PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR...

37
1 MODUL FIELD LAB SEMESTER IV EDISI REVISI III PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) Disusun Oleh : Tim Revisi Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Field Lab Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015

Transcript of PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR...

Page 1: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

1

MODUL FIELD LAB SEMESTER IV

EDISI REVISI III

PENYULUHAN KESEHATAN:

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

Disusun Oleh :

Tim Revisi Field Lab Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Field Lab

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2015

Page 2: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

2

TIM REVISI

Ketua Tim Revisi : Iwan iskandar, dr.

Anggota Revisi :

1. Rias Harum, dr

2. Munadi Ngabdan S., S.Kep

3. Alip Sudarmono, dr

4. Sunardi, dr

5. Endah Siswandari, dr

6. Suhanantyo, drg., M.Si., Med

7. Indah Purnama Sari

Page 3: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tim Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

tersusunnya modul Field Lab dengan topik Penyuluhan Kesehatan : Penyakit Menular

Seksual (PMS).

Topik Field Lab ini dikembangkan sebagai tuntutan kebutuhan materi pendidikan

kedokteran komunitas yang akhir-akhir muncul fenomena meningkatnya penyakit menular

sexual. Berdasarkan hal tersebut maka perlu bentuk modul pembelajaran yang mendukung

tercapainya kompetensi mahasiswa kedokteran dalam hal penyuluhan kesehatan komunitas

khususnya pada penyakit menualar sexual.

Akhir kata tim penyusun modul Field Lab topik PMS menghaturkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam

penyusunan, penyempurnaan dan penerbitan modul ini.

Tim Field Lab FKUNS

Page 4: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

4

ETIKA PELAKSANAAN

1. Mahasiswa sebelum pelaksanaan Field Lab diharuskan berkordinasi dengan kepala

puskesmas secara sopan dan memperhatikan waktu

2. Kedatangan kelompok mahasiswa wajib tepat waktu sesuai kesepakatan dengan

puskesmas

3. Hal yang harus diperhatikan dalam berpakaian :

a. Memakai kemeja warna putih dan jas almamater/ jas laboratorium (sesuai

kesepakatan dengan puskesmas)

b. Laki-laki memakai celana panjang hitam bahan halus (non jeans)

c. Perempuan memakai celana/ rok hitam bahan halus (non jeans)

d. Tidak diperkenankan memakai perhiasan dan aksesoris yang mencolok

e. Menggunakan sepatu dengan berkaos kaki bukan alas kaki lainya (sandal,

crocs, dll)

4. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan:

a. Menjaga tingkah laku dan menggunakan bahasa yang sopan setiap kegiatan di

puskesmas atau di masyarakat

b. Selalu menghormati staf dan pengunjung puskesmas

c. Dilarang mempublikasi foto-foto yang menyangkut privasi pasien di media

sosial

d. Jadwal pelaksanaan Field Lab bisa berubah dengan permintaan dari pihak

puskesmas di luar dari jadwal akademik mahasiswa dan dimohon memberikan

surat konfirmasi perpindahan jadwal kepada pihak Field Lab

5. Selalu menjaga nama baik almamater Universitas Sebelas Maret

Page 5: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

5

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II. KAJIAN TEORI .......................................................................................... 3

BAB III. PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

(PMS)............ ............................................................................................... 14

BAB IV. KAJIAN ILMIAH ’PMS’ ............................................................................ 17

BAB V. STRATEGI PEMBELAJARAN ................................................................. 20

BAB VI. PROSEDUR KERJA ................................................................................... 29

BAB VII. SKALA PENILAIAN .................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 31

Page 6: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual (PMS) atau biasa disebut penyakit kelamin adalah

penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Yang termasuk PMS adalah

Syphillis, Gonorhoe, jengger ayam, herpes genetalis, HIV/AIDS, dan lain-lain.

Meskipun masih sedikit bukti-bukti empiris tentang munculnya berbagai penyakit

menular di negara berkembang seperti di Indonesia, tetapi data faktual telah

menunjukkan bahwa penyakit menular khususnya penyakit menular seksual (PMS)

semakin hari semakin bertambah jumlah pasien yang tidak tertolong. Penderita PMS

adalah penderita yang mempunyai gejala seperti gejala penyakit yang datangnya

secara lambat/ menahun/ kronis.

Penyebab utama meningkatnya PMS di negara-negara berkembang seperti di

Indonesia antara lain adalah:

a. Kemiskinan dan kebodohan

b. Belum tumbuhnya kesadaran pentingnya kesehatan reproduksi di kalangan anak

remaja

c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini

d. Perubahan gaya hidup global dan desakan jumlah penduduk dan perubahan struktur

penduduk

Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati di seluruh Kabupaten di

Indonesia pada tahun 2005-2007 adalah 68.64% padahal target SPM yaitu 100%.

Dari hasil evaluasi tahun 2007 tersebut, ternyata masih diperlukan promosi kesehatan

dalam upaya pencegahan penularan penyakit menular khususnya HIV-AIDS. Selain

itu juga perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap Puskesmas apakah pada tahun 2005-2007

tersebut, data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada penderita HIV-AIDS

di semua Puskesmas di semua Kabupaten atau karena penjaringan yang kurang

memadai. Oleh karena itu semua mahasiswa FK UNS yang sedang mengambil mata

kuliah field lab harus mampu menggali masalah PMS dan memberi penyuluhan yang

efektif, mudah dipahami masyarakat.

