peradilan khusus pemilu

27
PERADILAN KHUSUS PEMILU SUPRIYADI A.ARIEF MOHAMMAD HIDAYAT MUHTAR DONAL TALIKI KOMPETISI DEBAT KONSTITUSI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO GORONTALO MEI, 2015

Transcript of peradilan khusus pemilu

Page 1: peradilan khusus pemilu

PERADILAN KHUSUS PEMILU

SUPRIYADI A.ARIEF

MOHAMMAD HIDAYAT MUHTAR

DONAL TALIKI

KOMPETISI DEBAT KONSTITUSI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

GORONTALO

MEI, 2015

Page 2: peradilan khusus pemilu

LEMBAR ORISINILITAS

LOMBA DEBAT MAHKAMAH KONSTITUSI

1. Nama : 1. Supriyadi A.Arief

2. Mohamad Hidayat Muhtar

3. Donal Taliki

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki3. Tempat Tanggal Lahir : 1. Tilamuta, 01 April 1995

2. Gorontalo, 21 Juli 1995 3. Bilato, 27 April 1995

4. AsalUniversitas : Universitas Negeri Gorontalo5. Fakultas : Fakultas Hukum6. Alamat : Jl. Jend. Soedirman No.6 Kota Gorontalo (0435)

8217527. No.Hp : 1. 0853 4104 6242

2. 0821 9523 1648 3. 0823 9360 2291

8. Email : 1. [email protected] 2. [email protected] 3. [email protected]

9. Judul Artikel : Peradilan Khusus PemiluDengan ini kami menyatakan bahwa artikel yang kami kirimkan betul-

betul karya kami, belum pernah diterbitkan dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba lainnya. Apabila dikemudian hari artikel ini tidak sesuai pernyataan diatas, kami bersedia dituntut secara hukum.

Demikian surat pernyataan ini kami buat untukdigunakan sebagaimana mestinya.

Gorontalo, Mei 2015a/n Penulis

Supriyadi A.AriefNIM. 271412001

i

Page 3: peradilan khusus pemilu

DAFTAR ISI

Lembar Orisinilitas ……………………………………………….. i

Daftar Isi ………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………… 3

A. Tinjauan Filosofis-Teoritis ……………………………….. 3

a. Tinjauan Filosofis …………………………………….. 3

b. Tinjauan Teoritis ……………………………………… 4

B. Tinjauan Yuridis ………………………………………….. 5

a. Tinjauan Pancasila ……………………………………. 5

b. Tinjauan UUD NRI Tahun 1995 ……………………... 5

c. Tinjauan Peraturan Perundang-Undangan …………… 5

C. Tinjauan Empiris …………………………………………. 7

BAB III PENUTUP ……………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 15

ii

Page 4: peradilan khusus pemilu

BAB I

PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara Hukum sebagaimana di tegaskan pasal (1)

ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 artinya hukum yang akan

mengatur semuaaspek kehidupan berbangsa dan bernegara selain itu indonesia

pada masa reformasi telah melakukan berbagai reformasi di segala bidang baik

politik,ekonomi,hukum dan birokrasi.

Demokrasi yang konsekuen merupakan salah satu cita-cita luhur reformasi

yang di implementasikan dengan salah satunya penyelenggaraan pemilu yang

jujur dan adil. Pemilu merupakan rangkain pesta demokrasi yang dimana rakyat

sebagai penentu arah demokrasi, karena itu demokrasi tidak lepas dari peran dan

keinginan masyarakat tetapi sistem ini bukanlah sebuah sistem yang sempurna

salah satu kelemahan sistem pemilihan langsung adalah banyaknya konflik dan

juga ketidakpuasan individu yang terpilih membuat perkara sengketa pemilu

menjadi hal yang di permasalahkan dan bermuara ke Mahkamah Konstitusi.

