Penyusunan Model Pengembangan SI/TI di Keraton...

15
Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO) 1 Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839 Penyusunan Model Pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta Menggunakan TOGAF Michael Bezaleel* 1 , Augie David Manuputty 2 , Andeka Rocky Tanaamah 3 1,2,3 Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga e-mail: * 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrak Keraton Kasunanan Surakarta dipandang perlu untuk melibatkan SI/TI dalam aktivitasnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan serta pelestarian aset kebudayaan Jawa yang dimilikinya. Namun, keterlibatan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta masih sangat minim dan bersifat parsial. Untuk itu, dibutuhkan sebuah perencanaan strategis yang menjadi acuan untuk melakukan pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta. SI/TI yang akan dikembangkan harus memperhatikan metode-metode untuk membangun arsitektur enterprise dimana salah satunya adalah The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Hasil yang diperoleh memperlihatkan secara utuh perencanaan strategis SI/TI yang disusun berdasarkan visi misi serta tujuan baik itu tujuan organisasi maupun tujuan SI/TI Keraton Kasunanan Surakarta. Kata kunci: perencanaan strategis SI/TI, TOGAF, Keraton Kasunanan Surakarta Abstract Kasunanan Surakarta Palace is deemed necessary to involve IT/IS in its activities esspecially related to the management and preservation of its Javanese cultural assets. However, the involvement of IT/IS in Keraton Kasunanan Surakarta is very minimal and partial. Therefor, Kasunanan Surakarta Palace needs a strategic planning that becomes the reference for developing IT/IS in Kasunanan Surakarta

Transcript of Penyusunan Model Pengembangan SI/TI di Keraton...

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

1

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Penyusunan Model Pengembangan SI/TI

di Keraton Kasunanan Surakarta

Menggunakan TOGAF

Michael Bezaleel*1, Augie David Manuputty2, Andeka Rocky Tanaamah3

1,2,3 Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

e-mail: *[email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Keraton Kasunanan Surakarta dipandang perlu untuk melibatkan SI/TI dalam

aktivitasnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan serta pelestarian aset

kebudayaan Jawa yang dimilikinya. Namun, keterlibatan SI/TI di Keraton Kasunanan

Surakarta masih sangat minim dan bersifat parsial. Untuk itu, dibutuhkan sebuah

perencanaan strategis yang menjadi acuan untuk melakukan pengembangan SI/TI di

Keraton Kasunanan Surakarta. SI/TI yang akan dikembangkan harus memperhatikan

metode-metode untuk membangun arsitektur enterprise dimana salah satunya

adalah The Open Group Architecture Framework (TOGAF). Hasil yang diperoleh

memperlihatkan secara utuh perencanaan strategis SI/TI yang disusun berdasarkan

visi misi serta tujuan baik itu tujuan organisasi maupun tujuan SI/TI Keraton

Kasunanan Surakarta.

Kata kunci: perencanaan strategis SI/TI, TOGAF, Keraton Kasunanan Surakarta

Abstract

Kasunanan Surakarta Palace is deemed necessary to involve IT/IS in its

activities esspecially related to the management and preservation of its Javanese

cultural assets. However, the involvement of IT/IS in Keraton Kasunanan Surakarta is

very minimal and partial. Therefor, Kasunanan Surakarta Palace needs a strategic

planning that becomes the reference for developing IT/IS in Kasunanan Surakarta

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

2

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Palace. IT/IS that will be developed, have to pay attention in methods to build

enterprise architecture and one of them is The Open Group Architecture Framework

(TOGAF). The result is an IT/IS strategic planning based on the vision, the mission,

and the goals of the organization and also the objectives of IT/IS Kasunanan

Surakarta Palace.

Keywords: IT/IS strategic planning, TOGAF, Kasunanan Surakarta Palace

1. PENDAHULUAN

Pengembangan dan pelestarian warisan budaya menjadi isu yang masih terus

berkembang pada masa ini. Hal tersebut didasari oleh kesadaran bahwa warisan

budaya merupakan kekayaan peradaban yang tidak ternilai harganya. Kekayaan

budaya, baik yang berbentuk artefak-kebendaan (tangible) maupun yang non-

kebendaan (intangible), sesungguhnya menyimpan potensi luar biasa untuk

dikembangkan [1]. Kesadaran tentang pentingnya warisan budaya tersebut

berdampak pada meningkatnya berbagai usaha untuk mengembangkan dan

melestarikan warisan budaya lokal berdasarkan sebuah konsepsi bahwa warisan

budaya lokal bukan lagi milik masyarakat lokal saja namun merupakan bagian dari

warisan budaya dunia yang dimiliki oleh masyarakat dunia pula.

