penyesuaian. Rp 1.250.000,-.fisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_2_april_2009.pdf ·...

12
edisi 02 April 2009 A A da perubahan nama uang kuliah. Selama ini namanya SPP (Sumbangan Pening- katan Pendidikan). Mulai tahun akademik 2009/2010 nan, namanya SOP (Sumbangan Operasional Pendidikan). Soal nama bergantentunya dak ada persoalan. Yang menjadi persoalan adalah adanya jumlah yang harus dibayarkan. Selama ini sejak 2000/2001, SPP mahasiswa SPMB dan PMDK Prestasi adalah Rp 600.000,- (untuk bidang Sosial) dan Rp 700.000,- (untuk bidang Eksakta). Jadi sudah sembilan tahun dak ada penyesuaian. Direncanakan, SOP untuk mahasiswa eksakta Rp 1.250.000,-. SOP untuk mahasiswa bidang Sosial ada yang Rp 1.000.000,- dan Rp 800.000,-. Mahasiwa FH, FE, dan Fakultas Psikologi angkatan 2009/2010 akan jadi Rp 1.000.000,-. Sedangkan untuk mahasiswa FISIP dan FIB angkatan 2009/2010 adalah Rp 800.000,-. Untuk angkatan sebelum 2009/2010 tetap Rp 600.000,- Sebelum menyesuaikan angka itu Rektor mengajak bicara para pimpinan universitas lainnya dan fakultas dan perwakilan mahasiswa. Para pimpinan umumnya bisa memahami penetapan angka baru itu. Terutama karena memang sudah sangat lama dak ada penyesuaian, karena penetapan SOP itu sudah dipersipkan cukup lama. Senat Akademik Universitas memutuskan pada Rapat Pleno 10 April 2008. Majelis Wali Amanat memutuskan pada 6 Oktober 2008). Juga karena perbedaan masih wajar dan pantas, yaitu Rp 200.000,-. Apalagi dibanding PTN-PTN lain, SPP di Unair masih amat sedikit. Misalnya, di ITS Rp 1.250.000,-. Perwakilan mahasiswa secara kris mempertanyakan alasan-alasan peneta- pan angka baru. Ada yang dak bisa menerima. Ada yang belum menerima. Ada yang bisa memahaminya dengan beberapa syarat. Perwakilan mahasiswa FISIP termasuk yang paling kris menyikapi rencana angka SOP itu, dan belum menerima rencana itu. Kita bisa memahami semua aspirasi itu. Kita menghargai adanya perbedaan pandangan. Kita ingin agar semua aspirasi itu bisa tersalurkan secara bijaksana dan bermartabat, tanpa harus eksesif. Kita perlu bersyukur karena saluran itu masih tersedia di kampus ini, sehingga aspirasi- aspirasi dak harus disampaikan melalui cara-cara kekerasan yang merugikan masyarakat dan menganggu citra universitas kita. Semua itu merupakan bagian dari proses pembuatan keputu- san. Sah-sah saja menuntut dan menawar selama belum ada keputusan nal. Kita mesmenerima kalau sudah diputuskan oleh pimpinan. (*) I . B a s i s S u s i l o

Transcript of penyesuaian. Rp 1.250.000,-.fisip.unair.ac.id/assets/filedownload/edisi_2_april_2009.pdf ·...

  • edisi

    02

    April

    2009

    AAda perubahan nama uangkuliah. Selama ini namanyaSPP (Sumbangan Pening -

    katan Pendidikan). Mulai tahun akademik2009/2010 nan�, namanya SOP(Sumbangan Operasional Pendidikan).Soal nama bergan� tentunya �dak adapersoalan. Yang menjadi persoalanadalah adanya jumlah yang harusdibayarkan. Selama ini sejak 2000/2001,SPP mahasiswa SPMB dan PMDK Prestasiadalah Rp 600.000,- (untuk bidang Sosial)dan Rp 700.000,- (untuk bidang Eksakta).Jadi sudah sembilan tahun �dak ada

    penyesuaian.Direncanakan, SOP untuk mahasiswa

    eksakta Rp 1.250.000,-. SOP untukmahasiswa bidang Sosial ada yang Rp1.000.000,- dan Rp 800.000,-. MahasiwaFH, FE, dan Fakultas Psikologi angkatan2009/2010 akan jadi Rp 1.000.000,-.Sedangkan untuk mahasiswa FISIP danFIB angkatan 2009/2010 adalah Rp800.000,-. Untuk angkatan sebelum2009/2010 tetap Rp 600.000,-

    Sebelum menyesuaikan angka ituRektor mengajak bicara para pimpinanuniversitas lainnya dan fakultas danperwakilan mahasiswa. Para pimpinanumumnya bisa memahami penetapanangka baru itu. Terutama karena memangsudah sangat lama �dak adapenyesuaian, karena penetapan SOP itusudah dipersipkan cukup lama. SenatAkademik Universitas memutuskan padaRapat Pleno 10 April 2008. Majelis WaliAmanat memutuskan pada 6 Oktober2008). Juga karena perbedaan masihwajar dan pantas, yaitu Rp 200.000,-.Apalagi dibanding PTN-PTN lain, SPP diUnair masih amat sedikit. Misalnya, di ITS

    Rp 1.250.000,-. Perwakilan mahasiswa secara kri�s

    mempertanyakan alasan-alasan peneta -pan angka baru. Ada yang �dak bisamenerima. Ada yang belum menerima.Ada yang bisa memahaminya denganbeberapa syarat. Perwakilan mahasiswaFISIP termasuk yang paling kri�smenyikapi rencana angka SOP itu, danbelum menerima rencana itu.

    Kita bisa memahami semua aspirasiitu. Kita menghargai adanya perbedaanpandangan. Kita ingin agar semua aspirasiitu bisa tersalurkan secara bijaksana danbermartabat, tanpa harus eksesif. Kitaperlu bersyukur karena saluran itu masihtersedia di kampus ini, sehingga aspirasi-aspirasi �dak harus disampaikan melaluicara-cara kekerasan yang merugikanmasyarakat dan menganggu citrauniversitas kita. Semua itu merupakanbagian dari proses pembuatan keputu -san. Sah-sah saja menuntut danmenawar selama belum ada keputusanfinal. Kita mes� menerima kalau sudahdiputuskan oleh pimpinan. (*)

    I . B a s i s S usi lo

  • 02 Jendela edisi 02/April 2009

    editorial

    l PENANGGUNG JAWAB: I. Basis Susilo (Dekan FISIP)l PIMPINAN UMUM: V. Dugis (Wakil Dekan III) l PIMPINAN REDAKSI: Yayan Sakti Suryandaru

    l JURNALIS: Debrina Tedjawidjaja ; Intan Fitranisa ; Putri Rizky Pramadhani ; Muhammad Zaki Ath.T ; Arfa Darojatil LAY-OUT/PRODUKSi: Irfan Wahyudi, S.Sos

    l Alamat Redaksi: Gedung FISIP Kampus B Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam SurabayaTelp. (031) 5011744, 5012442, 5017429, 5034015. Fax. (031) 5047754 ll e-mail: [email protected]

    l “.. Ide Bagus. Dari dulu saya ingin ada ruang publik antara dosen danmahasiswa. Semoga untuk edisi-edisi berikutnya ada rubrik sesi-sesicurhat mahasiswa. Saya rasa itu penting untuk ditambahkan selamamasih dalam batasan koridornya..” (Asti, HIMA Sosiologi)

    l “…Saya sangat mendukung adanya buletin ini. Minimal bisa menjem-batani antara dekanat dan mahasiswa. Men-support kreativitas diakademik. Memantau aktifitas fakultas serta dosen. Dan yang palingpenting bisa jadi sarana uneg-uneg bagi masyarakat kampus..”

    (Suyono, KASUB Umum Sarana Pra Sarana)

    l “… Awal yang baik dari keterbukaan, Saran saya ditambahkan rubrikyang memuat feedback dari mahasiswa mengenai hal-hal yang terjadidi FISIP..” (Firman Nur, HIMA Komunikasi)

    l “… Selamat atas terbitnya Jendela, Semoga dengan adanya media ini,kita jadi banyak tau apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di FISIP. Tidakhanya itu, Saya berharap media ini dapat menjadi sarana aspirasi ma-hasiswa juga..” (Erik Stenly, Departemen MINBAK BEM FISIP)

    l SURAT PEMBACA

    l AGENDA FISIP

    Departemen Sosiologi

    Waktu Agenda Penyelenggara Tempat

    30 Maret - 8 April Liga Paving BEM FISIP Unair Lap. Parkir FIB

    24 Maret - 10 April HI CUP Hima HI Lap. Parkir FIB

    6 April Seminar QUEER :LGBT dalamBingkai Media

    Hima Komunikasi Ruang AdiSukadana

    7 April Pemutaran Film: LGBT dalamBingkai Media

    Hima Komunikasi Ruang AdiSukadana

    17 April InternationalRelation EnglishFun Fair (IREFF)

    Hima HI - Gd.A Lt.3 - Aula - Gd.C Lt.3

    27 April Kunjungan SMA KaDep HI Ruang AdiSukadana

    28 April LKTI SMA Hima Sosiologi Ruang AdiSukadana

    Rabu Minggu I & III Diskusi Reboan Dekanat Fisip Unair Ruang AdiSukadana

    No. Nama Universitas JenjangPend.

    1. Drs. Doddy Sumbodo Singgih, M.Si Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    2. Drs. Eddy Hery Prihantoro, M.Si. Universitas Airlangga Surabaya S3

    3. Dra. Tuti Budirahayu, M.Si. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    Departemen KomunikasiNo. Nama Universitas Jenjang

    Pend.

    1. Drs. Henri Subiakto, SH., M.Si. Universitas Airlangga Surabaya S3

    2. Dina Septiani, B.Comm. The Hague Univ.The Netherlands S3

    3. Sri Wijayanti, S.Sos. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    Departemen Administrasi NegaraNo. Nama Universitas Jenjang

    Pend.

    1. Drs. Antun Mardianto, MA Universitas Brawijaya Malang S3

    2. Sulikah Asmorowati, S.Sos.,M.DevSt.

    Melbourne UniversityAustralia

    S3

    Departemen D3 PariwisataNo. Nama Universitas Jenjang

    Pend.

    1. Sri Endah Nurhidayati, S.Sos., M.Si. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    2. Dian Yulie Reindrawati, S.Sos., MM. University of NewcastleAustralia

    S3

    Departemen PolitikNo. Nama Universitas Jenjang

    Pend.

    1. Drs. Moch. Asfar, M.Si. Universitas Airlangga Surabaya S3

    2. Drs. Kris Nugroho, MA Universitas Airlangga Surabaya S3

    3. Dra. Dwi Windyastuti, B.H., MA Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    4. Dra. Siti Aminah, MA. Universitas Indonesia Jakarta S3

    Departemen AntropologiNo. Nama Universitas Jenjang

    Pend.

