PERAN DINAS SOSIAL KOTA JAMBI DALAM MENGATASI …
Transcript of PERAN DINAS SOSIAL KOTA JAMBI DALAM MENGATASI …
PERAN DINAS SOSIAL KOTA JAMBI DALAM MENGATASI
GELANDANGAN MENURUT PERATURAN WALIKOTA
JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2016 DI KELURAHAN
SIMPANG PULAI KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat - Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Oleh:
RIZKY FADHILLAH
SIP.162455
PEMBIMBING:
Siti Marlina, S.Ag., M.H.I
Nofi Nurman, S.Pd., M.Si
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2020
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rizky Fadhillah
NIM : SIP.162455
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Syariah
Alamat :JL. Perdana Raya Rt 21 No. 08 Kelurahan Paal V, Kec
Kota Baru Jambi
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang berjudul: ,“Peran Dinas
Sosial Kota Jambi Dalam Mengatasi Gelandangan Menurut Peraturan Wali
Kota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Di Kelurahan Simpang Pulai Kota
Jambi” adalah hasil karya pribadi yang tidak mengandung plagiatisme dan tidak
berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang
telah diseutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara
ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggungjawabkan
sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
termasuk pencabutan gelar saya yang saya peroleh dari skripsi.
Jambi, November 2020
Yang Menyatakan,
RIZKY FADHILLAH
NIM. SIP 162455
iii
Jambi, November 2020
Pembimbing I : Siti Marlina, S.Ag., M.H.I
Pembimbing II : Nofi Nurman, S.Pd., M.Si
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS JAMBI
Jl. Jambi – Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren Jaluko
Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Kepada Yth.
Bapak Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
di-
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka Skripsi Saudara
Rizky Fadhillah NIM. SIP.162455 yang berjudul ,“Peran Dinas Sosial Kota
Jambi Dalam Mengatasi Gelandangan Menurut Peraturan Wali Kota Jambi
Nomor 29 Tahun 2016 Di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi”telah dapat
diajukan untuk dimunaqosahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
Maka dengan ini kami ajukan Skripsi tersebut agar dapat diterima dengan
baik. Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Pembimbing I Pembimbing II
Siti Marlina, S.Ag., M.H.I Nofi Nurman, S.Pd., M.Hi
NIP. 19750221 200701 2015 NIDN.2010118703
iv
v
MOTTO
Artinya :
“Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin
dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-
orang yang mencari keridaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.”(Q.S Ar-Rum (30):38).1
11Q.S Ar-Rum (30):38
vi
ABSTRAK
Rizky Fadhillah, SIP162455. ,“Peran Dinas Sosial Kota Jambi Dalam
Mengatasi Gelandangan Menurut Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 29
Tahun 2016 Di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi”
Skripsi ini bertujuan ingin mengetahui Peran Dinas Sosial Kota Jambi dalam
Mengatasi Gelandangan di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi. Ingin
mengetahui Kendala dan Upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi dalam
Mengatasi Gelandangan di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi. Skripsi ini
menggunakan pendekatan Yuridis empiris dan metode kualitatif dengan
melakukan observasi, dokumentasi langsung dilapangan dan pihak Dinas sosial,
wawancara kepada pihak-pihak yang terkait di Dinas Sosial. Berdasarkan hasil
penelitian di peroleh bahwa Dinas Sosial Kota Jambi berperan Partisipatif dalam
penanganan gelandangan yang ada di Kota Jambi. Dengan melakukan penertiban
menggunakan usaha Preventif dilakukan pemantauan pengendalian, usaha
Reprensif dengan melakukan Razia secara rutin dan usaha Rehabilitasi dengan
memberikan pembinaan dan pelatihan serta keterampilan kepada gelandangan.
Adanya kendala yang dihadapi Dinas Sosial dalam penangkapan gelandangan
maka dilakukannya upaya untuk mengatasi gelandangan dengan melakukan
penertiban berupa razia dan pembinaan.
Kata Kunci: Peran Dinas Sosial, Gelandangan, Perwali
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan dan
merampungkan penulisan skripsi ini yang berjudul: Peran Dinas Sosial Kota
Jambi Dalam Mengatasi Gelandangan Menurut Peraturan Wali Kota Jambi
Nomor 29 Tahun 2016 Di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi.
Kemudian tidak luput pula penulis kirimkan sholawat teriring salam
kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah memberikan kita petunjuk dari
alam kebodohan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini, yang
disinari Ilmu, Iman, dan Islam. Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan Ilmu Pemerintahan dan memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) pada Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan
semaksimal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan
ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kejanggalan dan
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan
hati penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar yang selalu
memberi dukungan, semangat, serta doa yang telah diberikan kepada penulis.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asya‟ari, MA., Ph.D selaku Rektor UIN STS
Jambi.
viii
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag., MH selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi..
3. Bapak Agus Salim, S. Th.I., MA., M.IR selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi. Bapak Dr. Ruslan
Abdul Gani, SH selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum
Perencanaan dan Keuangan di lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
Bapak Dr. H. Ishaq, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama di Lingkungan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
4. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP., M.SI dan Bapak Yudi Armansyah, S.Th.I.,
M.Hum selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan di
Fakuktas Syariah UIN STS Jambi.
5. Ibu Siti Marlina, S.Ag., M.H.I selaku Pembimbing I skripsi ini. Dan Bapak
Nofi Nurman, S.Pd., M.Hi selaku Pembimbing II skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan
pelayanan dalam proses penyelesaian studi penulis.
7. Semua pihak yang terlibat dalam skripsi ini baik langsung maupun tidak
langsung yang telah terlihat banyak membantu sehingga skripsi dapat
diselesaikan.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini untuk edisi yang akan datang. Dengan adanya
skripsi ini kiranya dapat memotivasi kepada diri penulis pribadi khususnya dan
ix
para pembaca umumnya untuk membuat karangan ilmiah dimasa yang akan
datang. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.
Demikian semoga Allah SWT senantiasa memberi hidayah-Nya kepada
kita semua. Aamiiin Ya Robbal „Alamiin.
Jambi, November 2020
Penulis
Rizky Fadhilllah
NIM: SIP.162455
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin dengan rahmat allah SWT Skripsi ini saya
persembahkan kepada orang-orang yang telah memberikan cinta, kasih, perhatian,
serta motivasi dalam menuntut ilmu.
Kedua orang tua tercinta :
Ayahanda Murjono dan Ibunda Purnama Wati tercinta yang telah mendidikku dengan
penuh kegigihan dan kesabaran, yang tak henti-hentinya menyelipkan namaku dalam
setiap doa nya, berkat doa dan dorongan motivasi beliau berdualah saya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk semua yang ayah ibu berikan selama ini,
harapan besarku semoga skripsi ini mejadi hadiah indah bagi Ayah dan Ibu.
Adik tersayang :
Dinda Amalya dan orang yang selalu ada memberikan semangat dan mendoakan
keberhasilanku.
Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan serta
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, serta dosen-dosen lainnya yang teah terlibat
dalam penyelesaian skripsi ini.
Sahabat Seperjuangan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Staf Fakultas Syariah UIN STS Jambi, Almamaterku tercinta UIN STS Jambi, tempat
penulis menimba ilmu.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .................................. i
NOTA DINAS ................................................................................................. ii
MOTTO .......................................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 5
D. Batasan Masalah ............................................................................ 7
E. Kerangka Teori .............................................................................. 7
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 13
BAB II METODE PENELITIAN .................................................................
A. Pendekatan Penelitian ................................................................... 16
B. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 17
C. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 18
D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 20
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 22
F. Jadwal Penelitian ........................................................................... 23
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN
A. Profil Kantor Dinas Sosial ............................................................ 24
B. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Jambi ........................................... 35
xii
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ................................
A. Peran Dinas Sosial Kota Jambi dalam Mengatasi Gelandangan
Menurut Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 di
Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi .......................................... 52
B. Kendala dan Upaya yang dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi dalam
Mengatasi Para Gelandangan yang ada di Kelurahan Simpang Pulai
Kota Jambi ................................................................................... 59
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................... 62
B. Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Jadwal Penelitian ......................................................................... 23
Tabel 3.1 : Jumlah Pegawai Menurut Pangkat, Golongan dan Jabatan ......... 25
Tabel 3.2 : Data Perkembangan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial ( PMKS) ............................................................................. 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum kemiskinan terjadi karena ketidakberdayaan masyarakat
untuk keluar dari permasalahan kemiskinan yang dihadapinya. Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) salah satu negara berkembang yang dikenal sebagai
bangsa yang memiliki kekayaan alam melimpah, namun kehidupan
masyarakatnya sampai saat ini masih dalam kondisi terpuruk. Meskipun
perjuangan bangsa Indonesia sejak awal pendiriannya bertujuan untuk terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (sila ke kelima, Pancasila). Oleh
karena itu, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
di daerah sangat penting dikemukakan sebagai bagian terpenting dari berbagai
peran dan kebijakan yang dilaksanakan oleh negara.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan sebagian masyarakat menjadi
gelandangan yaitu faktor ekonomi, geografi, sosial, pendidikan, psikologis,
cultural, lingkungan dan agama,2sehingga mereka tidak mampu mendapatkan
pekerjaan yang mereka harapkan untuk memperoleh kehidupan yang sejahtera
seperti yang diterangkan dalam undang-undang pasal 28H ayat 1 yang berbunyi
bahwa setiap orang yang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat
2Sudarsono, “Kenakalan Remaja” ( Jakarta: Rineka Cipta,2012), hlm.59.
2
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.3
Tantangan pembangunan kesejahteraan sosial yang dihadapi tercermin
dari masih rendahnya daya dorong perekonomian, serta populasi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, sosial
secara memadai dan wajar.4
Kesejahteraan sosial merupakan salah satu tujuan hidup dari setiap
manusia. Dimana kesejahteraan sosial diperoleh dari terpenuhinya seluruh
kebutuhan hidup dan suasana ketentraman dalam kehidupan sekitar. Namun tidak
semua orang dapat mendapatkan kesejahteraan sosial tersebut. Masalah PMKS
(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) masih menjadi persoalan yang
kompleks di setiap daerah di Indonesia. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
belum menjadi penjamin untuk terselesaikannya masalah PMKS ini.
Permasalahan kesejahteraan sosial tersebut menunjukkan bahwa terdapat warga
negara belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum
memperoleh pelayanan dari negara. Padahal pembangunan kesejahteraan sosial
pada dasarnya merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang
diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara 1945 yaitu untuk
3Undang-Undang Republik Indonesia pasal 28 ayat 1 tahun 1945 tentang hak asasi
manusia 4Wisnu Andrianto dkk, “Peran Tenaga KesejahteraanSosial Kecamatan dalam
Penanggulangan Masalah Kesejahteraan Sosial” Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2,
Hal. 202-209
3
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikutmelaksanakanketertiban dunia berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Gelandangan memang sudah menjadi istilah yang akrab dikota-kota besar
seluruh Indonesia, kehadiran mereka kerap dianggap mengganggu ketertiban
sosial, namun sebenarnya kehadiran gelandangan adalah bentuk gagal dari
pemerintah baik itu pusat atau daerah dalam mensejahterakan rakyatnya. Sampai
saat ini penanganan gelandangan masih sekedar konsep yang sulit terwujud
dimana dari data Dinas Sosial Kota Jambi masih ditemukan gelandangan yang
berkeliaran menghiasi pertokoan, tempat ramai dan jalan.gelandangan mem
butuhkan perhatian, penanganan, yang khusus sehingga mereka dapat
memperoleh atau menikmati hak untuk bertahan hidup yang layak.
Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penanganan
Gelandangan, Pengemis (Gepeng) Dan Anak Jalanan Dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa Walikota Jambi Menimbang : (a). bahwa dalam rangka
mewujudkan kehidupan masyarakat yang bermartabat dan berkeadilan sosial
maka perlu adanya upaya-upaya kongkrit dalam pemberdayaan kelompok
masyarakat Gelandangan dan Pengemis ; (b). bahwa masalah Gelandangan dan
Pengemis di Kota Jambi Perlu ditanggulangi secara komprehensif dan terpadu
guna meningkatkan kebutuhan hidup jasmani, rohani dan kehidupan sosial lainnya
dangan senantiasa menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila; (c). bahwa fenomena berkembangnya komunitas gelandangan dan
4
pengemis apabila tidak ditanggulangi secara benar dan terpadu akan menimbulkan
berbagai permasalahan sosial dan ketertiban yang daat mengganggu keharmonisan
kehidupan sosial masyarakat sebagai salah satu faktor kunci keberhasilan
pembangunan; (d). bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu membentuk Peraturan Walikota tentang
Penanganan Gelandangan, Pengemis,(Gepeng) dan Anak Jalanan.5
Berdasarkan observasi keberadaan gelandangan banyak di jumpai pada
persimpangan lampu lalu lintas, pinggiran toko, tempat wisata, dan sering kali
terlihat di pasar atau pusat perbelanjaan.
Dari hasil wawancara bersama Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Pak
Jaharudin, mengatakan bahwa
“Kami selalu melakukan peninjuan terhadap gelandangan dan gepeng
ketempat umum, termasuk di Kelurahan Simpang Pulai. Dan jika kami
menemukan gelandangan selalu kami bawa kesini dulu untuk diproses
lebih lanjut. Dan jumlah gelandangan di Jambi sudah mulai menurun dari
tahun-tahun sebelumnya.”6
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
permasalahan tersebut dalam bentuk karya ilmiah yang penulis tuangkan dalam
bentuk skripsi dengan judul,“Peran Dinas Sosial Kota Jambi Dalam Mengatasi
Gelandangan Menurut Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 29 Tahun 2016
Di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi”
5 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 6Wawancara dengan Jaharudin selaku Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial, pada 26
Desember 2019
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah menempati posisi sentral yang
menuntut unsur-unsur lain.7 di atas maka yang menjadi pokok pembahasan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran Dinas Sosial Kota Jambi dalam mengatasi gelandangan
menurut Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 di Kelurahan
Simpang Pulai Kota Jambi?
2. Kendala apa yang dihadapi oleh Dinas Sosial Kota Jambi dalam mengatasi
para gelandangan di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi?
3. Upaya apa saja yang dilakukan Dinas Sosial Kota Jambi dalam mengatasi
para gelandangan di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terfokus dan lebih mendalam khususnya upaya
penertiban gelandangan oleh dinas sosial kota jambi sesuai dengan (Peraturan
Walikota Nomor 29 tahun 2016), maka penulis membatasi masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini mengambil dari data tahun 2018-2019. Dari batasan
masalah tersebut peneliti akan meneliti tentang peran Dinas Sosial dalam
mengatasi gelandangan di Kota Jambi.
7Sayuti Una ,(Pedoman Penulisan Skripsi (edisirevisi), CetKe 2 (Jambi : Syariah Press
Dan FakultasSyarih UIN STS Jambi ,2014)
6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tersebut ada dua macam yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui peran Dinas Sosial Kota Jambi dalam mengatasi
Gelandangan berdasarkan Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun
2016 Tentang Penanganan Gelandangan
b. Ingin mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan pemerintah Kota
Jambi dalam mengatasi gelandangan yang masih berkeliaran ditempat
umum.
c. Ingin mengetahui upaya apa yang sudah dilakukan oleh Dinas Sosial
Kota Jambi dalam mengatasi gelandangan.
2. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dilakukan untuk dapat digenerasikan serta diharapkan
mampu memberikan manfaat yang baik bagi disiplin ilmu yang berkaitan erat
dengan penelitian ini. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Akademisi
Secara akademisi hasil penelitian ini berguna sebagai suatu karya
ilmiah yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan
sebagai bahan masukan yang dapat mendukung bagi peneliti mau pun
pihak lain yang tertarik dalam bidang yang sama. Penelitian ini di gunakan
untuk mengaktualisasikan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dan
7
realita di lingkungan masyarakat. Serta dapat dijadikan dasar dan bahan
informasi untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa.
2. Praktisi
Secara praktisi hasil penelitian sebagai bahan masukan atau acuan dan
pertimbangan bagi pihak pemerintah daerah khususnya Provinsi Jambi
dalam mengatasi gelandangan yang ada di Kota Jambi dan penelitian ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan untuk
menganalisis mengenai peran pemerintah dalam mengatasi gelandangan
yang ada di Kota Jambi
E. Kerangka Teori
Kerangka teori di gunakan untuk memberikan gambaran atas batasan-
batasan tentang teori-teori yang akan di pakai sebagai landasan penelitian yang
akan dilakukan.8 Agar penelitian ini terarah dan tepat sasaran, dalam hal ini
penulis melalui kerangka teori yaitu Peran Dinas Sosial Dalam Mengatasi
gelandangan Menurut Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 di Kota
Jambi.Maka penulis menganggap perlu menggunakan kerangka teori sebagai
landasan berfikir guna mendapatkan konsep yang benar dan tepat dalam
penyusunan skripsi ini sebagai berikut:
8Mardalis, “Metode Penelitian Suatu Pendekta Proposal”, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
hlm 41.
8
1. Teori peran
Definisi peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa
perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang, yang menduduki suatu posisi.
Peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang
diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu.9 Definisi peran menurut
Soekanto adalah proses dinamis kedudukan (status)apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dan
menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.10
Dalam sebuah organisasi setiap orang memiliki berbagai macam
karakteristik dalam melaksanakan tugas, kewajiban atau tanggung jawab yang
telah diberikan oleh masing-masing organisasi atau lembaga. Tugas-tugas
tersebut merupakan batasan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan yang
telah diberikan berdasarkan peraturan-peraturan dari organisasi atau lembaga
tersebut agar segala pekerjaan dapat tertata rapi dan dapat dipertanggung
jawabkan oleh setiap pegawainya.
Kemudian menurut Riyadi peran dapat diartikan sebagai orientasi dan
konsep dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam oposisi sosial.
Dengan peran tersebut, sang pelaku baik itu individu maupun organisasi akan
berprilaku sesuai harapan orang atau lingkungannya.
9Suhardono, “Teori Peranan”,(Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Umum,1994), Hlm 15. 10Soekanto,“Teori Peran”,(Jakata: Rieneka Cipta,2009) Hlm.212/213.
9
Peran juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural
(norma-norma, harapan, tabu, tanggung jawab dan lainnnya. Di dalamnya
terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang menghubungkan
pembimbing dan mendukung fungsinya dalam mengorganisasi. Peran
merupakan seperangkat perilaku dengan kelompok, baik kecil maupun besar,
yang kesemuanya menjalankan berbagai peran.11
Integrasi organisasi merupakan peleburan komponen peranan, norma dan
nilai. Peranan adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dilakukan oleh
seseorang yang ditentukan oleh karakteristik pribadi seseorang, perngertian
seseorang tentang apa yang diharapkan orang lain kepadanya dan kemauannya
untuk mentaati yang telah menetapkan pengharapan tadi.
Kemudian menurut Dougherty & Pritchard teori peran ini memberikan
suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam organisasi. Mereka
menyatakan bahwa peran itu melibatkan pola penciptaan produk sebagai
lawan dari perilaku atau tindakan.12
Lebih lanjut Dougherty & Pritchard mengemukakan bahwa relevansi suatu
peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan
pengamat (biasanya supervisor dan kepala sekolah) terhadap produk atau
11Riyadi,”Perencanaan Pembangunan Daerah” Ejurnal,2002,Hlm.138. 12 Dougherty & Pritchard “Peran Memberikan Suatu Kerangka Konseptual Dalam
Studi Perilaku Didalam Organisasi”. Ejurnal.1985. Hlm.55
10
outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur organisasi juga
terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran (role perception).13
Begitu pula dengan organisasi atau lembaganya, setiap organisasi tentunya
memiliki ketentuan-ketentuan terkait batasan apa saja yang dapat dilakukan
dan tidak dapat dilakukan oleh organisasi yang bersangkutan tersebut.
Sehingga masing-masing organisasi dapat bekerja berdasarkan tujuan yang
telah ditentukan.
2. Pembagian Peran
Adapun pembagian peran menurut Soerjono Soekanto peran dibagi
menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1. Peran Aktif
Peran aktif adalah peran yang di berikan oleh anggota kelompok karena
kedudukannya didalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti
pengurus, pejabat dan lainnya sebagainya.
2. Peran Partisipatif
Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok
kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat berguna
bagi kelompok itu sendiri.
3. Peran Pasif
Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif,
dimana anggota kelompok menahan dari agar memberikan kesempatan
13Ibid,Hlm.56
11
kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan
baik.14
Menurut Soekanto‟‟peranan lebih banyak menunjukkan suatu fungsi,
penyesuaian diri dan sebagai suatu proses, jadi tepatnya adalah seseorang
menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta menjalankan
suatu peranan.‟‟15
Kutipan dalam buku yang sama, lebih lanjut Soejono
soekanto mengemukakan aspek –aspek peranan sebagai berikut :
A. Peranan meliputi norma –norma yang di hubungkan dengan
posisiseseorang dalam masyarakat.
B. Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan olehindividu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
C. Peranan juga dapat dilakukan sebagai prilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Secara konseptual dan empirik di berbagai negara, kata local dalam
kaitannya dengan local government dan local autonomy tidak dicerna
sebagai daerah, tetapi merupakan masyarakat setempat. Urusan dan
kepentingan yang menjadi perhatian local government dan tercakup dalam
local autonomy bersifat locality.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran merupakan
suatu tindakan yang membatasi seseorang maupun suatu organisasi untuk
melakukan suatu kegiatan berdasarkan tujuan dan ketentuan yang telah disepakati
bersama agar dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
14Soekanto,“SosiologiSebagaiPengantar”,(Jakata:PT.RajaGrafindo Persada,2002)Hlm.242.
15 Ibid Hlm. 221
12
3. Penanggulangan Gelandangan
Gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan yang tidak
mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan
mengembara di tempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat. Dibeberapa daerah gelandangan
dianggap sebagai suatu permasalahan social. Salah satu upaya pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah dalam menanggulangi gelandangan yang
berkeliaran di jalan adalah melalui penertiban maupun pembinaan yang
dilakukan oleh dinas sosial. Namun pada kenyataannya belum sepenuhnya
mampu menanggulangi permasalahan gelandangan di Indonesia.
Gelandangan adalah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan
berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, taman
umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas
umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai
pembatas wilayah dan milik pribadi, tunawisma sering menggunakan lembaran
kardus, lembaran seng atau aluminium, lembaran plastik, selimut, kereta
dorong pasar swalayan, atau tenda sesuai dengan keadaan geografis dan
negara. Sejarawan Onghokham mendefinisikan gelandangan sebagai
pengembara. “Istilah „gelandangan‟ berasal dari „gelandang‟ yang berarti „yang
selalu mengembara‟, yang berkelana (lelana) menurut istilah dahulu dan yang
lebih netral sifatnya,” 16
16Hanggoro, Hendaru Tri. "Memandang Laku Menggelandang || NuuN.id". NuuN.id.
Diaksestanggal 2017-02-02.
13
Penanggulangan gelandangan menjadi tanggung jawab berbagai pihak dan
berbagai kalangan. Maraknya gelandangan memperlihatkan penanggulangan
gelandangan belum dilaksanakan dengan maksimal. Pemerintah maupun
swasta merupakan kelompok yang berkewajiban dalam menyelesaikan
permasalahan penanggulangan gelandangan, sehingga penanganan dari
berbagai kalangan dapat disatukan dalam visi besar, yakni pemberantasan
gelandangan demi terciptanya kedamaian dalam kehidupan masyarakat.17
F. Tinjauan Pustaka
Dari suatu penelitian tidak lepas dari perolehan data melalui refrensi buku-
buku dan literatur sebagai bahan perbandingan dalam penelitian ini akan di
cantumkan hasil penelitian terlebih dahulu oleh beberapa peneliti antara lain:
Pertama, skripsi yang berjudul Implementasi Peraturan Walikota Jambi
Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan Dan Pengemis oleh
Najemia tahun 2019, penelitian tersebut membahas tentang Implementasi
Penertiban gelandangan dan pengemis di lakukan dengan melakukan penertiban
berupa razia dan pembinaan. Faktor tantangan dan peluang di pengaruhi faktor
sosial budaya, sumberdaya manusia dan lingkungan. kelambatan implementasi
disumbangkan oleh aspek-aspek tidak adanya panti sosial yang dimiliki oleh
Dinas Sosial menyebakan pembinaan yang dilakukan kepada gelandang dan
pengemis belum dapat dilaksanakan, selain dari faktor lembaga, faktor lainnya
yang ikut mempengaruhi yaitu faktor lingkungan, dimana masih kurangnya
17 Zainal Fadri, “Upaya Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis(Gepeng) Sebagai
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Di Yogyakarta” Ejurnal, Vol.10, No.1. 2019. Hal. 10
14
dukungan dari lembaga-lembaga sosial maupun pihak-pihak swasta dalam
mengatasi masalah gelandangan dan pengemis, begitu juga dengan kurangnya
dukungan dari masyarakat untuk mengatasi gelandang dan pengemis ini membuat
usaha yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi masalah ini menjadi lebih
sulit. 18
Kedua, penelitian yang berjudul Kebijakan Penanganan Gelandangan Dan
Pengemis Oleh Dinas Sosial Kota Tanjungpinang, oleh Wulan Sari, penelitian
tersebut membahas tentang Kebijakan Penanganan Gelandangan dan Pengemis
oleh Dinas Sosial Kota Tanjungpinang belum berjalan dengan baik, hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian sebagai berikut : Pada dimensi Kondisi lingkungan
ditemukan bahwa maraknya Gelandangan dan Pengemis yang ada di Kota
Tanjungpinang bukan sepenuhnya penduduk tetap Kota Tanjungpinang,
melainkan mereka datang dari daerah tetangganya. Adapun penyebab para
Gelandangan dan Pengemis ini memilih Kota Tanjungpinang sebagai lokasi untuk
menggelandang dan mengemis adalah karena faktor tingkat pendapatan yang
mereka peroleh selama menggelandang dan mengemis lebih tinggi jika
dibandingkan kota lain kemudian kalau gepeng sendiri menerima semua program
seperti bantuan, tenaga sosial, tapi itulah mereka kadang yang belum bisa
memanfaatkan bantuan yang ada, makanya gepeng ini penanganannya seolah
tidak optimal, padahal banyak faktor termasuk dari mereka sendiri.19
18 Najemia, “Implementasi Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang
Penertiban Gelandangan Dan Pengemis” Skripsi UIN STS Jambi, 2019 19Wulan Sari, “Kebijakan Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Oleh Dinas Sosial
Kota Tanjungpinang” Jurnal, 2019
15
Ketiga, jurnal yang berjudul Penanganan Pemerintah Kota Surabaya
Terhadap Keberadaan Tuna Wisma Di Surabaya Masa Walikota Moehadji
Widjaja (1980-1984), oleh A‟an Aditya tahun 2017, jurnal tersebut membahas
tentang Kota Surabaya yang terkenal dengan sebutan kota Indamardi (Industri,
Perdagangan, Maritim dan Pendidikan) mampu menarik perhatian golongan
penduduk tertentu untuk datang dan menetap, terutama bagi golongan penduduk
yang ingin mencari pekerjaan dan ingin melanjutkan pendidikan. Penampilan
Kota Surabaya yang semakin berkembang pada akhirnya menjadikan daya tarik
dan menimbulkan dampak sosial berupa tingginya migrasi migran dari berbagai
daerah untuk masuk ke Kota Surabaya. Layaknya kota-kota besar lain di Negara
Berkembang, Kota Surabaya menerima konsekuensi dengan adanya peningkatan
jumlah migran yang mencoba mengadu nasib di kota terbesar kedua di Indonesia
tersebut. Serta juga mengakibatkan semakin tidak seimbangnya daya dukung kota
dikarenakan penambahan jumlah migran yang sangat tinggi.20
Dari penelitian pertama membahas tentang kinerja dinas sosial dan
pemakaman dalam menangani gelandangan dan pengemis, penelitian kedua fokus
terhadap kebijakan penangan gelandangan dan pengemis oleh dinas sosial belum
berjalan dengan baik, sedangkan penelitian ketiga membahas tentang keberadaan
tunawisma dalam masa WaliKota di Surabaya, sedangkan saya sebagai peneliti
lebih memfokuskan pembahasan tentang peran dinas sosial dalam mengatasi
gelandangan menurut peraturanWalikota Jambi nomor 29 tahun 2016.
20Aan Aditya, “Penanganan Pemerintah Kota Surabaya Terhadap Keberadaan Tuna
Wisma Di Surabaya Masa Walikota Moehadji Widjaja (1980-1984)” Jurnal, 2017
16
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Jadi, metodologi penelitian ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam penelitian. Penelitian
ini merupakan sebuah karya ilmiah, yang bisa di pertanggung jawabkan dengan
baik oleh peneliti. Penulis lebih fokus kepada peran dinassosial dalam mengatasi
gelandangan menurut peraturan Walikota Jambi nomor 29 tahun 2016 tentang
Gelandangan.
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitan ini menggunakan pendekatan Yuridis
Empiris, dengan metode penelitian kualitatif dimana dalam penelitian yang
dilakukan bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan
kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk
mendapatkan data yang objektif dalam menjelaskan Peran Dinas Sosial dalam
penanganan gelandangan khususnya di Kelurahan Simpang Pulai Kota Jambi.
Dalam penelitian ini penulis ingin memperoleh informasi tentang
bagaimana peran Dinas Sosial Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016
dalam mengatasi permasalahan gelandangan yang berkeliaran di jalan dan tempat
umum, dan umtuk mengetahui penulis menghimpun data yang ada di lapangan
sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian yang akan penulis deskrisikan.
17
B. Jenis Dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan peneliti yaitu :
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli
(langsung informan) yang memiliki informasi atau data tersebut.21
Data
primer disini adalah suatu data yang diperoleh penulis dari observasi,
wawancara dengan perangkat pemerintah provinsi Jambi, dan dokumen
berupa arsip dan peraturan dilapangan dengan pihak kantor Dinas Sosial
Kota Jambi. Yaitu:
1. Kepala Bidang Rehabilitas Sosial Kota Jambi Tahun 2019
2. Kepala Seksi Rehabilitas Sosial Kota Jambi Tahun 2020
2) Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua, data ini diproleh
dengan mengutip sumber lain sehingga tidak bersifat authentic karena sudah
diperoleh dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya.22
Data sekunder dapat di
peroleh dari berbagai sumber program pelaksanaan dilembaga seperti
Peraturan daerah, Data daerah, buku-buku yang berkaitan judul skripsi,
Laporan, Jurnal, Prosiding dan Internet.23
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Pelaksana pemberi pelayanan
21Iskandar, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.Ke-1 (Jakarta: Gaung Persada, 2009)
hlm.12 22Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, Cet.ke-16 (Yogyakarta:Pusaka Pelajar, 2015) 23Ibid hlm 230
18
Dalam hal ini seperangkat organisasi kepengurusan lembaga dapat
memberikan informasi dapat dilakukan melalui wawancara dan lainnya.
2) Dokumentasi
Sumber data yang diambil dari dokumen ini berupa data dalam
bentuk laporan, catatan peristiwa, keterangan, jumlah permasalahan serta
keuntungan, dan lain sebagainya.24
Sumber data adalah berupa responden
dan informan di katakan juga sebagai sumber data berupa orang
(person).25
3. Instrumen pengumpulan data
a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan
data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara
sistematis, serta dapat dikontrol keandalan ( reliabilitas dan kesahihanya).
Alasan penggunaan pengamatan karena teknik pengamatan memungkinkan
melihat dan mengamati sendiri, kemungkinan mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Kedua, teknik pengamatan
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan
dengan pengetahuan propossisional maupun pengetahuan yang langsung
diperoleh dari data. Ketiga, dapat mencegah bias yang biasanya terjadi pada
24Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, ( Bandung, Alfabeta:
2009) hlm. 16. 25SayutiUna, (Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi ),CetKe 2 (Jambi : Syariah
Press,2014), hlm. 36
19
proses wawancara. Keempat, teknik pengamatan memungkinkan peneliti
mampu memahami situasi-situasi yang rumit.
Dalam pengumpulan data yang berbentuk observasi ini penulis akan
melakukan pengamatan dan pencatatan data langsung dari Dinas Sosial Kota
Jambi.
b. Wawancara
Wawancara dapat diartikan juga suatu proses interaksi dan komunikasi
untuk mendapatkan informasi yang hanya diperoleh dengan cara bertanya
langsung dengan responden.26
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data mentah dari informan,
sehingga ditemukan data baru yang tidak terdapat dalam dokumen. Data
mentah yang diperoleh dari informan ini bermanfaat untuk menjawab rumusan
masalah dalam penelitian.27
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara
adalah buku catatan, laptop dan handphone karena penulis menggunakan
wawancara terstruktur melalui email ataupun telephone. Hal ini bermanfaat
untuk mengirim dan mendokumentasikan semua percakapan dengan sumber
data, dimana kesemuanya telah digunakan setelah mendapat izin dari sumber
data.
Dalam penelitian ini penulis menghubungi responden untuk diwawancarai
yaitu kepala dinas kantor dinas sosial, ketenagakerjaan dan transmigrasi
(dissosnakertrans) dan staf-staf kantor baik yang bertugas dilapangan dan di
dalam kantor. Materi wawancaranya antara lain tentang pelaksanaan peraturan
26Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan
karya Ilmiah,Cet. Ke-19, (Jakarta:Pustaka Lp3es Indonesia,2008), hlm 192 27Ibid, hlm.38-39
20
walikota nomor 29 tahun 2016 tentang penanganan gelandangan dan pengemis
dan upaya apa saja yang dilakuakan pemerintah dalam mengatasi para
gelandangan tersebut serta kendala yang dihadapi dalam proses penertibannya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan
percakapan, menyangkut permasalahn pribadi, dan memerlukan interprestasi
yang berhubungan sangat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.28
Teknik
dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data baik dari
dokumentasi resmi, buku, artikel, surat kabar, arsip, dekumentasi pribadi.
