PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL...

32
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN ADMINISTRASI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, SERTIFIKAT ELEKTRONIK, DAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK Yth. 1. Pejabat Eselon II di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak: 2. Kepala Kantor Wilayah di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak; 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak; dan 4. Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. A. Umum Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, telah diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, yang pada prinsipnya mengatur kembali ketentuan teknis pendaftaran Wajib Pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, dengan tambahan ketentuan mengenai pembatalan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), pemberian Sertifikat Elektronik, aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak (PKP), penonaktifan sementara (suspend) Akun PKP, dan penetapan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam hal tertentu. Dengan demikian, diperlukan penyesuaian terhadap prosedur berkenaan yang terdapat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan

Transcript of PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL...

Page 1: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SURAT EDARAN

NOMOR SE-27/PJ/2020

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR

JENDERAL PAJAK

NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

PELAKSANAAN ADMINISTRASI

NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, SERTIFIKAT ELEKTRONIK,

DAN PENGUKUHAN

PENGUSAHA KENA PAJAK

Yth. 1. Pejabat Eselon II di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal

Pajak:

2. Kepala Kantor Wilayah di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;

3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Direktorat

Jenderal Pajak; dan

4. Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Perpajakan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak.

A. Umum

Dalam rangka memberikan kepastian hukum dan meningkatkan

pelayanan kepada Wajib Pajak, telah diterbitkan Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat

Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, yang pada

prinsipnya mengatur kembali ketentuan teknis pendaftaran Wajib

Pajak dan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, dengan tambahan

ketentuan mengenai pembatalan penghapusan Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP), pemberian Sertifikat Elektronik, aktivasi Akun

Pengusaha Kena Pajak (PKP), penonaktifan sementara (suspend)

Akun PKP, dan penetapan tempat tinggal atau tempat kedudukan

Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam hal tertentu.

Dengan demikian, diperlukan penyesuaian terhadap prosedur

berkenaan yang terdapat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

Nomor SE-60/PJ/2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara

Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan

Page 2: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan

Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-38/PJ/2013, maupun penambahan prosedur berkenaan

yang belum diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal tersebut.

Oleh karena itu perlu disusun Surat Edaran Direktur Jenderal

mengenai Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

Nomor PER-04/PJ/2020 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Administrasi Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud

Surat Edaran Direktur Jenderal ini dimaksudkan untuk

memberikan pedoman dalam melaksanakan Administrasi

NPWP, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan PKP.

2. Tujuan

Surat Edaran Direktur Jenderal ini bertujuan untuk:

a. memperjelas dan menyeragamkan prosedur dalam

Administrasi NPWP, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan

PKP dalam rangka mewujudkan tertib administrasi perpajakan

dan membangun data dan/atau informasi Wajib Pajak yang

relevan dan akurat;

b. memberikan kepastian hukum, kemudahan, dan pelayanan

prima kepada Wajib Pajak; dan

c. memberikan pedoman tata kelola dan pengawasan basis data

Master File Wajib Pajak.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Surat Edaran Direktur Jenderal ini meliputi:

1. pengertian;

2. kebijakan umum;

3. pendaftaran Wajib Pajak;

4. perubahan data Wajib Pajak;

5. pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar;

6. penetapan Wajib Pajak Non-Efektif;

7. pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif;

8. penghapusan NPWP;

9. pembatalan penghapusan NPWP;

10. aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus;

11. pemberian Sertifikat Elektronik;

12. pengukuhan PKP;

13. aktivasi Akun PKP;

14 penonaktifan sementara (suspend) Akun PKP;

15. penyelesaian klarifikasi terhadap penonaktifan sementara

(suspend) Akun PKP;

16. pencabutan pengukuhan PKP;

Page 3: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

17. pembatalan pencabutan pengukuhan PKP;

18. penetapan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak;

19. permintaan kembali Kartu NPWP, Surat Keterangan Terdaftar

(SKT), dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

(SPPKP); dan

20 pelayanan dalam keadaan kahar.

D. Dasar

1. Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 TAHUN

2009.

2. Undang-Undang Nomor 7 TAHUN 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 36 TAHUN 2008.

3. Undang-Undang Nomor 8 TAHUN 1983 tentang Pajak

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah sebagaimana beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 42 TAHUN 2009.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 TAHUN 2011 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017 tentang

Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor

Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan Pencabutan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 210/PMK.01/2017 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal

Pajak.

7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2020

tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Administrasi Nomor Pokok

Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak (PER-04).

E. Materi

1. Pengertian

a. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang

mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

b. Nomor Pokok Wajib Pajak, yang selanjutnya disingkat NPWP,

adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai

sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan

sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

c. NPWP Pusat adalah NPWP yang diberikan berdasarkan

tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang

menunjukkan pusat kegiatan usaha dengan 3 (tiga) digit

terakhir berupa “000”.

Page 4: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

d. NPWP Cabang adalah NPWP yang diberikan bagi tempat

kegiatan usaha Wajib Pajak yang terpisah dari tempat

tinggal/tempat kedudukan Wajib Pajak atau yang diberikan

untuk pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban pemotongan

dan pemungutan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai

dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah serta Pajak Bumi

dan Bangunan yang tidak dapat menggunakan NPWP Pusat.

e. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang

tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik

negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam

bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan

bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan

bentuk usaha tetap, serta kantor perwakilan perusahaan asing

dan kontrak investasi bersama.

f. Petugas Pendaftaran adalah pegawai pada Kantor Pelayanan

Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan, Pelayanan, dan

Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang bertugas untuk

melaksanakan prosedur Administrasi NPWP, Sertifikat

Elektronik, dan pengukuhan PKP sesuai dengan

kewenangannya.

g. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atau tenaga ahli yang ditunjuk

oleh Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak), yang diberi tugas,

wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan

pemeriksaan.

h. Petugas Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan DJP, selain Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak,

yang ditunjuk oleh Kepala KPP atau Kepala Kantor Wilayah

(Kanwil) DJP, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung

jawab oleh Dirjen Pajak untuk melaksanakan pemeriksaan.

i. Petugas Penelitian Lapangan adalah pegawai yang ditugaskan

oleh Kepala KPP atau KP2KP untuk melakukan pengujian

kesesuaian informasi yang tercantum dalam data dan/atau

dokumen pendukung dengan keadaan yang sebenarnya.

j. Petugas Khusus Sertifikat Elektronik dan Akun Pengusaha

Kena Pajak yang selanjutnya disebut Petugas Khusus adalah

pegawai pada KPP atau KP2KP yang ditunjuk oleh Kepala

KPP untuk menindaklanjuti prosedur Administrasi Sertifikat

Elektronik dan Akun Pengusaha Kena Pajak yang diatur dalam

Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

k. Sertifikat Elektronik (digital certificate) adalah sertifikat yang

bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan

identitas yang menunjukan status subjek hukum para pihak

dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh DJP atau

penyelenggara Sertifikasi Elektronik.

Page 5: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

l. Passphrase adalah serangkaian angka dan/atau huruf dan/atau

karakter tertentu yang digunakan untuk melakukan

pengamanan Sertifikat Elektronik.

m. Akun Pengusaha Kena Pajak, yang selanjutnya disebut Akun

PKP, adalah wadah layanan perpajakan secara elektronik

untuk PKP dalam melaksanakan ketentuan Undang-Undang

Pajak Pertambahan Nilai.

2. Kebijakan Umum

a. Prosedur yang dapat dilakukan berdasarkan permohonan

Wajib Pajak atau secara jabatan meliputi:

1) pendaftaran Wajib Pajak;

2) perubahan data Wajib Pajak;

3) pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar;

4) penetapan Wajib Pajak Non-Efektif;

5) pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif;

6) penghapusan NPWP;

7) pengukuhan PKP; dan

8) pencabutan pengukuhan PKP.

b. Prosedur yang hanya dapat dilakukan berdasarkan

permohonan Wajib Pajak meliputi:

1) pemberian Sertifikat Elektronik;

2) aktivasi Akun PKP;

3) penyelesaian klarifikasi terhadap penonaktifan sementara

(suspend) Akun PKP; dan

4) permintaan kembali Kartu NPWP, SKT, dan/atau SPPKP.

c. Prosedur yang hanya dapat dilakukan secara jabatan meliputi:

1) pembatalan penghapusan NPWP;

2) penonaktifan sementara (suspend) Akun PKP;

3) aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus;

4) pembatalan pencabutan pengukuhan PKP; dan

5) penetapan tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib

Pajak.

d. KPP tempat Wajib Pajak terdaftar berwenang melaksanakan

seluruh prosedur sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,

dan huruf c angka 1) sampai dengan angka 4).

e. Kanwil DJP dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

(KPDJP) berwenang melaksanakan prosedur sebagaimana

dimaksud pada huruf c angka 5).

f. KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat

kedudukan, atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak

berwenang menyelesaikan permohonan:

1) pendaftaran Wajib Pajak;

2) pemberian Sertifikat Elektronik;

3) pengukuhan PKP;

4) aktivasi Akun PKP; dan

Page 6: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

5) permintaan kembali kartu NPWP, SKT, dan SPPKP,

yang diajukan secara tertulis dan disampaikan secara

langsung, melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau jasa

kurir dengan bukti pengiriman surat.

g. Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf f yang

telah diselesaikan, KP2KP menyampaikan permohonan Wajib

Pajak dan dokumen penyelesaian ke KPP tempat Wajib Pajak

terdaftar paling lama 5 (lima) hari kerja setelah penyelesaian

permohonan.

h. KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal, tempat

kedudukan, atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak

berwenang menerima dan meneruskan ke KPP tempat Wajib

Pajak terdaftar, atas permohonan:

1) perubahan data Wajib Pajak;

2) pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar (KP2KP Baru);

3) penetapan Wajib Pajak Non-Efektif;

4) pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif;

5) penghapusan NPWP; dan/atau

6) pencabutan pengukuhan PKP.

i. Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf h yang

diajukan secara tertulis dan disampaikan secara langsung,

Kepala KP2KP meneliti kelengkapan dokumen, mengunggah

(upload) permohonan, menerbitkan Bukti Penerimaan Surat

(BPS), dan meneruskan permohonan tersebut ke KPP tempat

Wajib Pajak terdaftar pada hari kerja yang sama dengan saat

penerbitan BPS. Dalam hal permohonan tersebut disampaikan

melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, Kepala

KP2KP meneruskan permohonan ke KPP tempat Wajib Pajak

terdaftar tanpa menerbitkan BPS.

j. KPP atau KP2KP selain KPP/KP2KP tempat Wajib Pajak

terdaftar dapat memberikan asistensi (bantuan) kepada Wajib

Pajak untuk menyampaikan permohonan sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan huruf b secara elektronik melalui

Aplikasi Registrasi.

k. Terhadap permohonan yang disampaikan secara elektronik,

DJP mengirimkan tanda terima berupa Bukti Penerimaan

Elektronik (BPE) kepada Wajib Pajak melalui e-mail yang

dicantumkan pada permohonan pendaftaran Wajib Pajak. BPE

diterbitkan setelah petugas melakukan penelitian kebenaran

dan kelengkapan sesuai dengan PER-04 atas permohonan

yang diterima.

l. Dalam hal permohonan diajukan secara tertulis dan

ditandatangani oleh selain Wajib Pajak, permohonan tersebut

harus dilengkapi dengan surat kuasa khusus sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan yang mengatur mengenai persyaratan dan

pelaksanaan hak dan kewajiban seorang kuasa.

m. Dalam rangka pelaksanaan administrasi perpajakan

Page 7: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

sebagaimana dimaksud pada huruf a, Wajib Pajak

dikelompokkan menjadi:

1) Wajib Pajak orang pribadi;

2) Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi;

3) Wajib Pajak Badan; dan

4) Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagai pemotong

dan/atau pemungut pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan.

n. Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud pada huruf

m angka 1) dikelompokkan sebagai berikut:

1) Wajib Pajak orang pribadi dengan status pusat, meliputi:

a) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan

usaha atau pekerjaan bebas;

b) Wajib Pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas;

c) Wajib Pajak wanita kawin yang dikenai pajak secara

terpisah karena hidup berpisah berdasarkan keputusan

hakim (HB);

d) Wajib Pajak wanita kawin yang dikenai pajak secara

terpisah karena menghendaki secara tertulis berdasarkan

perjanjian pemisahan penghasilan dan harta (PH); dan

e) Wajib Pajak wanita kawin yang memilih melaksanakan

hak dan memenuhi kewajiban perpajakan terpisah dari

suaminya (MT).

2) Wajib Pajak orang pribadi dengan status cabang, meliputi

a) Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT);

dan

b) Wajib Pajak orang pribadi selain OPPT yang melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,

pada 1 (satu) atau lebih tempat kegiatan usaha yang berbeda

dengan tempat tinggal Wajib Pajak.

o. Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi sebagaimana dimaksud

pada huruf m angka 2) melaksanakan hak dan pemenuhan

kewajiban perpajakan menggunakan NPWP dari Wajib Pajak

orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut. Dalam hal

orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut belum

memiliki NPWP, dan dari warisan tersebut diterima atau

diperoleh penghasilan, wakil dari orang pribadi yang

meninggalkan warisan tersebut wajib mendaftarkan diri pada

KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggal dan tempat kegiatan usaha orang pribadi yang

meninggalkan warisan dengan menggunakan Formulir

Pendaftaran Wajib Pajak Orang Pribadi dan memilih kategori

Warisan Belum Terbagi. Selanjutnya kepada wakil orang

pribadi tersebut diberikan NPWP atas nama orang pribadi

yang meninggalkan warisan tersebut.

p. Wajib Pajak Badan sebagaimana dimaksud pada huruf m

Page 8: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

angka 3) dikelompokkan sebagai berikut:

1) Wajib Pajak Badan dengan status pusat, meliputi:

a) Wajib Pajak Badan yang berorientasi pada profit (profit

oriented);

b) Wajib Pajak Badan yang tidak berorientasi pada profit

(non profit oriented);

c) Wajib Pajak Badan berbentuk Kerja Sama Operasi (Joint

Operation);

2) Wajib Pajak Badan dengan status cabang meliputi cabang

Wajib Pajak Badan yang melakukan kegiatan usaha pada

tempat yang berbeda dengan tempat kedudukan Wajib Pajak

Badan dengan status pusat.

q. Instansi Pemerintah yang ditunjuk sebagai pemotong dan/atau

pemungut pajak sebagaimana dimaksud pada huruf m angka

4) dikelompokkan sebagai berikut:

1) Instansi Pemerintah Pusat;

2) Instansi Pemerintah Daerah;

3) Instansi Pemerintah Desa.

r. Terhadap Wajib Pajak yang memiliki 2 (dua) atau lebih

tempat kegiatan usaha yang berada pada wilayah kerja KPP

yang sama tetapi tempat kegiatan usaha tersebut berada pada

wilayah kerja KPP yang berbeda dengan tempat tinggal atau

tempat kedudukannya, Wajib Pajak dapat memilih salah satu

tempat kegiatan usaha untuk terdaftar dan diberikan 1 (satu)

NPWP Cabang.

s. Tempat kegiatan usaha yang diberikan NPWP Cabang dapat

berupa lokasi usaha, kantor cabang perusahaan, kantor

perwakilan, gudang, unit pemasaran, atau tempat kegiatan

usaha sejenis, termasuk yang berbentuk Kantor Virtual, yang

digunakan untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran,

atau manajemen.

t. Dalam rangka pengelolaan basis data dan pengawasan, setiap

Wajib Pajak diberikan status Master File sebagai berikut:

1) Wajib Pajak Aktif, yaitu Wajib Pajak yang memenuhi

persyaratan subjektif dan objektif dan menjalankan hak dan

kewajiban perpajakan secara efektif sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan;

2) Wajib Pajak Non-Efektif, yaitu Wajib Pajak yang tidak

memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif namun

belum dilakukan penghapusan NPWP;

3) Wajib Pajak Hapus, yaitu Wajib Pajak yang tidak lagi

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sebagai Wajib

Pajak dan telah dilakukan penghapusan NPWP; atau

4) Wajib Pajak Aktivasi Sementara, yaitu Wajib Pajak Hapus

yang statusnya diaktifkan sementara paling lama 1 (satu)

bulan dalam rangka memenuhi hak dan kewajiban

Page 9: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

perpajakan.

3. Pendaftaran Wajib Pajak

a. Pendaftaran Wajib Pajak dilakukan berdasarkan permohonan

atau secara jabatan.

b. KPP atau KP2KP yang menerima permohonan pendaftaran

Wajib Pajak dilarang menambahkan dokumen persyaratan

pendaftaran Wajib Pajak yang tidak terdapat dalam PER-04.

c. Dalam permohonan pendaftaran Wajib Pajak secara elektronik,

NPWP diterbitkan secara otomatis sesaat setelah permohonan

disampaikan (submit). Untuk menghindari timbulnya NPWP

ganda, perlu dilakukan penelitian setelah penerbitan NPWP

tersebut. NPWP diindikasikan ganda apabila:

1) Wajib Pajak memiliki nama yang sama; dan/atau

2) Wajib Pajak memiliki tempat dan tanggal lahir sama.

d. Penyelesaian permohonan pendaftaran Wajib Pajak dilakukan

sebagai berikut:

1) Untuk permohonan pendaftaran Wajib Pajak secara

elektronik

a) Berdasarkan permohonan pendaftaran Wajib Pajak secara

elektronik, kepada Wajib Pajak diterbitkan NPWP secara

otomatis atau paling lama 1 (satu) hari kerja setelah BPE

diterbitkan.

b) Atas permohonan pendaftaran Wajib Pajak yang telah

diterbitkan NPWP secara otomatis, Kepala KPP

melakukan penelitian dan memberikan keputusan berupa:

(1) menerbitkan Kartu NPWP, SKT, dan Surat Pengantar

Pengiriman EFIN yang belum diaktivasi, dalam hal:

(a) dokumen persyaratan yang diunggah (upload)

memenuhi ketentuan; dan/atau

(b) Wajib Pajak memilih akan melaksanakan hak dan

kewajiban, untuk Wajib Pajak orang pribadi;

(2) menetapkan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non-

Efektif serta menerbitkan Kartu NPWP, SKT, dan

Surat Pemberitahuan Penetapan Wajib Pajak Non-

Efektif, dalam hal:

(a) dokumen persyaratan yang diunggah (upload) tidak

memenuhi ketentuan; atau

(b) dokumen persyaratan yang diunggah (upload)

memenuhi ketentuan dan Wajib Pajak memilih

belum akan melaksanakan hak dan kewajiban

perpajakan pada Formulir Pendaftaran Wajib Pajak

(memilih ditetapkan sebagai Wajib Pajak Non-

Efektif), untuk Wajib Pajak orang pribadi;

atau

(3) melakukan penghapusan NPWP atas NPWP yang telah

diterbitkan secara otomatis dan menerbitkan Surat

Keputusan Penghapusan NPWP, dalam hal Wajib

Page 10: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

Pajak telah terdaftar (telah memiliki NPWP).

2) Untuk permohonan pendaftaran Wajib Pajak secara tertulis

(a) Permohonan pendaftaran Wajib Pajak secara tertulis,

diberikan BPS apabila:

(1) formulir diisi dengan benar dan lengkap, serta

ditandatangani;

(2) dilampiri dokumen persyaratan sesuai dengan PER-04;

dan

(3) Wajib Pajak belum terdaftar.

(b) Atas permohonan pendaftaran Wajib Pajak yang telah

diterbitkan BPS, Kepala KPP melakukan penelitian dan

memberikan keputusan berupa:

(1) menerbitkan Kartu NPWP, SKT, dan EFIN, dalam hal:

(a) dokumen persyaratan memenuhi ketentuan;

dan/atau

(b) Wajib Pajak memilih akan melaksanakan hak dan

kewajiban, untuk Wajib Pajak orang pribadi;

(2) menetapkan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non-

Efektif serta menerbitkan Kartu NPWP, SKT, EFIN,

dan Surat Pemberitahuan Penetapan Wajib Pajak Non-

Efektif, dalam hal dokumen persyaratan memenuhi

ketentuan dan Wajib Pajak memilih ditetapkan sebagai

Wajib Pajak Non-Efektif, untuk Wajib Pajak orang

pribadi.

e. Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan

pendaftaran secara elektronik, memiliki penghasilan di bawah

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan pada Formulir

Pendaftaran memilih ditetapkan sebagai Wajib Pajak Non-

Efektif, dilakukan penelitian administrasi dalam rangka

penetapan Wajib Pajak Non-Efektif.

f. Penetapan Wajib Pajak Non-Efektif sebagaimana dimaksud

pada huruf e dilakukan berdasarkan penelitian administrasi

yang dituangkan dalam LHPt Penetapan Wajib Pajak Non-

Efektif.

g. Penghapusan atas NPWP yang diterbitkan secara otomatis

sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan berdasarkan

penelitian administrasi yang dituangkan dalam LHPt

Penghapusan NPWP Terindikasi Ganda.

h. Terhadap EFIN/Surat Pengantar Pengiriman EFIN yang belum

diaktivasi, yang telah diterbitkan sebagaimana dimaksud pada

huruf d, Kepala KPP atau KP2KP:

1) memberikan EFIN yang telah diaktivasi, dalam hal Wajib

Pajak melakukan pendaftaran Wajib Pajak secara langsung

ke KPP atau KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat

tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan usaha; atau

2) memberikan Surat Pengantar Pengiriman EFIN yang belum

diaktivasi, dalam hal:

Page 11: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

a) Wajib Pajak menyampaikan permohonan pendaftaran

Wajib Pajak secara elektronik;

b) Wajib Pajak menyampaikan permohonan pendaftaran

Wajib Pajak secara tertulis melalui pos, perusahaan jasa

ekspedisi atau jasa kurir ke KPP atau KP2KP; atau

c) Wajib Pajak memperoleh NPWP secara jabatan,

berdasarkan hasil pemeriksaan atau hasil penelitian

administrasi, termasuk yang diperoleh dari kegiatan

ekstensifikasi.

i. Pendaftaran Wajib Pajak dari kegiatan ekstensifikasi dilakukan

melalui Aplikasi Registrasi. Tanggal terdaftar yang tercantum

dalam SKT yang diterbitkan secara jabatan adalah sesuai

dengan tanggal NPWP diterbitkan.

j. Atas NPWP yang telah diterbitkan, kepada Wajib Pajak dapat

diberikan Starter Kit NPWP yang berisi informasi singkat

mengenai hak dan kewajiban Wajib Pajak.

k. Kartu NPWP, SKT, dan EFIN/Surat Pengantar Pengiriman

EFIN yang belum diaktivasi sebagaimana dimaksud pada

huruf d, serta Starter Kit NPWP sebagaimana dimaksud pada

huruf j disampaikan kepada Wajib Pajak:

1) secara elektronik melalui alamat e-mail yang dicantumkan

pada Formulir Pendaftaran Wajib Pajak;

2) secara langsung, dengan membuat tanda terima bagi Wajib

Pajak;

3) melalui pos, dengan bukti pengiriman surat; dan/atau

4) melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir, dengan

bukti pengiriman surat.

l. Terhadap Wajib Pajak yang telah diberikan Kartu NPWP,

SKT, dan EFIN:

1) diberikan penjelasan singkat mengenai hak dan kewajiban

Wajib Pajak; dan

2) Wajib Pajak diminta untuk memberikan pernyataan telah

menerima informasi perpajakan sebagaimana dimaksud pada

angka 1).

m. Dalam hal penerbitan NPWP dilakukan secara jabatan,

Account Representative (AR) atau Pemeriksa Pajak harus

mengisi dan menandatangani Formulir Pendaftaran Wajib

Pajak secara lengkap berdasarkan Laporan Hasil Penelitian

(LHPt) atau Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

n. Tata cara penerbitan EFIN dilakukan sesuai dengan Surat

Edaran Direktur Jenderal mengenai petunjuk pelaksanaan

pengamanan transaksi elektronik layanan pajak online.

o, Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak serta contoh format

Laporan Hasil Penelitian Penetapan Wajib Pajak Non-Efektif

dan Laporan Hasil Penelitian Penghapusan Nomor Pokok

Wajib Pajak Terindikasi Ganda, tercantum dalam Lampiran

Angka I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat

Edaran Direktur Jenderal ini.

Page 12: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

4. Perubahan Data Wajib Pajak

a. Perubahan data Wajib Pajak dilakukan berdasarkan

permohonan atau secara jabatan.

b. Permohonan perubahan data Wajib Pajak dilakukan sebagai

berikut:

1) Permohonan perubahan data secara elektronik

a) Permohonan disampaikan melalui Aplikasi Registrasi,

contact center, atau saluran tertentu lainnya yang

ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

b) Permohonan yang disampaikan melalui contact center

dapat dilakukan melalui telepon, chat pada laman resmi

DJP, atau saluran lain yang ditetapkan Dirjen Pajak.

c) Permohonan yang disampaikan melalui contact center

akan dilakukan verifikasi data, yang meliputi validasi

identitas (Proof of Record Ownership/PORO) dan validasi

data. Validasi identitas (PORO) meliputi:

(1) Wajib Pajak Orang Pribadi

(a) NPWP;

(b) nama;

(c) Nomor Identitas Kependudukan (NIK);

(d) alamat tempat tinggal;

(e) alamat email yang terdaftar di DJP, dan

(f) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP.

(2) Wajib Pajak Badan

(a) NPWP;

(b) nama;

(c) alamat email yang terdaftar di DJP;

(d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP;

(e) EFIN salah satu pengurus yang tercantum dalam

SPT Tahunan PPh Badan yang sudah jatuh tempo;

(f) nomor handphone yang mengajukan; dan

(g) Tahun Pajak, Status, dan Nominal SPT Tahunan

Badan Terakhir yang dilaporkan.

(3) Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi

(a) NPWP;

(b) nama;

(c) alamat email yang terdaftar di DJP; dan

(d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP.

(4) Instansi Pemerintah

(a) NPWP;

(b) nama;

(c) alamat email yang terdaftar di DJP,

(d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP.

d) Permohonan perubahan data melalui contact center hanya

dapat dilakukan oleh:

Page 13: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

(1) Wajib Pajak yang bersangkutan, untuk Wajib Pajak

orang pribadi; atau

(2) wakil Wajib Pajak, untuk Wajib Pajak Badan, Wajib

Pajak Warisan Belum Terbagi, dan Instansi

Pemerintah.

e) Permohonan yang disampaikan dan diselesaikan melalui

contact center hanya dapat dilakukan atas elemen data

yang dapat dilakukan validasi secara langsung.

f) BPE diterbitkan dalam hal:

(1) formulir diisi dengan benar dan lengkap, serta dilampiri

dokumen pendukung, untuk permohonan yang

disampaikan melalui Aplikasi Registrasi; atau

(2) Wajib Pajak telah dilakukan validasi data, untuk

permohonan yang disampaikan melalui contact center

atau saluran tertentu lainnya.

2) Permohonan perubahan data secara tertulis

a) Permohonan disampaikan secara langsung ke KPP tempat

Wajib Pajak terdaftar atau KP2KP yang wilayah kerjanya

meliputi tempat tinggal, tempat kedudukan, dan/atau

tempat kegiatan usaha Wajib Pajak, atau melalui pos,

perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti

pengiriman surat, ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

b) Permohonan yang disampaikan secara langsung ke

KP2KP diteruskan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar

dengan mengunggah (upload) Formulir Perubahan Data

Wajib Pajak dan dokumen pendukung melalui Aplikasi

Registrasi.

c) BPS diterbitkan dalam hal formulir diisi dengan benar dan

lengkap serta ditandatangani, dan dilampiri dokumen

pendukung, baik untuk permohonan yang disampaikan ke

KPP maupun secara langsung ke KP2KP.

c. Perubahan data juga dapat dilakukan dalam hal ditemukan

perbedaan data dalam administrasi perpajakan termasuk pada

saat pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif, baik

berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan.

d. Jangka waktu pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22

Impor berlaku sejak tanggal SKB diterbitkan sampai dengan

tanggal 30 September 2020.

1) dalam hal wakil/pengurus/pejabat dan Wajib Pajak Warisan

Belum Terbagi, Wajib Pajak Badan, atau Instansi Pemerintah

terdaftar di KPP yang sama, KPP melakukan perubahan data

secara jabatan; atau

2) dalam hal wakil/pengurus/pejabat dan Wajib Pajak Warisan

Belum Terbagi, Wajib Pajak Badan, atau Instansi Pemerintah

terdaftar di KPP yang berbeda, KPP tempat Wajib Pajak

terdaftar:

a) melakukan perubahan data secara jabatan atas elemen data

alamat e-mail dan nomor handphone; dan/atau

Page 14: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

b) menyampaikan data/informasi Wajib Pajak, yaitu elemen

data selain alamat e-mail dan nomor handphone, ke KPP

tempat wakil/ pengurus/pejabat terdaftar untuk dilakukan

perubahan data Wajib Pajak secara jabatan.

e. Perubahan data Wajib Pajak secara jabatan dituangkan dalam

Berita Acara Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha

Kena Pajak.

f. Dalam hal KPP melakukan perubahan data Wajib Pajak

berdasarkan permohonan atau secara jabatan, KPP

menyampaikan Surat Pemberitahuan Perubahan Data kepada

Wajib Pajak paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah perubahan

data Wajib Pajak dilakukan.

g. Terhadap perubahan data terkait dengan perubahan struktur

permodalan atau kepemilikan Wajib Pajak Badan yang tidak

mengubah bentuk badan dan memiliki dampak terhadap

kewajiban perpajakan, ditindaklanjuti dengan prosedur

pengawasan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

h. Tata Cara Perubahan Data Wajib Pajak dan contoh format

Berita Acara Perubahan Data Wajib Pajak dan/atau Pengusaha

Kena Pajak tercantum dalam Lampiran angka romawi II yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur

Jenderal ini.

5. Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar

a. Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar dilakukan

berdasarkan permohonan atau secara jabatan.

b. Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar dilakukan dalam hal

tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak pindah ke

wilayah kerja KPP lain, serta hanya dapat dilakukan terhadap

Wajib Pajak dengan NPWP Pusat.

c. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak Badan dengan NPWP

3 (tiga) digit terakhir selain 000 (berstatus sebagai cabang) yang

tempat kegiatan usahanya pindah ke wilayah kerja KPP lain tidak

termasuk ruang lingkup prosedur kerja Pemindahan Tempat Wajib

Pajak Terdaftar, dan berlaku ketentuan sebagai berikut:

1) dalam hal Wajib Pajak Cabang tidak berstatus sebagai PKP,

ditindaklanjuti dengan prosedur Penghapusan NPWP Cabang

oleh KPP Lama dan prosedur Pendaftaran Wajib Pajak Cabang

oleh KPP Baru.

2) dalam hal Wajib Pajak Cabang berstatus sebagai PKP,

ditindaklanjuti dengan prosedur Penghapusan NPWP Cabang

dan prosedur Pencabutan Pengukuhan PKP oleh KPP Lama,

serta prosedur Pendaftaran Wajib Pajak Cabang dan prosedur

Pengukuhan PKP oleh KPP Baru.

d. Dalam hal Wajib Pajak yang berstatus sebagai pusat dan telah

dikukuhkan sebagai PKP melakukan pemindahan tempat terdaftar

ke KPP lain, KPP Lama tidak melakukan pencabutan pengukuhan

PKP dan tanggal pengukuhan PKP tidak berubah.

e. Dalam hal Wajib Pajak yang berstatus PKP dan merupakan tempat

Page 15: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

pemusatan PPN terutang melakukan pemindahan tempat terdaftar

di KPP lain, penerbitan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak

tentang Persetujuan Pemusatan Tempat Pajak Pertambahan Nilai

Terutang ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perpajakan mengenai penetapan

satu tempat atau lebih sebagai tempat Pajak Pertambahan Nilai

terutang.

f. Terhadap permohonan pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar

yang disampaikan secara langsung atau melalui pos, perusahaan

jasa ekspedisi atau jasa kurir ke KPP/KP2KP Baru, KPP/KP2KP

Baru:

1) menerbitkan BPS, dalam hal formulir diisi dengan benar dan

lengkap, ditandatangani, dan dilampiri dokumen pendukung;

dan

2) meneruskan ke KPP Lama dengan mengunggah (upload)

Formulir Pemindahan Wajib Pajak dan dokumen pendukung

melalui Aplikasi Registrasi.

g. KPP Lama memantau menu tindak lanjut pada Aplikasi Registrasi

setiap hari kerja atas permohonan pemindahan tempat Wajib Pajak

terdaftar yang diterima KPP /KP2KP Baru secara langsung atau

melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir. KPP Lama

menindaklanjuti permohonan pemindahan Wajib Pajak tanpa

menunggu berkas permohonan diterima KPP Lama.

h. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf g,

KPP Lama:

1) melakukan penelitian administrasi dan/atau lapangan untuk

memastikan bahwa tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib

Pajak menurut keadaan yang sebenarnya tidak lagi berada di

wilayah kerja KPP Lama;

2) melakukan penelitian mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak;

3) membuat LHPt Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar; dan

4) menerbitkan Surat Pindah.

i. Penerbitan Surat Pindah yang melewati jangka waktu dituangkan

dalam Berita Acara Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar

Melewati Batas Waktu.

j. Pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar secara jabatan dapat

dilakukan dalam hal terdapat:

1) data/informasi yang diperoleh KPP Lama yang dituangkan

dalam LHPt Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar; atau

2) Surat Usulan Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar oleh

KPP Baru dengan dilampiri LHPt Pemindahan Tempat Wajib

Pajak Terdaftar yang dilakukan oleh KPP Baru yang

menunjukkan bahwa tempat tinggal atau tempat kedudukan

Wajib Pajak berada di wilayah kerja KPP Baru, namun Wajib

Pajak masih terdaftar di KPP Lama.

k. Pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar secara jabatan dapat

dilakukan dalam rangka pengawasan Wajib Pajak berdasarkan

Page 16: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

basis kewilayahan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran

Direktur Jenderal mengenai kebijakan pengawasan dan

pemeriksaan Wajib Pajak dalam rangka perluasan basis pajak.

l. Sebagai tindak lanjut pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar,

KPP Lama membuat uraian singkat profil Wajib Pajak mengenai

hal-hal yang dianggap perlu sehubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan mengirimkan uraian

singkat profil Wajib Pajak bersama dengan berkas Wajib Pajak ke

KPP Baru, paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak penerbitan Surat

Pindah.

m. Tanggal terdaftar Wajib Pajak di KPP Baru yaitu hari berikutnya

setelah tanggal Surat Pindah yang diterbitkan KPP Lama.

n. Berdasarkan informasi pemindahan Wajib Pajak atau tembusan

Surat Pindah dari KPP Lama, KPP Baru melakukan penelitian

lapangan terhadap Wajib Pajak yang berstatus PKP dan memiliki

Akun PKP aktif dalam rangka menguji kebenaran tempat kegiatan

usaha, paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah penerbitan

Surat Pindah dari KPP Lama.

o. Dalam hal berdasarkan penelitian lapangan sebagaimana dimaksud

pada huruf n diketahui bahwa tempat kegiatan usaha tidak sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya, Kepala KPP Baru melakukan

pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan.

p. Tata Cara Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar serta contoh

format:

1) Laporan Hasil Penelitian Pemindahan Tempat Wajib Pajak

Terdaftar;

2) Surat Usulan Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar; dan

3) Berita Acara Pemindahan Tempat Wajib Pajak Terdaftar

Melewati Batas Waktu,

tercantum dalam Lampiran Angka III yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

q. Ketentuan di atas tidak berlaku dalam hal pemindahan tempat

Wajib Pajak terdaftar dilakukan berdasarkan penetapan Direktur

Jenderal Pajak atas tempat pendaftaran dan/atau tempat pelaporan

usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009.

6. Penetapan Wajib Pajak Non-Efektif

a. Penetapan Wajib Pajak Non-Efektif dilakukan berdasarkan

permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan.

b. Permohonan yang dapat disampaikan dan diselesaikan secara

elektronik melalui saluran tertentu dilakukan terhadap:

1) Wajib Pajak tertentu, dan

2) Sepanjang data yang diperlukan untuk penelitian sudah tersedia

dalam basis data DJP.

c. Permohonan yang disampaikan melalui contact center akan

Page 17: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

dilakukan verifikasi data, yang meliputi validasi identitas (Proof

of Record Ownership/PORO) dan validasi data. Validasi identitas

(PORO) meliputi:

1) Wajib Pajak Orang Pribadi

a) NPWP;

b) nama;

c) Nomor Identitas Kependudukan (NIK);

d) alamat tempat tinggal;

e) alamat email yang terdaftar di DJP;

f) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP; dan

g) Tahun Pajak, Status, dan Nominal SPT Tahunan Orang

Pribadi Terakhir yang dilaporkan.

2) Wajib Pajak Badan

a) NPWP;

b) nama;

c) alamat email yang terdaftar di DJP;

d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP;

e) EFIN salah satu pengurus yang tercantum dalam SPT

Tahunan PPh Badan yang sudah jatuh tempo;

f) nomor handphone yang mengajukan; dan

g) Tahun Pajak, Status, dan Nominal SPT Tahunan Badan

Terakhir yang dilaporkan.

3) Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi

a) NPWP;

b) nama;

c) alamat email yang terdaftar di DJP;

d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP; dan

e) Tahun Pajak, Status, dan Nominal SPT Tahunan Warisan

Belum Terbagi Terakhir yang dilaporkan.

4) Instansi Pemerintah

a) NPWP;

b) nama;

c) alamat email yang terdaftar di DJP;

d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP; dan

e) Tahun Pajak, Status, dan Nominal SPT Masa Instansi

Pemerintah Terakhir yang dilaporkan.

d. Permohonan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif data melalui

contact center hanya dapat dilakukan oleh:

1) Wajib Pajak yang bersangkutan, untuk Wajib Pajak orang

pribadi; atau

2) wakil Wajib Pajak, untuk Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak

Warisan Belum Terbagi, dan Instansi Pemerintah.

e. Permohonan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif yang

disampaikan secara tertulis ke KP2KP yang wilayah kerjanya

meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat

Page 18: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

kegiatan usaha Wajib Pajak akan diteruskan ke KPP tempat Wajib

Pajak terdaftar dengan mengunggah (upload) formulir dan

dokumen pendukung melalui Aplikasi Registrasi.

f. BPE atau BPS diberikan apabila Wajib Pajak yang menyampaikan

formulir permohonan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif dan

dokumen pendukung dengan benar dan lengkap, termasuk

melampirkan Surat Pernyataan Wajib Pajak Non-Efektif.

g. Terhadap permohonan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif, KPP

melakukan penelitian administrasi dan membuat LHPt.

h. Berdasarkan LHPt, KPP memberikan keputusan berupa:

1) menerbitkan Surat Pemberitahuan Penetapan Wajib Pajak Non-

Efektif, dalam hal permohonan Wajib Pajak disetujui.

