasil
wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks
wawancara mendalam) halaman 156.
Hasil wawancara mendalam dengan informan tentang apa yang dilakukan
kader di meja 1 sampai meja 4. Berikut ini uraian hasil wawancara dengan
informan yang diperoleh sebagai berikut :
105
Informan 5:
“…Di meja 1 kita lakukan pendaftaran kepada ibu yang hadir, di meja 2
melakukan penimbangan kepada balita dan ibu hamil…..terus di meja 3
kita mengisi KMS supaya kita tahu perkembangan kesehatannya dan di
meja 4 melakukan penyuluhan biasanya dilakukan oleh petugas
kesehatan,pemberian makan tambahan
Informan 6:
“…kita melakukan pendaftaran di meja 1…terus di meja 2 kita menimbang
balita dengan timbangan dacin dan selanjutnya menuju meja3…..kemudian
di meja ketiga Kader mencatat hasil timbangan yang ada pada satu lembar
kertas kecil dipindahkan ke dalam buku KIA atau KMS….selanjutnya di
meja 4 kita menjelaskan data KMS (keadaan anak) yang digambarkan
dalam grafik, memberikan penyuluhan, pelayanan gizi terhadap hasi
penimbangan”
Informan 7:
“…Pertama kali ya pendaftaran di meja 1 kita siapin buku pendaftaran..
setelah selesai lanjut ke medaj 2 untuk ditimbang berat badan dan diukur
tinggi badannya…..baru kemudian kita arahkan ke meja 3 untuk dilakukan
pencatatan ke buku KMS. Setelah dari meja 3, kita arahkan ke meja 4 untuk
mengikuti penyuluhan dan mendapatkan makanan tambahan untuk
balita……”
Informan 8:
“…Pada meja I itu pendaftaran, kader yang bertugas mencatat anak yang
datang maupun tidak datang ke posyandu serta ibu anak balita juga harus
meyerahkan buku KMSnya untuk diisi. Dari situlah kami mengetahui siapa
ibu anak balita yang aktif dan tidak aktif.…selanjutnya di meja 2
melakukan penimbangan lalu mencatat hasil penimbangan di selembar
kertas kemudian dicatat ke dalam buku pegangan kader dan ke dalam KMS
di meja 3..setelah di catat kita arahkan ke meja 4 supaya dapat penyuluhan
dan makanan tambahan…di meja 5 baru mendapat pelayanan seperti
imunisasi……”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa peran kader
pada saat kegiatan pelaksanaan posyandu dari meja 1-5 belum terlaksana dengan
maksimal kader masih menjalankan tugasnya: di meja1. Pendaftaran, di meja 2.
penimbangan, di meja 3 pencatatan, di meja 4 pemberian PMT, penyuluhan di
106
berikan oleh petugas Puskesmas, di meja 5: Pemberian obat penambah darah, pil
KB, Vitamin A, pemberian oralit.
Hasil wawancara mendalam dengan informan tentang apa peran kader
sesudah kegiatan posyandu. Berikut ini uraian hasil wawancara dengan informan
yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 5:
“…kita melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir ketika
kegiatan posyandu dan memotivasi keluarga untuk rajin dating ke
posyandu…selanjutnya melaporkan kepada tenaga kesehatan dan lurah
tentang kegiatan posyandu dan hasil yang dicapai dan kendala yag
dihadapi…”
Informan 6:
“…Kader selalu mendatangi rumah warga jika tidak datang ke posyandu
dengan membawa timbangan, meteran dan buku catatan …”
Informan 7:
“…Kita data ibu-ibu yang tidak hadir ke posyandu trus kita datangi ke
rumahnya …”
Informan 8:
“…Kita lakukan kunjungan ke rumah kepada ibu yang tidak datan gke
posyandu …”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader
melakukan pemantauan dengan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak datang ke
posyandu dengan membawa timbangan dan buku catatan agar kader dapat terus
memantau perkembangan kesehatan ibu dan balita. Hasil wawancara dan
kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 157.
107
.Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah kader
pernah mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu. Berikut ini petikan
hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 5:
“…belum ada…cuma ada dapat sosialisasi aja dari tenaga kesehatan…”
Informan 6:
“…gak pernah ada…palingcuma di kasih sosialisasi tentang promosi
jadwal dan tempat pelaksanaan posyandu...”
Informan 7:
“…belum ada…”
Informan 8:
“Gak ada bu…Cuma pengarahan dan sosialisasi dari tenaga kesehatan
aja...”
Hal ini di perkuat oleh pernyataan darikey informan tenaga kesehatandan
Ketua Posyandutentang pelatihan yang pernah diterima kader tentang posyandu,
sebagaimana petikan di bawahini :
Informan 9:
“…pelatihan khusus posyandu untuk kader belum ada… kami hanya
memberikan sosialisasi tentang posyandu dan bagaimana penyebarluasan
informasi tentang jadwal dan tempat pelaksanaan posyandu..dalam hal
tugasnya di posyandu kami beri instruksi langsung dalam pendampingan...”
Informan 10:
“…pelatihan tentang posyandu enggak ada. Kader cuma dapat sosialisasi
dari tenaga kesehatan di Puskesmas tentang pelaksanaan penyebarluasan
informasi dan pelaksanaan posyandu...”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader tidak
mendapatkan pelatihan tentang posyandu dan hanya mendapat sosialisasi tentang
108
jadwal dan tempat pelaksanaan serta persiapan pelayanan 5 meja di posyandu.
Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2
(matriks wawancara mendalam) halaman 159.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah kader ada
mendapat imbalan dalam tugas anda sebagai kader posyandu. Berikut ini petikan
hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai berikut :
Informan 5 :
“…ada sih…tapi enggak rutin…kita nggak tahu apakah ada terjadwal atau
tidak…jadi kapan diberikan ya kita terima…”
Informan 6 :
“…ada…biasanya 3 bulan atau 6 bulan sekali….tergantung kapan ada
pencairan dari pihak terkait ya kita terima….”
Informan 7 :
“…ada…hanya nilainya nggak tetap …”
Informan 8 :
“…Ada sih…hanya kita nggak ada ditetapka jumlah pastinya ….”
Hal ini di perkuat oleh pernyataan dari key informan tenaga kesehatan dan
Ketua Posyandu tentang pelatihan yang pernah diterima kader tentang posyandu,
sebagaimana petikan di bawah ini :
Informan 9:
“ada sih….tapi gak rutin…biasanya pertiga bulan atau per enam bulan…”
Informan 10:
“…kalau imbalan sih gak ada, karena tugas peran kader pelayanan
sukarela…tapi kita ada dikasih sedikit penghargaan berupa materi sebagai
tanda terima kasih…”
109
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader tidak
mendapatkan imbalan berupa gaji, namun hanya penghargaan berupa meteri
sebagai tanda terima kasih atas perannya di posyandu. Hasil wawancara dan
kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 160.
Hasil wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah kader ada
mendapat supervisi dari tenaga kesehatan dalam pelaksanaan peran dan tugasnya
sebagai kader. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan informan yang
diperoleh sebagai berikut :
Informan 5 :
“…ada…karna kami tidak dapat pelatihan, jadi tenaga kesehatan terus
mendampingi…”
Informan 6:
“…tenaga kesehatan cuma memberikan sosialisasi, gak ada
pelatihan…jadi mereka tetap mendampingi…”
Informan 7 :
“…Iya….tenaga kesehatan selalu mendampingi jika kami akan
menerangkan kepada masyarakat tentang manfaat posyandu …”
Informan 8:
“…Biasa kalau waktu hendak menjelaskan tentang manfaat posyandu …”
Hal ini di perkuat oleh pernyataan dari key informan tenaga kesehatan dan
Ketua Posyandu tentang pelatihan yang pernah diterima kader tentang posyandu,
sebagaimana petikan di bawahini :
110
Informan 9:
“…iya….kita supervisi kader dalam pelaksanaan kunjungan rumah dan
penyebarluasan informasi posyandu dan dalam tugasnya di posyandu kita
melakukan pendampingan langsung…”
Informan 10:
“…untuk pelaksanaan kunjungan rumah kita langsung melakukan
pendampingan demikian juga dalam tugasnya di posyandu…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader
mendapat supervisi dari tenaga kesehatan dan Ketua Posyandu dengan melakukan
pendampingan langsung. Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih
jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman 160.
4.2.3. Hambatan Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun
2019
Pertanyaan mengenai kendala yang dihadapi kader dalam pelaksanaan
posyandu dapat dilihat dari hasil wawancara yang hanya menjawab bahwa dalam
pelaksanaan posyandu kader menghadapi kendala atau tidak. Jawaban responden
tentang hambatan yang diihadapi kader dalam pelaksanaan posyandu dapat dilihat
padahasil wawancara dengan responden yang mengatakan :
Informan 5:
“…biasanya sewaktu pelaksanaan imunisasi yang masalah…sering ibu
tidak mengiizinkan balitanya untuk diimunisasi karena tidak diizinkan
suami…dan juga ibu malas pergi ke posyandu karna jalan menuju ke
posyandu yang rusak…..selain itu juga ketika melakukan
penyuluhan….kami agak kewalahan menjawab pertanyaan ibu balita dan
menjelaskan tentang perkembangan kesehatan….karna kami nggak pernah
mendapat pelatihan…”
111
Informan 6:
“…kendala yang paling sulit kami hadapi ya sewaktu penyuluhan di meja 4
bu….kami kan nggak pernah dapat pelatihan tentang pelaksanaan
posyandu…jadi terpaksa kami minta bantuan tenaga keseahtan….kendala
yang sering kami jumpai juga ibu tidak bisa hadir karna tidak ada yang
mengantar ke posyandu…maklumlah karena daerah perkebunan jadi akses
jalannya masih buruk, sementara suami harus bekerja di kebun. Selain itu
sering ibu tidak mau anaknya diimunisasi karena tidak dilarang suami
dengan alasan takut demam setelah imunisasi…”
Informan 7:
“…Susahnya kalau waktu ibu-ibu bertanya tentang kesehatan…saya
kurang memahami karena pendidikan saya kan gak sampe kesitu…trus gak
prnah dapat pelatihan lagi…”
Informan 8:
“…Susah ya kalau mau mengadakan kunjungan rumah ke rumah ibu yang
lokasinya jauh…apalagi kalau sudah musim hujan..susah jalannya
dilewati…karna kan masih jalan tanah…”
Hal ini di perkuat oleh pernyataan darikey informan tenaga kesehatandan
Ketua Posyandutentang hambatan yang dihadapi kader dalam pelaksanaan
posyandu, sebagaimana petikan di bawahini :
Informan 9:
“…biasanya sih masalah membagi waktu dengan pekerjannya di rumah,
sementara pelaksanaan kegiatan posyandu dimulai pada pukul 08.00 pagi...
masalah dilapangan yang menjadi kendala adalah akses jalan perkebunan
yang belum diaspal sehingga sulit dilalui, terlebih lagi jika musim hujan.
Selain itu kader sering tidak menjumpai ibu balita di rumah karena
biasanya mereka pergi ke kebun.”
Informan 10:
“…kendalanya selalu ada kader yang berhenti, sehingga selalu adaa pula
kader yang baru. Pengetahuan kader lama dan kader baru jelas berbeda,
kader yang lama lebih memiliki pengalaman dari supervise yang diterima
selama ini oleh petugas kesehatan dan ketua posyandu dan praktek
langsung di lapangan….kalau kader baru, mereka kan masih minim
pengetahuan tenatng pelayanan yang harus diberikan di
112
posyandu…sehingga kader lama terkadang merangkap tugas membantu
kader yang baru….”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader
menghadapi hambatan dalam pelaksanaanposyandu pada segi waktu pelaksanaan
pada pagi hari yang dimulai pada pukul 08.00 pagi, sementara kader harus hadir
sebelum jam 08.00 pagi untuk mempersiapkan tempat pelaksanaan dan harus
berbenah di rumah sebagai ibu rumah tangga. Hambatan lain yang dihadapi kader
adalah dalam pelaksanaan penyebaran informasi kepada masyarakat dimana akses
jalan yang buruk untuk dilalui dalam kegiatan kunjungan rumah serta ketika
pelaksanaan penyuluhan di meja 4, kader agak kewalahan menghadapi pertanyaan
dari ibu balita dan bagaimana melakukan penyuluhan karena kader tidak
mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu.Jika salah satu kader ada yang
berhenti sehingga selalu ada pula kader yang baru. Pengetahuan kader lama dan
kader yang baru jelaslah berbeda, kader yang lama lebih memiliki pengalamann
dari supervise oleh tenaga kesehatan dan ketua posyandu dan praktek langsung
dilapangan sedangkan kader baru, mereka masih minim pengetahuan tentang
pelayanan yang harus diberikan di posyandu. Sehingga kader lama terkadang
merangkap tugas, membantu kader yang baru. Hasil wawancara dan kesimpulan
dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara mendalam) halaman
160.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai apakah kader
melaporkan kendala yang dihadapinya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai kader.
Berikut ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh sebagai
berikut :
113
Informan 5 :
“…semua kendala kita catat dan masuk dalam laporan untuk diserahkan ke
petugas…”
Informan 6:
“…ya langsung kita laporin aja ke tenaga kesehatan untuk
ditindaklanjuti….”
Informan 7 :
“…Saya langusng koordinasi ke ketua posyandu …jadi ketua bisa ambil
kebijakan untuk melaporkan ke petugas kesehatan …”
Informan 8:
“…Kita komunikasikan sama ketua..jadi ketualah yang nyampaikan sama
yang lebih tinggi lagi ….”
Hal ini di perkuat oleh pernyataan darikey informan tenaga kesehatandan
Ketua Posyandutentang hal yang dilakukan kader bila menemukan kendala dalam
pelaksanaan tugas dan peran anda sebagai kader, sebagaimana petikan di
bawahini:
Informan 9:
“…kalau masalah di lapangan tentang akses jalan mereka laporkan dan
kita teruskan ke pihak terkait…jika masalah penyuluhan dan
penyebarluasan informasi ada kendala biasanya kader melaporkan ke
Ketua Kader....”
Informan 10:
“…iya..mereka tetap melaporkan ke Ketua Posyandu jiak ada kendala,
selanjutnya kita cari solusinya dengan berkoordinasi dengan tenaga
kesehatan di puskesmas....”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader ketika
menghadapi hambatan dalam pelaksanaan posyandu langsung melaporkan kepada
Ketua Posyandu dan Tenaga Kesehatan untuk ditindaklanjuti mencari solusinya.
114
Hasil wawancara dan kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2
(matriks wawancara mendalam) halaman 162.
Wawancara mendalam dengan informan mengenai Apakah Toko
Masyarakat dari desa atau kelurahan melakukan suverpisi pada saat pelaksanaan
Posyandu. Berikut ini petikan hasil wawancara dengan informan yang diperoleh
sebagai berikut :
Informan 5
“seingat saya nggak ada bu ,tapi ntahlah kalau kebetulan saya tidak
datang lagi ada halangan”
Informan 6
“tidak ada bu,yang ada di posyandu pada saat pelaksanaan posyandu ya
tenaga kesehatan,bu bidan kadang ada juga datang petugas program gizi
dari Puskesmas, trus kader, ya ibu sama balita nyalah “
Informan 7
“ibu kepala dusun paling bu, lainnya setau saya nggak pernah ,paling
kalau ada perlu kita kekantor desa misalnya ngantar laporan,memang
perlu juga tu bu Jadi kita merasa di perhatikan”
Informan 8
“kayaknya nggak adalah bu ,tapi ntahlah kalau saya kebetulan tidak
datang soalnya saya pernah nggak datang kebetulan saya lagi sakit, jadi
saya nggak tau pasti bu,soalnya nggak pernah nanya”
Hal ini di perkuat oleh pernyataan dari key informan tenaga kesehatan dan
Ketua Posyandu tentang hal apakah Toko Masyarakat dari desa atau kelurahan
melakukan suverpisi pada saat pelaksanaan Posyandu.
Informan 9
“…tidak ada bu ,biasanya pelaksanaan posyandu hanya dihadiri ibu
balita,ibu hamil ,ibu PUS,kemudian ibu tenaga kesehatan kadang 2 orang
kadang juga 1 orang,kemudian kader ,lah bu”
115
Informan 10
“nggak ada sih buk,kalau ada yang perlu kita yang kekantor desa,yang
ada di posyandu ya ibu bidan,kadang petugas pemegang gizi dari
Puskesmas ,kader posyandu kemudian ibu balita,ibu hamil, ibu yang mau
jarum Kb trus ibu menyusui bu ,
Hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pelaksanaan posyandu kurang
mendapat dukungan dari petugas desa dalam memberikan motivasi kepada
masyarakat khususnya kader kesehatan di posyandu. Hasil wawancara dan
kesimpulan dapat dilihat lebih jelas pada lampiran 2 (matriks wawancara
mendalam) halaman 167.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Peran Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Dusun
Titipanjang Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan Tahun 2019
Dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan mengenai
pelaksanaan kegiatan posyandu di Dusun Titipanjang wilayah kerja Puskesmas
Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2019, informan menyebutkan
bahwa sebelum hari buka posyandu dilakukan penyebarluasan imformasi untuk
hari buka posyandu yang dilakukan oleh kader posyandu. Penyebarluasan hari
buka posyandu dilakukan melalui pertemuan warga setempat (perwiridan, majelis
tak’lim, pertemuan keagamaan lainnya, arisan, kunjungan rumah, Kader dapat
mengajak sasaran untuk datang ke posyandu dengan bantuan tokoh masyarakat
atau tokoh agama setempat.
Fasilitas umum seperti sarana ibadah dapat dijadikan sarana untuk
menyebarluasan informasi hari buka posyandu (19). Sejalan dengan hal tersebut
sebelum terlaksananya kegiatan posyandu, kader melakukan perencanaan terlebih
116
dahulu yaitu dengan menyebarluaskan hari buka posyandu pada warga. Kader
sebelumnya mengumumkan kegiatan hari buka posyandu melalui perwiridan,
arisan warga, acara rapat PKK maupun kunjungan ke rumah langsung. Setelah
semua persiapan sudah selesai kader menyiarkan kegiatan hari buka posyandu
menggunggunakan pengeras suara di mushola untuk memberitahukan kepada
warga bahwa hari itu ada kegiatan posyandu.
Tempat pelaksanaan kegiatan posyandu berada di tempat yang mudah
didatangi oleh masyarakat. Lokasi posyandu ditentukan sendiri oleh masyarakat.
Posyandu berada di setiap desa atau kelurahan atau sebutan lainnya yang sesuai.
Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW,
dusun atau sebutan lainnya yang sesuai (27).
Kegiatan posyandu di Dusun Titipanjang wilayah kerja Puskesmas Bunut
Kabupaten Labuhanbatu Selatan dilaksanakan di rumah Ketua Sebelum
pelaksanaan posyandu kader memberitahukan jadwal dan tempat pelaksanaan
Posyandu. Persiapan tempat dan prasarana yang dibutuhkan berupa KMS/buku
KIA, alat timbang (dacin dan sarung), pita LILA, meteran, obat (kapsul Vitamin
A, tablet tambah darah, oralit) dan makanan tambahan dan buku pencatatan dan
pelaporan untuk kegiatan posyandu disiapkan oleh kader, ibu balita hanya datang
untuk menimbangkan dan memeriksakan pertumbuhan balita (19). Sebelum
Kegiatan Posyandu kader berkoordinasi dengan Toko Agama, petugas kesehatan
dan para kader dalam pembagian tugas pada saat pelaksanaan posyandu meja 1-5
seperti meja 1 pendaftaran. Tugas kader di meja I di bagian pendaftaran adalah
mencatat data bayi, balita, bumil, menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS, yang
117
datang ke posyandu. Kader meja 2 untuk penimbangan balita, ibu hamil
pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala dan lingkar lengan ibu hamil
dan mencatat hasil penimbangan, meja 3 bertugas mengisi buku KIA/KMS dan
meja 4 bertugas menjelaskan data KIA/KMS berdasarkan hasil timbang, menilai
perkembangan balita sesuai umur berdasarkan buku KIA jika ditemukan balita
yang mengalami gizi kurang, gizi buruk dan gizi lebih, mengajarkan ibu untuk
memberikan makanan dan menjaga gizi balita serta memberikan makan tambahan
kemudian di meja 5 kader membantu petugas kesehatan dengan memberikan obat-
obatan.
Menurut Yulifa dan Tri (2010) bahwa peran kader dalam kegiatan
posyandu pada persiapan pelaksanaan posyandu sehari sebelum kegiatan yaitu
menyiapkan alat dan bahan,mengundang masyarakat, mencatat sasaran, dan
pembagian tugas antar kader. Dengan adanya keikutsertaan masyarakat (Kader)
dalam pelayanan kesehatan khususnya posyandu dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat terutama ibu yang mempunyai Bayi dan Balita, Ibu hamil
(39).
Hasil penelitian tentang peran kader kesehatan saat pelaksanaan posyandu
mengacu pada sistem lima meja yang meliputi pelaksanaan pendaftaran (pada
meja 1), pelaksanaan penimbangan bayi balita (pada meja 2), pelaksanaan
pencatatan hasil penimbangan (pada meja 3), memberikan penyuluhan (pada meja
4) dan memberi bantuan pelayanan yang dilakukan oleh petugas puskesmas (pada
meja 5) (40).
118
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Iswarawanti (2010) bahwa kader berperan pada pendaftaran, penimbangan,
Pengisian KMS, memberikan makan tambahan, memberikan vitamin A dan
Penyuluhan masyarakat. Dengan adanya kader posyandu dapat direncanakan
sebagai mana prosedur serta petugas kesehatan lebih mudah menjangkau
informasi perkembangan bayi, balita dan bumil (41).
Peran aktif kader kesehatan saat pelaksanaan kegiatan posyandu
memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan status gizi balita di Wilayah
Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Melalui peran aktif
kader untuk menyampaikan pelaksanaan posyandu dan bekerja dengan penuh
tanggung jawab saat pelaksanaan posyandu maka dapat memberikan rangsangan
positif kepada ibu-ibu yang memiliki balita untuk rutin membawa anaknya ke
posyandu dan memeriksakan kondisi perkembangan kesehatan anak balita.
Peran kader posyandu di luar posyandu dalam upaya peningkatan status
gizi balita di Dusun Titipanjang wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan meliputi kegiatan memindahakn catatan hasil pelaksanaan
posyandu dalam KMS ke dalam buku register atau buku bantu kader, melakukan
evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan dari posyandu yang akan
datang, melaksanakan kunjungan rumah bersama-sama dengan tenaga kesehatan,
dengan cara mengunjungi rumah ibu yang memiliki masalah tentang status gizi
balita, kader melakukan pemantauan gizi dengan melakukan penimbangan dan
mmelakukan pencatatan dan menghimbau agar posyandu berikutnya agar datang
membawa balitanya keposyandu agar pertumbuhan kesehatannya tetap dapat
119
dipantau, kemudian tenaga kesehatan memberikan penyuluhan tentang nutrisi dan
kebersihan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat bahwa peran kader di luar
posynadu meliputi kegiatan untuk menunjang pelayanan KB, KIA, imunisasi, gizi
dan penanggulangan diare, mengajak ibu-ibu untuk datang pada hari kegiatan
posyandu, menunjang upaya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan
yang ada, seperti pemberantasan penyakit menular, penyehatan rumah,
pembersihan sarang nyamuk, pembuangan sampah, penyediaan sarana air bersih,
pemberian pertolongan pertama pada penyakit, P3K dan dana sehat (42).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rini (2007)
bahwa kader posyandu berperan pada memindahkan catatan dalam KMS,
menilai/mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu pada
bulan berikutnya dan melakukan kunjungan rumah utuk mengajak ibu-ibu datang
ke posyandu pada bulan berikutnya. Dari hasil penelitian yang diteliti bahwa
setelah selesai kegiatan posyandu kader kurang berperan dan tidak menjalankan
sebagai mana peran dan fungsi sebagai kader (43).
Berdasarkan dari hasil penelitian, teori yang ada dan penelitian terkait,
peneliti berasusmsi bahwa kader belum melaksanakan seluruh peran dan tugasnya
sebagai kader dalam pelaksanaan posyandu yakni penyuluhan yang di berikan
pada saat posyandu hanya berupa konseling perorangan berdasarkan masalah yang
di hadapi ibu dan balita berdasarkan hasil dari timbangan ibu hamil dan balita
.kader kurang mampu melakukan penyuluhan kepada kelompok masyarakat baik
pada saat posyandu maupu di luar kegiatan posyandu ini di karenakan tidak perna
120
mendapat pelatihan sehingga kurangnya kemampuan dan konnfetensi kader
khususnya dalam pemberian penyuluhan oleh karenanya diperlukan pelatihan,
work shop, seminar bagi kader yang berguna meningkatkan pengetahuan kader.
Penyebaran informasi tentang posyandu baik tentang pelaksanaan dan manfaatnya
belum merata, terutama belum terjangkaunya penduduk yang jauh dari
pemukiman masyarakat ramai ini di karenakan faktor jalan yang rusak dan juga
kurangnya dukungan dan motipasi serta penghargaan dari Puskesmas dan Toko
masyarakat kepada kader Posyandu. Perlunya dilakukan kordinasi dan pendekatan
kepada kader Posyandu yang kurang aktif agar kader kembali melaksanakan tugas
dan fungsinya sebagai kader posyandu aktifbantuan dana untuk transport kader
melakukan kunjugan rumah untuk pendataan dan pemantauan kesehatan
masyarakat.
4.3.2. Hambatan Kader dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di dusun
Titipanjang Wilayah Kerja Puskesmas Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan Tahun 2019
Dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan mengenai
hambatan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2019, informan
menyebutkan bahwa kurangnya pengetahuan kader tentang pelaksanaan posyandu
karena kader tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang pelaksanaan posyandu.
Selain itu, kader menghadapi hambatan dari segi waktu buka posyandu pada
pukul 08.00 pagi dimana kader harus hadir sebelum mulai kegiatan posyandu
untuk mempersiapkan segala keperluan yang dipergunakan untuk memperlancar
kegiatan posyandu.
121
Selama pelaksanaan Posyandu, kader mempunyai 3 tahap penugasan, yaitu
tugas sebelum, saat dan sesudah Posyandu. Sebelum Posyandu, kader bertugas
menginfornasikan jadwal pelaksanaan posyandu dan mempersiapkan alat, serta
fasilitas Posyandu. Saat Posyandu, kader bertugas mengelola meja I-IV, dan
sesudah Posyandu, kader bertugas mengunjungi balita-balita yang tidak hadir saat
Posyandu (44).
