Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

12
PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH NIBUNG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI; KABUPATEN BATANGHARILEKO DAN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN Oleh : Eddy R. Sumaatmadja dan Iskandar Sub Direktorat Batubara S A R I Daerah penyelidikan adalah bagian Cekungan Sumatera Selatan yang diisi oleh dua perioda sedimentasi sejak Awal Tersier hingga Kuarter. Perioda pertama adalah fase transgresi yang menghasilkan Formasi Talang Akar dan Gumai. Perioda kedua merupakan fase regresi menghasilkan Formasi-Formasi Air Benakat, Muaraenim dan Kasai. Evaluasi terhadap keadaan geologi daerah Nibung dan Sekitarnya dapat disimpulkan bahwa hanya Formasi Muaraenim yang mengandung endapan batubara berpotensi besar untuk dikembangkan, dan terdapat dalam 3 (tiga) anggota yaitu M1, M2 dan M3. Dari hasil korelasi singkapan batubara dan ditunjang data pemboran, terdapat 8 lapisan batubara, yaitu : Lapisan Kladi >1,00->6,50m, Merapi 1,00-1,50m, Suban >1,00- 10,75m, Mangus >2,00-15,10m, Burung 1,00->2,80m, Gantung 2 1,00->2,80m, Benuang 1,00->4,00m dan Gantung 1 >0,50m. Analisa kimia terhadap conto inti bor dengan dasar kering udara (adb) memberikan nilai panas berkisar dari 5.285-5.870 kal/gr, kandungan abu 3,10-12,90%, sulfur kurang 0,40% dan nilai HGI 50-64. Batubara ini umumnya mempunyai kandungan air total (ar) sangat tinggi berkisar dari 43,75-47,00%, sedangkan air tertambat (adb) 10,15-10,95%. Dari hasil analisa tersebut ranknya menunjukan Kelas Sub-bituminous – Lignitc. Hasil analisa petrografi batubara menunjukan batubara di daerah penyelidikan didominasi oleh maseral vitrinit (>87%), sedangkan maseral lain <6,00% dan nilai reflektansinya 0,19-0,25 yang termasuk kelas Lignitic. Perhitungan sumberdaya batubara hingga “overburden” 50 m memberikan angka kurang lebih 271.138.815 juta ton. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan diberlakukannya OTONOMI DAERAH tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah Daerah harus dapat membiayai operasionalnya yaitu dari PAD (Pendapatan Asli Daerah). Untuk itu dalam perlu dilakukan peningkatan PAD dari segala sektor, salah satunya dari sektor pertambangan batubara. 1.2. Lokasi Penyelidikan Secara administratif daerah penyelidikan termasuk wilayah Kec. Batanghari Leko, Kab. Musi Banyuasin dan Kec. Rawas Ilir, Kab. Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan serta Kec. Pauh, Kab. Sarolangun Provinsi Jambi. Secara geografis barada pada koordinat 103 0 00’00’’ – 103 0 15’00’’ BT dan 02 0 15’00’ – 02 0 30’00’’ LS (Gambar 1). 2. KEADAAN GEOLOGI 2.1. Geologi Regional Secara regional geologi daerah Nibung dan Sekitarnya termasuk ke dalam Cekungan Sumatera Selatan yang merupakan “Beckdeep Basin” atau cekungan pendalaman belakang (Koesoemadinata dan Hardjono, 1978). Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan dari Cekungan Sumatera Tengah oleh suatu tinggian yaitu Pegunungan Tiga Puluh; kedua cekungan ini

Transcript of Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

Page 1: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATAN DI DAERAH NIBUNG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI; KABUPATEN BATANGHARILEKO DAN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN

Oleh :

Eddy R. Sumaatmadja dan Iskandar Sub Direktorat Batubara

S A R I

Daerah penyelidikan adalah bagian Cekungan Sumatera Selatan yang diisi oleh dua perioda sedimentasi sejak Awal Tersier hingga Kuarter. Perioda pertama adalah fase transgresi yang menghasilkan Formasi Talang Akar dan Gumai. Perioda kedua merupakan fase regresi menghasilkan Formasi-Formasi Air Benakat, Muaraenim dan Kasai. Evaluasi terhadap keadaan geologi daerah Nibung dan Sekitarnya dapat disimpulkan bahwa hanya Formasi Muaraenim yang mengandung endapan batubara berpotensi besar untuk dikembangkan, dan terdapat dalam 3 (tiga) anggota yaitu M1, M2 dan M3. Dari hasil korelasi singkapan batubara dan ditunjang data pemboran, terdapat 8 lapisan batubara, yaitu : Lapisan Kladi >1,00->6,50m, Merapi 1,00-1,50m, Suban >1,00-10,75m, Mangus >2,00-15,10m, Burung 1,00->2,80m, Gantung 2 1,00->2,80m, Benuang 1,00->4,00m dan Gantung 1 >0,50m.

