PERAN EMOSI NEGATIF TERHADAP PROKRASTINASI...
Transcript of PERAN EMOSI NEGATIF TERHADAP PROKRASTINASI...
1
PERAN EMOSI NEGATIF TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK
MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI PADA SUATU
PERGURUAN TINGGI DI JAWA BARAT
ANDI HILDA ADANI
SURYA CAHYADI
Skripsi adalah tugas akhir mahasiswa yang menjadi suatu syarat kelulusan diperguruan tinggi. Pada pelaksanaannya tidak jarang mahasiswa untuk menundamengerjakan skripsi. Dalam psikologi, istilah ini disebut sebagai prokrastinasiakademik. Menurut para ahli, emosi adalah salah satu penyebab munculnya suatuperilaku penundaan. Pada penelitian ini akan difokuskan untuk mengkaji peran emosinegatif (cemas, bosan, putus asa, marah, dan malu) terhadap prokrastinasi akademikmahasiswa.
Responden dalam penelitian ini yaitu 443 mahasiswa pada perguruantinggi di Jawa Barat. Data diperoleh melalui kuesioner Achievement Emotiondalam Pengerjaan Skripsi dengan reliabel (α = 0,721 – 0,872) dan ProkrastinasiAkademik dalam Pengerjaan Skripsi dengan reliabel (α = 0,939). Data yangdiperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa emosi negatif memiliki peranterhadap prokrastinasi akademik (R = 0,434) dan (R square = 0,188). Cemas (B =0,115, t = 2,343), bosan (B = 0,176, t = 2,684) , dan putus asa (B = 0,237, t =3,255) akan memberi koefesien regresi (+) yang berarti meningkatkanprokrastinasi akademik, sedangkan malu (B = -0,035, t = -0,599) dan marah (B =-0,03, t = -0,466) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasiakademik.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa emosi negatif khususnya cemas,bosan, dan putus asa berperan memunculkan perilaku prokrastinasi akademikmahasiswa pada suatu perguruan tinggi di Jawa Barat. Oleh karena itu, sangatpenting untuk mengatur emosi dengan cara mengurangi munculnya emosi negatifuntuk mengurangi perilaku prokrastinasi akademik skripsi.
Kata kunci : emosi, emosi negatif, prokrastinasi akademik, mahasiswa, skripsi
2
PENDAHULUAN
Sebagai syarat kelulusan, mahasiswa diwajibkan untuk menyusun dan
menyelesaikan skripsi. Skripsi adalah tugas akhir mahasiswa yang memiliki
kedudukan yang sama dengan mata kuliah lain, namun berbeda dalam proses
pembelajarannya karena tidak memiliki jadwal yang rutin. Dalam pengerjaan
skripsi, mahasiswa sering mengalami emosi-emosi tertentu sebagai reaksi dari
situasi yang dihadapi. Emosi-emosi tersebut bisa berupa emosi negatif maupun
emosi positif.
Emosi yang terkait dengan kegiatan belajar dan berprestasi dikenal
dengan istilah achievement emotions (Pekrun et al., 2002; Pekrun et al., 2007;
Pekrun, 2014). Pekrun mengungkapkan bahwa terdapat sembilan emosi yang
paling sering muncul atau dirasakan oleh pelajar yaitu emosi positif (menikmati,
berharap, bangga, dan lega) dan emosi negatif (cemas, bosan, marah, malu, dan
putus asa). Emosi-emosi yang dirasakan oleh pelajar dapat mempengaruhi
pembelajaran dan prestasi (Pekrun et al., 2002; Pekrun et al., 2007; Pekrun, 2014).
Emosi mempengaruhi performa akademik pelajar, seperti emosi positif
yang dapat meningkatkan motivasi terhadap tugas dan emosi negatif menurunkan
motivasi itu sendiri (Ashby, Isen, & Turken, 1999; Fiedler, 2001; dalam Pekrun,
2009), berarti emosi positif dapat membuat mahasiswa terdorong dan termotivasi
untuk mengerjakan skripsi. Emosi negatif seperti cemas, marah, malu, bosan, dan
putus asa akan memberikan dampak yang negatif terhadap prestasi pelajar
(Meece, Wigfield, & Eccles, 1990; Pekrun, 1992a; dalam Pekrun, 2009), dan juga
cenderung sebagai prediktor negatif terhadap performa (Pekrun, 2009). Pada
penelitian ini, emosi negatif dapat memberikan dampak negatif pada mahasiswa
atau sebagai prediktor negatif terhadap performa mahasiswa dalam pengerjaan
skripsi.