Kader posyandu selalu mengalami perombakkan, sehingga selalu
membutuhkan pengarahan yang terus-menerus kepada kader yang baru. Dengan
adanya perubahan yang terus-menerus tersebut, membuat kegiatan kader
mengalami kesulitan, sehingga ketika pembagian tugas kader posyandu tidak
sesuai dengan harapan. Kader yang lama harus memberikan pendampingan dulu
kepada kader yang baru, sehingga tugas kader lama merangkap. Kader posyandu
di Dusun Titipanjang masih mempunyai keterbatasan terkait pemahaman dalam
memberikan pelayanan bagi masyarakat sehingga memperlambat peran kader
posyadu. Posyandu Dusun Titipanjang memiliki 5 kader dan hanya 2 orang yang
merupakan kader lama dan memahami tentang tata cara pelayanan posyandu,
sementara kader-kader tidak mendapat pelatihan khusus tentang pelayanan
kesehatan di posyandu.
Keterbatasan kader disebabkan adanya kader drop out karena lebih tertarik
bekerja ditempat lain yang memberikan keuntungan ekonomis, kader pindah
karena ikut suami, dan juga setelah bersuami tidak mau lagi menjadi kader, kader
sebagai relawan merasa jenuh dan tidak adanya penghargaan kepada kader yang
dapat memotivasi mereka untuk bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti adanya
122
keterbatasan pengetahuan karena berdasarkan penelitian sebelumnya kader yang
direkrut oleh staf puskesmas kebanyakan hanya berpendidikan sampai tingkat
SLTA dengan pengetahuan yang sangat minim . Sebaliknya seseorang yang
memiliki intelegensi dan tingkat pendidikan yang rendah, akan kurang aktif pula
dalam kegiatan posyandu (45).
Sejalan dengan pendapat Isaura (2011) dalam penelitiannya tentang factor-
faktor yagn berhubungan dengan kinerja kader posyandu bahwa kurangnya ilmu
dan minimnya penglaman adalah pemivu utama kurang aktifnya peran kader
kesehatan. Selain itu, pemicu lainnya kesibukan para kader dalam urusan rumah
tangganya sehingga kader kurang memiliki pemahaman dan keterampilan
pelayanan, menyebabkan kader kurang kurang mandiri sehingga sangat
tergantung pada petugas kesehatan dan Puskesmas (46).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari (2015),
yang menyatakan bahwa pergantian kepengurusan yang baru dapat
mengakibatkan kader belum mempunyai banyak pengalaman dan kurang dikenal
pengunjung sehingga kurang komunikasi pada waktu melakukan tugasnya. Oleh
karena itu, dalam meningkatkan ketrampilan kader diperlukan adanya dukungan
dari berbagai sektor untuk diadakan pelatihan kader yang dapat meningkatkan
kemampuan kader dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (47).
Perangkat pedoman dan panduan yang dimiliki kader posyandu akan
menentukan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Perangkat pedoman
tersebut berupa buku pelatihan dan buku panduan kader posyandu. Namun, dalam
123
kenyataannya di Dusun Titipanjang masih kurang buku pelatihan dan buku
panduan untuk kader posyandu sehingga kader posyandu hanya melakukan
pelayanan sesuai dengan pengetahuan minim yang dimiliki.
Hambatan lain yang dihadapi kader di dalam kegiatan posyandu adalah
masih banyak ibu balita yang tidak mau anaknya diimunisasi karena dilarang
suami. Hal ini karena kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang manfaat
dari imunisasi. Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial yang dipandang
oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diadakan untuk keluarga
(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yag bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan
bantuan jika diperlukan) (48).
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga sehingga
semakin banyak waktu yang tersita untuk melakukan pekerjaan maka semakin
sempit kesempatan untuk menjadi kader. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Widagdo bahwa sebagian besar responden bekerja <8 jam per hari merupakan
peluang untuk bisa menjadi kader Posyandu karena salah satu syarat kader adalah
punya waktu luang (49).
Selain kendala-kendala diatas, hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan
posyandu di lapangan adalah dalam pelaksanaan penyebarluasan informasi
dikarenakan akses jalan di lokasi penelitian yang terletak di lokasi perkebunan
yang menggunakan akses jalan tanah. Akses jalan yang belum diaspal
124
menyulitkan bagi kader dalam pelaksanaan penyebarluasan informasi dan
kunjungan rumah.
Menurut peneliti dari hasil pengamatan langsung dilapangan, kader-kader
posyandu di Dusun Titipanjang wilayah kerja Puseksmas Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan aktif danmembagi waktu untuk pelaksanaan kegiatan
posyandu karena pada umumya mereka adalah ibu rumah tangga. Jika kader
memiliki banyak kesibukan maka kegiatan posyandu tidak akan berjalan dengan
efektif. Dalam melaksanakan tugasnya, kader posyandu sebelumnya haruslah
diberikan pelatihan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan posyandu, namun
hal ini belum diterima kader. Kurangnya ilmu dan minimya pengalaman adalah
pemicu utama kurang aktifnya peran kader posyandu khususnya dalam pelayanan
posyandu di meja 4 tetang penyuluhan, kader akan kewalahan dalam memberikan
penyuluhan dan menjawab pertanyaan dari ibu balita karena pengetahuan kader
yang kurang. Selain tidak mendapat pelatihan, kader juga tidak mempunyai buku
saku kader sebagai panduan pelaksanaan tugas kader posyandu.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Gustiana (2006) bahwa kader
kesehatan belum melaksanakan kegiatan posyandu dengan baik, hal ini
disebabkan karena rendahnya minat para kader dalam melakukan kegiatan
posyandu, pekerjaan kader yang tidak biasa ditinggalkan dan kurangnya motivasi
dari tenaga pada ibu kader. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam
upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai
kesehatan yang optimal (50).
125
Pemicu lainnya adalah kesibukan para kader dalam urusan rumah
tangganya sehingga kader kurang memiliki pemahaman dan keterampilan
pelayanan, menyebabkan kader kurang mandiri sehingga sangat tergantung pada
petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan.Kader posyandu di Dusun
Titipanjang wilayah kerja Puseksmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan
masih mempunyai keterbatasan terkait pemahaman dalam memberikan pelayanan
bagi masyarakat sehingga memperlambat peran kader posyandu.
Menurut asumsi peneliti, adanya dukungan dari keluarga berperan sangat
besar dalam menentukan status kesehatan ibu dan balita. Keterlibatan anggota
keluarga atau orang terdekat terutama pasangan/suami dapat membantu terjadinya
perubahan untuk berperilaku dan juga meningkatkan kesadaran untuk berubah ke
arah hidup sehat. Apabila dilihat dari informasi kesehatan lebih banyak diperoleh
dari petugas kesehatan, keluarga dan masyarakat, namun pada bentuk-bentuk
dukungan sosial lainnya suamilah yang paling berperan pada ibu hamil.
Pentingnya peran suami pada ibu balita dalam pelaksanaan posyandu tidak hanya
sebagai pengambil keputusan, suami juga diharapkan selalu siaga dan selalu
memberi perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan ibu dan balita. Dukungan
suami sangat membantu dalam pembentukan perilaku kesehatan ibu dan balita
karena ibu akan cenderung menuruti apa yang disarankan oleh suaminya,
sehingga dukungan sosial suami menjadi faktor yang besar hubungannya dengan
partisipasi ibu dalam mengikuti kegiatan posyandu.
126
4.4. Implikasi Penelitian
1. Pengurus posyandu agar lebih melengkapi sarana dan prasarana dalam
menunjang kelancaran kegiatan posyandu.
2. Para kader agar meningkatkan kemampuan dalam mengelola posyandu
sebagai sarana pelayanan kesehatan bagi para anak balita
3. Kepada masyarakat di Dusun Titipanjang agar dapat memberi motivasi dan
bantuanya posyandu dapat berjalan dengan baik dan lancar. Penulis
berharap agar penelitian ini dapat memberi pemahaman terhadap pembaca
khususnya tentang peran kader posyandu dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak di Dusun Titipanjang.
4.5. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, ditemukan keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti
adalah bahwa penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pemula sehingga
masih banyak kekurangan dalam penelitian ini karena dilakukan dengan waktu
penelitian yang singkat sehingga tidak bisa menggambarkan pelayanan selama
satu tahun serta data hasil penelitian diinterpretasikan oleh peneliti.
127
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan menganalisa
data,keterangan dan penjelasan dari informan yang penulis peroleh maka dapat
diperoleh kesimpulan:
1. Peran kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di Dusun Titipanjang
wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun
2019 belum dilaksanakan secara keseluruhan . peran yang dilaksanakan oleh
kader pertama pelayanan kesehatan Masyarakat yaitu sebelum pelaksanaan
posyandu melakukan penyebaran informasi,serta bekerjasama dengan toko
agama tentang pelaksanaan posyandu,mengajak masyarakat untuk datang ke
posyandu,koordinasi dengan para kader dalam pembagian tugas dan
persiapan tempat, peralatan, penyediaan Makanan Tambahan pada waktu
pelaksanaan posyandu di meja 1 melakukan pendaftaran di meja 2
penimbangan, di meja 3 pencatatan yaitu mengisian hasil timbangan ke
buku KMS/KIA di meja 4 melakukan konseling dan pemberian makanan
tambahan dan di meja 5 membantu tenanga kesehatan dalam pemberian
obat-obatan. Peran Penyuluhan yang dilakukan kader berupa konseling
secara perorangan berdasarkan hasil penimbangan ibu dan balita, kader
merasa kurang mampu dalam memberikan penyuluhan dikarenakan
kurangnya pengetahuan yang dimiliki kader. Penyuluhan umumnya
dilakukan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas yaitu petugas pemegang
128
Program. Peran kader sebagai Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
yaitu dengan memberikan sosialisasi tentang prilaku hidup sehat pada saat
melakukan kunjungan rumah, membantu tenaga kesehatan dalam
pengelolaan kegiatan posyandu, membantu memantau kegiatan evaluasi
desa seperti mengisi register dan mengisi KMS (Kartu Menuju Sehat). Peran
kader sebagai pemantauan dengan melakukan kunjungan rumah didampingi
oleh petugas kesehatan untuk melakukan pengecekan berkala bagi ibu dan
balita yang sakit dan memantau balita yang tidak datang ke posyandu dua
kali berturut turut.
2. Hambatan kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu di Dusun
Titipanjang wilayah kerja Puskesmas Bunut Kabupaten Labuhanbatu
Selatan Tahun 2019 dalam meningkatkan kesejahteraan khususnya
kesehatan ibu dan anak di Dusun Titipanjang antara lain, pertama, dilihat
dari segi SDM seperti jumlah kader posyandu yang tidak memadai yang
sering mengalami perombakan formasi karena ada kader yang keluar,
kedua, Kurangnya pengetahuan kader karena tidak ada dilakukan pelatihan
penyegaran bagi tenaga kader sehingga kader kurang mampu dalam
memberikan penyuluhan dikarenakan pengetahuan yang minim. Ketiga,
tidak tersedianya perangkat penunjang kegiatan kader, seperti perangkat
pedoman dan panduan pelaksanaan posyandu dan buku saku bagi kader.
Keempat, seringnya terjadi perombakan dikarenakan kader yang tidak aktik.
Kelima, akses jalan yang kurang mendukung dalam pelaksanaan
penyebarluasan informasi, sehingga informasi tidak merata. Keenam, waktu
129
pelayanan yang dilakukan kader berbenturan dengan tugas mengurus rumah
tangga
5.2. Saran
Dari kesimpulan penelitian di atas maka disarankan :
1. Puskemas Bunut Kabupaten Labuhanbaru Selatan agar memfasilitas sarana
prasarana di posyandu dan melakukan Pelatihan-Pelatihan, workshop,
seminar. Bagi kader posyandu untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan kader posyandu.
2 Bagi puskesmas khususnya petugas yang aktif dalam kegiatan posyandu,
disarankan agar lebih meningkatkan koordinasi dengan kader dan tokoh
masyarakat setempat agar dapat dapat memberi dukungan, motivasi,dan
penghargaan bagi kader serata melakukan koordinasi dan pendekatan bagi
keluarga kader yang kurang aktif agar kader dapat bekerja aktif kembali.
3 Bagi kader posyandu dan petugas imunisasi agar lebih meningkatkan
program penyuluhan kepada ibu tentang posyandu dan manfaat pelaksanaan
posyandu bagi ibu dan balita, serta membuat inovatif untuk menarik minat
ibu membawa balitanya datang ke posyandu seperti membuat arisan ibu di
posyandu, membuat pojok panggung boneka, mengembangkan pelayanan
pijat bayi yang dilakukan kader dibantu ibu PKK, membagikan balon
kepada Balita yang datang ke posyandu
4. Bagi Dinas Kesehatan diharapkan memberikan motivasi kepada seluruh
puskesmas dengan cara memberikan umpan balik, memberikan reward
kepada para kader sebagai ujung tombak dilapangan dalam upaya
130
peningkatan kesehatan masyarakat, mebuat rencana kerja usulan pelatihan
dan penambahan intensif bagi kader Posyandu dan melakukan koordinasi
dengan pemerintah setempat untuk memperhatikan sarana jalan dalam hal
mendukung operasional kader di lapangan.
131
DAFTAR PUSTAKA
1. Istiyanto JE. Pemrograman Smartphone : Menggunakan SDK Android an
Hacking Android. Edisi Pert. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2013.
2. Kemenkes RI. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-
2019. Jakarta; 2015.
3. Kemenkes RI. Peraturan Meneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta; 2014.
4. Kemenkes RI. Pemenuhan SDM Kesehatan dalam Mendukung PIS-PK dan
GERMAS. Badan Pengembangan dan Pemberdayaah SDM Kesehatan-
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta; 2017.
5. Zubaidi. Pengembangan Masyarakat Wacana Dan Praktik. Jakarta:
Kencana Prenada Media; 2013.
6. Nurasa H. Reformasi Administrasi dan Partisipasi Masyarakat (Perspektif
Teori dan Praktik dalam Pembangunan Pedesaan). Bandung: Unpad Press;
2010.
7. Kemenkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; 2012.
8. Direktorat Bina Gizi. Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga
Sadar Gizi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2012.
9. Martinah. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader
dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu. J Pangan Gizi Dan Kesehat.
2014;1(1).
10. Syafei IK. Sistem Pemerintahan Indonesia. edisi revi. Jakarta: Rineka
Cipta; 2011.
11. Dinkes Labusel. Profil Kesehatan Puskesmas Bunut Tahun 2018.
Kotapinang; 2018.
12. Ocbrianto H. Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan
Balita (Studi Kasus Pada Posyandu Nusa Indah II RW 11 Kelurahan
Meruyung, Kecamatan Limo, Depok. J Skripsi. 2012;
13. Sirante MT. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader
Posyandu di Puskesmas Tagolu Kecamatan Lage Kabupaten Poso Sulawesi
Tengah. Univ Hasanuddin Makassar. 2012;
14. Punikasari D. Peran Posyandu Dalam Mmeningkatkan Kualitas Kesehatan
Masyarakat di Dusun Karangwatu, Desa Pucungrejo, Kecamatan Muntilan,
Kabupaten Magelang. Univ Negeri Yogyakarta. 2010;
15. Sarwono SW. Teori- Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers; 2015.
16. Suhardono E. Teori Peran , Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta:
Gramedia; 2016.
17. Syafrudin dan Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC; 2009.
18. Kemenkes RI. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta; 2014.
19. Kemenkes RI. Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI; 2011.
20. Kemenkes RI. Pedoman Penyelenggaraan Posyandu. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI; 2017.
21. Bustami. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya.
132
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2011.
22. Kartasapoetra SG. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara;
2012.
23. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
24. Alamsyah D. Pemberdayaan gizi (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Nuha
Medika; 2013.
25. Suhartini. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren; 2005.
26. Depkes RI. Buku Paket Pelatihan Kader dan Tokoh Masyarakat dalam
Pengembangan Desa Siaga. Jakarta: Depkes RI; 2007.
27. Nasrul E. Dasar-Dasar Keperawatan Masyarakat. Jakarta: EGC; 2012.
28. Niken M. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.
29. Depkes RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Depkes RI;
2006.
30. Siagian SP. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara;
2011.
31. Prasetyawati dan Eka A. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium
Development Goals (MDG’S). Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
32. Almatsier. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka; 2013.
33. Briawan D. Optimalisasi Posyandu dan Posbindu dalam Upaya Perbaikan
Gizi Masyarakat. Pembekalan KKP Ilmu Gizi. Bogor; 2012.
34. Kemenkes Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
Jakarta; 2014.
35. Artini NN. Hubungan Penerapan Manajemen Puskesmas dan Komitmen
Kerja Petugas dengan Mutu Pelayanan Pengobatan pada Poli Umum di
Puskesmas se-Kabupaten Karangasem. Progr Pasca Sarj Univ Udayana.
2015;
36. Tirzanny VM dan Rondo. Analisis Pelaksanan Sistem Informasi Kesehatan
di Pusksmas Kabupaten Minahasa Tenggara. J FKM Universias Sam
Ratulangi. 2013;
37. Moleong LJ. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya; 2014.
38. Prastowo A. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press; 2012.
39. Yulifa R dan Tri JAY. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Selembah
Medika; 2010.
40. Mubarak WI. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.
41. Iswarawanti. dan Tantangan Pembardayaan Kader Posyandu dalam Usaha
Peningkatan Gizi Anak di Indonesia. 2010;13:169–73.
42. Ahmad S dkk. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo
Jakarta; 2012.
43. Rini H. Peran Kader Kesehatan dalam Meningkatkan Kunjungan Balita di
Posyandu Desa Sumbernongko Ngusikan Jombang. J Kesehat DIII
kebidanan dan DIII keperawatan STIKES Pemkab Jombang. 2007;
44. Dewi DS. Peran Komunikator Kader Posyandu Dalam Meningkatan Status
133
Gizi Balita Di Posyandu Nurikelurahan Makroman Kecamatan Sambutan
Kota Samarinda. EjournalIlkomFisipUnmulAcId. 2017;5(1):272–282.
45. Listyaningsih KD dkk. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kedawung
Sragen. 2016;23–28.
46. Isaura V. Faktor-faktor yagn Berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu
di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kecamatan Koto XI Tarusan
Kabupaten Pesisir Selatan. J Univ Andalas. 2011;
47. Sari NN. Bimbingan Kader Posyandu dengan Kepatuhan Kunjungan Ibu
Balita di Posyandu. J Ners Lentera. 2015;3(1):1–9.
48. Azwar S. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2016.
49. Widagdo L & Husodo BT. Pemanfaatan Buku Kia Oleh Kader Posyandu:
Studi Pada Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro. Makara Kesehat. 2009;13(1):39–47.
50. Gustiana. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Ayu Kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu
Selatan. AKBID MANNA. 2006;
134
Lampiran 1.
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU
DI DUSUN TITIPANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2019
Responden : ibu yang memiliki balita
Nama responden : .............................................................
Hari/Tanggal wawancara : .............................................................
Umur : .............................................................
Pendidikan : .............................................................
Pertanyaan untuk Ibu yang Memiliki Balita :
1. Apakah kader mengajak ibu untuk datang ke posyandu?
2. Apakah kader menjelaskan kepada ibu manfaat posyandu?
3. Apakah kader memberitahu ibu jadwal pelaksanaan posyandu?
4. Apakah kader memberitahu ibu tempat pelaksanaan posyandu?
5. Apa kader datang ke rumah ibu membicarakan pelayanan kesehatan?
6. Apakah akder memberikan penjelasan tentang kenaikan berat badan balita?
7. Apakah kader mendengar keluhan yang ibu sampaikan?
8. Apakah kader bertanya tentang keluhan-keluhan yang dialami ibu?
9. Apakah kader menimbang berat badan balita?
10. Apakah kader mencatat dan membuat laporan tentang kesehatan ibu dan
anak?
11. Apakah kader menjelaskan kepada ibu bagaimana asupan nutrisi pada
balita?
12. Apakah kader mengajurkan kepada ibu untuk mengikuti penyuluhan gizi?
13. Apakah ibu pernah mendapatkan penghargaan bila rajin dating ke
posyandu?
14. Apakah kader menjemput ibu ke rumah jika tidak datang ke posyandu?
15. Apakah kader menganjurkan kepada ibu untuk memperhatikan tumbuh
kembang balita?
16. Apakah ada dari kelurahan datang ke posyandu setiap bulannya?
135
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU
DI DUSUN TITIPANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2019
Responden : Kader Posyandu
Nama responden : .............................................................
Hari/Tanggal wawancara : .............................................................
Umur : .............................................................
Pendidikan : .............................................................
Pertanyaan Kader Posyandu :
1. Apa saja peran dan tugas anda sebelum pelaksanaan posyandu ?
2. Apakah anda menjelaskan manfaat posyandu?
3. Apakah anda memberitahu kepada masyarakat jadwal pelaksanaan posyandu?
4. Apa pernah dilaksanakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai arti penting
posyandu?
5. Apakah anda memberitahu kepada masyarakat tempat pelaksanaan posyandu?
6. Apa yang anda lakukan sebelum kegiatan hari buka posyandu?
7. Alat pengukur apa saja yang digunakan dalam kegiatan posyandu?
8. Sarana dan prasarana apa saja yang harus dipersiapkan ole kader sebelum
pelaksanaan kegiatan posyandu?
9. Apakah ada pembagian tugas yang merata antara 5 kader?
10. Apakah kader melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan sebelum
pelaksanaan kegiatan posyandu?
11. Apa yang dilakukan kader di meja 1 sampai meja 4?
12. Apakah anda mencatat dan membuat laporan tentang kesehatan ibu dan
balita?
13. Apa peran anda sebagai kader sesudah kegiatan posyandu?
14. Apakah anda pernah mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu?
15. Apakah anda ada mendapat imbalan dalam tugas anda sebagai kader
posyandu?
136
16. Apakah anda mendapat supervisi dari tenaga kesehatan dalam pelaksanaan
peran dan tugas anda sebagai kader?
17. Apa kendala yang anda hadapi sebagai kader dan dalam pelaksanaan
posyandu?
18. Apa yang anda lakukan bila menemukan kendala dalam pelaksanaan tugas
dan peran anda sebagai kader?
19. Apakah Toko Masyarakat dari desa atau kelurahan melakukan suverpisi
pada saat pelaksanaan Posyandu
137
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU
DI DUSUN TITIPANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2019
Responden : Tenaga Kesehatan
Nama responden : .............................................................
Hari/Tanggal wawancara : .............................................................
Umur : .............................................................
Pendidikan : .............................................................
Pertanyaan untuk Tenaga Kesehatan :
1. Apakah posyandu rutin dilaksanakan?
2. Apa peran kader dalam rangka penyuluhan tentang posyandu?
3. Apa peran dan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu?
4. Apakah kader ada bekerjasama dengan tokoh agama dalam memberikan
penyuluhan kepada masyarakat?
5. Apakah kader pernah mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu?
6. Apakah kader ada mendapat imbalan dalam tugas anda sebagai kader
posyandu?
7. Apakah anda memberikan supervisi kepada kader dalam pelaksanaan peran
dan tugas sebagai kader?
8. Apakah kader melakukan koordinasi dalam pelaksanaan posyandu?
9. Apa kendala yang dihadapi sebagai kader dalam pelaksanaan posyandu?
10. Apakah kader melaporkan kendala yang dihadapinya dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai kader?
11 Apakah Toko Masyarakat dari desa atau kelurahan melakukan suverpisi pada saat pelaksanaan Posyandu
138
PEDOMAN WAWANCARA
PERAN KADER DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN POSYANDU
DI DUSUN TITIPANJANG WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BUNUT KABUPATEN
LABUHANBATU SELATAN
TAHUN 2019
Responden : Ketua/ Pimpinan Posyandu
Nama responden : .............................................................
Hari/Tanggal wawancara : .............................................................
Umur : .............................................................
Pendidikan : .............................................................
Pertanyaan untuk Ketua/ Pimpinan Posyandu:
1. Apakah posyandu rutin dilaksanakan?
2. Apa peran kader dalam rangka penyuluhan tentang posyandu?
3. Apa peran dan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu?
4. Apakah kader ada bekerjasama dengan tokoh agama dalam memberikan
penyuluhan kepada masyarakat?
5. Apakah kader pernah mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu?
6. Apakah kader ada mendapat imbalan dalam tugasnya sebagai kader
posyandu?
7. Apakah anda memberikan supervisi kepada kader dalam pelaksanaan peran
dan tugas sebagai kader?
8. Apakah kader melakukan koordinasi dalam pelaksanaan posyandu?
9. Apa kendala yang dihadapi sebagai kader dalam pelaksanaan posyandu?
10. Apakah kader melaporkan kendala yang dihadapinya dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai kader?
11 Apakah Toko Masyarakat dari desa atau kelurahan melakukan suverpisi pada saat pelaksanaan Posyandu
139
Lampiran 2.
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Pertanyaan kepada Ibu yang Memiliki
Balita
1 Apakah kader mengajak ibu untuk datang ke posyandu?
Informan 1 “ya kebetulan rumah saya berdekatan dengan rumah bu Umik selaku ketua kader di posyandu Melati II, jadi sering bertemu dan bu Umik selalu mengajak saya untuk membawa anak saya datang ke posyandu bu,biar perkembangan gizi dan kesehatannya bisa di pantau katanya bu,jadi saya rutin membawa anak saya ke Posyandu bu”
Hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan bahwa kader melakukan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan tugasnya sebelum dilaksanakannya Posyandu. Tiap Bulan kader mengajak ibu ibu agar membawa balitanya ke posyandu
untuk di timbang, di beri imunisasi, diberi makananan tambahan.
Informan 2 “iya ada diajak kader…..biasanya pas jumpa di acara perwiridan ibu-ibu…juga diumumkan kepada kita agar datang membawa anak ke posyandu untuk di timbang biar tau
petumbuhannya,dimunisasi dan di kasih Makanan Tambahan,dikasih Vitamin bu.”.
Informan 3 “…Biasanya sebelum pelaksanaan posyandu tiap bulan kader ada mengajak ibu yang puny anak di bawah 5 Tahun, ibu hamil,ibu
menyusui,yang mau KB agar jangan lupa datang ke Posyandu untuk dipantau Kesehatannya,,biasanya di wiritan,di mesjid juga di sampaikan bu,kadang juga ibu ibu kaderdatang juga kerumah mengajak ,yang sering datang kerumah tu biasanya bu Umik ketua kader sama bu Aisah bu.…”
140
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Informan 4 “Ya ada sih bu,…kalau sudah mau posyandu kita diajak buk kader untuk datang ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
anak kita ,kadang di wiritan majlistaklim kita kadang juga bu kader dating kerumah “
2 Apakah kader menjelaskan kepada ibu manfaat
posyandu?
Informan 1 “ya.. bu kader ngasih tau agar datang ke posyandu,diposyandu anak kita
ditimbang,diukur kemudian dilihat gizinya kurang apa bagus kemudian dikasih makanan tambahan biasanya bubur ,telur,terus di imunisasi biar nggak gampang sakit ,itu yang di sampaikan bu kader….bu…”.