    1. Dra. Pinky S. W., MA. Universitas Indonesia Jakarta S3

    2. Drs. Yusuf Ernawan, M.Hum Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    3. Drs. Bambang Budiono Mulyo S. Universitas Indonesia Jakarta S2

    4. Dra. Retno Andriati, MA. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    5. Rustinsyah, Dra., M.Si. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S3

    6. Dra. Lucy Diah H, S.Sos., M.Kes. Universitas Airlangga Surabaya S3

    Departemen IIPNo. Nama Universitas Jenjang

    Pend.

    1. Dra. Endang Gunarti Univ. Padjajaran Bandung S2

    2. Dra. Rahma Sugihartati Universitas Airlangga Surabaya S2

    3. Dra. Tri Susantari, M.Si Universitas Airlangga Surabaya S3

    4. Imam Yuadi, S.Sos. ITS Surabaya S2

    5. Endang Fitriyah Mannan, S.Sos. Universitas Indonesia Jakarta S2

    6. Henni Endah Wahanani, ST. ITS Surabaya S2

    7. Dessy Harisanty, S.Sos. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S2

    8. Johny Alfian K, S.Sos., M.Si. Leiden - Belanda S2

    Departemen Hubungan InternasionalNo. Nama Universitas Jenjang

    Pend.

    1. M. Muttaqien, S.IP. Flinders Univ, Australia S3

    2. Moch. Yunus, S.IP. Univ. Gadjah Mada Yogyakarta S2

    3. Irfa Puspitasari, S.IP. Jawaharlal Nehru Univ, India S2

    4. I Gede Wahyu Wicaksana, S.IP.,M.Si.

    University of WesternAustralia, Australia

    S3

    PENGABDIAN MASYARAKATSeminar Gender bagi guru SMP, SMA / SMK, pada:Hari / Tanggal : Rabu-Kamis / 1-2 April 2009Tempat : Gedung Pertemuan SMK 5 & 4 April 2009, Pembicara : Dra. Tri Susantari, M.Si, Sri Endah Nurhidayati, S.Sos., M.Si.,

    Novianto Edi Suharno, SST. Par. M. Si.

    Leadership Sensivity Training di Pemda Provinsi Maluku, pada:Hari / Tanggal : Senin-Rabu / 23-25 Maret 2009Fasilitator : Drs. Yan Yan Cahyana

    Pertemuan Jaringan Anti Trafiking (JIMAT) Kabupaten Cirebon dan Satuan Gugus Tugas AntiTrafficking (Santri), pada:Hari / Tanggal : Kamis / 19 Maret 2009Tempat : Ruang Paseban Pemda Kabupaten Cirebon, Sunan Drajat, SumbarFasilitator : Drs. Bambang Budiono

    Seminar Evaluasi Lima Tahun Pemerintahan SBY yang akan diselenggarakan pada:Hari / Tanggal : Selasa / 31 Maret 2009Pukul : 08.00-13.00Tempat : Aula Lantai 3 Gedung C FISIP UnairPengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Unair mengundang Drs. I Basis Susilo, MA. Untukmemberikan sambutan pada pembukaan acara seminar tersebut.

    STAF PENGAJAR STUDI LANJUTPROGRAM S2 / S3 FISIP - UNAIR

  • 03edisi 02/April 2009 Jendela

    diskusi & seminar

    Belenggu orde baru sudah be-rakhir lebih dari sepuluh tahunlalu. Kran kebebasan pers yangdulu disumbat rapat, kini terbuka lebar-lebar. Sebagai corong suara masyarakat diera demokrasi, pers sudah seharusnyamampu berteriak lebih lantang dan jujurmengenai realita. Namun, apakah dalamsatu dekade terakhir ini peranan pers se-bagai jantung negara telah bekerja den-gan benar?

    Atmakusumah Astraatmadja memo-tret dengan baik jawaban atas per-tanyaan diatas dalam kumpulantulisannya yang berjudul TuntutanZaman: Kebebasan Pers dan Ekspresi.Untuk mengapresiasi buku tersebut, di-gelar pula Seminar Dekriminalisasi Kebe-basan Pers dan Ekspresi: Mozaik SejarahPers Indonesia pada tanggal 12 Maret2009.

    Seminar ini dilangsungkan di RuangAdi Sukadana Gedung A lantai 2 FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Poli�k (FISIP) Univer-sitas Airlangga (Unair). Selain At-makusumah, hadir pula dua pembicaralainnya, Dra. Rachmah Ida, M.Comm,Ph.D, Drs. Yayan Sak� Suryandaru, M.Si,serta moderator Airlangga Pribadi, M.Sc.

    Dalam seminar hasil kerjasama Cul-ture Sapurame, VHRBook, VHRMedia,Yayasan TIFA, dan IKOHI (Ikatan KeluargaOrang Hilang Indonesia) ini, Atma -kusumah banyak berbagi pengalaman se-lama menjadi wartawan. Dia jugamengungkapkan, selepas rezim Soehartomerupakan masa kebebasan terlama se -pan jang riwayat pers di Indonesia.

    Oleh sebab itu, media pers harus bisamenentukan sikap dan mempunyai inde-

    pendensi. Tidak harus netral, yang pen -�ng punya kebijakan. “Boleh netral, bolehberpihak. Syaratnya, redaksi harus punya�ga pondasi kebijakan, yaitu karya jurna -lis�k yang dihasilkan harus beri�kad baik,�dak punya e�ka buruk, dan dimaksud-kan untuk kepen�ngan umum,” jelasAtma.

    Sebelas tahun terakhir, gembok kebe-basan pers memang telah dibuka. Tapi,�dak berar� boleh bersuara seenaknya.Semakin besar kebebasan, semakin besarpula tanggung jawab. “Boleh keras, tapijangan kasar,” kata wartawan senior era50-an ini.

    Tekanan yang cukup berat sekarangjustru datang dari publik. Atma denganlancar memaparkan beberapa kasusdemonstrasi terhadap media pers seba-gai bentuk protes masyarakat. Oleh sebabitu, pers harus menyajikan karya jurnalis-�k yang layak. Acuannya ada �ga: akuratdan faktual, objek�f, �dak diskrimina�fdan berprasangka. “Kalau media pers me-mang melanggar hukum, silakan diprosessesuai hukum. Tapi, jangan dibredel.”ujarpria 70 tahun ini.

    Mengomentari buku Atma, Dra.Rachmah Ida, M.Comm, Ph.D memujisikap progresifnya yang matang. Tidaksemua ak�vis media atau pengelola persmampu mengingat kasus-kasus yang ter-jadi secara de�l. Pengalaman langsungdalam praktek-praktek pelaksanaan jur-nalisme menguatkan pembahasan bukudan menjadi nilai lebih yang sangatmahal.

    Ketua Departemen Komunikasi Unairtersebut menggarisbawahi beberapa halpen�ng dalam kumpulan tulisan Atma.

    Pertama, pers sebagai ins�tusi men-galami proses yang �dak mudah. Ke�kapanji-panji kekuasaan Soeharto masihtegak, pembredelan terjadi di mana-mana. Pascareformasi, masalah tak lantassurut. Pers menjadi rentan terhadap un-dang-undang negara karena banyak per-aturan bikinan pemerintah yangmengancam. “Jerat-jerat hukum seharus-nya direvisi,” kata Rachma Ida.

    Kedua, munculnya communal censor-ship sebagai penyensoran jenis baru se-lama satu dekade terakhir ini. Setelahsekian lama terendam keganasan ordebaru, tekanan banyak datang dari interestgroups seper� organisasi agama,masyarakat adat, dan sebagainya. Yangjuga sangat dominan tentu saja adalahownership censorship. Pemilik denganlatar belakang dan kepen�ngannya ma-sing-masing seringkali melakukanpenyensoran terhadap medianya sendiri.Akibatnya, wartawan semakin terkekangdalam memproduksi berita. “Bagaimanamasyarakat sipil bisa tahu berita yang fak-tual dengan model-model baru penyen-soran seper� ini?” imbuh pakar media ini.

    Rachma Ida juga mengupas hakjawab, kompensasi bagi ins�tusi pers,serta jurnalis itu sendiri. Menurutnya, hakekonomi dan poli�k ins�tusi pers ser-ingkali diabaikan. Padahal, mereka selalumendapat banyak tekanan dan tuntutan.“Ini harus diperjuangkan dan disikusikandalam ruang public,” lanjutnya.

    Saat ini, profesi jurnalis mengalamidegradasi di mata masyarakat. Orang be-gitu mudah menjadi jurnalis. Bahkan,penyakit-penyakit menyaru sebagai jur-nalis dilakukan �dak hanya oleh individutetapi juga lembaga maupun organisasiprofesi. Sudah saatnya dibuatkan stan-dardisasi profesi jurnalis, termasukmasalah upah dan pendirian media.Demikian disampaikan Drs. Yayan Sak�Suryandaru, M.Si.

    Dosen Komunikasi Unair ini juga men-jelaskan, kekerasan terhadap media bisadilakukan oleh banyak pihak. Tidak hanyaoleh rezim yang berkuasa, namun jugaoleh masyarakat konsumen media.Namun, Yayan Sak� juga �dak inginmenutup mata terhadap kesalahan-ke-salahan yang dibuat media. “Selama ini,pasal-pasal dalam hukum pers kurangmengatur hal tersebut. Yang banyakhanya berisi tuntutan terhadap pihak-pihak yang mencederai media,” jelasYayan Sak�. (put/rfa)

    Seminar Dekriminalisasi Kebebasan Pers dan Ekspresi; Mozaik Sejarah Pers Indonesia

    Dra. Rachmah Ida, M.Comm saat memberikan materi seminar

    Matinya Kebebasan Pers

  • 04 Jendela edisi 02/April 2009

    diskusi & seminar

    Mulai semester ini, tiap hariRabu minggu I dan III jamkedua yaitu pukul 10.00, ke-giatan belajar mengajar di Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik (FISIP) ditiadakan.Sebab hari itu dijadikan hari khusus bagimahasiswa dan dosen untuk menggelarberbagai acara akademis. Salah satunyaDiskusi Ilmiah Reboan.

    “Diskusi reboan ini sebenarnya sudahada sejak tahun 90an,” ungkap Karnaji se-laku Ka. Bag. Akademik dan Kemahasis-waan FISIP. Menurutnya, diskusi ini duludiikuti oleh banyak peserta baik maha-siswa maupun dosen. Bahkan di tahun-tahun kejayaannya diskusi inimengha dir kan dosen dari luar FISIP.

    Namun, sejak tahun 2000 diskusi inisemakin kekurangan peminat dan akhirnyaditiadakan. Hal ini sangat disayangkan,mengingat kegiatan ini sejatinya memilikitujuan baik. ”Tujuan diadakannya diskusi iniyakni untuk menumbuhkan atmosfer aka-demik dan menjadi wadah untuk berdialogseputar berbagai hal akademis,” ucap Kar-naji.