Analisa kimia terhadap conto inti bor dengan dasar kering udara (adb) memberikan nilai panas berkisar dari 5.285-5.870 kal/gr, kandungan abu 3,10-12,90%, sulfur kurang 0,40% dan nilai HGI 50-64. Batubara ini umumnya mempunyai kandungan air total (ar) sangat tinggi berkisar dari 43,75-47,00%, sedangkan air tertambat (adb) 10,15-10,95%. Dari hasil analisa tersebut ranknya menunjukan Kelas Sub-bituminous – Lignitc.

Hasil analisa petrografi batubara menunjukan batubara di daerah penyelidikan didominasi oleh maseral

vitrinit (>87%), sedangkan maseral lain <6,00% dan nilai reflektansinya 0,19-0,25 yang termasuk kelas Lignitic. Perhitungan sumberdaya batubara hingga “overburden” 50 m memberikan angka kurang lebih

271.138.815 juta ton.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dengan diberlakukannya OTONOMI

DAERAH tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah

Daerah harus dapat membiayai operasionalnya yaitu

dari PAD (Pendapatan Asli Daerah). Untuk itu dalam

perlu dilakukan peningkatan PAD dari segala sektor,

salah satunya dari sektor pertambangan batubara.

1.2. Lokasi Penyelidikan

Secara administratif daerah penyelidikan

termasuk wilayah Kec. Batanghari Leko, Kab. Musi

Banyuasin dan Kec. Rawas Ilir, Kab. Musi Rawas,

Provinsi Sumatera Selatan serta Kec. Pauh,

Kab. Sarolangun Provinsi Jambi.

Secara geografis barada pada koordinat

103000’00’’ – 103015’00’’ BT dan 02015’00’ –

02030’00’’ LS (Gambar 1).

2. KEADAAN GEOLOGI 2.1. Geologi Regional

Secara regional geologi daerah Nibung dan

Sekitarnya termasuk ke dalam Cekungan Sumatera

Selatan yang merupakan “Beckdeep Basin” atau

cekungan pendalaman belakang (Koesoemadinata

dan Hardjono, 1978).

Cekungan Sumatera Selatan dipisahkan dari

Cekungan Sumatera Tengah oleh suatu tinggian yaitu

Pegunungan Tiga Puluh; kedua cekungan ini

Page 2: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

memiliki kesamaan dalam ciri-ciri sedimentasinya

yang terbentuk akibat pergerakan ulang sesar

bongkah pada batuan dasar Pra-Tersier yang diikuti

oleh kegiatan volkanik.

Stratigrafi umumnya memperlihatkan bahwa

pembentukan batubara hampir bersamaan dengan

proses sedimentasi Tersier yaitu pada saat

pengendapan Formasi Talang Akar, Air Benakat dan

Muaraenim.

Akumulasi endapan batubara hanya pada

siklus pertengahan regresi pada saat pengendapan

Formasi Muaraenim, yaitu dalam Anggota M1

(Lapisan Merapi dan Kladi), M2 (Lapisan Mangus,

Suban dan Petai), M3 (Lapisan Burung dan Benuang)

dan M4 (Lapisan Niru, Lematang, Benakat/Babat,

Enim dan Kebon).

2.2. Geologi Daerah Penyelidikan

Morfologi

Daerah penyelidikan terdapat disebelah

timur Pegunungan Bukit Barisan dan secara umum

terdiri dari Satuan Morfologi Perbukitan

Bergelombang dan Pedataran.

Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang

menempati hampir seluruh daerah penyelidikan yang

litologinya disusun oleh batuan sedimen klastika

halus dengan kemiringan lereng antara 100 – 650 dan

berada pada ketinggian 60 – 150m diatas permukaan

air laut.

Pedataran menempati bagian sebelah barat-

daya daerah penyelidikan dengan ketinggian berkisar

dari 20 – 60 meter diatas permukaan air laut. Litologi

penyusunnya terdiri dari tufa, batulempung tufaan

dan batupasir tufaan.

Pola aliran sungai dikeringkan oleh sungai

utama yaitu Sungai Kelumpang (sebelah barat) dan

Sungai Batanghari Leko, induk sungai ini dengan

anak-anak sungai membentuk pola aliran dendritik

dan tralis dengan tingkat erosi dewasa.

Stratigrafi

Stratigrafi di daerah penyelidikan mem-

bentuk suatu antiklinorium dan berdasarkan Peta

Geologi Lembar Sarolangun (1994) dan Shell (1978),

stratigrafi daerah penyelidikan mencakup 4 (empat)

formasi dari tua ke muda yaitu Formasi Gumai, Air

Benakat, Muaraenim dan Kasai (Tabel 1).