Dari hasil wawancara mendalam tersebut di dapatkan,bahwa kader
memberikan Sosialisasi tentang jadwal dan tempat pelaksanaan posyandu manfaat posyandu juga tentang ,tentang pelayan yang diberikan di posyandu mulai dari meja 1sampai dengan meja 5. Informan 2 “ada sih dijelaskan…yang saya ingat ya kita
harus ke posyandu karena posyandu tempat pelayanan kesehatan di desa tempat melihat perekembangan kesehatan anak kita tiap bulan biar anak kita sehat,yang saya tau yang di jsampaikan kader gitu bu..“
Informan 3 “Ada bu,kalu datang kerumah ,Kader
menjelaskan jadwal dan tempat pelaksnaan
posyandukegiatan di posyandu bu mulai
dari meja 1-5 bu, apa yang akan dilakukan
disitu , mulai data ng,didaftar,di
timbang,dicatat,dikasih PMT di
imunisasi,pemberian vitamin ya manfaatnya
kata bu kader melalui kegiatan posysndu
anak kita bias di lihat pertumbuhan badan
dan gizi dan kesehatannya nya bu.. “
141
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Informan 4 “Ada dijelaskan Posyandu tempat menimbang bayi ,mendapat imunisasi,mendapat vitamin,mendapat makanan tambahan,ya
manfaatnya kata bu kader gizi anak bias di lihat bu,turun atau normal,atau kelebihan,karna kurang dan kelebihanpun katanya sama sama kurang bagus karena gampang sakit ,makanya perlu di bawa ke posyandu untuk di timbang dan dapat pelayanan yang lain,gitu penjelasannya bu..tambahan gitu bu.”
3 Apakah kader memberitahu ibu jadwal pelaksanaan posyandu?
Informan 1 “ya…biasanya sebelum pelaksanaan posyandu tiba ,ibu kader memberitahukan itu….biasanya di wiritann juga di sampaikan bu, kadang juga kita diingatkan melalui telepon kadang bu bidan sama kader datang kerumah bu ,ngasih tau
jadwal pelaksanaan posyandu agar kita jangan lupa dating bawa anak kita..”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader telah melakukan penyebaran informasi atau pemberitahuan kepada ibu balita tentang jadwal
pelaksanaan posyandu melalui SMS, telepon dan melakukan kunjungan rumah Informan 2 “Ya satu hari sebelumnya kader sudah
mengingatkan lewat SMS atau ibu bidannya
yang mendatangi rumah kader untuk mengingatkan hari buka posyandu…”
Informan 3 “Ada bu ,karena rumah saya ini kan
jauh,orang ibu saja bisa sampe karena
cuacanya cerah jalannya kering kalau
habis hujan bu betul betul tidak bisa
dilewatilah bu,sudah jalannya licin
berlubang lubang lagi jadi biasanya kader
mengingatkan saya jadwal pelaksanaan
posyandu melalui SMS atau telpon bu.”.
142
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Informan 4 “Ada bu ,karena rumah saya inikan jauh,orang ibu saja bisa sampe karena cuacanya cerah jalannya kering kalau habis hujan bu betul betul
tidak bisa dilewatilah bu,sudah jalannya licin berlubang lubang lagi jadi biasanya kader mengingatkan saya jadwal dan tempat pelaksanaan posyandu melalui SMS atau telpon bu..”
4 Apakah kader memberitahu ibu tempat pelaksanaan posyandu?
Informan 1 “kalau tempat sih udah pada tau
semua….masih numpang di rumah Ketua
Kader bu,tapi ada atau tidak ada perubahan
kita tetap di informasikan oleh kader
posyandu kok bu”
Hasil wawancara dengan kader memiliki kesamaan dengan jawaban responden ibu balita bahwa tempat pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan di rumah Ketua Posyandu
Informan 2 “ya dikasih tau bu…sebelum pelaksanaa posyandu kader sudah menginformasihkan tempat pelaksanaan posyandu seperti biasanya dilaksanakan di rumah ketua kader posyandubiasanya sih gak pindah-pindah “
Informan 3 “Iya diberitahu…setelah habis posyandu
bulan kemarin pun kader selalu bialang
jangan lupa datang posyandu bulan depan
kalau ada perubahan tempat sebelum
posyandu bulan depan di informasikan
nanti di hubungi melalui telepon ,atau di
umumkan di wiritan seperti biasanya
mereka selalu bilang begitu bu”
Informan 4 “Kalau saya sih gak palah ada dikasih tau bu, karena biasanya tempat nggak berubah masih
143
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
numpang di rumah ketua kader,kecuali kalau mereka tidak ada di tempat ada perubahan tempat,pelaksanaan posyandu di tempat yang
lain barulah di umumkan bu…”
5 Apa kader datang ke rumah ibu membicarakan pelayanan kesehatan?
Informan 1 “..kalau ke rumah langsung sih enggak buk…ntah juga kalau say lagi tidak ada di rumah tapi kalau di perwiritan bketua kader
nyampekan di posyandu itu apa aja pelayanan kesehatan yang di berikan ..”
Hasil wawancara diketahui kader ada datang membicarakan pelayanan kesehatan tetapi tidak
rutin
Informan 2 “.kalau rutin sih enggak….tapi ada juga datang ke rumah ,itu pada saat anak saya gizinya kurang ,buk Umik dan bu Bidan datang
kerumah saya melihat berat badan anak saya dan memberikan makanan tambahan..”
Informan 3 “..ada bu…biasanya waktu sebelum posyandu bu ketua kader ada kerumah saya ngingatkan
agar jangan lupa datang ke posyandu sambilan nyampekan pelayanan kesehatan di posyandu bu”
Informan 4 “Ada…bu,bu ketua kader sama bu Aisah ada dating kerumah saya bawa timbangan
kecil,karna waktu posyandu bulan kemarin saya gak datang,trus nanya alasan saya kenapa saya nggak datang bulan kemarin, saya kasih tau karena anak saya kurang sehat ,kemudian orang ibu itu membicarakan tentang pelayanan kesehetan di posyandu yang sangat berguna memantau kesehatan anak katanya”
144
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
6 Apakah kader memberikan penjelasan tentang kenaikan berat badan balita?
Informan 1 “iya….biasa ya pas di posyandu kalau anak saya sudah selesai ditimbang kalau timbangan anak saya turu atau tidak sesuai di kasih tau
sama kader bu ,seperti kemarin timbangan anak saya dua kali berturut turut di timbang tidak naik,kader menjelaskannya kemudian menganjurkan saya untuk lebih sering memberi makan tambahan untuk jenisnya ibu menunjukkan gambarnya yang ada di buku pink…”
Hasil wawancara menjelaskan
pada saat posyandu kader menjalankan fungsinya yaitu kader melakukan pencatatan hasil timbangan balita ke dalam KMS di meja 3 setelah dilakukan penimbangan,kemudian dimeja 4
kader memberikan penyuluhan individu menganjurkan pemberian makan tambahan sesering mungkin dan menjaga kebersihan dengan menggunakan media buku pink/buku KIA
Informan 2 “pas waktu kegiatan posyandu biasanya di meja 4 bu ,itu biasanya bu Umik menjelaskan hasil timbangan berat badan bayi dan mejelaskan cara membaca garis berat badan yang ada di KMS ,yang ideal garisnya
gimana,yang turun garisnya yang bagaiman,trus yang naik garisnya bagaimana, biar saya ngerti katanya bu ,kemudian buk Umik menunjukkan jenis jenis makanan tambahan yang ada di buku itu,saya di suruh dipih mana yang hendak di sajikan pada bayi dan lebih sering memberikan makan tambahan
agar timbangannya bagus dan menganjurkan agar selalu menjaga kebersihan,gitu bu ibu itu rajin mengingat ingatkan kita,”
Informan 3 “Cuma diberitahukan berapa hasi timbangan anak saya bulan ini dan tau berapa hasil
timbangan bulan lalu ,karena mungkin menurut ibu itu saya kan sudah ngerti timbangan anak saya naik apa turun Karen sudah dikasih tau
145
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
hasil bulan semalam dengan hasil bulan,kalau timbangan anak saya bagus di garis hijau ibu kader tidak bilang apa apa bu Cuma di kasih
makanan tambahan aja ,jadi tidak di jelaskan apa apa ,”
Informan 4 “Kalo penjelasan sih gak..Cuma diberitahu berapa timbangannya trus dicatat di KMS
bu”itu di meja 3, kalau di meja 4 anak saya di kasih makanan tambahan kalau timbangan anak saya bagus ibu itu bilang di pertahankannya bu gizi anaknya asi trus di berikan ,itu disampaikan kepada saya “
7 Apakah kader mendengar keluhan yang ibu sampaikan?
Informan 1 “ya bu,kalau kita tanya ya dijawab selagi kader tau…biasa kalau kader kurang mengerti diarahkan ke tenaga kesehatan...”
Hasil wawancara kader selalu mendengar keluhan yang disampaikan ibu dan memberikan penjelasan sebatas mereka mampu dan jika kader tidak bias menjelaskan akan didampingi oleh tenaga kesehatan
Informan 2 “…kader selalu siap mendengar keluhan, cuma
kalau dia gak bias jawab pertanyaan saya dia tanya dulu ke ibu bidan…”
Informan 3 “Iya didengarkan…tapi ya hanya sebatas itu aja”.
Informan 4 “…Tergantung pas acara kalau lagi sepi ya didengarkan…tapi kalau pas lagi rame ya jadi gak sempat buat ngomong-ngomong ,tapi kalau sudah agak longgar, mereka nayalagi apa yang saya tanya baru di jawab kalau ibu itu kurang
ngerti ya di tanya lagi ke bu bidan…”
8 Apakah kader bertanya tentang keluhan-keluhan yang dialami ibu?
Informan 1 “iya, biasanya orang bu bidan sama bu umik kalau tidak dengan buk Aisah ,bu kaderlah datang kerumah nanya nanya ada nggak
Hasil wawancara menjelaskan bahwa kader melakukan pemantauan setelah pasca
146
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
keluhan atau masalah kehatan yang dialami keluarga terutama perkembangan gizi anak saya karena sudah dua bulan timbangan anak
saya tidak naik,jadi mereka sring dating kadang sekali seminggu mau bu bawa makanan tambanhansambil buk bidan pereksa anak saya”
pelaksanaan posyandu untuk memantau kesehatan keluarga khususnya bagi ibu dan balita yang
mengalami masalah perkembangan gizi.
Informan 2 “gak ada…mungkin karna kami lebih banyak
waktu di ladang ya…jadi gak ada jumpa,laginya kalau kerumah kurasa malaslah datang orang bu ,soalnya jalan ketempat kami itulooh rusak kali ntah kapanlah itu di bagusin,saya aja kadang nggak bisa rutin bawa anak saya ke posyandu,lihat situasilah bu”
Informan 3 “Kalau timbangan anak saya turun dari bulan kemaren kader tanya-tanya apa ada keluhan,trus habis posyandu bu bidan sama kader datang kerumah menimbang anak saya dan bawa PMT bu”
Informan 4 “Ada tanya-tanya…kalau gak sempat di waktu acara posyandu kader bertanya waktu datang kunjunga ke rumah…”.
9 Apakah kader menimbang berat badan balita?
Informan 1 “Iya bu,kalau saya ke posyandu bawa anak saya,pertama itu kita mendaftar dulu biar nama kita di cata sama nama bayi kita itu bidi meja 1,itu biasanya bu Lisna,trus saya kasih KMS anak saya,kemudian anak saya di timbang bu,biasanya di bagian penimbangan Kak Ramanyanti,trus kalau sudah di timbang kak
Ramanyanti nulis di kertas kecil hasilnya untuk saya serahkan ke bu Aisah yang ada di meja 3
Hasil wawancara diketahui bahwa kader melaksanakan fungsinya pada saat pelaksanaan posyandu yaitu melakukan pendaftaran di meja 1, melakukan penimbangan di meja 2, melakukan pencatatan di meja3, Pemberian PMT, pemberian
Vitamin, Pemberian penambah darah, pemberian oralit di meja 4,
147
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
bu,trus saya ke meja 4 untuk dikasih PMT ,kalau ibu hamil saya lihat di kasih tablet penambah darah ,kalau butuh oralit sama pil
KB bu Umik pun juga ngasih”
membantu bidan dalam pelayanan di meja 5
Informan 2 “…ya ,iyabu,..kalau di Posyandu. selalu ditimbang ,yang nimbang biasanya bu Lisna di meja 2,setelah kita mendaftar di meja 1yang
bertugas disitu kadernya biasanya buk Ramanyanti .setelah di timbang kemudian di catat sama buk Aisah dan KMSnya di isi ,setelah itu kemeja 4 di situ bu Umik ,buk Umik tugasnya ngasih PMT kadang roti,kadang bubur,kadang telur,trus yang hamil di kasih obat tambah darah ,kasih Vitamin A, ada juga yang minta oralit persedian kali bu kalau diare dirumah
trus di imunisasilah bu sama bu Bidan…”
Informan 3 “Iya..rutin setiap ke posyandu…abis daftar langsung ditimbang dan di ukur tinggi badan anak saya saya bu oleh Bu Lisna ,kemudian
hasilnya saya serahkan ke meja 3 bu Aisah bu,trus lanjut kemeja 4 bu untuk di kasih PMT sama Vitamin ,kadang sebelum ditimbangpun bu kalau anaknya cengeng kader ngasih makan tambahan seperti roti biar anaknya nggak cengeng bu,sesudah dari tempatnya buk Umik di meja 4 trus ke meja 5 tempatnya bu Bidan biar anak saya di imunisasi biasanya buk Umik juga
bantu megangin .”
Informan 4 “Ya ditimbang la bu…kan ibu kader suruh datang ke posyandu untuk nimbang anak
148
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
sayauntuk memantau tinggi dan berat badan anak saya bu ,setelah mendaftar di meja 1 di tempatnya bu Ramayanti trus kemeja 2
ketempatnya bu Lisna untuk di timbang hasilnya saya sampaikan ke meja buk Aisah di meja 3”
10 Apakah kader mencatat dan membuat laporan tentang
kesehatan ibu dan anak?
