PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR...

115
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SMP AL MUBARAK PONDOK AREN TENGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Abdul Rahman NIM 1113011000071 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Transcript of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR...

  • PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MEMBINA

    AKHLAK SISWA DI SMP AL MUBARAK PONDOK

    AREN TENGERANG SELATAN

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

    Sarjana Pendidikan

    Oleh

    Abdul Rahman

    NIM 1113011000071

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2020

  • ii

    ABSTRAK

    Abdul Rahman. (NIM 1113011000071). Peran Guru Pendidikan Agama

    Islam Sebagai Motivator Dalam Membina Akhlak Siswa di SMP Al

    Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama

    Islam sebagai Motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak

    Pondok Aren Tangerang Selatan dan untuk mengetahui perilaku akhlak siswa.

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 – November 2019.

    Tugas seorang guru Pendidikan Agama Islam bukan hanya memberikan

    ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya, akan tetapi ia harus mampu

    memberikan contoh perilaku yang baik dan membentuk pribadi siswa sesuai

    dengan tuntunan dan ajaran Islam. Tidak hanya membentuk akhlak yang baik bagi

    siswa, namun harus menjadi penyemangat dan membina perserta didik menjadi

    individu yang berakhlak mulia.

    Metode yang digunakan pada penelitian ini, penulis menggunakan metode

    kualitatif dengan metode pendekatan deskriptif. Prosedur pengumpulan data yang

    digunakan adalah observaasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam

    mendeskripsikan hasil wawancara, penulis menggunakan hasil observasi dan

    dokumentasi seabagai penguat terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara

    yang dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam, kepala sekolah, guru

    Bimbingan Konseling dan 2 siswi kelas VIII. Hasil penelitian yang telah

    dilakukan menunjukkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam sangat

    berperan aktif sebagai motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al

    Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan. Guru memberikan nasihat dan contoh

    langsung kepada siswa, memberikan teguran kepada siswa yang melakukan

    perbuatan kurang baik, mengajak siswa untuk sholat berjama’ah, sholat dhuha dan

    mencontohkan berpakaian yang baik dan Islami. Perilaku siswa di SMP Al

    Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan dapat dikatakn cukup baik

  • iii

    ABSTRACT

    Abdul Rahman. (NIM 1113011000071). The role of Islamic religious

    education teachers as motivators in fostering the morals of students at Al

    Mubarak Middle School in South Tangerang.

    This study aims to determine the role of Islamic religious education

    teachers as motivators in fostering the morals of student at Al Mubarak Middle

    School Pondok Aren, South Tangerang and to determine student behavior. This

    research was conducted in August 2019 – November 2019. The task of an Islamic

    religious education teacher is not only to provide knowledge to students, but I

    must give examples of good behavior and shape students personalities according

    to Islamic guidance and teachings. Not only from good character for students, but

    must be encouraging dan fostering student into individuals who have noble

    character.

    The method use in this study, researchers used a qualitative method with a

    descriptive approach. Data collection prosedures used are observation, interviews

    and documentation. In describing the results of interviews, researchers used the

    result of observations and documentation as a reinforcement of the data obtained

    from results of interviews conducted with Islamic religious education teachers,

    principals, counseling guidance teachers and two VIII class students.

    The result of the research that have been carried out show that the role of

    Islamic religious education teachers plays an active role as a motivator in

    fostering the morals of students in SMP Al Mubarak Pondok Aren, South

    Tangerang. The teacher give advice and direct examples to students, gives

    reprimands to students who do bad deeds, invites students to pray in congregation,

    pray dhuha dan exemplify good dress and Islamic. The behavior of students at Al

    Mubarak Middle School in South Tangerang can be said to be quite good.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur dipanjatkan kepada

    Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada

    batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam

    selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw, atas segala keteladanan

    dan pengorbanan beliau dalam mendidik pengikut dan ummatnya agar menjadi

    manusia yang berakhlak mulia.

    Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi

    ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, motivasi, serta dukungan dari berbagai

    pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis haturkan ucapan terima kasih

    dan penghormatan yang tak ternilai kepada:

    1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin

    Umar Lubis, MA.

    2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta Dr. Sururin, M.Ag. Serta seluruh jajaran civitas akademika UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Abdul Haris, M.Ag.

    4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Drs. Rusdi Jamil, M.Ag.

    5. Pembimbing Akademik Bahrissalim, M.Ag, yang telah memberi

    bimbingan dan arahan selama menempuh studi S1 di Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.

    6. Kepala SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan H. Nahrawi

    Mughni, S.Pdi, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan

    penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

  • v

    7. Pembimbing Skripsi Tanenji, MA, yang telah senantiasa membimbing dan

    memberi arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    8. Keluarga Besar Alm. H. Ajid bin H. Misnan, yang telah tiada henti

    memberi dukungan, do’a dan motivasi serta curahan kasih saying yang

    tiada tara. Begitu juga dukungan moril dan materil yang tiada ternilai

    harganya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.

    9. Guru pendidikan agama Islam SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang

    Selatan. Popon Rupaidah, S.Ag, yang telah membimbing, mengarahkan,

    memotivasi dan membantu penulis dalam proses penelitian di sekolah.

    10. Segenap Dewan guru, tata usaha dan siswa/siswi SMP Al Mubarak

    Pondok Aren Tangerang Selatan, yang telah banyak membantu,

    sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan.

    11. Keluarga Besar PAI 2013, yang selalu memberikan semangat, motivasi,

    canda tawa dan telah banyak menorehkan kenangan indah. Semoga

    Allah SWT selalu mudahkan dan lancarkan urusan kalian.

    12. Keluarga Besar Class Of PAI B (cabhe 2013), yang sudah banyak

    membuat rasa kekeluargaan yang kuat, canda tawa, saling tolong

    menolong, memberi motivasi dan dukungan satu sama lain. Semoga

    persahabatan kita bukan hanya di dunia tetap insya Allah sampai akhirat

    nanti.

    13. Ahmad Ginanjar, Mohammad Nasruddin, Alvino Tegar Prasetyo, Abdul

    Mujib, Al Arifurrahman, Ahmad Faisal Dzulfiqor. Sahabat satu

    perjuangan yang saling menyemangati, membantu, memotivasi,

    memberi masukan dan keceriaan, semoga Allah mudahkan dan

    melancarkan urusan kita semua.

  • vi

    14. Desita Sari, calon istriku yang senantiasa mendukung, memotivasi dan

    mendo’akan. Terima kasih, semoga Allah SWT mudahkan urusan dan

    rencana kita. Amin.

    Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu,

    yang turut membantu dan memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah SWT

    membalas dengan kebaikan berlipat ganda untuk kalian.

    Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini terdapat banyak

    kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

    membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa

    bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

    Bekasi, 9 Juni 2020

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ...................................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv

    DAFTAR ISI ................................................................................................................. vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 7

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................................... 7

    D. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 8

    BAB II KAJIAN TEORI

    A. Guru Pendidikan Agama Islam

    1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ......................................................... 9

    2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam .................................................... 11

    3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam ........................... 20

    4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................... 23

    B. Motivasi

    1. Pengertian Motivasi .......................................................................................... 25

    2. Teori-Teori Motivasi ........................................................................................ 28

    3. Macam-Macam/Jenis-Jenis Motivasi ............................................................... 31

    4. Teknik-Teknik Memotivasi Siswa .................................................................... 33

    C. Pembinaan Akhlak Siswa

    1. Pengertian Akhlak ............................................................................................ 42

    2. Macam-Macam Akhlak .................................................................................... 43

    3. Ruang Lingkup Akhlak ..................................................................................... 45

    4. Metode Pembinaan Akhlak Siswa ..................................................................... 46

    D. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 48

  • viii

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 51

    B. Metode Penelitian ................................................................................................. 51

    C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ...................................................... 52

    D. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 54

    E. Analisis Data ......................................................................................................... 56

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Kondisi Obyektif SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan

    1. Sejarah Berdirinya SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan .......... 58

    2. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................................................ 59

    3. Profil SMP Al Mubarak ..................................................................................... 60

    4. Data Siswa ......................................................................................................... 61