Formasi Gumai (Tmg) merupakan batuan

tertua dan terdapat di sebelah baratlaut. Litologinya

terdiri dari serpih dengan sisipan batupasir halus dan

setempat napal dan batugamping. Umurnya adalah

Akhir Miosen Awal–Awal Miosen Tengah; di-

endapkan dalam lingkungan laut dalam (Neritik).

Formasi Air Benakat (Tma) tersingkap

disebelah tengah-utara dengan litologi terdiri dari

perselingan antara batulempung dan batupasir,

dengan sisipan konglomerat gampingan, napal dan

batulanau. Umurnya adalah Akhir Miosen Tengah –

Awal Miosen Akhir, diendap-kan secara selaras

diatas Formasi Gumai dalam lingkungan laut

dangkal.

Formasi Muaraenim (Tmpm) tersingkap

diseluruh daerah penyelidikan yang diendapkan

secara selaras diatas Formasi Air Benakat dalam

lingkungan laut dangkal sampai peralihan. Umurnya

diperkirakan Miosen Akhir. Formasi ini dibagi 4

anggota yaitu :

Anggota M1 terdapat 2 lapisan batubara (Lapisan

Kladi dan Merapi). Litologinya disusun oleh oleh

batuan sedimen klastika halus yang terdiri dari

batupasir dan batulempung dengan sisipan batu-

lempung batubaraan dan batubara tipis. Batupasir

berwarna abu-abu terang, rapuh, bersifat tufaan,

dominan kuarsa, pita-pita batubara. Batulempung

berwarna abu-abu terang sampai abu-abu tua, padu.

Batubara berwarna hitam kecoklatan, mengkilap-

kusam, struktur kayu masih terlihat. Berdasarkan data

singkapan, ditemukan sebanyak 13 lokasi yang

umumnya terendam air/lumpur; lapisan ini ditembus

oleh lobang bor RH – 03 yaitu Lapisan Merapi

dengan ketebalan 1,55m.

Page 3: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

Anggota M2 terdapat 2 (dua) lapisan utama yaitu

Lapisan Suban dan Mangus. Anggota ini sebagian

ditembus oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS-

04, RWS-06, RWS-07, RWS-10 RWS-11, BMR-02,

RH-17, RH-02 dan RH-12. Anggota ini dikenali ber-

dasarkan kandungan batubaranya yaitu Lapisan

Mangus yang dicirikan oleh sisipan batulempung

tufa-an dengan kandungan mineral biotit. Lapisan

Mangus merupakan batas atas Anggota M2,

sedangkan batas bawahnya adalah Lapisan Petai.

Litologinya disusun oleh perselingan batulanau

dengan batulempung; sisipan batupasir dan batubara.

Batulanau berwarna abu-abu muda sampai abu-abu

kecoklatan, kompak, terdapat nodul-nodul pirit, tebal

lapisan 1,50 - >15,00m. Batulempung berwarna abu-

abu muda sampai abu-abu kehijauan, lunak-padu,

mengandung sisa-sisa tumbuhan, struktur sedimen

khas lentikular, tebal lapisan 0,50 – 7,75m. Batupasir

berwarna abu-abu terang, halus-sedang, tufaan,

rapuh-keras, dominan kuarsa, struktur sedimen

flacer, gelembur gelombang, paralel laminasi dan

graded bedding. Berdasarkan hasil penyelidik

terdahulu dibagian selatan, anggota ini dapat

ditembus oleh beberapa lobang bor dengan ketebalan

sampai dengan 27,29m ; sedangkan dari data

singkapan ditemukan di 37 lokasi yang umumnya

terendam air/lumpur.

Anggota M3 terdapat 2 (dua) lapisan utama yaitu

Lapisan Burung dan Binuang. Batas atasnya adalah

Lapisan Kebon (Anggota M4) dan batas bawah

adalah Lapisan Mangus (Anggota M2) Litologinya

terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung dan

batubara. Batu-pasir berwarna abu-abu terang, halus-

sedang, dominan kuarsa, rapuh. Batulanau, berwarna

abu-abu terang kehijauan–kecoklatan, kompak, jejak

tumbuhan. Batu-lempung bertindak sebagai lapisan

pengapit batubara, berwarna abu-abu sampai abu-abu

kecoklatan, lunak-padu, jejak tumbuhan. Anggota ini

dapat ditembus oleh lobang bor RWS-12 dan

ditemukan di 23 lokasi yang umumnya terendam

air/lumpu. Anggota ini ber-dasarkan penyelidik

terdahulu ditembus oleh satu lobang bor RH – 06.