Informan 1 biasa dicatat di kartu yang dikasih kader…..kartu KMS itu…”.
Hasil wawancara diketahui bahwa kader mencatat tentang kesehatan
ibu dan anak, kemudian menyerahkan catatan ke meja 3.
Informan 2 “dicatat di KMS, kalau membuat laporan kita ndak tau..”.
Informan 3 “Iya..selesai ditimbang langsung dicatat…tapi kalau laporan kita gak tau…”
Informan 4 “Saya liat setelah ditimbang dicatat di kertas kecil..terus diserahkan ke ibu yang di meja 3…”
11 Apakah kader menjelaskan kepada ibu bagaimana asupan nutrisi pada balita?
Informan 1 “Kalau tentang gizi untuk anak biasanya menjelaskan orang petugas puskesmas ,bu katanya orang petugas gizi di Puskesmas bunut “
Hasil wawancara tersebut di simpulkan bahwa dalam pemberian pelayanan penyuluhan kepada ibu yang datang keposyandu kader belum berperan secara maksimal
untuk penyuluhan tentang asupan nutrisi pada balita , peran kader sebagai pemberi penyuluhan masih di laksanakan oleh petugas kesehatan
Informan 2 .” kalau buk kader paling bilang sering di kasih makan tambahan kalau hasil timbangan turun atau tidak naik kemudian ASI jangan diberhentikan sebelum umur anak lewat 2tahun tetap di berikan walaupun anak sakit…
Informan 3 “Biasanya itu disampaikan oleh ibu dari Puskesmas bagian petugas gizi bu”
Informan 4 “Ada sih informasi tentang makanan tambahan seperti bubur, buah..harus lebih sering di kasih sebagai pendamping ASI .”
12 Apakah kader mengajurkan kepada ibu untuk mengikuti
Informan 1 “biasanya penyuluhan tentang gizi dibuat sekalian sama acara posyandu itu, jadi
Hasil wawancara diketahui kader menganjurkan ibu untuk mengikuti
149
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
penyuluhan gizi? langsung diumumkan aja supaya ikut…” penyuluhan gizi ketika pelaksanaan posyandu setelah selesai penimbangan.
Informan 2 .”.ada disuruh ikut pas waktu acara posyandu...
Informan 3 Iya, waktu mendaftar ibu kader menganjurkan supaya ikut penyuluhan pas di ujung acara posyandu…”
Informan 4 “Kalau liat hasil timbangan anak saya turun, kader ada menganjurkan supaya ikut penyuluhan…”
13 Apakah ibu pernah mendapatkan penghargaan bila rajin datang ke posyandu?
Informan 1 “gak ada sih….ya habis posyandu langsung pulang aja…”
Hasil wawancara diketahui bahwa ibu tidak mendapatkan penghargaan
Informan 2 “gak ada….kita juga udah terima kasih bu udah dapat pemeriksaan gratis buat balita kita di posyandu..”
Informan 3 “Gak ada bu…kita kan udah dapat makanan
tambahan gratis untuk balita..”
Informan 4 “”Penghargaan khusus sih gak ada bu…
14 Apakah kader menjemput ibu ke rumah jika tidak datang ke posyandu?
Informan 1 gak lah…kita pun maklum bu…ibu kader sudah repot bantuin di posyandu…”
Hasil wawancara diketahui bahwa kader tidak ada menjemput ibu ke rumah jika tidak datang ke posyandu.
Informan 2 “…kita datang sendiri aja bu ... inisiatif aja…..kan manfaatnya udah kita dapat, masak
harus dijemput-jempu segala…”
Informan 3 “Gak ada bu…tapi selesai posyandu kader datang ke rumah…”
Informan 4 “Dijemput sih gak bu..tapi kunjungan ke rumah ada kalau saya tidak datang ke posyandu”
15 Apakah kader menganjurkan kepada ibu untuk
memperhatikan tumbuh
Informan 1 “kan ada KMS bu…jadi kalau tidak ada perkembangan dibandingkan catatan
sebelumnya di KMS, kader pasti langsung
Hasil wawancara diketahui kader menganjurkan kepada ibu untuk
memperhatikan tumbuh kembang
150
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
kembang balita? mengingatkan…”
anak ketika diadakan penyuluhan.
Informan 2 “…kita ikutin aja sesuai yang dijelaskan di posyandu…kayaknya sih sudah bagus cara penjelasannya….lebih mudah melihatnya…”
Informan 3 “Iya bu..pas timbangan anak saya turun ibu kader wanti-wanti supaya lebih serius memperhatikan anak saya…”
Informan 4 “Ada pas waktu penyuluhan aja bu…jadi kalau
kita gak ikut penyuluhan ya gak ada..”
Pertanyaan Kader
Posyandu
1 Apa saja peran dan tugas anda sebelum pelaksanaan
posyandu ?
Informan 5 …sebelum pelaksanaan posyandu bu,kitamengajak masyarakat untuk datang ke
posyandu, ya karna rumah kita banyak yang berdekatan jadi sering jumpa, trus kalau punya balita tapi kita tidak ada ketemu kita datangi kerumah naik kereta bu, ,waktu kunjungan ke rumah kita menjelaskan manfaat posyandu… .”biasanya di damping bu bidan atau tenaga kesehatan lain dari puskesmas biasanya buk Azizah bu bagian gizi di puskesmas Bunut.Atau
bu Fitri bu bidan Puskesmas Bunut…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sebelum
pelaksanaan posyandu, kader mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelancaran pelaksanaan posyandu termasuk membersihkan tempat pelaksanaan posyandu dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
Informan 6 ”kita mengajak ibu yang memiliki balita untuk datang ke posyandu…kita kan udah ada datanya dari tenaga kesehatan ..jadi kalau kita tidak ada
berjumpa di wiritan kita dating ke rumah ibu balita bu”
151
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Informan 7 “Sebelum pelaksanaan posyandu kita menyebarkan imformasi bu, Memberitahukan kepada ibu balita agar jangan lupa datang ke posyandu..dan jangan lupa membawa KMS ,karena paling sering tu bu,ibu datang ke
posyandu tapi KMS nya nggak di bawa”
Informan 8 “Ya kita informasikan kepada ibu tentang pelaksanaan posyandu…agar ibu yang punya balita,ibu hamil,ibu menyusui,akseptor KB jangan lupa untuk dating ke posyandu,kadang
uda kita sampaikan gitu pun bu,ada aja yang nggak dating katanya kelupaan…”
2 Apakah anda menjelaskan manfaat posyandu?
Informan 5 “…kita jelaskan kalau pas kunjungan ke rumah..biasanya ditemani tenaga
kesehatan…mana yang saya bias sampaikan ,saya sampaikan bu misalnya kegiatan posyandu dari meja 1-5apa saja yang dilakukan ya dengan adanya posyandu otomatis keshatan ibu ,balita dapat terpantau,itu yang saya jelaskan manfaatnya..”
Hasil wawancara diketahui bahwa kader menjelaskan manfaat
posyandu didampingi tenaga kesehatan.
Informan 6 “…kalau untu menjelaskan lebih rinci tentang manfaat posyandu biasanya di sam paikan petugas kesehatan bu,saya ajak ibu bidan yang di posyandu untuk menjelaskan supaya lebih di mengerti oleh ibu ibu dan keluarganya…saya biasanya cuma men sosialisasikan jadwal dan
tempat pelaksanaan posyandu aja supaya datang ke posyandu setiap bulan..”
152
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Informan 7 “Ya..mana yang saya tau ,itu yang saya sampaikan bu ,saya jelaskan kepada ibu ibu bahwa posyandu sangat besar gunanya bagi pemantauan kesehatan khususnya balita ,ibu hamil dan menyusui ,mereka bisa melihat
perkembangan kesehatannya karena di sana ada buk bidan,ada kader yg membatu melihat pertumbuhan gizinya dari mulai meja 1-5 dengan di timbang ,diukur diberi vitamin di beri imunisasidan di berikan makanan tambahan,itu yang sampaikan kalau tentang program yang nyampaikan ..”
Informan 8 “Ada….bu kalau tentang manfaat posysndu yang saya jelaskanten biasanya tentang kegiatan posyandu mulai dari meja 1-5 yaitu dimulai dari pendaftaran penimbangan,pencatatan,penyuluhan,PMT,pem
berian Vit A,Pemberian Oralit dan pemberian imunisasi,pemberian pil KBjadi pelayanan kesehatan di posyandu itu sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan balita. …”
3 Apakah anda memberitahu
kepada masyarakat jadwal pelaksanaan posyandu?
Informan 5 “…biasa kita umumkan lewat sms atau
telepon…”
Hasil penelitian diketahui bahwa
kader ada memberitahukan kepada masyarakat jadwal pelaksanaan posyandu, baik melalui sms atau telepon, ketika ada pertemuan ataupun ketika melakukan knjungan ke rumah.
Informan 6 “…iya….melalui sms atau telepon….kalau pas banyak waktu luang kita langsung datang ke rumah …”
Informan 7 “Memang kita udah mengingatkan jadwalnya di pelaksanaan posyandu sebelumnya..tapi kita
153
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
ingatkan lagi waktu ada pertemuan seperti di perwiridan…”
Informan 8 “Iya kita beritahukan….biasanya pas ada pengajian , tap kalau yang rumahnya jauh lewat sms aja…”
4 Apa pernah kader melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai arti penting posyandu?
Informan 5 kalau dari kader yang disampaikan penyuluhan dengan ibu balita atau ibu hamil yang mengalami masalah kesehatan,diberikan penyuluhan langsung di meja 4,kalau ibu hamil rajin memeriksakan kehamilannya minimal 4x begitu juga bayi rajin di berikan makanan tambahan agar timbangannya bias naik dan
selalu di jaga kebersihannya
Hasil wawancara diketahui peran kader dalam melakukan penyuluhan dilakukan secara perorangan pada saat posyandu, dan kunjungan rumah yitu tentang jadwal pelaksanaan posyandu,tentang kebersihan diri sendiri dan
lingkugan ,tentang pemantauan nutrisi gizi balita dan ibuhamil dan ibu menyusui dengan buku panduan buku KIA dan kader di damping petugas kesehatan ,untuk penyuluhan kelompoak dan tentang program kegiatan kesehatan IBu
dan Anak disampaikan oleh petugas Puskesmas yaitu pemegang program
Informan 6 “…ada di posyandu untuk penyuluhan kelompok dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu pemegang program dari
puskesmas…kalau kaderhanya memberi penyuluhan atas apa permasalahan ibu dan balita contoh hasil timbangannya bagaimana kemudian kader memberikan penjelasan dengan menunjukkan buku Pink/buku KIA sebagai bahan untuk menjelaskan ”
Informan 7 “Penyuluhan biasanya dilakukan petugas puskesmas yang turun ke lokasi bekerja sama dengan pemerintah daerah dan tokoh adat bersama dengan kader penyuluhan perorangan di sampaikan kader tetapi biar jelas juga di sampaikan oleh petugas kesehatan karena kader
selalu di damping …”.
Informan 8 “Ada bu tapi yang kami tau aja pegangan kami
154
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
buku pink bu…kami sampaikan secara perongan kadang waktu diposyandu kadang waktu kunjungan rumah tapi untuk lebih rincinya
dijelaskan petugas kesehatan …”
5 Apakah anda memberitahu kepada masyarakat tempat pelaksanaan posyandu?
Informan 5 “…iya kita beritahukan sekaligus memberitahukan jadwal pelaksanaannya…”
Hasil wawancara diketahui bahwa kader tidak memberitahukan kepada masyarakat tempat
pelaksanaan posyandu karena tempat pelaksanaannya sudah tetap dan tidak berubah-ubah setiap bulannya.
Informan 6 …enggak lagi….karna setiap pelaksanaan tidak pernah berubah tempatnya dan sudah ada plank nama posyandunya…
Informan 7 “Kalau pelaksanaan posyandu disini sih udah netap tempatnya….jadi masyarakat juga udah pada tahu…”
Informan 8 “Gak ada bu..tempatnya kan udah tetap..gakpindah-pindah lagi…”
6 Apa yang anda lakukan sebelum kegiatan hari buka posyandu?
Informan 5 “…kita persiapkan tempat pelaksanaan kegiatan posyandu dan mempersiapkan semua sarana yang dibutuhkan selama kegiatan posyandu…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sebelum pelaksanaan posyandu, kader mempersiapkan segala sesuatunya
untuk kelancaran pelaksanaan posyandu termasuk membersihkan tempat pelaksanaan posyandu dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
Informan 6 “…mempesiapkan tempat kegiatan
posyandu……membersihkan dan menyiapkan peralatannya…”
Informan 7 “Saya sama teman-teman kader memastikan posyandu sudah bersih…trus semua alat-alatnya sudah siap pakai…”
Informan 8 Ya pagi-pagi kita sudah bersihkan tempat pelaksanaan posyandu…baru nyiapin alatlah seperti timbangan, ngatur meja dari meja pendaftaran sampe meja 5 penyuluhan…
7 Alat pengukur apa saja yang digunakan dalam kegiatan
Informan 5 “Timbangan injak, timbangan untuk bayi, meteran, pengukur tinggi badan berdiri, pengukur tinggi
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sebelum
155
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
posyandu? badan untuk bayi”
pelaksanaan posyandu, kader mempersiapkan peralatan berupa timbangan injak, timbangan
gantung, timbangan untuk bayi, meteran, pengukur tinggi badan berdiri, pengukur tinggi badan untuk bayi
Informan 6 “Timbangan injak, timbangan gantung, timbangan untuk bayi, meteran, pengukur tinggi badan berdiri, pengukur tinggi badan untuk bayi”
Informan 7 “Ada timbangan….macam-macam tuh…ada timbangan bayi, timbangan injak…trus meteran untuk ngukur tinggi bayi…”
Informan 8 “Ya timbangan sama meteran…kita langsung
letakkan beberapa timbangan sama meteran di meja 2…”
8 Sarana dan prasarana apa saja yang harus dipersiapkan oleh kader sebelum pelaksanaan
kegiatan posyandu?