    Oleh karena itu, tahun 2009 ini, Dis-kusi Reboan kembali diadakan dengantema-tema yang berbeda. Tema-tema dis-kusi disesuaikan pada empat hal. ”Pertamahasil dari tesis dan disertasi dosen. Kedua,kenaikan jabatan dosen. Ketiga, proposalrancangan studi lanjut, serta penelitian-pe-nelitian yang sedang berjalan, ” terangnya.Diharapkan, dengan adanya diskusi ini, pe-makalah dapat memperoleh masukan daribanyak pihak.

    Pada pegelaran perdananya tanggal 11Maret lalu, I. Basis Susilo, Dekan FISIPmembuka diskusi dengan menceritakansejarah Diskusi Reboan. Sementara yangdidaulat menjadi pemakalah yaitu Novri

    Susan. Doesen Sosiologi ini memaparkanhasil tesisnya yang membahas tentang tatakelola konflik demokratis. Menurutnyakonsep manajemen konflik sudah tidakcocok lagi diterpkan di negara-negarademokratis.

    “Sebab praktek tawar menawar yangsering diterapkan dalam manajemen kon-flik memungkinkan kelompok mayoritasmenentukan bentuk penyelesaian konflik,”ungkapnya. Padahal, di negara demokratis

    penyelesaian bukan dengan keputusansepihak melainkan dengan bermusya warahbersama. “Konflik pun menjadi lebih pro-duktif. Sejumlah bentuk kekerasan jugadapat dicegah,” imbuh Novri.

    Pada minggu kedua topik bergulir keranah politik. Pemakalahnya Budi Prasetyodosen Departemen Ilmu Politik. Budimembahas seputar kasus pengelolaansumber daya air dan pentingnya peran ma-syarakat dalam pengelolaan tersebut. Ber-bagai hal yang terkait dengan kasustersebut diungkap dengan gamblang.

    Menurut Budi, program pemberdayaanpolitik masyarakat yang ”berinteraksi”dengan bendungan sangat penting. ”Walu-pun masyarakat tersebut tidak memilikikepentingan secara langsung dengan ben-dungan, pemberdayaan politik tetap pen-ting. Apalagi masyarakat yang tidak punyakepentingan langsung dengan bendunganmemiliki peluang besar untuk tidak mem-pedulikan pembangunan,” jelas Budi.

    Jika pada minggu pertama peserta yanghadir mencapai 60 orang, pada minggukedua, jumlah peserta berkurang hinggalima puluh persen. Bahkan mahasiswa taklagi terlihat terlibat dalam diskusi saatitu.”Karena melihat selama dua minggujumlah peserta tidak memenuhi harapan,maka diskusi akan diadakan dua minggusekali,” kata Karnaji. Dengan demikian,mulai bulan April 2009, Diskusi Reboanakan diadakan pada minggu pertama danminggu ketiga setiap bulannya. (deb/rfa)

    Diskusi Ilmiah Reboan

    Hidup Lagi Setelah 9 Tahun Mati Suri

    Dekan FISIP, I. Basis Susilo membuka DIskusi Ilmiah Reboan

    Pemilu tinggal menghitung hari.Tiga puluh delapan partai poli-tik lolos jaring seleksi KomisiPemilihan Umum (KPU) dan siapbertarung pamor. Atmosfer persainganantarpartai dan calon legislatif tak pelakkian memanas. Semua jor-joran mempro-mosikan diri demi merebut simpati pub-lik pada hari eksekusi nanti.

    Cara yang ditempuh guna mengan-tongi suara rakyat pun bermacam-macam. Salah satu yang jamak digunakanadalah iklan. Namun, bagaimana strategipengemasan iklan agar pesan mampumenembak sasaran dengan jitu? DidikPrasetyono mencoba mengupasnyadalam diskusi lorong Strategi Penge-masan Iklan yang digelar pada 18 Maret2009.

    Bertempat di lorong Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair,Didik mencoba membeberkan beber-apa resep pengemasan iklan. Yang per-

    tama, iklan harus sesuai standar. Standaryang dimaksud adalah regulasi, bisa per-aturan KPU ataupun peraturan pemer-intah setempat. Jangan sampai iklan yangdibuat menyalahi aturan. Pada dasarnya,semua iklan boleh digunakan asalkanmendapat ijin dari pemerintah setempat.Untuk memperoleh ijin tersebut, tentuharus taat aturan. Misalnya, menggu-nakan media baliho yang besarnya tidakmelebihi ukuran maksimal.

    Yang kedua, iklan harus membidiktempat kampanye dengan tepat.

    Yang ketiga, iklan harus sadar budget.Karena ini menyangkut pendanaan,tentu harus dipersiapkan matang-matang.

    Yang keempat, untuk menangkapperhatian publik, iklan juga harus punyaciri khas.

    Yang kelima, iklan harus menggu-nakan teknik komunikasi yang spesifik.(put/rfa)

    Diskusi Lorong Strategi Pengemasan Iklan

    Iklan Harus Sadar Budget

  • 05edisi 02/April 2009 Jendela

    diskusi & seminar

    Se�ap individu memiliki keunikanyang �dak bisa diabaikan begitusaja. Harus ada kesesuaian antarakompetensi dengan posisi sehingga tum-buh mo�vasi dalam bekerja. Standardisasiyang dipukul rata pada semua karyawanorganisasi birokrasi terutama lembaga pe-merintahan merupakan cara usang yangperlu di�nggalkan. Manajemen SDMberbasis kompetensi menawarkan suatuparadigma baru dalam mengelola manusiadengan memperha�kan se�ap potensi in-dividu supaya muncul nuansa ganda: ke-banggaan, semangat kerja, serta tanggungjawab.

    Inilah spirit yang dapat disari dari bukuManajemen SDM Berbasis Kompetensiuntuk Pelayanan Publik (MSDMBKPP) yangditulis oleh Sjahrazad Mazdar, Sulikah As-morowa�, dan Jusuf Irianto. Demimenghimpun kri�k dan masukan, ke�-ganya menggelar diskusi pada 11 Maret2009. Bertempat di Aula Gedung C FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Poli�k (FISIP) Universi-tas Airlangga (Unair), diskusi ini meng-hadirkan �ga pembicara. Ke�ga pembicaratersebut yaitu Arif Affandi (Wakil WalikotaSurabaya), Drs. Aribowo, M.A. (DekanFakultas Ilmu Budaya Unair), dan Prof. M.Mas’ud Said, Ph.D (Universitas Muham-madiyah Malang).

    Pendidikan �nggi di mana saja telah di-anggap masyarakat sebagai rumah bagi ka-jian ilmiah dan pusat penemuan baru. BukuMSDMBKPP, selain memberi sumbanganberar� bagi Unair, juga menjadi buk� ataspemenuhan harapan masya rakat terhadapins�tusi pendidikan �nggi. MSDMBKPPsekaligus memberi pijakan kuat bagi kajiandan pengembangan SDM untuk pelayananpublik, mengingat persoalan tersebut telah

    lama dirasakan namun belum banyak digalisecara mendalam dan tuntas.

    Demikian disampaikan Prof. M. Mas’udSaid, Ph.D mengawali diskusi buku MSDM-BKPP. Mas’ud memberikan penilaian dariberbagai aspek; struktur buku dan kecer-matan penulisan, urgency keywords dankemutakhiran referensi, serta koherensidan alur pemikiran buku. Menurut Mas’ud,isi MSDMBKPP cukup koheren dari awalbab hingga akhir. Termasuk, keseragamangaya bahasa. “Biasanya, itu yang menjadikendala dalam menulis (secara) kolabo-rasi,” puji Mas’ud. Kesalahan-kesalahanminor namun pen�ng seper� ejaan danakurasi juga sangat jarang ditemukan.

    Mas’ud mengungkapkan, seringkalipembaca dibuat kecele dengan penampi-lan buku. Ada buku yang tebal dan terdiriatas banyak bab, tapi topiknya �dak sesuaidengan judul buku dan pembahasannya kesana kemari. Sebaliknya, ada pula bukuyang terkesan efisien dengan referensi ha-laman cukup �pis dengan harapan disiplinpada topik, tapi kurang berbobot. “Untuk

    membuat buku ilmiah yang mengalir me-mang sulit,” katanya. Buku MSDMBKPP,lanjut Mas’ud, cukup memiliki alur pemiki-ran yang logis dan mengalir dengan kom-posisi serta koherensi yang pas.

    Sebagai seniman, Drs. Aribowo, MAbanyak memberi pandangan dari sisi ar�s-�k. Menurutnya, buku MSDMBKPP sangatminim pujian dari segi desain. “Saya senangbaca dari awal sampai akhir buku, ba-hasanya bagus, temanya runtut, teorinyalengkap, tetapi dari sudut este�ka �dakindah sama sekali. Cover, font tulisan, dandesainnya kurang menarik,” ujarnya. Aki-batnya, muncul kesan yang sangat lokal.Buku MSDMBKPP seolah-olah hanya ditu-jukan pada publik Surabaya. “Harapansaya, buku ini bisa dicetak ulang dan diper-baiki.”kata Aribowo.

    Pengalaman sebagai birokrat membu -at Arif Affandi matang dalam mengupasMSDMBKPP dari kacamata prak�s. Namun,bertahun-tahun bergelut dalam dunia jur-nalis�k sebagai wartawan tak ayal men-gasah pula ketajaman intuisinya di bidangtulis-menulis. Arif Affandi memaparkan be-berapa catatannya mengenai MSDMBKPP.

    Yang pertama, hampir senada denganAribowo, MSDMBKPP dianggap kurangpunya nilai jual. “Begitu saya terima bukuini, image-nya adalah buku akademik,”ungkap Arif. Padahal, menurutnya, secaratema, pangsa MSDMBKPP ini �dak hanyamahasiswa atau kaum akademisi pergu-ruan �nggi saja. Tetapi juga para birokrat.Apabila dikemas dengan lebih baik, Arifbahkan op�mis buku ini bakal menjadibest-seller.

    Judul buku, menurutnya, juga terlalupanjang dan sangat akademis. “Moconengos-ngosan,” ungkap pendamping Bam-bang DH ini bercanda. Dia menyarankan,judul dipadatkan menjadi Birokrasi Berba-sis Kompetensi. “Lebih greng. Lebih luaspasarnya,” katanya lagi. Selain itu, kalimat-kalimat dalam MSDMBKPP sebaiknya jan-gan terlalu ‘professor’ alias rumit.(put)

    Diskusi Buku Manajemen SDM Berbasis Kompetensi untuk Pelayanan Publik

    Bahasan BagusEstetika Minim

    Wali Kota Arif Afandi turut menjadi pembicara

    Suasana diskusi di Aula Gedung C

  • 06 Jendela edisi 02/April 2009

    diskusi & seminar

    Selama ini, Indonesia lebih banyakmengenal India sebagai negara pro-dusen film. Sepak terjang India dibidang pendidikan, acapkali terlewatkan.Untuk mengenyam bangku kuliah, pelajar-pelajar Indonesia lebih memilih Singapura,Australia, bahkan Amerika Serikat. Padahal,negara yang terkenal berkat Bollywood-nyaitu punya banyak perguruan tinggi berkuali-tas sebagai destinasi pendidikan.

