PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing...

61
PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI 2015 i PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyuwangi dengan PUSAT KAJIAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH (PK2ND) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

Transcript of PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing...

Page 1: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

i

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN

DAYA SAING DAERAH KABUPATEN

BANYUWANGI

Kerjasama

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)

Kabupaten Banyuwangi

dengan

PUSAT KAJIAN KEUANGAN NEGARA DAN DAERAH

(PK2ND)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

Page 2: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

i

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Kegiatan ............................................................................. 2

1.3 Sasaran Kegiatan ................................................................................................. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3

2.1 Tinjauan mengenai Daya Saing ............................................................... 3

2.2 Daya Saing Daerah ................................................................................... 3

2.3 Indikator utama daya saing daerah ........................................................... 4

2.4 Faktor Penentu Daya Saing ...................................................................... 4

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 6

3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 6

3.2 Lingkup Penelitian ................................................................................... 6

3.3 Sumber Data ............................................................................................. 7

3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 7

3.5 Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 7

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI ........... 11

4.1 Kondisi Geografis Wilayah ............................................................................... 11

4.2 Pemerintahan..................................................................................................... 12

4.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ................................................................ 12

4.4 Sosial Ekonomi ................................................................................................. 14

BAB 5 IDENTIFIKASI POTENSI DAN DAYA SAING DAERAH ................ 15

5.1 Kondisi Ekonomi Kabupaten Banyuwangi ....................................................... 15

5.2 Potensi Daerah Kabupaten Banyuwangi ........................................................... 16

5.2.1 Potensi Sektor Pertanian ................................................................................ 16

5.2.2 Potensi Sektor Industri ................................................................................... 22

5.2.3 Potensi Sektor Pariwisata ............................................................................... 23

5.3 Identifikasi Potensi Sektoral ............................................................................. 24

5.3.1 Hasil Analisis Tipologi Klassen ..................................................................... 24

5.3.2 Hasil Analisis LQ ........................................................................................... 24

5.3.3 Hasil Analisis Shift-Share .............................................................................. 25

5.4 Identifikasi Daya Saing Daerah ........................................................................ 31

BAB 6 STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH .................... 33

6.1. Pendahuluan ..................................................................................................... 33

6.2. Identifikasi Responden ..................................................................................... 34

6.3. Daya Saing Daerah Menurut Indikator Input-Output ...................................... 35

6.3.1. Indikator Input Daya Saing ................................................................ 35

Page 3: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

ii

6.3.2. Indikator Output Daya Saing ............................................................. 45

6.4. Perumusan Strategi Kebijakan Peningkatan Daya Saing ...................... 48

BAB 7 PENUTUP ....................................................................................... 57

Daftar Pustaka ............................................................................................ 58

Page 4: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana

pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta

untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah

daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya

yang dimiliki daerah harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan

untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999).

Sementara, studi Huda dan Santoso (2014) menunjukkan bahwa

berdasarkan indikator input (berbasis endowment sumber daya alam), Kabupaten

Banyuwangi menempati kelompok sepuluh daerah tertinggi dari 38

kabupaten/kota di Jawa Timur sedangkan berdasarkan indikator output (indikator

dampak dari input) menempatkan Kabupaten Banyuwangi di urutan ke-16 dari 38

kabupaten/kota di Jawa Timur.

Ditinjau dari pertumbuhan ekonomi, Kabupaten Banyuwangi dengan

julukannya “The Sunrise of Java” dan motto “Satya Bakti Praja Mukti”merupakan

salah satu kabupaten di Jawa Timur dengan pertumbuhan dinamis. Sepanjang

periode 2010-2013, Kabupaten Banyuwangi pernah menorehkan prestasi

pertumbuhan ekonomi yang tertinggi sebesar 7,22 persen yaitu pada tahun 2012,

angka tersebut hampir menyamai pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur yang

sebesar 7,27 persen. Sayangnya, pertumbuhan yang tinggi tersebut tidak mampu

dipertahankan pada 2013. Pertumbuhan Kabupaten Banyuwangi “hanya”

mencapai angka sebesar 6,76 persen, meskipun masih lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6,55 persen maupun rata-rata

pertumbuhan ekonomi Nasional. Selanjutnya, pada tahun 2014, pertumbuhan

ekonomi Banyuwangi sebesar 6.94 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi

Jawa Timur sebesar 5,86 persen.

Ket: ***) Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Kab. Banyuwangi , 2015

Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

dan Nasional

Page 5: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

2

Ditinjau dari kontribusi sektoral, komponen kontribusi sektoral PDRB

Kabupaten Banyuwangi 2010-2013 menunjukkan bahwa sektor pertanian masih

merupakan sektor yang memiliki kontribusi tertingggi dalam pembentukan PDRB

Kabupaten Banyuwangi yakni sebesar lebih dari 43 persen. Selain sektor

pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) juga merupakan

kontributor terbesar kedua dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Banyuwangi

yakni sebesar lebih dari 27 persen. Hingga tahun 2013, sektor pertanian dan PHP

terus menunjukkan pertumbuhan dinamis sehingga dapat dikatakan bahwa sektor

pertanian dan PHR merupakan kontributor utama penopang pertumbuhan

ekonomi daerah di Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 1.1. Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Banyuwangi atas Dasar

Harga Konstan (ADHK), Tahun 2010-2013 (%)

No. Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013

1 Pertanian 46.72 44.82 44.45 43.47

2 Pertambangan dan Penggalian 4.63 4.55 4.40 4.33

3 Industri Pengolahan 5.46 5.40 5.32 5.24

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0.32 0.32 0.30 0.29

5 Bangunan 1.05 1.09 1.09 1.14

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 27.84 28.83 29.91 31.14

7 Pengangkutan dan Komunikasi 3.15 4.49 4.38 4.35

8 Keuangan, Persewaan dan Js Perusahaan 4.52 4.42 4.26 4.22

9 Jasa-Jasa 6.20 6.07 5.89 5.82

Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Guna mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan daya saing, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menerapkan konsep

pengembangan Banyuwangi dengan bertumpu pada karakteristik lokal dan

berbasis pada kebijakan pemberdayaan masyarakat lokal, dimana sektor pertanian

dan pariwisata menjadi fokus pengembangan.

1.2. Maksud dan Tujuan Kegiatan

Maksud dari kegiatan ini adalah menganalisis pola perubahan dan

pertumbuhan sektoral dalam perekonomian, serta menentukan sektor-sektor

unggulan sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan.

Sementara, tujuan dari kegiatan adalah:

1. Mengetahui tingkat daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi.

2. Menganalisis potensi daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi.

3. Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi.

1.3. Sasaran Kegiatan

Mengacu pada tujuan kegiatan, maka sasaran yang diharapkan dapat

tercapai dalam kegiatan penyusunan kajian peningkatan daya saing daerah

Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut::

1. Teridentifikasi daya saing ekonomi Kabupaten Banyuwangi.

2. Tersusunnya rekomendasi kebijakan peningkatan daya saing daerah

Kabupaten Banyuwangi.

Page 6: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konsep Daya Saing

Daya saing menurut Porter (1990) merupakan suatu konsep yang dapat

diterapkan pada level nasional tak lain adalah “produktivitas” yang

didefinisikannya sebagai nilai output yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja.

Bank Dunia menyatakan hal yang relatif sama dimana “daya saing mengacu

kepada besaran serta laju perubahan nilai tambah per unit yang dicapai oleh

perusahaan”. Akan tetapi baik Bank Dunia, Porter, serta literatur-literatur terkini

mengenai daya saing nasional memandang bahwa daya saing tidak secara sempit

mencakup hanya sebatas tingkat efisiensi suatu perusahaan. Daya saing mencakup

aspek yang lebih luas, tidak berkutat hanya pada level mikro perusahaan, tetapi

juga mencakup aspek di luar perusahaan seperti iklim berusaha (business

environment) yang jelas-jelas di luar kendali suatu perusahaan. Aspek-aspek

tersebut dapat bersifat firm-specifik, region-specifik, dan bahkan country-specific.

World Economic Forum (WEF), suatu lembaga yang secara rutin

menerbitkan “Global Competitiveness Report” mendefinisikan daya saing

nasional adalah kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Fokusnya kemudian adalah pada

kebijakan-kebijakan yang tepat, institusi-institusi yang sesuai, serta karakteristik-

karakteristik ekonomi lain yang mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi

yang tinggi dan berkelanjutan tersebut (Abdullah, 2002).

2.2 Daya Saing Daerah

Daya saing daerah berdasarkan Departemen Perdagangan dan Industri

Inggris (UK-DTI) adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan

pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap

persaingan domestik maupun internasional. Sementara itu Centre for Urban and

Regional Studies (CURDS) mendefinisikan daya saing daerah sebagai

kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan

pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk

penduduknya (Abdullah, 2002). Dalam mendefinisikan daya saing perlu

diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

- Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau

efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih

mendefinisikan daya saing sebagai “kemampuan suatu perekonomian”

daripada “kemampuan sektor swasta atau perusahaan”.

- Pelaku ekonomi (economic agent) bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga

rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya terpadu dalam suatu sistem

ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta

perusahaan dalam perkonomian, fokus perhatian tidak hanya pada itu saja. Hal

ini diupayakan dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing.

- Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak

lain adalah meningkatnya tingkat kesejahteraan penduduk di dalam

perekonomian tersebut. Kesejahteraan (level of living) adalah konsep yang

maha luas pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel

seperti pertumbuhan ekonomi. Perumbuhan ekonomi hanya satu aspek dari

Page 7: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

4

pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan standar kehidupan

masyarakat.

- Kata kunci dari konsep daya saing adalah “kompetisi”. Disinilah peran

keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan. Kata

“daya saing” menjadi kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang

tertutup.

2.3 Indikator Utama Daya Saing Daerah

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Abdullah (2002), indikator penentu

daya saing daerah adalah Perekonomian Daerah, Keterbukaan, Sistem Keuangan,

Infrastruktur dan Sumber Daya Alam, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sumber

daya manusia, Kelembagaan, Governance dan Kebijakan Pemerintah, dan

Manajemen dan Ekonomi Makro. Indikator makro daya saing merupakan jaringan

antar indikator dan sub-sub indikator yang saling intercorect, saling hubungan

secara terikat dan terkait (inheren dan cohern) antar dan lintas indikator dan sub

indikator, yang pada implementasinya memerlukan pengelolaan yang terintegratif,

terencana dan konsisten serta berkesinambungan diantara sembilan indikator

penentu daya saing.

Implementasi terintegrasi, mengandung makna bahwa langkah-langkah

yang ditempuh untuk mewujudkan perekonomian daerah secara makro sudah

barang tertentu melibatkan semua pihak, baik institusi pemerintah daerah, swasta

dan lembaga sosial, seta pihak pihak secara langsung dan tidak langsung secara

nyata andil dalam penggerakan dan pertumbuhan perekonomian daerah.

Terencana, asumsi langkah perencanaan adalah untuk memperkecil kegagalan,

artinya aktivitas pengembangan daya saing akan gagal total tanpa perencanaan,

dan peluang untuk berhasil lebih besar apabila diawali dengan perencanan yang

baik. Konsisten, menunjukan kepada langkah sentripetal yakni gerak yang

mengarah sesuai perencanaan atau gerak taat asas, tidak mengerjakan yang tidak

terencanakan, taat asas merupakan perwujudan dari konsistensi sebuah

kesepakatan, tidak merubah kesepakatan tanpa kesepakatan berikutnya,

perencanaan adalah kesepakatan. Adapun berkesinambungan merupakan

pekerjaan tiada henti, akan tetapi terus menerus dilakukan pada tahun pertama

diikuti tahun kedua dan seterusnya.

2.4 Faktor Penentu Daya Saing

Membangun daya saing daerah, bukanlah pekerjaan mudah dan dapat

dilakukan dalam jangka waktu pendek. Hal ini dikarenakan, daya saing daerah

bersifat multidimensi. Menurut Departemen perindustrian (2007), menciptakan

daya saing daerah, tidaklah mudah karena menghadapi berbagai kendala, antara

lain : (1) kelembagaan (2) keamanan,politik, dan sosial budaya (3) ekonomi

daerah (4) tenaga kerja (5) infrastruktur fisik. Berikut ini beberapa faktor yang

menentukan daya saing dari beberapa sumber :

1. Elemen daya saing menurut Porter secara detail adalah :

a. Factor condition (kondisi faktor). Faktor-faktor produksi : SDM (tenaga

kerja terampil), bahan baku, pengetahuan, modal, infrastruktur.

b. Firm strategy, structure and rivalry (strategi, struktur dan tingkat

persaingan perusahaan). Kondisi di dalam suatu bangsa yang menentukan

Page 8: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

5

bagaimana unit-unit usaha terbentuk, diorganisasikan, dikelola dan tingkat

persaingan di dalam negeri.

c. Demand condition (kondisi permintaan). Sifat permintaan di dalam negeri

terhadap produk atau layanan industri bersangkutan.

d. Related and supporting industries (industri terkait dan pendukung).

Keberadaan industri pemasok atau industri pendukung yang mampu

bersaing secara internasional.

2. Menurut lembaga pemeringkat daya saing internasional yang berbasis di

SWISS yaitu IMD, mengemukakan ada 4 (empat) faktor penentu daya saing

ekonomi suatu negara yaitu Kinerja ekonomi, Efisiensi sektor pemerintah,

Efisiensi sektor dunia usaha, dan Infrastruktur

3. Menurut IMD dalam world competitivenes report (1993), daya saing suatu

negara sangat dipengaruhi oleh delapan faktor penentu yaitu :

a. Kekuatan ekonomi domestik

b. Sumber daya manusia (ketersediaan dan kualitas sumberdaya manusia

yang tinggi)

c. Ilmu pengetahuan dan teknologi (kapasitas iptek yang unggul dan handal)

d. Manajemen (pengelolaan secara inovatif, profitable dan responsible)

e. Internasionalisasi (derajat partisipasi suatu negara dalam perdagangan dan

investasi internasional)

f. Keuangan (kinerja pasar modal dan kualitas pelayanan lembaga keuangan)

g. Infrastruktur ( industri dan perdagangan yang memadai)

4. Menurut Rachbini, strategi “export led industry” dan daya saing berkelanjutan,

dalam Departemen perindustrian (2007), faktor penentu daya saing adalah

a. Keterbukaan (institusi keuangan dan perdagangan), good governance

b. Ketersediaan infrastruktur (jalan, pelabuhan laut, bandara)

c. Peranan pemerintah (sebagai fasilitator, regulator dan pro ekonomi)

d. Teknologi, kelembagaan publik (terjaminnya hak kepemilikan),

lingkungan ekonomi makro (indeks daya saing pertumbuhan ekonomi)

e. Menurut Porter: strategi, struktur dan persaingan perusahaan, sumber daya

disebuah negara, permintaan domestik dan keberadaan industri terkait dan

pendukung.

Page 9: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

6

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Kegiatan

Desain penelitian merupakan sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk

melakukan sebuah penelitian (Malhotra, 2004). Kerangka kerja tersebut memberi

spesifikasi prosedur yang diperlukan untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan untuk menstrukturkan dan menjawab permasalahan penelitian. Pada

kegiatan penelitian ini digunakan rancangan penelitian deskriptif eksploratif.

Penelitian eksploratif dalam kegiatan penyusunan daya saing daerah ini

mencoba mengeksplorasi mengenai perkembangan sektoral daerah dengan

mengidentifikasi dan menganalisis potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah yang

dapat dikembangkan bagi peningkatan daya saing daerah. Selanjutnya hasil dari

penelitian eksploratif akan digunakan sebagai input dalam penyusunan kuisioner.

3.2 Lingkup Penelitian

Penelitian mengenai penyusunan daya saing daerah ini dilakukan di

Kabupaten Banyuwangi. Indikator daya saing yang digunakan dalam penelitian

ini mengacu pada penelitian Santoso (2009) dan Bank Indonesia – LP3E FE

Unpad (2008) yakni indikator utama (input) pembentuk daya saing (i) lingkungan

usaha produktif, (ii) perekonomian daerah, (iii) ketenagakerjaan dan sumber daya

manusia, (iv) infrastruktur, sumberdaya alam, dan lingkungan, serta (v) perbankan

dan lembaga keuangan. Kinerja perekonomian (output) mencakup produktivitas

tenaga kerja, tingkat kesempatan kerja, dan PDRB per kapita. Sedangkan target

outcome dari daya saing daerah adalah pertumbuhan yang berkelanjutan.

Penggunaan konsep indikator input, output dan outcome mengacu pada Gardiner,

Martin, Tyler (2004) mengenai model piramida daya saing regional (Santoso,

2009).

Sumber: PPSK Bank Indonesia – LP3E FE-Unpad (2008) dalam Santoso (2009)

Gambar 3.1 Piramida Daya Saing Daerah

Lingkungan usaha

produktif Perekonomian

Daerah

Ketenagakerjaan

dan SDM

Infrastruktur, SDA

dan Lingkungan Perbankan dan

Lembaga Keuangan

Produktifitas

Tenaga Kerja

Tingkat

Kesempatan Kerja

Kinerja Ekonomi Daerah

PDRB per Kapita

Pertumbuhan

yang

berkelanjutan

TARGET

OUTCOME

OUTPUT

INPUT

Page 10: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

7

3.3 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari sumber data sekunder

dan sumber data primer. Data sekunder adalah data–data yang berasal dari

berbagai literatur kepustakaan, artikel dalam majalah, jurnal penelitian yang

berkaitan, dan sumber media massa lainnya serta hasil penelitian terdahulu. Data

sekunder yang digunakan dalam penelitian berasal dari data laporan tahunan dari

pihak-pihak terkait seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda),

Badan Pusat Statistik, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pariwisata, Dinas

Ketenagakerjaan, Dinas Lingkungan Hidup, Bagian Ekonomi, Bagian Data dan

Statistik, Badan Penanaman Modal Daerah, serta instansi terkait.