    5. Data Guru/Tata Usaha ....................................................................................... 61

    6. Kegiatan Ekstrakulikuler ................................................................................... 62

    7. Jenis-Jenis Pengembangan Diri ......................................................................... 64

    8. Pembiasaan ....................................................................................................... 66

    B. Hasil Penelitian

    1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam Membina

    Akhlak Siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan .............. 68

    a. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam

    Membina Akhlak Siswa ............................................................................... 68

    b. Metode Guru Pendidikan Agama Islam Sebagai Motivator dalam

    Membina Akhlak Siswa ............................................................................... 70

    c. Kegiatan Pembiasaan Dalam Membina Akhlak Siswa di SMP

    Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan ............................................. 73

    2. Akhlak Siswa ..................................................................................................... 76

    a. Perilaku Akhlak Siswa .................................................................................. 76

    b. Peran Sekolah dalam Menangani Siswa yang Melakukan Pelanggaran ...... 79

  • ix

    BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

    A. Kesimpulan ............................................................................................................ 82

    B. Implikasi ................................................................................................................ 83

    C. Saran ...................................................................................................................... 83

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 84

    LAMPIRAN ................................................................................................................... 88

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

    manusia, karena pendidikan merupakan sentral kebudayaan dan peradaban

    manusia yang terus berkembang. Allah SWT menganugerahkan potensi yang

    luar biasa kepada manusia, melalui usaha dan pendidikan manusia dapat

    menumbuhkan dan mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya.

    Pendidikan mengantarkan manusia menjadi makhluk yang berilmu dan

    membawa manusia menuju tempat yang mulia. Firman Allah SWT:

    ا اِذَا قِْيَل َلُكْم تَفَسَُّحوْ ُ لَ ٰيٰٓاَيَُّها الَِّذْيَن ٰاَمنُْوٰٓ ُكْم ا فِى اْلَمٰجِلِس فَاْفَسُحْوا يَْفَسحِ اّٰلله

    ُ الَِّذيْ َواِذَا قِْيَل اْنُشُزْوا فَاْنشُ ِعْلَم دََرٰجت َن ٰاَمنُْوا ِمْنُكْمْۙ َوالَِّذْيَن اُْوتُوا الْ ُزْوا يَْرفَعِ اّٰلله

    ُ ِبَما تَْعَملُْوَن َخِبْير َواّٰلله

    “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu.

    “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya

    Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah

    kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-

    orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa

    derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.1 (QS. Al

    Mujadilah:11).

    Pendidik pertama dan utama ketika seorang anak dilahirkan adalah

    orangtua. Sebagai pendidik pertama dan utama, orangtua bertanggung jawab

    penuh atas kemajuan perkembangan anaknya, karena sukses tidaknya anak di

    1 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang: Raja Publishing, 2011), h. 543.

  • 2

    masa kini ataupun di masa mendatang akan sangat tergantung pengasuhan,

    perhatian dan pendidikan yang diberikan orangtuanya.2 Firman Allah SWT:

    قُْودَُها النَّاُس َواْلحِ ٰيٰٓ ا اَْنفَُسُكْم َواَْهِلْيُكْم نَاًرا وَّ ىَِٕكة اَيَُّها الَِّذْيَن ٰاَمنُْوا قُْوَٰٰٓۤجاَرةُ َعلَْيَها َمٰل

    َ َمآٰ اََمَرُهْم َويَْفعَلُْوَن َما يُْؤَمُرْونَ ِغََلظ ِشدَاد َّلَّ َيْعُصْوَن اّٰلله

    “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamau

    dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya

    malaikat-malaikat yang kasar dan keras yang tidak durhaka kepada Allah

    terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengajarkan

    apa yang diperintahkan.”3 (QS. At-Tahrim: 6).

    Guru merupakan pendidik kedua setelah orangtua. Dalam proses

    pendidikan, eksistensi guru menjadi tumpuan utama untuk pelaksanaan

    kegiatan pembelajaran secara maksimal, guru menjadi ujung tombak dalam

    pendidikan di sekolah, tanpa adanya guru, pendidikan di sekolah tidaklah

    berarti.

    Mohammad saroni mengatakan, “eksistensi guru dalam pendidikan dan

    pembelajaran tidak berbeda dengan air untuk ikan di dalam sebuah akuarium,

    sedemikian pentingnya sehingga jika tidak ada air, kehidupan di dalam

    akuarium tersebut tidak dapat berlangsung.4

    Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan,

    “tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

    menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

    negara yang demokratis serta bertanggung jawab.5

    2Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.

    88.

    3Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang:

    Raja Publishing, 2011), h. 560.

    4Mohammad Saroni, Personal Branding Guru: (Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru,

    (Jogjakarta, AR Ruzz Media, 2011), h. 75.

    5Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama, Undang-Undang dan Peraturan

    Pemerintah RI, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 8-9.

  • 3

    Dalam hal ini guru memiliki peran penting dalam mewujudkan tujuan

    pendidikan, tugas guru bukan hanya saja mengajar namun juga mendidik,

    yaitu menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berintelektual,

    membentuk peserta didik menjadi manusia yang religius, manusia beriman

    yang bertakwa kepada Allah SWT dan memiliki akhlak yang mulia.

    Hal ini sesuai dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 pasal 1

    tentang guru dan dosen yang berbunyi, “guru adalah pendidik profesional

    dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

    melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

    dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.6

    Dalam paradigma Jawa pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru)

    yang berarti “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru

    memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki

    wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan

    ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, karenanya segala

    tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri tauladan oleh peserta

    didiknya.7

    Jika seorang guru berperilaku baik maka peserta didik akan mengikuti

    perilaku tersebut, namun jika guru mencontohkan perilaku yang tidak baik

    peserta didik akan mengikuti perilaku yang tidak baik pula, bahkan

    perilakunya bisa lebih buruk dari perilaku gurunya. Oleh karena itu

    pentingnya seorang guru memiliki akhlak yang baik.

    Akhlak merupakan posisi tertinggi dalam Islam, dan sesungguhnya

    Rasulullah Saw diutus oleh Allah SWT ke bumi untuk menyempurnakan

    Akhlak, Allah SWT berfirman:

    ِ أُْسَوة َحَسنَة ِلَمنْ َ َواْليَْوَم اْْلِخرَ لَقَْد َكاَن لَُكْم فِي َرُسوِل اّٰللَّ َكاَن َيْرُجو اّٰللَّ

    َ َكثِيًرا َوذََكَر اّٰللَّ 6Sumber Daya Iptek dan Dikti, Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang

    guru dan dosen, 2016), h. 2.

    7Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.

    90.

  • 4

    “Sungguh Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

    bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

    hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”8 (Q.S Al-Ahzab: 21).

    Akhlak adalah perbuatan yang disengaja. Jika tidak disengaja, atau

    dilakukan karena terpaksa dan dipaksa, maka perbuatan seseorang bukanlah

    merupakan gejala akhlak. Ada juga perbuatan yang sulit dinilai, yaitu apabila

    seseorang melakukan perbuatan yang baik tetapi mempunyai tujuan yang

    buruk atau sebaliknya, dia mempunyai tujuan yang baik, namun cara

    mencapainya dengan jalan yang buruk.9

    Seseorang yang memiliki akhlak baik akan menjalani pekerjaan dan

    hidupnya dengan baik dan bahagia, namun jika seseorang memiliki akhlak

    yang buruk dapat dikatakan orang tersebut tidak baik, bahkan akan sulit

    melakukan pekerjaan dan hidupnya akan terasa sulit.

    Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri

    kepada Allah SWT. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan

    akan mencukupi untuk menjadi bekal ke akhirat nanti. Namun demikian untuk

    memiliki akhlak yang mulia perlu adanya bimbingan secara khusus, salah

    satunya adalah melalui pendidikan akhlak.

    Merosotnya nilai-nilai akhlak menjadi potret kelam yang terjadi saat ini

    dikalangan peserta didik, seperti: bullying, kekerasan, tawuran antar pelajar,

    merokok, pornografi, narkoba dan masih banyak lagi pergaulan peserta didik

    lainnya yang jauh dari ajaran Islam. Kurangnya pergaulan yang Islami di

    lingkungan rumah, perkembangan teknologi yang semakin maju, dan kurang

    tepat memilih sosok idola yang bisa dijadikan suri tauladan oleh peserta didik

    menjadi faktor penyebab merosotnya akhlak saat ini.

    Dalam hal ini pentingnya peran seorang guru pendidikan agama Islam

    bukan hanya mengajarkan pendidikan akhlak, namun senantiasa mendidik

    8 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang: Raja Publishing, 2011), h. 420.

    9M. Solihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: (Manusia, Etika dan Makna Hidup,

    (Bandung, Nuansa, 2005), cet 1, h. 21.

  • 5

    peserta didik dengan cara mengarahkan, membimbing dan membina siswa

    berakhlak mulia. Pendidikan akhlak di sekolah tidak cukup hanya dengan

    teori-teori yang memenuhi kognitif peserta didik, namun disertai dengan

    perbuatan nyata. Karena untuk mengubah sikap mental atau kerohanian

    seseorang menuju arah perbaikan, akan terwujud disertai dengan amal

    perbuatan.

    Peran guru pendidikan agama Islam amatlah penting dalam membina

    akhlak siswa serta mengarahkan dan mengendalikan perilaku mereka agar

    tidak menyimpang dari ketentuan agama. Oleh karena itu, seorang guru

    dituntut untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan kepribadian yang

    dapat membina, membimbing serta memberikan contoh bagi siswanya,

    bagaimana berbuat, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

    Seorang guru juga memiliki peran penting untuk membantu pencapaian

    prestasi yang baik bagi peserta didiknya. Keberhasilan pencapaian prestasi ini

    pun erat kaitannya dengan motivasi belajar siswa/peserta didik itu sendiri.

    Motivasi ini bisa didapatkan melalui sisi intrinsik dan juga ekstrinsik. Salah

    satu motivasi ekstrinsik ini ialah peran guru dalam memotivasi siswa/peserta

    didiknya dalam membimbing dan membina siswa berakhlak mulia.

    Peran seorang guru diharapkan mampu menjadi motivator bagi peserta

    didiknya. Jika guru mampu mendorong semangat, serta mengaktifkan proses

    belajar mengajar dengan baik, maka prestasi yang didapatkan oleh peserta

    didik akan menjadi lebih baik. Melihat pentingnya peran guru sebagai

    motivator dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru dituntut untuk

    selalu mengembangkan potensi dan kemampuan mengajarnya agar tidak

    hanya mampu menyampaikan materi ajar dengan baik, tetapi juga mampu

    memberikan motivasi atau dorongan semangat belajar bagi para peserta

    didiknya.

    Kuat lemahnya motivasi seorang siswa akan turut mempengaruhi

    keberhasilannya. Karena itu menumbuhkan motivasi seorang siswa perlu

    diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan

    masa depan yang penuh tantangan dan mencari solusi tepat dalam mengatasi

  • 6

    hal tersebut, memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat

    dicapai.

    Meskipun pendidikan akhlak telah diberikan di sekolah, namun pada

    kenyataannya di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan masih ada

    perilaku akhlak peserta didik yang kurang baik, masih ada siswa/siswi yang

    melanggar peraturan sekolah, seperti: larangan untuk tidak membawa

    handphone, larangan keluar kelas sebelum bel sekolah berbunyi, malas

    belajar, bolos sekolah, berpakaian tidak rapih bahkan tidak sopan, tidak

    menghormat terhadap guru, mengganggu teman dan bermain handphone pada

    saat guru mengajar.

    Perilaku bullying antar teman masih kerap terjadi, mereka menjadikan

    kekurangan yang dimilki temannya sebagai bahan bullying. Budaya pacaran

    juga masih terlihat dikalangan siswa. Kurang cakapnya gaya bahasa yang

    digunakan oleh siswa saat berinteraksi dengan teman-temannya. Adapun

    terlihat perilaku siswa di luar sekolah, ada beberapa siswa yang masih

    memakai seragam sekolah tetapi membuka kerudungnya, berkumpul dengan

    temannya dan berfoto dan diposting di media sosial.

    Tata tertib sekolah dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan bukan

    sebaliknya untuk dilanggar. Setiap siswa yang melanggar tata tertib akan

    diberikan sanksi berdasarkan pelanggaran yang dilakukannya. Apabila tata

    tertib yang dilanggar berat maka semakin besar pula hukuman yang diberikan.

    Dalam hal perhatian, ada orangtua yang memberikan perhatian lebih

    terhadap anaknya, adapula orangtua yang tidak terlalu memperhatikan

    anaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Namun perhatian

    orangtua masih kurang terhadap akhlak anaknya ketika berada di luar rumah,

    orangtua tidak mengetahui bagaimana perilaku anaknya dan apa yang mereka

    lakukan jika berada di luar rumah.

    SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan sebagai salah satu

    sekolah percontohan di Tangerang, di sekolah ini terdapat program-program

    yang diunggulkan antara lain: tadarus Al Qur’an sebelum kegiatan belajar

  • 7

    mengajar, shalat dhuha setiap hari jum’at, shalat dzuhur berjama’ah, membaca

    Asmaul Husna, Baca Tulis Al Qur’an dan tahfidz juz ama’.

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti berpendapat bahwa

    seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja tetapi seorang guru juga

    sebagai pendidik yang dapat mengarahkan siswanya. Oleh karena itu peran

    guru sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian seseorang yang

    berakhlak mulia. Hal ini mendorong penulis tertarik untuk meneliti di sekolah

    tersebut dengan penelitian yang berjudul “PERAN GURU PENDIDIKAN

    AGAMA ISLAM SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MEMBINA

    AKHLAK SISWA DI SMP AL MUBARAK PONDOK AREN

    TANGERANG SELATAN”

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat

    diidentifikasi adalah:

    1. Terjadinya kemerosotan akhlak pada pelajar dalam pergaulan saat ini.

    2. Masalah pembinaan akhlak yang masih kurang di sekolah.

    3. Kurangnya ilmu pengetahuan siswa mengenai pentingnya akhlak.

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Setelah peneliti mengidentifikasi masalah di atas, maka peneliti

    melakukan pembatasan masalah yaitu:

    1. Peranan guru pendidikan agama Islam sebagai motivator dalam membina

    akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.

    2. Perilaku akhlak yang akan diteliti meliputi perilaku akhlak siswa dalam

    beribadah, perilaku akhlak siswa kepada guru, perilaku akhlak siswa

    kepada teman dan perilaku akhlak siswa terhadap tata tertib sekolah.

    3. Siswa yang akan diletiti di sini adalah siswa kelas VIII di SMP Al

    Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan.

  • 8

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan

    permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana peran guru pendidikan agama Islam sebagai motivator dalam

    membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren Siswa?

    2. Bagaimana pelilaku akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren

    Tangerang Selatan?

    3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak siswa di

    SMP Al Mubarak Pondok Aren Tangerang Selatan?

    D. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru pendidikan agama Islam sebagai

    motivator dalam membina akhlak siswa di SMP Al Mubarak Pondok Aren

    Tangerang Selatan.

    2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku akhlak siswa di SMP Al Mubarak

    Pondok Aren Tangerang Selatan.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Guru Pendidikan Agama Islam

    1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

    Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun

    swasta yang memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan

    formal minimal berstatus sarjana dan ketetapan hukum yang sah sebagai

    guru berdasarkan Undang-Undang guru dan dosen yang berlaku di

    Indonesia.10

    Guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki

    peranan penting yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya “pemain”

    yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar.11

    Guru dikenal al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang

    bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah

    seseorang yang memberikan ilmu.12

    Menurut Drs. H.A. Ametembun, guru adalah semua orang yang

    berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara

    individual ataupun klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah.13

    Menurut Jejen Musfah, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

    utama mendidik, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

    pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.14

    Seorang guru dalam melaksanakan pendidikan baik di lingkungan formal

    10 Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Tugas Guru dalam Pembelajaran: Aspek yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016), h. 2.

    11 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 81.

    12 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. III, h. 23.

    13 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 9.

    14 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. 1, h. 3.

  • 10

    maupun non formal dituntut untuk mengajar dan mendidik. Pendidik

    dalam hal formal yaitu guru merupakan seseorang yang bertugas

    mendidik, mengarahkan serta membimbing peserta didik dan seorang

    pendidik juga harus dapat membimbing, melatih serta mengembangkan

    segala potensi dan bakat yang dimiki oleh peserta didik.

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 pada

    poin 6 disebutkan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang

    berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,

    widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai

    dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan

    pendidikan.15

    Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang

    dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta

    didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai

    tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya

    sebagai hamba Allah SWT serta mampu melakukan tugas sebagai

    makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.16

    Menurut Marimba (1962:15), mendefinisikan pendidik sebagai

    bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

    perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya

    kepribadian yang utama.17

    Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunah terdapat istilah yang mengacu

    kepada pendidik dalam islam, yaitu istilah al murabbi. Firman Allah SWT:

    ْحَمِة َوقُْل َرب ِ اْرَحْمُهَما َكَما َربَّيَانِي َصِغيًرا َواْخِفْض لَُهَما َجنَاَح الذُّل ِ ِمَن الرَّ

    15 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 4.

    16 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), edisi pertama, h. 159.

    17 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),

    cet 1, h. 6.

  • 11

    “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih

    sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya

    sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”18

    (Q.S Al-Isra:24).

    Istilah al murabbi pada ayat tersebut diartikan sebagai pendidik. Istilah

    ini walaupun maknanya sudah digunakan, namun kosakatanya masih

    jarang digunakan, dibandingkan dengan kosa kata lainnya.19

    Dari beberapa definisi tentang guru dan pendidik di atas, guru adalah

    seseorang yang mampu bertanggung jawab dalam hal mendidik,

    mengarahkan serta membina peserta didik. Adapun pendidik dalam

    persperktif Islam adalah seseorang yang bukan hanya mendidik tetapi juga

    berusaha membentuk serta membina peserta didik dengan nilai-nilai dan

    ajaran islami.

    2. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

    Kompetensi berasal dari bahasa inggris “competence” yang berarti

    kecakapan dan kemampuan. Kompetensi juga berarti perpaduan dari

    pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

    kebiasaan berpikir dan bertindak.20

    Menurut Jejen Musfah, “Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan,

    perilaku dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan

    pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan,

    pelatihan dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.21

    Kompetensi menurut Cowell adalah, sebagai suatu keterampilan atau

    kemahiran yang bersifat aktif. Kompetensi dikategorikan mulai dari

    tingkat sederhana atau dasar hingga lebih sulit atau kompleks yang pada

    18 Departemen Agama Republik Indonesia, As-Syifa (Al-Qur’an dan Terjemahannya), (Semarang: Raja Publishing, 2011), h. 284.

    19 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), edisi pertama, h. 160.

    20 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 1.

    21 Jejen Musfah, M.A, Peningkatan Kompetensi Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011). Cet. I, h. 27.

  • 12

    gilirannya akan berhubungan dengan proses penyusunan bahan atau

    pengalaman belajar, yang lazimnya terdiri dari: (1) penguasaan minimal

    kompetensi dasar, (2) praktik kompetensi dasar, dan (3) penambahan

    penyempurnaan atau pengembangan terhadap kompetensi atau

    keterampilan.22

    Dalam menjalankan kewenangan profesionalnya, seorang guru dituntut

    memiliki keanekaragaman kecakapan (Competencies) psikologis, yang

    meliputi:

    1) Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta)

    Kompetensi ranah cipta merupakan kompetensi utama yang wajib

    dimiliki oleh calon guru dan guru profesional, karena ia kompetensi

    ini mengandung bermacam-macam pengetahuan baik yang bersifat

    deklaratif maupun yang bersifat prosedural.

    2) Kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa)

    Kompetensi ranah afektif guru bersifat tertutup dan abstrak, sehingga

    amat sukar untuk diidentifikasi. Kompetensi ranah ini meliputi

    seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang,

    sedih dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain.

    3) Kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa)

    Kompetensi psikomotor guru meliputi segala keterampilan atau

    kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya

    berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Secara garis besar,

    kompetensi ranah karsa guru terdiri atas dua kategori, yaitu:

    a) Kecakapan fisik umum

    b) Kecakapan fisik khusus.23

    Direktorat Ketenagaan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas,

    menyatakan ada empat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan

    indikator esensialnya, yaitu:

    22 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 53-54.

    23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 229-234.

  • 13

    1. Kompetensi kepribadiaan

    Subkompetensinya sebagai berikut:

    a) Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki

    indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, norma

    sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam

    bertindak sesuai dengan norma.

    b) Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator

    esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai

    pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

    c) Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial:

    menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta

    didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan

    dalam berpikir dan bertindak.

    2. Kompetensi pedagogis

    Subkompetensinya sebagai berikut:

    a) Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki

    indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan

    prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami dengan

    memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian dan mengidentifikasi

    bekal ajar awal peserta didik.

    b) Merancang pembelajaran, memiliki subkompetensi esensial:

    memahami landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan

    pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran yang ingin dicapai

    dan materi ajar serta menyusun rancangan pembelajaran

    berdasarkan strategi yang dipilih.

    c) Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator

    esensial: menata latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan

    pembelajaran yang kondusif.

    3. Kompetensi profesional

    Subkompetensinya sebagai berikut:

  • 14

    a) Subkompetensi menguasai keilmuan yang terkait dengan bidang

    studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada

    dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode,

    memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait dan

    menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

    b) Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki

    indikator esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian

    kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

    4. Kompetensi sosial

    Subkompetensinya sebagai berikut:

    a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

    didik, subkompetensi esensialnya: berkomunikasi secara efektif

    dengan peserta didik.

    b) Mampu berkomunikasi dan begaul dengan sesama pendidik dan

    tenaga kependidikan secara efektif.

    c) Mampu berkomunikasi dan bergau secara efektif dengan

    orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.24

    Gordon (1988) menyebutkan beberapa hal yang harus terkandung

    dalam kompetensi, sebagai berikut:

    a. Pengetahuan (knowledge) yaitu pengetahuan seseorang untuk

    melakukan sesuatu.

    b. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman kognitif dan afektif

    yang dimiliki oleh individu.

    c. Keterampilan (skiil) adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk

    melakukan tugas yang dibebankan.

    d. Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan

    secara psikologis telah menjadi bagian dari dirinya.

    24 Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta:

    Kencana, 2010), h. 274-276.

  • 15

    e. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan

    yang datang dari luar, misalnya perasaan senang atau tidak senang

    terhadap munculnya sesuatu yang baru.

    f. Minat (interest) yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan

    suatu tindakan atau perbuatan.25

    Dalam bukunya “Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam”, Zakiah

    Daradjat berpendapat, pada dasarnya guru harus memiliki tiga kompetensi,

    yaitu:

    1. Kompetensi kepribadian

    a) Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau

    murid yang diajarkannya.

    b) Membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar

    mengajar sehingga amat bersifat menunjang secara moral (batiniah)

    terhadap murid bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah

    dalam pikiran serta perbuatan murid dan guru.

    c) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung

    jawab dan saling mempercayai antara guru dan murid.

    2. Kompetensi penguasaan atas bahan pengajaran

    a) Menguraikan ilmu pengetahuan atau kecakapan dan apa-apa yang

    harus diajarkannya ke dalam bentuk komponen-komponen dan

    informasi-informasi yang sebenarnya dalam bidang ilmu atau

    kecakapan yang bersangkutan.

    b) Menyusun komponen-komponen atau informasi-informasi itu

    sedemikian rupa baiknya akan memudahkan murid untuk

    mempelajari pelajaran yang diterimanya.

    3. Kompetensi dalam cara-cara mengajar

    a) Merencanakan atau menyusun setiap program suatu pelajaran,

    demikian pula merencanakan atau menyusun keseluruhan kegiatan

    untuk satu satuan waktu (catur wulan/semester atau tahun ajaran). 25 Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh), (Bangung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2014), h. 187.

  • 16

    b) Mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat bantu

    atau alat peraga) bagi murid dalam proses belajar yang

    diperlukannya.

    c) Mengembangkan dan mempergunakan semua metode-metode

    mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya

    yang efektif.26

    Menurut Haidar Putra Daulay dalam bukunya “Pendidikan Islam Dalam

    Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia”, seorang guru harus memenuhi

    kompetensi sebagai berikut:

    1. Menguasai bahan.

    2. Mengelola program belajar mengajar.

    3. Mengelola kelas.

    4. Menggunakan media/sumber.

    5. Menguasai landasan-landasan kependidikan.

    6. Mengelola instruksi belajar mengajar.

    7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.27

    Persyaratan akademik dan tenaga kependidikan profesional seorang

    guru secara akademik perlu menguasai:

    1) Disiplin ilmu pengetahuan yang menjadi sumber bahan ajaran dan

    bidang studi yang menjadi spesialisnya.

    2) Bahan ajaran yang akan dijadikan objek belajar para peserta didik.

    3) Pengetahuan tentang peserta didik dengan karakteristik tingkat

    perkembangan dan kemampuannya.

    4) Dasar-dasar teori dan praktik pendidikan.28

    Menurut Undang-Undang No. 14/2005 Pasal 10 ayat 1 dan Peraturan

    Pemerintah (PP) No. 19/2005 Pasal 28 ayat 3, guru wajib memiliki

    26 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.

    263.264.

    27 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 83.

    28 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 78.

  • 17

    kompetensi yang meliputi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan

    profesional.29

    Berikut ini adalah penjabaran mengenai beberapa kompetensi yang

    harus dimiliki seorang guru beserta indikatornya, yaitu:

    1. Kompetensi Kepribadian

    Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan personal yang

    mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

    beribawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

    Indikator yang harus dimiliki yaitu:

    a) Bertindak sesuai dengan norma hukum.

    b) Bertindak sesuai dengan norma sosial.

    c) Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.

    d) Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik.

    e) Bertindak sesuai norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka

    menolong).

    2. Kompetensi Pedagogik

    Kompetensi pedadogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

    perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan

    pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

    yang dimilikinya. Indikator yang harus dimiliki yaitu:

    a) Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

    kepribadian

    b) Menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta

    didik kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar.

    c) Menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang

    dipilih.

    d) Melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

    e) Merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar

    untuk menentukan ketuntasan belajar (mastery learning).

    29 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi dan Kompetensi Guru), (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), cet. III, h. 100.

  • 18

    3. Kompetensi Profesional

    Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran

    secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi

    kurikulum mata pelajaran di sekolah/madrasah dan substansi keilmuan

    yang menaungi materinya serta penguasaan terhadap struktur dan

    metodologi keilmuannya. Indikator yang harus dimiliki yaitu:

    a) Memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang manaungi

    atau koheren dengan materi ajar.

    b) Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

    c) Memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah.

    d) Memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait.

    e) Memahami langkah-langkah kajian kritis untuk memperdalam

    pengetahuan/materi mata pelajaran.

    4. Kompetensi Sosial

    Seorang guru diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap

    lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai

    bagian dari masyarakat sekitarnya. Seorang guru juga harus berjiwa

    sosial tinggi, mudah bergaul dan suka menolong. Indikator yang harus

    dimiliki yaitu:

    a) Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

    b) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

    dan tenaga kependidikan.

    c) Berkomunikasi dan bergaul dengan orangtua/wali peserta didik dan

    masyarakat sekitar.30

    Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab

    terhadap perkembangan anak didik. Dalam pandangan Islam, orang yang

    paling bertanggung jawab tersebut adalah orangtua (ayah dan ibu) anak

    didik. 31

    30 Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),

    cet. 1, h. 13-17.

    31 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 74.

  • 19

    Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dalam bukunya “Ilmu Pendidikan

    Islam” terdapat tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

    pendidikan agama Islam, sebagai berikut:

    1) Kompetensi Personal-Religius

    Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah

    menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-

    nilai lebih yang hendak ditransinternalisasikan kepada peserta

    didiknya. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan,

    ketertiban, kedisiplinan dan sebagainya.

    2) Kompetensi Sosial-Religius

    Hal ini bagi pendidik menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-

    masalah sosial selaras dengan ajaran dakwah Islam. Contohnya adalah

    siakp gotong-royong, tolong-menolong, toleransi dan sebagainya.

    3) Kompetensi Profesional-Religius

    Kemampuan dasar ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan

    tugas keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat

    keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu

    mempertanggungjawabkan berdasarkan teori dan wawasan

    keahliannya dalam perspektif Islam.32

    Menurut Zakiah Darajat, menjadi seorang guru tidak sembarangan

    tetapi harus memenuhi beberapa kompetensi, terutama guru pendidikan

    agama Islam. Kompetensinya adalah sebagai berikut:

    a. Takwa kepada Allah SWT.

    Guru tidak mungkin mendidik siswa agar bertakwa kepada Allah jika

    ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya, karena ia adalah teladan bagi

    para peserta didiknya sebagaimana Rasulullah Saw menjadi teladan

    bagi umatnya.

    32 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet 1, h.

    96.

  • 20

    b. Berilmu/Berijazah

    Ijazah bukan samata-mata hanya secarik kertas, tetapi sebagai bukti

    bahwa pemiliknya telah memiliki ilmu pengetahuan dan kompetensi

    tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Seorang guru harus

    mempunyai ijazah dan akta kependidikan atau sertifikat pendidik

    sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan mengajar.

    c. Sehat jasmani dan rohani

    Kesehatan jasmani dan rohani menjadi salah satu syarat yang penting

    bagi tiap-tiap pekerjaan. Seseorang tidak dapat melakukan tugasnya

    dengan baik jika badannya selalu dihinggapi oleh suatu penyakit.

    Sebagai guru syarat kesehatan pun merupakan syarat yang tidak bisa

    diabaikan.

    d. Berkelakuan baik

    Budi pekerti guru menjadi penting dalam pendidikan kepribadian

    siswa. Guru harus menjadi teladan karena para siswa bersifat meniru.

    Diantara tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi

    peserta didik yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.33

    3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

    Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan

    anak didik, untuk itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas

    berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang

    menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.34

    Dalam pendidikan di sekolah, tugas guru sebagian besar adalah

    mendidik dengan cara mengajar. Tugas-tugas selain mengajar ialah

    berbagai macam tugas sesungguhnya bersangkutan dengan mengajar,

    yaitu tugas membuat persiapan mengajar, tugas mengevaluasi hasil

    33 Sholeh Hidayat, Pengembangan Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017),

    cet. 1, h. 21-22.

    34 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 12.

  • 21

    belajar dan lain-lain yang selalu bersangkutan dengan pencapaian tujuan

    pengajaran.35

    Menurut Al-Ghazali, seorang guru yang mengamalkan ilmunya lebih

    baik daripada seorang yang beribadah saja, puasa dan shalat setiap

    malam. Tugas utama seorang guru adalah menyempurnakan,

    membersihkan dan menyucikan hati manusia untuk mendekatkan diri

    kepada Allah.36

    Dalam Sistem Praktik Keguruan (1983) ada tiga jenis tugas guru, yaitu

    tugas profesi yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik

    dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar

    dalam arti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

    teknologi, sedangkan melatih adalah mengembangkan keterampilan pada

    peserta didik.37

    Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, tugas

    guru bukan hanya memindahkan muatan meteri ke peserta didik, tetapi

    dalam kurun waktu 24 jam ia harus siap sedia. Menurut

    Abdurrahmansyah ada bidang-bidang garapan profesi atau tugas

    kemanusiaan dan kemasyarakatan, yaitu sebagai berikut:

    a) Guru sebagai profesi atau jabatan atau pekerjaan yang menentukan

    keahlian khusus sebagai guru tugasnya meliputi mendidik, mengajar

    dan melatih.

    b) Guru sebagai bidang kemanusiaan, di sekolah ia harus dapat

    menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua.38

    Menurut Tutik Rachmawati dan Daryanto dalam bukunya “Teori

    Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik”, tugas utama seorang

    guru adalah sebagai berikut:

    35 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 78-79.

    36 Heri Gunawan, Pendidikan Islam (Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh), (Bangung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 168.

    37 Sholeh Hidayat, op.cit, h.7.

    38 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 13.