    Hal tersebut disampaikan Dr. Shaik Sule-man, Head of Placement and Secondment Di-vision EdCIL (Educational Consultants IndiaLimited) dalam Seminar Cum-Student Coun-seling Sessions Indian Higher Education yangdigelar pada tanggal 5 Maret 2009. Bertem-pat di Aula Gedung C FISIP Unair, seminardibuka oleh Dekan FISIP Unair drs. I. BasisSusilo, MA. Hadir dalam seminar tersebutantara lainVankart (perwakilan Duta BesarIndia), Manoj Bhat, B.E., M.B.A.(KoordinatorEdCIL Surabaya), perwakilan Dinas P dan KSurabaya, Sutrisno, serta perwakilan-per-wakilan EdCIL India dan puluhan pelajarSMA YPPI I Surabaya.

    EdCIL merupakan perusahaan sektorpublik milik pemerintah yang telah dinasion-alisasi oleh BUMN India sejak tahun 1981.Di bawah kendali administrasi KementerianPembangunan Sumber Daya Manusia, EdCILberfungsi memberikan pelayanan dalampenempatan Siswa Asing (International Stu-dents), Non-penduduk India (NRI), dan Pen-duduk Keturunan India (PIO) dari seluruhdunia untuk belajar di India. Selama 27 tahunterakhir, EdCIL melaksanakan tugasnyamelalui skema sponsor pemerintah asing,sponsor swasta, dan biaya sendiri.

    “EdCIL memiliki jaringan dengan univer-sitas dan lembaga pendidikan teratas diIndia,” kata Shaik Suleman. Institusi pen-didikan di India yang menjalin kerjasamadengan Indonesia di bawah naungan EdCILantara lain BMS Educational Trust, BrindavanCollege, Dayananda Sagar Institutions, GujaratUniversity, Navodaya Education Trust, NitteMeenakshi College of Engineering and Technol-ogy, PSNA College of Engineering and Technol-ogy, danTKM Educational Trust.

    Untuk memberikan gambaran yang lebihjelas, EdCIL memutar film-film dari beberapainstitusi pendidikan yang ditawarkan. Film iniberisi perkenalan universitas, mulai dari pil-ihan jurusan, sarana dan fasilitas, dokumen-

    tasi berbagai kegiatan, hingga testimoni ma-hasiswa.

    Berapa biaya yang harus dikeluarkanuntuk studi di India? Nominalnya beragam,tergantung jurusan yang ditempuh. Untukjenjang sarjana MIPA/Seni/Niaga/Sastra, mis-alnya, biaya yang diperlukan (sudah terma-suk SPP dan akomodasi) sebesar US$2200-US$7000. Sementara untuk jurusanTeknik/Arsitektur, US$4400-US$12000.

    Namun, tidak perlu khawatir tercekikbiaya. “Sebab, untuk memudahkan para siswaasing dalam menempuh pendidikan di India,EdCIL juga menawarkan kesempatan bea-siswa,” jelas Shaik Suleman. Melalui seminarini, pihak EdCIL berharap India mampumenjadi alternatif sasaran studi dan menye-marakkan peta pendidikan para pelajar di In-donesia. “Apalagi, jarak Indonesia-Indiasebenarnya tidak sejauh yang kalianbayangkan selama ini,” imbuhnya. (put/rfa)

    India Sasaran Studi Potensial

    Suasana seminar di Aula Gedung C FISIP

    Sebagai mahasiswa, sudahkah kita meren-canakan apa yang akan kita lakukan dimasa yang akan datang? Pertanyaan itulahyang menjadi latar belakang digelarnya MiniSeminar dan Discussion Group di ruang AdiSukadana, 13 Maret 2009. Melalui seminar yangdiadakan EF (English First) bekerja sama denganBengkel Bahasa A3 Grant Program Interna-tional Relations Department Universitas Air-langga (Unair) ini, diharapkan mahasiswamendapat panduan dalam merancang masa de-pannya.

    Menurut Irene Kustedja selaku CountryProduct Manager EF Academic Program, masihbanyak orang yang tidak tahu apa yang ingin di-capai dalam hidupnya. “Padahal merencanakanmasa depan itu sangat penting. Dengan meren-canakan apa yang ingin kita lakukan untuk 5tahun, 10 tahun, hingga 20 tahun mendatang,kita jadi lebih fokus untuk meraih masa depanyang lebih baik,” jelas Irene. Selain itu, kita jugaakan lebih mudah menemukan cara-cara untukmewujudkan impian masa depan kita.

    Terlebih, saat ini, kita hidup di era global-isasi yang penuh dengan persaingan. Kita perlumembekali diri dengan keterampilan global su-paya bisa tetap survive di lingkungan global.Menguasai bahasa asing setidaknya bahasa Ing-gris bisa menjadi salah satu solusi survive di eraserba modern ini. “Lebih baik lagi kalau kitajuga menguasai bahasa asing selain bahasa Ing-gris. Itu akan membuat kita jadi lebih siap ber-saing di era globalisasi seperti sekarang,” ucapIrene.

    Meski begitu, masih menurut Irene, men-guasai banyak bahasa asing ternyata belumlahcukup. Ada dua hal lain yang perlu dipersiapkansebagai bekal di masa yang akan datang,

    meliputi kemampuan praktis seperti desaingrafis dan public speaking. Juga, meraih ijazahkelulusan dari universitas di luar negeri. “Saatini, bukan hal mustahil bagi kita untuk menda-pat ijasah dari luar negeri. Kita bisa mencaribeasiswa, mengikuti kuliah jarak jauh secara on-line, atau kuliah di universitas dalam negerinamun mempunyai pusat di luar negeri,” ujarIrene.

    Setelah lulus dari bangku kuliah, entah daridalam atau luar negeri, hal pertama yang akanterpikir dibenak kita pastilah mendapat peker-jaan secepat mungkin. Untuk itu, kita perlumemiliki kemampuan menulis application letterdan CV (Curiculum Vitae) yang baik. “Sebagianorang sering asal dalam menulis application let-ter. Padahal hal itu merupakan sarana bagi kitauntuk menjual diri kepada perusahaan yangkita incar,” kata Irene. Karena itu, menurutIrene, application letter perlu dibuat semenarikmungkin agar pihak perusahaan mau membacasurat lamaran kita.

    Kita juga sebaiknya menulis application let-ter secara spesifik. Artinya, kita harus mampumenuliskan posisi yang kita inginkan di perusa-haan yang kita incar serta alasan kita me -nginginkan posisi tersebut.

    Sementara kita terus mempersiapkan ap-plication letter dan CV kita, kita juga tidak bolehlupa untuk memperluas jaringan atau koneksidengan banyak pihak. Dengan demikian, kitaakan memperoleh banyak informasi yangmungkin dapat membantu kita dalam prosesmencari pekerjaan. “Memperluas koneksi den-gan banyak orang juga salah satu proses belajaryang sangat kita perlukan demi memperlancarjalan kita untuk meraih impian yang telah kitarencanakan, yaitu bekerja,”ujar Irene.(int/rfa)

    Seminar Planning For Our Future

    Rencanakan Masa Depan Sejak Dini

  • 07edisi 02/April 2009 Jendela

    kuliah tamu

    Senin, 23 Maret 2009, Fakultas Ilmu So-sial dan Ilmu Politik (FISIP) UniversitasAirlangga (Unair) kedatangan sejumlahtamu dari Brazil. Mereka adalah Duta Kebu-dayaan Brazil. Para Duta Kebudayaan tersebuthadir untuk menjadi pembicara pada kuliahtamu Komunikasi Multikulturalisme. Uniknya,meski mengangkat tema tentang komunikasi,kuliah tamu tersebut juga dihadiri oleh sejumlahmahasiswa dari Departemen Hubungan Inter-nasional (HI) dan Departemen Ilmu politik.

    Dalam acara yang diadakan di ruang Adi Su-kada ini, para duta asal Brazil tersebut berusahamemperkenalkan kebudayaan Brazil. Pada awalkuliah tamu,mereka menjelaskan tentang kera-gaman budaya di Brazil. Luiz Cabeileira, salahseorang Duta Kebudayaan Brazil, mengatakanbahwa Brazil merupakan salah satu bangsa yangmajemuk.

    Beberapa abad yang lalu, bangsa portugismembawa budak-budak Afrika ke tanah Brazilmelalui empat jalur. ”Walaupun sama-samabangsa Afrika, mereka berasal dari suku yangberbeda-beda,” kata Luiz Cabeileira. Masih me-nurut laki-laki jangkung ini, selama bertahun-tahun, bangsa Afrika hidup di bawah tekananpara penjajah. Mereka menerima penyiksaanbaik secara fisik maupun mental. ”Ketika itu,Ca-poeira dan Samba menjadi hiburan bagi me-reka,” ungkapnya.

    Capoeira merupakan bela diri Afrika yangkemudian dijadikan tari-tarian dan mengguna-kan alat musik perkusi sebagai iringannya.Dalam perkembangannya, Capoeira sempatmendapatkan cap buruk. Capoeira dikatakansebagai kesenian kaum rendahan hingga tariankhusus pencuri. Hingga akhirnya, pada abad ke19, Capoeira dilarang oleh pemerintah. ”Bebe-rapa tahun kemudian, muncul tiga tokoh yangmembawa perubahan bagi Capoeira,” terangLuiz Cabeileira.

    Tidak hanya diperbolehkan untuk ditampil-kan dan dilakukan lagi, Capoeira bahkan dikem-bangkan dengan berbagai unsur kebudayaan lain.” Dalam syair musik Capoeira, dimasukkan jugadongeng dan bahasa portugis, ” ceritanya.Olehkarena itu, Capoeira pun menjadi produk en-kulturasi dari berbagi kebudayaan di Portugis.

    Luiz Cabeileira tidak hanya menceritakantentang perkembangan Capoeira, ia juga menje-laskan tentang Samba, tarian yang juga sangatterkenal di Brazil. Menurutnya, tari samba jugamerupakan hasil dari budaya Afrika.

    Menyimak sejarah Capoeira dan Samba,dapat diketahui bahwa kebudayaan Brazil seba-gian besar dipengaruhi oleh kebudayaan Afrika.Meski demikian, Luiz Cabeileira mengatakanbahwa ada pula kebudayaan bangsa lain yangturut mempe nga ruhi kebudayaan Brazil. ”SebabBrazil tidak hanya terdiri dari bangsa Afrika dan

    portugis saja, ada pula bangsa Indian dan Je-pang,” ujarnya.

    Karena banyaknya suku bangsa yang mene-tap di Brazil, mulai tahun 1988 pun diberlakukanundang-undang yang berpihak pada kaum mi-noritas. Undang-undang ini memuat tentang pe-larangan tindakan rasisme. ”Pelaku rasisme akandikenai hukuman yang sangat berat,” kata LuizCabeileira.