Mahkamah Konstitusi sebagai pengemban amanat penyelesain sengketa

hasil pemilu sesuai pasal 28 c ayat 1 Undang-undang Negara Republik Indonesia

tahun 19451 telah melakukan berbagai langkah positif dalam menyelesainkan

kasus pemilu, tetapi seiring berjalanya waktu objektifitas penyelesian Mahkamah

Konstitusi di pertanyakan dengan penagkapan Akil Muchtar sebagai tersangka

korupsi selain itu waktu penyelesain sengketa yang hanya kurang dari 14 hari dan

banyaknya kasus sengketa pemilu yang harus di selesaikan membuat Mahkamah

Konstitusi tidak dapat memeriksa dan mengadili perkara secara Komperhensif,

karena itu perlu adanya pengadilan khusus penyelesain kasus pemilu.

Pengadilan Khusus pemilu bertugas untuk memutus perkara baik di

tingkat kabupaten/kota dan banding di provinsi artinya ada sebuah

penyederhanaan penyelesaian sengketa pemilu yang lebih efisien dan menghemat

anggaran dan Mahkamah Konstitusi tidak memikul beban yang terlalu berat.

Mahkamah Konstitusi cukup untuk mengawasi dan kembali ke fugnsi utamanya

1 Lihat Undang-undang Dasar pasal 28 c ayat 1.

1

Page 5: peradilan khusus pemilu

sebagai Penjaga Konstitusi untuk penyelesain pemilu cukup untuk pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden agar tetap menjaga amanat UUD 1945.

2

Page 6: peradilan khusus pemilu

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Filosofis-Teoritis

1. Tinjauan Filosofis

Pemilihan umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi

untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan

rakyat, serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga negara di bidang

politik. Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat

tidak mungkin memerintah secara langsung. Karena itu, diperlukan cara untuk

memilih wakil rakyat dalam memerintah suatu negara selama jangka waktu

tertentu. Pemilu dilaksanakan dengan menganut asas langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil.2

Pengadilan Khusus adalah pengadilan yang mempunyai kewenangan

untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tertentu yang hanya dapat

dibentuk dalam salah satu lingkungan badan peradilan di bawah Mahkamah

Agung yang diatur dalam Undang-Undang.3

Peradilan khusus pemilu merupakan sebuah hal yang sangat urgen untuk

di bentuk, selama ini penyelesain sengketa pemilu selalu di lakukan di Mahkamah

Konstitusi memakan waktu lama dan penyelesain sengketa yang kurang

memuaskan sebagai akibat waktu penyelesain yang sempit dan penumpukan kasus

di Mahkamah Konstitusi yang membuat Mahkamah Konstitusi tidak dapat

memeriksa perkara secara komperhensif. Oleh sebab itu, sistem peradilan khusus

di bentuk sebagai jawaban tentang permasalahan penyelesain sengketa pemilu

yang masih semraut.

Pengadilan khusus Pemilu sebenarnya salah satu komponen terpenting

dalam azas-azas penyelengaran pemilu diantaranya adalah “kepastian hukum”.

2http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-pemilihan-umum-pemilu.html (di akses tanggal 07 mei 2015 pukul 01.25 WITA)3http://id.wikipedia.org/wiki/Pengadilan_Khusus (di akses tanggal 07 mei 2015 pukul 01.30 WITA)

3

Page 7: peradilan khusus pemilu

Dalam konteks kepastian hukum, adalah bahwa antara penyelenggara pemilu,

pengawas pemilu, pemantau pemilu dan peserta pemilu menerima secara baik dari

proses tahapan, program dan jadwal waktu penyelenggaran pemilu. Apabila ada

pihak-pihak yang belum puas atas hasil kerja yang diberikan oleh Komisi

Pemilihan Umum sebagai Penyelenggara Pemilu, dapat mengajukan sengketanya

di Pengadilan Khusus Pemilu.

2. Tinjauan Teoritis

1. J.J. Rousseau menyatakan bahwa kedaulatan itu perwujudan dari kehendak

umum dari suatu bangsa merdeka yang mengadakan perjanjian masyarakat

(social contract).4

2.  Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemamfaatan atau

kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus

teori ini adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction

to the morals and legislation”berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk

mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah/mamfaat bagi orang.5

3. Suharjo (mantan menteri kehakiman), tujuan hukum adalah untuk mengayomi

manusia baik secara aktif maupun secara pasif. Secara aktif dimaksudkan

sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia

dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud

secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-

wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak adil.6

Dari teori di atas kita bisa melihat bahwa kedaulatan tertinggi berada di

tangan rakyat yang di laksanakan oleh pemerintah dengan memperhatikan

kehendak rakyat. Peradilan khusus pemilu merupakan kehendak mayoritas rakyat

Indonesia sebagai implementasi pelaksanaan pemilihan umum, selanjutnya

4file:///D:/Debat/Mahkamah%20Konstitusi/Peradilan%20Khusus%20Pemilu/Macam-macam%20teori%20kedaulatan%20_%20Rijal%20Pahlawan.html di akses tanggal 07 mei 2015 pukul 04:13 WITA5http://borneo79.blogspot.com/2013/11/tujuan-hukum-menurut-teori-dan-pendapat_4.htmlDi akses tanggal 07 mei 2015 pukul 04:18 WITA6Ibid

4

Page 8: peradilan khusus pemilu

disebut pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan

secara langsung, umum, bebas, rahassia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republi k Indonesia Tahun 1945.”7

B. Tinjauan Yuridis

1. Tinjauan Pancasila

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, serta dijadikan sebagai

sumber dari segala sumber Hukum tentu ini di jadikan sebagai dasar negara untuk

menentukan arah bangsa indonesia di dalam konsep Negara yang Demokrasi.

Adanya pembentukan pengadilan khusus pemilu justru ini di angap sebagai

terobosan yang baik untuk lebih mengefektifkan dan memberikan keadilan yang

sebenarnya bagi Rakyat pencari keadilan di dalam proses penyelesaian sengketa

pemilu. Hal ini sangat relevan dengan sila ke-5 Pancasila: ‘Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat indonesia’, di mana hal demikian sangat tegas di jabarkan di dalam

butir–butir pancasila; Keadilan sosial adalah terwujudnya kehidupan masyarakat

bangsa dan negara yang damai sejahtera, beradab, berkeadilan, dan bermartabat.

jadi adanya proses pembentukan pengadilan khusus pemilu semata–mata di

bentuk untuk memberikan rasa keadilan yang sebenarnya bagi setiap rakyat yang

merasa belum mendapatkan keadilan .

2. Tinjauan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang–undang dasar negara republik indonesia yang merupakan

konstitusi tertinggi didalam mengataur sistim ketatanegaraan, dengan adanya

pembentukan pengadilan hasil pemilu maka hal ini di angap sangat sejalan dengan

amanat konstitusi, di mana semata – mata di bentuk untuk menyelengarakan

proses peradilan yang jelas, demi menyelesaikan sengketa pemilu yang tepat dan

membrikan rasa keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum, demi terciptanya

7Lihat UU.No.8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD,dan DPRD dan UU.No.15 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu pasal 1 angka 1.

5

Page 9: peradilan khusus pemilu

kesehjatraan bagi seluruh rakyat indonesia, sehingga hal ini sesuai amanat

pembukaan aline ke IV UUD tahun 1945 :

“Untuk melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah

indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum,mencerdaskan

kehidupan bangsa , dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang

berdasarkan kemerdekaan ,perdamain abadi dan keadilan sosial’.

Maka tentu nilai dari amanat konstitusi di atas bawha negara telah

memberikan jaminan keadilan bagi setiap rakyat indonesia, demi terwujudnya

kesehjatraan bagi setiap rakyat indonesia, sehingga pembentukan pengadilan

khusus pemilu bukan hal yang perlu di permasalahkan. Dengan adanya

pembentukan pengadilan hasil pemilu justru hal ini mampu mengembalikan

kedaulatan rakyat indonesia, maka sejalan dengan amanat konstitusi8 yang di

jelaskan di dalam Pasal 1 ayat (2) : Kedaulatan berada di tangan rakyat dan di

laksanakan menurut undang-undang dasar. Kedaulatan yang di maksudkan adalah

kedaulatan politik untuk setiap rakyat indonesia, karna melihat dengan adanya

proses penyelesaian sengketa pemilu justru di angap mencidrai nilai keadilan

rakyat indonesia terlebih di dalam proso penyelesaian sengketa, sehingga secara

tidak langsung ini berdampak dan merusak bentuk kedaulatan rakkyat dalam hal

ini kedaulatan politik yang di perjuangakan dalam pemilihan umum. Tetapi di

lain pihak adanya pembentukan pengadilan khusus pemilu justru hal ini

bertantangan dengan amanat konstitusi di mana di jelasakn bahwa salah satu

lembaga yang berwenang untuk menjalankan kekuasaan kehakiman adalah

mahkamah konstitusi yang mempunyai wewenag untuk menyelesaikan sengketa

pemilu, hal ini dapat di lihat dalam Pasal 24 C :

(1) Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkatan pertama,

dan terakhir yang putusanya bersifat final untuk menguji undang–undang

terhadap undang–undang dasar, memutus sengketa kewenanganya di

8 Lihat sila ke 5 pancasila , Lihat Pembukaan Alinea ke IV UUD tahun 1945, Pasal 1 ayat ( 2 ) , Pasal 24 C UUD 1945, Pasal 1 angka (1 ) , dan angka 9( 3 ) UU NO 8 Tahun 2011 Tentang Mahkamah Konstitusi .

6

Page 10: peradilan khusus pemilu

berikan oleh Undang –undang Dasar, memutus pembubaran partai politik,

dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umu .

Dari amanat konstitusi ini kita mampu pahami bahwa mahkamah

konstitusilah yang mempunyai kewenagan lebih di dalam menyelesaikan sengketa

pemilu, sehingga adanya pembentukan peradilan khusus pemilu justru ini di

angap tidak sejalan apa yang telah diamanatkan dalam konstitusi, maka secara

tidak langsung bahwa pembentukan peradilan khusus pemilu tidak sesuai dengan

apa yang di amantkan oleh konstitusi dan tidak memiliki kekuatan hukum yang

jelas, karna ketika persoalan sengketa pemilu datang maka Mahkamah

konstitusilah yang memiliki wewenag penuh.

3. Tinjauan Peraturan – Perundang –Undangan

Di dalam Pasal 1 angka ( 1 ) dan ( 3 ) undang – undang negara Republik

Indonesia Nomor 8 tahun 2011 Tentang Mahkamah Konstitusi ,menyebutkan

bahwa :

(1) Mahkamah konstitusi dalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman

sebagaimana di maksud dalam Undang – undang dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945.

(2) Prmohonan adalah permintaan yang di ajukan secara tertulis kepada

mahkamah konstitusi mengenai : d. perselisihan tentang hasil

pemilihan umum.

Maka tentu inilah dasar peraturan yang relevan dengan amanat konstitusi

yang memberikan kewenangan kepada mahkamah konstitusi untuk

menjalanjankan kekuasaan kehakiman dan termasuk untuk menyelesaikan

sengketa pemilu, maka sanga tepat ketika perselisihan hasil pemilu di berikan

sepenuhnya kepada mahkamah konstitusi untuk dapat di putus dan di adili

sehingga akan mendapatkan keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum, bukan

di serahkan kepada pengadilan yang ajan di bentuk khusus penyelesaian hasil

pemilu. hal demikian sangat relevan dengan Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) dalam

7

Page 11: peradilan khusus pemilu

Undang – undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman

menjelaskan bahwa :

(1) kekuasaan Kehakiman di lakukan oleh Mahkamah Agung dan badan

peradilan yang yang berada di bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi.

(2) Badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung meliputi

badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama,

peradilan militer,dan peradilan tata usaha negara . 9

Artinya bahwa dengan adanya pembentukan pengadilan khusus pemilu

justru akan bertentangan dengan undang–undang kekuasaan kehakiman, serta

akan menimbulkan kesimpangsiuran dan inkonsitensi tentang penyatuatapan

lembaga peradilan serta sistematisasi lembaga peradilan yang mengakui MA

sebagai top judicial sistem hukum ketatanegaraan. karna pembentukan peradilan

khusus pemilu belum memiliki orientasi yang jelas tentang jenis pemilu apa yang

perkaranya akan di selesaikan serta kewenangan perkaranya akan masuk ke rana

pidana, perdata, atau tata usaha negara, sehingga hal ini yan g menjadi polemik di

dalam pembentukan peradilan khusus pemilu. tetapi di lain pihak dengan adanya

pembentukan Peradilan khusus pemilu justru di anggap lebih efektip di dalam

memberikan keadilan yang sebenarnya bagi rakyat pencari keadilan, mengingat

kurang efektipnya lembaga peradilan di dalam memeutus dan menyelesaikan

sengketa pemilu ,misalnya kewenangan mahkamah konstitusi yang tidak di

jelasakn secara eksplisit bentuk dan jenis psengketa pemilu mana yang di adili,

serta adanya pembentukan Peradilan khusus pemilu ini di merupakan Ius

Constiendum atau merupakan hukum yang di cita-citakan oleh rakyat indonesia,

demi mewujudkan konsep negara hukum yang sebenarnya.