Page 7: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

7

Permasalahan yang dihadapi Puskesmas khusus PMS ternyata belum semua

Puskesmas dapat melaksanakan kegiatan bimbingan Field Lab dengan topik PMS

pada mahasiswa semester 4 sesuai dengan harapan institusi pendidikan FK UNS, hal

tersebut disebabkan belum semua puskesmas mempunyai klinik PMS. Akibatnya apa

yang diharapkan atau yang diperoleh mahasiswa dari tiap-tiap Puskesmas

kemungkinan berbeda. Oleh karena itu perlu kearifan dalam penilaian topik PMS.

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa dapat

memiliki kemampuan:

a. Melakukan penyuluhan kesehatan komunitas tentang PMS khususnya HIV/AIDS

b. Memahami program pencegahan dan pengobatan PMS khususnya HIV/AIDS

c. Memahami tatalaksana PMS – HIV/AIDS

d. Memahami proses rujukan kasus PMS terutama yang berisiko tertular HIV/AIDS

Page 8: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

8

BAB II

KAJIAN TEORI

Penyakit yang termasuk dalam golongan PMS diantaranya adalah gonorhea,

jengger ayam, syphilis dan HIV/AIDS. Di antara penyakit-penyakit tersebut, yang paling

berbahaya adalah HIV/AIDS.

A. HIV/AIDS

1. Etiologi

Klien yang mendapatkan Penanganan HIV/AIDS adalah klien yang

mendapat penanganan HIV/AIDS sesuai standar di satu wilayah kerja Puskesmas

pada kurun waktu tertentu.

HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV

merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia

(terutama CD4+ T-sel dan macrophages) komponen-komponen utama sistem

kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini

mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang

akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh (CD4+ <200/ml), terjadi AIDS.

Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi

menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang

kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap

berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak

mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan

defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena

infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah.

Apakah gejala-gejala HIV?

Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak

ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang

mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai

panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat

terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi

akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah

terjadinya infeksi.

Page 9: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

9

Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi

HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara

untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes

HIV. Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan

tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat

menyebabkan berkembangnya AIDS.

Apakah AIDS ?

AIDS adalah kumpulan gejala yang disebabkan karena menurunnya sistem

kekebalan tubuh. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang

lama kelamaan akan mengakibatkan AIDS. AIDS adalah singkatan dari ‘acquired

immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi

yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah

dipastikan sebagai penyebab AIDS. Tahap HIV dalam tubuh dan timbulnya

berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang

menjadi AIDS.

Kapankah seorang terkena AIDS?

Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV yang paling

lanjut. Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan,

akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS diidentifikasi

berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:

Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak

dikategorikan sebagai AIDS.

Tahap II (meliputi manifestasi mucocutaneous minor dan infeksi-infeksi saluran

pernafasan bagian atas yang tak sembuh- sembuh)

Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang berlangsung

lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC paru-paru), atau

Tahap IV (meliputi Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran

tenggorokan (oesophagus), saluran pernafasan (trachea), batang saluran paru-

paru (bronchi) atau paru-paru dan Sarkoma Kaposi. Penyakit-penyakit penyerta

pada orang dengan HIV + digunakan sebagai indikator AIDS.

Sebagian besar keadaan ini merupakan infeksi oportunistik yang apabila

diderita oleh orang yang sehat, dapat diobati.

Page 10: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

10

2. Cara Penularan

Cara Penularan virus HIV AIDS

1. Melalui darah. misalnya ; Transfusi darah, terkena darah HIV+ pada kulit

yang terluka, jarum suntik, dsb.

2. Melalui cairan semen, air mani (sperma atau peju Pria). misalnya ; seorang

Pria berhubungan badan dengan pasangannya tanpa menggunakan kondom

atau pengaman lainnya, oral sex, dsb

3. Melalui cairan vagina pada Wanita. misalnya ; Wanita yang berhubungan

badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral seks, dsb.

4. Melalui Air Susu Ibu (ASI). misalnya ; Bayi meminum ASI dari wanita

HIV+.

Adapun cairan tubuh yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita

HIV+ antara lain Saliva (air liur atau air ludah), Feses (kotoran atau tinja),

Air mata, Air keringat serta Urine (Air seni atau air kencing).

Tanda dan Gejala Penyakit AIDS

Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak

memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam

selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus

HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap

sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah

hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk

mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika

seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya

adalah seperti dibawah ini :

1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,

batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya

(Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS

diduga sebagai TBC.

2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala

seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit

jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang

kronik.

Page 11: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

11

3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting

syndrome, yaitu kehilangan berat badan hingga 10% dibawah normal karena

gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal

sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan

makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi

letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang

mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering

tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system

persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada

telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tekanan

darah rendah dan Impoten.

5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar

air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam

penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya

adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit

kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.

6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami

penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.

Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphilis. Dibandingkan Pria

maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya

adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga

(tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan

mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

3. Diagnosis

Curiga AIDS secara klinis :

• Batuk lebih dari 2 – 3 minggu

• Penurunan berat badan menyolok > 10 %

• Panas > 1 bulan

• Diare > 1 bulan

• Perhatikan : kandidiasis oral

• Herpes zooster yang luas, kambuhan

• Sariawan rekuren dan berat

Page 12: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

12

Curiga AIDS secara klinis :

• Penyakit kulit :

- dermatitis seborroik kambuhan, psoriasis prurigo noduler, dermatitis

generalisata

• Limfadenopati generalisata

• Infeksi jamur kambuhan (kandidiasis vagina/ keputihan) pada alat kelamin wanita

• Pneumonia berat berulang

• Pasien TBC terutama :

- TB ekstrapulmonal : limfadenitis TB, efusi pleura TB, TB intestinal, TB

peritoneal, TB kulit

- TB paru + kandida oral

- TB – MDR , TB-XDR

Curiga HIV secara klinis :

• Riwayat perilaku seksual

• Riwayat penggunaan narkoba

• Riwayat pekerjaan : pelaut, sopir truk, dll

• Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku risiko tinggi

• Riwayat transfusi

• Perhatikan ciri khas / tanda kelompok risiko

(misal : tato , perilaku tertentu)

• Sekarang HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risti misal ibu rumah

tangga

Diagnosis Laboratorium :

- Serologis / deteksi antibodi : rapid tes, ELISA, Western Blot (untuk konfirmasi)

- Deteksi virus : RT- PCR, antigen p24

• Indikasi :

- Pasien secara klinis curiga AIDS

- Orang dengan risiko tinggi

- Pasien infeksi menular seksual

- Ibu hamil di antenatal care ( PMTCT )

- Pasangan seks atau anak dari pasien positip HIV

Perhatikan negatif palsu karena periode jendela. Pada risiko tinggi , tes perlu

diulang 3 bulan kemudian, dan seterusnya tiap 3 bulan.

Page 13: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

13

• Hati-hati positif palsu terutama pada pasien yang asimptomatik.

Pemeriksaan serologi harus dikonfirmasi dengan western blot, atau setidaknya

harus dengan strategi 3 test dengan metode berbeda yang melibatkan ELISA.

4. Tatalaksana HIV/AIDS dimaksud :

Penderita bisa memahami tentang penyakitnya sehingga dia berobat pada

stadium awal karena kebanyakan kasus di lapangan terjadi akibat terlambatnya

penanganan penderita HIV/AIDS. Hal ini disebabkan penderita datang sudah

stadium lanjut dan kebanyakan penderita datang dengan penyakit setelah bekerja di

rantau. Oleh karena itu diperlukan peningkatan sosialisasi yang intensif. Bentuk

sosialisasi sebaiknya langsung pada suspek penderita dan keluarga penderita serta

masyarakat umum. Adapun tatalaksana HIV/AIDS di Indonesia umumnya adalah:

Voluntary Counseling and Testing (VCT) adalah kegiatan konseling dan Test

HIV secara sukarela

Perawatan orang sakit dengan HIV/AIDS

Pengobatan infeksi Opurtunistik

Sistem pelaporan kasus HIV/AIDS

Untuk penanggulangan HIV/AIDS ada beberapa upaya yang dapat

dilakukan oleh Puskesmas, yaitu:

1. Penyuluhan KRR, PMS, NAPZA pada kelompok sasaran (siswa SMP/SMA,

Karangtaruna, PSK, Pengguna jarum suntik/IDUs) dll

2. Meningkatkan pelaksanaan PMTCT (Prevention Mother to Child Transmision)

3. Mengembangkan klinik VCT

4. Peningkatan gaya hidup sehat

B. Gonorhea

1. Etiologi

Pada laki – laki dikenal sebagai “kencing nanah”. Penyebabnya bakteri yang

disebut Neisseria gonorrrheae. Gejala muncul antara 2 hinga 10 hari setelah terjadi

hubungan seksual.

2. Cara Penularan

Melalui hubungan seksual

3. Gejala

Page 14: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

14

a. Pada Perempuan

- keluar cairan kental berwarna kekuningan

- nyeri perut bagian bawah

- dapat muncul tanpa gejala

b. Pada Laki-laki (Morning Drop)

- keluar nanah dari kemaluan

- sakit saat kencing

4. Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan cara anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat

dilakukan, antara lain:

a. Sediaan langsung dengan perwarnaan Gram akan ditemukkan gonokok

negatif-Gram

b. Kultur untuk identifikasi

c. Tes definitif antara lain;

Tes oksidasi yaitu reagen yang mengandung larutan tetrametil-p-

fenilendiamin dimana akan memberi reaksi positif dengan

perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah

muda.

Tes fermentasi menggunakan reagen glukosa, maltosa dan sukrosa,

dimana gonococcus meragikan glukosa.

5. Tatalaksana

Pengobatan untuk penyakit Gonorhea antara lain; penicilin, amoksisilin,

sefalosporin, spektinomisin, kanamisin, dan tiamfenikol.

Page 15: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

15

C. Syphilis

2. Cara Penularan

- melalui kontak seksual

- melalui kontak langsung dengan lesi

- penularan dari ibu ke anak

3. Gejala

Primer : tampak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri.

Sekunder : bintil / bercak merah di tubuh yang hilang sendiri atau tanpa

gejala.

Tersier : kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan syaraf.

4. Diagnosis

a. Pemeriksaan Treponema Pallidum dengan mengambil serum dari lesi kulit,

kemudian dilihat bentuk dan pergerakkannya. Treponema akan tampak

berwarna putih latar belakang gelap dan pergerakkannya memutar terhadap

sumbunya.

b. T.S.S. atau serologic Tests for Syphilis sebagai ukuran untuk mengevaluasi

tes serologi ialah sensitivitas dan spesifitas.