Data primer didapatkan langsung dilapangan melalui berbagai

narasumber yang berkaitan seperti dari dinas maupun pelaku usaha. Data primer

dikumpulkan melalui focus group discussion (FGD), kuesioner, dan wawancara

semi terstruktur dengan responden kunci di setiap pelaku ekonomi, yaitu

pemerintah daerah, unit usaha, asosiasi usaha, serta lembaga-lembaga pendukung

(lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga keuangan, lembaga penelitian dan

pengembangan, serta lembaga bantuan pengembangan bisnis). Observasi langsung

ke unit usaha juga perlu dilakukan untuk mengetahui proses produksi dan kondisi

usaha tersebut, terutama dalam menjaring informasi mengenai kendala yang

dihadapi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan beberapa kegiatan, meliputi:

1. Kajian Pustaka dan Survei

Tahap inventarisasi data/informasi sekunder, yakni mengumpulkan

data/informasi dari berbagai laporan hasil penelitian terdahulu yang terkait

dengan daya saing daerah dan berbagai studi-studi yang relevan.

Tahap inventarisasi data/informasi primer, yakni pengumpulan data/informasi

yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dan observasi

(pengamatan lapangan).

2. Penyelenggaraan Diskusi

Kegiatan untuk mewadahi berbagai masukan dari para pengambil keputusan

dalam bidang pembangunan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi.

3. Analisis dan Pelaporan

Tahap Analisis, yakni tahap mengolah data/informasi sekunder dan primer

yang sudah diinventarisir. Tahap Pelaporan, yakni tahap penyajian hasil-hasil

analisis data/informasi. Tahap penyusunan rencana dan rekomendasi.

3.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ada beberapa

metode analisis yaitu:

1. Analisis Tipologi Klassen

Potensi perekonomian daerah dapat dilihat dari sisi pertumbuhan ekonominya

dan konstribusi sektoral terhadap PDRBnya. Pemetaan potensi perekonomian

khususnya di sembilan sektor lapangan usaha akan sangat bermanfaat bagi

daerah untuk membuat prioritas kebijakan. Untuk menentukan prioritas

kebijakan ini, khususnya kebijakan pembangunan ekonomi, diperlukan

Page 11: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

8

analisis ekonomi (struktur ekonomi) daerah secara menyeluruh. Salah satu

analisis ekonomi tersebut adalah menggunakan tipologi klassen.

Analisis Tipologi Klassen bermanfaat untuk mengidentifikasi peta potensi

ekonomi secara makro. Melalui Analisis Tipologi Klassen, potensi daerah

secara sektoral yang didasarkan pada data PDRB bisa dipetakan. Analisis

Tipologi Klassen mengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan

(g) dan kontribusi sektor (s) tertentu terhadap total PDRB suatu daerah.

Dengan menggunakan Analisis Tipologi Klassen, masing-masing sektor

dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori, yaitu:

Tabel 3.1. Matriks Kategori Sektor berdasarkan Tipologi Klassen

Kontribusi Sektor YSEKTORAL ≥ YPDRB YSEKTORAL < YPDRB

rSEKTORAL ≥ rPDRB Kuadran I

SEKTOR UNGGULAN

Kuadran II

SEKTOR BERKEMBANG

rSEKTORAL < rPDRB Kuadran III

SEKTOR POTENSIAL

Kuadran IV

SEKTOR TERBELAKANG

a. Sektor Unggulan / Prima (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran

sektor dengan laju pertumbuhan sektor yang lebih besar dibandingkan

pertumbuhan daerah (PDRB) dan memiliki kontribusi besar terhadap

PDRB. Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan

si lebih besar dari s.

b. Sektor berkembang (Kuadran II). Sektor yang berada pada kuadran ini

memiliki nilai pertumbuhan sektor yang lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan PDRB, tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB

daerah yang lebih besar. Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi

lebih kecil dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kategori ini juga

dapat dikatakan sebagai sektor yang telah jenuh.

c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III).

Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai

pertumbuhan sektor (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB (g),

tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) lebih. Klasifikasi ini

biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari g dan si lebih kecil dari s.

Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan sebagai sektor yang sedang

booming.

d. Sektor Terbelakang (Kuadran IV). Kuadran ini ditempati oleh sektor yang

memiliki nilai pertumbuhan sektor (gi) yang lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan PDRB daerah (g) dan sekaligus memiliki kontribusi lebih

kecil terhadap PDRB (si).

2. Analisis Location Quotient (LQ) Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang

lazim digunakan adalah location quotient (LQ). Teknik LQ digunakan untuk

mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau

unggulan (leading sectors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat

digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah misalnya kesempatan kerja

(tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.

Page 12: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

9

Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang mengacu pada

formula yang dikemukakan oleh Bendavid-Val dalam Kuncoro (2004)

sebagai berikut:

dimana:

V1R = Nilai PDRB suatu sektor kabupaten/kota

VR = Nilai PDRB seluruh sektor kabupaten/kota

V1 = Nilai PDRB suatu sektor tingkat Provinsi

V = Nilai PDRB seluruh sektor tingkat Provinsi.

Kriteria penilaian LQ:

Jika LQ lebih besar dari 1, sektor tersebut merupakan sektor basis, artinya

tingkat spesialisasi kabupaten lebih tinggi dari tingkat Provinsi.

Jika LQ lebih kecil dari 1, merupakan sektor non basis, yaitu sektor yang

tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat Provinsi.

Jika LQ sama dengan 1, berarti tingkat spesialisasi kabupaten sama dengan

tingkat Provinsi.

3. Analisis Shift Share (SS)

Analisis Shift Share (SS) memerinci penyebab perubahan suatu variabel.

Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang

menyebabkan perubahan sektoral lapangan usaha di suatu daerah dari satu

kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Ada juga yang menamakan analisis

SS sebagai industrial mix analysis, karena komposisi sektoral yang ada

sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan arah perubahan suatu

variabel, tetapi analisis LQ tidak memberikan penjelasan tentang faktor

penyebab perubahan variabel daerah. Sebagaimana LQ, analisis SS dapat

menggunakan variabel lapangan kerja (employment) atau nilai tambah.

a. Komponen Provinsi Growth Share (PGS)

Komponen national growth share (PGS) sering disebut sebagai

komponen national trend. Komponen ini adalah banyaknya perubahan

(pertambahan atau pengurangan) lapangan kerja sektoral di Kota ABC

seandainya persentase perubahannya sama dengan persentase

totalpertumbuhan lapangan kerja level provinsi.

b. Komponen Industrial Mix Share (IMS)

Tidak semua sektor secara nasional bergerak seragam, ada sektor yang

tumbuh lebih tinggi dan ada pula sektor yang tumbuh lebih rendah

dibanding trend provinsi. Di sini, dilihat bagaimana jika pertumbuhan

sektoral lapangan kerja level provinsi “dibersihkan” dari trend provinsi

sehingga kita mendapatkan industrial mix share (IMS).

c. Komponen Local Share (LS)

Merupakan seberapa besar sumbangan daerah sendiri atau local share

(LS) terhadap partumbuhan sektoral di daerah tersebut. Pertanyaan ini

dijawab dengan “menghapus” pengaruh pertumbuhan sektoral level

provinsi dari partumbuhan sektoral level daerah. Untuk mendapatkan

Page 13: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

10

local share (LS), pengaruh pertumbuhan sektoral level provinsi perlu

diisolasi.

d. Shift Share Perhitungan Pergeseran Bersih

Pergeseran bersih (PB) diperoleh dari hasil penjumlahan antara industrial

mix share (IMS) dan local share (LS) di setiap sektor perekonomian.

Apabila PB>0, maka pertumbuhan sektor di Kabupaten Banyuwangi

termasuk dalam kelompok yang progresif (maju). Sedangkan PB<0

artinya sektor perekonomian di Kabupaten Banyuwangi termasuk

kelompok yang lamban.

e. Analisis Kuadran

Dengan melihat besaran IMS dan LS, maka suatu daerah/sektor dapat

dikategorikan menjadi empat kelompok/kuadran

4. Analisis SWOT Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) biasa

digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan tantangan di lingkungan

bisnis maupun pada lingkungan internal perusahaan (Kuncoro, 2005).

Tabel 3.2. Matriks Analisis SWOT

Faktor Eksternal

Faktor Internal

Strengths (S) (Daftar semua kekuatan yang

dimiliki)

Weaknesses (W) (Daftar semua kelemahan yang

dimiliki)

Opportunities (O) (Daftar semua peluang

yang diidentifikasi)

Strategi SO: Growth Strategi WO: Stability

Threats (T) (Daftar semua tantangan

yang diidentifikasi)

Stretegi ST:

Diversification Strategi WT: Defend

Sumber: Kuncoro (2005)

Page 14: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

11

EMBANGAN SOSIAL EKONOMI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUWANGI

4.1. Kondisi Geografis Wilayah

Secara administrasi, Kabupaten Banyuwangi berbatasan dengan beberapa

wilayah diantaranya:

Sebelah timur : Berbatasan dengan Provinsi Bali

Sebelah utara : Berbatasan dengan Kabupaten Situbondo

Sebelah selatan : Berbatasan dengan Samudra Hindia

Sebelah barat : Berbatasan dengan Kabupaten Jember dan Kabupaten

Bondowoso

Tabel 4.1: Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, 2013

Kecamatan Luas Penduduk (orang) Kepadatan Penduduk

(orang/km2) km2 % Jumlah %

Pesanggaran 802,50 13,88 49.009 3,11 61

Siliragung 95,15 1,65 45.002 2,86 473

Bangorejo 137,43 2,38 60.239 3,83 438

Purwoharjo 200,30 3,46 65.793 4,18 328

Tegaldlimo 1341,12 23,19 61.987 3,94 46

Muncar 146,07 2,53 130.270 8,27 892

Cluring 97,44 1,69 71.064 4,51 729

Gambiran 66,77 1,15 59.155 3,76 886

Tegalsari 65,23 1,13 46.820 2,97 718

Glenmore 421,98 7,30 70.297 4,46 167

Kalibaru 406,76 7,03 61.820 3,93 152

Genteng 82,34 1,42 84.054 5,34 1.021

Srono 100,77 1,74 88.353 5,61 877

Rogojampi 102,33 1,77 93.546 5,94 914

Kabat 107,48 1,86 67.778 4,30 631

Singojuruh 59,89 1,04 45.835 2,91 765

Sempu 174,83 3,02 72.106 4,58 412

Songgon 301,84 5,22 50.878 3,23 169

Glagah 76,75 1,33 34.509 2,19 450

Licin 169,25 2,93 28.184 1,79 167

Banyuwangi 30,13 0,52 107.305 6,81 3.561

Giri 21,31 0,37 28.866 1,83 1.355

Kalipuro 310,03 5,36 76.800 4,88 248

Wongsorejo 464,80 8,04 75.108 4,77 162

Banyuwangi 5782,50 100 1.574.778 100 272

Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Banyuwangi 2014.

Page 15: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

12

4.2. Pemerintahan

Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 24 kecamatan dan 189 desa dan

28 kelurahan. Dari 24 kecamatan yang ada, terdapat dua Kecamatan yang

memiliki jumlah desa/kelurahan terbanyak yaitu Kecamatan Banyuwangi dan

Kecamatan Rogojampi, masing-masing sebanyak 18 desa/kelurahan, diikuti oleh

Kecamatan Kabat yang terdiri dari 16 desa.

Sumber: Bagian Pemerintahan Setwilda Banyuwangi dalam Statistik Daerah Kabupaten

Banyuwangi 2014.

Gambar 4.1: Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Banyuwangi

menurut Kecamatan Tahun 2013

4.3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Berdasarkan data BPS Kabupaten Banyuwangi, perkembangan jumlah

penduduk Kabupaten Banyuwangi terus mengalami peningkatan sepanjang periode

2010 hingga 2014.

Ket. *) Angka Sementara

Sumber :BPS Kabupaten Banyuwangi , 2014.

Gambar 4.2: Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi Menurut Jenis

Kelamin, Tahun 2010 – 2014

Page 16: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

13

Wilayah Kecamatan Muncar merupakan daerah yang memiliki tingkat

penduduk yang terbanyak di Kabupaten Banyuwangi disebabkan karena di

kecamatan tersebut merupakan sentra dari perindustrian terutama dalam bidang

perikanan. Sementara, Kecamatan Banyuwangi sebagai ibukota Kabupaten

Banyuwangi menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak kedua

karena kecamatan ini merupakan wilayah pusat pemerintahan, dan jasa, mulai dari

jasa perdagangan, jasa keuangan, pendidikan serta jasa lainnya. Sumber :LKPJ Kabupaten Banyuwangi , 2013.

Gambar 4.3: Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2013

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan daerah dapat ditunjukkan

oleh kondisi ketenagakerjaan yang baik yang dicerminkan oleh angka

penggangguran yang rendah dan tingkat upah yang layak. Berdasarkan Tabel 4.2

memperlihatkan bahwa angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja, serta

jumlah pengangguran di Kabupaten Banyuwangi tahun 2009-2013 mengalami

peningkatan.

Tabel 4.2: Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten Banyuwangi,

Tahun 2009 – 2013

Tahun Angkatan

Kerja Bekerja Pengangguran

TPAK

(%)

Tingkat

Pengangguran

Terbuka (%)

2009 850.200 815.740 34.460 70,27 4,05

2010 826.261 793.846 32.415 70,24 3,92

2011 817.786 787.410 30.376 69,24 3,71

2012 870.948 841.317 29.631 73,37 3,40

2013 865.747 825.108 40.639 72,92 4,69

Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi, 2014

Kondisi ketenagakerjaan menurut kelompok umur menunjukkan bahwa

kelompok umur produktif (usia 25-54 tahun) menempati proporsi terbesar dalam

struktur ketenagakerjaan di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini menunjukkan bahwa

proporsi penduduk bekerja akan mampu berkontribusi pada pembangunan daerah.

Page 17: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

14

Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi, 2014

Gambar 4.4. Jumlah Penduduk Bekerja menurut Kelompok Umur

Kabupaten Banyuwangi tahun 2009 dan 2013

4.4. Sosial Ekonomi

Keberhasilan pembangunan salah satunya ditunjukkan oleh kualitas

sumber daya manusia yang mampu dihasilkan oleh suatu daerah. Manusia yang

berkualitas akan mampu berkontribusi pada percepatan pencapaian pembangunan

yang mensejahterkan. Dimana orientasi pembangunan telah berubah dari

pembangunan berorientasi kepada pembangunan berbasis produksi (production

basic development) menuju pembangunan berbasis kepada kebutuhan masyarakat

(human basic development). Ukuran keberhasilan pembangunan manusia

ditunjukkan oleh indeks pembangunan manusia (IPM). Pada tahun 2013

pencapaian IPM Kabupaten Banyuwangi adalah sebesar 71.02 meningkat

dibanding tahun 2012 sebesar 70.53. Kenaikan tersebut mengindikasikan telah

terjadi peningkatan kualitas manusia di Banyuwangi. Namun demikian,

pencapaian peningkatan IPM di Kabupaten Banyuwangi masih lebih rendah

dibandingkan perkembangan IPM Provinsi Jawa Timur.

Sumber : BPS Kabupaten Banyuwangi, 2014

Gambar 4.5. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banyuwangi dan

Jawa Timur, Tahun 2010 – 2013

Page 18: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

15

B IV PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 5 IDENTIFIKASI POTENSI DAERAH DAN DAYA SAING DAERAH

5.1 Kondisi Ekonomi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi dalam beberapa tahun

terakhir menunjukan tren yang semakin meningkat. Berdasarkan data BPS

Kabupaten Banyuwangi, pertumbuhan ekonomi Banyuwangi pada tahun 2013

sebesar 6,76 persen lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa

Timur (6,55 persen) dan Nasional (5,78 persen).

Ket: ***) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015. Data diolah

Gambar 5.1. Produk Domestik Bruto ADHK (juta Rupiah) dan ADHB

(triliun Rupiah) Kabupaten Banyuwangi, 2010-2014

Ditinjau dari sisi kontribusi sektoral menurut harga berlaku menunjukkan

bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi tertingggi

sebesar 44 persen dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Banyuwangi.

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015. Data diolah

Gambar 5.2. Kontribusi Sektoral Perekonomian Kabupaten Banyuwangi

ADHB, tahun 2013

Page 19: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

16

Meskipun kontribusi sektor pertanian dan PHR menjadi kontributor

terbesar pada pembentukan PDRB Kabupaten Banyuwangi, namun dilihat dari

pertumbuhannya, gambar 5.3 menunjukkan bahwa pertumbuhan terbesar

ditunjukkan oleh sektor PHR dan Sektor Bangunan dan Konstruksi. Sementara,

sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan terendah dalam pembentukan PDRB

Banyuwangi. Pertumbuhan yang rendah mengindikasikan bahwa sumbangsih

sektor pertanian semakin menunjukkan gejala penurunan. Sedangkan sektor PHR

menunjukkan peningkatan dalam struktur perekonomian di Kabupaten

Banyuwangi.

