PER_45_PJ_2013
-
Upload
maya-wulandari -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
Transcript of PER_45_PJ_2013
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 45/PJ/2013
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI, GAS BUMI, DAN PANAS BUMI
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
Menimbang : a. bahwa untuk lebih memberikan kepastian hukum dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi, Gas
Bumi, dan Panas Bumi;
b. bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat
Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, pembayaran Pajak
Bumi dan Bangunan sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi yang selama ini menjadi beban Pemerintah diubah menjadi beban bersama
Pemerintah dan kontraktor dengan cara membukukan pembayaran pajak tersebut sebagai komponen biaya, dan
dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, pemegang Izin Usaha Pertambangan wajib membayar sendiri Pajak Bumi dan Bangunan sektor
pertambangan untuk pertambangan Panas Bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
76/PMK.03/2013 tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, perlu
menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas
Bumi, dan Panas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.03/2013
tentang Penatausahaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi;
MEMUTUSKAN: …
- 2 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG TATA
CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR
PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI, GAS BUMI, DAN PANAS BUMI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan:
1. Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disingkat PBB adalah pajak sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
2. PBB sektor pertambangan untuk pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi yang selanjutnya disebut PBB Migas adalah PBB atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi.
3. PBB sektor pertambangan untuk pertambangan Panas Bumi yang selanjutnya disebut PBB Panas Bumi adalah PBB atas bumi dan/atau bangunan yang berada di dalam kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi.
4. Pengenaan adalah kegiatan menetapkan subjek pajak atau
Wajib Pajak dan besarnya pajak terutang untuk PBB Migas dan PBB Panas Bumi berdasarkan peraturan perundang-
undangan PBB.
5. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa
fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh dari proses
penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak
Bumi dan Gas Bumi.
6. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa
gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, termasuk antara lain gas metan batubara
(coalbed methane).
7. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan
dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk
pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
8. Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan Eksplorasi dan
Eksploitasi pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi.
9. Izin …
- 3 -
9. Izin Usaha Pertambangan adalah izin atau bentuk kontrak
kerja sama lain untuk melaksanakan kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi.
10. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh
informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan Minyak Bumi dan/atau Gas
Bumi, atau Panas Bumi, termasuk kegiatan studi kelayakan dalam kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi, di Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya.
11. Eksploitasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi, atau Panas Bumi, dari Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya.
12. Wilayah Kerja adalah daerah tertentu di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan
Eksplorasi dan Eksploitasi.
13. Wilayah Sejenisnya adalah daerah tertentu di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan kegiatan
usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi, atau daerah tertentu di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia untuk pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi sebelum
berlakunya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.
14. Areal Produktif adalah areal tanah dan/atau perairan
pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh
manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi, yang sedang diusahakan untuk
pengambilan hasil produksi.
15. Areal Belum Produktif adalah areal tanah dan/atau perairan
pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk
kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi, yang belum diusahakan untuk pengambilan hasil produksi.
16. Areal Tidak Produktif adalah areal tanah dan/atau perairan pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya
yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi,
atau Panas Bumi, yang tidak dapat atau telah selesai diusahakan untuk pengambilan hasil produksi.
17. Areal Emplasemen adalah areal tanah dan/atau perairan
pedalaman di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi,
atau Panas Bumi, yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk menunjang kegiatan usaha pertambangan
Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi, yang di
atasnya …
- 4 -
atasnya berdiri bangunan dan sarana pendukungnya, tidak
termasuk Areal Produktif.
18. Areal Offshore adalah areal perairan lepas pantai di dalam
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh
subjek pajak atau Wajib Pajak.
19. Areal Lainnya adalah areal tanah, perairan pedalaman, dan/atau perairan lepas pantai, di dalam Wilayah Kerja atau
Wilayah Sejenisnya yang tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dan/atau yang secara nyata tidak dipunyai haknya dan tidak
diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi.
20. Tubuh Bumi Eksplorasi adalah tubuh bumi yang berada di bawah permukaan bumi pada Wilayah Kerja atau Wilayah
Sejenisnya yang memiliki potensi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi, atau Panas Bumi.
21. Tubuh Bumi Eksploitasi adalah tubuh bumi yang berada di
bawah permukaan bumi pada Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang telah menghasilkan hasil produksi berupa
Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi, atau Panas Bumi.
22. Angka Kapitalisasi adalah angka pengali yang digunakan untuk mengonversi hasil produksi yang terjual dalam
setahun menjadi nilai bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi.
23. Nilai Jual Objek Pajak yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui
perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
24. Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Migas atau PBB Panas
Bumi yang selanjutnya disebut SPOP adalah surat yang digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk
melaporkan data objek pajak dan subjek pajak atau Wajib Pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi ke Direktorat Jenderal Pajak.
25. Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi yang selanjutnya disebut LSPOP adalah formulir yang digunakan oleh subjek pajak atau Wajib Pajak
untuk melaporkan data rinci objek pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi.
26. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang yang selanjutnya disingkat SPPT adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya PBB yang
terutang kepada Wajib Pajak.
27. Surat Ketetapan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan yang selanjutnya disebut SKP PBB adalah Surat Ketetapan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) Undang-
Undang …
- 5 -
Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
28. Kantor Pelayanan Pajak adalah Kantor Pelayanan Pajak yang
mengadministrasikan objek pajak PBB Migas dan/atau PBB Panas Bumi.
Pasal 2
(1) Objek pajak PBB Migas adalah bumi dan/atau bangunan
yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi.
(2) Objek pajak PBB Panas Bumi adalah bumi dan/atau
bangunan yang berada di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi.
(3) Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), terdiri dari:
a. permukaan bumi, meliputi:
1) tanah dan/atau perairan pedalaman (onshore); dan
2) perairan lepas pantai (offshore);
b. tubuh bumi.
(4) Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
(5) Kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi:
a. Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya; dan
b. wilayah di luar Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya
yang merupakan satu kesatuan dan digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi.
(6) Wilayah di luar Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang merupakan satu kesatuan dan digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau
Panas Bumi, sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b merupakan wilayah penunjang kegiatan usaha pertambangan
Minyak Bumi dan Gas Bumi, atau Panas Bumi yang menjadi bagian yang secara fisik tidak terpisahkan dengan permukaan bumi yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas
Bumi di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya.
Pasal 3
(1) Permukaan bumi onshore sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) huruf a angka 1) meliputi:
a. areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi,
berupa:
1) Areal Produktif;
2) Areal Belum Produktif;
3) Areal …
- 6 -
3) Areal Tidak Produktif; dan
4) Areal Emplasemen;
b. areal yang tidak dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi, berupa Areal Lainnya.
(2) Permukaan bumi offshore sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a angka 2) meliputi:
a. areal yang dikenakan PBB Migas, berupa Areal Offshore; dan
b. areal yang tidak dikenakan PBB Migas, berupa Areal Lainnya.
(3) Tubuh bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3)
huruf b berupa:
a. Tubuh Bumi Eksplorasi; atau
b. Tubuh Bumi Eksploitasi.
Pasal 4
(1) Subjek pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi adalah orang
atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan, atas objek pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi.
(2) Subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dikenakan kewajiban membayar PBB Migas atau PBB Panas Bumi menjadi Wajib Pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi.
Pasal 5
(1) Subjek pajak atau Wajib Pajak melakukan pendaftaran atau pemutakhiran data objek pajak PBB Migas atau PBB Panas
Bumi dengan cara mengisi SPOP, dengan jelas, benar, dan lengkap, serta ditandatangani, dan dilengkapi dengan
dokumen pendukung.
(2) Dalam hal SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh bukan subjek pajak atau Wajib Pajak,
harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
(3) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan LSPOP yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari SPOP.
Pasal 6
(1) SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) terdiri dari SPOP PBB Migas dan SPOP PBB Panas Bumi.
(2) SPOP PBB Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:
a. onshore, dilampiri dengan:
1) LSPOP PBB Migas Onshore;
2) LSPOP …
- 7 -
2) LSPOP PBB Migas Bangunan Umum; dan/atau
3) LSPOP PBB Migas Bangunan Khusus.
b. offshore, dilampiri dengan:
1) LSPOP PBB Migas Offshore;
2) LSPOP PBB Migas Bangunan Umum, dan/atau
3) LSPOP PBB Migas Bangunan Khusus.
c. tubuh bumi, dilampiri dengan LSPOP PBB Migas Tubuh Bumi.
(3) SPOP PBB Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:
a. onshore, dilampiri dengan:
1) LSPOP PBB Panas Bumi Onshore;
2) LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Umum, dan/atau
3) LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Khusus.
b. tubuh bumi, dilampiri dengan LSPOP PBB Panas Bumi Tubuh Bumi.
Pasal 7
(1) Subjek pajak atau Wajib Pajak harus menyampaikan SPOP
dan LSPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang telah diisi dengan jelas, benar, dan lengkap, serta ditandatangani, ke Kantor Pelayanan Pajak paling lama 30 (tiga puluh) hari
setelah tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak atau Wajib Pajak.
(2) Tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP oleh subjek pajak atau
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. tanggal tanda terima, dalam hal SPOP dan LSPOP
disampaikan secara langsung oleh Kantor Pelayanan Pajak; atau
b. tanggal bukti pengiriman, dalam hal SPOP dan LSPOP
dikirim oleh Kantor Pelayanan Pajak melalui pos atau jasa pengiriman lainnya.
(3) Dalam hal tanggal diterimanya SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tanggal sebelum 1 Januari tahun pajak, maka tanggal diterimanya SPOP dan
LSPOP adalah tanggal 1 Januari tahun pajak.
(4) Tanggal disampaikannya SPOP dan LSPOP ke Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. tanggal tanda terima, dalam hal SPOP dan LSPOP diterima secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak; atau
b. tanggal bukti pengiriman, dalam hal SPOP dan LSPOP diterima di Kantor Pelayanan Pajak melalui pos atau jasa pengiriman lainnya.
Pasal …
- 8 -
Pasal 8
(1) Dasar Pengenaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi adalah NJOP.
(2) NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan hasil
penjumlahan antara NJOP bumi dan NJOP bangunan.
(3) NJOP bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk:
a. permukaan bumi merupakan hasil perkalian antara total luas areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi dengan NJOP bumi per meter persegi; dan
b. tubuh bumi merupakan hasil perkalian antara luas Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya dengan NJOP bumi per meter persegi.
(4) NJOP bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan hasil konversi nilai bumi per meter
persegi ke dalam klasifikasi NJOP bumi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP Bumi.
(5) NJOP bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan hasil perkalian antara total luas bangunan
dengan NJOP bangunan per meter persegi.
(6) NJOP bangunan per meter persegi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) merupakan hasil konversi nilai bangunan per
meter persegi ke dalam klasifikasi NJOP bangunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai klasifikasi NJOP Bangunan.
Pasal 9
(1) Nilai bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (4) pada tahap Eksplorasi untuk:
a. permukaan bumi onshore, merupakan hasil pembagian antara total nilai bumi dengan total luas areal yang
dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi;
b. permukaan bumi offshore, ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak; dan
c. Tubuh Bumi Eksplorasi, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
(2) Nilai bumi per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (4) pada tahap Eksploitasi untuk:
a. permukaan bumi onshore, merupakan hasil pembagian antara total nilai bumi dengan total luas areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi;
b. permukaan bumi offshore, ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak; dan
c. Tubuh Bumi Eksploitasi, dalam hal:
1) terdapat hasil produksi yang terjual, merupakan hasil pembagian antara nilai bumi untuk Tubuh Bumi
Eksploitasi …
- 9 -
Eksploitasi dengan luas Wilayah Kerja atau Wilayah
Sejenisnya;
2) tidak terdapat hasil produksi yang terjual, merupakan nilai bumi per meter persegi untuk Tubuh Bumi
Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c.
(3) Total nilai bumi untuk permukaan bumi onshore sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a, merupakan jumlah dari perkalian luas masing-
masing areal yang dikenakan PBB Migas atau PBB Panas Bumi dengan nilai bumi per meter persegi masing-masing
areal dimaksud.
(4) Nilai bumi per meter persegi masing-masing areal sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditentukan dengan
menggunakan harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual-beli, ditentukan melalui perbandingan
harga objek lain yang sejenis.
(5) Nilai bumi untuk Tubuh Bumi Eksploitasi dalam hal terdapat
hasil produksi yang terjual sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c angka 1), ditentukan melalui pendekatan pendapatan sebagai berikut:
a. Untuk PBB Migas:
Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x [(hasil produksi Minyak
Bumi yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga minyak mentah Indonesia) + (hasil produksi Gas Bumi yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak
x harga Gas Bumi)].
b. Untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya dikelola sendiri oleh Wajib Pajak:
Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x [(hasil produksi uap yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x
harga uap) + (hasil produksi listrik yang terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga listrik)].
c. Untuk PBB Panas Bumi yang pembangkit listriknya tidak
dikelola sendiri oleh Wajib Pajak:
Nilai bumi = Angka Kapitalisasi x hasil produksi uap yang
terjual dalam satu tahun sebelum tahun pajak x harga uap.
(6) Angka Kapitalisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
(7) Nilai bangunan per meter persegi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (6) merupakan hasil pembagian antara
total nilai bangunan dengan total luas bangunan.
