PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1943/1... ·...
Transcript of PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1943/1... ·...
PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN
KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL SISWA DI SMK
NEGERI 1 JAMBU KEC JAMBU KAB SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Galuh Woro Iklima
NIM. 111 13 104
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
أنهه ل إله إله هى والملئكة وأولى العلم قائما بالقسط ل إله إله هى العزيز الحكيم شهد الله
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Ali-Imran:18).
“BANYAK KEGAGALAN DALAM HIDUP INI DIKARENAKAN ORANG-
ORANG TIDAK MENYADARI BETAPA DEKATNYA MEREKA DENGAN
KEBERHASILAN SAAT MEREKA MENYERAH.”(Thomas Alva Edison)
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang mempunyai peranan
penting dalam hidupnya
1. Kepada kedua orang tuaku tercinta bapak Chabib Usman dan Ibu Siti Fajriyah
terimakasih telah menjadi orang tua yang baik yang telah mendidiku,
merawatku dengan penuh kasih sayang dan penuh kesabaran yang tak ternilai
harganya.
2. Terimakasih banyak buat teman-temanku tercinta dan saudara-saudaraku yang
selama ini telah setia mendukungku, dan memberi semangat untuk
mengerjakan skripsi ini sehingga skripsi ini selesai.
3. Institut Agama Islam Negeri Salatiga, dimana tempat yang telah penulis pilih
untuk menuntut ilmu. Semoga ilmu yang di peroleh penulis dapat bermanfaat
bagi orang lain dan diri sendiri.
4. Bapak Drs.H.Wahyudhiana, MM.Pd. yang telah bersedia memberikan
pengarahan bimbingan penulis hingga selesainya pembuatan skripsi ini.
5. Untuk sahabat-sahabatku seperjuangan, Eta, Intan, Naily, Mila, Yonna, Fitri,
Vina dan Kurnia yang selalu memberi saya semangat dengan ikhlas dan
membantuku.
6. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya PAI angkatan 2013
7. Kepada pembaca yang budiman.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah terhadap Nabi Muhammad Saw, yang telah
mencapai puncak kesuksesan tertinggi sepanjang kehidupan manusia yang pernah
ada. Serta keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun
sebagai syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Agama
Islam di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberikan dorogan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan judul PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM
MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL
SISWA DI SMK NEGERI 1 JAMBU KEC. JAMBU KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Oleh karena itu, melalui ruang penulis
mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
viii
4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik
5. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, MM.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Kepada seluruh dosen tarbiyah khususnya pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
diFTIK IAIN Salatiga.
Akhirnya penulis berharap, semoga jasa dan bantuan yang telah diberikan
menjadi amal baik dan mendapat balasan dari Allah Swt. Dalam penyusunan skripsi
ini, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
dikarenakan keterbatasan dari segala aspek yang dimiliki oleh penulis sendiri. Untuk
itu, kritik dan saran terbuka luas dan selalu penulis harapkan dari pembaca yang
budiman guna kesempurnaannya. Mudah-mudahan skripsi yang sederhana ini mampu
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.
Salatiga, 14 Agustus 2017
Galuh Woro Iklima
ix
ABSTRAK
Iklima, Galuh Woro. 2017. Peran Guru Agama Islam Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Anak Di
SMK Negeri 1 Jambu Desa Jambu Kec. Jambu Kab. Semarang
Tahun Pelajaran 2016/201. Skripsi. Jurusan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H.Wahyudhiana,
MM.Pd.
Kata Kunci: peran guru agama islam, kecerdasan emosional dan spiritual
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru agama dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual anak di SMK Negeri 1 Jambu
Kecamatan Jambu. Fokus masalah yang akan dikaji adalah: 1) peran guru agama
islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK
Negeri 1 Jambu Kecamatan Jambu. 2) Fakto- faktor pendukung dan penghambat
dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di SMK
Negeri Jambu.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan
tahap persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah peran guru
agama islam. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu
reduksi data, display data, dan verifikasi data.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran guru agama islam di SMK Negeri 1
Jambu dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual meliputi: Guru
agama memiliki peran penting dalam hal kerendahan hati peran guru agama yaitu
melibatkan siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar serta dalam
berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik tanpa memandang
harta, fisik, dan jabatan. Mendorong siswa untuk aktif dalam organisasi yang ada di
dalam sekolah maupun di luar sekolah merupakan usaha guru dalam mengembangkan
sikap totalitas. Guru agama dalam menjalankan profesinya diniatkan sebagai ibadah
mengajar dengan hati serta sebagai orang yang membimbing dengan hati nuraninya
dan sebagai orang yang mendidik dengan segenap keikhlasan. Faktor pendukung
dalam mengembangkan ESQ adalah sarana dan prasarana yang memadai, serta
lingkungan yang nyaman dan kondusif karena berada dalam lingkungan pedesaan,
adanya kerja sama OSIS yang membantu teman yang lain agar aktif dalam mengikuti
kegiatan keorganisasian. Faktor yang menghambat pengembangan ESQ adalah: 1)
Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara guru dan siswa. Kurangnya
motivasi dan perhatian orang tua. 2) Tidak adanya penilaian secara tertulis dalam
kecerdasan emosional dan spiritual 3) Kurangnya sifat guru yang teladan karena guru
agama harus memiliki sifat teladan, baik dalam tutur kata maupun berperilaku.
x
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ iii
DEKLARASI .............................................................................................. iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
DAFTAR FOTO ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Fokus Masalah ............................................................................... 10
C. Tujuan Penulisan Skripsi ............................................................... 10
D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 11
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 11
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ) .................................. 15
1. Kecerdasan Emosional………………………………………. 15
2. Kecerdasan spiritual…………………………………………. 23
3. Kecerdasan Emosional dan Spiritual (EQ,SQ)……………… 28
xi
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional dan
Spiritual (ESQ)............................................................................... 33
1. Faktor Intern…………………………………………………. 33
2. Faktor Ekster………………………………………………… 34
C. Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan ESQ .......................... 35
1. Peran Guru Agama Dalam Proses Belajar Mengajar………... 36
2. Peran Guru Agama Secara Pribadi…………………………... 38
3. Peran Guru Agama Secara Psikologi………………………... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 44
2. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 46
3. Lokasi dan Subyek Penelitian ...................................................... 46
4. Sumber Data ................................................................................. 47
5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 49
6. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 51
7. Tahap-tahap Penelitian ................................................................. 53
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Desa Jambu Kecamatan Jambu dan SMK Negeri 1
Jambu……………………………………………………………. 54
1. Letak Geografis……………………………………………... 54
2. Profil Sekolah SMK Negeri 1 Jambu dan Waktu Penelitian... 56
3. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Jambu………………………… 61
4. Tujuan Sekolah SMK Negeri 1 Jambu ……………………... 69
B. Hasil Temuan Penelitian ................................................................ 73
1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 1
Jambu………………………………………………………… 74
2. Hasil Wawancara dengan Guru Agama SMK Negeri 1 Jambu .. 79
xii
3. Hasil Wawancara dengan Wakil Kepala Bagian Kurikulum SMK
Negeri 1 Jambu…………………………………………. …… 84
4. Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang Sarana dan Prasarana
SMK Negeri 1 Jambu………………………………………… 86
C. Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan
Spiritual Anak di SMK Negeri 1 Jambu…………………………. 89
1. Peran Guru Agama di SMK Negeri 1 Jambu………………… 91
2. Faktor yang Mendukung dalam Pengembangan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual Anak di SMK Negeri 1 Jambu…….. 92
3. Faktor yang Menghambat dalam Pengembangan Kecerdasan
Emosional dan Spiritual Anak di SMK Negeri Jambu ........... .... 92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 94
B. Saran-Saran ................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 98
LAMPIRAN - LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2.Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 3.Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4.Surat Pengajuan Pembimbing
Lampiran 5.Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6.Laporan SKK
Lampiran 7.Pedoman Wawancara
Lampiran 8.Dokumentasi Foto Penelitian
xiv
DAFTAR FOTO
1. Dokumentasi Wawancara
2. Foto ruangan SMK negeri 1 Jambu
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan proses pendewasaan dan mengembangkan
aspek-aspek manusia baik biologis maupun psikologis. Aspek biologis
manusia dengan sendirinya akan mengalami proses perkembangan,
pertumbuhan dan penuaan. Sedangkan aspek psikologis manusia melalui
pendidikan dicoba untuk didewasakan, dikembangkan dan disadarkan. Proses
penyadaran dan pendewasaan dalam konteks pendidikan ini mengandung
makna yang mendasar karena bersentuhan dengan aspek yang paling dalam
dari diri manusia, yaitu kejiwaan dan kerohanian. Dua elemen ini sangat
penting dalam membina moralitas pada pendidikan sehingga menghasilkan
lulusan pendidikan yang berwawasan luas dalam bidang ilmu pengetahuan,
dan memiliki kecerdasan emosional yang mencakup aspek kejiwaan serta
memiliki kecerdasan spiritual yang mencakup aspek religi kehormatan.
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyatakan bahwa: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
2
akhlak mulia serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.’’(Undang-undang System Pendidikan Nasional 2003:3).
Pengertian pendidikan diatas menunjukkan bahwa tugas seorang
pendidik adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki anak didik, serta berperan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan dalam membentuk kepribadian siswa baik secara lahir maupun
secara batin.
Tugas dan peran guru agama tidaklah terbatas di dalam masyarakat
bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memiliki
peran dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa, semakin akurat para
guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta dan terbinanya
persiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan
kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri
para guru masa kini. (Siti Asdiqoh, 2013:19-21).
Sebelum penjelasan mengenai peran guru agama dalam pengembangan
ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) perlu diketahui beberapa peran
guru di sekolah yaitu peran guru dalam proses belajar mengajar itu ada empat,
Pertama guru sebagai demonstator atau pengajar, Kedua guru sebagai
pengelola kelas, Ketiga guru sebagai mediator dan fasilitator, Keempat guru
sebagai evaluator.
Namun pendidikan kita saat ini sering dikritik masyarakat yang
disebabkan oleh adanya sejumlah pelajar dan lulusan pendidikan yang
3
menunjukkan sikap kurang terpuji, banyak pelajar yang terlibat tawuran,
melakukan tindakan kriminal, penodongan, penyimpangan seksual dan lain
sebagainya. Contoh perbuatan tawuran Berdasarkan banyaknya kasus-kasus
tawuran antar pelajar yang terjadi belakangan ini, penulis berpendapat bahwa
tawuran yang terjadi antar pelajar tersebut tidak seharusnya terjadi. Pelajar
merupakan orang-orang terdidik yang seharusnya menanggapi permasalahan
dan persoalan dengan berpikir logis dengan menggunakan akal sehatnya.
Seorang pelajar sebagai generasi penerus bangsa seharusnya menyibukkan
dirinya dengan pendidikan untuk memajukan bangsanya. Pelajar yang
menyibukkan diri dengan pelajaran akan tidak punya waktu untuk melakukan
hal-hal negatif seperti tawuran yang marak terjadi belakangan ini
(https://avinurul.wordpress.com/tawuran-pelajar-hilangnya-teladan-yang-tidak
patut-ditiru/ diunduh pada/tanggal 21 MARET 2017:19.00).
Menurut pendapat penulis, pelajar yang sering melakukan tindak
kekerasan seperti perbuatan tawuran tersebut disebabkan karena kurangnya
pendidikan pelajar mengenai moral dan sikap tempramental yang tidak
terkendali akibat pergaulan. Selain itu, tawuran juga terjadi dikarenakan
pengaruh lingkungan sekitarnya. Biasanya orang akan berani melakukan suatu
perbuatan bila dilakukan secara kelompok atau secara bersama-sama. Ajakan
teman sangat berpengaruh terhadap teman yang lain. Keberanian akan muncul
apabila orang lain atau teman kita juga melakukan perbuatan yang sama.
Teman merupakan teladan yang paling mempengaruhi. Ajakan teman lah yang
4
akan paling dituruti dari pada orang lain karena takut dikatakan tidak punya
nyali.
Guru adalah teladan bagi murid-muridnya. Guru yang baik tidak hanya
mengajar di kelas, tetapi membimbing murid-muridnya di luar sekolah. Saat
teladan guru hilang, siswa sekolah pun menjadi beringas. Buntutnya, tawuran
pun kerap terjadi. Pernyataan diatas menggambarkan betapa pentingnya peran
guru agama bagi pembentukan moral pelajar dan peserta didik lainnya.
Banyaknya guru yang menampilkan adegan kekerasan di hadapan muridnya
yang sedang marak pada saat ini dimana guru menghukum murid dengan
memukul hingga masuk rumah sakit juga memberikan teladan yang kurang
baik terhadap murid. Oleh sebab itu hal tersebut mempengaruhi mental murid
sehingga sikap guru tersebut menjadi tiruan bagi pelajar untuk tidak segan-
segan melakukan tindak kekerasan pula yakni dalam bentuk tawuran antar
pelajar.
Perbuatan seperti ini sangat meresahkan masyarakat dan lingkungan di
sekolah. Hal-hal tersebut masih ditambah lagi dengan meningkatnya jumlah
pengangguran yang pada umumnya adalah tamatan pendidikan. Keadaan
inilah yang semakin membuat buruknya dunia pendidikan saat ini.
Di antara penyebab dunia pendidikan kurang mampu menghasilkan
lulusan sesuai dengan yang diharapkan adalah karena banyak pendidikan kita
selama ini hanya membina kecerdasan intelektual, wawasan dan ketrampilan
5
saja, tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional sekaligus juga didukung
kecerdasan spiritual bagi timbulnya kearifan sosial.
Berdasarkan permasalahan yang banyak timbul di dunia pendidikan
inilah, guna mempersiapkan atau melahirkan generasi-generasi pendidikan
yang berkualitas, tidak hanya berintelektual tinggi, berwawasan luas tapi juga
harus memiliki kemantapan emosi, etika moral dan spiritual yang luhur.
Sehingga dapat dipahami betapa pentingnya peningkatan kecerdasan emosinal
dan spiritual pada siswa dalam dunia pendidikan.
Daniel Goleman mengatakan bahwa, kecerdasan emosional
mengandung beberapa pengertian. Pertama, kecerdasan emosi tidak hanya
berarti sikap ramah, tetapi juga pada saat-saat tertentu yang diperlukan bukan
sifat ramah, melainkan sifat tegas yang barangkali tidak menyenangkan,
tentang mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kedua,
kecerdasan emosi menentukan potensi kita untuk mempelajari ketrampilan-
ketrampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya: kesadaran diri,
motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Untuk ringkasnya: agar berprestasi tinggi dalam semua
jabatan, di setiap bidang, kecakapan emosi lebih penting dari pada
kemampuan kognitif murni, agar sukses di jenjang tertinggi, dalam posisi
pemimpin, kecakapan emosi hampir sepenuhnya paling berperan dalam
menciptakan keunggulan. (Daniel Goleman, 2001:53).
6
Dari berbagai hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa kecerdasan
emosional memilik peran yang jauh lebih significant dibanding kecerdasan
intelektual (IQ). Kecerdasan otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal meraih
keberhasilan, namun kecerdasan emosilah yang sesungguhnya hampir
seluruhnya terbukti mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi.
Terbukti, banyak orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi,
terpuruk ditengah persaingan. Sebaliknya banyak yang mempunyai kecerdasan
intelektual biasa-biasa saja, justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja,
pengusaha-pengusaha sukses dan pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok.
Disinilah kecerdasan emosional (EQ) membuktikan eksistensinya. (Ary
Ginanjar, 2001:17).
Banyak contoh di sekitar kita membuktikan orang yang memiliki
kecerdasan otak saja belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan,
seringkali justru orang yang berpendidikan formal rendah banyak yang
ternyata mampu lebih berhasil, karena mereka memiliki kecerdasan emosi
seperti, ketangguhan mental, inisiatif, optimis dan kemampuan beradaptasi.
(Ginanjar, 2005:41).
Jika mengetahui betapa besarnya pengaruh EQ (kecerdasan emosional)
bagi dunia pendidikan dan penunjang kesuksesan hidup, maka kita perlu
mempersiapkan generasi-genarasi penerus bangsa untuk mencapai dan
meningkatkan EQ (kecerdasan emosional). Harus diketahui bahwa kecerdasan
emosional tidaklah berkembang secara alamiah semata-mata berdasarkan
7
perkembangan umur biologisnya. Namun perkembangan EQ (kecerdasan
emosional) ini sangat bergantung pada proses pelatihan dan pendidikan secara
kontinu. ( John Gottman, 1997:29).
