PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN …repository.uinsu.ac.id/3352/1/MhD. IHWAN HARAP.pdf ·...
Transcript of PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN …repository.uinsu.ac.id/3352/1/MhD. IHWAN HARAP.pdf ·...
PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
DI SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan
Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
MUHAMMAD IHWAN HARAHAP NIM. 31.13.3.291
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Selanjutnya salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah
membawa risalah Islam berupa ajaran yang haq lagi sempurna bagi manusia.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas dalam mencapai gelar sarjana pada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan. Adapun judul skripsi ini
adalah“PERAN GURU PAI DALAM MENERAPKAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE”.
Penulis menyadari bahwa masih minimnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki sehingga banyak hambatan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini.
Tetapi berkat ketekunan dan kesabaran serta bimbingan dari bapak dosen pembimbing, juga
bantuan dari berbagai pihak sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang secara langsung memberikan
kontribusi dalam menyelesaikan skripsi ini
Secara khusus dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dra. H. Farida Jaya,M.Pd sebagai pembimbing satu dan Bapak Drs. H. Yasin, MA sebagai
pembimbing dua yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan
skripsi ini dari awal hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Selanjutnya ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Asnil Aidah Ritonga, MA selaku Ketua Jurusan Prodi Pendidikan Agama
Islam UIN Sumatera Utara.
3. Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai yang telah mendidik penulis selama menjalani
pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan.
4. Kepada Kepala Sekolah Ibu Dra. Tiyas Dewi Kristiningsih, dan seluruh dewan guru
beserta staf administrasi SMK Karya Bunda yang telah bersedia memberikan
kontribusi data-data kepada penulis dalam proses penelitian.
5. Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Sekjur yang telah memberikan dukungan
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Teristimewa penulis sampaikan terima kasih dengan setulus hati kepada kedua orang
tua tercinta, yang selalu mencurahkan do‟a dan kasih sayang, memberikan perhatian,
bimbingan, dan mendidik, serta memotivasi kepada penulis dengan hati yang tulus
dan ikhlas. Ayah: Drs. Syafaruddin Harahap & Ibunda: Warni Nasution.
7. Kakak, adik-adik dan semua keluarga tercinta dan tersayang yang selalu memberikan
motivasi dan perhatiannya selama pembuatan skripsi ini. Semoga Allah memberikan
balasan yang tak terhingga dengan surga-Nya yang mulia.
8. Amang Boru Arjul Nasution dan Bou Niar Harahap yang telah memberikan motivasi
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh teman seperjuangan PAI-9 stambuk 2013, yang telah banyak memberikan
semangat sehingga selesainya penulisan skripsi ini.
10. Dan kepada teman saya yang tercinta dan tersayang: Nur Asiah Nasution, S.Pd. dan
teman-teman yang lainnya yang selalu mendapingi penulis dikala penulis
membutuhkan bantuan. Semoga amal yang baik dan niat ikhlas dari mereka semua
menjadi amal ibadah disisi Allah SWT.
Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak, penulis tidak dapat membalasnya,
hanya kepada Allah SWT penulis pintakan semoga jasa baik mereka mendapat balasan yang
berlipat ganda. Selain itu, penulis mohon maaf bila dalam usaha menyelesaikan skripsi ini,
penulis telah melakukan kesalahan dan menyakiti perasaan pihak yang terkait.
Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan yang tentunya banyak mengalami kekurangan dan kejanggalan baik
menyangkut teknis maupun dari segi ilmiahnya. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk
menerima kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca dalam rangka perbaikan
menuju karangan yang sebenar-benarnya yang bersifat ilmiah.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memunculkan terobosan baru di
dalam dunia pendidikan dan dapat menjadi kontribusi dalam ilmu pengetahuan di lembaga
pendidikan serta dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembacanya.
Medan, 09 Juni 2017
Penulis
MHD IHWAN HARAHAP
NIM. 31.13.3.291
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
Daftar Tabel ................................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB II. KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam ........................................................ 9
1. Pengertian Guru ............................................................................. 9
2. Guru Dalam Perspektif Islam......................................................... 12
3. Peran Guru Dalam Islam ................................................................ 13
B. Pendidikan Multikultural ................................................................. 18
1. Pengertian Pendidikan ................................................................... 18
2. Pengertian Multikultural ................................................................ 21
3. Tujuan Pendidikan Multikultural ................................................... 24
4. Peran Guru Pai Dalam Pendidikan Multikultural .......................... 25
C. Penelitian Relevan .............................................................................. 26
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................... 29
B. Subjek Penelitian ............................................................................... 32
C. Sumber Data Penelitian ..................................................................... 33
D. Teknik Pengumpul Data.................................................................... 33
E. Teknik Analisis Data.......................................................................... 37
F. Teknik Pemeriksa Keabsahan Data ................................................. 38
BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Temuan Umum................................................................................... 41
1. Identitas SMK Karya Bunda ...................................................... 41
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Karya Bunda ................................ 42
3. Keadaan Guru SMK Karya Bunda............................................ 43
4. Keadaan Siswa SMK Karya Bunda ........................................... 44
5. Kedaan Sarana dan Prasarana SMK Karya Bunda ................ 45
B. Temuan Khusus ................................................................................. 46
C. Pembahasan Penelitian ...................................................................... 62
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 75
B. Saran ................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1Guru SMK Karya Bunda ......................................................... 47
Tabel 4.2 Keadaan Siswa SMK Karya Bunda ....................................... 48
Tabel 4.3 Sarana Prasarana SMK Karya Bunda ................................... 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat berbagai macam adat istiadat dengan beragam ras, suku bangsa, agama dan kaya
akan bahasa itulah bangsa Indonesia. Indonesia adalah salah satu Negara multikultural terbesar di
dunia. Keragaman dan keaneka ragaman etnik dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan. Keragaman
ini diakui atau tidak, banyak menimbulkan persoalan yang menjadi masalah yaitu masih banyaknya
orang-orang yang tidak menerima perbedaan itu sehingga mengakibatkan hal yang negatif.
Bila bangsa ini menjadi kuat, maka diperlukan adanya sikap saling menghargai,
menghormati, memahami, dan sikap saling menerima dari setiap individu. Untuk mempunyai
individu-individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan menghormati individu yang
lainnya diperlukan adanya pemahaman, bahwa perbedaan bukanlah menjadi suatu persoalan. Yang
lebih penting adalah bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi indah, dinamis dan
membawa berkah.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memIliki
kekuatan spiritual agama, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1
Proses pembelajaran dalam suatu pendidikan formal merupakan suatu hal yang mutlak yang
membutuhkan keterlibatan peran aktif guru dan siswa. Guru bertindak wajar sesuai dengan profesinya
dan siswa belajar sesuai dengan self consciousness (kesadaran diri) yang biasanya lahir karena adanya
motivasi dari gurunya. Antara guru dan siswa harus senantiasa merefleksikan interaksi edukatif dalam
pembelajaran. Interaksi ini merupakan hubungan aktif dua arah yang bermakna dan kreatif yang
berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Proses pembelajaran diharapkan pula merupakan proses
1Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.
motivasi yaitu guru mampu memberikan dan mengembangkan motivasi serta penguatan terhadap
pembelajaran sehingga mencapai hasil yang maksimal.
Menurut para ahli sosiologi pendidikan, terdapat reaksi resiprokal (timbal-balik) antara dunia
pendidikan dengan kondisi sosial masyarakat. Relasi ini bermakna bahwa apa yang berlangsung
dalam dunia pendidikan merupakan gambaran dari kondisi yang sesungguhnya di salam kehidupan
masyarakat yang komplek.2 Di dalam sekolah tentu adanya norma prosedural, kode perilaku susunan
struktural, distribusi kekuasaan, keistimewaan dan tanggung jawab, sekolah mencerminkan nilai-nilai
kurtural masyarakatnya. Guru, administrator dan para pembuat kebijakan membawa pengalaman dan
perspektif kultural sendiri dan memberikan pengaruh terhadap setiap keputusan dan tindakan
pendidikan. Demikian pula dengan siswa yang berasal dari berbagai latar belakang etnik dan budaya
di dalam suatu sekolah. Budaya yang berbeda inilah dapat menimbulkan konflik budaya, yang hanya
dapat dimediasi dan direkonsiliasi melalui efektifitas proses intruksional yang mencerahkan dan
membuka batasan-batasan kultural yang kaku.
Pendidikan Multikultural bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik dan juga unuk menciptakan keharmonisan dalam perbedaan. Pendidikan multikultural sangat
memperjuangakan tentang pluralisme agama dan anti diskriminasi ras dan etnis. Oleh karena itu,
pendidikan multikultural penting diterapkan dalam segala bentuk, jenis dan tingkatan pendidikan,
karena Indonesia tidak hanya dihuni oleh satu etnis, suku, dan agama. Akan tetapi sudah menjadi
fitrah bagi Negara Indonesia memiliki beberapa etnis, suku, dan agama.
Guru dalam dunia pendidikan merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dan
pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing siswa-siswanya.
Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja
sama dengan orang lain. Seorang guru dituntut untuk dapat mengefektifkan proses pembelajaran baik
di dalam kelas maupun di luar kelas. Guru juga merupakan faktor penting dalam
mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman yang inklusif dan moderat yang artinya guru memiliki
2 Ngainun Naim & Achmad Sauqi, 2008, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, h. 1
pemahaman keberagaman yang humanis, dialogis, kontekstual, dan aktif-sosial di dalam sekolah.
Begitu pula guru mempunyai peran penting dalam pendidikan multikultural di salah suatu
pembelajaran karena memiliki satu target dan strategi dalam setiap pembelajarannya.
Bagi pendidikan agama Islam gagasan multikultural bukanlah sesuatu yang baru dan yang
akan ditakuti, karena ada beberapa alasan yaitu:
1) Bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan orang lain.
2) Konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu golongan saja.
3) Dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seseorang hamba adalah terletak
pada integralitas taqwa dan kedekatannya kepada Tuhan.
Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam yang berbasis Multikultural adalah “ Pendidikan
yang melihat perbedaan suku, agama dan ras merupakan bagian dari skenario dan rekayasa
penciptanya, satu paket dengan ragam ciptaan alam raya”.3 Di samping itu pula merupakan
konsekuensi penciptanya atas manusia sebagai “Mahluk Nalar” atau yang di dalam Al-quran, di sebut
sebagai “Ahsanu Taqwim” (sebaik-baik ciptaan).
Pendidikan agama berwawasan multikultural dikenal sebagai salah satu langkah strategis
untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Agar mereka
lebih memahami wacana multikultural yang bukan hanya sekedar wacana, tetapi mampu di
implementasikan dalam bentuk interaksi kehidupan sosial sehari-hari. Oleh karena itu pendidikan
multikulturall sangat penting digalakkan mulai sejak dini. Dengan begitu, permasalahan yang sering
terjadi yang dipicu oleh perbedaan agama, ras, suku, golongan tertentu akan mampu diminimalisir
dengan cepat dan sistematis oleh bangsa ini. Berkenaan dengan pendidikan multikultaral ini, Allah
Swt., berfirman dalam Alquran surah Alhujurat ayat 13, yaitu:
علمي خبري ن الل أتقاك ا ن أكرمك عند الل
ن خلقناك من ذكر وأنث وجعلناك شعوب وقبائل لتعارفوا ا
ا الناس ا ي أيه
(13: احلجرات)
3 Abuddin Nata, 2014, Sosiologi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, Cet.1, h. 225.
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.”4
Dengan adanya keberagaman dan perbedaan kultural ini menjadikan rentan terjadinya
perselisihan dalam aktivitas dan interaksi di lingkungan sekolah. Namun hal ini bisa menjadi
permasalahan ketika banyaknya siswa yang tidak menerima perbedaan-perbedaan itu. Di Sekolah
SMK Karya Bunda merupakan salah satu sekolah yang peserta didiknya berasal dari ras, suku, dan
golongan yang berbeda. Meski mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan beragam kultur
dan bahkan berbeda agama tidak menjadikan mereka bisa akrab dengan menjaga hubungan baik di
lingkungan terlaksananya proses pembelajaran. Maka dari itu, perlu adanya peran dari guru-guru di
sekolah tersebut di dalam melaksanakan tugasnya demi terciptanya suasana multikultural, khusunya
bagi guru Pendidikan Agama Islam yang sebagai agama mayoritas dengan pemeluk agama terbanyak
di sekolah itu.
Adapun kejadian yang pernah terjadi yaitu adanya persaingan-persaingan yang dilakukan oleh
siswa. Masalah tersebut tidak sampai meluas tidak sampai tersebar luas karena segera ditangani oleh
pihak sekolah khusunya oleh para guru. Berkaitan dengan masalah ini merupakan sebuah tantangan
dan pengalaman bagi para guru dalam menumbuhkan semangat toleransi, kebersamaan dan
persaudaraan sehingga mampu menerapkan nilai multikultural di lembaga pendidikan sekolah
tersebut.
Karena keberagaman yang ada dengan sikap tetap menghargai dan menghormati inilah yang
menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Peran Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda Medan Esteate.”
B. Fokus Penelitian
4Departemen Agama RI, (2002), Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Alhuda Kelompok
Gema Insani, h. 286.
Dari latar belakang masalah yang diuaraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang
hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK
Karya Bunda?
2. Mengapa guru PAI harus menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya
Bunda?
3. Apa faktor penghambat dan pendukung guru PAI dalam menerapkan Pendidikan
Multikultural di SMK Karya Bunda?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana guru PAI dalam menerapkan Pendidikan
Multikultural di SMK Karya Bunda.
2. Untuk mengetahui pentingnya menerapkan pendidikan Multikultural di SMK
Karya Bunda.
3. Untuk mengetahui apa faktor penghambat dan pendukung guru PAI dalam
menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda.
D. Kegunaan Penelitian
1. Diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan
Pendidikan Agama Islam yang Multikultural.
2. Untuk menambah keilmuan dan wawasan bagi penulis khusunya Fakultas
Tarbiyah pada umumnya.
3. Berguna bagi guru Pendidikan Agama Islam sebagai acuan pertimbangan dalam
usahanya untuk menerapkan Pendidikan Multikultural.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Peneliti mengharapkan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
kontribusi bagi pengembangan penelitian pada pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda.
2. Secara praktis
a) Bagi peneliti
Menambahkan khazanah pengetahuan tentang peran guru Pendidikan Agama Islam dengan
penerapan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda. Dan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan yang masih belum sempurna.
b) Bagi Universitas
Memberikan informasi yang lebih jelas bagi lembaga kependidikan UIN Sumatera Utara
khususnya Jurusan Pendidikan Agama Islam agar memberikan program-program baru yang dapat
mendorong kretiafitas mahasiswa dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya
Bunda.
c) Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi lebih jelas bagi mahasiswa tentang Pendidikan Multikultural di SMK
Karya Bunda, sehingga memberikan banyak motivasi kepada mahasiswa untuk menciptakan ide-ide
baru yang dapat digunakan.
1. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5
Menurut Moh. Fadhil Al-Djamali dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, menyebutkan bahwa
guru adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehingga terangkat
derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia.Marimba
mengartikan guru adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik.6
Dari uraian pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik yang
bertanggung jawab untuk mengajar, membimbing, mengarahkan, memberikan penilaian, melatih dan
mengevaluasi setiap aktivitas peserta didik.
Seorang guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus untuk bisa
menjadi guru.Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk
melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru.Guru yang profesional harus mampu menguasai
seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina
dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai implikasi terhadap peran dan fungsi yang
menjadi tanggung jawabnya. Seorang guru memiliki satu kesatuan perandanfungsi yang tidak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih.
Sebagai pendidik, seorang guru lebih banyak menjadi sosok- sosok panutan yang memiliki
nilai moral dan agama yang patut ditiru dan diteladani oleh peserta didik. Sikap dan perilaku sehari-
hari guru dapat diteladani oleh peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas sehingga diharapkan
akan mampu membentuk kepribadian peserta didik.
5UU RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen , Bandung: Citra Umbara, h. 2. 6Syafaruddin, dkk. (2012), Ilmu Pendidikan Islam (Melejitkan Potensi Budaya Umum),
Jakarta: Hijri Pustaka Utama, h. 54.
Sebagai pengajar, seorang guru diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan ilmu yang
cukup agar dapat ditransfer kepada peserta didik. Dalam hal ini guru harus menguasai materi yang
akan diajarkan, menguasai strategi dan metode mengajar yang akan digunakan untuk menyampaikan
bahan ajar dan menentukan alat evaluasi pendidikan yang akan digunakan untuk menilai hasil belajar
peserta didik.
Sebagai pembimbing, seorang guru juga perlu memiliki kemampuan untuk dapat
membimbing peserta didik, memberikan arah dan pembinaan sesuai dengan minat dan kemampuan
yang dimiliki peserta didik.
Sebagai pelatih, seorang guru perlu memberikan sebanyak mungkin kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat menerapkan teori ke dalam praktik supaya mendapatkan pengalaman yang
dapat digunakan langsung dalam kehidupan.7
Oleh karena itu, seorang guru harus dapat berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya
sebagai tenaga pendidik yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang.
“Pendidikan Agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan
Agama Islam. Di katakan cepat dan tepat bermakna efektif dan efisien yang menggambarkan bahwa
pembelajaran Agama Islam tersebut sesuatu yang berguna dan dipahami oleh murid secara tepat dan
sempurna”.8 Tepat cepat menggambarkan adanya upaya guru secara maksimal untuk mengajarkan
Agama Islam tepat sasaran sesuai waktu yang telah dia lokasikan.
Guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang melakukan kegiatan bimbingan pengajaran
atau pelatihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran menjadi
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7Suparlan, (2005). Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing, h. 28. 8Syahraini Tambak, (2014), Pendidikan Agama Islam (konsep metode pembelajaran pai),
Yogyakarta: Graha Ilmu, h. 63.
Dengan mengambil pengertian di atas maka yang dimaksud guru agama Islam adalah
seseorang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembentukan
pribadi anak didik sesuai dengan ajaran Islam dan juga bertanggung jawab terhadap Allah Swt.
Sehingga nantinya mampu menjalankan tugas-tugasnya menjadi khalifah di muka bumi dan dengan
penuh ketaqwaan, cinta dan kasih sayang.
2. Guru Dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, pendidik memiliki beberapa istilah seperti muallim, muaddib, murabbi dan
ustad.
a) Muallim: Istilah ini lebih menekankan posisi pendidik sebagai pengajar dan
penyampaian pengetahuan dan ilmu.
b) Muaddib: istilah ini lebih menekankan pendidik sebagai Pembina moralitas dan
akhlak peserta didik dengan keteladanan.
c) Murabbi: istilah ini lebih menekankan pengembangan dan pemeliharaan baik dalam
aspek jasmaniah maupun rohaniah.
d) Ustad: istilah ini merupakan istilah umum yang sering dipakai dan memiliki cakupan
makna yang luas yang sering disebut sebagai guru.9
Jadi guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, Yang mau mengamalkan
dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal.10
Guru juga mengemban tugas kerasulan, yaitu menyampaikan pesan-pesan Tuhan kepada umat
manusia.Secara lebih khusus, tugas Nabi dalam kaitannya dengan pendidikan. Sebagaimana yang
tercantum dalam Q.S Al-Jumu‟ah ayat 2, yaitu:
9Marno, (2010), Strategi dan Metode Pengajaran.Ar-ruz Media.Yogyakarta, h.15.
10Thoifuri, (2008), Menjadi Guru Insiator, Semarang: Rasail, h. 1.
Artinya:“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka kitab dan hikmah (As Sunnah). Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesatuan yang nyata”.11
Ayat di atas menggambarkan bahwa tugas rasul adalah untuk mengajarkan dan menyuruh
umat manusia untuk membaca ayat-ayat Al-Quran, itu juga yang harus diemban oleh seorang guru
yaitu mengajarkan dan membimbing peserta didiknya.
3. Peran Guru Dalam Islam
Peran Guru di sekolah di tentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai
pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar
dan pendidik, yakni sebagai guru”.12
Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan
kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Guru sebagai pendidik dan pembina
generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di luar sekolah.
Sulani juga menyatakan agar tujuan pendidikan tercapai, seorang guru harus memiliki
syarat-syarat pokok ialah :
1. Syarat Syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan).
2. Syarat lmiah (memiliki pengetahuan yang mumpuni).
3. Syarat Idafiyah (mengetahui, mengahayati, dan menyelami manusia yang
dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju
tujuan yang ditetapkan).13
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yaitu seorang yang melakukan hak-hak dan
kewajibannya.Artinya apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia telah menjalankan suatu peran.
11
Departemen Agama RI, Mushaf…, h. 553. 12S Nasution, (2015), Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, h. 91. 13
Nanat Fattah Nasir, (2007), Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam,
Bandung: UPI, h. 27.
Menurut Wrighmant dalam buku Profesi Keguruan menyebutkan bahwa peran guru adalah
terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi
tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perbuatan tingkah laku dan perkembangan siswa yang
menjadi tujuannya.14
Peran guru yang dimaksud di sini adalah yang berkaitan dengan peran guru PAI dalam proses
pembelajaran. Peran guru PAI sama dengan guru umumnya, namun secara khusus
Nanat.15
menyatakan bahwa sebagai guru Islam menekankan beberapa kriteria yang harus dimiliki
oleh guru tersebut yaitu adalah:
a) Bertakwa
Kata Taqwa berasal dari kata”Waqa-Yaqy-Wiqayah”yang berarti menjaga, menghindari,
menjauhi, takut, dan berhati-hati. Dengan demikian, Taqwa bukan hanya sekedar takut, akan tetapi
juga merupakan kekuatan untuk taat kepada perintah Allah SWT. Dengan kesedaran ini, membuat
kita menyadari dan meyakini dalam hidup ini bahwa tidak ada jalan menghindar dari Allah, sehingga
mendorong kita untuk selalu berada dalam garis-garis yang yang telah Allah tentukan.
b) Berilmu Pengetahuan Luas
Islam mewajibkan kepada ummatnya untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu seorang guru
harus menambah perbendaharaan keilmuannya. Karerna dengan ilmu orang akan bertambah
keimanan dan derajatnya di hadapan Allah sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Mujadalah ayat
11 yang Berbunyi:
14
Soetjipto dan Raflis Kosasi, (2009), Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 4, h. 4. 15
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan...,h. 30.
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.16
c) Berlaku Adil
Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak dari posisi yang salah menuju posisi
yang diinginkan, adil juga berarti seimbang, sedangkan menurut Aminudin adil adalah meletakan
sesuatu pada tempatnya. Maksudnya tidak termasuk memihak antara yang satu dengan yang lain.
Dengan kata lain, bertindak atas dasar kebenaran, bukan mengikuti nafsunya.
d) Berwibawa
Berbicara tentang guru yang berwibawa telah dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an Surah
Al-Furqan ayat 63-64 yang Berbunyi:
Artinya: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. “Dan orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka”.17(QS. Furqan:63-64).
e) Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni, dan tidak bercampur dengan yang lain. Sedangkan ikhlas
menurut istilah adalah ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik, yang semata-mata
16Departemen Agama RI, Mushaf ………, h. 544. 17
Departemen Agama RI, Mushaf…, h. 360.
karena Allah. Ikhlas dengan sangat indah digambarkan oleh dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat
162.
Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam”18.
f) Mempunyai Tujuan yang Rabbani
Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani, di mana segala sesuatunya bersandar
kepada Allah dan selalu mentaati-Nya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syari’at-Nya, dan mengenal
sifat-sifta-Nya. Jika guru telah mempunyai sifat rabbani, maka dalam segala kegiatan pendidikan
muridnya akan menjadi Rabbani juga, yaitu orang-orang yang hatinya selalu bergetar ketika disebut
nama Allah dan merasakan keagungan-Nya pada setiap rentetan peristiwa sejarah peristiwa
melintas dihadapannya.
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Al-Anfl ayat : 2 yang Berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang berimanialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.19
g) Mampu Merencanakan dan Melaksanakan Evaluasi
18
Departemen Agama RI, Mushaf …, h. 151. 19
Departemen Agama RI, Mushaf…, h. 178.
PendidikanPerencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,
imajinasi dan kesanggupan melihat ke depan. Dengan demikian seorang guru harus mampu
merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru yang dapat membuat perencanaan
adalah sama pentingnya dengan orang yang melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena sebuah
perencanaan yang baik dalam sebuah proses belajar mengajar membutuhkan suatu pemikiran dan
kesanggupan dalam melihat masa depan, yang akan berhasil manakala rencana tersebut
dilaksanakan.
Istiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evalution”. Evaluasi adalah suatu proses
untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi diartikan juga segala sesuatu tindakan atau proses
untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau yang ada hubungannya dengan
dunia pendidikan.
Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman murid terhadap mata pelajaran,
untuk melatih keberanian dan mengajak murid untuk mengingat kembali pelajaran tertentu yang
telah diberikan. Syarat-syarat yang dapat dipergunakan dalam evaluasi pendidikan Islam adalah
“Validity, Reliable, dan Efisien”. Jenis-jenis evaluasi yang biasanya diterapkan adalah tes tertulis , tes
lisan, tes perbuatan.
h) Menguasai Bidang yang Ditekuni
Guru harus cakap dalam mengajarkan ilmunya, karena seorang guru hidup dengan ilmunya.
Oleh karena itu kewajiban seorang guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmu
pengetahuannya. Yang dimaksud dengan menguasai bidang yang ditekuni adalah seorang guru yang
ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak menutup kemungkinan seorang guru mampu mengajar
muridnya sampai dua mata pelajaran, yang penting dia professional dan menguasai keilmuannya.20
20
Nanat Fattah Nasir, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, (Bandung: UPI,
2007) hal. 27.
Jadi peran seorang guru Pendidikan Agama Islam adalah mengajarkan, membimbing, dan
mengarahkan peserta didik kearah yang lebih baik serta dapat mengajarkan peserta didiknya agar
tidak meyimpang dari syariat-syariat Islam.
B. Pendidikan Multikultural
1. Pengertian Pendidikan
Dalam Kamus Bahasa Besar Indonesia, pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
atau tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Di dalam Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional telah dijelaskan bahwa
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”.21
Dalam khasanah pemikiran ada dua istilah yang hampir sama bentuknya yaitu: paedagogie
dan paedagogiek.Kata “paedagogie” artinya pendidikan, sedangkan kata “paedagogiek” berarti ilmu
pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro dalam buku Dasar & Teori Pendidikan Dunia (tantangan bagi
para pemimpin pendidikan) pendidikan adalah “daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti, pikiran dan tubuh anak untuk memajukan kehidupan anak didik selaras dengan dunianya”.22
Menurut Ahmad D.Marimba dalam buku Humanitas Spiritual dalam Pendidikan bahwa
“pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusan
ini, Marimba menyatakan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: usaha (kegiatan), ada
pendidik, ada peserta didik, adanya tujuan dalam bimbingan, dan adanya media-media yang
digunakan”.23
21
UU RI No. 20 Tahun 2003,Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 22
Wasty dan Hendyat, (2002),Dasar & Teori Pendidikan Dunia (tantangan bagi para
Pemimpin Pendidikan), Surabaya: Usaha Nasional, h. 11. 23
Triyo Supriyatno,(2009), Humanitas Spiritual dalam Pendidikan, Malang: UIN-Malang
Press, h. 6.
Pendidikan merupakan pemindahan nilai budaya kepada setiap individu dan masyarakat.
Menurut Langgulung dalam buku Inovasi Pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan adalah
“pemindahan nila-nilai budaya melalui pengajaran, menjadikan proses pendidikan adalah latihan
dengan pembiasaan diri untuk memperoleh kemahiran, dan proses yang melibatkan seseorang meniru
dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh orang lain”.24
Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Arab berasal dari kata tarbiyah dengan kata
kerja rabbu yang memiliki makna mendidik atau mengasuh.Jadi pendidikan dalam Islam adalah
“bimbingan oleh guru terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik sehingga
terbentuk Muslim yang baik.”25
Menurut pengertian uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses
yang dilakukan secara sadar oleh seseorang kepada orang lain dengan memberikan pengajaran dan
pembiasaan untuk dapat mencapai potensi dalam dirinya secara maksimal.
Pendidikan sebagai proses transformasi budaya sejatinya menjadi wahana bagi perubahan dan
dinamika kebudayaan masyarakat dan bangsa. Karena itu, pendidikan yang diberikan melalui
bimbingan, pengajaran, dan latihan harus mampu memenuhi tuntutan pengembangan potensi peserta
didik secara maksimal,baik potensi intelektual, spiritual, sosial, moral maupun estetika sehingga
terbentuk kedewasaan atau kepribadian seutuhnya.
Pendidikan ada seiring dengan sejarah adanya manusia.Pada dasarnya pendidikan adalah
upaya alami mempertahankan kelangsungan dan keberlanjutan hidup. Secara alamiah, sejak pertama
manusia yang berstatus orang tua akan mendidik anaknya agar bertahan hidup sehingga kehidupan
dan keturunannya terus berlangsung.
24Syafaruddin, dkk. (2015), Inovasi Pendiidikan, Medan: Perdana Publishing, h. 1. 25
Yaya Suryana & H.A Rusdiana, (2015), Pendidikan Multikurtural (Suatu Upaya Penguatan
Jati Diri Bangsa), Bandung: Pustaka Setia, h. 66.
Dalam hal ini pendidikan yang sebenarnya berfungsi mengembangkan seluruh aspek
kepribadian peserta didik secara utuh dan terintegrasi tetapi memudahkan pengkajian dan pembahasan
yang biasa diadakan pemilahan dalam aspek intelektual, soaial, emosi dan fisik-motorik.
Hakikat pendidikan pada dasarnya adalah upaya manusia untuk mempertahankan
kehidupannya yang tidak hanya keberlanjutan keberadaan fisik atau raganya, tetapi juga keberlanjutan
kualitas jiwa dan peradabannya dalam arti terjadi peningkatan kualitas budayanya, baik melalui
pendidikan yang dilaksanakan secara alami oleh orangtua kepada anak atau masyarakat, kepada
generasinya maupun pendidikan yang diselenggarakan oleh organisasi pendidikan yang lebih dikenal
dengan istilah sekolah baik formal maupun nonformal. Dengan demikian, pendidikan berlangsung
dengan seumur hidup atau long-life education.
Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga akan mewujudkan
manusia yang bertaqwa, mampu mengendalikan diri, berkepribadian, serta dapat berinteraksi dengan
baik dalam hidup bermasyarakat demi tercapainya cita-cita. Dengan pendidikan merupakan sarana
yang tepat untuk dapat membangun kesadaran Multikultural.
Pendidikan Agama Islam adalah “suatu proses kependidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
filosofis ajaran Islam berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw”.26
Sebagaimana Hadist Rasulullah Saw:
طلب العلم فريضة على كل مسلم وواضع العلم عند غير اهله كمقلد الخنا زيرالجو هر واللوء لوء
هب (رواه ابن ماجه وغيره)والذ
Artinya:”Menuntut ilmu adalah adalah fardhu (wajib) bagi setiap muslim; orang yang
meletakkan ilmu bukan kepada ahlinya sama dengan orang yang mengalungkan permata, mutiara dan
emas kelehar babi. (Hadist riwayat Ibnu Majah dan lain-lainnya).”
2. PengertianMultikultural
26
Abuddin Nata, (2010), Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, h. 13.
Secara etimologis multikultural terdiri atas dua kata multi yang berarti banyak, sedangkan
culture yang berarti kebudayaan.27
Jadi, Multikultural merupakan sebagai keanekaragaman budaya,
yang merespon atau mengajarkan tentang penghargaan atas sesama. Kata kultur diartikan oleh
Clifford Geertz adalah sebuah cara yang dipakai semua anggota dalam sebuah kelompok masyarakat
untuk memahami siapa diri mereka dan memberi arti pada kehidupan mereka.28
Multikultural adalah konsep yang lahir dari sebuah refleksi dalam suatu kelompok. Isu-isu
yang diangkat oleh multkultural adalah macam ras, suku, kelas sosial, gender, ketidakmampuan,
perbedaan usia, dan berbagai macam bahasa. Munculnya isu-isu ini dikarenakan sebuah refleksi dari
kondisi masyarakat yang mengalami ketimpangan.
Multikultural berarti institusional dari keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki oleh
kelompok-kelompok di dalam bidang-bidang hukum, pendidikan, kebijakan pemerintah, kesehatan,
praktek-praktek keagamaan dan bidang lainnya.
Menurut Ainurrafiq Dawam dalam buku Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi
menjelaskan bahwa pendidikan multikultural adalah “proses pengembangan seluruh potensi manusia
yang menghargai pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku
dan aliran agama”.29
Menurut Azra dalam Buku Pendidikan Multikultural menjelaskan Pendidikan Multikultural
adalah sebagai pengganti dari Pendidikan interkultural yang diharapkan dapat menumbuhkan sikap
peduli dan mau mengerti atau adanya politik politik terhadap kebudayaan kelompok manusia.
Sedangkan Menurut Farida Hanum dalam Buku Pendidikan Multikultural menjelaskan pendidikan
multikultural adalah “proses peserta didik mampu menerima perbedaan, kritik, dan memiliki rasa
empati serta toleransi terhadap sesama tanpa memandang golongan, status, gender, dan kemampuan
akadimis”.30
Dari uraian pengertian tentang pendidikan multikultural di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan multkultural adalah suatu proses usaha sadar yang diberikan kepada peserta didik agar
mampu menghargai, menerima, dan menumbuhkan sikap peduli terhadap adanya perbedaan, kritik,
dan memiliki rasa empati serta toleransi terhadap sesama tanpa memandang golongan, status, gender,
27
Choirul Mahfud, 2008, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelaja, h. 75. 28Sulalah, (2011), Pendidikan Multikultural, Malang: UIN-MALIKI Press, h. 34. 29
Ngainun Naim & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural..., h. 11. 30
Yaya Suyana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural...,h. 197.
dan kemampuan akadimis sehingga terciptanya kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-
masalah keberagaman budaya.
Adapun dimensi pendidikan multikkultural yang perlu diperhatikan menurut Ngainun dan
Achmad Sauqi, meliputi:
a. The knowledge construction procces Suatu proses membangun pengetahuan artinya seorang guru membantu peserta didik untuk
untuk mengerti, menyelidiki, dan menyusun secara implisit bagaimana asumsi-asumsi kebudayaan,
pembatasan-pembatasan, perspektif suatu ilmu.
b. Content integration Seorang guru mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk dapat
mengintegrasikan konsep mendasar generalisasi dan teori dalam mata pelajaran.
c. An aquality paedagogy Seorang guru pandai dalam menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar peserta
didiknya dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik peserta didik yang beragam.
d. Prejudice reduction Kultur di sekolah yang memberikan kesamaan terhadap perbedaan jenis kelamin, suku dan
kelas sosial.Kesesuaian harus dicapai untuk dapat menciptakan kekuatan peserta didik dalam ras, suku
dan kelas sosial yang berbeda.31
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa fokus pendidikan Multikultural adalah sebuah
pendidikan yang tidak diarahkan semata-mata pada ranah kognitif atau kelompok rasional, agama dan
kultural domain, tetapi lebih kepada adanya sikap peduli dan mau mengerti (difference) atau politics
pf recognitionpolitik pengakuan terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.
Dengan adanya Pendidikan Multikultural diharapkan mampu membangun kesadaran
sekaligus pengakuan peserta didik terhadap berbagai perbedaan kultur tersebut. Fokusnya pada
pemahaman dalam hidup dengan berbagai perbedaan sosial dan budaya, baik secara individual
maupun kelompok masyarakat.
3. Tujuan Pendidikan Multikultural
31
Ngainun Naim, dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural…, h. 24-26.
Tujuan utama Pendidikan Multikultural adalah mengubah pendekatan pelajaran dan
pembelajaran kearah memberikan peluang yang sama pada setiap peserta didik. Jadi, tidak ada yang
dikorbankan demi persatuan.32
Untuk itu, kelompok-kelompok harus selalu damai, saling memahami, mengakhiri adanya
perbedaan, tetapi tetap dalam menekankan pada tujuan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu
mencapai persatuan. Peserta didik ditanamkan pada pemikiran yang literal, keanekaragaman, dan
kunikan untuk dihargai. Dengan begitu akan munculnya perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai
dalam aktivitas di akademik sekolah.
Tujuan pendidikan multikultural sebagaimana yang dikemukakan oleh Saulalah adalah untuk
membantu peserta didik:
a. Memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat
b. Menghormati dan mengapresiasi kebinneka an budaya dan sosio-histori etnik
c. Menyelesaikan sikap-sikap yang penuh dengan purbasangka
d. Memahami faktor-faktor sosial, ekonomis, psikologis, dan historis yang
menyebabkan terjadinya ketimpangan dan keterasingan etnik
e. Meningkatkan kemampuan menganalisis secara krisis masalah-masalah rutin dan
isu melalui proses demokratis melalui sebuah visi tentang masyarakat yang lebih
baik, adil dan bebas
f. Mengembangkan jati diri yang bermakna bagi semua orang.33
Melalui Pendidikan Multikultural ini peserta didik diberi sebuah kesempatan dan pilihan
untuk mendukung dan memperhatikan satu atau beberapa budaya, misalnya sistem nilai, gaya hidup
atau ragam bahasa.
Dengan Pendidikan Multikultural dapat memberikan respon terhadap perkembangan
keragaman hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, Pendidikan Multikkurtural merupakan
pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah,
prestasi dan perhatian terhadap orang-orang Barat
32
Saulalah, Pendidikan Multikultural….. h. 39. 33
Ibid., h. 42.
C. Peran Guru PAI Dalam Pendidikan Multikultural
Peran seorang guru dalam Pendidikan Multikkultural meliputi:
a. Seorang guru harus mampu bersikap demokratis, baik dalam sikap maupun
perkataannya sehingga tidak menimbulkam diskriminatif.
b. Seorang guru seharusnya mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-
kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan agama.
c. Seorang guru harusnya mampu menjelaskan bahwa inti dari ajaran agama adalah
menciptakan kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
d. Seorang guru mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya dialog dan
musyawarah dalam memecahkan berbagai pemasalahan yang berkaitan dengan
keberagaman budaya, etnis, dan agama.
e. Seorang guru juga mampu memberikan contoh dari perkataan dan perbuatan
sehingga menjadi tauladan bagi peserta didiknya.
Selain guru, sekolah juga mempunyai peranan penting dalam membangun lingkungan
pendidikan yang pluralis dan toleran. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain: pertama,
untuk mambangun rasa saling pengertian sejak dini antara peserta didik yang mempunyai keyakinan
yang berbeda. Kedua, kurikulum dan buku-buku pelajaran yang dipakai.Ketiga, adanya praktek yang
diterapkan di sekolah bukan hanya sekedar teori saja.
D. Penelitian Relevan
Berdasarkan kepada telaah kepustakaan yang telah dilakukan, berikut ini akan dikemukakan
beberapa hasil penelitian yang mempunyai kesamaan dengan variabel-variabel penelitian ini, antara
lain:
1. Penelitian yang dilakukakn oleh Nur Faiqoh (2015) NIM 1601410005, Universitas
Negeri Semarang, dengan judulImplementasi Pendidikan Berbasis Multikultural
Sebagai Upaya Penguatan Nilai Karakter Kejujuran, Toleransi, dan Cintai
Damai Pada Anak Usisa Dini DI Kiddy Care Kota Tegal. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendeketan Studi Kasus. Adapun
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kiddy Care menawarkan program
pendidikan prasekolah terpadu dengan mengedepankan konsep 3 C yaitu
:Competence, Conscience, dan Compassion. Kemudian Implementasi pendidikan
berbasis multikultural dalam pembelajaran pada kelas Kindy di Kiddy Care yaitu
dalam bentuk bahasa/komunikasi, keyakian agama, dan status sosial dan Proses
penanaman nilai karakter kejujuran, toleransi, dan cinta damai pada kelas Kindy,
Kelas Kindy yaitu kelas yang diperuntukkan anak dengan kisaran usia 2-3 tahun jadi
pengembangan nilai-nilai karakter dan aspek perkembangan anak masih dalam ruang
lingkup yang sederhana yaitu masih dalam bentuk pembiasaan, pengenalan dan
pemberitahuan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rochmaniyah (2014), NIM 10470008 Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan judul Implementasi Pendidikan
Multikultural Di Sekolah Inklusi SMP Yaogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model dan implementasi pendidikan multikultural di SMP Tumbuh Terbilang sangat baik,
karena semua unsur komponen pendidikan mampu bekerjasama dalam proses pendidikan.
Dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural, SMP Tumbuh melakukan inovasi-
kritis serta krasi terhadap kurikulum yang ada dengan memasukkan unsur multikultur-inklusif
yakni dengan menyisipkan pendidikan multikultural ke dalam semua kegiatan belajar
mengajar baik melalui kegiatan intrakulikurel, ekstrakurikuler, dan metode pembelajaran,
serta SMP Tumbuh sebagai sekolah inklusif mampu menghargai siswa yang berkebutuhan
khusus, terbukti mereka memberikan ruang garak yang missif dalam proses pembelajaran.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Syaiful Azwar (2016), NIM 12110026
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan Judul Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Mengimplementasikan Sikap Toleransi Antar Umat
Beragama Di SMP Katolik Widyatama Batu. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Adapun hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Guru PAI di SMP Katolik Widyatama Batu memiliki peran dalam
mengimplementasikan toleransi antar umat beragama yaitu sebagai motivator, mediator,
inspirator. Adapun kendala dalam mengimplementasikan toleransi antar umat beragama
adalah: a) penyesuaian pada awal-awal bulan pertama masuk; b) pribadi masing-masing
siswa yang terkadang “rasan-rasan” menjadai penghambat kerukunan; c) faham fanatisme
yang mereka bawa dari luar sebelum mereka masuk sekolah. Dalam mengatasi kendala
tersebut guru PAI melakukan beberapa tindakan, yaitu: a) dilakukannya dialog antar agama;
b) semua siswa diikut sertakan dalam acara-acara PHBI; c) semua guru, terutama guru agama
dijadikan sebaga motivator, mediator, dinamistator, inspirator; d) apabila murid berpindah
Agama selama menjadi pelajar akan dikeluarkan dari sekolah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai metode
fenomenologis. Karena, peneliti fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan
kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu.34
Demikian dengan penelitian ini, disini peneliti akan berusaha memahami arti dari
tindakan-tindakan guru yang dijadikan subjek penelitian tepatnya guru PAI di SMK Karya
Bunda, serta akan mengkaitkannya dengan orang-orang yang berada dalam lingkungan dan
34
Lexy J.Moleong.(2013). Metodologi Penelitian Kualitati.Bandung; PT. Remaja Rosdakarya,
h.17.
situasi sekolah tersebut. Pendekatan Fenomenologis digunakan dalam penelitian ini
dimaksudkan juga untuk melacak dan mengetahui gaya kepemimpin guru PAI diSMK Karya
Bunda.
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunanibahasa Indonesia, biasa dipakai istilah
gejala.Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomenon atau segala
sesuatu yang menampakkan diri.35
Dengan memakai metode fenomenologis, penomenalogi diartikan sebagai: 1).
pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal. 2). suatu studi tentang kesadaran
dari perspektif pokok dari seseorang.Alasan penulis menggunakan metode fenomenologis
adalah karena peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang
tertentu. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan informasi dari informan penelitian
tentang data kegiatan proses belajar pendidikan agama Islam serta melihat secara langsung
bagaimana interaksi guru maupun metode-metode guru dalam menanamkan karakter
terhadap siswa.
Penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya.
Menurut Faisal dalam buku Salim & Syahrum bahwa “penelitian kualitatif adalah
mempelajari prilaku manusia di perlukan penelitian yang mendalam sampai ke prilaku
intinya (innerbehavior) secara holistik dan bertolak pada sudut pandang prilaku manusia”.36
35 Juhaya S. Pradja. (2003). Filsafat Ilmu. Bandung;Taraju, h.121. 36
Salim & Syahrum.(2015). Metodologi Penelitian Kualitati.Bandung; Citapustaka Media, h.
41-42.
Menurut Taylor dan Bogdan dalam Bagong Suyanto dan Sutinah penelitian kualitatif
dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan
maupun tertulis dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang yang diteliti37
.
Sedangkan Menurut Kick dan Miller sebagaimana di kutip oleh Moleong penelitian
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental
bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.38
Sehingga di
dalam penelitian ini penulis di harapkan terlibat langsung dalam melakukan pengamatan
tentang apa yang di teliti. Dengan demikian peneliti akan terjun ke lapangan (SMK Karya
Bunda) untuk menggali data yang akurat berupa observasi langsung, wawancara, dan
sebagainya.
Pada penelitian ini, jenis kualitatif dianggap paling relevan karena tidak sekedar
menyuguhkan data terkait secara lengkap, namun juga mengupas makna data-data yang
ada.Pada akhirnya, data tersebut dikupas tuntas, pasti, dan memiliki kredibilitas yang tinggi.
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Lexi J. Moleong) ciri-ciri dalam penelitian
kualitatif adalah sebagai berikut yaitu:
1. Latar alamiah sebagai sumber data, penelitian kualitatif melakukan penelitian pada
latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan. Hal ini dilakukan, karena
ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan
yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya.
2. Manusia sebagai alat (instrumen), peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain
merupakan alat pengumpul data utama. Hal ini dilakuka karena, jika
memanfaatkan alat yang bukan manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih
dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak
mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada
dilapangan.
3. Metode kualitatif, menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara,
atau penelaahan dokumen.
37Bagong dan Sutinah. (2005). Metodologi Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan.Jakarta; Kencana, h. 166. 38
Lexy J. Moleong.Metodologi..., h. 4.
4. Analisis data secara induktif, analisis data secara induktip ini digunakan karena
beberapa alasan; pertama, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-
kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam kata. Kedua, lebih dapat membuat
hubungan penelitiresponden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel.
Ketiga, lebih menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan
tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, lebih dapat
menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan.
5. Teori dari dasar (grounded theory), hal ini disebabkan penelitian ini mempercayai
apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral. Teori
dari dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai kontekstual.
6. Deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
7. Lebih mementingkan proses dari pada hasil, hal ini disebabkan oleh hubungan
bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas diamati dalam proses.
8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, batas menentukan kenyataan jamak yang
kemudian mempertajam fokus,penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian
penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian.
9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data.
10. Desain yang bersifat sementara, penelitian kualitatif menyusun desain yang secara
terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan dilapangan.
11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama, hal ini lebih menghendaki
agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati
oleh manusia yang dijadikan sebagai sumber data.39
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam KBBI adalah 1).pokok pembicaraan, pokok bahasan. 2). Ling bagian
khusus yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara, pokok kalimat. 3). pelaku: dl
pengkajian itu manusia dapat berperan sebagai –di samping sebagai objek pengakajian 4).
mata pelajaran: bahasa Indonesia merupakan – pokok di sekolah; 5). orang, tempat, atau
benda yang diamati dl rangka pembuntutan sebagai sasaran.40
Sementara itu, dalam penelitian subjek juga diartikan sebagai informan
penelitian.Sebagaimana Masganti mengatakan bahwa informan penelitian adalah subjek
penelitian.Informan penelitian adalah seseorang yang menjadikan seumber data atau
responden penelitian.41
Sejalan denga pendapat diatas, Adis Praswosto mengatakan bahwa informan adalah
39Ibid.,h .12. 40
Departemen Pendikan Nasional,op. cit., h. 1535. 41
Masganti Sitorus,op. cit., h. 167.
orang yang bisa memberikan informasi-informasi utama yang dibutuhkan dalam penelitian
kita.42
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa subjek atau
informan dalam penelitian kualitatif adalah orang yang dapat memberikan informasi terkait
dengan penelitian yang dilakukan.
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi subjek atau informan penelitiannya
adalah: 1) Guru PAI SMK Karya Bunda Medan; 2) Kepala dan Wakil Kepala Sekolah SMK
Karya Bunda Medan; 3) Siswa/Siswi SMK Karya Bunda Medan; dan 4) Semua warga
sekolah lainnya yang menunjang peneliti untuk mendapatkan data yang absolute.