Anggota M4 di daerah penyelidikan lapisan batubara

tidak ditemukan. Litologinya terdiri dari batupasir,

batulanau, batulempung dan batubara. Batupasir

berwarna abu-abu terang, halus-sedang, dominan

kuarsa, rapuh. Batulanau, berwarna abu-abu terang

ke-hijauan–kecoklatan, kompak, jejak tumbuhan.

Batulempung, berwarna abu-abu sampai abu

kecoklatan, lunak-padu, jejak tumbuhan.

Formasi Kasai ( QTk) dijumpai di bagian

tengah daerah penyelidikan, litologinya terdiri dari

tufa dan tufa batuapung dengan sisipan batu-lempung

tufaan dan batupasir tufaan; setempat konglomeratan

dan terdapat kayu terkersikan. Umur formasi ini

adalah Pliosen Akhir – Plistosen Awal yang

diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi

Muaraenimdalam lingkungan darat.

Struktur Geologi

Pola struktur di daerah penyelidikan mem-

punyai kecenderungan berarah baratdaya-timur-laut.

Pola struktur lipatan adalah hasil gaya kompresi dari

gaya tegasan utama yang berarah baratdaya-

tenggara.

Struktur sesar yang ditemukan adalah sesar

normal Kepahiangan 1, Kepahiangan 2 dan Sungai

Malam; Sesar Geser Sungai Kruh serta Sesar Naik

Sungai Penjagoan, yang arahnya baratdaya-timur

laut.

Sedangkan struktur lipatan yang ditemukan

adalah struktur antiklin (Antiklin Kepahiangan,

Terentang, Tajau Pecah dan Sungai Malam) dan

sinklin (Sinklin Kepahiangan, Batanghari Leko dan

Air Mati) yang berarah baratlaut-tenggara.

3. GEOLOGI BATUBARA 3.1. Endapan Batubara

Untuk mendapatkan dimensi dan

pelamparan lapisan batubara di daerah Nibung dan

Sekitarnya, perlu dilakukan pengelompokan lapisan

Page 4: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

batubara berdasarkan hasil pemetaan geologi

permukaan, data bawah permukaaan dari pemboran

inti batubara dan dibantu hasil interpretasi geofisika

logging.

Dari hasil pemetaan geologi, pemboran inti dan

dibantu interpretasi geofisika logging, maka dibuat

peta geologi yang terdiri dari Peta Geologi daerah

Nibung dan Sekitarnya skala 1 : 50.000 (Peta 1)

Singkapan Batubara

Hasil penyelidikan di daerah Nibung dan

Sekitarnya ditemukan 73 lokasi singkapan batubara

yang terdapat pada Formasi Muaraenim yaitu pada

Anggota M 1, M 2 dan M 3; sedangkan dalam

Anggota M 4 tidak ditemukan lapisan batubara.

Hasil Pemboran Inti

Dari hasil pemetaaan geologi, telah

dilakukan pemboran sebanyak 13 lubang bor dengan

kedalaman berkisar dari 15,80 – 73,10m, jumlah total

kedalaman 701,90m dan 1 (satu) lubang bor yaitu

BMR – 02 dikerjakan oleh Tim Pauh Lubuk Napal.

Korelasi Lapisan Batubara

Dari hasil pemetaan geologi dan korelasi

lubang bor serta berdasarkan kedudukan batubara

secara stratigrafi dibuat penampang korelasi lubang

bor dengan nama lapisan batubaranya yang

mengikuti kepada stratigrafi Shell, 1978; selain itu

korelasi ini dipakai sebagai acuan gambaran pola

sedimentasi dalam lingkungan pengendapannya.

Singkapan batubara umumnya terendap air dan

lumpur, sehingga dalam penentuan ketebalan

sebenarnya sangat sulit dan umumnya dicantumkan

tebal yang terukur.

Berdasarkan korelasi tersebut dari atas

kebawah, di daerah Nibung dan Sekitarnya dalam

Formasi Muaraenim (Anggota M1, M2 dan M3),

ditemukan paling tidak 8 (delapan) lapisan batubara.

ANGGOTA M1

Anggota M1 terdapat di kedua sayap

antiklin maupun sinklin, ditemukan sebanyak 13

lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan

sebanyak 2 (dua) lapisan batubara ; yaitu Lapisan

Kladi dan Merapi.

Lapisan Kladi

Lapisan Kladi merupakan lapisan paling

bawah dari Formasi Muaraenim, ditemukan di 4

(empat) lokasi (E-17, E-30, K-23 dan R-01) dengan

ketebalan berkisar dari >1,00 - >6,50m dan

kemiringan 120–600. Berdasarkan data singkapan

batubara, Lapisan Kladi sebarannya tidak menerus

dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin

ditemukan singkapan batubara.