4. Tehnik Analisis Data
Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan terus
menerus terhadap data. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis, dan
menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Pendekatan kualitatif model
interaktif sebagaimana diajukan oleh miles dan huberman. Yaitu terdiri dari
tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum,
selama, dan sesudah pengumpulan datadalam bentuk yang sejajar, untuk
membangun wawasan umum di sebuah analisis.29
Dalam analisis data penulis memadukan data primer dan data sekunder.
Tahap yang akan dilakukan dimulai dengan tahap pertama: melakukan
pengumpulan data dan membuat transkip data dengan cara mendengarkan
28Ibid hlm 142-143 29 Muhammad idrus, metode penelitian ilmu sosial :pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, 2009, hal. 86.
21
berulang-ulang hasil rekaman yang kemudian menyusun hasil wawancara
dalam bentuk verbatim. Selanjutnya pada tahap kedua peneliti membaca
transkip data yang ada sehingga peneliti dapat menemukan makna data yang
signifikan dan memberi garis bahwa dalam pernyataan-pernyataan penting
partisipan. Tahap ketiga adalah menentukan kategori. Kategori merupakan
proses dimana peneliti harus mampu mengelompokkan data yang ada kedalam
suatu kategori,. Selanjutnya kategori yang sudah ada peneliti kelompokkan
kedalam sub tema, dimana sub tema yang muncul peneliti kelompokkan lagi
menjadi tema-tema yang potensial. Tahap keempat adalah menulis laporan.
Dalam penulisan laporan, peneliti menuliskan setiap rasa, katadan kalimat serta
pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisis.
5. Jadwal Penelitian
Agar penelitian dan penulisan skripsi terencana dengan waktu yang efektif
dan efisen sehingga dapat selesai tepat waktu, maka penulis membagi langkah-
langkah penelitain yang akan dijalani dalam bentuk jadwal untuk menjadi
pedoman. Adapun jadwal penelitian yang di jadwalkan adalah sebagai berikut:
22
NO KEGIATAN Tahun 2019
Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PengajuanJudu
l
2 Pembuatan
Proposal
3 Perbaikan
Proposal dan
seminar
4 SuratizinRiset
5 Pengumpulan
Data
6 Pengolahan
data
dananalisis
data
7 PembuatanLap
oran
8 Bimbingandan
Perbaikan
9 Agenda
danUjianSkrips
i
10 PerbaikandanP
enjilidan
23
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Kantor Dinas Sosial
1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Jambi sebagai berikut:Perda
Nomor 41 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,Tugas dan
Fungsi serta TatananKerja pada Dinas Sosial Kota Jambi.30
STUKTUR DINAS SOSIAL KOTA JAMBI
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KEPALA SUBBAGIAN KEUANGAN
KEPALA BIDANG PERLINDUNGAN DAN
JAMINANSOSIAL
KEPALA BIDANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
KEPALA BIDANG PEMBERDAYAAN SOSIAL
KEPALA BIDANG REHABILITASI SOSIAL
KEPALA SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN
KEPALA SUBBAGIAN UMUM DAN PERENCANAAN
KEPALA SEKSI REHABILITASI SOSIALANAK &
LANJUT USIA
KEPALA SEKSI REHABILITASI TUNA SOSIAL
KEPALA SEKSI REHABILITASI SOSIAL
PENYANDANG DISABILITAS &KORBAN NARKOBA
KEPALA SEKSI PEMBERDAYAAN SOSIAL
PERORANGAN, KELUARGA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT
KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN
BENCANA ALAM
KEPALA SEKSI
PERLINDUNGAN SOSIAL KORBAN BENCANA SOSIAL
KEPALA SEKSI JAMINAN SOSIAL KELUARGA
KEPALA SEKSI KEPAHLAWANAN, KEJUANGAN &
KESETIAKAWANAN SOSIAL
KEPALA SEKSI PENDATAAN DAN INFORMASI
FAKIR MISKIN
KEPALA SEKSI PENYULUHAN, PELATIHAN DAN PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN
KEPALA SEKSI PENGELOLAAN SUMBER DANA
BANTUAN SOSIAL
KEPALA SEKSI PEMBINAAN DAN PELAYANAN
SOSIAL FAKIR MISKIN
KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL
30 Stuktur Dinas Sosial Kota Jambi
25
2. Tabel Jumlah Pegawai Menurut Jabatan, Eselon, Pangkat dan
Golongan.
Tabel. 3.131
Jumlah Pegawai Menurut Pangkat, Golongan dan Jabatan
No Pangkat Jabatan Golongan Eslon
1 Pembinaan
Muda
IV/c
2 Pembinaan
Tk.1
IV/b
3 Pembina IV/a
4 Penata Tk.1 III/d
5 Penata III/c
6 Penata Mudaa
Tk.1
III/b
7 Penata Muda III/a
8 Pengatur Tk.1 II/d
9 Pengatur II/c
10 Pengatur Muda
Tk.1
II/b
11 Pengatur Muda II/a
12 Juru I/d
13 Juru Tk.1 I/c
14 Juru Muda
Tk.1
I/b
15 Juru Muda I/a
16 Kepala Dinas II.b
17 Sekretaris III.a
18 Kepala Bidang IV.a
19 Kepala Sub Bagian IV.a
20 Kepala Seksi -
21 Tenaga Fungsional -
22 Staf Pelaksana -
23 Pegawai Honorer -
31 Jumlah Pegawai Menurut Pangkat, Golongan dan Jabatan
26
3. Uraian Tugas Dan Fungsi Dari Masing-Masing Organisasi SKPD
Dinas Sosial Kota Jambi
1. Tugas Pokok SKPD Dinas Sosial Kota Jambi
Dinas Sosial merupakan salah satu SKPD di Kota Jambi. Pendirian Dinas
Sosial berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Jambi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Jambi maka Dinas Sosial
mempunyai TUGAS POKOK yaitu: Membantu Kepala Daerah dalam
melaksanakan Urusan Pemerintah Daerah di bidang Sosial dan Tugas
Pembantuan yang meliputi:
Tugas Perencanaan merupakan suatu proses yang melibatkan penentuan
sasaran atau tujuan organisasi dimasa mendatang, memutuskan tugas, serta
menyusun strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran yang ditetapkan, dan
mengembangkan hierarki rencana secara menyeluruh untuk mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan kegiatan.
Pembinaan merupakan suatu proses, hasil atau pernyataan yang lebih
baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan atau peningkatan atas suatu
hal.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang
akan dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
27
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah
direncanakan secara efektif dan efesien.
Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan
yang ingin dicapai.
Pelayanan merupakan kegiatan tidak berwujud yang dapat dirasakan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang menimbulkan
kepuasan.
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial merupakan usaha yang
terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial
dalam pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan
mengatasi masalah sosial.
Dan melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan Kepala Daerah
sesuai dengan bidang tugasnya yang terdiri dari sekretariat dan empat bidang
yang meliputi bidang perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial,
pemberdayaan sosial dan penanganan fakir miskin.32
2. Fungsi SKPD Dinas Sosial Kota Jambi
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kota Jambi, Dinas Sosial Kota Jambi, mempunyai
fungsi:
32 Rencana Stategi Dinas Sosial Kota Jambi Bab II Tentang Gambaran Pelayanan SKPD
Dinas Sosial Kota Jambi, Hlm 8
28
1) Perumusan, Penetapan dan Pelaksanaan kebijakan di bidang
perlindungan dan jaminan sosial,rehabilitasi sosial, pemberdayaan
sosial, dan penanganan fakir msikin;
2) Penetapan kriteria dan data fakir miskin dan orang tidak mampu;
3) Penetapan standar rehabilitasi sosial;
4) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian
dukungan adminstrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
dinas sosial;
5) Pengelolaan barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab dinas sosial;
6) Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan dinas sosial;
7) Pelak sanaan bimbingan teknis dan supervise atas pelaksanaan urusan
dinas sosial di daerah;
8) pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, dan pengembangan
kesejahteraan sosial, serta penyuluhan sosial;
9) Pelaksaan dukungan yang bersifat substantive kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan sosial;dan pelaksanaan tugas lain yang
diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya . 33
3. Tugas Dan Fungsi Dari Masing-Masing Organisasi SKPD Dinas
Sosial Kota Jambi
Adapun Tugas dan Fungsi Organisasi dari masing-masing organisasi
yang ada pada Dinas Sosial Kota Jambi Peraturan Daerah Kota Jambi Nomor
33 Ibid, Hlm. 9
29
14 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota
Jambi terdiri dari:
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas Kantor Dinas Sosial Kota Jambi Dipimpin oleh Bapak
Kaspul, SH,ME.
b. Sekretariat
Jabatan Sekretaris Dipimpin oleh Bapak Ir. Hasya Yanto dengan
uraian tugas sebagai berikut:
1) Sekretariat berkedudukan sebagai unsur pembantu Kepala Dinas dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsi yang terdiri dari:
a) Sub Bagian Umum dan Perencanaan
b) Sub Bagian Keuangan
c) Sub Bagian Kepegawaian
2) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas;
3) Sekretariat mempunyai Tugas yaitu: Membantu Kepala Dinas dalam
menyelenggarakan pelayanan umum dan administrasi yang meliputi
urusan umum dan perencanaan, keuangan dan kepegawaian serta
melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan bidang tugasnya.
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Sekretariat
mempunyai Fungsi sebagai berikut :
30
a) Perumusan kebijakan teknis administrasi kepegawaian,
perencanaan dan pelaporan serta keuangan;
b) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan administrasi
umum, kepegawaian, perencanaan dan pengelolaan keuangan dan
asset serta evaluasi dan pelaporan;
c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalan, pengawasan program
dan kegiatan sub bagian;
d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan sub bagian
pelaksanaan urusan umum dan perencanaan, keuangan;
e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.34
c. Bidang perlindungan dan jaminan sosial
1) Bidang perlindungan dan jaminan sosial berkedudukan sebagai unsur
pembantu kepala dinas dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
meliputi:
a) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
b) Seksi Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial
c) Seksi Jaminan Sosial Keluarga
2) Bidang perlindungan dan jaminan Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas melalui sekretaris;
34Ibid, Hlm.9
31
3) Bidang perlindungan dan jaminan Sosial mempunyai Tugas yaitu:
Membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan perlindungan sosial
korban bencana alam, perlindungan sosial korban bencana sosial, dan
jaminan sosial keluarga serta melaksanakan tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya .
4) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
perlindungan dan jaminan Sosial mempunyai mempunyai Fungsi
sebagai berikut :
a) Perumusan kebijakan, pelaksanaan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan criteria, pemberian bimbingan teknis dan supervise
dibidang perlindungan sosial kepada seseorang, keluarga dan
masyarakat yang berada dalam keadaan tidak stabil atau rentan serta
di bidang jaminan sosial;
b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang perlindungan dan
jaminan sosial;
c) Pelaksanaan administrasi bidang perlindungan dan jaminan sosial;
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.35
d. Bidang Rehabilitasi Sosial
1) Bidang Rehabilitasi Sosial berkedudukan sebagai unsur pembantu
Kepala Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi yang terdiri
dari :
35Ibid, Hlm 10
32
a) Seksi Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia
b) Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial
c) Seksi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan Korban
Napza
2) Bidang Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui sekretaris;
3) Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai Tugas yaitu: Membantu Kepala
Dinas dalam melaksanakan rehabilitasi sosial anak dan lanjut usia,
rehabilitasi tuna sosial, rehabilitasi sosial penyandang disabilitas dan
korban napza, serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya .
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Rehabilitasi Sosial mempunyai Fungsi sebagai berikut
a) Penyusunan Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar,prosedur dan Kriteria, pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang
rehabiliasi sosial penyandang disabilitas mental dan fisik,
ekstunasusila, anak jalanan, gelandangan dan pengemis, ekspenderita
penyakit kronis, eksnara pidana, ekspsikotropika dan korban
penyalah gunaan narkotika, orang dengan HIV/AIDS, korban tindak
kekerasan, korban perdagangan orang, anak terlantar dan
33
pengangkatan anak, lanjut usia terlantar dan anak dengan kebutuhan
khusus;
b) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang rehabilitasi sosial;
c) Pelaksanaan administrasi bidang rehabilitasi sosial;
d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugasnya .36
e. Bidang Pemberdayaan Sosial
1) Bidang Pemberdayaan Sosial Sebagai unsur pembantu Kepala Dinas
dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi terdiri dari :
a) Seksi Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan Kelembagaan
Masyarakat.
b) Seksi Kepahlawanan, Kejuangan dan Kesetiakawanan Sosial.
c) Seksi Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial.
2) Bidang Pemberdayaan Sosial dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui sekretaris;
3) Bidang Pemberdayaan Sosial mempunyai Tugas yaitu: Membantu
Kepala Dinas dalam melaksanakan pemberdayan sosial perorangan,
keluarga dan kelembagaan masyarakat, kepahlawanan, kejuanagan dan
kesetia kawanan sosial, pengelolaan sumber dana bantuan sosial serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
36Ibid, Hlm 11
34
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Pemberdayaan Sosial mempunyai Fungsi sebagai berikut :
5) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan Kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang pemberdayaan sosial
seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mengalami
masalah kesejahteraan sosial, kepahlawanan dan kejuangan,
keperintisan dan kesetiakawanan sosial serta pengelolaan sumber dana
sosial;
a) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan sosial;
b) Pelaksanaan administrasi bidang pemberdayaan sosial;
c) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinyanya .37
f. Bidang Penanganan Fakir Miskin
1) Bidang Penanganan Fakir Miskin sebagai unsur pembantu Kepala
Dinas dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi terdiri dari :
a) Seksi Pendataan Informasi Fakir Miskin.
b) Seksi Penyuluhan, Pelatihan dan Pemberdayaan Fakir Miskin.
c) Seksi Pembinaan dan Pelayanan Fakir Miskin.
2) Bidang Penanganan Fakir Miskin dipimpin oleh Kepala Bidang yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
melalui sekretaris;
37Ibid, Hlm 11
35
3) Bidang Penanganan Fakir Miskin mempunyai Tugas yaitu : Membantu
Kepala Dinas dalam melaksanakan pendataan dan informasi fakir
miskin, penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan fakir miskin,
pembinaan dan pelayanan sosial fakir miskin serta melaksanakan
tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya .
4) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Bidang
Penanganan Fakir Miskin mempunyai fungsi sebagai berikut :
a) Perumusan, penyusunan, pendataan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu;
b) Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang
penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu;
c) Pemberian pelatihan dan keterampilan serta bantuan sosial dibidang
penanganan fakir miskin;
d) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penanganan fakir
miskin;
e) Pelaksanaan administrasi bidang penanganan fakir miskin;
f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.38
38Ibid, Hlm 11-12
36
B. Visi Dan Misi Dinas Sosial Kota Jambi
a. Visi
Visi merupakan pandangan jauh kedepan tentang keinginan atau cita-
cita suatu organisasi yang hendak diwujudkan secara bersama-sama. Visi Dinas
Sosial Kota Jambi.
Didalam rencana strategi Dinas Sosial Kota Jambi 2018-2023 dimuat
VISI dinas sosial kota jambi, yaitu: TERWUJUDNYA PELAYANAN
SOSIAL YANG PRIMA MENUJU MASYARAKAT YANG
BERAKHLAK DAN BERBUDAYA.39
Maksud dari pernyataan visi tersebut yaitu mewujudkan pelaksanaan
pelayanan sosial yang mengutamkan kebutuhan yang disesuaikan dengan
kemampuan daerah. Pernyataan Visi Dinas Sosial Kota Jambi. Hal ini dapat di
pahami mengigat dinas sosial kota jambi merupakan bagian integral dari
pemerintah kota Jambi.
Visi Dinas Sosial Kota Jambi sepenuhnya mendukung pemenuhan
visi Pemerintah Kota Jambi Untuk mencapai visi, perlu ditunjang oleh nilai-
nilai yang telah berkembang dan hidup dalam suatu organisasi sebagai
pendorong semangat untuk berkarya dan berkarsa, sekaligus merupakan
pedoman yang diyakini serta harus selalu dihayati dan diamalkan dalam
melaksanakan tugasnya.
Nilai-nilai dimaksud meliputi:
39 Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi Tentang Permasalahan Dan Isu-Isu
Strategis Dinas Sosial Kota Jambi
37
1. Kebersamaan.
2. Disiplin Diri Pribadi.
3. Profesional.
4. Kapabilitas Yang Tinggi.
5. Transparansi.
6. Koordinasi dan Kerjasama.
7. Tanggung Jawab dan Akuntabel.
8. Moralitas.
Terwujudnya visi yang dikemukakan pada bagian sebelumnya
merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh segenap personil Dinas Sosial
Kota Jambi. Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, ditetapkankanlah misi
Dinas Sosial Kota Jambi Kota Jambi yang menggambarkan hal yang
seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih abstrak terlihat pada visi akan
lebih nyata pada misi tersebut
b. Misi
Misi merupakan produk atau jasa yang dihasilkan oleh Organisasi
sebagai penjabaran dari pada Visi, yang menjadi penggerak terhadap wujudnya
Misi tersebut. Menurut keputusan LAN Nomor : 589/IX/6/Y/99 Misi adalah
sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah, sesuai
Visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil
dengan baik. Berorientasi pada Visi tersebut menetapkan MISI maka Dinas
Sosial Kota Jambi sebanyak 2 (dua) Misi antara lain sebagai berikut :
38
1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar bagi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
2. Membangun kemandirian dan pemberdayaan Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS).40
c. Tugas Pokok
Berdasarkan Peraturan Walikota Jambi Nomor 41 tahun 2016 tentang
Kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja pada Dinas
Sosial Kota Jambi, maka Dinas Sosial mempunyai TUGAS yaitu :
”Membantu Walikota dalam melaksanakan Urusan Pemerintah
Daerah di Bidang Sosial .yang meliputi :Tugas Perencanaan, Pembinaan,
Pengawasan, Pengendalian, Pelayanan dan Pembangunan di bidang
kesejahteraan sosial serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
Walikota sesuai dengan bidang tugasnya yang terdiri dari sekretariat dan empat
bidang yang meliputi bidang Perlindungan dan jaminan sosial, rehabilitasi
sosial, Pemberdayaan Sosial, dan Penanganan Fakir Miskin”
d. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Walikota Kota Jambi Nomor 41 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja pada Dinas Sosial Kota
Jambi, mempunyai fungsi:
40Ibid, Hlm 28-29
39
1. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan
dan jaminan sosial, rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial dan
penanganan fakir miskin;
2. Penetapan kriteria dan data Fakir miskin dan orang tidak mampu;
3. Penetapan standar rehabilitasi sosial;
4. Pengkkordinasian Pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan dians sosial;
5. Pengelolaan barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
dinas sosial;
6. Pengawasan ataas pelaksanaan tugas di lingkungan dinas sosial;
7. Pelaksanaan bimbingan tekhnis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
dinas sosial di daerah;
8. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan, dan pengembangan Kesejahteraan
sosial ,serta penyuluhan sosial; dan
9. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan dinas sosial;
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan bidang
tugas dan fungsinya.
40
e. Program Dinas Sosial
Berdasarkan Visi yang akan dicapai dan misi yang harus dilaksanakan
serta permasalahan-permasalahan yang diprediksi dalam bidang perencanaan
maka rencana dari program-program dan kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan berdasarkan Skala Prioritas RPJMD Kota Jambi pada Rencana
Strategis (Renstra) OPD Dinas Sosial Kota Jambi Tahun 2018 – 2023 dapat di
jabarkan pada program kegiatan sebagai berikut:
1. Program Pelayanan Administrasi Dan Sarana Prasarana Perkantoran
1) Kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat dan Perizinan
2) Kegiatan Penyediaan Jasa dan Komponen/Instalasi Telekomunikasi,
Sumber Daya Air, dan listrik
3) Kegiatan Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan dan Aset
4) Kegiatan Penyediaan Jasa Tenaga Pendukung/Tenaga
Administrasi/Teknis Perkantoran
5) Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor, Barang Cetakan dan
Penggandaan
6) Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman
7) Kegiatan Pengadaan, Pemeliharaan Peralatan dan Perlengkapan
Perkantoran dan Gedung Kantor
8) Kegiatan Pengadaan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Kendaraan
Jabatan/Dinas/Operasional
41
9) Kegiatan Pembanguna, Pemeliharaan dan Rehabilitasi
Gedung/Bangunan Utilitas Kantor41
2. Program Program Peningkatan Disiplin Dan Kapasitas Sumber Daya
Aparatur
1) KegiatanPengadaan Pakaian Dinas dan Hari-Hari Tertentu Beserta
Perlengkapannya
2) Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan/Bimbingan Teknis /Kursus
3) Kegiatan Perjalanan Dinas
3. Program Perencanaan, Pelaporan Kinerja Dan Keuangan Perangkat
Daerah
1) Kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pelaporan
2) Kegiatan Penyusunan Capaian Laporan Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD
3) Kegiatan Pengembangan Data/Informasi
4. Program penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan penyandang
masalah kesejahteraan sosial
1) Kegiatan Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut
tanggap cepat darurat
41
Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi Tentang Rencana Program dan
Kegiatan Serta Pendanaan
42
2) Kegiatan Perlindungan dan jaminan sosial bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS)
3) Kegiatan Pemberdayaan dan Pembinaan potensi sumber kesejahteraan
sosial (PSKS)
4) Kegiatan Pembinaan dan Pelayanan sosial bagi orang terlantar.
5) Kegiatan Pelayanan dan pembinaan sosial bagi anak yang bermasalah
sosial dan lansia
6) Kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi tuna sosial
7) Kegiatan Pelayanan dan rehabilitasi disabilitas, korban napza
8) Kegiatan Pelayanan dan pembinaan kepahlawanan, kejuangan dan
kesetiakawanan sosial
9) Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber dana bantuan sosial
10) Kegiatan Pendataan dan informasi Fakir Miskin
11) Kegiatan penyuluhan,pelatihan dan pemberdayaan fakir miskin
12) Kegiatan Pembinaandan pelayanan sosial fakir miskin.42
f. Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah
Pelayanan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial merupakan salah
satu pelayanan yang diberikan pemerintah Kota Jambi dalam upaya
membangun masyarakat . Dalam pelaksanaannya pelayanan dibagi menurut 2
(dua) Urusan sebagai berikut :
42 Ibid, hlm. 65
43
1. Urusan Sosial Terdiri Dari:
a) Pelayanan bidang Perlindungan dan Jaminan sosial yaitu:
1) Perlindungan sosial korban bencana alam, yang meliputi antaralain :
Melaksanakan kesiap siagaan dan mitigasi, penanganan korban
bencana alam, pemulihan dan penguatan social, serta kemitraan dan
pengelolaan logistic bencana, sosialisasi pedoman dan petunjuk teknis tentang
penanggulangan bencana, mendata lokasi rawan bencana, membentuk taruna
siaga bencana (TAGANA) dan mengevakuasi korban bencana, pembinaan,
sosialisasi, pelatihan keterampilan korban bencana, pendataan dan identifikasi
korban bencana serta penyaluran bantuan, menghimpun bantuan masyarakat
dan menyusun rencana penyaluran terhadap korban bencana, dan membuat
laporan tahunan dan bulanan.43
2) Perlindungan social korban bencana sosial, yang meliputi antara lain :
Penanganan korban bencana social, serta pemulihan social dan
reintegrasi social berupa meneruskan perjalan orang terlantar dalam perjalanan
ke tempat tujuan nya dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
3) Jaminan Sosial Keluarga, yang meliputi antara lain :
Melaksanakan validasi dan terminasi,selksi dan verifikasi.