  • 22

    1. Mendidik

    Mendidik mencakup proses pendidikan baik di dalam maupun di luar

    sekolah. Jadi mendidik tidak bisa hanya dilakukan oleh guru saja,

    akan tetapi harus ada kerja sama antara guru, orangtua, masyarakat,

    kelompok dan juga pemerintah. Tuga guru sebagai pendidik berkaitan

    dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

    2. Mengajar

    Seorang guru harus bisa mengajar dan mempunyai ilmu pengetahuan

    yang cukup untuk diberikan kepada peserta didik. Seorang guru harus

    berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan

    terampil dalam memecahkan masalah.

    3. Membimbing

    Membimbing perlu adanya kedekatan tertentu baik yang membimbing

    maupun yang dibimbing. Ruang lingkupnya lebih kepada privasi,

    individu, khusus, perorangan atau beberapa orang saja.

    4. Mengarahkan

    Mengarahkan adalah tugas guru untuk memberikan masukan-

    masukan yang berguna bagi peserta didik untuk kedepannya guna

    mencapai impian dan cita-citanya, mengarahkan berupa himbauan,

    larangan, ajakan, perintah ataupun pendapat guna untuk dilaksanakan

    oleh peserta didik. Dalam hal ini juga seorang guru harus punya

    pandangan positif serta pemahaman yang baik terhadap masa depan

    peserta didik kedepannya.

    5. Melatih

    Seorang guru harus mampu besikap tegas terhadap peserta didiknya

    dan menerapkan disiplin terhadap peserta didiknya.

    6. Menilai

    Seorang guru harus mempelajari seluk beluk tentang penilaian dan

    berusaha untuk menerapkannya dan melaksanakannya di lapangan.

    7. Mengevaluasi

  • 23

    Evaluasi bisa dilakukan bila guru berperan aktif dalam mendidik,

    mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan menilai peserta

    didiknya sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Proses evaluasi

    dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,

    pengolahan hasil dan pelaporan.39

    Menurut Akmal Hawi dalam bukunya “Kompetensi Guru Pendidikan

    Agama Islam”, seorang guru harus bertanggung jawab atas segala sikap,

    tingkah laku dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak

    anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk

    membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna

    bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.40

    4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

    Peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat

    kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di

    dalam kelas.41

    Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang

    No. 14 Tahun 2005, peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar,

    pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai dari peserta didik.

    Penjabarannya sebagai berikut:

    1. Guru sebagai pendidik

    Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh panutan dan identifikasi

    bagi para peserta didik dan lingkungannya. Seorang guru harus

    mempunyai standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung

    jawab, kewibawaan, kemandirian dan kedisiplinan.

    39 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendiidk,

    (Yogyakarta: Gava Media, 2015), h. 328-332.

    40 Ibid., h. 13.

    41 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15.

  • 24

    2. Guru sebagai pengajar

    Guru sebagai pengajar harus terus mengikuti perkembangan teknologi

    sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-

    hal yang terus diperbarui. Seorang guru berperan membantu peserta

    didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum

    diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar

    yang dipelajari.

    3. Guru sebagai pembimbing

    Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing

    perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang

    bertanggung jawab. Sebagai pembimbing guru harus merumuskan

    tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan

    yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai

    kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

    4. Guru sebagai pengarah

    Sebagai pengarah seorang guru harus mampu mengajarkan peserta

    didik dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi,

    mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan

    menemukan jati dirinya.

    5. Guru sebagai pelatih

    Guru bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi

    dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Untuk itu

    seorang guru harus memiliki pengetahuan yang banyak meskipun tidak

    mencakup semua hal secara sempurna.

    6. Guru sebagai penilai

    Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prinsip

    dan dengan teknik yang sesuai baik tes atau non tes. Seorang guru

    harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang

    meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur

    pengembangan serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari

    berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan kesukaran soal.

  • 25

    James B. Broww berpendapat peran guru itu menguasai dan

    mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan

    pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.42

    B. Motivasi

    1. Pengertian Motivasi

    Motivasi memiliki akar kata dari bahasa latin movere, yang berarti

    gerak atau dorongan untuk bergerak. Dengan begitu, memberikan motivasi

    bisa diartikan dengan memberikan daya dorong sehingga sesuatu yang

    dimotivasi tersebut bergerak. Menurut Atkinson, motivasi dijelaskan

    sebagai suatu tendensi seseorang untuk berbuat yang meningkat guna

    menghasilkan satu hasil atau lebih pengaruh. A.W. Bernard memberikan

    pengertian motivasi sebagai fenomena yang dilibatkan dalam

    perangsangan tindakan ke arah tujuan-tujuan tertentu yang sebelumnya

    kecil atau tidak ada gerakan sama sekali ke arah tujuan-tujuan tertentu.

    Motivasi merupakan usaha memperbesar atau mengadakan gerakan untuk

    mencapai tujuan tertentu.43

    Motivasi merupakan mesin yang menguasai dan mengarahkan

    perilaku. Kunci dari mesin itu ada di tangan masing-masing individu. Pada

    situasi sekolah misalnya: sebagian siswa dapat mengarahkan mesin itu

    sendiri dengan sangat baik, sementara sebagian siswa yang lain

    membutuhkan bantuan orang lain. Motivasi merupakan aspek penting

    dalam belajar. Woolfolk (2009) menyatakan bahwa motivasi diidentifikasi

    sebagai keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan dan

    mempertahankan perilaku. Sedangkan Winkel (1999), menyatakan

    motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa

    yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari

    42 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 15.

    43 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ

    MEDIA. 2016), h. 319.

  • 26

    kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, sehingga

    tujuan yang dikehendaki siswa tercapai.44

    Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang

    ada pada diri manusia, sehingga berhubungan dengan perasaan dan emosi

    yang kemudian seseorang akan bertindak atau melakukan sesuatu. Semua

    ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan. Motivasi ini

    juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

    kondisi tertentu, sehingga seseorang itu ingin melakukan sesuatu.

    Abraham Maslow mendefinisikan motivasi adalah sesuatu yang

    bersifat konstan (tetap), tidak pernah berakhir, berfluktuasi dan bersifat

    kompleks dan hal itu kebanyakan merupakan karakteristik universal pada

    setiap kegiatan organisme.45

    Mc. Donald mengatakan bahwa, motivation is a energy change within

    the person characterized by affective arousal and anticipatory goal

    reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi

    seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi

    untuk mencapai tujuan.46

    Motivasi sendiri merupakan isu yang sangat kompleks tidak hanya

    pada apa yang kita ingin lakukan tapi juga dari perilaku tersebut. Jika

    motivasi dilihat dari sudut pandang orang yang melakukan maka orang

    tidak pernah tidak termotivasi. Siapapun yang melakukan dan apapun yang

    dilakukan selalu didorong oleh suatu tujuan.

    Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai bidang, termasuk belajar.

    Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi

    prestasi belajarnya rendah, akibat kemampuan yang dimilikinya tidak atau

    kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar

    44 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 100.

    45 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ

    MEDIA. 2016), h. 320.

    46 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 148.

  • 27

    kemampuan intelektual yang dimiliki dapat berfungsi secara optimal

    adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya.

    Faktor karakteristik siswa dan guru merupakan faktor yang mempengaruhi

    proses pembelajaran dan prestasi belajar. Interaksi antara pengajar dan

    siswa perlu mendapat perhatian agar tercapai kualitas yang baik pada hasil

    belajar siswa. Diluar itu, konteks pembelajaran dan pemberian tugas juga

    ikut berpengaruh.47

    Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang

    tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan

    aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan

    dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang

    menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama

    sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.

    Dalam arti yang luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi

    dan arahan terhadap perilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, nilai,

    aspirasi dan perangsang (incentivies). Kebutuhan dan dorongan untuk

    memuaskan kebutuhan tersebut merupakan sumber utama motivasi.

    Sebagai kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

    sesuatu, motivasi dianggap sebagai energi vital atau daya pendorong hidup

    yang merangsang seseorang melakukan sesuatu aktivitas. Memotivasi

    anak berarti mengatur kondisi-kondisi sehingga ia ingin melakukan apa

    yang dapat dikerjakan.48

    Dari beberapa pengertian motivasi seperti telah dikemukakan tersebut,

    secara lebih ringkas dapat dikemukakan bahwa motivasi pada dasarnya

    adalah suatu usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu

    tujuan tertentu, termasuk di dalamnya kegiatan belajar. Secara lebih

    khusus jika orang menyebutkan motivasi belajar yang dimaksudkan tentu

    segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan

    47 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 99.