Informan 5 “Sarana yang disiapkan itu timbangan, PMT, buku pencatat, 5 meja”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa sebelum pelaksanaan posyandu, kader
mempersiapkan sarana dan prasarana yaitu mempersiapkan 5 meja, PMT, timbangan dan alat pengukur, dan buku pencatat.
Informan 6 “Mempersiapkan 5 meja, PMT, timbangan dan alat pengukur, dan buku pencatat”
Informan 7 “Kita siapinlah 5 meja sama apa saja yang diperlukan di tiap meja…”
Informan 8 “Di setiap meja kkita siapin kelengkapannya… seperti dimeja 1 kita sudah siapkan buku pendaftaran…trus di meja 2 kita siapain
timbangan dan meteran…begitu seterusnya di meja 3 sampai meja 5…”
9 Apakah ada pembagian tugas yang merata antara 5 kader?
Informan 5 “Ada,pembagian tugas antara kader sudah merata yaitu pendaftaran penimbangan,
pencatatan, penyuluhan dan pelayanan”
Hasil wawancara diketahui bahwa pembagian ada dan tugas sudah
diatur oleh Ketua Posyandu dan sudah merata. Informan 6 “Ada pembagian tugas pada kader sudah
merata terlihat dengan kader 1 di pendaftaran, kader 2 di penimbangan, kader 3 di pencataan kader 4 di penyuluhan, dan kader 5 di
156
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
pelayanan yang dibantu oleh bidan atau petugas kesehatan lainnya…”
Informan 7 “Udah diatur sama Ketua Posyandu…ketua kan udah tahu ketrampilan kita masing-masing…”
Informan 8 “Ada pembagian…ketua posyandu yang buat
pembagiannya…kami kader tinggal melaksanakannya aja…”
10 Apakah kader melakukan koordinasi dengan tenaga
kesehatan sebelum pelaksanaan kegiatan posyandu?
Informan 5 “Kader melakukan koordinasi dengan bidan dengan melakukan SMS atau saya langsung
mendatangi rumah bidan untuk mengingatkan akan hari buka kegitan posyandu dan membahas tindak lanjut jika didapati balita dengan timbangan rendah atau ada tanda bahaya umum
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader
melaksanakan fungsinya yaitu sebelum pelaksanaan posyandu dan setiap keadaan balita yang mengalami masalah gizi, kader melakukan koordinasi dengan tenaga kesehatan untuk di temukan, bagaimana baiknya apakah anak
yang timbangannya rendah harus diberi PMT tambahan dan pelayanan medis dari puskesmas
Informan 6 Ya jika ada anak dengan timbangan rendah
saya selalu mengkoordinasikan dengan bidan bagaimana baiknya apakah anka tesebut harus diberi PMT tambahan dan pelayanan medis dari puskesmas”
Informan 7 “Kalau persiapan sebelum pelaksanaan kita udah diberi pengarahan sebelumnya jadi kita langsung kerjakan saja…tapi kalau penjelasan ke masyarakat tentang manfaat posyandu dan yang berhubungan dengan kesehatan kita harus koordinasi dengan tenaga kesehatan…kan mereka yang lebih tahu secara rinci…”
Informan 8 “Biasanya soal teknis yang lebih rinci tentang kesehatan kader berkoordinas dengan petugas…. “
157
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
11 Apa yang dilakukan kader di meja 1 sampai meja 4
Informan 5 “Di meja 1 kita lakukan pendaftaran kepada ibu yang hadir, di meja 2 melakukan penimbangan kepada balita dan ibu hamil…..terus di meja 3
kita mengisi KMS supaya kita tahu perkembangan kesehatannya dan di meja 4 melakukan penyuluhan biasanya dilakukan oleh petugas kesehatan,pemberian makan tambahan”
Dari hasil wawancara mendalam
tersebut didapatkan bahwa kader
melakukan pemantauan dengan
kunjungan rumah kepada ibu
yang tidak datang ke posyandu
dengan membawa timbangan
dan buku catatan agar kader
dapat terus memantau
perkembangan kesehatan ibu
dan balita.
Informan 6 “…kita melakukan pendaftaran di meja 1…terus di meja 2 kita menimbang balita dengan timbangan dacin dan selanjutnya menuju meja3…..kemudian di meja ketiga Kader mencatat hasil timbangan yang ada pada satu lembar kertas kecil dipindahkan ke dalam buku KIA atau KMS….selanjutnya di meja 4 kita menjelaskan data KMS (keadaan anak) yang
digambarkan dalam grafik, memberikan penyuluhan, pelayanan gizi dan kesehatan dasar…”
Informan 7 “Pertama kali ya pendaftaran di meja 1 kita
siapin buku pendaftaran..setelah selesai lanjut ke medaj 2 untuk ditimbang berat badan dan diukur tinggi badannya…..baru kemudian kita arahkan ke meja 3 untuk dilakukan pencatatan ke buku KMS. Setelah dari meja 3, kita arahkan ke meja 4 untuk mengikuti penyuluhan dan mendapatkan makanan tambahan untuk balita…”
Informan 8 “Pada meja I itu pendaftaran, kader yang bertugas mencatat anak yang datang maupun tidak datang ke posyandu serta ibu anak balita
158
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
juga harus meyerahkan buku KMSnya untuk diisi. Dari situlah kami mengetahui siapa ibu anak balita yang aktif dan tidak
aktif.…selanjutnya di meja 2 melakukan penimbangan lalu mencatat hasil penimbangan di selembar kertas kemudian dicatat ke dalam buku pegangan kader dan ke dalam KMS di meja 3..setelah di catat kita arahkan ke meja 4 supaya dapat penyuluhan dan makanan tambahan…di meja 5 baru mendapat pelayanan
seperti imunisasi…”
12 Apakah anda mencatat dan membuat laporan tentang kesehatan ibu dan balita?
Informan 5 “… setelah pendaftaran di meja 1, saya mencatat anak yang datang maupun tidak datang ke posyandu ke dalam buku KMS jadi kader tahu siapa ibu anak balita yang aktif dan
tidak aktif.…kemudian setelah melakukan penimbangan kader mencatat hasil penimbangan di selembar kertas lalu dipindahakan catatannya ke dalam buku pegangan kader dan KMS di meja 3..jadikan bisa dipantau status gizi anak balita melalui perubahan berat badannya…”
Hasil wawancara diketahui bahwa kader melakukan pencatatan hasil penimbangan dalam secarik kertas di meja 2 setelah sebelumnya
dilakukan pendaftaran di meja 1. Selanjutnya di meja 3 kader mencatat hasil penimbangan ke dalam KMS dan buku catatan kader kemudian membuat laporan SKDN
Informan 6 “…di catat di buku KMS nanti setelah selesai posyandu baru kita buat laporan…”
Informan 7 “Ya kami cata di buku KMS..kalau npelaporan kita buat dalam bentuk laporan SKDN bu,setelah kegiatan posyandu selesai”
Informan 8 “Untuk hasil timbangan kita mencatat di kertas
kecil dulu bu biar tidak lupa kemudian diserahkan ke meja 3 untuk di catat di KMS
159
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
kemudian apabila proses kegiatan posyandu sudah selesai kita membuat laporan dengan mengisi buku besar yaitu buku Register ,kalau
ibu hamil register ibu hamil,kalau untuk balita buku register balit kemudian buku akseptorkb setelah peserta yang hadir dihitung kemudian dibuatlah laporan SKDN namamya Bu kemudian diisi berapa cakupannya bu,S nya berapa,K nya berapa,D nya berapa,N nya berapa,dan D/S serta N/D nya berapa”
13 Apa peran anda sebagai kader sesudah kegiatan posyandu?
Informan 5 “…kita melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir ketika kegiatan posyandu dan memotivasi keluarga untuk rajin dating ke posyandu…selanjutnya melaporkan kepada tenaga kesehatan dan lurah tentang kegiatan
posyandu dan hasil yang dicapai dan kendala yag dihadapi…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader melakukan melakukan pemantauan berupa kunjungan rumah kepada ibu yang tidak datang ke posyandu
dengan membawa timbangan dan buku catatan agar kader dapat terus memantau perkembangan kesehatan ibu dan balita.
Informan 6 “Kader selalu mendatangi rumah warga jika tidak datang ke posyandu dengan membawa
timbangan, meteran dan buku catatan”
Informan 7 “Kita data ibu-ibu yang tidak hadir ke posyandu trus kita datangi ke rumahnya…”
Informan 8 “Kita lakukan kunjungan ke rumah kepada ibu yang tidak datan gke posyandu…:
14 Apakah anda pernah
mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu?
Informan 5 :…belum ada…Cuma ada dapat sosialisasi aja
dari tenaga kesehatan…:
Dari hasil wawancara mendalam
tersebut didapatkan bahwa kader tidak mendapatkan pelatihan tentang posyandu dan hanya mendapat sosialisasi tentang jadwal
Informan 6 “…gak pernah ada…paling Cuma di kasih sosialisasi tentang promosi jadwal dan tempat pelaksanaan posyandu..”
160
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
Informan 7 “belum ada…” dan tempat pelaksanaan serta persiapan pelayanan 5 meja di posyandu
Informan 8 “Gak ada bu, cuma pengarahan dan sosialisasi dari tenaga kesehatan aja…”
15 Apakah anda ada mendapat imbalan dalam tugas anda
sebagai kader posyandu?
Informan 5 “… ada sih…tapi enggak rutin…kita nggak tahu apakah ada terjadwal atau tidak…jadi kapan
diberikan ya kita terima …”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader
tidak mendapatkan imbalan berupa gaji, namun hanya penghargaan berupa meteri sebagai tanda terima kasih atas perannya di posyandu
Informan 6 “… ada…biasanya 3 bulan atau 6 bulan sekali….tergantung kapan ada pencairan dari pihak terkait ya kita terima ….”
Informan 7 “ada…hanya nilainya nggak tetap…”
Informan 8 “Ada sih…hanya kita nggak ada ditetapka
jumlah pastinya…”
16 Apakah anda mendapat supervisi dari tenaga kesehatan dalam pelaksanaan
peran dan tugasnya sebagai kader?
Informan 5 “…ada…karna kami tidak dapat pelatihan, jadi tenaga keseahtan terus mendampingi…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader mendapat supervisi dari tenaga
kesehatan dan Ketua Posyandu dengan melakukan pendampingan langsung
Informan 6 “…tenaga kesehatan cuma memberikan sosialisasi, gak ada pelatihan…jadi mereka tetap mendampingi…”
Informan 7 “Iya….tenaga kesehatan selalu mendampingi jika kami akan menerangkan kepada masyarakat tentang manfaat posyandu..
Informan 8 Biasa kalau waktu hendak menjelaskan tentang
manfaat posyandu….”
17 Apa kendala yang anda hadapi sebagai kader dan dalam pelaksanaan posyandu?
Informan 5 “…biasanya sewaktu pelaksanaan imunisasi yang masalah…sering ibu tidak mengiizinkan balitanya untuk diimunisasi karena tidak diizinkan suami…dan juga ibu malas pergi ke
posyandu karna jalan menuju ke posyandu yang rusak…..selain itu juga ketika melakukan penyuluhan….kami agak kewalahan menjawab
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader menghadapi hambatan dalam pelaksanaan posyandu pada segi
waktu pelaksanaan pada pagi hari yang dimulai pada pukul 08.00 pagi, sementara kader harus hadir
161
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
pertanyaan ibu balita dan menjelaskan tentang perkembangan kesehatan….karna kami nggak pernah mendapat pelatihan…..”
sebelum jam 08.00 pagi untuk mempersiapkan tempat pelaksanaan dan harus berbenah di rumah
sebagai ibu rumah tangga. Hambatan lain yang dihadapi kader adalah dalam pelaksanaan penyebaran informasi kepada masyarakat dimana akses jalan yang buruk untuk dilalui dalam kegiatan kunjungan rumah serta
ketika pelaksanaan penyuluhan di meja 4, kader agak kewalahan menghadapi pertanyaan dari ibu balita dan bagaimana melakukan penyuluhan karena kader tidak mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu. Jika salah satu kader ada yang berhenti
sehingga selalu ada pula kader yang baru. Pengetahuan kader lama dan kader yang baru jelaslah berbeda, kader yang lama lebih memiliki pengalamann dari supervise oleh tenaga kesehatan dan ketua posyandu dan praktek langsung
dilapangan sedangkan kader baru, mereka masih minim pengetahuan tentang pelayanan yang harus diberikan di posyandu. Sehingga kader lama terkadang merangkap
Informan 6 “…kendala yang paling sulit kami hadapi ya sewaktu penyuluhan di meja 4 bu….kami kan nggak pernah dapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu…jadi terpaksa kami
minta bantuan tenaga keseahtan….kendala yang sering kami jumpai juga ibu tidak bisa hadir karna tidak ada yang mengantar ke posyandu…maklumlah karena daerah perkebunan jadi akses jalannya masih buruk, sementara suami harus bekerja di kebun. Selain itu sering ibu tidak mau anaknya diimunisasi karena tidak dilarang suami dengan alasan
takut demam setelah imunisasi…”
Informan 7 “Susahnya kalau waktu ibu-ibu bertanya tentang kesehatan…saya kurang memahami karena pendidikan saya kan gak sampe
kesitu…trus gak prnah dapat pelatihan lagi….”