Di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat

ini, perkembangan dan pelestarian warisan budaya Indonesia tidak lepas dari

perkembangan sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI). Salah satu contohnya

adalah layanan e-ticketing dan web commerce Keraton Kasepuhan Cirebon dalam

rangka menuju world class heritage [2]. Inovasi melalui keterlibatan SI/TI dalam

kebudayaan Indonesia dapat menghubungkan antara warisan budaya Indonesia

dengan masyarakat global. SI/TI dipandang sebagai salah satu solusi dalam

pengembangan dan pelestarian kebudayaan Indonesia.

Kota Surakarta (Solo) adalah sebuah kota dengan sejarah budaya yang tinggi.

Jejak sejarah yang terentang panjang dari masa Kasultanan Pajang dan Kasunanan

Surakarta menjadikan Solo dilimpahi warisan budaya benda dan tak bendawi [3].

Keraton Kasunanan Surakarta menjadi salah satu ikon kebudayaan yang ada di Kota

Solo. Berbagai kekayaan budaya Jawa baik yang bersifat kebendaan maupun non

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

3

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

kebendaan dimiliki oleh Keraton Kasunanan Surakarta dimana keberadaannya

menjadi salah satu aset kebudayaan bagi Kota Solo, bangsa Indonesia, bahkan

masyarakat dunia. Keraton Kasunanan Surakarta merupakan pewaris langsung dari

Kerajaan Mataram sehingga, dengan segala aset kebudayaan Jawa yang dimilikinya,

Keraton Kasunanan Surakarta merupakan pusat kebudayaan Jawa yang masih ada

hingga saat ini.

Keraton Kasunanan Surakarta dipandang perlu untuk melibatkan SI/TI dalam

aktivitasnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan serta pelestarian aset

kebudayaan Jawa yang dimilikinya. Pelibatan SI/TI dapat digunakan untuk

mendokumentasikan benda-benda warisan budaya yang dimiliki oleh Keraton

Kasunanan Surakarta [4]. Di samping itu, SI/TI juga dapat dimanfaatkan sebagai

salah satu solusi untuk mengelola warisan budaya yang bersifat intangible dalam

rangka melestarikan kebudayaan Jawa [5]. Namun, keterlibatan SI/TI di Keraton

Kasunanan Surakarta masih sangat minim dan bersifat parsial serta tidak terdapat

integrasi yang baik. Untuk itu, dibutuhkan sebuah perencanaan strategis yang

menjadi acuan untuk melakukan pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan

Surakarta dalam rangka menuju Pusat Pengembangan Kebudayaan Jawa. SI/TI yang

dikembangkan harus memperhatikan metode-metode untuk membangun arsitektur

enterprise dimana salah satu metode tersebut adalah The Open Group Architecture

Framework (TOGAF).

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan penyusunan

model pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta. Hasil yang diharapkan

dengan adanya model tersebut adalah terdapatnya cetak biru (blueprint)

pengembangan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta yang dapat dijadikan panduan

dan acuan dalam rangka pengembangan dan pelestarian warisan budaya Jawa di

Keraton Kasunanan Surakarta secara terstruktur dan terpadu menuju Pusat

Pengembangan Kebudayaan Jawa.

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

4

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

2. METODE PENELITIAN ATAU PERUMUSAN SOLUSI

Secara lengkap metode serta tahapan yang digunakan untuk melakukan

penelitian tergambarkan pada Gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1 Tahapan Penelitian

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

5

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Pada tahap penelitian 1 (satu), peneliti akan berpedoman pada metodologi

perencanaan strategis sistem informasi dimana akan dilakukan analisis lingkungan

bisnis dan lingkungan SI/TI internal dan eksternal organisasi terlebih dahulu. Pada

tahap 2 (dua) sampai tahap 4 (empat) peneliti menggunakan metodologi TOGAF.

Tahap 1 dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi

organisasi dan proses tata kerja yang yang ada dalam lingkup Keraton Kasunanan

Surakarta. Tahap ini merupakan bagian dari fase 1 metodologi TOGAF, yakni

menelaah kebutuhan organisasi. Masukan yang diperlukan dalam tahap ini

diperoleh dari visi dan misi organisasi keraton kasunanan Surakarta, khususnya pada

proses operasional di bidang tata kerja serta konteks kebudayaan yang akan

diangkat serta teknologi informasi yang saat ini ada didalamnya. Hasil akhir dari

tahap ini adalah penggambaran keadaan organisasi Keraton Kasunanan Surakarta

dan SI/TI yang saat ini diterapkan termasuk kebutuhan organisasi di masa depan dan

peluang pemanfaatan SI/TI dalam organisasi. Untuk memperoleh keluaran tersebut,

akan dilakukan langkah-langkah yaitu identifikasi informasi organisasi Keraton

Kasunanan Surakarta, analisis lingkungan eksternal Keraton Kasunanan Surakarta,

analisis kondisi SI/TI eksternal Keraton Kasunanan Surakarta, analisis lingkungan

internal Keraton Kasunanan Surakarta, dan analisis lingkungan internal SI/TI Keraton

Kasunanan Surakarta.

Tahap 2 dimaksudkan untuk menemukan usulan strategi SI/TI yang dapat

memenuhi kebutuhan Keraton Kasunanan Surakarta. Hasil yang diperoleh dari tahap

1 akan menjadi masukan pada tahap ini. Hasil yang diharapkan dari tahap 2 ini

adalah suatu usulan strategi SI/TI yang sesuai dengan kebutuhan Keraton Kasunanan

Surakarta. Dalam penelitian ini, usulan strategi SI/TI akan dibatasi pada potensi SI/TI

yang tersedia di Keraton Kasunanan Surakarta saat ini. Untuk mendapatkan keluaran

tersebut, akan dilakukan langkah-langkah yaitu identifikasi masalah dan solusi

operasional internal, identifikasi pemanfaatan SI/TI dari eksternal organisasi, analisis

kesenjangan kebutuhan informasi, dan membuat usulan strategi SI/TI.

Tahap selanjutnya adalah tahap 3. Tahap 3 bertujuan untuk menyusun

strategi SI/TI dengan memperhatikan aturan kebijakan yang ada sehingga dapat

diambil kebijakan terhadap rencana implementasi SI/TI di Keraton Kasunanan

Surakarta.

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

6

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Tahap yang terakhir adalah tahap 4. Tahap ini berisi tentang penyusunan

rencana implementasi SI/TI yang akan diterapkan di Keraton Kasunanan Surakarta.

Perencanaan ini menjelaskan bagaimana cara merealisasikan strategi SI/TI yang

telah dijabarkan pada tahap sebelumnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses bisnis yang ada dalam Keraton Kasunanan Surakarta, terbagi menjadi

2 (dua) bagian besar yakni proses inti dan proses pendukung, dimana dalam

keseluruhan proses yang dilakukan mengacu kepada penterjemahan visi dan misi

dari Keraton Kasunanan Surakarta sendiri. Terdapat 3 (tiga) proses utama yang

dilakukan pada proses bisnis inti, yakni identifikasi budaya Jawa, pengelolaan

budaya Jawa dan pelestarian budaya Jawa. Adapun pihak-pihak yang terkait dalam

proses ini adalah pihak internal Keraton Kasunanan Surakarta sendiri, antara lain,

keluarga raja, kerabat keraton, abdi dalam, serta bidang-bidang yang menjadi bagian

dalam struktur keraton itu sendiri. Bidang-bidang yang ada didalamnya antara lain;

museum/sasana pustaka, keputren, katipraja, pasitren, mandrabudaya, sasana

prabu, kusumowandowo, yogiswara dan kartipura.