Kecerdasan emosional dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat hidup
bermasyarakat termasuk di dalamnya menjaga keutuhan hubungan sosial, dan
hubungan sosial yang baik akan mampu menuntun seseorang untuk
memperoleh sukses didalam hidup seperti yang diharapkan. Di samping itu,
kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya dengan baik akan
mempengaruhi proses berfikirnya secara positif pula. Keterbatasan
perkembangan kecerdasan emosional seseorang biasanya terkait erat dengan
kejanggalan, abnormalitas, gangguan atau berbagai hambatan perkembangan
emosional keluarga. Karenanya, dalam proses perkembangan anak, peran guru
dan orang tua amat penting dalam meningkatkan taraf kecerdasan emosional
anak. Sekiranya kelak dapat ditemukan perangkat ukuran EQ, mungkin dapat
dikatakan bahwa pola asuh orang tua terhadap anak merupakan faktor utama
untuk meningkatkan EQ anak. Sekalipun kenyataannya memang skor
intelegensi emosional belum dapat diperoleh. Dengan demikian, agar anak-
anak kelak mampu mengendalikan emosinya dengan baik, guru dan orang tua
harus memberi contoh bagaimana mengendalikan emosi dengan baik. (Fidelis,
2003:36-40).
Ada banyak keuntungan jika seseorang memiliki kecerdasan emosional
secara memadai: Pertama, kecerdasan emosional jelas mampu menjadi alat
8
pengendalian diri. Kedua, kecerdasan emosional sebagai cara yang sangat baik
untuk membersihkan ide, konsep atau sebuah produk. Ketiga, kecerdasan
emosional adalah modal penting bagi seseorang untuk mengembangkan bakat
kepemimpinan.
Setelah pembahasan singkat mengenai EQ (kecerdasan emosional).
Yang tak kalah pentingnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah
SQ (kecerdasan spiritual) karena tanpa adanya landasan spiritual yang kuat
pada diri seseorang, meskipun dia memiliki IQ tinggi, dan kemampuan dalam
EQ, tetapi tanpa disertai SQ maka dirasa kurang sempurna. Karena SQ inilah
yang dapat membantu seseorang untuk menjalani kehidupan dengan lebih
bijak, arif dan religius.
Jika IQ bersandar pada nalar atau rasio-intelektual, dan EQ bersandar
pada kecerdasan emosional dengan memberi kesadaran atas emosi-emosi kita
dan emosi-emosi orang lain, maka SQ berpusat pada ruang spiritual (spiritual
space) yang memberi kemampuan pada kita untuk memecahkan masalah
dalam konteks nilai penuh makna. SQ memberi kemampuan menemukan
langkah yang lebih bermakna dan bernilai diantara langkah-langkah yang lain.
Dengan demikian SQ merupakan landasan yang sangat penting sehingga IQ
dan EQ dapat berfungsi secara efektif.(Fidelis, 2003:42).
SQ adalah inti kesadaran kita. Kecerdasan spiritual itu membuat kita
mampu menyadari siapa kita sesungguhnya dan bagaimana kita memberi
makna terhadap hidup kita dan seluruh dunia kita. Memang, kecerdasan
9
spiritual mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan dengan
kebermaknaan hidup agar hidup kita menjadi lebih bermakna. Kita
membutuhkan perkembangan “kecerdasan spiritual” (SQ) untuk mencapai
perkembangan diri yang lebih utuh. Sebenarnya kita membentuk karakter kita
melalui penggabungan antara pengalaman dan visi. Kecerdasan spiritual
mengajak kita memasuki jantungnya segala sesuatu, nilai-nilai kemanusiaan
(being values): kegembiraan, rasa humor, daya cipta, kecantikan dan
kejujuran. (Monty, 2003:45).
Danah Zohar dan Ian Marshall menggambarkan orang yang memiliki
kecerdasan spiritual (SQ) sebagai orang yang mampu bersikap fleksibel,
mampu beradaptasi secara spontan dan aktif, mempunyai kesadaran diri yang
tinggi, mampu menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, rasa sakit,
memiliki visi dan prinsip nilai, mempunyai komitmen dan bertindak penuh
tanggung jawab. (Ginanjar, 2006:46).
Pada prinsipnya di dalam dunia pendidikan, dalam proses
pembelajaran seorang guru seharusnya tidak hanya mementingkan kecerdasan
IQ saja pada siswa, tetapi juga memperhatikan, menumbuhkan serta
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) pada siswa.
Sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak hanya berintelektual
tinggi, tetapi dapat menghasilkan lulusan yang berintelektual tinggi,
berwawasan luas, beretika moral dan mempunyai spiritual yang tinggi.
10
Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas
penulis tertarik untuk meneliti tentang “PERAN GURU AGAMA ISLAM
DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN
SPIRITUAL SISWA DI SMKN 1 JAMBU, KEC. JAMBU, KAB.
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017”
B. FOKUS MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran guru agama islam dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMKN 1 Jambu?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMKN 1 Jambu?
C. TUJUAN PENULISAN SKRIPSI
Adapun yang menjadi tujuan penulis mengacu pada permasalahan
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran guru agama islam dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual pada siswa di SMKN 1 Jambu
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual pada siswa di SMKN
1 Jambu
11
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Manfaat ataupun kegunaan penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
penambahan wawasan mengenai peran guru agama islam dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa,
khususnya kajian ilmu pendidikan dalam pendidikan agama islam (PAI).
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang lebih luas lagi
dan dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan bantuan
kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual
(ESQ) sehingga siswa tersebut dapat menjadi siswa yang tangguh dalam
menghadapi persoalan kehidupannya dimasa yang akan dating kelak.
E. PENEGASAN ISTILAH
1. Peran Guru
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru, guru
adalah seorang pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur
formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
12
Guru adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan memiliki
kemampuan yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya
dalam membimbing siswanya, ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa
berlebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain,
selain itu perlu diperhatikan pula bahwa ia memiliki kekurangan dan
kelemahan. (Darajat, 1996:266).
Peran guru agama islam dalam penelitian ini adalah:
a) Peran guru agama islam dalam mendidik dapat mengembangkan ESQ.
b) Peran guru agama islam sebagai evaluator dalam mengevaluasi
kecerdasan emosional dan spiritual pada siswa.
c) Peran guru agama islam sebagai motivator dalam mengembangkan
atau membina kecerdasan emosional dan spiritual.
d) Peran guru agama islam sebagai pembimbing dapat mengembangkan
kecerdasan emosinal dan spiritual.
e) Peran guru agama islam dalam mengelola kelas, mengajar dan
mengarahkan peserta didik untuk mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) pada siswa di SMKN 1 Jambu.
2. Kecerdasan Emosional dan Spiritual (ESQ)
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk menentukan
potensi kita untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis yang
didasarkan pada lima unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri,
empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain,
13
sedangkan kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang merupakan
kesadaran dalam diri kita yang membuat kita menemukan dan
mengembangkan bakat-bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan
membedakan yang salah dan benar serta kebijaksanaan untuk mengambil
masalah dalam hidupnya (Daniel Goleman, 2001:39).
Kecerdasan emosional dan spiritual adalah bagaimana mengatur
tiga komponen: iman, islam dan ihsan dalam keselarasan dan kesatuan
tauhid. (Ary Ginanjar, 2003:14).
Berdasarkan pengertian tersebut maka indikator kecerdasan
emosional dan spiritual adalah sebagai berikut:
a) Konsistensi (istiqomah)
b) Kerendahan hati (tawadhu’)
c) Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
d) Ketulusan (keikhlasan)
e) Totalitas (kaffah)
f) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membagi dalam beberapa
bab, dengan harapan agar pembahasan dalam skripsi ini dapat tersusun dengan
baik dan dapat memenuhi standar penulisan sebagai karya ilmiah.
Adapun sistematika pembagian bab adalah sebagai berikut:
14
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penerapan istilah, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI
Berisi tentang kajian pustaka yang berkenaan dengan teori-teori
kecerdasan emosional dan spiritual, dan peran guru agama.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang pendekatan, jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi
penelitian, sumber data, metode analisis data, analisis data, pengecekan
keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
BAB IV : PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
Berisi hasil penelitian dan analisis data yang menggambarkan
gambaran umum tentang peran guru agama islam dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual pada siswa di SMK N 1 Jambu Kecamatan
Jambu Kabupaten Semarang yang meliputi gambaran umum desa jambu
kecamatan jambu, profil sekolah SMK Negeri 1 Jambu dan waktu penelitian,
visi dan misi SMK Negeri 1 Jambu serta hasil deskripsi data wawancara dan
dokumentasi.
BAB V : PENUTUP
Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ)
1. Kecerdasan Emosional (EQ)
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Dalam khasanah ilmu pengetahuan terutama psikologi istilah
EQ atau kecerdasan emosional merupakan sebuah temuan tentang
kecerdasan manusia yang sangat dibutuhkan untuk menunjang
manusia dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Goleman, pada pertengahan
tahun 1990-an. Daniel Goleman yang banyak berkecimpung dalam
neurosains dalam psikologi berhasil meruntuhkan legenda tentang IQ
yang pernah bertahta bertahun-tahun itu dengan temuan barunya
yang ia sebut dengan kecerdasan emosional (EQ) yaitu sebuah
kecerdasan yang lebih menekankan pada penguasaan dan
pengendalian diri dan emosi. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Goleman, setinggi-tingginya IQ menyumbang kira-kira 20 persen
bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang
80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain.(Hidayatullah, 2009:200)
Kecerdasan emosional menentukan potensi kita untuk
mempelajari keterampilan-keterampilan-keterampilan praktis yang
16
didasarkan pada lima unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan
diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang
lain. Kecakapan emosi kita menunjukkan berapa banyak potensi itu
yang telah kita terjemahkan ke dalam kemampuan di tempat kerja.
Sebagai contoh, pandai dalam melayani pelanggan adalah kecakapan
emosional yang didasarkan pada empati. Begitu pula, sifat dapat
dipercaya adalah kecakapan yang didasarkan pada pengaturan diri,
atau kemampuan menangani impuls dan emosi. Baik kemampuan
melayani pelanggan maupun sifat dapat dipercaya dapat membuat
orang menonjol di tempat kerja. (Daniel Goleman, 2001:39)
Kecakapan-kecakapan emosional yang paling sering
mengantar orang ke tingkat keberhasilan ini adalah:
1) Inisiatif, semangat juang, dan kemampuan menyesuaikan diri.
2) Pengaruh, kemampuan memimpin tim, dan kesadaran politis.
3) Empati, percaya diri, dan kemauan mengembangkan orang lain
(Daniel Goleman, 2001:60)
Pendapat lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On (dalam Uno,
2000:69), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah
serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif
yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi
tuntutan dan tekanan lingkungan. Dengan kata lain kecerdasan
emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita
17
melapangkan jalan di dunia yang rumit, yang mecakup aspek pribadi,
sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh
misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif
setiap hari.
Pada intinya kecerdasan emosional merupakan kemampuan
seseorang untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak
sehingga diharapkan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Kecerdasan emosional ini juga dimaknai dengan kemampuan
seseorang dalam membina hubungan dengan sesamanya, memahami
perasaan serta mampu bekerja sama. Jadi kecerdasan emosional
berkaitan dengan hubungan intrapersonal dan interpersonal, di mana
seseorang tidak hanya dituntut untuk bisa memahami diri sendiri,
memotivasi diri sendiri dan mengendalikan diri. Akan tetapi juga
dapat berperilaku sosial dengan orang lain. Inti kemampuan pribadi
dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan sesungguhnya
adalah kecerdasan emosional ( Ary Ginanjar Agustian, 2001:9).
Sedangkan menurut Suharsono EQ (kecerdasan emosional)
merupakan kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-
masing dan perasaan orang lain. Kemampuan untuk memotivasi
dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi yang muncul dalam
dirinya dan hubungan dengan orang lain (Suharsono, 2000:28)
18
Sederhananya EQ (Kecerdasan Emosi) adalah kemampuan
untuk merasa, kunci kecerdasan emosional anda adalah pada
kejujuran suara hati anda. Suara hati itulah yang harusnya dijadikan
pusat prinsip yang mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan
serta kebijaksanaan (Ary Ginanjar Agustian, 2001:42)
b. Macam-Macam Emosi
Manusia memiliki berbagai macam jenis emosi yang ada
dalam dirinya. Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama
campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Akan tetapi Daniel
Goleman (1997:411) mengemukakanya ke dalam delapan jenis emosi
yaitu:
1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal
hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan,
agresi, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan
depresi berat.
3) Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada,
tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik.
4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan,
luar biasa, dan mania.
19
5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.
6) Terkejut: kaget, terkesikap, takjub, terpana.
7) Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah.
8) Malu: rasa salah, kesal hati, sesal aib, dan hati hancur lebur.
(Daniel Goleman, 1997:410)
Sedangkan menurut Darwis Hude (2006: 137), di dalam Al
Qur’an, emosi dasar manusia meliputi:
1) Emosi Senang
Segala sesuatu yang membuat hidup dalam perasaan
senang, seperti perasaan cinta, puas, gembira, disebut emosi
senang. Pada umumnya manusia tertarik dengan lawan jenisnya,
harta dan kemewahan, menerima kenikmatan dan lepas dari
kesulitan.
2) Emosi Marah
Emosi marah muncul, disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri manusia atau
temperament. Sedang faktor eksternal datang dari lingkungan
alam dan sosial. Emosi ini bisa diidentifikasi dengan perubahan
raut muka, nada suara yang berat, badan bergetar, dan bersedia
menyerang. Jika tidak demikian, maka ekspresi marah
20
diungkapkan dengan diam saja. Setiap orang mengekspresikan
kemarahan melalui tindakan yang berbeda-beda.
3) Emosi Sedih
Emosi sedih menghinggapi manusia ketika sedang
tertimpa musibah, mendapatkan masalah, dan akibat dari
hubungan interpersonal yang tidak baik, dikarenakan perilaku
dan sikap seseorang yang menyakitkan hati. Emosi ini
diekspresikan dengan tangisan dan kekhawatiran.
4) Emosi takut
Dalam kehidupanya manusia kadang diliputi emosi takut.
Manusia takut dengan kematian, kekurangan harta, tertimpa
bencana alam, dan lain-lain. Sebab-sebab yang membuat
manusia takut dari masing-masing individu berbeda-beda.
5) Emosi Benci
Dalam Al Qur’an telah digambarkan tentang orang-orang
yang membenci kebenaran dari Allah, keharusan untuk taat, dan
berjihad.
6) Emosi Heran dan Kaget
Seandainya ada sesuatu yang terjadi diluar dugaan dan
rencananya, maka emosi heran dan kaget akan menghinggapi
batin manusia.
21
c. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional
Menurut Salovely yang dikutip oleh Daniel Goleman
(1997:56), tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan emosional
adalah sebagai berikut:
1) Mampu mengenali emosi diri sendiri
Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional.
Orang yang mengenali emosi diri, akan menyadari apa yang
sedang dirasakanya. Apakah dalam kondisi senang, susah, atau
khawatir. Tanda orang yang bisa mengenali emosi, dia bisa
mengatakan bagaimana suasana hatinya saat itu, dan dia
menyadarinya sehingga dengan mudah mengatasi perasaanya.
Bila suasana hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak
larut kedalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari
suasana itu dengan lebih cepat. (Daniel Goleman, 1997:65)
2) Mampu mengelola emosi
Emosi seperti kesedihan, jika dibiarkan akan menggangu
kesehatan dan berlanjut pada depresi. Emosi yang
menyenangkan seperti cinta, apabila tidak dikelola juga akan
membuat lupa diri. Dengan mengelola emosi, berarti mampu
untuk menjaga keseimbangan emosi. Menjaga emosi yang
merisaukan agar tetap terkendali adalah kunci kunci kecerdasan
emosi. (Mustofa, 2007:43)
22
3) Mampu memotivasi diri sendiri
Motivasi adalah menggunakan hasrat kita yang paling
dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran
membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif,
serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi
(Mustofa, 2007:47). Langkah memotivasi diri merupakan upaya
untuk mengantarkan seseorang kepada kesuksesan di berbagai
bidang.
4) Memiliki Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa
yang dirasakan orang lain. Empati adalah memahami perasaan
dan masalah orang lain, berpikir dengan sudut pandang orang
lain dan menghargai perbedaan perasaan orang mengenai
berbagai hal (Daniel Goleman, 1997:428). Hasil hasil dari
empati menghasilkan sikap altruisme.
5) Mampu membina hubungan dengan lingkungan sekitar
Dari kematangan empatik yang dimiliki seseorang akan
dapat mengarahkan orang tersebut untuk dapat berhubungan
dengan orang lain sekaligus memelihara hubungan tersebut,
menyakitkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa
aman (Yasin Mustofa :46). Hubungan sosial sangat dibutuhkan
dalam kehidupan, karena manusia adalah zoon politicon
23
(makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri). Jika hubungan
sosial diabaikan, maka kesulitan sering di dapat
2. Kecerdasan Spiritual
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual tersusun dalam dua kata yaitu kecerdasan
dan spiritual. Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani situasi-
situasi dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian
hubungan dengan yang lain. Kemampuan berurusan dengan
kerumitan, kerumitan atau abstrak-abstrak, kemampuan dan
kecakapan berfikir. (Suharsono, 1993:118)
Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbuan
ke-an. Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam dalam pikiran.
(Poerwadarminta, 2006:363).
Spiritual adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan atau
bersifat kejiwaan, rohani atau batin. (Poerwadarmita, 2006:1143)
Kecerdasan spiritual atau spiritual Quetiont adalah
kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati sebagai bisikan
kebenaran yang berasal dari Allah SWT. Ketika seseorang mengambil
keputusan atau melakukan pilihan, berempati, dan beradaptasi.
Potensi ini sangat ditentukan oleh upaya membersihkan qalbu dan
memberikan pencerahan qalbu, sehingga mampu memberikan nasehat
24
dan mengarahkan tindakan, bahkan akhirnya menuntut seseorang
dalam mengambil tiap-tiap keputusan (Tasmara, 2001 : 48)
Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall
mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau
jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
SQ (Kecerdasan Spiritual) adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi kita. (Zohar,Marshall dalam Ary Ginanjar,
2001:46-47)
Dalam perbuatanya setiap orang memiliki prinsip-prinsip yang
dipegangi dan mengikuti dorongan hati. Jiwa manusia ada nilai-nilai
spiritual yang bersifat universal seperti kejujuran, kebenaran,
kepedulian, cinta, tenggang rasa, keberanian, tanggung jawab,
keadilan, rasa syukur, dan lain-lain. Menurut Ary Ginanjar, nilai-nilai
itu dinamakan suara hati fitrah yang bersumber dari asmaul husna. Ia
menjelaskan bahwa nilai yang paling dalam itu (God Spot)
mengandung sifat-sifat Tuhan (Asmaul Husna) sebagai potensi diri
untuk dikembangkan.
25
Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran,
perilaku, dan kegiatan, serta menyinergikan IQ, EQ dan SQ ssecara
komprehensif (Ginanjar, 2007 : 47)
Yang dimaksud dengan SQ yakni pengetahuan akan kesadaran
diri, makna hidup dan nilai-nilai tertinggi. Kecerdasan ini berupa
mengelola “kecerdasan hati” sehingga terekspresikan kita bekerja
sama dengan lancar menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
definisi kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial manusia
yang menjadikan ia dapat menyadari dan menentukan makna, nilai,
moral, serta cinta terhadap kekuatan yang lebih besar dan sesama
makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari keseluruhan.
Nilai-nilai spiritual inilah yang dapat memberikan makna
kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap kehidupan ini
bukan datang dari luar akan tetapi datang dari dalam. Dengan kata
lain, harta, jabatan, dan kemewahan lainya (dunia luar) tidak bisa
memberikan ketenangan yang hakiki bagi kehidupan manusia.
Buktinya banyak orang yang cukup secara materi, tetapi batin mereka
kering dan hampa (Nasution, 2009:10).
Meskipun demikian, bukan berarti kemiskinan (jauh dari harta,
jabatan dan kemewahan) menjadi kunci ketenangan. Akan tetapi yang
26
dimaksud adalah kita orang Islam jangan terjebak oleh fatamorgana
kemewahan dunia. Jadikanlah materi hanya sebagai target “antara”
untuk mempertahankan kelangsungan hidup mengabdi kepada Allah
Ta’ala menuju target akhir (kehidupan abadi di akhirat).
Jadi kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan memecahkan masalah serta memaknai kehidupan
dari berbagai sudut pandang, menjadikan setiap perilaku dan kegiatan
sebagai ibadah kepada Allah serta berprinsip hanya kepada-Nya.
b. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual
Menurut Zohar dan Ian Marshall dalam Muhaimin (2010:43)
seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Kemampuan berperilaku fleksibel (adaptif secara spontan dan
aktif).
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi
ditandai dengan sikap hidupnya yang yang berperilaku fleksibel
akan terlihat luwes dalam menyelesaikan permasalahannya yang
luas dan dalam. Dia menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi
apapun dengan mudah.
2) Tingkat kesadaran diri yang tinggi
Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi
ditandai dengan mengenali siapa dirinya. Kesadaran yang tinggi
27
telah menjadikanya mudah untuk mengendalikan diri dan
memahami orang lain.
3) Kemampuan menghadapi penderitaan
Seseorang yang mampu menghadapi penderitaan itu adalah
jalan menuju manusia yang berkualitas. Dia meyakini dalam
penderitaan itu masih ada orang yang lebih menderita dari pada
dirinya, dan dia akan selalu mengambil hikmah dari setiap
penderitaan itu.
4) Kemampuan menghadapi rasa takut
Rasa takut pasti pernah dialami setiap orang dalam
hidupnya, manusia kadang merasa takut kehilangan jabatanya,
hartanya, orang yang disayanginya, dan sebagainya. Namun
dengan kecerdasan spiritual rasa takut itu dapat dihadapi dengan
wajar tanpa kecurangan ataupun tindakan yang tidak terpuji.
5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai
Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual selalu
berpegang teguh dengan visi dan nilai yang diyakininya. Visi dan
nilai ini bisa bersumber dari pengalaman hidup. Visi dan nilai
membuat kehidupan menjadi berkualitas, selalu terarah kepada
kebaikan, tidak tergoyahkan ketika menghadapi cobaan, dan lebih
mudah untuk mencapai kebahagiaan.
6) Enggan menyebabkan kerugian yang tidak perlu
28
Agar keputusan yang diambil tidak merugikan diri sendiri
dan orang lain, maka orang cerdas spiritualnya akan berpikir
selektif. Dia selalu memutuskan sesuatu yang mempertimbangkan
sisi baik buruknya, sehingga menimbulkan langkah yang efektif.
7) Cenderung melihat keterkaitan berbagai hal
Berpikir holistik atau melihat keterkaitan berbagai hal,
bermanfaat untuk menghasilkan kebaikan. Berfikir holistik
membuat seseorang tampak lebih matang dan berkualitas.
Kecerendungan melihat keterkaitan berbagai hal diperlukan saat
menghadapi berbagai kejadian.
8) Pemimpin yang penuh perhatian dan tanggung jawab
Apabila kita mencari seorang pemimpin, carilah pemimpin
yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Sebab orang
yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan bias menjadi
pemimpin yang penuh pengabdian dan tanggung jawab. (Zohar
dan Marshall, 2007: 14)
3. Kecerdasan Emosional Spiritual (EQ, SQ)
a. Pengertian Emosional Spiritual
Kecerdasan emosional spiritual adalah suatu perangkat kerja
dalam hal pengembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-
nilai rukun iman dan rukun Islam yang akhirnya akan menghasilkan
manusia yang unggul dalam sektor emosi dan spiritual yang mampu
29
mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhaniah dan
jasadiyah dalam hidupnya. (Ginanjar, 2001: 25)
Menurut penulis kecerdasan emosional spiritual adalah
gabungan antara kecerdasan emosi dan spiritual berdasarkan
pemaknaan rukun iman, rukun Islam dan ihsan sehingga menciptakan
manusia yang utuh.
b. Ciri-ciri kecerdasan emosional spiritual
Ary Ginanjar (2001:276) berpendapat: hal-hal yang
berhubungan dengan kecakapan kecerdasan emosional dan spiritual,
seperti konsistensi (istiqomah), kerendahan hati (tawadu’), berusaha
dan berserah diri (tawakkal), ketulusan (keikhlasan), totalitas
(kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan
(ihsan).
1) Konsistensi (istiqomah)
Konsistensi atau istiqomah dalam terminologi akhlak
adalah perilaku teguh dalam mempertahankan keimanan dan
keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan
dan godaan. ( Ilyas, 2007:97)
Orang yang istiqomah dalam melaksanakan perintah
Allah jiwannya tidak akan terpengaruh oleh lingkungan, ujian
kehidupan baik yang bersifat menyenangkan maupun
menyedihkan. Dengan keistiqomahan itu seseorang akan tetap
30
berpegang teguh pada Allah meskipun menghadapi ujian yang
berat dan pedih. Hubunganya dengan kecerdasan emosi, orang
yang istiqomah akan dijauhkan dari kesedihan, yang negatif
yakni kesedihan yang berlarut-larut dan diliputi penyesalan
yang mendalam serta ketakutan menghadapi masa depan.
2) Kerendahan hati (tawadu’)
Kerendahan hati bukan berarti merendahkan diri
dihadapan manusia akan tetapi adalah tidak memandang diri
lebih tinggi daripada orang lain. Orang yang rendah diri
menyadari bahwa apa yang dia miliki baik berupa bentuk fisik
yang cantik maupun tampan, ilmu pengetahuan, harta
kekayaan, kedudukan dan pangkat, hanyalah karunia Allah
SWT.
3) Berusaha dan berserah diri (tawakkal)
Tawakkal artinya menyerahkan diri kepada Allah SWT
dan selalu bergantung padaNya. Tawakkal diawali dengan
usaha (ihtiyar) yang sungguh-sungguh dan maksimal.
Kemudian apa yang telah diusahakan itu, diserahkan kepada
Allah SWT.
Diantara hikmah tawakkal yaitu ketika seseorang sudah
merencanakan sesuatu dengan cermat, mengerahkan segala
tenaga, dan melaksanakan rencananya dengan penuh
31
kedisiplinan, dan menyerahkan hasilnya kepada Allah, namun
keinginanya tidak tercapai, maka itu tidak membuat dirinya
putus asa. Pada setiap proses yang akan dan telah kita lalui,
tertadap takdir atau hukum ketetapan tuhan yang bersifat pasti.
(Ginanjar, 2001: 212)
4) Ketulusan (keikhlasan)
Ikhlas berasal dari bahasa arab khalasa yang artinya
jernih, bersih, murni, tidak bercampur. Secara istilah ikhlas
berarti beramal semata-mata hanya untuk mengharap ridla
Allah SWT. (Ilyas, 2007:29). Jadi ikhlas adalah beramal
dengan sebaik-baiknya tanpa ada rasa pamrih atau mengharap
sesuatu balasan apapun selain hanya mengharap ridha dari
Allah SWT. Ikhlas membuat seseorang menjadi tangguh dalam
menghadapi semua masalah atau problem yang sedang
dihadapi serta membuat seseorang tidak lupa diri ketika
mendapat pujian dan terhindar dari sifat sombong.
Niat yang ikhlas berarti niat yang didasarkan semata-
mata hanya untuk mencari ridha Allah SWT. Prinsip mencari
ridha Allah itu membuat hati seseorang menjadi tentram dan
bahagia juga menjaga kesetabilan emosi (Ginanjar, 2001:133).
Beramal dengan sebaik-baikya sama dengan melakukan
pekerjaan secara profesional. Bekerja secara profesional berarti
32
bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan usaha atau jerih
payahnya sendiri untuk kebajikan diri sendiri juga untuk orang
lain.
5) Totalitas (kaffah)
Totalitas artinya keseluruhan. Dalam Al Qur’an
disebutkan bahwa seseorang harus masuk Islam secara
keseluruhan. Seseorang yang masuk islam secara kaffah maka
akan menjalankan ajaran agamanya secara keseluruhan baik
secara fisik maupun secara batin. Dia akan komitmen
melaksanakan ajaran islam seperti perintah mentaati rukun
iman, langsung dari Allah dan bersyahadat kepada Allah
(Ginanjar, 2001:265).
6) Integritas dan penyempurnaan (ihsan)
Integritas adalah perilaku jujur dan dapat dipercaya
(Ginanjar, 2001:129). Integritas merupakan kesamaan antara
perkataan, pikiran dan perbuatan. Orang yang memiliki
integritas dalam melakukan pekerjaan tidak membutuhkan
pujian atau tepuk tangan dari orang lain. Dia melakukanya
dengan penuh kesungguhan, ketuntasan dan bekerja dengan
hati. Ihsan menghendaki manusia untuk menyadari kehadiran
Allah dan berperilaku sebaik-baiknya (Ginanjar, 2003:17).
33
Ihsan membuat seseorang untuk berperilaku maksimal, karena
dia merasa diawasi Allah.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHl KECERDASAN
EMOSIONAL DAN SPIRITUAL (ESQ)
1. Faktor Intren
Faktor intren adalah faktor yang ada dalam diri seseorang itu
sendiri meliputi aspek fisiologis (fisik, jasmani atau pembawaan) dan
aspek psikologis (kerohanian)
a. Aspek fisiologis
Kondisi fisiologis (fisik/jasmani) dapat mempengaruhi
kepribadian, semisal, jika seseorang itu memiliki fisik yang cacat,
besar kemungkinan dia akan menjadi orang yang minder akan dirinya
sendiri, dan semua ini akan berimbas pada kepribadiannya yang
cenderung menyendiri, karena malu untuk berhubungan dan
bekerjasama dengan orang lain, sehingga berpengaruh pada
kecerdasan emosinya dan kecerdasan emosi harus di imbangi dengan
kecerdasan spiritual agar seimbang dan memiliki aspek kejiwaan serta
kerohanian. (Gunawan 2000:59)
b. Aspek psikologis
Dalam aspek psikologis, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan seseorang. Namun diantara faktor-
34
faktor psikologis ini atau lebih dikenal dengan faktor kerohanian,
cenderung dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat
dan motivasi. Semisal, seseorang memiliki kecerdasan tinggi biasanya
dia akan mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Karena
dia merasa cukup percaya diri dengan kecerdasan yang dia miliki,
sama dengan sikap, bakat, ataupun minat. Dengan sikap yang tenang,
percaya diri, optimis, pandai bersosialisasi, maka semua itu akan
mempengaruhi pada kematangan EQ seseorang. (Syah 1997:133)
2. Faktor Ekstren
Faktor ekstern berasal dari faktor lingkungan sosial yang meliputi
keluarga, sekolah dan masyarakat, dan kesemuanya itu mempengaruhi
kecerdasan emosional seseorang, jika dia hidup dalam keluarga yang
harmonis dan lingkungan masyarakat yang baik, maka akan memberikan
dampak positif bagi perkembangan emosional seseorang. Dalam ajaran
agama Islam baik kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual
yang luhur itu dapat terwujud dengan adanya akhlaq yang baik dalam diri
seseorang, jadi sebagai orang tua yang berperan sebagai pendidik pertama
bagi seorang anak maka wajib bagi mereka menanamkan akhlaq yang baik
pada anaknya.
Faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor pendidikan dan
lingkungan sosial. Dalam keluarga orang tua sangat berperan dalam
pembentukan atau perkembangan spiritual anak, begitu juga dengan faktor
35
pendidikan,. Pendidikan moral dan budi pekerti baik yang ditanamkan
kepada siswa sejak dini, mak dapat memberikan bekas dan pengaruh kuat
dalam perilaku spiritual siswa di sekolah dan kehidupan sehari-hari.
(http://berbagisolusiblogadress.blogspot.co.id/2016/03/a.html,diakses
Hari Rabu, 19 April 2017 pukul 10.00)
C. PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN ESQ
Guru agama islam yang baik adalah guru yang mengajar dengan hati,
membimbing dengan nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan
menginspirasi serta menyampaikan kebenaran dengan rasa kasih sayang, tidak
kalah pentingnya adalah hasratnya untuk mempersembahkan apapun yang dia
karyakan sebagai ibadah terhadap tuhan.
Guru adalah seorang arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak
anak didik, guru agama bertugas mempersiapkan manusia susila yang cakap
yang memiliki kepribadian yang tinggi akhlak yang baik demi anak didiknya
dan dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan
negara. Guru harus dapat melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan
melatih para siswanya. Ketiga kegiatan ini harus dapat dijadikan sebagai
kebiasaan kerja mereka. Peran guru agama tidaklah terbatas di dalam
masyarakat bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis
yang memiliki peran dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa,
semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin tercipta
36
dan terbinanya persiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia
pembangunan. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa di masa depan
tercermin dari potret diri para guru masa kini. (Siti Asdiqoh, 2013:19-20)
Sebelum penjelasan mengenai peran guru agama dalam pengembangan
ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) perlu diketahui beberapa peran
agama islam guru disekolah yaitu:
1. Peran guru agama islam dalam proses belajar mengajar
a. Guru agama islam sebagai demonstrator atau pengajar
Guru hendaknya selalu mengusai bahan materi pelajaran yang
akan diajarkan, serta senantiasa mengembangkannya, dalam arti luas
meningkatkan kemampuannya dalam ilmu pengetahuan yang
dimilikinya, karena dalam hal ini akan sangat menentukan hasil
belajar yang dicapai siswa. (Uzer Usman, 2011:9)
b. Guru agama islam sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan
aspek dari lingkuang sekolah yang perlu diorganisasikan. Tujuan
umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan
fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar
agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa
37
bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil
yang diharapkan. (Uzer Usman, 2011:10)
c. Guru agama islam sebagai mediator dan fasilitator
Sebagi mediator dan fasilitator guru hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan
karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar tetapi guru harus memiliki
pengetahuan dan ketrampilan untuk memilih dan menggunakan serta
mengusahakan media pendidikan itu dengan baik. Sedangkan sebagai
fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar
yang berguna serta dapat menunjang tercapainya tujuan dalam proses
belajar mengajar baik yang bersumber dari narasumber, buku bacaan,
majalah, atau surat kabar.
d. Guru agama islam sebagai evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dilakuakan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau
belum, dan apakah materi yang disampaikan sudah tepat. Tujuan lain
dari penilaian diataranya adalah untuk mengetahui kedudukan siswa
di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat
mengetahui prestasi yang telah di capai siswa dalam proses belajar
mengajar.