2) menerbitkan Surat Penolakan Penetapan Wajib Pajak Non-

Efektif, dalam hal permohonan Wajib Pajak ditolak.

i. Wajib Pajak berstatus pusat tidak dapat ditetapkan sebagai Wajib

Pajak Non-Efektif apabila terdapat cabang yang masih berstatus

Aktif.

j. Wajib Pajak berstatus PKP dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak

Non-Efektif setelah dilakukan pencabutan pengukuhan PKP

terlebih dahulu. Namun demikian, apabila Wajib Pajak

mengajukan permohonan penghapusan NPWP, terhadap Wajib

Pajak dilakukan penetapan Wajib Pajak Non-Efektif secara

jabatan tanpa terlebih dahulu dilakukan pencabutan pengukuhan

PKP.

k. KPP dapat menetapkan Wajib Pajak sebagai Wajib Pajak Non-

Efektif secara jabatan sebagai tindak lanjut penyelesaian

permohonan pendaftaran Wajib Pajak yang disampaikan secara

elektronik melalui Aplikasi Registrasi, dan penetapan Wajib Pajak

Non-Efektif tersebut dilakukan tanpa penerbitan BPS tersendiri.

l. Tata Cara Penetapan Wajib Pajak Non-Efektif dan Surat

Pernyataan Wajib Pajak Non-Efektif tercantum dalam Lampiran

Angka IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat

Edaran Direktur Jenderal ini.

7. Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non-Efektif

a. Pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif dilakukan

berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan.

b. Permohonan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif yang

disampaikan secara elektronik melalui saluran tertentu dapat

diselesaikan melalui saluran tertentu.

c. Permohonan yang disampaikan melalui contact center akan

dilakukan verifikasi data, yang meliputi validasi identitas (Proof of

Record Ownership/PORO) dan validasi data. Validasi identitas

(PORO) meliputi:

1) Wajib Pajak Orang Pribadi

a) NPWP;

b) nama;

c) Nomor Identitas Kependudukan (NIK);

Page 19: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

d) alamat tempat tinggal;

e) alamat email yang terdaftar di DJP; dan

f) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP.

2) Wajib Pajak Badan

a) NPWP;

b) nama;

c) alamat email yang terdaftar di DJP;

d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP;

e) EFIN salah satu pengurus yang tercantum dalam SPT

Tahunan PPh Badan yang sudah jatuh tempo; dan

f) nomor handphone yang mengajukan.

3) Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi

a) NPWP;

b) nama;

c) alamat email yang terdaftar di DJP; dan

d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP.

4) Instansi Pemerintah

a) NPWP;

b) nama;

c) alamat email yang terdaftar di DJP; dan

d) nomor telepon/handphone yang terdaftar di DJP.

d. Permohonan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif

melalui contact center hanya dapat dilakukan oleh:

1) Wajib Pajak yang bersangkutan, untuk Wajib Pajak orang

pribadi; atau

2) wakil Wajib Pajak, untuk Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak

Warisan Belum Terbagi, dan Instansi Pemerintah.

e. Permohonan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif yang

dibuat secara tertulis dan disampaikan langsung ke KP2KP yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak akan diteruskan ke

KPP Wajib Pajak terdaftar dengan mengunggah (upload) Formulir

Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non-Efektif dan dokumen

pendukung melalui Aplikasi Registrasi.

f. BPE atau BPS diberikan, dalam hal Wajib Pajak menyampaikan

Formulir Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non-Efektif dan

dokumen pendukung dengan benar dan lengkap

g. Terhadap permohonan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-

Efektif, KPP melakukan penelitian administrasi dan membuat

LHPt.

h. Berdasarkan LHPt, KPP menerbitkan Surat Pemberitahuan

Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non-Efektif paling lambat 5

(lima) hari kerja setelah BPE atau BPS diterbitkan.

i. Dalam hal dilakukan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-

Efektif namun data yang terdapat dalam administrasi perpajakan

berbeda dengan data sebenarnya, KPP melakukan perubahan data

Page 20: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

Wajib Pajak berdasarkan permohonan atau secara jabatan.

j. Pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif dapat dilakukan

atas Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT)

Masa atau SPT Tahunan di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar.

k. Pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif dapat dilakukan

atas Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan di KPP selain

tempat Wajib Pajak terdaftar, dengan syarat:

1) disampaikan dengan menggunakan jenis formulir 1770 S atau

1770 SS;

2) disampaikan tidak melebihi batas waktu penyampaian SPT;

3) bukan merupakan SPT Tahunan pembetulan;

4) SPT Tahunan yang diterima menyatakan nihil atau kurang

bayar; dan

5) tidak disampaikan dalam bentuk e-SPT.

l. Tata Cara Pengaktifan Kembali Wajib Pajak Non-Efektif

tercantum dalam Lampiran Angka V yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

8. Penghapusan NPWP

a. Penghapusan NPWP dilakukan berdasarkan permohonan Wajib

Pajak atau secara jabatan.

b. Permohonan penghapusan NPWP yang diajukan secara langsung

ke KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau

tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha Wajib Pajak

akan diteruskan ke KPP Wajib Pajak terdaftar dengan

mengunggah (upload) formulir dan dokumen pendukung melalui

Aplikasi Registrasi.

c. BPE atau BPS diberikan apabila Wajib Pajak menyampaikan

permohonan penghapusan NPWP dan dokumen pendukung

dengan benar dan lengkap.

d. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan penghapusan NPWP

ditetapkan sebagai Wajib Pajak Non-Efektif secara jabatan.

e. Penghapusan NPWP berdasarkan permohonan dilakukan

berdasarkan hasil Pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP

terhadap pemenuhan persyaratan subjektif dan/atau objektif Wajib

Pajak, yang dituangkan dalam LHP.

f. Berdasarkan LHP sebagaimana dimaksud pada huruf e, KPP

memberikan keputusan berupa:

1) menerbitkan Surat Keputusan Penghapusan Nomor Pokok Wajib

Pajak, dalam hal permohonan Wajib Pajak disetujui.

2) menerbitkan Surat Penolakan Penghapusan Nomor Pokok Wajib

Pajak, dalam hal permohonan Wajib Pajak ditolak.

g. Keputusan atas permohonan penghapusan NPWP diberikan paling

lama:

1) 6 (enam) bulan setelah permohonan diterima lengkap, dalam hal

permohonan diajukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib

Pajak Warisan Belum Terbagi, atau Wajib Pajak Instansi

Pemerintah; atau

Page 21: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

2) 12 (dua belas) bulan setelah permohonan diterima lengkap, dalam

hal permohonan diajukan oleh Wajib Pajak Badan.

h. Penerbitan Surat Keputusan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

yang melewati jangka waktu, dituangkan dalam Berita Acara

Penghapusan NPWP Melewati Batas Waktu.

i. Terhadap permohonan penghapusan NPWP yang ditolak karena

Wajib Pajak masih memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif

Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut telah diberikan status sebagai

Wajib Pajak Non-Efektif, Petugas Pendaftaran menindaklanjuti

dengan melakukan pengaktifan kembali Wajib Pajak Non-Efektif

secara jabatan.

j. Penghapusan NPWP Pusat hanya dapat dilakukan apabila seluruh

NPWP Cabang telah dihapus.

k. Dalam hal terdapat Wajib Pajak Cabang yang terdaftar di KPP yang

berbeda, KPP tempat Wajib Pajak Pusat terdaftar meminta KPP

tempat Wajib Pajak Cabang terdaftar untuk melakukan penghapusan

NPWP Cabang secara jabatan.

l. Penghapusan NPWP secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan atau hasil penelitian administrasi sesuai data dan/atau

informasi yang dimiliki atau diperoleh Direktorat Jenderal Pajak, dan

dapat dilakukan tanpa dilengkapi dokumen pendukung.

m. Termasuk dalam penghapusan NPWP secara jabatan adalah

penghapusan NPWP yang dilakukan oleh DJP dalam rangka

pembenahan basis data perpajakan.

n. Dalam hal KPP melakukan penghapusan NPWP secara jabatan, KPP

menyampaikan Surat Keputusan Penghapusan Nomor Pokok Wajib

Pajak kepada Wajib Pajak.

o. Tata Cara Penghapusan NPWP dan Berita Acara Penghapusan Nomor

Pokok Wajib Pajak Melewati Batas Waktu tercantum dalam Lampiran

Angka VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran

Direktur Jenderal ini.

9. Pembatalan Penghapusan NPWP

a. Pembatalan penghapusan NPWP dilakukan secara jabatan.

b. Pembatalan penghapusan NPWP merupakan pengaktifan kembali

NPWP yang telah dihapus, dalam hal terdapat data dan/atau informasi

yang menunjukkan bahwa Wajib Pajak yang pernah diterbitkan Surat

Keputusan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebenarnya masih

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif pada saat dilakukan

penghapusan NPWP.

c. Pembatalan penghapusan NPWP dilakukan berdasarkan Laporan Hasil

Penelitian Pembatalan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak yang

menunjukkan bahwa Wajib Pajak tidak seharusnya dilakukan

penghapusan NPWP.

d. Dalam hal pengaktifan kembali NPWP tidak dapat dilakukan

berdasarkan prosedur pembatalan penghapusan NPWP, penerbitan

NPWP dilakukan berdasarkan permohonan atau secara jabatan melalui

Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak.

e. Pembatalan penghapusan NPWP tidak dilakukan apabila berdasarkan

Page 22: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

LHPt menunjukkan bahwa Wajib Pajak benar dalam keadaan tidak

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif pada saat diterbitkannya

Surat Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

f. KPP menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak mengenai

pembatalan penghapusan NPWP dengan menggunakan Surat

Pemberitahuan Pembatalan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak.

g. Tata Cara Pembatalan Penghapusan NPWP serta contoh format Laporan

Hasil Penelitian Pembatalan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

dan Berita Acara Pembatalan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

dalam Lampiran Angka VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

10. Aktivasi Sementara Wajib Pajak Hapus

a. Aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus dilakukan secara jabatan.

b. Aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus merupakan pengaktifan kembali

Wajib Pajak Hapus menjadi Wajib Pajak Aktif Sementara yang

dilakukan secara jabatan berdasarkan data dan/atau informasi yang

dimaksudkan agar suatu hak atau kewajiban Wajib Pajak yang muncul

setelah NPWP dihapus dapat dilaksanakan.

c. Aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus dilakukan oleh KPP antara lain

dalam rangka:

1) penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak;

2) pembetulan SPT atau pengungkapan ketidakbenaran SPT;

3) pembayaran pajak;

4) pelaksanaan Putusan Banding atau Peninjauan Kembali; dan

5) pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

d. Aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus hanya berlaku selama 1 (satu)

bulan, dan dalam hal masih diperlukan, aktivasi sementara dapat

dilakukan kembali.

e. Dalam hal aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus dilaksanakan berkaitan

dengan hak atau kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 TAHUN 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan

Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42

TAHUN 2009, status pengukuhan PKP tidak perlu diaktifkan kembali.

f. Aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus dituangkan dalam Berita Acara

Aktivasi Sementara Wajib Pajak Hapus.

g. KPP menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak mengenai

aktivasi sementara Wajib Pajak Hapus dalam hal diperlukan.

h. Tata Cara Aktivasi Sementara Wajib Pajak Hapus dan contoh format

Berita Acara Aktivasi Sementara Wajib Pajak Hapus tercantum dalam

Lampiran Angka VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

11. Pemberian Sertifikat Elektronik

a. Pemberian Sertifikat Elektronik dilakukan berdasarkan permintaan

Wajib Pajak.

b. BPE atau BPS diberikan, dalam hal Wajib Pajak menyampaikan

permintaan Sertifikat Elektronik dengan benar dan lengkap, serta

Page 23: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

identitas Wajib Pajak terverifikasi dan autentik.

c. Terhadap permintaan Sertifikat Elektronik yang telah diterbitkan BPE

atau BPS, KPP atau KP2KP meminta Wajib Pajak atau

wakil/pengurus/pejabat dari Wajib Pajak bersangkutan untuk

menyiapkan dan mengetik secara langsung passphrase sebagai

pengaman Sertifikat Elektronik.

d. KPP atau KP2KP memberikan persetujuan, serta menerbitkan dan

menyerahkan Sertifikat Elektronik kepada Wajib Pajak.

e. Tata cara permintaan Sertifikat Elektronik baru sama dengan tata cara

permintaan Sertifikat Elektronik untuk pertama kali.

f. Tata Cara Permintaan Sertifikat Elektronik tercantum dalam Lampiran

Angka IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran

Direktur Jenderal ini.

12. Pengukuhan PKP

a. Pengukuhan PKP dilakukan berdasarkan permohonan Wajib Pajak atau

secara jabatan.

b. Kantor Virtual dapat digunakan sebagai tempat PKP dikukuhkan

sepanjang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) terpenuhinya kondisi penyedia jasa Kantor Virtual sebagai berikut:

a) telah dikukuhkan sebagai PKP;

b) menyediakan ruangan fisik untuk tempat kegiatan usaha bagi

Pengusaha yang akan dikukuhkan sebagai PKP; dan

c) secara nyata melakukan kegiatan layanan pendukung kantor, antara

lain terdapat petugas kebersihan kantor, petugas keamanan kantor,

sekretaris, resepsionis, atau layanan administrasi kantor lainnya;

2) Pengusaha pengguna jasa Kantor Virtual dimaksud memiliki izin usaha

antara lain Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat

Usaha (SITU), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Usaha

Pariwisata (TDUP), Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK), atau dokumen

sejenis lainnya yang diterbitkan oleh pejabat atau instansi yang

berwenang.

c. Dalam hal Pengusaha dengan NPWP Cabang telah dikukuhkan sebagai

PKP namun Pengusaha dengan NPWP Pusat belum dikukuhkan sebagai

PKP, KPP tempat PKP dengan NPWP Cabang terdaftar memberikan data

ke KPP tempat Pengusaha dengan NPWP Pusat terdaftar untuk dilakukan

pengukuhan PKP secara jabatan terhadap Pengusaha dengan NPWP

Pusat.

d. Permohonan pengukuhan PKP yang disampaikan oleh Pengusaha secara

langsung atau melalui melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau jasa

kurir ke:

1) KPP tempat Wajib Pajak terdaftar;

2) KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat

kedudukan, dan/atau tempat kegiatan usaha Pengusaha; atau

3) KPP tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

e. Dokumen persyaratan yang sudah dilampirkan saat pendaftaran Wajib

Pajak dan tidak mengalami perubahan, tidak perlu diminta lagi saat

pengukuhan PKP.

Page 24: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

f. BPE atau BPS diterbitkan, dalam hal Wajib Pajak yang menyampaikan

Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan dokumen persyaratan

dengan benar dan lengkap.

g. Terhadap permohonan pengukuhan PKP yang telah diterbitkan BPE atau

BPS, KPP atau KP2KP melakukan penelitian administrasi atas

pemenuhan kelengkapan dan kesesuaian dokumen persyaratan serta

ketentuan terkait kepatuhan perpajakan sesuai dengan Pasal 45 ayat (8)

PER-04, dan memberikan keputusan paling lambat 1 (satu) hari kerja

setelah BPE atau BPS diterbitkan.

h. Penelitian kepatuhan perpajakan sebagaimana dimaksud pada huruf g

tidak perlu dilakukan terhadap Pengusaha yang telah wajib dikukuhkan

sebagai PKP sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

perpajakan.

i. Dalam hal keputusan berupa penerbitan Surat Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak diberikan melewati jangka waktu, dibuat Berita Acara

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Melewati Batas Waktu.

j. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pengukuhan PKP

secara bersamaan dengan permintaan aktivasi Akun PKP, KPP atau

KP2KP memproses permohonan pengukuhan PKP terlebih dahulu

kemudian dilanjutkan dengan memproses permintaan aktivasi Akun

PKP.

k. Pengukuhan PKP secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan atau hasil penelitian administrasi, termasuk data dan/atau

informasi yang diperoleh dari kegiatan ekstensifikasi. Pengukuhan PKP

secara jabatan dapat dilakukan tanpa dilengkapi dokumen pendukung.

l. Pemeriksaan dalam rangka pengukuhan PKP secara jabatan dilakukan

melalui Pemeriksaan Tujuan Lain oleh Petugas Pemeriksa Pajak.

m. Penelitian administrasi dalam rangka pengukuhan PKP secara jabatan

dilakukan oleh AR Seksi Waskon II/III/IV atau AR Seksi Eksten.

n. Petugas Pemeriksa Pajak atau AR Seksi Waskon II/III/IV atau AR Seksi

Eksten yang mengusulkan pengukuhan PKP secara jabatan harus mengisi

dan menandatangani Formulir Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang

akan direkam oleh Petugas Pendaftaran pada Aplikasi Registrasi.

o. Petugas Pendaftaran menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak setelah menerima LHP atau LHPt dan Formulir Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak secara lengkap.

p. Tata Cara Pengukuhan PKP dan contoh format Berita Acara Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak Melewati Batas Waktu tercantum dalam

Lampiran Angka X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat

Edaran Direktur Jenderal ini.

13 Permintaan Aktivasi Akun PKP

a. Permintaan aktivasi Akun PKP dilakukan berdasarkan permohonan PKP.

b. BPE atau BPS diterbitkan, dalam hal Wajib Pajak menyampaikan

permintaan aktivasi Akun PKP dengan benar dan lengkap. Petugas KPP

atau KP2KP dapat menggunakan Checklist Pemenuhan Persyaratan

Permintaan Aktivasi Akun PKP.

c. Terhadap permintaan aktivasi Akun PKP, petugas KPP atau KP2KP

melakukan penelitian lapangan, dan membuat Laporan Hasil Penelitian

Page 25: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

Lapangan Dalam Rangka Aktivasi Akun PKP.

d. Penelitian lapangan dalam rangka permintaan aktivasi Akun PKP

dilakukan dengan:

1) pengujian atas keberadaan PKP (syarat subjektif), yang meliputi:

a) pengujian atas kesesuaian identitas PKP dan wakil/pengurus/pejabat

berdasarkan data dan/atau dokumen yang terdapat pada permohonan

pengukuhan PKP dan permintaan aktivasi Akun PKP; dan

b) pengujian atas keberadaan PKP yang bersangkutan di alamat tersebut;

dan

2) pengujian atas kegiatan PKP (syarat objektif), yang meliputi:

a) pengujian atas kesesuaian kegiatan usaha berdasarkan data dan/atau

dokumen pada surat permohonan pengukuhan PKP dan permintaan aktivasi

Akun PKP dengan kegiatan usaha yang sebenarnya, antara lain mengenai

gambaran umum kegiatan usaha dan gambaran harta yang digunakan untuk

kegiatan usaha; dan

b) dokumentasi tempat atau lokasi kegiatan usaha.

e. Penelitian lapangan dalam rangka permintaan aktivasi Akun PKP

dituangkan dalam Berita Acara Penelitian Lapangan Aktivasi Akun

Pengusaha Kena Pajak.

f. Dalam hal permintaan aktivasi Akun PKP disetujui, PKP atau

wakil/pengurus/pejabat atau pihak yang tercantum dalam Formulir

Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak harus datang ke KPP

atau KP2KP untuk melakukan aktivasi Akun PKP.

g. Petugas KPP atau KP2KP memastikan aktivasi Akun PKP dilakukan

langsung oleh:

1) Pengusaha yang bersangkutan, untuk PKP orang pribadi;