Tabel 5.1. Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan

(miliar rupiah), 2009-2013

Jenis Penerimaan 2009 2010 2011 2012 2013

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a. Pajak Daerah 21,48 26,13 32,45 40,77 65,94

b. Retribusi Daerah 30,77 20,81 21,62 24,81 28,65

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang dipisahkan 7,99 8,79 9,98 14,50 14,54

d. Lain-lain PAD yang sah 26,73 34,93 49,31 60,23 74,10

Dana Perimbangan

a. Bagi Hasil Pajak 60,62 69,52 66,09 71,27 50,24

b. Bagi Hasil Bukan Pajak 9,77 14,29 18,86 29,43 32,13

c. Dana Alokasi Umum (DAU) 766,83 761,90 815,16 1030,22 1154,50

d. Dana Alokasi Khusus (DAK) 79,91 81,60 81,91 67,66 77,00

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

a. Pendapatan Hibah - - - - 0,41

b. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

pemerintah daerah lainnya 57,72 75,86 87,62 82,17 95,56

c. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 61,59 103,29 231,98 210,00 293,37

d. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau

pemerintah daerah lainnya 18,94 10,52 35,33 59,37 30,62

e. Sumbangan Pihak Ketiga 1,33 - - - -

f. Pendapatan Lainnya - 0,54 - - -

Total 1143,69 1208,16 1450,32 1690,43 1917,06

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

5.2 Potensi Daerah Kabupaten Banyuwangi

Secara geografis, Kabupaten Banyuwangi yang terletak di ujung timur

pulau Jawa, memiliki luas wilayah mencapai 5.782,50 km2 menjadikan

Kabupaten Banyuwangi sebagai kabupaten terluas di Provinsi Jawa Timur.

5.2.1 Potensi Sektor Pertanian

Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah dengan luas 5.782,50 km2

merupakan daerah terluas di Provinsi Jawa Timur. Sehingga tidak mengherankan

jika potensi utama Kabupaten Banyuwangi masih didominasi oleh sektor yang

mengandalkan lahan yang relatif luas. Sektor pertanian merupakan sektor yang

memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banyuwangi.

Potensi yang dimiliki sektor pertanian adalah sebagai berikut:

Page 20: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

17

A. Pertanian Tanaman Pangan

Berdasarkan data BPS Kabupaten Banyuwangi, bidang pertanian tanaman

pangan Kabupaten Banyuwangi memiliki tiga produk unggulan yang menjadi

andalan untuk dikembangkan yakni komoditas padi, jagung, dan kedelai.

Tabel 5.2. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pertanian Tanaman

Pangan Di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2013

KOMODITAS LUAS PANEN (ha)

PRODUKTIVITAS

(kw) PRODUKSI (Ton)

2012 2013 2012 2013 2012 2013

Padi sawah 121.377 115.498 65,3 65,87 792.592 760.827

Padi lading 1.064 2.163 58,82 55,25 6.258 11.951

Total Padi 122.441 117.661 798.850 772.778

Jagung 22.032 20.847 64,05 62,7 141.115 130.711

Kedelai 27.257 34.021 19,68 19,82 53.642 67.430

Kacang tanah 1.353 1.078 15,85 15,85 2.145 1.709

Kacang hijau 3.439 3.329 12,91 12,91 4.440 4.298

Ubi kayu 1.841 1.963 193,46 191,86 35.616 37.662

Ubi jalar 1.063 701 237,14 237,97 25.208 16.682

Sumber: Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, 2013

Selanjutnya, perkembangan luas panen, produksi, dan produktivitas padi

berdasarkan kecamatan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2013 sebagai berikut:

Tabel 5.3. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut

Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013

Kecamatan

Padi Sawah Padi Ladang

Luas

Panen Produksi Produktivitas

Luas

Panen Produksi Produktivitas

(ha) (ton) (Ku/ha) (ha) (ton) (Ku/ha)

Pesanggaran 3.829 25.298 66,07 195 850 43,57

Siliragung 4.150 27.369 65,95 45 190 42,12

Bangorejo 3.450 24.015 69,61 275 1.725 62,73

Purwoharjo 4.428 35.592 80,38 0 0 0

Tegaldlimo 3.731 28.829 77,27 200 1.008 50,39

Muncar 4508 33.066 73,35 4 22 55,00

Cluring 5.886 42.838 72,78 475 2.701 56,86

Gambiran 5.100 37.954 74,42 0 0 0

Tegalsari 3.662 25.993 70,98 61 319 52,23

Glenmore 5.792 38.882 67,13 268 1.518 56,65

Kalibaru 3.484 20.841 59,82 0 0 0

Genteng 5.506 35.965 65,32 50 317 63,40

Srono 7.948 55.644 70,01 0 0 0

Rogojampi 6.677 42.639 63,86 0 0 0

Page 21: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

18

Kecamatan

Padi Sawah Padi Ladang

Luas

Panen Produksi Produktivitas

Luas

Panen Produksi Produktivitas

(ha) (ton) (Ku/ha) (ha) (ton) (Ku/ha)

Kabat 7.480 47.326 63,27 50 314 62,75

Singojuruh 8.024 40.321 50,25 0 0 0

Sempu 5.386 35.795 66,46 200 1.250 62,60

Songgon 7.430 49.499 66,62 0 0 56,13

Glagah 4.635 27.689 59,74 0 0 0

Licin 4.905 30.524 62,23 0 0 0

Banyuwangi 1.806 10.310 57,09 0 0 0

Giri 3.597 20.913 58,14 0 0 0

Kalipuro 1.580 8.693 55,02 0 0 0

Wongsorejo 2.504 14.829 59,22 340 1.736 51,06

Total 115.498 760.824 65,87 2.163 11.950 55,25

Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, 2013

Produktivitas padi yang tinggi di Kabupaten Banyuwangi disebabkan oleh

besarnya potensi lahan padi yang merata di semua kecamatan. Produksi padi

sawah terbesar terdapat di Kecamatan Srono dengan total produksi sebesar 55.644

ton, sedangkan produksi padi sawah terendah terdapat di Kecamatan Kalipuro

yaitu 8.693 ton. Produksi padi ladang terbesar terdapat di Kecamatan Wongsorejo

dengan total produksi sebesar 1.736 ton, sedangkan produksi padi ladang terendah

terdapat di Kecamatan Muncar yaitu 22 ton.

Tabel 5.4. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Jagung dan Kedelai

Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013

Kecamatan

Jagung Kedelai

Luas Panen Produksi Produktivitas Luas Panen Produksi Produktivitas

(ha) (ton) (Ku/ha) (ha) (ton) (Ku/ha)

Pesanggaran 1.474 9.849 66,82 2.330 4.241 18,20

Siliragung 1.180 7.871 66,70 870 1.586 18,23

Bangorejo 440 2.840 64,55 3.325 6.374 19,17

Purwoharjo 381 2.537 66,58 8.174 17.018 20,82

Tegaldlimo 2.259 15.542 68,80 8.783 17.724 20,18

Muncar 910 6.166 67,76 3.655 7.672 20,99

Cluring 807 5.252 65,08 2.421 4.547 18,78

Gambiran 128 700 54,69 851 1.614 18,97

Tegalsari 478 2.770 57,95 988 1.859 18,82

Glenmore 566 3.059 54,05 0 0 0

Kalibaru 455 2.625 57,69 0 0 0

Genteng 48 238 49,58 135 244 18,07

Srono 814 5.050 62,04 777 1.448 18,64

Rogojampi 452 2.289 50,64 282 531 18,82

Page 22: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

19

Kecamatan

Jagung Kedelai

Luas Panen Produksi Produktivitas Luas Panen Produksi Produktivitas

(ha) (ton) (Ku/ha) (ha) (ton) (Ku/ha)

Kabat 209 1.150 55,02 18 33 18,44

Singojuruh 44 245 55,68 2 4 17,50

Sempu 215 1.190 55,35 1.160 2.102 18,12

Songgon 35 195 55,71 0 0 0

Glagah 151 805 53,31 0 0 0

Licin 72 394 54,72 0 0 0

Banyuwangi 20 105 52,50 0 0 0

Giri 150 835 55,67 0 0 0

Kalipuro 824 4.610 55,95 0 0 0

Wongsorejo 8.735 54.402 62,28 250 444 17,76

Total 20.847 130.719 62,70 34.021 67.441 19,82

Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan, 2013

B. Perikanan

Sub sektor pertanian yang juga memiliki potensi cukup besar bagi

Kabupaten Banyuwangi adalah perikanan. Produksi ikan tangkap di perairan

Kabuoaten Banyuwangi terbagi menjadi jenis tangkapan di parairan laut dan

perairan umum. Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa produksi perikanan

tangkap di perairan laut dan perairan umum pada tahun 2010-2013 mengalami

peningkatan produksi. Pada tahun 2013, produksi ikan tangkap di perairan laut

mencapai 49.551,44 ton lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kondisi

serupa juga ditunjukkan oleh hasil produksi ikan tangkap di perairan umum yang

mengalami peningkatan mencapai 131,57 ton pada 2013, lebih tinggi dibanding

tahun sebelumnya.

Tabel 5.5. Produksi Perikanan Tangkap Menurut Jenis Penangkapan (Ton),

Tahun 2010 – 2013

Tahun Jenis Penangkapan

Perairan Laut Perairan Umum

2010 29.264,33 111,19

2011 40.425,84 101,76

2012 44.469,36 106,69

2013 49.551,44 131,57

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, 2013

Potensi ikan laut di Kabupaten Banyuwangi sangat melimpah. Hal tersebut

dapat dibuktikan bahwa banyaknya jenis ikan yang menjadi komoditas. Jenis ikan

tersebut antara lain Lemuru, Tongkol, Tuna, Layang, Lele, Nila, dan Udang.

Berikut merupakan tabel produksi dan nilai produksi komoditas perikanan

tangkap Kabupaten Banyuwangi:

Page 23: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

20

Tabel 5.6. Jumlah Produksi & Nilai Produksi Per Jenis Komoditas Hasil

Tangkapan Ikan Perairan

No

o Komoditas

Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp)

2011 2012 2011 2012

1 Mas 4.304 4.458 30.339.000 33.883.750

2 Sidat 10 18.095 80.000 167.144.500

3 Nila 16.797 17.563 113.418.750 129.459.000

4 Tawes 6.410 6.683 44.379.500 50.292.750

5 Mujair 19.740 20.758 105.861.250 124.337.500

6 Patin Jambal - - - -

7 Gabus - - - -

8 Lais - - - -

9 Lele 7.860 8.245 49.887.000 56.791.000

10 Toman - - - -

11 Sepat Siam 30 30 255.000 255.000

12 Tambakan - - - -

13 Belida - - - -

14 Nilem 4.710 4.960 31.498.500 36.621.000

15 Sili - - - -

16 Gurami 897 989 7.889.000 10.258.000

17 Jambal - - - -

18 Ikan lain 6.215 6.834 23.926.000 32.279.000

19 Udang Galah - - - -

20 Udang Tawar - - - -

21 Udang Grago - - - -

22 Udang Lainnya 6.369 6.727 60.994.000 71.281.750

23 Siput 105 105 212.500 212.500

24 Kodok 10.671 10.966 88.667.500 96.114.500

25 Belut 17.377 - 147.165.750 -

26 Binatang air lainnya 245 274 500.000 712.500

Jumlah 101.740 106.687 705.073.750 809.642.750

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi, 2013

C. Peternakan

Sektor peternakan Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu produk

unggulan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi masyarakat. Luasnya lahan

dan melimpahnya ketersediaan pakan ternak menjadikan masyarakat tidak

kesulitan untuk mengembangkan usaha peternakan. Usaha peternakan di

Kabupaten Banyuwangi terrbagi menjadi peternakan besar, peternakan kecil dan

unggas. Menurut Dinas Peternakan disebutkan terdapat tujuh jenis ternak yang

menjadi unggulan utama di Kabupaten Banyuwangi, yaitu Sapi potong, Sapi

perah, Kerbau, Kambing, Domba, Ayam, Itik.

Page 24: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

21

Tabel 5.7. Populasi Ternak di Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2013

Jenis Ternak 2010 2011 2012 2013

Kategori: Ternak Besar

Sapi Perah 344 309 1.358 1.202

Sapi Potong 130.654 145.569 163.402 92.947

Kuda 793 743 4.611 3.722

Kerbau 4.934 8.543 772 618

Kategori: Ternak Kecil

Kambing 59.377 63.370 71.127 79.743

Domba 46.064 46.759 61.715 62.293

Babi 1.352 1.352 943 1.067

Kategori Unggas

Buras 992.484 1.290.231 1.574.273 1.290.339

R a s 479.200 599.000 675.547 659.458

Ras Pedaging 1.799.500 449.875 2.335.710 580.447

Itik 230.651 253.717 379.327 285.353

Entok 23.848 25.042 n.a 32.413

Kelinci 7.934 7.799 7.716 8.101

Burung Puyuh 17.736 15.436 22.765 25.336

Burung wallet *) 286 300 399 300

Burung dara 17.843 17.017 17.306 20.833

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi, 2014

Berdasarkan tabel 5.7, dilihat dari kategori peternakan besar, populasi

ternak besar yang terdiri dari sapi perah, sapi potong, kuda dan kerbau

menunjukkan kecenderungan meningkat sepanjang 2010-2013.

Tabel 5.8. Produksi Peternakan di Kabupaten Banyuwangi

Tahun 2010-2013

Jenis Produksi

2010 2011 2012 2013

Daging (Kg) 5.717.905 6.254.039 4.582.172 7.144.000

Telur (Kg) 7.099.113 8.937.275 7.497.059 31.657.000

Susu (Liter) 598.766 552.905 1.242.783 7.643.662

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi, 2014

Produksi peternakan di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan tabel 5.9,

dapat dilihat bahwa total produksi daging terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu

sebesar 7.144.000 kg, sedangkan produksi daging terendah terjadi pada tahun

2012 yaitu sebesar 4.582.172 Kg. Selanjutnya produksi telor terbesar terjadi pada

tahun 2013 yaitu sebesar 31.657.000 Kg dan produksi terendah terjadi pada tahun

2010 yaitu sebesar 7.099.113 Kg. Produksi susu terbesar terjadi pada tahun 2013

Page 25: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

22

yaitu 7.643.662 liter dan produksi susu terendah terjadi pada tahun 2011 dengan

total produksi sebesar 552.905 liter.

5.2.2 Potensi Sektor Industri

Kabupaten Banyuwangi memiliki komitmen yang kuat dalam

pengembangan sektor industri. Mengacu pada data BPS, sektor industri di

Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi dua yakni UMKM dan Industri Besar dan

Sedang.. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM, sebesar 99,81 persen

kategori industri berupa UMKM, sedangkan industri besar dan sedang hanya 0,19

persen dengan pertumbuhan jumlah UMKM di Kabupaten Banyuwangi terus

mengalami peningkatan yang signifikan.

Persebaran UMKM berdasarkan sektor diketahui bahwa berdasarkan

jumlah UMKM sebanyak 296.709 unit pada tahun 2013 pada umumnya struktur

UMKM masih didominasi oleh usaha di sektor pertanian. Jumlah UMKM yang

bergerak dalam sektor pertanian adalah sebanyak 51% dari keseluruhan total

UMKM yang ada atau sebanyak 151.322 unit sedangkan sisanya 144.786 unit

adalah UMKM yang bergerak diluar sektor pertanian, baik itu disektor jasa

maupun industri pengolahan. Usaha diluar sektor pertanian yang terbesar adalah

di bidang jasa perdagangan hotel dan restoran, lainnya adalah di bidang industri

pengolahan.

Tabel 5.9. Persebaran Unit UMKM di Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013

Sektor Total Unit Persentase

Pertanian 151.322 51%

Pertambangan dan Penggalian 2.967 1%

Industri Pengolahan 29.671 10%

Listrik, Gas, dan Air Bersih - 0%

Konstruksi - 0%

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 83.079 28%

Pengangkutan dan Komunikasi 5.934 2%

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan - 0%

Jasa-jasa 23.737 8%

Jumlah 296.709 100% Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM, Kabupaten Banyuwangi, 2013

Selanjutnya, berdasarkan karakteristik usaha, UMKM di Kabupaten

Banyuwangi didominasi oleh UMKM dalam skala mikro (50,48 persen sektor

pertanian dan 43,96 persen sektor non-pertanian). Karakteristik UMKM dengan

skala tersebut pada umumnya memiliki karakteristik lemah di permodalan, lemah

di perputaran usaha, lemah di pemasaran dan beberapa kelemahan lainnya.

Disamping itu, karaktersitik UMKM yang juga melekat lainnya dengan skala

tersebut adalah lemah dalam bidang inovasi. UMKM dengan skala tersebut pada

umumnya dalam hal teknologi menggunakan terknologi yang sederhana dengan

kualitas produk yang masih rendah, sehingga UMKM memerlukan upaya

terobosan ide-ide kreatif agar mampu bertahan dan berkembang di tengah

keterbatasannya.