    Usai menjelaskan berbagai hal tentang ber-bagai kebudayaan di Brazil, para Duta ini me-nunjukkan kebolehannya memainkan alat musikperkusi khas Afrika. Mereka juga mengajak paramahasiswa untuk ikut menyanyi lagu Boa Vischbersama. Kuliah tamu ini diakhiri dengan pem-berian tanda mata oleh ketua Departemen Ko-munikasi kepada wakil dari Duta KebudayaanBrazil, Luiz Cabeileira.

    (deb/rfa)

    Afrika Pengaruhi Budaya Brazil

    Duta budaya Brazil memamerkan syair music capoeira

    Berkarya Menuju Pembangunan Berke-lanjutan. Itulah visi yang menjadi fokusPT Freeport Indonesia (PTFI) saat ini.Sebagai perusahaan besar yang telah menjadibagian dari Indonesia lebih dari 40 tahun, PTFreeport Indonesia berusaha menyeimbangkanpemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, danlingkungan untuk mewujudkan pembangunanyang berkesinambungan bagi masya rakat sertakegiatan perusahaan. Bukti dari komitmentersebut tercermin dalam program-programCSR (Corporate Social Responsibility) salah satuwajib pajak terbesar di Indonesia itu.

    Bertempat di ruang Adi Sukadana, 10 Maretlalu, Mindo Pangaribuan selaku External Stake-holder Relations Manager PT Freeport Indonesiamemaparkan program-program CSR yang telahdilakukan oleh PTFI. Program CSR tersebutmeliputi bidang ekonomi, dana kemitraan untukpengembangan masyarakat, keselamatan kerja,dan pengelolaan lingkungan. “CSR yang kamilakukan adalah bukti komitmen kami untuk

    mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kamiberharap bisa memberi manfaat khususnya bagimasyarakat Papua,” ucap Mindo.

    Di bidang ekonomi, PTFI saat ini menjadipenyedia lapangan kerja swasta terbesar diPapua. Hal ini dibuktikan oleh para ahli ekonomiLembaga Penyelidikan Ekonomi dan MasyarakatFE UI. Dikatakan, PTFI menciptakan 20 tamba-han pekerjaan tidak langsung untuk setiapkaryawan langsung perusahaan. Sehingga,menambah 238.000 pekerjaan bagi ekonomi na-sional tahun 2007.

    Selain itu, negara juga memperoleh manfaatlangsung misalnya dari pajak, retribusi,royalty,atau dividen. “Secara keseluruhan, PTFI mem-beri kontribusi 1,3 persen dari jumlah total pen-dapatan rumah tangga nasional dan 25 persendi Papua,” jelas Mindo.

    Tidak hanya di bidang ekonomi, PTFI jugamenunjukkan kepedulian terhadap kesejahter-aan warga Papua melalui dana kemitraan untukpengembangan masyara kat. Dana ini dikelola

    dan disalurkan oleh organisasi LembagaPengembangan Masya rakat Amungme danKamoro (LPMAK). “Keberadaan LPMAK sangatmembantu PTFI dalam menya lurkan bantuandana kepada masyarakat Amungme, Kamorojuga lima suku di Kabupaten Mimika, yaitu sukuDani, Moni, Ekari/Mee, Damal dan Nduga,” kataMindo.

    PTFI juga menunjukkan keseriusannya den-gan menggu na kan Sistem Peringkat 5 BintangNOSA (National Occupational Safety Association)dan Program Akuntabilitas Pe nga wasan Kesela-matan untuk mengukur kinerja pengawasan ke-selamatan.

    Sebagai perusahaan yang bergerak di bidangindustri logam, kegiatan operasi PTFI tentunyamenimbulkan dampak bagi lingkungan sekitar.Sadar akan hal itu, PTFI bertekad mengeloladampak dari kegiatan operasinya terhadaplingkungan, misalnya dengan mereklamasi danmenghijaukan kembali lahan yang terkenadampak.

    Sistem Pengelolaan Lingkungan PTFI men-dapat sertifikasi ISO 14001. “Sertifikasi ini men-jadikan PTFI semakin giat meningkatkan kinerjamengurangi dampak lingkungan,” ujar Mindomenutup kuliah tamu PTFI siang itu. (int/rfa)

    Kuliah Tamu CSR PT. Freeport Indonesia

    CSR, Bukti Komitmen PTFI

  • 08 Jendela edisi 02/April 2009

    seputar FISIP

    BAGI mahasiswa, kelulusan merupakan salahsatu hal yang paling dinantikan. Walau demikian,kelulusan itu sendiri tidak mudah untuk didap-atkan. Tidak hanya harus menyelesaikan skripsi,lulus atau tidaknya seorang mahasiswa juga di-tentukan melalui yudisium yang dilakukan olehpihak Fakultas.

    Untuk menentukan siapa saja yang berhaklulus semester gasal tahun ajaran 2008-2009, 4Maret 2009 lalu Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) punmenyelenggarakan rapat yudisium. Berdasarkanhasil rapat, total terdapat 205 mahasiswa lulusanD3 dan S1 yang berhak menyandang gelar Sar-jana pada semester gasal ini. Selain itu, ada 19mahasiswa S2 yang juga dinyatakan lulus.

    Ditemui di kantornya, Drs. Jadimin, KepalaSub Bagian Akademik FISIP Unair menjelaskanbeberapa kriteria kelulusan. Kriteria tersebut

    diantaranya sudah memenuhi minimal 144 sat-uan kredit semester (SKS), sudah menyele-saikan semua matakuliah wajib dan matakuliahwajib terbatas, serta memiliki nilai D kurangdari sama dengan 20 persen.

    “Dan yang pasti, mahasiswa tersebut harussudah menyelesaikan dan menyerahkan per-baikan tugas akhirnya,” jelas Jadimin. Untuk lu-lusan terbaik, Jadimin mengatakan bahwafakultas akan memberi award tersendiri. Awardtersebut berupa beasiswa Rp 1 juta untuk lulu-san terbaik D3 dan Rp 1,5 Juta untuk lulusanterbaik S1.

    Departemen Ilmu Informasi dan Perpus-takaan boleh berbangga. Sebab, salah satu maha-siswanya terpilih menjadi lulusan terbaik S1Yudisium kali ini. Mahasiswa tersebut adalahAgus Santoso yang berhasil menyelesaikanstudinya selama 7 semester dengan Indeks

    Prestasi Kumulatif (IPK) 3,9. Sedangkan lulusanterbaik S2 dan D3 masing-masing disabet olehDra. Rahma Sugiharti dari prodi PengembanganSumber Daya Manusia (PSDM) dan Anita ErnaFaricha dari prodi Teknisi Perpustakaan.

    (zaq/rfa)

    SEBELUM memulai segala sesuatu yangbesar, sebaiknya dilakukan persiapan sejakawal. Segala kekurangan dan kegagalan di masalalu, sudah sepantasnya dievaluasi agar tidakterulang. Terobosan-terobosan baru yang seki-ranya menjadi penambah semangat di kemu-dian hari juga selayaknya direncanakan sejakdini. Begitu juga yang terjadi pada perkuliahansemester genap Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair)yang dimulai pada 10 Maret 2009 lalu. Pihakfakultas menyambut pekuliahan tersebut den-gan sukacita dan semangat baru melalui Pem-bukaan Perkuliahan 4 Maret 2009.

    Agenda rutin fakultas tiap awal semesterini ternyata sudah dilakukan sejak 1978. Tidakhanya dihadiri oleh beberapa elit dekanat danstaf, acara ini juga diramaikan seluruh dosenFISIP beserta sejumlah mahasiswa perwakilanBadan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan BadanLegislatif Mahasiswa (BLM).

    Dimulai pukul 11.00 WIB, acara ini dibukasambutan Dekan yang memuat harapan-hara-

    pan ke depan. Selanjutnya, dilakukan pemba-caan sejumlah agenda-agenda penting pada se-mester ini. Seperti adanya pengawasan UjianNasional (Unas) SMA pada 20-25 April 2009di kabupaten Gresik, Lamongan, serta Bojone-goro yang dilakukan oleh seluruh dosen fakul-tas. Imbas dari sistem Departemen PendidikanNasional (Depdiknas) yang sekarang meli-batkan pihak Universitas dalam pengawasanUnas ini ditiadakannya kegiatan perkuliahanaktif di kampus selama tanggal tersebut.

    Selain itu tidak ketinggalan pengumumandiselenggarakannya “Diskusi Reboan” padahari Rabu setiap minggunya di Ruang AdiSukadana. Agenda fakultas yang baru diadakansemester ini berupa diskusi ilmiah antar pihakdekanat, staff, beberapa dosen beserta beber-apa mahasiswa dari BEM, BLM, serta Him-punan Mahasiswa (Hima) dari masing-masingProdi. “Melalui Diskusi Reboan, saya harap

    banyak ber munculan kegiatan-kegiatan yangbersifat ilmiah di kampus ini,” ungkap I. BasisSusilo, Dekan FISIP Unair. Ia menambahkan, “diharapkan diskusi ini juga berperan sebagaipenyambung antara pemikiran fakultas denganmahasiswa, serta sebaliknya.”

    Acara dilanjutkan dengan pembacaanpengumuman kenaikan pangkat dan studi keluar negri bagi para dosen dan staff. Kemudian,diakhiri dengan jamuan bersama sivitasakademika FISIP yang hadir siang itu. Basisberharap dengan agenda semacam ini di awalperkuliahan dapat meningkatkan silaturahmidan keakraban antar warga FISIP. Juga, sebagaisarana untuk sharing antar elemen kampus..“Seperti kegiatan-kegiatan lainnya yang diawalidengan doa dan harapan, pada perkuliahan se-mester ini kami harap segala yang telah kamiagendakan ke depan berjalan lancar,” tegasBasis. (zaq/rfa)

    Semangat Baru Sambut Perkuliahan

    FISIP Luluskan 224 Mahasiswa

    FAKULTAS Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)memasang kebijakan baru terkait biaya pen-didikan. Untuk mahasiswa angkatan 2009 nanti,uang SPP mengalami kenaikan sebesar 33persen. Dengan demikian, untuk mahasiswayang masuk melalui jalur Seleksi NasionalMasuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN),SPP per semester yang sebelumnya sebesar Rp600.000,00, naik menjadi Rp 800.000,00. Se-mentara itu, untuk mahasiswa yang diterimamelalu jalur Penelusuran Minat dan Kemam-puan (PMDK) umum, akan dikenai SPP sebesarRp 3.325.000,00 dari semula Rp 2.500.000,00.

    Menurut Dekan FISIP, drs. I. Basis Susilo, MA,kebijakan untuk menaikkan SPP sebenarnyasudah digodok cukup lama. Rapat bersamapimpinan universitas, senat universitas dan ma-jelis wali amanah yang melibatkan wakil maha-siswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)dan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) telah puladigelar guna menampung berbagai aspirasi.