C. Sumber Data Penelitian
Setiap penelitian memerlukan data karena data merupakan seumber informsi yang
memberikan gambaran utama tentang ada tidaknya masalah yang diteliti.Data bersifat
diskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam
bentuk lainnya seperti photo, dokumen, dan catatan-catatan
lainnya.43
Sumberdatadalampenelitianini adalahsubyekdarimanadata dapat diperoleh. Adapun
sumberdata yang digali dalam penelitianini terdiri dari data sumber data utama yang berupa
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.44
Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Sumber data utama (primer) yaitu sumberdata yang diambil peneliti
melaluiwawancaradanobservasi.Sumberdatatersebutmeliputi: guru Bahasa
Indonesia dan guru pendidikan Agama Islam di SMK Karya Bunda.
2. Sumber data tambahan (skunder) yaitusumberdatadiluarkata-
katadantindakanyaknisumber datatertulis.Sumbertertulisdapat
42
Adis Praswosto,(2011),Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancanagn
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, h. 195. 43Afifuddin&Beni Ahmad Saebani.(2009). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung;Pustaka
Setia, h. 96. 44
Lexy J. Moleong.Metodologi..., h .157.
dibagiatassumberdaribukudanmajalahilmiah, sumber data arsip, dokumentasi yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang valid dalam kegiatan penelitian ini maka perlu ditentukan
tekhnik-tekhnik dalam pengumpulan data yang sesuai dan sistematis.Pengumpulan data
kualitataif menurut Lincpoln dan Guba (1985) menggunakan wawancara, observasi dan
dokumen (catatan atau arsip).wawancara, observasi berperan serta dan kajian dokumen saling
mendukung dan melengkapi dalam memenuhi data yang diperlukan sebagaimana fokus
penelitian. Data yang terkumpul tercatat dalam catatan lapangan.
Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut yaitu:
1. Observasi (Pengamatan)
Metode observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra, yaitu penglihatan, peraba,
penciuman, pendengaran, pengecapan.45
Menurut Nawawi & Martini observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang
tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian.46
Oleh karena itu peneliti melakukan Observasi langsung untuk melihat
penggunaan multimedia dalam pelajaran pendidikan agama islam. Sebelum turun
kelapangan, penulis terlebih dahulu telah membuat pedoman tertulis tentang
aspek-aspek yang akan di observasi, yakni meliputi gaya kepemimpinan guru
Bahasa Indonesia dan PAI pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.
45Suharsimi.(2006). Prosedurpenelitian Suatupendekatanpraktik..Jakarta; PT.Rinekacipta.
h.156. 46
Afifuddin & Beni Ahmad Saebani.Metodologi,……………… h.. 134.
Selanjutnya pedoman yang akan di observasikan akan di kembangkan di
lapangan untuk memperkaya informasi yang di perlukan.
Ada kemungkinan pengalaman pertama dalam melakukan pengamatan berperanserta
mengalami berbagai hambatan. Ada beberapa saran yang dikemukakan Bogdan dan Biklen (1982),
agar hari-hari permulaan dilapangan berjalan dengan baik, yaitu:
a. Jangan pedulikan apa yang terjadi di lapangan secara pribadi. Karena apa yang dialami
peneliti pemula di lapangan adalah bagian dari tipikal proses kerja dalam penelitian.
b. Atur kunjungan anda yang pertama sehingga ada orang di sana yang akan
memperkenalkan anda.
c. Jangan berusaha menyelseaikan pekerjaan terlau banyak pada hari-hari permulaan.
d. Agak pasif saja. Tunjukkan minat dan gairah atas apa yang anda pelajari, tetapi jangan
mengajukan terlalu banyak pertanyaan, lebih-lebih dibidang yang boleh jadi
menimbulkan pertentangan pendapat.
e. Berlakulah ramah. Ketika anda diperkenalkan kepada orang-orang, tersenyumlah dan
berlaku sopan. Ucapkan salam kalau anda melewati orang-orang diruangan.
Adapun tujuan observasi adalah mendeskrifsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas
yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari
perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang menjawab pertanyaan
dari pewawancara.47
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada
seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
47
Lexy J.Moleong.Metodologi..., h. 187.
Dilakukan kepada Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, dan siswa-
siswi yang berada dilingkungan sekolah yang di mana sebelum turun kelapangan penulis terlebih
dahulu menulis pokok-pokok pertanyaan yang berhubungan dan yang termasuk dalam daftar
wawancara tentang peran guru PAI dalam penanaman pendidikan karakter siswa.
Wawancara pada prinsipnya adalah peristiwa percakapan mencakup beberapa unsur yaitu:
a. Ucapan salam pertemuan, kadang-kadang salam sama dengan pertemuan bisa untuk
membuat suasana akrab.
b. Punya maksud yang jelas dan dikemukakan kepada informasi yang menjadi lawan
bicara.
3. Dokumen
Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari pernyataan tertulis yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.di gunakan untuk mempelajari berbagai
informasi tentang, penggunaan multimedia dalam pembelajaran pendidikan agama islam dimana
informasi itu di peroleh dari buku dan internet yang berkenaan dengan judul yang ingin di
teliti.Dengan demikian teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang gaya kepemimpinan guru
Bahasa Indonesia dan PAI dalam proses pembelajaran.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur data, mengorganisasikan kedalam suatu pola,
kategori, dan satuan uraian dasar.48
Data penelitian ini dianalisis berdasarkan kategorinya
masing-masing, kemudian dikonstruksikan. Hasil konstruksi ini kemudian dikonfirmasikan
kepada informan lainnya. Setiap kesalahan konstruksi disesuaikan dengan data/informasi
baru sehingga berbentuk siklus yang makin lama, makin mengecil karena informasi yang
diperolah sudah jenuh.
48
Afifuddin & Beni Ahmad Saebani.Metodologi..., h. 145.
Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan teknik yang dinyatakan oleh Miles
dan Huberman yaitu : reduksi data, penyajian data, dan membuat kesimpulan/verifikasi.49
Reduksi data dilakukan sebelum, selama dan sesudah penelitian, penyajian data dibuat pada
saat dan setelah penelitian, sedangkan penarikan kesimpulan/verifikasi dilakukan selama dan
setelah penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses lapangan
bersamaan dengan pengumpulan data.
1. Analisis sebelum lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan
untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara,
dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama dilapangan.
2. Analisis data dilapangan
Setelah data selesai dikumpulkan dalam priode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadapa jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan,
maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap
kredibel. Miles dan Hubermen, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interpretasi dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.
Tahapan penelitian kualitataif dumulai dengan menetapkan informan kunci yang dapat
memberikan keterangan kepada peneliti atas masalah yang sedang diteliti.Setelah itu peneliti
melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara.Setelah itu perhatian
pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis
terhadap hasil wawancara.
49Salim & Syahrum, Metodologi..., h. 146.
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Data penelitian diperiksa keabsahannya dengan menggunakan teknik triangulasi
sumber, metode dan teori. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain.50
Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.Teknik triangulasi data yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya.Dengan katalain
triangulasimerupakanpemeriksaankeabsahan.
Pengecekanatausebagaipembandingterhadapdataitu.Sebagai perbandingan triangulasi ini
digunakan dengan cara triangulasi sumber data yaitu membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode penelitian yaitu membandingkan data hasil wawancara dengan datahasil
observasi,dan angketsehinggadapatdiketahuikebenaranatau keabsahandatayangditerima.
Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri:
1. Derajad kepercayaan (credibility)
Kredibilitas ini merupakan konsep pengganti validitas internal dalam penelitian
kualitatif.Teknik penentuan kreadibilitas penelitian adalah memperpanjang masa observasi,
melakukan pengamatan yang terus-menerus, triangulasi, melakukan pembicaraan dengan
orang lain, menganalisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, dan mengadakan
member check.
2. Keteralihan (transferability)
50
Lexy J.Moleong.Metodologi..., h. 330.
Konsep ini merupakan pengganti dari validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif.Validitas eksternal diperlukan dalam penelitian kualitatif untuk memperoleh
generalisasi.
3. Kebergantungan (dependability)
Konsep ini merupakan pengganti konsep reability dalam penelitian kualitatif.Reability
tercapai apabila alat-alat ukur digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya serupa. Dalam
penelitian kualitatif, alat ukur benda, melainkan manusia atau peneliti itu sendiri.
4. Kepastian (confirmability).
Konsep ini merupakan penggantikonsep objektivitas dalam penelitian kualitatif.Pada
penelitian kualitatif, objektivitas diukur melalui orangnya atau peneliti sendiri.Metode
penelitian kualitatif paling sering digunakan, sebagaimana dijelaskan di atas. Masing-masing
kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembimbing
terhadap data itu.
Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti akan menggunakan
beberapa kriteria pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana
yang telah tersebut diatas, untuk membuktikan kepastian data. Yaitu dengan kehadiran peneliti
sebagai instrument itu sendiri, mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyiang,
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan wawancara
beberapa orang yang berbeda, menyediakan data deskriptif secukupnya dan diskusi dengan teman-
teman sejawat.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
G. Temuan Umum
1. Identitas SMK Karya Bunda
Nama Sekolah : SMK Swasta Karya Bunda
NSS : 542070106016
NPSN : 10261476
Status Sekolah : Swasta
Alamat : Jl. Vetpur Utama (Komp. Vetpur ABRI)
Desa : Medan Estate
Kode Pos : 20371
Kecamatan : Percut Sei Tuan
Kabupaten/ Kota : Deli Serdang
Propinsi : Sumatera Utara
Nomor Telepon : 617382057
Tanggal Izin Operasional : 2015-12-04
Email : [email protected]
Website : http://www.smkkaryabunda
Nama Kepala Sekolah : Tyas Dewi Kristiningsih
2. Visi, Misi dan Tujuan SMK Karya Bunda
VISI DAN MISI SMK SWASTA KARYA BUNDA
a. Visi
Adapun Visi SMK Karya Bunda adalah: “ Menjadi SMKyang Berkualitas , Unggul,
Berlandaskan, Imtaq Dan Iptek Serta Menghasilkan Alumniyang Mampu Bersaing Di Tingkat
Nasional dan Global”
b. Misi
1. Meningkatkan Prestasi Akademik Yang Membanggakan.
2. Membekali Siswa Dengan Ketrampilan.
3. Meningkatkan Kualitas Organisasi Dan Manajemen Sekolah Dalam Menumbuhkan
Semangat Keunggulan Dan Kompetitif.
4. Meningkatkan Kualitas Pbm Dalam Mencapai Kompetensi Siswa Berstandar
Nasional / Internasional.
5. Meningkatkan Kualitas Kompetensi Guru Dan Pegawai Dalam Mewujudkan Standar
Pelayanan Minimal (Spm).
6. Meningkatkan Kualitas Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Mendukung
Penguasaan Iptek.
7. Meningkatkan Kualitas Sdm Dan Kulitas Pembinaan Kesiswaan Dalam Mewujudkan
Imtaq Dan Sikap Kemandirian.
8. Meningkatkan Kemitraan Dengan Du/Di Sesuai Prinsip Demand Driven.
9. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Unit Produksi Dalam Menunjang Kualitas Sdm
Memberdayakan Lingkungan Sekolah Dalam Mewujudkan Wawasan Wiyatamandala.
3. Keadaan Guru SMK Karya Bunda
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa secara keseluruahan jumlah guru
dan pegawai di SMK Karya Bunda adalah 14 Orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 11
orang perempuan. Satu orang guru beragama Kristian dan 13 guru lainnya beragama Islam.
Secara umum tingkat pendidikan guru sangat memadai, karena rata-rata berpendidikan
sarjana. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Jumlaj Guru-guru di SMK Karya Bunda
No NUPTK Nama Bidang Studi
1 7449743644300033 Tyas Dewi Kristiningsih
Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda
2 5163756656300003 Agustini Kholidah Nasution,S.Pd IPA
3 Anisah Kartika Putri,S.Pd B. Indonesia
4 Devi Uliyana Rangkuti,S.Pd B.Inggris
5 6056746648300063 Dra. Aida Supriati Hasibuan
6 7552759660200022 Fahrul Lubis,S.Pd PJOK
7 6834758659300102 Farida Gian Sari,S.Pd
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Lingkungan
Hidup
8 0363759661300083 Leni Hasmi,S.Pd BK
9 6549743646300033 Drs. Nurmasyiah Siregar PKN
10 Risma Nurdelima Sinaga, SE IPS
11 Siti Hardianti Harahap,SPd.I Matematika
12 Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th Pendidikan
Agama
Krinten
13 6563762665210093 Suyatmi, S.Pd Tata Usaha
14 Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Pendidikan
Agama Islam
15 Amir Rizki Al-Haj,S.Pd TIK
4. Keadaan Siswa SMK Karya Bunda
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui secara keseluruhan jumlah siswa/i pada
tahun ajaran 2016/2017 di SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE adalah 63 orang,
terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 42 siswi perempuan. Jumlah ini terdiri daru kelas X, XI dan
XII bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Jumlah siswa di SMK Karya Bunda
No Kelas
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
LK PR Islam Kristian
1 X1
3 3 12 7
2 XI1 13 13 15 13
3 XII1 5 5 6 10
Jumlah 21 42 33 30
Total 63 63
5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Karya Bunda
Untuk mendukung kelangsungan proses belajar mengajar maka sekolah harus
memiliki sarana dan prasarana. Inilah beberapa data mengenai sarana dan prasarana yang ada
di SMK Karya Bunda pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Sarana Prasarana
Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana
Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total
Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total
Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana
Ruang Teori/Kelas Kls X 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan
Ruang Teori/Kelas Kls XI AP 7.0 6.0 Milik Rusak Ringan
Ruang Teori/Kelas Kls XII 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan
Laboratorium Komputer LK 7.0 4.0 Milik Rusak Total
Ruang Guru RG 7.0 3.0 Milik Rusak Total
Ruang Kepala Sekolah RKS 7.0 4.0 Milik Rusak Total
H. Temuan Khusus
Berdasarkan data yang diperoleh,Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan
Pendidikan Multikulturaldi SMK Karya Bunda mencakup:
1. Upaya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK Karya
Bunda.
Adapun upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya
Bunda, yaitu: 1).Melalui kegiatan upacara pengibaran bendera, 2). Pada saat proses
pembelajaran, 3). Memberikan teladan di luar jam pelajaran.
a. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera
Kegiatan upacara merupakan aktivitas yang dilakukan di SMK Karya Bunda setiap seminggu
sekali, pelaksanaannya adalah hari senin. Pelaksanaan ini sudah menjadai rutininatas yang dilakukan
oleh pihak sekolah pada umumnya di Indonesia, demikian juga halnya di lakukan oleh pihak SMK
Karya Bunda, sesuai dengan pernyataan informan:
“Hmmm…Kalau masalah hal itu dia menerapkan, apalagi kalau udah ketepan pas upacara
bendera ya, terdiri dari pemimpin upacara, hmmmmm..pembina upacara ya.. dia selalu memberikan
himbauan kepada siswa gitu”.51
Dari pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa pada saat upacara bendera guru
PAI sebagai pembina upacara memberikan himbauan kepada seluruh siswa agar selalu menjaga
kerukunan, karena memang pada saat pelaksanaan upacara pengibaran bendera sangat cocok untuk
memberikan arahan dalam perbedaan tersebut, sebagaimana diketahui uapacara pengibaran bendera
merupakan momen memperingati jasa pahlawan dalam memerdekakan Indonesia dan negara kesatuan
republik Indonesia sejak sebelum merdeka telah terdidri dari berbagai agama, budaya dan suku.
Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa guru PAI sering di
tunjuk oleh pihak sekolah SMK Karya Bunda untuk menjadi pembina upacara dan guru PAI tidak
lupa untuk mengingatkan agar selalu menjaga perbedaan di antara siswa serta memberikan gambaran
bahwa Indonesia merdeka bukan karena perjuangan satu agama, bukan dimerdekakan oleh satu suku
saja melainkan didemerkakan dari berbagai agama, suku dan budaya.52
Data yang berkenaan dengan uapaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan
multikultural di SMK Karya Bunda dilakukan pada saat pengibaran bendera juga di kuatkan oleh
informan lainnya sebagai berikut:
“yahhhh,,, biasanya kek manalah ya….!! Palingan momen yang tepat saat pengibaran
benderalah pula, karnakan kita tahu bahwa Indonesia merdeka bukan karna di perjuangkan
oleh satu suku aja, melainkan dari berbagai suku, kek pahlawanlah. Ada pahlawan kita yang
dari Batak, Pahlawan dari Jawa, Aceh, Pahlawan dari Padang atau Nias dan lain-lainlah,
itulah yang kita kasih contoh sama anak-anak, klo indonesia fitrahnya itu memang di
takdirkan memiliki berbagai budaya, bahasa, adat, hmmmmmm…banyak, itu yang pertama”53
Menurut informan, bahwa upacara pengibaran bendera yang dilakukan setiap hari senin di
SMK Karya Bunda sangat relevan dalam memberikan pemahaman dan menerima perbedaan
51
Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 52Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017). 53
Wawancara dengan guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017.
dikalangan siswa baik itu perbedaan suku, etnis, agama dan lain sebagainya seperti halnya para
pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesi bukan dari satu etnis, suku atau agama saja.
Akan tetapi dari berbagai agama, suku dan budaya.
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan
Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan pada saat upacara pengibaran bendera.
b. Pada saat Proses Pembelajaran
Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda salah
satunya pada saat proses pembelajaran, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada jenajang Sekolah Menengah Kejuruan adalah 45 menit, pada saat proses pembelajaran ini lah
guru pai memberikan pendidikan multikultural pada siswa-siswi karena diketahui mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam mempunyai konsep pemahaman agama Islam pada jenjang ini.
Guru PAI pada proses pembelajaran ini memberikan pemahaman pada siswa-siswi tentang
keberagaman dan saling menghormati pada semua agama, pada saat pengamatan (observasi) peneliti
melihat pada saat masuk pelajaran Agama Islam siswa-siswi yang non-muslim atau Kristen juga
belajar agama kristen pada kelas yang lain atau bersebelahan. Peneliti juga mengamati pada saat
proses pembelajaran guru PAI memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda bahwa
Islam menganjurkan agar tetap menghormati kepercayaan di luar Islam pada semua materi pelajaran
Agama Islam.54
sejalan denga pengamatan tersebut informan juga mnyatakan:
“Kan begini, sekolah kita inikan, ruangannya terbatas intinya dalam satu lokal ada yang Islam
ada yang Kristen, jadi di saat agama Islam belajar agama Islam, agama Kristen juga belajar
agama Kristen disanakan kalau yang kristen, aaaa katakanlah melakukan lagu puji-pujian
mereka kan itu lokalnya sebelah-sebelahan. Intinya ketika agama Muslim ini mendengar
mereka menyanyi-nyanyi puji-pujian, katakanlah seperti itu, ya kembali lagi ditekankan
kepada murid yang beragama Islam itu untuk tidak mengejek… aaa mereka gampang ini kan
54
Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).
didengarnya marlagu-lagu ikut-ikutan biar mereka tak tersinggung itulah namanya toleransi
saling menghargai.”55
Pengamatan di atas dikuatkan oleh pernyataan yang diperoleh dari informan sebagai berikut:
“……Dia selalu memberikan himbauan kepada siswa gitu, selain itu waktu jam belajar,
tapikan karna jam dia sedikit itu, dipuaskanlah waktu di jam-jam masuk”56
Dari pernyataan informan tersebut menggambarkan bahwa guru PAI memberikan pemahaman
kepada siswa pada saat proses pembelajaran tentang pentingnya saling menghormati terutama saling
menghormati keprrcayaan orang lain. Demikian juga, kepala sekolah SMK Karya Bunda selalu
memberikan arahan dan masukan kepada guru PAI agar selalu memberikan pemahaman kepada
semua siswa-siswi untuk selalu saling menghormati, data ini sesuai dengan jawaban yang diberikan
informan:
“Peneliti: Apakah guru PAI berperan aktif dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK
Karya Bunda?
Informan: Kebetulan iya, karna banyak saya kasih masukan.”57
Berkaitan dengan upaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan
multikultural terkait dengan pada saat proses pembelajaran ini juga diperkuat oleh pendapat informan
yang menyatakan:
“pada waktu pembelajaran lah pula juga,,,, hmmmmm.. kan Islam itu sendiri mengajarkan
toleransi juga, klo diliat-liat kan banyak ayat Alquran yang bilang klo kita tu harus
menghormati agama lain,,,,,,aaaaa intinya pula toleransilah ya kan, kek Alkafirunlah ayat
terahir itu kan katanya “Bagimu agamamu bagiku agamaku” jadikan gak usah maksain orang
buat percaya agama kita toleransi lah pula,,,hhhmmmmmm pokoknya toleransinya masih
55
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 56Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 57
Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa
04 April 2017.
wajarlah pula, jangan kita pula nyemabah agama orang itu pokoknya ada batasnya
juga………gitulah caranya ngasih pemahaman sama anak-anak itu..”58
Dari pernyataan informan di atas dapat dipahami bahwa guru PAI memberikan pemahaman
atau menerapkan Pendidikan Multikultural pada saat proses pembelajaran serta bertolak dari hasil
analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan penelitian sebagai berikut:
upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya
Bunda dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
c. Memberikan Teladan di Luar Jam Pelajaran
Upaya guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk
memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran, hal ini menurut informan juga diharapkan dapat
memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda tentang keberagaman serta berbagai
kultur yang ada dikalangan kehidupan dan lingkungan sekolah SMK Karya Bunda. Hal ini sesusai
dengan pernyataan informan yaitu:
“Dalam agama masing-masingkan, kita apa ya, cara bergaul, cara bersosialisasi dari situlah
kita mengajarkan anak bagaimana kita menyikapi dan kita gak boleh membeda-bedakan,
contohnya seperti saya, saya itu tidak membedakan suku, bangsa dan agama. Tapi kita
berbaur, bisa berbaur dan bisa bergaul dengan baik, ya kan kita tau, misalnya, ohhh ini ya,,,,
kita gak mau datang ke rumahmu karna rumah mu banyak ada anjingnya, ya akhirnya orang
itu udah ngertila, misalnya mau jajan itu gak halal, kebetulan yang di lingkungan sini halal
gitu, jadi semua bisa makan.”59
Sesuai pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa wakil kepala sekolah
memberikan teladan kepada siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk berbaur terhadap semua kalangan
dan tidak membedakan antara agama Islam dan non Islam dan memberikan hak yang sama terhadap
semua siswa-siswi.
58Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 59
Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017.
Data yang berkenaan dengan keteladan yang diberikan semua guru-guru SMK Karya Bunda
tersebut juga dikuatkan dengan hasil pengamatan peneliti dikalangan warga SMK Karya Bunda yaitu
bahwa walaupun ada satu guru agama Kristen diantara semua guru SMK Kaya Bunda.Namun, semua
guru berbaur dan bergaul dengan guru-guru lainya tanpa membedakan agama layaknya seperti tidak
ada perbedaan agama pada kehidupan sosial di SMK Karya Bunda.60
Hal ini memberikan teladan yang
sangat baik dan sangat efektif bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk tidak membedakan anatara
agama dalam kehidupan sosial.Sebagaimana Islam mengajarkan bahwa sebelum mengajarkan kepada
suatu ilmu, maka yang pertama dilakukan adalah mengamalkan atau melakukannya terlebih dahulu.
Bahkan jika suatu ilmu di ajarkan dan tidak diamalkan maka ada kemurkaan Allah akan datang.
Sesuai dengan firman Alla Swt., pada Alquran surah Assaf ayat 1.
أن تقولوا ما ال تفعلون (3: الصف)كب مقتا عند الل
Artinya: “Amat Besar Kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.”61
Kedua data yang diseskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan lain tentang
Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk
memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran. Pernyataan tersebut terungkap dalam hasil
wawancara sebagai berikut:
“Yang jadi pertanyaannya kan tentang multikultural ini, khususnya jadi kalau saudara
tanyakan itu, saya memahaminya khusus kepada agama…. Jadi yang dapat guru Agama
tanamkan di sini atau yang dapat dilakukan guru PAI khususnya saya yaitu menanamkan
kepada siswa untuk saling menjaga toleransi saling menghargai dalam peredaan agama ini,
yah kita lah pula dulu yang saling bertoleransi, kan disini gak smua guru yang beraga Islam
jadi ya kita dulu yang toleransi baru saya ajarkan anak-anak atau siswa-siswi bertoleransi.”62
60
Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017). 61Departemen Agama RI, Mushaf ..., h 62
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017.
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan
Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan dengan memberikan teladan kepada semua
siswa-siswi yaitu guru-guru di SMK Karya Bunda juga saling bertoleransi dengan guru lain yang
berlainan agama.
2. Pentingnya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK
Karya Bunda
Dalam memandang pentingnya guru PAI menerapan pendidikan pendidikan
multikultural di SMK Karya Bunda. Berdasarkan data yang telah terkumpul bahwa siswa-
siswi SMK Karya Bunda memeluk dua agama dan terdiri dari empat suku. Maka sangat
dianggap relevan untuk diterapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda. Hal ini
sesuai dengan temuan peneliti pada dokumen sekolah bahwa pada jenjang kelas memeluk
agama Islam dan Kristen, pada kelas sepuluh (X) yang berjumlah 19 siswa 12 memeluk
agama Islam dan 7 pemeluk agama Kristen dan kelas sebelas (XI) berjumalah 28 siswa 15
siswa adalah pemeluk agama Islam sedangkan yang memeluk agama Kristen adalah 13
siswa. Demikian juga kelas duabelas (XII) berjumlah 16, 6 siswa diantaranya pemeluk agama
Islam dan 10 siswa pemeluk agama Kristen, jadi toltal siswa 63 pada semua jenjang 33 siswa
pemeluk agama Islam dan 30 siswa lainnya pemeluk agama Kristen.63
Data yang diperoleh di atas dikuatkan oleh pernyataan informan yang menyatakan
bahwa selain berbeda agama siswa-siswi di SMK Karya Bunda juga berbeda suku, hal ini
terungkap dalam pernyataan informan sebagai berikut:
63
Data Siswa SMK Karya Bunda Tahun Pelajaran 2016/2017.
“Keberagaman suku, agama itu ya?, dari pertama masuk saya di sini sampe sekarang itu
bayak dari Nias, mayoritas dari Nias, ……… suku Jawa, Batak. Batak nya juga ada yang
Batak Pak-Pak, ada yang dari Karogitu jadi ya banyaklah. Bataknya pun ada yang batak
Toba atau Kristen ada yang Batak Islam”64
Demikian juga pernyataan yang berkenaan dengan data dan hasil wawancara di atas
tentang keberagaman siswa-siswi baik agama maupun suku, hal ini juga terungkap dalam
penrnyataan informan sebagai berikut:
“Kalau keberagaman di sini bang, kalau suku, ada Jawa, Batak, Nias, Melayu, berarti ada
empat suku, baru Mandeling, Mandeling gak ada ya. Gak ada, berarti cuma empat suku
bang.”65
Dari data yang diperoleh tersebut dapat dimaknai bahwa siswa-siswi yang belajar di
SMK Karya Bunda terdiri dari berbagai Suku dan Agama terkait dengan suku terdiri dari
suku Jawa, Batak, Nias dan Melayu, adapun keberagaman terkait dengan agama terdiri dari
agama Islam, Protestan dan Katolik dengan demikian adapun pentingnya menerapkan
pendidikan miltikultural di SMK Karya Bunda adalah karena di SMK Karya Bunda memiliki
siswa dari berbagai agama dan suku.
Adapun data yang berkaitan dengan pentingnya menerapkan pendidikan multikultural
di SMK Karya Bunda karena siswa-siswi terdiri dari berbagai suku dan agama ini terungkap
dari pernyataan infroman yang menyatakan:
“Kan sekolah SMK Karya Bunda ini bukan berbasis Islam ini, bukan seperti pesantren, yakan
,,, kalau pesantren itu khusus dia, Muslim Muslimah perempuan, kalau SMK umum dia.
Otomatis yang Islamnya ada yang Kristennya pun ada, guru yang beragama Islam ada yang
64Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa
04 April 2017. 65
Wawancara dengan Siswi SMK Karya Bunda. Kelas XI Nurisam. Kamis, 06 April 2017.
beragam Kristen pun ada, ya itulah sekolah yang bersifat umum dia bukan khusus ada ke
Islamannya dia.”66
Data yang berkenaan dengan pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan
multikultural di SMK Karya Bunda karena Masyarakat yang ada di SMK Karya Bunda terdiri
dari berbagai Suku dan Agama ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan infroman berikut,
infroman menyatakan:
“Karna kita kan berada di Negara yang banyak budaya dan agama kita tak bisa mengelak dari
manapun, jadi, saling kerja sama dan menghargai, saling menghormati walaupun berbeda,
kek gitu juga lah sekolah kita ini, di sini kita juga dari berbagai agama khususnya Kristen dan
Islam, suku juga di sekolah kita ini banyak suku, jadi menurut saya sangat relevan untuk
memberikan pemahaman bagi kita semua khususnya siswa-siswi. Apalagi mereka kan tingkat
SMK masih labil gitulah, agar mereka memahami betul makna dari keberagaman tersebut.”67
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan
temuan penelitian sebagai berikut: pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan
multikultural adalah untuk memberikan pemahaman bagi siswa dalam keberagaman karena
Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, bangsa dan agama demikian halnya juga
masyarakat SMK Karya Bunda terdiri dari dua pemeluk agama yaitu Islam dan Kristen, dan
terdiri dari empat suku yaitu Jawa, Melayu, Batak dan Nias.
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan
Multikultural Di SMK Karya Bunda
66
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 67
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017.
Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan
multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu 1).Kurang maksimal dukungan orang tua, 2).Pada
awal masuk sekolah siswa masih membawa budaya dari asalnya.Adapunfaktor pendukung
dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda Adalah: 1) Dukungan dari
semua guru.
a. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di
SMK Karya Bunda.
Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan
multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu:
1) Kurang Maksimal Dukungan Orang Tua
Dukungan orang tua memang sangar diperlukan dalam semua hal, begitu juga yang dirasakan
guru PAI di SMK Karya Bunda dalam menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa siswi
SMK Karya Bunda, karena siswa siswi SMK Karya Bunda berasal dari berbagai kota atau tidak
berasal dari daerah lingkungan sekolah saja bahkan banyak yang berasal dari luar kota seperti Nias
dan lain sebagainya. Di samping itu siswa siswi SMK Karya Bunda yang berasal dari lingkungan
sekolah juga dari keluarga yang kurang mampu, sehingga siswa-siswi SMK Karya Bunda harus
bekerja setelah pulang sekolah atau siswa-siswi yang tidak bekerja setelah pulang sekolah. Namun,
orang tua dari mereka pergi pagi dan pulang sekolah setelah mereka tidur sehingga tidak mendapakan
perhatian dari para orang tua. Hal ini terungkap hasil wawancara dengan informan berikut yang
menyatakan:
“Yang sangat berat itu. Satu, Karna perkembangan anak-anak ini, karna kita tahu ya, karna
kehidupan mereka pun sangat susah , ibaratnya bukan liar tapi mereka hidup
sendiri,……biasanyakan kita minta dampingan orang tua, bagaimana sikap anak di rumah,
gimana anak di sekolah itukan kita bisa nyakkan, tapi mereka tidak punya orang tua, jadi
gimana kita menghadapinya?, ya anak itulah yang harus kita apakan, memberikan nasehat,
mengingatkan dia, memberikannya suport gitu, masukan gitu.”68
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh informan tersebut menunjukkan bahwa memang
salah satu faktor penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK
Karya Bunda adalah kurangnya dukungan dari
orang tua. Pendapat informan di atas juga diperkuat oleh pernyataan informan berikut,
informan menyatakan sebagai berikut:
“tapi bukan nyalahkan siapa-siapa ya kan, kadang pula orang tua pun jauh, jadi gimanalah,
jadi susah juga kita bilangnya, orang tuakan seharusnya udah menjadi contohlah ya kan,
atau ada yang masalah pula mau dibicarakan sama orang tua siswa gak bisa, jauh kek di
Nias lah pula contohnya, kek manalah mau di panggil, gak bakalan datang juganya itu.”69
Kedua data di atas berkenaan dengan kurangnya maksimalnya dukungan orang tua karena
disebabkan oleh ekonomi keluarga siswa di SMK Karya Bunda masih belum terpenuhi sehingga
orang tua siswa harus bekerja, sebahagian siswa lainnya berasal dari luar kota Medan atau jauh dari
orang tua, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan informan berikut, informan menyatakan:
“Trus pula peran orang tua lah, di sini apalagi ekonomi siswa kita di sini menengah ke
bawah, jadi orang tuanya secara otomatis sibuk mencari atau bekerja, sehingga klo di
undang untuk rapat sekolah sikitnya yang datang, kita juga gak bisa paksakan ya kan, kek
gitulah keadaannya, jadi perhatian orang tua terhadap mereka pun kuranglah belum lagi
siswa kita di sini banyak yang dari luar kota seperti Nias, tentulah itu gak dapat perhatian
dari orang tua, yah itulah kira-kira.”70
68
Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10
April 2017. 69
Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa
04 April 2017. 70
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017.
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.
2) Ruangan Kelas yang Minim
Ruangan juga menjadi fakor penting dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada
jenjang pendidikan apa saja. Ruangan kelas yang terbatas menjadi faktor penghambat pada
kelangsungan proses pembelajaran. Demikian juga guru PAI di SMK Karya Bunda dalam
menerapkan pendidikan multikultural.Dikarenakan hal demikian guru PAI tersebut tidak dapat secara
maksimal dalam menerapkan pendidikan multikultural. Hal ini terungkap pada hasil wawancara yang
dilakuan peneliti, informan menyatakan:
“Kembali lagi seperti yang saya katakan di awal tadi, kan kita ini lokal nya terbatas ruangan
intinya ketika murid yang beragama Islam ini tadi belajar agama Islam kemudian setelahnya
lagi yang beragama Kristen belajar agama Kristen. Jadi, permasalahan itu tidak terlalu apa
dikatakan ya tidak telau rumit, cuman ketika proses pembelajaran itu berlangsung karna
lokalnya tadi bersebelah-sebelahan seperti ini, ini bapak liatlah inikan suara dari lokal
sebelah jugakan sampai ke lokal yang beragama Islam ataupun suara yang beragama Islam
sampai ke ruangan yang beragam Kristen, jadi kek mana itu kurang efektif lah itu.”71
Karena ruangan kelas atau lokal di SMK Karya Bunda minim maka mengakibatkan ketika
berlangsung pembelajaran Agama Islam kurang efektif, hal ini juga dikarenakan ketika siswa belajar
Agama Islam, siswa yang kristen juga belajar Agama Kristen sehingga ketika siswa-siswi kristen
menyanyikan lagu-lagu kebaktian suara mereka sampai ke ruangan yang kelas siswa yang sedang
belajar pelajaran Agama Islam. Data ini juga diperkuat dengan pernyataan informan sebagai berikut:
“trus kemudian,eeee ketika terjadi namanya pelajaran agama aaaaa kelas kamikan terbatas
hanya pembatas triplek,”72
71
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 72
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017.
Demikian juga hasil observasi peneliti pada saat terjadi proses pembelajaran Agama Islam,
siswa-siswi yang beragama Kristen juga belajar Agama Kristen dan pada saat penelti mengadakan
observasi siswa-siswi yang belajar agama Kristen sedang menyanyikan lagu puji-pujian mereka
sehingga fokus siswa-siswi yang sedang belajar agama Islam menjadi kurang, meskipun demikian
guru PAI tetap memberikan peringatan kepada siswanya agar selalu mengahormati dan bertoleransi
kepada pemeluk agama lain.73
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu ruangan kelas masih minim.
b. Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di
SMK Karya Bunda
Adapun faktor pendukung guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di
SMK Karya Bunda Adalah:
1) Dukungan Dari Semua Pihak Sekolah
Faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK
Karya Bunda adalah dukungan dari guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut, dukungan tersebut
yaitu berupa keikut sertaan semua guru dalam menerapkan pendidikan multikultural itu sendiri atau
semua guru yang mengajar di SMK Karya Bunda berperan aktif dalam menerapkan pendidikan
multikultural.
Hai ini terungkap pada hasil wawancara dengan infroman berikut:
“Peneliti: Bagaimana keterlibatan pihak sekolah dalam menyadarkan perbedaan bagi siswa
di SMK Karya Bunda?
73
Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).
Informan: Arahan selalu diberikan ya. Semua guru-guru ikut memberikan arahan kepada
siswa-siswa.”74
Pernyataan informan di atas menggambarkan bahwa pihak sekolah juga selalu memberikan
arahan kepada semua siswa dalam pendidikan multikultural sperti contohnya yang menjadi pembina
upacara yang dilakukan setiap hari senin di sekolah tersebut atau baris berbaris yang dilakukan dari
hari selasa sampai hari sabtu. Sebagaimana informan tersebut menyatakan sebagai berikut:
“Pihak sekolah berarti kan, eee … sifatnya lebih besar yaa.. dianya dari atas gitu pihak
sekolah ini dia berbicara dari, kepala yayasan, kepala sekolah, kebetulan disinikan ada
empat unit, SD, SMP, SMA, SMK, aaaa… jadi untuk menyadarkan mengenai perbedaan ini
saya sering melihatnya, hari senin selalu upacara dan di situ selalu di sampaikan di hari
selasa sampai sabtu semua berbaris sama-sama di lapangan sekolah, SD, SMP, SMA SMK,
dan disitupun disampaikan juga entah nasehat-nasehat tentang keberagaman.”75
Kedua data yang di deskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan berikut bahwa
semua pihak sekolah termasuk guru-guru di SMK Karya Bunda juga berperan aktif dalam
menerapkan pendidikan multilkultural, hal ini terungkap pada hasil wawancara peneliti dengan
informan sebagai berikut:
“Dalam masalah menyadarkan ataupun menanamkan rasa saling menghargai dan
menghormati itukan begitu siswa-siswi itu masuk di sekolah perguruan ini memang sudah
disampaikan kian itu pak. Terutama aturan-aturan ataupun tata tertib yang ada di sekolah ini,
artinya begitu masuk siswa baru itu atau siswi baru itu sudah siap mereka nanti untuk
mengikuti aturan-aturan ataupun tata tertip yang ada si sekolah kita ini, jika kesalahan yang
dilakukannya siswa tidak dapat lagi di maafkan ataupun tidak dapt lagi ditolerir, ya pihak
sekolah pun bisa mengeluarkan kebijakan ataupun ngambil sangsi ada yang di keluarkan
atau masih bisa dikomunikasikan dengan pihak orang tua atau wali murid tadi.”76
Dari pernyataan informan tersebut menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta
dalam meerapka pendidikan multikultural terhadap siswa-siswi di SMK Karya Bunda sejak awak
74
Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10
April 2017. 75
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017. 76
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017.
siswa masuk sekolah maka dalam tata tertib tersebut memang sudah memuat peraturan tentang saling
menghormati dan lain sebagainya. Di samping itu pihak sekolah juga jika salah seorang siswa
melanggar tata tertib yang telah di buat oleh pihak sekolah maka pihak sekolah akan memberikan
sangsi bertahap terutama dalam saling menghormati, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan
informan sebagai berikut:
“Peneliti:Jika pernah terjadi suatu masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu
menyelesaikan permasalahan tersebut?
Informan:Yang pertama kita sebagai guru harus netral, tidak boleh memilih pihak, ya, aaa
agar masalah ini bisa di tengahi atau diselesaikan .yang kedua e.. mendengarkan dulu pokok
permasalahannya biar kita tau jalan keluarnya, lalu yang ketiga, mmm tegas menyampaikan
aaa… peraturan sekolah yang ada bahwa klo memang masalahnya itu melanggar peraturan
ya mau tak mau mereka harus diberikan sangsi.”77
Demikian juga informan lain memberikan jawaban dengan pertanyaan yang sama sebagai
berikut:
“Kita panggil siswanya, satu persatu…. Tapi kalau udah dipanggil satu persatu kita penggil
bersama, jika kita bisa atasi tanpa orang tua kita atasi.Tapi kalo harus dengan orang tua
setelah itu, ya kita penggil orang tua.”78
Dari kedua respon informan di atas ketika peneliti menanyakan “Jika pernah terjadi suatu
masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu menyelesaikan permasalahan tersebut?”
menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta dalam menerapkan pendidikan multikultural di
SMK Karya Bunda dengan demikian memberikan kemudahan bagi guru PAI dalam menerapkan
Pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda.
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu dukungan semua guru.
77
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017. 78
Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa
04 April 2017.
I. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan temuan penelitian di atas, sub fokus pertama tentang upaya guru PAI dalam
menerapkan pendidikan multikultural diperoleh beberapa kesimpulan proposisi antara lain: 1) Melalui
kegiatan upacara pengibaran bendera; 2) Pada saat proses pembelajaran; 3) Memberikan teladan di
luar jam pembelajaran. Sedangkan sub fokus kedua tentang pentingnya menerapkan pendidikan
multikultural adalah karna SMK Karya Bunda Terdiri dari berbagai suku dan agama. Adapun sub
fokus ketiga tetang faktor yang menghambat dalam menerapkan pendidikan multikultural yaitu: 1)
Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim; dan faktor yang mendukung
guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural adalah: 1) Dukungan dari semua pihak
sekolah.
1. Upaya Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural
a. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera
Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural yang dilakukan guru dapat
melalai kegiatan upacara pengibaran bendera.Upacara pengibaran bendera yang umumnya
dilaksanakan setiap hari senin memberikan makna pada perjuangan para pahlawan yang telah merebut
kemerdekaan Negera Kesatuan Rebublik Indonesia.Diketahui bersama bahwa negara ini bukan
dimerdekaan dari satu suku saja, melainkan dari berbagai suku. Demikian juga agama negera ini tidak
di merdekakan satu agama saja akan tetapi dari berbagai agama.
Kegiatan upacara pengibaran bendera ini memang suatu kegiatan yang menjadi rutinitas di
sekolah-sekolah umumnya walaupun tidak ada undang-undang yang mengaturnya tentang
kewajibannya. Namun, hal ini dapat dimaknai dari undang-undang Sisdiknas pasal 4 bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskrimitatif dengan menjunjung tinggi HAM,
nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.79
Pada konteks ini dapat dikatakan, tujuan
utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan
empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda dan dari kegiatan upacara pengibaran
79
Presiden Rebublik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Pasal-4).
bendera ini tujuan dari pendidikan multikultural ini dapat dilaksanakan seperti simpatik terhadap para
pahlawan-pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan dengan melalui hening cipta yang di
lakukan pada setiap acara pengibaran bendera. Selain itu juga para pembina upacara pada saat
memberikan pidatonya dapat memberikan dan mengajak siswa dalam upuya menyadarkan perbedaan
di Indonesia umumnya dan dilingkungan sekolah khususnya.
Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa upaya yang di lakukan guru PAI
dalam menerapkan pendidikan multikultural atau semua guru dapat dilakukan melalui upacara
pengibaran bendera yang dilakukan oleh pihak sekolah.
b. Pada Saat Proses Pembelajaran
Temuan peneliti tentang upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural dapat
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena, proses pembelajaran yang
berlangsung tersebut selalu di mulai dengan metode caramah.
Pada saat pembukaan pembelajaran guru yang menggunakan metode ceramah dapat
memberikan dan mengajak para siswa dalam memahami makna keberagaman.
Sejatinya mata pelajaran PAI yang meberikan pemahaman tentang agama Islam
sesungguhnya, maka seogiyanya dapat memberikan pemahaman bagi siswa untuk saling menghargai,
sebagaimana Allah memberikan pemahaman tentang toleransi ini yang tertuang dalam surah Alkafirun
1-6:
“katakanlah: “Hai orang-orang kafir (1).aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
(2).dan kamu tidak akan menyembah Tuhan yang aku sembah.(3). dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kam sembah.(4). dan kamu tidak pernah menyembah Tuhan
yang aku sembah.(5). untukmu agamamu, dan untukku agamaku.(6).”80
80
Departemen Agama RI, Mushaf…, h
Dari ayat Alquran di atas dapat dipahami bahwa dalam hal toleransi memang Islam
menganjurkan tetapi tidak dalam konteks yang berlebihan, seperti bergantian dalam menyembah
sesembahan masing-masing, dan demikian juga dengan agama ayat ini menjelaskan bahwa Islam
mengakui bahwa ada agama yang diyakini manusi selain agama Islam dan Islam tidak memaksanak
orang lain untuk meyakini agama Islam.
Berdasarkan urain di atas dapat dinyatakan bahwa guru PAI dapat menerapkan pendidikan
multikultural pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menyelipkan atau mengambil waktu-
waktu untuk memberikan pemahaman bagi siswa tentang kemajemukan agama maupun suku yang
ada seperti pada saat guru yang menggunakan metode ceramah dalam membuka pelajaran.
c. Memberikan Teladan di Luar Jam Pembelajaran
Temuan penelitian tentang memebrikan teladan di luar jam pembelajaran menjadi salah satu
upaya yang dapat dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural. Keteladanan bagi
guru merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru tanpa terkecuali, hal ini
bisa dimaknai dari komptensi kepribadian guru yang diatur dalam Undang-undang nomor 14 tahun
2005 yang kemudian di jelaskan dalam PP nomor 74 tahun 2008,yaitu:
Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup kepribadian yang:
a. Beriman dan bertakwa;
b. Berakhlak mulia;
c. Arif dan bijaksana;
d. Demogratis;
e. Mantap;
f. Berwibawa;
g. Stabil;
h. Dewasa;
i. Jujur;
j. Sportif;
k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
l. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
m. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.81
81
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru, BAB II
Pasal 3 ayat 5.
Dapat dilihat bahwa di Indonesia pada poin “K” dinyatakan bahwa guru harus menjadi
teladan bagi murid atau peserta didiknya, dengan demikian maka seorang guru harus memberikan
teladan bagi peserta didiknya dalam hal apapun, karena memang metode teladan sangat efektif dalam
memberikan pembelajaran bagi siapapun. Sebagaimana kelebihan metode keteladan yang
dikemukakan oleh Muhaimin dan Abdul Majid adalah:
a. Metode keteladalan akan memberikan kemudah kepada pendidik dalam melakukan
evaluasi terhadap hasil dari proses pembelajaran.
b. Metode ketaladan akan memudahkan bagi peserta didik dalam mempraktikkan dan
mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan berlangsung.
c. Bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
d. Metode keteladanan juga mendorong pendidik untuk senantiasa berbuat baik
karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh peserta didiknya.82
Dari penjelasan yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa metode keteladan sangat
diperlukan bagi seorang guru karena dengan keteladanan maka akan memudahkan bagi peserta didik
dalam mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan
berlangsung dan juga bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa metode keteladan merupakan langkah
yang sangat efektif dalam menerapkan pendidikan multikultural.
2. Pentingnya Guru PAI Menerapkan Penedidikan Multikultural
Pelajaran Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua
peserta didik yang beragama Islam, pada tingkat Sekolah menengah kejuaruan juga demikian
sekolah wajib memberikan pelajaran tersebut.Proposisi peneliti menunjukkan bahwa
pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda karena
SMK Karya Bunda mempunyai siswa dari berbagai budaya dan agama.
82
Muhaimin, dan Abdul Majid, (1993), Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya, h. 119.
Sebagaimana pengertian guru yang dikemukakan oleh Djamarah adalah Guru adalah
salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak
didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Keduanya berada dalam
proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan
mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas.
Guru dan anak didik berada dalam koridor kebaikan. Oleh karena itu, walaupun mereka
berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai
kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya.83
Jika dihubungkan dalam pendidikan agama Islam maka guru pendidikan agama Islam
yaitu guru atau tenaga pendidik yang secara berkelangsungan mentrasformasikan ilmu dan
pengetahuannya terhadap siswa di sekolah, dengan tujuan agar para siswa tersebut menjadi
pribadi-pribadi yang berjiwa Islami dan memiliki sifat, karakter dan prilaku yang di dasarkan
pada nilai-nilai ajaran Islam.
Dengan demikian guru PAI seharusnya berperan aktif dalam menerapkan pendidikan
multikultural bagi siswa karena multikultural ini berkaitan dengan kepribadian seseorang
dalam memahami keberagaman dan saling menghargai dalam perbedaan baik perbedaan
agama, suku, bahasa, suku, dan lain sebagainya.