Page 26: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

23

Tabel 5.10. Karakteristik UMKM di Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013

Sektor Total Unit Persentase

Pertanian:

- Mikro 149.786 50,48

- Kecil 1.961 0,66

- Menengah 176 0,06

Non-Pertanian:

- Mikro 130.418 43,96

- Kecil 13.308 4,49

- Menengah 1057 0,36

Jumlah 296.709 100 Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM, Kabupaten Banyuwangi, 2013

5.2.3 Potensi Sektor Pariwisata

Kekayaan wisata Kabupaten Banyuwangi cukup banyak dan bervariasi

mulai wisata pegunungan, wisata pantai, wisata perkebunan, wisata agro, hingga

wisata budaya. Konsep pariwisata Kabupaten Banyuwangi dikenal dengan

triangle diamonds atau segitiga berlian. Konsep tersebut mengombinasikan

kesinambungan antar obyek wisata mulai obyek wisata pesisir, perkebunan,

kehutanan sampai obyek wisata pegunungan. Pada tahun 2015, guna

meningkatkan iklim pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, pemerintah daerah

telah menyusun beragam kegiatan yang bernama “Banyuwangi Festival 2015”.

Pada even tersebut, terdapat sebanyak 36 kegiatan yang akan dilaksanakan pada

tahun 2015.

Gambar 5.4. Kegiatan Banyuwangi Festival 2015

Page 27: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

24

5.3 Identifikasi Daya Saing Daerah

5.3.1 Hasil Analisis Tipologi Klassen

Dalam upaya untuk membangun suatu daerah, menurut teori pertumbuhan

jalur cepat (turnpike), bahwa setiap wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa

yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, untuk

mengetahui sektor potensial tersebut dilakukan dengan menggunakan hasil

perhitungan Analisis Tipologi Klassen. Hasil analisa tipologi klassen, dapat

ditarik ringkasan bahwa di Kabupaten Banyuwangi terdapat 5 sektor yang

diunggulkan yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor

jasa-jasa.

Tabel 5.11. Hasil Analisis Klassen Tipologi Pendekatan Sektoral Banyuwangi

Y Sektoral ≥ Y PDRB Y Sektoral < YPDRB

rSektoral ≥

rPDRB

Unggulan

Sektor Pertanian

Sektor Pertambangan & penggalian

Perdag, Hotel dan Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

Jasa-Jasa

Berkembang

Listrik, Gas & Air bersih

Bangunan

rSektoral <

rPDRB

Potensial

Industri Pengolahan

Keu.Persewaan & Jasa Keuangan

Terbelakang

-

Sumber: PDRB Banyuwangi, Banyuwangi Dalam Angka 2014 (diolah)

5.3.2 Hasil Analisis Location Quotient (LQ)

Location quotient (LQ) adalah suatu perbandingan antara besarnya peran

suatu sektor di Kabupaten Banyuwangi terhadap besarnya peran sektor tersebut di

tingkat yang lebih tinggi, yaitu Provinsi Jawa Timur..

Tabel 5.12. Analisis LQ Kabupaten Banyuwangi ADHK 2000,

Tahun 2009-2013

Lapangan Usaha 2009 2010 2011* 2012** 2013*** Basis/Non

Basis

Pertanian 3,03 3,14 3,22 3,29 3,36 Basis

Pertambangan dan Penggalian 1,97 1,94 1,97 2,05 2,08 Basis

Industri Pengolahan 0,25 0,25 0,25 0,25 0,26 Non Basis

Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,35 0,34 0,33 0,33 0,33 Non Basis

Konstruksi 0,26 0,26 0,27 0,28 0,28 Non Basis

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,82 0,81 0,82 0,83 0,85 Non Basis

Pengangkutan dan Komunikasi 0,63 0,60 0,58 0,56 0,54 Non Basis

Keuangan, Persewaan & Js Perushn 1,11 1,08 1,07 1,05 1,06 Basis

Jasa-jasa 0,59 0,60 0,61 0,62 0,62 Non Basis

Ket: *) Angka Perbaikan; **) Angka Sementara; ***) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015. Data diolah.

Page 28: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

25

5.3.3 Hasil Analisis Shift Share (SS)

Analisis shift-share merupakan tehnik yang menggambarkan performance

(kinerja) sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan kinerja sektor-sektor

perekonomian nasional.

Tabel 5.13. Perubahan Output Sektoral Kabupaten Banyuwangi ADHK

Tahun 2010 dan 2013 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2010 2013*** Perubahan

PDRB %

Pertanian 5.185.828 5.993.530 807.702 15,58

Pertambangan dan Penggalian 485.195 581.649 96.454 19,88

Industri Pengolahan 698.108 854.372 156.263 22,38

Listrik, Gas, dan Air Bersih 50.201 58.693 8.492 16,92

Bangunan dan Konstruksi 93.624 124.582 30.957 33,07

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.778.110 3.798.288 1.020.178 36,72

Pengangkutan dan Komunikasi 483.920 591.509 107.589 22,23

Keuangan, Persewaan & Js Perushn 648.097 798.105 150.008 23,15

Jasa-jasa 592.109 710.976 118.866 20,08

PDRB 11.015.195 13.511.707 2.496.512 22,66

Ket: ***) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015. Data diolah.

Total perubahan output Kabupaten Banyuwangi sejak 2010 hingga 2013

adalah 2.496.512 (juta rupiah) atau mengalami pertumbuhan PDRB sebesar 22,66

persen. Sementara, perubahan output sektoral Provinsi Jawa Timur periode 2010-

2013 dan menunjukkan bahwa PDRB Provinsi Jawa Timur mengalami

pertumbuhan sebesar 22,54 persen.

Tabel 5.14. Perubahan Output Sektoral Provinsi Jawa Timur ADHK

tahun 2010 dan 2013 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2010 2013*** Perubahan

PDRB %

Pertanian 51.329.548 55.330.095 4.000.547 7,79

Pertambangan dan Penggalian 7.757.319 8.697.627 940.307 12,12

Industri Pengolahan 86.900.779 103.497.232 16.596.453 19,10

Listrik, Gas, dan Air Bersih 4.642.081 5.486.499 844.417 18,19

Bangunan dan Konstruksi 10.992.599 14.006.020 3.013.420 27,41

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 106.229.112 139.431.307 33.202.194 31,26

Pengangkutan dan Komunikasi 25.076.424 33.837.742 8.761.317 34,94

Keuangan, Persewaan & Js Perushn 18.659.490 23.455.842 4.796.351 25,70

Jasa-jasa 30.693.407 35.686.078 4.992.670 16,27

PDRB 342.280.764 419.428.445 77.147.680 22,54

Ket: ***) Angka Sangat Sementara

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur, 2015. Data diolah.

Dikarenakan kita meletakkan Kabupaten Banyuwangi dalam konteks

kawasan Provinsi Jawa Timur, maka angka 2.482.748 (juta rupiah) dapat

dinamakan sebagai regional growth share (RGS). Selisih positif antara 2.482.748

Page 29: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

26

(juta rupiah) dengan 2.496.512 (juta rupiah) merupakan gain bagi Kabupaten

Banyuwangi (jika sebaliknya merupakan loss).

Tabel 5.15. Regional Growth Share (RGS)

Lapangan Usaha Regional Growth Share (RGS)

Juta Rupiah Persen

Pertanian 1.168.849 22,54

Pertambangan dan Penggalian 109.360 22,54

Industri Pengolahan 157.349 22,54

Listrik, Gas, dan Air Bersih 11.315 22,54

Bangunan dan Konstruksi 21.102 22,54

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 626.167 22,54

Pengangkutan dan Komunikasi 109.072 22,54

Keuangan, Persewaan & Js Perushn 146.077 22,54

Jasa-jasa 133.457 22,54

TOTAL 2.482.748 22,54 Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dan BPS Provinsi Jawa Timur, 2015. Data diolah.

Tabel 5.16. Industrial Mix Share (IMS)

Lapangan Usaha Industrial Mix Share (IMS)

Juta Rupiah Persen

Pertanian (76.467.367) (14,75)

Pertambangan dan Penggalian (5.054.637) (10,42)

Industri Pengolahan (2.402.286) (3,44)

Listrik, Gas, dan Air Bersih (218.317) (4,35)

Bangunan dan Konstruksi 456.314 4,87

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 24.213.928 8,72

Pengangkutan dan Komunikasi 6.000.206 12,40

Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan 2.051.440 3,17

Jasa-jasa (3.714.323) (6,27)

TOTAL (55.135.042) (10,07) Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dan BPS Provinsi Jawa Timur, 2015. Data diolah.

Pada kenyataanya, pertumbuhan sektoral di setiap daerah tidaklah sama,

melainkan bervariasi. Kondisi tersebut dapat terjadi dalam suatu daerah maupun

antar daerah. Untuk mengetahui pertumbuhan sektoral antar daerah maupun

dengan wilayah yang lebih tinggi (Provinsi) digunakan Local share (LS). Local

share (LS) adalah untuk mengukur apakah pertumbuhan per sektor di Kabupaten

Banyuwangi sama, lebih cepat, atau lebih lambat dibanding pertumbuhan per

sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Tabel 5.17. Local Share (LS)

Lapangan Usaha Local Share (LS)

Juta Rupiah Persen

Pertanian 40.352.723 7,78

Pertambangan dan Penggalian 3.764.092 7,76

Industri Pengolahan 2.293.743 3,29

Listrik, Gas, dan Air Bersih (63.978) (1,27)

Page 30: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

27

Lapangan Usaha Local Share (LS)

Juta Rupiah Persen

Bangunan dan Konstruksi 529.216 5,65

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 15.187.290 5,47

Pengangkutan dan Komunikasi (6.148.496) (12,71)

Keuangan, Persewaan & Js Perushn (1.658.288) (2,56)

Jasa-jasa 2.255.249 3,81

TOTAL 56.511.551 17,21

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dan BPS Provinsi Jawa Timur, 2015. Data diolah

Dari hasil perhitungan tiga komponen di atas, dapat dilakukan checking

sebagai berikut:

Komponen Regional Growth Share (RGS) : 2.482.748

Komponen Industrial Mix Share (IMS) : -55.135.042

Komponen Local Share (LS) : 56.511.551 +

Perubahan Output Kabupaten Banyuwangi 3.859.257

Dari hasil analisis Shift Share (SS) untuk masing-masing sektor di

Kabupaten Banyuwangi terhadap Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:

a. Sektor Pertanian

Sektor pertanian, mengalami perubahan perekonomian sebesar

1.168.849 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh perekonomian Provinsi Jawa

Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran industri (IMS) mempengaruhi

perubahan penurunan output ekonomi sebesar -76.467.367 (juta rupiah) atau -

14,75 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai

pertumbuhan yang lambat di banding kawasan Provinsi Jawa Timur. Daya

saing daerah (LS) mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi

sebesar 40.352.723 (juta rupiah) atau 7,78 persen. Ini berarti pada sektor

pertanian di Kabupaten Banyuwangi memilki daya saing yang kuat di

banding Provinsi Jawa Timur.

b. Sektor pertambangan dan penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian, mengalami perubahan perekonomian

sebesar 109.360 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh perekonomian Provinsi

Jawa Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran industri (IMS)

mempengaruhi perubahan penurunan output ekonomi sebesar -5.054.637

(juta rupiah) atau -10,42 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor

pertambangan dan penggalian mempunyai pertumbuhan yang lambat di

banding kawasan Provinsi Jawa Timur. Daya saing daerah (LS)

mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi sebesar 3.764.092

(juta rupiah) atau 7,76 persen. Ini berarti pada sektor pertambangan dan

penggalian di Kabupaten Banyuwangi memilki daya saing yang kuat di

banding Provinsi Jawa Timur.

c. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri Pengolahan, mengalami perubahan perekonomian sebesar

157.349 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh perekonomian Provinsi Jawa

Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran industri (IMS) mempengaruhi

perubahan penurunan output ekonomi sebesar -2.402.286 (juta rupiah) atau -

Page 31: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

28

3,44 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor Industri Pengolahan mempunyai

pertumbuhan yang lambat di banding kawasan Provinsi Jawa Timur. Daya

saing daerah (LS) mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi

sebesar 2.293.743 (juta rupiah) atau 3,29 persen. Ini berarti pada sektor

Industri Pengolahan di Kabupaten Banyuwangi memilki daya saing yang kuat

di banding Provinsi Jawa Timur.

d. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, mengalami perubahan perekonomian

sebesar 11.315 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh perekonomian Provinsi

Jawa Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran industri (IMS)

mempengaruhi perubahan penurunan output ekonomi sebesar -218.317 (juta

rupiah) atau -4,35 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor Listrik, Gas, dan

Air Bersih mempunyai pertumbuhan yang lambat di banding kawasan

Provinsi Jawa Timur. Daya saing daerah (LS) mempengaruhi perubahan

penurunan output ekonomi sebesar -63.978 (juta rupiah) atau -1,27 persen. Ini

berarti pada sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih di Kabupaten Banyuwangi

memiliki daya saing yang lemah di banding Provinsi Jawa Timur.

e. Sektor Bangunan dan Konstruksi

Sektor Bangunan dan Konstruksi, mengalami perubahan perekonomian

sebesar 21.102 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh perekonomian Provinsi

Jawa Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran industri (IMS)

mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi sebesar 456.314 (juta

rupiah) atau 4,87 persen. Ini menunjukkan bahwa Sektor Bangunan dan

Konstruksi mempunyai pertumbuhan yang kuat di banding kawasan Provinsi

Jawa Timur. Daya saing daerah (LS) mempengaruhi perubahan penurunan

output ekonomi sebesar 529.216 (juta rupiah) atau 5,65 persen. Ini berarti

pada Sektor Bangunan dan Konstruksi di Kabupaten Banyuwangi memilki

daya saing yang kuat di banding Provinsi Jawa Timur.

f. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, mengalami perubahan

perekonomian sebesar 626.167 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh

perekonomian Provinsi Jawa Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran

industri (IMS) mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi sebesar

24.213.928 (juta rupiah) atau 8,72 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran mempunyai pertumbuhan yang kuat di

banding kawasan Provinsi Jawa Timur. Daya saing daerah (LS)

mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi sebesar 15.187.290

(juta rupiah) atau 5,47 persen. Ini berarti pada sektor Perdagangan, Hotel, dan

Restoran di Kabupaten Banyuwangi memiliki daya saing yang kuat di

banding Provinsi Jawa Timur.

g. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, mengalami perubahan perekonomian

sebesar 109.072 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh perekonomian Provinsi

Jawa Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran industri (IMS)

mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi sebesar 6.000.206

(juta rupiah) atau 12,40 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor Pengangkutan

dan Komunikasi mempunyai pertumbuhan yang kuat di banding kawasan

Provinsi Jawa Timur. Daya saing daerah (LS) mempengaruhi perubahan

Page 32: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

29

penurunan output ekonomi sebesar 6.148.496 (juta rupiah) atau -12,71 persen.

Ini berarti pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kabupaten

Banyuwangi memilki daya saing yang lemah di banding Provinsi Jawa

Timur.

h. Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan, mengalami perubahan

perekonomian sebesar 146.077 (juta rupiah) yang dipengaruhi oleh

perekonomian Provinsi Jawa Timur (RGS) sebesar 22,54 persen. Bauran

industri (IMS) mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi sebesar

2.051.440 (juta rupiah) atau 3,17 persen. Ini menunjukkan bahwa sektor

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan mempunyai pertumbuhan yang kuat

di banding kawasan Provinsi Jawa Timur. Daya saing daerah (LS)

mempengaruhi perubahan penurunan output ekonomi sebesar -1.658.288 (juta

rupiah) atau -2,56 persen. Ini berarti pada sektor Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan di Kabupaten Banyuwangi memilki daya saing yang kuat di

banding Provinsi Jawa Timur.

i. Sektor Jasa-jasa

Sektor Jasa-jasa, mengalami perubahan perekonomian sebesar 133.457 (juta

rupiah) yang dipengaruhi oleh perekonomian Provinsi Jawa Timur (RGS)

sebesar 22,54 persen. Bauran industri (IMS) mempengaruhi perubahan

penurunan output ekonomi sebesar -3.714.323 (juta rupiah) atau -6,27 persen.

Ini menunjukkan bahwa sektor Jasa-jasa mempunyai pertumbuhan yang

lambat di banding kawasan Provinsi Jawa Timur. Daya saing daerah (LS)

mempengaruhi perubahan peningkatan output ekonomi sebesar 2.255.249

(juta rupiah) atau 3,81 persen. Ini berarti pada sektor Jasa-jasa di Kabupaten

Banyuwangi memilki daya saing yang kuat di banding Provinsi Jawa Timur.

Shift Share Perhitungan Pergeseran Bersih

Pergeseran bersih (PB) diperoleh dari hasil penjumlahan antara industrial

mix share (IMS) dan local share (LS) di setiap sektor perekonomian. Apabila

PB>0, maka pertumbuhan sektor di Kabupaten Banyuwangi termasuk dalam

kelompok yang progresif (maju). Sedangkan PB<0 artinya sektor perekonomian

di Kabupaten Banyuwangi termasuk kelompok yang degresif (mundur).

Tabel 5.18. Hasil Perhitungan Pergeseran Bersih (PB)

Lapangan Usaha Pergeseran Bersih

Juta Rupiah Persen

Pertanian (36.114.644) (6,96)

Pertambangan dan Penggalian (1.290.545) (2,66)

Industri Pengolahan (108.543) (0,16)

Listrik, Gas, dan Air Bersih (282.295) (5,62)

Bangunan dan Konstruksi 985.530 10,53

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 39.401.218 14,18

Pengangkutan dan Komunikasi (148.290) (0,31)

Keuangan, Persewaan & Js Perushn 393.152 0,61

Jasa-jasa (1.459.074) (2,46)

TOTAL 1.376.509 7,14

Page 33: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

30

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dan BPS Provinsi Jawa Timur, 2015. Data diolah

Berdasarkan Tabel 5.18, secara agregat pergeseran bersih di Kabupaten

Banyuwangi menghasilkan nilai positif, yang turut memberikan sumbangan

terhadap pertumbuhan PDRB pada periode 2010-2013 di Kabupaten Banyuwangi

sebesar 1.376.509 (juta rupiah). Hal ini juga menunjukkan bahwa secara umum,

Kabupaten Banyuwangi termasuk kedalam kelompok daerah yang progresif

(maju). Ditingkat sektoral, tiga (3) sektor memiliki nilai PB>0 yaitu sektor

bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang memiliki nilai

PB<0 adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor

industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor penganggkutan dan

komunikasi, serta sektor jasa-jasa.

Analisis Kuadran

Analisis kuadran digunakan untuk menentukan posisi masing-masing

sektor dalam empat kelompok/kuadran. Metodenya adalah melakukan ploting

grafik data Industrial Mix Share (IMS) dan Local Share (LS) dari analisis Shift-

Share sektoral Kabupaten Banyuwangi. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 5.5.

Berdasarkan gambar 5.5, masing-masing sektor ekonomi telah

mengelompok ke dalam empat kuadran. Pada kuadran I (IMS dan LS positif)

ditempati oleh sektor 4, 5, dan 6, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor

bangunan dan konstruksi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kuadran I

menginterpretasikan bahwa sektor-sektor yang terdapat pada kuadran I memiliki

laju pertumbuhan yang cepat. Sektor-sektor tersebut juga mampu bersaing dengan

sektor-sektor perekonomian dari wilayah lain.

Sumber: Data diolah, 2015

Gambar 5.5. Industrial Mix Share (IMS) dan Local Share (LS)

Sektor Ekonomi di Kabupaten Banyuwangi

Pada kuadran II (IMS negatif dan LS positif) ditempati oleh sektor 1, 2, 3

dan 9, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri

pengolahan, serta sektor jasa-jasa. Kuadran II menginterpretasikan bahwa sektor-

KUADRAN IV

KUADRAN I KUADRAN II

KUADRAN III

Page 34: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

31

sektor yang terdapat pada kuadran II mempunyai kecenderungan sebagai sektor

yang tertekan tetapi berpotensi (highly potential). Kelompok sektor ini memiliki

tingkat daya saing yang tinggi tetapi laju pertumbuhannya lambat.

Pada kuadran III (IMS negatif dan LS negatif) tidak ada satu sektor pun

yang berada di kuadran tersebut. Sektor yang berada pada kuadran III

dikategorikan sebagai sektor yang terbelakang dan berdaya saing lemah atau

dikategorikan terbelakang (depressed). Terakhir, pada kuadran IV (IMS positif

dan LS negatif) ditempati oleh sektor 7 dan 8, yaitu sektor pengangkutan dan

komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Pada kuadran

IV memberikan pengertian bahwa sektor-sektor tersebut berada pada posisi

tertekan tapi sedang berkembang (developing).

5.4 Identifikasi Sektoral Daya Saing Daerah

Paparan mengenai identifikasi daya saing daerah bertujuan untuk

mengidentifikasi dan memetakan daya saing daerah menurut indikator daya saing

yakni input dan output.

Tabel 5.19. Ringkasan Hasil Analisa LQ, SS, PB dan Kuadran

Sektor LQ Shift-Share

PB Kuadran RGS IMS LS

Pertanian Basis 1.168.849 (76.467.367) 40.352.723 (36.114.644) II

Pertambangan dan

Penggalian Basis 109.360 (5.054.637) 3.764.092 (1.290.545) II

Industri

Pengolahan

Non

Basis 157.349 (2.402.286) 2.293.743 (108.543) II

Listrik, Gas dan

Air Minum

Non

Basis 11.315 (218.317) (63.978) (282.295) I

Bangunan dan

Konstruksi

Non

Basis 21.102 456.314 529.216 985.530 I

Perdagangan,

Restoran dan Hotel

Non

Basis 626.167 24.213.928 15.187.290 39.401.218 I

Pengangkutan dan

Komunikasi

Non

Basis 109.072 6.000.206 (6.148.496) (148.290) IV

Keuangan,

Persewaan dan

Jasa Perusahaan

Basis 146.077 2.051.440 (1.658.288) 393.152 IV

Jasa-jasa Non

Basis 133.457 (3.714.323) 2.255.249 (1.459.074) II

Sumber: Data diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5.19, gambaran mengenai posisi masing-masing sektor

ekonomi Kabupaten Banyuwangi terhadap Provinsi Jawa Timur adalah sebagai

berikut:

a. Sektor pertanian Karakteristik sektor pertanian merupakan sektor basis, memiliki daya saing

yang kuat namun pertumbuhannya lambat, sehingga posisi sektor pertanian

merupakan kelompok sektor yang menunjukkan kecenderungan sebagai

sektor yang tertekan tetapi berpotensi berkembang.

b. Pertambangan dan Penggalian Karakteristik sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor basis,

memiliki daya saing yang kuat namun pertumbuhannya lambat, dan

merupakan sektor yang degresif tapi mempunyai potensi berkembang.

c. Industri Pengolahan

Page 35: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

32

Karakteristik sektor industri pengolahan merupakan sektor non basis,

pertumbuhannya lambat namun daya saingnya kuat dan merupakan sektor

yang progresif serta mempunyai potensi berkembang.

d. Listrik, Gas dan Air Bersih Karakteristik sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor non basis,

menunjukkan pertumbuhan yang kuat, daya saingnya lemah dan merupakan

sektor yang progresif.

e. Bangunan dan Konstruksi

Karakteristik sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor non basis,

pertumbuhannya cepat, daya saingnya kuat, serta menunjukkan

perkembangan yang cepat.

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran

Karakteristik sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor non

basis, pertumbuhan dan daya saingnya kuat, serta menunjukkan

perkembangan yang cepat. Sektor ini dikategorikan sebagai sektor ekonomi

yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat, serta memiliki daya saing tinggi.

g. Pengangkutan dan Komunikasi

Karakteristik sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor non

basis, pertumbuhannya cepat, namun daya saingnya lemah serta menunjukkan

posisi tertekan tapi sedang berkembang. Sektor ini dikategorikan sebagai

sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat, tetapi sektor

tersebut tidak mampu bersaing (daya saingnya rendah).

h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Karakteristik sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan

sektor basis, pertumbuhannya cepat, namun daya saingnya lemah serta

menunjukkan posisi tertekan tapi sedang berkembang. Sektor ini

dikategorikan sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan yang

cepat, tetapi sektor tersebut tidak mampu bersaing (daya saingnya rendah).

i. Jasa-jasa Karakteristik sektor jasa-jasa merupakan sektor non basis, memiliki daya

saing yang kuat namun pertumbuhannya lambat, dan merupakan sektor yang

degresif tapi mempunyai potensi berkembang. Sektor ini dikategorikan

sebagai sektor ekonomi yang memiliki laju pertumbuhan lambat, tetapi sektor

tersebut mampu bersaing.

Page 36: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

33

BAB 6 STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH

6.1. Hasil Analisis SWOT

Analisis SWOT dalam rangka pemilihan alternatif kebijakan peningkatan

daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 6.1. Perumusan Faktor Internal dan Faktor Eksternal No. Faktor

1 Faktor Internal

1) Posisi geografis Kabupaten Banyuwangi

2) Kondisi topografi Kabupaten Banyuwangi yang bervariasi (dataran tinggi, dataran

rendah, dan

daerah dengan susunan bebatuan yang berbeda-beda);

3) Kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Banyuwangi;

4) Ketersediaan infrastruktur dasar;

5) Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah pertanian;

6) Sarana dan prasarana perekonomian seperti pasar dan kawasan ekonomi lainnya

di Kabupaten Banyuwangi;

7) Etos kerja, keuletan, dan jiwa kewirausahaan masyarakat di sektor perekonomian

mikro;

8) Kapasitas dan kinerja kelembagaan di Kabupaten Banyuwangi;

9) Potensi Sumber Daya Alam;

10) Tingkat partisipasi masyarakat;

11) Adanya kewenangan dalam menyusun peraturan perundangan untuk

mengoptimalkan potensi daerah;

12) Potensi pariwisata;

13) Pemerataan hasil-hasil pembangunan daerah;

14) Upaya mensosialisasikan potensi daerah kepada pihak luar (swasta/investor);

15) Penentuan skala prioritas pembangunan;

16) Sistem birokrasi di Kabupaten Banyuwangi;

17) Pendapatan Asli Daerah dan Struktur APBD Kabupaten Banyuwangi

2 Faktor Eksternal

1) Berbagai Undang-undang tentang otonomi daerah dan perimbangan keuangan

pusat dan daerah;

2) Undang-undang tentang Pajak dan Retribusi

3) Undang-undang tentang UMKM;

4) Globalisasi, pasar bebas dan keterbukaan ekonomi dunia;

5) Implementasi ASEAN Economic Community

6) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi internasional;

7) Kondisi sosial politik di tingkat nasional;

8) Kondisi sosial politik di Kabupaten Banyuwangi;

9) Berbagai program pemerintah pusat;

10) Dukungan pemerintah pusat dalam bentuk transfer;

11) Penegakan hukum dan reformasi birokrasi yang sedang digalakkan oleh

pemerintah pusat;

12) Kemajuan tehnologi;

13) Berbagai kemajuan pembangunan yang dimiliki oleh daerah-daerah;

14) Investasi swasta di lingkungan Kabupaten Banyuwangi;

15) Kerjasama dengan daerah-daerah sekitar Kabupaten Banyuwangi.

Sumber: Kuisioner SWOT, 2015

Page 37: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

34

Berdasarkan penilaian responden, maka faktor-faktor internal dan faktor-

faktor eksternal tersebut dapat dikategorikan menjadi kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman, dapat dijelaskan pada tabel 6.2 berikut.

Tabel 6.2. Hasil Analisis SWOT Kabupaten Banyuwangi

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan (Strength):

Posisi geografis

Kualitas dan kuantitas Sumber Daya

Manusia

Ketersediaan infrastruktur dasar

Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah

pertanian

Sarana dan prasarana perekonomian

Etos kerja, keuletan, dan jiwa

kewirausahaan masyarakat di sektor

perekonomian mikro

Potensi Sumber Daya Alam

Potensi pariwisata

Peluang (Opportunity):

Berbagai Undang-undang tentang

otonomi daerah dan perimbangan

keuangan pusat dan daerah

Undang-undang tentang Pajak dan

Retribusi

Undang-undang tentang UMKM

Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

internasional

Kondisi sosial politik di Kabupaten

Banyuwangi

Berbagai program pemerintah pusat

Dukungan pemerintah pusat dalam

bentuk transfer

Kemajuan teknologi

Kerjasama dengan daerah-daerah sekitar

Kelemahan (Weaknesess):

Kondisi topografi

Kapasitas dan kinerja kelembagaan

Tingkat partisipasi masyarakat

Adanya kewenangan dalam menyusun

peraturan

Perundangan

Pemerataan hasil-hasil pembangunan

daerah

Upaya mensosialisasikan potensi daerah

Penentuan skala prioritas pembangunan

Sistem birokrasi

Pendapatan Asli Daerah dan Struktur

APBD

Tantangan (Threat):

Globalisasi, pasar bebas dan keterbukaan

ekonomi dunia

Implementasi ASEAN Economic

Community

Kondisi sosial politik di tingkat nasional

Penegakan hukum dan reformasi

birokrasi yang sedang digalakkan oleh

pemerintah pusat

Berbagai kemajuan pembangunan yang

dimiliki oleh daerah-daerah

Investasi swasta

Sumber: Kuisioner SWOT, diolah. 2015

6.2. Daya Saing Daerah Menurut Indikator Input-Output

Bank Indonesia dan Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran dalam studi

tentang daya saing daerah tahun 2001 mendefinisikan daya saing daerah sebagai

kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang

tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan

internasional. Dari konsep dan definisi mengenai daya saing tersebut, diketahui

bahwa pada dasarnya daya saing daerah dihasilkan oleh interaksi yang kompleks

antara faktor input, output dan outcome yang ada di suatu daerah, dengan faktor

input sebagai faktor utama pembentuk daya saing daerah yaitu kemampuan

daerah, yang selanjutnya akan menentukan kinerja output yang merupakan inti

dari kinerja perekonomian. Berdasarkan hasil identifikasi sektoral daya saing

Kabupaten Banyuwangi, menggunakan analisis tipologi klassen, analisis LQ, dan

Page 38: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

35

analisis shift-share, disimpulkan bahwa secara umum kondisi sektoral Kabupaten

Banyuwangi memiliki posisi daya saing cukup baik serta menunjukkan

pertumbuhan yang dinamis.

6.3. Daya Saing Daerah Menurut Indikator Input-Output

6.3.1. Indikator Input Daya Saing

Lingkungan Usaha Produktif

Lingkungan usaha produktif merupakan indikator dasar sebagai prasarat

dalam menumbuhkan daya saing daerah. Indikator yang umumnya dipakai untuk

menunjukkan lingkungan usaha produktif adalah prosentase penduduk

berdasarkan pendidikan, tingkat kemiskinan, kepadatan penduduk, serta jumlah

masyarakat yang melanggan listrik.

Tabel 6.1. Persentase penduduk usia 10 th keatas menurut tingkat

pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Banyuwangi,

Tahun 2011-2013

Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013

Tidak/Belum Pernah Sekolah 8,92 6,47 6,40

Tidak/Belum Tamat SD/MI 25,05 24,54 26,38

SD/MI 28,71 29,11 28,60

SLTP sederajat 19,78 18,87 17,82

SMA sederajat 14,45 16,20 17,50

Perguruan Tinggi 3,10 4,81 3,30 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan, Kabupaten Banyuwangi, 2015

Masih tingginya komposisi penduduk dengan tingkat pendidikan yang

rendah di Kabupaten Banyuwangi mengakibatkan tingkat kemiskinan penduduk

juga relatif cukup tinggi. Angka garis kemiskinan per kapita yang masih relatif

rendah menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata penduduk di Kabupaten

Banyuwangi juga masih relatif rendah. Dilihat dari jumlah penduduk miskin, data

menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah penduduk miskin mulai tahun 2011

sampai dengan 2013. Hal ini menunjukkan bahwa program pemerintah dalam hal

menurunkan jumlah penduudk miskin dapat dikatakan cukup berhasil, namun

masih perlu ditingkatkan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu

menyusun kebijakan yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang

nantinya akan berkontribusi pada meningkatnya perkapita garis kemiskinan dan

menurunkan jumlah masyarakat miskin.

Tabel 6.2. Kondisi Kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi, 2011-2013

Kemiskinan 2011 2012 2013

Garis Kemiskinan (GK), (Rupiah/Kapita) 240.315 257.857 276.648

Jumlah Penduduk dibawah GK ( 000 jiwa ) 164,00 156,60 151,60

Prosentase Penduduk Miskin ( P0 ) 10,47 9,94 9,57

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan, Kabupaten Banyuwangi, 2015

Page 39: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

36

Ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk, data BPS menunjukkan bahwa

tingkat kepadatan penduduk di tiap kecamatan di Kabupaten Banyuwangi cukup

merata. Tingkat kepadatan penduduk tinggi merupakan pasar bagi produk barang

dan jasa karena akan mudah dalam proses pemasaran. Sebaliknya daerah dengan

tingkat kepadatan yang rendah merupakan tempat bagi pendirian lokasi-lokasi

industri baru dikarenakan masih relatif rendahnya biaya.

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.1. Tingkat kepadatan penduduk per Kecamatan di Kabupaten

Banyuwangi (penduduk/km2), 2013

Salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan daya saing adalah

keberadaan energi listrik di daerah. Energi listrik menjadi kebutuhan vital dalam

kegiatan ekonomi. Salah satu ukuran ketersediaan energi listrik adalah jumlah

masyarakat yang melanggan. Namun, distribusi listrik yang cukup merata di

setiap kecamatan bukanlah jaminan bahwa aliran listrik telah memadai di masing-

masing kecamatan. Maksudnya bahwa untuk meningkatkan daya saing ekonomi

daerah, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi harus mampu memastikan bahwa

pasokan energi listrik di tiap kecamatan tersedia dalam jumlah yang mencukupi

dan mampu mengalirkan listrik 24 jam. Mengingat aktivitas ekonomi saat ini

sebagian besar sangat bergantung dengan energi listrik.

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.2. Jumlah Pelanggan Listrik di Kabupaten Banyuwangi, 2013

Page 40: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

37

Perekonomian Daerah

Perekonomian daerah menunjukkan potensi ekonomi dan struktur

ekonomi suatu daerah dan merupakan pertimbangan penting dalam mendukung

daya saing daerah. Dimensi yang digunakan untuk melihat kinerja perekonomian

daerah meliputi pertumbuhan ekonomi daerah, laju inflasi, realisasi investasi

daerah, serta Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yakni ukuran yang

menyatakan besarnya tambahan modal yang diperlukan untuk meningkatkan satu

unit pengeluaran. Gambar 6.3 menunjukkan perkembangan pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Banyuwangi dibandingkan rata-rata Jawa Timur dan Nasional periode

2009 sampai dengan 2014. Secara umum pertumbuhan rata-rata Kabupaten

Banyuwangi masih lebih tinggi dibandingkan Jawa Timur dan Nasional. Ketika

pertumbuhan ekonomi Jawa Timur dan Nasional mengalami kecenderungan

penurunan, justru pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi relatif

meningkat.

5,06

6,12

7,16 7,22 6,76 6,94

5,01

6,686,86 7,27

6,555,86

4,55

6,16,5 6,23

5,785,02

0

2

4

6

8

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Banyuwangi Jawa Timur Nasional

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.3. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banyuwangi,

Jawa Timur dan Nasional, Tahun 2009-2014

Laju inflasi di Kabupaten Banyuwangi masih relatif lebih rendah

dibanding rata-rata inflasi Jawa Timur. Menurut Samuelson (1998), inflasi

dibawah 10% tergolong inflasi rendah (Creeping Inflation), artinya kenaikan

harga mengalami pertumbuhan yang lambat dengan persentase yang kecil serta

dalam waktu yang relatif lama. Inflasi yang tergolong rendah berdampak baik

terhadap perekonomian karena mampu merangsang pelaku usaha untuk

berproduksi lebih banyak. Sementara, relatif rendahnya inflasi mengakibatkan

konsumen tidak tergerus pendapatannya akibat adanya kenaikan harga-harga,

bahkan menguntungkan karena memiliki banyak pilihan terhadap barang-barang

yang dibutuhkan. Dikaitkan dengan upaya peningkatan daya saing, inflasi dapat

dijadikan salah satu referensi bagi pelaku usaha untuk melihat prospek usaha di

Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dikarenakan inflasi merupakan rangsangan bagi

pelaku usaha untuk lebih baik dalam proses produksi.

Page 41: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

38

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.4. Perbandingan Tingkat Inflasi Kabupaten Banyuawangi dan

Jawa Timur, Tahun 2010-2014

Salah satu pilar ukuran meningkatnya perekonomian daerah adalah

realisasi investasi daerah. Investasi dapat berupa investasi dari masyarakat lokal

atau investor dari luar daerah Banyuwangi bahkan dari penanaman modal asing.

Perkembangan jumlah ijin investasi tahun 2012 dan 2013 menunjukkan

peningkatan. Hingga maret 2015, ijin investasi sebanyak 558. Meskipun ijin

investasi mengalami penurunan, khususnya periode 2013-2014, namun disisi lain,

realisasi investasi jauh lebih tinggi dibanding ijin investasi. Hal ini

mengindikasikan bahwa Kabupaten Banyuwangi masih memberikan daya tarik

bagi investor untuk menanamkan modalnya di Banyuwangi.

1.340

1.986 1.593

558

1,190

3,387 3,445

0,615

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

-

0,500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

2012 2013 2014 Maret 2015*

Jumlah Ijin Realisasi Investasi

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.5. Jumlah Ijin dan Realisasi Investasi, Tahun 2015

Data realisasi investasi Kabupaten Banyuwangi menunjukkan peningkatan

yang signifikan. Namun peningkatan investasi tidak selalu berjalan paralel dengan

dampak yang dihasilkan pada perekonomian. Efisiensi investasi merupakan salah

satu penentunya. Untuk mengetahui efisiensi sebagai akibat dari meningkatnya

Page 42: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

39

jumlah realisasi investasi dapat dilihat dari perkembangan nilai Incremental

Capital to Output Ratio (ICOR). Semakin rendah nilai koefisien ICOR suatu

sektor, semakin efisien perekonomian sektor tersebut. Demikian pula halnya

dengan ICOR suatu wilayah, semakin rendah nilai koefisien ICOR, semakin

efisien perekonomian di wilayah tersebut.

Perkembangan ICOR Kabupaten Banyuwangi dibedakan menurut Lag-0,

Lag-1 dan Lag-2. Rasio ICOR per tahun yang paling minimum berada pada Lag-2

tahun 2011 dengan nilai 1.74. Sehingga, dapat dikatakan bahwa nilai investasi

yang efisien diperoleh dengan menggunakan pendekatan Lag-2. Artinya

penambahan output akan diperoleh setelah investasi ditanam selama dua tahun

yang lalu. Misalnya, jika terdapat penambahan PDRB senilai 4,33 triliun pada

2012, itu merupakan hasil dari penanaman investasi yang dilakukan pada tahun

2008 dengan nilai 2.40 triliun, demikian juga untuk setiap penambahan PDRB per

tahun yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

Tabel 6.3. Rata-rata ICOR Kabupaten Banyuwangi, 2008-2012

Tahun ICOR per tahun

(Lag 0)

ICOR per tahun

(Lag 1)

ICOR per tahun

(Lag 2)

2008 2.51 - -

2009 2.53 2.11 -

2010 2.50 2.09 1,94

2011 2.25 1.93 1.74

2012 2,05 1.90 1.76

Rata-rata 2.37 2.01 1.81 Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Konsekuensi dari tingkat efisensi investasi yang berada pada lag 2, maka

dapat dihitung tambahan yang dihasilkan terhadap masing-masing sektor. Artinya,

setiap penambahan investasi akan selalu diikuti dengan meningkatnya nilai

produksi barang dan jasa, kemudian dari seluruh nilai tambah bruto yang

dihasilkan berdasarkan nilai produksi barang dan jasa tersebut akan menghasilkan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Ketenagakerjaan dan Sumberdaya Manusia

Ketenagakerjaan memiliki peran yang penting dalam mendukung

kebijakan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan daya saing daerah. Dalam

aktivitas produksi barang/jasa, keberadaan tenaga kerja memegang peranan

penting terhadap keberhasilan proses produksi tersebut. Oleh sebab itu telaah

mengenai ketenagakerjaan menjadi penting guna mengetahui kondisi

ketenagakerjaan daerah, sebagai bahan kajian dalam pengambilan kebijakan

peningkatan daya saing di Kabupaten Banyuwangi. Sebagai faktor input suatu

produksi maka dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja yang memadai

menjadi kunci kelancaran suatu usaha. Secara ekonomis ketersediaan tenaga kerja

yang memadai dapat meminimalisir biaya transaksi perusahaan.

Dilihat dari tingkat pendidikannya, tingkat pengangguran tertinggi

dijumpai adalah pada angkatan kerja dengan tingkat pendidikan yang relatif tinggi

yaitu tingkat pendidikan SMA dan kemudian diikuti dengan pengangguran pada

penduduk dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Hal ini mengindikasikan

kurang tersedianya lapangan pekerjaan untuk tingkat pendidikan yang relatif

Page 43: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

40

tinggi, sehingga banyak penduduk dengan pendidikan yang tinggi untuk memilih

sebagai penganggur. Sedangkan penduduk dengan pendidikan rendah (tak

terdidik) cenderung untuk memutuskan masuk ke pasar kerja dengan lapangan

kerja apa saja, karena tidak banyaknya pilihan bagi mereka dan biasanya mereka

berasal dari keluarga yang kurang mampu. Apabila hal ini tidak dicarikan

solusinya maka lingkaran setan kemiskinan akan mudah untuk terjadi dimana

penduduk yang berpendidikan rendah dan biasanya berasal dari keluarga miskin

akan tetap terus menjadi miskin.

Tabel 6.4. Jumlah Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis

Kelamin Tahun 2014

Pendidikan Yang

Ditamatkan Laki – Laki Perempuan Jumlah

Belum Tamat SD 0 0 0

SD 15 20 15

SMP 174 44 218

SMA 2.259 977 3.236

Diploma

I/II/III/Akademika

346 670 1.016

Universitas 945 1.399 2.344

Total 3.739 3.110 6.849 Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Dilihat dari indeks pembangunan manusia (IPM), posisi IPM Kabupaten

Banyuwangi masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata IPM Jawa Timur.

Namun demikian, tren IPM di kabupaten Banyuwangi menunjukkan peningkatan.

Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi perbaikan dalam pembangunan serta

kualitas manusia di Kabupaten Banyuwangi.

68,3668,89

69,58

70,5371,0271,06

71,6272,18

72,83 73,54

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

2009 2010 2011 2012 2013

Banyuwangi Jawa Timur

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuwangi

dan Jawa Timur, Tahun 2009-2013

Page 44: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

41

Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur yang memadai dapat menciptakan iklim

ekonomi yang dinamis. Oleh sebab itu peningkatan sarana-prasarana daerah baik

sebagai penunjang atau pendukung aktivitas usaha menjadi sangat perlu untuk

dikembangkan dan tingkatkan nilai kegunaannya. Infrastruktur merupakan faktor

penting dalam mendukung kelancaran kegiatan usaha. Ketersediaan dan kualitas

infrastruktur sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan usaha di daerah. Semakin

besar skala usaha, maka kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur juga semakin

besar sehingga dibutuhkan kesinambungan untuk menjaga ketersediaan dan

kualitas infrastruktur tersebut.

Terkait dengan kualitas dan ketersediaan infrastruktur yang dapat

mendukung peningkatan daya saing di Kabupaten Banyuwangi, salah satunya

yakni jalan. Ketersediaan jalan sebagai sarana mobilitas dan trasnportasi yang

menghubungkan antara daerah sangat penting peranannya baik dari sisi kualitas

maupun kuantitas. Dilihat dari sisi kualitas jalan di Kabupaten Banyuwangi

menunjukkan tingkat kualitas yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2009 kondisi jalan baik telah mencapai hampir 70% dari panjang jalan

dan pada tahun 2013 meningkat hingga mencapai 90% kondisi jalan di Kabupaten

Banyuwangi dalam kondisi baik. Dilihat dari sisi kuantitas atau panjang jalan juga

menunjukkan tren yang cenderung meningkat. Hal ini dimaksudkan untuk

menambah akses transportasi antar daerah sehingga komunikasi antar daerah

sehingga aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan lancar.

Dalam beberapa tahun terakhir upaya peningkatan kualitas dan

ketersediaan infrastruktur di Kabupaten Banyuwangi cenderung mengalami

peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan kondisi infrastruktur fisik yakni

salah satunya jalan menunjukkan kecenderungan peningkatan kualitas dari tahun

ke tahun, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 6.9. Kondisi jalan yang baik terus

meningkat sementara kondisi jalan yang rusak dan rusak berat terus dilakukan

perbaikan.

Tabel 6.5. Panjang Jalan Dirinci Menurut Jenis, Kondisi Jalan, dan Kelas

Jalan Kabupaten Banyuwangi (Km)

NO KEADAAN JALAN KOTA/KABUPATEN

2009 2010 2011 2012 2013

1 Jenis Permukaan

a. Hotmix 774,91 956,60 1.225,25 1.475,15 1.775,15

b. Lapen 1.133,12 1.157,20 979,05 758,53 483,53

c. Tanah 810,76 605 514,50 485,12 460,12

d. Lainnya - - - - -

JUMLAH 2.718,79 2.718,80 2.718,80 2.718,80 2.718,80

2 Kondisi Jalan

a. Baik 1.333,08 1.703,80 1.703,80 1.893,70 1.997,46

b. Sedang 194,41 200,30 200,30 110,30 115,18

c. Rusak 185,15 100,80 98,50 88,38 80,25

d. Rusak Berat 138,86 90 85,52 70,52 65,79

JUMLAH 1.851,49 2.094,90 2.088,12 2.162,90 2.258,68

Sumber : Dinas PU Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banyuwangi, 2015

Page 45: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

42

Di bidang pendidikan, ketersediaan dan kondisi infrastruktur fisik

ditunjukkan oleh rasio ketersediaan infrastruktur sekolah terhadap jumlah murid

di Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 6.6. Rasio Ketersedian Sekolah terhadap Murid tingkat SD,

SMP, dan SMA di Kabupaten Banyuwangi, 2014

Kecamatan

SD SMP SMA

Jumlah

sekolah Murid Rasio

Jumlah

sekolah Murid Rasio

Jumlah

sekolah Murid Rasio

Pesanggaran 36 4647 0,775 6 1306 0,005 1 713 0,140

Siliragung 28 3446 0,813 7 2365 0,003 1 150 0,667

Bangorejo 30 4409 0,680 5 1670 0,003 2 812 0,246

Purwoharjo 32 4587 0,698 10 2552 0,004 3 1518 0,198

Tegaldlimo 35 3867 0,905 6 2266 0,003 3 985 0,305

Muncar 48 10409 0,461 14 3997 0,004 2 896 0,223

Cluring 44 5220 0,843 8 2250 0,004 1 731 0,137

Gambiran 32 5014 0,638 5 1521 0,003 2 876 0,228

Tegalsari 25 3558 0,703 3 1868 0,002 1 452 0,221

Glenmore 47 6797 0,691 7 2036 0,003 4 1052 0,380

Kalibaru 33 6010 0,549 8 2012 0,004 1 116 0,862

Genteng 42 8887 0,473 14 4710 0,003 6 2056 0,292

Srono 44 6786 0,648 13 3248 0,004 4 851 0,470

Rogojampi 48 7739 0,620 8 2638 0,003 3 1051 0,285

Kabat 39 4456 0,875 2 924 0,002 1 125 0,800

Singojuruh 29 4368 0,664 3 1540 0,002 1 591 0,169

Sempu 32 4985 0,642 8 2641 0,003 1 36 2,778

Songgon 29 3911 0,741 4 1531 0,003 1 75 1,333

Glagah 19 2498 0,761 2 1256 0,002 1 795 0,126

Licin 23 2105 1,093 2 409 0,005 0 0 0,000

Banyuwangi 39 12000 0,325 9 4842 0,002 4 1091 0,367

Giri 16 2709 0,591 3 1321 0,002 2 1057 0,189

Kalipuro 28 4907 0,571 6 1305 0,005 1 192 0,521

Wongsorejo 37 5648 0,655 8 1597 0,005 2 635 0,315

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Perbankan dan Lembaga Keuangan

Keberadaan lembaga keuangan di suatu daerah baik berupa lembaga

perbankan maupun non perbankan diyakini mampu mempercepat proses

pembangunan dan kemajuan ekonomi. Dimensi yang menjadi penentu daya saing

ekonomi untuk faktor input perbankan dan lembaga keuangan adalah jumlah bank

dan kinerja kredit yang disalurkan ke nasabah dan masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan daya saing daerah, peran sektor perbankan

dan lembaga kuangan sangat penting. Peran penting tersebut ditunjukkan oleh

Page 46: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

43

upaya lembaga keuangan mendukung kebutuhan pendanaan di bidang usaha

melalui pengucuran kredit. Ketersediaan lembaga keuangan yang memadai akan

memudahkan pelaku usaha untuk mengakses modal usaha terutama bagi usaha

yang cenderung capital intensive. Ketersediaan lembaga keuangan Bank di

Kabupaten Banyuwangi adalah sebegai berikut:

Tabel 6.7. Jumlah Bank di Kabupaten Banyuwangi, 2013

No. Jenis dan Kelompok Bank Bank Kantor ATM

1 Bank Umum Devisa 18 104 124

a. Bank Pemerintah 4 54 55

b. BPD 1 11 8

c. Bank Swasta Nasional 13 39 61

2 Bank Umum Non-Devisa 3 6 2

a. Bank Pemerintah 1 1 2

b. BPD 0 0 0

c. Bank Swasta Nasional 2 5 0

3 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 27 0 Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Dari total 39 bank yang ada di Kabupaten Banyuwangi, total nilai kredit

untuk usaha kecil yang berhasil disalurkan pada tahun 2012 sebesar Rp. 20,68

triliun pada tahun 2012, namun jumlah tersebut cenderung turun apabila

dibandingkan dengan tahun 2010 dengan posisi kredit usaha kecil yang

terselurkan sebesar Rp. 21,12 Triliun. Kategori kredit yang disalurkan

menunjukkan bahwa sebesar 50,97 persen telah disalurkan untuk kredit modal

kerja, konsumsi sebesar 39,90 persen dan investasi sebesar 9,13 persen. Cukup

tingginya proporsi realisasi kredit modal kerja menunjukkan bahwa masyarakat di

Kabupaten Banyuwangi telah bankable dalam pengajuan kredit.

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.7. Komposisi Kredit berdasarkan Jenisnya di Kabupaten

Banyuwangi

Page 47: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

44

Ditinjau dari besaran realisasi kredit, gambar 6.9 menampilkan realisasi

kredit mikro, ritel dan KUR di Kabupaten Banyuwangi. Jumlah realisasi kredit

menunjukkan tren kenaikan. Alokasi kredit KUR menempati posisi tertinggi

diikuti kredit mikro dan kredit ritel. Realisasi KUR pada Desember 2014

mencapai 2.252,4 meningkat pesat dibanding tahun sebelumnya yang hanya

1.174,1.