Proses pendukung merupakan proses yang menjadi pendamping proses inti

yang ada dalam keraton Kasunanan Surakarta. Dalam proses pendukung ini terdapat

fungsi-fungsi pembantu pengelolaan serta manajemen organisasi Keraton

Kasunanan Surakarta. Proses-proses pendukung yang ada dalam keraton Kasunanan

Surakarta antara lain; pengelolaan administrasi perkantoran, pengelolaan akuntansi

dan keuangan, pengelolaan SDM, pengelolaan sarana prasarana dan pengelolaan

SI/TI. Masing-masing fungsi ini memainkan peranan yang berbeda untuk mendukung

roda organisasi keraton dalam rangka pencapaian visi dan misi Keraton Kasunanan

Surakarta.

Analisis lingkungan eksternal organisasi dilakukan dengan tujuan untuk

mengidentifikasi kebutuhan SI/TI Keraton Kasunanan Surakarta sehingga mampu

bersaing dengan kondisi eksternal yang ada. Dalam penelitian ini, analisis lingkungan

eksternal organisasi dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) alat analisis yaitu Five

Forces dan PEST. Analisis PEST (Politic, Economy, Social, Technology) adalah suatu

teknik dalam manajemen strategis yang digunakan untuk melihat faktor-faktor

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

7

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

lingkungan luar yang berpengaruh terhadap Keraton Kasunanan Surakarta. Sesuai

dengan singkatannya, analisis ini dilakukan terhadap 4 unsur, yaitu politik, ekonomi,

sosial, dan teknologi. Selanjutnya Five Forces adalah strategi bisnis yang digunakan

untuk melakukan analisis dari sebuah struktur organisasi. Analisis tersebut dibuat

berdasarkan 5 kekuatan kompetitif yaitu adanya pesaing; ancaman pesaing baru;

ancaman produk jasa pengganti; kekuatan menawar pelanggan; serta kekuatan

menawar pemasok. Gambar 2 menunjukkan hubungan analisis lingkungan eksternal

organisasi dengan kebutuhan SI/TI Keraton Kasunanan Surakarta.

Gambar 2 Hubungan Analisis Lingkungan Eksternal Organisasi dengan Kebutuhan

SI/TI Organisasi

Analisis five forces menggunakan 5 (lima) kekuatan dari eksternal

organisasi. Dengan menggunakan analisis ini, maka dapat diidentifikasi hal-hal

eksternal apa saja yang bersifat positif maupun negatif yang dapat memberikan

dampak/pengaruh terhadap proses bisnis di UKSW [6]. Analisis ini juga bertujuan

Wawancara Studi Literatur Kuisioner

Five Forces PEST

Identifikasi

Kekuatan

Eksternal

Identifikasi

Kekuatan Bisnis

Pesaing

Analisis Lingkungan

Bisnis Eksternal

Keraton

Identifikasi

Kebutuhan SI/TI

Keraton

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

8

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

untuk memberikan gambaran mengenai solusi SI/TI bagi Keraton Kasunanan

Surakarta.

Dalam melakukan analisis five forces, penulis menggunakan metode

wawancara, kuesioner, dan studi literatur. Hasil analisis kekuatan menurut five

forces di Keraton Kasunanan Surakarta adalah terdapatnya 7 keraton lainnya di

pulau Jawa dengan beberapa karakteristik budaya yang berbeda, keraton-keraton

tersebut antara lain Surowosan; Kaibon; Kasepuhan; Kanoman; Kacirebonan;

Sumedang Larang. Sementara itu Pura Mangkunegaran, Keraton Yogyakarta serta

Paku Alaman merupakan keraton yang secara historis merupakan pecahan dari

Keraton Kasunanan Surakarta. Hal ini memberikan beberapa dampak yang cukup

signifikan dalam merepresentasikan budaya yang ada. Keraton Kasultanan

Yogyakarta dan Keraton Kasunanan Surakarta dianggap memiliki kepemilikan yang

sama dalam hal kebudayaan Jawa, akan tetapi memiliki beberapa perbedaan dari

segi kebudayaan itu sendiri. Hal ini memberikan dampak promosi budaya yang

hampir sama dilakukan oleh kedua keraton.

Hasil analisis terhadap para pesaing baru, antara lain: munculnya budaya-

budaya yang datang dari luar baik itu secara domestik maupun internasional yang

memiliki ketertarikan tersendiri, membuat budaya Jawa yang seyogyanya menjadi

landasan bagi masyarakat Jawa maupun Indonesia menjadi mulai pudar digerogoti

budaya dari luar. Hal ini disebabkan media penyebaran budaya luar tersebut lebih

menarik dibandingkan yang selama ini ada dalam Keraton Kasunanan Surakarta.