(8) Total nilai bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
merupakan jumlah nilai bangunan masing-masing bangunan.
(9) Nilai bangunan masing-masing bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) ditentukan melalui pendekatan biaya
yaitu sebesar biaya pembangunan baru dikurangi penyusutan.
Pasal …
- 10 -
Pasal 10
(1) Harga minyak mentah Indonesia, harga Gas Bumi, harga uap, harga listrik, dan kurs yang digunakan sebagai dasar penentuan nilai bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (5), ditetapkan sebagai berikut:
a. harga minyak mentah Indonesia, menggunakan harga
yang ditetapkan dalam APBN/APBN Perubahan satu tahun sebelum tahun pajak;
b. harga Gas Bumi, sebesar 17,96% dari harga minyak
mentah Indonesia yang ditetapkan dalam APBN/APBN Perubahan satu tahun sebelum tahun pajak;
c. harga uap dan/atau listrik, sebesar rata-rata harga
kontrak uap dan/atau listrik yang berlaku yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak;
dan
d. kurs, menggunakan kurs dalam APBN/APBN Perubahan satu tahun sebelum tahun pajak.
(2) Menteri Keuangan dapat menetapkan harga minyak mentah Indonesia, harga Gas Bumi, harga uap, harga listrik, dan
kurs sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Dalam hal Menteri Keuangan menetapkan harga minyak mentah Indonesia, harga Gas Bumi, harga uap, harga listrik,
dan kurs sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.
Pasal 11
(1) Pengadministrasian data objek pajak PBB Migas onshore dan PBB Panas Bumi dilakukan oleh:
a. Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan wilayah kabupaten, kota, atau wilayah DKI Jakarta, yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak PBB Migas onshore dan/atau
PBB Panas Bumi; atau
b. Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk, dalam hal terdapat
lebih dari satu Kantor Pelayanan Pajak dalam satu kabupaten, kota, atau wilayah DKI Jakarta.
(2) Pengadministrasian data objek pajak PBB Migas offshore dan
tubuh bumi dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak yang ditunjuk.
Pasal 12
(1) Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 menetapkan besarnya PBB Migas atau PBB
Panas Bumi terutang menurut keadaan objek pajak PBB Migas atau PBB Panas Bumi pada tanggal 1 Januari
berdasarkan SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dengan menerbitkan SPPT.
(2) SPPT …
- 11 -
(2) SPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. SPPT untuk onshore;
b. SPPT untuk offshore; dan
c. SPPT untuk tubuh bumi.
Pasal 13
Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 dapat berkoordinasi dengan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka:
1. penyampaian SPOP dan LSPOP kepada subjek pajak atau Wajib Pajak;
2. penerimaan pengembalian SPOP dan LSPOP yang telah diisi
oleh subjek pajak atau Wajib Pajak; dan
3. penyampaian SPPT kepada Wajib Pajak.
Pasal 14
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKP PBB dalam hal subjek pajak atau Wajib Pajak:
a. tidak menyampaikan SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan
dalam Surat Teguran; atau
b. menyampaikan SPOP dan LSPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan berdasarkan hasil pemeriksaan
atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang seharusnya terutang lebih besar dari jumlah pajak yang
dihitung berdasarkan SPOP dan LSPOP.
(2) Jumlah pajak yang terutang dalam SKP PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah pokok pajak
ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dihitung dari pokok pajak.
(3) Jumlah pajak yang terutang dalam SKP PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah selisih pajak yang terutang berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain dengan pajak yang terutang yang dihitung berdasarkan SPOP dan LSPOP ditambah dengan denda administrasi sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari selisih pajak yang
terutang.
(4) Dalam hal SKP PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan terhadap Wajib Pajak yang pembayaran PBB Migas atau PBB Panas Bumi melalui pemindahbukuan, denda administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak menggunakan Surat Setoran Pajak PBB melalui Bank
Persepsi yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
(5) Dalam hal SKP PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan terhadap Wajib Pajak yang pembayaran PBB Migas atau PBB Panas Bumi dilakukan sendiri oleh Wajib
Pajak …
- 12 -
Pajak, jumlah pajak terutang dalam SKP PBB sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak menggunakan Surat Setoran Pajak PBB melalui Bank Persepsi yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan.
Pasal 15
Bentuk formulir:
1. SPOP PBB Migas, adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
2. SPOP PBB Panas Bumi, adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
3. LSPOP PBB Migas Onshore (kode L01-31), adalah
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
4. LSPOP PBB Migas Offshore (kode L01-32), adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IV Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini;
5. LSPOP PBB Migas Bangunan Umum (kode L02-31), adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran V Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini;
6. LSPOP PBB Migas Bangunan Khusus (kode L02-32), adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VI Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini;
7. LSPOP PBB Migas Tubuh Bumi (kode L03-31), adalah
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VII Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
8. LSPOP PBB Panas Bumi Onshore (kode L01-51), adalah
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran VIII Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
9. LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Umum (kode L02-51), adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran IX Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
10. LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Khusus (kode L02-52), adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran X Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini; dan
11. LSPOP PBB Panas Bumi Tubuh Bumi (kode L03-51), adalah sebagaimana ditetapkan pada Lampiran XI Peraturan
Direktur Jenderal Pajak ini;
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
Pasal 16
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku,
pengenaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi untuk tahun pajak 2013 dan sebelumnya dilaksanakan berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak
yang berlaku pada tahun pajak yang bersangkutan.
Pasal …
BAGIAN ORGANISASI DAN TATALAKSANA
SEKRETARIAT/
JOKO SUSILO 221991031006
- 13 -
Pasal 17
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/ PJ/ 2012 tentang Tata Cara Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Minyak Bumi, Gas Bumi, dan Panas Bumi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 18
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal ?0 Desember 2013
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
ttd
A. FUAD RAHMANY
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
u.b.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 45/PJ/2013
TENTANG
TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN MINYAK BUMI, GAS BUMI, DAN PANAS BUMI
27. KODE POS
23. RW 24. RT
26. KABUPATEN/KOTA
25. KECAMATAN
22. DESA/KELURAHAN
20. TIPE NOMOR 21. NOMOR
18. TIPE JALAN 19. NAMA JALAN
17. NAMA LOKASI16. TIPE LOKASI
13. NPWP
15. EMAIL14. NOMOR TELEPON
12. NAMA
7. LOKASI
b. Orang Pribadi
e. Sengketa
10. JENIS
11. STATUS
Bentuk Badan Hukum
Gelar
a. Badan
a. Pemilik c. Pengelola d. Pemakaib. Penyewa
C. INFORMASI SUBJEK/WAJIB PAJAK
8. KABUPATEN/KOTA
9. PROVINSI
c. Penghapusan
b. Offshore4. JENIS
3. NOP ASAL
B. INFORMASI LETAK OBJEK PAJAK
2. NOP
c. Tubuh Bumi
No. Formulir
TAHUN PAJAK .........
Bagian yang berwarna gelap diisi oleh petugas
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAKKANTOR WILAYAH DJP ...............
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
A. INFORMASI NOMOR OBJEK PAJAK
1. JENIS TRANSAKSI a. Pendaftaran
5. STATUS WILAYAH KERJA/BLOK/WILAYAH SEJENISNYA a. Eksplorasi
6. NAMA WILAYAH KERJA/
BLOK/ WILAYAH
SEJENISNYA
a. Onshore
b. Eksploitasi
Kantor Pelayanan Pajak ...............
b. Pemutakhiran
LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
-2-
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
- Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak atau
Wajib Pajak sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
33. NAMA LENGKAP
34. JABATAN
32. TANDA TANGAN
31. TANGGAL/BULAN/TAHUN / /
F. PERNYATAAN SUBJEK/WAJIB PAJAK
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas, dan lengkap
menurut keadaan yang sebenarnya, sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
b. LSPOP PBB Migas Offshore (kode L01-32)
c. LSPOP PBB Migas Bangunan Umum (kode L02-31)
d. LSPOP PBB Migas Bangunan Khusus (kode L02-32)
e. LSPOP PBB Migas Tubuh Bumi (kode L03-31)
M2
M2
E. JUMLAH LSPOP
30. JUMLAH LEMBAR
29. LUAS BANGUNAN
a. LSPOP PBB Migas Onshore (kode L01-31)
D. INFORMASI LUAS BUMI DAN BANGUNAN
28. LUAS BUMI
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap.
2. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 3. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
4. Dalam hal terdapat isian yang tidak diisi, dicantumkan tanda strip “-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
KANTOR WILAYAH DJP : Diisi oleh petugas.
KANTOR PELAYANAN PAJAK
: Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
A. INFORMASI NOMOR OBJEK PAJAK
2. NOP : Diisi oleh petugas.
3. NOP ASAL : Diisi oleh petugas.
B. INFORMASI LETAK OBJEK PAJAK
4. JENIS : Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan jenis objek pajak yang dilaporkan, 1 (satu) SPOP untuk 1 (satu) jenis objek pajak.
5. STATUS WILAYAH KERJA/BLOK/
WILAYAH
SEJENISNYA
: Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan status Wilayah Kerja/Blok/Wilayah Sejenisnya.
6. NAMA WILAYAH
KERJA/BLOK/
WILAYAH SEJENISNYA
: Diisi dengan nama Wilayah
Kerja/Blok/Wilayah Sejenisnya sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak.
7. LOKASI : Diisi dengan lokasi dimana Wilayah Kerja/Blok/Wilayah Sejenisnya berada;
a. Untuk jenis objek pajak di onshore dan
tubuh buminya, diisi nama lokasi alamat objek pajak.
b. Untuk jenis objek pajak di offshore dan tubuh buminya, diisi nama lokasi
laut/selat/sejenisnya.
c. Untuk objek pajak di luar Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang merupakan
satu kesatuan, diisi nama lokasi dimana objek pajak berada.
8. KABUPATEN/KOTA : a. Untuk jenis objek pajak di onshore, diisi dengan nama kabupaten/kota dimana objek pajak berada, 1 (satu) SPOP untuk 1 (satu)
kabupaten/kota.
b. Untuk jenis objek pajak di offshore dan
jenis objek pajak tubuh bumi, dicantumkan “-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
-3-
9. PROVINSI
: a. Untuk jenis objek pajak di onshore, diisi dengan nama provinsi dimana objek pajak berada.
b. Untuk jenis objek pajak di offshore dan jenis objek pajak tubuh bumi, dicantumkan
“-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
C. INFORMASI SUBJEK/WAJIB PAJAK
10. JENIS : Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir
diisi. Bentuk Badan Hukum (untuk badan hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
11. STATUS : Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
12. NAMA : Diisi dengan nama lengkap Subjek/Wajib Pajak.
13. NPWP : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
14. NOMOR TELEPON : Diisi dengan nomor telepon yang dapat
terhubung dengan Subjek/Wajib Pajak.
15. EMAIL : Diisi dengan alamat email Subjek/Wajib
Pajak.
16. TIPE LOKASI : Diisi dengan tipe lokasi alamat Subjek/Wajib Pajak. Tipe lokasi yang digunakan adalah:
GEDUNG RUKO
PERUMAHAN RUKAN KOMPLEK WISMA
APARTEMEN KAWASAN
17. NAMA LOKASI : Diisi dengan nama lokasi alamat
Subjek/Wajib Pajak. Penulisan nomor/nama lantai agar didahului dengan kata “LT” untuk memudahkan dalam membedakan antara
nama bangunan/gedung dengan nomor/nama lantai.
18. TIPE JALAN : Diisi dengan tipe jalan alamat Subjek/Wajib
Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah:
JL = Jalan DSN = Dusun
GG = Gang PSL = Persil DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = Banjar
LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
19. NAMA JALAN : Diisi sesuai dengan nama jalan alamat Subjek/Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah
mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa
tanda titik.
20. TIPE NOMOR : Diisi dengan tipe nomor alamat Subjek/Wajib
Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah:
NO = Nomor BLOK = Blok KAV = Kaveling
-4-
21. NOMOR : Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana Wajib Pajak bertempat tinggal. Ditulis dengan angka Arab. Apabila nomor lebih dari satu,
maka digunakan tanda koma (,) jika disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus (-) jika disebutkan awal dan akhirnya,
tanpa dipisahkan spasi. 22. DESA/KELURAHAN : Diisi dengan nama desa/kelurahan dimana
Wajib Pajak bertempat tinggal. 23. RW : Diisi dengan nama RW dimana Wajib Pajak
bertempat tinggal.
24. RT : Diisi dengan nama RT dimana Wajib Pajak bertempat tinggal.
25. KECAMATAN : Diisi dengan nama kecamatan dimana Wajib
Pajak bertempat tinggal. 26. KABUPATEN/KOTA : Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana
Wajib Pajak bertempat tinggal. 27. KODE POS : Diisi dengan nomor kode pos dimana Wajib
Pajak bertempat tinggal.
D. INFORMASI LUAS BUMI DAN BANGUNAN
28. LUAS BUMI : a. Untuk jenis objek pajak di onshore, diisi dengan total luas permukaan bumi onshore
yang dikenakan PBB Migas, yaitu areal yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak
atau Wajib Pajak per wilayah administrasi kabupaten/kota, dalam satuan m2.
b. Untuk jenis objek pajak di offshore, diisi
dengan total luas permukaan bumi offshore yang dikenakan PBB Migas, yaitu areal yang
secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak
atau Wajib Pajak, dalam satuan m2. c. Untuk jenis objek pajak tubuh bumi diisi
dengan luas Wilayah Kerja/Blok/Wilayah
Sejenisnya sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak, dalam satuan m2.