C. Tinjauan Empiris dan Dinamika Ketatanegaraan Indonesia

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sangat ribet untuk mengatur

proses Pemilihan Umum maupun pemilihan Kepala Daerah. Tiga kali pemilu 9 Lihat pasal 10 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) Undang – undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.

8

Page 12: peradilan khusus pemilu

pasca pemerintahan otoriter pun belum cukup menjadi bahan pembelajaran. Tak

hanya orang-orang internal partai saja yang saling berdebat, akademisi, pemantau

pemilu, bahkan masyarakat umum pun saling unjuk memberikan pandangan

terkait dengan proses pemilu di Indonesia.

Salah satu yang lantang disuarakan dalam proses pemilu di Indonesia

adalah Pembentukan Peradilan Khusus Pemilu. Peradilan ini merupakan salah

satu bentuk keresahan masyarakat terkait lembaga peradilan saat ini yang

menyelesaikan masalah pemilu belum optimal menyelesaikan perkara pemilu,

bahkan Pengadilan yang masuk dalam salah satu system peradilan untuk

menyelesaikan masalah pemilu dapat dimasuki oleh para makelar-makelar kasus

pemilu. Belum hilang dibenak kita adalah Dugaan kasus suap penanganan

Pemilukada Gunung Mas dan Lebak yang melibatkan Ketua Mahkamah

Konstitusi, Akil Mochtar dengan beberapa tokoh politik pada tahun 2013.10 Kasus

ini merupakan salah satu cambukan bagi Mahkamah Konstitusi yang juga

merupakan lembaga peradilan yang mneyelesaikan sengketa pemilu.

Kasus ini merupakan salah satu dampak dari banyaknya sengketa

pemilukada di MK, sementara waktu utnuk memeriksa hanya singkat serta jumlah

hakim MK yang terbatas. Keteteran MK ini terbukti dari tahun 2013 saja MK

menangani sebanyak 196 sengketa Pemilukada.11 Ini menunjukan bahwa rata-rata

setiap 2 hari sekali MK memutus perkara pemilukada. Hal inilah yang membuka

ruang untuk para makelar kasus serta para calon pemangku kepentingan daerah

untuk bermain mata dengan hakim MK. Selain MK, Pengadilan Negeri serta

Pengadilan Tata Usaha Negara juga merupakan peradilan yang menyelesaikan

masalah pemilu, jika PN untuk setiap perkara pidana pemilu maka PTUN untuk

perkara Administrasi pemilu. Serupa tapi tak sama dengan MK, PN dan PTUN

pun memiliki banyak tunggakan perkara yang harus diselesaikan termasuk perkara

pemilu atau pemilukada. PN dan PTUN juga merupakan salah satu peradilan

10Akil Muchtar tertangkap tangan oleh Komisi pemberantasan korupsi (KPK) di rumahnya pada rabu malam tanggal 12 Oktober 2013 dengan barang bukti sejumlah Sin$ 294.050, US$ 22.000.11Mahkamah Konstitusi tangani 380 perkara sepanjang 2013, merdeka.com, (diakses tanggal 25 April 2015 Pukul 10.00 WITA).

9

Page 13: peradilan khusus pemilu

pemilu yang terbuka kemungkinan untuk dihinggapi para makelar kasus pemilu

atau pemilukada.

Gagasan pembentukan peradilan khusus pemilu seperti peradilan khusus

pemilu yang ada do Meksiko semakin kencang berhembus setelah keluarnya

PERPUU no.1 tahun 2014 dan Putusan MK yang intinya kewenangan mengadili

sengketa Pemilukada di kembalikan ke Mahkamah Agung. Maka hal ini merupaka

salah satu langkah soluktif untuk menyelesaikan perkara pilkada. Salah satu yang

gencar menyuarakan pembentukan pengadilan khusus pemilu adalah Komisi

Yudusial. Salah satu hal penyebabnya adalah pemilu legislatif tahun 2009 yang

lalu, yang dilaksanakan di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, ada 5 (Lima)

partai politik peserta pmilu dibatalkan sebagai peserta pemilu oleh KPU

Kabupaten Mentawai. Pembatalan tersebut dilakukan 10 hari setelah hari

pemungutan suara atau tepatnya pada saat proses rekapitulasi hasil pemilu

dilakukan pada tingkat Kabupaten. KPU Kabupaten Mentawai beralasan bahwa

partai yang bersangkutan terlambat menyerahkan rekening dana kampanye,

sehingga layak untuk dibatalkan. Sementara Partai Persatuan Daerah (PPD),

asalah satu dari lima partai yang dibatalkan merupakan partai yang memperoleh 3

(tiga) kursi untuk DPRD Kabupaten. PPD pun membawa masalah ini ke badan

peradilan, akan tetapi, MK menolak mengadili karena bukan wewenangnya,

begitupun PTUN, apalagi PN.12

Dampak dari pembentukan peradilan khusus pemilu ini adalah :

a) Dampak Positif

1. Memberikan kepastian hukum

Kasus seperti yang terjadi di Kep.Mentawai dapatlah memiliki kepastian

hukum jika saat itu telah ada pngadilan khusus pemilu, sehingga antar lembaga

peradilan tidak saling lempar batu sembunyi tangan terkait perkara tersebut.

2. Lebih mudah mengawasi Hakim dalam memutus perkara

12 Pengadilan Khusus Pemilihan Umum: Ius Constituendum dalam Memproteksi Hak Konstituinal Warga Negara dan Peserta Pemilihan Umum, hukum.kompasiana.com, (diakses tanggal 25 April 2015 Pukul 13.20 WITA)

10

Page 14: peradilan khusus pemilu

Komisi Yudisial sebagai lembaga yang mengawasi hakim ditolak untuk

mengawasi hakim MK sesuai putusan MK termasuk hakim MK yang mnengani

perkara pemilu maupun pemilukada, hal inilah yang kemudian dapat berubah

ketika ada lembaga peradilan khusus pemilu yang kemudian dapat diawasi oleh

Komisi Yudisial karena para hakimnya juga dibawah lingkup peradilan

Mahkamah Agung.

3. Lebih objektif dalam setiap putusannya

Seperti kasus akil mochtar yang terindikasi memenangkan calon dari salah

satu partai tertentu yang kemudian separtai pula dengnnya merupakan salah satu

nilai keobjetifitasannya dipertanyakan ketika ada calon dari DPR yang notabennya

merupakan perwakilan partai yang disisipkan di korps tuhan ini, maka ketika

hakim di pengadilan khsus pemilu yang menrupakan hakim karir di MA

menangani perkara pemilu maka subyektifitasnya terhadapa peserta pemilu tidak

aka nada, malah obyektifitasnya yang akan terlihat dari setiap putusan.

b) Dampak Negatif

1. Menguras tenaga dan anggaran

Jumlah tenaga hakim saat ini masih sangat jauh dari yang diharapkan,

apalagi ketika akan ditambah lagi dengan badan peradilan yang baru. Begitupun

hallnya dengan anggran yang tentunya tidak sedikit untuk membuat sebuah lebaga

peradilan yang baru.

2. Kompetensi Hakim yang dipertanyakan

Tidak semua hakim karier yang mempunyai wawasan luas terkait

persoalan pemilu maupun pemilukada, selain itu jumlah hakim karier yang sangat

kurang tentu akan membuka perekrutan hakim add-hoc dimana salah satu

masalahnya adalah ketika ada kepentingan yang menumpang pada hakim add-hoc

tersebut, pengawasan dan sanksi terhadap hakim add-hoc ini pula perlu

dipertanyakan.

3. Butuh peraturan perundang-undangan yang koheren untuk

mengaturnya.