38
e. Guru agama islam sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas di tandai oleh adanya kegiatan
menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan
oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan
sesuatu. Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa
kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua
kegiatannya di bimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Akibat
dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan
menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas menujukkan bahwa apa yang akan
dilakukan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan
sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik
dari sekaranag (Mulyasa, 2008:51-52).
2. Peran guru agama islam secara pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendiri, seorang guru agama islam harus
berperan sebagai berikut:
39
a. Petugas sosial, yaitu seseorang yang harus membantu untuk
kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru
merupakan petugas yang dapat dipercaya berpartisipasi di dalamnya.
b. Pelajar dan ilmuan yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu
pengetahuan. Dengan berbagai cara seorang guru harus senantiasa
belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
c. Orang tua yaitu mewakili orang tua disekolah untuk pendidikan
anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga,
sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan
sebagi orang tua untuk siswa-siswinya.
d. Pencari teladan yaitu guru senantiasa mencarikan teladan yang baik
untuk siswa-siswinya. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma
tingkah laku.
e. Pencari keamanan yaitu guru senantiasa mencarikan rasa aman bagi
siswa-siswanya (https://fixguy.wordpress.com/peran guru/, diakses
pada hari selasa, 28 Maret 2017 pukul 12.15).
3. Peran guru agama islam secara psikologis
a. Ahli psikologi yaitu petugas psikologi dalam pendidikan yang
melaksanakan tugas-tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
b. Seniman dalam hubunganya antar manusia yaitu orang yang mampu
membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan cara
tertentu, khususnya dalam hal pendidikan.
40
c. Pembentuk kelompok atau jalan dalam pendidikan.
d. Catalytic agent yaitu orang yang memberi pengaruh dalam hal
pembaharuan atau sering disebut dengan (inovator)
e. Petugas kesehatan mental yaitu petugas yang bertanggung jawab atas
pembinaan mental, khususnya mental siswa.
(http://file.upi.edu/Direktori/FTIK/M_K_D_U/jtptiain-gdl-eny ulfatur -
3844-1-3103250_/.pdf, diakses Hari Selasa, 28/03/2017 pukul 12.00).
Keseluruhan peran tersebut sangatlah berkaitan, baik peran guru agama
islam dalam proses belajar mengajar, peran guru agama islam secara pribadi,
maupun peran guru dalam psikologis menentukan keberhasilan dalam proses
belajar mengajar. Sedangkan kualitas dan kuantitas siswa dipengaruhi oleh
hubungan dengan guru, hubungan antara siswa dengan siswa baik didalam
maupun diluar sekolah. Sebagai seorang guru agama islam harus mampu
menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk itu guru harus
terampil dalam menggunakan pengetahuan tentang bagaimana seseorang
berkomunikasi dan berinteraksi. Tujuanya agar guru agama islam dapat
menciptakan secara maksimal lingkuangan yang interaktif. Untuk mencapai
tujuan itu guru haruslah mendorong berlangsungnya tingkah laku yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang
positif dengan siswa. Dari sinilah peran guru agama dalam mengembangkan
ESQ (kecerdasan emosional dan spiritual) siswa sangat diperlukan.
41
Adapun menjadi seorang guru agama islam untuk mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) harus memiliki karakter sebagai
berikut:
1. Guru agama islam dalam menjalankan profesinya diniatkan sebagai ibadah
Mengajar jika diniatkan sebagai persembahan kepada sang maha
berilmu, yang terbesit hanyalah kerendahan hati, penghargaan kepada
sang pembelajar dan hasrat yang mengagumkan untuk memberi yang
terbaik. Mengajarkan akan menjadi lebih nikmat, mengajar menjadi lebih
menentramkan dan membahagiakan semua pihak.
2. Guru agama islam yang mengajar dengan hati
Pada dasarnya apa yang berasal dari hati akan mudah diterima pula
oleh hati. Oleh sebab seorang guru agama haruslah mampu mengajar
dengan hatinya sehinga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik
karena mudah diterima oleh siswanya. Percaya atau tidak semua
perkataan guru akan didengarkan oleh siswanya.
3. Guru agama islam sebagai orang yang membimbing dengan hati
nuraninya
Membimbing dengan hati nurani adalah mengarahkan seseorang
kearah yang positif, tanpa membuat mereka merasa diarahkan. Membantu
seseorang menyelesaikan masalahnya dengan memberi masukan.
Memberi masukan-masukan dengan cara yang arif, sehingga yang
dibantu tidak merasa diajari dan menimbulkan kesan saya lebih tahu
42
daripada kamu. Guru sudah sepatutnya memercikan cahaya kebenaran
kepada para pelajarnya, guru agama yang mampu membimbing dengan
hati dan memercikan cahaya kebenaran, maka akan membuat siswanya
melakukan sesuatu tanpa disuruh.
4. Guru agama islam sebagai orang yang mendidik dengan segenap
keikhlasan
Memang tugas menjadi guru agama sangatlah mulia, apalagi jika
seorang guru mengajar dengan ikhlas dan dengan niat serta tujuan yang
baik kepada siswanya dalam proses belajar mengajar dan memberantas
kebodohan maka semua ini akan berdampak positif bagi siswa dalam
perkembang kecerdasan anak baik IQ, EQ, dan SQ.
5. Guru agama islam sebagai pengajar yang menginspirasi dan
menyampaikan kebenaran dengan rasa kasih
Dalam menyampaikan informasi seorang guru agama harus selalu
berpijak pada kebaikan dan kebenaran, sehingga menanamkan kepada
siswa untuk bersikap, bertingkah laku dan membiasakan diri untuk
menjunjung tinggi kebenaran.
Menurut penulis singkatnya bahwa peran guru agama yang kreatif,
profesional dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara
untuk mendongkrak kualitas pembelajaran. Antara lain dengan
mengembangkan kecerdasan emosioanl dan spiritual dalm pembelajaran,
mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang, membangkitkan nafsu
43
belajar dan memecahkan masalah. Pembelajaran dapat di tingkatkan
kualitasnya dengan mengembangkan kecerdasan emosi. Melalui
kecerdasan emosi diharapkan semua unsur yang terlibat dalam pendidikan
dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungannya secara tepat
memiliki rasa percaya diri, tidak iri hati, dengki, cemas, takut, tidak
mudah marah dan tidak mudah putus asa. Kecerdasan emosional dapat
menjadikan peserta didik jujur, disiplin, membangun kekuatan dan
kesadaran diri, ulet, mendengarkan suara hati dan bertanggung jawab.
Begitu juga dengan kecerdasan spiritual sangat mempengaruhi proses
pembelajaran peserta didik dalam mengelola kecerdasan hati. Menurut
penulis kecerdasan emosional dan spiritual adalah gabungan antara
kecerdasan emosional dan spiritual berdasarkan pemaknaan rukun iman,
rukun Islam dan ihsan sehingga menciptakan manusia yang utuh. Dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual tentang peran guru
agama islam mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi dengan cara guru bagaimana menghadapi siswanya dan
guru harus mengetahui karakter siswa masing-masing agar tercapainya
ESQ yang seimbang.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah (natural setting) disebut sebagai metode kualitatif karena data
yang terkumpul dan analisinya lebih bersifat kualitatif (Sugiyono, 2001:8).
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap
apa yang sudah diteliti (Moleong, 2009:11).
Menurut S. Nasution, penelitian kualitatif di sebut juga penelitian
naturalistik. Disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang di kumpulkan
bersifat kualitatif bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat-alat
pengukur. Disebut naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat
“natural” atau wajar, sebagaimana adanya tanpa manipulasi, diatur dengan
eksperimen atau tes. Penelitian kualitatif hasilnya bersifat objektif berlaku
sesaat dan setempat kemudian pada penelitian pada umumnya dilakukan pada
penelitian sosial, sedangkan data yang dikumpulkan dinyatakan dalam bentuk
nilai relatif (Nasution,2003: 18-19).
45
Jenis penelitiannya adalah penelitian lapangan (field research) yakni
metode yang digunakan untuk memperoleh data-data melalui penyelidikan
berdasarkan objek lapangan, daerah atau lokasi guna memperoleh data yang
valid dan dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Lexy Moleong, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, gambar
dan bukan angka, yang mana data diperoleh dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Dengan penelitian kualitatif ini peneliti dapat memperoleh
data secara detail tentang hal-hal yang diteliti karena adanya hubungan
langsung dengan responden ataupun objek penelitian. Penelitian yang
dilakukan oleh peneliti bersifat peneliti kualitatif dan metode deskriptif.
Permasalahan utama yang di bahas dalam skripsi ini yaitu untuk mengetahui
peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual
pada anak di SMK N 1 Jambu, Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang
Tahun Ajaran 2016/2017.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini mengacu pada
permasalahan tersebut adalah untuk mengetahui peran guru agama dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual pada anak di SMK N 1
Jambu dan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual pada anak di SMK N 1
Jambu.
46
B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrument penelitian dalam upaya mengumpulkan data-data di
lapangan.Untuk memperoleh data yang valid yang dibutuhkan dalam
penelitian maka peniliti hadir secara langsung dilokasi penelitian. (Lexy
Moleong, 2001:17).
Peneliti bertindak sebagai pengamat penuh dalam pengumpulan data
dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di
lapangan, serta mencari informasi untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
C. Lokasi dan subyek penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian di SMKN 1 Jambu yang
beralamatkan di JL. Setro Jambu, Desa Jambu Kecamatan Jambu Kabupaten
Semarang, karena sekolah tersebut terletak sangat strategis yang memadai dan
mempunyai keunggulan terbukti dengan adanya hasil akreditasi, prestasi
lulusan dan jumlah siswa yang meningkat prestasinya.
Dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa subjek penelitian
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Subjek-subjek penelitian
tersebut adalah:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan sosok paling penting dalam penelitian
ini, karena Kepala sekolah menjadi pimpinan teratas dalam lembaga
47
pendidikan yang mana menjadi sumber data wawancara pertama untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti.
2. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru agama islam sangat penting dalam penelitian ini karena
sangat mempengaruhi materi yang sesuai dengan judul skripsi peniliti dan
sumber wawancara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
peniliti.
3. Wakil Kepala Bagian Kurikulum
Wakil kepala sekolah sangat penting peranannya, karena wakil
kepala sekolah yang menjadi sumber data untuk digali informasinya
terkait dengan manajemen kurikulum yang telah dilaksanakan.
4. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana
Bidang sarana dan prasarana yang mengatur tentang fasilitas yang
dibutuhkan dalam pembelajaran di sekolah. Peneliti akan meminta
keterangan terkait dengan segala sesuatu yang dibutuhkan sarana dan
prasarana.
D. Sumber Data
Pada tahap ini peniliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai
sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Penelitian itu
sendiri merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang
benar tentang sesuatu hal dengan menggunakan prosedur penelitian yang baik.
48
1. Data primer
Data primer menurut Suryabrata (1995:84) merupakan data
yang langsung dikumpulkan dari peneliti dari sumber pertamanya atau
sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi utama
dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di
lapangan.
Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan melakukan penggalian data dari peran guru agama dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual pada siswa di
SMK N 1 Jambu dengan mencari keterangan orang yang terlibat secara
langsung terutama kepala sekolah, guru agama dan siswa, sebagai
sumber untuk menggali informasi terkait fokus penelitian. Untuk
mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang dapat didapat atau
diperoleh secara tidak langsung, data sekunder mencangkup data yang
diperoleh dari arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan dari data
sekolah.
Hal ini dilakukan karena data yang digali harus valid sehingga
peniliti harus melakukan pengamatan secara langsung dan
mengobservasi di lapangan yang menghasilkan data yang lengkap dan
dapat di pertanggung jawabkan. Peniliti menggunakan data sekunder
49
untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah di
kumpulkan melalui wawancara langsung. (Suryabrata 1995:84)
E. Teknik pengumpulan data
Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan data
adalah dengan metode interview atau wawancara, dokumentasi, dan metode
komparasi.
1. Interview atau wawancara
Yaitu metode yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui tentang hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondenya sedikit atau kecil. (Sugiyono, 2011:137).
Dalam metode ini peneliti ingin mengadakan wawancara
langsung dengan guru, dalam hal ini guru yang menangani masalah
kesiswaan, waka sarana dan prasarana, siswa dan juga kepala sekolah.
Penelitian ini menggunakan interview bentuk terbuka sehingga dapat
diperoleh data yang luas dan mendalam mengenai bagaimana peran
guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual di
SMKN 1 Jambu.
Penggunaan metode interview dalam penelitian ini untuk
mengetahui lebih jauh bagaimana perencanaan pembelajaran untuk
50
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ). Peran
guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa
di SMKN 1 Jambu dan usaha-usaha yang dilakukan serta hambatan-
hambatan lembaga tersebut dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ).
2. Observasi
Observasi merupakan metode dengan jalan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
diselidiki (Hadi, 1986:136).
Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan
langsung untuk mengetahui peran guru agama dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) yang meliputi kesadaran diri,
pengaturan diri, empati, keterampilan sosial dan mempunyai prinsip
hidup yang kuat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan atau peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang (Sugiyono, 2011:240). Metode ini
digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan objek
penelitian serta memberikan gambaran secara umum tentang objek
penelitian.
51
Adapun sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari kepala
sekolah, guru, siswa, dokumen atau arsip sekolah dan pihak-pihak lain yang
dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan menggunakan
kriteria kredibilitas. Hal ini di maksudkan bahwa data-data yang dikumpulkan
sesuai dengan latar belakang.
1. Perpanjangan keikutsertaan
Jadi peneliti memperpanjang waktu penelitian di lapangan
sampai pengumpulan data tercapai. Karena menurut penulis bahwa
instrument dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Maka
keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data,
waktunya pun tidak singkat, akan tetapi ada perpanjangan
keikutsertaan pada latar penelitian.
2. Triangulasi
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Triangulasi dengan sumber bearti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
52
Dengan teknik ini, peneliti dapat me-recheck temuannya
dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode,
atau teori dengan cara:
a. Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan
b. Mengeceknya dengan berbagai sumber data
c. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan
data dapat dilakukan
3. Ketentuan/keajegan pengamatan
Dalam hal ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Dalam teknik ini menuntut peneliti agar mampu
menguraikan secara rinci bagaimana dapat melakukan pengamatan
secara detail dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
4. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan rekan
sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang sama tentang apa
yang sedang diteliti, untuk membantu peneliti mempertajam analisis
penelitian. (Moleong, 2009:330)
53
G. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Tahapan pra lapangan
a) Mengajukan judul penelitian
b) Menyusun proposal penelitian
c) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
2. Tahap pekerja lapangan
a) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
b) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
c) Pencatatan data yang telah di kumpulkan
3. Tahap analisis
a) Penemuan hal-hal penting dari proses penelitian
b) Pengecekan kembali keabsahan data yang di peroleh peneliti
4. Tahap penulisan laporan
a) Penulisan hasil skripsi
b) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
c) Berbaikan hasil konsultasi
d) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
e) Ujian munaqosah skripsi
54
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum Desa Jambu Kecamatan Jambu dan SMK Negeri 1
Jambu
1. Letak Geografis
Kecamatan jambu merupakan suatu kecamatan yang berada di
Kabupaten semarang, terdiri dari 1 Kelurahan 9 desa. Diantaranya 1
Kelurahan Gondoriyo 9 Desa diantaranya Jambu, Brongkol, Kelurahan,
Bedono, Gemawang, Rejosari, Genting, Kebondalem dan Kuwarasan.
Luas Kecamatan Jambu yaitu 334.99 Ha dengan jumlah penduduk
sebanyak 40.010 jiwa yang terdiri dari 19.989 laki-laki dan 20.021
perempuan serta dipimpin oleh Bapak Moh Edi Sukarno S.STP. Di desa
Jambu terdapat lembaga pendidikan 10 Paud, 22 RA/TK, 30 SD/MI, 6
SMP NEGERI dan 2 SMA/SMK.
Desa jambu salah satu desa di Kecamatan Jambu, desa ini dilewati
oleh jalan arteri Semarang-Jogja yang menyebabkan desa ini ramai. Akses
menuju Desa Jambu dapat di tempuh kurang lebih 1 jam dari kota
Semarang. Desa Jambu sendiri dilewati oleh kendaraan umum berupa bus
Semarang-Jogja dan angkutan umum Jambu-Ambarawa. Oleh sebab itu,
akses menuju Desa Jambu sangat mudah. Kecamatan Jambu berada di
pegunungan mempunyai karakter jalan raya berkelok-kelok seperti
55
layaknya sebuah pegunungan, rata-rata penduduk yang tinggal di
Kecamatan Jambu merupakan petani. Fasilitas pendidikan yang ada Di
Kecamatan Jambu adalah SD sampai SMK baik negeri maupun swasta.
Jumlah rukun warga (RW) yang berada di Desa Jambu berjumlah 5 RW
yaitu Jambu Lor, Jambu Kidul, Jambu Kulon, Dedor Ngisrep, dan Klepon
Poncol dengan jumlah RT 27. Jumlah rukun tetangga atau RT di Desa
Jambu terbanyak pada RW 3 atau Dusun Jambu Kulon berjumlah 8 RT.