Hasil analisis terhadap ancaman produk/jasa pengganti, antara lain: banyak

anggapan di masyarakat bahwa dengan mengikuti berwisata yang lain seperti jalan-

jalan ke luar negeri, wisata ke pantai serta jenis wisata lainya lebih baik

dibandingkan dengan ke keraton untuk melihat benda-benda pusaka, tari-tarian

serta upacara adat. Padahal, pada saat masyarakat umum dapat menikmati

kebudayaan dalam keraton, bukan saja kebudayaan itu dapat dinikmati, tetapi

masyarakat umum dapat sekaligus belajar dan melestarikan kebudayaan Jawa

sebagai jati diri bangsa.

Hasil analisis terhadap kekuatan menawar pelanggan, antara lain: dengan

adanya jumlah keraton yang lumayan banyak disertai dengan makin beragamnya

kebudayaan yang ada sebagai bagian dari keberadaan keraton tersebut, maka

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

9

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

secara luas masyarakat diberikan banyak sekali kesempatan untuk mempelajari

serta menikmati kebudayaan yang ada Hal ini sebenarnya memberikan peluang bagi

Keraton Kasunanan Surakarta untuk dapat menjadi salah satu sumber kebudayaan

yang ada untuk dipelajari dan dinikmati, mengingat Keraton Kasunanan Surakarta

merupakan keraton yang menjadi penerus kerajaan Mataram, sebagai salah satu

kerajaan terbesar di Indonesia. Namun dengan beragamnya keraton yang ada, juga

turut memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat untuk dinikmati sehingga

Keraton Kasunanan Surakarta harus memiliki nilai tambah sebagai penyedia

kebudayaan Jawa untuk dijadikan sebagai acuan bagi masyarakat dalam

menentukan pilihan pada nantinya.

Kelangsungan, keberlanjutan serta kemajuan dari kebudayaan yang ada

dalam Keraton Kasunanan Surakarta sangat bergantung pada keseluruhan pemasok

kebudayaan yang ada. Hal ini dikarenakan kelangsungan, keberlanjutan serta

kemajuan dari kebudayaan tersebut merupakan hasil dari apa yang telah dibuat,

diturunkan serta dirawat oleh para pemasok kebudayaan tersebut. Oleh karena itu,

kebudayaan yang sifatnya benda tentunya harus tetap dirawat dan dilestarikan.

Disisi lain tari-tarian dan upacara adat, tetap diwariskan sehingga keberlanjutan seni

dan tari-tarian adat yang ada tetap lestari. Untuk menjembatani keseluruhan proses

yang ada, perlu dilibatkan sesepuh keraton, praktisi serta akademisi kebudayaan

yang dapat memberikan pandangan, serta menggali lebih dalam tentang konteks

kebudayaan yang ada.

Berdasarkan analisis PEST, maka dapat dipetakan kebutuhan SI/TI di

Keraton Kasunanan Surakarta, seperti terlihat pada Tabel 1.

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

10

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Tabel 1. Kebutuhan SI/TI Berdasarkan Analisis PEST

Faktor PEST Kebutuhan SI/TI

Faktor Politik:

Kebijakan pemerintah, ketentuan

hukum, dan peraturan perundang-

perundangan tentang Keraton

Kasunanan Surakarta pada khususnya

dan keraton pada umumnya, untuk

pelestarian dan pengembangan

kebudayaan daerah

Membangun sistem informasi yang

dapat melakukan pengawasan serta

pelaporan terhadap rencana kerja

keraton untuk pelestarian dan

pengembangan kebudayaan daerah

Faktor Ekonomi:

Kemampuan ekonomi keraton yang

terbatas dan bersandar pada donatur.

Membangun sistem informasi yang

dapat memberikan transparansi

informasi mengenai keadaan

perekonomian/keuangan keraton bagi

semua penyandang dana (sekaligus

mengundang investor)

Faktor Sosial:

Keanekaragaman budaya Jawa yang

dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta

memberikan ciri khas tersendiri bagi

budaya Jawa itu sendiri

Membangun sistem informasi yang

dapat memberikan informasi mengenai

keanekaragaman sosial-budaya yang

dapat diakses oleh masyarakat umum

sehingga mampu menarik masyarakat

secara luas.