Emosi-emosi yang disebutkan di atas khususnya emosi negatif dapat
membuat seseorang melakukan suatu penundaan. Mahasiswa yang memiliki
kecemasan ekstrim dapat memunculkan perilaku menunda-nunda karena lebih
memperkuat untuk menghindari kecemasan yang terkait dengan pengerjaan
3
skripsi. Tindakan menunda penyelesaian tugas akademik merupakan fenomena
yang dikenal sebagai prokrastinasi akademik.
Prokrastinasi akademik mengacu pada perilaku menunda-nunda tugas,
dimana perilaku menunda ini dimanifestasikan oleh tiga perilaku yaitu lack of
promptness, either in intention or in behavioral; intention-behavior discrepancy;
dan preference for competing activities (Henri C. Schouwenburg; Ferrari, 1995).
Artinya bahwa mahasiswa yang prokrastinasi tahu bahwa tugasnya harus
diselesaikan namun ia menunda untuk memulai mengerjakan, ia juga memiliki
kesulitan untuk mengerjakan skripsi sesuai dengan rencana, dan dengan sengaja
melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan skripsi.
Berdasarkan penjabaran diatas, peneliti melihat bahwa terdapat keterkaitan
antara emosi khususnya emosi negatif yang dirasakan seseorang dengan perilaku
prokrastinasi akademik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mencari tahu
bagaimana peran emosi negatif terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi pada suatu perguruan tinggi di Jawa Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Prokrastinasi akademik adalah suatu tindakan yang disengaja, berdasarkan
keyakinan yang tidak rasional untuk menunda melakukan tugas aktivitas
akademik secara berulang-ulang, menunda penyelesaian tugas akademik untuk
dilaksanakan dilain waktu, tidak menyelesaikan atau hingga menimbulkan
hambatan kerja (Salomon & Rothblum, 1984; Ferrari, 1995). Hal yang dapat
diamati dari perilaku menunda-nunda pelajar, mereka mulai belajar lebih lambat.
Penundaan ini mungkin karena perilaku studi mereka tidak sesuai dengan niat
atau intensi mereka (Milgram, Sroloff, & Rosenbaum, 1988; Ferrari, 1995), dan
juga karena niat mereka untuk menunda belajar. Akibatnya, baik niat maupun
perilaku memiliki kesenjangan dan kurangnya niat untuk melakukan tugas-tugas
studi mungkin bisa diamati ( Schouwenburg; Ferrari, 1995). Selain itu, pelajar
yang prokrastinasi lebih mudah terdistraksi terhadap perilaku lain daripada belajar
(e.g., social activities; Ferrari 1995). Prokrastinasi akademik mengacu pada
4
perilaku menunda-nunda tugas, dimana perilaku menunda ini dimanifestasi oleh
tiga perilaku : (1) lack of promptness, either in intention or in behavioral; (2)
intention-behavior discrepancy; and (3) preference for competing activities (Henri
C. Schouwenburg; Ferrari, 1995). Sehingga dapat dilihat bahwa prokrastinator
tahu tugasnya harus diselesaikan dan penting bagi dirinya namun ia menunda
untuk mulai mengerjakan atau menyelesaikan hingga tuntas. Ia memerlukan
waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam
mengerjakan tugas. Ia juga punya kesulitan untuk mengerjakan tugas sesuai
dengan rencana sebelumnya dan dengan sengaja melakukan aktivitas yang lebih
menyenangkan daripada mengerjakan tugas sehingga menyita waktu yang tersedia
untuk dirinya.