29. LUAS BANGUNAN : Diisi dengan total luas bangunan yang
dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan per wilayah administrasi kabupaten/kota, dalam
satuan m2.
E. JUMLAH LSPOP
30. JUMLAH LEMBAR
a. LSPOP PBB Migas Onshore
(kode L01-31)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB Migas Onshore.
b. LSPOP PBB Migas Offshore
(kode L01-32)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB Migas Offshore.
c. LSPOP PBB
Migas Bangunan Umum (kode L02-31)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB Migas
Bangunan Umum.
d. LSPOP PBB Migas Bangunan
Khusus (kode L02-32)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB Migas Bangunan Khusus.
-5-
e. LSPOP PBB Migas Tubuh Bumi (kode L03-
31)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB Migas Tubuh Bumi.
F. PERNYATAAN SUBJEK/WAJIB PAJAK
31. TANGGAL/BULAN/ TAHUN
: Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat pengisian SPOP.
32. TANDA TANGAN : Diisi dengan tanda tangan Subjek/Wajib Pajak atau kuasanya diatas garis yang disediakan.
33. NAMA LENGKAP : Diisi dengan nama lengkap Subjek/Wajib Pajak
atau kuasanya.
34. JABATAN : Diisi dengan jabatan penandatangan SPOP.
-6-
9. PROVINSI
8. KABUPATEN/KOTA
a. Eksplorasi b. Eksploitasi
7. LOKASI
B. INFORMASI LETAK OBJEK PAJAK
4. JENIS a. Onshore b. Tubuh Bumi
3. NOP ASAL
6. NAMA WILAYAH KERJA/
WILAYAH SEJENISNYA
1. JENIS TRANSAKSI b. Pemutakhirana. Pendaftaran
A. INFORMASI NOMOR OBJEK PAJAK
2. NOP
c. Penghapusan
Bagian yang berwarna gelap diisi oleh petugasKantor Pelayanan Pajak ...............
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI
TAHUN PAJAK .........
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAKKANTOR WILAYAH DJP ...............
No. Formulir
5. STATUS WILAYAH KERJA/WILAYAH SEJENISNYA
10. JENIS a. Badan Bentuk Badan Hukum
C. INFORMASI SUBJEK/WAJIB PAJAK
b. Orang Pribadi Gelar
11. STATUS a. Pemilik b. Penyewa c. Pengelola d. Pemakai e. Sengketa
12. NAMA 13. NPWP
14. NOMOR TELEPON 15. EMAIL
16. TIPE LOKASI 17. NAMA LOKASI
18. TIPE JALAN 19. NAMA JALAN
20. TIPE NOMOR 21. NOMOR
22. DESA/KELURAHAN 23. RW 24. RT
25. KECAMATAN
27. KODE POS26. KABUPATEN/KOTA
LAMPIRAN II Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013
- Dalam hal ditandatangani oleh kuasa, SPOP harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
- Batas waktu pengembalian SPOP selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterima oleh subjek pajak atau Wajib Pajak
sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
D. INFORMASI LUAS BUMI DAN BANGUNAN
M2
28. LUAS BUMI M2
29. LUAS BANGUNAN
E. JUMLAH LSPOP
30. JUMLAH LEMBAR
/
F. PERNYATAAN SUBJEK/WAJIB PAJAK
Saya menyatakan bahwa informasi yang telah saya berikan dalam formulir ini termasuk lampirannya adalah benar, jelas, dan lengkap
menurut keadaan yang sebenarnya, sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994.
31. TANGGAL/BULAN/TAHUN /
a. LSPOP PBB Panas Bumi Onshore (kode L01-51)
b. LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Umum (kode L02-51)
c. LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Khusus (kode L02-52)
d. LSPOP PBB Panas Bumi Tubuh Bumi (kode L03-51)
34. JABATAN
32. TANDA TANGAN
33. NAMA LENGKAP
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI
PERHATIAN: 1. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 2. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital.
3. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak paling kanan.
4. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
KANTOR WILAYAH DJP : Diisi oleh petugas.
KANTOR PELAYANAN PAJAK
: Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
A. INFORMASI NOMOR OBJEK PAJAK
2. NOP : Diisi oleh petugas.
3. NOP ASAL : Diisi oleh petugas.
B. INFORMASI LETAK OBJEK PAJAK
4. JENIS : Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan
jenis objek pajak yang dilaporkan, 1 (satu) SPOP untuk 1 (satu) jenis objek pajak.
5. STATUS WILAYAH
KERJA/WILAYAH SEJENISNYA
: Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan
status Wilayah Kerja/Wilayah Sejenisnya.
6. NAMA WILAYAH KERJA/WILAYAH SEJENISNYA
: Diisi dengan nama Wilayah Kerja/Wilayah Sejenisnya sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Usaha Pertambangan.
7. LOKASI : Diisi dengan lokasi dimana Wilayah Kerja/ Wilayah Sejenisnya berada;
a. Untuk jenis objek pajak di onshore dan tubuh buminya, diisi nama lokasi alamat objek pajak.
b. Untuk objek pajak di luar Wilayah Kerja/Wilayah Sejenisnya yang
merupakan satu kesatuan, diisi nama lokasi dimana objek pajak berada.
8. KABUPATEN/KOTA : a. Untuk jenis objek pajak di onshore, diisi
dengan nama kabupaten/kota dimana objek pajak berada, 1 (satu) SPOP untuk 1
(satu) kabupaten/kota.
b. Untuk jenis objek pajak tubuh bumi, dicantumkan “-“ atau “NIHIL” pada
kolom/baris isian.
9. PROVINSI
: a. Untuk jenis objek pajak di onshore, diisi
nama provinsi dimana objek pajak berada.
b. Untuk jenis objek pajak tubuh bumi, dicantumkan “-“ atau “NIHIL” pada
kolom/baris isian.
-3-
C. INFORMASI SUBJEK/WAJIB PAJAK
10. JENIS : Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi. Bentuk Badan Hukum (untuk badan
hukum) dan Gelar (untuk orang pribadi) ditulis di kolom yang telah disediakan.
11. STATUS : Diisi dengan tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.
12. NAMA : Diisi dengan nama lengkap Subjek/Wajib Pajak.
13. NPWP : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
14. NOMOR TELEPON : Diisi dengan nomor telepon yang dapat
terhubung dengan Subjek/Wajib Pajak.
15. EMAIL : Diisi dengan alamat email Subjek/Wajib Pajak.
16. TIPE LOKASI : Diisi dengan tipe lokasi alamat Subjek/Wajib Pajak. Tipe lokasi yang digunakan adalah:
GEDUNG RUKO
PERUMAHAN RUKAN KOMPLEK WISMA
APARTEMEN KAWASAN
17. NAMA LOKASI : Diisi dengan nama lokasi alamat Subjek/Wajib Pajak. Penulisan nomor/nama lantai agar
didahului dengan kata “LT” untuk memudahkan dalam membedakan antara nama bangunan/gedung dengan nomor/nama
lantai.
18. TIPE JALAN : Diisi dengan tipe lokasi alamat Subjek/Wajib
Pajak. Tipe jalan yang digunakan adalah:
JL = Jalan DSN = Dusun GG = Gang PSL = Persil
DS = Desa SB = Subak KP = Kampung BJ = Banjar
LR = Lorong DK = Dukuh PS = Pasar
19. NAMA JALAN : Diisi sesuai dengan nama jalan alamat
Subjek/Wajib Pajak. Nomor jalan ditulis dengan angka romawi. Apabila telah mencapai maksimal karakter, nama jalan dapat
disingkat mulai dari suku kata yang paling terakhir. Nama jalan ditulis tanpa tanda titik.
20. TIPE NOMOR : Diisi dengan tipe nomor alamat Subjek/Wajib Pajak. Tipe nomor yang digunakan adalah:
NO = Nomor
BLOK = Blok KAV = Kaveling 21. NOMOR : Diisi dengan nomor, blok, kaveling dimana
Subjek/Wajib Pajak bertempat tinggal. Ditulis
dengan angka Arab. Apabila nomor lebih dari satu, maka digunakan tanda koma (,) jika
disebutkan satu persatu, atau dengan tanda minus (-) jika disebutkan awal dan akhirnya, tanpa dipisahkan spasi.
22. DESA/KELURAHAN : Diisi dengan nama desa/kelurahan dimana Subjek/Wajib Pajak bertempat tinggal.
-4-
23. RW : Diisi dengan nama RW dimana Subjek/Wajib
Pajak bertempat tinggal.
24. RT : Diisi dengan nama RT dimana Subjek/Wajib Pajak bertempat tinggal.
25. KECAMATAN : Diisi dengan nama kecamatan dimana Subjek/Wajib Pajak bertempat tinggal.
26. KABUPATEN/KOTA : Diisi dengan nama kabupaten/kota dimana Subjek/Wajib Pajak bertempat tinggal.
27. KODE POS : Diisi dengan nomor kode pos dimana
Subjek/Wajib Pajak bertempat tinggal.
D. INFORMASI LUAS BUMI DAN BANGUNAN
28. LUAS BUMI : a. Untuk jenis objek pajak di onshore, diisi dengan total luas permukaan bumi onshore
yang dikenakan PBB Panas Bumi, yaitu areal yang secara nyata dipunyai haknya
dan/atau diperoleh manfaatnya oleh Subjek/Wajib Pajak per wilayah administrasi kabupaten/kota, dalam satuan m2.
b. Untuk jenis objek pajak tubuh bumi diisi dengan luas Wilayah Kerja/Wilayah
Sejenisnya sesuai dengan yang tercantum dalam Kontrak/Izin, dalam satuan m2.
29. LUAS BANGUNAN : Diisi dengan total luas bangunan yang
dimiliki/dikuasai/dimanfaatkan per wilayah administrasi kabupaten/kota, dalam satuan m2.
E. JUMLAH LSPOP
30. JUMLAH LEMBAR
a. LSPOP PBB Panas Bumi Onshore (kode
L01-51)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB Panas Bumi Onshore.
b. LSPOP PBB
Panas Bumi Bangunan Umum (kode
L02-51)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB
Panas Bumi Bangunan Umum.
c. LSPOP PBB
Panas Bumi Bangunan Khusus (kode
L02-52)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB
Panas Bumi Bangunan Khusus.
d. LSPOP PBB Panas Bumi
Tubuh Bumi (kode L03-51)
: Diisi dengan jumlah lembar LSPOP PBB Panas Bumi Tubuh Bumi.
F. PERNYATAAN SUBJEK/WAJIB PAJAK
31. TANGGAL/BULAN/
TAHUN
: Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun saat
pengisian SPOP.
32. TANDA TANGAN : Diisi dengan tanda tangan Subjek/Wajib
Pajak atau kuasanya diatas garis yang disediakan.
33. NAMA LENGKAP : Diisi dengan nama lengkap Subjek/Wajib
Pajak atau kuasanya.
34. JABATAN : Diisi dengan jabatan penandatangan SPOP.
-5-
L01-31
1. AREAL PRODUKTIF
Jumlah Luas
2. AREAL BELUM PRODUKTIF
Jumlah Luas
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
ONSHORETAHUN PAJAK ..........
No. Formulir
2. NOP
1. JENIS TRANSAKSI
1 2 3 4 5 6
A. DATA RINCI AREAL YANG DIKENAKAN
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehan
Jenis perolehan
(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)Keterangan
-
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehan
Jenis perolehan
(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)Keterangan
1 2 3 4 5 6
-
a. Pendaftaran b. Pemutakhiran c. Penghapusan
LAMPIRAN III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
3. AREAL TIDAK PRODUKTIF
Jumlah Luas
4. AREAL EMPLASEMEN
Jumlah Luas
Keterangan
1 2 3 4 5 6
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehan
Jenis perolehan
(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)
-
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehan
Jenis perolehan
(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)Keterangan
1 2 3 4 5 6
-
B. DATA AREAL YANG TIDAK DIKENAKAN (AREAL LAINNYA)
Luas (m2) Keterangan
1 2
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI ONSHORE (L01-31)
PERHATIAN:
1. Formulir LSPOP PBB Migas Onshore (kode L01-31) adalah data rinci untuk Permukaan Bumi Onshore per kabupaten/kota.
2. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 3. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 4. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan. 5. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“
atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
2. NOP : Diisi oleh petugas.
A. DATA RINCI AREAL YANG DIKENAKAN
1. AREAL PRODUKTIF : Diisi dengan areal tanah dan/atau perairan pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang
secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, yang sedang diusahakan untuk
pengambilan hasil produksi, contoh: zona wellpad (well cluster), yang di dalamnya terdapat sumur produksi, sumur injeksi.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan apabila areal berada dalam satu desa/kelurahan atau diisi dengan nama
kecamatan, apabila areal meliputi beberapa desa/kelurahan.
Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing lokasi sesuai dengan kolom 2, dalam satuan meter persegi (m2).
Jumlah Luas adalah penjumlahan dari luas masing-masing areal.
Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan (Beli/Sewa/Ijin
Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa beli/ sewa/ ijin pemanfaatan dll., dengan
dilampiri fotokopi dokumen beli/ sewa/ ijin pemanfaatan.
Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan, contoh: nama lokasi.
2. AREAL BELUM
PRODUKTIF
: Diisi dengan areal tanah dan/atau
perairan pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau
diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas
-3-
Bumi, yang belum diusahakan untuk pengambilan hasil produksi, contoh: areal yang dimanfaatkan untuk kegiatan
eksplorasi.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan apabila areal berada dalam satu
desa/kelurahan atau diisi dengan nama kecamatan apabila areal meliputi beberapa desa/kelurahan.
Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing lokasi sesuai dengan kolom 2 dalam satuan meter persegi (m2).
Jumlah Luas adalah penjumlahan dari luas masing-masing areal.
Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan (Beli/Sewa/Ijin
Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa beli/sewa/ijin pemanfaatan dll., dengan
dilampiri fotokopi dokumen beli/sewa/ijin pemanfaatan.
Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan, contoh: nama lokasi.
3. AREAL TIDAK
PRODUKTIF
: Diisi dengan areal tanah dan/atau
perairan pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau
diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha
pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, yang tidak dapat atau telah selesai diusahakan untuk pengambilan hasil
produksi, contoh: tebing, jurang, rawa, danau, sungai, areal reklamasi dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan
apabila areal berada dalam satu desa/kelurahan atau diisi dengan nama kecamatan apabila areal meliputi
beberapa desa/kelurahan. Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing
lokasi sesuai dengan kolom 2 dalam satuan meter persegi (m2). Jumlah Luas adalah penjumlahan dari
luas masing-masing areal. Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan
(Beli/Sewa/Ijin Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa
beli/sewa/ijin pemanfaatan dll., dengan dilampiri fotokopi dokumen beli/sewa/ijin
pemanfaatan. Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan, contoh: nama lokasi.
4. AREAL EMPLASEMEN : Diisi dengan areal tanah dan/atau perairan pedalaman di dalam kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi, yang secara nyata dipunyai haknya
-4-
dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk menunjang kegiatan usaha pertambangan
Minyak Bumi dan Gas Bumi, yang di atasnya berdiri bangunan dan sarana pendukungnya, tidak termasuk Areal
Produktif, contoh: kantor, perumahan, pabrik, gudang, jalan, jalur pipa, Onshore Receiving Facility (ORF) dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan
diisikan dalam LSPOP. Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan
apabila areal berada dalam satu
desa/kelurahan atau diisi dengan nama kecamatan apabila areal meliputi beberapa desa/kelurahan.
Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing lokasi sesuai dengan kolom 2 dalam
satuan meter persegi (m2). Jumlah Luas adalah penjumlahan dari luas masing-masing areal.
Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan
(Beli/Sewa/Ijin Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa
beli/sewa/ijin pemanfaatan dll., dengan dilampiri fotokopi dokumen beli/sewa/ijin pemanfaatan.
Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan, contoh: nama lokasi.
B. DATA AREAL YANG TIDAK DIKENAKAN (AREAL LAINNYA)
AREAL LAINNYA : Diisi dengan areal tanah dan/atau perairan
pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3
ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1994, dan/atau yang secara nyata tidak dipunyai haknya
dan tidak diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi dan
Gas Bumi.
Kolom 1 Luas (m2) : Diisi dengan luas Areal Lainnya, dalam
satuan meter persegi (m2).
Kolom 2 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan.
-5-
L01-32
1. AREAL OFFSHORE
Jumlah Luas
1. JENIS TRANSAKSI c. Penghapusan
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
OFFSHORETAHUN PAJAK ..........
No. Formulir
2. NOP
A. DATA RINCI AREAL YANG DIKENAKAN (AREAL OFFSHORE )
NO.Lokasi
(laut/selat/sejenisnya)Luas (m2)
Tahun
perolehan
Jenis perolehan
(ijin pemanfaatan)Keterangan
1 2 3 4 5 6
a. Pendaftaran b. Pemutakhiran
-
B. DATA AREAL YANG TIDAK DIKENAKAN (AREAL LAINNYA)
Luas (m2) Keterangan
1 2
LAMPIRAN IV Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI OFFSHORE (L01-32)
PERHATIAN:
1. Formulir LSPOP PBB Migas Offshore (kode L01-32) adalah data rinci untuk Permukaan Bumi Offshore.
2. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 3. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 4. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan. 5. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“
atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
2. NOP : Diisi oleh petugas.
A. DATA RINCI AREAL YANG DIKENAKAN
AREAL OFFSHORE : Diisi dengan areal perairan lepas pantai di dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Minyak Bumi
dan Gas Bumi, yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama laut/selat/sejenisnya dimana lokasi areal berada.
Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas Areal Offshore, dalam
satuan meter persegi (m2). Kolom 4 Tahun
Perolehan
: Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan (ijin
Pemanfaatan)
: Diisi dengan jenis perolehan; berupa ijin pemanfaatan, dengan dilampiri fotokopi
dokumen ijin pemanfaatan. Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan, contoh: nama lokasi. B. DATA AREAL YANG TIDAK DIKENAKAN (AREAL LAINNYA)
AREAL LAINNYA : Diisi dengan areal perairan lepas pantai di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur
dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dan/atau yang secara nyata tidak dipunyai
haknya dan tidak diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan
usaha pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi.
Kolom 1 Luas (m2) : Diisi dengan luas Areal Lainnya, dalam satuan
meter persegi (m2).
Kolom 2 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan.
-2-
2
Catatan : Formulir LSPOP Bangunan Umum (L02-31) dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan, diisi per JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB).
: *) Kolom 47,48,49 informasi tambahan untuk bangunan umum dengan Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) berupa : Pompa Bensin/Tangki SPBU.: *) Kolom 50,51,52,53,54,55 informasi tambahan untuk bangunan umum dengan Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) berupa : Pabrik/Bengkel/Gudang.
PBB MINYAK DAN GAS BUMI
BANGUNAN UMUM L02-31
1. JENIS TRANSAKSI a. Pendaftaran b. Pemutakhiran
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAKNo. Formulir
c. Penghapusan
TAHUN PAJAK ….
2. NOP
3. JML. BANGUNAN
/4. LEMBAR KE / JUMLAH LEMBAR
5. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB) : ……………………………………………………………………………………………………..
NoNama Unit
BangunanLokasi
Kondisi
Umum
Tahun
Dibangun
Tahun
Renovasi
Perkerasan Pompa
Bensin *
ReservoirProteksi
api
Penangkal
petir
Saluran
PABX
(saluran)
Sistem
Tata Suara
Video
Interkom
(jumlah
lantai)
Eskalator Pagar
Listrik
(watt )
Sistem Air
Panas
Sistem
Pengolahan
Limbah
Sumur
Artesis
(m)keliling
(m)
Sistem
TV
Kolam
Renang
1 2 3 4 5
tipejumlah
lantaitipe
luas
(m2)
PK tipejumlah
unittipe
jumlah
unittipe
12 13 14 15 16 176 7 8
Lapangan Tenis
Jumlah
Lantai
Bangunan
Luas
Bangunan
(m2)
Konstruksi Jumlah Lantai
Basement
Luas Lantai
Basement
(m2)
Material
Dinding
dalam luarluas
(m2)
finishingtinggi
(m)
Pelapis
Dinding
Langit-
langitAtap
Penutup
Lantai
AC Lift
dalam luar tipejumlah
unit
9 10 11
tipeluas
(m2)
jumlah
kanopiPosisi
volume
(m3)
39 40 4130 31 32 33 34 3524 25 26 27 28 2918 19 20 21 22 23 48 4943 44 45 46 474236 37 38
tipejumlah
lantai
jumlah
unitPK tipe
Sistem
Pengolahan
Limbah
Sumur
Artesis
(m)
ReservoirProteksi
api
Penangkal
petir
Saluran
PABX
(saluran)
Penutup
Lantai
AC
tinggi
(m)
jumlah
unit
Lift Pagar
Listrik
(watt )
Sistem
Air
Panastipekeliling
(m)
NoNama Unit
BangunanLokasi
Kondisi
Umum
Tahun
Dibangun
Tahun
Renovasi
Jumlah
Lantai
Bangunan
Luas
Bangunan
(m2)
Konstruksi
Total Luas Bangunan -
tipe
Sistem
Tata Suara
Video
Interkom
(jumlah
lantai)
Sistem
TVLapangan Tenis
tinggi
kolom*
(m)
lebar
bentang*
(m)
luas
mezzazin
e*
(m2)
daya dukung
lantai*
(kg/m2)
tipe
lantai*dalam luar dalam luar tipe
Perkerasan
Keliling
dinding*
(m)luas
(m2)
tipeluas
(m2)
6. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB): ……………………………………………………………………………………………………..
Jumlah Lantai
Basement
Luas Lantai
Basement
(m2)
Material
Dinding
Pelapis
Dinding
Langit-
langitAtap
16 17 1810 11 12 13 14 151 2 3 4 5 6 7 8 9 54 5539 40 43 44 45 4633 34 35 36 37 38 50 51 52 533219 20 21 22 23 26 29 30 3127 28
DATA RINCI BANGUNAN UMUM
JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN : PERUMAHAN/PERKANTORAN/TOKO/APOTIK/RUKO/RUMAH SAKIT/KLINIK/OLAH RAGA/HOTEL/RESTORAN/WISMA/GD. PERTEMUAN/BGN. PARKIR/APARTEMEN/KONDOMINIUM/POMPA BENSIN/TANGKI SPBU/SEKOLAH/LAIN-LAIN
JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN : PABRIK/BENGKEL/GUDANG.
TANGKI SPBU *
Total Luas Bangunan -
LAMPIRAN V Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
KETERANGAN BANGUNAN UMUM
1. Perumahan 5. RS/Klinik 9. Gedung Pertemuan 13. Tangki SPBU
2. Perkantoran 6. Olahraga/rekreasi 10. Bangunan Parkir 14. Gedung Sekolah
3. Pabrik 7. Hotel/resto/wisma 11. Apartemen/Kondominium 15. Lain-lain*
4. Toko/Apotik/Ruko 8. Bengkel/gudang 12. Pompa Bensin/Kanopi
Keterangan kolom 4,9,12,13,14,15,16,17,18,19,22 diisi dengan komponen material bangunan sebagai berikut :
1. Sangat baik 1. Baja 1. Gypsum Impor 1. Kaca 1. Kaca Impor 1. Gypsum 1. Pelat Beton 1. Marmer 1. Split 1. Penumpang
2. Baik 2. Batu bata 2. Gypsum Lokal 2. Pas Celcon 2. Kaca Lokal 2. Kaca Impor 2. Akustik 2. Genteng Keramik 2. Keramik 2. Window 2. Barang
3. Sedang 3. Beton 3. Pas. Dind 1/2 batu 3. Pas. Dind 1/2 batu 3. Marmer Impor 3. Marmer Impor 3. Triplex+cat 3. Genteng Pres Beton 3. Teraso 3. Floor
4. Jelek 4. Kayu 4. Tripleks 4. Beton Pracetak 4. Marmer Lokal 4. Marmer Lokal 4. Eternit 4. Asbes Gelombang 4. Ubin PC 4. Central
5. Plywood 5. Seng 5. Cat 5. Kaca Impor 5. Seng Gelombang
6. Kayu 6. Wallpaper 6. Kaca Lokal 6. Genteng Sirap
7. Granit Impor 7. Keramik Standar 7. Genteng Tanah Liat
8. Granit Lokal 8. Cat
9. Keramik Stand.
Keterangan kolom 24,26,30,31,33,34,35,37,39,42,43,45 diisi dengan komponen fasilitas yang ada sebagai berikut :
1. Lebar<0,8 1. Batako 1. Ada 1. Ada 1. Ada 1. Hydrant 1. Ada 1. Ada 1. MATV 1. Diplester 1. Beton dgn. Lampu 1. Ringan
2. Lebar>0,8 2. Bata 2. Tdk. Ada 2. Tdk. Ada 2. Tdk. Ada 2. Sprinkler 2. Tdk. Ada 2. Tdk. Ada 2. CCTV 2. Dengan pelapis 2. Beton tanpa Lampu 2. Sedang
3. Btn pracetak 3. Alarm Kebakaran 3. Aspal dgn. lampu 3. Keras
4. Besi 4. Interkom 4. Aspal tanpa Lampu
5. Tanah liat dgn. Lampu
6. Tanah liat tanpa lampu
Keterangan kolom 48 dan 55 diisi dengan komponen fasilitas yang ada sebagai berikut :
1. Di atas tanah 1. Ringan
2. Di bawah tanah 2. Sedang
3. Menengah
4. Berat
5. Sangat Berat
AC Lift
tipe (19) tipe (22)
JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN :
Kondisi Umum (4) Konstruksi (9) Material dinding dalam
(12)
Material dinding luar
(13)
Pelapis dinding Luar
(15) Langit-langit (16) Atap (17)
Pelapis dinding dalam
(14)
Penutup Lantai
(18)
1. Granit Impor
Eskalator Pagar Sistem Air panas
(30)
Sistem Pengolah
limbah (31) Reservoir (33) Proteksi api (34)
Penangkal petir
(35) tipe (45)
TANGKI SPBUBENGKEL/GUDANG/PA
BRIK
Posisi (48) Tipe lantai (55)
Sistem Tata
suara (37)
Sis. TV Kolam Renang Lapangan Tenis Perkerasan
tipe (24) tipe (26) tipe (39) Finishing (42) tipe (43)
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI BANGUNAN UMUM (L02-31)
PERHATIAN: 1. Formulir LSPOP PBB Migas Bangunan Umum (kode L02-31) adalah data
rinci bangunan umum per Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) per kabupaten/kota.
2. Formulir ini dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
3. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 4. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital.
5. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak paling kanan.
6. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“
atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
2. NOP : Diisi oleh petugas.
3. JML BANGUNAN : Diisi jumlah unit bangunan umum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat
formulir diisi, dalam satuan unit.
4. LEMBAR KE/JML
LEMBAR
: Diisi lembar ke …./jumlah lembar …..
DATA RINCI BANGUNAN UMUM
5. JENIS PENGGUNAAN
BANGUNAN (JPB): …
: Diisi dengan Jenis Penggunaan Bangunan
(JPB) untuk bangunan umum berupa: perumahan/perkantoran/toko/apotik/ruko/ rumah sakit/klinik/olahraga/rekreasi/hotel/
resto/wisma/gedung pertemuan/bangunan parkir/apartemen/kondominium/pompa
bensin/kanopi/tangki SPBU/gedung sekolah/dan lain-lain.
1 (satu) Formulir LSPOP (L02-31) untuk 1
(satu) Jenis Penggunaan Bangunan (JPB).
Contoh: 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-31) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB)
Perumahan, 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-31) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB)
Perkantoran, dll.
6. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB): …
: Diisi dengan Jenis Penggunaan Bangunan untuk bangunan umum berupa:
pabrik/bengkel/gudang.
1 (satu) Formulir LSPOP (L02-31) untuk 1
(satu) Jenis Penggunaan Bangunan (JPB).
Contoh: 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-31) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB)
pabrik, 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-31) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) bengkel, dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut bangunan umum yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Nama Unit Bangunan
: Diisi dengan nama unit bangunan.
-3-
Kolom 3 Lokasi : Diisi dengan lokasi bangunan berada di area/cluster atau sejenisnya.
Kolom 4 Kondisi
Umum
: Diisi dengan kondisi bangunan secara umum
berdasarkan keterangan kolom 4 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 5 Tahun
dibangun
: Diisi dengan tahun selesai dibangun.
Kolom 6 Tahun
Renovasi
: Diisi dengan tahun dilakukannya renovasi.
Kolom 7 Jumlah Lantai Bangunan
: Diisi dengan jumlah lantai yang terdapat dalam bangunan tersebut.
Kolom 8 Luas Bangunan (m2)
: Diisi dengan luas bangunan, dalam satuan meter persegi (m2) (keterangan: seluruh unit bangunan umum wajib diisi masing-masing
luasnya).
Kolom 9 Konstruksi : Diisi dengan konstruksi yang ada berdasarkan
keterangan kolom 9 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 10 Jumlah
Lantai Basement
: Diisi dengan jumlah lantai basement.
Kolom 11 Luas Lantai
Basement (m2)
: Diisi dengan luas lantai basement, dalam
satuan meter persegi (m2).
Kolom 12 Material Dinding Dalam
: Diisi dengan material yang ada, berdasarkan keterangan kolom 12 yang terletak di halaman
belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 13 Material Dinding Luar
: Diisi sesuai dengan material yang ada, berdasarkan keterangan kolom 13 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 14 Pelapis
Dinding Dalam
: Diisi sesuai dengan material pelapis yang ada,
berdasarkan keterangan kolom 14 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 15 Pelapis
Dinding Luar
: Diisi sesuai dengan material pelapis yang ada,
berdasarkan keterangan kolom 15 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 16 Langit-langit : Diisi sesuai dengan material langit-langit yang ada, berdasarkan keterangan kolom 16 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 17 Atap : Diisi sesuai dengan material atap yang ada, berdasarkan keterangan kolom 17 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 18 Penutup Lantai
: Diisi sesuai dengan material penutup lantai yang ada, berdasarkan keterangan kolom 18
yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 19 AC Tipe : Diisi sesuai dengan tipe AC yang ada,
berdasarkan keterangan kolom 19 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 20 AC Jumlah
Unit
: Diisi dengan jumlah unit AC, dalam satuan
unit.
Kolom 21 AC PK : Diisi dengan jumlah daya AC, dalam satuan
PK.
Kolom 22 Lift Tipe
: Diisi sesuai dengan tipe Lift yang ada, berdasarkan keterangan kolom 22 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 23 Lift Jumlah : Diisi dengan jumlah unit Lift, dalam satuan
-4-
Unit unit.
Kolom 24 Eskalator Tipe
: Diisi sesuai dengan tipe Eskalator yang ada, berdasarkan keterangan kolom 24 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 25 Eskalator Jumlah Unit
: Diisi dengan jumlah unit Eskalator, dalam satuan unit.
Kolom 26 Pagar Tipe : Diisi sesuai dengan tipe Pagar yang ada, berdasarkan keterangan kolom 26 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 27 Pagar Keliling (m)
: Diisi dengan panjang keliling pagar, dalam satuan meter.
Kolom 28 Pagar Tinggi (m)
: Diisi dengan tinggi pagar, dalam satuan meter.
Kolom 29 Listrik (watt) : Diisi dengan daya Listrik, dalam satuan watt.
Kolom 30 Sistem Air Panas
: Diisi ada tidaknya Sistem Air Panas, berdasarkan keterangan kolom 30 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 31 Sistem Pengolahan Limbah
: Diisi ada tidaknya Sistem Pengolahan Limbah, berdasarkan keterangan kolom 31 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 32 Sumur
Artesis (m)
: Diisi dengan kedalaman sumur Artesis, dalam
satuan meter.
Kolom 33 Reservoir : Diisi ada tidaknya Reservoir, berdasarkan keterangan kolom 33 yang terletak di halaman
belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 34 Proteksi Api : Diisi sesuai dengan tipe Proteksi Api yang ada,
berdasarkan keterangan kolom 34 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 35 Penangkal
Petir
: Diisi ada tidaknya Penangkal Petir,
berdasarkan keterangan kolom 35 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 36 Saluran
PABX (saluran)
: Diisi dengan jumlah Saluran PABX, dalam
satuan saluran.
Kolom 37 Sistem Tata
Suara
: Diisi ada tidaknya Sistem Tata Suara,
berdasarkan keterangan kolom 37 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 38 Video
Interkom (Jumlah Lantai)
: Diisi dengan Video Interkom, dalam satuan
jumlah lantai.
Kolom 39 Sistem TV Tipe
: Diisi sesuai dengan Sistem TV yang ada, berdasarkan keterangan kolom 39 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 40 Sistem TV Jumlah Lantai
: Diisi dengan Sistem TV, dalam satuan jumlah lantai.
Kolom 41 Kolam
Renang Luas (m2)
: Diisi dengan luas Kolam Renang, dalam
satuan meter persegi (m2).
Kolom 42 Kolam
Renang Finishing
: Diisi sesuai dengan Finishing yang ada,
berdasarkan keterangan kolom 42 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 43 Lapangan
Tenis Tipe
: Diisi sesuai dengan tipe Lapangan Tenis yang
ada, berdasarkan keterangan kolom 43 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 44 Lapangan Tenis Luas (m2)
: Diisi dengan luas Lapangan Tenis, dalam satuan meter persegi (m2).
Kolom 45 Perkerasan : Diisi sesuai dengan tipe Perkerasan yang ada,
-5-
Tipe berdasarkan keterangan kolom 45 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 46 Perkerasan
Luas (m2)
: Diisi dengan luas Perkerasan, dalam satuan
meter persegi (m2).
Informasi tambahan untuk Pompa Bensin
Kolom 47 Jumlah Kanopi
: Diisi dengan jumlah kanopi Pompa Bensin.
Informasi tambahan untuk Tangki SPBU
Kolom 48 Posisi : Diisi sesuai dengan posisi Tangki SPBU yang
ada, berdasarkan keterangan kolom 48 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
Kolom 49 Volume (m3) : Diisi sesuai dengan volume Tangki SPBU yang
ada, dalam satuan meter kubik (m3).
Informasi tambahan untuk Bengkel/Gudang/Pabrik
Kolom 50 Keliling Dinding (m)
: Diisi dengan keliling dinding Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam satuan meter
(m).
Kolom 51 Tinggi Kolom
(m)
: Diisi dengan tinggi kolom
Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam satuan meter (m).
Kolom 52 Lebar
Bentang (m)
: Diisi dengan lebar bentang
Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam satuan meter (m).
Kolom 53 Luas
Mezzanin (m2)
: Diisi dengan luas Mezzanin, dalam satuan
meter persegi (m2).
Kolom 54 Daya
Dukung Lantai (kg/m2)
: Diisi dengan daya dukung lantai
Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam satuan kilogram per meter persegi (kg/m2).
Kolom 55 Tipe Lantai : Diisi sesuai dengan tipe lantai
Bengkel/Gudang/Pabrik yang ada, berdasarkan keterangan kolom 55 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-31).
-6-
.........
2.
Catatan : Formulir LSPOP Bangunan Khusus (L02-32) dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan, diisi per JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB).
: *) informasi tambahan untuk bangunan khusus dengan Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) berupa : Sumur/Jaringan Pipa/Tangki/Anjungan lepas pantai.
PBB MINYAK DAN GAS BUMIBANGUNAN KHUSUS L02-32
TAHUN PAJAK ............
1. JENIS TRANSAKSI a. Pendaftaran b. Pemutakhiran
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAKNo. Formulir
c. Penghapusan
3. JML. BANGUNAN
2. NOP
DATA RINCI BANGUNAN KHUSUS
5. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN : ……………………………………………………………………………
No Nama Unit Bangunan LokasiKondisi
Umum
Thn.
DibangunKonstruksi
Panjang
(m)
/4. LEMBAR KE / JML. LEMBAR
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
Diameter
(m)
Volume
(m3)
Luas
(m2)
16 17 18 198 9
Jaringan
Pipa *)Tangki *)
Anjungan lepas pantai *)
(platform )
Letak
Kedalaman
sumur
(m)
Letak Tipe Letak TipeJumlah
sumur
Sumur *)
(well)
Kedalaman
laut (m)
201 2 3 4 5 6 7 10 11 12 13 14 15
Jumlah Total Luas -
LAMPIRAN VI Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
KETERANGAN BANGUNAN KHUSUS
Terletak di onshore
1. Sumur (well) 6. Gas Boot 11. Pumps 16. Tank Tower
2. Gathering Testing Satellite (GTS) 7. Condensate Recovery 12. Cooler 17. Jaringan Pipa
3. Oil/Gas Processing Plant 8. Condensate Stabilization Unit (CSU) 13. Compressor 18. Suar Bakar/Flare
4. Power Plant 9. Separator 14. Power Generator 19. Oil Metering
5. Water Treatment Plant (WTP) 10. Scrubber 15. Tangki (Tank)
Terletak di offshore
20. Sumur (well)
21. Jaringan Pipa
22. Anjungan Lepas Pantai (Platform)
23. Single Buoy Mooring (SBM)
Bangunan khusus lainnya
24. Landasan pesawat udara
25. Jalan yang diperkeras di lokasi penambangan dan/atau dalam komplek
26. Dermaga/pelabuhan khusus
27. Lainnya : ………………………… (diisi dengan bangunan dengan konstruksi khusus lainnya seperti, conveyor belt, silo,cerobong dll.)
Kolom 4, 6, 13, 15, 16, 17, dan 18 diisi dengan keterangan sebagai berikut:
1. Sangat baik 1. Baja 1. Onshore 1. Dibawah tanah 1. Tabung/Silinder 1. Dibawah Tanah
2. Baik 2. Beton 2. Offshore 2. Diatas tanah 2. Bola/Spherical 2. Diatas Tanah
3. Sedang 3. Aspal 3. Offshore (Lepas Pantai)
4. Komposit
JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB) :
Kondisi Umum
(4)
Konstruksi
(6)
Sumur Jaringan Pipa
1. Terpancang/Jacket platform
2. Lentur/Compliant platform
Anjungan Lepas Pantai
Letak (13) Letak (15) Tipe (16) Letak (17) Tipe (18)
Tangki
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI BANGUNAN KHUSUS (L02-32)
PERHATIAN: 1. Formulir LSPOP PBB Migas Bangunan Khusus (kode L02-32) adalah data
rinci bangunan khusus, per Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) per kabupaten/kota.
2. Formulir ini dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
3. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 4. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital.
5. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka terakhir pada kotak paling kanan.
6. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“
atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
2. NOP : Diisi oleh petugas.
3. JML BANGUNAN : Diisi jumlah unit bangunan khusus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat
formulir diisi, dalam satuan unit. 4. LEMBAR KE/JML
LEMBAR
: Diisi lembar ke …./jumlah lembar ….
DATA RINCI BANGUNAN KHUSUS
5. JENIS
PENGGUNAAN BANGUNAN: …
: Diisi dengan jenis penggunaan bangunan
khusus berdasarkan keterangan jenis penggunaan bangunan yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-32).
1 (satu) Formulir LSPOP (L02-32) untuk 1 (satu) Jenis Penggunaan Bangunan (JPB).