Lapisan Merapi

Lapisan Merapi terletak diatas Lapisan

Kladi, ditemukan di 9 (sembilan) lokasi dengan

ketebalan berkisar dari 1,00 – 1,50m dan kemiringan

100 - 550, diantaranya K-14, R-02, R-17, R-02 dan R-

06. Lapisan Merapi sebarannya tidak menerus dan

tidak semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan

singkapan batubara. Dari hasil penyelidikan

terdahulu lapisan ini dibagian selatan ditembus oleh

lobang bor RH – 03 dengan ketebalan 1,55m.

ANGGOTA M2

Dalam Anggota M1 ditemuka sebanyak 37

lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan

sebanyak 2 (dua) lapisan batubara yaitu Lapisan

Suban (9 lokasi) dan Mangus 28 lokasi) yang

umumnya terendam air/lumpur.

Lapisan Suban

Lapisan Suban terletak diatas Lapisan Petai,

ditemukan di 11 lokasi dengan ketebalan berkisar

dari >1,00 – 7,00m, kemiringan 100 - 250 dan

ditembus oleh lubang bor BMR – 02. Sebaran

Lapisan Suban umumnya menerus dan kearah

Page 5: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

tenggara umumnya menebal; sedangkan kearah barat

laut spit menjadi 2 (dua) lapisan dengan ketebalan

3,10m dan 3,25m.

Lapisan Mangus

Lapisan Mangus terletak diatas Lapisan

Suban, ditemukan di 26 lokasi dengan ketebalan

>2,00 – 10,25m, kemiringan 8o – 65o dan ditembus

oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS-04, RWS-

06, RWS-07, RWS-10, RWS-11 dan BMR-02 serta

berdasarkan penyelidik terdahulu di bagian selatan

ditembus oleh lobang bor RH-17, RH-12 dan RH-02

dengan ketebalan 18,5-27,29m ; lapisan ini di sebelah

timurlaut split menjadi 2 (dua) yaitu Lapisan Mangus

1 dan Mangus 2.

ANGGOTA M3

Anggota M3 terdapat di kedua sayap

antiklin maupun sinklin, ditemukan sebanyak 23

lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan

sebanyak 4 (empat) lapisan batubara ; yaitu Lapisan

Burung, Gantung 1, Benuang dan Gantung 2.

Lapisan Burung

Lapisan Burung merupakan lapisan paling

bawah dari Anggota M3, ditemukan di 8 (delapan)

lokasi dengan ketebalan berkisar dari 1,00 - >2,80m

dan kemiringan 80 – 650. Berdasarkan data singkapan

batubara, Lapisan Burung sebarannya tidak menerus

dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin

ditemukan singkapan batubara.

Lapisan Gantung 2

Lapisan Gantung 2 terletak diatas Lapisan

Burung, ditemukan di 8 (delapan) lokasi dengan

ketebalan berkisar dari 1,00 - >2,80m dan kemiringan

80 – 650. Berdasarkan data singkapan batubara,

Lapisan Burung sebarannya tidak menerus dan tidak

semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan

singkapan batubara.

Lapisan Benuang

Lapisan Benuang merupakan lapisan paling

atas dari Anggota M3, ditemukan di 6 (enam) lokasi

dengan ketebalan berkisar dari 1,00 - >4,00m dan

kemiringan 100 – 650, lapisan ini ditembus oleh bor

RWS-12. Berdasarkan data singkapan batubara,

Lapisan Burung sebarannya tidak menerus dan tidak

semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan

singkapan batubara.

Lapisan Gantung 1

Lapisan Gantung 1 berupa lensa terletak

diatas Lapisan Burung, ditemukan di 2 (dua) lokasi

dengan ketebalan tidak jelas (sumur penduduk).

3.2. Lingkungan Pengendapan Batubara

Penafsiran lingkungan pengendapan

diperoleh dari hasil diskripsi inti bor dan korelasi

penampang lubang bor. Dari data litologi

menunjukan adanya sekuen penghalusan butiran

kearah atas mulai dari batupasir, batulanu dan

batulempung; juga terdapat struktur sedimen berupa

strultur lentikular, flaser, gelembur gelombang,

parallel laminasi dan graded bedding.

Dari data karakteristik litologi dan struktur

sedimen tersebut diperkirakan lingkungan

pengendapan sedimen di daerah peninjauan berada

pada daerah fluvial hingga delta.

3.3. Kualitas Batubara

Batubara yang dianalisa kimia sebanyak 41

conto play sample dan 16 conto komposit, terdiri dari

Lapisan Suban, Mangus, Burung dan Benuang. Jenis

analisa yang dilakukan adalah analisa proksimat

dengan dasar udara kering (adb), analisa ultimat

dengan dasar bebas abu (daf), analisa komposisi abu

dan penentuan nilai HGI

Analisa Proksimat

Ringkasan hasil analisa proksimat conto

batubara daerah Nibung dan Sekitarnya disarikan

Page 6: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

dalam. Dari data hasil analisa proksimat dapat

disarikan sebagai berikut :

• Kandungan air total (TM) dari lapisan terbawah

ke lapisan teratas umumnya adanya peningkatan

yaitu berkisar 37,10 - 42,60%, kecuali Lapisan

Burung kandungan air total sebesar 33,75%.

• Kandungan air tertambat (M) menunjukan

adanya penurunan dari lapisan paling bawah ke

atas; yaitu berkisar dari 10,10 - 10,80%.

• Kandungan Volatile Matter (VM) 41,55 -

49,70%.

• Kandungan Abu 5,60 – 7,80%, kecuali Lapisan

Burung sebesar 11,10%.

• Kandungan Sulphur kurang dari 0,40%.

• Nilai kalori 5.285 – 5.870 kal/gr.

• Nilai kekerasan batubara berkisar dari 49 - 73,

sehingga batubara tersebut tergolong lunak,

kecuali Lapisan Suban sangat keras HGInya 21.

Dari hasil analisa kimia batubara, kualitasnya

termasuk Kelas Sub-bituminous – Lignitic.

Analisa Ultimat

Dari hasil analisa, unsur karbon (C) berkisar

dari 68,08 – 72,82%; hidrogen ( 4,71 – 5,74% dan

oksegen (O2) 20,69 – 23,32%. Sedangkan unsur

nitogen dan sulphur umumnya sangat kecil.

Dari hasil analisa abu sebanyak 16 conto

(lihat lampiran) dapat diketahui sebagai berikut :

Lapisan Benuang, unsur SiO2 24,79%, Al2O3

19,66%, Fe2O3 24,42%, CaO 15,78%, MgO

2,35% dan HD 2,66%.

Lapisan Burung, unsur SiO2 28,65%, Al2O3

17,65%, Fe2O3 14,26%, CaO 10,72%, MgO

5,43% dan HD 3,56%.

Lapisan Mangus, unsur SiO2 31,28%, Al2O3

18,61%, Fe2O3 12,64%, CaO 13,64%, MgO

2,11% dan HD 4,24%.

Lapisan Suban, unsur SiO2 44,34%, Al2O3

41,60%, Fe2O3 3,20%, CaO 1,28%, MgO 1,00%

dan HD 6,38%.

Analisa Petrografi Batubara

Hasil analisa petrografi terlihat bahwa

batubara didominasi oleh maceral vitrinit yaitu

berkisar dari 87,40-92,90% yang merupakan bahan

pembentuk batubara. Sedangkan maceral lain

umumnya relatif kecil kurang dari 6,60%. Nilai

reflektansi mencirikan rank batubara, dimana

kisaranya antara 0,19-0,25 dan lapisan Mangus

terlihat relatif tingi dibandingkan dengan lapisan lain.

Berdasarkan klasifikasi Cook (1982) rangknya adalah

Lignit .

3.4. Sumberdaya Batubara

Perhitungan sumberdaya batubara

berdasarkan singkapan yang ditemukan (terindikasi)

dan data hasil pemboran inti, dengan kriteria sebagai

berikuti :

• Sebaran ke arah jurus perlapisan batubara

didasarkan atas singkapan batubara dan bor yang

dapat dikorelasikan, dibatasi sampai 2.000 meter

dari singkapan.

• Sebaran ke arah kemiringan dihitung sampai

kedalaman 50m tegak lurus (vertikal) dari

permukaan singkapan / pemboran.

• Berat jenis batubara berdasarkan hasil analisa.

• Tebal batubara yang dihitung > 1,00 meter.

Daerah penyelidikan dibagi menjadi 3 (tiga)

blok yaitu Blok Pauh, Batanghari Leko dan Rawas.

Dari hasil perhitungan sumberdaya batubara

terindikasi di daerah Nibung dan sekitarnya adalah

sebagai berikut :

• Blok Pauh 32.580.464 ton

• Blok Batanghari Leko 60.749.720 ton

• Blok Rawas 178.058.631 ton

Jumlah sumberdaya 271.138.815 ton

Page 7: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

3.5. Kemungkinan Pengembangan Batubara

Hasil penyelidikan ketiga blok, terdapat

daerah-daerah yang mungkin dapat dikembangkan

lebih lanjut adalah :

Blok Rawas merupakan perioritas pertama

dengan jumlah sumberdaya sebesar 178 juta ton

dan masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

Blok Batanghari Leko merupakan periotas

kedua, karena data yang diperoleh masih kurang

dan masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

Blok Pauh, walaupun sebarannya terbatas, tetapi

sumberdayanya cukup besar.

4. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengkajian batubara bersisitim

dalam Cekungan Sumatera Selatan di daerah Tanah

Abang dan Sekitarnya, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Daerah Nibung dan Sekitarnya , litologi

penyusunnya terdiri dari Formasi Gumai, Air

Benakat, Muaraenim dan Kasai yang umurnya

Miosen Awal–Pliosen. Formasi pembawa

batubara adalah Formasi Muaraenim.

2. Endapan batubara yang berkembang terdapat

dalam Formasi Muaraenim, paling tidak terdapat

8 lapisan batubara, yaitu dari atas muda ke tua

terdiri dari : Lapisan Kladi, tebal >1,00->6,50m

dan kemiringan 120 – 600; Lapisan Merapi, tebal

1,00 – 1,50m dan kemiringan 100 - 550; Lapisan

Suban, tebal > 1,00 – 7,00m, kemiringan 100 -

250; Lapisan Mangus, tebal > 2,00 – 10,25m,

kemiringan 8o – 65o; Lapisan Burung, tebal

berkisar dari 1,00 - > 2,80m dan kemiringan 80 –

650; Lapisan Gantung 2, tebal berkisar dari 1,00

- > 2,80m dan kemiringan 80 – 650; Lapisan

Benuang, tebal berkisar dari 1,00 - > 4,000m

dan kemiringan 100 – 650 dan Lapisan Gantung

1, tidak jelas (sumur penduduk).

3. Kualitas Batubara batubara daerah Nibung dan

Sekitarnya, Kandungan air total Volatile Matter

(VM) 43,75-47,00%, Abu 3,10-12,90%, Sulphur

(St) kurang dari 0,40%, Nilai kalori (CV) 5.285-

5.870 kal/gr dan Kekerasan batubara (HGI)

berkisar dari 50-64, sehingga batubara tersebut

tergolong lunak dan ranknya Sub-bituminous-

Lignitic.

4. Hasil analisa petrografi terlihat bahwa batubara

didominasi oleh maceral vitrinit 87,40-92,90%,

sedangkan maceral lain kurang dari 6,60%. Nilai

reflektansi mencirikan rank batubara, dimana

kisaranya antara 0,19-0,25. Berdasarkan

klasifikasi Cook (1982), termasuk kedalam

Brown Coal /Lignitic.

5. Sumberdaya batubara di daerah Nibung dan

sekitarnya dihitung dengan ketebalan > 1,00m

dan sampai kedalaman 50m sebesar 271.138.815

ton.

6. Prospek pengembangan batubara di daerah

Nibung dan Sekitarnya, umumnya dapat

dikembangkan lebih lanjut mengingat data-data

yang diperoleh masih kurang terutama Blok

Batanghari Leko, akan tetapi sumberdaya cukup

besar.

Page 8: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

DAFTAR PUSTAKA

Andi Mangga S., dkk., 1983; Peta Geologi Lembar Jambi, Sumatera skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

De Coster G.L., 1974; The Geology of the Central Sumatera Basins, Proceeding Indonesian Petroleum Assoc., 4th

Annual Conventionn. Geoservice Report No.10.151, 1980; Recent Development in Indonesia Coal Geology, (Unpublished). Hardjono dan Sufra Ilyas, 1989: Batubara Sungai Malam, Sumatera Selatan, Laporan eksplorasi akhir untuk

memenuhi persyaratan permohonan KP. Eksploitasi dari KP DU 1290 dan 1291, Musi Rawas, PT. Triayani, Jakarat.

Koesoemadinata, R.P., dan Hardjono., 1977; Kerangka sedimenter endapan batubara Tersier Indonesia. Pertemuan

Ilmiah Tahunan ke VI, IAGI. Reineck, H.E., and Sigh. I.B, 1980; Depositional Sedimentary Environments, Springer-Verlag, Berlin. Suwarna, Suharsono, Gafoer, Amin, Kusnama, Hermanto, 1994; Geologi Lembar Sarolangun, Sumatera, Skala 1 :

250.000 Shell Mijnbouw, 1978; Geological Map of the South Sumatera Coal Province, Scale 1:250.000. Simandjuntak T.O., dkk., 1981; Peta Geologi Lembar Muara Bungo, Sumatera, skala1:250.000, Pusat

Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung.

Page 9: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

PROVINSI JAMBI

PALEMBANG

Bayunglincir

Babat

SEKAYUBetung

PRABUMULIHKAYUAGUNG

GelumbangTalangubiLUBUKLINGGAU

Muaralakitan

MUARAENIM

Sungsang

2°00' LS

3°00' LS

103°00' BT 104°00' BT 105°00' BT

Gambar 1. Peta lokasi dan kesampaian daerah penyelidikan

Mandiangin

Pauh

Tebingtinggi

Sarolangun

Lokasi daerah penyelidikan

PROVINSI SUMATERA SELATAN

Page 10: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

Kasai(QTk)

M4

Air Benakat(Tma)

Perselingan batupasir abu-abu muda dan batulempung abu-abu hijau serta sisipan lapisan batubara, batulempung dan batupasir mengandung nodul ironstone dengan rongga-rongga gas.Tebal 115 - 365 m.

Perselingan batulempung coklat dan batupasir abu-abu kehijauan, lapisan batubara dengan kandungan tuf biotit terpudarkan.Tebal 45 - 100 m.

Batupasir hijau-biru, batulempung hijau dan sisipan batulanau.Tebal 100 - 150 m.

Batulempung abu-abu kecoklatan, batupasir abu-abu kekuningan, glaukonitan, mengandung cangkang moluska dan foraminifera

Perselingan serpih, napal dan batulempung. Napal setempat mengandung pirit.

Perselingan serpih, napal dan batulempung gampingan

Batupasir, batulanau, batulempung coklat, abu-abu, dengan batupasir glaukonitan

Batulempung abu-abu - coklat, biru, serpih pasiran hijau - abu-abu, hijau, glaukonitan

Batulempung coklat, abu-abu, batulempung pasiran, batupasir halus, hijau-abu-abu di bagian bawah, sedimen interseam Mangus batupasir tufaan mengandung biotit

Perselingan batupasir dan batulanau menindih lempung biru-hijau dan abu-abu, horizon batupasir tebal 3-6 m

Lempung tufaan, pasir tufaan, warna terang, pasir batuapungan, lensa-lensa batubara

Batupasir tufaan, lempung tufaan, abu-abu putih, biru-hijau, batuapung

Batulempung hijau-biru, abu-abu, kaya material volkanik, sisipan batupasir abu-abu hijau dan putih, beberapa lapisan batubara. Tebal 180 - 240 m.

Lempung tufaan, hijau-biru, dan lempung pasiran, pasirhalus-kasar, abu-abu & putih, glaukonitan, lapisan batuapung

Gumai(Tmg)

M u

a r

a

E n

i m

(T

mpm

)

Cekungan Sumatera Selatan(Daerah Langgaran - Shell, 1978)

Daerah Nibung - Jambi - Sumatera Selatan(Eddy RS, 2001)FormasiU m u r

Pliosen

M

i

o s

e

n

A k

h i r

T e

n g

a h

A w

a l

Tabel 1. Kesebandingan Stratigrafi Daerah Nibung dan Sekitarnya dengan Cekungan Sumatera Selatan

Deskripsi Lapisan

Horizon MarkerCatatan :

Benakat/Babat

Enim Kebon

N i r uLematang

Lapisan Deskripsi

M3

M2

M1

Benuang

Burung

Mangus11

22

Suban

Kladi

Merapi

Mangus

Suban

Petai

Kladi

Merapi

Benuang

Burung

Page 11: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...
Page 12: Penyelidikan Batubara Bersistim Dalam Cekungan Sumatera ...

B

T ma

2°15'00''

2°30'00''

103°00'00''

Su

ng

ai

K

ru

h

Sung

ai

Kep

ahia

nga

n

A

P ENAMPANG GEOLOGI S KALA 1 : 50.000

T ma

S u

n g

a i

K

u l

i m

QTk

QTk

T mg

S e s a r G e s e r A i r K r u h

A

T ma

S unga

i Pe n j a

g oan

T ma

T ma

T ma

S u

n g a

i P

e n

y a n

g g a

a n

S e s a r G e s e r P

e n j a g o a n

S u n

g a

i

P u

t i

h

T ma

T ma

T ma

T ma

QTk

U

D

A

i

r

M

e

r a

n t

i

T mg

S u

n g a

i A

n g g

a n g

K e c

i

l

B

P ETA INDEK

SKALA 1 : 50.000

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUM BER DAYA M INERALDIREKTORAT JE NDERAL GEOLOGI DAN SUM BER DAYA M INERAL

DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERALDAF TAR IS IAN KEGIAT AN SUPLEMEN ( DIK - S )

PETA GEOLOGI DAN SEBARAN BATUBARA DAERAH NIBUN G DAN SEKITARNYA

PROVINSI JAMBI DAN SUMATERA SELATAN

No. Lokasi , ketebal an dan arah jurus/kemiringan batubara

Indi kasi adanya batubara

No. Lokasi dan arah j urus/kem iringan lapisan batuan

PROVINSI SUMATERA SELATAN

Jal an tanah dan kampung

0

K ETERANGAN

PROVINSI JAMBI103°15'00''

1 2 3

U

Sesar normal

Sesar geser

Sebaran batubara

F ormasi Kasai

F orm asi A irbenakat

F ormasi M uaraenim

F ormasi Gum ai

Lokasi l ubangbor

Kontur ketinggian

Penam pang Geologi

Sesar naik

Sungai

1

PALEM BANG

4 5 Km