PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR...
Transcript of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR...
-
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MEMBINA
AKHLAK SISWA DI SMP AL MUBARAK PONDOK
AREN TENGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Abdul Rahman
NIM 1113011000071
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
-
ii
ABSTRAK
Abdul Rahman. (NIM 1113011000071). Peran Guru Pendidikan Agama
Islam Sebagai Motivator Dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama
Islam sebagai Motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak
Pondok Aren Tangerang Selatan dan untuk mengetahui perilaku akhlak siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 – November 2019.
Tugas seorang guru Pendidikan Agama Islam bukan hanya memberikan
ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya, akan tetapi ia harus mampu
memberikan contoh perilaku yang baik dan membentuk pribadi siswa sesuai
dengan tuntunan dan ajaran Islam. Tidak hanya membentuk akhlak yang baik bagi
siswa, namun harus menjadi penyemangat dan membina perserta didik menjadi
individu yang berakhlak mulia.
Metode yang digunakan pada penelitian ini, penulis menggunakan metode
kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif. Prosedur pengumpulan data yang
digunakan adalah observaasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam
mendeskripsikan hasil wawancara, penulis menggunakan hasil observasi dan
dokumentasi seabagai penguat terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara
yang dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam, kepala sekolah, guru
Bimbingan Konseling dan 2 siswi kelas VIII. Hasil penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sangat
berperan aktif sebagai motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan. Guru memberikan nasihat dan contoh
langsung kepada siswa, memberikan teguran kepada siswa yang melakukan
perbuatan kurang baik, mengajak siswa untuk sholat berjama’ah, sholat dhuha dan
mencontohkan berpakaian yang baik dan Islami. Perilaku siswa di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan dapat dikatakn cukup baik
-
iii
ABSTRACT
Abdul Rahman. (NIM 1113011000071). The role of Islamic religious
education teachers as motivators in fostering the morals of students at Al
Mubarak Middle School in South Tangerang.
This study aims to determine the role of Islamic religious education
teachers as motivators in fostering the morals of student at Al Mubarak Middle
School Pondok Aren, South Tangerang and to determine student behavior. This
research was conducted in August 2019 – November 2019. The task of an Islamic
religious education teacher is not only to provide knowledge to students, but I
must give examples of good behavior and shape students personalities according
to Islamic guidance and teachings. Not only from good character for students, but
must be encouraging dan fostering student into individuals who have noble
character.
The method use in this study, researchers used a qualitative method with a
descriptive approach. Data collection prosedures used are observation, interviews
and documentation. In describing the results of interviews, researchers used the
result of observations and documentation as a reinforcement of the data obtained
from results of interviews conducted with Islamic religious education teachers,
principals, counseling guidance teachers and two VIII class students.
The result of the research that have been carried out show that the role of
Islamic religious education teachers plays an active role as a motivator in
fostering the morals of students in SMP Al Mubarak Pondok Aren, South
Tangerang. The teacher give advice and direct examples to students, gives
reprimands to students who do bad deeds, invites students to pray in congregation,
pray dhuha dan exemplify good dress and Islamic. The behavior of students at Al
Mubarak Middle School in South Tangerang can be said to be quite good.
-
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur dipanjatkan kepada
Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada
batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam
selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw, atas segala keteladanan
dan pengorbanan beliau dalam mendidik pengikut dan ummatnya agar menjadi
manusia yang berakhlak mulia.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi
ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, motivasi, serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis haturkan ucapan terima kasih
dan penghormatan yang tak ternilai kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin
Umar Lubis, MA.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Dr. Sururin, M.Ag. Serta seluruh jajaran civitas akademika UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Abdul Haris, M.Ag.
4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.
5. Pembimbing Akademik Bahrissalim, M.Ag, yang telah memberi
bimbingan dan arahan selama menempuh studi S1 di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.
6. Kepala SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan H. Nahrawi
Mughni, S.Pdi, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
-
v
7. Pembimbing Skripsi Tanenji, MA, yang telah senantiasa membimbing dan
memberi arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga Besar Alm. H. Ajid bin H. Misnan, yang telah tiada henti
memberi dukungan, do’a dan motivasi serta curahan kasih saying yang
tiada tara. Begitu juga dukungan moril dan materil yang tiada ternilai
harganya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.
9. Guru pendidikan agama Islam SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang
Selatan. Popon Rupaidah, S.Ag, yang telah membimbing, mengarahkan,
memotivasi dan membantu penulis dalam proses penelitian di sekolah.
10. Segenap Dewan guru, tata usaha dan siswa/siswi SMP Al Mubarak
Pondok Aren Tangerang Selatan, yang telah banyak membantu,
sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan.
11. Keluarga Besar PAI 2013, yang selalu memberikan semangat, motivasi,
canda tawa dan telah banyak menorehkan kenangan indah. Semoga
Allah SWT selalu mudahkan dan lancarkan urusan kalian.
12. Keluarga Besar Class Of PAI B (cabhe 2013), yang sudah banyak
membuat rasa kekeluargaan yang kuat, canda tawa, saling tolong
menolong, memberi motivasi dan dukungan satu sama lain. Semoga
persahabatan kita bukan hanya di dunia tetap insya Allah sampai akhirat
nanti.
13. Ahmad Ginanjar, Mohammad Nasruddin, Alvino Tegar Prasetyo, Abdul
Mujib, Al Arifurrahman, Ahmad Faisal Dzulfiqor. Sahabat satu
perjuangan yang saling menyemangati, membantu, memotivasi,
memberi masukan dan keceriaan, semoga Allah mudahkan dan
melancarkan urusan kita semua.
-
vi
14. Desita Sari, calon istriku yang senantiasa mendukung, memotivasi dan
mendo’akan. Terima kasih, semoga Allah SWT mudahkan urusan dan
rencana kita. Amin.
Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,
yang turut membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT
membalas dengan kebaikan berlipat ganda untuk kalian.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini terdapat banyak
kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Bekasi, 9 Juni 2020
Penulis
-
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ......................................................... 9
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam .................................................... 11
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam ........................... 20
4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................... 23
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi .......................................................................................... 25
2. Teori-Teori Motivasi ........................................................................................ 28
3. Macam-Macam/Jenis-Jenis Motivasi ............................................................... 31
4. Teknik-Teknik Memotivasi Siswa .................................................................... 33
C. Pembinaan Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak ............................................................................................ 42
2. Macam-Macam Akhlak .................................................................................... 43
3. Ruang Lingkup Akhlak ..................................................................................... 45
4. Metode Pembinaan Akhlak Siswa ..................................................................... 46
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 48
-
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 51
B. Metode Penelitian ................................................................................................. 51
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................................................... 52
D. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 54
E. Analisis Data ......................................................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Obyektif SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan
1. Sejarah Berdirinya SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan .......... 58
2. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................................................ 59
3. Profil SMP Al Mubarak ..................................................................................... 60
4. Data Siswa ......................................................................................................... 61
5. Data Guru/Tata Usaha ....................................................................................... 61
6. Kegiatan Ekstrakulikuler ................................................................................... 62
7. Jenis-Jenis Pengembangan Diri ......................................................................... 64
8. Pembiasaan ....................................................................................................... 66
B. Hasil Penelitian
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam Membina
Akhlak Siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan .............. 68
a. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam
Membina Akhlak Siswa ............................................................................... 68
b. Metode Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam
Membina Akhlak Siswa ............................................................................... 70
c. Kegiatan Pembiasaan Dalam Membina Akhlak Siswa di SMP
Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan ............................................. 73
2. Akhlak Siswa ..................................................................................................... 76
a. Perilaku Akhlak Siswa .................................................................................. 76
b. Peran Sekolah dalam Menangani Siswa yang Melakukan Pelanggaran ...... 79
-
ix
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 82
B. Implikasi ................................................................................................................ 83
C. Saran ...................................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 84
LAMPIRAN ................................................................................................................... 88
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia, karena pendidikan merupakan sentral kebudayaan dan peradaban
manusia yang terus berkembang. Allah SWT menganugerahkan potensi yang
luar biasa kepada manusia, melalui usaha dan pendidikan manusia dapat
menumbuhkan dan mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.
Pendidikan mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berilmu dan
membawa manusia menuju tempat yang mulia. Firman Allah SWT:
ا اِذَا قِْيَل َلُكْم تَفَسَُّحوْ ُ لَ ٰيٰٓاَيَُّها الَِّذْيَن ٰاَمنُْوٰٓ ُكْم ا فِى اْلَمٰجِلِس فَاْفَسُحْوا يَْفَسحِ اّٰلله
ُ الَِّذيْ َواِذَا قِْيَل اْنُشُزْوا فَاْنشُ ِعْلَم دََرٰجت َن ٰاَمنُْوا ِمْنُكْمْۙ َوالَِّذْيَن اُْوتُوا الْ ُزْوا يَْرفَعِ اّٰلله
ُ ِبَما تَْعَملُْوَن َخِبْير َواّٰلله
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu.
“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah
kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-
orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa
derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.1 (QS. Al
Mujadilah:11).
Pendidik pertama dan utama ketika seorang anak dilahirkan adalah
orangtua. Sebagai pendidik pertama dan utama, orangtua bertanggung jawab
penuh atas kemajuan perkembangan anaknya, karena sukses tidaknya anak di
1 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang: Raja Publishing, 2011), h. 543.
-
2
masa kini ataupun di masa mendatang akan sangat tergantung pengasuhan,
perhatian dan pendidikan yang diberikan orangtuanya.2 Firman Allah SWT:
قُْودَُها النَّاُس َواْلحِ ٰيٰٓ ا اَْنفَُسُكْم َواَْهِلْيُكْم نَاًرا وَّ ىَِٕكة اَيَُّها الَِّذْيَن ٰاَمنُْوا قُْوَٰٰٓۤجاَرةُ َعلَْيَها َمٰل
َ َمآٰ اََمَرُهْم َويَْفعَلُْوَن َما يُْؤَمُرْونَ ِغََلظ ِشدَاد َّلَّ َيْعُصْوَن اّٰلله
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamau
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak durhaka kepada Allah
terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengajarkan
apa yang diperintahkan.”3 (QS. At-Tahrim: 6).
Guru merupakan pendidik kedua setelah orangtua. Dalam proses
pendidikan, eksistensi guru menjadi tumpuan utama untuk pelaksanaan
kegiatan pembelajaran secara maksimal, guru menjadi ujung tombak dalam
pendidikan di sekolah, tanpa adanya guru, pendidikan di sekolah tidaklah
berarti.
Mohammad saroni mengatakan, “eksistensi guru dalam pendidikan dan
pembelajaran tidak berbeda dengan air untuk ikan di dalam sebuah akuarium,
sedemikian pentingnya sehingga jika tidak ada air, kehidupan di dalam
akuarium tersebut tidak dapat berlangsung.4
Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan,
“tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5
2Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.
88.
3Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang:
Raja Publishing, 2011), h. 560.
4Mohammad Saroni, Personal Branding Guru: (Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru,
(Jogjakarta, AR Ruzz Media, 2011), h. 75.
5Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, Undang-Undang dan Peraturan
Pemerintah RI, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 8-9.
-
3
Dalam hal ini guru memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan, tugas guru bukan hanya saja mengajar namun juga mendidik,
yaitu menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berintelektual,
membentuk peserta didik menjadi manusia yang religius, manusia beriman
yang bertakwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlak yang mulia.
Hal ini sesuai dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 pasal 1
tentang guru dan dosen yang berbunyi, “guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.6
Dalam paradigma Jawa pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru)
yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru
memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan
ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, karenanya segala
tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta
didiknya.7
Jika seorang guru berperilaku baik maka peserta didik akan mengikuti
perilaku tersebut, namun jika guru mencontohkan perilaku yang tidak baik
peserta didik akan mengikuti perilaku yang tidak baik pula, bahkan
perilakunya bisa lebih buruk dari perilaku gurunya. Oleh karena itu
pentingnya seorang guru memiliki akhlak yang baik.
Akhlak merupakan posisi tertinggi dalam Islam, dan sesungguhnya
Rasulullah Saw diutus oleh Allah SWT ke bumi untuk menyempurnakan
Akhlak, Allah SWT berfirman:
ِ أُْسَوة َحَسنَة ِلَمنْ َ َواْليَْوَم اْْلِخرَ لَقَْد َكاَن لَُكْم فِي َرُسوِل اّٰللَّ َكاَن َيْرُجو اّٰللَّ
َ َكثِيًرا َوذََكَر اّٰللَّ 6Sumber Daya Iptek dan Dikti, Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen, 2016), h. 2.
7Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.
90.
-
4
“Sungguh Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”8 (Q.S Al-Ahzab: 21).
