PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN …repository.uinsu.ac.id/3352/1/MhD. IHWAN HARAP.pdf ·...

145
PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh: MUHAMMAD IHWAN HARAHAP NIM. 31.13.3.291 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2017

Transcript of PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN …repository.uinsu.ac.id/3352/1/MhD. IHWAN HARAP.pdf ·...

PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DI SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan

Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

MUHAMMAD IHWAN HARAHAP NIM. 31.13.3.291

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Selanjutnya salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah

membawa risalah Islam berupa ajaran yang haq lagi sempurna bagi manusia.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas dalam mencapai gelar sarjana pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini

adalah“PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL DI SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE”.

Penulis menyadari bahwa masih minimnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang

penulis miliki sehingga banyak hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini.

Tetapi berkat ketekunan dan kesabaran serta bimbingan dari bapak dosen pembimbing, juga

bantuan dari berbagai pihak sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang secara langsung memberikan

kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini

Secara khusus dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu

Dra. H. Farida Jaya,M.Pd sebagai pembimbing satu dan Bapak Drs. H. Yasin, MA sebagai

pembimbing dua yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan

skripsi ini dari awal hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Selanjutnya ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA selaku Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Agama

Islam UIN Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai yang telah mendidik penulis selama menjalani

pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.

4. Kepada Kepala Sekolah Ibu Dra. Tiyas Dewi Kristiningsih, dan seluruh dewan guru

beserta staf administrasi SMK Karya Bunda yang telah bersedia memberikan

kontribusi data-data kepada penulis dalam proses penelitian.

5. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Sekjur yang telah memberikan dukungan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada kedua orang

tua tercinta, yang selalu mencurahkan do‟a dan kasih sayang, memberikan perhatian,

bimbingan, dan mendidik, serta memotivasi kepada penulis dengan hati yang tulus

dan ikhlas. Ayah: Drs. Syafaruddin Harahap & Ibunda: Warni Nasution.

7. Kakak, adik-adik dan semua keluarga tercinta dan tersayang yang selalu memberikan

motivasi dan perhatiannya selama pembuatan skripsi ini. Semoga Allah memberikan

balasan yang tak terhingga dengan surga-Nya yang mulia.

8. Amang Boru Arjul Nasution dan Bou Niar Harahap yang telah memberikan motivasi

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh teman seperjuangan PAI-9 stambuk 2013, yang telah banyak memberikan

semangat sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

10. Dan kepada teman saya yang tercinta dan tersayang: Nur Asiah Nasution, S.Pd. dan

teman-teman yang lainnya yang selalu mendapingi penulis dikala penulis

membutuhkan bantuan. Semoga amal yang baik dan niat ikhlas dari mereka semua

menjadi amal ibadah disisi Allah SWT.

Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak, penulis tidak dapat membalasnya,

hanya kepada Allah SWT penulis pintakan semoga jasa baik mereka mendapat balasan yang

berlipat ganda. Selain itu, penulis mohon maaf bila dalam usaha menyelesaikan skripsi ini,

penulis telah melakukan kesalahan dan menyakiti perasaan pihak yang terkait.

Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan yang tentunya banyak mengalami kekurangan dan kejanggalan baik

menyangkut teknis maupun dari segi ilmiahnya. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk

menerima kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca dalam rangka perbaikan

menuju karangan yang sebenar-benarnya yang bersifat ilmiah.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memunculkan terobosan baru di

dalam dunia pendidikan dan dapat menjadi kontribusi dalam ilmu pengetahuan di lembaga

pendidikan serta dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembacanya.

Medan, 09 Juni 2017

Penulis

MHD IHWAN HARAHAP

NIM. 31.13.3.291

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

Daftar Tabel ................................................................................................... vi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7

E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II. KAJIAN TEORI

A. Guru Pendidikan Agama Islam ........................................................ 9

1. Pengertian Guru ............................................................................. 9

2. Guru Dalam Perspektif Islam......................................................... 12

3. Peran Guru Dalam Islam ................................................................ 13

B. Pendidikan Multikultural ................................................................. 18

1. Pengertian Pendidikan ................................................................... 18

2. Pengertian Multikultural ................................................................ 21

3. Tujuan Pendidikan Multikultural ................................................... 24

4. Peran Guru Pai Dalam Pendidikan Multikultural .......................... 25

C. Penelitian Relevan .............................................................................. 26

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................... 29

B. Subjek Penelitian ............................................................................... 32

C. Sumber Data Penelitian ..................................................................... 33

D. Teknik Pengumpul Data.................................................................... 33

E. Teknik Analisis Data.......................................................................... 37

F. Teknik Pemeriksa Keabsahan Data ................................................. 38

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Temuan Umum................................................................................... 41

1. Identitas SMK Karya Bunda ...................................................... 41

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Karya Bunda ................................ 42

3. Keadaan Guru SMK Karya Bunda............................................ 43

4. Keadaan Siswa SMK Karya Bunda ........................................... 44

5. Kedaan Sarana dan Prasarana SMK Karya Bunda ................ 45

B. Temuan Khusus ................................................................................. 46

C. Pembahasan Penelitian ...................................................................... 62

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 75

B. Saran ................................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1Guru SMK Karya Bunda ......................................................... 47

Tabel 4.2 Keadaan Siswa SMK Karya Bunda ....................................... 48

Tabel 4.3 Sarana Prasarana SMK Karya Bunda ................................... 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terdapat berbagai macam adat istiadat dengan beragam ras, suku bangsa, agama dan kaya

akan bahasa itulah bangsa Indonesia. Indonesia adalah salah satu Negara multikultural terbesar di

dunia. Keragaman dan keaneka ragaman etnik dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan. Keragaman

ini diakui atau tidak, banyak menimbulkan persoalan yang menjadi masalah yaitu masih banyaknya

orang-orang yang tidak menerima perbedaan itu sehingga mengakibatkan hal yang negatif.

Bila bangsa ini menjadi kuat, maka diperlukan adanya sikap saling menghargai,

menghormati, memahami, dan sikap saling menerima dari setiap individu. Untuk mempunyai

individu-individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan menghormati individu yang

lainnya diperlukan adanya pemahaman, bahwa perbedaan bukanlah menjadi suatu persoalan. Yang

lebih penting adalah bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi indah, dinamis dan

membawa berkah.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memIliki

kekuatan spiritual agama, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Proses pembelajaran dalam suatu pendidikan formal merupakan suatu hal yang mutlak yang

membutuhkan keterlibatan peran aktif guru dan siswa. Guru bertindak wajar sesuai dengan profesinya

dan siswa belajar sesuai dengan self consciousness (kesadaran diri) yang biasanya lahir karena adanya

motivasi dari gurunya. Antara guru dan siswa harus senantiasa merefleksikan interaksi edukatif dalam

pembelajaran. Interaksi ini merupakan hubungan aktif dua arah yang bermakna dan kreatif yang

berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Proses pembelajaran diharapkan pula merupakan proses

1Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.

motivasi yaitu guru mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta penguatan terhadap

pembelajaran sehingga mencapai hasil yang maksimal.

Menurut para ahli sosiologi pendidikan, terdapat reaksi resiprokal (timbal-balik) antara dunia

pendidikan dengan kondisi sosial masyarakat. Relasi ini bermakna bahwa apa yang berlangsung

dalam dunia pendidikan merupakan gambaran dari kondisi yang sesungguhnya di salam kehidupan

masyarakat yang komplek.2 Di dalam sekolah tentu adanya norma prosedural, kode perilaku susunan

struktural, distribusi kekuasaan, keistimewaan dan tanggung jawab, sekolah mencerminkan nilai-nilai

kurtural masyarakatnya. Guru, administrator dan para pembuat kebijakan membawa pengalaman dan

perspektif kultural sendiri dan memberikan pengaruh terhadap setiap keputusan dan tindakan

pendidikan. Demikian pula dengan siswa yang berasal dari berbagai latar belakang etnik dan budaya

di dalam suatu sekolah. Budaya yang berbeda inilah dapat menimbulkan konflik budaya, yang hanya

dapat dimediasi dan direkonsiliasi melalui efektifitas proses intruksional yang mencerahkan dan

membuka batasan-batasan kultural yang kaku.

Pendidikan Multikultural bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta

didik dan juga unuk menciptakan keharmonisan dalam perbedaan. Pendidikan multikultural sangat

memperjuangakan tentang pluralisme agama dan anti diskriminasi ras dan etnis. Oleh karena itu,

pendidikan multikultural penting diterapkan dalam segala bentuk, jenis dan tingkatan pendidikan,

karena Indonesia tidak hanya dihuni oleh satu etnis, suku, dan agama. Akan tetapi sudah menjadi

fitrah bagi Negara Indonesia memiliki beberapa etnis, suku, dan agama.

Guru dalam dunia pendidikan merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dan

pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing siswa-siswanya.

Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja

sama dengan orang lain. Seorang guru dituntut untuk dapat mengefektifkan proses pembelajaran baik

di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru juga merupakan faktor penting dalam

mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman yang inklusif dan moderat yang artinya guru memiliki

2 Ngainun Naim & Achmad Sauqi, 2008, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, h. 1

pemahaman keberagaman yang humanis, dialogis, kontekstual, dan aktif-sosial di dalam sekolah.

Begitu pula guru mempunyai peran penting dalam pendidikan multikultural di salah suatu

pembelajaran karena memiliki satu target dan strategi dalam setiap pembelajarannya.

Bagi pendidikan agama Islam gagasan multikultural bukanlah sesuatu yang baru dan yang

akan ditakuti, karena ada beberapa alasan yaitu:

1) Bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan orang lain.

2) Konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu golongan saja.

3) Dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seseorang hamba adalah terletak

pada integralitas taqwa dan kedekatannya kepada Tuhan.

Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam yang berbasis Multikultural adalah “ Pendidikan

yang melihat perbedaan suku, agama dan ras merupakan bagian dari skenario dan rekayasa

penciptanya, satu paket dengan ragam ciptaan alam raya”.3 Di samping itu pula merupakan

konsekuensi penciptanya atas manusia sebagai “Mahluk Nalar” atau yang di dalam Al-quran, di sebut

sebagai “Ahsanu Taqwim” (sebaik-baik ciptaan).

Pendidikan agama berwawasan multikultural dikenal sebagai salah satu langkah strategis

untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Agar mereka

lebih memahami wacana multikultural yang bukan hanya sekedar wacana, tetapi mampu di

implementasikan dalam bentuk interaksi kehidupan sosial sehari-hari. Oleh karena itu pendidikan

multikulturall sangat penting digalakkan mulai sejak dini. Dengan begitu, permasalahan yang sering

terjadi yang dipicu oleh perbedaan agama, ras, suku, golongan tertentu akan mampu diminimalisir

dengan cepat dan sistematis oleh bangsa ini. Berkenaan dengan pendidikan multikultaral ini, Allah

Swt., berfirman dalam Alquran surah Alhujurat ayat 13, yaitu:

علمي خبري ن الل أتقاك ا ن أكرمك عند الل

ن خلقناك من ذكر وأنث وجعلناك شعوب وقبائل لتعارفوا ا

ا الناس ا ي أيه

(13: احلجرات)

3 Abuddin Nata, 2014, Sosiologi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, Cet.1, h. 225.

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha Mengenal.”4

Dengan adanya keberagaman dan perbedaan kultural ini menjadikan rentan terjadinya

perselisihan dalam aktivitas dan interaksi di lingkungan sekolah. Namun hal ini bisa menjadi

permasalahan ketika banyaknya siswa yang tidak menerima perbedaan-perbedaan itu. Di Sekolah

SMK Karya Bunda merupakan salah satu sekolah yang peserta didiknya berasal dari ras, suku, dan

golongan yang berbeda. Meski mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan beragam kultur

dan bahkan berbeda agama tidak menjadikan mereka bisa akrab dengan menjaga hubungan baik di

lingkungan terlaksananya proses pembelajaran. Maka dari itu, perlu adanya peran dari guru-guru di

sekolah tersebut di dalam melaksanakan tugasnya demi terciptanya suasana multikultural, khusunya

bagi guru Pendidikan Agama Islam yang sebagai agama mayoritas dengan pemeluk agama terbanyak

di sekolah itu.

Adapun kejadian yang pernah terjadi yaitu adanya persaingan-persaingan yang dilakukan oleh

siswa. Masalah tersebut tidak sampai meluas tidak sampai tersebar luas karena segera ditangani oleh

pihak sekolah khusunya oleh para guru. Berkaitan dengan masalah ini merupakan sebuah tantangan

dan pengalaman bagi para guru dalam menumbuhkan semangat toleransi, kebersamaan dan

persaudaraan sehingga mampu menerapkan nilai multikultural di lembaga pendidikan sekolah

tersebut.

Karena keberagaman yang ada dengan sikap tetap menghargai dan menghormati inilah yang

menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Peran Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda Medan Esteate.”

B. Fokus Penelitian

4Departemen Agama RI, (2002), Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Alhuda Kelompok

Gema Insani, h. 286.

Dari latar belakang masalah yang diuaraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang

hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK

Karya Bunda?

2. Mengapa guru PAI harus menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya

Bunda?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung guru PAI dalam menerapkan Pendidikan

Multikultural di SMK Karya Bunda?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana guru PAI dalam menerapkan Pendidikan

Multikultural di SMK Karya Bunda.

2. Untuk mengetahui pentingnya menerapkan pendidikan Multikultural di SMK

Karya Bunda.

3. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendukung guru PAI dalam

menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda.

D. Kegunaan Penelitian

1. Diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan

Pendidikan Agama Islam yang Multikultural.

2. Untuk menambah keilmuan dan wawasan bagi penulis khusunya Fakultas

Tarbiyah pada umumnya.

3. Berguna bagi guru Pendidikan Agama Islam sebagai acuan pertimbangan dalam

usahanya untuk menerapkan Pendidikan Multikultural.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Peneliti mengharapkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

kontribusi bagi pengembangan penelitian pada pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda.

2. Secara praktis

a) Bagi peneliti

Menambahkan khazanah pengetahuan tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dengan

penerapan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda. Dan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan yang masih belum sempurna.

b) Bagi Universitas

Memberikan informasi yang lebih jelas bagi lembaga kependidikan UIN Sumatera Utara

khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam agar memberikan program-program baru yang dapat

mendorong kretiafitas mahasiswa dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya

Bunda.

c) Bagi Mahasiswa

Memberikan informasi lebih jelas bagi mahasiswa tentang Pendidikan Multikultural di SMK

Karya Bunda, sehingga memberikan banyak motivasi kepada mahasiswa untuk menciptakan ide-ide

baru yang dapat digunakan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, menilai, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5

Menurut Moh. Fadhil Al-Djamali dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, menyebutkan bahwa

guru adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehingga terangkat

derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia.Marimba

mengartikan guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik.6

Dari uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik yang

bertanggung jawab untuk mengajar, membimbing, mengarahkan, memberikan penilaian, melatih dan

mengevaluasi setiap aktivitas peserta didik.

Seorang guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus untuk bisa

menjadi guru.Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk

melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.Guru yang profesional harus mampu menguasai

seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina

dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang

menjadi tanggung jawabnya. Seorang guru memiliki satu kesatuan perandanfungsi yang tidak

terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih.

Sebagai pendidik, seorang guru lebih banyak menjadi sosok- sosok panutan yang memiliki

nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh peserta didik. Sikap dan perilaku sehari-

hari guru dapat diteladani oleh peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas sehingga diharapkan

akan mampu membentuk kepribadian peserta didik.

5UU RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen , Bandung: Citra Umbara, h. 2. 6Syafaruddin, dkk. (2012), Ilmu Pendidikan Islam (Melejitkan Potensi Budaya Umum),

Jakarta: Hijri Pustaka Utama, h. 54.

Sebagai pengajar, seorang guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan ilmu yang

cukup agar dapat ditransfer kepada peserta didik. Dalam hal ini guru harus menguasai materi yang

akan diajarkan, menguasai strategi dan metode mengajar yang akan digunakan untuk menyampaikan

bahan ajar dan menentukan alat evaluasi pendidikan yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar

peserta didik.

Sebagai pembimbing, seorang guru juga perlu memiliki kemampuan untuk dapat

membimbing peserta didik, memberikan arah dan pembinaan sesuai dengan minat dan kemampuan

yang dimiliki peserta didik.

Sebagai pelatih, seorang guru perlu memberikan sebanyak mungkin kesempatan kepada

peserta didik untuk dapat menerapkan teori ke dalam praktik supaya mendapatkan pengalaman yang

dapat digunakan langsung dalam kehidupan.7

Oleh karena itu, seorang guru harus dapat berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya

sebagai tenaga pendidik yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin

berkembang.

“Pendidikan Agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan

Agama Islam. Di katakan cepat dan tepat bermakna efektif dan efisien yang menggambarkan bahwa

pembelajaran Agama Islam tersebut sesuatu yang berguna dan dipahami oleh murid secara tepat dan

sempurna”.8 Tepat cepat menggambarkan adanya upaya guru secara maksimal untuk mengajarkan

Agama Islam tepat sasaran sesuai waktu yang telah dia lokasikan.

Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang melakukan kegiatan bimbingan pengajaran

atau pelatihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran menjadi

muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan

pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

7Suparlan, (2005). Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing, h. 28. 8Syahraini Tambak, (2014), Pendidikan Agama Islam (konsep metode pembelajaran pai),

Yogyakarta: Graha Ilmu, h. 63.

Dengan mengambil pengertian di atas maka yang dimaksud guru agama Islam adalah

seseorang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembentukan

pribadi anak didik sesuai dengan ajaran Islam dan juga bertanggung jawab terhadap Allah Swt.

Sehingga nantinya mampu menjalankan tugas-tugasnya menjadi khalifah di muka bumi dan dengan

penuh ketaqwaan, cinta dan kasih sayang.

2. Guru Dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, pendidik memiliki beberapa istilah seperti muallim, muaddib, murabbi dan

ustad.

a) Muallim: Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan

penyampaian pengetahuan dan ilmu.

b) Muaddib: istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan

akhlak peserta didik dengan keteladanan.

c) Murabbi: istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam

aspek jasmaniah maupun rohaniah.

d) Ustad: istilah ini merupakan istilah umum yang sering dipakai dan memiliki cakupan

makna yang luas yang sering disebut sebagai guru.9

Jadi guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, Yang mau mengamalkan

dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal.10

Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat

manusia.Secara lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan pendidikan. Sebagaimana yang

tercantum dalam Q.S Al-Jumu‟ah ayat 2, yaitu:

9Marno, (2010), Strategi dan Metode Pengajaran.Ar-ruz Media.Yogyakarta, h.15.

10Thoifuri, (2008), Menjadi Guru Insiator, Semarang: Rasail, h. 1.

Artinya:“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara

mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan

mereka kitab dan hikmah (As Sunnah). Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam

kesatuan yang nyata”.11

Ayat di atas menggambarkan bahwa tugas rasul adalah untuk mengajarkan dan menyuruh

umat manusia untuk membaca ayat-ayat Al-Quran, itu juga yang harus diemban oleh seorang guru

yaitu mengajarkan dan membimbing peserta didiknya.

3. Peran Guru Dalam Islam

Peran Guru di sekolah di tentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai

pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar

dan pendidik, yakni sebagai guru”.12

Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan

kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Guru sebagai pendidik dan pembina

generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di luar sekolah.

Sulani juga menyatakan agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru harus memiliki

syarat-syarat pokok ialah :

1. Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan).

2. Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni).

3. Syarat Idafiyah (mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang

dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju

tujuan yang ditetapkan).13

Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang melakukan hak-hak dan

kewajibannya.Artinya apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peran.

11

Departemen Agama RI, Mushaf…, h. 553. 12S Nasution, (2015), Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 91. 13

Nanat Fattah Nasir, (2007), Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam,

Bandung: UPI, h. 27.

Menurut Wrighmant dalam buku Profesi Keguruan menyebutkan bahwa peran guru adalah

terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi

tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perbuatan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya.14

Peran guru yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan peran guru PAI dalam proses

pembelajaran. Peran guru PAI sama dengan guru umumnya, namun secara khusus

Nanat.15

menyatakan bahwa sebagai guru Islam menekankan beberapa kriteria yang harus dimiliki

oleh guru tersebut yaitu adalah:

a) Bertakwa

Kata Taqwa berasal dari kata”Waqa-Yaqy-Wiqayah”yang berarti menjaga, menghindari,

menjauhi, takut, dan berhati-hati. Dengan demikian, Taqwa bukan hanya sekedar takut, akan tetapi

juga merupakan kekuatan untuk taat kepada perintah Allah SWT. Dengan kesedaran ini, membuat

kita menyadari dan meyakini dalam hidup ini bahwa tidak ada jalan menghindar dari Allah, sehingga

mendorong kita untuk selalu berada dalam garis-garis yang yang telah Allah tentukan.

b) Berilmu Pengetahuan Luas

Islam mewajibkan kepada ummatnya untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu seorang guru

harus menambah perbendaharaan keilmuannya. Karerna dengan ilmu orang akan bertambah

keimanan dan derajatnya di hadapan Allah sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Mujadalah ayat

11 yang Berbunyi:

14

Soetjipto dan Raflis Kosasi, (2009), Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 4, h. 4. 15

Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan...,h. 30.

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah

dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila

dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.16

c) Berlaku Adil

Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah menuju posisi

yang diinginkan, adil juga berarti seimbang, sedangkan menurut Aminudin adil adalah meletakan

sesuatu pada tempatnya. Maksudnya tidak termasuk memihak antara yang satu dengan yang lain.

Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti nafsunya.

d) Berwibawa

Berbicara tentang guru yang berwibawa telah dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah

Al-Furqan ayat 63-64 yang Berbunyi:

Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang

berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka

mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. “Dan orang yang melalui malam hari

dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”.17(QS. Furqan:63-64).

e) Ikhlas

Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan ikhlas

menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik, yang semata-mata

16Departemen Agama RI, Mushaf ………, h. 544. 17

Departemen Agama RI, Mushaf…, h. 360.

karena Allah. Ikhlas dengan sangat indah digambarkan oleh dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat

162.

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam”18.

f) Mempunyai Tujuan yang Rabbani

Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, di mana segala sesuatunya bersandar

kepada Allah dan selalu mentaati-Nya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syari’at-Nya, dan mengenal

sifat-sifta-Nya. Jika guru telah mempunyai sifat rabbani, maka dalam segala kegiatan pendidikan

muridnya akan menjadi Rabbani juga, yaitu orang-orang yang hatinya selalu bergetar ketika disebut

nama Allah dan merasakan keagungan-Nya pada setiap rentetan peristiwa sejarah peristiwa

melintas dihadapannya.

Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Al-Anfl ayat : 2 yang Berbunyi:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama

Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka

(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.19

g) Mampu Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi

18

Departemen Agama RI, Mushaf …, h. 151. 19

Departemen Agama RI, Mushaf…, h. 178.

PendidikanPerencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,

imajinasi dan kesanggupan melihat ke depan. Dengan demikian seorang guru harus mampu

merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru yang dapat membuat perencanaan

adalah sama pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena sebuah

perencanaan yang baik dalam sebuah proses belajar mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan

kesanggupan dalam melihat masa depan, yang akan berhasil manakala rencana tersebut

dilaksanakan.

Istiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evalution”. Evaluasi adalah suatu proses

untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi diartikan juga segala sesuatu tindakan atau proses

untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau yang ada hubungannya dengan

dunia pendidikan.

Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman murid terhadap mata pelajaran,

untuk melatih keberanian dan mengajak murid untuk mengingat kembali pelajaran tertentu yang

telah diberikan. Syarat-syarat yang dapat dipergunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah

“Validity, Reliable, dan Efisien”. Jenis-jenis evaluasi yang biasanya diterapkan adalah tes tertulis , tes

lisan, tes perbuatan.

h) Menguasai Bidang yang Ditekuni

Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru hidup dengan ilmunya.

Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmu

pengetahuannya. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang guru yang

ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup kemungkinan seorang guru mampu mengajar

muridnya sampai dua mata pelajaran, yang penting dia professional dan menguasai keilmuannya.20

20

Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI,

2007) hal. 27.

Jadi peran seorang guru Pendidikan Agama Islam adalah mengajarkan, membimbing, dan

mengarahkan peserta didik kearah yang lebih baik serta dapat mengajarkan peserta didiknya agar

tidak meyimpang dari syariat-syariat Islam.

B. Pendidikan Multikultural

1. Pengertian Pendidikan

Dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia, pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap

atau tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.

Di dalam Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional telah dijelaskan bahwa

“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.21

Dalam khasanah pemikiran ada dua istilah yang hampir sama bentuknya yaitu: paedagogie

dan paedagogiek.Kata “paedagogie” artinya pendidikan, sedangkan kata “paedagogiek” berarti ilmu

pendidikan.

Menurut Ki Hajar Dewantoro dalam buku Dasar & Teori Pendidikan Dunia (tantangan bagi

para pemimpin pendidikan) pendidikan adalah “daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi

pekerti, pikiran dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya”.22

Menurut Ahmad D.Marimba dalam buku Humanitas Spiritual dalam Pendidikan bahwa

“pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusan

ini, Marimba menyatakan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: usaha (kegiatan), ada

pendidik, ada peserta didik, adanya tujuan dalam bimbingan, dan adanya media-media yang

digunakan”.23

21

UU RI No. 20 Tahun 2003,Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 22

Wasty dan Hendyat, (2002),Dasar & Teori Pendidikan Dunia (tantangan bagi para

Pemimpin Pendidikan), Surabaya: Usaha Nasional, h. 11. 23

Triyo Supriyatno,(2009), Humanitas Spiritual dalam Pendidikan, Malang: UIN-Malang

Press, h. 6.

Pendidikan merupakan pemindahan nilai budaya kepada setiap individu dan masyarakat.

Menurut Langgulung dalam buku Inovasi Pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan adalah

“pemindahan nila-nilai budaya melalui pengajaran, menjadikan proses pendidikan adalah latihan

dengan pembiasaan diri untuk memperoleh kemahiran, dan proses yang melibatkan seseorang meniru

dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang lain”.24

Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Arab berasal dari kata tarbiyah dengan kata

kerja rabbu yang memiliki makna mendidik atau mengasuh.Jadi pendidikan dalam Islam adalah

“bimbingan oleh guru terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik sehingga

terbentuk Muslim yang baik.”25

Menurut pengertian uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses

yang dilakukan secara sadar oleh seseorang kepada orang lain dengan memberikan pengajaran dan

pembiasaan untuk dapat mencapai potensi dalam dirinya secara maksimal.

Pendidikan sebagai proses transformasi budaya sejatinya menjadi wahana bagi perubahan dan

dinamika kebudayaan masyarakat dan bangsa. Karena itu, pendidikan yang diberikan melalui

bimbingan, pengajaran, dan latihan harus mampu memenuhi tuntutan pengembangan potensi peserta

didik secara maksimal,baik potensi intelektual, spiritual, sosial, moral maupun estetika sehingga

terbentuk kedewasaan atau kepribadian seutuhnya.

Pendidikan ada seiring dengan sejarah adanya manusia.Pada dasarnya pendidikan adalah

upaya alami mempertahankan kelangsungan dan keberlanjutan hidup. Secara alamiah, sejak pertama

manusia yang berstatus orang tua akan mendidik anaknya agar bertahan hidup sehingga kehidupan

dan keturunannya terus berlangsung.

24Syafaruddin, dkk. (2015), Inovasi Pendiidikan, Medan: Perdana Publishing, h. 1. 25

Yaya Suryana & H.A Rusdiana, (2015), Pendidikan Multikurtural (Suatu Upaya Penguatan

Jati Diri Bangsa), Bandung: Pustaka Setia, h. 66.

Dalam hal ini pendidikan yang sebenarnya berfungsi mengembangkan seluruh aspek

kepribadian peserta didik secara utuh dan terintegrasi tetapi memudahkan pengkajian dan pembahasan

yang biasa diadakan pemilahan dalam aspek intelektual, soaial, emosi dan fisik-motorik.

Hakikat pendidikan pada dasarnya adalah upaya manusia untuk mempertahankan

kehidupannya yang tidak hanya keberlanjutan keberadaan fisik atau raganya, tetapi juga keberlanjutan

kualitas jiwa dan peradabannya dalam arti terjadi peningkatan kualitas budayanya, baik melalui

pendidikan yang dilaksanakan secara alami oleh orangtua kepada anak atau masyarakat, kepada

generasinya maupun pendidikan yang diselenggarakan oleh organisasi pendidikan yang lebih dikenal

dengan istilah sekolah baik formal maupun nonformal. Dengan demikian, pendidikan berlangsung

dengan seumur hidup atau long-life education.

Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga akan mewujudkan

manusia yang bertaqwa, mampu mengendalikan diri, berkepribadian, serta dapat berinteraksi dengan

baik dalam hidup bermasyarakat demi tercapainya cita-cita. Dengan pendidikan merupakan sarana

yang tepat untuk dapat membangun kesadaran Multikultural.

Pendidikan Agama Islam adalah “suatu proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai

filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw”.26

Sebagaimana Hadist Rasulullah Saw:

طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم عند غير اهله كمقلد الخنا زيرالجو هر واللوء لوء

هب (رواه ابن ماجه وغيره)والذ

Artinya:”Menuntut ilmu adalah adalah fardhu (wajib) bagi setiap muslim; orang yang

meletakkan ilmu bukan kepada ahlinya sama dengan orang yang mengalungkan permata, mutiara dan

emas kelehar babi. (Hadist riwayat Ibnu Majah dan lain-lainnya).”

2. PengertianMultikultural

26

Abuddin Nata, (2010), Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta:

RajaGrafindo Persada, h. 13.

Secara etimologis multikultural terdiri atas dua kata multi yang berarti banyak, sedangkan

culture yang berarti kebudayaan.27

Jadi, Multikultural merupakan sebagai keanekaragaman budaya,

yang merespon atau mengajarkan tentang penghargaan atas sesama. Kata kultur diartikan oleh

Clifford Geertz adalah sebuah cara yang dipakai semua anggota dalam sebuah kelompok masyarakat

untuk memahami siapa diri mereka dan memberi arti pada kehidupan mereka.28

Multikultural adalah konsep yang lahir dari sebuah refleksi dalam suatu kelompok. Isu-isu

yang diangkat oleh multkultural adalah macam ras, suku, kelas sosial, gender, ketidakmampuan,

perbedaan usia, dan berbagai macam bahasa. Munculnya isu-isu ini dikarenakan sebuah refleksi dari

kondisi masyarakat yang mengalami ketimpangan.

Multikultural berarti institusional dari keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh

kelompok-kelompok di dalam bidang-bidang hukum, pendidikan, kebijakan pemerintah, kesehatan,

praktek-praktek keagamaan dan bidang lainnya.

Menurut Ainurrafiq Dawam dalam buku Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi

menjelaskan bahwa pendidikan multikultural adalah “proses pengembangan seluruh potensi manusia

yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku

dan aliran agama”.29

Menurut Azra dalam Buku Pendidikan Multikultural menjelaskan Pendidikan Multikultural

adalah sebagai pengganti dari Pendidikan interkultural yang diharapkan dapat menumbuhkan sikap

peduli dan mau mengerti atau adanya politik politik terhadap kebudayaan kelompok manusia.

Sedangkan Menurut Farida Hanum dalam Buku Pendidikan Multikultural menjelaskan pendidikan

multikultural adalah “proses peserta didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa

empati serta toleransi terhadap sesama tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan

akadimis”.30

Dari uraian pengertian tentang pendidikan multikultural di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan multkultural adalah suatu proses usaha sadar yang diberikan kepada peserta didik agar

mampu menghargai, menerima, dan menumbuhkan sikap peduli terhadap adanya perbedaan, kritik,

dan memiliki rasa empati serta toleransi terhadap sesama tanpa memandang golongan, status, gender,

27

Choirul Mahfud, 2008, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelaja, h. 75. 28Sulalah, (2011), Pendidikan Multikultural, Malang: UIN-MALIKI Press, h. 34. 29

Ngainun Naim & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural..., h. 11. 30

Yaya Suyana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural...,h. 197.

dan kemampuan akadimis sehingga terciptanya kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-

masalah keberagaman budaya.

Adapun dimensi pendidikan multikkultural yang perlu diperhatikan menurut Ngainun dan

Achmad Sauqi, meliputi:

a. The knowledge construction procces Suatu proses membangun pengetahuan artinya seorang guru membantu peserta didik untuk

untuk mengerti, menyelidiki, dan menyusun secara implisit bagaimana asumsi-asumsi kebudayaan,

pembatasan-pembatasan, perspektif suatu ilmu.

b. Content integration Seorang guru mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk dapat

mengintegrasikan konsep mendasar generalisasi dan teori dalam mata pelajaran.

c. An aquality paedagogy Seorang guru pandai dalam menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar peserta

didiknya dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik peserta didik yang beragam.

d. Prejudice reduction Kultur di sekolah yang memberikan kesamaan terhadap perbedaan jenis kelamin, suku dan

kelas sosial.Kesesuaian harus dicapai untuk dapat menciptakan kekuatan peserta didik dalam ras, suku

dan kelas sosial yang berbeda.31

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa fokus pendidikan Multikultural adalah sebuah

pendidikan yang tidak diarahkan semata-mata pada ranah kognitif atau kelompok rasional, agama dan

kultural domain, tetapi lebih kepada adanya sikap peduli dan mau mengerti (difference) atau politics

pf recognitionpolitik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.

Dengan adanya Pendidikan Multikultural diharapkan mampu membangun kesadaran

sekaligus pengakuan peserta didik terhadap berbagai perbedaan kultur tersebut. Fokusnya pada

pemahaman dalam hidup dengan berbagai perbedaan sosial dan budaya, baik secara individual

maupun kelompok masyarakat.

3. Tujuan Pendidikan Multikultural

31

Ngainun Naim, dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural…, h. 24-26.

Tujuan utama Pendidikan Multikultural adalah mengubah pendekatan pelajaran dan

pembelajaran kearah memberikan peluang yang sama pada setiap peserta didik. Jadi, tidak ada yang

dikorbankan demi persatuan.32

Untuk itu, kelompok-kelompok harus selalu damai, saling memahami, mengakhiri adanya

perbedaan, tetapi tetap dalam menekankan pada tujuan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu

mencapai persatuan. Peserta didik ditanamkan pada pemikiran yang literal, keanekaragaman, dan

kunikan untuk dihargai. Dengan begitu akan munculnya perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai

dalam aktivitas di akademik sekolah.

Tujuan pendidikan multikultural sebagaimana yang dikemukakan oleh Saulalah adalah untuk

membantu peserta didik:

a. Memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat

b. Menghormati dan mengapresiasi kebinneka an budaya dan sosio-histori etnik

c. Menyelesaikan sikap-sikap yang penuh dengan purbasangka

d. Memahami faktor-faktor sosial, ekonomis, psikologis, dan historis yang

menyebabkan terjadinya ketimpangan dan keterasingan etnik

e. Meningkatkan kemampuan menganalisis secara krisis masalah-masalah rutin dan

isu melalui proses demokratis melalui sebuah visi tentang masyarakat yang lebih

baik, adil dan bebas

f. Mengembangkan jati diri yang bermakna bagi semua orang.33

Melalui Pendidikan Multikultural ini peserta didik diberi sebuah kesempatan dan pilihan

untuk mendukung dan memperhatikan satu atau beberapa budaya, misalnya sistem nilai, gaya hidup

atau ragam bahasa.

Dengan Pendidikan Multikultural dapat memberikan respon terhadap perkembangan

keragaman hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, Pendidikan Multikkurtural merupakan

pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah,

prestasi dan perhatian terhadap orang-orang Barat

32

Saulalah, Pendidikan Multikultural….. h. 39. 33

Ibid., h. 42.

C. Peran Guru PAI Dalam Pendidikan Multikultural

Peran seorang guru dalam Pendidikan Multikkultural meliputi:

a. Seorang guru harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap maupun

perkataannya sehingga tidak menimbulkam diskriminatif.

b. Seorang guru seharusnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-

kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan agama.

c. Seorang guru harusnya mampu menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama adalah

menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.

d. Seorang guru mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya dialog dan

musyawarah dalam memecahkan berbagai pemasalahan yang berkaitan dengan

keberagaman budaya, etnis, dan agama.

e. Seorang guru juga mampu memberikan contoh dari perkataan dan perbuatan

sehingga menjadi tauladan bagi peserta didiknya.

Selain guru, sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membangun lingkungan

pendidikan yang pluralis dan toleran. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain: pertama,

untuk mambangun rasa saling pengertian sejak dini antara peserta didik yang mempunyai keyakinan

yang berbeda. Kedua, kurikulum dan buku-buku pelajaran yang dipakai.Ketiga, adanya praktek yang

diterapkan di sekolah bukan hanya sekedar teori saja.

D. Penelitian Relevan

Berdasarkan kepada telaah kepustakaan yang telah dilakukan, berikut ini akan dikemukakan

beberapa hasil penelitian yang mempunyai kesamaan dengan variabel-variabel penelitian ini, antara

lain:

1. Penelitian yang dilakukakn oleh Nur Faiqoh (2015) NIM 1601410005, Universitas

Negeri Semarang, dengan judulImplementasi Pendidikan Berbasis Multikultural

Sebagai Upaya Penguatan Nilai Karakter Kejujuran, Toleransi, dan Cintai

Damai Pada Anak Usisa Dini DI Kiddy Care Kota Tegal. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendeketan Studi Kasus. Adapun

hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kiddy Care menawarkan program

pendidikan prasekolah terpadu dengan mengedepankan konsep 3 C yaitu

:Competence, Conscience, dan Compassion. Kemudian Implementasi pendidikan

berbasis multikultural dalam pembelajaran pada kelas Kindy di Kiddy Care yaitu

dalam bentuk bahasa/komunikasi, keyakian agama, dan status sosial dan Proses

penanaman nilai karakter kejujuran, toleransi, dan cinta damai pada kelas Kindy,

Kelas Kindy yaitu kelas yang diperuntukkan anak dengan kisaran usia 2-3 tahun jadi

pengembangan nilai-nilai karakter dan aspek perkembangan anak masih dalam ruang

lingkup yang sederhana yaitu masih dalam bentuk pembiasaan, pengenalan dan

pemberitahuan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rochmaniyah (2014), NIM 10470008 Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Implementasi Pendidikan

Multikultural Di Sekolah Inklusi SMP Yaogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

model dan implementasi pendidikan multikultural di SMP Tumbuh Terbilang sangat baik,

karena semua unsur komponen pendidikan mampu bekerjasama dalam proses pendidikan.

Dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural, SMP Tumbuh melakukan inovasi-

kritis serta krasi terhadap kurikulum yang ada dengan memasukkan unsur multikultur-inklusif

yakni dengan menyisipkan pendidikan multikultural ke dalam semua kegiatan belajar

mengajar baik melalui kegiatan intrakulikurel, ekstrakurikuler, dan metode pembelajaran,

serta SMP Tumbuh sebagai sekolah inklusif mampu menghargai siswa yang berkebutuhan

khusus, terbukti mereka memberikan ruang garak yang missif dalam proses pembelajaran.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Syaiful Azwar (2016), NIM 12110026

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan Judul Peran Guru

Pendidikan Agama Islam Mengimplementasikan Sikap Toleransi Antar Umat

Beragama Di SMP Katolik Widyatama Batu. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Guru PAI di SMP Katolik Widyatama Batu memiliki peran dalam

mengimplementasikan toleransi antar umat beragama yaitu sebagai motivator, mediator,

inspirator. Adapun kendala dalam mengimplementasikan toleransi antar umat beragama

adalah: a) penyesuaian pada awal-awal bulan pertama masuk; b) pribadi masing-masing

siswa yang terkadang “rasan-rasan” menjadai penghambat kerukunan; c) faham fanatisme

yang mereka bawa dari luar sebelum mereka masuk sekolah. Dalam mengatasi kendala

tersebut guru PAI melakukan beberapa tindakan, yaitu: a) dilakukannya dialog antar agama;

b) semua siswa diikut sertakan dalam acara-acara PHBI; c) semua guru, terutama guru agama

dijadikan sebaga motivator, mediator, dinamistator, inspirator; d) apabila murid berpindah

Agama selama menjadi pelajar akan dikeluarkan dari sekolah.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai metode

fenomenologis. Karena, peneliti fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan

kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu.34

Demikian dengan penelitian ini, disini peneliti akan berusaha memahami arti dari

tindakan-tindakan guru yang dijadikan subjek penelitian tepatnya guru PAI di SMK Karya

Bunda, serta akan mengkaitkannya dengan orang-orang yang berada dalam lingkungan dan

34

Lexy J.Moleong.(2013). Metodologi Penelitian Kualitati.Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,

h.17.

situasi sekolah tersebut. Pendekatan Fenomenologis digunakan dalam penelitian ini

dimaksudkan juga untuk melacak dan mengetahui gaya kepemimpin guru PAI diSMK Karya

Bunda.

Kata fenomenologi berasal dari kata Yunanibahasa Indonesia, biasa dipakai istilah

gejala.Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau segala

sesuatu yang menampakkan diri.35

Dengan memakai metode fenomenologis, penomenalogi diartikan sebagai: 1).

pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal. 2). suatu studi tentang kesadaran

dari perspektif pokok dari seseorang.Alasan penulis menggunakan metode fenomenologis

adalah karena peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang

tertentu. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan informasi dari informan penelitian

tentang data kegiatan proses belajar pendidikan agama Islam serta melihat secara langsung

bagaimana interaksi guru maupun metode-metode guru dalam menanamkan karakter

terhadap siswa.

Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan

hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka

tentang dunia sekitarnya.

Menurut Faisal dalam buku Salim & Syahrum bahwa “penelitian kualitatif adalah

mempelajari prilaku manusia di perlukan penelitian yang mendalam sampai ke prilaku

intinya (innerbehavior) secara holistik dan bertolak pada sudut pandang prilaku manusia”.36

35 Juhaya S. Pradja. (2003). Filsafat Ilmu. Bandung;Taraju, h.121. 36

Salim & Syahrum.(2015). Metodologi Penelitian Kualitati.Bandung; Citapustaka Media, h.

41-42.

Menurut Taylor dan Bogdan dalam Bagong Suyanto dan Sutinah penelitian kualitatif

dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan

maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang yang diteliti37

.

Sedangkan Menurut Kick dan Miller sebagaimana di kutip oleh Moleong penelitian

kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental

bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.38

Sehingga di

dalam penelitian ini penulis di harapkan terlibat langsung dalam melakukan pengamatan

tentang apa yang di teliti. Dengan demikian peneliti akan terjun ke lapangan (SMK Karya

Bunda) untuk menggali data yang akurat berupa observasi langsung, wawancara, dan

sebagainya.

Pada penelitian ini, jenis kualitatif dianggap paling relevan karena tidak sekedar

menyuguhkan data terkait secara lengkap, namun juga mengupas makna data-data yang

ada.Pada akhirnya, data tersebut dikupas tuntas, pasti, dan memiliki kredibilitas yang tinggi.

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Lexi J. Moleong) ciri-ciri dalam penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut yaitu:

1. Latar alamiah sebagai sumber data, penelitian kualitatif melakukan penelitian pada

latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Hal ini dilakukan, karena

ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan

yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.

2. Manusia sebagai alat (instrumen), peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakuka karena, jika

memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih

dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak

mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada

dilapangan.

3. Metode kualitatif, menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara,

atau penelaahan dokumen.

37Bagong dan Sutinah. (2005). Metodologi Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan.Jakarta; Kencana, h. 166. 38

Lexy J. Moleong.Metodologi..., h. 4.

4. Analisis data secara induktif, analisis data secara induktip ini digunakan karena

beberapa alasan; pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-

kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam kata. Kedua, lebih dapat membuat

hubungan penelitiresponden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel.

Ketiga, lebih menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan

tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, lebih dapat

menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.

5. Teori dari dasar (grounded theory), hal ini disebabkan penelitian ini mempercayai

apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral. Teori

dari dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai kontekstual.

6. Deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil, hal ini disebabkan oleh hubungan

bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas diamati dalam proses.

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, batas menentukan kenyataan jamak yang

kemudian mempertajam fokus,penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian

penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian.

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.

10. Desain yang bersifat sementara, penelitian kualitatif menyusun desain yang secara

terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan dilapangan.

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama, hal ini lebih menghendaki

agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati

oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data.39

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam KBBI adalah 1).pokok pembicaraan, pokok bahasan. 2). Ling bagian

khusus yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara, pokok kalimat. 3). pelaku: dl

pengkajian itu manusia dapat berperan sebagai –di samping sebagai objek pengakajian 4).

mata pelajaran: bahasa Indonesia merupakan – pokok di sekolah; 5). orang, tempat, atau

benda yang diamati dl rangka pembuntutan sebagai sasaran.40

Sementara itu, dalam penelitian subjek juga diartikan sebagai informan

penelitian.Sebagaimana Masganti mengatakan bahwa informan penelitian adalah subjek

penelitian.Informan penelitian adalah seseorang yang menjadikan seumber data atau

responden penelitian.41

Sejalan denga pendapat diatas, Adis Praswosto mengatakan bahwa informan adalah

39Ibid.,h .12. 40

Departemen Pendikan Nasional,op. cit., h. 1535. 41

Masganti Sitorus,op. cit., h. 167.

orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian

kita.42

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa subjek atau

informan dalam penelitian kualitatif adalah orang yang dapat memberikan informasi terkait

dengan penelitian yang dilakukan.

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek atau informan penelitiannya

adalah: 1) Guru PAI SMK Karya Bunda Medan; 2) Kepala dan Wakil Kepala Sekolah SMK

Karya Bunda Medan; 3) Siswa/Siswi SMK Karya Bunda Medan; dan 4) Semua warga

sekolah lainnya yang menunjang peneliti untuk mendapatkan data yang absolute.

C. Sumber Data Penelitian

Setiap penelitian memerlukan data karena data merupakan seumber informsi yang

memberikan gambaran utama tentang ada tidaknya masalah yang diteliti.Data bersifat

diskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam

bentuk lainnya seperti photo, dokumen, dan catatan-catatan

lainnya.43

Sumberdatadalampenelitianini adalahsubyekdarimanadata dapat diperoleh. Adapun

sumberdata yang digali dalam penelitianini terdiri dari data sumber data utama yang berupa

kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.44

Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:

1. Sumber data utama (primer) yaitu sumberdata yang diambil peneliti

melaluiwawancaradanobservasi.Sumberdatatersebutmeliputi: guru Bahasa

Indonesia dan guru pendidikan Agama Islam di SMK Karya Bunda.

2. Sumber data tambahan (skunder) yaitusumberdatadiluarkata-

katadantindakanyaknisumber datatertulis.Sumbertertulisdapat

42

Adis Praswosto,(2011),Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancanagn

Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, h. 195. 43Afifuddin&Beni Ahmad Saebani.(2009). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung;Pustaka

Setia, h. 96. 44

Lexy J. Moleong.Metodologi..., h .157.

dibagiatassumberdaribukudanmajalahilmiah, sumber data arsip, dokumentasi yang

digunakan peneliti dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Agar diperoleh data yang valid dalam kegiatan penelitian ini maka perlu ditentukan

tekhnik-tekhnik dalam pengumpulan data yang sesuai dan sistematis.Pengumpulan data

kualitataif menurut Lincpoln dan Guba (1985) menggunakan wawancara, observasi dan

dokumen (catatan atau arsip).wawancara, observasi berperan serta dan kajian dokumen saling

mendukung dan melengkapi dalam memenuhi data yang diperlukan sebagaimana fokus

penelitian. Data yang terkumpul tercatat dalam catatan lapangan.

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut yaitu:

1. Observasi (Pengamatan)

Metode observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek

dengan menggunakan seluruh alat indra, yaitu penglihatan, peraba,

penciuman, pendengaran, pengecapan.45

Menurut Nawawi & Martini observasi

adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian.46

Oleh karena itu peneliti melakukan Observasi langsung untuk melihat

penggunaan multimedia dalam pelajaran pendidikan agama islam. Sebelum turun

kelapangan, penulis terlebih dahulu telah membuat pedoman tertulis tentang

aspek-aspek yang akan di observasi, yakni meliputi gaya kepemimpinan guru

Bahasa Indonesia dan PAI pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

45Suharsimi.(2006). Prosedurpenelitian Suatupendekatanpraktik..Jakarta; PT.Rinekacipta.

h.156. 46

Afifuddin & Beni Ahmad Saebani.Metodologi,……………… h.. 134.

Selanjutnya pedoman yang akan di observasikan akan di kembangkan di

lapangan untuk memperkaya informasi yang di perlukan.

Ada kemungkinan pengalaman pertama dalam melakukan pengamatan berperanserta

mengalami berbagai hambatan. Ada beberapa saran yang dikemukakan Bogdan dan Biklen (1982),

agar hari-hari permulaan dilapangan berjalan dengan baik, yaitu:

a. Jangan pedulikan apa yang terjadi di lapangan secara pribadi. Karena apa yang dialami

peneliti pemula di lapangan adalah bagian dari tipikal proses kerja dalam penelitian.

b. Atur kunjungan anda yang pertama sehingga ada orang di sana yang akan

memperkenalkan anda.

c. Jangan berusaha menyelseaikan pekerjaan terlau banyak pada hari-hari permulaan.

d. Agak pasif saja. Tunjukkan minat dan gairah atas apa yang anda pelajari, tetapi jangan

mengajukan terlalu banyak pertanyaan, lebih-lebih dibidang yang boleh jadi

menimbulkan pertentangan pendapat.

e. Berlakulah ramah. Ketika anda diperkenalkan kepada orang-orang, tersenyumlah dan

berlaku sopan. Ucapkan salam kalau anda melewati orang-orang diruangan.

Adapun tujuan observasi adalah mendeskrifsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas

yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari

perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua

pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang menjawab pertanyaan

dari pewawancara.47

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada

seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya dengan bercakap-cakap secara tatap muka.

47

Lexy J.Moleong.Metodologi..., h. 187.

Dilakukan kepada Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa-

siswi yang berada dilingkungan sekolah yang di mana sebelum turun kelapangan penulis terlebih

dahulu menulis pokok-pokok pertanyaan yang berhubungan dan yang termasuk dalam daftar

wawancara tentang peran guru PAI dalam penanaman pendidikan karakter siswa.

Wawancara pada prinsipnya adalah peristiwa percakapan mencakup beberapa unsur yaitu:

a. Ucapan salam pertemuan, kadang-kadang salam sama dengan pertemuan bisa untuk

membuat suasana akrab.

b. Punya maksud yang jelas dan dikemukakan kepada informasi yang menjadi lawan

bicara.

3. Dokumen

Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari pernyataan tertulis yang tidak

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.di gunakan untuk mempelajari berbagai

informasi tentang, penggunaan multimedia dalam pembelajaran pendidikan agama islam dimana

informasi itu di peroleh dari buku dan internet yang berkenaan dengan judul yang ingin di

teliti.Dengan demikian teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang gaya kepemimpinan guru

Bahasa Indonesia dan PAI dalam proses pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikan kedalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar.48

Data penelitian ini dianalisis berdasarkan kategorinya

masing-masing, kemudian dikonstruksikan. Hasil konstruksi ini kemudian dikonfirmasikan

kepada informan lainnya. Setiap kesalahan konstruksi disesuaikan dengan data/informasi

baru sehingga berbentuk siklus yang makin lama, makin mengecil karena informasi yang

diperolah sudah jenuh.

48

Afifuddin & Beni Ahmad Saebani.Metodologi..., h. 145.

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan teknik yang dinyatakan oleh Miles

dan Huberman yaitu : reduksi data, penyajian data, dan membuat kesimpulan/verifikasi.49

Reduksi data dilakukan sebelum, selama dan sesudah penelitian, penyajian data dibuat pada

saat dan setelah penelitian, sedangkan penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan selama dan

setelah penelitian.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data.

1. Analisis sebelum lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan

untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara,

dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama dilapangan.

2. Analisis data dilapangan

Setelah data selesai dikumpulkan dalam priode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah

melakukan analisis terhadapa jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,

maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap

kredibel. Miles dan Hubermen, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interpretasi dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh.

Tahapan penelitian kualitataif dumulai dengan menetapkan informan kunci yang dapat

memberikan keterangan kepada peneliti atas masalah yang sedang diteliti.Setelah itu peneliti

melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara.Setelah itu perhatian

pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis

terhadap hasil wawancara.

49Salim & Syahrum, Metodologi..., h. 146.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Data penelitian diperiksa keabsahannya dengan menggunakan teknik triangulasi

sumber, metode dan teori. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain.50

Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi data yang paling banyak digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber lainnya.Dengan katalain

triangulasimerupakanpemeriksaankeabsahan.

Pengecekanatausebagaipembandingterhadapdataitu.Sebagai perbandingan triangulasi ini

digunakan dengan cara triangulasi sumber data yaitu membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam metode penelitian yaitu membandingkan data hasil wawancara dengan datahasil

observasi,dan angketsehinggadapatdiketahuikebenaranatau keabsahandatayangditerima.

Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri:

1. Derajad kepercayaan (credibility)

Kredibilitas ini merupakan konsep pengganti validitas internal dalam penelitian

kualitatif.Teknik penentuan kreadibilitas penelitian adalah memperpanjang masa observasi,

melakukan pengamatan yang terus-menerus, triangulasi, melakukan pembicaraan dengan

orang lain, menganalisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan mengadakan

member check.

2. Keteralihan (transferability)

50

Lexy J.Moleong.Metodologi..., h. 330.

Konsep ini merupakan pengganti dari validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif.Validitas eksternal diperlukan dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh

generalisasi.

3. Kebergantungan (dependability)

Konsep ini merupakan pengganti konsep reability dalam penelitian kualitatif.Reability

tercapai apabila alat-alat ukur digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya serupa. Dalam

penelitian kualitatif, alat ukur benda, melainkan manusia atau peneliti itu sendiri.

4. Kepastian (confirmability).

Konsep ini merupakan penggantikonsep objektivitas dalam penelitian kualitatif.Pada

penelitian kualitatif, objektivitas diukur melalui orangnya atau peneliti sendiri.Metode

penelitian kualitatif paling sering digunakan, sebagaimana dijelaskan di atas. Masing-masing

kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembimbing

terhadap data itu.

Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti akan menggunakan

beberapa kriteria pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana

yang telah tersebut diatas, untuk membuktikan kepastian data. Yaitu dengan kehadiran peneliti

sebagai instrument itu sendiri, mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyiang,

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan wawancara

beberapa orang yang berbeda, menyediakan data deskriptif secukupnya dan diskusi dengan teman-

teman sejawat.

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

G. Temuan Umum

1. Identitas SMK Karya Bunda

Nama Sekolah : SMK Swasta Karya Bunda

NSS : 542070106016

NPSN : 10261476

Status Sekolah : Swasta

Alamat : Jl. Vetpur Utama (Komp. Vetpur ABRI)

Desa : Medan Estate

Kode Pos : 20371

Kecamatan : Percut Sei Tuan

Kabupaten/ Kota : Deli Serdang

Propinsi : Sumatera Utara

Nomor Telepon : 617382057

Tanggal Izin Operasional : 2015-12-04

Email : [email protected]

Website : http://www.smkkaryabunda

Nama Kepala Sekolah : Tyas Dewi Kristiningsih

2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Karya Bunda

VISI DAN MISI SMK SWASTA KARYA BUNDA

a. Visi

Adapun Visi SMK Karya Bunda adalah: “ Menjadi SMKyang Berkualitas , Unggul,

Berlandaskan, Imtaq Dan Iptek Serta Menghasilkan Alumniyang Mampu Bersaing Di Tingkat

Nasional dan Global”

b. Misi

1. Meningkatkan Prestasi Akademik Yang Membanggakan.

2. Membekali Siswa Dengan Ketrampilan.

3. Meningkatkan Kualitas Organisasi Dan Manajemen Sekolah Dalam Menumbuhkan

Semangat Keunggulan Dan Kompetitif.

4. Meningkatkan Kualitas Pbm Dalam Mencapai Kompetensi Siswa Berstandar

Nasional / Internasional.

5. Meningkatkan Kualitas Kompetensi Guru Dan Pegawai Dalam Mewujudkan Standar

Pelayanan Minimal (Spm).

6. Meningkatkan Kualitas Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Mendukung

Penguasaan Iptek.

7. Meningkatkan Kualitas Sdm Dan Kulitas Pembinaan Kesiswaan Dalam Mewujudkan

Imtaq Dan Sikap Kemandirian.

8. Meningkatkan Kemitraan Dengan Du/Di Sesuai Prinsip Demand Driven.

9. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Unit Produksi Dalam Menunjang Kualitas Sdm

Memberdayakan Lingkungan Sekolah Dalam Mewujudkan Wawasan Wiyatamandala.

3. Keadaan Guru SMK Karya Bunda

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa secara keseluruahan jumlah guru

dan pegawai di SMK Karya Bunda adalah 14 Orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 11

orang perempuan. Satu orang guru beragama Kristian dan 13 guru lainnya beragama Islam.

Secara umum tingkat pendidikan guru sangat memadai, karena rata-rata berpendidikan

sarjana. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Jumlaj Guru-guru di SMK Karya Bunda

No NUPTK Nama Bidang Studi

1 7449743644300033 Tyas Dewi Kristiningsih

Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda

2 5163756656300003 Agustini Kholidah Nasution,S.Pd IPA

3 Anisah Kartika Putri,S.Pd B. Indonesia

4 Devi Uliyana Rangkuti,S.Pd B.Inggris

5 6056746648300063 Dra. Aida Supriati Hasibuan

6 7552759660200022 Fahrul Lubis,S.Pd PJOK

7 6834758659300102 Farida Gian Sari,S.Pd

Keselamatan

dan Kesehatan

Kerja

Lingkungan

Hidup

8 0363759661300083 Leni Hasmi,S.Pd BK

9 6549743646300033 Drs. Nurmasyiah Siregar PKN

10 Risma Nurdelima Sinaga, SE IPS

11 Siti Hardianti Harahap,SPd.I Matematika

12 Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th Pendidikan

Agama

Krinten

13 6563762665210093 Suyatmi, S.Pd Tata Usaha

14 Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Pendidikan

Agama Islam

15 Amir Rizki Al-Haj,S.Pd TIK

4. Keadaan Siswa SMK Karya Bunda

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui secara keseluruhan jumlah siswa/i pada

tahun ajaran 2016/2017 di SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE adalah 63 orang,

terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 42 siswi perempuan. Jumlah ini terdiri daru kelas X, XI dan

XII bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Jumlah siswa di SMK Karya Bunda

No Kelas

Jumlah Siswa Jumlah Siswa

LK PR Islam Kristian

1 X1

3 3 12 7

2 XI1 13 13 15 13

3 XII1 5 5 6 10

Jumlah 21 42 33 30

Total 63 63

5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Karya Bunda

Untuk mendukung kelangsungan proses belajar mengajar maka sekolah harus

memiliki sarana dan prasarana. Inilah beberapa data mengenai sarana dan prasarana yang ada

di SMK Karya Bunda pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Sarana Prasarana

Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana

Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total

Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total

Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana

Ruang Teori/Kelas Kls X 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan

Ruang Teori/Kelas Kls XI AP 7.0 6.0 Milik Rusak Ringan

Ruang Teori/Kelas Kls XII 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan

Laboratorium Komputer LK 7.0 4.0 Milik Rusak Total

Ruang Guru RG 7.0 3.0 Milik Rusak Total

Ruang Kepala Sekolah RKS 7.0 4.0 Milik Rusak Total

H. Temuan Khusus

Berdasarkan data yang diperoleh,Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan

Pendidikan Multikulturaldi SMK Karya Bunda mencakup:

1. Upaya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK Karya

Bunda.

Adapun upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya

Bunda, yaitu: 1).Melalui kegiatan upacara pengibaran bendera, 2). Pada saat proses

pembelajaran, 3). Memberikan teladan di luar jam pelajaran.

a. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera

Kegiatan upacara merupakan aktivitas yang dilakukan di SMK Karya Bunda setiap seminggu

sekali, pelaksanaannya adalah hari senin. Pelaksanaan ini sudah menjadai rutininatas yang dilakukan

oleh pihak sekolah pada umumnya di Indonesia, demikian juga halnya di lakukan oleh pihak SMK

Karya Bunda, sesuai dengan pernyataan informan:

“Hmmm…Kalau masalah hal itu dia menerapkan, apalagi kalau udah ketepan pas upacara

bendera ya, terdiri dari pemimpin upacara, hmmmmm..pembina upacara ya.. dia selalu memberikan

himbauan kepada siswa gitu”.51

Dari pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa pada saat upacara bendera guru

PAI sebagai pembina upacara memberikan himbauan kepada seluruh siswa agar selalu menjaga

kerukunan, karena memang pada saat pelaksanaan upacara pengibaran bendera sangat cocok untuk

memberikan arahan dalam perbedaan tersebut, sebagaimana diketahui uapacara pengibaran bendera

merupakan momen memperingati jasa pahlawan dalam memerdekakan Indonesia dan negara kesatuan

republik Indonesia sejak sebelum merdeka telah terdidri dari berbagai agama, budaya dan suku.

Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa guru PAI sering di

tunjuk oleh pihak sekolah SMK Karya Bunda untuk menjadi pembina upacara dan guru PAI tidak

lupa untuk mengingatkan agar selalu menjaga perbedaan di antara siswa serta memberikan gambaran

bahwa Indonesia merdeka bukan karena perjuangan satu agama, bukan dimerdekakan oleh satu suku

saja melainkan didemerkakan dari berbagai agama, suku dan budaya.52

Data yang berkenaan dengan uapaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan

multikultural di SMK Karya Bunda dilakukan pada saat pengibaran bendera juga di kuatkan oleh

informan lainnya sebagai berikut:

“yahhhh,,, biasanya kek manalah ya….!! Palingan momen yang tepat saat pengibaran

benderalah pula, karnakan kita tahu bahwa Indonesia merdeka bukan karna di perjuangkan

oleh satu suku aja, melainkan dari berbagai suku, kek pahlawanlah. Ada pahlawan kita yang

dari Batak, Pahlawan dari Jawa, Aceh, Pahlawan dari Padang atau Nias dan lain-lainlah,

itulah yang kita kasih contoh sama anak-anak, klo indonesia fitrahnya itu memang di

takdirkan memiliki berbagai budaya, bahasa, adat, hmmmmmm…banyak, itu yang pertama”53

Menurut informan, bahwa upacara pengibaran bendera yang dilakukan setiap hari senin di

SMK Karya Bunda sangat relevan dalam memberikan pemahaman dan menerima perbedaan

51

Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 52Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017). 53

Wawancara dengan guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017.

dikalangan siswa baik itu perbedaan suku, etnis, agama dan lain sebagainya seperti halnya para

pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesi bukan dari satu etnis, suku atau agama saja.

Akan tetapi dari berbagai agama, suku dan budaya.

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan

Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan pada saat upacara pengibaran bendera.

b. Pada saat Proses Pembelajaran

Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda salah

satunya pada saat proses pembelajaran, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

pada jenajang Sekolah Menengah Kejuruan adalah 45 menit, pada saat proses pembelajaran ini lah

guru pai memberikan pendidikan multikultural pada siswa-siswi karena diketahui mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam mempunyai konsep pemahaman agama Islam pada jenjang ini.

Guru PAI pada proses pembelajaran ini memberikan pemahaman pada siswa-siswi tentang

keberagaman dan saling menghormati pada semua agama, pada saat pengamatan (observasi) peneliti

melihat pada saat masuk pelajaran Agama Islam siswa-siswi yang non-muslim atau Kristen juga

belajar agama kristen pada kelas yang lain atau bersebelahan. Peneliti juga mengamati pada saat

proses pembelajaran guru PAI memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda bahwa

Islam menganjurkan agar tetap menghormati kepercayaan di luar Islam pada semua materi pelajaran

Agama Islam.54

sejalan denga pengamatan tersebut informan juga mnyatakan:

“Kan begini, sekolah kita inikan, ruangannya terbatas intinya dalam satu lokal ada yang Islam

ada yang Kristen, jadi di saat agama Islam belajar agama Islam, agama Kristen juga belajar

agama Kristen disanakan kalau yang kristen, aaaa katakanlah melakukan lagu puji-pujian

mereka kan itu lokalnya sebelah-sebelahan. Intinya ketika agama Muslim ini mendengar

mereka menyanyi-nyanyi puji-pujian, katakanlah seperti itu, ya kembali lagi ditekankan

kepada murid yang beragama Islam itu untuk tidak mengejek… aaa mereka gampang ini kan

54

Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).

didengarnya marlagu-lagu ikut-ikutan biar mereka tak tersinggung itulah namanya toleransi

saling menghargai.”55

Pengamatan di atas dikuatkan oleh pernyataan yang diperoleh dari informan sebagai berikut:

“……Dia selalu memberikan himbauan kepada siswa gitu, selain itu waktu jam belajar,

tapikan karna jam dia sedikit itu, dipuaskanlah waktu di jam-jam masuk”56

Dari pernyataan informan tersebut menggambarkan bahwa guru PAI memberikan pemahaman

kepada siswa pada saat proses pembelajaran tentang pentingnya saling menghormati terutama saling

menghormati keprrcayaan orang lain. Demikian juga, kepala sekolah SMK Karya Bunda selalu

memberikan arahan dan masukan kepada guru PAI agar selalu memberikan pemahaman kepada

semua siswa-siswi untuk selalu saling menghormati, data ini sesuai dengan jawaban yang diberikan

informan:

“Peneliti: Apakah guru PAI berperan aktif dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK

Karya Bunda?

Informan: Kebetulan iya, karna banyak saya kasih masukan.”57

Berkaitan dengan upaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan

multikultural terkait dengan pada saat proses pembelajaran ini juga diperkuat oleh pendapat informan

yang menyatakan:

“pada waktu pembelajaran lah pula juga,,,, hmmmmm.. kan Islam itu sendiri mengajarkan

toleransi juga, klo diliat-liat kan banyak ayat Alquran yang bilang klo kita tu harus

menghormati agama lain,,,,,,aaaaa intinya pula toleransilah ya kan, kek Alkafirunlah ayat

terahir itu kan katanya “Bagimu agamamu bagiku agamaku” jadikan gak usah maksain orang

buat percaya agama kita toleransi lah pula,,,hhhmmmmmm pokoknya toleransinya masih

55

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 56Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 57

Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa

04 April 2017.

wajarlah pula, jangan kita pula nyemabah agama orang itu pokoknya ada batasnya

juga………gitulah caranya ngasih pemahaman sama anak-anak itu..”58

Dari pernyataan informan di atas dapat dipahami bahwa guru PAI memberikan pemahaman

atau menerapkan Pendidikan Multikultural pada saat proses pembelajaran serta bertolak dari hasil

analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan penelitian sebagai berikut:

upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya

Bunda dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

c. Memberikan Teladan di Luar Jam Pelajaran

Upaya guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk

memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran, hal ini menurut informan juga diharapkan dapat

memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda tentang keberagaman serta berbagai

kultur yang ada dikalangan kehidupan dan lingkungan sekolah SMK Karya Bunda. Hal ini sesusai

dengan pernyataan informan yaitu:

“Dalam agama masing-masingkan, kita apa ya, cara bergaul, cara bersosialisasi dari situlah

kita mengajarkan anak bagaimana kita menyikapi dan kita gak boleh membeda-bedakan,

contohnya seperti saya, saya itu tidak membedakan suku, bangsa dan agama. Tapi kita

berbaur, bisa berbaur dan bisa bergaul dengan baik, ya kan kita tau, misalnya, ohhh ini ya,,,,

kita gak mau datang ke rumahmu karna rumah mu banyak ada anjingnya, ya akhirnya orang

itu udah ngertila, misalnya mau jajan itu gak halal, kebetulan yang di lingkungan sini halal

gitu, jadi semua bisa makan.”59

Sesuai pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa wakil kepala sekolah

memberikan teladan kepada siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk berbaur terhadap semua kalangan

dan tidak membedakan antara agama Islam dan non Islam dan memberikan hak yang sama terhadap

semua siswa-siswi.

58Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 59

Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017.

Data yang berkenaan dengan keteladan yang diberikan semua guru-guru SMK Karya Bunda

tersebut juga dikuatkan dengan hasil pengamatan peneliti dikalangan warga SMK Karya Bunda yaitu

bahwa walaupun ada satu guru agama Kristen diantara semua guru SMK Kaya Bunda.Namun, semua

guru berbaur dan bergaul dengan guru-guru lainya tanpa membedakan agama layaknya seperti tidak

ada perbedaan agama pada kehidupan sosial di SMK Karya Bunda.60

Hal ini memberikan teladan yang

sangat baik dan sangat efektif bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk tidak membedakan anatara

agama dalam kehidupan sosial.Sebagaimana Islam mengajarkan bahwa sebelum mengajarkan kepada

suatu ilmu, maka yang pertama dilakukan adalah mengamalkan atau melakukannya terlebih dahulu.

Bahkan jika suatu ilmu di ajarkan dan tidak diamalkan maka ada kemurkaan Allah akan datang.

Sesuai dengan firman Alla Swt., pada Alquran surah Assaf ayat 1.

أن تقولوا ما ال تفعلون (3: الصف)كب مقتا عند الل

Artinya: “Amat Besar Kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.”61

Kedua data yang diseskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan lain tentang

Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk

memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran. Pernyataan tersebut terungkap dalam hasil

wawancara sebagai berikut:

“Yang jadi pertanyaannya kan tentang multikultural ini, khususnya jadi kalau saudara

tanyakan itu, saya memahaminya khusus kepada agama…. Jadi yang dapat guru Agama

tanamkan di sini atau yang dapat dilakukan guru PAI khususnya saya yaitu menanamkan

kepada siswa untuk saling menjaga toleransi saling menghargai dalam peredaan agama ini,

yah kita lah pula dulu yang saling bertoleransi, kan disini gak smua guru yang beraga Islam

jadi ya kita dulu yang toleransi baru saya ajarkan anak-anak atau siswa-siswi bertoleransi.”62

60

Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017). 61Departemen Agama RI, Mushaf ..., h 62

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017.