2) wakil PKP Warisan Belum Terbagi, untuk PKP Warisan Belum

Terbagi;

3) salah satu pengurus, untuk PKP Badan, bentuk usaha tetap (BUT), atau

Kerja Sama Operasi (KSO);

4) pimpinan cabang, untuk PKP Badan dengan status Cabang; atau

5) pejabat, untuk PKP Instansi Pemerintah,

dengan melakukan pengujian validitas identitas PKP yang datang untuk

melakukan aktivasi Akun PKP.

h. Dalam hal identitas PKP valid, Petugas KPP atau KP2KP:

1) menyerahkan kode aktivasi dalam amplop tertutup secara langsung

kepada PKP, wakil, pengurus, pimpinan cabang, atau pejabat;

2) mengirimkan password kepada PKP, wakil, pengurus, pimpinan

cabang, atau pejabat melalui alamat e-mail yang telah terdaftar di DJP;

dan

3) meminta PKP, wakil, pengurus, pimpinan cabang, atau pejabat

melakukan aktivasi Akun PKP.

i. Dalam hal identitas PKP tidak valid, Petugas KPP atau KP2KP meminta

PKP memenuhi ketentuan validitas identitas sampai valid.

j. Tata Cara Penyelesaian Permintaan Aktivasi Akun PKP serta contoh

format Laporan Hasil Penelitian Lapangan Dalam Rangka Aktivasi Akun

Page 26: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

Pengusaha Kena Pajak, Berita Acara Penelitian Lapangan Dalam Rangka

Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak, dan Checklist Pemenuhan

Persyaratan Permintaan Aktivasi Akun Pengusaha Kena Pajak tercantum

dalam Lampiran Angka XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

14. Penonaktifan Sementara (Suspend) Akun PKP

a. Penonaktifkan sementara Sertifikat Akun PKP dilakukan secara jabatan.

b. Penonaktifkan sementara Akun PKP dilakukan berdasarkan hasil

penelitian administrasi yang dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian

Penonaktifan Sementara Akun Pengusaha Kena Pajak.

c. Terhadap penonaktifan sementara Akun PKP, KPP memberitahukan

secara elektronik atau tertulis kepada PKP dengan menggunakan Surat

Penonaktifan Sementara Akun Pengusaha Kena Pajak.

d. Tata Cara Penonaktifan Sementara Akun Pengusaha Kena Pajak dan

contoh format Laporan Hasil Penelitian Penonaktifan Sementara Akun

Pengusaha Kena Pajak tercantum dalam Lampiran Angka XII yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal

ini.

15. Penyelesaian Klarifikasi terhadap Penonaktifan Sementara (Suspend)

Akun PKP

a. Penyelesaian klarifikasi terhadap penonaktifan sementara (suspend) Akun

PKP dilakukan berdasarkan permohonan PKP.

b. Dalam hal Wajib Pajak juga dilakukan penonaktifan sementara (suspend)

Akun PKP karena Wajib Pajak terindikasi sebagai penerbit Faktur Pajak

Tidak Sah dan/atau Wajib Pajak terindikasi sebagai pengguna Faktur

Pajak Tidak Sah, KPP meminta Wajib Pajak juga melakukan klarifikasi ke

Kanwil DJP untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Dalam hal penyampaian klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a

diajukan setelah Wajib Pajak pindah ke KPP lain, klarifikasi tersebut

diselesaikan oleh KPP Baru.

d. Terhadap klarifikasi yang disampaikan PKP, KPP melakukan penelitian

administrasi dan membuat Laporan Hasil Penelitian Klarifikasi Terhadap

Penonaktifan Sementara Akun Pengusaha Kena Pajak.

e. Penelitian administrasi dilakukan untuk memastikan bahwa PKP telah

melakukan:

1) penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menjadi kriteria

penonaktifan sementara, termasuk pembayaran pajak, dalam hal terdapat pajak

yang tidak atau kurang dibayar; dan

2) pelunasan atas sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang KUP dan/atau sanksi administrasi berupa

bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-Undang KUP,

dalam hal terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar berdasarkan

penyampaian SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai yang menjadi kriteria

penonaktifan sementara.

f. Berdasarkan LHPt, KPP menindaklanjuti dengan:

1) melakukan pengaktifan kembali Akun PKP dan memberitahukan kepada PKP

secara elektronik atau tertulis, dalam hal klarifikasi diterima; atau

Page 27: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

2) melakukan pencabutan pengukuhan PKP, dalam hal klarifikasi ditolak.

g. Tata Cara Penyelesaian Klarifikasi Terhadap Penonaktifan Sementara

Akun PKP dan contoh format Laporan Hasil Penelitian Klarifikasi

Terhadap Penonaktifan Sementara Akun Pengusaha Kena Pajak

sebagaimana dimaksud pada huruf d tercantum dalam Lampiran Angka

XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur

Jenderal ini.

16. Pencabutan Pengukuhan PKP

a. Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan berdasarkan permohonan PKP

atau secara jabatan.

b. Permohonan Pencabutan Pengukuhan PKP yang diajukan secara langsung

ke KP2KP tempat PKP dikukuhkan akan diteruskan ke KPP Wajib Pajak

terdaftar dengan mengunggah (upload) formulir dan dokumen pendukung

melalui Aplikasi Registrasi.

c. BPE atau BPS diberikan, dalam hal Wajib Pajak menyampaikan Formulir

Pencabutan Pengukuhan PKP dan dokumen pendukung dengan benar dan

lengkap.

d. Pencabutan Pengukuhan PKP berdasarkan permohonan dilakukan

berdasarkan pemeriksaan.

e. Berdasarkan hasil pemeriksaan, KPP memberikan keputusan berupa:

1) menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan PKP dalam hal permohonan

pencabutan pengukuhan PKP diterima; atau

2) menerbitkan Surat Penolakan Pencabutan Pengukuhan PKP dalam hal

permohonan pencabutan pengukuhan PKP ditolak,

dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal penerbitan

BPE atau BPS.

f. Penerbitan Surat Pencabutan Pengukuhan PKP yang melewati jangka

waktu dituangkan dalam Berita Acara Pencabutan Pengukuhan PKP

Melewati Batas Waktu.

g. Pencabutan Pengukuhan PKP secara jabatan dilakukan berdasarkan hasil

pemeriksaan atau hasil penelitian administrasi.

h. Pemeriksaan dalam rangka pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan

dilakukan melalui Pemeriksaan Tujuan Lain oleh Petugas Pemeriksa

Pajak.

i. Penelitian administrasi dalam rangka pencabutan pengukuhan PKP secara

jabatan dilakukan oleh AR Seksi Waskon II/III/IV atau AR Seksi Eksten,

yang dituangkan dalam Laporan Hasil Penelitian Pencabutan Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak.

j. Petugas Pemeriksa Pajak atau AR Seksi Waskon II/III/IV atau AR Seksi

Eksten yang mengusulkan pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan

harus mengisi dan menandatangani Formulir Pencabutan Pengukuhan

PKP yang akan direkam oleh Petugas Pendaftaran pada Aplikasi

Registrasi.

k. Pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan bagi PKP yang:

1) dikukuhkan berdasarkan permohonan namun tidak menyampaikan permintaan

aktivasi Akun PKP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak dikukuhkan

sebagai PKP, dilakukan melalui penelitian administrasi berdasarkan daftar

Page 28: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

nominatif yang diterima dari Seksi Pelayanan;

2) tidak menyampaikan klarifikasi terhadap penonaktifan sementara Akun PKP

dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak penonaktifan sementara Akun PKP,

dilakukan melalui penelitian administrasi berdasarkan daftar nominatif yang

diterima dari Seksi Pelayanan.

l. Pencabutan pengukuhan PKP Pusat untuk Wajib Pajak Badan hanya dapat

dilakukan apabila telah dilakukan pencabutan pengukuhan seluruh PKP

Cabang.

m. Dalam hal terdapat PKP Cabang dari Wajib Pajak Badan yang terdaftar di

KPP yang berbeda, KPP tempat PKP Pusat terdaftar meminta KPP tempat

PKP Cabang terdaftar untuk melakukan pencabutan pengukuhan PKP

Cabang secara jabatan.

n. Termasuk dalam pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan adalah

pencabutan pengukuhan PKP yang dilakukan oleh DJP dalam rangka

pembenahan basis data perpajakan. Pencabutan pengukuhan PKP secara

jabatan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan atau hasil penelitian

administrasi sesuai data dan/atau informasi yang dimiliki atau diperoleh

Direktorat Jenderal Pajak, termasuk data dan/atau informasi yang

diperoleh dari kegiatan ekstensifikasi. Pencabutan pengukuhan PKP

secara jabatan dapat dilakukan tanpa dilengkapi dokumen pendukung.

0. Tata Cara Pencabutan Pengukuhan PKP serta contoh format Laporan

Hasil Penelitian Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan

Berita Acara Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak Melewati

Batas Waktu tercantum dalam Lampiran Angka XIV yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

17. Pembatalan Pencabutan Pengukuhan PKP

a. Pembatalan pencabutan pengukuhan PKP dilakukan berdasarkan

klarifikasi PKP dan secara jabatan.

b. Dalam hal penyampaian klarifikasi diajukan setelah PKP pindah ke KPP

lain, klarifikasi tersebut diselesaikan oleh KPP Baru.

c. Terhadap klarifikasi yang disampaikan PKP, KPP melakukan penelitian

administrasi dan membuat Laporan Hasil Penelitian Klarifikasi Terhadap

Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

d. Berdasarkan LHPt sebagaimana dimaksud pada huruf c, KPP

menindaklanjuti dengan:

1) menerbitkan Surat Pembatalan Pencabutan Pengukuhan PKP dan Berita Acara

Pembatalan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, dalam hal

klarifikasi diterima; atau

2) menerbitkan Surat Pemberitahuan Penolakan Pembatalan Pencabutan

Pengukuhan PKP dalam hal klarifikasi ditolak.

e. Pembatalan pencabutan pengukuhan PKP secara jabatan dilakukan

terhadap PKP yang pernah dilakukan Pencabutan Pengukuhan PKP

berdasarkan Laporan Hasil Penelitian Pembatalan Pencabutan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak atau yang menunjukkan bahwa PKP

sebenarnya masih memenuhi ketentuan sebagai PKP sehingga tidak

seharusnya dilakukan pencabutan pengukuhan PKP.

f. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada huruf e, KPP

menerbitkan Surat Pembatalan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena

Page 29: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

Pajak. Dengan terbitnya Surat Pembatalan Pencabutan Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak, Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang

telah dicabut dinyatakan tetap berlaku.

g. Tata Cara Pembatalan Pencabutan Pengukuhan PKP serta contoh format

Laporan Hasil Penelitian Pembatalan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak dan Berita Acara Pembatalan Pencabutan Pengukuhan

Pengusaha Kena Pajak, tercantum dalam Lampiran Angka XV yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal

ini.