Faktor Teknologi:

Perkembangan teknologi dan sistem

informasi berdampak pada

terintegrasinya seluruh proses bisnis

organisasi.

Penyediaan infrastruktur teknologi

yang memadai sehingga mampu

mendukung implementasi sistem

informasi di Keraton Kasunanan

Surakarta.

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

11

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Tahapan analisis selanjutnya adalah analisis lingkungan bisnis internal

dilakukan dengan metode value chain. Analisis value chain activity digunakan untuk

menggambarkan aktivitas proses utama dan pendukung yang ada di Keraton

Kasunanan Surakarta. Identifikasi dan pengelompokan berbagai aktivitas yang

terjadi di Keraton Kasunanan Surakarta juga akan dilakukan dalam proses analisis ini.

Aktivitas-aktivitas tersebut akan dibagi kedalam 2 (dua) bagian yaitu aktivitas utama

dan aktivitas pendukung. Hasil dari proses analisis ini akan dijadikan dasar untuk

melakukan identifikasi kebutuhan SI/TI di Keraton Kasunanan Surakarta. Value chain

activity Keraton Kasunanan Surakarta tergambar pada Gambar 5.

Gambar 3 Value Chain Activity Keraton Kasunanan Surakarta

Analisis lingkungan SI/TI internal Keraton Kasunanan Surakarta dilakukan

terhadap seluruh sumber daya SI/TI yang ada. Sumber daya SI/TI tersebut meliputi

sistem informasi, teknologi informasi, dan sumber daya manusia terkait. Metode

yang dipergunakan dalam analisis lingkungan SI/TI internal organisasi adalah

wawancara dengan Wakil Kepala Sasana Wilapa dan staf Sasana Wilapa.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, didapatkan informasi sebagai berikut:

Sistem Informasi Keraton Kasunanan Surakarta belum memiliki sistem informasi apapun yang

dapat menunjang proses inti maupun proses pendukung yang berjalan. Pada tahun

2012, terdapat sebuah website resmi Keraton Kasunanan Surakarta dengan URL

kratonsurakarta.com. Namun, website tersebut tidak bertahan lama sehingga nama

domain tersebut tidak lagi dimiliki oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Kendala yang

dihadapi dalam pengelolaan website tersebut adalah kurangnya sumber daya

manusia yang memiliki kompetensi dalam pengelolaan website. Untuk dapat

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

12

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

menunjang berjalannya proses inti maupun proses pendukung, Keraton Kasunanan

Surakarta hanya mempergunakan berbagai aplikasi umum seperti MS Word dan MS

Excel. Penggunaan aplikasi tersebut juga masih belum maksimal sehingga hanya

dipergunakan untuk pengetikan surat, pendokumentasian dokumen, dan

pencatatan data saja.

Teknologi Informasi Keraton Kasunanan Surakarta telah terhubung dengan jaringan internet

dengan cara berlangganan kepada salah satu penyedia jasa layanan internet.

Namun, internet hanya dapat dipergunakan melalui kabel di kantor Sasana Wilapa.

Perangkat keras yang dipergunakan untuk menunjang proses inti dan proses

pendukung adalah seperangkat komputer dan printer yang terletak di kantor Sasana

Wilapa. Perangkat keras dan internet tersebut dipergunakan untuk kepentingan

surat menyurat dan kegiatan administrasi lainnya.

Sumber Daya Manusia Keraton Kasunanan Surakarta belum memiliki sumber daya manusia yang

dapat membantu dalam pengelolaan SI/TI di lingkungan keraton. Hal tersebut dapat

dimaklumi karena belum terdapat sistem informasi apapun dan terbatasnya

ketersediaan teknologi informasi yang digunakan di lingkungan Keraton

Blueprint sistem informasi bagi Keraton Kasunanan Surakarta, dengan mengacu

kepada analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat pada Gambar 4.