    Hasilnya, Unair memang harus berbenah diri.Gelar Badan Hukum Pendidikan (BHP) yangdisandang menuntut kemandirian masing-mas-ing fakultas dalam memenuhi kebutuhan. “Kamisudah mengupayakan agar kenaikan tidak begitusignifikan. Tetapi, semuanya kembali lagi padakeputusan rector,” jelas I Basis Susilo.

    Dana tambahan 33 persen tersebut, menu-rut I Basis Susilo, akan digunakan untuk menu -tup kebutuhan fakultas. Misalnya, dana PraktekKerja Lapangan (PKL) dan bantuan skripsi. Se-belumnya, kedua kegiatan tersebut disokongoleh APBN pemerintah. Namun, setelah Unairmencapai status BHP, biaya-biaya tersebut men-jadi tanggungan fakultas. “Untuk memperlancarperkuliahan, mau tidak mau uang SPP memangharus disesuaikan,” katanya lagi.

    Mengenai kenaikan tersebut, I Basis Susilomenghimbau agar mahasiswa mampu menyikapisecara bijaksana. Selama ini, biaya SPP Unair be-rada di bawah perguruan tinggi lainnya, seperti

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) danUniversitas Brawijaya (Unibraw).

    Naiknya SPP tak pelak mengundang prodan kontra berbagai pihak, terutama mahasiswa.Meskipun tidak terkena imbas, kebanyakanmerasa prihatin. Apalagi, kabar yang tersiar cen-derung simpang siur. Akibatnya, banyak maha-siswa yang kebingungan. Tresye Justin Sumenge,misalnya. Mahasiswa Sosiologi angkatan 2007mengaku, dirinya tidak setuju bila SPP maha-siswa baru FISIP dinaikkan.

    Asadur Rahman Muhammad sedikit berbe -da. Mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2007 yangkerap disapa Cliff ini awalnya memang tidak se-tuju. Namun, mengingat Unair yang dituntutuntuk mandiri, Cliff harus mendukung kebijak-sanaan universitas. Cliff berharap, kenaikan SPPini tidak sekedar dibebankan pada mahasiswa.Ada baiknya bila pihak fakultas juga menun-jukkan perbaikan. Misalnya, peningkatan saranadan prasarana. “Tapi, ini harus dilakukan dengancepat demi menunjang proses perkuliahan,”ungkap Cliff. (put/rfa)

    SPP Maba FISIP Naik 33 Persen

    Jenjang Nama Prodi IPKD3 Anita Erna Faricha PSTP 3,83S1 Agus Santoso IIP 3,90S2 Dra. Rahma Sugiharti PSDM 3,94

    Program Studi Jumlah LulusanAdministrasi Negara 23Antropologi 21Hubungan Internasional 39Ilmu Informasi dan Perpustakaan 7Komunikasi 33Ilmu Politik 19Sosiologi 18D3 PSTP 18D3 Pariwisata 27TOTAL 205

    sumber : akademik FISIP Unair

  • 09edisi 02/April 2009 Jendela

    kuliah

    Maraknya pemberitaan tentang kenaikanSumbangan Operasional Pendidikan(SOP) Universitas Airlangga (Unair) di

    media cetak akhir-akhir ini memunculkanberbagai tanggapan dari sejumlah elemenkampus. Organisasi intra kampus maupun ek-stra kampus berpendapat landasan kenaikanSPP ini akan merugikan bagi mahasiswaterutama mahasiswa baru. Pro-Kontra ten-tang hal ini pun kian merebak, hingga berujungpada pertemuan antara wakil dari Badan Ek-sekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan LegislatifMahasiswa (BLM) dengan Rektor pada be-berapa waktu lalu.

    Berangkat dari hal itu, Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik (FISIP) pun berinisiatifmenggelar forum terbuka antara pihak fakul-tas dengan mahasiswa pada 18 Maret lalu. Se-lain elit Dekanat, staf, serta mahasiswa, forumtersebut dihadiri juga oleh Direktur Keuan-gan Unair, Dr. Mohammad Nasih, SE, Ak. MT,selaku pembicara utama.

    Dalam forum tersebut Nasih membantahkenaikan SOP hingga 80 persen. “Jika se-belumnya media memberitakan 80 persen,hal tersebut tidak benar,” tegasnya. Ia lantasmenambahkan, “SOP tersebut memang benarnaik, tapi hanya sampai pada skala 30 persen.”Selain itu kenaikan SOP tiap-tiap fakultas jugaberbeda-beda. Tergantung kebutuhan setiapfakultas. Seperti FISIP dan Fakultas Ilmu Bu-daya (FIB) misalnya, yang tadinya Rp 600.000tiap semester menjadi Rp 800.000 per se-mester. Hal ini berbeda dengan versi mediacetak lokal yang mengatakan perubahan SOPdari Rp 600.000 menjadi Rp 1.000.000,-

    Kenaikan yang dinilai berat oleh berbagaipihak tersebut ternyata bukan tanpa sebab.Alokasi dana APBN yang selama ini ada dinilaitidak mencukupi kebutuhan-kebutuhan Unairsecara keselu ruhan. Dana APBN senilai Rp202 M pada 2009 dirasa hanya dapat meng-cover fasilitas-fasilitas umum universitas.Seperti jalan umum, taman kampus, keper-luan alat tulis kantor (ATK) manajemen, dankebutuhan operasional kuliah lainnya. Untukbiaya penggunaan dan perawatan fasilitasprimer fakultas seperti listrik, telepon, dan airhanya dapat mencukupi selama enam bulansaja.

    “Anggaran kebutuhan tersebut belumtermasuk pengembangan kebutuhan tiap-tiapfakultas, yang jelas membutuhkan fasilitasberbeda-beda,” terang Nasih.

    Menurut Nasih, naiknya angka SOP untukmahasiswa baru tidak lain adalah untuk mem-pertahankan agar semua fasilitas dapatberfungsi normal. Jikalau ada kelebihananggaran di kemudian hari, nantinya akan di-sisihkan untuk penambahan fasilitas lainnyaseperti ruang kuliah dan ruang diskusi maha-siswa. Namun untuk sementara ini dirinyaberjanji akan menambah kualitas layanan Uni-versitas baik fisik maupun jasa sehingga se-banding dengan kenaikan yang terjadi.

    Berbicara masalah jasa, Nasih juga tidak

    memungkiri kenaikan SOP tersebut gunamenambah kesejahteraan dosen dan tenagapengajar lainnya. Hingga kini masih terjadiketidakseimbangan antara status pendidikanpara dosen,yang notabene banyak yang sudahGuru Besar, namun tidak diimbangi dengankesejahteraan yang layak. “Orientasi kamidisini adalah bagaimana agar kepedulian kamiterhadap Unair dipahami secara bersama-sama,” ujarnya.

    PEMBENAHAN STUDENT CENTERTidak hanya membahas isu kenaikan SOP,

    agenda forum siang itu juga dilanjutkan den-gan sosialisasi pembenahan Student Center(SC). SC yang seharusnya menjadi kantor ad-ministrasi setiap lembaga mahasiswa di FISIPkini beralih fungsi menjadi gudang dan bahkantempat singgah. Keadaan memprihatinkantersebut membuat Wadek II, Drs. Djoko AdiPrasetyo M.Si. angkat bicara pada forum itu.Dirinya mengaku amat prihatin terhadapkeadaan SC sekarang. “Saat ini, SC sangat jauhdari fungsinya sebagai kantor administrasi,”ujarnya.

    Sebagai langkah awal dirinya sudah mem-ohon pada Ikatan Orang Tua Mahasiswa(IKOMA) agar di tiap-tiap ruang SC disedi-akan fasilitas komputer beserta printernya.Selanjutnya juga akan dibuat peraturan ter-tulis guna menertibkan pemakaian fasilitas SC.Diantaranya, jam operasional SC dibatasi daripukul 07.00 hingga 18.00. Selain itu, SC hanyaboleh disinggahi jika ada event-event besarseperti penerimaan mahasiswa baru ataupunseminar-seminar berskala nasional.(zaq/rfa)

    Forum terbuka antara pihak fakultas dengan mahasiswa tanggal 18 Maret lalu.

    Unair Bantah SOP Naik Hingga 80%

    BERBICARA perihal izin meninggalkankuliah, kadang terdengar sepele di telingamahasiswa. Jatah 30 persen absen kuliahyang ditetapkan seringkali diabaikan. Akibat-nya, ketika absen tersebut melebihi persen-tase tersebut, mau tak mau si mahasiswaharus terkena “tilang” dan tidak dapatmengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Halini umumnya berujung dengan tindakanmengulang matakuliah yang sama di semes-ter-semester berikutnya. Sungguh dis-ayangkan apabila mahasiswa tersebutsebenarnya memiliki prestasi akademikyang baik.

    Dr. Drs. Musta’in, M.Si, Wakil Dekan IFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)Universitas Airlangga (Unair) membe-narkan bahwa ada aturan yang sangat ketatterkait kebijakan absen ini. “Memang atu-rannya mahasiswa hanya boleh mening-galkan kuliah maksimal 30 persen darijumlah pertemuan,” tegasnya. Alasan sakit,bepergian, atau perihal kematian sekalipunhanya dapat diizinkan sejumlah 30 persenjumlah pertemuan. Itu berarti hanya sekitar3-4 kali ketidakhadiran tiap semesternya.Diluar angka tersebut, kampus mengakuitidak ada toleransi lagi. “Peraturan mening-galkan kuliah ini sebenarnya sedikit lebihringan ketimbang jaman saya kuliah dulu,

    yang hanya 25 persen absen,” tambah Mus-ta’in.

    Unair memberi dispensasi ketidakhadi-ran diatas 30 persen hanya jika mahasiswayang bersangkutan terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat kurikuler maupun ek-stra kurikuler minimal tingkat nasional. .“Event-event seperti Lomba Karya Tulis Ma-hasiswa (LKTM), Debat Ilmiah, KejuaraanOlahraga dan event-event nasional lainnyadapat meninggalkan perkuliahan sesuaiprosedur yang berlaku. Itupun tidak lebihdari 50 persen jumlah pertemuan,” ujarMusta’in, yang juga dosen di DepartemenSosiologi ini.

    Hal tersebut dipertegas oleh pernya -taan Drs. Jadimin, Kepala Sub BagianAkademik FISIP. “Kebijakan akademik itudapat diperoleh dengan mengajukan suratizin meninggalkan perkuliahan kepadaDosen Penanggung Jawab Mata Kuliah(PJMK) atau Kepala Departemen masing-masing prodi terlebih dahulu,” ujarnya. Darisurat izin tersebut nantinya akan ada suratpengantar dari Departemen. Untuk proseske dekanat, surat pengantar akan disertaisurat izin dari fakultas. Surat izin fakultastersebut dapat di peroleh di bagianAkademik, dan untuk selanjutnya diprosesmenuju pihak Dekanat. (zaq/rfa)

    Tidak Ada Toleransi Jatah Absen

  • 10 Jendela edisi 02/April 2009

    pengabdian masyarakat

    Keberadaan suatu program tidak akandirespon dengan baik oleh berbagaikalangan jika tidak melewati prosessosialisasi. Sadar akan hal tersebut, DirektoratPenelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat(DP2M) pun melakukan sosialisasi terkait den-gan adanya program Penelitian dan Pengabdiankepada Masyarakat (P2M).