18. Penetapan Tempat Tinggal atau Tempat Kedudukan Wajib Pajak

a. Penetapan tempat tinggal dan tempat kedudukan Wajib Pajak dilakukan

secara jabatan.

b. Dalam hal tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi atau tempat

kedudukan Wajib Pajak Badan berada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah

kerja KPP dalam 1 (satu) wilayah kerja Kanwil DJP, penyelesaian

penetapan tempat tinggal dan tempat kedudukan Wajib Pajak dilakukan

pada Seksi Bimbingan Pendaftaran Kanwil DJP.

c. Dalam hal tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi atau tempat

kedudukan Wajib Pajak Badan berada dalam 2 (dua) atau lebih wilayah

kerja Kanwil DJP, penyelesaian penetapan tempat tinggal dan tempat

kedudukan Wajib Pajak dilakukan pada Direktorat Ekstensifikasi dan

Penilaian berdasarkan persetujuan direktorat terkait di KPDJP.

d. KPP dapat mengusulkan penetapan tempat tinggal Wajib Pajak orang

pribadi dan tempat kedudukan Wajib Pajak Badan, dalam hal terdapat data

dan/atau informasi yang menunjukan tempat tinggal atau tempat

kedudukan Wajib Pajak berada di 2 (dua) atau lebih wilayah KPP dan

tidak dapat ditentukan tempat sesuai keadaan sebenarnya.

e. KPP menyampaikan usulan penetapan tempat tinggal atau tempat

kedudukan Wajib Pajak ke Kanwil DJP atau KPDJP sesuai dengan

kewenangan masing-masing.

f. Jangka waktu penyelesaian penetapan tempat tinggal atau tempat

kedudukan Wajib Pajak yaitu 1 (satu) bulan setelah usulan diterima

Kanwil DJP atau Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian.

g. Tata Cara Penetapan Tempat Tinggal atau Tempat Kedudukan Wajib

Pajak serta contoh format Surat Penetapan Tempat Tinggal atau Tempat

Kedudukan Wajib Pajak tercantum dalam Lampiran Angka XVI yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur

Jenderal ini.

19. Permintaan Kembali Kartu NPWP, SKT, dan/atau SPPKP

a. Permintaan kembali Kartu NPWP, SKT dan/atau SPPKP dilakukan

berdasarkan permohonan Wajib Pajak.

b. Permintaan kembali Kartu NPWP, SKT dan/atau SPPKP merupakan

permintaan cetak ulang Kartu NPWP, SKT, dan/atau SPPKP atau

pengiriman ulang dokumen tersebut dalam bentuk elektronik, yang

dilakukan dengan menyampaikan Formulir Permintaan Kembali.

c. Formulir Permintaan Kembali Kartu NPWP dan/atau SKT dan/atau

SPPKP ditandatangani dengan ketentuan sebagai berikut:

1) dalam hal permohonan diajukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, formulir

Page 30: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

ditandatangani oleh Wajib Pajak bersangkutan;

2) dalam hal permohonan diajukan oleh Wajib Pajak Badan, formulir

ditandatangani oleh salah satu pengurus dari Wajib Pajak bersangkutan; atau

3) dalam hal permohonan diajukan oleh Wajib Pajak Instansi Pemerintah,

formulir ditandatangani oleh pejabat Instansi Pemerintah.

d. Permintaan kembali Kartu NPWP, SKT, dan/atau SPPKP ditindaklanjuti

sepanjang dilengkap dengan dokumen yang sama dengan yang

disyaratkan sebagai kelengkapan permohonan pendaftaran dan:

1) dalam hal permohonan disebabkan Kartu NPWP, SKT dan/atau SPPKP

mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan cetak ulang, Kartu NPWP,

SKT, dan/atau SPPKP tersebut diserahkan pada Petugas Pendaftaran pada KPP

atau KP2KP; atau

2) dalam hal permohonan disebabkan Kartu NPWP, SKT, dan/atau SPPKP

hilang, maka Wajib Pajak melampiri permohonan Permintaan Kembali dengan

surat pernyataan kehilangan.

e. Dalam hal data yang terdapat dalam administrasi perpajakan berbeda

dengan data sebenarnya pada saat permintaan kembali Kartu NPWP, SKT,

dan/atau SPPKP, KPP melakukan perubahan data Wajib Pajak

berdasarkan permohonan atau secara jabatan.

f. Data dan/atau informasi Wajib Pajak dan/atau PKP yang tertera dalam

Kartu NPWP, SKT, dan/atau SPPKP hasil cetak atau pengiriman ulang

adalah sesuai dengan data pada sistem informasi DJP pada saat tanggal

cetak atau pengiriman ulang.

g. Permohonan permintaan kembali Kartu NPWP untuk Wajib Pajak orang

pribadi dilakukan dengan dengan menunjukkan KTP asli Wajib Pajak

orang pribadi yang bersangkutan.

h. Jangka waktu penyelesaian pelayanan Permintaan kembali Kartu NPWP,

SKT, dan/atau SPPKP yaitu paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah BPS

diterbitkan.

i. Tata Cara Permintaan kembali Kartu NPWP, SKT, dan/atau SPPKP

tercantum dalam Lampiran Angka XVII yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur Jenderal ini.

20 Pelayanan Dalam Keadaan Kahar

a. Keadaan kahar adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan

manusia dan diketahui secara luas, seperti perang, kerusuhan sipil,

pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran, dan bencana

alam, atau keadaan dimana KPP atau KP2KP tidak memungkinkan untuk

menjalankan prosedur dan memenuhi jangka waktu penyelesaian yang

disebabkan oleh sesuatu dan lain hal yang berada di luar kuasa KPP atau

KP2KP, seperti gangguan sistem informasi Direktorat Jenderal Pajak,

terputusnya jaringan internet, dan listrik padam.

b. KPP dan KP2KP membuat Pengumuman Mengenai Keadaan Kahar dan

memasangnya di tempat yang mudah terbaca sebagai pemakluman

kepada publik.

c. Dalam hal Keadaan Kahar mengakibatkan gangguan pada Aplikasi

Registrasi secara nasional, Keadaan Kahar diumumkan di situs Direktorat

Jenderal Pajak (http://www.pajak.go.id).

d. Terhadap keadaan kahar sebagaimana dimaksud pada huruf c, Dirjen

Page 31: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

Pajak berwenang memutuskan kebijakan khusus yang diperlukan untuk

mendukung kelancaran pelayanan kepada Wajib Pajak.

e. Terhadap permohonan yang diterima KP2KP dalam keadaan kahar dan

Wajib Pajak memilih agar permohonan diteruskan ke KPP tempat Wajib

Pajak terdaftar, KP2KP menerbitkan Tanda Terima dan meneruskan

permohonan ke KPP tempat Wajib Pajak terdaftar dengan dilengkapi

Surat Pengantar Faksimile.

f. Tata cara penyelesaian pelayanan dalam keadaan kahar dan contoh format

Tanda Terima, Surat Pengantar Faksimile, dan Pengumuman Mengenai

Keadaan Kahar tercantum dalam Lampiran Angka XVIII yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Direktur

Jenderal ini.

F. Ketentuan Lain

1. Dokumen sebagai berikut:

a. Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak;

b. Formulir Permohonan Pengukuhan PKP;

c. Formulir Permohonan Perubahan Data;

d. Formulir Pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar; dan

e. formulir lain sebagaimana ditetapkan dalam:

1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara

Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan

Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013; dan

2) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013

tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,

Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor

Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta

Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013, dapat tetap

digunakan sampai dengan 2 (dua) bulan sejak Surat Edaran Dlrektur

Jenderal Pajak ini berlaku.

2. Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan permohonan dengan menggunakan

bentuk formulir lama sebagaimana dimaksud pada angka 1, Petugas

Pendaftaran melengkapi isian pada Aplikasi Registrasi berdasarkan dokumen

yang disampaikan Wajib Pajak.

3. Unit Kepatuhan Internal melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

prosedur administrasi NPWP, Sertifikat Elektronik, dan pengukuhan PKP

dalam Surat Edaran Direktur Jenderal ini,

4. Terhadap data dan/atau informasi yang dihasilkan dari prosedur berdasarkan

Surat Edaran Direktur Jenderal ini, unit yang memiliki tugas dan fungsi

penjaminan kualitas data dapat menindaklanjuti data dan/atau informasi

tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Dengan berlakunya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini, Surat Edaran

Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-60/PJ/2013 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013

Page 32: PER-04/PJ/2020 · NOMOR SE-27/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2020 TENTANG PETUNJUK TEKNIS ... dengan Undang-Undang Nomor 36

tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,

Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan

Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena

Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Demikian Surat Edaran Direktur Jenderal ini disampaikan untuk diketahui dan

dilaksanakan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 30 April 2020

DIREKTUR JENDERAL,

ttd

SURYO UTOMO