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

13

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

Gambar 4 Blue print Sistem Informasi di Keraton Kasunanan Surakarta

Berdasarkan blue print sistem informasi Keraton Kasunanan Surakarta di

Gambar 4, dapat dijelaskan sebagai berikut. Sistem informasi di Keraton Kasunanan

Surakarta dikategorikan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu sistem informasi yang

berkaitan dengan pengelolaan kebudayaan Jawa dan sistem informasi yang

berkaitan dengan kegiatan administrasi rumah tangga Keraton. Sistem informasi

Keraton Kasunanan Surakarta merupakan sistem informasi terintegrasi berbasis

web. Basis data yang dipergunakan adalah basis data terpusat dimana setiap aplikasi

yang ada nantinya akan mengambil dan mempergunakan data dari basis data

tersebut untuk dapat diolah pada masing-masing aplikasi. Web service dipergunakan

sebagai penghubung antara aplikasi dengan server basis data dan antar aplikasi

untuk menjamin keamanan dan kemudahan distribusi data.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Penerapan SI/TI yang saat ini dilakukan di Keraton Kasunanan Surakarta

belum dapat mendukung proses bisnis secara keseluruhan. Analisis dilakukan

terhadap kondisi terkini pada Keraton Kasunanan Surakarta. Disisi lain strategi solusi

SI/TI yang disusun difokuskan pada fungsi bisnis di Keraton Kasunanan Surakarta

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

14

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

menggunakan analisa value chain activity yang terbagi atas aktivitas utama dan

aktivitas pendukung sebagai penopang aktivitas utama. Hal ini berdampak pada

model enterprise architecture (EA) yang terbentuk, digunakan sebagai panduan

pengelolaan SI/TI pada Keraton Kasunanan Surakarta. Khusus untuk arsitektur

aplikasi saat ini, masih menggunakan platform yang berbeda-beda, sehingga harus

dilakukan pergantian secara keseluruhan untuk menjamin integritas dan keselarasan

SI/TI yang akan dibangun berdasarkan model EA menggunakan kerangka TOGAF

ADM yang diusulkan.

Blueprint sistem informasi Keraton Kasunanan Surakarta yang

direkomendasikan merupakan sebuah rancangan dari kumpulan sistem informasi

yang saling terintegrasi. Melalui pemanfaatan teknologi web service dan basis data

terpusat, blueprint pengembangan sistem informasi Keraton Kasunanan Surakarta

memiliki kemampuan untuk membantu Keraton Kasunanan Surakarta dalam

mengelola seluruh proses yang ada di dalamnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak Keraton Kasunanan

Surakarta, terkhusus kepada Kanjeng Pangeran Wirabumi, Kanjeng Pangeran

Winarno Kusumo, dan Kanjeng Luki atas kerja sama yang baik dalam proses

pengumpulan data dan konfirmasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sedyawati, E., 2003, Warisan Budaya Takbenda: Masalahnya Kini di Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.

[2] Telkom.co.id, 2015, Telkom dan PATA Dukung Keraton Kasepuhan Cirebon Menjadi World Class Heritage Melalui E-Ticketing dan Web Commerce, http://www.telkom.co.id/telkom-dan-pata-dukung-keraton-kasepuhan-cirebon-menjadi-world-class-heritage-melalui-e-ticketing-dan-web-commerce.html, Diakses pada tanggal 23 Januari 2017.

[3] Praseto, E. E., 2014, Solo Menggenjot Sektor Pariwisata, http://travel.kompas.com/read/2014/07/02/1837000/Solo.Menggenjot.Sektor.Pariwisata, Diakses pada tanggal 23 Januari 2017.

Association for Information Systems – Indonesia chapter (AISINDO)

15

Jurnal Sistem Informasi Indonesia (JSII) Volume 2 Nomor 1 (2017) ISSN: 2460 – 6839

[4] Worang, S. G. N. L., Bezaleel., M., Prasida, T. A. S., dan Tanaamah, A. R., 2015, Perancangan Prototype Virtual Museum Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Berbasis Web, Informatika Vol. 10 No. 1.

[5] Tanaamah, A. R., dan Bezaleel, M., 2014, Javanese Culture Digitalization in a Knowledge Management Framework at Kasunanan Surakarta Palace, IJCSI Vol. 11 Issue 3.

[6] Ward, J., and Peppard, J., 2002, Strategic Planning for Information Systems Third Edition, England: John Wiley & Sons, Ltd.