4. Tatalaksana

Pengobatannya juga harus dilakukan pada mitra seksualnya serta sebelum sembuh

penderita dilarang bersenggama. Obat-obat yang digunakan yaitu penisilin dan

antibiotik lain.

1. Etiologi

Disebut juga dengan “raja singa”.

Disebabkan oleh bakteri Treponema

pallidum. Gejala – gejala muncul antara 2-

6 minggu (kadang- kadang 3 bulan)

setalah terjadi hubungan seksual.

Page 16: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

16

D. Kutil Kelamin (Jengger Ayam)

Penyebab : virus HPV ( Human Papilloma Virus)

Gejala (muncul 2-3 bln setelah tertular)

• Kutil sangat kecil seperti mata ikan akan muncul di luar alat kelamin/anus maupun

di dalam vagina

• Semakin lama dibiarkan akan semakin besar seperti bunga kol/jengger ayam

• Tidak terasa sakit, hanya kadang-kadang terasa gatal

• Akan timbul-hilang seumur hidup (bersifat kambuhan)

Kalau kena kutil kelamin?

Konsekuensi

• Dapat meningkatkan resiko terhadap kanker leher rahim dan kanker penis

• Dapat ditularkan ke pasangan

Pengobatan

• Belum ada obat yang dapat menghilangkan virus penyebab kutil. Pada tahap

pertama kutil dapat diobati dengan bahan kimia yang bisa menghapus kutil. Bila

besar perlu operasi di rumah sakit

Namun operasi sering kali tidak efektif, karena kutil dapat muncul kembali

E. Herpes Genitalis

Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel

yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat

genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV (Herpes

Simplex Virus) yaitu: HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital.

Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi

dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai

daerah genital.

1. Etiologi

Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang

merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV:

- Herpes simplex virus tipe I: umumnya menyebabkan lesi atau luka padasekitar

wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.

- Herpes simplex virus tipe II: umumnya menyebabkan lesi pada genital dan

sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).

Page 17: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

17

Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga

termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang

menyebabkan herpes zoster dan varisela. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan

oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang

sama.

Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui

vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan

herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada

mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.

2. Gejala Klinik

Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah

anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka

dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.

Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang

terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai

berikut:

- Nyeri dan disuria

- Uretral dan vaginal discharge

- Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)

- Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal

- Nyeri pada rektum, tenesmus

Tanda-tanda:

- Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada

tingkat infeksi

- Limfadenopati inguinal

- Faringitis

- Cervisitis

Page 18: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

18

Gambar Herpes genitalis pada perempuan

Gambar Herpes genitalis pada laki-laki

3. Diagnosis

Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok

dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan

melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes

darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu

memuaskan. Virus kadang-kadang namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium

yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material

yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes. Pemeriksaan Tzanck dengan

pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi

intranuklear.

Page 19: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

19

BAB III

PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT

MENULAR SEKSUAL (PMS)

Kasus Infeksi Menular Seksual yang Diobati

Infeksi Menular Seksual yang Diobati adalah Kasus Infeksi Menular Seksual

(IMS) yang ditemukan berdasarkan syndrome dan etiologi serta diobati sesuai standar

di satu wilayah kerja Puskesmas pada kurun waktu 1 tahun.

Tabel 2. Diskripsi Cakupan Infe ksi Menular Seksual (IMS) yang diobati Menurut

Kecamatan tahun 2005-2007

No Cakupan Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang diobati

2005 2006 2007

1 Kabupaten Semarang 51.96 68.64 68.31

2 Data Kosong 20 puskesmas 19 puskesmas 18 puskesmas Sumber: Bappeda Kab. Semarang, 2008. Kompilasi data dari Pusat kesehatan Masyarakat di Seluruh

Kabupaten Semarang.

Dari data tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa Cakupan Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten semarang tahun 2005-2007, target SPM tahun

2005 yaitu 100% dan pada tahun 2010 sebesar 100% juga. Pada tahun 2005 didapatkan

cakupan klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS sebesar 51.96% dari

Puskesmas Bergas dan Puskesmas Tengaran, hal ini masih berada jauh dibawah target

SPM tahun 2005. Sedangkan masih ada 20 puskesmas yang datanya kosong, hal ini dapat

disebabkan karena memang tidak ada pasien penderita infeksi menular seksual yang

ditemukan oleh puskesmas. Pada tahun 2006 didapatkan Cakupan Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang diobati di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yaitu

68.64%. Angka tersebut berasal dari Puskesmas Bergas, Tengaran dan Sumowono.

Puskesmas yang datanya kosong ada 19 puskesmas. Pada tahun 2007 didapatkan

Cakupan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Kabupaten Semarang sebanyak 68.31%.

Angka tersebut berasal dari Bergas, Tengaran dan Sumowono ditambah dengan 805

orang dari Puskesmas Duren Ambarawa.

Dari hasil evaluasi ini, ternyata pada tahun 2005 cakupan IMS yang diobati

belum mencukupi target SPM Dinkes Jateng. Perlu dikonfirmasikan ke tiap-tiap

puskesmas apakah data kosong yang didapatkan memang karena tidak ada penderita

Page 20: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

20

infeksi menular seksual atau karena sebab lain. Pada tahun 2006 cakupan meningkat.