    Sosialisasi yang dilangsungkan pada 11Maret 2009 di ruang Adi Sukada ini ditujukankepada para dosen di Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga(Unair). “Melalui sosialisasi ini diharapkandapat menarik minat para dosen untuk men-gadakan penelitian dan melakukan pengabdiankepada masyara kat,” jelas Drs. I. Basis Susilo,MA selaku Dekan FISIP.

    Rapat sosialisasi ini diawali dengan paparanmengenai program pendanaan DP2M yangmeliputi dana Direktorat Jendeal PendidikanTinggi (Dikti), Lembaga Ilmu Pengetahuan In-donesia (LIPI), lembaga donor lain, serta danainsentif Riset dan Teknologi (Ristek). MenurutProf. Dr. Bambang Sektiari L.,DEA,drh selakuKetua Lembaga Penelitian dan PengabdianKepada Masyarakat (LPPM) Unair, dana-danatersebut digunakan untuk mendanai program-program yang dimiliki oleh DP2M. Programyang dimaksud antara lain adalah programPenelitian Fundamental, program PenelitianHibah Bersaing, dan Hibah Kompetisi.

    Program Penelitian Fundamental meru-pakan program penelitian multitahun. “Multi-

    tahun maksudnya program ini berlaku dalamjangka waktu dua tahun. Tujuan program iniuntuk meningkatkan mutu pengembanganserta memperkaya khazanah ilmu penge-tahuan,” ucap Bambang. Usulan dana yang bisadiajukan untuk program ini maksimal 40 jutarupiah pertahun.

    Berbeda dengan Penelitian Fundamental,program Penelitian Hibah Bersaing lebihberorientasi pada penggunaan atau aplikasidari hasil penelitian yang didapat. Dana yangdisediakan untuk program Hibah Bersaingmaksimal mencapai 50 juta rupiah pertahun.

    Program yang juga ditawarkan DP2Madalah Hibah Kompetisi yang bertujuan untukmendorong dan menfasilitasi pengembanganpotensi para dosen atau peneliti yang konsis-ten dan kompeten di bidangnya. Dana yangdiperoleh dari program ini maksimal 100 jutapertahun. Dosen atau peneliti yang mendapatdana ini wajib menunjukkan bukti-bukti daripenggunaan dana Hibah Kompetisi. “Bukti-buktinya meliputi sertifikat HKI (HakKekayaan Intelektual), publikasi ilmiah di jurnalyang bereputasi nasional dan/atau interna-sional, teknologi tepat guna yang telah diter-apkan oleh masyarakat, serta buku ajar,” jelasBambang.

    Dana bantuan program-program diatasbisa diperoleh dengan mengajukan proposalsesuai dengan ketentuan-ketentuan yangberlaku di tiap program. Poposal yang sudahmendapat persetujuan Dekan kemudian akan

    diproses kelayakannya oleh pihak DP2M-Dikti.Adapun kriteria yang digunakan untuk menen-tukan layak tidaknya suatu proposal memper-oleh dana bantuan meliputi dua aspek.“Pertama, aspek substantif keilmuan. Kedua,aspek pendanaan atau anggaran penelitianyang diajukan,” jelas Bambang.

    Menurut Bambang, tiap proposal nantinyaakan diteliti oleh 2-3 orang reviewer. Reviewerini juga tidak diperbolehkan ikut serta sebagaitim dalam kegiatan penelitian supaya prosespenilaian proposal lebih objektif. “Menjadi se-orang reviewer pun tidak mudah karena harusmemenuhi syarat-syarat tertentu, antara lainbergelar doktor dan berpengalaman di bidangpenelitian,” tambah Bambang. Dengandemikian, proposal yang lolos uji kelayakandan berhak memperoleh dana bantuan dariprogram-program DP2M diharapkan mampumenunjukkan hasil bermanfaat bagi kemajuanilmu pengetahuan sekaligus meningkatkankualitas kehidupan masyarakat. (int/rfa)

    Ruang A.205 Fakultas Ilmu Sosialdan Ilmu Politik (FISIP) UniversitasAirlangga (Unair) tak lengangseperti biasanya. Dari ruangan tersebut, ter-dengar keriuhan khas ibu-ibu. Tak hanyaduduk sambil berbincang, tetapi ada pula yangsibuk mencatat dan menerima sejumlah uang.Pemandangan itulah yang lazim terlihat bilapertemuan Dharma Wanita FISIP berlang-sung.

    Kegiatan yang diadakan pada tanggal 13Maret 2009 tersebut diawali dengan sambu-tan oleh Yuliana Aan Adianti selaku KetuaDharma Wanita FISIP. Acara pun dilanjutkandengan pembacaan agenda bulan ini sertabulan mendatang. Pada pertemuan kali ini,para anggota diberi keterampilan mendaurulang sampah plastik atau bekas kemasan

    produk untuk dijadikan barang-barang yang lebih berguna. Sepertitas, bunga plastik, atau vas bunga.”Tiap tahun setidaknya kami me -ren canakan tiga event. Salah satunyapemberian keterampilan daurulang,” ucap perempuan yang jugaistri Dekan FISIP Drs. I. Basis Susilo,MA ini.

    Pertemuan rutin ini kebanyakan dihadiripara dosen baik yang masih aktif maupunnonaktif, istri dosen, serta karyawati FISIP.“Namun, kami tidak menutup kemungkinanbagi bapak-bapak bila ingin aktif di DharmaWanita,” kata Yuliana. Hari Jumat di minggukedua tiap bulan pun dipilih sebagai hari tetappertemuan rutin Dharma Wanita.

    Tidak jauh berbeda dengan organisasi-organisasi pada umumnya, pertemuan rutinDharma Wanita FISIP juga memiliki susunanpengurus tetap. Para pengurus dipilih secarakekeluargaan dan menjabat selama tigatahun. “Kebanyakan pengurusnya karyawatiFISIP. Soalnya kalau dosen kan sibuk, kegiatan-nya banyak,” kata Yuliana. Setiap tahun, pengu-rus menyusun program kegiatan apa sajayang akan dilakukan. Program tersebut bi-

    asanya dibuat dimulai dari bulan Mei, sesuaidengan bulan awal masa jabatan Dekan.

    Menurut Yuliana, ada tiga program yangdimiliki Dharma Wanita FISIP, sosial, pen-didikan, dan ekonomi. Program sosialDharma Wanita FISIP meliputi kunjungan kepanti asuhan yang diadakan setahun sekali.Untuk program pendidikan, Dharma WanitaFISIP sering mengadakan acara-acara penyu-luhan kesehatan atau pemberian keterampi-lan. Sedangkan program ekonomi meliputiarisan, iuran (sosial dan anggota), simpan pin-jam (wajib dan sukarela), serta bagi-bagi SHU(Sisa Hasil Usaha). “Mulai tahun ini, arisan Rp25.000/orang, iuran sosial, dan anggota mas-ing-masing Rp 1000/orang,” terang Yuliana.

    Melalui pertemuan rutin ini diharapkandapat mempererat tali silahturrahmi dankekeluargaan, khususnya diantara paraanggota Dharma Wanita FISIP. Selain itu,berbagai macam informasi dan keterampilanyang didapat selama mengikuti kegiatan diDharma Wanita hendaknya dapat disebarlu-askan setidaknya ke lingkungan keluarga danlingkungan tempat tinggal masing-masinganggota. (int/rfa)

    DP2M Sosialisasikan P2M

    Sosialisasi P2M bagi dosen FISIP

    Suasana pertemuan Dharma Wanita FISIP

    Pertemuan Dharma Wanita FISIPAjang Silaturrahmi dan Tukar Informasi

  • 11edisi 02/April 2009 Jendela

    pemilu

    Tak lama lagi pesta demokrasi diIndonesia akan segera dimulai.Partai-partai poli�k (parpol) danpara calon legisla�f (caleg) berlombamenggelar berbagai bentuk kampayedemi mendulang suara pada pemilu men-datang. Saluran kampanye yang digu-nakan pun beragam. Mulai darikonvoi-konvoi di jalanan, memasang iklandi media massa (cetak dan elektronik)hingga berkampanye lewat media onlineyaitu melalui blog dan jejaring sosialseper� Facebook dan Friendster.

    Kini, para parpol dan caleg memangkerap menggunakan media online untukmendeka� para calon pemilih. Utamanyamelalui Facebook, yang memang sedangmenjadi trend di dunia, termasuk di In-donesia. Terlebih, beberapa waktu lalu,Obama sukses meraup banyak suara diPemilu Amerika Serikat (AS) setelahberkampanye lewat Facebook.

    Fenomena kesuksesan Obama itulahyang kini coba diterapkan oleh sejumlahparpol dan caleg di Indonesia. Untukmengkri�si fenomena tersebut, pada 18Maret lalu dilakukan Diskusi Internet danKampanye Poli�k. Bertempat di GedungC Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli�k(FISIP) Universitas Airlangga (Unair),diskusi ini menghadirkan empat pem-bicara. Keempat pembicara tersebutadalah Paul Belmont (Konsulat JenderalAS), Edward Dewaruci (Anggota KPUDKota Surabaya), Yuyun W.I (Dosen Komu-nikasi FISIP Unair) dan Tim Survey Him-punan Mahasiswa Komunikasi Unair.

    Dalam diskusi yang terbuka untukumum ini, para pembicara memaparkanpandangan mereka tentang sejauh manakeberadaan internet mampu mensuk-sekan sebuah kampanye poli�k. Salahsatunya adalah Edward Dewaruci yangmenjelaskan tentang internet dan kam-panye poli�k.

    Kampanye Pemilu, menurut Edward,merupakan kegiatan peserta pemiluuntuk meyakinkan para pemilih denganmenawarkan visi, misi, dan program pe-serta Pemilu termasuk mengajak memilihseseorang atau partai tertentu. “Kampa-nye juga memiliki dasar-dasar hukumyang jelas, yakni Undang-Undang (UU)No. 10 tahun 2008 tentang PemilihanUmum DPR, DPD, dan DPRD, UU No. 11tahun 2008 tentang Informasi danTransaksi Elektronik, dan Peraturan KPUNo. 19 tahun 2008 tentang PedomanPelaksanaan Kampanye Pemilu DPR, DPD,dan DPRD,” terangnya.

    Selain UU yang mengatur jalannyakampanye, terdapat pula aturan menge-nai materi serta metode dalam berkam-

    panye. Materi kampanye melipu� agendakebijakan yang akan diperjuangkan danstrategi untuk mewujudkannya. “Sedang -kan untuk metode berkampanye, adaempat hal yang perlu diperha�kan, yaitusopan, ter�b, mendidik, dan bijak sertaberadab,” kata Edward.