11

Page 15: peradilan khusus pemilu

Memang peradilan khusus pemilu ini merupkan ius constituendum di

Indonesia. Akan tetapi, jika hal ini terjadi maka pemerintah dan DPR harus

bekerja ekstra untuk merancang peraturan yang jumlahnya tentu tidak sedikit.

Mekanisme peradilan khusus pemilu merupakan transformasi dari semua

mekanisme dari semua peradilan yang menangani pemilu maupun pemilukada.

Akan tetapi, ada perbedaan mendasar dimana salah satu yang membedakan adalah

adanya tahapan awal sengketa yang bermula pada Badan Pengawas Pemilu

barulah bisa dilimpahkan ke Pengadilan Khusus Pemilu. Lokasi badan khsusu

pemilupun seharusnya berada dibawah lingkup Mahkamah Agung dengan

berkedudukan di Setiap Pengadilan Tinggi di masing-masing provinsi.

BAB III

PENUTUP

12

Page 16: peradilan khusus pemilu

Pemilihan Umum yang demokratis merupakan salah satu tujuan dari

sebuah Negara demokrasi. Dari aspek ini pula dapat terlihat bahwa sebuah Negara

apakah dapat menata kehidupan politiknya atau malah sebaliknya menjadi

semakin semrawut. Sebagai salah satu Negara demokrasi, semenjak reformasi

Indonesia telah tiga kali mengadakan pemilihan Umum secara langsung, dan sejak

tahun 2004 dilangsungkan pemilihan kepala daerah secara lansung.

Salah satu tranformasi yang diwacanakan akan dibentuk adalah peradilan

khusus pemilu. Hal ini merupakan wujud untuk lebih mengefektifkan penyelesain

masalah-masalah terkait pemilu maupun pemilukada di Indonesia. Saat ini

memang untuk persoalan pemilu sudah adan Mahkamah Konstitusi (MK) yang

mengadili perkara hasil Pemilu, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang

mengadili perkara administrasi, dan Pengadilan Negeri (PN) yang mengadili

Perkara Pidana pemilu. Akan tetapi, lebih efektif dan efisiennya ketika semua

penyelesaian perkara pemilu disatu atapkan dalam peradilan khusus pemilu.

Wacana ini tentunya juga akan sangat membantu badan peradilan yang saat ini

menangani perkara pemilu, sebab baik di PTUN, PN maupun di MK masih

banyak kasus yang menumpuk untuk diselesaikan selain perkara pemilu maupun

pemilukada.

Akan tetapi, jika hal ini tetap dilaksanakan dengan membentuk peradilan

khusus pemilu maka konsekwensinya adalah anggaran yang lebih dan penataan

system yang baru perlu dilaksanakan. Tentulah hal ini merupakan sebuah

pemborosan pembiayaan bagi sebuah badan peradilan yang tidak menutup

kemungkina juga akan dirasuki oleh para makelar kasus dan pencari keadilan

yang ingin bermain mata dengan menyuap seperti yang terjadi pada kasus akil

mochtar. Jika dibandingkan dengan pembentukan lembaga peradilan yang baru,

sebaiknya saat ini yang perlu dilakukan adalah pemberian penguatan kepada

lembaga yang telah menangani persoala pemilu maupun pemilukada, semisal

Penguatan serta perluasan kewenangan Badan Pengawas Pemilu yang menjadi

Badan Penyelesaian Sengketa Pemilu yang menyelesaikan semua sengketa

13

Page 17: peradilan khusus pemilu

pemilu. Hal inilah yang tentutnya salah satu langkah efektif jika dibandingkan

dengan harus memulai dengan hal yang baru sama sekali..

14

Page 18: peradilan khusus pemilu

DAFTAR PUSTAKA

A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang – undang Negara Republik Indonesia No.4 tahun 2004 tentang

Kekuasaan Kehakiman

undang – undang negara Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2011 Tentang

Mahkamah Konstitusi.

Undang – undang Negara Republik Indonesia No.15 tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Pemilu

Undang – undang Negara Republik Indonesia No.8 Tahun 2012 tentang

Pemilihan Umum Anggota DPR,DPD,dan DPRD

B. INTERNET

borneo79.blogspot.com

hukum.kompasiana.com

pengertianahli.com

merdeka.com

wikipedia.org

15