Sedangkan tahun 2007 jumlah cakupannya hampir sama dengan tahun sebelumnya

ditambah data dari Puskesmas Duren sebanyak 805 orang. Sebaiknya data yang

dikirimkan bukan berupa jumlah orang tetapi berupa cakupan sehingga datanya dapat

dibandingkan dengan data dari tahun-tahun sebelumnya serta dapat dilihat tren-nya

mengalami peningkatan atau penurunan. Oleh karena itu perlu ditingkatkan upaya-upaya

program pencegahan PMS di tiap-tiap puskesmas:

1) Pengobatan IMS

a. Advokasi

b. Meningkatkan KIE Pencegahan IMS, Pemeriksaan IMS dan pengobatan secara

dini

c. Pendidikan dan latihan bagi petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita IMS.

d. Mengembangkan Klinik IMS di lokasi/ lokalisasi penjaja seks.

e. Pemeriksaan IMS berkala kepada para PS dan pramuria di lokasi,lokalisasi, BAR,

Karaoke, Panti Pijat.

2) Peningkatan Gaya Hidup Sehat

a. Meningkatkan derajat pendidikan dasar dari anak, pemuda dan remaja khususnya

anak perempuan.

b. KIE di sekolah dan tempat kerja termasuk life Skill Education.

Perlindungan dan KIE kepada keluarga dan kelompok penduduk yang

menghadapi masalah sosial.

Kerjasama dan koordinasi dengan media massa dan perusahaan advertensi untuk

KIE pada masyarakat umum

KIE dan perlindungan anggota militer dan polisi

KIE dan pelayanan kesehatan di Lapas.

3) Promosi dan distribusi Kondom, melakukan social marketing, dan meningkatkan

akses kondom kepada WPS dan pelanggannya.

a. Melakukan social–marketing dan meningkatkan akses kondom kepada WTS dan

pelanggannya

b. Meningkatkan ketersediaan kondom, memperluas jaring distribusinya melalui

swasta, LSM dan Pemerintah.

c. Meningkatkan KIE tentang manfaat penggunaan kondom

d. Meningkatkan kwalitas kondom.

Page 21: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

21

4) Promosi Perilaku Seksual Aman

a. Advokasi pada decision maker

b. Mengembangkan proyek – proyek panduan penggunaan kondom 100%.

c. Melaksanakan KIE secara sistematis dan bijaksana tentang penggunaan kondom

dan hubungan seksual non – penetratif.

d. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan IMS pada kelompok

berisiko.

Page 22: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

22

BAB IV

KAJIAN ILMIAH ’PMS’

Konsep Map

Upaya pencegahan HIV/AIDS dilakukan bersama dengan kegiatan

penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS). Kegiatan yang telah dilaksanakan

antara lain:

1. Serosurvey

Kegiatan ini dilaksanakan oleh DKK dan PMI dengan sasaran WPS langsung, WPS

tak langsung dan Napi, tujuannya untuk mendapatkan data besaran masalah HIV

dan Sifilis di kelompok risiko tinggi, jika ditemukan akan dilakukan pengobatan.

2. Pertemuan dengan Lingkar LSM Peduli AIDS

Membahas rencana kegiatan di masing-masing LSM sesuai dengan isu SPM

(Standart Pelayanan Minimal) yang mereka akses untuk menekan pertumbuhan

penularan HIV/AIDS.

3. Pertemuan dengan Tim Pengarah KPAD Kota Surakarta

Sosialisasi HIV/AIDS di masing-masing instansi yang dibawahinya dengan

harapan bisa memberi informasi pencegahan dan penanganannya.

4. Pelayanan VCT

Di RS Daerah dr. Moewardi Surakarta, RS dr. Oen Surakarta dan Puskesmas

Manahan (bagi kelompok IDU’s).

MASALAH KESEHATAN (Diagnosis HIV AIDS)

DATA (Internet)

DATA (Buku)

DATA Hasil Lab

Bukti

KEPUTUSAN MEDIS

DOKTER

Page 23: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

23

5. Pelayanan IMS

Dilaksanakan di Puskesmas Manahan dan Puskesmas Sangkrah atas kerja sama

DKK Surakarta dengan GF – ATM diperuntukkan bagi umum termasuk kelompok

risiko tinggi.

6. Pembentukan DIC (Droup In Centre)

Oleh LSM Mitra Alam sebagai tempat kosultasi dan informasi mengenai bahaya

Narkoba/NAPZA bagi generasi muda/ pemuda/remaja. (PB IDI, 2000)

Perjalanan Infeksi HIV/AIDS :

Pada saat seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun

untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh

manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan

pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap ini

disebut sebagai periode jendela (windows periode). Sebelum masuk pada tahap AIDS,

orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV+

ini maka keadaan fisik ybs tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan apapun, dan

bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan, maka dalam kondisi ini ybs

sudah aktif menularkan virusnya ke orang lain jika dia mengadakan hubungan seks atau

menjadi donor darah.

Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel

darah putih (yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka

kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi

berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita akan

meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut.

Perkembangan HIV/AIDS di Dunia

a. Kasus pertama ditemukan di San Fransisco pada seorang gay tahun 1981. Menurut

UNAIDS (Badan PBB untuk penanggulangan AIDS) sampai dengan akhir 1995, jumlah

orang yang terinfeksi HIV (Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai

28 juta dimana 2,4 juta diantaranya adalah kasus bayi dan anak. Setiap hari terjadi

infeksi baru sebanyak 8500 orang, sekitar 1000 diantaranya bayi dan anak (Anonim,

2006).