Contoh: 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-32) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) Sumur (Well), 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-32) untuk
Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) Jaringan Pipa, dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut bangunan khusus yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Nama Unit
Bangunan
: Diisi dengan nama unit bangunan.
Kolom 3 Lokasi : Diisi dengan lokasi bangunan berada, di area/cluster atau sejenisnya.
Kolom 4 Kondisi Umum
: Diisi dengan kondisi bangunan secara umum berdasarkan keterangan kolom 4 yang terletak di
halaman belakang LSPOP (L02-32).
Kolom 5 Thn. Dibangun
: Diisi dengan tahun selesai dibangun.
Kolom 6 Konstruksi : Diisi dengan konstruksi yang ada berdasarkan keterangan kolom 6 yang terletak di halaman
belakang LSPOP (L02-32).
Kolom 7 Panjang (m) : Diisi dengan panjang tapak/penampang/ perkerasan bangunan, dalam satuan meter (m).
Kolom 8 Lebar (m) : Diisi dengan lebar tapak/penampang/ perkerasan bangunan, dalam satuan meter (m).
-3-
Kolom 9 Tinggi (m) : Diisi dengan tinggi bangunan, dalam satuan meter (m) (contoh: tinggi untuk tower, suar bakar, dll.).
Kolom 10 Diameter (m)
: Diisi dengan diameter bangunan, dalam satuan meter (m) (contoh: diameter untuk sumur, tangki, pipa, dll.).
Kolom 11 Volume (m3)
: Diisi dengan volume bangunan, dalam satuan meter kubik (m3) (contoh: volume untuk tangki,
dll.).
Kolom 12 Luas (m2) : Diisi dengan luas tapak/penampang/ perkerasan bangunan, dalam satuan meter
persegi (m2) (keterangan: seluruh unit bangunan khusus wajib diisi masing-masing luasnya).
Informasi tambahan untuk Sumur (Well)
Kolom 13 Letak : Diisi dengan letak Sumur (Well) berdasarkan
keterangan kolom 13 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-32).
Kolom 14
Kedalaman Sumur (m)
: Diisi dengan kedalaman casing/cubing sumur
(well), dalam satuan meter (m).
Informasi tambahan untuk Jaringan Pipa
Kolom 15 Letak : Diisi dengan letak jaringan pipa berdasarkan
keterangan kolom 15 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-32).
Informasi tambahan untuk Tangki
Kolom 16 Tipe : Diisi dengan bentuk tangki berdasarkan keterangan kolom 16 yang terletak di halaman
belakang LSPOP (L02-32).
Kolom 17 Letak : Diisi dengan letak tangki berdasarkan
keterangan kolom 17 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-32).
Informasi tambahan untuk Anjungan Lepas Pantai (Platform)
Kolom 18 Tipe : Diisi dengan tipe Anjungan Lepas Pantai (Platform), berdasarkan keterangan kolom 18
yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-32).
Kolom 19
Jumlah sumur
: Diisi dengan jumlah Sumur (Well) dalam setiap anjungan, dalam satuan unit.
Kolom 20
Kedalaman Laut
: Diisi dengan kedalaman laut di lokasi anjungan,
dalam satuan meter (m).
-4-
L03-31
KERJA SAMA
4. NOMOR KONTRAK
1. JENIS TRANSAKSI
3. NAMA OPERATOR
c. Penghapusan a. Pendaftaran
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI
TUBUH BUMITAHUN PAJAK .........
No. Formulir
b. Pemutakhiran
2. NOP
A. DATA RINCI
7. BATAS TITIK KOORDINAT WILAYAH KERJA/BLOK/WILAYAH SEJENISNYA
/5. TANGGAL /
M26. LUAS WILAYAH KERJA/
BLOK/WILAYAH SEJENISNYA
s/db. GARIS LINTANG (LU/LS)
s/da. GARIS BUJUR (BT)
2. Gas Bumi ........................................................
B. DATA HASIL PRODUKSI
No Nama Hasil Produksi Hasil Produksi
mmbtu
5
1. Minyak Bumi ........................................................ barrel
Keterangan
8. HASIL PRODUKSI YANG TERJUAL DALAM SATU TAHUN SEBELUM TAHUN PAJAK
1 2 3 4
Satuan
LAMPIRAN VII Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB MINYAK BUMI DAN GAS BUMI TUBUH BUMI (L03-31)
PERHATIAN:
1. Formulir LSPOP PBB Migas Tubuh Bumi (L03-31) adalah data rinci tubuh bumi.
2. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap.
3. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 4. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan. 5. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“
atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas. 2. NOP : Diisi oleh petugas.
A. DATA RINCI 3. NAMA OPERATOR : Dalam hal Subjek/Wajib Pajak
menggunakan jasa operator, diisi dengan
nama operator yang bersangkutan. Dalam hal Subjek/Wajib Pajak tidak
menggunakan jasa operator, tidak perlu diisi.
4. NOMOR KONTRAK
KERJA SAMA
: Diisi nomor sesuai dengan yang tercantum
dalam Kontrak Kerja Sama. 5. TANGGAL : Diisi tanggal sesuai dengan yang tercantum
dalam Kontrak Kerja Sama. 6. LUAS WILAYAH
KERJA/BLOK/WILAYAH
SEJENISNYA
: Diisi dengan total luas Wilayah Kerja/Blok/Wilayah Sejenisnya dalam
satuan meter persegi (m2) sesuai dengan luas yang tercantum dalam Kontrak Kerja Sama.
7. BATAS TITIK KOORDINAT WILAYAH
KERJA/BLOK/ WILAYAH SEJENISNYA
: Diisi dengan batas titik koordinat terluar yang terdapat dalam peta Wilayah
Kerja/Blok/Wilayah Sejenisnya yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur), dalam satuan ...°...' ...".
B. DATA HASIL PRODUKSI
8. HASIL PRODUKSI YANG TERJUAL SETAHUN SEBELUM TAHUN
PAJAK
: Diisi dengan hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi yang terjual setahun sebelum tahun pajak.
Kolom 1 No. : Nomor urut 1. untuk hasil produksi Minyak Bumi dan nomor urut 2. untuk
hasil produksi Gas Bumi, yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Nama Hasil Produksi
: Nama hasil produksi yaitu, Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi, yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 3 Hasil Produksi : Diisi dengan jumlah hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi setahun.
-2-
Kolom 4 Satuan : Satuan hasil produksi Minyak Bumi dalam barrel, dan Gas Bumi dalam
mmbtu (million british termal unit)
Kolom 5 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan.
-3-
L01-51
1. AREAL PRODUKTIF
Jumlah Luas
2. AREAL BELUM PRODUKTIF
Jumlah Luas -
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Jenis perolehan(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)
-
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehan
1 2 3 4 5 6
A. DATA RINCI AREAL YANG DIKENAKAN
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehanJenis perolehan
(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)Keterangan
2. NOP
1. JENIS TRANSAKSI a. Pendaftaran b. Pemutakhiran c. Penghapusan
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI
ONSHORETAHUN PAJAK ..........
No. Formulir
LAMPIRAN VIII Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
3. AREAL TIDAK PRODUKTIF
Jumlah Luas
4. AREAL EMPLASEMEN
Jumlah Luas -
B. DATA AREAL YANG TIDAK DIKENAKAN (AREAL LAINNYA)
Luas (m2) Keterangan
1 2
Keterangan
1 2 3 4 5 6
-
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehanJenis perolehan
(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)
Keterangan
1 2 3 4 5 6
NO.Lokasi
(desa/kelurahan atau kecamatan)Luas (m2)
Tahun
perolehanJenis perolehan
(beli/sewa/ijin pemanfaatan dll.)
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI ONSHORE (L01-51)
PERHATIAN: 1. Formulir LSPOP PBB Panas Bumi Onshore (kode L01-51) adalah data rinci
untuk Permukaan Bumi Onshore per kabupaten/kota. 2. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap.
3. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 4. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
5. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
2. NOP : Diisi oleh petugas.
A. DATA RINCI AREAL YANG DIKENAKAN
1. AREAL PRODUKTIF : Diisi dengan areal tanah dan/atau
perairan pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau
diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi, yang
sedang diusahakan untuk pengambilan hasil produksi, contoh: zona wellpad
(well cluster), yang di dalamnya terdapat sumur produksi dan sumur injeksi.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan
apabila areal berada dalam satu desa/kelurahan atau diisi dengan nama kecamatan apabila areal meliputi
beberapa desa/kelurahan. Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing
lokasi sesuai dengan kolom 2 dalam satuan meter persegi (m2). Jumlah Luas adalah penjumlahan dari
luas masing-masing areal. Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan (Beli/Sewa/Ijin Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa beli/sewa/ijin pemanfaatan dll., dengan dilampiri fotokopi dokumen
beli/sewa/ijin pemanfaatan. Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan, contoh: nama lokasi.
2. AREAL BELUM PRODUKTIF
: Diisi dengan areal tanah dan/atau perairan pedalaman di dalam Wilayah
Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau
-3-
diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak
atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha pertambangan Panas Bumi, yang belum diusahakan untuk pengambilan hasil
produksi, contoh: areal permukaan yang dimanfaatkan untuk kegiatan
eksplorasi atau studi kelayakan.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan apabila areal berada dalam satu
desa/kelurahan atau diisi dengan nama kecamatan apabila areal meliputi beberapa desa/kelurahan.
Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing lokasi sesuai dengan kolom 2 dalam satuan meter persegi (m2).
Jumlah Luas adalah penjumlahan dari luas masing-masing areal.
Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan (Beli/Sewa/Ijin
Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa beli/sewa/ijin pemanfaatan dll., dengan
dilampiri fotokopi dokumen beli/sewa/ijin pemanfaatan.
Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan, contoh: nama lokasi.
3. AREAL TIDAK
PRODUKTIF
: Diisi dengan areal tanah dan/atau
perairan pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau
diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha
pertambangan Panas Bumi, yang tidak dapat atau telah selesai diusahakan untuk pengambilan hasil produksi,
contoh: tebing, jurang, rawa, danau, sungai, areal reklamasi, dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang
akan diisikan dalam LSPOP. Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan
apabila areal berada dalam satu desa/kelurahan atau diisi dengan nama kecamatan apabila areal meliputi
beberapa desa/kelurahan. Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing
lokasi sesuai dengan kolom 2 dalam satuan meter persegi (m2). Jumlah Luas adalah penjumlahan dari
luas masing-masing areal. Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan
(Beli/Sewa/Ijin Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa
beli/sewa/ijin pemanfaatan dll., dengan dilampiri fotokopi dokumen
beli/sewa/ijin pemanfaatan. Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan, contoh: nama lokasi.
4. AREAL EMPLASEMEN : Diisi dengan areal tanah dan/atau perairan pedalaman di dalam kawasan
-4-
yang digunakan untuk kegiatan usaha
pertambangan Panas Bumi, yang secara nyata dipunyai haknya dan/atau diperoleh manfaatnya oleh subjek pajak
atau Wajib Pajak untuk menunjang kegiatan usaha pertambangan Panas
Bumi, yang di atasnya berdiri bangunan dan sarana pendukungnya, tidak termasuk Areal Produktif, contoh:
kantor, perumahan, pabrik, gudang, jalan, jalur pipa, dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut areal yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Lokasi : Diisi dengan nama desa/kelurahan
apabila areal berada dalam satu desa/kelurahan atau diisi dengan nama kecamatan apabila areal meliputi
beberapa desa/kelurahan. Kolom 3 Luas (m2) : Diisi dengan luas areal masing-masing
lokasi sesuai dengan kolom 2 dalam satuan meter persegi (m2). Jumlah Luas adalah penjumlahan dari
luas masing-masing areal. Kolom 4 Tahun Perolehan : Diisi dengan tahun perolehan.
Kolom 5 Jenis Perolehan (Beli/Sewa/Ijin Pemanfaatan dll.)
: Diisi dengan jenis perolehan; bisa beli/sewa/ijin pemanfaatan dll., dengan dilampiri fotokopi dokumen
beli/sewa/ijin pemanfaatan. Kolom 6 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan, contoh: nama lokasi.
B. DATA AREAL YANG TIDAK DIKENAKAN (AREAL LAINNYA)
AREAL LAINNYA : Diisi dengan areal tanah dan/atau perairan pedalaman di dalam Wilayah Kerja atau Wilayah Sejenisnya yang
tidak dikenakan PBB sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994, dan/atau yang secara nyata tidak dipunyai haknya dan tidak diperoleh
manfaatnya oleh subjek pajak atau Wajib Pajak untuk kegiatan usaha
pertambangan Panas Bumi.
Kolom 1 Luas (m2) : Diisi dengan luas Areal Lainnya, dalam satuan meter persegi (m2).
Kolom 2 Keterangan : Diisi dengan penjelasan tambahan yang diperlukan.
-5-
Catatan : Formulir LSPOP Bangunan Umum (L02-51) dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan, diisi per JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB).
: *) Kolom 47,48,49 informasi tambahan untuk bangunan umum dengan Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) berupa : Pompa Bensin/Tangki SPBU.
: *) Kolom 50,51,52,53,54,55 informasi tambahan untuk bangunan umum dengan Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) berupa : Pabrik/Bengkel/Gudang.
PBB PANAS BUMI
BANGUNAN UMUM L02-51TAHUN PAJAK .........
1. JENIS TRANSAKSI a. Pendaftaran b. Pemutakhiran
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAKNo. Formulir
c. Penghapusan
2. NOP
3. JML. BANGUNAN
5. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB) : ……………………………………………………………………………………………………..
NoNama Unit
BangunanLokasi
Kondisi
Umum
Tahun
Dibangun
Tahun
Renovasi
/4. LEMBAR KE / JUMLAH LEMBAR
DATA RINCI BANGUNAN UMUM
JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN : PERUMAHAN/PERKANTORAN/TOKO/APOTIK/RUKO/RUMAH SAKIT/KLINIK/OLAH RAGA/HOTEL/RESTORAN/WISMA/GD. PERTEMUAN/BGN. PARKIR/APARTEMEN/KONDOMINIUM/POMPA BENSIN/TANGKI SPBU/SEKOLAH/LAIN-LAIN
Pelapis
Dinding
Langit-
langitAtap
Penutup
Lantai
AC Lift
dalam luar tipejumlah
unit
Jumlah
Lantai
Bangunan
Luas Bangunan
(m2)
Konstruksi Jumlah Lantai
Basement
Luas Lantai
Basement
(m2)
Material
Dinding
dalam luar
Sistem
TV
Kolam
RenangLapangan Tenis Perkerasan
Pompa
Bensin *TANGKI SPBU *
ReservoirProteksi
api
Penangkal
petir
Saluran
PABX
(saluran)
Sistem
Tata Suara
Video
Interkom
(jumlah
lantai)
Eskalator Pagar
Listrik
(watt )
Sistem Air
Panas
Sistem
Pengolahan
Limbah
Sumur
Artesis
(m)keliling
(m)
tinggi
(m)tipe
luas
(m2)
jumlah
kanopiPosisi
volume
(m3)
tipeluas
(m2)
1 2 3 4 5
tipejumlah
lantai
luas
(m2)
finishingPK tipejumlah
unittipe
jumlah
unittipe
28 2918 19 20 21 22 2312 13 14 15 16 176 7 8 9 10 11 48 4942 43 44 45 46 4736 37 38 39 40 4130 31 32 33 34 3524 25 26 27
Perkerasan
Keliling
dinding*
(m)
tinggi
kolom*
(m)
lebar
bentang*
(m)jumlah
lantaitipe
luas
(m2)
tipejumlah
unittipe
keliling
(m)
tinggi
(m)tipe
luas
mezzazin
e*
(m2)
daya dukung
lantai*
(kg/m2)
Pelapis
Dinding
Total Luas Bangunan -
6. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB): ……………………………………………………………………………………………………..
NoNama Unit
BangunanLokasi
Kondisi
Umum
Tahun
Dibangun
tipe
lantai*dalam luar dalam luar tipe
jumlah
unitPK
Sistem
TVLapangan Tenis
Sistem
Air
Panas
Sistem
Pengolahan
Limbah
Sumur
Artesis
(m)tipe
10 11 121 2 3 4 5 6
Langit-
langitAtap
Penutup
Lantai
AC
Tahun
Renovasi
Jumlah
Lantai
Bangunan
Luas Bangunan
(m2)
Konstruksi Jumlah Lantai
Basement
Luas Lantai
Basement
(m2)
Material
Dinding
luas
(m2)
ReservoirProteksi
api
Penangkal
petir
Saluran
PABX
(saluran)
Sistem Tata
Suara
Video
Interkom
(jumlah
lantai)
Lift Pagar
Listrik
(watt )
5539 40 43 44 45 4633 34 35 36 37 38 53 5427 28 29 30 31 32 50 51 5219 20 21 22 23 2613 14 15 16 17 187 8 9
Total Luas Bangunan -
LAMPIRAN IX
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
KETERANGAN BANGUNAN UMUM
1. Perumahan 5. RS/Klinik 9. Gedung Pertemuan 13. Tangki SPBU
2. Perkantoran 6. Olahraga/rekreasi 10. Bangunan Parkir 14. Gedung Sekolah
3. Pabrik 7. Hotel/resto/wisma 11. Apartemen/Kondominium 15. Lain-lain
4. Toko/Apotik/Ruko 8. Bengkel/gudang 12. Pompa Bensin/Kanopi
Keterangan kolom 4,9,12,13,14,15,16,17,18,19,22 diisi dengan komponen material bangunan sebagai berikut :
1. Sangat baik 1. Baja 1. Gypsum Impor 1. Kaca 1. Kaca Impor 1. Gypsum 1. Pelat Beton 1. Marmer 1. Split 1. Penumpang
2. Baik 2. Batu bata 2. Gypsum Lokal 2. Pas Celcon 2. Kaca Lokal 2. Kaca Impor 2. Akustik 2. Genteng Keramik 2. Keramik 2. Window 2. Barang
3. Sedang 3. Beton 3. Pas. Dind 1/2 batu 3. Pas. Dind 1/2 batu 3. Marmer Impor 3. Marmer Impor 3. Triplex+cat 3. Genteng Pres Beton 3. Teraso 3. Floor
4. Jelek 4. Kayu 4. Tripleks 4. Beton Pracetak 4. Marmer Lokal 4. Marmer Lokal 4. Eternit 4. Asbes Gelombang 4. Ubin PC 4. Central
5. Plywood 5. Seng 5. Cat 5. Kaca Impor 5. Seng Gelombang
6. Kayu 6. Wallpaper 6. Kaca Lokal 6. Genteng Sirap
7. Granit Impor 7. Keramik Standar 7. Genteng Tanah Liat
8. Granit Lokal 8. Cat
9. Keramik Stand.
Keterangan kolom 24,26,30,31,33,34,35,37,39,42,43,45 diisi dengan komponen fasilitas yang ada sebagai berikut :
1. Lebar<0,8 1. Batako 1. Ada 1. Ada 1. Ada 1. Hydrant 1. Ada 1. Ada 1. MATV 1. Diplester 1. Beton dgn. Lampu 1. Ringan
2. Lebar>0,8 2. Bata 2. Tdk. Ada 2. Tdk. Ada 2. Tdk. Ada 2. Sprinkler 2. Tdk. Ada 2. Tdk. Ada 2. CCTV 2. Dengan pelapis 2. Beton tanpa Lampu 2. Sedang
3. Btn pracetak 3. Alarm Kebakaran 3. Aspal dgn. lampu 3. Keras
4. Besi 4. Interkom 4. Aspal tanpa Lampu
5. Tanah liat dgn. Lampu
6. Tanah liat tanpa lampu
Keterangan kolom 48 dan 55 diisi dengan komponen fasilitas yang ada sebagai berikut :
1. Di atas tanah 1. Ringan
2. Di bawah tanah 2. Sedang
3. Menengah
4. Berat
5. Sangat Berat
tipe (45)
TANGKI SPBUBENGKEL/GUDANG/PA
BRIK
Posisi (48) Tipe lantai (55)
Sistem Tata
suara (37)
Sis. TV Kolam Renang Lapangan Tenis Perkerasan
tipe (24) tipe (26) tipe (39) Finishing (42) tipe (43)
1. Granit Impor
Eskalator Pagar Sistem Air panas
(30)
Sistem Pengolah
limbah (31) Reservoir (33) Proteksi api (34)
Penangkal petir
(35)
AC Lift
tipe (19) tipe (22)
JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN :
Kondisi Umum (4) Konstruksi (9) Material dinding dalam
(12)
Material dinding luar
(13)
Pelapis dinding Luar
(15) Langit-langit (16) Atap (17)
Pelapis dinding dalam
(14)
Penutup Lantai
(18)
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI BANGUNAN UMUM (L02-51)
PERHATIAN: 1. Formulir LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Umum (kode L02-51) adalah
data rinci bangunan umum per Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) per
kabupaten/kota. 2. Formulir ini dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
3. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 4. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 5. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan. 6. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip
“-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
2. NOP : Diisi oleh petugas.
3. JML BANGUNAN : Diisi jumlah unit bangunan umum sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya pada saat formulir diisi, dalam satuan unit.
4. LEMBAR KE/JML
LEMBAR
: Diisi lembar ke …/jumlah lembar …
DATA RINCI BANGUNAN UMUM
5. JENIS PENGGUNAAN
BANGUNAN (JPB): …
: Diisi dengan Jenis Penggunaan
Bangunan (JPB) untuk bangunan umum berupa; perumahan/
perkantoran/toko/apotik/ruko/rumah sakit/klinik/olahraga/rekreasi/hotel/ resto/wisma/gedung
pertemuan/bangunan parkir/apartemen/kondominium/
pompa bensin/kanopi/tangki SPBU/gedung sekolah/dan lain-lain.
1 (satu) Formulir LSPOP (L02-51)
untuk 1 (satu) Jenis Penggunaan Bangunan (JPB).
Contoh: 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-
51) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) Perumahan, 1 (satu)
Formulir LSPOP (L02-51) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) Perkantoran, dll.
6. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB) : …
: Diisi dengan Jenis Penggunaan Bangunan untuk bangunan umum
berupa: pabrik/bengkel/gudang.
1 (satu) Formulir LSPOP (L02-51) untuk 1 (satu) Jenis Penggunaan
Bangunan (JPB).
Contoh: 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-51) untuk Jenis Penggunaan
Bangunan (JPB) pabrik, 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-51) untuk Jenis
-3-
Penggunaan Bangunan (JPB) bengkel,
dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut bangunan umum yang akan diisikan dalam
LSPOP.
Kolom 2 Nama Unit
Bangunan
: Diisi dengan nama unit bangunan.
Kolom 3 Lokasi : Diisi dengan lokasi bangunan berada di area/cluster atau sejenisnya.
Kolom 4 Kondisi Umum : Diisi dengan kondisi bangunan secara umum berdasarkan keterangan kolom
4 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 5 Tahun Dibangun : Diisi dengan tahun selesai dibangun.
Kolom 6 Tahun Renovasi : Diisi dengan tahun dilakukannya renovasi.
Kolom 7 Jumlah Lantai
Bangunan
: Diisi dengan jumlah lantai yang
terdapat dalam bangunan tersebut.
Kolom 8 Luas Bangunan
(m2)
: Diisi dengan luas bangunan, dalam
satuan meter persegi (m2) (keterangan: seluruh unit bangunan umum wajib diisi masing-masing luasnya).
Kolom 9 Konstruksi : Diisi dengan konstruksi yang ada berdasarkan keterangan kolom 9 yang
terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 10 Jumlah Lantai
Basement
: Diisi dengan jumlah lantai basement.
Kolom 11 Luas Lantai Basement (m2)
: Diisi dengan luas lantai basement, dalam satuan meter persegi (m2).
Kolom 12 Material Dinding Dalam
: Diisi dengan material yang ada, berdasarkan keterangan kolom 12
yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 13 Material
Dinding Luar
: Diisi sesuai dengan material yang ada,
berdasarkan keterangan kolom 13 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 14 Pelapis Dinding Dalam
: Diisi sesuai dengan material pelapis yang ada, berdasarkan keterangan
kolom 14 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 15 Pelapis Dinding
Luar
: Diisi sesuai dengan material pelapis
yang ada, berdasarkan keterangan kolom 15 yang terletak di halaman
belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 16 Langit-langit : Diisi sesuai dengan material langit-langit yang ada, berdasarkan
keterangan kolom 16 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 17 Atap : Diisi sesuai dengan material atap yang
ada, berdasarkan keterangan kolom 17 yang terletak di halaman belakang
LSPOP (L02-51).
Kolom 18 Penutup Lantai : Diisi sesuai dengan material penutup lantai yang ada, berdasarkan
-4-
keterangan kolom 18 yang terletak di
halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 19 AC Tipe : Diisi sesuai dengan tipe AC yang ada, berdasarkan keterangan kolom 19
yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 20 AC Jumlah Unit : Diisi dengan jumlah unit AC, dalam satuan unit.
Kolom 21 AC PK : Diisi dengan jumlah daya AC, dalam
satuan PK.
Kolom 22 Lift Tipe
: Diisi sesuai dengan tipe Lift yang ada,
berdasarkan keterangan kolom 22 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 23 Lift Jumlah Unit : Diisi dengan jumlah unit Lift, dalam satuan unit.
Kolom 24 Eskalator Tipe : Diisi sesuai dengan tipe Eskalator yang
ada, berdasarkan keterangan kolom 24 yang terletak di halaman belakang
LSPOP (L02-51).
Kolom 25 Eskalator Jumlah Unit
: Diisi dengan jumlah unit Eskalator, dalam satuan unit.
Kolom 26 Pagar Tipe : Diisi sesuai dengan tipe Pagar yang ada, berdasarkan keterangan kolom 26
yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 27 Pagar Keliling
(m)
: Diisi dengan panjang keliling pagar,
dalam satuan meter (m).
Kolom 28 Pagar Tinggi (m) : Diisi dengan tinggi pagar, dalam satuan meter (m).
Kolom 29 Listrik (watt) : Diisi dengan daya Listrik, dalam satuan watt.
Kolom 30 Sistem Air Panas
: Diisi ada tidaknya Sistem Air Panas, berdasarkan keterangan kolom 30 yang terletak di halaman belakang
LSPOP (L02-51).
