PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM...
Transcript of PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM...
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELAKSANAKAN
SHALAT BERJAMA’AH
(Studi pada SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2018)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
KHUSNUL KHOTIMAH
111-13-245
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Dra. Djami‟yatul Islamiyah, M. Ag.
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 Eksemplar
Saudara : Khusnul Khotimah
Kepada
Yth. Dekan FTIK Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami
kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : Khusnul Khotimah
Nim : 111-13-245
Fakultas/ Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan/Pendidikan Agama Islam
Judul :Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
MeningkatkanKedisiplinan Siswa melaksanakan Sholat
Berjama’ah (Studi Pada SMK N I Wonosegoro
Kabupaten Boyolali Tahun 2018).
Dengan ini kami mohon skripsi saudarai tersebut diatas supaya segera di
munaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 28 Agustus 2019
Pembimbing
Dra. Djami‟yatul Islamiyah, M. Ag.
NIP. 195708121988022001
v
KEMENTERIAN AGAMA ISLAM RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tlp. (90298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id. e-mail: [email protected]
SKRIPSI
PERAN GURU PENDIDIKANAGAMA ISLAM DALAM
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELAKSANAKAN SHALAT
BERJAMA’AH (STUDI PADA SMK N I WONOSEGORO KABUPATEN
BOYOLALI TAHUN 2018)
Disusun Oleh:
KHUSNUL KHOTIMAH
NIM: 111-13-245
Telah dipertahankan didepan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agam Islam Fakultas Tarbiya dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 10 September 2019 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Prof. Mansur, M. Ag. __________________
Sekretaris : Dra. Djami‟yatul Islamiyah, M. Ag. __________________
Penguji : Drs. Abdul Syukur, M. Si. __________________
Penguji II : Dr. Muna Erawati, M. Si. __________________
Prof. Dr. Mansur, M. Ag.
NIP. 1968061319940311004
Salatiga, 10 September 2019
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan
vi
MOTTO
ف صلى للا عله وسلم قال: رضا للاه عىهما عه الىهب للاه به عمزرض وعه عبد للاه
ه ف سخط الىالد ه, وسخط للاه حه ابه حبهان والح (رضا الىالد , وصحه )اكمأخزجه التزمذي
Dari „Abdullah bin „Amr bin Al-„Ashr radhiyallahu „anhuma,
Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Keridhaan Allah
tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada
murka orang tua.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi, hadits ini sahih
menurut Ibnu Hibban dan Al-Hakim)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku Ayah dan Ibu, yang telah membesarkanku dan selalu
mendoakan serta mengusahakan keberhasilanku.
2. Ayah bapak Fauzani yang berjuang untuk aku dari kecil sampai sekarang
dan membimbing aku dalam kehidupanku.
3. IAIN Salatiga dan Dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan
pengalaman.
4. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2013 khususnya jurusan PAI.
5. Pacar saya yang tel zah memperjuangkan aku dari Nol sampai sekarang.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi
ini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis haturkan kehadirat
Alloh SWT yang telah memberikan nikmat, karunia, taufik, seta hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELAKSANAKAN SHALAT
BERJAMA’AH DI SMK N I WONOSEGORO TAHUN 2018”.
Tidak lupa sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurhkan kepada
Nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya
yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan bagi kehidupannya.
Penulisan skripsi tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh
karen itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Bapak Prof. Mansur, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si. Selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga
4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd. Selaku dosen pembimbing akademik
ix
5. Ibu Dra. Djami‟yatul Islamiyah, M. Ag. Selaku dosen pembimbing skrisi
yang telah membimbing, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi terselesaikan.
6. Bapak adan ibu dosen yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan,
serta karyawan IAIN Salatiga sehingga dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S I.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta para pembaca umumnya.
Salatiga, 02 Sepetember 2019
Khusnul Khotimah
x
ABSTRAK
Khotimah , Khusnul. 2018. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Melaksanakan Shalat Berjama’ah di SMK
N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2017/2018. Skripsi. Jurusan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Djami‟yatul Islamiyah,
M. Ag.
Kata Kunci: Peran Guru Pendidikan Agama Islam, Kedisiplinan Shalat
Berjama‟ah.
Skripsi ini membahas tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah siswa SMK N I Wonosegoro
Kabupaten Boyolali. Fokus masalah yang dikaji (1) Tingkat kedisiplinan shalat
berjama‟ah siswa SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali. (2) Peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melaksnakan
shalat berjama‟ah SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali. (3) Faktor
pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah
siswa SMK N I Wonosegoro Boyolali.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reserach), yaitu
memperoleh data melalui penyelidikan berdasarkan objek lapangan. Pendekatan
dalam penelitian ini kualitatif deskriptif yaitu melukiskan dan memaparkan objek
yang diteliti sesuai dengan situasi ketika penelitian dilakukan. Sumber data dalam
penelitian ini meliputi sumber primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis
data menggunakan tiga komponen yaitu reduksi data, display data, verifikasi data.
Pengecekan keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber dan triangulasi
metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat kedisiplinan shalat
berjama‟ah siswa SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali belum maksimal
karena belum penuhnya kesadaran siswa untuk melaksanakan shalat berjama‟ah.
(2) peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat berjama‟ah SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali
adalah sebagai pembimbing, sebagai motivator, sebagai suri tauladan, sebagai
evaluator. (3) Faktor pendukung dan penghambat meliputi peran aktiv guru
Pendidikan Agama Islam, ketersediaan sarana dan prasarana ibadah, sedangkan
faktor penghambatnya yaitu masih terbatasnya sarana ibadah seperti masjid yang
kurang luas, kurangnya dukungan keluarga, terbatasnya jumlah guru dan belum
meratanya kesadaran siswa.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
GAMBAR BERLOGO IAIN ........................................................................... ii
PERYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
MOTTO............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian ................................................................... 8
E. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................ 8
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Guru dan Perannya ................................................... 12
1. Pengertian Guru ...................................................................... 12
2. Peran Guru dalam Pendidikan ................................................ 14
B. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 21
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ...................................... 21
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam .................................... 24
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ............................................ 25
xii
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ............................................ 27
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .............................. 28
C. Kedisiplinan ............................................................................... 29
1. Pengertian Disiplin ................................................................. 29
2. Tujuan Disiplin ....................................................................... 29
3. Cara menegakkan Kedisiplinan .............................................. 29
D. Shalat berjama‟ah ....................................................................... 30
1. Pengertian Shalat .................................................................... 30
2. Shalat Berjama‟ah................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................. 39
B. Lokasi Penelitian ......................................................................... 39
C. Sumber Data................................................................................ 40
D. Prosedur Pengumpulan Data....................................................... 41
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 42
F. Pengecekan Keabsahan Data ....................................................... 44
G. Tahap-tahap Penelitian ............................................................... 45
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 46
B. Penyajian Data ............................................................................ 57
C. Analsisi Data ............................................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 71
B. Saran-saran .................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak hanya tampil sebagai pengajar
(teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan sebagai
pelatih (coach), pembimbing (counsellor) dan manager belajar (learning
manager). Hal ini sudah sesuai fungsi dari peran guru dimasa depan. Dimana
sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk
menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai
prestasi setinggi-tingginya (Husien, 2017: 43).
Adanya perekembangan baru dalam proses belajar mengajar membawa
konsekuensi guru untuk meningkatkan peranannya dan kompetensinya. Guru
yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat optimal (Hawi, 2013: 45).
Peranan yang tidak kalah pentingnya dari semua peranan yang telah
disebutkan adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan,
karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik
menjadi manusia dewasa yang cakap. Tanpa bimbingan dari seorang guru,
anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan
dirinya. Walaupun semakin dewasa ketergantungan anak didik semakin
berkurang, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada
saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (Husien, 2017: 70).
2
Sekolah tempat pendidikan, maka guru terutama guru Pendidikan Agama
Islam berperan penting dalam mendidik anak, tidak hanya mengajarkan ilmu
pengetahuan saja melainkan menanamkan nilai keimanan dalam jiwa anak,
mendidik anak agar menjalankan nilai-nilai agama dalam kehidupannya serta
mendidik anak agar berbudi pekerti luhur. Maka, guru memiliki peranan yang
sangat penting dalam membina peserta didik, karena guru merupakan orang tua
kedua bagi peserta didik di sekolah.
Guru merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat berperan,
karena guru bertanggung jawab dalam upaya membina dan membimbing
perilaku anak didik guna pembentukan pribadinya, terlebih-lebih guru agama,
karena mempunyai tanggung jawab yang lebih berat yaitu selain ia
bertanggung jawab terhadap pembinaan sikap siswa yang sesuai dengan ajaran
agama Islam juga bertanggung jawab kepada Allah SWT. Oleh karena itu,
dalam memberikan nilai-nilai agama, yang mempunyai andil yang lebih besar
adalah guru agama di sekolah. Sebagai guru agama dalam memberikan
pendidikan dan pelajaran mental serta pembinaan agama kepada siswa yang
menuntut ilmu di sekolah untuk menjadi generasi muda yang nantinya akan
menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai akhlakul karimah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa siswa SMK termasuk usia remaja,
sementara secara psikologis “Masa Remaja adalah masa yang penuh
kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan goyang,
yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan, dengan
masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri” (Daradjat, 1970: 72).
3
Remaja pokok keyakinan dalam agama dipengaruhi oleh perkembangan
pikiranya pada umur remaja. Dan gambaran remaja tentang Tuhan merupakan
bagian dari gambarannya terhadap alam ini. Hubungannya dengan Tuhan,
bukanlah hubungan yang sederhana, antara dia dengan Tuhan. Akan tetapi
kompleks dan berjalin melalui alam ini, hubungan di sini adalah antara dia,
alam dan Tuhan. Perasaannya terhadap Tuhan adalah pantulan dari sikap
jiwanya terhadap alam luar. Maka agama remaja adalah hubungan antara dia,
Tuhan dan alam semesta, yang terjadi dari peristiwa-peristiwa dan
pengalaman-pengalaman masa lalu dan yang dialami oleh remaja itu. Kata
lain dapat diringkaskan bahwa agama remaja adalah hasil dari interaksi antara
dia dan lingkungannya. Sedangkan gambaran tentang Tuhan dan sifat-sifat-
Nya, dipengaruhi oleh kondisi perasaan dan sifat remaja itu sendiri (Daradjat,
1970: 75).
Dari kutipan tersebut bahwa agama dalam agama remaja, interaksi sosial
menjadi penting sehubungan dengan kondisi kejiwaan remaja yang masih labil,
terkait dengan hal ini maka peran guru bagian dari interaksi sosial siswa,
memiliki peran diri dalam hal bimbingan dan secara umum, termasuk dalam
hal mendisiplinkan shalat berjama‟ah.
Kedisiplinan adalah suatu peraturan yang tegas dimana isi dan rumusan
peraturan dipikirkan secara mantab , matang, dibina dan dikembangkan secara
nyata supaya apa yang diinginkan itu dapat terwujud dengan baik, sesuai yang
diharapkan. Disiplin dapat melahirkan semangat mengahargai waktu, bukan
menyia-nyiakan waktu. Berhubung disiplin tidak bisa terlepas dari kebudayaan
4
masyarakat dan anak, maka sepantasnya disiplin diajarkan kepada anak.
Adapun tujuan disiplin agar anak bertingkah laku sesuai dengan yang
diharapkan masyarakat di lingkungannya (Marijan, 2012: 73)
Dalam proses pendidikan melalui disiplin memerlukan ketegasan dan
kebijaksanaan. Ketegasan mengharuskan pendidik memberikan sanksi atau
hukuman pada setiap anak didik yang tidak patuh atau melanggar tata tertib,
sebagai mana janji Allah SWT bahwa bagi manusia yang melanggar larangan-
Nya dan tidak mengerjakan perintah-Nya, telah disediakan siksa yang amat
pedih berupa api neraka yang menyala-nyala. Kebijaksanaan mengharuskan
pendidik bertindak adil dalam memberikan sanksi atau hukuman, bagi anak
didik yang melanggar ketentuan disiplin atau yang tidak patuh pada perintah
(Nawawi, 1993: 233-234)
Sedangkan mengenai kedisiplinan itu sangat penting karena manusia
hidup tanpa dengan teratur dan disiplin maka hidupnya akan merugi. Islam
menganjurkan agar manusia memanfatkan waktu dan kesempatan yang
dimiliki sehingga ia tidak termasuk golongan orang yang merugi dan
Rasulullah SAW juga menganjurkan agar manusia memanfatkan kesempatan
yang ia miliki. Firman Allah QS. Al-„Asr ayat : 1-3
وسان إنه (1) والعصز الحات وعملىا آمىىا الهذه إله (2) خسز لف ال بالحق وتىاصىا الصه
بز وتىاصىا (3)بالصه
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
5
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 1987: 601)
Kandungan ayat diatas jelas bahwa setiap waktu manusia harus
memanfatkan waktu dengan sebaik baiknya dan diisi dengan pekerjaan yang
baik pula. Kita semua telah mengerti dan mengetahui bahwa suatu kebaikan
yang datangnya terlambat akan sia-sia, misalnya pekerjaan mulia yaitu shalat
fardhu lima waktu yang dikerjakan terlambat dari waktu yang telah ditentukan
maka akan sia-sia. Maka, kita sebagai manusia harus menjunjung tinggi dan
menghargai waktu.
Shalat berjama‟ah adalah sarana terpenting dan utama untuk
memakmurkan rumah Allah. Jika bukan karena shalat berjama‟ah tentu masjid-
masjid menjadi sepi. Allah Ta‟ala bersaksi bahwa memakmurkan masjid-
masjid dengan iman bahwasanya mereka adalah orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah pada kebenaran (al-haq) dan sunguh mereka adalah orang
orang yang beruntung (Al Qahthani, 1997:13-14).
Melaksanakan shalat berjama‟ah berarti mematuhi perintah Rasulullah
SAW dan mengikuti sunah beliau, baik qauliyah (ucapan) maupun fi‟liyah
(perbuatan). Rasulullah SAW memerintahkan kita melakukan dan bersegera
shalat berjama‟ah. Mengikuti Rasul SAW dalam ibadah-ibadah yang agung ini,
yakni shalat berjama‟ah juga ibadah antara sebab-sebab turunnya hidayah,
kecintaan Allah Ta‟ala, ampunan-Nya atas dosa-dosa kita serta di antara sebab-
sebab keselamatan kita dari neraka dan masuk surga (Al Qahthani, 1997: 20-
22).
6
Guru berperan penting dan bertangung jawab mengarahkan anak
didiknya dalam penguasaan ilmu dan memberikan teladan yang baik terhadap
anak didiknya kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam. Seorang guru
Pendidikan Agama Islam tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan
semata, tetapi jauh lebih berat yaitu aplikasi ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam hal ibadah. Oleh karena itu, dalam
kepentingan aplikasi pengetahuan, guru tidak hanya mengajar tetapi, juga
terlibat dalam kegiatan keagamaan tentang shalat misalnya dalam
mendisiplinkan shalat berjama‟ah.
SMK N I Wonosegoro adalah sekolah satu-satunya SMK Negeri yang
ada di Wonosegoro, terletak di Jl. Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro,
Kabupaten Boyolali. Mengapa penulis memilih SMK ini sebagai lokasi
penelitian? Berdasarkan observasi, menurut peneliti SMK disini masih banyak
siswa yang belum memahami dan membiasakan shalat berjama‟ah dan
kesadaran untuk melaksanakan shalat berjama‟ah masih perlu ditingkatkan dan
peran guru Pendidikan Agama Islam sangat penting memberikan pemahaman
keilmuan secara teoritis dan memberikan tauladan secara praktis.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti termotifasi melakukan penelitian
dengan judul “PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELAKSANAKAN SHALAT
BERJAMA‟AH (Studi Pada SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun
2018)”.
7
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kedisiplinan siswa dalam melaksanakan shalat berjama‟ah di
SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2018?
2. Bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2018?
3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi Guru Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis pada permasalahan diatas adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N
I Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2018.
2. Mengetahui peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2018.
3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi guru Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali Tahun 2018.
8
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah. Hasil penelitian ini,
diharapkan menjadi kontribusi bagi guru dalam membahas masalah
Pendidikan Agama khususnya ibadah shalat, yang dijadikan sebagai
pengembangan penelitian yang sejenis dalam dunia pendidikan untuk
masa yang akan datang.
b. Menambah wawasan secara umum tentang keberagamaan remaja.
2. Manfaat praktis
a. Sekolah
Bagi SMK N ini menjadi sesuatu yang positif tentang pentingnya
peran guru dalam meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah.
b. Bagi Guru
Hasil penenlitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menumbuh kembangkan keberagamaan siswa khususnya dalam hal
pentingnya shalat berjama‟ah.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap
penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan dan kelebihan yang ada
sebelumnya, selain itu mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan
suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori-teori yang ada kaitannya
9
dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan teori ilmiah.
Penelitian ini, peneliti mengkaji beberapa penelitian yang pernah diteliti oleh
beberapa penelitian lain, penelitian tersebut digunakan sebagai bahan kajian
pendukung dalam penelitian ini.
Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini,
yakni:
1. Penelitian oleh Nurul Huda “PERAN GURU TERHADAP KEAKTIFAN
SISWA MELAKSANAKAN SHALAT (STUDI KASUS SISWA MAN I
MAGELANG TAHUN 2011)”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa guru bertanggung
jawab serta memotivasi siswa agar selalu aktiv dalam menjalankan shalat.
Persamaan dari penenlitian itu sama-sama meneliti tentang peran
guru dalam mengaktifkan siswa dalam shalat. Namun perbedaan penelitian
lebih menekankan dalam shalat berjama‟ah dan tempatnya juga berbeda.
2. Tulisan Atik Walidaik (2017) yang berjudul “PERAN GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH
KENAKALAN REMAJA (STUDI KASUS PADA MA DARUSALAM,
KECAMATAN SUBAH, KABUPATEN BATANG)”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan siswa di MA Darusalam Subah, Kabupaten Batang
melakukan kenakalan remaja seperti membolos sekolah, terlambat masuk
sekolah, pulang sekolah sebelum waktunya, pakaian tidak sesuai dengan
dengan peraturan sekolah dan merokok di lingkungan sekolah.
10
Persamaan penelitian ini sama-sama meneliti tentang peran guru
Pendidikan Agama Islam. Namun, perbedaannya penelitian atik lebih
fokus pada kenakalan remaja sementara dalam penelitian ini lebih fokus
pada kedisiplinan shalat berjama‟ah.
3. Penelitian Inggi Putri Pradana (2017) yang berjudul “PERAN GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KECERDASAN
SPIRITUAL PADA SISWA KELAS XI IPS DI SMA N I BRINGIN
TAHUN PELAJARAN 2017/2018”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membina kecerdasan
itu bukan hanya kecerdasan intelektual saja tetapi kecerdasan spiritualnya
juga sangat penting bagi siswa.
Persamaan dengan penelitian ini ialah sama-sama meneliti tentang
peran guru Pendidikan Agama Islam. Namun, perbedaannya adalah jika
penelitian inggi fokus pada kecerdasan spriritual maka penelitian ini fokus
pada kediplinan shalat berjama‟ah.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian yang berjudul Peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kedisplinan shalat
berjama‟ah belum pernah dilakukan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran keseluruhan penelitian ini, maka peneliti
sampaikan garis besar dalam sistematika penelitian yang memuat 5 (lima) bab,
masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut:
11
BAB I : Pendahuluan. Bab pendahuluan ini berisi tentang: Latar
belakang, Fokus penelitian, Tujuan penelitian, Kegunaan penelitian, Kajian
penelitian terdahulu dan Sistemtika penulisan.
BAB II : Landasan teori. Landasan teori ini, dikupas berbagai
pembahasan teori yang menjadi landasan terotik penelitian. Sesuai judul skripsi
maka pembahasan pada bab ini berisi tentang peran guru Pendidikan Agama
Islam, kedisiplinan, shalat berjama‟ah.
BAB III : Hasil penelitian. Bab ini akan laporkan pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, teknik
analisis data, pengecekan keabsahan data mengenai peran guru Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah (studi pada SMK N I Wonosegoro Tahun 2018)
BAB IV : Paparan data dan analisis data. Bab ini akan dilaporkan hasil
penelitian tentang paparan data, yaitu gambaran umum sekolah dan hasil
temuan penelitian. Analisis data bab ini, penulis akan memaparkan analisis
data dari peran guru Pendidikan Agama Islam Ddlam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat Berjama‟ah SMK N I Wonosegoro.
BAB V : Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban
fokus penelitian dan saran-saran. Bagian akhir dari skripsi ini juga
dicantumkan daftar pustaka dan berbagai lampiran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Guru dan Perannya
1. Pengertian guru
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur
manusia yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam
pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan,
figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang
menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah (Djamarah, 2000: 1).
Berdasarkan Undang-undang R.I No. 14/2005 pasal I (1) “Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam undang-Undang Nomor 20 Tahun 200 tentang sistem
Pendidikan Nasional, guru dipandang hanya menjadi bagian yang kecil dari
istilah pendidik. Dinyatakan dalam pasal 9 (2) pengertian tentang pendidik
sebagai berikut.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugaas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.
13
Dalam hal ini, ketentuan umum butir 5 menyatakan pengertian
pendidik sebagai berikut.
Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, fasilitator, dan sebutan lain yang
sesuai dengan khususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan (Suparlan, 2000: 15-16).
Guru adalah spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak
didik. Dialah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan
akhlak, dan membenarkannya, menghormati guru berarti menghormati anak
didik kita, mengahargai guru berarti penghargaan terhadap anak didik kita,
dengan guru mereka hidup dan berkembang, sekiranya guru menunaikan
tugasnya dengan sebaik-baiknya (Djamarah, 2000: 41-42).
Menurut Zakiyah Daradjat (1992: 39), guru adalah pendidik
profesional, karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan
memikul sebagian tanggung jawab pendiidikan yang terpikul dipundak para
orang tua. Para orang tua menyerahkan anaknya ke sekolah, berarti telah
melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru. Hal ini mengisyaratkan
bahwa mereka tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang
guru, karena tidak sembarang orang bisa menjadi guru.
Guru dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik
potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru berarti
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak
14
didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat
kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba Allah (Nurdin, 2008: 128).
Secara legal formal, guru adalah seorang yang memperoleh surat
keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta, untuk melaksanakan
tugasnya. Karena itu, ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan
kegiatan belajar mengajar dilembaga pendidikan sekolah (Suparlan, 2005:
13).
2. Peran guru dalam pendidikan
Peranan guru sangat melekat erat dengan pekerjaan seorang guru,
maka pengajarannya tidak boleh dilakukan dengan seenaknya saja atau
secara sembrono, karena akan berakibat fatal, menggagalkan peningkatan
mutu pendidikan. Seorang guru harus tau tugas dan perannya sebagai guru,
sehingga mampu memainkan peran pentingnya bagi keberhasilan
peningkatan mutu pendidikan.
Proses pengajaran di kelas peranan pendidik lebih spesifik
sifatnya. Peranan itu meliputi lima hal yaitu:
a. Pendidik sebagai model
b. Pendidik sebagai perencana
c. Pendidik sebagai peramal
d. Pendidik sebagai pemimpin
e. Pendidik sebagai penunjuk jalan atau sebagai pembimbing kearah pusat
belajar.
15
Selain itu, dalam proses belajar-mengajar, pendidik memiliki peran
utama dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya,
yakni memberikan pengetahuan, sikap, nilai dan ketrampilan. Kata lain
tugas dan peran pendidik yang utama terletak dibidang pengajaran.
Pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, seorang pendidik dituntut untuk mengelola kelas, penggunaan
metode mengajar, maupun sikap yang afektif, mengembangkan bahan
pengajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan pendidikan yang harus
mereka capai (Husien, 2017: 66)
Kajian Pullias dan Young (1998), Manan (1990), serta Yelon and
Weinstein (1997), dapat diidentifikasikan peran guru sebagai berikut:
a. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
b. Guru sebaagai pengajar
Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi,
dan memahami materi standar yang dipelajari.
16
c. Guru sebagai pembimbing
Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu
perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan
petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
d. Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat, guru dapat menyadari perannya sebagai kepercayaan dan
penasehat secara lebih mendalam harus memahami psikologi
kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
e. Guru sebagai model dan teladan
Secara teoretis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari
seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab
untuk menjadi teladan.
f. Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran,
guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses
kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat
universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan sekitar kita.
Kreativitas ditandai adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
17
g. Guru sebagai evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan,
serta mempunyai arti berhubungan dengan konteks yang tidak mungkin
dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. (Mulyasa, 2005: 37-65).
Peran guru dalam proses belajar mengajar yang di kemukakan oleh
Adams & Decey antara lain :
1.) Guru sebagai pengajar
Guru hendaknya selalu menguasai bahan materi pelajaran yang
diajarkan, serta senantiasa mengembangkannya, meningkatkan
kemampuannya dalam ilmu pengetahuan yang dimilikinya, karena
menentukan hasil belajar yang dicapai siswa (Usman, 2011: 7).
2.) Guru sebagai pengelola kelas
Perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu
mengelola kelas karena kelas merupakan lingkungan belajar dan
suatu aspek lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Tujuan
umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk macam-macam kegiatan belajar mengajar agar
mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang
diharapkan (Usman, 2011: 7-8)
18
3.) Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengafektifkan
proses belajar mengajar. Guru tidak hanya memiliki pengetahuan
tentang media pendidikan, tetapi harus memiliki ketrampilan
memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan
baik.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan
sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa
narasumber, buku, teks, majalah, ataupun surat kabar (Usman,
2011: 8-9).
4.) Guru sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang
evaluator yang baik. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum, dan
apakah materi yang disampaikan sudah tepat. Tujuan lain dari
penilaian diantaranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa di
dalam kelas atau kelompoknya. Penilaian guru dapat mengetahui
prestasi yang telah dicapai siswa dalam proses belajar mengajar.
(Usman, 2011: 9-10).
19
Dari sisi lain, guru sering dicitrakan memiliki peran ganda yang
dikenal sebagai EMASLIMDEF (educator, manager,
administrator, supervisor, leader, inovator, mativator, dinamisator,
evaluator, dan facilitator) :
a) Educator
Merupakan peran yang utama dan terutama, khususnya untuk
peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP).
Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik,
sebagai role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan
perilaku, dan membentuk kepribadian peserta didik.
b) Sebagai manager
Pendidik memiliki peran untuk menegakkan ketentuan dan
tata tertib yang telah disepakati bersama di sekolah, memberikan
arahan atau rambu-rambu ketentuan agar tata tertib di sekolah
dapat dilaksanakan dengan sebaik-abaiknya oleh seluruh warga
sekolah.
c) Sebagai administator
Guru memiliki peran untuk melaksanakan adminitrasi
sekolah, seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar nilai,
buku rapor, adminitrasi kurikulum, adminitrasi penilaian dan
sebagainya. Bahkan, secara administratif para guru sebaiknya
juga memiliki rencana mengajar, program semester dan progam
20
tahunan, dan paling penting adalah menyampaikan rapor atau
laporan pendidikan kepada orang tua siswa dan masyarakat.
d) Sebagai supervisor
Pemberian bimbingan dan pengawasan kepada peserta didik,
memahami permasalahan yang dihadapi peserta didik,
menemukan permasalahan yang terkait proses pembelajaran,
dan akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan masalahnya.
e) Sebagai leader
Guru lebih memberikan kebebasan secara bertanggung jawab
kepada peserta didik, disiplin yang ditegakkan oleh guru, peran
sebagai leader ini adalah disiplin hidup.
f) Sebagai inovator
Seorang guru harus memiliki kemauan belajar yang cukup
tinggi untuk menambah pengetahuan dan ketrampilannya
sebagai guru. Tanpa adanya semangat belajar yang tinggi,
mustahil guru menghasilkan inovasi-inovasi yang bermanfaat
untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
g) Sebagai motivator
Untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang
tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi
dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar, yang utamanya
berasal dari gurunya sendiri (Suparlan, 2005: 29-30).
21
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya
awalan “pe” dan akhiran “an” mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan
sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
pedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Isitilah ini
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan education yang
berarti pengenmbangan atau bimbingan, dan sering diterjemahkan dengan
tarbiyah, yang berarti pendidikan.
Ahmad Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan
atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan didalam
hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan yaitu menuntun
kekuatan kodrat pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya (Wiyani, 2012: 81-82)
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
22
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional (Toha, 1998: 180).
Menurut Ahamad Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran islam.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam
adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta
menjadikan ajaran agama islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.
Zuhairini, dkk mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar secara sistematis dan pragmatis dalam membantu peserta didik supaya
mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha
sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan,
dan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia yang
bertaqwa kepada Allah SWT.
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran Islam.
23
Sementara menurut Nazarudin, Pendidikan Agama Islam merupakan
usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan.
Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya merupakan sebuah proses
itu, dalam pengembangannya juga maksud rumpun mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah maupun diperguruan tinggi. Pendidikan Agama Islam
dapat dimaknai dalam dua pengertian, yaitu:
a. Sebagai sebuah proses penanaman ajaran agama Islam.
b. Sebagai bahan kajian yang menjadi materi dari proses
penanaman/pendidikan itu sendiri.
Konteks pengertian kedua diatas, maka Pendidikan Agama Islam
merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu mata pelajaran yang
harus dipelajari oleh peserta didik muslim dalam menyelesaikan
pendidikannya pada tingkat tertentu (Wiyani, 2012: 82-84).
Dalam pengertian tersebut dapat ditentukan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yaitu:
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar yakni sesuatu kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan yang dilakukan secara berencana dan
sadar atas tujuan yang dikehendaki.
b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai pendidikan.
24
c. Guru Pendidikan Agama Islam yang melakukan kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan secara sendiri terhadap peserta didiknya untuk
mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam.
d. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran agama islam dari peserta didik untuk membentuk kesalehan atau
kualitas pribadi sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial (Hawi,
2013: 19-20).
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar pendidikan Agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi,
yaitu:
a. Dasar Relegius
Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar legius adalah dasar-
dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-
Qur‟an maupun Al-Hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan
Pendidikan Agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan
merupakan ibadah kepada-Nya.
b. Dasar Yuridis Formal
Menurut Zuhairini dkk, yuridis formal pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara langsung
atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksnakan
Pendidikan Agama Islam, di sekolah-sekolah maupun dilembaga-
lembaga pendidikan formal di Indonesia.
25
c. Dasar Psikologis
Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan
dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan
bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya
tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan
hidup yaitu agama (Wiyani, 2012: 86-88).
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam sehingga manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pendidikan Agama Islam di sekolah umum
bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, pengahayatan dan
pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Toha, 1998: 180-
181)
Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang
dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman, teguh, beramal
saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang maasyarakat
26
yang sanggup hidup diatas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan
berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.
Sedangkan Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama
Islam yang paling utama ialah beribadah kepada Allah, dan kesempurnaan
insani yang tujuannya kebahagiaan dunia dan akhirat.
Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Maka
tujuan pokok dari Pendidikan Agama Islam ialah mendidik budi pekerti dan
pendidikan jiwa.
Secara umum Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman
peserta didik tentang ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam konteks tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah umum,
Kemediknas merumuskan sebagai berikut:
a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, pengahayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya
kepada Allah SWT.
27
b. Mewujudkan manusia indonesia yang taat beragama dan berakhlak
mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, etis, disiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan
secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah (Wiyani, 2012: 90-92).
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam di sekolah berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan
keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga.
Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri
anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
28
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkap hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menjadi manusia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluaran, yaitu untuk meyalurkan peserta didik yang memiliki bakat
khusus dibidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berekembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain (Wiyani, 2012: 92-93).
5. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pengajaran Pendidikan Agma Islam mencakup usaha
mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain:
a. Hubungan manusia dengan Allah.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.
Bahan penagajaran Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh unsur
pokok:
a. Keimanan.
b. Ibadah.
c. Al-Qur‟an.
d. Muamalah.
e. Akhlak.
29
f. Syariah.
g. Tarikh (Hawi, 2013: 21-26)
C. Kedisiplinan
1. Pengertian Disiplin
The Liang Gie (1972) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut.
Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada
dengan senang hati.
Sementara Good‟s (1959) dalam Dictonary of Education mengartikan
disiplin sebagai berikut:
a. Proses atau hasil penagarahan atau pengendalian keinginan, dorongan
atau kepentingan untuk mencapai tindakan lebih afektif.
b. Mencari tindakan terpilih dengan ulet aktif, diarahkan sendiri meskipun
menghadapi rintangan.
c. Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter dengan hukuman atau
hadiah.
d. Pengekangan dorongan dengan cara tidak nyaman bahkan menyakitkan
(Imron, 2011: 172).
2. Tujuan disiplin
a. Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak
milik orang lain.
b. Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara
langsung mengerti larangan-larangan.
30
c. Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk.
d. Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa
terancam oleh hukuman.
e. Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain
(Gunarsa, 1980: 137).
3. Cara menegakkan kedisiplinan
a. Penyusunan rancangan harus sesuai dengan misi dan tujuan sekolah.
Artinya, disiplin yang dirancang harus dijabarkan dari tujuan sekolah.
b. Rancangan harus singkat dan jelas, sehingga mudah dipahami. Jika
rancangan cukup panjang perlu dibuat rangkumannya.
c. Rancangan harus memuat secara jelas daftar perilaku yang dilarang
beserta sanksinya. Sanksi yang diterapkan harus bersifat yang mendidik
dan telah disepakati oleh siswa, guru, dan wali orang tua.
d. Peraturan yang telah disepakati bersama harus disebarluaskan, misalnya
melalui rapat, surat pemberitahuan, dan majalah sekolah sehingga semua
pihak terkait memahaminya.
e. Kegiatan yang terkait dengan aktivitas siswa, harus diarahkan dalam
pembentukan disiplin sekolah (Prihatin, 2011: 97)
D. Shalat Berjama’ah
1. Pengertian shalat
Menurut bahasa, shalat berarti doa, sedangkan menurut istilah syara‟
yaitu menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah, karena taqwa hamba
kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaran-Nya dengan khusyu‟ dan
31
ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dari takbir dan
diakhiri dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah
ditentukan (Rifa‟i, 2014: 68)
Dalil tentang kewajiban mendirikan shalat, dalam Firman Allah SWT
dalam Qs. Taha: 14
لة لذكزي ه إله أوا فاعبدو وأقم الصه ل إل إوهى أوا للاه
Artinya: “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan laksanakan shalat untuk mengingat Aku” (Al-Qur‟an
dan terjemahnya, 1987: 313). a. Syarat-syarat wajib shalat
Diantara syarat-syarat wajib mengerjakan shalat ada enam perkara,
yaitu:
1.) Islam.
2.) Balig.
3.) Berakal.
4.) Suci dari haid dan nifas.
b. Syarat-syarat sahnya shalat
Adapun syarat sahnya shalat ada lima yaitu:
1.) Suci dari hadas besar atau kecil.
2.) Suci badannya, pakaian, tempat yang digunakan shalat dari najis.
3.) Menutup aurat, bagi laki-laki antara pusar dan lutut dan bagi wanita
seluruh badannya kecuali muka dan kedua telapak tangan.
4.) Sudah masuk waktu shalat.
32
5.) Menghadap kiblat.
c. Rukun-rukun shalat
Tentang rukun shalat ini dirumuskan menjadi tiga belas perkara:
1.) Niat, artinya menyengaja didalam hati untuk melakukan shalat.
2.) Berdiri bagi orang yang berkuasa, jika tidak dapat berdiri maka
boleh shalat dengan duduk, dan jika tidak dapat duduk maka boleh
shalat dengan berbaring.
3.) Takbiratul ihram, yaitu membaca “Allahu Akbar”, artinya Allah
Maha besar.
4.) Membaca surat Al-Fatihah.
5.) Rukuk dengan tumakninah artinya membungkuk sehingga
punggung menjadi sama datar dengan leher dan kedua belah
tangannya memegang lutut.
6.) I‟tidal dengan tumakninah, artinya bangun dari rukuk dan posisi
kembali tegak lurus dengan tumakninah.
7.) Sujud dua kali dengan tumakninah, yaitu meletakkan kedua lutut,
kedua tangan, kening dan hidung diatas lantai.
8.) Duduk diantara dua sujud dengan tumakninah; artinya banngun
kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk sebentar,
sementara menanti sujud yang kedua.
9.) Duduk tasyahud akhir dengan tumakninah.
10.) Membaca tasyahud akhir, ketika duduk pada rakaat yang terakhir.
33
11.) Membaca sholawat atas Nabi, artinya setelah selesai tasyahud
akhir, kemudian dilanjutkan dengan membaca atas Nabi saw.
12.) Mengucap salam yang pertama. Bila telah selesai membaca
tasyahud akhir dan salawat atas Nabi saw. Dan keluaraga beliau,
kemudian membaca salam. Adapun salam yang wajib hanyalah
salam yang pertama.
13.) Tertib artinya dikerjakan secara berurutan sesuai dengan peraturan
yang telah ditentukan (Rifa‟I, 2014: 72-77).
2. Shalat Berjama‟ah
a. Pengertian dan hukum shalat berjama‟ah
Kata “jama‟ah” mempunyai arti: sekumpulan atau bersama-sama.
Jadi, jama‟ah adalah shalat yang dikerjakan oleh beberpa orang secara
bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang imam (Aly, 1993: 82)
Shalat berjama‟ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang bersama-
sama, sekurang-kurangnya dua orang, dan seorang diantara mereka yang
lebih fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum islam dipilih
menjadi imam. Posisi imam dalam shalat berjamaah yaitu berdiri di
depan makmum dan yang lain berdiri di belakangnya sebagai makmum
(pengikut).
Adapun shalat berjama‟ah hukumnya adalah sunah mu‟akad.
Sedangkan pahalanya adalah 27 derajat atau 27 kali dibandingkan dengan
shalat sendirian (Rifa‟i, 2014: 201-202).
34
b. Keutamaan Shalat Berjama‟ah
Islam menganjurkan agar shalat lima waktu sehari semalam itu
dilakukan secara berjama‟ah, meskipun shalat dapat dilakukan secara
pribaadi. Makin banyak anggota jama‟ah akan semakin baik, meskipun
shalat jama‟ah itu dapat dilakukan hanya dengan seorang imam dan
seorang makmum. Shalat berjama‟ah mengandung keutamaan yang
besar, yaitu pahalanya 27 kali lipat dari pada shalat dikerjakan seorang
diri.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 43:
ه كع ىة واركعىا مع الز ك تىا الزه ىة وا ل مىا الصه واق
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta
orang yang rukuk ” (Al-Qur‟an dan terjemahnya, 1987: 7).
Di samping adanya keutamaan itu, shalat jama‟ah mempunyai arti
sangat besar dalam kehidupan sosial. Shalat jama‟ah melatih taat kepada
pimpinan dan pimpinan supaya bertindak bijaksana dengan
memperhatikan jama‟ah yang dipimpinnya, shalat jama‟ah menanamkan
rasa kebebasan, persaudaraan, dan persamaan.
1.) Shalat jama‟ah menanamkan rasa kebebasan
Rasa kebebasan terlatih, karena dalam mengerjakan shalat itu
secara kolektif anggota jama‟ah merasa bebas shalat di masjid, bebas
dari tradisi yang berlawanan dengan ajaran ibadah, pujian-pujian
hanya dapat dilakukan terhadap Alllah saja.
35
Kebebasan hati nurani adalah puncak kebebasan yang dimiliki oleh
manusia. Kebebasan kontrol dapat dimiliki anggota jama‟ah, apabila
imam melakukan kesalahan baik mengenai bilangan rakaat, bacaan
dan lain sebagainya, makmum atau jama‟ah mempunyai hak kontrol
terhadap kekhilafan imam. Demikian juga kekhilafan imam yang
sedang berkhutbah dapat pula dikontrol oleh anggota jama‟ah.
2.) Shalat jama‟ah menanamkan rasa persaudaraan
Rasa persaudaraan amat jelas terlukis, sebab masjid terbuka untuk
seluruh umat siapapun suku dan bangsanya. Setiap muslim akan
merasa bertemu dengan saudara-saudara seagama dalam shalat
jama‟ah. Mereka bersaudara, shalat dibelakang imam, satu gerak
mengikuti komando imam, menghadap kearah satu kiblat, membaca
satu kitab Al-Qur‟an dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa.
3.) Shalat berjama‟ah menanamkan rasa persamaan
Rasa persamaan tumbuh dalam shalat jama‟ah. Para makmum
berderet bershaf-shaf, yang berpangkat, rakyat biasa, yang kaya,
yang miskin, keturunan raja maupun rakyat kebanyakan, semuanya
berbaris, berbaur satu shaf, dan yang datang lebih dulu menempati
shaf yang paling depan meskipun rakyat jelata dan yang datang
kemudian menempati shaf belakang meskipun seorang raja atau
presiden.
Masjid tidak ada protokoler, shaf yang depan tidak khusus untuk
orang-orang besar, tetapi untuk siapa saja yang datang lebih dulu.
36
Shalat jama‟ah yang ada adalah sekelompok hamba Allah yang
bersama-sama melakukan ibadah kepada Allah. Predikat keduniaan
tidak dapat dibawa-bawa, sebab dalam shalat jama‟ah tidak akan
ada orang yang merasa kurang terhormat meskipun seorang
bangsawan yang shalat pada shaf yang paling belakang (Triyanto,
1998: 32-34).
c. Syarat-syarat Shalat berjama‟ah
Syarat shalat berjama‟ah adalah sebagai berikut:
1.) Berniat mengikuti imam.
2.) Mengetahui segala yang dikerjakan oleh imam. Misalnya
berpindahnya rukun satu kerukun yang lain (rukun fi‟li), baik
mengetahuinya dengan cara melihat sendiri atau dengan mengetahui
makmum yang ada didepannya. Adapun rukun-rukun yang berupa
ucapan (rukun qauli), maka ia harus mendengarnya sendiri atau
dengan perantaraan suara muballig (makmum yang mengeraskan
suaranya dalam takbir untuk mengikuti imam, agar makmum yang
jauh dapat mengikuti gerakan imam dengan mudah).
3.) Tidak ada dinding yang mengahalangi antar imam dan makmum,
kecuali bagi perempuan di masjid, maka hendaklah diberi perantara
seperti dinding ataupun kain.
4.) Tidak boleh mendahului imam ketika takbir, dan tidak pula
diperkenankan mendahului atau mengakhirkan dalam mengikuti
gerakan imam melebihi dua rukun fi‟li (rukun perbuatan).
37
5.) Posisi makmum tidak boleh berada didepan atau sejajar dengan
imam, artinya makmum tidak boleh bersamaan tempatnya dengan
imam.
6.) Jarak antara imam dan makmum atau antara makmum dengan barisan
makmum yang terakhir atau paling belakang tidak boleh lebih dari
300 hasta.
7.) Jenis shalat yang dikerjakan antara imam dan makmum harus sama
derajatnya (bersesuaian), misalnya sama-sama shalat wajib seperti
shalat dzuhur, dan sebagainya (Rifa‟i, 2014: 202-204).
d. Aturan dalam shalat berjama‟ah
1.) Jika imam sudah bertakbir, segeralah diikuti. Akan tetapi, jangan
mendahuluinya.
2.) Hendaklah makmum memperhatikan bacaan imam dengan tenang
dan janganlah membaca sesuatu kecuali surat Al-Fatihah.
3.) Makmum menyahuti dengan bacaan “amin” dengan nyaring.
4.) Semua gerakan shalat, janganlah sekali-kali mendahului imam.
5.) Apabila makmum datang terlambat, berjalanlah dengan tenang
(jangan lari) dan jangan terburu-buru.
6.) Jika makmum telah mendapati imam sedang shalat, maka segeralah
bertakbir dan mengikuti apa yang dikerjakan imam. Janganlah
dihitung rakaatnya, kecuali jika makmum sempat mengikuti ruku‟
bersama imam.
38
7.) Jika imam melaksanakan kesalahan, hendaknya makmum laki-laki
memperingatkan dengan mengucap “Subhanallah”, bagi makmum
dengan cara menepuk tangan.
8.) Apabila telah selesai shalat, janganlah segera pulang. Tetapi tetaplah
duduk sambil berdzikir dan berdoa kepada Allah.
9.) Makmum yang akan meninggalkan tempat, janganlah sekali-kali
melewati didepan orang yang sedang shalat.
10.) Sebagai seorang imam hendaknya jangan memanjangkan
bacaannya, jika keadaan makmum sangat heterogen.
11.) Bila shalat sudah selesai, hendaklah imam menghadap kearah
makmum atau kearah orang yang ada disebelahnya kanannya (Aly,
1993: 85-90).
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam skripsi ini adalah kualitatif deskriptif,
yaitu penelitian yang bermaksud untuk melukiskan, menggambarkan, atau
memaparkan keadaan objek yang diteliti apa adanya, sesuai dengan situasi dan
kondisi ketika penelitian tersebut dilakukan. Dengan metode ini, seseorang
peneliti hanya menggambarkan realitas objek yang diteliti secara baik, utuh,
jelas, dan sesuai dengan fakta yang tampak (Ibrahim, 2015: 59).
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (fiel
research) yakni metode yang digunakan untuk memperoleh data-data melalui
penyelidikan beradasarkan objek lapangan, daerah atau lokasi untuk
memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata,
2013: 8).
Sehingga penelitian ini tujuannya untuk menggambarkan tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan seluruh kegiatan. Adapun yang dimaksud
kegiatan disini adalah peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memperoleh data tentang peran guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
40
C. Sumber Data
Data dalam penelitian diperoleh melalui sumber lapangan, yaitu:
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber utama yang dapat memberikan
informasi, fakta, dan gambaran peristiwa yang diinginkan dalam penelitiann
dan sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan (Bungin, 2013: 129).
Sumber data primer dihimpun melalui catatan tertulis, atau melalui
perekaman video/audio tape, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber
data primer melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya (Moleong, 2006:
157).
Data primer dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama
Islam, kepala sekolah dan guru mata pelajaran lain, serta siswa yang
berkaitan dengan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di sekolah.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah segala bentuk dokumen, baik dalam
bentuk tertulis maupun foto atau sumber data kedua sesudah sumber data
primer (Bungin, 2013: 129).
Sumber data sekunder adalah data yang mengandung dan melengkapi
sumber data primer. Adapun dalam data sekunder dalam penelitian ini
adalah dokumen-dokumen yang memperkuat hasil temuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara sebelumnya.
41
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari karyawan/bagian
tata usaha (TU) diantaranya mengenai sejarah berdirinya dan
perkembangan, visi dan misi, letak geografis, struktur organisasi, keadaan
guru, peserta didik serta buku absen, foto, adminitrasi sekolah dll.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data akurat dengan tujuan yang dimaksud, maka
dalam pengumpulan data menggunakan beberapa teknik:
1. Observasi
Tekniik observasi menurut Kaelan (2012: 100) adalah pengamatan
atau peninjauan secara cermat. Menurutnya, observasi atau pengamatan
merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian.
Dalam penenlitian ini penulis mengunjungi dan mengadakan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian di SMK N I Wonosegoro
Kabupaten Boyolali. Observasi ini, bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai kondisi dengan mengamati secara langsung
gejala-gejala atau subjek penelitian.
Dalam hal ini peneliti menggunakan alat bantu buku catatan dan
kamera, yang nantinya digunakan untuk mencari dan mencatat hal-hal yang
berkaitan dengan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah SMK N I Wonosegoro.
2. Wawancara
Menurut Esterbeng (dalam Sugiono, 2009: 72) wawancara adalah
pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan pendapat
42
melalui tanya jawab, sehingga menghasilkan kontruksi makna tentang
topik tertentu.
Metode wawancara merupakan metode yang paling pokok dalam
penelitian. Penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan Kepala
Sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, guru BK, dan siswa SMK N I
Wonosegoro.
3. Dokumentasi
Menurut Ridjal (dalam Bungin, 2003: 97), yang dimaksud dokumen
adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut
persoalan pribadi, dan memerlukan interpretasi yang berhubungan dengan
konteks rekaman peristiwa masa lalu tersebut.
Metode ini dilakukan dengan memeriksa semua data yang berkaitan
dengan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah dan mengutip data
melalui catatan-catatan, laporan-laporan yang mendukung dalam penelitian
di SMK N I Wonosegoro.
E. Teknik Analisis Data
Setiap penelitian pasti memerlukan analisis data. Anaslisis data
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penelitian. Bahkan penelitian
ini adalah bagian dari kerja analisis yang dilakukan oleh seorang ilmuan.
Apalagi dalam penelitian kualitatif, pekerjan analisis sama sekali tidak dapat
dipisahkan dengan penelitian itu sendiri.
43
Analisis data dalam penelitian adalah kegiatan yang terkait upaya
memahami, menjelaskan, menafsirkan, dan mencari hubungan diantara data-
data yang diperoleh, kegiatan ini dilakukan dengan memberikan pola, susunan,
urutan, klasifikasi, dan sebagainya sehingga data-data tersebut dapat dipahami
dan ditafsirkan (Ibrahim, 2015: 104).
Data yang diperoleh dari peneliti akan dianalisis agar memperoleh data
yang valid untuk disajikan sesuai dengan masalah yang dibahas. Penelitian ini,
penulis menggunakan tiga tahap dalam melakukan Analisis data, yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses dimana seseorang peneliti perlu
melakukan telahan awal terhadap data-data yang telah dihasilkan, dengan
cara melakukan pengujian data kaitannya dengan aspek atau fokus
penelitian (Ibrahim, 2015: 109)
2. Display data
Display data adalah upaya menampilkan, memaparkan atau
menyajikan data (Ibrahim, 2015: 110). Penyajian data diarahkan agar data
hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
semakin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur, dan lain
sejenisnya (Trianto, 2010: 290).
3. Kesimpulan dan Verifikasi data
Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara sistematis
melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian disimpulkan sehingga
44
makna data dapat ditemukan. Untuk memperoleh kesimpulan yang lebih
mendalam, maka diperlukan data baru sebagai penguji terhadap kesimpulan
awal.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap suatu data.
Triangulasi dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai pengujian
keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber, metode, dan waktu.
Maka, terdapat teknik pengujian keabsahan data melalui triangulasi sumber,
metode, dan waktu (Trianto, 2010: 294).
Triangulasi Sumber, yakni salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data
dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari masing-
masing narasumber.
Triangulasi Metode, yakni dilakukan dengan cara membandingkan data
yang dihasilkan dari beberapa teknik yang berbeda, digunakan dalam penelitian
(Ibrahim, 2015: 124-25).
Penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode.
Artinya, data yang diperoleh dari hasil wawancara dari seorang responden di
uji keabsahannya atau dibandingan dengan hasil wawancara responden yang
lain, demikian juga triangulasi metode peneliti misalnya membandingkan hasil
45
pengamatan dengan data hasil wawancara dan sebaliknya menggunakan data
hasil wawancara dengan pengamatan.
G. Tahap-Tahap Penelitian
Adapun tahapan penelitian peran guru Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I
Wonoseegoro sebagai berikut:
1. Tahap Pra Lapangan
a. Mengajukan judul penelitian.
b. Menyusun proposal penelitian.
c. Konsultasi penelitian kepada pembimbing.
2. Tahap pekerjaan lapangan
a. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian.
b. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian
c. Pencatatan data atau informasi yang telah dikumpulkan.
3. Tahap analisis data
a. Penemuan hal-hal penting dalam penelitian.
b. Pengecekan keabsahan data.
4. Tahap laporan penelitian
a. Penulisan hasil penelitian.
b. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing.
c. Perbaikan hasil konsultasi.
d. Pengurusan kelengkapan ujian.
e. Ujian munaqosyah skripsi.
46
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum SMK N I Wonosegoro Kabupaten Boyolali.
a. Sejarah berdirinya SMK N I Wonosegoro
Daerah Wonosegoro merupakan wilayah yang perkembangan
pembangunannya cukup pesat diantara sekian banyak daerah yang ada di
Kabupaten Boyolali, sebagai wilayah perkembangan pesat memerlukan
sarana dan prasarana umum yang memenuhi semua aspek kehidupan
masyarakat, termasuk diantaranya adalah penyediaan pelayanan
pendidikan, khususnya pendidikan sekolah menengah kejuruan. Sebab,
selama ini sebagian dari masyarakat Wonosegoro dan sekitarnya dalam
menempuh pendidikan masih tergantung pada wilayah lain, yaitu
Boyolali dan Surakarta. Karena di Kecamatan Wonosegoro hanya ada
dua sekolah menengah atas dan belum ada sekolah menengah kejuruan.
Sejak tahun 2002, animo masyarakat untuk menempuh pendidikan di
sekolah menengah kejuruan mengalami lonjakan yang tinggi, hal tersebut
terjadi karena adanya kebutuhan masyarakat pendidikan berbasis
ketrampilan serta keinginan untuk cepat kerja. Melihat fenomena ini,
maka Bupati Boyolali, Dr. Djaka Srijanta beserta jajarannya pada tahun
2004 mendirikan sekolah menengah kejuruan di wilayah Kecamatan
Wonosegoro dibantu masyarakat dan pejabat setempat. Lokasi sekolah
terletak di Jl. Raya Wonosegoro, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten
47
Boyolali. Jurusan yang dibuka SMK N I Wonosegoro adalah teknik
komputer jaringan, teknik multimedia, teknik kendaraan ringan, teknik
sepeda motor. Ijin pendirian ini bernomor: skep/III/2000 tanggal 25
maret 2002. Saat ini, SMK N I Wonosegoro termasuk kategori sekolah
terakreditasi baik dengan kapasitas ruang kelas 18 ruang, 4 ruang
laboratorium dan komputer, 2 ruang bengkel kendaraan ringan, 2 ruang
bengkel sepeda motor, ruang kepala sekolah, ruang waka, ruang TU,
ruang guru, ruang perpustakaan, dan kantin. Jumlah keseluruhan siswa
SMK N I Wonosegoro adalah 847, kelas X berjumlah 280, kelas XI
berjumlah 288, dan kelas berjumlah 277.
b. Visi dan misi SMK N I Wonosegoro
Visi Misi
Menjadi sekolah menegah
kejuruan menghasilkan
tenaga kerja produktif,
mandiri, kompetitif diera
global dan berakhlak
mulia.
1) Menerapkan sistem pembelajaran
berbasis kompetensi dan berbasis
produksi.
2) Menghasilkan tamatan yang
bertaqwa dan berakhlakmulia,
trampil dan mandiri.
3) Membangun sikap adaptif dan
inovatif serta memiliki komitmen
yang inggi terhadap hasil yang
dicapai.
4) Menyiapkan tamatan yang
48
kompeten dibidangnya dan mampu
bersaing dilapangan kerja.
5) Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
6) Membangun jiwa wirausaha yang
handal.
7) Mengoptimalkan peran serta
masayarakat dan unit produksi
dalam pengembangan sekolah.
8) Menyiapakan tamatan yang
mampu bersaing diera global dan
ber-imtaq tinggi.
c. Identitas sekolah
Nama Sekolah SMK N I Wonosegoro
Alamat Sekolah Desa Wonosegoro
Kelurahan Wonosegoro
Kecamatan Wonosegoro
Kabupaten Wonosegoro
Kode pos 57382
Telepon 02763348076
Faximile 02763348076
Email [email protected]
49
Kepala sekolah Suyatna, S.Pd.
Nama lembaga SMK N I Wonosegoro
Status sekolah Negeri
Tipe sekolah Kejuruan
Akreditasi Terakreditasi B
Nomor induk sekolah
(NIS)
320280
Nomor statistik sekolah 321030918028
NPSN 20338312
Tahun berdiri 2007
NPWP 20.004.761.1-526.000
Lembaga kena pajak SMK N I Wonosegoro
Bank BRI unit Ketoyan Wonosegoro
No. Rekening 6650-01-010192-53-9
Bidang kegiatan/usaha Jasa pendidikan menengah kejuruan
Lama pendidikan 3 (tiga) tahun
d. Program Studi Keahlian
Teknik Otomotif Teknik kendaraan ringan dan
teknik sepeda motor
Teknik komputer dan informatika Teknik komputer jaringan dan
teknik multimedia.
50
e. Fasilitas Sekolah
Daya listrik 33.000 Watt
Telepon 02763348076
Air 3 sumur
Luas tanah 15.000 m2
Luas bangunan 3.835 m2
Satus tanah Milik negara
Sertifikat nomor 11.17.18.07.4.00017
Ruang kepala 1
Ruang guru 1
Ruang rapat 1
Ruang tunggu 1
KM/WC 9
Ruang WKS 1
Selasar _
Ruang komite sekolah _
Ruang aula 1
Gedung Diklat _
Ruang gambar manual _
Ruang gambar autocad _
Ruang teori 24
Lab. Komputer 2
51
Perpustakaan 1
Ruang BP 1
Ruang UKS 1
Laboratorium Fisika/Kimia 1
Ruang multimedia 2
Lab. Bahasa 1
Rumah dinas 1
Gedung bengkel _
Bengkel TKI 3
Bengkel otomotif/TUK 4
Ruang genset _
Tempat parkir siswa dan guru 1
Garasi _
Masjid/ Tempat ibadah 1
Pos jaga 1
Kantin 3
Tugu papan nama 1
Tempat pembuangan sampah 1
Lapanagan sepak bola _
Bola volley 1
Basket/tenis _
Lapangan upacara 1
52
f. Tenaga pendidik
Sarjana muda 66 orang
Diploma - orang
Sarjana kependidikan 50 orang
Sarjana non kependidikan 16 orang
Pasca sarjana 2 orang
g. Tenaga adminitrasi dan tata laksana rumah tangga
Tata usaha 6 orang
Tata laksana rumah tangga 1 orang
Perpustakaan 1 orang
Satpam 2 orang
Penjaga malam 2orang
h. Peserta pendidikan dan latihan tahun pelajaran 2018/2019)
Jumlah rombongan belajar 33 rombel
Jumlah siswa 1089
Tingkat satu 389 siswa
Tingkat dua 354 siswa
Tngkat tiga 346 siswa
53
i. Tujuan dan sasaran
Tujuan yang
hendak dicapai
1) Mendukung program peningkatan
mutu SMK dalam rangka perluasan
akses pendidikan kejuruan.
2) Menambah ruang praktik siswa RPS
di SMK.
Sasaran
program
1) Tersedianya sarana dan prasarana
ruang praktik siswa (RPS) yang
dapat meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikan di SMK
Negeri I wonosegoro, boyolali.
2) Tersedianya ruang praktik siswa.
j. Paket keahlian atau program studi SMK N I Wonosegoro
1) Paket keahlian yang dibuka
Paket keahlian yang dibuka di SMK N I Wonosegoro antara lain:
a) Program studi keahlian teknik otomotif
Teknik kendaraan ringan
Teknik sepeda motor
b) Program studi keahlian teknik komputer informatika
Teknik komputer dan jaringan
Multimedia
c) Program keahlian teknik elektronika
54
Paket keahlian: teknik eletronika industri (dibuka mulai tahun
pelajaran 2015/2016).
2) Paket keahlian yang akan dikembangkan
Dari paket keahlian yang telah diselenggarakan di SMK N I
Wonosegoro Kabupaten Boyolali terdapat beberapa prioritas
pengembangan sebagai berikut:
a) Teknik kendaraan ringan
Paket keahlian ini memeiliki animo siswa baru besar, sementara
itu daya tampung yang tersedia masih sangat terbatas sehingga
pada tahun pelajaran 2015/2017 calon siswa baru yang memilih
pada paket keahlian ini yang tidak diterima jumlahnya lebihdari
100 siswa. Dari jumlah tersebut beberapa diantaranya beralih pada
pilih paket keahlian yang lain. Pada paket keahlian ini animo calon
siswa baru juga terbilang besar dan permintaan tamatan dari
kompetensi ini juga cukup besar. Pada paket keahlian ini
memerlukan ruang praktik siswa dengan ukuran besar sesuai
dengan kebutuhan dan standarisasi dari industri. Sementara itu
ruang paraktik dan standarisasi dari industri. Sementara itu ruang
praktik siswa yang ada dalam ukuran yang masih relatif kecil dan
kurang sehingga memerlukan penambahan ruang praktik siswa.
b) Teknik sepeda motor
Pada paket keahlian ini animo calon siswa baru juga
terbilang besar dan permintaan tamatan dari kompetensi ini juga
55
cukup besar. Paket keahlian sepeda motor juga telah menjalin kerja
sama penerapan kurikulum teknik sepeda motor honda mulai tahun
pelajaran tahun 2014/2015 dengan ditandatanganinya perjanjian
kerja sama anatara SMK N I Wonosegoro dengan PT. Astra
International Tbk Honda regional Jawa Tengah pada tanggal 19
november 2013. Dengan diterapkannya kerja sama kurikulum ini
maka pelaksanaan KBM akan semakin terarah dengan kualitas
lulusan seperti yang diharapkan oleh dunia industri khususnya PT.
Astra Honda Motor.
c) Teknik komputer jaringan
Pada paket keahlian ini memiliki peminta siswa baru besar
setelah teknik kendaraan ringan pada tahun pelajaran ini sehingga
memerlukan peralatan dengan jumlah yang lebih besar. Selain itu,
perkembangan tehnologi pada paket keahlian ini cukup pesat
sehingga diperlukan penyesuaian peralatan praktik yang ada
dengan perkembangan teknologi tersebut.
d) Multimedia
Paket keahlian ini telah meluluskan siswa sebanyk 3 angkatan
dengan jumlah siswa setiap angkatan 2 rombongan belajar.
Kompetensi ini sampai saat ini belum memiliki ruang praktik siswa
khusus. Selama ini ruang praktik yang digunakan alih fungsi dari
ruang kelas baru sehingga ukurannya kuran memadai. Keadaan
56
tersebut menjadikan progam pembangunan RPS untuk kompetensi
keahlian ini menjadi prioritas utama.
e) Teknik elektronika industri
Paket keahlian ini diselenggarakan di SMK N I Wonosegoro
mulai tahun pelajaran 2015/2017. Sebagai paket keahlian baru
maka masih memerlukan pengembangan. Paket keahlian ini
merupakan satu-satunya yang ada di Kabupaten Boyolali.
k. Ekstrakurikuler
Nama Kegiatan Waktu
Rohis Senin
Taekwondo Kamis
PMR Senin
Paskibra Selasa
Seni Tari Kamis
Silat Kamis
Karatendo Selasa
PKS Kamis
Tilawah Senin
volly putra dan putri Selasa
Seni musik Kamis
Madrasah Diniyah Rabu
Stir Mobil Sabtu
Safety riding Kamis
57
2. Peran Guru Pemdidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa Melaksanakan Shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro Tahun
2017/2018.
a. Tingkat kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro 2017/2018.
Kedisiplinan shalat berjama‟ah siswa di SMK N I Wonosegoro
pada tahun 2018 belum mencapai maksimal, data ini penulis dapatkan
setelah melakukan beberapa pengamatan yang berada di SMK N I
Wonosegoro.
Secara umum tingkat Kedisiplinan shalat berjama‟ah siswa di SMK
N I Wonosegoro belum berkembang dengan baik, hal tersebut juga
disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam, Bahwasanya
kedisiplinan shalat berjama‟ah di SMK N I wonosegoro, sudah signifkan
sesuai dengan yang kita harapkan dan kita rencanakan, tetapi belum
mencapai 100%. Sebagaimana disampaikan oleh bapak Fatih Rohman
selaku guru pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
“Kalau menurut saya dan guru lain Belum maksimal. Kita target
ada seribuan lebih bisa shalat berjama‟ah dengan bagus, tapi
kenyataannya 75-80% yang berjalan. Apalagi yang kalau di
bengkel tsm disuruh ke masjid jauh. Jadi, memilih untuk keluar
area sekolah, namun tetap ada guru yang yang ikut peran terhadap
anak yang keluar di area sekolah”. (Doc. Wawancara dengan bapak
Fatih guru Pendidikan Agama Islam I di SMK N I Wonosegoro
pada hari kamis 28 februari 2019).
Hal senada juga diungkapkan oleh bapak Muhammad Yasin selaku
guru Pendidikan Agama Islam seperti berikut:
58
“Alhamdulilah untuk dua tahun belakangan ini sudah banyak
peningkatan, belum mencapai 100 persen tapi sudah signifkan
sudah sesuai dengan yang kita harapkan dan kita rencanakan.
Kalau di ambil persennya adalah 70 sampai 80 persen siswa insya
alloh sudah ikut shalat berjaama‟ah. walaupun pakai sistem sip,
jadi tidak sekaligus tidak bisa, karna fasilitas kapasitas. Ada
beberapa kali pelaksanaan masalah imam tidak harus guru agama
yang menjadi imam, siapapun yang menjadi imam, murid juga
mengikuti yang diajari bapak guru” (Doc. Wawancara dengan
bapak guru Pendidikan Agama Islam di SMK N I Wonosegoro
pada hari Selasa 19 maret 2019).
Hal tersebut dapat deperkuat oleh bapak Marwanto selaku kepala
sekolah:
“Belum. Saya melihat secara pribadi belum menyentuh 50%,
paling yang shalat dzuhur ada yang shalat di masjid di luar sekolah,
yang shalat disini hanya sebagian. Paling 4 baris. Dan untuk
fasilitas tidak bermasalah, perlu ditingkatkan untuk peran guru
tetapi bukan guru agama saja semuanya. Dan wali kelas, guru
mapel juga. Dan saya selaku kepala sekolah juga mengajak-ajak
sampai kemudian memberikan reward nanti Diwali kelas” (Doc.
Wawancara dengan bapak “MT” Kepala Sekolah di SMK N I
Wonosegoro pada hari kamis 02 mei 2019).
Kemudian menurut bapak Maskur selaku guru bimbingan dan
konseling sebagai berikut:
“Belum. Semoga tidak subjektif, bagi saya kelas xii lebih taat
dibandingkan dengan yang lain, karena mungkin merasa lebih
butuh dengan Alloh untuk lulus, bekerja” (Doc. Wawancara dengan
bapak “MR” guru BK di SMK N I Wonosegoro pada hari jum‟at
03 mei 2019).
Dari hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kedisiplinan shalat berjama‟ah siswa ditandai dengan melaksanakan
ibadah secara terus menerus. Kedisiplinan siswa melaksanakan shalat
sunnah dan shalat wajib di sekolah dengan baik. Pelaksanaan ibadah shalat
berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro sudah disiplin yakni kesadaran
59
siswa memasuki waktu shalat. Kedisiplinan siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah karena partisipasi guru serta bimbingan terhadap siswa.
Kedisiplinan tidak mudah terbentuk begitu saja. Guru juga berupaya
penuh untuk meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat.
Kedisiplinan shalat tidak lepas dari peran guru dengan melalui berbagai
cara agar siswa disiplin dalam melaksanakan shalat. Salah satu cara yang
digunakan adalah ikut terjun langsung shalat bersama, membimbing,
mencontohkan kepada siswanya. Akhirnya, siswa menjadi lebih disiplin
dan terbentuk kesadaran untuk melaksanakan shalat. Kesadaran ini
menjadi acuan yang penting agar siswa menjadi terbiasa melaksanakan
kewajiban tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
b. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan
siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro tahun
2018.
Peran guru pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan shalat berjama‟ah adalah berperan aktiv dalam
mendisiplinkan shalat bejama‟ah siswa di sekolah dan khususnya guru
Pendidikan Agama Islam.
Hal ini disampaikan oleh bapak Fatih Rohmann selaku guru
Pnedidikan Agama Islam sebagai berikut:
“Setiap kita masuk kelas kita membimbing, mengarahkan agar mau
shalat berjama‟ah. Guru Pendidikan Agama Islam memberikan
sebuah motivasi, penyampaian materi setiap hari jumat” (Doc.
Wawancara dengan bapak “FR” guru Pendidikan Agama Islam I di
SMK N I Wonosegoro pada hari kamis 28 februari 2019).
60
Seperti hal nya sama yang di ungkapkan oleh bapak Muhammad
Yasin selaku guru Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
“Kalau guru pendidikan agama islam, membimbing dan
mengarahkan, itu memang sudah mau tidak mau otomatis sebagai
guru agama yaitu harus membimbing dan mengarahkan. Peran guru
banyak sekali, kalau untuk shalat ya kita mengajak, memberikan
contoh, membimbing ketika sudah ada dimasjid diarahkan untuk
mengambil air wudhu, terus masuk kedalam masjid, mengambil
barisan yang paling depan dll. Kesimpulannya mengajak,
membimbing, mengarahkan, memberikan contoh, dan memberikan
hukuman terkait dengan nilai sikap ketaatan karena termasuk
kategori nilai akhlak” (Doc. Wawancara dengan bapak “MH”guru
Pendidikan Agama Islam di SMK N I Wonosegoro pada hari
Selasa 19 maret 2019).
Berbeda dengan pendapat bapak Marwanto selaku kepala sekolah
sebagai berikut:
“Untuk peran guru Pendidikan Agama Islam sudah berjalan, Cuma
disini kurang dalam rangka untuk monitoring, jadi kalau ada
program jalan, Cuma untuk evaluasinya yang masih lemah. dan
yang kedua karena disini guru disini dua putra dan dua putri yang
dua ini mengajar diluar. Jadi yang fokus disini hanya dua saja.
Saya melihat dalam rangka mendisiplinkan anak untuk jama‟ah
shalat, itu dulu pertama evaluasi kesimpulannya adalah sarana
yang kurang, tapi setelah tempat air wudhu bagus, ternyata anak-
anak tidak signifkan artinya memang butuh untuk digerakan di
evaluasi karena ini yang masih lemah. Guru agama untuk mengajak
anak masih kurang disiplin, sehingga yang masuk masjid butuh
penguatan dievaluasi. Untuk jadwal shalat memang ukuran
masjidnya, Kaitannya peran guru Pendidikan Agama Islam
kaitannya pelaksanaaan shalat anak-anak butuh tanggung jawab.
Untuk peran di kelas saya rasa sudah, cuma kesadaaran anak untuk
pentingnya shalat susah untuk menyadarinya”. (Doc. Wawancara
dengan bapak “MT” Kepala Sekolah di SMK N I Wonosegoro
pada hari kamis 02 mei 2019).
Namun ungkapan dari bapak Maskur selaku guru Bimbingan
Konseling sebagai berikut:
“Kaitannya peran guru BK, bimbingan di kelas pentingnya shalat
berjama‟ah insya alloh anak sudah sampai tahap itu, mungkin
61
untuk hal lain, akan mengikuti secara otomatis, anak-anak yang
agama baik dari sisi kelulusan baik, karena keberkahan, kata
berkah itu berhubungan dengan ketaatan” (Doc. Wawancara
dengan bapak “MR” guru BK di SMK N I Wonosegoro pada hari
jum‟at 03 mei 2019).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahwa guru memegang peran penting dalam dunia
pendidikan terutama dalam hal ibadah shalat. Peran seorang guru di
sekolah merupakan cermin bagi siswa. Guru sebagai orang tua kedua
seletelah orang tua. Peran guru sangat penting dalam mengembangkan
perkembangan shalat siswa, selain menjadi tanggung jawab, guru juga
terlibat. Keterlibatan guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan
shalat. Adanya partisipasi guru siswa menjadi lebih tertib dalam
melaksanakan shalat dan memberikan uswah hasanah (teladan yang baik)
sebagai jalan untuk membantu siswa melaksanakan shalat serta
mencontohkan shalat yang tertib sesuai dengan syari‟at agama.
c. Faktor pendukung dan penghambat peran guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan kedisiplinanan siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah .
Faktor yang mendukung peran guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah diantaranya adalah
sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Serta guru-guru yang sudah
menjalankan tugasnya membimbing siswanya.
Hal ini dipaparkan oleh bapak Fatih Rohman selaku guru
Pendidikan Agama Islam sebagai berikut :
62
“Alhamdulilah ada masjid, ukurannya cukup luas cuma karena
persentase siswa kurang memadai karena terlalu banyak ribuan
siswa, kemudian alat-alat praktik ibadah sudah disiapkan, lainnya
sudah mendukung semua, guru dan imam banyak yang sudah siap.
Kalau soal perlengkapan ibadah sudah dipersiapkan oleh pengurus
rohis dan saya intruksikan untuk mengurusi masjid sudah siap”
(Dokumen wawancara dengan bapak “FR” guru Pendidikan Agama
Islam di SMK N I Wonosegoro pada hari jum‟at 28 februari 2019)
Seperti halnya itu sama seperti yang diungkapkan oleh bapak
Muhammad Yasin selaku guru Pendidikan Agama Islam seperti berikut:
“Yang mendukung adalah faktor guru, yang selanjutnya adalah
fasilitas yang sudah memadai baik dari masjid atau tempat wudhu
dan peralatan shalat, kalau perempuan mukena sudah disiapkan
oleh rohis dimasjid (Dokumen wawancara dengan bapak “MY”
Guru Pendidikan Agama Islam di SMK N I Wonosegoro pada
selasa 19 maret 2019)
Seperti halnya pendapat sama juga dengan bapak Marwanto selaku
kepala sekolah sebagai berikut:
“Faktor pendukung yang mempermudah ada pengeras, yang kedua
ada fasilitas skck, dan untuk pendukung lainnya untuk rohis itu
juga jadi memperlancar waktu azdan itu punya kesadaran sendiri ”
(Doc. Wawancara dengan bapak “MT” Kepala Sekolah di SMK N
I Wonosegoro pada hari kamis 02 mei 2019).
Dan bapak Maskur selaku guru bimbingan konseling juga
berpendapat sebagai berikut:
“Faktor pendukung yang pertama adalah keluarga, fasilitas sudah
menjamin tetapi tergantung siswanya dalam memanfaatkan, untuk
guru pai sudah mendobrak dobrak, karena menganggap agama
tidak penting, dan keadaran anak yang belum sempurna, karena
kondisi orang tua yaitu anak ikut neneknya, dikasih harta, pola
asuh yang kurang karena cerai ada sebagian mencari nafkah” (Doc.
Wawancara dengan bapak “MR” guru BK di SMK N I
Wonosegoro pada hari jum‟at 03 mei 2019).
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung
meliputi fasilitas dan sarana ibadah yang sudah memadai dan sudah
63
sesuai yang diharapkan. Peran guru membimbing siswanya sudah
maksimal dalam mendisiplinkan shalat berjama‟ah. Semua guru harus
memperhatikan dengan baik agar tercapai yang diharapkan sehingga
siswa memenuhi kewajiban shalat sesuai dengan syari‟at agama.
Kegiatan yang ada di sekolah tidak selalu berjalan dengan mulus,
Problem di sekolah pasti selalu muncul. Adapun yang menjadi faktor
penghambat peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro adalah fasillitas masjid yang
kurang begitu luas dan air wudhu yang kering dimusim kemarau, faktor
guru yang kelelahan mengarahkan siswanya karena banyaknya siswa,
serta kurangnya kesadaran siswa untuk mendirikan shalat dan faktor
keluarga yang kurang memperhatikan anaknya terutama hal ibadah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh bapak Fatih Rohman selaku
guru Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
“Banyak sebenarnya, yang pertama pada musim kemarau saat
wudhu kekurangan air. Kedua yaitu absen yang kurang maksimal.
karena masih banyak siswa yang keluar dari area sekolah pada
waktu jam shalat, kadang guru tidak semuanya mau mengarahkan
untuk pergi ke masjid. Kalau dari segi siswa banyak yang tidak
nakal, kenakalan yang wajar, anak-anak masih bagus, masih mudah
diarahkan, alhamdulilah bisa dikontrol” (Dokumen wawancara
dengan bapak “FR” guru Pendidikan Agama Islam di SMK N I
Wonosegoro pada hari jum‟at 28 februari 2019)
Hal lain di perkuat pendapat bapak Muhammad Yasin selaku guru
Pendidikan Agama Islam menyampaikan :
“Hambatan banyak, latar belakang murid yang sangat hiterogen,
mungkin dari keluarga, mungkin dari lingkungan, akhirnya juga
sangat berat anak untuk merubah, kalau keluarga sendiri orang tua
belum memberi contoh dan mengajak shalat berjama'ah. Maka
64
beberapa cara guru menakuti kalau tidak mengikuti kegiatan
keagamaan menghukumnya yang sifatnya mendidik. Hambatan
dari guru, banyaknya siswa juga mempengaruhi ketidak
maksimalan dalam penanganan, sangat terbatas personil untuk
menangani dari sekian ribu siswa banyak sekali”( Dokumen
wawancara dengan bapak “MY” Guru Pendidikan Agama Islam di
SMK N I Wonosegoro pada selasa 19 maret 2019).
Seperti pendapat bapak Fatih Rohman faktor penghambatnya sama
yang diungkapkan oleh bapak Marwanto selaku kepala sekolah sebagai
berikut:
“Kalau saat ini tidak ada. Tapi dimusim kemarau air wudzu
kurang, yang kedua kaitannya dengan perluasan masjid yang
masjidnya saat ini sangat terbatas. Yang ketiga dari sisi siswa
adalah kurang membangun kesadaran pentingnya shalat yang
masih butuh waktu”. (Doc. Wawancara dengan bapak “MT”
Kepala Sekolah di SMK N I Wonosegoro pada hari kamis 02 mei
2019).
Namun di lain sisi berbeda seperti yang diungkapkan bapak
Maskur selaku guru bimbingan konseling sebagai berikut:
“Ada, kendalanya anak soal kesadaran siswa, terobosan kita ketika
hari jum‟at, laki-laki jumatan tetapi tergantung individu, karena
disini sekolah umum bukan memfokuskan agama.” ” (Doc.
Wawancara dengan bapak “MR” guru BK di SMK N I
Wonosegoro pada hari jum‟at 03 mei 2019).
Deskripsi wawancara tersebut, menyimpulkan bahwa faktor
penghambat yang paling besar adalah kurangnya sarana yang berupa
masjid yang kurang luas, serta motivasi orang tua yang kurang
memperhatikan anaknya tentang keagamaan serta kurangnya kesadaran
siswa untuk memahami pentingnya shalat berjama‟ah.
65
B. Analisis Data
Setelah data disajikan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Analisis data dialakukan agar dapat memperoleh hasil yang sesuai dari
setiap data yang disajikan dalam penelitian ini.
1. Analisis kedisiplinan shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro tahun
2018.
Kedisiplinan siswa dalam melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N
I Wonosegoro belum mencapai maksimal karena selain gedung yang belum
mencapai standar dalam melaksanakan shalat berjama‟ah dan masih banyak
siswa yang tidak mematuhi jadwal yang telah diberikan.
Namun, pada dasarnya siswa di SMK N I Wonosegoro sudah
mendapatkan Pendidikan Agama Islam yang lebih baik dan tertib jika
dibandingkan dengan SMK lainnya. Kedisiplinan shalat berjama‟ah siswa di
SMK N I Wonosegeoro rata-rata 65% dan ketepatan waktu dalam shalat
berjama‟ah sudah melekat untuk siswa. Saat adzan berkumandang, mereka
sudah beramai-ramai menuju mushola, mengantri wudhu, dan menata shaf
dengan baik dan rapi.
Masih sedikit siswa yang memiliki kesadaran untuk melaksanakan
shalat berjama‟ah. Kegiatan shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro
sebagian sudah baik. Namun, guru tetap giat dalam mendisiplinkan shalat
berjama‟ah di sekolah agar pendidikan shalat benar-benar melekat dalam
kehidupan para siswa, kelak dewasa shalat berjama‟ah menjadi kebiasaan
sehari-hari.
66
Menurut penulis, diadakan shalat berjama‟ah di sekolah mempunyai
pengaruh posistif. Pada awalnya siswa lebih suka mendirikan shalat sendiri
dari pada berjama‟ah, namun diadakannya shalat berjama‟ah di sekolah
akan menjadikan siswa merasakan betapa penting dan besarnya manfaat
mengikuti shalat berjama‟ah dan lama kelamaan akan menjadi sebuah
kebiasaan.
2. Analisis peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro.
Adapun peran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pembimbing
Guru Pendidikan Agama Islam di SMK N I Wonosegoro sudah
membimbing dengan baik. Guru Pendidikan Agama Islam memberikan
pengarahan kepada siswa kearah yang posistif , serta mengarahkan siswa
yang kurang disiplin dalam menjalankan shalat berjama‟ah serta
mengharuskan dan membiasakan kepada siswa agar shalat dzuhur
berjama‟ah .
Guru Pendidikan Agama Islam di SMK N I Wonosegoro terus
mengajak dan mengingatkan siswa mengerjakan shalat berjama‟ah
dengan disiplin, saat jam pelajaran guru Pendidikan Agama Islam juga
memberikan nasihat-nasihat tentang shalat, tujuannya agar para siswa
memahami dan mengahayati pentingnya mendirikan shalat berjama‟ah.
67
Menurut peneliti, peran sebagai pembimbing tersebut sudah ideal
karena sudah sesuai dengan landasan pendidikan sebagai upaya
pengembangan siswa terutama dalam melaksanakan shalat berjama‟ah di
sekolah.
b. Sebagai motivator
Guru pendidikan agama islam di SMK N I Wonosegoro selalu
memberikan motivasi terhadap siswa agar memperbaiki diri, khususnya
dalam hal kedisiplinan shalat berjama‟ah.
c. Sebagai contoh atau suri tauladan
Mendisplinkan shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro guru
Pendidikan Agama Islam juga melalui uswah hasanah, dengan cara
memberikan contoh kepaada siswanya serta ikut aktiv dalam
melaksanakan shalat berjama‟ah.
d. Sebagai evaluator
Guru dalam menegakkan kedisiplinan shalat berjama‟ah siswa di
SMK N I Wonosegoro, menetapkan kebijakan dengan memberikan
sanksi bagi siswa yang tidak mengikuti shalat dzuhur berjama‟ah.
Sanksinya berupa peringatan, serta pengurangan nilai mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Meskipun dalam pelaksanaannya, guru
Pendidikan Agama Islam dibantu oleh beberapa guru lain yang ada di
SMK seperti guru bimbingan konseling, kepala sekolah dan lain-lain.
68
3. Analisis Faktor pendukung dan penghambat peran guru Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro.
Proses mendisiplinkan shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro
pastinya tidak selalu berjalan mulus. Guru Pendidikan Agama Islam pasti
mengalami hambatan yang muncul di lingkungan sekolah. Meskipun
demikian, tetap ada faktor pendukung dalam meningkatkan kedisiplinan
shalat berjama‟ah. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam
mendisiplinkan shalat berjama‟ah sebagai berikut:
a. Faktor pendukung dalam meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah.
1) Peran guru di SMK N I Wonosegoro
Guru Pendidikan Agama Islam dan guru yang lain dalam
mendisiplinkan shalat berjama‟ah, seperti bimbingan, pengarahan,
motivasi kepada siswa yang belum disiplin dalam melaksanakan
shalat berjama‟ah. Peran guru sangat dibutuhkan demi terciptanya
disiplin siswa dalam shalat berjama‟ah. Semua guru yang ada di SMK
N I Wonosegoro harus saling mendukung progam satu dengan yang
lain, demi terciptanya kedisiplinan shalat berjama‟ah.
2) Sarana dan prasarana
Alat-alat ibadah yang berada di SMK N I Wonosegoro berupa
perlengkapan ibadah seperti mushola, pengeras suara, skck, mukena,
sarung sudah disediakan oleh anggota Rohis.
69
b. Faktor penghambat dalam meningkatkan kedisiplinan shalat berjama‟ah
1) Keterbatasan sarana dan prasarana
SMK N I Wonosegoro masjidnya kurang luas karena terbatasnya
tempat berupa masjid maka siswa yang ada di sekolah belum bisa
secara bersama-sama melaksanakan shalat berjama‟ah, sehingga dapat
mengurangi tingkat kedisiplinan meskipun telah terjadwal. Waktu
musim kemarau di SMK N I Wonosegoro mengalami kekurangan air,
sehingga mengganggu kelancaran shalat berjama‟ah ketika dimulai.
2) Minimnya perhatian keluarga siswa
Latar belakang siswa yang ada di SMK N I Wonosegoro yang
heterogen, dimana banyak orang tua yang kurang memperhatikan
anaknya terutama dalam hal ibadah nya, dan kebanyakan dari sisi
orang tua yang bekerja diluar kota dan kurangnya perhatian
pengawasan dari orang tua tentang keagamaan terhadap anaknya, hal
ini mempersulit guru yang ada di SMK N I Wonosegoro dalam
pembinaan mendisiplinkan shalat berjama‟ah siswa, meskipun guru
sudah berusaha untuk mengarahkan siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah.
3) Terbatasnya guru
SMK N I Wonosegoro ini, tidak berimbangnya guru dengan
murid, maka guru tidak maksimal dan kualahan menangani siswa
dalam mendisiplinkan shalat berjama‟ah.
70
4) Belum meratanya kesadaran siswa
Faktor terakhir yaitu belum meratanya kesadaran siswa di SMK N
I Wonosegoro dalam mengatur waktu untuk melaksanakan shalat
berjama‟ah. Tetapi, siswa lebih asyik dengan sendiri, siswa masih
senang menghabiskan waktunya untuk bermain game atau lainnya
daripada shalat berjama‟ah.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kedisiplinan shalat berjama‟ah siswa di SMK N I Wonosegoro termasuk
kategori sekolah yang paling baik diantara SMK yang lainnya. Akan tetapi,
masih sedikit siswa yang memiliki kesadaran untuk melaksanakan shalat
berjama‟ah.
2. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kedisiplinan
siswa melaksanakan shalat bejama‟ah di SMK N I Wonosegoro mempunyai
peran yang banyak antara lain: Sebagai pembimbing, sebagai motivator,
sebagai suri tauladan, dan sebagai evaluator.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat berjama‟ah di SMK N I Wonosegoro.
a. Adapun faktor pendukung
Peran guru Pendidikan Agama Islam dan guru yang lain, sudah
maksimal dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi, mengevaluasi,
dalam mendisiplinkan shalat berjama‟ah di sekolah, ketersediaan tempat
ibadah dan prasaranannya.
b. Faktor pengahambat dalam mendisiplinkan shalat berjama‟ah
Kondisi masjid yang kurang luas sehingga tidak mampu
menampung siswa untuk shalat berjama‟ah secara keseluruhan,
72
minimnya perhatian orang tua dalam hal ibadah putra-putrinya, belum
meratanya kesadaran siswa tentang pentingnya shalat berjama‟ah.
B. Saran
1. Kepada Kepala Sekolah
a. Dukungan penuh di sekolah diharapkan seluruh kegiatan termasuk
kegiatan shalat berjama‟ah yang di motori guru Pendidikan Agama
Islam.
b. Memberikan kesadaran orang tua siswa melaui sosialisasi agar selalu
mengontrol perkembangan putra-putrinya dalam melaksanakan
shalatnya.
2. Kepada guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling
a. Tetap teguh dalam membimbing dan mengarahkan siswanya untuk
melaksanakan shalat berjama‟ah.
b. Diharapkan guru terlibat dalam shalat berjama‟ah sehingga proses
mendisiplinkan shalat berjama‟ah semakin kuat.
3. Kepada siswa
Berusaha sadar untuk melaksanakan shalat berjama‟ah baik di
sekolah maupun di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qahthani, Abu Abdillah Musnid. 1997. 40 Manfaat Shalat Berjama‟ah.
Jakarta: Yayasan Al Sofwa.
Aly, Abdulloh. 1993. Al‟Ubudiyah Tuntunan Praktis Ibadah Mahdhah.
Surakarta: Pusat Studi Al Islam Dan Kemuhammadiyahan LPPM.
Daradjat, Zakiyah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: NV Bulan Bintang.
Djamarah, Syaiful Bahri . 2000. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gunarsa, Singgih. 1988. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia.
Hawi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru PAI. Depok: PT Raja Grafindo
Prasada.
Husien, Latifah. 2007. Profesi Keguruan Menjadi Guru Professional.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta CV.
Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta:
Bumi Aksara.
Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak. Yogyakarta: Sabda Media.
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurdin, Muhammad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta:
Arruzz Media.
Prihatin, Eka. 2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Rifa‟i, Muhammad. 2014. Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya
Toha Putra Semarang.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2016. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publising
Toha, Chabib. 1998. PBM-PAI Di Sekolah Eksistensi Dan Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam. Semarang: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan
Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Triyanto, Agus, dkk. 1998. Ibadah Dan Akhlak Dalam Islam. Yogyakarta:
UII Press Indonesia.
Usman, Uzer. 1990. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman Dan
Taqwa. Yogyakarta: Penerbit Teras.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Fatih Rohman S. Pd.
Pekerjaan : Guru Pendidika Agama Islam
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 28 Februari 2019
Waktu : 08.19 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Bagaimana pelaksanaan
pendidikan agama dalam
meningkatkan
kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
Disini tentang kurikulum Pendidikan Agama
Islam nya sama kurikulum 13, cuma penekanan
untuk shalat berjama‟ah kita sepakat dari guru
kelas I sampai guru kelas III, tentang
pelaksanaan shalat berjama‟ah antara dzuhur
dan ashar ada pembagian waktu tersendiri agar
anak-anak bisa shalat berjama‟ah. Kita
Sebenarnya sudah ada konsep Absen, cuma ada
rintangan banyak, sehingga otomatis tidak bisa
berjalan dengan lancar. Kenyataannya, satu
bulan dua bulan bisa lancar tapi belum bisa
berkelanjutan dibulan yang selanjutnya, artinya
karena tidak mungkin guru pendidikan agama
islam bisa memantau atau mengabsen setiap
murid yang shalat. Kita pasrahkan pada salah
satu anggota organisasi keislaman, ada dua
macam yaitu yang pertama rohis, yang kedua
adalah madin (madarasah diniah), kemudian
kita efektifkan untuk absen, selalu memantau
berjalannya shalat berjama‟ah, kalau shalat
harus cepat bergantian, kalau tidak cepat
bergantian masjid yang ada di SMK satu
rombel bareng tidak muat, karena masjidnya
yang terlalu kecil. dari situ akhirnya muncul
masalah, ada siswa yang tidak sabar kalau
menunggu sampai selesai. karena masjid
kurang besar dan kurang memadai.
2. Menurut bapak apa yang
melatarbelakangi di
adakannya shalat
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
Shalat berjama‟ah tuntunan agama. guru-guru
mau mendisiplinkan anak, kalau shalat tidak
semua anak bisa shalat, maka dari itu tujuannya
untuk mendisiplinkan anak, terutama dalam
hal shalat berjama‟ah. Sekolah prinsipnya
SMK, yang lulus tujuan utamanya kerja,
ditinjau dari beberapa pengalaman siswa yang
diterima kerja, disalurkan dari sekolah rata-rata
tes nya wawancara dalam hal kedisiplinan, oleh
karena itu kita latih kedisiplinan, terutama
dalam hal menjaga ibadahnya, kepala sekolah
juga menyuruh guru pendidikan agama islam
untuk membimbing anak nya aktiv
melaksanakan shalat berjama‟ah shalat dzuhur
dan shalat ashar. Namun shalat ashar shalat di
masjid SMK, karena keluar jam tiga maka
diharuskan shalat ashar berjama‟ah.
3. Menurut bapak sejak
kapan shalat berjama‟ah
di laksanakan.?
Sudah lama. Cuma tiap tahun kita perbarui
jadwal tim absen dari rohis (kerohanian islam)
dan madin (madrasah diniyah) dan
pengembangan guru saja. Kalau itu sudah
sangat lama pelaksanaan shalat berjama‟ah.
4. Shalat fardzu apa saja
yang dilaksanakan secara
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
Fardzunya dzuhur dan ashar, tetapi ada satu
program khusus untuk pengurus osis yaitu satu
bulan sekali shalat subuh berjama‟ah tidur di
sekolah dan shalat sunah berjama‟ah hanya
shalat idhul adha .Yang wajib hanya dzuhur
dan ashar.
5. Hal apa yang bapak
lakukan dalam
meningkatkan
kedisplinan siswa
melasksanakan shalat
Ada Banyak, termasuk pembimbingan ,
pengarahan anak untuk shalat berjama‟ah.
Yang pertama kita intruksikan kepada guru-
guru yang mengajar di jam ke-6 dan ke-10
supaya setelah selesai mengajar membimbing
putra-putrinya, Untuk segera masuk ke masjid.
Kedua pengarahan anggota pengurus madin
(Madrasah diniyah) dan rohis (kerohanian
islam) Agar memantau jalannya shalat
berjama‟ah dan program guru pendidikan
agama islam kepada siswa. Kita sudah kompak
berjama‟ah?
dengan guru BK, Bahwa 100% program-
program dalam kedisiplinan shalat berjama‟ah
sudah berjalan.
6. Menurut bapak apakah
tingkat kedisiplinan
shalat berjama‟ah disini
sudah sesuai yang di
harapkan?
Kalau menurut saya dan guru lain Belum
maksimal. Kita target ada seribuan lebih bisa
shalat berjama‟ah dengan bagus, tapi
kenyataannya 75-80% yang berjalan. Apalagi
yang kalau di bengkel tsm disuruh ke masjid
jauh. Jadi, memilih untuk keluar area sekolah,
namun tetap ada guru yang yang ikut peran
terhadap anak yang keluar di area sekolah.
7. Menurut bapak apakah
ada sanksi jika siswa
tidak melaksanakan
shalat berjama‟ah di
SMK N I Wonosegoro?
Sementara kalau sanksi secara fisik gak ada,
tetapi sanksi secara social yaitu ketika kita
bertemu, tatap muka dengan anak yang jarang
shalat. Maka secara sosialnya Kita sindir, nanti
nilainya jelek, maka anak-anak akan kembali
shalat berjama‟ah. Kita Cuma mengarahkan
saja dan tujuannya membimbing anak supaya
shalat berjama‟ah. Sanksi-sanksi lainnya adalah
pengurangan nilai. Pengurangan untuk 4aid an
PPKN, sama dengan KKM dan mata pelajaran
yang lain tidak ada hubungannya yang
berkaitan dengan kedisiplinan, karena nilai
ketrampilan dan sikap hanya untuk 4aid an
ppkn yang akan bepengaruh dalam nilai.
8. Menurut bapak apakah
kegiatan shalat jama‟ah
mempengaruhi nilai
akademis siswa ?
Untuk nilai pai dan ppkn iya, alasannya karena
nilai sikap dan ketrampilan pai dan ppkn itu
sangat berpengaruh, kalau yang lain nilainya.
Cuma pengehuan, kalau pai dan ppkn harus
ada sikap dan ketrampilan yang akan dinilai,
walaupun berkolaborasi dengan nilai
pengetahuan juga, artinya tetap dihitung.
9. Menurut bapak, apa saja
kegiatan-kegiatan
keagamaan yang ada di
SMK N Wonosegoro?
Ada kegiatan Rohis, yaitu kegiatan kerohanian
islam, yang membimbing langsung atau
mengurusi jama‟ah masjid kaitannya kegiatan
keagamaan yang berada dimasjid, yang sudah
berjalan setiap hari kamis. Kemudian ada
madin, Madin itu madrasah diniyah, ekstra
Wajib untuk semua kelas X, kelas satu wajib
untuk menjadi peserta, kemudian asisten
diniyah kelas XI dan XII, kemudian kegiatan
yang ada dimasjid, kita sudah bingkai,
termasuk pembagian imam khatib tiap jumat,
kemudian kultum rutinan setiap habis shalat
dzuhur, jadwal piket untuk takmir masjid,
kemudian kegiatan halaqoh kumpul bersama
antara rohis dan madin, kemudian kalau
keagamaan islam otomatis 5issal maulud nabi
dan isra miraj, idhul adha, pesantren ramadhan,
takjil untuk buka bersama, shalat tarwih
bersama setiap tahun ditempuh, sudah
disiapkan pengurus rohis dan madin dan osis.
10. Menurut bapak, apa saja
faktor pendukung dalam
meningkatkan
kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat
berjama‟ah?
Alhamdulilah kita ada masjid, ukurannya
cukup luas Cuma Karena persentase siswa
kurang memadai karena terlalu banyak ribuan
siswa, kemudian alat-alat praktik ibadah sudah
disiapkan. Yang lain sudah mendukung semua,
guru dan imam banyak sudah siap. Kalau soal
perlengkapan ibadah sudah dipersiapkan oleh
pengurus rohis dan saya intruksikan untuk
mengurusi masjid sudah siap.
11. Menurut bapak, apa
faktor penghambat
dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat
berjama‟ah?
Banyak sebenarnya, yang pertama pada musim
kemarau saat wudzu kekurangan air. Yang
kedua absen, kurang begitu maksimal. Karena
masih banyak siswa yang keluar dari area
sekolah pada waktu jam shalat, kadang-kadang
guru tidak semuanya mau mengarahkan untuk
pergi ke masjid. Kalau dari segi siswa banyak
yang tidak nakal, kenakalan yang wajar , anak-
anak masih bagus, masih mudah diarahkan,
alhmdulilah masih bisa dikontrol.
12. Menurut bapak, apa
harapan kedepannya agar
pelaksanaan shalat
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro semakin
meningkat
intensitasnya?
Harapannya sangat tinggi di antaranya mushola
di perlebar supaya kalau shalat cukup
tempatnya dan kegiatan lainnya tidak hanya
shalat berjama‟ah. Kalau dari sisi siswa
tergantung gurunya yang mengarahkan
siswanya insya alloh siap.
13. Bagaimana peran bapak
dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro ?
Setiap kita masuk kelas kita membimbing
mengarahkan agar mau shalat berjama‟ah.
Guru Pendidikan Agama Islam memberikan
sebuah motivasi, Penyampaian materi setiap
hari jumat.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Muhammad Yasin S. Pd.
Pekerjaan : Guru Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 19 Maret 2019
Waktu : 08.33 Wib
No Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Menurut bapak, bagaimana
pelaksanaan pendidikan agama
terutama meningkatkan
kedisiplinan siswa dalam
melaksnakan shalat berjama‟ah di
SMK N I Wonosegoro?
Pelaksananaan pendidikan agama
yang ada di SMK N I wonosegoro
sudah mengacu pendidikan kurikulum
tiga belas, untuk kegiatan keagamaan
terutama adalah shalat berjama‟ah itu
sudah berjalan dengan baik,
khususnya adalah dalam pelaksanaan
shalat berjama‟ah dzuhur dan ashar,
yang dipelopori terutama guru agama,
dan pengurus rohis dan para wali
kelas, untuk menekan anak-anaknya
bisa melaksanakan shalat berjama‟ah
di masjid.
2. Menurut bapak, apa yang melatar
belakangi di adakannya shalat
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
Yang melatarbelakangi shalat
berjama'ah adalah terlatih ketika
berada dirumah atau dilingkungannya.
Jadi untuk membiasakan shalat
berjama‟ah, untuk memberikan
contoh terhadap teman-temannya,
yang mungkin dimasyarakat dia
belum terbiasa shalat berjama'ah
temannya bisa mencontoh, terkait
dengan kedisiplinan, karena
banyaknya siswa masih perlu
penanganan khusus, kaitannya dengan
pelaksanaan shalat berjama‟ah,
diantaranya adalah bimbingan khusus,
lewat guru agama atau guru wali kelas
masing-masing, sekian banyak siswa
ada yang nurut, juga ada beberapa
yang masih perlu penanganan khusus.
3. Menurut bapak sejak kapan shalat Shalat berjama‟ah sebenarnya sudah
mulai sejak berdiri, namun dalam
pengondisiannya baru sekitar mulai
berjama‟ah di laksanakan.?
tahun 2015-an karena belum adanya
fasilitas masjid saat itu, akhirnya
masjid meluap siswanya disekolah.
4. Shalat fardzu apa saja yang
dilaksanakan secara berjama‟ah di
SMK N I Wonosegoro?
Shalat dzuhur dan ashar.
5. Hal apa yang bapak lakukan
dalam meningkatkan kedisplinan
siswa melaksanakan shalat
berjama‟ah?
Untuk meningkatkan kedisiplinan
shalat berjama‟ah kita memberikan
tentang masalah shalat adalah
merupakan suatu kewajiban setiap
orang muslim baik laki laki dan
perempuan, diantaranya juga shalat
merupakan hal yang tidak boleh kita
tinggalkan dalam keadaan apapun,
banyak hikmah yang terkandung
dalam shalat tersebut. Dan untuk
membiasakan tidak cukup disekolah,
tapi ketika sudah berbaur
dimasyarakat sudah terbiasa.
6. Menurut bapak apakah tingkat
kedisiplinan shalat berjama‟ah
disini sudah sesuai yang di
harapkan?
Alhamdulilah untuk dua tahun
belakangan ini sudah banyak
peningkatan, belum mencapai 100
persen tapi sudah signifkansudah
sesuai dengan yang kita harapkan
dan kita rencanakan. Kalau di ambil
persennya adalah 70 sampai 80 persen
siswa insya alloh sudah ikut shalat
berjaama‟ah. walaupun pakai sistem
sip, jadi tidak sekaligus tidak bisa,
karna fasilitas kapasitas. Ada beberapa
kali pelaksanaan masalah imam tidak
harus guru agama yang menjadi imam,
siapapun yang menjadi imam, murid
juga mengikuti yang diajari bapak
guru.
7. Menurut bapak apakah ada sanksi
jika siswa tidak melaksanakan
Sudah dimusyawarahkan tingkat
sekolah, termasuk dari kepala sekolah
sendiri, memberikan masukan agar
benar-benar siswa- siswi kita di awasi
dalam hal untuk melaksanakan shalat
shalat berjam‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
berjama'ah, terutama lewat guru atau
wali kelas masing masing. Kalau
terkait dengan sanksi kita kadang
susah dalam memberikan hukuman,
kalau guru agama yang terkait dengan
nilai agamnya, karena kategori dalam
ketaatan.
8. Menurut bapak, apakah kegiatan
shalat berjama‟ah mempengaruhi
nilai akademis siswa ?
Iya, mempengaruhi kategori nilai
ketataan ibadah nya masih berkurang.
Jadi, tidak tertumpu dengan nilai
pelajaran saja, tapi dari perilaku,
sikap, pengamalan ibadah, kalau
dimadinnya (kegiatan madrasah
diniyah) sudah sangat jelas
mempengaruhi dengan nilai
pendidikan agama bahkan sampai
mempengaruhi kenaikan kelas
9. Menurut bapak apa saja kegiatan-
kegiatan keagamaan yang ada di
SMK N Wonosegoro?
Kegiatan keagamaan ada yang sifatnya
wajib, eksta kurikuler madrasah
diniyah setiap hari rabu, baru berjalan
kelas X, ekstra yang lain ada tilawatil
Qur‟an, Rohis (kerohanian Islam),
ada hadroh sudah mulai, kegiatan
pramuka, banyak sekali ekstra
10. Menurut pengamatan bapak, apa
saja faktor pendukung dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat berjama‟ah?
Yang mendukung adalah satu faktor
guru, yang kedua diantaranya adalah
fasilitas yang sudah memadai baik dari
masjid atau tempat wudzu dan
peralatan shalat kalau perempuan
mukena sudah disiapkan oleh rohis
dimasjid.
11. Menurut pengamatan bapak, apa
saja faktor penghambat dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat berjama‟ah?
Hambatan banyak, latar belakang
murid yang sangat hiterogen, dari
keluarga, mungkin dari lingkungan,
akhirnya juga sangat berat anak
merubah, kalau keluarga sendiri orang
tua belum memberi contoh dan
mengajak shalat berjama'ah. maka
beberapa cara guru menakuti kalau
tidak mengikuti kegiatan keagamaan
hukumnya yang sifatnya mendidik.
Hambatan dari guru, banyaknya siswa
mempengaruhi ketidakmaksimalan
dalam penanganan, jadi sangat
terbatas personil untuk menangani
dari sekian ribu siswa tetap banyak
sekali.
12. Menurut bapak, apa harapan
kedepannya agar pelaksanaan
shalat berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro semakin meningkat
intensitasnya?
Harapan saya untuk kedepannya
dalam meningkatkan shalat
berjama‟ah anak-anak adalah
merupakan kewajiban yang tidak
boleh kita tinggalkan, yang kedua
adalah menjadikan sebuah kebiasaan,
ketaatan dalam ibadah, sebagai
contoh keluarga masing masing,
harapannya ketika dia sudah berumah
tangga bisa menjadi imam, pemimpin
yang menjadi contoh, harapan yang
sangat kita inginkan, tingkat
kedisiplinan siswa dala hal shalat iya
bervariatif, ada yang sudah betul-betul
sadar , mungkin karena rasa takut, ada
yang juga masih ikut-ikutan, tetapi
ada juga yang betul-betul menyadari
bahwa shalat itu kewajiban tidak
berani meninggalkan.
13. Bagaimana peran bapak dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat berjama‟ah
di SMK N I Wonosegoro ?
Kalau guru pendidikan agama islam
membimbing dan mengarahkan
memang sudah otomatis sebagai guru
agama yaitu harus membimbing dan
mengarahkan. Peran guru mengajak,
memberikan contoh, membimbing
ketika sudah ada dimasjid diarahkan
untuk mengambil air wudhu, masuk
kedalam masjid mengambil barisan
yang paling depan dan seterusnya.
Peran guru mengajak, membimbing,
mengarahkan, memberikan contoh,
memberikan hukuman terkait dengan
nilai sikap ketaatan.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Marwanto S. Pd.
Pekerjaan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 02 Mei 2019
Waktu : 08.12 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apa makna kedisiplinan
shalat berjama‟ah di SMK
N I Wonosegoro?
Untuk kedisiplinan shalat menyiapkan
kedisiplinan sekolah, kalau sekolah itu
kesiapan dalam shalat berjama‟ah bagus
saya yakin siswa bagus. Alhamdulilah
untuk masjid sekolah untuk shalat dzuhur
dan ashar bisa terlaksana dengan baik.
Meskipun belum semuanya ikut shalat
berjama‟ah karena masjidnya yang masih
kecil. Sekali lagi bahwa kedisiplinan
sekolah itu memang bisa dilihat dari
shalatnya kalau shalatnya bagus insya
alloh disipilinnya juga bagus. Anak-anak
yang masuk di shalat itu rata rata untuk
tingkat kedisplinannya tata aturannya itu
lebih baik dari pada yang lain, yang kedua
pembelajaran di kelas untuk melatih
kedisplinan terutama kaitannya dengan
tepat waktu itu penting, selebihnya
pembentukan karakter anak yang sesuai
dengan peraturan di sekolah.
2. Bagaimana peran guru
Pendidikan Agama Islam
meningkatkan kedisiplinan
siswa dalam melaksanakan
shalat berjama‟ah di SMK N
I Wonosegoro?
Untuk peran guru pendidikan agama islam
sudah berjalan, Cuma disini kurang dalam
rangka untuk monitoring, jadi kalau ada
program jalan, Cuma untuk evaluasinya
yang masih lemah. dan yang kedua karena
disini guru disini dua putra dan dua putri
yang dua ini mengajar diluar. Jadi yang
focus disini hanya dua saja. Saya melihat
dalam rangka mendisiplinkan anak unutuk
jama‟ah shalat, itu dulu pertama evaluasi
kesimpulanya adalah sarana yang kurang,
tapi setelah tempat air wudzhu bagus,
ternyata anak-anak tidak signifkan artinya
memang butuh untuk digerakan di evaluasi
karena ini yang masih lemah. guru agama
untuk mengajak anak masih kurang,
sehingga yang masuk masjid butuh
penguatan dievaluasi. Untuk jadwal
shalat memang ukuran masjidnya,
Kaitannya peran guru pendidikan agama
islam kaitannya pelaksanaaan shalat anak-
anak butuh tanggung jawab. Untuk peran
di kelas saya rasa sudah, cuma memang
kesadaaran anak untuk pentingnya shalat
memang susah untuk menyadarinya.
3. Menurut bapak, bagaimana
tingkat kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat
berjama‟ah? Apakah sudah
sesuai yang diharapkan?
Belum. Saya melihat secara pribadi belum
menyentuh 50%, paling yang shalat
dzuhur ada yang shalat di masjid di luar
sekolah, yang shalat disini hanya
sebagian, paling 4 baris dan untuk fasilitas
tidak bermasalah, perlu ditingkatkan
untuk peran guru tetapi bukan guru agama
saja semuanya. Dan wali kelas, guru mapel
juga. Dan saya selaku kepala sekolah juga
mengajak-ajak sampai kemudian
memberikan reward nanti Diwali kelas.
4. Menurut bapak Apa saja
program dan konsep dalam
meningkatkan kedisplinan
shalat berjama‟ah di SMK N
I Wonosegoro?
Untuk guru pai saya pernah
menyampaikan bahwa guru pendidikan
agama islam mempunyai target Karena
saya lihat banyak anak-anak di SMK
shalat berjama‟ah itu belum paham tata
cara shalatnya. Maka untuk guru target
pertama harus paham tata cara shalat
wajib harus benar. kedua untuk baca tulis
alquran, maka disini ada ekskul wajib,
ekstra madrasah diniyah satu peka sekali,
untuk kelas X wajib, targetnya anak-anak
bisa membaca. Target yang ketiga yang
sudah mahir dalam mebacanya khataman
juz amma. Jika target tiga itu sudah
terpenuhi sudah luar biasa. Dan
disimpulkan bahwa program tergantung
guru mapelnya.
5. Menurut bapak, apa saja
sarana dan prasarana ibadah
shalat berjama‟ah di SMK N
Sarana untuk masjid, satu perangkat
lainnya mukena dan sarung sudah
memadai, tempat wudhu dan skck
memadai, untuk pelaksanaan ibadah shalat
itu anak-anak rohis membantu dalam
I Wonosegoro? Apakah
sudah memadai dalam
mendisiplinkan shalat
berjama‟ah?
penjadwalan shalat.
6. Menurut bapak, adakah
tambahan kurikulum atau
tambahan jam pelajaran
yang digunakan untuk
mendisiplinkan shalat
berjama‟ah?
Ada madrasah diniyah dalam satu pekan,
untuk target pertamanya tilawahnya dan
madrasah diniyah salah satu sarana untuk
mendisiplinkan. yang selanjutnya adalah
pembinaan wali kelas.
7. Menurut bapak, adakah
kendala atau hambatan
dalam penyelenggaraan
shalat berjama‟ah di SMK N
I Wonosegoro?
Kalau saat ini tidak ada. Tapi dimusim
kemarau air wudzu kurang, yang kedua
kaitannya dengan perluasan masjid yang
masjidnya saat ini sangat terbatas. Yang
ketiga dari sisi siswa adalah membangun
kesadaran pentingnya shalat yang masih
butuh waktu.
8. Menurut bapak, apa saja
faktor pendukung yang
mempermudah dalam
penyelengaraan shalat
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
Faktor pendukung yang mempermudah
ada pengeras, yang kedua ada fasilitas
skck, dan untuk pendukung lainnya untuk
rohis itu jugajadi memperlancar waktu
azdan itu punya kesadaran sendiri .
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Maskur S. Pd.
Pekerjaan : Guru Bimbingan dan Konseling
Hari/Tanggal Wawancara : Jumat, 02 Mei 2019
Waktu : 08.57 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apa makna kedisiplinan shalat
berjam‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
Kalau shalat berjama‟ah secara
benar wajib bagi laki-laki dan
perempuan. Masalah disekolah
dengan anak terbiasa shalat
berjama‟ah, maka insya alloh
dikegiatan lainnya akan mengikuti
dengan baik.
2. Bagaimana peran bapak dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa
melaksanakan shalat berjama‟ah di
SMK N I Wonosegoro?
Kaitannya peran guru BK,
bimbingan dikelas pentingnya
shalat berjama‟ah insya alloh anak
jika sudah sampai tahap itu,
mungkin untuk hal lain, akan
mengikuti secara otomatis, anak
anak yang agama baik dari sisi
kelulusan baik, karena keberkahan,
kata berkah itu berhubungan
dengan ketaatan.
3. Menurut bapak, bagaimana tingkat
kedisiplinan siswa melaksanakan
shalat berjama‟ah?
Belum. Semoga tidak subjektif,
bagi saya kelas xii lebih taat
dibandingkan dengan yang lain,
karena mungkin merasa lebih butuh
dengan Alloh untuk lulus, bekerja.
4. Menurut bapak Apa saja program
dan konsep dalam meningkatkan
kedisplinan shalat berjama‟ah di
SMK N I Wonosegoro?
Kita bekoordinasi dengan guru pai
contohnya da diniyah setiap
seminggu sekali dan ada ekstra
rohis dan pengingatan guru bukan
pai saja tetapi semua guru untuk
mengajak shalat berjama‟ah tetapi
kembalikan kepada anak yang tidak
bisa istikomah.
5. Menurut bapak, apa saja sarana dan
prasarana ibadah shalat berjama‟ah
di SMK N I Wonosegoro? Dan
apakah sudah memadai dalam
mendisiplinkan shalat berjama‟ah?
Masalah sarana prasarana sudah
cukup, mukena sudah mencukupi,
air sudah banyak, imam bergantian
dengan guru-guru, beberapa anak
kesadaran belum 100%, progam
tidak kurang-kurang guru-guru.