Kemitraan penyaluran bantuan social, kepesertaan dan pendampingan sumber
daya jaminan social keluargang yaitu operator ,koordinator dan pendamping
PKH (program Keluarga Harapan ) dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
43 Rencana Strategi Dinas Sosial Tentang Gambaran Pelayanan Perangkat Daerah
44
a) Pelayanan Bidang Rehabilitasi Sosial yaitu:
1) Rehabilitasi social anak dan lanjut usia, yang meliputi antara lain:
Rehabilitasi social terhadap anak dan lanjut usia dan advokasi
terhadap korban tindak kekerasan serta Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) ,pembinaan dan fasilitasi penaggulangan rawan social bagi
anak, bantuan terhadap panti social, asuhan anak, panti jompo dan rumah
perlindungan social anak, kerjasama dan fasilitasi perlindungan social bagi
perempuan, anak, remaja, lansia, korban tindak kekerasan serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia panti asuhan/jompo, mengadakan gebyar
sehari bersma anak ,sosialisasi tentang anak, menginventarisir lembaga
pelayanan sosial bagi anak dan lanjut usia, menyiapkan bahan bimbingan
dan pelatihan tenaga pelayanan sosial, penghuni panti dan lanjut usia.
Kampanye sosial peduli lansia, penyuluhan dan bimbingan fisik
dan mental, bantuan sosial kepada lansia, pembinaan sumber daya manusia
dan manajemen serta fasilitasi sarana dan prasarana panti swasta dan
pemerintah, pengembangan klien loka bina karya kepada perusahaan atau
industri, pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana loka
bina karya dan membuat laporan tahunan dan bulanan.44
2) Rehabilitasi Tuna sosial yang meliputi antara lain :
Meliputi pembinaan tuna social ,fasilitasi, kerjasama, koordinasi
dan pelaksanaan rehabilitasi tuna social. Melaksanakan pendataan dan
44Ibid, hlm. 39
45
bimbingan mental sosial dan keterampilan penyandang masalah
kesejahteraan sosial, meliputii gelandangan dan pengemis, anak nakal, anak
jalanan, eks narapidana, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, wanita
tuna susila, korban perdagangan anak dan perempuan, pengidap HIV/AIDS,
melaksanakan penertiban dan penanganan masalah penyakit sosial meliputi
razia gelandangan dan pengemis dan tuna susila, pembentukan kelompok
usaha bersama bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial yang telah
dilakukan pembinaan sosial dan keterampilan serta memberikan bantun
modal kerja, melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi konseling
meliputi penyuluhan tuna susila, gelandangan dan pengemis serta penyakit
masyarakat lainnya dan rencana usulan bantuan dan rujukan terhadap
penyandang masalah Kesos untuk disalurkan kepada perusahaan atau
industri dan lembaga pelayanan social dan membuat laporan tahunan dan
bulanan.45
3) Rehabilitasi social Penyandang Disabilitas dan korban NAPZA yang
meliputi antara lain :
Meliputi pembinaan rehabilitasi penyandang cacat, korban
NAPZA, fasilitasi, kerjasama, koordinasi dan pelaksanaan rehabilitasi social
penyandang Disabilitas dan korban NAPZA. Menyusun instrument
pendataan serta menghimpun pedoman dan petunjuk teknis penanganan
anak nakal dan korban narkoba, bimbingan dan keterampilan pembinaan
lanjut terhadap anak nakal. Sosialiasi pencegahan penyalahgunaan, dampak
45
Ibid, hlm. 41
46
penyalahgunaan serta penanganan pengguna narkoba, HIV/AIDS melalui
media massa, kalender, leaflet, penyuluhan di sekolah-sekolah kepada guru
dan kepala sekolah serta ibu-ibu pengajian dan membuat laporan tahunan
dan bulanan.
b) Pelayanan bidang Pemberdayaan sosial yaitu:
1) Pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan
masyarakat, yang meliputi antara lain :
Memberikan bimbingan tekhnis dan supervisi pekerja social
masyarakat, tenaga kesejahteraan social kecamatan, karang taruna, lembaga
kesejahteraan social, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3),
serta potensi dunia usaha dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
2) kepahlawanan, kejuangan dan kesetiakawanan social, yang meliputi
antara lain :
Pembinaan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan
kejuangan (K3) dan nilai-nilai kesetiakawanan sosial, pendataan perintis dan
keluarga perintis kemerdekaan, mengusul kan penganugerahan gelar
pahlawan nasional dan perintis kemerdekaan, penyelenggaraan peringatan
hari pahlawan dan kesetiakawanan sosial nasional dan membuat laporan
tahunan dan bulanan.
3) Pengelolaan sumber dana bantuan sosial yang meliputi antara lain :
47
sosialisasi tata cara pengumpulan sumbangan social uang dan barang
dan pelaksanaan undian gratis berhadiah dan membuat laporan tahunan dan
bulanan.
c) Pelayanan bidang Penanganan Fakir Miskin yaitu:
1) Pendataan dan informasi Fakir Miskin yang meliputi antara lain :
Melaksanakan bimbingan tekhnis pendataan dan informasi
Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial dan membuat laporan tahunan
dan bulanan.
2) Penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan Fakir Miskin yang meliputi
antara lain: Melaksanakan penyuluhan, bimbingan tekhnis dan pelatihan
Usaha Kesejahteraan social dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
3) Pembinaan dan pelayanan social fakir miskin yang meliputi antara lain :
Melaksanakan pembinaan dan pelayanan sosial fakir miskin dan
membuat laporan tahunan dan bulanan.
Untuk membantu kelancaran Pelayanan Urusan Sosial
sebagaimana dimaksud diatas dalam pelaksanaannya Dinas Sosial Kota
Jambi didukung dan dibantu oleh :46
2. Urusan Pelayanan Administrasi Perkantoran Terdiri Dari:
a) Pelayanan Umum dan Perencanaan, yang meliputi antara lain :
46
Ibid, hlm. 44
48
Melaksanakan ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan, kerumah
tanggaan dan hubungan masyarakat, mengagendakan, mengarsipkan dan
mendistribusikan surat-menyurat, melaksanakan administrasi dan surat
menyurat kendaraan dinas, mengolah dan merangkum usulan program dari
sekretariat dan masing-masing bidang, melaksanakan pengadaan,
pendistribusian dan pemeliharaan barang, mempersiapkan penyelenggaraan
rapat, penerimaan tamu dan kelancaran hubungan melalui alat-alat komunikasi
dan membuat laporan berkala dan tahunan.
b) Pelayanan Administrasi Keuangan, yang meliputi antara lain :
Melaksanakan ketatausahaan urusan keuangan pengeluaran dan
pedapatan, pembukuan, pembendaharaan dan kas, serta penyelenggaraan
administrasi keuangan dan membuat laporan tahunan dan bulanan.47
c) Pelayanan Urusan Kepegawaian, yang meliputi antara lain :
Menyiapkan, mengusulkan, mengolah data dan dokumentasi pegawai
meliputi kenaikan pangkat, permohonan izin dan tugas belajar, cuti
perpindahan, pemberian tanda penghargaan/ tanda jasa dan sanksi,
pemberhentian, pensiun, kenaikan gaji berkala, dan tunjangan, merencanakan
dan mengusulkan kebutuhan jenis pendidikan dan pelatihan, calon peserta
pendidik dan pelatihan, serta calon peserta ujian dinas pegawai, menyusun
daftar urut kepangkatan (DUK), mengusulkan permohonan kartu pegawai,
kartu istri/suami, kartu tabungan asuransi pensiun, dan kartu asuransi
kesehatan, menyiapkan dan memproses daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan
47
Ibid, hlm. 45
49
(DP3) pegawai dan laporan pajak-pajak pribadi (LP2P) serta mengolah absensi
atau daftar hadir pegawai dan membuat laporan tahunan dan bulanan.
g. Tingkat Kinerja Pelayanan Organisasi Perangkat Daerah Periode
Sebelumnya
Dinas Sosial Kota Jambi merupakan unsur pelaksana Pemerintah
Daerah adalah instansi yang diberi kewenangan secara teknis untuk menangani
dan mengelola bidang Sosial juga sebagai salah satu fungsi pelayanan kepada
masyarakat di Kota Jambi. Dari program dan kegiatan yang telah dilakukan
dibidang Sosial tahun dapat disimpulkan indikator keberhasilan dalam rangka
peningkatan penanganan dan pelayanan Masalah-Masalah Sosial antara lain :
1) Meningkatnya kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan
sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial
2) Meningkatnya pemberdayaan fakir miskin, penyandang cacat, dan
kelompok rentan sosial lainnya.
3) Meningkatnya kualitas hidup bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial terhadap pelayanan sosial dasar, fasilitas pelayanan publik, dan
jaminan kesejahteraan sosial. Meningkatnya ketahanan sosial
masyarakat berlandaskan prinsip kemitraan dan nilai-nilai sosial budaya
bangsa
4) Meningkatknya kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial
dalam mendayagunakan sumber-sumber kesejahteraan sosial
5) Meningkatnya pelayanan bagi korban bencana
50
6) Meningkatnya prakarsa dan peran aktif masyarakat melalui Potensi
Sumber Kesejhateraan Sosial(PSKS) yang terdiri dari Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKS), Tagana, TKSK,PSM, Pendamping PKH,
Karang Taruna, LK3,K3S termasuk masyarakat mampu, dunia usaha,
perguruan tinggi, dan Orsos/LSM dalam penyelenggaraan
pembangunan kesejahteraan sosial secara terpadu dan berkelanjutan.
Adapun peningkatan penanganan dan pelayanan kepada Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Jambi dapat dilihat pada Tabel.
10 Data Perkembangan Data Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
dibawah ini :
51
Tabel. 3.2
Data Perkembangan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Di Kota Jambi Tahun 2016- 201948
NO JENIS PMKS TAHUN
2016 2017 2018 2019
1 2 3 4 5 6
1 Anak Balita Terlantar - - 5 -
2 Anak Terlantar 165 180 217 217
3
Anak Nakal Yang Berhadapan
dengan Hukum
17 25 51 11
4 Anak Jalanan 52 18 83 40
5 Anak dengan Kedisabilitasan 506 506 506 506
6
Anak yang Menjadi Korban
TindakKekerasan/diperlakukan salah
- 39 46 -
7
Anak yang memerlukan
Perlindungan Khusus
- - - 1
8 Lanjut Usia Terlantar 8001 8246 8462 8462
9 Penyandang Disabilitas 1558 1841 1533 1533
10 Tuna Susila (PSK) 270 110 625 625
11 Gelandangan / Gelandangan Psykotic 196 141 161 151
12 Pengemis 28 28 79 69
13 Pemulung - - 55 55
14
Bekas Warga Binaan Lembaga
Kemasyarakatan
- - 54 20
15 Orang dengan HIV / AIDS (ODHA) 395 395 395 395
16
Korban Penyalahgunaan Narkoba
Psikotropika & Zat Adiktif
110 450 359 280
17 Korban Traficking - 1 - -
18 Korban Tindak Kekerasan - - - 23
19 Korban Bencana Alam 1209 672 1487 226
20 Korban Bencana Sosial 116 120 258 158
21 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi - - - 40
22 Fakir Miskin 31707 31707 26751 26751
23
Keluarga Bermasalah Sosial
Psikologi
6423 8906 8564 16318
JUMLAH 50.753 53.385 49.691 55881
48
Sumber : Bidang Rehabilitasi Sosial ,BidangPerlindungan Jaminan Sosial dan
Bidang Penanganan Fakir Miskin Dinsos Kota Jambi Tahun 2016-2019
52
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
1. Peran Dinas Sosial Kota Jambi Dalam Mengatasi Gelandangan Menurut
Peraturan Wali Kota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 di Kelurahan Simpang
Pulai Kota Jambi
Peran Dinas Sosial Kota Jambi sangat penting dalam penanganan
gelandangan yang ada di Kota Jambi karena Berdasarkan Peraturan Walikota
Jambi Nomor 41 tahun 2016 tentang Kedudukan, susunan organisasi, tugas dan
fungsi serta tata kerja pada Dinas Sosial Kota Jambi, maka Dinas Sosial
mempunyai TUGAS yaitu : Membantu Walikota dalam melaksanakan urusan
pemerintah daerah di bidang sosial, yang meliputi : Tugas perencanaan,
pembinaan, pengawasan, pengendalian, pelayanan dan pembangunan di bidang
kesejahteraan sosial serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Walikota
sesuai dengan bidang tugasnya yang terdiri dari sekretariat dan empat bidang yang
meliputi :
1. Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial
Bidang Perlindunga dan Jaminan Sosial mempunyai tugas membantu Kepala
Dinas Sosial dalam melaksanakan perlindungan sosial korban bencana alam,
perlindungan sosial korban bencana sosial, dan jaminan sosial keluarga serta
melaksankan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang
tugasnya. bidang perlindungan dan jaminan sosial mempunyai tugas pemberian
layanan, bantuan sosial serta pengendalian dan pengorganisasian masyarakat
dalam penanggulangan bencana kepada korban bencana alam, korban bencana
53
sosial, korban konflik, korban terdampar atau terlantar dan masyarakat yang
tinggal di daerah rawan bencana.
2. Bidang Rehabilitasi Sosial
Bidang Rehabilitasi Sosial membantu Kepala Dinas dalam melaksankan
rehabilitas sosial anak dan lanjut usia, rehabilitas tuna sosial, rehabilitas sosial
penyandang disabilitas serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas sesuai dengan bisang tugasnya. Selanjutnya bidang rehabilitas sosial
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis,
pembinaan dan pelaksanaan di bidang pelayanan dan rehabilitas sosial anak dan
usia lanjut, pelayanan dan rehabilitas sosial penyandang cacat, pelayanan dan
rehabilitas tuna sosial dan korban narkoba.
3. Bidang Pemberdayaan Sosial
Bidang Pemberdayaan Sosial membantu Kepala Dinas dalam
melaksanakan Pemberdayaan sosial perorangan, keluarga dan kelembagaan
masyarakat, kepahlawanan dan kesetiakawanan sosial, pengelolaan sumber dana
bantuan sosial serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan bisang dan tugasnya. Bidang pemberdayaan sosial mempunyai
tugas merencanakan, mengkoordinasikan, membina, mengawasi, dan
mengendalikan serta mengevaluasi tugas seksi pemberdayaan potensi sumber
kesejahteraan sosial.
4. Bidang Penanganan Fakir Miskin
54
Bidang Penanganan Fakir Miskin, bidang ini membantu Kepala Dinas dalam
melaksanakan pendataan dan informasi miskin, penyuluhan, pelatihan dan
pemberdayaan fakir miskin serta melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan
oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. Bidang penanganan fakir
miskin memiliki tugas pokok seperti melaksanakan penyiapan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan dibidang
pengelolaan data kemiskinan, penanganan fakir miskin perdesaan, penanganan
fakir miskin perkotaan dan daerah rentan.
Berdasarkan hasil wawancara Kepada Bapak Jaharuddin selaku Kepala
Bidang Rehabilitas Sosial Kota Jambi.49
“Dalam proses perencanaan suatu program kerja tidak semuanya 100%
berhasil atau mencapai tujuan yang diinginkan. Tetapi sebagian
program dan peran dinas sosial dalam mengatasi gelandangan Kota
Jambi sudah cukup baik dengan memenuhi tugas-tugas yang sudah
seharusnya dilakukan oleh dinas sosial, dan tentu saja tugas-tugas
tersebut memiliki kendala yang mengakibatkan program kerja dalam
mengatasi gelandangan menjadi tidak sepenuhnya sempurna”
Adapun kelompok sasaran Dinas Sosial kota Jambi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Gelandangan dan pengemis psychotic
2. Pengemis
3. Anak nakal
4. Anak jalanan
5. Anak terlantar
49
Wawancara bersama Bapak Jaharuddin selaku Kepala Rehabilitas Sosial, pada 18 Maret 2020 pukul 09.30
55
6. Lanjut usian terlantar
7. Balita terlantar
8. Korban tindak kekerasan
9. Penyandang cacat
10. Tuna sulsila/ pekerja seks komersi (PKS)
11. Korban penyalah gunaan narkoba, psikotropika, obat-obatan, dan zat
adiktif (NAPZA)
12. Penderita dan orang dengan HIV dan AIDS50
Bentuk penertiban gelandangan dan pengemis berdasarkan Peraturan
Walikota yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Jambi merupakan bentuk
kebijakan untuk menertibkan gelandangan dan pengemis. Maraknya gelandang
menimbulkan ketidak teraturan sosial ditandai dengan ketidak tertiban serta
ketidak nyamanan masyarakat. Peraturan yang dikelurkan harus bisa di
implementasikan dan di harapkan dapat mengurangi peningkatan jumlah
gelandangan di Kota Jambi.
Adapun bentuk penertiban gelandangan dengan mengacu pada asas dan
tujuan Peraturan Walikota dilakukan melalui:
1. Preventif
Untuk mencegah timbulnya gelandangan di dalam masyarakat dilakukan
pemantauan pengendalian terhadap sumber-sumber penyebab timbulnya
gelandangan.51
50 Rencana Strategi Dinas Sosial Kota Jambi Tentang Kelompok Sasaran Renstra
56
Pemantauan dan pengendalian penyebab timbulnya gelandangan
dilakukan dengan pendataan pada titik-titik rawan yang kerap kali dijadikan
sebagai tempat untuk mengemis, patroli yang dilakukan secara rutin oleh Dinas
Sosial serta Dinas Instansi yang terkait dan bagi masyarakat dapat memberikan
informasi mengenai titik-titik rawan yang di jadikan tempat untuk mengemis
kepada Dinas Sosial.
2. Represif
Preventif bertujuan untuk mengurangi dan meniadakan gelandangan baik
itu kepada perorangan maupun kelompok yang melakukan pergelandangan dan
mengemis meliputi:52
a. Razia
Razia yang dilakukan oleh Dinas Sosial, penyidik Pegawai Negeri Sipil,
di bantu oleh pihak Kepolisian dan Masyarakat bertujuan menciptakan
keteraturan, keindahan, dan ketertiban secara umum. Razia juga bertujuan
untuk memutuskan mata rantai kehidupan gelandangan agar kembali normal
ditengah masyarakat. Akibat yang diharapkan, perilaku secara wajar
dimiliki gelandangan sehingga tidak menjadi gelandangan lagi.
Keberhasilan memutus mata rantai ini tentu saja dapat meningkatkan peran
gelandangan ditengah masyarakat secara umum. Akibat yang ditimbulkan,
perilaku produktif akan ditunjukkan gelandangan dibandingkan waktu
sebelumnya.
51 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan
dan Pengemis, Pasal 4 Ayat (1) 52 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban
Gelandangan Dan Pengemis, Pasal 7 Ayat (1)
57
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Jaharudin Kabid Rehabilitas Dinas
Sosial Kota Jambi mengatakan:
“Penertiban gelandangan dan pengemis dilakukan oleh Dinas Sosial Kota
Jambi di bantu oleh pihak-pihak terkalit. Gelandangan dan pengemis yang
terjaring razia langsung dilakukan identifikasi dan pendataan, kemudian
diberikan pembinaan sementara oleh Dinas Sosial dan biasanya mereka
yang terjaring razia adalah muka-muka lama yang pernah terjaring
sebelumnya”53
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Dinas
Sosial belum berhasil dalam melakukan penertiban geladangan dan pengemis di
Kota Jambi di karenakan penertiban sebagian gelandangan dan pengemis
mengetahui bahwa akan diadakan razia atau penertiban oleh Dinas Sosial
sehingga mereka sempat melarikan diri. Razia yang dilakukan oleh Dinas Sosial
dilakukan beberapa kali dalam sebulan.
b. Penampungan Tetap
Dinas Sosial sendiri untuk sekarang belum ada penampungan tetap bagi
gelandangan yang terjaring razia. Penampungan hanya bersifat sementara di
dalam panti terhadap gelandangan setelah pelaksanaan razia di lakukan dalam
rangka pendataan seleksi. Selama dalam panti penampungan, Dinas bersama
instansi terkait wajib memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, kesusilaan dan
kesopanan.54
53 Wawancara Dengan Bapak Jaharudin, Kabid Rehabilitas Dinas Sosial Kota Jambi,
18 Maret 2020. 54 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penertiban Gelandangan
dan Pengemis, Pasal 9 Ayat (1)
58
Penampungan tetap yang di maksud disini adalah:
1) Panti sosial
2) Panti rehabilitasi sosial
3) Pusat pendidikan dan pelatihan
4) Pusat kesejahteraan sosial
5) Rumah perlindungan sosial
3. Usaha Rehabilitasi Sosial
Usaha Rehabilitasi adalah usaha-usaha yang terorganisir meliputi usaha-
usaha penyantunan, pemberian latihan dan pendidikan, pemulihan kemampuan
dan penyaluran kembali ke daerah pemukiman baru melalui transmigrasi
maupun ke tengah masyarakat, pengawasan serta bimbingan lanjut, sehingga
dengan demikian para gelandangan kembali memiliki kemampuan untuk hidup
secara layak.
Usaha rehabilitasi ini bertujuan agar fungsi mereka dapat berperan kembali
sebagai warga masyarakat. Usaha rehabilitatif ini dilakukan dengan usaha-
usaha penampungan, seleksi, penyantunan, dan tindak lanjut, yang kesemuanya
itu dilaksanakan melalui Panti Sosial. Bentuk Rehabilitasi terhadap
gelandangan meliputi serangkaian kegiatan diantaranya bimbingan mental,
bimbingan sosial, bimbingan ketrampilan dan penyaluran. Bimbingan mental
dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi:
a. Bimbingan keagamaan
b. Bimbingan kedisiplinan
c. Bimbingan budi pekerti
59
Bimbingan fisik dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi
a. Pemeliharaan fisik dan kesehatan
b. Terapi fisik
c. Pemeliharaan kebugaran
d. Pelayanan menu dalam meningkatkan gizi.
Bimbingan sosial dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi :
a. Bimbingan sosial perorangan
b. Bimbingan sosial kelompok
c. Bimbingan sosial kemasyarakatan.
Bimbingan keterampilan dalam usaha rehabilitasi sosial meliputi :
a. Bimbingan usaha ekonomis produktif
b. Bimbingan ketrampilan kerja.
Penyaluran terhadap gelandangan yang telah di rehabilitasi sosial meliputi :
a. Pengembalian dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
b. Menyalurkan ke jalur-jalur lapangan kerja/sektor usaha
c. Usaha mandiri.55
55
Peraturan Walikota Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Penanganan Gelandangan Dan
Pengemis, Pasal 14.
60
B. Kendala dan Upaya yang di Lakukan Dinas Sosial Kota Jambi Dalam
Mengatasi Para Gelandangan yang Ada di Kelurahan Simpang Pulai
Kota Jambi
Ada beberapa kendala yang di hadapi Dinas Sosial Kota Jambi dalam
mengatasi gelandangan yang berada di Kota Jambi
1. Kendala Eksternal
Susahnya penangkapan gelandangan yang saat itu sedang berkeliaran
dijalanan. Hambatanya yaitu banyaknya gelandangan yang kabur saat akan
dilakukan penangkapan oleh Satpol PP yang sedang bertugas.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Jaharudin selaku ketua
Rehabilitas Dinas Sosial Kota Jambi56
“kendala dinas sosial dalam mengatasi gelandangan itu ketika
penangkapan atau penertiban gelandangan, mereka selalu kabur saat di
razia, yang membuat perangkat daerah seperti Satpol PP kesulitan. Dan
upaya yang kami lakukan dengan memperbanyak jadwal untuk merazia
gelandangan yang berkeliaran di jalanan”
Dari hasil wawancara menjelaskan bahwa kendala eksternal dalam
menangani gelandangan yaitu susahnya penangkapan para gelandangan yang
berada di jalanan. Dan ada pula upaya yang dilakukan oleh dinas sosial adalah
dengan melakukan razia dengan sesering mungkin.
Dan kendala eksternal selanjutnya yaitu sulitnya penangkapan karena
gelandangan yang ada di Kota Jambi berpindah-pindah tempat.
Dari hasil wawancara bersama Bapak Jaharuddin selaku Kepala Bidang
Rehabilitas Sosial Kota Jambi mengatakan bahwa57
“kami juga cukup kesulitan menemukan tempat tinggal atau titik kumpul
para gelandangan dan pengemis yang ada di kota jambi, karena mereka
56 Wawancara bersama Bapak Jaharuddin selaku Kepala Rehabilitas Sosial, pada 18
Maret 2020 pukul 09.30 57
Wawancara bersama Bapak Jaharuddin selaku Kepala Rehabilitas Sosial, pada 18 Maret 2020 pukul 09.55
61
selalu berpindah-pindah tempat, apalagi kalau tempat tersebut sudah
sering jadi target razia kami, dan kami belum menemukan cara untuk
mengetahui lokasi-lokasi mereka selain dapat laporan dari warga sekitar,
dan laporan itu juga jarang terjadi karna kurangnya minat masyarakat
dalam partisipasi untuk penanganan gelandangan yang ada di kota jambi”
Dikarenakan gelandangan tidak memiliki tempat tinggal, jadi para
gelandangan Kota Jambi sering berpindah-pindah tempat jika menurut mereka
tempat tersebut sudah tidak aman atau sering terjadi razia, dan hal tersebut
cukup menyulitkan dinas sosial untuk menemukan lokasi-lokasi tempat tinggal
para gelandangan, umumnya gelandangan tersebut sering terlihat di bangunan-
bangunan yang ditinggalkan oleh pemiliknya.
2. Kendala Internal
Adapun kendala internal yang dihadapi Dinas Sosial Kota Jambi alam
mengatasi gelandangan yaitu kurangnya dana dari pemerintah untuk menangani
gelandangan dan pengemis yang jumlahnya banyak tersebut di perlukan biaya
yang cukup besar, berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Jaharudin selaku
Kepala Bidang Rehabilitas Sosial Kota Jambi58
“Kendala internal dalam mengatasi gelandangan yaitu kurangnya dana
untuk membeli makanan, dan keperluan sehari-hari dari gelandangan
tersebut yang jumlahnya cukup banyak. Upaya yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan para gelandangan dengan mengajukan proposal
dana ke pada pemerintah, sebelumnya pemerintah sudah menyediakan
dana, tetapi semakin hari jumlah gelandangan yang ada di Kota Jambi
bertambah banyak, yang membuat dana yang di tetapkan pemerintah
sebelumnya kurang”
Dari hasil wawancara menjelaskan kendala internal dalam mengatasi
gelandangan yang ada di dinas sosial yaitu kurangnya dana untuk menyediakan
makanan dan keperluan-keperluan lainya. Dan dinas sosial mengupayakan
kendala tersebut dengan mengajukan proposal ke pemerintah untuk mengajukan
dana.
58 Wawancara bersama Bapak Jaharuddin selaku Kepala Rehabilitas Sosial, pada 18 Maret 2020
pukul 10.00
62
Kendala internal selanjutnya yaitu kurangnya minat pada gelandangan
dalam menjalankan pembinaan dan rehabilitas yang dinas sosial sediakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Toyib sebagai Kasi Rehabilitas
Dinas Sosial Kota Jambi yang mengatakan59
“Dinas sosial juga memiliki kendala berupa sulitnya membina para
gelandangan agar tidak kembali lagi kejalanan, kurangnya minat dalam
menjalankan pembinaan dan rehabilitas yang diberikan oleh dinas sosial
membuat para gelandangan yang sudah berada didinas sosial sering kabur
dan kembali lagi kejananan. Dan kami belum menemukan solusi terbaik
agar para gelandangan yang sudah berada di dinas sosial tidak kabur dan
kembali kejalanan, tetapi kami akan berusaha melakukan yang terbaik
untuk menangani gelandangan agar tidak menjadi beban masyarakat”
59 Wawancara bersama bapak Toyib sebagai Kasi Rehabilitas Dinas Sosial Kota Jambi,
pada 20 Oktober 2020 pukul 10.00
63
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Walikota Jambi Nomor 41 tahun 2016 tentang
Kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja pada Dinas
Sosial Kota Jambi, maka Dinas Sosial mempunyai TUGAS yaitu : Membantu
Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang sosial, yang
meliputi : Tugas perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengendalian, pelayanan
dan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial serta melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan Walikota sesuai dengan bidang tugasnya yang terdiri dari
sekretariat dan empat bidang yang meliputi : Bidang perlindungan,dan jaminan
sosial, Bidang rehabilitas sosial, Bidang pemberdayaan sosial, Bidang penangan
fakir miskin.
Kendala eksternal dalam menangani gelandangan yaitu susahnya
penangkapan para gelandangan yang berada di jalanan. Dan ada pula upaya yang
dilakukan oleh dinas sosial adalah dengan melakukan razia dengan sesering
mungkin. Kendala internal dalam mengatasi gelandangan yang ada di dinas sosial
yaitu kurangnya dana untuk menediakan makanan dan keperluan-keperluan
lainya. Dan dinas sosial mengupayakan kendala tersebut dengan mengajukan
proposal ke pemerintah untuk mengajukan dana.
B. Saran
Penangan dinas sosial dalam mengatasi gelandangan belum sepenuhnya
berhasil. Pihak dinas sosial dan pemerintah harus benar-benar mencari solusi
dalam penanganan gelandangan dan pengimis, supaya permasalahan tersebut bisa
cepat terselesaikan. Karna permasalahan ini sangat serius dan permasalahan ini
perlu ditangani sampai tuntas. Dan permasalahan ini sangat berpengaruh bagi
64
pemerintah untuk menjadi tolak ukur untuk keberhasilan daerah dalam penuntasan
kemiskinan didaerah tersebut.
65
Daftar Pustaka
Aan Aditya, “Penanganan Pemerintah Kota Surabaya Terhadap Keberadaan
Tuna Wisma Di Surabaya Masa Walikota Moehadji Widjaja (1980-1984)”
Jurnal, 2017
Dougherty & Pritchard “Peran Memberikan Suatu Kerangka Konseptual Dalam
Studi Perilaku Didalam Organisasi”.Ejurnal.1985
Ester Meilin Tobing, “Kinerja Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekan Baru
Dalam Menangani Gelandangan dan Pengemis di Kota Pekan Baru”
Ejurnal (1) 3, 2017
Hanggoro, Hendaru Tri. "MemandangLakuMenggelandang || NuuN.id". NuuN.id.
Diaksestanggal 2017-02-02.
Iskandar, “Metode Penelitian Kualitatif,” Cet.Ke-1 (Jakarta: Gaung Persada,
2009)
Mardalis, “Metode Penelitian Suatu Pendekta Proposal”, (Jakarta: Bumi Aksara,
2010),
Muhammad idrus, “Metode penelitian ilmu sosial :pendekatan kualitatif dan
kuantitatif,” , ( Jakarta: Erlangga,2009),
Riyadi,”Perencanaan Pembangunan Daerah” Ejurnal,2002
SayutiUna ,(PedomanPenulisanSkripsi (edisirevisi),CetKe 2 (Jambi : Syariah
Press Dan FakultasSyarih UIN STS Jambi ,2014)
Singarimbun dan Sofian Effendi, “Metode Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan
karya Ilmiah,” Cet. Ke-19, (Jakarta:Pustaka Lp3es Indonesia,2008)
Sudarsono, “Kenakalan Remaja”( Jakarta: Rineka Cipta,2012)
Suhardono, “TeoriPeranan”,(Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Umum,1994)
Soekanto,“Teori Peran”,(Jakata:Rieneka Cipta,2009)
Soekanto,“Sosiologi Sebagai Pengantar”,(Jakata:PT.RajaGrafindo Persada,2002)
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D”, ( Bandung,
Alfabeta: 2009)
66
Syaifudin Azwar, “Metode Penelitian,” Cet.ke-16 (Yogyakarta:Pusaka Pelajar,
2015)
Undang-Undang Republik Indonesia pasal 28 ayat 1 tahun 1945 tentang hak asasi
manusia
Wulan Sari, “Kebijakan Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Oleh Dinas
Sosial Kota Tanjungpinang” Jurnal, 2019
WisnuAndriantodkk, “Peran Tenaga
KesejahteraanSosialKecamatandalamPenanggulanganMasalahKesejahter
aanSosial”JurnalAdministrasiPublik (JAP), Vol. 2, No. 2
Wawancara dengan Bapak Jaharudin selaku Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial,
pada 26 Desember 2019
Wawancara dengan Bapak Toyib selaku Kasi Rehabilitas Sosial, pada 20 Oktober
2020
67
LAMPIRAN
Wawancara bersama Bapak Kabid Disabilitas
Potret gelandangan yang tinggal didepan rumah warga
68
Penangkapan gelandangan dan pengemis
Kondisi para gelandangan yang terjaring razia
69
Penjelasan kegiatan penangkapan gelandangan dan pengemis.
Oleh Bapak Kabid Disabilitas
Lokasi rumah singgah di Dinas Sosial Kota Jambi