    Menurut Edward, yang dimaksudsopan dalam berkampanye yakni meng-gunakan bahasa yang santun dan pantasditampilkan kepada umum. Kedua, kam-panye harus dilaksanakan tanpa men-ganggu kepen�ngan umum. Selain itu,idealnya, kampanye bisa memberikan in-formasi yang bermanfaat bagimasyarakat. Para parpol dan caleg dihara-pkan juga mampu bersikap bijak dan be-

    radab. “Jangan menyerang pribadi,kelompok, golongan, atau peserta Pemilulain,” jelas Edward.

    Sebagai saluran untuk berkampanye,Facebook tentunya mempunyai kelebihandan kekurangan.“Kelebihan Facebooksifatnya yang personal dan akrab,” ucapEdward. Sedangkan kekurangannya yaknimasih minimnya penggunaan internetatau komputer, �ngkat pendidikanmasyarakat yang rendah, dan saranaprasarana yang sulit didapat. ”Tapi,kelemahan utama dari Facebook sebagaimedia kampanye adalah sulitnya mem-berikan sanksi bagi mereka yangmelakukan pelanggaran,” tambahnya.(int/rfa)

    Internet dan Kampanye Politik

    Paul Belmont (Konjen AS) saat jadi pembicara diskusi di gedung C

    MINGGU, 22 Maret 2009 lalu BadanEkseku�f Mahasiswa (BEM) UniversitasAirlangga (Unair) mengadakan acarayang bertajuk Training for Trainer theYouth Voters. Sebanyak 80 pengurusOSIS yang mewakili 45 SMA hadir dalamacara yang diadakan oleh divisi kebi-jakan publik tersebut.

    Melalui acara ini, nan�nya pesertatraining diharapkan mampu menjadiagen sosialisasi Pemilihan Umum (Pe-milu) kepada teman-temanya. Terlebih,tata cara Pemilu kali ini cukup berbeda.Jika pada tahun-tahun sebelumnya dila-kukan dengan mencoblos, tahun ini pro-ses Pemilu dilakukan denganmencontreng.

    Kegiatan yang diadakan di Gedung CFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli�k(FISIP) ini menghadirkan 3 narasumber.

    Pertama Arief Budiman, anggota KPUprovinsi Jawa Timur. Kedua, Nurul Ama-lia, anggota KPU kota Surabaya. Selainitu, Rahmah Ida, dosen di DepartemenKomunikasi FISIP Unair juga turut men-jadi pembicara.

    Sejak pukul 8 pagi hingga 4 sore,para siswa yang menjadi peserta acaraini mendapat berbagai informasi sepu-tar pemilu. Menurut Rahmah Ida, pen-contrengan partai poli�k dapatdianalogikan sebagai proses penentuancalon pacar. ”Jadi jangan sembarangan,”ungkapnya.

    Tidak hanya materi yang berupa ma-teri, peserta juga diajak untuk melaku-kan simulasi pencontrengan. Juga,melakukan forum group discussion(FGD) mengenai peran konkret pelajardalam Pemilu. (deb/rfa)

    Siswa SMA Jadi Trainer Pemilu

  • 12 Jendela edisi 02/April 2009

    sosok

    FFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik(FISIP) Universitas Airlangga(Unair) telah melahir kan sejumlah

    tokoh yang berkiprah di level nasional. Salahsatunya adalah Pinky Saptandari. Dosen De-partemen Antro pologi ini kini tengah menja-bat sebagai Staf Khusus Menteri NegaraPemberdayaan Perempuan. Menyambutperingatan Hari Kartini 21 April 2009 men-datang, Jendela mewawancarai Pinky terkaitkiprahnya dalam memberdayakan perempuanIndonesia. Berikut adalah wawancara eksklusifdengan Pinky.

    Jendela (J) : Selain menjabat sebagai Staf KhususMenteri Negara Pemberdayaan Perempuan,apa kesibukan Anda saat ini?

    Pinky (P) : Saat ini saya sedang melakukanpenelitian tentang gender, seksualitas, dankesehatan reproduksi dari perspektifantropologi, filsafat dan feminism.

    (J) : Apa tujuan Anda dalam meneliti masalahtersebut?

    (P) : Tujuan saya melakukan penelitian ini yaknimenggali akar permasalahan danmendekonstruksi diskursus tubuh medisdalam kesehatan reproduksi perempuan.

    (J) : Apa pengalaman menarik yang pernah Andaalami selama menjabat sebagai Staf KhususMenteri Negara Pemberdayaan Perempuan?

    (P) : Ketika harus mewakili menteri kunjungankerja ke daerah, di mana akses perempuanuntuk mendapat informasi dan layanan san-gat minim, seperti daerah Papua, NTT,NTB, Aceh. Kondisi tersebut menunjukkanbahwa betapa banyak perempuan Indone-sia yang masih belum berdaya, belum ter-penuhi hak-hak dasar mereka seperti hakkesehatan reproduksi dan hak politik.

    (J) : Program pemberdayaan perempuan yangseperti apa yang Anda prioritaskan?

    (P) : Program yang kami prioritaskan adalahmendorong perubahan pola pikir padamasyarakat dan pembuat kebaijakan agarpola pikir yang bias gender dapat diubahmenjadi responsif gender. Misalnya dalamupaya menurunkan angka kematian ibu,tidak akan berhasil bila kebijakan pemerin-tah maupun pola pengambilan keputusankeluarga didominasi budaya patriarki.

    (J) : Sepengetahuan Anda, bagaimana kah kondisiperempuan Indonesia saat ini?

    (P) : Sebagian sudah berdaya dan mandiri.Namun, masih lebih banyak yang belumberdaya dan mandiri. Hal tersebut ditandaidengan masih tingginya angka buta aksara,angka kematian ibu, angka keke rasan dalamrumahtangga, serta rendahnya partisipasipolitik perempuan.

    J) : Apakah makna Hari Kartini menurut pandan-gan Anda?

    (P) : Makna Hari Kartini menurut saya yaknisuatu momentum untuk mengkritisi kon-disi perempuan Indonesia dari masa kemasa. Apakah sudah ada perbaikan? Dalamhal apa saja? Apa yang harus ditingkatkan?Dan seterusnya. Sampai hari ini angka ke-matian ibu melahirkan (AKI) masih tinggi.Ingat bahwa Ibu Kartini meninggal setelahmelahirkan.Artinya, pemerintah &masyarakat masih harus terus bekerjakeras untuk mengatasi tingginya AKI.

    (J) : Apakah harapan Anda bagi perempuan danmasyarakat Indonesia?

    (P) : Perempuan Indonesia harus cerdas danmandiri untuk dapat meningkatkan kualitashidupnya. Hal ini akan berdampak positifbagi kualitas generasi penerus bangsa

    maupun kesejahteraan masyarakat.Masyarakat harus membangun kepedulianbersama bahwa upaya pemberdayaanperempuan adalah urusan bersama,masyarakat dan pemerintah. Pendidikandan kesehatan bagi perempuan harus men-jadi prioritas bila ingin membuat peruba-han yang berarti dalam rangkameningkatkan Indeks Pembangunan Manu-sia (IPM) bangsa Indonesia. Untuk itu,anggaran pembangunan harus benar-benardifokuskan untuk pembangunan manusia,khususnya pembangunan manusia secararesponsif gender. Artinya, bahwa anggaranpembangunan memperhatikan kebutuhanlaki-laki maupun perempuan. (deb/rfa)

    Perempuan Indonesia Harus Cerdas dan MandiriPerempuan Indonesia Harus Cerdas dan Mandiri

    Nama : Pinky SaptandariTerlahir : Surabaya, 26 Mei 1958PendidikanTerakhir :

    Magister AntropologiProgram Pascarasarjana UI1994

    SELAMA dua hari, yaitu 10 dan 11 Maret2009, sejumlah poster memenuhi sepanjanglorong gedung A Fakultas Ilmu Sosial danIlmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga(Unair). Berbagai poster yang dipamerkantersebut merupakan karya mahasiswa De-partmen Komunikasi yang dipamerkanuntuk meramaikan serangkaian acara berta-juk Communication Expo & Award. Kegiatanpameran menampilkan karya mahasiswayang mengambil mata kuliah Desain Grafis,Fotografi, dan Manajemen Periklanan (Man-per).

    Tidak hanya dalam bentuk visual, di hariyang sama, ada beberapa karya yang disaji-kan dalam bentuk audio dan audio visual.Yakni,karya dari mahasiswa kelas Radio dankelas TMMB (Teknik Mencarai dan MenulisBerita). Untuk kelas Radio, karya audio ma-hasiswa diperdengarkan lewat internalaudio. Sedangkan untuk karya audio visual

    dari mata kuliah TMMB serta Manper dita -yangkan di mini teater.

    Bentuk apresisasi tidak cukup hanyalewat pameran saja. Oleh karena itu, diada-kan pula pemberian penghargaan bagi karyaterbaik mahasiswa dalam CommunicationAward yang diadakan 12 maret. Bertempatdi Auditorium Gedung C, CommunicationAward dibuka dengan penampilan dari bandakustik, D’ long of.

    Selanjutnya, dilakukan pembacaan nomi-nasi karya terbaik dan penyerahan sertifikat.Penghargaan diberikan oleh para alumni Ko-munikasi yang sukses di bidangnya. Salah sa-tunya Amanda Manuputty, reporter MetroTV, yang memberikan penghargaan untukkarya terbaik dari mahasiswa kelas TMMB.Selain itu, ada juga Danang Saputro dariApply Channes dan Vika Wisnu dari RadioColours. Sedangkan award untuk karya ter-baik dari kelas Manper dan Fotografi, ma-

    sing-masing diserahkan oleh Samananditodari TV lokal Bali dan Rizky Setia Bhakti.

    Salah satu karya yang menyabet peng-hargaan yaitu poster dan iklan audio visualmilik Sheila, mahasiswa Departemen Komu-nikasi angkatan 2006. Berbeda dengan karyalain yang sama-sama memuat tema korupsi,tema korupsi yang diangkat sama sekalitidak berkaitan dengan dunia pemerintah.Malah, dikaitkan dengan kehidupan maha-siswa.

    ”Poster milik kami ini berusaha meng-gambarkan adanya korupsi nilai. Salah seo-rang anggota tidak mengerjakan tugas, tapimendapat nilai yang sama,” tutur Sheila.

    Menurut Ketua Panitia, Ajeng, kegiatanyang berlangsung selama tiga hari ini, tidakhanya ditujukan bagi para sivitas FISIP saja,tapi juga untuk masyarakat luas. Juga diun-dang SMA 19 dan SMA 10, untuk menge-nalkan Departemen Komunikasi padamasyarakat luas. Walaupun acara ini hanyadipersiapkan 1,5 bulan tapi Ajeng danteman-teman panitia menyatakan puas de n-gan hasil yang telah dicapai. (deb/rfa)

    Communication Expo & AwardPenghargaan Bagi Karya Mahasiswa