Penyusutan Aset Tetap Pemerintah - Margono - Edit by Taufik

7
1 PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH Oleh Margono WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Abstract Salah satu point temuan Badan Pemeriksa Keuangan atas pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010 mengatakan bahwa Aset Tetap dalam LKPP tahun 2010 belum didepresiasi yang disebabkan antara lain peraturan dan kebijakan penerapan penyusutan serta umur manfaat dari masing-masing kelompok aset tetap belum ditetapkan. Terdapat perbedaan pengertian penyusutan aset tetap berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) berbasis akrual dan menurut PSAP berbasis Kas Menuju Akrual. Menurut PSAP berbasis akrual, penyusutan dipandang sebagai alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Sementara itu berdasarkan PSAP berbasis Kas Menuju Akrual penyusutan dipandang sebagai penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Untuk menerapkan penyusutan tersebut PSAP telah memberi pilihan metode yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun ganda serta metode unit produksi (unit of production method). Untuk penyusunan LKPP, dengan PMK no 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat, telah menetapkan penggunaan metode garis lurus. Metode ini adalah metode yang paling sederhana dalam penerapanya. Untuk menghitung penyusutan disamping harus ada data mengenai nilai yang dapat disusutkan, juga harus ditentukan masa manfaat dari masing-masing aset tetap. Untuk itu telah diterbitkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat. Tulisan ini mendeskripsikan pengertian dari penyusutan aset tetap dan manfaatnya, aset yang disusutkan, metode penyusutan serta perlakuan penyusutan dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah. Tulisan ini tidak menguraikan teknis perhitungan penyusutan atas aset tetap Pemerintah Pusat. 1. Pengertian, alasan serta manfaat Penyusutan Aset Tetap Dalam kajian teori akuntansi, terdapat pertanyaan yang harus dijawab agar kita dapat mendefinisikan secara tepat pengertian penyusutan. Pertanyaan tersebut adalah kenapa aset tetap harus disusutkan. Terhadap pertanyaan ini terdapat beberapa jawaban yang mungkin diberikan. Jawaban yang pertama mengatakan bahwa aset tetap perlu disusutkan karena aset tetap dengan berlalunya waktu akan mengalami penurunan kapasitas dalam memberikan jasa. Jawaban kedua atas pertanyaan yang sama adalah agar suatu entitas mengalokasikan cost dari aset tetap ke masa manfaat dari aset tetap yang bersangkutan. Mungkin masih ada jawaban lain yang relevan, namun dalam tulisan ini hanya akan dibahas kedua jawaban di atas. Kedua jawaban yang

description

Penyusutan Aset Tetap Pemerintah

Transcript of Penyusutan Aset Tetap Pemerintah - Margono - Edit by Taufik

  • 1

    PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH

    Oleh

    Margono

    WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

    Abstract

    Salah satu point temuan Badan Pemeriksa Keuangan atas pemeriksaan terhadap Laporan

    Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2010 mengatakan bahwa Aset Tetap dalam LKPP

    tahun 2010 belum didepresiasi yang disebabkan antara lain peraturan dan kebijakan penerapan

    penyusutan serta umur manfaat dari masing-masing kelompok aset tetap belum ditetapkan.

    Terdapat perbedaan pengertian penyusutan aset tetap berdasarkan Pernyataan Standar

    Akuntansi Pemerintahan (PSAP) berbasis akrual dan menurut PSAP berbasis Kas Menuju

    Akrual. Menurut PSAP berbasis akrual, penyusutan dipandang sebagai alokasi yang sistematis atas

    nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang

    bersangkutan. Sementara itu berdasarkan PSAP berbasis Kas Menuju Akrual penyusutan dipandang

    sebagai penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset.

    Untuk menerapkan penyusutan tersebut PSAP telah memberi pilihan metode yaitu metode garis

    lurus, metode saldo menurun ganda serta metode unit produksi (unit of production method). Untuk

    penyusunan LKPP, dengan PMK no 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara

    Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat, telah menetapkan penggunaan metode garis

    lurus. Metode ini adalah metode yang paling sederhana dalam penerapanya. Untuk menghitung

    penyusutan disamping harus ada data mengenai nilai yang dapat disusutkan, juga harus

    ditentukan masa manfaat dari masing-masing aset tetap. Untuk itu telah diterbitkan Keputusan

    Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat.

    Tulisan ini mendeskripsikan pengertian dari penyusutan aset tetap dan manfaatnya, aset

    yang disusutkan, metode penyusutan serta perlakuan penyusutan dalam penyusunan laporan

    keuangan pemerintah. Tulisan ini tidak menguraikan teknis perhitungan penyusutan atas aset

    tetap Pemerintah Pusat.

    1. Pengertian, alasan serta manfaat Penyusutan Aset Tetap

    Dalam kajian teori akuntansi, terdapat pertanyaan yang harus dijawab agar kita dapat

    mendefinisikan secara tepat pengertian penyusutan. Pertanyaan tersebut adalah kenapa aset tetap

    harus disusutkan. Terhadap pertanyaan ini terdapat beberapa jawaban yang mungkin diberikan.

    Jawaban yang pertama mengatakan bahwa aset tetap perlu disusutkan karena aset tetap dengan

    berlalunya waktu akan mengalami penurunan kapasitas dalam memberikan jasa. Jawaban kedua

    atas pertanyaan yang sama adalah agar suatu entitas mengalokasikan cost dari aset tetap ke masa

    manfaat dari aset tetap yang bersangkutan. Mungkin masih ada jawaban lain yang relevan,

    namun dalam tulisan ini hanya akan dibahas kedua jawaban di atas. Kedua jawaban yang

  • 2

    merupakan alasan dilakukan penyusutan atas aset tetap tersebut dapat dijadikan acuan dalam

    merumuskan pengertian penyusutan aset tetap.

    Jika alasan dilakukan penyusutan aset tetap adalah adanya penurunan kapasitas, maka

    mengarahkan perumusan pengertian penyusutan sebagai penyesuaian nilai sehubungan dengan

    penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Pengertian ini dianut oleh PMK no

    1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas

    Pemerintah Pusat yang mengatakan bahwa penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan

    dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Demikian juga dengan PP 71 tahun

    2010 lampiran II juga menganut pengertian penyusutan seperti di atas. Secara jelas paragraph 5

    mengatakan bahwa Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan

    kapasitas dan manfaat dari suatu aset. Lampiran II PP 71 tahun 2010 merupakan prinsip akuntansi pemerintahan dengan dasar kas menuju akrual.

    Dalam berbagai literatur akuntansi komersial penyusutan didefinisikan sebagai alokasi

    yang sistematis dan rasional atas nilai yang dapat disusutkan atas tetap ke masa manfaat dari aset

    tetap tersebut. Seirama dengan itu Penyataan Standar Akuntansi Pemerintahan no 7 yang

    terdapat dalam Lampiran I PP 71 tahun 2010 juga menganut pemahaman seperti itu. Paragrap 8

    PSAP no 7 yang terdapat dalam lampiran I PP 71 tahun 2010 mendefinisikan penyusutan sebagai alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa

    manfaat aset yang bersangkutan. Lampiran I PP 71 tahun 2010 berisi PSAP berbasis akrual.

    Sesuai dengan Pasal 38 PP 6 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan PP 38 tahun

    2008, penetapan nilai Barang Milik Negara dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat

    dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan. Selanjutnya berdasarkan

    Standar Akuntansi Pemerintahan, aset tetap di neraca disajikan sebesar biaya perolehan aset

    tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.

    Sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, paragraph 16 (Lampiran I

    PP 71 tahun 2010), Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa jenis aset tertentu seperti

    tanah, mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan

    kapasitas dan manfaat dari suatu aset dilakukan penyesuaian nilai.

    Penyusutan ini diberlakukan baik barang yang berada dalam penguasaan pengguna

    barang, barang yang berada dalam pengelolaan pengelola barang serta barang yang dimanfaatkan

    dalam rangka pengelolaan BMN.

    Penyusutan Aset Tetap ini memiliki tujuan antara lain :

    a. menyajikan nilai aset tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan

    keuangan pemerintah pusat;

    b. mengetahui potensi BMN dengan memperkirakan sisa masa manfaat suatu BMN yang masih

    dapat diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa tahun kedepan;

    c. memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja

    pemeliharaan atau belanja modal untuk mengganti atau menambah aset tetap yang sudah

    dimiliki.

    2. Obyek Penyusutan

    Baik di sektor swasta maupun sektor pemerintahan, tidak semua aset tetap harus

    disusutkan. Aset tetap yang disusutkan adalah aset tetap yang memilki masa manfaat terbatas.

    Tanah yang umumnya diyakini memiliki masa manfaat yang tidak terbatas tidak disusutkan.

  • 3

    Untuk Aset tetap yang termasuk Barang Milik Negara, sesuai dengan PMK no 1/PMK.06/2013,

    aset tetap yang disusutkan adalah :

    a. gedung dan bangunan

    b. peralatan dan mesin

    c. Jalan, Irigasi dan Jaringan, dan

    d. Aset tetap lainnya berupa aset tetap renovasi dan alat musik modern. Aset tetap renovasi

    adalah renovasi atas aset tetap bukan milik suatu satuan kerja atau satuan kerja pemerintah

    daerah yang memenuhi persyaratan kapitalisasi.

    Aset tetap yang direklasifikasikan sebagai aset lainnya dalam neraca berupa aset

    kemitraan dengan fihak ketiga dan aset idle disusutkan sebagaimana layaknya aset tetap.

    Aset tetap yang tidak disusutkan adalah :

    a. Aset tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber yang sah dan telah diusulkan

    kepada pengelola barang untuk dilakukan penghapusannya, dan

    b. Aset tetap dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada pengelola

    barang untuk dilakukan penghapusanya.

    Berdasarkan PMK no 1/PMK.06/2013, aset tetap yang hilang berdasarkan dokumen

    sumber yang sah dan telah diusulkan kepada pengelola untuk dilakukan penghapusannya,

    diperlakukan sbb.:

    a. direklasifikasi ke dalam daftar barang hilang;

    b. Tidak dicantumkan dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Laporan Barang Pengguna,

    Laporan Barang Milik Negara (LBMN), serta Neraca; dan

    c. Diungkapkan dalam catatan atas Laporan Keuangan.

    Selanjutnya jika SK Penghapusan telah diterbitkan, maka BMN tersebut dihapus dari Daftar

    Barang Hilang.

    Dalam hal aset tetap yang sebelumnya dinyatakan hilang dan telah diusulkan

    penghapusannya kepada pengelola Barang, dikemudian hari ditemukan, maka terhadap aset

    tersebut direklasifikasi dari Daftar Barang Hilang ke akun aset tetap dan disusutkan

    sebagaimana layaknya aset tetap. Untuk aset tetap yang memiliki bukti kepemilikan, aset tetap

    tersebut perlu dilakukan penilaian setelah aset tetap tersebut ditemukan. Apabila aset tetap

    tersebut tidak memiliki bukti kepemilikan, maka nilai akumulasi penyusutan atas aset tetap

    tersebut disajikan sebesar nilai akumulasi penyusutan saat sebelum dilakukan reklasifikasi ke

    Daftar Barang Hilang dan akumulasi penyusutan selama periode dimana aset tetap bersangkutan

    dicatat pada Daftar Barang Hilang

    Aset tetap dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada

    pengelola Barang untuk dihapuskan diperlakukan sebagai berikut :

    a. direklasifikasi ke dalam Daftar Barang Yang Rusak Berat;

    b. Tidak dicantumkan dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Laporan Barang Pengguna,

    Laporan Barang Milik Negara (LBMN), serta Neraca; dan

    c. Diungkapkan dalam catatan atas Laporan Keuangan.

  • 4

    3. Metode Penyusutan

    Banyak metode penyusutan yang dapat digunakan. Sebenarnya entitas pelaporan diberi

    beberapa pilihan metode untuk penyusutan aset tetap. Pernyataan Standar Akuntansi

    Pemerintahan (PSAP) no 7 baik yang berbasis akrual (lampiran I PP 71/2010) maupun PSAP no

    7 berbasis Kas Menuju Akrual telah mengamanatkan kepada entitas pelaporan untuk

    menggunakan : (a) Metode garis lurus (straight line method); atau (b) Metode saldo menurun

    ganda (double declining balance method) serta (c) Metode unit produksi (unit of production

    method), Untuk Pemerintah Pusat, sesuai dengan PMK 01/PMK.06/2013 pasal 18 ayat 1, metode

    penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus. Formula penghitungan penyusutan

    dengan metode garis lurus sesuai dengan lampiran PMK 01/PMK.06/2013 tersebut adalah :

    Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan

    Masa manfaat

    Nilai yang dapat disusutkan adalah nilai buku per 31 Desember 2012 untuk aset tetap

    yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2012. Sedangkan yang dimaksud dengan Nilai buku

    adalah nilai yang tercatat dalam pembukuan. Untuk aset yang diperoleh setelah 31 Desember

    2012, nilai yang dapat disusutkan adalah nilai perolehan. Jika nilai perolehan tidak diketahui,

    maka digunakan nilai wajar yang merupakan nilai estimasi.

    Penentuan nilai yang dapat disusutkan tersebut diberlakukan untuk setiap unit aset tanpa

    nilai residu. Nilai yang dapat disusutkan didasarkan pada nilai buku semesteran dan tahunan,

    kecuali untuk penyusutan pertama kali, didasarkan pada nilai buku akhir tahun pembukuan

    sebelum diberlakukannya penyusutan.

    4. Masa Manfaat

    Penentuan masa manfaat aset tetap dilakukan dengan memperhatikan factor-faktor prakiraan

    daya pakai dan tingkat keausan fisik dan /atau keuasangan dari aset tetap yang bersangkutan.

    Menentukan masa manfaat seharusnya juga memperhatikan peraturan yang terkait dengan

    penggunaan suatu aset. Misalkan penggunaan kendaraan bermotor di suatu Negara dibatasi

    hanya 5 tahun, tentunya kendaraan bermotor yang dikuasai oleh Kantor Perwakilan Republik

    Indonesia di Negara tersebut tidak akan ditentukan masa manfaatnya lebih dari 5 tahun.

    Walaupun penghapusan BMN belum terlihat korelasinya dengan penentuan masa manfaat dari

    BMN yang bersangkutan, namun jika diperhatikan PMK Nomor 169/PMK.06/2010 Tentang

    Tata cara Penghapusan BMN pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, penghapusan

    BMN berupa kendaraan juga sudah memperhatikan ketentuan penggunaan kendaraan bermotor

    di Negara yang bersangkutan.

    Penentuan masa manfaat aset tetap dilakukan untuk setiap unit aset tetap dan berpedoman

    pada Tabel Masa Manfaat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama

    Menteri Keuangan.

  • 5

    Perbaikan aset tetap dapat menambah masa manfaat, kualitas atau kapasitas aset tetap

    yang bersangkutan. Perbaikan tersebut meliputi :

    a. renovasi, merupakan kegiatan penambahan, perbaikan dan/atau penggantian bagian aset tetap

    dengan maksud meningkatkan masa manfaat, kualitas dan/atau kapasitas

    b. restorasi, kegiatan perbaikan aset tetap yang rusak dengan tetap mempertahankan

    arsitekturnya

    c. overhaul, kegiatan penambahan, perbaikan, dan/atau penggantian bagian peralatan mesin

    dengan maksud meningkatkan masa manfaat, kualitas, dan / atau kapasitas.

    Perubahan masa manfaat karena perbaikan sebagaimana disajikan di atas berpedoman

    pada Tabel Masa Manfaat Aset Tetap Akibat Perbaikan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

    Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan. Menteri Keuangan telah menerbitkan Peraturan

    Menteri Keuangan tentang tabel masa manfaat aset tetap.

    5. Penghitungan Penyusutan

    Penghitungan penyusutan dilakukan untuk setiap unit aset tetap (kecuali aset yang hanya

    dapat digunakan bersamaan dengan aset lain) dan dilakukan oleh Kuasa Pengguna

    Barang/Pembantu Kuasa Pengguna Barang (dalam hal dalam Kuasa Pengguna Barang terdapat

    Pembantu Kuasa Pengguna Barang).

    Dilihat dari kapan mulai dan berakhirnya penyusutan, penyusutan dilakukan sejak

    perolehan sampai berakhirnya masa manfaat aset tetap yang bersangkutan. Penyusutan

    dilakukan setiap semester. Hasil perhitungan dibulatkan ke rupiah penuh.

    6. Perlakuan Akuntansi atas Penyusutan

    Terdapat sedikit perbedaan perlakuan atas penyusutan dengan menggunakan PSAP

    berbasis akrual dengan PSAP berbasis Kas Menuju Akrual. Jika entitas pelaporan menggunakan

    basis akrual besarnya penyusutan untuk suatu tahun akan dicatat dengan mendebit akun beban

    penyusutan dan mengkredit akun akumulasi penyusutan. Saldo akun beban penyusutan pada

    akhir tahun akan dilaporkan sebagai beban operasional dalam Laporan Operasional (LO),

    sementara itu saldo akun akumulasi penyusutan (yang menunjukkan besarnya penyusutan dari

    awal pemakaian aset tetap tersebut sampai akhir tahun yang berjalan) dilaporkan di neraca

    sebagai pengurang dari nilai perolehan aset tetap yang bersangkutan.

    Jika entitas pelaporan menerapkan dasar kas menuju akrual, entitas pelaporan tidak

    menyusun laporan operasional, oleh karena itu besarnya penyusutan untuk setiap tahun akan

    diperlakukan dengan mendebit akun Diinvestasikan dalam aset tetap dan mengkredit akun

    Akumulasi Penyusutan. Akun Diinvestasikan dalam aset tetap adalah akun ekuitas sehingga jika

    akun ini didebit berarti mengurangi jumlah ekuitas. Sementara itu akun akumulasi penyusutan

    adalah akun pengurang dari akun aset tetap sehingga jika akun ini dikredit, maka nilai aset tetap

    secara neto telah berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan dengan dasar Kas menuju akrual,

    besarnya penyusutan diperlakukan sebagai pengurangan terhadap aset dan ekuitas.

  • 6

    Penyusutan tersebut diakumulasikan setiap semester dan dicatat dalam akun Akumulasi

    Penyusutan. Di Neraca, Akumulasi Penyusutan tersebut disajikan sebagai pengurang nilai aset

    tetap dan pengurang dari nilai pos Diinvestasikan Dalam Aset Tetap. Pencatatan penyusutan aset

    tetap dalam neraca dilakukan sejak perolehan sampai dengan aset tetap tersebut dihapuskan.

    PMK no 1/PMK.06/2013 masih menggunakan dasar kas menuju akrual perlakuan

    sebagaimana dijelaskan di atas. Jika pemerintah sudah menerapkan dasar akrual sebagaimana

    diatur dalam Lampiran I PP 71 tahun 2010 perlakuan penyusutan akan berbada. Jika pemerintah

    sudah menggunakan dasar akrual, maka pencatatan penyusutan akan dilakukan dengan mencatat

    Beban Penyusutan dan menambah saldo akun Akumulasi Penyusutan. Selanjutnya sesuai dengan

    PSAP no 7 berbasis akrual, Paragraf 54, dikatakan bahwa Nilai penyusutan untuk masing-masing

    periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan

    dalam laporan operasional. Walau bunyi paragraph standar seperti tersebut, penulis berpendapat

    bahwa yang diperlakukan sebagai pengurang nilai aset tetap di neraca adalah nilai akumulasi

    (kumpulan) dari penyusutan sampai dengan tanggal pelaporan. Dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa beban penyusutan tersebut akan dilaporkan dalam laporan operasional

    sebagai beban operasional. Sementara itu Akumulasi penyusutan sampai akhir tahun berjalan

    akan dilaporkan di neraca sebagai pengurang dari nilai aset tetap, sehingga nilai yang tersaji di

    neraca adalah nilai bukunya.

    7. Penyusutan atas aset yang diperoleh sebelum Januari 2013

    Penyusutan atas aset tetap yang diperoleh sebelum PMK 01/PMK.06/2013 akan

    diperlakukan sebagai koreksi penyusutan aset tetap. Koreksi ini dilaporkan pada tahun

    diberlakukannya penyusutan aset tetap ini. Di neraca, koreksi ini akan dilaporkan sebagai

    penambah nilai akumulasi penyusutan dan pengurang nilai ekuitas dana. Penghitungan

    penyusutan atas aset tetap ini dilakukan dengan mengikuti peraturan menteri keuangan.

    8. Perlakuan atas aset tetap yang sudah disusutkan penuh

    Aset tetap yang seluruh nilainya telah disusutkan yang secara teknis masih dapat

    dimanfaatkan tetap disajikan di neraca dengan menyajikan dengan menunjukkan nilai perolehan

    dan akumulasi penyusutannya. Aset tetap yang seluruh nilainya telah disusutkan tidak serta

    merta dihapuskan. Penghapusan Aset tetap mengikuti ketentuan peraturan perundang undangan

    di bidang pengelolaan Barang Milik Negara

    DAFTAR PUSTAKA

    Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

    Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

    Milik Negara/Daerah.

  • 7

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 merupakan perubahan dari

    Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

    Pemerintahan

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang

    Penatausahaan BMN

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem

    Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan nomor 233/PMK.05/2011 tentang

    Perubahan Peraturan Menteri Keuangan nomor : PMK 171/PMK.05/2007 tentang Sistem

    Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.06/2013 tentang

    Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat

    Pemerintah Republik Indonesia, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel

    Masa Manfaat.

    Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.06/2010 Tentang

    Tata cara Penghapusan BMN pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri.