Peran Hormon Giberelin Dalam Pemecahan Dormansi Biji Jati

3
PERAN HORMON GIBERELIN DALAM PEMECAHAN DORMANSI BIJI JATI (Tectona grandis Linn. F.) Oleh: Fatimah Email: [email protected]; [email protected] Faculty of Mathematics and Natural Science Airlangga Dibuat: 2006-01-17 , dengan 1 file(s). Keywords: GIBBERELLIS; TEAK Subject: GIBBERELLIS; TEAK Call Number: KKB KK-2 LP.130/05 Beragamnya penggunaan kayu jati yang menyebabkan tingginya permintaan akan bahan baku kayu jati, selama ini tidak diimbangi dengan laju produksi tanamannya. Untuk memenuhi permintaan tersebut, upaya penanaman kembali sangat diperlukan. Pengembangan tanaman jati secara konvensional (generatif) memiliki kendala teknis berupa kulit buah yang keras. Kulit buah ini sedemikian kerasnya sehingga bila akan disemai perlu diberi perlakuan awal. Perhutani yang menerapkan pembakaran kulit buah dengan rumput kering hanya dapat menghasilkan persentase tumbuh sekitar 45 % (Sutnama, 2003). Rendahya persentase perkecambahan bisa disebabkan embrio mengalami kerusakan pada saat perlakuan awal. Selain itu rendahnya persentase perkecambahan pada biji jati disebabkan biji mempunyai masa dormansi (masa istirahat) yang relatif cukup lama. Giberelin merupakan hormon tumbuh yang mampu mengatasi dormansi biji pada berbagai spesies dan berlaku sebagai pengganti suhu rendah, hari yang panjang dan atau cahaya merah. Salah satu efek giberelin pada biji adalah mendorong pemanjangan sel sehingga radikula dapat menembus endosperm kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan (Sallisbury & Ross, 1995). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan (1) apakah terdapat perbedaan pengaruh antara pemberian beberapa konsentrasi giberelin dan perlakuan awal (H2SO4, KNO3, air panas, air dan penipisan kulit biji) terhadap kecepatan dan persentase perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati (Tectona grandis Linn. F), (2) berapakah konsentrasi giberelin yang paling baik dalam mempengaruhi perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati, (3) kombinasi perlakuan yang manakah yang paling baik dalam mempengaruhi perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh pemberian beberapa konsentrasi giberelin dan perlakuan awal (perendaman dalam H2SO4, KNO3, air panas atau air serta penipisan kulit biji) terhadap kecepatan dan persentase perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati, (2) mengetahui konsentrasi giberelin yang paling baik untuk meningkatkan kecepatan dan persentase perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati, dan (3) mengetahui pengaruh kombinasi antara pemberian berbagai konsentrasi giberelin dengan perlakuan

description

giberelin

Transcript of Peran Hormon Giberelin Dalam Pemecahan Dormansi Biji Jati

Page 1: Peran Hormon Giberelin Dalam Pemecahan Dormansi Biji Jati

PERAN HORMON GIBERELIN DALAM PEMECAHAN DORMANSI BIJI JATI (Tectona grandis Linn. F.)

Oleh: Fatimah Email: [email protected]; [email protected] of Mathematics and Natural Science Airlangga Dibuat: 2006-01-17 , dengan 1 file(s).

Keywords: GIBBERELLIS; TEAKSubject: GIBBERELLIS; TEAKCall Number: KKB KK-2 LP.130/05

