Penyesuaian Diri Remaja (Adzanal Maghribhi).docx
description
Transcript of Penyesuaian Diri Remaja (Adzanal Maghribhi).docx
PENYESUAIAN DIRI REMAJA
Nama : Adzanal Maghribhi
Prodi : Kimia Industri
Kelas Langka
Uraikan pendapat anda tentang gambaran prilaku remaja secara umum terkait
dengan kemampuan menyesuaikan diri dan banyaknya kasus kasus negatif
yang dialami remaja, solusinya.
Perkembangan teknologi memberikan pengaruh signifikan kepada
kemampuan menyesuaikan diri para remaja akhir-akhir ini. Mudah dan
murahnya akses internet dan adanya sosial media membuat para remaja saat ini
lebih suka duduk berjam-jam di depan komputer atau laptop. Sehingga remaja
cenderung menjadi pribadi yang tertutup. Keadaan tersebut menjadikan remaja
menjadi pribadi yang rapuh dan sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Bagaimanapun, kecendrungan untuk bergaul membuat remaja sering kali salah
langka dalam pergaulannya. Keinginan untuk diterima oleh suatu kelompok/
masyarakat yang tidak diiringi kemampuan penyesuaian diri yang baik,
membuat remaja terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.
Faktor ekonomi, kondisi fisik dan intelegensi juga memberikan
pengaruh terhadap kemampuan menyesuaikan diri para remaja. Remaja dari
keluarga ekonomi yang pas-pasan cenderung menjadi pribadi yang “terasing”
di lingkungannya. Begitupun dengan faktor intelegensi, remaja yang “tidak
cerdas” sering menjadi bahan olokan atau candaan teman-temannya. Keadaan
tersebut membuat remaja semakin tertekan. Hasrat ingin “diketahui/dikenal”
dalam suatu kelompok membuat remaja sering terlibat dalam geng-geng
remaja. Yang sangat disayangkan, geng-geng remaja ini sering membawa
remaja ke arah pergaulan yang salah.
Keluarga dan didikan spiritual memegang peran penting dalam
membentuk pribadi remaja yang mudah beradaptasi serta membentengi dirinya
dari pergaulan yang negatif. Orangtua yang perhatian (tidak berlebihan) serta
keadaan keluarga yang harmonis memberikan kenyamanan bagi remaja. Pola
hubungan orangtua dengan anak dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri
remaja. Hubungan dengan saudara yang penuh persahabatan, saling
menghormati, penuh kasih sayang, juga mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik. Begitu pula
sebaliknya, suasana permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, dan
sebagainya menimbulkan kesulitan dan kegagalan penyesuaian diri.
Sedari dini, remaja dibekali dengan spiritual yang mantap, sehingga
dengan sendirinya remaja menyadari bahwa “apakah ia lakukan ini benar atau
salah”, atau “apa yang dilakukannya ini dapatkah merugikan dirinya sendiri
atau keluarganya”. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam
mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama memberi
tuntunan, konsep dan falsafah hidup yang meyakinkan dan benar. Dengan
adanya bekal spiritual, orang akan memperoleh arti hidup, kemana tujuan
hidup, apa yang dicari dalam hidup ini dan bagaimana ia harus berperan dalam
hidup sehingga hidupnya di dunia tidak sia-sia. Semua hal tersebut
mempengaruhi bagaimana anak menempatkan diri dan bergaul dengan
masyarakat sekitarnya.
Kiat-kiat/pendekatan yang digunakan guru dalam menghadapi siswa yang
bermasalah (penyesuaian diri) dan solusinya .
Untuk mendapatkan solusi secara tepat atas permasalahan sosialnya,
guru harus terlebih dahulu melakukan identifikasi dalam upaya mengenali
gejala-gejala secara cermat terhadap fenomena-fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya permasalahan sosial yang melanda siswa. Diagnosis
dilakukan untuk mengetahui dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi
siswa lalu menentukan jenis bimbingan yang akan diberikan. Dalam
melakukan diagnostik masalah sosial siswa perlu ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Mengenal peserta didik yang mengalami masalah sosial
Dalam mengenali peserta didik yang mengalami masalah sosial, cara yang
paling mudah adalah dengan melaksanakan sosiometri. Sosiometri
merupakan suatu metode untuk mengumpulkan data tentang pola dan
struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok.
Sehingga, akan tergambar siswa yang mengalami masalah sosial.
2) Memahami sifat dan jenis masalah sosial
Langkah kedua dari diagnosis masalah sosial ini mencari dalam hubungan
apa saja peserta didik mengalami masalah sosial. Dalam hal ini guru
pembimbing memperhatikan bagaimana perilaku siswa dalam pergaulan,
baik di sekolah, rumah dan masyarakat.
