Peran Dokter Gigi Dalam Identifikasi Korban Bencana

download Peran Dokter Gigi Dalam Identifikasi Korban Bencana

of 2

Transcript of Peran Dokter Gigi Dalam Identifikasi Korban Bencana

PERAN DOKTER GIGI DALAM IDENTIFIKASI KORBAN BENCANA17-10-2008 | Humas UAFKG Warta Unair Peran dokter gigi dalamdisaster victim identification(DVI) mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam mengidentifikasi korban bencana massal. Peran tersebut semakin menonjol di Indonesia, sebagai negara yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, terutama bencana yang disebabkan oleh faktor alam, seperti letusan gunung berapi, tsunami, gempa, dan bencana alam lainnya.Tiga pemakalah yang dihadirkan dalam SeminarContinuing Professional Development(CPD) dengan tema Peran Dokter Gigi dalamDisaster Victim Identification(DVI), mengakui peranan tersebut. Mereka adalah Kompol. Drg. Waloejo Noegroho, SpPros (Biddokkes Polda Jatim dan RS Bhayangkara HS Samsoeri Mertojoso), Drg. Wieke Lutviandari, DFM (Divisi Odontologi Forensik Instalasi Kedokteran Forensik dan Medikiolegal RSU Dr Soetomo Surabaya) serta Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes (Humas Genetic Department, Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga). Seminar yang dibuka oleh Dekan FKG Prof. Dr. Ruslan Effendy, MS., SpKG dan dihadiri oleh mahasiswa sebagai pesertanya itu, diselenggarakan di Aula Garuda Muka, FKG kampus A Unair, Selasa 14 Oktober 2008.Menurut drg. Wieke Lutviandari, pemanfaatan ilmu kedokteran gigi untuk membantu proses identifikasi korban bencana massal di Indonesia, dilakukan sejak kecelakaan tenggelamnya kapal penumpang Tampomas II di perairan Masalembo, Sulsel tahun 1981. Sejak saat itu, berlanjut pada beberapa peristiwa bencana akibat terorisme, antara lain peristiwa Bom Bali I (2002), peledakan Hotel J.W. Marriot (2003), peledakan bom di depan Kedubes Australia (2004), Bom Bali II (2005), identifikasi tokoh teroris Dr. Azahari (2005) dan beberapa kasus lain yang terjadi di tanah air. Umumnya, korban yang membutuhkan keahlian dokter gigi forensik adalah korban yang hangus terbakar dan mengalami pembusukan tingkat lanjut yang sulit untuk dikenali dan tidak dapat dilakukan identifikasi melalui pemeriksaan konvensional lainnya.Berdasarkan pengalaman di lapangan, identifikasi korban meninggal massal melalui gigi-geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang. Drg Wieke menunjuk contoh, yaitu pada kasus Bom Bali I, dimana korban yang teridentifikasi berdasarkan gigi-geligi mencapai 56%, korban kecelakaan lalu lintas di Situbondo mencapai 60%, dan korban jatuhnya Pesawat Garuda di Jogyakarta mencapai 66,7%. Hal itu menunjukkan betapa pentingnya seorang dokter gigi pada kasus-kasus seperti tersebut diatas, katanya.Identifikasi tersebut penting sekali dilakukan terhadap korban meninggal massal karena merupakan perwujudan HAM dan penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal, serta untuk menentukan seseorang secara hukum apakah masih hidup atau sudah meninggal. Selain itu juga berkaitan dengan masalah pemberian santunan, warisan, asuransi, pensiun, maupun pengurusan pernikahan kembali bagi pasangan yang ditinggalkan. Identifikasi tersebut dapat dilakukan secara visual, gigi-geligi, pemeriksaan medis, antropomeri, sidik jari, dan DNA. Sidik jari, gigi-geligi dan DNA merupakan ukuran identifikasi primer (primery identifiers), sedang visual, antropomeri dan pemeriksaan medis merupakan ukuran identiifikasi sekunder (secondary identifiers).

Mengapa Gigi? Gigi merupakan salah satu sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik dan benar. Selain itu, data berupa foto gigi semasa hidup dapat dipakai sebagai data pembanding dengan hasil pemeriksaan jenasah.Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi. Pertama, gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindungi dan dibasahi oleh air liur.Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-masing mempunyai lima permukaan. Dengan demikian, maka di dalam rongga mulut terdapat 160 permukaan gigi dengan berbagai variasi keadaan, yaitu baik, rusak, ditambal, dicabut, gigi tiruan, implant dll. Dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 3 milyar, maka kemungkinan terdapatnya dua orang dengan data gigi dan mulut yang identik adalah satu berbanding dua milyar penduduk.Melalui pengamatan gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, dan bentuk wajah atau raut muka korban, kata drg. Wieke.

Pembicara Kompol Drg. Waloejo Noegroho, SpPros lebih banyak menjelaskan bagaimana identifikasi gigi geligi seorang korban bencana massal secara teknis, sedangkan Dr. Agung Sosiawan, drg., M.Kes menjelaskan secara detil mengenai aplikasi forensik molekuler pada bencana massal. (bes)