Karena kultur dari orang tua,
tentang shalat orang tuanya pada
saat dirumah.
6. Menurut bapak, adakah tambahan
kurikulum atau tambahan jam
pelajaran yang digunaka untuk
mendisiplinkan shalat berjama‟ah?
Cuma madrasah diniyah setiap hari
rabu, belajar membaca alquran
setiap hari rabu, karena bagian
kurikulum Cuma beberapa literasi,
umum, dan agama juga dan sebulan
sekali mengaji bersama.
7. Menurut bapak, adakah kendala
atau hambatan dalam dalam
penyelenggaraan shalat berjama‟ah
di SMK N I Wonosegoro?
Ada, kendalanya anak soal
kesadaran, terobosan kita ketika
hari jum‟at, laki-laki shalat tetapi
tergantung individu, karena disini
sekolah umum bukan memfokuskan
agama.
8. Menurut bapak, apa saja faktor
pendukung yang mempermudah
dalam penyelengaraan shalat
berjama‟ah di SMK N I
Wonosegoro?
Faktor pendukung yang pertama
adalah keluarga, fasilitas sudah
menjamin tetapi tergantung
siswanya dalam memanfaatkan,
untuk guru pai sudah mendobrak
dobrak, karena menganggap agama
tidak penting, dan keadaran anak
yang belum sempurna, karena
kondisi orang tua yaitu anak ikut
neneknya, dikasih harta, pola asuh
yang kurang sebagian karena cerai
ada sebagian mencari nafkah.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Irvan Muhasin
Kelas : XII TBSM 3
Hari/Tanggal Wawancara : Jum‟at 08 Maret 2019
Waktu : 09.45 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Tidak, karena sibuk,.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena ingin pahalanya banyak.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur saja
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah, Karena diajak teman pulang
kerumah.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!
Dosa.
6. Hambatan apa saja yang anda temui
dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena celana sobek, kena najis,
7. Adakah faktor pendukung bagi Masjid.
kegiatan shalat berjama‟ah?
8. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Belum, karena bisa ngatur tapi tidak
bisa melaksanakannya.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Ahmad Sofyan
Kelas : XII TSM 2
Hari/Tanggal Wawancara : Jumat, 08 Maret 2019
Waktu : 10.12 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti
shalat berjama‟ah?
Tidak, karena kadang bolos shalat
jama‟ah disini.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena suatu keawjiban umat islam
sebagai laki-laki.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat ashar.
4. Pernahkah anda membolos
untuk tidak ikut shalat
berjama‟ah?
Pernah, kadang pulang.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat
berjama‟ah? Sebutkan!.
Tidak.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Teman mengajak kewarung, main
game dikelas.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Air sudah mendukung.
8. Menurut anda apakah peran guru Belum, Karena guru ngomong tidak
dibuktikan. Guru pai Cuma kasih
di sekolah sudah cukup
maksimal dalam mendisiplinkan
shalat berjama‟ah di sekolah?
saran.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Veri Aji
Kelas : XII TKJ
Hari/Tanggal Wawancara : Jum‟at, 08 Maret 2019
Waktu : 10.19 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti
shalat berjama‟ah?
Jarang, Karena kadang malas, bermain
game dikelas.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena itu sebuah kewajiban yang
harus dilaksanakan.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan shalat ashar.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah, karena pergi kewarung,
karena mementingkan.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Tidak ada.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Kelalaian, mengundur-ngundur waktu.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Ada, seperti guru, alat ibadah, sarung.
8. Menurut anda apakah peran guru Sudah, maksimal dalam mengajarkan
materinya dari sisi mendisplinkan
shalat berjama‟ah belum maksimal
di sekolah sudah cukup maksimal
dalam mendisiplinkan shalat
berjama‟ah di sekolah?
karena guru pai tidak mengisi.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Aji Prasetiyo
Kelas : TMM I
Hari/Tanggal Wawancara : 08 Maret 2019
Waktu : 10.33 Wib.
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Belum, karena kadang lapar
kewarung dulu.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena suatu kewajiban dan karena
ikut teman.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan ashar.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah membolos.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Dosa, dikurangin nilai.
6. Hambatan apa saja yang anda temui
dalam mengikuti shalat berjama‟ah?
Game, kewarung.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Sarung
8. Apakah peran guru sudah cukup
maksimal dalam mendisiplinkan
Sudah.
shalat berjama‟ah di sekolah?
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Dani Irvansah
Kelas : XII TSM I
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 11 Maret 2019
Waktu : 11.09 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Jarang jarang, karena faktor teman
yang mengajak kewarung , dan
sedang Jawab: sibuk dan lupa.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena pahalanya lebih besar
daripada shalat sendiri.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan ashar, tidak
mengikuti semua, kadang-kadang.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah, karena terburu-buru,
kewarung , lapar.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Ada, push up dari guru mapel, bersih
masjid.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Airnya habis, laper kewarung,
masjidnya tidak muat.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Kadang teman mengajak, kadang
kemauan sendiri.
8. Apakah peran guru sudah cukup Sudah menurut saya kurang tegas,
kadang-kadang gak ada perintah
guru mengajak shalat, guru harus ada
maksimal dalam mendisiplinkan
shalat berjama‟ah di sekolah?
dukungan untuk mengajak muridnya
untuk shalat.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Viko Nivender
Kelas : XI TKR I
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 11 Maret 2019
Waktu : 11.37 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti
shalat berjama‟ah?
Tidak, karena kadang malas, keburu
kewarung lapar.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena pahalanya lebih banyak.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan asar, tapi
dzuhurnya disekolah tapi ashanya
dirumah.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Malas, karena rasanya hanawnya
malas, godaannya besar.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Bersihin masjid, hafalan surat pendek.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Air habis, terkadang tidak muat
masjidnya.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Ajakan teman, guru mengrahkan
setiap hari, guru semuanya.
8. Menurut anda apakah peran guru Belum maksimal, jarang sekali
mengajak shalat, jarang ketemu,
di sekolah sudah cukup maksimal
dalam mendisiplinkan shalat
berjama‟ah di sekolah?
mengajar diluar sekolah.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan
Nama : Rangga Wulung
Kelas : XI TSM
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 13 Maret 2019
Waktu : 12.04 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Tidak, karena factor warung.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena shalat berjamaah pahalanya
lebih besar dari pada sendirian.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah membolos.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Keliling lapangan.
6. Hambatan apa saja yang anda temui
dalam mengikuti shalat berjama‟ah?
Lapar, faktor dr teman.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Yang mendukung guru dan sarung.
8. Apakah peran guru sudah cukup
maksimal dalam mendisiplinkan
Sudah, sering di cerarmahi.
shalat berjama‟ah di sekolah?
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan Nama : Agus Ferdiansah
Kelas : XI TKJ
Hari/Tanggal Wawancara : 11 Maret 2019
Waktu : 12.12 Wib.
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti
shalat berjama‟ah?
Tidak, karena malas, main game, lupa
waktu.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena shalat berjamaah pahalanya
lebih besar drpd sendiri.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan ashar, tidak selalu
mengikuti karena pengen cepat
pulang.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah membolos karena factor
teman, factor diri sendiri.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Gakada sanksinya.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Airnya, ajakana teman kewarung.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Tidak ada yang mendukung Cuma
kemauan sendiri.
8. Menurut anda apakah peran guru Menurut saya belum maksimal karena
belum pernah disuruh untuk shalat
di sekolah sudah cukup maksimal
dalam mendisiplinkan shalat
berjama‟ah di sekolah?
berjama‟ah.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan Nama : Iryana
Kelas : XI TMM
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 11 Maret 2019
Waktu : 12.28 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti
shalat berjama‟ah?
Iya, karena faktor kewajiban.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena kewajiban umt islam.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Dzuhur dan ashar, tapi ashar jarang.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Tidak pernah.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Tidak ada tetapi mendapat dosa.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Sekolah airnya tidak ada, jauh dar
masjid ruang kelasnya.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Kadang diajak teman.
8. Apakah peran guru sudah cukup Sudah karena tidak shalat berjamah
nilainya tidak diatas kkm.
maksimal dalam mendisiplinkan
shalat berjama‟ah di sekolah?
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan Nama : Azzahra Nurfani
Kelas : XI TII
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 11 Maret 2019
Waktu : 12.34 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Iya, karena memang waktunya.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena kewajiban dari guru dan
agama juga.
3. Shalat fardzu apa saja yang dilakukan
secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur ashar , ashar
dirumah.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Shalat ashar.
5. Adakah sanksi yang anda terima jika
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Nilai agama tidak sesuai kkm.
6. Hambatan apa saja yang anda temui
dalam mengikuti shalat berjama‟ah?
Air.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Imam yaitu guru.
8. Apakah peran guru di sekolah sudah
maksimal dalam mendisiplinkan
Sudah, tapi anak-anaknya yang
susah.
shalat berjama‟ah di sekolah?
VERBATIM WAWANACARA
Identitas Informan Nama : Alvin Mualim
Kelas : X TSM I
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 13 Maret 2019
Waktu : 10.11 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Tidak, karena ketiduran, malas.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena disuruh guru.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan ashar dirumah.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah, Karen laper, haus.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Ada, lari dilapangan, push up, shlat
dilapangan.
6. Hambatan apa saja yang anda temui
dalam mengikuti shalat berjama‟ah?
Karena diganggu pas shalat, syetan-
syetan, teman-teman diajak
kewarung.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Guru yang selalu mengingaktkan
saya untuk shalat berjama‟ah.
8. Menurut anda apakah peran guru di
sekolah sudah cukup maksimal
Belum, karena masih banyak siswa
yang kewarung.
dalam mendisiplinkan shalat
berjama‟ah di sekolah?
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan Nama : Niston Haning
Kelas : X TKR I
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 13 Maret 2019
Waktu : 10.25 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Tidak, malu rambutnya gundul,
kewarung makan.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena banyak cewek-cewek,
imamnya cepat, ingin masuk surga,
supaya dapat pahala.
3. Shalat fardzu apa saja yang dilakukan
secara berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan ashar.
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Pernah, sering, karena kewarung,
makan, tidur dikelas, game, main
hp.
5. Adakah sanksi yang anda terima jika
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Ada, suruh kewarung, suruh beliin
aqua ke warung bapak guru, shalat
dihalaman, berjalan jongkok.
6. Hambatan apa saja yang anda temui
dalam mengikuti shalat berjama‟ah?
Digoda dengan sama teman, diajak
kewarung teman, sumber air habis,
kekeringan.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Ada, dapat pahala, disuruh pacar,
sudah mendukung dan layak.
8. Apakah peran guru sudah cukup
maksimal dalam mendisiplinkan
Belum memaksimalkan selain
kemaki Karen Cuma nyuruh saja
tetapi tidakdikasih sanksi, kadang
gurunya tidak ada yang shalat.
shalat berjama‟ah di sekolah?
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan Nama : Abdur Rohman
Kelas : X TKJ I
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 13 Maret 2019
Waktu : 10.40 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti
shalat berjama‟ah?
Sering, selalu, karena ganjarannnya
lebih 27derajat.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Shalat dzuhur dan ashar, selalu
mengikutinya dengan tepat waktu.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Dzuhur
4. Pernahkah anda membolos untuk
tidak ikut shalat berjama‟ah?
Tidak pernah.
5. Adakah sanksi yang anda terima
jika tidak ikut shalat berjama‟ah?
Sebutkan!.
Saya selalu melakasanakan shalat
berjamaah jadi tidak kena sanksi.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Banyak tugas, diajak teman main atau
mengerjkan tugas terlebih dulu, makan
dulu, airnya habis, biasanya dikasih
tugass dulu.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Ada, masalah berhubungannya dengan
ganjaran, masalahh duniawi karena
keindahan, penegnnya dipandang baik,
ingin di anggap sama orang itu pengen
tampil beda dengan yang lain.
8. Menurut anda apakah peran guru
sudah cukup maksimal dalam
mendisiplinkan shalat berjama‟ah
di sekolah?
Sebenarnya sudah tapi dengan
anaknya yang sulit dan seharusnya
dikasih programkan misalnya dgilir
untuk perkelas, absensi.
VERBATIM WAWANCARA
Nama : Muhammad Rafiq
Kelas : X TII
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Maret 2019
Waktu : 11.02 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti
shalat berjama‟ah?
Kadang kadang, tergantung sikon situasi
dan kondisi
2. Mengapa anda mengikuti
shalat berjama‟ah?
Karena supaya mendapat pahala 27
derajat.
3. Shalat fardzu apa saja yang
dilakukan secara berjama‟ah?
Shalat dhuhur dan ashar, asahar jarang.
4. Pernahkah anda membolos
untuk tidak ikut shalat
berjama‟ah?
Pernah, karena main game, terkadang
juga kewarung.
5. Adakah sanksi yang anda
terima jika tidak ikut shalat
berjama‟ah? Sebutkan!.
Tidak ada.
6. Hambatan apa saja yang anda
temui dalam mengikuti shalat
berjama‟ah?
Diajak teman kewarung, kadang diajak
main game.
7. Adakah faktor pendukung bagi
kegiatan shalat berjama‟ah?
Guru pai selalu mengajarkan untuk shalat
berjamaah dan juga bapak guru
menyuruh untuk shalat berjama‟ah.
8. Apakah peran guru sudah
cukup maksimal dalam
mendisiplinkan shalat
berjama‟ah di sekolah?
Sudah, kalau tidak shalat diebri
hukuman, dan disuruh untuk membuat
suarat pernyataan,jika tidak mengikuti
shalat berjamah disuruh shalat
dilapangan.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan Nama : Cahya Nur Rahim
Kelas : X TMM I
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 13 Maret 2019
Waktu : 11.14 Wib
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Apakah anda rutin mengikuti shalat
berjama‟ah?
Iya, rutin.
2. Mengapa anda mengikuti shalat
berjama‟ah?
Karena pahalanya sangat besar.
3. Shalat fardzu apa saja yang dilakukan
secara berjama‟ah?
Shalat dhuhur dan ashar.
4. Pernahkah anda membolos untuk tidak
ikut shalat berjama‟ah?
Pernah, alasannya ingin cepat-
cepat pulang.
5. Adakah sanksi yang anda terima jika
tidak ikut shalat berjama‟ah? Sebutkan!.
Ada, dari guru mapel tersendiri
sanksinya disuruh shalat
dihalaman.
6. Hambatan apa saja yang anda temui
dalam mengikuti shalat berjama‟ah?
Bermain game di kelas.
7. Adakah faktor pendukung bagi kegiatan
shalat berjama‟ah?
Karena kewajiban sebagai laki-
laki untuk melaksanakan
shalat.
8. Menurut anda apakah peran guru di
sekolah sudah cukup maksimal dalam
mendisiplinkan shalat berjama‟ah di
sekolah?
Sudah tetapi banyak teman-
teman yang melanggar aturan
tersebut.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara dengan bapak kepala sekolah
Wawancara dengan guru BK
Wawanacara dengan Guru pendidikan Agama Islam I
Wawancara dengan guru Pendidikan Agama II
Wawancara Denga siswa kelas XII TBSM 3
Wawancara dengan siswa kelas XII TSM 2
Wawancara dengan siswa kelas XII ( m.ulil amri)
Wawancara dengan siswa kelas XII
Wawancara dengan siswa kelas XII TSM
Wawancara dengan siswa kelas XI
Wawancara dengan siswa kelas XI
Wawancara dengan siswa kelas XI
Wawancara dengan siswa kelas XI
Wawancara dengan siswa kelas XI
Wawancara dengan siswa kelas X TSM I
Wawancara dengan siswa kelas X TKR I
Wawancara dengan siswa kelas X TKJ
Wawancara dengan siswa kelas X TEI
Wawanacara dengan siswa kelas X TMM I
KEGIATAN-KEGIATAN
Shalat dzuhur berjama‟ah
Shalat jum‟at berjama‟ah
Shalat jum‟at berjama‟ah
Shalat jum‟at berjama‟ah
Shalat jumat berjama‟ah
Shalat jum‟at berjama‟ah
Profil SMK N I Wonosegoro
Halaman depan SMK N I Wonosegoro
Tempat parkir SMK N I Wonosegoro
Identitas peresmian SMK N I Wonosegoro
Masjid SMK N I Wonosegoro
Tempat Wudhu SMK N I Wonosegoro
Halaman Masjid SMK N I Wonosegoro