Sedangkan jumlah RT paling sedikit terletak pada Dusun Dedor Ngisrep
dan Klepon Poncol yang masing-masing memiliki 4 RT. Ruang lingkup
wilayah Desa Jambu yang merupakan bagian dari Kecamatan Jambu.
Desa Jambu memiliki wilayah administrasi seluas 3,76 km². Yang terdiri
dari 5 RW dan 27 RT. Berikut merupakan batas administrasi Desa Jambu:
Utara : Kelurahan Gondoriyo
Selatan : Desa Kelurahan dan Desa Brongkol
Barat : Desa Kuwarasan
Timur : Kecamatan Ambarawa
Luas Wilayah desa jambu 335 Ha terdiri dari pemukiman 60 Ha,
Sawah 180 Ha, Tegal 85 Ha, Lain-Lain 10 Ha, jumlah penduduk desa
jambu terdiri dari 5024 Jiwa, 2509 Laki-laki 2515 Perempuan. Sedangkan
mata pencaharian desa jambu rata-rata adalah petani dan buruh tani dan
produk keunggulan desa jambu yaitu padi karena mayoritas desa jambu
semua pekerja petani.
56
2. Profil Sekolah SMK Negeri 1 Jambu dan waktu penelitian
Waktu penelitian :03 Mei-11 Juni 2017
Tempat penelitian : SMK Negeri 1 Jambu
a. Sejarah Sekolah
SMK Negeri 1 Jambu terletak di Jalan Setro-Jambu
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Dilihat dari segi lingkungan
belajar, SMK Negeri 1 Jambu terletak di kawasan pedesaan yang
jauh dari keramaian. Kondisi lingkungan sekitar yang sejuk serta sepi
menjadikan suasana belajar mengajar di kelas menjadi nyaman.
Sehingga proses transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik
dapat dilakukan secara optimal. Untuk mengembangkan sekolah,
SMK Negeri 1 Jambu mempunyai luas lahan yang memadai. Dengan
keadaan yang demikian, akan mudah bagi SMK Negeri 1 Jambu
untuk membangun sarana untuk menunjang kegiatan sekolah. Lahan
yang rata serta kondisi tanah yang baik, sedikit banyak membantu
untuk mengembangkan sekolah. Salah satu yang menghambat
perkembangan SMK Negeri 1 Jambu adalah letak sekolah yang jauh
dari pusat Pemerintah Daerah dan Dinas terkait lain, serta dari ruas
jalan raya berjarak ± 1 Km.
Dengan keadaan yang demikian, akses menuju sekolah bagi
peserta didik khususnya sedikit menjadi masalah. Selain itu, untuk
mengurus berbagai keperluan, misalnya keperluan yang berhubungan
57
dengan instansi lain keadaan yang demikian tentunya akan menjadi
masalah tersendiri. Tanpa mengesampingkan kelemahan yang ada di
sekolah ini, sekolah ini tergolong sekolah yang mempunyai tekad
yang kuat untuk maju dan berkembang. Kenyataan yang terjadi di
lapangan pun mengindikasikan hal tersebut. Hal ini didasarkan dari
jumlah peminat / pendaftar dari sekolah sekitar yang cukup tinggi
serta kuatnya semangat dari segenap warga sekolah.
Selain itu, kesadaran peserta didik dan orang tua serta seluruh
elemen masyarakat sekitar juga mempunyai nilai lebih untuk
mendukung sekolah kemajuan sekolah. Karena tanpa bantuan serta
dukungan dari masyarakat sekitar mustahil sebuah institusi dapat
berkembang menjadi institusi unggulan. Yang terakhir sebagai acuan
untuk menjadikan sekolah ini berkembang adalah peluang untuk
penambahan dan pembenahan sarana dan prasarana cukup besar.
Hal ini didorong dengan luasnya lahan yang masih tersedia,
serta melihat kondisi serta minat masyarakat yang cukup besar untuk
ikut mengembangkan sekolah ini. Setiap institusi, baik institusi
pendidikan maupun institusi yang lain tentunya mempunyai halangan
atau ancaman untuk maju. Pun dengan SMK Negeri 1 Jambu, ada
sedikit ancaman untuk memajukan sekolah ini terutama yang
berkaitan dengan keadaan geografis sekolah serta yang berkaitan
58
dengan cuaca yang tidak diimbangi dengan pembangunan sarana
untuk mengatasi maslah tersebut.
SMK Negeri Jambu adalah sekolah kejuruan dengan beberapa
program keahlian yaitu jurusan Teknik Kendaraan Ringan, Teknik
Perbaikan Bodi Otomotif, Teknik Permesinan, jurusan Tata Busana
dan Tata Boga. Berdiri dan mulai beroperasi sejak tanggal 3 Juli
2007, sekolah ini memiliki fasilitas yang mendukung untuk sarana
kegiatan belajar mengajar yaitu bangunan gedung yang masih baru,
peralatan praktek dan tenaga pengajar yang handal. Terletak di
lokasi yang sangat strategis, sejuk dan asri dengan pemandangan
gunung dan persawahan sehingga sangat nyaman untuk kegiatan
belajar mengajar.
Tahun Berdiri:
Didirikan dengan Surat Keputusan (SK) Bupati Kabupaten Semarang
dengan Nomor: 420/0466/2007 tentang Pen dirian Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Jambu pada tanggal 29 Agustus
2007.
Lokasi Sekolah:
Lokasi Sekolah berada di Jl. Setro – Jambu, Desa Jambu, Kecamatan
Jambu, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
Pendiri:
59
Tim Pendiri SMK Negeri Jambu ditetapkan dengan Surat Keputusan
(SK) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang Nomor
800/1135 tentang Penunjukan Tim Pendiri USB-SMK Negeri Jambu
Kabupaten Semarang tanggal 4 Juni 2007 dengan susunan sebagai
berikut:
Ketua Tim : Jumeri, S.TP, M.Si.
Sekretaris : Fitri Rangga Panatas, S.Pd.
Bendahara : Sutanto, S.Pd.
Ketua Unit Pendidikan : Setyono, SP.
Ketua Unit Pelaksana Pendidikan : Rusmiyarto, S.Pd.
b. Identitas Sekolah
1) NSS / NDS : 401032208012
2) Nomor Pokok Sekolah Nasional : 20339165
3) Nama Sekolah : SMK NEGERI 1 JAMBU
4) Status : Negeri
5) PBM : Pagi
6) Alamat Sekolah
Jalan : Jl. Setro-Jambu
RT / RW : 02 / 02
Kelurahan : Jambu
Kecamatan : Jambu
Kabupaten : Semarang
60
Provinsi : Jawa Tengah
Kode Pos : 50663
Nomor Telepon : (0298) 5990001
Nomor Faximile : (0298) 5990002
Email : [email protected]
Website : Http://smkn1jambu.sch.id
7) Surat Keputusan Pendirian Sekolah:
Tahun Pendirian : 2007
Nomor SK : 420/0466/2007
Tanggal SK : 29 Agustus 2007
Institusi yang mengeluarkan : Bupati KD Tk. II Kab.
Semarang
Tabel 4.1
IDENTITAS KEPALA SEKOLAH DAN WAKA SEKOLAH
BIDANG HUMNAS
1 Nama Sekolah SMK Negeri 1 Jambu
2 Identitas Kepala
Sekolah
2.1. Nama
2.2. NIP
2.3. Golongan/Ruang
2.4. Jabatan
Setiyono, S.P., M.Pd.
19610711 198403 1 005
Pembina / IV a
Kepala SMK Negeri 1 Jambu, Kab.
3 Alamat Kantor
3.1. Alamat
Jl. Setro-Jambu Rt 02 Rw 02 Jambu
Kec. Jambu Kab. Semarang, Pos
61
3.2. Telepon
3.3. Fax
3.4. Website
3.5. e-mail
50663
(0298) 7103105
(0298) 7103105
smkn1jambu.sch.id
4 Contact Person
5.1 Nama
5.2 Jabatan
5.3 No HP
5.4 e-mail
Hendro Ciptono, S.Pd.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas
081326714787
3. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Jambu
a. Visi Sekolah
1) Visi
Menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Teknologi
Informasi Berstandar Nasional berwawasan Globlal
2) Kompetensi keahlian
Menjadi kompetensi keahlian unggulan yang menghasilkan
tamatan berkualitas serta melahirkan teknisi teknik mekanik
otomotif yang kompeten dan mandiri melalui pengembangan
IPTEK dan IMTAQ yang mampu berkompetisi di tingkat
nasional dan internasional
b. Misi Sekolah
1) Misi
a) Melaksanakan pendidikan memenuhi Standar Nasional
Pendidikan berbasis Teknologi Informasi untuk
62
menghasilkan tenaga kerja yang profesional untuk
memenuhi kebutuhan industrialisasi khususnya dan
tuntutan pembangunan pada umumnya.
b) Membekali peserta didik dengan kemampuan untuk
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.
c) Mendidik lulusan yang berbudi luhur, menguasai IPTEK,
berjiwa wirausaha dan mampu bersaing di era global.
2) Misi Kompetensi Keahlian
a) Melaksanakan layanan prima terhadap peserta didik
kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan dalam semua
aspek sarana dan prasarana untuk menghasilkan tenaga
kerja yang kompeten dan mandiri.
b) Meningkatkan kualitas tamatan yang sesuai dengan
Standar Kompetensi Nasional (SKN) dalam menghadapi
era globalisasi.
c) Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui
penerapan IPTEK dan IMTAQ.
d) Melaksanakan KBM dan kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan minat dan bakat peserta didik dalam
meraih prestasi.
c. Keunggulan dan Kelemahan SMK N 1 Jambu
1) Keunggulan Sekolah
63
SMK Negeri 1 Jambu adalah sekolah kejuruan berbasis
kompetensi yang didukung tenaga muda potensial dan beretos
kerja tinggi. Hal tersebut berpegaruh pada adanya semangat
juang serta kedisiplinan yang tinggi untuk melangkah maju
demi mewujudkan sekolah unggulan di Kab. Semarang.
Dilihat dari segi lingkungan belajar, SMK Negeri 1
Jambu terletak di kawasan pedesaan yang jauh dari keramaian.
Kondisi lingkungan sekitar yang sejuk serta sepi menjadikan
suasana belajar mengajar di kelas menjadi nyaman sehingga
proses transfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik dapat
dilakukan secara optimal.
Untuk mengembangkan sekolah, SMK Negeri 1 Jambu
mempunyai luas lahan yang memadai. Dengan keadaan yang
demikian akan mudah bagi SMK Negeri 1 Jambu untuk
membangun sarana untuk menunjang kegiatan sekolah. Lahan
yang rata serta kondisi tanah yang baik, sedikit banyak
membantu untuk mengembangkan sekolah.
2) Kelemahan Sekolah
Salah satu yang menghambat perkembangan SMK
Negeri 1 Jambu adalah letak sekolah yang jauh dari pusat
Pemerintah Daerah dan Dinas terkait lain, serta dari ruas jalan
raya berjarak ± 1 Km. Dengan keadaan yang demikian, akses
64
menuju sekolah bagi siswa khususnya sedikit menjadi masalah.
Selain itu, untuk mengurus berbagai keperluan, misalnya
keperluan yang berhubungan dengan instansi lain keadaan yang
demikian tentunya akan menjadi masalah tersendiri.
Dari segi sarana dan prasarana, sekolah ini masih
mempunyai kekurangan terutama masalah bangunan ruang
bengkel serta peralatan untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar. Perbandingan antara jumlah siswa dengan sarana
yang ada menjadi sebab utamanya. Untuk itu diperlukan
pembangunan fisik berupa bangunan serta penambahan alat dan
bahan praktik serta alat penunjang lainnya agar masalah ini
segera dapat diatasi.
Masalah lain yang dihadapi sekolah ini adalah berkaitan
dengan keamanan yaitu belum sempurnanya pagar yang
berfungsi menutup akses keluar masuk dari lingkungan
sekolah. Padahal keamanan merupakan aspek penting dari
setiap sekolah, karena akan berkaiatan langsung dengan seluruh
komponen dan properti sekolah.
Keadaan geografis sekolah dapat menjadi sebuah
keunggulan maupun bisa menjadi ancaman jika tidak diimbangi
pembagunan sarana yang mendukung. Letak sekolah yang
berada di lingkungan persawahan membuat kondisi tanah yang
65
labil. Hal ini akan juga dipengaruhi kondisi cuaca. Cuaca yang
sering berubah sewaktu-waktu membuat kondisi sekolah
menjadi sulit untuk diprediksi. Apalagi pada saat musim
penghujan, letak sekolah yang berada di lingkungan
persawahan menjadikan jalan dan tanah menjadi basah dan
becek. Melihat kondisi yang demikian tentunya diperlukan
pembagunan sarana untuk mengatasi keadaan tersebut.
Kekurangan lain yang berkaitan dengan kemajuan
sekolah datang dari masyarakat sekitar. Memang tidak bisa
dipungkiri, masyarakat sekitar mempunyai andil besar untuk
kemajuan sekolah. Seringkali kondisi tersebut tidak
dipengaruhi kemampuan serta kesadaran warga akan
pentingnya kondisi siswa yang masuk ke sekolah. Masyarakat
lokal terkadang ingin diutamakan untuk masuk sebagai siswa
dan mengusulkan beragam keringanan dalam hal administrasi
keuangan di sekolah.
Hal ini menjadi ancaman tersendiri bagi sekolah jika
siswa-siswa khususnya dari masyarakat sekitar mempunyai
performance kurang dari standar yang ditetapkan dan
menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan pihak sekolah.
66
d. Kompetensi Keahlian
1) Kompetensi Keahlian : TEKNIK KENDARAAN
RINGAN
Nomor SK Pembukaan Jurusan : 421.3/1352
Tanggal SK : 26 Juni 2007
Nomor Akreditasi Sekolah : 004318
Tanggal : 9 November 2010
2) Kompetensi Keahlian : BUSANA BUTIK
Nomor SK Pembukaan Jurusan : 421.3/1352
Tanggal SK : 26 Juni 2007
Nomor Akreditasi Sekolah : 004317
Tanggal : 9 November 2010
3) Kompetensi Keahlian : TEKNIK PEMESINAN
Nomor SK Pembukaan Jurusan : 421.3/1410
Tanggal SK : 28 Juni 2011
Nomor Akreditasi Sekolah : 004316
Tanggal : 9 November 2010
4) Kompetensi Keahlian : TEKNIK PERBAIKAN BODI
TOMOTIF
Nomor SK Pembukaan Jurusan : 421.3/2266.A/2014
Tanggal SK : 18 September 2014
5) Kompetensi Keahlian : JASA BOGA
67
Nomor SK Pembukaan Jurusan : 421.3/2266.B/2014
Tanggal SK : 18 September 2014
e. Data Sekolah
Tabel 4.2
Rombongan Belajar /Kelas SMK N 1 Jambu
Jumlah Rombongan Belajar
Tahun Pelajaran BB TKR TP TPBO JB Jumlah
2014/2015 6 12 6 Belum dibuka 24
2015/2016 6 12 7 1 2 28
2016/2017 6 12 8 2 4 32
Tabel 4.3
Peserta Didik SMK N 1 Jambu
Jumlah Peserta Didik
Tahun Pelajaran BB TKR TP TPBO JB Jumlah
2014/2015 208 382 210 belum dibuka 800
2015/2016 208 374 226 38 42 888
2016/2017 202 368 271 67 96 1004
Tabel 4.4
Animo Calon Peserta Didik Baru SMK N 1 Jambu
Tahun Pelajaran BB KR TP TPBO JB JUMLAH
P D P D P D P D P D P D
2014/2015 120 70 198 14
4
13
2 72
belum
dibuka
belum
dibuka 450 186
68
2015/2016 102 72 170 12
0
14
8
11
2 61 38 77
4
2 558 384
2016/2017 106 72 184 12
8
16
0
10
0 62 32 78
5
5 594 387
P : Pendaftar D : Diterima
Tabel 4.5
Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMK N 1 Jambu
Tahun
Pelajaran
Pegawai Negeri
Sipil
Guru Tidak
tetap
Tenaga
Kependidikan Jumlah
2014/2015 30 19 17 66
2015/2016 33 21 17 71
2016/2017 33 26 17 76
Tabel 4.6
Data Pemasaran Tamatan SMK N 1 Jambu
Tahun
Pelajaran BB TKR TP TPBO JB Rata-rata
2014/2015 98% 82% 61% Belum dibuka 80,33%
2015/2016 96% 75% 89% Belum meluluskan 86,67%
2016/2017 80%* 40%* 50%* Belum meluluskan 56,56%*
*: data 3 bulan setelah kelulusan
Tabel 4.7
Prestasi Sekolah SMK N 1 Jambu
Tahun Tingkat
Kabupaten
Tingkat
Provinsi
Tingkat
Nasional Jumlah
2014/2015 6 4 2 12
2015/2016 6 2 1 9
2016/2017 8 5 3 16
69
4. Tujuan Sekolah SMK Negeri 1 Jambu
a. Tujuan Sekolah
1) Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan
berakhlak mulia sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang
kompeten sesuai program keahlian pilihannya
2) Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu
beradaptasi dilingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu
menghadapi perubahan yang terjadi di masyarakat.
3) Membekali peserta didik sikap profesional untuk
mengembangkan diri dan mampu berkompetisi di tingkat
nasional, regional dan internasional.
b. Tujuan Kompetensi Keahlian
1) Teknik Kendaraan Ringan
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.
b) Mengajarkan peserta didik agar menjadi warga Negara yang
bertanggungjawab.
c) Melatih peserta didik agar dapat menerapkan pola hidup
sehat, memiliki wawasan, pengetahuan dan seni.
d) Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan
dan sikap agar kompeten dalam :
(1) Perawatan dan perbaikan motor otomotif.
70
(2) Perawatan dan perbaikan system pemindah tenaga.
(3) Perawatan dan perbaikan chasis dan suspensi Otomotif
(4) Perawatan dan perbaikan sistem kelistrikan otomotif.
e) Melatih peserta didik agar mampu memilih karier,
berkompetisi dan memngembangkan sikap professional
dalam kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan.
f) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk melanjutkan pendidikan.
2) Teknik Permesinan
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.
b) Mengajarkan peserta didik agar menjadi warga Negara yang
bertanggungjawab.
c) Melatih peserta didik agar dapat menerapkan pola hidup
sehat, memiliki wawasan, pengetahuan dan seni.
d) Membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan
dan sikap agar kompeten dalam :
(1) Teknik Pemesinan Bubut
(2) Teknik Pemesinan Frais
(3) Teknik Pemesinan Gerinda
(4) Teknik Pemesinan CNC
(5) Teknik Pengelasan
71
e) Melatih peserta didik agar mampu memilih karier,
berkompetisi dan memngembangkan sikap professional
dalam kompetensi keahlian teknik kendaraan ringan.
f) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk melanjutkan pendidikan.
3) Busana Butik
a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.
b) Mengajarkan peserta didik agar menjadi warga Negara yang
bertanggungjawab.
c) Melatih peserta didik agar dapat menerapkan pola hidup
sehat, memiliki wawasan, pengetahuan dan seni.
d) Membekali peserta didik dengan ketrampilan, pengetahuan
dan sikap agar kompeten sebagai:
(1) Operator jahit
(2) Operator potong
(3) Operator pola
e) Melatih peserta didik agar mampu memilih karier,
berkompetisi dan memngembangkan sikap professional
dalam kompetensi keahlian busana butik.
f) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan untuk melanjutkan pendidikan.
72
4) Teknik Perbaikan Bodi Otomotif
Secara khusus tujuan Program Keahlian Teknik Perbaikan
Bodi Otomotif adalah membekali peserta didik dengan
keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten:
a) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bodi otomotif secara
mandiri atau kelompok.
b) Mengembangkan pelayanan sebagai teknisi bodi otomotif
yang ada di dunia usaha dan dunia industri.
c) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bodi otomotif yang
profesional dalam bidang las, ketok pada kendaraan.
d) Melakukan pekerjaan sebagai teknisi bodi otomotif yang
profesional dalam bidang pengecatan kendaraan.
5) Jasa Boga
Tujuan kompetensi keahlian jasa boga adalah membekali
peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar
kompeten dalam hal-hal berikut :
a) Mengolah dan menyajikan makanan continental yang terdiri
dari makanan pembuka, makanan utama dan makanan
penutup.
b) Mengolah dan menyajikan makanan Indonesia dan oriental
yang terdiri dari makanan pembuka, makanan pokok, lauk
pauk dan makanan pokok.
73
c) Melayani makan dan minum baik di restoran maupun di
ruang tamu, serta meja makan dan meja prasmanan.
d) Mengolah dan menyajikan aneka minuman non alkohol.
e) Mengorganisasi pelayanan makanan dan minuman di
restoran.
f) Melakukan perencanaan hidangan harian untuk meningkatkan
kesehatan.
g) Melakukan pengolahan makanan untuk kesempatan khusus.
h) Melakukan pengolahan usaha jasa boga.
B. Hasil Temuan Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumya bahwa guru yang baik
adalah guru yang mengajar dengan hati nuraninya, membimbing dengan hati
nuraninya, mendidik dengan keikhlasan dan menginspirasi serta
menyampaikan kebenaran dengan rasa kaih sayang, tidak kalah pentingnya
adalah hasrat untuk mempersembahkan apa yang dia karyakan sebagai ibadah
terhadap Tuhanya. Guru agama islam memiliki peran penting dalam hal
mewujudkan pencapaian pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas
disekolah. Agar pencapaian kualitas pendidikan dan pembelajaran dapat
berjalan secara optimal perlu diupayakan bagaimana mengembangkan diri
peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yang
stabil. Melalui kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) diharapkan semua
74
unsur yang terlibat dalam pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri
dan lingkungan secara tepat, memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak iri
hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak mudah putus asa dan tidak mudah
marah, sehingga menjadi manusia yang berkualitas dalam iman, ilmu dan
pengetahuan serta berakhlaq mulia. Sesuai dengan hasil observasi,
wawancara, serta dokumentasi di lokasi penelitian yaitu di SMK Negeri 1
Jambu peneliti mendapatkan beberapa hal.
Adapun pertanyaan wawancara yang diajukan kepada kepala sekolah,
guru PAI, Wakil Kepala Bagian Kurikulum dan Kepala Bidang Sarana
Prasarana tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual pada anak di SMK N 1 Jambu, sebagai berikut:
1. Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK N 1 Jambu
Dari penjabaran di atas, dapat diketahui bahwa data wawancara
maupun studi dokumen saling berkaitan. Fokus dari penelitian ini yaitu
membahas tentang peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan
ESQ nya pada anak di SMK N 1 Jambu. Selaku Kepala Sekolah ketika
diwawancarai tentang pengertian kecerdasan emosional dan spiritual pada
hari Rabu 31 Mei 2017 berikut:
“Kecerdasan kemampuan seseorang untuk mengendalikan
emosinya ataupun juga emosi orang di sekitarnya untuk hal yang
lebih positif dan berkenaan dengan jiwa atau spiritual yang
bersangkutan untuk bisa mengelola dirinya sendiri untuk lebih
bisa ke hal-hal yang lebih positif.”
75
Adapun peran guru agama islam bagi siswa dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritualnya di SMK Negeri
1 Jambu sangat penting dan mempengaruhi karakteristik siswa. Seperti
hasil wawancara dengan Kepala Sekolah pada hari Rabu 31 Mei 2017
berikut:
“Sangat dibutuhkan peran guru agama islam karena pada sisi
penumbuhan budi pekerti untuk berkenaan dengan pengelolaan
emosi siswa dan juga kebutuhan sikap spiritualnya serta nilai-
nilai keagamaan menjadi inspirasi utama guru agama, termasuk di
dalam emosional dan spiritualnya menyangkut akhlak akhlak
siswa tersebut demi keberhasilannya di bidang agama, sebagai
contoh guru agama mengharuskan kepada siswa untuk shalat
dhuhur berjamaah bagi siswa laki-laki maupun perempuan yang
tidak berhalangan serta shalat jum’at dan guru hanya membimbing
dan mengabsen siswanya dan membiasakan siswa untuk membaca
asmaul husna setiap hari atau tadarus Al-Qur’an sebelum pelajaran
dimulai. Begitu pula dengan seluruh guru dan karyawan
diwajibkan untuk memberikan contoh keteladanan seperti kami
juga ikut aktif dalam kegiatan shalat dhuhur berjama’ah. Dan juga
guru agama melakukan perannya secara total selain itu guru juga
tidak hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga melakukan perannya
dengan membantu siswa menyelesaikan masalahnya.”
Siswa diwajibkan mengerjakan shalat dzuhur berjamaah dan shalat
jum’at diharapkan mampu membantu siswa untuk lebih beristiqomah
dalam menjalankan ibadahnya di manapun mereka berada. Guru agama
juga mengajarkan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan
positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta
mengajarkan kepada siswa ikhlas dalam beramal. Dan juga guru agama
76
menanamkan nilai-nilai moral dan agama melalui kegiatan belajar
mengajar serta member contoh melalui sikap dan perilaku guru.
Menjadi guru agama harus mempunyai program dan konsep
tersendiri agar menjadikan peserta didik yang memiliki jiwa yang tinggi.
Seperti hasil wawancara dengan Kepala Sekolah mengenai program dan
konsep guru agama di SMK N 1 Jambu hari Rabu 31 Mei 2017 sebagai
berikut:
“Program guru menanamkan nilai nilai spiritual sebelum
pembelajaran, mengajak siswa menghafal ayat alqur’an berdoa
bersama awal dan akhir pembelajaran, sholat dhuhur berjamaah,
jumat pagi berkah kemudian dengan kegiatan-kegiatan yang
berkenaan memperingati hari besar agama dan muatan-muatan
kurikulum yang hidden atau tidak kelihatan kita tanamkan nilai-
nilai ESQ kita kaitkan dengan pelajaran. Kemudian Konsepnya
pengajaran siswa BTQ (Baca Tulis Alquran) kegiatan rohis rohani
islam diwajibkan terhadap semua siswa dengan harapan siswa bisa
mengetahui pelajaran agama lebih dalam lagi. Sebagai seorang
guru harus mengajarkan kepada siswa untuk bertutur kata dengan
sopan, mengucapkan salam ketika bertemu serta berjabat tangan
ketika berjumpa dan guru melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran baik secara fisik, materi maupun emosional.”
Melihat hal ini konsep seorang Guru Agama yang telah dilakukan
adalah mengajarkan kepada siswa untuk saling menghargai dan
menghormati satu sama lain tidak memandang diri lebih tinggi dari pada
orang lain.
Kecerdasan emosional dan spiritual sangat mempengaruhi
karakteristik siswa baik dari luar maupun dalam bisa dilihat dari sikap
dan kemampuannya. Adapun hasil wawancara dengan Bapak (S) selaku
77
Kepala Sekolah hari Rabu 31 Mei 2017 dengan pertanyaan bagaimanakah
ESQ siswa di SMK N 1 Jambu ini jawaban beliau, berikut:
“Relatif bagus,baik anak-anak masih terkendali dari sisi emosional
dan spiritualnya terlihat dari minimnya kenakalan-kenakalan anak
walaupun ada satu dua anak yang kurang baik di pandang secara
umum siswa sudah baik di lihat dari karakteristik anak, secara
umum emosional sudah bisa dikendalikan secara kecerdasan
spiritual ada perkembangan dari tahun ke tahun termasuk dari
kegiatan kegiatan agama dan prestasinya.”
Demi tercapainya tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan
sekolah/madrasah tentunya ada faktor yang mendukung dan ada faktor
penghambat. Faktor merupakan pengaruh penting dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual. Seperti pernyataan
Bapak (S) di SMK Negeri 1 Jambu selaku Kepala Sekolah ketika di
wawancarai pada hari Rabu 31 Mei 2017 berikut:
“Faktor penghambat mungkin dari sisi anak kesiapan anak dari
rumah untuk memulai pembelajaran, faktor pengarahan dari orang
tua yang dibutuhkan terhadap anak perhatian dalam menyikapi
anak ketika anak belajar dan faktor lingkungan bisa di lihat dari
teman pergaulan yang baik dan dalam masalah kecerdasan
emosional dan spiritual masih ada sebagian siswa yang belum
mampu mengkontrol emosinya, mengeluarkan kata-kata jelek,
membuat perilaku yang kurang baik, serta kurangnya motivasi
orang tua dan lingkungan bermain di luar sekolah. Sedangkan
faktor pendukung alhamdulillah.. untuk fasilitas atau sarana dan
prasarana di SMK Negeri 1 Jambu kami sudah mendukung,
seperti masjid yang cukup luas dan berada di lingkungan sekolah,
Al Qur’an dan alat-alat ibadah serta peralatan lain seperti:
kesenian dan pramuka. Suasana yang tenang karena jauh dari
keramaian. Lingkungan masyarakat yang aman, tentram dan
damai dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual
siswa,, untuk sarana dan prasarana juga sudah cukup mendukung,
78
sedangkan dari siswa sendiri juga memiliki antusias yang tinggi
dalam kegiatan belajar mengajar.”
Sarana dan Prasarana yang mendukung serta antusiasme dari
siswa menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual siswa. Faktor yang mendukung pengembangan
kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) di SMK Negeri 1Jambu adalah
lingkungan yang kondusif, nyaman dan tentram, serta dukungan dari guru
untuk selalu memperhatikan perkembangan perilaku dan karakter siswa.
Faktor penghambatnya perkembangan kecerdasan emosional dan
spiritual siswa adalah kurang adanya motivasi pendidikan di luar
lingkungan sekolah.
Kurikulum merupakan segala rencana pelaksanaan pendidikan
yang dijadikan pedoman di suatu lembaga sekolah/madrasah. Kurikulum
yang diterapkan di SMK Negeri 1 Jambu adalah sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan pemerintah yaitu menggunakan 2 kurikulum yaitu
kurikulum yang lama KTSP 2006 dan kurikulum K-13. Seperti pernyataan
Bapak (S) selaku Kepala Sekolah ketika di wawancarai pada hari Rabu 31
Mei 2017 berikut:
“Ada dua macam kurikulum yaitu KTSP 2006 dan kurikulum K-
13 alasanya karena bertahap tidak bisa serempak sesuai dengan
tingkatan anak berupa pelaksanannya tidak serempak sekaligus
kemarin kelas 10 K-13 yang kelas 11 12 masih KTSP, kemudian
tahun depan K-13 kelas 11 di tambah kelas 10 yang KTSP kelas
12 jadi menyesuaikan dari tingkatan siswa.”
79
Pelajaran tambahan bagi siswa sangat di butuhkan dengan tujuan
agar menambah wawasan luas ilmu pengetahuannya bagi siswa terutama
yang menyangkut kecerdasan emosional dan spiritual, dengan adanya
tambahan pelajaran siswa dapat mengembangkan apa yang di dapat
dalam pelajaran tambahan. Sama halnya seperti pendapat bapak (S)
selaku Kepala Sekolah ketika diwawancarai hari Rabu 31 Mei 2017
berikut:
“Ada tambahan kegiatan literasi siswa, pendidikan jasmani dan
gerakan penumbuhan budi pekerti contohnya bapak ibu guru
sebelum masuk kelas sudah ada di gerbang pintu mengucapkan
selamat pagi dan bersalaman kepada siswanya salah satu upaya
untuk meningkatkan kreativitas siswanya dan tingkat sosialnya.”
2. Hasil wawancara dengan guru agama islam SMK N 1 Jambu
Guru agama salah satu objek utama yang menjadikan fokus
penelitian dalam proses wawancara, mengenai pengertian kecerdasan
emosional dan spiritual bapak (SH) selaku guru agama memberikan
pernyataan hari Jumat 03 Juni 2017 bahwa yang di maksut dengan
kecerdasan emosional dan spiritual adalah sebagai berikut:
“Sebenarnya kecerdasan tidak hanya 2 itu adakecerdasan
pengetahuan kecerdasan sosial sedangkan Kecerdasan emosioanal
adalah kecerdasan yang berkaitan serta berhubungan dengan sikap
perilaku dari peserta didik yang menyangkut tentang kemampuan
di dalam mengendalikan emosional sedangkan kecerdasan
spiritual kecerdasan yang berkaitan dengan masalah kehidupan
keberagaman.”
80
Disisi lain guru agama sangat memiliki peran penting bagi peserta
didiknya, tidak hanya mendidik tetapi harus memiliki peran sebagai
contoh teladan siswanya. Contohnya memiliki kepribadian yang baik dan
sopan agar siswa mencontohnya. Salah satu hasil wawancara mengenai
peran guru agama di SMK Negeri 1 Jambu dengan bapak (SH) selaku
guru agama memberikan pernyataan hari Jumat 03 Juni 2017 berikut:
“Yang jelas kalau kecerdasan spiritual guru agama memiliki peran
yang sangat utama karena bagaimanapun pengamalan nilai-nilai
spiritual keagamaan itu yang menjadi motor yang menjadi
inspirator utama guru agama sehingga dalam K-13 itukan yang
berkewajiban nilai-nilai spiritual termasuk di dalam emosional
karena bagaimanapun kecerdasan emosional menyangkut perilaku
akhlak dari siswa agar membentuk jiwa yang lebih baik sehingga
perannya sangat penting tentunya di bantu dengan guru-guru yang
lain. Contoh peran guru agama di SMK Negeri 1 Jambu guru
melibatkan siswa secara optimal dalam pelajaran baik secara fisik,
sosial, maupun emosional. Karena dengan begitu kita dapat
melatih siswa pandai bersosialisasi dengan teman, guru dan
sesama, serta menuntun siswa pandai mengendalikan diri dan
emosi dan menggiringnya kearah yang positif.. ya misalnya
dengan metode diskusi, Tanya jawab dan sebagainya. Kami
membiasakan siswa untuk membaca asmaul husna setiap hari dan
tadarus Al-Qur’an sebelum pembelajaran dimulai”
Guru melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun material sehingga siswa
pandai bersosialisasi dan menjaga hubungan baik dengan guru, maupun
sesama siswa. Guru berperan dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual terutama dalam beristiqomah dengan
memberikan kewajiban serta membiasakan siswa untuk melakukan dan
81
merasakan pengalaman-pengalaman ibadahnya. Guru mengajarkan
kepada siswa untuk bertutur kata dengan sopan, mengucapkan salam
ketika bertemu serta berjabat tangan ketika berjumpa. Melihat hal ini
peran guru agama yang telah dilakukan adalah mengajarkan kepada siswa
untuk saling menghargai dan menghormati dengan tidak memandang diri
lebih tinggi dari pada orang lain.