Page 24: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

24

b. Sejumlah 5,8 juta orang telah meninggal akibat AIDS (Acquired Immuno Deficiency

Syndrome), 1,3 juta diantaranya adalah bayi dan anak. -AIDS telah menjadi

penyebab kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Di

Zambia, epidemi AIDS telah menurunkan usia harapan hidup dari 66 tahun menjadi

33 tahun, di Zimbabwe akan menurun dari 70 tahun menjadi 4o tahun dan di Uganda

akan turun dari 59 tahun menjadi 31 tahun pada tahun 2010.

Ada beberapa hasil penelitian antara lain di negara industri, seorang dewasa yang

terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun, sedangkan di negara

berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun. Setelah menjadi AIDS,

survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di

negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat

dengan penggunaan obat antiretroviral, pengobatan terhadap infeksi oportunistik dan

kwalitas pelayanan yang lebih baik.

Page 25: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

25

BAB V

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Diagnosis HIV-AIDS

Seorang ibu rumah tangga datang ke Dokter A dengan keluhan panas dan batuk

darah. Ibu tersebut mengeluh bahwa sakitnya sudah lama dan berkali-kali mondok

keluar masuk rumah sakit dengan keluhan serupa. Anamnesis lebih lanjut ternyata

suaminya sudah meninggal dan sebelumnya ada riwayat memakai injeksi Narkoba

(IDU). Dokter A tanpa melakukan pemeriksaan lebih lanjut menyatakan

kemungkinan ibu tersebut menderita AIDS. Pasien tidak puas lalu datang ke dokter B,

kemudian oleh dokter B disarankan melakukan pemeriksaan laboratorium Sputum

BTA, Foto Thoraks dan pemeriksaan darah berupa Limfosit T.

Hasil pemeriksaan jumlah Limfosit T Helper (CD4) menunjukkan hasil sangat

rendah. Dokter B mendiagnosis HIV dan pasien berkonsultasi apakah penyakitnya dapat

disembuhkan dan apakah ada obatnya.

Pertanyaan:

1. Menurut anda dokter yang manakah yang lebih kompeten, apa alasannya?

(Kompetensi cara berpikir kritis/Critical Thinking)

2. Bukti-bukti apakah yang perlu dikumpulkan untuk memahami masalah pasien

tersebut? (Kompetensi Critical Thinking dan Evidance Based Medicine=EBM

Diagnosis)

3. Keterangan apa yang sebaiknya diberikan oleh dokter sehubungan dengan

pertanyaan pasien?( Kompetensi EBM Diagnosis dan Etika)

Skenario 2 ini membawa kompetensi seperti:

- Berpikir kritis/Critical Thinking

- EBM Diagnosis

Fokus skenario 2 diutamakan pada Learning Objective (LO) mayor EBM Diagnosis.

Peran Tutor untuk mengarahkan diskusi menuju LO EBM Diagnosis adalah melalui

langkah-langkah atau konsep sebagai berikut:

Dokter A: Mendiagnosis HIV AIDS tanpa didukung pemeriksaan Laboratorium (bukti

ilmiah)

Dokter B: Mendiagnosis HIV AIDS dengan didukung pemeriksaan Laboratorium

(bukti ilmiah)

Page 26: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

26

Bagaimana pendapat saudara? Saudara lebih setuju pendapat siapa?

Teknik membuat keputusan medis berbasis bukti seperti apakah yang harus saudara

lakukan?

Dokter dalam hal ini diidentikkan sebagai mahasiswa FKUNS diharapkan

mencari bukti-bukti ilmiah berupa data ilmiah termasuk pemeriksaan laboratorium

untuk mendiagnosis HIV AIDS. Data ilmiah atau bukti yang didapatkan dipakai

untuk mendiagnosis HIV AIDS, kemudian memberikan informasi kepada pasien dan

disampaikan secara etis.

2. Bentuk Strategi Penyuluhan PMS :

a. Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)

Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap

masalah yang dihadapi oleh klien dapat diketahui dan dibantu penyelesaiannya.

Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh

perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).

b. Interview (Wawancara)

Interview sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan.

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi

mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah

perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau

kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam.

c. Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok

yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode

akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

c.1 Kelompok Besar

Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta

penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar

ini, antara lain :

c.1.a Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-

hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :

Page 27: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

27

Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi

dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan

diri dengan :

a. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau

disusun dalam diagram atau skema.

b. Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide,

transparan, sound sistem, dan sebagainya.

Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah

tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran

(dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai

berikut :

a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu

dan gelisah.

b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

c. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

d. Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.

e. Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.

c.1.b Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan

menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli

atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya

dianggap hangat di masyarakat.

c.2 Kelompok Kecil

Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut

kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara

lain :

c. 2.1 Diskusi Kelompok

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur

sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling

Page 28: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

28

memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi

empat.

Pimpinan diskusi / penyuluh juga duduk diantara peserta sehingga tidak

menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi. Tepatnya mereka dalam taraf yang

sama sehingga tiap anggota kelompok ada kebebasan / keterbukaan untuk

mengeluarkan pendapat.

Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan

pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan

dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin

kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua

orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari

salah seorang peserta.

c.2.2 Curah Pendapat (Brain Storming)

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama

dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin

kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta

memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).

Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam

flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya,

tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota

mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya

terjadilah diskusi.

c.2.3 Bola Salju (Snow Balling)

Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).

Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5

menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan

masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang

sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya

dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.

c.2.4 Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)

Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group)

kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain

Page 29: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

29

dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya

kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

c.2.5 Memainkan Peranan (Role Play)

Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai

pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai

dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan

anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka

meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam

melaksanakan tugas.

c.2.6 Permainan Simulasi (Simulation Game)

Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan

diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk

permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti

bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain

beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi

berperan sebagai nama sumber.

c.3. Metode Pendidikan Massa (Public Education)

Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan

pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa

atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.

Oleh karena sasaran pendidikan ini bersifat umum dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan

sebagainya maka pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pendekatan ini biasanya

digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu

inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian

bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar. Pada

umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan

atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :

a. Ceramah umum (public speaking)

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri

kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk

Page 30: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

30

menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk

pendekatan massa.

b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun

radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

c. Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang

suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan

pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di

televisi pada waktu yang lalu (tahun 1970an).

d. Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan

pendidikan kesehatan massa.

e. Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab

/ konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan

pendidikan kesehatan massa.

f. Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga

bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".

Page 31: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

31

STRATEGI pembelajaran yang harus dilakukan mahasiswa:

1. Tahap Persiapan

a. Kegiatan laboratorium lapangan dilakukan dalam kelompok yang terdiri dari 10-13

mahasiswa

b. Tiap kelompok dipandu oleh 1 instruktur lapangan (dokter puskesmas)

c. Lokasi: 6 DKK yang mempunyai kerjasama dengan FK UNS (Sragen, Wonogiri,

Sukoharjo, Klaten, Karanganyar, Boyolali)

d. Pembagian kelompok dilakukan oleh pengelola Field Lab, dengan konfirmasi

jadwal kelompok kepada DKK dan Puskesmas terkait

e. Pembekalan materi diberikan pada kuliah pengantar Field Lab, sesuai jadwal dari

pengelola KBK FK UNS

f. Pada saat kuliah pengantar dilakukan pretes untuk mahasiswa.

g. Sebelum pelaksanaann diharapkan mahasiswa konfirmasi terlebih dahulu dengan

instruktur lapangan (nomor telepon instruktur lapangan tersedia di kantor Field

Lab)

h. Tiap mahasiswa wajib membuat lembar cara kerja, yang diserahkan kepada

instruktur lapangan pada pagi hari sebelum pelaksanaan. Lembar cara kerja berisi:

Tujuan Pembelajaran

Alat/Bahan yang diperlukan

Cara Kerja (singkat)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan di lapangan 3 (tiga) hari, sesuai jadwal yang telah disusun tim

pengelola Field Lab dan tim pengelola KBK FK UNS.

Hari I : Perencanaan dan persiapan bersama instruktur mengenai kegiatan

Field Lab yang akan dilaksanakan.

Hari II : Pelaksanaan, pencatatan, dan pelaporan kegiatan.

Hari III : Pengumpulan laporan dan evaluasi.

b. Peraturan yang harus ditaati mahasiswa :

1) Mahasiswa harus memakai jas laboratorium di lapangan, dikancing rapi.

Page 32: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

32

2) Mahasiswa datang sesuai dengan jam buka Puskesmas, kemudian menemui

instruktur.

3) Mengikuti kegiatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan

(Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, Pencatatan, Pelaporan).

4) Mahasiswa tidak diperkenankan melakukan konseling langsung pada

pasien/sasaran (konseling dilakukan oleh mahasiswa semester V atau lebih)

5) Apabila hari tersebut tidak ada jadwal penyuluhan di Puskesmas yang

bersangkutan, mahasiswa mengikuti demonstrasi pelayanan penyuluhan di

Puskesmas.

6) Kelompok diperbolehkan mengganti hari, mengikuti jadwal kegiatan

Puskesmas (mengikuti jadwal Posyandu). Dengan catatan tidak mengganggu

kegiatan pembelajaran lain di FK dan lapor pada pengelola Field

Lab/pengampu topik.

3. Tahap Pembuatan Laporan

a. Laporan kelompok, dibuat secara berkelompok sebanyak dua eksemplar:

- satu eksemplar untuk Puskesmas

- satu eksemplar untuk bagian Field lab

(menyesuaikan kebijakan Puskesmas).

b. Format Laporan

1) Halaman Cover

2) Lembar Pengesahan

3) Daftar Isi

4) Bab I : Pendahuluan dan Tujuan Pembelajaran

Uraikan secara singkat tentang topik Field Lab dan tujuan pembelajaran dari

topik tersebut.

5) Bab II : Kegiatan yang Dilakukan

6) Bab III : Pembahasan

Berikan penjelasan lebih lanjut mengenai pokok-pokok dari kegiatan yang

dilaksanakan serta uraikan pula kendala serta solusi dari kegiatan yang telah

dilaksanakan.

7) Bab IV : Penutup

Beri simpulan dan saran dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

Page 33: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

33

8) Daftar Pustaka

c. Laporan diketik komputer, ± 10 halaman (tidak termasuk cover dan halaman

pengesahan), hari ketiga pelaksanaan harus diserahkan instruktur lapangan untuk

disetujui/disahkan. Ditunjukkan dengan lembar tanda tangan persetujuan instruktur

lapangan.

d. Satu eksemplar laporan diserahkan pada instruktur lapangan, satu laporan

diserahkan pada pengelola Field Lab setelah disahkan instruktur lapangan. (paling

lambat 1 minggu sesudah pelaksanaan).

e. Apabila mahasiswa membuat laporan persis dengan laporan milik temannya, maka

akan dikembalikan

f. Setiap kelompokmengumpulkan CD yang berisi soft file laporan kelompok dan soft

file laporan individu serta dokumentasi kegiatan lapangan.