Kolom 31 Sistem
Pengolahan Limbah
: Diisi ada tidaknya Sistem Pengolahan
Limbah, berdasarkan keterangan kolom 31 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 32 Sumur Artesis (m)
: Diisi dengan kedalaman Sumur Artesis, dalam satuan meter (m).
Kolom 33 Reservoir : Diisi ada tidaknya Reservoir, berdasarkan keterangan kolom 33 yang terletak di halaman belakang
LSPOP (L02-51).
Kolom 34 Proteksi Api : Diisi sesuai dengan tipe Proteksi Api yang ada, berdasarkan keterangan
kolom 34 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 35 Penangkal Petir : Diisi ada tidaknya Penangkal Petir, berdasarkan keterangan kolom 35 yang terletak di halaman belakang
LSPOP (L02-51).
Kolom 36 Saluran PABX (saluran)
: Diisi dengan jumlah Saluran PABX, dalam satuan saluran.
-5-
Kolom 37 Sistem Tata
Suara
: Diisi ada tidaknya Sistem Tata Suara,
berdasarkan keterangan kolom 37 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 38 Video Interkom (Jumlah Lantai)
: Diisi dengan Video Interkom, dalam satuan jumlah lantai.
Kolom 39 Sistem TV Tipe : Diisi sesuai dengan Sistem TV yang ada, berdasarkan keterangan kolom 39 yang terletak di halaman belakang
LSPOP (L02-51).
Kolom 40 Sistem TV
Jumlah Lantai
: Diisi dengan Sistem TV, dalam satuan
jumlah lantai.
Kolom 41 Kolam Renang Luas (m2)
: Diisi dengan luas Kolam Renang, dalam satuan meter persegi (m2).
Kolom 42 Kolam Renang Finishing
: Diisi sesuai dengan finishing yang ada, berdasarkan keterangan kolom 42 yang terletak di halaman belakang
LSPOP (L02-51).
Kolom 43 Lapangan Tenis
Tipe
: Diisi sesuai dengan tipe Lapangan
Tenis yang ada, berdasarkan keterangan kolom 43 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 44 Lapangan Tenis Luas (m2)
: Diisi dengan luas Lapangan Tenis, dalam satuan meter persegi (m2).
Kolom 45 Perkerasan Tipe : Diisi sesuai dengan tipe Perkerasan yang ada, berdasarkan keterangan kolom 45 yang terletak di halaman
belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 46 Perkerasan Luas (m2)
: Diisi dengan luas Perkerasan, dalam satuan meter persegi (m2).
Informasi tambahan untuk Pompa Bensin
Kolom 47 Jumlah Kanopi : Diisi dengan jumlah kanopi Pompa Bensin.
Informasi tambahan untuk Tangki SPBU
Kolom 48 Posisi : Diisi sesuai dengan posisi Tangki SPBU yang ada, berdasarkan keterangan
kolom 48 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
Kolom 49 Volume (m3) : Diisi sesuai dengan volume Tangki SPBU yang ada, dalam satuan meter kubik (m3).
Informasi tambahan untuk Bengkel/Gudang/Pabrik
Kolom 50 Keliling Diding (m)
: Diisi dengan keliling dinding Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam satuan meter (m).
Kolom 51 Tinggi Kolom (m)
: Diisi dengan tinggi kolom Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam satuan meter (m).
Kolom 52 Lebar Bentang (m)
: Diisi dengan lebar bentang Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam
satuan meter (m).
-6-
Kolom 53 Luas Mezzanin
(m2)
: Diisi dengan luas Mezzanin, dalam
satuan meter persegi (m2).
Kolom 54 Daya Dukung Lantai (kg/m2)
: Diisi dengan daya dukung lantai Bengkel/Gudang/Pabrik, dalam
satuan kilogram per meter persegi (kg/m2).
Kolom 55 Tipe Lantai : Diisi sesuai dengan tipe lantai Bengkel/Gudang/Pabrik yang ada, berdasarkan keterangan kolom 55
yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-51).
-7-
.........
2.
Catatan : Formulir LSPOP Bangunan Khusus (L02-52) dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan, diisi per JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB).
: *) informasi tambahan untuk bangunan khusus dengan Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) berupa : Sumur/Jaringan Pipa.
Jumlah Total Luas
7 8 9 10
Jaringan Pipa *)
Letak
1 2 3 4 5 6
Lebar
(m)
Tinggi
(m)
Diameter
(m)
Volume
(m3)
Luas
(m2)
Sumur *)
(well)
1411 12
Kedalaman Sumur
(m)
13
/4. LEMBAR KE / JML. LEMBAR
PBB PANAS BUMIBANGUNAN KHUSUS
L02-52TAHUN PAJAK ............
1. JENIS TRANSAKSI a. Pendaftaran b. Pemutakhiran
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAKNo. Formulir
c. Penghapusan
3. JML. BANGUNAN
DATA RINCI BANGUNAN KHUSUS
5. JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN : ……………………………………………………………………………
No Nama Unit Bangunan Lokasi Kondisi UmumThn.
DibangunKonstruksi
Panjang
(m)
2. NOP
LAMPIRAN X Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
KETERANGAN BANGUNAN KHUSUS
1. Sumur (well) 6. Pump Station 11. Switch Yard
2. Manifold 7. Dam/Sump/Pond 12. Tower Transmisi
3. Separator 8. Jaringan Pipa
4. Scrubber 9. Cooling Tower
5. Rock Muffler 10. Transformator
Bangunan khusus lainnya
13. Landasan pesawat udara
14. Jalan yang diperkeras di lokasi penambangan dan/atau dalam komplek
15. Dermaga/pelabuhan khusus
16. Lainnya : ………………………… (diisi dengan bangunan dengan konstruksi khusus lainnya seperti, conveyor belt, silo,cerobong dll.)
Kolom 4, 6, dan 14, diisi dengan keterangan sebagai berikut:
1. Sangat baik 1. Baja 1. Dibawah tanah
2. Baik 2. Beton 2. Diatas tanah
3. Sedang 3. Aspal
4. Komposit
JENIS PENGGUNAAN BANGUNAN (JPB) :
Kondisi Umum
(4)
Konstruksi
(6) Letak (14)
Jaringan Pipa
-2-
PETUNJUK PENGISIAN
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI BANGUNAN KHUSUS (L02-52)
PERHATIAN: 1. Formulir LSPOP PBB Panas Bumi Bangunan Khusus (kode L02-52) adalah
data rinci bangunan khusus, per Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) per
kabupaten/kota. 2. Formulir ini dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.
3. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap. 4. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 5. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan. 6. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip
“-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas.
2. NOP : Diisi oleh petugas.
3. JML BANGUNAN : Diisi jumlah unit bangunan khusus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat
formulir diisi, dalam satuan unit.
4. LEMBAR KE/JML
LEMBAR
: Diisi lembar ke …/jumlah lembar …
DATA RINCI BANGUNAN KHUSUS
5. JENIS
PENGGUNAAN BANGUNAN: …
: Diisi dengan jenis penggunaan bangunan
khusus berdasarkan keterangan jenis penggunaan bangunan yang terletak di
halaman belakang LSPOP (L02-52).
1 (satu) Formulir LSPOP (L02-52) untuk 1 (satu) Jenis Penggunaan Bangunan (JPB).
Contoh: 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-52) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB)
Sumur (Well), 1 (satu) Formulir LSPOP (L02-52) untuk Jenis Penggunaan Bangunan (JPB) Jaringan Pipa, dll.
Kolom 1 No. : Diisi dengan nomor urut bangunan khusus yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Nama Unit Bangunan
: Diisi dengan nama unit bangunan.
Kolom 3 Lokasi : Diisi dengan lokasi bangunan berada, di
area/cluster atau sejenisnya.
Kolom 4 Kondisi
Umum
: Diisi dengan kondisi umum bangunan
berdasarkan keterangan kolom 4 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-52).
Kolom 5 Thn. Dibangun
: Diisi dengan tahun selesai dibangun.
Kolom 6 Konstruksi : Diisi dengan konstruksi yang ada
berdasarkan keterangan kolom 6 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-
52).
-3-
Kolom 7 Panjang (m) : Diisi dengan panjang tapak/penampang/ perkerasan bangunan, dalam satuan meter (m).
Kolom 8 Lebar (m) : Diisi dengan lebar tapak/penampang/ perkerasan bangunan, dalam satuan meter
(m).
Kolom 9 Tinggi (m) : Diisi dengan tinggi bangunan, dalam satuan meter (m) (contoh: tinggi untuk tower, dll.).
Kolom 10 Diameter (m)
: Diisi dengan diameter bangunan, dalam satuan meter (m) (contoh: diameter untuk
sumur, tangki, pipa, dll.).
Kolom 11 Volume (m3)
: Diisi dengan volume bangunan, dalam satuan meter kubik (m3) (contoh: volume
untuk tangki, dll.).
Kolom 12 Luas (m2) : Diisi dengan luas tapak/penampang/ perkerasan bangunan, dalam satuan meter
persegi (m2) (keterangan: seluruh unit bangunan khusus wajib diisi masing-masing
luasnya).
Informasi tambahan untuk Sumur (Well)
Kolom 13 Kedalaman sumur
(m)
: Diisi dengan kedalaman casing/cubing Sumur (Well), dalam satuan meter (m).
Informasi tambahan untuk Jaringan Pipa
Kolom 14 Letak : Diisi dengan posisi jaringan pipa berdasarkan keterangan kolom 14 yang terletak di halaman belakang LSPOP (L02-
52).
-4-
L03-51
4. NOMOR IUP PANAS
BUMI
6. LUAS WILAYAH KERJA/
WILAYAH SEJENISNYA
8. HASIL PRODUKSI YANG TERJUAL SETAHUN SEBELUM TAHUN PAJAK
2. Listrik ........................................................ Kwh
1 2 3 4 5
Nama Hasil Produksi Hasil Produksi Satuan Keterangan
1. Uap ........................................................ Kwh
B. DATA HASIL PRODUKSI
No
s/db. GARIS LINTANG (LU/LS)
s/d
7. BATAS TITIK KOORDINAT WILAYAH KERJA / WILAYAH SEJENISNYA
a. GARIS BUJUR (BT)
M2
/5. TANGGAL /
A. DATA RINCI
3. NAMA OPERATOR
1. JENIS TRANSAKSI b. Pemutakhiran c. Penghapusan a. Pendaftaran
LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI
TUBUH BUMITAHUN PAJAK .........
No. Formulir
2. NOP
LAMPIRAN XI Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER- 45/PJ/2013 Tanggal : 20 Desember 2013
PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK
PBB PANAS BUMI TUBUH BUMI (L03-51)
PERHATIAN:
1. Formulir LSPOP PBB Panas Bumi Tubuh Bumi (kode L03-51) data rinci tubuh bumi per kabupaten/kota.
2. Formulir ini harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap.
3. Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kiri ke kanan menggunakan huruf kapital. 4. Pengisian ‘angka’ dimulai dari kiri ke kanan dengan ketentuan angka
terakhir pada kotak paling kanan.
5. Dalam hal terdapat isian yang tidak perlu diisi, dicantumkan tanda strip “-“ atau “NIHIL” pada kolom/baris isian.
No. Formulir : Diisi oleh petugas.
TAHUN PAJAK : Diisi dengan tahun pajak.
1. JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas. 2. NOP : Diisi oleh petugas.
A. DATA RINCI 3. NAMA OPERATOR : Dalam hal Subjek/Wajib Pajak menggunakan
jasa operator, diisi dengan nama operator yang
bersangkutan. Dalam hal Subjek/Wajib Pajak tidak
menggunakan jasa operator, tidak perlu diisi. 4. NOMOR IUP PANAS
BUMI : Diisi nomor Izin Usaha Pertambangan Panas
Bumi.
5. TANGGAL : Diisi tanggal Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi.
6. LUAS WILAYAH
KERJA/WILAYAH SEJENISNYA
: Diisi dengan total luas Wilayah Kerja/Wilayah
Sejenisnya dalam satuan meter persegi (m2) sesuai dengan luas yang tercantum dalam Izin
Usaha Pertambangan Panas Bumi. 7. BATAS TITIK
KOORDINAT
WILAYAH KERJA/WILAYAH
SEJENISNYA
: Diisi dengan batas titik koordinat terluar yang terdapat dalam peta Wilayah Kerja/Wilayah
Sejenisnya yang mengacu pada sistem koordinat geodetik (Lintang Bujur), dalam
satuan ...°...' ...". B. DATA HASIL PRODUKSI
8. HASIL PRODUKSI YANG TERJUAL SETAHUN
SEBELUM TAHUN PAJAK
: Diisi dengan hasil produksi Uap dan/atau Listrik yang terjual setahun sebelum tahun pajak.
Kolom 1 No. : Nomor urut 1. untuk hasil produksi berupa Uap dan nomor urut 2. untuk hasil produksi berupa Listrik, yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 2 Nama Hasil Produksi
: Nama hasil produksi yaitu Uap dan/atau Listrik, yang akan diisikan dalam LSPOP.
Kolom 3 Hasil Produksi
: Diisi dengan jumlah hasil produksi Uap dan/atau Listrik setahun.
Kolom 4 Satuan : Satuan hasil produksi Uap dan/atau Listrik
dalam kwh (kilowatt hour).
Kolom 5
Keterangan
: Diisi dengan penjelasan tambahan yang
diperlukan.
-2-