Konsep dan program menjadikan prinsip utama bagi guru agama
dengan tujuan menjadikan siswa lebih memiliki ketrampilan, kreativitas
dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas seperti pernyataan bapak (SH)
selaku Guru Agama ketika diwawancarai hari Jumat 03 Juni 2017 berikut:
“Programnya setiap hari efektif pembelajaran guru menanamkan
nilai-nilai spiritual melalui salah satunya sebelum pembelajaran
mengajak siswa untuk menghafal ayat Al-qur’an, berdo’a bersama
yang selajutnya sholat berjama’ah di lakukan rutin agar siswa
terdidik dengan baik dan disiplin, yang tidak kalah pentingnya
adalah muatan-muatan kurikulum yang hidden (tidak kelihatan)
kita tanamkan nilai-nilai emosional dan spiritual yang dikaitkan
dengan pelajaran. Konsepnya pengajaran siswa BTQ(Baca Tulis
Alquran) kegiatan rohis rohani islam diwajibkan terhadap semua
siswa dengan harapan siswa bisa mengetahui pelajaran agama
lebih dalam lagi.”
Kecerdasan emosional dan spiritual sangat mempengaruhi
karakteristik siswa baik dari luar maupun dalam bisa dilihat dari sikap
dan kemampuannya. Adapun hasil wawancara dengan Bapak (SH) selaku
Guru Agama hari Jumat 03 Juni 2017 dengan pertanyaan bagaimanakah
ESQ siswa di SMK N 1 Jambu ini jawaban beliau, berikut:
82
“Kalau standarnya relatif baik di pandang secara umum dari
tingkat emosional siswa sudah cukup baik bisa di lihat dari
karakteristik anak, mungkin tingkat secara pribadi anak secara
umum emosional sudah bisa di kendalikan secara spiritual ada
perkembangan dari tahun ketahun termasuk dari kegiatan kegiatan
keagama dan prestasinya.”
Faktor merupakan pengaruh penting dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual, ada 2 faktor yaitu faktor penghambat
dan pendukung. Seperti pernyataan Bapak (SH) selaku Guru Agama
ketika di wawancarai pada hari Jumat 03 Juni 2017 berikut:
“peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan
spiritual (ESQ) di SMK N 1 Jambu ternyata berjalan kurang
maksimal karena beberapa faktor-faktor yang menghambat
sebagai berikut: Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara
siswa dan guru, sehungga para guru di semaksimal mungkin
dalam memantau sikap, tingkah laku, kepribadian, maupun
perkembangan siswa itu sendiri, termasuk di dalamya kecerdasan
emosional dan spiritual siswa. Kecerdasan emosional dan spiritual
siswa merupakan kecerdasan yang tidak permanen sehingga dalam
pengembanganya tidak semudah kecerdasan intelektualiatas,
karena EQ dan SQ merupakan kecerdasan yang berubah-ubah,
terkadang mengalami kenaikan tetapi tidak jarang juga mengalami
penurunan. Kurangnya motivasi atau perhatian orang tua ketika
siswa berada dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat.Tidak adanya penilaian secara tertulis secara langsung
mengenai sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa
sehingga para guru hanya bisa memantau dan menilai
perkembangan ESQ siswa melalui sikap mereka sehari-hari dan
mengadakan kerjasama dan interaksi terhadap wali murid
mengenai perkembangan karakter siswa. ESQ merupakan
kecerdasan yang abstrak sehingga pengukurannya sangat sulit,
tidak seperti IQ yang pengukuranya terkait dengan persoalan-
persoalan logis rasional, jadi untuk memberikan penilaian ESQ
para guru hanya dengan memberikan peraturan dan batasan-
batasan yang lentur dan sikap atau tingkah laku siswa sehari-hari.
adapun faktor yang mendukung bagi pengembangan kecerdasan
emosional dan spiritual siswa adalah sarana dan prasarana di SMK
N 1 Jambu yang dirasa sudah cukup memadai bagi pelaksanaan
83
pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa dengan
adanya sarana ibadah yang dimiliki sendiri seperti masjid.”
Karakter seorang guru bisa dilihat dari sikap dan cara mengajar
terhadap siswanya, menjadi guru agama harus mempunyai karakter yang
tlaten dan sabar dalam menghadapi siswanya tidak membeda-bedakan
satu sama lainnya dan guru agama harus memiliki keunngulan tersendiri
seperti hasil wawancara dengan bapak (SH) selaku Guru Agama hari
Jumat 03 Juni 2017 berikut:
“Karakter yang harus dimiliki seorang guru yaitu :Teladan baik
dalam tutur kata, berprilaku, sikap guru tersebut memiliki
wawasan luas, guru agama harus memiliki kelebihan
dibandingkan guru yang lainnya lebih-lebih dalam ilmu
keagamaanya. Keakraban terhadap siswanya tidak boleh
membeda-bedakan. Karakter sabar dan ulet mencari celah-celah
yang mencapai sasaran.”
Pengembangan sikap pada siswa sangat penting bagi tugas guru
agama dalam meningkatkan sikap siswa agar menyikapinya dengan baik
dan benar diantara sikap istiqomah, rendah hati, berusaha, berserah diri,
ikhlas, totalitas dan ihsan seperti pernyataan bapak mengenai
pengembangan sikap langkah yang dilakukan apa saja (SH) selaku guru
Agama ketika di wawancarai hari Jumat 03 Juni 2017 berikut:
“Langkah yang sering dilakukan dengan menanamkan atau
pencerahan nilai petuah-petuah atau nasihat yang berkaitan
dengan kinerjanya kemudian memberikan dampak positif dan
negatif di dalam siswa berkarya nantinya sehingga mereka bisa
menerima contohnya kasih cerita orang sukses di karenakan apa
lalu orang gagal di karenakan apa agar tidak sombong serta
84
memberikan materi-materi etos kerja agar bisa menerima tidak
hanya life skill tapi soft skill.”
3. Hasil wawancara dengan Wakil Kepala Bagian Kurikulum SMK N 1
Jambu
Pengertian kecerdasan emosional dan spiritual tidak hanya di
ungkapkan Kepala Sekolah dan Guru Agama saja tetapi ibu (YS) selaku
Wakil Kepala Bagian Kurikulum menyampaikan pernyataan ketika di
wawancarai tentang pengertian kecerdasan emosional dan spiritual hari
Rabu 07 Juni 2017 berikut:
“Kecerdasan emosioanal adalah kecerdasan yang berhubungan
dengan sikap perilaku peserta didik yang menyangkut tentang
kemampuan di dalam mengendalikan emosional saat berinteraksi
dengan orang lain sedangkan kecerdasan spiritual kecerdasan yang
berkaitan dengan masalah kehidupan keberagaman berhubungan
dengan hati bagaimana dia berprilaku dan biasanya orang yang
memiliki kecerdasan spiritual berpikiran yang positif.”
Faktor merupakan pengaruh penting dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual, ada 2 faktor yaitu faktor penghambat
dan pendukung. Seperti pernyataan Ibu (YS) selaku Wakil Kepala
Bagian Kurikulum SMK N 1 Jambu ketika di wawancarai pada hari Rabu
07 Juni 2017 berikut:
“faktor penghambat diantaranya: masalah yang sering muncul
adalah siswa kurang mampu mengendalikan diri, tidur waktu
pelajaran, berkata jelek belum paham mengenai kewajibannya
disekolah, terbukti masih ada sebagian siswa yang melanggar
peraturan-peraturan yang di tetapkan sekolah seperti dating
terlambat, ketahuan merokok saat masih menggunakan seragam
85
sekolah. Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa
dan guru, sehungga para guru di semaksimal mungkin dalam
memantau sikap, tingkah laku, kepribadian, maupun
perkembangan siswa itu sendiri, termasuk di dalamya kecerdasan
emosional dan spiritual siswa. Kecerdasan emosional dan spiritual
siswa merupakan kecerdasan yang tidak permanen sehingga dalam
pengembanganya tidak semudah kecerdasan intelektualiatas,
karena EQ dan SQ merupakan kecerdasan yang berubah-ubah,
terkadang mengalami kenaikan tetapi tidak jarang juga mengalami
penurunan. Kurangnya motivasi atau perhatian orang tua ketika
siswa berada dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat. Tidak adanya penilaian secara tertulis secara langsung
mengenai sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa
sehingga para guru hanya bisa memantau dan menilai
perkembangan ESQ siswa melalui sikap mereka sehari-hari dan
mengadakan kerjasama dan interaksi terhadap wali murid
mengenai perkembangan karakter siswa. ESQ merupakan
kecerdasan yang abstrak sehingga pengukurannya sangat sulit,
tidak seperti IQ yang pengukuranya terkait dengan persoalan-
persoalan logis rasional, jadi untuk memberikan penilaian ESQ
para guru hanya dengan memberikan peraturan dan batasan-
batasan yang lentur dan sikap atau tingkah laku siswa sehari-hari.
Menurut Ibu (YS) adapun faktor yang mendukung bagi
pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa adalah
sarana dan prasarana di SMK N 1 Jambu yang dirasa sudah cukup
memadai bagi pelaksanaan pengembangan kecerdasan emosional
dan spiritual siswa dengan adanya sarana ibadah yang dimiliki
sendiri seperti masjid. Di tambah dengan peran guru agama dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) dalam
pembelajaran terutama dalam guru yang mengampu mata
pelajaran agama pada khususnya dan juga guru yang mengampu
mata pelajaran lain disini kami berusaha untuk mengembangkan
kecerdasan siswa baik IQ, EQ, dan SQ, dan melihat
perkembangan perilaku dan karakter siswa.”
Kurikulum yang di pakai di SMK N 1 Jambu ada 2 kurikulum
yaitu kurikulum yang lama KTSP 2006 dan kurikulum K-13. Seperti
pernyataan Ibu (YS) selaku Wakil Kepala Bagian Kurikulum SMK N 1
Jambu ketika di wawancarai pada hari Rabu 07 Juni 2017 berikut:
86
“Ada dua macam kurikulum yaitu KTSP 2006 dan kurikulum K-
13 menurut ibu (YS) tetap sama karena di dalamnya sama-sama
mengembangkan karakter peserta didik alasanya karena yang
KTSP masih umum kalau yang K-13 yang di tekankan adalah
pengembangan karakter peserta didik dalam halnya adalah
karakter yang religius, sosial, pengetahuan dan keterampilan itu di
bedakan. Dan bertahap tidak bisa serempak sesuai dengan
tingkatan anak berupa pelaksanannya jadi menyesuaikan dari
tingkatan siswa dan untuk mengembangkan peserta didik.”
Pelajaran tambahan bagi siswa sangat di butuhkan dengan tujuan
agar menambah wawasan luas ilmu pengetahuannya bagi siswa terutama
yang menyangkut kecerdasan emosional dan spiritual, dengan adanya
tambahan pelajaran siswa dapat mengembangkan apa yang di dapat
dalam pelajaran tambahan. Sama halnya seperti pendapat Ibu (YS) selaku
Wakil Kepala Bagian Kurikulum ketika diwawancarai hari Rabu 07 Juni
2017 berikut:
“Ada tambahan kegiatan literasi,kalau dari spiritual ada tambahan
kegiatan rohis dan dilaksanakan setiap hari jumat tujuannya biar
menampung siswa-siswa yang memang ingin mengembangkan
ESQ nya. Dan tambahan pendidikan jasmani dan gerakan
penumbuhan budi pekerti contohnya bapak ibu guru sebelum
masuk kelas sudah ada di gerbang pintu mengucapkan selamat
pagi dan bersalaman kepada siswanya serta ada tambahan kegiatan
extra kulikuler.”
4. Hasil wawancara dengan Kepala Bidang Sarana dan Prasarana SMK
N 1 Jambu
Sama halnya pernyataan Bapak (HB) selaku Kepala Bidang Sarana
dan Prasarana ketika diwawancarai mengenai pengertian kecerdasan
emosional dan spiritual pada hari Kamis 08 Juni 2017 berikut:
87
“Kecerdasan emosioanal adalah kecerdasan yang berhubungan
dengan sikap perilaku peserta didik yang menyangkut tentang
kemampuan di dalam mengendalikan emosional sedangkan
kecerdasan spiritual kecerdasan yang berkaitan dengan sifat
kerohaniannya, jiwa dan akalnya seperti apa dalam masalah
kehidupan keberagaman.”
Faktor merupakan pengaruh penting dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual, ada 2 faktor yaitu faktor penghambat
dan pendukung. Seperti pernyataan Bapak (HB) selaku Kepala Bidang
Bagian Sarana dan Prasarana SMK N 1 Jambu ketika di wawancarai pada
hari Kamis 08 Juni 2017 berikut:
“peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan
spiritual (ESQ) di SMK N 1Jambu ternyata berjalan kurang
maksimal karena beberapa faktor-faktor yang menghambat sebagi
berikut: Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara siswa
dan guru, sehungga para guru di semaksimal mungkin dalam
memantau sikap, tingkah laku, kepribadian, maupun
perkembangan siswa itu sendiri, termasuk di dalamya kecerdasan
emosional dan spiritual siswa. Kecerdasan emosional dan spiritual
siswa merupakan kecerdasan yang tidak permanen sehingga dalam
pengembanganya tidak semudah kecerdasan intelektualiatas,
karena EQ dan SQ merupakan kecerdasan yang berubah-ubah,
terkadang mengalami kenaikan tetapi tidak jarang juga mengalami
penurunan. Kurangnya motivasi atau perhatian orang tua ketika
siswa berada dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat. Tidak adanya penilaian secara tertulis secara langsung
mengenai sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa
sehingga para guru hanya bisa memantau dan menilai
perkembangan ESQ siswa melalui sikap mereka sehari-hari dan
mengadakan kerjasama dan interaksi terhadap wali murid
mengenai perkembangan karakter siswa. ESQ merupakan
kecerdasan yang abstrak sehingga pengukurannya sangat sulit,
tidak seperti IQ yang pengukuranya terkait dengan persoalan-
persoalan logis rasional, jadi untuk memberikan penilaian ESQ
para guru hanya dengan memberikan peraturan dan batasan-
batasan yang lentur dan sikap atau tingkah laku siswa sehari-hari.
88
Menurut Bapak (HB) adapun faktor yang mendukung bagi
pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa adalah
sarana dan prasarana di SMK N 1 Jambu yang dirasa sudah cukup
memadai bagi pelaksanaan pengembangan kecerdasan emosional
dan spiritual siswa dengan adanya sarana ibadah yang dimiliki
sendiri seperti masjid.”
Faktor yang menghambat perkembangan kecerdasan emosional
dan spiritual juga berasal dari lingkungan seperti lingkungan keluarga
dan sosial. Kurang adanya motivasi atau dukungan dari orang tua sebagai
lingkungan pendidikan di luar lingkungan sekolah. Faktor pendukung
pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) di SMK Negeri
1 Jambu adalah lingkungan yang kondusif, nyaman dan tentram, serta
dukungan dari guru untuk selalu memperhatikan perkembangan perilaku
dan karakter siswa.
Sarana dan prasarana merupakan pelengkap dalam kegiatan belajar
mengajar tanpa adanya sarana dan prasarana kegiatan belajar tidak akan
berjalan dengan baik dan benar dan dukungan sarana dan prasarana
sangat di butuhkan demi kelancaran belajar mengajar. Salah satu hasil
wawancara dengan Bapak (HB) selaku Kepala Bidang Sarana dan
Prasarana tentang dukungan sarana dan prasarana langkah apa saja yang
dilakukan hari Kamis 08 Juni 2017 berikut pernyataanya:
“Menurut Bapak (HB)sarana dan prasarana dengan adanya guru
BK untuk mengendalikan kecerdasan emosional dan spiritual
kemudian adanya program jumat berkah dengan adanya pesantren
kilat dan di dukung sarana prasarana langkah untuk mendukung
sarana dan prasarana yaitu dengan mengembangkan atau
89
menanbah sarana da prasarana yang ada serta merawatnya dengan
baik agar sarana dan prasarana tetap terjaga dengan baik.”
Pelajaran tambahan bagi siswa sangat di butuhkan dengan tujuan
agar menambah wawasan luas ilmu pengetahuannya bagi siswa terutama
yang menyangkut kecerdasan emosional dan spiritual, dengan adanya
tambahan pelajaran siswa dapat mengembangkan apa yang di dapat
dalam pelajaran tambahan. Sama halnya seperti pendapat bapak (HB)
selaku Kepala Bidang Sarana dan Prasarana ketika diwawancarai hari
Kamis 08 Juni 2017 berikut:
“Ada tambahan kegiatan literasi, pendidikan jasmani dan gerakan
penumbuhan budi pekerti contohnya bapak ibu guru sebelum
masuk kelas sudah ada di gerbang pintu mengucapkan selamat
pagi dan bersalaman kepada siswanya serta ada tambahan kegiatan
extra kulikuler.”
C. Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan
Spiritual Anak di SMK Negeri 1 Jambu
Perkembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) sangat
di pengaruhi oleh proses pendidikan baik itu dalam keluarga, lingkungan,
masyarakat, maupun lingkungan sekolah. Yang meliputi kasih sayang,
saling menghargai atau toleran, religius sehingga menghasilkan generasi
muda yang bertanggung jawab, mempunyai ketahanan mental yang kuat,
serta beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
90
Orang tua harus berupaya membentengi anak-anaknya dari krisis
moral sedini mungkin. Baik buruknya akhlaq atau perbuatan seseorang
sangat dipengaruhi dari pendidikan. Pendidikan diharapkan memberikan
sebuah perubahan positif terhadap peserta didik melalui guru, karena
tugas guru agama yang utama adalah memberikan pengetahuan yang
baik, sikap nilai, dan keterampilan serta akhlaq yang baik pula kepada
peserta didiknya.
Guru agama memiliki peran penting dalam hal pendidikan dan
ilmu keagamaan demi mewujudkan pencapaian pendidikan dan
pembelajaran yang berkualitas di sekolah maupun diluar sekolah. karena
seperti yang saya teliti bahwa siswa di smk negeri 1 jambu dalam hal
kecerdasan emosional dan spiritualnya masih kurang berkembang di
sebabkan oleh siswa kurang berinteraksi dengan guru dan ilmu-ilmu
keagamaannya kurang berkembang karena di smk negeri 1 yang
diutamakan jurusannya saja tidak dengan kecerdasan emosional dan
spiritualnya jadi peran guru agama islam sangat mempengaruhi
pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual pada siswanya demi
tercapainya aspek kejiwaan dan kerohaniannya berkembang dengan baik
dan seimbang dan Agar pencapaian kualitas pendidikan dan
pembelajaran dapat berjalan secara optimal perlu diupayakan bagaimana
mengembangkan diri peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosional
dan spiritual (ESQ) yang stabil. Melalui kecerdasan emosional dan
91
spiritual (ESQ) diharapkan semua unsur yang terlibat dalam pendidikan
dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungan secara tepat,
memiliki kepercayaan diri yang kuat, tidak iri hati, dengki, cemas, takut,
murung, tidak mudah putus asa dan tidak mudah marah, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas dalam iman, ilmu dan pengetahuan
serta berakhlaq mulia.
1. Peran guru agama di SMK Negeri 1 Jambu
a. Guru agama mengharuskan kepada siswa untuk shalat dhuhur
berjamaah bagi siswa laki-laki maupun perempuan yang tidak
berhalangan serta shalat jum’at dan guru hanya membimbing dan
mengabsen siswanya.
b. Guru agama berperan untuk membiasakan siswanya untuk membaca
asmaul husna setiap hari atau tadarus Al-Qur’an sebelum pelajaran
dimulai. Begitu pula dengan seluruh guru dan karyawan diwajibkan
untuk memberikan contoh keteladanan seperti kami juga ikut aktif dalam
kegiatan shalat dhuhur berjama’ah.
c. Guru agama berperan melibatkan siswa secara optimal dalam
pelajaran baik secara fisik, sosial, maupun emosional. Karena dengan
begitu kita dapat melatih siswa pandai bersosialisasi dengan teman, guru
dan sesama.
d. Guru agama berperan dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual terutama dalam beristiqomah dengan memberikan
92
kewajiban serta membiasakan siswa untuk melakukan dan merasakan
pengalaman-pengalaman ibadahnya.
e. Guru agama melakukan perannya secara total selain itu guru juga tidak
hanya mentransfer ilmu saja tetapi juga melakukan perannya dengan
membantu siswa menyelesaikan masalahnya.
f. Guru agama juga berperan mengajarkan kepada siswa untuk
melakukan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain, serta mengajarkan kepada siswa ikhlas dalam beramal.
2. Faktor yang mendukung dalam pengembangan kecerdasan
emosional dan spiritual anak di SMK Negeri 1 Jambu.
Adapun faktor yang mendukung bagi pengembangan kecerdasan
emosional dan spiritual anak di SMK Negeri 1 Jambu adalah sarana dan
prasarana di SMK Negeri 1 Jambu yang dirasa sudah cukup memadai
bagi pelaksanaan pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual anak
dengan adanya sarana ibadah yang dimiliki seperti masjid dan sarana dan
prasarana yang lain yaitu gedung-gedung praktik kejuruan.
3. Faktor yang menghambat dalam pengembangan kecerdasan
emosional dan spiritual anak di SMK Negeri 1 Jambu.
Peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan
spiritual (ESQ) di SMK Negeri 1 Jambu ternyata berjalan kurang
maksimal karena beberapa faktor-faktor yang menghambat sebagai
berikut:
93
a. Terbatasnya waktu pertemuan interaksi anatara siswa dan guru,
sehingga para guru kurang semaksimal mungkin dalam memantau sikap,
tingkah laku, kepribadian, maupun perkembangan siswa itu sendiri,
termasuk di dalamnya kecerdasan emosional dan spiritual siswa.
b. Kurangnya motivasi atau perhatian orang tua ketika siswa berada
dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.
c. Tidak adanya penilaian secara tertulis secara langsung mengenai
sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa sehingga para guru
hanya bisa memantau dan menilai perkembangan ESQ siswa melalui
sikap mereka sehari-hari dan mengadakan kerjasama dan interaksi
terhadap wali murid mengenai perkembangan karakter siswa.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mendeskripsikan pembahasan secara menyeluruh
sebagaimana terlihat dalam bab-bab sebelumnya, dari pembahasan mengenai
“peran guru agama islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan
spiritual (EQ) dan (SQ) siswa di SMK N 1 Jambu” maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa peran guru agama islam dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di SMK N 1
Jambu adalah:
a. Guru agama memiliki peran penting diantaranya guru agama
sebagai demonstrator atau pengajar yang baik, guru agama
sebagai pengelola kelas, guru agama sebagai mediator dan
fasilitator, guru agama sebagai evaluator. karena nilai nilai
keagamaan menjadi inspirasi utama guru agama, termasuk di
dalam emosional karena bagaimanapun kecerdasan emosional
menyangkut perilaku akhlak akhlak siswa sehingga peran guru
sangat penting dan juga di bantu dengan guru guru yang
lainnya serta menanamkan nilai dan memberikan nasihat
95
nasihat terhadap siswa menunjukkan dampak negatif dan
positif agar bisa menerima tidak hanya life skill tapi soft skill.
b. Dalam hal kerendahan hati peran guru agama yaitu melibatkan
siswa secara optimal dalam kegiatan belajar mengajar serta
dalam berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan
baik tanpa memandang harta, fisik, dan jabatan.
c. Guru agama berperan mendorong siswa untuk aktif dalam
organisasi yang ada di dalam sekolah maupun di luar sekolah
merupakan usaha guru dalam mengembangkan sikap totalitas.
d. Guru agama berperan dalam menjalankan profesinya diniatkan
sebagai ibadah mengajar dengan hati serta sebagai orang yang
membimbing dengan hati nuraninya dan sebagai orang yang
mendidik dengan segenap keikhlasan.
e. Guru agama berperan melibatkan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran baik secara fisik, sosial, maupun material
sehingga siswa pandai bersosialisasi dan menjaga hubungan
baik dengan guru, maupun sesama siswa. Dan berperan dalam
mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual terutama
dalam beristiqomah dengan memberikan kewajiban serta
membiasakan siswa untuk melakukan dan merasakan
pengalaman-pengalaman ibadahnya.
96
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) siswa di SMK N 1
Jambu:
a. Faktor pendukung dalam mengembangkang ESQ adalah sarana
dan prasarana yang memadai, serta lingkungan yang nyaman
dan kondusif karena berada dalam lingkungan pedesaan,
adanya kerja sama osis yang membantu teman yang lain agar
aktif dalam mengikuti kegiatan keorganisasian.
b. Faktor yang menghambat pengembangan ESQ adalah:
Terbatasnya waktu pertemuan dan interaksi antara guru dan
siswa. Kurangnya motivasi dan perhatian orang tua. Tidak
adanya penilaian secara tertulis secara langsung mengenai
sejauh mana kecerdasan emosional dan spiritual siswa
sehingga para guru hanya bisa memantau dan menilai
perkembangan ESQ siswa melalui sikap mereka sehari-hari
dan mengadakan kerjasama dan interaksi terhadap wali murid
mengenai perkembangan karakter siswa.
B. Saran-saran
1. Kepada peneliti lain untuk bisa mengkaji dan meneliti ulang masalah
ini, sebab hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
dikarenakan semata-mata keterbatasan pengetahuan dan metodologi
97
penulis, namun demikian semoga hasil penelitian ini bisa dijadikan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan dapat memberikan perhatian
yang khusus terhadap aspek-aspek dan nilai-nilai peningkatan ESQ
siswa.
3. Kepada para pendidik (guru) di harapkan untuk mampu meningkatkan
tiga kecerdasan baik kecerdasan inteligen (otak), kecerdasan
emosional maupun kecerdasan spiritual secara seimbang.
4. Seorang guru harus menampakkan dan menjalankan figur yang tidak
hanya mengajar (transfer of knowledge) tetapi juga harus mendidik
dengan mentransfer nilai-nilai budi pekerti atau akhlak yang baik.
5. Dalam pelaksanaan peningkatan ESQ siswa, dibutuhkan kerjasama
yang harmonis dari berbagai pihak baik orang tua, guru dan
masyarakat.
98
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 Jilid 1.
Jakarta: PT Arga Tilanta.
.2003.Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Spiritual
ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 Jilid 2. Jakarta:
PT Arga Tilanta.
Azzet, Muhammad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi
Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darajat, Zakiah. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: pustaka
setia
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT remaja rosdakarya
Goleman, Daniel. 1995. Kecerdasan Emosional. Terjemahan oleh T. Hermaya.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Gottman, John. 1997. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan
Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sutrisno. 1987. MetodologiReseach.Yogyaarta: YayasanPenerbitFakultas
UGM
Hidayatullah, Muhammad Furqon. 2009.Guru Sejati: Membangun Insan
Berkarakter Kuat Dan Cerdas. Surakarta: yuma pustaka.
Hude, Darwis. 2006. Emosi: Penjelajahan Religio Psikologis Tentang Emosi
Manusia Di Dalam Al Qur’an. Jakarta: Erlangga.
99
(http://berbagisolusiblogadress.blogspot.co.id/2016/03/a.html,diakses Hari Rabu,
19 April 2017 pukul 10.00)
https://avinurul.wordpress.com/tawuran-pelajar-hilangnya-teladan-yang-tidak
patut-ditiru/ di unduh pada/tanggal 21 MARET 2017:19.00.
(http://file.upi.edu/Direktori/FTIK/M_K_D_U/jtptiain-gdl-eny ulfatur -3844-1-
3103250_/.pdf, diakses Hari Selasa, 28/03/2017 pukul 12.00).
(https://fixguy.wordpress.com/peran guru/, diakses pada hari Selasa, 28 Maret
2017 pukul 12.15).
Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Moelung, Lexy J. 2001. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moh. Uzer usman.2011. Menjadi Guru Profesional.Bandung: remaja
rosdakarnya.
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda karya
Mustofa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam:
Meningkatkan Perilaku Pengendalian Diri dan Rasa Empati atau
Kasih Sayang pada Anak. Yogyakarta: Sketsa.
Monty dan Fidelis, 2003. Mendidik Kecerdasan pedoman bagi orang tua dan
guru dalam mendidik anak cerdas. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna:
Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
100
Poerwodarminto, W.J.S. 2006.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rohman, Afif Kurnia. 2014. Pengalaman Spiritual Mahasiswa Sebelum dan
Sesudah Mengikuti Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa Progdi PAI
STAIN Salatiga Angkatan 2012. Skripsi Di Terbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah
STAIN Salatiga
Suharsono.2004.Akselarasi Intelegensi, Optimalkan IQ, EQ, SQ, Secara Islami,
Jakarta: Inisiasi.
.2000.Mencerdaskan Anak. Jakarta: inisiasi.
Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D.Bandung: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. 1995. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah Trasendental Intelligence. Jakarta:
Gema Insani Press.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2008. Jakarta: Sinar Grafika
PEDOMAN WAWANCARA
A. Kepala Sekolah SMK N 1 Jambu Desa Jambu Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
1. Apa yang bapak ketahui tentang kecerdasan emosional dan spiritual?
2. Bagaimana peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) siswa di SMK N 1 Jambu ini?
3. Apa saja program dan konsep guru agama di SMK N 1 Jambu ini?
4. Bagaimanakah kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK N 1
jambu?
5. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
6. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
7. Kurikulum yang dipakai di SMK N 1 Jambu ini apa?
8. Adakah tambahan kurikulum atau pelajaran tambahan yang digunakan
untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual?
B. Kepada Guru Agama SMK N 1 Jambu Desa Jambu Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
1. Menurut bapak/ibu kecerdasan emosional dan spiritual itu apa?
2. Bagaimana peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) siswa di SMK N 1 Jambu ini?
3. Apa saja program dan konsep guru agama di SMK N 1 Jambu ini?
4. Bagaimanakah kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK N 1
Jambu ini?
5. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
6. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
7. Adapun menjadi seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) karakter apa sajakah yang harus
dimiliki oleh seorang guru?
8. Untuk mengembangkan sikap istiqomah, rendah hati, berusaha dan
berserah diri, keikhlasan, totalitas dan ihsan langkah apa saja yang
bapak/ibu lakukan?
C. Kepada Wakil Kepala Bagian Kurikulum SMK N 1 Jambu Desa Jambu
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kecerdasan emosional dan
spiritual?
2. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan
emosioanal dan spiritual?
9. Bagaimana peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) siswa di SMK N 1 Jambu ini?
10. Apa saja program dan konsep guru agama di SMK N 1 Jambu ini?
11. Bagaimanakah kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK N 1
Jambu ini?
12. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
13. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
14. Adapun menjadi seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) karakter apa sajakah yang harus
dimiliki oleh seorang guru?
15. Untuk mengembangkan sikap istiqomah, rendah hati, berusaha dan
berserah diri, keikhlasan, totalitas dan ihsan langkah apa saja yang
bapak/ibu lakukan?
D. Kepada Wakil Kepala Bagian Kurikulum SMK N 1 Jambu Desa Jambu
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
3. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kecerdasan emosional dan
spiritual?
4. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan
emosioanal dan spiritual?
16. Bagaimana peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) siswa di SMK N 1 Jambu ini?
17. Apa saja program dan konsep guru agama di SMK N 1 Jambu ini?
18. Bagaimanakah kecerdasan emosional dan spiritual siswa di SMK N 1
Jambu ini?
19. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
20. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
21. Adapun menjadi seorang guru untuk mengembangkan kecerdasan
emosional dan spiritual (ESQ) karakter apa sajakah yang harus
dimiliki oleh seorang guru?
22. Untuk mengembangkan sikap istiqomah, rendah hati, berusaha dan
berserah diri, keikhlasan, totalitas dan ihsan langkah apa saja yang
bapak/ibu lakukan?
E. Kepada Wakil Kepala Bagian Kurikulum SMK N 1 Jambu Desa Jambu
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
5. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kecerdasan emosional dan
spiritual?
6. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan
emosioanal dan spiritual?
7. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosioanal
dan spiritual?
8. Kurikulum yang di pakai di SMK N 1 Jambu ini apa?
9. Adakah tambahan kurikulum atau pelajaran tambahan yang digunakan
untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual di SMK N
1 Jambu?
F. Kepada Kepala Bidang Sarana dan Prasarana SMK N 1 Jambu Desa
Jambu Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2016/2017
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kecerdasan emosional dan
spiritual?
2. Apa faktor penghambat dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
3. Apa faktor pendukung dalam mengembangkan kecerdasan emosional
dan spiritual?
4. Untuk mendukung sarana dan prasarana di SMK N 1 Jambu langkah
apa saja yang bapak/ibu lakukan?
5. Adakah tambahan kurikulum atau pelajaran tambahan yang digunakan
untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual di SMK N
1 Jambu?
Dokumentasi Wawancara dan Observasi
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Jambu
Wawancara dengan Guru Agama SMK Negeri 1 Jambu
Wawancara dengan Wakil Kepala Bagian Kurikulum SMK Negeri 1 Jambu
Wawancara dengan Kepala Bidang Sarana dan Prasarana SMK Negeri 1 Jambu
Gedung ruang guru SMK Negeri 1 Jambu
Ruang Kelas Siswa SMK Negeri 1 Jambu
Ruang Praktik Jurusan SMK Negeri 1 Jambu
Mushola di SMK Negeri 1 Jambu untuk kegiatan beribadah dan kegiatan keagamaan
para guru dan siswa
Kantor Kepala Sekolah dan TU SMK negeri 1 Jambu
Depan Gerbang dan Pos Satpam SMK Negeri 1 Jambu