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan

Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan dengan memberikan teladan kepada semua

siswa-siswi yaitu guru-guru di SMK Karya Bunda juga saling bertoleransi dengan guru lain yang

berlainan agama.

2. Pentingnya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK

Karya Bunda

Dalam memandang pentingnya guru PAI menerapan pendidikan pendidikan

multikultural di SMK Karya Bunda. Berdasarkan data yang telah terkumpul bahwa siswa-

siswi SMK Karya Bunda memeluk dua agama dan terdiri dari empat suku. Maka sangat

dianggap relevan untuk diterapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda. Hal ini

sesuai dengan temuan peneliti pada dokumen sekolah bahwa pada jenjang kelas memeluk

agama Islam dan Kristen, pada kelas sepuluh (X) yang berjumlah 19 siswa 12 memeluk

agama Islam dan 7 pemeluk agama Kristen dan kelas sebelas (XI) berjumalah 28 siswa 15

siswa adalah pemeluk agama Islam sedangkan yang memeluk agama Kristen adalah 13

siswa. Demikian juga kelas duabelas (XII) berjumlah 16, 6 siswa diantaranya pemeluk agama

Islam dan 10 siswa pemeluk agama Kristen, jadi toltal siswa 63 pada semua jenjang 33 siswa

pemeluk agama Islam dan 30 siswa lainnya pemeluk agama Kristen.63

Data yang diperoleh di atas dikuatkan oleh pernyataan informan yang menyatakan

bahwa selain berbeda agama siswa-siswi di SMK Karya Bunda juga berbeda suku, hal ini

terungkap dalam pernyataan informan sebagai berikut:

63

Data Siswa SMK Karya Bunda Tahun Pelajaran 2016/2017.

“Keberagaman suku, agama itu ya?, dari pertama masuk saya di sini sampe sekarang itu

bayak dari Nias, mayoritas dari Nias, ……… suku Jawa, Batak. Batak nya juga ada yang

Batak Pak-Pak, ada yang dari Karogitu jadi ya banyaklah. Bataknya pun ada yang batak

Toba atau Kristen ada yang Batak Islam”64

Demikian juga pernyataan yang berkenaan dengan data dan hasil wawancara di atas

tentang keberagaman siswa-siswi baik agama maupun suku, hal ini juga terungkap dalam

penrnyataan informan sebagai berikut:

“Kalau keberagaman di sini bang, kalau suku, ada Jawa, Batak, Nias, Melayu, berarti ada

empat suku, baru Mandeling, Mandeling gak ada ya. Gak ada, berarti cuma empat suku

bang.”65

Dari data yang diperoleh tersebut dapat dimaknai bahwa siswa-siswi yang belajar di

SMK Karya Bunda terdiri dari berbagai Suku dan Agama terkait dengan suku terdiri dari

suku Jawa, Batak, Nias dan Melayu, adapun keberagaman terkait dengan agama terdiri dari

agama Islam, Protestan dan Katolik dengan demikian adapun pentingnya menerapkan

pendidikan miltikultural di SMK Karya Bunda adalah karena di SMK Karya Bunda memiliki

siswa dari berbagai agama dan suku.

Adapun data yang berkaitan dengan pentingnya menerapkan pendidikan multikultural

di SMK Karya Bunda karena siswa-siswi terdiri dari berbagai suku dan agama ini terungkap

dari pernyataan infroman yang menyatakan:

“Kan sekolah SMK Karya Bunda ini bukan berbasis Islam ini, bukan seperti pesantren, yakan

,,, kalau pesantren itu khusus dia, Muslim Muslimah perempuan, kalau SMK umum dia.

Otomatis yang Islamnya ada yang Kristennya pun ada, guru yang beragama Islam ada yang

64Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa

04 April 2017. 65

Wawancara dengan Siswi SMK Karya Bunda. Kelas XI Nurisam. Kamis, 06 April 2017.

beragam Kristen pun ada, ya itulah sekolah yang bersifat umum dia bukan khusus ada ke

Islamannya dia.”66

Data yang berkenaan dengan pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan

multikultural di SMK Karya Bunda karena Masyarakat yang ada di SMK Karya Bunda terdiri

dari berbagai Suku dan Agama ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan infroman berikut,

infroman menyatakan:

“Karna kita kan berada di Negara yang banyak budaya dan agama kita tak bisa mengelak dari

manapun, jadi, saling kerja sama dan menghargai, saling menghormati walaupun berbeda,

kek gitu juga lah sekolah kita ini, di sini kita juga dari berbagai agama khususnya Kristen dan

Islam, suku juga di sekolah kita ini banyak suku, jadi menurut saya sangat relevan untuk

memberikan pemahaman bagi kita semua khususnya siswa-siswi. Apalagi mereka kan tingkat

SMK masih labil gitulah, agar mereka memahami betul makna dari keberagaman tersebut.”67

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan

temuan penelitian sebagai berikut: pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan

multikultural adalah untuk memberikan pemahaman bagi siswa dalam keberagaman karena

Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, bangsa dan agama demikian halnya juga

masyarakat SMK Karya Bunda terdiri dari dua pemeluk agama yaitu Islam dan Kristen, dan

terdiri dari empat suku yaitu Jawa, Melayu, Batak dan Nias.

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan

Multikultural Di SMK Karya Bunda

66

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 67

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017.

Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan

multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu 1).Kurang maksimal dukungan orang tua, 2).Pada

awal masuk sekolah siswa masih membawa budaya dari asalnya.Adapunfaktor pendukung

dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda Adalah: 1) Dukungan dari

semua guru.

a. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di

SMK Karya Bunda.

Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan

multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu:

1) Kurang Maksimal Dukungan Orang Tua

Dukungan orang tua memang sangar diperlukan dalam semua hal, begitu juga yang dirasakan

guru PAI di SMK Karya Bunda dalam menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa siswi

SMK Karya Bunda, karena siswa siswi SMK Karya Bunda berasal dari berbagai kota atau tidak

berasal dari daerah lingkungan sekolah saja bahkan banyak yang berasal dari luar kota seperti Nias

dan lain sebagainya. Di samping itu siswa siswi SMK Karya Bunda yang berasal dari lingkungan

sekolah juga dari keluarga yang kurang mampu, sehingga siswa-siswi SMK Karya Bunda harus

bekerja setelah pulang sekolah atau siswa-siswi yang tidak bekerja setelah pulang sekolah. Namun,

orang tua dari mereka pergi pagi dan pulang sekolah setelah mereka tidur sehingga tidak mendapakan

perhatian dari para orang tua. Hal ini terungkap hasil wawancara dengan informan berikut yang

menyatakan:

“Yang sangat berat itu. Satu, Karna perkembangan anak-anak ini, karna kita tahu ya, karna

kehidupan mereka pun sangat susah , ibaratnya bukan liar tapi mereka hidup

sendiri,……biasanyakan kita minta dampingan orang tua, bagaimana sikap anak di rumah,

gimana anak di sekolah itukan kita bisa nyakkan, tapi mereka tidak punya orang tua, jadi

gimana kita menghadapinya?, ya anak itulah yang harus kita apakan, memberikan nasehat,

mengingatkan dia, memberikannya suport gitu, masukan gitu.”68

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh informan tersebut menunjukkan bahwa memang

salah satu faktor penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK

Karya Bunda adalah kurangnya dukungan dari

orang tua. Pendapat informan di atas juga diperkuat oleh pernyataan informan berikut,

informan menyatakan sebagai berikut:

“tapi bukan nyalahkan siapa-siapa ya kan, kadang pula orang tua pun jauh, jadi gimanalah,

jadi susah juga kita bilangnya, orang tuakan seharusnya udah menjadi contohlah ya kan,

atau ada yang masalah pula mau dibicarakan sama orang tua siswa gak bisa, jauh kek di

Nias lah pula contohnya, kek manalah mau di panggil, gak bakalan datang juganya itu.”69

Kedua data di atas berkenaan dengan kurangnya maksimalnya dukungan orang tua karena

disebabkan oleh ekonomi keluarga siswa di SMK Karya Bunda masih belum terpenuhi sehingga

orang tua siswa harus bekerja, sebahagian siswa lainnya berasal dari luar kota Medan atau jauh dari

orang tua, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan informan berikut, informan menyatakan:

“Trus pula peran orang tua lah, di sini apalagi ekonomi siswa kita di sini menengah ke

bawah, jadi orang tuanya secara otomatis sibuk mencari atau bekerja, sehingga klo di

undang untuk rapat sekolah sikitnya yang datang, kita juga gak bisa paksakan ya kan, kek

gitulah keadaannya, jadi perhatian orang tua terhadap mereka pun kuranglah belum lagi

siswa kita di sini banyak yang dari luar kota seperti Nias, tentulah itu gak dapat perhatian

dari orang tua, yah itulah kira-kira.”70

68

Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10

April 2017. 69

Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa

04 April 2017. 70

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017.

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.

2) Ruangan Kelas yang Minim

Ruangan juga menjadi fakor penting dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada

jenjang pendidikan apa saja. Ruangan kelas yang terbatas menjadi faktor penghambat pada

kelangsungan proses pembelajaran. Demikian juga guru PAI di SMK Karya Bunda dalam

menerapkan pendidikan multikultural.Dikarenakan hal demikian guru PAI tersebut tidak dapat secara

maksimal dalam menerapkan pendidikan multikultural. Hal ini terungkap pada hasil wawancara yang

dilakuan peneliti, informan menyatakan:

“Kembali lagi seperti yang saya katakan di awal tadi, kan kita ini lokal nya terbatas ruangan

intinya ketika murid yang beragama Islam ini tadi belajar agama Islam kemudian setelahnya

lagi yang beragama Kristen belajar agama Kristen. Jadi, permasalahan itu tidak terlalu apa

dikatakan ya tidak telau rumit, cuman ketika proses pembelajaran itu berlangsung karna

lokalnya tadi bersebelah-sebelahan seperti ini, ini bapak liatlah inikan suara dari lokal

sebelah jugakan sampai ke lokal yang beragama Islam ataupun suara yang beragama Islam

sampai ke ruangan yang beragam Kristen, jadi kek mana itu kurang efektif lah itu.”71

Karena ruangan kelas atau lokal di SMK Karya Bunda minim maka mengakibatkan ketika

berlangsung pembelajaran Agama Islam kurang efektif, hal ini juga dikarenakan ketika siswa belajar

Agama Islam, siswa yang kristen juga belajar Agama Kristen sehingga ketika siswa-siswi kristen

menyanyikan lagu-lagu kebaktian suara mereka sampai ke ruangan yang kelas siswa yang sedang

belajar pelajaran Agama Islam. Data ini juga diperkuat dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“trus kemudian,eeee ketika terjadi namanya pelajaran agama aaaaa kelas kamikan terbatas

hanya pembatas triplek,”72

71

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 72

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017.

Demikian juga hasil observasi peneliti pada saat terjadi proses pembelajaran Agama Islam,

siswa-siswi yang beragama Kristen juga belajar Agama Kristen dan pada saat penelti mengadakan

observasi siswa-siswi yang belajar agama Kristen sedang menyanyikan lagu puji-pujian mereka

sehingga fokus siswa-siswi yang sedang belajar agama Islam menjadi kurang, meskipun demikian

guru PAI tetap memberikan peringatan kepada siswanya agar selalu mengahormati dan bertoleransi

kepada pemeluk agama lain.73

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu ruangan kelas masih minim.

b. Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di

SMK Karya Bunda

Adapun faktor pendukung guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di

SMK Karya Bunda Adalah:

1) Dukungan Dari Semua Pihak Sekolah

Faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK

Karya Bunda adalah dukungan dari guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut, dukungan tersebut

yaitu berupa keikut sertaan semua guru dalam menerapkan pendidikan multikultural itu sendiri atau

semua guru yang mengajar di SMK Karya Bunda berperan aktif dalam menerapkan pendidikan

multikultural.

Hai ini terungkap pada hasil wawancara dengan infroman berikut:

“Peneliti: Bagaimana keterlibatan pihak sekolah dalam menyadarkan perbedaan bagi siswa

di SMK Karya Bunda?

73

Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).

Informan: Arahan selalu diberikan ya. Semua guru-guru ikut memberikan arahan kepada

siswa-siswa.”74

Pernyataan informan di atas menggambarkan bahwa pihak sekolah juga selalu memberikan

arahan kepada semua siswa dalam pendidikan multikultural sperti contohnya yang menjadi pembina

upacara yang dilakukan setiap hari senin di sekolah tersebut atau baris berbaris yang dilakukan dari

hari selasa sampai hari sabtu. Sebagaimana informan tersebut menyatakan sebagai berikut:

“Pihak sekolah berarti kan, eee … sifatnya lebih besar yaa.. dianya dari atas gitu pihak

sekolah ini dia berbicara dari, kepala yayasan, kepala sekolah, kebetulan disinikan ada

empat unit, SD, SMP, SMA, SMK, aaaa… jadi untuk menyadarkan mengenai perbedaan ini

saya sering melihatnya, hari senin selalu upacara dan di situ selalu di sampaikan di hari

selasa sampai sabtu semua berbaris sama-sama di lapangan sekolah, SD, SMP, SMA SMK,

dan disitupun disampaikan juga entah nasehat-nasehat tentang keberagaman.”75

Kedua data yang di deskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan berikut bahwa

semua pihak sekolah termasuk guru-guru di SMK Karya Bunda juga berperan aktif dalam

menerapkan pendidikan multilkultural, hal ini terungkap pada hasil wawancara peneliti dengan

informan sebagai berikut:

“Dalam masalah menyadarkan ataupun menanamkan rasa saling menghargai dan

menghormati itukan begitu siswa-siswi itu masuk di sekolah perguruan ini memang sudah

disampaikan kian itu pak. Terutama aturan-aturan ataupun tata tertib yang ada di sekolah ini,

artinya begitu masuk siswa baru itu atau siswi baru itu sudah siap mereka nanti untuk

mengikuti aturan-aturan ataupun tata tertip yang ada si sekolah kita ini, jika kesalahan yang

dilakukannya siswa tidak dapat lagi di maafkan ataupun tidak dapt lagi ditolerir, ya pihak

sekolah pun bisa mengeluarkan kebijakan ataupun ngambil sangsi ada yang di keluarkan

atau masih bisa dikomunikasikan dengan pihak orang tua atau wali murid tadi.”76

Dari pernyataan informan tersebut menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta

dalam meerapka pendidikan multikultural terhadap siswa-siswi di SMK Karya Bunda sejak awak

74

Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10

April 2017. 75

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017. 76

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017.

siswa masuk sekolah maka dalam tata tertib tersebut memang sudah memuat peraturan tentang saling

menghormati dan lain sebagainya. Di samping itu pihak sekolah juga jika salah seorang siswa

melanggar tata tertib yang telah di buat oleh pihak sekolah maka pihak sekolah akan memberikan

sangsi bertahap terutama dalam saling menghormati, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan

informan sebagai berikut:

“Peneliti:Jika pernah terjadi suatu masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu

menyelesaikan permasalahan tersebut?

Informan:Yang pertama kita sebagai guru harus netral, tidak boleh memilih pihak, ya, aaa

agar masalah ini bisa di tengahi atau diselesaikan .yang kedua e.. mendengarkan dulu pokok

permasalahannya biar kita tau jalan keluarnya, lalu yang ketiga, mmm tegas menyampaikan

aaa… peraturan sekolah yang ada bahwa klo memang masalahnya itu melanggar peraturan

ya mau tak mau mereka harus diberikan sangsi.”77

Demikian juga informan lain memberikan jawaban dengan pertanyaan yang sama sebagai

berikut:

“Kita panggil siswanya, satu persatu…. Tapi kalau udah dipanggil satu persatu kita penggil

bersama, jika kita bisa atasi tanpa orang tua kita atasi.Tapi kalo harus dengan orang tua

setelah itu, ya kita penggil orang tua.”78

Dari kedua respon informan di atas ketika peneliti menanyakan “Jika pernah terjadi suatu

masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu menyelesaikan permasalahan tersebut?”

menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta dalam menerapkan pendidikan multikultural di

SMK Karya Bunda dengan demikian memberikan kemudahan bagi guru PAI dalam menerapkan

Pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda.

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu dukungan semua guru.

77

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017. 78

Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa

04 April 2017.

I. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan temuan penelitian di atas, sub fokus pertama tentang upaya guru PAI dalam

menerapkan pendidikan multikultural diperoleh beberapa kesimpulan proposisi antara lain: 1) Melalui

kegiatan upacara pengibaran bendera; 2) Pada saat proses pembelajaran; 3) Memberikan teladan di

luar jam pembelajaran. Sedangkan sub fokus kedua tentang pentingnya menerapkan pendidikan

multikultural adalah karna SMK Karya Bunda Terdiri dari berbagai suku dan agama. Adapun sub

fokus ketiga tetang faktor yang menghambat dalam menerapkan pendidikan multikultural yaitu: 1)

Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim; dan faktor yang mendukung

guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural adalah: 1) Dukungan dari semua pihak

sekolah.

1. Upaya Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural

a. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera

Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural yang dilakukan guru dapat

melalai kegiatan upacara pengibaran bendera.Upacara pengibaran bendera yang umumnya

dilaksanakan setiap hari senin memberikan makna pada perjuangan para pahlawan yang telah merebut

kemerdekaan Negera Kesatuan Rebublik Indonesia.Diketahui bersama bahwa negara ini bukan

dimerdekaan dari satu suku saja, melainkan dari berbagai suku. Demikian juga agama negera ini tidak

di merdekakan satu agama saja akan tetapi dari berbagai agama.

Kegiatan upacara pengibaran bendera ini memang suatu kegiatan yang menjadi rutinitas di

sekolah-sekolah umumnya walaupun tidak ada undang-undang yang mengaturnya tentang

kewajibannya. Namun, hal ini dapat dimaknai dari undang-undang Sisdiknas pasal 4 bahwa

pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskrimitatif dengan menjunjung tinggi HAM,

nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.79

Pada konteks ini dapat dikatakan, tujuan

utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan

empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda dan dari kegiatan upacara pengibaran

79

Presiden Rebublik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Pasal-4).

bendera ini tujuan dari pendidikan multikultural ini dapat dilaksanakan seperti simpatik terhadap para

pahlawan-pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan dengan melalui hening cipta yang di

lakukan pada setiap acara pengibaran bendera. Selain itu juga para pembina upacara pada saat

memberikan pidatonya dapat memberikan dan mengajak siswa dalam upuya menyadarkan perbedaan

di Indonesia umumnya dan dilingkungan sekolah khususnya.

Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa upaya yang di lakukan guru PAI

dalam menerapkan pendidikan multikultural atau semua guru dapat dilakukan melalui upacara

pengibaran bendera yang dilakukan oleh pihak sekolah.

b. Pada Saat Proses Pembelajaran

Temuan peneliti tentang upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural dapat

dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena, proses pembelajaran yang

berlangsung tersebut selalu di mulai dengan metode caramah.

Pada saat pembukaan pembelajaran guru yang menggunakan metode ceramah dapat

memberikan dan mengajak para siswa dalam memahami makna keberagaman.

Sejatinya mata pelajaran PAI yang meberikan pemahaman tentang agama Islam

sesungguhnya, maka seogiyanya dapat memberikan pemahaman bagi siswa untuk saling menghargai,

sebagaimana Allah memberikan pemahaman tentang toleransi ini yang tertuang dalam surah Alkafirun

1-6:

“katakanlah: “Hai orang-orang kafir (1).aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

(2).dan kamu tidak akan menyembah Tuhan yang aku sembah.(3). dan aku tidak pernah

menjadi penyembah apa yang kam sembah.(4). dan kamu tidak pernah menyembah Tuhan

yang aku sembah.(5). untukmu agamamu, dan untukku agamaku.(6).”80

80

Departemen Agama RI, Mushaf…, h

Dari ayat Alquran di atas dapat dipahami bahwa dalam hal toleransi memang Islam

menganjurkan tetapi tidak dalam konteks yang berlebihan, seperti bergantian dalam menyembah

sesembahan masing-masing, dan demikian juga dengan agama ayat ini menjelaskan bahwa Islam

mengakui bahwa ada agama yang diyakini manusi selain agama Islam dan Islam tidak memaksanak

orang lain untuk meyakini agama Islam.

Berdasarkan urain di atas dapat dinyatakan bahwa guru PAI dapat menerapkan pendidikan

multikultural pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menyelipkan atau mengambil waktu-

waktu untuk memberikan pemahaman bagi siswa tentang kemajemukan agama maupun suku yang

ada seperti pada saat guru yang menggunakan metode ceramah dalam membuka pelajaran.

c. Memberikan Teladan di Luar Jam Pembelajaran

Temuan penelitian tentang memebrikan teladan di luar jam pembelajaran menjadi salah satu

upaya yang dapat dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural. Keteladanan bagi

guru merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru tanpa terkecuali, hal ini

bisa dimaknai dari komptensi kepribadian guru yang diatur dalam Undang-undang nomor 14 tahun

2005 yang kemudian di jelaskan dalam PP nomor 74 tahun 2008,yaitu:

Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) sekurang-kurangnya

mencakup kepribadian yang:

a. Beriman dan bertakwa;

b. Berakhlak mulia;

c. Arif dan bijaksana;

d. Demogratis;

e. Mantap;

f. Berwibawa;

g. Stabil;

h. Dewasa;

i. Jujur;

j. Sportif;

k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

l. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

m. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.81

81

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru, BAB II

Pasal 3 ayat 5.

Dapat dilihat bahwa di Indonesia pada poin “K” dinyatakan bahwa guru harus menjadi

teladan bagi murid atau peserta didiknya, dengan demikian maka seorang guru harus memberikan

teladan bagi peserta didiknya dalam hal apapun, karena memang metode teladan sangat efektif dalam

memberikan pembelajaran bagi siapapun. Sebagaimana kelebihan metode keteladan yang

dikemukakan oleh Muhaimin dan Abdul Majid adalah:

a. Metode keteladalan akan memberikan kemudah kepada pendidik dalam melakukan

evaluasi terhadap hasil dari proses pembelajaran.

b. Metode ketaladan akan memudahkan bagi peserta didik dalam mempraktikkan dan

mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan berlangsung.

c. Bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan

masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.

d. Metode keteladanan juga mendorong pendidik untuk senantiasa berbuat baik

karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh peserta didiknya.82

Dari penjelasan yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa metode keteladan sangat

diperlukan bagi seorang guru karena dengan keteladanan maka akan memudahkan bagi peserta didik

dalam mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan

berlangsung dan juga bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan

masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.

Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa metode keteladan merupakan langkah

yang sangat efektif dalam menerapkan pendidikan multikultural.

2. Pentingnya Guru PAI Menerapkan Penedidikan Multikultural

Pelajaran Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua

peserta didik yang beragama Islam, pada tingkat Sekolah menengah kejuaruan juga demikian

sekolah wajib memberikan pelajaran tersebut.Proposisi peneliti menunjukkan bahwa

pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda karena

SMK Karya Bunda mempunyai siswa dari berbagai budaya dan agama.

82

Muhaimin, dan Abdul Majid, (1993), Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan

Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya, h. 119.

Sebagaimana pengertian guru yang dikemukakan oleh Djamarah adalah Guru adalah

salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak

didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Keduanya berada dalam

proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan

mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas.

Guru dan anak didik berada dalam koridor kebaikan. Oleh karena itu, walaupun mereka

berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai

kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya.83

Jika dihubungkan dalam pendidikan agama Islam maka guru pendidikan agama Islam

yaitu guru atau tenaga pendidik yang secara berkelangsungan mentrasformasikan ilmu dan

pengetahuannya terhadap siswa di sekolah, dengan tujuan agar para siswa tersebut menjadi

pribadi-pribadi yang berjiwa Islami dan memiliki sifat, karakter dan prilaku yang di dasarkan

pada nilai-nilai ajaran Islam.

Dengan demikian guru PAI seharusnya berperan aktif dalam menerapkan pendidikan

multikultural bagi siswa karena multikultural ini berkaitan dengan kepribadian seseorang

dalam memahami keberagaman dan saling menghargai dalam perbedaan baik perbedaan

agama, suku, bahasa, suku, dan lain sebagainya.

Bertolak dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proposisi penelitian tentang

pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda

khususnya dan di semua sekolah umumnya menjadi suatu kewajiban terutama bagi sekolah-

sekolah yang peserta didiknya dari berbagai suku, bahasa, agama, budaya dan lain

sebagainya.

83

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2002), Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka

Cipta, h. 126.

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan

Multikultural

a. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural

Ada bebarapa faktora yang menjadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan multikulturak di SMK Karya Bunda yang merupakan menjadi temuan peneliti yaitu: 1)

Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim.

1) Kurang maksimal dukungan orang tua

Orang tua atau keluarga merupakan undur utama dalam dunia pendidikan karena pendidikan

yang pertama didapatkan adalah dari orang tua, sekolah merupakan tempat kedua bagi anak dalam

menuntut ilmu dan guru di sekolah merupakan pendidik kedua setelah orang orang tua. Proposisi

penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan

pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda adalah kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.

Dukungan dari orang tua dalam menerapkan pendidikan multikultural dalam konteks ini

merupakan suatu keharusan, karena dalam kehidupan sehari-hari anak seharusnya dapat belajar dari

orang tua bagaimana orang tua dapat berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan sekitarnya.

Mendidik anak dengan cara keteladanan menjadi faktor penting dalam membentuk baik dan

buruknya anak. Jika pendidik/orang tua juru, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan

tumbuh dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-

perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu juga sebaliknya jika pendidik/orang tua seorang

pembohong, pengkhianat, orang yang kikir dan hina maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan,

khianat , kikir, penakut, dan hina.84

Demikian juga sebuah hadis menjelaskan bahwa orang tua menentukan seorang anak itu baik

atau buruk sebagaimana tertera dalam kitab sahih Muslim sebagai berikut:

84

Asrul dan Ahmad Syukri (Ed), (2016), Strategi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam

Membentuk Sumberdaya Manusia Berkarakter. Medan: Perdana Publishing, h. 301.

عن سعيد بن املسيب أ خبين الزىري عن الزبيدي عن محمد بن حرب حدثنا حاجب بن الوليد حدثنا

ال يودل عىل الفطرة فأ بواه أ نو اكن يقول أ يب ىريرة قال رسول هللا صىل هللا عليو وسمل ما من مولود ا

(رواه مسمل) يودانو وينرصانو وميجسانو

Artinya: “Dari Hajib bin Walid dari Muhammad bin Harab dari Az-Zubaidi dari Az-Zuhri

menceritakan kepadaku Sa‟id bin Al-Musaib dari Abi Hurairah bahwasanya adalah berkata

ini, telah bersabda Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wasallam: Setiap anak dilahirkan dlm

keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau

Majusi (HR: Muslim)”

Hadis ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat berpengaruh terhadap seorang anak

sebagaiman hal yang urgen yaitu menyangkut kepercayaan atau agama, orang tua menjadi fsktor

utama dalam menetukannya terhadap anak tersebut, demikian juga dengan kelakuan anak sehari-hari

orang tua menjadi penentu apakah anak menjadi baik atau buruk.

Berdasarkan hadis dan pendapat yang di kemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa

orang tua sangat penting ikut andil dalam berbagai kelakuan anak, walaupun anak belajar dalam

sekolah namun peran orang tua sangat berpengaruh terhadap anak terutama dalam memahami

keberagaman atau pendidikan multikultural.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor penghambat dalam

menerapkan pendidikan multikultural bagi anak atau siswa adalah kurang maksimalnya dukungan

orang tua dalam kehidupan keseharian siswa atau di lingkungan sosial (masyarakat).

2) Ruangan kelas yang minim

Prasaran merupakan unsur penting pada lebaga pendidikan, sebagai sesuatu yang penting

pemerintah merumuskan peratuaran khusu yang menjadi kriteria minimumnya pada PP nomor 24

85

Al-Imam Abu Husain Muslim Muslim Bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, (1412 H/1991 M),

Shahih Muslim. Kairo: Dar Al-Hadist, h. 1226.

Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Ruangan kelas sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran sudah seogiyanya baik

dan tertur serta nyaman bagi guru untuk mengajar baagitu juga bagi siswa dalam menjalani pelajaran

di sekolah. Lain halnya dengan SMK Karya Bunda maka ruangan kelas masih kurang nyaman bagi

siswa dalam menjalani proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran Agama Islam karena pada

saat pembelajaran agama Islam berlangsung maka pembelajaran agama krisetenpun berlangsung dan

dikarenakan ruangan kelas masih minim sehingga menyebabkan kelas yang ada harus dibagi menjadi

dua kelas.

Sementara itu PP nomor 24 Tahun 200786

telah menegaskan tentang lauas minimum ruangan

kelas pada sekolah yaitu :

a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktik yang tidak

memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 siswa.

d. Rasio minimum luas ruang kelas 2m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan siswa

kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang

kelas adalah 5 m.

e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk

membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.

f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar siswa dan guru dapat segera keluar

ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

86Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, TentangSarana dan

Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah

Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), BAB I Poin D.

Dari undang-undang dan uraian di atas dapat dipahami bahwa proposisi yang menjadi temuan

peneliti berupa ruangan kelas yang minim menjadikan faktor penghambat bagi guru PAI dalam

menrapkan pendidikan multikultural.

a) Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural

Adapun faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural

di SMK Karya Bunda yang menjadi proposisi temuan peneliti yaitu: Semua pihak sekolah

ikut serta dalam mendukung penerapan pendidikan multikultural.

1) Dukungan dari semua pihak sekolah

Keterlibatan semua pihak sekolah merupakan unsur penting dalam suatu pendidikan, terutama

dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa. Melalaui upaya guru PAI dalam

menerapkan pendidikan multikultural hal ini menjadi faktor pendukung.

Dukungan berarti ikut serta membimbing dan mengarahkan sikap siswa dalam berbagai hal

termasuk saling menghargai terhadap keberagaman.Sebagai tugas guru yang telah tercermin pada

undang-undang No 14 Tahun 2005.Menjadi suatu keharusan bagi semua pihak sekolah untuk ikut

serta berpartisifasi dalam memberikan arahan dan bimbingan bagi siswa toleransi pada semua

perbedaan dan pendapat.

Dalam konteks kehidupan bersosial mecegah seseorang dari perbuatan tercela sangat

dianjurkan dalam Islam dalam bahasa agama disebut amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini yang

dimaksudkan dengan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan kamu saling

tolong menolong dalam kejahatan. Demikian yang tercermin dalam surah Al-Maidah ayat 2.

شديد العقاب ..…… ن الل ا قوا الل ث والعدوان وات

: املائدة)وتعاونوا عىل الب والتقوى وال تعاونوا عىل اال

2)

Artinya : “……. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu

kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.87

Di samping ayat di atas, sebuah hadis juga menekankan bahwa pengawasan dalam arti

mencegah seseorang dari perbuatan tercela merupakan suatu kewajiban. Hal ini tergambar pada hadis

riwayat

عت رسول هللا صىل هللا عليو وسمل يقول : عن أيب سعيد الخدري رض هللا عنو قال من رأى : س

ي ان تط فبقل و وذ أ عف اال ن ل سس

تط فبلسانو فا ن ل سس

ه بيده فا رواه )منك من را فلي ري

(مسمل

Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah

shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah

dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu

maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”.

Berdasarkan ayat Alquran dan Hadits yang dikemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa

mencegah seseorang dari berbuat kejahatan wajib menurut agama dalam kadar kemampuan.

Demikian juga dalam konteks sekolah yang menjadi lingkungan siswa, di dalamnya terdapat warga

sekolah terdiri dari beberapa unsur seperti teman sebaya siswa, guru, pegawai, kepala sekolah dan lain

sebagainya. Maka mencegah siswa dari perbuatan tercela adalah kewajibab semua warga sekolah

tanpa terkhusus kepada guru bidang tertentu seperti contoh guru PAI, dengan keterlibatan semua

warga sekolah tentu akan memudahkan dan menjadi faktor pendukung bagi guru PAI untuk

menanamkan pendidikan multikultrural.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor pendukung pada penerapan

pendidikan multikulturalbagi guru PAI dengan pengawasan semua warga sekolah di atas menjadi

lebih kuat dan tegas.

87

Departemen Agama RI, op. cit., h. 107. 88

Al-Imam Abu Husain..., h. 69.

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

J. Temuan Umum

6. Identitas SMK Karya Bunda

Nama Sekolah : SMK Swasta Karya Bunda

NSS : 542070106016

NPSN : 10261476

Status Sekolah : Swasta

Alamat : Jl. Vetpur Utama (Komp. Vetpur ABRI)

Desa : Medan Estate

Kode Pos : 20371

Kecamatan : Percut Sei Tuan

Kabupaten/ Kota : Deli Serdang

Propinsi : Sumatera Utara

Nomor Telepon : 617382057

Tanggal Izin Operasional : 2015-12-04

Email : [email protected]

Website : http://www.smkkaryabunda

Nama Kepala Sekolah : Tyas Dewi Kristiningsih

7. Visi, Misi dan Tujuan SMK Karya Bunda

VISI DAN MISI SMK SWASTA KARYA BUNDA

c. Visi

Adapun Visi SMK Karya Bunda adalah: “ Menjadi SMKyang Berkualitas , Unggul,

Berlandaskan, Imtaq Dan Iptek Serta Menghasilkan Alumniyang Mampu Bersaing Di Tingkat

Nasional dan Global”

d. Misi

10. Meningkatkan Prestasi Akademik Yang Membanggakan.

11. Membekali Siswa Dengan Ketrampilan.

12. Meningkatkan Kualitas Organisasi Dan Manajemen Sekolah Dalam Menumbuhkan

Semangat Keunggulan Dan Kompetitif.

13. Meningkatkan Kualitas Pbm Dalam Mencapai Kompetensi Siswa Berstandar

Nasional / Internasional.

14. Meningkatkan Kualitas Kompetensi Guru Dan Pegawai Dalam Mewujudkan Standar

Pelayanan Minimal (Spm).

15. Meningkatkan Kualitas Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Mendukung

Penguasaan Iptek.

16. Meningkatkan Kualitas Sdm Dan Kulitas Pembinaan Kesiswaan Dalam Mewujudkan

Imtaq Dan Sikap Kemandirian.

17. Meningkatkan Kemitraan Dengan Du/Di Sesuai Prinsip Demand Driven.

18. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Unit Produksi Dalam Menunjang Kualitas Sdm

Memberdayakan Lingkungan Sekolah Dalam Mewujudkan Wawasan Wiyatamandala.

8. Keadaan Guru SMK Karya Bunda

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa secara keseluruahan jumlah guru

dan pegawai di SMK Karya Bunda adalah 14 Orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 11

orang perempuan. Satu orang guru beragama Kristian dan 13 guru lainnya beragama Islam.

Secara umum tingkat pendidikan guru sangat memadai, karena rata-rata berpendidikan

sarjana. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Jumlaj Guru-guru di SMK Karya Bunda

No NUPTK Nama Bidang Studi

1 7449743644300033 Tyas Dewi Kristiningsih

Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda

2 5163756656300003 Agustini Kholidah Nasution,S.Pd IPA

3 Anisah Kartika Putri,S.Pd B. Indonesia

4 Devi Uliyana Rangkuti,S.Pd B.Inggris

5 6056746648300063 Dra. Aida Supriati Hasibuan

6 7552759660200022 Fahrul Lubis,S.Pd PJOK

7 6834758659300102 Farida Gian Sari,S.Pd

Keselamatan

dan Kesehatan

Kerja

Lingkungan

Hidup

8 0363759661300083 Leni Hasmi,S.Pd BK

9 6549743646300033 Drs. Nurmasyiah Siregar PKN

10 Risma Nurdelima Sinaga, SE IPS

11 Siti Hardianti Harahap,SPd.I Matematika

12 Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th Pendidikan

Agama

Krinten

13 6563762665210093 Suyatmi, S.Pd Tata Usaha

14 Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Pendidikan

Agama Islam

15 Amir Rizki Al-Haj,S.Pd TIK

9. Keadaan Siswa SMK Karya Bunda

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui secara keseluruhan jumlah siswa/i pada

tahun ajaran 2016/2017 di SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE adalah 63 orang,

terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 42 siswi perempuan. Jumlah ini terdiri daru kelas X, XI dan

XII bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2

Jumlah siswa di SMK Karya Bunda

No Kelas

Jumlah Siswa Jumlah Siswa

LK PR Islam Kristian

1 X1

3 3 12 7

2 XI1 13 13 15 13

3 XII1 5 5 6 10

Jumlah 21 42 33 30

Total 63 63

10. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Karya Bunda

Untuk mendukung kelangsungan proses belajar mengajar maka sekolah harus

memiliki sarana dan prasarana. Inilah beberapa data mengenai sarana dan prasarana yang ada

di SMK Karya Bunda pada tabel berikut :

Tabel 4.3

Sarana Prasarana

Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana

Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total

Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total

Ruang Teori/Kelas Kls X 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan

Ruang Teori/Kelas Kls XI AP 7.0 6.0 Milik Rusak Ringan

Ruang Teori/Kelas Kls XII 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan

Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana

Laboratorium Komputer LK 7.0 4.0 Milik Rusak Total

Ruang Guru RG 7.0 3.0 Milik Rusak Total

Ruang Kepala Sekolah RKS 7.0 4.0 Milik Rusak Total

K. Temuan Khusus

Berdasarkan data yang diperoleh,Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan

Pendidikan Multikulturaldi SMK Karya Bunda mencakup:

4. Upaya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK Karya

Bunda.

Adapun upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya

Bunda, yaitu: 1).Melalui kegiatan upacara pengibaran bendera, 2). Pada saat proses

pembelajaran, 3). Memberikan teladan di luar jam pelajaran.

d. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera

Kegiatan upacara merupakan aktivitas yang dilakukan di SMK Karya Bunda setiap seminggu

sekali, pelaksanaannya adalah hari senin. Pelaksanaan ini sudah menjadai rutininatas yang dilakukan

oleh pihak sekolah pada umumnya di Indonesia, demikian juga halnya di lakukan oleh pihak SMK

Karya Bunda, sesuai dengan pernyataan informan:

“Hmmm…Kalau masalah hal itu dia menerapkan, apalagi kalau udah ketepan pas upacara

bendera ya, terdiri dari pemimpin upacara, hmmmmm..pembina upacara ya.. dia selalu memberikan

himbauan kepada siswa gitu”.89

Dari pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa pada saat upacara bendera guru

PAI sebagai pembina upacara memberikan himbauan kepada seluruh siswa agar selalu menjaga

kerukunan, karena memang pada saat pelaksanaan upacara pengibaran bendera sangat cocok untuk

memberikan arahan dalam perbedaan tersebut, sebagaimana diketahui uapacara pengibaran bendera

merupakan momen memperingati jasa pahlawan dalam memerdekakan Indonesia dan negara kesatuan

republik Indonesia sejak sebelum merdeka telah terdidri dari berbagai agama, budaya dan suku.

Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa guru PAI sering di

tunjuk oleh pihak sekolah SMK Karya Bunda untuk menjadi pembina upacara dan guru PAI tidak

lupa untuk mengingatkan agar selalu menjaga perbedaan di antara siswa serta memberikan gambaran

bahwa Indonesia merdeka bukan karena perjuangan satu agama, bukan dimerdekakan oleh satu suku

saja melainkan didemerkakan dari berbagai agama, suku dan budaya.90

Data yang berkenaan dengan uapaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan

multikultural di SMK Karya Bunda dilakukan pada saat pengibaran bendera juga di kuatkan oleh

informan lainnya sebagai berikut:

“yahhhh,,, biasanya kek manalah ya….!! Palingan momen yang tepat saat pengibaran

benderalah pula, karnakan kita tahu bahwa Indonesia merdeka bukan karna di perjuangkan

oleh satu suku aja, melainkan dari berbagai suku, kek pahlawanlah. Ada pahlawan kita yang

dari Batak, Pahlawan dari Jawa, Aceh, Pahlawan dari Padang atau Nias dan lain-lainlah,

89

Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 90

Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).

itulah yang kita kasih contoh sama anak-anak, klo indonesia fitrahnya itu memang di

takdirkan memiliki berbagai budaya, bahasa, adat, hmmmmmm…banyak, itu yang pertama”91

Menurut informan, bahwa upacara pengibaran bendera yang dilakukan setiap hari senin di

SMK Karya Bunda sangat relevan dalam memberikan pemahaman dan menerima perbedaan

dikalangan siswa baik itu perbedaan suku, etnis, agama dan lain sebagainya seperti halnya para

pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesi bukan dari satu etnis, suku atau agama saja.

Akan tetapi dari berbagai agama, suku dan budaya.

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan

Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan pada saat upacara pengibaran bendera.

e. Pada saat Proses Pembelajaran

Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda salah

satunya pada saat proses pembelajaran, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

pada jenajang Sekolah Menengah Kejuruan adalah 45 menit, pada saat proses pembelajaran ini lah

guru pai memberikan pendidikan multikultural pada siswa-siswi karena diketahui mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam mempunyai konsep pemahaman agama Islam pada jenjang ini.

Guru PAI pada proses pembelajaran ini memberikan pemahaman pada siswa-siswi tentang

keberagaman dan saling menghormati pada semua agama, pada saat pengamatan (observasi) peneliti

melihat pada saat masuk pelajaran Agama Islam siswa-siswi yang non-muslim atau Kristen juga

belajar agama kristen pada kelas yang lain atau bersebelahan. Peneliti juga mengamati pada saat

proses pembelajaran guru PAI memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda bahwa

Islam menganjurkan agar tetap menghormati kepercayaan di luar Islam pada semua materi pelajaran

Agama Islam.92

sejalan denga pengamatan tersebut informan juga mnyatakan:

91Wawancara dengan guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 92

Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).

“Kan begini, sekolah kita inikan, ruangannya terbatas intinya dalam satu lokal ada yang Islam

ada yang Kristen, jadi di saat agama Islam belajar agama Islam, agama Kristen juga belajar

agama Kristen disanakan kalau yang kristen, aaaa katakanlah melakukan lagu puji-pujian

mereka kan itu lokalnya sebelah-sebelahan. Intinya ketika agama Muslim ini mendengar

mereka menyanyi-nyanyi puji-pujian, katakanlah seperti itu, ya kembali lagi ditekankan

kepada murid yang beragama Islam itu untuk tidak mengejek… aaa mereka gampang ini kan

didengarnya marlagu-lagu ikut-ikutan biar mereka tak tersinggung itulah namanya toleransi

saling menghargai.”93

Pengamatan di atas dikuatkan oleh pernyataan yang diperoleh dari informan sebagai berikut:

“……Dia selalu memberikan himbauan kepada siswa gitu, selain itu waktu jam belajar,

tapikan karna jam dia sedikit itu, dipuaskanlah waktu di jam-jam masuk”94

Dari pernyataan informan tersebut menggambarkan bahwa guru PAI memberikan pemahaman

kepada siswa pada saat proses pembelajaran tentang pentingnya saling menghormati terutama saling

menghormati keprrcayaan orang lain. Demikian juga, kepala sekolah SMK Karya Bunda selalu

memberikan arahan dan masukan kepada guru PAI agar selalu memberikan pemahaman kepada

semua siswa-siswi untuk selalu saling menghormati, data ini sesuai dengan jawaban yang diberikan

informan:

“Peneliti: Apakah guru PAI berperan aktif dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK

Karya Bunda?

Informan: Kebetulan iya, karna banyak saya kasih masukan.”95

Berkaitan dengan upaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan

multikultural terkait dengan pada saat proses pembelajaran ini juga diperkuat oleh pendapat informan

yang menyatakan:

“pada waktu pembelajaran lah pula juga,,,, hmmmmm.. kan Islam itu sendiri mengajarkan

toleransi juga, klo diliat-liat kan banyak ayat Alquran yang bilang klo kita tu harus

93

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 94Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 95

Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa

04 April 2017.

menghormati agama lain,,,,,,aaaaa intinya pula toleransilah ya kan, kek Alkafirunlah ayat

terahir itu kan katanya “Bagimu agamamu bagiku agamaku” jadikan gak usah maksain orang

buat percaya agama kita toleransi lah pula,,,hhhmmmmmm pokoknya toleransinya masih

wajarlah pula, jangan kita pula nyemabah agama orang itu pokoknya ada batasnya

juga………gitulah caranya ngasih pemahaman sama anak-anak itu..”96

Dari pernyataan informan di atas dapat dipahami bahwa guru PAI memberikan pemahaman

atau menerapkan Pendidikan Multikultural pada saat proses pembelajaran serta bertolak dari hasil

analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan penelitian sebagai berikut:

upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya

Bunda dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

f. Memberikan Teladan di Luar Jam Pelajaran

Upaya guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk

memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran, hal ini menurut informan juga diharapkan dapat

memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda tentang keberagaman serta berbagai

kultur yang ada dikalangan kehidupan dan lingkungan sekolah SMK Karya Bunda. Hal ini sesusai

dengan pernyataan informan yaitu:

“Dalam agama masing-masingkan, kita apa ya, cara bergaul, cara bersosialisasi dari situlah

kita mengajarkan anak bagaimana kita menyikapi dan kita gak boleh membeda-bedakan,

contohnya seperti saya, saya itu tidak membedakan suku, bangsa dan agama. Tapi kita

berbaur, bisa berbaur dan bisa bergaul dengan baik, ya kan kita tau, misalnya, ohhh ini ya,,,,

kita gak mau datang ke rumahmu karna rumah mu banyak ada anjingnya, ya akhirnya orang

itu udah ngertila, misalnya mau jajan itu gak halal, kebetulan yang di lingkungan sini halal

gitu, jadi semua bisa makan.”97

Sesuai pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa wakil kepala sekolah

memberikan teladan kepada siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk berbaur terhadap semua kalangan

dan tidak membedakan antara agama Islam dan non Islam dan memberikan hak yang sama terhadap

semua siswa-siswi.

96Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 97

Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017.

Data yang berkenaan dengan keteladan yang diberikan semua guru-guru SMK Karya Bunda

tersebut juga dikuatkan dengan hasil pengamatan peneliti dikalangan warga SMK Karya Bunda yaitu

bahwa walaupun ada satu guru agama Kristen diantara semua guru SMK Kaya Bunda.Namun, semua

guru berbaur dan bergaul dengan guru-guru lainya tanpa membedakan agama layaknya seperti tidak

ada perbedaan agama pada kehidupan sosial di SMK Karya Bunda.98

Hal ini memberikan teladan yang

sangat baik dan sangat efektif bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk tidak membedakan anatara

agama dalam kehidupan sosial.Sebagaimana Islam mengajarkan bahwa sebelum mengajarkan kepada

suatu ilmu, maka yang pertama dilakukan adalah mengamalkan atau melakukannya terlebih dahulu.

Bahkan jika suatu ilmu di ajarkan dan tidak diamalkan maka ada kemurkaan Allah akan datang.

Sesuai dengan firman Alla Swt., pada Alquran surah Assaf ayat 1.

أن تقولوا ما ال تفعلون (3: الصف)كب مقتا عند الل

Artinya: “Amat Besar Kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu

kerjakan.”99

Kedua data yang diseskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan lain tentang

Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk

memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran. Pernyataan tersebut terungkap dalam hasil

wawancara sebagai berikut:

“Yang jadi pertanyaannya kan tentang multikultural ini, khususnya jadi kalau saudara

tanyakan itu, saya memahaminya khusus kepada agama…. Jadi yang dapat guru Agama

tanamkan di sini atau yang dapat dilakukan guru PAI khususnya saya yaitu menanamkan

kepada siswa untuk saling menjaga toleransi saling menghargai dalam peredaan agama ini,

yah kita lah pula dulu yang saling bertoleransi, kan disini gak smua guru yang beraga Islam

98

Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017). 99

Departemen Agama RI, Mushaf ..., h

jadi ya kita dulu yang toleransi baru saya ajarkan anak-anak atau siswa-siswi

bertoleransi.”100

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan

Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan dengan memberikan teladan kepada semua

siswa-siswi yaitu guru-guru di SMK Karya Bunda juga saling bertoleransi dengan guru lain yang

berlainan agama.

5. Pentingnya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK

Karya Bunda

Dalam memandang pentingnya guru PAI menerapan pendidikan pendidikan

multikultural di SMK Karya Bunda. Berdasarkan data yang telah terkumpul bahwa siswa-

siswi SMK Karya Bunda memeluk dua agama dan terdiri dari empat suku. Maka sangat

dianggap relevan untuk diterapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda. Hal ini

sesuai dengan temuan peneliti pada dokumen sekolah bahwa pada jenjang kelas memeluk

agama Islam dan Kristen, pada kelas sepuluh (X) yang berjumlah 19 siswa 12 memeluk

agama Islam dan 7 pemeluk agama Kristen dan kelas sebelas (XI) berjumalah 28 siswa 15

siswa adalah pemeluk agama Islam sedangkan yang memeluk agama Kristen adalah 13

siswa. Demikian juga kelas duabelas (XII) berjumlah 16, 6 siswa diantaranya pemeluk agama

Islam dan 10 siswa pemeluk agama Kristen, jadi toltal siswa 63 pada semua jenjang 33 siswa

pemeluk agama Islam dan 30 siswa lainnya pemeluk agama Kristen.101

100Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 101

Data Siswa SMK Karya Bunda Tahun Pelajaran 2016/2017.

Data yang diperoleh di atas dikuatkan oleh pernyataan informan yang menyatakan

bahwa selain berbeda agama siswa-siswi di SMK Karya Bunda juga berbeda suku, hal ini

terungkap dalam pernyataan informan sebagai berikut:

“Keberagaman suku, agama itu ya?, dari pertama masuk saya di sini sampe sekarang itu

bayak dari Nias, mayoritas dari Nias, ……… suku Jawa, Batak. Batak nya juga ada yang

Batak Pak-Pak, ada yang dari Karogitu jadi ya banyaklah. Bataknya pun ada yang batak

Toba atau Kristen ada yang Batak Islam”102

Demikian juga pernyataan yang berkenaan dengan data dan hasil wawancara di atas

tentang keberagaman siswa-siswi baik agama maupun suku, hal ini juga terungkap dalam

penrnyataan informan sebagai berikut:

“Kalau keberagaman di sini bang, kalau suku, ada Jawa, Batak, Nias, Melayu, berarti ada

empat suku, baru Mandeling, Mandeling gak ada ya. Gak ada, berarti cuma empat suku

bang.”103

Dari data yang diperoleh tersebut dapat dimaknai bahwa siswa-siswi yang belajar di

SMK Karya Bunda terdiri dari berbagai Suku dan Agama terkait dengan suku terdiri dari

suku Jawa, Batak, Nias dan Melayu, adapun keberagaman terkait dengan agama terdiri dari

agama Islam, Protestan dan Katolik dengan demikian adapun pentingnya menerapkan

pendidikan miltikultural di SMK Karya Bunda adalah karena di SMK Karya Bunda memiliki

siswa dari berbagai agama dan suku.

Adapun data yang berkaitan dengan pentingnya menerapkan pendidikan multikultural

di SMK Karya Bunda karena siswa-siswi terdiri dari berbagai suku dan agama ini terungkap

dari pernyataan infroman yang menyatakan:

102Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa

04 April 2017. 103

Wawancara dengan Siswi SMK Karya Bunda. Kelas XI Nurisam. Kamis, 06 April 2017.

“Kan sekolah SMK Karya Bunda ini bukan berbasis Islam ini, bukan seperti pesantren, yakan

,,, kalau pesantren itu khusus dia, Muslim Muslimah perempuan, kalau SMK umum dia.

Otomatis yang Islamnya ada yang Kristennya pun ada, guru yang beragama Islam ada yang

beragam Kristen pun ada, ya itulah sekolah yang bersifat umum dia bukan khusus ada ke

Islamannya dia.”104

Data yang berkenaan dengan pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan

multikultural di SMK Karya Bunda karena Masyarakat yang ada di SMK Karya Bunda terdiri

dari berbagai Suku dan Agama ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan infroman berikut,

infroman menyatakan:

“Karna kita kan berada di Negara yang banyak budaya dan agama kita tak bisa mengelak dari

manapun, jadi, saling kerja sama dan menghargai, saling menghormati walaupun berbeda,

kek gitu juga lah sekolah kita ini, di sini kita juga dari berbagai agama khususnya Kristen dan

Islam, suku juga di sekolah kita ini banyak suku, jadi menurut saya sangat relevan untuk

memberikan pemahaman bagi kita semua khususnya siswa-siswi. Apalagi mereka kan tingkat

SMK masih labil gitulah, agar mereka memahami betul makna dari keberagaman

tersebut.”105

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan

temuan penelitian sebagai berikut: pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan

multikultural adalah untuk memberikan pemahaman bagi siswa dalam keberagaman karena

Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, bangsa dan agama demikian halnya juga

masyarakat SMK Karya Bunda terdiri dari dua pemeluk agama yaitu Islam dan Kristen, dan

terdiri dari empat suku yaitu Jawa, Melayu, Batak dan Nias.

6. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan

Multikultural Di SMK Karya Bunda

104

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 105

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017.

Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan

multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu 1).Kurang maksimal dukungan orang tua, 2).Pada

awal masuk sekolah siswa masih membawa budaya dari asalnya.Adapunfaktor pendukung

dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda Adalah: 1) Dukungan dari

semua guru.

c. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di

SMK Karya Bunda.

Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan

multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu:

3) Kurang Maksimal Dukungan Orang Tua

Dukungan orang tua memang sangar diperlukan dalam semua hal, begitu juga yang dirasakan

guru PAI di SMK Karya Bunda dalam menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa siswi

SMK Karya Bunda, karena siswa siswi SMK Karya Bunda berasal dari berbagai kota atau tidak

berasal dari daerah lingkungan sekolah saja bahkan banyak yang berasal dari luar kota seperti Nias

dan lain sebagainya. Di samping itu siswa siswi SMK Karya Bunda yang berasal dari lingkungan

sekolah juga dari keluarga yang kurang mampu, sehingga siswa-siswi SMK Karya Bunda harus

bekerja setelah pulang sekolah atau siswa-siswi yang tidak bekerja setelah pulang sekolah. Namun,

orang tua dari mereka pergi pagi dan pulang sekolah setelah mereka tidur sehingga tidak mendapakan

perhatian dari para orang tua. Hal ini terungkap hasil wawancara dengan informan berikut yang

menyatakan:

“Yang sangat berat itu. Satu, Karna perkembangan anak-anak ini, karna kita tahu ya, karna

kehidupan mereka pun sangat susah , ibaratnya bukan liar tapi mereka hidup

sendiri,……biasanyakan kita minta dampingan orang tua, bagaimana sikap anak di rumah,

gimana anak di sekolah itukan kita bisa nyakkan, tapi mereka tidak punya orang tua, jadi

gimana kita menghadapinya?, ya anak itulah yang harus kita apakan, memberikan nasehat,

mengingatkan dia, memberikannya suport gitu, masukan gitu.”106

Dari pernyataan yang dikemukakan oleh informan tersebut menunjukkan bahwa memang

salah satu faktor penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK

Karya Bunda adalah kurangnya dukungan dari

orang tua. Pendapat informan di atas juga diperkuat oleh pernyataan informan berikut,

informan menyatakan sebagai berikut:

“tapi bukan nyalahkan siapa-siapa ya kan, kadang pula orang tua pun jauh, jadi gimanalah,

jadi susah juga kita bilangnya, orang tuakan seharusnya udah menjadi contohlah ya kan,

atau ada yang masalah pula mau dibicarakan sama orang tua siswa gak bisa, jauh kek di

Nias lah pula contohnya, kek manalah mau di panggil, gak bakalan datang juganya itu.”107

Kedua data di atas berkenaan dengan kurangnya maksimalnya dukungan orang tua karena

disebabkan oleh ekonomi keluarga siswa di SMK Karya Bunda masih belum terpenuhi sehingga

orang tua siswa harus bekerja, sebahagian siswa lainnya berasal dari luar kota Medan atau jauh dari

orang tua, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan informan berikut, informan menyatakan:

“Trus pula peran orang tua lah, di sini apalagi ekonomi siswa kita di sini menengah ke

bawah, jadi orang tuanya secara otomatis sibuk mencari atau bekerja, sehingga klo di

undang untuk rapat sekolah sikitnya yang datang, kita juga gak bisa paksakan ya kan, kek

gitulah keadaannya, jadi perhatian orang tua terhadap mereka pun kuranglah belum lagi

siswa kita di sini banyak yang dari luar kota seperti Nias, tentulah itu gak dapat perhatian

dari orang tua, yah itulah kira-kira.”108

106

Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10

April 2017. 107

Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih.

Selasa 04 April 2017. 108

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017.

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.

4) Ruangan Kelas yang Minim

Ruangan juga menjadi fakor penting dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada

jenjang pendidikan apa saja. Ruangan kelas yang terbatas menjadi faktor penghambat pada

kelangsungan proses pembelajaran. Demikian juga guru PAI di SMK Karya Bunda dalam

menerapkan pendidikan multikultural.Dikarenakan hal demikian guru PAI tersebut tidak dapat secara

maksimal dalam menerapkan pendidikan multikultural. Hal ini terungkap pada hasil wawancara yang

dilakuan peneliti, informan menyatakan:

“Kembali lagi seperti yang saya katakan di awal tadi, kan kita ini lokal nya terbatas ruangan

intinya ketika murid yang beragama Islam ini tadi belajar agama Islam kemudian setelahnya

lagi yang beragama Kristen belajar agama Kristen. Jadi, permasalahan itu tidak terlalu apa

dikatakan ya tidak telau rumit, cuman ketika proses pembelajaran itu berlangsung karna

lokalnya tadi bersebelah-sebelahan seperti ini, ini bapak liatlah inikan suara dari lokal

sebelah jugakan sampai ke lokal yang beragama Islam ataupun suara yang beragama Islam

sampai ke ruangan yang beragam Kristen, jadi kek mana itu kurang efektif lah itu.”109

Karena ruangan kelas atau lokal di SMK Karya Bunda minim maka mengakibatkan ketika

berlangsung pembelajaran Agama Islam kurang efektif, hal ini juga dikarenakan ketika siswa belajar

Agama Islam, siswa yang kristen juga belajar Agama Kristen sehingga ketika siswa-siswi kristen

menyanyikan lagu-lagu kebaktian suara mereka sampai ke ruangan yang kelas siswa yang sedang

belajar pelajaran Agama Islam. Data ini juga diperkuat dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“trus kemudian,eeee ketika terjadi namanya pelajaran agama aaaaa kelas kamikan terbatas

hanya pembatas triplek,”110

109

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017. 110

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017.

Demikian juga hasil observasi peneliti pada saat terjadi proses pembelajaran Agama Islam,

siswa-siswi yang beragama Kristen juga belajar Agama Kristen dan pada saat penelti mengadakan

observasi siswa-siswi yang belajar agama Kristen sedang menyanyikan lagu puji-pujian mereka

sehingga fokus siswa-siswi yang sedang belajar agama Islam menjadi kurang, meskipun demikian

guru PAI tetap memberikan peringatan kepada siswanya agar selalu mengahormati dan bertoleransi

kepada pemeluk agama lain.111

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu ruangan kelas masih minim.

d. Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di

SMK Karya Bunda

Adapun faktor pendukung guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di

SMK Karya Bunda Adalah:

2) Dukungan Dari Semua Pihak Sekolah

Faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK

Karya Bunda adalah dukungan dari guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut, dukungan tersebut

yaitu berupa keikut sertaan semua guru dalam menerapkan pendidikan multikultural itu sendiri atau

semua guru yang mengajar di SMK Karya Bunda berperan aktif dalam menerapkan pendidikan

multikultural.

Hai ini terungkap pada hasil wawancara dengan infroman berikut:

“Peneliti: Bagaimana keterlibatan pihak sekolah dalam menyadarkan perbedaan bagi siswa

di SMK Karya Bunda?

111

Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).

Informan: Arahan selalu diberikan ya. Semua guru-guru ikut memberikan arahan kepada

siswa-siswa.”112

Pernyataan informan di atas menggambarkan bahwa pihak sekolah juga selalu memberikan

arahan kepada semua siswa dalam pendidikan multikultural sperti contohnya yang menjadi pembina

upacara yang dilakukan setiap hari senin di sekolah tersebut atau baris berbaris yang dilakukan dari

hari selasa sampai hari sabtu. Sebagaimana informan tersebut menyatakan sebagai berikut:

“Pihak sekolah berarti kan, eee … sifatnya lebih besar yaa.. dianya dari atas gitu pihak

sekolah ini dia berbicara dari, kepala yayasan, kepala sekolah, kebetulan disinikan ada

empat unit, SD, SMP, SMA, SMK, aaaa… jadi untuk menyadarkan mengenai perbedaan ini

saya sering melihatnya, hari senin selalu upacara dan di situ selalu di sampaikan di hari

selasa sampai sabtu semua berbaris sama-sama di lapangan sekolah, SD, SMP, SMA SMK,

dan disitupun disampaikan juga entah nasehat-nasehat tentang keberagaman.”113

Kedua data yang di deskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan berikut bahwa

semua pihak sekolah termasuk guru-guru di SMK Karya Bunda juga berperan aktif dalam

menerapkan pendidikan multilkultural, hal ini terungkap pada hasil wawancara peneliti dengan

informan sebagai berikut:

“Dalam masalah menyadarkan ataupun menanamkan rasa saling menghargai dan

menghormati itukan begitu siswa-siswi itu masuk di sekolah perguruan ini memang sudah

disampaikan kian itu pak. Terutama aturan-aturan ataupun tata tertib yang ada di sekolah ini,

artinya begitu masuk siswa baru itu atau siswi baru itu sudah siap mereka nanti untuk

mengikuti aturan-aturan ataupun tata tertip yang ada si sekolah kita ini, jika kesalahan yang

dilakukannya siswa tidak dapat lagi di maafkan ataupun tidak dapt lagi ditolerir, ya pihak

sekolah pun bisa mengeluarkan kebijakan ataupun ngambil sangsi ada yang di keluarkan

atau masih bisa dikomunikasikan dengan pihak orang tua atau wali murid tadi.”114

Dari pernyataan informan tersebut menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta

dalam meerapka pendidikan multikultural terhadap siswa-siswi di SMK Karya Bunda sejak awak

112

Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10

April 2017. 113

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017. 114

Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05

April 2017.

siswa masuk sekolah maka dalam tata tertib tersebut memang sudah memuat peraturan tentang saling

menghormati dan lain sebagainya. Di samping itu pihak sekolah juga jika salah seorang siswa

melanggar tata tertib yang telah di buat oleh pihak sekolah maka pihak sekolah akan memberikan

sangsi bertahap terutama dalam saling menghormati, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan

informan sebagai berikut:

“Peneliti:Jika pernah terjadi suatu masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu

menyelesaikan permasalahan tersebut?

Informan:Yang pertama kita sebagai guru harus netral, tidak boleh memilih pihak, ya, aaa

agar masalah ini bisa di tengahi atau diselesaikan .yang kedua e.. mendengarkan dulu pokok

permasalahannya biar kita tau jalan keluarnya, lalu yang ketiga, mmm tegas menyampaikan

aaa… peraturan sekolah yang ada bahwa klo memang masalahnya itu melanggar peraturan

ya mau tak mau mereka harus diberikan sangsi.”115

Demikian juga informan lain memberikan jawaban dengan pertanyaan yang sama sebagai

berikut:

“Kita panggil siswanya, satu persatu…. Tapi kalau udah dipanggil satu persatu kita penggil

bersama, jika kita bisa atasi tanpa orang tua kita atasi.Tapi kalo harus dengan orang tua

setelah itu, ya kita penggil orang tua.”116

Dari kedua respon informan di atas ketika peneliti menanyakan “Jika pernah terjadi suatu

masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu menyelesaikan permasalahan tersebut?”

menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta dalam menerapkan pendidikan multikultural di

SMK Karya Bunda dengan demikian memberikan kemudahan bagi guru PAI dalam menerapkan

Pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda.

Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan

penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu dukungan semua guru.

115

Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April

2017. 116

Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih.

Selasa 04 April 2017.

L. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan temuan penelitian di atas, sub fokus pertama tentang upaya guru PAI dalam

menerapkan pendidikan multikultural diperoleh beberapa kesimpulan proposisi antara lain: 1) Melalui

kegiatan upacara pengibaran bendera; 2) Pada saat proses pembelajaran; 3) Memberikan teladan di

luar jam pembelajaran. Sedangkan sub fokus kedua tentang pentingnya menerapkan pendidikan

multikultural adalah karna SMK Karya Bunda Terdiri dari berbagai suku dan agama. Adapun sub

fokus ketiga tetang faktor yang menghambat dalam menerapkan pendidikan multikultural yaitu: 1)

Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim; dan faktor yang mendukung

guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural adalah: 1) Dukungan dari semua pihak

sekolah.

4. Upaya Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural

d. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera

Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural yang dilakukan guru dapat

melalai kegiatan upacara pengibaran bendera.Upacara pengibaran bendera yang umumnya

dilaksanakan setiap hari senin memberikan makna pada perjuangan para pahlawan yang telah merebut

kemerdekaan Negera Kesatuan Rebublik Indonesia.Diketahui bersama bahwa negara ini bukan

dimerdekaan dari satu suku saja, melainkan dari berbagai suku. Demikian juga agama negera ini tidak

di merdekakan satu agama saja akan tetapi dari berbagai agama.

Kegiatan upacara pengibaran bendera ini memang suatu kegiatan yang menjadi rutinitas di

sekolah-sekolah umumnya walaupun tidak ada undang-undang yang mengaturnya tentang

kewajibannya. Namun, hal ini dapat dimaknai dari undang-undang Sisdiknas pasal 4 bahwa

pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskrimitatif dengan menjunjung tinggi HAM,

nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.117

Pada konteks ini dapat dikatakan, tujuan

utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan

empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda dan dari kegiatan upacara pengibaran

117

Presiden Rebublik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Pasal-4).

bendera ini tujuan dari pendidikan multikultural ini dapat dilaksanakan seperti simpatik terhadap para

pahlawan-pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan dengan melalui hening cipta yang di

lakukan pada setiap acara pengibaran bendera. Selain itu juga para pembina upacara pada saat

memberikan pidatonya dapat memberikan dan mengajak siswa dalam upuya menyadarkan perbedaan

di Indonesia umumnya dan dilingkungan sekolah khususnya.

Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa upaya yang di lakukan guru PAI

dalam menerapkan pendidikan multikultural atau semua guru dapat dilakukan melalui upacara

pengibaran bendera yang dilakukan oleh pihak sekolah.

e. Pada Saat Proses Pembelajaran

Temuan peneliti tentang upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural dapat

dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena, proses pembelajaran yang

berlangsung tersebut selalu di mulai dengan metode caramah.

Pada saat pembukaan pembelajaran guru yang menggunakan metode ceramah dapat

memberikan dan mengajak para siswa dalam memahami makna keberagaman.

Sejatinya mata pelajaran PAI yang meberikan pemahaman tentang agama Islam

sesungguhnya, maka seogiyanya dapat memberikan pemahaman bagi siswa untuk saling menghargai,

sebagaimana Allah memberikan pemahaman tentang toleransi ini yang tertuang dalam surah Alkafirun

1-6:

“katakanlah: “Hai orang-orang kafir (1).aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

(2).dan kamu tidak akan menyembah Tuhan yang aku sembah.(3). dan aku tidak pernah

menjadi penyembah apa yang kam sembah.(4). dan kamu tidak pernah menyembah Tuhan

yang aku sembah.(5). untukmu agamamu, dan untukku agamaku.(6).”118

Dari ayat Alquran di atas dapat dipahami bahwa dalam hal toleransi memang Islam

menganjurkan tetapi tidak dalam konteks yang berlebihan, seperti bergantian dalam menyembah

sesembahan masing-masing, dan demikian juga dengan agama ayat ini menjelaskan bahwa Islam

118

Departemen Agama RI, Mushaf…, h

mengakui bahwa ada agama yang diyakini manusi selain agama Islam dan Islam tidak memaksanak

orang lain untuk meyakini agama Islam.

Berdasarkan urain di atas dapat dinyatakan bahwa guru PAI dapat menerapkan pendidikan

multikultural pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menyelipkan atau mengambil waktu-

waktu untuk memberikan pemahaman bagi siswa tentang kemajemukan agama maupun suku yang

ada seperti pada saat guru yang menggunakan metode ceramah dalam membuka pelajaran.

f. Memberikan Teladan di Luar Jam Pembelajaran

Temuan penelitian tentang memebrikan teladan di luar jam pembelajaran menjadi salah satu

upaya yang dapat dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural. Keteladanan bagi

guru merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru tanpa terkecuali, hal ini

bisa dimaknai dari komptensi kepribadian guru yang diatur dalam Undang-undang nomor 14 tahun

2005 yang kemudian di jelaskan dalam PP nomor 74 tahun 2008,yaitu:

Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) sekurang-kurangnya

mencakup kepribadian yang:

n. Beriman dan bertakwa;

o. Berakhlak mulia;

p. Arif dan bijaksana;

q. Demogratis;

r. Mantap;

s. Berwibawa;

t. Stabil;

u. Dewasa;

v. Jujur;

w. Sportif;

x. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

y. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

z. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.119

Dapat dilihat bahwa di Indonesia pada poin “K” dinyatakan bahwa guru harus menjadi

teladan bagi murid atau peserta didiknya, dengan demikian maka seorang guru harus memberikan

119

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru, BAB II

Pasal 3 ayat 5.

teladan bagi peserta didiknya dalam hal apapun, karena memang metode teladan sangat efektif dalam

memberikan pembelajaran bagi siapapun. Sebagaimana kelebihan metode keteladan yang

dikemukakan oleh Muhaimin dan Abdul Majid adalah:

e. Metode keteladalan akan memberikan kemudah kepada pendidik dalam melakukan

evaluasi terhadap hasil dari proses pembelajaran.

f. Metode ketaladan akan memudahkan bagi peserta didik dalam mempraktikkan dan

mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan berlangsung.

g. Bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan

masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.

h. Metode keteladanan juga mendorong pendidik untuk senantiasa berbuat baik

karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh peserta didiknya.120

Dari penjelasan yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa metode keteladan sangat

diperlukan bagi seorang guru karena dengan keteladanan maka akan memudahkan bagi peserta didik

dalam mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan

berlangsung dan juga bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan

masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.

Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa metode keteladan merupakan langkah

yang sangat efektif dalam menerapkan pendidikan multikultural.

5. Pentingnya Guru PAI Menerapkan Penedidikan Multikultural

Pelajaran Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua

peserta didik yang beragama Islam, pada tingkat Sekolah menengah kejuaruan juga demikian

sekolah wajib memberikan pelajaran tersebut.Proposisi peneliti menunjukkan bahwa

pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda karena

SMK Karya Bunda mempunyai siswa dari berbagai budaya dan agama.

120

Muhaimin, dan Abdul Majid, (1993), Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan

Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya, h. 119.

Sebagaimana pengertian guru yang dikemukakan oleh Djamarah adalah Guru adalah

salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak

didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Keduanya berada dalam

proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan

mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas.

Guru dan anak didik berada dalam koridor kebaikan. Oleh karena itu, walaupun mereka

berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai

kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya.121

Jika dihubungkan dalam pendidikan agama Islam maka guru pendidikan agama Islam

yaitu guru atau tenaga pendidik yang secara berkelangsungan mentrasformasikan ilmu dan

pengetahuannya terhadap siswa di sekolah, dengan tujuan agar para siswa tersebut menjadi

pribadi-pribadi yang berjiwa Islami dan memiliki sifat, karakter dan prilaku yang di dasarkan

pada nilai-nilai ajaran Islam.

Dengan demikian guru PAI seharusnya berperan aktif dalam menerapkan pendidikan

multikultural bagi siswa karena multikultural ini berkaitan dengan kepribadian seseorang

dalam memahami keberagaman dan saling menghargai dalam perbedaan baik perbedaan

agama, suku, bahasa, suku, dan lain sebagainya.

Bertolak dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proposisi penelitian tentang

pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda

khususnya dan di semua sekolah umumnya menjadi suatu kewajiban terutama bagi sekolah-

sekolah yang peserta didiknya dari berbagai suku, bahasa, agama, budaya dan lain

sebagainya.

121

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2002), Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:

Rineka Cipta, h. 126.

6. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan

Multikultural

b. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural

Ada bebarapa faktora yang menjadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan

pendidikan multikulturak di SMK Karya Bunda yang merupakan menjadi temuan peneliti yaitu: 1)

Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim.

3) Kurang maksimal dukungan orang tua

Orang tua atau keluarga merupakan undur utama dalam dunia pendidikan karena pendidikan

yang pertama didapatkan adalah dari orang tua, sekolah merupakan tempat kedua bagi anak dalam

menuntut ilmu dan guru di sekolah merupakan pendidik kedua setelah orang orang tua. Proposisi

penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan

pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda adalah kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.

Dukungan dari orang tua dalam menerapkan pendidikan multikultural dalam konteks ini

merupakan suatu keharusan, karena dalam kehidupan sehari-hari anak seharusnya dapat belajar dari

orang tua bagaimana orang tua dapat berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan sekitarnya.

Mendidik anak dengan cara keteladanan menjadi faktor penting dalam membentuk baik dan

buruknya anak. Jika pendidik/orang tua juru, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan

menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan

tumbuh dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-

perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu juga sebaliknya jika pendidik/orang tua seorang

pembohong, pengkhianat, orang yang kikir dan hina maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan,

khianat , kikir, penakut, dan hina.122

Demikian juga sebuah hadis menjelaskan bahwa orang tua menentukan seorang anak itu baik

atau buruk sebagaimana tertera dalam kitab sahih Muslim sebagai berikut:

122

Asrul dan Ahmad Syukri (Ed), (2016), Strategi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam

Membentuk Sumberdaya Manusia Berkarakter. Medan: Perdana Publishing, h. 301.

عن سعيد بن املسيب أ خبين الزىري عن الزبيدي عن محمد بن حرب حدثنا حاجب بن الوليد حدثنا

ال يودل عىل الفطرة فأ بواه أ نو اكن يقول أ يب ىريرة قال رسول هللا صىل هللا عليو وسمل ما من مولود ا

(رواه مسمل) يودانو وينرصانو وميجسانو

Artinya: “Dari Hajib bin Walid dari Muhammad bin Harab dari Az-Zubaidi dari Az-Zuhri

menceritakan kepadaku Sa‟id bin Al-Musaib dari Abi Hurairah bahwasanya adalah berkata

ini, telah bersabda Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wasallam: Setiap anak dilahirkan dlm

keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau

Majusi (HR: Muslim)”

Hadis ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat berpengaruh terhadap seorang anak

sebagaiman hal yang urgen yaitu menyangkut kepercayaan atau agama, orang tua menjadi fsktor

utama dalam menetukannya terhadap anak tersebut, demikian juga dengan kelakuan anak sehari-hari

orang tua menjadi penentu apakah anak menjadi baik atau buruk.

Berdasarkan hadis dan pendapat yang di kemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa

orang tua sangat penting ikut andil dalam berbagai kelakuan anak, walaupun anak belajar dalam

sekolah namun peran orang tua sangat berpengaruh terhadap anak terutama dalam memahami

keberagaman atau pendidikan multikultural.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor penghambat dalam

menerapkan pendidikan multikultural bagi anak atau siswa adalah kurang maksimalnya dukungan

orang tua dalam kehidupan keseharian siswa atau di lingkungan sosial (masyarakat).

4) Ruangan kelas yang minim

Prasaran merupakan unsur penting pada lebaga pendidikan, sebagai sesuatu yang penting

pemerintah merumuskan peratuaran khusu yang menjadi kriteria minimumnya pada PP nomor 24

123

Al-Imam Abu Husain Muslim Muslim Bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, (1412 H/1991 M),

Shahih Muslim. Kairo: Dar Al-Hadist, h. 1226.

Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah

(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA).

Ruangan kelas sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran sudah seogiyanya baik

dan tertur serta nyaman bagi guru untuk mengajar baagitu juga bagi siswa dalam menjalani pelajaran

di sekolah. Lain halnya dengan SMK Karya Bunda maka ruangan kelas masih kurang nyaman bagi

siswa dalam menjalani proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran Agama Islam karena pada

saat pembelajaran agama Islam berlangsung maka pembelajaran agama krisetenpun berlangsung dan

dikarenakan ruangan kelas masih minim sehingga menyebabkan kelas yang ada harus dibagi menjadi

dua kelas.

Sementara itu PP nomor 24 Tahun 2007124

telah menegaskan tentang lauas minimum ruangan

kelas pada sekolah yaitu :

g. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktik yang tidak

memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.

h. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.

i. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 siswa.

j. Rasio minimum luas ruang kelas 2m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan siswa

kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang

kelas adalah 5 m.

k. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk

membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.

l. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar siswa dan guru dapat segera keluar

ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.

124Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, TentangSarana dan

Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah

Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), BAB I Poin D.

Dari undang-undang dan uraian di atas dapat dipahami bahwa proposisi yang menjadi temuan

peneliti berupa ruangan kelas yang minim menjadikan faktor penghambat bagi guru PAI dalam

menrapkan pendidikan multikultural.

b) Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural

Adapun faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural

di SMK Karya Bunda yang menjadi proposisi temuan peneliti yaitu: Semua pihak sekolah

ikut serta dalam mendukung penerapan pendidikan multikultural.

2) Dukungan dari semua pihak sekolah

Keterlibatan semua pihak sekolah merupakan unsur penting dalam suatu pendidikan, terutama

dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa. Melalaui upaya guru PAI dalam

menerapkan pendidikan multikultural hal ini menjadi faktor pendukung.

Dukungan berarti ikut serta membimbing dan mengarahkan sikap siswa dalam berbagai hal

termasuk saling menghargai terhadap keberagaman.Sebagai tugas guru yang telah tercermin pada

undang-undang No 14 Tahun 2005.Menjadi suatu keharusan bagi semua pihak sekolah untuk ikut

serta berpartisifasi dalam memberikan arahan dan bimbingan bagi siswa toleransi pada semua

perbedaan dan pendapat.

Dalam konteks kehidupan bersosial mecegah seseorang dari perbuatan tercela sangat

dianjurkan dalam Islam dalam bahasa agama disebut amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini yang

dimaksudkan dengan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan kamu saling

tolong menolong dalam kejahatan. Demikian yang tercermin dalam surah Al-Maidah ayat 2.

شديد العقاب ..…… ن الل ا قوا الل ث والعدوان وات

: املائدة)وتعاونوا عىل الب والتقوى وال تعاونوا عىل اال

2)

Artinya : “……. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu

kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.125

Di samping ayat di atas, sebuah hadis juga menekankan bahwa pengawasan dalam arti

mencegah seseorang dari perbuatan tercela merupakan suatu kewajiban. Hal ini tergambar pada hadis

riwayat

عت رسول هللا صىل هللا عليو وسمل يقول : عن أيب سعيد الخدري رض هللا عنو قال من رأى : س

ي ان تط فبقل و وذ أ عف اال ن ل سس

تط فبلسانو فا ن ل سس

ه بيده فا رواه )منك من را فلي ري

(مسمل

Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah

shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah

dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu

maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”.

Berdasarkan ayat Alquran dan Hadits yang dikemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa

mencegah seseorang dari berbuat kejahatan wajib menurut agama dalam kadar kemampuan.

Demikian juga dalam konteks sekolah yang menjadi lingkungan siswa, di dalamnya terdapat warga

sekolah terdiri dari beberapa unsur seperti teman sebaya siswa, guru, pegawai, kepala sekolah dan lain

sebagainya. Maka mencegah siswa dari perbuatan tercela adalah kewajibab semua warga sekolah

tanpa terkhusus kepada guru bidang tertentu seperti contoh guru PAI, dengan keterlibatan semua

warga sekolah tentu akan memudahkan dan menjadi faktor pendukung bagi guru PAI untuk

menanamkan pendidikan multikultrural.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor pendukung pada penerapan

pendidikan multikulturalbagi guru PAI dengan pengawasan semua warga sekolah di atas menjadi

lebih kuat dan tegas.

125

Departemen Agama RI, op. cit., h. 107. 126

Al-Imam Abu Husain..., h. 69.

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin& Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; CV

PustakaSetia, 2009.

Al-Imam Abu Husain Muslim Muslim Bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim.Kairo:

Dar Al-Hadist. 1412 H/1991 M.

Asruldan Ahmad Syukri (Ed), Strategi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Membentuk

Sumber daya ManusiaBerkarakter. Medan: Perdana Publishing. 2016.

Bagong dan Sutinah. Metodologi Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.Jakarta;

Kencana, 2005.

Departemen Agama RI. Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Alhuda Kelompok Gema

Insani,2002.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: RinekaCipta.

2002.

Juhaya, S. Pradja. Filsafat Ilmu.Bandung;Taraju,2003.

Marno,Strategi dan Metode Pengajaran.Ar-ruz Media.Yogyakarta, 2010.

Moleong, J. Lexy,Metodologi Penelitian Kualitati. Bandung; PT. Remaja,2013.

Mahfud,Choirul, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008.

Muhaimin, dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka

Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya. 1993.

Naim, Ngainun & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.

Nasution S, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2015.

Nata, Abuddin, Sosiologi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

,Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2010.

Nasir,Nanat Fattah, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, Bandung: UPI,

2007.

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja

Grafindo Persada,2011.

Salim&Syahrum. Metodologi Penelitian Kualitati. Bandung; Cita pustaka Media.2015.

Sitorus,Masganti, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, Medan : IAIN Press, 2016

Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta,2009.

Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktik, .Jakarta; PT.Rinekacipta,2006.

Sulalah, Pendidikan Multikultural, Malang: UIN-MALIKI Press, 2011.

Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing.2005.

Suryana,Yaya& H.A Rusdiana, 2015, Pendidikan Multikurtural (SuatuUpaya Penguatan Jati

DiriBangsa), Bandung: PustakaSetia.

Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Melejitkan Potensi Budaya Umum), Jakarta: Hijri

Pustaka Utama, 2012.

, dkk. Inovasi Pendiidikan, Medan: Perdana Publishing, 2015.

Tambak, Syahraini, Pendidikan Agama Islam (konsep metode pembelajaran pai),

Yogyakarta: Graha Ilmu.2014.

Triyo,Supriyatno, Humanitas Spiritual dalam Pendidikan, Malang: UIN-Malang Press.2009.

Thoifuri, Menjadi Guru Insiator, Semarang: Rasail, 2008.

UU RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara.

UU RI No. 20 Tahun 2003, 2006.Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar

Gfarfika.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru.

Uzer, UsmanMoh. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000.

Wasty dan Hendyat, Dasar&Teori Pendidikan Dunia (tantangan bagi para Pemimpin

Pendidikan), Surabaya: Usaha Nasional.2002.

Lampiran: 1

PEDOMAN OBSERVASI

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati peran guru PAI

dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda Medan Estate meliputi :

A. Tujuan:

Untuk memperoleh informasi data yang baik mengenai kondisi fisik maupun non

fisik serta peran guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural.

B. Aspek yang diamati:

1. Alamat/lokasi Sekolah.

2. Sarana dan Prasarana Sekolah.

3. Suasana iklim kehidupan sehari-hari baik secara akademik maupun social.

4. Lingkungan yang menunjang dalam penyadaran siswa terhadap perbedaan dan

saling menghormati.

5. Melihat kegiatan-kegiatan di sekolah terkait dengan Pendidikan Multikultural.

Lampiran: 2

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana keberagaman siswa di SMK Karya Bunda (suku, agama, etnis)?

Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan Operator Sekolah

(Dokumen- dokumen tentang guru dan siswa).

2. Apakah di sekolah ini pernah terjadi permasalahan karena perbedaan antara siswa

(contoh saling mengejek bahasa, agama dan lain-lain)?

Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan Operator Sekolah.

3. Berapa jumlah guru PAI di SMK Karya Bunda?

Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan Operator Sekolah

(Dokumen tentang guru dan siswa).

4. Apakah guru PAI berperan aktif dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK

Karya Bunda?

Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-guru lainnya.

5. Pendidikan Multikultural apa saja yang ibu/bapak (Guru PAI) yang di terapkan di

SMK Karya Bunda?

Informan: Guru PAI, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-

guru lainnya.

6. Bagaimana cara guru PAI dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural

terhadap siswa di SMK Karya Bunda?

Informan: Guru PAI, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-

guru lainnya.

7. Bagaimana menurut bapak upaya yang dilakukan guru PAI dalam menyadarkan

perbedaan bagi siswa di SMK Karya Bunda?

Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-guru lainnya.

8. Apakah bapak/ibu pernah menghadapi permasalahan siswa karena perbedaan di

kalangan siswa baik etnis, agama dan lain sebagainya?

Informan: guru PAI

9. Jika pernah terjadi suatu masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu

menyelesaikan permasalahan tersebut?

Informan: Guru PAI

10. Bagaimana keterlibatan pihak sekolah dalam menyadarkan perbedaan bagi siswa di

SMK Karya Bunda?

Informan: Guru PAI dan Guru-guru lainnya

11. Faktor apa saja yang menghambat bapak/ibu dalam upaya menerapkan pendidikan

multikultural di SMK karya Bunda?

Informan: Guru PAI, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya.

12. Faktor apa saja yang mendukung bapak/ibu dalam upaya menerapkan pendidikan

multikultural di SMK karya Bunda?

Informan: Guru PAI, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya.

13. Menurut ibu/ bapak kenapa pendidikan multikultural perlu di tanamkan bagi siswa di

SMK Karya Bunda?

Informan: Guru PAI, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya.

Lampiran: 3

CATATAN HASIL OBSERVASI I

Hari/ Tanggal : Rabu, 29 Maret 2017

Waktu : 07:15 – 10:00 WIB

Lokasi : SMK Karya Bunda

Sumber Data : SMK Karya Bunda dan Lingkungan Sekitar

Kegiatan : Observasi Awal

Deskripsi :

Hari ini merupakan pengamatan yang pertama kali dilakukan di SMK Karya Bunda.

Tujuan peneliti adalah untuk mendapatkan informasi mengenai penyelenggaraan pelajaran

PAI di SMK Karya Bunda. Peneliti menuju ruangan kepala, hal ini tidak membuat peneliti

sulit untuk langsung berjumpa dengan pihak sekolah karena peneliti sudah PPL di Madrasah

tersebut. Karena kepala sekolah tidak berada di tempat maka peneliti berjumpa dengan PKM

Kurikulum peneliti langsung menyampaikan maksud dan tujuan peneliti setelah

bercengkrama dengan PKM Kurikulum, ia menyarankan agar datang keesokan harinya dan

langsung bertemu dengan kepala sekolah.

Lampiran: 4

CATATAN HASIL OBSERVASI II

Hari/ Tanggal : Senin, 03 April 2017

Waktu : 09:00 – 11:00 WIB

Lokasi : SMK Karya Bunda

Sumber Data : SMK Karya Bunda dan Lingkungan Sekitar

Kegiatan : Mengurus surat izin penelitian dan pengamatan di SMK Karya

Bunda

Deskripsi :

Pada hari ini peneliti datang ke SMK Karya Bunda. Tujuan peneliti adalah

mengadakan observasi kedua untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan proses

pembelajaran PAI. Setelah sampai di sekolah, peneliti bermaksud menemui kepala sekolah,

tujuan peneliti untuk menyerahkan surat izin observasi, setelah menemui kepala sekolah

tersebut. Kepala sekolah menyambut baik kedatangan peneliti dan dengan keakraban.

Kemudian peneliti dipersilahkan duduk. Peneliti dipersilahkan melakukan penelitian kapan

pun pada waktu jam sekolah asalkan tidak mengganggu Proses Belajar Mengajar (PKM),

peneliti menyerahkan surat izin riset tersebut dan memohon izin untuk melihat-lihat lokasi

sekolah dan kepala sekolah mengizinkan, setelah melihat lingkungan SMK Karya Bunda,

peneliti menanyakan roster pelajaran SMK Karya Bunda untuk melihat hari apa pelajaran

PAI di laksanakan, berhubung hari ini tidak ada maka peneliti bermaksud untuk mengadakan

observasi keesokan harinya, peneliti akhirnya meminta izin dan berpamitan kepada kepala

sekolah dan pulang.

Lampiran: 5

CATATAN HASIL OBSERVASI III

Hari/ Tanggal : Selasa, 04 April 2017

Waktu : 09:00 – 11:30 WIB

Lokasi : SMK Karya Bunda

Sumber Data : Dokumen (tentang keadan guru, pegawai dan siswa SMK Karya

Bunda)

Kegiatan : Mencari data tentang keadaan siswa, guru, sarana dan prasarana

serta wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.

Deskripsi :

Dokumen diperoleh dari ibu Tata Usaha. Data yang diperoleh berupa data file bentuk

Microsoft Excel yang berisikan tentang profil sekolah dan keadaan guru, siswa dan sarana

prasarana SMK Karya Bunda. Diperoleh dari data tersebut jumlah pegawai dan guru 15 orang

dan siswa 63 orang yang terdiri dari 21 laki-laki dan 42 perempuan. Dari keseluruhan siswa

tersebut jumlah menurut agama adalah 33 Islam dan 30 Kristen. Tenaga pendidik mencakup

semua mata pelajaran. Pada mata pelajaran PAI hanya satu orang guru dan satu orang guru

yang mengajar mata pelajaran agama Kristen. Jumlah pegawai belum tersedia di bidang

masing-masing karena jumlah guru dan pegawainya masih minim. Pada hari ini peneliti juga

wawancara dengan kepala sekolah SMK Karya Bunda, peneliti bertanya dengan

menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat. Setelah selesai wawancara peneliti

berpamitan dan pulang.

Lampiran: 6

CATATAN HASIL OBSERVASI IV

Hari/ Tanggal : Rabu, 05 April 2017

Waktu : 09:00 – 11:00 WIB

Lokasi : SMK Karya Bunda

Sumber Data : Guru PAI SMK Karya Bunda

Kegiatan :Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda

Deskripsi :

Pada hari ini rabu 05 April peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk melakukan

penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap guru PAI, peneliti

memilih beliau jadi informan penelitian karena mudah untuk mendapatkan informasi dan

dikarenakan beliau dan peneliti mempunyai daerah asal yang sama jadi agar lebih akrab dan

lebih mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Peneliti juga melakukan pengamatan

terhadap proses belajar mengajar antara guru dan siswa pada pembelajaran PAI. Setelah

mendapatkan cukup informasi kemudian peneliti berpamitan pulang.

Lampiran: 7

CATATAN HASIL OBSERVASI V

Hari/ Tanggal : Kamis, 06 April 2017.

Waktu : 09:00 – 11:00 WIB

Lokasi : SMK Karya Bunda

Sumber Data : Siswa SMK Karya Bunda

Kegiatan : Wawancara dengan Siswa SMK Karya Bunda

Deskripsi :

Pada hari ini kamis 06 April 2017 peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk

melakukan penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap salah

seorang siswa SMK Karya Bunda. Peneliti memilih informan sebagai sumber data karena

menurut peneliti siswa tersebut tidak pemalu dan bersedia menjawab semua pertanyaan

peneliti dan menurut peneliti siswa juga di wawancara karena siswa mengalami langsung

bagaimana upaya guru dalam menerapkan pendidikan multikultural si sekolah tersebut,

peneliti juga melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar antara guru dan siswa

pada pembelajaran PAI. Setelah mendapatkan cukup informasi kemudian peneliti berpamitan

pulang.

Lampiran: 8

CATATAN HASIL OBSERVASI VI

Hari/ Tanggal : Senin, 10 April 2017.

Waktu : 09:00 – 10:30 WIB

Lokasi : SMK Karya Bunda

Sumber Data : Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda

Kegiatan : Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda

Deskripsi :

Pada hari ini Senin, 10 April 2017 peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk

melakukan penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap Wakil

Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, beliau dengan sangat baik dan ramah menerima peneliti

dan merikan jawaban yang ditanyakan peneliti sesuai dengan pedoman wawancara yang ada.

Peneliti memilih beliau jadi informan penelitian dengan pertimbangan ingin mencari info

tentang pembelajaran PAI dan kurikulum sekolah yang terkait dengan pendidikan karakter.

Setelah mendapat informasi dari Wakil Kepala Sekolah peneliti mengucapkan terimakasih

dan berpamitan pulang.

Lampiran: 9

CATATAN HASIL OBSERVASI VII

Hari/ Tanggal : Rabu, 12 April 2017

Waktu : 09:00 – 10:30 WIB

Lokasi : SMK Karya Bunda

Sumber Data : Guru Agama Kristen SMK Karya Bunda

Kegiatan : Wawancara dengan Guru Agama Kristen SMK Karya Bunda

Deskripsi :

Pada hari ini Rabu, 12 April 2017 peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk

melakukan penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap Guru

Agama Kristen SMK Karya Bunda, beliau dengan sangat baik dan ramah menerima peneliti

dan merikan jawaban yang ditanyakan peneliti sesuai dengan pedoman wawancara yang ada.

Peneliti memilih beliau sebagai Informan karena untuk melengkapi data yang peneliti

butuhkan tentang pendukung keterlibatan komponen sekolah terhadap penerapan pendidikan

multikultural di sekolah tersebut. Setelah mendapat informasi dari Guru Agama Kristen di

SMK Karya Bunda, peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan pulang.

Lampiran: 10

CATATAN HASIL WAWANCARA

No Pertanyaan Jawaban Informan

1. Bagaimana keberagaman

siswa di SMK Karya

Bunda (suku, agama,

etnis)?

Kalau untuk dua tahun ini,

Alhamdulillah ya, antara suku,

agama, mereka bisa menyatu, tapi

kalau tahun sebelumnya nampak

perbedaannya, mereka punya geng

masing-masing gitu, tapi kalau udah

dua tahun inilah, mereka bisa

menyatu mana muslim, mana yang

non muslim dan suku yang berbeda,

itu nyatu semuanya

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Keberagaman suku, agama itu ya?,

dari pertama masuk saya di sini

sampe sekarang itu bayak dari Nias,

mayoritas dari Nias, ……… suku

Jawa, Batak. Batak nya juga ada

yang Batak Pak-Pak, ada yang dari

Karo gitu jadi ya banyaklah.

Bataknya pun ada yang batak Toba

atau Kristen ada yang Batak Islam

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda, Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

Kalau keberagaman di sini bang,

kalau suku, ada Jawa, Batak, Nias,

Melayu, berarti ada empat suku, baru

Mandeling, Mandeling gak ada ya.

Gak ada, berarti cuma empat suku

bang.

Siswi SMK Karya

Bunda. Kelas XI

Nurisam. Kamis,

06 April 2017.

Selama saya mengajar di SMK

Karya Bunda ini kalau menyangkut

keberagaman multi..hmmm

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

multikultural ini..yaaa siswa di SMK

Karya Bunda ini, kalau dari suku ada

batak, jawa dan dari segi agama pun,

ya tentunya ada yang agama Islam

pastinya, ada juga kristen, ya itulah

yang dinamakan multikultural.

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

2. Apakah di sekolah ini

pernah terjadi

permasalahan karena

perbedaan antara siswa

(contoh saling mengejek

bahasa, agama dan lain-

lain)?

…….. terutama dari bahasa ya,

apalagi di sini banyak anak nias itu

ya, mereka suka pakai bahasa

mereka, jadi kita kadang tak paham.

Jadi disitulah kadang menimbulkan

fitnah, dan itu pun pernah juga

bermasalah gara-gara bahasa…

bisaaaa dua tahun yang lalu lah itu

bermasalah antara guru dan siswa itu

gawat karna bahasa

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Pertama-tama waktu baru, ada ya.

Tapi tergantung kita juga

sih…….waktu pertama kali itu di

SMK itu memang anak itu sendiri,

jadi sama yang pribumi di sini entah

itu Batak atau Jawa sama orang Nias

yang pendatang itu, gak bisa berbaur

gitu, duduk aja

berkelompok…………….

Berhubungan saya juga pegang seni

budaya, ya saya terangkanlah disitu

kita kan bineka tunggal ika itu nomor

satu, haaa…. Bermacam-macam

suku bangsa tapi kita bersatu,

termasuk anda yang sekolah di sini

merantau seperti saya juga mengajar

di sini karna tugas, itu. Jadi kita

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

teidak boleh membedakan jadai kita

harus bersatu, sama memberi

pengertian itu…..nah itulah saya

terus merangkul semuanya, bisa

bersatu semuanya antara anak Nias

yang Batak, yang Jawa gitu

bersatu……pertama datang karna

ada orang itu yang baru datang dari

kampung, dia masih bawa budaya

dia gitu, nah saya terangkan, di sini

itu multi etnik, jadi tolong jangan

bawa budaya abang di sini haaa, saya

gitukan, di sini saya gak bawa daerah

saya. Tapi di Medan ini adalah

Melayu, nahhh,, maka ikutilah

budaya itu, haaa jadi jangan bawa

budaya kamu……..

Ohh….. yang namanya di sekolah

ini atau di sekolah manapun itu kalau

siswa itu terdiri dari berbagai macam

suku ataupun agama apalagi dalam

tingkat pendidikan SMK seperti

sekolah ini yang namanya anak-anak

kan masih bisa dikatakan labil atau

gampang terselip emosi, jadi kalau

masalah ejek mengejek itu yaaa.

Sudah pasti pernah terjadi misalkan

dalam bercanda dengan

menggunakan logat yang berbeda

suku logat jawa atau logat orang nias

itu berbicara jadi masalah seperti itu

pernah terjadi.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

3. Berapa jumlah guru PAI di Kalau guru PAI nya hanya dua, satu Kepala Sekolah

SMK Karya Bunda? non Islam, satu yang Islam. SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

Kalau ditanyakan berapa jumlah

guru PAI di SMK Karya Bunda ini

kan sekolahnya ini bisa dikatakan

kecil untuk tingkat SMK terdiri dari

tiga kelas, jadi, tiga kelas terdiri dari

dua agama pula itu, ada Islam yakan,

kemudian kristen. Jadi, otomatis

kalau untuk guru PAI nya karna ada

siswanya kristen ada yang Islam

guru PAI nya Cuma satu itupun saya

sendiri.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

4. Apakah guru PAI berperan

aktif dalam menerapkan

pendidikan multikultural

di SMK Karya Bunda?

Hmmm…Kalau masalah hal itu dia

menerapkan, apalagi kalau udah

ketepan pasa upacara bendera ya,

terdiri dari pemimpin upacara,

hmmmmm.. pembina upacara ya..

dia selalu memberikan himbauan

kepada siswa gitu, selain itu waktu

jam belajar, tapikan karna jam dia

sedikit itu, dipuaskanlah waktu di

jam-jam masuk

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Kebetulan iya, karna banyak saya

kasih masukan.

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

Karna memangkan ini permasalahan

yang serius terjadi di negara kita, jadi

masing-masing guru agama seperti

kami di sini guru agama Islam dan

Kristen itu menjadi topik yang

penting untuk disampaikan, di sini

kami sudah berinisiatif dan paham

supaya murid-murid kami itu ya..

diberikan pemahaman yang baik.

Bahwa keberagaman suku dan

agama itu eee… jangan membuat

kita berbeda, di guru agama Islam

khususnya di kelasnya melakukan

topik-topik tertentu, bahkan sangat

penting disampaikan .

5. Pendidikan Multikultural

apa saja yang ibu/bapak

(Guru PAI) yang di

terapkan di SMK Karya

Bunda?

Tingkah laku, tingkah laku sama

yang paling utama disiplin ya,

disiplin mereka waktu belajar, karan

anak-anak ini kebanyakan kita lihat

kondisi yang lari kesampinglah yang

bawa makanan ke dalam kelas lah,

itu satu. Kedua disiplin mereka

waktu belajar itu gak pasti duduknya

bisa pindah ke mari pindah ke mari,

itu yang saya gak sukanya gitu,

kadang buat kelompok mereka, jadi

itu yang selalu saya perbaiki sama

mereka, apalagi kalau di dalam kelas.

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Agamanya ya itu, agama Kristen,

Katolik dan Protestan.

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

Yang jadi pertanyaannya kan tentang

multikultural ini, khususnya jadi

kalau saudara tanyakan itu, saya

memahaminya khusus kepada

agama…. Jadi yang dapat guru

Agama tanamkan di sini atau yang

dapat dilakukan guru PAI khususnya

saya yaitu menanamkan kepada

siswa untuk saling menjaga toleransi

saling menghargai dalam peredaan

agama ini. Kan begini, sekolah kita

inikan, ruangannya terbatas intinya

dalam satu lokal ada yang Islam ada

yang Kristen, jadi di saat agama

Islam belajar agama Islam, agama

Kristen juga belajar agama Kristen

disanakan kalau yang kristen, aaaa

katakanlah melakukan lagu puji-

pujian mereka kan itu lokalnya

sebelah-sebelahan. Intinya ketika

agama Muslim ini mendengar

mereka menyanyi-nyanyi puji-

pujian, katakanlah seperti itu, ya

kembali lagi ditekankan kepada

murid yang beragama Islam itu untuk

tidak mengejek… aaa mereka

gampang ini kan didengarnya

marlagu-lagu ikut-ikutan biar mereka

tak tersinggung itulah namanya

toleransi saling menghargai.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Yang paling utama adalah, aaaa

memberikan pemahaman kepada

siswa kami bahwa berbeda suku dan

agama dan kulit itu memang

datangnya dari Tuhan, dan itu tidak

membuat kita menjadi,, eee berbeda

untuk saling menyakiti, tetapi justru

dari keberagaman itu kita harus

semakin kuat, terlebih lagi kan

negara kita ini kan berlandaskan

Pancasila itu yang disampaikan,

kemudian kita juga bineka tunggal

ika, ada undang-undang dasar yang

mengatur negara kita, hal seperti itu

yang kami sampaikan.

Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

Rabu 12 April

2017.

6. Bagaimana cara guru PAI

dalam upaya menerapkan

pendidikan multikultural

terhadap siswa di SMK

Karya Bunda?

Kalau menurut saya dari himbauan

saja lah ya. Yang selalu diperhatikan

setiap saat ada kejanggalan sedikit

beri tahu anak dengan baik-baik, ada

hal yang aneh kasih tau

mereka…….. kalau untuk kegiatan

itu agak berat ya.

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Dalam agama masing-masingkan,

kita apa ya, cara bergaul, cara

bersosialisasi dari situlah kita

mengajarkan anak bagaimana kita

menyikapi dan kita gak boleh

membeda-bedakan, contohnya

seperti saya, saya itu tidak

membedakan suku, bangsa dan

agama. Tapi kita berbaur, bisa

berbaur dan bisa bergaul dengan

baik, ya kan kita tau, misalnya, ohhh

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

ini ya,,,, kita gak mau datang ke

rumahmu karna rumah mu banyak

ada anjingnya, ya akhirnya orang itu

udah ngertila, misalnya mau jajan itu

gak halal, kebetulan yang di

lingkungan sini halal gitu, jadi semua

bisa makan.

“yahhhh,,, biasanya kek manalah

ya….!! Palingan momen yang tepat

saat pengibaran benderalah pula,

karnakan kita tahu bahwa Indonesia

merdeka bukan karna di perjuangkan

oleh satu suku aja, melainkan dari

berbagai suku, kek pahlawanlah. Ada

pahlawan kita yang dari Batak,

Pahlawan dari Jawa, Aceh, Pahlawan

dari Padang atau Nias dan lain-

lainlah, itulah yang kita kasih contoh

sama anak-anak, klo indonesia

fitrahnya itu memang di takdirkan

memiliki berbagai budaya, bahasa,

adat, hmmmmmm…banyak, itu yang

pertama

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Kalau berbicara tentang menerapkan

kan berarti tidak berbicara tentang

cara ya, praktek, praktek yang di

buat di sini misalnya ada kegiatan,

aaa agama Islam begitu itukan

biasanya di lakukan oleh sekolah,

jadi yang dilakukan oleh siswa-siswa

itu membantu, jadi kerja sama nya

sangat baik, trus kemudian,eeee

ketika terjadi namanya pelajaran

agama aaaaa kelas kamikan terbatas

hanya pembatas triplek, sementara

guru agama Kristen dan Islam itu

mengajar caranya berbeda lalu kami

menekankan saling menghargai hal

yang seperti itu yang tetap dilakukan.

7. Bagaimana menurut bapak

upaya yang dilakukan guru

PAI dalam menyadarkan

perbedaan bagi siswa di

SMK Karya Bunda?

Hmmm penanamannya kan berbeda

gitu, jadi antara guru pai sama guru

non muslim itulah yang di atur,

gimana mereka bisa menyatu,

ibaratnya satu tujuan lah mereka.

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Ya bagaimana kita bersosialisasi, kan

apa namanya, …..kami arahkan lah

guru PAI, ini pa

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

Saya melihat bagus ya, terkadang

kan gini siswa ini dibilang sekali

belum mengerti tapi guru agama

Islam itu terus berupaya dan apa

yang disampaikan pun berdampak

baik gitu.

Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

Rabu 12 April

2017.

8. Apakah bapak/ibu pernah

menghadapi permasalahan

siswa karena perbedaan di

kalangan siswa baik etnis,

agama dan lain

sebagainya?

Kalau perbedaan agama itu tidak

pernah ada masalah.

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Dalam permasalah perbedaan ini,

kalau masalah perbedaan yang

sangat-sangat fatal gak pernah

terjadi, karna antara guru bidang

studi agama itu, Islam PAI ini yang

saya alami sendiri kemudian guru

agama kristen saling berkombinasi

ini dalam upaya untuk menanamkan

kepada siswa, untuk saling

menghargai baik yang agama Islam

atau Kristen saling mengkordinasi

atau saling menjalin komunikasi ini

supaya dalam proses pembelajaran

itu, kan bersamaan waktunya itu,

kalau agama Islam belajar agama

Islam dan kristenpun belajar agama

kristen Cuma tempatnya yang

berbeda kalau dalam bahasa kita

karna lokalnyapun terbatas sebelah

bersebelahanlah.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Kalau permasalahan itu tidak ada ya,

karana saya selalu mengingatkan

anak, kalau ada masalah saya akan

memberikan hukuman apalagi

mengejek-mengejek gitu ya,

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Sejauh ini belum Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

Rabu 12 April

2017.

9. Jika pernah terjadi suatu

masalah dikalangan siswa

bagaimana cara bapak/ibu

menyelesaikan

permasalahan tersebut?

Kita panggil siswanya, satu

persatu…. Tapi kalau udah dipanggil

satu persatu kita penggil bersama,

jika kita bisa atasi tanpa orang tua

kita atasi. Tapi kalo harus dengan

orang tua setelah itu, ya kita penggil

orang tua.

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

2017.

Andai kata permasalahan kultur itu

terjadi khususnya agama tadi,

menyelesaikan masalah ini

kembalilah seperti biasa kita

panggillah siswa itu, kemudian

antara guru agama Islam dan Kristen

pun saling menjalin komunikasi kek

mana solusinya andai kata seperti

itulah dia, biar tidak ada yang merasa

diberatkan atau yang di lecehkan

begitulah kira-kira.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Yang pertama kita sebagai guru

harus netral, tidak boleh memilih

pihak, ya, aaa agar masalah ini bisa

di tengahi atau diselesaikan . yang

kedua e.. mendengarkan dulu pokok

permasalahannya biar kita tau jalan

keluarnya, lalu yang ketiga, mmm

tegas menyampaikan aaa… peraturan

sekolah yang ada bahwa klo memang

masalahnya itu melanggar peraturan

Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

Rabu 12 April

2017.

ya mau tak mau mereka harus

diberikan sangsi.

10. Bagaimana keterlibatan

pihak sekolah dalam

menyadarkan perbedaan

bagi siswa di SMK Karya

Bunda?

Arahan selalu diberikan ya. Semua

guru-guru ikut memberikan arahan

kepada siswa-siswa.

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Dalam masalah menyadarkan

ataupun menanamkan rasa saling

menghargai dan menghormati itukan

begitu siswa-siswi itu masuk di

sekolah perguruan ini memang sudah

disampaikan kian itu pak. Terutama

aturan-aturan ataupun tata tertib yang

ada di sekolah ini, artinya begitu

masuk siswa baru itu atau siswi baru

itu sudah siap mereka nanti untuk

mengikuti aturan-aturan ataupun tata

tertip yang ada si sekolah kita ini,

jika kesalahan yang dilakukannya

siswa tidak dapat lagi di maafkan

ataupun tidak dapt lagi ditolerir, ya

pihak sekolah pun bisa

mengeluarkan kebijakan ataupun

ngambil sangsi ada yang di

keluarkan atau masih bisa

dikomunikasikan dengan pihak orang

tua atau wali murid tadi.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Pihak sekolah berarti kan, eee …

sifatnya lebih besar yaa.. dianya dari

atas gitu pihak sekolah ini dia

berbicara dari, kepala yayasan,

Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

kepala sekolah, kebetulan disinikan

ada empat unit, SD, SMP, SMA,

SMK, aaaa… jadi untuk

menyadarkan mengenai perbedaan

ini saya sering melihatnya, hari senin

selalu upacara dan di situ selalu di

sampaikan di hari selasa sampai

sabtu semua berbaris sama-sama di

lapangan sekolah, SD, SMP, SMA

SMK, dan disitupun disampaikan

juga entah nasehat-nasehat tentang

keberagaman.

Rabu 12 April

2017.

11. Faktor apa saja yang

menghambat bapak/ibu

dalam upaya menerapkan

pendidikan multikultural

di SMK karya Bunda?

Yang sangat berat itu. Satu, Karna

perkembangan anak-anak ini, karna

kita tahu ya, karna kehidupan mereka

pun sangat susah , ibaratnya bukan

liar tapi mereka hidup

sendiri,……biasanyakan kita minta

dampingan orang tua, bagaimana

sikap anak di rumah, gimana anak di

sekolah itukan kita bisa nyakkan,

tapi mereka tidak punya orang tua,

jadi gimana kita menghadapinya?, ya

anak itulah yang harus kita apakan,

memberikan nasehat, mengingatkan

dia, memberikannya suport gitu,

masukan gitu.

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Untuk penghambat, keknya muncul

dari dirinya sendiri ya, kadang-

kadang saya nangkap rasan-rasan itu

masih ada, kek duduknya dibelakang

berkelompok-kelompok, ini yang

menurut saya tidak perlu terjadi, tapi

Kepala Sekolah

SMK Karya

Bunda. Dra. Tyas

Dewi

Kristiningsih.

Selasa 04 April

bukan nyalahkan siapa-siapa ya kan,

kadang pula orang tua pun jauh, jadi

gimanalah, jadi susah juga kita

bilangnya, orang tuakan seharusnya

udah menjadi contohlah ya kan, atau

ada yang masalah pula mau

dibicarakan sama orang tua siswa

gak bisa, jauh kek di Nias lah pula

contohnya, kek manalah mau di

panggil, gak bakalan datang juganya

itu.

2017.

Kembali lagi seperti yang saya

katakan di awal tadi, kan kita ini

lokal nya terbatas ruangan intinya

ketika murid yang beragama Islam

ini tadi belajar agama Islam

kemudian setelahnya lagi yang

beragama Kristen belajar agama

Kristen. Jadi, permasalahan itu tidak

terlalu apa dikatakan ya tidak telau

rumit, cuman ketika proses

pembelajaran itu berlangsung karna

lokalnya tadi bersebelah-sebelahan

seperti ini, ini bapak liatlah inikan

suara dari lokal sebelah jugakan

sampai ke lokal yang beragama

Islam ataupun suara yang beragama

Islam sampai ke ruangan yang

beragam Kristen, jadi kek mana itu

kurang efektif lah itu.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Yang menghambat paling utama

adalah faktor waktu dan tempat

karna kita tau aaaa kita berlomba

dengan sekejul mengajar sedangkan

ini kan paling dia waktu yang

tertentu saja itu yang paling utama,

kadang-kadang kita kan dulu

mencari waktu, itupun kadang-

kadang guru agama Islam Kristen

menyelipkan di saat dia mengajar

tentang materi perbedaan ini, jadi di

waktulah pula. Trus pula peran orang

tua lah, di sini apalagi ekonomi siswa

kita di sini menengah ke bawah, jadi

orang tuanya secara otomatis sibuk

mencari atau bekerja, sehingga klo di

undang untuk rapat sekolah sikitnya

yang datang, kita juga gak bisa

paksakan ya kan, kek gitulah

keadaannya, jadi perhatian orang tua

terhadap mereka pun kuranglah

belum lagi siswa kita di sini banyak

yang dari luar kota seperti Nias,

tentulah itu gak dapat perhatian dari

orang tua, yah itulah kira-kira.

Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

Rabu 12 April

2017.

12 Faktor apa saja yang

mendukung bapak/ibu

dalam upaya menerapkan

pendidikan multikultural

Balek ke kita jugalah, balik ke etika

mereka lagi, kembali ke etika mereka

lagi, kan pengarahan terus-terus-

terus gitu..

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

di SMK karya Bunda? Pendukungnya bapak ibu guru di

sekolah ini memberikan contoh

seperti itu, ketemu siapapun. Bapak

ibu guru semua memberikan seperti

itulah…hmmmmmm ini menurut

saya pendukung yang sangat luar

biasa artinya kek di tengok anak-

anak, hmmmm jadi semua terbentuk

disitu.

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Yang mendukung, anak-anak kita di

sini mendengarkan ketika kita

menyampaikan pendidikan

multikultural mereka mau

mendengarkan atau mau menerima

nasehat, mereka sebenarnya itu

memahami keberagaman itu penting

Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

Rabu 12 April

2017.

13. Menurut ibu/ bapak

kenapa pendidikan

multikultural perlu di

tanamkan bagi siswa di

SMK Karya Bunda?

Karna kalau saya tengok, karna

perkembangan imtek juga ya. Kedua,

kurang arahan dari orang tua , orang

tua, ada orang tua yang memberikan

mereka kebutuhan tapi tidak mampu

..aaaaaa kawani mereka, untuk

bagaimana bertingkah laku,

bagaimana itu tidak ada, jadi

ibaratnya, kalau orang tua yang

tinggal di daerah sini itukan…….jadi

mereka pergi pagi pulang sore, yang

selebihnya orang tuanya entah

dimana, di luar kota jadi pengarahan

itu tidak ada.

Wakil Kepala

Sekolah SMK

Karya Bunda,

Leni Hasmi,S.Pd,

Senin 10 April

2017.

Kan sekolah SMK Karya Bunda ini

bukan berbasis Islam ini, bukan

seperti pesantren, yakan ,,, kalau

Guru PAI SMK

Karya Bunda,

Tohiruddin

pesantren itu khusus dia, Muslim

Muslimah perempuan, kalau SMK

umum dia. Otomatis yang Islamnya

ada yang Kristennya pun ada, guru

yang beragama Islam ada yang

beragam Kristen pun ada, ya itulah

sekolah yang bersifat umum dia

bukan khusus ada ke Islamannya dia.

Butarbutar,S.Pd.I

Rabu 05 April

2017.

Karna kita kan berada di Negara

yang banyak budaya dan agama kita

tak bisa mengelak dari manapun,

jadi, saling kerja sama dan

menghargai, saling menghormati

walaupun berbeda, kek gitu juga lah

sekolah kita ini, di sini kita juga dari

berbagai agama khususnya Kristen

dan Islam, suku juga di sekolah kita

ini banyak suku, jadi menurut saya

sangat relevan untuk memberikan

pemahaman bagi kita semua

khususnya siswa-siswi. Apalagi

mereka kan tingkat SMK masih labil

gitulah, agar mereka memahami

betul makna dari keberagaman

tersebut.

Guru Agama

Kristen, Jhon

Ezra Rinaldy

Sinaga,S.Th,

Rabu 12 April

2017.

Lampiran: 12

CURRICULUM VITAE

I. Identitas Diri

Nama : Muhammad Ihwan Harahap

Nim : 31.13.3.291

Tempat Tanggal Lahir : Pasar Lama, 18 Januari 1993

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat Medan : Jalan Setia Budi, Pasar III, Gg Cempaka 15

No. Telepon / HP : +628 53 5977 4193

Nama Orangtua

Nama Ayah : Drs. Syafaruddin Harahap

Nama Ibu : Warni Nasution

Alamat Orang Tua : Pasar Lama, Kec. Batang Angkola, Kab.

Tapanuli Selatan, Sematera Utara.

Anak ke : 2 dari 6 bersaudara

II. Jenjang Pendidikan

TK Al-Qur‟an Batang Angkola 1998-2000

SD Negeri100230 Pasar Lama 2000- 2006

MTs. Musthafawiyah 2006- 2009

MAS Musthafawiyah 2009- 2012

S-1 UIN SU 2013-2017

Medan, Selasa 06 juni 2017

Yang Bersangkutan

Muhammad Ihwan Harahap

NIM: 31.13.3.291