Informan 8 “Susah ya kalau mau mengadakan kunjungan rumah ke rumah ibu yang lokasinya jauh…apalagi kalau sudah musim hujan..susah
jalannya dilewati…karna kan masih jalan tanah…”
162
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
tugas, membantu kader yang baru
18 Apa yang anda lakukan bila menemukan kendala dalam pelaksanaan tugas dan peran anda sebagai kader?
Informan 5 “…semua kendala kita catat dan masuk dalam laporan untuk diserahkan ke petugas…”
Dari hasil wawancara mendalam tersebut didapatkan bahwa kader ketika menghadapi hambatan dalam pelaksanaan posyandu langsung
melaporkan kepada Ketua Posyandu dan Tenaga Kesehatan untuk ditindaklanjuti mencari solusinya
Informan 6 “…ya langsung kita laporin aja ke tenaga kesehatan untuk ditindaklanjuti….”
Informan 7 “Saya langusng koordinasi ke ketua posyandu …jadi ketua bisa ambil kebijakan untuk
melaporkan ke petugas kesehatan….”
Informan 8 “Kita komunikasikan sama ketua..jadi ketualah yang nyampaikan sama yang lebih tinggi lagi…”
19 Apakah Toko Masyarakat dari desa atau kelurahan melakukan suverpisi pada saat pelaksanaan Posyandu
Informan 5 Informan 6
“seingat saya nggak ada bu ,tapi ntahlah kalau kebetulan saya tidak datang lagi ada halangan” “tidak ada bu,yang ada di posyandu pada saat pelaksanaan posyandu ya tenaga kesehatan,bu
bidan kadang ada juga datang petugas program gizi dari Puskesmas,trus kader,ya ibu sama balitanyalah “
Dari hasil wawancara tersebut didapatkan bawa petugas keluran atau petugas desa jarang melakukan supervise pemantauan pelaksanaan posyandu
Informan 7 Informan 8
“ibu kepala dusun paling bu, lainnya setau saya nggak pernah ,paling kalau ada perlu kita
kekantor desa misalnya ngantar laporan,memang perlu juga tu bu Jadi kita merasa di perhatikan” “kayaknya nggak adalah bu ,tapi ntahlah kalau saya lagi tak datang soalnya sayapernah nggak datang kebetulan saya lagi sakit,jadi saya nggak
163
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
tau pasti bu,soalnya nggak pernah nanya”
Pertanyaan Tenaga Kesehatan Ketua/ Pimpinan Posyandu
1 Apakah posyandu rutin dilaksanakan?
Informan 9 “sudah rutin dilaksanakan sesuai rencana program yang sudah disusun bersama kader dan Ketua Posyandu”
Hasil wawancara diketahui bahwa posyandu sudah rutin dilaksanakan sesuai dengan program yang sudah disusun.
Informan 10 “…kita laksanakan posyandu sesuai rencana program yang sudah disusun bersama kader dan Ketua Posyandu…schedulenya sudah ada…..”
2 Apa peran kader dalam rangka penyuluhan tentang posyandu?
Informan 9 “sekarang ini hanya sebataspenyuluhan
perorangan pada saat posyandu dan kunjungan rumah ,penyuluhan tentanggizi balita pada saat selesai ditimbang di meja 4 kita jelaskan dan membuat solusinya dengan menunjukkan gambar pada ibu yang ada di buku pink untuk
memberikan makanan tambahan dengan jenis makanan tambahan,kemudia ttg kebersihan perorangan demikian juga penyuluhan yang kita berikan pada saat kunjungan rumah ,disampaikan juga pelaksanaan posyandu yang akan datang agar jangan lupa,untuk penyuluhan yang menyangkut program di posyandu di
sampaikan petugas kesehatan bu”
Dari hasil wawancara tersebut di dapatkan bahwa dalam pemberian pelayanan penyuluhan kepada masyarakat khusunya ibu yang datang keposyandu kader belum berperan secara maksimal, untuk penyuluhan yang di berikan hanya
secara umum yaitu tentang kegiatan di posyandu,hasi pemantauan dati timbangan bayi dan ibu hamil dan memberikan penjelasan dan penyuluhan dengan memaki panduan bukuKIA untuk penyuluhan yang menyangkut
program masih di berikan aleh petugas kesehatan yaitu pemegang
program puskesmas
Informan 10 “…dilapangan kadermemberpenyuluhan tentang kegiatan yang dilakukan di posyandu meja 1-5 ,menyampaikan tentang jadwal dan
164
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
tempat pelaksanaan posyandu,menyampaikan tentang menjaga kebersihan,menyampaikan tentang,pemberian makanan tambahan, ibu
hamil yang harus memeriksakan kehamilannya minimal4 kali dan melahirkan di puskesmas atau di tempat bidan dan di tolong olehtenaga kesehatan…kalau penyuluhan untuk lebih rinci di sampaikan oeleh tenega kesehatan pemegangng program dari Puskesmas…”.
3 Apa peran dan tugas kader dalam pelaksanaan posyandu?
Informan 9 …ya membantu kegiatan posyandu dalam hal penyiapan tempat posyandu, menyiapkan 5 meja pelaksanaan kegiatan posyandu mulai dari meja pendaftaran, meja penimbangan, meja pencatatan, meja penyuluhan dan meja
pelayanan kesehatan…
Hasil wawancara diketahi bahwa pran dan tugas kader adalah mempersiapn tempat pelaksanaan posyandu mulai membersihkan sampai memperisapkan alat-alat
yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan posyandu. Informan 10 “…kegiatan posyandu dimulai pada pukul 08.00
pagi, jadi sebelum jam 8 kader sudah harus hadir di posyandu untuk menyiapkan tempat
beserta 5 meja pelaksanaan kegiatan posyandu mulai dari meja 1 pendaftaran sampai meja 5 pelayanan kesehatan…”
4 Apakah kader ada
bekerjasama dengan tokoh agama dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat?
Informan 9 “…penyuluhan kesehatan biasa dilakukan oleh
tenaga kesehatan, kader sebagai personal paling dekat dengan masyarakat berkoordinasi dengan tokoh agama khsususnya pengurus perwiridan ibu-ibu…”
Hasil wawancara diketahui bahwa
dalam penyuluhan kader hanya berperan dalam penyebaran informasi tentang jadwal pelaksanaannya dan penyuluhan dilakukan oleh tenaga kesehatan
Informan 10 “…kebetulan kan kader juga anggota
165
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
perwiridan ibu-ibu, jadi kader langsung koordinasi dengan pengurus perwiridan ibu-ibu…”
5 Apakah kader pernah mendapat pelatihan tentang pelaksanaan posyandu?
Informan 9 “…pelatihan khusus posyandu untuk kader belum ada… kami hanya memberikan sosialisasi tentang posyandu dan bagaimana penyebarluasan informasi tentang jadwal dan
tempat pelaksanaan posyandu..dalam hal tugasnya di posyandu kami beri instruksi langsung dalam pendampingan...”
Hasil wawancara diketahui bahwa kader tidak pernah mendaapt pelatihan tentang pelaksanaan posyandu. Tenaga kesehatan dan
ketua posyandu hanya memberkan sosialisasi tenang bagaimana penyebarluasan informasi dan tempat pelaksanaan posyandu. Informan 10 “…pelatihan tentang posyandu enggak ada.
Kader cuma dapat sosialisasi dari tenaga
kesehatan di Puskesmas tentang pelaksanaan penyebarluasan informasi dan pelaksanaan posyandu...”
6 Apakah kader ada mendapat
imbalan dalam tugasnya sebagai kader posyandu?
Informan 9 “..ada sih….tapi gak rutin…biasanya pertiga
bulan atau per enam bulan…”
Hasil wawancara diketahui bahwa
kader mendapat imbalan sebagai ucapan terimakasih, namun tidak ada kesepakatan besarannya dan waktu pemberiannya tidak rutin.
Informan 10 “…kalau imbalan sih gak ada, karena tugas peran kader pelayanan sukarela…tapi kita ada dikasih sedikit penghargaan berupa materi sebagai tanda terima kasih…”
7 Apakah anda memberikan supervisi kepada kader dalam pelaksanaan peran dan tugas sebagai kader?
Informan 9 “…iya….kita supervisi kader dalam pelaksanaan kunjungan rumah dan penyebarluasan informasi posyandu dan dalam tugasnya di posyandu kita melakukan
pendampingan langsung…”
Hasil wawancara diketahui bahwa tenaga keseahtan melakukan supervise kepada kader dalam hal penyebarluasan informasi dan
mendampingi kader ketika melaksanakan kunjunga rumah. Informan 10 “…untuk pelaksanaan kunjungan rumah kita
langsung melakukan pendampingan demikian juga dalam tugasnya di posyandu…”
166
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
8 Apakah kader melakukan koordinasi dalam pelaksanaan posyandu?
Informan 9 “…kader tetap koordinasi dengan tenaga kesehatan dan Ketua Posyandu...”
Hasil wawancara diketahui bahwa kader melakukan koordinasi kepada tenaga kesehatan dan ketua
posyandu dalam pelaksanaan posyandu.
Informan 10 “…iya…kita tetap kerjasama dan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan dan tokoh agama...”
9 Apa kendala yang dihadapi sebagai kader dalam
pelaksanaan posyandu?
Informan 9 “…biasanya sih masalah membagi waktu dengan pekerjannya di rumah, sementara
pelaksanaan kegiatan posyandu dimulai pada pukul 08.00 pagi... masalah dilapangan yang menjadi kendala adalah akses jalan perkebunan yang belum diaspal sehingga sulit dilalui, terlebih lagi jika musim hujan. Selain itu kader sering tidak menjumpai ibu balita di rumah karena biasanya mereka pergi ke kebun.”
Hasil wawancara diketahui bahwa kader sering menghadapi masalah
dalam hal membagi waktu untuk pelaksanaan posyandu dan pekerjaanya di rumah dan pengetahuan kader yang minim tentang posyandu karena tidak mendapat pelatihan. Selain itu keluar kader yang sering berganti anggota sehingga kader lama harus
merangkap tugas untuk membantu kader yang baru. Kader juga menghadapi masalah ketika melakukan kunjungan rumah sering tidak menjumpai ibu balita karena aktivitas ibu balita yang sering di ladang dan sulitnya kondisi jalan
yang kurang baik terlebih ketika musim hujan.
Informan 10 “..kendalanya selalu ada kader yang berhenti, sehingga selalu ada pula kader yang baru. Pengetahuan kader lama dan kader baru jelas berbeda, kader yang lama lebih memiliki pengalaman dari supervisi selama ini oleh
petugas kesehatan dan ketua posyandu dan praktek langsung di lapangan, kalau kader baru, mereka kan masih minim pengetahuan tenatng pelayanan yang harus diberikan di posyandu…sehingga kader lama terkadang merangkap tugas membantu kader yang baru…”.
10 Apakah kader melaporkan kendala yang dihadapinya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai kader?
Informan 9 ‘…kalau masalah di lapangan tentang akses jalan mereka laporkan dan kita teruskan ke pihak terkait…jika masalah penyuluhan dan penyebarluasan informasi ada kendala biasanya
Hasil wawancara diketahui bahwa kader melaporkan kendala yang dihadapi kepada Ketua posyandu dan selanjutnya ketua posyandu
167
No Pertanyaan Responden Jawaban Kesimpulan
kader melaporkan ke Ketua Kader....”
yang akana berkoordinasi dengan tenaga kesehatan dan pihak terkait.
Informan 10 “…iya..mereka tetap melaporkan ke Ketua Posyandu jika ada kendala, selanjutnya kita cari solusinya dengan berkoordinasi dengan tenaga kesehatan di puskesmas....”
11 Apakah Toko Masyarakat dari desa atau kelurahan melakukan suverpisi pada saat pelaksanaan Posyandu
Informan 9
Informan 10
“…tidak ada bu ,biasanya pelaksanaan posyandu hanya dihadiri ibu balita,ibu hamil ,ibu PUS,kemudian ibu tenaga kesehatan kadang 2 orang kadang juga 1 orang,kemudian kader ,lah bu”
“nggak ada sih buk,kalau ada yang perlu kita yang kekantor desa,yang ada di posyandu ya ibu bidan,kadang petugas pemegang gizi dari Puskesmas ,kader posyandu kemudian ibu balita,ibu hamil, ibu yang mau jarum Kb trus ibu menyusui bu ,
Hasil wawancara diketahui bahwa pelaksanaan posyandu kurang dukungan dari petugas desa dalam mem memberikan motivasi kepada masyarakat khusus kader kesehatan khususnya kader kesehatan di
posyandu.
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
Lampiran
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1.LokasiPenelitian
Gambar 2.LokasiPenelitian
186
Gambar 3.LokasiPenelitian
Gambar 4.KegiatanPosyandu
187
Gambar 5.WawancaraIbuBalita
Gambar 6.WawancaraIbuBalita
188
Gambar 7.Wawancara Kader
Gambar 8.Wawancara Kader
189
Gambar 9.WawancaraTenagaKesehatan
Gambar 10.WawancaraKetuaPosyandu
190
Gambar 11.Pendaftaran
Gambar 12.PenimbanganBalita
191
Gambar 13.PengukuranTinggiBadan
Gambar 14.Pengukuran LILA
192
Gambar 15.Pencatatan KMS
Gambar 16.PelayananKesehatan