Tata Cara Penilaian

1. Instruktur memberi penilaian kepada mahasiswa sesuai dengan cek list yang ditetapkan

dalam buku panduan.

2. Postes dilaksanakan di Fakultas Kedokteran sesuai jadwal yang ditetapkan pengelola

Field Lab.

3. Apabila mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan Field Lab (Pretes,

Lapangan, Postes), maka dinyatakan tidak memenuhi syarat dan nilai akhir tidak dapat

diolah.

4. Pretes dan postes susulan dapat diberikan pada mahasiswa yang tidak dapat mengikuti

karena sakit, ditunjukkan dengan bukti surat keterangan sakit dari dokter atau rumah

sakit. Mahasiswa yang bersangkutan segera menghubungi pengelola topik.

5. Nilai Akhir Mahasiswa :

= 1 x Pretes + 3 x Lapangan + 1 x Postes

5

6. Batas nilai yang dinyatakan lulus adalah 70

7. Bila ada mahasiswa yang mendapat nilai kurang dari 70 akan dilakukan remidi yang

akan dijadwalkan pengelola Field Lab. Bila remidi tidak lulus maka mengulang

semester depan.

8. Nilai remidiasi maksimal 70

Page 34: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

34

BAB VI

PROSEDUR KERJA

1. Menghitung jumlah sasaran

Jumlah sasaran dihitung berdasarkan jumlah Siswa atau audiens penyuluhan

2. Menentukan target cakupan penyuluhan PMS

Menetapkan berapa besar cakupan penyuluhan yang akan dicapai pada tahun yang

direncanakan. Target cakupan maksimal 100 %

3. Menghitung kebutuhan peralatan peraga penyuluhan PMS

Peralatan peraga diperlukan agar penyuluhan menjadi lebih menarik perhatian

audiens. Misalnya dengan menggunakan media bagan, elektronik, amupun role play.

SELAMAT MENGHITUNG DENGAN BENAR DAN CERMAT

KELOMPOK SASARAN PENYULUHAN ’PMS’

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS:

NAMA PUSKESMAS: .................................................

NAMA DESA : .................................................

JUMLAH TARGET : .....................................Orang

Jumlah hitungan sesuai Rumus : ....................... Orang

Page 35: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

35

BAB VII

SKALA PENILAIAN

Nama :

NIM :

Kelompok :

Puskesmas :

No. Keterangan 0 1 2 3 4

1. Persiapan

Membuat format rencana kerja sesuai panduan

Membuat materi penyuluhan

Presentasi rencana kerja dan materi penyuluhan

2. Sikap dan tingkah laku

Menunjukkan kedisplinan (datang tepat waktu)

Menunjukkan kesiapan mengikuti kegiatan

Menunjukkan penampilan rapi dan sikap sopan

kepada staf Puskesmas dan masyarakat

Menunjukkan sikap bersungguh-sungguh dalam

mengikuti semua kegiatan

3. Pelaksanaan

Menentukan sasaran Penyuluhan PMS

Melakukan penyuluhan PMS pada masyarakat

Memperhatikan demonstrasi/FGD masalah PMS

Menjelaskan bila ada suspek PMS-HIV/AIDS, dan

pencatatan pelaporannya

3. Laporan

Presentasi hasil laporan

Isi laporan sesuai kegiatan

Format laporan sesuai panduan

JUMLAH NILAI

Keterangan :

0: tidak melakukan

1: melakukan kurang dari 40 %

2: melakukan 40-60%

3: melakukan 60-80 %

4: melakukan 80-100 %

Jumlah Nilai

NILAI : -------------------- X 100 = ........................

56

Page 36: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

36

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS

(UNAIDS) bersama-sama dengan masyarakat sipil, para aktivis pengobatan, sektor

swasta serta pemerintahan menyerukan ‘bersatu untuk pencegahan HIV’. Jakarta,

18 Agustus 2006

Anonim. 2000. Stigmatisasi dan Diskriminasi pada HIV AIDS. Pengurus Besar IDI.

www.depkes.go.id Edit terakhir: 9 Mei 2008

Handoko R.P. Herpes Simpleks dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Djuanda Adhi,

Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, p359-361

Pengurus Besar IDI. 2000. Pencegahan Penyakit Menular. www.depkes.go.id/

index.php?option. Edit terakhir: 9 Juli 2008

Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor.

Penyakit Menular Seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Sasongko, A.1996. Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Yayasan Kusuma Buana,

Jakarta.

Soekidjo Notoatmodjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2,

Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. www.depkes.go.id/ index.php?option Update :

14 Juli 2006

Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus.

Page 37: PENYULUHAN KESEHATAN: PENYAKIT MENULAR …fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_PMS_2015_(Semester_4).pdf · remaja c. Masih dianggap tabunya pendidikan seksual sejak dini d. Perubahan

37

FOTO KEGIATAN SEMESTER IV

TOPIK : PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

Penyuluhan Penyakit Menular Seksual

di SMP

Pengenalan Materi PMS di SMP

Diskusi tentang PMS di SMP

di Kabupaten Sragen

Kerjasama dengan Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) dalam pelaksanan

penyuluhanPMS