    48 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 150-151.

  • 28

    semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi

    lebih giat lagi dalam belajarnya untuk memperoleh prestasi yang lebih

    baik lagi.

    2. Teori-Teori Motivasi

    Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan

    luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga tersebut beberapa ahli

    memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive, motif atau

    motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish.49

    Menurut Elliot dkk, (1996) mengemukakan empat teori motivasi yang

    saat ini banyak dianut, yaitu:

    1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

    Menurut teori ini, orang termotivasi terhadap suatu perilaku karena ia

    memperoleh pemuasan kebutuhannya. Ada lima tipe dasar kebutuhan

    dalam teori Maslow, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa

    aman, kebutuhan akan cinta dan memiliki, kebutuhan akan

    penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization).

    2. Teori Kognitif Bruner

    Kunci untuk membangkitkan motivasi bagi Bruner adalah discovery

    learning. Siswa dapat melihat makna pengetahuan, keterampilan dan

    sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri.

    3. Teori Kebutuhan Berprestasi (Need Achievement Theory)

    Mc Clelland menyatakan bahwa individu yang memiliki kebutuhan

    untuk berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan,

    tugas-tugas yang cukup sulit dan ia mampu melakukannya dengan

    baik, mengharapkan umpan balik yang mungkin, serta ia juga mudah

    merasa bosan dengan keberhasilan yang terus menerus.

    49 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2009), h. 61.

  • 29

    4. Teori Atribusi

    Teori ini bersandar pada tiga asumsi dasar. Pertama, orang ingin tahu

    penyebab perilakunya dan perilaku orang lain, terutama perilaku yang

    penting bagi mereka. Kedua, mereka tidak menetapkan penyebab

    perilaku mereka secara random. Ada penjelasan logis tentang

    penyebab perilaku yang berhubungan dengan perilaku. Ketiga,

    penyebab perilaku yang ditetapkan individu memengaruhi perilaku

    berikutnya. Jadi, menurut teori ini perilaku seseorang ditentukan

    bagaimana atribusinya terhadap penyebab perilaku yang sama

    sebelumnya.50

    Purwa Atmaja Prawira, dalam bukunya Psikologi Pendidikan Dalam

    Perspektif Baru, mengemukakan dua teori motivasi, yaitu:

    1. Teori motivasi fisiologis

    Teori ini dikembangkan oleh Morgan dengan sebutan Central Motive

    State (CMS) atau keadaan motif sentral. Teori ini bertumpu pada

    proses fisiologis yang dipandang sebagai dasar dari perilaku manusia

    atau pusat dari semua kegiatan manusia. Ciri-ciri dalam CMS adalah

    bersifat tetap, tahan lama bahwa motif sentral itu ada secara terus-

    menerus tanpa bisa dipengaruhi oleh faktor luar maupun dalam diri

    individu yang bersangkutan. CMS memiliki ciri aktivitas umum yang

    merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat umum. CMS bersifat

    selektif terhadap respons yang terpilih. Reaksi itu tidak tergantung

    kepada situasi dari luar maupun dari dalam individu. Selain itu, CMS

    juga mempunyai ciri emosi dan pola tingkah laku tertentu.

    2. Teori aktualisasi diri dari Maslow

    Abraham Maslow (1908-1970) adalah psikolog humanis yang

    berpendapat bahwa manusia dapat bekerja kea rah kehidupan yang

    lebih baik. Untuk menyokong pendapat itu, Maslow menggunakan

    pendekatan yang berbeda dengan paham behaviorisme dan

    50 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 154-155.

  • 30

    psikoanalisis. Maslow membedakan kebutuhan manusia menjadi dua

    kelompok, yaitu kebutuhan metabolism dan kebutuhan untuk tumbuh.

    Contoh kebutuhan metabolism adalah kebutuhan-kebutuhan

    fisiologis, seperti lapar, haus dan lain-lain. Apabila kebutuhan-

    kebutuhan tersebut telah terpenuhi dengan baik, manusia akan

    mencari kebutuhan-kebutuhan yang lain seperti kebutuhan keamanan,

    cinta, kebersamaan, penonjolan diri dan sebagainya. Sedangkan

    kebutuhan tumbuh, merupakan kebutuhan umum yang disebut

    aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization)

    merupakan kebutuhan yang tertinggi tingkatannya dalam hierarki

    kebutuhan. Jika kebutuhan ini dapat terpenuhi dengan baik, seseorang

    dapat melaksanakan kodratnya dalam semua aspek kehidupan

    sehingga menjadi figur tertentu.51

    Fadhilah Suralaga dan Solicha, dalam bukunya Psikologi Pendidikan,

    mengemukakan teori motivasi ada tiga jenis yaitu teori Behavior,

    Kognitif dan Humanis.

    1) Motivasi dalam perspektif Behavioral

    Dalam perspektif behavioral motivasi ditekankan pada imbalan dan

    hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid.

    2) Motivasi dalam perspektif Kognitif

    Menurut perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu

    motivasi mereka. Perspektif kognitif juga menekankan arti penting

    dari penetapan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan suatu

    tujuan.

    3) Motivasi dalam perspektif Humanis

    Dalam perspektif humanis, motivasi ditekankan pada kapasitas siswa

    untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih. Salah

    satu tokoh yang terkenal adalah Abraham Maslow dengan teori

    kebutuhan dasarnya (hierarchy of needs). Menurut Maslow, 51 Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, (Jogjakarta: AR-RUZZ

    MEDIA. 2016), h. 331-336.

  • 31

    kebutuhan dasar harus dipenuhi dahulu sebelum memuaskan atau

    memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. Misalnya siswa harus

    memuaskan dulu kebutuhan makan sebelum mereka dapat

    berprestasi.52

    3. Macam-Macam/Jenis-Jenis Motivasi

    Dilihat dari sumbernya, motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi intrinsik

    dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul

    dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan

    orang lain. Seseorang yang secara intrinsik termotivasi akan melakukan

    pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan bisa

    memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-

    penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Misalnya, seorang

    siswa belajar dengan giat karena ingin mengusai berbagai ilmu yang

    dipelajari di sekolahnya. Motivasi intrinsik dapat berupa kepribadian,

    sikap, pengalaman, pendidikan atau berupa penghargaan dan cit-cita.

    Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan

    atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh

    keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi

    yang terbentuk oleh faktor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman.

    Misalnya, seorang siswa mengerjakan PR karena takut dihukum oleh

    guru.53

    Menurut sifatnya, motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:

    1) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu

    perbuatan karena takut. Seseorang melakukan kejahatan karena takut

    akan ancaman dari kawan-kawannya yang kebetulan suka melakukan

    kejahatan. Seseorang mungkin juga suka membayar pajak atau

    52 Fadhilah Suralaga dan Solicha, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 101-102.

    53 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 152.

  • 32

    mematuhi peraturan lalu lintas, bukan karena menyadari sebagai

    kewajibannya, tetapi karena takut pada hukuman.

    2) Motivasi insentif atau incentive motivation, individu melakukan

    sesuatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif. Bentuk insentif

    ini bermacam-macam, seperti: mendapatkan honorarium, bonus,

    hadiah, penghargaan, piagam, tanda jasa, kenaikan pangkat, kenaikan

    gaji, promosi jabatan dan lain-lain.

    3) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini lebih

    bersifat intrinsic, muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan

    kedua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrinsik dan datang

    dari luar diri individu. Sikap merupakan suatu motivasi karena

    menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap

    suatu objek. Seorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu

    akan menunjukkan motivasi yang besar terhadap hal itu. Motivasi ini

    datang dari dirinya sendiri karena adanya rasa senang atau suka serta

    faktor-faktor subjektif lainnya.54

    Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar,

    ada dua jenis macam-macam motivasi, yaitu:

    1. Motivasi intrinsik

    Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang

    menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

    karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk

    melakukan sesuatu.

    Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka

    ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan

    motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar, motivasi intrinsik

    sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak

    memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar

    terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin

    54 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2009), h. 63-64.

  • 33

    maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran

    yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang

    akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.

    2. Motivasi Ekstrinsik

    Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi

    ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

    perangsang dari luar.

    Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan

    tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak

    didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak

    didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah

    guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar,

    dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.

    Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik

    sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian

    anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orangtua. Baik

    motivasi ekstrinsik yang positif maupun motivasi ekstrinsik yang

    negatif, sama-sama mempengaruhi sikap dan perilaku anak didik.55

    4. Teknik-Teknik Memotivasi Siswa

    Motivasi tidak selalu timbul dengan sendirinya. Motivasi dapat

    ditumbuhkan, dikembangkan dan diperkuat atau ditingkatkan. Makin kuat

    motivasi seseorang makin kuat usaha untuk mencapi tujuan. Menurut

    Azwar, ada banyak teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik

    atau guru untuk memotivasi siswa/pembelajar untuk belajar

    mengemukakan teknik-teknik untuk memotivasi siswa, yaitu:

    1) Ganjaran (Reward).

    Pemberian ganjaran atau hadiah berkaitan dengan kebutuha akan

    penghargaan pada diri siswa. Bentuk ganjaran yang diberikan dapat

    55 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 149-152.

  • 34

    bersifat simbolik seperti sertifikat, dapat berupa materi seperti buku

    dan dapat pula bersifat psikologis sepeerti pujian dan pengakuan.

    2) Nilai prestasi.

    Nilai prestasi yang diberikan sebagai hasil THB, EBTA dan untuk

    hasil pekerjaan rumah maupun tugas-tugas sekolah akan memiliki nilai

    motivasi yang tinggi apabila diberikan dengan cara yang tepat.

    Terutama dalam memberikan nilai terhadap tugas-tugas sekolah

    sehari-hari, hendaklah dilakukan berdasarkan kemajuan belajar siswa

    masing-masing, tidak berdasarkan perbandingan dengan prestasi

    kelompok.

    3) Kompetesi

    Dalam situasi-situasi tertentu, persaingan dapat menjadi sumber

    motivasi yang ampuh. Bila akan mengadakan suatu bentuk kompetensi

    di kelas, haruslah diingat bahwa dalam kompetensi itu setiap siswa

    harus mempunyai kesempatan yang sama besar untuk menang. Bila

    kompetensi itu menyangkut prestasi sekolah, maka harus ada

    pengelompokkan kemampuan lebih dulu. Apabila akan dibuat suatu

    kompetensi dalam menyelesaikan tugas belajar sehari-hari, lebih baik

    bila tugas itu merupakan tugas kelompok.

    4) Pengetahuan akan hasil belajar.

    Untuk setiap tugas sekolah maupun rumah, sangat penting artinya

    dalam motivasi belajar adalah pengetahuan akan hasil. Para siswa

    sedapat mungkin segera mengetahui hasil pekerjaan mereka. Penelitian

    menunjukkan bahwa pengetahuan akan hasil pekerjaan sangat efektif

    dalam memotivasi siswa untuk belajar.56

    Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat

    merugikan prestasi belajar anak didik dalam kondisi tertentu. Interaksi

    belajar mengajar menjadi kurang harmonis. Tujuan pendidikan dan

    pengajaran pun tidak akan tercapai dalam waktu yang relatif singkat,

    56 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers. 2014), h. 158-160.

  • 35

    sesuai dengan target yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pemahaman

    mengenai kondisi psikologis anak didik sangat diperlukan guna

    mengetahui gejala apa yang sedang dihadapi anak didik sehingga gairah

    belajarnya menurun.

    Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka

    mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu:

    1) Memberi angka

    Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas

    belajar anak didik. Angka yang diberikan kepada setiap anak didik

    biasanya bervariasi, sesuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh

    dari hasil penilaian guru, bukan karena belas kasihan guru. Angka

    merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada

    anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan

    prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya

    terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang

    diprogramkan dalam kurikulum.

    2) Hadiah

    Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai

    penghargaan atau kenang-kenangan/cenderamata. Hadiah yang

    diberikan kepada orang lain bisa berupa apa saja, tergantung dari

    keinginan pemberi. Penerima hadiah tidak tergantung dari jabatan,

    profesi dan usia seseorang. Semua orang berhak menerima hadiah dari

    seseorang dengan motif-motif tertentu. Dalam dunia pendidikan,

    hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan

    kepada anak didik yang berprestasi tinggi, ranking satu, dua atau tiga

    dari anak didik lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang

    berprestasi tertinggi memperoleh predikat sebagai anak didik yang

    teladan dan untuk perguruan tinggi/universitas disebut sebagai

    mahasiswa teladan.

    Pemberian hadiah bisa juga diberikan bukan berbentuk beasiswa,

    tetapi berbentuk lain seperti berupa buku-buku tulis, pensil, bolpoin

  • 36

    dan buku-buku bacaan lainnya yang dikumpulkan dalam sebuah kotak

    terbungkus dengan rapi. Pemberian hadiah seperti itu dapat dilakukan

    pada setiap kenaikan kelas. Dengan cara itu anak didik akan

    termotivasi untuk belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang

    telah mereka capai.

    3) Kompetisi

    Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai salah alat

    motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah belajar.

    Persaingan, baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan

    dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan

    proses interaksi belajar mengajar yang kondusif. Untuk menciptakan

    kondisi yang demikian, metode mengajar memegang peranan. Guru

    bisa membentuk anak didik ke dalam beberapa kelompok belajar di

    kelas, ketika pelajaran sedang berlangsung. Semua anak didik

    dilibatkan ke dalam suasana belajar.

    Seorang guru bertindak sebagai fasilitator, sementara setiap anak didik

    aktif belajar sebagai subjek yang memiliki tujuan. Iklim kelas yang

    kratif dan didukung dengan anak didik yang haus ilmu sangat potensial

    menciptakan masyarakat belajar di kelas. Kompetisi yang sehat pun

    berlangsung di kalangan anak didik, jauh dari sifat malas dan

    kemunafikan. Tidak ada lagi beredar isu tugas selesai karena nyontek

    di kalangan pelajar.

    4) Ego-Involvement

    Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan

    pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga

    bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah

    satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha

    dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik adalah

    simbol kebanggaan dari harga diri. Begitu juga dengan anak didik

    sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi

    karena harga dirinya.

  • 37

    5) Hasrat untuk belajar

    Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk

    belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala

    kegiatan tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak

    didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang

    tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tak berhasrat

    untuk belajar.

    Hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia di dalam diri

    anak didik. Potensi itu harus ditumbuhsuburkan dengan menyediakan

    lingkungan belajar yang kreatif sebagai pendukung utamanya.

    Motivasi ekstrinsik sangat diperlukan disini, agar hasrat untuk belajar

    itu menjelma menjadi perilaku belajar.

    Di sekolah cukup banyak anak didik yang berhasrat untuk

    mengembangkan potensi diri, tetapi karena lingkungan yang tersedia

    kurang kreatif, maka tidak ada dukungan bagi anak untuk

    mengembangkan minat, bakat dan kemampuannya. Jadilah dia anak

    didik yang pasif, menyerah pada keadaan. Motivasi keilmuan yang

    seharusnya bergelora menjadi redup, hanya karena hasratnya untuk

    belajar tidak terayomi.57

    Menurut RBS, Fudyartanto, ada berbagai macam penerapan teori

    belajar baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat, yaitu:

    a. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenagkan

    Guru menunjukkan sikap yang ramah tamah, tidak cemberut, tidak

    mudah marah, tidak mencela anak, tidak menyindir dan lain-lain.

    Perlakuan-perlakuan yang dicontohkan tersebut akan membuat peserta

    didik di dalam kelas menjadi senang dan bergairah dalam belajar.

    b. Guru memberikan hadiah dan hukuman kepada siswa

    Guru dapat memberikan hadiah untuk mendorong kegiatan belajar

    siswa sebelum menempuh ujian sekolah. Hadiah dapat berupa barang

    57 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 158-166.