Banyak penyebab seseorang bisa melakukan penundaan. Salah satunya
adalah munculnya emosi tertentu seperti emosi negatif. Menurut Laura J,
Solomon dan R. Rothblum (1984), tindakan “melupakan sejenak” atau menunda
penyelesaian tugas akademik merupakan fenomena yang dikenal sebagai
prokrastinasi akademik yang salah satunya dapat disebabkan karena mahasiswa
mengalami emosi tertentu seperti kecemasan yang spesifik atau ketakutan sosial
seperti fear of failure. Kecemasan ekstrim yang paling memungkinkan seseorang
unuk melakukan penundaan yang terkait dengan belajar, karena individu fokus
dalam mengurangi kemunculan emosi (Burka dan Yen, 1983; dalam Ferrari. JR,
dkk 1995). Maka dari itu, emosi yang dirasakan seseorang bisa secara langsung
berdampak kepada perilaku prokrastinasi.
Sejalan dengan konsep Pekrun yang mengungkapkan bahwa positive
achievement emotions (emosi positif) dan negative achievement emotions (emosi
negatif) yang berkaitan dengan proses maupun pencapaian pembelajaran memiliki
dampak pada proses belajar (learning), yaitu memengaruhi atensi, motivasi,
strategi belajar, serta self-regulation (Pekrun, 1992b; Pekrun et al., 2002a; Pekrun
et al., 2007; dalam Pekrun, 2014). Dalam kaitannya dengan atensi, emosi negatif
membuat pelajar mudah terdistraksi dan menarik diri dari suatu pembelajaran.
Dalam keterkaitannya dengan motivasi, emosi negatif akan membuat pelajar
kehilangan ketertarikannya dan motivasi dalam mengejakan tugas. Ketika pelajar
5
tidak fokus dan tidak termotivasi dengan tugas, akan membuat pelajar untuk
melakukan suatu penundaan.
Definisi emosi itu sendiri adalah salah satu ungkapan dari keadaan internal
manusia yang berdasarkan keadaan fisik atau indra sensoris (Lazarus, 1999 dalam
Schutz & Pekrun, 2007). Emosi yang berkaitan dengan kegiatan akademik dan
prestasi disebut dengan achievement emotions. Achievement emotion adalah
emosi yang berkaitan langsung dengan prestasi, baik aktivitas prestasi
(achievement activities) maupun hasil prestasi (achievement outcomes) (Pekrun, et
al., 2007). Emosi-emosi tersebut adalah menikmati, berharap, bangga, lega,
cemas, marah, malu, bosan, dan putus asa. Secara umum emosi atau achievement
emotion dapat dikelompokkan sesuai valensinya, baik itu positif (menyenangkan)
atau negatif (tidak menyenangkan).
Menurut Pekrun et al. (2007), munculnya achievement emotions
disebabkan oleh penilaian diri secara kognitif mengenai kemampuan seseorang
akan kontrol dirinya (control) serta penilaian (value) terhadap kegiatan akademik
tersebut, suatu penelian terbut dapat dipengaruhi oleh lingkungan (enviromental).
Lingkungan tersebut dapat memenculkan atau mempengaruhi achievement
emotions tertentu yang dirasakan oleh siswa. Keadaan lingkungan yang dirasakan
orang berbeda dan interaksi setiap orang yang berbeda pada lingkungannya.
Lingkungan tersebut akan memengaruhi proses berpikir seseorang terkait
pengendalian (control) dan penilaian (value) seseorang. Penilaian yang dilakukan
nantinya akan memunculkan achievement emotions yang berbeda-beda pada
setiap orang.
Ketika seseorang memiliki penilaian yang baik atau tinggi terhadap
kegiatan akademiknya dan juga memiliki kendali yang tinggi, maka achievement
emotions yang muncul akan atau bisa positif. Achievement emotions yang
muncul tersebut akan berdampak langsung terhadap learning atau proses belajar,
dimana proses belajar tersebut adalah cognitive resources, motivation to learn,
learning strategies, serta self-regulation of learning. Setiap aspek pembelajaran
(learning) ini nantinya dapat menentukan pencapaian atau achievement dari
seorang pelajar.