3) Menetapkan latar belakang masalah sosial
Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang latar belakang
yang menjadi sebab timbulnya masalah sosial yang dialami siswa. Cara ini
dilakukan dengan mengamati tingkah laku siswa yang bersangkutan,
selanjutnya dilakukan wawancara dengan guru, wali kelas, orangtua dan
pihak-pihak lain yang dapat memberikan informasi yang luas dan jelas.
4) Menetapkan usaha-usaha bantuan
Setelah diketahui sifat dan jenis masalah sosial serta latar belakangnya,
maka langkah selanjutnya ialah menetapkan beberapa kemungkinan
tindakan-tindakan usaha bantuan yang akan diberikan, berdasarkan data
yang diperoleh.
5) Pelaksanaan bantuan
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari langkah sebelumnya, yakni
melaksanakan kemungkinan usaha bantuan. Pemberian bantuan
dilaksanakan secara terus menerus dan terarah dengan disertai penilaian
yang tepat sampai pada saat yang diperkirakan. Bantuan untuk
mengentaskan masalah sosial terutama menekankan akan penerimaan
sosial dengan mengurangi hambatan-hambatan yang menjadi latar
belakangnya. Pemberian bantuan ini bisa dilakukan melalui layanan
konseling kelompok yang memanfaatkan dinamikan kelompok.
6) Tindak lanjut
Tujuan langkah ini ialah untuk menilai sejauh manakah tindakan
pemberian bantuan telah mencapai bantuan telah mencapai hasil yang
diharapkan. Tindak lanjut dilakukan secara terus menerus, baik selama,
maupun sesudah pemberian bantuan. Dengan langkah ini dapat diketahui
keberhasilannya.
Sumber: http://alpangeano.wordpress.com/2011/11/03/penanganan-kasus-terhadap-sisawa-yang-mengalami-masalah-sosial/ (diakses tanggal 18 Oktober 2013).
TUGAS TERAKHIR ( Home work)
Sejauhmana perkembangan spiritual-keberagamaan para remaja sekarang?
Jelaskan dengan contoh konkrit dan solusi.
Perkembangan spiritual-keberagaman para remaja akhir-akhir ini sangat
mengkhawatirkan. Banyaknya remaja yang terlibat tawuran, seks bebas,
narkoba, dan permasalahan lainnya memberikan gambaran akan kurangnya
nilai-nilai spiritual-keagamaan pada diri remaja. Kurang pedulinya orangtua
terhadap pendidikan spiritual anak menjadi salah satu penyebab timbulnya
permasalahan tersebut. Untuk itu, hendaknya orangtua berperan aktif dalam
perkembangan spiritual remaja. Dalam keluarga hendaknya ditanamkan nilai-
nilai spiritual, seperti membiasakan anggota keluarga melakukan ibadah harian
yang menjadi kewajiban agama, menanamkan nilai-nilai keimanan, serta
orangtua menjadi contoh pertama dalam hal tersebut. Dengan kokohnya nilai
spiritual pada diri remaja, diharapkan dapat menjadi filter bagi mereka dalam
menghadapi dunia luar/lingkungan. Pengawasan orangtua dalam bidang
informasi terutama internet juga sangat diperlukan. Mudahnya akses ke dunia
pornografi membuat remaja mudah tergiur ke hal-hal yang tidak sepantasnya
untuk mereka.
Uraikan salah satu kasus yang banyak terjadi terkait dengan masalah moral
remaja. Uraikan pendapat anda dan sosusinya. Perdalam analisis anda
dengan menguraikan teori teori terkait.
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang
sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan
kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak
buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai
kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi
tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah
untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan
kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak
melanggar norma (permissive beliefs/fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini
sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya
dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya
karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata
lain terikat dengan kelompoknya.
Untuk menghindari masalah tersebut, keluarga memegang peranan
penting terutama orangtua. Keteladanan dari orangtua sangat diperlukan karena
sebagian remaja yang merokok disebabkan mereka berasal dari rumah tangga
yang tidak bahagia, dimana orangtua tidak begitu memperhatikan anak-
anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk
menjadi perokok dibanding remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga
yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:
294).
Orangtua juga hendaknya mengarahkan remaja untuk mempunyai
teman bergaul yang baik. Karena biasanya remaja yang perokok cenderung
bergaul dengan remaja yang perokok juga dan sebaliknya. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat
yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
Memberikan sebuah tanggung jawab juga bisa dilakukan oleh orangtua.
Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan paksaan maupun
mengada-ada. Si remaja diberi pengertian yang jelas sekaligus diberikan
teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat
mengurangi waktu “keluyuran” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak
mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga.
Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari,
mereka dididik mandiri.