Bertolak dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proposisi penelitian tentang
pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda
khususnya dan di semua sekolah umumnya menjadi suatu kewajiban terutama bagi sekolah-
sekolah yang peserta didiknya dari berbagai suku, bahasa, agama, budaya dan lain
sebagainya.
83
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2002), Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka
Cipta, h. 126.
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan
Multikultural
a. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural
Ada bebarapa faktora yang menjadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan multikulturak di SMK Karya Bunda yang merupakan menjadi temuan peneliti yaitu: 1)
Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim.
1) Kurang maksimal dukungan orang tua
Orang tua atau keluarga merupakan undur utama dalam dunia pendidikan karena pendidikan
yang pertama didapatkan adalah dari orang tua, sekolah merupakan tempat kedua bagi anak dalam
menuntut ilmu dan guru di sekolah merupakan pendidik kedua setelah orang orang tua. Proposisi
penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan
pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda adalah kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.
Dukungan dari orang tua dalam menerapkan pendidikan multikultural dalam konteks ini
merupakan suatu keharusan, karena dalam kehidupan sehari-hari anak seharusnya dapat belajar dari
orang tua bagaimana orang tua dapat berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan sekitarnya.
Mendidik anak dengan cara keteladanan menjadi faktor penting dalam membentuk baik dan
buruknya anak. Jika pendidik/orang tua juru, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan
tumbuh dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu juga sebaliknya jika pendidik/orang tua seorang
pembohong, pengkhianat, orang yang kikir dan hina maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan,
khianat , kikir, penakut, dan hina.84
Demikian juga sebuah hadis menjelaskan bahwa orang tua menentukan seorang anak itu baik
atau buruk sebagaimana tertera dalam kitab sahih Muslim sebagai berikut:
84
Asrul dan Ahmad Syukri (Ed), (2016), Strategi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Membentuk Sumberdaya Manusia Berkarakter. Medan: Perdana Publishing, h. 301.
عن سعيد بن املسيب أ خبين الزىري عن الزبيدي عن محمد بن حرب حدثنا حاجب بن الوليد حدثنا
ال يودل عىل الفطرة فأ بواه أ نو اكن يقول أ يب ىريرة قال رسول هللا صىل هللا عليو وسمل ما من مولود ا
(رواه مسمل) يودانو وينرصانو وميجسانو
Artinya: “Dari Hajib bin Walid dari Muhammad bin Harab dari Az-Zubaidi dari Az-Zuhri
menceritakan kepadaku Sa‟id bin Al-Musaib dari Abi Hurairah bahwasanya adalah berkata
ini, telah bersabda Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wasallam: Setiap anak dilahirkan dlm
keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau
Majusi (HR: Muslim)”
Hadis ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat berpengaruh terhadap seorang anak
sebagaiman hal yang urgen yaitu menyangkut kepercayaan atau agama, orang tua menjadi fsktor
utama dalam menetukannya terhadap anak tersebut, demikian juga dengan kelakuan anak sehari-hari
orang tua menjadi penentu apakah anak menjadi baik atau buruk.
Berdasarkan hadis dan pendapat yang di kemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa
orang tua sangat penting ikut andil dalam berbagai kelakuan anak, walaupun anak belajar dalam
sekolah namun peran orang tua sangat berpengaruh terhadap anak terutama dalam memahami
keberagaman atau pendidikan multikultural.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor penghambat dalam
menerapkan pendidikan multikultural bagi anak atau siswa adalah kurang maksimalnya dukungan
orang tua dalam kehidupan keseharian siswa atau di lingkungan sosial (masyarakat).
2) Ruangan kelas yang minim
Prasaran merupakan unsur penting pada lebaga pendidikan, sebagai sesuatu yang penting
pemerintah merumuskan peratuaran khusu yang menjadi kriteria minimumnya pada PP nomor 24
85
Al-Imam Abu Husain Muslim Muslim Bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, (1412 H/1991 M),
Shahih Muslim. Kairo: Dar Al-Hadist, h. 1226.
Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Ruangan kelas sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran sudah seogiyanya baik
dan tertur serta nyaman bagi guru untuk mengajar baagitu juga bagi siswa dalam menjalani pelajaran
di sekolah. Lain halnya dengan SMK Karya Bunda maka ruangan kelas masih kurang nyaman bagi
siswa dalam menjalani proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran Agama Islam karena pada
saat pembelajaran agama Islam berlangsung maka pembelajaran agama krisetenpun berlangsung dan
dikarenakan ruangan kelas masih minim sehingga menyebabkan kelas yang ada harus dibagi menjadi
dua kelas.
Sementara itu PP nomor 24 Tahun 200786
telah menegaskan tentang lauas minimum ruangan
kelas pada sekolah yaitu :
a. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktik yang tidak
memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
b. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
c. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 siswa.
d. Rasio minimum luas ruang kelas 2m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan siswa
kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang
kelas adalah 5 m.
e. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk
membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.
f. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar siswa dan guru dapat segera keluar
ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
86Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, TentangSarana dan
Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), BAB I Poin D.
Dari undang-undang dan uraian di atas dapat dipahami bahwa proposisi yang menjadi temuan
peneliti berupa ruangan kelas yang minim menjadikan faktor penghambat bagi guru PAI dalam
menrapkan pendidikan multikultural.
a) Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural
Adapun faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural
di SMK Karya Bunda yang menjadi proposisi temuan peneliti yaitu: Semua pihak sekolah
ikut serta dalam mendukung penerapan pendidikan multikultural.
1) Dukungan dari semua pihak sekolah
Keterlibatan semua pihak sekolah merupakan unsur penting dalam suatu pendidikan, terutama
dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa. Melalaui upaya guru PAI dalam
menerapkan pendidikan multikultural hal ini menjadi faktor pendukung.
Dukungan berarti ikut serta membimbing dan mengarahkan sikap siswa dalam berbagai hal
termasuk saling menghargai terhadap keberagaman.Sebagai tugas guru yang telah tercermin pada
undang-undang No 14 Tahun 2005.Menjadi suatu keharusan bagi semua pihak sekolah untuk ikut
serta berpartisifasi dalam memberikan arahan dan bimbingan bagi siswa toleransi pada semua
perbedaan dan pendapat.
Dalam konteks kehidupan bersosial mecegah seseorang dari perbuatan tercela sangat
dianjurkan dalam Islam dalam bahasa agama disebut amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini yang
dimaksudkan dengan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan kamu saling
tolong menolong dalam kejahatan. Demikian yang tercermin dalam surah Al-Maidah ayat 2.
شديد العقاب ..…… ن الل ا قوا الل ث والعدوان وات
: املائدة)وتعاونوا عىل الب والتقوى وال تعاونوا عىل اال
2)
Artinya : “……. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.87
Di samping ayat di atas, sebuah hadis juga menekankan bahwa pengawasan dalam arti
mencegah seseorang dari perbuatan tercela merupakan suatu kewajiban. Hal ini tergambar pada hadis
riwayat
عت رسول هللا صىل هللا عليو وسمل يقول : عن أيب سعيد الخدري رض هللا عنو قال من رأى : س
ي ان تط فبقل و وذ أ عف اال ن ل سس
تط فبلسانو فا ن ل سس
ه بيده فا رواه )منك من را فلي ري
(مسمل
Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah
dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu
maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”.
Berdasarkan ayat Alquran dan Hadits yang dikemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa
mencegah seseorang dari berbuat kejahatan wajib menurut agama dalam kadar kemampuan.
Demikian juga dalam konteks sekolah yang menjadi lingkungan siswa, di dalamnya terdapat warga
sekolah terdiri dari beberapa unsur seperti teman sebaya siswa, guru, pegawai, kepala sekolah dan lain
sebagainya. Maka mencegah siswa dari perbuatan tercela adalah kewajibab semua warga sekolah
tanpa terkhusus kepada guru bidang tertentu seperti contoh guru PAI, dengan keterlibatan semua
warga sekolah tentu akan memudahkan dan menjadi faktor pendukung bagi guru PAI untuk
menanamkan pendidikan multikultrural.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor pendukung pada penerapan
pendidikan multikulturalbagi guru PAI dengan pengawasan semua warga sekolah di atas menjadi
lebih kuat dan tegas.
87
Departemen Agama RI, op. cit., h. 107. 88
Al-Imam Abu Husain..., h. 69.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
J. Temuan Umum
6. Identitas SMK Karya Bunda
Nama Sekolah : SMK Swasta Karya Bunda
NSS : 542070106016
NPSN : 10261476
Status Sekolah : Swasta
Alamat : Jl. Vetpur Utama (Komp. Vetpur ABRI)
Desa : Medan Estate
Kode Pos : 20371
Kecamatan : Percut Sei Tuan
Kabupaten/ Kota : Deli Serdang
Propinsi : Sumatera Utara
Nomor Telepon : 617382057
Tanggal Izin Operasional : 2015-12-04
Email : [email protected]
Website : http://www.smkkaryabunda
Nama Kepala Sekolah : Tyas Dewi Kristiningsih
7. Visi, Misi dan Tujuan SMK Karya Bunda
VISI DAN MISI SMK SWASTA KARYA BUNDA
c. Visi
Adapun Visi SMK Karya Bunda adalah: “ Menjadi SMKyang Berkualitas , Unggul,
Berlandaskan, Imtaq Dan Iptek Serta Menghasilkan Alumniyang Mampu Bersaing Di Tingkat
Nasional dan Global”
d. Misi
10. Meningkatkan Prestasi Akademik Yang Membanggakan.
11. Membekali Siswa Dengan Ketrampilan.
12. Meningkatkan Kualitas Organisasi Dan Manajemen Sekolah Dalam Menumbuhkan
Semangat Keunggulan Dan Kompetitif.
13. Meningkatkan Kualitas Pbm Dalam Mencapai Kompetensi Siswa Berstandar
Nasional / Internasional.
14. Meningkatkan Kualitas Kompetensi Guru Dan Pegawai Dalam Mewujudkan Standar
Pelayanan Minimal (Spm).
15. Meningkatkan Kualitas Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Mendukung
Penguasaan Iptek.
16. Meningkatkan Kualitas Sdm Dan Kulitas Pembinaan Kesiswaan Dalam Mewujudkan
Imtaq Dan Sikap Kemandirian.
17. Meningkatkan Kemitraan Dengan Du/Di Sesuai Prinsip Demand Driven.
18. Meningkatkan Kualitas Pengelolaan Unit Produksi Dalam Menunjang Kualitas Sdm
Memberdayakan Lingkungan Sekolah Dalam Mewujudkan Wawasan Wiyatamandala.
8. Keadaan Guru SMK Karya Bunda
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa secara keseluruahan jumlah guru
dan pegawai di SMK Karya Bunda adalah 14 Orang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 11
orang perempuan. Satu orang guru beragama Kristian dan 13 guru lainnya beragama Islam.
Secara umum tingkat pendidikan guru sangat memadai, karena rata-rata berpendidikan
sarjana. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Jumlaj Guru-guru di SMK Karya Bunda
No NUPTK Nama Bidang Studi
1 7449743644300033 Tyas Dewi Kristiningsih
Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda
2 5163756656300003 Agustini Kholidah Nasution,S.Pd IPA
3 Anisah Kartika Putri,S.Pd B. Indonesia
4 Devi Uliyana Rangkuti,S.Pd B.Inggris
5 6056746648300063 Dra. Aida Supriati Hasibuan
6 7552759660200022 Fahrul Lubis,S.Pd PJOK
7 6834758659300102 Farida Gian Sari,S.Pd
Keselamatan
dan Kesehatan
Kerja
Lingkungan
Hidup
8 0363759661300083 Leni Hasmi,S.Pd BK
9 6549743646300033 Drs. Nurmasyiah Siregar PKN
10 Risma Nurdelima Sinaga, SE IPS
11 Siti Hardianti Harahap,SPd.I Matematika
12 Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th Pendidikan
Agama
Krinten
13 6563762665210093 Suyatmi, S.Pd Tata Usaha
14 Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Pendidikan
Agama Islam
15 Amir Rizki Al-Haj,S.Pd TIK
9. Keadaan Siswa SMK Karya Bunda
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui secara keseluruhan jumlah siswa/i pada
tahun ajaran 2016/2017 di SMK KARYA BUNDA MEDAN ESTATE adalah 63 orang,
terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 42 siswi perempuan. Jumlah ini terdiri daru kelas X, XI dan
XII bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Jumlah siswa di SMK Karya Bunda
No Kelas
Jumlah Siswa Jumlah Siswa
LK PR Islam Kristian
1 X1
3 3 12 7
2 XI1 13 13 15 13
3 XII1 5 5 6 10
Jumlah 21 42 33 30
Total 63 63
10. Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Karya Bunda
Untuk mendukung kelangsungan proses belajar mengajar maka sekolah harus
memiliki sarana dan prasarana. Inilah beberapa data mengenai sarana dan prasarana yang ada
di SMK Karya Bunda pada tabel berikut :
Tabel 4.3
Sarana Prasarana
Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana
Kamar Mandi/WC Siswa Laki-laki KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total
Kamar Mandi/WC Siswa Perempuan KM 2.0 2.0 Milik Rusak Total
Ruang Teori/Kelas Kls X 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan
Ruang Teori/Kelas Kls XI AP 7.0 6.0 Milik Rusak Ringan
Ruang Teori/Kelas Kls XII 7.0 4.0 Milik Rusak Ringan
Jenis Nama Panjang Lebar Milik Kondisi Sarana
Laboratorium Komputer LK 7.0 4.0 Milik Rusak Total
Ruang Guru RG 7.0 3.0 Milik Rusak Total
Ruang Kepala Sekolah RKS 7.0 4.0 Milik Rusak Total
K. Temuan Khusus
Berdasarkan data yang diperoleh,Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menerapkan
Pendidikan Multikulturaldi SMK Karya Bunda mencakup:
4. Upaya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK Karya
Bunda.
Adapun upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya
Bunda, yaitu: 1).Melalui kegiatan upacara pengibaran bendera, 2). Pada saat proses
pembelajaran, 3). Memberikan teladan di luar jam pelajaran.
d. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera
Kegiatan upacara merupakan aktivitas yang dilakukan di SMK Karya Bunda setiap seminggu
sekali, pelaksanaannya adalah hari senin. Pelaksanaan ini sudah menjadai rutininatas yang dilakukan
oleh pihak sekolah pada umumnya di Indonesia, demikian juga halnya di lakukan oleh pihak SMK
Karya Bunda, sesuai dengan pernyataan informan:
“Hmmm…Kalau masalah hal itu dia menerapkan, apalagi kalau udah ketepan pas upacara
bendera ya, terdiri dari pemimpin upacara, hmmmmm..pembina upacara ya.. dia selalu memberikan
himbauan kepada siswa gitu”.89
Dari pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa pada saat upacara bendera guru
PAI sebagai pembina upacara memberikan himbauan kepada seluruh siswa agar selalu menjaga
kerukunan, karena memang pada saat pelaksanaan upacara pengibaran bendera sangat cocok untuk
memberikan arahan dalam perbedaan tersebut, sebagaimana diketahui uapacara pengibaran bendera
merupakan momen memperingati jasa pahlawan dalam memerdekakan Indonesia dan negara kesatuan
republik Indonesia sejak sebelum merdeka telah terdidri dari berbagai agama, budaya dan suku.
Hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa guru PAI sering di
tunjuk oleh pihak sekolah SMK Karya Bunda untuk menjadi pembina upacara dan guru PAI tidak
lupa untuk mengingatkan agar selalu menjaga perbedaan di antara siswa serta memberikan gambaran
bahwa Indonesia merdeka bukan karena perjuangan satu agama, bukan dimerdekakan oleh satu suku
saja melainkan didemerkakan dari berbagai agama, suku dan budaya.90
Data yang berkenaan dengan uapaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan
multikultural di SMK Karya Bunda dilakukan pada saat pengibaran bendera juga di kuatkan oleh
informan lainnya sebagai berikut:
“yahhhh,,, biasanya kek manalah ya….!! Palingan momen yang tepat saat pengibaran
benderalah pula, karnakan kita tahu bahwa Indonesia merdeka bukan karna di perjuangkan
oleh satu suku aja, melainkan dari berbagai suku, kek pahlawanlah. Ada pahlawan kita yang
dari Batak, Pahlawan dari Jawa, Aceh, Pahlawan dari Padang atau Nias dan lain-lainlah,
89
Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 90
Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).
itulah yang kita kasih contoh sama anak-anak, klo indonesia fitrahnya itu memang di
takdirkan memiliki berbagai budaya, bahasa, adat, hmmmmmm…banyak, itu yang pertama”91
Menurut informan, bahwa upacara pengibaran bendera yang dilakukan setiap hari senin di
SMK Karya Bunda sangat relevan dalam memberikan pemahaman dan menerima perbedaan
dikalangan siswa baik itu perbedaan suku, etnis, agama dan lain sebagainya seperti halnya para
pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesi bukan dari satu etnis, suku atau agama saja.
Akan tetapi dari berbagai agama, suku dan budaya.
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan
Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan pada saat upacara pengibaran bendera.
e. Pada saat Proses Pembelajaran
Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda salah
satunya pada saat proses pembelajaran, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada jenajang Sekolah Menengah Kejuruan adalah 45 menit, pada saat proses pembelajaran ini lah
guru pai memberikan pendidikan multikultural pada siswa-siswi karena diketahui mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam mempunyai konsep pemahaman agama Islam pada jenjang ini.
Guru PAI pada proses pembelajaran ini memberikan pemahaman pada siswa-siswi tentang
keberagaman dan saling menghormati pada semua agama, pada saat pengamatan (observasi) peneliti
melihat pada saat masuk pelajaran Agama Islam siswa-siswi yang non-muslim atau Kristen juga
belajar agama kristen pada kelas yang lain atau bersebelahan. Peneliti juga mengamati pada saat
proses pembelajaran guru PAI memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda bahwa
Islam menganjurkan agar tetap menghormati kepercayaan di luar Islam pada semua materi pelajaran
Agama Islam.92
sejalan denga pengamatan tersebut informan juga mnyatakan:
91Wawancara dengan guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 92
Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).
“Kan begini, sekolah kita inikan, ruangannya terbatas intinya dalam satu lokal ada yang Islam
ada yang Kristen, jadi di saat agama Islam belajar agama Islam, agama Kristen juga belajar
agama Kristen disanakan kalau yang kristen, aaaa katakanlah melakukan lagu puji-pujian
mereka kan itu lokalnya sebelah-sebelahan. Intinya ketika agama Muslim ini mendengar
mereka menyanyi-nyanyi puji-pujian, katakanlah seperti itu, ya kembali lagi ditekankan
kepada murid yang beragama Islam itu untuk tidak mengejek… aaa mereka gampang ini kan
didengarnya marlagu-lagu ikut-ikutan biar mereka tak tersinggung itulah namanya toleransi
saling menghargai.”93
Pengamatan di atas dikuatkan oleh pernyataan yang diperoleh dari informan sebagai berikut:
“……Dia selalu memberikan himbauan kepada siswa gitu, selain itu waktu jam belajar,
tapikan karna jam dia sedikit itu, dipuaskanlah waktu di jam-jam masuk”94
Dari pernyataan informan tersebut menggambarkan bahwa guru PAI memberikan pemahaman
kepada siswa pada saat proses pembelajaran tentang pentingnya saling menghormati terutama saling
menghormati keprrcayaan orang lain. Demikian juga, kepala sekolah SMK Karya Bunda selalu
memberikan arahan dan masukan kepada guru PAI agar selalu memberikan pemahaman kepada
semua siswa-siswi untuk selalu saling menghormati, data ini sesuai dengan jawaban yang diberikan
informan:
“Peneliti: Apakah guru PAI berperan aktif dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK
Karya Bunda?
Informan: Kebetulan iya, karna banyak saya kasih masukan.”95
Berkaitan dengan upaya yang dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan
multikultural terkait dengan pada saat proses pembelajaran ini juga diperkuat oleh pendapat informan
yang menyatakan:
“pada waktu pembelajaran lah pula juga,,,, hmmmmm.. kan Islam itu sendiri mengajarkan
toleransi juga, klo diliat-liat kan banyak ayat Alquran yang bilang klo kita tu harus
93
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 94Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017. 95
Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa
04 April 2017.
menghormati agama lain,,,,,,aaaaa intinya pula toleransilah ya kan, kek Alkafirunlah ayat
terahir itu kan katanya “Bagimu agamamu bagiku agamaku” jadikan gak usah maksain orang
buat percaya agama kita toleransi lah pula,,,hhhmmmmmm pokoknya toleransinya masih
wajarlah pula, jangan kita pula nyemabah agama orang itu pokoknya ada batasnya
juga………gitulah caranya ngasih pemahaman sama anak-anak itu..”96
Dari pernyataan informan di atas dapat dipahami bahwa guru PAI memberikan pemahaman
atau menerapkan Pendidikan Multikultural pada saat proses pembelajaran serta bertolak dari hasil
analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan penelitian sebagai berikut:
upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya
Bunda dapat dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
f. Memberikan Teladan di Luar Jam Pelajaran
Upaya guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk
memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran, hal ini menurut informan juga diharapkan dapat
memberikan pemahaman bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda tentang keberagaman serta berbagai
kultur yang ada dikalangan kehidupan dan lingkungan sekolah SMK Karya Bunda. Hal ini sesusai
dengan pernyataan informan yaitu:
“Dalam agama masing-masingkan, kita apa ya, cara bergaul, cara bersosialisasi dari situlah
kita mengajarkan anak bagaimana kita menyikapi dan kita gak boleh membeda-bedakan,
contohnya seperti saya, saya itu tidak membedakan suku, bangsa dan agama. Tapi kita
berbaur, bisa berbaur dan bisa bergaul dengan baik, ya kan kita tau, misalnya, ohhh ini ya,,,,
kita gak mau datang ke rumahmu karna rumah mu banyak ada anjingnya, ya akhirnya orang
itu udah ngertila, misalnya mau jajan itu gak halal, kebetulan yang di lingkungan sini halal
gitu, jadi semua bisa makan.”97
Sesuai pernyataan yang disampaikan informan tersebut, bahwa wakil kepala sekolah
memberikan teladan kepada siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk berbaur terhadap semua kalangan
dan tidak membedakan antara agama Islam dan non Islam dan memberikan hak yang sama terhadap
semua siswa-siswi.
96Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 97
Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10 April 2017.
Data yang berkenaan dengan keteladan yang diberikan semua guru-guru SMK Karya Bunda
tersebut juga dikuatkan dengan hasil pengamatan peneliti dikalangan warga SMK Karya Bunda yaitu
bahwa walaupun ada satu guru agama Kristen diantara semua guru SMK Kaya Bunda.Namun, semua
guru berbaur dan bergaul dengan guru-guru lainya tanpa membedakan agama layaknya seperti tidak
ada perbedaan agama pada kehidupan sosial di SMK Karya Bunda.98
Hal ini memberikan teladan yang
sangat baik dan sangat efektif bagi siswa-siswi SMK Karya Bunda untuk tidak membedakan anatara
agama dalam kehidupan sosial.Sebagaimana Islam mengajarkan bahwa sebelum mengajarkan kepada
suatu ilmu, maka yang pertama dilakukan adalah mengamalkan atau melakukannya terlebih dahulu.
Bahkan jika suatu ilmu di ajarkan dan tidak diamalkan maka ada kemurkaan Allah akan datang.
Sesuai dengan firman Alla Swt., pada Alquran surah Assaf ayat 1.
أن تقولوا ما ال تفعلون (3: الصف)كب مقتا عند الل
Artinya: “Amat Besar Kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.”99
Kedua data yang diseskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan lain tentang
Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda termasuk
memberikan teladan bagi siswa di luar jam pelajaran. Pernyataan tersebut terungkap dalam hasil
wawancara sebagai berikut:
“Yang jadi pertanyaannya kan tentang multikultural ini, khususnya jadi kalau saudara
tanyakan itu, saya memahaminya khusus kepada agama…. Jadi yang dapat guru Agama
tanamkan di sini atau yang dapat dilakukan guru PAI khususnya saya yaitu menanamkan
kepada siswa untuk saling menjaga toleransi saling menghargai dalam peredaan agama ini,
yah kita lah pula dulu yang saling bertoleransi, kan disini gak smua guru yang beraga Islam
98
Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017). 99
Departemen Agama RI, Mushaf ..., h
jadi ya kita dulu yang toleransi baru saya ajarkan anak-anak atau siswa-siswi
bertoleransi.”100
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: upaya yang dilakukan oleh guru PAI dalam menerapkan pendidikan
Multikultural di SMK Karya Bunda dapat dilakukan dengan memberikan teladan kepada semua
siswa-siswi yaitu guru-guru di SMK Karya Bunda juga saling bertoleransi dengan guru lain yang
berlainan agama.
5. Pentingnya Guru PAI Dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di SMK
Karya Bunda
Dalam memandang pentingnya guru PAI menerapan pendidikan pendidikan
multikultural di SMK Karya Bunda. Berdasarkan data yang telah terkumpul bahwa siswa-
siswi SMK Karya Bunda memeluk dua agama dan terdiri dari empat suku. Maka sangat
dianggap relevan untuk diterapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda. Hal ini
sesuai dengan temuan peneliti pada dokumen sekolah bahwa pada jenjang kelas memeluk
agama Islam dan Kristen, pada kelas sepuluh (X) yang berjumlah 19 siswa 12 memeluk
agama Islam dan 7 pemeluk agama Kristen dan kelas sebelas (XI) berjumalah 28 siswa 15
siswa adalah pemeluk agama Islam sedangkan yang memeluk agama Kristen adalah 13
siswa. Demikian juga kelas duabelas (XII) berjumlah 16, 6 siswa diantaranya pemeluk agama
Islam dan 10 siswa pemeluk agama Kristen, jadi toltal siswa 63 pada semua jenjang 33 siswa
pemeluk agama Islam dan 30 siswa lainnya pemeluk agama Kristen.101
100Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 101
Data Siswa SMK Karya Bunda Tahun Pelajaran 2016/2017.
Data yang diperoleh di atas dikuatkan oleh pernyataan informan yang menyatakan
bahwa selain berbeda agama siswa-siswi di SMK Karya Bunda juga berbeda suku, hal ini
terungkap dalam pernyataan informan sebagai berikut:
“Keberagaman suku, agama itu ya?, dari pertama masuk saya di sini sampe sekarang itu
bayak dari Nias, mayoritas dari Nias, ……… suku Jawa, Batak. Batak nya juga ada yang
Batak Pak-Pak, ada yang dari Karogitu jadi ya banyaklah. Bataknya pun ada yang batak
Toba atau Kristen ada yang Batak Islam”102
Demikian juga pernyataan yang berkenaan dengan data dan hasil wawancara di atas
tentang keberagaman siswa-siswi baik agama maupun suku, hal ini juga terungkap dalam
penrnyataan informan sebagai berikut:
“Kalau keberagaman di sini bang, kalau suku, ada Jawa, Batak, Nias, Melayu, berarti ada
empat suku, baru Mandeling, Mandeling gak ada ya. Gak ada, berarti cuma empat suku
bang.”103
Dari data yang diperoleh tersebut dapat dimaknai bahwa siswa-siswi yang belajar di
SMK Karya Bunda terdiri dari berbagai Suku dan Agama terkait dengan suku terdiri dari
suku Jawa, Batak, Nias dan Melayu, adapun keberagaman terkait dengan agama terdiri dari
agama Islam, Protestan dan Katolik dengan demikian adapun pentingnya menerapkan
pendidikan miltikultural di SMK Karya Bunda adalah karena di SMK Karya Bunda memiliki
siswa dari berbagai agama dan suku.
Adapun data yang berkaitan dengan pentingnya menerapkan pendidikan multikultural
di SMK Karya Bunda karena siswa-siswi terdiri dari berbagai suku dan agama ini terungkap
dari pernyataan infroman yang menyatakan:
102Wancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih. Selasa
04 April 2017. 103
Wawancara dengan Siswi SMK Karya Bunda. Kelas XI Nurisam. Kamis, 06 April 2017.
“Kan sekolah SMK Karya Bunda ini bukan berbasis Islam ini, bukan seperti pesantren, yakan
,,, kalau pesantren itu khusus dia, Muslim Muslimah perempuan, kalau SMK umum dia.
Otomatis yang Islamnya ada yang Kristennya pun ada, guru yang beragama Islam ada yang
beragam Kristen pun ada, ya itulah sekolah yang bersifat umum dia bukan khusus ada ke
Islamannya dia.”104
Data yang berkenaan dengan pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan
multikultural di SMK Karya Bunda karena Masyarakat yang ada di SMK Karya Bunda terdiri
dari berbagai Suku dan Agama ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan infroman berikut,
infroman menyatakan:
“Karna kita kan berada di Negara yang banyak budaya dan agama kita tak bisa mengelak dari
manapun, jadi, saling kerja sama dan menghargai, saling menghormati walaupun berbeda,
kek gitu juga lah sekolah kita ini, di sini kita juga dari berbagai agama khususnya Kristen dan
Islam, suku juga di sekolah kita ini banyak suku, jadi menurut saya sangat relevan untuk
memberikan pemahaman bagi kita semua khususnya siswa-siswi. Apalagi mereka kan tingkat
SMK masih labil gitulah, agar mereka memahami betul makna dari keberagaman
tersebut.”105
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan
temuan penelitian sebagai berikut: pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan
multikultural adalah untuk memberikan pemahaman bagi siswa dalam keberagaman karena
Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, bangsa dan agama demikian halnya juga
masyarakat SMK Karya Bunda terdiri dari dua pemeluk agama yaitu Islam dan Kristen, dan
terdiri dari empat suku yaitu Jawa, Melayu, Batak dan Nias.
6. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan
Multikultural Di SMK Karya Bunda
104
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 105
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017.
Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan
multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu 1).Kurang maksimal dukungan orang tua, 2).Pada
awal masuk sekolah siswa masih membawa budaya dari asalnya.Adapunfaktor pendukung
dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda Adalah: 1) Dukungan dari
semua guru.
c. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di
SMK Karya Bunda.
Adapun faktor yang menjadi penghambat guru PAI dalam menerapkan pendididikan
multikultural di SMK Karya Bunda, yaitu:
3) Kurang Maksimal Dukungan Orang Tua
Dukungan orang tua memang sangar diperlukan dalam semua hal, begitu juga yang dirasakan
guru PAI di SMK Karya Bunda dalam menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa siswi
SMK Karya Bunda, karena siswa siswi SMK Karya Bunda berasal dari berbagai kota atau tidak
berasal dari daerah lingkungan sekolah saja bahkan banyak yang berasal dari luar kota seperti Nias
dan lain sebagainya. Di samping itu siswa siswi SMK Karya Bunda yang berasal dari lingkungan
sekolah juga dari keluarga yang kurang mampu, sehingga siswa-siswi SMK Karya Bunda harus
bekerja setelah pulang sekolah atau siswa-siswi yang tidak bekerja setelah pulang sekolah. Namun,
orang tua dari mereka pergi pagi dan pulang sekolah setelah mereka tidur sehingga tidak mendapakan
perhatian dari para orang tua. Hal ini terungkap hasil wawancara dengan informan berikut yang
menyatakan:
“Yang sangat berat itu. Satu, Karna perkembangan anak-anak ini, karna kita tahu ya, karna
kehidupan mereka pun sangat susah , ibaratnya bukan liar tapi mereka hidup
sendiri,……biasanyakan kita minta dampingan orang tua, bagaimana sikap anak di rumah,
gimana anak di sekolah itukan kita bisa nyakkan, tapi mereka tidak punya orang tua, jadi
gimana kita menghadapinya?, ya anak itulah yang harus kita apakan, memberikan nasehat,
mengingatkan dia, memberikannya suport gitu, masukan gitu.”106
Dari pernyataan yang dikemukakan oleh informan tersebut menunjukkan bahwa memang
salah satu faktor penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK
Karya Bunda adalah kurangnya dukungan dari
orang tua. Pendapat informan di atas juga diperkuat oleh pernyataan informan berikut,
informan menyatakan sebagai berikut:
“tapi bukan nyalahkan siapa-siapa ya kan, kadang pula orang tua pun jauh, jadi gimanalah,
jadi susah juga kita bilangnya, orang tuakan seharusnya udah menjadi contohlah ya kan,
atau ada yang masalah pula mau dibicarakan sama orang tua siswa gak bisa, jauh kek di
Nias lah pula contohnya, kek manalah mau di panggil, gak bakalan datang juganya itu.”107
Kedua data di atas berkenaan dengan kurangnya maksimalnya dukungan orang tua karena
disebabkan oleh ekonomi keluarga siswa di SMK Karya Bunda masih belum terpenuhi sehingga
orang tua siswa harus bekerja, sebahagian siswa lainnya berasal dari luar kota Medan atau jauh dari
orang tua, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan informan berikut, informan menyatakan:
“Trus pula peran orang tua lah, di sini apalagi ekonomi siswa kita di sini menengah ke
bawah, jadi orang tuanya secara otomatis sibuk mencari atau bekerja, sehingga klo di
undang untuk rapat sekolah sikitnya yang datang, kita juga gak bisa paksakan ya kan, kek
gitulah keadaannya, jadi perhatian orang tua terhadap mereka pun kuranglah belum lagi
siswa kita di sini banyak yang dari luar kota seperti Nias, tentulah itu gak dapat perhatian
dari orang tua, yah itulah kira-kira.”108
106
Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10
April 2017. 107
Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih.
Selasa 04 April 2017. 108
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017.
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.
4) Ruangan Kelas yang Minim
Ruangan juga menjadi fakor penting dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada
jenjang pendidikan apa saja. Ruangan kelas yang terbatas menjadi faktor penghambat pada
kelangsungan proses pembelajaran. Demikian juga guru PAI di SMK Karya Bunda dalam
menerapkan pendidikan multikultural.Dikarenakan hal demikian guru PAI tersebut tidak dapat secara
maksimal dalam menerapkan pendidikan multikultural. Hal ini terungkap pada hasil wawancara yang
dilakuan peneliti, informan menyatakan:
“Kembali lagi seperti yang saya katakan di awal tadi, kan kita ini lokal nya terbatas ruangan
intinya ketika murid yang beragama Islam ini tadi belajar agama Islam kemudian setelahnya
lagi yang beragama Kristen belajar agama Kristen. Jadi, permasalahan itu tidak terlalu apa
dikatakan ya tidak telau rumit, cuman ketika proses pembelajaran itu berlangsung karna
lokalnya tadi bersebelah-sebelahan seperti ini, ini bapak liatlah inikan suara dari lokal
sebelah jugakan sampai ke lokal yang beragama Islam ataupun suara yang beragama Islam
sampai ke ruangan yang beragam Kristen, jadi kek mana itu kurang efektif lah itu.”109
Karena ruangan kelas atau lokal di SMK Karya Bunda minim maka mengakibatkan ketika
berlangsung pembelajaran Agama Islam kurang efektif, hal ini juga dikarenakan ketika siswa belajar
Agama Islam, siswa yang kristen juga belajar Agama Kristen sehingga ketika siswa-siswi kristen
menyanyikan lagu-lagu kebaktian suara mereka sampai ke ruangan yang kelas siswa yang sedang
belajar pelajaran Agama Islam. Data ini juga diperkuat dengan pernyataan informan sebagai berikut:
“trus kemudian,eeee ketika terjadi namanya pelajaran agama aaaaa kelas kamikan terbatas
hanya pembatas triplek,”110
109
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017. 110
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017.
Demikian juga hasil observasi peneliti pada saat terjadi proses pembelajaran Agama Islam,
siswa-siswi yang beragama Kristen juga belajar Agama Kristen dan pada saat penelti mengadakan
observasi siswa-siswi yang belajar agama Kristen sedang menyanyikan lagu puji-pujian mereka
sehingga fokus siswa-siswi yang sedang belajar agama Islam menjadi kurang, meskipun demikian
guru PAI tetap memberikan peringatan kepada siswanya agar selalu mengahormati dan bertoleransi
kepada pemeluk agama lain.111
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu ruangan kelas masih minim.
d. Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural Di
SMK Karya Bunda
Adapun faktor pendukung guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di
SMK Karya Bunda Adalah:
2) Dukungan Dari Semua Pihak Sekolah
Faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK
Karya Bunda adalah dukungan dari guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut, dukungan tersebut
yaitu berupa keikut sertaan semua guru dalam menerapkan pendidikan multikultural itu sendiri atau
semua guru yang mengajar di SMK Karya Bunda berperan aktif dalam menerapkan pendidikan
multikultural.
Hai ini terungkap pada hasil wawancara dengan infroman berikut:
“Peneliti: Bagaimana keterlibatan pihak sekolah dalam menyadarkan perbedaan bagi siswa
di SMK Karya Bunda?
111
Pengamatan (Hasil Obesrvasi, Rabu 05 April 2017).
Informan: Arahan selalu diberikan ya. Semua guru-guru ikut memberikan arahan kepada
siswa-siswa.”112
Pernyataan informan di atas menggambarkan bahwa pihak sekolah juga selalu memberikan
arahan kepada semua siswa dalam pendidikan multikultural sperti contohnya yang menjadi pembina
upacara yang dilakukan setiap hari senin di sekolah tersebut atau baris berbaris yang dilakukan dari
hari selasa sampai hari sabtu. Sebagaimana informan tersebut menyatakan sebagai berikut:
“Pihak sekolah berarti kan, eee … sifatnya lebih besar yaa.. dianya dari atas gitu pihak
sekolah ini dia berbicara dari, kepala yayasan, kepala sekolah, kebetulan disinikan ada
empat unit, SD, SMP, SMA, SMK, aaaa… jadi untuk menyadarkan mengenai perbedaan ini
saya sering melihatnya, hari senin selalu upacara dan di situ selalu di sampaikan di hari
selasa sampai sabtu semua berbaris sama-sama di lapangan sekolah, SD, SMP, SMA SMK,
dan disitupun disampaikan juga entah nasehat-nasehat tentang keberagaman.”113
Kedua data yang di deskripsikan di atas sejalan dengan pernyataan informan berikut bahwa
semua pihak sekolah termasuk guru-guru di SMK Karya Bunda juga berperan aktif dalam
menerapkan pendidikan multilkultural, hal ini terungkap pada hasil wawancara peneliti dengan
informan sebagai berikut:
“Dalam masalah menyadarkan ataupun menanamkan rasa saling menghargai dan
menghormati itukan begitu siswa-siswi itu masuk di sekolah perguruan ini memang sudah
disampaikan kian itu pak. Terutama aturan-aturan ataupun tata tertib yang ada di sekolah ini,
artinya begitu masuk siswa baru itu atau siswi baru itu sudah siap mereka nanti untuk
mengikuti aturan-aturan ataupun tata tertip yang ada si sekolah kita ini, jika kesalahan yang
dilakukannya siswa tidak dapat lagi di maafkan ataupun tidak dapt lagi ditolerir, ya pihak
sekolah pun bisa mengeluarkan kebijakan ataupun ngambil sangsi ada yang di keluarkan
atau masih bisa dikomunikasikan dengan pihak orang tua atau wali murid tadi.”114
Dari pernyataan informan tersebut menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta
dalam meerapka pendidikan multikultural terhadap siswa-siswi di SMK Karya Bunda sejak awak
112
Wawancara degan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, Leni Hasmi,S.Pd, Senin 10
April 2017. 113
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017. 114
Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda, Tohiruddin Butarbutar,S.Pd.I Rabu 05
April 2017.
siswa masuk sekolah maka dalam tata tertib tersebut memang sudah memuat peraturan tentang saling
menghormati dan lain sebagainya. Di samping itu pihak sekolah juga jika salah seorang siswa
melanggar tata tertib yang telah di buat oleh pihak sekolah maka pihak sekolah akan memberikan
sangsi bertahap terutama dalam saling menghormati, hal ini terungkap pada hasil wawancara dengan
informan sebagai berikut:
“Peneliti:Jika pernah terjadi suatu masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu
menyelesaikan permasalahan tersebut?
Informan:Yang pertama kita sebagai guru harus netral, tidak boleh memilih pihak, ya, aaa
agar masalah ini bisa di tengahi atau diselesaikan .yang kedua e.. mendengarkan dulu pokok
permasalahannya biar kita tau jalan keluarnya, lalu yang ketiga, mmm tegas menyampaikan
aaa… peraturan sekolah yang ada bahwa klo memang masalahnya itu melanggar peraturan
ya mau tak mau mereka harus diberikan sangsi.”115
Demikian juga informan lain memberikan jawaban dengan pertanyaan yang sama sebagai
berikut:
“Kita panggil siswanya, satu persatu…. Tapi kalau udah dipanggil satu persatu kita penggil
bersama, jika kita bisa atasi tanpa orang tua kita atasi.Tapi kalo harus dengan orang tua
setelah itu, ya kita penggil orang tua.”116
Dari kedua respon informan di atas ketika peneliti menanyakan “Jika pernah terjadi suatu
masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu menyelesaikan permasalahan tersebut?”
menunjukkan bahwa semua pihak sekolah ikut serta dalam menerapkan pendidikan multikultural di
SMK Karya Bunda dengan demikian memberikan kemudahan bagi guru PAI dalam menerapkan
Pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda.
Bertolak dari hasil analisis data-data di atas diperoleh proposisi yang merupakan temuan
penelitian sebagai berikut: faktor yang mejadi pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda yaitu dukungan semua guru.
115
Wawancara dengan Guru Agama Kristen, Jhon Ezra Rinaldy Sinaga,S.Th, Rabu 12 April
2017. 116
Wawancara degan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.Dra. Tyas Dewi Kristiningsih.
Selasa 04 April 2017.
L. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan temuan penelitian di atas, sub fokus pertama tentang upaya guru PAI dalam
menerapkan pendidikan multikultural diperoleh beberapa kesimpulan proposisi antara lain: 1) Melalui
kegiatan upacara pengibaran bendera; 2) Pada saat proses pembelajaran; 3) Memberikan teladan di
luar jam pembelajaran. Sedangkan sub fokus kedua tentang pentingnya menerapkan pendidikan
multikultural adalah karna SMK Karya Bunda Terdiri dari berbagai suku dan agama. Adapun sub
fokus ketiga tetang faktor yang menghambat dalam menerapkan pendidikan multikultural yaitu: 1)
Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim; dan faktor yang mendukung
guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural adalah: 1) Dukungan dari semua pihak
sekolah.
4. Upaya Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan Multikultural
d. Melalui Kegiatan Upacara Pengibaran Bendera
Upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural yang dilakukan guru dapat
melalai kegiatan upacara pengibaran bendera.Upacara pengibaran bendera yang umumnya
dilaksanakan setiap hari senin memberikan makna pada perjuangan para pahlawan yang telah merebut
kemerdekaan Negera Kesatuan Rebublik Indonesia.Diketahui bersama bahwa negara ini bukan
dimerdekaan dari satu suku saja, melainkan dari berbagai suku. Demikian juga agama negera ini tidak
di merdekakan satu agama saja akan tetapi dari berbagai agama.
Kegiatan upacara pengibaran bendera ini memang suatu kegiatan yang menjadi rutinitas di
sekolah-sekolah umumnya walaupun tidak ada undang-undang yang mengaturnya tentang
kewajibannya. Namun, hal ini dapat dimaknai dari undang-undang Sisdiknas pasal 4 bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis, tidak diskrimitatif dengan menjunjung tinggi HAM,
nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.117
Pada konteks ini dapat dikatakan, tujuan
utama dari pendidikan multikultural adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan
empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda dan dari kegiatan upacara pengibaran
117
Presiden Rebublik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Pasal-4).
bendera ini tujuan dari pendidikan multikultural ini dapat dilaksanakan seperti simpatik terhadap para
pahlawan-pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan dengan melalui hening cipta yang di
lakukan pada setiap acara pengibaran bendera. Selain itu juga para pembina upacara pada saat
memberikan pidatonya dapat memberikan dan mengajak siswa dalam upuya menyadarkan perbedaan
di Indonesia umumnya dan dilingkungan sekolah khususnya.
Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa upaya yang di lakukan guru PAI
dalam menerapkan pendidikan multikultural atau semua guru dapat dilakukan melalui upacara
pengibaran bendera yang dilakukan oleh pihak sekolah.
e. Pada Saat Proses Pembelajaran
Temuan peneliti tentang upaya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural dapat
dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Karena, proses pembelajaran yang
berlangsung tersebut selalu di mulai dengan metode caramah.
Pada saat pembukaan pembelajaran guru yang menggunakan metode ceramah dapat
memberikan dan mengajak para siswa dalam memahami makna keberagaman.
Sejatinya mata pelajaran PAI yang meberikan pemahaman tentang agama Islam
sesungguhnya, maka seogiyanya dapat memberikan pemahaman bagi siswa untuk saling menghargai,
sebagaimana Allah memberikan pemahaman tentang toleransi ini yang tertuang dalam surah Alkafirun
1-6:
“katakanlah: “Hai orang-orang kafir (1).aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
(2).dan kamu tidak akan menyembah Tuhan yang aku sembah.(3). dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kam sembah.(4). dan kamu tidak pernah menyembah Tuhan
yang aku sembah.(5). untukmu agamamu, dan untukku agamaku.(6).”118
Dari ayat Alquran di atas dapat dipahami bahwa dalam hal toleransi memang Islam
menganjurkan tetapi tidak dalam konteks yang berlebihan, seperti bergantian dalam menyembah
sesembahan masing-masing, dan demikian juga dengan agama ayat ini menjelaskan bahwa Islam
118
Departemen Agama RI, Mushaf…, h
mengakui bahwa ada agama yang diyakini manusi selain agama Islam dan Islam tidak memaksanak
orang lain untuk meyakini agama Islam.
Berdasarkan urain di atas dapat dinyatakan bahwa guru PAI dapat menerapkan pendidikan
multikultural pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menyelipkan atau mengambil waktu-
waktu untuk memberikan pemahaman bagi siswa tentang kemajemukan agama maupun suku yang
ada seperti pada saat guru yang menggunakan metode ceramah dalam membuka pelajaran.
f. Memberikan Teladan di Luar Jam Pembelajaran
Temuan penelitian tentang memebrikan teladan di luar jam pembelajaran menjadi salah satu
upaya yang dapat dilakukan guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural. Keteladanan bagi
guru merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru tanpa terkecuali, hal ini
bisa dimaknai dari komptensi kepribadian guru yang diatur dalam Undang-undang nomor 14 tahun
2005 yang kemudian di jelaskan dalam PP nomor 74 tahun 2008,yaitu:
Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup kepribadian yang:
n. Beriman dan bertakwa;
o. Berakhlak mulia;
p. Arif dan bijaksana;
q. Demogratis;
r. Mantap;
s. Berwibawa;
t. Stabil;
u. Dewasa;
v. Jujur;
w. Sportif;
x. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
y. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
z. Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.119
Dapat dilihat bahwa di Indonesia pada poin “K” dinyatakan bahwa guru harus menjadi
teladan bagi murid atau peserta didiknya, dengan demikian maka seorang guru harus memberikan
119
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru, BAB II
Pasal 3 ayat 5.
teladan bagi peserta didiknya dalam hal apapun, karena memang metode teladan sangat efektif dalam
memberikan pembelajaran bagi siapapun. Sebagaimana kelebihan metode keteladan yang
dikemukakan oleh Muhaimin dan Abdul Majid adalah:
e. Metode keteladalan akan memberikan kemudah kepada pendidik dalam melakukan
evaluasi terhadap hasil dari proses pembelajaran.
f. Metode ketaladan akan memudahkan bagi peserta didik dalam mempraktikkan dan
mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan berlangsung.
g. Bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
h. Metode keteladanan juga mendorong pendidik untuk senantiasa berbuat baik
karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh peserta didiknya.120
Dari penjelasan yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa metode keteladan sangat
diperlukan bagi seorang guru karena dengan keteladanan maka akan memudahkan bagi peserta didik
dalam mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang dipelajari selama proses pendidikan
berlangsung dan juga bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah dan
masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
Bertolak dari uraian di atas dapatlah dinyatakan bahwa metode keteladan merupakan langkah
yang sangat efektif dalam menerapkan pendidikan multikultural.
5. Pentingnya Guru PAI Menerapkan Penedidikan Multikultural
Pelajaran Agama Islam merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh semua
peserta didik yang beragama Islam, pada tingkat Sekolah menengah kejuaruan juga demikian
sekolah wajib memberikan pelajaran tersebut.Proposisi peneliti menunjukkan bahwa
pentingnya guru PAI menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda karena
SMK Karya Bunda mempunyai siswa dari berbagai budaya dan agama.
120
Muhaimin, dan Abdul Majid, (1993), Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya, h. 119.
Sebagaimana pengertian guru yang dikemukakan oleh Djamarah adalah Guru adalah
salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya adalah anak
didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Keduanya berada dalam
proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang berbeda. Guru yang mengajar dan
mendidik dan anak didik yang belajar dengan menerima bahan pelajaran dari guru di kelas.
Guru dan anak didik berada dalam koridor kebaikan. Oleh karena itu, walaupun mereka
berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan untuk mencapai
kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial, dan sebagainya.121
Jika dihubungkan dalam pendidikan agama Islam maka guru pendidikan agama Islam
yaitu guru atau tenaga pendidik yang secara berkelangsungan mentrasformasikan ilmu dan
pengetahuannya terhadap siswa di sekolah, dengan tujuan agar para siswa tersebut menjadi
pribadi-pribadi yang berjiwa Islami dan memiliki sifat, karakter dan prilaku yang di dasarkan
pada nilai-nilai ajaran Islam.
Dengan demikian guru PAI seharusnya berperan aktif dalam menerapkan pendidikan
multikultural bagi siswa karena multikultural ini berkaitan dengan kepribadian seseorang
dalam memahami keberagaman dan saling menghargai dalam perbedaan baik perbedaan
agama, suku, bahasa, suku, dan lain sebagainya.
Bertolak dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proposisi penelitian tentang
pentingnya guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda
khususnya dan di semua sekolah umumnya menjadi suatu kewajiban terutama bagi sekolah-
sekolah yang peserta didiknya dari berbagai suku, bahasa, agama, budaya dan lain
sebagainya.
121
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, (2002), Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:
Rineka Cipta, h. 126.
6. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru PAI dalam Menerapkan Pendidikan
Multikultural
b. Faktor Penghambat Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural
Ada bebarapa faktora yang menjadi penghambat bagi guru PAI dalam menerapkan
pendidikan multikulturak di SMK Karya Bunda yang merupakan menjadi temuan peneliti yaitu: 1)
Kurang maksimal dukungan orang tua; 2) Ruangan kelas yang minim.
3) Kurang maksimal dukungan orang tua
Orang tua atau keluarga merupakan undur utama dalam dunia pendidikan karena pendidikan
yang pertama didapatkan adalah dari orang tua, sekolah merupakan tempat kedua bagi anak dalam
menuntut ilmu dan guru di sekolah merupakan pendidik kedua setelah orang orang tua. Proposisi
penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu faktor penghambat guru PAI dalam menerapkan
pendidikan multikultural di SMK Karya Bunda adalah kurang maksimalnya dukungan dari orang tua.
Dukungan dari orang tua dalam menerapkan pendidikan multikultural dalam konteks ini
merupakan suatu keharusan, karena dalam kehidupan sehari-hari anak seharusnya dapat belajar dari
orang tua bagaimana orang tua dapat berinteraksi dengan masyarakat atau lingkungan sekitarnya.
Mendidik anak dengan cara keteladanan menjadi faktor penting dalam membentuk baik dan
buruknya anak. Jika pendidik/orang tua juru, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan
tumbuh dalam kejujuran, terbentuk akhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-
perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu juga sebaliknya jika pendidik/orang tua seorang
pembohong, pengkhianat, orang yang kikir dan hina maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan,
khianat , kikir, penakut, dan hina.122
Demikian juga sebuah hadis menjelaskan bahwa orang tua menentukan seorang anak itu baik
atau buruk sebagaimana tertera dalam kitab sahih Muslim sebagai berikut:
122
Asrul dan Ahmad Syukri (Ed), (2016), Strategi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam
Membentuk Sumberdaya Manusia Berkarakter. Medan: Perdana Publishing, h. 301.
عن سعيد بن املسيب أ خبين الزىري عن الزبيدي عن محمد بن حرب حدثنا حاجب بن الوليد حدثنا
ال يودل عىل الفطرة فأ بواه أ نو اكن يقول أ يب ىريرة قال رسول هللا صىل هللا عليو وسمل ما من مولود ا
(رواه مسمل) يودانو وينرصانو وميجسانو
Artinya: “Dari Hajib bin Walid dari Muhammad bin Harab dari Az-Zubaidi dari Az-Zuhri
menceritakan kepadaku Sa‟id bin Al-Musaib dari Abi Hurairah bahwasanya adalah berkata
ini, telah bersabda Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wasallam: Setiap anak dilahirkan dlm
keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yg menjadikannya Yahudi, Nashrani atau
Majusi (HR: Muslim)”
Hadis ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat berpengaruh terhadap seorang anak
sebagaiman hal yang urgen yaitu menyangkut kepercayaan atau agama, orang tua menjadi fsktor
utama dalam menetukannya terhadap anak tersebut, demikian juga dengan kelakuan anak sehari-hari
orang tua menjadi penentu apakah anak menjadi baik atau buruk.
Berdasarkan hadis dan pendapat yang di kemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa
orang tua sangat penting ikut andil dalam berbagai kelakuan anak, walaupun anak belajar dalam
sekolah namun peran orang tua sangat berpengaruh terhadap anak terutama dalam memahami
keberagaman atau pendidikan multikultural.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor penghambat dalam
menerapkan pendidikan multikultural bagi anak atau siswa adalah kurang maksimalnya dukungan
orang tua dalam kehidupan keseharian siswa atau di lingkungan sosial (masyarakat).
4) Ruangan kelas yang minim
Prasaran merupakan unsur penting pada lebaga pendidikan, sebagai sesuatu yang penting
pemerintah merumuskan peratuaran khusu yang menjadi kriteria minimumnya pada PP nomor 24
123
Al-Imam Abu Husain Muslim Muslim Bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, (1412 H/1991 M),
Shahih Muslim. Kairo: Dar Al-Hadist, h. 1226.
Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Ruangan kelas sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran sudah seogiyanya baik
dan tertur serta nyaman bagi guru untuk mengajar baagitu juga bagi siswa dalam menjalani pelajaran
di sekolah. Lain halnya dengan SMK Karya Bunda maka ruangan kelas masih kurang nyaman bagi
siswa dalam menjalani proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran Agama Islam karena pada
saat pembelajaran agama Islam berlangsung maka pembelajaran agama krisetenpun berlangsung dan
dikarenakan ruangan kelas masih minim sehingga menyebabkan kelas yang ada harus dibagi menjadi
dua kelas.
Sementara itu PP nomor 24 Tahun 2007124
telah menegaskan tentang lauas minimum ruangan
kelas pada sekolah yaitu :
g. Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktik yang tidak
memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah dihadirkan.
h. Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
i. Kapasitas maksimum ruang kelas 28 siswa.
j. Rasio minimum luas ruang kelas 2m2/siswa. Untuk rombongan belajar dengan siswa
kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 30 m2. Lebar minimum ruang
kelas adalah 5 m.
k. Ruang kelas memiliki jendela yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk
membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan.
l. Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar siswa dan guru dapat segera keluar
ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
124Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007, TentangSarana dan
Prasarana Untuk Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Menengah Atas/ Madrasah Aliyah (SMA/MA), BAB I Poin D.
Dari undang-undang dan uraian di atas dapat dipahami bahwa proposisi yang menjadi temuan
peneliti berupa ruangan kelas yang minim menjadikan faktor penghambat bagi guru PAI dalam
menrapkan pendidikan multikultural.
b) Faktor Pendukung Guru PAI dalam Menerakan Pendidikan Multikultural
Adapun faktor pendukung bagi guru PAI dalam menerapkan pendidikan multikultural
di SMK Karya Bunda yang menjadi proposisi temuan peneliti yaitu: Semua pihak sekolah
ikut serta dalam mendukung penerapan pendidikan multikultural.
2) Dukungan dari semua pihak sekolah
Keterlibatan semua pihak sekolah merupakan unsur penting dalam suatu pendidikan, terutama
dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural terhadap siswa. Melalaui upaya guru PAI dalam
menerapkan pendidikan multikultural hal ini menjadi faktor pendukung.
Dukungan berarti ikut serta membimbing dan mengarahkan sikap siswa dalam berbagai hal
termasuk saling menghargai terhadap keberagaman.Sebagai tugas guru yang telah tercermin pada
undang-undang No 14 Tahun 2005.Menjadi suatu keharusan bagi semua pihak sekolah untuk ikut
serta berpartisifasi dalam memberikan arahan dan bimbingan bagi siswa toleransi pada semua
perbedaan dan pendapat.
Dalam konteks kehidupan bersosial mecegah seseorang dari perbuatan tercela sangat
dianjurkan dalam Islam dalam bahasa agama disebut amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini yang
dimaksudkan dengan saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan jangan kamu saling
tolong menolong dalam kejahatan. Demikian yang tercermin dalam surah Al-Maidah ayat 2.
شديد العقاب ..…… ن الل ا قوا الل ث والعدوان وات
: املائدة)وتعاونوا عىل الب والتقوى وال تعاونوا عىل اال
2)
Artinya : “……. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.125
Di samping ayat di atas, sebuah hadis juga menekankan bahwa pengawasan dalam arti
mencegah seseorang dari perbuatan tercela merupakan suatu kewajiban. Hal ini tergambar pada hadis
riwayat
عت رسول هللا صىل هللا عليو وسمل يقول : عن أيب سعيد الخدري رض هللا عنو قال من رأى : س
ي ان تط فبقل و وذ أ عف اال ن ل سس
تط فبلسانو فا ن ل سس
ه بيده فا رواه )منك من را فلي ري
(مسمل
Artinya : “Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah
dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu
maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”.
Berdasarkan ayat Alquran dan Hadits yang dikemukakan di atas maka dapat dipahami bahwa
mencegah seseorang dari berbuat kejahatan wajib menurut agama dalam kadar kemampuan.
Demikian juga dalam konteks sekolah yang menjadi lingkungan siswa, di dalamnya terdapat warga
sekolah terdiri dari beberapa unsur seperti teman sebaya siswa, guru, pegawai, kepala sekolah dan lain
sebagainya. Maka mencegah siswa dari perbuatan tercela adalah kewajibab semua warga sekolah
tanpa terkhusus kepada guru bidang tertentu seperti contoh guru PAI, dengan keterlibatan semua
warga sekolah tentu akan memudahkan dan menjadi faktor pendukung bagi guru PAI untuk
menanamkan pendidikan multikultrural.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proposisi tentang faktor pendukung pada penerapan
pendidikan multikulturalbagi guru PAI dengan pengawasan semua warga sekolah di atas menjadi
lebih kuat dan tegas.
125
Departemen Agama RI, op. cit., h. 107. 126
Al-Imam Abu Husain..., h. 69.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin& Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung; CV
PustakaSetia, 2009.
Al-Imam Abu Husain Muslim Muslim Bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim.Kairo:
Dar Al-Hadist. 1412 H/1991 M.
Asruldan Ahmad Syukri (Ed), Strategi Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Membentuk
Sumber daya ManusiaBerkarakter. Medan: Perdana Publishing. 2016.
Bagong dan Sutinah. Metodologi Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.Jakarta;
Kencana, 2005.
Departemen Agama RI. Mushaf Al-Qur’an Terjemahan. Jakarta: Alhuda Kelompok Gema
Insani,2002.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: RinekaCipta.
2002.
Juhaya, S. Pradja. Filsafat Ilmu.Bandung;Taraju,2003.
Marno,Strategi dan Metode Pengajaran.Ar-ruz Media.Yogyakarta, 2010.
Moleong, J. Lexy,Metodologi Penelitian Kualitati. Bandung; PT. Remaja,2013.
Mahfud,Choirul, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008.
Muhaimin, dan Abdul Majid, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya. 1993.
Naim, Ngainun & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
Nasution S, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Nata, Abuddin, Sosiologi Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
,Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2010.
Nasir,Nanat Fattah, Pemberdayaan Kualitas Guru dalam Perspektif Islam, Bandung: UPI,
2007.
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2011.
Salim&Syahrum. Metodologi Penelitian Kualitati. Bandung; Cita pustaka Media.2015.
Sitorus,Masganti, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, Medan : IAIN Press, 2016
Soetjipto, dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta,2009.
Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu pendekatan praktik, .Jakarta; PT.Rinekacipta,2006.
Sulalah, Pendidikan Multikultural, Malang: UIN-MALIKI Press, 2011.
Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta: Hikayat Publishing.2005.
Suryana,Yaya& H.A Rusdiana, 2015, Pendidikan Multikurtural (SuatuUpaya Penguatan Jati
DiriBangsa), Bandung: PustakaSetia.
Syafaruddin, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Melejitkan Potensi Budaya Umum), Jakarta: Hijri
Pustaka Utama, 2012.
, dkk. Inovasi Pendiidikan, Medan: Perdana Publishing, 2015.
Tambak, Syahraini, Pendidikan Agama Islam (konsep metode pembelajaran pai),
Yogyakarta: Graha Ilmu.2014.
Triyo,Supriyatno, Humanitas Spiritual dalam Pendidikan, Malang: UIN-Malang Press.2009.
Thoifuri, Menjadi Guru Insiator, Semarang: Rasail, 2008.
UU RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara.
UU RI No. 20 Tahun 2003, 2006.Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar
Gfarfika.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru.
Uzer, UsmanMoh. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000.
Wasty dan Hendyat, Dasar&Teori Pendidikan Dunia (tantangan bagi para Pemimpin
Pendidikan), Surabaya: Usaha Nasional.2002.
Lampiran: 1
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati peran guru PAI
dalam menerapkan Pendidikan Multikultural di SMK Karya Bunda Medan Estate meliputi :
A. Tujuan:
Untuk memperoleh informasi data yang baik mengenai kondisi fisik maupun non
fisik serta peran guru PAI dalam menerapkan Pendidikan Multikultural.
B. Aspek yang diamati:
1. Alamat/lokasi Sekolah.
2. Sarana dan Prasarana Sekolah.
3. Suasana iklim kehidupan sehari-hari baik secara akademik maupun social.
4. Lingkungan yang menunjang dalam penyadaran siswa terhadap perbedaan dan
saling menghormati.
5. Melihat kegiatan-kegiatan di sekolah terkait dengan Pendidikan Multikultural.
Lampiran: 2
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana keberagaman siswa di SMK Karya Bunda (suku, agama, etnis)?
Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan Operator Sekolah
(Dokumen- dokumen tentang guru dan siswa).
2. Apakah di sekolah ini pernah terjadi permasalahan karena perbedaan antara siswa
(contoh saling mengejek bahasa, agama dan lain-lain)?
Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan Operator Sekolah.
3. Berapa jumlah guru PAI di SMK Karya Bunda?
Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan dan Operator Sekolah
(Dokumen tentang guru dan siswa).
4. Apakah guru PAI berperan aktif dalam menerapkan pendidikan multikultural di SMK
Karya Bunda?
Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-guru lainnya.
5. Pendidikan Multikultural apa saja yang ibu/bapak (Guru PAI) yang di terapkan di
SMK Karya Bunda?
Informan: Guru PAI, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-
guru lainnya.
6. Bagaimana cara guru PAI dalam upaya menerapkan pendidikan multikultural
terhadap siswa di SMK Karya Bunda?
Informan: Guru PAI, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-
guru lainnya.
7. Bagaimana menurut bapak upaya yang dilakukan guru PAI dalam menyadarkan
perbedaan bagi siswa di SMK Karya Bunda?
Informan: Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian kurikulum dan guru-guru lainnya.
8. Apakah bapak/ibu pernah menghadapi permasalahan siswa karena perbedaan di
kalangan siswa baik etnis, agama dan lain sebagainya?
Informan: guru PAI
9. Jika pernah terjadi suatu masalah dikalangan siswa bagaimana cara bapak/ibu
menyelesaikan permasalahan tersebut?
Informan: Guru PAI
10. Bagaimana keterlibatan pihak sekolah dalam menyadarkan perbedaan bagi siswa di
SMK Karya Bunda?
Informan: Guru PAI dan Guru-guru lainnya
11. Faktor apa saja yang menghambat bapak/ibu dalam upaya menerapkan pendidikan
multikultural di SMK karya Bunda?
Informan: Guru PAI, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya.
12. Faktor apa saja yang mendukung bapak/ibu dalam upaya menerapkan pendidikan
multikultural di SMK karya Bunda?
Informan: Guru PAI, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya.
13. Menurut ibu/ bapak kenapa pendidikan multikultural perlu di tanamkan bagi siswa di
SMK Karya Bunda?
Informan: Guru PAI, kepala sekolah, dan guru-guru lainnya.
Lampiran: 3
CATATAN HASIL OBSERVASI I
Hari/ Tanggal : Rabu, 29 Maret 2017
Waktu : 07:15 – 10:00 WIB
Lokasi : SMK Karya Bunda
Sumber Data : SMK Karya Bunda dan Lingkungan Sekitar
Kegiatan : Observasi Awal
Deskripsi :
Hari ini merupakan pengamatan yang pertama kali dilakukan di SMK Karya Bunda.
Tujuan peneliti adalah untuk mendapatkan informasi mengenai penyelenggaraan pelajaran
PAI di SMK Karya Bunda. Peneliti menuju ruangan kepala, hal ini tidak membuat peneliti
sulit untuk langsung berjumpa dengan pihak sekolah karena peneliti sudah PPL di Madrasah
tersebut. Karena kepala sekolah tidak berada di tempat maka peneliti berjumpa dengan PKM
Kurikulum peneliti langsung menyampaikan maksud dan tujuan peneliti setelah
bercengkrama dengan PKM Kurikulum, ia menyarankan agar datang keesokan harinya dan
langsung bertemu dengan kepala sekolah.
Lampiran: 4
CATATAN HASIL OBSERVASI II
Hari/ Tanggal : Senin, 03 April 2017
Waktu : 09:00 – 11:00 WIB
Lokasi : SMK Karya Bunda
Sumber Data : SMK Karya Bunda dan Lingkungan Sekitar
Kegiatan : Mengurus surat izin penelitian dan pengamatan di SMK Karya
Bunda
Deskripsi :
Pada hari ini peneliti datang ke SMK Karya Bunda. Tujuan peneliti adalah
mengadakan observasi kedua untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan proses
pembelajaran PAI. Setelah sampai di sekolah, peneliti bermaksud menemui kepala sekolah,
tujuan peneliti untuk menyerahkan surat izin observasi, setelah menemui kepala sekolah
tersebut. Kepala sekolah menyambut baik kedatangan peneliti dan dengan keakraban.
Kemudian peneliti dipersilahkan duduk. Peneliti dipersilahkan melakukan penelitian kapan
pun pada waktu jam sekolah asalkan tidak mengganggu Proses Belajar Mengajar (PKM),
peneliti menyerahkan surat izin riset tersebut dan memohon izin untuk melihat-lihat lokasi
sekolah dan kepala sekolah mengizinkan, setelah melihat lingkungan SMK Karya Bunda,
peneliti menanyakan roster pelajaran SMK Karya Bunda untuk melihat hari apa pelajaran
PAI di laksanakan, berhubung hari ini tidak ada maka peneliti bermaksud untuk mengadakan
observasi keesokan harinya, peneliti akhirnya meminta izin dan berpamitan kepada kepala
sekolah dan pulang.
Lampiran: 5
CATATAN HASIL OBSERVASI III
Hari/ Tanggal : Selasa, 04 April 2017
Waktu : 09:00 – 11:30 WIB
Lokasi : SMK Karya Bunda
Sumber Data : Dokumen (tentang keadan guru, pegawai dan siswa SMK Karya
Bunda)
Kegiatan : Mencari data tentang keadaan siswa, guru, sarana dan prasarana
serta wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Karya Bunda.
Deskripsi :
Dokumen diperoleh dari ibu Tata Usaha. Data yang diperoleh berupa data file bentuk
Microsoft Excel yang berisikan tentang profil sekolah dan keadaan guru, siswa dan sarana
prasarana SMK Karya Bunda. Diperoleh dari data tersebut jumlah pegawai dan guru 15 orang
dan siswa 63 orang yang terdiri dari 21 laki-laki dan 42 perempuan. Dari keseluruhan siswa
tersebut jumlah menurut agama adalah 33 Islam dan 30 Kristen. Tenaga pendidik mencakup
semua mata pelajaran. Pada mata pelajaran PAI hanya satu orang guru dan satu orang guru
yang mengajar mata pelajaran agama Kristen. Jumlah pegawai belum tersedia di bidang
masing-masing karena jumlah guru dan pegawainya masih minim. Pada hari ini peneliti juga
wawancara dengan kepala sekolah SMK Karya Bunda, peneliti bertanya dengan
menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat. Setelah selesai wawancara peneliti
berpamitan dan pulang.
Lampiran: 6
CATATAN HASIL OBSERVASI IV
Hari/ Tanggal : Rabu, 05 April 2017
Waktu : 09:00 – 11:00 WIB
Lokasi : SMK Karya Bunda
Sumber Data : Guru PAI SMK Karya Bunda
Kegiatan :Wawancara dengan Guru PAI SMK Karya Bunda
Deskripsi :
Pada hari ini rabu 05 April peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk melakukan
penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap guru PAI, peneliti
memilih beliau jadi informan penelitian karena mudah untuk mendapatkan informasi dan
dikarenakan beliau dan peneliti mempunyai daerah asal yang sama jadi agar lebih akrab dan
lebih mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan. Peneliti juga melakukan pengamatan
terhadap proses belajar mengajar antara guru dan siswa pada pembelajaran PAI. Setelah
mendapatkan cukup informasi kemudian peneliti berpamitan pulang.
Lampiran: 7
CATATAN HASIL OBSERVASI V
Hari/ Tanggal : Kamis, 06 April 2017.
Waktu : 09:00 – 11:00 WIB
Lokasi : SMK Karya Bunda
Sumber Data : Siswa SMK Karya Bunda
Kegiatan : Wawancara dengan Siswa SMK Karya Bunda
Deskripsi :
Pada hari ini kamis 06 April 2017 peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk
melakukan penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap salah
seorang siswa SMK Karya Bunda. Peneliti memilih informan sebagai sumber data karena
menurut peneliti siswa tersebut tidak pemalu dan bersedia menjawab semua pertanyaan
peneliti dan menurut peneliti siswa juga di wawancara karena siswa mengalami langsung
bagaimana upaya guru dalam menerapkan pendidikan multikultural si sekolah tersebut,
peneliti juga melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar antara guru dan siswa
pada pembelajaran PAI. Setelah mendapatkan cukup informasi kemudian peneliti berpamitan
pulang.
Lampiran: 8
CATATAN HASIL OBSERVASI VI
Hari/ Tanggal : Senin, 10 April 2017.
Waktu : 09:00 – 10:30 WIB
Lokasi : SMK Karya Bunda
Sumber Data : Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda
Kegiatan : Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah SMK Karya Bunda
Deskripsi :
Pada hari ini Senin, 10 April 2017 peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk
melakukan penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap Wakil
Kepala Sekolah SMK Karya Bunda, beliau dengan sangat baik dan ramah menerima peneliti
dan merikan jawaban yang ditanyakan peneliti sesuai dengan pedoman wawancara yang ada.
Peneliti memilih beliau jadi informan penelitian dengan pertimbangan ingin mencari info
tentang pembelajaran PAI dan kurikulum sekolah yang terkait dengan pendidikan karakter.
Setelah mendapat informasi dari Wakil Kepala Sekolah peneliti mengucapkan terimakasih
dan berpamitan pulang.
Lampiran: 9
CATATAN HASIL OBSERVASI VII
Hari/ Tanggal : Rabu, 12 April 2017
Waktu : 09:00 – 10:30 WIB
Lokasi : SMK Karya Bunda
Sumber Data : Guru Agama Kristen SMK Karya Bunda
Kegiatan : Wawancara dengan Guru Agama Kristen SMK Karya Bunda
Deskripsi :
Pada hari ini Rabu, 12 April 2017 peneliti datang ke SMK Karya Bunda untuk
melakukan penelitian. Pada hari ini juga berhasil melakukan wawancara terhadap Guru
Agama Kristen SMK Karya Bunda, beliau dengan sangat baik dan ramah menerima peneliti
dan merikan jawaban yang ditanyakan peneliti sesuai dengan pedoman wawancara yang ada.
Peneliti memilih beliau sebagai Informan karena untuk melengkapi data yang peneliti
butuhkan tentang pendukung keterlibatan komponen sekolah terhadap penerapan pendidikan
multikultural di sekolah tersebut. Setelah mendapat informasi dari Guru Agama Kristen di
SMK Karya Bunda, peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan pulang.
Lampiran: 10
CATATAN HASIL WAWANCARA
No Pertanyaan Jawaban Informan
1. Bagaimana keberagaman
siswa di SMK Karya
Bunda (suku, agama,
etnis)?
Kalau untuk dua tahun ini,
Alhamdulillah ya, antara suku,
agama, mereka bisa menyatu, tapi
kalau tahun sebelumnya nampak
perbedaannya, mereka punya geng
masing-masing gitu, tapi kalau udah
dua tahun inilah, mereka bisa
menyatu mana muslim, mana yang
non muslim dan suku yang berbeda,
itu nyatu semuanya
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Keberagaman suku, agama itu ya?,
dari pertama masuk saya di sini
sampe sekarang itu bayak dari Nias,
mayoritas dari Nias, ……… suku
Jawa, Batak. Batak nya juga ada
yang Batak Pak-Pak, ada yang dari
Karo gitu jadi ya banyaklah.
Bataknya pun ada yang batak Toba
atau Kristen ada yang Batak Islam
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda, Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
Kalau keberagaman di sini bang,
kalau suku, ada Jawa, Batak, Nias,
Melayu, berarti ada empat suku, baru
Mandeling, Mandeling gak ada ya.
Gak ada, berarti cuma empat suku
bang.
Siswi SMK Karya
Bunda. Kelas XI
Nurisam. Kamis,
06 April 2017.
Selama saya mengajar di SMK
Karya Bunda ini kalau menyangkut
keberagaman multi..hmmm
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
multikultural ini..yaaa siswa di SMK
Karya Bunda ini, kalau dari suku ada
batak, jawa dan dari segi agama pun,
ya tentunya ada yang agama Islam
pastinya, ada juga kristen, ya itulah
yang dinamakan multikultural.
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
2. Apakah di sekolah ini
pernah terjadi
permasalahan karena
perbedaan antara siswa
(contoh saling mengejek
bahasa, agama dan lain-
lain)?
…….. terutama dari bahasa ya,
apalagi di sini banyak anak nias itu
ya, mereka suka pakai bahasa
mereka, jadi kita kadang tak paham.
Jadi disitulah kadang menimbulkan
fitnah, dan itu pun pernah juga
bermasalah gara-gara bahasa…
bisaaaa dua tahun yang lalu lah itu
bermasalah antara guru dan siswa itu
gawat karna bahasa
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Pertama-tama waktu baru, ada ya.
Tapi tergantung kita juga
sih…….waktu pertama kali itu di
SMK itu memang anak itu sendiri,
jadi sama yang pribumi di sini entah
itu Batak atau Jawa sama orang Nias
yang pendatang itu, gak bisa berbaur
gitu, duduk aja
berkelompok…………….
Berhubungan saya juga pegang seni
budaya, ya saya terangkanlah disitu
kita kan bineka tunggal ika itu nomor
satu, haaa…. Bermacam-macam
suku bangsa tapi kita bersatu,
termasuk anda yang sekolah di sini
merantau seperti saya juga mengajar
di sini karna tugas, itu. Jadi kita
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
teidak boleh membedakan jadai kita
harus bersatu, sama memberi
pengertian itu…..nah itulah saya
terus merangkul semuanya, bisa
bersatu semuanya antara anak Nias
yang Batak, yang Jawa gitu
bersatu……pertama datang karna
ada orang itu yang baru datang dari
kampung, dia masih bawa budaya
dia gitu, nah saya terangkan, di sini
itu multi etnik, jadi tolong jangan
bawa budaya abang di sini haaa, saya
gitukan, di sini saya gak bawa daerah
saya. Tapi di Medan ini adalah
Melayu, nahhh,, maka ikutilah
budaya itu, haaa jadi jangan bawa
budaya kamu……..
Ohh….. yang namanya di sekolah
ini atau di sekolah manapun itu kalau
siswa itu terdiri dari berbagai macam
suku ataupun agama apalagi dalam
tingkat pendidikan SMK seperti
sekolah ini yang namanya anak-anak
kan masih bisa dikatakan labil atau
gampang terselip emosi, jadi kalau
masalah ejek mengejek itu yaaa.
Sudah pasti pernah terjadi misalkan
dalam bercanda dengan
menggunakan logat yang berbeda
suku logat jawa atau logat orang nias
itu berbicara jadi masalah seperti itu
pernah terjadi.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
3. Berapa jumlah guru PAI di Kalau guru PAI nya hanya dua, satu Kepala Sekolah
SMK Karya Bunda? non Islam, satu yang Islam. SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
Kalau ditanyakan berapa jumlah
guru PAI di SMK Karya Bunda ini
kan sekolahnya ini bisa dikatakan
kecil untuk tingkat SMK terdiri dari
tiga kelas, jadi, tiga kelas terdiri dari
dua agama pula itu, ada Islam yakan,
kemudian kristen. Jadi, otomatis
kalau untuk guru PAI nya karna ada
siswanya kristen ada yang Islam
guru PAI nya Cuma satu itupun saya
sendiri.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
4. Apakah guru PAI berperan
aktif dalam menerapkan
pendidikan multikultural
di SMK Karya Bunda?
Hmmm…Kalau masalah hal itu dia
menerapkan, apalagi kalau udah
ketepan pasa upacara bendera ya,
terdiri dari pemimpin upacara,
hmmmmm.. pembina upacara ya..
dia selalu memberikan himbauan
kepada siswa gitu, selain itu waktu
jam belajar, tapikan karna jam dia
sedikit itu, dipuaskanlah waktu di
jam-jam masuk
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Kebetulan iya, karna banyak saya
kasih masukan.
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
Karna memangkan ini permasalahan
yang serius terjadi di negara kita, jadi
masing-masing guru agama seperti
kami di sini guru agama Islam dan
Kristen itu menjadi topik yang
penting untuk disampaikan, di sini
kami sudah berinisiatif dan paham
supaya murid-murid kami itu ya..
diberikan pemahaman yang baik.
Bahwa keberagaman suku dan
agama itu eee… jangan membuat
kita berbeda, di guru agama Islam
khususnya di kelasnya melakukan
topik-topik tertentu, bahkan sangat
penting disampaikan .
5. Pendidikan Multikultural
apa saja yang ibu/bapak
(Guru PAI) yang di
terapkan di SMK Karya
Bunda?
Tingkah laku, tingkah laku sama
yang paling utama disiplin ya,
disiplin mereka waktu belajar, karan
anak-anak ini kebanyakan kita lihat
kondisi yang lari kesampinglah yang
bawa makanan ke dalam kelas lah,
itu satu. Kedua disiplin mereka
waktu belajar itu gak pasti duduknya
bisa pindah ke mari pindah ke mari,
itu yang saya gak sukanya gitu,
kadang buat kelompok mereka, jadi
itu yang selalu saya perbaiki sama
mereka, apalagi kalau di dalam kelas.
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Agamanya ya itu, agama Kristen,
Katolik dan Protestan.
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
Yang jadi pertanyaannya kan tentang
multikultural ini, khususnya jadi
kalau saudara tanyakan itu, saya
memahaminya khusus kepada
agama…. Jadi yang dapat guru
Agama tanamkan di sini atau yang
dapat dilakukan guru PAI khususnya
saya yaitu menanamkan kepada
siswa untuk saling menjaga toleransi
saling menghargai dalam peredaan
agama ini. Kan begini, sekolah kita
inikan, ruangannya terbatas intinya
dalam satu lokal ada yang Islam ada
yang Kristen, jadi di saat agama
Islam belajar agama Islam, agama
Kristen juga belajar agama Kristen
disanakan kalau yang kristen, aaaa
katakanlah melakukan lagu puji-
pujian mereka kan itu lokalnya
sebelah-sebelahan. Intinya ketika
agama Muslim ini mendengar
mereka menyanyi-nyanyi puji-
pujian, katakanlah seperti itu, ya
kembali lagi ditekankan kepada
murid yang beragama Islam itu untuk
tidak mengejek… aaa mereka
gampang ini kan didengarnya
marlagu-lagu ikut-ikutan biar mereka
tak tersinggung itulah namanya
toleransi saling menghargai.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Yang paling utama adalah, aaaa
memberikan pemahaman kepada
siswa kami bahwa berbeda suku dan
agama dan kulit itu memang
datangnya dari Tuhan, dan itu tidak
membuat kita menjadi,, eee berbeda
untuk saling menyakiti, tetapi justru
dari keberagaman itu kita harus
semakin kuat, terlebih lagi kan
negara kita ini kan berlandaskan
Pancasila itu yang disampaikan,
kemudian kita juga bineka tunggal
ika, ada undang-undang dasar yang
mengatur negara kita, hal seperti itu
yang kami sampaikan.
Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
Rabu 12 April
2017.
6. Bagaimana cara guru PAI
dalam upaya menerapkan
pendidikan multikultural
terhadap siswa di SMK
Karya Bunda?
Kalau menurut saya dari himbauan
saja lah ya. Yang selalu diperhatikan
setiap saat ada kejanggalan sedikit
beri tahu anak dengan baik-baik, ada
hal yang aneh kasih tau
mereka…….. kalau untuk kegiatan
itu agak berat ya.
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Dalam agama masing-masingkan,
kita apa ya, cara bergaul, cara
bersosialisasi dari situlah kita
mengajarkan anak bagaimana kita
menyikapi dan kita gak boleh
membeda-bedakan, contohnya
seperti saya, saya itu tidak
membedakan suku, bangsa dan
agama. Tapi kita berbaur, bisa
berbaur dan bisa bergaul dengan
baik, ya kan kita tau, misalnya, ohhh
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
ini ya,,,, kita gak mau datang ke
rumahmu karna rumah mu banyak
ada anjingnya, ya akhirnya orang itu
udah ngertila, misalnya mau jajan itu
gak halal, kebetulan yang di
lingkungan sini halal gitu, jadi semua
bisa makan.
“yahhhh,,, biasanya kek manalah
ya….!! Palingan momen yang tepat
saat pengibaran benderalah pula,
karnakan kita tahu bahwa Indonesia
merdeka bukan karna di perjuangkan
oleh satu suku aja, melainkan dari
berbagai suku, kek pahlawanlah. Ada
pahlawan kita yang dari Batak,
Pahlawan dari Jawa, Aceh, Pahlawan
dari Padang atau Nias dan lain-
lainlah, itulah yang kita kasih contoh
sama anak-anak, klo indonesia
fitrahnya itu memang di takdirkan
memiliki berbagai budaya, bahasa,
adat, hmmmmmm…banyak, itu yang
pertama
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Kalau berbicara tentang menerapkan
kan berarti tidak berbicara tentang
cara ya, praktek, praktek yang di
buat di sini misalnya ada kegiatan,
aaa agama Islam begitu itukan
biasanya di lakukan oleh sekolah,
jadi yang dilakukan oleh siswa-siswa
itu membantu, jadi kerja sama nya
sangat baik, trus kemudian,eeee
ketika terjadi namanya pelajaran
agama aaaaa kelas kamikan terbatas
hanya pembatas triplek, sementara
guru agama Kristen dan Islam itu
mengajar caranya berbeda lalu kami
menekankan saling menghargai hal
yang seperti itu yang tetap dilakukan.
7. Bagaimana menurut bapak
upaya yang dilakukan guru
PAI dalam menyadarkan
perbedaan bagi siswa di
SMK Karya Bunda?
Hmmm penanamannya kan berbeda
gitu, jadi antara guru pai sama guru
non muslim itulah yang di atur,
gimana mereka bisa menyatu,
ibaratnya satu tujuan lah mereka.
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Ya bagaimana kita bersosialisasi, kan
apa namanya, …..kami arahkan lah
guru PAI, ini pa
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
Saya melihat bagus ya, terkadang
kan gini siswa ini dibilang sekali
belum mengerti tapi guru agama
Islam itu terus berupaya dan apa
yang disampaikan pun berdampak
baik gitu.
Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
Rabu 12 April
2017.
8. Apakah bapak/ibu pernah
menghadapi permasalahan
siswa karena perbedaan di
kalangan siswa baik etnis,
agama dan lain
sebagainya?
Kalau perbedaan agama itu tidak
pernah ada masalah.
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Dalam permasalah perbedaan ini,
kalau masalah perbedaan yang
sangat-sangat fatal gak pernah
terjadi, karna antara guru bidang
studi agama itu, Islam PAI ini yang
saya alami sendiri kemudian guru
agama kristen saling berkombinasi
ini dalam upaya untuk menanamkan
kepada siswa, untuk saling
menghargai baik yang agama Islam
atau Kristen saling mengkordinasi
atau saling menjalin komunikasi ini
supaya dalam proses pembelajaran
itu, kan bersamaan waktunya itu,
kalau agama Islam belajar agama
Islam dan kristenpun belajar agama
kristen Cuma tempatnya yang
berbeda kalau dalam bahasa kita
karna lokalnyapun terbatas sebelah
bersebelahanlah.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Kalau permasalahan itu tidak ada ya,
karana saya selalu mengingatkan
anak, kalau ada masalah saya akan
memberikan hukuman apalagi
mengejek-mengejek gitu ya,
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Sejauh ini belum Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
Rabu 12 April
2017.
9. Jika pernah terjadi suatu
masalah dikalangan siswa
bagaimana cara bapak/ibu
menyelesaikan
permasalahan tersebut?
Kita panggil siswanya, satu
persatu…. Tapi kalau udah dipanggil
satu persatu kita penggil bersama,
jika kita bisa atasi tanpa orang tua
kita atasi. Tapi kalo harus dengan
orang tua setelah itu, ya kita penggil
orang tua.
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
2017.
Andai kata permasalahan kultur itu
terjadi khususnya agama tadi,
menyelesaikan masalah ini
kembalilah seperti biasa kita
panggillah siswa itu, kemudian
antara guru agama Islam dan Kristen
pun saling menjalin komunikasi kek
mana solusinya andai kata seperti
itulah dia, biar tidak ada yang merasa
diberatkan atau yang di lecehkan
begitulah kira-kira.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Yang pertama kita sebagai guru
harus netral, tidak boleh memilih
pihak, ya, aaa agar masalah ini bisa
di tengahi atau diselesaikan . yang
kedua e.. mendengarkan dulu pokok
permasalahannya biar kita tau jalan
keluarnya, lalu yang ketiga, mmm
tegas menyampaikan aaa… peraturan
sekolah yang ada bahwa klo memang
masalahnya itu melanggar peraturan
Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
Rabu 12 April
2017.
ya mau tak mau mereka harus
diberikan sangsi.
10. Bagaimana keterlibatan
pihak sekolah dalam
menyadarkan perbedaan
bagi siswa di SMK Karya
Bunda?
Arahan selalu diberikan ya. Semua
guru-guru ikut memberikan arahan
kepada siswa-siswa.
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Dalam masalah menyadarkan
ataupun menanamkan rasa saling
menghargai dan menghormati itukan
begitu siswa-siswi itu masuk di
sekolah perguruan ini memang sudah
disampaikan kian itu pak. Terutama
aturan-aturan ataupun tata tertib yang
ada di sekolah ini, artinya begitu
masuk siswa baru itu atau siswi baru
itu sudah siap mereka nanti untuk
mengikuti aturan-aturan ataupun tata
tertip yang ada si sekolah kita ini,
jika kesalahan yang dilakukannya
siswa tidak dapat lagi di maafkan
ataupun tidak dapt lagi ditolerir, ya
pihak sekolah pun bisa
mengeluarkan kebijakan ataupun
ngambil sangsi ada yang di
keluarkan atau masih bisa
dikomunikasikan dengan pihak orang
tua atau wali murid tadi.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Pihak sekolah berarti kan, eee …
sifatnya lebih besar yaa.. dianya dari
atas gitu pihak sekolah ini dia
berbicara dari, kepala yayasan,
Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
kepala sekolah, kebetulan disinikan
ada empat unit, SD, SMP, SMA,
SMK, aaaa… jadi untuk
menyadarkan mengenai perbedaan
ini saya sering melihatnya, hari senin
selalu upacara dan di situ selalu di
sampaikan di hari selasa sampai
sabtu semua berbaris sama-sama di
lapangan sekolah, SD, SMP, SMA
SMK, dan disitupun disampaikan
juga entah nasehat-nasehat tentang
keberagaman.
Rabu 12 April
2017.
11. Faktor apa saja yang
menghambat bapak/ibu
dalam upaya menerapkan
pendidikan multikultural
di SMK karya Bunda?
Yang sangat berat itu. Satu, Karna
perkembangan anak-anak ini, karna
kita tahu ya, karna kehidupan mereka
pun sangat susah , ibaratnya bukan
liar tapi mereka hidup
sendiri,……biasanyakan kita minta
dampingan orang tua, bagaimana
sikap anak di rumah, gimana anak di
sekolah itukan kita bisa nyakkan,
tapi mereka tidak punya orang tua,
jadi gimana kita menghadapinya?, ya
anak itulah yang harus kita apakan,
memberikan nasehat, mengingatkan
dia, memberikannya suport gitu,
masukan gitu.
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Untuk penghambat, keknya muncul
dari dirinya sendiri ya, kadang-
kadang saya nangkap rasan-rasan itu
masih ada, kek duduknya dibelakang
berkelompok-kelompok, ini yang
menurut saya tidak perlu terjadi, tapi
Kepala Sekolah
SMK Karya
Bunda. Dra. Tyas
Dewi
Kristiningsih.
Selasa 04 April
bukan nyalahkan siapa-siapa ya kan,
kadang pula orang tua pun jauh, jadi
gimanalah, jadi susah juga kita
bilangnya, orang tuakan seharusnya
udah menjadi contohlah ya kan, atau
ada yang masalah pula mau
dibicarakan sama orang tua siswa
gak bisa, jauh kek di Nias lah pula
contohnya, kek manalah mau di
panggil, gak bakalan datang juganya
itu.
2017.
Kembali lagi seperti yang saya
katakan di awal tadi, kan kita ini
lokal nya terbatas ruangan intinya
ketika murid yang beragama Islam
ini tadi belajar agama Islam
kemudian setelahnya lagi yang
beragama Kristen belajar agama
Kristen. Jadi, permasalahan itu tidak
terlalu apa dikatakan ya tidak telau
rumit, cuman ketika proses
pembelajaran itu berlangsung karna
lokalnya tadi bersebelah-sebelahan
seperti ini, ini bapak liatlah inikan
suara dari lokal sebelah jugakan
sampai ke lokal yang beragama
Islam ataupun suara yang beragama
Islam sampai ke ruangan yang
beragam Kristen, jadi kek mana itu
kurang efektif lah itu.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Yang menghambat paling utama
adalah faktor waktu dan tempat
karna kita tau aaaa kita berlomba
dengan sekejul mengajar sedangkan
ini kan paling dia waktu yang
tertentu saja itu yang paling utama,
kadang-kadang kita kan dulu
mencari waktu, itupun kadang-
kadang guru agama Islam Kristen
menyelipkan di saat dia mengajar
tentang materi perbedaan ini, jadi di
waktulah pula. Trus pula peran orang
tua lah, di sini apalagi ekonomi siswa
kita di sini menengah ke bawah, jadi
orang tuanya secara otomatis sibuk
mencari atau bekerja, sehingga klo di
undang untuk rapat sekolah sikitnya
yang datang, kita juga gak bisa
paksakan ya kan, kek gitulah
keadaannya, jadi perhatian orang tua
terhadap mereka pun kuranglah
belum lagi siswa kita di sini banyak
yang dari luar kota seperti Nias,
tentulah itu gak dapat perhatian dari
orang tua, yah itulah kira-kira.
Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
Rabu 12 April
2017.
12 Faktor apa saja yang
mendukung bapak/ibu
dalam upaya menerapkan
pendidikan multikultural
Balek ke kita jugalah, balik ke etika
mereka lagi, kembali ke etika mereka
lagi, kan pengarahan terus-terus-
terus gitu..
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
di SMK karya Bunda? Pendukungnya bapak ibu guru di
sekolah ini memberikan contoh
seperti itu, ketemu siapapun. Bapak
ibu guru semua memberikan seperti
itulah…hmmmmmm ini menurut
saya pendukung yang sangat luar
biasa artinya kek di tengok anak-
anak, hmmmm jadi semua terbentuk
disitu.
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Yang mendukung, anak-anak kita di
sini mendengarkan ketika kita
menyampaikan pendidikan
multikultural mereka mau
mendengarkan atau mau menerima
nasehat, mereka sebenarnya itu
memahami keberagaman itu penting
Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
Rabu 12 April
2017.
13. Menurut ibu/ bapak
kenapa pendidikan
multikultural perlu di
tanamkan bagi siswa di
SMK Karya Bunda?
Karna kalau saya tengok, karna
perkembangan imtek juga ya. Kedua,
kurang arahan dari orang tua , orang
tua, ada orang tua yang memberikan
mereka kebutuhan tapi tidak mampu
..aaaaaa kawani mereka, untuk
bagaimana bertingkah laku,
bagaimana itu tidak ada, jadi
ibaratnya, kalau orang tua yang
tinggal di daerah sini itukan…….jadi
mereka pergi pagi pulang sore, yang
selebihnya orang tuanya entah
dimana, di luar kota jadi pengarahan
itu tidak ada.
Wakil Kepala
Sekolah SMK
Karya Bunda,
Leni Hasmi,S.Pd,
Senin 10 April
2017.
Kan sekolah SMK Karya Bunda ini
bukan berbasis Islam ini, bukan
seperti pesantren, yakan ,,, kalau
Guru PAI SMK
Karya Bunda,
Tohiruddin
pesantren itu khusus dia, Muslim
Muslimah perempuan, kalau SMK
umum dia. Otomatis yang Islamnya
ada yang Kristennya pun ada, guru
yang beragama Islam ada yang
beragam Kristen pun ada, ya itulah
sekolah yang bersifat umum dia
bukan khusus ada ke Islamannya dia.
Butarbutar,S.Pd.I
Rabu 05 April
2017.
Karna kita kan berada di Negara
yang banyak budaya dan agama kita
tak bisa mengelak dari manapun,
jadi, saling kerja sama dan
menghargai, saling menghormati
walaupun berbeda, kek gitu juga lah
sekolah kita ini, di sini kita juga dari
berbagai agama khususnya Kristen
dan Islam, suku juga di sekolah kita
ini banyak suku, jadi menurut saya
sangat relevan untuk memberikan
pemahaman bagi kita semua
khususnya siswa-siswi. Apalagi
mereka kan tingkat SMK masih labil
gitulah, agar mereka memahami
betul makna dari keberagaman
tersebut.
Guru Agama
Kristen, Jhon
Ezra Rinaldy
Sinaga,S.Th,
Rabu 12 April
2017.
Lampiran: 12
CURRICULUM VITAE
I. Identitas Diri
Nama : Muhammad Ihwan Harahap
Nim : 31.13.3.291
Tempat Tanggal Lahir : Pasar Lama, 18 Januari 1993
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat Medan : Jalan Setia Budi, Pasar III, Gg Cempaka 15
No. Telepon / HP : +628 53 5977 4193
Nama Orangtua
Nama Ayah : Drs. Syafaruddin Harahap
Nama Ibu : Warni Nasution
Alamat Orang Tua : Pasar Lama, Kec. Batang Angkola, Kab.
Tapanuli Selatan, Sematera Utara.
Anak ke : 2 dari 6 bersaudara
II. Jenjang Pendidikan
TK Al-Qur‟an Batang Angkola 1998-2000
SD Negeri100230 Pasar Lama 2000- 2006
MTs. Musthafawiyah 2006- 2009
MAS Musthafawiyah 2009- 2012
S-1 UIN SU 2013-2017