6
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental yang sifatnya
kuantitatif dengan menggunakan metode kuesioner. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, dengan menekankan data numerik untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Christensen, 2011). Pada penelitian ini data yang
didapatkan berupa angka-angka yang akan menguji peran emosi negatif terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa di suatu Perguruan Tinggi. Data akan
dianalisis menggunakan teknik analisis regresi berganda yang memungkinkan
untuk meramalkan nilai suatu variabel terikat (criterion variable) dari nilai
variabel bebas (predictor variable). Responden penelitian ini yaitu 443 orang
mahasiswa yang didapatkan dari cluster sampling.
Data diperoleh dengan menyebarkan dua buah kuesioner. Kuesioner
tersebut adalah Kuesioner Achievement Emotions Dalam Pengerjaan Skripsi yang
disusun berdasarkan lima jenis emosi negatif dan Kuesioner Prokrastinasi
Akademik Dalam Pengerjaan Skripsi yang disusun berdasarkan tiga ciri dari
prokrastinasi akademik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil Pengukuran
Peran Emosi Negatif dan Prokrastinasi Akademik dalam Pengerjaan Skripsi.
Tabel 1 Hasil Koefisien Emosi Negatif terhadap Prokrastinasi Akademik
Model R R Square Std. Error of the
Estimate
0,434a 0,188 0,64806
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R)
adalah 0,434 dan nilai koefisien determinasi (R Square) yang merupakan hasil
penguadratan R adalah 0,188. Hal ini menunjukkan bahwa pada sampel
7
penelitian ini, 18,8 % dalam prokrastinasi akademik dapat dijelaskan oleh emosi
negatif, sedangkan 81,2% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian
ini (lihat Tabel 1).
Tabel 2 Hasil Uji Kelayakan Model Emosi Negatif terhadap Prokrastinasi
Akademik
Sum of Squares Mean Square F Sig.
Regression 42,521 8,504 20,249 0,000b
Residual 183,533 0,420
Total 226,053* : p value < 0,05
Dari hasil penelitian pada taraf signifikansi (sig.), didapatkan bahwa (p <
0,05) nilai F yang dihasilkan adalah signifikan, maka hipotesis nol yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan linier antara emosi negatif dengan
prokrastinasi akademik, ditolak. Dengan kata lain, terdapat hubungan linier
antara emosi negatif dengan prokrastinasi akademik. Jadi, emosi negatif berperan
secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa (lihat Tabel 2).
Tabel 3 Hasil Uji Pengaruh dan Besar Kontribusi Emosi Negatif terhadap
Prokrastinasi Akademik
Unstandardized Coefficients T Sig.
B Std. Error
(Constant) 1,810 ,167 10,865 ,000
Cemas 0,115 ,049 2,343 ,020
Bosan 0,176 ,066 2,684 ,008
Malu -0,035 ,058 -,599 ,549
Marah -0,030 ,065 -,466 ,641
Putus asa 0,237 0,073 3,255 0,001* : p value < 0,05
Variabel terikat Prokrastinasi Akademik
Dari hasil penelitian ini, nilai konstan dengan α < 0,5 maka emosi
negatif secara bersama-sama memberikan peran yang signifikan terhadap
prokrastinasi akademik. Jika dilihat tiap emosinya, didapatkan bahwa besarnya
8
koefisien arah regresi cemas adalah 0,115 dan arah regresi signifikan pada taraf α
< 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor prokrastinasi akademik
akan bertambah sebesar 0,115 atau 11,5% jika terdapat peningkatan emosi cemas
sebesar satu satuan. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa arah regresi
bosan 0,176 dan arah regresi signifikan pada taraf α < 0,05, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa skor prokrastinasi akademik akan bertambah sebesar
0,176 atau 17,6% jika terdapat peningkatan emosi bosan sebesar satu satuan.