Akhlak adalah perbuatan yang disengaja. Jika tidak disengaja, atau
dilakukan karena terpaksa dan dipaksa, maka perbuatan seseorang bukanlah
merupakan gejala akhlak. Ada juga perbuatan yang sulit dinilai, yaitu apabila
seseorang melakukan perbuatan yang baik tetapi mempunyai tujuan yang
buruk atau sebaliknya, dia mempunyai tujuan yang baik, namun cara
mencapainya dengan jalan yang buruk.9
Seseorang yang memiliki akhlak baik akan menjalani pekerjaan dan
hidupnya dengan baik dan bahagia, namun jika seseorang memiliki akhlak
yang buruk dapat dikatakan orang tersebut tidak baik, bahkan akan sulit
melakukan pekerjaan dan hidupnya akan terasa sulit.
Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan
akan mencukupi untuk menjadi bekal ke akhirat nanti. Namun demikian untuk
memiliki akhlak yang mulia perlu adanya bimbingan secara khusus, salah
satunya adalah melalui pendidikan akhlak.
Merosotnya nilai-nilai akhlak menjadi potret kelam yang terjadi saat ini
dikalangan peserta didik, seperti: bullying, kekerasan, tawuran antar pelajar,
merokok, pornografi, narkoba dan masih banyak lagi pergaulan peserta didik
lainnya yang jauh dari ajaran Islam. Kurangnya pergaulan yang Islami di
lingkungan rumah, perkembangan teknologi yang semakin maju, dan kurang
tepat memilih sosok idola yang bisa dijadikan suri tauladan oleh peserta didik
menjadi faktor penyebab merosotnya akhlak saat ini.
Dalam hal ini pentingnya peran seorang guru pendidikan agama Islam
bukan hanya mengajarkan pendidikan akhlak, namun senantiasa mendidik
8 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang: Raja Publishing, 2011), h. 420.
9M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: (Manusia, Etika dan Makna Hidup,
(Bandung, Nuansa, 2005), cet 1, h. 21.
-
5
peserta didik dengan cara mengarahkan, membimbing dan membina siswa
berakhlak mulia. Pendidikan akhlak di sekolah tidak cukup hanya dengan
teori-teori yang memenuhi kognitif peserta didik, namun disertai dengan
perbuatan nyata. Karena untuk mengubah sikap mental atau kerohanian
seseorang menuju arah perbaikan, akan terwujud disertai dengan amal
perbuatan.
Peran guru pendidikan agama Islam amatlah penting dalam membina
akhlak siswa serta mengarahkan dan mengendalikan perilaku mereka agar
tidak menyimpang dari ketentuan agama. Oleh karena itu, seorang guru
dituntut untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan kepribadian yang
dapat membina, membimbing serta memberikan contoh bagi siswanya,
bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang guru juga memiliki peran penting untuk membantu pencapaian
prestasi yang baik bagi peserta didiknya. Keberhasilan pencapaian prestasi ini
pun erat kaitannya dengan motivasi belajar siswa/peserta didik itu sendiri.
Motivasi ini bisa didapatkan melalui sisi intrinsik dan juga ekstrinsik. Salah
satu motivasi ekstrinsik ini ialah peran guru dalam memotivasi siswa/peserta
didiknya dalam membimbing dan membina siswa berakhlak mulia.
Peran seorang guru diharapkan mampu menjadi motivator bagi peserta
didiknya. Jika guru mampu mendorong semangat, serta mengaktifkan proses
belajar mengajar dengan baik, maka prestasi yang didapatkan oleh peserta
didik akan menjadi lebih baik. Melihat pentingnya peran guru sebagai
motivator dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru dituntut untuk
selalu mengembangkan potensi dan kemampuan mengajarnya agar tidak
hanya mampu menyampaikan materi ajar dengan baik, tetapi juga mampu
memberikan motivasi atau dorongan semangat belajar bagi para peserta
didiknya.
Kuat lemahnya motivasi seorang siswa akan turut mempengaruhi
keberhasilannya. Karena itu menumbuhkan motivasi seorang siswa perlu
diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan
masa depan yang penuh tantangan dan mencari solusi tepat dalam mengatasi
-
6
hal tersebut, memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat
dicapai.
Meskipun pendidikan akhlak telah diberikan di sekolah, namun pada
kenyataannya di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan masih ada
perilaku akhlak peserta didik yang kurang baik, masih ada siswa/siswi yang
melanggar peraturan sekolah, seperti: larangan untuk tidak membawa
handphone, larangan keluar kelas sebelum bel sekolah berbunyi, malas
belajar, bolos sekolah, berpakaian tidak rapih bahkan tidak sopan, tidak
menghormat terhadap guru, mengganggu teman dan bermain handphone pada
saat guru mengajar.
Perilaku bullying antar teman masih kerap terjadi, mereka menjadikan
kekurangan yang dimilki temannya sebagai bahan bullying. Budaya pacaran
juga masih terlihat dikalangan siswa. Kurang cakapnya gaya bahasa yang
digunakan oleh siswa saat berinteraksi dengan teman-temannya. Adapun
terlihat perilaku siswa di luar sekolah, ada beberapa siswa yang masih
memakai seragam sekolah tetapi membuka kerudungnya, berkumpul dengan
temannya dan berfoto dan diposting di media sosial.
Tata tertib sekolah dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan bukan
sebaliknya untuk dilanggar. Setiap siswa yang melanggar tata tertib akan
diberikan sanksi berdasarkan pelanggaran yang dilakukannya. Apabila tata
tertib yang dilanggar berat maka semakin besar pula hukuman yang diberikan.
Dalam hal perhatian, ada orangtua yang memberikan perhatian lebih
terhadap anaknya, adapula orangtua yang tidak terlalu memperhatikan
anaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Namun perhatian
orangtua masih kurang terhadap akhlak anaknya ketika berada di luar rumah,
orangtua tidak mengetahui bagaimana perilaku anaknya dan apa yang mereka
lakukan jika berada di luar rumah.
SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan sebagai salah satu
sekolah percontohan di Tangerang, di sekolah ini terdapat program-program
yang diunggulkan antara lain: tadarus Al Qur’an sebelum kegiatan belajar
-
7
mengajar, shalat dhuha setiap hari jum’at, shalat dzuhur berjama’ah, membaca
Asmaul Husna, Baca Tulis Al Qur’an dan tahfidz juz ama’.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti berpendapat bahwa
seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja tetapi seorang guru juga
sebagai pendidik yang dapat mengarahkan siswanya. Oleh karena itu peran
guru sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian seseorang yang
berakhlak mulia. Hal ini mendorong penulis tertarik untuk meneliti di sekolah
tersebut dengan penelitian yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MEMBINA
AKHLAK SISWA DI SMP AL MUBARAK PONDOK AREN
TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat
diidentifikasi adalah:
1. Terjadinya kemerosotan akhlak pada pelajar dalam pergaulan saat ini.
2. Masalah pembinaan akhlak yang masih kurang di sekolah.
3. Kurangnya ilmu pengetahuan siswa mengenai pentingnya akhlak.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Setelah peneliti mengidentifikasi masalah di atas, maka peneliti
melakukan pembatasan masalah yaitu:
1. Peranan guru pendidikan agama Islam sebagai motivator dalam membina
akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
2. Perilaku akhlak yang akan diteliti meliputi perilaku akhlak siswa dalam
beribadah, perilaku akhlak siswa kepada guru, perilaku akhlak siswa
kepada teman dan perilaku akhlak siswa terhadap tata tertib sekolah.
3. Siswa yang akan diletiti di sini adalah siswa kelas VIII di SMP Al
Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.
-
8
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana peran guru pendidikan agama Islam sebagai motivator dalam
membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Siswa?
2. Bagaimana pelilaku akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak siswa di
SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru pendidikan agama Islam sebagai
motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren
Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku akhlak siswa di SMP Al Mubarak
Pondok Aren Tangerang Selatan.
-
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun
swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan
formal minimal berstatus sarjana dan ketetapan hukum yang sah sebagai
guru berdasarkan Undang-Undang guru dan dosen yang berlaku di
Indonesia.10
Guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki
peranan penting yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya “pemain”
yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar.11
Guru dikenal al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang
bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah
seseorang yang memberikan ilmu.12
Menurut Drs. H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara
individual ataupun klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah.13
Menurut Jejen Musfah, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.14
Seorang guru dalam melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal
10 Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 2.
11 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 81.
12 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. III, h. 23.
13 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 9.
14 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 3.
-
10
maupun non formal dituntut untuk mengajar dan mendidik. Pendidik
dalam hal formal yaitu guru merupakan seseorang yang bertugas
mendidik, mengarahkan serta membimbing peserta didik dan seorang
pendidik juga harus dapat membimbing, melatih serta mengembangkan
segala potensi dan bakat yang dimiki oleh peserta didik.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 pada
poin 6 disebutkan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.15
Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang
dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai
tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya
sebagai hamba Allah SWT serta mampu melakukan tugas sebagai
makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.16
Menurut Marimba (1962:15), mendefinisikan pendidik sebagai
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.17
Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunah terdapat istilah yang mengacu
kepada pendidik dalam islam, yaitu istilah al murabbi. Firman Allah SWT:
ْحَمِة َوقُْل َرب ِ اْرَحْمُهَما َكَما َربَّيَانِي َصِغيًرا َواْخِفْض لَُهَما َجنَاَح الذُّل ِ ِمَن الرَّ
15 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 4.
16 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), edisi pertama, h. 159.
17 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),
cet 1, h. 6.
-
11
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”18
(Q.S Al-Isra:24).
Istilah al murabbi pada ayat tersebut diartikan sebagai pendidik. Istilah
ini walaupun maknanya sudah digunakan, namun kosakatanya masih
jarang digunakan, dibandingkan dengan kosa kata lainnya.19
Dari beberapa definisi tentang guru dan pendidik di atas, guru adalah
seseorang yang mampu bertanggung jawab dalam hal mendidik,
mengarahkan serta membina peserta didik. Adapun pendidik dalam
persperktif Islam adalah seseorang yang bukan hanya mendidik tetapi juga
berusaha membentuk serta membina peserta didik dengan nilai-nilai dan
ajaran islami.
2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
Kompetensi berasal dari bahasa inggris “competence” yang berarti
kecakapan dan kemampuan. Kompetensi juga berarti perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.20
Menurut Jejen Musfah, “Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan,
perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.21
Kompetensi menurut Cowell adalah, sebagai suatu keterampilan atau
kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari
tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada
18 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang: Raja Publishing, 2011), h. 284.
19 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), edisi pertama, h. 160.
20 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 1.
21 Jejen Musfah, M.A, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011). Cet. I, h. 27.
-
12
gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau
pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasaan minimal
kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3) penambahan
penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau
keterampilan.22
Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, seorang guru dituntut
memiliki keanekaragaman kecakapan (Competencies) psikologis, yang
meliputi:
1) Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta)
Kompetensi ranah cipta merupakan kompetensi utama yang wajib
dimiliki oleh calon guru dan guru profesional, karena ia kompetensi
ini mengandung bermacam-macam pengetahuan baik yang bersifat
deklaratif maupun yang bersifat prosedural.
2) Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa)
Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga
amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini meliputi
seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang,
sedih dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.
3) Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa)
Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau
kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya
berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Secara garis besar,
kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, yaitu:
a) Kecakapan fisik umum
b) Kecakapan fisik khusus.23
Direktorat Ketenagaan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas,
menyatakan ada empat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan
indikator esensialnya, yaitu:
22 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 53-54.
23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 229-234.
-
13
1. Kompetensi kepribadiaan
Subkompetensinya sebagai berikut:
a) Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, norma
sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma.
b) Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator
esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
c) Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial:
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta
didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
2. Kompetensi pedagogis
Subkompetensinya sebagai berikut:
a) Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki
indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian dan mengidentifikasi
bekal ajar awal peserta didik.
b) Merancang pembelajaran, memiliki subkompetensi esensial:
memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan
pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran yang ingin dicapai
dan materi ajar serta menyusun rancangan pembelajaran
berdasarkan strategi yang dipilih.
c) Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator
esensial: menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan
pembelajaran yang kondusif.
3. Kompetensi profesional
Subkompetensinya sebagai berikut:
-
14
a) Subkompetensi menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang
studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada
dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode,
memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
4. Kompetensi sosial
Subkompetensinya sebagai berikut:
a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, subkompetensi esensialnya: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik.
b) Mampu berkomunikasi dan begaul dengan sesama pendidik dan
tenaga kependidikan secara efektif.
c) Mampu berkomunikasi dan bergau secara efektif dengan
orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.24
Gordon (1988) menyebutkan beberapa hal yang harus terkandung
dalam kompetensi, sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge) yaitu pengetahuan seseorang untuk
melakukan sesuatu.
b. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan afektif
yang dimiliki oleh individu.
c. Keterampilan (skiil) adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan tugas yang dibebankan.
d. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya.
24 Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), h. 274-276.
-
15
e. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan
yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang
terhadap munculnya sesuatu yang baru.
f. Minat (interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu tindakan atau perbuatan.25
Dalam bukunya “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, Zakiah
Daradjat berpendapat, pada dasarnya guru harus memiliki tiga kompetensi,
yaitu:
1. Kompetensi kepribadian
a) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau
murid yang diajarkannya.
b) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar
mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah)
terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah
dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru.
c) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.
2. Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran
a) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang
harus diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan
informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau
kecakapan yang bersangkutan.
b) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu
sedemikian rupa baiknya akan memudahkan murid untuk
mempelajari pelajaran yang diterimanya.
3. Kompetensi dalam cara-cara mengajar
a) Merencanakan atau menyusun setiap program suatu pelajaran,
demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan
untuk satu satuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran). 25 Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh), (Bangung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 187.
-
16
b) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu
atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang
diperlukannya.
c) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode
mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya
yang efektif.26
Menurut Haidar Putra Daulay dalam bukunya “Pendidikan Islam Dalam
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia”, seorang guru harus memenuhi
kompetensi sebagai berikut:
1. Menguasai bahan.
2. Mengelola program belajar mengajar.
3. Mengelola kelas.
4. Menggunakan media/sumber.
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
6. Mengelola instruksi belajar mengajar.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.27
Persyaratan akademik dan tenaga kependidikan profesional seorang
guru secara akademik perlu menguasai:
1) Disiplin ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bahan ajaran dan
bidang studi yang menjadi spesialisnya.
2) Bahan ajaran yang akan dijadikan objek belajar para peserta didik.
3) Pengetahuan tentang peserta didik dengan karakteristik tingkat
perkembangan dan kemampuannya.
4) Dasar-dasar teori dan praktik pendidikan.28
Menurut Undang-Undang No. 14/2005 Pasal 10 ayat 1 dan Peraturan
Pemerintah (PP) No. 19/2005 Pasal 28 ayat 3, guru wajib memiliki
26 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.
263.264.
27 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 83.
28 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 78.
-
17
kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan
profesional.29
Berikut ini adalah penjabaran mengenai beberapa kompetensi yang
harus dimiliki seorang guru beserta indikatornya, yaitu:
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
beribawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Indikator yang harus dimiliki yaitu:
a) Bertindak sesuai dengan norma hukum.
b) Bertindak sesuai dengan norma sosial.
c) Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.
d) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik.
e) Bertindak sesuai norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong).
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedadogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Indikator yang harus dimiliki yaitu:
a) Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
kepribadian
b) Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta
didik kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar.
c) Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih.
d) Melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
e) Merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar
untuk menentukan ketuntasan belajar (mastery learning).
29 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. III, h. 100.
-
18
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah/madrasah dan substansi keilmuan
yang menaungi materinya serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya. Indikator yang harus dimiliki yaitu:
a) Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang manaungi
atau koheren dengan materi ajar.
b) Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.
d) Memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait.
e) Memahami langkah-langkah kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi mata pelajaran.
4. Kompetensi Sosial
Seorang guru diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap
lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai
bagian dari masyarakat sekitarnya. Seorang guru juga harus berjiwa
sosial tinggi, mudah bergaul dan suka menolong. Indikator yang harus
dimiliki yaitu:
a) Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan.
c) Berkomunikasi dan bergaul dengan orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar.30
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik. Dalam pandangan Islam, orang yang
paling bertanggung jawab tersebut adalah orangtua (ayah dan ibu) anak
didik. 31
30 Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
cet. 1, h. 13-17.
31 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 74.
-
19
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dalam bukunya “Ilmu Pendidikan
Islam” terdapat tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
pendidikan agama Islam, sebagai berikut:
1) Kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah
menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-
nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta
didiknya. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan,
ketertiban, kedisiplinan dan sebagainya.
2) Kompetensi Sosial-Religius
Hal ini bagi pendidik menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-
masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Contohnya adalah
siakp gotong-royong, tolong-menolong, toleransi dan sebagainya.
3) Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan dasar ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan
tugas keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat
keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu
mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan
keahliannya dalam perspektif Islam.32
Menurut Zakiah Darajat, menjadi seorang guru tidak sembarangan
tetapi harus memenuhi beberapa kompetensi, terutama guru pendidikan
agama Islam. Kompetensinya adalah sebagai berikut:
a. Takwa kepada Allah SWT.
Guru tidak mungkin mendidik siswa agar bertakwa kepada Allah jika
ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya, karena ia adalah teladan bagi
para peserta didiknya sebagaimana Rasulullah Saw menjadi teladan
bagi umatnya.
32 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.
96.
-
20
b. Berilmu/Berijazah
Ijazah bukan samata-mata hanya secarik kertas, tetapi sebagai bukti
bahwa pemiliknya telah memiliki ilmu pengetahuan dan kompetensi
tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Seorang guru harus
mempunyai ijazah dan akta kependidikan atau sertifikat pendidik
sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan mengajar.
c. Sehat jasmani dan rohani
Kesehatan jasmani dan rohani menjadi salah satu syarat yang penting
bagi tiap-tiap pekerjaan. Seseorang tidak dapat melakukan tugasnya
dengan baik jika badannya selalu dihinggapi oleh suatu penyakit.
Sebagai guru syarat kesehatan pun merupakan syarat yang tidak bisa
diabaikan.
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru menjadi penting dalam pendidikan kepribadian
siswa. Guru harus menjadi teladan karena para siswa bersifat meniru.
Diantara tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi
peserta didik yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.33
3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan
anak didik, untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas
berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang
menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.34
Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah
mendidik dengan cara mengajar. Tugas-tugas selain mengajar ialah
berbagai macam tugas sesungguhnya bersangkutan dengan mengajar,
yaitu tugas membuat persiapan mengajar, tugas mengevaluasi hasil
33 Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),
cet. 1, h. 21-22.
34 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 12.
-
21
belajar dan lain-lain yang selalu bersangkutan dengan pencapaian tujuan
pengajaran.35
Menurut Al-Ghazali, seorang guru yang mengamalkan ilmunya lebih
baik daripada seorang yang beribadah saja, puasa dan shalat setiap
malam. Tugas utama seorang guru adalah menyempurnakan,
membersihkan dan menyucikan hati manusia untuk mendekatkan diri
kepada Allah.36
Dalam Sistem Praktik Keguruan (1983) ada tiga jenis tugas guru, yaitu
tugas profesi yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
dalam arti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan pada
peserta didik.37
Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, tugas
guru bukan hanya memindahkan muatan meteri ke peserta didik, tetapi
dalam kurun waktu 24 jam ia harus siap sedia. Menurut
Abdurrahmansyah ada bidang-bidang garapan profesi atau tugas
kemanusiaan dan kemasyarakatan, yaitu sebagai berikut:
a) Guru sebagai profesi atau jabatan atau pekerjaan yang menentukan
keahlian khusus sebagai guru tugasnya meliputi mendidik, mengajar
dan melatih.
b) Guru sebagai bidang kemanusiaan, di sekolah ia harus dapat
menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.38
Menurut Tutik Rachmawati dan Daryanto dalam bukunya “Teori
Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik”, tugas utama seorang
guru adalah sebagai berikut:
35 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 78-79.
36 Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh), (Bangung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 168.
37 Sholeh Hidayat, op.cit, h.7.
38 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 13.
-
22
1. Mendidik
Mendidik mencakup proses pendidikan baik di dalam maupun di luar
sekolah. Jadi mendidik tidak bisa hanya dilakukan oleh guru saja,
akan tetapi harus ada kerja sama antara guru, orangtua, masyarakat,
kelompok dan juga pemerintah. Tuga guru sebagai pendidik berkaitan
dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
2. Mengajar
Seorang guru harus bisa mengajar dan mempunyai ilmu pengetahuan
yang cukup untuk diberikan kepada peserta didik. Seorang guru harus
berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan
terampil dalam memecahkan masalah.
3. Membimbing
Membimbing perlu adanya kedekatan tertentu baik yang membimbing
maupun yang dibimbing. Ruang lingkupnya lebih kepada privasi,
individu, khusus, perorangan atau beberapa orang saja.
4. Mengarahkan
Mengarahkan adalah tugas guru untuk memberikan masukan-
masukan yang berguna bagi peserta didik untuk kedepannya guna
mencapai impian dan cita-citanya, mengarahkan berupa himbauan,
larangan, ajakan, perintah ataupun pendapat guna untuk dilaksanakan
oleh peserta didik. Dalam hal ini juga seorang guru harus punya
pandangan positif serta pemahaman yang baik terhadap masa depan
peserta didik kedepannya.
5. Melatih
Seorang guru harus mampu besikap tegas terhadap peserta didiknya
dan menerapkan disiplin terhadap peserta didiknya.
6. Menilai
Seorang guru harus mempelajari seluk beluk tentang penilaian dan
berusaha untuk menerapkannya dan melaksanakannya di lapangan.
7. Mengevaluasi
-
23
Evaluasi bisa dilakukan bila guru berperan aktif dalam mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan menilai peserta
didiknya sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Proses evaluasi
dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengolahan hasil dan pelaporan.39
Menurut Akmal Hawi dalam bukunya “Kompetensi Guru Pendidikan
Agama Islam”, seorang guru harus bertanggung jawab atas segala sikap,
tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak
anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk
membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna
bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.40
4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di
dalam kelas.41
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005, peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar,
pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai dari peserta didik.
Penjabarannya sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi
bagi para peserta didik dan lingkungannya. Seorang guru harus
mempunyai standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung
jawab, kewibawaan, kemandirian dan kedisiplinan.
39 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendiidk,
(Yogyakarta: Gava Media, 2015), h. 328-332.
40 Ibid., h. 13.
41 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15.
-
24
2. Guru sebagai pengajar
Guru sebagai pengajar harus terus mengikuti perkembangan teknologi
sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-
hal yang terus diperbarui. Seorang guru berperan membantu peserta
didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum
diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar
yang dipelajari.
3. Guru sebagai pembimbing
Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang
bertanggung jawab. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan
tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan
yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai
kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
4. Guru sebagai pengarah
Sebagai pengarah seorang guru harus mampu mengajarkan peserta
didik dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi,
mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan
menemukan jati dirinya.
5. Guru sebagai pelatih
Guru bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi
dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Untuk itu
seorang guru harus memiliki pengetahuan yang banyak meskipun tidak
mencakup semua hal secara sempurna.
6. Guru sebagai penilai
Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
dan dengan teknik yang sesuai baik tes atau non tes. Seorang guru
harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang
meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur
pengembangan serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari
berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan kesukaran soal.
-
25
James B. Broww berpendapat peran guru itu menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan
pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.42
B. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti
gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi
bisa diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang
dimotivasi tersebut bergerak. Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan
sebagai suatu tendensi seseorang untuk berbuat yang meningkat guna
menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh. A.W. Bernard memberikan
pengertian motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam
perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya
kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu.
Motivasi merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk
mencapai tujuan tertentu.43
Motivasi merupakan mesin yang menguasai dan mengarahkan
perilaku. Kunci dari mesin itu ada di tangan masing-masing individu. Pada
situasi sekolah misalnya: sebagian siswa dapat mengarahkan mesin itu
sendiri dengan sangat baik, sementara sebagian siswa yang lain
membutuhkan bantuan orang lain. Motivasi merupakan aspek penting
dalam belajar. Woolfolk (2009) menyatakan bahwa motivasi diidentifikasi
sebagai keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan dan
mempertahankan perilaku. Sedangkan Winkel (1999), menyatakan
motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari
42 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15.
43 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA. 2016), h. 319.
-
26
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, sehingga
tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.44
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang
ada pada diri manusia, sehingga berhubungan dengan perasaan dan emosi
yang kemudian seseorang akan bertindak atau melakukan sesuatu. Semua
ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan. Motivasi ini
juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang itu ingin melakukan sesuatu.
Abraham Maslow mendefinisikan motivasi adalah sesuatu yang
bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat
kompleks dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada
setiap kegiatan organisme.45
Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change within
the person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi
seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi
untuk mencapai tujuan.46
Motivasi sendiri merupakan isu yang sangat kompleks tidak hanya
pada apa yang kita ingin lakukan tapi juga dari perilaku tersebut. Jika
motivasi dilihat dari sudut pandang orang yang melakukan maka orang
tidak pernah tidak termotivasi. Siapapun yang melakukan dan apapun yang
dilakukan selalu didorong oleh suatu tujuan.
Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai bidang, termasuk belajar.
Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi
prestasi belajarnya rendah, akibat kemampuan yang dimilikinya tidak atau
kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar
44 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 100.
45 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA. 2016), h. 320.
46 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 148.
-
27
kemampuan intelektual yang dimiliki dapat berfungsi secara optimal
adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya.
Faktor karakteristik siswa dan guru merupakan faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran dan prestasi belajar. Interaksi antara pengajar dan
siswa perlu mendapat perhatian agar tercapai kualitas yang baik pada hasil
belajar siswa. Diluar itu, konteks pembelajaran dan pemberian tugas juga
ikut berpengaruh.47
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
Dalam arti yang luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi
dan arahan terhadap perilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, nilai,
aspirasi dan perangsang (incentivies). Kebutuhan dan dorongan untuk
memuaskan kebutuhan tersebut merupakan sumber utama motivasi.
Sebagai kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, motivasi dianggap sebagai energi vital atau daya pendorong hidup
yang merangsang seseorang melakukan sesuatu aktivitas. Memotivasi
anak berarti mengatur kondisi-kondisi sehingga ia ingin melakukan apa
yang dapat dikerjakan.48
Dari beberapa pengertian motivasi seperti telah dikemukakan tersebut,
secara lebih ringkas dapat dikemukakan bahwa motivasi pada dasarnya
adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu
tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar. Secara lebih
khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan tentu
segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan
47 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 99.
48 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 150-151.
-
28
semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi
lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih
baik lagi.
2. Teori-Teori Motivasi
Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan
luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli
memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive, motif atau
motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish.49
Menurut Elliot dkk, (1996) mengemukakan empat teori motivasi yang
saat ini banyak dianut, yaitu:
1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Menurut teori ini, orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia
memperoleh pemuasan kebutuhannya. Ada lima tipe dasar kebutuhan
dalam teori Maslow, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki, kebutuhan akan
penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization).
2. Teori Kognitif Bruner
Kunci untuk membangkitkan motivasi bagi Bruner adalah discovery
learning. Siswa dapat melihat makna pengetahuan, keterampilan dan
sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri.
3. Teori Kebutuhan Berprestasi (Need Achievement Theory)
Mc Clelland menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan
untuk berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan,
tugas-tugas yang cukup sulit dan ia mampu melakukannya dengan
baik, mengharapkan umpan balik yang mungkin, serta ia juga mudah
merasa bosan dengan keberhasilan yang terus menerus.
49 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 61.
-
29
4. Teori Atribusi
Teori ini bersandar pada tiga asumsi dasar. Pertama, orang ingin tahu
penyebab perilakunya dan perilaku orang lain, terutama perilaku yang
penting bagi mereka. Kedua, mereka tidak menetapkan penyebab
perilaku mereka secara random. Ada penjelasan logis tentang
penyebab perilaku yang berhubungan dengan perilaku. Ketiga,
penyebab perilaku yang ditetapkan individu memengaruhi perilaku
berikutnya. Jadi, menurut teori ini perilaku seseorang ditentukan
bagaimana atribusinya terhadap penyebab perilaku yang sama
sebelumnya.50
Purwa Atmaja Prawira, dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dalam
Perspektif Baru, mengemukakan dua teori motivasi, yaitu:
1. Teori motivasi fisiologis
Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive
State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada
proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia
atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri dalam CMS adalah
bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada secara terus-
menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri
individu yang bersangkutan. CMS memiliki ciri aktivitas umum yang
merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat umum. CMS bersifat
selektif terhadap respons yang terpilih. Reaksi itu tidak tergantung
kepada situasi dari luar maupun dari dalam individu. Selain itu, CMS
juga mempunyai ciri emosi dan pola tingkah laku tertentu.
2. Teori aktualisasi diri dari Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) adalah psikolog humanis yang
berpendapat bahwa manusia dapat bekerja kea rah kehidupan yang
lebih baik. Untuk menyokong pendapat itu, Maslow menggunakan
pendekatan yang berbeda dengan paham behaviorisme dan
50 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 154-155.
-
30
psikoanalisis. Maslow membedakan kebutuhan manusia menjadi dua
kelompok, yaitu kebutuhan metabolism dan kebutuhan untuk tumbuh.
Contoh kebutuhan metabolism adalah kebutuhan-kebutuhan
fisiologis, seperti lapar, haus dan lain-lain. Apabila kebutuhan-
kebutuhan tersebut telah terpenuhi dengan baik, manusia akan
mencari kebutuhan-kebutuhan yang lain seperti kebutuhan keamanan,
cinta, kebersamaan, penonjolan diri dan sebagainya. Sedangkan
kebutuhan tumbuh, merupakan kebutuhan umum yang disebut
aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)
merupakan kebutuhan yang tertinggi tingkatannya dalam hierarki
kebutuhan. Jika kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan baik, seseorang
dapat melaksanakan kodratnya dalam semua aspek kehidupan
sehingga menjadi figur tertentu.51
Fadhilah Suralaga dan Solicha, dalam bukunya Psikologi Pendidikan,
mengemukakan teori motivasi ada tiga jenis yaitu teori Behavior,
Kognitif dan Humanis.
1) Motivasi dalam perspektif Behavioral
Dalam perspektif behavioral motivasi ditekankan pada imbalan dan
hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.
2) Motivasi dalam perspektif Kognitif
Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu
motivasi mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting
dari penetapan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan suatu
tujuan.
3) Motivasi dalam perspektif Humanis
Dalam perspektif humanis, motivasi ditekankan pada kapasitas siswa
untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih. Salah
satu tokoh yang terkenal adalah Abraham Maslow dengan teori
kebutuhan dasarnya (hierarchy of needs). Menurut Maslow, 51 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA. 2016), h. 331-336.
-
31
kebutuhan dasar harus dipenuhi dahulu sebelum memuaskan atau
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Misalnya siswa harus
memuaskan dulu kebutuhan makan sebelum mereka dapat
berprestasi.52
3. Macam-Macam/Jenis-Jenis Motivasi
Dilihat dari sumbernya, motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul
dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan
orang lain. Seseorang yang secara intrinsik termotivasi akan melakukan
pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan bisa
memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-
penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Misalnya, seorang
siswa belajar dengan giat karena ingin mengusai berbagai ilmu yang
dipelajari di sekolahnya. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian,
sikap, pengalaman, pendidikan atau berupa penghargaan dan cit-cita.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan
atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh
keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi
yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman.
Misalnya, seorang siswa mengerjakan PR karena takut dihukum oleh
guru.53
Menurut sifatnya, motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu
perbuatan karena takut. Seseorang melakukan kejahatan karena takut
akan ancaman dari kawan-kawannya yang kebetulan suka melakukan
kejahatan. Seseorang mungkin juga suka membayar pajak atau
52 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 101-102.
53 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 152.
-
32
mematuhi peraturan lalu lintas, bukan karena menyadari sebagai
kewajibannya, tetapi karena takut pada hukuman.
2) Motivasi insentif atau incentive motivation, individu melakukan
sesuatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif. Bentuk insentif
ini bermacam-macam, seperti: mendapatkan honorarium, bonus,
hadiah, penghargaan, piagam, tanda jasa, kenaikan pangkat, kenaikan
gaji, promosi jabatan dan lain-lain.
3) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini lebih
bersifat intrinsic, muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan
kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan datang
dari luar diri individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena
menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap
suatu objek. Seorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu
akan menunjukkan motivasi yang besar terhadap hal itu. Motivasi ini
datang dari dirinya sendiri karena adanya rasa senang atau suka serta
faktor-faktor subjektif lainnya.54
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar,
ada dua jenis macam-macam motivasi, yaitu:
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka
ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, motivasi intrinsik
sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak
memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar
terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin
54 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 63-64.
-
33
maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran
yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang
akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya
perangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan
tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak
didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak
didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah
guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar,
dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.
Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik
sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian
anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orangtua. Baik
motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang
negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik.55
4. Teknik-Teknik Memotivasi Siswa
Motivasi tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat
ditumbuhkan, dikembangkan dan diperkuat atau ditingkatkan. Makin kuat
motivasi seseorang makin kuat usaha untuk mencapi tujuan. Menurut
Azwar, ada banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik
atau guru untuk memotivasi siswa/pembelajar untuk belajar
mengemukakan teknik-teknik untuk memotivasi siswa, yaitu:
1) Ganjaran (Reward).
Pemberian ganjaran atau hadiah berkaitan dengan kebutuha akan
penghargaan pada diri siswa. Bentuk ganjaran yang diberikan dapat
55 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 149-152.
-
34
bersifat simbolik seperti sertifikat, dapat berupa materi seperti buku
dan dapat pula bersifat psikologis sepeerti pujian dan pengakuan.
2) Nilai prestasi.
Nilai prestasi yang diberikan sebagai hasil THB, EBTA dan untuk
hasil pekerjaan rumah maupun tugas-tugas sekolah akan memiliki nilai
motivasi yang tinggi apabila diberikan dengan cara yang tepat.
Terutama dalam memberikan nilai terhadap tugas-tugas sekolah
sehari-hari, hendaklah dilakukan berdasarkan kemajuan belajar siswa
masing-masing, tidak berdasarkan perbandingan dengan prestasi
kelompok.
3) Kompetesi
Dalam situasi-situasi tertentu, persaingan dapat menjadi sumber
motivasi yang ampuh. Bila akan mengadakan suatu bentuk kompetensi
di kelas, haruslah diingat bahwa dalam kompetensi itu setiap siswa
harus mempunyai kesempatan yang sama besar untuk menang. Bila
kompetensi itu menyangkut prestasi sekolah, maka harus ada
pengelompokkan kemampuan lebih dulu. Apabila akan dibuat suatu
kompetensi dalam menyelesaikan tugas belajar sehari-hari, lebih baik
bila tugas itu merupakan tugas kelompok.
4) Pengetahuan akan hasil belajar.
Untuk setiap tugas sekolah maupun rumah, sangat penting artinya
dalam motivasi belajar adalah pengetahuan akan hasil. Para siswa
sedapat mungkin segera mengetahui hasil pekerjaan mereka. Penelitian
menunjukkan bahwa pengetahuan akan hasil pekerjaan sangat efektif
dalam memotivasi siswa untuk belajar.56
Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat
merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi
belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan
pengajaran pun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat,
56 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 158-160.
-
35
sesuai dengan target yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman
mengenai kondisi psikologis anak didik sangat diperlukan guna
mengetahui gejala apa yang sedang dihadapi anak didik sehingga gairah
belajarnya menurun.
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu:
1) Memberi angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas
belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik
biasanya bervariasi, sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh
dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru. Angka
merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada
anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan
prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya
terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum.
2) Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Hadiah yang
diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari
keinginan pemberi. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan,
profesi dan usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari
seseorang dengan motif-motif tertentu. Dalam dunia pendidikan,
hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan
kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua atau tiga
dari anak didik lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang
berprestasi tertinggi memperoleh predikat sebagai anak didik yang
teladan dan untuk perguruan tinggi/universitas disebut sebagai
mahasiswa teladan.
Pemberian hadiah bisa juga diberikan bukan berbentuk beasiswa,
tetapi berbentuk lain seperti berupa buku-buku tulis, pensil, bolpoin
-
36
dan buku-buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak
terbungkus dengan rapi. Pemberian hadiah seperti itu dapat dilakukan
pada setiap kenaikan kelas. Dengan cara itu anak didik akan
termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang
telah mereka capai.
3) Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai salah alat
motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.
Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan
dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan
proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Untuk menciptakan
kondisi yang demikian, metode mengajar memegang peranan. Guru
bisa membentuk anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar di
kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung. Semua anak didik
dilibatkan ke dalam suasana belajar.
Seorang guru bertindak sebagai fasilitator, sementara setiap anak didik
aktif belajar sebagai subjek yang memiliki tujuan. Iklim kelas yang
kratif dan didukung dengan anak didik yang haus ilmu sangat potensial
menciptakan masyarakat belajar di kelas. Kompetisi yang sehat pun
berlangsung di kalangan anak didik, jauh dari sifat malas dan
kemunafikan. Tidak ada lagi beredar isu tugas selesai karena nyontek
di kalangan pelajar.
4) Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha
dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik adalah
simbol kebanggaan dari harga diri. Begitu juga dengan anak didik
sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi
karena harga dirinya.
-
37
5) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk
belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala
kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak
didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang
tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tak berhasrat
untuk belajar.
Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri
anak didik. Potensi itu harus ditumbuhsuburkan dengan menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif sebagai pendukung utamanya.
Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan disini, agar hasrat untuk belajar
itu menjelma menjadi perilaku belajar.
Di sekolah cukup banyak anak didik yang berhasrat untuk
mengembangkan potensi diri, tetapi karena lingkungan yang tersedia
kurang kreatif, maka tidak ada dukungan bagi anak untuk
mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya. Jadilah dia anak
didik yang pasif, menyerah pada keadaan. Motivasi keilmuan yang
seharusnya bergelora menjadi redup, hanya karena hasratnya untuk
belajar tidak terayomi.57
Menurut RBS, Fudyartanto, ada berbagai macam penerapan teori
belajar baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat, yaitu:
a. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenagkan
Guru menunjukkan sikap yang ramah tamah, tidak cemberut, tidak
mudah marah, tidak mencela anak, tidak menyindir dan lain-lain.
Perlakuan-perlakuan yang dicontohkan tersebut akan membuat peserta
didik di dalam kelas menjadi senang dan bergairah dalam belajar.
b. Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa
Guru dapat memberikan hadiah untuk mendorong kegiatan belajar
siswa sebelum menempuh ujian sekolah. Hadiah dapat berupa barang
57 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 158-166.