Beragamnya penggunaan kayu jati yang menyebabkan tingginya permintaan akan bahan baku kayu jati, selama ini tidak diimbangi dengan laju produksi tanamannya. Untuk memenuhi permintaan tersebut, upaya penanaman kembali sangat diperlukan. Pengembangan tanaman jati secara konvensional (generatif) memiliki kendala teknis berupa kulit buah yang keras. Kulit buah ini sedemikian kerasnya sehingga bila akan disemai perlu diberi perlakuan awal. Perhutani yang menerapkan pembakaran kulit buah dengan rumput kering hanya dapat menghasilkan persentase tumbuh sekitar 45 % (Sutnama, 2003). Rendahya persentase perkecambahan bisa disebabkan embrio mengalami kerusakan pada saat perlakuan awal. Selain itu rendahnya persentase perkecambahan pada biji jati disebabkan biji mempunyai masa dormansi (masa istirahat) yang relatif cukup lama. Giberelin merupakan hormon tumbuh yang mampu mengatasi dormansi biji pada berbagai spesies dan berlaku sebagai pengganti suhu rendah, hari yang panjang dan atau cahaya merah. Salah satu efek giberelin pada biji adalah mendorong pemanjangan sel sehingga radikula dapat menembus endosperm kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan (Sallisbury & Ross, 1995). Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan (1) apakah terdapat perbedaan pengaruh antara pemberian beberapa konsentrasi giberelin dan perlakuan awal (H2SO4, KNO3, air panas, air dan penipisan kulit biji) terhadap kecepatan dan persentase perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati (Tectona grandis Linn. F), (2) berapakah konsentrasi giberelin yang paling baik dalam mempengaruhi perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati, (3) kombinasi perlakuan yang manakah yang paling baik dalam mempengaruhi perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui pengaruh pemberian beberapa konsentrasi giberelin dan perlakuan awal (perendaman dalam H2SO4, KNO3, air panas atau air serta penipisan kulit biji) terhadap kecepatan dan persentase perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati, (2) mengetahui konsentrasi giberelin yang paling baik untuk meningkatkan kecepatan dan persentase perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati, dan (3) mengetahui pengaruh kombinasi antara pemberian berbagai konsentrasi giberelin dengan perlakuan awal (perendaman pada H2SO4, KNO3, air panas atau air biasa serta penipisan kulit biji) terhadap kecepatan dan persentase perkecambahan biji serta pertumbuhan tanaman jati. Penelitian ini menggunakan 300 biji jati yang diperoleh dari PT. MIM Mojokerto, penyedia bibit Jati Emas. Terdapat 30 perlakuan yaitu perlakuan hormon 4 tingkat yaitu GI, G2, G3 dan G4 (berturut turut 1, 10, 100, dan 200 ppm), perlakuan kimia 2 tingkat yaitu biji direndam dalam H2SO4 pekat selama 20 menit (P1), biji direndam dalam KNO3 2 % selama 24 jam (P2), perlakuan fisik 2 tingkat yaitu biji direndam dalam air panas (40°C) selama 42 jam (P3) dan biji direndam dalam air selama 24 jam, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 14 hari (P4), penipisan kulit buah 1 tingkat (P5), serta perlakuan kombinasi antara giberelin dengan perlakuan fisik atau kimia (4x5 tingkat). Masing-masing perlakuan diulang 10 kali dengan menggunakan satu biji setiap ulangan. Pengamatan dilakukan pada

Page 2: Peran Hormon Giberelin Dalam Pemecahan Dormansi Biji Jati

hari ke-3 setelah tanam, dan diikuti perkembangannya hingga 3 bulan setelah tanam. Parameter yang diukur adalah waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah (kecepatan perkecambahan), persentase perkecambahan, dan pertumbuhan tanaman jati (tinggi batang, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun). Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, data tentang tinggi batang, jumlah daun, panjang dan lebar daun dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA). Apabila terdapat perbedaan yang berrnakna dilanjutkan dengan uji Duncan. Sementara itu data mengenai kecepatan dan persentase perkecambahan dianalisis tanpa statistik, sebab biji yang belum tumbuh hingga 3 bulan pengamatan tidak dapat ditabulasikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antar perlakuan terhadap kecepatan dan persentase perkecambahan serta pertumbuhan tanaman jati. Persentase perkecambahan tertinggi (40%) terdapat pada perlakuan giberelin 10 ppm (G2). Perlakuan ini menyebabkan batang menjadi lebih tinggi,daun yang terbentuk lebih banyak, serta lebih panjang dan lebih lebar dibanding kontrol maupun kelompok perlakuan yang lain. Sementara itu perlakuan kombinasi antara H2SO4 dengan giberelin 1 ppm berpengaruh lebih baik terhadap pertumbuhan tanaman jati. Berdasarkan basil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan pengaruh antara pemberian giberelin dengan perlakuan lainnya terhadap kecepatan dan persentase perkecambahan serta pertumbuhan tanaman jati, (2) konsentrasi giberelin yang paling baik dalam mempercepat perkecambahan serta meningkatkan pertumbuhan tanaman (tinggi batang, jumlah daun, panjang dan lebar daun) adalah giberelin 10 ppm (G2), (3) kombinasi perlakuan yang memberi efek lebih baik dibanding perlakuan lain adalah kombinasi antara H2SO4 dengan giberelin 1 ppm (P1G1). 

Copyrights:

Copyright©2004 by Airlangga University Library, Surabaya

http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-res-2006-fatimah-286&width=150&PHPSESSID=9547a1c5e8068eda78337e2204942bc3