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.8. Realisasi Kredit Ritel, Mikro dan KUR di Kabupaten

Banyuwangi

Berdasarkan dimensi-dimensi dalam indikator input daya saing, maka

dapat dirangkum kondisi daya saing Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai

berikut:

Tabel 6.8. Kondisi Indikator Input Daya Saing

No. Indikator Dimensi Kondisi

1 Lingkungan usaha

produktif

Prosentase penduduk

berdasarkan pendidikan

Masih banyak penduduk

berpendidikan rendah (SD,

SMP)

Tingkat kemiskinan,

kepadatan penduduk

Kemiskinan relatif menurun

namun populasi penduduk

terus bertambah

Jumlah masyarakat

yang melanggan listrik

Sebagian besar telah teraliri

listrik, namun kapasistas

daya terpasang perlu

diperhatikan

2 Perekonomian

daerah

Pertumbuhan ekonomi

daerah Relatif lebih tinggi

dibanding rata-rata Provinsi

dan nasional Laju inflasi Cukup stabil namun masih

relatih tinggi dan

berfluktuasi Realisasi investasi daerah Mengalami peningkatan

Page 48: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

45

No. Indikator Dimensi Kondisi

namun perlu diwaspadai

dampak dari inflasi yang

merangkak naik Incremental Capital

Output Ratio (ICOR) Alokasi investasi tergolong

relatif efisien dengan Lag-2

3 Ketenagakerjaan

dan sumberdaya

manusia

Pencari kerja

berdasarkan pendidikan

Masih cukup banyak

pencari kerja yang masuk

sektor informal dikarenakan

kualitas pendidikan yang

relatif rendah (SD, SMP)

IPM Relatif lebih baik dengan

kecenderungan meningkat

namun masih lebih rendah

dibanding rata-rata Jawa

Timur

4 Infrastruktur Infrastruktur Jalan Kondisi jalan baik

dibanding jalan rusak relatif

lebih baik. Terdapat upaya

perbaikan yang signifikan

Rasio jumlah sekolah

terhadap murid

Relatif cukup baik dengan

rasio yang merata antar

kecamatan

5 Perbankan dan

lembaga

keuangan

Ketersediaan jumlah

Bank

Relatif cukup banyak

namun perlu diperhatikan

akses masyarakat terhadap

bank (kepemilikan

rekening)

Realisasi kredit bagi

masyarakat

Mengalami peningkatan,

kredit Modal kerja

mendominasi (KUR)

6.3.2. Indikator Output Daya Saing Produktivitas Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja merupakan tingkat kemampuan tenaga kerja dalam

menghasilkan produk. Produktivitas tenaga kerja menunjukkan adanya kaitan

antara output (hasil kerja) dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan

produk dari seorang tenaga kerja. Produktivitas dapat diukur berdasar pendekatan

nilai tambah, ataupun perbandingan antar nilai tambah dengan sumber yang

terpakai (resource used) dapat menunjukkan tingkat produktivitas. Produktivitas

tenaga kerja merupakan salah satu faktor ketenagakerjaan yang paling penting

mengingat peranan produktivitas tenaga kerja yang tinggi dapat mendorong

performa perusahan semakin baik. Produktivitas tenaga kerja dapat dilihat dari sisi

kemampuannya untuk menghasilkan suatu output secara efektif dan efisien.

Tinggi rendahnya produktivitas sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan

ketrampilan pekerja.

Page 49: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

46

Berdasarkan data ketenagakerjaan mengenai distribusi tenaga kerja di

Kabupaten Banyuwangi, distribusi tenaga kerja di Kabupaten Banyuwangi masih

didominasi oleh pekerja yang relatif kurang terdidik, dengan tingkat pendidikan

SMP dan dibawahnya. Pada tahun 2013, tingkat pendidikan tenaga kerja yang

memiliki pendidikan SD atau dibawahnya masih sebesar 48,6 persen. Adapun

besarnya distribusi pekerja Indonesia dengan tingkat pendidikan yang relatif

rendah merupakan indikasi dari kualitas pekerja yang juga relatif rendah.

Tingkat Kesempatan Kerja

Tingkat kesempatan kerja adalah peluang seseorang penduduk usia kerja yang

termasuk angkatan kerja untuk bekerja. Tingkat kesempatan kerja

menggambarkan kesempatan seseorang untuk terserap pada pasar kerja. Data

ketenagakerjaan Banyuwangi menunjukkan bahwa selama periode 2009-2013,

total penyerapan tenaga kerja menunjukkan kecenderungan konstan dengan total

penduduk yang bekerja adalah sekitar 800.000 jiwa. Hal ini merefleksikan

terdapat periode jobless growth dimana pertumbuhan ekonomi tidak banyak

memberikan peningkatan bagi penyerapan tenaga kerjanya.

Dilihat dari lapangan usahanya, sektor pertanian masih menjadi sektor

yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Banyuwangi,

dengan sebesar 33.1% dari total penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013.

Meskipun demikian penyerapannya cenderung menurun dari tahun ke tahun,

menandakan banyak tenaga kerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor

yang lain. Sektor perdagangan menyerap tenaga kerja kedua terbesar dengan

proporsi sebesar 24,3%, dan kemudian dilanjutkan dengan sektor jasa

kemasyarakatan dan sektor industri pengolahan.

Tabel 6.9. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Sektor Aktivitas dan

Jenis Kelamin

Sektor Aktivitas Laki Laki Perempuan Jumlah

Pertanian 172.748 100.388 273.136

Pertambangan 7.264 511 7.775

Industri Penggolahan 27.861 64.254 112.115

Listrik, air dan gas 566 - 566

Bangunan 63.653 - 63.653

Perdagangan 96.653 104.187 200.388

Angkutan, Komunikasi 22.388 1.444 23.532

Keuangan 11.013 5.887 16.880

Jasa Kermasyarakatan 21.074 55.689 126.763

Total 492.768 332.340 825.108 Sumber: Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka (2014)

Sedangkan dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan,

mayoritas pekerja di Kabupaten Banyuwangi masih didominasi oleh pekerja

dengan tingkat pendidikan yang rendah (SD dan SMP), dengan proporsi lebih dari

50%. Sebaliknya, hanya terdapat proporsi yang kecil untuk pekerja dengan tingkat

pendidikan yang tinggi yaitu SMA (17,2%) dan perguruan tinggi (3,21%). Pekerja

terdidik cenderung memiliki kesempatan bekerja di sektor formal, sedangkan

Page 50: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

47

pekerja yang kurang terdidik banyak yang bekerja di sektor informal. Kondisi ini

selain menyiratkan belum terkordinasinya dengan baik hubungan antara dunia

pendidikan dan lapangan usaha, juga menunjukkan relatif sedikitnya kesempatan

kerja yang tersedia bagi seseorang yang memiliki pendidikan tinggi, sehingga

banyak dari mereka yang memilih untuk sebagai penganggur atau bekerja di

sektor informal.

Kondisi sektor informal di Banyuwangi menunjukkan bahwa sektor

informal telah menjadi sektor yang paling dominan dalam hal aktivitas

ekonominya maupun dalam penyerapan tenaga kerjanya. Besarnya peranan sektor

informal dalam penyerapan tenaga kerja ini sejalan dengan meningkatnya peranan

sektor perdagangan dan sektor jasa di dalam perekonomian, selain juga masih

dominannya peranan dari sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja.

Sumber: Sakernas

Gambar 6.9. Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Formal dan Informal,

2010-2013 PDRB per Kapita

PDRB per kapita merupakan gambaran dan rata-rata pendapatan yang

diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. Juga

merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran

suatu wilayah/daerah. Data perkembangan PDRB per kapita di Kabupaten

Banyuwangi menunjukkan kecenderungan peningkatan. Artinya telah terjadi

peningkatan kesejahteraan di masyarakat.

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi, 2015

Gambar 6.10. Perkembangan PDRB per kapita di Banyuwangi

Page 51: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

48

Berdasarkan dimensi-dimensi dalam indikator output daya saing, maka

dapat dirangkum kondisi daya saing Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai

berikut:

Tabel 6.10. Kondisi Indikator Output Daya Saing

No. Indikator Dimensi Kondisi

1 Produktivitas

tenaga kerja

Distribusi tenaga kerja

berdasarkan pendidikan

Masih cukup besarnya

komposisi tenaga kerja

dengan pendidikan relatif

rendah berdampak pada

kualitas dan produktivitas

2 Tingkat

kesempatan kerja

Tingkat penyerapan

kerja

Dominasi sektor informal

masih cukup besar dalam

menyerap tenaga kerja

sebagai akibat tingkat

pendidikan yang relatif

rendah

3 PDRB per kapita Rasio PDRB terhadap

Jumlah penduduk

PDRB perkapita cenderung

meningkat, namun perlu

diwaspadai dampak inflasi

yang cenderung

berfluktuasi dan upah yang

relatif rendah

6.4. Perumusan Strategi Kebijakan Peningkatan Daya Saing

Berdasarkan hasil analisis SWOT diketahui keterkaitan antara faktor

internal dan eksternal pembentuk daya saing daerah. Hasil interaksi antara faktor

internal (faktor strength dan weakness) serta faktor eksternal (opportunity dan

threat) dalam Matriks Interaksi IFAS – EFAS SWOT berikut:

Tabel 6.11. Matriks Interaksi IFAS – EFAS SWOT

IFAS

EFAS

Strength

Posisi geografis

Kualitas dan kuantitas Sumber

Daya Manusia

Ketersediaan infrastruktur dasar

Kabupaten Banyuwangi sebagai

daerah pertanian

Sarana dan prasarana

perekonomian

Etos kerja, keuletan, dan jiwa

kewirausahaan masyarakat di

sektor perekonomian mikro

Potensi Sumber Daya Alam

Potensi pariwisata

Kelemahan (Weaknesess):

Kondisi topografi

Kapasitas dan kinerja kelembagaan

Tingkat partisipasi masyarakat

Adanya kewenangan dalam menyusun

peraturan

Perundangan

Pemerataan hasil-hasil pembangunan

daerah

Upaya mensosialisasikan potensi

daerah

Penentuan skala prioritas pembangunan

Sistem birokrasi

Pendapatan Asli Daerah dan Struktur

APBD

Peluang (Opportunity):

Berbagai Undang-undang

tentang otonomi daerah dan

perimbangan keuangan

pusat dan daerah

Undang-undang tentang

Pajak dan Retribusi

Dengan adanya dukungan dana

dari pemerintah pusat dalam

bentuk transfer, pemerintah daerah

dapat memanfaatkan modal dasar

yang telah dimiliki oleh

pemerintah daerah Kabupaten

Banyuwangi, seperti kondisi

Memperbaiki kapasitas, etos kerja, dan

kinerja lembaga dan pegawai di

lingkungan pemerintah daerah

Kabupaten Banyuwangi, dan

meningkatkan partisipiasi masyarakat

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan pembangunan daerah dalam

Page 52: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

49

Undang-undang tentang

UMKM

Kondisi sosial, politik, dan

ekonomi internasional

Kondisi sosial politik di

Kabupaten Banyuwangi

Berbagai program

pemerintah pusat

Dukungan pemerintah pusat

dalam bentuk transfer

Kemajuan teknologi

Kerjasama dengan daerah-

daerah sekitar

geografis yang menguntungkan,

kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia yang mencukupi, potensi

sumber daya alam, serta sarana dan

prasarana dasar yang telah tersedia,

untuk memaksimalkan pelaksanaan

undang-undang Otonomi Daerah

dan Undang-undang tentang

perimbangan keuangan antara

pusat dan daerah, serta Undang-

undang Pajak dan Retribusi

Daerah, dalam rangka

meningkatkan PAD dan

pembangunan daerah Kabupaten

Banyuwangi;

Dengan tersedianya sarana dan

prasarana perekonomian yang

dimiliki Kabupaten Banyuwangi,

pemerintah dapat memanfaatkan

etos kerja, keuletan, dan jiwa

kewirausahaan masyarakat di

sektor perekonomian mikro untuk

semakin memperkuat

perekonomian melalui industri

kecil, UMKM, dan koperasi, dalam

rangka mempersiapkan diri

menghadapi persaingan bebas;

Mengembangkan potensi wisata

yang dimiliki pemerintah daerah

Kabupaten Banyuwangi, dan

menjadikan Kabupaten

Banyuwangi daerah wisata, karena

selain memiliki potensi wisata

yang cukup baik, kondisi sosial

dan politik di Kabupaten

Banyuwangi juga cukup kondusif

untuk menjadikan Kabupaten

Banyuwangi sebagai daerah tujuan

wisata, sehingga mampu

meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD);

Mempertahankan Kabupaten

Banyuwangi sebagai daerah

pertanian/lumbung padi bagi

Provinsi Jawa Timur, dengan

memaksimalkan tehnologi yang

semakin berkembang sehingga

mampu menghasilkan produk-

produk pertanian yang berkualitas

unggul, serta memanfaatkan kerja

sama dengan daerah-daerah lain di

sekitar Kabupaten Banyuwangi.

rangka memaksimalkan pelaksanaan

otonomi daerah, dan meningkatkan PAD

melalui Undang-undang Pajak dan

Retribusi yang baru;

Melakukan reformasi birokrasi dan

melakukan promosi berbagai potensi

yang dimiliki oleh Kabupaten

Banyuwangi dalam rangka menarik

minat investor, karena pada dasarnya

kondisi sosial politik di Kabupaten

Banyuwangi cukup kondusif bagi

investor;

Memeratakan hasil-hasil pembangunan,

dan membuat prioritas pembangunan

yang paling tepat, mengingat kondisi

topografi Kabupaten Banyuwangi yang

kurang menguntungkan, dengan

memanfaatkan kemajuan tehnologi dan

dukungan dari pemerintah pusat, baik

berupa dana transfer maupun program-

program nasional yang diharapkan dapat

menyentuh masyarakat luas.

Tantangan (Threat):

Globalisasi, pasar bebas dan

keterbukaan ekonomi dunia

Implementasi ASEAN

Economic Community

Kondisi sosial politik di

tingkat nasional

Penegakan hukum dan

reformasi birokrasi yang

sedang digalakkan oleh

pemerintah pusat

Berbagai kemajuan

Mengelola dengan baik dukungan

dana dari pemerintah pusat dalam

bentuk transfer, kondisi geografis

yang menguntungkan, kualitas dan

kuantitas sumber daya manusia

yang mencukupi, potensi sumber

daya alam, koordinasi dan

komunikasi yang baik antara

pemerintah, masyarakat, dan para

pelaku ekonomi, serta sarana dan

prasarana dasar yang telah tersedia,

dalam rangka mengejar

Memperbaiki kapasitas, etos kerja, serta

kinerja lembaga dan pegawai di

lingkungan pemerintah daerah

Kabupaten Banyuwangi serta

melakukan reformasi birokrasi dalam

rangka menyelaraskan diri dengan

penegakan hukum dan reformasi

birokrasi yang sedang digalakkkan oleh

pemerintah pusat;

Meningkatkan PAD, memperbaiki

struktur APBD, meningkatkan peran

serta masyarakat dalam pembangunan,

Page 53: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

50

pembangunan yang dimiliki

oleh daerah-daerah

Investasi swasta

ketertinggalan dari daerah-daerah

lain serta sehingga mampu

menghadapi globalisasi, pasar

bebas, dan keterbukaan ekonomi;

Mempromosikan berbagai potensi

yang ada di Kabupaten

Banyuwangi, salah satunya potensi

wisata dan potensi sumber daya

alam untuk menarik investor ke

Kabupaten Banyuwangi;

Mengembangkan jiwa

kewirausahaan yang dimiliki oleh

masyarakat untuk membangun

industri kecil dan menengah yang

mulai bangkit di Kabupaten

Banyuwangi, dalam rangka

bersaing dengan produk-produk

China yang dikawatirkan mulai

menyerbu pasar Indonesia.

memeratakan hasil-hasil pembangunan

serta menetapkan prioritas

pembangunan yang paling tepat untuk

mengejar ketertinggalan dari daerah-

daerah lain, sehingga pada akhirnya

Kabupaten Banyuwangi menjadi daerah

yang mampu bersaing di pasar global;

Melakukan sosialisasi berbagai potensi

yang dimiliki oleh Kabupaten

Banyuwangi dalam rangka

meningkatkan investasi di Kabupaten

Banyuwangi.

Sumber: Kuisioner SWOT, diolah. 2015

Berdasarkan matrik diatas, maka rumusan pilahan strategi peningkatan

daya saing Kabupaten Banyuwangi dapat terbagi menjadi empat yakni:

a. Strategi Strength-Opportunity (SO) yaitu strategi menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang/kesempatan yang ada. Pilihan kebijakan yang

dapat dilakukan berdasarkan strategi SO adalah:

Dengan adanya dukungan dana dari pemerintah pusat dalam bentuk

transfer, pemerintah daerah dapat memanfaatkan modal dasar yang telah

dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi, seperti kondisi

geografis yang menguntungkan, kualitas dan kuantitas sumber daya

manusia yang mencukupi, potensi sumber daya alam, serta sarana dan

prasarana dasar yang telah tersedia, untuk memaksimalkan pelaksanaan

undang-undang Otonomi Daerah dan Undang-undang tentang

perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, serta Undang-undang

Pajak dan Retribusi Daerah, dalam rangka meningkatkan PAD dan

pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi;

Dengan tersedianya sarana dan prasarana perekonomian yang dimiliki

Kabupaten Banyuwangi, pemerintah dapat memanfaatkan etos kerja,

keuletan, dan jiwa kewirausahaan masyarakat di sektor perekonomian

mikro untuk semakin memperkuat perekonomian melalui industri kecil,

UMKM, dan koperasi, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi

persaingan bebas;

Mengembangkan potensi wisata yang dimiliki pemerintah daerah

Kabupaten Banyuwangi, dan menjadikan Kabupaten Banyuwangi daerah

wisata, karena selain memiliki potensi wisata yang cukup baik, kondisi

sosial dan politik di Kabupaten Banyuwangi juga cukup kondusif untuk

menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah tujuan wisata,

sehingga mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD);

Mempertahankan Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah

pertanian/lumbung padi bagi Provinsi Jawa Timur, dengan

memaksimalkan teknologi yang semakin berkembang sehingga mampu

menghasilkan produk-produk pertanian yang berkualitas unggul, serta

Page 54: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

51

memanfaatkan kerja sama dengan daerah-daerah lain di sekitar Kabupaten

Banyuwangi.

b. Strategi Weakness-Opportunity (WO) yaitu strategi meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Pilihan kebijakan yang dapat

dilakukan oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut:

Memperbaiki kapasitas, etos kerja, dan kinerja lembaga dan pegawai di

lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi, dan

meningkatkan partisipiasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan pengawasan pembangunan daerah dalam rangka memaksimalkan

pelaksanaan otonomi daerah, dan meningkatkan PAD melalui Undang-

undang Pajak dan Retribusi yang baru;

Melakukan reformasi birokrasi dan melakukan promosi berbagai potensi

yang dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi dalam rangka menarik minat

investor, karena pada dasarnya kondisi sosial politik di Kabupaten

Banyuwangi cukup kondusif bagi investor;

Memeratakan hasil-hasil pembangunan, dan membuat prioritas

pembangunan yang paling tepat, mengingat kondisi topografi Kabupaten

Banyuwangi yang kurang menguntungkan, dengan memanfaatkan

kemajuan tehnologi dan dukungan dari pemerintah pusat, baik berupa

dana transfer maupun program-program nasional yang diharapkan dapat

menyentuh masyarakat luas.

c. Strategi Strength-Threat (ST) yaitu strategi menggunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman. Pilihan kebijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah

daerah adalah sebagai berikut:

Mengelola dengan baik dukungan dana dari pemerintah pusat dalam

bentuk transfer, kondisi geografis yang menguntungkan, kualitas dan

kuantitas sumber daya manusia yang mencukupi, potensi sumber daya

alam, koordinasi dan komunikasi yang baik antara pemerintah,

masyarakat, dan para pelaku ekonomi, serta sarana dan prasarana dasar

yang telah tersedia, dalam rangka mengejar ketertinggalan dari daerah-

daerah lain serta sehingga mampu menghadapi globalisasi, pasar bebas,

dan keterbukaan ekonomi;

Mempromosikan berbagai potensi yang ada di Kabupaten Banyuwangi,

salah satunya potensi wisata dan potensi sumber daya alam untuk

menarik investor ke Kabupaten Banyuwangi;

Mengembangkan jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh masyarakat untuk

membangun industri kecil dan menengah yang mulai bangkit di

Kabupaten Banyuwangi, dalam rangka bersaing dengan produk-produk

China yang dikawatirkan mulai menyerbu pasar Indonesia.

d. Strategi Weakness-Threat (WT) yaitu strategi meminimalkan kelemahan

untuk mengatasi ancaman. Pilihan kebijakan yang dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah adalah sebagai berikut:

Memperbaiki kapasitas, etos kerja, serta kinerja lembaga dan pegawai di

lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi serta melakukan

reformasi birokrasi dalam rangka menyelaraskan diri dengan penegakan

hukum dan reformasi birokrasi yang sedang digalakan oleh pemerintah

pusat;

Page 55: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

52

Meningkatkan PAD, memperbaiki struktur APBD, meningkatkan peran

serta masyarakat dalam pembangunan, memeratakan hasil-hasil

pembangunan serta menetapkan prioritas pembangunan yang paling tepat

untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah lain, sehingga pada

akhirnya Kabupaten Banyuwangi menjadi daerah yang mampu bersaing

di pasar global;

Melakukan sosialisasi berbagai potensi yang dimiliki oleh Kabupaten

Banyuwangi dalam rangka meningkatkan investasi di Kabupaten

Banyuwangi.

Selanjutnya berdasarkan pilihan strategi peningkatan daya saing yang

dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, antara lain

Gambar 6.11. Ilustrasi Kebijakan Peningkatan Daya Saing Kabupaten

Banyuwangi

Uraian ilustrasi kebijakan peningkatan daya saing di Kabupaten Banyuwangi

lebih detail akan dijelaskan per kebijakan pada bagian berikut.

a. Penguatan Ekonomi Mikro Daerah

Secara umum permasalahan ekonomi daerah Kabupaten Banyuwangi adalah

masih belum optimalnya peran sumberdaya manusia dikarenakan tingkat

pendidikan dan keterampilan yang masih rendah. Fakta dan data yang ada

menunjukkan bahwa masih banyak kesempatan kerja yang tidak diisi oleh

pencari kerja. Hal ini antara lain disebabkan kualifikasi kompetensi pencari

kerja pada umumnya belum sesuai dengan persyaratan kerja (job

requirement) yang ditentukan atau yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Ketidaksesuaian antara kualifikasi kompetensi tenaga kerja dengan

persyaratan kerja disebabkan antara lain karena angkatan kerja yang akan

memasuki dunia kerja belum memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja

yang memadai juga masih minimnya informasi yang diperoleh tentang dunia

kerja maupun informasi pasar kerja kualitas serta hubungan industrial yang

belum harmonis/kondusif. Disisi lain, dunia kerja saat ini dihadapkan pada

Daya

Saing

Daerah

Penguatan Ekonomi

Mikro

Optimalisasi

Pengelolaan

Sumberdaya

Optimalisasi

Pengelolaan

Pariwisata

Banyuwangi sebagai

Lumbung padi Nasional

Peningkatan

Kinerja Lembaga

Page 56: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

53

tantangan perubahan yang berorientasi pada sistem pengembangan dan

pemberdayaan sumber daya manusia yang bersifat multiskill, flexible dan

retrainable menuju pengembangan kemampuan enterpreneurship dan long-

life education. Berkaitan dengan permasalahan kompetensi, data

menunjukkan bahwa kualifikasi angkatan kerja yang terindikasi pada

komposisi angkatan kerja menurut pendidikan masih cukup rendah.

Strategi penguatan ekonomi mikro bertujuan untuk memanfaatkan etos kerja,

keuletan, dan jiwa kewirausahaan masyarakat di sektor perekonomian mikro

untuk semakin memperkuat perekonomian melalui industri kecil, UMKM,

dan koperasi, dalam rangka meningkatkan daya saing sektor mikro.

Implementasi kebijakan berkaitan dengan penguatan ekonomi mikro dalam

upaya peningkatan daya saing adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Sasaran Instansi

Terkait

1 Peningkatan pelatihan

keterampilan kerja bagi

pencari kerja dan tenaga kerja.

Terwujudnya sumber

daya manusia yang

memenuhi kebutuhan

dunia kerja

2 Memfasilitasi kegiatan

pendidikan dan pelatihan di

semua bidang, mulai dari

peningkatan keahlian dan

keterampilan, desain produk,

pengenalan teknologi,

manajemen usaha termasuk

pembukuan, pemasaran,

hingga pemahaman akan

HaKI.

Terwujudnya sumber

daya

manusia yang

memenuhi

kebut uhan

pengembangan

ekonomi daerah

3 Fasilitasi kerjasama antara

industri dengan lembaga

pendidikan

Terwujudnya sumber

daya

manusia yang

memenuhi

kualif ikasi kebut

uhan indust ri

4 Fasilitasi kerjasama antara

industri besar dengan industri

kecil dalam hal pengenalan

teknologi, manajemen usaha

dan pemasaran.

Terwujudnya

kerjasama ant ara

industri skala besar

dengan

industri skala kecil

menengah

dalam alih penget

ahuan

5 Perbaikan pengurusan ijin

bagi pelaku UMKM

Tersedianya database

tentang produk dan

pelaku UMKM

6 Pameran produk UMKM

daerah

Dikenalnya produk

daerah dan

Page 57: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

54

meningkatnya

kualitas produk

7 Penguatan modal usaha

melalui

insentif dan bantuan serta

peningkatan akses terhadap

lembaga keuangan.

Tersedianya sumber

sumber permodalan

yang dapat diakses

oleh pelaku usaha

b. Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya

Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur serta

memiliki sumberdaya yang melimpah. Namun demikian, sumberdaya yang

ada masih belum dioptimalkan dalam rangka meningkatkan daya saing

daerah. Strategi optimalisasi pengelolaan sumberdaya bertujuan untuk

memanfaatkan modal dasar yang telah dimiliki oleh pemerintah daerah

Kabupaten Banyuwangi, seperti kondisi geografis yang menguntungkan,

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang mencukupi, potensi sumber

daya alam, serta sarana dan prasarana dasar yang telah tersedia. Implementasi

kebijakan berkaitan dengan optimalisasi pengelolaan sumberdaya dalam

upaya peningkatan daya saing adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Sasaran Instansi Terkait

1 Penyediaan perangkat

peraturan daerah yang

mendukung pengelolaan

sumberdaya alam

Tersedianya arah

dan kebijakan

pengembangan

dan pengelolaan

sumberdaya

2 Kerjasama pengelolaan

sumberdaya alam antar daerah

sekitar

Terwujudnya

sinergitas dan

tanggungjawab

bersama antar

daerah;

Peningkatan

PAD

Banyuwangi

3 Peningkatan kualitas dan

ketrampilan SDM pengelola

Meningkatnya

kualitas dan

ketrampilan

SDM pengelola

4 Optimalisasi alokasi dana

transfer pemerintah bagi

perbaikan sarana dan

prasarana

Meningkatnya

kualitas sarana

dan prasarana

Page 58: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

55

c. Peningkatan Kinerja Lembaga

Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kapasitas, etos kerja, dan kinerja

lembaga dan pegawai di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten

Banyuwangi, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan daerah dalam rangka

memaksimalkan pelaksanaan otonomi daerah, dan meningkatkan PAD

melalui Undang-undang Pajak dan Retribusi yang baru. Implementasi

kebijakan berkaitan dengan peningkatan kinerja lembaga dalam upaya

peningkatan daya saing adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Sasaran Instansi Terkait

1 Menciptakan iklim usaha yang

kondusif dengan

menyederhanakan peraturan

dan

birokrasi, serta menyediakan

insentif-insentif bagi usaha.

Terwujudnya

regulasi yang

mendukung

pengembangan

usaha, serta

hilangnya

regulasi

yang

menghambat

pengembangan

usaha

2 Peningkatan pelayanan

aparatur terhadap dunia usaha

Terwujudnya

efisiensi dan

efektivitas dalam

membuat

perijinan usaha

3 Pelibatan partisipasi

masyarakat dalam proses

pembangunan

Tersedianya

wadah yang

menampung

aspirasi

masyarakat

d. Optimalisasi Pengelolaan Pariwisata

Strategi ini bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata yang dimiliki

pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi, dan menjadikan Kabupaten

Banyuwangi daerah wisata, karena selain memiliki potensi wisata yang cukup

baik, kondisi sosial dan politik di Kabupaten Banyuwangi juga cukup

kondusif untuk menjadikan Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah tujuan

wisata, sehingga mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Implementasi kebijakan berkaitan dengan optimalisasi pengelolaan pariwisata

dalam upaya peningkatan daya saing adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Sasaran Instansi Terkait

1 Penyediaan infrastruktur

pendukung pariwisata seperti

hotel

Meningkatnya

jumlah kamar

dan fasilitas

Page 59: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

56

No. Kegiatan Sasaran Instansi Terkait

perhotelan

2 Optimalisasi promosi

pariwisata

Dikenalnya objek

wisata daerah

dan

meningkatnya

kunjungan

wisatawan

3 Insentif fiskal daerah begi

pelaku usaha pariwisata

Meningkatnya

kreativitas

pelaku usaha

pariwisata

e. Mempertahankan Banyuwangi sebagai Lumbung Padi

Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan Kabupaten Banyuwangi sebagai

daerah pertanian/lumbung padi bagi Provinsi Jawa Timur, dengan

memaksimalkan tehnologi yang semakin berkembang sehingga mampu

menghasilkan produk produk pertanian yang berkualitas unggul, serta

memanfaatkan kerja sama dengan daerah-daerah lain di sekitar Kabupaten

Banyuwangi. Implementasi kebijakan berkaitan dengan mempertahankan

Banyuwangi sebagai lumbung padi dalam upaya peningkatan daya saing

adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Sasaran Instansi Terkait

1 Penerapan teknologi modern

dalam proses pertanian

Terciptanya

teknologi

moderen dalam

proses pertanian

2 Monitoring stok dan

kebutuhan pangan di

Banyuwangi

Tersedianya

database

kertersediaan dan

kebutuhan

pangan daerah

3 Pelatihan ketrampilan dan

manajemen usaha pertanian

bagi petani

Meningkatnya

ketrampilan dan

manajemen usaha

pertanian

4 Pemberian insentif bagi

pelaku usaha pertanian

Pelaku usaha

menjadi kreatif

dan inovatif

dalam bertani

5 Penyusunan peraturan

mengenai harga jual produk

pertanian yang berpihak pada

petani

Tersedianya

aturan yang jelas

mengenai pasca

panen dan harga

Page 60: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

57

BAB 7 PENUTUP

Perekonomian Kabupaten Banyuwangi dalam beberapa tahun terakhir

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu indikatornya adalah

pertumbuhan ekonomi yang selalu berada diatas provinsi Jawa Timur dan

Nasional. Dampak dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah ditunjukkan

oleh meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, indeks pembangunan

manusia yang lebih baik, serta iklim usaha yang kondusif. Kabupaten

Banyuwangi sebagai daerah yang memiliki wiilayah terluas di Provinsi Jawa

Timur memiliki berbagai potensi yang masih dapat dioptimalkan dalam upaya

meningkatkan daya saing daerah. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap potensi

yang dimiliki Kabupaten Banyuwangi diketahui bahwa sektor pertanian, dan

sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) menjadi sektor andalan dalam

menopang perekonomian daerah.

Berdasarkan hasil analisa untuk mengidentifikasi daya saing daerah

menggunakan analisa tipologi klassen diketahui bahwa Kabupaten Banyuwangi

dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan dari daerah posisi

daerah maju tapi tertekan (tahun 2010) menjadi daerah cepat maju dan cepat

tumbuh (tahun 2012). Dimana sektor pertanian, pertambangan, PHR, dan jasa-jasa

menjadi sektor unggulan yang berkontribusi pada perkembangan daerah.

Selanjutnya, hasil analisa Location Quotient (LQ) menemukan bahwa sektor

pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor Keuangan, Persewaan

& Jasa Perusahaan menjadi sektor basis di Kabupaten Banyuwangi. Sementara, hasil

analisis shift-share untuk mengetahui pergeseran ekonomi diketahui bahwa sektor-

sektor yang yang tergolong unggulan justru memberikan nilai pergeseran bersih

yang negatif terhadap perekonomian daerah. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan

cukup tingginya kontribusi sektor-sektor tersebut sehingga tidak memungkinkan

kembali untuk meningkat.

Selanjutnya, berdasarkan identifikasi potensi dan daya saing daerah,

kemudian dilakukan identifikasi mengenai permasalahan yang dihadapi dalam

rangka meningkatkan daya saing. Identifikasi menggunakan analsisis SWOT

terhadap faktor eksternal dan internal. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat

beberapa kombinasi strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

peningkatan daya saing. Tindak lanjut terhadap hasil analisa SWOT, telah

dilakukan analisa terhadap faktor-faktor yang berkontribusi meningkatkan daya

saing. Faktor tersebut digolongkan menjadi dua yakni faktor input dan faktor

output. Hasil analisis terhadap faktor input menyimpulkan bahwa posisi daya

saing Banyuwangi menurut indikator input cukup menggembirakan dimana

indikator yang digunakan menunjukkan peran yang positif. Begitu pula dengan

faktor output juga memberikan hasil yang positif.

Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa terhadap faktor penetu daya

saing, terdapat beberapa strategi dan kebijakan yang dapat dilakukan oleh

pemerintah daerah dalam upaya peningkatan daya saing meliputi Penguatan

Ekonomi Mikro Daerah, Optimalisasi Pengelolaan Sumberdaya Alam,

Peningkatan Kinerja Lembaga, Optimalisasi Pengelolaan Pariwisata, dan

Mempertahankan Banyuwangi sebagai Lumbung Padi.

Page 61: PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING … SAING.pdf · Menyusun strategi meningkatkan daya saing daerah Kabupaten Banyuwangi. 1.3. Sasaran Kegiatan ... persaingan domestik maupun

PENYUSUNAN KAJIAN PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

2015

58

Daftar Pustaka

Arsyad, L. 1999. Pengantar perencanaan dan pembangunan ekonomi daerah.

BPFE Yogyakarta.

Huda, M., dan Santoso, E.B. 2014. Pengembangan Daya Saing Daerah

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur berdasarkan Potensi Daerahnya.

Jurnal Teknik Pomits Vol. 3, No. 2.

Malhotra, N.K, 2004. Riset Pemasaran, Pendekatan Terapan. Edisi Bahasa

Indonesia, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Porter, 2000. Location, competition, and economic development: local clusters in

global economy. Economic development quarterly. Vol. 14 no. 1 February

2000, hal.15-34.

Santoso, E., B. 2009. Daya saing kota-kota besar di Indonesia. Makalah

dipresentasikan pada Seminar Nasional Perencanaan Wilayah dan Kota,

ITS, 29 Oktober.