Didapatkankan pula besar koefisian arah regresi malu -0,035 dan arah regresi
tidak signifikan yaitu 0,54 > 0,05 yang berarti bahwa emosi malu tidak
bepengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademik. Penelitian ini juga
menujukkan bahwa emosi marah dengan arah regresi -0,03 dan arah regresi tidak
signifikan yaitu 0,64 > 0,05 hal ini berarti bahwa emosi marah tidak berpengaruh
signifikan terhadap prokrastinasi akademik. Emosi terakhir adalah putus asa
dengan besarnya koefisien arah regresi putus asa adalah 0,237 dan arah regresi
signifikan pada taraf α < 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor
prokrastinasi akademik akan bertambah sebesar 0,237 atau 23,7% jika terdapat
peningkatan emosi putus asa sebesar satu satuan (lihat tabel 3).
Dari penjabaran diatas diketahui bahwa emosi negatif secara bersama-
sama memberikan peran untuk meningkatkan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa. Dengan kata lain emosi ini akan membuat mahasiswa untuk menunda
memulai, mengerjakan, dan menyelesaikan skripsi hingga tuntas. Ketika
mahasiswa tidak tertarik atau tidak menyenangi pengerjaan tersebut, ia akan
cenderung menghindari pengerjaan skripsi atau hal-hal yang berkaitan dengan
skripsi dan memunculkan suatu penundaan tersebut. Penelitian ini sesuai dengan
ungkapan bahwa kecemasan yang ekstrim yang paling mungkin menyebabkan
perilaku menunda-nunda karena lebih memperkuat untuk menghindari kecemasan
yang terkait dengan belajar (Burka & Yen, 1983; dalam Ferrari. JR, dkk 1995).
Penelitian ini juga dapat di dukung oleh konsep dari teori Pekrun. Emosi negatif
akan memberi dampak terhadap proses learning (motivasi, atensi, dan self-
regulation) (Pekrun, 1992b; Pekrun et al., 2002a; Pekrun et al., 2007; dalam
Pekrun, 2014). Emosi negatif dapat membuat mahasiswa kehilangan ketertarikan
9
dan tidak terdorong untuk mengerjakan tugas skripsi dan dapat memunculkan
perilaku menunda. Emosi negatif dapat menarik atensi mahasiswa dan membuat
mahasiswa tidak fokus, tidak konsentrasi dengan tugas skripsi, dan mudah
terdistraksi sehingga hal itu akan memicu suatu perilaku penundaan.
Jika dilihat dari masing-masing emosi negatif tersebut, besar arah
koefisien regresi tiap emosi negatif berbeda. Jika emosi-emosi negatif tersebut
dirasakan dalam satu momen tertentu, maka emosi cemas, bosan, dan putus asa
memiliki arah koefisien regresi (+) yang berarti dan akan meningkatkan atau
memunculkan prokrastinasi akademik. Dengan kata lain emosi ini yang paling
berperan dalam memunculkan perilaku menunda tersebut. Maka dari itu, untuk
mencegah adanya perilaku prokrastinasi dalam pengerjaan skripsi, emosi ini
sebaiknya dikurangi agar mahasiswa tersebut tidak menunda pengerjaan skripsi
tersebut. Dari hasil penelitian tersebut juga didapatkan bahwa marah dan malu
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik, artinya
bahwa emosi ini tidak memberikan kontribusi munculnya prokrastinasi akademik
dalam pengerjaan skripsi.
Oleh karena itu, munculnya emosi-emosi negatif dapat meningkatkan
perilaku prokrastinasi akademik dalam pengerjaan skripsi. Emosi-emosi yang
paling berperan secara signifikan yaitu emosi cemas, bosan, dan putus asa. Emosi
ini akan secara langsung membuat mahasiswa melakukan penundaan atau
prokrastinasi akademik dalam pengerjaan skripsi. Namun memang tidak
sepenuhnya hanya emosi negatif yang dapat memunculkan prokrastinasi
akademik pada mahasiswa, sebab emosi negatif hanya berperan sebesar 18,8%
untuk meningkatkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Misalnya saja
emosi malu dan marah yang belum berperan secara signifikan terhadap
prokrastinasi akademik. Masih banyak faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini yang dapat menyebabkan mahasiswa melakukan prokrastinasi
akademik dalam pengerjaan skripsi.
10
SIMPULAN DAN SARAN
Munculnya emosi negatif secara bersama-sama akan memberikan peran
secara langsung terhadap prokrastinasi akademik sebanyak 18,8%. Emosi cemas,
bosan, dan putus asa berperan untuk memunculkan perilaku prokrastinasi
akademik pada mahasiswa. Emosi marah dan malu tidak berperan secara
signifikan pada prokrastinasi akademik dalam pengerjaan skripsi pada mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan untuk menciptakan suatu
iklim yang dapat mengendalikan emosi negatif untuk mengurangi atau menghambat
munculnya perilaku prokrastinasi akademik dalam mengerjakan skripsi. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara :
1. Mahasiswa mengendalikan emosi-emosi negatif yang dirasakannya agar
emosi tersebut tidak menjadi suatu hambatan dalam penyelesaian skripsi.
2. Peneliti menyarankan agar mahasiswa mencari topik yang disenangi
dalam pengerjaan skripsi, sehingga hal itu memfasilitasi munculnya
emosi positif dan mengurangi emosi negatif yang ada dalam diri
mahasiswa.
3. Menciptakan interaksi yang baik antara dosen pembimbing skripsi dan
mahasiswa, dimana interaksi tersebut bisa memfasilitasi munculnya
emosi-emosi tertentu.
4. Memberikan fasilitas-fasilitas yang menunjang kelancaran skripsi kepada
mahasiswa, baik dari orang tua, instansi, dan dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyadi, s. 2013. Model Prestasi dalam Pengerjaan Skripsi Terkait dengan peranAchievement Emotions dan Self-Regulation Pada Mahasiswa Psikologi diBandung. Disertasi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Tidakdipublikasikan.
Christensen, Larry B. 2007. Experimental Methodology Tent Edition. Boston :Person Education Inc
Christensen, Larry B. 2007. Experimental Methodology 10th edition. New York :Pearson Education Inc.
11
Fraenkel, Jack R., Wallen, Norman E. 2008. How to Design and Evaluate Research inEducation Seventh Edition. New York : McGraw-Hill
Ferrari, Joseph R, et al. 1995. Procrastination and Task Avoidance: Theory,Research Treatment. New York: Plenum Press.
Guilford, J. P., 1956. Fundamental Statistics In Psychology And Education. NewYork : McGraw-Hill. P. 145.
Hermawan, Hilmma. 2010. Hubungan Strategi Regulasi Emosi DenganProkrastinasi Akademik Pada Mahasiswa. Fakultas Psikologi Unpad.
Kaplan, Robert M., & Dennis P. Saccuzzo. 2005. Psychological Testing,Principles, Applications, and Issues 6th Edition. Wadworth : ThomsonLearning, Inch.
Pekrun, Reinhard and Garcia, Lisa- Linnenbrink. 2014. International Handbookof Emotions in Educatin. New york : Taylor & Francis.
Pekrun, Reinhard. (2014). Emotions and Learning. International Academy ofEducation. Australia : International Bureau of Education.
Pekrun, Reinhand, et al. (2009). Achievement Emotions: Testing a Model JointRelations With Academic Performance
Pekrun, Reinhard, Frenzel, Anne C., Goetz, Thomas, Perry, Raymond P. (2007).The Control-Value Theory of Achievement Emotions : An IntegrativeApproach to Emotions in Education. Emotion in education, 13-36.
Pekrun, Reinhard, Goetz, Thomas, Titz, Wolfram & Perry Raymond P., (2002a).Academic Emotions in Students Self-regulated Learning and Achievement; Aprogram of Quantitative an Qualitative Research. Educational Psychology,37. 91-106.
Pekrun, Reinhard, Goetz, Thomas, Titz, Wolfram & Perry Raymond P., (2002b).Positive Emotions In Education. Oxford : Oxford University Press, 149-173.
Pintrich, Paul R., Smith David A. F., Garcia, Teresa, McKeachie, Wilbert J.(1991). A Manual for the Use of the Motivated Strategies for LearningQuestionnaire (MSLQ).
Rothblum, Esther D,: Solomon, laura J. (1984) Acameic procrastination:Frequency and Cognitive-Behavioral Correaltes, Journal of CounselingPsychology.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito